Upload
others
View
14
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Serambi Engineering, Volume V, No. 2, April 2020 hal 921 - 932
921
p-ISSN : 2528-3561
e-ISSN : 2541-1934
Analisis Kesesuaian Lahan Permukiman Menggunakan
Sistem Informasi Geografis Di Kota Binjai
Geniusmaniat Laia1*
, Zulkifli Nasution2, Achmad Siddik Thoha
3
1Perencanaan Wilayah Pedesaan, Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara
2 Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
3 Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara
*Koresponden email: [email protected]
Diterima: 1 Februari 2020 Disetujui: 28 Februari 2020
Abstract
A determination location for residential areas was influenced by physical factors, accessibility,
socioeconomics, existing land use conditions, etc. Binjai is a municipality that has the highest
population growth and resulting in the development of settlement highest growth. It is necessary to
analyze land suitability for settlement development that provides appropriate residential location direction
to realize productive and effective land use by utilizing Geographic Information Technology (GIS). This
study aims to analyze residential development direction in Binjai as well as determine potential location
into a residential area by considering carrying land capacity, land use effectiveness, and productivity. The
suitability land capacity analysis for settlements development results: Very High (ST) 2,616.12 Ha, High
(T) 4,295.65 Ha, Medium (S) 2,332.15 Ha, Low (R) 465.67 Ha, and Very Low (SR) 65.16 Ha. Suitability
effectiveness analysis for settlements development results: Very High (ST) 4,560.08 Ha, High (T)
2,636.54 Ha, Medium (S) 1,533.04 Ha, Low (R) 417.36 Ha, and Very Low (SR) 167.65 Ha. Conformity
analysis productivity utilization for settlements development results; Very High (ST) 4,216.52 Ha, High
(T) 2,036.35 Ha, Medium (S) 1,249.72 Ha, Low (R) 1,122.23 Ha, and Very Low (SR) 451.52 Ha.
Keywords: Land suitability, residential areas, Geographic Information Systems (GIS), spatial analysis,
Binjai city
Abstrak
Penentuan lokasi untuk kawasan permukiman dipengaruhi faktor fisik, aksesibilitas, sosial ekonomi,
kondisi guna lahan eksisting, dan sebagainya. Kota Binjai merupakan salah satu kotamadya dengan
pertumbuhan penduduk yang tinggi, sehingga mengakibatkan pertumbuhan pembangunan permukiman
yang tinggi, sehingga perlu dilakukan analisis kesesuaian lahan untuk pengembangan permukiman yang
dapat memberikan arahan lokasi permukiman yang tepat untuk mewujudkan pemanfaatan lahan yang
produktif, efektif, dan efisien dengan memanfaatkan teknologi informasi geografi (SIG). Tujuan
penelitian ini adalah menganalisis arah perkembangan kawasan permukiman di Kota Binjai dan
menentukan lokasi yang berpotensi untuk dijadikan sebagai kawasan permukiman dengan pertimbangan
daya dukung lahan, efektifitas dan produktivitas pemanfaatan lahan. Hasil analisis kesesuaian daya
dukung lahan untuk pengembangan permukiman dengan hasil; Sangat Tinggi (ST) 2.616,12 Ha, Tinggi
(T) 4.295,65 Ha, Sedang (S) 2.332,15 Ha, Rendah (R) 465,67 Ha, dan Sangat Rendah (SR) 65,16 Ha.
Analisis kesesuaian efektifitas untuk pengembangan permukiman dengan hasil; Sangat Tinggi (ST)
4.560,08 Ha, Tinggi (T) 2.636,54 Ha, Sedang (S) 1.533,04 Ha, Rendah (R) 417,36 Ha, dan Sangat
Rendah (SR) 167,65 Ha. Analisis kesesuaian produktivitas pemanfaatan untuk pengembangan
permukiman dengan hasil; Sangat Tinggi (ST) 4.216,52 Ha, Tinggi (T) 2.036,35 Ha, Sedang (S)
1.249,72 Ha, Rendah (R) 1.122,23 Ha, dan Sangat Rendah (SR) 451,52 Ha.
Kata Kunci: Kesesuaian lahan, kawasan permukiman, Sistem Informasi Geografis (GIS), analisis
spasial, Kota Binjai
1. Pendahuluan
Pemanfaatan lahan untuk perumahan dan permukiman di daerah perkotaan mempunyai presentase
yang lebih besar jika dibandingkan dengan jenis pemanfaatan lainnya. Permukiman dibangun dengan
maksud untuk mengatur manusia berkehidupan didalam ruang alam dan mengatur hubungan manusia
dengan alam dalam rangka mencapai kemajuan kehidupannya. Dalam pemanfaatan lahan, kawasan
Serambi Engineering, Volume V, No. 2, April 2020 hal 921 - 932
922
p-ISSN : 2528-3561
e-ISSN : 2541-1934
permukiman merupakan salah satu kawasan yang memegang peranan penting dalam perekonomian
nasional dan merupakan unsur dari kebijakan sosial nasional [1].
Kota Binjai merupakan sebuah kota madya di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki luas 90,23
Km2 yang terdiri dari lima wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Binjai Kota, Kecamatan Binjai Timur,
Kecamatan Binjai Selatan, Kecamatan Binjai Barat, dan Kecamatan Binjai Utara. Kota Binjai merupakan
salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi
setelah Kota Medan dan Kota Tebing Tinggi, sehingga mengakibatkan pertumbuhan pembangunan
permukiman yang juga sangat pesat. Faktor pertumbuhan perkembangan pembangunan Kota Binjai juga
dipengaruhi oleh posisi geografis Kota Binjai yang menjadi kota satelit terbesar bagi pertumbuhan Kota
Medan yang berkembang menjadi kota metropolitan Mebidangro (Medan, Binjai, Deli Serdang, dan
Karo).
2. Metode Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Binjai, Provinsi Sumatera Utara, dengan luas 90,23 Km2 yang
terdiri dari lima wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Binjai Kota, Kecamatan Binjai Timur, Kecamatan
Binjai Selatan, Kecamatan Binjai Barat, dan Kecamatan Binjai Utara. Pemilihan Kota Binjai sebagai
lingkup wilayah penelitian, karena posisi Kota Binjai yang merupakan kota satelit terbesar bagi Kota
Medan yang siap menampung perluasan perkembangan Kota Medan menjadi kawasan perkotaan
metropolitan Mebidangro. Kesiapan Kota Binjai menjadi perluasan pengembangan kawasan perkotaan
metropolitan Mebidangro dapat dilihat dari sisi geografis wilayah dan kapasitas kelembagaan dalam
mengelola kawasan perkotaan yang tidak terlalu luas. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2019
sampai dengan bulan September 2019. Daftar kecamatan dan peta lokasi penelitian dapat dilihat pada
Tabel 1 dan Gambar 1 [2].
Tabel 2. Wilayah kecamatan di Kota Binjai
Kecamatan
Jumlah
Kelurahan
Jumlah
Lingkungan
Binjai Selatan 8 61
Binjai Kota 7 51
Binjai Timur 7 65
Binjai Utara 9 64
Binjai Barat 6 43
Jumlah 37 284
Sumber: BPS Kota Binjai (2019)
Peralatan Penelitian
Peralatan penelitian ini adalah laptop dengan perangkat lunak Windows 10, Microsoft Excel,
Microsoft Word, ArcGIS 10.5, dan Google Chrome sebagai peramban situs internet.
Jenis Penelitian dan Sumber Data
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.
Penelitian deskripif dengan pendekatan kuantitatif tersebut digunakan untuk menentukan lokasi
pengembangan kawasan perumahan dan permukiman di Kota Binjai. Analisis kuantitatif diperlukan
untuk menganalisis data-data kuantitatif menyangkut penentuan lokasi kawasan permukiman di Kota
Binjai. Analisis deskriptif diperlukan sebagai alat untuk melakukan analisis berbagai informasi kebijakan
dan informasi pendukung lainnya dalam rangka perumusan usulan arahan pemanfaatan ruang dan
penentuan kawasan permukiman wilayah studi. Unit analisis yang dipakai adalah kecamatan yang berada
dalam wilayah Kota Binjai, dengan alasan kemudahan dalam ketersediaan data, terutama data sosial
ekonomi kependudukan [2].
Proses pengumpulan data penelitian dibagi menjadi dua bagian yaitu pengumpulan data primer dan
data sekunder yang dilaksanakan pada kawasan studi [3]. Data Primer diperoleh dari survei lapangan.
Pengumpulan data dengan survei lapangan ditujukan untuk memperoleh gambaran eksisting penggunaan
lahan perumahan dan permukiman di Kota Binjai. Data sekunder diperoleh dengan cara mengumpulkan
data-data dari berbagai instansi terkait diantaranya BPS, BPN, Dinas Tata Kota, Bappeda, Dinas Pajak,
dan sebagainya [4].
Serambi Engineering, Volume V, No. 2, April 2020 hal 921 - 932
923
p-ISSN : 2528-3561
e-ISSN : 2541-1934
Gambar 1. Peta lokasi penelitian
Sumber: BPS Kota Binjai (2019)
Kriteria Analisis Kesesuaian Permukiman
Analisis kesesuaian lahan permukiman dalam penelitian ini dibatasi dengan analisis kesesuaian
daya dukung lahan, kesesuaian produktivitas pemanfaatan lahan, kesesuaian efektifitas pemanfaatan
lahan, dan kesesuaian efisiensi pemanfaatan lahan seperti pada Tabel 2 [5][6].
Tabel 2. Kriteria analisis kesesuaian permukiman
Kriteria Analisis Kesesuaian Permukiman Indikator
Daya Dukung Lahan Kondisi Fisik Kawasan, yaitu: Kemiringan Lahan, Jenis
Tanah, Curah Hujan, Jenis Batuan, danTutupan Lahan.
Produktivitas Pemanfaatan Lahan Nilai Ekonomi Lahan, yaitu zona nilai tanah (ZNT) atau
nilai jual objek pajak (NJOP)
Efektifitas Pemanfaatan Lahan Aksesbilitas Kawasan, yaitu Ketersediaan Jaringan Jalan
dan Jangkauan Sarana Pelayanan Permukiman (Sistem
Pusat Kegiatan)
Efisiensi Pemanfaatan Lahan Kondisi Sosial, yaitu proyeksi jumlah penduduk yang
menghasilkan proyeksi kebutuhan rumah baru dan
proyeksi kebutuhan lahan untuk permukiman baru.
Sumber: Modifikasi dari naskah publikasi ilmiah Analisis Kesesuaian Lahan untuk Lokasi Permukiman Kecamatan
Bantul, Kabupaten Bantul, Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah, Surakarta, 2013
3. Metode Analisis Data
Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kawasan Perumahan dan Permukiman
Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) adalah melakukan pembobotan terhadap setiap
parameter fisik dasar. Parameter fisik tersebut terdiri dari data kemiringan lereng, jenis batuan, jenis
induk tanah, curah hujan, guna lahan eksisting dan jaringan jalan (aksesibilitas). Kemudian skor akhir
pembobotan untuk setiap parameter tersebut diolah dengan analisis spasial menggunakan aplikasi Sistem
Informasi Geografis Software ArcMap 10.2 dengan metode geoprosessing tools (Buffer– Overlay –
Union) [7][8].
Output (hasil) dari analisis ini adalah sembilan Peta Satuan Kemampuan Lahan, yaitu Peta SKL
Morfologi, Peta SKL Kemudahan dikerjakan, Peta SKL Kestabilan lereng, Peta SKL Kestabilan Pondasi,
Peta SKL Ketersediaan Air, Peta SKL Terhadap Erosi, Peta SKL Untuk Drainase, Peta SKL Pembuangan
Limbah, dan Peta SKL Terhadap Bencana Alam.
Serambi Engineering, Volume V, No. 2, April 2020 hal 921 - 932
924
p-ISSN : 2528-3561
e-ISSN : 2541-1934
Analisis Kesesuaian Lahan Berdasarkan Aspek Fisik dan Lingkungan
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kesesuaian lahan yang dapat
dikembangkan sebagai kawasan perumahan dan permukiman berdasarkan analisis fisik dan lingkungan
wilayah atau kawasan dengan mengenali karakteristik sumber daya alam tersebut, dengan menelaah
kemampuan dan kesesuaian lahan, agar penggunaan lahan dalam pengembangan wilayah dan/atau
kawasan dapat dilakukan secara optimal dengan tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem. Analisis
yang dilakukan ini berpedoman pada Permen PU No.20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Analisis
Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang [9].
Analisis Daya Dukung Pemukiman
Melakukan pengukuran dan penentuan daya dukung berdasarkan fungsi dan tujuan sebagai
kawasan permukiman pada lahan terpilih sesuai dengan pedoman penentuan daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup Tahun 2014 dengan rumus sebagai berikut [10]:
DDPm =𝐿𝑃𝑚/𝐽𝑃
𝛼 (1)
Ket:
DDPm > 1, mampu menampung penduduk untuk bermukim
DDPm : 1, terjadi keseimbangan antara penduduk yang bermukim (membangun rumah dengan luas
wilayah yang ada)
DDPm <1, tidak mampu menampung penduduk untuk bermukim (membangun rumah dalam wilayah
tersebut)
Analisis Daya Dukung Ketersediaan dan Kebutuhan Air
Analisis ketersediaan air dilakukan dengan menghitung jumlah curah hujan per tahun terhadap luas
kawasan hutan yang terdiri dari hutan lindung dan hutan produksi terbatas sebagai kawasan resapan air di
Kota Binjai. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Petunjuk
Teknis Standar pelayanan minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang maka kebutuhan
minimal setiap orang akan air bersih per hari adalah 60liter atau 0,06 m³/orang/hari. Perhitungan
kebutuhan air baku minimal pada kabupaten/ kota dilakukan pada tahun ke-n adalah dengan mengalikan
jumlahnya terhadap jumlah proyeksi penduduk dalam satu tahun dengan rumus [11]:
Kebutuhan Air (DA)= Jumlah penduduk X 0,06 m3/orang/hari X 365 hari (2)
Analisis Overlay dengan Metode Unions
Analisis spasial ini dilakukan untuk mengetahui sebaran luas dan kuantitas unit aspek yang diteliti
secara spasial yang di teliti. Dalam melakukan analisis ini dilakukan dengan menggunakan Sistem
Informasi Geografis (SIG). Metode pendekatan pada tahap kajian ini dilakukan dengan pembahasan
menggunakan analisis deskriptif guna menerangkan data - data yang hasil dari analisis. Analisis spasial
yang dilakukan menggunakan Software ArcMap 10 dengan geoprosessing tools (Overlay – Union)
digunakan untuk mengetahui lokasi pengembangan kawasan perumahan dan permukiman[12]. Secara
umum analisis overlay menggunakan fungsi penggabungan (union) dua tema merupakan konsep irisan
yang pada dasarnya adalah teori himpunan pada matematika aljabar [13].
4. Hasil dan Pembahasan
Kondisi Permukiman di Kota Binjai Tahun 2008
Data kawasan permukiman pada Tahun 2008 diadopsi dari data penggunaan lahan berdasarkan
RTRW Kota Binjai Tahun 2011-2030 dan dilakukan analisis Sistem Informasi Geografi (SIG). Dari hasil
analisis tersebut, didapatkan luas kawasan permukiman di Kota Binjai pada Tahun 2008 adalah seluas
1.876,27 Ha atau sebesar 20% dari total luas wilayah Kota Binjai. Kawasan permukiman tersebut tersebar
di seluruh kecamatan dengan yang terluas berada di Kecamatan Binjai Utara yaitu seluas 694,27 Ha atau
sebesar 37% dari total luas permukiman di Kota Binjai, sedangkan yang terkecil adalah di Kecamatan
Binjai Kota dengan luas 137,48 Ha atau hanya 7% dari total luas kawasan permukiman di Kota Binjai.
Tabel 3 menampilkan daftar luas Kawasan permukiman Tahun 2008, Gambar 2 menampilkan pie chart
sebaran pemukiman Tahun 2008, dan Gambar 3 menampilkan peta sebaran pemukiman Tahun 2008.
Serambi Engineering, Volume V, No. 2, April 2020 hal 921 - 932
925
p-ISSN : 2528-3561
e-ISSN : 2541-1934
Tabel 3. Luas kawasan permukiman pada tahun 2008 di Kota Binjai
Kecamatan Luas Permukiman (Ha) Persentase
Binjai Barat 328,00 17%
Binjai Kota 137,48 7%
Binjai Selatan 319,09 17%
Binjai Timur 397,42 21%
Binjai Utara 694,27 37%
Grand Total 1.876,27 100%
Sumber: RTRW Kota Binjai, dianalisis Tahun 2019
Gambar 2. Persentase kawasan permukiman pada tahun 2008 di Kota Binjai
Sumber: Hasil analisis (2019)
Gambar 3. Permukiman Kota Binjai tahun 2008
Sumber: RTRW Kota Binjai, dianalisis tahun 2019
Kondisi Permukiman di Kota Binjai Tahun 2017
Data kawasan permukiman pada Tahun 2017 didapatkan dari hasil interprestasi dari citra satellite
spot 6/7 Tahun 2017. Dari hasil analisis tersebut, didapatkan luas kawasan permukiman di Kota Binjai
pada Tahun 2017 adalah seluas 2.658,10 Ha atau sebesar 29% dari total luas wilayah Kota Binjai.
Kawasan permukiman tersebut tersebar di seluruh kecamatan dengan yang terluas berada di Kecamatan
Binjai Utara yaitu seluas 787,71 Ha atau sebesar 30% dari total luas permukiman di Kota Binjai,
Binjai Barat;
28%
Binjai Kota;
12% Binjai
Selatan; 26%
Binjai Timur;
22%
Binjai Utara;
12%
Serambi Engineering, Volume V, No. 2, April 2020 hal 921 - 932
926
p-ISSN : 2528-3561
e-ISSN : 2541-1934
sedangkan yang terkecil adalah di Kecamatan Binjai Kota dengan luas 230,14 Ha atau hanya 9% dari
total luas kawasan permukiman di Kota Binjai. Tabel 4 menampilkan luas permukiman Tahun 2017,
Gambar 4 menampilkan persentase kawasan permukiman Tahun 2017, dan Gambar 5 menampilkan
peta Kawasan permukiman Tahun 2017.
Tabel 4. Luas kawasan permukiman pada tahun 2017 di Kota Binjai
Kecamatan Luas Permukiman (Ha) Persentase
Binjai Barat 549,39 21%
Binjai Kota 230,14 9%
Binjai Selatan 519,48 20%
Binjai Timur 571,38 21%
Binjai Utara 787,71 30%
Grand Total 2.658,10 100%
Sumber: Hasil interprestasi Citra Satellite Spot 6/7 tahun 2017
Gambar 4. Persentase kawasan permukiman tahun 2017 di Kota Binjai
Sumber: Hasil analisis (2019)
Gambar 5. Peta permukiman Kota Binjai tahun 2017
Sumber: Hasil analisis (2019)
Binjai Barat;
28%
Binjai Kota;
12% Binjai
Selatan;
26%
Binjai
Timur; 22%
Binjai Utara;
12%
Serambi Engineering, Volume V, No. 2, April 2020 hal 921 - 932
927
p-ISSN : 2528-3561
e-ISSN : 2541-1934
Arah Perkembangan Permukiman di Kota Binjai
Dari hasil analisis kawasan permukiman di Kota Binjai pada Tahun 2008 dan Tahun 2017 maka
didapatkan arah pertambahan/perkembangan permukiman dengan melakukan overlay terhadap kedua data
tersebut. Dari hasil overlay maka didapatkan pertambahan permukiman selama 10 tahun terakhir adalah
seluas 781,83 Ha atau dengan kata lain permukiman di Kota Binjai telah bertambah sebesar 42%.
Pertambahan terbesar terjadi Kecamatan Binjai Barat yaitu seluas 221,39 Ha atau sebesar 28%,
sedangkan yang terkecil adalah di Kecamatan Binjai Kota yaitu seluas 92,66 Ha atau sebesar 12%. Tabel
5 menampilkan daftar luas perubahan permukiman dari Tahun 2008-2017, Gambar 6 menampilkan
diagram perubahan arah permukiman 2008-2017 (10 tahun), dan Gambar 7 menampilkan peta
perkembangan permukiman 2008-2017 (10 tahun).
Tabel 5. Luas arah perkembangan permukiman 10 tahun terakhir di Kota Binjai
Kecamatan
Luas Permukiman (Ha) Pertambahan
Permukiman
(Ha)
Persentase Tahun 2008 Tahun 2017
Binjai Barat 328,00 549,39 221,39 28%
Binjai Kota 137,48 230,14 92,66 12%
Binjai Selatan 319,09 519,48 200,39 26%
Binjai Timur 397,42 571,38 173,96 22%
Binjai Utara 694,27 787,71 93,44 12%
Grand Total 1.876,27 2.658,10 781,83 100%
Sumber: Hasil analisis (2019)
Gambar 6. Diagram arah perkembangan permukiman 10 tahun terakhir di Kota Binjai
Sumber: Hasil analisis (2019)
Binjai Barat; 28%
Binjai Kota; 12% Binjai Selatan;
26%
Binjai Timur;
22%
Binjai Utara; 12%
Serambi Engineering, Volume V, No. 2, April 2020 hal 921 - 932
928
p-ISSN : 2528-3561
e-ISSN : 2541-1934
Gambar 7. Arah perkembangan permukiman 10 tahun terakhir di Kota Binjai
Sumber: Hasil analisis (2019)
Kesesuaian Lahan Berdasarkan Daya Dukung Lahan
Penentuan kesesuaian lahan berdasarkan daya dukung lahan untuk pengembangan kawasan
perumahan dan permukiman dilakukan dengan menumpangtindihkan ke sembilan peta Satuan
Kemampuan Lahan (SKL). Kesesuaian lahan pada hakekatnya merupakan penggambaran tingkat
kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu [14].Permukiman merupakan bagian dari
lingkungan di luar kawasan lindung, baik dalam lingkup ruang perkotaan maupun pedesaan, dan juga
memiliki fungsi sebagai lingkungan tempat hunian serta tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan
dan penghidupan. Wilayah permukiman di perkotaan yang sering disebut sebagai daerah perumahan,
memiliki keteraturan bentuk fisik. Sebagian besar rumah pada daerah perumahan menghadap secara
teratur ke arah kerangka jalan yang ada dan sebagian besar terdiri dari bangunan permanen, berdinding
tembok, dan dilengkapi dengan penerangan listrik [15].
Hasil analisis kesesuaian lahan untuk pengembangan kawasan perumahan dan permukiman
berdasarkan daya dukung lahan adalah peta kesesuaian lahan yang mendeskripsikan arahan pola
peruntukkan lahan untuk kawasan perumahan dan permukiman di Kota Binjai dalam lima kelas
kesesuaian, yaitu (1) Sangat Tinggi (ST) dengan luas 2.616,12 Ha, (2) Tinggi (T) dengan luas 4.295,65
Ha, (3) Sedang (S) dengan luas 2.332,15 Ha, (4) Rendah (R) dengan luas 465,67 Ha, dan (5) Sangat
Rendah (SR) dengan luas 65,16 Ha.
Kesesuaian Efektifitas Pemanfaatan Lahan Untuk Pengembangan Permukiman
Dari hasil analisis didapatkan lahan dengan tingkat kesesuaian efektifitas sangat tinggi seluas
4.560,08 Ha, lahan dengan tingkat kesesuaian efektifitas tinggi seluas 2.636,54 Ha, lahan dengan tingkat
kesesuaian efektifitas sedang seluas 1.533,04 Ha, lahan dengan tingkat kesesuaian rendah seluas 417,36
Ha, dan lahan dengan tingkat kesesuaian efektifitas sangat rendah seluas 167,65 Ha. Tabel 6
menampilkan luas lahan berdasarkan tingkat kesesuaian efektifitas pemanfaatan lahan di Kota Binjai,
Gambar 8 menampilkan grafik luas lahan berdasarkan tingkat efektifitas dan Gambar 9 menampilkan
peta kesesuaian efektifitas pemanfaatan lahan di Kota Binjai.
Serambi Engineering, Volume V, No. 2, April 2020 hal 921 - 932
929
p-ISSN : 2528-3561
e-ISSN : 2541-1934
Tabel 7. Luas lahan berdasarkan tingkat kesesuaian efektifitas pemanfaatan lahan di Kota Binjai
Kecamatan
Luas Tingkat Kesesuaian Efektifitas Pemanfaatan Lahan (Ha)
Sangat
Tinggi Tinggi Sedang Rendah
Sangat
Rendah Jumlah
Binjai Barat 894,95 223,71 138,69 32,72 0,78 1.290,85
Binjai Kota 195,08 148,74 65,91 12,52 0,13 422,38
Binjai Selatan 1.011,60 903,38 781,72 262,25 150,11 3.109,05
Binjai Timur 927,16 886,30 436,86 102,65 14,10 2.367,07
Binjai Utara 1.531,29 474,41 109,86 7,22 2,54 2.125,32
Total 4.560,08 2.636,54 1.533,04 417,36 167,65 9.314,67
Sumber: Hasil analisis (2019)
Gambar 8. Grafik luas lahan berdasarkan efektifitas pemanfaatan lahan untuk permukiman di Kota Binjai
Sumber: Hasil analisis (2019)
Gambar 9. Peta kesesuaian efektifitas pemanfaatan lahan untuk pengembangan permukiman di Kota Binjai
Sumber: Hasil analisis (2019)
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
Binjai Barat Binjai Kota Binjai Selatan Binjai Timur Binjai Utara
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Serambi Engineering, Volume V, No. 2, April 2020 hal 921 - 932
930
p-ISSN : 2528-3561
e-ISSN : 2541-1934
Kesesuaian Produktivitas Lahan Untuk Pengembangan Permukiman
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian efektifitas pemanfaatan lahan diatas, maka selanjutnya
dilakukan analisis untuk mencari kesesuaian produktivitas pemanfaatan lahan. Dalam hal ini data hasil
analisis kesesuaian efektifitas pemanfaatan lahan dilakukan overlay dengan hasil analisis zona nilai lahan
dengan melakukan skoring dan pembobotan. Tabel 7 menunjukkan komponen, pembobotan dan skoring
analissi tingkat kesesuaian produktivitas pemanfaatan lahan, Tabel 8 menunjukkan luas lahan
berdasarkan tingkat kesesuaian produktivitas pemanfaatan lahan di Kota Binjai, dan Gambar 10
menampilkan peta kesesuaian produktivitas pemanfaatan lahan di Kota Binjai.
Tabel 7. Komponen, pembobotan dan skoring analisis tingkat kesesuaian produktivitas pemanfaatan lahan
Parameter Komponen Nilai Bobot Skor
Kesesuaian
Efektifitas
Pemanfaatan
Lahan
Kesesuaian Efektifitas Sangat Tinggi 5 60 300
Kesesuaian Efektifitas Tinggi 4 60 240
Kesesuaian Efektifitas Sedang 3 60 180
Kesesuaian Efektifitas Rendah 2 60 120
Kesesuaian Efektifitas Sangat Rendah 1 60 60
Zona Nilai
Tanah
Nilai Lahan Tinggi 5 40 200
Nilai Lahan Sedang 3 40 120
Nilai Lahan Rendah 1 40 40
Sumber: Hasil analisis (2019)
Pengembangan permukiman dengan tingkat kesesuaian produktivitas sangat tinggi seluas 4.216,52
Ha, lahan dengan tingkat kesesuaian produktivitas tinggi seluas 2.036,35 Ha, lahan dengan tingkat
kesesuaian produktivitas sedang seluas 1.249,72 Ha, lahan dengan tingkat kesesuaian produktivitas
rendah seluas 1.122,23 Ha, dan lahan dengan tingkat kesesuaian produktivitas sangat rendah seluas
451,52 Ha.
Tabel 8. Luas Lahan berdasarkan tingkat kesesuaian produktivitas pemanfaatan lahan di Kota Binjai
Kecamatan
Luas Tingkat Kesesuaian Produktivitas
Pemanfaatan Lahan (Ha)
Sangat
Tinggi Tinggi Sedang Rendah
Sangat
Rendah Jumlah
Kec. Binjai Barat 688,67 351,15 108,51 101,18 28,78 1.278,28
Kec. Binjai Kota 220,83 108,14 64,71 22,41 5,94 422,03
Kec. Binjai Selatan 758,63 700,82 601,93 654,37 325,21 3.040,95
Kec. Binjai Timur 937,80 529,17 403,74 326,44 83,73 2.280,88
Kec. Binjai Utara 1.610,60 347,08 70,82 17,84 7,86 2.054,19
Total 4.216,52 2.036,35 1.249,72 1.122,23 451,52 9076,34
Sumber: Hasil analisis (2019)
Serambi Engineering, Volume V, No. 2, April 2020 hal 921 - 932
931
p-ISSN : 2528-3561
e-ISSN : 2541-1934
Gambar 10. Peta kesesuaian produktivitas pemanfaatan lahan di Kota Binjai
Sumber: Hasil analisis (2019)
5. Kesimpulan
Arah perkembangannya permukiman selama sepuluh tahun terakhir adalah seluas 781,83 Ha atau
telah bertambah sebesar 42%.Perkembangan permukiman tersebut terjadi di seluruh kecamatan, namun
yang terbesar terjadi di Kecamatan Binjai Barat seluas 221,39 atau sebesar 28% dan terkecil di
Kecamatan Binjai Kota seluas 92,66 Ha atau sebesar 12%. Dari hasil analisis kesesuaian lahan untuk
pengembangan permukiman maka didapatkan lima tingkat kesesuaian lahan di Kota Binjai, yaitu (1)
analisis kesesuaian daya dukung lahan untuk pengembagan permukiman dengan hasil; Sangat Tinggi
(ST) seluas 2.616,12 Ha, Tinggi (T) seluas 4.295,65 Ha, Sedang (S) seluas 2.332,15 Ha, Rendah (R)
seluas 465,67 Ha, dan Sangat Rendah (SR) dengan luas 65,16 Ha, (2) analisis kesesuaian efektifitas
pemanfaatan lahan untuk pengembangan permukiman dengan hasil; Sangat Tinggi (ST) seluas 4.560,08
Ha, Tinggi (T) seluas 2.636,54 Ha, Sedang (S) seluas 1.533,04 Ha, Rendah (R) seluas 417,36 Ha, dan
Sangat Rendah (SR) dengan luas 167,65 Ha, dan (3) analisis kesesuaian produktivitas pemanfaatan lahan
untuk pengembangan permukiman dengan hasil; Sangat Tinggi (ST) seluas 4.216,52 Ha, Tinggi (T)
seluas 2.036,35 Ha, Sedang (S) seluas 1.249,72 Ha, Rendah (R) seluas 1.122,23 Ha, dan Sangat Rendah
(SR) dengan luas 451,52 Ha.
6. Daftar Pustaka
[1] W. B. White, “Geomorphology and hydrology of karst terrains,” Geomorphol. Hydrol. karst
terrains, 1988, doi: 10.5860/choice.26-2715.
[2] Sugiyono, “Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D),” Alfabeta.
2017, doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.
[3] V. N. Chudori, “Relevansi Isi Kurikulum Keahlian Teknik Konstruksi Batu dan Beton di SMKN 5
Bandung Dengan Kebutuhan Industri,” Universitas Pendidikan Indonesia, 2012.
[4] D. Harnovinsah, “Metodologi Penelitian.” [Online]. Available:
https://mercubuana.ac.id/files/MetodeLogiPenelitian/Met Pen UMB 3-ok.pdf. [Accessed: 09-Dec-
2019].
[5] Y. A. Sari, “Analisis Kesesuaian Lahan untuk Lokasi Permukiman Kecamatan Bantul, Kabupaten
Bantul,” Surakarta, 2013.
[6] F. S. P. Pangesti and F. Dwirani, “Analisis Kesesuaian Ruang Terbuka Hijau Di Kota Serang,”
Serambi Eng., vol. 3, no. Edisi Khusus, pp. 330–343, 2018.
Serambi Engineering, Volume V, No. 2, April 2020 hal 921 - 932
932
p-ISSN : 2528-3561
e-ISSN : 2541-1934
[7] J. M. Mustafa, Sirojuzilam, and N. Sulistiyono, “Analisis Tingkat Kerawanan Longsor Dengan
Integrasi Analytical Hierarchy Process dan Pemodelan Spasial Sistem Informasi Geografis di
Kabupaten Aceh Tenggara,” Serambi Eng., vol. 4, no. Khusus, pp. 471–481, 2019.
[8] J. Harefa, Zulkifli, and A. S. Toha, “Analisis Daerah Rawan Bencana Tsunami Terhadap
Pemanfaatan Lahan Perumahan dan Permukiman Kota Gunungsitoli Berbasis Geospasial,”
Serambi Eng., vol. 5, no. 1 Januari 2020, pp. 824–834, 2020.
[9] M. PU, Peraturan Menteri PU No. 20/PRT/M/2007. 2007.
[10] K. L. H. Deputi Bidang Tata Lingkungan, Pedoman Penentuan Daya Dukung Dan Daya Tampung
Lingkungan Hidup. 2014.
[11] M. P. Umum, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 14 /PRT/M/2010 Tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang. 2010.
[12] D. Wacano, “Aplikasi, Kelebihan, dan Kelemahan Sistem Informasi Geografis (SIG) di Bidang
Teknik Lingkungan.” 2017, doi: 10.13140/RG.2.2.27323.41761.
[13] D. H. U.N, R.Soelistijadi, and Sunardi, “Pemanfaatan Analisis Spasial untuk Pengolahan Data
Spasial Sistem Informasi Geografi,” J. Teknol. Inf. Din., vol. X, pp. 108–116, 2005.
[14] S. R. P. Sitorus, Evaluasi sumberdaya lahan. Bandung : Tarsito, 1985.
[15] R. H. Koestoer, Perspektif lingkungan desa-kota : teori dan kasus. Universitas Indonesia, 1997.