131
ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI KASUS PADA TIGA USAHA PENGGILINGAN PADI DI KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT TURSINA ANDITA PUTRI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI

STUDI KASUS PADA TIGA USAHA PENGGILINGAN PADI

DI KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT

TURSINA ANDITA PUTRI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan
Page 3: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis

Kinerja Usaha Penggilingan Padi, Studi Kasus Pada Tiga Usaha

Penggilingan Padi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat” adalah benar karya

saya dengan arahan dari pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk

apapun perguruan tinggi lain atau lembaga lain manapun. Sumber Informasi yang

berasl atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2013

Tursina Andita Putri

NRP. H34090003

Page 4: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

ABSTRAK

TURSINA ANDITA PUTRI. Analisis Kinerja Usaha Penggilingan Padi, Studi

Kasus Pada Tiga Usaha Penggilingan Padi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Dibimbing oleh NUNUNG KUSNADI.

Pemerintah mempertahankan harga gabah di tingkat tertinggi untuk

melindungi pendapatan petani sebagai produsen beras. Kondisi ini membuat

tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi

pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan harga tertinggi untuk

melindungi kesejahteraan konsumen membuat harga beras sebagai output dari

usaha penggilingan padi rendah dan kemudian menurunkan pendapatan bisnis

penggilingan. Kebijakan pemerintah terhadap harga gabah dan beras dapat

mengurangi pendapatan usaha penggilingan padi. Multiple case study mencoba

memotret aktivitas dan manajemen usaha penggilingan padi guna

mengidentifikasi variabel kunci yang mempengaruhi kinerja usaha penggilingan

padi. Ada tiga usaha penggilingan padi yang dipilih menjadi kasus pada penelitian

ini, yaitu usaha maklon, non maklon, dan gabungan (maklon dan non maklon).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja usaha non maklon yang lebih baik

daripada usaha maklon dan kombinasi (maklon dan non maklon). Analisis

keuangan menunjukkan bahwa tiga jenis usaha penggilingan padi

menguntungkan. Maklon lebih efisien dari kedua usaha lainnya karena produk

usaha adalah jasa sehingga tidak terpengaruh oleh kebijakan harga. Jenis usaha,

harga input dan output, dan manajemen pengolahan hasil sampingan akan menjadi

variabel kunci yang menentukan kinerja bisnis. Variabel ini harus lebih dipelajari

dalam penelitian masa depan.

Kata Kunci: kinerja, multiple case study, usaha penggilingan padi

ABSTRACT

TURSINA ANDITA PUTRI. Rice Milling Business Performance Analysis, Case

Studies in Three Rice Milling Enterprises in Cianjur, West Java. Supervised by

NUNUNG KUSNADI.

Government maintains grain price at high level to protect farmers income as

rice producer. This condition create high production costs of rice milling. On the

other hand, government intervention in the rice pricing with the setting of a

ceiling price to protect the walfare of consumers makes rice price low as the

output of rice milling and then reduse revenue of milling business. This policy

implies less profit for rice milling business. This multiple case study attempts to

portrait activity and management milling business and to identify the key

variables that determine performance of rice milling businesses. In this study,

three types (maklon, non maklon, and combination of both) of rice milling

business were selected. The result showed that non maklon’s performance is better

than that of maklon and combination (maklon and non maklon). Financial analysis

revealed that the three types of rice milling business are profitable. Maklon is

more efficient than two other types because the main product is services so that it

Page 5: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

is not affected by grain and rice price. Type of business, price of inputs and

outputs, and by-product management would be the key variable that determine the

business performance. These variables should be more studied in the future

research.

Key words : multiple case study, performance, rice miiling industry

Page 6: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan
Page 7: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI

STUDI KASUS PADA TIGA USAHA PENGGILINGAN PADI

DI KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT

TURSINA ANDITA PUTRI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi

Pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 8: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan
Page 9: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

Judul Proposal : Analisis Kinerja Usaha Penggilingan Padi, Studi Kasus Pada

Tiga Usaha Penggilingan Padi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat

Nama : Tursina Andita putri

NRP : H34090003

Disetujui oleh

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 10: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kinerja

Usaha Penggilingan Padi Studi Kasus Pada Tiga Usaha Penggilingan Padi di

Kabupaten Cianjur, Jawa Barat”. Shalawat dan salam senantiasa tercurah

kepada Nabi Muhammad SAW sebagai uswatun hasanah dan pemimpin terbaik

bagi umat manusia.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

selaku pembimbing. Ibu Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si dan Ibu Dr. Ir. Netti

Tinaprillina, MM selaku dosen penguji atas saran dalam perbaikan skripsi ini.

Terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Dra. Yusalina, MSi yang senantiasa

mengarahkan dan membantu penulis dalam menjalani masa-masa perkuliahan

sebagai wali akademik. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada

keluarga Bapak Nanan, Bapak H. Asep, Bapak H. Apud, Bapak H. Miftah, dan

Bapak Jenit selaku pemilik dan pengelola usaha penggilingan serta Bapak Yayat

Duriat dan Bapak Nasep sudrajat beserta staf Balai Pengembangan Budidaya

Tanaman Pangan dan Hortikultura Kecamatan Gekbrong atas bantuan dan

arahannya selama penulis mengumpulkan data di lokasi penelitian. Ungkapan

terima kasih juga disampaikan kepada ayah, umak, serta seluruh keluarga, atas

segala doa, support, dan kasih sayangnya. Terima kasih dan tetap semangat untuk

teman-teman Agribisnis 46 dan penghuni setia Kost Griya Pink.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2013

Tursina Andita Putri

Page 11: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

vi

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI vi DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR LAMPIRAN x PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 7 Tujuan Penelitian 10 Manfaat Penelitian 11 Ruang Lingkup Penelitian 11

TINJAUAN PUSTAKA 11 Pola Usaha Penggilingan Padi 12 Pengelolaan Usaha Penggilingan Padi 13 Struktur Biaya 14 Kinerja Usaha Penggilingan Padi 15

KERANGKA PEMIKIRAN 17 Kerangkat Pemikiran Teoritis 17 Konsep Kinerja Usaha 18 Konsep Manajemen Usaha 19 Konsep Pendapatan 23 Konsep Imbangan Penerimaan dan Biaya 26 Kerangka Pemikiran Operasional 27

METODE PENELITIAN 30 Lokasi dan Waktu Penelitian 30 Metode Penelitian 30 Metode Pengumpulan Data 30 Metode Analisis dan Pengolahan Data 31

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN USAHA PENGGILINGAN PADI KASUS 33

Keadaan Wilayah, Topografi, dan Demografi Lokasi Penelitian 33 Keadaan Wilayah dan Topografi Kabupaten Cianjur 33 Keadaan Demografi penduduk 35 Gambaran Umum Usaha Penggilingan Padi di Cianjur 36 Gambaran Umum Usaha Penggilingan Padi Kasus 38

Alamat Usaha Penggilingan Padi Kasus 38 Sejarah Usaha 39 Tipe Usaha 43

Kapasitas Produksi 45 Bentuk dan Perizinan Usaha 45 Kepemilikan Aset Usaha 48 Modal Kerja 64

Karakteristik Pelaku Usaha Penggilingan Padi Kasus 66 ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI 67

Aktivitas Pengusahaan Penggilingan Padi 67 Aktivitas Pengadaan Gabah 68 Aktivitas Pengeringan Gabah 72

Page 12: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

vii

Aktivitas Pengolahan Gabah 76 Aktivitas Pengolahan Beras 81 Aktivitas Penjualan Beras 82

Pengelolaan Produk Sampingan Produksi 86 Pengelolaan Sekam 86 Pengelolaan Dedak 88 Pengelolaan Menir dan Broken Rice 89

Manajemen Pengusahaan Penggilingan Padi 90 Perencanaan (Planning) 90 Pengorganisasian (Organizing) 94 Pengarahan (Actuating) 96 Pengawasan (Controlling) 98

Analisis Pendapatan Pengusahaan Penggilingan 99 Penerimaan Usaha Penggilingan Padi 99 Pengeluaran Usaha Penggilingan Padi 101 Analisis Pendapatan dan Imbangan Penerimaan dan Biaya 103 Analisis Harga Pokok Penjualan Beras 104 SIMPULAN DAN SARAN 107

Simpulan 107 Saran 108

DAFTAR PUSTAKA 108 LAMPIRAN 111

DAFTAR TABEL

1 Persentase pengeluaran rata-rata per kapita sebulan kelompok barang konsumsi di indonesia tahun 2012 2 2 Perkembangan jumlah produksi, konsumsi, dan impor beras indonesia tahun 1971-2010 4 3 Jumlah usaha penggilingan padi di Indonesia pada Tahun 2008 dan 2012 5 4 Potensi kerugian akibat kehilangan pascapanen di Indonesia Tahun 2011 6 5 Jumlah ketersediaan dan kebutuhan konsumsi beras penduduk di Kabupaten Cianjur Tahun 2008-2011 34 6 Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin 35 7 Luas wilayah dan jumlah penduduk menurut wilayah pengembangan di Kabupaten Cianjur Tahnu 2011 36 8 Alamat masing-masing usaha penggilingan padi kasus 38 9 Sejarah masing-masing usaha penggilingan padi kasus 39 10 Tipe masing-masing usaha penggilingan padi kasus 44 11 Bentuk dan jenis perizinan pada usaha penggilingan padi kasus 46 12 Kepemilikan tanah dan banguan usaha penggilingan padi kasus 48 13 Jenis mesin giling yang dimiliki usaha penggilingan padi kasus 58 14 Peralatan pada masing-masing usaha penggilingan padi kasus 61 15 Jumlah tenaga kerja pada masing-masing

usaha penggilingan padi kasus 63

Page 13: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

viii

16 Identitas pelaku usaha masing-masing usaha penggilingan padi kasus 66 17 Biaya transportasi unuk kendaraan operasional pada PB. Jembar Ati 85 18 Tipe kepemimpinan pada masing-masing manajer

usaha penggilingan padi kasus 97 19 Penerimaan masing-masing usaha penggilingan padi kasus

per ton beras yang dihasilkan Tahun 2012 100 20 Biaya yang dikeluarkan masing-masing usaha penggilingan padi

kasus per ton beras yang dihasilkan Tahun 2012 102 21 Analisis pendapatan dan imbangan penerimaan dan biaya

pengusahaan penggilingan padi per ton beras yang dihasilkan 103 22 Persentase masing-masing komponen penerimaan

usaha penggilingan padi kasus Tahun 2012 105 23 Harga pokok pejualan per ton beras yang dihasilkan

masing-masing penggilingan padi kasus 106 24 Perbandingan harga penjualan dan harga pokok penjualan

per kilogram beras pada masing-masing usaha penggilingan padi kasus 106

DAFTAR GAMBAR 1 Perkembangan Produktivitas Padi Nasional Tahun 2007-2012 3 2 Rata-Rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan dan 8 3 Kurva biaya total dan biaya per unit jangka pendek 26 4 Kerangka Pemikiran Operasional Kinerja Usaha Penggilingan Padi Di Kecamatan Gekbrong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat 29 5 Peta Wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat 33 6 Diagram Penyebaran Penduduk Berdasarkan Lapangan Usaha di Kabupaten Cianjur 36 7 Contoh Surat Izin Usaha Penggilingan Padi Kasus 47 8 Lokasi Tempat Produksi Beras PB. Doa Sepuh 49 9 Lokasi Tempat Produksi Beras PB. Laksana Jaya 50 10 Lokasi Tempat Produksi Beras PB. Jembar Ati 52 11 Lokasi Tempat Pengolahan dan Packaging Beras PB. Jembar Ati 52 12 Lantai Jemur pada Masing-Masing Usaha Penggilingan Padi Kasus 53 13 Mesin Husker pada Penggilingan Padi 54 14 Mesin Polisher pada Penggilingan Padi 55 15 Rangkaian Mesin Husker dan Polisher pada Usaha Penggilingan Padi 55 16 Mesin Cleaner, Separator, dan Rice Grader 56 17 Alat Penggerak Mesin Penggilingan Pada

Usaha Penggilingan Padi Kasus 58 18 Ruangan-ruangan pada Oven PB. Jembar Ati 60 19 Jenis Timbangan Mekanik pada Usaha Penggilingan Padi Kasus 61 20 Peralatan Tambahan Aktivitas Usaha Penggilingan Padi Kasus 62 21 Tahap-Tahap Pengolahan Gabah Menjadi Beras pada

Usaha Penggilingan Padi kasus 77 22 Struktur Organisasi pada PB. Doa Sepuh 95 23 Struktur Organisasi pada PB. Laksana Jaya 96

Page 14: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

ix

24 Struktur Organisasi pada PB. Jembar Ati 96

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Tabel luas panen, produktivitas, dan produksi tanaman padi

di Indonesia Tahun 2012 112 2. Produksi padi sawah menurut kabupaten dan kota di Jawa Barat

Tahun 2007 - 2011 113 3. Banyaknya usaha penggilingan padi menurut skala usaha

di masing-masing provinsi di Indonesia Tahun 2012 114 4. Usaha penggilingan padi berdasarkan kecamatan

di Kabupaten Cianjur tahun 2010 115 5. Biaya pada masng-masing usaha penggilingan padi kasus

per ton beras yang dihasilkan Tahun 2012 116

Page 15: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman pangan merupakan subsektor pertanian yang bersentuhan langsung dengan kehidupan manusia tidak hanya secara sosial budaya, namun juga ekonomi bahkan politik. Kebijakan yang menyangkut tanaman pangan akan menimbulkan multiplier effect dalam berbagai sektor kehidupan masyarakat. Hal ini disebabkan karena sub-sektor tanaman pangan merupakan penyedia bahan pangan bagi penduduk. Selain itu, sub-sektor ini juga memiliki peran penting dalam perekonomian. Dapat diketahui bahwa pada tahun 2012 (angka sangat sementara) sub-sektor tanaman pangan mampu menyumbang sekitar 15,65 persen dari total Produk Domestik Bruto Non Migas dan telah menjadi mata pencaharian bagi 39.328.915 jiwa penduduk Indonesia (BPS 2012).

Komoditas tanaman pangan terdiri dari dua bagian besar, yaitu padi-padian (cereals) dan umbi-umbian (tubers). Tanaman pangan yang tergolong kategori cereals adalah padi, jagung, sorgum, kedelai, kacang hijau, dan gandum. Sedangkan tubers terdiri atas ubi kayu dan ubi jalar. Beras sebagai produk olahan utama dari padi (Oryza sativa) merupakan komoditas pangan yang memiliki karbohidrat yang tinggi jika dibandingkan dengan tanaman pangan lainnya. Hal inilah yang kemudian mempengaruhi jumlah konsumsi masyarakat terhadap beras.

Budaya mengkonsumsi produk olahan beras yang ditanamkan sejak revolusi hijau juga berpengaruh positif pada permintaan beras. Penduduk Indonesia sejak kecil telah dikenalkan kepada beras atau nasi sebagai bahan makanan utama sehingga sebagian masyarakat menganggap bahwa makan diidentikkan dengan mengonsumsi nasi yang berasal dari beras. Fenomena lain menunjukkan bahwa ada beberapa wilayah di Indonesia bagian timur yang menggantungkan pangan utamanya pada beras, contohnya Malra, Maluku Tenggara. Hampir seluruh masyarakat di Malra mengkonsumsi nasi sebagai pangan pokoknya, namun di wilayah ini hampir tidak pernah ditemui tanaman padi sehingga kebutuhan beras selalu dipasok dari luar daerah, seperti Surabaya. Hal ini menunjukkan sebenarnya pada zaman dahulu sudah ada komoditas lokal yang menjadi pangan utama masyarakat. Pengalihan kebiasaan disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah pengaruh kebijakan orde baru dalam menyokong program swasembada beras sehingga pada akhirnya masyarakat terbiasa untuk mengkonsumsi beras.

Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2012 Triwulan 1 diketahui bahwa pengeluaran penduduk Indonesia untuk konsumsi padi-padian mencapai 17,90 persen dari total pengeluaran konsumsi makanan per kapita per tahun. Fakta ini menjelaskan bahwa penduduk Indonesia masih bergantung pada beras untuk pemenuhan pangan pokoknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Khuimaidi (1997) yang menyatakan bahwa beras telah mengambil porsi terbesar dalam hidangan dan menjadi sumber energi terbesar bagi penduduk1.

1 Khumaidi, Muhamad. 1997. Beras Sebagai pangan Pokok Utama Bangsa Indonesia, Keunikan

dan Tantangannya. Orasi Ilmiah Guru Besar Ilmu Gizi FAPERTA IPB; 04 Januari 1997. Bogor (ID). IPB Pr.

Page 16: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

2

Tabel 1 Persentase pengeluaran rata-rata per kapita sebulan menurut kelompok

barang konsumsi di Indonesia Tahun 2012a Kelompok Barang Konsumsi Jumlah Persentase (%/kap/tahun) Padi-padian (beras) 57.908 17,90 Umbi-umbian 2.785 0,86 Ikan 26.600 8,22 Daging 13.075 4,04 Telur dan Susu 19.024 5,88 Sayur-sayuran 23.949 7,40 Makanan jadi 80.532 24,90 Tembakau dan sirih 39.038 12,07 Lain-lain 60.546 18,72 Jumlah makanan 323.478 100,00 aSumber: Badan Pusat Statistik 2012 (Diolah)

Beras merupakan salah satu komoditi pangan yang memiliki peran yang sangat strategis baik dari sisi produsen maupun konsumen. Seringkali beras dianggap sebagai kebutuhan dasar yang penting keberadaannya baik ditinjau dari aspek fisiologis, psikologis, sosial maupun antropologis bagi manusia.2 Ketersediaan beras di pasar akan berdampak signifikan pada kestabilan nasional, karena dengan persediaan beras yang cukup di pasar dan dengan harga yang terjangkau dapat menciptakan kondisi yang aman bagi suatu negara, terutama Indonesia. Hal ini disebabkan karena sebagian besar masyarakat Indonesia memiliki ketergantungan yang lebih kepada nasi sebagai panganan utama.

Salah satu upaya pemerintah dalam menyediakan beras sebagai pangan bagi sebagian besar penduduk Indonesia ditunjukkan melalui berbagai program kerja pengingkatan produktivitas padi. Gambar 1 Menunjukkan bahwa terjadi fluktuasi produktivitas dari tahun 2007 hingga 2012. Pada tahun 2010 hingga 2011 terjadi penurunan produktivitas. Penurunan produksitas tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti praktek konversi lahan pertanian yang gencar dilakukan oleh penggiat bisnis properti. Hal ini terbukti dari adanya penurunan luas panen yang pada tahun 2010 yaitu 13,253 juta ha menjadi 13,204 juta ton pada tahun 2011 (BPS 2012). Namun, penurunan produktivitas ini menjadi motivasi bagi pemerintah untuk terus mengupayakan peningkatan produksi beras mengingat pertumbuhan penduduk yang terus meningkat. Upaya yang dilakukan sepertinya menampakkan hasil dimana pada awal tahun 2012 terdapat peningkatan produksi yang sangat signifikan.

2Abdul Waries Patiwiri. 20-21 Juli 2004. Kondisi dan Permasalahan Perusahaan Pengolahan Padi

di Indonesia. Prosiding Lokakarya Nasional : Upaya Peningkatan Nilai Tambah Pengolahan Padi. F-Technopark Fateta-IPB. Hlm 22.

Page 17: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

3

Gambar 1 Perkembangan produktivitas padi nasional (ku/ha) Tahun 2007-2012 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012 (diolah)

Wilayah Indonesia yang menghasilkan beras dengan produktivitas tertinggi

antara lain adalah Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Lampung, Banten, Kalimantan Selatan dan Nusa Tenggara Barat. Jawa Barat dikenal sebagai lumbung beras nasional kedua setelah Provinsi Jawa Timur, dengan total luas areal panen mencapai 1,94 juta ha atau 14,46 persen dari luas panen nasional (Lampiran 1). Menurut Angka Ramalan II Badan Pusat Statistik pada tahun 2012, produktivitas rata-rata provinsi Jawa Barat mencapai 5,86 ton per Ha atau diatas rata-rata nasional yang hanya mencapai 5,12 ton per Ha, serta total produksi mencapai 11,40 juta ton atau 16,54 persen dari produksi nasional.

Jawa Barat sebagai lumbung padi nasional tidak terlepas dari peranan atau kontribusi masing-masing daerah untuk menghasilkan produksi padi. Hampir seluruh kabupaten atau kota di provinsi Jawa Barat melakukan budidaya tanaman padi. Kabupaten yang memiliki kontribusi terbesar pada total produksi padi di Jawa Barat adalah kabupaten Indramayu, yaitu mencapai 11,87 persen. Jumlah tersebut kemudian disusul oleh beberapa kabupaten lainnya, seperti Kabupaten Karawang, Subang, Garut, Tasikmalaya, dan Cianjur yang masing-masing menyumbang sebesar 10,16 persen; 9,36 persen; 7,30 persen; 7,13 persen; dan 6,36 persen (Lampiran 2).

Secara umum pemenuhan beras sebagai bahan pangan pokok saat ini mayoritas masih dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Namun, produksi padi dalam negeri belum mencukupi seluruh kebutuhan konsumsi nasional. Adapun perbandingan produksi dan konsumsi beras nasional Indonesia ditunjukkan pada Tabel 2.

47,05

48,94 49,99 50,15 49,80

51,19

444546474849505152

2007 2008 2009 2010 2011 2012

Page 18: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

4

Tabel 2 Perkembangan jumlah produksi, konsumsi, dan impor beras Indonesia Tahun 1971-2010a

Tahun Jumlah penduduk (jiwa)

Produksi (juta ton)

Konsumsi (juta ton)

Impor (juta ton)

1971 119.208.229 13,72 14,21 0,52 1980 147.490.298 22,29 21,50 0,54 1990 179.378.946 29,04 30,12 0,19 2000 206.264.595 32,96 35,88 1,50 2010 237.556.363 38,00 38,55 0,95 a Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012 (Diolah)

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa permintaan beras dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk Indonesia. Menurut hasil sensus Badan Pusat Statistik tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia telah mencapai 237.556.363 jiwa dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk selama sepuluh tahun terakhir sebesar 1,49 persen per tahun. Pertumbuhan penduduk ini tidak diimbangi dengan pertumbuhan produksi padi nasional sepuluh tahun terakhir yang hanya mencapai 1.595.069 ton Gabah Kering Giling (GKG) per tahun. Selain itu, pertumbuhan permintaan juga didorong oleh konsumsi beras rata-rata penduduk Indonesia yang tergolong tinggi, yaitu sebesar 113,48 kg beras per kapita per tahun (BPS, 2012). Hal inilah yang kemudian menjadi alasan utama bagi pemerintah melakukan impor beras untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Mengantisipasi adanya kebijakan impor beras untuk memenuhi kebutuhan nasional, pemerintah melalui program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) menargetkan Indonesia mampu mencapai surplus 10 juta ton pada tahun 2014.

Jika dilirik dari proses produksi beras maka dapat diketahui bahwa beras merupakan produk turunan utama yang dihasilkan dari padi. Beras merupakan gabah yang telah dikupas kulit sekamnya dan telah mengalami proses penyosohan hingga warna putih (Sa’id, et al. 2002). Selain beras, padi juga menghasilkan produk turunan berupa dedak, beras menir, sekam, dan lain-lain. Pengolahan butir padi menjadi beras merupakan salah satu tahapan pascapanen. Proses pengolahan ini telah mengalami perjalanan sejarah yang panjang. Diawali dengan menggunakan penggilingan padi manual, yaitu proses menumbuk padi dengan menggunakan alu dan lesung hingga menggunakan mesin dengan teknologi canggih.

Sistem penggilingan padi merupakan rangkaian mesin yang berfungsi untuk melakukan proses giling gabah, yaitu dari bentuk gabah kering giling sampai menjadi beras siap konsumsi. Melalui penggilingan, gabah memiliki nilai tambah sebesar 400-600% dalam bentuk beras giling (Rachmat et al. dalam Thahir 2010). Selain itu, penggilingan padi merupakan pusat pertemuan antara produksi, pascapanen, pengolahan, dan pemasaran gabah. Penggilingan padi memiliki peran yang sangat penting dalam sistem agribisnis padi atau perberasan di Indonesia. Hal ini menyebabkan penggilingan padi sebagai mata rantai penting dalam suplai beras nasional yang dituntut dapat memberikan kontribusi dalam penyediaan

Page 19: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

5

beras, baik dari segi kuantitas maupun kualitas untuk mendukung ketahanan pangan nasional.

Di Indonesia, sistem penggilingan padi umumnya terdiri dari tiga bagian pokok, yaitu husker, separator, dan polisher. Bagian lainnya hanya merupakan bagian pendukung untuk memperoleh hasil produksi yang lebih baik. Sistem pengolahan gabah menjadi beras umumnya dikelola oleh pihak swasta secara komersial. Hampir seluruh usaha penggilingan padi di Indonesia dikelola oleh pihak swasta. Peran swasta dalam pengadaan beras melalui usaha penggilingan padi sangatlah besar. Sekitar 93 persen ketersedian beras di pasar merupakan akibat beroperasinya unit usaha penggilingan padi swasta (Patiwiri, 2004). Hal ini dilatarbelakangi oleh kemampuan individu petani yang terbatas dalam memiliki separangkat mesin penggilingan. Dari segi biaya, serangkaian mesin tersebut membutuhkan modal yang relatif besar. Selain itu, kepemilikan lahan sawah yang sempit dengan produksi padi yang sedikit membuat petani tidak efisien untuk memiliki mesin penggilingan secara individu.

Dari segi ekonomi, keberadaan usaha penggilingan sangat berperan dalam akselarator peningkatan kesejahteraan masyarakat. Seperti kegiatan usaha lainnya, penggilingan padi dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Melalui menajemen usahanya, penggilingan padi seringkali terlibat membantu petani dalam proses penyimpanan dan pemasaran hasil panen petani. Selain itu, terkadang tingkat harga dan pendapatan yang diperoleh petani serta tingkat harga yang harus dibayar konsumen turut ditentukan oleh keberadaan penggilingan padi. Dalam kaitannya dengan proses penggilingan padi peranan ini tercermin dari besarnya jumlah penggilingan padi dan sebarannya yang hampir merata di seluruh daerah sentra produksi padi di Indonesia (Lampiran 3). Tabel 3 Jumlah usaha penggilingan padi di Indonesia pada Tahun 2008 dan 2012a Jenis Usaha Penggilingan padi 2008 2012 Penggilingan padi besar (PPB) 5.133 2.075 Penggilingan padi sedang (PPS) - 8.628 Penggilingan padi kecil (PPK) 39.425 169.044 Rice milling unit (RMU) 35.093 - Unit penggilingan engelberg 1.630 - Unit mesin huller 14.153 - Unit mesin penyosoh beras 13.178 - Jumlah 108.512 182.199 aSumber: Ridwan Thahir (2010) dan Badan Pusat Statistik (2012)

Pendataan jumlah penggilingan pada tahun 2008 dan 2012 memiliki klasifikasi usaha yang berbeda-beda. Pada tahun 2008, klasifikasi usaha penggilingan padi didasarkan pada konfigurasi mesin yang dimiliki oleh unit usaha sedangkan klasifikasi usaha penggilingan padi pada tahun 2012 didasarkan pada klasifikasi usaha menurut skala usaha. Berdasarkan Tabel 3 di atas diketahui bahwa usaha penggilingan padi 12 tahun terakhir mengalami peningkatan jumlah yang signifikan, yaitu sekitar 68,13 persen. Jika jumlah usaha penggilingan padi pada tahun 2008 hanya dapat melayani sekitar produksi padi dari kurang lebih 11,5 juta hektar lahan, namun pada tahun 2012 dengan peningkatan jumlah maka

Page 20: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

6

penggilingan padi yang ada telah melayani sekitar 65,76 ton produksi padi petani dari kurang lebih 13,2 juta hektar luas lahan padi sawah dan ladang.

Tersebarnya penggilingan padi di Indonesia tidak serta merta dapat memenuhi kebutuhan pasokan beras nasional. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar keadaan penggilingan padi yang belum efisien dalam keseluruhan aktivitasnya. Ketidakefisienan tersebut sangat dipengaruhi oleh keadaan industri penggilingan padi saat ini, seperti penggunaan mesin penggilingan padi kurang dari kapasitas maksimum, rendemen yang terus menurun, buruknya mutu gabah yang dihasilkan sehingga memiliki daya saing yang rendah, dan sebagainya.

Unit penggilingan padi pada tahun 2008 diketahui telah mencapai 108.512 unit dengan kapasitas kumulatif diperkirakan 109,5 juta ton per tahun (Ditjen P2HP 2009 dalam Thahir 2010). Produksi padi Nasional hanya 60,3 juta ton pada tahun 2008, setara dengan faktor konversi dari gabah ke beras 65 persen. Hal ini menyebabkan banyak unit penggilingan padi bekerja di bawah kapasitas terpasang. Fenomena ini telah tejadi sejak tahun 2003 sehingga diperkirakan hanya 40 persen unit penggilingan padi yang beroperasi dengan kapasitas penuh (Thahir, 2010).

Tingkat kehilangan hasil yang sangat tinggi pada sistem pengolahan padi di Indonesia mengindikasikan buruknya penanganan pengolahan pasca panen di Indonesia. Kehilangan hasil dapat merugikan perorangan seperti petani padi atau usaha jasa panen dan pasca panen. Kehilangan hasil jika diakumulasikan secara keseluruhan juga akan menimbulkan kerugian pada masyarakat dan negara. Potensi kehilangan pasca panen dengan asumsi produksi padi nasional tahun 2012 Aram II yaitu sebesar 65,76 juta ton adalah mencapai 8,78 juta ton, yaitu sekitar 13,35 persen. Kehilangan hasil ini disebabkan karena tidak adanya integrasi dari setiap subsistem agribisnis beras.

Tabel 4 Potensi kerugian akibat kehilangan hasil pasca panen di Indonesia Tahun 2011a Proses Pasca Panen

% Kehilangan Pasca

Panen(KPP)b

Jumlah KPP Tahun 2011 (Ton GKP)c

Jumlah KPP Tahun 2011

(Ton Beras)d

Nilai KPP (Rp

triliyun)e

Pemanenan 4,55 2.992.080 1.675.266 12,56

Perontokan 3,38 2.222.688 1.244.483 9,33 Pengeringan 0,98 644.448 3.608.264 27,06

Penyimpanan 1,37 900.912 504.421 3,78

Penggilingan 2,16 1420.416 795.291 5,97

Jumlah 13,35 8.778.960 4.915.340 36,87 a Sumber : Buletin teknologi pascapanen pertanian vol. 3, 2007 (Diolah).; b Kehilangan hasil pada ekosistem pada lahan irigasi.; c Produksi padi nasional Tahun 2011 Aram III sebesar 65,76 juta ton.; d Asumsi tingkat redemen sebesar 55,99 %.; e Asumsi harga beras Rp 7500/Kg.

Rendemen giling dari tahun ke tahun mengalami penurunan secara kuantitatif dari 70 persen pada akhir tahun 70an menjadi 65 persen pada tahun 1985, dan 63,2 persen pada tahun 1999. Rendemen tersebut terus menurun hingga

Page 21: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

7

pada tahun 2000, rendemen paling tinggi hanya 62 persen, bahkan kenyataan di lapang rendemen giling hanya mencapai maksimal 60 persen3. Setiap penurunan rendemen satu persen maka menyebabkan kehilangan jumlah beras lebih dari 657.600 ton, yang kemudian menyebabkan kerugian devisa setara lebih dari 381,40 juta USD per tahun (asumsi pada tahun 2012 produksi nasional sebesar 65,76 juta ton dan harga ratberas menurut world bank pada tahun 2012 adalah 580 USD per ton). Penurunan rendemen dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti penggunaan mesin penggilingan padi yang telah berumur tua, 32 persen dari mesin penggilingan padi yang digunakan dideteksi berumur lebih dari 15 tahun (Thahir, 2010). Selain itu, sistem konversi masih menerapkan sistem penyosohan one pass.

Meningkatnya kualitas beras dan rendemen hasil olahan akan menyebabkan meningkatnya keuntungan yang diperoleh oleh pengusaha penggilingan padi. Selain itu efisiensi pada kegiatan proses pascapanen juga akan menambah keuntungan bagi pengusaha pengolahan padi. Keuntungan ini akan makin bertambah apabila hasil samping dari pengolahan padi lebih dimanfaatkan. Saat ini, hasil samping berupa menir, dedak dan sekam belum mendapat perhatian yang serius baik dari pemerintah maupun dari pelaku usaha penggilingan padi itu sendiri. Nilai tambah yang dapat diperoleh dari pemanfaatan hasil samping pengolahan padi di lndonesia belum maksimal.

Berbagai permasalahan yang dihadapi oleh industri penggilingan padi kemudian akan mempengaruhi aktivitas dan manajemen usaha penggilingan padi. Aktivitas dan manajemen yang berbeda juga akan mempengaruhi perbedaan alokasi biaya yang dikeluarkan dan juga penerimaan yang diperoleh. Adanya perbedaan tersebut kemudian akan memperjelas kinerja masing-masing usaha penggilingan padi pada penelitian ini.

Perumusan Masalah Usaha penggilingan padi merupakan usaha yang menghubungkan aktivitas

petani dan konsumen. Dalam melakukan aktivitasnya, usaha penggilingan padi memerlukan input usaha berupa padi atau gabah. Sedangkan output yang dihasilkan oleh usaha penggilingan padi berupa beras merupakan produk pangan utama bagi masyarakat Indonesia.

Gabah merupakan hasil produksi budidaya tanaman padi yang dilakukan oleh petani dalam kurun waktu empat bulan untuk satu musim tanam. Petani seringkali mengalami harga yang rendah terhadap gabah yang dihasilkan, terutama pada saat panen raya dimulai. Rendahnya harga pada saat panen raya disebabkan melimpahnya pasokan gabah di pasar. Untuk melindungi petani sebagai produsen beras dan sekaligus insentif bagi petani agar tetap melakukan budidaya tanaman padi di musim berikutnya maka pemerintah Indonesia menetapkan kebijakan harga beli gabah atau yang dikenal dengan HPP (Harga Pembelian Pemerintah). Penetapan HPP dilakukan untuk menjaga harga tetap berada di level tertinggi agar petani tetap mendapatkan harga yang layak dari hasil 3Budiharti, Uning, dkk. Perbaikan Konfigurasi mesin pada penggilingan padi kecil untuk

meningkatkan rendemen giling padi. Prosiding, Litbang - Departemen Pertanian Republik Indonesia.

Page 22: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

8

panennya. Hal ini tentu sangat membantu petani dalam memasarkan hasil panennya dan mengurangi resiko harga yang dialami petani.

Gabah merupakan salah satu input dari kegiatan operasional usaha penggilingan padi. Sehingga dengan adanya kebijakan harga gabah melalui HPP maka akan mempengaruhi besaran biaya pembelian input yang dikeluarkan oleh pengusaha penggilingan padi. Semakin tinggi HPP yang ditetapkan pemerintah maka akan semakin tinggi biaya yang dikeluarkan untuk membeli gabah yang kemudian akan menyebabkan tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi.

Gambar 2 Rata-rata harga gabah di tingkat penggilingan dan HPP gabah

menurut kualitas gabah Tahun 2012 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012 (diolah)

Berdasarkan Inpres Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Kebijakan Pengadaan

Gabah atau Beras dan Penyaluran Beras Oleh Pemerintah maka sejak tanggal 27 Februari 2012 diberlakukan HPP untuk gabah kering panen dengan kualitas kadar air maksimum 25 persen dan kadar hampa atau kotoran maksimum 10 persen adalah Rp 3.300 per kg di petani atau Rp 3.350 per kg di penggilingan. Sedangkan Harga pembelian gabah kering giling dengan kualitas kadar air maksimum 14% dan kadar hampa/kotoran maksimum tiga persen adalah Rp 4.150 per kg di penggilingan atau Rp 4.200 per kg di gudang Perum Bulog.4

Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa HPP gabah bukan merupakan harga minimal gabah yang harus dibayar oleh usaha penggilingan padi. Harga gabah yang ditawarkan oleh petani kepada pedagang pengumpul maupun kepada usaha penggilingan padi lebih tinggi dibandingkan HPP yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Upaya pemerintah untuk melindungi petani kemudian akan menyebabkan tingginya biaya yang harus dikeluarkan oleh usaha penggilingan padi untuk memperoleh input produksi.

4http://www.bisnis-kti.com/index.php/2012/02/hpp-gabah-dan-beras-ditetapkan-naik-rerata-25/.

[diunduh 2013 Feb 03]

Januari Februari Maret April Mei Juni JuliGKP (HPP) 2.685,00 2.685,00 3.350,00 3.350,00 3.350,00 3.350,00 3.350,00GKP 4.475,32 4.232,68 3.692,51 3.797,13 3.902,53 3.932,23 3.957,75GKG (HPP) 3.300,00 3.300,00 4.150,00 4.150,00 4.150,00 4.150,00 4.150,00GKG 4.857,87 4.755,16 4.360,88 4.354,87 4.352,63 4.426,92 4.489,00

0,00

1.000,00

2.000,00

3.000,00

4.000,00

5.000,00

6.000,00

Rp/

Kg

Page 23: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

9

Di sisi lain, pemerintah juga menetapkan kebijakan harga beras. Kebijakan harga beras merupakan upaya bagi pemerintah untuk melindungi konsumen sehingga mendapatkan beras dengan harga yang relatif murah dan terjangkau. Berdasarkan Inpres Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Kebijakan Pengadaan Gabah atau Beras dan Penyaluran Beras Oleh Pemerintah, maka sejak tanggal 27 Februari 2012 pemerintah menetapkan HPP beras dengan harga Rp 6.600 per kg di Bulog. Dampak kebijakan ini adalah harga beras yang dijual kepada Bulog hanya dihargai maksimal sesuai dengan HPP beras yang berlaku.

Kebijakan lainnya yang mampu menggangu stabilitas harga beras di pasar adalah adanya kebijakan impor beras. Melalui kebijakan impor, pasar beras akan dibanjiri oleh beras impor yang kemudian mempengaruhi harga beras. Berdasarkan teori diketahui jika jumlah barang yang ditawarkan meningkat maka akan menyebabkan turunnya harga barang tersebut. Sehingga, melalui kebijakan impor pemerintah dapat mengendalikan harga beras agar tetap berada dikisaran harga standar sehingga konsumen dapat membeli beras dengan harga yang terjangkau.

Beras merupakan salah satu output produksi usaha penggilingan padi. Adanya kebijakan kemudian dapat mempengaruhi harga beras, dimana harga beras ditekan untuk tetap berada di level rendah agar dapat terjangkau oleh konsumen. Hal tersebut akan menyebabkan beras yang dihasilkan oleh usaha penggilingan padi dihargai murah oleh pasar sehingga menyebabkan penerimaan usaha akan berkurang.

Kebijakan pemerintah seringkali diupayakan untuk melindungi petani sebagai produsen padi dan konsumen beras. Akan tetapi, kebijakan tersebut justru akan menyebabkan usaha penggilingan padi mengalami posisi yang sulit dimana input produksi selalu diupayakan tinggi sedangkan harga output ditekan agar terjangkau oleh konsumen. Namun, berdasarkan data penyebaran usaha penggilingan padi, dapat diketahui bahwa masih banyak usaha penggilingan padi di Indonesia yang mampu bertahan dan bahkan mampu mengembangkan usahanya. Hal tersebut tentu akan sangat dipengaruhi oleh manajemen usaha yang dilakukan oleh pengelola masing-masing usaha penggilingan padi.

Di Indonesia terdapat beberapa klasifikasi usaha penggilingan padi, yaitu berdasarakan tipe usaha, berdasarkan konfigurasi mesin, dan berdasarkan skala usaha. Berdasarkan tipenya maka usaha penggilingan padi dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu maklon, non maklon, dan kombinasi keduanya. Istilah maklon dan non maklon meupakan istilah lokal. Oleh sebab itu, Winarno (2007) memberikan istilah rice milling commercial untuk usaha penggilingan padi dengan tipe maklon dan service mills untuk usaha penggilingan padi dengan tipe maklon.

Maklon merupakan usaha penggilingan padi yang hanya memberikan jasa penggilingan kepada petani atau pedagang pengumpul selaku pemilik gabah untuk mengolah gabah menjadi produk turuannya. Hasil olahan mesin penggilingan padi yaitu beras dan dedak akan diberikan kepada pemilik gabah. Kemudian pengusaha usaha penggilingan padi akan memperoleh upah atas jasa yang telah diberikan. Upah yang diterima oleh pengusaha penggilingan padi dapat berupa uang maupun produk hasil olahan mesin misalnya beras. Pembayaran upah dengan menggunakan beras ataupun hasil lainnya dikenal dengan istilah natura.

Page 24: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

10

Non maklon merupakan usaha (kesatuan) dimana seluruh aktivitas usaha penggilingan dimiliki dan dikelola oleh pengusaha usaha penggilingan padi. Input usaha berupa gabah dimiliki langsung oleh pengusaha usaha penggilingan. Pengadaaan input produksi dapat dilakukan melalui pembelian gabah kepada petani maupun pedagang pengumpul. Gabah yang telah diperoleh kemudian diproses melalui serangkaian kegiatan seperti pengeringan dan penggilingan untuk menghasilkan output berupa beras, dedak, sekam, dan menir. Hasil olahan tersebut kemudian akan didistribusikan kepada pelanggan yang telah menjalin kerjasama dengan usaha penggilingan padi. Serangkaian proses yang dilakukan dimanajemen oleh seorang pengusaha yang bertanggungjawab atas usaha tersebut.

Adanya variasi usaha penggilingan padi tersebut akan menyebabkan munculnya variasi pengusahaan dan manajemen usaha dalam mengahadapi keadaan dan permasalahan yang dihadapi oleh pengusaha penggilingan padi. Perbedaan atau variasi tersebut pada hakikatnnya merupakan upaya bagi usaha penggilingan padi untuk meminimalisir biaya produksi sehingga pengusaha memperoleh keuntungan maksimal atau melalui peningkatan nilai tambah dari output usaha penggilingan. Oleh sebab itu, diperlukan suatu penelitian untuk mempelajari secara mendalam aktivitas usaha yang dilakukan oleh pengusaha penggilingan padi. Hal ini dilakukan untuk menggambarkan kinerja usaha penggilingan padi dan variabel kunci yang mempengaruhinya.

Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana manajemen dan aktivitas masing-masing usaha penggilingan berdasarkan tipe usaha?

2. Bagaimana struktur biaya dari masing-masing tipe usaha penggilingan padi? 3. Apakah pengusahaan penggilingan padi dari masing-masing tipe usaha

sudah menguntungkan dan seberapa efisien aktivitas usaha yang dilakukan? 4. Mengapa terdapat variasi pengusahaan penggilingan padi berdasarkan tipe

usaha? 5. Variabel kunci apa sajakah yang mampu mempengaruhi kinerja usaha

penggilingan padi?

Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan manajemen dan aktivitas usaha penggilingan padi berdasarkan tipe usaha

2. Menganalisis struktur biaya masing-masing usaha penggilingan padi berdasarkan tipe usaha

3. Menganalisis keuntungan dan efisiensi masing-masing usaha penggilingan padi berdasarkan tipe usaha

4. Mengidentifikasi variabel-variabel kunci yang mempengaruhi kinerja usaha penggilingan padi.

Page 25: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

11

Manfaat Penelitian Pelaksanaan penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran

yang bermanfaat yang bersifat membangun bagi: 1. Peneliti (researcher), diharapkan dapat mengembangkan kemampuan

berfikir analitis serta dapat mengaplikasikan bidang keilmuan Agribisnis yang telah diterima selama menjalani kuliah di Institut Pertanian Bogor. Selain itu, penulisan ini dapat menjadi sarana untuk melatih peneliti menuangkan ide, gagasan, dan pemikiran berkaitan dengan fata yang ada dilapangan.

2. Pengusaha penggilingan padi (bussines owner), diharapkan dapat menjadi pedoman untuk meningkatkan kinerja dan merumuskan strategi usaha penggilingan padinya dalam upaya mencapai usaha penggilingan padi yang efisien dan efektif.

3. Pemerintah (policy maker), diharapkan dapat menjadi salah satu masukan untuk pengambilan kebijakan dalam rangka meningkatkan efisiensi penggilingan padi sebagai usaha pascapanen.

4. Pembaca (reader), diharapkan dapat menambah pengetahuan dan bisa menjadi referensi, pedoman, literatur, dan inspirasi untuk melakukan penelitian berikutnya yang lebih lengkap.

Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi pada analisis kinerja usaha penggilingan padi di

Kabupaten Cianjur dengan metode multiple case study. Usaha penggilingan padi yang dijadikan sebagai kasus pada penelitian ini adalah usaha penggilingan padi dengan klasifikasi tipe usaha, yaitu penggilingan padi maklon, non maklon, dan kombinasi. Studi kasus ini bertujuan untuk mendapatkan informasi lebih rinci atau mendalam terkait manajemen dan pelaksanaan aktivitas usaha pada masing-masing tipe usaha penggilingan padi. Data yang lengkap dan rinci dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja usaha penggilingan padi dan menganalisis variabel kunci yang mempengaruhinya.

Kinerja usaha penggilingan padi akan dibahas melalui analisis deskriptif terkait dengan aktivitas pada usaha penggilingan padi beserta manajemen dalam pengelolaan usaha tersebut. Selain itu akan diidentifikasi struktur biaya dan penerimaan untuk menggambarkan kinerja usaha berdasarkan profitabilitas dan imbangan biaya dan penerimaan (R/C analysis) pada masing-masing usaha.

TINJAUAN PUSTAKA Penelitian dengan topik kinerja usaha penggilingan padi dan penelitian yang

membahas komoditi padi bukanlah suatu hal yang baru. Oleh karena itu, penelitian ini juga menggunakan beberapa laporan penelitian terdahulu sebagai referensi dan pedoman. Referensi yang digunakan adalah berasal dari jurnal, artikel ilmiah laporan penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi. Berdasarkan referensi

Page 26: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

12

yang telah dibahas maka dapat diperoleh kesimpulan atas beberapa konsep yang berhubungan dengan tujuan penelitian ini.

Pola Pengusahaan Penggilingan Padi

Di Indonesia, usaha penggilingan padi memiliki peranan dalam mengkonversi gabah menjadi beras. Oleh sebab itu, mayoritas usaha penggilingan padi di Indonesia melakukan serangkaian aktivitas pascapanen dimulai dari pengeringan gabah sampai dengan pengepakan beras. Keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh satu unit usaha penggilingan padi seringkali menimbulkan resiko produksi yang tinggi, seperti tingkat kehilangan hasil yang tinggi sehingga kerugian yang dicapai sangat tinggi.

Mengantisipasi kerugian akibat resiko produksi tersebut, di Thailand aktivitas pascapanen tidak dilakukan oleh satu unit usaha melainkan terdapat spesialisasi aktivitas. Patiwiri (2004) memberikan contoh dua perusahaan yang berperan dalam konversi gabah menjadi beras dengan aktivitas yang berbeda tetapi saling terkait satu sama lain. Perusahaan pengolahan padi Siam Kasikij Silo Co. Ltd merupakan perusahaan pengolahan padi yang memiliki spesifikasi usaha pada proses pengeringan dan penyimpanan gabah.

Gabah Kering Giling dari perusahaan Siam Kasikij Silo Co. Ltd kemudian diolah oleh perusahaan Charoen Phokphand Intertrade Co. Ltd untuk kemudian menjadi beras yang siap untuk dikonsumsi. Selain itu, perusahaan ini juga melakukan reprocessing, yaitu mengolah beras kualitas buruk menjadi beras yang berkualitas baik. Kedua perusahaan diatas sangat memperhatikan aspek kualitas, keamanan, kebersihan dan kesehatan agar bisa menjadi perusahaan penghasil beras dengan mutu terbaik.

Pola penggilingan dengan spesialisasi usaha juga terdapat di Vietnam. Di distrik Rach Gia, Provinsi Long Anh pabrik penggilingan padi mimiliki bentuk formula Rice Milling Polish (RMP). Hal ini diungkapkan oleh M. Nur Gaybita pada tahun 2008 ketika rombongan PERPADI melakukan studi banding di daerah ini. RMP merupakan pola kegiatan yang tidak memproses gabah menjadi beras, tetapi memproses beras setengah jadi (derajat sosoh 50 persen) atau di Indonesia dikenal dengan beras pecah kulit (brown rice) menjadi beras berkualitas. Sedangkan proses penggilingan beras pecah kulit menjadi beras dilakukan di pedesaan dengan Rice Milling Unit (RMU) atau dapat juga disebut Penggilingan Padi (PP). Dengan demikian, seluruh sekam sudah tinggal di pedesaansehingga pengangkutan gabah ke RMP lebih efisien.

Adanya spesialisasi usaha yang dilakukan akan memberikan keuntungan bagi masing-masing usaha penggilingan. Keuntungan yang diperoleh masing-masing usaha penggilingan padi diantaranya adalah untuk mengurangi resiko produksi karena rendahnya mutu yang dihasilkan, tidak adanya usaha penggilingan padi yang menganggur akibat pasokan input yang terbatas. Selain itu, keuntungan juga diperoleh secara industri dimana industri penggilingan padi akan berkembang secara menyeluruh sehingga fungsinya sebagai akselarator kesejahteraan rakyat dapat dipenuhi.

Berbeda dengan apa yang diterapkan oleh dua negara produsen beras sebelumnya, yaitu Thailand dan Vietnam. Korea dan sebagian daerah di Indonesia

Page 27: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

13

lebih memilih pola usaha penggilingan padi RPC (Rice Processing Complex). RPC merupakan suatu kawasan sistem pengolahan padi yang terdiri dari subsitem pengeringan, subsitem penyimpanan, subsistem penggilingan dan subsistem pengemasan yang terintegrasi dalam satu lini proses menggunakan mesin modern. RPC merupakan konsep yang dilakukan dalam rangka mengontrol seluruh alur proses dalam sistem yang terintegrasi agar mutu produk dapat terjaga keragamannya dan dapat mengurangi susut bobot. RPC dapat menekan tingkat kehilangan hasil sehingga secara otomatis akan meningkatkan pendapatan usaha penggilingan padi. Menurut Sutrisno (2004) pola RPC yang diterapkan di Korea telah berhasil mengurangi susut bobot saat pengolahan dari 6 persen menjadi 1 persen. Selisih ini akan bernilai sangat besar jika dikonversikan terhadap jumalah output yang dihasilkan dan harga output tersebut.

Berbagai inovasi pola usaha penggilingan padi yang diterapkan oleh pengusaha penggilingan padi merupakan salah satu upaya untuk dapat memaksimalkan keuntungan yang diperoleh. Selain itu, dengan konsep pola usaha yang telah dijalankan kemudian diharapkan industri penggilingan padi mampu berkembang dan memiliki daya saing sehingga mampu menghasilkan beras dengan kualitas terbaik dan kinerja usaha yang efektif dan efisein.

Pengelolaan Usaha Penggilingan Padi

Di Indonesia, usaha penggilingan padi merupakan salah satu usaha yang berfungsi sebagai tempat pengolahan padi milik petani yang selanjutnya didistribusikan kepada konsumen. Peranan ini kemudian menjadikan usaha penggilingan padi sebagai titik sentral dari suatu kawasan pertanian. penggilingan padi ikut menentukan jumlah ketersediaan pangan, mutu pangan, harga pangan, pendapatan petani, serta lapangan pekerjaan di pedesaan. Penggilingan padi menjadi titik simpul industri pedesaan sehingga memainkan peranan yang sangat besar terhadap perekonomian pedesaan. Berdasarkan status hukumnya, penggilingan padi di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi perusahaan pribadi, perusahaan komanditer atau Commanditaire Vennontschap (CV), Perseroan Terbatas, Koperasi, Badan Usaha Milik Petani (BUMP) dan Unit Pengolahan Gabah dan Beras Bulog (UPGB Bulog). Perum Bulog adalah salah satu BUMN yang ditugaskan untuk melakukan pembelian hasil produksi petani padi, menjaga cadangan beras nasional serta menyalurkan beras bagi keluarga miskin. Perum Bulog saat ini memiliki infrastruktur berupa kantor pusat, kantro divre di 26 provinsi, kantor subdivre di 102 kabupaten atau kota, 1500 lokasi gudang dengan kapasitas 4.500.000 ton yang tersebar di seluruh Indonesia. Perum Bulog juga memiliki sarana Unit Pengolahan Gabah dan Beras (UPGB) sebanyak 97 unit dan 57 Drying Center. Fasilitas yang telah dimiliki oleh Bulog belum mampu menampung seluruh hasil produksi dari petani. Publikasi Patiwiri (2004) dalam Lokakarya Peningkatan Daya Saing Beras Nasional Melalui Peningkatan Kulaitas menyebutkan bahwa Bulog hanya mampu melakukan pengadaan dalam negeri berupa gabah dan beras sekitar 2-2,5 juta ton setara beras. Jumlah tersebut relatif masih kecil, yaitu hanya sekitar 7 persen dari total produksi nasional sebanyak 54 juta ton gabah.

Page 28: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

14

Peran swasta dalam pengadaan beras melalui usaha penggilingan padi di Indonesia sangatlah besar. Diperkirakan sekitar 93 persen ketersedian beras di pasar merupakan akibat beroperasinya unit penggilingan padi swasta. (Patiwiri, 2004). Hal tersebut juga terjadi di Vietnam, sekitar 91,6 persen usaha penggilingan padi yang ada di Vietnam dikuasai atau dimiliki oleh sektor swasta. Hampir setiap tahun (1995 sampai 2000), usaha penggilingan padi yang dimiliki swasta dapat memproduksi sekitar 90 persen dari jumlah total beras giling yang di produksi di Vietnam untuk kebutuhan domestik maupun luar negeri. Di Indonesia, sebagian usaha penggilingan padi yang dikelola oleh pihak swasta masih banyak mengalami permasalahan seperti akses terhadap permodalan yang sangat terbatas, kemampuan manajemen dari pengusaha yang terbatas, dan sebagainya. Hal ini mengakibatkan usaha yang dijalankan mayoritas adalah usaha penggilingan padi dengan skala kecil. Nugraha (2008) menyebutkan bahwa skala usaha yang kecil memiliki tingkat efisiensi yang lebih besar dibandingkan dengan usaha penggilingan padi dengan skala besar. Namun, yang menjadi perhatian disini adalah dengan skala yang kecil akan memberikan tingkat pendapatan yang kecil juga. Sehingga upaya untuk mencapai kesejahteraan pengusaha penggilingan padi akan relatif sulit. Tidak hanya di Indonesia, di Vietnam keberadaan usaha penggilingan padi yang dikelola oleh sektor swasta juga mengalami berbagai permasalahan. Namun, berbeda dengan di Indonesia, permasalahan dominan yang dihadapi adalah ketidakpastian mengenai perkembangan pasar. Hal ini dipicu oleh keterbatasan informasi yang diperoleh oleh pengusaha karena hingga saat ini pemerintah Vietnam belum bisa mengakomodasi mekanisme penyebaran informasi untuk usaha penggilingan padi swasta. Para pengusaha mendapatkan informasi melalui media, seperti surat kabar, radio, atau televisi yang biasanya hanya memberikan informasi yang sangat sedikit. Selain itu, informasi juga dapat diperoleh dari organiasai publik seperti Chamber of Commerce Vietnam dan organisasi lainnya. Data statistik atau informasi yang diperoleh tidak serta merta dapat diinterpretasikan oleh pengusaha. Hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan dari pengusaha penggilingan padi yang relatif rendah. Hasil penelitian Le Khuong N (2003) mengungkapkan bahwa dari hanya 6,1 persen pengusaha penggilingan padi yang memiliki gelar sarjana. Pengelolaan usaha di suatu negara sangat berbeda dengan negara lainnya. Hal ini disebabkan oleh lingkungan usaha baik internal maupun eksternal di setiap negara akan sangat berbeda. Oleh sebab itu, perlu penyesuaian di masing-masing negara agar usaha terutama usaha penggilingan padi yang dilakukan di sebuah negara dapat terkelola dengan baik sehingga mampu menjalankan fungsi utama yaitu sebagai fungsi fisik dalam mengkonversi gabah menjadi beras yang memiliki nilai tambah.

Struktur Biaya

Pengusaha penggilingan padi akan terus mengembangkan usahanya apabila usaha tersebut memberikan pendapatan kepada pengelolanya yang kemudian bermanfaat dalam kaitannya meningkatkan kesejahteraan pengelola. Pendapatan merupakan sebuah konsep yang terdiri atas biaya dan penerimaan. Pengusaha

Page 29: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

15

penggilingan padi memiliki motif usaha yaitu meminimalisir penggunaan biaya untuk mendapatkan penerimaan yang maksimal. Setiap usaha penggilingan padi memiliki komponen biaya yang berbeda-beda. Perbedaan komponen biaya sangat dipengaruhi oleh manajemen pengelolaan usaha yang dilakukan oleh pengusaha penggilingan padi. Pengusaha yang dapat mengontrol biaya sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengusaha tersebut mendapatkan pendapatan yang lebih dari usahanya. Komponen biaya secara garis besar digolongkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Komponen biaya untuk aktivitas usaha penggilingan padi terdiri atas biaya pada aktivitas pembelian gabah (GKP), biaya pengeringan gabah, biaya pengolahan gabah menjadi beras dan hasil sampingan lainnya, biaya penjualan beras, dan biaya penyusutan. Komponen biaya terbesar dalam serangkaian aktivitas usaha penggilingan padi per hari adalah biaya pembelian gabah (GKP), yaitu mencapai 94,03 persen dari total biaya. Setelah itu, diikuti dengan besarnya biaya pada penjualan beras sebesar 2,28 persen, biaya pengolahan sebesar 1,79 persen, dan biaya pengeringan sebesar 1,51 persen. Biaya terkecil terdapat pada biaya penyusutan yaitu hanya berkisar pada angka 0,39 persen dari total biaya. (Nugraha, 2008) Berdasarkan informasi komponen biaya tersebut dapat diketahui bahwa besarnya keuntungan yang diperoleh oleh usaha penggilingan padi dipengaruhi biaya pengadaan input yaitu gabah. Oleh sebab itu, tingginya harga gabah dengan harga penjualan beras yang relatif tetap akan membuat posisi pengusaha penggilingan padi akan sulit untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Masing-masing usaha penggilingan padi tentunya memiliki komponen biaya dan penerimaan usaha yang berbeda-beda. Hal tersebut didasarkan oleh skala usaha maupun tipe usaha. Usaha penggilingan padi dengan skala kecil akan mengeluarkan biaya usaha yang lebih kecil dibandingkan dengan usaha skala besar. Hal ini disebabkan karena usaha penggilingan kecil mengeluarkan biaya diperhitungkan yang lebih sedikit dengan memiliki mesin dan alat yang tidak memerlukan investasi yang besar. Sedangkan penerimaan per aktivitas penggilingan padi baik pada usaha penggilingan padi besar maupun kecil relatif sama. Oleh sebab itu, usaha penggilingan padi skala kecil akan lebih efisien dibandingkan dengan skala besar.

Kinerja Usaha Penggilingan Padi

Kinerja usaha penggilingan padi dapat ditentukan oleh tingkat pendapatan dan keberlangsungan usaha penggilingan padi. Pendapatan usaha penggilingan padi sangat dipengaruhi oleh aktivitas usaha yang dilakukan untuk mendapatkan hasil produksi. Usaha penggilingan yang mengahasilkan pendapatan yang tinggi kemudian akan mampu mengembangkan usaha penggilingan padinya. Pengembangan usaha penggilingan padi dapat berupa peningkatan skala usaha, peningkatan lini usaha, dan sebagainya yang kemudian akan meningkatkan kesejahteraan pengelola usaha. Pendapatan atau penerimaan usaha dapat diperoleh melalui upah pengolahan atau penjualan hasil produksi. Hasil produksi utama dari usaha

Page 30: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

16

penggilingan padi adalah beras. Selain itu, penggilingan padi juga menghasilkan produk sampingan seperti menir, dedak, dan sekam. Tingkat pendapatan pengusaha penggilingan padi dipengaruhi tingkat kehilangan hasil selama proses pascapanen dan rendemen giling dari usaha penggilingan serta peningkatan nilai tambah terhadap hasil usaha penggilingan padi. Tingkat kehilangan hasil yang sangat tinggi pada sistem pengolahan padi di Indonesia mengindikasikan buruknya penanganan pengolahan pascapanen di Indonesia. Kehilangan hasil dapat merugikan perorangan seperti petani padi atau usaha jasa panen dan pascapanen. Hasil survei Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian pada tahun 2007 menyatakan bahwa tingkat kehilangan hasil panen di Indonesia tergolong cukup tinggi. Pada lahan irigasi, tingkat kehilangannya cukup besar dibandingkan dengan ekosistem lainnya, yaitu hanya sekitar 13,35 persen. Lahan tadan hujan memiliki potensi tingkat kehilangan hasil sebesar 10,39 persen sedangkan tingkat kehilangan hasil pada lahan pasang surut dapat mencapai 15,25 persen. Potensi kehilangan pascapanen dengan asumsi produksi padi nasional tahun 2012 Aram II yaitu sebesar 65,76 juta ton adalah mencapai 8,78 juta ton, yaitu sekitar 13,35 persen (Tabel 4).

Selain tingkat kehilangan hasil yang tinggi, kinerja usaha penggilingan juga dapat diketahui melalui rendemen giling yang dihasilkan. Rendemen beras giling merupakan perbandingan antara bobot beras giling yang dihasilkan dengan bobot gabah. Jumlah rendemen yang diperoleh pada usaha penggilingan padi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kadar air, proses pengeringan, dan konfigurasi mesin yang digunakan. Selain itu, rendemen juga dipengaruhi oleh sistem kerja mesin penggilingan.

Rendemen beras giling merupakan beras yang dihasilkan dari proses penggilingan atau penyosohan untuk membersihkan beras pecah kulit dari lapisan bekatul dan lembaganya. Rendemen beras giling dapat diperoleh dari perbandingan antar bobot beras giling yang dihasilkan dengan bobot gabah dikalikan seratus persen (Suismono et al, 2003 dalam Kobarsih et al, 2008). Rendemen giling dipengaruhi kadar air gabah. Untuk meperoleh gabah dengan kadar air yang sesuai maka dilakukan proses pengeringan gabah. Pengeringan gabah dapat dilakukan dengan memnfaatkan lantai jemur dan sinar matahari maupun dengan memanfaatkan alat pengering.

Gabah yang dijemur dengan sinar matahari atau secara mekanis dapat menghasilkan tingkat rendemen dan kualitas yangg berbeda. Penjemuran gabah dengan memenfaatkan penyinaran dari sinar matahari dapat menghasilkan beras giling dengan mutu yang baik sepanjang tidak terganggu oleh hujan, menggunakan alas, dan melakukan pembalikan setiap 2 jam, serta pengaturan waktu istirahat 12-20 jam per hari. Apabila syarat perlakuan pada penjemuran gabah dilakukan maka menurut Thahir (2010) usaha penggilingan padi tersebut akan menghasilkan rendemen beras sebesar 57-60 persen dengan kandungan beras kepala 84 persen. Hal ini dibenarkan melalui penelitian yang kemudian dilakukan oleh Soetoyo dan Sumardi pada tahun 1980 dan Islam et al. pada tahun 2003 (Thahir, 2010).

Kadar air gabah pada saat penyosohan juga akan memengaruhi rendemen dan mutu beras giling. Dari segi mutu penampakan beras giling, penyosohan beras sebenarnya lebih baik dilakukan pada kadar air 15 persen karena butir beras lebih utuh dan kenampakan kesegarannya lebih baik daripada kadar air 14 persen.

Page 31: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

17

Namun, daya simpan beras lebih singkat, yaitu rata-rata selama tiga hari. Satake (1991) dan Juliano (2003) dalam Thahir (2010) juga menjelaskan bahwa pada kadar air rendah, beras mempunyai tendensi lebih kaku (rigid), tidak elastis, dan mudah patah dibanding pada kadar air yang lebih tinggi.

Dari hasil penelitian yang dilakukan BBPMP (Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian) tahun 2001 diperoleh hasil bahwa Penggilingan Padi Besar (PPB) memiliki tingkat rendemen yang paling tinggi dibandingkan dengan Penggilingan Padi Menengah (PPM) dan Penggilingan Padi Kecil (PPK), yaitu mencapai 61,48 persen dengan kulaitas beras kepala 82,45 persen dan broken 11,97 persen. Tingkat rendemen yang tinggi diperoleh karena bahan baku gabah yang digiling oleh PPB relatif lebih memenuhi standar gabah siap giling dalam hal kadar air dan lebih bersih dengan penambahan grain cleaner. Hal ini juga diungkapkan oleh Tjahjohutomo et al, (2004) dalam Thahir (2010), bahwa Penggilingan Padi Besar (PPB) memiliki rendemen giling mencapai 61,5 persen. Sedangkan Penggilingan Padi Menengah (PPM) dan Penggilingan Padi Kecil (PPK) hanya mencapai 59,7 persen dan 55,7 persen.

Rendemen beras yang dihasilkan merupakan salah satu ukuran yang menentukan pendapatan yang diperoleh oleh pengusaha. Rendemen beras yang tinggi berarti bahwa beras yang dihasilkan juga akan tinggi sehingga dengan harga yang tetap akan menyebabkan pendapatan bertambah. Hal ini senada dengan pernyataan Rosmawanty (2007), bahwa perusahaan penggilingan padi skala besar adalah yang paling menguntungkan dibandingkan penggilingan padi skala sedang dan kecil. Hal tersebut terjadi karena pengusahaan penggilingan padi besar memiliki tingkat rendemen yang tinggi sehingga penerimaan yang diperoleh dari penjualan beras giling lebih besar.

Selain tingkat rendemen, indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja usaha penggilingan padi adalah imbangan penerimaan dan biaya melalui analisis rasio R/C. Berdasarkan penelitian Nugraha (2008) diperoleh informasi bahwa pengusahaan penggilingan padi besar memiliki nilai rasio R/C atas biaya total sebesar 1,117, sedangkan rasio R/C atas biaya total pada pengusahaan penggilingan padi kecil adalah 1,174. Artinya, pengusahaan pengilingan padi kecil lebih efisien daripada penggilingan padi besar. Namun rasio R/C yang lebih tinggi dari satu menunjukkan bahwa pengusahaan penggilingan padi di Kabupaten Karawang sudah menguntungkan.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Penelitian ini dilandasi oleh teori-teori yang kemudian dapat digunakan sebagai landasan untuk menyajikan hasil penelitian sehingga pembahasannya kemudian merujuk kepada tujuan yang telah dirumuskan. Adapun teori yang digunakan dalam pembahasan hasil penelitian ini adalah berkaitan dengan konsep kinerja usaha, konsep manajemen usaha, konsep biaya, konsep pendapatan dan biaya imbangan. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing konsep tersebut.

Page 32: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

18

Konsep Kinerja Usaha Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja berarti: (1) sesuatu yang

dicapa, (2) prestasi yang diperlihatkan, (3) kemampuan kerja. Murphy (1990) menyatakan bahwa kinerja merupakan seperangkat perilaku yang relevan dengan tujuan organisasi atau unit organisasi tempat bekerja.5 Konsep kinerja (performance) dapat didefinisikan sebagai sebuah pencapaian hasil atau degree of accomplishment (Rue dan Byars, 1981 dalam Keban 1995). Hal ini berarti bahwa kinerja suatu organisasi dapat dilihat dari tingkatan sejauh mana organisasi dapat mencapai tujuan yang didasarkan pada tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Kinerja merupakan sebuah hasil (output) dari suatu proses yang dilakukan oleh seluruh komponen organisasi terhadap semua sumberdaya yang dimiliki (input). Selanjutnya, kinerja merupakan hasil dari serangkaian aktivitas atau kegiatan yang dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan kegiatan atau program dalam mewujudkan visi, misi, dan tujuan dari organisasi.

Kinerja dapat diamati melalui dua sisi, yaitu kinerja pegawai (individu) maupun kinerja organisasi. Kinerja individu merupakan hasil kerja perseorangan dalam suatu organisasi, sedangkan kinerja organisasi merupakan totalitas hasil kerja yang dicapai suatu organisasi. Kinerja pegawai dan kinerja organisasi memiliki keterkaitan yang sangat erat untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam mencapai tujuan, organisasi dengan segala upaya memanfaatkan segala sumberdaya yang dimiliki. Pemanfaatan sumberdaya organisasi dilakukan secara aktif oleh pegawai yang berpedoman kepada tujuan organisasi.

Kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Kinerja perusahaan hendaknya merupakan hasil yang dapat diukur dan menggambarkan kondisi empirik suatu perusahaan dari berbagai ukuran yang disepakati. Untuk mengetahui kinerja yang dicapai maka dilakukan penilaian kinerja.

Kata penilaian sering diartikan dengan kata assesment, sedangkan kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Menurut Yuwono et al (2006) ada dua pendekatan dalam mengukur kinerja perusahaan, yaitu:

1. Ukuran keuangan, yaitu ukuran kinerja yang beras dari laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan

2. Ukuran non keuangan, yaitu ukuran kinerja yang tidak terlihat langsung dari laporan keuangan, namun berhubungan dengan pencapaian ukuran keuangan dan bersifat kualitatif, seperti market share, market growth, dan tecnological capability.

Penilaian kinerja organisasi atau perusahaan dapat dilakukan melalui berbagai indikator. Menurut Kumorotomo (2005), terdapat empat indikator yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur penilaian kinerja sebuah organisasi. Indikator tersebut adalah:

1. Efisiensi: menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan organisasi dalam mendapatkan laba, memanfaatkan faktor produksi serta

5 Sudarmanto. 2009. Kinerja dan Pengembangan Kompetensi Sumberdaya Manusia. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, hlm 8.

Page 33: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

19

pertimbangan yang berasal dari rasionalitas ekonomis. Apabila diterapkan secara objektif maka likuiditasm solvabilitas, dan rentabilitas merupakan kriterian efisiensi yang relevan

2. Efektivitas: menyangkut rasionalitas teknis, nilai, misi, tujuan organisasi, serta fungsi agen pembangunan

3. Keadilan: menyangkut distribusi dan alokasi layanan diselenggarakan organisasi. Kriteria ini erta kaitannya dengan konsep ketercakupan atau kepantasan. Keduanya mempersoalkan apakah efektivitas tertentu, kebutuhan dan nilai-nilai dalam masyarakat dapat terpenuhi

4. Daya tanggap: daya tanggap terhadap kebutuhan vital masyarakat dan dapat dipertanggungjawabkan secara transparan.

Tujuan utama adanya penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai tujuan organisasi dan memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Melalui penilaian kinerja maka manajer puncak dapat memperoleh dasar yang obyektif untuk memberikan kompensasi sesuai dengan prestasi yang disumbangkan masing-masing pusat pertanggungjawaban kepada perusahaan secara kesuluruhan. Hal ini diupayakan untuk membentuk motivasi dan sebagai rangsangan pada masing-masing bagian dari perusahaan atau organisasi untuk bekerja lebih efektif dan efisien sesuai tujuan yang ditetapkan. Selain itu, menurut Lynch dan Cross (1993)6 terdapat manfaat dilakukan pengukuran kinerja, yaitu sebagai berikut:

1. Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa perusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan kepada pelanggan

2. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata rantai pelanggan dan pemasok internal.

3. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-upaya pengurangan terhadap pemborosan tersebut.

4. Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih konkret sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi.

5. Membangun konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan reward atas perilaku yang diharapkan tersebut.

Konsep Manajemen Usaha

Manajemen merupakan pengelolaan suatu pekerjaan untuk memperoleh hasil dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan dengan jalan menggerakkan orang-orang lain untuk bekerja. Manajemen menurut Stoner (1994) merupakan seni untuk untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang-orang (the art of getting things done throught people). Terry (1964) menyampaikan bahwa syarat manajemen adalah adanya suatu proses yang dilakukan oleh sekelompok orang atau grup dengan merujuk kepada suatu tujuan yang dinyatakan secara khusus.

George R Terry juga menyampaikan bahwa sumberdaya yang terdapat di dalam sebuah organisasi atau usaha terdiri atas enam komponen, yaitu manusia, 6 Sony Yuwono, dkk. 2002. Petunjuk Praktis Penyusunan Balanced Scorecard Menuju Organisasi

yang Berfokus pada Strategi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, hlm 29

Page 34: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

20

material, mesin, metoda, uang, dan pasar. Keenam komponen tersebut dikelola dan dikendalikan oleh seorang manajer untuk dapat mencapai tujuan atau sasaran dari organisasi atau usaha tersebut. Upaya pengelolaan yang dilakukan oleh pengusaha atau pimpinan organiasasi merujuk pada fungsi manajemen, yaitu planning, organizing, actuiting, dan cotrolling.

Manajemen tidak terlepas dari istilah organisasi. Menurut Fayol dalam Herujito (1992), organisasi merupakan sekumpulan manusia yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Namun, organisasi tidak hanya berupa kumpulan orang-orang namun juga merupakan kumpulan dari berbagai sumberdaya yang potensial untuk dikembangkan. Adanya kumpulan sumberdaya tersebut kemudian mendorong terciptanya manajemen yang baik sehingga sistem yang berlaku dapat mengantarkan organisasi tersebut pada tujuan utama. Di dalam sebuah organisasi usaha, terdapat orang atau dewan yang mengelola organisasi yang biasa disebut dengan manager.

Manajemen merupakan suatu jenis pekerjaan khusus yang menghendaki usaha mental dan fisik yang diperlukan untuk memimpin, merencakan, menyusun, mengawasi, serta meneliti. Oleh sebab itu, menurut Allen terdapat empat fungsi manajemen, yaitu leading, planning, organizing, dan controlling. Harold Koontz dan Cyril O’Donel memisahkan masing-masing peranan pada organizing menjadi lima fungsi pokok dalam manajemen, yaitu planning, organizing, staffing, directing and leading, dan cotrolling. Sedangkan menurut Hendry Fayol, fungsi manajemen meliputi planning, organizing, commanding, controlling, dan coordinate.7

Terry (1964) mengungkapkan bahwa terdapat empat fungsi manajemen seperti yang telah disampaikan oleh Allen. Namun, George Terry memasukkan fungsi leading pada fungsi actuiting sehingga fungsi manajemen adalah planning, organizing, actuiting, dan controlling. Berikut adalah penjelasan masing-masing fungsi manajemen. 1. Perencanaan (Planning)

Planning atau perencanaan merupakan rancang bangun atau perumusan dari tindakan-tindakan yang kemudian dilakukan untuk mencapai hasil atau tujuan yang diinginkan. Berdasarkan perencanaan dapat diketahui terkait apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukan dan siapa yang akan bertanggungjawab melakukan pekerjaan atau tindakan tersebut. Sebagaimana tujuan perusahaan yang selalu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan dan dinamika usaha, maka perencanaan pun tidak dapat statis namun harus dinamis, berkesinambngan dan fleksibel.

Perencanaan selalu menyertakan kegiatan, antara lain peramalan, pemrograman, dan penganggaran (Soekarso, 2007:118). Kegiatan peramalan, prediksi, prakiraan terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi sangat perlu dilakukan sebagai langkah preventif dalam mencegah kemungkinan resiko yang akan terjadi. Pemrograman juga penting dilakukan untuk merancang program kerja organisasional agar sesuai dengan visi dan misi organisasi. Sedangkan kegiatan penganggaran adalah menetapkan biaya yang diperlukan dan

7 Herujito, Yayat M. 1992. Edisi Ketujuh : Dasar-dasar manajemen. Sosek. Fakultas Pertanian.

Bogor (ID): IPB Pr.

Page 35: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

21

menetapkan pendapatan atau hasil yang akan diperoleh dari rangkaian aktivitas yang akan dilakukan.

Dilihat dari segi kepentingan perusahaan, maka perencanaan dalam perusahaan terdiri atas dua bagian, yaitu perencanaan primer dan perencanaan sekunder. Perencanaan primer mencakup perencanaan putaran aset atau turn over, perencanaan produksi, perencanaan pengadaan dan perencanaan pergudangan. Sedangkan perencanaan sekunder mencakup perencanaan kepemimpinan, perencanaan personil, perencanaan biaya, perencanaan pemasukan dan pengeluaran, perencanaan keuangan, serta perencanaan keuangan. 2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian merupakan sinergisasi bagian dalam organisasi untuk mencapai tujuan umum dari organisasi tersebut. Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen yang optimis karena pengorganisasian merupakan proses membangun organisasi yang dinamis dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan sesuai dengan perencanaan. Pengorganisasian meliputi penetapan kerja, penetaan struktur, staffing, alokasi sumberdaya, dan penentuan hubungan yang terintegrasi.

Pengorganisasian terdiri atas empat bagian, yaitu departementalisasi, struktur organisasi, staffing, dan fasilitating. Departementalisasi merupakan aktivitas pengelompokan organisasi menjadi bagian unit kerja (departemen) tertentu. Banyaknya departemen tergantung kepada kebutuhan dari perusahaan. Struktur organisasi merupakan bagan yang menggambarkan departementalisasi, kedudukan, tanggung jawab, hubungan kerja, wewenang, dan sebagainya. Proses pengisian jabatan struktural yang telah dirumuskan pada struktur organisasi dengan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas disebut dengan Staffing. Sedangkan fasilitating merupakan proses alokasi sumber daya manusia dan sumberdaya lainnya pada departemen lainnya sebagai pendukung operasional organisasi. 3. Pengarahan (Actuiting)

Pengarahan merupakan proses yang dinamis dalam memobilisasi sumber daya manusia dan sumberdaya lainnya agar dapat bertindak produktif dan efisien untuk mencapai sasaran atau tujuan organisasi yang telah direncanakan. Pengarahan merupakan upaya agresif dari manager untuk senantiasa memimpin, memotivasi, berkomunikasi, serta berkoordinasi dengan semua stakeholder.

Sebagai fungsi pengarahan, kepemimpinan mempunyai arti penting dan strategis dalam organisasi karena visi dan misi, serta kebijakan dan keputusan diperoleh melalui kepemimpinan. Pemimpin yang efektif dalam organisasi adalah pemimpin yang berjiwa enterpreneur dengan kreatifitas dan inovasi tanpa batas sehingga dapat menciptakan terobosan yang spektakuler untuk menghasilkan produk yang unik dan terbaru. Kepemimpinan yang efektif juga mampu berkomunikasi dan berkoordinasi dengan seluruh stakeholder baik secara horizontal maupun vertikal yang kemudian mampu mengintegrasikan dan menggerakkan semua sumberdaya yang dimiliki yang pencapaian tujuan yang efektif dan efisien.

Terdapat dua pola model kepemimpinan, yaitu kepemimpinan formal dan informal. Kepemimpinan formal merupakan kepamimpinan yang secara resmi ada pada seseorang sebagai akibat pengangkatan dalam jabatan struktural. Biasanya kepemimpinan formal dapat terlihat pada hierarki organisasi. Sedangkan

Page 36: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

22

kepemimpinan non formal merupakan kepemimpinan yang tidak didasarkan oleh pengangkatan dan tidak terlihat dalam hierarki maupun bagan organisasi. Efektifitas kepemimpinan terlihat pada pengakuan nyata dan penerimaan dalam praktek atas kepemimpinan seseorang.

Seorang dalam menjalankan perannya sebagai pemimpin memiliki tipe kepemimpinan yang berbeda-beda. Menurut P. Siagian tipe kepmimpinan dapat digolongkan menajadi lima tipe, yaitu otokratis, militeristis, karismatik, dan demokratis. Sedangkan menurut sebagian ahli lainnya mengelompokkan tipe pemimpin menjadi enam tipe, yaitu:

a. Otoriter Kepemimpinan pada tipe ini menganggap bahwa kepemimpinan adalah haknya sehingga segala keputusan dalam organisasi atau usaha menjadi hak dari pemimpin tersebut.

b. Demokrat Seorang pemimpin yang demokratis akan selalu berunding dengan bawahannya sebelum mengambil keputusan

c. Paternal Pemimpin dengan tipe paternal adalah pemimpin yang bersifat kebapakan yang pada dasarnya hampir mendekati tipe otokrat, walaupn pemimpin masih menganggap bawahan seperti anaknya yang perlu dibimbing

d. Personal Tipe kepemimpinan ini mencirikan bahwa terdapat kontak atau hubungan pribadi antara pemimpin dengan yang dipimpin. Biasanya tipe pemimpin seperti ini terdapat pada usaha-usaha kecil, dimana kontak atau hubungan antara pemimpin dengan bawahannya lebih sering terjadi dibandingkan engan perusahaan besar.

e. Non personal Kepemimpinan dengan tipe non personal adalah kepemimpinan yang terjadi atau dilakukan melalui instruksi, sumpah, ataupun janji jabatan.

f. Interaksi Pemimpin tipe ini ialah kepemimpinan yang terjadi pada kelompok-kelompok yang menuju satu tujuan khusus.

4. Pengendalian (Controlling) Pengendalian merupakan proses yang bertujuan memantau dan

mengendalikan kegiatan organisasi yang ketat dan akurat agar kinerja mencapai tujuan yang telah diproyeksikan sesuai dengan perencanan. Dalam istilah lain pengendalian merupakan proses pemantauan apakah kinerja organisasi sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Pengendalian atau biasa juga disebut dengan pengawasan. Pengawasan dapat ditinjau dari tiga segi, yaitu waktu, objek, dan subjek. Pengawasan dari segi waktu adalah pengawasan yang dapat dilakukan sebelum (preventif) dan sesudah (represif). Pengawasan preventif dialakukan dengan melalui perencanaan dan budgeting, sedangkan perencanaan represif dilakukan melalui budget dan laporan. Pengawasan dari segi objek adalah pengawasan terhadap objek atau aktivitas usaha, seperti produksi, keuangan, dan aktivitas lainnya.

Pengawasan dari segi subjek terdiri atas pengawasan intern dan ekstern. Pengawasan intern dilakukan oleh bagian pengawasan perusahaan melalui laporan, seperti laporan harian, laporan mingguan, laporan bulanan, dan laporan

Page 37: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

23

khusus. Pengawasan ekstern dilakukan oleh pihak eksternal, seperti akuntan publik. Pengawasan dapat dilakukan dengan mengawasi langsung ditempat operasional, mengawasi melalui laporan lisan, melalui tulisan dan juga melalui penjagaan khusus.

Berdasarkan uraian diatas maka disimpulkan bahwa pendapat George R Terry dijadikan acuan dalam penerapan fungsi manajemen dalam organisasi. Hal ini disebabkan karena fungsi manajemen yang dikemukakan oleh para ahli lainnya sudah terangkum di dalam keempat fungsi dasar manajemen yang dikemukakan oleh George R Terry.

Konsep Pendapatan

Aktivitas usaha atau bisnis yang dilakukan tidak akan terlepas dari tujuan yang hendak dicapai oleh perusahaan tersebut baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang. Tujuan juga dapat berupa tujuan ekonomi maupun tujuan non ekonomi. Salah satu tujuan ekonomi dari aktivitas usaha atau bisnis adalah memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dari korbanan yang telah dikeluarkan. Pendapatan yang diperoleh merupakan salah satu indikator kinerja usaha yang telah dilakukan.

Soeharjo dan Patong (1973) menyatakan bahwa pendapatan adalah balas jasa dari kerjasama faktor-faktor produksi, seperti mesin, tenaga kerja, dan modal. Pendapatan tidak hanya dapat diperoleh dari usaha yang dijalankan tetapi juga diperoleh dari hasil menyewakan kendaraan operasional, lahan, dan sebagainya. Dalam PSAK 23 (Rev 2009), pendapatan adalah penghasilan yang timbul selama dalam aktivitas operasional perusahaan. Selain itu, secara harfiah, pendapatan usaha juga daat diartikan sebagai selisih antara penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan.

Seluruh kegiatan perusahaan yang menimbulkan pendapatan secara keseluruhan disebut earning process yang kemudian dapat menimbulkan dua akibat yaitu pengaruh positif atau keuntungan dan pengaruh negatif atau beban dan kerugian (Rustam, 2002). Pendapatan yang diharapkan adalah yang memiliki nilai positif atau semakin besar nilainya maka akan dianggap semakin baik. Namun, besar atau kecilnya pendapatan tidak selalu mencerminkan efisiensi usaha, karena mungkin saja terdapat faktor lain yang mempengaruhi tinggi atau rendahnya pendapatan, seperti besaran modal yang diinvestasikan dan sebagainya.

Keberhasilan usaha dapat diukur melalui analisis terhadap pendapatan usaha. Melalui analisis pendapatan usaha maka dapat dieroleh gambaran aktual usaha dalam mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki untuk memperoleh penghasilan yang bernilai positif. Informasi berdasarkan analisis yang dilakukan dapat dimanfaatkan untuk perencanaan kegiatan usaha pada masa yang akan datang. Oleh sebab itu, konsep pendapatan tidak akan terlepas dari konsep penerimaan dan biaya. Secara matematika hubungan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut.

𝜋 = 𝑇𝑅 − 𝑇𝐶 Keterangan: 𝜋 = Jumlah pendapatan yang diterima perusahaan TR = Total penerimaan yang diperoleh perusahaan TC = Total biaya atau pengeluaran yang dikorbankan oleh perusahaan

Page 38: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

24

Berdasarkan persamaan matematika diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendapatan merupakan selisih antara total penerimaan (revenue) dengan total biaya (cost). Jika selisih tersebut bernilai positif maka perusahaan mendapatkan keuntungan. Namun, jika selisih tersebut bernilai negatif maka perushaan mengalami kerugian. Oleh sebab itu, pendapatan suatu usaha dapat dilakukan apabila informasi terkait dengan keadaan penerimaan dan pengeluaran atau biaya selama jangka waktu tertentu telah diketahui.

Menurut Husain (2004:65), penerimaan adalah sejumlah uang yang diterima dari penjualan produknya kepada pedagang atau langsung kepada konsumen. Selain itu, penerimaan usaha juga merupakan nilai dari hasil produksi dalam waktu tertentu dan merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi total dengan harga satuan dari produk tersebut. Oleh sebab itu, besaran penerimaan ditentukan oleh dua faktor, yaitu jumlah produk yang dihasilkan dan harga dari produk tersebut. Secara matematis, fungsi total penerimaan dapat dinyatakan sebagai berikut :

𝑇𝑅 = 𝑄 × 𝑃 Keterangan : TR = Jumlah penerimaan yang diperoleh perusahaan Q = Jumlah produksi total yang dihasilkan dalam proses produksi P = Harga satuan dari produk yang dihasilkan.

Pengeluaran atau biaya produksi merupakan nilai penggunaan faktor-faktor produksi dalam melakukan proses produksi selama usaha berlangsung. Mulyadi (1999) mengungkapkan bahwa biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Sedangkan dalam artian sempit, biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi untuk mendapatkan aktiva.

Informasi biaya sangat dibutuhkan untuk mengukur tingkat sumberdaya yang dikorbankan untuk menghasilkan pendapatan. Tanpa adanya informasi biaya maka pengusaha tidak memiliki ukuran apakah nilai input yang dikorbankan memiliki nilai ekonomi yang lebih rendah dariada nilai outputnya sehingga tidak dapat dilakukan analisis apakah usaha tersebut menghasilkan keuntungan atau menimbulkan kerugian. Selain itu, melalui informasi terkait biaya memungkinkan pengusaha dapat melakukan pengelolaan alokasi sumberdaya ekonomi untuk menjamin output yang dihasilkan memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai input yang dikorbankan.

Menurut Mulyadi (1999), biaya dapat digolongkan kepada beberapa jenis penggolongan. Umumnya penggolongan biaya ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai. Pada akuntansi biaya, biaya dapat digolongkan menurut objek pengeluaran, fungsi pokok dalam perusahaan, hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai, dan perilaku biaya dalam hubungannya dengan volum peroduksi, serta jangka waktu pemanfaatnnya. Berikut akan dijelaskan terkait dengan masing-masing penggolongan biaya. 1. Biaya menurut obyek pengeluaran

Nama obyek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yg berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar.

2. Biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan

Page 39: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

25

Dalam perusahaan manufaktur ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Pada perusahaan manufaktur biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu: a. biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah

bahan baku menjadi produk jadi yang siap untk dijual. Menurut obyek pengeluarannya, biaya produksi dapat dibagi menjadi: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik

b. biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk

c. biaya administrasi dan umum merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk.

3. Biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai Berdasarkan hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan: a. biaya langsung (direct cost), yaitu biaya yang terjadi yang penyebab satu-

satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai b. biaya tidak langsung (indirect cost), yaitu biaya yang terjadinya tidak

hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik.

4. Biaya menurut hubungannya dengan perubahan volume kegiatan Terdapat lima jenis biaya berdasarkan penggolongan ini, yaitu biaya variabel, biaya semi variabel, biaya semi tetap, dan biaya tetap. a. biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang jumlah totalnya berubah

sebanding dengan perubahan volume kegiatan. b. biaya semi variabel (semi-variable) adalah biaya yang berubah tidak

sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Dalam biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel.

c. biaya semi tetap (semi-fixed) merupakan biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.

d. biaya tetap (fixed cost), adalah biaya yang tetap jumlah totalnya dalam kisaran volume kegiatan tertentu, seperti biaya gaji direktur produksi.

5. Penggolongan biaya menurut jangka waktu manfaatnya Biaya menurut waktu manfaatnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan. a. pengeluaran modal (capital expenditure) dan pengeluaran pendapatan.

Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Contohnya adalah pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap, untuk reparasi besar terhadap aktiva, biaya depresiasi, dan biaya amortisasi.

b. pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut, seperti biaya iklan, biaya tenaga kerja.

Page 40: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

26

Gambar 3 Kurva biaya total dan biaya per unit jangka pendek

Sumber: Dominic Salvator, 2005 Perusahaan harus mampu mengontrol biaya yang digunakan dalam usaha

dan pendapatan yang diperoleh. Perusahaan akan tetap dapat beroperasi dengan keuntungan apabila penerimaan yang diperoleh dapat menutupi seluruh variable cost maupun fix cost yang dikeluarkan. Apabila perusahaan hanya mampu menutupi variable cost yang telah dikeluarkan maka perusahaan masih dianggap dapat melanjutkan usaha. Namun, jika perusahaan tidak mampu menutupi biaya variable cost maupun fix cost maka perusahaan disarankan untuk mengakhiri usahanya. Dalam konsep ekonomi, prinsip pelaku usaha dalam melakukan usaha adalah memanajemen semua aktivitas yang dilakukan agar dapat meminimalisir penggunaan biaya sehingga keuntungan yang diperoleh dapat dimaksimalkan. Konsep Imbangan Penerimaan dan Biaya

Unit usaha akan mengalami keuntungan, kerugian, atau mencapai titik impas apabila tingkat penerimaan dan biaya yang dikeluarkan hingga mencapai perbandingan tertentu. Usaha yang menggalami keuntungan, yaitu usaha yang memperoleh penerimaan lebih besar dibandingkan dengan biaya yang yang dikeluarkan, dan sebaliknya akan mengalami kerugian apabila biaya yang dikeluarkan lebih besar dari pada penerimaan yang diperoleh. Sedangkan usaha yang memperoleh penerimaan sama dengan biaya yang dikeluarkan akan mendapatkan keuntungan normal atau berada pada kondisi titik impas.

Soeharjo dan Patong (1973) menjelaskan bahwa pendapatan yang besar bukanlah berarti pertanda bahwa suatu usaha sudah efisien. Salah satu untuk mengukur efisiensi kegiatan usaha adalah dengan menggunanakan analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio analysis). Menurut Soekartawi,

Output

Biaya TC

TVC

MC

ATC

AVC AFC AFC

Biaya/unit

Output

Total biaya tetap

Total biaya variabel

Page 41: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

27

analisis rasio R/C merupakan salah satu analisis yang digunakan untuk mengetahui apakah suatu unit usaha dalam melakukan proses produksi mengalami kerugian, impas, ataupun untung. Analisis rasio R/C mampu menunjukkan besar penerimaan usaha yang akan diperoleh untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usaha. Semakin besar nilai R/C maka semakin besar pula penerimaan usaha yang diperoleh untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan usaha tersebut menguntungkan untuk dilaksanakan.

Kegiatan usaha dapat dikatakan layak apabila nilai rasio R/C lebih besar dari satu, artinya setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar daripada tambahan biayanya. Sederhananya, kegiatan usaha tersebut menguntungkan. Sebaliknya, apabila nilai rasio R/C lebih kecil dari satu, artinya tambahan biaya menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih kecil sehingga kegiatan usaha dapat dikatakan tidak menguntungkan. Sedangkan jika nilai rasio R/C sama dengan satu, maka kegiatan usahatani memperoleh keuntungan normal.

Kerangka Pemikiran Operasional

Dalam agribisnis perberasan di Indonesia terdapat peran penting yang dilakukan oleh usaha penggilingan padi. Usaha penggilingan padi merupakan bagian dari subsistem pengolahan yang kemudian merupakan titik temu antara produsen dan konsumen. Diketahui bahwa beras yang kemudian dapat diolah menjadi bahan makanan harus mengalami serangkaian aktivitas pasacapanen terlebih dahulu, yaitu aktivitas perontokan, penjemuran, dan penggilingan.

Usaha penggilingan padi biasanya membeli atau memperoleh input produksi dalam bentuk gabah kering panen (GKP). Biasanya gabah diperoleh langsung dari petani maupun pedagang pengumpul. Untuk melindungi petani dari harga rendah maka pemerintah melalui kebijakan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah menjaga harga tetap berada di level tertinggi. Hal ini menyebabkan tingginya biaya input produksi yang dikeluarkan oleh usaha penggilingan padi.

Di sisi lain, usaha penggilingan padi menghasilkan beras sebagai output utama. Beras merupakan produk panganan utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Seringkali ketersediaan beras dengan harga yang terjangkau menjadi tolak ukur keberhasilan suatu pemerintahan. Oleh sebab itu, keberadaan beras juga tidak luput dari kebijakan. Pemerintah menetapkan HPP terhadap beras yang jauh dibawah harga pasar dengan tujuan agar beras dapat dijangkau oleh konsumen. Tidak hanya HPP beras, pemerintah seringkali menetapkan kebijakan impor beras disaat harga beras mulai merangkak naiksehingga ketersediaan beras di pasar kembali melimpah dan harga beras dapat dikendalikan. Harga yang rendah di pasar berimpilkasi pada penerimaan dari usaha penggilingan padi berkurang.

Kebijakan pemerintah yang melindungi petani dan konsumen membuat posisi usaha penggilingan padi menjadi kurang menguntungkan. Di satu sisi, harga input produksi yaitu gabah dijaga agar tetap berada di level tertinggi sedangkan di sisi lain harga output produksi yaitu beras ditekan rendah agar

Page 42: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

28

konsumen dapat membeli beras dengan harga terjangkau. Hal ini kemudian akan mempengaruhi kinerja usaha penggilingan padi.

Di Indonesia terdapat klasifikasi penggilingan padi berdasarkan tipe usaha, yaitu usaha maklon, non maklon, dan kombinasi keduanya. Masing-masing tipe tersebut memiliki aktivitas usaha yang berbeda dengan tetap memiliki satu tujuan yaitu mendapatkan keuntungan atas usahanya. Maklon merupakan usaha penggilingan padi yang memiliki aktivitas usaha sebagai jasa penggilingan padi bagi petani maupun pedagang pengumpul. Penerimaan diperoleh didapat dari upah jasa penggilingan dan penjualan dedak dan sekam hasil penggilingan. Non maklon memiliki aktivitas usaha dimana pengusaha penggilinngan menggunakan jasa penggilingan padi untuk gabah miliknya sendiri. Oleh sebab itu, pengusaha penggilingan padi biasanya juga belakukan jual beli gabah dan beras.

Adanya variasi antar tipe usaha penggilingan padi tersebut akan menyebabkan munculnya variasi aktivitas usaha dan manajemen usaha. Perbedaan atau variasi tersebut pada hakikatnnya merupakan upaya bagi usaha penggilingan padi untuk meminimalisir biaya produksi sehingga pengusaha memperoleh keuntungan maksimal. Potret dari upaya-upaya yang dilakukan oleh pengusaha usaha penggilingan padi tersebutlah yang kemudian menarik untuk dikaji sehingga dapat menggambarkan kinerja usaha penggilingan padi.

Analisis dilakukan dengan mengetahui dengan rinci seluruh aktivitas usaha yang dilakukan oleh usaha penggilingan, yaitu mulai dari pengadaan input produksi, pengolahan input menjadi output produksi, hingga distribusi dan penjualan output produksi. Selain itu juga dianalisis terkait cara pemilik usaha mengendalikan usaha penggilingan padi dengan melakukan pendekatan planning, organizing, actuiting, dan controlling. Dalam penelitian ini, analisis akan dilakukan pada ketiga tipe penggilingan padi, yaitu non maklon, maklon, dan kombinasi. Hal ini dilakukan untuk menggambarkan ketiga kelompok berdasarkan aktivitas dan manajemen usahanya yang kemudian dapat dibandingkan antar satu sama lainnya. Analisis dilakukan untuk mengetahui karakteristik atau ciri dari usaha penggilingan padi berdasarkan tipe usaha.

Penelitian kemudian diarahkan untuk mengetahui seberapa menguntungkan pengusahaan penggilingan padi untuk masing-masing tipe usaha sebagai salah satu indikator kinerja usaha penggilingan. Analisis pendapatan ditelaah dengan mengidentifikasi komponen penerimaan dan biaya yang dikeluarkan dalam aktivitas usaha penggilingan padi yang dilakukan. Biaya diklasifikasikan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Selain itu, dilakukan analisis terhadap rasio R/C sebagai indikator efisiensi pada pengusahaan usaha penggilingan padi.

Informasi yang diperoleh kemudian akan dianalisis lebih lanjut terkait dengan variabel-variabel kunci yang mempengaruhi keinerja usaha penggilingan padi dengan indikator pelaksanaan aktivitas usaha dan pendapatan yang diperoleh oleh usaha penggilingan padi. Gambar 3 menunjukkan kerangka pemikiran operasional penelitian ini.

Page 43: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

29

Gambar 4 Kerangka operasional analisis kinerja usaha penggilingan padi, studi kasus pada tiga penggilingan padi di Kabupaten Cianjur

Pendapatan Usaha 1. Penerimaan

pengusahaan penggilingan padi

2. Biaya pengusahaan

Biaya usaha 1. Biaya Tetap 2. Biaya

Variabel

1. Dalam agribisnis perberasan terdapat subsistem pengolahan yang dilakukan oleh usaha penggilingan padi. Penggilingan padi mempunyai peran dalam mengkonversi padi menjadi beras.

2. Beras merupakan komoditi politik karena pemenuhannya menyangkut kehidupan mayoritas masyarakat Indonesia.

3. Adanya kebijakan harga gabah dan beras dari pemerintah mempengaruhi kinerja usaha penggilingan padi

4. Ada perbedaan tipe pengusahaan usaha penggilingan padi, yaitu maklon, non maklon, dan kombinasi keduanya.

Mempelajari secara mendalam usaha penggilingan padi berdasarkan tipe usaha

Aktivitas usaha 1. Pengadaan

input 2. Penjemuran 3. Penggilingan 4. Pengolahan

beras 5. Pengolahan

Gambaran komprehensif Kinerga Usaha Penggilingan padi dan variabel kunci yang mempengaruhinya

Kinerja usaha penggilingan padi

Manajemen usaha 1. Planning 2. Organizing 3. Actuiting 4. Controlling

Variabel Kunci yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Penggilingan Padi

Analisis Deskritif R/C ratio analysis

Page 44: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

30

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada usaha penggilingan padi di Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa lokasi penelitian merupakan daerah yang cukup banyak terdapat usaha penggilingan padi dan merupakan salah satu sentra produksi padi untuk Provinsi Jawa Barat. Selain itu, daerah ini mudah daikses oleh peneliti sehingga mempermudah penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober sampai Januari 2012. Penelitian dilakukan secara berulang-ulang dengan mendatangi lokasi penelitian untuk melihat aktivitas usaha yang dilakukan sekaligus melakukan wawancara dengan pengelola maupun tenaga kerja. Hal ini dilakukan agar informasi yang diperoleh lebih lengkap dan sesuai dengan kondisi di lapangan.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode multiple case study. Menurut Yin (2003) case study atau studi kasus merupakan penelitian pada objek tertentu dalam konteks kehidupan nyata (real life), bersifat temporer dan spesifik. Penelitian melibatkan kontak langsung dengan objek penelitian, bersifat detail dan menyeluruh (holistic). Berdasarkan objeknya, penelitian case study terdiri atas dua, yaitu single case study dan multiple case study. Single case study sesuai untuk diterapkan dalam meniliti obyek yang unik dan spesifik sehingga obyek tersebut berbeda dengan yang lain. Sementara itu, multiple case study dapat dipilih jika tujuan penelitian adalah untuk membandingkan satu obyek dengan obyek lain (cross-site comparison) sesuai fenomena yang diteliti. Berdasarkan pengertian tersebut maka dengan menggunakan metode multiple case study, diharapkan peneliti bisa menggambarkan secara rinci terkait objek penelitian dan membandingkan antar kasus yang diteliti. Objek penelitian ini adalah tiga usaha penggilingan padi berdasarkan tipenya, yaitu usaha maklon, non maklon, dan kombinasi keduanya. Hal ini dilakukan dalam rangka mengalisis kinerja usaha penggilingan padi dan variabel kunci yang mempengaruhinya.

Metode Pengumpulan Data

Data yang di peroleh dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dapat dikumpulkan dengan menggunakan triangulasi (triangulation), yaitu diperoleh dari wawancara langsung secara mendalam (deep interview) dengan pengusaha penggilingan kasus, pengamatan langsung (obsevation) di lapangan yang bertujuan untuk melihat aktivitas dan manajemen pengusahaan pengilingan padi, dan juga melalui dokumentasi. Data sekunder di peroleh melalui penulusuran kepustakaan melalui buku, jurnal ilmiah, media

Page 45: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

31

massa, kumpulan makalah seminar, browsing internet, dan penulusuran literatur lainnya yang berkaitan dengan topik penelitian ini. Selain itu, data sekunder juga diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat, Kementerian Pertanian Republik Indonesia, dan Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur.

Metode Analisis dan Pengolahan Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dan analisis kuantitatif berdasarkan data primer dan data sekunder dari hasil penelitian. Analisis kualitatif dilakukan untuk mendeskripsikan secara jelas dan lengkap terkait dengan aktivitas dan manajemen usaha yang dilakukan oleh pengusaha penggilingan padi.

Analisis pendapatan dilakukan dengan terlebih dahulu mengidentifikasi komponen penerimaan dan pengeluaran atau biaya berdasarkan masing-masing aktivitas usaha. Informasi yang diperoleh kemudian digunakan untuk menghitung pendapatan usaha serta rasio R/C. Perhitungan data kuantitatif tersebut dilakukan dengan menggunakan alat hitung kalkulator dan juga software Microsoft Excel 2007. Analisis Biaya Biaya diidentifikasi berdasarkan hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan dapat jumlah yang tetap dan tidak berpengaruh terhadap volume produksi. Biaya variabel adalah biaya dimana yang dikeluarkan kemudian akan berpengaruh terhadap volume produksi. Biaya tetap pada usaha penggilingan padi terdiri atas biaya penyusutan barang-barang investasi, biaya tenaga kerja tetap, biaya maintanance, biaya bunga pinjaman, biaya pajak bumi bangunan, pajak kendaraan biaya listrik dan air, dan sebagainya. Biaya variabel terdiri atas biaya pembelian gabah, biaya pengeringan gabah, biaya penggilingan, biaya pengolahan beras, biaya pengolahan hasil samping, dan biaya penjualan hasil produksi.

Biaya penyusutan alat-alat atau mesin-mesin, dan bangunan diperhitungkan dengan membagi selisih antara nilai pembelian dengan sisa yang ditafsirkan dengan lamanya modal dipakai. Metode yang digunakan dalam perhitungan biaya penyusutan adalah metode garis lurus. Umur yang dipakai pada perhitungan nilai penyusutan terhadap aset adalah umur teknis. Hal ini disebabkan karena aset masih tetap digunakan walaupun telah melampaui umur ekonomisnya. Secara matematis, perhitungan nilai penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus adalah sebagai berikut:

𝑃 = (𝑁𝑏 − 𝑁𝑠)

𝑛

Keterangan: P = Jumlah penyusutan pertahun (dalam rupiah) Nb = Nilai pembelian aset (dalam rupiah) Ns = Tafsiran nilai sisa (dalam rupiah) n = Umur teknis, dalam hari produksi

Page 46: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

32

Biaya penyusutan pertahun diperoleh melalui perhitungan dengan menggunakan metode seperti yang dijelaskan di atas. Penyusutan per bulan diperoleh dengan membagi penyusutan pertahun dengan jumlah bulan kerja dalam satu tahun, yaitu diasumsikan 12 bulan. Penyusutan per hari diperoleh dengan cara membagi jumlah penyusutan per bulan dengan jumlah hari kerja dalam satu bulan, yaitu 26 hari. Penyusutan per hari yang diperoleh kemudian dibagi dengan kapasitas produksi (ton) per hari untuk memperoleh penyusutan masing-masing aset yang dibebankan pada setiap satu ton beras yang dihasilkan. Semua nilai dari masing-masing komponen biaya yang telah diidentifikasi kemudian dikonversi ke dalam nilai untuk satu ton beras yang dihasilkan. Hal ini dilakukan agar proses pembandingan antar usaha pada kasus penelitian feasible dilakukan. Berdasarkan komponen biaya yang telah diidentifikasi dan dihitung nilainya, kemudian dilakukan perhitungan terhadap Harga Pokok Penjualan dari masing-masing hasil produksi, yaitu beras, sekam, dedak, dan menir. Perhitungan harga pokok produksi ini bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya yang dikorbankan dalam hubungannya dengan pengolahan bahan baku menjadi barang jadi atau jasa yang siap untuk dijual dan dipakai. Penentuan harga pokok sangat penting dalam suatu perusahaan karena merupakan salah satu elemen yang dapat digunakan sebagai pedoman dan sumber informasi bagi pimpinan dalam mengambil keputusan. Analisis Penerimaan Penerimaan total adalah nilai produk total dalam jangka waktu tertentu. Komponen penerimaan masing-masing usaha penggilingan padi kasus, berbeda-beda tergantung aktivitas usaha yang dilakukan. Penerimaan dapat berasal dari penjualan atau penawaran jasa maupun penjualan barang. Sama halnya dengan biaya, semua nilai dari komponen penerimaan yang telah diidentifikasi kemudian dikonversi ke dalam nilai untuk satu ton beras yang dihasilkan. Pada usaha maklon, penerimaan utama diperoleh dari upah jasa yang diberikan petani atau pedagang pengumpul atas jasa penggilingan padi yang diberikan. Pada usaha non maklon, penerimaan utama diperoleh dari penjualan output utama, yaitu beras. Usaha dengan tipe gabungan memperoleh penerimaan dari upah jasa maupun dari penjualan beras. Selain itu, masing-masing usaha juga memiliki komponen penerimaan dari penjualan produk samping, seperti sekam, dedak, menir, dan broken rice. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya

Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio analysis) merupakan alat untuk mengetahui kriteria kelayakan dari kegiatan usaha yang dilakukan. Rasio R/C membandingkan antara nilai output terhadap nilai inputnya atau perbandingan antara penerimaan usahatani (TR) dengan pengeluaran usaha. Analisis rasio R/C dilakukan berdasarkan jenis biaya yang dikeluarkan, dan biaya total (BT). Rumus Rasio R/C atas biaya tunai adalah sebagai berikut:

𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑅 𝐶⁄ = 𝑇𝑅𝐵𝑇

Page 47: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

33

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN USAHA PENGGILINGAN PADI KASUS

Keadaan Wilayah, Topografi, dan Demografi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di beberapa usaha penggilingan padi di Kabupaten Cianjur. Pada sub bab ini akan dibahas terkait dengan kondisi wilayah, topografi, dan demografi Kabupaten Cianjur. Hal ini dilakukan untuk memberikan gambaran umum mengenai kondisi alam maupun kondisi sosial ekonomi di Kabupaten Cianjur. Keadaan Wilayah dan Topografi Kabupaten Cianjur

Kabupaten Cianjur terletak diantara 6˚21’ - 7˚25’ Lintang Selatan dan 106˚42’ - 107˚25’ Bujur Timur dengan jarak sekitar 65 kilometer dari Kota Bandung dan 120 kilometer dari Ibukota Jakarta. Posisi tersebut menempatkan Kabupaten Cianjur berada ditengah-tengah wilayah Provinsi Jawa Barat, memanjang dari Utara ke Selatan. Kabupaten Cianjur memiliki puncak ketinggian sekitar 2.300 mdpl dan titik terendah berada pada 7 mdpl. Secara administratif wilayah Kabupaten Cianjur berbatasan dengan kabupaten lain, seperti disebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta, disebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi.

Gambar 5 Peta wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat Sumber: Laporan Tahunan Dinas Pertanian Kab. Cianjur, 2011

Kabupaten Cianjur memiliki luas wilayah sekitar 350.148 Ha yang terdiri atas 32 kecamatan, 6 kelurahan, dan 324 desa. Sebagian besar wilayah digunakan untuk pengembangan usaha pertanian dengan luas lahan sawah mencapai 65.993 Ha atau sekitar 18,85 persen dari total penggunaan lahan. Lahan Sawah tersebut terdiri atas pengairan teknis seluas 12.967 Ha (19,64 persen), pengairan ½ teknis seluas 8.811 Ha (13,35 persen), pengairan sederhana seluas 3.685 Ha (5,58 persen), pengairan desa seluas 22.560 Ha (34,18 persen), tadah hujan seluas 17.955 (27,20 persen), dan lainnya seluas 15 Ha (0,02 persen).

Page 48: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

34

Berdasarkan hasil analisa ketersediaan produksi beras di Kabupaten Cianjur selama empat tahun, diketahui rata-rata produksi beras mengalami peningkatan. Tahun 2009 meningkat 9,60 persen dari Tahun 2008, Tahun 2010 meningkat 16,81 persen dari 2009, dan Tahun 2011 menurun 10,61 persen dibanding tahun 2010. Sedangkan angka kebutuhan konsumsi secara rata-rata selama empat tahun ini relatif stabil, meskipun secara statistik mengalami peningkatan sebesar 0,53 persen. Kenaikan produksi tersebut merupakan hasil program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) yang dilaksanakan mulai Tahun 2011. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Jumlah ketersediaan beras dan kebutuhan konsumsi beras penduduk di Kabupaten Cianjur Tahun 2008-2011a Uraian 2008 2009 2010 2011 Ketersediaan (ton) 416.416 456.404 533.123 476.565 Jumlah penduduk (jiwa)

2.138.465 2.211.138 2.168.514 2.171.281

Kebutuhan konsumsi (ton)

226.357 234.049 229.537 229.830

Perimbangan (+/-) 190.059 222.355 290.261 246.735 Rasio 1,84 1,95 2,26 2,07 a Sumber: Laporan Tahunan Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, 2011

Dari Tabel 5 diketahui bahwa perimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan konsumsi penduduk selama empat tahun menunjukkan angka surplus. Akan tetapi jika ditinjau berdasarkan kecamatan maka terdapat empat kecamatan yang mengalami defisit produksi beras, yaitu Kecamatan Cianjur, Pacet, Sukanagara dan Cipanas. Hal ini disebabkan karena adanya alih fungsi pemanfaatan lahan dari tanaman padi ke komoditi sayuran dan tanaman hias sehingga areal sawah tidak seimbang dengan jumlah kebutuhan konsumsi penduduk. Walaupun defisit, beras di empat kecamatan tersebut tetap tersedia karena disuplai dari daerah lain.

Berdasarkan wilayah pembangunan, Kabupaten Cianjur dibagi menjadi Wilayah Pengembangan Utara (WPU), Wilayah Pengembangan Tengah (WPT), dan Wilayah Pengembangan Selatan (WPS). Berikut adalah penjelasan masing-masing dari wilayah pengembangan di Kabupaten Cianjur.

1. Wilayah Pengembangan Utara, merupakan dataran tinggi yang terletak di kaki Gunung Gede yang sebagian besar merupakan daerah dataran tinggi pegunungan dan sebagian lagi merupakan dataran yang dipergunakan untuk areal dan pesawahan. Kecamatan yang termasuk wilayah ini adalah Kecamatan Cibeber, Bojongpicung, Haurwangi, Ciranjang, Karangtengah, Cianjur, Warungkondang, Gekbrong, Cugenang, Pacet, Cipanas, Mande, Cikalongkulon, Sukaluyu, Cilaku, dan Sukaresmi.

2. Wilayah Pengembangan Tengah, merupakan daerah yang berbukit-bukit kecil dengan keadaan struktur tanahnya labil sehingga sering terjadi tanah longsor, dataran lainnya terdiri dari areal perkebunan, ladang dan pesawahan. Kecamatan yang termasuk daerah ini adalah Kecamatan

Page 49: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

35

Tanggeung, Pasirkuda, Pagelaran, Kadupandak, Cijati, Takokak, Sukanagara, Campaka dan Campaka Mulya.

3. Wilayah Pengembangan Selatan, merupakan dataran rendah akan tetapi terdapat bukit-bukit kecil yang diselingi oleh pegunungan yang melebar sampai ke daerah pantai Samudra Indonesia. Seperti halnya daerah Cianjur bagian tengah, bagian selatanpun tanahnya labil dan sering terjadi longsor. Di daerah ini terdapat areal perkebunan, ladang dan pesawahan tetapi tidak begitu luas. Kecamatan yang termasuk wilayah ini adalah Kecamatan Agrabinta, Leles, Sindangbarang, Cidaun, Naringgul, Cibinong, dan Cikadu.

Keadaan Demografi Penduduk Kondisi demografi akan dijelaskan untuk memberikan gambaran kondisi sosial ekonomi yang terdapat di lokasi penelitian. Pada sub bab ini akan dijelaskan terkait komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin, komposisi penduduk sesuai daerah pengembangan, dan komposisi penduduk berdasarkan lapangan usaha. 1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah Penduduk berdasarkan hasil angka sementara Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur tahun 2010 sejumlah 2.171.281. Komposisi penduduk Kabupaten Cianjur menurut jenis kelamin pada tahun 2010 adalah 51,73 persen laki-laki dan 48,27 persen perempuan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penduduk Kabupaten Cianjur menyebar seimbang antara jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin perempuan dengan rasio 51,73 : 48,27.

Tabel 6 Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kabupaten Cianjur

Tahun 2010a Jenis kelamin Jumlah penduduk (jiwa) Persentase (%) Laki-laki 1.123.091 51,73 Perempuan 1.048.190 48,27 Jumlah 2.171.281 100,00 a Sumber: Laporan Tahunan Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, 2011 2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Daerah Pengembangan Penduduk Kabupaten Cianjur tersebar hampir merata di semua wilayah pengembangan utara, tengah, maupun selatan. Penyebaran penduduk yang lebih banyak terdapat pada wilayah pengembangan utara Kabupaten Cianjur yang mencapai 60,68 persen. Hal ini disebabkan karena jumlah kecamatan di wilayah pengembangan utara juga lebih banyak dibandingkan dengan kecamatan di wilayah pengembangan tengan dan selatan. Sedangkan sisanya, yaitu sebesar 39,32 persen tersebar pada wilayah pengembangan tengah dan selatan. Penyebaran penduduk di masing-masing wilayah pengembangan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Page 50: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

36

Tabel 7 Luas wilayah dan jumlah penduduk menurut wilayah pengembangan di Kabupaten Cianjur Tahun 2011a Wilayah pengembangan

Luas wilayah (Km2) Jumlah Penduduk

Jumlah rumah tangga

Utara 1.075,55 1.433.833 371.652 Tengah 1.000,28 415.640 126.181 Selatan 1.425,64 321.808 101.433 Jumlah 3.501,47 2.171.281 599.266 a Sumber: Badan Pusat Stastistik Kabuapaten Cianjur, 2011 3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Lapangan Usaha

Pada tahun 2010, berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur, jumlah penduduk bekerja berdasarkan lapangan usaha sebanyak 833.063 orang. Dari Jumlah tersebut sebanyak 414.773 orang atau sekitar 49,79 persen bekerja pada lapangan usaha pertanian dan perikanan. Sekitar 63.603 penduduk atau sekitar 7,64 persen penduduk bekerja di sektor pengolahan. Lapangan usaha perdagangan memberikan kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja sebesar 165.250 orang atau sekitar 20 persen, sedangkan pada lapangan usaha jasa kemasyarakatan menyerap tenaga kerja sebesar 69.779 orang atau sekitar 8,4 persen. Sisanya sekitar 14,36 persen dari total penduduk Kabupaten Cianjur bekerja di sektor lain seperti pertambangan dan penggalian, listrik, gas dan air, bangunan, angkutan, pergudangan, komunikasi, dan sebagainya. Gambar 6 menyajikan persentase komposisi penduduk Kabupaten Cianjur berdasarkan lapangan usaha.

Gambar 6 Diagram Penyebaran Penduduk Berdasarkan Lapangan Usaha di Kabupaten Cianjur Tahun 2010

Sumber: Laporan Tahunan Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, 2011

Gambaran Umum Usaha Penggilingan Padi di Kabupaten Cianjur

Usaha penggilingan padi merupakan salah satu usaha pengolahan yang sangat penting keberadaannya di daerah-daerah sentra produksi padi. Cianjur merupakan salah satu daerah sentra produksi padi dengan peringkat keenam kabupaten penghasil padi di Provinsi Cianjur setelah Kabupaten Indramayu, Karawang, Subang, Tasik malaya, dan Garut.

50%

8% 20%

8% 14%

Pertanian

Industri Pengolahan

Perdagangan

Jasa Kemasyarakatan

Lainnya

Page 51: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

37

Sesuai dengan karakteristiknya maka gabah hasil budidaya tanaman padi oleh petani harus diolah terlebih dahulu untuk kemudian dapat dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan pangan. Pengolahan gabah menjadi beras sebagai output utama dilakukan dengan memanfaatkan teknologi. Dahulu, petani melakukan pengolahan gabah dengan cara yang sangat sederhana, seperti dengan menumbuk gabah. Namun, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan maka saat ini terdapat berbagai mesin yang dapat digunakan untuk mengolah padi.

Pengolahan dengan cara menumbuk padi dirasa sudah tidak efisien lagi untuk dilakukan saat ini. Oleh sebab itu, petani yang memiliki dana yang cukup kemudian akan membeli seperangkat mesin penggilingan padi yang kemudian digunakan untuk mengolah padi. Namun tidak semua petani mampu membeli mesin-mesin penggilingan padi. Hal ini disebabkan karena keterbatasan modal yang dimiliki dan kepemilikan lahan yang terbatas. Jika petani hanya memiliki lahan seluas 0,5 hektar maka tidak efisien jika petani harus mengolah padi secara mandiri dengan menggunakan mesin-mesin penggilingan padi. Pasalnya harga dari mesin penggilingan padi cukup tinggi dan biaya operasionalnya pun relatif mahal.

Keadaan yang demikian memberikan sebuah peluang bisnis yang besar bagi petani atau pengusaha yang memiliki modal cukup untuk membangun usaha penggilingan padi. Selain dapat dimanfaatkan untuk proses pengolahan padi milik pribadi, usaha ini juga dapat digunakan untuk menyediakan jasa pengolahan atau penggilingan padi bagi petani atau masyarakat yang membutuhkan.

Sebagai salah satu daerah sentra produksi padi maka ketersediaan atau keberadaan usaha penggilingan padi di Cianjur sangatlah berperan penting. Menurut data dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur tahun 2010 terdapat 1.209 unit usaha penggilingan padi yang tersebar di 26 kecamatan (Lampiran 4). Menurut Bapak Jayanuddin selaku Kepala Divisi Bina Usaha Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur, jumlah usaha penggilingan padi di Cianjur saat ini jauh diatas angka tersebut. Pasalnya, menurut informasi yang beredar saat ini masih banyak masyarakat Cianjur yang mendirikan usaha penggilingan padi di daerahnya bahkan di daerah-daerah yang telah jenuh. Maksudnya, jumlah usaha penggilingan padi di daerah tersebut telah melebihi kapasitas produksi daerah sehingga memunculkan persaingan yang ketat antar pengusaha penggilingan padi.

Sistem administrasi daerah saat ini tidak lagi mampu mengontrol jumlah usaha penggilingan padi agar sesuai dengan kapasitas daerah dalam menghasilkan padi. Hal ini disebabkan karena sistem perizinan usaha penggilingan padi tidak lagi melalui dinas pertanian setempat. Menurut Bapak Jayanuddin, sekitar satu dasawarsa yang lalu setiap pengusaha yang akan mendirikan usahanya diwajibkan untuk mengurus perizinan terutama surat izin ganguan (HO) atau Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dengan memberikan surat pengajuan usaha kepada Dinas Pertanian. akan tetapi surat izin tidak diberikan oleh Dinas Pertanian melainkan oleh Satpol PP. Sistem ini diberlakukan agar Dinas Pertanian dapat mengontrol keberadaan usaha penggilingan padi. Namun, saat ini semua perizinan tidak lagi melalui Dinas Pertanian.

Page 52: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

38

Gambaran Umum Usaha Penggilingan Padi Kasus

Penggilingan padi yang menjadi kasus pada penelitian ini adalah usaha penggilingan padi yang berada di Kecamatan Gekbrong dan Kecamatan Cilaku. Ada tiga usaha penggilingan yang telah diamati berdasarkan tipe usahanya, yaitu penggilingan padi maklon, non maklon, dan gabungan. Masing-masing usaha penggilingan padi tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Untuk mengetahui hal tersebut maka pada bagian ini akan dijelaskan perbedaan dari ketiga penggilingan padi kasus berdasarkan gambaran umum usaha penggilingan padi. Usaha penggilingan padi kasus adalah PB. Doa Sepuh, PB. Laksana Jaya, dan PB. Jembar Ati. Ketiga usaha ini bergerak dalam bidang usaha yang sama yaitu menyediakan atau sebagai pelaksana dalam proses konversi gabah menjadi produk yang memiliki nilai tambah (Value Added Product), yaitu beras atau hasil samping dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki. Gambaran umum ketiga usaha penggilingan padi ini dapat diketahui melalui alamat usaha, sejarah usaha, tipe usaha, bentuk usaha, dan kepemilikan aset usaha. Berikut akan dijelaskan secara khusus gambaran umum masing-masing usaha penggilingan padi kasus pada penelitian ini. Alamat Usaha Penggilingan Padi Kasus

Usaha Penggilingan padi yang menjadi kasus penelitian ini adalah usaha penggilingan yang berada di Kecamatan Gekbrong dan Kecamatan Cilaku. Pemilihan tempat atau usaha ini dilakukan dengan sengaja berdasarkan beberapa pertimbangan seperti kesesuaian usaha yang dituju dengan tujuan penelitian dan kemudahan dalam mengakses usaha.

Tabel 8 Alamat masing-masing usaha penggilingan padi kasus

Usaha penggilingan padi Alamat usaha

PB. Doa Sepuh Kampung Muhara RT 002/001 Desa Songgom, Kecamatan Gekbrong

PB. Laksana Jaya Kampung Cipadang RT 002/005 Desa Bangbayang, Kecamatan Gekbrong

PB. Jembar Ati Kampung Kadudampit RT 001/009 Desa Rancagoong Kecamatan Cilaku

PB. Doa Sepuh terletak di Kampung Muhara RT002/001 Desa Songgom,

Kecamatan Gekbrong. Lokasi usaha ini berjarak sekitar satu kilometer dari pinggir jalan raya kecamatan dan terletak di pinggir jalan desa yang menghubungkan Kampung Muhara dengan kampung lainnya di Desa Songgom. Oleh sebab itu, untuk mencapai lokasi usaha ini dari pinggir jalan raya maka diperlukan kendaraan roda dua ataupun roda empat. Jika pengunjung tidak memiliki kendaraan maka di jalan menuju Kampung Muhara telah tersedia jasa ojek yang dapat digunakan. Namun, untuk mencapai lokasi ini tidak tersedia angkutan umum. Kampung Muhara atau lokasi usaha juga dapat dicapai melalui jalan-jalan desa yang menghubungkan Desa Songgom dengan desa lainnya.

Di sekeliling tempat usaha ini terdapat hamparan sawah milik warga Desa Songgom maupun Desa Bangbayang yang secara administratif berbatasan dengan

Page 53: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

39

Desa Songgom. Hal ini dapat menjadi sebuah keuntungan bagi usaha ini karena ketika panen, masyarakat tidak perlu lagi mencari penggilingan padi di daerah lain.

PB. Laksana Jaya beralamat di Desa Bangbayang Kecamatan Gekbrong. Berbeda dengan PB. Doa Sepuh, usaha ini berada di pinggir jalan raya Sukabumi KM 9, yaitu di Kampung Cipadang RT 002/005. Lokasi yang dimiliki oleh PB. Laksana Jaya merupakan keuntungan tersendiri bagi pemilik usaha. Hal ini disebabkan akses masuk maupun keluar dari tempat usaha sangatlah mudah sehingga memudahkan pelaku usaha untuk berinteraksi dengan pelanggan.

Berbeda dengan PB. Doa Sepuh dan PB Laksana Jaya, usaha penggilingan padi PB. Jembar Ati berada di Kecamatan Cilaku. Adapun alamat lengkap usaha ini berada di Kampung Kadudampit RT 001/009 Desa Rancagoong Kecamatan Cilaku Kabupaten Cianjur. Lokasi usaha berada di jalan desa yang menghubungkan Kampung Kadudampit dengan Kampung Warungjengkol. Jarak dari jalan raya Kabupaten Cianjur menuju usaha adalah sekitar lima kilometer. Jarak tersebut dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda 2, roda 4, bahkan kendaraan yang memiliki roda lebih dari 4 seperti cold diesel, dan lainnya. Kemudahan dalam mencapai lokasi usaha PB. Jembar Ati juga ditandai dengan beroperasinya angkutan umum maupun jasa ojek.

Sejarah Usaha Ketiga usaha yang menjadi kasus pada penelitian ini mempunyai sejarah usaha yang berbeda-beda. Masing-masing mempunyai perjalanan usaha yang panjang hingga sampai saat ini masih tetap survive ditengah persaingan usaha yang semakin tinggi. Sejarah masing-masing usaha, yaitu PB. Doa Sepuh, PB. Laksana Jaya, dan PB. Jembar Ati dapat ditelaah melalui tahun berdirinya usaha, kepemilikan usaha dari awal berdiri hingga saat ini, modal awal usaha, dan aset awal usaha.

Tabel 9 Sejarah masing-masing usaha penggilingan padi kasus

Usaha penggilingan

Kepemilikan usaha Pengelola usaha

Tahun berdiri usaha

Modal usaha (Rp) Awal berdiri

usaha Saat ini

PB. Doa Sepuh

Didin Didin Nanan 1995 11.000.000

PB. Laksana Jaya

H. Munajat H. Asep H. Asep 1987 30.000.000

PB. Jembar Ati

H. Apud H. Apud H. Apud 2005 600.000.000

Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa PB. Laksana Jaya merupaka usaha yang didirikan jauh sebelum kedua usaha lainnya pun didirikan. Perbedaan tahun berdiri juga menyebabkan perbedaan nilai mata uang yang digunakan sehingga dapat dijelaskan bahwa modal usaha yang terdapat pada Tabel 9 merupakan nilai modal pada saat usaha didirikan. Sejarah berdirinya ketiga usaha penggilingan kasus pada penelitian ini dapat diketahui lebih rinci melalui pembahasan berikut ini.

Page 54: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

40

a) Sejarah Usaha PB. Doa Sepuh PB. Doa Sepuh merupakan usaha yang dimiliki oleh Bapak Didin. Bapak

Didin bukan merupakan pemilik usaha ini dari sejak awal berdirinya. Pasalnya, usaha ini telah berpindah kepemilikan sebanyak tiga kali sebelum akhirnya dimiliki oleh Bapak Didin pada tahun 2008. Saat ini Bapak Didin tinggal dan menetap di Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi. Sejak tahun 1995 pemilik usaha penggilingan padi telah menjalin kerjasama dengan Bapak Endin dalam mengelola aktivitas usaha PB. Doa Sepuh. Oleh sebab itu, walaupun kepemilikan usaha ini telah beralih kepada Bapak Didin, namun hingga saat ini yang mengelola usaha penggilingan padi ini adalah Bapak Endin dan keluarga. Pada tahun 2003 Pak Endin mempercayakan usaha ini untuk dikelola oleh putra sulungnya, yaitu Bapak Nanan. Pada awalnya usaha ini dikelola oleh Bapak Endin untuk menghidupi keluarganya yaitu satu istri dengan lima orang anak. Namun, setelah semua anak-anak beliau termasuk Bapak Nanan telah memiliki kehidupan masing-masing maka usaha penggilingan ini diserahkan kepada Bapak Nanan. Bagi Bapak Nanan, usaha jasa penggilingan padi ini merupakan pekerjaan utama beliau untuk menghidupi keluarganya yang terdiri atas satu istri dan satu anak.

Bapak Nanan ikut serta mengelola usaha penggilingan padi bersama Bapak Endin dari semenjak beliau masih menduduki bangku sekolah dasar. Oleh sebab itu, beliau sangat mengerti perjalanan panjang usaha ini dan berbagai masalah yang kerap dihadapi. Usaha penggilingan padi PB. Doa Sepuh yang saat ini dikelola oleh Bapak Nanan merupakan usaha penggilingan padi yang hanya bergerak atau beraktivitas untuk melayani jasa penggilingan padi bagi petani sekitar desa.

Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Bapak Nanan, bahwa modal awal pembangunan usaha penggilingan ini adalah berkisar Rp. 10.000.000. Namun, investasi tersebut tidak dikeluarkan oleh keluarga Bapak Endin yang sejak awal tahun 1995 mengelola usaha ini. Aset awal yang dimiliki oleh usaha ini adalah sebidang tanah dengan luas 268 m2 yang diatasnya terdapat sebidang lantai jemur dan sebuah bangunan yang kemudian digunakan untuk aktivitas usaha. Selain itu, PB. Doa Sepuh memiliki mesin diesel, mesin husker, dan mesin polisher yang masing-masing berjumlah satu unit.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa PB. Doa Sepuh merupakan usaha atas kerjasama Bapak Didin dengan Bapak Endin. Kerjasama ini dilandasi oleh beberapa kesepakatan yang terkait hak dan kewajiban masing-masing pihak. Kesepakatan yang terbentuk kemudian tidak dituangkan kedalam kontak perjanjian. Hal ini disebabkan karena kedua belah pihak telah berkomitmen untuk mematuhi kesepakatan tersebut. Hal ini terbukti bahwa hingga saat ini kesepakatan-kesepakatan tersebut masih tetap dilaksanakan. Berikut adalah beberapa kesepakan yang telah disepakati dan dilaksanakan antara Bapak Didin dengan Bapak Endin hingga saat ini.

1. Pengelola usaha harus memberikan uang sebesar Rp 600.000 per bulan kepada pemilik usaha

2. Biaya operasional berupa gaji tenaga kerja dan biaya pembelian bahan bakar minyak menjadi tanggung jawab pengelola usaha.

Page 55: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

41

3. Biaya perawatan ataupun pembelian mesin akan menjadi tanggung jawab pemilik usaha. Namun jika biaya perawatan atau pembelian mesin tersebut tinggi maka pengelola bersedia untuk membantu pemilik usaha. Bapak Nanan selaku pengelola usaha saat ini memiliki keinginan untuk

membeli usaha penggilingan padi ini kepada Bapak Didin. Keinginan tersebut didorong oleh kekhawatiran Bapak Nanan jika sewaktu-waktu Bapak Didin menjual usah ini kepada pihak lain. Keinginan Bapak Nanan tersebut tidak dipenuhi oleh Bapak Didin. Namun, Bapak Didin berjanji tidak akan menjual PB. Doa Sepuh dan menyerahkan sepenuhnya pengusahaan usaha ini kepada keluaga Bapak Nanan.

b) Sejarah Usaha PB. Laksana Jaya

Pada Tabel 9 diketahui bahwa PB. Laksana Jaya merupakan usaha penggilingan padi yang berdiri pada tahun 1987. Usaha ini dibangun dan dikelola oleh Bapak H. Munajat (almarhum). Namun, untuk selanjutnya kepemilikan dan pengelolaan usaha ini telah diwariskan kepada Bapak H. Asep yang merupakan putra sulung dari Bapak H. Munajat. Oleh sebab itu, hingga saat ini aktivitas bisnis PB. Laksana Jaya dikelola oleh Bapak H. Asep.

Bapak H. Munajat mendirikan usaha ini dengan mengeluarkan sejumlah dana investasi. Namun jumlah tersebut tidak dapat diketahui pasti. Hal ini disebabkan keterbatasan yang dimiliki oleh Bapak H. Asep untuk mengingat hal tersebut. Selain itu, menurut Bapak H. Asep hal tersebut sulit untuk diperkirakan karena jumlah uang pada tahun 1987 sangat jauh berbeda dengan jumlah uang saat ini karena adanya faktor time value of money dalam penggunaan sejumlah uang tersebut. Namun, jika dilakukan pendekatan dengan nilai uang saat ini maka besaran investasi yang dikeluarkan oleh Bapak H. Munajat adalah berkisar Rp 300.000.000 termasuk tanah dan bangunan atau diperkirakan sekitar Rp 30.000.000 pada tahun 1987.

Pada awalnya PB. Laksana Jaya dibangun oleh Bapak H. Munajat hanya untuk melayani petani dan pedagang pengumpul dengan memberikan jasa konversi gabah menjadi beras melalui mesin-mesin penggilingan yang mereka punyai. Namun, seiring perkembangan usaha yang telah diraih oleh Bapak H. Asep maka saat ini usaha PB. Laksana Jaya tidak hanya sebatas penyediaan jasa penggilingan padi tetapi juga melaksanakan aktivitas pembelian gabah dan mengolah gabah tersebut menjadi beras dan hasil olahan yang kemudian dipasarkan kepada pelanggan.

PB. Laksana Jaya telah mengalami pengembangan usaha yang cukup pesat. Hal ini ditandai dengan kemampuan usaha untuk meingkatkan kapasitas usaha melalui penambahan mesin, perbaikan lantai jemur, dan sebagainya yang berdampak pada peningkatan kuantitas output yang dihasilkan. Selain peningkatan kuantitas, PB. Laksana Jaya saat ini juga fokus untuk melakukan peningkatan kualitas sebagai respon dari preferensi konsumen dengan cara membangun satu bangunan khusus pengolahan beras dan juga merancang mesin rice grader. Upaya tersebut dilakukan untuk merebut pangsa pasar yang lebih besar.

Page 56: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

42

c) Sejarah Usaha PB. Jembar Ati PB. Jembar Ati merupakan sebuah usaha yang didirikan dan dikelola oleh

Bapak H. Apud. Pada mulanya Bapak H. Apud bukanlah seorang pengusaha pabrik beras melainkan hanya sebagai seorang pedagang. Bapak H. Apud memulai karirnya dengan membeli dan menjual gabah layaknya seorang pedagang pengumpul desa. Namun, ketika itu Bapak H. Apud bukanlah merupakan pedagang pengumpul yang memiliki modal banyak untuk membeli gabah dari petani. Oleh sebab itu, kegiatan jual beli yang dilakukan hanya dalam volume kecil, yaitu maksimal satu sampai dua ton. Kegiatan ini dilakukan oleh H. Apud dengan memanfaatkan sepeda ontel yang dimilikinya. Usaha ini berjalan dengan lancar hingga suatu ketika Bapak H. Apud tidak hanya melakukan kegiatan jual beli gabah tetapi juga mencoba melakukan kegiatan jual beli beras.

Pendapatan dari aktivitas jual beli yang dilakukan Bapak H. Apud kemudian dialokasikan sebagai modal dalam pengembangan usahanya. Pada tahun 1994, Bapak H. Apud bisa membangun sebuah gudang pengolahan beras. Pengolahan beras merupakan kegiatan yang berfungsi untuk memberikan nilai tambah terhadap produk. Bapak H. Apud melakukan aktivitas sortir terhadap beras yang telah beliau beli dan kemudian menjualnya kembali. Berdasarkan keterangan yang diperoleh, proses ini merupakan salah satu upaya agar beras yang dijualnya mendapatkan harga jual yang lebih tinggi.

Pada awal Tahun 2000, H. Apud yang berprofesi sebagai pedagang beras kemudian menjalin kerjasama dengan PD. Lee yang merupakan perusahaan dagang milik Vendy Suherlie. Kerjasama yang dibangun melibatkan PB. Jimbar Ati yang berperan sebagai suplier Beras Cianjur untuk kemudian dipasarkan oleh PD. Lee kepada konsumen melalui penjualan di supermaket, minimarket, dan sebagainya.

Melihat potensi yang besar dari aktivitas penjualan beras yang telah dilakukan, maka pada tahun 2005 Bapak H. Apud melakukan intergasi backward pada usahanya, yaitu dengan membeli sebuah pabrik beras yang ada di wilayahnya. Integrasi ini merupakan upaya Bapak H. Apud untuk memenuhi permintaan beras yang terus mengalami peningkatan. Selain itu, integrasi diupayakan untuk mampu meminimalisir biaya produksi yang dikeluarkan. Alasan lainnya disebabkan karena dengan memiliki usaha penggilingan maka hasil olahan dari proses penggilingan kemudian dapat diolah kembali dan menjadi salah satu sumber pendapatan.

Pabrik beras atau usaha penggilingan padi yang berhasil dibeli oleh H. Apud adalah PB. Jaya Saputra. Usaha penggilingan padi ini dibeli dengan harga Rp 350.000.000 termasuk tanah dan bangunan usaha. Namun, luasan tanah dan bangunan serta mesin penggilingan yang ada di pabrik saat ini berbeda dengan luasan tanah bangunan serta mesin pada saat usaha ini dibeli oleh Bapak H. Apud. Pada saat pembelian, PB. Jaya Saputra hanya memiliki aset sebidang tanah dengan luas sekitar 2000 m2 dengan bangunan tempat proses penggilingan di atas tanah tersebut yang dilengkapi dengan satu unit mesin diesel dan satu unit mesin husker dan polisher. Namun, mesin-mesin tersebut kemudian tidak lagi digunakan sehingga kemudian Bapak H. Apud membeli mesin yang baru dan membangun tempat usaha yang lebih luas.

Investasi awal H. Apud untuk membangun usaha penggilingan padi ini memerlukan dana sebesar Rp 600.000.000. Dana tersebut bukan berasal dari dana

Page 57: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

43

pribadi melainkan dana yang diperoleh dari Bank melalui proses pengajuan kredit usaha. Ketika itu, Bank memberikan uang pinjaman sejumlah Rp 600.000.000. Uang tersebut dipergunakan untuk membeli PB. Jaya Saputra dengan harga Rp 350.000.000. Sisanya dipergunakan untuk memperbaiki dan memperluas aeral usaha yaitu bangunan pabrik dan lantai jemur. Dana pinjaman tersebut harus dikembalikan oleh Bapak H. Apud dengan besaran pengembalian pokok Rp 10.000.000 ditambah bunga pinjaman sebesar 1,1 persen yaitu sekitar Rp 6.600.000. Dana pinjaman dapat dilunasi setelah lima tahun berikutnya, yaitu tepat pada tahun 2010.

Hingga saat ini, nama PB. Jaya Saputra tetap dipakai oleh Bapak H. Apud karena sebelumnya usaha ini telah memiliki pelanggan tetap dan merek dagang tersebut juga telah dikenal oleh beberapa pelanggan. Hal ini dimanfaatkan untuk menambah pangsa pasar PB. Jembar Ati. Untuk membedakan administrasi usaha ini maka Bapak H. Apud memakai nama PB. Jembar Ati untuk proses pengolahan beras dan packaging. Sedangkan PB. Jaya Saputra digunakan untuk usaha pada proses produksi beras.

Tipe Usaha

Usaha Penggilingan Padi memiliki beberapa klasifikasi berdasarkan skala usaha, tipe usaha, konfigurasi mesin, dan sebagainya. Dalam penelitian ini dilakukan identifikasi usaha berdasarkan tipe usaha, yaitu usaha maklon, non maklon, dan gabungan. Oleh sebab itu, penelitian ini akan mengidentifikasi dan menganalisis tiga jenis usaha penggilingan padi kasus berdasarkan tipenya.

PB. Doa Sepuh merupakan usaha yang mengelola aktivitas pelayanan jasa penggilingan bagi masyarakat dan juga pedagang pengumpul desa dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki. Pelayanan jasa penggilingan padi dimaksud adalah bahwa usaha ini hanya melakukan kegiatan penggilingan padi berupa konversi gabah kering giling menjadi beras dengan memanfaatkan tenaga kerja dan mesin pengolah gabah. Petani atau masyarakat kemudian memberi upah atas jasa yang telah diterima dengan pembayaran sejumlah uang ataupun dalam bentuk natura kepada pihak pengelola berdasarkan kilogram beras yang dihasilkan.

PB. Jembar Ati juga menjalankan usaha penggilingan padi. Namun usaha penggilingan padi yang dilakukan berbeda dengan yang ada pada PB. Doa Sepuh. PB. Jembar Ati tidak melayani jasa penggilingan padi bagi petani atau pedagang pengumpul melainkan hanya melakukan aktivitas penggilingan padi untuk keperluan bisnis pribadi dan sekaligus melakukan integrasi vertikal, yaitu backward integration dan forward integration. Seperti sejarah PB. Jembar Ati yang telah diungkapkan sebelumnya, bahwa usaha ini bermula dari usaha perdagangan gabah dan beras oleh Bapak H. Apud yang kemudian melakukan pengembangan usahanya melalui kepemilikan atas usaha penggilingan padi.

PB. Jembar Ati melakukan integrasi vertikal, dimana pengelola usaha melakukan pembelian gabah sebagai input usaha penggilingan padi kepada petani sekitar daerah Cianjur maupun luar daerah. Gabah yang diperoleh kemudian diproses melalui serangkaian aktivitas, seperti pengeringan, dan penggilingan sehingga diperoleh output berupa beras, sekam, dedak. Masing-masing hasil tersebut kemudian diolah lebih lanjut dengan tujuan memberikan nilai tambah

Page 58: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

44

untuk kemudian dipasarkan secara mandiri oleh PB. Jembar Ati kepada pelanggan yang telah menjalin kerjasama bisnis dengan PB. Jembar Ati.

PB. Jembar Ati tidak menyediakan layanan jasa penggilingan padi bagi pedagang pengumpul dan petani sekitar karena keterbatasan kemampuan dari usaha ini sendiri. Alasan ini dikemukakan oleh Bapak H. Miftah selaku kepala bagan produksi. Pasalnya usaha ini telah memiliki pelanggan tetap terhadap output yang dihasilkan dengan besaran volume masing-masing output yang harus dipenuhi. Berdasarkan pengalaman yang telah dilalui usaha ini maka diketahui bahwa serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh PB. Jembar Ati saat ini hanya mampu memenuhi permintaan pelanggan sehingga kapasitas produksi dari mesin penggilingan sama dengan kemampuan pengelola dalam memasarkansehingga pengelola tidak harus menawarkan jasa penggilingan bagi pedagang pengumpul atau petani agar mencukupi kapasitas produksi.

Kedua tipe usaha yang diberlakukan masing-masing oleh PB. Doa Sepuh dan PB. Jembar Ati kemudian dipadukan oleh PB. Laksana Jaya dalam satu rangkaian usaha. PB. Laksana Jaya selain menawarkan jasa penggilingan padi kepada pedagang pengumpul dan patani juga melaksanakan kegiatan bisnis seperti layaknya PB. Jembar Ati. PB. Laksana Jaya melaksanakan kegiatan pembelian gabah petani di sekitar daerah Cianjur maupun luar daerah dan melakukan serangkaian aktivitas pascapanen, seperti pengeringan gabah, penggilingan gabah dan pengolahan beras. Hasil atau output dari aktivitas yang dilakukan kemudian dipasarkan secara mandiri oleh PB. Laksana Jaya kepada pelanggannya.

PB. Laksana Jaya juga melayani jasa penggilingan padi bagi pedagang pengumpul dan petani sekitar. Uniknya pedagang pengumpul yang menerima jasa penggilingan padi dari PB. Laksana Jaya juga dapat memasok beras kepada pelanggan-pelanggan PB. Laksana Jaya. Hal ini dilakukan agar hubungan dengan pelanggan tidak terganggu apabila PB. Laksana Jaya tidak dapat memenuhi pasokan akibat keterbatasan input berupa gabah. Keuntungan lain dari sistem ini adalah banyaknya pedagang pengumpul yang bergabung dengan PB. Laksana Jaya sehingga aktivitas produksi beras dapat dilakukan sepanjang tahun, selain itu Bapak H. Asep merasa sistem ini juga akan membantu pedagang pengumpul yang ada di sekitarnya dalam memasarkan berasnya.

Berdasarkan ulasan atau gambaran kegiatan usaha penggilingan padi kasus pada penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa masing-masing usaha penggilingan padi menerapkan tipe usaha yang berbeda-beda. PB. Doa Sepuh melaksanakan kegiatan usaha penggilingan padi dengan tipe maklon. PB. Jembar Ati melaksanakan kegiatan usaha penggilingan padi dengan tipe non maklon. Sedangkan PB. Laksana Jaya mampu mengelaborasikan kedua tipe usaha penggilingan padi dalam satu rangkaian aktivitas usaha.

Tabel 10 Tipe masing-masing usaha penggilingan padi kasus

Usaha penggilingan padi Tipe usaha PB. Doa Sepuh Maklon PB. Jembar Ati Non Maklon PB. Laksana Jaya Kombinasi (maklon dan non maklon)

Page 59: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

45

Kapasitas Produksi Kapasitas produksi merupakan salah satu karakteristik yang membedakan antara satu usaha penggilingan padi dengan usaha penggilingan padi lainnya. Kapasitas produksi mengacu pada kemampuan suatu penggilingan padi dalam memproduksi beras selama satu hari. Kapasitas produksi erat kaitannya dengan kemampuan yang dimiliki mesin, modal, jumlah gabah yang dimiliki dan faktor-faktor terkait lainnya. Rata-rata kapasitas produksi PB. Doa Sepuh adalah sekitar 700 kg beras selama tiga jam, yaitu dari jam 09.00 pagi hingga jam 12.00 siang. Tetapi hal tersebut juga sangat dipengaruhi oleh ketersediaan gabah petani atau masyarakat yang akan diproses menjadi beras. Jika beras yang akan diproses tidak tersedia maka PB. Doa Sepuh akan menutup tempat produksi sebelum jam 12.00 siang.

Kapasitas produksi PB. Laksana Jaya adalah sebesar 4 ton beras dalam waktu tujuh jam kerja. Jumlah tersebut biasanya dialokasikan sebesar 20 persen untuk melayani jasa penggilingan bagi pedagang pengumpul. PB. Laksana Jaya memiliki rata-rata kapasitas produksi maksimal 0,5 ton per hari untuk melayani jasa penggilingan padi petani. Namun tidak menutup kemungkinan kapasitas produksi dari mesin yang diperuntukkan untuk usaha maklon tersebut lebih kecil dari 0,5 ton bahkan tidak berproduksi. Hal ini disebabkan karena aktivitas pelayanan jasa penggilingan padi yang dilakukan sangat bergantung kepada ketersedian padi atau gabah milik petani. Ketika musim paceklik hal tersebut besar kemungkinannya untuk terjadi.

PB. Jembar Ati memiliki kapasitas produksi sekitar 10 ton beras perhari dengan jam kerja selama tujuh jam kerja. Segala upaya dilakukan oleh manajemen PB. Jimbar Ati untuk memenuhi kapasitas produksi tersebut. Tidak hanya bertujuan untuk menghindari idle capacity dari penggunaan mesin, namun lebih kepada tanggung jawab kepada pelanggan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Bentuk dan Perizinan Usaha Bentuk dan perizinan usaha merupakan suatu hal yang harus diperhatikan oleh sebuah aktivitas usaha. Kedua hal tersebut sangat terkait dengan aspek legal suatu usaha dan ruang lingkup pengembangan usaha. Bentuk usaha akan sangat terkait dengan kepemilikan aset, proporsi kewajiban dan hak, job description, dan sebagainya. Sedangkan perizinan usaha berkaitan dengan aspek hukum dari usaha. Dengan memperhatikan perizinan atas usaha yang dilakukan, maka pengusaha dapat dianggap telah melakukan tindakan preventif terhadap kemungkinan resiko hukum yang terjadi. Surat izin untuk usaha penggilingan biasanya terdiri atas Surat Izin Tempat Usaha (SITU), Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP). Masing-masing surat izin ini dikeluarkan oleh lembaga yang berbeda, dimana Surat Izin Tempat Usaha (SITU) diterbitkan oleh pemerintah daerah, Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) diterbitkan oleh pejabat tingkat II kabupaten atau kota, sedangkan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) diterbitkan oleh kantor pendaftaran perusahaan Departemen Perindustrian dan Perdagangan.

Page 60: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

46

Tabel 11 Bentuk dan jenis perizinan usaha pada usaha penggilingan padi kasus

Usaha penggilingan Bentuk usaha

Izin usaha SITU (HO)

SIUP TDP

PB. Doa Sepuh Perseorangan - - PB. Jembar Ati Perseorangan PB. Laksana Jaya Commanditaire

Vennotschaap (CV)

PB. Doa Sepuh merupakan usaha perseorangan yang dikelola oleh

pemiliknya langsung. Namun karena PB. Doa Sepuh bukanlah milik Bapak Nanan selaku pengelola saat ini maka keputusan terkait keberadaan usaha ini dikendalikan oleh pemilik usaha, yaitu Bapak Didin. Keputusan tersebut berkaitan dengan keberadaan usaha misalnya terkait dengan status usaha, apakah usaha ini tetap akan menjadi milik dari Bapak Didin atau akan dialihkan kepada orang lain. Akan tetapi, keputusan terkait kegiatan operasional biasanya dikendalikan oleh pengelola dengan diketahui oleh pemilik, seperti adanya penggantian bagian-bagian mesin yang telah rusak, penggunaan tenaga kerja luar keuarga dan sebagainya.

Sama halnya dengan PB. Doa Sepuh, PB. Jembar Ati juga merupakan usaha perseorangan. Kegiatan usaha yang dilakukan oleh PB. Jembar Ati sepenuhnya merupakan tanggung jawab dari Bapak H. Apud selaku pemilik usaha. Sehingga pengambilan Bapak H. Apud memiliki kewenangan sebagai pengambil keputusan tertinggi pada semua aktivitas bisnis dan operasional PB. Jembar Ati.

Kelebihan dari bentuk usaha perorangan adalah keuntungan menjadi milik sendiri, mudah mendirikannya, tidak perlu berbadan hukum, rahasia perusahaan terjamin, biaya organisasi tergolong rendah, aktivitasnya relatif sederhana, dan manajemennya fleksibel. Sedangkan kekurangan dari bentuk usaha ini adalah modalnya tidak terlalu besar sehingga aktivitas terbatas, aset pribadi sulit dibedakan dengan aset perusahaan, perusahaan sulit berkembang karena kurangnya ide-ide, pengelolaan tergantung kemampuan pemilik, kelangsungan perusahaan kurang terjamin dan tanggung jawab pemilik tidak terbatas.

Kelebihan dan kekurangan dari bentuk usaha perseorangan tersebut dapat dibenarkan untuk usaha PB. Doa Sepuh, namun tidak semuanya dapat dibenarkan dalam pelaksanaan usaha PB. Jembar Ati. Walaupun PB. Jembar Ati merupakan usaha perseorangan namun usaha ini memiliki modal kerja yang besar karena kredibilitas pemilik usaha yang tinggi sehingga memudahkan pemilik untuk mendapatkan akses terhadap berbagai sumber pendanaan. Melalui pengelolaan seperti layaknya sebuah perusahaan, PB. Jembar Ati telah berhasil membuat sebuah pembukuan terkait aset pribadi dan aset perusahaan. Selain itu, melalui pengelolaan atau manajemen yang diberlakukan maka usaha ini kemudian dapat berkembang dengan beragam ide yang kemudian muncul dari pihak pengelola.

Berbeda dengan PB. Doa Sepuh dan PB. Jembar Ati, bentuk usaha yang dilakukan oleh PB. Laksana Jaya adalah CV (Commanditaire Vennotschaap). Bentuk usaha ini dipilih oleh Bapak H. Asep karena izin ini dapat digunakan untuk jenis usaha lainnya, seperti penyediaan sarana-prasarana sekolah dasar dan lain-lain yang merupakan pekerjaan samping dari Bapak H. Asep. Melalui CV.

Page 61: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

47

Laksana Jaya, maka Bapak H. Asep akan lebih mudah mendapatkan dana lebih banyak dibandingkan jika hanya dalam bentuk usaha perorangan. Hal ini disebabkan adanya pihak yang disebut sekutu yang kemudian bersedia menyediakan sejumlah modal untuk pengembangan usaha yang dilakukan.

Berkaitan dengan perizinan, maka pada tanggal 29 Agustus 2003 PB. Doa Sepuh telah mendapatkan Surat Izin Undang-Undang Gangguan (HO) atau Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dengan nomor 503/177/HO/VIII/2003. Walaupun pemilik usaha penggilingan padi ini adalah Bapak Didin, namun pada dokumen SITU tertera nama Bapak Nanan sebagai pengelola usaha. Pengurusan surat izin ini membutuhkan dana sebesar Rp 750.000. Masa berlaku SITU yaitu sampai tanggal 29 Agustus 2014. Oleh sebab itu, hingga saat ini belum pernah ada pengeluaran biaya untuk kebutuhan perpanjangan SITU.

Selain Surat Izin Tempat Usaha (SITU), sebuah usaha juga harus dilengkapi dengan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dan TDP (Tanda Daftar Perusahaan). PB. Doa Sepuh belum mempunyai SIUP dan TDP. Hal ini disebabkan karena keterbatasan dana yang dimiliki untuk pengurusan surat-surat tersebut. Selain itu, menurut Bapak Nanan berdasarkan keterangan dari petugas perizinan, sebuah usaha jasa penggilingan padi hanya diwajibkan untuk mempunyai surat HO atau SITU. Namun, jika pengusaha mampu secara materi untuk pengurusan surat SIUP dan TDP juga diperbolehkan.

Terkait dengan perizinan pendirian usaha, maka PB. Laksana Jaya dan PB. Jembar Ati telah melengkapi izin usahanya dengan tiga jenis surat izin, yaitu HO atau Surat Izin Tempat Usaha (SITU), Tanda Daftar Perusahaan (TDP), dan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) kecil. Ketiga surat ini telah diperoleh Bapak H. Asep selaku pemilik PB. Laksana jaya sejak adanya peraturan terkait dengan perizinan surat usaha. Ketiga surat izin ini harus selalu diperpanjang masa berlakunya agar suatu usaha tetap dikatakan legal dan tercatat di Dinas Perdagangan dan Industri. Surat HO atau SITU terakhir diperoleh Bapak H. Asep pada tanggal 21 Februari 2008. Masa berlaku HO adalah enam tahun sehingga Bapak H. Asep harus melakukan perpanjangan surat izin ini pada tanggal 21 Februari 2014 mendatang. Sedangkan SIUP dan TDP diperoleh H. Asep pada tanggal 19 November 2007 dan akan berakhir pada tanggal 19 November 2012, yaitu tepat 5 tahun setelah surat dikelurkan.

Gambar 7 Contoh surat izin usaha penggilingan padi kasus ( SITU, SIUP, TDP)

Page 62: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

48

Kepemilikan Aset Usaha Aset merupakan salah satu parameter untuk mengetahui tingkat kekayaan

suatu usaha ataupun keberhasilan dalam pengembangan usaha. Adanya sejumlah aset yang dimiliki oleh sebuah usaha dapat dianggap sebagai suatu kekuatan bagi usaha untuk meyakinkan investor atau pemberi modal untuk menginvestasikan sejumlah dana pada usaha ini. Biasanya jumlah aset digunakan oleh pemilik usaha sebagai pertimbangan untuk kemudian apakah peminjaman modal kepada pihak ketiga masih dapat dilakukan. Aset usaha penggilingan padi dapat berupa tanah beserta bangunan, mesin, peralatan, tenaga kerja, dan kendaraan operasional.

1. Tanah dan Bangunan

Sebuah usaha produksi pada umumnya mutlak harus memiliki sebidang tanah yang diatasnya terdapat bangunan yang kemudian dapat digunakan dalam berbagai proses produksi. Luasan tanah maupun bangunan usaha sangat tergantung pada skala usaha yang dilakukan. Begitu pula dengan usaha penggilingan padi. Pada umumnya usaha penggilingan padi memanfaatkan sebidang tanah untuk membangun tempat yang kemudian digunakan sebagai tempat produksi yaitu proses konversi gabah menjadi beras. Selain itu, bangunan lainnya juga terkadang dibangun di sisi tempat proses produksi baik berfungsi sebagai gudang penyimpanan gabah, beras, maupun tempat processing akhir, yaitu packaging. Selain itu, jika memungkinkan dan diperlukan maka di sisa lahan yang ada juga diperuntukkan untuk bangunan kantor agar berbagai transaksi antara produsen dengan konsumen dapat berlangsung dengan baik. Tabel 12 Kepemilikan tanah dan bangunan usaha penggilingan padi kasus

No Aset usaha Luasa

PB. Doa Sepuh PB. Jembar Ati PB. Laksana Jaya

1 Tanah 268 5637 3600 2 Bangunan

proses penggilingan

120 300 300

3 Gudang gabah - 500 - 4 Gudang beras - 300 - 5 Gudang sekam

dan dedak 15 344 45

6 Bangunan pengolahan beras

- 500 120

6 Lantai jemur 121 3300 1750 7 Lainnya 12 393 1385 aLuas: satuan dalam m2 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa adanya perbedaan yang signifikan dari jenis bangunan serta luas areal usaha yang dimiliki masing-masing usaha penggilingan padi. Perbedaan ini tentu mengisyaratkan adanya perbedaan

Page 63: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

49

terhadap skala usaha dan besaran investasi yang telah dikorbankan untuk pendirian dan pengembangan masing-masing usaha. PB. Doa Sepuh secara jumlah dan jenis bangunan diketahui sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan PB. Laksana Jaya maupun PB. Jembar Ati. Salah satu penyebab kecilnya luasan aset yang dimiliki oleh PB. Doa Sepuh adalah seperti keterbatasan modal yang dimiliki dan motivasi berwirausaha yang juga tergolong rendah. Selain itu, usaha ini bukanlah milik pribadi dari Bapak Nanan sehingga perluasan areal sangat sulit dilakukan. Rendahnya kepemilikan aset berupa tanah dan bangunan tidaklah menjadi suatu kekurangan yang berarti bagi PB. Doa Sepuh untuk kegiatan usahanya karena dengan keadaan seperti yang telah dijelaskan pada tabel diatas, PB. Doa Sepuh masih mampu memenuhi permintaan jasa dari pelanggan.

PB. Doa Sepuh memanfaatkan lahannya seoptimal mungkin untuk bangunan tempat proses produksi, lantai jemur, tempat penyimpanan sekam dan dedak, dan sebagianya. Bangunan seluas 120 m2 digunakan separuh untuk tempat mesin-mesin penggilingan dan aktivitas produksi beras sedangkan separuhnya lagi dimanfaatkan sebagai gudang penyimpanan gabah bagi petani yang ingin menyimpan gabahnya. Lahan seluas 12 m2 di samping kanan dari bangunan tempat proses penggilingan dimanfaatkan untuk bak penampungan air yang kemudian digunakan untuk keperluan aktivitas mesin diesel. Selain itu, seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa PB. Doa Sepuh memiliki lantai jemur seluas 121 m2.

PB. Doa Sepuh juga memiliki gudang penyimpanan sekam. Gudang ini tidaklah memiliki bentuk yang sempurna dimana tidak terdapat dinding setiap sisi, atap dan lantai. Pasalnya, gudang penyimpanan sekam ini hanya memilki dinding di setiap sisinya dan sekaligus merupakan pembatas antara lokasi usaha dengan lahan sawah yang ada dibelakangnya. Sedangkan bagian bawah dari gudang tersebut tidak dilapisi semen atau masih beralaskan tanah. PB. Doa Sepuh tidak mengalokasikan gudang khusus untuk tempat penampungan dedak yang dihasilkan dari proses produksi. Hal ini disebabkan karena dedak yang dihasilkan akan dibagi dua dengan pemilik gabah sehingga dedak yang dihasilkan langsung diberikan kepada petani dan sisanya ditampung dalam bak kecil yang berkuran 2 m2. Alokasi tanah untuk berbagai bangunan yang ada pada PB. Doa Sepuh dapat dilihat melalui Gambar 8.

Gambar 8 Lokasi Tempat Produksi Beras PB. Doa Sepuh

Page 64: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

50

Berbeda dengan PB. Doa Sepuh, PB. Laksana Jaya memiliki aset berupa lahan yang cukup luas. Lahan tersebut diperuntukkan untuk berbagai bangunan yang kemudian dapat membantu prosess produksi gabah menjadi beras dan hasil sampingnya. PB. Laksana Jaya memiliki bangunan tempat produksi beras, gudang sekam dan dedak, bangunan tempat pengolahan beras dan packaging, lantai jemur dan sebagainya. Sama halnya dengan PB. Doa Sepuh, bangunan tempat proses produksi pada PB. Laksana Jaya juga dimanfaatkan sebagai gudang penyimpanan gabah, baik itu gabah milik Bapak H. Asep maupun gabah milik pedagang pengumpul yang memanfaatkan jasa penggilingan padi PB. Laksana Jaya. Bangunan ini dapat menampung stok gabah hingga 30 ton. Penggabungan gudang penyimpanan stok gabah dengan tempat produksi merupakan suatu hal yang disengaja. Menurut Bapak H. Asep, jika gabah disimpan di dalam bangunan yang sama dengan tempat produksi maka akan mempercepat proses produksi karena proses pengangkutan akan lebih cepat. Selain tempat produksi utama tersebut, PB. Laksana Jaya juga menyediakan tempat untuk mesin-mesin penggilingan padi yang kemudian dipakai oleh petani sekitar untuk memproses gabahnya menjadi beras. Tempat tersebut sering disebut sebagai tempat produksi gabah petani.

Usaha ini juga dilengkapi bangunan tempat pengolahan beras dan packaging. Pengolahan beras dalam hal ini adalah aktivitas yang dilakukan oleh beberapa orang tenaga kerja untuk melakukan sortir terhadap beras yang dihasilkansehingga diperoleh dua jenis beras yaitu beras patah atau broken rice dan beras kepala. Bangunan tempat pengolahan ini memiliki jarak yang cukup jauh dari bangunan proses produksi, yaitu sekitar 20 m. Bangunan tempat pengolahan beras dan packaging dibangun di areal pintu masuk lokasi usaha. Hal ini merupakan upaya bagi PB. Laksana Jaya agar proses pengangkutan beras dari tempat pengolahan beras ke kendaraan operasional dapat dilakukan dengan mudah karena akses keluar masuk kendaraan operasional juga mudah. PB. Laksana Jaya juga memiliki lantai jemur yang cukup luas, yaitu sekitar 1750 m2.

PB. Laksana Jaya memiliki gudang penyimpanan sekam yang terletak disamping bangunan tempat proses produksi yang mengarah ke sisi jalan. Tempat ini dirancang khusus agar proses pengangkutan sekam oleh pelanggan dapat dilakukan dengan baik. Gudang penampungan sekam merupakan bangunan yang juga tidak memiliki bentuk yang sempurna karena dibangun hanya sebagai tempat penampungan sehingga dinding di sisi bangunan tidaklah dipoles dengan rapih.

Gambar 9 Lokasi Tempat Produksi Beras PB. Laksana Jaya

Page 65: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

51

Jika PB. Doa Sepuh dan Laksana Jaya memiliki sejumlah bangunan di satu lokasi maka hal tersebut berbeda dengan PB. Jembar Ati. Pasalnya PB. Jembar Ati memiliki dua lokasi yang masing-masing lokasi terdiri atas bangunan dengan fungsinya masing-masing. Luas kedua lokasi tersebut mencapai 5637 m2. Sedangkan jarak antara satu lokasi dengan lokasi lainnya yaitu sekitar 200 m. Lokasi pertama yaitu tempat produksi dan gudang penyimpanan stok gabah. Sedangkan lokasi kedua adalah tempat pengolahan beras dan gudang penyimpanan stok beras. Tempat produksi terdapat di sisi kanan jalan raya Warung Jengkol Kecamatan Cilaku, sedangkan tempat pengolahan dan packaging beras terdapat di sisi sebelah kiri jalan yang sama.

Pada lokasi produksi beras, PB. Jembar Ati memiliki kluster bangunan yang kemudian dapat membantu proses produksi beras. Bangunan yang terdapat di lokasi ini terdiri atas bangunan tempat produksi, gudang penyimpanan gabah, tempat penampungan sekam dan dedak, gudang sekam, gudang dedak dan cepu, tempat pengolahan sekam, tempat pengolahan cepu, lantai jemur, oven, ruangan peralatan, ruangan mesin oven, mushola, toilet, dapur, dan parkiran.

Bangunan tempat produksi merupakan bangunan yang digunakan untuk meletakkan mesin-mesin penggilingan padi yang kemudian digunakan untuk proses produksi beras. Selain itu, bangunan ini juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan gabah yang dalam kurun waktu satu sampai tiga hari kemudian akan diproses menjadi beras. Tidak hanya itu, beras yang dihasilkan juga disimpan terlebih dahulu di ruangan ini sebelum kemudian diangkut ke lokasi kedua yaitu tempat pengolahan dan proses packaging beras dilakukan. Bangunan ini terhubung secara langsung dengan gudang gabah yang berada tepat di sisi sebelah kanannya dan tempat penampungan sekam dan dedak.

Gudang penyimpanan gabah yang dimiliki oleh PB. Jembar Ati dapat menampung sekitar 1000 ton gabah. Ketika Kabupaten Cianjur menghadapi musim panen raya, maka gudang gabah milik PB. Jembar Ati ini akan dipenuhi oleh stok gabah. Akan tetepi ketika musim paceklik maka stok gabah pun akan berkurang sehingga gudang penyimpanan gabah ini tidak dapat digunakan secara maksimal.

Untuk proses pengeringan gabah, PB. Jembar Ati memiliki lahan atau areal lantai jemur yang dapat menampung sekitar 39 ton gabah. Selain itu, untuk membantu proses pengeringan gabah, maka PB. Jembar Ati telah memiliki dua buah bangunan yang diatur sedmikian rupa sehingga menyerupai oven. Oven ini juga dilengkapi dengan ruangan mesin atau tempat bahan bakar yang kemudian digunakan dalam proses pengeringan gabah dengan menggunakan oven tersebut.

Hasil samping proses produksi beras berupa dedak dan sekam yang telah ditampung di tempat penampungan tidak dibiarkan begitu saja oleh pihak manajemen PB. Jembar Ati melainkan dilakukan pengolahan lebih lanjut. Pengolahn hasil samping tersebut akan dijelaskan di bab selanjutnya. PB. Jembar Ati telah menyiapkan bangunan-bangunan semi permanen untuk kemudian digunakan dalam proses pengolahan dedak dan sekam. Tidak hanya itu, PB. Jembar Ati juga mengalokasikan lahannya untuk tempat penyimpanan hasil pengolahan dedak dan sekam tersebut. untuk lebih jelasnya maka dibawahnya ini disajikan gambar yang akan memperlihatkan secara rinci terkait klaster tempat produksi beras yang telah dibangun oleh PB. Jembar Ati.

Page 66: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

52

Gambar 10 Lokasi tempat produksi beras PB. Jembar Ati

Bangunan tempat pengolahan dan packaging beras PB. Jembar Ati memiliki luas yang lebih kecil jika dibandingkan dengan luas total bangunan di lokasi produksi beras, yaitu hanya sekitar 500 m2. Bangunan ini terdiri atas beberapa ruangan dengan fungsinya masing-masing. Pada lokasi ini terdapat kantor, gudang beras, tempat pengolahan beras, mushola, dapur, toilet, dan tempat parkir kendaraan. Namun, lebih dari 50 persen ruangan pada lokasi ini dialokasikan oleh H. Apud sebagai gudang beras. Kapasitas penyimpanan beras di gudang ini adalah maksimal mencapai 100 ton beras. Peta lokasi dari tempat pengolahan beras ini dapat dilihat melalui gambar dibawah ini.

Gambar 11 Lokasi tempat pengolahan dan packaging beras PB. Jembar Ati

2. Lantai Jemur Lantai Jemur merupakan aset bagi sebuah usaha penggilingan padi. Lantai

jemur berfungsi sebagai tempat untuk menjemur gabah dengan memanfaatkan energi panas matahari. Lantai jemur tidak hanya berbentuk lapangan yang diplester dengan semen seperti yang terdapat pada ketiga usaha penggilingan padi kasus. Lantai jemur juga dapat dibentuk dengan memanfaatkan plastik terpal bekas ataupun sebagainya yang diletakkan di atas sebidang tanah. Masing-masing

Page 67: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

53

usaha penggilingan padi memiliki luas, bentuk, dan jenis lantai jemur yang berbeda-beda.

Berdasarkan data primer penelitian ini dapat dilihat bahwa pada ketiga usaha penggilingan kasus memiliki lantai jemur yang berbahan dasar semen. Sementara masing-masing usaha memiliki bentuk lantai jemur yang berbeda-beda. Bentuk ini akan disesuaikan dengan pengalaman atau pengetahuan dari pemiliki usaha ataupun disesuaikan dengan tekstur tanah. Namun, masing-masing bentuk ini memiliki fungsi atau manfaatnya tersendiri. Jika lantai jemur miring, maka pemilik beranggapan bahwa dengan miringnya lantai jemur maka ketika hujan tiba maka air hujan tidak menggenang di lantai jemur sehingga proses pengeringan lantai jemur pun dapat dilakukan dengan cepat. Begitu pula apabila bentuk lantai jemur datar atau bergelombang.

PB. Doa Sepuh memiliki lantai jemur yang berbentuk miring. Sedangkan lantai jemur pada PB. Laksana Jaya memiliki bentuk datar. PB. Jembar Ati memiliki lantai jemur yang terfragmentasi atau terpisah satu sama lain. Oleh sebab itu, PB. Jembar Ati memiliki lantai jemur yang berbentuk datar dan ada juga yang bergelombang. Berikut adalah gambar yang memperlihatkan bentuk-bentuk lantai jemur pada masing-masing usaha penggilingan padi kasus.

PB. Doa Sepuh PB. Laksana Jaya PB. Jembar Ati

Gambar 12 Lantai jemur pada masing-masing usaha penggilingan padi kasus

Luas lantai jemur dari ketiga usaha penggilingan kasus pada penelitian ini

berbeda-beda. Hal ini didasarkan pada pertimbangan kebutuhan operasional dan juga kemampuan investasi dari pemilik usaha. PB. Doa Sepuh memiliki lantai jemur dengan luas sekitar 121 m2 dengan kapasitas jemur maksimal 700 kg gabah. PB. Laksana Jaya memiliki luas lantai jemur sekitar 1750 m2 dengan kapasitas jemur maksimal 21 ton gabah. Sedangkan PB. Jembar Ati memiliki luas lantai jemur yang lebih besar dibandingkan dengan kedua usaha lainnya, yaitu mencapai 3300 m2 dengan kapasitas lantai jemur mencapai 39 ton gabah. Berdasarkan informasi tersebut dapat disimpulkan bahwa luasan satu meter persegi lantai jemur dapat digunakan menjemur 10-12 kg gabah.

3. Mesin Produksi Beras

Mesin yang digunakan oleh ketiga usaha penggilingan padi pada penelitian ini memiliki umur yang relatif tua. Mesin yang dimaksud adalah mesin husker, polisher, thresher, dan mesin penggerak (mesin diesel). Rata-rata umur mesin

Page 68: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

54

pada usaha penggilingan padi kasus penelitian ini mencapai 7-15 tahun, sementara umur ekonomis mesin ini diprediksi hanya berkisar 5-6 tahun. Pemilik usaha penggilingan padi sebenarnya mengetahui hal ini, namun mereka menganggap pergantian atau up grade mesin tidak perlu dilakukan jika mesin masih dapat digunakan. Akan tetapi, masing-masing pemilik usaha penggilingan sangat memperhatikan perawatan mesin-mesin yang digunakan dengan mengganti spare part atau suku cadang mesin yang rusak seperti rubber roll dan as mesin. Masing-masing penggilingan padi memiliki konfigurasi mesin yang berbeda-beda. PB. Doa Sepuh memiliki konfigurasi mesin yang hanya terdiri dari mesin husker dan polisher. Oleh sebab itu, berdasarkan klasifikasi usaha penggilingan padi berdasarkan konfigurasi mesin maka PB. Doa Sepuh dapat digolongkan kepada usaha penggilingan padi skala kecil. Sedangkan PB. Laksana Jaya memiliki konfigurasi mesin yang terdiri atas mesin husker, polisher, dan grader. Selain itu, PB. Laksana Jaya juga mempunyai konfigurasi mesin yang hanya terdiri atas satu unit mesin husker dan satu unit mesin polisher. Konfigurasi mesin ini digunakan untuk keperluan produksi beras bagi petani di sekitar lokasi usaha pada usaha PB. Laksana Jaya. Sedangkan PB. Jembar Ati memiliki konfigurasi mesin yang lebih lengkap dibandingkan dengan kedua usaha penggilingan padi sebelumnya, dimana PB. Jembar Ati memiliki konfigurasi mesin yang terdiri atas cleaner, husker, separator, polisher, dan grader. Mesin husker atau mesin pemecah kulit yang digunakan oleh PB. Doa Sepuh adalah mesin buatan lokal, yaitu produksi Surabaya. Harga mesin ini yaitu sekitar Rp 4.500.000. Sedangkan mesin yang digunakan oleh PB. Laksana Jaya dan PB. Jembar Ati adalah mesin buatan China dengan merek Dong Fang Hong dengan tipe LM 24-2 C. Biasanya mesin ini dapat dibeli di pasaran dengan harga per unit sebesar Rp 15.000.000. Mesin ini memiliki umur teknis yang berbeda-beda. Pada PB. Jembar Ati umur mesin dapat mencapai 20 tahun. Hal ini disebabkan karena adanya pemeliharaan yang dilakukan oleh pengelola usaha. Mesin husker berfungsi sebagai alat pemecah kulit gabah menjadi beras setengah jadi yang kemudian dikumpulkan untuk proses selanjutnya.

Gambar 13 Mesin husker pada penggilingan padi

Mesin lain yang digunakan adalah mesin jenis polisher atau mesin penyosoh beras. Mesin ini berfungsi untuk membuang kulit ari pada beras pecah kulit yang dihasilkan oleh mesin husker sehingga dihasilkan beras sosoh yang putih, dan siap diolah untuk kemudian dikonsumsi. Ketiga penggilingan padi

Page 69: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

55

kasus menggunakan mesin polisher bermerek Ichi. PB. Doa Sepuh memilih mesin buatan lokal dengan pertimbangan harga belinya lebih murah. Akan tetapi, PB. Laksana jaya dan PB. Jembar Ati menggunakan mesin Ichi buatan Cina. Mesin buatan lokal dapat dengan mudah ditemukan di toko mesin dan alat pertanian dengan harga beli Rp 3.500.000 sampai Rp 5.000.000. Mesin Ichi ini diduga memiliki umur ekonomi 5-6 tahun, akan tetapi umur teknis ini dapat lebih dari 6 tahun dengan asumsi dilakukan perawatan terhadap mesin.

Gambar 14 Mesin polisher pada penggilingan padi

Pada usaha penggilingan padi, biasanya kedua jenis mesin ini dirangkai menjadi satu kesatuan. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya mesin husker menghasilkan beras pecah kulit yang kemudian menjadi input bagi mesin polisher untuk diolah menjadi beras putih atau beras sosoh. Uniknya, konfigurasi mesin pada PB. Jembar Ati dilengkapi dengan elevator yang berfungsi untuk mengangkut hasil olahan dari satu mesin ke mesin lainnya. Hal ini dilakukan dalam rangka penghematan penggunaan tenaga kerja manusia. Berikut adalah gambar rangkaian mesin husker dan polisher yang dirangkai menjadi satu kesatuan.

Gambar 15 Rangkaian mesin husker dan polisher pada usaha penggilingan padi

Selain kedua mesin utama diatas, juga terdapat mesin lain yang digunakan oleh beberapa usaha penggilingan padi untuk melengkapi konfigurasi mesinnya. Mesin-mesin tersebut adalah mesin cleaner, separator, dan juga rice grader. Namun, seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa tidak semua usaha

Page 70: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

56

penggilingan padi memiliki konfigurasi mesin yang dilengkapi mesin-mesin tersebut. Pada dasarnya fungsi dari ketiga mesin ini adalah sama, yaitu sebagai mesin pemisah. Cleaner merupakan mesin yang berfungsi untuk memisahkan kotoran atau benda asing dari gabah sebelum gabah diproses pada mesin husker. Penggunaan mesin cleaner bertujuan mengantisipasi kerusakan mesin diakibatkan batu atau benda asing yang tercampur dengan gabah.

Terkadang husker tidak dapat bekerja sempurna sehingga gabah yang diolah tidak seluruhnya dihasilkan menjadi beras pecah kulit. Untuk memaksimalkan hasil yang diperoleh maka digunakan mesin separator sebagai alat pemisah gabah dengan beras pecah kulit. Gabah yang telah dipisahkan tersebut kembali diolah oleh mesin husker. Jika tidak dilakukan pemisahan maka gabah yang bercampur dengan beras pecah kulit akan diolah oleh mesin polisher. Hal ini dapat menyebabkan kualitas gabah yang dihasilkan kurang baik karena proses penyosohan dilakukan dengan tidak sempurna.

Mesin rice grader merupakan mesin yang berfungsi untuk memisahkan antara beras kepala (head rice) dengan beras patah (broken rice). Pemisahan antara beras kepala dengan beras patah merupakan upaya untuk memberikan nilai tambah bagi beras yang dihasilkan karena jika presentase beras pecahnya lebih sedikit maka beras akan dihargai dengan nilai yang lebih tinggi.

Mesin cleaner, separator, dan rice grader dapat diperoleh dengan mudah dipasaran. Namun, mesin-mesin ini ditawarkan dengan tarif harga tertentu. Biasanya pemilik usaha penggilingan padi lebih memilih untuk merakit sendiri mesin-mesin tersebut dengan ukuran dan model yang sesuai dengan kebutuhan. Jika ditinjau dari sisi harga, maka mesin yang dirangkai secara mandiri oleh teknisi usaha penggilingan padi lebih murah dibandingkan dengan membeli di pasaran. Hal tersebut telah dibuktikan oleh PB. Laksana Jaya dan PB. Jembar Ati. Kedua usaha penggilingan padi ini telah memiliki teknisi yang kemudian mampu merakit dan membuat mesin-mesin pelengkap yang dibutuhkan.

Gambar 16 Mesin cleaner, separator, dan rice grader (kiri-kanan)

Mesin-mesin penggilingan padi yang telah dijelaskan sebelumnya tidak dapat berfungsi jika tidak digerakkan dengan mesin penggerak atau diesel. Kapasitas mesin penggerak dapat dilihat melalui kemampuannya untuk mengolah gabah atau beras. Selain itu, kapasitas mesin penggerak juga dapat dilitah melalui ukuran daya mesin. Daya mesin penggerak dapat diukur dengan satuan horse power (HP) arau biasa juga disebut dengan power kuda (PK). Jenis mesin diesel

Page 71: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

57

yang biasa dimanfaatka pada usaha penggilingan padi adalah mesin dengan daya mesin 16 PK, 24 PK, 34 PK, dan bahkan ada yang mencapai 90 PK.

Mesin diesel yang digunakan oleh usaha penggilingan padi dapat bermacam-macam, bergantung pada jenis, merek, harga, dan juga kapasitas mesinnya. Di Indonesia, mayoritas usaha penggilingan padi menggunakan mesin penggerak seperti merek Kubota buatan Indonesia, merek Chang Fa Hwang buatan China, dan juga mesin merek Mitsubisi buatan Jepang. Semua mesin ini menggunakan bahan bakar solar dalam aktivasinya. Jumlah solar yang digunakan akan disesuaikan dengan kapasitas mesinnya. Jika mesin memiliki kapasitas mesin satu ton gabah maka mesin membutuhkan solar sebanyak 10 liter.

Usaha penggilingan padi PB. Doa Sepuh memiliki mesin penggerak atau diesel buatan Indonesia dengan merek Kubota dengan kekuatan 24 PK. Mesin ini dapat ditemukan di pasaran dengan harga Rp 3.800.000. Biasanya mesin diesel jenis ini digunakan oleh usaha-usaha penggilingan padi kecil. Oleh sebab itu, mesin ini hanya mampu menggerakkan satu rangkaian mesin yang terdiri atas mesin husker dan polisher. PB. Laksana Jaya dan PB. Jembar Ati memanfaatkan mesin diesel jenis Chang Fa Hwang buatan China yang lebih baik kualitasnya. PB. Laksana Jaya menggunakan mesin ini untuk melayani jasa penggilingan padi. Sedangkan PB. Jembar Ati memanfaatkan mesin jenis ini untuk mengoperasikan mesin tepung yang dimilikinya

Mesin diesel dengan jenis atau merek Mitsubishi dimanfaatkan oleh PB. Laksana Jaya dan PB. Jembar Ati. Bagi PB. Laksana Jaya, mesin diesel tipe ini digunakan sebagai mesin penggerak bagi mesin husker dan polisher untuk usaha penggilingan padi tipe non maklon nya. Mesin buatan Jepang dengan merek Mitsubishi ini memiliki tipe GD15-04 dan hanya dimiliki oleh beberapa penggilingan padi dan biasanya adalah penggilingan padi besar. Hal ini disebabkan karena harga beli mesin ini cukup besar yaitu mencapai Rp 35.000.000 sampai Rp 38.000.000. Selain itu, mesin ini akan optimal digunakan jika usaha penggilingan padi memiliki kapaitas giling yang besar. Mesin ini memiliki umur ekonomis mencapai 8 tahun.

Sejak akhir tahun 2010, PB. Jembar Ati tidak lagi sepenuhnya menggunakan mesin penggerak atau diesel untuk mengaktivasi beberapa mesin gilingnya. Pasalnya, PB. Jembar Ati telah menginvestasikan uang sebesar Rp 100.000.000 untuk membangun instalasi listrik pada usaha penggilingan padinya. Listrik ini kemudian akan digunakan sebagai alternatif mesin penggerak dalam mengaktivasi mesin gilingnya. Saat ini, instalasi listrik yang telah dibangun memiliki daya sebesar 82,5 ribu watt. Mesin diesel akan digunakan sewaktu-waktu jika listrik padam.

Menurut Bapak H. Apud selaku pemilik usaha PB. Jembar Ati pembangunan instalasi listrik untuk aktivitas proses produksi merupakan upaya penghematan biaya produksi. Jika menggunakan mesin diesel, maka PB. Jembar Ati harus menyediakan solar sebanyak 100 liter per hari kerja, dengan asumsi produksi adalah 10 ton beras perhari. Jumlah tersebut tidak dapat diperoleh melalui SPBU dengan harga Rp 4.500 per liter karena jumlah maksimal pembelian di SPBU adalah 60 liter solar. Jika melebihi dari jumlah tersebut maka suatu usaha harus menyertakan surat keterangan dari pemerintah daerah yaitu kecamatan. Selain itu, jika pembelian melebihi jumlah tersebut maka, usaha akan digolongkan kepada industri sehingga usaha tersebut dilarang membeli solar

Page 72: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

58

dengan harga subsidi. Hal inilah yang kemudian menyebabkan penggunaan mesin diesel bagi usaha PB. Jembar Ati tidak lagi efektif.

Mesin Mitshubishi (Jepang)

Instalasi Listrik Mesin Chang Fa Hwang (China)

Gambar 17 Alat penggerak mesin giling pada usaha penggilingan padi kasus

Tiap penggilingan memiliki satu atau lebih mesin-mesin yang kemudian

dimanfaatkan untuk aktivitas giling. Penggilingan padi maklon hanya memiliki satu unit mesin giling yang terdiri atas mesin husker dan polisher. Namun, pada usaha penggilingan padi non maklon atau gabungan memiliki lebih dari satu unit mesin giling. Menurut pemilik usaha, banyaknya mesin akan berpengaruh positif pada hasil beras yang dihasilkan baik dari sisi kualitas maupun kuantitas dengan asumsi pemakaian mesin dapat dioptimalkan dengan ketersediaan gabah sebagai input dan sumberdaya lainnya. Berikut adalah rincian kepemilikan mesin masing-masing usaha penggilingan padi.

Tabel 13 Jenis mesin giling yang dimiliki oleh usaha penggilingan padi kasus

No Jenis Mesin PB. Doa Sepuh PB. Jembar Ati PB. Laksana Jaya 1 Diesel 1 2 2 2 Husker 1 2 2 3 Polisher 1 2 1 4 Separator - 2 1 5 Cleaner - 1 - 6 Rice grader - 1 1

Selain mesin-mesin yang telah dijelaskan sebelumnya, masing-masing usaha penggilingan padi memiliki inventaris lain, seperti mesin perontok, oven gabah, dan mesin tepung. Mesin perontok dimiliki oleh PB. Doa Sepuh untuk melayani jasa penggilingan padi bagi petani yang belum melakukan proses perontokan pada tanaman padinya. Namun, saat ini mesin ini sangat jarang digunakan mengingat petani sudah terbiasa melakukan proses perontokan pada tanaman padinya. Hal ini disebabkan biaya yang harus dibayar petani akan lebih tinggi jika harus memanfaatkan mesin perontok milik penggilingan. Selain itu, saat ini petani telah memiliki akses untuk memanfaatkan mesin perontok melalui kelompok tani karena pemerintah memiliki program penyediaan mesin perontok bagi petani melalui kelompok tani.

Page 73: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

59

Mesin perontok berfungsi untuk memisahkan bulir padi atau gabah dengan tangkai tanaman padi. Mesin perontok ini juga biasanya digunakan petani untuk perontokan varietas gabah tertentu, seperti varietas Pandanwangi. Proses perontokan pada tanaman padi varietas Pandanwangi hanya dapat dilakukan dengan memanfaatkan mesin perontok karena tidak dapat dilakukan secara manual.

Mesin perontok tidak dimiliki oleh PB. Laksana Jaya maupun PB. Jembar Ati. Menurut keterangan dari pemilik pada kedua usaha ini, mesin perontok bukan merupakan mesin yang wajib dimiliki oleh keduanya. Hal ini disebabkan karena usaha ini hanya akan menerima gabah yang telah mengalami proses pascapanen, yaitu perontokan. Menurut Bapak H. Asep selaku pemilik PB. Laksana Jaya melakukan proses perontokan dengan memanfaatkan mesin perontok pada usaha penggilingan akan dapat meningkatkan risiko bagi usaha, karena penyusutan dari proses perontokan cukup besar.

Oven merupakan sebuah mesin yang dirakit sendiri oleh teknisi PB. Jembar Ati. Mesin ini berfungsi untuk membantu proses pengeringan gabah sehingga memiliki kadar air yang sesuai dengan persyaratan mutu penggilingan. PB. Jembar Ati memiliki dua unit Oven. Biaya pembuatan satu unit oven dapat mencapai Rp 60.000.000. PB. Jembar Ati memiliki rencana untuk membangun satu unit oven lagi sebagai upaya memenuhi kebutuhan usahanya saat ini.

Oven pertama terdiri atas tiga ruangan, ruangan pertama berbentuk persegi yang berukuran 56 m2. Lantai ruangan ini terbuat dari susunan pengayak besi yang berfungsi untuk meletakkan gabah yang akan dikeringkan. Bagian bawah dari pengayak besi tersebut merupakan ruangan kosong yang berfungsi untuk menyimpan panas. Ruangan kedua merupakan ruangan tempat blower dan cerobong panas berada yang berukuran sekitar 56 m2. Panas dari ruangan ketiga yang merupakan ruangan tempat pembakaran kayu dan sekam akan dialirkan ke ruangan pertama melalui cerobong dan blower yang ada pada ruanga kedua tersebut.

Oven kedua terdiri atas dua ruangan, yaitu ruangan tempat penyimpanan gabah dan ruangan tempat penyimpanan blower, cerobong panas, dan juga tabung gas. Bentuk dari ruangan penyimpanan gabah ini sama persis dengan tempat penyimpanan gabah pada oven pertama. Hanya saja ukuran ruangan ini lebih kecil dari ruangan pada oven pertama, yaitu hanya 30 m2. Ruangan tempat penyimpanan blower, cerobong, dan gas tidaklah besar, hanya berukuran 12 m2.

Selain banyaknya ruangan dan ukuran, kedua oven ini juga memiliki perbedaan lainnya, yaitu berkaitan dengan bahan bakar dan juga kapasitas penyimpanan gabah. Oven pertama memanfaatkan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk menghasilkan energi panas, sedangkan pada oven kedua energi panas diperoleh melalui gas. Selain itu, oven pertama memiliki kapasitas penyimpanan gabah yaitu sebesar 20 ton gabah, sedangkan oven kedua hanya mampu menampung kapasitas maksimal 15 ton.

Page 74: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

60

Gambar 18 Ruangan-ruangan pada oven PB. Jembar Ati

Mesin tepung dimiliki oleh kedua usaha penggilingan padi kasus, yaitu PB. Doa Sepuh dan PB. Jembar Ati. Namun, penggunaan mesin tepung pada kedua usaha ini berbeda. PB. Doa Sepuh memanfaatkan mesin tepung untuk keperluan jasa pengolahan beras menjadi tepung beras bagi masyarakat sekitar. Sedangkan PB. Jembar Ati memanfaatkan mesin tepung untuk aktivitas pengolahan dedak dan sekam menjadi dedak yang lebih halus dan serbuk sekam. Pengolahan ini tidak dikomersialisasikan untuk masyarakat sekitar melainkan hanya untuk keperluan bisnis dari PB. Jembar Ati.

PB. Doa Sepuh memanfaatkan mesin tepung dengan tipe 9FZ-23 dengan kapasitas produksi sebsar 180-220 kg perjam. Mesin ini digerakkan dengan menggunakan dinamo listrik. Harga mesin saat ini adalah berkisar sekitar Rp 3.900.000. PB. Jembar Ati memanfaatkan 4 unit mesin buatan China yaitu Shandong Jimo Disk Mill dengan model FFC-45 dengan kapasitas giling 500 kg per jam. Dua mesin digunakan untuk mengolah sekam dan dua mesin lainnya digunakan untuk mengolah atau memperhalus dedak. Mesin jenis ini dapat diperoleh di pasaran dengan harga mencapai Rp 8.000.000.

4. Peralatan Produksi

Peralatan lain yang dimiliki oleh usaha penggilingan padi adalah timbangan, mesin jahit karung, mesin pres plastik, dan tester kadar air gabah atau beras. Peralatan ini bersifat pelengkap bagi suatu usaha penggilingan padi. Semakin besar atau semakin banyak aktivitas usaha yang dilakukan oleh suatu

Ruangan Penyimpanan Gabah (Sebelum diisi)

Ruangan Penyimpanan Gabah (Setelah diisi)

Ruangan Tempat Cerobong dan Blower

Ruangan Tempat Pembakaran

Page 75: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

61

penggilingan padi maka akan semakin banyak peralatan pelengkap yang dibutuhkan. Berikut adalah jenis peralatan yang biasanya digunakan oleh usaha penggilingan padi kasus pada penelitian ini.

Tabel 14 Peralatan pada masing-masing usaha penggilingan padi kasus Jenis PB. Doa Sepuh PB. Laksana Jaya PB. Jembar Ati

Timbangan 1 4 6

Alat Penjahit Karung

- 1 2

Alat Pres Plastik

- - 1

Cera tester - - 2

Berdasarkan Tabel 14 diketahui bahwa timbangan merupakan peralatan yang selalu ada di setiap usaha penggilingan padi. Keberadaan timbangan sangatlah dibutuhkan bagi usaha penggilingan padi untuk menentukan berat dari setiap input dan output usaha. Namun, terlihat bahwa usaha penggilingan padi PB. Jembar Ati memiliki timbangan lebih banyak dari pada kedua usaha lainnya. PB. Doa Sepuh memiliki satu buah timbangan dengan kapasitas 110 kg. Jenis timbangan ini berbeda dengan yang dimiliki oleh kedua usaha lainnya, yaitu jenis timbangan gantung. Volume beras yang akan ditimbang dan kemudahan dalam penggunaannya menjadi alasan bagi PB. Doa Sepuh untuk menggunaknan timbangan jenis ini. PB. Laksana Jaya memiliki empat buah timbangan mekanik dengan kapasitas 150 kg dan 500 kg masing-masing satu unit dan lainnya memiliki kapasitas berat maksimal 300 kg. Sedangkan PB. Jembar Ati memiliki enam buah timbangan dengan kapasitas yang berbeda-beda, yaitu dua buah timbangan dengan kapasitas 150 kg dan empat lainnya memiliki kapasitas 500 kg.

Gambar 19 Jenis timbangan mekanik pada usaha penggilingan padi kasus

Berbeda dengan timbangan, mesin penjahit karung hanya dimiliki oleh PB.

Laksana Jaya dan PB. Jembar Ati. PB. Doa Sepuh tidak memiliki mesin ini karena aktivitas bisnisnya tidak melakukan proses pengemasan beras seperti yang dilakukan oleh kedua usaha lainnya. Sedangkan alat pres plastik dan tester kadar

Kapasitas 500 Kg Kapasitas 300 Kg Kapasitas 150 Kapasitas 110 Kg

Page 76: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

62

air gabah atau beras hanya dimiliki oleh PB. Jembar Ati. Hal ini disebabkan karena usaha penggilingan PB. Jembar Ati melakukan aktivitas pengepakan dengan menggunakan plastik sehingga diperlukan alat pres plastik agar beras dapat tertutup aman di dalam plastik. Walaupun PB. Laksana Jaya juga melakukan pengemasan namun hanya dengan menggunakan karung plastik sehingga alat pres plastik tidaklah diperlukan.

Cera tester hanya dimanfaatkan oleh PB. Jembar Ati untuk mengetahui kadar air gabah dan beras yang akan dibeli. Hal ini akan berpengaruh terhadap harga dari gabah atau beras yang akan dibeli karena kadar air merupakan salah satu indikator kualitas dari gabah atau beras. Selain itu, cera tester juga berfungsi untuk mengetahui kadar air gabah yang telah dikeringkan apakah telah memenuhi syarat untuk diproses lebih lanjut, yaitu proses penggilingan. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, PB. Laksana Jaya juga melakukan aktivitas pembelian gabah namun usaha ini tidak menggunakan cera tester untuk mengetahui kadar air dari gabah. Bapak H. Asep beranggapan beliau mampu mengukur kadar air gabah dan akan selalu belajar untuk hal tersebut sehingga beliau tidak perlu menyediakan cera tester untuk kepentingan usahanya.

Gambar 20 Peralatan tambahan aktivitas usaha penggilingan padi kasus

5. Tenaga Kerja Aktivitas pengusahaan penggilingan padi merupakan aktivitas padat karya

karena melibatkan banyak tenaga kerja di dalamnya. Oleh sebab itu, di pedesaan adanya aktivitas penggilingan padi dianggap mampu membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitarnya. Peran tenaga kerja dibutuhkan oleh usaha penggilingan padi dalam berbagai aktivitas mulai dari aktivitas yang berhubungan dengan pembelian gabah, proses konversi gabah menjadi beras dan hasil sampingnya atau disebut juga aktivitas produksi penggilingan, hingga aktvitas penjualan output penggilingan kepada pelanggan.

Pada aktivitas pembelian gabah, tenaga kerja dibutuhkan dalam proses kemas, timbang, dan angkut gabah dari tempat pembelian gabah ke tempat penggilingan serta membongkarnya. Jumlah tenaga kerja dapat bervariasi tergantung pada jumlah gabah yang dibeli. Semakin banyak gabah yang dibeli maka akan semakin banyak tenaga kerja yang dibutuhkan. Pada aktivitas penggilingan, tenaga kerja diperlukan untuk memindahkan gabah masuk atau keluar dari mesin penggilingan sampai dengan mengemas beras ke dalam karung yang kemudian akan didistribusikan ke tempat pengolahan beras. Begitu pula

Alat Tester Kadar Air Alat Pres Plastik Alat Penjahit Karung

Page 77: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

63

dengan aktivitas pengolahan beras serta pengemasan beras, tenaga kerja diperlukan untuk memisahkan benda-benda asing yang terdapat di dalam beras sehingga diperoleh beras yang bersih yang kemudian dikemas di dalam karung atau plastik dan siap didistribusikan kepada pelanggan.

Diantara tiga usaha penggilingan padi kasus pada penelitian ini hanya PB. Doa Sepuh yang tidak memiliki tenaga kerja untuk aktivitas pembelian dan aktivitas pengolahan beras serta pengepakan. Hal ini dikarenakan usaha ini tidak melakukan aktivitas pembelian gabah, pengolahan beras, serta pengemasan beras seperti kedua usaha lainnya. Selain itu dijelaskan bahwa PB. Doa Sepuh hanya menyediakan jasa penggilingan gabah atau proses konversi gabah menjadi beras. Oleh sebab itu, proses pengeringan gabah menjadi tanggung jawab dari pemilik gabah.

Tenaga kerja yang digunakan oleh usaha penggilingan padi biasanya merupakan tenaga kerja borongan, seperti tenaga kerja pada aktivitas pembelian gabah, pengeringan, pengolahan, dan pengemasan. Tenaga kerja yang digunakan adalah buruh borongan yang dibayar sejumlah tertentu per kilogram gabah atau beras yang dihasilkan.

PB. Jembar Ati memiliki tenaga kerja tetap. Tenaga kerja tetap merupakan tenaga kerja memperoleh penghasilan tetap tiap bulannya dengan tambahan insentif tertentu. Biasanya tenaga kerja tetap tersebut bertugas untuk mengurusi administrasi, teknisi, ataupun orang-orang yang diberi kepercayaan oleh pemilik untuk mengurusi bidang tertentu dalam serangkaian aktivitas bisnis usaha penggilingan padi. Pada Tabel 14 terlihat bahwa hanya PB. Jembar Ati memiliki tenaga kerja tetap, yaitu enam orang tenaga kerja tetap.

Tabel 15 Jumlah tenaga kerja pada masing-masing usaha penggilingan kasus

Usaha penggilingan padi Jumah tenaga kerja tetap

Jumlah tenaga kerja borongan

PB. Doa Sepuh - 2 PB. Jembar Ati 6 39 PB. Laksana Jaya - 10

Dalam serangkaian aktivitas bisnis penggilingan padi maka PB. Jembar Ati juga melaksanakan aktivitas pengolahan dedak dan sekam menjadi produk yang memiliki nilai tambah sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Dalam aktivitas ini, PB. Jembar Ati juga mempekerjakan sejumlah tenaga kerja borongan yang bertugas untuk mengumpulkan sekam dan dedak hasil pengolahan gabah dari mesin penggilingan, dan juga tenaga kerja yang bertugas untuk mengolah dedak dan sekam dengan memanfaatkan mesin pengolah dedak.

6. Kendaraan Operasional Keberadaan kendaraan operasional bagi suatu usaha penggilingan padi

merupakan suatu hal yang dapat menimbulkan dampak positif dan dampak negatif. Menurut Bapak H. Asep selaku pemilik dari PB. Laksana Jaya, memiliki kendaraan operasional dalam hal ini mobil angkutan barang memiliki dampak positif, seperti pihak manajemen dapat mengontrol waktu sehingga tidak terjadi keterlambatan penerimaan maupun pengiriman barang. Namun, beliau juga mengungkapkan bahwa dengan memiliki kendaraan operasional seperi mobil

Page 78: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

64

angkut, maka suatu usaha harus mengeluarkan biaya investasi untuk membeli mobil, biaya perawatan, dan juga biaya operasional mobil. Menurut beliau biaya-biaya tersebut dapat dipenuhi oleh suatu usaha jika aktivitas bisnisnya seperti pembelian gabah atau penjualan gabah dilakukan setiap hari dan dalam jumlah sesuai dengan kapasitas mobil angkutan tersebut. Jika tidak, hal ini hanya akan menyebabkan kerugian bagi usaha penggilingan padi.

Dari ketiga usaha penggilingan padi pada kasus penelitian ini, hanya PB. Jembar Ati yang memiliki kendaraan operasional. Sebenarnya sekitar enam bulan yang lalu PB. Laksana Jaya memiliki dua unit mobil, yaitu mobil pick up dan mobil colt diesel. Namun, mobil kedua mobil tersebut kemudian dijual untuk keperluan modal kerja bagi usaha lain yang sedang dibangun dan dirintis oleh Bapak H. Asep. Sedangkan PB. Doa Sepuh tidak memiliki kendaraan opersional disebabkan karena keterbatasan modal dari pengelola dan juga karena aktivitas bisnis pada PB. Doa Sepuh dipandang belum membutuhkan kendaraan operasional. Namun, Bapak Nanan mengungkapkan jika usaha jasa penggilingannya memiliki kendaraan operasional seperti mobil maka beliau yakin bahwa usaha jasa penggilingannya mampu melayani masyarakat di luar desa Songgom dengan sistem pelayanan antar jemput.

PB. Jembar Ati memiliki lima unit kendaraan operasional yang terdiri atas dua unit mobil jenis pick up, dua unit mobil jenis colt diesel, dan satu unit mobil jenis fuso. Mobil pick up digunakan sebagai kendaraan angkut gabah atau beras dari dan ke wilayah sekitar Cianjur dengan kapasitas maksimum 2,5 ton gabah atau beras. Mobil ini juga sering digunakan untuk mendistribusikan gabah hasil penjemuran ke ruangan oven. Mobil colt diesel digunakan untuk mengangkut gabah atau beras maksimal 4,5 sampai 5 ton dari dan ke luar wilayah Cianjur. Namun, mobil cold diesel juga dapat dimanfaatkan untuk aktivitas dalam wilayah Cianjur jika volume gabah atau beras yang akan diangkut mencapai 5 ton. Sedangkan mobil Fuso digunakan oleh PB. Jembar Ati untuk mendistribusikan beras dengan jumlah yang lebih besar dari 5 ton atau maksimal 10 ton. Modal Kerja Modal Kerja merupakan modal yang dimiliki oleh pemilik atau pengelola untuk menjalankan kegiatan produksi dalam penggilingan padi. Semakin banyak modal yang dimiliki oleh maka semakin banyak aktivitas produksi yang bisa dilakukan. Besarnya modal merupakan salah satu indikator keberhasilan aktivitas produksi yang dijalankan. Modal kerja yang besar dapat digunakan untuk keperluan pengadaan input produksi, peremajaan mesin, perluasan skala usaha dan sebagainya. Modal yang dimiliki dapat berupa modal yang berasal dari sendiri atau modal yang berasal dari pihak lain. Modal usaha yang dimiliki oleh PB. Doa Sepuh dalam melaksanakan aktivitas usaha penyediaan jasa penggilingan padi merupakan modal pribadi. Kebutuhan modal untuk operasional usaha akan disediakan oleh pemilik usaha, yaitu Bapak Didin, selain itu modal juga berasal dari keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dijalankan. Bagi Bapak Nanan selaku pengelola usaha, modal kerja digunakan untuk keperluan upah tenaga kerja dan pembelian bahan bakar minyak dalam aktivitas penggilingan padi Bapak Nanan ingin sekali untuk mengembangkan usaha penggilingan PB. Doa Sepuh. Walaupun usaha ini bukan milik pribadi dari Bapak Nanan, namun

Page 79: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

65

usaha ini merupakan tumpuan kehidupan dari keluarga Bapak Nanan. Oleh sebab itu, beliau berusaha untuk mengumpulkan modal yang kemudian dapat mengembangkan usaha ini. Bapak Nanan awalnya berniat untuk melakukan aktivitas pembelian gabah dan mengolah gabah di PB. Doa Sepuh dan kemudian menjualnya ke pedagang di pasar tradisional. Untuk mewujudkan hal tersebut Bapak Nanan terus berupaya menyisihkan sebagian keuntungan usaha penggilingan padi dan hasil usaha pekerjaan samping lainnya.

Walaupun Bapak Nanan terkendala dengan modal usaha namun beliau tetap saja tidak mau mengajukan permohonan peminjaman dana kepada Bank. Seringkali pihak Bank atau Badan Perkreditan Rakyat mendatangi kediaman Bapak Nanan untuk mengajukan penawaran peminjaman, namun Bapak Nanan tetap pada prinsipnya untuk tidak melakukan peminjaman modal kerja kepada pihak lain. Kekhawatiran tersendatnya pengembalian pinjaman ataupun risiko lainnya menjadi salah satu alasan bagi Bapak Nanan untuk tidak melakukan peminjaman. Akibatnya, usaha penggilingan padi PB. Doa Sepuh sampai saat ini hanya melakukan aktivitas pelayanan jasa penggilingan padi bagi masyarakat sekitar saja.

Berbeda dengan Bapak Nanan, Pemilik PB. Laksana Jaya dan PB. Jembar Ati memiliki modal kerja yang berasal dari modal sendiri dan juga modal pinjaman. Bagi PB. Laksana Jaya dan PB. Jembar Ati modal sendiri biasanya diperoleh dari keuntungan aktivitas usaha penggilingan padi yang dilakukan oleh masing-masing usaha. PB. Laksana Jaya juga memperoleh tambahan modal dari penyisihan sebagian keuntungan dari usaha samping yang dilakukan, seperti usaha las karbit, proyek perumahan, proyek pengadaan sarana prasana sekolah, dan sebagainya.

Modal yang berasal dari modal pinjaman diperoleh oleh pemilik usaha PB. Laksana Jaya dan PB. Jembar Ati melalui pengajuan pinjaman kepada sejumlah Bank di daerah Cianjur. PB. Jembar Ati memperoleh modal pinjaman dari Bank Mandiri, sedangkan PB. Laksana Jaya memperoleh pinjaman dana dari Bank BRI dan BTPN. PB. Jembar Ati memperoleh pinjaman dari Bank Mandiri sebesar Rp 2.500.000.000. PB. Laksana Jaya mendapat kredit ringan dari Bank BRI senilai Rp 500.000.000 dan dari BTPN senilai Rp 250.000.000.

Melihat prospek usaha yang dijalankan kedua usaha ini membuat beberapa lembaga perkreditan terus menerus menawarkan modal pinjaman. Selain itu, kepribadian dari Bapak H. Asep dan Bapak H. Apud juga menjadi salah satu pertimbangan bagi lembaga pemberi pinjaman. Pasalnya, Bapak H. Asep dan Bapak H. Apud senantiasa selalu menjaga kepercayaan yang diberikan dengan bertanggungjawab atas kewajiban yang yang harus dilakukan, yakni pengembalian uang pokok pinjaman dan bunga kepada pihak pemberi pinjaman selalu dilakukan setiap bulannya.

Ketertarikan pihak perbankan melakukan kerjasama dengan kedua usaha penggilingan padi ini terbukti dengan adanya penawaran kredit apabila kredit yang lalu telah selesai dilunasi. Namun, Bapak H. Asep dan Bapak H. Apud tidak dengan mudah tergoda untuk melakukan peminjaman modal karena mereka selalu mempertimbangkan kemampuan usaha yang sedang mereka jalankan untuk kemudian membayar cicilan dari peminjaman yang dilakukan.

Page 80: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

66

Karakteristik Pelaku Usaha Penggilingan Padi Kasus Pelaku usaha merupakan salah faktor penentu terhadap pengembangan usaha yang dilakukan. Masing-masing pelaku usaha memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lainnya. Perbedaan tersebut dapat disebabkan karena banyak hal, seperti jenis kelamin, usia, latar belakang pendidikan, pengalaman usaha, dan sebagainya. Semua hal tersebut pada akhirnya dapat mempengaruhi cara, sikap, dan pandangan pelaku usaha sehingga akan berdampak pada keputusan pelaku usaha dalam mewujudkan tujuan usaha yang telah ditetapkan.

Tabel 16 Identitas pelaku usaha masing-masing usaha penggilingan kasus Identitas PB. Doa Sepuh PB. Jembar Ati PB. Laksana Jaya

Nama Pemilik Nanan H. Apud H. Asep Jenis Kalamin Laki-laki Laki-laki Laki-laki Usia (tahun) 35 54 45 Pendidikan Terakhir

SD SD SD

Pengalaman Usaha (tahun)

9 7 25

Berdasarkan Tabel 16 terlihat bahwa yang berbeda antara pelaku usaha

pada usaha penggilingan padi kasus adalah usia dan pengalaman usaha. Bapak Nanan selaku pengelola usaha PB. Doa Sepuh memiliki usia yang jauh lebih muda dibandingkan dengan usia pelaku usaha lainnya, terutama jika dibandingkan dengan Bapak H. Apud. Namun, perbedaan usia antara Bapak Nanan dan Bapak H. Apud yang mencapai 19 tahun tidak serta merta mengindikasikan pengalaman usaha Bapak Nanan lebih singkat dibandingkan Bapak H. Apud. Faktanya Bapak Nanan terlihat lebih awal menggeluti usaha penggilingan padi dibandingkan dengan Bapak H. Apud. Sedangkan Bapak H. Asep memiliki usia diantara usia keduanya, namun pengalaman usaha dari Bapak H. Asep jauh lebih panjang dibandingkan dengan keduanya. Dilihat dari pendidikan terkahir tampak jelas bahwa ketiga pelaku usaha penggilingan padi memiliki riwayat pendidikan formal yang cukup singkat, yaitu hanya sampai pendidikan sekolah dasar. Rendahnya pendidikan tersebut bukan berarti mereka merendahkan arti penting pendidikan, namun karena tidak adanya kesempatan untuk mengecap pendidikan lebih tinggi. Lain dari pada itu, dorongan yang besar untuk bekerja demi mempernbaiki status kehidupan kelurarga juga menjadi alasan untuk tidak melanjutkan pendidikan. Namun, hal tersebut tidak menjadi hal yang berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan usaha yang dijalankan. Terbukti dari usaha yang dilakukan dapat bertahan dalam waktu yang cukup lama dengan perkembangan yang relatif baik sesuai dengan karakter bisnis masing-masing. Pendidikan formal yang tinggi tanpa adanya pengalaman usaha dalam suatu sektor bisnis akan menyebabkan pelaku usaha tersebut hanya mengandalkan teori semata sehingga terkadang usaha yang dijalankan tidak dapat beelangsung dengan baik. Akan tetapi, ketika pelaku usaha tidak memiliki riwayat pendidikan formal yang tinggi tetapi memiliki pengalaman yang cukup di bidang usaha tertentu maka akan menyebabkan usaha tersebut memiliki peluang yang besar

Page 81: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

67

dalam mencapai keberhailannya karena pengalaman yang cukup dapat memberikan pembelajaran pelaku usaha yang kemudian dapat menjadi standar tindakan berikutnya. Pendidikan formal yang tinggi dan pengalaman yang cukup merupakan kombinasi kompetensi yang sangat berharga bagi pelaku usaha dalam menjalankan usahanya.

ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI

Aktivitas Pengusahaan Penggilingan Padi

Pada umumnya aktivitas pengusahaan penggilingan padi dilakukan mulai dari kegiatan pengadaan gabah kemudian akan diproses menjadi beras samapai pada aktivitas penjualan hasil olahan berupa beras, sekam, dan dedak kepada pelanggan. Aktivitas tersebut dapat berlangsung sepanjang tahun dengan asumsi pemilik usaha atau pengelola usaha memiliki modal kerja yang cukup dan juga tersedianya hasil panen petani berupa gabah sebagai input produksi.

Usaha penggilingan padi dapat melakukan pengadaan input produksi dengan berbagai cara, seperti melalui aktivitas pembelian gabah ke petani atau pedagang pengumpul maupun bekerjasama dengan pedagang pengumpul atau petani dalam pengadaan input. Bagi usaha yang melakukan aktivitas pembelian gabah sebagai cara pengadaan input produksi maka usaha tersebut akan membeli gabah dalam jumlah yang besar ketika panen untuk kemudian dijadikan stok yang kemudian bermanfaat ketika terjadinya musim paceklik di daerah tersebut. Ketika suatu daerah tengah mengalami musim paceklik maka biasanya pemilik atau pengelola usaha akan melakukan pembelian gabah ke luar daerah. Hal ini dilakukan agar produksi dapat dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan pelanggan.

Gabah yang telah diperoleh kemudian dikeringkan melalui aktivitas penjemuran ataupun dengan memanfaatkan mesin dryer. Pemanfaatan mesin pengering atau mesin dryer dilakukan ketika cuaca tidak mendukung untuk proses penjemuran gabah. Tidak semua usaha penggilingan padi memiliki mesin pengering atau dryer karena biaya investasi dan biaya operasional yang mahal. Beberapa usaha penggilingan padi mampu merancang alat pengering lainnya yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk mengeringkan gabah.

Setelah proses pengeringan selesai dan diperoleh gabah yang memiliki kadar air sesuai dengan syarat penggilingan kemudian gabah siap untuk diproses atau digiling. Proses penggilingan dapat berlangsung lebih dari satu kali untuk mendapatkan kualitas beras yang diinginkan. Hasil proses penggilingan tidak hanya berupa beras, tetapi juga terdapat sekam dan dedak. Sekam merupakan kulit ari yang terkelupas akibat proses penggilingan yang dilakukan oleh mesin husker, sedangkan dedak adalah hasil penyosohan beras pecah kulit yang dilakukan oleh mesin polisher.

Pasca proses penggilingan, beras yang dihasilkan sebagai hasil utama kemudian dikemas. Beberapa penggilingan melakukan grading terlebih dahulu berdasarkan kualitas berasnya untuk kemudian didistribusikan kepada pelanggan. Pelanggan yang dilayani yaitu pelanggan pedagang beras lokal, pedagang beras

Page 82: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

68

induk di luar daerah, dan lainnya. Selain beras, pelaku usaha juga dapat menerima pendapatan dari penjualan sekam dan dedak. Berikut adalah penjelasan lebih khusus dari masing-masing aktivitas pengusahaan pada usaha penggilingan padi kasus.

Aktivitas Pengadaan Gabah

Gabah merupakan input produksi bagi usaha penggilingan padi. Ketersediaan gabah sangat mempengaruhi kelancaran aktivitas lainnya dalam pengusahaan penggilingan padi. Gabah dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis berdasarkan persentase kadar air yang terkandung dalam gabah, seperti Gabah Kering Panen (GKP), dan Gabah Kering Giling (GKG). Kadar air dalam gabah merupakan salah satu ukuran dari kualitas atau mutu gabah. GKP memiliki kadar air 14,01-25 persen, sedangkan GKG memiliki kadar air lebih kecil atau sama dengan 14 persen.

Pengadaan gabah dalam pengusahaan penggilingan padi dapat dilakukan melalui pembelian gabah kepada petani atau pedagang pengumpul. Selain itu, pengadaan gabah juga dapat dilakukan oleh pelaku usaha melalui kerjasama dengan petani atau pedagang pengumpul, dimana pedagang pengumpul atau petani menyediakan gabah sebagai input bagi pelaku usaha dalam proses produksi. Pembelian gabah biasanya dilakukan oleh usaha dengan tipe non maklon, sedangkan bagi usaha maklon biasanya gabah diperoleh dari petani atau pedagang pengumpul tanpa mengurangi hak milik petani atau pedagang pengumpul terhadap gabah tersebut, dengan arti lain bahwa petani atau pedagang pengumpul hanya menitipkan gabahnya untuk kemudian diolah menjadi beras.

PB. Laksana Jaya dan PB. Jembar Ati melakukan aktivitas pembelian gabah dalam rangka pengadaan gabah sebagai input produksi. Gabah yang dibeli berupa gabah kering panen (GKP) dan gabah kering giling (GKG). Harga untuk gabah kering giling lebih mahal jika dibandingkan dengan harga gabah kering panen. Misalnya, PB. Jembar Ati membeli gabah kering panen dengan harga Rp 4.000 per kg sedangkan harga untuk gabah kering giling mencapai Rp 4.700. Selain kualitas, jenis atau varietas gabah juga sangat mempengaruhi harga pembelian gabah. varietas gabah yang biasanya dibeli adalah IR, Cintanur, Cisadane. Berdasarkan harga pasaran pada bulan Oktober 2012 diperoleh bahwa PB. Laksana Jaya dan PB. Jembar Ati membeli gabah dengan vareitas IR dengan harga Rp 3.700 – Rp 3.950 per kg, sedangkan varietas Cintanur dibeli dengan harga berkisar antara Rp 3.900 – Rp 4.200 per kg, dan varietas Cisadane dihargai sebesar Rp 3.850 per kg.

PB. Laksana Jaya membeli gabah kepada petani melalui pedagang perantara maupun pedagang pengumpul yang langsung menjual gabah ke penggilingan. PB. Laksana Jaya memiliki tujuh orang pedagang perantara yang rutin menyuplai gabah. Ketujuh orang tersebut diberi modal berupa uang pinjaman dengan total sebesar Rp 230.000.000. Keuntungan dari pemakaian modal tersebut kemudian akan dibagi sesuai dengan kesepakatan antar Bapak H. Asep selaku pemilik PB. Laksana Jaya dan tenaga pembeli gabah. Harga gabah yang ditetapkan oleh Bapak H. Asep kepada pedagang perantara adalah harga gabah kepada petani ditambah dengan Rp 100 per kg sebagai upah termasuk ongkos transportasi pada proses pengangkutan gabah ke tempat produksi. Selain itu, PB. Laksana Jaya juga telah menjalin kerjasama dengan empat orang pedagang pengumpul gabah. Biasanya

Page 83: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

69

sebelum pedagang pengumpul membeli padi milik petani terlebih dahulu menanyakan kepada Bapak H. Asep terkait dengan harga yang akan dikenakan terhadap gabah tersebut. Hal ini dilakukan agar risiko harga bagi pedagang pengumpul dapat diminimalisir.

PB. Laksana Jaya mendapatkan pasokan gabah dari beberapa daerah di sekitar lokasi usaha, seperti Desa Cikancana, Desa Songgom, Desa Bangbayang, Desa Sukaratu yang berada di Kecamatan Gekbrong. Selain itu, pasokan juga diperoleh dari kecamatan lain di sekitar lokasi, seperti Kecamatan Warung Kondang, Kecamatan Cibebeur, Kecamatan Sukabumi, dan sebagainya. Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari Bapak H. Asep, rata-rata pembelian gabah dalam satu bulan mencapai 180 ton gabah. Untuk menjaga keseimbangan produksi dengan penjualan beras yang dilakukan maka diperlukan cadangan gabah sebanyak 25 ton gabah yang harus tersedia di gudang penyimpanan gabah.

PB. Jembar Ati memperoleh supply gabah hanya dari pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul akan mendapatkan keuntungan dari selisih harga gabah di petani dan harga dibayar oleh penggilingan. PB. Jembar Ati tidak membeli gabah langsung kepada petani karena keterbatasan sumberdaya yang dimiliki. Pemasok gabah bagi PB. Jembar Ati tidak hanya berasal dari daerah-daerah di Kabupaten Cianjur tetapi juga dari daerah di luar Cianjur, seperti Sukabumi, Bandung, Karawang, dan Lampung. Hal ini dilakukan agar persediaan gabah untuk proses produksi selalu tersedia walaupun di daerah Cianjur tengah terjadi musim paceklik. Pembelian gabah ke luar provinsi juga dilakukan apabila harga gabah lebih murah dibandingkan dengan harga di daerah sekitar Cianjur. Berdasarkan catatan pembelian gabah pada bulan November 2012 tercatat bahwa PB. Jembar Ati telah membeli gabah sebanyak 350 ton dengan varietas yang berbeda-beda. Namun, ketika musim panen berlangsung di Kabupaten Cianjur, maka PB. Jembar Ati dapat membeli gabah mencapai 1000 ton sebagai cadangan input produksi ketika musim paceklik.

Semakin jauh jarak atau daerah pembelian akan berdampak pada biaya transportasi karena biaya pengangkutan gabah menjadi tanggung jawab PB. Jembar Ati. Rata-rata biaya transportasi pengangkutan gabah dari wilayah di Kabupaten Cianjur adalah Rp 40 per kg gabah. Apabila gabah berasal dari daerah Bandung dan Karawang maka biaya transportasi dapat mencapai Rp 70 per kg gabah. Sedangkan gabah yang berasal dari provinsi Lampung diangkut dengan menggunakan mobil sewaan dengan biaya sebesar Rp 200.000. Hal ini dilakukan agar lebih hemat karena tidak mengeluarkan biaya operasional pengangkutan.

Pada periode 2012, PB. Jembar Ati memiliki 15 pedagang pengumpul yang menjadi pemasok utama gabah dari daerah di Kabupaten Cianjur. Beras yang berasal dari daerah Cianjur kemudian akan dipasok ke supermarket. Oleh sebab itu, 15 orang pemasok gabah tersebut akan dievaluasi setiap semesternya. Pelaksanaan evaluasi akan dilakukan oleh PB. Jembar Ati yang didampingi oleh pihak dari supermarket yang bekerjasama dengan PB. Jembar Ati. Evaluasi dilakukan dengan empat kriteria, yiatu kualitas, harga, kondisi kemasan, dan ketersedian barang atau konsistensi. Jika hasil evaluasi dinilai buruk maka pemasok akan diberi peringatan. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan pada awal Januari tahun 2012 diketahui bahwa dari 15 orang pemasok hanya satu orang pemasok yang kemudian diberi peringatan untuk memperbaiki kualitas gabahnya.

Page 84: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

70

PB. Laksana Jaya dan PB. Jembar Ati melakukan pembelian gabah dan menetapkan harga atas gabah tersebut berdasarkan kualitas gabah yang akan dibeli. PB. Jembar Ati memiliki sejumlah kriteria standar mutu gabah yang dapat diterima. Hal ini karena gabah yang akan dioleah kemudian akan di distribusikan kepada supermarketsehingga jaminan mutu harus tetap dijaga agar kerjasama tetap dapat dilakukan. PB. Laksana Jaya tidak memiliki sederetan kriteria mutu gabah yang akan dibeli. Tidak adanya kriteria mutu yang ditetapkan secara tertulis bukan berarti kalau PB. Laksana Jaya tidak mengindahkan aspek kualitas gabah, hanya saja PB. Laksana Jaya belum menetapkan ukuran dari masing-masing kriteria yang telah ditetapkan.

Kadar air sebagai salah satu kriteria mutu gabah sering menjadi fokus utama dari pelaku usaha. Kadar air mampu mempengaruhi harga, kualitas, dan juga kuantitas output produksi. Bagi Bapak H. Apud dan Bapak H. Asep selaku pemilik dan pengelola usaha PB. Jembar Ati dan PB. Laksana Jaya, kesalahan pengukuran kadar air gabah akan menyebabkan kesalahan penetapan harga beli yang pada akhirnya juga berpengaruh terhadap besarnya kerugian usaha. Selain itu, penetapan kadar air yang keliru juga akan berpengaruh terhadap besarnya penyusutan hasil produksi. Kedua pemilik usaha ini pernah menyatakan bahwa banyak usaha penggilingan padi kemudian gulung tikar karena selalu mengalami kerugian yang disebabkan oleh kesalahan pada saat mengukur kadar air.

Pengukuran kadar air dapat dilakukan dengan cara manual maupun dengan memanfaatkan cera tester. Akan tetapi dalam proses pembelian gabah, Bapak H. Apud maupun Bapak H. Asep melakukan pengukuran terhadap kadar air dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan cara menggenggam sejumlah gabah untuk merasakan banyaknya kadar air dalam gabah dan juga dengan cara menggigit beberapa gabah yang akan dibeli. Menurut Bapak H. Apud pengukuran kadar air dengan cara manual tersebut dirasa cukup akurat dan tidak jauh berbeda dengan apabila diukur dengan menggunakan alat. Selain itu, petani akan lebih senang jika kadar air dan kualitas gabah diukur tanpa menggunakan alat.

PB. Jembar Ati dan PB. Laksana jaya menerima gabah di tempat produksi sehingga tidak ada biaya untuk beli karung, kemas, timbang, dan muat gabah. Namun, terdapat biaya bongkar gabah, yaitu sebesar Rp 7 per kg bagi PB. Jembar Ati dan Rp 10 per kg bagi PB. Laksana Jaya yang biasanya dibayarkan secara borongan.

Selain gabah, seringkali usaha penggilingan padi juga membeli beras untuk kemudian diolah kembali agar diperoleh beras dengan kualitas yang diinginkan. Beras juga berfungsi sebagai cadangan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan apabila stok gabah yang akan diolah menipis. Beberapa penggilingan padi kecil sangat sulit untuk memasarkan beras hasil produksinya sehingga menawarkan beras kepada pengusaha penggilingan padi yang lebih besar dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan harga di pasaran. Kesempatan inilah yang kemudian diambil oleh pengusaha penggilingan padi, termasuk PB. Laksana Jaya dan PB. Jembar Ati sehingga keuntungan dapat diperoleh melalui pengolahan kembali beras yang dibeli dan menjualnya kepada pelanggan dengan yang harga sama bahkan diatas harga pasar.

PB. Laksana Jaya membeli beras sebanyak rata-rata 5 ton beras per bulan. Beras tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama karena akan menurunkan kualitasnya. Oleh sebab itu, beras yang dibeli menjadi prioritas

Page 85: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

71

utama untuk diproses atau digiling sehingga tidak ada beras yang distok. PB. Laksana Jaya membeli beras kepada pedagang pengumpul dengan harga sesuai dengan harga yang ditetapkan oleh pemilik beras. Harga beras berkisar antara Rp 7000 – Rp 7200 per kg tergantung kualitas dan varietas beras. PB. Jembar Ati akan memberi upah kepada pedagang pengumpul sebesar Rp 150.000 per ton beras dengan asumsi biaya pengangkutan ditanggung oleh pedagang pengumpul tersebut.

PB. Jembar Ati membeli beras mencapai 300 ton per bulan. Varietas beras IR 64 dibeli dengan harga Rp 7200, sedangkan untuk varietas Cintanur dibeli dengan harga lebih mahal yaitu Rp 7300. Harga tersebut telah termasuk biaya pengangkutan beras ke tempat produksi. Harga beras dapat menembus angka Rp 7500 jika kualitas beras yang ditawarkan tinggi.

Kriteria beras yang akan dibeli adalah beras dengan kadar air 14-15 persen. Kadar air dari beras diukur dengan menggunakan cera tester. Beras dengan kualitas yang baik akan dilakukan pengolahan berupa grading dan sortering di tempat pengolahan beras untuk memberi nilai tambah bagi beras yang kemudian akan didistribusikan kepada pelanggan PB. Jembar Ati. Namun, jika kualitas buruk, seperti kadar air gabah melebihi 15 persen atau kurang dari 14 persen maka akan dilakukan proses penyosohan kembali dengan menggunakan mesin polisher di tempat produksi atau beras akan ditolak oleh PB. Jembar Ati.

Pengolahan kembali beras akan menimbulkan penyusutan sebesar 0,5-3 persen. Besarnya penyusutan itu dipengaruhi oleh kinerja mesin penggilingan dan kualitas berasnya. Semakin baik kualitas beras dan kinerja mesin maka penyusutan akan semakin kecil. Penyusutan hasil yang kecil memberi peluang yang besar bagi pelaku usaha untuk mendapatkan margin yang lebih tinggi.

PB. Doa Sepuh melakukan proses produksi dengan memanfaatkan gabah sebagai input produksi untuk kemudian diolah menjadi produk berupa beras, sekam, dan dedak. Gabah diperoleh PB. Doa Sepuh tidak melalui pembelian melainkan diperoleh dari petani atau masyarakat sekitar yang memanfaatkan jasa penggilingan dan tanpa mengurangi hak kepemilikan petani terhadap gabah. Hal ini juga dialami oleh PB. Laksana jaya karena pengusahaannya juga menerima pelayanan jasa kepada petani dan pedagang pengumpul.

PB. Doa Sepuh menawarkan jasa penggilingan bagi semua varietas gabah, seperti varieas IR 64, Cintanur, Cisadane, dan Pandan Wangi. Begitu pula dengan PB. Laksana Jaya, namun usaha ini tidak dapat melayani jasa penggilingan padi varietas Pandanwangi jika tanaman padinya belum dirontokkan karena PB. Laksana Jaya tidak memiliki mesin perontok padi.

PB. Doa Sepuh dan PB. Laksana Jaya menerima gabah dari petani dan pedagang pengumpul dalam bentuk gabah kering giling atau GKG dengan kadar air sekitar 14-15 persen. Akan tetapi pengelola usaha penggilingan tidak dapat mengukur kadar air gabah secara tepat, karena tidak memiliki alat cera tester. Jika Petani atau pedagang pengumpul belum melakukan proses pengeringan terhadap gabahnya maka petani dapat memanfaatkan jasa penjemuran yang disediakan oleh usaha penggilingan. Namun, upah dari jasa penjemuran ini tidak menjadi pendapatan bagi usaha melainkan menjadi pendapatan bagi tenaga kerja yang memberikan jasa tersebut.

Page 86: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

72

Aktivitas Pengeringan Gabah Pengeringan gabah dilakukan karena gabah yang dibeli dari petani adalah

gabah kering panen (GKP) yang masih mengandung kadar air relatif tinggi sehingga harus dijemur untuk memperoleh beras dengan kualitas baik pada proses penggilingan berikutnya. Kadar air gabah yang diperoleh dari petani atau pedagang pengumpul maupun pedagang peratara umumnya berkisar antara 20-25 persen. Aktivitas pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air hingga kadar air gabah hanya berkisat 14-15 persen. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk memudahkan dan mengurangi kerusakan dalam penyosohan dan proses selanjutnya. Kadar air yang terlalu tinggi menyebabkan kerusakan pada beras yang dihasilkan karena tekstur yang lunak.

Proses pengeringan gabah sangat tergantung pada cuaca dan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan lantai jemur dan mesin pengeringan. Lantai jemur dipakai apabila cuaca cerah dan cukup sinar matahari sebagai panas untuk mengeringkan gabah. Sementara alat pengering dapat digunakan apabila cuaca mendung atau hujan. Kombinasi kedua cara tersebut dapat dilakukan tergantung kondisi cuaca saat itu.

Penggunaan lantai jemur lebih efisien jika dibandingkan dengan penggunaan mesin pengering dengan asumsi cuaca mendukung untuk melakukan penjemuran. Selain investasi untuk mesin pengering yang sangat tinggi, biaya operasional dari mesin pengering juga relatif tinggi karena menggunakan bahan bakar sebagai penghasil energi panas untuk membantu proses pengeringan. Namun, jika kondisi cuaca buruk, maka penggunaan mesin pengering akan sangat membantu usaha penggilingan dalam menghasilkan beras sebagai hasil utama dengan kualitas yang baik.

Proses penjemuran dilakukan dengan menghamparkan gabah di lantai jemur kemudian diratakan agar mendapat energi panas yang sama dari sinar matahari. Saat hujan turun, maka hamparan gabah dikumpulkan pada beberapa titik yang membentuk unggukan gabah dan kemudian ditutup dengan menggunakan terpal. Akan tetapi, beberapa usaha penggilingan padi terkadang mengemas gabah yang sedang dijemur untuk dipindahkan ke gudang penyimpanan gabah apabila diprediksi hujan akan turun dalam waktu lama. Tenaga kerja atau buruh yang digunakan dalam proses penjemuran biasanya merupakan tenaga kerja borongan.

Mesin pengering dapat berupa dryer maupun oven pengering padi. Dryer merupakan mesin yang kompak yang berfungsi untuk mengeringkan gabah dengan cara memasukkan gabah kedalam mesin dan mengaktivasi mesin. Aktivasi mesin memerlukan energi yang berasal dari mesin diesel yang digerakkan dengan menggunakan solar dan minyak tanah sebagai bahan bakar. Oven pengering padi merupakan mesin menyerupai ruangan pemanas dimana bagian bawah merupakan tempat penyimpanan panas, sedangkan bagian atas merupakan tempat penyimpanan gabah. Ruangan ini kemudian dihubungkan dengan ruangan lain dimana terdapat alat-alat yang kemudian dapat digunakan untuk mentransfer panas yang dihasilkan dari pembakaran kayu, sekam atau penggunaan gas sebagai penghasil energi panas.

Investasi terhadap pembangunan lantai jemur maupun mesin pengering sangatlah besar. Besarnya investasi tersebut sebanding dengan umur ekonomis penggunaan lantai jemur atau mesin pengering yang relatif lama. Perbaikan terhadap lantai jemur dilakukan apabila terdapat bagian lantai yang rusak atau

Page 87: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

73

terkelupas. Sedangkan perbaikan terhadap alat pengering dilakukan apabila ada spare part dari mesin yang tidak berfungsi. Untuk meminimalisir terjadinya kerusakan pada mesin pengering maka dilakukan berbagai upaya perawatan.

Pada penelitian ini, ketiga usaha penggilingan padi kasus tidak memiliki mesin dryer untuk membantu proses pengeringan. Menurut Bapak H. Asep, penggunaan dryer membutuhkan investasi yang besar yaitu mencapai Rp 90.000.000 sedangkan mesin ini hanya digunakan ketika cuaca buruk, yaitu sekitar lebih kurang dua bulan. Hal ini kemudian akan menyebabkan inbalance antara penerimaan dan pengeluaran yang akan dihasilkan dan juga penumpukan biaya modal. Oleh sebab itu, upaya mengantisipasi terjadinya kekurangan gabah kering giling maka dilakukan penjemuran secara intensif dengan memanfaatkan lantai jemur selama musim kemarau.

PB. Laksana Jaya memanfaatkan lantai jemur untuk proses pengeringan gabah yang telah dibeli. Banyaknya gabah yang dijemur bergantung pada luas lantai jemur yang dipakai. Semakin luas lantai jemur maka akan semakin banyak gabah yang dapat dijemur. PB. Laksana Jaya memiliki luas lantai jemur sekitar 1750 m2 yang mampu menampung maksimal 21 ton gabah yang akan dijemur.

Proses penjemuran gabah pada PB. Laksana Jaya dilakukan oleh tiga orang tenaga kerja borongan. Setiap kilogram gabah dikenakan upah jemur sebesar Rp 35 per kg gabah kering panen. Upah tersebut juga termasuk biaya bongkar dan angkut gabah dari dan ke gudang penyimpanan gabah. Biasanya gabah dijemur selama dua hari penjemuran, yaitu dari pukul 08.00 - 16.00 WIB dengan asumsi cuaca saat itu mendukung. Penjemuran gabah dilakukan dengan cara membolak-balik gabah yang dijemur agar keringnya dapat merata sehingga ketika proses penggilingan beras kepala yang dihasilkan lebih banyak.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa kadar air gabah yang memenuhi syarat untuk proses penggilingan adalah berkisar 14 persen. Oleh sebab itu, PB. Laksana Jaya harus mampu mengukur kadar air tersebut dengan cermat agar kualitas beras yang dihasilkan sesuai dengan harapan. Menurut Bapak H. Asep pengukuran kadar air gabah dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan cara menggigit sejumlah butir gabah yang sedang dijemur. Jika 10 butir gabah yang diambil secara acak kemudian digit dan patah serta berbunyi garing maka kadar air pada gabah tersebut adalah sekitar 14 persen. Jika dari sampel yang diambil dan yang digit kemudian patah terdiri dari 7 butir yang patah maka kadar air gabah berkisar antara 16-17 persen. Semakin sedikit gabah yang patah maka kadar airnya akan semakin tinggi. Lantai jemur juga dapat dimanfaatkan oleh pedagang pengumpul yang memanfaatkan jasa penggilingan padi PB. Laksana jaya untuk proses pengeringan gabah. Namun, pedagang pengumpul harus mengeluarkan biaya upah jasa bagi tenaga kerja pemberi jasa penjemuran padi.

PB. Jembar Ati juga tidak memiliki mesin dryer sebagai mesin pengering gabah. Alasan PB. Jembar Ati yang tidak menggunakan mesin dryer bukanlah berkaitan dengan besarnya modal yang harus dikeluarkan. Akan tetapi permasalahannya adalah kapasitas mesin dryer yang masih terbatas sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan dari PB. Jembar Ati. Oleh sebab itu, PB. Jembar Ati lebih memilih penggunaan oven pengering padi yang dirangkai secara mandiri agar sesuai dengan kebutuhan.

PB. Jembar Ati memiliki luas lantai jemur sekitar 3300 m2 dengan kapasitas penjemuran maksimal 39 ton gabah. Dengan cuaca saat ini tidak dapat diprediksi

Page 88: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

74

maka jika hanya mengandalkan proses pengeringan dengan memanfaatkan lantai jemur dan sinar matahari maka dikhawatirkan akan menyebabkan PB. Jembar Ati akan mengalami kekurangan pasokan gabah kering giling untuk diproses menjadi beras. Selain itu, faktor standar kualitas dari beras yang dihasilkan juga menjadi alasan bagi PB. Jembar Ati untuk melakukan sistem kombinasi penggunaan lantai jemur dan oven pengering gabah.

Penggunaan lantai jemur akan menyebabkan kesulitan dalam perhitungan stok gabah mengingat prosesnya yang sangat bergantung terhadap cuaca. Hal tersebut dapat diantisipasi dengan menggunakan oven pengering gabah. Dalam kondisi buruk sekalipun, proses pengeringan gabah masih dapat dilakukan sehingga stok gabah dapat diperhitungkan secara cermat. Selain itu, keuntungan penggunaan oven adalah kadar air yang dapat dikontrol sehingga beras yang dihasilkan memiliki daya tahan lama. Penggunaan lantai jemur akan berpengaruh positif terhadap kualitas beras yang dihasilkan, pasalnya beras yang dihasilkan akan lebih putih dan kadar broken rice nya hanya mencapai 13 persen. Sedangkan apabila menggunakan oven pengering saja maka warna beras yang dihasilkan akan kusam bahkan kebiruan yang kemudian dengan mudah menyebabkan beras kutuan. Oleh sebab itu, menurut Bapak H. Apud kombinasi penggunaan lantai jemur dan oven pengering gabah dapat memberikan keuntungan tersendiri bagi PB. Jembar Ati, yaitu menghasilkan beras yang lebih putih dan tahan lama.

Normalnya, proses penjemuran gabah dilakukan selama dua hari dengan asumsi jam kerja dari pukul 08.00 – 16.00 WIB. Akan tetapi, Bapak H. Apud melakukan proses penjemuran hanya selama 5 jam kerja yaitu dari pukul 07.00 – 12.00 WIB. Proses penjemuran hanya sampai pukul 12.00 WIB agar kualitas beras yang dihasilkan baik. Menurut Bapak H. Miftah selaku kepala bagian produksi, sinar matahari diatas pukul 12.00 WIB akan menyebabkan beras yang dihasilkan mudah rusak. Gabah hasil penjemuran tersebut kemudian dimasukkan kedalam oven pengering gabah.

Terdapat 12 orang tenaga kerja borongan untuk proses pengeringan gabah pada PB. Jembar Ati. Upah jemur gabah kering panen adalah Rp 12 per kg. Proses penjemuran dilakukan dengan cara membolak-balik gabah agar gabah dapat kering secara merata. Gabah yang telah siap untuk dimasukkan ke dalam oven kemudian dikemas kedalam karung dan dingkut dengan menggunakan mobil bak terbuka ataupun gerobak menuju ruangan oven. Upah untuk mengemas gabah yang akan dimasukkan ke dalam oven adalah Rp 8 per kg gabah. Gabah yang telah memiliki kadar air 14 persen (diukur dengan menggunakan cera tester) kemudian di kemas kembali untuk kemudian diangkut menuju tempat produksi beras. Upah tenaga kerja yang mengemas kembali gabah dari oven adalah Rp 10 per kg gabah kering giling.

PB. Jembar Ati memiliki dua buah oven pengering gabah. Investasi yang dikeluarkan untuk membuat oven adalah berkisar Rp 60.000.000 untuk masing-masing oven. Masing-masing oven memiliki kapasitas penyimpanan gabah berbeda-beda. Oven yang besar memiliki kapasitas penyimpanan sebanyak 20 ton gabah, sedangkan oven yang kecil memiliki kapasitas penyimpanan hanya 15 ton gabah. Kedua gabah ini digunakan secara bergiliran, namun ketika musim panen raya maka kedua oven ini dipakai sekaligus. Dalam waktu satu hari, masing-masing oven hanya dipakai satu kali karena proses pengeringan gabah dengan menggunakan oven dapat menghabiskan waktu sekitar 12 jam.

Page 89: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

75

Bahan bakar yang digunakan kedua oven juga berbeda. Oven besar memanfaatkan kayu dan sekam, sedangkan oven yang kecil memanfaatkan gas sebagai bahan bakar untuk proses pengeringannya. Sekam merupakan produk samping proses produksi beras. Penggunaan kayu dan sekam sebagai bahan bakar jauh lebih hemat dibandingkan penggunaan gas. Apabila menggunakan kayu maka biayanya hanya berkisar Rp 100.000 dan apabila menggunakan gas maka biayanya dapat mencapai Rp 648.000 (sembilan tabung gas) untuk satu kali produksi. Resiko dari penggunaan kayu dan sekam tersebut adalah ruangan menjadi kotor, penuh debu, dan polusi udara. Rencana kedepan, PB. Jembar Ati tidak lagi menggunakan gas sehingga semua oven memanfaatkan kayu bakar. Namun, hingga saat ini PB. Jembar Ati masih dalam tahap merangkai tungku bakar yang kemudian digunakan untuk oven kecil.

Cara pemakaian atau penggunaan oven adalah pertama masukkan gabah ke ruangan penyimpanan gabah dan ditebar secara merata. Kedua, tekan tombol ON untuk menghidupkan blower utama dan biarkan blower tersebut terus berputar selama kurang lebih tiga jam. Ketiga, siapkan sekam atau kulit gabah di tempat yang sudah disiapkan sebagai bahan utama pembakaran. Keempat, siapkan kayu bakar dan simpan di tempat pembakaran, kemudian nyalakan blower kecil guna untuk menyedot hawa panas dan nyalakan juga tombol untuk menurunkan sekam ke tempat pembakaran. Kelima, proses pengovenan dimulai dan biarkan selama kuarang lebih 12 jam.

Lain halnya dengan PB. Doa Sepuh, usaha ini memiliki lantai jemur yang digunakan sebagai wadah untuk proses pengeringan gabah. Namun, lantai jemur tidak dimanfaatkan secara langsung oleh pelaku usaha. PB. Doa Sepuh memiliki lantai jemur yang dimanfaatkan oleh petani atau masyarakat sekitar untuk menjemur gabahnya. Petani memanfaatkan lantai jemur ini dengan terlebih dahulu berkoordinasi dengan pemilik dari usaha, apakah ada petani lain yang menumpang untuk menjemur gabah pada waktu tersebut atau tidak. Petani dan masyarakat sekitar dapat memanfaatkan lantai jemur dengan gratis apabila sedang tidak dipakai oleh orang lain.

Setelah usaha penggilingan padi dikelola oleh Bapak Nanan, maka Bapak Endin yang merupakan orang tua dari Bapak Nanan, saat ini berprofesi sebagai pemberi jasa penjemuran gabah bagi petani atau masyarakat sekitar. Upah dari jasa penjemuran gabah adalah Rp 8.000 untuk setiap kuintal gabah kering panen. Dalam menjalankan aktivitas jasa penjemuran gabah tersebut, Bapak Nanan dibantu oleh istrinya, yaitu Ibu Tere. Gabah dinyatakan kering dan siap untuk digiling apabila memiliki kadar air 13 persen. Namun, Bapak Endin dan usaha PB. Doa Sepuh tidak memiliki alat pengukur kadar air tersebutsehingga Bapak Endin memiliki cara yang sama dengan PB. Laksana Jaya untuk mengetahui apakah gabah tersebut telah kering dan memenuhi syarat untuk diproses menjadi beras. Cara tersebut adalah dengan menggigit beberapa gabah yang sedang dijemur. Apabila gabah tersebut pecah dengan sekali gigitan dan berbunyi garing maka gabah tersebut telah kering.

Gabah yang telah dijemur atau dikeringkan dengan memanfaatkan oven pengering gabah kemudian disebut dengan gabah kering giling (GKG) atau gabah yang siap untuk digiling. gabah yang telah digiling biasanya disimpan di dalam gudang penyimpanan untuk kemudian digiling. Gabah disimpan sesuai dengan varietasnya agar tidak bercampur satu sama lainnya. Gabah yang akan terlebih

Page 90: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

76

dahulu diproses akan disimpan tidak jauh dari tempat proses produksi. Luas gudang penyimpanan tiap usaha penggilingan berbeda satu sama lainnya. Jika PB. Laksana Jaya memiliki gudang penyimpanan gabah yang dapat menyimpan gabah sebanyak 30 ton, sedangkan PB. Jembar Ati memiliki gudang dengan kapasitas penyimpanan gabah sebanyak 1000 ton.

Dari keterangan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa PB. Doa Sepuh dan Laksana Jaya memanfaatkan lantai jemur dalam proses pengeringan gabah. Sedangkan PB. Jembar Ati memanfaatkan kombinasi antara lantai jemur dan juga oven pengering gabah dalam proses pengeringan gabahnya. Setiap cara yang dilakukan oleh pelaku usaha selalu berdasarkan pertimbangan dan pemikiran terhadap situasi, kondisi, dan kemampuan usaha yang dijalankan.

Aktivitas Pengolahan Gabah

Aktivitas penggilingan gabah atau pengolahan gabah menjadi beras dilakukan ketika GKG dengan kadar air yang inginkan telah diperoleh. Penggilingan padi melakukan aktivitas ini sepanjang hari apabila terdapat persediaan gabah untuk digiling dan tidak terpengaruh cuaca karena dilakukan di ruang tertutup. Proses pengolahan biasanya dapat berlangsung lebih dari satu kali dengan menggunakan mesin pemecah kulit gabah (husker), penyosoh beras (polisher), dan pencahaya beras (shining). Tidak semua penggilingan memiliki ketiga alat tersebut. Biasanya husker dan polisher adalah mesin yang umum terdapat di penggilingan baik besar maupun kecil, sementara mesin shining relatif mahal sehingga tidak dapat ditemukan di setiap penggilingan.

Kapasitas mesin masing-masing penggilingan dapat berbeda satu sama lain, bergantung besarnya modal yang dimiliki. Semakin besar kapasitas mesin, maka beras yang dihasilkan juga akan lebih cepatsehingga semakin besar pula biaya investasi yang perlu dikeluarkan oleh penggilingan. Pengaturan pada mesin (setelan mesin) juga mempengaruhi hasil output (beras) yang diperoleh. Pemilik terutama yang berpengalaman biasanya memiliki pengaturan tersendiri dan dapat berbeda dengan pemilik penggilingan padi lainnya.

Proses pengolahan gabah dilakukan beberapa tahap. Proses tersebut diawali dengan memasukkan gabah siap giling ke dalam husker sesuai kapasitasnya. Mesin husker akan memecahkan kulit gabah untuk mendapatkan beras pecah kulit. Beras yang masih terdapat kulit gabah akan diproses kembali di husker pertama. Beras kemudian akan dimasukkan ke husker kembali untuk menghilangkan sisa kulitnya. Demkian seterusnya sampai tingkat kualitas yang diharapkan tercapai. Beras yang sudah terkelupas kulit arinya (beras pecah kulit) kemudian disiapkan untuk proses penyosohan beras.

Proses penyosohan berfungsi untuk menyosoh beras pecah kulit menjadi beras putih. Alat yang digunakan dalam proses penyosohan adalah polisher. Beras pecah kulit kemudian dimasukkan ke dalam polisher dan dapat berlangsung lebih dari sekali untuk mendapatkan putih beras yang diinginkan. Derajat kejernihan dari beras yang keluar dari mesin penyosoh itu tergantung pada setelan mesin penyosoh sesuai dengan mutu beras yang diinginkan. Semakin jernih beras, maka semakin banyak bagian-bagian yang sebenarnya mengandung zat gizi, akan terbuang dan menjadi dedak atau bekatul. Skema dari proses pengolahan gabah adalah seperti yang ditunjukkan oleh gambar dibawah ini.

Page 91: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

77

Gambar 21 Tahap-tahap pengolahan gabah menjadi beras pada usaha

penggilingan padi kasus

Seperti yang telah diketahui bahwa tahapan proses penggilingan gabah terdiri atas dua jenis sesuai dengan mesin yang digunakan, ada yang penggilingan padi single pass dan ada juga yang double pass. Pada penggilingan padi single pass proses pemecahan kulit gabah dan penyosohan beras dilakukan sekaligus, gabah yang masuk kedalam hoper kemudian keluar sudah menjadi beras. Sedangkan pada penggilingan double pass dilakukan pemisahana proses pemecah kulit dan proses penyosohan sehingga merupakan dua tahap proses kegiatan.

Dari skema diatas terlihat bahwa proses penggilingan padi terjadi melalui dua tahap (double pass), yaitu tahap pemecahan kulit gabah dan tahap penyosohan beras. Semua usaha penggilingan padi kasus menggunakan proses penggilingan padi dengan double pass tersebut. Namun, hanya PB. Jembar Ati yang melakukan serangkaian tahap pengolahan gabah seperti skema diatas, dimana proses pemecah kulit gabah dan penyosohan beras dilakukan sebanyak dua kali. Hal ini disebabkan karena PB. Jembar Ati memiliki dua mesin pemecah kulit (husker) dan dua mesin penyosoh beras (polisher). PB. Laksana Jaya melakukan proses pemecah kulit sebanyak dua kali dan penyosohan beras sebanyak satu kali dan hal tersebut hanya dilakukan ketika gabah yang akan digiling dalam jumlah yang banyak, yaitu ketika panen raya. Namun, ketika hari biasa bisanya PB. Laksana

Page 92: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

78

Jaya hanya melakukan satu kali proses pemecah kulit gabah dan penyosohan beras. Sedangkan, PB. Doa Sepuh juga hanya melakukan proses pemecah kulit gabah dan penyosohan beras sebanyak satu kali.

Menurut Bapak H. Miftah, proses pemecah kulit dan penyosoh beras dilakukan sebanyak dua kali agar kualitas beras yang dihasilkan baik dan proses penggilingan dapat dilakukan dengan cepat. Hal tersebut dibenarkan oleh keterangan dari Bapak Suardi selaku tenaga kerja penggilingan pada PB. Laksana jaya. Selain itu, menurut Bapak H. Miftah hal tersebut telah menjadi standar operasional prosedur (SOP) dalam pelaksanaan produksi beras pada PB. Jembar Ati.

Seiring dengan permintaan beras dengan kualitas terbaik terus meningkat mendorong perkembangan teknologi yang semakin canggih, seperti teknologi pemisah kotoran. Teknologi pemisah terdapat pada mesin separator, cleaner, dan greader. Tidak semua usaha penggilingan memiliki lengkap ketiga mesin tersebut, bahkan ada usaha penggilingan padi yang sama sekali tidak memiliki teknologi pemisah, seperti PB. Doa Sepuh. Usaha penggilingan padi pada kasus penelitian ini yang memiliki ketiga mesin pemisah tersebut adalah PB. Jembar Ati. Sedangkan PB. Laksana Jaya hanya memiliki mesin separator dan grader.

PB. Jembar Ati memiliki mesin-mesin penggilingan padi yang telah terintegrasi dengan mesin elevator. Hal ini menyebabkan pengurangan jumlah tenaga kerja karena tenaga kerja untuk pengakutan hasil tampungan beras pecah kulit dari mesin husker telah didistribusikan melalui elevator untuk masuk ke dalam mesin polisher sehingga produktivitas dari tenaga kerja juga akan meningkat. Mesin elevator tidak dimiliki oleh PB. Doa Sepuh maupun PB. Laksna Jayasehingga proses pemindahan beras pecah kulit dilakukan secara manual oleh tenaga kerja.

Aktivitas penggilingan padi PB. Jembar Ati dilakukan dimulai dari dari pukul 08.00 sampai pukul 16.00 WIB. Biasanya tenaga kerja istirahat pada pukul 12.00 sampai 13.00 WIB. PB. Laksana Jaya melakukan peoses penggilingan dari pukul 09.00 sampai 16.00 WIB dengan tidak adanya jam istirahat bagi mesin karena proses aktivasi mesin diesel sangat sulit dilakukan. Namun, untuk PB. Doa Sepuh aktivitas penggilingan padi dilakukan hanya selama tiga jam kerja, yaitu dari pukul 09.00 sampai 12.00 WIB. Aktivitas penggilingan PB. Doa Sepuh sangat bergantung pada ketersediaan gabah dari petani dan masyarakat sekitar yang membutuhkan jasa penggilingan. Apabila hanya sedikit petani atau masyarakat yang memanfaatkan jasa penggilingan padi maka aktivitas penggilingan padi PB. Sepuh akan berhenti sebelum pukul 12.00 WIB.

PB. Jembar Ati dalam waktu satu hari kerja dapat menghasilkan beras sebanyak 10 ton beras dengan rendemen 50 persen. Produk samping dari proses penggilingan padi terdiri atas 15 persen dedak dari beras giling, 25 persen sekam dari gabah kering panen, dan 5 persen dari beras giling. PB. Laksana Jaya memiliki kapasitas giling lebih sedikit dibandingkan dengan PB. Jembar Ati, yaitu hanya sebesar 4 ton beras dengan persentase hasil yang menyerupai dengan PB. Jembar Ati.

Aktivitas penyediaan jasa penggilingan padi pada PB. Laksana Jaya terbagi atas dua segmentasi, yaitu pelayanan jasa penggilingan gabah bagi petani atau masyarakat sekitar dan juga pelayanan jasa bagi pedagang pengumpul. Rata-rata PB. Laksana Jaya melayani penggilingan padi bagi petani per hari sebanyak satu

Page 93: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

79

ton gabah dengan produksi beras mencapai 500 kg beras. Sedangkan pelayanan jasa penggilingan padi bagi pedagang pengumpul dilakukan setiap hari kerja, yaitu 20 persen dari kapasitas produksi. Namun, ketika musim penghujan biasanya pedagang pengumpul hanya memanfaatkan pelayanan jasa penggilingan padi selama 15 hari dalam kurun waktu satu bulan. Hal ini disebabkan ketersediaan gabah kering giling sebagai input penggilingan yang berkurang karena proses penjemuran tidak dapat dilakukan.

PB. Laksana Jaya memberlakukan tarif kepada pedagang pengumpul dan petani atas jasa penggilingan padi yang telah diberikan. Tarif jasa antar pedagang pengumpul dan petani berbeda satu sama lainnya. Pedagang pengumpul dikenakan tarif jasa sebesar Rp 125 per kilogram beras dan hasil olahan berupa sekam dan dedak menjadi hak milik dari PB. Laksana Jaya selaku pemberi jasa. Sedangkan petani sekitar dengan volume gabah yang kecil yaitu dibawah satu ton gabah yang memanfaatkan jasa penggilingan padi PB. Laksana Jaya dikenakan tarif sebesar Rp 300 per kilogram beras yang dihasilkan. Namun, hasil dari proses penggilingan padi berupa dedak akan diberikan oleh pengelola usaha kepada pemilik gabah dengan proporsi 50:50.

PB. Doa Sepuh dalam sehari hanya beroperasi selama dua sampai tiga jam, yaitu dari pukul 09.00 hingga pukul 12.00 WIB. Dalam waktu tiga jam tersebut, aktivitas penggilingan ini dapat menggiling gabah sebanyak 700 kg gabah atau sekitar 368 kg beras dengan asumsi gabah yang akan digiling tersedia. Sedangkan kapasitas mesin penggilingan padi adalah 1500 kg per jam pemakaian. Hal tersebut mengindikasikan bahwa belum terjadi optimalisasi penggunaan mesin penggilingan. Rendemen beras yang dihasilkan berkisar antara 50-55 persen dari gabah kering panen. PB. Doa Sepuh tidak melakukan pemisahan antara menir dan beras yang dihasilkan sehingga jumlah sekam dan dedak yang dihasilkan berturut-turut adalah 25 persen dan 10 persen. Selebihnya merupakan kehilangan hasil akibat proses pengeringan dan sebagainya.

PB. Doa Sepuh memberlakukan tarif atas pelayanan jasa penggilingan padi yang telah diberikan kepada masyarakat. Dari setiap kilogram beras yang dihasilkan penerima jasa harus membayar tarif sebesar Rp 350. Namun jika petani atau masyarakat memanfaatkan jasa perontokan gabah maka tarif yang dikenakan adalah sebesar Rp 400. Sebelum tahun 2008, tarif jasa penggilingan padi PB. Doa Sepuh hanya sebesar Rp 250. Namun, harga tersebut mengalami kenaikan sejak tahun 2008, dimana pada saat itu terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak. Kenaikan harga tersebut tidak serta merta mengurangi pelanggan PB. Doa Sepuh. Hal ini disebabkan karena pihak pemberi jasa atau pengelola usaha telah memberikan pengertian kepada pelanggan bahwa kenaikan upah jasa disebabkan kenaikan harga bahan bakar minyak. Selain alasan tersebut, rata-rata seluruh usaha penggilingan padi di sekitar PB. Doa Sepuh juga mengalami kenaikan harga.

Tarif jasa penggilingan padi untuk petani atau masyarakat sekitar berbeda dengan tarif yang diberlakukan pada pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul yang dimaksud oleh PB. Doa Sepuh adalah masyarakat umum yang memanfaatkan jasa penggilingan padi dengan kepemilikan gabah dalam jumlah besar, yaitu lebih dari dua ton. Tarif jasa untuk pedagang pengumpul lebih murah dibandingkan dengan petani atau masyarakat umum, yaitu hanya Rp 200 per kilogram. Namun, saat ini PB. Doa Sepuh tidak lagi menerima penggilingan dari

Page 94: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

80

pedagang pengumpul karena tarif yang dikenakan tidak mampu menutupi biaya variabel yang dikeluarkan. Jika dilakukan kenaikan tarif maka akan menyebabkan pedagang pengumpul tidak lagi mau menggunakan jasa dari PB. Doa Sepuh karena usaha jasa penggilingan padi yang ada disekitar wilayah PB. Doa Sepuh menerapkan tarif sebesar Rp 200 saja.

Usaha penggilingan padi PB. Doa Sepuh juga menerima jasa penyosohan beras bagi masyarakat. Masyarakat seringkali membeli atau menerima beras dari program Raskin (beras miskin) dengan kualitas beras yang buruk sehingga harus diolah atau disosoh kembali agar dapat dihasilkan beras dengan kualitas yang lebih baik. Upah jasa penyosohan beras ini adalah Rp 200 per kilogram beras yang disosoh.

Tarif jasa juga dapat dibayarkan dengan sistem natura, yaitu dibayar dengan beras yang dihasilkan. Pada PB. Laksana Jaya untuk setiap 20 kilogram beras dan pada PB. Doa Sepuh untuk setiap 10 kilogram beras yang dihasilkan maka penerima jasa harus membayar dengan satu kilogram beras. Pembayaran tarif jasa dilakukan dengan menggunakan uang cash ataupun dengan sistem natura dapat dibayar langsung atau menunda pembayaran sampai waktu tertentu.

Biaya tenaga kerja untuk proses penggilingan padi pada PB. Jembar Ati lebih murah jika dibandingkan dengan PB. Doa Sepuh dan PB. Laksana Jaya. Hal ini disebabkan karena pada PB. Jembar Ati aktivitas tenaga kerja telah dikombinasikan dengan teknologi, terutama teknologi pemisah (elevator) sehingga dapat mengurangi beban kerja dari tenaga kerja tersebut. Upah tenaga kerja pada proses penggilingan padi di PB. Jembar Ati dan PB. Laksana Jaya adalah Rp 20 dan Rp 25 per kg beras yang dihasilkan. PB. Doa Sepuh memberikan upah kerja bagi masing-masing tenaga kerja penggilingan sebesar Rp 25.000 per hari.

Mesin-mesin penggilingan padi dapat berfungsi jika diaktivasi dengan menggunakan mesin penggerak. Diketahui bahwa masing-masing usaha penggilingan padi memiliki jenis mesin penggerak yang berbeda-beda dengan kekuatan pun yang berbeda. PB. Jembar Ati mempergunakan tenaga listrik sebagai penghasil daya untuk mengaktivasi mesin-mesin penggilingan padi yang dimiliki. Rata-rata biaya listrik untuk semua proses produksi adalah Rp 8.000.000 per bulan. Sedangkan PB. Laksana Jaya dan PB. Doa Sepuh memanfaatkan mesin diesel sebagai penggerak mesin-mesin padi. Mesin diesel memerlukan bahan bakar berupa solar. Pada umumnya untuk menghasilkan satu ton beras maka diperlukan sebanyak 10 liter solar dengan harga Rp 4.500 per liternya. Oleh sebab itu, setiap harinya PB. Laksana Jaya menghabiskan sebanyak 40 liter solar dan sekitar 3,68 liter solar untuk PB. Doa Sepuh.

Bagi usaha penggilingan padi PB. Jembar Ati penggunaan listrik dari PLN jauh lebih hemat dibandingkan dengan menggunakan mesin diesel yang menggunakan bahan bakar solar. Saat ini seringkali terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak yang menyebabkan kenaikan biaya produksi. Selain itu, kapasitas pembelian solar bagi PB. Jembar Ati yang melebihi batas minimal pembelian dengan harga subsidi membuat harga solar menjadi setara dengan harga solar untuk kebutuhan industri. Namun, diesel sebagai mesin penggerak juga akan tetap dimanfaatkan apabila listrik padam sehingga aktivitas produksi tidak terganggu.

Penggilingan seringkali menambahkan zat tertentu pada tahap ini sesuai dengan kebiasaannya. Tiap penggilingan padi memiliki formula sendiri dalam

Page 95: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

81

melakukan proses ini. Proses ini dikhawatirkan oleh banyak pihak dapat membahayakan kesehatan sehingga keluar peraturan Menteri Pertanian No. 32/Permentan/OT.140/3/2007 mengenai pelarangan penggunaan bahan kimia berbahaya pada proses pengolahan beras. Peraturan ini mewajibkan penggilingan padi untuk menghindari beberapa zat kimia yang dianggap berbahaya dan dilarang penggunaannya.

Aktivitas Pengolahan Beras

Beras yang dihasilkan pada proses penggilingan kemudian diolah kembali dengan beberapa perlakuan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas gabah, seperti dengan melakukan grading dan sortering. Pada kasus penelitian ini, usaha penggilingan padi yang melakukan proses grading, sortering, dan packaging hanyalah PB. Jembar Ati dan PB. Laksana Jaya. Beras yang dihasilkan dari proses penggilingan kemudian dikemas kedalam karung beras biasa dengan kapasitas 50 kg beras. Beras yang telah dikemas kemudian diangkut menuju gudang pengolahan beras.

PB. Laksana Jaya dan PB. Jembar Ati mengolah beras dengan menggunakan mesin grading yang dirakit secara mandiri sesuai dengan kebutuhan. Mesin grading pada PB. Laksana Jaya tergolong sangat sederhana karena mesin ini hanya memanfaatkan kipas angin dan juga kawat ayakan. Kipas angin berfungsi untuk menghilangkan kotoran debu dari beras, sedangkan ayakan kawat berfungsi untuk memisahkan antara beras kepala dengan beras patah. Sedangkan pada PB. Jembar Ati mesin grading tergolong lebih modern, dimana mesin ini telah dilengkapi dengan penggerak berupa dinamo listrik.

Hasil dari grading beras, yaitu beras kepala kemudian dilakukan proses sortering, untuk memisahkan beras dengan benda-benda asing. Proses ini biasanya dilakukan dengan memanfaatkan tenaga kerja manusia dan dapat juga dengan menggunakan mesin sortir beras. PB. Laksana Jaya dan PB. Jembar Ati memanfaatkan tenaga kerja untuk melakukan proses sortir beras. PB. Laksana Jaya memperkerjakan lima orang tenaga kerja borongan yang bertugas untuk melakukan proses sortering dan packaging. Untuk serangkaian aktivitas tersebut pengelola memberi upah sebesar Rp 40 per kg beras. Proses sortering beras dan packaging untuk satu ton beras membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam kerja. Namun, apabila kualitas beras tidak bagus, maka proses sortering satu ton gabah dapat berlangsung hingga 4 jam.

PB. Jembar Ati memiliki tenaga kerja yang lebih banyak untuk proses pengolahan beras karena jumlah beras yang akan diolah juga banyak. Terdapat sembilan orang tenaga kerja yang melakukan proses sortering. Uniknya semua tenaga kerja sortering berjenis kelamin perempuan. Hal ini sengaja dilakukan karena perempuan dianggap lebih teliti dalam bekerja. Tenaga kerja sortering merupakan tenaga kerja harian dengan upah sebesar Rp 20.000 per hari kerja dengan jam kerja dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00 WIB dan istirahat selama satu jam. Jika beras yang akan diolah banyak, maka terkadang diberlakukan kerja lembur. Upah untuk kerja lembur adalah Rp 3.000 untuk setiap satu jam lembur.

Beras yang telah disortir kemudian dikemas ke dalam karung atau plastik. Karung yang biasa digunakan untuk mengemas beras adalah dengan kapasitas 50 kg, 25 kg, 10 kg, dan juga plastik untuk kapasitas 5 kg beras. Akan tetapi PB.

Page 96: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

82

Laksana Jaya tidak menyediakan kemasan 5 kg karena biasanya pengemasan dengan kapasitas tersebut dilakukan oleh pedagang pengecer. Biasanya karung dan plastik telah diberi sablon yang sesuai dengan merek dagang dari usaha penggilingan tersebut. Namun, terdapat juga sablon pada karung atau plastik sesuai dengan merek yang diinginkan oleh pelanggan. PB. Laksana Jaya memiliki merek dagang yaitu PB. Cipadang dengan logo tanaman padi, jadi semua karung atau plastik akan disablon dengan menggunakan merek tersebut. Sedangkan PB. Jembar Ati memiliki dua merek dagang yaitu PB. Jembar Ati dan PB. Jaya Saputra dengan logo burung rajawali.

Karung dengan kapasitas yang berbeda dan sablon yang berbeda-beda mengakibatkan biaya kemasan juga akan berbeda-beda. Karung dengan kapasitas 50 kg yang berwarna putih polos dikenai harga Rp 1.200 per karung, berwarna transparan polos dikenai harga Rp 1.400 per karung, dan karung transparan dan memiliki merek dikenai harga Rp 1.600 per karung. Karung dengan kapasitas 25 kg dikenai harga Rp 1.400 per karung dengan sablon terdiri atas dua warna dan Rp 1.500 per karung dengan sablon tiga warna. Karung dengan kapasitas 10 kg dikenai harga sebesar Rp 900 apabila terdiri atas tiga warna. Sedangkan plastik dengan kapasitas 5 kg dikenai harga sebesar Rp 1.000 per plastik.

Beras yang telah dikemas tidak langsung dijual, akan tetapi terlebih dahulu disimpan di gudang penyimpanan. Kondisi gudang penyimpanan harus aman dari pencurian dan tikus, bersih, dan bebas kontaminasi hama dan penyakit gudang. Karung beras biasa diletakkan di atas bantalan kayu yang disusun berjejer dengan jarak 50 cm untuk pengaturan sirkulasi udara, tidak langsung kontak dengan lantai untuk menghindari kelembaban, memudahkan pengendalian hama (fumigasi), dan teknik penumpukan beras.

Aktivitas Penjualan Beras

Beras yang telah dikemas kemudian akan dimuat dalam truk atau mobil bak terbuka. Pengangkutan beras dari dalam gudang ke dalam mobil dan penyusunan di dalam mobil dilakukan oleh tenaga kerja borongan. PB. Jembar Ati memiliki empat orang tenaga kerja bongkar muat beras sedangkan PB. Laksana Jaya hanya memiliki tiga orang tenaga kerja. Satu kg beras yang dingkut biayanya adalah Rp 7 untuk PB. Jembar Ati dan Rp 10 untuk PB. Laksana Jaya.

Beras yang telah dimuat kedalam mobil pengangkutan kemudian didistribusikan sesuai keberadaan pelanggan. Masing-masing usaha penggilingan padi memiliki pelanggan tetap dan juga pelanggan optional. Pelanggan optional biasanya merupakan pelanggan yang dilayani ketika produksi beras di gudang melebihi kebutuhan pelanggan. Beras dapat di distribusikan ke pasar-pasar tradisional, toko beras, perusahaan catering, restoran, koperasi tenaga kerja, perusahaan swasta, minimarket ataupun supermaket.

PB. Laksana Jaya memiliki beberapa pelanggan tetap dari produksi beras yang dihasilkan, yaitu grosir beras di pasar tradisional di daerah Sukabumi, dan Bogor. Selain itu, PB. Laksana Jaya juga bekerja sama dengan suplier supermarket TIPTOP, koperasi karyawan RCTI dan Astra Honda Motor, koperasi Brimob di Depok, restoran cepat saji McD, PT Chowking Indonesia, dan restoran Bebek Goreng Slamet cabang Pluit dan Lebak Bulus. Masing-masing pelanggan menerima beras dengan volume dan harga yang berbeda-beda. Harga ditentukan berdasarkan kualitas beras dan biaya transportasi pengangkutan beras.

Page 97: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

83

Dalam waktu satu bulan biasanya PB. Laksana jaya dapat memasarkan beras sebanyak 70 sampai 80 ton beras. Jumlah tersebut tidak hanya dipasok oleh PB. Laksana Jaya secara mandiri tetapi juga bekerjasama dengan pedagang pengumpul yang memanfaatkan jasa penggilingan padi PB. Laksana jaya. Masing-masing pelanggan menerima pasokan beras dengan volume dan harga yang berbeda-beda. Koperasi RCTI biasanya menerima pengiriman beras sekali dalam waktu 15 hari dengan volume kurang lebih enam ton beras dengan harga Rp 9.500 per kg beras. Pengiriman untuk McD dilakukan sekali dalam sebulan dengan volume 6 ton dan harga yang sama dengan koperasi RCTI.

PB. Laksana Jaya dalam kurun waktu satu minggu juga dapat mengirim beras ke pedagang grosir di Sukabumi sebanyak dua ton dengan harga Rp 9.200 per kg dan ke Bogor sebanyak dua ton per minggu dengan harga Rp 8.600 per kg. Suplier TIPTOP menerima pengiriman beras dari PB. Laksana Jaya sebanyak kurang lebih 10 ton per minggu dengan harga Rp 9.200 per kg beras. Untuk koperasi karyawan Brimob di Depok, dalam waktu satu minggu akan dipasok sebanyak 2,2 ton beras dengan dengan harga Rp 8.400 per kg. Restoran Bebek Goreng Slamet menerima pasokan beras sebanyak 1250 kg beras per minggu dengan harga Rp 9200 per kg berasnya. Sedangkan PT. Chowking Indonesia menerima pasokan beras dengan volume 750 kg setiap minggunya dengan harga Rp 9.200 per kg.

Dalam aktivitas pemasarannya, PB. Laksana Jaya tidak ikut serta memasarkan berasnya ke supermarket maupun minimarket secara mandiri. Adanya sistem return yang diterapkan oleh manajemen supermarket tidak dapat diikuti oleh PB. Laksana Jaya karena harga beras terkadang berfluktuasi sehingga akan sulit kemudian menghitung dan mengontrol penerimaan usaha. Selain itu, besarnya investasi untuk ikut serta sebagai peserta pemasok beras di supermarket juga menjadi salah satu kendala, seperti biaya pengelolaan tempat prodsuksi yang sesuai dengan SOP supermarket dan juga biaya administrasiyang tinggi. Hal ini diungkapkan oleh Bapak Dasep selaku tenaga pemasaran PB. Laksana Jaya.

PB. Jembar Ati memasarkan beras ke beberapa pelanggan utama, yaitu pedagang grosir di Jakarta, Bandung, Bogor, Cianjur, dan Sukabumi. Selain itu, PB. Jembar Ati juga menjadi suplier untuk beras yang kemudian dipasarkan di Carefour atau swalayan lainnya. PB. Jembar Ati memiliki tiga orang tenaga pemasaran yang bertugas untuk memasarkan beras ke pasar-pasar tradisional maupun toko-toko beras. Masing-masing tenaga pemasaran akan mendapat komisi yaitu sekitar Rp 50 per kg beras yang dijual. Harga beras yang diterapkan untuk pedagang grosir ditentukan oleh volume, jarak lokasi karena berhubungan dengan ongkos transportasi, dan kualitas beras. Rata-rata harga beras untuk varietas Cintanur atau biasa dikenal dengan beras Rojolele adalah Rp 9.000 per kg beras, sedangkan varietas IR dan Cisadane dikenakan harga rata-rata Rp 8.500 per kg. Volume beras yang didistribusikan ke pasar tradisional ataupun toko-toko beras dapat mencapai 5 ton beras per hari.

PB. Jembar Ati juga memproduksi beras yang dikemudian dipasarkan di berbagai supermarket dan minimarket, yaitu carefour, alfamart, alfamidi, dan sebagainya. Untuk masuk menjadi salah satu suplier dari supermarket membutuhkan biaya administrasi yang besar. Oleh sebab itu, PB. Jembar Ati bekerjasama dengan CV. Sumber Bumi Makmur Sejahtera yang merupakan perusahaan dagang PD. Lee. Dalam melakukan kerjasama tersebut PB. Jembar

Page 98: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

84

Ati bertindak sebagai produsen beras dibawah kendali perusahaan CV. Sumber Bumi Makmur Sejahtera yang bertindak sebagai perusahaan penyuplai beras kepada carefour. Pada kerjasama tersebut terdapat kontrak pengadaaan dan kontrak harga dengan semua konsekuensinya.

PB. Jembar Ati melakukan pengiriman beras kepada PD. Lee selama 5 hari kerja dalam kurun waktu satu minggu, yaitu hari senin sampai hari jumat. Dalam satu hari PB. Jembar Ati harus mengirim beras dengan varietas Cintanur sebanyak 9 ton beras dengan kualitas yang juga telah disepakati dan harga yang telah diatur dalam kontrak. Pada catatan bulan Oktober awal, PB. Jembar Ati menjual beras dengan harga Rp 9.000 per kg beras. Selain itu, PB. Jembar Ati juga menyuplai beras untuk pabrik beras Sipulen. Biasanya dalam waktu satu bulan, PB. Jembar Ati dapat mengirim kurang lebih 560 ton beras.

Sistem pembayaran dilakukan sesuai dengan kontrak yang telah disepakati, yaitu apabila beras di gudang PD. Lee telah didistribusikan maka PB. Jembar Ati berhak untuk menerima pembayaran. PB. Jembar Ati juga akan menerima return dari PD. Lee, beras tersebut kemudian akan diolah kembali untuk dijual ke pasar-pasar tradisional ataupun pelanggan lainnya. Sedangkan sistem pembayaran bagi pelanggan lainnya cukup beragam. Ada pelanggan yang membayar sebelum pengiriman barang, satu minggu setelah pengiriman, dua hari setelah pengiriman, bahkan bagi pelanggan baru sistem pambayaran harus dilakukan secara langsung pada saat barang diterima.

PB. Jembar Ati memiliki kendaraan operasional dalam melakukan aktivitas pengangkutan, baik pengangkutan gabah maupun beras dan hasil olahan lainnya. Namun, manajemen PB. Jembar Ati tetap memperhitungkan ongkos transportasi sebagai pendapatan dari penggunaan aset perusahaan. Hal ini ditujukan agar perhitungan aset perusahaan serta rasio pendapatan dan biaya dapat dilakukan dengan baik. Semakin jauh jarak pengangkutan maka ongkos transportasi pun akan semakin tinggi. Jika jarak yang ditempuh jauh sedangkan mobil yang digunakan adalah mobil dengan kapasitas kecil yaitu maksimal 500 kg maka ongkos transportasi juga akan menjadi tinggi.

Kendaraan operasional yang digunakan oleh PB. Jembar Ati memerlukan tenaga supir untuk aktivitas operasionalnya. Terdapat lima orang tenaga supir yang dipakai oleh PB. Jembar Ati. Insentif untuk masing-masing supir berbeda-beda tergantung kepada junis mobil yang dioperasikan, muatan mobil, dan juga biaya transportasi. Misalnya untuk operasional dalam kota maka supir akan menerima insentif sebesar 25 persen dikalikan dengan ongkos dan muatan mobil. Berikut adalah daftar biaya operasional kendaraan angkut pada PB. Jembar Ati.

Page 99: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

85

Tabel 17 Biaya transportasi untuk kendaraan operasional pada PB. Jembar Ati Asal Jenis

Kendaraan Biaya angkut

(Rp/kg) Biaya

BBM (Rp) Biaya

Supir (Rp) Tempat produksi ke tempat pengolahan

Mobil pick up 10 - -

PB. Jembar Ati ke daerah di Cianjur atau sebaliknya

Mobil pick up atau colt diesel

50 5 1,25

PB. Jembar Ati ke Dolog Cianjur

Mobil colt diesel

25 5 1,25

PB. Jembar Ati ke Bandung atau sebaliknya

Mobil colt diesel

100 10 3

PB. Jembar Ati ke Jakarta atau sebaliknya

Mobil pick up Mobil colt diesel Fuso

200 150 100

20 10 5

24 14 13

PB. Jembar Ati ke karawang atau sebaliknya

Mobil pick up Mobil colt diesel Fuso

200 150 100

20 10 5

24 14 13

PB. Jembar Ati ke Sukabumi atau sebaliknya

Mobil pick up Mobil colt diesel

75 10 3

PB. Laksana Jaya dan PB. Jembar Ati mengaku pernah menjadi mitra

kerja dari Bulog. Keduanya mengakui bahwa kerjasama dengan Bulog membuat harga terjamin walaupun harga lebih rendah dari harga pasar. Selain itu sistem pembayaran dilakukan secara langsung ketika beras telah diterima. Namun, untuk saat ini masing-masing usaha tidak lagi bergabung dengan Bulog. PB. Jembar Ati tidak lagi bergabung dengan Bulog karena kapasitas produksi yang tidak memadai. PB. Jembar Ati seringkali mengalami kerugian karena beras Cianjur memiliki kualitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan beras lainnyasehingga harga yang ditentukan tidak sesuai.

Di sisi lain, Bapak H. Asep mengungkapkan bahwa saat ini informasi pasar sangatlah terbuka. Disaat itulah petani atau pedagang pengumpul selaku pemilik input produksi memiliki kekuatan tawar yang lebih tinggi. Ketika Bulog membuka harga dan petani atau pedagang pengumpul mengetahui harga tersebut maka petani akan menahan gabahnya sampai kemudian pengusaha penggilingan padi membeli gabah dengan harga yang lebih tinggi dari harga yang ditetapkan oleh Bulog. Hal ini dilakukan agar pengusaha penggilingan padi tersebut mendapatkan gabah sebagai input, jika tidak maka pasokan beras kepada Bulog akan berkurang sehingga akan berdampak pada kerjasama antara pengusaha penggilingan padi dengan Bulog.

Page 100: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

86

Pengelolaan Produk Samping Produksi

Proses produksi beras atau aktivitas penggilingan padi menghasilkan produk utama berupa beras dan produk samping seperti sekam, dedak, dan menir. Awalanya produk samping tersebut dianggap merupakan sampah penggilingan yang tidak berguna. Akibatnya banyak terlihat sekam berserakan di sekitar tempat produksi. Namun, seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan produk samping dari proses produksi beras dapat memberikan berbagai manfaat. Sehingga tidak heran jika saat ini pengusaha penggilingan padi tidak lagi membiarkan sekam atau dedak berserakan di sekitar tempat produksinya.

Saat ini hampir semua usaha penggilingan padi menerapkan manajemen zero waste pada semua hasil produksinya. Zero waste pada usaha penggilingan padi yang mengandung makna bahwa tidak ada limbah dari usaha penggilingan yang tersisa sehingga semua output yang dihasilkan dapat dimanfaatkan dengan baik. Manfaat yang diperoleh hendaknya mampu meningkatkan keuntungan sosial ekonomi bagi pengusaha penggilingan padi dan bagi masyarakat sekitar tempat usaha. Bapak H. Miftah mengungkapkan bahwa pendapatan yang diterima dari pengelolaan produk samping dapat menjadi tabungan dan sewaktu-waktu dapat “menyelamatkan” usaha penggilingan padi. Hal ini terjadi ketika harga beras berfluktuasi sehingga usaha mengalami kerugian secara ekonomi sedangkan harga sekam dan dedak relatif stabil. Beras sebagai hasil utama dari proses produksi biasanya didistribusikan kepada konsumen melalui mekanisme jual beli di pasar dan diolah dengan cara memasaknya untuk kemudian dikonsumsi manusia. Ketiga usaha penggilingan padi kasus pada penelitian ini mendistribusikan beras melalui berbagai saluran pemasaran sehingga konsumen mendapatkan akses untuk membeli beras tersebut. pengolahan beras sebagai hasil utama telah dijelaskan sebelumnya. Berikut akan dijelaskan pengolahan dan pengelolaan sekam, dedak, dan menir. Pengelolaan Sekam Berbeda dengan beras, sekam tidak digunakan sebagai bahan makanan untuk dikonsumsi oleh manusia. Sekam merupakan produk hasil proses pemecahan kulit gabah yang dilakukan oleh mesin husker. Sekam yang dimakasud disini adalah kulit yang terlepas dari gabah itu sendiri. Sekam memiliki banyak manfaat, seperti bahan pembuat briket atau arang sekam, pupuk organik, alas kandang ayam, dan sebagainya. Saat ini, sekam juga diolah untuk kemudian dijadikan pakan ternak. Sekam yang dihasilkan dari proses produksi beras pada usaha jasa penggilingan padi PB. Doa Sepuh menjadi hak milik pengelola. Biasanya sekam yang dihasilkan kemudian dikumpulkan dan dijual kepada pedagang pengumpul. PB. Doa Sepuh tidak memiliki tenaga kerja khusus untuk mengelola sekam, seperti mengemas dan menjualnya. Semua aktivitas berkaitan dengan sekam dikerjakan oleh Bapak Nanan dan juga Bapak Yus yang merupakan tenaga kerja pada penggilingan gabah. Aktivitas pengemasan sekam dilakukan dua kali seminggu. Dalam kurun waktu seminggu, PB. Doa Sepuh dapat menjual lebih kurang satu ton sekam dengan harga Rp 1.000 per karungnya. Satu karung sekam dapat memuat 7-10 kg sekam.

Page 101: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

87

Aktivitas penggilingan gabah pada PB. Laksana Jaya dapat menghasilkan sekitar kurang lebih dua ton sekam. Sekam akan dikumpulkan kemudian dijual kepada pengumpul sekam. PB. Laksana Jaya mengadakan kerjasama dengan Bapak Endang selaku pemilik usaha peternakan di Sukabumi. Kerjasama dengan Bapak Endang tertuang dalam bentuk kontrak pengadaan. Kontak pengadaan dimaksudkan bahwa semua sekam yang dihasilkan akan dikirim atau dipasok kepada Bapak Endang, yaitu sebanyak kurang lebih 12 ton sekam per minggu. Jika jumlah tersebut tidak dipenuhi maka Bapak Endang akan memberikan peringatan kepada Bapak H. Asep untuk memenuhi kewajibannya.

Sekam sebelum dikirim terlebih dahulu dikemasa kedalam karung, dimana masing-masing karung memiliki kapasitas sebanyak 12 kg sekam. Pada bulan Oktober 2012, harga satu karung sekam adalah Rp 1.500 diluar upah dari pengemasan. Oleh sebab itu, dari hasil penjualan sekam saja Bapak H. Asep mendapatkan penerimaan sekitar Rp 1.500.000 per minggu. Upah pengemasan sekam adalah sebesar Rp 300 per karungnya dan biasanya dibebankan kepada pelanggan sedangkan upah untuk memuat karung-karung sekam ke atas mobil maka dikenakan sebesar Rp 10 per karung sekam.

PB. Doa Sepuh dan PB. Laksana Jaya menjual sekamnya tanpa proses pengolahan terlebih dahulu. PB. Jembar Ati mengambil peluang keuntungan lebih besar dengan melakukan pengolahan terhadap sekam yang dihasilkan. Setiap hari kerja PB. Jembar Ati dapat menghasilkan kurang lebih 5 ton sekam. Sekam tersebut tidak lantas kemudian dijual begitu saja melainkan diberi beberapa perlakuan dengan sentuhan teknologi sehingga memberi nilai tambah pada sekam.

Sekam yang dihasilkan dari proses penggilingan gabah kemudian dikumpulkan dan dikemas kedalam karung. Sekam yang telah dikemas kemudian dibawa atau diangkut dengan menggunakan gerobak dorong menuju tempat pengolahan sekam. Proses pengemasan dan pengangkutan sekam dilakukan oleh dua orang tenaga kerja. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja borongan. Setiap satu karung beras sekam yang dikemas diberi upah sebesar Rp 200 untuk karung kecil dan Rp 300 untuk karung besar.

Kegiatan pengolahan atau penggilingan sekam dilakukan selama tujuh jam kerja, yaitu dari pukul 08.00 – 16.00 WIB dengan istirahat selama satu jam kerja. Sekam diolah atau digiling dengan menggunakan mesin tepung menjadi sekam yang lebih halus seperti serbuk sekam. PB. Jembar Ati memiliki dua mesin tepung yang diperuntukkan untuk mengolah sekam. Kedua mesin tepung ini digerakkan dengan menggunakan mesin diesel. Proses penggilingan sekaligus pengemasan sekam melibatkan dua orang tenaga kerja borongan dengan upah giling sebesar Rp 70 per kg sekam. Setiap harinya proses penggilingan sekam dapat menghasilkan 3,5 ton yang dikemas kedalam 60 karung besar dengan kapasitas masing-masing karung sebanyak 60 kg. Proses pengolahan sekam memerlukan solar sebanyak 60 liter per hari.

Sekam yang telah digiling kemudian dikemas kedalam karung. Karung yang digunakan ada dua ukuran, yaitu karung dengan kapasitas 10 dan 20 kg. Sekam yang telah dikemas kemudian siap untuk dijual kepada pedagang pengumpul. Ada sekitar lima orang pedagang pengumpul yang rutin membeli sekam kepada PB. Jembar Ati. Biasanya pembeli langsung mendatangi PB. Jembar Ati untuk membeli dan mengangkut sekam dengan kendaraannya. Sekam yang telah digiling memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan

Page 102: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

88

hanya menjual langsung tanpa ada pengolahan. Pada November 2012 tercatat bahwa harga jual dari sekam yang telah diolah adalah Rp 700 per kg. Tidak hanya itu, PB. Jembar Ati juga memanfaatkan sisa-sisa sekam untuk bahan bakar untuk proses pengovenan gabah. Pengelolaan Dedak Dedak merupakan campuran sekam yang tergiling halus dan lapisan luar beras yang terkelupas akibat proses penyosohan dengan menggunakan mesin polisher. Dedak biasanya digunakan sebagai bahan baku untuk pakan ternak. Selain itu, di Thailand dedak dimanfaatkan untuk minyak dedak, energi panas, batu bara, biogas dan lain-lain. Mekanisme usaha yang dijalankan oleh PB. Doa Sepuh dan PB. Jembar Ati sebagai usaha penyedia jasa bagi petani ataupun pedagang pengumpul mengakibatkan dedak yang dihasilka dari proses penggilingan harus dibagi dengan petani atau pedagang pengumpul. Biasanya dedak dibagi dua antara pemberi jasa dengan penerima jasa. PB. Doa Sepuh dapat menghasilkan maksimal sebanyak 36,8 kg dedak setiap proses produksinya. Jumlah tersebut tidak sepenuhnya menjadi hak pengelola usaha karena sebagian dari jumlah tersebut diberikan kepada pemilik gabah. Masing-masing usaha penggilingan memiliki takaran tersendiri untuk pembagian jumlah dedak tersebut, seperti ember kecil dan sebagainya. Dedak yang merupakan bagian dari pengelola usaha kemudian akan dijual dengan harga Rp 1.500 per kg dedak. Biasanya pembeli dedak bukanlah pedagang pengumpul melainkan masyarakat sekitar yang memiliki hewan ternak. PB. Laksana Jaya menghasilkan sekitar 675 kg dedak per hari. Dedak ini kemudian dikemas kedalam karung. Upah mengemas dedak kedalam karung adalah sebesar Rp 30 per kg dedak. Dedak yang telah dikemas kemudian disimpan kedalam gudang penyimpanan untuk kemudian diangkut oleh pelanggan. PB. Laksana Jaya memiliki dua orang pelanggan, yaitu pemilik pabrik pakan dari sukabumi dan Bapak Jenit selaku pedagang pengumpul dedak. penjualan dedak tidak ada kontrak kerjasama, namun dedak dari PB. Laksana Jaya akan selalu dipasok ke dua orang pelanggan tersebut. Sedangkan masalah harga biasanya sebelum dedak diangkut, pembeli terlebih dahulu menghubungi Bapak H. Asep baik melalui telepon ataupun melalui sms untuk memberitahu terkait harga saat itu. Biasanya harga dedak relatif stabil, pada awal bulan November 2012 harga dedak adalah Rp 2.300 per kg. Berikut salah satu contoh kalimat pemberitahuan harga yang disampaikan oleh Bapak Jenit kepada Bapak H. Asep terkait dengan harga dedak “pangaos na ka haji ayeuna teh mung 21 paling ge, pinuh di ternak na , ari nu ka haji mah wios 23 oge”. PB. Jembar Ati selain menghasilkan dedak dari proses penggilingan padi, usaha ini juga membeli dedak untuk diolah kembali. Pengolahan kembali dedak maksudnya adalah menggiling kembali dedak atau mencapurkan dedak yang kasar atau sekam dengan dedak yang halus sehingga diperoleh dedak yang halus yang biasa juga disebut dengan cepu. Cepu memiliki harga yang berbeda dengan dedak sebelum pengolahan. Oleh sebab itu, pengolahan dedak dilakukan untuk memberikan nilai tambah sehingga pendapatan usaha juga dapat ditingkatkan.

Pembelian dedak merupakan salah satu upaya bagi PB. Jembar Ati untuk memenuhi kapasitas mesin tepung yang digunakan. Dedak yang dihasilkan dari

Page 103: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

89

proses penggilingan gabah menjadi beras dalam satu har kerja hanya mencapai 1,5 ton. Akan tetapi kapasitas mesin tepung per hari adalah mencapai 2,5 ton cepu per hari kerja. Oleh sebab itu, untuk memenuhi kapasitas mesin tersebut maka dilakukan pembelian dedak rata-rata 1,4 ton per hari. Hal ini diupayakan untuk mencapai economies of scale usaha yang dilakukan.

Dedak kasar dibeli dengan harga Rp 1.700 per kg sedangkan dedak yang halus dibeli degan harga Rp 2.100 per kg. Dedak hasil penggilingan padi kemudian dikemas dan diangkut ketempat pengolahan cepu. pengolahan cepu dilakukan oleh dua orang tenaga kerja borongan. Untuk mengolah cepu PB. Jembar Ati menyediakan dua mesin tepung. Mesin tepung tidak menggunakan bahan bakar solar karena digerakkan oleh tenaga listrik. Pengolahan cepu dilakukan oleh dua orang tenaga kerja borongan. Upah untuk proses pengolahan termasuk pengemasan cepu adalah sebesar Rp 70 per kg.

Aktivitas pengolahan cepu dilakukan selama tujuh jam kerja, yaitu dari pukul 08.00 – 16.00 WIB dengan alokasi waktu untuk istirahat selama satu jam. Selama tujuh jam kerja tersebut dihasilkan kurang lebih 2,5 ton cepu. Dedak yang telah diolah menjadi cepu kemudian dikemas ke dalam karung yang setiap karungnya memiliki kapasitas sebanyak 60 kg. Karung-karung berisi cepu kemudian disusun di tempat penyimpanan untuk menunggu pembeli yang akan mengangkutnya.

Cepu akan dijual kepada perusahaan peternakan di Sukabumi, yaitu PT. Inti Prima dan PT. HPM. Selain dijual ke dua perusahaan tersebut, cepu juga didistribusikan ke pedagang pegumpul. PB. Jembar Ati memasok cepu ke PT. Inti Prima dua kali seminggu, yaitu setiap hari senin dan kamis, sedangkan cepu untuk PT. HPM dipasok setiap hari selasa dan jumat. Harga cepu untuk kedua perusahaan peternakan tersebut berbeda satu sama lainnya, tergantung negosiasi yang dilakukan. Pada awal November 2012, harga cepu untuk PT. Inti Prima adalah sebesar Rp 2.400, sedangkan harga untuk PT. HPM adalah sebesar Rp 2.300. Cepu yang dijual kepada pedagang pengumpul dikenakan harga lebih mahal, yaitu Rp 2.575 per kg. PB. Jembar Ati juga memiliki pembeli eceran yang biasanya membeli dalam jumlah sedikit. Pembeli eceran umumnya adalah masyarakat sekitar pabrik yang memerlukan dedak sebagai pakan ternaknya. Biasanya harga cepu untuk pembeli eceran lebih murah yaitu hanya berkisar Rp 2.000 – Rp 2.500 per kg.

Pengelolaan Menir dan Broken Rice Menir merupakan beras yang berukuran kecil akibat hancur karena proses penggilingan gabah yang dilakukan beberapa kali. Patahan beras dapat mencapai 1/3 bagian dari beras kepala. Semakin banyak menir yang dihasilkan maka kualitas beras akan semakin buruk. Tidak semua usaha penggilingan padi memisahkan antara menir dengan beras utuh. Pemisahan antara menir dan beras kepala dapat meningkatkan harga jual dari beras itu sendiri. Biasanya beras yang keluar dari mesin polisher sebelum sampai ke tempat penampungan beras terlebih dahulu tersaring oleh ayakan sehingga menir akan turun ke bawah dan beras kepala akan masuk ke tempat penampungan beras. PB. Doa Sepuh tidak melakukan pemisahan antara beras kepala dengan menir. Hal ini disebabkan karena biasanya penerima jasa atau pemilik beras merupakan konsumen beras itu sendiri sehingga proses pemisahan antara menir

Page 104: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

90

dan beras kepala tidak perlu dilakukan. Selain itu, mesin polisher yang dimiliki oleh PB. Doa Sepuh juga tidak melengkapi dengan ayakan beras sehingga pemisahan menir tidak dapat dilakukan. PB. Laksana Jaya dan PB. Jembar Ati memiliki mesin yang dilengkapi dengan ayakan berassehingga proses pemisahan antara menir dan beras dapat dilakukan. Menir yang dihasilkan dari proses penggilingan biasanya sebanyak 5 persen dari total beras yang dihasilkan. Dalam satu hari produksi PB. Laksana Jaya mendapatkan 200 kg menir sedangkan PB. Jembar Ati mendapatkan 500 kg menir. Menir ini kemudian akan dijual kepada pasar tradisional ataupun ke pedagang bubur dan kue. Harga menir pada November 2012 adalah Rp 6.000 per kg di PB. Jembar Ati, sedangkan pada PB. Laksana Jaya menir dihargai lebih murah yaitu Rp 4.200 per kg. Selain menir terdapat juga beras patah (broken rice) atau biasa dikenal dengan istilah jitay. Beras patah merupakan hasil dari proses sortering pada beras. Banyaknya beras patah yang dihasilkan tergantung pada kualitas beras yang dihasilkan, yaitu berkisar antara 10-15 persen dari beras giling yang telah dikurangi dengan banyaknya menir. Dari proses sortering PB. Laksana Jaya memperoleh beras patah sebanyak 475 kg per produksi harian. PB. Laksana Jaya mendapatkan beras patah sebanyak 1.187 kg per produksi harian. Beras patah atau jitay yang telah dikumpulkan atau dikemas kemudian dijual ke pasar tradisional atau pedagang bubur dan kue. Harga jitay di pasar adalah sekitar Rp 6.000 – Rp 6.350 per kg.

Manajemen Pengusahaan Penggilingan Padi

Suatu aktivitas organisasi atau usaha haruslah dimanajemen dengan baik sehingga tujuan daripada organisasi atau usaha tersebut dapat diwujudkan. Manajemen usaha memiliki makna sama dengan mengelola, mengendalikan, dan menangani setiap aktivitas yang dilakukan sehingga berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Melakukan manajemen terhadap suatu aktivitas usaha harus disesuaikan dengan kondisi usaha tersebut agar tidak terkesan hanya sebagai formalitas semata. Usaha penggilingan padi juga membutuhkan suatu manajemen dalam seluruh aktivitas yang dilakukan agar tujuan utama dapat terwujud sesuai dengan ekpektasi dari pemilik usaha.

Manajemen akan mudah ditelaah jika dilihat melalui fungsi manajemen itu sndiri. Terdapat empat fungsi manajemen menurut George Terry. Analisis terhadap pelaksanaan fungsi manajemen dalam suatu usaha dapat memberikan gambaran terkait pengelolaan aktivitas usaha. Berikut akan dijelaskan terkait dengan manajemen yang dilakukan pada usaha penggilingan padi kasus, yang terdiri dari planning, organizing, actuiting, dan cotrolling. Perencanaan (Planning) Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang mendasar dan akan terkait dengan fungsi manajmene lainnya. Melalui perencanaan akan ditetepkan tujuan utama dari organisasi dan usaha yang dilakukan. Perencanaan juga menggambarkan sejauh apa kegiatan yang akan dilakukan kedepannya dan bagaimana melakukannya serta siapa yang bertanggungjawab atas pelaksanaan

Page 105: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

91

kegiatan yang telah dirancang. Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang terlebih dahulu mengidentifikasi situasi saat ini sehingga dapat dilakukan strategi yang kemudian dituangkan dalam perencanaan. Pada usaha penggilingan padi kasus, yaitu PB. Doa Sepuh, PB. Laksana Jaya, dan PB. Jembar Ati memiliki perencanaan terkait aktivitas yang dilakukan namun kedalaman tingkat perencanaan pada masing-masing usaha sangat berbeda. Hal ini disebabkan karena banyak hal, seperti tingkat pengetahuan dan pola pikir dari pemilik atau pengelola usaha, motivasi dalam melakukan usaha secara profesional, dan sebagainya. PB. Doa Sepuh melakukan perencanaan yang sangat sederhana dalam melakukan aktivitas usahanya, bahkan perencanaan tersebut tidak divisualisasikan melalui tulisan atau dokumen. Hal ini disebabkan karena pengetahuan Bapak Nanan selaku pengelola belum memahami tentang pentingnya perencanaan. Oleh sebab itu, setelah dilakukan penjajakan maka perencanaan yang terdapat pada PB. Doa Sepuh hanyalah perencanaan yang hanya berkaitan dengan produksi dan biaya. Dalam waktu satu satu minggu PB. Doa Sepuh hanya memanfaatkan hari kerja selama enam hari, yaitu libur pada hari jumat. Perencanaan produksi yang terdapat pada PB. Doa Sepuh terlihat dari pengaturan terhadap jam kerja. Rata-rata usaha jasa penggilingan padi di sekitar Kampung Muhara beroperasi mulai dari siang hari. Oleh sebab itu, PB. Doa Sepuh melakukan aktivitas usahanya di pagi hari, yaitu dari pukul 09.00 sampai dengan pukul 12.00 WIB. Hal ini dilakukan sebagai strategi untuk mendapatkan pelanggan yang membutuhkan jasa penggilingan padi. Biasanya petani atau masyarakat sekitar membutuhkan beras untuk keperluan memasak pada pagi hari sehingga petani akan mencari usaha jasa penggilingan padi yang melakukan aktivitas penggilingan pada pagi hari. Keputusan Bapak Nanan terkait tidak lagi menyediakan jasa penggilingan untuk pedagang pengumpul juga akan berhubungan dengan perencanaan produksi PB. Doa Sepuh. Jika PB. Doa Sepuh menerima jasa penggilingan padi untuk pedagang pengumpul, maka produksi dapat dilakukan secara penuh selama tujuh jam kerja dengan maksimal hasil yang diperoleh adalah 2 ton beras. Namun, hal ini tidak dilakukan mengingat apabila PB. Doa Sepuh melayani pedagang pengumpul maka kemampuan PB. Doa Sepuh untuk melayani jasa penggilingan untuk petani akan berkurang. PB. Doa Sepuh dalam melakukan aktivitas usahanya hanya membutuhkan dua orang tenaga kerja. Berhubung aktivitas usaha yang dilakukan hanya sebatas penyedia jasa penggilingan padi bagi masyarakat atau petani maka PB. Doa Sepuh juga memanfaatkan tenaga dari Bapak Nanan selaku pengelola. Selain itu mesin penggilingan yang dimiliki hanya terdiri atas satu set mesin yang dapat dioperasikan cukup dengan dua orang. Oleh sebab itu, kekurangan tenaga kerja diperoleh dari masyarakat sekitar.

Demi kelancaran aktivitas usaha PB. Doa Sepuh harus menyediakan modal kerja selama sebulan sebesar Rp 500.000 untuk kemudian digunakan membeli bahan bakar dan keperluan mendesak lainnya. Selain itu, setiap bulannya PB. Doa Sepuh harus membayar sebesar Rp 600.000 kepada Bapak Didin selaku pemilik usaha. Oleh sebab itu, aktivitas usaha penggilingan padi direncanakan harus mendapatkan penerimaan lebih dari Rp 1100.000 per bulan agar usaha penggilingan dapat melakukan aktivitas usaha dengan baik.

Page 106: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

92

Bapak H. Asep dalam melakukan aktivitas usaha penggilingan padi PB. Laksana Jaya memiliki tujuan jangka panjang, yaitu mengembangkan usaha penggilingan padi miliknya dengan melakukan ekspansi ke wilayah baru untuk kemudian mendirikan usaha penggilinga padi yang baru. Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka kemudian disusun perencanaan usaha. Seperti halnya PB. Doa Sepuh, perencanaan yang PB. Laksana Jaya tidak divisualisasikan dalam bentuk dokumen. Perencanaan yang dilakukan oleh PB. Laksana Jaya adalah perencaaan berkaitan dengan produksi, pengadaan input produksi, pengadaan mesin dan peralatan, perencanaan pergudangan, perencanaan personil, dan perencanaan biaya.

PB. Laksana Jaya membuat perencanaan produksi dimana aktivitas usaha dilakukan setiap hari kecuali hari jumat dan biasanya pada bulan November hingga Awal maret operasional mesin untuk melayani jasa penggilingan padi bagi pedagang pengumpul hanya digunakan selama kurang lebih 15 hari. Hal ini disebabkan karena ketersediaan gabah yang sangat sedikit mengingat pada bulan-bulan tersebut terjadi musim penghujan. Untuk mengantisipasi penggunaan mesin kurang dari kapasitasnya maka PB. Laksana Jaya melakukan pembelian gabah dan beras dengan jumlah banyak. PB. Laksana Jaya minimal menyimpan cadangan gabah dalam kurun waktu sebulan sebanyak 180 ton gabah kering giling. Selain gabah, PB. Laksana Jaya juga harus menyimpan cadangan beras yang siap giling minimal 25 ton beras per bulan.

Mesin dan peralatan yang dipakai oleh PB. Laksana Jaya adalah mesin dan peralatan yang memiliki kualitas baik. Mesin yang memiliki kualitas baik menurut Bapak. H. Asep dapat menghasilkan kualitas beras yang lebih baik. Selain itu, mesin dengan kualitas yang baik juga kemudian dapat mengurangi beban perawatan yang digunakan dan juga sekaligus memiliki umur teknis yang cukup lama. PB. Laksana Jaya selalu menginginkan jenis mesin buatan Jepang atau China. Hal ini disebabkan karena kualitasnya yang lebih baik dibandingkan buatan lokal walaupun terkenal dengan harga lebih mahal.

PB. Laksana Jaya juga mengatur gudang penyimpanan gabah berdasarkan varietas, tanggal masuk gabah ke gudang, pemilik (jika gabah milik pedagang pengumpul), dan volume gabah. Pengaturan ini dilakukan tanpa adanya pencatatan. Tujuan pengaturan tersebut adalah untuk menjamin proses produksi dapat menghasilkan beras dengan varietas yang sama, memperkirakan volume output yang dihasilkan, dan agar tidak terjadi pencampuran gabah yang dimiliki oleh pedagang pengumpul dengan PB. Laksana Jaya. Selain itu, hal ini dilakukan untuk memantau perkembangan stok atau cadangan gabah.

Untuk perencanaan tenaga kerja produksi, seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa PB. Laksana Jaya memiliki tenaga kerja sebanyak 10 orang. Namun, PB. Laksana Jaya telah mengalokasikan tiga orang tenaga kerja tambahan apabila aktivitas usaha lebih sibuk daripada hari biasanya. Ketiga tenaga kerja tersebut selalu siap ketika dihubungi ada pekerjaan yang akan dilaksanakan. Khusus untuk tenaga kerja giling akan diberikan uang untuk kebutuhan lauk setiap harinya.

PB. Laksana Jaya dalam melakukan aktivitasnya telah memperhitungkan anggaran modal kerja yang dibutuhkan dalam kurun waktu satu bulan. Bapak H. Asep membutuhkan modal kerja sekitar Rp 270.000.000 per bulan. Modal tersebut akan digunakan untuk kebutuhan pembelian gabah, bahan bakar, dan

Page 107: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

93

operasional lainnya. Besaran modal tersebut diperoleh dari penyisihan keuntungan dari usaha dan juga pinjaman dari pihak perbankan.

PB. Jembar Ati memiliki perencanaan yang lebih lengkap dibandingkan kedua usaha penggilingan padi kasus lainnya. Hal ini disebabkan karena pengetahuan dan pengalaman dari pemilik usaha yang telah mampu menerapkan fungsi manajemen dengan baik layaknya perusahaan besar pada umumnya. Hal ini tidak terlepas dari peranan keluarga Bapak H. Apud yang ikut mengelola usaha ini. Kendati demikian, perencanaan yang dilakukan oleh PB. Jembar Ati belum sempurna karena masih terbatas kepada sumberdaya yang dimiliki.

Perencanaan yang dilakukan oleh PB. Jembar Ati meliputi perencanaan primer, yaitu perencanaan produksi, perencanaan pengadaan, perencanaan pergudangan, dan perencanaan turn oven. Selain itu, PB. Jembar Ati juga memiliki perencanaan terkait personil, perencanaan biaya, dan perencanaan pemasukan dan pengeluaran. Perencanaan tersebut telah didokumentasikan dalam bentuk buku catataan harian untuk semua aktivitas bisnis.

Perencanaan produksi pada PB. Jembar Ati dapat berupa keputusan yang dilakukan oleh pengelola untuk memproduksi 10 ton beras per hari. Untuk melakukan hal tersebut kemudian pengelola menyediakan mesin penggilingan dan mesin diesel yang memiliki kapasitas penggilingan sebanyak 10 ton beras per hari. Hal ini dilakukan mengingat kebutuhan dari pelanggan PB. Jembar Ati, yaitu PD. Lee adalah 9 ton per hari selama 5 hari dalam kurun waktu satu minggu. Selain untuk keperluan pasokan kepad PD. Lee, PB. Jembar Ati juga memproduksi beras untuk kemudian dipasok kepada pelanggan lainnya. Sehari PB. Jembar Ati memerlukan beras sekitar 14 ton. Oleh sebab itu, kekurangan jumlah tersebut kemudian ditutpi dengan cara membeli beras kepada penggilingan padi kecil untuk kemudian diolah kembali menjadi beras yang berkualitas. Dalam waktu satu bulan produksi, PB. Jembar Ati memerlukan cadangan gabah dan beras sebanyak 200 ton gabah dan beras sebanyak 100 sampai 200 ton beras.

Setiap aktivitas operasional pada PB. Jembar Ati memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) yang harus ditaati oleh karyawan maupun pengunjung. SOP yang terdapat pada PB. Jembar Ati meliputi SOP cara pengoperasian mesin-mesin penggilingan padi, SOP terkait prilaku karyawan atau pengunjung saat melakukan aktivitas produksi, peraturan jam kerja karyawan, dan sebagainya. Selain itu juga terdapat standar kualitas input produksi bagi gabah yang akan dibeli oleh PB. Jembar Ati dan juga standar kualitas output yang dapat dijual kepada pelanggan sesuai kontrak perjanjian. Hal ini dilakukan untuk menjamin kualitas produk yang dihasilkan.

Perencanaan dalam pergudangan merupakan perencanaan terkait bagaimana mengelola gudang penyimpanan gabah dan beras dilakukan. Untuk penyimpanan gabah, maka setiap gabah yang masuk ke dalam gudang maka akan dibeli label berupa identitas dari gabah tersebut. Identitas meliputi nama suplier gabah, varietas gabah, kadar air gabah, volume gabah, tanggal masuk gabah ke gudang. Hal ini dilakukan agar memudahkan tenaga kerja giling dalam mengidentifikasi gabah yang akan digiling terlebih dahulu dan juga memudahkan mengenal varietas sehingga resiko bercampurnya berbagai varietas dapat diminimalisir. Upaya ini juga bertujuan untuk mengevaluasi kualitas gabah yang dipasok oleh suplier berdasarkan output yang dihasilkan. Lebih dari pada itu, pemberian label

Page 108: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

94

dimaksudkan untuk evaluasi stok gabah didalam gudang berdasarkan data pembelian.

Perencanan personil dalam hal ini adalah perencanaan terkait upaya apa yang akan dilakukan oleh PB. Jembar Ati dalam mengelola tenaga kerja yang dimiliki. PB. Jembar Ati memberlakukan sistem tenaga kerja borongan untuk semua aktivitas produksi. Hal ini merupakan permintaan dari tenaga kerja itu sendiri yang menghendaki sistem borongan karena pendapatan hariannya dapat melebihi upah UMR daerah Cianjur. Selain upah yang diterima, tenaga kerja pada PB. Jembar Ati juga dapat membeli beras dengan sistem kredit dengan mengalokasikan Rp 5000 dari upah yang diterima setiap harinya. Seluruh tenaga kerja di PB. Jembar Ati juga diberi insentif berupa makan siang. PB. Jembar Ati juga menyediakan kotak P3K di kantor yang berisi berbagai obat-obatan yang dapat dipergunakan oleh tenaga kerja. Apabila ada tenaga kerja yang sakit dan harus dirujuk ke bidan desa maka biaya pengobatan menjadi tanggungjawab dari PB. Jembar Ati.

Untuk melaksanakan aktivitas usaha PB. Jembar Ati maka dalam kurun waktu satu bulan, PB. Jembar Ati harus menyediakan modal kerja sekitar Rp 1.000.000.000. Modal kerja tersebut akan berputar seiring dengan aktivitas yang dilakukan. Modal kerja digunakan untuk aktivitas pembelian gabah dan beras, bahan bakar atau bayar listrik, upah tenaga kerja, dan transportasi.

Harga beras biasanya mengalami fluktuasi ada saat-saat tertentu yang mengakibatkan omset dari usaha mengalami penurunan. Oleh sebab itu, untuk mengantisipasi kerugian yang besar pada usaha yang kemudian dapat menghambat aktivitas produksi maka PB. Jembar Ati memiliki strategi tersendiri agar perputaran aset dapat terus dilakukan. Strategi yang dilakukan antara lain dengan memanfaatkan hasil samping usaha, yaitu sekam dan dedak. harga sekam dan dedak relatif stabil, namun biasanya sekam dihargai jauh lebih rendah daripada dedak. untuk menciptakan nilai tambah yang lebih besar pada sekam dan dedak maka dilakukan pengolahan sekam dan dedak. Pengolahan tersebut membutuhkan dana investasi yang cukup besar. Namun, diharapkan hasilnya dapar terus menjadi penyokong keberlanjutan usaha PB. Jembar Ati.

Pengorganisasian (Organizing) Struktur organisasi dalam sebuah usaha merupakan gambaran terkait dengan hubungan antar tiap bagian di dalam suatu organisasi yang berhubungan dengan tanggung jawab, komando, fungsional dan sebagainya dalam upaya untuk mewujudkan tujuan dari sebuah organisasi. Pada umumnya, suatu organisasi ataupun usaha pasti memiliki struktur organisasi. Terkadang di berbagai usaha atau organisasi, struktur organisasi tidak disajikan secara eksplisit.

Begitu pula pada usaha penggilingan padi kasus penelitian ini, dari ketiga usaha hanya PB. Jembar Ati yang memiliki struktur organisasi yang kemudian dipublikasikan secara eksplisit kepada seluruh stakeholdernya. Sedangkan PB. Doa Sepuh dan PB. Laksana Jaya tidak memiliki struktur orgasnisasi secara eksplisit. Namun, jka dilihat dari aktivitas sehari-hari dan informasi berkaitan dengan tanggung jawab, komando, serta fungsional dari tenaga kerja yang terdapat di masing-masing usaha maka dapat dipastikan bahwa kedua usaha penggilingan padi tersebut juga memiliki struktur organisasi.

Page 109: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

95

PB. Doa Sepuh hanya memiliki aktivitas jasa penggilingan padi atau jasa konversi gabah menjadi beras. Oleh sebab itu, struktur organisasinya hanya terdiri manager pabrik, bagian produksi, dan bagian keuangan. Seperti yang telah diketahui sebelumnya, bahwa PB. Doa Sepuh merupakan usaha yang dimiliki oleh Bapak Didin. Oleh sebab itu, segala keputusan terkait operasional usaha ini ditentukan oleh Bapak Didin. Namun, Bapak Didin mempercayakan pengelolaan aktivitas pabrik kepada Bapak Endin yang memiliki tugas yaitu bertanggung jawab atas aktivitas usaha yang dilakukan. Berdasarkan Gambar 23 dapat dilihat bahwa terdapat pekerjaan ganda yang menjadi tanggung jawab dari Bapak Nanan, yaitu bagian produksi dan keuangan. Hal ini sangat biasa terjadi pada usaha-usaha dengan skala kecil karena terdapat keterbatasan sumberdaya manusia dan juga keterbatasan modal kerja untuk membayar tenaga kerja tersebut. Oleh sebab itu, sumberdaya manusia yang tersedia kemudian akan dioptimalkan peranannya sehingga tujuan utama dari organisasi atau usaha tersebut dapat tercapai.

Gambar 22 Struktur organisasi pada PB. Doa Sepuh

Struktur organisasi yang telah diidentifikasi pada PB. Laksana Jaya memperlihatkan masih terdapat pekerjaan ganda yang dilakukan oleh Bapak H. Asep selaku pemilik usaha ini. Pasalnya Bapak H. Asep masih belum percaya kepada orang lain untuk menjadi staf pembelian pada PB. Laksana Jaya. Hal ini dikarenakan menurut Bapak H. Asep, aktivitas pembelian merupakan aktivitas pembelajaran. Dari awal beliau menjalankan usaha sampai saat ini, proses pembelian gabah ataupun beras masih menjadi wahana untuk terus belajar. Kesalahan dalam proses pembelian gabah akan sangat berpengaruh terhadap besarnya keuntungan atau kerugian yang diperoleh karena sebagian besar dari biaya produksi adalah biaya untuk pembelian input.

Pada gambar 24 dapat diketahui bahwa struktur organisasi yang teridentifikasi hanya terdiri atas manajer pabrik, bagian produksi, bagian pemasaran, dan juga bagian pembelian input produksi. Masing-masingnya memiliki tugas dan tanggung jawab tertentu. Bagian produksi bertanggungjawab terkait dengan proses produksi yang dilakukan agar dapat dihasilkan beras dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta menjamin proses produksi dapat berjalan sesuai dengan harapan sehingga kebutuhan beras untuk didistribusikan kepada pelanggan dapat dipenuhi. Sedangkan bagian pemasaran bertanggungjawab dalam berkomunikasi dengan pelanggan dan juga bertugas untuk mengembangkan usaha dengan melakukan berbagai promosi untuk mendapatkan pelanggan.

Page 110: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

96

Gambar 22 Struktur organisasi PB. Laksana Jaya

Berbeda dengan kedua usaha penggilingan kasus sebelumnya, PB. Jembar Ati telah memiliki struktur organisasi yang lengkap dengan job description nya. Selain itu, struktur organisasi ini telah terpublikasi diantara karyawan atau tenaga kerja maupun pelanggan PB. Jembar Ati. Melalui gambar 23 dapat diketahui bahwa Bapak H. Apud merupakan pemilik usaha sekaligus sebagai manajer pabrik. 8

Gambar 23 Struktur organisasi PB. Jembar Ati

Selaku manajer pabrik maka Bapak H. Apud memiliki tugas, yaitu

bertanggung jawab terhadap keseluruhan operasional perusahaan. Bagian produksi memiliki tanggung jawab melakukan proses produksi sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dan mengawasi staf dalam proses produksi dan memastikan bahwa mereka mengikuti peraturan karyawan terutama kebersihan karyawan. Begitu pula dengan bagian pembelian yang bertanggung jawab memastikan bahwa input diperoleh dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan memastikan input yang diperoleh memenuhi persyaratan pabrik. Sedangkan bagian pemasaran bertanggung jawab berkomunikasi dengan pelanggan terkait dengan kualitas, keamanan, atau hal-hal

8 Buku Panduan Mutu PD. Lee, No. Dokumen PM/03/Deskripsi Produk/11/07, Desember 2007

Page 111: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

97

lain yang relevan, dan juga menerima, mencata, serta menangani konflik dengan pelanggan.

Bagian quality control bertugas untuk mengecek dokumen pembelian dan keamanan bahan baku pada saat pembelian, mengawasi proses produksi terutama yang kritis dan menjamin bahwa proses dilakukan dengan benar sehingga diperoleh produk yang aman dan berkualitas, seta bertanggung jawab mengecek keamanan dan kualitas produk akhir. Bagian keuangan berfungsi untuk mencatat inflow dan outflow usaha PB. Jembar Ati dan melaporkan kondisi keuangan kepada manajer pabrik untuk kemudian diketahui besarnya keuntungan atau kerugian yang dialami usaha. Pengarahan (Actuating)

Pengarahan pada suatu organisasi atau usaha sangat erat dengan istilah kepemimpinan. Pengarahan dilakukan untuk menggiring semua aktivitas yang sedang dilakukan agar berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Pengarahan merupakan upaya agresif dari manager untuk senantiasa memimpin, memotivasi, berkomunikasi, serta berkoordinasi dengan semua stakeholder.

Pengarahan dilakukan oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin harus memiliki sifat kepemimpinan yang mampu menggerakkan pengikutnya untuk bekerja sesuai yang diharapkannya. Dalam setiap kepemimpinan, ada dua pola dasar kepemimpinan yaitu kepemimpinan formal dan kepemimpinan non formal. Pada ketiga usaha panggilingan padi kasus terindentifikasi bahwa pola kepemimpinan yang ada adalah kepemimpinan non formal. Sedangkan tipe kepemimpinan dari masing-masing manajer usaha penggilingan padi kasus adalah sebagai berikut:

Tabel 18 Tipe kepemimpinan pada masing-masing manajer usaha penggilingan

padi kasus Usaha Penggilingan Tipe Kepemimpinan PB. Doa Sepuh Personal PB. Jembar Ati Demokratis PB. Laksana Jaya Demokratis Pada Tabel 18 terlihat bahwa tipe kepemimpinan Bapak Nanan selaku manajer PB. Doa Sepuh adalah personal. Dalam kesehariannya Bapak Nanan telihat sangat akrab dan kompak bahkan tidak terlihat adanya perbedaan kedudukan struktural antara keduanya. Selain itu, peranan Bapak Nanan selaku manajer dalam usaha ini tidaklah terlihat jelas karena memang saat ini Bapak Nanan juga berperan sebagai salah satu tenaga kerja dalam proses penggilingan padi. Akan tetapi, peranan Bapak Nanan dalam mengendalikan aktivitas usaha PB. Doa tetap ada walaupun tidak terlihat nyata sebagai fungsi pengarahan. Hal ini juga dipengaruhi karena ragam aktivitas yang diusahakan PB. Doa Sepuh sangatlah sedikit. Fungsi pengarahan pada PB. Laksana Jaya diperankan oleh Bapak H. Asep dengan tipe kepemimpinan demokratis. Melalui kepemimpinan demokratis, Bapak H. Asep secara aktif memberikan bimbingan kepada pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal dan kerjasama yang baik. Kekuatan kepemimpinan tersebut terletak

Page 112: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

98

pada partisipasi dari semua bagian seperti bagian produksi, pemasaran, dan sebagainya. Begitu pula dengan PB. Jembar Ati. Bapak H. Apud selaku pemilik sekaligus manager usaha menerapkan tipe kepemimpinan demokratis. Staf pada setiap bagian dari struktur organisasi pada PB. Jembar Ati merupakan anak dari Bapak H. Apud. Oleh sebab itu, melalui tipe kepemimpinan yang diterapkan maka Bapak H. Apud berharap dapat membimbing anak-anaknya untuk melakukan usaha tersebut serta belajar untuk bertanggung jawab atas pekerjaan yang telah diberikan.

Sebagai seorang pemimpin, Bapak H. Asep melakukan dengan upaya menjalin komunikasi dan koordinasi dengan seluruh stakeholder usahanya. Bapak H. Asep selalu membangun komunikasi yang baik dengan suplier untuk memasok gabah dengan kualitas yang baik. Sedangkan dengan pelanggan, biasanya Bapak H. Asep membangun komunikasi dalam rangka mengetahui preferensi pelanggan terhadap beras. Akan tetapi, terkadang Bapak H. Asep tidak mengenal pelanggannya karena pelanggan melakukan pemesanan produk melalui alat komunikasi. Bapak H. Asep juga menjalin komunikasi dan berkoordinasi dengan tenaga kerjanya, terutama tenaga kerja giling. Pengarahan dilakukan oleh Bapak H. Asep agar pekerja termotivasi untuk bekerja seoptimal mungkin sehingga diperoleh etos kerja yang lebih baik. Bapak H. Asep juga menerapkan sistem saling percaya kepada pekerja maupun pengikutnya. Hal ini dirasakan sangat efektif bagi kelangsungan usaha karena terbukti loyalitas pekerja pada PB. Laksana Jaya semakin meningkat. Bapak H. Apud selaku manajer usaha yang memiliki fungsi pengarahan terhadap seluruh bagian dari usaha berusaha untuk melakukan komunikasi dan koordinasi baik secara vertikal maupun horizontal. Untuk membangun komitmen bersama antara PB. Jembar Ati dengan pekerja maka setiap dua bulan sekali diadakan rapat. Rapat ini bertujuan untuk memotivasi pekerja agar dapat bekerja dengan optimal dan juga menampung aspirasi pekerja dalam upaya perbaikan sistem dalam usaha PB. Doa Sepuh. Selain itu, untuk menjaga komitmen dari masing-masing pekerja atas kesepakatan yang telah dirumuskan maka seluruh pekerja menandatangani surat pernyataan atas kesepakatan yang telah dibuat. Pengawasan (Controlling) Pengawasan dilakukan oleh sebuah usaha untuk memantau sejauh mana kegiatan organisasi telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Proses pengawasan dapat dilakukan melalui pengamatan langsung ataupun melalui laporan. Pengawasan pada usaha penggilingan padi dapat dianalisis dari segi objek usaha yang dilakukan, yaitu pengawasan terhadap aktivitas pengadaan, produksi, pemasaran, dan keuangan.

Upaya pengawasan pasti dilakukan oleh semua pimpinan usaha. Namun yang membedakan adalah kedalaman atau sejauh mana suatu usaha dapat mengontrol seluruh aktivitasnya. Begitu pula pada usaha penggilingan padi kasus. Hanya PB. Jembar Ati yang mampu mengarah pada pengawasan yang bersifat menyeluruh. Sedangkan PB. Doa Sepuh dan PB. Laksana Jaya masih mengandalkan insting dalam melakukan pengawasan terhadap aktivitasnya.

PB. Jembar Ati melakukan pengawasan terhadap seluruh aktivitas. Awalnya hal ini dilakukan karena tuntutan dari salah satu pelanggan, yaitu PD. Lee.

Page 113: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

99

Perusahaan PD. Lee menyuplai beras untuk carefour sehingga pihak manajemen carefour melakukan audit internal terhadap seluruh aktivitas usaha melalui standar operasional prosedur yang telah ditetapkan. Hasil audit dari carefour kemudian akan disampaikan kepada PD. Lee dan diteruskan kepada PB. Jembar Ati. Dari data yang diperoleh berdasarkan audit pada tanggal 26 Juli 2011 dinyatakan bahwa PB. Jembar Ati memiliki nilai sebesar 31,40 yang berarti ditolak dan harus dilakukan audit lebih lanjut (disapproved and new audit). Namun ketika audit pada awal tahun 2012 diperoleh nilai sebesar 37,00 dengan arti bahwa hasil audit diterima dengan rencana aksi kedepan (approved and action plan).

Pihak manajemen PB. Jembar Ati telah berupaya untuk melakukan pengawasan pada setiap aktivitasnya. Pengawasan dilakukan oleh Bapak H. Apud terkait dengan mutu gabah terlihat dari sampel beras yang dihasilkan. Setiap pengiriman beras kepada pelanggan biasanya akan diambil sampel beras yang kemudian disimpan kedalam plastik kecil. Sampel ini kemudian akan dicek kemudian hari untuk melihat sejauh mana kualitas beras. Selain itu aktivitas pengadaan input, produksi, dan keuangan telah dirangkum ke dalam laporan harian sehingga pengawsannya dapat dilakukan.

Melalui buku laporan pembelian maka dapat dilakukan kontrol apakah jumlah input yang digunakan sesuai dengan jumlah output yang dihasilkan. Pengawasan serupa juga dilakukan pada PB. Laksana Jaya, namun dokumennya tidak serapih yang dilakukan oleh PB. Jembar Ati. Selain itu, terdapat juga buku terkait pencatatan pengeluaran atau biaya yang dikeluarkan per hari kerja, buku olahan gilinga yang berisi terkait dengan persentase atau jumlah output yang dihasilkan dalam satu hari, dan sebagainya.

Analisis Pendapatan Pengusahaan Penggilingan Padi

Pendapatan merupakan salah satu indikator kinerja usaha penggilingan padi. Pendapatan yang tinggi akan mengindikasikan besarnya manfaat ekonomi yang diperoleh oleh suatu usaha penggilingan. Pendapatan usaha sangat dipengaruhi oleh komponen penerimaan dan pengeluaran usaha. Oleh sebab itu, untuk melakukan analisis terhadap pendapatan usaha maka dilakukan identifikasi komponen penerimaan dan pengeluaran usaha penggilingan padi. Masing-masing usaha penggilingan padi memiliki komponen penerimaan dan pengeluaran yang berbeda-beda. hal ini disebabkan karena tipe dan aktivitas usaha yang berbeda. Analisis usaha penggilingan padi dilakukan dengan melakukan perhitungan terhadap nilai dari setiap aktivitas yang dilakukan. Analisis ini hanya mencakup perhitungan terhadap usaha penggilingan padi berdasarkan output yang dihasilkan oleh mesin penggilingan yang digunakan oleh masing-masing usaha. Perhitungan penerimaan dan pengeluaran telah dikonversi menjadi satuan yang sama, yaitu satuan rupiah per satu ton output yang dihasilkan. Selain analisis pendapatan, pada sub bab ini juga dijelaskan tentang analisis imbangan biaya dan penerimaan atau biasa dikenal dengan rasio R/C. Analisis rasin R/C dilakukan untuk mengetahui produktivitas setiap rupiah yang diinvestasikan untuk menghasilkan penerimaan. Berikut akan dijelaskan secara lengkap terkait dengan analisa pendapatan dan rasio R/C masing-masing usaha penggilingan padi kasus.

Page 114: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

100

Penerimaan Usaha Penggilingan Padi Sumber penerimaan yang diperoleh penggilingan padi dengan tipe maklon dan non maklon sangat berbeda. Perbedaan tersebut tercermin dari aktivitas yang dilaksanakan. PB. Doa Sepuh merupakan penggilingan padi yang menyediakan jasa penggilingan bagi petani atau masyarakat umum, dimana gabah yang diolah merupakan hak milik dari petani. Oleh sebab itu sumber pendapatan utamanya berasal dari upah jasa yang diterima. Selain itu, PB. Doa Sepuh juga memiliki komponen penerimaan dari hasil penjualan produk sampingan, yaitu dedak dan sekam.

PB. Jembar Ati memiliki aktivitas usaha dimana pengusaha penggilingan menggunakan jasa penggilingan padi untuk gabah miliknya sendiri. Oleh sebab itu, penerimaan usaha penggilingan padi berasal dari serangkaian aktivitas penjualan output produksi yang dihasilkan, seperti beras, dedak, sekam, dan menir. Pada Tabel 18 terlihat bahwa komponen penerimaan pada PB. Laksana Jaya lebih banyak dibandingkan kedua usaha lainnya. Komponen penerimaan PB. Laksana Jaya terdiri atas upah jasa penggilingan padi dan penjualan output produksi yang dihasilkan.

Penerimaan terbesar pada PB. Laksana Jaya dan PB. Jembar Ati diperoleh dari hasil penjualan beras sebagai output utama. Namun, tidak dipungkiri bahwa hasil penjualan output sampingan juga sangat berpengaruh besar terhadap kelangsungan usaha. Harga beras cendrung diintervensi oleh beberapa kebijakan pemerintah yang menyebabkan harga beras ditekan rendah. Hal ini kemudian membuat penerimaan usaha penggilingan padi berkurang. Akan tetapi, harga dedak dan sekam cendrung relatif stabil sehingga penerimaan dari penjualannya dapat menyelamatkan usaha dari kerugian.

Tabel 19 Penerimaan masing-masing usaha penggilingan padi kasus per ton beras yang dihasilkan Komponen Penerimaan

Penerimaan usahaa PB. Doa Sepuh PB. Jembar Ati PB. Laksana Jaya

Jasa penggilingan padi

350.000,00 0,00 62.500,00

Penjualan beras 0,00 8.960.000,00 7.200.000,00 Penjualan sekam 29.411,76 350.000,00 75.000,00 Penjualan dedak 78.857,14 363.750,00 405.000,00 Penjualan menir 0,00 300.000,00 210.000,00 Penjualan broken rice 0,00 879.937,50 694.687,50

Total Penerimaan 458.268,91 10.853.687,50 8.647.187,50 a Jumlah penerimaan dalam rupiah (Rp) Dari Tabel 19 diketahui bahwa total penerimaan terbesar diperoleh oleh PB. Jembar Ati, yaitu mencapai Rp 10.853.687. Kontribusi nilai penjualan beras yang dihasilkan terhadap total penerimaan mencapai 82,55 persen. Selain itu, broken rice juga menyumbang jumlah yang besar terhadap penerimaan dari PB. Jembar Ati, yaitu mencapai 8,11 persen. Pb. Laksana Jaya juga mengalami hal

Page 115: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

101

serupa, dimana penjualan beras dan broken rice juga memberikan kontribusi yang besar terhadap komponen penerimaannya, yaitu mencapai 83,63 persen dan 8,07 persen.

Adanya diskriminasi harga pada beras yang dihasilkan pada PB. Jembar Ati dan PB. Laksana Jaya memberikan keuntungan yang signifikan terhadap penerimaan usaha. Hal ini disebabkan bahwa kualitas beras yang baik dengan kadar broken rice minimal akan dihargai dengan lebih mahal dibandingkan dengan beras yang mengandung broken rice yang banyak. Beras dengan kualitas rendah, yaitu memiliki kadar broken rice yang tinggi dapat dijual ke pasar tradisional dengan harga mencapai 67,79 persen dari harga beras kualitas terbaiknya. Pengeluaran Usaha Penggilingan Padi Aktivitas usaha yang dilakukan oleh usaha penggilingan padi dalam tiap tahapannya memiliki biaya yang harus ditanggung oleh usaha penggilingan. Biaya tersebut terbagi atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap dikeluarkan oleh penggilingan meliputi biaya penyusutan mesin dan peralatan, biaya tenaga kerja tetap, biaya pajak, maintanance mesin dan peralatan, biaya konsumsi pekerja, dan beban bunga atas pinjaman yang diperoleh. Biaya variabel terdiri atas biaya pembelian GKP, biaya pengeringan, biaya penggilingan, biaya pengolahan, dan biaya penjualan. Biaya diperhitungkan merupakan biaya penyusutan peralatan dan mesin akibat dipergunakan dalam proses produksi. Mesin dan peralatan tersebut antara lain husker (mesin pemecah kulit gabah), polisher (mesin penyosoh beras), mesin diesel (mesin penggerak), dryer (mesin pengering gabah), cera tester (mesin pengukur kadar air gabah), mesin grader, moda transportasi seperti truk dan mobil pick-up (mobil kap terbuka) dan alat-alat tambahan pendukung produksi. Tidak semua penggilingan memiliki semua mesin tersebut, hanya beberapa saja dari penggilingan besar yang memiliki semua alat dan mesin tersebut.

Semua mesin dan peralatan diamati penggunaannya dalam produksi dan dihitung penyusutannya dengan satuan rupiah per satu ton beras yang dihasilkan. Asumsi penggunaan mesin dan peralatan tersebut adalah sepanjang tahun dan tiap bulan hanya digunakan 26 hari kerja. Penyusutan mesin dan peralatan berbeda bergantung pada nilai dan umur teknisnya. Penyusutan inventaris penggilingan padi juga memperhitungkan lantai jemur, gudang penyimpanan, dan gedung operasional penggilingan. Biaya diperhitungkan kemudian diperoleh dengan menjumlahkan penyusutan masing-masing mesin dan peralatan dalam satuan rupiah per satu ton beras yang dihasilkan. Tidak hanya penyusutan, seluruh biaya usaha penggilingan juga dihitung dengan mengonversi biaya ke dalam rupiah per satu ton beras yang dihasilkan masing-masing usaha penggilingan.

Page 116: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

102

Tabel 20 Biaya yang dikeluarkan masing-masing usaha penggilingan padi kasus per ton beras yang dihasilkan

Komponen Biaya Biaya pengusahaan PB. Doa Sepuh PB. Jembar Ati PB. Laksana Jaya

Biaya tetap Non penyusutan 94.002,66 206.282,08 53.373,00 Penyusutan 6.002,66 24.912,10 14.096,96 Total Biaya Tetap 100.005,32 231.121,18 67.284,96 Biaya variabel Pembelian GKP 0,00 7.724.000,00 6.016.000,00 Pengeringan 0,00 139.800,00 87.500,00 Penggilingan 23.657,14 50.769,23 70.000,00 Pengolahan beras 0,00 18.000,00 40.000,00 Pengolahan produk

sampingan 0,00 68.883,3 0,00

Penjualan 0,00 133.465,39 267562,5 Total Biaya Variabel 23.657,14 8.134.917,92 6.481.062,50 Total Biaya 123.662,46 8.366.112,82 6.548.347,46 a Jumlah biaya dalam rupiah (Rp)

Tabel 20 menunjukkan ringkasan dari komponen biaya yang dikorbankan untuk aktivitas usaha penggilingan padi masing-masing usaha penggilingan padi kasus. Rincian dari masing-masing biaya yang dikorbankan oleh masing-masing usaha dapat dilihat pada Lampiran 5. Pada Tabel 19 diketahui bahwa komponen biaya pada PB. Jembar Ati lebih banyak dibandingkan dengan komponen biaya pada PB. Doa Sepuh dan PB. Laksana Jaya.

Total biaya yang dikorbankan oleh PB. Doa Sepuh untuk produksi satu ton beras, yaitu Rp 123.657,14 dengan persentase biaya tetap mencapai 80,87 persen dari keseluruhan biaya. Komponen biaya tetap pada PB. Doa Sepuh hanya terdiri atas biaya tenaga kerja tetap, biaya pajak bumi dan bangunan, serta biaya maintanance mesin. PB. Doa Sepuh hanya melakukan aktivitas penggilingan gabah menjadi beras. Oleh sebab itu, biaya variabel yang dikeluarkan hanya terdiri atas biaya-biaya yang berhubungan dengan aktivitas penggilingan gabah menjadi beras.

Komponen biaya tetap pada PB. Laksana Jaya juga dimiliki oleh PB. Jembar Ati. Biaya tetap per ton beras yang dihasilkan pada PB. Jembar Ati mencapai empat kali lipat dari biaya tetap PB. Laksana Jaya. Hal ini dikarenakan adanya komponen biaya tenaga kerja tetap bagi lima orang tenaga kerja pada PB. Jembar Ati. Biaya tetap pada PB. Jembar Ati memberi kontribusi sekitar 2,25 persen dari keseluruhan biaya yang dikorbankan, sedangkan PB. Laksana Jaya memiliki biaya tetap mencapai 1,03 persen dari total biaya.

PB. Jembar Ati memiliki komponen biaya variabel yang terdiri atas biaya pembelian gabah, biaya pengeringan, biaya penggilingan, biaya pengolahan beras maupun produk sampingan, serta biaya penjualan output. PB. Laksana Jaya juga memiliki kompoenen biaya variabel seperti pada PB. Jembar Ati. Namun, PB. Laksana Jaya tidak melakukan aktivitas pengolahan hasil samping. Oleh sebab itu, usaha ini tidak memiliki komponen biaya pengolahan produk samping. Komponen biaya variabel dengan nilai terbesar adalah biaya pembelian GKP yang

Page 117: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

103

mencapai 93,42 persen untuk PB. Jembar Ati dan 92,82 persen untuk PB. Laksana Jaya dari total biaya variabel.

Tidak hanya biaya tetap dan biaya variabel, PB. Jembar Ati juga memiliki biaya total terbesar dibandingkan dengan kedua usaha lainnya, yaitu PB. Laksana Jaya dan PB. Doa Sepuh. Total biaya yang dikorbankan oleh PB. Jembar Ati untuk memproduksi satu ton beras adalah mencapai Rp 8.366.112,82. Biaya paling besar dikorbankan untuk memperoleh gabah sebagai input utama dalam aktivitas produksi, yaitu mencapai 90,84 persen dari total biaya. Kenaikan harga gabah akan menyebabkan kenaikan biaya produksi usaha penggilingan padi.

Analisis Pendapatan dan Imbangan Penerimaan dan Biaya Analisis pendapatan dilakukan untuk menentukan nilai yang diperoleh penggilingan padi dari aktivitas-aktivitas produksi. Perhitungan pandapatan penggilingan padi dilakukan pada PB. Doa Sepuh, PB. Laksana Jaya, dan PB. Jembar Ati untuk melihat gambaran profitabilitas dari masing-masing usaha penggilingan padi berdasarkan tipe usaha.

Analisis pendapatan dapat diketahui terlebih dahulu dengan mengidentifikasi komponen penerimaan dan pengeluaran dari masing-masing usaha penggilingan padi. Penerimaan berasal dari penjualan hasil produksi berupa beras dan hasil samping berupa sekam, dedak, menir dan broken rice. Sementara biaya dihasilkan dari aktivitas-aktivitas pengusahaan penggilingan padi mulai dari pembelian GKP sampai pada penjualan produk ke konsumen. Tabel 20 merupakan perhitungan pendapatan yang diperoleh oleh masing-masing usaha penggilingan padi. Perhitungan tersebut diperoleh berdasarkan hasil perhitungan pada penerimaan dan biaya yang terdapat pada Table 19 dan Tabel 20. Tabel 21 Analisis pendapatan dan imbangan penerimaan dan biaya pengusahaan

penggilingan padi per ton beras yang dihasilkan Komponen PB. Doa Sepuh PB. Jembar Ati PB. Laksana Jaya Penerimaan Usaha (Rp) 458.268,91 10.853.687,50 8.609.687,50 Biaya Usaha (Rp) 123.662,46 8.366.112,82 6.548.347,46 Pendapatan Usaha (Rp) 334.606,44 2.487.574,68 2.061.340,04 R/C Rasio 3,705 1,297 1,315 Dari Tabel 21 diketahui bahwa PB. Jembar Ati memiliki pendapatan lebih besar dibandingkan dengan PB. Doa Sepuh dan PB. Laksana Jaya, yaitu Rp 2.487.574,68 per ton beras yang dihasilkan. PB. Doa Sepuh memperoleh penerimaan sebesar Rp 458.268,91 sedangkan biaya yang dikeluarkan hanya mencapai Rp 123.662,46. Pendapatan yang diperoleh PB. Doa Sepuh mencapai Rp 334.606,44. Adanya aset yang banyak dan kapasitas produksi yang besar, dalam jangka panjang akan menciptakan economies of scale pada usaha yang dilakukan PB. Jembar Ati. Efisiensi penggilingan padi besar dapat dilihat dari perbandingan penerimaan dan biaya (rasio R/C). Rasio R/C pada PB. Doa Sepuh 3,706, artinya setiap Rp 1.000 yang dikeluarkan sebagai biaya akan menghasilkan penerimaan Rp 3.706. Rasio R/C pada PB. Laksana Jaya hanya mencapai 1,320 dan rasio R/C pada PB. Jembar Ati sebesar 1,297. Dari hasil perhitungan tersebut dapat

Page 118: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

104

diketahui bahwa PB. Doa Sepuh lebih efisien dalam melakukan produksi dibandingkan dengan kedua usaha lainnya. PB. Doa Sepuh memiliki tingkat efisiensi yang tinggi, namun usaha penggilingan padi dengan tipe maklon ini tidak dapat memenuhi kebutuhan beras di pasaran karena kapasitas produksi sangat kecil. Hal ini menyebabkan kegiatan industri penggilingan padi tidak dapat hanya didukung oleh aktivitas usaha maklon semata. Oleh sebab itu keberadaan usaha penggilingan padi tipe maklon dan gabungan sangat dibutuhkan. Rendahnya tingkat efisiensi oleh kedua usaha ini dapat disiasati dengan melakukan penghematan biaya melalui peningkatan ragam aktivitas usaha dan kapasitas produksi usaha sehingga tercapai economies of scale. Analisis Harga Pokok Penjualan Beras Perhitungan harga pokok terhadap beras sebagai output utama dari aktivitas usaha penggilingan padi PB. Jembar Ati dan PB. Laksana Jaya berfungsi untuk pengambilan keputusan jangka pendek dan juga perencanaan jangka panjang. Dalam jangka pendek, melalui harga penjualan beras maka dapat diketahui apakah pola produksi dapat memberikan keuntungan maksimal bagi suatu usaha. Sedangkan dalam jangka panjang, Harga Pokok Penjualan beras dapat digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan perusahaan untuk menetapkan harga produk yang akan dijual. Perhitungan Harga Pokok Penjualan hanya dilakukan pada usaha PB. Jembar Ati dan PB. Laksana Jaya. Hal ini disebabkan karena hanya kedua usaha tersebut yang melakukan aktivitas penjualan beras sebagai output produksi. Sebelumnya telah dilakukan analisis terhadap penerimaan dan biaya masing-masing usaha penggilingan padi untuk setiap ton beras yang dihasilkan. Pada bagian ini akan dihitung Harga Pokok Penjualan dan kemudian dibandingkan dengan harga penjualan per kg beras. Perhitungan dimulai dengan mendeteksi persentase masing-masing komponen penerimaan dari output produksi, yaitu beras, dedak, sekam, menir, dan broken rice. Persentase tersebut digunakan untuk menghitung joint cost dibebankan dalam memproduksi satu output produksi, misalnya beras saja. Berikut adalah persentase masing-masing komponen penerimaan pada usaha penggilingan padi PB. Jembar Ati dan PB. Laksana Jaya.

Page 119: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

105

Tabel 22 Persentase masing-masing komponen penerimaan per ton beras yang dihasilkan usaha penggilingan penggilingan padi kasus Tahun 2012

Komponen Penerimaan

Rupiah per ton beras Persentase penerimaan PB. Jembar

Ati PB. Laksana

Jaya PB. Jembar

Ati PB. Laksana

Jaya Jasa Penggilingan Padi

0,00 31.250 0,00% 0,29%

Penjualan Beras 8.960.000,00 9.000.000,00 82,55% 83,63% Penjualan Sekam 350.000,00 93.750,00 3,22% 0,87%

Penjualan Dedak 363.750,00 506.250,00 3,35% 4,70%

Penjualan Menir 300.000,00 262.500,00 2,76% 2,44% Penjualan broken rice 879.937,50 868.359,38 8,11% 8,07%

Total Penerimaan 10.853.687,50 10.762.109,38 100,00% 100,00%

Berdasarkan perhitungan pada Tabel 22 diketahui bahwa komponen beras sebagai output utama mengambil porsi terbesar dalam penerimaan usaha, yaitu 82,55 persen pada PB. Jembar Ati dan 83,63 persen pada PB. Laksana Jaya. Sisanya kemudian menjadi kontribusi dari hasil samping untuk total penerimaan usaha. Walaupun persentase hasil samping jauh lebih kecil dibandingkan beras sebagai output utama namun keberadaan hasil samping kemudian mampu menyokong keberlanjutan usaha pada usaha penggilingan padi kasus. Salah satu ponyebabnya adalah sebagian beban biaya yang ditanggung usaha kemudian dibebankan kepada hasil samping sehingga Harga Pokok Penjualan dari beras dapat diminimalisir. Berhubungan dengan harga pokok maka dibawah ini akan disajikan tabel terkait perhitungan harga pokok produksi dari beras sebagai output utama. Perhitungan dilakukan dengan terlebih dahulu menghitung joint cost produksi beras. Hal ini dilakukan karena aktivitas produksi pada usaha penggilingan padi menghasilkan beberapa output sekaligus, yaitu beras, sekam, dedak, menir, dan broken rice. Joint cost terjadi pada biaya tetap (biaya penyusutan dan non penyusutan), biaya pembelian gabah, biaya pengeringan, dan penggilingan gabah. Berikut adalah perhitungan Harga Pokok Penjualan beras. Khusus untuk biaya penyusutan, perhitungan joint cost hanya pada aset yang digunakan untuk memproduksi gabah menjadi hasil olahannya, seperti beras, sekam, dedak, dan menir.

Page 120: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

106

Tabel 23 Harga pokok penjualan per ton beras yang dihasilkan masing-masing penggilingan padi kasusa Komponen Biaya PB. Jembar Ati PB. Laksana Jaya Biaya tetap Penyusutan 20.176,60 9.608,66 Non penyusutan 170.285,86 44.491,72 Biaya variabel 0,00

Pembelian GKP 6.376.162,00 5,032,384,00 Pengeringan 115.404,90 73.193,75 Penggilingan 41.910,00 58.555,00 Pengolahan beras 18.000,00 40.000,00 Penjualan 122.965,39 250000,00 Total Biaya 6.871.904,74 5.508.233,13 a memperhatikan hasil samping produksi Pada Tabel 23 diketahui Harga Pokok Penjualan per ton beras yang dihasilkan oleh PB. Jembar Ati dan PB. Laksana Jaya. Jika dikonversi ke dalam satuan kilogram beras maka diperoleh Harga Pokok Penjualan beras pada PB. Jembar Ati sebesar Rp 6.871,90 rupiah per kilogram beras dan Rp 5.508,23 per kilogram untuk beras yang dihasilkan oleh PB. Laksana Jaya. Jika ditinjau lebih jauh, rendahnya Harga Pokok Penjualan beras yang dihasilkan oleh masing-masing usaha disebabkan karena sebagian biaya telah dibebankan kepada hasil samping produksi, seperti sekam, dedak, menir, dan broken rice. Jika hasil samping tidak diperhitungkan keberadaannya, maka Harga Pokok Penjualan beras menjadi meningkat, seperti yang diperlihatkan pada tabel berikut.

Tabel 24 Harga pokok penjualan per ton beras yang dihasilkan masing-masing penggilingan padi kasusa Komponen Biaya PB. Jembar Ati PB. Laksana Jaya Biaya tetap Penyusutan 9.608,66 20.176,60 Non penyusutan 44.491,72 170.285,86 Total Biaya Tetap 54.100,38 190.462,46 Biaya variabel Pembelian GKP 7.724.000,00 6.016.000,00 Pengeringan 139.800,00 87.500,00 Penggilingan 50.769,23 70.000,00 Pengolahan beras 18.000,00 40.000,00 Penjualan 133.465,39 267562,5 Total Biaya Variabel 8.066.034,62 6.481.062,50 Total Biaya 8.120.135,00 6.671.524,96 a tidak memperhatikan hasil samping produksi Dari data di atas terlihat bahwa dengan memperhitungkan hasil samping produksi, seperti sekam, dedak, menir, dan broken rice maka dapat memperkecil biaya produksi beras yang dihasilkan karena beban produksi telah dialokasikan

Page 121: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

107

kepada masing-masing hasil samping tersebut. Hal ini kemudian dapat meningkatkan keuntungan dari masing-masing usaha penggilingan padi kasus dalam memproduksi beras. Jika hanya mengandalkan penjualan beras tanpa memperhitungkan adanya hasil samping produksi maka Harga Pokok Penjualan beras akan menjadi tinggi sehingga keuntungan per kilogram beras yang dijual semakin menipis. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa keberadaan dan perkembangan usaha penggilingan padi PB. Jembar Ati dan PB. Laksana Jaya sangat dipengaruhi oleh hasil samping. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa PB. Jembar Ati dan PB. Laksana Jaya tidak lagi bergabung dengan Bulog. Salah satu alasannya dapat dilihat melalui Tabel 24, dimana Harga Pokok Penjualan beras (baik dengan memperhitungkan hasil samping maupun tidak) yang dihasilkan kedua usaha ini lebih tinggi dibandingkan HPP beras yang dikenakan oleh Bulog, yaitu Rp 6.600 per kilogram. Oleh sebab itu, kedua usaha ini lebih memilih untuk menjual beras yang dihasilkan ke pasar tradisional ataupun ke pasar modern karena harga jualnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan harga yang diberlakukan oleh Bulog.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan, maka kesimpulan

yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. PB. Doa Sepuh merupakan usaha yang menyediakan jasa penggilingan bagi

petani sebagai porduk usaha. PB. Jembar Ati merupakan usaha penggilingan padi yang menghasilkan produk berupa barang, yaitu beras dan hasil turunan lainnya. Sedangkan PB. Laksana Jaya merupakan usaha yang menyediakan jasa sekaligus juga menghasilkan barang berupa beras dan hasil turunan lainnya. PB. Doa Sepuh memiliki skala usaha lebih kecil dibandingkan dengan PB. Jembar Ati dan PB. Laksana Jaya. Berdasarkan teknologi dan manajemen usaha, PB. Doa Sepuh memiliki teknologi dan manajemen usaha yang sederhana, sedangkan PB. Jembar Ati dan PB. Laksana Jaya menggunakan teknologi dan manajemen usaha yang modern.

2. Berdasarkan analisis pendapatan usaha maka PB. Jembar Ati memiliki tingkat profitabilitas yang lebih besar dari kedua usaha lainnya. Hal ini disebabkan karena PB. Jembar Ati memiliki aset usaha dan kapasitas usaha yang besar yang memungkinkan usaha ini memiliki pendapatan yang lebih besar sebagai akibat dari economies of scale. Selain itu, PB. Jembar Ati melakukan pengelolaan terhadap hasil samping produksi dengan melakukan pengolahan untuk meningkatkan nilai tambah produk.

3. Berdasarkan analisis terhadap imbangan penerimaan dan biaya (rasio R/C) maka diketahui bahwa ketiga usaha penggilingan padi kasus telah efisisen. Namun, PB. Doa Sepuh lebih efisien dibandingkan kedua usaha lainnya. Hal ini disebabkan karena jumlah biaya yang dikorbankan relatif kecil karena usaha ini tidak melakukan pembelian gabah dan penjualan beras.

Page 122: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

108

sedangkan biaya pembelian gabah merupakan komponen biaya terbesar pada pengusahaan usaha penggilingan padi.

4. Diduga pemilihan tipe maklon oleh PB. Doa Sepuh merupakan akibat dari penghindaran resiko yang terjadi. Tipe usaha non maklon memiliki risiko yang tinggi dalam menghasilkan keuntungan yang besar karena sangat tergantung pada besar atau kecilnya harga input terutama harga gabah.

5. Variabel kunci yang mepengaruhi kinerja usaha penggilingan padi diduga terdiri atas tipe usaha, biaya input yang terdiri atas biaya pembelian gabah, biaya tenaga kerja, dan biaya bahan bakar. Selain itu, kinerja usaha juga dipengaruhi oleh pengelolaan terhadap hasil samping produksi.

Saran Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat disampaikan adalah perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan variabel kunci yang mempengaruhi kinerja industri penggilingan padi dengan ruang lingkup penelitian yang lebih luas untuk menyimpulkan populasi. Penelitian selajutnya diupayakan dapat menguji beberapa hipotesis yang dihasilkan dari penelitian ini, yaitu: 1. Keragaan usaha penggilingan padi ditentukan oleh tipe usaha, yaitu maklon,

non maklon, dan gabungan 2. Penggilingan padi tipe maklon efisien, tetapi skala usahanya kecil 3. Penggilingan padi tipe non maklon dan gabungan tidak lebih efisien dari

usaha maklon, tetapi skala usahanya lebih besar 4. Usaha penggilingan padi non maklon dan gabungan memiliki tingkat

profitabilitas yang tinggi sehingga dalam jangka panjang akan mampu mengembangkan usaha dengan kapasitas produksi yang lebih besar

5. Diduga profitabilitas dari industri penggilingan padi ditunjang melalui pengelolaan hasil samping produksi, seperti sekam, dedak, menir, dan broken rice.

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Ardiawan. 2010. Pengenalan Rice Milling Unit (RMU). [Skripsi]. Purwokerto (ID). Universitas Jenderal Sudirman.

Aries, Erna Febru. 2008. Metode Penelitian Studi Kasus [internet]. [diunduh 2012 Okt 08]. Tersedia pada: http://ardhana12.wordpress.com/2008/02/08/metode-penelitian-studi-kasus/.

[BPS] Badan Pusat Statistik (ID). c2012. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi Per Provinsi di Indonesia Tahun 2007-2012. Jakarta (ID): BPS

[BPS] Badan Pusat Statistik (ID). c2012. Pendataan Industri Penggilingan Padi 2012. Jakarta (ID): BPS.

[BPS] Badan Pusat Statistik (ID). c2012. Penduduk Indonesia Menurut Provinsi Tahun 1971-2010. Jakarta (ID): BPS.

Page 123: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

109

[BPS Badan Pusat Statistik (ID). c2012. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-ekonomi Indonesia [internet]. [diunduh 2013 Feb 21]. Jakarta (ID). BPS: Tersedia pada: http://www.bps.go.id/booklet/Booklet_Agustus_2012.pdf.

[BPS] Badan Pusat Statistik (ID). c2012. Pertumbuhan Produk Domestik BrutoMenurut Lapangan Usaha2012 . Jakarta (ID): BPS.

[BPS] Badan Pusat Statistik (ID). c2012. Persentase Pengeluaran Rata-Rata per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Barang Indonesia tahun 2011 triwulan 1. Jakarta (ID). BPS

Chariri, Anis. 2007. Mungkinkan dengan Pendekatan Kualitatif?. [Thesis]. [internet]. [diunduh 2013 Feb 12]. Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro.

[Dinas Pertanian]. 2012. Laporan Tahunan Tahun 2011 Kabupaten Cianjur. Cianjur (ID): Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura.

[Dinas Pertanian]. 2012. Data Pengusaha Penggilingan Padi di Kabuapten Cianjur Tahun 2010. Divisi Bina Usaha. Cianjur (ID): Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur.

Budiharti, Uning, dkk. Perbaikan Konfigurasi mesin pada penggilingan padi kecil untuk meningkatkan rendemen giling padi. Prosiding, Litbang - Departemen Pertanian Republik Indonesia.

Gaybita, M. 2008. Pola Usaha Penggilingan Padi di Vietnam. Majalah PERPADI Edisi 11. [internet]. [diunduh 2012 Okt 12]. Tersedia pada http://majalahpadi.blogspot.com/2008/04/mancanegara-vietnam.html

Hendriayana. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alokasi Produk dan Marketed Surplus Padi di Karawang [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Herujito, Yayat M. 1992. Edisi Ketujuh : Dasar-dasar manajemen. Sosek. Fakultas Pertanian. Bogor (ID): IPB Pr.

Ibrahim, Yacob. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID): PT. Asdi Mahasatya. Indrajaya, Abdul H. 2011. Analisis Biaya dan Kelayakan Usaha Penggilingan

Padi di Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Keban, Yeremias T. 1995. Indikator Kinerja Pemda, Pendekatan Manajemen dan Kebijakan. Yogyakarta (ID). Fisip UGM

Khumaidi, Muhamad. 1997. Beras Sebagai pangan Pokok Utama Bangsa Indonesia, Keunikan dan Tantangannya. Orasi Ilmiah Guru Besar Ilmu Gizi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogar; 04 Januari 1997. Bogor (ID). IPB Pr.

Kobarsih, et al. 2008. Kajian Penggunaan Rice Milling Unit (RMU) Keliling Terhadap Mutu Beras Yang Dihasilkan. Prosiding Seminar Nasional Teknik Pertanian; 2008 Nov 18-19; Yogyakarta (ID). Terdapat pada: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8173/11Mahargono_Kobarsih.pdf?sequence=1

Kusumah, Hatta M. 2011. Analisis Tataniaga Beras di Indoensia (Kasus: Jawa Barat dan Sulawesi Selatan). [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Kumorotomo, wahyudi. 2005. Akuntabilitas Birokrasi Publik: Sketsa pada Masa Transisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Page 124: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

110

Mangkuprawira, Tb Sjafri. 2009. Bisnis, Manajemen, dan Sumberdaya Manusia. Bogor: IPB Pr.

Mulyadi. 1999. Akuntansi Biaya Edisi ke-5. Yogyakarta (ID): Aditya Media Ninh, Le Khuong. 2003. Investment of Rice Mills in Vietnam, The Role of

Financial Market Imperfections and Uncertainty. [disertasi]. Vietnam: Rijksuniversiteit Groningen. Terdapat pada: http://dissertations.ub.rug.nl/faculties/eco/2003/l.khuong.ninh/

Nugraha, Arif. 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perbedaan Pendapatan dan Efisiensi Produksi Pada Perusahaan Penggilingan Padi di Kabupaten Karawang [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.

Nugraha, Sigit, et al. 2007. Keragaan Kehilangan Hasil Pascapanen Padi Pada 3 (Tiga) Agroekosistem). Buletin Teknologi Pascapanen, Vol 3. Bogor (ID): Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.

Patiwiri. Abdul W. 2004. Kondisi dan Permasalahan Pengolahan Padi di Indoensia. Di dalam: Rokhani H, Sutrisno, Tajuddin B, abdul Waris, Haryadi Halid, editor. Upaya Peningkatan Nilai Tambah Pengolahan Padi. Prosiding Lokakarya Nasional; 2004 Jul 20-21; Jakarta, Indonesia. Bogor (ID): F-Technopark Fateta IPB. Hlm 22-41

Patiwiri. Abdul W. 2006. Kemitraan Dalam Upaya Peningkatan Kuantitas dan Kualitas Produksi Padi. [internet]. .[diunduh 12 Oktober 2012]. Prosiding Lokakarya Nasional Peningkatan Daya Saing Nasional Melalui Perbaikan Kualitas. Terdapat pada: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/24775/prosiding_peningkatan_daya_saing_beras-. Hlm 15-32

[PD. Lee]. 2007. Panduan Mutu PD. Lee, No. Dokumen PM/03/Deskripsi Produk/11/07. Cianjur (ID).

Ritonga, Arya W. 2008. Penggilingan Padi Sebagai Pengolahan Pascapanen. Bogor (ID): IPB Pr.

Rosmawanty. (2007). Analisis Kelayakan Investadi Pengusahaan Penggilingan padi, Kasus beberapa penggilingan Padi di Kab. Karawang. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rustam. 2002. Pendapatan Menurut Standar Akuntansi Keuangan No. 23. Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara. [internet]. [diunduh 2013 Jan 30]. Terdapat pada : http://library.usu.ac.id/download/fe/akuntansi-rustam2.

Salvator, Dominic. 2005. Ekonomi Manajerial. Ichsan Styo Budi, penerjemah; Palupi Wuriati, editor. Jakarta (ID): Salemba Empat. Terjemahan dari: Managerial Economics. Ed ke-5

Sa’id, Gumbira, et al. 2002. Industry Review:Usaha Jasa Penggilingan Padi. Kerjasama Bank rakyat Indonesia dengan LMAA IPB. Bogor: IPB Pr.

Singla. 2009. Principles of management [Google Books]. [diunduh 2013 Feb 30]. J.N. Printers, Dehli. Tersedia pada : http://books.google.co.id/books?id=aa8Kwad5uScC&pg=PA154&lpg=PA154&dq=principles+of+management+george+r+terry&source=bl&ots=TV5teWMSYS&sig=sJyKvmpXxJx0SXdOBmJMjWaZ73w&hl=en&sa=X&ei=bjsOUYf0DobsrAe14GoAw#v=onepage&q=principles%20of%20management%20george%20r%20terry&f=false

Page 125: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

111

Soekarso. 2007. Manajemen: Paradigma Baru dalam Menghadapi Perubahan. Jurnal The Winners: 8(2):184-196. [diunduh 2013 Jan 30]. Terdapat pada: http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/8207184196.pdf

Soeharjo, A dan Patong. 1973. Sendi-Sendi Pokok Ilmu Usahatani. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor (ID): IPB Pr.

Soekartawi, et al. 1986. Ilmu Usahatani. Jakarta (ID): UI Pr. Sudarmanto. 2009. Kinerja dan Pengembangan Kompetensi Sumberdaya

Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suismono, et al. 2004. Kajian Pengembangan Agribisnis Perberasan Malalui

Penerapan Sistem Manajemen Mutu. [internet]. [diunduh 2012 Okt 13]. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian. Jakarta (ID): Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.

Sutrisno, 2004. RPC Sebagai Suatu Alternatif Peningkatan Mutu dan Nilai Tambah Beras. Di dalam: Rokhani H, Sutrisno, Tajuddin B, abdul Waris, Haryadi Halid, editor. Upaya Peningkatan Nilai Tambah Pengolahan Padi. Prosiding Lokakarya Nasional; 2004 Jul 20-21; Jakarta, Indonesia. Bogor (ID): F-Technopark Fateta IPB.

Supratna, Ade. 2002. Analisis Sistem Pemasaran Gabah/Beras, Studi Kasus Petani Padi di Sumatera Utara [internet]. [diunduh 2012 Okt 13]. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Tersedia pada: http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/(4)%20soca-ade%20supriatna-sistem%20pasaram%20gabahberas.pdf

Suryoputro, Daniel. 2009. Renovasi Konfigurasi Penggilingan Padi Skala Kecil Untuk Meningkatkan Rendemen dan Kualitas Beras Giling.

Terry, George R. 1964. Principles Of Management. United State America (US): Richard D. Irwin Inc

Thahir, Ridwan. 2010. Revitalisasi Penggilingan Padi Melalui Inovasi Penyosohan Mendukung Swasembada Beras dan Persaingan Global. Pengembangan Inovasi Pertanian: 3(3):171-183. Bogor (ID): Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen pertanian.

Wongkeawchan, J et al. 2000. Comparison of Technical Efficiency of Rice Mill Systems. In Thailan and Taiwan [internet]. [diunduh 12 Oktober 2012]. Tersedia pada: http://www.mcc.cmu.ac.th/agbus/data/paper/jantana_nbsp_paper.pdf

Winarno. 2004. GMP dalam Industri Penggilingan Padi. Di dalam: Rokhani H, Sutrisno, Tajuddin B, abdul Waris, Haryadi Halid, editor. Upaya Peningkatan Nilai Tambah Pengolahan Padi. Lokakarya Nasional; 2004 Jul 20-21; Jakarta, Indonesia. Bogor (ID): F-Technopark Fateta IPB. Hlm: 127-143

Yuwono, Sony., et al. 2006. Petunjuk Praktis Penyusunan Balance Scorecard Menuju Organisasi yang Berfokus pada Strategi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Page 126: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

112

Lampiran 1 Tabel Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Padi di Indonesia Tahun 2012a

aSumber : ARAM II, Badan Pusat Statistik 2012

Provinsi Luas Panen

(Ha) Produktivitas

(Ku/Ha) Produksi (Ton)

Aceh 388.218 46.19 1.793.325 Sumatera Utara 765.434 48.20 3.689.420 Sumatera barat 474.399 49.66 2.356.020 Riau 127.759 35.56 454.344 Jambi 159.231 41.58 662.092 Sumatera Selatan 787.245 44.20 3.479.258 Bengkulu 143.329 41.02 587.952 Lampung 626.158 48.63 3.044.792 Bangka Belitung 8.345 27.57 23.003 Kepulauan Riau 383 34.62 1.326 DKI Jakarta 1.853 59.62 11.047 Jawa Barat 1.946.810 58.58 11.403.668 Jawa Tengah 1.779.244 57.32 10.199.014 DI Yogyakarta 148.919 60.25 897.289 Jawa Timur 1.970.973 61.11 12.043.924 Banten 381.521 50.82 1.938.843 Bali 148.738 56.93 846.733 Nusa Tenggara Barat 424.218 49.56 2.102.587 Nusa Tenggara Timur 202.211 34.85 704.667 Kalimantan Barat 451.280 30.58 1.380.143 Kalimantan Tengah 231.070 29.17 674.018 Kalimantan Selatan 494.623 41.58 2.056.532 Kalimantan Timur 144.152 39.40 568.016 Sulawesi Utara 127.729 48.49 619.413 Sulawesi Tengah 228.223 45.88 1.047.055 Sulawesi Selatan 967.354 50.37 4.872.384 Sulawesi Tenggara 126.900 41.39 525.282 Gorontalo 51.349 48.65 249.830 Sulawesi Barat 80.228 48.81 391.563 Maluku 23.074 41.79 96.421 Maluku Utara 17.947 37.15 66.668 Papua Barat 8.134 39.33 31.990 Papua 34.602 39.79 137.673 Indonesia 13.471.653 51.19 68.956.292

Page 127: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

113

Lampiran 2 Produksi Padi Sawah Menurut Kabupaten dan Kota di Jawa Barat Tahun 2007-2011a

No Kabupaten/Kota

Tahunb 2007 2008 2009 2010 2011

1 Bogor 455.162 477.344 493.779 529,866 494,066 2 Sukabumi 605.084 619.987 734.011 744,809 708,746 3 Cianjur 609.808 672.368 723.695 795.847 710.696 4 Bandung 554.882 379.399 419.542 443.041 418.953 5 Garut 586.744 643.981 705.711 794.293 816.393 6 Tasikmalaya 592.597 634.810 695.905 829.070 797.321 7 Ciamis 544.622 580.452 668.237 716.177 709.051 8 Kuningan 316.327 311.728 338.129 367.219 353.833 9 Cirebon 453.834 417.724 507.377 509.457 500.073

10 Majalengka 529.423 491.336 561.173 572.042 545.013 11 Sumedang 367.476 380.243 412.422 424.515 448.796 12 Indramayu 1.060.545 1.006.927 1.290.035 1.290.679 1.324.618 13 Subang 977.198 974.552 1.098.210 909.347 1.046.197 14 Purwakarta 183.522 194.382 209.751 219.961 196.052 15 Karawang 1.019.299 1.075.933 1.058.267 1.101.899 1.136.239 16 Bekasi 543.064 563.511 618.113 588.293 591.446

17 Bandung Barat 169.647 214.702 241.990 212.320

18 Kota Bogor 9.288 7.492 7.112 8.337 9.134

19 Kota Sukabumi 22.481 19.998 22.687 21.680 21.259

20 Kota Bandung 11.941 12.547 10.635 8.165 4.043

21 Kota Cirebon 1.939 2.643 3.565 4.170 3.309 22 Kota Bekasi 6.843 993 5.481 5.586 4.466 23 Kota Depok 3.802 4.441 4.585 4.818 4.830 24 Kota Cimahi 2.886 3.915 2.933 3.850 3.299 25 Kota Tasik 72.444 64.656 80.772 88.330 78.742 26 Kota Banjar 31.779 37.222 37.679 47.667 41.702

Jumlah 9.562.990 9.757.168 10.924.508 11.271.063 11.180.597 a Sumber : Dinas Pertanian dan tanaman Pangan Provinsi Jawa barat, 2012. ; b Satuan dalam Ton.

Page 128: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

114

Lampiran 3 Banyaknya Usaha Penggilingan Padi menurut Skala Usaha di Masing-Masing Provinsi di Indonesia Tahun 2012a

No Provinsi Skala Usaha Besar Sedang Kecil Tidak ada Jumlah

1 Aceh 96 214 2.917 6 3.233 2 Sumatera Utara 105 258 5.494 191 6.048 3 Sumatera Barat 46 281 4.578 96 5.001 4 Riau 2 33 1.276 4 1.315 5 Jambi 29 38 1.488 256 1.811 6 Sumatera

Selatan 100 409 8.372 206 9.087

7 Bengkulu 18 53 1.310 6 1.387 8 Lampung 17 278 7.028 103 7.426 9 Bangka Belitung - - 124 - 124 10 Riau - - 12 6 18 11 DKI Jakarta - 4 11 - 15 12 Jawa Barat 555 2.002 30.758 261 33.576 13 Jawa Tengah 139 855 23.727 60 24.781 14 DI Yogyakarta 15 113 2.157 9 2.294 15 Jawa Timur 417 1.665 25.343 182 27.607 16 Banten 19 248 7.049 173 7.489 17 Bali 32 122 1.585 - 1.739 18 Nusa Tenggara

Barat 113 200 2.825 - 3.138

19 Nusa Tenggara Timur

44 138 3.860 388 4.430

20 Kalimantan Barat

58 296 10.280 - 10.634

21 Kalimantan Tengah

19 84 2.100 34 2.237

22 Kalimantan Selatan

48 170 2.070 96 2.384

23 Kalimantan Timur

39 110 1.843 1 1.993

24 Sulawesi Utara - - 954 - 954 25 Sulawesi Tengah - 35 1.027 - 2.062 26 Sulawesi Selatan 149 872 15.991 329 17.341 27 Sulawesi

Tenggara 1 103 1.308 - 1.412

28 Gorontalo - 1 668 - 669 29 Sulawesi Barat 14 31 1.390 - 1.435 30 Maluku - - 155 34 189 31 Maluku Utara - 8 90 6 104 32 Papua Barat - 4 60 5 69 33 Papua - 3 194 - 197

INDONESIA 2.075 8.628 169.044 2.452 182.199 aSumber : Badan Pusat Statistika, 2012

Page 129: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

115

Lampiran 4 Usaha penggilingan padi berdasarkan kecamatan di Kabupaten Cianjur Tahun 2010a

No Kecamatan Jumlah 1 Warung Kondang 10 2 Cilaku 74 3 Cugenang 58 4 Cidaun 6 5 Cibinong 157 6 Naringgul 90 7 Pacet 9 8 Bojongpicung 14 9 Sukanagara - 10 Cempaka 44 11 Cempakamulya 48 12 Gekbrong 25 13 Sindangbarang 1 14 Sukaluyu 1 15 Cikalongkulon 24 16 Cibeber 69 17 Karangtengah 1 18 Ciranjang 1 19 Agrabinta 71 20 Sukaresmi 48 21 Cianjur 31 22 Cidaun 178 23 Tanggeung 113 24 Cijati 70 25 Leles 25 26 Jumlah 1.209

aSumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab.Cianjur 2011 (diolah)

Page 130: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

116

Lampiran 5 Biaya pada masing-masing usaha penggilingan padi kasus per ton beras yang dihasilkana

Uraian Jumlah Penerimaan dan Biayab PB. Doa Sepuh PB. Laksana Jaya PB. Jembar Ati

Biaya Tetap Biaya Tenaga kerja 71.428,57 25.000,00 55.192,31 Biaya air 0,00 0,00 0,00 Biaya pajak 0,00 1.201,92 1.000,00 Biaya perpanjangan HO 0,00 320,51 256,41 Biaya telepon 0,00 875,00 350,00 Biaya Pajak bumi dan bangunan 112,66 200,32 160,26 Biaya pajak kendaran 0,00 0,00 2.980,70 Beban bunga 0,00 4.407,05 10.576,92 Biaya ronda 0,00 0,00 2.000,00 Maintanance 22.461,43 17.618,19 124.903,85 Biaya konsumsi pekerja 0,00 3.750,00 8.861,64 Biaya Penyusutan 6.002,66 14.096,25 24.912,82

Total Biaya Tetap 100.005,32 67.469,25 231.194,90 Biaya Variabel Biaya pembelian GKP

GKP 0,00 5.840.000,00 7.600.000,00 Transportasi 0,00 160.000,00 110.000,00 Upah KTMB 0,00 16.000,00 14.000,00

Biaya pengeringan Upah Jemur 0,00 87.500,00 30.000,00 Upah naik oven 0,00 0,00 17.500,00 Biaya bahan bakar 0,00 0,00 74.000,00 Upah turun oven 0,00 0,00 17.500,00

Biaya penggilingan Upah giling 0,00 25.000,00 20.000,00 Solar atau listrik 23.657,14 45,000,00 30.769,23

Biaya pengolahan Upah tenaga kerja 0,00 40.000,00 18.000,00

Biaya pengolahan dedak dan sekam Upah giling sekam 0,00 0,00 24.500,00 Upah giling dedak 0,00 0,00 10.500,00 Upah KTMB sekam diolah 0,00 0,00 5.833,30 Upah KTMB dedak diolah 0,00 0,00 1.050,00 Biaya solar ngolah sekam 0,00 0,00 27.000,00

Biaya penjualan Transportasi 0,00 200.000,00 92.965,39 kemasan 0,00 30.000,00 30.000,00 Upah KTMB Beras 0,00 20.000,00 7.000,00 Upah KTMB sekam 0,00 12.500,00 2.450,00 Upah KTMB dedak 0,00 5.062,50 1.050,00

Total Biaya Variabel 23.657,14 6.548.531,50 8.134.917,92 TOTAL BIAYA USAHA 123.662,46 6.548.531,75 8.366.112,82

Page 131: ANALISIS KINERJA USAHA PENGGILINGAN PADI STUDI … · tingginya biaya produksi usaha penggilingan padi. Di sisi lain, intervensi pemerintah dalam penentuan harga beras melalui pengaturan

117

Lampiran 6

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Tursina Andita Putri, dilahirkan di Pasaman pada tanggal 08 Februari 1991. Penulis merupakan putri bungsu dari sebelas bersaudara yang berasal dari pasangan ayahanda Tamsil Rolan dan Ibunda Nurmailis.

Penluis menyelesaikan pendidikan dasar di SD N O1 Rao (Sekarang SD Negeri tarung-Tarung) pada tahun 2003, Pendidikan menengah pertama di SMP N 1 Rao pada tahun 2006, dan pendidikan menengah atas di SMA N 1 Rao pada tahun 2009. Ketiga sekolah tersebut berada di Kecamatan Rao, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat. Kemudian, pada tahun 2009 penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) tahun 2009 dengan Program Mayor Agribisnis di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan manajemen. Untuk melengkapi pemahaman tentang keilmuan bisnis, penulis juga mengikuti Program Minor Komunikasi pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Selama menjadi mahasiswa di IPB, penulis aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan, seperti ketua Lorong 2B di Asrama Putri Rusunawa TPB IPB (1009-2010), Anggota Departemen Kajian Stategis BEM TPB Kabinet Keluarga 46 (2009-2010), Bendahara Departemen Politik, Kajian Strategi, dan Advokasi BEM Fakultas Ekonomi dan Manajemen Kabinet Sinergi (2010-2011), dan terakhir tercatat sebagai anggota Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia. Selain aktif di organisasi kemahasiswaan, penulis juga aktif dalam mencari pengalaman bekerja. Pada Tahun 2010-2011 penulis bekerja sebagai asistem praktikum fisika dasar untuk mahasiswa TPB IPB. Penulis juga bekerja sebagai tim kreator acara Bincang-Bincang Agribisnis RRI Pro 4 pada tahun 2011-2012.

Pada waktu penyelesaian skripsi ini penulis terdaftar sebagai mahasiswa pascasarjana pada Program Studi Magister Sains Agribisnis, Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor melalui program akselarasi S1 dan S2 (Fast track). Penulis juga tercatat sebagai salah satu penerima beasiswa unggulan dari Kementerian Negara Pendidikan dan Budaya melalui Biro Perencanaan Kerjasama Luar Negeri (BU- BPKLN).