20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kosmetik berasal dari bahasa Inggris Cosmetic yang artinya alat kecantikan wanita”. Menurut badan BPOM ( Badan Pangan, Obat dan Makanan ), Departemen Kesehatan , Kosmetika adalah panduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (Epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin luar ) gigi dan ronggga mulut untuk membersihkan , menambah daya tarik , mengubah penampilan supaya tetap dalam keadaan baik. Dalam pembuatannya, kosmetik menggunakan bahan-bahan kimiawi. Penetapan bahan-bahan kimiawi yang aman beserta proses pembuatannya sendiri sudah diatur oleh pemerintah. Untuk mengetahui kosmetik tertentu telah sesuai bahan yang digunakan, perlu dilakukan yaitu analisis kimiawi pada kosmetik. Kimia analisis adalah salah satu cabang dari ilmu kimia yang mempelajari sesuatu yang berfokus pada analisis cuplikan material untuk mengetahui komposisi, struktur, dan fungsi kimiawinya. Kimia analisa juga mempelajari cara analisa standart dan metode penelitian standart yang nantinya akan dipakai oleh cabang ilmu kimia yang lain. Kimia analisis telah dimanfaatkan secara luas dalam berbagai macam disiplin ilmu seperti kedokteran, farmasi, arkeologi, forensik, pemantauan kualitas lingkungan, kosmetik dan lain sebagainya. Kimia analisis ini 1

Analisis Kimiawi Pada Kosmetik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Analisis Kimiawi pada kosmetik, teknik-teknik pemisahan umum pada Analisa Kosmetika.

Citation preview

Page 1: Analisis Kimiawi Pada Kosmetik

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kosmetik berasal dari bahasa Inggris Cosmetic yang artinya “ alat kecantikan

wanita”. Menurut badan BPOM ( Badan Pangan, Obat dan Makanan ), Departemen

Kesehatan , Kosmetika adalah panduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar

badan (Epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin luar ) gigi dan ronggga mulut

untuk membersihkan , menambah daya tarik , mengubah penampilan supaya tetap dalam

keadaan baik.

Dalam pembuatannya, kosmetik menggunakan bahan-bahan kimiawi. Penetapan

bahan-bahan kimiawi yang aman beserta proses pembuatannya sendiri sudah diatur oleh

pemerintah. Untuk mengetahui kosmetik tertentu telah sesuai bahan yang digunakan, perlu

dilakukan yaitu analisis kimiawi pada kosmetik.

Kimia analisis adalah salah satu cabang dari ilmu kimia yang mempelajari se sua tu

yang berfokus pada analisis cuplikan material untuk mengetahui komposisi, struktur,

dan fungsi kimiawinya. Kimia analisa juga mempelajari cara analisa standart dan metode

penelitian standart yang nantinya akan dipakai oleh cabang ilmu kimia yang lain. Kimia

analisis telah dimanfaatkan secara luas dalam berbagai macam disiplin ilmu seperti

kedokteran, farmasi, arkeologi, forensik, pemantauan kualitas lingkungan, k o s m e t i k

d a n lain sebagainya. Kimia analisis ini dimanfaatkan untuk membantu mengetahui bahan

kimia yang terkandung dalam kosmetik.

Berdasarkan hal tersebut, membuat ketertarikan penulis membahas tentang Analisis

Kimiawi Pada Kosmetik sebagai upaya pendalamam materi pada mata kuliah Analisis

Kosmetika di konsentrasi Teknologi Rias dan Kosmetik, Program Pascasarjana Pendidikan

Teknologi Kejuruan (PTK) UNJ.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan paper ini adalah

1. Apakah defenisi Analisis Kimiawi pada Kosmetik ?

2. Bagaimanakah Teknik-teknik Pemisahan Umum pada Analisa Kosmetika ?

3. Apakah Kolom Kromatografi itu ?

4. Apakah Gas Kromatografi itu ?

5. Apakah Kromatografi Cairan Tingkat Tinggi ?

1

Page 2: Analisis Kimiawi Pada Kosmetik

6. Apakah Diffraksiometri Sinar X itu ?

7. Apakah Spektrophotometri Infra Merah itu ?

8. Apakah Resonansi Magnetik Nuklir itu ?

9. Apakah Spektrometry Masal itu ?

10. Apakah Emission Spektrophotometry, Atomic Absorption Spektrophotometry itu ?

11. Bagaimanakah Analisa pada Kulit ?

12. Bagaimanakah Analisa pada Rambut ?

13. Bagaimanakah Analisa pada Kuku ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan paper ini adalah untuk mengetahui Analisa Kimiawi pada

Kosmetik, teknik-teknik pemisaham pada analisa kosmetik. Mengetahui lebih detail tentang

cara-cara atau pembagian yang dilakukan dalam analisa pada kosmetik. . Juga mengetahui

banagaimana analisa pada kulit, rambut dan kuku dilakukan.Untuk memenuhi tugas mata

kuliah Analisis Kosmetik pada konsentrasi Teknologi Rias dan Kosmetik Program

Pascasarjana Pendidikan Teknologi Kejuruan (PTK) UNJ.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan paper ini adalah :

1. Sebagai bahan kajian dalam mata kuliah Analisis Kosmetik

2. Sebagai pengembang pengetahuan tentang analisa kimiawi pada kosmetik besert a

teknik-teknik dalam analisa kosmetik

3. Sebagai pendalaman materi mata kuliah Analisis Kosmetik

4. Sebagai bahan pengetahuan baik untuk penulis secara pribadi maupun pembaca

2

Page 3: Analisis Kimiawi Pada Kosmetik

BAB II

LANDASAN TEORI & PEMBAHASAN

A. Landasan Teori

1. Defenisi Analisis Kimiawi Pada Kosmetik

Kimia analisis adalah salah satu cabang dari ilmu kimia yang mempelajari

yang berfokus pada analisis cuplikan material untuk mengetahui komposisi,

struktur, dan fungsi kimiawinya. Kimia analisis telah dimanfaatkan secara luas

dalam berbagai macam disiplin ilmu seperti kedokteran, farmasi, arkeologi, forensik,

pemantauan kualitas lingkungan dan lain sebagainya.

Beberapa contoh peran kimia analisis dalam berbagai bidang yang diambil dari

h t t p : // w w w . a n a li t i k . c h e m. it s . a c . i d , diantaranya:

Dalam bidang kedokteran, kimia analitik adalah basis untuk uji-uji

laboratorium klinis yang membantu dokter mendiagnosa penyakit dan

memetakan perkembangan dari proses penyembuhan.

Dalam industri, Ahli kimia analitik memyumbangkan cara cara untuk menguji

bahan mentah dan menjamin kualitas dari produk akhir dimana komposisi

kimia merupakan hal yang menentukan. Banyak produk produk rumah tangga,

bahan bakar, cat, obat- obatan, kosmetik dan masih banyak lagi dianalisa

menggukan prosedur yang dikembangkan oleh ahli kimia analitik sebelum

dijuan kepadan konsumen.

Kualitas lingkungan adalah hal yang sering dievaluasi dengan menguji

kontaminan yang di duga menggunakan teknik teknik kimia analitiik

Nilai nutrisi makanan ditentukan melalui analisa kimia dari komponen besar

seperti protein dan karbohidrat serta komponen kecil seperti vitamin dan

mineral. Tentu saja selalu kalori dari suatu makan di hitung dari analisis

kimianya.

3

Page 4: Analisis Kimiawi Pada Kosmetik

2. Kegunaan Asam Retinoat

Asam Retinoat mampu mengatur pembentukan dan penghancuran sel-sel kulit.

Kemampuannya mengatur siklus hidup sel ini juga dimanfaatkan oleh kosmetik anti

aging atau efek-efek penuaan (Badan POM, 2008).

Penggunaan tretinoin yang sebagai obat keras, hanya boleh dengan resep dokter,

namun kenyataannya ditemukan dijual bebas kosmetik yang mengandung tretinoin

(Badan POM, 2006).

3. Cara Kerja Asam Retinoat Pada Kulit

Asam retinoat bekerja melalui tiga mekanisme, yaitu:

1. Pengaktifan reseptor asam retinoat (RAR)

Interaksinya dengan RAR pada sel kulit mampu merangsang proses perbanyakan

dan perkembangan sel kulit terluar (epidermis) sehingga asam retinoat secara

topikal dengan dosis 0,05 atau 0,1 % mampu memperbaiki perubahan

struktur/penuaan kulit akibat radiasi ultraviolet.

2. Pembentukan dan peningkatan jumlah protein NGAL (Neutrophil

Gelatinase-Associated Lipocalin)

Asam retinoat dapat meningkatkan pembentukan dan peningkatan jumlah

protein NGAL yang mengakibatkan matinya sel kelenjar sebasea (sel

penghasil sebum/minyak), yang kemudian akan mengurangi produksi sebum

sehingga mampu mengurangi timbulnya jerawat.

3. Berperan sebagai iritan

Asam retinoat juga bekerja sebagai iritan pada epitel folikel (lapisan pada lubang

tumbuhnya rambut) yang memicu peradangan dan mencegah bergabungnya sel

tanduk menjadi massa yang padat sehingga tidak menyumbat folikel dan tidak

menghasilkan komedo. Selain itu, asam retinoat juga meningkatkan produksi sel

tanduk sehingga mampu melemahkan dan mendesak komedo untuk keluar.

4. Efek Samping Penggunaan Asam Retinoat

Asam Retinoat atau Tretinoin juga mempunyai efek samping bagi kulit yang

sensitif, seperti kulit menjadi gatal, memerah dan terasa panas serta jika pemakaian yang

4

Page 5: Analisis Kimiawi Pada Kosmetik

berlebihan khususnya pada wanita yang sedang hamil dapat menyebabkan cacat pada

janin yang dikandungnya (Badan POM, 2008).

Saat ini telah banyak dilaporkan bahwa penggunaan asam retinoat memiliki

risiko yang berbahaya bagi pemakainya, antara lain:

Potensi sebagai iritan

Pada kulit normal, asam retinoat yang dioleskan akan menimbulkan peradangan pada

kulit. Gejala yang sering muncul adalah sensasi rasa agak panas, menyengat,

kemerahan, eritema sampai pengerasan kulit Gejala tersebut akan pulih tergantung dari

tingkat keparahan. Selain itu, Hipopigmentasi maupun hiperpigmentasi, akantosis

(hiperplasia dan penebalan abnormal lapisan tanduk) dan parakeratosis (persistensi nuklei

keratinoasit pada lapisan tanduk) Pada dosis yang lebih tinggi dari dosis terapi, efek

terapinya tidak akan meningkat dan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan

menurunnya keratinisasi dan produksi sebum sehingga kulit semakin kering dan tipis.

Potensi sebagai zat karsinogen (menyebabkan kanker)

Penggunaan asam retinoat pada mencit albino dan mencit berpigmen terbukti dapat

meningkatkan potensi karsinogen akibat radiasi sinar UV-B dan UV-A.

Potensi sebagai zat teratogen (menyebabkan cacat janin)

Telah dilaporkan bahwa bayi yang terlahir dari seorang wanita yang mengoleskan asam

retinoat 0,05% sebanyak dua kali sehari untuk wajah berjerawat, sebelum dan selama

kehamilan, mengalami malformasi berat pada wajah seperti kecacatan langit-langit

mulut, bibir sumbing, celah kelopak mata menyatu, hipertelorisma (peningkatan

abnormal jarak antara dua organ/bagian), defisiensi lubang hidung kiri dan kelainan

sistem saraf pusat serta hidrosefalus. Kasus lainnya melibatkan seorang wanita yang telah

menggunakan krim asam retinoat 0,05% selama sebulan sebelum menstruasi terakhir dan

selama sebelas minggu pertama kehamilan, dilaporkan bahwa bayi yang terlahir

mengalami cacat telinga eksternal (tanpa lubang dan tidak berfungsi).

Sifat teratogenik pada asam retinoat umumnya ditandai oleh kelainan pada telinga

eksternal (seperti tidak terbentuk, kecil, atau cacat), kelainan bentuk wajah (termasuk

bibir sumbing), kelainan sistem saraf pusat (malposisi, perkembangan kurang sempurna,

atau tidak ada perkembangan), kurangnya kemampuan produksi hormon paratiroid, serta

kelainan jantung (terutama kecacatan pada sekat ventrikel dan atrium, atau pada

5

Page 6: Analisis Kimiawi Pada Kosmetik

lengkung aorta). Kebanyakan bayi yang terlahir dengan kondisi tersebut akhirnya

meninggal. Selain dari itu, kasus keguguran dan kelahiran prematur telah

dilaporkan usai penggunaan asam retinoat Adanya asam retinoat dalam darah pada

kehamilan telah dinyatakan berpotensi teratogen.

Tidak terkecuali untuk penggunaan asam retinoat topikal di kulit yang dapat

memungkinkan resiko terserapnya asam retinoat ke dalam tubuh. Karena besarnya

resiko tersebut, asam retinoat dikontraindikasikan selama kehamilan dan selama

merencanakan kehamilan.

5. Dosis

Sediaan topikal dalam bentuk krim, salep, dan gel yang mengandung Asam

Retinoat dosis yang digunakan dalam konsentrasi 0,001-0,4%, umumnya 0,1%

(Menaldi, 2003).

6. Metode Identifikasi Secara Kromatografi Lapis Tipis

Menurut Rohman (2007), Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dikembangkan oleh

Izmailoff dan Schraiber pada tahun 1983. KLT merupakan bentuk kromatografi planar,

selain kromatografi kertas dan elektroforesis. Pada kromatografi lapis tipis, fase

diamnya berupa lapisan yang seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang

didukung oleh lempeng kaca, pelat aluminium, atau pelat plastik.

Teknik Kromatografi Lapis Tipis (KLT) menggunakan suatu adsorben yang

disalutkan pada suatu lempeng kaca sebagai fase stasionernya dan pengembangan

kromatogram terjadi ketika fase mobil tertapis melewati adsorben itu. Seperti dikenal

baik, kromatografi lapis tipis mempunyai kelebihan yang nyata dibandingkan

kromatografi kertas karena nyaman dan cepatnya, ketajaman pemisahan yang lebih besar

dan kepekaannya tinggi (Pudjaatmaka, 1994).

6

Page 7: Analisis Kimiawi Pada Kosmetik

B. Pembahasan

1. Metodologi Penelitian Dalam Jurnal

1.1. Bahan

Semua bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metanol, Asam

asetat glasial, Aseton, Etanol p.a, n-heksan, Asam retinoat, dan Sampel krim

pemutih. Sampel yang digunakan adalah krim pemutih yang terdapat di pasaran

kota Manado. Pengambilan sampel secara acak didasarkan pada produk krim

pemutih import, yang pada kemasannya menggunakan bahasa selain Bahasa

Indonesia, tidak memiliki nomor batch serta tidak mencantumkan nomor

izin edar. Pengambilan sampel didasarkan atas pertimbangan bahwa sampel yang

diambil sudah mewakili populasi sampel yang beredar. Sampel krim pemutih

kemudian diambil sebanyak 5 merek sampel yaitu sampel A, sampel B, sampel C,

sampel D, dan sampel E.

1.2. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Erlenmeyer, Gelas

kimia, Labu takar, Corong, Pipet volume, Pipet tetes, Pipa kapiler, Batang

pengaduk, Kertas saring Whatman No.41, Aluminium foil, Timbangan analitik,

Lampu UV254, Bejana Kromatografi, Lempeng KLT silika gel 60F254 siap pakai

(20 cm x 20 cm, tebal 0,25mm), Spektrofotometer UV- Vis, kuvet.

1.3. Prosedur Penelitian

Pembuatan Larutan Pembanding dan Larutan Uji

Timbang lebih kurang 3 g sampel pembanding dan sampel uji, masukkan kedalam

gelas kimia, bungkus dengan aluminium foil, tambahkan 10 mL metanol dan kocok

hingga homogen. Dinginkan dalam es selama 15 menit dan saring melalui kertas saring

Whatman No.41.

Pembuatan Larutan Pengembang

Sistem A: campuran n-heksan – asam asetat glasial 0,33% dalam etanol p.a

(9:1) v/v

Sistem B: campuran n-heksan – aseton (6:4) v/v

7

Page 8: Analisis Kimiawi Pada Kosmetik

Identifikasi Sampel dengan KLT

Lempeng KLT yang telah diaktifkan

dengan cara dipanaskan didalam oven pada suhu 1050C selama 30 menit dengan

membuat batas penotolan dan batas elusi 10 cm. Larutan pembanding dan larutan uji

ditotolkan secara terpisah dengan menggunakan pipa kapiler pada jarak 1,5 cm dari

bagian bawah lempeng. Jarak antar noda adalah 2,5 cm, kemudian dibiarkan beberapa

saat hingga mengering. Lempeng KLT yang telah mengandung cuplikan dimasukkan

kedalam bejana KLT yang terlebih dahulu telah dijenuhkan dengan fase gerak

sistem A berupa n- heksan – asam asetat glasial 0,33% dalam etanol p.a (9:1) dan

sistem B berupa n- heksan – aseton (6:4). Dibiarkan fasa bergerak naik sampai

mendekati batas elusi. Kemudian lempeng KLT diangkat dan dibiarkan kering

diudara. Diamati dibawah sinar UV254 berfluoresensi memberikan bercak gelap,

menunjukkan adanya asam retinoat (BPOM, 2011).

Penyarian Asam Retinoat

Ditimbang lebih kurang 20 g sampel pembanding (Vitacid), dimasukkan kedalam

gelas kimia, bungkus dengan aluminium foil, tambahkan 50 mL metanol dan kocok

hingga homogen. Dinginkan dalam es selama 15 menit dan saring melalui kertas saring

Whatman No.41. Filtrat dibiarkan pada suhu ruang selama16 jam (Ditjen POM,

1995).

Pembuatan Larutan Asam Retinoat 1000 ppm

Ditimbang lebih kurang 0,01 g Asam retinoat, dimasukkan kedalam gelas kimia,

kemudian dilarutkan dan diencerkan dengan 10 mL metanol.

Pembuatan Larutan Asam Retinoat 500 ppm

Diambil 25 mL larutan asam retinoat 1000 ppm dimasukkan kedalam labu tentukur 50

mL, lalu ditambahkan metanol sampai garis tanda

Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan Asam Retinoat

Dipipet 3 mL larutan asam retinoat 500 ppm dan dimasukkan kedalam labu tentukur

50 mL (konsentrasi 30 ppm), lalu ditambahkan metanol sampai garis tanda dan

dihomogenkan. Diukur serapan maksimum pada panjang gelombang 200 –400 nm

dengan menggunakan blanko. Blanko digunakan metanol.

8

Page 9: Analisis Kimiawi Pada Kosmetik

Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi

Dipipet larutan asam retinoat 500 ppm kedalam labu tentukur 50 mL berturut-turut 1

mL, 2 mL, 3 mL, 4 mL dan 5 mL (10 ppm, 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm dan 50 ppm).

Kedalam masing-masing labu tentukur tersebut ditambahkan metanol sampai garis

tanda. Dikocok homogen, kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang

maksimum yang diperoleh serta menggunakan larutan blanko

Uji Kuantitatif Sampel

Timbang lebih kurang 3 g sampel pembanding dan sampel uji, masukkan kedalam

gelas kimia, bungkus dengan aluminium foil, tambahkan 10 mL metanol dan kocok

hingga homogen. Dinginkan dalam es selama 15 menit dan saring melalui kertas saring

Whatman No.41. Filtrat ditampung dalam labu tentukur 50 mL, lalu ditambahkan

metanol sampai garis tanda dan dihomogenkan. Dipipet 2 mL filtrat hasil pengenceran

sampel kemudian dimasukkan kedalam labu tentukur 25 mL, lalu ditambahkan metanol

sampai garis tanda dan dihomogenkan. Diukur serapannya pada panjang gelombang 352

nm

2. Hasil

Jadi dapat disimpulkan bahwa sampel C, D dan E positif mengandung asam retinoat

dan pada sampel A dan B negatif atau tidak mengandung asam retinoat. Hal ini dapat

dilihat dari hasil kromatografi lapis tipis dengan adanya bercak gelap pada lempeng

KLT.

Untuk penetapan kadar pada sampel C, D dan E yang positif mengandung asam

retinoat, maka ketiga sampel tersebut dianalisis menggunakan spektrofotometer UV.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai absorbansi dan panjang gelombang asam

retinoat untuk baku asam retinoat pada konsentrasi 30 ppm, yaitu λmax 352 nm

dengan absorbansi 0,404. Hal ini sesuai dengan pernyataan menurut Farmakope

Indonesia Edisi IV (1995) bahwa asam retinoat akan memberikan serapan pada

panjang gelombang 352 nm. Nilai absorbansi pada panjang gelomban 352 nm untuk

sampel pembanding, yaitu 0,054 dan 0,053; untuk sampel C, yaitu 0,036 dan

0,034; untuk sampel D, yaitu 0,038 dan 0,037; dan untuk sampel E, yaitu 0,031

dan 0,033.

9

Page 10: Analisis Kimiawi Pada Kosmetik

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa kadar asam retinoat pada sampel pembanding dan

ketiga sampel uji yaitu kadar pada sampel pembanding sebesar 0,054% dan 0,051%;

kadar pada sampel C sebesar 0,023% dan 0,019%; kadar pada sampel D sebesar

0,027% dan 0,024%; dan kadar pada sampel E sebesar 0,014% dan0,017%.

Setelah dilakukan penelitian kadar asam retinoat pada sampel pembanding yang

merupakan produk vitacid kadar rata-rata asam retinoat adalah0,053% dan ini

memiliki perbedaan dengan etiket yang tercantum pada kemasan. Untuk kadar rata-

rata pada sampel C adalah 0,021%; kadar rata-rata sampel D adalah 0,026%; dan

kadar rata- rata sampel E adalah 0,016%.

10

Page 11: Analisis Kimiawi Pada Kosmetik

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Krim pemutih wajah dengan analisis kualitatif secara kromatografi lapis tipis pada

sampel krim pemutih wajah sampel C, D dan E positif mengandung asam retinoat

dengan memberikan bercak gelap dibawah penyinaran lampu UV254.

2. Analisis kuantitatif secara spektrofotometri UV-Vis, yaitu kandungan asam

retinoat pada krim pemutih wajah sampel pembanding (Vitacid) sebesar 0,053%, sampel

C sebesar 0,021%, sampel D sebesar 0,026% dan sampel E sebesar 0,016%. Dari

penelitian ini diperoleh bahwa sampel C, sampel D dan sampel E tidak sesuai dengan

persyaratan yang ditentukan oleh BPOM yaitu tentang larangan penggunaan bahan

berbahaya asam retinoat pada kosmetik yang dapat menyebabkan kulit kering, rasa

terbakar, dan teratogenik (cacat pada janin).

11

Page 12: Analisis Kimiawi Pada Kosmetik

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_retinoat

h tt p :// du a k a t a ji efar m a s i . b l o g spo t . c o m

http://ik.pom.go.id/v2014/artikel/ARTIKEL-ASAM-RETINOAT.pdf

https://www.academia.edu/7959883/

ANALISIS_ASAM_RETINOAT_PADA_KOSMETIK_KRIM_PEMUTIH_YANG_B

EREDAR_DI_PASARAN_KOTA_MANADO

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26160/4/Chapter%20II.pdf

12

Page 13: Analisis Kimiawi Pada Kosmetik

13

Page 14: Analisis Kimiawi Pada Kosmetik

14