137
ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan 802.11p PADA VANET (VEHICULAR AD-HOC NETWORK) Skripsi Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom) Oleh: Ahmad Rifki Firmansyah NIM: 11150910000069 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M / 1440 H

ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

  • Upload
    others

  • View
    32

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL

AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan 802.11p

PADA VANET (VEHICULAR AD-HOC NETWORK)

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Komputer (S.Kom)

Oleh:

Ahmad Rifki Firmansyah

NIM: 11150910000069

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M / 1440 H

Page 2: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

i

ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL

AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan 802.11p

PADA VANET (VEHICULAR AD-HOC NETWORK)

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Komputer (S.Kom)

Oleh:

Ahmad Rifki Firmansyah

NIM: 11150910000069

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M / 1440 H

Page 3: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

ii

Page 4: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Page 5: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

iv

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, Januari 2019

Ahmad Rifki Firmansyah

Page 6: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, saya yang

bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ahmad Rifki Firmansyah

NPM : 11150910000069

Program Studi : Teknik Informatika

Departemen : Teknik Informatika

Fakultas : Sains dan Teknologi

Jenis Karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan

kepada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Hak Bebas

Royalti Nonekslusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah

yang berjudul:

Analisis Kinerja Routing Protocol

AOMDV Dan DSDV Menggunakan 802.11 Dan 802.11p

Pada Vanet (Vehicular Ad-Hoc Network)

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Noneksklusif ini Univesitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta berhak

menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan

data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama

tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai

pemilih Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di: Jakarta

Pada tanggal: 30 Januari 2019

Yang menyatakan

(Ahmad Rifki Firmansyah)

Page 7: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim...

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas nikmat dan

rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini

dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana

Komputer Program Studi Teknik Informatika Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Proses penyelesaian skripsi

ini tidak lepas dari berbagai bantuan, dukungan, saran, dan kritik yang telah penulis

dapatkan, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Kedua Orang tua dan keluarga penulis yang selalu mendo’akan, dan

mendukung penulis dalam mengerjakan skripsi.

2. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si., selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi.

3. Ibu Arini, ST. MT., selaku ketua Program Studi Teknik Informatika, serta

Bapak Feri Fahrianto M.Sc., selaku sekretaris Program Studi Teknik

Informatika.

4. Ibu Siti Ummi Masruroh, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Luh

Kesuma Wardhani, M.T., selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, motivasi, dan arahan kepada penulis sehingga

skripsi ini bisa selesai dengan baik.

5. Seluruh Dosen, Staf Karyawan Fakultas Sains dan Teknologi, khususnya

Program Studi Teknik Informatika yang telah memberikan bantuan dan

kerja sama dari awal perkuliahan.

6. Kepada teman seperjuangan Teknik Informatika angkatan 2015, khususnya

TI-C yang sudah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terima

kasih atas semua kenangan dan kebersamaan selama ini. Semoga kita bisa

lebih baik lagi dan sukses di masa yang akan datang.

7. Teman-teman kontrakan Ibu Ema yang berbagi suka dan duka bersama

selama satu kontrakan : Nurul Zaenal, Ahmad Akbar Azter, Ahmad Maulana

Page 8: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

vii

Fazri, Luthfi Alif, Fahrizal, Abdul Yamin, Faisal Rifqi, dan Yudha.

8. Teman-teman HIMTI, KKN ALIVE 96, dan Rumah Koding UIN Jakarta

yang memberikan motivasi tambahan bagi penulis.

9. Bang Fidaq Imaduddin Ashsidiq, bang Angga Zain Sauqy Perdana, dan Mr.

Knudfl sebagai tempat bertanya, membantu dan membimbing dalam

menyelesaikan skripsi ini.

10. Yu’thika Mardiyah sebagai seseorang yang telah mendengarkan keluh kesah

penulis, bertukar pikiran, dan memberikan motivasi, hingga akhirnya

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

11. Yusran Syuja Farghani, Afie Yudha Triadi dan Lutfi Alif sebagai teman

seperjuangan skripsian.

12. Sahabat sekaligus teman suka duka serta canda tawa bersama semasa kuliah

: Ahmad Maulana Fazri, Farid Evan Ramadhan, Ahmad Akbar Azter, Ismail,

Herdi Hardianto, Kunhadji Rahmata, M Zaenal Abidin, Ade Lutfi, Alif

Rivaldi, Ilham, Raihan Prahastian, Dieqy, Dhiyaaulhaq, Arfi Bayu, Alif Noer

Ikhsan, Muchtar Ali Anwar, Bima Perdana Sentosa, Bima Adi Sukma, Dede

Agung Gunawan.

13. Seluruh pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa dalam penyajian skripsi ini masih

jauh dari sempurna. Apabila ada kebenaran dari penulisan ini maka kebenaran

tersebut datangnya dari Allah, tetapi apabila ada kesalahan dalam penulisan ini

maka kesalahan ini berasal dari penulis. Semoga skripsi ini membawa manfaat

bagi pengembangan ilmu. Penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu dan meridhai segala usaha kita.

Ciputat, Januari 2019

Ahmad Rifki Firmansyah

11150910000069

Page 9: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

viii

Nama : Ahmad Rifki Firmansyah (11150910000069)

Program Studi : Teknik Informatika

Judul : Analisis Kinerja Routing Protokol AOMDV Dan

DSDV Menggunakan 802.11 Dan 802.11p Pada VANET (Vehicular Ad-Hoc

Network)

ABSTRAK

VANET (Vehicular Ad-hoc Network) merupakan jaringan ad-hoc berbasis

wireless yang dikembangkan untuk mendukung pengembangan teknologi

Intelligent Transportation Systems (ITS). VANET yang menggunakan kendaraan

sebagai nodenya diharapkan dapat mengendalikan kemacetan dan mengurangi

risiko kecelakaan, untuk memanfaatkan potensi – potensi yang ada pada VANET,

saat ini IEEE sedang mengembangkan suatu perubahan standar untuk VANET

yaitu IEEE 802.11p atau yang biasa disebut dengan WAVE (Wireless Access

Vehicular Environments). Karena VANET jaringan yang spontan dan tidak

terstruktur yang didasarkan pada komunikasi kendaraan langsung ke kendaraan

dengan topologi yang selalu berubah serta karena tingginya mobilitas simpul

kendaraan, maka dalam merancang suatu jaringan VANET membutuhkan

pemilihan routing protocol. Pada penelitian ini menggunakan routing protocol

reaktif dan proaktif yaitu, AOMDV dan DSDV. Kemudian menggunakan standar

IEEE 802.11 dan pengembangannya 802.11p. Pada penelitian ini menggunakan

metode simulasi dan beberapa software pendukung yaitu, NS2, SUMO, dan

MS.Excel. Parameter quality of service yang digunakan throughput, PDR, delay,

dan routing overhead. Simulasi dilakukan dengan variasi node 30, 90, dan 150 node

serta kecepatan maximal 13,89 m/s. Hasil yang diperoleh, routing protocol

AOMDV unggul pada parameter PDR, dan DSDV pada throughput, delay, dan

routing overhead. Serta standar IEEE 802.11p unggul pada throughput, PDR,

delay, 802.11 pada routing overhead.

Kata Kunci : 802.11p, 802.11, VANET, AOMDV, DSDV, NS2,

SUMO, QoS, Throughput, PDR, delay, dan routing

overhead.

Jumlah Pustaka : 5 Buku + 30 Jurnal

Jumlah Halaman : 6 BAB + xvii Halaman + 115 Halaman + 16 Gambar + 34

Tabel + 20 Grafik

Page 10: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

ix

Name : Ahmad Rifki Firmansyah (11150910000069)

Study Program : Teknik Informatika

Title : Analysis of Routing Protocol Performance AOMDV and

DSDV Using 802.11 and 802.11p on VANET (Vehicular Ad-hoc Network)

ABSTRACT

VANET (Vehicular Ad-hoc Network) is an ad-hoc wireless-based network

developed to support the development of Intelligent Transportation Systems (ITS)

technology. VANET that uses the vehicle as its node is expected to control

congestion and reduce the risk of accidents, to utilize the potentials that exist on

VANET. Currently, IEEE is developing a change in the standard for VANET IEEE

802.11p protocol or commonly called WAVE (Wireless Access Vehicular

Environments). Because VANET networks are spontaneous and unstructured based

on direct vehicle communication to vehicles with ever-changing topologies and

because of the high mobility of vehicle nodes, designing a VANET network requires

the selection of a routing protocol. In this study using the reactive and proactive

routing protoco, AOMDV and DSDV. Then use the IEEE 802.11 standard and

802.11p. In this study using a simulation method and some supporting software,

NS2, SUMO, and MS.Excel. Quality of service parameters used throughput, PDR,

delay, and routing overhead. Simulation with variations of nodes 30, 90, and 150

nodes and a maximum speed of 13.89 m/s. The results is AOMDV routing protocol

better in PDR, and DSDV better in throughput, delay, and routing overhead. IEEE

802.11p standards better in throughput, PDR, delay, 802.11 better in routing

overhead.

Keywords : 802.11p, 802.11, VANET, AOMDV, DSDV, NS2,

SUMO, QoS, Throughput, PDR, delay, dan routing

overhead.

Bibliography : 5 Books + 30 Journal

Number of Pages : 6 Chapters + xvii pages + 115 pages + 16 images + 34

tables + 20 graphs

Page 11: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS .......................................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS .....................................................................................v

KATA PENGANTAR ................................................................................................. vi

ABSTRAK ................................................................................................................. viii

ABSTRACT .................................................................................................................. ix

DAFTAR ISI .................................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................xv

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xvi

DAFTAR GRAFIK ................................................................................................. xviii

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................1

1.1. Latar Belakang ...............................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah ..........................................................................................3

1.3. Batasan Masalah .............................................................................................4

1.3.1. Proses ......................................................................................................4

1.3.2. Metode ....................................................................................................4

1.3.3. Tools .......................................................................................................4

1.4. Tujuan Penelitian ............................................................................................5

1.5. Manfaat Penelitian ..........................................................................................5

1.5.1. Bagi Penulis: ...........................................................................................5

1.5.2. Bagi Universitas: ....................................................................................5

1.5.3. Bagi Masyarakat: ....................................................................................6

1.6. Metodologi Penelitian ....................................................................................6

1.6.1. Metode Pengumpulan Data.....................................................................6

Page 12: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

xi

1.6.2. Metode Simulasi .....................................................................................6

1.7. Sistematika Penulisan .....................................................................................7

BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................................10

2.1. Jaringan Komputer .......................................................................................10

2.2. Perangkat Jaringan .......................................................................................10

2.2.1. NIC (Network Interface Card) ..............................................................10

2.2.2. Router ...................................................................................................11

2.2.3. OBU ......................................................................................................11

2.3. Routing .........................................................................................................12

2.4. Protocol ........................................................................................................12

2.5. Model OSI ....................................................................................................13

2.6. Model TCP/IP ..............................................................................................16

2.7. Protokol TCP dan UDP ................................................................................17

2.7.1. TCP .......................................................................................................17

2.7.2. UDP ......................................................................................................18

2.11. VANET (Vehicular Ad-hoc Network) ......................................................18

2.11.1. Karakteristik VANET ...........................................................................19

2.11.2. Routing Protocol Pada VANET ...........................................................21

2.12. Wireless 802.11 ........................................................................................22

2.13. Wireless 802.11p (Wireless Access Vehicular Environments) .................22

2.14. AOMDV ...................................................................................................24

2.14.1. Kelebihan AOMDV ..............................................................................24

2.14.2. Cara Kerja AOMDV .............................................................................25

2.15. DSDV .......................................................................................................27

2.15.1. Kelebihan DSDV ..................................................................................28

2.15.2. Cara Kerja DSDV .................................................................................28

Page 13: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

xii

2.16. Software Pendukung .................................................................................28

2.17. Metode Simulasi .......................................................................................31

2.18. Quality of Service (QoS) ...........................................................................31

BAB III METODOLOGI PENGEMBANGAN SISTEM ...........................................34

3.1. Metode Pengumpulan Data ..........................................................................34

3.2. Metode Simulasi ...........................................................................................37

3.2.1. Problem Formulation ...........................................................................38

3.2.2. Conceptual Model .................................................................................38

3.2.3. Input Output Data .................................................................................38

3.2.4. Modelling ..............................................................................................38

3.2.5. Simulation .............................................................................................38

3.2.6. Verification and Validation ..................................................................39

3.2.7. Experimentation ....................................................................................39

3.2.8. Output Analysis .....................................................................................39

3.3. Alasan Menggunakan Metode Simulasi .......................................................39

3.4. Kerangka Berpikir ........................................................................................40

3.5. Alur Penelitian ..............................................................................................41

BAB IV IMPLEMENTASI SIMULASI DAN EKSPERIMEN ..................................42

4.1. Problem Formulation ...................................................................................42

4.2. Conceptual Model ........................................................................................42

4.3. Input/Output Data ........................................................................................44

4.3.1. Input ......................................................................................................44

4.3.2. Output ...................................................................................................45

4.4. Modelling .....................................................................................................45

4.4.1. Skenario Simulasi A .............................................................................47

4.4.2. Skenario Simulasi B .............................................................................48

Page 14: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

xiii

4.4.3. Skenario Simulasi C .............................................................................49

4.4.4. Skenario Simulasi D .............................................................................50

4.5. Simulation .....................................................................................................51

4.5.1. Konfigurasi .osm Menjadi .tcl ..............................................................51

4.5.2. Konfigurasi Setdest ...............................................................................54

4.5.3. Konfigurasi Skenario A ........................................................................56

4.5.4. Konfigurasi Skenario B ........................................................................61

4.5.5. Konfigurasi Skenario C ........................................................................63

4.5.6. Konfigurasi Skenario D ........................................................................68

4.6. Verification and Validation ..........................................................................70

4.7. Experimentation ...........................................................................................70

4.8. Output Analisys ............................................................................................71

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................71

5.1. Verification and Validation ..........................................................................71

5.2. Experimentation ...........................................................................................74

5.2.1. Pengujian Konfigurasi Simulasi ...........................................................74

5.2.2. Pengujian Pengiriman Paket UDP ........................................................76

5.2.3. Pengujian Source dan Destination ........................................................77

5.3. Output Analisys ............................................................................................78

5.3.1. Skenario A ............................................................................................78

5.3.2. Skenario B ............................................................................................81

5.3.3. Skenario C ............................................................................................85

5.3.4. Skenario D ............................................................................................89

5.3.5. Skenario A, B, C, dan D .......................................................................93

BAB VI PENUTUP ...................................................................................................106

6.1. Kesimpulan .................................................................................................106

Page 15: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

xiv

6.2. Saran ...........................................................................................................107

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................108

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................113

Page 16: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 NIC (Network Interface Card) .................................................................11

Gambar 2.2 Contoh Router ..........................................................................................11

Gambar 2.3 OBU (On Board Unit) .............................................................................12

Gambar 2.4 Arsitektur VANET berdasar V2V ...........................................................19

Gambar 2.5 Alokasi penggunaan frekuensi untuk komunikasi vehicular menurut IEEE

802.11p ........................................................................................................................23

Gambar 2.6 Propogation of RREQ & RREP packet in AOMDV .................................25

Gambar 3.1 Kerangka Berpikir ....................................................................................40

Gambar 3.2 Alur Penelitian .........................................................................................41

Gambar 4.1 Pengambilan area simulasi dengan open street map ................................43

Gambar 4.2 Simulasi VANET di SUMO ....................................................................53

Gambar 5.1 Verifikasi dan Validasi 30 Node ..............................................................72

Gambar 5.2 Verifikasi dan Validasi 90 Node ..............................................................73

Gambar 5.3 Verifikasi dan Validasi 150 Node ............................................................74

Gambar 5.4 Pengujian Konfigurasi Simulasi ..............................................................75

Gambar 5.5 Pengujian Pengiriman Paket UDP ...........................................................76

Gambar 5.6 Pengujian source dan destination ............................................................77

Page 17: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Elemen Protokol ..........................................................................................13

Tabel 2.2 Model OSI Layer .........................................................................................14

Tabel 2.3 Model OSI Layer .........................................................................................16

Tabel 2.4 Parameter end to end delay ..........................................................................32

Tabel 2.5 Parameter throughput ..................................................................................33

Tabel 3.1 Studi Literatur Sejenis .................................................................................35

Tabel 3.2 Resume Studi Literatur Sejenis ....................................................................36

Tabel 4.1 Parameter penelitian M. Yusuf ....................................................................46

Tabel 4.2 Parameter penelitian I. Rahardjo .................................................................46

Tabel 4.3 Skenario A ...................................................................................................47

Tabel 4.4 Skenario B ...................................................................................................48

Tabel 4.5 Skenario C ...................................................................................................49

Tabel 4.6 Skenario D ...................................................................................................50

Tabel 5.1 Hasil Throughput Skenario A ......................................................................78

Tabel 5.2 Hasil PDR Skenario A .................................................................................79

Tabel 5.3 Hasil Avarage end to end delay Skenario A ................................................80

Tabel 5.4 Hasil Routing Overhead Skenario A ...........................................................80

Tabel 5.5 Hasil Throughput Skenario B ......................................................................82

Tabel 5.6 Hasil PDR Skenario B .................................................................................83

Tabel 5.7 Hasil Avarage end to end delay Skenario B ................................................83

Tabel 5.8 Hasil Routing Overhead Skenario B ............................................................84

Tabel 5.9 Hasil Throughput Skenario C ......................................................................86

Tabel 5.10 Hasil PDR Skenario C ...............................................................................86

Tabel 5.11 Hasil Avarage end to end delay Skenario C ..............................................87

Page 18: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

xvii

Tabel 5.12 Hasil Routing Overhead Skenario C ..........................................................88

Tabel 5.13 Hasil Throughput Skenario D ....................................................................90

Tabel 5.14 Hasil PDR Skenario D ...............................................................................91

Tabel 5.15 Hasil Avarage end to end delay Skenario D ..............................................91

Tabel 5.16 Hasil Routing Overhead Skenario D .........................................................92

Tabel 5.17 Hasil Throughput Skenario A, B, C, dan D ...............................................94

Tabel 5.18 Hasil PDR Skenario A, B, C, dan D ..........................................................96

Tabel 5.19 Hasil Avarage end to end delay Skenario A, B, C, dan D .........................98

Tabel 5.20 Hasil Routing Overhead Skenario A, B, C, dan D ..................................100

Tabel 5.21 Hasil Throughput, Packet Delivery Ratio, End to End Delay, dan Routing

Overhead Skenario A, B, C, dan D ...........................................................................103

Page 19: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

xviii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 5.1 Hasil Throughput Skenario A .....................................................................78

Grafik 5.2 Hasil PDR Skenario A ................................................................................79

Grafik 5.3 Hasil Avarage end to end delay Skenario A ...............................................80

Grafik 5.4 Hasil Routing Overhead Skenario A ..........................................................81

Grafik 5.5 Hasil Throughput Skenario B .....................................................................82

Grafik 5.6 Hasil PDR Skenario B ................................................................................83

Grafik 5.7 Hasil Avarage end to end delay Skenario B ...............................................84

Grafik 5.8 Hasil Routing Overhead Skenario B ..........................................................85

Grafik 5.9 Hasil Throughput Skenario C .....................................................................86

Grafik 5.10 Hasil PDR Skenario C ..............................................................................87

Grafik 5.11 Hasil Avarage end to end delay Skenario C .............................................88

Grafik 5.12 Hasil Routing Overhead Skenario C ........................................................89

Grafik 5.13 Hasil Throughput Skenario D ...................................................................90

Grafik 5.14 Hasil PDR Skenario D ..............................................................................91

Grafik 5.15 Hasil Avarage end to end delay Skenario D .............................................92

Grafik 5.16 Hasil Routing Overhead Skenario D ........................................................93

Grafik 5.17 Hasil Throughput Skenario A, B, C, dan D ..............................................94

Grafik 5.18 Hasil PDR Skenario A, B, C, dan D .........................................................96

Grafik 5.19 Hasil Avarage end to end delay Skenario A, B, C, dan D ........................98

Grafik 5.20 Hasil Routing Overhead Skenario A, B, C, dan D .................................101

Page 20: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

1

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan teknologi wireless untuk sistem jaringan komunikasi

telah dikembangkan tidak hanya sebatas pada penggunaannya untuk interaksi

dan mobilitas manusia dengan berbagai perangkat elektroniknya. Namun

perkembangan teknologi wireless telah diarahkan pada mobilitas manusia

dan kendaraan yang digunakannya sehari-hari. Perkembangan teknologi ini

sebagai alternatif solusi untuk memecahkan sejumlah permasalahan pada

sistem transportasi. Jenis teknologi jaringan wireless yang dikembangkan

untuk menjadi solusi dalam pemecahaan permasalahan transportasi ini adalah

vehicular ad-hoc networks (VANET) (Afdhal, 2015).

VANET merupakan jaringan ad-hoc berbasis wireless yang

dikembangkan untuk mendukung pengembangan teknologi Intelligent

Transportation Systems (ITS). VANET terdiri dari kendaraan dan Road Side

Unit (RSU). Setiap kendaraan yang berada dalam jangkauan jaringan dapat

bertukar informasi melalui metode komunikasi antar kendaraan atau vehicle

to vehicle (V2V) dan komunikasi kendaraan dengan infrastruktur jaringan

atau vehicle to infrastructure (V2I). Isi pesan tersebut bisa berupa informasi

kemacetan, kecelakaan yang menyebabkan jalan tidak dapat diakses,

informasi mengenai lalu lintas pada rute-rute tertentu ataupun pesan lainnya

(Heriansyah, 2018).

Permasalahan utama yang biasa terjadi pada lalu lintas di kota-kota

besar adalah kemacetan dan kecelakaan. Hal tersebut biasanya disebabkan

oleh kepadatan jumlah kendaraan dan kecepatan kendaraan (Anisia &

Munadi, 2016). VANET yang menggunakan kendaraan sebagai nodenya

diharapkan dapat mengendalikan kemacetan dan mengurangi risiko

kecelakaan, dengan kata lain, penerapan VANET harus dapat mengelola arus

lalu lintas dan harus siap memberikan solusi baru untuk strategi manajemen

dan rekayasa lalu lintas dengan target utamanya tetap memprioritaskan

Page 21: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

keselamatan lalu lintas yang dapat mencegah tabrakan dan menyelamatkan

nyawa manusia.

Saat ini IEEE sedang mengembangkan suatu perubahan standar untuk

jaringan VANET yaitu IEEE 802.11p atau yang biasa disebut dengan WAVE

(Wireless Access Vehicular Environments). WAVE merupakan

penyempurnaan standar IEEE 802.11 yang diperlukan untuk mendukung

pengaplikasian ITS. WAVE juga merupakan pengembangan sistem IEEE

802.11 dengan meningkatkan pada physical layer dan MAC layer yang dapat

memberikan tingkat latency rendah (Rahardjo, Anggoro, & Arunanto, 2017)

Karena VANET jaringan yang spontan dan tidak terstruktur yang

didasarkan pada komunikasi kendaraan langsung ke kendaraan dengan

topologi yang selalu berubah serta karena tingginya mobilitas simpul

kendaraan, maka dalam merancang suatu jaringan VANET membutuhkan

pemilihan routing protocol, agar pada saat komunikasi antar kendaraan satu

dengan yang lain berjalan dengan baik (Heriansyah, 2018).

Routing protocol pada jaringan MANET terbagi dalam beberapa

kategori di antaranya, protokol routing on demand yang bersifat reaktif,

protokol routing table driven yang bersifat proaktif, dan protokol routing

hybrid yang merupakan gabungan dari kedua protokol reaktif dan proaktif

(Nugroho, Setiawan, Teknik, & Mada, 2015). Vehicular Ad Hoc Network

(VANET) merupakan bagian dari MANET, sehingga protokol routing yang

ada dalam MANET juga bisa diimplementasikan pada VANET (Yusuf &

Anggoro, 2018).

Routing proaktif, protokol yang menentukan table routingnya dengan

memperbaharui setiap waktu jika terjadi perubahan (Anisia & Munadi, 2016).

Penelitian sebelumnya tentang membandingkan beberapa jenis routing yaitu

routing reaktif, proaktif, dan hybird. Pada routing proaktif lebih baik routing

DSDV dari segi throughput, end to end delay, dan routing overhead

dibandingkan CGSR, WRP, dan OLSR (Jana, Saikat. Singha, Jayashree.

Singha, 2016). Sedangkan routing reaktif melakukan pencarian rute ketika

suatu node akan mulai melakukan komunikasi dengan node lain (Anisia &

Page 22: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Munadi, 2016). Pada penelitian sebelumnya membandingkan performansi

routing reaktif dan proaktif. Hasil penelitian tersebut routing AOMDV

routing protokol paling baik dari segi PLR, PDR, jitter, delay, dan throughput

(Prabhakar D. Dorgea, Dr. Sanjay S. Dorleb, 2018).

Adapun beberapa penelitian yang telah dilakukan antara lain dengan

judul Network Performance in IEEE 802.11 and IEEE 802.11p Cluster

Based on VANET (Prakaulya, Pareek, & Singh, 2017), Selain itu, terdapat

penelitian dengan judul QoS performance evaluation of AODV and DSR

Routing Protocols in City VANET Scenarios (Meraihi, Acheli, & Ramdane-

Cherif, 2017), terdapat juga penelitian lain dengan judul Studi Kinerja

802.11P pada Protokol Ad Hoc On-Demand Distance Vector (AODV) di

Lingkungan Vehicular Ad Hoc Network (VANET) Menggunakan Network

Simulator 2 (NS-2) (Rahardjo et al., 2017), dan penelitian lain dengan judul

Analisis Perbandingan Wireless Network Standard 802.11a Dan 802.11p

Berdasarkan Protokol Dynamic Source Routing Di Lingkungan Vehicular

Ad Hoc Networks (Yusuf & Anggoro, 2018). Dalam beberapa penelitian

tersebut ada yang memakai hanya satu standar IEEE saja atau menggunakan

satu jenis routing protocol saja dalam skenario simulasinya. Untuk itu

diperlukan analisis kinerja routing protocol reaktif dan proaktif

menggunakan standar IEEE 802.11 dan pengembangannya IEEE 802.11p

pada jaringan VANET.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dilakukan

penelitian dengan judul “ Analisis Kinerja Routing Protocol AOMDV Dan

DSDV Menggunakan 802.11 dan 802.11p Pada Vehicular Ad Hoc Network

(VANET)“.

1.2. Rumusan Masalah

Atas dasar permasalahan yang telah dipaparkan di latar belakang, maka

dapat dirumuskan bahwa permasalahan yang akan dibahas adalah,

“Bagaimana analisis kinerja routing protocol AOMDV dan DSDV

menggunakan 802.11p dan 802.11 pada vehicular ad hoc network ?”.

Page 23: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.3. Batasan Masalah

Agar pembahasan lebih terarah berdasarkan rumusan masalah dan

sesuai dengan batasan kemampuan penulis, maka batasan masalah dalam

penelitian ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1.3.1. Proses

1. Penelitian berisi tentang analisis kinerja dari routing protocol

AOMDV dan DSDV dengan menggunakan standar IEEE 802.11

dan 802.11p pada jaringan VANET

2. Analisis kinerja berdasarkan parameter throughput, packet delivery

ratio, avarage end to end delay, routing overhead.

3. Transmission protocol menggunakan UDP.

4. Menggunakan komunikasi vehicle to vehicle.

5. Vehicle yang digunakan mobil.

6. Menggunakan maximum kecepatan yaitu 50 KM/Jam setara

dengan 13.89 M/Detik.

7. Menggunakan 3 variasi node berbeda 30 node, 90 node, 150 node.

8. Penelitian ini menggunakan metode simulasi dalam

pengembangannya.

9. Area simulasi menggunakan jalanan sekitar Jendral Sudirman Kota

Tangerang dengan luas 683m x 592m.

1.3.2. Metode

1. Metode pengumpulan data adalah studi literatur.

2. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

metode simulasi jaringan.

1.3.3. Tools

1. Sistem Operasi yang digunakan untuk melakukan penulisan adalah

Windows 10 Pro (64-bit).

Page 24: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Penulisan dilakukan dengan spesifikasi laptop Asus X450JN

processor Intel Core i7-4720HQ @ 2.60Ghz (8CPUs) dan RAM

sebesar 8 GB.

3. Simulasi dilakukan menggunakan Sistem Operasi Ubuntu 14.04

LTS

4. Simulasi dilakukan dengan spesifikasi laptop Toshiba Satellite

L740 processor Intel Core i3-380M @ 2.50 GHz (4CPUs) dan

RAM sebesar 2GB.

5. Area simulasi dibuat dengan Open Street Map.

6. Aplikasi simulasi jaringan yang digunakan NS2 (Network

Simulator 2) versi 2.35.all-in-one sebagai compiler, NAM

(Network Animator) sebagai simulator dari hasil compile dan Excel

sebagai visualisasi grafik dari kinerja routing protocol jaringan.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kinerja routing protocol

AOMDV dan DSDV menggunakan 802.11 dan 802.11p pada vehicular ad

hoc network.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Penulis:

1. Untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan strata satu (S1)

Program Studi Teknik Informatika Fakultas Sains dan Teknologi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Sebagai tolak ukur ilmu penulis selama menuntut ilmu di Program

Studi Teknik Informatika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

1.5.2. Bagi Universitas:

1. Memberikan gambaran terhadap penerapan ilmu pengetahuan

yang telah diterima selama kuliah.

Page 25: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Menjadi sumbangan literatur karya ilmiah dalam disiplin ilmu

teknologi khususnya bidang jaringan komputer.

1.5.3. Bagi Masyarakat:

1. Mengetahui analisis kinerja routing protocol AOMDV dan DSDV

menggunakan 802.11 dan 802.11p pada Vehicular Ad Hoc

Network.

2. Sebagai bahan referensi pada penelitian selanjutnya yang

berhubungan dengan routing protocol AOMDV dan DSDV,

Vehicular Ad Hoc Network (VANET), ataupun standar IEEE

802.11 dan 802.11p.

1.6. Metodologi Penelitian

1.6.1. Metode Pengumpulan Data

1. Studi Literatur

Studi literatur yang dilakukan secara manual yaitu dengan

mempelajari buku-buku serta jurnal terkait dengan informasi

penelitian seperti routing protocol, AOMDV, DSDV, 802.11,

802.11p, VANET, dan informasi–informasi lainnya. Selain

mencari secara manual dilakukan juga pencarian secara online

untuk membantu dalam bagian pengembangan simulasi.

1.6.2. Metode Simulasi

1. Problem Formulation

2. Conceptual Model

3. Input Output Data

4. Modelling

5. Simulation

6. Verfication dan Validation

7. Experimentation

Page 26: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8. Output Analisys

1.7. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, dibagi menjadi enam bab sebagai berikut

:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah,

batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi

penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan

dengan permasalahan yang diambil. Teori-teori tersebut diambil

dari literatur-literatur.

BAB III METODOLOGI PENGEMBANGAN SISTEM

Pada bab ini dijelaskan mengenai metode yang digunakan dalam

skripsi ini, teknik pengumpulan data, metode simulasi dan

kerangka berpikir.

BAB IV IMPLEMENTASI SIMULASI DAN EKSPERIMENTAL

Pada bab ini dijelaskan mengenai simulasi dari serangkaian

analisa, perancangan, sampai pada implementasi jaringan.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini dijelaskan mengenai hasil dan pembahasan berisi

semua tahapan dari proses pengembangan aplikasi serta

pembahasan mengenai hasil analisis kinerja routing protocol

AOMDV dan DSDV menggunakan 802.11 dan 802.11p

berdasarkan parameter throughput, packet delivery ratio, routing

overhead, dan avarage end to end delay.

Page 27: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB VI PENUTUP

Pada bab ini akan memaparkan kesimpulan simulasi yang telah

dilakukan. Bab ini juga berisi tentang saran-saran bagi pembaca

guna mengembangkan penelitian yang telah dilakukan agar

menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 28: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Jaringan Komputer

Jaringan komputer adalah suatu himpunan interkoneksi sejumlah

komputer autonomous dapat dijelaskan bahwa jaringan komputer adalah

kumpulan beberapa komputer (dan perangkat lain seperti router, switch, dan

sebagainya) yang saling terhubung satu sama lain melalui media perantara

(Sofana, 2013).

Jaringan komputer adalah salah satu bentuk komunikasi antar

komputer, sama halnya seperti yang dilakukan oleh manusia dengan manusia,

dalam jaringan komputer tidak hanya melibatkan komputer saja, namun juga

mampu menggabungkan piranti lain, seperti hub, router, modem, printer, dan

sebagainya (Komputer, 2014).

2.2. Perangkat Jaringan

2.2.1. NIC (Network Interface Card)

NIC merupakan peralatan yang berhubungan langsung dengan

komputer dan didesain agar komputer komputer jaringan dapat saling

berkomunikasi, NIC perangkat yang bekerja pada layer pertama OSI

atau layer physical (Sofana, 2013).

Network Interface Card adalah sebuah hardware komputer

yang didesain guna memungkinkan komputer berkomunikasi

menggunakan jaringan, NIC memungkinkan user untuk terhubung

satu dengan lainnya menggunakan kabel atau wireless (Komputer,

2014).

Page 29: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2.1 NIC (Network Interface Card)

(Sumber, Dini, 2015)

2.2.2. Router

Router adalah piranti jaringan yang berfungsi meneruskan

paket data sepanjang jaringan menggunakan header dan tabel

forwarding untuk menentukan rute terbaik transportasi data. Router

bekerja di layer network di model TCP/IP atau layer ketiga di model

OSI (Komputer, 2014).

Gambar 2.2 Contoh Router

(Sumber, Yovi, 2015)

2.2.3. OBU

OBU adalah alat yang terpasang pada kendaraan, berfungsi

untuk membaca tag pasif RFID yang membawa nomor identitas

kendaraan dan mengirimkan identitas ini ke OBU Reader saat

memasuki gerbang tol. (Fatkhurrahman, Syafei, & Darjat, 2017)

Setiap kendaraan yang menjadi bagian atau node dari VANET

dilengkapi dengan teknologi khusus yang dikenal sebagai On Board

Page 30: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Unit (OBU) dan Application Unit (AU). OBU bertindak sebagai

terminal sekaligus router wireless. Dalam jaringan vehicular ini,

OBU dapat dianggap sebagai node yang bergerak dan RSU adalah

node yang diam (Aziza, Siswipraptini, & Cahyaningtyas, 2017).

Gambar 2.3 OBU (On Board Unit)

(Sumber, Rayanti, 2017)

2.3. Routing

Routing adalah proses memindahkan data dari satu network ke network

lain dengan cara mem-forward paket data via gateway. Routing menentukan

ke mana datagram akan dikirim agar mencapai tujuan yang diinginkan

(Sofana, 2013).

Routing adalah protokol yang digunakan untuk mendapatkan rute dari

satu jaringan ke jaringan lain. Rute ini disebut dengan route dan informasi

route secara dinamis dapat diberikan ke router yang lain ataupun dapat

diberikan secara statis ke router lain (Syamsu, 2013).

2.4. Protocol

Protokol adalah sebuah aturan yang mendefinisikan beberapa fungsi

yang ada dalam sebuah jaringan komputer, misalnya mengirim pesan, data,

informasi, dan fungsi lain yang harus dipenuhi oleh sisi pengirim

Page 31: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(transmitter) dan sisi penerima (receiver) agar komunikasi berlangsung

dengan benar, selain itu protokol juga berfungsi untuk memungkin dua atau

lebih komputer dapat berkomunikasi dengan bahasa yang sama (Syamsu,

2013).

Protocol dapat diartikan sebagai sekumpulan peraturan / konvensi /

sinkronisasi yang digunakan oleh suatu komputer untuk bertukar data pada

sebuah jaringan komputer, misalnya melakukan pengiriman e-mail,

mentransfer file, mengakses halaman web pada internet, chatting antar

komputer, dan lain sebagainya (MADCOMS, 2015).

Protokol memiliki elemen yang harus diperhatikan, menurut Suryadi

berikut tabel yang berisi elemen yang diperhatikan (Syamsu, 2013) :

Tabel 2.1 Elemen protokol

(Sumber, Syamsu, 2013)

Elemen

Fungsi

Syntax

Format data dan cara pengodean yang

digunakan untuk mengodekan sinyal.

Semantix

Mengetahui maksud dari informasi yang

dikirim dan mengoreksi kesalahan yang

terjadi dari informasi

Timing Mengetahui kecepatan transmisi data.

2.5. Model OSI

OSI adalah sebuah model arsitektural jaringan yang dikembangkan oleh

badan International Organization for Standardization (ISO) di Eropa pada

tahun 1997, OSI sendiri merupakan singkatan dari Open System

Interconnection (Sofana, 2013).

OSI adalah sebuah standar baku dan ia hanyalah sebuah rujukan, OSI

model dibuat dengan tujuan agar komunikasi data dapat berjalan melalui

Page 32: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

langkah-langkah yang jelas, langkah-langkah ini biasa disebut dengan nama

“layer” dan model OSI terdiri dari 7 lapisan (Syamsu, 2013).

Secara umum, fungsi dan penjelasan masing-masing layer dapat dilihat

pada Tabel 2.2 (Sofana, 2013) :

Tabel 2.2 Model OSI layer

(Sumber, Sofana, 2013)

Lapisan (layer) Fungsi

Lapisan 7 - Application Berfungsi sebagai antarmuka (penghubung) aplikasi

dengan fungsionalitas jaringan, mengatur

bagaimana aplikasi dapat mengakses jaringan, dan

kemudian membuat pesan-pesan kesalahan. Pada

layer inilah sesungguhnya user “berinteraksi dengan

jaringan”

Contoh protokol yang berada pada lapisan ini HTTP,

WWW, FTP, TELNET, SMTP, POP3, dan NFS.

Lapisan 6-Presentation Berfungsi untuk menerjemahkan data yang hendak

ditransmisikan oleh aplikasi ke dalam format yang

dapat ditransmisikan melalui jaringan. Protokol

yang berada pada level ini adalah sejenis redirector

software, seperti network shell (semacam Virtual

Network Computing (VNC) atau Remote Dekstop

Protocol (RDP). Kompresi data dan enkripsi juga

ditangani oleh layer ini.

Lapisan 5 - Session Berfungsi untuk mendefinisikan bagaimana koneksi

dimulai, dipelihara, dan diakhiri. Selain itu, di level

ini juga dilakukan resolusi nama. Layer Session,

sering disalah artikan sebagai prosedur login pada

network dan berkaitan dengan keamanan.

Beberapa protokol pada layer ini:

• NETBIOS, protokol yang dikembangkan

IBM, menyediakan layanan ke layer

presentation dan layer application.

• ADSP (AppleTalk Data Stream Protocol)

Page 33: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

• PAP (Printer Acces Protocol), protokol

untuk printer postscript pada jaringan

Appletalk

Lapisan 4 - Transport Berfungsi untuk memecah data menjadi paket-paket

data serta memberikan nomor urut setiap paket

sehingga dapat disusun kembali setelah diterima.

Paket yang diterima dengan sukses akan diberi tanda

(ack). Sedangkan paket yang rusak akan dikirim

ulang.

Contoh protokol yang digunakan pada layer ini

seperti : UDP dan TCP.

Lapisan 3 - Network Berfungsi untuk mendefinisikan alamat-alamat IP.

Membuat header untuk paket-paket, dan melakukan

routing melalui internet working dengan

menggunakan router dan switch layer 3. Pada layer

ini juga dilakukan proses deteksi error dan transmisi

ulang paket-paket yang error.

Contoh protokol yang digunakan seperti: IP

Lapisan 2 - Data Link Berfungsi untuk menentukan bagaimana bit-bit data

dikelompokan menjadi format yang disebut frame.

Pada level ini terjadi error correction, flow control,

pengalamatan perangakat keras (MAC address), dan

menentukan bagaimana perangkat-perangkat

jaringan seperti bridge dan switch layer 2 beroperasi.

Menurut spesifikasi IEEE 802, layer ini

dikelompokan menjadi dua, yaitu Logical Link

Control (LLC) dan Media Access Control (MAC)

Contoh protokol yang digunakan pada layer ini

adalah 802.11, 802.2, 802.5.

Lapisan 1 - Physical Berfungsi untuk mendefinisikan media transmisi

jaringan, metode pensinyalan, sinkronisasi bit,

arsitektur jaringan, topologi jaringan, dan

pengkabelan. Selain itu, level ini juga

mendefinisikan bagaimana NIC berinteraksi dengan

media wire atau wireless.

Layer physical berkaitan langsung dengan besaran

fisis seperti listrik, magnet, gelombang. Data biner

Page 34: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dikodekan berbentuk sinyal yang dapat ditransmisi

melalui media jaringan.

2.6. Model TCP/IP

Model TCP/IP adalah sebuah referensi protokol jaringan yang

diusulkan oleh departemen pertahanan Amerika Serikat, model ini disebut

juga internet model. Pada mulanya TCP/IP digunakan pada jaringan bernama

APRANET. Namun, saat ini telah menjadi protokol standar bagi jaringan

yang lebih umum yang disebut internet (Sofana, 2013).

Protokol TCP/IP dikembangkan sebelum model OSI dipublikasikan,

karenanya TCP/IP tidak menggunakan model OSI sebagai rujukan. Model

TCP/IP hanya terdiri dari empat layer antara lain : (Syamsu, 2013)

Tabel 2.3 Model protokol TCP/IP

(Sumber, Syamsu, 2013)

Lapisan (layer) Fungsi

Lapisan 4 - Application Lapisan ini bagian dari TCP/IP di mana permintaan

data atau servis diproses, aplikasi pada layer ini

menunggu di portnya masing-masing dalam suatu

antrian untuk diproses.

Contoh aplikasi populer yang bekerja pada layer ini

misalnya FTP dan HTTP

Lapisan 3 - Transport Pada Layer ini menentukan bagaimana host

pengirim dan host penerima dalam membentuk

sebuah sambungan sebelum kedua host tersebut

berkomunikasi, serta seberapa sering kedua host ini

akan mengirim ack dalam sambungan tersebut satu

sama lainnya. Transport Layer hanya terdiri dari

dua protokol yaitu TCP dan UDP, TCP bertugas

membentuk sambungan, mengirim ack, dan

menjadi terkirimnya data, sedangkan UDP dapat

membuat transfer data menjadi cepat.

Lapisan 2 - Internet Layer Inter-networking atau biasa disebut juga

layer internet atau layer network berisi protokol

Page 35: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang bertanggung jawab dalam pengalamatan dan

routing paket. Pada layer ini terdapat beberapa

protokol, di antaranya : IP, ICMP, IGMP, ARP,

RARP.

Lapisan 1 - Network

Interface

Layer network interface disebut juga layer link atau

layer data link, layer terbawah dari model TCP/IP

yang bertanggung jawab dalam menentukan sebuah

komputer dapat terkoneksi ke dalam suatu jaringan

komputer, hal ini sangat penting karena data harus

dikirimkan dari dan ke suatu host melalui

sambungan jaringan.

2.7. Protokol TCP dan UDP

2.7.1. TCP

Transmission Control Protocol (TCP) adalah suatu protokol yang

berada di lapisan transport (baik itu dalam tujuh lapis model OSI atau

TCP/IP) yang berorientasi sambungan (connection oriented) dan

dapat diandalkan (reliable) (Syamsu, 2013).

Menurut Wijaya TCP memiliki karakteristik sebagai berikut

(Wijaya & Putra, 2017) :

1. Connection oriented, yaitu mekanisme untuk menjaga

keterhubungan antar host.

2. Full duplex, yaitu pengiriman dan penerimaan data dapat

berlangsung dalam satu waktu.

3. Reliable, yaitu pengiriman data yang dapat diandalkan.

Apabila paket hilang/rusak sebagian, maka akan dilakukan

transmisi ulang pada paket tersebut.

4. Flow control, yaitu fitur untuk menjaga agar komunikasi yang

terjadi tidak mengganggu komunikasi lain yang terjadi pada

jaringan yang sama. Dengan kata lain, mencegah pengiriman

data yang terlalu banyak dalam satu waktu sehingga membuat

kemacetan pada jaringan.

Page 36: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.7.2. UDP

Protokol UDP digunakan untuk pengiriman data yang bersifat

lebih mementingkan kecepatan dibandingkan dengan ketepatan data.

UDP umumnya digunakan untuk streaming data suara dan video.

UDP tidak memiliki fitur flow control atau koreksi kesalahan seperti

pada TCP, sehingga memiliki kecepatan yang lebih baik dibandingkan

dengan TCP. Berikut ini adalah karakteristik UDP (Wijaya & Putra,

2017) :

1. Connectionless, tidak adanya mekanisme untuk menjaga

keterhubungan antar host.

2. Unreliable, yaitu pesan-pesan yang dikirimkan dengan

protokol UDP, tidak dapat dijamin akan sampai secara utuh

atau tidak akan ada paket yang hilang dalam pengiriman.

2.11. VANET (Vehicular Ad-hoc Network)

Jaringan Ad-hoc Vehicular atau VANET (Vehicular Ad-hoc Network)

adalah jaringan dengan node-node berupa kendaraan-kendaraan yang mobile.

Kendaraan tersebut dapat berkomunikasi dengan kendaraan lainnya, maupun

dengan berbagai piranti komunikasi yang ada di sepanjang jalan raya.

VANET ini merupakan bagian dari MANET (Mobile Ad-hoc Network),

namun node-node pada VANET memiliki tingkat mobilitas yang lebih tinggi

(Aziza et al., 2017).

Page 37: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2.4 Arsitektur VANET berdasar V2V

(Sumber, Aziza et al., 2017)

VANET secara garis besar, tersusun dari dua bagian yaitu bagian yang

mobile dan bagian yang tetap. Kelompok yang pertama meliputi kendaraan

dan berbagai alat komunikasi mobile, termasuk piranti navigasi. Bagian

kedua adalah piranti-piranti pendukung komunikasi VANET, yang dapat

berupa titik akses, gateaway, dan lain sebagainya. Titik akses pada VANET

dikenal dengan istilah Road Side Unit (RSU). RSU ditempatkan di lokasi-

lokasi strategis di sepanjang jalan, misalkan di persimpangan jalan atau pada

lampu lalu lintas. Berdasarkan referensi dari V2V (vehicle to vehicle) setiap

kendaraan yang menjadi bagian atau node dari VANET dilengkapi dengan

teknologi khusus yang dikenal sebagai On Board Unit (OBU) dan Application

Unit (AU). OBU bertindak sebagai terminal sekaligus router wireless. Dalam

jaringan vehicular ini, OBU dapat dianggap sebagai node yang bergerak dan

RSU adalah node yang diam (Aziza et al., 2017).

2.11.1. Karakteristik VANET

VANET memiliki karakteristik sebagai berikut (Aziza et al.,

2017):

1. Jumlah Node dan kepadatan node pada VANET bervariasi.

Jumlah node bisa sangat besar di daerah perkotaan pada jam

sibuk. Namun jumlah node VANET bisa sangat sedikit di daerah

Page 38: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pedesaan dengan jumlah mobil yang dilengkapi kemampuan

komunikasi sangat terbatas. Protokol MAC harus mampu bekerja

dengan baik pada kedua keadaan tersebut.

2. Mobilitas node yang tinggi, kendaraan sebagai node dari VANET

dapat bergerak dengan kecepatan tinggi, lebih dari 100 km/jam.

Hal ini sering menyebabkan disconnection antar node. Jika,

dimisalkan, suatu kendaraan yang melaju kencang berkomunikasi

dengan kendaraan yang berjalan lambat, maka link komunikasi

yang terbentuk akan berumur pendek. Hubungan akan terputus

karena jarak yang memisahkan kedua node tersebut semakin

besar. Protokol MAC harus dapat bekerja baik dengan umur link

komunikasi yang singkat.

3. Topologi jaringan yang berubah-ubah, karena node-node

VANET memiliki mobilitas tinggi, maka topologi jaringan

VANET yang terbentuk juga terus-menerus mengalami

perubahan.

4. Topologi jaringan yang dapat diprediksi Walaupun node-node

VANET banyak bergerak, namun pergerakannya dibatasi oleh

topologi jalan raya yang dilaluinya.

5. Ketersediaan informasi lokasi Informasi lokasi dari node yang

diberikan oleh GPS dapat mengurangi waktu pengiriman data dan

meningkatkan throughput jaringan. Selain itu, informasi posisi

dan kecepatan node-node melaju juga dapat membantu

memperkirakan pola mobilitas dari node-node tersebut.

6. Metode komunikasi, metode yang digunakan untuk pengiriman

pesan dari pengirim ke penerima adalah broadcast.

7. Lingkungan komunikasi yang berbeda VANET memiliki dua tipe

lingkungan komunikasi yang berbeda, yaitu: lingkungan trafik

jalan raya (highway) dan lingkungan trafik perkotaan. Tipe yang

pertama lebih sederhana dibandingakan tipe trafik di perkotaan.

Page 39: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8. Tidak memiliki pusat pengendali node-node pada VANET dapat

saling terhubung dan berkomunikasi tanpa adanya pengendalian

yang terpusat.

9. Sumber tenaga/baterai yang tak terbatas Dibandingkan node-

node MANET yang memiliki daya listrik terbatas, node VANET

memiliki daya yang tidak terbatas. Baterai dari kendaraan yang

melaju mampu menyediakan daya terus-menerus untuk

mengaktifkan mengaktifkan peralatan komunikasi node tersebut.

2.11.2. Routing Protocol Pada VANET

Protokol routing untuk VANET dibagi menjadi beberapa

kelompok. Pengelompokkan tersebut tidak seragam. Salah satu

taksonomi atau pengelompokkan protokol routing menjadi dua bagian

yaitu routing berdasarkan topologi menggunakan informasi link yang

terdapat pada tabel routing di jaringan untuk meneruskan paket dari

pengirim ke penerima. Kelompok ini dibagi menjadi protocol routing

proaktif, reaktif, dan hybrid (Aziza et al., 2017).

1. Protokol routing reaktif adalah protokol yang bekerja

berdasarkan permintaan untuk membuat rute baru atau

perubahan rute. Contoh protokol routing reaktif adalah

AOMDV dan DSR (Setijadi, Purnama, & Purnomo, 2018).

2. Protokol routing proaktif adalah protokol berdasarkan routing

table yang terus menerus diperbarui secara reguler. Contoh

protokol routing proaktif adalah DSDV dan OLSR (Setijadi

et al., 2018).

3. Hybrid routing protocol merupakan perpaduan antara

proactive dan reactive. Proactive routing melakukan routing

dengan node tujuan yang berada di dalam zona lokal.

Sedangkan reactive routing melakukan routing menuju node

tujuan yang berada di luar zona lokal (Anthoni & Mahyastuty,

2014).

Page 40: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.12. Wireless 802.11

Standar 802.11 dikeluarkan oleh IEEE sebagai standar komunikasi

untuk bertukar data di udara/ nirkabel. Untuk berkomunikasi di udara/

wireless/ tanpa kabel, standar 802.11 menyatakan bahwa operasinya adalah

half duplex dan menggunakan frekuensi yang sama untuk mengirim dan

menerima data dalam sebuah WLAN. Tidak diperlukan lisensi untuk

menggunakan standar 802.11, namun harus mengikuti ketentuan yang telah

dibuat oleh Federal Communications Commission (FCC) (Forda & Septana,

2014).

IEEE mendefinisikan standar agar sesuai dengan peraturan FCC. FCC

tidak hanya mengatur frekuensi yang dapat digunakan tanpa lisensi tetapi juga

level power di mana WLAN dapat beroperasi, teknologi transmisi yang dapat

digunakan, dan lokasi di mana peralatan WLAN tertentu dapat di

implementasikan. Untuk mendapat bandwith dari Sinyal RF (Radio

Frequency). Pengiriman data sebagai sinyal elektrik menggunakan metode

pemancaran tertentu, salah satunya adalah spread spectrum. Pada tahun 1986,

FCC menyetujui penggunaan spread spectrum di pasar komersial

menggunakan apa yang disebut pita frekuensi industry, scientific, dan

medical (ISM)/ ISM Band (Forda & Septana, 2014).

Pada tahun 1997, sebuah lembaga independen bernama IEEE membuat

spesifikasi/ standar WLAN pertama yang diberi kode 802.11. Peralatan yang

sesuai standar 802.11 dapat bekerja pada frekuensi 2,4GHz, dan kecepatan

transfer data (throughput) teoritis maksimal 2Mbps (Iskandar & Hidayat,

2015).

2.13. Wireless 802.11p (Wireless Access Vehicular Environments)

Standar IEEE 802.11p dikembangkan oleh grup IEEE 802.11 untuk

komunikasi antar kendaraan yang bergerak (V2V), maupun kendaraan

dengan infrastruktur (V2I) dan beroperasi pada daerah frekuensi 5.850-5.925

MHz (US). Spektrum tersebut dibagi menjadi 8 kanal, 1 kanal 5 MHZ untuk

guard band dan 7 kanal untuk transmisi masing-masing sebesar 10 MHz. Dari

Page 41: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ketujuh kanal tersebut, 1 kanal difungsikan sebagai kanal kendali (Control

Channel, CCH) dan 6 kanal untuk kanal servis (Service Channel, SCH). CCH

atau kanal 178, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.5, digunakan untuk

mengirim pesan-pesan kendali. Kanal 172,174, 176, 180,182,184 digunakan

sebagai kanal SCH. Kanal nomor 172 dan 184 digunakan untuk pengiriman

pesan-pesan penting yang berhubungan dengan keselamatan. Pasangan kanal

174-176 dan 180-182 dapat digunakan bersama sebagai kanal berukuran 20

MHz, yaitu kanal nomor 175 dan kanal 181. Pembagian frekuensi yang

digunakan untuk standar ini ditunjukkan pada Gambar 2.5 (Aziza et al.,

2017).

Gambar 2.5 Alokasi penggunaan frekuensi untuk komunikasi vehicular

menurut IEEE 802.11p.

(Sumber, Aziza et al., 2017)

Hampir semua peningkatan pada 802.11p ini terjadi di layer fisik,

karena pada IEEE 802.11 standar membutuhkan waktu yang lebih lama untuk

melakukan pemindaian kanal untuk beacon dari Basic Service Set (BSS) dan

melakukan banyak handshakes untuk membangun suatu komunikasi.

Sedangkan di dalam VANET memiliki lingkungan mobilitas yang sangat

tinggi, dan ketika berkomunikasi antar node membutuhkan kemampuan

pertukaran data yang sangat cepat, sehingga sangat penting pada semua

perangkat IEEE 802.11p memiliki konfigurasi kanal yang memiliki BSSID

yang sama untuk keamanan komunikasi tanpa jeda. Di dalam mode WAVE,

Page 42: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dapat dilakukan pengiriman dan penerimaan data tanpa perlu mengontak BSS

(Yusuf & Anggoro, 2018).

WAVE sendiri beroperasi pada band 5.9 GHz dengan menggunakan

sistem multiplexing OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing)

dan dapat mencapai kecepatan pentransmisian data antara 6 – 27 Mbps

(Rahardjo et al., 2017).

2.14. AOMDV

Ad Hoc On-Demand Multipath Distance Vector (AOMDV) adalah

routing protocol reaktif pengembangan dari protokol routing unipath AODV

untuk meminimalisir seringnya terjadi kegagalan hubungan dan rute yang

terputus. Sama halnya dengan routing protocol lainnya, AOMDV juga

menyediakan dua layanan utama yaitu route discovery dan maintenance.

AOMDV memiliki beberapa karakteristik yang sama dengan AODV.

AOMDV berbasis vektor dan menggunakan pendekatan hop-by-hop.

Bahkan, AOMDV juga hanya melakukan pencarian rute ketika dibutuhkan

dengan menggunakan prosedur route discovery (Anisia & Munadi, 2016).

Perbedaan utama antara AODV dan AOMDV terletak pada jumlah

rute yang ditemukan dalam tiap kali pencarian rute atau route discovery.

AOMDV dalam pencarian rute tidak seperti AODV yang hanya memilih satu

RREP, tetapi pada AOMDV setiap RREP akan dipertimbangkan oleh node

asal sehingga beberapa path bisa ditemukan dalam satu pencarian rute.

Dengan ditemukannya beberapa path atau pilihan rute, apabila terjadi

kegagalan rute maka dapat dialihkan ke rute alternatif lain. Dan pencarian

rute baru hanya akan dilakukan apabila semua rute yang sudah ditemukan

mengalami kegagalan (Anisia & Munadi, 2016).

2.14.1. Kelebihan AOMDV

AOMDV memiliki tiga kelebihan dibanding multipath routing

lain yaitu (Anisia & Munadi, 2016) :

Page 43: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1. AOMDV tidak memiliki overhead koordinasi antar node yang

tinggi karena komunikasi pada AOMDV hanya dilakukan saat

dibutuhkan saja.

2. AOMDV menjamin rute alternatif saling disjoint atau beririsan

melalui komputasi yang terdistribusi pada tiap node tanpa perlu

komputasi dari node sumber saja sehingga rute yang ditemukan

diharapkan tidak akan terjadi loop.

3. AOMDV menghitung atau menemukan alternatif rute dengan

tambahan overhead yang minim dibandingkan dengan AODV.

Hal tersebut dilakukan dengan memanfaatkan semaksimal

mungkin informasi routing jalur alternatif yang sudah ada. Inti

dari protokol AOMDV adalah menjamin multiple path yang

ditemukan adalah loop-free, disjoint, dan efisien dalam

pencariannya. Aturan update rute pada AOMDV dilakukan

secara mandiri oleh tiap node.

2.14.2. Cara Kerja AOMDV

Gambar 2.6 Propagation of RREQ (Route Request) & RREP

(Route Reply) packet in AOMDV

(Sumber, Anisia & Munadi, 2016)

Page 44: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pada Gambar 2.6 memperlihatkan langkah- langkah

protokol AOMDV dalam melakukan pencarian rute (route

discovery) dan pemeliharaan rute (route maintenance), yaitu

(Anisia & Munadi, 2016) :

1. Ketika source node akan melakukan komunikasi dengan

node tujuan, maka S akan melakukan flooding paket route

request (RREQ) ke jaringan.

2. Karena RREQ membanjiri jaringan, sebuah node mungkin

dapat menerima beberapa salinan dari RREQ yang sama.

Jika pada AODV, hanya salinan yang pertama yang

digunakan untuk membuat reverse paths lain halnya

dengan AOMDV.

3. Pada AOMDV, semua salinan RREQ diperiksa untuk

membuat reverse paths alternatif, tapi reverse paths hanya

dibuat menggunakan salinan RREQ yang dapat

mempertahankan loop-freedom dan disjointness mulai dari

node asal.

4. Ketika intermediate node menerima reverse path melalui

salinan RREQ, node ini akan mengecek apakah ada satu

atau lebih forward paths ke destination yang valid. Jika ada,

node ini akan membuat paket RREP dan mengirim kembali

melalui reverse path ke source node.

5. Saat destination node menerima salinan RREQ, node tsb

juga membuat reverse paths dengan cara yang sama dengan

yang dilakukan oleh intermediate node. Namun, RREP

yang dibuat oleh destination dibuat dengan aturan yang

lebih “longgar”. Maksudnya adalah destination bisa

mengirim RREP melalui reverse path yang loop-free tanpa

harus disjoint. Hal ini dilakukan untuk mencegah “route

cutoff” atau rute yang dihapus karena terjadi suppressing

Page 45: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

atau ketika sebuah node harus memilih satu dari dua atau

lebih path.

6. Route maintenance pada AOMDV adalah penambahan

sederhana pada AODV. Sama seperti AODV, AOMDV

menggunakan paket RERR (Route Error). Sebuah node

akan membuat atau meneruskan paket RERR untuk

destination saat path terakhir ke destinasi rusak. AOMDV

juga melakukan optimasi untuk menyelamatkan paket yang

sedang dikomunikasikan lewat link yang rusak dengan

meneruskan ulang paket tersebut.

2.15. DSDV

DSDV termasuk dalam kategori tabel driven routing protocol dalam

jaringan VANET. DSDV menggunakan metode routing distance vector yang

dilengkapi dengan adanya sequence number. Dengan metode distance vector,

memungkinkan setiap node dalam jaringan untuk dapat bertukar tabel routing

melalui node tetangganya, namun salah satu kekurangan dari metode ini dapat

mengakibatkan terjadinya looping dalam jaringan sehingga digunakanlah

suatu sequenced number tertentu untuk mencegah terjadinya looping

(Febrian, Syamsu, & Rachman, 2018).

DSDV merupakan protokol routing yang efisien. Dengan adanya

sequence number, DSDV bebas dari pengulangan (loop free). Delay

(keterlambatan) untuk penemuan rute baru juga realtif rendah karena saat

dibutuhkan destination yang baru, source node telah menyimpan rute dari

source ke destination didalam routing table yang diperbarui (Nauval,

Muhamad, & Rachman, 2018).

Dengan metode routing DSDV, setiap node memelihara sebuah tabel

forwarding dan menyebarkan tabel routing ke node tetangganya. Tabel

routing tersebut memuat informasi sebagai berikut (Febrian et al., 2018) :

1. Alamat node tujuan (berupa MAC Address).

2. Jumlah hop yang diperlukan untuk mencapai node tujuan.

Page 46: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Sequence number dari informasi yang diterima. Sequence number

tersebut berasal dari node tujuan.

2.15.1. Kelebihan DSDV

Pada protokol DSDV memiliki 4 kelebihan yaitu (Febrian et al.,

2018) :

1. Untuk menghindari loops

2. Menghindari hitungan sampai tak hingga

3. Mengurangi routing overhead yang tinggi

4. Mengurangi latency untuk penemuan rute yang rendah.

2.15.2. Cara Kerja DSDV

Mekanisme DSDV dalam menemukan rute di dalam VANET

berbeda. Routing tabel yang digunakan dalam protokol ini menyimpan

hop (loncatan) selanjutnya dari node awal, cost dari node awal ke node

tujuan, serta destination sequence number yang berasal dari node

tujuan. Pada dasarnya algoritma Distance Vector tidak bebas

pengulangan (loop free), oleh karena itu destination sequence number

digunakan supaya tidak terjadi looping dalam proses routing.

Destination sequence number juga berguna untuk menjaga informasi

routing table supaya menjadi informasi yang baru dengan

memperbaharui rute lama menjadi rute yang baru (Nauval et al.,

2018).

2.16. Software Pendukung

2.16.1. NS2 (Network Simulator-2)

Network simulator-2 adalah perangkat lunak untuk kebutuhan

simulasi aplikasi, protocol, tipe jaringan, elemen-elemen jaringan,

pemodelan jaringan, dan pemodelan lalu-lintas jaringan. network

simulator-2 menggunakan dua buah bahasa pemrograman standar,

yaitu simulator berorientasi obyek yang ditulis dalam C++ dan OTcl

Page 47: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(object oriented extension of Tcl) untuk eksekusi terhadap perintah-

perintah yang ditulis sebagai script dari NS-2 (Kusuma, Risqiwati, &

Akbi, 2017).

Bahasa C++ digunakan pada library karena C++ mampu

mendukung runtime simulasi yang cepat, meskipun simulasi

melibatkan simulasi jumlah paket dan sumber data dalam jumlah besar.

Sedangkan bahasa Tcl memberikan respon runtime yang lebih lambat

daripada C++, namun jika terdapat kesalahan, respon Tcl terhadap

kesalahan syntax dan perubahan script berlangsung dengan cepat dan

interaktif. NS bersifat Open Source di bawah Gnu Public (Pradana,

Negara, & Dewanta, 2017).

License (GPL), sehingga NS dapat didownload dan digunakan

secara gratis melalui website http://www.isi.edu/nsnam/. Sifat open

source mengakibatkan pengembangan NS menjadi lebih dinamis. NS

bisa digunakan di berbagai macam OS seperti Windows, FreeBSD,

Linux, Solaris, dan Mac. Jika ingin menggunakan NS-2, ada 4

komponen yang diinstall untuk menjalankan NS-2, yaitu (Pradana et

al., 2017) :

1. TCL, TK, Otcl, Tclcl. Tcl adalah script yang dibuat, berisi

skenario jaringan yang akan disimulasikan.

2. NS, tempat menjalankan file tcl.

3. NAM, untuk melihat tampilan grafis dari simulasi yang dibuat.

4. Xgraph (Unix) atau Tracegraph (windows a atau Unix), untuk

memperlihatkan grafik dari hasil simulasi.

2.16.2. SUMO (Simulation Of Urban Mobility)

Simulation of Urban Mobility (SUMO) adalah salah satu tools

untuk mobility generators yang digunakan untuk simulasi VANET.

SUMO merupakan paket simulasi lalu lintas mikroskopik open source

yang didesain untuk menangani jaringan dengan jalur luas. Fitur

utamanya termasuk pergerakan kendaraan bebas tabrakan, perbedaan

tipe kendaraan, multi jalur, dan lain-lain. Maka dari itu, dengan

Page 48: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

mengkombinasikan SUMO dengan openstreetmap.org dapat

disimulasikan lalu lintas dengan lokasi beragam di dunia. Namun,

karena SUMO merupakan murni traffic generator, jalur yang di-

generate ini tidak bisa langsung digunakan pada network simulator.

Sebagai traffic simulation, SUMO membutuhkan representasi road

networks dan traffic demand untuk mensimulasikannya dalam format

sendiri. Road networks pada SUMO dapat dihasilkan menggunakan

aplikasi yang bernama netgen atau dihasilkan dengan mengimpor

digital road map. Road networks importer bernama netconvert

menyediakan fitur untuk membaca network dari traffic simulator yang

lain seperti VISUM, Vissim, atau MATsim (Pradana et al., 2017).

2.16.3. Microsoft Excel

Microsoft Excel adalah sebuah program aplikasi lembar kerja

spreadsheet yang dibuat dan didistribusikan oleh Microsoft

Corporation untuk Sistem Operasi Microsoft Windows dan Mac OS.

Aplikasi ini memiliki fitur kalkulasi dan pembuatan grafik yang baik,

dengan menggunakan strategi marketing microsoft yang agresif,

menjadikan Microsoft Excel sebagai salah satu program komputer yang

populer di gunakan di dalam computer mikro hingga saat ini. Bahkan,

saat ini program ini merupakan program spreadsheet yang paling

banyak di gunakan oleh banyak pihak, baik di platform PC berbasis

Windows maupun berbasis Mac OS, semenjak versi 5.0 di terbitkan

pada tahun 1993 (Rahman, Yuridka, & Sari, 2015).

2.16.4. Open Street Map

Open Street Map (OSM) adalah sebuah proyek berbasis web untuk

membuat peta seluruh dunia yang gratis dan terbuka, dibangun

sepenuhnya oleh sukarelawan dengan melakukan survey menggunakan

GPS, mendigitalisasi citra satelit, dan mengumpulkan serta

membebaskan data geografis yang tersedia di publik (Rauf, Runtulalo,

& Ode, 2018).

Page 49: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.17. Metode Simulasi

Pada penelitian ini menggunakan metode simulasi, simulasi sendiri

merupakan teknik penyusunan model dari suatu keadaan nyata (sistem) dan

kemudian melakukan percobaan pada model tersebut (Siregar, 2016).

Menurut (Fahri, Fiade, & Suseno, 2018) metode simulasi memiliki

beberapa langkah yang akan dilakukan yaitu:

1. Problem Formulation

2. Conceptual Model

3. Input Output Data

4. Modeling

5. Simulation

6. Verfication and Validation

7. Experimentation

8. Output Analysis

2.18. Quality of Service (QoS)

Quality of Service (QoS) merupakan metode pengukuran tentang

seberapa baik jaringan dan merupakan suatu usaha untuk mendefinisikan

karakteristik dan sifat dari satu servis. QoS digunakan untuk mengukur

sekumpulan atribut kinerja yang telah dispesifikasikan dan diasosiasikan

dengan suatu servis (Wulandari, 2016).

Parameter Quality of Service pada penelitian ini terdiri dari :

1. End to end delay

End to end delay adalah waktu yang diperlukan oleh suatu

paket data yang berasal dari node sumber hingga mencapai

node tujuan. End to end delay secara tidak langsung

berhubungan dengan kecepatan transfer data suatu jaringan.

Keseluruhan bagian dari end to end delay ini terletak pada layer

ketiga dalam OSI layer, yaitu network layer, berikut persamaan

perhitungan end to end delay (Nauval et al., 2018) :

Page 50: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦 = ∑ 𝑡𝑟𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑒𝑑 [𝑖]−𝑡_𝑠𝑒𝑛𝑡[𝑖]𝑛

𝑖=0

𝑝𝑘𝑡𝐶𝑜𝑢𝑛𝑡𝑒𝑟𝑥 1000 (2.1)

Tabel 2.4 Parameter end to end delay

(Sumber, Wulandari, 2016)

2. PDR (Packet Delivery Ratio)

Packet delivery ratio adalah rasio antara banyaknya paket

yang diterima oleh tujuan dengan banyaknya paket yang dikirim

oleh sumber. Rumus dari packet delivery ratio dapat dilihat pada

persamaan berikut (Nauval et al., 2018) :

𝑃𝐷𝑅 = 𝑃𝑎𝑐𝑘𝑒𝑡_𝑟𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑒

𝑃𝑎𝑐𝑘𝑒𝑡_𝑠𝑒𝑛𝑡 𝑋 100% (2.2)

3. Throughput

Throughput yaitu kecepatan (rate) transfer data efektif, yang

diukur dalam bps (bit per second). Throughput adalah jumlah

total kedatangan paket yang sukses yang diamati pada tujuan

selama interval waktu tertentu dibagi oleh durasi interval waktu

tersebut. Dalam penelitian ini throughput dibuat satuan kbps,

rumus dari throughput dapat dilihat pada persamaan berikut

(Nauval et al., 2018) :

𝑇ℎ𝑟𝑜𝑢𝑔ℎ𝑝𝑢𝑡 = 𝑃𝑎𝑘𝑒𝑡 𝐷𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎

𝐿𝑎𝑚𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑋

8

1000 (2.3)

Kategori End-to-End

Delay

Besar Delay

Sangat Bagus < 150 ms

Bagus 150 s/d 300 ms

Sedang 300 s/d 450 ms

Jelek > 450 ms

Page 51: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 2.5 Parameter throughput

(Sumber, Wulandari, 2016)

4. Routing Overhead

Routing overhead merupakan jumlah paket routing control

yang ditransmisikan selama simulasi terjadi. Paket kontrol yang

dihitung adalah jumlah Route Request (RREQ), Route Reply

(RREP) dan Route Error (RRER), rumus dari packet routing

overhead dapat dilihat pada persamaan berikut (Rahardjo et al.,

2017)

Kategori

Throughput

Throughput

Buruk 0 - 338 kbps

Cukup Baik 338 – 700 kbps

Baik 700 – 1200 kbps

Lebih Baik 1200 kbps – 2.1

Mbps

Terbaik > 2.1 Mbps

Page 52: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

34

BAB III

METODOLOGI PENGEMBANGAN SISTEM

3.1. Metode Pengumpulan Data

Data diperoleh dengan cara melakukan studi pustaka dan penelitian

sejenis yang membahas tentang routing protocol AOMDV dan DSDV serta

standar IEEE 802.11p dan 802.11 pada VANET.

Studi pustaka dilakukan secara manual yaitu mencari referensi di

perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan dan secara online melalui

internet. Referensi yang diperoleh untuk menyusun landasan teori,

metodologi-metodologi penelitian dan pengembangan sistem secara

langsung. Pustaka-pustaka yang dijadikan bahan acuan dapat dilihat pada

daftar pustaka penelitian ini.

Studi penelitian sejenis yang digunakan adalah melakukan pencarian

jurnal-jurnal penelitian sejenis untuk membandingkannya dengan penelitian

ini. Perbandingan di lakukan untuk menghindari kesamaan topik yang sudah

pernah dilakukan oleh peneliti lainnya. Perbandingan ini diharapkan

membantu agar peneliti lainnya dapat mengembangkan penelitian ini. Pada

Tabel 3.1 dan merupakan beberapa studi literatur sejenis yang telah

didapatkan dan Tabel 3.2 merupakan resume dari studi literatur sejenis,

sebagai berikut :

Page 53: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 3.1 Studi Literatur Sejenis

Judul Penulis Isi Kekurangan Perbedaan

Network

Performance in

IEEE 802.11 and

IEEE 802.11p

Cluster Based on

VANET

(Prakaulya et al.,

2017)

Vibhavarsha

Prakaulya,

PROF. Neelu

Pareek,

Upendra

Singh

Mengevaluasi

kinerja 802.11p

menggunakan

routing protokol

LAR dan

DREAM pada

VANET

menggunakan

skenario jalan tol

dengan jalan

perkotaan.

Menggunakan

parameter

Packet Delivery

Ratio (PDR), end

to end delay, dan

routing overhead

1. Tidak

menggunak

an

parameter

throughput

2. Hanya

menggunak

an jenis

Standar

IEEE

802.11p

saja.

1. Mengguna

kan

parameter

throughput

2. Mengguna

kan standar

IEEE

802.11 dan

802.11p

QoS

performance

evaluation of

AODV and DSR

Routing

Protocols in City

VANET

Scenarios

(Meraihi et al.,

2017)

Yassine

Meraihi,

Dalila Acheli,

Amar

Ramdane

Cherif Lisv

Mengevaluasi

performansi

routing protokol

AODV dan

DSDV

menggunakan

802.11 pada

VANET dengan

parameter

Packet Delivery

Ratio (PDR),

jitter,

throughput, dan

end to end delay.

1. Tidak

menggunak

an

parameter

routing

overhead

2. Hanya

menggunak

an jenis

routing

protokol

reaktif saja

3. Hanya

menggunak

an jenis

standar

IEEE 802.11

saja.

1. Mengguna

kan

parameter

routing

overhead

2. Mengguna

kan routing

protocol

reaktif dan

proaktif

3. Mengguna

kan standar

IEEE

802.11p

dan 802.11

Studi Kinerja

802.11P pada

Protokol Ad Hoc

On-Demand

Distance Vector

(AODV) di

Lingkungan

Vehicular Ad

Hoc Network

(VANET)

Menggunakan

Network

Ilmal

Alifriansyah

Rahardjo,

Radityo

Anggoro, dan

F.X.

Arunanto

Mengevaluasi

kinerja IEEE

802.11p

menggunakan

routing protocol

AODV pada

VANET

menggunakan

parameter PDR,

avarage end to

end delay, dan

routing overhead

1. Tidak

menggunak

an

parameter

throughput

2. Hanya

menggunak

an jenis

routing

protokol

reaktif saja

1. Mengguna

kan

parameter

throughput

2. Mengguna

kan routing

protocol

reaktif dan

proaktif

3. Mengguna

kan standar

Page 54: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Simulator 2 (NS-

2)

(Rahardjo et al.,

2017)

3. Hanya

menggunak

an standar

IEEE

802.11p

saja.

IEEE

802.11p

dan 802.11

Analisis

Perbandingan

Wireless Network

Standard 802.11a

Dan

802.11p

Berdasarkan

Protokol

Dynamic Source

Routing Di

Lingkungan

Vehicular Ad

Hoc Networks

(Yusuf &

Anggoro, 2018)

Muhammad

Yusuf,

Radityo

Anggoro

Mengevaluasi

kinerja 802.11a

dan 802.11p

menggunakan

routing protokol

DSR pada

VANET dengan

parameter

Packet Delivery

Ratio (PDR),

routing

overhead, dan

end to end delay.

1. Tidak

menggunak

an

parameter

throughput

2. Hanya

menggunak

an jenis

routing

protokol

reaktif saja

1. Mengguna

kan

parameter

throughpu

t

2. Mengguna

kan

routing

protocol

reaktif dan

proaktif

Tabel 3.2 Resume Studi Literatur Sejenis

Penelitian Peneliti 1 Peneliti 2 Peneliti 3 Peneliti 4 Penulis

802.11

802.11p

Routing

Proaktif

Routing

Reaktif

VANET

Page 55: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Packet

Delivery

Ratio

(PDR), end

to end

delay, dan

routing

overhead

Packet

Delivery

Ratio

(PDR),

jitter,

throughput,

dan end to

end delay.

PDR,

avarage

end to end

delay, dan

routing

overhead

Packet

Delivery

Ratio

(PDR),

routing

overhead,

dan end to

end delay.

Packet

Delivery

Ratio

(PDR),

routing

overhead,

end to end

delay, dan

throughput.

Pada tabel 3.1 terdapat beberapa penelitian sejenis yang dijadikan

sebagai perbandingan dengan penelitian ini dan pada Tabel 3.2 terdapat

beberapa kekurangan yang kemudian akan dijadikan acuan untuk

pengembangan penelitian pada simulasi jaringan ini. Berdasarkan studi

literatur sejenis , maka dapat disimpulkan beberapa kelebihan pada

penelitian ini sebagai berikut :

1. Penelitian ini menggunakan routing protocol reaktif (AOMDV), dan

proaktif (DSDV).

2. Penelitian ini menggunakan standar IEEE 802.11p dan standar IEEE

802.11.

3. Parameter pengujian melengkapi kekurangan penelitian lain yaitu

throughput, end to end delay, packet delivery ratio, dan routing

overhead.

3.2. Metode Simulasi

Pada penelitian ini menggunakan metode simulasi sebagai metode

untuk menganalisis kinerja routing protocol AOMDV dan DSDV

menggunakan 802.11 dan 802.11p pada VANET berdasarkan parameter

throughput, end to end delay, packet delivery ratio, dan routing overhead

dengan cara melakukan uji coba simulasi menggunakan NS2 (Network

Simulator). Metode simulasi terdiri dari beberapa tahapan, yaitu :

Page 56: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.2.1. Problem Formulation

Permasalahan utama yang diperoleh setelah melakukan studi

pustaka dan studi penelitian sejenis, yaitu terletak pada menganalisis

kinerja routing protocol AOMDV dan DSDV menggunakan standar

IEEE 802.11 dan 802.11p menggunakan parameter throughput, end

to end delay, packet delivery ratio, dan routing overhead.

3.2.2. Conceptual Model

Setelah mendapatkan permasalahan, lalu membuat konsep

model simulasi. Pada penelitian ini dalam membuat model jaringan

VANET dibuat menggunakan open street map dan berdasarkan

jalanan sekitar Jendral Sudirman Kota Tangerang.

3.2.3. Input Output Data

Setelah membuat konsep simulasi, pada tahap ini akan

menetapkan input dan output yang akan digunakan pada simulasi.

Input merupakan atribut yang digunakan dalam simulasi, digunakan

input seperti banyaknya jumlah node, role, dan packet size.

Kemudian output adalah permasalahan yang diidentifikasi, seperti

throughput, end to end delay, packet delivery ratio, dan routing

overhead.

3.2.4. Modelling

Pada tahap ini akan menentukan parameter yang akan

digunakan selama simulasi, tahap ini juga dilakukan pembuatan

skenario-skenario pada simulasi.

3.2.5. Simulation

Pada tahap ini akan melakukan penerapan model yang telah

dibuat sebelumnya, model akan disimulasikan dengan variabel dan

parameter yang telah ditentukan. Pada simulasi jaringan VANET

Page 57: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menggunakan Simulation Urban Mobility (SUMO) sebagai simulasi

kendaraan, lalu lintas, dan kondisi jalanan berdasarkan file .osm

yang kemudian diconvert sehingga dapat berjalan diaplikasi SUMO.

3.2.6. Verification and Validation

Pada tahap ini adalah proses terpenting selama melakukan

simulasi yaitu melakukan pengecekan data dan menilai apakah hasil

dari simulasi dapat digunakan ke tahap selanjutnya.

3.2.7. Experimentation

Pada tahap ini akan dilakukan percobaan dengan semua

skenario yang telah dikonsepkan pada tahap sebelumnya. Percobaan

skenario menggunakan NS2 (Network Simulator 2).

3.2.8. Output Analysis

Tahap ini adalah tahap terakhir yaitu, akan dianalisis data

hasil dari skenario yang sudah dilakukan pada tahap

experimentation, pada tahap ini akan mengumpulkan data

berdasarkan file .tr yang dihasilkan ketika experimen menggunakan

file AWK, setalah itu data tersebut diolah dan divisualisasikan

menggunakan MS. Excel kemudian dianalisis.

3.3. Alasan Menggunakan Metode Simulasi

Dalam metode pengembangan sistem pada jaringan terdapat beberapa

metode di antaranya, metode simulasi dan NDLC (Network Development

Lifecyle). Pada metode NDLC terdapat beberapa tahapan yaitu, Analysis,

Design, Simulation Prototyping, Implementation, Monitoring, dan

Management. Dipilihnya metode simulasi sebagai metode pengembangan

sistem pada jaringan dengan alasan sebagai berikut :

1. Pada penelitian ini bukan mengimplementasikan fisik menggunakan

alat melainkan implementasi berupa simulasi yang nantinya akan

Page 58: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dianalisis berdasarkan data data yang diperoleh berdasarkan simulasi

tersebut.

2. Pada penelitian ini tidak diperlukan fase Monitoring, dan Management

karena berupa eksperimen untuk dibuat kesimpulan bukan sifatnya

yang kontinu.

3.4. Kerangka Berpikir

Gambar 3.1 Kerangka Berpikir

(Puspitasari, 2017)

Page 59: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.5. Alur Penelitian

Gambar 3.2 Alur Penelitian

Page 60: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB IV

IMPLEMENTASI SIMULASI DAN EKSPERIMEN

4.1. Problem Formulation

Routing protocol menjadi salah satu faktor yang penting pada jaringan

Vehicular Ad-hoc Networks (VANET), dikarenakan pada jaringan VANET

node node yang bergerak memiliki mobilitas yang sangat tinggi sehingga

proses pertukaran data tidak sebaik ketika mobilitas rendah atau diam saja.

Oleh karena itu IEEE mengeluarkan standar baru untuk jaringan VANET ini

yaitu WAVE (Wireless Access Vehicular Environments).

Untuk menentukan routing protocol pada jaringan VANET maka

dibutuhkan analisis kinerja pada protocol yang digunakan dengan

menggunakan perubahan standar IEEE dan standar IEEE sebelumnya

berdasarkan parameter dari quality of service (QoS). Untuk itu diperlukan

analisis kinerja routing protocol AOMDV dan DSDV menggunakan 802.11

dan 802.11p.

Pada penelitian ini akan dianalisis kinerja routing protocol AOMDV

dan DSDV menggunakan standar IEEE 802.11 dan 802.11 pada jaringan

vehicular ad-hoc networks dengan parameter throughput, end to end delay,

packet delivery ratio, dan routing overhead.

4.2. Conceptual Model

Pada tahapan ini akan dilakukan konfigurasi seperti konfigurasi yang

dilakukan pada vehicular ad-hoc networks. Pada simulasi ini node-node akan

berjalan di area simulasi sesuai kondisi jalanan yang ditentukan, pengambilan

area simulasi menggunakan open street map, lokasi yang digunakan untuk

membuat area simulasi ini adalah jalanan sekitar Jendral Sudirman Kota

Tangerang dengan luas 683m x 592m.

Karena Kota Tangerang sebagai kota seribu industri dan sejuta jasa,

pertumbuhan kendaraan di Tangerang alami peningkatan di tiap tahunnya,

menurut Dinas Perhubungan Kota Tangerang (Tampubolon, 2017) persoalan

Page 61: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kemacetan lalu lintas di sejumlah titik di Kota Tangerang terjadi sejak 2013

lalu. Hal itu terjadi setelah bertambahnya kendaraan baru sebanyak 5 persen

pertahun. Baik itu kendaraan roda dua maupun roda empat. Kenaikan jumlah

kendaraan tersebut tidak sebanding dengan jalan yang ada di Kota

Tangerang hanya mencapai 555.36 km2.

Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan Kota Tangerang

(Tampubolon, 2017) terdapat beberapa ruas jalan yang menjadi lokasi

kemacetan lalu lintas. Diantaranya, Jalan MH Thamrin, Jalan Hasyim Ashari,

Jalan Teuku Umar, Jalan Daan Mogot, Jalan Jenderal Sudirman dan

beberapa jalan utama lain yang menghubungan Kota Tangerang dengan Kota

Tangerang Selatan (Tangsel), Kabupaten Tangerang dan DKI Jakarta.

Untuk mengambil area simulasi yang akan digunakan dalam simulasi,

bisa dengan cara membuat area seleksi sesuai dengan wilayah yang

diinginkan atau bisa juga secara menyeluruh, sesuai dengan kebutuhan.

Setelah area seleksi yang diinginkan sudah terpilih, kemudian dilakukan

export pada OpenStreetMap.

Gambar 4.1 Pengambilan area simulasi dengan open street map

Page 62: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.3. Input/Output Data

4.3.1. Input

Terdapat beberapa atribut input yang diperlukan pada

simulasi penelitian ini, yaitu:

1. Node

Node merupakan sebuah titik di mana lokasi sebuah

perangkat (kendaraan) yang berada pada jaringan. Pada VANET

setiap node memiliki posisi masing-masing dan berpindah dari

titik satu ke titik lainnya berdasarkan kondisi jalanan, dalam

penelitian ini berarti node berjalan sesuai jalanan sekitar Jendral

Sudirman Kota Tangerang. Jumlah node pada simulasi ini

berdasarkan penelitian sebelumnya (Yusuf & Anggoro, 2018)

yaitu menggunakan variasi 30 node menandakan lenggang, 90

node sedang, dan 150 node padat/macet. Kemudian setiap

variasi node tersebut akan di lakukan eksperimen sebanyak 5

kali dan kemudian hasilnya data yang didapat akan dirata-

ratakan seperti penelitian sebelumnya yaitu (Auparay, Anggoro,

& Ijtihadie, 2017) agar menurunkan risiko kesalahan pada hasil

data penelitian.

2. Role

Role adalah sebuah tugas tertentu yang diberikan kepada

node. Pada simulasi ini terdapat 2 role berbeda yaitu, sender

(pengirim) dan receiver (penerima). Source bertugas untuk

mengirim packet ke penerima. Sedangkan receiver bertugas

menerima packet yang dikirimkan oleh sender.

3. Packetsize

Packetsize adalah besaran yang menunjukkan jumlah satuan

data yang akan dikirim dalam satu waktu komunikasi. Jumlah

packetsize yang digunakan pada simulasi ini yaitu sebesar 512

bytes mengikuti penelitian sebelumnya yaitu (Rahardjo et al.,

Page 63: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2017), secara default, proses baca atau tulis selalu melibatkan

satu sektor, yang di mana 1 sector setara dengan 512 byte

(Susana, Ichwan, & Phard, 2016).

4. Kecepatan

Kecepatan adalah ciri khas pada jaringan VANET, pada

penelitian ini digunakan kecepatan maximal 50 km/jam atau

setara dengan 13,89 m/s, hal ini sesuai peraturan kementerian

perhubungan tentang kecepatan suatu kendaraan di jalanan

perkotaan yaitu maximal 50 km/jam (Perhubungan, 2015).

4.3.2. Output

1. Throughput

Throughput digunakan untuk mengukur kecepatan pengiriman

packet pada routing protocol AOMDV dan DSDV

menggunakan 802.11 dan 802.11p.

2. Packet Delivery Ratio (PDR)

Packet delivery ratio merupakan perbandingan dari jumlah

paket data yang dikirim dengan paket data yang diterima dan

berbentuk persentase.

3. Average End-to-End Delay

Average end-to-end delay merupakan waktu rata-rata dari setiap

paket ketika sampai di tujuan. Semua paket, termasuk delay

yang dikarenakan oleh paket routing, ini juga akan

diperhitungkan dalam memperoleh nilai akhir.

4. Routing Overhead (RO)

Routing overhead merupakan jumlah paket routing control yang

ditransmisikan selama simulasi terjadi.

4.4. Modelling

Pada tahap modelling ini simulasi akan dibagi menjadi 4 skenario lalu

menganalisis kinerja routing protocol AOMDV dan DSDV dari setiap

skenario yang disimulasikan. Beberapa parameter disesuaikan dengan

Page 64: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

penelitian sebelumnya, yaitu penelitian M.Yusuf pada tahun 2017 dan

penelitian I.Rahardjo pada tahun 2017, dan beberapa sumber lain yang dapat

dipertanggungjawabkan. Parameter dari kedua penelitian sebagai berikut :

Tabel 4.1 Parameter Penelitian M. Yusuf

(Sumber, Yusuf & Anggoro, 2018)

Parameter Values

Network simulator NS-2.35

Routing protocol AODV

Waktu 360 detik

Radius transmisi 50 m

Agen CBR

Jumlah Kendaraan 50, 100, 150, 200

Model Propagasi Two-ray Ground

Standar IEEE IEEE 802.11p

Ukuran Paket 512 bytes

Kecepatan 15 m/s

Area Simulasi 1200m x 1200m (grid)

1200m x 800m (rill)

Tabel 4.2 Parameter Penelitian I. Rahardjo

(Sumber, Rahardjo et al., 2017)

Parameter Values

Network simulator NS-2.35

Routing protocol DSR

Waktu 900 detik

Radius transmisi 200 m

Agen CBR

Jumlah Kendaraan 30, 90, 150

Model Propagasi Two-ray Ground

Standar IEEE IEEE 802.11p/802.11a

Ukuran Paket 512 bytes

Kecepatan 10 m/s

Area Simulasi 2000m x 2000m

Page 65: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.4.1. Skenario Simulasi A

Tabel 4.3 Skenario A

Parameter Values

Network simulator NS-2.35

Routing protocol AOMDV

Waktu 150 detik

Agen CBR

Jumlah Kendaraan 30, 90, 150

Model Propagasi Two-ray Ground

Standar IEEE IEEE 802.11p

Ukuran Paket 512 bytes

Kecepatan 13,89 m/s

Pergerakan Node Map Based Movement

Area Simulasi 683m x 592m

Pada skenario A, konfigurasi node menggunakan routing

protocol AOMDV dan menggunakan 802.11p. Pada skenario ini

semua node memiliki kecepatan maximal 13,89 m/s dengan model

propogation Two-ray Ground. Traffic yang digunakan pada

skenario ini adalah CBR, dan paket yang digunakan adalah packet

UDP dengan packetsize sebesar 512 bytes

Pada skenario A juga menggunakan variasi node 30, 90, dan

150 node. Output dari simulasinya adalah parameter throughput,

avarage end to end delay, packet delivery ratio, dan routing

overhead.

Setiap variasi node (misal 30 node) akan dilakukan 5 kali

simulasi dengan source dan destination yang berbeda kemudian

hasilnya adalah 4 parameter yang digunakan (misal nilai throughput)

hasil dari 5 kali simulasi nilai throughput akan dirata-ratakan.

Page 66: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.4.2. Skenario Simulasi B

Tabel 4.4 Skenario B

Parameter Values

Network simulator NS-2.35

Routing protocol AOMDV

Waktu 150 detik

Agen CBR

Jumlah Kendaraan 30, 90, 150

Model Propagasi Two-ray Ground

Standar IEEE IEEE 802.11

Ukuran Paket 512 bytes

Kecepatan 13,89 m/s

Pergerakan Node Map Based Movement

Area Simulasi 683m x 592m

Pada skenario B, konfigurasi node menggunakan routing

protocol AOMDV dan menggunakan 802.11. Pada skenario ini

semua node memiliki kecepatan maximal 13,89 m/s dengan model

propogation Two-ray Ground. Traffic yang digunakan pada

skenario ini adalah CBR, dan paket yang digunakan adalah packet

UDP dengan packetsize sebesar 512 bytes

Pada skenario B juga menggunakan variasi node 30, 90, dan

150 node. Output dari simulasinya adalah parameter throughput,

avarage end to end delay, packet delivery ratio, dan routing

overhead.

Setiap variasi node (misal 90 node) akan dilakukan 5 kali

simulasi dengan source dan destination yang berbeda kemudian

hasilnya adalah 4 parameter yang digunakan (misal nilai packet

delivery ratio) hasil dari 5 kali simulasi nilai packet delivery ratio

akan dirata-ratakan.

Page 67: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.4.3. Skenario Simulasi C

Tabel 4.5 Skenario C

Parameter Values

Network simulator NS-2.35

Routing protocol DSDV

Waktu 150 detik

Agen CBR

Jumlah Kendaraan 30, 90, 150

Model Propagasi Two-ray Ground

Standar IEEE IEEE 802.11p

Ukuran Paket 512 bytes

Kecepatan 13,89 m/s

Pergerakan Node Map Based Movement

Area Simulasi 683m x 592m

Pada skenario C, konfigurasi node menggunakan routing

protocol DSDV dan menggunakan 802.11p. Pada skenario ini semua

node memiliki kecepatan maximal 13,89 m/s dengan model

propogation Two-ray Ground. Traffic yang digunakan pada

skenario ini adalah CBR, dan paket yang digunakan adalah packet

UDP dengan packetsize sebesar 512 bytes

Pada skenario C juga menggunakan variasi node 30, 90, dan

150 node. Output dari simulasinya adalah parameter throughput,

avarage end to end delay, packet delivery ratio, dan routing

overhead.

Setiap variasi node (misal 90 node) akan dilakukan 5 kali

simulasi dengan source dan destination yang berbeda kemudian

hasilnya adalah 4 parameter yang digunakan (misal nilai end to end

delay) hasil dari 5 kali simulasi nilai end to end delay akan dirata-

ratakan.

Page 68: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.4.4. Skenario Simulasi D

Tabel 4.6 Skenario D

Parameter Values

Network simulator NS-2.35

Routing protocol DSDV

Waktu 150 detik

Agen CBR

Jumlah Kendaraan 30, 90, 150

Model Propagasi Two-ray Ground

Standar IEEE IEEE 802.11

Ukuran Paket 512 bytes

Kecepatan 13,89 m/s

Pergerakan Node Map Based Movement

Area Simulasi 683m x 592m

Pada skenario D, konfigurasi node menggunakan routing

protocol DSDV dan menggunakan 802.11. Pada skenario ini semua

node memiliki kecepatan maximal 13,89 m/s dengan model

propogation Two-ray Ground. Traffic yang digunakan pada

skenario ini adalah CBR, dan paket yang digunakan adalah packet

UDP dengan packetsize sebesar 512 bytes

Pada skenario D juga menggunakan variasi node 30, 90, dan

150 node. Output dari simulasinya adalah parameter throughput,

avarage end to end delay, packet delivery ratio, dan routing

overhead.

Setiap variasi node (misal 150 node) akan dilakukan 5 kali

simulasi dengan source dan destination yang berbeda kemudian

hasilnya adalah 4 parameter yang digunakan (misal nilai routing

overhead) hasil dari 5 kali simulasi nilai routing overhead akan

dirata-ratakan.

Page 69: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.5. Simulation

Simulasi ini menggunakan sistem operasi Ubuntu 14.04 LTS 32 bit.

Pada tahap ini juga simulasi dilakukan dengan beberapa aplikasi NS2

(Network Simulation 2) versi 2.35 all-in-one yang digunakan sebagai syntax

compiler yang sudah dibuat di file berformat .tcl dan SUMO digunakan untuk

menentukan konsep awal seperti jumlah nodenya, kecepatannya, hingga

pergerakan dari masing-masing nodenya, berdasarkan peta jalanan yang

sudah didapat dari open street map dengan bentuk ekstensi .osm, file tersebut

nantinya akan dikoversi sehingga dapat dijalankan di SUMO. Aplikasi NAM

(Network Animator) akan menjalankan file .nam untuk menjalankan animasi

selama simulasi berlangsung. Lalu akan digunakan script awk untuk mencari

hasil parameter throughput, avarage end to end delay, packet delivery ratio,

dan routing overhead yang diambil dari file .tr lalu akan ditampilkan dalam

bentuk tabel dan grafik menggunakan MS. Excel.

4.5.1. Konfigurasi .osm Menjadi .tcl

Sebelum menggunakan jaringan VANET, perlu dilakukan

membuat jaringan VANET tersebut yaitu menggunakan SUMO

dengan mengkonversikan file .osm ke .cfg agar terbaca oleh aplikasi

SUMO. Konfigurasi .osm menjadi .cfg antara lain :

1. Membuat folder dengan nama 30node, masukan ke dalam folder

tersebut file .osm yang didapat pada open street map dan ubah

nama file menjadi 30node.osm

2. Pindahkan file osmPolyconvert.typ.xml yang terdapat pada

folder sumo ke dalam folder 30 node.

3. Tuliskan syntax di bawah ini secara berurutan menggunakan

terminal pada Ubuntu.

$ netconvert --osm-files 30.osm -o 30.net.xml $ polyconvert --osm-files 30.osm --net-file 30.net.xml --type-file osmPolyconvert.typ.xml -o 30.poly.xml

Page 70: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

$ python /home/ahmadrifkif/sumo- 1.0.1/tools/randomTrips.py -n 30.net.xml -r 30.rou.xml -p 0.5 --speed-exponent 13,89 -e 15 -l

Dalam syntax ketiga terdapat kode untuk mengubah

kecepatan, jumlah nodenya, dan arah pergerakan nodenya. Pada

syntax ketiga di atas menggunakan maximal kecepatan 13,89

m/s, 30 node dan pergerakannya adalah random sesuai kondisi

jalanan.

4. Kemudian buatlah sebuah file dengan ekstensi .sumo.cfg dengan

script seperti di bawah ini

<configuration>

<input>

<net-file value="30node.net.xml"/>

<route-files value="30node.rou.xml"/>

<additional-files value="30node.poly.xml"/>

</input>

<time>

<begin value="0"/>

<end value="150"/>

<step-length value="0.1"/>

</time>

</configuration>

5. Setelah itu jalankan pada terminal dengan syntaxsumo-gui

30node.sumo.cfg

Page 71: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.2 Simulasi VANET di SUMO

6. Setelah itu buka kembali terminal dan ketikan beberapa syntax

untuk mengkonversi sumo.cfg menjadi .tcl

$ sumo -c map.sumo.cfg --fcd-output 30.sumo.xml

$ python /home/ahmadrifkif/sumo- 1.0.1/tools

/traceExporter.py --fcd-input 30.sumo.xml --ns2config

output 30.tcl --ns2activity-output activity.tcl --ns2mobility-

output mobility30.tcl

7. Kemudian salin isi simple-wireless.tcl yang berada pada

direktori /ns-2.35/tcl/ex/simple-wireless.tcl, tempelkan pada file

30.tcl yang telah dibuat tadi.

8. Ubah area simulasi berdasarkan area simulasi pada hasil

konversi .osm ke .tcl

set opt(x) 683

set opt(y) 592

Page 72: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.5.2. Konfigurasi Setdest

Konfigurasi ini berfungsi untuk menentukan pergerakan

node akan sesuai dengan jalan raya, karena pada simulasi ini

menggunakan type pergerakan node Map Based Movement.

1. Konfigurasi Setdest 30 Node

Masukan dan ubah syntax di bawah ke dalam file 30.tcl

set val (nn) 30

source mobility30.tcl

Mobility30.tcl adalah hasil konversi dari sumo.cfg 30 node yang

berisi pergerakan node-node yang sesuai dengan kondisi

jalanan, di bawah adalah potongan isi file mobility30.tcl

$node_(0) set X_ 414.18

$node_(0) set Y_ 381.66

$node_(0) set Z_ 0

$ns_ at 0.0 "$node_(0) setdest 414.18 381.66 0.00"

$ns_ at 0.1 "$node_(0) setdest 414.18 381.68 0.25"

$ns_ at 0.2 "$node_(0) setdest 414.18 381.73 0.49"

$ns_ at 0.3 "$node_(0) setdest 414.19 381.81 0.75"

$ns_ at 0.4 "$node_(0) setdest 414.19 381.91 0.98"

$ns_ at 0.5 "$node_(0) setdest 414.19 382.03 1.21"

$node_(1) set X_ 5.07

$node_(1) set Y_ 375.65

$node_(1) set Z_ 0

$ns_ at 0.5 "$node_(1) setdest 5.07 375.65 0.00"

$ns_ at 0.6 "$node_(0) setdest 414.19 382.17 1.46"

2. Konfigurasi Setdest 90 Node

Masukan dan ubah syntax dibawah kedalam file 90.tcl

set val (nn) 90

source mobility90.tcl

Page 73: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mobility90.tcl adalah hasil konversi dari sumo.cfg 90 node yang

berisi pergerakan node node yang sesuai dengan kondisi

jalanan, dibawah adalah potongan isi file mobility90.tcl

$node_(0) set X_ 358.53

$node_(0) set Y_ 441.87

$node_(0) set Z_ 0

$ns_ at 0.0 "$node_(0) setdest 358.53 441.87 0.00"

$ns_ at 0.1 "$node_(0) setdest 358.53 441.89 0.25"

$ns_ at 0.2 "$node_(0) setdest 358.54 441.94 0.49"

$ns_ at 0.3 "$node_(0) setdest 358.54 442.02 0.75"

$ns_ at 0.4 "$node_(0) setdest 358.54 442.12 0.98"

$ns_ at 0.5 "$node_(0) setdest 358.54 442.24 1.21"

$node_(1) set X_ 414.86

$node_(1) set Y_ 413.07

$node_(1) set Z_ 0

$ns_ at 0.5 "$node_(1) setdest 414.86 413.07 0.00"

$ns_ at 0.6 "$node_(0) setdest 358.54 442.38 1.46"

3. Konfigurasi Setdest 150 Node

Masukan dan ubah syntax dibawah kedalam file 150.tcl

set val (nn) 150

source mobility150.tcl

Mobility150.tcl adalah hasil konversi dari sumo.cfg 150 node

yang berisi pergerakan node node yang sesuai dengan kondisi

jalanan, dibawah adalah potongan isi file mobility150.tcl

$node_(0) set X_ 415.64

$node_(0) set Y_ 584.92

$node_(0) set Z_ 0

$ns_ at 0.0 "$node_(0) setdest 415.64 584.92 0.00"

$ns_ at 0.1 "$node_(0) setdest 415.64 584.9 0.25"

Page 74: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

$ns_ at 0.2 "$node_(0) setdest 415.64 584.85 0.49"

$ns_ at 0.3 "$node_(0) setdest 415.63 584.77 0.75"

$ns_ at 0.4 "$node_(0) setdest 415.63 584.67 0.98"

$ns_ at 0.5 "$node_(0) setdest 415.63 584.55 1.21"

$node_(1) set X_ 416.51

$node_(1) set Y_ 486.58

$node_(1) set Z_ 0

$ns_ at 0.5 "$node_(1) setdest 416.51 486.58 0.00"

$ns_ at 0.6 "$node_(0) setdest 415.62 584.41 1.46"

4.5.3. Konfigurasi Skenario A

Konfigurasi pada skenario A menggunakan 3 variasi node

yaitu 30, 90, 150 node. Setiap variasi node akan dilakukan 5 kali

simulasi dengan source dan receiver yang berbeda beda.

Konfigurasi ini dilakukan menggunakan bahasa C dan disimpan

menggunakan ekstensi .tcl. Syntax konfigurasi yang digunakan pada

skenario A sebagai berikut:

1. Konfigurasi Skenario A 30 Node

Skenario A 30 node adalah skenario yang menggunakan 30

node dengan menggunakan routing protocol AOMDV dan

menggunakan 802.11p

set val(chan) Channel/WirelessChannel;

set val(prop) Propagation/TwoRayGround;

set val(netif) Phy/WirelessPhyExt;

set val(mac) Mac/802_11Ext;

set val(ifq) Queue/DropTail/PriQueue;

set val(ll) LL;

set val(ant) Antenna/OmniAntenna;

set val(ifqlen) 50;

set val(nn) 30;

Page 75: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

set val(rp) AOMDV;

set opt(x) 683

set opt(y) 592

# =============================#

# Main Program #

# =============================#

set ns_ [new Simulator]

set tracefd [open trace.tr w]

$ns_ trace-all $tracefd

set namf [open bukanam.nam w]

$ns_ namtrace-all-wireless $namf $opt(x) $opt(y)

set topo [new Topography]

$topo load_flatgrid $opt(x) $opt(y)

create-god $val(nn)

# konfigurasi node

$ns_ node-config -adhocRouting $val(rp) \

-llType $val(ll) \

-macType $val(mac) \

-ifqType $val(ifq) \

-ifqLen $val(ifqlen) \

-antType $val(ant) \

-propType $val(prop) \

-phyType $val(netif) \

-channelType $val(chan) \

Page 76: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

-topoInstance $topo \

-agentTrace ON \

-routerTrace ON \

-macTrace OFF \

-movementTrace ON

#802.11p default parameters

Phy/WirelessPhyExt set CSThresh_ 3.162e-12 ;#-

85 dBm Wireless interface sensitivity (sensitivity defined in

the standard)

Phy/WirelessPhyExt set Pt_ 0.001

Phy/WirelessPhyExt set freq_ 5.9e+9

Phy/WirelessPhyExt set noise_floor_ 1.26e-13 ;#-99

dBm for 10MHz bandwidth

Phy/WirelessPhyExt set L_ 1.0 ;#default

radio circuit gain/loss

Phy/WirelessPhyExt set PowerMonitorThresh_ 6.310e-14

;#-102dBm power monitor sensitivity

Phy/WirelessPhyExt set HeaderDuration_ 0.000040

;#40 us

Phy/WirelessPhyExt set BasicModulationScheme_ 0

Phy/WirelessPhyExt set PreambleCaptureSwitch_ 1

Phy/WirelessPhyExt set DataCaptureSwitch_ 0

Phy/WirelessPhyExt set SINR_PreambleCapture_ 2.5118;

;# 4 dB

Phy/WirelessPhyExt set SINR_DataCapture_ 100.0; ;#

10 dB

Phy/WirelessPhyExt set trace_dist_ 1e6 ;# PHY

trace until distance of 1 Mio. km ("infinty")

Page 77: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Phy/WirelessPhyExt set PHY_DBG_ 0

Mac/802_11Ext set CWMin_ 15

Mac/802_11Ext set CWMax_ 1023

Mac/802_11Ext set SlotTime_ 0.000013

Mac/802_11Ext set SIFS_ 0.000032

Mac/802_11Ext set ShortRetryLimit_ 7

Mac/802_11Ext set LongRetryLimit_ 4

Mac/802_11Ext set HeaderDuration_ 0.000040

Mac/802_11Ext set SymbolDuration_ 0.000008

Mac/802_11Ext set BasicModulationScheme_ 0

Mac/802_11Ext set use_802_11a_flag_ true

Mac/802_11Ext set RTSThreshold_ 2346

Mac/802_11Ext set MAC_DBG 0

for {set i 0} {$i < $val(nn) } {incr i} {

set node_($i) [$ns_ node]

$node_($i) random-motion 0 ;}

source mobility30.tcl

#Konfigurasi UDP dan CBR

set udp [new Agent/UDP]

$ns_ attach-agent $node_(5) $udp

set cbr [new Application/Traffic/CBR]

$cbr set type_ CBR

$cbr set packet_size_ 512

$cbr set rate_ 1mb

$cbr set random_ false

$cbr attach-agent $udp

set null [new Agent/Null]

Page 78: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

$ns_ attach-agent $node_(15) $null

$ns_ connect $udp $null

for {set i 0} {$i < $val(nn) } {incr i} {

$ns_ at 150.0 "$node_($i) reset";

}

$ns_ at 10.0 "$cbr start"

$ns_ at 150.0 "$cbr stop"

$ns_ at 150.0 "stop"

$ns_ at 150.01 "puts \"NS EXITING...\" ; $ns_ halt"

proc stop {} {

global ns_ tracefd

$ns_ flush-trace

close $tracefd

}

puts "Starting Simulation..."

$ns_ run

2. Konfigurasi Skenario A 90 Node

Skenario A 90 node adalah skenario yang menggunakan 90

node dengan menggunakan routing protocol AOMDV dan

menggunakan 802.11p. Syntax pada skenario ini hampir sama

dengan skenario A 30 node hanya saja ada yang berbeda sebagai

berikut :

set val(nn) 90;

source mobility90.tcl

3. Konfigurasi Skenario A 150 Node

Skenario A 150 node adalah skenario yang menggunakan

150 node dengan menggunakan routing protocol AOMDV dan

menggunakan 802.11p. Syntax pada skenario ini hampir sama

dengan skenario A 30 node hanya saja ada yang berbeda sebagai

berikut :

Page 79: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

set val(nn) 150;

source mobility150.tcl

4.5.4. Konfigurasi Skenario B

Konfigurasi pada skenario B menggunakan 3 variasi node yaitu

30, 90, 150 node. Setiap variasi node akan dilakukan 5 kali simulasi

dengan source dan receiver yang berbeda beda. Konfigurasi ini

dilakukan menggunakan bahasa C dan disimpan menggunakan

ekstensi .tcl. Syntax konfigurasi yang digunakan pada skenario B

sebagai berikut:

1. Konfigurasi Skenario B 30 Node

Skenario B 30 node adalah skenario yang menggunakan 30

node dengan menggunakan routing protocol AOMDV dan

menggunakan 802.11. Skenario B 30 node mempunyai

perbedaan sedikit dengan skenario A 30 node dengan mengubah

dan menghapus syntax

#mengubah

set val(netif) Phy/WirelessPhy;

set val(mac) Mac/802_11;

set val(nn) 30;

source mobility30.tcl

#menghapus

Phy/WirelessPhyExt set CSThresh_ 3.162e-12 ;#-

85 dBm Wireless interface sensitivity (sensitivity defined in

the standard)

Phy/WirelessPhyExt set Pt_ 0.001

Phy/WirelessPhyExt set freq_ 5.9e+9

Phy/WirelessPhyExt set noise_floor_ 1.26e-13 ;#-99

dBm for 10MHz bandwidth

Page 80: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Phy/WirelessPhyExt set L_ 1.0 ;#default

radio circuit gain/loss

Phy/WirelessPhyExt set PowerMonitorThresh_ 6.310e-14

;#-102dBm power monitor sensitivity

Phy/WirelessPhyExt set HeaderDuration_ 0.000040

;#40 us

Phy/WirelessPhyExt set BasicModulationScheme_ 0

Phy/WirelessPhyExt set PreambleCaptureSwitch_ 1

Phy/WirelessPhyExt set DataCaptureSwitch_ 0

Phy/WirelessPhyExt set SINR_PreambleCapture_ 2.5118;

;# 4 dB

Phy/WirelessPhyExt set SINR_DataCapture_ 100.0; ;#

10 dB

Phy/WirelessPhyExt set trace_dist_ 1e6 ;# PHY

trace until distance of 1 Mio. km ("infinty")

Phy/WirelessPhyExt set PHY_DBG_ 0

Mac/802_11Ext set CWMin_ 15

Mac/802_11Ext set CWMax_ 1023

Mac/802_11Ext set SlotTime_ 0.000013

Mac/802_11Ext set SIFS_ 0.000032

Mac/802_11Ext set ShortRetryLimit_ 7

Mac/802_11Ext set LongRetryLimit_ 4

Mac/802_11Ext set HeaderDuration_ 0.000040

Mac/802_11Ext set SymbolDuration_ 0.000008

Mac/802_11Ext set BasicModulationScheme_ 0

Mac/802_11Ext set use_802_11a_flag_ true

Mac/802_11Ext set RTSThreshold_ 2346

Mac/802_11Ext set MAC_DBG 0

Page 81: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Konfigurasi Skenario B 90 Node

Skenario B 90 node adalah skenario yang menggunakan 90

node dengan menggunakan routing protocol AOMDV dan

menggunakan IEEE 802.11. Syntax pada skenario ini hampir

sama dengan skenario B 30 node hanya saja ada yang berbeda

sebagai berikut :

set val(nn) 90;

source mobility90.tcl

3. Konfigurasi Skenario B 150 Node

Skenario B 150 node adalah skenario yang menggunakan

150 node dengan menggunakan routing protocol AOMDV dan

menggunakan 802.11. Syntax pada skenario ini hampir sama

dengan skenario B 30 node hanya saja ada yang berbeda sebagai

berikut :

set val(nn) 150;

source mobility150.tcl

4.5.5. Konfigurasi Skenario C

Konfigurasi pada skenario C menggunakan 3 variasi node

yaitu 30, 90, 150 node. Setiap variasi node akan dilakukan 5 kali

simulasi dengan source dan receiver yang berbeda beda.

Konfigurasi ini dilakukan menggunakan bahasa C dan disimpan

menggunakan ekstensi .tcl. Syntax konfigurasi yang digunakan pada

skenario C sebagai berikut:

1. Konfigurasi Skenario C 30 Node

Skenario C 30 node adalah skenario yang menggunakan 30

node dengan menggunakan routing protocol DSDV dan

menggunakan 802.11p

set val(chan) Channel/WirelessChannel;

set val(prop) Propagation/TwoRayGround;

set val(netif) Phy/WirelessPhyExt;

Page 82: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

64

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

set val(mac) Mac/802_11Ext;

set val(ifq) Queue/DropTail/PriQueue;

set val(ll) LL;

set val(ant) Antenna/OmniAntenna;

set val(ifqlen) 50;

set val(nn) 30;

set val(rp) DSDV;

set opt(x) 683

set opt(y) 592

# =============================#

# Main Program #

# =============================#

set ns_ [new Simulator]

set tracefd [open trace.tr w]

$ns_ trace-all $tracefd

set namf [open bukanam.nam w]

$ns_ namtrace-all-wireless $namf $opt(x) $opt(y)

set topo [new Topography]

$topo load_flatgrid $opt(x) $opt(y)

create-god $val(nn)

# konfigurasi node#

$ns_ node-config -adhocRouting $val(rp) \

-llType $val(ll) \

-macType $val(mac) \

-ifqType $val(ifq) \

-ifqLen $val(ifqlen) \

-antType $val(ant) \

-propType $val(prop) \

Page 83: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

65

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

-phyType $val(netif) \

-channelType $val(chan) \

-topoInstance $topo \

-agentTrace ON \

-routerTrace ON \

-macTrace OFF \

-movementTrace ON

#802.11p default parameters

Phy/WirelessPhyExt set CSThresh_ 3.162e-12 ;#-

85 dBm Wireless interface sensitivity (sensitivity defined in

the standard)

Phy/WirelessPhyExt set Pt_ 0.001

Phy/WirelessPhyExt set freq_ 5.9e+9

Phy/WirelessPhyExt set noise_floor_ 1.26e-13 ;#-99

dBm for 10MHz bandwidth

Phy/WirelessPhyExt set L_ 1.0 ;#default

radio circuit gain/loss

Phy/WirelessPhyExt set PowerMonitorThresh_ 6.310e-14

;#-102dBm power monitor sensitivity

Phy/WirelessPhyExt set HeaderDuration_ 0.000040

;#40 us

Phy/WirelessPhyExt set BasicModulationScheme_ 0

Phy/WirelessPhyExt set PreambleCaptureSwitch_ 1

Phy/WirelessPhyExt set DataCaptureSwitch_ 0

Phy/WirelessPhyExt set SINR_PreambleCapture_ 2.5118;

;# 4 dB

Phy/WirelessPhyExt set SINR_DataCapture_ 100.0; ;#

10 dB

Page 84: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Phy/WirelessPhyExt set trace_dist_ 1e6 ;# PHY

trace until distance of 1 Mio. km ("infinty")

Phy/WirelessPhyExt set PHY_DBG_ 0

Mac/802_11Ext set CWMin_ 15

Mac/802_11Ext set CWMax_ 1023

Mac/802_11Ext set SlotTime_ 0.000013

Mac/802_11Ext set SIFS_ 0.000032

Mac/802_11Ext set ShortRetryLimit_ 7

Mac/802_11Ext set LongRetryLimit_ 4

Mac/802_11Ext set HeaderDuration_ 0.000040

Mac/802_11Ext set SymbolDuration_ 0.000008

Mac/802_11Ext set BasicModulationScheme_ 0

Mac/802_11Ext set use_802_11a_flag_ true

Mac/802_11Ext set RTSThreshold_ 2346

Mac/802_11Ext set MAC_DBG 0

for {set i 0} {$i < $val(nn) } {incr i} {

set node_($i) [$ns_ node]

$node_($i) random-motion 0 ;}

source mobility30.tcl

#Konfigurasi UDP dan CBR

set udp [new Agent/UDP]

$ns_ attach-agent $node_(5) $udp

set cbr [new Application/Traffic/CBR]

$cbr set type_ CBR

$cbr set packet_size_ 512

$cbr set rate_ 1mb

$cbr set random_ false

Page 85: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

67

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

$cbr attach-agent $udp

set null [new Agent/Null]

$ns_ attach-agent $node_(15) $null

$ns_ connect $udp $null

for {set i 0} {$i < $val(nn) } {incr i} {

$ns_ at 150.0 "$node_($i) reset";

}

$ns_ at 10.0 "$cbr start"

$ns_ at 150.0 "$cbr stop"

$ns_ at 150.0 "stop"

$ns_ at 150.01 "puts \"NS EXITING...\" ; $ns_ halt"

proc stop {} {

global ns_ tracefd

$ns_ flush-trace

close $tracefd

}

puts "Starting Simulation..."

$ns_ run

2. Konfigurasi Skenario C 90 Node

Skenario C 90 node adalah skenario yang menggunakan 90

node dengan menggunakan routing protocol DSDV dan

menggunakan 802.11p. Syntax pada skenario ini hampir sama

dengan skenario C 30 node hanya saja ada yang berbeda sebagai

berikut :

set val(nn) 90;

source mobility90.tcl

Page 86: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

68

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Konfigurasi Skenario C 150 Node

Skenario C 150 node adalah skenario yang menggunakan

150 node dengan menggunakan routing protocol DSDV dan

menggunakan 802.11p. Syntax pada skenario ini hampir sama

dengan skenario C 30 node hanya saja ada yang berbeda sebagai

berikut :

set val(nn) 150;

source mobility90.tcl

4.5.6. Konfigurasi Skenario D

Konfigurasi pada skenario D menggunakan 3 variasi node

yaitu 30, 90, 150 node. Setiap variasi node akan dilakukan 5 kali

simulasi dengan source dan receiver yang berbeda beda.

Konfigurasi ini dilakukan menggunakan bahasa C dan disimpan

menggunakan ekstensi .tcl. Syntax konfigurasi yang digunakan pada

skenario D sebagai berikut:

1. Konfigurasi Skenario D 30 Node

Skenario D 30 node adalah skenario yang menggunakan 30

node dengan menggunakan routing protocol AOMDV dan

menggunakan 802.11. Skenario D 30 node mempunyai

perbedaan sedikit dengan skenario C 30 node dengan mengubah

dan menghapus syntax

#mengubah

set val(netif) Phy/WirelessPhy;

set val(mac) Mac/802_11;

set val(nn) 30;

source mobility30.tcl

#menghapus

Page 87: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

69

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Phy/WirelessPhyExt set CSThresh_ 3.162e-12 ;#-

85 dBm Wireless interface sensitivity (sensitivity defined in

the standard)

Phy/WirelessPhyExt set Pt_ 0.001

Phy/WirelessPhyExt set freq_ 5.9e+9

Phy/WirelessPhyExt set noise_floor_ 1.26e-13 ;#-99

dBm for 10MHz bandwidth

Phy/WirelessPhyExt set L_ 1.0 ;#default

radio circuit gain/loss

Phy/WirelessPhyExt set PowerMonitorThresh_ 6.310e-14

;#-102dBm power monitor sensitivity

Phy/WirelessPhyExt set HeaderDuration_ 0.000040

;#40 us

Phy/WirelessPhyExt set BasicModulationScheme_ 0

Phy/WirelessPhyExt set PreambleCaptureSwitch_ 1

Phy/WirelessPhyExt set DataCaptureSwitch_ 0

Phy/WirelessPhyExt set SINR_PreambleCapture_ 2.5118;

;# 4 dB

Phy/WirelessPhyExt set SINR_DataCapture_ 100.0; ;#

10 dB

Phy/WirelessPhyExt set trace_dist_ 1e6 ;# PHY

trace until distance of 1 Mio. km ("infinty")

Phy/WirelessPhyExt set PHY_DBG_ 0

Mac/802_11Ext set CWMin_ 15

Mac/802_11Ext set CWMax_ 1023

Mac/802_11Ext set SlotTime_ 0.000013

Mac/802_11Ext set SIFS_ 0.000032

Mac/802_11Ext set ShortRetryLimit_ 7

Mac/802_11Ext set LongRetryLimit_ 4

Page 88: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

70

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mac/802_11Ext set HeaderDuration_ 0.000040

Mac/802_11Ext set SymbolDuration_ 0.000008

Mac/802_11Ext set BasicModulationScheme_ 0

Mac/802_11Ext set use_802_11a_flag_ true

Mac/802_11Ext set RTSThreshold_ 2346

Mac/802_11Ext set MAC_DBG 0

2. Konfigurasi Skenario D 90 Node

Skenario D 90 node adalah skenario yang menggunakan 90

node dengan menggunakan routing protocol AOMDV dan

menggunakan 802.11. Syntax pada skenario ini hampir sama

dengan skenario D 30 node hanya saja ada yang berbeda sebagai

berikut :

set val(nn) 90;

source mobility90.tcl

3. Konfigurasi Skenario D 150 Node

Skenario D 150 node adalah skenario yang menggunakan

150 node dengan menggunakan routing protocol AOMDV dan

menggunakan 802.11. Syntax pada skenario ini hampir sama

dengan skenario D 30 node hanya saja ada yang berbeda sebagai

berikut :

set val(nn) 150;

source mobility150.tcl

4.6. Verification and Validation

Penjelasan dan pembahasan mengenai verification and validation

dijelaskan pada BAB V skripsi ini tentang hasil dan pembahasan.

4.7. Experimentation

Penjelasan dan pembahasan mengenai experimentation dijelaskan pada

BAB V skripsi ini tentang hasil dan pembahasan.

Page 89: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

71

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.8. Output Analisys

Penjelasan dan pembahasan mengenai output analisys dijelaskan pada

BAB V skripsi ini tentang hasil dan pembahasan.

Page 90: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

71

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Verification and Validation

Pada tahap ini, simulasi tahap sebelumnya akan di verifikasi dan

divalidasi. Hal ini perlu dilakukan karena untuk mengetahui apakah simulasi

telah sesuai dengan tahap sebelumnya atau tidak. Jika pada tahap ini skenario

belum sesuai dengan tahap sebelumnya maka harus ada pengecekan dan

perbaikan di tahap sebelumnya, apabila pada tahap ini sudah sesuai dengan

tahap sebelumnya maka simulasi dapat dilanjutkan ke tahap selanjutnya.

Verifikasi pada tahap ini menggunakan OS ubuntu dan aplikasi SUMO,

aplikasi SUMO ini digunakan untuk melihat pergerakan node (kendaraan)

sesuai dengan peta yang digunakan. Jika pergerakan kendaraan sesuai yang

telah diskenariokan sesuai maka akan dilanjutkan ke tahap selanjutnya,

apabila tidak berhasil atau tidak sesuai maka harus dilakukan pengecekan dan

perbaikan pada tahap sebelumnya.

Validasi pada tahap ini akan mengecek jumlah kendaraan dan maximal

kecepatan pada kendaraan pada aplikasi SUMO. Gambar 5.1 merupakan

simulasi dilakukan pada aplikasi SUMO menggunakan node 30, 90 , dan 150

node.

Page 91: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

72

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 5.1 Verifikasi dan Validasi 30 Node

Pada Gambar 5.1 pergerakan node (kendaraan) sudah sesuai dengan

kondisi jalan yang telah ditentukan pada tahap sebelumnya, dan jumlah

nodenya serta maximal kecepatan sudah sesuai dengan tahap sebelumnya

yaitu 30 node dan kecepatan rata-rata kendaraan tidak lebih dari maximal

kecepatan yaitu 13,89 m/s.

Page 92: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

73

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 5.2 Verifikasi dan Validasi 90 Node

Pada Gambar 5.2 pergerakan node (kendaraan) sudah sesuai dengan

kondisi jalan yang telah ditentukan pada tahap sebelumnya, dan jumlah

nodenya serta maximal kecepatan sudah sesuai dengan tahap sebelumnya

yaitu 90 node dan kecepatan rata-rata kendaraan tidak lebih dari maximal

kecepatan yaitu 13,89 m/s.

Page 93: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

74

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 5.3 Verifikasi dan Validasi 150 Node

Pada Gambar 5.3 pergerakan node (kendaraan) sudah sesuai dengan

kondisi jalan yang telah ditentukan pada tahap sebelumnya, dan jumlah

nodenya serta maximal kecepatan sudah sesuai dengan tahap sebelumnya

yaitu 150 node dan kecepatan rata-rata kendaraan tidak lebih dari maximal

kecepatan yaitu 13,89 m/s.

5.2. Experimentation

Pada tahap ini akan dilakukan eksperimen dengan menguji skenario

yang sudah dirancang sebelumnya :

5.2.1. Pengujian Konfigurasi Simulasi

Pada tahap pengujian konfigurasi simulasi ini akan

melakukan pemeriksaan apakah konfigurasi yang telah dibuat sudah

sesuai format dan dapat berjalan atau tidak. Pada tahap ini pengujian

Page 94: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

75

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dilakukan menggunakan aplikasi NS2 yang digunakan untuk

mengkompile file yang berekstensi .tcl yang berisi syntax simulasi.

Untuk mengkompile file tersebut dapat dilakukan dengan

menuliskan command “$ ns <nama_file.tcl>” pada terminal.

Kemudian file akan dikompile setelah itu akan menghasilkan file

berekstensi .nam untuk melihat pergerakan node atau animasinya,

dan .tr untuk mengetahui trace dari simulasi tersebut berisi beberapa

data yang akan digunakan.

Gambar 5.4 Pengujian Konfigurasi Simulasi

Pada Gambar 5.4 merupakan pengujian konfigurasi 30node,

pada gambar tersebut tidak terdapat error pada syntax file 30.tcl,

maka akan muncul file .nam untuk melihat animasi simulasi

jaringannya dan .tr untuk mengetahui trace dari simulasi tersebut.

Percobaan ini dilakukan pada semua simulasi.

Page 95: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

76

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5.2.2. Pengujian Pengiriman Paket UDP

Pengujian pengiriman paket menggunakan UDP dilakukan

untuk memeriksa apakah node source mengirimkan jenis paket

menggunakan UDP ke receiver atau tidak. Pengujian tahap ini

dilakukan dengan membuka file .nam yang telah dibuat dari hasil

kompilasi file .tcl di atas. File .nam digunakan untuk menjalankan

video animasi dari simulasi yang dijalankan lalu melihat jenis

pengiriman paket UDP seperti Gambar 5.5

Gambar 5.5 Pengujian Pengiriman Paket UDP

Pada Gambar 5.5 merupakan pengujian pengiriman paket

UDP pada 30 node, pada gambar tersebut terdapat node berwarna

biru (source) dan hijau (receiver), source di atas mengirim beberapa

paket dengan menggunakan jenis pengiriman UDP menggunakan

agent CBR (constant bit rate).

Page 96: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

77

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5.2.3. Pengujian Source dan Destination

Pengujian source dan destination dilakukan untuk

memastikan apakah node source mengirimkan paket menggunakan

ke node receiver atau tidak. Pengujian tahap ini dilakukan dengan

membuka file .nam yang telah dibuat dari hasil kompilasi file .tcl

diatas. File .nam digunakan untuk menjalankan video animasi dari

simulasi yang dijalankan lalu melihat pengiriman paket dari source

ke receiver.

Gambar 5.6 Pengujian source dan destination

Pada Gambar 5.6 merupakan pengujian source dan

destination pada 30 node, pada gambar tersebut terdapat node

berwarna biru (source) node bernomor 1 dan hijau (receiver) node

bernomor 11, node source mengirim beberapa paket menuju ke node

receiver. Pengujian ini dilakukan ke semua skenario yang telah

dibuat.

Page 97: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

78

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5.3. Output Analisys

5.3.1. Skenario A

Pada skenario A memakai routing protocol AOMDV dan

menggunakan 802.11p. Skenario A terdiri dari tiga variasi node

yaitu, 30, 90 , dan 150 node. Setiap variasi node akan dilakukan 5

kali simulasi dengan source dan receiver yang berbeda. Simulasi

dilakukan dengan mengirimkan paket UDP sebesar 512 bytes.

Hasil pengujian dari skenario A telah dibentuk menjadi tabel

dan grafik, berikut tabel dan grafik Quality of Service berupa

throughput, avarage end to end delay, packet delivery ratio, dan

routing overhead pada routing protocol AOMDV dan IEEE 802.11p

:

Tabel 5.1 Hasil Throuhput Skenario A

Throughput (kbps)

Skenario

A

Simulasi

ke 1

Simulasi

ke 2

Simulasi

ke 3

Simulasi

ke 4

Simulasi

ke 5

Rata –

rata

AOMDV

802.11p

30 949,19 529,88 821,69 831,45 587,72 743,986

AOMDV

802.11p

90 175,95 374,17 394,03 435,31 943,44 464,58

AOMDV

802.11p

150 601,93 175,35 306,61 316,56 230,48 326,186

Grafik 5.1 Hasil Throughput Skenario A

Dari Tabel 5.1 diperoleh beberapa informasi hasil dari

skenario A untuk quality of service throughput, diperoleh rata-rata

743,986

464,58326,186

0

200

400

600

800

Aomdv 802.11p 30 Aomdv 802.11p 90 Aomdv 802.11p 150

Throughput Skenario A

Page 98: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

79

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

throughput dari lima kali simulasi dari masing-masing setiap node,

yaitu pada 30 node sebesar 743.986 kbps, 90 node 464.58 kbps, dan

150 node 326.186 kbps.

Berdasarkan Grafik 5.1 rata-rata throughput dari lima kali

simulasi skenario A semakin bertambahnya jumlah node, maka nilai

throughput akan semakin kecil.

Tabel 5.2 Hasil PDR Skenario A

Grafik 5.2 Hasil PDR Skenario A

Dari Tabel 5.2 diperoleh beberapa informasi hasil dari

skenario A untuk quality of service packet delivery ratio (PDR),

diperoleh rata-rata PDR dari lima kali simulasi dari masing-masing

setiap node, yaitu pada 30 node sebesar 59.968 %, 90 node 38.514

%, dan 150 node 26.628 %,.

Berdasarkan Grafik 5.2 rata-rata PDR dari lima kali simulasi

skenario A semakin bertambahnya jumlah node, maka nilai PDR

akan semakin kecil.

59,968

38,51426,628

0

20

40

60

80

Aomdv 802.11p 30 Aomdv 802.11p 90 Aomdv 802.11p 150

PDR Skenario A

PDR (%) Skenario

A

Simulasi

ke 1

Simulasi

ke 2

Simulasi

ke 3

Simulasi

ke 4

Simulasi

ke 5

Rata –

rata

AOMDV

802.11p

30 91,35 24,19 79,08 80,02 25,2 59,968 AOMDV

802.11p

90 15,37 29,84 32,49 24,07 90,8 38,514 AOMDV

802.11p

150 53,32 15,64 23,89 28 12,29 26,628

Page 99: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

80

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 5.3 Hasil Avarage End to End Delay Skenario A

Grafik 5.3 Hasil Avarage End to End Delay Skenario A

Dari Tabel 5.3 diperoleh beberapa informasi hasil dari

skenario A untuk quality of service avarage end to end delay,

diperoleh rata-rata delay dari lima kali simulasi dari masing-masing

setiap node, yaitu pada 30 node sebesar 25.0324 ms, 90 node

79.3266 ms, dan 150 node 153.0486

Berdasarkan Grafik 5.3 rata-rata delay dari lima kali simulasi

skenario A semakin bertambahnya jumlah node, maka nilai delay

akan semakin bertambah.

Tabel 5.4 Hasil Routing Overhead Skenario A

Routing Overhead

Skenario

A

Simulasi

ke 1

Simulasi

ke 2

Simulasi

ke 3

Simulasi

ke 4

Simulasi

ke 5

Rata –

rata

AOMDV

802.11p

30 4237 5107 4388 4518 4399 4529,8

25,0324

79,3266

153,0486

0

50

100

150

200

Aomdv 802.11p 30 Aomdv 802.11p 90 Aomdv 802.11p 150

Avarage End to End Delay Skenario A

Avarage End to End Delay (ms)

Skenario

A

Simulasi

ke 1

Simulasi

ke 2

Simulasi

ke 3

Simulasi

ke 4

Simulasi

ke 5

Rata –

rata

AOMDV

802.11p

30 10,656 23,836 15,849 47,544 27,277 25,0324

AOMDV

802.11p

90 147,898 72,244 57,56 103,708 15,223 79,3266

AOMDV

802.11p

150 28,99 142,253 98,664 124,456 370,88 153,0486

Page 100: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

81

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

AOMDV

802.11p

90 14761 14840 18576 13064 12683 14784,8

AOMDV

802.11p

150 22516 25302 21128 22877 26257 23616

Grafik 5.4 Hasil Routing Overhead Skenario A

Dari Tabel 5.4 diperoleh beberapa informasi hasil dari

skenario A untuk quality of service avarage routing overhead,

diperoleh rata-rata routing overhead dari lima kali simulasi dari

masing-masing setiap node, yaitu pada 30 node sebesar 4529.8, 90

node 14784.8, dan 150 node 23616.

Berdasarkan Grafik 5.4 rata-rata routing overhead dari lima

kali simulasi skenario A semakin bertambahnya jumlah node, maka

nilai routing overhead akan semakin bertambah.

5.3.2. Skenario B

Pada skenario B memakai routing protocol AOMDV dan

menggunakan 802.11. Skenario B terdiri dari tiga variasi node yaitu,

30, 90 , dan 150 node. Setiap variasi node akan dilakukan 5 kali

simulasi dengan source dan receiver yang berbeda beda berdasarkan

pada tahap input/output bagian role. Simulasi dilakukan dengan

mengirimkan paket UDP sebesar 512 bytes.

Hasil pengujian dari skenario A telah dibentuk menjadi tabel

dan grafik, berikut tabel dan grafik Quality of Service berupa

4529,8

14784,8

23616

0

5000

10000

15000

20000

25000

Aomdv 802.11p 30 Aomdv 802.11p 90 Aomdv 802.11p 150

Routing Overhead Skenario A

Page 101: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

82

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

throughput, avarage end to end delay, packet delivery ratio, dan

routing overhead pada routing protocol AOMDV dan 802.11 :

Tabel 5.5 Hasil Throughput Skenario B

Throughput

Skenario

B

Simulasi

ke 1

Simulasi

ke 2

Simulasi

ke 3

Simulasi

ke 4

Simulasi

ke 5

Rata –

rata

AOMDV

802.11

30 587,82 414,48 539,19 483,26 464,47 497,844

AOMDV

802.11

90 228,12 234,7 333,22 189,19 549,79 307,004

AOMDV

802.11

150 393,49 127,02 171,82 216,24 74,95 196,704

Grafik 5.5 Hasil Throughput Skenario B

Dari Tabel 5.5 diperoleh beberapa informasi hasil dari

skenario B untuk quality of service throughput, diperoleh rata-rata

throughput dari lima kali simulasi dari masing-masing setiap node,

yaitu pada 30 node sebesar 497.844 kbps, 90 node 307.004 kbps, dan

150 node 196.704 kbps.

Berdasarkan Grafik 5.5 rata-rata throughput dari lima kali

simulasi skenario B semakin bertambahnya jumlah node, maka nilai

throughput akan semakin menurun.

497,844

307,004

196,704

0

200

400

600

Aomdv 802.11 30 Aomdv 802.11 90 Aomdv 802.11p 150

Throughput Skenario B

Page 102: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

83

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 5.6 Hasil PDR Skenario B

Grafik 5.6 Hasil PDR Skenario B

Dari Tabel 5.6 diperoleh beberapa informasi hasil dari

skenario B untuk quality of service packet delivery ratio (PDR),

diperoleh rata-rata PDR dari lima kali simulasi dari masing-masing

setiap node, yaitu pada 30 node sebesar 38.808 %, 90 node 28.664

%, dan 150 node 17.308 %.

Berdasarkan Grafik 5.6 rata-rata PDR dari lima kali simulasi

skenario B semakin bertambahnya jumlah node, maka nilai PDR

akan semakin menurun.

Tabel 5.7 Hasil Avarage End to End Delay Skenario B

Avarage End to End Delay

Skenario

B

Simulasi

ke 1

Simulasi

ke 2

Simulasi

ke 3

Simulasi

ke 4

Simulasi

ke 5

Rata –

rata

38,808

28,664

17,308

0

10

20

30

40

50

Aomdv 802.11 30 Aomdv 802.11 90 Aomdv 802.11p 150

PDR Skenario B

PDR

Skenario

B

Simulasi

ke 1

Simulasi

ke 2

Simulasi

ke 3

Simulasi

ke 4

Simulasi

ke 5

Rata –

rata

AOMDV

802.11

30 56,57 19,23 51,89 46,51 19,84 38,808

AOMDV

802.11

90 20,49 21,22 32,07 16,63 52,91 28,664

AOMDV

802.11

150 35,93 11,61 13,96 18,95 6,09 17,308

Page 103: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

84

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

AOMDV

802.11

30 345,77 397,647 347,501 389,451 361,362 368,3462

AOMDV

802.11

90 566,076 440,639 572,654 728,823 359,299 533,4982

AOMDV

802.11

150 424,962 580,924 694,845 469,793 869,413 607,9874

Grafik 5.7 Hasil Avarage End to End Delay Skenario B

Dari Tabel 5.7 diperoleh beberapa informasi hasil dari

skenario B untuk quality of service avarage end to end delay,

diperoleh rata-rata delay dari lima kali simulasi dari masing-masing

setiap node, yaitu pada 30 node sebesar 368.3462 ms, 90 node

533.4982 ms, dan 150 node 607.9874 ms

Berdasarkan Grafik 5.7 rata-rata delay dari lima kali simulasi

skenario B semakin bertambahnya jumlah node, maka nilai delay

akan semakin menaik.

Tabel 5.8 Hasil Routing Overhead Skenario B

Routing Overhead

Skenario

B

Simulasi

ke 1

Simulasi

ke 2

Simulasi

ke 3

Simulasi

ke 4

Simulasi

ke 5

Rata –

rata

AOMDV

802.11

30 4276 5015 4376 4369 4475 4502,2

AOMDV

802.11

90 14738 13841 13190 13296 12339 13480,8

368,3462

533,4982607,9874

0

100

200

300

400

500

600

700

Aomdv 802.11 30 Aomdv 802.11 90 Aomdv 802.11p 150

Avarage End to End Delay Skenario B

Page 104: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

85

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

AOMDV

802.11

150 22287 23432 21175 22510 24204 22721,6

Grafik 5.8 Hasil Routing Overhead Skenario B

Dari Tabel 5.8 diperoleh beberapa informasi hasil dari

skenario B untuk quality of service routing overhead, diperoleh rata-

rata routing overhead dari lima kali simulasi dari masing-masing

setiap node, yaitu pada 30 node sebesar 4502.2, 90 node 13480.8,

dan 150 node 22721.6.

Berdasarkan Grafik 5.8 rata-rata routing overhead dari lima

kali simulasi skenario B semakin bertambahnya jumlah node, maka

nilai routing overhead akan semakin menaik.

5.3.3. Skenario C

Pada skenario C memakai routing protocol DSDV dan

menggunakan 802.11p. Skenario C terdiri dari tiga variasi node

yaitu, 30, 90 , dan 150 node. Setiap variasi node akan dilakukan 5

kali simulasi dengan source dan receiver yang berbeda beda

berdasarkan pada tahap input/output bagian role. Simulasi dilakukan

dengan mengirimkan paket UDP sebesar 512 bytes.

Hasil pengujian dari skenario C telah dibentuk menjadi tabel

dan grafik, berikut tabel dan grafik Quality of Service berupa

throughput, avarage end to end delay, packet delivery ratio, dan

routing overhead pada routing protocol DSDV dan 802.11p :

4502,2

13480,8

22721,6

0

5000

10000

15000

20000

25000

Aomdv 802.11 30 Aomdv 802.11 90 Aomdv 802.11p 150

Routing Overhead Skenario B

Page 105: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

86

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 5.9 Hasil Throughput Skenario C

Throughput

Skenario

C

Simulasi

ke 1

Simulasi

ke 2

Simulasi

ke 3

Simulasi

ke 4

Simulasi

ke 5

Rata –

rata

DSDV

802.11p

30 920,64 1039,15 815,27 697,87 1039,14 902,414

DSDV

802.11p

90 1039,39 329,11 392,12 339,73 923,13 604,696

DSDV

802.11p

150 847,92 539,45 211,43 429,68 508,16 507,328

Grafik 5.9 Hasil Throughput Skenario C

Dari Tabel 5.9 diperoleh beberapa informasi hasil dari

skenario C untuk quality of service throughput, diperoleh rata-rata

throughput dari lima kali simulasi dari masing-masing setiap node,

yaitu pada 30 node sebesar 902.414 kbps, 90 node 604.696 kbps, dan

150 node 507.328 kbps

Berdasarkan Grafik 5.9 rata-rata throughput dari lima kali

simulasi skenario C semakin bertambahnya jumlah node, maka nilai

throughput akan semakin menurun.

Tabel 5.10 Hasil PDR Skenario C

PDR

Skenario

C

Simulasi

ke 1

Simulasi

ke 2

Simulasi

ke 3

Simulasi

ke 4

Simulasi

ke 5

Rata –

rata

902,414

604,696

507,328

0,000

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

700,000

800,000

900,000

1000,000

DSDV 802.11p 30 DSDV 802.11p 90 DSDV 802.11p 150

Throughput Skenario C

Page 106: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

87

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DSDV

802.11p

30 88,6 21,24 78,46 67,16 22,84 55,66

DSDV

802.11p

90 5,72 24,25 24,79 18,79 88,84 32,478

DSDV

802.11p

150 48,73 12,66 16,47 22,35 11,23 22,288

Grafik 5.10 Hasil PDR Skenario C

Dari Tabel 5.10 diperoleh beberapa informasi hasil dari

skenario C untuk quality of service packet delivery ratio (PDR),

diperoleh rata-rata PDR dari lima kali simulasi dari masing-masing

setiap node, yaitu pada 30 node sebesar 55.66 %, 90 node 32.478 %,

dan 150 node 22.288 %.

Berdasarkan Grafik 5.10 rata-rata PDR dari lima kali

simulasi skenario C semakin bertambahnya jumlah node, maka nilai

PDR akan semakin menurun.

Tabel 5.11 Hasil Avarage End to End Delay Skenario C

Avarage End to End Delay

Skenario

C

Simulasi

ke 1

Simulasi

ke 2

Simulasi

ke 3

Simulasi

ke 4

Simulasi

ke 5

Rata –

rata

DSDV

802.11p

30 1,632 1,599 2,022 6,085 1,598 2,5872

DSDV

802.11p

90 1,76 5,895 22,64 3,405 11,53 9,046

55,66

32,478

22,288

0

10

20

30

40

50

60

DSDV 802.11p 30 DSDV 802.11p 90 DSDV 802.11p 150

PDR Skenario C

Page 107: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

88

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DSDV

802.11p

150 2,044 4,409 46,717 15,932 17,157 17,2518

Grafik 5.11 Hasil Avarage End to End Delay Skenario C

Dari Tabel 5.11 diperoleh beberapa informasi hasil dari

skenario C untuk quality of service avarage end to end delay,

diperoleh rata-rata delay dari lima kali simulasi dari masing-masing

setiap node, yaitu pada 30 node sebesar 2.5872 ms, 90 node 9.046

ms, dan 150 node 17.2518 ms.

Berdasarkan Grafik 5.11 rata-rata delay dari lima kali

simulasi skenario C semakin bertambahnya jumlah node, maka nilai

delay akan semakin menaik.

Tabel 5.12 Hasil Routing Overhead Skenario C

Routing Overhead

Skenario

A

Simulasi

ke 1

Simulasi

ke 2

Simulasi

ke 3

Simulasi

ke 4

Simulasi

ke 5 Rata – rata

DSDV

802.11p

30 729 773 753 726 797 755,6

DSDV

802.11p

90 3045 3560 3403 3437 3504 3389,8

DSDV

802.11p

150 5149 5264 6141 5344 5797 5539

2,5872

9,046

17,2518

0

5

10

15

20

DSDV 802.11p 30 DSDV 802.11p 90 DSDV 802.11p 150

Avarage End to End Delay Skenario C

Page 108: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

89

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Grafik 5.12 Hasil Routing Overhead Skenario C

Dari Tabel 5.12 diperoleh beberapa informasi hasil dari

skenario C untuk quality of service routing overhead, diperoleh rata-

rata routing overhead dari lima kali simulasi dari masing-masing

setiap node, yaitu pada 30 node sebesar 755.6, 90 node 3389.8, dan

150 node 5539.

Berdasarkan Grafik 5.12 rata-rata routing overhead dari lima

kali simulasi skenario C semakin bertambahnya jumlah node, maka

nilai routing overhead akan semakin menaik.

5.3.4. Skenario D

Pada skenario D memakai routing protocol DSDV dan

menggunakan 802.11. Skenario D terdiri dari tiga variasi node yaitu,

30, 90 , dan 150 node. Setiap variasi node akan dilakukan 5 kali

simulasi dengan source dan receiver yang berbeda beda berdasarkan

pada tahap input/output bagian role. Simulasi dilakukan dengan

mengirimkan paket UDP sebesar 512 Kb.

Hasil pengujian dari skenario D telah dibentuk menjadi tabel

dan grafik, berikut tabel dan grafik Quality of Service berupa

throughput, avarage end to end delay, packet delivery ratio, dan

routing overhead pada routing protocol DSDV dan 802.11 :

755,6

3389,8

5539

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

DSDV 802.11p 30 DSDV 802.11p 90 DSDV 802.11p 150

Routing Overhead Skenario C

Page 109: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

90

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 5.13 Hasil Throughput Skenario D

Throughput

Skenario

D

Simulasi

ke 1

Simulasi

ke 2

Simulasi

ke 3

Simulasi

ke 4

Simulasi

ke 5

Rata –

rata

DSDV

802.11

30 605,09 694,95 529,95 495,92 695,61 604,304

DSDV

802.11

90 264,77 260,05 291,88 262,3 568,33 329,466

DSDV

802.11

150 293,18 111 113,52 279,37 164,5 192,314

Grafik 5.13 Hasil Throughput Skenario D

Dari Tabel 5.13 diperoleh beberapa informasi hasil dari

skenario D untuk quality of service throughput, diperoleh rata-rata

throughput dari lima kali simulasi dari masing-masing setiap node,

yaitu pada 30 node sebesar 604.304 kbps, 90 node 604.696 kbps, dan

150 node 507.328 kbps.

Berdasarkan Grafik 5.13 rata-rata throughput dari lima kali

simulasi skenario D semakin bertambahnya jumlah node, maka nilai

throughput akan semakin menurun.

604,304

329,466

192,314

0

100

200

300

400

500

600

700

DSDV 802.11 30 DSDV 802.11 90 DSDV 802.11 150

Throughput Skenario D

Page 110: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

91

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 5.14 Hasil PDR Skenario D

Grafik 5.14 Hasil PDR Skenario D

Dari Tabel 5.14 diperoleh beberapa informasi hasil dari

skenario D untuk quality of service packet delivery ratio (PDR),

diperoleh rata-rata PDR dari lima kali simulasi dari masing-masing

setiap node, yaitu pada 30 node sebesar 37.91 %, 90 node 26.51 %,

dan 150 node 11.276 %.

Berdasarkan Grafik 5.14 rata-rata PDR dari lima kali

simulasi skenario D semakin bertambahnya jumlah node, maka nilai

PDR akan semakin menurun.

Tabel 5.15 Hasil Avarage End to End Delay Skenario D

Avarage End to End Delay

Skenario

D

Simulasi

ke 1

Simulasi

ke 2

Simulasi

ke 3

Simulasi

ke 4

Simulasi

ke 5

Rata –

rata

37,91

26,51

11,276

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Dsdv 802.11 30 Dsdv 802.11 90 Dsdv 802.11 150

PDR Skenario D

PDR

Skenario

D

Simulasi

ke 1

Simulasi

ke 2

Simulasi

ke 3

Simulasi

ke 4

Simulasi

ke 5

Rata –

rata

DSDV

802.11

30 58,23 15,71 51 47,73 16,88 37,91

DSDV

802.11

90 16,54 18,17 28,09 15,05 54,7 26,51

DSDV

802.11

150 20,9 9,01 8,75 15,21 2,51 11,276

Page 111: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

92

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DSDV

802.11

30 303,016 299,506 328,151 335,114 299,499 313,0572

DSDV

802.11

90 487,05 327,948 555,272 364,722 338,216 414,6416

DSDV

802.11

150 585,136 345,597 758,104 334,151 380,326 480,6628

Grafik 5.15 Hasil Avarage End to End Delay Skenario D

Dari Tabel 5.15 diperoleh beberapa informasi hasil dari

skenario D untuk quality of service avarage end to end delay,

diperoleh rata-rata delay dari lima kali simulasi dari masing-masing

setiap node, yaitu pada 30 node sebesar 313.0572 ms, 90 node

414.6416 ms, dan 150 node 480.6628 ms.

Berdasarkan Grafik 5.15 rata-rata delay dari lima kali

simulasi skenario D semakin bertambahnya jumlah node, maka nilai

delay akan semakin menaik.

Tabel 5.16 Hasil Routing Overhead Skenario D

Routing Overhead

Skenario

D

Simulasi

ke 1

Simulasi

ke 2

Simulasi

ke 3

Simulasi

ke 4

Simulasi

ke 5 Rata – rata

DSDV

802.11

30 739 735 718 720 698 722

DSDV

802.11

90 2868 2874 3001 3043 2548 2866,8

313,0572

414,6416480,6628

0

100

200

300

400

500

600

Dsdv 802.11 30 Dsdv 802.11 90 Dsdv 802.11 150

Avarage End to End Delay Skenario D

Page 112: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

93

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DSDV

802.11

150 4661 4961 4184 4608 4225 4527,8

Grafik 5.16 Hasil Routing Overhead Skenario D

Dari Tabel 5.15 diperoleh beberapa informasi hasil dari

skenario D untuk quality of service routing overhead, diperoleh rata-

rata routing overhead dari lima kali simulasi dari masing-masing

setiap node, yaitu pada 30 node sebesar 722, 90 node 2866.8, dan

150 node 4527.8.

Berdasarkan Grafik 5.15 rata-rata routing overhead dari lima

kali simulasi skenario D semakin bertambahnya jumlah node, maka

nilai routing overhead akan semakin menaik.

5.3.5. Skenario A, B, C, dan D

Setelah memperoleh hasil dari masing-masing skenario yang

telah dilakukan , kemudian dibandingkan hasil rata-rata tersebut dari

skenario A sampai skenario D. Hasil pengujian dari keseluruhan

skenario akan dibentuk menjadi tabel dan grafik, berikut tabel dan

grafik Quality of Service berupa throughput, avarage end to end

delay, packet delivery ratio, dan routing overhead pada skenario A,

B, C, dan D :

722

2866,8

4527,8

0

1000

2000

3000

4000

5000

Dsdv 802.11 30 Dsdv 802.11 90 Dsdv 802.11 150

Routing Overhead Skenario D

Page 113: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

94

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 5.17 Hasil Thrpughput Skenario A, B, C, dan D

Grafik 5.17 Hasil Thrpughput Skenario A, B, C, dan D

Berdasarkan tabel 5.17 nilai rata-rata throughput pada node

30, 90, 150 Skenario B (menggunakan routing protocol AOMDV,

dengan 802.11) mendapat throughput sebesar 497.844, 307.004,

196.704. Sedangkan ketika Skenario A (menggunakan 802.11p)

mendapatkan throughput sebesar 743.986, 464.58, 326.186, atau di

rata-ratakan naik sekitar 55.53% throughputnya ketika

menggunakan 802.11p

Berdasarkan tabel 5.17 nilai rata-rata throughput pada node

30, 90, 150 Skenario D (menggunakan protokol DSDV, dengan

802.11) mendapat rata-rata throughput sebesar 604.304, 329.466,

192.314. Sedangkan ketika Skenario C (menggunakan 802.11p)

mendapatkan throughput sebesar 902.414, 604.696, 507.328, atau di

743,986

464,58

326,186

497,844

307,004

196,704

902,414

604,696507,328

604,304

329,466

192,314

0

200

400

600

800

1000

30 Node 90 Node 150 Node

ThroughputKbps

Skenario A Skenario B Skenario C Skenario D

Throughput

Node Skenario A Skenario B Skenario C Skenario D

30 743,986 497,844 902,414 604,304

90 464,58 307,004 604,696 329,466

150 326,186 196,704 507,328 192,314

Page 114: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

95

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

rata-ratakan naik sekitar 98.89% throughputnya ketika

menggunakan 802.11p.

Hal ini sesuai dengan landasan teori karena pada 802.11p

kecepatan pentrasmissian datanya antara 6-27 Mbps (Rahardjo et al.,

2017), sedangkan pada 802.11 kecepatan trasmissian datanya

maximal hanya 2 Mbps (Iskandar & Hidayat, 2015), perbedaan

tersebut 802.11p menghasilkan nilai throughput yang lebih bagus

dibandingkan dengan 802.11.

Berdasarkan grafik 5.17 menunjukkan penurunan seiring

bertambahnya jumlah kendaraan pada semua skenario. Hal ini

terjadi karena semakin banyak kendaraan yang berpartisipasi dalam

ruang gerak simulasi maka semakin cepat topologi jaringan berubah.

Topologi dinamis yang dimiliki oleh VANET sendiri dapat

menyebabkan penurunan nilai throughput. Selain itu, perubahan

topologi jaringan yang sangat cepat dapat menurunkan efisiensi

kerja dari protokol perutean seperti protokol AOMDV yang harus

mencari rute ketika ada permintaan perutean atau protokol DSDV

yang harus memutakhirkan tabel peruteannya ketika ada perubahan

informasi rute. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya

(Heriansyah, 2018) bahwa setiap bertambahnya jumlah node di area

simulasi akan menurunkan nilai throughput.

Pada grafik 5.17 skenario C dan D menggunakan routing

protocol DSDV relatif lebih unggul dibandingkan dengan skenario

A dan B yang memakai routing protocol AOMDV, karena routing

protocol DSDV adalah routing proaktif yaitu yang mempunyai

karakteristik mengupdate routing table setiap terjadi perubahan

pada node, sedangkan routing protocol AOMDV harus mencari rute

terlebih dahulu dengan node source akan menyebar paket request

ke semua node lalu node receiver memberikan paket reply dan

membentuk sebuah rute, sehingga menambah beban jaringan yang

mengakibatkan nilai throughput lebih kecil dibandingan DSDV.

Page 115: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

96

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berdasarkan tabel 5.17 dan grafik 5.17 skenario C yang

menggunakan routing protocol DSDV dan 802.11p lebih besar nilai

rata-rata throughputnya dibandingkan skenario skenario yang lain.

Tabel 5.18 Hasil PDR Skenario A, B, C, dan D

Grafik 5.18 Hasil PDR Skenario A, B, C, dan D

Berdasarkan tabel 5.18 nilai rata-rata PDR pada node 30, 90,

150 Skenario B (menggunakan routing protocol AOMDV, dengan

802.11 mendapat PDR sebesar 38.808 %, 28.664 %, 17.308 %,

relatif lebih kecil apabila dibandingkan dengan skenario A yang

menggunakan 802.11p mendapatkan PDR sebesar 59.968 %, 38.514

%, 26.628 %.

Berdasarkan tabel 5.18 nilai rata-rata PDR pada node 30, 90,

150 Skenario D (menggunakan routing protocol DSDV, dengan

802.11) mendapat PDR sebesar 37.91 %, 26.51 %, 11.276 %, relatif

59,968

38,514

26,628

38,808

28,664

17,308

55,66

32,478

22,288

37,91

26,51

11,276

0

10

20

30

40

50

60

70

30 Node 90 Node 150 Node

PDR(%)

Skenario A Skenario B Skenario C Skenario D

PDR

Node Skenario A Skenario B Skenario C Skenario D

30 59,968 38,808 55,66 37,91

90 38,514 28,664 32,478 26,51

150 26,628 17,308 22,288 11,276

Page 116: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

97

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

lebih kecil apabila dibandingkan dengan skenario C yang

menggunakan 802.11p mendapatkan PDR sebesar 55.66 %, 32.478

%, 22.288 %.

Hal ini sesuai dengan landasan teori (Yusuf & Anggoro,

2018) karena pada 802.11 membutuhkan waktu tunggu yang lebih

tinggi pada setiap kendaraan atau node yang akan berkomunikasi

harus melewati proses pemindaian kanal untuk beacon dari BSS

standar yang membutuhkan proses handshake yang lebih lama untuk

autentikasi sebelum pengiriman data terjadi. Sedangkan pada

802.11p memiliki konfigurasi kanal yang memiliki BSSID yang

sama untuk keamanan komunikasi tanpa jeda. Di dalam mode

WAVE, dapat dilakukan pengiriman dan penerimaan data tanpa

perlu mengontak BSS. Oleh karena itu paket data yang diterima pada

802.11p lebih banyak yang diterima dibandingkan dengan 802.11.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya (Yusuf

& Anggoro, 2018) bahwa nilai PDR pada 802.11p lebih besar

dibandingkan dengan 802.11.

Berdasarkan grafik 5.18 pada semua skenario mengalami

penurunan setiap pertambahan jumlah node dikarenakan. Semakin

banyak komunikasi di dalam jaringan maka semakin tinggi

kemungkinan terjadinya penurunan PDR, hal ini sesuai dengan

penelitian (Heriansyah, 2018) semakin banyak kendaraan atau node

pada area simulasi akan menurunkan nilai PDR. Pada skenario A dan

B menggunakan routing protocol AOMDV lebih unggul

dibandingkan dengan skenario C dan D yang memakai routing

protocol DSDV, karena pada routing protocol AOMDV dalam

mecari rute tidak hanya mendapatkan satu rute melainkan banyak

rute alternatif. Apabila rute utama terdapat masalah routing

AOMDV tidak akan membentuk rute baru lagi tapi secara otomatis

akan menggunakan rute alternatif yang sudah ada, sehingga paket

yang diterima pada routing AOMDV lebih banyak dibandingkan

Page 117: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

98

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

routing DSDV, yang memiliki hanya satu jalur dan tidak memiliki

alternatif jalur, apabila terjadi masalah pada jalur utama routing

DSDV akan membuat jalur kembali. Hasil ini didukung dengan

penelitian sebelumnya bahwa routing protokol reaktif (AOMDV)

lebih unggul nilai PDRnya dibandingkan proaktif (OLSR) (Anisia &

Munadi, 2016).

Berdasarkan tabel 5.18 dan grafik 5.18 skenario A yang

menggunakan routing protocol AOMDV dan 802.11p lebih besar

rata-rata PDRnya dibandingkan skenario skenario yang lain.

Tabel 5.19 Hasil end to end delay Skenario A, B, C, dan D

Grafik 5.19 Hasil end to end delaySkenario A, B, C, dan D

Berdasarkan tabel 5.19 nilai avarage end to end delay pada

node 30, 90, 150 Skenario B (menggunakan routing protocol

AOMDV dan 802.11) mendapat delay sebesar 313.0572 ms,

414.6416 ms, 480.6628 ms, lebih besar dibandingkan dengan

25,032479,3266

153,0486

368,3462

533,4982

607,9874

2,5872 9,046 17,2518

313,0572

414,6416480,6628

0

100

200

300

400

500

600

700

30 Node 90 Node 150 Node

Avarage End to End Delay(ms)

Skenario A Skenario B Skenario C Skenario D

Avarage end to end delay

Node Skenario A Skenario B Skenario C Skenario D

30 25,0324 368,3462 2,5872 313,0572

90 79,3266 533,4982 9,046 414,6416

150 153,0486 607,9874 17,2518 480,6628

Page 118: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

99

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Skenario A (menggunakan routing protocol AOMDV dan 802.11p)

mendapatkan delay sebesar 25.0324, 79.326, 153.0486.

Berdasarkan tabel 5.19 nilai avarage end to end delay pada

node 30, 90, 150 Skenario D (menggunakan routing protocol DSDV

dan 802.11) mendapat delay sebesar 368.3462, 533.4982, 607.9874,

lebih besar dibandingkan dengan skenario A (menggunakan routing

protocol DSDV dan 802.11p) mendapatkan delay sebesar 2.5872,

9.046, 17.2518.

Hal ini sesuai dengan landasan teori (Yusuf & Anggoro,

2018) karena pada 802.11 membutuhkan waktu tunggu yang lebih

tinggi pada setiap kendaraan atau node yang akan berkomunikasi

harus melewati proses pemindaian kanal untuk beacon dari BSS

standar yang membutuhkan proses handshake yang lebih lama untuk

autentikasi sebelum pengiriman data terjadi. Sedangkan pada

802.11p memiliki konfigurasi kanal yang memiliki BSSID yang

sama untuk keamanan komunikasi tanpa jeda. Di dalam mode

WAVE, dapat dilakukan pengiriman dan penerimaan data tanpa

perlu mengontak BSS. Oleh karena itu delay yang dibutuhkan pada

802.11p kecil dibandingkan dengan 802.11. Hasil penelitian ini juga

sesuai dengan penelitian sebelumnya (Yusuf & Anggoro, 2018)

bahwa nilai end to end delay pada 802.11p lebih kecil dibandingkan

dengan 802.11.

Pada grafik 5.19 pada semua skenario menunjukkan

peningkatan delay seiring bertambahnya kendaraan. Peningkatan ini

disebabkan oleh perubahan topologi jaringan yang sangat cepat.

Perubahan topologi sendiri akan menyebabkan waktu tempuh

pengiriman data dari sumber ke tujuan meningkat. Selain itu,

bertambahnya jumlah kendaraan juga mengakibatkan,

bertambahnya jumlah komunikasi di dalam jaringan. Semakin

banyak komunikasi di dalam jaringan maka semakin tinggi

kemungkinan terjadinya peningkatan nilai delay. Hasil ini sesuai

Page 119: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

100

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dengan penelitian sebelumnya (Heriansyah, 2018) bahwa setiap

bertambahnya jumlah node di area simulasi akan semakin besar

delaynya.

Berdasarkan grafik 5.19 pada skenario C dan D yang

menggunakan routing protocol DSDV lebih kecil waktu delaynya

dibandingkan dengan skenario A dan B yang menggunakan routing

protocol AOMDV, karena pada routing DSDV apabila ingin

mengirim paket dari source ke reciever tidak perlu mencari jalur lagi

yang membutuhkan waktu lebih lama, karena pada DSDV sudah ada

rute dari source ke receiver pada routing table masing-masing node

yang diupdate ketika terjadi perubahan topologi, sedangkan pada

routing AOMDV harus mencari rute terlebih dahulu dengan cara

node source akan menyebar paket request ke semua node lalu node

receiver memberikan paket reply dan membentuk sebuah rute,

sehingga membutuhkan waktu lebih untuk mengirimkan paket

sehingga waktu delay akan besar. Hasil ini sesuai dengan penelitian

sebelumnya bahwa routing protokol reaktif (AOMDV) delaynya

relatif lebih besar dibandingkan proaktif (OLSR) (Anisia & Munadi,

2016).

Dari tabel 5.19 dan grafik 5.19 skenario C yang

menggunakan routing protocol DSDV dan 802.11p lebih sedikit

rata-rata delaynya dari Skenario yang lain.

Tabel 5.20 Hasil Routing Overhead Skenario A, B, C, dan D

Routing Overhead

Node Skenario A Skenario B Skenario C Skenario D

30 4529,8 4502,2 755,6 722

90 14784,8 13480,8 3389,8 2866,8

150 23616 22721,6 5539 4527,8

Page 120: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

101

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Grafik 5.20 Hasil Routing Overhead Skenario A, B, C, dan D

Berdasarkan tabel 5.20 nilai rata-rata routing overhead pada

node 30, 90, 150 Skenario B (menggunakan routing protocol

AOMDV dan 802.11) routing overheadnya 4802,2, 13480,8,

22721,6, relatif lebih kecil dibandingkan dengan skenario A

(menggunakan routing protocol AOMDV dan 802.11p) routing

overhead sebesar 4529,8, 14784,8, dan 23616.

Berdasarkan tabel 5.20 nilai rata-rata routing overhead pada

node 30, 90, 150 Skenario D (menggunakan routing protocol DSDV

dan 802.11) routing overheadnya 722, 2866,8, dan 4527,8, relatif

lebih kecil apabila dibandingkan dengan skenario C (menggunakan

routing protocol DSDV dan 802.11p) mendapatkan routing

overhead sebesar 755,6, 3389,8, 5539.

Hal ini sesuai dengan landasan teori karena pada 802.11p

menggunakan frekuensi 5,9 GHz (Rahardjo et al., 2017), sedangkan

pada 802.11 menggunakan frekuensi 2,4 Ghz (Iskandar & Hidayat,

2015). Semakin tinggi frekuensi semakin kecil panjang

gelombangnya (Timor, Andre, & Hazmi, 2018), pada 802.11p

menggunakan 5,9 Ghz maka panjang gelombang 802.11p lebih

pendek dibandingkan 802.11 yang mempunyai frekuensi 2,4 Ghz.

Sehingga apabila node source ingin mengirimkan paket ke node

4529,8

14784,8

23616

4502,2

13480,8

22721,6

755,6

3389,85539

7222866,8

4527,8

0

5000

10000

15000

20000

25000

30 Node 90 Node 150 Node

Routing Overhead

Skenario A Skenario B Skenario C Skenario D

Page 121: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

102

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

receiver maka apabila memakai 802.11p memerlukan banyak

routing packet yang dikirim karena memerlukan banyak lompatan,

dibandingkan dengan 802.11 yang memiliki panjang gelombang

yang lebih panjang.

Pada grafik 5.20 pada semua skenario menunjukkan

peningkatan routing overhead seiring bertambahnya kendaraan.

Peningkatan ini disebabkan oleh perubahan topologi jaringan yang

sangat cepat. Selain itu, bertambahnya jumlah kendaraan juga

mengakibatkan, bertambahnya jumlah komunikasi di dalam

jaringan. Semakin banyak komunikasi di dalam jaringan maka

semakin tinggi kenaikan routing overhead. Hasil ini sesuai dengan

penelitian sebelumnya (Rahardjo et al., 2017) bahwa setiap

bertambahnya jumlah node di area simulasi akan semakin banyak

paket routing control yang terkirim sehingga routing overheadnya

akan bertambah seiring bertambahnya node.

Berdasarkan Grafik 5.20 pada skenario C dan D yang

menggunakan routing protocol DSDV lebih kecil nilai routing

overheadnya dibandingkan dengan skenario A dan B yang

menggunakan routing protocol AOMDV, karena pada routing

DSDV apabila ingin mengirim paket dari source ke reciever tidak

perlu mencari jalur lagi, karena pada DSDV sudah ada rute dari

source ke receiver pada routing table masing-masing node yang

diupdate ketika terjadi perubahan topologi, sedangkan pada routing

AOMDV harus mencari rute terlebih dahulu dengan cara node

source akan menyebar paket request ke semua node lalu node

receiver memberikan paket reply dan membentuk sebuah rute,

sehingga membutuhkan waktu lebih untuk mengirimkan paket dan

lebih banyak mengirimkan packet routing dibandingkan dengan

DSDV. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa

routing protocol DSDV memiliki nilai routing overhead yang

Page 122: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

103

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

rendah dibandingkan dengan routing protocol AOMDV

(Fatkhurrozi, Widasari, & Bhawiyuga, 2018).

Dari tabel 5.20 dan grafik 5.20 skenario D yang

menggunakan routing protocol DSDV dan 802.11p lebih sedikit

rata-rata routing overheadnya dibandingkan skenario-skenario yang

lain.

Tabel 5.21 Hasil Throughput, Packet Delivery Ratio, End To End

Delay, dan Routing Overhead Skenario A, B, C, dan D

QoS

SKENARIO

A B C D

30 90 150 30 90 150 30 90 150 30 90 150

Throu

ghput

(kbps)

743

,98

464,

58

326

,19

497

,84

307,

004

196,

70

902

,41

604

,70

507

,33

604

,30

329

,47

192

,31

PDR

(%)

59,

97

38,5

1

26,

63

38,

80

28,6

6

17,3

1

55,

66

32,

48

22,

29

37,

91

26,

51

11,

277

End

to end

delay

(ms)

25,

03

79,3

3

153

,05

368

,35

533,

49

607,

99

2,5

9

9,0

5

17,

25

313

,06

414

,64

480

,66

Routi

ng

Overh

ead

452

9,8

147

84,8

236

16

450

2,2

134

80,8

227

21,6

755

,6

338

9,8

553

9 722

286

6,8

452

7,8

Berdasarkan Tabel 5.21 masing-masing parameter quality of

service pada semua skenario mengalami penurunan. Parameter

throughput dan PDR setiap terjadinya penambahan jumlah node

atau jumlah kendaraan pada area simulasi, maka nilainya akan

menurun, yang di mana pada parameter tersebut apabila semakin

kecil nilainya maka akan semakin buruk kualitasnya. Dan juga pada

parameter end to end delay dan routing overhead setiap terjadinya

penambahan jumlah node atau jumlah kendaraan maka nilainya

akan naik, yang di mana pada parameter tersebut apabila semakin

besar nilainya maka akan semakin buruk.

Hal tersebut terjadi karena semakin banyak kendaraan yang

berpartisipasi dalam ruang gerak simulasi maka semakin cepat

Page 123: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

104

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

topologi jaringan berubah. Topologi dinamis yang dimiliki oleh

VANET sendiri dapat menyebabkan penurunan nilai throughput.

Selain itu, perubahan topologi jaringan yang sangat cepat dapat

menurunkan efisiensi kerja dari protokol perutean seperti protokol

AOMDV yang harus mencari rute ketika ada permintaan perutean

atau protokol DSDV yang harus memutakhirkan tabel peruteannya

ketika ada perubahan informasi rute.

Berdasarkan Tabel 5.21 skenario C dan D yang

menggunakan routing protocol DSDV lebih kecil waktu delaynya

dan routing overheadnya, namun lebih besar nilai throughputnya

dibandingkan dengan skenario A dan B yang menggunakan routing

protocol AOMDV, karena pada routing DSDV apabila ingin

mengirim paket dari source ke reciever tidak perlu mencari jalur lagi

yang membutuhkan waktu lebih lama, karena pada DSDV sudah ada

rute dari source ke receiver pada routing table masing-masing node

yang diupdate ketika terjadi perubahan topologi, sedangkan pada

routing AOMDV harus mencari rute terlebih dahulu dengan cara

node source akan menyebar paket request ke semua node lalu node

receiver memberikan paket reply dan membentuk sebuah rute,

sehingga membutuhkan waktu lebih untuk mengirimkan paket

sehingga waktu delay akan besar. Namun keuntungannya pada

routing protocol AOMDV apabila rute utama terputus, maka

AOMDV akan menggunakan rute alternatif dan tidak perlu mencari

rute baru, sehingga nilai PDR pada routing AOMDV lebih besar

dibandingkan routing DSDV.

Berdasarkan Tabel 5.21 skenario yang menggunakan

standar IEEE 802.11p (Skenario A dan C) lebih besar nilai packet

delivery ratio dan throughputnya, namun lebih kecil nilai delaynya

dibandingkan dengan skenario B dan C yang menggunakan standar

IEEE 802.11. Karena pada 802.11 membutuhkan waktu tunggu

yang lebih tinggi pada setiap kendaraan atau node yang akan

Page 124: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

105

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berkomunikasi harus melewati proses pemindaian kanal untuk

beacon dari BSS standar yang membutuhkan proses handshake yang

lebih lama untuk autentikasi sebelum pengiriman data terjadi.

Sedangkan pada 802.11p memiliki konfigurasi kanal yang memiliki

BSSID yang sama untuk keamanan komunikasi tanpa jeda. Di dalam

mode WAVE, dapat dilakukan pengiriman dan penerimaan data

tanpa perlu mengontak BSS. Lalu pada 802.11p menggunakan

frekuensi 5,9 Ghz dan kecepatan transmisi datanya 6-27 Mbps,

sedangkan 802.11 menggunakan 2,4 Ghz dan kecepatan transmisi

datanya maximal 2 Mbps.

Page 125: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

106

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Pada simulasi yang telah dilakukan memperoleh hasil bahwa

masing-masing parameter quality of service pada semua skenario

mengalami penurunan kualitas setiap terjadinya penambahan jumlah node

atau jumlah kendaraan pada area simulasi. Hal tersebut terjadi karena

semakin banyak kendaraan yang berpartisipasi dalam ruang gerak simulasi

maka semakin cepat topologi jaringan berubah. Topologi dinamis yang

dimiliki oleh VANET sendiri dapat menyebabkan penurunan nilai dari

parameter quality of service.

Hasil penelitian yang telah dilakukan juga membuktikan skenario

yang menggunakan routing protocol AOMDV lebih baik pada parameter

PDR (packet delivery ratio), karena AOMDV mempunyai jalur cadangan

untuk pengiriman paket. Sedangkan skenario yang menggunakan routing

protocol DSDV lebih baik pada parameter throughput, avarage end to end

delay dan routing overhead, karena DSDV merupakan routing proaktif

yaitu akan mengupdate routing table setiap terjadi perubahan topologi.

Kemudian, standar IEEE mempengaruhi parameter quality of

service. Pada hasil penelitian skenario yang menggunakan 802.11p

(skenario A dan C) lebih unggul pada parameter (packet delivery ratio,

throughput, dan avarage end to end delay) dibandingkan skenario B dan D

yang menggunakan dengan 802.11. Karena frekuensi dan kecepatan

transmisi data pada 802.11p 5,9 Ghz dan 6-27 Mbps, sedangkan 802.11 2,4

Ghz dan 2 Mbps. Sehingga standar IEEE 802.11p lebih cocok pada jaringan

VANET dibandingkan dengan 802.11.

Page 126: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

107

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6.2. Saran

Saran yang dapat diberikan dari hasil simulasi dari studi ini untuk

pengembangan simulasi ke depannya dilakukan penambahan model transmisi

selain TwoRay-Ground, dilakukan variasi kecepatan pada node, vehicle yang

digunakan tidak hanya mobil saja, diperlukan penyempurnaan sistem lampu

lalu lintas agar lebih realistis, pengujian penambahan malicious node, dan

penambahan parameter quality of services selain yang telah digunakan.

Page 127: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

108

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Afdhal, A.-. (2015). Pemodelan dan Simulasi VANETs Menggunakan Federated

Mobility Model; Sebuah Artikel Tinjauan. Jurnal Rekayasa Elektrika, 11(2).

https://doi.org/10.17529/jre.v11i2.2242

Anisia, R., & Munadi. (2016). Analisis Performansi Routing Protocol Olsr Dan

Aomdv Pada Vehicular Ad Hoc Network ( Vanet ). Jurusan Teknik

Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom, (1).

https://doi.org/10.1039/c1py00478f

Anthoni, J., & Mahyastuty, V. W. (2014). Evaluasi Kinerja Zone Routing Protocol

Pada Mobile Ad-Hoc Network. Jurnal Elektro, 7(1), 1–14.

Auparay, E., Anggoro, R., & Ijtihadie, R. (2017). Performance Study of Wireless

Access in Vehicular Environment 802 . 11p in Ad-Hoc on Demand Distance

Vector Routing ( AODV ) with Propagation Models Nakagami and Two Ray

Ground. 1–4.

Aziza, R. N., Siswipraptini, P. C., & Cahyaningtyas, R. (2017). Protokol Routing

pada VANET : Taksonomi dan Analisis Perbandingan. Fifo, IX(2), 98–109.

Dini. (2015). NIC (Network Interface Card) – Pengertian, Jenis, Fungsi, dan

Manfaatnya. Retrieved December 18, 2018, from

https://dosenit.com/jaringan-komputer/hardware-jaringan/

Fahri, M., Fiade, A., & Suseno, H. B. (2018). Simulasi Jaringan Virtual Local Area

Network (Vlan) Menggunakan Pox Controller. Jurnal Teknik Informatika,

10(1), 1–6. https://doi.org/10.15408/jti.v10i1.6821

Fatkhurrahman, M. A., Syafei, W. A., & Darjat, D. (2017). Perancangan Prototipe

Sistem Gerbang Tol Cerdas Berbasis Rfid Dan Notifikasi Pembayaran Via

Social Messenger. Transient, 6(4), 690–697. Retrieved from

https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/transient/article/view/18887

Fatkhurrozi, Widasari, E. R., & Bhawiyuga, A. (2018). Analisis Perbandingan

Kinerja Protokol AOMDV , DSDV , Dan ZRP Sebagai Protokol Routing Pada

Mobile Ad-Hoc Network ( MANET ). Jurnal Pengembangan Teknologi

Informasi Dan Ilmu Komputer (J-PTIIK) Universitas Brawijaya, 2(10), 3671–

Page 128: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

109

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3680.

Febrian, S., Syamsu, M., & Rachman, S. (2018). PERBANDINGAN KINERJA

PROTOKOL ROUTING DSDV , DSR DAN AODV PADA JARINGAN

MOBILE AD HOC DENGAN MENGGUNAKAN NS-2. 5(2), 133–141.

Forda, G., & Septana, H. D. (2014). Analisis Performansi Voice Over Internet

Protocol ( Voip ) Berbasis Session Initiation Protocol ( Sip ) Pada Jaringan

Wireless Lan Ieee 802 . 11 Universitas Lampung. Elektro, Fakultas Teknik

Lampung, Bandar, 85–96.

Heriansyah. (2018). Analisa Hasil Implementasi Standard Wi-Fi Direct pada

Komunikasi Jaringan Ad-Hoc antar Kendaraan di Wilayah Bandung. 12(1).

Iskandar, I., & Hidayat, A. (2015). Analisa Quality of Service (QoS) Jaringan

Internet Kampus (Studi Kasus: UIN Suska Riau). Jurnal CoreIT, 1(2), 2460–

2738.

Jana, Saikat. Singha, Jayashree. Singha, S. (2016). A Simulation based Performance

Analysis of Proactive, Reactive and Hybrid Routing Protocol.

https://doi.org/10.1109/ICCECE.2016.8009591

Komputer, W. (2014). Konsep & Implementasi Jaringan dengan Linux Ubuntu (1st

ed.; A. Sahala, Ed.). Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET.

Kusuma, B. S., Risqiwati, D., & Akbi, D. R. (2017). Analisis Perbandingan

Performansi Protokol Ad Hoc On- Demand Distance Vector dan Zone Routing

Protocol Pada Mobile Ad Hoc Network. Juni, 2(3), 165–174.

https://doi.org/10.22219/kinetik.v2i3.91

MADCOMS. (2015). Membangun Sendiri Sistem Jaringan Komputer (1st ed.).

Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET.

Meraihi, Y., Acheli, D., & Ramdane-Cherif, A. (2017). QoS performance

evaluation of AODV and DSR routing protocols in city VANET scenarios.

2017 5th International Conference on Electrical Engineering - Boumerdes,

ICEE-B 2017, 2017–Janua, 1–6. https://doi.org/10.1109/ICEE-

B.2017.8192163

Nauval, M., Muhamad, S., & Rachman, A. S. (2018). ANALISIS PERBANDINGAN

KINERJA PROTOKOL ROUTING REAKTIF DAN PROAKTIF PADA

Page 129: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

110

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

MOBILE AD HOC NETWORK ( MANET ) UNTUK SISTEM KOMUNIKASI

TAKTIS KAPAL PERANG.

Nugroho, B., Setiawan, N. A., Teknik, F., & Mada, U. G. (2015). Analisis kinerja

protokol reaktif pada jaringan manet dalam simulasi jaringan menggunakan

network simulator dan tracegraph.

Perhubungan, M. (2015). Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia

Nomor PM 111 Tahun 2015.

Prabhakar D. Dorgea, Dr. Sanjay S. Dorleb, D. A. G. K. (2018). Performance

Analysis of Vehicular Ad hoc Network with Reactive and Proactive Routing

Protocols. Journal of Communications, 13(5), 218–224.

https://doi.org/10.12720/jcm.13.5.218-224

Pradana, P. D., Negara, R. M., & Dewanta, F. (2017). Evaluasi Performansi

Protokol Routing DSR Dan AODV Pada Simulasi Jaringan Vehicular Ad-Hoc

Network ( Vanet ) Untuk Keselamatan Transportasi Dengan Studi Kasus

Mobil Perkotaan. Prodi S1 Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro

Universitas Telkom Bandung, 4(2), 1996–2004. Retrieved from

https://openlibrary.telkomuniversity.ac.id/home/catalog/id/135721/slug/evalu

asi-performansi-protokol-routing-dsr-dan-aodv-pada-simulasi-jaringan-

vehicular-ad-hoc-network-vanet-untuk-keselamatan-transportasi-dengan-

studi-kasus-mobil-perkotaan.html

Prakaulya, V., Pareek, N., & Singh, U. (2017). Network performance in IEEE

802.11 and IEEE 802.11p cluster based on VANET. Proceedings of the

International Conference on Electronics, Communication and Aerospace

Technology, ICECA 2017, 2017–Janua, 495–499.

https://doi.org/10.1109/ICECA.2017.8212713

Puspitasari, R. (2017). KERANGKA PEMIKIRAN DALAM PENELITIAN. (6), 67–

72.

Rahardjo, I. A., Anggoro, R., & Arunanto, F. . (2017). Studi Kinerja 802.11P pada

Protokol Ad Hoc On-Demand Distance Vector (AODV) di Lingkungan

Vehicular Ad Hoc Network (VANET) Menggunakan Network Simulator 2

(NS-2). Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Institut

Page 130: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

111

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), 6(1), 1–6.

Rahman, A., Yuridka, F., & Sari, M. (2015). PELATIHAN KOMPUTER

PROGRAM MICROSOFT EXCEL 2013 PADA SMAN 12

BANJARMASIN. Al-Ikhlas, 1, 3.

Rauf, S., Runtulalo, D., & Ode, C. R. (2018). Analisis tata guna lahan berbasis gis

menggunakan citra landsat 8 di kabupaten enrekang.

Rayanti, D. (2017). wuzz bayar tol lebih cepat pakai obu. Retrieved December 18,

2018, from https://oto.detik.com/mobil/d-3651165/wuzz-bayar-tol-lebih-

cepat-pakai-obu

Setijadi, E., Purnama, I. K. E., & Purnomo, M. H. (2018). Analisis Kinerja Protokol

Routing Reaktif dan Proaktif pada MANET Menggunakan NS2. 7(2), 138–143.

Siregar, K. (2016). Simulasi dan Pemodelan: Aplikasi Untuk Keteknikan Pertanian

(1st ed.). Retrieved from

https://books.google.co.id/books?id=h8hEDwAAQBAJ&dq=simulasi+adala

h&hl=id&source=gbs_navlinks_s

Sofana, I. (2013). Membangun Jaringan Komputer. Bandung: Informatika

Bandung.

Susana, R., Ichwan, M., & Phard, S. A. L. (2016). Penerapan Metoda Serial

Peripheral Interface ( SPI ) pada Rancang Bangun Data Logger berbasis SD

card. 4(2), 208–228.

Syamsu, S. (2013). Jaringan Komputer (1st ed.; E. Risanto, Ed.). Yogyakarta: CV

ANDI OFFSET.

Tampubolon, T. (2017). Jumlah Kendaran Tak Sebanding Jalan, Kota Tangerang

Makin Macet.

Timor, A. R., Andre, H., & Hazmi, A. (2018). Analisis Gelombang

Elektromagnetik dan Seismik yang Ditimbulkan oleh Gejala Gempa. Jurnal

Nasional Teknik Elektro, 5(3), 315.

https://doi.org/10.25077/jnte.v5n3.297.2016

Wijaya, C., & Putra, A. P. P. (2017). Pembangunan Aplikasi Sharing Internet

Menggunakan Karakteristik Mesh Network Pada Ponsel Cerdas Berbasis

Android. Jurnal Ilmiah Teknologi Informasi Terapan, 3(3), 183–191.

Page 131: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

112

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Wulandari, R. (2016). ANALISIS QoS (QUALITY OF SERVICE) PADA

JARINGAN INTERNET (STUDI KASUS : UPT LOKA UJI TEKNIK

PENAMBANGAN JAMPANG KULON – LIPI). Jurnal Teknik Informatika

Dan Sistem Informasi, 2(2), 162–172. https://doi.org/10.28932/jutisi.v2i2.454

Yovi, M. (2015). pengertian router fungsi router dan cara kerja router. Retrieved

December 18, 2018, from http://woocara.blogspot.com/2015/05/pengertian-

router-fungsi-router-dan-cara-kerja-router.html

Yusuf, M., & Anggoro, R. (2018). Analisis perbandingan wireless network

standard 802 . 11a dan 802 . 11p berdasarkan protokol dynamic source

routing di lingkungan vehicular ad hoc networks. 3(2), 75–82.

Page 132: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

113

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 AWK Script

a. Script awk PDR dan Throughput.

#!/bin/awk -f

{

event = $1

time = 0 + $2 # Make sure that "time" has a numeric type.

node_id = $3

pkt_size = 0 + $8

level = $4

if (level == "AGT" && event == "s" && $7 == "cbr") {

sent++

if (!startTime || (time < startTime)) {

startTime = time

}

}

if (level == "AGT" && event == "r" && $7 == "cbr") {

receive++

if (time > stopTime) {

stopTime = time

}

recvdSize += pkt_size

}

}

END {

printf("start Time = %f, stopTime = %f\n", startTime, stopTime)

printf("sent_packets\t %d\n",sent)

printf("received_packets %d\n",receive)

printf("PDR %.2f%%\n",(receive/sent)*100);

Page 133: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

114

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

printf("Average Throughput[kbps] = %.2f\tStartTime=%.2f\tStopTime =

%.2f\n", (recvdSize/(stopTime-startTime))*(8/1000),startTime,stopTime);

}

b. Script awk end to end delay.

BEGIN {

seqno = -1;

# droppedPackets = 0;

# receivedPackets = 0;

count = 0;

}

{

if($4 == "AGT" && $1 == "s" && seqno < $6) {

seqno = $6;

}

# else if(($4 == "AGT") && ($1 == "r")) {

# receivedPackets++;

# } else if ($1 == "D" && $7 == "tcp" && $8 > 512){

# droppedPackets++;

# }

#end-to-end delay

if($4 == "AGT" && $1 == "s") {

start_time[$6] = $2;

} else if(($7 == "cbr") && ($1 == "r")) {

end_time[$6] = $2;

} else if($1 == "D" && $7 == "cbr") {

end_time[$6] = -1;

Page 134: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

115

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

}

}

END {

for(i=0; i<=seqno; i++) {

if(end_time[i] > 0) {

delay[i] = end_time[i] - start_time[i];

count++;

}

else

{

delay[i] = -1;

}

}

for(i=0; i<=seqno; i++) {

if(delay[i] > 0) {

n_to_n_delay = n_to_n_delay + delay[i];

}

}

n_to_n_delay = n_to_n_delay/count;

print "\n";

# print "GeneratedPackets = " seqno+1;

# print "ReceivedPackets = " receivedPackets;

# print "Packet Delivery Ratio = " receivedPackets/(seqno+1)*100

#"%";

# print "Total Dropped Packets = " droppedPackets;

print "Average End-to-End Delay = " n_to_n_delay * 1000 " ms";

print "\n";

}

Page 135: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

116

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Script awk routing overhead.

BEGIN{

recvd = 0;#################### to calculate total number of data

packets received

rt_pkts = 0;################## to calculate total number of routing

packets received

}

{

##### Check if it is a data packet

if (( $1 == "r") && ( $7 == "cbr" || $7 =="tcp" ) && ( $4=="AGT" ))

recvd++;

##### Check if it is a routing packet

if (($1 == "s" || $1 == "f") && $4 == "RTR" && ($7 =="AOMDV" || $7

=="message" || $7 =="DSR" || $7 =="OLSR")) rt_pkts++;

}

END{

printf("#####################################################

#############################\n");

printf("\n");

printf(" Routing Overhead = %.2f\n", rt_pkts);

printf("\n");

printf(" Normalized Routing Load = %.2f\n", rt_pkts/recvd);

printf("\n");

printf("\n");

printf("#####################################################

#############################\n");

}

Page 136: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

117

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2 Potongan Script TR

M 0.00000 0 (414.18, 381.66, 0.00), (414.18, 381.66), 0.00

M 0.10000 0 (414.18, 381.66, 0.00), (414.18, 381.68), 0.25

M 0.20000 0 (414.18, 381.68, 0.00), (414.18, 381.73), 0.49

M 0.30000 0 (414.18, 381.73, 0.00), (414.19, 381.81), 0.75

M 0.40000 0 (414.19, 381.80, 0.00), (414.19, 381.91), 0.98

M 0.50000 0 (414.19, 381.90, 0.00), (414.19, 382.03), 1.21

M 0.50000 1 (5.07, 375.65, 0.00), (5.07, 375.65), 0.00

M 0.60000 0 (414.19, 382.02, 0.00), (414.19, 382.17), 1.46

M 0.60000 1 (5.07, 375.65, 0.00), (5.09, 375.65), 0.25

M 0.70000 0 (414.19, 382.17, 0.00), (414.20, 382.34), 1.70

M 0.70000 1 (5.09, 375.65, 0.00), (5.14, 375.65), 0.50

M 0.80000 0 (414.20, 382.34, 0.00), (414.20, 382.53), 1.89

M 0.80000 1 (5.14, 375.65, 0.00), (5.22, 375.65), 0.76

M 0.90000 0 (414.20, 382.53, 0.00), (414.20, 382.74), 2.08

M 0.90000 1 (5.22, 375.65, 0.00), (5.32, 375.65), 0.99

M 1.00000 0 (414.20, 382.74, 0.00), (414.21, 382.97), 2.28

M 1.00000 1 (5.31, 375.65, 0.00), (5.44, 375.64), 1.22

M 1.00000 2 (677.85, 425.92, 0.00), (677.85, 425.92), 0.00

M 1.10000 0 (414.21, 382.96, 0.00), (414.21, 383.22), 2.51

M 1.10000 1 (5.44, 375.64, 0.00), (5.59, 375.64), 1.47

M 1.10000 2 (677.85, 425.92, 0.00), (677.83, 425.92), 0.25

M 1.20000 0 (414.21, 383.21, 0.00), (414.22, 383.49), 2.73

M 1.20000 1 (5.58, 375.64, 0.00), (5.75, 375.64), 1.67

M 1.20000 2 (677.83, 425.92, 0.00), (677.77, 425.92), 0.51

M 1.30000 0 (414.22, 383.49, 0.00), (414.22, 383.79), 2.92

M 1.30000 1 (5.75, 375.64, 0.00), (5.94, 375.63), 1.90

M 1.30000 2 (677.78, 425.92, 0.00), (677.70, 425.93), 0.74

Page 137: ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · ANALISIS KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV dan DSDV MENGGUNAKAN 802.11 dan

118

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3 Potongan Script Activity.tcl

$ns_ at 0.0 "$g(0) start"; # SUMO-ID: 0

$ns_ at 37.1 "$g(0) stop"; # SUMO-ID: 0

$ns_ at 0.5 "$g(1) start"; # SUMO-ID: 1

$ns_ at 74.8 "$g(1) stop"; # SUMO-ID: 1

$ns_ at 5.0 "$g(10) start"; # SUMO-ID: 10

$ns_ at 71.1 "$g(10) stop"; # SUMO-ID: 10

$ns_ at 5.6 "$g(11) start"; # SUMO-ID: 11

$ns_ at 65.8 "$g(11) stop"; # SUMO-ID: 11

$ns_ at 6.0 "$g(12) start"; # SUMO-ID: 12

$ns_ at 55.6 "$g(12) stop"; # SUMO-ID: 12

$ns_ at 8.3 "$g(16) start"; # SUMO-ID: 13

$ns_ at 67.3 "$g(16) stop"; # SUMO-ID: 13

$ns_ at 7.0 "$g(13) start"; # SUMO-ID: 14

$ns_ at 74.4 "$g(13) stop"; # SUMO-ID: 14

$ns_ at 7.5 "$g(14) start"; # SUMO-ID: 15

$ns_ at 92.9 "$g(14) stop"; # SUMO-ID: 15

$ns_ at 8.0 "$g(15) start"; # SUMO-ID: 16

$ns_ at 77.7 "$g(15) stop"; # SUMO-ID: 16

$ns_ at 9.6 "$g(17) start"; # SUMO-ID: 17

$ns_ at 21.0 "$g(17) stop"; # SUMO-ID: 17

$ns_ at 10.6 "$g(20) start"; # SUMO-ID: 18

$ns_ at 61.2 "$g(20) stop"; # SUMO-ID: 18

$ns_ at 13.2 "$g(26) start"; # SUMO-ID: 19

$ns_ at 67.5 "$g(26) stop"; # SUMO-ID: 19

$ns_ at 1.0 "$g(2) start"; # SUMO-ID: 2

$ns_ at 57.3 "$g(2) stop"; # SUMO-ID: 2

$ns_ at 10.0 "$g(18) start"; # SUMO-ID: 20

$ns_ at 68.9 "$g(18) stop"; # SUMO-ID: 20

$ns_ at 10.5 "$g(19) start"; # SUMO-ID: 21