137
ANALISIS KEERATAN HUBUNGAN DAN PENGARUH FAKTOR MOTIVASI KERJA, FAKTOR KEMAMPUAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN (Studi Kasus : PT. XYZ) Oleh TRESTI VINANSIH H 24076128 PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

ANALISIS KEERATAN HUBUNGAN DAN PENGARUH FAKTOR … · pada analisis regresi berganda, untuk variabel motivasi kerja dan kemampuan kerja memperlihatkan pengaruh yang signifikan terhadap

  • Upload
    dothu

  • View
    224

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

ANALISIS KEERATAN HUBUNGAN DAN PENGARUH

FAKTOR MOTIVASI KERJA, FAKTOR KEMAMPUAN KERJA

TERHADAP KINERJA KARYAWAN (Studi Kasus : PT. XYZ)

Oleh

TRESTI VINANSIH

H 24076128

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

RINGKASAN

Tresti Vinansih. H24076128. Analisis Keeratan Hubungan Dan Pengaruh

Motivasi Kerja, Kemampuan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi kasus :

PT. XYZ). Di bawah bimbingan Muhammad Syamsun

Faktor motivasi kerja (dorongan) dan kemampuan kerja karyawan

kemungkinan memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan. Namun dengan

adanya tingkat kejenuhan bekerja karyawan, kurang adanya inovasi dan

kreativitas dalam melaksanakan pekerjaan, juga menurunnya semangat kerja

karyawan hal ini berarti bahwa pada faktor motivasi dan kemampuan yang ada

selama ini perlu dikaji kembali dan dianalisis lebih lanjut. Berdasarkan latar

belakang yang terjadi pada PT. XYZ maka tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah mengidentifikasi dan mengetahui apakah ada pengaruh faktor

motivasi kerja dan kemampuan kerja terhadap kinerja karyawan baik secara

bersama-sama maupun parsial, dan kemudian mengetahui faktor manakah yang

paling erat hubungannya dan memiliki pengaruh yang paling besar terhadap

kinerja karyawan PT. XYZ.

Kegiatan penelitian ini dilakukan selama 3 bulan, mulai bulan Juni 2010

sampai dengan Agustus 2010. Penelitian dilakukan pada karyawan PT. XYZ.

Data yang digunakan terdiri dari data primer (wawancara dan kuesioner) dan data

sekunder (literatur, internet dan buku). Metode pengambilan sampel yang

digunakan adalah metode sensus atau total sampling atau complete anumeration

yaitu cara pengumpulan data yang mengambil setiap elemen populasi atau

karakteristik yang ada dalam populasi. Metode pengolahan dan analisis data

menggunakan analisis Regresi Linier Berganda dan analisis Korelasi Kanonikal

(Canonical Correlation) yang dibantu dengan software minitab 14, software

statistica trial (statistika 9) dan SPSS 15.0 for Windows.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menyatakan bahwa secara simultan

pada analisis regresi berganda, untuk variabel motivasi kerja dan kemampuan

kerja memperlihatkan pengaruh yang signifikan terhadap variabel kinerja

karyawan PT. XYZ. Namun jika dianalisis secara parsial dari kedua variabel

tersebut, yang lebih besar memberikan kontribusi dan memiliki pengaruh yang

kuat (yang paling dominan) terhadap kinerja adalah kemampuan kerja, yaitu pada

indikator pemahaman terhadap pekerjaan, hal ini dapat disimpulkan bahwa

dengan adanya pemahaman yang baik terhadap pekerjaan maka diharapkan

karyawan dapat meningkatkan kualitas kinerja demi peningkatan kinerja

karyawan. Rencana yang perlu dilakukan manajemen PT. XYZ dalam upaya

peningkatan kinerja ini adalah dengan mengevaluasi kembali dan memperbaiki

hal-hal yang berkaitan dengan faktor motivasi kerja dan kemampuan kerja secara

keseluruhan dan khususnya agar manajemen lebih memperhatikan dalam hal

memberikan pemahaman yang baik dan jelas, penyampaian mengenai teknis

pekerjaan, beban kerja yang sesuai dengan kompetensi karyawan, juga

memberikan bimbingan pada karyawan agar mempermudah pemahaman para

karyawan dalam bekerja.

ANALISIS KEERATAN HUBUNGAN DAN PENGARUH

FAKTOR MOTIVASI KERJA, FAKTOR KEMAMPUAN KERJA

TERHADAP KINERJA KARYAWAN (Studi Kasus : PT. XYZ)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen

Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

TRESTI VINANSIH

H 24076128

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

Judul Skripsi : ANALISIS KEERATAN HUBUNGAN DAN PENGARUH

FAKTOR MOTIVASI KERJA, FAKTOR KEMAMPUAN

KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN

(Studi Kasus : PT. XYZ)

Nama : Tresti Vinansih

NIM : H24076128

Menyetujui

Pembimbing,

(Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc)

NIP : 195002271974121001

Mengetahui

Ketua Departemen,

( Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc )

NIP : 196101231986011002

Tanggal Lulus :

v

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Skripsi

dengan judul Analisis Keeratan Hubungan Dan Pengaruh Faktor Motivasi Kerja,

Faktor Kemampuan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus : PT. XYZ)

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi

dan Manajemen IPB. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah limpahkan

kepada Nabi Besar Muhammad SAW.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk

penyempurnaan skripsi ini. Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi berbagai pihak, yaitu perusahaan sebagai sumbang

saran yang positif untuk dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Selain itu,

memberikan manfaat bagi masyarakat umum sebagai sumber data dan informasi

yang layak sebagai langkah awal penelitian lainnya.

Bogor, Agustus 2010

Penulis

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc selaku pembimbing skripsi yang

telah membimbing penulis dengan memberikan saran-saran, perbaikan,

hingga dukungan moral, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. Bapak R. Diki Indrawan, SP, MM dan ibu Lindawati Kartika, SE, M.Si

selaku penguji yang telah memberikan banyak masukan, saran dan kritiknya.

3. Bapak Tegoeh Soedarmanto selaku Managing Director PT. XYZ, Bapak

Suwondo selaku Legal Manager or Representative PT. XYZ yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian tugas

akhir di PT. XYZ.

4. Seluruh karyawan dan Manajemen PT. XYZ atas bantuan dalam proses

pengumpulan data pada penelitian tugas akhir penulis.

5. Seluruh dosen dan staf fakultas Ekonomi dan Manajemen, khususnya

Departemen Manajemen Penyelenggaraan Khusus (Ekstensi Manajemen)

yang telah membimbing dan membantu penulis selama menyelesaikan studi

di Ekstensi FEM IPB.

6. Orang tuaku tercinta. Ayahanda Hadi S dan ibunda Yanti, serta adik-adikku

Dito, Gita dan keluarga besar eyang Sastro Miharjo atas kasih sayang,

dukungan, motivasi, perhatian dan doanya yang telah diberikan kepada

penulis selama menyelesaikan kuliah hingga tugas akhir ini selesai.

7. Sahabat-sahabatku tercinta Retry Tyas Tanjungsari, Yolanda Kano, Wijoyo,

Andini Restio, Shandra, Leni, Darus, Finina, Dodi, Nita, Isma, Flora, Ayu,

Vika, Feri, Ardini Raras, Agus, Hijrah, Mokur dan teman-teman Eksman

angkatan 3 atas kebersamaan, keceriaan, dukungan dan yang telah

meluangkan waktunya, baik moril ataupun materil.

8. Teman-teman kantor PT. XYZ mba Lia, Pak Matsasi, mba Rike, mba Eri,

mba Dias, Pak Adi, Pak Hink, Pak Rizal, Mas Wahyu.

9. Sahabat-sahabatku komunitas yahoo messenger Awang, Candi, Luki, Tareb,

Roland, Fitri, Farikh, Firman, Zaki, Farhan, Isha, terima kasih atas semangat

dan diskusinya selama penulis menyelesaikan tugas akhir ini.

iv

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Purbalingga 12 April 1985. Sebagai

putri pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Hadi

Sasongko dan Wahyanti. Pendidikan formal yang dilalui

penulis yakni, menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah

Dasar Negeri Tambun II Bekasi pada tahun 1998. Kemudian

melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 3

Unggulan Darul Ulum Jombang dan lulus pada tahun 2001,

dan tahun 2003 penulis lulus dari Sekolah Menengah Umum Negeri I Tambun

dan diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun yang sama melalui jalur

USMI pada Fakultas MIPA Jurusan Fisika Program Studi Elektronika Teknologi

Komputer. Aktifitas pada masa perkuliahan Diploma penulis aktif dalam beberapa

organisasi yaitu anggota organisasi HIMAFI IPB tahun 2004-2005. Penulis

menyelesaikan pendidikan Diploma III pada November 2006. Pada tahun yang

sama, penulis diterima bekerja sebagai Staf Admin HRD PT. Unilever Tbk, dan

kemudian pada November tahun 2007 melanjutkan kuliah di Program Sarjana

Manajemen Penyelenggaraan Khusus, Departemen Manajemen, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen, IPB. Dan Juni tahun 2010 penulis melakukan

penelitian untuk tugas akhir pendidikan Sarjana yang berjudul : Analisis Keeratan

Hubungan Dan Pengaruh Faktor Motivasi Kerja, Faktor Kemampuan Kerja

Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. XYZ.

vii

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................... v

UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi

I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1. Latar belakang ...................................................................................... 1

1.2. Perumusan masalah .............................................................................. 5

1.3. Tujuan penelitian ................................................................................. 6

1.4. Manfaat Penelitian................................................................................ 6

1.5. Ruang Lingkup .................................................................................... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7

2.1. Pengertian Motivasi ............................................................................ 7

2.2. Teori Motivasi ..................................................................................... 8

2.2.1 Teori Motivasi Prestasi MeClelland ........................................... 8

2.2.2 Teori Dua Faktor Herzberg ......................................................... 9

2.3. Faktor-faktor Motivasi ........................................................................ 12

2.4. Pengertian Kemampuan Kerja ............................................................. 17

2.4.1 Karakteristik Kemampuan Kerja ................................................ 18

2.5. Kinerja.................................................................................................. 19

2.5.1 Manfaat Penilaian Kinerja .......................................................... 20

2.5.2 Unsur-unsur Yang Mempengaruhi Kinerja ................................ 21

2.6. Tinjauan Studi Terdahulu .................................................................... 21

III. METODE PENELITIAN ......................................................................... 23

3.1. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 23

3.2. Hipotesis .............................................................................................. 26

3.3. Variabel Penelitian .............................................................................. 26

3.3.1 Variabel Motivasi Kerja ............................................................. 26

3.3.2 Variabel Kemampuan Kerja ...................................................... 27

3.3.3 Variabel Kinerja Karyawan ........................................................ 28

3.4. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 29

3.5. Metode Penelitian .............................................................................. 29

viii

3.5.1 Jenis dan Sumber Data . ............................................................. 29

3.5.2 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................. 30

3.5.3 Metode Pengumpulan Data ....................................................... 31

3.5.4 Instruman Data Kuesioner ......................................................... 32

3.5.5 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data ............................ 33

3.5.6 Konversi Data ............................................................................ 33

3.5.7 Uji Validitas dan Reliabilitas ...................................................... 34

3.5.8 Analisis Karakteristik Responden ............................................... 36

3.6. Analisis Statistik ................................................................................ 36

3.6.1 Metode Analisis Regresi Berganda ............................................. 36

3.6.2 Metode Analisis Korelasi Kanonik ............................................. 38

IV. PEMBAHASAN ......................................................................................... 42

4.1. Deskripsi Karakteristik Responden ..................................................... 42

4.1.1 Jenis Kelamin ............................................................................. 42

4.1.2 Keterkaitan Hubungan dan Pengaruh Jenis Kelamin ................. 43

4.1.3 Usia Responden .......................................................................... 44

4.1.4 Keterkaitan Hubungan dan Pengaruh Usia ................................ 45

4.1.5 Status Pernikahan ........................................................................ 46

4.1.6 Keterkaitan Hubungan dan Pengaruh Status Pernikahan............ 47

4.1.7 Latar Belakang Pendidikan ........................................................ 47

4.1.8 Keterkaitan Hubungan dan Pengaruh Pendidikan...................... 48

4.1.9 Masa Kerja................................................................................ .. 48

4.1.10 Keterkaitan Hubungan dan Pengaruh Masa Kerja..................... 49

4.2. Konversi Data Ordinal Ke Interval ...................................................... 50

4.2.1 Konversi Data Ordinal Menjadi Data Interval ............................ 50

4.3. Analisis Pengaruh Motivasi Kerja dan Kemampuan Kerja ................ 50

4.3.1 Interpretasi Hasil Regresi Linier Berganda ................................. 51

4.3.2 Analisis Pengaruh Variabel Secara Simultan (Uji F) .................. 52

4.3.3 Analisis Pengaruh Variabel Secara Parsial (Uji T) .................... 53

4.4. Analisis Keeratan Hubungan Motivasi dan Kemampuan .................... 55

4.4.1 Interpretasi Hasil Analisis Kanonik............................................. 55

4.5. Evaluasi Keeratan Hubungan dan Pengaruh Faktor Motivasi ............. 71

4.6. Evaluasi Keeratan Hubungan dan Pengaruh Faktor Kemampuan........ 74

4.7. Implikasi Manajerial ............................................................................ 76

4.7.1 Implikasi Manajerial Terhadap Persepsi Karyawan.................... 76

4.7.2 Implikasi Manajerial Terhadap Kondisi Perusahaan................... 79

KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 84

A. Kesimpulan ..... ............................................................................................. 84

B. Saran ............................................................................................................ 85

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 87

LAMPIRAN ..................................................................................................... 89

ix

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Rekapitulasi Daftar Absensi PT. XYZ . .......................................................... 3

2. Kinerja Periode 2007-2009 PT. XYZ .............................................................. 2

3. Herzberg's Two Factor Theory ...................................................................... 11

4. Analisis Data Ordinal Pada Variabel Motivasi Kerja ..................................... 27

5. Pengukuran Variabel Kemampuan Kerja ....................................................... 28

6. Pengukuran Variabel Kinerja Karyawan ........................................................ 28

7. Skor Pernyataan Dalam Instrumen Penelitian ................................................ 32

8. Karakteristik Responden ................................................................................ 42

9. Hasil Uji Asumsi Linearitas ............................................................................ 57

10. Hasil Iktisar Analisis Kanonik ...................................................................... 61

11. Bobot Kanonik X dan Y pada Fungsi Terbesar ........................................... 63

12. Distribusi Indikator Pada Variabel Motivasi Kerja ..................................... 67

13. Uji Signifikan Variabel dengan MANOVA ................................................. 70

x

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Kerangka Pemikiran ....................................................................................... 25

2. Matriks Korelasi ............................................................................................ 40

3. Desain Kelompok Variabel Untuk Korelasi Kanonik ................................... 54

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Kuesioner penelitian ...................................................................................... 89

2. Hasil uji validitas dengan Minitab 14 .......................................................... 93

3. Hasil reliabilitas ............................................................................................. 95

4. Hasil regresi berganda dengan Minitab 14 .................................................... 96

5. Hasil uji konversi data ordinal ke interval ..................................................... 97

6. Hasil uji asumsi klasik regresi berganda ....................................................... 104

7. Hasil uji asumsi klasik korelasi kanonik ....................................................... 106

8. Hasil uji korelasi kanonik dengan Software Trial 9 ...................................... 122

9. Hasil uji Manova ........................................................................................... 124

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah sumber daya manusia masih menjadi sorotan dan tumpuhan

bagi perusahaan untuk tetap dapat bertahan di era globalisasi. Sumber daya

manusia mempunyai peran utama dalam setiap kegiatan perusahaan.

Walaupun didukung dengan sarana dan prasarana serta sumber dana yang

berlebihan, tetapi tanpa dukungan sumber daya manusia yang andal kegiatan

perusahaan tidak akan terselesaikan dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa

sumber daya manusia (SDM) merupakan kunci pokok yang harus

diperhatikan dengan segala kebutuhannya. Sebagai kunci pokok, SDM akan

menentukan keberhasilan pelaksanaan kegiatan perusahaan yang dapat

terlihat dengan pengembangan dan peningkatan kinerja karyawannya. Setiap

perusahaan akan selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja karyawan

dengan harapan apa yang menjadi tujuan perusahaan akan tercapai. Tujuan

perusahaan akan dapat dicapai karena adanya upaya para pelaku SDM yang

berada di dalam perusahaan tersebut.

Kinerja dalam perusahaan/organisasi merupakan jawaban dari berhasil

atau tidaknya tujuan perusahaan/organisasi yang telah ditetapkan. Para atasan

atau manajer seringkali tidak memperhatikan kinerja karyawannya kecuali

apabila kinerja sudah terlihat sangat buruk. Terlalu sering manajer tidak

mengetahui betapa buruknya kinerja telah merosot maka hal ini akan

mengakibatkan krisis yang serius. Kesan-kesan buruk perusahaan yang

mendalam berakibat dan mengabaikan tanda-tanda peringatan adanya kinerja

yang merosot. Menurut Mangkunegara (2000) menyatakan bahwa faktor yang

mempengaruhi kinerja antara lain : a. Faktor kemampuan. Secara psikologis

kemampuan (ability) karyawan terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan

kemampuan realita (pendidikan). Oleh karena itu karyawan perlu ditempatkan

pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya. b. Faktor motivasi. Motivasi

terbentuk dari sikap (attitude) seorang karyawan dalam menghadapi situasi

kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri karyawan terarah

untuk mencapai tujuan kerja. Sikap mental merupakan kondisi mental yang

2

mendorong seseorang untuk berusaha mencapai potensi kerja secara

maksimal. Pillai dan Bagavathi (2003) mengatakan bahwa kesuksesan dan

kegagalan suatu perusahaan/organisasi tidaklah tergantung pada peralatan,

mesin-mesin maupun materi lain, tetapi justru pada sumber daya manusianya.

Pada industri jasa, sumber daya manusia yang berkualitas (baik dalam

hal sifat maupun pengetahuan) sangat dibutuhkan sebagai pelaksana dan

penunjang operasional. Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang

diharapkan, manajemen perusahaan sangat berperan terhadap pelaksanaan

dan pengelolaan semua kegiatan perusahaan yang berkaitan dengan SDM.

Dengan memperhatikan pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen oleh

manajer puncak dan manajer bidang kerja sesuai jenjang, wewenang dan

tanggung jawab masing-masing, maka dapat dikatakan bahwa manajemen

secara umum bermakna sebagai kegiatan pengelolaan dan pengendalian

seluruh kegiatan perusahaan.

PT. XYZ sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang

bisnis telekomunikasi khususnya pada komunikasi seluler di indonesia, dan

penyedia layanan/service provider (Jaringan Seluler) dengan misinya yaitu

memberikan pelayanan/service terbaik pada clients, sudah seharusnya

memiliki karyawan yang penuh semangat, disiplin dan bermotivasi tinggi

dalam bekerja, untuk menghasilkan kinerja yang tinggi dalam usaha

mencapai tujuan perusahaan/organisasi. Fokus dan tujuan dari kegiatan

manajemen PT. XYZ adalah pemberdayaan karyawan sebagai SDM

penggerak organisasi, yang harus dikelola dan dikendalikan agar dengan

kinerja yang tinggi mampu mendayagunakan sumber daya lainnya dalam

melaksanakan semua kegiatan perusahaan secara efektif dan efisien bagi

pencapaian tujuan.

Berdasarkan pra study yang dilakukan pada PT. XYZ bahwa ada

kecenderungan penurunan kinerja dari para karyawannya, yakni ditandai

dengan menurunnya tingkat kedisiplinan dalam hal absensi karyawan yang

dinilai masih banyaknya karyawan yang tidak masuk bekerja karena alasan

tertentu. Tingginya tingkat tidak masuk kerja ini sering terjadi meskipun

atasan sudah banyak memberikan teguran, sanksi, bahkan ada pemecatan

3

secara sepihak oleh perusahaan. Hal tersebut akan menghawatirkan, jika

dalam jangka panjang terus dibiarkan tanpa adanya evaluasi mengenai kenapa

penyebab penurunan kedisiplinan tersebut. Berikut ini adalah tabel daftar

absensi karyawan yang menunjukkan adanya peningkatan pelanggaran

kedisiplinan absensi PT. XYZ selama periode tiga tahun terakhir yaitu tahun

2008 sampai dengan tahun 2010.

Tabel 1. Rekapitulasi Daftar Absensi Karyawan PT. XYZ

Bulan Ijin Ijin Sakit Mangkir

2008 2009 2010 2008 2009 2010 2008 2009 2010

Januari 2 3 2 3 2 4 1 2 3

Februari 1 2 3 3 3 3 2 2 3

Maret 1 0 3 3 4 3 2 3 1

April 1 1 1 2 3 4 3 1 2

Mei 0 0 1 2 3 2 0 0 2

Juni 0 0 0 2 3 5 0 1 2

Juli 0 1 4 2 3 3 1 2 3

Agustus 1 2 3 3 3 3 0 3 1

September 1 3 2 3 4 4 0 3 3

Oktober 1 2 4 3 4 5 1 0 4

November 1 3 1 3 3 4 2 0 -

Desember 2 0 3 0 2 5 3 2 -

Total 11 17 27 29 37 45 15 19 24

Sumber : data PT. XYZ (Oktober 2010)

Data tahun 2008, 2009, 2010 menunjukkan peningkatan jumlah

karyawan yang tidak masuk bekerja dengan alasan ijin, ijin sakit maupun

tanpa adanya alasan yang jelas (mangkir), pada tahun 2008 jumlah karyawan

yang tidak masuk bekerja dengan tanpa alasan (mangkir) berjumlah 6 orang,

pada tahun 2009 jumlahnya bertambah menjadi 9 orang, kemudian pada

tahun 2010 bertambah lagi menjadi 13 orang, jika dibiarkan maka hal ini

akan mempengaruhi peningkatan kinerja karyawan PT. XYZ.

Penurunan kinerja pada PT. XYZ dapat dilihat juga pada hasil

evaluasi kinerja selama periode tiga tahun terakhir. PT. XYZ menggunakan

evaluasi model pengelompokkan nilai, yaitu dengan menetapkan dan

mengelompokkan karyawan/pekerja dari yang terbaik sampai yang terburuk

nilai kinerjanya, dari data penilaian kinerja tersebut dapat dilihat bahwa

4

karyawan yang mendapatkan nilai D dan E masih cukup tinggi

persentasenya. Pada tahun 2007 hingga tahun 2009 jumlah karyawan yang

mendapatkan nilai rendah mengalami kenaikan yaitu, jika pada tahun 2007

yang mendapatkan nilai D sebesar 12,5% dan E 7,5%, sedangkan pada tahun

2008 mengalami kenaikan yaitu nilai D sebesar 15% dan nilai E sebesar 10%.

Penerapan sistem evaluasi ini menunjukkan efektifitas sistem dengan indikasi

turunnya volume nilai kinerja yang sangat buruk.

Tabel 2. Kinerja Periode 2007-2009 PT. XYZ

Nilai Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009

Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen

A 10 25 10 25 11 27,5

B 13 32,5 11 27,5 9 22,5

C 9 22,5 9 22,5 8 20

D 5 12,5 6 15 7 17,5

E 3 7,5 4 10 5 12,5

Total 40 100 40 100 40 100

Sumber : data PT. XYZ (Oktober 2010)

Penilaian tentang kinerja individu dapat menjadi acuan ketika

perusahaan akan mengetahui sejauh mana kondisi kinerja karyawannya saat

ini. Artinya melalui data penilaian kinerja ini peneliti bermaksud

menganalisis lebih jauh bagaimana perusahaan mengetahui ada tidaknya

keeratan hubungan faktor-faktor kinerja tersebut terhadap kinerja, dan apakah

faktor motivasi kerja dan faktor kemampuan kerja mempengaruhi kinerja.

Hasil analisis diharapkan bermanfaat untuk membuat pengembangan

SDM secara optimum. Pada gilirannya kinerja individu akan mencerminkan

derajat kompetisi suatu perusahaan. Analisis hubungan dan pengaruh faktor-

faktor kinerja (faktor motivasi dan faktor kemampuan) terhadap kinerja

adalah faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan

efisien dalam menentukan kebijakan, karena dengan adanya kebijakan atau

program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada dalam

perusahaan akan meningkatkan kinerja karyawan yang pada akhirnya juga

meningkatkan kinerja perusahaan khususnya dalam hal ini adalah PT. XYZ.

5

1.2. Perumusan Masalah

Setiap perusahaan menginginkan karyawannya memiliki tingkat

kinerja yang tinggi dalam hal pencapaian kinerja, sehingga hal ini berakibat

bahwa perusahaan dituntut untuk mampu memberikan motivasi dan selalu

mengevaluasi kemampuan kerja karyawan, agar pencapaian kinerja sesuai

dengan yang diharapkan perusahaan, tetapi tidak semua perusahaan berhasil

dalam melaksanakan hal tersebut. Dari data-data yang diperoleh, data absensi

dan penilaian kinerja yang telah dipaparkan sebelumnya, dan juga dari hasil

wawancara dengan manajer SDM, bahwa permasalahan yang terjadi pada

perusahaan yakni kondisi kinerja SDM yang semakin merosot, tingkat

kedisiplinan karyawan yang rendah dan masih banyaknya karyawan yang

mendapatkan nilai kinerja buruk (D dan E). Tanda-tanda rendahnya kinerja

karyawan PT. XYZ ini dapat diidentifikasi yaitu sebagai berikut:

1. Adanya penurunan tingkat kedisiplinan karyawan.

2. Menurunnya semangat kerja karyawan.

3. Semakin bertambahnya jumlah karyawan yang mendapatkan nilai kinerja

yang rendah.

Berdasarkan uraian kondisi di atas, maka rumusan masalah yang akan

dibahas dalam penulisan skripsi dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat keeratan hubungan dan pengaruh motivasi kerja terhadap

kinerja karyawan PT.XYZ.

2. Apakah terdapat keeratan hubungan pengaruh kemampuan kerja terhadap

kinerja karyawan PT. XYZ.

3. Apakah terdapat pengaruh motivasi kerja dan kemampuan kerja secara

bersama-sama terhadap kinerja karyawan PT.XYZ.

4. Faktor apakah yang paling dominan dari kedua faktor yaitu motivasi

kerja dan kemampuan kerja dalam mempengaruhi kinerja karyawan PT.

XYZ.

6

1.3 Tujuan Penelitian

1. Menganalisis dan mengetahui seberapa besar korelasi dan pengaruh faktor

motivasi kerja dan kemampuan kerja terhadap kinerja karyawan di PT.

XYZ baik secara simultan (bersama-sama) maupun secara parsial.

2. Menganalisis dan mengidentifikasi faktor-faktor manakah yang paling

dominan mempengaruhi kinerja karyawan di PT. XYZ.

3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan di

PT. XYZ.

1.4 Manfaat Penelitian

Informasi yang diperoleh dari penelitian ini dapat mengungkapkan

gambaran jenis dan cara pelaksanaan dalam memotivasi dan meningkatkan

kemampuan karyawan di PT. XYZ, oleh karena itu penelitian ini diharapkan

memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait, antara lain :

1. Sebagai dasar pertimbangan pihak manajemen perusahaan dalam

mengevaluasi terhadap tingkat motivasi dan kemampuan karyawannya,

agar dapat mengambil langkah-langkah kebijaksanaan lebih lanjut guna

mencapai tujuan perusahaan.

2. Bahan perbandingan dalam rangka menerapkan teori ilmu dengan

kenyataan yang terjadi di dalam perusahaan.

3. Menambah pengetahuan dalam bidang MSDM (Manajemen Sumber Daya

Manusia) khususnya dalam bidang motivasi kerja, kemampuan kerja dan

kinerja.

1.5 Ruang Lingkup

Berdasarkan rumusan masalah yang dapat diidentifikasi di atas, perlu

ditentukan batasan ruang lingkup atas rencana penelitian ini sebagai berikut:

1. Penelitian hanya dilakukan terhadap indikator-indikator dari variabel

motivasi kerja dan kemampuan kerja untuk mengetahui keeratan hubungan

dan seberapa besar kedua variabel tersebut berpengaruh terhadap kinerja

karyawan PT. XYZ.

2. Obyek penelitian adalah karyawan PT. XYZ khususnya hanya head office

staff untuk wilayah DKI Jakarta.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere yang berarti

menggerakkan atau dorongan. Motivasi (motivation) dalam manajemen

hanya ditujukan untuk sumber daya manusia umumnya dan bawahan

khususnya. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya

dan potensi bawahan agar mau bekerjasama secara produktif, berhasil

mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan Melayu (2001).

Abraham Sperling mengemukakan bahwa motivasi itu didefinisikan sebagai

suatu kecenderungan untuk beraktivitas, mulai dari dorongan dalam diri

(drive) dan diakhiri dengan penyesuaian diri (Mangkunegara, 2001).

Mangkunegara, (2001), mengatakan bahwa motivasi terbentuk dari

sikap (attitude) seorang karyawan dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi

merupakan kondisi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah untuk

mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja). Menurut Nawawi (2001), bahwa

kata motivasi (motivation) kata dasarnya adalah motif (motive) yang berarti

dorongan, sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu.

Dengan demikian motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong

atau menjadikan sebab seseorang melakukan suatu perbuatan/kegiatan, yang

berlangsung secara sadar. Menurut Sedarmayanti (2001), motivasi dapat

diartikan sebagai suatu daya pendorong (driving force) yang menyebabkan

orang berbuat sesuatu atau yang diperbuat karena takut akan sesuatu.

Misalnya ingin naik pangkat atau naik gaji, maka perbuatannya akan

menunjang pencapaian keinginan tersebut. Dengan adanya faktor-faktor

pendorong yang beragam tersebut, maka motivasi dapat didefinisikan

sebagai berikut : “kondisi mental yang mendorong aktivitas dan memberi

energi yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan

atau mengurangi ketidak seimbangan” Bernard Berendoom dan Gary A.

Stainer (Sedarmayanti, 2001). Kootz et al. (Ali, 1989) mendefinisikan

motivasi sebagai suatu reaksi yang diawali dengan adanya kebutuhan yang

menimbulkan keinginan atau upaya mencapai tujuan, selanjutnya

8

menimbulkan ketegangan, kemudian menyebabkan timbulnya tindakan

yang mengarah pada tujuan dan akhirnya dapat memuaskan. Berdasarkan

pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada motivasi jika

tidak dirasakan adanya kebutuhan dan kepuasan serta ketidak seimbangan.

2.2. Teori Motivasi

Didalam mengkaji teori dari motivasi sebetulnya cukup menarik dan

teorinya dapat dikelompokkan/diklasifikasikan atas :

1. Teori kepuasan (Content Theory) yang memusatkan pada apa-nya

motivasi.

2. Teori motivasi proses (Process Theory) yang memuaskan pada

bagaimana-nya motivasi.

3. Teori Pengukuhan (Reinforcement Theory) yang menitik beratkan pada

dimana perilaku dipelajari.

Dalam penelitian ini yang dibahas hanya teori Kepuasan, dimana

teori ini diikuti oleh beberapa pakar teori motivasi seperti Frederik Winslow

Taylor, A.H. Maslow, McClelland, Frederick Herzberg, Douglas

McGregor, dan Claude S. George. Teori kepuasan yang diikuti oleh

McClelland sebagai berikut :

2.2.1 Teori Motivasi Prestasi dari McClelland

McClelland memusatkan perhatiannya pada tiga kebutuhan

manusia yaitu : prestasi (need for achievement), afiliasi (need for

affiliation), dan kekuasaan (need for power) (Supardi dan Anwar,

2002).

1. Kebutuhan Prestasi

Tercermin dari keinginan untuk mengambil tugas yang dapat

dipertanggungjawabkan secara pribadi atas perbuatan-

perbuatannya, menentukan tujuan yang wajar dengan

memperhatikan resiko dan menginginkan umpan balik atas

perbuatan, serta melakukan segala sesuatu secara kreatif dan

inovatif.

9

2. Kebutuhan Afiliasi

Tercermin pada keinginan untuk menciptakan, mengembangkan

hubungan dan suasana kebatinan dan perasaan yang saling

menyenangkan antar sesama manusia.

3. Kebutuhan Kekuasaan

Kebutuhan ini tercermin pada seseorang yang ingin mempunyai

pengaruh atas orang lain.

2.2.2 Teori Dua Faktor Herzberg

Dalam kehidupan organisasi, pemahaman terhadap motivasi

bagi setiap pemimpin sangat penting artinya, namun motivasi juga

dirasakan sebagai sesuatu yang sulit. Hal ini dikemukakan oleh

Wahjosumidjo (1994) sebagai berikut :

a. Motivasi sebagai suatu yang penting (important subject) karena

peran pemimpin itu sendiri kaitannya dengan bawahan.

b. Motivasi sebagai suatu yang sulit (puzzling subject), karena

motivasi sendiri tidak bisa diamati dan diukur secara pasti. Dan

untuk mengamati atau mengukur motivasi, harus mengkaji lebih

jauh perilaku bawahan. Disamping itu disebabkan dengan adanya

teori motivasi yang berbeda satu sama lain.

Untuk memahami motivasi kerja dalam penelitian ini

digunakan teori motivasi dua arah yang dikemukakan oleh Herzberg.

Adapun pertimbangan peneliti adalah: Pertama, teori yang

dikembangkan oleh Herzberg berlaku mikro yaitu untuk karyawan

atau pekerja di tempat dimana dia bekerja. Sementara teori motivasi

Maslow misalnya berlaku makro yaitu untuk manusia pada

umumnya. Kedua, pada teori Herzberg lebih eksplisit dari teori

hirarki kebutuhan Maslow, khususnya mengenai hubungan antara

kebutuhan dengan performa pekerjaan. Teori ini dikemukakan oleh

Frederick Herzberg tahun 1966 yang merupakan pengembangan dari

teori hirarki kebutuhan menurut Maslow. Menurut teori ini yang

dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong

berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri

10

seseorang, jika terdapat dorongan berprestasi dari dalam diri sendiri

maka prestasi kerja akan baik, sedangkan yang dimaksud dengan

faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya

ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut

menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang. Jika

terdapat faktor hygiene tersebut maka prestasi kerja akan baik.

Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori

Herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang

lebih berpengaruh kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang

bersifat intrinsik ataukah yang bersifat ekstrinsik.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap akuntan dan ahli teknik

Amerika Serikat dari berbagai Industri, Herzberg mengembangkan

teori motivasi dua faktor (Cushway and Lodge, 1995). Menurut teori

ini ada dua faktor yang mempengaruhi kondisi pekerjaan seseorang,

yaitu faktor pemuas (motivation factor) yang disebut juga dengan

satisfier atau intrinsic motivation dan faktor kesehatan (hygienes)

yang juga disebut disatisfier atau ekstrinsic motivation.

Teori Herzberg ini melihat ada dua faktor yang mendorong

karyawan termotivasi yaitu faktor intrinsik yaitu daya dorong yang

timbul dari dalam diri masing-masing orang, dan faktor ekstrinsik

yaitu daya dorong yang datang dari luar diri seseorang, terutama dari

organisasi tempatnya bekerja.

Karyawan yang terdorong secara intrinsik akan menyenangi

pekerjaan yang membuatnya menggunakan kreaktivitas dan inovasi

yang dimiliki, bekerja dengan tingkat otonomi yang tinggi dan tidak

perlu diawasi dengan ketat. Kepuasan disini tidak dikaitkan dengan

perolehan hal-hal yang bersifat materi. Sebaliknya, mereka yang

lebih terdorong oleh faktor-faktor ekstrinsik cenderung melihat

kepada apa yang diberikan oleh organisasi kepada mereka, dan

kinerjanya diarahkan kepada perolehan hal-hal yang diinginkannya

dari organisasi (Sondang, 2002).

11

Adapun yang merupakan faktor motivasi menurut Herzberg

adalah : pekerjaan itu sendiri (the work it self), prestasi yang diraih

(achievement), peluang untuk maju (advancement), pengakuan orang

lain (ricognition), tanggung jawab (responsible). Sedangkan faktor

hygienis terdiri dari : kompensasi, kondisi kerja, status, suvervisi,

hubungan antara manusia, dan kebijaksanaan perusahaan. Lebih

jelasnya teori dua faktor Herzberg (Herzberg’s Two Factor Theory)

yang dikutip oleh Luthas (1992) sebagai berikut :

Tabel 3. Herzberg’s Two Factor Theory

S

Menurut Herzberg faktor hygienis/extrinsic faktor tidak akan

mendorong minat para pegawai untuk berforma baik, akan tetapi jika

faktor-faktor ini dianggap tidak dapat memuaskan dalam berbagai

hal seperti gaji tidak memadai, kondisi kerja tidak menyenangkan,

faktor-faktor itu dapat menjadi sumber ketidakpuasan potensial yang

berakibat pada terciptanya prestasi kerja buruk (Cushway & Lodge,

1995). Sedangkan faktor motivation/intrinsic merupakan faktor yang

mendorong semangat guna mencapai kinerja yang lebih tinggi. Jadi

pemuasan terhadap kebutuhan tingkat tinggi (faktor motivasi) lebih

memungkinkan seseorang untuk berprestasi tinggi daripada sekedar

pemuasan kebutuhan (Leidecker & Hall dalam Timpe, 1999).

Hygiene Factor

Ektrinsic

Motivators

Intrinsic

1. Company policy and administration

(Kebijaksanaan & administrasi)

1. Achievement

(Keberhasilan pelaksanaan)

2. Supervision technical

(Supervisi)

2. Recognition

(Pengakuan/penghargaan)

3. Salary

(Gaji/Upah)

3. Work it self

(Pekerjaan itu sendiri)

4. Interpersonal relation and supervisor

(Hubungan antara pribadi)

4. Responsibility

(Tanggung jawab)

5. Working Condition

(Kondisi Kerja)

5. Advencement

(Pengembangan)

12

2.3. Faktor-faktor Motivasi

Telah diuraikan pada bagian terdahulu bahwa faktor-faktor motivasi

yang digunakan dalam penelitian ini dikutip dari teori dua faktor Herzberg.

Faktor-faktor motivasi tersebut akan diuraikan berikut ini :

1. Gaji (Salary)

Bagi pegawai, gaji merupakan faktor penting untuk memenuhi

kebutuhan diri sendiri dan keluarganya. Gaji selain berfungsi memenuhi

kebutuhan pokok bagi setiap pegawai juga dimaksudkan untuk menjadi

daya dorong bagi pegawai agar dapat bekerja dengan penuh semangat.

Menurut Robert W. Braid (Timpe 1999) tidak ada satu

organisasipun yang dapat memberikan kekuatan baru kepada tenaga

kerjanya atau meningkatkan kinerja, jika tidak memiliki sistem

kompensasi yang realitis dan gaji bila digunakan dengan benar akan

memotivasi pegawai. Menurut Robert W. Braid program kompensasi

yang baik mempunyai tiga ciri penting yaitu bersaing, rasional,

berdasarkan performa. Stephen et al. (Timpe, 1999) menyatakan bahwa

uang/gaji tidak dapat memotivasi terkecuali pegawai menyadari

keterkaitannya dengan performa.

Meier (As’ad, 1998), bahwa pendistribusian gaji didasarkan pada

produksi, lamanya kerja, lamanya dinas dan besarnya kebutuhan hidup.

Sedangkan menurut Ec. Alex Nitisenmito (Saydam, 1996) agar karyawan

dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik, dalam pemberian

kompensasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Dapat memenuhi kebutuhan fisik minimum

b. Dapat mengikat karyawan agat tidak keluar dari perusahaan

c. Dapat menimbulkan semangat dan kegairahan kerja

d. Selalu ditinjau kembali

e. Mencapai sasaran yang diinginkan

f. Mengangkat harkat kemanusiaan

g. Berpijak pada peraturan yang berlaku

13

2. Supervisi

Supervisi yang efektif akan membantu peningkatan kinerja

karyawan melalui penyelenggaraan kerja yang baik, pemberian petunjuk-

petunjuk yang nyata sesuai standar kerja, dan perlengkapan pembekalan

yang memadai serta dukungan lainnya (Glueck, 1982). Tanggungjawab

utama seorang supervisor adalah mencapai hasil sebaik mungkin dengan

mengkoordinasikan sistem kerja pada unit kerjanya secara efektif

(Dharma, 2000).

Supervisor mengkoordinasikan sistem kerjanya itu dalam tiga hal

penting. Melakukan dengan memberi petunjuk/pengarahan, memantau

proses pelaksanaan pekerjaan, dan menilai hasil dari sistem kerja yang

diikuti dengan melakukan umpan balik (feed back). Menurut Stephen C.

Harper (Timpe, 1999) pendekatan pengkajian dan pengembangan kinerja

(performance review and development PR&D) lebih efektif dari sistem

penilaian kinerja karena seorang pimpinan tidak hanya memusatkan

perhatian pada pengembangan kemampuan, potensi karier, dan

keberhasilan profesional setiap karyawan. Pendekatan PR&D mencakup

penciptaan sasaran dan standar kinerja, mengkaji kinerja aktual,

membandingkan kinerja aktual dengan sasaran yang telah ditentukan,

mengaitkan imbalan dengan kinerja, membuat rencana pengembangan,

dan menyepakati sasaran dan standar kinerja masa depan.

3. Kebijakan dan Administrasi

Keterpaduan antara pimpinan dan bawahan sebagai suatu

keutuhan atau totalitas sistem merupakan faktor yang sangat penting

untuk menjamin keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Melalui pendekatan manajemen partisipatif, bawahan

tidak lagi dipandang sebagai objek, melainkan sebagai subjek (Soedjadi,

1997). Dengan komunikasi dua arah akan terjadi komunikasi antar

pribadi sehingga berbagai kebijakan yang diambil dalam organisasi

bukan hanya merupakan keinginan dari pimpinan saja tetapi merupakan

kesepakatan dari semua anggota organisasi.

14

Para pendukung manajemen partisipatif selalu menegaskan bahwa

manajemen partisipatif mempunyai pengaruh positif terhadap karyawan,

melalui partisipasi, para karyawan akan mampu mengumpulkan

informasi, pengetahuan, kekuatan dan kreaktivitas untuk memecahkan

persoalan (Zainun, 1995).

4. Hubungan Kerja

Untuk dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik, haruslah

didukung oleh suasana kerja atau hubungan kerja yang harmonis yaitu

terciptanya hubungan yang akrab, penuh kekeluargaan dan saling

mendukung baik itu hubungan antara sesama karyawan atau antara

karyawan dengan atasan. Manusia sebagai makhluk sosial akan selalu

membutuhkan hubungan dengan orang lain, baik itu ditempat kerja

maupun diluar lingkungan kerja.

5. Kondisi Kerja

Kondisi kerja yang nyaman, aman dan tenang serta didukung oleh

peralatan yang memadai tentu akan membuat karyawan betah untuk

bekerja. Menurut Sumarni dkk (1995), bahwa dengan kondisi kerja yang

nyaman, karyawan akan merasa aman dan produktif dalam bekerja

sehari-hari. Sementara itu menurut Cumming (1980), bahwa lingkungan

fisik dimana individu bekerja mempunyai pengaruh pada jam kerja

maupun sikap mereka terhadap pekerjaan itu sendiri, 30% dari kasus

absensi para pekerja ternyata disebabkan oleh sakit yang muncul dari

kecemasan neurosis yang berkembang sebagai reaksi bentuk kondisi

kerja. Kebutuhan sosial secara teoritis adalah kebutuhan akan cinta,

persahabatan, perasaan memiliki dan diterima oleh kelompok, keluarga

dan organisasi (Mengginson dalam Handoko, 1998).

Menurut Indrawijaya (1988), bahwa kelompok yang mempunyai

tingkat keeratan yang tinggi cenderung menyebabkan para pekerja lebih

puas berada dalam kelompok. Kelompok kerja juga dapat memenuhi

sistem sebagai “sounding board” terhadap permasalahan mereka atau

sebagai sumber kesenangan atau hiburan. (Feldman dan Arnold, 1986)

15

6. Pekerjaan itu sendiri

Pekerjaan itu sendiri menurut Herzberg merupakan faktor

motivasi bagi pegawai untuk berforma tinggi. Pekerjaan atau tugas yang

memberikan perasaan telah mencapai sesuatu, tugas itu cukup menarik,

tugas yang memberikan tantangan bagi pegawai, merupakan faktor

motivasi, karena keberadaannya sangat menentukan bagi motivasi untuk

berforma tinggi (Leidecker & Hall dalam Timpe, 1999).

Suatu pekerjaan akan disenangi oleh seseorang bila pekerjaan itu

sesuai dengan kemampuannya, sehingga dia merasa bangga untuk

melakukannya. Pekerjaan yang tidak disenangi kurang dan menantang,

biasanya tidak mampu menjadi daya dorong, bahkan pekerjaan tersebut

cenderung menjadi rutinitas yang membosankan dan tidak menjadi

kebanggaan. (Saydam, 1996). Melalui teknik pemerkayaan pekerjaan

dapat menjadi sarana motivasi pegawai dengan membuat pekerjaan

mereka lebih menarik, dan membuat tempat kerja lebih menantang dan

memuaskan untuk bekerja. (Grensing dalam Timpe, 1996).

7. Peluang untuk maju

Peluang untuk maju (advance) merupakan pengembangan potensi

diri seseorang karyawan dalam melakukan pekerjaan (Saydam, 1996).

Setiap karyawan tentunya menghendaki adanya kemajuan atau perubahan

dalam pekerjaannya yang tidak hanya dalam hal jenis pekerjaan yang

berbeda atau bervariasi, tetapi juga posisi yang lebih baik.

Setiap karyawan menginginkan adanya promosi ke jenjang yang

lebih tinggi, mendapatkan peluang untuk meningkatkan pengalamannya

dalam bekerja. Peluang bagi pengembangan potensi diri akan menjadi

faktor-faktor lingkungan kerja yang kuat bagi karyawan untuk bekerja

lebih baik. Menurut Pigors dan Myers (1984) promosi merupakan

kemajuan karyawan ke pekerjaan yang lebih dalam bentuk tanggung

jawab yang lebih besar, prestise atau status yang lebih, skill yang lebih

besar, dan khususnya naiknya tingkat upah atau gaji. Ada beberapa

16

alasan menurut Mosir (1987) perlunya promosi diprogramkan dengan

baik oleh organisasi/perusahaan sebagai berikut :

1. Promosi adalah jenjang kenaikan karyawan yang dapat menimbulkan

kepuasan pribadi dan kebanggaan.

2. Promosi menimbulkan pengalaman dan pengetahuan baru bagi

karyawan dan hal tersebut akan merupakan daya dorong bagi

karyawan yang lain.

3. Promosi dapat mengurangi angka permintaan berhenti karyawan

(labor turnover).

4. Promosi dapat membangkitkan semangat kerja karyawan dalam rangka

pencapaian tujuan organisasi yang mereka juga berkepentingan.

5. Adanya peluang promosi membangkitkan kemauan untuk maju pada

karyawan itu sendiri dan juga menimbulkan kesungguhan dalam

mengikuti pendidikan dan latihan yang diselenggarakan oleh

organisasi. Promosi dapat menimbulkan keunggulan berantai dalam

organisasi karena timbulnya lowongan berantai.

8. Pengakuan/penghargaan (Recognition)

Menurut Lindach dalam Winardi (2001), faktor-faktor lingkungan

yang diinginkan oleh karyawan, salah satunya adalah penghargaan atas

pekerjaan. Menurut Simamora (1995), pengakuan merupakan kepuasan

yang diperoleh seseorang dari pekerjaan itu sendiri atau dari lingkungan

psikologis dan atau fisik dimana orang tersebut bekerja, yang masuk

dalam kompensasi non finansial.

Seseorang yang memperoleh pengakuan atau penghargaan akan

dapat meningkatkan semangat kerjanya. Menurut Soeprihanto (1998)

“Kebutuhan akan harga diri/penghormatan lebih bersifat individual atau

mencirikan pribadi, ingin dirinya dihargai atau dihormati sesuai dengan

kapasitasnya (kedudukannya), sebaliknya setiap pribadi tidak ingin

dianggap dirinya lebih rendah dari yang lain”.

Mungkin secara jabatan lebih rendah tetapi secara manusiawi

setiap individu (pria atau wanita) tidak ingin direndahkan. Oleh sebab itu

pimpinan yang bijak akan selalu memberikan pengakuan/penghargaan

17

kepada karyawan yang telah menunjukkan prestasi membanggakan

sebagai faktor lingkungan kerja yang efektif bagi peningkatan prestasi

kerja karyawannya.

9. Keberhasilan (achievement)

Setiap orang tentu menginginkan keberhasilan dalam setiap

kegiatan/tugas yang dilaksanakan. Pencapaian prestasi atau keberhasilan

(achievement) dalam melakukan suatu pekerjaan akan menggerakkan

yang bersangkutan untuk melakukan tugas-tugas berikutnya (Saydam,

1996). Dengan demikian prestasi yang dicapai dalam pekerjaan akan

menimbulkan sikap positif, yang selalu ingin melakukan pekerjaan

dengan penuh tantangan. Seseorang yang memiliki keinginan berprestasi

sebagai suatu kebutuhan dapat mendorongnya untuk mencapai sasaran.

Menurut David McCleland bahwa tingkat “needs of Achievement”

yang telah menjadi naluri kedua merupakan kunci keberhasilan seseorang

(Siswanto, 1989). Kebutuhan berprestasi biasanya dikaitkan dengan sikap

positif, keberanian mengambil resiko yang diperhitungkan untuk

mencapai sasaran yang telah ditentukan.

2.4. Pengertian Kemampuan Kerja

Menurut Gibson, et al (2004) “Kemampuan kerja didefinisikan

sebagai suatu sifat yang dibawa sejak lahir atau dipelajari yang

memungkinkan seseorang menyelesaikan pekerjaannya”. Menurut Robbins

(2001) “Kemampuan (ability) adalah suatu kapasitas individu untuk

mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan

karyawan/pegawai dalam melaksanakan tugasnya merupakan perwujudan

dari pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki. Seperti yang diungkapkan

oleh Blanchard : “Kematangan pekerjaan (kemampuan) dikaitkan dengan

kemampuan untuk melakukan sesuatu. Hal ini berkaitan dengan

pengetahuan dan ketrampilan” (Blanchard, 1986).

Gondokusumo (1983) mengemukakan : “Bahwa kemampuan kerja

terdiri dari kemampuan fisik dan kemampuan mental. Kemampuan fisik

adalah keadaan fisik, keadaan kesehatan, tingkat kekuatan, dan baik

buruknya fungsi biologis dari bagian tubuh tertentu, sedangkan kemampuan

18

mental adalah kemampuan mekanik, kemampuan sosial, dan kemampuan

intelektual serta menyangkut pula bakat, ketrampilan dan pengetahuan.”

Menurut Gondokusumo (1986), pengetahuan adalah pengetahuan

yang diperoleh dari kegiatan pendidikan, sedangkan ketrampilan adalah

kecakapan yang berhubungan dengan tugas yang dimiliki dan digunakan

oleh seseorang pada waktu yang tepat. Berkaitan dengan konsep

kemampuan, keterampilan atau keahlian pegawai, Paul Hersey dan

Blanchard mengemukakan ada tiga jenis kemampuan dasar yang harus

dimiliki, baik sebagai manajer maupun sebagai pelaksana, antara lain :

a) Kemampuan Teknis (Technical Skill)

meliputi kemampuan untuk menggunakan pengetahuan, metode, teknis

dan peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan tertentu

yang diperoleh dari pengalaman, pendidikan dan training.

b) Kemampuan Sosial (Social Skill)

meliputi kemampuan dalam bekerja dengan melalui motivasi orang lain

yang mencakup pemahaman tentang motivasi dan penerapan kepemimpinan

yang efektif.

c) Kemampuan Konseptual (Conceptual Skill)

merupakan kemampuan memahami kompleksitas organisasi secara

menyeluruh. Kemampuan itu memungkinkan seseorang bertindak sesuai dan

selaras dengan tujuan organisasi secara menyeluruh daripada hanya atas

dasar dengan tujuan dan keutuhan kelompok sendiri (1986: 68).

2.4.1 Karakteristik Kemampuan Kerja

Menurut Thoha (1996), “Manusia berbeda perilakunya

karena berbeda kemampuannya, ada yang beranggapan perbedaan

kemampuan disebabkan sejak lahir, adapula yang beranggapan

karena perbedaan menyerap informasi dari suatu gejala dan adapula

yang beranggapan karena kombinasi keduanya”.

Oleh karena itu kecerdasan merupakan salah satu

perwujudan dari kemampuan seseorang. Lepas dari setuju atau tidak

setuju dari perbedaan-perbedaan tersebut, ternyata kemampuan

seseorang dapat membedakan perilakunya dan karena perbedaan

kemampuannya ini maka dapat kiranya dipergunakan untuk

19

memprediksi pelaksanaan dan hasil kerja seseorang yang

bekerjasama di dalam suatu organisasi tertentu. Menurut Timpe

(2003), “Profil seseorang karyawan yang produktif menekankan

pada mutu dan bukan pada kuantitas”. Menambah lebih banyak

karyawan, belum tentu berhasil meningkatkan produktifitas.

Sebelum mempekerjakan orang baru seharusnya dipastikan dahulu

bahwa yang ada sekarang sudah memiliki kinerja menurut

kemampuan mereka dan sesuai dengan harapan. Gambaran

kualifikasi pegawai yang berkemampuan kerja adalah:

1. Cerdas dan dapat belajar dengan cepat

2. Ketrampilan teknis

3. Kreatif dan Inovatif (memperbaiki hasil kerja)

4. Memahami pekerjaan

5. Bekerja dengan efisien

6. Dianggap bernilai oleh pengawasnya

7. Mau menerima kritik yang konstruktif

8. Mudah menerima ide-ide

9. Berupaya memanfaatkan peluang

10. Berupaya meningkatkan kualitas diri

2.5. Pengertian Kinerja

Berikut adalah beberapa pendapat para ahli tentang kinerja:

a. Menurut John Soeprihanto (2003), kinerja atau prestasi kerja adalah hasil

kerja seseorang atau kelompok selama periode tertentu dibandingkan

dengan berbagai kemungkinan, misalnya standar, target/sasaran atau

kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan disepakati bersama.

b. Menurut Dale S. Beach, seperti yang dikutip Ruky (2001), kinerja adalah

sebuah penilaian sistematis atas individu karyawan mengenai prestasi

kerjanya dan potensinya untuk pengembangan.

c. Menurut Suyadi P.S. (2003), kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja

yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu

organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing

20

dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara

legal, tidak melanggar hukum dan sesuai moral dan etika.

2.5.1 Manfaat Penilaian Kinerja

Menurut Achmad S. Ruky (2001), ada sejumlah tujuan yang

biasanya dapat dicapai oleh organisasi/perusahaan dengan

menerapkan sebuah sistem manajemen kinerja, yaitu sebagai berikut:

a. Meningkatkan prestasi kerja karyawan, baik individu maupun

sebagai kelompok, sampai setinggi-tingginya dengan memberikan

kesempatan pada mereka untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi

diri dalam kerangka pencapaian tujuan perusahaan. Karyawan

bersama atasan masing-masing menetapkan sasaran kerja dan

standar prestasi yang harus dicapai dan meneliti serta menilai

hasil-hasil yang sebenarnya dicapai pada akhir kurun waktu yang

ditetapkan.

b. Peningkatan yang terjadi pada prestasi karyawan secara

perorangan pada gilirannya akan mendorong kinerja sumber daya

manusia secara keseluruhan, yang direkfleksikan dalam kenaikan

produktivitas.

c. Merangsang minat dan pengembangan pribadi dengan tujuan

untuk meningkatkan hasil karya dan prestasi pribadi serta potensi

laten karyawan dengan cara memberikan umpan balik pada

mereka tentang prestasi mereka.

d. Membantu organisasi menyusun program pengembangan dan

pelatihan karyawan yang lebih tepat guna. Pada gilirannya usaha

ini akan membantu perusahaan untuk mempunyai pasokan tenaga

yang cakap dan terampil yang cukup untuk pengembangan

perusahaan di masa depan.

e. Menyediakan alat/sarana untuk membandingkan prestasi kerja

karyawan dengan tingkat gajinya atau imbalannya sebagai bagian

dari kebijakan dan sistem imbalan yang baik.

f. Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengeluarkan

perasaannya tentang pekerjaan atau hal yang ada kaitanya.

21

Dengan demikian, jalur komunikasi dan dialog akan terbuka

sehingga diharapkan bahwa proses penilaian prestasi kerja akan

mengeratkan hubungan antara atasan dan bawahan.

2.5.2 Unsur-unsur yang Mempengaruhi Kinerja

Menurut Prawirosentono (1999) kinerja seorang pegawai

akan baik, jika pegawai mempunyai keahlian yang tinggi, kesediaan

untuk bekerja dan memiliki rasa tanggung jawab, adanya

imbalan/upah yang layak dan mempunyai harapan masa depan.

Secara garis besar kinerja diketahui melalui apa yang perlu dan harus

diukur dari perilaku kerja yang mencerminkan unsur-unsur penilaian

pelaksanaan pekerjaan, yaitu aspek kondisi lingkungan kerja fisik

dan sosial, dan aspek kepribadian tenaga kerja/karyawan.

2.6. Tinjauan Studi Terdahulu

Pada Penelitian-penelitian sebelumnya yang terkait dengan variabel

penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Karimin Jaya (2001)

yang berjudul “Pengaruh tingkat Pendidikan, Pelatihan dan Motivasi

terhadap kinerja penyuluh KB di BKKBN Kota Jambi”. Selanjutnya oleh

Hernowo Narmodo (2005) dengan judul “Pengaruh Motivasi dan Disiplin

Terhadap Kinerja Pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten

Wonogiri” dan Adian Sahyu (2009) dengan judul penelitian “Pengaruh

Motivasi, Kemampuan Kerja, Kesiapan Menerima Perubahan dan

Demografi Terhadap Kinerja Auditor (Studi Kasus Pada Auditor Inspektorat

Jenderal Departemen Kesehatan RI, Jakarta).

Dalam penelitian ini terdapat kesamaan dan perbedaan dengan ketiga

Penelitian di atas, yaitu sama-sama menggunakan variabel Motivasi, dan

Kinerja karyawan. Sedangkan perbedaannya, yaitu pada penelitian ini hanya

menggunakan dua variabel sebagai variabel independen sedangkan dua dari

penelitian pendahulu menggunakan tiga variabel sebagai variabel

independen. Dalam penelitian pendahulu tersebut, dari ketiga penelitian

tersebut bertujuan ingin mengetahui pengaruh faktor bebas secara bersama-

sama atau secara parsial terhadap Kinerja Penyuluh KB oleh Karimin Jaya,

Kinerja Pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Wonogiri oleh

22

Hernowo Narmodo dan juga Terhadap Kinerja Auditor Inspektorat

Jenderal Departemen Kesehatan oleh Adian Sahyu (2009).

Dan juga ingin mengetahui faktor mana yang paling dominan

pengaruhnya terhadap Kinerja Penyuluh KB oleh Karimin Jaya. Pegawai

Badan Kepegawaian Daerah oleh Hernowo Narmodo dan Kinerja auditor

oleh Dian Sahyu (2009) Karimin (2001) menyimpulkan bahwa pengujian

hipotesis pertama baik secara keseluruhan maupun secara terpisah terbukti

bahwa variabel bebas mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap

Kinerja Penyuluh KB di Kota Jambi.

Hernowo Narmodo (2005) menyimpulkan Motivasi dan disiplin

mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja pegawai Badan Kepegawaian

Daerah Wonogiri. Disiplin mempunyai pengaruh paling dominan terhadap

kinerja pegawai dibanding dengan motivasi. Sedangkan Adian Sahyu (2009)

menyimpulkan Bahwa dari ketiga variabel, motivasi dan kemampuan kerja

dan kesiapan menerima perubahan yakni secara bersama-sama berpengaruh

signifikan terhadap kinerja Auditor. Dan motivasi kerja yang memiliki

pengaruh paling dominan terhadap perubahan pada kinerja Auditor.

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Era globalisasi yang dimulai dengan perdagangan Bebas Cina-ASEAN

CAFTA (CHINA-ASEAN Free Trade Agreement), pada hakikatnya

merupakan tantangan bagi PT. XYZ mempertahankan eksistensinya dalam

dunia bisnis yang digeluti. Untuk mencapai visi, misi dan tujuan perusahaan

yang telah ditetapkan sejak awal tidaklah mudah karena hal ini sangat

bergantung pada bagaimana kualitas SDM dan kinerja para karyawan.

Karyawan yang berkualitas akan menjadi sumber keunggulan kompetitif bagi

organisasi Cheng (2000). Namun pada kenyataannya saat ini PT. XYZ sedang

menghadapi permasalahan, bahwa kondisi kinerja SDM di PT. XYZ di nilai

mulai menurun dan masih perlu ditingkatkan lagi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan manajer SDM pada PT. XYZ,

rendahnya kinerja pegawai dapat diketahui bahwa karyawan masih ada yang

tidak menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya, masih terdapat karyawan

yang keluar masuk kantor pada jam-jam kerja untuk urusan pribadi, masih

ada karyawan yang belum bisa mengoperasikan peralatan modern yang ada,

masih kurangnya rangsangan dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan

TUPOKSI (Tugas Pokok dan Fungsi), kurang adanya inovasi dan kreativitas

dalam melaksanakan pekerjaan, keinginan dalam meningkatkan kinerja

pribadi masih kurang, belum adanya penghargaan dari manajemen terhadap

karyawan yang berprestasi, belum adanya punisment (sanksi) yang bersifat

tegas terhadap karyawan yang melanggar, dan kurangnya sarana prasarana

yang mendukung kinerja karyawan.

Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan, seseorang harus memiliki

derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan

ketrampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu

tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan

bagaimana mengerjakannya (Hersey dan Blanchard, 1993). Merujuk pada

teori Hersey dan Blanchard, maka dapat teridentifikasi bahwa ada dua faktor

yang mempengaruhi kinerja yaitu motivasi dan kemampuan. Dari faktor

24

motivasi dan kemampuan kerja tersebut masing-masing memiliki indikator-

indikator yang nantinya dapat menjadi acuan/parameter dalam pertanyaan-

pertanyaan yang akan diberikan kepada responden (karyawan PT. XYZ),

yakni dalam rangka pengumpulan data untuk mengetahui respon dan persepsi

para karyawan PT. XYZ terhadap permasalahan yang ada.

Untuk memahami apa saja yang menjadi motivasi karyawan dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan teori motivasi dua arah yang

dikemukakan oleh Herzberg dan juga teori motivasi dari McClelland. Adapun

pertimbangan peneliti adalah : Pertama, teori yang dikembangkan oleh

Herzberg berlaku mikro yaitu untuk karyawan atau pegawai di tempat ia

bekerja saja. Sementara teori motivasi Maslow berlaku makro yaitu untuk

manusia pada umumnya. Kedua, teori Herzberg lebih eksplisit dari teori

hirarki kebutuhan Maslow, khususnya mengenai hubungan antara kebutuhan

dengan performa pekerjaan. Teori yang dikemukakan oleh Frederick

Herzberg tahun 1966 merupakan pengembangan dari teori hirarki kebutuhan

menurut Maslow. Sedangkan yang berkaitan dengan konsep kemampuan,

ketrampilan atau keahlian pegawai, Paul Hersey dan Blanchard (1986)

mengemukakan ada tiga jenis kemampuan dasar yang harus dimiliki, baik

sebagai manajer maupun sebagai pelaksana, antara lain yaitu :

a. Kemampuan Teknis (Technical Skill)

b. Kemampuan Sosial (Social Skill)

c. Kemampuan Konseptual (Conceptual Skill)

Dengan peningkatan kinerja individu para karyawannya maka akan

mencerminkan tingkat kompetisi suatu perusahaan. Pada penelitian ini

menggunakan dua buah metode analisis yaitu metode regresi berganda dan

korelasi kanonik, melalui metode ini akan diperoleh nilai bobot dari masing-

masing variabel, sehingga dari nilai tersebut dapat diidentifikasi seberapa

besar keeratan hubungan dan pengaruh faktor motivasi, faktor kemampuan

kerja terhadap kinerja karyawan PT. XYZ dan juga menentukan faktor apa

yang paling dominan mempengaruhi kinerja karyawan PT. XYZ.

25

Berikut ini merupakan gambaran dari kerangka pemikiran penelitian

mengenai keeratan hubungan dan pengaruh faktor motivasi kerja dan faktor

kemampuan kerja terhadap kinerja karyawan PT. XYZ.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

PT. XYZ

Kinerja Karyawan Meningkat

Kendala : Rendahnya kinerja karyawan PT. XYZ

Peningkatan Kualitas SDM

Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan

Identifikasi Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Kinerja Karyawan

Kinerja Perusahaan Meningkat

Motivasi

Gaji,

Pelaksanaan

supervisi yang baik

Kebijakan

administrasi

Hubungan kerja

Kondisi kerja

Pekerjaan itu sendiri

Peluang u/

berkembang

Adanya pengakuan

dan penghargaan

Keberhasilan

Tanggung jawab

Kemampuan Kerja

Cerdas dan dapat belajar

dengan cepat

Kompetensi secara

profesional/teknis,

Kreatif dan inovatif

memahami pekerjaan

Bekerja secara efisien

Dianggap bernilai oleh

pengawasnya

Mau menerima kritik

yang konstruktif

Mudah menerima ide-ide

Berupaya memanfaatkan

peluang

Berupaya meningkatkan

kualitas diri.

26

Dalam penelitian ini, data ordinal/likert yang digunakan pada tahap

awal akan dikonversi terlebih dahulu ke dalam skala interval untuk

mendapatkan tingkat keakuratan hasil analisis data yang lebih baik serta

menormalkan sebaran data.

Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dan

pengaruh faktor motivasi dan kemampuan kerja baik secara bersamaan

maupun secara parsial, selain itu juga ingin mengetahui seberapa besar

pengaruh dan korelasi dari variabel independen tersebut terhadap kinerja, dan

mengetahui faktor manakah yang paling dominan terhadap kinerja.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang

tepat mengenai bagaimana asumsi para karyawan terhadap motivasi,

kemampuan dan peningkatan kinerja, sebagai masukan untuk perusahaan

(PT. XYZ) dalam mengembangkan atau memperbaiki hal-hal yang perlu

diperbaiki berkaitan dengan peningkatan kinerja karyawan. Sehingga

manajemen dapat membuat program pengembangan SDM secara optimum.

3.2. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir maka dapat disusun rumusan hipotesis

sebagai berikut:

1. Terdapat keeratan hubungan antara motivasi, kemampuan kerja secara

bersama-sama terhadap kinerja karyawan.

2. Terdapat keeratan hubungan antara motivasi, kemampuan kerja secara parsial

terhadap kinerja karyawan.

3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi, kemampuan kerja secara

bersama-sama terhadap kinerja karyawan.

4. Terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi kerja, kemampuan kerja

secara parsial terhadap kinerja.

3.3. Variabel Penelitian

3.3.1 Variabel Motivasi Kerja

a. Definisi : Motivasi merupakan daya dorong bagi seseorang untuk

memberikan kontribusi yang sebagian besar mungkin demi

keberhasilan organisasi mencapai tujuannya (Siagian, 2002).

27

b. Pengukuran Variabel : berpedoman pada definisi konseptual

maupun operasional, maka indikator variabel motivasi adalah

sebagai berikut :

Tabel 4. Analisis data ordinal pada variabel motivasi kerja

Variabel Indikator Skala

Motivasi Kerja

1. Gaji

2. Supervisi

3. Kebijakan Administrasi

4. Hubungan Kerja

5. Kondisi Kerja

6. Pekerjaan itu sendiri

7. Peluang untuk berkembang

8. Adanya pengakuan/penghargaan

9. Keberhasilan

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Sumber : data diolah (Juni 2010)

3.3.2 Variabel Kemampuan Kerja

a. Definisi : Kemampuan Kerja merupakan suatu kapasitas individu

untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Paul

Hersey dan Blanchard mengemukakan ada tiga jenis kemampuan

dasar yang harus dimiliki, baik sebagai manajer maupun sebagai

pelaksana, antara lain yaitu Kemampuan Teknis (Technical Skill),

Kemampuan Sosial (Social Skill) dan Kemampuan Konseptual

(Conceptual Skill).

b. Operasionalisasi : secara operasional variabel kemampuan kerja

karyawan PT. XYZ diukur menggunakan instrumen dengan

indikator meliputi cerdas dan dapat belajar dengan cepat,

kompetensi secara profesional/teknis, kreatif dan inovatif,

memahami pekerjaan, bekerja secara efisien, dianggap bernilai oleh

pengawasnya, mudah menerima ide-ide, berupaya memanfaatkan

peluang, berupaya meningkatkan kualitas diri.

c. Pengukuran Variabel : berpedoman pada definisi konseptual

maupun operasional, maka indikator variabel motivasi adalah

sebagai berikut :

28

Tabel 5. Pengukuran Variabel Kemampuan Kerja

Variabel Indikator Skala

Kemampuan

Kerja

1. Cerdas dan dapat belajar dengan cepat

2. Kompetensi secara profesional

3. Kreatif dan Inovatif

4. Memahami pekerjaan

5. Bekerja dengan efisien

6. Dianggap bernilai oleh pengawasnya

7. Mudah menerima ide-ide

8. Berupaya memanfaatkan peluang

9. Berupaya meningkatkan kualitas diri

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Sumber : data diolah (Juni 2010)

3.3.3 Variabel Kinerja Karyawan

a. Definisi : Kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja

seseorang/individu yang dinilai atau dibandingkan dengan berbagai

kemungkinan, misalnya standar, target/sasaran atau kriteria yang

telah ditentukan (Soeprihantono, 1988)

Tabel 6. Pengukuran Variabel Kinerja Karyawan

Variabel Indikator Skala

Kinerja

Karyawan

1. Keahlian yang tinggi

2. Kesediaan untuk bekerja

3. Rasa tanggung jawab

4. Adanya imbalan/Upah yang layak

5. Harapan masa depan

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Sumber : data diolah (Juni 2010)

b. Operasionalisasi : secara operasional variabel kinerja karyawan PT.

XYZ diukur menggunakan instrumen dengan indikator yaitu

keahlian yang tinggi, kesediaan untuk bekerja dan memiliki rasa

tanggung jawab, adanya imbalan/upah yang layak dan mempunyai

harapan masa depan.

Berdasarkan uraian kisi-kisi indikator dari ketiga variabel, dapat

diketahui adanya 18 indikator yang dituangkan dalam kuesioner berupa

29

pertanyaan sebanyak 25 butir yang termasuk didalamnya 2 butir pertanyaan

yang sama dengan kalimat berbeda untuk menguji konsistensi jawaban

responden. Pertanyaan ke 8 adalah pertanyaan yang sama yang terdapat pada

variabel motivasi dan kemampuan. Kuesioner tersebut akan diisi oleh 40

orang responden. Kemudian terhadap jawaban responden akan diuji validitas

dan reliabilitasnya.

3.4. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. XYZ yang berkantor pusat di Komplek

Gudang Peluru D-112, Kebon Baru, Tebet. Alasan pemilihan lokasi di PT.

XYZ ini karena ketertarikan peneliti yang ingin mengangkat permasalahan

mengenai sumber daya manusia yang terjadi di dalam internal perusahaan

tersebut. Selain itu peneliti juga bekerja sebagai staf HRD pada PT. XYZ,

maka dengan mempertimbangkan dari segi efisiensi dan efektifitas waktu

maka dipilihlah oleh peneliti untuk melakukan penelitian di PT. XYZ. Waktu

penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2010.

3.5. Metode Penelitian

3.5.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

kualitatif yang merupakan jawaban responden terhadap kuesioner.

Sedangkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua

yaitu:

1. Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh

secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara).

Dalam penelitian ini data primer diperoleh melalui penyebaran

kuesioner kepada karyawan kantor PT. XYZ di Jakarta.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian berisi sejumlah

pertanyaan yang menyatakan objek yang hendak diungkap. Dari

data yang dimaksud, untuk kepentingan analisis diubah menjadi

data kuantitatif dengan menggunakan Likert yang diberi

bobot/skor 1 sampai dengan 5.

30

Pemberian skor atas kuesioner skala model Likert yang

digunakan dalam penelitian ini merujuk pada lima alternatif

jawaban yakni:

Sangat setuju(5), Setuju(4), Ragu-ragu(3), Tidak setuju(2) dan

Sangat tidak setuju(1).

2. Data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh secara tidak

langsung melalui media perantara atau diperoleh dan dicatat oleh

pihak lain. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari buku-

buku, jurnal-jurnal, penelitian terdahulu, serta literatur lain seperti

pencarian data dan informasi melalui internet.

3.5.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi

penelitian ini adalah seluruh karyawan staf yang bekerja pada kantor

PT. XYZ yang berjumlah 40 orang, yang seluruhnya akan digunakan

dalam analisis korelasi kanonikal dan analisis regresi.

Sampel adalah sebagian dari wakil populasi yang diteliti

(Arikunto, 2002). Lebih lanjut Arikunto (2002) menegaskan bahwa

apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua dan bila

subjeknya lebih besar dari 40 dapat diambil diantara 10-15% atau

lebih besar dari 100 dapat diambil dari jumlah populasinya.

Dari keseluruhan populasi sebanyak 40 karyawan, maka

peneliti mengambil sampel sebanyak 40 responden berdasarkan pada

jumlah keseluruhan. Karena dari seluruh populasi karyawan diambil

sebagai objek penelitian maka penelitian ini merupakan penelitian

populasi (Singarimbun, 1995). Metode pengambilan sampel yang

digunakan adalah metode sensus atau total sampling atau complete

anumeration yaitu cara pengumpulan data yang mengambil setiap

elemen populasi atau karakteristik yang ada dalam populasi (Hasan,

2003). Alasan penggunaan metode sensus adalah :

1. Karena jumlah populasi yang digunakan relatif kecil.

2. Mudah dalam memperoleh objek

31

3. Tempat pengambilan objek sebagian besar terdapat pada satu

tempat, sehingga memudahkan dalam pengambilan sampel.

3.5.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

teknik wawancara secara langsung kepada manajer SDM dan stafnya,

serta menyebarkan kuesioner kepada 40 orang staf/karyawan, untuk

kuesioner yang berisi pernyataan dapat dilihat pada lampiran 2. Data

yang terkumpul kemudian dikoreksi terlebih dahulu untuk

memastikan bahwa semua data yang diperlukan sudah lengkap,

kemudian data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif.

Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa metode

diantaranya:

1. Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data.

Pelaksanaannya dapat dilakukan secara langsung bertatap muka

dengan orang yang diwawancarai dan dikatakan tidak langsung

apabila daftar pertanyaan yang diberikan dapat dijawab pada

kesempatan lain, dalam penelitian ini wawancara dilakukan secara

lansung pada manajer SDM beserta stafnya.

2. Kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data dengan

menyebarkan daftar pertanyaan pada responden yaitu kepada 40

orang staf PT. XYZ, dengan harapan mereka akan memberikan

respon terhadap daftar pertanyaan yang diberikan. Menurut

Simamora (2004), skala pengukuran yang digunakan untuk menilai

setiap jawaban responden adalah skala likert, dimana skala ini

memberikan peluang kepada responden untuk mengekspresikan

perasaan mereka dalam bentuk persetujuan terhadap suatu

pernyataan. Jawaban-jawaban yang telah diberikan bobot,

kemudian dijumlahkan untuk setiap responden, guna dijadikan skor

penilaian terhadap variabel-variabel yang diteliti.

3. Studi kepustakaan: dapat diperoleh dan dikumpulkan dengan cara

membaca, mempelajari, mengutip pendapat dari berbagai sumber

buku, skripsi, internet, laporan atau dokumen perusahaan dan

32

sumber lain yang dapat dijadikan sebagai landasan teori dan

penunjang dalam pembahasan penulisan penelitian. Dan berikut

dijelaskan jenis dan tingkat skor yang digunakan pada penelitian :

Tabel 7. Skor pernyataan dalam instrumen penelitian

Variabel Jenis Jawaban Skor

Motivasi - Sangat Setuju

- Setuju

- Ragu-ragu

- Tidak Setuju

- Sangat Tidak Setuju

5

4

3

2

1

Kemampuan Kerja - Sangat Setuju

- Setuju

- Ragu-ragu

- Tidak Setuju

- Sangat Tidak Setuju

5

4

3

2

1

Kinerja - Sangat Setuju

- Setuju

- Ragu-ragu

- Tidak Setuju

- Sangat Tidak Setuju

5

4

3

2

1

Sumber : data diolah (Juni 2010)

3.5.4 Instrumen Data Kuesioner

Administrasi pengumpulan data dilakukan langsung oleh

peneliti. Akses terhadap responden sangat dimungkinkan karena

peneliti juga sebagai salah satu karyawan PT. XYZ. Teknik

pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dalam penelitian

ini terdiri dari 4 bagian yaitu:

1. Data diri responden pada bagian ini berisi beberapa pertanyaan-

pertanyaan tentang identitas responden. Jenis pertanyaan yang

meliputi: Nama responden, umur, jenis kelamin, lama bekerja dan

tingkat pendidikan.

2. Pada bagian kedua ini pertanyaan berkaitan mengenai motivasi

kerja, responden dapat menjawab pertanyaan dengan memberi

tanda tick mark (√) pada pilihan jawaban yang telah tersedia.

33

3. Bagian ketiga mengenai kemampuan kerja karyawan.

4. Dan bagian terakhir ini pertanyaan berisi mengenai kinerja.

3.5.5 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data

Tahapan kerja pengolahan data dari kuesioner untuk

menganalisis pengaruh motivasi dan kemampuan kerja terhadap

kinerja adalah:

1. Memberi skor pada masing-masing jawaban responden berdasarkan

bobot tertentu pada setiap jawaban dengan menggunakan skala

likert.

2. Memindahkan data dari lembar kuesioner ke lembar tabulasi dan

menghitung nilai total dari masing-masing variabel dengan

menggunakan program Minitab 14 for windows.

3. Jawaban yang telah diberi bobot, kemudian dijumlahkan untuk

setiap responden untuk dijadikan skor penilaian terhadap variabel-

variabel yang diteliti. Adapun skor diperoleh dari hasil perkalian

antara bobot dengan persentase jawaban responden.

Alat analisis yang digunakan untuk mengolah data yang

dihasilkan, yaitu melakukan pengujian terhadap data tersebut dengan

uji Validitas, Reliabilitas, uji Regresi Linear Berganda, dan uji

Korelasi Kanonikal yang terdiri dari beberapa tahap yaitu, uji Asumsi

Klasik, uji Koefisien Determinasi dan yang terakhir adalah Uji

Hipotesis dengan t-test dan F-test.

3.5.6 Konversi Data

Untuk mendapatkan tingkat keakuratan hasil analisis data yang

lebih baik, data likert/ordinal kemudian diubah ke dalam skala

interval. Konversi data pada penelitian ini memiliki tujuan untuk

mengintervalkan data hasil pengukuran likert agar dapat dilakukan

perhitungan aritmatika terhadap data tersebut. Hasil dari konversi data

adalah berupa angka-angka yang berdistribusi normal sehingga dapat

dilakukan pengolahan dengan metode statistika parametrik pada data

tersebut. Proses konversi data dilakukan dengan menggunakan

bantuan software Minitab 14 for Windows. Pada penggunaan Minitab

34

15 for Windows dalam konversi data memerlukan penulisan sintaks

dan penggunaan program macro-Minitab. Hal ini dikarenakan belum

tersedianya fungsi atau model konversi data untuk melakukan

transformasi data dalam perangkat lunak statistik saat ini (SPSS, SAS,

Minitab, dan lainnya). Hasil dari konversi data dapat dilihat pada

lampiran 8.

3.5.7 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji statistik yang pertama adalah untuk menguji tingkat

validitas dan reliabilitas instrumen penelitian yang berupa kuesioner.

Menurut Simamora (2004) validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat kevaliditasan dan kesahihan suatu instrumen.

Suatu instrumen dianggap valid apabila mampu mengukur apa yang

diinginkan, dengan kata lain, mampu memperoleh data yang tepat dari

variabel yang diteliti.

Uji validitas yang dipakai dalam penelitian ini adalah seberapa

baik skor pada item yang diukur. Hal ini didasari atas item yang

mengukur suatu variabel yang akan mengkorelasikan dengan hasilnya.

Semakin tinggi korelasi semakin valid instrumen pengukuran tersebut,

demikian juga sebaliknya. Untuk menguji korelasi ini Pearson

Product Moment Correlation Coefisient diterapkan dan digunakan

untuk mengukur hubungan antara item-item dan variabel yang akan

diukur. Adapun rumus yang digunakan adalah (Singarimbun dan

Effendi, 1995)

})())}{((){(

)()(2222 YYnXXN

YXXYNrhitung ....…............….(1)

Dimana :

rxy = koefisien korelasi product moment

x = skor jawaban y = skor total

xy = total perhitungan N = jumlah responden

Penelitian ini menggunakan angka kritis sebesar 5% dan

derajat kebebasan (df) yaitu N-2. Jika nilai P-Value tidak lebih besar

dari nilai taraf signifikan α = 0.05, maka item tersebut dikatakan layak

35

untuk penelitian. Untuk hasil pertanyaan yang dinyatakan valid dan

reliabel maka item pertanyaan dapat dipergunakan sebagai instrumen

penelitian. Terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dinyatakan tidak

valid dan tidak reliabel selanjutnya dikeluarkan dari daftar kuesioner

dan tidak digunakan lagi.

Uji reliabilitas bertujuan untuk menunjukkan konsistensi suatu

alat pengukur didalam mengukur gejala yang sama, sehingga memiliki

kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang konsisten

(Umar, 2003). Menurut Ghozali (2001) suatu kuesioner dikatakan

handal jika memberikan nilai Alpha Conbrach (α) > 0,6. Adapun

rumus yang digunakan Dalam penelitian ini, uji realibilitas

menggunakan pendekatan Alpha dengan rumus sebagai berikut:

2

2

1ik

kr ………………………………………..(2)

Jika :

N

N

XX i

i

i

22

2

)(

……….……………………………(3)

Dimana:

r = koefisien reliabilitas yang dicari

k = jumlah butir pertanyaan (soal)

2

i varian butir-butir pertanyaan

2 varian skor test

iX jumlah skor jawaban subjek untuk butir pertanyaan ke-n

N = jumlah populasi

Dalam penelitian ini untuk menguji validitas instrumen

penelitian (kuesioner), digunakan metode statistika Koefisien Korelasi

Product Moment dari Pearson. Dalam hal ini peneliti menggunakan

alat bantu program Minitab 14 for windows. Uji reliabilitas dapat

dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh butir pertanyaan

untuk lebih dari satu variabel, namun sebaiknya uji reliabilitas

36

dilakukan pada masing-masing variabel pada lembar kerja yang

berbeda sehingga dapat diketahui konstruk variabel mana yang tidak

reliabel. Nilai Cronbach Alpha dapat dihitung dengan bantuan

software SPSS Ver.15.0 setelah itu reliabilitas suatu konstruk variabel

dikatakan baik jika memiliki Cronbach Alpha > dari 0,60 (nugroho,

2005).

3.5.8 Analisis Karakteristik Responden

Analisis ini dilaksanakan untuk menjelaskan karakteristik

responden, yaitu dengan menggunakan metode statistik deskriptif,

metode ini digunakan untuk menggambarkan tentang diskripsi

responden yang terdiri atas jenis kelamin, Usia, Status, Lama bekerja,

Pendidikan terakhir dan Jabatan.

3.6. Analisis Statistik

3.6.1 Metode Analisis Regresi Berganda

Merujuk pada tujuan dan hipotesis penelitian, maka model

analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dan

analisis korelasi kanonik. Model analisis ini digunakan untuk

mengetahui besarnya pengaruh antara variabel bebas dengan variabel

terikat, yaitu antara motivasi kerja(X1), dan kemampuan kerja (X2)

terhadap kinerja karyawan (Y), variabel atau faktor apa saja yang

paling banyak memberikan kontribusi (dominan) terhadap kinerja,

selain itu juga untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara

variabel bebas dengan variabel terikat, baik secara bersama-sama

(simultan) maupun secara parsial.

Regresi berasal dari kata ”regress” artinya bergerak menuju

sifat-sifat populasinya atau induknya (Setiaji, 2004: 6). Model regresi

yang digunakan disini adalah sebagai berikut (Gujarati, 1988: 11).

Apabila regresi linier sederhana didasarkan pada hubungan fungsional

atau kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen,

maka regresi berganda didasarkan pada hubungan funsional atau

kausal dua independen atau lebih dengan satu variabel dependen.

Persamaan umum regresi linear berganda adalah :

37

…. …… (4)

Keterangan:

= Peubah respon (variabel dependen)

= Konstanta/Intercept

= Koefisien regresi

= Peubah bebas (variabel independen)

= Error/galat/komponen stokastik

Bentuk analisis yang memakai dua variabel bebas atau lebih guna

meramalkan variabel terikat Y, dikenal sebagai regresi berganda.

Untuk menentukan nilai-nilai tersebut, peneliti menggunakan alat

bantu software Minitab 14 for windows.

Pengujian terhadap hipotesis penelitian dilakukan dengan cara

sebagai berikut :

1) Uji F-test

Uji hipotesis dengan F test digunakan untuk menguji pengaruh

dua variabel bebas atau lebih secara bersama-sama dengan variabel

terikat.

Jika nilai F hitung > F tabel maka H0 ditolak (ada pengaruh secara

bersama-sama antara variabel bebas dan avariabel terikat).

Jika nilai F hitung < F tabel maka H0 ditolak (tidak ada pengaruh

secara bersama-sama antara variabel bebas dan avariabel terikat).

2) Uji t-test

Uji hipotesis dengan t-test digunakan untuk mengetahui

apakah variabel bebas secara sendiri-sendiri berpengaruh secara

signifikan atau tidak terhadap variabel terikat. Setelah didapatkan nilai

t-hitung, maka untuk menginterpretasikan hasilnya berlaku ketetapan

sebagai berikut:

Jika t hitung > t tabel maka H0 di tolak (ada pengaruh yang

signifikan)

38

Jika t hitung < t tabel maka H0 di terima (tidak ada pengaruh yang

signifikan)

Untuk mengetahui t tabel digunakan ketentuan n-2 pada level

of signifikan (a) sebesar 5% (tingkat kesalahan 5% atau 0,05) atau

taraf keyakinan 95% atau 0,95. Jadi apabila tingkat kesalahan suatu

variabel lebih dari 5%, variabel tersebut tidak signifikan.

3.6.2 Metode Analisis Korelasi Kanonik

Pengertian dari analisis korelasi kanonikal ialah suatu teknik

statistik yang digunakan untuk menentukan tingkatan asosiasi linear

antara dua perangkat variabel, dimana masing-masing perangkat

terdiri dari beberapa variabel. Sebenarnya analisis korelasi kanonikal

merupakan perpanjangan dari analisis regresi linear berganda yang

berfokus pada hubungan antara dua perangkat variabel yang berskala

interval, fungsi utama teknik ini ialah untuk melihat hubungan

linieritas antara variabel-variabel terikat dengan beberapa variabel

bebas yang berfungsi sebagai prediktor.

Analisis korelasi kanonik berfokus pada korelasi antara

kombinasi linear dari kelompok variabel dependen dengan kombinasi

linear dari kelompok variabel independen. Ide utama dari analisis ini

adalah mencari pasangan dari kombinasi linear ini yang memiliki

korelasi terbesar. Pasangan dari kombinasi linear ini disebut fungsi

kanonik dan korelasinya disebut korelasi kanonik. Jenis data dalam

variat kanonikal yang digunakan dalam analisis korelasi kanonikal

dapat bersifat metrik maupun nonmetrik. Bentuk umum fungsi

kanonikal adalah sebagai berikut:

= …….(5)

Keterangan:

Y = Variabel dependen (Kinerja karyawan)

X = Variabel independen (Restrukturisasi organisasi)

Secara umum, jika terdapat sejumlah p variabel bebas

dan q variabel tidak bebas maka banyak

pasangan variat adalah minimum p dan q. Jadi hubungan linier yang

39

mungkin terbentuk adalah:

dan

……..…(6)

Dimana r adalah nilai minimum p dan q. Hubungan ini dipilih

sedemikian sehingga korelasi antara U1 dan V1 menjadi korelasi

maksimum; korelasi U2 V2 juga maksimum diantara variabel-variabel

yang tidak berhubungan dengan U1 dan V1; korelasi U1, V1, U1, dan

V2, dan seterusnya. Setiap pasang variabel kanonikal (U1, V1), (U2,

V2), …, (Ur, Vr) merepresentasikan dimensi bebas dalam hubungan

antara dua himpunan variabel (X1, X2, …, Xp) dan (Y1, Y2, …, Yq).

Pasangan pertama (U1, V1) mempunyai korelasi tertinggi

karena merupakan korelasi penting; pasangan kedua (U2, V2)

mempunyai korelasi tertinggi kedua karenanya menjadi korelasi

terpenting kedua dan seterusnya.

Analisis korelasi kanonikal dimulai dengan matriks korelasi

antara variabel X1, X2, …,Xp dan variabel Y1, Y2, …,Yq. Dimensi

matriks korelasi tersebut adalah (p + q) × (p + q). matriks korelasi

dapat dipecah menjadi empat partisi yaitu matriks A, C, C’ dan B,

seperti disajikan dalam gambar 2.

40

Gambar 2. Matriks korelasi

Dari matriks korelasi dapat dihitung suatu matriks berdimensi

q×q hasil perkalian matriks B-1

C’A-1

C, selanjutnya nilai eigen (Eigen

value) didapat dari persamaan:

(B-1

C’A-1

C- λi ) b = 0 …….…………………(7)

Nilai eigen λ1 > λ2 > … > λr merupakan kuadrat korelasi antara

variat kanonikal. Vektor eigen pada analisis ini adalah (beturut-turut)

b1, b2, …, br menjadi koefisien variabel Y untuk variat kanonikal.

Koefisien Ui, untuk variat kanonikal ke-i untuk variabel X didapat dari

elemen vektor:

ai = A-1

Cbi ………………………….(8)

Dari persamaan (1) dan (2) pasangan variat kanonikal ke-1 dihitung

dengan perkalian berikut:

Ui = a’iX = (ai1, ai2 … aip)

dan

41

Vi = b’iY = (bi1, bi2 … biq)...........(9)

Interpretasi variat kanonikal dapat dilakukan dengan melihat

koefisien kanonik dengan tiga pilihan metode yang biasa dilaporkan,

yaitu bobot kanonik (canonical weights), muatan kanonik (canonical

loadings) dan muatan-silang kanonik (canonical cross-loadings).

Bobot (weight) kanonik merupakan koefisien kanonik yang telah

dibakukan, dapat diinterpretasikan sebagai besarnya kontribusi

variabel asal terhadap variat kanonik. Semakin besar nilai koefisien

ini menyatakan semakin besar kontribusi variabel yang

bersangkutan terhadap variate kanonik.

Muatan (loadings) kanonik menyatakan korelasi variabel terhadap

variat di mana variabel bergabung dalam setiap fungsi kanonikal.

Muatan kanonik dapat dihitung dari korelasi antara variabel asal

dengan masing-masing variabel kanoniknya. Semakin besar nilai

loading mencerminkan semakin dekat hubungan fungsi kanonik

yang bersangkutan dengan variabel asal.

Muatan-silang (Cross loadings) kanonik menyatakan korelasi

variabel dalam suatu variat terhadap variat kanonikal lainnya.

Muatan-silang kanonik dapat dihitung dari korelasi antara variabel.

IV. PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Karakteristik Responden

Berikut adalah gambaran umum tentang responden. Responden

dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. XYZ yang masih aktif

bekerja. Total keseluruhan untuk populasi yaitu karyawan yang berjumlah 40

orang. Seluruh responden dipilih karena penelitian ini menggunakan metode

sensus, yaitu cara pengumpulan data yang mengambil setiap elemen populasi

atau karakteristik yang ada dalam populasi. Pada penelitian ini karakteristik

responden dianalisa secara deskriptif dan faktor yang dianalisa meliputi jenis

kelamin, usia responden, status pernikahan, latar belakang pendidikan dan

masa kerja. Tabel karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 8. Karakteristik Respoden

Sumber : Data diolah (oktober 2010)

4.1.1 Jenis Kelamin

Jenis kelamin responden menjelaskan bahwa responden

didominasi oleh responden laki-laki yaitu sebanyak 31 orang atau

77,5%, sedangkan jenis kelamin wanita sebanyak 9 orang atau 22,5%.

Karakteristik Jumlah

(Orang) %

Jenis Kelamin Laki-laki 31 77.5

Perempuan 9 22.5

Usia Responden

21-30 tahun 25 62.5

31-40 tahun 14 35

> 40 tahun 1 2.5

Status Pernikahan Belum Menikah 22 55

Sudah Menikah 18 45

Tingkat Pendidikan

SLTA/Setingkat 7 17.5

D III/D II/ Setingkat 18 37.5

D IV/ Sarjana 15 17.5

Pasca Sarjana 0 0

Masa Kerja

1-2 tahun 16 40

3-5 tahun 19 47.5

6-15 tahun 5 12.5

> 15 tahun 0 0

43

Hal ini menunjukkan bahwa jumlah karyawan yang berjenis kelamin

laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan karyawan wanita pada

PT. XYZ ini. Karakteristik responden menurut aspek jenis kelamin

terhadap kinerja (prestasi kerja) dari hasil pengamatan, wawancara,

dan observasi selama peneliti melakukakan penelitian pada PT. XYZ,

dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan kinerja karyawan menurut

jenis kelamin responden, yaitu responden yang memiliki prestasi kerja

tinggi lebih banyak berasal dari responden wanita.

Karyawan wanita terlihat lebih rajin dan lebih disiplin dalam

menyelesaikan segala pekerjaan, dan selain itu mereka juga memiliki

kemampuan teknis yang baik dalam bekerja, para karyawan wanita

juga terlihat lebih memahami masalah-masalah pekerjaan secara teliti,

meskipun tidak semua karyawan wanita berprestasi tinggi, namun dari

hasil wawancara dengan para responden, bahwa memang karyawan

wanita yang berjumlah lebih sedikit ini, bekerja dengan selalu

memperhatikan bagian-bagian rinci pekerjaan, dan keterampilan

dalam bekerja, kerapihan, juga kecepatan dalam menyelesaikan

pekerjaan. Sebaliknya, responden yang prestasi kerjanya rendah

berasal dari responden pria. Dari hasil pengamatan dan wawancara

kepada para responden pria dapat disimpulkan bahwa keuletan,

ketepatan waktu dan kerapihan masih dinilai kurang dan belum

optimal. Hal ini mungkin saja terjadi jika dipengaruhi oleh beberapa

faktor atau alasan tertentu yang membuat prestasi kinerja para

karyawan pria merosot.

4.1.2 Keterkaitan Hubungan dan Pengaruh Antara Jenis Kelamin

Responden Dengan Kinerja.

Karyawan wanita dan pria sebenarnya tidak memiliki

perbedaan yang konsisten dalam hal keterkaitan hubungan antara jenis

kelamin dengan kinerja, dan aspek jenis kelamin ini kemungkinan

dapat mempengaruhi peningkatan atau penurunan kinerja. Setiap

individu memiliki kesempatan yang sama untuk hal kemampuan

memecahkan masalah, keterampilan analisis, dorongan kompetitif,

44

motivasi, sosiabilitas, atau kemampuan belajar, tetapi karena setiap

manusia diciptakan dengan segala kekurangan dan kelebihannya maka

hal tersebut dapat menjadi alasan utama untuk membuat kesimpulan

bahwa jenis kelamin pria maupun wanita bisa menciptakan

peningkatan ataupun menciptakan penurunan kinerja.

Karyawan wanita biasanya lebih bersedia untuk mematuhi

wewenang, sedangkan karyawan pria biasanya lebih agresif dan lebih

besar kemungkinannya daripada wanita dalam memiliki pengharapan

untuk sukses, tetapi perbedaan ini sangat kecil. Dengan seiring

berjalannya waktu maka akan terciptanya peningkatan kadar

partisipasi wanita dalam bekerja. Oleh sebab itu diasumsikan tidak ada

perbedaan yang berarti dalam hal pencapaian kinerja antara pria dan

wanita. Permasalahan yang akan membedakan antar jenis kelamin

adalah, apabila karyawan wanita sudah berumah tangga dan sudah

memiliki anak. Para wanita yang sekaligus memiliki tanggung jawab

rumah tangga ini, biasanya memiliki tingkat kemangkiran yang tinggi.

Oleh karena itu dari hasil analisis karakteristik responden ini dapat

disimpulkan bahwa jenis kelamin dan kinerja tidak ada hubungannya.

4.1.3 Usia Responden

Responden dalam penelitian ini sangat beragam apabila dilihat

dari karakteristik berdasarkan usia yang dikelompokkan kedalam tiga

jenis jawaban yaitu: (a) 21-30 tahun, (b) 31-40 tahun dan (c) diatas 40

tahun, dari hasil data usia responden, yang paling banyak dalam

penelitian ini yaitu responden pada tingkat usia 21-30 tahun, sebanyak

25 orang atau 62,5%, sedangkan untuk tingkat usia 31-40 tahun

sebanyak 14 orang atau 35% dan yang paling sedikit adalah usia

responden diatas 40 tahun yaitu hanya 1 orang responden atau 2,5%.

Karakteristik responden dilihat dari aspek usia, asumsi yang

ada adalah memiliki hubungan erat dan pengaruh dengan prestasi

kerja (kinerja) karyawan, sehingga variabel ini juga sering mendapat

perhatian untuk dikaji lebih jauh. Analisis ini penting dilakukan agar

dapat diketahui kelompok umur responden manakah yang memiliki

45

prestasi kerja rendah atau tinggi. Dengan demikian, kelompok umur

itulah yang perlu diberikan perhatian agar tercapainya tujuan

perusahaan.

Berdasarkan hasil pengamatan dan melihat fakta yang ada,

responden yang berprestasi kerja paling tinggi berasal dari responden

yang berusia 31-40 tahun. Sebaliknya, responden yang memiliki

prestasi kerja rendah lebih banyak berasal dari responden usia 21-30

tahun. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semakin tua usia

responden maka prestasi kerjanya semakin tinggi dan hal ini

merefleksikan bahwa aspek usia memiliki hubungan dan pengaruh

terhadap penurunan ataupun peningkatan kinerja.

4.1.4 Keterkaitan Hubungan dan Pengaruh Antara Usia Responden

Dengan Kinerja.

Hubungan dan pengaruh antara usia dan kinerja merupakan isu

yang makin penting untuk dibahas. Keyakinan yang meluas dan

beredar dimasyarakat saat ini adalah bahwa kinerja merosot dengan

seiring meningkatnya usia, namun pada realitanya menunjukkan

terdapat kualitas positif yang dibawa orang tua kedalam pekerjaan

mereka khususnya, pengalaman, pertimbangan, etika kerja yang kuat,

dan komitmen terhadap mutu, meskipun terdapat juga sisi negatifnya

yakni para pekerja usia tua dianggap kurang luwes dan terkadang

menolak teknologi baru.

Terdapat pula asumsi lain mengenai hubungan dan pengaruh

antara usia dengan kinerja yakni bahwa usia juga berhubungan

terbalik dengan kemangkiran. Bagaimanapun juga, jika pekerja yang

lebih tua kecil kemungkinan untuk berhenti bekerja, biasanya mereka

menunjukkan kemantapan yang lebih tinggi dengan masuk kerja

secara lebih teratur.

Pada penelitian yang dilakukan dengan cermat maka

menemukan bahwa hubungan usia dengan absensi sebagian

merupakan fungsi apakah kemangkiran itu dapat dihindari atau tidak.

Hal ini juga terbukti pada penelitian yang dilakukan pada PT. XYZ

46

yaitu, hasil penelitian menyatakan pada tingkat usia responden yang

lebih tua memiliki tingkat kedisiplinan absensi yang lebih baik dari

pada tingkat usia responden yang berusia muda, kebanyakan mereka

yang mangkir adalah para karyawan usia muda.

Karyawan berusia tua lebih mempunyai tingkat kemangkiran

yang lebih rendah dibanding karyawan yang berusia lebih muda.

Tetapi pada kasus tertentu seperti karyawan dengan usia tua sangat

rentan dengan kesehatan yang lebih buruk dibanding karyawan muda

sehubungan dengan faktor penuaan, dan membutuhkan waktu yang

lebih lama dalam pemulihannya bila terjadi cidera.

Dalam hal kinerja bekerja, keyakinan yang meluas bahwa

kinerja menurun dengan semakin bertambah tua seseorang. Asumsi ini

di percaya dengan alasan bahwa keterampilan seorang individu,

terutama kecepatan, kecekatan, kekuatan dan koordinasi

mengikis/menurun dengan berjalannya waktu, dan bahwa kebosanan

pekerjaan yang berlarut-larut dan kurangnya rangsangan intelektual

semuanya diduga menjadi pengaruh menurunnya prestasi kerja usia

tua. Tetapi bukti yang terjadi pada penelitian ini berlawanan dengan

kayakinan asumsi diatas. Pada PT. XYZ karyawan yang berusia diatas

30/31-40 tahun setelah dilakukan pengamatan, menyatakan bahwa

usia dan kinerja tidak ada hubungannya. Kesimpulannya bahwa

tuntutan dari kebanyakan pekerjaan, bahkan untuk pekerjaan dengan

persyaratan yang berat, tidak membuat kemerosotan keterampilan

fisik atau apa pun yang disebabkan oleh usia, jika ada suatu

kemerosotan karena usia, biasanya sering diimbangi oleh pengalaman

yang dimiliki oleh pekerja usia tua. Maka dari uraian diatas peneliti

membuat kesimpulan bahwa terbukti dari hasil uji karakteristik

responden, pada aspek usia menyatakan bahwa usia tidak memiliki

hubungan dan pengaruh terhadap kinerja.

4.1.5 Status Pernikahan.

Dari data status pernikahan menunjukkan bahwa responden

pada penelitian ini yang berstatus belum menikah lebih banyak dari

47

pada responden yang berstatus sudah menikah. Hal ini terlihat dari

jumlah data yang berstatus belum menikah yaitu sebanyak 22 orang

atau 55%, sedangkan untuk yang berstatus menikah sebanyak 18

orang atau 45% dan yang berstatus janda/duda tidak ada atau 0%.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti karakteristik responden

PT. XYZ menurut aspek status pernikahan terhadap prestasi kerjanya

menunjukkan bahwa responden yang prestasi kerja dan persentasenya

lebih tinggi berasal dari responden yang berstatus menikah.

Sebaliknya, responden yang prestasi kerjanya rendah lebih banyak

persentasenya berasal dari mereka yang berstatus belum menikah. Hal

ini diduga karena responden yang belum berkeluarga atau belum

menikah belum mempunyai tanggung jawab keluarga sehingga usaha-

usaha yang dilakukan berkaitan dengan pekerjaannya lebih ringan.

Hal ini akan dapat berakibat pada prestasi kerja yang lebih rendah.

4.1.6 Keterkaitan Hubungan dan Pengaruh Antara Status Pernikahan

Dengan Kinerja.

Para karyawan yang berstatus menikah diduga memiliki

kinerja yang lebih baik dibandingkan karyawan yang belum menikah,

hal ini karena perkawinan memaksakan peningkatan tanggung jawab

seorang karyawan yang dapat membuat suatu pekerjaan yang tetap

menjadi lebih berharga dan penting. Jadi dapat disimpulkan bahwa

terdapat keterkaitan hubungan dan pengaruh antara status pernikahan

dengan kinerja.

4.1.7 Latar Belakang Pendidikan

Dari data di atas, diperoleh bahwa responden dengan latar

belakang pendidikan SLTA/Setingkat dengan jumlah 7 orang atau

17,5%, DIII/DII/Setingkat sebanyak 18 orang atau 45%, sedangkan

DIV/Sarjana sebanyak 15 atau 37,5% dan Pasca Sarjana 0%. Jadi latar

belakang pendidikan karyawan pada perusahaan ini yang paling

banyak jumlahnya adalah lulusan DIII/DII/Setingkat.

Berdasarkan analisis dan pengamatan peneliti pada

karakteristik responden PT. XYZ. Menurut aspek latar belakang

48

pendidikan terakhir terhadap prestasi kerjanya menunjukkan bahwa

responden yang memiliki prestasi kerja paling tinggi persentasenya,

yaitu pada responden yang berpendidikan DIV/Sarjana. Sebaliknya,

responden yang memiliki prestasi kerja paling rendah berasal dari

responden yang berpendidikan SLTA. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa semakin tinggi pendidikan, seperti halnya yang

berpendidikan DIV/Sarjana maka prestasi kerjanya semakin tinggi.

Hasil wawancara secara mendalam diketahui bahwa karyawan

yang memiliki ijasah SLTA tidak diakui dalam status kepegawaiannya

sehingga hal ini menyebabkan prestasi kerjanya rendah. Dari hasil

analisis karakteristik responden dan dapat disimpulkan bahwa ada

keterkaitan hubungan dan pengaruh signifikan antara tingkat

pendidikan dengan prestasi kerja karyawan (kinerja).

4.1.8 Keterkaitan Hubungan dan Pengaruh Antara Latar Belakang

Pendidikan Dengan Kinerja.

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa semakin tinggi latar

belakang pendidikan yang dimiliki seorang karyawan biasanya

memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan karyawan yang tingkat

latar belakang pendidikannya rendah, hal ini karena tingkat

pendidikan seseorang berpengaruh terhadap wawasan, pengetahuan,

keterampilan bekerja yang dapat mencerminkan bagaimana orang

tersebut mampu bekerja dengan baik. dari hasil penelitian ini, dapat

disimpulkan bahwa terdapat keterkaitan hubungan dan pengaruh

antara latar belakang pendidikan dengan kinerja.

4.1.9 Masa Kerja

Deskripsi data responden yang terakhir adalah mengenai masa

kerja responden pada PT. XYZ. Data dikelompokkan kedalam empat

jenis jawaban, yang pertama adalah masa kerja 1-2 tahun, 3-5 tahun,

6-15 tahun dan masa kerja diatas 15 tahun. Dari hasil data kuesioner,

diketahui bahwa responden dengan masa kerja 1-2 tahun sebanyak 16

orang atau 40%, masa kerja 3-5 tahun sebanyak 19 orang atau 47,5%,

kemudian dengan masa kerja 6-15 tahun sebanyak 5 orang atau 12,5%

49

dan masa kerja diatas 15 tahun tidak ada atau 0%. Kesimpulan dari

hasil penelitian ini yaitu menunjukkan responden dengan masa kerja

3-5 tahun lebih banyak yaitu berjumlah 19 orang.

Karakteristik responden menurut aspek masa kerja terhadap

prestasi kerjanya bahwa responden yang memiliki prestasi kerja yang

tinggi paling banyak berada pada kelompok masa kerja 6-15 tahun,

sebaliknya responden yang memiliki prestasi kerja yang rendah berada

pada kelompok masa kerja 1-2 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa

masa kerja yang semakin lama menentukan prestasi kerja karyawan,

karena dengan masa kerja yang semakin lama responden/karyawan

memiliki pengalaman kerja semakin banyak sehingga dapat

merasakan hakikat dan makna kerja yang sebenarnya dalam bekerja.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semakin lama

masa kerja responden, maka semakin tinggi prestasi kerjanya. Jika

dilihat dari nilai analisis karakteristik responden, dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan signifikan antara masa kerja dengan prestasi

kerja karyawan.

4.1.10 Keterkaitan Hubungan dan Pengaruh Antara Masa Kerja

Dengan Kinerja.

Karakteristik responden yang terakhir yang akan dibahas

adalah masa kerja. Pada riset-riset sebelumnya, para peneliti memberi

kesimpulan bahwa terhadap hubungan masa kerja dengan kinerja

adalah positif, artinya masa kerja diekspresikan sebagai pengalaman

kerja. Hal ini mendeskripsikan apabila seorang karyawan memiliki

masa kerja lebih lama maka karyawan tersebut dapat diramalkan

memiliki pengalaman kerja yang lebih banyak dan kemungkinan

kinerjanya juga baik. Pada penelitian ini hasil yang diperoleh dari

analisis karakteristik responden yang telah dilakukan adalah pada

variabel masa kerja memiliki hubungan dan pengaruh dengan kinerja.

Berdasarkan hasil pengamatan pada penelitian ini peneliti

berkesimpulan bahwa aspek karakteristik responden masa kerja

50

memiliki keterkaitan hubungan dan pengaruh terhadap penurunan dan

peningkatan kinerja.

4.2. Konversi Data Ordinal Menjadi Data Interval

Metode transformasi data ordinal menjadi interval yang digunakan

yakni method of successive interval, Hays (1976), dengan bantuan global

makro minitab. Macro Minitab adalah perintah atau rangkaian perintah

(command) yang membentuk fungsi tertentu (biasanya lebih khusus) dan

tidak disediakan oleh Minitab. Untuk membuat macro minitab sangat

beragam caranya namun umumnya dibuat dengan text editor seperti notepad

karena Minitab tidak menyediakan window tersendiri untuk membuat macro.

Macro yang dibuat dapat dijalankan pada Window Session yang telah

diaktifkan sebelumnya dengan cara Editor > Enable Command. Dan tampilan

Window Session dapat diatur pada Tools Options > Session Window. Tujuan

pembuatan macro Minitab pada dasarnya untuk memenuhi kebutuhan analisis

data yang komplek dan perlu algoritma tertentu yang tidak terdapat pada

fasilitas Minitab. Adapun penulisan program lebih jelasnya dapat dilihat pada

lampiran 5. Setelah data ordinal ditransformasi menjadi interval barulah dapat

dilakukan uji validitas diatas.

4.3 Analisis Pengaruh Motivasi Kerja dan Kemampuan Kerja Terhadap

Kinerja Karyawan.

4.3.1 Interpretasi Hasil Regresi Linier Berganda

Untuk menganalisis pengaruh motivasi kerja dan kemampuan

kerja terhadap kinerja dilakukan analisis regresi berganda. Kinerja

karyawan akan dijadikan peubah tidak bebas (Y) yang dipengaruhi

oleh jumlah motivasi kerja dan kemampuan kerja (X1, X2) yang

menjadi peubah bebas. Berdasarkan perhitungan analisis regresi linier

berganda antara variabel motivasi, kemampuan kerja terhadap kinerja

karyawan dengan bantuan software minitab 14 diperoleh model

persamaan regresi sebagai berikut:

TotalKin = 3,67 - 0,0706 TotalMotif + 0,466 TotalMampu

51

Keterangan :

Y : Kinerja Karyawan

X1 : Motivasi Kerja

X2 : Kemampuan Kerja

Dari persamaan hasil regresi linear berganda di atas, dapat

disimpulkan bahwa jumlah kenaikan motivasi kerja (variabel X1)

mempunyai pengaruh kecil negatif terhadap kinerja karyawan

(variabel Y) dimana setiap kenaikan variabel X1 (jumlah motivasi

kerja) akan mengakibatkan penurunan pada variabel Y (kinerja

karyawan). Sedangkan untuk nilai kemampuan kerja (variabel X2)

mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja karyawan dimana setiap

kenaikan variabel X2 (nilai kemampuan kerja) akan mengakibatkan

kenaikan pada variabel Y (kinerja karyawan).

Pada persamaan regresi terlihat bahwa koefisien motivasi

sebesar -0,0706, artinya bahwa kenaikan motivasi kerja sebesar satu

satuan akan menurunkan kinerja dengan pengaruh yaitu sebesar (-

0,0706). Sedangkan untuk koefisien kemampuan kerja sebesar 0,466

mempunyai arti bahwa kenaikan kemampuan sebesar satu satuan akan

menaikan kinerja karyawan sebesar 0,466.

Pada bagian analisis varian nilai P-Value sebesar 0,000

menjelaskan bahwa pertambahan kinerja karyawan dapat dijelaskan

dengan variabel motivasi kerja serta kemampuan. Meskipun demikian,

kedua variabel ini hanya dapat menjelaskan 46,3% terhadap variabel

kinerja. Hal ini dibuktikan dengan nilai R-sq(adj) sebesar 46,3%.

Adapun sisanya pada 53,7% penyebab kinerja karyawan dijelaskan

oleh variabel yang lain. Untuk data hasil uji regresi berganda dengan

minitab ini lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 4, pada uji

regresi berganda ini nilai R (koefisien determinasi) belum maksimum

Oleh sebab itu dibutuhkan analisis pengolahan data selanjutnya agar

nilai R maksimum, yaitu dengan menggunakan canonical analysis

yang dibantu oleh software statistica trial.

52

4.3.2 Pengaruh Variabel Secara Simultan Terhadap Kinerja (Uji F)

Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh keseluruhan variabel

independen terhadap variabel dependen. Pada penelitian ini dilakukan

perhitungan menggunakan Minitab 14. Untuk mengetahui apakah

variabel independen secara keseluruhan mempengaruhi variabel

dependen pada tingkat signifikansi tertentu dilakukan langkah-langkah

sebagai berikut :

1. Perumusan hipotesis

H : β = 0, , , i = 1,2,3

Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah semua

parameter dalam model sama dengan nol. Artinya, semua variabel

independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap

variabel dependen.

H : ∃ βi ≠ 0 , , , , i = 1,2,3

Hipotesis alternatifnya (H1), tidak semua parameter secara simultan

sama dengan nol. Artinya, paling sedikit terdapat satu variabel

independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel

dependen.

2. Menentukan F tabel

Dengan taraf nyata (α = 5%), yaitu tingkat kesalahan yang masih

dapat ditolerir.

Derajat bebas pembilang = k-1 = 2-1 = 1

Derajat bebas penyebut = n-k = 40-2 = 38

Dengan demikian F tabel sebesar F 0,05 (38,1) = 4,08

3. Menentukan besarnya F hitung

Hasil pada perhitungan menggunakan program minitab

menunjukkan nilai F hitung adalah 17,83

4. Membandingkan F hitung dengan F tabel

a. Jika F hitung > F tabel atau F hitung < -F tabel, maka H ditolak

dan H diterima.

b. Jika –F tabel < F hitung < F tabel, maka H diterima dan H

ditolak

53

Hasil uji menunjukkan bahwa F hitung > F tabel, yaitu

17,83>4,08. Dengan dengan demikian, maka Ho ditolak dan H1

diterima, sehingga motivasi kerja dan kemampuan kerja secara

keseluruhan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan

pada taraf nyata 5%.

4.3.3 Pengaruh Variabel Secara Parsial Terhadap Kinerja (Uji t)

Uji t dilakukan untuk melihat pengaruh parsial antara variabel

independen terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui variabel

independen mana yang mempengaruhi variabel dependen pada tingkat

signifikansi tertentu, maka dilakukan tahapan berikut :

1. Perumusan hipotesis

H : β = 0 Artinya, variabel independen (X ) tidak mempunyai

pengaruh terhadap variabel dependen (Y).

H : βi ≠ 0 Artinya, variabel independen (X) mempunyai pengaruh

terhadap variabel dependen (Y).

2. Menentukan variabel

Dengan taraf nyata (α = 5%), yaitu tingkat kesalahan yang masih

dapat ditolerir; df: n-k = 40-2 = 38. Dengan demikian t-tabel

sebesar t (α/2,df) = t ( 0,025,38 ) = 2,02.

3. Menentukan besarnya t hitung dengan t tabel

Hasil perhitungan menggunakan program minitab menunjukkan

bahwa t hitung untuk variabel X1 dan X2 adalah masing-masing

sebesar -0,75 ; 5,24.

4. Membandingkan t hitung dengan t tabel

a. Jika membandingkan t hitung > t tabel atau t hitung < -t tabel

maka Ho ditolak dan H1 diterima.

b. Jika –t tabel < t hitung < t tabel maka Ho diterima dan H1

ditolak.

5. Pengaruh motivasi kerja (X1) terhadap kinerja karyawan PT. XYZ

(Y) Hasil uji menunjukkan bahwa t hitung < t tabel, yaitu -0,75 <

2,02 dengan tingkat signifikansi 0,456.

54

Dengan demikian maka H1 diterima dan Ho ditolak.

Sehingga secara parsial motivasi kerja (X1) tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap kinerja karyawan PT. XYZ pada taraf

nyata 5%.

6. Pengaruh kemampuan kerja (X2) terhadap kinerja PT. XYZ (Y)

Hasil uji menunjukkan bahwa t hitung > t tabel, yaitu 5,24 < 2,02

dengan tingkat signifikansi 0.

Dengan demikian maka Ho ditolak dan H1 diterima.

Sehingga secara parsial (X2) berpengaruh secara signifikan

terhadap kinerja karyawan PT. XYZ pada taraf nyata 5%.

Jika pada hasil analisis regresi berganda menunjukkan hanya

dua variabel independen yang digunakan sebagai prediktor/penentu,

maka pada analisis korelasi kanonik ini untuk variabel X1 (motivasi

kerja) dapat diidentifikasi atau diuraikan menjadi 9 prediktor yang

mempengaruhi variabel kinerja karyawan dan pada variabel X2

(kemampuan kerja) menjadi 9 prediktor. Sedangkan pada variabel

kriteria kinerja karyawan (Y) diuraikan menjadi 5 variabel. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.

Y1 = Harapan masa depan

Y2 = Rasa tanggung jawab

Set Variabel Y3 = Keahlian yang tinggi

dependen Y4 = Kesediaan untuk bekerja

Y5 = Upah dan Imbalan

X11 = Peluang untuk berkembang

X12 = Supervisi yang baik

Set Variabel X13 = Pengakuan dan Penghargaan

Independen .......

X29 = Berupaya meningkatkan kualitas

diri

Gambar 3. Desain Set Variabel Untuk Korelasi Kanonik

55

Adapun uraian dari masing-masing prediktor/penentu yakni

variabel motivasi kerja (X1) terdiri dari : (X1) Peluang untuk

berkembang, X(2) Supervisi yang baik, (X3). Pengakuan dan

Penghargaan, (X4) Kondisi kerja, X(5) Hubungan kerja, (X6)

Pekerjaan itu sendiri, (X7) Gaji, (X8) Keberhasilan, (X9) Kebijakan

administrasi. Untuk variabel kemampuan kerja (X2) yaitu terdiri dari :

(X10) cerdas dan dapat belajar dengan cepat, X(11) kompetensi secara

profesional, (X12). Kreatif dan inovatif, (X13) memahami pekerjaan,

X(14) bekerja dengan efisien, (X15) dianggap bernilai oleh atasan,

(X16) berupaya memanfaatkan peluang, (X17) mudah menerima ide

dan masukan, (X18) selalu berupaya meningkatkan kualitas diri. Dan

pada Variabel kriteria kinerja karyawan (Y) yaitu : (Y1) harapan masa

depan, (Y2) rasa tanggung jawab, (Y3). Keahlian yang tinggi, (Y4)

kesediaan untuk bekerja, Y(5) upah dan imbalan yang layak.

Persamaan kanonik yang terbentuk dari desain variabel diatas adalah:

Y1 + Y2 + Y3 + Y4 + Y5 = (X11 + X12 + X13 +...........X19) + ( X11

X12 X13 + ...................... X18 )..............................................(10)

4.4 Analisis Keeratan Hubungan Motivasi Kerja dan Kemampuan Kerja

Terhadap Kinerja Karyawan.

4.4.1 Interpretasi Hasil Analisis Kanonik

Dari hasil pengolahan data dengan bantuan software statistica

9 maka dapat diidentifikasi korelasi kanonik dari set variabel

dependen (kinerja karyawan) dengan set variabel independen

(motivasi dan kemampuan) yang menghasilkan 18 kombinasi linier

yang terbentuk pada masing-masing kelompok variabel (fungsi

kanonik). Hasil fungsi kanonik dapat dilihat pada lampiran 8.

Selain itu sebelum masuk dalam analisis korelasi kanonikal,

pada himpunan data akan di lakukan Uji asumsi untuk memenuhi

syarat dalam penggunaan data penelitian pada metode korelasi

kanonikal ini. Uji asumsi yang harus dipenuhi pada Korelasi

Kanonikal meliputi uji normalitas data yaitu perlunya Multivariate

Normality untuk menguji signifikansi setiap fungsi kanonik.

56

Pengujian normalitas secara mulivariat tidak atau sulit

dilakukan, karena itu bisa dilakukan uji normalitas untuk setiap

variabel, dengan asumsi jika secara individu sebuah variabel

memenuhi kriteria normalitas, maka secara keseluruhan juga akan

memenuhi asumsi normalitas. Untuk uji asumsi yang kedua yaitu,

memenuhi homoskedastisitas dan uji asumsi yang ketiga adalah uji

asumsi linieritas, yakni apakah koefisien korelasi dalam masing-

masing set variabel berhubungan secara linier.

Uji asumsi dilakukan dengan menggunakan taraf nyata (α)

0.01 dan diolah dengan bantuan software SPSS 15. Dengan

terpenuhinya semua persyaratan untuk uji korelasi kanonikal, maka

analisis data dimulai. Hasil perhitungan secara lengkap dapat dilihat

pada lampiran 7. Sebelum masuk dalam analisis korelasi kanonikal,

pada himpunan data akan di lakukan uji asumsi untuk memenuhi

syarat dalam penggunaan data penelitian pada metode korelasi

kanonikal ini. Untuk kepentingan memperoleh hasil penelitian hanya

diambil bagian-bagian yang penting. Adapun bagian-bagian tersebut

dapat dilihat di bawah ini :

Interpretasi Hasil Uji Asumsi Korelasi Kanonik

Uji normalitas terhadap ke 23 variabel dengan menggunakan

plot distribusi normal dan uji Kolmogorof-Smirnov pada taraf nyata

0.01. Secara subyektif berdasarkan plot distribusi normal (Lampiran

7), semua variabel relatif normal. Uji hipotesis yang digunakan dalam

normalitas Kolmogorov-Smirnov yaitu, untuk Ho: variabel

terdistribusi (X1 sampai dengan X23) normal, dan H1: variabel (X1

sampai dengan X23) terdistribusi tidak normal, pada taraf nyata 0.01.

jika dilihat pada hasil (KS) maka disimpulkan terima Ho dan tolak H1.

Uji homoskedastisitas varian (Test of Homogeneity of

Variance). Pada asumsi dasar yang menggunakan analisis ANOVA ini

menyatakan bahwa seluruh kelompok yang terbentuk harus memiliki

varian yang sama. Untuk menguji asumsi dasar homogenitas pada

penelitian ini dapat dilihat dari hasil tes homogenitas dengan

57

menggunakan uji Levene Statistic. Hipotesis yang digunakan dalam

tes homogenitas varian adalah :

- Ho : Diduga bahwa seluruh kelompok varian adalah sama

- Hi : Diduga bahwa seluruh kelompok varian berbeda

Dasar dari pengambilan keputusan adalah:

- Jika probabilitas > 0,01, maka H0 diterima

- Jika probabilitas < 0,01, maka H0 ditolak

Hasil uji disajikan dalam lampiran 7. Pada taraf nyata 0,01,

Dari tabel hasil uji homoskedastisitas pada varians X1 terhadap

variabel dependen (Y1) tersebut dapat terlihat bahwa nilai p-value

sebesar 0,046, berarti mengizinkan kita menolak hipotesis nol pada

tingkat signifikansi 1%. Oleh karena itu, asumsi kesamaan ragam

terpenuhi. Pada varian X4 dengan Y2 dan X8 dengan Y2 hasilnya

adalah tidak memenuhi asumsi homoskedastisitas.

Tabel 9. Hasil Uji Asumsi Linearitas

Variabel α = 0,01 Sig

Y1 Y2 Y3 Y4 Y5

X1 0,01 .000 .109 .055 .331 .052

X2 0,01 .033 .005 .836 .543 .237

X3 0,01 .109 .997 .346 .193 .238

X4 0,01 .037 .708 .594 .505 .057

X5 0,01 .960 .284 .060 .832 .432

X6 0,01 .163 .824 .632 .601 .277

X7 0,01 .407 .763 .425 .398 .016

X8 0,01 .024 .061 .130 .689 .820

X9 0,01 .029 .029 .618 .918 .935

X10 0,01 .393 .030 .090 .293 .854

X11 0,01 .234 .196 .095 .464 .860

X12 0,01 .008 .089 .080 .487 .844

X13 0,01 .098 .048 .467 .057 .028

X14 0,01 .037 .157 .285 .467 .419

X15 0,01 .335 .489 .059 .966 .565

X16 0,01 .254 .705 .278 .296 .122

X17 0,01 .217 .264 .083 .603 .738

X18 0,01 .143 .491 .058 .470 .313

Sumber : data diolah (Juni 2010)

58

Berdasarkan hasil pengujian terlihat bahwa nilai signifikansi

(Sig) untuk deviation from linearity pada variasi hubungan variabel

bebas X1-X18 dengan variabel Y1-Y5 hampir semua bernilai lebih

besar dari 0,01 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang linear antara variabel dependen dan independen.

Untuk lebih jelasnya hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 7.

Pada beberapa pasangan variabel menunjukkan hubungan tidak

linear, yakni terlihat pada angka yang berwarna merah, uji asumsi

linearitas adalah asumsi yang menyatakan bahwa hubungan antar

variabel yang hendak dianalisis itu mengikuti garis lurus. Maka pada

peningkatan atau penurunan kuantitas di satu variabel, akan diikuti

secara linear oleh peningkatan atau penurunan kuantitas di variabel

lainnya. Berdasarkan hasil (pada lampiran 7) dapat diambil beberapa

kesimpulan yakni, peneliti dapat melihat hasil output uji linearitas ini

dari baris linearity, karena baris ini menggambarkan apakah model

linear dapat menjelaskan dengan baik hubungan antar variabel. Jika

linearity signifikan, maka berarti hubungan antar variabel dapat

dijelaskan menggunakan model linear, dalam hal ini korelasi dan

regresi linear yang telah dilakukan. Interpretasinya adalah jika angka

pada deviation from linearity lebih besar dari nilai alpha 0,01 ( >

0,01), berarti hubungan antara variabel dependen dengan variabel

independen adalah linear.

Pada baris deviation from linearity, yakni merupakan informasi

tambahan mengenai pola hubungan yang tidak dapat dijelaskan oleh

garis linear. Jika ternyata baris ini signifikan, ini berarti hanya

memberikan penjelasan linear mengenai hubungan antar variabel, hal

ini akan memberikan informasi yang kurang lengkap mengenai

hubungan antar variabel. Sehingga perlu kiranya menguji juga model

hubungan antar variabel dengan model non-linear pada data yang

sama. Hal ini dilakukan untuk melihat manakah model yang terbaik

menjelaskan pola hubungan ini. Namun jika deviation from linearity

59

ini tidak signifikan, ini berarti variasi hubungan antar variabel hampir

sepenuhnya mengikuti pola hubungan linear.

Dari ketiga uji asumsi diatas, pada semua variabel dalam

varian independen, yang tidak memenuhi ketiga asumsi yakni X1, X2

dan X12 dan variabel sisanya memenuhi seluruh asumsi ini. Meskipun

demikian, variabel X1, X2 dan X12 hanya tidak memenuhi salah satu

asumsi, tetapi memenuhi asumsi lain pada variabel dependen yang

lain. Hal ini kelak akan tercermin dalam model korelasi kanonikal

yang terbentuk. Dan untuk tindakan selanjutnya pada variabel yang

tidak memenuhi asumsi tidak dilakukan eliminasi atau penghapusan

karena eliminasi variabel akan menyebabkan tujuan analisis tidak

dapat dipenuhi dan penghapusan variabel akan menyebabkan sifat

komposit variabel tidak dapat dipertahankan. Kesimpulannya adalah

fungsi hasil ketiga uji asumsi lebih pada memberikan catatan untuk

lebih hati-hati melakukan interpretasi hasil analisis dibanding sebagai

alat untuk menghilangkan variabel.

Perbandingan Koefisien Determinasi (R²)

Korelasi canonical hanya mengukur tingkat hubungan antara

dua variates (akar karakteristik). dengan hasil perkalian akar yang

sebagian besar menjelaskan hubungan antara dua set variabel bebas

terhadap set variabel terikat. Pada hasil perhitungan menggunakan

Minitab 14 for Windows, besarnya koefisien korelasi yaitu sebesar

0,70. Hal ini membuktikan bahwa hubungan antara variabel Y

(kinerja) dengan variabel X1 dan X2 (motivasi dan kemampuan)

memiliki hubungan yang kuat (tinggi).

Karena untuk dikatakan memiliki hubungan yang kuat,

apabila hasil koefisien yang didapat bernilai tinggi atau diatas 50%

sehingga nilai R (correlation) mendekati sempurna (mendekati α = 1).

Sedangkan pada hasil perhitungan menggunakan software statistica 9

dengan metode korelasi kanonik ini, besarnya koefisien korelasi yaitu

sebesar 79%. Dari hasil tersebut dapat diartikan bahwa hubungan

antara variabel Y (kinerja) dengan variabel X1 dan X2 (motivasi dan

60

kemampuan) lebih tinggi (lebih kuat), karena nilai tersebut diatas

70% dan memenuhi syarat signifikan untuk R mendekati sempurna

adalah 100% (mendekati α = 1).

R-Square adalah jumlah kuadrat semua korelasi kanonik, cara

perhitungannya yaitu dengan mengumpulkan R-kuadrat, kemudian

dari hasil tersebut kita dapat mengetahui seberapa besar pada satu set

variabel dapat memprediksi set variabel lain. Untuk besarnya

koefisien proporsi keragaman R-Square pada perhitungan dengan

minitab 14 didapatkan nilai sebesar 46,3% ini berarti masih dikatakan

belum maksimum, karena keragaman Y yang dapat dijelaskan oleh

motivasi dan kemampuan (X1 dan X2) hanya sebesar 46,3%,

sedangkan sisanya merupakan kontribusi dari faktor-faktor lainnya.

Sedangkan pada perhitungan dengan metode analisis kanonik, R-

Square yang didapatkan nilainya lebih tinggi dari perhitungan awal

dengan minitab 14, hasil dari analisis korelasi kanonik nilai R

mencapai maksimum yaitu sebesar 89%, artinya pada hasil

perhitungan dengan analisis kanonik, keragaman Y (kinerja karyawan)

yang dapat dijelaskan oleh model korelasi kanonik (X11-X18) adalah

sebesar 89%. Pengolahan data dengan analisis kanonik ini bermaksud

untuk menentukan jumlah pasangan maksimum yang akan dihasilkan

sehingga memenuhi apa yang menjadi hipotesis pada penelitian ini.

Berdasarkan tabel 8 secara keseluruhan kedua kelompok

variabel (kriteria dan penentu) sangat jelas memiliki hubungan yang

nyata secara statistik. Pada koefisien korelasi R (0,89) atau 89% pada

derajat kebebasan 90 (18x5) yakni 18 jumlah variabel penentu dan 5

jumlah variabel kriteria. Kemudian terlihat nilai varian untuk variabel

kriteria sebesar 100% sedangkan untuk variabel penentu 45,2%

artinya adalah, pada variabel penentu 45,2% memperlihatkan proporsi

data yang menjelaskan variasi variate kanonik dari variabel yang di

analisis. Sedangkan pada variabel kriteria berarti bahwa ada 100%

memperlihatkan proporsi data dari variate kanonik dapat dijelaskan

oleh variasi dari variabel kriteria.

61

Tabel 10. Hasil Ikhtisar Analisis Kanonik

Sumber : data diolah (Juni 2010)

Nilai total redudansi memperlihatkan proporsi variasi

kelompok variabel independen/penentu terhadap variasi variate

kanonik dari variabel kriteria. Dari hasil pengolahan diperoleh nilai

total redudansi pada kelompok variabel penentu terhadap variasi

variate kanonik dari variabel kriteria adalah sebesar 71,88%, dari

uraian ini dapat ditegaskan bahwa secara keseluruhan hubungan

kanonik dari kelompok variabel penentu/independen dengan variabel

kriteria adalah ada dan nyata secara statistik. Begitu pula dengan

variasi datanya juga mengambil proporsi yang nyata dalam berbagai

hubungan yang nilai terkecilnya tidak kurang dari nilai total redudansi

yang diperoleh yakni 76,3%.

Canonical Analysis Summary (Spreadsheet17) Canonical R: ,89120 Chi²(90)=99,100 p=,24046

Left - Set Right - Set

No. of variables 5 18

Variance extracted 100,000% 45,2021%

Total redundancy 76,33% 71,88%

Variables: 1 Kin1 Motcon1

2 Kin2 Motcon2

3 Kin3 Motcon3

4 Kin4 Motcon4

5 Kin5 Motcon5

6

Motcon6

7

Motcon7

8

Motcon9

9

Motcon10

10

mampu1

11

mampu2

12

mampu3

13

mampu4

14

mampu5

15

mampu6

16

mampu7

17

mampu9

18

mampu10

62

Untuk mempermudah dalam mengetahui seberapa besar

hubungan antara variabel penentu dengan variabel kriteria dapat

diketahui dengan melihat bobot/koefisien kanonik yang merupakan

koefisien untuk masing-masing variabel dari persamaan kanoniknya.

Dari kedua hasil perhitungan, dengan menggunakan metode yang

berbeda tersebut dapat disimpulkan bahwa pada perhitungan dengan

analisis kanonik memberikan koefisien bobot yang tinggi pada

masing-masing variabel, sehingga nilai koefisien korelasi yang

didapatkan juga lebih tinggi dari pada hasil perhitungan pada minitab.

Bobot Kanonik

Bobot kanonik adalah koefisien kanonik yang telah dibakukan,

dapat diinterpretasikan menentukan tingkat relatif kepentingan setiap

variabel asal dengan hubungan canonical atau dengan korelasi

kanoniknya. Semakin besar bobot menunjukkan semakin besar

kontribusi suatu variabel terhadap fungsi korelasi. Akan ada satu

variabel bobot kanonik untuk setiap variabelnya. Bobot kanonik untuk

kedua set variabel X dan Y pada hasil fungsi kanonik selengkapnya

disajikan pada lampiran 8.

Dilihat pada Tabel 9, yang memberikan bobot kanonik paling

besar yaitu pada variabel X24 (Pemahaman terhadap pekerjaan) yaitu

sebesar 0,974472 dan X27 (kemampuan berupaya memanfaatkan

peluang) sebesar 0,291073 yang keduanya merupakan indikator dari

kemampuan kerja. Sedangkan pada indikator motivasi kerja yang

memberikan bobot paling besar yaitu pada variabel X13 (Pengakuan

Dan Penghargaan) yaitu sebesar 0,757626. Sedangkan pada indikator

kinerja karyawan bobot paling besar dimiliki oleh variabel Y3

(Keahlian yang tinggi) sebesar 0,615138 . Dari hasil bobot yang

didapat maka disimpulkan bahwa ketiga variabel independen yang

memiliki bobot yang paling besar tersebut memiliki hubungan yang

kuat (erat) dan dianggap memberikan kontribusi paling tinggi sebagai

faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan pada PT. XYZ.

Interpretasi dari nilai bobot kanonik yang paling besar/dominan pada

63

variabel motivasi kerja yaitu dengan semakin tinggginya tingkat

pengakuan dan penghargaan terhadap karyawan maka hal ini akan

berdampak pada peningkatan kinerja karyawan.

Tabel 11. Bobot Kanonik X dan Y Pada Fungsi Terbesar

Variabel Bobot Kanonik Variabel Bobot Kanonik

X11 0,042219 X21 0,045900

X12 -0,101679 X22 0,184023

X13 0,757626 X23 0,248100

X14 -0,232926 X24 0,974472

X15 -0,159164 X25 0,254108

X16 0,266543 X26 -0,752079

X17 0,213119 X27 0,291073

X18 0,202178 X28 -0,424631

X19 0,187538 X29 -0,018247

Variabel

Bobot Kanonik

Y1 0,013322

Y2 0,091986

Y3 0,615138

Y4 0,296405

Y5 0,273688

Sumber : data diolah (Juni 2010)

Pada variabel kemampuan kerja, yang memiliki bobot paling

besar dapat diartikan bahwa dengan semakin besar kemampuan

karyawan dalam memahami pekerjaan dan semakin meningkatnya

rasa berupaya memanfaatkan peluang yang ada tersebut, maka akan

semakin besar kontribusinya terhadap hubungan motivasi kerja

dengan kinerja karyawan, Hal ini diyakini karena dengan semakin

besar nilai koefisien bobot kanonik, artinya menyatakan semakin

besar kontribusi variabel yang bersangkutan terhadap varians kanonik.

Atau dapat juga dikatakan koefisien bobot mewakili korelasi parsial

dari variabel-variabel dengan akar kanonik masing-masing. Begitu

pula sebaliknya, pada variabel yang memiliki bobot dengan nilai yang

rendah.

64

Pada variabel yang memiliki bobot dengan nilai yang rendah

tersebut tidak dianggap terlalu memberikan kontribusi terhadap

korelasi kanoniknya atau dianggap berpengaruh lemah atau kecil

kontribusinya. Hal ini dapat terlihat pada variabel motivasi kerja X12,

X15 dan X14 yang memiliki bobot kanonik sebesar -0,101679, -

0,159164 dan -0,232926. Interpretasi hasilnya adalah jika supervisi

yang baik, hubungan kerja karyawan dan kondisi kerja tidak terlalu

berperan atau tidak banyak memberikan kontribusi yang signifikan

terhadap hubungan motivasi dengan kinerja karyawan. Sedangkan

pada variabel kemampuan kerja karyawan, hal yang dianggap kurang

berpengaruh terhadap korelasi kanoniknya adalah faktor cerdas dan

cepat belajar (X21) dan berupaya meningkatkan kualitas diri (X29),

hal ini dinilai tidak mewakili dalam hubungan kemampuan kerja

terhadap kinerja karyawan, karena memiliki nilai bobot yang kecil.

Persamaan Korelasi Kanonik

Berdasarkan hasil dari bobot kanonik diatas, maka diperoleh

fungsi persamaan korelasi kanonik yang menghasilkan nilai korelasi

maksimum atau Rsq mencapai maksimun. Koefisien bobot yang

dipilih pada hasil perhitungan analisis kanonik ini adalah kelompok

bobot pada fungsi pertama, yang didapatkan pada root pertama pada

uji analisis Canonical Weights . Karena pasangan fungsi pertama (root

1) merupakan fungsi korelasi kanonik yang memiliki korelasi paling

maksimum sedangkan pada root berikutnya nilai koefisien semakin

kecil atau tidak mencapai maksimum.

Banyaknya fungsi kanonikal yang terbentuk mengikuti

minimal banyak variabel dalam setiap variat. Pada varian kelompok

pertama (X) terdiri dari 18 variabel sedangkan varian kelompok kedua

(Y) terdiri dari 5 variabel.

Jika diurutkan kembali, pada analisis regresi berganda nilai

korelasi yang dicapai belum maksimum, oleh karena itu penelitian ini

dikembangkan menjadi analisis korelasi kanonik untuk menghasilkan

korelasi maksimun, maka model desain persamaan akan berubah

65

dimulai dari persamaan regresi sederhana, diuraikan menjadi regresi

berganda dan kemudian membentuk persamaan korelasi kanonik yang

terdiri dari 18 variabel. Berdasarkan persamaan 10 dan persamaan 11

tersebut, menunjukkan bahwa jika dilihat secara keseluruhan dari ke

18 indikator/prediktor, untuk variabel kemampuan dan motivasi maka

diketahui yang paling tinggi memberikan kotribusi secara parsial

adalah variabel X3, X13 dan X15. Sedangkan secara teoritis pada

penelitian ini pemilihan untuk indikator masing-masing pertanyaan

dari 18 indikator pertanyaan yang ada, dapat dikelompokkan menjadi

tiga indikator yang merujuk pada teori McClelland yaitu : prestasi,

afiliasi, dan kekuasaan, untuk variabel motivasi kerja. Dan untuk

variabel kemampuan merujuk pada teori Paul Hersey dan Blanchard

yang mengemukakan ada tiga jenis kemampuan yaitu kemampuan

teknik, konseptual dan sosial.

Maka jika dari 18 indikator dikelompokkan lagi menjadi 6

indikator yang mempengaruhi kinerja, maka indikator yang memiliki

nilai koefisien yang paling tinggi yaitu didapatkan dengan

menjumlahkan bobot yang dimiliki pada setiap koefisien variabel.

Oleh karena itu peneliti bermaksud menjelaskan pengembangan

variabel/indikator melalui persamaan 10 dan persamaan 11.

Berikut ini adalah perubahan persamaan kombinasi linear dan koefisien bobot yang dimiliki pada setiap variabel yang kemudian

menghasilkan korelasi maksimum:

Y = X

Y = X1 + X2

Y1 + Y2 + Y3 + Y4 + Y5 = (X11 + X12 + X13 +...........X19) + ( X21 X22 X23 + ...................... X28 )

||

{ (0,013322 Y1) + (0,091986 Y2) + (0,615138 Y3) + (0,296405 Y4) + (0,273688 Y5) = (0,042219 X11) + (-0,101679 X12)

+ (0,757626 X13) + (-0,232926 X14) + (-0,159164 X15) + (0,266543 X16) + (0,213119 X17) + (0,202178 X18) + (0,187538 X19)

+ (0,045900 X21) + (0,184023 X22) + (0,248100 X23) + (0,974472 X24) + (0,254108 X25) + (0,752079 X26) + (0,291073 X27) +

(0,424631 X28) + (-0,018247 X29) }.............................................(10)

||

{ (0,013322 Y1) + (0,091986 Y2) + (0,615138 Y3) + (0,296405 Y4) + (0,273688 Y5) = (92,74075 Kekuasaan) + (-7,03749 Penghargaan)

+ (82,3616 Affiliasi) + (63,81607 Konseptual) + (71,88575 Sosial) + (-23,4678 Teknis) }.............(11)

67

Menentukan Indikator Paling Signifikan

Tujuan dari penelitian ini pada pembahasan di awal bab, yaitu

ingin mengetahui indikator-indikator mana yang paling signifikan

(dominan) pengaruhnya terhadap variabel kinerja karyawan. Jika

merujuk dari dasar teori yang digunakan pada penelitian ini, maka

diketahui bahwa ada 18 indikator yang menjadi parameter dalam

pertanyaan kuesioner. Namun dari ke 18 indikator tersebut dapat

diidentifikasi atau dibuat lebih spesifikasi yaitu masing-masing

variabel dapat dikelompokkan kedalam 3 kumpulan variabel. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini:

Tabel 12. Distribusi Indikator – indikator kinerja

Kin

erja

Ka

rya

wa

n P

T.

XY

Z

Motivasi

Prestasi

Gaji

Pengakuan & Penghargaan

Keberhasilan

Afiliasi

Hubungan kerja

Kondisi kerja

Pekerjaan itu sendiri

Kekuasaan

Supervisi

Kebijakan Administrasi

Peluang untuk berkembang

Kemampuan

Konseptual

Cerdas dan dapat belajar dengan cepat

Dianggap bernilai oleh atasan

Selalu berupaya memanfaatkan peluang

Sosial

Kompetensi secara profesional

Mudah menerima ide dan masukan

Berupaya meningkatkan kualitas diri

Teknis

Cerdas dan dapat belajar dengan cepat

Memahami setiap pekerjaan

Bekerja secara efektif dan efisien

Sumber : data diolah (Juni 2010)

Berdasarkan tabel 10 dapat terlihat distribusi dari parameter

yang digunakan pada penelitian ini, dimulai dari 2 kumpulan prediktor

variabel, kemudian diuraikan menjadi 18 indikator yang dituangkan

kedalam kuesioner, dan dari 18 indikator tersebut masing-masing

variabel masih dapat diidentifikasi lebih lanjut yaitu menjadi 3

kelompok variabel, hal ini dikarenakan pada pembuatan parameter

kuesioner, masing-masing pertanyaan tersebut adalah hasil dari 3

kelompok variabel yang menjadi acuan/dasar teori dan juga

disesuaikan pada latarbelakang kondisi yang terjadi.

68

Berdasarkan nilai bobot yang ada pada koefisien masing-

masing variabel maka kita dapat menghitung dari 18 indikator,

kemudian jika dikelompokan menjadi 6 variabel maka akan

didapatkan varibel mana yang paling berpengaruh dan memberikan

kontribusi yang tinggi terhadap kinerja karyawan. Hal ini bisa terjadi

karena bobot adalah koefisien korelasi parsial seperti koefisien beta

pada regresi berganda.

Apabila dilihat dari keseluruhan masing-masing indikator, nilai

bobot yang paling tinggi dimiliki oleh prediktor/indikator

pengakuan/penghargaan dan indikator memahami pekerjaan. Maka

kita juga dapat menentukan dari enam kumpulan variabel tersebut

(kekuasaan, penghargaan, afiliasi, konseptual, teknis, dan sosial,

variabel manakah yang paling signifikan yaitu dengan cara

mengalikan bobot kanonik masing-masing variabel dengan total

koefisien pada setiap variabel kemudian dijumlahkan. Maka akan

didapatkan nilai bobot yang paling tinggi. Untuk lebih jelasnya hasil

perhitungan dapat dilihat pada persamaan 11.

Dari hasil perhitungan, bobot yang menunjukkan paling besar

adalah bobot pada variabel kekuasaan. Artinya bahwa motivasi

kekuasaan memiliki pengaruh paling besar terhadap hubungan

motivasi kerja dengan kinerja karyawan.

Besarnya (koefisien) bobot menunjukkan kontribusi terhadap

varian korelasi kanonik, namun pada hasil perhitungan dengan uji

analisis Canonic Weight dari ke 18 variabel independen/penentu ada

enam variabel yang menunjukkan berpengaruh lemah terhadap variat

kanonik, dengan perolahan nilai bobot yang kecil dan negatif. oleh

sebab itu maka perlu dilakukannya uji signifikansi terhadap variabel-

variabel penentu tersebut, yaitu dengan melihat nilai signifikan dari

masing-masing variabel menggunakan analisis multivariat varian

(MANOVA). Manova mempunyai pengertian sebagai suatu teknik

statistik yang digunakan untuk menghitung pengujian signifikansi

perbedaan rata-rata secara bersamaan antara kelompok untuk dua atau

69

lebih variabel tergantung/dependen. Teknik ini bermanfaat untuk

menganalisis variabel-variabel tergantung lebih dari dua yang berskala

interval atau rasio.

Cara pengolahan datanya yaitu dengan bantuan SPSS versi 15.

Namun pada menu SPSS tidak menyediakan analisis korelasi

kanonikal. Maka pengolahan analisis ini dilakukan dengan menuliskan

sintaks SPSS dan menggunakan fasilitas macro. Fasilitas macro yang

dimaksud adalah Canonical Correlation.sps. Macro ini menjadi bagian

paket SPSS dan ditemukan pada direktori dimana SPSS diinstal (yakni

pada C:\Program Files\SPSS\Canonical.sps). Macro ini dijalankan

dengan terlebih dahulu menuliskan dalam jendela kerja SPSS Syntax

Editor dengan sintaks sebagai berikut:

MANOVA x1 TO x18 WITH y1 TO y5

/DISCRIM ALL ALPHA(1)

/PRINT SIG(EIG DIM).

Hasil perhitungan (output SPSS) akan menampilkan beberapa

output yang terkait dengan pengujian Manova, untuk selengkapnya

hasil perhitungan analisis Manova dapat dilihat pada lampiran 9.

Interpretasi hasil uji manova selanjutnya, tests of Univariate t-

tests, yang tercantum pada hasil tabel 13 menunjukkan bahwa dari 18

variabel independen tersebut hanya terdapat 10 variabel yang

memiliki nilai signifikan (F) ,000 atau kurang dari taraf signifikan

0,05. Berarti hanya 10 variabel saja yang dianggap memiliki

hubungan erat terhadap variabel dependen. Artinya variabel

independen yang bernilai signifikan, memiliki/berpengaruh terhadap

variabel dependen kinerja karyawan.

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka diperoleh

kesimpulan hasil uji manova sebagai berikut;

a. Seluruh variabel dependen dan variabel independen memiliki

hubungan yang signifikan. Dengan perkataan lain terdapat

hubungan antara X(1)Peluang untuk berkembang, X(2) Supervisi

yang baik, (X3) Pengakuan dan Penghargaan, (X4) Kondisi kerja,

70

X(5) Hubungan kerja, (X6) Pekerjaan itu sendiri, (X7) Gaji, (X8)

Keberhasilan, (X9) Kebijakan administrasi, (X10) Cerdas dan dapat

belajar dengan cepat, X(11) Kompetensi secara profesional, (X12).

Kreatif dan inovatif, (X13) Memahami pekerjaan, X(14) Bekerja

dengan efisien, (X15) Dianggap bernilai oleh atasan, (X16)

Berupaya memanfaatkan peluang, (X17) Mudah menerima ide dan

masukan, (X18) Selalu berupaya meningkatkan kualitas diri.

Dengan variabel kriteria kinerja karyawan (Y) yaitu : (Y1) Harapan

masa depan, (Y2) Rasa tanggung jawab, (Y3). Keahlian yang

tinggi, (Y4) Kesediaan untuk bekerja, Y(5) Upah dan imbalan jika

dilakukan pengujian secara kelompok.

b. Dari 18 variabel independen, dapat dilihat pada tabel 11 Hanya ada

10 variabel yang memiliki hubungan yang signifikan yaitu X1, X2,

X3, X8, X12, X13, X14, X16, X17 dan X18. Dengan demikian sisa

variabel yang lainya dapat diartikan bahwa variabel tersebut tidak

mempengaruh kinerja karyawan atau dengan kata lain berpengaruh

lemah secara parsial.

Tabel 13. Uji Signifikan Variabel Dengan MANOVA

Sumber : data diolah (Juni 2010)

Variable Sig. Of F

X1 ,006

X2 ,007

X3 ,000

X4 ,887

X5 ,854

X6 ,600

X7 ,539

X8 ,008

X9 ,287

X10 ,127

X11 ,254

X12 ,006

X13 ,000

X14 ,000

X15 ,350

X16 ,000

X17 ,000

X18 ,000

71

4.5. Evaluasi Keeratan Hubungan dan Pengaruh Faktor Motivasi Kerja

Terhadap Kinerja

Motivasi kerja pada penelitian ini diukur dengan sembilan pertanyaan

berdasarkan persepsi responden terhadap motivasi kerja PT. XYZ.

Perusahaan pada tiga tahun terakhir ini melakukan evaluasi kinerja dengan

maksud ingin mengetahui apakah yang menjadi penyebab merosotnya kinerja

karyawan. Jika dilihat dari data absensi karyawan dan data penilaian kinerja,

maka peneliti dapat berkesimpulan bahwa diduga terdapat keeratan hubungan

pada faktor motivasi kerja dan faktor kemampuan kerja terhadap kinerja.

Karena pada kedua data tersebut menunjukkan adanya penurunan faktor

motivasi yang ditandai dengan masih tingginya persentase karyawan yang

tidak masuk bekerja dengan alasan ijin, sakit, maupun tanpa alasan yang jelas

(mangkir) dan juga pada hasil penilaian kinerja masih ada karyawan yang

mendapatkan nilai kinerja yang rendah.

Adapun tujuan dari manajemen perusahaan PT. XYZ dalam

pemberian motivasi kepada karyawannya adalah:

1. Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan

2. Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan.

3. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya.

4. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan.

5. Meningkatkan kinerja kerja karyawan.

Berdasarkan sumbernya, motivasi dapat dibedakan atas motivasi

internal dan motivasi eksternal. Motivasi internal biasanya berupa rangsangan

dari dalam diri sendiri, sedangkan motivasi eksternal biasanya karena adanya

rangsangan dari luar diri. Selama ini PT. XYZ telah banyak memberikan

motivasi kerja salah satunya yaitu dengan menerapkan sistem reward

motivation kepada para karyawannya dimana jika mereka berhasil memenuhi

target kerja yang diminta oleh para klien dengan tepat waktu dan melakukan

peningkatan pendapatan perusahaan minimal 4% pada setiap tahunnya, maka

tahun berikutnya gaji mereka akan dinaikkan sebesar 10%. Sesuai dengan

tujuan perusahaan yang telah dipaparkan sebelumnya. Melalui reward

motivation ini maka perusahaan berharap karyawannya untuk dapat

72

melakukan perubahan peningkatan kinerja ke arah yang lebih baik, namun

dari hasil pengamatan pada penelitian ini apa yang menjadi harapan

perusahaan mengalami hambatan karena adanya persoalan-persoalan lain

yang mempengaruhi penurunan atau kemerosotan kinerja karyawan. Melihat

dari data-data yang ada yakni data buruknya absensi dan penurunan pada

pencapaian nilai kinerja dari masing-masing individu karyawan, maka hal ini

diduga berkaitan dengan hal menurunnya motivasi kerja karyawan, oleh

sebab itu alasan penelitian ini dilakukan yakni ingin mengetahui informasi

sejauh mana ada tidaknya keeratan hubungan antara motivasi dan kinerja.

Pada kuesioner yang digunakan untuk menguji keeratan hubungan

faktor motivasi ini terhadap kinerja, terdapat 9 butir pertanyaan yakni

mengenai persepsi responden terhadap pemberian gaji, supervisi yang baik,

kebijakan administrasi, hubungan kerja, kondisi kerja, tugas dan pekerjaan,

peluang untuk pengembangan potensi dan pengakuan atau penghargaan.

Dari hasil jawaban responden mengenai hal-hal tersebut sangat

bervariatif, peneliti dapat mengambil kesimpulan dari hasil analisis data yang

diperoleh, bahwa pada variabel motivasi seluruh indikator-indikator motivasi

memiliki hubungan yang erat terhadap peningkatan kinerja yang diharapkan

oleh perusahaan.

Pada hasil uji korelasi dengan menggunakan korelasi kanonik,

menyatakan persepsi responden sangat setuju dengan pertanyaan mengenai

pengakuan dan penghargaan yaitu dibuktikan dengan indikator tersebut

mendapatkan hasil yang paling tinggi nilai atau bobot korelasinya, hal ini

berarti pada indikator pengakuan dan penghargaan dirasakan masih kurang

dan belum sesuai dengan harapan para karyawan. Pengakuan dan

penghargaan atas prestasi kerja yang tinggi perlu dilakukan oleh manajemen

dalam rangka mendorong kegairahan kerja para karyawannya. Seorang

manajer atau atasan sebaiknya cepat mengakui dan menghargai prestasi kerja

para karyawannya. Para manajer dapat menggunakan berbagai cara untuk

menyatakan pengakuan dan penghargaan tersebut, misalnya dengan kata-kata

pujian, kenaikan gaji yang istimewa, kenaikan pangkat istimewa, dan

berbagai bentuk hadiah atau piagam penghargaan yang dapat diberikan

73

sebagai wujud dari pengakuan dan penghargaan perusahaan terhadap

karyawannya.

Manajemen PT. XYZ dalam hal ini memang telah memberikan

reward yang dapat diartikan sebagai penghargaan terhadap pencapaian

kinerja karyawannya, namun yang menjadi persoalan adalah terlihat dari hasil

kumpulan persepsi karyawan melalui kuesioner, bahwa pangakuan dan

penghargaan yang selama ini telah diberikan kepada para karyawan belum

tepat sasaran dan belum terasa dampaknya, dan sebagai faktor yang harus

menjadi perhatian khusus manajemen PT. XYZ untuk saat ini, artinya pada

pemberian reward selama ini dirasakan masih kurang dan masih ada faktor

permasalahan lain yang membuat responden memiliki persepsi bahwa hal

yang paling sangat berhubungan dalam pencapaian kinerja adalah faktor

pengakuan dan penghargaan. Seharusnya jika tidak adanya persoalan lain,

pemberian reward pada setiap kenaikan kinerja dapat mendorong

peningkatan kinerja karyawan, namun fakta yang ada ini sebaliknya kinerja

karyawan mengalami kemerosotan dan penurunan yang signifikan pada

periode tiga tahun terakhir. Sehingga perusahaan perlu mengevaluasi kembali

mengenai faktor pengakuan dan penghargaan juga hal-hal yang diinginkan

karyawan dari pekerjaan mereka.

Dalam kehidupan berorganisasi pada umumnya karyawan

memeringkatkan gaji yang baik, jaminan pekerjaan, promosi dan kondisi

kerja yang baik sebagai hal-hal yang paling diinginkan karyawan dari

pekerjaan mereka, namun fakta yang ada dari hasil penelitian ini terlihat jelas

para karyawan PT. XYZ merasa bahwa hal-hal yang paling mereka inginkan

adalah penghargaan penuh atas penyelesaian pekerjaan, perasaan terlibat dan

pengakuan dalam berbagai hal yang berkaitan dengan pekerjaan.

Pada penelitian ini para atasan dan manajemen tampaknya merasa

bahwa reward yang diarahkan untuk memuaskan motif fisiologis sudah tepat

dan benar. Hal yang sangat penting apabila para atasan/manajer sebelumnya

telah mengetahui lebih dahulu hal-hal apakah yang paling dibutuhkan

karyawan dalam motivasi peningkatan kinerja, karena kemungkinan para

manajer tidak menyadari atau tidak memahami bahwa hal-hal yang

74

sesungguhnya diinginkan dan menjadi prioritas karyawan dari pekerjaan

mereka. Dalam keadaan ekonomi yang sedang tumbuh ini sangat penting agar

para manajer menyadari dampak ekonomi dan perubahan lainnya dari

prioritas tersebut, maka dari apa yang terjadi dapat terlihat bahwa orang-

orang bertindak atas dasar persepsi atau penafsiran mereka tentang realitas

dan bukan atas dasar realitas itu sendiri. Alasan dalam mempelajari ilmu-ilmu

perilaku adalah bahwa ilmu-ilmu tersebut memberikan kita cara mendekatkan

persepsi pada realitas. Makin dekat persepsi kita pada realitas tertentu, makin

tinggi pula kemungkinan dampak yang dapat dilakukan terhadap realitas

tertentu. Oleh karena itu, dengan makin mendekatkan persepsi pada realitas

atau fakta yang ada, hal-hal yang sesungguhnya diinginkan karyawan dapat

diketahui oleh para atasan atau manajer, sehingga para manajer dapat

meningkatkan efektivitas mereka dalam pemberian motivasi yang tepat

sasaran kepada karyawannya.

Para manajer harus mengetahui orang-orang mereka untuk memahami

hal-hal apa yang dapat memotivasi mereka dan tidak hanya sekedar membuat

asumsi. Meskipun para manajer dapat menanyakan perasaan karyawan

tentang hal motivasi kerja, hal ini tidak selalu menghasilkan balikan (feed

back) yang relavan sesuai dengan harapan perusahaan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan fakta sangat rendahnya

kepekaan atasan/manajemen terhadap hal-hal yang sesungguhnya dianggap

paling penting berhubungan dengan peningkatan kinerja. Manajemen

menganggap bahwa mereka sudah memenuhi dengan tepat apa yang

dibutuhkan karyawannya, namun sebaliknya karyawan merasa tidak hanya itu

yang menjadi fokus peningkatan kinerja, tetapi para manajer harus menyadari

fakta yang ada dan berusaha menciptakan organisasi yang dapat menyediakan

dan memberikan motivasi kerja pada semua level kebutuhan.

4.6. Evaluasi Keeratan Hubungan dan Pengaruh Faktor Kemampuan

Terhadap Kinerja

Manusia pada dasarnya tidak diciptakan secara sama. Pada setiap

individu memiliki kekuatan dan kelemahan dalam hal kemampuan yang

membuatnya relatif unggul atau rendah dibandingkan orang-orang lain dalam

75

melakukan tugas atau kegiatan tertentu. Dari sudut pandang manajemen, yang

menjadi pokok permasalahan bukanlah apakah orang-orang atau karyawan

berbeda dalam hal kecakapan atau tidak. Masalah utamanya adalah

manajemen dapat mengetahui bagaimana orang-orang atau karyawan yang

kemampuannya berbeda dan menggunakan pengetahuan tersebut untuk

meningkatkan kemungkinan seorang karyawan melakukan pekerjaannya

dengan baik. Penelitian para ilmuwan dan pengalaman para praktisi

membuktikan bahwa dalam diri setiap orang terdapat potensi yang belum

sepenuhnya dikembangkan dan dimanfaatkan. Hal ini terbukti apabila

seseorang menghadapi situasi krisis, dan kemudian ia mampu melakukan

sesuatu diluar dugaannya selama ini.

Untuk mengevaluasi demi tercapainya keberhasilan pada tujuan-

tujuan yang diinginkan perusahaan, maka peran manajemen dalam hal ini

sangat dibutuhkan. Manajemen PT. XYZ harus berfikir dan memperbaiki dari

kesalahan-kesalahan yang terjadi pada sistem pengelolaan karyawannya.

Salah satu cara untuk memikirkan apa yang harus dilakukan oleh

manajer/manajemen adalah dengan mengevaluasi keterampilan-keterampilan

atau kemampuan para karyawannya, yang mereka perlukan untuk mencapai

tujuan-tujuan mereka agar berhasil. Seperti yang terjadi pada penelitian ini

dimana faktor kemampuan menjadi bahasan khusus terhadap hal-hal yang

harus menjadi perhatian dan koreksi bagi para manajer atas permasalahan

yang terjadi pada kondisi kinerja PT. XYZ.

Kemampuan yang harus menjadi evaluasi oleh para manajer yaitu:

kemampuan teknis, kemampuan manusiawi dan konseptual. Dari hasil

persepsi responden/karyawan terhadap kuesioner yang kami berikan

mengenai faktor kemampuan ini, menyatakan bahwa yang dianggap paling

berpengaruh dan berhubungan dengan peningkatan kinerja adalah butir

pertanyaan yang berisi tentang bagaimana pemahaman karyawan terhadap

pekerjaan. Hal ini juga dibuktikan dengan adanya perolehan nilai yang

signifikan dan dianggap paling berpengaruh yaitu pada indikator pemahaman

kinerja.

76

Berdasarkan fakta yang ada dan apa yang telah dipaparkan maka

peneliti merasa bahwa pentingnya manajemen mempelajari keterampilan

menangani orang/karyawan. Betapa pentingnya bagi manajemen PT. XYZ

untuk memiliki keterampilan/kemampuan menangani orang-orang/karyawan

itu untuk keefektifan manajerial. Dengan mengembangkan kemampuan dan

keterampilan mereka, dalam pemahaman menangani para karyawannya, maka

seorang manajer tersebut akan mendapatkan wawasan dan keterampilan

khusus untuk menangani para bawahannya yaitu dengan belajar bagaimana

menjadi pendengar yang efektif, cara yang benar untuk memberikan umpan

balik kinerja, bagaimana mendelegasikan otoritas, dan bagaimana

menciptakan tim-tim yang kreatif.

Suatu manajemen apabila melakukan perubahan atau pengembangan

keterampilan dalam menangani para karyawannya, hal ini diharapkan akan

berdampak pada peningkatan kinerja dan mengurangi tingkat kemangkiran

karyawan. Jika dilihat pada data penilaian kinerja, fakta menunjukkan bahwa

masih ada karyawan yang dalam periode tiga tahun terakhir mendapatkan

nilai kinerja D dan E, maka jika dihubungkan dengan data hasil kuesioner hal

ini saling berkaitan, yaitu pada hasil kuesioner persepsi karyawan terhadap

faktor kemampuan kerja terhadap kinerja memberikan tingkat kepentingan

yang tinggi atau menyatakan bahwa saat ini mereka (para karyawan)

merasakan bahwa hal yang paling berpengaruh terhadap kinerja mereka

adalah indikator pemahaman terhadap pekerjaan.

Berdasarkan kedua fakta tersebut, menggambarkan bahwa manajemen

PT. XYZ masih sangat kurang dalam hal keterampilan bagaimana

mengembangkan kemampuan karyawannya dengan memahami dan

mempelajari menangani orang-orang/karyawan itu untuk keefektifan

manajerial yaitu dengan memberikan pemahaman yang baik dan tepat kepada

karyawannya dalam menyelesaikan pekerjaan.

4.7. Implikasi Manajerial

4.7.1 Implikasi Manajerial Terhadap Persepsi Karyawan

Kinerja karyawan merupakan suatu faktor penting dalam suatu

perusahaan/organisasi kerja yang perlu terus ditingkatkan dari waktu-

77

kewaktu, karena indikator keberhasilan dan baiknya suatu organisasi kerja

adalah baiknya kinerja karyawan dan meningkatnya hasil kerja karyawannya.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang terjadi maka penelitian yang

telah dilakukan dengan merujuk pada sejumlah teori motivasi dan fakta

penerapan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya. Peneliti dapat

meringkaskan secara khusus dari apa yang diketahui mengenai bagaimana

seharusnya manajemen memotivasi karyawan PT. XYZ:

1. Kenali perbedaan-perbedaan individual.

Para karyawan mempunyai kebutuhan yang berlainan. Jangan perlakukan

mereka semua secara sama. Manajer dan manajemen harus meluangkan

waktu yang diperlukan untuk memahami apa yang penting bagi tiap

karyawan. Hal ini akan dapat mempermudah manajemen dalam

mengindividualkan tujuan-tujuan, tingkat partisipasi, dan mengetahui

motif karyawan secara efektif agar segaris dengan kebutuhan-kebutuhan

individu karyawan.

2. Gunakan tujuan dan umpan balik (Memberikan Feed Back).

Para karyawan seharusnya mempunyai tujuan-tujuan yang khusus dan

jelas, maupun umpan balik mengenai sampai sejauh mana perkembangan

mereka dalam memburu tujuan-tujuan karyawan tersebut.

3. Memberikan kesempatan karyawan berpartisipasi.

Biarkan para karyawan berpartisipasi dalam keputusan-keputusan yang

mempengaruhi mereka. Karyawan dapat menyumbang pada sejumlah

keputusan yang mempengaruhi mereka, yaitu: mengenai penetapan dan

tujuan kerja, pemilihan paket tunjangan mereka sendiri, memecahkan

masalah produktivitas dan kualitas kerja. Hal ini akan dapat meningkatkan

produktivitas kerja, kualitas dan kinerja, serta komitmen terhadap tujuan

kerja.

4. Kaitkan antara imbalan dengan kinerja.

Imbalan seharusnya bergantung pada kinerja. Hal ini begitu penting,

bahwa karyawan harus mempersepsikan adanya korelasi atau kaitan

imbalan dengan kinerja. Jika karyawan mempersepsikan korelasinya

rendah, maka hasilnya akan berupa kinerja yang rendah.

78

5. Periksa dan beri pengawasan pada sistem yang berjalan untuk keadilan.

Para karyawan juga seharusnya memberikan balasan terhadap apa yang

telah diberikan perusahaan paling tidak sebanding dengan yang telah di

dapatkan atas pekerjaannya, artinya bahwa pada setiap karyawan harus

menunjukkan pengalaman yang lebih baik, upaya peningkatan kinerja dan

kemudian manajemen memberikan pengawasan yang cukup sehingga hal

ini akan menjelaskan perbedaan-perbedaan kinerja dari masing-masing

karyawan. Dari situlah maka perbedaan upah, tugas, pekerjaan dan sistem

pengelolaan SDM akan berjalan dengan adil dan tepat.

Implikasi manajerial faktor kemampuan mempengaruhi langsung

tingkat kinerja apabila terdapat kesesuaian kemampuan dengan pekerjaan

yang diberikan. Untuk memperbaiki permasalahan pada kurang efektifnya

manajer/manajemen PT. XYZ dalam mengembangkan kemampuan

karyawannya yang dapat dilakukan adalah:

1. Dimulai dari suatu proses seleksi karyawan yang efektif maka diharapkan

akan memperbaiki kesesuaian antara kemampuan dengan pekerjaan. Suatu

analisis pekerjaan akan memberikan informasi mengenai pekerjaan-

pekerjaan yang dewasa ini sedang dilakukan dan kemampuan yang

diperlukan individu untuk melakukan pekerjaan dengan memadai dan

optimal. Hal ini sangat penting dilakukan pada proses awal dalam

penerimaan pegawai/karyawan baru, kemudian para calon karyawan baru

dapat dites, diwawancarai, dan dievaluasi sampai sejauh mana mereka

memiliki kemampuan yang diperlukan.

2. Pada keputusan promosi dan transfer posisi/jabatan yang akan

mempengaruhi individu yang sudah dipekerjakan dalam perusahaan,

hendaknya mencerminkan kemampuan para calon. Misal seperti pada

karyawan baru, manajemen harus dengan seksama dilakukan penilaian

terhadap kemampuan kritis yang diperlukan pemangku pekerjaan/jabatan

dalam pekerjaannya dan untuk memadankan persyaratan tersebut dengan

sumberdaya manusianya.

79

3. Untuk menyelaraskan dan menyesuaikan kemampuan dengan pekerjaan.

Manajeman dapat memperbaiki dan meneliti pekerjaan tersebut agar dapat

disesuaikan dengan pemangkunya. Biasanya dibuat modifikasi dalam

pekerjaan itu sehingga, sementara tidak mempunyai suatu dampak yang

bermakna pada kegiatan dasar pekerjaan tersebut, yang dapat disesuaikan

dengan bakat-bakat khas dari seorang karyawan tertentu. Contohny:

mereorganisasi tugas-tugas sekelompok karyawan.

4. Suatu alternatif terakhir adalah memberikan pelatihan bagi para karyawan.

Hal ini dapat diterapkan baik terhadap pekerja baru maupun terhadap

pemangku pekerjaan yang sekarang. Untuk karyawan lama dapat diberikan

keterampilan baru sesuai dengan tingkat kebutuhkan perusahaan.

4.7.2 Implikasi Manajerial Terhadap Kondisi Perusahaan

Variabel-variabel independen yang telah dijelaskan tersebut

merupakan gabungan dari beberapa parameter/indikator yang juga

memberikan nilai korelasi yang maksimum terhadap kinerja karyawan PT.

XYZ. Berdasarkan tabel 13 yang menunjukkan bahwa pada masing-masing

variabel/faktor memiliki nilai korelasi yang signifikan. Adapun implikasi

manajerial dari masing-masing faktor dan rencana perbaikan yang dapat

direkomendasikan untuk perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Faktor kondisi kerja, Mudah menerima ide dan Bekerja dengan efisien

PT. XYZ memiliki 40 karyawan staf, yang hampir seluruh dari karyawan

masih berusia dibawah 40 tahun. Hal ini akan berpengaruh pada stabilitas

kondisi kerja. Dari hasil penelitian terlihat bahwa kondisi kerja perusahaan

ini masih perlu diperbaiki dalam membangun suatu kondisi kerja yang

baik, nyaman dan kondusif, yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Dalam hal penataan ruangan kerja, perlu adanya masukan dari

karyawan tentang penataan ruang kerja yang menurut karyawan baik

dan nyaman ketika karyawan bekerja.

Membangun adanya kerjasama antar karyawan, misalnya perlu adanya

masukan dari karyawan tentang penataan ruang kerja, pencahayaan

ruangan, desain ruangan, suhu ruangan, yang disesuaikan dengan

80

kebutuhan karyawan dan menurut karyawan baik juga nyaman ketika

karyawan bekerja.

Harus adanya kerjasama yang baik antara karyawan dengan atasan

(pimpinan dan manajemen) sehingga timbul kondisi kerja yang

kondusif. Karena saat ini masih adanya kondisi kerja yang kurang baik

antara karyawan dengan atasan sehingga perlu perlu diciptakan kondisi

kerja yang baik yaitu dengan menjalin hubungan yang baik antara

karyawan dengan manajemen perusahaan dan PT.XYZ sebaiknya harus

lebih sering lagi untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang menimbulkan

rasa kebersamaan dan kekeluargaan.

Apabila kondisi kerja sudah kondusif maka hal ini berdampak pada

tingkat efisiensi dalam bekerja, hal yang perlu diperhatikan untuk PT.

XYZ adalah dengan adanya penelitian ini maka dapat terlihat bahwa

efisiensi dalam bekerja belum terwujud dengan maksimal untuk saat

ini, karena jika dilihat dari hasil analisis bahwa efisiensi dalam bekerja

memiliki pengaruh yang kuat pada kinerja. Artinya perusahaan harus

lebih memperhatikan faktor bekerja dengan lebih efisien.

2. Faktor Gaji, Pengakuan, Penghargaan, dan Dianggap bernilai

Para karyawan biasanya sangat memperhatikan masalah yang berkaitan

dengan upah karyawan dan juga ingin selalu diberikan perhatian dari

perusahaan, oleh sebab itu dalam penelitian ini pada faktor gaji,

pengakuan/penghargaan hasilnya adalah memberikan pengaruh yang besar

terhadap peningkatan kinerja karyawan sedangkan pada faktor dianggap

bernilai memiliki tingkat signifikan yang rendah dan dianggap tidak

berpengaruh. Maka PT. XYZ perlu memperhatikan kembali hal-hal

sebagai berikut:

a. Perlu adanya perhatian dari atasan tentang pengakuan dan penghargaan

terhadap karyawan yang baik dan berprestasi, misalnya untuk

memberikan kenaikan gaji/upah, bonus atau reward, kenaikan

pangkat/jabatan bagi karyawan yang berprestasi dan mencapai target

kerja dengan hasil yang memuaskan, dimana saat ini atasan dirasakan

81

masih minim dalam memberikan penghargaan terhadap kinerja

karyawan.

b. Perlu adanya saluran komunikasi yang baik antara karyawan dengan

atasan untuk membuat intensitas komunikasi lebih sering lagi antara

karyawan dengan atasan agar timbul keakraban dan informasi atau

segala keluhan dan harapan karyawan dapat didengar dan diterima

dengan baik oleh atasan dan manajemen.

3. Faktor Hubungan kerja dengan Pekerjaan itu sendiri

Hubungan atasan dengan bawahan memberikan pengaruh terhadap

pengetahuan kerja, kualitas pekerjaan dan agar karyawan memiliki

kemampuan yang dapat diandalkan. Pada hasil penelitian ini walaupun

pada faktor hubungan kerja memberikan pengaruh yang tidak terlalu besar

tetapi apabila hubungan atasan dan bawahan ini ditingkatkan atau

diperbaiki maka akan meningkatkan kinerja yang lebih baik. Apabila

komunikasi antara atasan dengan karyawan lancar, maka pengetahuan dan

kualitas pekerjaan karyawan dapat meningkat, karena atasan akan

membimbing karyawan untuk memperbaiki atau menambah kualitas dan

pengetahuan dalam bekerja.

Penelitian ini mengidentifikasi permasalahan yang terjadi mengenai

hubungan kerja yaitu seperti yang diuraikan dibawah ini:

a. Saat ini karyawan yang langsung berhubungan dengan mitra kerja,

perlu dibimbing dan diberi pengetahuan baru terutama pada hal-hal

teknis, dimana ada beberapa permasalahan atau kesalahpahaman yang

menjadikan mitra kerja mengeluhkan tentang pelayanan yang kurang

karena pengetahuan dari karyawan yang masih kurang terutama dalam

hal komunikasi yang baik.

b. Pengetahuan karyawan tentang teknologi informasi dan pelayanan yang

dianggap kurang cepat dan tanggap terhadap permasalahan yang terjadi,

oleh sebab itu manajemen dan atasan perlu memberikan bimbingan dan

pelatihan yang baik terhadap semua pihak baik karyawan, mitra kerja

maupun konsumen.

82

4. Faktor Kebijakan Administrasi, Supervisi yang baik

Atasan perlu lebih cermat dan hati-hati dalam memberikan setiap

kebijakan yang bersangkutan dengan karyawan atau pekerjaan karyawan.

Walaupun selama ini kebijakan yang diberikan sudah dirasakan cukup

baik, namun penyampaian kebijakan yang baik dari atasan ketika

memberikan kebijakan dirasakan masih perlu dipertahankan atau

ditingkatkan, agar tidak mempengaruhi kinerja karyawan saat ini. Dan

perusahan juga harus menjadi supervisi yang baik untuk para karyawannya

dalam segala hal yang dalam hal ini berkaitan dengan peningkatan

motivasi karyawan.

5. Faktor Peluang Berkembang dan Tingkat Keberhasilan Pekerjaan.

Atasan perlu memberikan ruang atau fasilitas agar para karyawannya terus

dapat meningkatkan kualitas diri. Begitu juga dengan tingkat keberhasilan

pekerjaan, karyawan merasa bahwa dengan adanya peluang untuk terus

berkembang hal ini juga akan berpengaruh pada tingkat keberhasilan

dalam menyelesaikan pekerjaan. Oleh sebab itu perlu adanya perhatian

khusus oleh pihak manajemen dalam upaya peningkatan pemberian

peluang untuk peningkatan kualitas diri karyawan misalnya karyawan

diberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan atau

melanjutkan pendidikan agar diharapkan peningkatan kinerja akan terus

meningkat jika karyawan banyak melakukan keberhasilan dalam bekerja

dan merasa bahwa selalu berupaya memanfaatkan peluang dan kesempatan

yang diberikan.

6. Faktor Pemahaman Pekerjaan

Pemahaman pada pekerjaan memberikan pengaruh paling besar terhadap

parameter-parameter peningkatan kinerja karyawan, karena hal ini akan

berpengaruh pada bagaimana karyawan memiliki rasa kesediaan untuk

bekerja, rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan, dalam memiliki keahlian

yang tinggi. Dari hasil penelitian pada PT. XYZ, maka dapat

direkomendasikan bahwa:

Atasan dan manajemen harus lebih memperhatikan dalam hal

memberikan pemahaman yang baik dan jelas tentang setiap pekerjaan

83

pada karyawannya dimana pengaruh dari tingkat kemampuan

pemahaman terhadap pekerjaan ini akan memberikan pengaruh paling

besar terhadap peningkatan kinerja karyawan.

Dengan adanya pembagian beban kerja yang jelas, penjelasan yang baik

tentang tugas dan pekerjaan tersebut juga perhatian dari atasan tentang

sejauh mana para karyawan sudah memahami pekerjaan tersebut perlu

ditingkatkan dan dievaluasi. Karena pada kondisi yang sebenarnya,

banyak dari beberapa karyawan yang mengeluhkan mengenai beban

kerja yang berlebihan dan tidak jelas kepemilikannya.

7. Faktor Berupaya Memanfaatkan Peluang Dan Meningkatkan Kualitas

Berdasarkan dari tabel 12 diatas menunjukkan kedua indikator ini sangat

berpengaruh terhadap kinerja, artinya bahwa saat ini perusahaan kurang

memberikan perhatiannya pada karyawan mengenai hal yang berkaitan

dengan upaya karyawan dalam peningkatan kualitas kinerja dan

mendapatkan peluang-peluang yang dapat meningkatkan kinerja.

8. Kecerdasan, Kompetensi Secara Profesional dan Kreativitas

Berdasarkan hasil analisis pada penelitian terhadap karyawan PT. XYZ

tingkat kecerdasan kompetensi dan profesionalitas dalam bekerja sangat

dibutuhkan oleh karyawan untuk mendukung peningkatan kualitas kinerja

karyawan. Permasalahan yang masih menjadi kendala untuk meningkatkan

kecerdasan, kompetensi profesional dan kreativitas karyawan yaitu:

a. Sistem rekrutmen pegawai (penyaringan pegawai) yang belum memiliki

standar tersendiri, sehingga secara keseluruhan para karyawan PT. XYZ

saat ini belum dapat dikatakan sudah memiliki kompetensi secara

profesional, hal ini dikarenakan masih beragamnya tingkat kecerdasan

dan dengan nilai perbandingan yang sangat jauh antara karyawan yang

sangat cerdas dan yang kurang cerdas maka oleh sebab itu PT.XYZ

memerlukan evaluasi dan pembenahan pada sistem panyaringan

pegawai agar diharapkan kualitas dari pegawai yang akan menjadi

karyawan memiliki standar yang sesuai dengan kompetensi yang

dibutuhkan.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan permasalahan dan pembahasan mengenai pengaruh

motivasi kerja dan kemampuan kerja terhadap kinerja karyawan PT. XYZ,

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara simultan pada analisis regresi berganda, untuk variabel motivasi

kerja dan kemampuan kerja memperlihatkan pengaruh yang signifikan

terhadap variabel-variabel kinerja karyawan PT. XYZ. Jika dianalisis

secara parsial dari kedua variabel tersebut yang lebih besar memberikan

kontribusi dan memiliki pengaruh yang kuat (yang paling dominan)

terhadap kinerja adalah kemampuan kerja, yaitu pada indikator

pemahaman terhadap pekerjaan, dengan adanya pemahaman yang baik

terhadap pekerjaan maka diharapakan karyawan dapat meningkatkan

kualitas kinerja. Karena dengan meningkatnya kualitas pemahaman

terhadap pekerjaan tersebut hal ini akan mempengaruhi faktor-faktor

kinerja lainya.

2. Peningkatan kinerja karyawan tidak hanya dipengaruhi oleh satu atau dua

faktor saja, namun semakin banyak faktor-faktor yang digunakan atau

dianalisis sebagai prediktor/penentu peningkatan kinerja, maka nilai

korelasi dari faktor-faktor tersebut akan menghasilkan nilai korelasi yang

maksimum. Oleh sebab itu pada penelitian ini telah dilakukan analisis

lebih lanjut dengan mengembangkan variabel penelitian yang digunakan,

agar hasil dari nilai korelasi mencapai maksimum (signifikan) dan selain

itu juga dapat teridentifikasi dengan baik faktor-faktor mana yang

berpengaruh kuat ataupun berpengaruh tidak terlalu kuat.

3. Memberikan informasi pihak manajemen PT. XYZ dalam upaya

meningkatkan faktor-faktor kinerja karyawan melalui evaluasi dan

perbaikan terhadap faktor yang dinilai berpengaruh kuat. Dari 18 jumlah

variabel bebas yang dianalisis dengan korelasi kanonik ternyata hanya ada

10 variabel yang memiliki hubungan signifikan yaitu X1, X2, X3, X8,

X12, X13, X14, X16, X17 dan X18. Dengan demikian sisa variabel yang

85

lainya dapat diartikan bahwa variabel tersebut tidak mempengaruh kinerja

karyawan secara signifikan atau dengan kata lain berpengaruh lemah

secara parsial.

B. Saran

Berdasarkan implikasi manajerial untuk PT. XYZ dalam memenuhi

persepsi responden sebagai rencana perbaikan yang dapat direkomendasikan

untuk perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Manajemen perlu mengadakan program-program sebagai berikut:

- Program pengakuan karyawan, yaitu: dengan mengakui prestasi individu

maupun kelompok. Salah satu cara program pengakuan karyawan dalam

praktik adalah dengan memberikan pujian atas prestasi kerjanya

- Program perlibatan karyawan atau manajemen partisipatif, caranya

yaitu: karyawan diperbolehkan untuk memberi usulan untuk ikut

memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi oleh perusahaan dan

kemudian jika usulan tersebut berhasil maka karyawan tersebut diberikan

hadiah yang sesuai dengan begitu karyawan akan menggunakan seluruh

kapasitasnya untuk mendorong peningkatan komitmen bagi kesuksesan

perusahaan.

- Program upah variabel, upah variabel yaitu rencana upah per potong,

insentif upah, bagi laba, bonus, dan bagi hasil semuanya adalah ragam dari

program upah variabel. Perbedaannya adalah sebagai ganti membayar

seseorang untuk masa kerja atau senioritas, maka sebagian dari upah

karyawan dibayarkan berdasarkan ukuran kinerja individu/perusahaan.

Upah variabel bukanlah suatu jumlah tetap tiap tahunnya. Dengan upah

variabel, maka untuk tunjangan diluar gaji pokok besarnya setiap tahun

akan berubah (berfluktuasi) naik dan turun menurut ukuran kinerja.

2. PT. XYZ perlu lebih memperhatikan dalam hal memberikan pemahaman

yang baik dan jelas, penyampaian mengenai teknis pekerjaan, beban kerja

yang sesuai, dan memberikan bimbingan pada karyawan, agar

mempermudah pemahaman para karyawan dalam bekerja. Karena pada

setiap masing-masing karyawan memiliki tingkat kecerdasan dan

pengetahuan yang beragam, sehingga perlu adanya penyetaraan secara

86

keseluruhan dengan cara mengadakan pelatihan (learning center) oleh

pihak manajemen.

3. PT. XYZ sebaiknya mengevaluasi kembali apakah yang menjadi

kebutuhan para karyawan dalam hal peningkatan kualitas diri, menerima

saran dan kritik yang dari karyawan, kemudian bagaimana evaluasi

mengenai pemberian peluang untuk jenjang karir, bekerjasama dengan

semua pihak untuk memperbaiki kualitas kinerja dan mengidentifikasi apa

saja yang menjadi prioritas utama dalam mendukung peningkatan kinerja.

4. Dari hasil penelitian ini, sebaiknya perusahaan menggunakan semua faktor-

faktor yang telah dianalisis, agar dapat menyempurnakan segala hal yang

berkaitan dengan peningkatan pemberian motivasi kerja dan peningkatan

kemampuan kerja karyawannya yang pada akhirnya terwujud peningkatan

kinerja.

5. Perlu adanya lanjutan penelitian di PT. XYZ mengenai penilaian kinerja

melalui pendekatan KPI (rancangan penilaian kinerja karyawan).

DAFTAR PUSTAKA

Adian, S. 2009, Pengaruh Motivasi, Kemampuan Kerja, Kesiapan Menerima Perubahan

dan Demografi Terhadap Kinerja Auditor. Studi Kasus Pada Auditor

Inspektorat Jenderal Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Program Studi

Magister Manajemen Akuntansi, Binus University.

Anonim, 2010. Analisis Correlation Canonical . www.statsoft.com [15 Juli 2010]

Arnold, Huhg J & Daniel C, Feldman. 2009. Organizational Behavior Ed8, McGraw-

Hill Book Co, New York.

Cushway, Barry. dan Derek. Lodge. 2005. Organizational Behaviour and Design

Terjemahan. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Computing Center, University of Kentucky Information Technology, 2003,

A Note On Canonical Correlation Analysis In SPSS,

http://www.uky.edu/ComputingCenter/ SSTARS/Canonical.htm, Juli23, 2010.

Dharma, A., 2006, Manajemen Prestasi Kerja. Rajawali, Jakarta.

Dubrin, AJ. 2008. Essential of Management. South Western Publishing College Pub.

Gibson, James L., 1996, Ivancevich, John M., dan Donnelly, James H., Organisasi,

(Terjemahan Nunuk Ardiarni), PT. Binapura Aksara, Jakarta.

Greenberg, J and Baron, RA., 1997. Behavior in Organization, Prentice Hall

International Inc, New Jersey.

Handoko, 2000, Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia Edisi II, Penerbit

BPFE, Yogyakarta.

Hasibuan, Melayu S.P. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi.

Cetakan Keenam. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.

Hasibuan, Melayu S.P. 2003, Organisasi dan Motivasi: Dasar Peningkatan

Produktivitas, Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.

Hernowo, N. 2005. Pengaruh Motivasi dan Disiplin Terhadap Kinerja Pegawai Badan

Kepegawaian Daerah Kabupaten Wonogiri, Wonogiri. Fakultas Ekonomi dan

Manajemen. Universitas Airlangga.

Iriawan, N. dan S. P. Astuti. 2006. Mengolah Data Statistik Dengan Mudah

Menggunakan Minitab 14. Penerbit Andi, Yogyakarta.

Karimin, J. 2001. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pelatihan dan Motivasi Terhadap

Kinerja Penyuluh KB di BKKBN Kota Jambi, Fakultas Ilmu Sosial.

Universitas Negeri Jambi.

Luthans, 2009, Organizational Behavior (8th ed.). McGraw-Hill Inc, Singapore.

88

M Newstrom, JW and Davis, K. 1997, Organizational Behavior, McGraw Hill

Companies Inc.

Mangkunegara, 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. PT. Remaja

Rosdakarya, Bandung.

Moekijat, 2001, Dasar-Dasar Motivasi, Penerbit Pioner Jaya, Bandung.

Prawirosentono, 1999. Kebijakan Kinerja Karyawan. BPFE, Yogyakarta.

Program Analisis Data SPSS versi 15.0

Program Analisis Data Statistica Version 9.

Ranupandojo, P dan Husnan 1990. Manajemen Personalia. BPFE, Yogyakarta.

Robbins, Stephen R 2001, Perilaku Organisasi, Prenhalindo, Jakarta.

Saydam, 1996. Manajemen Sumber Daya Manusia : Suatu Pendekatan Mikro.

Djambatan, Jakarta.

Sedarmayanti, 2001. Sumber Daya manusia dan Produktivitas Kerja. PT. Mandar

maju, Bandung.

Siehoyono, L. 2004. Am I satisfied?: Analysing the influence of employee backgrounds

and internal service quality on employe satisfaction in economics. Proposal

Penelitian Internal Program Management Perhotelan, Universitas Petra

Kristian Surabaya, Surabaya.

Siagian, P.Sondang, 2002, Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja, Rineka Cipta,

Jakarta.

Simamora, S., 1981. Motif dan Motivasi. SPS IKIP Bandung, Bandung.

Supardi, dan Anwar. Syaiful. 2002. Dasar-Dasar Perilaku Organisasi. UII Press,

Yogyakarta.

Suzanna LS. 2008. Korelasi Kanonikal: Komputasi Dengan Menggunakan SPSS dan

Interpretasi Hasil Analisis, Depok. Fakultas Ekonomi. Universitas Gunadarma.

Timpe, 1999. Kepemimpinan. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Timpe, 1999a. Seri Manajemen Sumber Daya Manusia: Memotivasi Pegawai. PT Elex

Media Komputindo, Kelompok Gramedia, Jakarta.

________. 1999b. Seri Manajemen Sumber Daya Manusia: Kinerja. Jakarta : PT Elex

Media Komputindo, Kelompok Gramedia, Jakarta.

Timpe, 2003, Motivasi Pegawai, Elex Media Komputindo, Jakarta.

Motivasi Kerja, Kemampuan Kerja dan Kinerja Karyawan

PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS

DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan Hormat,

Terima kasih atas kesediaan Anda meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini. Kuesioner

ini merupakan bahan penelitian untuk penyusunan Tugas Akhir Tresti Vinansih, NRP

H24076128, Mahasiswa Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus, Departemen

Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor, yang berjudul “

Pengaruh Motivasi Kerja dan Kemampuan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi

Kasus: PT.XYZ), Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut

Pertanian Bogor) “. Kami sangat menghargai kejujuran Anda dan menjamin kerahasian

Anda terkait dengan kuesioner ini .

Isilah titik-titik di bawah ini dengan memberi tanda silang ( X ) sesuai dengan jawaban Anda !

Identitas Responden

1. Nama : …………………………………….

2. Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan

3. Umur : a. 21-30 tahun b. 31-40 tahun c. Diatas 40 tahun

4. Status : a. Menikah b. Belum Menikah d. Janda/duda

5. Pendidikan Terakhir : a. SLTA/Setingkat b. Sarjana Muda DIII/DII/Setingkat

c. Sarjana S1/Diploma IV d. Pasca sarjana

e. Lainnya (Sebutkan).............................................

7. Jabatan : ................................................................................

8. Masa Kerja : a.1-2 tahun b.3-5 tahun c.6 -15 tahun d.Di atas 15 tahun

PETUNJUK PENGISIAN

Berilah tanda checklist ( V ) pada kotak jawaban yang sesuai dengan pilihan anda

Keterangan : STS = Sangat Tidak Setuju S = Setuju

TS = Tidak Setuju SS = Sangat Setuju

RR = Ragu-ragu

No Kuesioner :

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

89

PETUNJUK PENGISIAN

Pertimbangkan setiap item pernyataan, kemudian Bapak/Ibu diminta untuk menilai keadaan

yang sebenarnya sampai dengan pada saat ini dengan menggunakan 5 alternatif pilihan

jawaban dengan ketentuan sebagai berikut :

SS : Sangat Setuju yaitu artinya apabila responden sangat setuju dengan pernyataan karena

sangat sesuai dengan keadaan yang dirasakan oleh responden.

S : Setuju yaitu artinya apabila responden setuju dengan pernyataan karena sesuai dengan

keadaan yang dirasakan oleh responden.

RR : Ragu-ragu yaitu artinya responden tidak dapat menentukan/apabila tidak dapat

menentukan dengan pasti apa yang dirasakan.

TS : Tidak Setuju yaitu artinya apabila responden tidak setuju dengan pernyataan karena

tidak sesuai dengan keadaan yang dirasakan oleh responden.

STS : Sangat Tidak Setuju yaitu artinya apabila responden sangat tidak setuju dengan

pernyataan karena sangat tidak sesuai dengan keadaan yang dirasakan oleh responden.

A. MOTIVASI KERJA

No Pernyataan Alternatif Jawaan

STS TS RR S SS

1 Saya memiliki peluang dan kesempatan untuk mengembangkan

ketrampilan dan kemampuan saya

2 Atasan selalu memberikan perhatian, pengarahan/petunjuk kerja,

sarana pendukung dan peralatan bekerja yang sangat memadai

3

Untuk memberikan motivasi kerja karyawan, atasan memberikan

penghargaan bagi karyawan yang berprestasi dan menjalankan

tugas pekerjaan dengan memuaskan

4

Situasi dan kondisi kerja saat ini, baik dalam hal sarana prasarana,

kondisi tempat bekerja yang bersih, rapi dan nyaman akan

menambah semangat kerja karyawan

5 hubungan atasan terhadap bawahan maupun dengan teman sejawat

terjalin dengan baik dan kondusif

6 Tugas dan tanggung jawab yang diberikan sesuai dengan

pendidikan dan kemampuan saya

7 Besarnya gaji yang diperoleh sesuai dengan pekerjaan yang

dilakukan

8 Pemberian penghargaan bagi karyawan yang berprestasi akan

memberi motivasi kerja karyawan

Lanjutan Lampiran 1

90

9 Saya ingin mencapai kesuksesan dalam bekerja dan ingin selalu

memberikan hasil yang terbaik

10 Atasan selalu mengkomunikasikan dengan bawahan segala sesuatu

yang berhubungan dengan usaha pencapaian tugas

B. KEMAMPUAN KERJA

No Pernyataan Alternatif Jawaan

STS TS RR S SS

1 Saya adalah orang yang dianggap cerdas dan cepat belajar dalam

setiap permasalahan yang terjadi di perusahaan

2 Saya mempunyai kemahiran dalam melaksanakan tugas praktis

dan saya juga bekerja secara profesional

3 Saya selalu berusaha mencari tata kerja baru dalam bekerja dengan

berfikir kreatif dan inovatif

4 Sebagai karyawan saya mengetahui secara mendalam bidang tugas

yang menjadi tanggung jawab saya

5 Biasanya saya bekerja sesuai dengan target guna mengefektifkan

dan mengefisienkan waktu bekerja

6 Atasan saya selalu meminta saran mengenai tugas dan

permasalahan yang terjadi

7 Saya mendapat kesempatan untuk belajar hal-hal yang baru

8

Berfikir secara cerdas dan mudah menyesuaikan diri dalam setiap

permasalahan yang terjadi di perusahaan adalah salah satu karakter

yang saya miliki

9 Saya adalah orang yang senang diberi masukan dan ide-ide yang

dapat memberikan peningkatan kualitas kerja

10 Saya berusaha sangat keras untuk memperbaiki dan meningkatkan

kinerja masa lalu saya pada pekerjaan

Lanjutan Lampiran 3

91

Terima kasih atas partisipasi dan kerjasama Anda

Semoga hasil penelitian ini bermanfaat … Amin

C. KINERJA KARYAWAN

No Pernyataan Alternatif Jawaan

STS TS RR S SS

1 Saya berusaha keras meningkatkan prestasi kerja saya untuk

meningkatkan pendapatan dan jabatan

2 Ketika saya bekerja, tuntutan saya untuk berhasil mengerjakannya

sangat tinggi

3 Saya mampu membuat keputusan yang dapat menjawab

permasalahan dalam waktu tertentu

4 Saya merasa sangat menikmati jika diberi beban dan tanggung

jawab yang lebih besar dari yang saya lakukan saat ini

5

Perusahaan akan memberikan kenaikan gaji dan memberi bonus

untuk karyawan yang berprestasi dan telah berhasil dalam

mencapai target kerja

Lanjutan Lampiran 1

Lampiran 2. Hasil Uji Validitas Dengan Minitab 14 for Windows

Results for: MotivasiKonversi

Correlations: Motcon1; Motcon2; Motcon3; Motcon4; Motcon5; Motcon6; ... Motcon1 Motcon2 Motcon3 Motcon4 Motcon5

Motcon2 0,481

0,002

Motcon3 0,294 0,306

0,065 0,055

Motcon4 0,389 0,108 0,336

0,013 0,505 0,034

Motcon5 0,182 0,276 0,329 0,432

0,261 0,085 0,038 0,005

Motcon6 0,117 0,094 -0,019 0,131 0,219

0,471 0,563 0,908 0,421 0,175

Motcon7 0,268 0,302 0,505 0,355 0,054

0,095 0,059 0,001 0,025 0,739

Motcon9 0,542 0,243 0,145 0,424 0,068

0,000 0,130 0,372 0,006 0,678

Motcon10 0,588 0,560 0,042 0,388 0,288

0,000 0,000 0,795 0,013 0,072

TotalMotif 0,734 0,633 0,567 0,684 0,534

0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

Motcon6 Motcon7 Motcon9 Motcon10

Motcon7 0,269

0,094

Motcon9 0,063 0,113

0,701 0,487

Motcon10 0,012 0,143 0,389

0,941 0,377 0,013

TotalMotif 0,335 0,574 0,569 0,648

0,035 0,000 0,000 0,000

Ket: baris atas : Pearson correlation

Baris bawah : P-Value

Results for: KemampuanKonversi

Correlations: mampu1; mampu2; mampu3; mampu4; mampu5; mampu6; mampu7; ... mampu1 mampu2 mampu3 mampu4 mampu5

mampu2 0,521

0,001

mampu3 0,150 0,490

0,356 0,001

94

Lanjutan lampiran 2.

mampu4 0,445 0,407 0,415

0,004 0,009 0,008

mampu5 0,094 0,322 0,477 0,616

0,564 0,043 0,002 0,000

mampu6 0,287 -0,091 -0,037 0,224 0,206

0,073 0,579 0,819 0,164 0,202

mampu7 0,271 0,218 0,183 0,410 0,136

0,091 0,177 0,257 0,009 0,404

mampu9 0,124 0,377 0,404 0,444 0,357

0,447 0,016 0,010 0,004 0,024

mampu10 0,190 0,420 0,554 0,426 0,500

0,241 0,007 0,000 0,006 0,001

TotalMampu 0,545 0,639 0,640 0,777 0,654

0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

mampu6 mampu7 mampu9 mampu10

mampu7 0,240

0,137

mampu9 -0,037 0,444

0,822 0,004

mampu10 0,188 0,474 0,629

0,246 0,002 0,000

TotalMampu 0,363 0,603 0,657 0,774

0,021 0,000 0,000 0,000

Ket: baris atas : Pearson correlation

Baris bawah : P-Value

Results for: KinerjaKonversi

Correlations: Kin1; Kin2; Kin3; Kin4; Kin5; TotalKin Kin1 Kin2 Kin3 Kin4 Kin5

Kin2 0,384

0,014

Kin3 0,250 0,270

0,119 0,092

Kin4 0,132 0,238 0,491

0,415 0,139 0,001

Kin5 0,259 0,031 0,392 0,529

0,106 0,847 0,012 0,000

TotalKin 0,611 0,569 0,727 0,727 0,676

0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

Ket: baris atas : Pearson correlation

Baris bawah : P-Value

95

Lampiran 3. Hasil Uji Reliabilitas

Nilai Cronbach’s Alpha Variabel Motivasi Kerja

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items N of Items

,745 ,829 10

Nilai Cronbach’s Alpha Variabel Kemampuan Kerja

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items N of Items

,755 ,860 10

Nilai Cronbach’s Alpha Variabel Kinerja

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items N of Items

,763 ,812 6

96

Lampiran 4. Hasil Uji Regresi Berganda Dengan Minitab 14 for Windows

Results for: RegresiTotal

Regression Analysis: TotalKin versus TotalMotif; TotalMampu The regression equation is

TotalKin = 3,67 - 0,0706 TotalMotif + 0,466 TotalMampu

Predictor Coef SE Coef T P

Constant 3,669 2,400 1,53 0,135

TotalMotif -0,07057 0,09375 -0,75 0,456

TotalMampu 0,46576 0,08889 5,24 0,000

S = 2,26049 R-Sq = 49,1% R-Sq(adj) = 46,3%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P

Regression 2 182,265 91,133 17,83 0,000

Residual Error 37 189,063 5,110

Total 39 371,328

Source DF Seq SS

TotalMotif 1 41,973

TotalMampu 1 140,292

Unusual Observations

Obs TotalMotif TotalKin Fit SE Fit Residual St Resid

1 33,4 9,341 14,199 0,732 -4,858 -2,27R

7 33,4 9,341 14,199 0,732 -4,858 -2,27R

10 19,5 6,464 7,710 1,344 -1,245 -0,69 X

39 19,0 8,666 13,973 0,760 -5,307 -2,49R

R denotes an observation with a large standardized residual.

X denotes an observation whose X value gives it large influence.

Correlations: TotalKin; FITS1 Pearson correlation of TotalKin and FITS1 = 0,701

P-Value = 0,000

Correlations: TotalKin; FITS Pearson correlation of TotalKin and FITS = 0,701

P-Value = 0,000

97

Lampiran 5. Hasil Uji Konversi Data Ordinal ke Interval Results for: MotivasiKonversi MTB > %c:\gmacro9.txt

Executing from file: c:\gmacro9.txt

Tally for Discrete Variables: Motif1 Motif1 Count

1 2

2 3

3 1

4 19

5 15

N= 40

Data Display Row ordinal frek prop prop_kum z_val z*_val sv interval

1 1 2 0,050 0,050 -1,64485 0,103136 -2,06271 1,00000

2 2 3 0,075 0,125 -1,15035 0,205854 -1,36957 1,69314

3 3 1 0,025 0,150 -1,03643 0,233159 -1,09221 1,97050

4 4 19 0,475 0,625 0,31864 0,379195 -0,30745 2,75527

5 5 15 0,375 1,000 * * 1,01119 4,07390

Tally for Discrete Variables: Motif2 Motif2 Count

1 1

2 2

3 5

4 29

5 3

N= 40

Data Display Row ordinal frek prop prop_kum z_val z*_val sv interval

1 1 1 0,025 0,025 -1,95996 0,058445 -2,33780 1,00000

2 2 2 0,050 0,075 -1,43953 0,141555 -1,66221 1,67560

3 3 5 0,125 0,200 -0,84162 0,279962 -1,10725 2,23055

4 4 29 0,725 0,925 1,43953 0,141555 0,19091 3,52871

5 5 3 0,075 1,000 * * 1,88741 5,22521

Tally for Discrete Variables: Motif3 Motif3 Count

1 1

2 2

3 8

4 20

5 9

N= 40

Data Display Row ordinal frek prop prop_kum z_val z*_val sv interval

1 1 1 0,025 0,025 -1,95996 0,058445 -2,33780 1,00000

2 2 2 0,050 0,075 -1,43953 0,141555 -1,66221 1,67560

3 3 8 0,200 0,275 -0,59776 0,333672 -0,96058 2,37722

4 4 20 0,500 0,775 0,75542 0,299913 0,06752 3,40532

5 5 9 0,225 1,000 * * 1,33294 4,67075

98

Lanjutan lampiran 5.

Tally for Discrete Variables: Motif4 Motif4 Count

1 3

2 2

3 9

4 14

5 12

N= 40

Data Display Row ordinal frek prop prop_kum z_val z*_val sv interval

1 1 3 0,075 0,075 -1,43953 0,141555 -1,88741 1,00000

2 2 2 0,050 0,125 -1,15035 0,205854 -1,28596 1,60144

3 3 9 0,225 0,350 -0,38532 0,370399 -0,73131 2,15609

4 4 14 0,350 0,700 0,52440 0,347693 0,06488 2,95228

5 5 12 0,300 1,000 * * 1,15898 4,04638

Tally for Discrete Variables: Motif5 Motif5 Count

3 7

4 27

5 6

N= 40

Data Display Row ordinal frek prop prop_kum z_val z*_val sv interval

1 3 7 0,175 0,175 -0,93459 0,257775 -1,47300 1,00000

2 4 27 0,675 0,850 1,03643 0,233159 0,03647 2,50947

3 5 6 0,150 1,000 * * 1,55439 4,02739

Tally for Discrete Variables: Motif6 Motif6 Count

2 1

3 5

4 32

5 2

N= 40

Data Display Row ordinal frek prop prop_kum z_val z*_val sv interval

1 2 1 0,025 0,025 -1,95996 0,058445 -2,33780 1,00000

2 3 5 0,125 0,150 -1,03643 0,233159 -1,39771 1,94009

3 4 32 0,800 0,950 1,64485 0,103136 0,16253 3,50033

4 5 2 0,050 1,000 * * 2,06271 5,40052

Tally for Discrete Variables: Motif7 Motif7 Count

1 1

2 4

3 12

4 21

5 2

N= 40

Data Display Row ordinal frek prop prop_kum z_val z*_val sv interval

99

Lanjutan lampiran 5.

1 1 1 0,025 0,025 -1,95996 0,058445 -2,33780 1,00000

2 2 4 0,100 0,125 -1,15035 0,205854 -1,47408 1,86372

3 3 12 0,300 0,425 -0,18912 0,391871 -0,62006 2,71774

4 4 21 0,525 0,950 1,64485 0,103136 0,54997 3,88778 5 5 2 0,050 1,000 * * 2,06271 5,40052

Tally for Discrete Variables: Motif9 Motif9 Count

1 2

3 3

4 18

5 17

N= 40

Data Display Row ordinal frek prop prop_kum z_val z*_val sv interval

1 1 2 0,050 0,050 -1,64485 0,103136 -2,06271 1,00000

2 3 3 0,075 0,125 -1,15035 0,205854 -1,36957 1,69314

3 4 18 0,450 0,575 0,18912 0,391871 -0,41337 2,64934

4 5 17 0,425 1,000 * * 0,92205 3,98476

Tally for Discrete Variables: Motif10 Motif10 Count

1 3

2 2

3 7

4 24

5 4

N= 40

Data Display Row ordinal frek prop prop_kum z_val z*_val sv interval

1 1 3 0,075 0,075 -1,43953 0,141555 -1,88741 1,00000

2 2 2 0,050 0,125 -1,15035 0,205854 -1,28596 1,60144

3 3 7 0,175 0,300 -0,52440 0,347693 -0,81051 2,07690

4 4 24 0,600 0,900 1,28155 0,175498 0,28699 3,17440

5 5 4 0,100 1,000 * * 1,75498 4,64239

Results for: Kemampuan MTB > Copy;

SUBC> Newws "KemampuanKonversi";

SUBC> Varnames.

Results for: KemampuanKonversi MTB > %C:1gmacro9.txt

* ERROR * File not found: C:gmacro9.txt

MTB > %c:\gmacro9.txt

Executing from file: c:\gmacro9.txt

Tally for Discrete Variables: Kemampuan1 Kemampuan1 Count

1 1

3 10

4 26

5 3

N= 40

100

Lanjutan lampiran 5.

Data Display Row ordinal frek prop prop_kum z_val z*_val sv interval

1 1 1 0,025 0,025 -1,95996 0,058445 -2,33780 1,00000

2 3 10 0,250 0,275 -0,59776 0,333672 -1,10091 2,23690

3 4 26 0,650 0,925 1,43953 0,141555 0,29556 3,63337

4 5 3 0,075 1,000 * * 1,88741 5,22521

Tally for Discrete Variables: Kemampuan2 Kemampuan2 Count

1 1

3 2

4 29

5 8

N= 40

Data Display Row ordinal frek prop prop_kum z_val z*_val sv interval

1 1 1 0,025 0,025 -1,95996 0,058445 -2,33780 1,00000

2 3 2 0,050 0,075 -1,43953 0,141555 -1,66221 1,67560

3 4 29 0,725 0,800 0,84162 0,279962 -0,19091 3,14690

4 5 8 0,200 1,000 * * 1,39981 4,73761

Tally for Discrete Variables: Kemampuan3 Kemampuan3 Count

1 1

3 5

4 23

5 11

N= 40

Data Display Row ordinal frek prop prop_kum z_val z*_val sv interval

1 1 1 0,025 0,025 -1,95996 0,058445 -2,33780 1,00000

2 3 5 0,125 0,150 -1,03643 0,233159 -1,39771 1,94009

3 4 23 0,575 0,725 0,59776 0,333672 -0,17481 3,16300

4 5 11 0,275 1,000 * * 1,21335 4,55116

Tally for Discrete Variables: Kemampuan4 Kemampuan4 Count

1 1

3 5

4 23

5 11

N= 40

Data Display Row ordinal frek prop prop_kum z_val z*_val sv interval

1 1 1 0,025 0,025 -1,95996 0,058445 -2,33780 1,00000

2 3 5 0,125 0,150 -1,03643 0,233159 -1,39771 1,94009

3 4 23 0,575 0,725 0,59776 0,333672 -0,17481 3,16300

4 5 11 0,275 1,000 * * 1,21335 4,55116

101

Lanjutan lampiran 5.

Tally for Discrete Variables: Kemampuan5 Kemampuan5 Count

1 1

3 4

4 28

5 7

N= 40

Data Display Row ordinal frek prop prop_kum z_val z*_val sv interval

1 1 1 0,025 0,025 -1,95996 0,058445 -2,33780 1,00000

2 3 4 0,100 0,125 -1,15035 0,205854 -1,47408 1,86372

3 4 28 0,700 0,825 0,93459 0,257775 -0,07417 3,26363

4 5 7 0,175 1,000 * * 1,47300 4,81080

Tally for Discrete Variables: Kemampuan6 Kemampuan6 Count

1 2

2 2

3 15

4 18

5 3

N= 40

Data Display Row ordinal frek prop prop_kum z_val z*_val sv interval

1 1 2 0,050 0,050 -1,64485 0,103136 -2,06271 1,00000

2 2 2 0,050 0,100 -1,28155 0,175498 -1,44725 1,61546

3 3 15 0,375 0,475 -0,06271 0,398159 -0,59376 2,46895

4 4 18 0,450 0,925 1,43953 0,141555 0,57023 3,63294

5 5 3 0,075 1,000 * * 1,88741 4,95012

Tally for Discrete Variables: Kemampuan7 Kemampuan7 Count

1 2

2 1

3 6

4 14 5 17

N= 40

Data Display Row ordinal frek prop prop_kum z_val z*_val sv interval

1 1 2 0,050 0,050 -1,64485 0,103136 -2,06271 1,00000

2 2 1 0,025 0,075 -1,43953 0,141555 -1,53679 1,52592

3 3 6 0,150 0,225 -0,75542 0,299913 -1,05571 2,00700

4 4 14 0,350 0,575 0,18912 0,391871 -0,26274 2,79997

5 5 17 0,425 1,000 * * 0,92205 3,98476

Tally for Discrete Variables: Kemampuan9 Kemampuan9 Count

1 1

3 1

4 25

5 13

N= 40

102

Lanjutan lampiran 5.

Data Display Row ordinal frek prop prop_kum z_val z*_val sv interval

1 1 1 0,025 0,025 -1,95996 0,058445 -2,33780 1,00000

2 3 1 0,025 0,050 -1,64485 0,103136 -1,78762 1,55018

3 4 25 0,625 0,675 0,45376 0,359915 -0,41085 2,92696

4 5 13 0,325 1,000 * * 1,10743 4,44523

Tally for Discrete Variables: Kemampuan10 Kemampuan10 Count

1 1

3 4

4 25

5 10

N= 40

Data Display Row ordinal frek prop prop_kum z_val z*_val sv interval

1 1 1 0,025 0,025 -1,95996 0,058445 -2,33780 1,00000

2 3 4 0,100 0,125 -1,15035 0,205854 -1,47408 1,86372

3 4 25 0,625 0,750 0,67449 0,317777 -0,17908 3,15873

4 5 10 0,250 1,000 * * 1,27111 4,60891

Results for: Kinerja MTB > Copy;

SUBC> Newws "KinerjaKonversi";

SUBC> Varnames.

Results for: KinerjaKonversi MTB > %c:\gmacro5.txt

Executing from file: c:\gmacro5.txt

Tally for Discrete Variables: Kinerja1 Kinerja1 Count

1 2

2 6

3 4

4 21

5 7

N= 40

Data Display Row ordinal frek prop prop_kum z_val z*_val sv interval

1 1 2 0,050 0,050 -1,64485 0,103136 -2,06271 1,00000

2 2 6 0,150 0,200 -0,84162 0,279962 -1,17884 1,88387

3 3 4 0,100 0,300 -0,52440 0,347693 -0,67731 2,38541

4 4 21 0,525 0,825 0,93459 0,257775 0,17127 3,23398

5 5 7 0,175 1,000 * * 1,47300 4,53571

Tally for Discrete Variables: Kinerja2 Kinerja2 Count

1 2

3 3

4 26

5 9

N= 40

103

Lanjutan lampiran 5.

Data Display Row ordinal frek prop prop_kum z_val z*_val sv interval

1 1 2 0,050 0,050 -1,64485 0,103136 -2,06271 1,00000

2 3 3 0,075 0,125 -1,15035 0,205854 -1,36957 1,69314

3 4 26 0,650 0,775 0,75542 0,299913 -0,14471 2,91801

4 5 9 0,225 1,000 * * 1,33294 4,39566

Tally for Discrete Variables: Kinerja3 Kinerja3 Count

1 1

2 4

3 7

4 23

5 5

N= 40

Data Display Row ordinal frek prop prop_kum z_val z*_val sv interval

1 1 1 0,025 0,025 -1,95996 0,058445 -2,33780 1,00000

2 2 4 0,100 0,125 -1,15035 0,205854 -1,47408 1,86372

3 3 7 0,175 0,300 -0,52440 0,347693 -0,81051 2,52729

4 4 23 0,575 0,875 1,15035 0,205854 0,24668 3,58448

5 5 5 0,125 1,000 * * 1,64683 4,98463

Tally for Discrete Variables: Kinerja4 Kinerja4 Count

1 5

2 1

3 16

4 13

5 5

N= 40

Data Display Row ordinal frek prop prop_kum z_val z*_val sv interval

1 1 5 0,125 0,125 -1,15035 0,205854 -1,64683 1,00000

2 2 1 0,025 0,150 -1,03643 0,233159 -1,09221 1,55462

3 3 16 0,400 0,550 0,12566 0,395805 -0,40662 2,24021

4 4 13 0,325 0,875 1,15035 0,205854 0,58447 3,23129

5 5 5 0,125 1,000 * * 1,64683 4,29366

Tally for Discrete Variables: Kinerja5 Kinerja5 Count

1 1

2 2

3 10

4 15

5 12

N= 40

Data Display Row ordinal frek prop prop_kum z_val z*_val sv interval

1 1 1 0,025 0,025 -1,95996 0,058445 -2,33780 1,00000

2 2 2 0,050 0,075 -1,43953 0,141555 -1,66221 1,67560

3 3 10 0,250 0,325 -0,45376 0,359915 -0,87344 2,46437

4 4 15 0,375 0,700 0,52440 0,347693 0,03259 3,37039

5 5 12 0,300 1,000 * * 1,15898 4,49678

104

Lampiran 6. Hasil Uji Asumsi Klasik Regresi Linier Berganda.

1. Tabel Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Toleranc

e VIF

1 (Constant) 3,669 2,400 1,529 ,135 Motivasi -,071 ,094 -,109 -,753 ,456 ,656 1,525 Kemampuan ,466 ,089 ,759 5,240 ,000 ,656 1,525

a Dependent Variable: Kinerja

2. Tabel Hasil Uji Normalitas

3. Tabel Hasil Uji Autokorelasi

Model Summary(b)

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

1 ,701(a) ,491 ,463 2,26048 1,707

a Predictors: (Constant), Kemampuan, Motivasi

b Dependent Variable: Kinerja

FITS1

Pe

rce

nt

2220181614121086

99

95

90

80

70

60

50

40

30

20

10

5

1

Mean

0,133

15,45

StDev 2,162

N 40

KS 0,123

P-Value

Probability Plot of FITS1Normal

105

Lanjutan Lampiran 6.

4. Tabel Hasil Uji Heteroskedastisitas

Fitted Value

Re

sid

ua

l

2018161412108

4

3

2

1

0

-1

-2

-3

-4

-5

Residuals Versus the Fitted Values(response is TotalKin)

106

Lampiran 7. Hasil Uji Asumsi Klasik Korelasi Kanonik

1. Tabel hasil Uji Normalitas

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

X1 ,257 40 ,000 ,815 40 ,000

X2 ,388 40 ,000 ,728 40 ,000

X3 ,254 40 ,000 ,866 40 ,000

X4 ,189 40 ,001 ,877 40 ,000

X5 ,342 40 ,000 ,745 40 ,000

X6 ,431 40 ,000 ,624 40 ,000

X7 ,298 40 ,000 ,848 40 ,000

X8 ,272 40 ,000 ,795 40 ,000

X9 ,323 40 ,000 ,826 40 ,000

X10 ,356 40 ,000 ,771 40 ,000

X11 ,390 40 ,000 ,699 40 ,000

X12 ,301 40 ,000 ,808 40 ,000

X13 ,301 40 ,000 ,808 40 ,000

X14 ,359 40 ,000 ,743 40 ,000

X15 ,253 40 ,000 ,869 40 ,000

X16 ,267 40 ,000 ,828 40 ,000

X17 ,359 40 ,000 ,726 40 ,000

X18 ,329 40 ,000 ,782 40 ,000

Y1 ,272 40 ,000 ,866 40 ,000

Y2 ,340 40 ,000 ,771 40 ,000

Y3 ,305 40 ,000 ,848 40 ,000

Y4 ,215 40 ,000 ,888 40 ,001

Y5 ,190 40 ,001 ,873 40 ,000

2. Tabel Hasil Uji Homoskedastisitas

Test of Homogeneity of Variances X1 Test of Homogeneity of Variances X2

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Y1 2,951 3 35 ,046

Y2 2,596 3 35 ,068

Y3 1,482 3 35 ,236

Y4 ,536 3 35 ,661

Y5 ,379 3 35 ,769

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Y1 2,101 3 35 ,118

Y2 ,683 3 35 ,569

Y3 1,154 3 35 ,341

Y4 ,961 3 35 ,422

Y5 1,884 3 35 ,150

107

Lanjutan Lampiran 7.

Test of Homogeneity of Variances X3 Test of Homogeneity of Variances X4

Test of Homogeneity of Variances X5 Test of Homogeneity of Variances X6

Test of Homogeneity of Variances X7 Test of Homogeneity of Variances X8

Test of Homogeneity of Variances X9 Test of Homogeneity of Variances X10

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Y1 ,132 3 35 ,940

Y2 3,286 3 35 ,032

Y3 2,599 3 35 ,068

Y4 2,142 3 35 ,113

Y5 2,975 3 35 ,045

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Y1 ,538 4 35 ,709

Y2 6,899 4 35 ,000

Y3 ,120 4 35 ,974

Y4 ,495 4 35 ,740

Y5 1,087 4 35 ,378

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Y1 ,305 2 37 ,739

Y2 ,237 2 37 ,790

Y3 ,906 2 37 ,413

Y4 1,479 2 37 ,241

Y5 ,601 2 37 ,554

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Y1 1,636 2 36 ,209

Y2 ,050 2 36 ,951

Y3 ,931 2 36 ,404

Y4 2,036 2 36 ,145

Y5 ,064 2 36 ,938

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Y1 ,316 3 35 ,814

Y2 2,223 3 35 ,103

Y3 2,562 3 35 ,070

Y4 1,582 3 35 ,211

Y5 2,042 3 35 ,126

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Y1 ,863 3 36 ,469

Y2 5,160 3 36 ,005

Y3 1,308 3 36 ,287

Y4 3,515 3 36 ,025

Y5 ,494 3 36 ,688

Levene Statisti

c df1 df2 Sig.

Y1 1,403 4 35 ,253

Y2 ,396 4 35 ,810

Y3 1,555 4 35 ,208

Y4 ,702 4 35 ,596

Y5 ,842 4 35 ,508

Levene Statisti

c df1 df2 Sig.

Y1 ,398 2 36 ,675

Y2 ,101 2 36 ,904

Y3 1,952 2 36 ,157

Y4 ,907 2 36 ,413

Y5 ,433 2 36 ,652

108

Lanjutan Lampiran 7. Test of Homogeneity of Variances X11 Test of Homogeneity of Variances X12 Test of Homogeneity of Variances X13 Test of Homogeneity of Variances X14 Test of Homogeneity of Variances X15 Test of Homogeneity of Variances X16

Test of Homogeneity of Variances X17 Test of Homogeneity of Variances X18

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Y1 ,005 2 36 ,995

Y2 1,681 2 36 ,200

Y3 4,114 2 36 ,025

Y4 3,039 2 36 ,060

Y5 1,317 2 36 ,280

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Y1 ,756 2 36 ,477

Y2 1,882 2 36 ,167

Y3 ,555 2 36 ,579

Y4 ,469 2 36 ,629

Y5 ,181 2 36 ,835

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Y1 1,376 2 36 ,266

Y2 ,957 2 36 ,394

Y3 ,467 2 36 ,631

Y4 ,948 2 36 ,397

Y5 ,264 2 36 ,769

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Y1 ,312 2 36 ,734

Y2 1,108 2 36 ,341

Y3 ,108 2 36 ,898

Y4 ,321 2 36 ,727

Y5 ,349 2 36 ,707

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Y1 ,037 4 35 ,997

Y2 ,656 4 35 ,626

Y3 3,027 4 35 ,030

Y4 1,524 4 35 ,217

Y5 1,823 4 35 ,146

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Y1 1,812 3 35 ,163

Y2 ,872 3 35 ,465

Y3 ,993 3 35 ,408

Y4 ,443 3 35 ,724

Y5 3,492 3 35 ,026

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Y1 3,736 1 36 ,061

Y2 2,623 1 36 ,114

Y3 ,047 1 36 ,829

Y4 ,011 1 36 ,918

Y5 ,821 1 36 ,371

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Y1 ,916 2 36 ,409

Y2 1,382 2 36 ,264

Y3 3,522 2 36 ,040

Y4 1,230 2 36 ,304

Y5 ,100 2 36 ,906

109

Lanjutan Lampiran 7.

3. Tabel Hasil Uji Linearitas

ANOVA Table

Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

Y1 * X1

Between Groups

(Combined) 17,342 4 4,335 8,850 ,000

Linearity 3,574 1 3,574 7,295 ,011

Deviation from Linearity

13,768 3 4,589 9,369 ,000

Within Groups 17,145 35 ,490

Total 34,487 39

Y2 * X1

Between Groups

(Combined) 10,422 4 2,606 4,503 ,005

Linearity 6,653 1 6,653 11,499 ,002

Deviation from Linearity

3,769 3 1,256 2,172 ,109

Within Groups 20,250 35 ,579

Total 30,672 39

Y3 * X1

Between Groups

(Combined) 6,499 4 1,625 2,090 ,103

Linearity ,000 1 ,000 ,000 ,995

Deviation from Linearity

6,499 3 2,166 2,786 ,055

Within Groups 27,216 35 ,778

Total 33,715 39

Y4 * X1

Between Groups

(Combined) 3,566 4 ,891 ,980 ,431

Linearity ,345 1 ,345 ,380 ,542

Deviation from Linearity

3,220 3 1,073 1,180 ,331

Within Groups 31,834 35 ,910

Total 35,400 39

Y5 * X1

Between Groups

(Combined) 6,939 4 1,735 2,183 ,091

Linearity ,169 1 ,169 ,213 ,647

Deviation from Linearity

6,770 3 2,257 2,840 ,052

Within Groups 27,815 35 ,795

Total 34,755 39

ANOVA Table

Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

Y1 * X2

Between Groups

(Combined) 7,604 4 1,901 2,475 ,062 Linearity ,089 1 ,089 ,116 ,736 Deviation from Linearity

7,515 3 2,505 3,261 ,033

Within Groups 26,883 35 ,768 Total 34,487 39

Y2 * X2

Between Groups

(Combined) 9,707 4 2,427 4,052 ,008 Linearity ,476 1 ,476 ,795 ,379 Deviation from Linearity

9,231 3 3,077 5,137 ,005

Within Groups 20,964 35 ,599 Total 30,672 39

110

Lanjutan Lampiran 7.

Y3 * X2

Between Groups

(Combined) ,946 4 ,237 ,253 ,906

Linearity ,146 1 ,146 ,156 ,695

Deviation from Linearity

,800 3 ,267 ,285 ,836

Within Groups 32,769 35 ,936

Total 33,715 39

Y4 * X2

Between Groups

(Combined) 6,443 4 1,611 1,947 ,124

Linearity 4,641 1 4,641 5,610 ,024

Deviation from Linearity

1,801 3 ,600 ,726 ,543

Within Groups 28,957 35 ,827

Total 35,400 39

Y5 * X2

Between Groups

(Combined) 5,327 4 1,332 1,584 ,200

Linearity 1,599 1 1,599 1,902 ,177

Deviation from Linearity

3,728 3 1,243 1,478 ,237

Within Groups 29,428 35 ,841

Total 34,755 39

ANOVA Table

Sum of

Squares df Mean

Square F Sig.

Y1 * X3

Between Groups

(Combined) 5,423 4 1,356 1,633 ,188

Linearity ,007 1 ,007 ,009 ,926 Deviation from Linearity 5,415 3 1,805 2,174 ,109 Within Groups 29,064 35 ,830 Total 34,487 39 Y2 * X3

Between Groups

(Combined) ,043 4 ,011 ,012

1,000

Linearity ,003 1 ,003 ,003 ,956 Deviation from Linearity ,040 3 ,013 ,015 ,997 Within Groups 30,629 35 ,875 Total 30,672 39 Y3 * X3

Between Groups

(Combined) 3,016 4 ,754 ,860 ,498

Linearity ,014 1 ,014 ,016 ,900 Deviation from Linearity 3,002 3 1,001 1,141 ,346 Within Groups 30,699 35 ,877 Total 33,715 39 Y4 * X3

Between Groups

(Combined) 6,321 4 1,580 1,902 ,132

Linearity 2,179 1 2,179 2,623 ,114 Deviation from Linearity 4,142 3 1,381 1,662 ,193 Within Groups 29,079 35 ,831 Total 35,400 39 Y5 * X3

Between Groups

(Combined) 6,750 4 1,688 2,109 ,100

Linearity 3,205 1 3,205 4,005 ,053 Deviation from Linearity 3,545 3 1,182 1,477 ,238 Within Groups 28,005 35 ,800 Total 34,755 39

111

Lanjutan Lampiran 7.

ANOVA Table

Sum of

Squares df Mean

Square F Sig.

Y1 * X4

Between Groups

(Combined) 7,895 4 1,974 2,598 ,053

Linearity ,710 1 ,710 ,934 ,340

Deviation from Linearity

7,185 3 2,395 3,152 ,037

Within Groups 26,592 35 ,760 Total 34,487 39

Y2 * X4

Between Groups

(Combined) 2,221 4 ,555 ,683 ,608

Linearity 1,087 1 1,087 1,337 ,255 Deviation from

Linearity 1,135 3 ,378 ,465 ,708

Within Groups 28,451 35 ,813 Total 30,672 39 Y3 * X4

Between Groups

(Combined) 1,797 4 ,449 ,493 ,741

Linearity ,045 1 ,045 ,050 ,825 Deviation from

Linearity 1,752 3 ,584 ,640 ,594

Within Groups 31,918 35 ,912

Total 33,715 39 Y4 * X4

Between Groups

(Combined) 3,121 4 ,780 ,846 ,506

Linearity ,922 1 ,922 ,999 ,324

Deviation from Linearity

2,200 3 ,733 ,795 ,505

Within Groups 32,278 35 ,922

Total 35,400 39

Y5 * X4

Between Groups

(Combined) 6,666 4 1,667 2,077 ,105

Linearity ,015 1 ,015 ,019 ,891

Deviation from Linearity

6,651 3 2,217 2,763 ,057

Within Groups 28,088 35 ,803 Total 34,755 39

ANOVA Table

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Y1 * X5 Between Groups

(Combined) ,110 2 ,055 ,059 ,943

Linearity ,107 1 ,107 ,115 ,736 Deviation from

Linearity ,002 1 ,002 ,003 ,960

Within Groups 34,377 37 ,929 Total 34,487 39 Y2 * X5 Between

Groups (Combined)

1,091 2 ,545 ,682 ,512

Linearity ,146 1 ,146 ,183 ,671 Deviation from

Linearity ,945 1 ,945 1,181 ,284

Within Groups 29,581 37 ,799 Total 30,672 39

112

Lanjutan Lampiran 7.

Y3 * X5

Between Groups

(Combined) 3,311 2 1,656 2,015 ,148

Linearity ,205 1 ,205 ,250 ,620 Deviation from

Linearity 3,106 1 3,106 3,780 ,060

Within Groups 30,404 37 ,822 Total 33,715 39 Y4 * X5

Between Groups

(Combined) ,551 2 ,276 ,293 ,748

Linearity ,508 1 ,508 ,540 ,467 Deviation from

Linearity ,043 1 ,043 ,045 ,832

Within Groups 34,848 37 ,942 Total 35,400 39 Y5 * X5

Between Groups

(Combined) ,641 2 ,321 ,348 ,708

Linearity ,060 1 ,060 ,065 ,801 Deviation from

Linearity ,582 1 ,582 ,631 ,432

Within Groups 34,113 37 ,922 Total 34,755 39

ANOVA Table

Sum of

Squares df Mean

Square F Sig.

Y1 * X6

Between Groups

(Combined) 4,635 3 1,545 1,863 ,153

Linearity 1,472 1 1,472 1,775 ,191 Deviation from

Linearity 3,163 2 1,582 1,907 ,163

Within Groups 29,852 36 ,829 Total 34,487 39 Y2 * X6

Between Groups

(Combined) ,781 3 ,260 ,314 ,815

Linearity ,458 1 ,458 ,551 ,463 Deviation from

Linearity ,324 2 ,162 ,195 ,824

Within Groups 29,890 36 ,830 Total 30,672 39 Y3 * X6

Between Groups

(Combined) ,867 3 ,289 ,317 ,813

Linearity ,019 1 ,019 ,021 ,887 Deviation from

Linearity ,848 2 ,424 ,465 ,632

Within Groups 32,848 36 ,912 Total 33,715 39 Y4 * X6

Between Groups

(Combined) 1,035 3 ,345 ,362 ,781

Linearity ,050 1 ,050 ,052 ,821 Deviation from

Linearity ,986 2 ,493 ,516 ,601

Within Groups 34,364 36 ,955 Total 35,400 39

113

Lanjutan Lampiran 7.

Y5 * X6

Between Groups

(Combined) 2,488 3 ,829 ,925 ,438

Linearity ,104 1 ,104 ,116 ,736 Deviation from

Linearity 2,384 2 1,192 1,330 ,277

Within Groups 32,267 36 ,896 Total 34,755 39

ANOVA Table

Sum of

Squares df Mean

Square F Sig.

Y1 * X7 Between Groups

(Combined) 4,234 4 1,059 1,225 ,318

Linearity 1,659 1 1,659 1,920 ,175

Deviation from Linearity

2,575 3 ,858 ,993 ,407

Within Groups 30,252 35 ,864

Total 34,487 39

Y2 * X7 Between Groups

(Combined) ,989 4 ,247 ,292 ,881

Linearity ,005 1 ,005 ,006 ,938

Deviation from Linearity

,984 3 ,328 ,387 ,763

Within Groups 29,683 35 ,848

Total 30,672 39

Y3 * X7 Between Groups

(Combined) 2,806 4 ,701 ,794 ,537

Linearity ,278 1 ,278 ,315 ,578

Deviation from Linearity

2,528 3 ,843 ,954 ,425

Within Groups 30,909 35 ,883

Total 33,715 39

Y4 * X7 Between Groups

(Combined) 4,600 4 1,150 1,307 ,287

Linearity 1,920 1 1,920 2,182 ,149

Deviation from Linearity

2,679 3 ,893 1,015 ,398

Within Groups 30,800 35 ,880

Total 35,400 39

Y5 * X7 Between Groups

(Combined) 9,526 4 2,382 3,304 ,021

Linearity 1,015 1 1,015 1,408 ,243

Deviation from Linearity

8,511 3 2,837 3,936 ,016

Within Groups 25,228 35 ,721

Total 34,755 39

114

Lanjutan Lampiran 7. ANOVA Table

Sum of

Squares df Mean

Square F Sig.

Y1 * X8

Between Groups

(Combined) 9,446 3 3,149 4,527 ,009

Linearity 3,663 1 3,663 5,267 ,028

Deviation from Linearity

5,783 2 2,892 4,157 ,024

Within Groups 25,040 36 ,696

Total 34,487 39

Y2 * X8

Between Groups

(Combined) 11,425 3 3,808 7,124 ,001

Linearity 8,198 1 8,198 15,333 ,000

Deviation from Linearity

3,228 2 1,614 3,019 ,061

Within Groups 19,247 36 ,535

Total 30,672 39

Y3 * X8

Between Groups

(Combined) 3,777 3 1,259 1,514 ,227

Linearity ,177 1 ,177 ,213 ,647

Deviation from Linearity

3,600 2 1,800 2,164 ,130

Within Groups 29,938 36 ,832

Total 33,715 39

Y4 * X8

Between Groups

(Combined) ,861 3 ,287 ,299 ,826

Linearity ,140 1 ,140 ,146 ,705

Deviation from Linearity

,722 2 ,361 ,376 ,689

Within Groups 34,538 36 ,959

Total 35,400 39

Y5 * X8

Between Groups

(Combined) ,400 3 ,133 ,140 ,936

Linearity ,020 1 ,020 ,021 ,885

Deviation from Linearity

,380 2 ,190 ,199 ,820

Within Groups 34,355 36 ,954

Total 34,755 39

ANOVA Table

Sum of

Squares df Mean

Square F Sig.

Y1 * X9 Between Groups

(Combined) 10,637 4 2,659 3,903 ,010

Linearity 3,712 1 3,712 5,448 ,025 Deviation from

Linearity 6,925 3 2,308 3,387 ,029

Within Groups 23,850 35 ,681 Total 34,487 39 Y2 * X9 Between

Groups (Combined)

7,439 4 1,860 2,802 ,041

Linearity ,702 1 ,702 1,058 ,311 Deviation from

Linearity 6,737 3 2,246 3,383 ,029

Within Groups 23,233 35 ,664 Total 30,672 39

115

Lanjutan Lampiran 7.

Y3 * X9

Between Groups

(Combined) 1,698 4 ,425 ,464 ,762

Linearity ,045 1 ,045 ,049 ,826

Deviation from Linearity

1,654 3 ,551 ,603 ,618

Within Groups 32,017 35 ,915

Total 33,715 39

Y4 * X9

Between Groups

(Combined) 2,139 4 ,535 ,563 ,691

Linearity 1,663 1 1,663 1,750 ,194

Deviation from Linearity

,476 3 ,159 ,167 ,918

Within Groups 33,260 35 ,950

Total 35,400 39

Y5 * X9

Between Groups

(Combined) 1,127 4 ,282 ,293 ,880

Linearity ,720 1 ,720 ,749 ,393

Deviation from Linearity

,407 3 ,136 ,141 ,935

Within Groups 33,628 35 ,961

Total 34,755 39

ANOVA Table

Sum of

Squares df Mean

Square F Sig.

Y1 * X10 Between Groups

(Combined) 6,866 3 2,289 2,983 ,044

Linearity 5,397 1 5,397 7,034 ,012

Deviation from Linearity

1,469 2 ,735 ,957 ,393

Within Groups 27,621 36 ,767

Total 34,487 39

Y2 * X10 Between Groups

(Combined) 5,658 3 1,886 2,714 ,059

Linearity ,280 1 ,280 ,403 ,530

Deviation from Linearity

5,378 2 2,689 3,870 ,030

Within Groups 25,014 36 ,695

Total 30,672 39

Y3 * X10 Between Groups

(Combined) 5,742 3 1,914 2,463 ,078

Linearity 1,740 1 1,740 2,239 ,143

Deviation from Linearity

4,002 2 2,001 2,575 ,090

Within Groups 27,973 36 ,777

Total 33,715 39

Y4 * X10 Between Groups

(Combined) 2,916 3 ,972 1,077 ,371

Linearity ,623 1 ,623 ,691 ,411

Deviation from Linearity

2,293 2 1,146 1,270 ,293

116

Lanjutan Lampiran 7.

Within Groups 32,484 36 ,902

Total 35,400 39

Y5 * X10 Between Groups

(Combined) 3,737 3 1,246 1,446 ,246

Linearity 3,463 1 3,463 4,019 ,053

Deviation from Linearity

,274 2 ,137 ,159 ,854

Within Groups 31,018 36 ,862

Total 34,755 39

ANOVA Table

Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

Y1 * X11

Between Groups

(Combined) 5,214 3 1,738 2,137 ,113

Linearity 2,752 1 2,752 3,384 ,074

Deviation from Linearity

2,462 2 1,231 1,514 ,234

Within Groups 29,273 36 ,813

Total 34,487 39

Y2 * X11

Between Groups

(Combined) 4,825 3 1,608 2,240 ,100

Linearity 2,376 1 2,376 3,309 ,077

Deviation from Linearity

2,449 2 1,225 1,706 ,196

Within Groups 25,847 36 ,718

Total 30,672 39

Y3 * X11

Between Groups

(Combined) 7,090 3 2,363 3,196 ,035

Linearity 3,366 1 3,366 4,551 ,040

Deviation from Linearity

3,725 2 1,862 2,518 ,095

Within Groups 26,625 36 ,740

Total 33,715 39

Y4 * X11

Between Groups

(Combined) 3,452 3 1,151 1,297 ,290

Linearity 2,058 1 2,058 2,319 ,137

Deviation from Linearity

1,394 2 ,697 ,786 ,464

Within Groups 31,947 36 ,887

Total 35,400 39

Y5 * X11

Between Groups

(Combined) 1,440 3 ,480 ,519 ,672

Linearity 1,159 1 1,159 1,253 ,270

Deviation from Linearity

,280 2 ,140 ,152 ,860

Within Groups 33,315 36 ,925

Total 34,755 39

117

Lanjutan Lampiran 7.

ANOVA Table

Sum of

Squares df Mean

Square F Sig.

Y1 * X12 Between Groups

(Combined) 8,183 3 2,728 3,733 ,020

Linearity ,145 1 ,145 ,198 ,659

Deviation from Linearity

8,038 2 4,019 5,500 ,008

Within Groups 26,304 36 ,731

Total 34,487 39

Y2 * X12 Between Groups

(Combined) 10,087 3 3,362 5,880 ,002

Linearity 7,129 1 7,129 12,468 ,001

Deviation from Linearity

2,957 2 1,479 2,586 ,089

Within Groups 20,585 36 ,572

Total 30,672 39

Y3 * X12 Between Groups

(Combined) 6,678 3 2,226 2,964 ,045

Linearity 2,600 1 2,600 3,462 ,071

Deviation from Linearity

4,078 2 2,039 2,715 ,080

Within Groups 27,037 36 ,751

Total 33,715 39

Y4 * X12 Between Groups

(Combined) 4,117 3 1,372 1,579 ,211

Linearity 2,843 1 2,843 3,271 ,079

Deviation from Linearity

1,274 2 ,637 ,733 ,487

Within Groups 31,283 36 ,869

Total 35,400 39

Y5 * X12 Between Groups

(Combined) 1,261 3 ,420 ,452 ,718

Linearity ,944 1 ,944 1,015 ,321

Deviation from Linearity

,317 2 ,158 ,170 ,844

Within Groups 33,494 36 ,930

Total 34,755 39

ANOVA Table

Sum of

Squares df Mean

Square F Sig.

Y1 * X13 Between Groups

(Combined) 7,192 3 2,397 3,162 ,036

Linearity 3,427 1 3,427 4,520 ,040

Deviation from Linearity

3,765 2 1,883 2,483 ,098

Within Groups 27,294 36 ,758

Total 34,487 39

118

Lanjutan Lampiran 7.

Y2 * X13 Between

Groups (Combined)

8,299 3 2,766 4,451 ,009

Linearity 4,178 1 4,178 6,722 ,014

Deviation from Linearity

4,121 2 2,061 3,315 ,048

Within Groups 22,373 36 ,621

Total 30,672 39

Y3 * X13 Between Groups

(Combined) 16,764 3 5,588 11,868 ,000

Linearity 16,031 1 16,031 34,046 ,000

Deviation from Linearity

,733 2 ,367 ,779 ,467

Within Groups 16,951 36 ,471

Total 33,715 39

Y4 * X13 Between Groups

(Combined) 15,787 3 5,262 9,660 ,000

Linearity 12,400 1 12,400 22,762 ,000

Deviation from Linearity

3,387 2 1,694 3,109 ,057

Within Groups 19,612 36 ,545

Total 35,400 39

Y5 * X13 Between Groups

(Combined) 14,537 3 4,846 8,628 ,000

Linearity 10,093 1 10,093 17,971 ,000

Deviation from Linearity

4,444 2 2,222 3,956 ,028

Within Groups 20,218 36 ,562

Total 34,755 39

ANOVA Table

Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

Y1 * X14

Between Groups

(Combined) 5,787 3 1,929 2,420 ,082

Linearity ,006 1 ,006 ,007 ,933 Deviation from

Linearity 5,781 2 2,891 3,626 ,037

Within Groups 28,700 36 ,797 Total 34,487 39 Y2 * X14

Between Groups

(Combined) 7,933 3 2,644 4,186 ,012

Linearity 5,470 1 5,470 8,661 ,006 Deviation from

Linearity 2,463 2 1,231 1,949 ,157

Within Groups 22,739 36 ,632 Total 30,672 39 Y3 * X14

Between Groups

(Combined) 9,201 3 3,067 4,504 ,009

Linearity 7,429 1 7,429 10,910 ,002 Deviation from

Linearity 1,772 2 ,886 1,301 ,285

Within Groups 24,514 36 ,681 Total 33,715 39

119

Lanjutan Lampiran 7.

ANOVA Table

Y4 * X14

Between Groups

(Combined) 5,178 3 1,726 2,056 ,123

Linearity 3,871 1 3,871 4,612 ,039

Deviation from Linearity

1,306 2 ,653 ,778 ,467

Within Groups 30,222 36 ,839

Total 35,400 39

Y5 * X14

Between Groups

(Combined) 3,578 3 1,193 1,377 ,265

Linearity 2,036 1 2,036 2,351 ,134

Deviation from Linearity

1,543 2 ,771 ,891 ,419

Within Groups 31,176 36 ,866

Total 34,755 39

ANOVA Table

Sum of

Squares df Mean

Square F Sig.

Y1 * X15

Between Groups

(Combined) 3,408 4 ,852 ,960 ,442

Linearity ,294 1 ,294 ,331 ,569 Deviation from

Linearity 3,114 3 1,038 1,169 ,335

Within Groups 31,078 35 ,888 Total 34,487 39 Y2 * X15

Between Groups

(Combined) 3,427 4 ,857 1,101 ,372

Linearity 1,500 1 1,500 1,927 ,174 Deviation from

Linearity 1,927 3 ,642 ,825 ,489

Within Groups 27,245 35 ,778 Total 30,672 39 Y3 * X15

Between Groups

(Combined) 6,392 4 1,598 2,047 ,109

Linearity ,023 1 ,023 ,030 ,864 Deviation from

Linearity 6,369 3 2,123 2,719 ,059

Within Groups 27,323 35 ,781 Total 33,715 39 Y4 * X15

Between Groups

(Combined) ,271 4 ,068 ,067 ,991

Linearity ,007 1 ,007 ,007 ,936 Deviation from

Linearity ,264 3 ,088 ,088 ,966

Within Groups 35,129 35 1,004 Total 35,400 39 Y5 * X15

Between Groups

(Combined) 3,666 4 ,917 1,032 ,405

Linearity 1,831 1 1,831 2,061 ,160 Deviation from

Linearity 1,836 3 ,612 ,689 ,565

Within Groups 31,088 35 ,888 Total 34,755 39

120

Lanjutan Lampiran 7.

ANOVA Table

Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

Y1 * X16

Between Groups

(Combined) 9,389 4 2,347 3,273 ,022

Linearity 6,343 1 6,343 8,845 ,005

Deviation from Linearity

3,047 3 1,016 1,416 ,254

Within Groups 25,097 35 ,717

Total 34,487 39

Y2 * X16

Between Groups

(Combined) 4,434 4 1,108 1,479 ,230

Linearity 3,378 1 3,378 4,506 ,041

Deviation from Linearity

1,056 3 ,352 ,469 ,705

Within Groups 26,238 35 ,750

Total 30,672 39

Y3 * X16

Between Groups

(Combined) 5,523 4 1,381 1,714 ,169

Linearity 2,292 1 2,292 2,846 ,101

Deviation from Linearity

3,230 3 1,077 1,337 ,278

Within Groups 28,193 35 ,806

Total 33,715 39

Y4 * X16

Between Groups

(Combined) 8,224 4 2,056 2,648 ,050

Linearity 5,240 1 5,240 6,749 ,014

Deviation from Linearity

2,984 3 ,995 1,281 ,296

Within Groups 27,175 35 ,776

Total 35,400 39

Y5 * X16

Between Groups

(Combined) 8,245 4 2,061 2,721 ,045

Linearity 3,537 1 3,537 4,670 ,038

Deviation from Linearity

4,708 3 1,569 2,072 ,122

Within Groups 26,510 35 ,757

Total 34,755 39

ANOVA Table

Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

Y1 * X17

Between Groups

(Combined) 6,578 3 2,193 2,828 ,052

Linearity 4,108 1 4,108 5,299 ,027 Deviation from

Linearity 2,471 2 1,235 1,593 ,217

Within Groups 27,908 36 ,775 Total 34,487 39 Y2 * X17

Between Groups

(Combined) 5,858 3 1,953 2,833 ,052

Linearity 3,954 1 3,954 5,736 ,022 Deviation from

Linearity 1,905 2 ,952 1,382 ,264

Within Groups 24,813 36 ,689 Total 30,672 39

121

Lanjutan Lampiran 7. Y3 * X17

Between Groups

(Combined) 6,441 3 2,147 2,834 ,052

Linearity 2,402 1 2,402 3,170 ,083 Deviation from

Linearity 4,039 2 2,019 2,665 ,083

Within Groups 27,275 36 ,758 Total 33,715 39 Y4 * X17

Between Groups

(Combined) 4,380 3 1,460 1,695 ,185

Linearity 3,496 1 3,496 4,058 ,051 Deviation from

Linearity ,884 2 ,442 ,513 ,603

Within Groups 31,019 36 ,862 Total 35,400 39 Y5 * X17

Between Groups

(Combined) 1,910 3 ,637 ,698 ,559

Linearity 1,352 1 1,352 1,482 ,231 Deviation from

Linearity ,558 2 ,279 ,306 ,738

Within Groups 32,844 36 ,912 Total 34,755 39

Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

Y1 * X18

Between Groups

(Combined) 5,199 3 1,733 2,130 ,113

Linearity 1,854 1 1,854 2,279 ,140

Deviation from Linearity

3,345 2 1,672 2,056 ,143

Within Groups 29,288 36 ,814

Total 34,487 39

Y2 * X18

Between Groups

(Combined) 10,107 3 3,369 5,897 ,002

Linearity 9,278 1 9,278 16,241 ,000

Deviation from Linearity

,829 2 ,414 ,725 ,491

Within Groups 20,565 36 ,571

Total 30,672 39

Y3 * X18

Between Groups

(Combined) 6,832 3 2,277 3,050 ,041

Linearity 2,236 1 2,236 2,994 ,092

Deviation from Linearity

4,597 2 2,298 3,078 ,058

Within Groups 26,883 36 ,747

Total 33,715 39

Y4 * X18

Between Groups

(Combined) 5,691 3 1,897 2,299 ,094

Linearity 4,419 1 4,419 5,355 ,026

Deviation from Linearity

1,272 2 ,636 ,771 ,470

Within Groups 29,708 36 ,825

Total 35,400 39

Y5 * X18

Between Groups

(Combined) 2,745 3 ,915 1,029 ,391

Linearity ,608 1 ,608 ,684 ,414

Deviation from Linearity

2,137 2 1,068 1,201 ,313

Within Groups 32,010 36 ,889

Total 34,755 39

122

Lampiran 8. Hasil Uji Korelasi Kanonik Dengan Software Statistica Trial 9

1. Tabel Output Korelasi Kanonik

2. Tabel Hasil Ikhtisar Uji Korelasi Kanonik Dengan 18 Variabel Penentu/Independen.

Canonical Analysis Summary (Spreadsheet17) Canonical R: ,89120 Chi²(90)=99,100 p=,24046

Left - Set Right - Set

No. of variables 5 18

Variance extracted 100,000% 45,2021%

Total redundancy 57,6733% 22,7188%

Variables: 1 Kin1 Motcon1

2 Kin2 Motcon2

3 Kin3 Motcon3

4 Kin4 Motcon4

5 Kin5 Motcon5

6

Motcon6

7

Motcon7

8

Motcon9

9

Motcon10

10

mampu1

11

mampu2

12

mampu3

13

mampu4

14

mampu5

15

mampu6

16

mampu7

17

mampu9

18

mampu10

Canonical R: ,8911974

Chi-Square: 99,10047 df = ( 90) p = ,2404613

Number of valid cases: 40

No. of Variance Total

redundancy

vars. extracted given the

other set

Left set: 5 100,00000000% 57,673313798%

Right set: 18 45,202068335% 22,718753245%

123

2. Tabel Hasil Uji Bobot kanonik

- Set Variabel Kriteria/dependen

Canonical Weights, left set (Spreadsheet17)

Root 1 Root 2 Root 3 Root 4 Root 5

Kin1 0,013322 0,089308 -0,900798 0,391179 -0,570388

Kin2 0,091980 -0,974264 0,338957 0,296340 0,391053

Kin3 0,615138 -0,168541 -0,111284 -0,980213 -0,244985

Kin4 0,296405 0,500554 0,570642 0,727473 -0,704607

Kin5 0,273688 0,107529 -0,253900 0,142554 1,186491

Lanjutan lampiran 6.

- Set Variabel Penentu/independen

Canonical Weights, right set (Spreadsheet17)

Root 1 Root 2 Root 3 Root 4 Root 5

Motcon1 -0,462996 -0,761655 -0,550181 -0,003621 0,042219

Motcon2 -0,101679 0,330668 0,400785 -0,222654 -0,042299

Motcon3 0,133733 0,582084 0,030137 0,743162 0,757626

Motcon4 -0,232926 0,160574 0,770628 0,481002 -0,229315

Motcon5 -0,159164 -0,122094 -0,325079 -0,406839 -0,352065

Motcon6 -0,109431 0,002929 -0,124036 0,308915 0,266543

Motcon7 0,213119 -0,155361 -0,136704 -0,449304 -0,770713

Motcon9 0,202178 -0,674024 -0,355697 -0,699629 -0,610592

Motcon10 0,187538 0,232747 0,219656 0,801212 0,092059

mampu1 -0,149589 0,265993 -0,652237 -0,335335 0,045900

mampu2 0,024219 -0,059293 -0,208573 -0,151594 0,184023

mampu3 0,132146 0,078762 0,599322 0,215541 0,248100

mampu4 0,974472 -0,226641 -0,047754 -0,274572 -0,539264

mampu5 0,088586 -0,153921 0,118867 -0,577557 0,254108

mampu6 -0,072605 -0,266124 0,067332 0,253692 0,752079

mampu7 0,291073 0,354245 -0,157266 0,196557 0,286288

mampu9 -0,163873 0,304361 -0,380258 0,462093 0,424631

mampu10 -0,018247 -0,195557 0,517248 0,735677 -0,335066

124

Lampiran 9. Hasil Uji Manova

EFFECT .. WITHIN CELLS Regression (Cont.)

Univariate F-tests with (5;34) D. F.

Variable Sq. Mul. R Adj. R-sq. Hypoth. MS Error MS F

X1 ,27260 ,16563 1,76988 ,69452 2,54835

X2 ,15557 ,03139 ,89809 ,71690 1,25274

X3 ,14576 ,02013 1,00439 ,86567 1,16025

X4 ,09797 ,00000 ,68553 ,92817 ,73859

X5 ,04717 ,00000 ,28039 ,83291 ,33664

X6 ,05391 ,00000 ,26511 ,68420 ,38747

X7 ,10843 ,00000 ,72933 ,88193 ,82697

X8 ,29760 ,19431 1,88473 ,65417 2,88109

X9 ,16061 ,03717 1,05647 ,81197 1,30112

X10 ,21499 ,09955 1,31332 ,70520 1,86233

X11 ,16925 ,04708 ,93844 ,67740 1,38535

X12 ,30216 ,19954 1,94174 ,65947 2,94438

* * * * * * A n a l y s i s o f V a r i a n c e -- design 1 * * * * * *

EFFECT .. WITHIN CELLS Regression (Cont.)

Univariate F-tests with (5;34) D. F. (Cont.)

Variable Sq. Mul. R Adj. R-sq. Hypoth. MS Error MS F

X13 ,63095 ,57668 4,05459 ,34876 11,62581

X14 ,38594 ,29563 2,27696 ,53277 4,27378

X15 ,14536 ,01968 1,00377 ,86788 1,15658

X16 ,31371 ,21278 2,06907 ,66566 3,10830

X17 ,23206 ,11913 1,33777 ,65103 2,05485

X18 ,35535 ,26054 2,21138 ,58997 3,74830

Variable Sig. of F

X1 ,006

X2 ,007

X3 ,349

X4 ,600

X5 ,887

X6 ,854

X7 ,539

X8 ,028

X9 ,287

X10 ,127

X11 ,254

X12 ,006

X13 ,000

X14 ,000

X15 ,350

X16 ,000

X17 ,096

X18 ,000

92