i ANALISIS KOREKSI FISKAL TERHADAP LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL PADA PT. ANDALAN BANGUN SEJAHTERA SKRIPSI Oleh Euis Nurmalasari 008200900203 Fakultas Bisnis, President University Untuk memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi PRESIDENT UNIVERSITY Cikarang Baru - Bekasi Indonesia 2014
BANGUN SEJAHTERA
Gelar Sarjana Ekonomi
Dengan ini, Penguji menyatakan bahwa skripsi yang berjudul
“ANALISIS KOREKSI
FISKAL TERHADAP LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL PADA PT.
ANDALAN BANGUN SEJAHTERA” (Penulis : Euis Nurmalasari, Fakultas
Bisnis)
dinilai dan terbukti telah lulus sidang pada 30 Januari 2014.
Ketua Penguji
Penguji 1
Skripsi ini berjudul “Analisis Koreksi Fiskal Terhadap Laporan
Keuangan Komersial
Pada PT Andalan Bangun Sejahtera” disusun dan disampaikan oleh
(Euis Nurmalasari)
dalam pemenuhan sebagian dari persyaratan untuk gelar Sarjana
Ekonomi - Jurusan
Akuntansi, telah ditinjau dan telah memenuhi persyaratan untuk
skripsi. Oleh karena
itu, kami merekomendasikan mahasiswa tersebut untuk mengikuti
sidang.
Cikarang, 18 Desember 2013
Dr. Sumarno Zain, SE, Ak, MBA Prof.Dr. Kery Soetjipto,
M,Si,Ak
iv
Nama : Euis Nurmalasari
TERHADAP LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL PADA PT ANDALAN
BANGUN SEJAHTERA ini adalah murni hasil karya sendiri. Apabila saya
menguntip
dari karya orang lain, maka saya mencantumkan sumbernya sesuai
dengan ketentuan
yang berlaku dan saya bersedia dikenakan sanksi pembatalan laporan
skripsi ini, apabila
terbukti melakukan tindakan plagiat.
v
ABSTRAK
Unit penelitian ini adalah PT Andalan Bangun Sejahtera, sebuah
perseroan yang
bergerak di bidang trading alat kesehatan.
Tujuan penelitian ini untuk menentukan nilai pajak penghasilan
terutang
perusahaan dengan melakukan rekonsiliasi laporan keuangan komersial
menjadi laporan
keuangan fiskal. Dengan melakukan rekonsiliasi, perseroan tidak
perlu membuat dua
pembukuan untuk tujuan yang berbeda. Perseroan cukup melakukan
koreksi terhadap
pos-pos yang berbeda. Koreksi positif akan menambah penghasilan
kena pajak, sedang
koreksi negatif akan mengurangi penghasilan kena pajak.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya beda antara laba akuntansi
dengan laba
untuk tujuan pajak. Perbedaan ini dikarenakan laporan komersial
disusun berdasar
Standar Akuntansi Keuangan, sedang laporan keuangan fiskal disusun
sesuai peraturan
perpajakan. Ketentuan perpajakan mempunyai kriteria tertentu
tentang pengukuran dan
pengakuan terhadap unsur-unsur yang umumnya terdapat dalam laporan
keuangan.
Ukuran itu, dapat saja kurang sejalan dengan prinsip akuntansi
(komersial). Contohnya:
transaksi-transaksi pendapatan dan biaya tertentu yang boleh diakui
akuntansi tetapi
tidak boleh diakui oleh pajak, atau sebaliknya. Ketentuan
perpajakan merupakan produk
lembaga legislatif yang mengikat semua anggota masyaraka (termasuk
profesi akuntan).
Dengan demikian, apabila terjadi ketidaksesuaian antara ketentuan
perpajakan dan
praktek atau standar akuntansi yang berlaku umum, Undang-undang
Perpajakan
mempunyai prioritas untuk dipatuhi diatas praktek kelaziman
akuntansi.
Kata-kata kunci : Rekonsiliasi Fiskal, Koreksi Fiskal
vi
ABSTRACT
Unit of this research is PT. Andalan Bangun Sejahtera, a health
equipments
trading company.
The purpose of this research is to determine company debt of Income
tax value
by doing reconciliation of commercial financial report to be fiscal
financial report. By
doing reconciliation company doesn’t have to make two reports with
different purposes.
Company only has to make correction toward different accounts.
Positive correction
will add taxable income while negative correction will reduce
taxable income.
Result of this research distinguished between accounting profit and
tax purpose
profit. This difference is caused by financial accounting standard
arrangement while
fiscal financial report was arranged based on tax regulation. Tax
provision has certain
criteria about measurement and admission toward general factor
inside financial
report. That measurement could be different with accounting
principle especially
commercial one. For instance income transactions and certain
expenses which could be
admitted as accounting but couldn’t as tax or vice versa. Tax
provision is legislative
institution product which involves every single resident (include
accountant). Therefore,
in case there is discrepancy between tax provision and accounting
standard which is
generally applied, tax laws had priority to be complied than
predominance accounting
practice.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya
sehingga penulisan skripsi ini yang berjudul “Analisis Koreksi
Fiskal Terhadap Laporan
Keuangan Komersial Pada PT Andalan Bangun Sejahtera” dapat berjalan
dengan lancar
dan sesuai waktu yang diharapkan. Pada Kesempatan ini penulis juga
mengucapkan
terima kasih yang sebesar besarnya kepada:
Bapak Dr Sumarno Zain SE, Ak, MBA selaku Ketua Program Studi
Ilmu
Ekonomi.
Bapak Prof.Dr. Kery Soetjipto, M,Si,AK selaku dosen pembimbing yang
telah
memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran dan motivasi
dalam
penyusunan skripsi ini.
President University yang telah memberikan semangat dan
bantuannya.
Seluruh dosen dan staff Fakultas Bisnis President University atas
bimbingan dan
bantuan yang diberikan selama ini.
Kedua orang tua yang selalu memberikan kasih sayang, perhatian,
dorongan,
dan doa yang selalu mengiringi langkah saya untuk menuntut
ilmu.
Kedua adik saya, yang selalu memberikan cinta dan semangat untuk
saya
menyelesaikan skripsi ini.
Bapak dan Ibu di Bagian keuangan PT Andalan Bangun Sejahtera yang
sudah
bersedia memberikan data, terima kasih atas bantuannya dalam
melaksanakan
penelitian.
membangun dan memberikan semangat dalam menyelesaikan penelitian
ini.
Teman-teman mahasiswa/i khususnya akuntansi angkatan 2009 yang
telah
berjuang bersama-sama untuk menyelesaikan skripsi.
Seluruh pihak yang telah membantu, yang tidak dapat saya sebutkan
satu
persatu.
viii
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca maupun
peneliti
- peneliti selanjutnya sebagai sumbangan pemikiran. Penulis
mengetahui masih banyak
ketidaksempurnaan dalam skripsi ini, Oleh karena itu penulis
mengharapkan ada pihak
yang dapat memberikan kritik membangun dan saran-saran yang
bermanfaat sehingga
skripsi ini menjadi lebih baik.
Cikarang, 18 Desember 2013
DAFTAR ISI
JUDUL
..................................................................................................................
i LEMBAR PENGESAHAN
...................................................................................
ii SURAT REKOMENDASI
....................................................................................
iii SURAT PERNYATAAN
......................................................................................
iv ABSTRAK
.............................................................................................................
v ABSTRACT
..........................................................................................................
vi KATA PEGANTAR
..............................................................................................
vii DAFTAR ISI
.........................................................................................................
ix DAFTAR TABEL
..................................................................................................
xi BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
.....................................................................
1 1.2 Identifikasi Masalah
...........................................................................
4 1.3 Pembatasan Masalah
..........................................................................
4 1.4 Tujuan Penelitian
................................................................................
4 1.5 Manfaat Penelitian
..............................................................................
5 1.6 Sistematika Penulisan
.........................................................................
5
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Pajak
.....................................................................................
8 2.2 Fungsi Pajak
.......................................................................................
9 2.3 Jenis-jenis Pajak
.................................................................................
10
2.3.1 Menurut Sifatnya
..........................................................................
10 2.3.2 Menurut Sasaran/ Objeknya
.......................................................... 11 2.3.3
Menurut Pemungutannya
..............................................................
11
2.4 Sistem Pemungutan Pajak
...................................................................
11 2.4.1 Official Assesment
System............................................................
11 2.4.2 Self Assesment System
................................................................ 12
2.4.3 With Holding System
...................................................................
12
2.5 Tarif Pajak Penghasilan
......................................................................
12 2.5.1 Fasilitas Pengurang tarif Pasal 31E UU PPh
................................. 12
2.6 Pajak Penghasilan
...............................................................................
13 2.6.1 Subyek Pajak
................................................................................
13 2.6.2 Obyek Pajak
..................................................................................
13
2.7 Pajak Penghasilan Badan Pasal 25
...................................................... 19 2.7.1
Definisi Pajak Penghasilan Pasal 25
.............................................. 19
2.8 Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal
............. 20 2.8.1 Laporan Keuangan Komersial
....................................................... 20 2.8.2
Laporan Keuangan Fiskal
.............................................................
21
2.9 Koreksi Fiskal
....................................................................................
22 2.9.1 Pengertian Koreksi Fiskal
.............................................................
22
2.10 Penghasilan dan Beban Menurut Akuntansi
........................................ 23
x
2.11 Penghasilan dan Beban (Biaya) Menurut Undang-undang Perpajakan
.. 25 2.11.1 Penghasilan
.................................................................................
25 2.11.2 Beban (Biaya)
.............................................................................
26
2.12 Rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial dengan Laporan
Keuangan Fiskal
.....................................................................................................
29
2.13 Penyebab Perbedaan Akuntansi Pajak dengan Akuntansi Komersial
.... 30
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian
.........................................................................
35 3.2 Jenis dan Sumber Data
.......................................................................
35 3.3 Metode Pengumpulan Data
.................................................................
36 3.4 Unit Analisis
.......................................................................................
37 3.5 Teknik dan Analisis Data
....................................................................
37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Perusahaan
.............................................................................
40 4.2 Laporan Keuangan Komersial PT Andalan Bangun Sejahtera
............. 41 4.3 Koreksi Fiskal atas Laporan Keuangan PT
Andalan Bangun Sejahtera 44 4.4 Analisis Perhitungan PPh Pasal
25/29 Tahun 2011 Menurut Penulis ... 48
4.4.1 Analisis Penghasilan PT Andalan Bangun Sejahtera Tahun 2011
48 4.4.2 Analisis Biaya PT Andalan Bangun Sejahtera Tahun
2011.......... 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
........................................................................................
61 5.2 Saran
.................................................................................................
62 DAFTAR PUSTAKA
............................................................................................
63 LAMPIRAN
xi
Tabel 4.2 Laporan Laba Rugi PT Andalan Bangun Sejahtera
............................. 43
Tabel 4.3 Laporan Laba Rugi Fiskal PT Andalan Bangun Sejahtera
................... 46
Tabel 4.4 Penyusutan Aktiva Tetap Menurut Perpajakan
.................................... 53
Tabel 4.5 Perhitungan Rugi/Laba Fiskal Penulis
................................................ 57
1
Pajak sebagai salah satu sumber penerimaan yang penting artinya
dalam
pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional yang bertujuan
untuk
meningkatkan kemakmuran kesejahteraan masyarakat. Dan salah
satu
penyumbang terbesar dalam penerimaan Negara.
Dari segi ekonomi, pajak merupakan pemindahan sumber daya dari
sektor
privat (perusahaan) ke sektor publik. Pemindahan sumber daya
tersebut akan
mempengaruhi daya beli atau kemampuan belanja dari sektor privat.
Agar tidak
terjadi gangguan yang serius terhadap jalannya perusahaan, maka
pemenuhan
kewajiban perpajakan harus dikelola dengan baik.
Apabila dilihat dari sudut pandang wajib pajak (perusahaan), pajak
adalah
biaya atau beban. Oleh sebab itu perusahaan berusaha menekan
seminimal
mungkin pajak yang terutang agar bisa memaksimalkan laba bersih
yang didapat.
Dalam upaya menekan jumlah pajak yang terutang itu perusahaan
berusaha
membuat perencanaan pajak (tax planing). Atau dalam istilah lain
juga disebut
sebagai manajemen pajak. Banyak cara dilakukan wajib pajak mulai
dari menunda
pendapatan sampai membebankan semua jenis pengeluaran (biaya)
yang
sebenarnya tidak sesuai dengan ketentuan mengenai pengakuan biaya
dalam
undang-undang perpajakan. Namun demikian pada intinya ada dua
jenis
perencanaan pajak atau manajemen pajak yaitu tax avoidance dan tax
evasion.
Tax avoidance adalah manipulasi penghasilan secara legal yang masih
sesuai
dengan undang-undang perpajakan untuk memperkecil pajak yang
terutang.
2
hukum dan sebagainya. Sedangkan tax evasion adalah manipulasi
secara ilegal
atas penghasilannya untuk memperkecil jumlah pajak terutang.
Misalnya:
menyembunyikan omzet, mengkreditkan faktur pajak fiktif dan
sebagainya.
Sebaliknya, apabila dilihat dari sudut pandang pemerintah
selaku
pemungut, pajak adalah sumber utama pembiayaan pembangunan
nasional. Oleh
karena itu pemerintah berusaha agar penerimaan pajak meningkat
terus dari tahun
ke tahun. Sebab biaya pembangunan nasional mulai Bantuan
Operasional Sekolah
(BOS) sampai pembiayaan pertahanan dan keamanan negara semakin
besar.
Implikasi dari program peningkatan penerimaan pajak tersebut adalah
adanya
aturan-aturan yang semakin ketat mulai dari undang-undang,
peraturan
pemerintah, keputusan menteri keuangan sampai dengan surat edaran
direktur
jenderal pajak kementerian keuangan yang intinya berusaha
meningkatkan
penerimaan pajak.
Namun demikian, meskipun pemerintah berusaha memaksimalkan
pendapatan dari sektor pajak dan pajak sendiri bisa dipaksakan,
pemerintah tidak
bisa sewenang-wenang, sebab selalu dibatasi dengan
undang-undang.
Sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23 A
“Pajak
dan pungutan lainnya yang bersifat memaksa di atur menurut
undang-undang”.
Akibat dari perbedaan kedua sudut pandang tersebut (sudut pandang
wajib
pajak dan sudut pandang pemerintah) membawa implikasi pada persepsi
masing-
masing pihak ketika menyusun dan membaca sebuah laporan keuangan
khususnya
ketika menilai laba bersih sebuah perusahaan. Pihak wajib pajak
berusaha agar
laporan keuangan yang disajikan untuk pengisian Surat Pemberitahuan
Tahunan
3
pemerintah dalam hal ini fiskus (pemungut pajak) cenderung melihat
laporan
keuangan yang disajikan oleh wajib pajak sedapat mungkin
merepresentasikan
keadaan yang sebenarnya dan sesuai dengan undang-undang perpajakan.
Sehingga
diperlukan penyesuaian-penyesuaian agar bisa memenuhi ketentuan
peraturan
perpajakan yang berlaku. Penyesuaian-penyesuaian tersebut lazim
disebut dengan
istilah koreksi fiskal. Misalnya: dalam hal biaya. Wajib pajak
cenderung
memandang semua jenis pengeluaran adalah biaya. Sementara fiskus
cenderung
memandang hanya biaya yang dikeluarkan semata-mata untuk
memperoleh
penghasilan saja yang dapat dicatat sebagai biaya dalam laporan
keuangan fiskal.
Diluar itu tidak bisa diakui sebagai biaya.
Oleh karena itu dengan latar belakang pertimbangan hal tersebut:
Pertama,
bahwa pajak disatu sisi adalah beban bagi perusahaan yang perlu
diminimalkan
sehingga berdampak pada penyusunan laporan keuangan sedangkan
bagi
pemerintah pajak memiliki peranan yang sangat vital bagi
pembiayaan
pembangunan nasional sehingga harus digali. Kedua, bahwa pemungutan
PPh
Badan pasal 25/29 menggunakan sistem self assesment dimana wajib
pajak diberi
kewenangan untuk menghitung pajak yang terutang, maka pada
penelitian ini
peneliti akan melakukan analisis terhadap penerapan koreksi fiskal
atas laporan
keuangan untuk menghitung pajak penghasilan badan. Adapun judul
penelitian ini
adalah: Analisis Koreksi Fiskal Terhadap Laporan Keuangan Komersial
pada
PT Andalan Bangun Sejahtera
Berdasarkan atas latar belakang masalah diatas maka dapat di
identifikasi
masalah–masalah pokok dalam penelitian ini sebagaimana
penganalisaan koreksi
fiskal terhadap laporan keuangan komersial PT Andalan Bangun
Sejahtera,
sehingga kemudian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penerapan koreksi fiskal terhadap laporan
keuangan
komersial pada PT Andalan Bangun Sejahtera?
2. Bagaimanakah perbedaan-perbedaan pengakuan antara SAK dan
Peraturan Pajak?
ini menjabarkan mengenai langkah–langkah PT Andalan Bangun
Sejahtera dalam
menganalisis koreksi fiskal terhadap laporan keuangan
komersial.
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah hanya pada koreksi
fiskal
laporan keuangan komersial perusahaan untuk tahun buku 2011.
Berhubung
adanya penerapan pajak penghasilan badan tahun buku 2011 Data yang
akan
digunakan adalah laporan laba rugi PT. Andalan Bangun Sejahtera
tahun 2011
dan peraturan pajak penghasilan badan tahun 2011.
1.4 Tujuan Penelitian
keuangan komersial PT Andalan Bangun Sejahtera tahun pajak
2011.
5
dibidang ekonomi khususnya dibidang perpajakan terutama
penerapan teori yang diperoleh selama studi dan sebagai salah
satu
syarat untuk mencapai gelar sarjana ekonomi.
2. Bagi Perusahaan
menerapkan Undang-undang perpajakan yang berlaku dan
mengetahui dengan benar cara perhitungan koreksi fiskal
terhadap
laporan keuangan komersial
memberikan referensi dalam menambah informasi dan
pengetahuan khususnya dalam bidang perpajakan bagi masyarakat
luas.
1.6 Sistematika Penulisan
Agar dapat memahami isi dari masalah yang diangkat dalam penulisan
ini,
maka penulis menyusun tugas akhir ini menjadi 5 (lima ) bab, yang
mencakup
hal-hal yang dibahas dalam penulisan ini sehingga penulisan ini
memiliki
sistematika penulisan yang tepat, dan mudah dimengerti olah
pihak-pihak lain
yang terkait dalam Sistematika tersebut terdiri sebagai berikut
:
6
penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, lokasi dan waktu
penelitian,
serta sistematika penulisan.
Berisi teori–teori dan penjelasan ilmiah yang relevan dengan
kegiatan
penelitian, dalam hal ini lebih mengarah kepada perhitungan koreksi
fiskal
terhadap laporan keuangan komersial PT Andalan Bangun Sejahtera
pada tahun
pajak 2011. Pada bab 2 ini, menguraikan tentang pengertian umum
tentang pajak,
fungsi pajak, jenis pajak, system pemungutan pajak, tarif pajak,
pajak
penghasilan, pajak penghasilan badan pasal 25, laporan keuangan
komersial dan
laporan keuangan fiskal, koreksi fiskal, penghasilan dan beban
menurut akuntansi,
penghasilan dan beban menurut undang-undang perpajakan,
rekonsiliasi laporan
keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal, dan penyebab
perbedaan
akuntansi pajak dengan akuntansi komersial.
BAB III METODE PENELITIAN
dalam penelitian ini. Uraian yang disajikan meliputi : subjek
penelitian, metode
yang digunakan untuk memilih dan mengumpulkan data penelitian,
serta metode
deskriptif kualitatif yang dilakukan untuk menganalisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi pembahasan secara menyeluruh atas masalah dan solusi
atas
permasalahan yang telah ditentukan.
Pada bab ini menguraikan tentang penarikan kesimpulan yang
didasarkan
dari pembahasan dan uraian pada bab-bab sebelumnya, kemudian
diberikan saran-
saran yang bermanfaat.
Secara umum pajak dapat diartikan sebagai pungutan yang dilakukan
oleh
pemerintah berdasarkan oleh peraturan perundang – undangan yang
hasilnya
digunakan untuk pembiayaan pengeluaran umum pemerintah yang balas
jasanya
tidak langsung dirasakan oleh rakyat. Disamping itu ada beberapa
definisi pajak
menurut Undang – undang dan dari berbagai ahli di bidang perpajakan
yang
dasarnya memiliki inti yang sama, antara lain:
Menurut Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
No.16/2009, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Sedangkan menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH (1992),
Pajak
adalah peralihan kekayaan dari sektor swasta ke sektor publik
berdasarkan undang
– undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapatkan
imbalan
(tegenprestatie) yang secara langsung dapat ditunjukan, yang
digunakan untuk
membiayai pengeluaran umum dan sebagai alat pendorong penghambat
atau
pencegah, untuk mencapai tujuan yang ada diluar bidang keuangan
Negara.
9
unsur-unsur sebagai berikut:
1. Pajak dipungut oleh Negara baik oleh pemerintah pusat maupun
oleh
pemerintah daerah berdasarkan undang -undang serta aturan
pelaksanaannya.
2. Pemungutan pajak mengisyaratkan adanya alih dana dari sektor
swasta
ke sektor Negara.
maupun pembangunan.
(WP).
5. Selain fungsi budgetair yaitu fungsi untuk mengisi kas Negara
yang
diperlukan untuk menutup pembiayaan penyelenggaraan
pemerintahan, pajak juga berfungsi mengatur atau melaksanakan
kebijakan Negara dalam lapangan ekonomi dan sosial
(regulair).
2.2 Fungsi Pajak
Menurut Diaz Priantara (2012), Pajak memiliki 2 macam fungsi
yaitu:
1. Fungsi penerimaan (Budgetair)
Fungsi budgetair disebut fungsi utama pajak atau fungsi fiskal
(fiscal
function) yaitu suatu fungsi dalam mana pajak dipergunakan sebagai
alat
untuk memasukkan dana secara optimal ke kas Negara
berdasarkan
10
baik rutin maupun pembangunan.
2. Fungsi mengatur ( Regulair)
Fungsi regulair yaitu suatu fungsi dalam mana pajak digunakan
oleh
pemerintah sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijakan
pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi dan mencapai
tujuan-tujuan
tertentu di luar bidang keuangan. Sebagai contoh yaitu dikenakannya
pajak
yang tinggi terhadap minuman keras, sehingga konsumen minuman
keras
dapat ditekan. Demikian pula berlaku bagi barang mewah dan
rokok.
2.3 Jenis-jenis Pajak
Menurut Diaz Priantara (2012), Secara umum pajak yang diberlakukan
di
Indonesia dapat dibedakan dengan klasifikasi sebagai berikut
:
2.3.1 Menurut sifatnya
Wajib Pajak yang bersangkutan. Contoh : Pajak Penghasilan.
2. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat
dilimpahkan kepada pihak lain. Contoh : Pajak Pertambahan
Nilai
(PPN), Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM)
11
1. Pajak subjektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan
pada
subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam
arti
memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh : Pajak
Penghasilan.
2. Pajak Objektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan
pada
objeknya tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh
:
Pajak Bumi Bangunan (PBB), Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
2.3.3 Menurut Pemungutannya.
1. Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat
dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara. Contoh : Pajak
Penghasilan, PPN, PPn BM, PBB, Bea Materai.
2. Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh : Pajak
reklame, pajak hiburan, dll.
2.4 Sistem pemungutan Pajak
Menurut Diaz Priantara (2012), Sistem pemungutan pajak ada 3
macam,
yaitu:
memberi wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang.
Ciri-
ciri Official Assessment system adalah :
1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada
pada
fiskus
12
2. Wajib Pajak bersifat pasif
3. Utang Pajak timbul setelah di keluarkan surat ketetapan pajak
oleh
fiskus.
2.4.2 Self Assesment System adalah suatu system pemungutan pajak
yang
memberi wewenang, kepercayaan dan tanggung jawab kepada wajib
pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan
melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.
2.4.3 With holding System adalah suatu system pemungutan pajak
yang
memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau
memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
2.5 Tarif Pajak Penghasilan
Sesuai dengan pasal 17 Undang-undang pajak penghasilan No. 36
tahun
2008 besarnya tarif pajak penghasilan bagi wajib pajak orang
pribadi dalam negeri
dan badan dalam negeri atau bentuk usaha tetap adalah sebesar 28%
dan menjadi
25% yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010.
2.5.1 Fasilitas pengurang tarif Pasal 31E UU PPh
Wajib pajak badan yang mempunyai peredaran usaha kurang dari
4,8
Miliar rupiah memperoleh tarif 50% lebih rendah dari tarif normal.
Fasilitas
tersebut diatur dalam pasal 31E UU PPh dan bukan merupakan
pilihan
sepanjang akumulasi peredaran bruto tidak melebihi 50 miliar
rupiah, tarif
pajak penghasilan yang diterapkan atas penghasilan kena pajak badan
dalam
13
pasal 31E.
Menurut UU No.36 tahun 2008 pajak penghasilan di kelompokan
menjadi
2 (dua), yaitu:
2.6.1 Subyek Pajak
Subyek pajak diartikan sebagai orang yang dituju oleh
undang-undang
untuk dikenakan pajak. Subyek pajak penghasilan pada dasarnya
dikenakan
pada orang pribadi, warisan yang belum dibagi sebagai satu kesatuan
yang
menggantikan yang berhak, badan, dan bentuk usaha tetap (BUT).
Pajak
Penghasilan dikenakan terhadap subyek pajak berkenaan dengan
penghasilan
yang diterima atau diperoleh dalam tahun Pajak.
2.6.2 Obyek Pajak
untuk menghitung pajak terutang. Yang menjadi Obyek Pajak PPh
adalah
penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
atau
diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari
luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi dan untuk
menambah
kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam
bentuk
apapun. Yaitu penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja
dan
pekerjaan bebas seperti gaji, honorarium, penghasilan dari praktek
dokter,
notaris, aktuaris, penghasilan dari usaha dan kegiatan, penghasilan
dari
14
modal, dan penghasilan lain-lain seperti hadiah, pembebasan utang
dan lain
sebagainya.
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau
jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah,
tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang
pensiun, premi asuransi kesehatan, yang dibayar oleh
pemberi kerja, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali
ditentukan lain dalam undang-undang pajak penghasilan
b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan
penghargaan;
e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah
dibebankan sebagai biaya;
jaminan pengembalian utang
dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi
h. royalty atau imbalan atas penggunaan hak
i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
15
harta
k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai
dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah
m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
n. premi asuransi termasuk premi reasuransi
o. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari
anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan
usaha atau pekerjaan bebas
belum dikenakan pajak.
r. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata
cara perpajakan; dan
badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau
disahkan oleh Pemerintah dan para penerima zakat yang
16
berhak;
termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang
bersangkutan
sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan
modal
dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah
kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak
yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang
menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
f. pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,
asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa
17
perseroan terbatas sebagai WP Dalam Negeri, koperasi,
badan usaha milik negara, atau badan usaha Milik daerah,dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan
bertempat kedudukan di Indonesia.
pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan, baik yang
dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai.
i. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun
sebagaimana dimaksud pada huruf g, dalam bidang-bidang
tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan
perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas
saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi,
termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi
kolektif.
ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang
didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia.
l. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.
m. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga
nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau
bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar
pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan
kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam
jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya
sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
n. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu,
yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
agio saham yang timbul dari selisih lebih antara nilai pasar
saham dan nilai nominal saham tidak termasuk objek PPh
p. Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 94 tahun 2010,
bagian laba yang diterima oleh pemegang unit penyertaan
Kontrak Investasi Kolektif termasuk pelunasan kembali unit
penyertaanya tidak termasuk objek PPh
19
Pajak Penghasilan Badan adalah pajak yang harus dibayar sendiri
oleh
Wajib Pajak Badan dalam suatu Tahun Pajak.
Sistem perpajakan di Indonesia menganut prinsip convinience,
yang
berarti bahwa Wajib Pajak membayar pajak tidak dalam kondisi yang
sulit
membayar pajak dan juga diharapkan disaat yang tepat bagi WP
untuk
membayarkan pajak. Lebih jelasnya dapat diartikan bahwa pemungutan
pajak
dilakukan pada saat diterimanya penghasilan yang disebut pay as you
earn.
Salah satu contohnya adalah pembayaran pajak dengan cara
membayar
angsuran setiap bulan. Dengan adanya pembayaran angsuran pajak maka
Wajib
Pajak lebih ringan bebannya dalam membayar beban pajak pada akhir
tahun
pajak dan bagi pemerintah merupakan pemasukan untuk penerimaan
negara.
Pembayaran angsuran pajak dalam tahun berjalan dikenal dengan nama
Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 25.
Menurut Pasal 25 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor
36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, PPh Pasal 25 merupakan
besarnya
angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar
sendiri oleh
Wajib Pajak untuk setiap bulan adalah sebesar pajak penghasilan
yang terutang
menurut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun yang
lalu,
dikurangi dengan :
21 dan Pasal 23 serta Pajak Penghasilan yang dipungut
sebagaimana
yang dimaksud dalam Pasal 22; dan
b. Pajak Penghasilan yang dibayar atau yang terutang di luar negeri
yang
boleh dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24; dibagi
12
(dua belas) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.
Pajak Penghasilan Pasal 25 harus dibayarkan/disetor selambat-
lambatnya tanggal lima belas bulan takwim setelah masa pajak
berakhir dan
Wajib Pajak harus menyampaikan/melaporkan Surat Pemberitahuan
(SPT)
Masa selambat-lambatnya dua puluh hari setelah masa pajak
berakhir.
2.8 Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal
2.8.1 Laporan Keuangan Komersial
a. Pengertian dan Tujuan
Keuangan (kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan
keuangan)
Laporan Keuangan adalah suatu penyajian terstuktur dari posisi
keuangan dan
kinerja keuangan suatu entitas.
keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat
bagi
21
ekonomi.
Keuangan (kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan
keuangan),
laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen – komponen
berikut
ini:
2.8.2 Laporan Keuangan Fiskal
disusun sesuai peraturan perpajakan dan digunakan untuk
keperluan
perhitungan pajak.
baik dalam pengakuan penghasilan maupun biaya. Akibat dari
perbedaan
pengakuan ini menyebabkan laba akuntansi dan laba fiskal dapat
berbeda.
Secara umum laporan keuangan disusun berdasarkan Standar
Akuntansi
Keuangan (SAK), kecuali diatur secara khusus dalam
undang-undang.
22
dan laporan keuangan fiskal secara terpisah atau melakukan koreksi
fiskal
terhadap laporan keuangan akuntansi (komersial). Laporan
keuangan
komersial yang direkonsiliasi dengan koreksi fiskal akan
menghasilkan
laporan keuangan fiskal. Standar Akuntansi Keuangan khusus
PSAK
Nomor 46 mengatur tentang Akuntansi Pajak Penghasilan.
2.9 Koreksi Fiskal
fiskal adalah koreksi perhitungan pajak yang diakibatkan oleh
adanya
perbedaan pengakuan metode, masa manfaat, dan umur dalam
menghitung
laba secara komersial dengan secara fiskal.” (p.59)
Perhitungan secara komersial adalah perhitungan yang diakui
secara
standar akuntansi yang lazim, sedangkan perhitungan secara fiskal
adalah
laba yang diperoleh WP yang dihitung dengan memperhitungkan
ketentuan perpajakan.
Pajak yang dijadikan dasar perhitungan secara komersial dan secara
fiskal
akan dapat berbeda. Perbedaan karena adanya koreksi fiskal
dapat
menimbulkan koreksi yang dapat berupa:
a) Koreksi Fiskal Positif
pengurangan biaya yang telah diakui dalam laporan laba rugi
secara
komersial menjadi semakin kecil apabila dilihat secara fiskal, atau
yang
akan mengakibatkan adanya penambahan Penghasilan Kena Pajak.
b) Koreksi Fiskal Negatif
penambahan biaya yang telah diakui dalam laporan laba rugi
secara
komersial sehingga menjadi semakin besar apabila dilihat secara
fiskal,
atau yang akan mengakibatkan adanya pengurangan Penghasilan
Kena
Pajak.
2.10.1 Penghasilan
penambahan asset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan
kenaikan
ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.”
(p.83)
Penghasilan meliputi pendapatan dan keuntungan. Pendapatan
adalah
penghasilan yang timbul dari akifitas perusahaan yang biasa dikenal
dengan
berbagai sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa
(fees),
bunga, dividen, royalty dan sewa.
Pendapatan timbul dari transaksi dan peristiwa ekonomi berikut
ini:
1. Penjualan barang
dan barang yang dibeli untuk dijual kembali
2. Penjualan jasa
waktu yang disepakati oleh perusahaan. Jasa tersebut dapat
diserahkan
selama satu periode atau lebih.
3. Penggunaan aset perusahaan oleh pihak-pihak lain yang
menghasilkan
bunga,royalti dan dividen.
Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang
diterima
atau yang dapat diterima. Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu
transaksi
biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dengan
pembeli atau
pengguna aset tersebut. Pada umumnya imbalan tersebut berbentuk kas
atau
setara kas.
terhadap penghasilan. Sehubungan dengan periode akuntansi
pemanfaatan
pengeluaran dipisahkan antara pengeluaran atau belanja modal
(capital
expenditure) yaitu pengeluaran yang memberikan manfaat lebih dari
satu
periode akuntansi dan dicatat sebagai aset, dan pengeluaran
penghasilan
(revenue expenditure) yaitu pengeluaran yang hanya memberi manfaat
untuk
satu periode akuntansi yang bersangkutan dan dicatat sebagai
beban.
25
Beban (expense) adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu
periode akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau berkurangnya
aset atau
terjadinya kewajiban yang menyebabkan penurunan ekuitas yang
tidak
menyangkut pembagian kepada penanam modal.
Beban juga mencakup kerugian yang belum direalisasi, misalnya
kerugian yang timbul dari pengaruh selisih kurs mata uang asing.
Beban
diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara
biaya
yang timbul dan penghasilan tertentu yang diperoleh.
Jika manfaat ekonomi yang timbul lebih dari satu periode
akuntansi
dan hubungannya dengan penghasilan hanya dapat ditentukan secara
luas atau
tidak langsung, maka beban diakui berdasarkan alokasi yang rasional
dan
sistematis. Misalnya pengakuan beban yang berkaitan dengan
penggunaan
aset tetap, goodwill, paten, dan merek dagang. Beban ini dikenal
dengan
beberapa istilah yaitu depresiasi, deplesi dan amortisasi.
2.11 Penghasilan dan Beban Menurut Undang-Undang Perpajakan
2.11.1 Penghasilan
Menurut pasal 4 ayat (1) Undang-undang Pajak Penghasilan,
penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima
atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun
dari luar
Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah
kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam
bentuk
apapun antara lain gaji, honorarium, laba usaha, bunga, dividen,
royalti dan
imbalan lainnya.
tertentu yang diatur secara final sebagai berikut:
1. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya,
bunga
obligasi dan surat utang Negara, dan bunga simpanan yang
dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang
pribadi.
2. Penghasilan berupa hadiah undian
3. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya,
transaksi
derivative yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi
penjualan
saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan,
pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura
4. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah
dan/atau
bangunan, usaha, jasa konstruksi, usaha real estate, dan
persewaan
tanah dan/atau bangunan
peraturan pemerintah
2.11.2 Beban
sebagai berikut:
1. Beban yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan
dengan
kegiatan usaha, antara lain sebagai berikut:
a. Beban pembelian bahan
gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang
diberikan dalam bentuk uang
d. Beban perjalanan
menteri keuangan
2. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud
dan
amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya
lain
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun.
3. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh
menteri keuangan
4. Kerugian karena penjualan atau penagihan harta yang dimiliki
dan
digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk
mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan
6. Beban penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan
di
Indonesia
28
8. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat
sebagai
berikut:
komersial
b. Wajib pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak
dapat
ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak
c. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada pengadilan
negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang
negara;
atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/
pembebasan utang antara kreditor dan debitur yang
bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum
atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa
utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu
d. Syarat sebagaimana dimaksud pada huruf c tidak berlaku
untuk
penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana
dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) huruf k; yang pelaksanaannya
diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan peraturan menteri
keuangan.
ketentuannya diatur dengan peraturan pemerintah
29
pemerintah
dengan ketentuan pemerintah
ketentuan pemerintah
diatur dengan ketentuan pemerintah
pengurangan berupa penghasilan tidak kena pajak (PTKP)
2.12 Rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial dengan Laporan
Keuangan Fiskal
dan biaya antara akuntansi komersial dan fiskal menimbulkan
perbedaan
dalam menghitung besarnya penghasilan kena pajak.
Perbedaan ini disebabkan adanya perbedaan kepentingan antara
akuntansi komersial yang mendasarkan laba pada konsep dasar
akuntansi
yaitu penandingan antara pendapatan dengan biaya-biaya terkait
(matching
cost against revenue), sedangkan dari segi fiskal tujuan utamanya
adalah
penerimaan negara. Dalam penyusunan laporan keuangan fiskal wajib
pajak
harus mengacu kepada peraturan perpajakan, sehingga laporan
keuangan
30
koreksi fiskalnya terlebih dahulu sebelum menghitung besarnya
penghasilan
kena pajak.
1. Perbedaan waktu (timing differences) adalah perbedaan yang
bersifat
sementara karena adanya ketidaksamaan waktu pengakuan
penghasilan dan beban antara peraturan perpajakan dengan SAK.
2. Perbedaan tetap/ permanen (permanent differences) adalah
perbedaan
yang terjadi karena peraturan perpajakan menghitung laba
fiskal
berbeda dengan perhitungan laba menurut SAK tanpa ada koreksi
dikemudian hari.
Menurut Gunadi (2009), Penyebab perbedaan laporan keuangan
komersial dan laporan keuangan fiskal terjadi karena hal berikut
ini :
a. Perbedaan prinsip akuntansi
Beberapa prinsip akuntansi telah diakui secara umum tetapi tidak
diakui
dalam fiskal, yaitu:
Cost or Market dan penilaian piutang dengan nilai taksiran
realisasi
bersih diakui dalam akuntansi komersial tetapi tidak diakui
dalam
fiskal.
31
memasukan unsur biaya tenaga kerja yang berupa natura. Dalam
fiskal pengeluaran dalam bentuk natura tidak diakui sebagai
pengurangan atau biaya.
perolehan seperti average method, FIFO, LIFO. Dalam fiskal
hanya
diperbolehkan memilih dua metode, yaitu average dan FIFO.
2. Metode penyusutan dan amortisasi. Dalam akuntansi
memperbolehkan memilih metode penyusutan. Dalam fiskal
pemilihan metode penyusutan lebih terbatas meliputi metode
garis
lurus dan saldo menurun untuk kelompok harta berwujud non-
bangunan sedangkan untuk harta bangunan dibatasi pada metode
garis lurus saja.
penghapusan piutang ditentukan berdasarkan metode cadangan.
Dalam fiskal penghapusan fiskal dilakukan pada saat suatu
piutang
nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat-syarat tertentu
yang
diatur dalam peraturan perpajakan.
1. Penghasilan tertentu diakui dalam akuntansi komersial tetapi
bukan
merupakan objek pajak penghasilan. Dalam laporan keuangan
32
komersial.
pajak atau dikurangkan dari laba menurut akuntansi.
3. Pengeluaran tertentu diakui dalam akuntansi komersial
sebagai
biaya atau pengurang penghasilan, tetapi dalam fiskal,
pengeluaran
tersebut tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.
Prinsip-prinsip akuntansi yang menjadi fokus perbedaan tujuan
pelaporan antara pelaporan keuangan komersial dan laporan keuangan
fiskal:
a. Pengakuan penghasilan dan beban.
Untuk pembayaran natura atau pengeluaran kenikmatan untuk
karyawan, secara ekonomis pengeluaran ini merupakan unsur
untuk
memperoleh penghasilan tetapi perlakukan pajak terhadap
pengeluaran ini tidak diperkenankan sebagai beban pengurangan
penghasilan. Demikian halnya dengan penyusutan aktiva tetap
diakui sebagai beban dimulai ketika tahun pengeluaran,
walaupun
aktiva tetap tersebut belum dimanfaatkan untuk mendapatkan
penghasilan.
transaksi yang belum terealisir menjadi suatu fakta. Dalam
praktek
33
penyisihan atas resiko kerugian yang mungkin diderita, tanpa
pengakuan atas suatu klaim atau potensi keuntungan yang belum
direalisasikan. Dalam kasus ini, administrasi pajak kurang
tertarik
kepada estimasi dan perhitungan angka-angka yang belum
terjadi
secara nyata, tetapi lebih cenderung untuk menganut realitas
dengan meneliti secara seksama tiap element pengurang basis
pengenaan pajak.
c. Realisasi.
transaksi atau realisasi. Kekayaan yang masih dalam bentuk
potensi
tidak dapat dicatat sebagai penghasilan. Potensi tersebut
akan
beralih menjadi penghasilan hanya jika telah laku dijual.
Dalam
prinsip perpajakan penghasilan dicatat apabila telah terjadi
transaksi penjualan. Hal ini ditunnjukan dalam pengertian
penghasilan menurut pajak, pada kalimat “setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh”. Berkaitan
dengan konsep realisasi, pengertian “diterima” artinya sama
dengan
pengertian yang digariskan dalam stelsel kas, sedangkan
“diperoleh” artinya sama dengan pengertian yang digariskan
dalam
stelsel akrual
d. Materialitas
dengan konsep materialitas ini. Sebagai contah, perusahaan
34
digunakan lebih dari satu tahun, karena nilainya relatif kecil
dan
alasan kepraktisan, maka harga pembelian perlengkapan
tersebut
diakui sebagai biaya dan tidak dikapitalisasikan. Hal ini
tidak
berlaku dalam perpajakan karena perhitungan penghasilan kena
pajak dilakukan berdasarkan fakta yang benar dan
sesungguhnya.
Dalam perpajakan tidak diperkenankan untuk mengabaikan data
meskipun jumlahnya relatif kecil, dari jumlah rupiah terbesar
sampai terkecil harus dimasukan dalam perhitungan.
Ketidaktepatan perhitungan PKP sebagai akibat penyimpangan
data
merupakan kesalahan yang menyebabkan dikenakan sanksi
perpajakan.
35
penelitian deskriptif yang terbatas pada usaha untuk mengungkap
suatu
masalah, keadaan, dan peristiwa yang terjadi, sehingga penelitian
ini
mengungkapkan fakta – fakta yang sebenarnya. Penelitian ini
dilakukan
melalui studi kasus dalam suatu perusahaan untuk mendapatkan
gambaran
umum tentang badan usaha, laporan keuangan perusahaan, dan koreksi
fiskal
yang dilakukan perusahaan.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data kualitatif
secara lisan maupun tertulis dan peraturan perpajakan yang
berlaku
yaitu Undang-undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan
2. Data kuantitatif
perusahaan, koreksi fiskal, laporan laba rugi fiskal perusahaan
beserta
jumlah PPh terutangnya.
1. Studi kepustakaan (library research)
Mengumpulkan buku–buku dan literatur serta undang-undang yang
terkait dengan perpajakan. Baik berasal dari buku–buku
perkuliahan,
maupun yang berasal dari luar sebagai pendukung penelitian.
Sehingga
data-data yang dihasilkan merupakan hasil yang akurat dan
sesuai
dengan perundang-undangan yang berlaku saat ini.
2. Studi lapangan (field research)
Yaitu pengumpulan data dengan cara terjun langsung ke tempat
atau
objek penelitian. Di sini penulis memperoleh dan mengumpulkan
data
dengan cara / teknik sebagai berikut :
a. Observasi
pengamatan langsung pada objek yang diteliti dalam hal ini
sebagai
data utama yang diperoleh dari penelitian ini adalah data
mengenai
laporan keuangan. Di bagian data informasi pada seksi
akuntansi.
b. Wawancara
memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Pertanyaan yang diajukan terkait dengan biaya - biaya
perusahaan,
37
penyetoran maupun pelaporan pajak
fiskal perusahaan
Unit analisis penelitian ini adalah PT Andalan Bangun Sejahtera,
dan
Objek analisisnya adalah laporan keuangan tahun 2011 dan koreksi
fiskal
perusahaan.
Berdasarkan teori yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
disusun
metode yang akan digunakan untuk membahas masalah penelitian
yang
telah dirumuskan sebelumnya. Dalam penelitian ini, data yang
diperlukan
akan dikumpulkan, disiapkan, dan dianalisa agar dapat
memberikan
gambaran yang jelas mengenai obyek yang di teliti sesuai dengan
tujuan
penelitian. metode yang digunakan dalam melakukan penelitian ini
adalah
analisis kuantitatif.
38
sehingga hubungan antar variabel yang satu dengan yang lainnya
dapat
dilihat kuantitasnya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara:
a) Mendapatkan data laporan keuangan PT Andalan Bangun
Sejahtera
b) Menganalisis pos-pos laporan Laba Rugi untuk dikaitkan
dengan
peraturan perpajakan
yang dikalikan dengan tarif pajak yang berlaku
e) Mengambil suatu kesimpulan dan memberikan saran yang
bermanfaat bagi perusahaan
1. Karena variabel yang digunakan dalam penelitian ini
bersifat
kuantitatif, maka teknik pengolahan data yang digunakan
adalah
analisis kuantitatif. Analisis data kuantitatif digunakan
untuk
menghitung koreksi fiskal sebab dalam koreksi fiskal tersebut
terdapat biaya-biaya yang tidak dapat dikurangkan dari
penghasilan. Dalam koreksi fiskal positif dan koreksi fiskal
negatif
terdapat perbedaan dimana koreksi fiskal positif dapat
menambah
besarnya laba perusahaan sehingga memperbesar jumlah
kewajiban
pajak dari Wajib Pajak. Sedangkan koreksi fiskal negatif
dapat
mengurangi besarnya laba perusahaan sehingga memperkecil
jumlah kewajiban pajak dari Wajib Pajak.
39
(SAK) dengan laporan keuangan fiskal yang telah dibuat oleh
perusahaan
perusahaan dengan laporan fiskal yang dibuat dengan
berdasarkan
pada ketentuan dan peraturan perundang-undangan perpajakan
yang berlaku
40
PT Andalan Bangun Sejahtera didirikan pada Tahun 2004, bergerak
dalam
bidang penyedia alat-alat kesehatan, laboratorium & kebutuhan
rumah sakit
lainnya. PT Andalan Bangun Sejahtera sebagai distributor untuk
alat-alat
kesehatan & laboratorium yang terkemuka kemudian
mendistribusikannya ke
berbagai wilayah di Indonesia.
Andalan Bangun Sejahtera dapat memenuhi kebutuhan mereka yang makin
luas,
maka perusahaan melengkapi lingkup produknya sehingga dapat
menjawab
hampir segala kebutuhan peralatan medis rumah sakit atau pelayanan
kesehatan
lainnya.
purna jual yang berorientasi kualitas serta mengutamakan pelayanan
terbaik kami
terhadap setiap kebutuhan pelanggan, oleh karena itu PT Andalan
Bangun
Sejahtera menyediakan hanya produk alat-alat kesehatan yang
berkualitas, serta
mempunyai nilai yang lebih kepada klien untuk menjaga kepercayaan
terhadap
produk-produk kami.
41
MISI
2. Membentuk kepercayaan dan loyalitas pelanggan terhadap produk
kami.
3. Memberi nilai tambah kepada para pelanggan, pemegang saham,
publik
dan karyawan sejalan dengan perkembangan perusahaan.
MOTO
4.2 Laporan Keuangan Komersial PT. Andalan Bangun Sejahtera
Sebuah Perusahaan pada akhir periode akuntansi harus menyusun
laporan
keuangan yang bertujuan untuk menunjukan posisi keuangan serta
mencatat
transaksi-transaksi yang telah terjadi dalam periode akuntansi
tersebut yang
menyebabkan perubahan posisi keuangan perusahaan. Penyusunan
laporan
keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut
posisi
keuangan, kinerja serta perubahan dalam posisi keuangan itu
sendiri, agar dapat di
manfaatkan oleh sejumlah besar pemakai, baik internal maupun
eksternal dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan perusahaan
yang
penyusunannya memperhatikan prinsip akuntansi dinamakan laporan
keuangan
komersial.
Laporan keuangan PT Andalan Bangun Sejahtera disajikan dalam
satuan
mata uang rupiah dan periode laporan keuangan perusahaan dimulai
dari 1 Januari
sampai dengan 31 Desember. Berikut ini adalah laporan keuangan PT
Andalan
Bangun Sejahtera yang terdiri dari neraca dan laporan laba
rugi:
42
NERACA PER 31 DESEMBER 2011
URAIAN Rupiah AKTIVA Aktiva Lancar : Kas / Giro 435,686,384 Saldo
Bank Mandiri 63,962,957 Piutang usaha 851,142,255 Persedian
200,778,899 Sewa dibayar dimuka - Pajak dibayar dimuka 7,009,616
1,558,580,111 Total Aktiva Lancar 1,558,580,111 Aktiva Tetap
:
Kendaraan dan peralatan kantor 254,164,000
Akumulasi depresiasi (170,404,641) Total Aktiva Tetap 83,759,358
Nilai buku aktiva tetap 83,759,358 TOTAL NILAI AKTIVA 1,642,339,469
KEWAJIBAN DAN EKUITAS KEWAJIBAN LANCAR Hutang usaha 225,110,876
Hutang Pajak PPh 25 - Hutang jangka panjang - Total Kewajiban
Lancar 225,110,876 225,110,876 MODAL Modal disetor 1,000,000,000
Laba ditahan tahun sebelumnya 227,703,066 Laba (rugi) Tahun
Berjalan : Laba Tahun 2011 setelah pajak 189,525,526 Total
Modal
TOTAL KEWAJIBAN DAN MODAL
URAIAN Rupiah
Biaya Pemeliharaan Kantor 5,052,000
Biaya Operasional Kendaraan 17,694,600
Biaya kirim barang 8,627,000
Biaya Telepon, Listrik dan Air 20,914,386
Biaya Iklan/ Brosur 7,700,000
Total Biaya Operasional 229,527,351
(2,299,739)
44
4.3 Koreksi Fiskal atas Laporan Keuangan PT Andalan Bangun
Sejahtera Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan adalah
laporan keuangan
komersial yang berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
Laporan
keuangan komersial tersebut tidak bisa digunakan sebagai dasar
dalam
menghitung pajak terhutang perusahaan, hal ini disebabkan karena
adanya
perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya dari sisi akuntansi dan
sisi
perpajakan. Oleh karena itu, dibutuhkan laporan keuangan fiskal
dalam
memenuhi kebutuhan perpajakan untuk menghitung PPh terutang
perusahaan.
Unsur-unsur yang berbeda tersebut perlu dilakukan penyesuaian
yang
disebut juga koreksi fiskal positif dan koreksi fiskal negatif.
Koreksi fiskal
adalah penyesuaian yang dilakukan untuk mengubah laba sebelum
pajak
menurut akuntansi menjadi laba kena pajak yang sesuai dengan
ketentuan
perpajakan. Koreksi fiskal positif adalah koreksi fiskal yang
dilakukan apabila
perusahaan membebankan biaya-biaya yang menurut ketentuan
perpajakan
merupakan biaya-biaya yang tidak dapat dikurangkan dalam menghitung
laba
kena pajak. Koreksi fiskal positif akan menghasilkan laba fiskal
yang lebih
besar dari laba komersial. Koreksi fiskal negatif adalah koreksi
fiskal yang
dilakukan apabila perusahaan membebankan biaya-biaya yang
menurut
ketentuan perpajakan merupakan biaya yang dapat dikurangkan
dalam
menghitung laba kena pajak. Koreksi fiskal negatif akan
menghasilkan laba
fiskal yang lebih kecil daripada laba komersial.
Laporan keuangan fiskal adalah laporan keuangan yang disusun
berdasarkan peraturan perpajakan dan didalamnya telah dilakukan
penyesuaian
untuk mentransformasikan laba sebelum pajak menjadi laba kena pajak
yang
45
2008.
Berikut adalah koreksi laporan laba rugi fiskal yang dibuat oleh
PT
Andalan Bangun Sejahtera:
NAMA AKUN KOMERSIAL KOREKSI
148,500,000
18,206,800
2,832,565
20,914,386
(3,432,565)
PAJAK
PPh Pasal 25 27,075,075
Laba Rugi Setelah Pajak 189,525,526 Penghasilan Kena Pajak Rp
216,600,602 Pajak Penghasilan Terhutang:
12,5% x Rp 216,600,602 = Rp 27,072,075 Kredit Pajak: Pajak
Penghasilan Pasal 25 = Rp 7,009,616 Kurang Bayar Rp 20,065,459
Untuk mencatat beban pajak untuk tahun 2011, perusahaan membuat
jurnal : Dr Beban Pajak Rp 27,075,075
Cr Pajak dibayar dimuka Rp 7,009,616
Cr Hutang Pajak Rp 20,065,459
48
4.4 Analisis Perhitungan PPh Pasal 25/29 Tahun 2011 Menurut
Penulis
4.4.1 Analisis Penghasilan PT Andalan Bangun Sejahtera Tahun
2011
Menurut Pasal 4 UU PPh, penghasilan adalah setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh oleh Wajib Pajak
baik
yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat
dipakai
untuk konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan
dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Penghasilan yang diperoleh atau diterima oleh PT Andalan
Bangun
Sejahtera sepanjang tahun 2011 berasal dari trading. PT Andalan
Bangun
Sejahtera memperoleh pendapatan atas penjualan alat kesehatan pada
tahun
2011 adalah sebesar Rp 2,959,056,240
4.4.2 Analisis Biaya PT Andalan Bangun Sejahtera Tahun 2011
Menurut akuntansi komersial, semua biaya termasuk kerugian
(losses) dapat dikurangkan dalam menghitung penghasilan bersih
(net
income). Tetapi dalam perpajakan, tidak semua biaya dapat
dikurangkan
sesuai dengan Pasal 6 dan Pasal 9 UU PPh No.17 Tahun 2000
sebagaimana
telah diubah dengan UU No.36 Tahun 2008. Untuk memudahkan
dalam
melakukan rekonsiliasi fiskal terhadap laporan rugi laba, terutama
pos-pos
biaya yang menjadi fokus dari koreksi fiskal, maka perlu diketahui
unsur-
unsur dari biaya itu sendiri. Unsur-unsur dari biaya pada tahun
2011 di PT
Andalan Bangun Sejahtera terdiri dari :
49
Sejahtera selama tahun 2011 terdiri dari :
1. Biaya Gaji Pegawai
perusahaan selama tahun 2011 untuk karyawannya. Sesuai dengan
Pasal 6 ayat (1) huruf a dan Pasal 4 ayat (1) huruf a, biaya
ini
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dan merupakan obyek
PPh.
Biaya ini yang terdiri dari gaji, tunjangan hari raya,
tunjangan
kesehatan, uang makan, transport. Beban gaji pegawai pada PT
Andalan Bangun Sejahtera selama tahun 2011 adalah sebesar Rp
148,500,000
dan pemeliharaan peralatan kantor yang rusak. Biaya ini terdiri
dari
biaya perbaikan dan biaya pemeliharaan gedung, dan masih
banyak yang lainnya. Menurut ketentuan perpajakan semua biaya
yang digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
sesuai pasal 6 ayat 1 huruf (a) penghasilan harus didukung
dengan bukti yang kuat. Berdasarkan evaluasi, selama tahun
2011
biaya pemeliharaan kantor adalah sebesar Rp 5.052.000
50
Perusahaan mengeluarkan biaya sebesar Rp 18,206,800
untuk Biaya keperluan kantor dan ATK. Biaya ini terdiri dari:
• Biaya Alat Tulis dan Cetak
• Biaya Pos dan Materai
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan sesuai
dengan
Pasal 6 ayat (1) huruf a UU. No 36 Tahun 2008.
4. Biaya Operasional Kendaraan
operasional kendaraan tahun 2011 sebesar Rp 17,694,600
5. Biaya Kirim Barang
Biaya kirim barang merupakan pengeluaran atas setiap
kegiatan perusahaan untuk mengirim barang/ product kepada
pelanggan. Karena berkaitan langsung dengan kegiatan
perusahaan,
sesuai dengan pasal 6 ayat (1) sehingga dapat diakui sebagai
biaya.
Biaya kirim barang pada tahun 2011 sebesar Rp. 8,627,000
51
perusahaan sehubungan dengan kegiatan perusahaan yang terdapat
di
bank, seperti biaya transfer dan biaya administrasi bulanan.
Karena
berkaitan langsung dengan kegiatan perusahaan, sesuai dengan
pasal
6 ayat 1 sehingga dapat diakui sebagai biaya. Berdasarkan
evaluasi
penulis, selama tahun 2011 biaya administrasi bank sebesar Rp
2,832,565. Perusahaan dapat membebankan seluruh pengeluaran
biaya bank sebagai pengurang penghasilan bruto, karena adanya
bukti
pengeluaran yang lengkap dari pihak bank.
7. Biaya Telpon, Listrik dan Air
Biaya ini adalah pembayaran atas penggunaan telpon, pulsa,
listrik dan air. PT Andalan Bangun Sejahtera mengeluarkan
biaya
untuk ini sebesar Rp 20.914.386. Biaya ini berkaitan langsung
dengan
kegiatan perusahaan. Perusahaan telah membebankan seluruh
biaya
listrik dan air sebagai pengurang penghasilan bruto dan telah
didukung dengan bukti – bukti yang kuat.
8. Biaya Iklan/ Brosur
produknya. Pembuatan brosur maupun spanduk merupakan salah
satu
kegiatannya. Biaya ini dapat dijadikan pengurang penghasilan
bruto,
52
kepada pihak ketiga atas promosi yang dilakukan. Artinya
hanya
biaya yang benar – benar dikeluarkan untuk biaya promosi yang
boleh dikurangkan dari penghasilan bruto. Hal ini berdasarkan
pada
UU PPh No. 36 tahun 2008 pasal 6 ayat (1) huruf (a). Besarnya
biaya iklan/ brosur di tahun 2011 adalah sebesar Rp.
7,700,000.
9. Biaya Lain-lain
menampung kegiatan yang tidak memiliki keterkaitan langsung
dengan kegiatan operasional perusahaan. Yang dapat diuraikan
sebagai berikut :
Biaya Entertainment Rp. 2,232,565
dimiliki oleh perusahaan yang digunakan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan. Besarnya nilai
penyusutan
pada PT Andalan Bangun Sejahtera adalah sebesar Rp.
12.702.918
Selama ini PT Andalan Bangun Sejatera telah menerapkan metode
penyusutan yang sama dengan ketentuan perpajakan yaitu metode
garis lurus.
Kelompok Harta Berwujud
Setelah dilakukannya analisis terhadap unsur – unsur biaya
yang
terdapat dalam laporan laba rugi perusahaan, maka dapat diketahui
unsur mana
yang diakui oleh ketentuan perpajakan dan unsur – unsur mana yang
tidak
diakui. Umumnya perbedaan tersebut merupakaan penyesuaian atas
beban yang
tidak dapat dikurangkan dari penghasilan kena pajak. Apabila ada
unsur – unsur
yang tidak diakui oleh ketentuan perpajakan maka dilakukan koreksi
fiskal.
Koreksi fiskal tersebut dapat menambah atau pun mengurangi
jumlah
penghasilan kena pajak perusahaan.
Dalam SPT tahun 2011 yang telah dilaporkan perusahaan tidak
terdapat
koreksi fiskal terhadap biaya dan hanya satu koreksi terhadap
penghasilan.
Tetapi jika dilihat dari hasil analisis yang telah dilakukan
terhadap unsur –
unsur laporan rugi-laba perusahaan, seharusnya ada biaya – biaya
perusahaan
selama tahun 2011 yang perlu dilakukan koreksi.
54
Berikut ini adalah biaya – biaya perusahaan selama tahun 2011
yang
seharusnya dilakukan koreksi fiskal sebelum menentukan jumlah
penghasilan
kena pajak :
Biaya ini dilakukan koreksi fiskal positif sebesar Rp 2.232.565
yaitu
yang terdiri dari koreksi atas biaya entertainment karena
tidak
didukung dengan buktinya yaitu tidak dibuatkan daftar
nominatifnya
dan tidak dilampirkan dalam SPT Tahunan PPh. Berdasarkan Pasal
6
ayat (1) huruf a UU No.36 Tahun 2008 dinyatakan bahwa biaya
yang
dapat dikurangkan dari penghasilan adalah biaya untuk
mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan. Biaya entertainment,
representasi, jamuan tamu dan sejenisnya untuk mendapatkan,
menagih,
dan memelihara penghasilan yang merupakan obyek PPh dan tidak
terkena PPh Final, sesuai SE-27/PJ.22/1986 dapat dikurangkan
dari
penghasilan bruto dengan syarat dibuatkan daftar nominatifnya
dan
dilampirkan dalam SPT Tahunan PPh.
2. Biaya Keperluan Kantor & ATK
Perusahaan mengeluarkan Keperluan Kantor & ATK pada tahun
2011
adalah sebesar Rp 18.206.800. Dalam biaya tersebut termasuk juga
biaya
untuk koran yaitu sebesar Rp 936.000. untuk biaya langganan
koran
dilakukan koreksi fiskal positif seluruhnya karena biaya ini
tidak
berhubungan dengan kegiatan operasi perusahaan.
55
Dalam biaya ini dilakukan koreksi fiskal positif sebesar Rp
1.800.000
karena dalam biaya ini termasuk biaya pulsa. Biaya pulsa
dilakukan
koreksi fiskal positif sebesar 50%.
4. Biaya Operasional Kendaraan
Karena kendaraan kantor yang ada dapat dibawa pulang oleh
pegawai,
maka sesuai KEP-220/PJ/2002, maka penulis melakukan koreksi
fiskal
positif sebesar 50% atas biaya Operasional kendaraan pada tahun
2011
yaitu sebesar Rp 8,847,300
KEP-220/PJ/2002, karena kendaraan tersebut dapat dibawa pulang.
Pada
tahun 2011 total penyusutan kendaraan kantor sebesar Rp
12,702,918 dikoreksi positif menjadi Rp. 5,760,905
6. Pendapatan Bunga
Final, dimana pendapatan ini tidak akan dikenakan pajak lagi
karena
bank telah memungut pajak atas pendapatan tersebut. Pendapatan
Bunga
dikoreksi negatif sebesar Rp. 1,132,826
56
Dari hasil analisis diatas penulis menemukan beberapa biaya yang
perlu
diperbaiki, biaya-biaya tersebut seharusnya dikoreksi sesuai dengan
Undang-
undang perpajakan yang berlaku. Berdasarkan hal ini, maka penulis
mencoba
untuk mengkoreksi kembali laporan keuangan fiskal PT Andalan
Bangun
Sejahtera agar sesuai dengan ketentuan perpajakan.
Berikut adalah laporan laba rugi fiskal menurut perhitungan
penulis
berdasarkan pada Undang-undang Perpajakan yang berlaku:
57
PERHITUNGAN RUGI/LABA FISKAL PENULIS UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31
DESEMBER 2011
NAMA AKUN KOMERSIAL KOREKSI FISKAL POSITIF NEGATIF Pendapatan :
Pendapatan Usaha 2,959,056,240
2,959,056,240
148,500,000
17,270,800
8,847,300
2,832,565
19,114,386
(1,200,000)
PPh Pasal 25 29,522,171
Dari laporan laba-rugi fiskal tersebut muncul perbedaan waktu
(timing
differences) dan perbedaan tetap (permanent differences), antara
lain sebagai
berikut:
penghasilan kena pajak sebagai berikut :
Laba (Rugi) Komersial Rp 217.733.427
Koreksi Fiskal Positif:
Biaya Operasional Kendaraan RP 8,847,300
Biaya Penyusutan Rp 5,760,905
Koreksi Fiskal Negatif
Dari koreksi-koreksi yang dilakukan, maka diperoleh laba
sebelum
pajak sebesar Rp 236,177,372 sesuai Pasal 17 ayat (4) UU No.36
Tahun 2008,
maka dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh menjadi Rp
236,177,000). Pajak yang terutang yang dihitung berdasarkan tarif
umum
perpajakan adalah sebesar:
Penghasilan terutang menurut penulis untuk tahun 2011 adalah
sebesar
Rp.29,522,171
pajak menurut perusahaan dengan penulis, besarnya penghasilan kena
pajak
perusahaan yaitu Rp 27,075,075 sedangkan menurut penulis
Rp.29,522,171
sehingga menimbulkan selisih sebesar Rp 2,450,096.
Untuk selanjutnya diharapkan perusahaan dapat memenuhi
laporan
keuangan fiskal sesuai dengan ketentuan perpajakan, dan penulis
berharap
perhitungan fiskal yang penulis buat dalam penelitian ini dapat
digunakan sebagai
bahan pertimbangan (acuan) dalam pembuatan laporan fiskal
perusahaan untuk
tahun-tahun berikutnya, penulis juga berharap perusahaan dapat
menghindari
kesalahan pembayaran pajak agar terhindar dari pemeriksaan pajak
dikemudian
hari.
61
laporan keuangan komersial perusahaan dengan laporan keuangan
fiskal sebagai
dasar untuk menetapkan penghasilan kena pajak pada PT Andalan
Bangun
Sejahtera pada tahun 2011, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa:
1. Penyusunan laporan keuangan fiskal pada PT Andalan Bangun
Sejahtera
belum sepenuhnya sesuai dengan Undang-undang Pajak
Penghasilan
nomor 36 tahun 2008, karena masih terdapat akun beban dan
pendapatan
yang belum di koreksi pada laporan keuangan fiskal
Perusahaan.
2. Perbedaan kepentingan antara pemakai laporan keuangan dan
keperluan
untuk melakukan pemungutan pajak menimbulkan perbedaan antara
laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal, karena
laporan
keuangan komersial dihitung berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan
(SAK), sedangkan laporan keuangan fiskal di susun berdasarkan
Undang-
undang perpajakan yang berlaku.
sebagai berikut:
c) Biaya Telpon, listrik dan air
d) Biaya opersional kendaraan
3. Dalam laporan keuangan fiskal menurut perusahaan dan menurut
penulis
terdapat selisih perhitungan, dimana besarnya pajak yang harus di
bayar
perusahaan yaitu Rp 27,075,075 sedangkan perhitungan menurut
penulis
Rp.29,522,171 sehingga selisihnya sebesar Rp 2,450,096.
5.2 Saran
dengan ketentuan perpajakan yang berlaku dan juga
memperbaharui
tentang perkembangan peraturan perpajakan terbaru agar tidak
terjadi
kekeliruan lagi dalam menghitung pajak.
2. Untuk menjaga kesinambungan koreksi yang akan perusahaan
buat,
diperlukan catatan untuk membukukan pos-pos yang berbeda
antara
laporan keuangan fiskal dan komersial, sehingga dapat
mempermudah
membuat acuan dalam melakukan koreksi untuk tahun berikutnya.
3. Perusahaan perlu mengadakan perencanaan pajak yang salah
satu
manfaatnya untuk penghematan pajak. Misalnya Perusahaan yang
memiliki penghasilan kena pajak lebih dari Rp. 100 juta dapat
melakukan
perubahan pemberian natura kepada karyawan menjadi tunjangan
dalam
bentuk uang. Penghematan pajak atas perubahan ini berkisar 5% -
25%
untuk penghasilan karyawan sampai dengan Rp. 200 juta.
63
Literatur: Gunadi. 2009. Akuntansi Pajak. Grasindo. Edisi Revisi
2009. Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan. Salemba Empat. Edisi Revisi 2009. Jakarta.
Muljono, Djoko dan Wicaksono, Baruni. 2009. Akuntansi Pajak
Lanjutan. Andi
(Andi Offset). Yogyakarta. Priantara, Diaz. 2012. Perpajakan
Indonesia. Mitra Wacana Media. Jakarta.
Pardiat. 2010. Akuntansi Pajak. Mitra Wacana Media. Edisi 4.
Jakarta.
Pardiat. 2010. Akuntansi Pajak Lanjutan. Mitra Wacana Media. Edisi
2. Jakarta
Suandy, Erly. 2011. Perencanaan Pajak. Salemba Empat. Edisi 5.
Jakarta.
Peraturan Perundang-undangan:
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana yang telah diubah
terakhir
kali dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang
Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana yang telah diubah
terakhir
kali dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan
Website:
www.pajak.go.id