178
ANALISIS KOMPETENSI GURU KELAS DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS KURIKULUM 2013 DI SD WILAYAH III KECAMATAN UJUNGBULU KABUPATEN BULUKUMBA ANALYSIS OF HOMEROOM TEACHER COMPETENCES IN IMPELEMENTING 2013 CURRICULUM-BASED LEARNING MODELS IN SD REGION III, UJUNGBULU DISTRICT, BULUKUMBA REGENCY TESIS Oleh: MUHAMMAD ARFIN NIM: 105.06.02.034.17 PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN DASAR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

ANALISIS KOMPETENSI GURU KELAS DALAM … · 2020. 10. 17. · SKL : Standar Kompetensi Lulusan SMP : Sekolah Menengah Pertama SMK : Sekolah Menengah Kejuruan SMAK : Sekolah Menengah

  • Upload
    others

  • View
    31

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • ANALISIS KOMPETENSI GURU KELAS DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN

    MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS KURIKULUM 2013 DI SD WILAYAH

    III KECAMATAN UJUNGBULU KABUPATEN BULUKUMBA

    ANALYSIS OF HOMEROOM TEACHER COMPETENCES IN

    IMPELEMENTING 2013 CURRICULUM-BASED LEARNING MODELS IN SD

    REGION III, UJUNGBULU DISTRICT, BULUKUMBA REGENCY

    TESIS

    Oleh:

    MUHAMMAD ARFIN NIM: 105.06.02.034.17

    PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN DASAR

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    2020

  • ANALISIS KOMPETENSI GURU KELAS DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN

    MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS KURIKULUM 2013 DI SD WILAYAH

    III KECAMATAN UJUNGBULU KABUPATEN BULUKUMBA

    TESIS

    Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Magister

    Program Studi Magister Pendidikan Dasar

    Disusun dan Diajukan

    OLEH

    MUHAMMAD ARFIN NIM: 105.06.02.034.17

    Kepada

    PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN DASAR

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    2020

  • ABSTRAK

    Muhammad Arfin, 2019. Analisis Kompetensi Guru Kelas Dalam Mengimplementasikan Model Pembelajaran Berbasis Kurikulum 2013 Di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba, dibimbing oleh Rosleny B, dan Muhammad Nawir.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi guru kelas dalam mengimplementasikan model pembelajaran kurikulum 2013 di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba. Model pembelajaran yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah Problem Based Learning. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 10 Oktober hingga 30 November 2019. Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah guru kelas yang sudah sertifikasi dan mengajar di kelas III dan kelas VI. Untuk memperoleh informasi tentang kompetensi guru kelas dalam mengimplementasikan model pembelajaran Problem Based Learning berbasis kurikulum 2013, maka digunakan instrumen penelitian berupa catatan seluruh aktivitas guru dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data secara langsung melalui observasi dan wawancara. Teknik pengumpulan data melalui data hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yaitu aktivitas analisis data kualitatif yang dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus.

    Hasil penelitian dapat mengungkap bahwa: 1) Standar kompetensi guru kelas (kompetensi pedagogik, kempotensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional) di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba terlaksana sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dengan saran pelaksanaan kompetensi professional khususnya aspek mengembangkan keprofesian melalui tindakan reflektif masih butuh perhatian khusus karena semua guru kelas yang menjadi subjek dalam penelitian ini menjawab jarang melaksanakan aspek tersebut. 2) Implementasi Model pembelajaran Problem Based Learning dalam pembelajaran kurikulum 2013 di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba terlaksana dengan baik dan efektif digunakan dalam pembelajaran, karena mudah diaplikasikan oleh guru kelas, juga memudahkan untuk berpikir kritis dan sikap percaya diri peserta didik. Kata Kunci: Kompetensi guru, Model Pembelajaran, Kurikulum 2013

  • i

    KATA PENGANTAR

    Dengan memanjatkan Puji dan Syukur Kehadirat Allah SWT atas

    segala Rahmat dan Karunianya atas selesainya tesis ini ditulis dan

    disusun oleh penulis. Salawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan

    kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, karena atas perjuangan

    beliau sehingga umat manusia dapat membedakan mana yang hak dan

    batil.

    Menghadapi berbagai kendala dan rintangan akhirnya penulis

    dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini dengan judul “Analisis

    Kompetensi Guru Kelas Dalam Mengimplementasikan Model

    Pembelajaran Berbasis Kurikulum 2013 di SD Wilayah III Kecamatan

    Ujungbulu Kabupaten Bulukumba.” Tesis ini ditulis dalam rangka

    memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan

    (M.Pd.) di Universitas Muhammadiyah Makassar. Penulis menyadari

    bahwa tesis dapat diselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari

    berbagai pihak, oleh karena itu penulis berterima kasih kepada semua

    pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan

    kontribusi dalam menyelesaikan Tesis ini.

    Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

    besarnya kepada pembimbing yang terhormat, yakni Ibu Dr. Hj.Rosleny B,

    M.Si. sebagai pembimbing I yang telah mengarahkan dan membimbing

  • ii

    penulis dengan penuh kesabaran dan Bapak Dr. Muhammad Nawir,

    M.Pd. sebagai pembimbing II yang telah membantu dan meluangkan

    waktu, tenaga, dan pikirannya dalam penyusunan tesis ini. Selain

    pembimbing penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Prof. Dr. H. Rahman Rahim, SE., M.M. sebagai Rektor Universitas

    Muhammadiyah Makassar.

    2. Dr. H. Darwis Muhdina, M.Ag. Sebagai Direktur Pascasarjana

    Unismuh Makassar.

    3. Hj. Sulfasyah, S.Pd., M.A., Ph.D. Sebagai Ketua Program Studi

    Pendidikan Dasar Unismuh Makassar, yang telah memberikan

    semangat dan arahan sehingga penulisan tesis ini dapat penulis

    selesaikan sesuai waktu yang direncanakan.

    4. Seluruh dosen dan staf administrasi serta petugas perpustakaan

    pada program Pascasarjana Unismuh Makassar, yang secara

    langsung atau tidak langsung telah memberi bantuan kepada

    penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.

    5. Ibunda dan Almarhum Ayahanda tercinta yang telah memberikan

    doa dan motivasi semasa hidupnya, jasa beliau tak akan hilang

    sampai akhir hayat.

    6. Istri tercinta dan Anak-anak tersayang yang telah memberikan

    dorongan setulus hati dalam menyelesaikan studi program

    Pascasarjana, semoga ilmu yang penulis dapatkan bermanfaat bagi

    keluarga.

  • iii

    7. Seluruh teman-teman kelas B Pascarajana Program Studi

    Pendidikan Dasar Universitas Muhammadiyah Makassar atas

    kebersamaan dan persaudaraannya selama ini, yang mana kita

    lalui bersama ± 2 tahun dengan penuh kegembiraan dan

    kehangatan. Mudah-mudahan dari setiap langkah kaki kita dalam

    menuntut ilmu bernilai ibadah disisi-Nya.

    Semoga tesis ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu

    pengetahuan, khususnya bidang Ilmu Pendidikan Dasar di sekolah

    maupun di Perguruan Tinggi serta bermanfaat bagi para pembaca. Amin

    yaa rabbal alamin.

    Makassar, 6 Juni 2020

    Penulis

    Muhammad Arfin

  • iv

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .................................................................................... ....

    HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ....

    HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI........................................................ ....

    HALAMAN PENYATAAN KEASLIAN TESIS ............................................ ....

    ABSTRAK ................................................................................................. ....

    ABSTRACT .............................................................................................. ....

    KATA PENGANTAR ................................................................................. ... i

    DAFTAR ISI .............................................................................................. . iv

    DAFTAR TABEL ....................................................................................... . vi

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................... . vii

    DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN ............................................................... viii

    DAFTAR SINGKATAN NAMA INFORMAN ............................................... .. x

    BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... .. 1

    A. Latar Belakang ............................................................................... .. 1

    B. Fokus Penelitian ............................................................................ .. 7

    C. Tujuan Penelitian ........................................................................... .. 8

    D. Manfaat Penelitian ......................................................................... .. 8

    BAB. II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 10

    A. Tinjauan Hasil Penelitian ................................................................ 10

    B. Tinjauan Teori dan Konsep ............................................................ 15

    1. Standar Kompetensi Guru ........................................................ 15

    2. Kurikulum 2013 ......................................................................... 24

    3. Model Pembelajaran Kurikulum 2013 ....................................... 28

    4. Teori-teori Belajar ..................................................................... 49

    5. Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik .............................. 64

    C. Kerangka Konseptual ..................................................................... 68

    BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 74

    A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ................................................... 74

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 74

    C. Informan Penelitian ........................................................................ 75

  • v

    D. Instrumen Penelitian ...................................................................... 76

    E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 77

    F. Teknik Analisis Data ....................................................................... 78

    G. Teknik Keabsahan Data ................................................................. 80

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 86

    A. Deskripsi Karakteristik Objek Penelitian ......................................... 86

    1. Deskripsi Umum Daerah Penelitian .......................................... 86

    2. Deskripsi Khusus Wilayah III Kecamatan Ujungbulu

    Kabupaten Bulukumba Sebagai Lokasi Penelitian .................... 92

    B. Hasil Penelitian .............................................................................. 94

    1. Gambaran Kompetensi Guru Kelas di SD Wilayah III

    Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba .......................... 94

    2. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning

    Berbasis Kurikulum 2013 pada Guru Kelas di SD Wilayah III

    Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba .......................... 111

    C. Pembahasan ................................................................................. 117

    1. Gambaran Kompetensi Guru Kelas di SD Wilayah III

    Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba .......................... 119

    2. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning

    Berbasis Kurikulum 2013 pada Guru Kelas di SD Wilayah III

    Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba .......................... 121

    BAB V PENUTUP .................................................................................... 126

    A. Kesimpulan ................................................................................... 126

    B. Saran ............................................................................................. 127

    DAFTAR PUSTAKA

    RIWAYAT HIDUP

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    1. INSTRUMEN PENELITIAN

    2. IZIN PENELITIAN

    3. DOKUMENTASI

  • vi

    DAFTAR TABEL

    Tabel Teks Halaman

    Tabel 2.1. Langkah-Langkah Pembelajaran Discovery Learning .......... 30

    Tabel 2.2. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Projek ............... 40

    Tabel 2.3. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah ............ 44

    Tabel 2.4. Langkah-Langkah Pembelajaran Inquiry ............................. 47

    Tabel 4.1 Profil SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu ......................... 93

    Tabel 4.2 Guru Sertifikasi SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu ......... 94

  • vii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Teks Halaman

    Gambar 2.1 Pembelajaran Berbasis Projek (PBP) ................................. 36

    Gambar 2.2 Bagan kerangka Konseptual penelitian .............................. 73

    Gambar 3.1 Skema Proses saksama untuk mendapatkan data akurat .. 78

  • viii

    DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN (GLOSARIUM)

    B. F : Burrhus Frederic

    Dr : Doktor

    DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

    FGD : Focus Group Discussion

    KBK : Kurikulum Berbasis Kompetensi

    KD : Kompetensi Dasar

    KI : Kompetensi Inti

    KKG : Kelompok Kerja Guru

    KTSP : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

    MANOVA : Multivariate analysis of variance

    M.A : Master of Arts

    M.Ag : Magister Agama

    Mendikbud : Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

    MI : Madrasah Ibtidaiyah

    M.Pd. : Magister Pendidikan

    PBL : Problem Based Learning

    PBP : Pembelajaran Berbasis Proyek

    PBM : Pembelajaran Berbasis Masalah

    Ph.D : Doctor of Philosophy

    PKn : Pendidikan Kewarganegaraan

    PLPG : Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru

    Prof : Profesor

    RPP : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

    SAW : Shallallahu 'alaihi wasallam

    SD : Sekolah Dasar

    SDN : Sekolah Dasar Negeri

    SDM : Sumber Daya Manusia

    SE : Sarjana Ekonomi

  • ix

    SKL : Standar Kompetensi Lulusan

    SMP : Sekolah Menengah Pertama

    SMK : Sekolah Menengah Kejuruan

    SMAK : Sekolah Menengah Analisis Kimia

    S.Pd. : Sarjana Pendidikan

    SWT : Subhanahu wata'ala

    UHAMKA : Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

    UUD : Undang-Undang Dasar

  • x

    DAFTAR SINGKATAN NAMA INFORMAN

    BR : Bahrir

    HS : Hafsa Said

    HT : Hartina

    JN : Juniarti

    MS : Muhammad Safir

  • xi

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pendidikan merupakan unsur utama dalam pengembangan manusia

    Indonesia seutuhnya. Oleh karena itu, pengelolaan pendidikan harus

    berorientasi pada perubahan yang lebih baik.

    Berdarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Guru dan

    Dosen, dijelaskan bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas

    utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,

    dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

    pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru

    wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat

    jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan

    pendidikan nasional. Hal ini sejalan dengan Al-Qur’an Surat An-Nahl Ayat

    43-44 yang berbunyi:

    (٣٤)

    Terjemahan:

    43. Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka ; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui

  • xii

    (٣٣)

    Terjemahan:

    44. (Mereka Kami utus) dengan membawa keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan Adz Dzikr (Al Qur’an) kepadamu , agar kamu (Muhammad) menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan.

    Mengutip dari kedua ayat tersebut, maka peningkatan kompetensi itu

    merupakan suatu kewajiban bagi setiap manusia, apalagi bagi seseorang

    yang ditugaskan oleh Negara sebagai pendidik.

    Perubahan kehidupan masyarakat menuju masyarakat madani (civil

    society), menuntut pendidikan sekarang ini memiliki tuntutan perubahan

    yang mampu mempersiapkan generasi penerus bangsa yang siap

    bersaing dengan dunia global. Terkait dengan itu, pendidikan mesti dapat

    menjawab tantangan tersebut, dengan kata lain pendidikan harus

    menyediakan kesempatan bagi setiap peserta didik untuk memperoleh

    pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai sebagai bekal mereka

    memasuki persaingan dunia yang kian hari semakin ketat. Pendidikan

    hendaknya memberikan pendidikan yang bermakna (meaningful learning).

    Hanya dengan pendidikan yang bermakna peserta didik dapat dibekali

    keterampilan hidup, sedangkan pendidikan yang tidak bermakna

    (meaningless learning) hanya akan menjadi beban hidup (Dantes, 2012).

    Salah satu prinsip yang perlu diperhatikan dalam menyikapi

    pendidikan yang bermakna adalah menyelenggarakan pendidikan sebagai

    proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung

    sepanjang hayat, di mana dalam proses tersebut harus ada pendidik yang

  • xiii

    memiliki kompetensi yang dapat diandalkan untuk memberikan

    keteladanan dan mampu membangun kemauan, serta mengembangkan

    potensi dan kreativitas peserta didik. Implikasi dari prinsip ini adalah

    pergeseran paradigma proses pendidikan, yaitu dari paradigma

    pengajaran ke paradigma pembelajaran. Selain pendidik, kurikulum

    pembelajaran juga sangat menentukan maju atau mundurnya pendidikan

    suatu bangsa. Oleh karena itu, untuk memenuhi harapan tersebut, maka

    kompetensi guru dan kurikulum pembelajaran harus senantiasa

    ditingkatkan dan dikembangkan.

    Guru merupakan tenaga profesional yang memiliki kompetensi.

    Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru meliputi empat aspek

    yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,

    dan kompetensi profesional (Susilo, 2014). Kompetensi guru harus terus

    ditingkatkan untuk merespon kebutuhan peningkatan kualitas pendidikan

    yang akan menentukan kualitas proses pembelajaran yang selanjutnya

    akan berpengaruh pada hasil belajar peserta didik.

    Kurikulum merupakan perangkat pendidikan yang diperlukan untuk

    mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kurikulum disusun dengan

    memperhatikan potensi, tingkat perkembangan, minat, kecerdasan

    intelektual, emosional, sosial, spiritual dan kinestika peserta didik

    (Kemendikbud, 2013).

    Berdasarkan perkembangannya, pemerintah Indonesia dengan giat

    menyusun dan mengembangkan program untuk meningkatkan mutu

  • xiv

    pendidikan, salah satu di antaranya dengan penyempurnaan kurikulum.

    Perubahan kurikulum sangat erat kaitannya dengan peranan kurikulum

    dalam penyelenggaraan sistem pengajaran nasional. Saat ini kurikulum

    yang dikembangkan di Indonesia adalah kurikulum 2013.

    Penerapan kurikulum 2013 berpengaruh terhadap orientasi sistem

    pembelajaran. Menurut Hosnan (2014), berdasarkan kurikulum 2013

    kompetensi diklasifikasikan menjadi dua, yaitu Kompetensi Inti (KI) dan

    Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi Inti mencakup KI-1 (sikap spiritual),

    KI-2 (sikap sosial), KI-3 (pengetahuan), dan KI-4 (keterampilan).

    Implementasi kurikulum 2013 juga dipastikan memiliki dampak terhadap

    sistem penilaian, khususnya penilaian oleh pendidik dan satuan

    pendidikan. Kurikulum 2013 memiliki kebijakan yang harus dilaksanakan

    dan diselesaikan dengan sebaik-baiknya oleh guru, sebagai bagian dari

    tanggung jawab. Jika sebelumnya guru berfungsi sebagai sumber utama

    pengetahuan, mengendalikan, mengarahkan, dan mengajar di kelas.

    Maka dalam konteks kurikulum 2013 guru berperan sebagai fasilitator

    pembelajaran, pelatih, dan memberikan lebih banyak alternatif.

    Kesiapan guru dalam proses implementasi kurikulum 2013

    memegang peranan penting di mana guru memiliki peran dan fungsi

    dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan

    mengembangkan sumber daya manusia (SDM) untuk mensejahterakan

    masyarakat, serta kemajuan bangsa dan negara. Guru merupakan salah

    satu komponen yang tidak terpisahkan dari sistem pendidikan secara

  • xv

    keseluruhan yang terlibat langsung dalam proses belajar mengajar,

    berperan langsung dalam mengajar dan mendidik.

    Kurikulum 2013 dikembangkan dengan menggunakan pendekatan

    scentific dalam pembelajaran yang diperkuat dengan menerapkan model

    pembelajaran menemukan (discovery learning), pembelajaran berbasis

    pemecahan masalah (problem based learning), pembelajaran berbasis

    proyek (project based learning), dan pembelajaran Inqury. Model-model

    pembelajaran kurikulum 2013 yang merupakan pembelajaran berbasis

    masalah paling sesuai dilaksanakan dan sangat direkomendasikan untuk

    dilaksanakan oleh para guru pada proses pembelajaran (Kemendikbud,

    Buku Panduan PLPG 2016).

    Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum

    berbasis kompetensi diarahkan pada pencapaian kompetensi yang

    dirumuskan dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Demikian pula

    penilaian hasil belajar dan hasil kurikulum diukur dari pencapaian

    kompetensi. Untuk sampai pada pencapaian kompetensi tidak lepas dari

    kemampuan guru dalam membelajarakan siswanya. Kemampuan guru

    dalam mengajarkan materi tidak lepas dari tingkat kompetensi yang

    dimiliki oleh guru itu sendiri. Selain daripada kompetensi yang dimiliki

    guru, pencapaian kompetensi dasar dari kurikulum juga tidak bisa lepas

    dari proses pelaksanaan pembelajaran yang efektif. Proses pembelajaran

    dapat berjalan secara efektif apabila penggunaan model pembelajaran

    yang relevan dengan materi yang diajarkan.

  • xvi

    Sampai saat ini penerapan kurikulum 2013 masih menyisahkan

    banyak permasalahan, baik teknis maupun konten materi dan model yang

    relevan dalam mengimplementasikan pembelajaran di kelas. Hal ini

    menjadi persoalan karena ada beberapa model pembelajaran yang

    menjadi rujukan dalam pembelajaran kurikulum 2013. Banyaknya model

    yang menjadi rujukan membuat guru masih kebingungan dalam

    menerapkannya. Berdasarkan fakta dilapangan masih banyak guru di SD

    Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba, khususnya guru

    kelas dan sudah tersertifikasi mengalami kesulitan dalam menerapkan

    model pembelajaran kurikulum 2013 di kelas yang diampunya. Meskipun

    terdiri dari beberapa model pembelajaran yang direkomendasikan untuk

    diterapkan dalam pembelajaran kurikulum 2013, namun peneliti disini

    hanya mencoba untuk meneliti salah satu dari model pembelajaran

    tersebut. Adapun model pembelajaran yang akan diteliti yaitu model

    pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

    Adapun alasan peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian

    terkait dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning

    (PBL) adalah karena model pembelajaran ini biasanya lebih banyak

    digunakan di jenjang sekolah lanjutan dan untuk di SD masih kurang

    diminati oleh guru.

    Selain daripada penggunaan model, metode penilaian juga menjadi

    permasalahan yang sampai saat ini belum terpecahkan. Karena terdiri dari

    beberapa aspek penilain yang secara bersamaan harus dilakukan oleh

  • xvii

    guru yang menyita waktu cukup banyak, sehingga dapat membingungkan

    guru dan kadang merusak konsentarsi serta perhatian guru. Dan yang

    paling mendasar adalah ketidaksiapan guru menerapkan model

    pembelajaran kurikulum 2013 disebabkan karena adanya perbedaan yang

    cukup mendasar dari kurikulum sebelumya, dari pola yang monoton ke

    pola yang kompleks dan pleksibel.

    Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai persoalan

    tersebut, penulis terdorong untuk melakukan penelitian. Guna untuk

    mengetahui gambaran yang sesungguhnya tentang tingkat kompetensi

    yang dimiliki guru kelas dalam penerapan model pembelajaran Problem

    Based Learning (PBL) berbasis kurikulum 2013.

    Salah satu jenjang pendidikan yang menerapkan kurikulum 2013

    adalah sekolah dasar. Sehingga peneliti menetapkan sekolah dasar se

    Wilayah III Kecamatan Ujungbulu untuk diteliti, karena merupakan

    sekolah yang telah menerapkan kurikulum 2013. Yang pada akhirnya

    peneliti menetapkan judul penelitian yaitu “Analisis Kompetensi Guru

    Kelas Dalam Mengimplementasikan Model Pembelajaran Berbasis

    Kurikulum 2013 di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten

    Bulukumba”.

    B. Fokus Penelitian

    Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,

    terdapat beberapa permasalahan yang menjadi fokus perhatian peneliti

    untuk dikaji dan dianalisis lebih lanjut dalam penelitian ini, yaitu:

  • xviii

    1. Bagaimana gambaran kompetensi guru kelas di SD Wilayah III

    Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba?

    2. Bagaimana penerapan model pembelajaran Problem Based Learning

    (PBL) berbasis kurikulum 2013 guru kelas pada proses pembelajaran

    di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba?

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini pada dasarnya untuk

    menemukan jawaban dari masalah yang telah dirumuskan. Adapun tujuan

    penelitian ini adalah untuk mengetahui:

    1. Gambaran kompetensi guru kelas dalam menerapkan kurikulum

    2013 di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba

    2. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

    berbasis kurikulum 2013 oleh guru kelas pada proses pembelajaran

    di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba.

    D. Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi yang berarti

    dalam bidang pendidikan pada umumnya dan dalam lingkup pembelajaran

    guru kelas pada khususnya. Adapun manfaat dalam penelitian ini yaitu:

    1. Manfaat Teoretis

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

    yang cukup signifikan sebagai masukan pengetahuan atau literatur ilmiah

    yang dapat dijadikan bahan kajian bagi insan akademik yang sedang

    menempu pendidikan dan sebagai bahan untuk memperoleh gambaran

  • xix

    tentang kompetensi guru kelas dan model pembelajaran yang relevan

    dengan materi atau tujuan pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2013.

    2. Manfaat Praktis

    a. Sebagai bahan informasi tentang gambaran kompetensi guru

    kelas dan masukan dalam mengaplikasikan model pembelajaran

    berbasis kurikulum 2013 di SD se Wilayah III Kecamatan

    Ujungbulu Kabupaten Bulukumba.

    b. Sebagai acuan untuk meningkatkan pemahaman terkait kurikulum

    2013 sesuai standar kompetensi guru

    c. Sebagai bahan informasi sejauh mana penerapan metode

    saintifik yang dilakukan guru dalam pembelajaran sesuai dengan

    kurikulum 2013

    d. Dengan adanya penelitian ini, semoga dapat membantu peneliti

    selanjutnya dalam menyempurnakan penelitian kurikulum 2013.

  • xx

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pendidikan merupakan unsur utama dalam pengembangan manusia

    Indonesia seutuhnya. Oleh karena itu, pengelolaan pendidikan harus

    berorientasi pada perubahan yang lebih baik.

    Berdarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Guru dan

    Dosen, dijelaskan bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas

    utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,

    dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

    pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru

    wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat

    jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan

    pendidikan nasional. Hal ini sejalan dengan Al-Qur’an Surat An-Nahl Ayat

    43-44 yang berbunyi:

    (٣٤)

    Terjemahan:

    43. Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka ; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui

  • 2

    (٣٣)

    Terjemahan:

    44. (Mereka Kami utus) dengan membawa keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan Adz Dzikr (Al Qur’an) kepadamu , agar kamu (Muhammad) menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan.

    Mengutip dari kedua ayat tersebut, maka peningkatan kompetensi itu

    merupakan suatu kewajiban bagi setiap manusia, apalagi bagi seseorang

    yang ditugaskan oleh Negara sebagai pendidik.

    Perubahan kehidupan masyarakat menuju masyarakat madani (civil

    society), menuntut pendidikan sekarang ini memiliki tuntutan perubahan

    yang mampu mempersiapkan generasi penerus bangsa yang siap

    bersaing dengan dunia global. Terkait dengan itu, pendidikan mesti dapat

    menjawab tantangan tersebut, dengan kata lain pendidikan harus

    menyediakan kesempatan bagi setiap peserta didik untuk memperoleh

    pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai sebagai bekal mereka

    memasuki persaingan dunia yang kian hari semakin ketat. Pendidikan

    hendaknya memberikan pendidikan yang bermakna (meaningful learning).

    Hanya dengan pendidikan yang bermakna peserta didik dapat dibekali

    keterampilan hidup, sedangkan pendidikan yang tidak bermakna

    (meaningless learning) hanya akan menjadi beban hidup (Dantes, 2012).

    Salah satu prinsip yang perlu diperhatikan dalam menyikapi

    pendidikan yang bermakna adalah menyelenggarakan pendidikan sebagai

    proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung

    sepanjang hayat, di mana dalam proses tersebut harus ada pendidik yang

  • 3

    memiliki kompetensi yang dapat diandalkan untuk memberikan

    keteladanan dan mampu membangun kemauan, serta mengembangkan

    potensi dan kreativitas peserta didik. Implikasi dari prinsip ini adalah

    pergeseran paradigma proses pendidikan, yaitu dari paradigma

    pengajaran ke paradigma pembelajaran. Selain pendidik, kurikulum

    pembelajaran juga sangat menentukan maju atau mundurnya pendidikan

    suatu bangsa. Oleh karena itu, untuk memenuhi harapan tersebut, maka

    kompetensi guru dan kurikulum pembelajaran harus senantiasa

    ditingkatkan dan dikembangkan.

    Guru merupakan tenaga profesional yang memiliki kompetensi.

    Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru meliputi empat aspek

    yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,

    dan kompetensi profesional (Susilo, 2014). Kompetensi guru harus terus

    ditingkatkan untuk merespon kebutuhan peningkatan kualitas pendidikan

    yang akan menentukan kualitas proses pembelajaran yang selanjutnya

    akan berpengaruh pada hasil belajar peserta didik.

    Kurikulum merupakan perangkat pendidikan yang diperlukan untuk

    mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kurikulum disusun dengan

    memperhatikan potensi, tingkat perkembangan, minat, kecerdasan

    intelektual, emosional, sosial, spiritual dan kinestika peserta didik

    (Kemendikbud, 2013).

    Berdasarkan perkembangannya, pemerintah Indonesia dengan giat

    menyusun dan mengembangkan program untuk meningkatkan mutu

  • 4

    pendidikan, salah satu di antaranya dengan penyempurnaan kurikulum.

    Perubahan kurikulum sangat erat kaitannya dengan peranan kurikulum

    dalam penyelenggaraan sistem pengajaran nasional. Saat ini kurikulum

    yang dikembangkan di Indonesia adalah kurikulum 2013.

    Penerapan kurikulum 2013 berpengaruh terhadap orientasi sistem

    pembelajaran. Menurut Hosnan (2014), berdasarkan kurikulum 2013

    kompetensi diklasifikasikan menjadi dua, yaitu Kompetensi Inti (KI) dan

    Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi Inti mencakup KI-1 (sikap spiritual),

    KI-2 (sikap sosial), KI-3 (pengetahuan), dan KI-4 (keterampilan).

    Implementasi kurikulum 2013 juga dipastikan memiliki dampak terhadap

    sistem penilaian, khususnya penilaian oleh pendidik dan satuan

    pendidikan. Kurikulum 2013 memiliki kebijakan yang harus dilaksanakan

    dan diselesaikan dengan sebaik-baiknya oleh guru, sebagai bagian dari

    tanggung jawab. Jika sebelumnya guru berfungsi sebagai sumber utama

    pengetahuan, mengendalikan, mengarahkan, dan mengajar di kelas.

    Maka dalam konteks kurikulum 2013 guru berperan sebagai fasilitator

    pembelajaran, pelatih, dan memberikan lebih banyak alternatif.

    Kesiapan guru dalam proses implementasi kurikulum 2013

    memegang peranan penting di mana guru memiliki peran dan fungsi

    dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan

    mengembangkan sumber daya manusia (SDM) untuk mensejahterakan

    masyarakat, serta kemajuan bangsa dan negara. Guru merupakan salah

    satu komponen yang tidak terpisahkan dari sistem pendidikan secara

  • 5

    keseluruhan yang terlibat langsung dalam proses belajar mengajar,

    berperan langsung dalam mengajar dan mendidik.

    Kurikulum 2013 dikembangkan dengan menggunakan pendekatan

    scentific dalam pembelajaran yang diperkuat dengan menerapkan model

    pembelajaran menemukan (discovery learning), pembelajaran berbasis

    pemecahan masalah (problem based learning), pembelajaran berbasis

    proyek (project based learning), dan pembelajaran Inqury. Model-model

    pembelajaran kurikulum 2013 yang merupakan pembelajaran berbasis

    masalah paling sesuai dilaksanakan dan sangat direkomendasikan untuk

    dilaksanakan oleh para guru pada proses pembelajaran (Kemendikbud,

    Buku Panduan PLPG 2016).

    Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum

    berbasis kompetensi diarahkan pada pencapaian kompetensi yang

    dirumuskan dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Demikian pula

    penilaian hasil belajar dan hasil kurikulum diukur dari pencapaian

    kompetensi. Untuk sampai pada pencapaian kompetensi tidak lepas dari

    kemampuan guru dalam membelajarakan siswanya. Kemampuan guru

    dalam mengajarkan materi tidak lepas dari tingkat kompetensi yang

    dimiliki oleh guru itu sendiri. Selain daripada kompetensi yang dimiliki

    guru, pencapaian kompetensi dasar dari kurikulum juga tidak bisa lepas

    dari proses pelaksanaan pembelajaran yang efektif. Proses pembelajaran

    dapat berjalan secara efektif apabila penggunaan model pembelajaran

    yang relevan dengan materi yang diajarkan.

  • 6

    Sampai saat ini penerapan kurikulum 2013 masih menyisahkan

    banyak permasalahan, baik teknis maupun konten materi dan model yang

    relevan dalam mengimplementasikan pembelajaran di kelas. Hal ini

    menjadi persoalan karena ada beberapa model pembelajaran yang

    menjadi rujukan dalam pembelajaran kurikulum 2013. Banyaknya model

    yang menjadi rujukan membuat guru masih kebingungan dalam

    menerapkannya. Berdasarkan fakta dilapangan masih banyak guru di SD

    Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba, khususnya guru

    kelas dan sudah tersertifikasi mengalami kesulitan dalam menerapkan

    model pembelajaran kurikulum 2013 di kelas yang diampunya. Meskipun

    terdiri dari beberapa model pembelajaran yang direkomendasikan untuk

    diterapkan dalam pembelajaran kurikulum 2013, namun peneliti disini

    hanya mencoba untuk meneliti salah satu dari model pembelajaran

    tersebut. Adapun model pembelajaran yang akan diteliti yaitu model

    pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

    Adapun alasan peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian

    terkait dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning

    (PBL) adalah karena model pembelajaran ini biasanya lebih banyak

    digunakan di jenjang sekolah lanjutan dan untuk di SD masih kurang

    diminati oleh guru.

    Selain daripada penggunaan model, metode penilaian juga menjadi

    permasalahan yang sampai saat ini belum terpecahkan. Karena terdiri dari

    beberapa aspek penilain yang secara bersamaan harus dilakukan oleh

  • 7

    guru yang menyita waktu cukup banyak, sehingga dapat membingungkan

    guru dan kadang merusak konsentarsi serta perhatian guru. Dan yang

    paling mendasar adalah ketidaksiapan guru menerapkan model

    pembelajaran kurikulum 2013 disebabkan karena adanya perbedaan yang

    cukup mendasar dari kurikulum sebelumya, dari pola yang monoton ke

    pola yang kompleks dan pleksibel.

    Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai persoalan

    tersebut, penulis terdorong untuk melakukan penelitian. Guna untuk

    mengetahui gambaran yang sesungguhnya tentang tingkat kompetensi

    yang dimiliki guru kelas dalam penerapan model pembelajaran Problem

    Based Learning (PBL) berbasis kurikulum 2013.

    Salah satu jenjang pendidikan yang menerapkan kurikulum 2013

    adalah sekolah dasar. Sehingga peneliti menetapkan sekolah dasar se

    Wilayah III Kecamatan Ujungbulu untuk diteliti, karena merupakan

    sekolah yang telah menerapkan kurikulum 2013. Yang pada akhirnya

    peneliti menetapkan judul penelitian yaitu “Analisis Kompetensi Guru

    Kelas Dalam Mengimplementasikan Model Pembelajaran Berbasis

    Kurikulum 2013 di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten

    Bulukumba”.

    B. Fokus Penelitian

    Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,

    terdapat beberapa permasalahan yang menjadi fokus perhatian peneliti

    untuk dikaji dan dianalisis lebih lanjut dalam penelitian ini, yaitu:

  • 8

    1. Bagaimana gambaran kompetensi guru kelas di SD Wilayah III

    Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba?

    2. Bagaimana penerapan model pembelajaran Problem Based Learning

    (PBL) berbasis kurikulum 2013 guru kelas pada proses pembelajaran

    di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba?

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini pada dasarnya untuk

    menemukan jawaban dari masalah yang telah dirumuskan. Adapun tujuan

    penelitian ini adalah untuk mengetahui:

    1. Gambaran kompetensi guru kelas dalam menerapkan kurikulum

    2013 di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba

    2. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

    berbasis kurikulum 2013 oleh guru kelas pada proses pembelajaran

    di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba.

    D. Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi yang berarti

    dalam bidang pendidikan pada umumnya dan dalam lingkup pembelajaran

    guru kelas pada khususnya. Adapun manfaat dalam penelitian ini yaitu:

    1. Manfaat Teoretis

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

    yang cukup signifikan sebagai masukan pengetahuan atau literatur ilmiah

    yang dapat dijadikan bahan kajian bagi insan akademik yang sedang

    menempu pendidikan dan sebagai bahan untuk memperoleh gambaran

  • 9

    tentang kompetensi guru kelas dan model pembelajaran yang relevan

    dengan materi atau tujuan pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2013.

    2. Manfaat Praktis

    a. Sebagai bahan informasi tentang gambaran kompetensi guru

    kelas dan masukan dalam mengaplikasikan model pembelajaran

    berbasis kurikulum 2013 di SD se Wilayah III Kecamatan

    Ujungbulu Kabupaten Bulukumba.

    b. Sebagai acuan untuk meningkatkan pemahaman terkait kurikulum

    2013 sesuai standar kompetensi guru

    c. Sebagai bahan informasi sejauh mana penerapan metode

    saintifik yang dilakukan guru dalam pembelajaran sesuai dengan

    kurikulum 2013

    d. Dengan adanya penelitian ini, semoga dapat membantu peneliti

    selanjutnya dalam menyempurnakan penelitian kurikulum 2013.

  • 10

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Hasil Penelitian

    Beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang

    berkaitan dengan tema yang akan diteliti. Di antaranya penelitian yang

    dilakukan oleh:

    1. Kurniawati, tahun 2013. Dengan judul penelitian adalah Analisis

    Kompetensi Pedagogik Guru Matematika SMP Negeri di Malang.

    Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dan

    metode kuantitatif. Dari analisis dikatakan bahwa ada beberapa aspek

    pedagogik yang masih perlu diperhatikan untuk ditingkatkan antara lain:

    1). memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

    kepentingan pembelajaran yang dimiliki yang memperoleh poin di

    bawah rata-rata keseluruhan yaitu sebesar 3,71, 2). memfasilitasi

    pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan

    berbagai potensi yang dimiliki yang memperoleh poin di bawah rata-rata

    keseluruhan yaitu sebesar 4,22, dan 3). melakukan tindakan reflektif

    untuk peningkatan kualitas pembelajaran dengan rata-rata 4,14.

    Sedangkan dalam kompetensi profesional diperoleh perhitungan rata-

    rata data yang kurang antara lain pada aspek: 1). mengembangkan

    keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan

  • 11

    reflektif dengan rata-rata 4,04, dan 2). memanfaatkan teknologi

    informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri diperoleh rata-

    rata 3,64.

    2. Wartini, dkk, tahun 2014. Program Pascasarjana Universitas Pendidikan

    Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar. Dengan judul penelitian

    yaitu: Pengaruh Implementasi Pendekatan Saintifik Terhadap Sikap

    Sosial Dan Hasil Belajar Pkn Di Kelas VI SD Jembatan Budaya, Kuta.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan saintifik

    terhadap sikap sosial dan hasil belajar PKn di kelas VI SD Jembatan

    Budaya, Kuta. Populasi dalam penelitian ini 91 orang siswa. Sedangkan

    sampel penelitiannya sebanyak 46 orang siswa. Data sikap sosial

    dikumpulkan dengan metode kuesioner dan data hasil belajar PKn

    dikumpulkan dengan tes objektif. Analisis data yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah MANOVA. Rancangan penelitian ini menggunakan

    Posttest Only Control Group Design. Berdasarkan penelitian yang telah

    dilakukan didapatkan hasil bahwa: 1) terdapat perbedaan sikap sosial

    antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik

    dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional, 2)

    terdapat perbedaan hasil belajar PKn antara siswa yang mengikuti

    pembelajaran dengan pendekatan saintifik dengan siswa yang

    mengikuti model pembelajaran konvensional, 3) secara simultan,

    terdapat perbedaan sikap sosial dan hasil belajar PKn antara siswa

  • 12

    yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik dengan

    siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional.

    3. Nurhamidah, dkk, tahun 2014. Program Pascasarjana Universitas

    Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar, dengan Judul

    penelitian yaitu: Upaya Peningkatan Pengelolaan Proses Pembelajaran

    Melalui Pendampingan Pada Implementasi Kurikulum 2013 Terhadap

    Guru–Guru Kelas I Dan Kelas IV di Kecamatan Denpasar Barat.

    Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus. Pada setiap siklus memiliki

    perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi yang berbeda-beda.

    Obyek penelitian Kurikulum 2013. Teknik pengumpulan data melalui

    workshop dan supervisi kelas dengan tahapan mensupervisi guru

    dalam proses pemahaman guru terhadap buku guru dan buku siswa

    (APKG I), APKG II pemahaman guru terhadap proses dan penilaian

    pembelajaran, APKG III penyusunan RPP, APKG IV pelaksanaan

    pembelajaran, dan APKG V pelaksanaan penilaian pembelajaran. Data

    dianalisis menggunakan statistik deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini

    menunjukan bahwa: pertama kemampuan guru dalam pengelolaan

    proses pembelajaran mengalami peningkatan persentase pada tiap

    tahapannya, dari pra siklus rata-rata 67.58 (cukup), siklus I mencapai

    rata-rata 73.78 (cukup) dan pada siklus II mencapai rata-rata 77.14

    (baik), kedua bahwa upaya peningkatan pengelolaan proses

    pembelajaran melalui pendampingan dengan tehknik workshop,

  • 13

    kunjungan kelas: observasi, diskusi klinis, pemodelan dan peerteaching

    berhasil dengan baik.

    4. Setiadi, tahun 2016. Sekolah Pascasarjana UHAMKA. Dengan judul

    penelitian yaitu: “Pelaksanaan Penilaian Pada Kurikulum 2013”. Tujuan

    penelitian ini adalah untuk: (1) mendeskripsikan implementasi penilaian

    pada Kurikulum 2013; (2) mengidentifikasi hambatan dan keberhasilan

    pelaksanaan penilaian pada Kurikulum 2013, (3) memberikan

    rekomendasi kepada Pemerintah dalam mengambil kebijakan

    pelaksanaan penilaian pada Kurikulum 2013. Populasi dalam evaluasi

    ini adalah sekolah di Indonesia jenjang sekolah dasar dan menengah.

    Penentuan sampel dengan purposive sampling, yaitu sekolah jenjang

    sekolah dasar dan menengah di 15 provinsi di Wilayah Indonesia

    Bagian Barat, Wilayah Indonesia Bagian Tengah, dan Wilayah

    Indonesia Bagian Timur. Pengumpulan data menggunakan kuesioner,

    dokumentasi, dan Focus Group Discussion (FGD). Data dianalisis

    dengan analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Model ini digunakan

    untuk mengevaluasi kesenjangan antara kriteria yang telah ditetapkan

    dengan pelaksanaan program di lapangan. Hasil penelitian dibagi tiga

    tahap, yaitu: (1) perencanaan, disarankan kepada pemerintah untuk

    melakukan sosialisasi dan pelatihan membuat kisi-kisi dahulu baru

    membuat soal-soalnya, bukan yang dilakukan sebaliknya, juga

    pelatihan analisis instrumen penilaian dan membuat rubrik untuk soal

  • 14

    uraian; (2) pelaksanaan, disarankan kepada pemerintah untuk

    menyederhanakan pedoman penilaian pada Kurikulum 2013,

    melakukan sosialisasi dan pelatihan penilaian kompetensi sikap, untuk

    jenjang SD perlu diberikan pelatihan teknik penilaian pada

    pembelajaran tematik, dan membimbing guru melakukan kegiatan

    analisis instrumen dan revisi butir soal; (3) pelaporan, disarankan

    pengambil kebijakan mengkaji kembali penggunaan rentang nilai 1-4

    pada penilaian pengetahuan dan keterampilan.

    5. Asniati, tahun 2018. Program Pascasarjana Universitas Negeri

    Makassar dengan judul “Analisis Kompetensi Guru Kimia Dalam

    Mengimplementasikan Model Pembelajaran Berbasis Kurikulum 2013 di

    SMK-SMAK Makassar pada tahun 2018” dengan jenis penelitian

    deskriptif menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian tersebut

    mendapatkan gambaran bahwa pelaksanaan standar kompetensi guru

    dalam proses pembelajaran di kelas menunjukan total rata-rata hasil

    pengamatan setiap subjek penelitian yaitu 3,6 pada kriteria kompetensi

    sangat kompeten, dimana masing-masing guru telah melaksanakan

    profesinya sebagai guru yang sangat kompeten pada bidang yang

    diampu dengan menerapkan penilaian kompetensi dalam proses

    pembelajaran. Sedangkan gambaran pada tahap hasil pengamatan

    pelaksanaan model pembelajaran menunjukan total rata-rata hasil

    pengamatan penerapan model pembelajaran Discovery learning

  • 15

    adalah 3,6 kategori keterlaksanaan sangat baik, dimana masing-masing

    guru melaksanakan sesuai dengan tahapan langkah-langkah

    pembelajaran Discovery learning dimana pada kegiatan pembelajaran

    peserta didik belajar secara aktif dalam menemukan konsep, makna

    dari pengetahuan sebelumnya kemudian menggabungkan pengetahuan

    baru dan pengetahuan yang sudah ada dan menerapkannya pada saat

    proses pembelajaran berlangsung.

    B. Tinjauan Teori dan Konsep

    1. Standar Kompetensi Guru

    Kompetensi berasal dari bahasa Inggris yaitu competence. Maknanya

    sama dengan being competent, sedangkan competent sama artinya dengan

    having ability, power, authoority, skill, knowledge, attitude dan sebagainya.

    (Echols dan Shadily, 2002: 132). Dengan demikian kompetensi adalah

    kemampuan, kecakapan, keterampilan, dan pengetahuan seseorang di

    bidang tertentu. Jadi kata kompetensi diartikan sebagai kecakapan yang

    memadai untuk melakukan suatu tugas atau suatu keterampilan dan

    kecakapan yang disyaratkan (Musfah, 2011).

    Kompetensi guru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

    tercapainya tujuan pembelajaran dan pendidikan di sekolah. Menurut UUD

    RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa

    “Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan prilaku

  • 16

    yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam

    melaksanakan tugas profesionalnya” (Kurniasih, 2014).

    Kompetensi guru merupakan suatu kemampuan yang dimiliki seorang

    guru yang meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, proses berfikir,

    penyesuaian diri, sikap dan nilai-nilai yang dianut dalam melaksanakan

    profesi sebagai guru (Musfah, 2011). Standar kompetensi guru merupakan

    suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan

    pengetahuan dan perilaku bagi seorang guru agar berkelayakan untuk

    menduduki jabatan fungsional sesuai bidang tugas, kualifikasi dan jenjang

    pendidikan.

    Seorang guru harus memiliki kualifikasi akademik, dan mata pelajaran

    (bidang keahlian) yang diajarkan harus sesuai dengan latar belakang

    pendidikan. Selain itu, guru harus memiliki sertifikasi guru yang merupakan

    suatu pengakuan/lisensi yang diberikan kepada guru untuk melaksanakan

    tugas dan wewenang sebagai profesi di bidang pendidikan. Menurut

    Kurniasih, (2014) berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

    Republik Indonesia No 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik

    dan Kompetensi Guru, pada pasal 10 ayat 1 menyatakan bahwa kompetensi

    guru sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 8 meliputi:

    a. Kompetensi Pedagogik

    Kemampuan pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru dalam

    mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi pedagogik merupakan

  • 17

    salah satu jenis kompetensi yang harus dikuasai guru. Kompetensi

    pedagogik merupakan kompetensi khas yang membedakan guru dengan

    profesi lainnya. Kompetensi pedagogik diperoleh melalui upaya belajar

    secara terus menerus, dan sistematis, baik pada masa pra jabatan maupun

    selama dalam jabatan, yang didukung oleh minat, bakat dan potensi

    keguruan lainnya dari masing-masing individu yang bersangkutan.

    Aspek yang terdapat dalam kompetensi pedagogik diantaranya adalah:

    1) Menguasai karakteristik peserta didik

    Karakteristik peserta didik ini terkait dengan aspek fisik, moral, spiritual,

    sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Indikator yang muncul dari

    penguasaan karakteristik peserta didik diantaranya:

    a) Guru dapat mengidentifikasi karakteristik peserta didik di kelasnya,

    b) Guru dapat mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran

    yang diampu,

    c) Guru memastikan bahwa setiap peserta didik memiliki kesempatan

    yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran,

    d) Guru dapat mengatur kelas untuk memberikan kesempatan yang sama

    pada semua peserta didik,

    e) Guru membantu mengembangkan potensi dan mengatasi kekurangan

    peserta didik,

  • 18

    f) Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaku peserta

    didik untuk mencegah agar peilaku tersebut tidak merugikan peserta

    didik lainnya.

    2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran

    Guru mampu menetapkan berbagai model pembelajaran yang mendidik

    secara kreatif dan efektif. Guru mampu menyesuaikan metode pembelajaran

    yang sesuai dengan karakteristik pesrta didik dan mampu memotivasi

    mereka untuk belajar. Indikator yang muncul dari aspek ini diantaranya:

    a) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menguasai materi

    sesuai usia dan kemampuan belajarnya melalui pengaturan proses

    pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi.

    b) Guru dapat menjelaskan alasan pelaksanaan kegiatan yang

    dilakukannya, baik yang sesuai maupun yang berbeda dengan rencana

    terkait keberhasilan pembelajaran.

    c) Guru menggunakan berbagai teknik untuk memotivasi kemauan belajar

    peserta didik.

    d) Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling terkait satu

    sama lain, dengan memperhatikan tujuan pembelajara maupun proses

    belajar peserta didik.

    3) Mengembangkan kurikulum

    Dalam mengembangkan kurikulum guru harus mampu menyusun

    silabus sesuai dengan tujuan dan membuat serta menggunakan RPP sesuai

  • 19

    dengan tujuan dan lingkungan pembelajaran. Indikator yang muncul

    diantaranya:

    a) Guru merancang rencana pembelajaran yang sesuai silabus untuk

    membahas materi ajar tertentu agar peserta didik dapat mencapai

    kompetensi dasar yang ditetapkan.

    b) Guru menata materi pembelajaran secara benar sesuai dengan

    pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik.

    c) Guru memilih materi pembelajaran yang diampu yang terkait dengan

    pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran.

    4) Menyelenggarakan pembelajaran yang medidik

    Guru mampu menyusun dan melaksanakan rancangan pembelajaran

    yang mendidik secara lengkap. Guru mampu menyusun dan menggunakan

    berbagai materi pembelajaran dan sumber belajar sesuai dengan

    karakteristik peserta didik. Jika relevan, guru memanfaatkan teknologi

    informasi komunikasi untuk kepentingan pembelajaran. Indikator dari aspek

    ini diantaranya:

    a) Guru menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk

    kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan.

    b) Guru melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, di

    laboratorium, dan di lapangan dengan memperhatikan standar

    keamanan yang dipersyaratkan.

  • 20

    c) Guru memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk

    bertanya, mempraktekkan dan berinteraksi dengan peserta didik lain.

    d) Menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar yang relevan

    dengan karakteristik peserta didik.

    5) Mengembangkan potensi peserta didik

    Guru dapat menganalisis potensi pembelajaran setiap peserta didik dan

    mengidentifikasi pengembangan potensi peserta didik melalui program

    pembelajaran yang mendukung untuk mengaktualisasikan potensi peserta

    didik, termasuk kreativitasnya.

    6) Melakukan komunikasi dengan peserta didik

    Guru mampu berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan

    peserta didik serta bersikap antusias dan positif. Guru mampu memberikan

    respon yang lengkap dan relevan atas pertanyaan atau komentar peserta

    didik.

    7) Menilai dan mengevaluasi pembelajaran

    Guru mampu menyelenggarakan penilaian proses dan hasil belajar

    secara berkesinambungan. Guru melakukan evaluasi atas efektivitas proses

    dan hasil belajar serta menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi

    untuk merancang program remidial dan pengayaan. Guru mampu

    menggunakan hasil analisis penilaian dalam proses pembelajarannya.

  • 21

    b. Kompetensi Kepribadian

    Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang

    mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa,

    menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Kepribadian yang

    mantap dan stabil memiliki indikator esensial, yakni bertindak sesuai dengan

    norma hukum, bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga sebagai guru,

    dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.

    Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial, yakni

    menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki

    etos kerja sebagai guru. Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial,

    yakni menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta

    didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam

    berpikir dan bertindak. Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator

    esensial, yakni memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta

    didik dan memiliki perilaku yang disegani. Kepribadian yang berakhlak mulia

    dan dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial, yakni bertindak sesuai

    dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan

    memiliki perilaku yang diteladani peserta didik (Kurniasih, 2014).

    Kompetensi Kepribadian didalamnya juga diharapkan tumbuhnya

    kemandirian guru dalam menjalankan tugas serta senantiasa terbiasa

    membangun etos kerja. Sehingga semua sifat ini memberikan pengaruh

    positif terhadap kehidupan guru dalam kesehariannya. Sehingga seorang

  • 22

    guru harus mempunyai kemampuan yang berkaitan dengan kemantapan dan

    integritas kepribadian seorang guru. Guru dituntut harus mampu

    membelajarkan siswanya tentang disiplin diri, belajar membaca, mencintai

    buku, menghargai waktu, belajar bagaimana cara belajar, mematuhi aturan

    atau tata tertib, dan belajar bagaimana harus berbuat. Semua itu akan

    berhasil jika guru juga disiplin dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.

    Kemampuan pribadi meliputi: Kemampuan mengembangan kepribadian,

    Kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi, dan Kemampuan

    melaksanakan bimbingan dan penyuluhan.

    Jika kita mengacu kepada standar nasional pendidikan, kompetensi

    kepribadian guru meliputi:

    1) Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil, yang indikatornya

    bertindak sesuai dengan norma hukum, norma sosial. Bangga sebagai

    pendidik, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan

    norma,

    2) Memiliki kepribadian yang dewasa, dengan ciri-ciri menampilkan

    kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik yang memiliki etos kerja,

    3) Memiliki kepribadian yang arif, yang ditunjukkan dengan tindakan yang

    bermanfaat bagi peserta didik, sekolah dan masyarakat serta

    menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak,

    4) Memiliki kepribadian yang berwibawa, yaitu perilaku yang berpengaruh

    positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani,

  • 23

    5) Memiliki akhlak mulia dan menjadi teladan, dengan menampilkan

    tindakan yang sesuai dengan norma religius (iman dan takwa, jujur,

    ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta

    didik (Susilo, 2014).

    c. Kompetensi Sosial

    Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi

    dan berinteraksi dengan peserta didik guna untuk mencairkan suasana yang

    sudah efektif untuk pembelajaran, mampu bergaul secara efektif dengan

    peserta didik, sesama pendidik, pimpinan pendidikan serta orang tua/wali

    peserta didik (Kurniasih, 2014). Satu hal yang perlu diperhatikan oleh

    pendidik guna eksistensinya mengajar di sekolah yaitu bertatakrama sesuai

    norma di lingkungan sekolah serta menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan

    dan semangat kebersamaan.

    d. Kompetensi Profesional

    Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian

    khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan

    fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Atau dengan kata

    lain, guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik,

    serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya. Guru yang terdidik dan

    terlatih bukan hanya memperoleh pendidikan formal tetapi juga harus

    menguasai berbagai strategi atau teknik di dalam kegiatan belajar mengajar

  • 24

    serta menguasai landasan-landasan kependidikan seperti yang tercantum

    dalam kompetensi guru yang profesional.

    Terdapat banyak pendapat tentang kompetensi yang seharusnya

    dikuasai guru sebagai suatu jabatan profesional. Ada ahli yang menyatakan

    ada sebelas kompetensi yang harus dikuasai guru, yaitu:

    1) Menguasai bahan ajar;

    2) Menguasai landasan-landasan kependidikan;

    3) Mampu mengelola program belajar mengajar;

    4) Mampu mengelola kelas;

    5) Mampu menggunakan media/sumber belajar lainnya;

    6) Mampu mengelola interaksi belajar mengajar;

    7) Mampu menilai prestasi peserta didik untuk kepentingan pengajaran;

    8) Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan;

    9) Mengenal penyelenggaraan administrasi sekolah;

    10) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian

    pendidikan guna keperluan pengajaran; dan

    11) Memiliki kepribadian yang tinggi.

    2. Kurikulum 2013

    Menurut Kurniasih (2014), Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan

    terhadap kurikulum yang telah dirintis tahun 2004 yang berbasis kompetensi

    lalu diteruskan dengan kurikulum 2006 (KTSP). Karena itu kurikulum disusun

    untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Titik beratnya, bertujuan

  • 25

    untuk mendorong peserta didik atau siswa, agar dapat lebih baik dalam

    melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan

    (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah

    menerima materi pembelajaran. Melalui pendekatan itu diharapkan peserta

    didik kita memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan jauh

    lebih baik. Sehingga mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif.

    Menurut Hosnan (2014) pelaksanaan penyusunan kurikulum 2013 bagian

    dari melanjutkan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

    yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap,

    pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu, sebagaimana amanat

    Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

    pada penjelasan pasal 35, di mana kompetensi lulusan merupakan kualifikasi

    kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan

    sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.

    Keberhasilan kurikulum diartikan sebagai pencapaian kompetensi yang

    dirancang dalam dokumen kurikulum oleh seluruh peserta didik. Kompetensi

    untuk kurikulum 2013 dirancang sebagai berikut:

    a. Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk

    Kompetensi Inti (KI) kelas dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi

    Dasar (KD) mata pelajaran.

    b. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai

    kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan ketrampilan (kognitif

    http://guru.or.id/santri-muhammadiyah-juarai-lomba-lari-aksioma-diy.htmlhttp://guru.or.id/belajar-berbuat-dan-bekerjasama.html

  • 26

    dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang

    sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti adalah kualitas

    yang harus dimiliki seorang peserta didik untuk setiap kelas melalui

    pembelajaran KD yang diorganisasikan dalam proses pembelajaran

    peserta didik aktif.

    c. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta

    didik untuk suatu tema untuk SD/MI,

    d. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan sekolah

    dasar diutamakan pada ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan,

    e. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements)

    Kompetensi Dasar yaitu semua KD dan proses pembelajaran

    dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam Kompetensi Inti.

    f. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip

    akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched)

    antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan

    vertikal).

    g. Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema

    (SD/MI)

    h. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD

    yang untuk mata pelajaran dan kelas tersebut.

    i. Mewujudkan pendidikan berkarakter

  • 27

    Pendidkan berkarakter sebenarnya merupakan karakter dan ciri pokok

    kurikulum pendidikan sebelumnya. Dimana dalam kurikulum tersebut dituntut

    bagaimana mencetak peserta didik yang memiliki karakter yang baik,

    bermoral dan memiliki budi pekerti yang baik. Namun pada implementasi

    kurikulum ini masih terdapat berbagai kekuragan sehingga menuai berbagai

    kritik. sehingga kurikulum berbasis kompetensi ini direvisi guna menciptakan

    sistem pendidikan yang berkelanjutan dan dapat mencerdaskan kehidupan

    bangsa.

    j. Menciptakan Pendidikan Berwawasan Lokal

    Wawasan lokal merupakan satu hal yang sangat penting. Namun pada

    kenyataan yang terjadi selama ini, potensi dan budaya lokal seakan

    terabaikan dan tergerus oleh tingginya pengaruh buudaya modern. Budaya

    yang cenderung membawa masyarakat untuk melupakan cita-cita luhur

    nenek moyang dan potensi yang dimilikinya dari dalam jiwa.

    k. Menciptakan Pendidikan yang ceria dan Bersahabat

    Pendidikan tidak hanya sebagai media pembelajaran, tetapi pada

    dasarnya pendidikan merupakan tempat untuk menggali seluruh potensi

    dalam diri. Olehnya itu, dengan sistem pendidikan yang diterapkan pada

    kurikulum 2013 nantinya akan diharapkan dapat menggali seluruh potensi

    diri peserta didik, baik prestasi akademik maupun non akademik. Maka

    dengan begitu pada kurikulum 2013 nantinya akan diterapkan pendidikan

    yang lebih menyenangkan, bersahabat, menarik dan berkompeten. Sehingga

  • 28

    dengan cara tersebut diharapkan seluruh potensi dan kreativitas serta

    inovasi peserta didik dapat tereksploitasi secara cepat dan tepat.

    Pembelajaran kurikulum 2013 SD adalah pembelajaran kompetensi SD

    dengan memperkuat proses pembelajaran dan penilaian autentik untuk

    mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.

    Karakteristik pembelajaran Standar Kompetensi SD memberikan kerangka

    konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai. Karakteristik

    pembelajaran dapat diperoleh melalui aktivitas mengingat, memahami,

    menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta, untuk mendorong

    kemampuan peserta didik menghasilkan karya kontekstual, baik individual

    maupun kelompok.

    3. Model Pembelajaran Kurikulum 2013

    Dalam Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang standar proses,

    kegiatan inti pembelajaran kurikulum 2013 yaitu menggunakan model

    pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber

    belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik (Kemendikbud,

    Buku Panduan PLPG 2016). Untuk mengimplementasikan kurikulum 2013,

    dititikberatkan pada keaktifan peserta didik (student centered approach),

    maka beberapa model pembelajaran yang sesuai dengan dengan prinsip-

    prinsip pendekatan saintifik antara lain model pembelajaran:

  • 29

    a) Discovery Learning

    Model Pembelajaran menemukan (Discovery Learning), adalah

    Pembelajaran untuk menemukan konsep, makna, dan hubungan kausal

    melalui pengorganisasian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik.

    Tiga ciri utama belajar menemukan yaitu:

    1) Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan,

    menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan

    2) Berpusat pada peserta didik

    3) Kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan

    yang sudah ada.

    Karakteristik dari pembelajaran menemukan (Discovery Learning)

    antara lain peran guru sebagai pembimbing, peserta didik belajar secara

    aktif sebagai seorang ilmuwan dan bahan ajar disajikan dalam bentuk

    informasi dan peserta didik melakukan kegiatan menghimpun,

    membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, serta membuat

    kesimpulan.

    Dalam pelaksanaanya, pembelajaran menemukan (Discovery

    Learning) dapat dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu: tahap

    persiapan, stimulasi, identifikasi, mengumpulkan data, mengolah data, dan

    pembuktian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

  • 30

    Tabel 2.1. Langkah-Langkah Pembelajaran Discovery Learning

    Tahap Deskripsi

    Tahap 1 Persiapan

    Guru Menentukan tujuan pembelajaran, identifikasi karakteristik peserta didik (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya)

    Tahap 2

    Stimulasi/pemberian Rangsangan

    Guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan

    Tahap 3

    Identifikasi masalah

    Guru Mengidentifikasi sumber belajardan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah)

    Tahap 4 Mengumpulkan data

    Guru Membantu peserta didik mengumpulan dan mengeksplorasi data.

    Tahap 5 Pengolahan data

    Guru membimbing peserta didik dalam kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para peserta didik baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya

    Tahap 6 Pembuktian

    Guru membimbing peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil

    Tahap 7 Menarik kesimpulan

    Guru membimbing peserta didik merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya.

    Sumber: Kemendikbud, Buku Panduan PLPG 2016

  • 31

    Kelebihan dan kekurangan model Discovery Learning.

    Adapun kelebihan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning

    yaitu:

    1) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-

    keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan

    kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara

    belajarnya.

    2) Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan

    ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.

    3) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa

    menyelidiki dan berhasil.

    4) Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai

    dengan kecepatannya sendiri.

    5) Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan

    melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

    6) Model ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena

    memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.

    7) Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif

    mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak

    sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.

    8) Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena

    mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.

  • 32

    9) Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.

    10) Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi

    proses belajar yang baru.

    11) Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.

    12) Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.

    13) Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses belajar

    menjadi lebih terangsang.

    14) Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada

    pembentukan manusia seutuhnya.

    15) Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.

    16) Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis

    sumber belajar.

    17) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

    Selain memiliki kelebihan model Discovery Learning juga memiliki

    kekurangan. Adapun kekurangan dari model tersebut adalah:

    1) Model ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk

    belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan

    abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-

    konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan

    menimbulkan frustasi.

  • 33

    2) Model ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak,

    karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka

    menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.

    3) Harapan-harapan yang terkandung dalam model ini dapat buyar

    berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-

    cara belajar yang lama.

    4) Pengajaran model Discovery Learning lebih cocok untuk

    mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek

    konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat

    perhatian.

    5) Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk

    mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa.

    6) Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan

    ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru

    b) Project Based Learning

    Pembelajaran Pembelajaran Berbasis Projek (PBP) adalah kegiatan

    pembelajaran yang menggunakan projek/kegiatan sebagai proses

    pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan

    keterampilan. Penekanan pembelajaran terletak pada aktivitas-aktivias

    peserta didik untuk menghasilkan produk dengan menerapkan keterampilan

    meneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan produk

    pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata. Produk yang dimaksud

  • 34

    adalah hasil projek dalam bentuk desain, skema, karya tulis, karya seni,

    karya teknologi/prakarya, dan lain-lain. Pendekatan ini memperkenankan

    pesera didik untuk bekerja secara mandiri maupun berkelompok dalam

    menghasilkan produk nyata.

    Pembelajaran Berbasis Projek merupakan model pembelajaran yang

    menggunakan projek sebagai langkah awal dalam mengintegrasikan

    pengetahuan dan keterampilan baru berdasarkan pengalaman nyata. PBP

    dilakukan secara sistematik yang mengikutsertakan peserta didik dalam

    pembelajaran sikap, pengetahuan, dan keterampilan melalui investigasi

    dalam perancangan produk. PBP merupakan pendekatan pembelajaran

    yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-

    kegiatan yang kompleks. Pelaksanaan pembelajaran berbasis projek

    memberi kesempatan peserta didik berpikir kritis dan mampu

    mengembangkan kreativitasnya melalui pengembangan inisiatif untuk

    menghasilkan produk nyata berupa barang atau jasa.

    Pada PBP, peserta didik terlibat secara aktif dalam memecahkan

    masalah dalam bentuk suatu projek. Peserta didik aktif mengelola

    pembelajarannya dengan bekerja secara nyata yang menghasilkan produk

    riil/nyata. PBP dapat mereduksi kompetisi di dalam kelas dan mengarahkan

    peserta didik lebih kolaboratif daripada bekerja sendiri-sendiri. Di samping itu

    PBP dapat juga dilakukan secara mandiri melalui bekerja mengkonstruk

  • 35

    pembelajarannya melalui pengetahuan serta keterampilan baru, dan

    mewujudkannya dalam produk nyata.

    Pembelajaran Berbasis Projek merupakan metode pembelajaran yang

    berfokus pada peserta didik dalam kegiatan pemecahan masalah terkait

    dengan projek dan tugas-tugas bermakna lainnya. Pelaksanaan PBP dapat

    memberi peluang pada peserta didik untuk bekerja mengkonstruk tugas yang

    diberikan guru yang puncaknya dapat menghasilkan produk karya peserta

    didik.

    Prinsip-prinsip pembelajaran berbasis projek adalah sebagai berikut.

    (1) Pembelajaran berpusat pada peserta didik yang melibatkan tugas-tugas

    projek pada kehidupan nyata untuk memperkaya pembelajaran.

    (2) Tugas projek menekankan pada kegiatan penelitian berdasarkan suatu

    tema atau topik yang telah ditentukan dalam pembelajaran.

    (3) Tema atau topik yang dibelajarkan dapat dikembangkan dari suatu

    kompetensi dasar tertentu atau gabungan beberapa kompetensi dasar

    dalam suatu mata pelajaran, atau gabungan beberapa kompetensi

    dasar antarmata pelajaran. Oleh karena itu, tugas projek dalam satu

    semester dibolehkan hanya satu penugasan dalam suatu mata

    pelajaran.

    (4) Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara otentik dan

    menghasilkan produk nyata yang telah dianalisis dan dikembangkan

    berdasarkan tema/topik yang disusun dalam bentuk produk (laporan

  • 36

    atau hasil karya). Produk tersebut selanjutnya dikomunikasikan untuk

    mendapat tanggapan dan umpan balik untuk perbaikan produk.

    (5) Pembelajaran dirancang dalam pertemuan tatap muka dan tugas

    mandiri dalam fasilitasi dan monitoring oleh guru. Pertemuan tatap

    muka dapat dilakukan di awal pada langkah penentuan projek dan di

    akhir pembelajaran pada langkah penyusunan laporan dan

    presentasi/publikasi hasil projek, serta evaluasi proses dan hasil projek.

    Dalam PBP, peserta didik diberikan tugas dengan mengembangkan

    tema/topik dalam pembelajaran dengan melakukan kegiatan projek yang

    realistik. Di samping itu, penerapan pembelajaran berbasis projek ini

    mendorong tumbuhnya kreativitas, kemandirian, tanggung jawab,

    kepercayaan diri, serta berpikir kritis dan analitis pada peserta didik. Secara

    umum, langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Projek (PBP) dapat

    dijelaskan pada Gambar 2.1.

    Gambar 2.1 Pembelajaran Berbasis Projek (PBP)

    Gambar 2.1. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Projek (Kurniasih, 2014)

    Penentuan

    Proyek

    Penyusunan lapaoran dan

    presentasi/publikasi hasil projek

    Perancangan langkah-

    langkah penyelesaian

    projek

    Penyusunan jadwal

    pelaksanaan projek

    Penyelesaian projek dengan

    fasilitas dan monitoring guru

  • 37

    Adapun kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada setiap langkah

    PBP :

    (1) Penentuan projek

    Pada langkah ini, peserta didik menentukan tema/topik projek bersama

    guru. Peserta didik diberi kesempatan untuk memilih/menentukan projek

    yang akan dikerjakannya baik secara kelompok ataupun mandiri dengan

    catatan tidak menyimpang dari tema.

    Pada bagian ini, peserta didik memilih tema/topik untuk menghasilkan

    produk (laporan observasi/penyelidikan, rancangan karya seni, atau karya

    keterampilan) dengan karakteristik mata pelajaran dengan menekankan

    keorisinilan produk. Penentuan produk juga disesuaikan dengan kriteria

    tugas, dengan mempertimbangkan kemampuan peserta didik dan

    sumber/bahan/alat yang tersedia.

    (2) Perancangan langkah-langkah penyelesaian projek

    Peserta didik merancang langkah-langkah kegiatan penyelesaian projek

    dari awal sampai akhir beserta pengelolaannya. Kegiatan perancangan

    projek ini berisi perumusan tujuan dan hasil yang diharapkan, pemilihan

    aktivitas untuk penyelesaian projek, perencanaan sumber/bahan/alat yang

    dapat mendukung penyelesaian tugas projek, dan kerja sama antaranggota

    kelompok.

    Pada kegiatan ini, peserta didik mengidentifikasi bagian-bagian produk

    yang akan dihasilkan dan langkah-langkah serta teknik untuk menyelesaikan

    bagian-bagian tersebut sampai dicapai produk akhir.

  • 38

    (3) Penyusunan jadwal pelaksanaan projek

    Peserta didik dengan pendampingan guru melakukan penjadwalan

    semua kegiatan yang telah dirancangnya. Berapa lama projek itu harus

    diselesaikan tahap demi tahap. Peserta didik menyusun tahap-tahap

    pelaksanaan projek dengan mempertimbangkan kompleksitas langkah-

    langkah dan teknik penyelesaian produk serta waktu yang ditentukan guru.

    (4) Penyelesaian projek dengan fasilitasi dan monitoring guru

    Langkah ini merupakan pelaksanaan rancangan projek yang telah

    dibuat. Peserta didik mencari atau mengumpulkan data/material dan

    kemudian mengolahnya untuk menyusun/mewujudkan bagian demi bagian

    sampai dihasilkan produk akhir.

    Aktivitas yang dapat dilakukan dalam kegiatan projek di antaranya dengan:

    (a) membaca, (b) membuat desain, (c) meneliti, (d) menginterviuw, (e)

    merekam, (f) berkarya, (g) mengunjungi objek projek, dan/atau (h) akses

    internet. Guru bertanggung jawab membimbing dan memonitor aktivitas

    peserta didik dalam melakukan tugas projek mulai proses hingga

    penyelesaian projek. Pada kegiatan monitoring, guru membuat rubrik yang

    akan dapat merekam aktivitas peserta didik dalam menyelesaikan tugas

    projek.

    (5) Penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil projek

    Hasil projek dalam bentuk produk, baik itu berupa produk karya tulis,

    disain, karya seni, karya teknologi/prakarya, dan lain-lan dipresentasikan

  • 39

    dan/atau dipublikasikan kepada peserta didik yang lain dan guru atau

    masyarakat dalam bentuk presentasi, publikasi (dapat dilakukan di majalah

    dinding atau internet), dan pameran produk pembelajaran.

    (6) Evaluasi proses dan hasil projek

    Guru dan peserta didik pada akhir proses pembelajaran melakukan

    refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas projek. Proses refleksi pada tugas

    projek dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Pada tahap

    evaluasi, peserta didik diberi kesempatan mengemukakan pengalamannya

    selama menyelesaikan tugas projek yang berkembang dengan diskusi untuk

    memperbaiki kinerja selama menyelesaikan tugas projek. Pada tahap ini juga

    dilakukan umpan balik terhadap proses dan produk yang telah dilakukan.

    Proses pembelajaran berbasis projek meliputi tahap-tahap

    pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Langkah-langkah PBP secara

    keseluruhan berada dalam tahap kegiatan inti. Dengan demikian tahap

    kegiatan inti meliputi kegiatan menemukan tema/topik projek, kegiatan

    merancang langkah penyelesaian projek, menyusun jadwal projek, proses

    penyelesaian projek dengan difasilitasi dan dimonitor oleh guru, penyusunan

    laporan dan presentasi/publikasi hasil projek, dan evaluasi proses dan hasil

    kegiatan projek.

  • 40

    Tabel 2.2. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Projek

    Langkah-langkah Deskripsi

    Langkah -1

    Penentuan projek Guru bersama dengan peserta didik menentukan tema/topik projek

    Langkah -2 Perancangan langkah- langkah penyelesaian

    projek

    Guru memfasilitasi Peserta didik untuk merancang langkah-langkah kegiatan penyelesaian projek beserta pengelolaannya

    Langkah -3 Penyusunan jadwal pelaksanaan projek

    Guru memberikan pendampingan kepada peserta didik melakukan penjadwalan semua kegiatan yang telah dirancangnya

    Langkah -4 Penyelesaian projek dengan fasilitasi dan

    monitoring guru

    Guru memfasilitasi dan memonitor peserta didik dalam melaksanakan rancangan projekyang telah dibuat

    Langkah -5 Penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil

    projek

    Guru memfasilitasi Peserta didik untuk mempresentasikan dan mempublikasikan hasil karya

    Langkah -6 Evaluasi proses dan hasil

    Projek

    Guru dan peserta didik pada akhir proses pembelajaran melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas projek

    Sumber: Kemendikbud, Buku Panduan PLPG 2016

    Kelebihan dan kekurangan pada penerapan model pembelajaran

    Project Based Learning sebagai berikut:

    Kelebihan pembelajaran Berbasis Proyek yaitu:

    1) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong

    kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka

    perlu untuk dihargai.

    2) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

  • 41

    3) Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan

    problem-problem yang kompleks.

    4) Meningkatkan kolaborasi.

    5) Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan

    keterampilan komunikasi.

    6) Meningkatkan keterampilan peserta didikdalam mengelola sumber.

    7) Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan

    praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan

    sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

    8) Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara

    kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.

    9) Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan

    menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan

    dengan dunia nyata.

    10) Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta

    didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.

    Kekurangan Pembelajaran Project Based Learning yaitu:

    1) Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.

    2) Membutuhkan biaya yang cukup banyak.

    3) Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di

    mana instruktur memegang peran utama di kelas.

    4) Banyaknya peralatan yang harus disediakan.

  • 42

    5) Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan

    pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.

    6) Ada kemungkinanpeserta didikyang kurang aktif dalam kerja kelompok.

    7) Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda,

    dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara

    keseluruhan

    c) Problem Based Learning

    Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning), selanjutnya

    disingkat PBM, mula-mula dikembangkan di sekolah kedokteran, McMaster

    University Medical School di Hamilton, Canada pada 1960-an (Barr