Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE
CAMEL PERIODE 2010-2012
(Studi Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.)
Dina Ayu Fitriana
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya
Jl. M.T. Haryono 165 Malang
Dr. Sumiati, SE., M.Si.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
ABSTRAK
Perkembangan di dunia perbankan yang sangat pesat serta tingkat kompleksitas yang
tinggi dapat berpengaruh terhadap performa suatu bank. Kompleksitas usaha perbankan yang
tinggi dapat meningkatkan resiko yang dihadapi oleh bank-bank yang ada di Indonesia. Bank
adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat
dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.
Oleh karena itu, penting bagi bank untuk menjaga kepercayaan masyarakat sebab kegiatan
usahanya mengendalikan kepercayaan masyarakat.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk
menganalisis tingkat kesehatan PT. Bank Rakyat Indonesia periode 2010-2012 dengan
menggunakan metode CAMEL yang meliputi faktor pemodalan (capital), kualitas aktiva
(asset quality), manajemen (management), rentabilitas (earning), dan likuiditas (liquidity).
Berdasarkan hasil analisis terhadap tingkat kesehatan Bank dengan menggunakan
rasio CAMEL periode 2010-2012 keseluruhan dapat dikatakan bahwa secara umum kinerja
dan kesehatan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dalam kondisi cukup sehat.
Kata Kunci : Kinerja keuangan bank, CAMEL (capital, asset quality, management,
earning, liquidity)
ABSTRACT
A very rapidly developments in the banking world and a high level of complexity can
influence the performance of a bank. The high complexity of the banking business can
increase the risks faced by banks in Indonesia. Bank is a financial institution whose main
activity is to collect funds from the public and distribute the funds back into the community
and provide other banking services. Therefore, it is important for banks to maintain public
confidence because their business activities are controlling public confidence.
This research is quantitative descriptive study aimed to analyze the soundness of PT.
Bank Rakyat Indonesia during 2010-2012 by using CAMEL which includes capital, asset
quality, management, earnings and liquidity.
Based on the analysis of bank soundness using the CAMEL ratios entire 2010-2012
period can be said that the overall performance and health of PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk in a fairly healthy condition.
Keywords: Bank Financial Performance, CAMEL (capital, asset quality, management,
earnings, liquidity)
PENDAHULUAN
Perkembangan di dunia perbankan
yang sangat pesat serta tingkat kompleksitas
yang tinggi dapat berpengaruh terhadap
performa suatu bank. Kompleksitas usaha
perbankan yang tinggi dapat meningkatkan
resiko yang dihadapi oleh bank-bank yang ada
di Indonesia. Permasalahan perbankan di
Indonesia antara lain disebabkan depresiasi
rupiah, peningkatan suku bunga Sertifikat
Bank Indonesia (SBI) sehingga menyebabkan
meningkatnya kredit bermasalah. Lemahnya
kondisi internal bank seperti manajemen yang
kurang memadai, pemberian kredit kepada
kelompok atau grup usaha sendiri serta modal
yang tidak dapat mengcover terhadap resiko-
resiko yang dihadapi oleh bank tersebut
menyebabkan kinerja bank menurun.
Bank merupakan industri yang dalam
kegiatan usahanya mengandalkan kepercayaan
masyarakat sehingga kesehatan bank perlu
dipelihara. Pemeliharaan kesehatan bank
dilakukan dengan tetap menjaga likuiditas
sehingga bank dapat memenuhi kewajibannya
dan menjaga kinerjanya agar bank
memperoleh kepercayaan dari masyarakat.
Kepercayaan masyarakat terhadap bank akan
terwujud apabila bank mampu meningkatkan
kinerjanya secara optimal.
Kesehatan bank dapat diartikan sebagai
kemampuan suatu bank untuk melakukan
kegiatan operasional perbankan secara normal
dan mampu memenuhi semua kewajibannya
dengan baik melalui cara-cara yang sesuai
dengan peraturan perbankan yang berlaku.
Pengertian tentang kesehatan bank di atas
merupakan suatu batasan yang sangat luas,
karena kesehatan bank memang mencakup
kemampuan suatu bank untuk melaksankan
seluruh kegiatan perbankannya.
Dalam peraturan tentang penilaian
tingkat kesehatan bank terdapat perbedaan dari
peraturan terdahulu dalam beberapa hal yang
bersifat menyempurnakan. Pada peraturan
sebelumnya yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia melalui Surat Keputusan Direksi BI
No. 30/11/KEP/DIR tahun 1997 dan Surat
Keputusan Direksi BI No. 30/277/KEP/DIR
tahun 1998 analisis CAMEL ditetapkan
sebagai panduan untuk menilai tingkat
kesehatan bank. Seiring dengan perkembangan
dalam dunia perbankan maka diikuti pula
dengan meningkatnya resiko yang harus
ditanggung oleh bank, maka Bank Indonesia
menambahkan faktor penilaian tingkat
kesehatan perbankan dengan tujuan
mengantisipasi resiko karena menyangkut
kepentingan banyak pihak.
Dalam peraturan yang baru
menambahkan faktor sensitivitas terhadap
resiko pasar (Sensitivity to market risk) karna
dianggap sangat penting untukdiperhitungkan
dalam kehidupan perbankan saat ini. Atas
dasar tersebut Bank Indonesia sebagai
lembaga yang bertugas mengawasi dan
menilai perbankan di Indonesia mengeluarkan
Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004
tanggal 12 April 2004 yang berisi tentang
panduan dalam menilai tingkat kesehatan
bank. Peraturan perbankan yang baru dalam
menilai tingkat kesehatan bank digunakan
analisis CAMELS (Capital, Asset Quality,
Management, Earning, Liquidity, dan
Sensitivity to market risk).
Dalam analisis CAMEL dapat
diketahui kriteria kesehatan suatu bank yaitu
sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak
sehat. Dari hasil penilaian tersebut nantinya,
Bank dapat mengambil kebijakan yang
berhubungan dengan kinerja bank dimasa yang
akan datang. Jika dari hasil penilaian bank
dinyatakan sehat maka bank tersebut harus
mempertahankan tingkat kesehatannya dan
jika hasil penilaian bank dinyatakan tidak
sehat maka bank tersebut harus meningkatkan
tingkat kesehatannya.
PT. Bank Rakyat Indonesia (persero)
Tbk. dipilih sebagai objek penelitian karena
selalu memberikan pelayanan pada masyarakat
kecil hingga saat ini dan tetap konsisten
dengan fokus pemberian fasilitas kredit kepada
golongan pengusaha kecil.
Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis dan mengetahui kinerja
keuangan PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero), Tbk. periode 2010-2012 dengan
menggunakan metode CAMEL.
PENELITIAN TERDAHULU
Beberapa penelitian mengenai analisis
tingkat kesehatan bank telah dilakukan oleh
peneliti terdahulu, di antaranya :
1. Mohammad Very Askhar (2008)
menganalisis CAMEL sebagai alat
pengukuran tingkat kesehatan PT. Bank
Rakyat Indonesia yaitu : CAR, KAP,
NPM, ROA, BOPO, dan LDR. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa selama
periode 2004-2006, tingkat kesehatan PT.
Bank Rakyat Indonesia berada dalam
kondisi cukup sehat.
2. Dayu Kristiyaningsih (2008) menganalisis
kinerja 10 bank-bank umum go public
yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
periode 2004-2005. Hasil penelitian
didapatkan bukti empiris bahwa semua
bank yang diteliti berdasarkan rasio
CAMEL, yaitu : CAR, KAP, ROA, ROE,
BOPO, dan LDR berada dalam kondisi
sehat.
3. Venny Dwi Lestari (2009) menganalisis
tingkat kesehatan 16 bank-bank milik
pemerintah periode 2006-2008
menggunakan rasio CAMEL, yaitu :
CAR, KAP, ROA, BOPO, dan LDR.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tingkat kesehatan Bank Pembangunan
Daerah NTB tahun 2007-2008 berpredikat
tidak sehat.
1. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya adalah tahun penelitian
yaitu antara tahun 2010-2012.
2. Peneliti menggunakan sembilan rasio
CAMEL PBI No.6/10/2004 sebagai pedoman
analisis tingkat kesehatan bank yaitu: CAR,
KAP, NPL, NPM, ROA, ROE, BOPO, NIM,
dan LDR.
Penelitian ini memiliki persamaan
dengan penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Muhammad Very Askhar (2008), yaitu
untuk menganalisis tingkat kesehatan PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. dengan
menggunakan metode CAMEL.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode
penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian
deskriptif kuantitatif menggunakan metode
numerik dan grafis untuk mengenali sejumlah
data, merangkum informasi yang terdapat
dalam data tersebut dan menyajikan informasi
tersebut dalam bentuk yang diinginkan
(Kuncoro, 2007 : 12). Data yang digunakan
berupa laporan keuangan tahunan, yaitu :
neraca, laporan laba rugi, laporan kualitas
aktiva produktif, dan laporan kecukupan
pemenuhan modal minimum (KPMM). Obyek
yang diteliti adalah kinerja keuangan
menggunakan metode CAMEL pada Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., dimana data
dalam penelitian ini diakses melalui
www.bri.co.id.
Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah melalui dokumentasi atau
disebut juga dengan metode arsip. Data
dikumpulkan melalui pencatatan atau
pemindahan data tertulis atau data dokumen
perusahaan. Melalui studi atas dokumen yang
relevan dengan bank yang akan diamati,
didapatkan data-data kuantitatif atau berupa
laporan keuangan bank yang berguna untuk
menganalisis kesehatan bank.
Penilaian tingkat kesehatan bank yang
dilakukan di Indonesia mengacu pada sistem
CAMEL Amerika serikat yang dikenal dengan
CAMEL Rating Sistem yang meliputi
komponen-komponen sebagai berikut: Capital,
Asset quality, management, earning,dan
liquidity juga berlaku bagi perbankan di
Indonesia. Sebagai pengawas bank-bank maka
bank Indonesia juga penilaian performance
bank dengan memperhatikan lima faktor di
atas sesuai dengan standar BI tentang Standar
Tingkat Kesehatan Bank Indonesia
berdasarkan lampiran surat edaran No.
6/73/INTERN bahwa tingkat kesehatan bank
dapat dilakukan dengan menggunakan teknik
analisa CAMEL (Capital, Asset Quality,
Management, Earning,dan Liquidity.
Ada empat predikat yang diberikan
Bank Indonesia dalam menilai kinerja
keuangan bank yaitu batik dengan predikat
sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak
sehat. Untuk itu bank harus tetap menjaga
kinerja keuangannya agar tetap menjadi bank
yang sehat dalam arti sehat sebagai lembaga
keuangan yang memiliki peran penting dalam
perkembangan perekonomian nasional, sehat
sebagai suatu lembaga kepercayaan dalam
mengelola dana yang diberikan masyarakat,
serta sehat sebagai suatu lembaga keuangan
yang merupakan sumber dana bagi kegiatan
perekonomian negara.
Sesuai dengan Peraturan Bank
Indonesia nomor 6/23/DPNP tanggal 12 April
2004, tingkat kesehatan bank merupakan hasil
penilaian kuantitatif dan kualitatif terhadap
faktor-faktor CAMEL. Di dalam penilaian
kuantitatif tersebut, Bank Indonesia
menetapkan rasio-rasio yang berkaitan dengan
faktor-faktor CAMEL, dimana perhitungan
atas faktor-faktor CAMEL tersebut telah
ditetapkan adalah sebagai berikut :
1. Faktor Permodalan (Capital)
Bank Indonesia menetapkan Capital
Adequacy Ratio (CAR), yaitu kewajiban
penyediaan modal minimum yang harus selalu
dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu
proporsi tertentu dari total Aktiva Tertimbang
Menurut Risiko (ATMR).
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
(ATMR) merupakan penjumlahan aktiva
neraca dan aktiva administrasi, ATMR aktiva
neraca diperoleh dengan cara mengalikan nilai
nominal aktiva yang bersangkutan dengan
bobot risikonya (Hasibuan, 2008 : 58).
Menurut Standar Internasional, yaitu
Banking for International Settlement (BIS)
yang menjadi acuan Bank Indonesia, bobot
minimum Capital Adequacy Ratio adalah
sebesar 12%, dan dari waktu ke waktu akan
disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan
perbankan yang terjadi. Penghitungan CAR
dirumuskan sebagai berikut :
Sumber: SE Bank Indonesia No. 12/11/DPNP Tanggal
31 Maret 2010
2. Kualitas Aset (Asset Quality)
Penilaian terhadap kualitas aset
merupakan penilaian terhadap kualitas aktiva
produktif yang mana kualitas asset
merefleksikan besarnya risiko kredit yang
secara potensial dihadapi Bank, dikaitkan
dengan portofolio pinjaman dan investasi,
kepemilikan; asset lainnya, serta transaksi
rekening admitristratif. Penilaian terhadap
kualitas aset dilakukan melalui dua faktor,
yaitu:
a. Kualitas Aktiva Produktif (KAP)
Dalam penilaian faktor ini, hal yang
dilakukan adalah menilai jenis-jenis aset yang
dimiliki oleh bank.
Menurut Kasmir (2008 : 50), kualitas
aset digunakan untuk menilai jenis-jenis aset
yang dimiliki oleh bank.
Rumus perhitungan kualitas aset
adalah sebagai berikut :
Sumber: SE Bank Indonesia No.12/11/DPNP Tanggal
31 Maret 2010
b. Penanganan Kredit Bermasalah
Penilaian dilakukan dengan
menggunakan rasio NPL (Non Performing
Loan). Rasio ini menunjukkan kemampuan
manajemen bank dalam mengelola kredit
bermasalah yang diberikan oleh bank.
NPL yang baik adalah NPL yang memiliki
rasio dibawah 5%. NPL mencerminkan risiko
kredit, yaitu semakin kecil NPL maka semakin
kecil pula risiko kredit yang ditanggung bank.
Bank dengan NPL yang tinggi akan
memperbesar biaya, baik pencadangan aktiva
produktif maupun biaya lainnya, sehingga
berpotensi terhadap kerugian bank.
Rumus perhitungannya :
Sumber : SE Bank Indonesia No.12/11/DPNP tanggal
31 Maret 2010
3. Faktor Manajemen
Menurut Kasmir (2008 : 48) dalam
mengelola kegiatan bank sehari-hari juga
harus dinilai kualitas manajemennya. Hal ini
dilakukan dengan alasan bahwa seluruh
kegiatan manajemen bank yang mencakup
manajemen umum dan manajemen risiko pada
akhirnya akan mempengaruhi dan bermuara
pada perolehan laba bank tersebut.
Adapun rumusnya adalah sebagai
berikut:
Sumber : Lukman, 2009 : 120
4. Faktor Rentabilitas (Earning)
Bank yang sehat adalah bank yang
diukur secara rentabilitas yang terus
meningkat di atas standar yang telah
ditetapkan (Kasmir, 2008). Faktor rentabilitas
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi
usaha bank dan rentabilitas yang dicapai bank.
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia
No.12/11/DPNP Tanggal 31 Maret 2010
kepada semua bank umum yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional di
Indonesia.
Rasio keuangan yang digunakan untuk
mengukur rentabilitas bank adalah :
a. Return On Asset (ROA)
Menurut Mishkin (2008 : 306), ROA
digunakan sebagai ukuran dasar keuntungan
bank dalam imbal hasil atas aset karena ROA
memberikan informasi mengenai efisiensi
bank yang dijalankan serta menunjukkan
berapa banyak laba yang dihasilkan secara
rata-rata dari asetnya.
Rumus perhitungannya adalah sebagai
berikut :
Sumber : SE Bank Indonesia No.12/11/DPNP tanggal
31 Maret 2010
b. Return On Equity (ROE)
Menurut Kasmir (2008 : 204) ROE
menunjukkan efisiensi penggunaan modal
sendiri dengan mengukur laba bersih sesudah
pajak dibandingkan dengan modal sendiri.
Semakin besar ROE, maka semakin besar pula
tingkat keuntungan yang dicapai bank dalam
pengembalian saham dari total modal sendiri.
Rumus perhitungannya adalah sebagai
berikut :
Sumber : SE Bank Indonesia No.12/11/DPNP tanggal
31 Maret 2010
c. Beban Operasional Terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO)
Menurut Slamet (2006 : 159), BOPO
adalah rasio perbandingan antara beban
operasional dengan pendapatan operasional,
semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti
semakin baik kinerja manajemen bank tersebut
karena lebih efisien dalam menggunakan
sumber daya yang ada di perusahaan.
Rumus perhitungannya adalah sebagai
berikut:
Sumber : SE Bank Indonesia No.12/11/DPNP tanggal
31 Maret 2010
d. Net Interest Margin (NIM)
NIM (Net Interest Margin) digunakan
untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam mengelola aktiva produktifnya untuk
menghasilkan pendapatan bunga bersih.
Pendapatan bunga bersih diperoleh dari
pendapatan bunga dikurangi beban bunga.
Semakin besar rasio ini maka meningkatnya
pendapatan bunga atas aktiva produktif yang
dikelola bank sehingga kemungkinan bank
dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
Rumus perhitungan NIM adalah sebagai
berikut :
Sumber : SE Bank Indonesia No.12/11/DPNP tanggal
31 Maret 2010
5. Faktor Likuiditas (Liquidity)
Penilaian terhadap faktor ini
menggunakan LDR (Loan to Deposit Ratio).
LDR diperoleh dengan cara membandingkan
kredit yang diberikan kepada pihak ketiga
(tidak termasuk kredit kepada bank lain)
dengan dana pihak ketiga (DPK) yang terdiri
dari giro, tabungan dan deposito (tidak
termasuk antar bank).
Loan to deposit ratio (LDR) tersebut
menyatakan seberapa jauh kemampuan bank
dalam membayar kembali penarikan dana
yang dilakukan deposan dengan mengandalkan
kredit yang diberikan sebagai sumber
likuiditasnya (Lukman, 2009 : 116).
Rumus perhitungan LDR adalah sebagai
berikut :
Sumber : SE Bank Indonesia No.12/11/DPNP tanggal
31 Maret 2010
6. Keterbatasan Penelitian
Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia
No.6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004
tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank Umum, mencakup penilaian terhadap
faktor-faktor CAMELS. Sedangkan, variabel
yang digunakan dalam penelitian ini memiliki
keterbatasan, yaitu tidak diikutsertakannya
faktor sensitivitas terhadap risiko pasar
(sensitivity to market risk) untuk menilai
kesehatan bank.
Komponen-komponen tersebut tidak
dipublikasikan dalam laporan keuangan bank
dan cenderung bersifat internal, sehingga
penulis tidak dapat memperoleh informasi
yang memadai untuk dapat menilai faktor
sensitivitas terhadap risiko pasar dan pada
indicator “S” tidak ada bobotnya (0).
HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN
Bank Indonesia selaku bank sentral dan
regulator bagi perbankan di Indonesia
mengeluarkan Surat Edaran Bank Indonesia
No.6/10/PBI/2004 Tanggal 12 April 2004
mengenai penilaian tingkat kesehatan bank
umum dengan menggunakan metode CAMEL
(capital, asset quality, management, earning,
liquidity). Hasil analisis akan menunjukkan
kondisi kesehatan bank yang digolongkan ke
dalam peringkat komposit yang merupakan
peringkat akhir hasil penilaian tingkat
kesehatan bank.
Tabel 4.1
Perhitungan Capital Adequacy Ratio
PT Bank BRI (Persero) Tbk 2010 – 2012
2012 2011 2010
Modal Inti 55.080.238 40.019.254 27.123.160
Modal Pelengkap 9.801.541 9.801.075 9.549.950
Penyertaan 75.021 45.769 41.538
Total Modal 64.881.779 49.820.329 36.673.110
Aktiva
Tertimbang
Menurut Risiko
(ATMR)
336.081.042 269.454.726 232.972.784
Rasio CAR 19% 18% 16%
Standard BI > 12
Peringkat
1
Sangat Baik
1
Sangat Baik
1
Sangat Baik
Sumber : Data Diolah (Lampiran Ikhtisar Laporan
Keuangan Tahunan 2010-2012 Bank BRI)
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, tingkat
kecukupan modal (CAR) yang dihasilkan oleh
Bank BRI selama tahun 2010-2012 sangat baik
(>12%) dan stabil pada peringkat 1, selain itu
perolehan CAR Bank BRI melampaui
ketentuan kewajiban pemenuhan modal
minimum (KPMM) yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia, yaitu 12%. Tabel di atas juga
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rasio
karena Bank BRI menyediakan kecukupan
modal untuk dapat mengantisipasi kerugian
atas 56 risiko yang ditimbulkan terutama risiko
kredit bermasalah (NPL), di samping antisipasi
terhadap risiko pasar akibat kerugian valas.
Tabel 4.2
Perhitungan Kualitas Aktiva Produktif
PT Bank BRI (Persero) Tbk 2010 – 2012 2012 2011 2010
Aktiva Produktif Yang
Diklasifikasikan
(APYD)
13.895.464 10.525.973 9.975.712
Aktiva Produktif 487.317.511 390.709.353 337.810.537
Rasio 2,85% 2,69% 2,95%
Standard BI ≤ 0,5% - 6%
Peringkat
2
Baik
2
Baik
2
Baik
Sumber : Data Diolah (Lampiran Ikhtisar Laporan
Keuangan Tahunan 2010-2012 Bank BRI).
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, selama
tahun 2010-2012 Bank BRI memiliki kualitas
aset yang baik. Hal ini ditunjukkan oleh
kinerja Bank BRI yang baik dalam
mengendalikan jumlah APYD dan rasio KAP
yang dihasilkan masih memenuhi standar
aman Bank Indonesia, yaitu antara 0,5% <
KAP ≤ 6%. Jumlah aktiva produktif yang
diklasifikasikan mengalami kenaikan pada
semua golongan (DPK, KL, diragukan, dan
macet) selama tahun 2010-2012 sehingga rasio
KAP yang dihasilkan mengalami kenaikan.
Tabel 4.3
Perhitungan Non Performing Loan
PT Bank BRI (Persero) Tbk 2010 – 2012 2012 2011 2010
Jumlah
Kredit
Bermasalah
14.677.220 15.951.531 13.991.454
Total Kredit 336.081.042 269.454.726 232.972.784
Rasio 4,37% 5,92% 6,01%
Standard BI ≤ 2% - 8%
Peringkat
2
Baik
3
Cukup Baik
3
Cukup Baik
Sumber : Data Diolah (Lampiran Ikhtisar Laporan
Keuangan Tahunan 2010-2012 Bank BRI)
Tabel 4.3 Bank BRI menunjukan kinerja
yang cukup baik dalam menekan jumlah
krediy bermasalah. Hal ini ditunjukkan dengan
menurunnya rasio NPL selama tahun 2010-
2012 sehingga pada tahun 2012 Bank BRI
memperoleh peringkat yang baik sebesar
4,37%. Tingkat kecukupan manajemen risiko
kredit yang baik adalah (2% < NPL < 5%).
Kinerja positif yang ditunjukkan oleh Bank
BRI dalam mengendalikan jumlah kredit
bermasalah ini juga tak lepas dari loyalitas dan
kepatuhan nasabah dalam membayar kembali
pinjaman yang telah disalurkan oleh bank, dan
mengindikasikan bahwa Bank BRI memiliki
tingkat kecukupan manajemen risiko kredit
yang baik. Secara umum, selama tahun 2010-
2012, rasio NPL pada Bank BRI masih aman
dan memenuhi standar Bank Indonesia, yaitu
antara 2% ≤ NPL ≤ 8%.
Tabel 4.4
Perhitungan Non Profit Margin
PT Bank BRI (Persero) Tbk 2010 – 2012 2012 2011 2010
Laba Bersih 18.687.380 15.087.996 11.472.385
Pendapatan
Operasional 94.483.919 88.367.399 83.048.298
Rasio 19,78% 17,07% 13,81%
Sumber : Data Diolah (Lampiran Ikhtisar Laporan
Keuangan Tahunan 2010-2012 Bank BRI)
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, Bank BRI
mampu menghasilkan laba bersih yang
mengalami peningkatan selama tahun 2010-
2012 yang ditunjukkan oleh kenaikan rasio
NPM. Bank BRI mengalami kenaikan rasio
NPM yang disebabkan oleh pendapatan
operasional yang naik cukup signifikan
sehingga mampu menghasilkan laba bersih
secara maksimal.
Bank BRI mencatatkan laba bersih yang
naik signifikan setiap tahunnya, sehingga rasio
NPM juga ikut naik. Pendapatan operasional
(terutama pendapatan bunga) yang naik cukup
tinggi setiap tahunnya mampu menyumbang
kenaikan pada laba bersih.
Tabel 4.5
Perhitungan Return on Asset
PT Bank BRI (Persero) Tbk 2010 – 2012
2012 2011 2010
Laba Sebelum
Pajak 23.859.572 18.755.880 14.908.230
Total Asset 551.336.790 469.899.284 404.285.602
Rasio 4,33% 3,99% 3,69%
Standard BI > 1.5%
Peringkat
1
Sangat Baik
1
Sangat Baik
1
Sangat Baik
Sumber : Data Diolah (Lampiran Ikhtisar Laporan
Keuangan Tahunan 2010-2012 Bank BRI)
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, Bank BRI
mampu menghasilkan rasio ROA yang sangat
baik atau melebihi standar yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia, yaitu > 1,5% dan tetap
stabil pada peringkat 1 selama tahun 2010-
2012.. Meskipun total aset yang dimiliki naik
cukup signifikan dan mampu menyumbang
pendapatan bunga yang cukup tinggi (terutama
berasal dari penyaluran kredit oleh Bank BRI
dalam jumlah besar), tetapi hal tersebut diikuti
pula oleh kenaikan beban operasional sehingga
imbal hasil atas laba sebelum pajak kurang
maksimal. Setiap tahunnya kenaikan total aset
mampu menghasilkan pendapatan bunga yang
tinggi dan berakibat pada kenaikan laba
sebelum pajak yang naik cukup signifikan.
Tabel 4.6
Perhitungan Return on Equity
PT Bank BRI (Persero) Tbk 2010 – 2012
2012 2011 2010
Laba Setelah
Pajak 23.859.572 18.755.880 14.908.230
Modal Inti 55.080.238 40.019.254 27.123.160
Rasio 43,32% 46,87% 54,96%
Standard BI > 15%
Peringkat
1
Sangat Baik
1
Sangat Baik
1
Sangat Baik
Sumber : Data Diolah (Lampiran Ikhtisar Laporan
Keuangan Tahunan 2010-2012 Bank BRI)
Tabel 4.6 menunjukkan Return On
Equity berada pada peringkat 1 (Sangat Baik).
Rata-rata dari modal inti yang dimiliki oleh
Bank BRI mampu menghasilkan laba setelah
pajak yang sangat tinggi. Laba setelah pajak
yang dihasilkan oleh Bank BRI ini berasal dari
pendapatan operasional, terutama pendapatan
bunga yang cukup tinggi yang bersumber dari
kredit atau pinjaman yang diberikan. Namun
Bank BRI selama tahun 2010-2012
mengalamin penurusan rasio yaitu 54,96%
tahun 2010 menjadi 46,87% di tahun 2011 dan
43,32% ditahun 2012.Hal ini mengindikasikan
tingkat keuntungan yang dicapai oleh bank
dalam pengembalian saham dari total modal
sendiri semakin kecil.
Tabel 4.7
Perhitungan BOPO
PT Bank BRI (Persero) Tbk 2010 – 2012 2012 2011 2010
Beban
Operasional 32.617.687 30.822.899 27.840.251
Pendapatan
Operasional 94.483.919 88.367.399 83.048.298
Rasio 34,52% 34,88% 33,52%
Standard BI < 90%
Peringkat
1
Sangat Baik
1
Sangat Baik
1
Sangat Baik
Sumber : Data Diolah (Lampiran Ikhtisar Laporan
Keuangan Tahunan 2010-2012 Bank BRI)
Berdasarkan tabel 4.7 di atas, meskipun
selama tahun 2010-2012 Bank BRI mengalami
kenaikan rasio BOPO, tetapi mampu
menghasilkan pendapatan operasional yang
cukup tinggi. Kenaikan pada beban
operasional terutama disebabkan oleh
peningkatan beban bunga, beban komisi,
kerugian atas jumlah kredit yang diberikan
(NPL), kerugian atas penurunan nilai aset,
peningkatan biaya administrasi, biaya promosi,
dan biaya personalia.
Di tahun 2010, Bank BRI mengalami
penurunan rasio BOPO, meskipun beban
operasional mengalami peningkatan cukup
signifikan tetapi Bank BRI mampu
memperoleh pendapatan operasional (terutama
pendapatan bunga) yang melonjak cukup
tinggi. Secara umum, selama tahun 2010-2012,
Bank BRI memiliki tingkat efisiensi yang
sangat baik karena mampu menghasilkan rasio
BOPO sesuai dengan standar Bank Indonesia,
yaitu ≤ 90% dan tetap stabil pada peringkat 1.
Tabel 4.8
Perhitungan Net Interest Margin
PT Bank BRI (Persero) Tbk 2010 – 2012 2012 2011 2010
Pendapatan
Bunga Bersih 36.483.766 34.427.076 32.888.603
Aktiva
produktif 487.317.511 390.709.353 337.810.537
Rasio 7,49% 8,81% 9,74%
Standard BI > 3%
Peringkat
1
Sangat Baik
1
Sangat Baik
1
Sangat Baik
Sumber : Data Diolah (Lampiran Ikhtisar Laporan
Keuangan Tahunan 2010-2012 Bank BRI)
Berdasarkan tabel 4.8 di atas, Bank BRI
memiliki kinerja rentabilitas (NIM) yang
sangat tinggi atau melampaui standar Bank
Indonesia, yaitu > 3%, dan tetap stabil berada
pada peringkat 1 (sangat baik) selama tahun
2010-2012. Bank BRI mampu menggunakan
total aktiva produktif yang dimiliki dengan
sangat baik sehingga mampu menghasilkan
pendapatan bunga bersih yang sangat tinggi.
Pendapatan bunga yang tinggi ini terutama
berasal dari jumlah kredit yang disalurkan
khususnya pada sektor usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM) dan non UMKM.
Dari tahun 2010 – 2012 rasio NIM yang
dihasilkan oleh Bank BRI sempat mengalami
penurunan akibat meningkatnya beban bunga
sehingga tentunya mengurangi pendapatan
bunga bersih.
:
Tabel 4.9
Perhitungan Loan to Deposit Ratio
PT Bank BRI (Persero) Tbk 2010 – 2012
2012 2011 2010
Jumlah Kredit
Yang Diberikan 350.758.262 285.406.257 246.964.238
Dana Pihak
Ketiga 487.317.511 390.709.353 337.810.537
Rasio 71,98% 73,05% 73,11%
Standard BI 50% - 100 %
Peringkat
1
Sangat Baik
1
Sangat Baik
1
Sangat Baik
Sumber : Data Diolah (Lampiran Ikhtisar Laporan
Keuangan Tahunan 2010-2012 Bank BRI)
Berdasarkan tabel 4.9 di atas, selama
tahun 2010-2012 Bank BRI memiliki kinerja
likuiditas (LDR) yang baik (70% < LDR ≤
75%) dan berada pada peringkat 1. Meskipun
selama tahun 2010 - 2012 mengalami
penurunan rasio namun berdasarkan standar
Bank Indonesia LDR Bank BRI masih
tergolong dalam batas aman, yaitu ≤ 100%.
Jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang
berhasil dihimpun dari masyarakat oleh Bank
BRI sebanding dengan jumlah kredit yang
diberikan.
Bank BRI merupakan bank yang fokus
dalam menyalurkan kredit, khususnya pada
sektor usaha mikro, kecil, dan menengah
(UMKM) yang jumlahnya dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan cukup signifikan dan
berkontribusi pada pendapatan yang diperoleh
oleh Bank BRI.
Secara umum, selama tahun 2010-
2012, Bank BRI memiliki kemampuan
likuiditas untuk mengantisipasi kebutuhan
likuiditas dan penerapan manajemen risiko
likuiditas yang kuat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Analisis CAMEL pada PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk. untuk Tahun 2010-
2012 kondisi tingkat kesehatan BRI
dinyatakan cukup sehat.
Analisis terhadap tingkat kesehatan bank
bertujuan untuk mengevaluasi kinerja bank
dalam menerapkan prinsip kehati-hatian dan
kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku.
Selain itu, hasil penilaian tingkat kesehatan
bank diharapkan dapat membantu calon
investor dalam membuat keputusan sebelum
melakukan investasi pada bank.
Penilaian mengenai tingkat kesehatan
bank berdasarkan peraturan yang telah
ditetapkan oleh Bank Indonesia selaku
regulator perbankan di Indonesia, yaitu PBI
No.6/10/PBI/2004 Tanggal 12 April 2004
tentang sistem penilaian kesehatan bank umum
dengan menggunakan metode CAMEL.
Faktor permodalan (capital) dinilai
untuk mengetahui kecukupan modal yang
dimiliki oleh bank dalam mengatasi eksposur
risiko yang dihadapi saat ini dan untuk
mengantisipasi eksposur risiko yang dihadapi
di masa mendatang. Bank Indonesia selaku
regulator perbankan di Indonesia menetapkan
bahwa setiap bank umum wajib memelihara
rasio kecukupan modal (CAR) minimum
sebesar 12%.
Faktor kualitas aset (asset quality) dinilai
untuk mengetahui kualitas aset dengan
membandingkan aktiva produktif yang
diklasifikasikan (APYD) dengan total aktiva
produktif yang dinilai dengan rasio KAP.
Semakin besar rasio KAP yang dihasilkan oleh
bank akan semakin menunjukkan bahwa
kualitas aset yang dimiliki oleh bank berada
pada kondisi yang tidak baik dan
mengindikasikan tingkat aktiva produktif
bermasalah semakin buruk.
Selain itu, kualitas aset juga dinilai untuk
mengetahui tingkat kecukupan manajemen
risiko bank dengan membandingkan antara
jumlah kredit bermasalah dengan total kredit
yang diberikan yang diukur dengan rasio non
performing loan (NPL). Apabila rasio NPL
semakin besar akan semakin menunjukkan
bahwa bank memiliki kinerja manajemen
risiko yang kurang baik dalam mengendalikan
jumlah kredit bermasalah.
Faktor manajemen (management)
diukur dengan melakukan penilaian terhadap
penerapan manajemen umum dan manajemen
risiko, dan biasanya dilakukan melalui
kuesioner bagi pihak bank, namun pengukuran
tersebut sulit dilakukan karena faktor ini
terkait dengan unsur kerahasiaan bank.
Penilaian terhadap faktor manajemen dapat
diproksikan dengan net profit margin (NPM),
yaitu perbandingan antara laba bersih dengan
pendapatan operasional. Semakin besar rasio
NPM yang dihasilkan oleh bank, maka akan
semakin baik pula kinerja bank dalam
menghasilkan laba bersih.
Faktor rentabilitas (earning) dinilai
untuk mengetahui tingkat efisiensi usaha bank
dan kemampuan dalam mencapai rentabilitas.
Indikator penilaiannya adalah dengan return
on asset (ROA), yaitu perbandingan antara
laba sebelum pajak dengan total aset yang
dimiliki oleh bank. Semakin besar rasio
menunjukkan bahwa bank memiliki
kemampuan rentabilitas yang baik dalam
menghasilkan laba sebelum pajak. Return On
Equity (ROE), yaitu perbandingan antara laba
bersih dengan total modal inti bank. Semakin
besar rasio berarti semakin besar pula tingkat
pengembalian saham yang dihasilkan oleh
bank.
Rasio beban operasional operasional
terhadap pendapatan operasional (BOPO),
yaitu perbandingan antara beban operasional
yang harus dikeluarkan oleh bank dalam
rangka membiayai aktivitas usahanya dengan
pendapatan operasional yang berhasil
diperoleh bank. Semakin besar rasio semakin
menunjukkan bahwa bank memiliki tingkat
efisiensi yang kurang baik. Net Interest
Margin (NIM) adalah perbandingan antara
pendapatan bunga bersih dengan total aktiva
produktif. Semakin besar rasio akan semakin
menunjukkan bahwa bank memiliki
rentabilitas yang sangat baik dalam
menghasilkan pendapatan bunga bersih dari
rata-rata total aktiva produktif yang dimiliki.
Faktor likuiditas dinilai untuk
mengetahui kemampuan likuiditas bank dan
tingkat kecukupan manajemen risiko likuiditas
yang diukur dengan menggunakan loan to
deposit ratio (LDR). Semakin besar rasio akan
semakin menunjukkan bahwa bank memiliki
kemampuan likuiditas yang sangat lemah
untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan
penerapan manajemen risiko likuiditas yang
buruk.
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah
tidak digunakannya sensitivitas terhadap risiko
pasar sensitivity to market risk (SMR) sebagai
salah satu faktor penilaian dalam menganalisis
tingkat kesehatan bank. Hal ini dikarenakan
pada indikator “S” tidak ada bobotnya
sedangkan untuk menghitung rasio sensitivitas
diperlukan penilaian terhadap komponen
modal cadangan dibandingkan dengan potensi
kerugian akibat fluktuasi suku bunga dan
modal cadangan dibandingkan dengan potensi
kerugian akibat fluktuasi nilai tukar.
Komponen-komponen tersebut tidak
dipublikasikan dalam laporan keuangan bank
dan cenderung bersifat internal, sehingga
penulis tidak dapat memperoleh informasi
yang memadai.
Penelitian ini mendukung penelitian
yang dilakukan oleh Mohammad Very Askhar,
yang menyimpulkan bahwa faktor kualitas aset
pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk.
Berpredikat cukup sehat .yang baik setelah
dinilai dengan menggunakan rasio KAP.
Artinya PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk.
mempunyai kemampuan yang tinggi untuk
mengatasi masalah kerugian, meningkatkan
modal, dalam menciptakan laba selama tahun
2010-2012.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan mengenai tingkat kesehatan bank
umum milik negara selama tahun 2010-2012
dengan menggunakan metode CAMEL, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Permodalan (capital) PT. Bank Rakyat
Indonesia berada pada peringkat komposit 1
atau digolongkan dalam kondisi sangat
baik. lainnya. Hasil rasio yang ditunjukkan
oleh Bank BRI berada pada peringkat 1
(Sangat baik).
2. Kualitas aset (asset quality) dinilai dengan
menggunakan rasio KAP dan non
performing loan (NPL). Rasio KAP Bank
BRI berada pada peringkat 2 (baik), dan
rasio NPL berada peringkat 3 (cukup baik).
3. Manajemen (management) diukur dengan
menggunakan rasio NPM (Net Profit
Margin). NPM merupakan rasio yang
menggambarkan tingkat keuntungan (laba)
yang diperoleh Bank dibanding dengan
pendapatan yang diterima dari kegiatan
operasionalnya. Dari tahun 2010-2012
Bank BRI menghasilkan peningkatan rasio
NPM yang tinggi.
4. Rentabilitas (earning) dinilai dengan
menggunakan rasio ROA, ROE, BOPO,
dan NIM. Bank BRI untuk keempat rasio
tersebut semuanya berada pada peringkat 1
(sangat baik).
5. Likuiditas (liquidity) dinilai dengan
menggunakan rasio LDR. Berdasarkan
aspek likuiditas Bank tidak mempunyai
kewajiban yang harus segera dibayar
sehngga modsl inti yang dimiliki Bank
dapat menutupi pinjaman lainnya. Hasil
rasio yang ditunjukkan oleh Bank BRI
berada pada peringkat 1 (Sangat baik).
Saran yang dapat diberikan berkaitan
dengan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Perusahaan (Bank)
Bank BRI sebaiknya meningkatkan
predikatnya dari yang cukup sehat
menjadi sehat. Peningkatan kinerja
keuangan ini ditujukan untuk kesehatan
kinerja perbankan yang saat ini jika
diukur dengan analisis CAMEL masih
dinyatakan sehat. Hal ini dilakukan
agar kepercayaan masyarakat atau
nasabah terhadap PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk juga semakin
meningkat.
2. Bagi investor atau Kreditur
Investor hendaknya memperhatikan
kinerja keuangan bank. Kesehatan kinerja
perbankan antara cukup sehat sampai
sangat sehat layak untuk dijadikan obyek
investasi. Kinerja keuangan yang tidak
sehat sampai kurang sehat tidak layak
untuk dijadikan obyek investasi.
3. Bagi Nasabah
Kinerja keuangan Bank yang sehat dapat
diberi kepercayaan sebagai lembaga
pembiayaan dan simpanan. Kinerja
keuangan yang tidak sehat tidak layak
untuk diberi kepercayaan sebagai lembaga
pembiayaan dan simpanan.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya hendaknya lebih
memperhatikan rasio yang digunakan
dalam menghitung aspek CAMEL dan
menggunakan rasio “S” agar hasil
penelitian yang diperoleh lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia, 2011, Booklet Perbankan
Indonesia, www.bi.go.id diakses tanggal
20 April 2013.
Bank Indonesia, 2010, Statistik Perbankan
Indonesia, www.bi.go.id diakses tanggal
20 April 2013.
Dayu Kristiyaningsih, 2008, Analisis Rasio
CAMEL Untuk Menilai Kesehatan
Perbankan (Studi Kasus Pada Bank Go
Public Yang Terdaftar di BEJ), Skripsi
Universitas Muhammadiyah, Surakarta,
www.google.com diakses tanggal 10 Mei
2013.
Kasmir, 2008, Manajemen Perbankan, Edisi
Revisi, Penerbit PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Hasibuan, Malayu, 2008, Dasar-Dasar
Perbankan, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta
Laporan Keuangan Tahunan Bank Rakyat
Indonesia, 2010-2012, www.bri.co.id
Mohammad Very Askhar, 2008, Analisis
Camel Sebagai Alat Pengukuran Tingkat
Kesehatan Bank (Studi Pada Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk), Skripsi Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah, Malang.
Peraturan Bank Indonesia No.8/4/PBI/2006
Tanggal 30 Januari 2006 Tentang
Penerapan Good Corporate Governance
Pada Seluruh Bank Umum, www.bi.go.id
diakses tanggal 20 April 2013.
Peraturan Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004
Tanggal 12 April 2004 Tentang Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum,
www.bi.go.id diakses tanggal 20 April
2013.
Surat Edaran Bank Indonesia No.12/11/DPNP
Tanggal 31 Maret 2010 Perihal Laporan
Publikasi Bank Umum, www.bi.go.id
diakses tanggal 10 Mei 2013.
Surat Edaran Bank Indonesia No.11/33/DPNP
Tanggal 8 Desember 2009 Perihal
Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia,
www.bi.go.id diakses tanggal 10 Mei
2013.
Surat Edaran Bank Indonesia
No.6/73/INTERN Tanggal 24 Desember
2004 Perihal Pedoman Sistem Penilaian
Kesehatan Bank Umum (CAMEL
RATING), www.bi.go.id diakses tanggal
10 Mei 2013.
Venny Dwi Lestari, 2009, Analisis Tingkat
Kesehatan Bank Pemerintah Dengan
Menggunakan CAMEL dan Analisis
Diskriminan Periode 2006-2008, Jurnal
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma, Jakarta,
www.google.com diakses tanggal 12 Juni
2013.