23
ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN PENGRAJIN BONGGOL DAN LIMBAH JATI DI KECAMATAN KEDUNGGALAR KABUPATEN NGAWI JAWA TIMUR Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II pada Program Studi Magister Manajemen Oleh: AHMAD SETIYONO NIM : P100130010 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN PENGRAJIN BONGGOL DAN …eprints.ums.ac.id/52346/10/Naskah Publikasi-AHMAD.pdf · tepat sesuai kebutuhan para pengarjin. Penelitian ini menggunakan metode

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN PENGRAJIN BONGGOL DAN …eprints.ums.ac.id/52346/10/Naskah Publikasi-AHMAD.pdf · tepat sesuai kebutuhan para pengarjin. Penelitian ini menggunakan metode

i

ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN

PENGRAJIN BONGGOL DAN LIMBAH JATI

DI KECAMATAN KEDUNGGALAR KABUPATEN NGAWI

JAWA TIMUR

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II pada

Program Studi Magister Manajemen

Oleh:

AHMAD SETIYONO

NIM : P100130010

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

FAKULTAS PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

Page 2: ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN PENGRAJIN BONGGOL DAN …eprints.ums.ac.id/52346/10/Naskah Publikasi-AHMAD.pdf · tepat sesuai kebutuhan para pengarjin. Penelitian ini menggunakan metode

i

Page 3: ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN PENGRAJIN BONGGOL DAN …eprints.ums.ac.id/52346/10/Naskah Publikasi-AHMAD.pdf · tepat sesuai kebutuhan para pengarjin. Penelitian ini menggunakan metode

ii

Page 4: ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN PENGRAJIN BONGGOL DAN …eprints.ums.ac.id/52346/10/Naskah Publikasi-AHMAD.pdf · tepat sesuai kebutuhan para pengarjin. Penelitian ini menggunakan metode

iii

Page 5: ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN PENGRAJIN BONGGOL DAN …eprints.ums.ac.id/52346/10/Naskah Publikasi-AHMAD.pdf · tepat sesuai kebutuhan para pengarjin. Penelitian ini menggunakan metode

1

ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN PENGRAJIN BONGGOL DAN

LIMBAH JATI DI KECAMATAN KEDUNGGALAR KABUPATEN

NGAWI JAWA TIMUR

Abstrak

Kerajinan kayu jati merupakan subsektor industri kreatif unggulan di Kabupaten

Ngawi Untuk meningkatkan bersaing para pengarjin maka perlu dilakukan

pendidikan dan pelatihan. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui kemampuan

para pengrajin dalam mengelola usaha kerajinan limbah kayu dan bonggol jati,

kendala-kendala yang dihadapi sehingga dapat ditentukan jenis pelatihan yang

tepat sesuai kebutuhan para pengarjin. Penelitian ini menggunakan metode

kuantitatif dengan teknik analisis deskriptif. Data dikumpulkan dengan

menggunakan kuesioner dengan mengambil sampel seluruh populasi pengrajin

yang berjumlah 43. Hasil analisis menguunakan teknik deskriptif disajikan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan

pengrajin dalam mengelola usaha masih kurang optimal, di mana terdapat

kelemahan dalam aspek pemasaran, produksi dan pengelolaan keuangan.

Kebutuhan pelatihan yang diharapkan adalah pelatihan manajemen usaha fokus

pada pemasaran dengan materi strategi bersaing, strategi promosi dan teknik

menjual, pada aspek produksi dengan materi ketrampilan mendesain dan inovasi

produk, pada aspek keuangan dengan materi akses permodalan dan pada aspek

hubungan sosial teknik negosiasi dan membangun hubungan dengan pelanggan.

Kata Kunci: Analisa Kebutuhan Pelatihan, Kemampuan Mengelola Usaha,

Kerajinan Bonggol dan limbah jati

Abstract

Teak wood root craft is considered as leading creative industry sector in Ngawi

District, East Java. To improve the competitiveness of the sector, attempts are

needed to be taken to improve skill and competency of the craftsmen by

performing intensive education and training. This study aims to observe the skill

and competency of the craftsmen in managing their craft business as well as the

constraints they faced, hence we can determine the effective training programs to

improve their ability to manage the business. This research implements

quantitative method by employing descriptive statistic technique. Data were

collected by questionnaire by taking samples of the entire population of craftsmen

of 43 respondents. Outputs of the descriptive statistic are presented in a frequency

distribution table. The results showed that the skill and ability of craftsmen in

managing the business are still below ideal levels. There are weaknesses in

marketing, production and financial management aspect. The expected training is

training in managing business especially in the aspect of marketing focusing on

the topic of effective competitive strategy, promotion strategy and selling

technique. In the field of production training are needed focusing on the topics of

Page 6: ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN PENGRAJIN BONGGOL DAN …eprints.ums.ac.id/52346/10/Naskah Publikasi-AHMAD.pdf · tepat sesuai kebutuhan para pengarjin. Penelitian ini menggunakan metode

2

design skill, product innovation. In the financial aspect, the topics that need to be

improved are focusing on rising capital and working capital management. While

in the social relation aspect the most important topics are negotiation technique

and developing customer relationship.

Keywords: Training needs analysis, Managing Business, Teak wood root craft

1. PENDAHULUAN

Kerajinan kayu jati merupakan subsektor industri kreatif unggulan di

Kabupaten Ngawi, yang bersumber dari kekayaan alam daerah tersebut berupa

hamparan hutan jati yang luasnya sebesar 34.600,6 ha, dan mampu menghasilkan

kayu jati pertukangan sebanyak 8.029,75 m2

(BPS, 2012).

Meskipun menyimpan potensi yang besar, pengembangan industri kreatif

menghadapi beberapa kendala. Berdasarkan dokumen rencana tata ruang dan tata

wilayah (RTRW) Kabupaten Ngawi, kendala pengembangan industri kecil dan

menengah di wilayah Kabupaten Ngawi antara lain keterbatasan modal dan

keahlian yang mengakibatkan industri-industri kecil tidak mampu bersaing dan

akhirnya gulung tikar.

Sebagai upaya untuk menjadikan kerajinan kayu jati sebagai sektor usaha

yang memiliki keunggulan bersaing harus dilakukan usaha untuk

memaksimumkan kemampuan seluruh pengrajin dengan melakukan

pengembangan, pendidikan dan pelatihan serta peminjaman modal. Agar

pengembangan keahlian para pelaku industri kerajinan jati tepat sasaran, para

pemangku kepentingan perlu menentukan secara tepat kebutuhan pelatihan.

Penilaian kebutuhan (training need assessment) merupakan langkah strategis

untuk mengetahui program pelatihan yang teapat bagi pengembangan industri

kreatif. Penilian kebutuhan pelatihan sangat penting karena menyediakan

informasi mengenai tingkat keahlian dan pengetahuan sumber daya manusia yang

perlu ditingkatkan. Dengan pendekatan ini, pemangku kepentingan dapat

mengetahui kesenjangan (gap) antara kebutuhan industri dan kapabilitas sumber

daya manusia. Selanjutnya, pelatihan yang diberikan dapat difokuskan untuk

mengisi gap tersebut (Wulandari, 2005). Sehingga setiap dana yang diinvestasikan

untuk kegiatan pelatihan diharapkan akan mampu memberikan nilai tambah bagi

perkembangan industri kerajinan kayu jati.

Page 7: ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN PENGRAJIN BONGGOL DAN …eprints.ums.ac.id/52346/10/Naskah Publikasi-AHMAD.pdf · tepat sesuai kebutuhan para pengarjin. Penelitian ini menggunakan metode

3

Studi ini akan mendiskripsikan kemampuan pengarajin dalam mengelola

usaha, kendala-kendala yang dihadapi untuk kemudian dianalisis kebutuhan

pelatihan. Hasil dari studi ini diharapkan akan membantu para pemangku

kepentingan, baik pengusaha maupun pemerintah daerah untuk mengembangkan

sebuah pelatihan yang benar-benar dibutuhkan dalam pengembangan kinerja para

pengusaha dan pengrajin bongol dan limbah kayu jati di Kabupaten Ngawi.

2. METODE PENELITIAN

2.1 Populasi dan Sampel

Pada penelitian ini yang menjadi populasi dan sampel penelitian adalah

seluruh pengrajin bonggol jati yang ada di Kecamatan Kedunggalar Kabupaten

Ngawi Jawa Timur yang berjumlah kurang lebih 43 pengrajin menurut data dari

Dinas Koperasi dan Perindustrian.

2.2 Teknik Pengumpulan Data

Data dan informasi mengenai kemampuan manajerial pengrajin bonggol jati

di Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi Jawa Timur diperoleh dengan

mengunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu:

1. Kuesioner

Peneitian ini menggunakan kuesioner dengan pertanyaan tertutup dan

terbuka. Jawaban dari kuesioner sudah ditentukan oleh peneliti namun responden

bisa memberikan alternative jawaban lain selain jawaban yang tersedia. Hal ini

dilakukan untuk mempermudah responden dalam menjawab pertanyaan-

pertanyaan karena latar belakang pendidikan pengrajin yang berbeda-beda.

2. Wawancara

Pada penelitian ini wawancara dilakukan untuk memperdalam informasi

dengan memberikan pertayaan lanjutan atas kuesiner yang ada untuk mengungkap

dan memperjelas data kuesiner yang telah didapat dari responden.

3. Observasi

Melalui observasi ini diharapkan peneliti akan memiliki gambaran yang

lebih kompehensif terkait kemampuan manajerial para pengarjin dengan

memandingkan antara jawaban yang diberikan dengan kondisi dilapangan.

Page 8: ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN PENGRAJIN BONGGOL DAN …eprints.ums.ac.id/52346/10/Naskah Publikasi-AHMAD.pdf · tepat sesuai kebutuhan para pengarjin. Penelitian ini menggunakan metode

4

2.3. Teknik Pengolahan Data

Setelah data diperoleh, tahapan selanjutnya adalah proses pengolahan data.

Proses pengolahan data dilakukan melaui tiga tahapan yaitu:

1. Editing

Editing adalah tahapan pendahuluan yang dilakukan setelah data diperoleh

baik melalui kuesioner maupun wawancara. Tahapan ini merpakan aktivitas

pengumpulan dan pengelompokan data selanjutnya mengklasifikannya

berdasarkan kelengkapan dan akurasi data yang diperleh dari masing-masing

kuesioner.

2. Coding

Coding adalah aktivitas pemberian label atau kode pada data yang telah

terkumpul. Kode tersebut merupakan identitas dari data yang akan diproses pada

tahap selanjutnya.

3. Tabulating

Tabulasi adalah proses entri atau pengorganisasian data dalam kelompok

maupun klasifikasi yang telah ditentukan sehingga akan mempermudah dalam

proses anailisis dan interpretasinya (Hasan, 2002:89).

2.4. Teknik Analisis Data.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut. Data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner ditabulasi dan

dihitung proporsi masing-masing dengan menggunakan program SPSS analisis

diskripsi statistik frekuensi kemudian out put disajikan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi. Berdasarkan tabel yang disajikan proporsi jawaban responden

tersebut akan diketahui gambaran atau deskripsi mengenai kemampuan pengrajin

bonggol jati di Kecamatan Kedunggalar dalam mengelola usahanya. Tabel

analisis juga menyajikan tabulasi mengenai kebutuhan pelatihan para pengrajin,

sehingga bisa dilakukan analisis kesesuaian antara kondisi kemampuan manajerial

para pengrajin dengan pelatihan yang dibutuhkan untuk meningkatkan

kemampuan manajerial para pengrajin. Data yang diperoleh dari kuesioner

selanjutnya dijadikan dasar dalam melakukan interview untuk memperdalam dan

mengkonfirmasi hasil yang telah diperoleh.

Page 9: ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN PENGRAJIN BONGGOL DAN …eprints.ums.ac.id/52346/10/Naskah Publikasi-AHMAD.pdf · tepat sesuai kebutuhan para pengarjin. Penelitian ini menggunakan metode

5

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1. Kemampuan dalam Mengelola Usaha

a. Ketrampilan dalam Mengelola Aspek Pemasaran

Dalam memulai usaha kerajinan ini, para pengarajin menangkap peluang

usaha kerajinan bonggol dan limbah kayu jati atas dasar basis ketrampilan yang

dimiliki. Ketrampilan didapatkan dengan cara ikut bekerja dan belajar pada usaha

kerajinan yang sudah ada, kemudian mereka merasa mampu untuk mandiri

dengan membuka usaha sendiri. Hanya sebagian kecil dari pengrajin yang

mendapatkan peluang dan membuka usaha ini dengan melakukan survey atau

pengamatan pasar. Demikian juga dalam menemukan ide-ide pembuatan produk

yang ditawarkan kepada konsumen baik itu jenis, motif, dan bentuk didapatkan

dari karya, ide dan kreatifitas pengrajin sendiri, dengan tidak melakukan

pengamatan terhadap kebutuhan pasar.

Dalam hal promosi, mayoritas pengrajin menyadari pentingnya promosi

menentukan keberhasilan usaha mereka. Dengan promosi ini pengrajin dapat

mengenalkan produk hasil kerajinanya kepada calon pembeli. Mereka

mempromosikan produk kerajinan dengan beberapa cara dintaranya dengan

mengiklankan usaha kerjaninan mereka di beberapa surat kabar dan media sosial,

mengikuti pameran-pameran, dan penjualan langsung. Kebanyakan pengrajin

mempromosikan dengan penjualan langsung dengan membawa produk-produk

hasil kerajinan sebagai sampel untuk ditawarkan kepada pedagang-pedagang

besar yang mengekspor produk kerajinan mereka keluar negeri. Dengan cara ini

ketergantungan pengrajin kepada eksportir sangat tinggi, harga ditentukan oleh

eksportir dan pengrajin tidak mendapatkan akses dipasar internasional, akibatnya

usaha kerajinan mereka sulit untuk berkembang dan hanya menguntungkan

eksportir saja.

Dalam hal menetapkan harga jual produk kerajinan, pengrajin menetapkan

harga kurang mempertimbangkan banyak faktor. Hal ini menunjukan bahwa perlu

peningkatan kemampuan dan pengetahuan pengrajin dalam menetapkan harga.

Banyak faktor yang dapat dijadikan dasar penetapan harga disamping berdasarkan

biaya produksi perlu juga memperhatikan harga pesaing, jumlah atau tingkat

permintaan produk dan nilai seni dari sebuah produk. Untuk dapat bersaing

Page 10: ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN PENGRAJIN BONGGOL DAN …eprints.ums.ac.id/52346/10/Naskah Publikasi-AHMAD.pdf · tepat sesuai kebutuhan para pengarjin. Penelitian ini menggunakan metode

6

setrategi yang dilakukan oleh pengrajin adalah selalu berinovasi dan menjaga

kwalitas produk. Kemampuan untuk berinovasi dan mengembangkan kreatifitas

dalam mengolah limbah kayu jati harus ditingkatkan sehingga pengrajin selalu

menghasilkan karya yang selalu berbeda.

Kemampuan pengrajin dalam melakukan transaksi penjualan mayoritas

masih mengandalkan cara penjualan langsung. Untuk meningkatkan penjualan

dan mengembangkan pasar para pengrajin perlu membuka wawasan tentang

penjualan dengan melalui media online. Media ini sangat efektif untuk

mendapatkan konsumen dengan tanpa dibatasi wilayah. Sehingga produk dapat

dikenal secara luas oleh pengguna internet baik didalam negeri maupun luar

negeri. Namun kamampuan pengrajin dalam pemanfaatan teknologi digital

marketing kurang maksimal. Mayoritas responden sudah mengenal teknologi

internet namun banyak yang belum mengggunakan kemajuan teknologi ini untuk

kegiatan pemasaran usaha. Pengrajin perlu mendapatkan edukasi tentang internet

dan penggunaanya untuk mendukung kegiatan usaha terutama dibidang

pemasaran.

Disamping itu mengikuti pameran-pameran juga mendukung dalam

meningkatkan transaksi penjualan, namun cara ini membutuhkan biaya dan dana

besar yang dikeluarkan oleh pengrajin. Pengrajin perlu menjalin kerja sama

dengan dinas terkait untuk mengikuti beberapa even pameran baik lingkup

nasional maupun internasional.

b. Ketrampilan dalam Mengelola Aspek Produksi

Sebelum dimulai proses produksi mayoritas pengrajin membuat perencanaan

produksi dengan meramalkan permintaan produk baik segi jenis, bentuk, motif,

kwalitas dan kwantitas produk. Disamping itu pengrajin juga membuat desain

produk sebagai acuan dalam proses produksi. Hal ini menunjukan bahwa dalam

proses produksi para pengrajin telah memahami pentingnya perencanaan proses

produksi.

Pengrajin rata-rata memiliki kreatifitas dan inovasi tinggi dalam membuat

desain produk. Desain produk dibuat oleh pengrajin sendiri bersumber dari ide-ide

kreatif dan inovatif pengrajin. Kemampuan mendesain produk ini didapatkan

dengan belajar secara mandiri. Kemampuan ini sangat penting dimiliki oleh

Page 11: ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN PENGRAJIN BONGGOL DAN …eprints.ums.ac.id/52346/10/Naskah Publikasi-AHMAD.pdf · tepat sesuai kebutuhan para pengarjin. Penelitian ini menggunakan metode

7

pengrajin untuk dapat bersaing dan menciptakan kesinambungan usaha.

Sedangkan untuk menjaga dan meningkatkan kwalitas produk, mayoritas

pengrajin menetapkan standar kwalitas bahan dan produk. Penetapan standar

kwalitas produk dan bahan ini didasarkan atas permintaan konsumen.

Dilihat dari kemampuan pengrajin dalam melakukan pekerjaan finishing

mayoritas pengrajin memiliki kemampuan finishing produk yang cukup. Mereka

melakukan pekerjaan finishing sendiri tidak memberikan pekerjaan finishing

kepada pengrajin dari pengrajin lain.

c. Ketrampilan dalam Mengelola Aspek Keuangan

Sumber modal yang digunakan para pengrajin untuk kegiatan usaha rata-rata

berasal dari dana sendiri, dana ini berasal dari tabungan pribadi. Namun sebagian

pengrajin ada yang sudah mengakses dana pinjaman atau kredit lunak untuk

sumber modal dan pengembangan usahanya.

Dalam mengelola keuangan mayoritas pengrajin tidak melakukan

pencatatan administrasi keuangan secara rapi dan pemisahan antara keuangan

pribadi dan keuangan usaha sehingga menyebabkan bercampurnya transaksi

pribadi dan transaksi usaha, kondisi ini membuat para pengrajin tidak dapat

melakukan perhitungan-perhitungan hasil kegiatan usaha dan laporan keuangan

selama periode tertentu untuk evaluasi perkembangan usaha. Hasil keuntungan

yang didapatkan dari mengelola usaha oleh mayoritas pengrajin dipergunakan dan

dikelola untuk mengembangkan usaha dan sebagian kecil digunakan untuk

kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini menunjukan para pengrajin memiliki

kesadaran tinggi akan pentingnya pengembangan usahanya.

d. Ketrampilan Dalam Menjalin Hubungan Sosial

Salah satu ketrampilan yang harus dimiliki pengusaha adalah kemampuan

menjalin hubungan dengan pelanggan, pemasok, karyawan dan mitra binis lainya.

Kemampuan ini sangat mempengaruhi keberhasilan dalam mengelola usaha

disamping ketrampilan teknik dan ketrampilan manajerial.

Dalam mengelola usaha, pengrajin dengan ketrampilan komunikasinya

sudah memiliki pelanggan tetap. Hal ini menunjukan kemampuan pengrajin dalam

menjalin hubungan dengan pelanggan dapat menciptakan loyalitas pelanggan.

Page 12: ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN PENGRAJIN BONGGOL DAN …eprints.ums.ac.id/52346/10/Naskah Publikasi-AHMAD.pdf · tepat sesuai kebutuhan para pengarjin. Penelitian ini menggunakan metode

8

Jalinan hubungan dengan pelanggan ini dilakukan dengan bentuk-bentuk

komunikasi melalui media telpon, internet atau kunjungan kerumah.

Para pengrajin juga terlibat aktif dalam organisasi atau asosiasi pengrajin

baik sebagai anggota maupun pengurus. Forum ini bisa dimanfaatkan untuk

sharing bisnis dan berbagi informasi tentang bahan baku, desain, pasar, produk,

akses modal dan lain sebagainya. Mayoritas pengrajin memiliki kesadaran akan

pentingnya asosiasi ini.

Jalinan kemitraan dengan pihak lain menentukan keberlangsungan usaha.

Berdasarkan data yang didapat lembaga yang menjadi mitra bisnis para pengrajin

bonggol dan limbah jati Perum Perhutani, Dinas koperasi dan UMKM, Bank,

supliyer, karyawan dan pelanggan. Perum Perhutani sebagai mitra bisnis

menyediakan kios-kios gallery untuk display produk dan penjualan. Dinas

Koperasi UMKM dan Perindustrian berperan dalam melakukan pembinaan usaha

dengan mengadakan bimbingan dan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan

ketrampilan teknik dan manajerial. Pihak Bank diharapkan dapat memberikan

bantuan permodalan dengan bunga rendah dan proses yang mudah sehingga dapat

mengembanngkan usaha. Sedangkan suplayer dapat mengirimkan bahan baku

yang dibutuhkan untuk kelancaran kegiatan usaha.

3.2. Kendala Dalam Mengelola Usaha

a. Kendala di Aspek Pemasaran

Di aspek pemasaran kendala dan hambatan yang didapatkan pengrajin

mayoritas mengatakan bahwa persaingan bisnis dan kemampuan menjual menjadi

kendala utama dalam mengelola usaha. Pengrajin memerlukan kiat-kiat dan

strategi bagaimana mengahadapi persaingan bisnis dan strategi bagaimana

meningkatkan penjualan.

b. Kendala di Aspek Pengelolaan Produksi

Pada aspek pengelolaan produksi kendala utama yang dihadapi pengrajin

adalah keterbatasan peralatan yang dimiliki dan kurangnya SDM terampil untuk

memproduksi, hal ini mengakibatkan pengrajin tidak mampu memenuhi

permintaan konsumen atau pelanggan baik secara kwalitas dan kwantitas produk.

Page 13: ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN PENGRAJIN BONGGOL DAN …eprints.ums.ac.id/52346/10/Naskah Publikasi-AHMAD.pdf · tepat sesuai kebutuhan para pengarjin. Penelitian ini menggunakan metode

9

c. Kendala di Aspek Pengelolaan Keuangan

Dalam mengelola keuangan kendala utama yang dihadapi adalah tentang

akses permodalan dan pengelolaan pembiayaan. Permodalan bagi pengusaha kecil

merupakan factor penting, mengingat pengusaha kecil lebih mengandalkan modal

sendiri dan tentunya memiliki keterbatasan. Pengrajin sangat membutuhkan

tambahan modal untuk mengembangkan usaha namun karena minimnya

pengetahuan dan ketrampilan untuk mengakses modal hal ini menjadi kendala dan

terasa sulit untuk mendapatkan modal. Sedangkan ketika mendapatkan modal

pengrajin juga merasa kurang mampu bagaimana mengelola modal untuk

pembiayaan usaha. Secara umum masalah akses permodalan dan pengelolaan

pendanaan menjadi kendala yang dihadapi UMKM. Hasil ini memperkuat

penelitian Hadi (2010). UMKM perlu mendapatkan kemudahan akses kredit di

bank dengan bunga rendah dan pelatihan penggunaan modal untuk pembiayaan

agar tepat sasaran.

3.3. Kebutuhan Pelatihan

Berdasarkan analisis tugas atau kerja yang dilakukan terhadap kemampuan

pengrajin dalam mengelola aspek pemasaran, produksi keuangan dan kemampuan

hubungan sosial didapatkan data analisis kebutuhan pelatihan sebagai berikut.

a. Kebutuhan Pelatihan dalam Mengelola Pemasaran

Kebutuhan pelatihan pengrajin bonggol dan limbah jati dalam mengelola

pemasaran sesuai tingkat kebutuhanya ditunjukan dalam tabel berikut

Tabel 1

Kebutuhan Pelatihan Pada Aspek Pemasaran

Keterangan Sangat

Butuh

% Butuh % Kurang

Butuh

%

Strategi promosi 20 62.5 9 28.1 3 9.4

Strategi bersaing 23 71.9 7 21.9 2 6.2

Strategi penetapan harga 5 15.6 13 40.6 14 43.8

Membaca peluang bisnis 8 25.0 10 31.2 14 44.8

Teknik menjual 17 53.1 12 37.5 3 9.4

Digital marketing 8 25.0 16 50.0 8 25.0

Page 14: ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN PENGRAJIN BONGGOL DAN …eprints.ums.ac.id/52346/10/Naskah Publikasi-AHMAD.pdf · tepat sesuai kebutuhan para pengarjin. Penelitian ini menggunakan metode

10

Jika dilihat pada tabel 1 tingkat kebutuhan pelatihan pada aspek pemasaran,

maka kebutuhan pelatihan dalam kategori sangat butuh adalah pelatihan dengan

fokus materi strategi bersaing berada pada urutan pertama. Sedangkan

keterampilan tentang strategi promosi menempati urutan kedua dan urutan ketiga

materi teknik menjual. Kebutuhan pelatihan kategorit dibutuhkan adalah

pelatihan tentang digital arketing, strategi penetapan harga dan membaca peluang

usaha. Materi-materi ini menjadi penting bagi para pengrajin untuk dapat

mengembangkan usaha dalam sekala lebih besar. Sehingga mereka dapat

menghadapi persaingan pasar dan dapat member solusi atas kendala-kendala yang

dihadapi dalam hal pemasaran.

b. Kebutuhan Pelatihan dalam Mengelola Produksi

Tabel 2. Kebutuahan Pelatiahan Pada Aspek Produksi

4.

Keterangan Sangat

Butuh

% Butuh % Kurang

Butuh

%

Perencanaan produksi 14 43.8 13 40.6 5 15.6

Pengendalian kwalitas 11 34.4 15 46.9 6 19.7

Desain dan inovasi produk 26 81.3 4 12.5 2 6.2

Finishing produk 8 25.0 16 50.0 8 25.0

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa tingkat kebutuhan pelatihan dalam

teknik produksi kategori sangat dibutuhkan yang paling tinggi adalah pelatihan

untuk meningkatkan kemampuan mendesain dan inovasi produk. Kemampuan

inilah yang dibutuhkan oleh pengrajin untuk menghadapi persaingan bisnis.

Tingkat kebutuhan pelatihan dalam teknis produksi yang kedua adalah

perencanaan produksi. Para pengrajin merasa sangat perlu akan pelatihan tentang

perencanaan produksi untuk menjamin proses produksi berjalan sesuai dengan

yang diinginkan. Perencanaan produksi meliputi perencanaan jumlah produksi,

perencanaan bahan baku, desain produk, perencanaan peralatan dan perencanaan

tenaga kerja. Faktor-faktor inilah yang sering diabaikan para pengrajin sehingga

beberapa kegagalan dalam proses produksi sering terjadi.

Kebutahan peringkat ketiga yang sangat dibutuhkan dalam aspek produksi

adalah kaitanya dengan pengendalian kwalitas produk. Pengetahuan dan

Page 15: ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN PENGRAJIN BONGGOL DAN …eprints.ums.ac.id/52346/10/Naskah Publikasi-AHMAD.pdf · tepat sesuai kebutuhan para pengarjin. Penelitian ini menggunakan metode

11

ketrampilan ini untuk menjamin bahwa produk dapat memberi kepuasan kepada

konsumen.

c. Kebutuhan Pelatihan dalam Mengelola Keuangan

Tabel 3. Kebutuhan Pelatihan Pada Aspek Keuangan

Keterangan Sangat

Butuh

% Butuh % Kurang

Butuh

%

Akses permodalan 29 90.6 3 9.4 - -

Administrasi dan pembukuan 6 18.7 17 53.1 9 28.2

Pembuatan laporan keuangan 2 6.3 14 43.8 16 50.0

Manajemen pembiayaan 13 40.6 12 37.5 7 21.9

Berdasarkan pada tabel 3 kebutuhan pelatihan yang menjadi prioritas dalam

mengelola keuangan yang dianggap sangat penting adalah pelatihan bagaimana

mengakses permodalan. Pengrajin memerlukan pengetahuan tentang berbagai

macam kredit usaha, persyaratan-persayaratan pencairan kredit, dan proses

pencairan kredit dari pihak lembaga keuangan perbankan maupun non perbankan

yang menyediakan fasilitas kredit bagi pengusaha kecil dan menengah.

Prioritas kedua dari tingkat kebutuhan yang sangat dibutuhkan oleh para

pengrajin adalah tentang manajemen pembiayaan. Pembiayaan yang dimaksud

disini adalah penggunaan dana untuk pembiayaan usaha. Pengrajin membutuhkan

pengetahuan dan ketrampilan dalam mengelola dana untuk pembiayaan usaha

baik untuk penggunaan modal kerja dan modal tetap, penggunaan dana untuk

peningkatan produksi, penggunaan dana peningkatan penjualan dan biaya-biaya

lainya. Pada prioritas ketiga pengrajin membutuhkan pelatihan tentang

administrasi dan pembukuan keuangan usaha.

Sedangkan kebutuhan pelatihan kategori dibutuhkan yaitu pelatihan tentang

administrasi dan pembukuan dan pelatihan tentang pembuatan laporan keuangan.

Pelatihan ini membatu para pegrajin dalam pencatatan keuangan dan penyajian

laporan untuk mengetahui perkembangan usaha.

Page 16: ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN PENGRAJIN BONGGOL DAN …eprints.ums.ac.id/52346/10/Naskah Publikasi-AHMAD.pdf · tepat sesuai kebutuhan para pengarjin. Penelitian ini menggunakan metode

12

d. Kebutuhan Pelatihan dalam Membangun Hubungan Sosial

Tabel 4. Kebutuhan Pelatihan Dalam Membangun Hubungan

e.

Keterangan Sangat

Butuh

% Butuh % Kurang

Butuh

%

Menjalin hubungan dengan

pelanggan

24 75.0 8 25.0 - -

Membangun networking 15 46.9 14 43.8 3 9.4

Komunikasi bisnis 13 40.6 16 50.0 3 9.4

Teknik negosiasi 19 59.3 10 31.3 3 9.4

Tabel 4 menunjukan bahwa dalam meningkatkan kemampuan interpersonal

pengrajin bonggol jati, kebutuhan pelatihan yang paling utama adalah pelatihan

dalam menjalin hubungan dengan pelanggan. Ketrampilan ini terkait dengan

ketrampilan mendapatkan pelanggan baru dan ketrampilan menjaga loyalitas

pelanggan. Kebutuhan pelatihan yang kedua adalah kebutuhan dalam hal teknik

negosiasi, pengrajin selama ini merasa cukup lemah dalam bernegosiasi dengan

pihak terkait seperti supplier, bank, maupun pelanggan atau pedagang besar.

Kebutuhan yang ketiga adalah ketrampilan dalam membangun jaringan usaha

sehingga dapat memperluas usaha pengrajinnya lebih baik. Dan secara umum

pelatihan yang dibutuhkan adalah pelatihan mengenai komunikasi bisnis,

sebenarnya komunikasi bisnis ini juga mencakup ketrampilan menjalin hubungan

dengan pelanggan, networking, dan ketrampilan bernegosiasi.

4. PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat diambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Kemampuan pengrajin bonggol dan limbah kayu jati di Kecamatan

Kedunggalar Kabupaten Ngawi dalam mengelola usaha baik itu pemasaran,

keuangan, produksi dan membangun hubungan sosial secara umum kurang

optimal. Terdapat beberapa kendala yang dihadapi pengrajin dan mengahambat

perkembangan usaha. Pengrajin perlu memperbaruhi dan meningkatkan

pengetahuan dan ketrampilan dalam mengelola usaha.

Page 17: ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN PENGRAJIN BONGGOL DAN …eprints.ums.ac.id/52346/10/Naskah Publikasi-AHMAD.pdf · tepat sesuai kebutuhan para pengarjin. Penelitian ini menggunakan metode

13

2. Kendala-kendala yang dihadapi pengrajin dalam mengelola usaha adalah:

a. Dalam mengelola pemasaran kendala yang dihadapi adalah persaingan

usaha dan kemampuan menjual. Pengrajin memerlukan kiat-kiat dan

strategi menghadapi persaingan usaha dan bagaimana mendapatkan dan

meningkatkan penjualan.

b. Dalam mengelola produksi kendala utama yang dihadapi adalah

keterbatasan sarana produksi dan kurangnya SDM terampil. Hal ini

mengakibatkan terhambatnya proses produksi sehingga tidak mampu

memenuhi permintaan pelanggan secara kwalitas dan kwntitas.

c. Dalam mengelola keuangan kendala yang dihadapi adalah masalah akses

permodalan dan penggunaan dana.

3. Pelatihan yang dibutuhkan para pengrajin untuk meningkatkan ketrampilan

dan kemampuan mengelola usaha adalah pelatihan manajemen usaha dengan

focus materi pada :

a. Strategi bersaing, strategi promosi dan teknik menjual

b. Ketrampilan mendesain produk dan inovasi produk

c. Akses permodalan

d. Membangun hubungan dengan pelanggan dan teknik negosiasi.

4.2. Saran

1. Bagi para pengrajin untuk meningkatkan kemampuan mengelola usahanya

dengan mengikuti pelatihan-pelatihan, sharing bisnis sesama pengrajin dan

menjalin kerjasama dengan berbagai pihak pemerintah maupun non

pemerintah.

2. Bagi Dinas terkait untuk menyelenggarakan pelatihan-pelatihan dalam upaya

untuk meningkatkan dan mengembangkan industry kreatif kerjainan kayu dan

bonngol jati berdasarkan analisis kebutuhan pelatihan agar pelaksanaan

pelatihan sesuai dengan kebutuhan.

3. Bagi pihak akademisi hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber inspirasi

dalam rangka pengabdian masyarakat untuk membina dan mengembangkan

industri kreatif kerajinan kayu dan bonggol jati khususnya di daerah

Kabupaten Ngawi.

Page 18: ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN PENGRAJIN BONGGOL DAN …eprints.ums.ac.id/52346/10/Naskah Publikasi-AHMAD.pdf · tepat sesuai kebutuhan para pengarjin. Penelitian ini menggunakan metode

14

4. Bagi peneliti berikutnya penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu

sumber data untuk penelitian berikutnya. Peneliti diharapkan dapat

memperluas obyek penelitianya mengingat jumlah pengrajin bonggol dan

limbah kayu jati di Kabupaten Ngawi cukup banyak dengan menambah

varibel-variabel penelitian lain yang lebih signifikan.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Feni Dwi. 2013. Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(UMKM) Melalui Fasilitasi Pihak eksternal dan Potensi Internal (Studi

Kasus pada Usaha Emping jagung di Kelurahan Pandanwangi Kecamatan

Blimbing Kota Malang), Jurnal Administrasi Publik Vol 1, No 6 (2013)

page. 1286-1295

Anoraga Panji dan Djokosudantoko. 2002. Koperasi, Kewirausahaan dan Usaha

Kecil. Jakarta: Reneka Cipta.

Anoraga Panji. Pengantar Bisnis Pengelolaan Bisnis dalam Era Globalisasi.

Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Reneka Cipta.

Atmodiwiro, Soebagio. 2005. Manajemen Pelatihan. Jakarta: PT Ardadizya Jaya.

Bangun, Wilson. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Erlangga

Basri, Hasan dan Rusdiana A. 2015. Manajemen Pendidikan dan Pelatihan.

Bandung: Pustaka.

Bayu Kartib. 2010. Kewirausahaan Pendekatan Karakteristik Wirausahawan

Sukses. Jakarta: Kencana.

Boone E. Louis. 2013. Pengantar Bisnis Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat.

BPS. 2013. Ngawi dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Ngawi

Page 19: ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN PENGRAJIN BONGGOL DAN …eprints.ums.ac.id/52346/10/Naskah Publikasi-AHMAD.pdf · tepat sesuai kebutuhan para pengarjin. Penelitian ini menggunakan metode

15

Buchari Alma. 2009. Kewirausahaan Untuk Mahasiswa dan Umum. Bandung:

Alfabeta.

Creswell, J. W. (2010). Research design: pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan

mixed. Yogjakarta: PT Pustaka Pelajar.

Dariyanto. 2014. Manajemen Diklat. Yogyakarta: Gaya Media.

Davis. Eddie. 2005. The Art of Training and Development; The Training

Managers : A Hand Book. Jakarta: Gramedia.

Dessler, Tan Chwee Huat. 2009. Human Resource Management An Asian

Perspective. Singapore: Pearson.

Dessler Gerry. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Indeks.

Dwi Kusriniarti. 2013. Penentuan Harga Produk Karya Seni. Yogyakarta:

Universitas Gajah Mada.

Effendi, Syahril. 2005. Analisis Peningkatan Pengusaha Kecil Sesudah Mengikuti

Pelatihan Kewirausahaan yang diseleggarakan oleh Swisscontact Medan.

Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6. No 5. November 2005.

Febrianis I, Muljono P, Susanto D. 2014. Pedagogical Competence-based

Training Need Analysis For Natural Science Teachers. Journal of Education

and Learning, Vol 2, p 144-151.

Hadi, Dwi Prasetyo. 2015. Strategi Pemberdayaan Masyarakat Pada Usaha Kecil

dan Menengah Berbasis Sumber Daya Lokal Dalam Rangka Millenium

Development Goals 2015 (Studi Kasus di PNPM-MP Kabupaten Kendal).

Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume V, No 1, Januari 2015

Hamdi. Need Assesment Pengusaha Mikro dan Kecil Olahan Hasil Pertanian di

Daerah Wisata Kabupaten Sambas. Jurnal PATANI, Vol 1, No 1, 2014, hal

31-40

Page 20: ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN PENGRAJIN BONGGOL DAN …eprints.ums.ac.id/52346/10/Naskah Publikasi-AHMAD.pdf · tepat sesuai kebutuhan para pengarjin. Penelitian ini menggunakan metode

16

Handoko, H. 2013. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.

Yogyakarta: BPFE

Haryono, Anung. 2004. Analisis Kebutuhan Pelatihan. Jakarta: Prenada Media.

Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya.

Bogor: Ghalia Indonesia.

Hasan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Hendro. 2011. Dasar-Dasar Kewirausahaan Panduan Bagi Mahasiswa untuk

Mengenal, Memahami, dan Memasuki Dunia Bisnis. Jakarta: Erlangga.

Irianto J. 2001. Prinsip-Prinsip Dasar Manajemen Pelatihan (dari Analisis

Kebutuhan Sampai Evaluasi Program Pelatihan). Jakarta: Insani Cendekia.

Irianto J. 2001. Tema-Tema Pokok Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:

Insan Cendekia.

Isa, Muzakar. Analisis Kompetensi Kewirausahaan, Orientasi Kewirausahaan dan

Kinerja Industri Mebel. BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis. Vol 17, No

1, Juni 2013, hal 89-98.

Kamil, Musthofa. 2010. Model Pendidikan dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi).

Bandung: Alfabeta.

Kaswan. (2011). Pelatihan dan Pengembangan untuk Meningkatkan Kinerja

SDM. Bandung: Alfabeta.

Koentjaraningrat. 1993. Metode-Metode Peelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Masyhuri dan Zaenudin. 2008. Metodologi Penelitian Pedekatan Praktis dan

Aplikatif. Bandung: Refika Aditama.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya Ofset.

Page 21: ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN PENGRAJIN BONGGOL DAN …eprints.ums.ac.id/52346/10/Naskah Publikasi-AHMAD.pdf · tepat sesuai kebutuhan para pengarjin. Penelitian ini menggunakan metode

17

Narasimhan, Ramanarayanan. Analysis of Training Needs Assesment and

Implementation – Comparative Study of Public and Private Sector Banks,

Indian Journal of Commerce & Management Studies, Volume 5, issue 3, Sep

2014.

Nasution. 2009. Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara.

Nawawi. Hadari 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis Yang

Kompetitif. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Noe, Raymond., Hollenbeck, John R., Gerhart B., Wright, Patrick M. 2010.

Manajemen Sumber Daya Manusia (Mencapai Keunggulan Bersaing).

Jakarta: Salemba Empat

Nurlela, Siti. Profil Industri Kreatif Pengrajin Handycraff di Desa Sumber

Kecamatan Trucuk Kabupaten Klaten, GEMA Th XXII/40 Februari – Juli

2010.

Okpara, J.O. 2011. Factors constraining the growth and survival of SMEs in

Nigeria Implications for poverty alleviation. Management Research Review,

Vol. 34 No. 2, 2011 pp. 156-171

Panggabean, S. Mutiara. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor: Ghalia

Indonesia.

Rae, Leslie. 2005. The Art Training and Development; Efective Planning. Jakarta:

Gramedia.

Reed Jacqueline, Vakola Maria. 2006. What Role Can a Training Needs Analysis

Play in Organisational Change?, Journal of Organizational Change

Management, Vol. 19, No 3 pp. 393-407.

Richard Macheke and W Smith, An Analysis of Business skills and Training

Needs Essential for Business Succes in Plastic Manufacturing Industries in

Developing Nations; Case Study of The Eastern Cape Province South

Page 22: ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN PENGRAJIN BONGGOL DAN …eprints.ums.ac.id/52346/10/Naskah Publikasi-AHMAD.pdf · tepat sesuai kebutuhan para pengarjin. Penelitian ini menggunakan metode

18

Africa, African Journal of Business Management, Vol 7(20), pp 2001-2010,

28 May 2013.

Rivai, Veithzal dan Ella J. Sagala. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia

untuk Perusahaan dari Teori dan Praktek. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Robbins, Stephen P. (2006). Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Indeks.

Rolf P. Lynton dan Udai Pareek. 1992. Pelatihan dan Pengembangan Tenaga

Kerja. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.

Rosnani Jusoh, Babak Ziyae, Soib Asmirian, Suhaida Abd. Kadir. Entrepreneur

Training Needs Analysis Implications on The Entrepreneurial Skill Needed

for Successful Entrepreneurs, International Business & Economic Research

Journal – January 2011 Vol 10, Number 1.

Simamora, H. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE

YKPN.

Subagyo. 1997. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka

Cipta.

Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alpabeta.

Sukardi. 2014. Evaluasi Program Kependidikan dan Pelatihan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Suryana. 2006. Kewirausahaan Pedoman Praktis dan Proses Menuju Sukses.

Jakarta: Salemba Empat.

Suryana, Y. dan Bayu Katib. 2010. Kewirausahaan Pendekatan Karakteristik

Wirausahawan Sukses. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Sutopo. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS.

Wulandari, Retno. 2005. Penilaian Kebutuhan Pelatihan; Tantangan dan Solusi.

Jurnal Siasat Bisnis, Edisi Khusus on Human Resource, hal 75-86.

Page 23: ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN PENGRAJIN BONGGOL DAN …eprints.ums.ac.id/52346/10/Naskah Publikasi-AHMAD.pdf · tepat sesuai kebutuhan para pengarjin. Penelitian ini menggunakan metode

19