45
LAPORAN AKHIR TAHUN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI MELALUI SL-PTT DI PROVINSI BENGKULU EMLAN FAUZI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 No. Kode: 26/1801.015/011/Lapkir/2013

ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/2014/lapkhir... · LAPORAN AKHIR TAHUN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PENINGKATAN

  • Upload
    lengoc

  • View
    244

  • Download
    7

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN AKHIR TAHUN

ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PENINGKATAN PRODUKSI

PADI MELALUI SL-PTT DI PROVINSI BENGKULU

EMLAN FAUZI

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

2013

No. Kode: 26/1801.015/011/Lapkir/2013

2

LAPORAN AKHIR TAHUN

ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PENINGKATAN PRODUKSI

PADI MELALUI SL-PTT DI PROVINSI BENGKULU

Emlan Fauzi Dedi Sugandi Andi Ishak

Rudi Hartono Hamdan Alfayanti

Wawan Eka Putra Bastian

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat karunia-Nyalah Laporan Akhir Tahun 2013 Kegiatan Analisis Kebijakan

Peningkatan Produksi Padi Melalui Program SL-PTT di Provinsi Bengkulu dapat

diselesaikan. Laporan ini berisi mengenai hasil pelaksanaan kegiatan yang

dilakukan selama bulan Januari hingga Desember 2013.

Kegiatan analisis ini bertujuan untuk mengkaji kinerja program SL-PTT

terhadap peningkatan produksi padi di Provinsi Bengkulu serta merumuskan

alternatif rekomendasi perbaikan pelaksanaan program SL-PTT di Provinsi

Bengkulu sehingga diharapkan akan didapatkan strategi untuk perbaikan kinerja

dalam pelaksanaan SL-PTT baik untuk institusi pelaksana maupun lembaga

pendukung pelaksanaan SL-PTT. Sinergi antar institusi/lembaga pelaksana,

lembaga pendukung serta petani sasaran yang sangat diperlukan dalam

peningkatan produksi padi melalui program SL-PTT di Provinsi Bengkulu.

Demikanlah laporan ini kami buat dengan harapan laporan ini dapat

bermanfaat untuk semua pihak yang berkepentingan. Kami sadari laporan ini

belum sempurna untuk itu kami harapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan

laporan ini. Kepada anggota tim yang telah melaksanakan tugasnya kami

sampaikan terimakasih.

Bengkulu, Desember 2013

Penanggung Jawab

Emlan Fauzi, SP NIP 19810909 200801 1 010

ii

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul RPTP : Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian: Peningkatan Produksi Padi Melalui SL-PTT di Provinsi Bengkulu

2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu 3. Alamat Unit Kerja : JL. Irian KM, 6,5 Bengkulu 38119 4. Sumber Dana : DIPA BPTP TA. 2013 5. Status Penelitian (L/B) : Baru 6. Penanggung Jawab : a. Nama : Emlan Fauzi, SP b. Pangkat/Golongan : Penata Muda TK I /IIIb c. Jabatan Fungsional : Peneliti Pertama 7. Lokasi : Provinsi Bengkulu 8. Agroekosistem : Lahan basah Dataran Rendah/Tinggi Iklim

Basah 9. Tahun Mulai : 2013 10. Tahun Dimulai : 2013 11. Output Tahunan : Kinerja program SL PTT terhadap peningkatan

produksi padi di Provinsi Bengkulu 12. Output Akhir : Rumusan alternatif rekomendasi perbaikan

pelaksanaan program SLPTT di Provinsi Bengkulu

13. Biaya : Rp 90.231.000 (Sembilan puluh juta dua ratus tiga puluh satu ribu rupiah)

Koordinator Program,

Dr. Ir. Wahyu Wibawa, MP NIP. 19690429 199803 1 001

Penanggung Jawab RPTP,

Emlan Fauzi, SP NIP. 19810909 200801 1 010

Mengetahui, Kepala BBP2TP,

Dr. Ir. Agung Hendriadi,M.Eng NIP. 19610802 198903 1 011

Kepala BPTP Bengkulu,

Dr. Ir Dedi Sugandi, MP NIP. 19590206 198603 1 002

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .......................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... ii DAFTAR ISI .................................................................................... iii DAFTAR TABEL ............................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ............................................................................ v DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ vi RINGKASAN .................................................................................... vii SUMMARY ........................................................................................ x I. PENDAHULUAN ................................................................. 1

1.1. Latar Belakang................................................................ 1 1.2. Tujuan ........................................................................... 3 1.3. Keluaran yang diharapkan ............................................... 4 1.4. Hasil yang diharapkan .................................................... 4 1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak ....................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 6

2.1. Kerangka Teoritis ............................................................. 6 2.2 Hasil-hasil Penelitian/Pengkajian Terkait. ........................... 7

III. METODOLOGI .................................................................... 9

3.1. Metode Pengkajian ......................................................... 9 3.2. Waktu dan Lokasi ............................................................ 9 3.3. Pengumpulan Data .......................................................... 9 3.4. Analisis Data................................................................... 10

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 11

4.1. Produksi sebelum dan sesudah SL-PTT .............................. 11 4.2. Gambaran Usahatani Petani Peserta SL-PTT dan

Non SL-PTT .................................................................... 12 4.3. Pengatahuan dan Adopsi Komponen Teknologi PTT ............ 15 4.4. Sebaran SL-PTT di Provinsi Bengkulu ................................ 17 4.5. Kinerja Kelembagaan Penentu Kebijakan Tingkat Provinsi

dan Kabupaten dalam Mendukung SL-PTT ........................ 29 V. KESIMPULAN .................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 24

ANALISIS RISIKO ................................................................... 25

JADWAL KERJA ....................................................................... 26

PEMBIAYAAN .......................................................................... 27

PERSONALIA ........................................................................... 28

LAMPIRAN ............................................................................... 29

iv

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Perkembangan Luas Panen, Produktiitas dan Produksi Padi 2009-2013 ...................................................................................... 11

2. Penggunaan Sarana Produksi dan Pendapatan Petani SL-PTT dan

Non SL-PTT di Provinsi Bengkulu tahun 2013 ............................... 12 3. Gambaran Usahatani Petani Peserta SL-PTT Sebelum dan

Sesudah Penerapan Komponen PTT di Kabupaten Seluma dan Bengkulu Tengah ..................................................................... 14

4. Sebaran Program SL-PTT di Provinsi Bengkulu ............................ 18 5. Persentase Pelaksanaan Tugas Tim Pembina P2BN Tingkat

Provinsi .................................................................................. 19

6. Tugas Dinas Pertanian Sesuai dengan Permentan 45 Tahu 2011 di Kabupaten Seluma, Rejang Lebong dan Bengkulu Utara .......... 20

7. Tugas BP4K Sesuai dengan Permentan 45 Tahu 2011 di

Kabupaten Seluma, Rejang Lebong dan Bengkulu Utara .............. 25

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Pengetahuan dan Adopsi Komponen PTT padi Sawah pada Petani

SL-PTT di Provinsi Bengkulu ....................................................... 15

2. Pengetahuan dan Adopsi Komponen PTT padi Sawah pada Petani

SL-PTT di Provinsi Bengkulu ...................................................... 17

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Dokumentasi kegiatan ........................................................... 30

vii

RINGKASAN

1. Judul : Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian:

Peningkatan Produksi Padi Melalui SL-PTT di

Provinsi Bengkulu

2. Unit kerja : BPTP Bengkulu

3. Tujuan 1. Mengkaji Kinerja program SL PTT terhadap

peningkatan produksi padi di Provinsi

Bengkulu

2. Merumuskan alternatif rekomendasi

perbaikan pelaksanaan program SL PTT di

Provinsi Bengkulu.

4. Keluaran : 1. Kinerja program SLPTT terhadap

peningkatan produksi padi di Provinsi

Bengkulu.

2. Rumusan alternatif rekomendasi perbaikan

pelaksanaan program SLPTT di Provinsi

Bengkulu

5. Metodologi : - Study Pustaka

- Survey

- Tabulasi Data

- Analisis dan Pelaporan

6. Capaian : 1. Gambaran kinerja program SLPTT padi di

Provinsi Bengkulu

2. Alternatif rekomendasi perbaikan

pelaksanaan program SLPTT di Provinsi

Bengkulu

7. Prakiraan Manfaat : 1. Masing masing lembaga memahami,

melaksanakan tupoksinya dan berupaya

untuk senantiasa berkoordinasi demi

suksesnya Program SL-PTT secara efektif,

efisien dan bersinergi.

2. Peningkatkan kinerja sektor pertanian,

viii

terutama dalam peningkatan produktivitas

dan produksi padi melalui melalui sinergi

positif antar lembaga/institusi pelaksana

utama dan pendukung SL-PTT (Dinas

Pertanian, Lembaga penyuluhan, BPTP,

Produsen Benih BLBU, Perusahaan pupuk:

Pusri dan Petro kimia Gresik) serta

petani/kelompok tani pelaksana program SL-

PTT.

3. Koordinasi antar institusi/lembaga pelaksana

berjalan lancar yang akan berpengaruh

positif terhadap peningkatan adopsi

komponen PTT dalam pelaksanaan Program

SLPTT di Provinsi Bengkulu.

4. Hasil pengkajian diharapkan dapat menjadi

bahan dalam penyusunan serta

penyempurnaan kebijakan pelaksanaan

Program SLPTT di Provinsi Bengkulu.

8. Prakiraan Dampak : 1. Produksi padi meningkat secara signifikan

sebagai akibat peningkatan luas tanam dan

juga peningkatan produktivitas sebagai

konsekuensi logis dari peningkatan adopsi

komponen PTT dari petani pelaksana

Program SLPTT maupun di luar program

PTT.

2. Dukungan program SLPTT terhadap Program

P2BN di Provinsi Bengkulu semakin nyata

yang sekaligus memberikan kontribusi

terhadap pencapaian 4 sukses Kementerian

Pertanian.

3. Komoditas padi tidak hanya sebagai

komoditas strategis, tetapi juga ekonomis

dan layak sebagai agribisnis yang

ix

menguntungkan.

4. Peningkatan adopsi komponen teknologi

berdampak terhadap peningkatan produksi

dan juga pendapatan petani padi.

9. Jangka Waktu : 1 (satu)Tahun

10. Biaya : Rp 90.231.000,- (Sembilan Puluh Juta Dua Ratus

Tiga Puluh Satu Rupiah)

x

SUMMARY

1. Title : Policy Analysis of Agricultural Development:

Increasing Rice Production Through SL-PTT in

Bengkulu Province

2. Unit of work : Assesment Institute for Agriculture Tecnology of

Bengkulu

3. Objective : 1. Assess program performance SL PTT to increase

rice production in the province of Bengkulu

2. Alternative to formulate recommendations for

improvement in program implementation SL PTT

Bengkulu province.

3. Exodus : 1. Performance SLPTT program to increase rice

production in the province of Bengkulu.

2. Alternative formulation of recommendations for

improvement in program implementation SLPTT

Bengkulu Province

5. Methodology : - Study Library

- Survey

- Data Tabulation

- Analysis and Reporting

6. Results : 1. Picture of program performance SLPTT rice in

Bengkulu Province

2. Alternative recommendations for improvement in

program implementation SLPTT Bengkulu Province

7. Forecast Benefits : 1. Each agency to understand, implement tupoksinya

and strive to always coordinate for the successful

SL-PTT program effectively, efficiently and

synergy.

2. Increasing the performance of the agricultural

sector, particularly in increasing productivity and

production of rice through positive synergies

through inter-agency / institution and the main

xi

implementing support SL-PTT (Department of

Agriculture, Institute for counseling, BPTP, BLBU

Seed Producers, Fertilizer Company: Petro

chemistry Pusri and Gresik) and farmers / farmer

groups implementing SL-PTT program.

3. Coordination among institutions / implementing

agency run smoothly which will impact positively

on the increased adoption of PTT in the

implementation of program components SLPTT in

Bengkulu province.

4. The assessment results are expected to be

material in the preparation and implementation of

policy improvements SLPTT program in Bengkulu

province.

8. Forecast Impact : 1. Rice production increased significantly as a result

of increased acreage and also an increase in

productivity as a consequence of the increase of

farmers' adoption of PTT component SLPTT

Program implementers and outside the PTT

program.

2. Support the Program P2BN SLPTT program in

Bengkulu province increasingly evident that also

contribute to the successful achievement of the

Ministry of Agriculture 4.

3. Paddy not only as a strategic commodity, but also

economically feasible as a profitable agribusiness.

4. Increased adoption of the technology components

resulted in increased production and income of

rice farmers.

9. Duration : 1 (one) year

10. Budget : Rp 90,231,000, - (Twenty Nine Million Two Hundred

and Thirty-One Rupiah)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Misi utama Badan Litbang Pertanian adalah menciptakan inovasi pertanian

(teknologi, kelembagaan dan kebijakan) yang maju dan strategis serta

mengadaptasikan menjadi teknologi tepat guna spesifik pemakai dan lokasi.

Badan Litbang Pertanian telah cukup berhasil dalam pengadaan inovasi

pertanian. Namun berdasarkan evaluasi kecepatan dan tingkat pemanfaatan

inovasi yang dihasilkan cenderung melambat bahkan menurun (Suryana dan

Sarwani, 2007).

Analisis kebijakan diarahkan untuk memfasilitasi adopsi teknologi,

pengembangan agribisnis, serta mendukung pembangunan pertanian wilayah

dan perdesaan. Sintesa kebijakan diharapkan mampu memecahkan

permasalahan teknis, sosial, dan ekonomi pembangunan pertanian wilayah

dalam arti luas, baik yang bersifat responsif maupun antisipatif (Badan Litbang

Pertanian, 2003).

Produktivitas, efisiensi, produksi dan pendapatan petani sangat dipengaruhi

oleh tingkat adopsi atau penggunaan inovasi teknologi. Semakin banyak inovasi

teknologi yang diadopsi akan berdampak pada peningkatan efisiensi usaha tani,

produktivitas, nilai tambah dan daya saing, serta pendapatan petani.

Senjang hasil/produktivitas (yield gap) merupakan salah satu indikator

untuk mengetahui tingkat adopsi teknologi. Senjang hasil yang lebar antara hasil

riel dengan potensi hasil dari suatu komoditas menunjukkan bahwa adopsi

teknologi masih rendah.

Padi merupakan komoditas utama tanaman pangan di Provinsi Bengkulu.

Senjang hasil (yield gap) padi di tingkat petani masih cukup besar. Produktivitas

padi di Provinsi Bengkulu masih relatif rendah yaitu 4,06 t/ha (BPS Provinsi

Bengkulu, 2010), dibandingkan dengan produktivitas nasional yang sudah

mencapai 4,95 t/ha (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan,

2010). Salah satu cara untuk mengurangi senjang hasil adalah dengan

menerapkan teknologi yang spesifik lokasi dengan pendekatan pengelolaan

tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT). PTT adalah suatu pendekatan inovatif

dan dinamis dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui

2

perakitan komponen teknologi secara partisipatif bersama petani (Pusat

Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2009).

Produksi padi dipengaruhi oleh luas areal panen dan produktivitas. Upaya

peningkatan produksi padi di Provinsi Bengkulu telah dilaksanakan melalui

berbagai program, yang diantaranya adalah SL-PTT. SL-PTT adalah program

strategis Kemtan untuk mencapai swasembada beras lestari dan bahkan menjadi

ekportir beras pada tahun 2020. Komponen teknologi yang disusun dalam PTT

bersifat spesifik lokasi dan mempertimbangkan keragaman sumberdaya, iklim,

jenis tanah, sosial-ekonomi-budaya masyarakat, serta menjaga kelestarian

lingkungan (Sembiring dan Abdulrahman, 2008). Komponen teknologi PTT

dipilahkan menjadi dua komponen teknologi, yaitu komponen dasar dan

komponen pilihan. Komponen teknologi dasar yaitu teknologi yang sangat

dianjurkan untuk diterapkan di semua lokasi padi sawah. Komponen teknologi ini

terdiri dari atas:

(1) Varietas unggul baru, inbrida atau hibrida

(2) Benih bermutu dan berlabel

(3) Pemberian bahan organik melalui pengembalian jerami ke sawah atau dalam

bentuk kompos.

(4) Pengaturan populasi tanaman secara optimum

(5) Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah

(6) Pengendalian OPT (organisme pengganggu tanaman) dengan pendekatan

PHT (Pengendalian Hama Terpadu).

Komponen teknologi pilihan yaitu teknologi yang disesuaikan dengan

kondisi, kemauan dan kemampuan petani setempat. Teknologi ini terdiri atas:

(1) Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam

(2) Penggunaan bibit muda (< 21 hari)

(3) Tanam bibit 1 – 3 batang per rumpun

(4) Pengairan secara efektif dan efisien

(5) Penyiangan dengan landak atau gasrok

(6) Panen tepat waktu dan gabah segera dirontok.

Data BPS dalam kurun waktu 5 tahun terakhir menunjukkan bahwa

peningkatan produksi padi di Provinsi Bengkulu lebih dipengaruhi oleh

peningkatan luas areal panen, bukan oleh peningkatan produktivitas. Kondisi ini

menunjukkan bahwa pelaksanaan SL-PTT belum mampu meningkatkan

3

produktivitas secara signifikan. Upaya dan strategi untuk meningkatkan

produktifitas dan produksi mutlak diperlukan melalui implementasi inovasi

teknologi (Kustiyanto, 2001). Untuk itu perlu dilakukan analisis yang berkaitan

dengan kebijakan dan pelaksanaan SL-PTT yang difokuskan untuk mengevaluasi

tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.

Permasalahan-permasalahan dalam upaya peningkatan produktivitas

bersifat kompleks, menyangkut koordinasi dan tupoksi lintas institusi, sehingga

seringkali sulit diselesaikan secara permanen. Untuk itu perlu dicari solusi dan

akar permasalahan. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari permasalahan

yang berulang dalam upaya peningkatan produksi yang ditekankan melalui

peningkatan produktivitas. Permasalahan yang sering muncul dalam upaya

peningkatan produktivitas adalah: pemanfaatan benih unggul, masalah pupuk,

maslah irigasi, masalah iklim dan bencana alam, masalah ledakan OPT, pasca

panen, masalah harga (Andi Nuhung, 2010)

Ada perbedaan yang mendasar antara penelitian sosial ekonomi (policy

research) dengan sintesa kebijakan (policy analysis). Policy research harus

mengikuti standar baku ilmiah, sedangkan police analysis bersifat review dan

sisntesis yang pada hakekatnya memadukan penguasaan ilmu pengetahuan,

pengalaman/keterampilan, dan seni (science, craft, and art) (Badan Litbang

Pertanian, 2003).

1.2. Tujuan

a. Mengkaji kinerja program SLPTT terhadap peningkatan produksi padi di

Provinsi Bengkulu

b. Menyusun alternatif rekomendasi perbaikan pelaksanaan program

SLPTT di Provinsi Bengkulu

1.3. Keluaran yang diharapkan

a. Kinerja program SPTT terhadap peningkatan produksi padi di Provinsi

Bengkulu

b. Rumusan alternatif rekomendasi perbaikan pelaksanaan program SLPTT

di Provinsi Bengkulu

4

1.4. Hasil yang diharapkan

Mendapatkan strategi untuk perbaikan kinerja dalam pelaksanaan SL-PTT

baik untuk institusi pelaksana maupun lembaga pendukung pelaksanaan SL-PTT.

Sinergi antar institusi/lembaga pelaksana, lembaga pendukung serta petani

sasaran sangat diperlukan dalam peningkatan produktivitas padi melalui

program SL-PTT di Provinsi Bengkulu.

Menemukan permasalah utama yang menjadi faktor pembatas adopsi

komponen teknologi PTT, untuk dievaluasi, dianalisis dan ditentukan cara

penyelesaian masalahnya. Rumusan kebijakan responsif yang disintesis dari

perbaikan kinerja, hasil identifikasi permasalahan utama dan upaya pemecahan

masalah dalam peningkatan produktivitas padi.

1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak

1.5.1. Manfaat

1). Masing masing lembaga memahami, melaksanakan tupoksinya dan

berupaya untuk senantiasa berkoordinasi demi suksesnya Program SL-

PTT secara efektif, efisien dan bersinergi.

2). Peningkatkan kinerja sektor pertanian, terutama dalam peningkatan

produktivitas dan produksi padi melalui melalui sinergi positif antar

lembaga/institusi pelaksana utama dan pendukung SL-PTT (Dinas

Pertanian, Lembaga penyuluhan, BPTP, Produsen Benih BLBU,

Perusahaan pupuk: Pusri dan Petro kimia Gresik) serta

petani/kelompok tani pelaksana program SL-PTT.

3). Koordinasi antar institusi/lembaga pelaksana berjalan lancar yang akan

berpengaruh positif terhadap peningkatan adopsi komponen PTT

dalam pelaksanaan Program SL-PTT di Provinsi Bengkulu.

4). Hasil pengkajian diharapkan dapat menjadi bahan dalam penyusunan

serta penyempurnaan kebijakan pelaksanaan Program SL-PTT di

Provinsi Bengkulu.

5

1.5.2.Dampak

1). Produksi padi meningkat secara signifikan sebagai akibat peningkatan

luas tanam dan juga peningkatan produktivitas sebagai konsekuensi

logis dari peningkatan adopsi komponen PTT dari petani pelaksana

Program SL-PTT maupun di luar program PTT.

2. Dukungan program SL-PTT terhadap Program P2BN di Provinsi

Bengkulu semakin nyata yang sekaligus memberikan kontribusi

terhadap pencapaian 4 sukses Kemtan.

3. Komoditas padi tidak hanya sebagai komoditas strategis, tetapi juga

ekonomis dan layak sebagai agribisnis yang menguntungkan.

4. Peningkatan adopsi komponen teknologi berdampak terhadap

peningkatan produksi dan juga pendapatan petani padi.

6

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis

Kebijakan publik adalah tindakan kolektif melalui kewenangan pemerintah

dan ditetapkan berdasarkan prosedur yang legitimate. Bidang liputan sintesa

kebijakan adalah kebijakan publik yang terkait langsung maupun tidak langsung

dengan kehidupan petani dan perilaku agribisnis lainnya. Salah satu spesifikasi

aspek sintesa kebijakan adalah metoda atau prosedur operasionalnya tidak

mengikuti standard ilmiah baku, tetapi merupakan review dan sintesis teori,

informasi, dan hasil penelitian ilmiah secara sistematis dan logis (Badan Litbang

Pertanian, 2003).

Senjang hasil (yield gap) antara hasil penelitian dengan hasil riel petani

padi di Provinsi Bengkulu sangat lebar (46%). Salah satu cara untuk mengurangi

senjang hasil adalah dengan menerapkan teknologi yang spesifik lokasi dengan

pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT). Adopsi teknologi perlu

diakselerasi dalam upaya peningkatan produktivitas, efisiensi, produksi dan

pendapatan petani.

PTT adalah suatu pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya

meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui perakitan komponen

teknologi secara partisipatif bersama petani (Pusat Penelitian dan Pengembangan

Tanaman Pangan, 2009). Dengan pendekatan ini diharapkan selain produksi padi

naik, biaya produksi optimal, produknya berdaya saing dan lingkungan tetap

terpelihara sehingga bisa berkelanjutan.

Inovasi teknologi berpeluang untuk diadopsi oleh petani apabila teknologi

yang diintroduksikan memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1. Bermanfaat bagi petani secara nyata.

2. Lebih unggul dibandingkan dengan teknologi yang telah ada.

3. Bahan, sarana, alat mesin, modal dan tenaga untuk mengadopsi teknologi

tersedia.

4. Memberikan nilai tambah dan keuntungan ekonomi.

5. Meningkatkan efisiensi dalam berproduksi.

6. Bersifat ramah lingkungan dan menjamin keberlanjutan usaha pertanian (

Kartono, 2009).

7

Dari sisi petaninya sendiri, mereka juga mempertimbangkan beberapa

faktor sebelum mengadopsi teknologi. Faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh

petani diantaranya adalah:

1. Ketersediaan pasar hasil panen dengan harga pasar yang layak serta

keuntungan yang baik.

2. Kepastian diperolehnya hasil panen dengan resiko kegagalan yang minimal.

3. Penerapan teknologi tidak sulit bagi petani.

4. Petani mampu menyediakan modal untuk mengadopsi teknologi.

5. Memberikan nilai tambah dan keuntungan nyata bagi petani.

Kebijakan pemerintah adalah serangkaian tindakan yang akan, sedang dan

telah dilakukan pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan kebijakan

pertanian di indonesia adalah untuk memajukan pertanian, mengusahakan

pertanian menjadi lebih produktif, produksinya efisien, pendapatan meningkat

dan kesejahteraan akan lebih merata (Mubyarto, 1993). Untuk mencapai tujuan

tersebut pemerintah pusat maupun daerah mengeluarkan peraturan yang

berbentuk undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan presiden,

keputusan menteri, keputusan gubernur dan lain-lain.

Analisis kebijakan adalah proses atau kegiatan mensintesa informasi,

termasuk hasil- hasil penelitian untuk menghasilkan rekomendasi opsi desain

kebijakan publik. Kebijakan publik adalah keputusan atau tindakan pemerintah

yang berpengaruh atau mengarah pada tindakan individu dalam kelompok

masyarakat, pada prinsipnya bertujuan memecahkan masalah-masalah yang ada

di dalam masyarakat (Sutopo dan Sugiyanto, 2001; Simatupang, 2003).

2.2. Hasil-hasil penelitian/pengkajian yang terkait

Hasil penelitian yang menyangkut analisis kebijakan pembangunan

ketahanan pangan, utamanya di Provinsi Bengkulu masih sangat

terbatas. Hasil survey menunjukkan bahwa rata-rata produktivitas padi di 4

kabupaten (Lebong, Seluma, Rejang Lebong dan Bengkulu Utara) baru mencapai

3,76 t/ha. Rendahnya produktivitas dikarenakan banyak komponen teknologi

budidaya yang belum diterapkan. Secara umum komponen teknologi anjuran

yang diterapkan baru sekitar 25%. Adapun komponen teknologi yang sudah

diadopsi diantaranya adalah komponen pengendalian OPT, sistem tanam dan

penanaman bibit muda.

8

Rendahnya produktivitas padi di Provinsi Bengkulu merupakan hasil kinerja

kolektif antar institusi. Permentan No. 45 tahun 2011 mengatur tata hubungan

kerja antar kelembagaan teknis, penelitian dan pengembangan, dan penyuluhan

pertanian dalam mendukung peningkatan produksi beras nasional (P2BN).

Koordinasi tidaklah semudah yang dibayangkan, karena harus melewati 4

tahapan yaitu introduction, communication, colaboration, dan coordination.

Kualitas dari koordinasi sangat dipengaruhi oleh interaksi dari semua pihak.

Kadang-kadang kita sudah merasa melakukan koordinasi walaupun baru

melakukan introduction dan communication. Empat tahapan dalam coordination

bersifat interlocked.

Di Provinsi Bengkulu belum terbentuk kelembagaan baik untuk tim

pembina maupun tim pelaksana yang mengacu pada pelaksanaan Permentan

No.11 Tahun 2011. Masing-masing Dinas/instansi melaksanakan tupoksinya

secara parsial, sehingga koordinasi dan sinergitas belum berjalan secara optimal.

Masing-masing Dinas/Instansi pelaksana program P2BN harus memahami

mekanisme dan tata hubungan kerja antar tim serta tugas yang harus

disinergikan secara harmonis. Sinergitas yang harmonis akan berdampak

terhadap meningkatnya kinerja yang signifikan dari masing-masing dinas/institusi

maupun tim dalam mewujudkan pertumbuhan dan peningkatan produksi beras

sebesar 5,22%/tahun.

9

III. METODOLOGI

3.1 Metode Pengkajian

Analisis Kebijakan Peningkatan Produksi Padi melalui SLPTT di Provinsi

Bengkulu dilakukan dengan metode survei untuk mengetahui kinerja program

SLPTT terhadap peningkatan produksi padi. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai

suatu bentuk evaluasi yang dilakukan dari hasil kegiatan SLPTT. Metode evaluasi

yang dilakukan adalah evaluasi summatif (Singarimbun, 1989) yaitu setelah

suatu kegiatan selesai dilaksanakan.

3.2 Waktu dan Lokasi

Kegiatan Analisis Kebijakan pada tahun 2013 dilaksanakan di Kabupaten

Seluma, Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah dan Lebong.

3.3 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer

dikumpulkan melalui kegiatan survei melalui wawancara terhadap para

pemangku kebijakan tingkat provinsi (Dinas Pertanian, Bakorluh, BPTP), tingkat

kabupaten (Dinas Pertanian, Bapeluh, LO BPTP), dan pelaksana SLPTT di tingkat

lapangan (PPL, petani) serta lembaga pendukung benih dan pupuk. Responden

petani sebanyak 80 orang. Wawancara terhadap pemangku kebijakan diarahkan

untuk menilai pelaksanaan Permentan 45 tahun 2011.

Data primer yang dikumpulkan di tingkat petani adalah sebagai berikut:

1) Penerapan teknologi dan keragaan usahatani petani peserta SL-PTT dan non

SL-PTT.

2) Dukungan petugas dalam pelaksanaan Progran SLPTT.

Data sekunder merupakan data pendukung yang dikumpulkan dari

dinas/instansi terkait.

10

3.4 Analisis Data

1) Analisis data dilakukan secara deskripsi, untuk melihat kinerja lembaga terkait sesuai dengan permentan 45 2011 tentang P2BN.

2) Kinerja program SLPTT terhadap peningkatan produksi padi di Provinsi Bengkulu. Kinerja program SLPTT dalam peningkatan produksi padi dianalisis secara

deskriptif. Peningkatan produksi padi di tingkat petani dianalisis

menggunakan rumus (Werimon, 1992 dalam Yulianto, 2009):

PP = [ (PS – PE) / PE ] x 100 %

Dimana:

PP = peningkatan produksi padi PS = produksi padi SL-PTT PE = produksi padi non PTT

3) Analisis usahatani untuk mengetahui peningkatan pendapatan petani SL-PTT

dan non SL-PTT.

4) Perumusan alternatif rekomendasi pelaksanaan SL-PTT di Provinsi Bengkulu.

11

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Produksi sebelum dan sesudah SL-PTT

SL-PTT adalah suatu tempat pendidikan non formal bagi petani untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengenali potensi,

menyusun rencana usahatani, mengatasi permasalahan, mengambil keputusan

dan menerapkan teknologi yang sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat

secara sinergis dan berwawasan lingkungan sehingga usahataninya menjadi

efisien, berproduktivitas tinggi dan berkelanjutan. Indikator keberhasilan SL-PTT

dapat dilihat dari peningkatan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap,

penerapan budidaya yang baik dan benar, peningkatan produktivitas dan

keberlanjutan serta replikasinya. Salah satu indikator keberhasilan SL-PTT adalah

peningkatan produksi dan produktivitas padi.

Produksi padi dalam 5 tahun terakhir Provinsi Bengkulu meningkat rata-

rata 5,74 %/tahun, dari 484.594 ton GKG pada tahun 2009 menjadi 600.282 ton

GKG pada tahun 2013 (ARAM II) sedangkan laju peningkatan produktivitas

mencapai 2,34%/tahun dan luas panen meningkat rata-rata 3,25 %/tahun,

sebagaimana terlihat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi 2009-2013 di Provinsi Bengkulu.

No Tahun Luas Panen Produktivitas Produksi

Ha % Ku/Ha % Ton % 1 2009 120.882 40.09 484.594

2 2010 121.877 0.82 40.36 0.67 491.901 1.50

3 2011 115.611 -5.18 41.17 2.00 475.944 -3.24

4 2012 128.131 10.82 42.99 4.42 550.795 15.73

5 2013 136.549* 6.56 43.96* 2.25 600.282* 8.98

Rata-rata 3.25 2.34 5.74

Ket : * Angka Ramalan 2 Distan Prov. 2013

Peningkatan produksi tidak terlepas dari peran program SL-PTT, hal ini

dapat dilihat dari tabel 1 sebelum ada program SL-PTT produksi sebesar 484.594

ton (2009) menjadi 550.792 ton (2012) atau mengalami peningkatan sebesar

13,66%. Peningkatan produksi padi di Provinsi Bengkulu terjadi karena

meningkatnya produktivitas padi di tingkat petani. Peningkatan produktivitas

disebabkan para petani sudah banyak yang mengadopsi teknologi PTT misalnya

12

pemakaian benih varietas unggul bermutu produktivitas tinggi termasuk benih

padi inbrida dan hibrida, tanam umur bibit muda (< 21 hari) dan penanganan

panen.

4.2. Gambaran Usahatani Petani Peserta SL-PTT dan Non SL-PTT

Penggunaan input produksi pada kegiatan usahatani merupakan hal yang

sangat penting karena akan mempengaruhi produksi yang dihasilkan.

Penggunaan input yang dianalisis meliputi penggunaan benih, pupuk, pestisida

dan tenaga kerja. Gambaran penggunaan input pada usahatani padi sawah

petani SL-PTT dan non SL-PTT dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Penggunaan sarana produksi dan pendapatan petani SL-PTT dan Non SL-PTT di Provinsi Bengkulu Tahun 2013

No Uraian Satuan Petani SL-PTT Petani Non SL-PTT

1. Benih Kg/Ha 43,64 57,56

2. Pupuk Kg/Ha

- Urea 159,07 159,69

- SP 36 58,47 61,90

- NPK 158,39 117,52

3. Pestisida ml/Ha 439,77 672,00

4. Tenaga Kerja HOK/Ha 13,37 16,49

5. Produksi Ton/Ha/MT 4,64 3,03

6. Penerimaan (R) Rp/Ha/MT 17.291.647,- 10.374.143,-

7. Biaya input (C) Rp/Ha/MT 7.552.561,- 6.271.486,-

8. Pendapatan (B) Rp/Ha/MT 9.628.137,- 4.102.657,- Sumber: Data primer diolah, 2013

Secara umum jumlah input yang digunakan oleh petani SL-PTT lebih

sedikit bila dibandingkan dengan petani non SL-PTT kecuali input pupuk NPK.

Jumlah penggunaan benih memang masih belum sesuai dengan rekomendasi

yaitu 25 kg/ha, namun penggunaan benih petani SL-PTT 24,19% lebih sedikit

dibandingkan dengan petani non SL-PTT. Jumlah penggunaan input benih yang

masih belum sesuai dengan rekomendasi ini dikarenakan petani masih terbiasa

melakukan penyemaian benih dalam jumlah yang banyak dengan harapan tidak

akan terjadi kekurangan bibit bila saat tanam tiba.

Penggunaan pupuk urea, SP 36 dan NPK petani SL-PTT dan Non SL-PTT

pada umumnya tidak memiliki yang signifikan. Hanya penggunaan pupuk NPK

petani SL-PTT 34,78% lebih banyak dibandingkan dengan petani Non SL- PTT.

Meningkatnya penggunaan pupuk majemuk oleh petani SL-PTT karena petani

berusaha melakukan pemupukan secara berimbang. Dengan menggunakan

13

pupuk majemuk petani berharap jumlah hara yang dibutuhkan oleh lahan

usahatani mereka telah terpenuhi.

Pupuk merupakan salah satu sarana produksi pertanian yang penting

dalam meningkatkan produksi tanaman. Penggunaan pupuk diusahakan secara

efisien dan berimbang karena akan meningkatkan efisiensi pemupukan, produksi

tanaman, mampu menghemat pupuk dan devisa negara, dalam jangka panjang

dapat mengurangi pencemaran lingkungan (Hartatik dan Setyorini, 2008). Secara

umum penggunaan pupuk oleh petani belum sesuai anjuran, hal ini disebabkan

rendahnya pengetahuan petani tentang pupuk dan waktu pengaplikasian yang

tidak tepat. Selain itu faktor ketersediaan ditingkat petani dan harga pupuk juga

ikut mempengaruhi jumlah pupuk yang digunakan (Hamdan, 2012).

Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dengan pola

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) juga mampu menurunkan jumlah pengunaan

pestisida pada petani SL-PTT. PHT yang merupakan pendekatan berbasis terapan

mengintegrasikan berbagai praktek untuk mengendalikan hama. OPT tidak hanya

dikendalikan dengan penggunaan bahan kimia namun pengendalian juga

dilakukan dengan menggunakan bahan alami atau dikendalikan secara biologi

dan teknis. Pengendalian dengan pestisida merupakan pilihan terakhir bila

serangan OPT berada diatas ambang ekonomi. Hal inilah yang mengakibatkan

penggunaan pestisida petani SL-PTT lebih kecil dibandingkan dengan petani Non

SL-PTT.

Penggunaan input tenaga kerja pada petani SL-PTT lebih rendah 12,44%

dibandingkan dengan petani Non SL-PTT. Petani Non SL-PTT rata-rata

mengusahakan usahataninya secara konvensional dimana tujuan usahataninya

lebih kepada pemenuhan kebutuhan bahan pangan bukan peningkatan produksi

ataupun komersial sehingga dalam tahapan budidayanya petani Non SL-PTT

tidak memperhitungkan efisiensi waktu dalam tahapan budidayanya seperti

persiapan lahan dan kegiatan lainnya. Dibandingkan dengan faktor produksi

lainnya, tenaga kerja merupakan faktor terpenting. Aplikasi teknologi varietas

unggul, pupuk dan irigasi dapat mendorong aplikasi tenaga kerja sehingga usaha

tani padi bersifat padat tenaga kerja (Rusastra IW dan Suryadi, 2004)

Peningkatan produksi dan penurunan biaya input tentu saja

mengakibatkan jumlah pendapatan petani SL-PTT lebih tinggi dibandingkan

dengan petani non SL-PTT karena jumlah produksi dan jumlah biaya input

14

merupakan faktor utama penentu besar kecilnya pendapatan usahatani. Hal ini

sama dengan beberapa hasil penelitian sejenis seperti penelitian Nurbaeti et

all.,(2006) di Kabupaten Sumedang menunjukkan bahwa penerapan PTT dapat

meningkatkan hasil panen (GKP) sebanyak 15% dan juga meningkatkan efisiensi

masukan input terutama dalam penggunaan benih dan pupuk masing-masing 35-

40% dan 30-66%. Fachrista (2012) mengemukakan bahwa penerapan PTT di

Bangka Belitung meningkatkan produktivitas sebesar 0,5-1 ton/ha. Selanjutnya

penelitian Adnyana dan Kariyasa (2006) di Propinsi Sumatera Utara, Jawa Timur,

Bali dan Nusa Tenggara Barat menyatakan bahwa penerapan PTT meningkatkan

keuntungan petani pada MK I masing-masing sebesar 15,2-25,1%;11,61-

1,9%;3,7-18,0% dan 7,1-10,9%.

Apabila produksi dan jumlah input petani peserta SL-PTT dibandingkan

dengan produksi dan jumlah input yang mereka gunakan pada saat sebelum

mengenal program SL-PTT ternyata juga menunjukkan perbedaan yang nyata.

Nilai R/C ratio usahatani padi sawah mereka yang diusahakan dengan

menerapkan komponen PTT lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum mereka

menerapkan komponen PTT. Artinya usahatani padi sawah mereka yang dikelola

dengan menerapkan komponen PTT lebih layak dan menguntungkan

dibandingkan dengan tidak menerapak komponen PTT.

Tabel 3. Gambaran Usahatani Petani Peserta SL-PTT sebelum dan sesudah penerapan komponen PTTdi Kabupaten Seluma dan Bengkulu Tengah

Uraian Satuan

Kabupaten Seluma Kabupaten Bengkulu Tengah

Sebelum PTT

Setelah PTT Sebelum PTT

Setelah PTT

Benih Kg/Ha 70,40 37,75 80,19 46,47

Pupuk Kg/Ha

-Urea 116,46 203,07 44,11 90,48

-SP 36 52,56 81,37 7,52 25,06

-KCl 5,52 14,856 0 6,27

-NPK Phonska 44,52 217,57 88,72 245,61

-Pupuk kompos 0,00 316,29 0 252,63

Tenaga kerja HOK/Ha 125,64 125,64 97,61 97,61

Produksi Ton/Ha/MT 3,42 5,08 2,87 4,47

Penerimaan (R) Rp/Ha/MT 11.554.552 17.139.262 8.619.602,58 13.415.782,31

Total Biaya (C) Rp/Ha/MT 7.062.642 8.050.761 4.826.466 5.580.050

Pendapatan (B) Rp/Ha/MT 4.491.910 9.088.500 3.793.136,41 7.835.732,19

R/C 1,64 2,13 1,78 2,40

Sumber: data primer diolah, 2013

15

4.3. Pengetahuan dan Adopsi Komponen Teknologi PTT

Pengetahuan adalah adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh

manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang

menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang

belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Adopsi komponen PTT dapat

diartikan sebagai komponen PTT yang telah dilaksanakan oleh petani. Menurut

Soekartawi (2005) terdapat lima tahapan yang dilalui oleh petani dalam

mengadopsi suatu inovasi, yakni: (i) tahap kesadaran dengan mengetahui

informasi yang masih bersifat umum, (ii) tahap menaruh minat dengan

mengumpulkan dan mencari informasi dari berbagai sumber, (iii) tahap evaluasi

yaitu dengan mempetimbangkan lebih lanjut apakah minatnya diteruskan atau

tidak, (iv) tahap mencoba menerapkan dalam skala kecil, dan (v) tahap adopsi

dengan menerapkan di lahan skala yang lebih luas. Pengetahuan dan adopsi

komponen PTT petani SL PTT dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Pengetahuan dan adopsi komponen PTT padi sawah pada petani SL PTT di Provinsi Bengkulu

Secara umum semua komponen PTT telah diketahui dan dilaksanakan

oleh semua petani peserta SL-PTT (> 50%) walau memang tidak semua

komponen PTT yang diketahui mereka terapkan dalam usahatani. Tidak

diterapkannya komponen PTT yang diketahuinya tersebut disebabkan oleh

berbagai faktor seperti ketersediaan sarana dan prasarana, modal usaha serta

kendala teknis. Komponen dasar yang diketahui petani namun banyak tidak

79.41 79.41

61.76

76.47 76.47

91.18

76.47

58.82 61.76

94.12

73.53 73.53

52.94

70.59 70.5976.47

67.65

55.88 58.82

0102030405060708090

100P

e

r

s

e

n

t

a

s

e

Komponen PTT

Tahu

Melaksanakan

16

mereka laksanakan adalah penggunaan pupuk berimbang. Hal ini disebabkan

karena penghitungan kebutuhan pupuk tanaman dan status hara tanah hanya

dapat dilakukan dengan menggunakan Bagan Warna Daun (BWD), Perangkat Uji

Tanah Sawah (PUTS) atau diuji langsung di Laboratorium Tanah. Keterbatasan

alat yang dimiliki oleh petani dan jauhnya akses ke Laboratorium membuat

petani melakukan pemupukan sesuai dengan inisiatifnya sendiri dan sesuai

dengan dana yang dimilikinya.

Komponen pilihan yang diketahui namun tidak dilaksanakan terbanyak

adalah penggunaan bibit muda. Komponen PTT ini sulit diterapkan karena

menurut petani bila bibit ditanam terlalu muda maka akan terjadi serangan hama

keong yang dapat merusak tanaman mereka. Namun demikian komponen pilihan

untuk pengelolaan panen dan pasca panen. Penanganan panen dan pasca panen

menurut mereka akan memberikan hasil yang optimal karena dengan

penanganan yang baik akan mengurangi kehilangan hasil produksi.

Komponen PTT padi sawah selain diketahui dan diadopsi oleh petani

peserta SL-PTT juga diketahui dan diadopsi oleh petani yang bukan menjadi

peserta program SL-PTT. Mereka mengetahui komponen PTT tersebut dari

berbagai sumber misalnya informasi dari Penyuluh Pertanian, sesama petani dan

melihat aplikasi komponen PTT di lahan sawah petani lain. Pengetahuan dan

adopsi komponen PTT padi sawah pada petani Non SL-PTT di Provinsi Bengkulu

dapat dilihat pada gambar 2.

17

Gambar 2. Pengetahuan dan adopsi komponen PTT padi sawah pada petani Non SL-PTT di Provinsi Bengkulu

Komponen dasar yang paling banyak diketahui dan dilaksanakan oleh

petani Non SL-PTT adalah perlindungan tanaman dari OPT berdasarkan prinsip

dan strategi PHT. Informasi mengenal PHT diperoleh petani dari Penyuluh

Pertanian Lapangan (PPL) yang bertugas di desa mereka. Perlindungan tanaman

dengan prinsip PHT diajarkan oleh PPL dikarenakan dibeberapa lokasi telah

terjadi resurjensi atau resistensi OPT akibat petani menggunakan dosis pestisida

yang berlebihan dalam melindungi tanaman mereka.

Komponen pilihan penanganan panen dan pasca panen menjadi

komponen dasar yang paling banyak diketahui dan dilaksanakan oleh petani.

Hampir sama dengan petani SL PTT alasan utama mereka memilih komponen ini

untuk dilaksanakan karena dengan penanganan panen dan pasca panen yang

benar maka akan mengurangi kehilangan hasil produksi. Bila kehilangan hasil

produksi bisa diminimalisir maka kerugian dapat diminimalisir pula.

4.4. Sebaran SL-PTT di Provinsi Bengkulu

Luas sebaran SL-PTT komoditas padi di Provinsi Bengkulu sebanyak

69.200 ha yang tersebar di 9 kabupaten dan 1 kota. Sebaran lokasi

pendampingan SL-PTT di Bengkulu dapat dilihat pada Tabel 3.

18.18 18.18

4.55

45.45 40.9136.36

18.18

27.2722.73

59.09

22.7318.18

50

36.36

40.91

31.82 31.82

68.18

01020304050607080P

e

r

s

e

n

t

a

s

e

Komponen PTT

Tahu

Melaksanakan

18

Tabel 3. Sebaran Program SL-PTT di Provinsi Bengkulu

No Kabupaten Sebaran SL-PTT Luas Lahan Sawah Baku

1 Bengkulu Tengah 4.000 7.624

2 Seluma 12.800 20.150

3 Kaur 6.100 7.870

4 Rejang Lebong 7500 9.704

5 Bengkulu Selatan 8000 11.290

6 Muko-Muko 6700 9.418

7 Lebong 6.000 10.270

8 Kota Bengkulu 2.800 2.789

9 Kepahiang 3.000 5.287

10 Bengkulu Utara 12.300 15.300

Jumlah 69.200 99.702

Sumber : data primer 2013 diolah

Berdasarkan tabel 3 di atas, jumlah sebaran SL-PTT di Provinsi Bengkulu

sudah mencapai 68,41 % dari total luas lahan sawah baku di Provinsi Bengkulu.

Kabupaten yang paling luas sebaran SL-PTT adalah Kabupaten Seluma dan

Bengkulu Utara dengan masing-masing sebaran mencapai 12.800 ha dan 12.300

ha. Disamping itu juga kedua kabupaten tersebut merupakan kabupaten yang

paling luas lahan sawah bakunya yaitu 20.150 ha dan 15.300 ha. Kegiatan SL-

PTT tahun 2013 dalam rangka meningkatkan produksi padi untuk mengamankan

penyediaan pangan melalui penyediaan komoditi padi dalam jumlah cukup,

berkualitas baik dan kontinuitas produksinya terjamin melalui peningkatan

produksi, produktivitas dan pengembangan padi di Provinsi Bengkulu yang

bertujuan :

1. Untuk memperkenalkan teknologi baru kepada petani dimana nantinya

diharapkan dapat ditransferkan kepada petani sekitar-nya.

2. Sarana promosi kepada para petani pada daerah-daerah SL-PTT Padi

sentra-sentra kawasan pengembangan padi dengan menerapkan sistem

agribisnis secara utuh yang mampu mendorong dan menjadi contoh

untuk pertumbuhan kawasan-kawasan produksi yang baru dan

memantapkan sentra-sentra produksi yang telah ada.

3. Mendorong tumbuh dan tersedianya fasilitas prasarana dan sarana yang

diperlukan untuk mendukung pengembangan dan penerapan sistem

agribisnis pada kegiatan usahatani yang dilakukan masyarakat.

19

4. Mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi perdesaan dengan

masukan modal, teknologi, manajemen dan akses pasar melalui pola-pola

kemitraan antara petani dengan swasta/BUMN/Koperasi dalam upaya

pengembangan dan penerapan sistem agribisnis dan agroindustri.

5. Menyiapkan sumber daya petani untuk tahu, mau dan mampu menerapkan

prinsip-prinsip agribisnis secara utuh dalam melaksanakan usahatani

sehingga terciptanya petani-petani sebagai wiraswata agribisnis skala

kecil, menengah dan bila mungkin skala besar.

6. Meningkatkan produksi padi untuk mengamankan penyediaan pangan

melalui penyediaan komoditi padi dalam jumlah cukup, berkualitas baik

dan kontinuitas produksinya terjamin melalui peningkatan produksi,

produktivitas dan pengembang padi.

4.5. Kinerja Kelembagaan Penentu Kebijakan Tingkat Provinsi dan Kabupaten dalam mendukung SL-PTT

Untuk meningkatkan sinergi dan koordinasi dalam rangka pelaksanaan

peningkatan program P2BN, dibentuk Tim Pembina di Tingkat Provinsi, dan

Tim Pelaksana di Tingkat Kabupaten/Kota. Untuk meningkatkan efektivitas

pelaksanaan tugas tim pembina dan tim pelaksana ada mekanisme dan tata

hubungan kerja antara kelembagaan teknis, kelembagaan penelitian dan

pengembangan, dan kelembagaan penyuluhan pertanian mulai dari tingkat

provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan. Mekanisme dan tata hubungan kerja ini

dimaksudkan untuk memberikan acuan bagi kelembagaan teknis, kelembagaan

penelitian dan pengembangan, serta kelembagaan penyuluhan pertanian di

provinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan dalam mendukung program P2BN.

Di Provinsi Bengkulu sudah terbentuk kelembagaan baik untuk tim

pembina maupun tim pelaksana yang mengacu pada pelaksanaan Permentan No.

45 Tahun 2011. Masing-masing dinas/instansi masih melaksanakan tupoksinya

secara parsial, sehingga koordinasi dan sinergitas belum berjalan secara optimal.

20

Tabel 4. Persentase Pelaksanaan Tugas Tim Pembina P2BN tingkat Provinsi Bengkulu.

No Instansi Persentase Pelaksanaan Tugas

1 Dinas Pertanian 66,76

2 BPTP 83,33

3 Bakorluh 60,00 Sumber : data primer 2013 diolah

Berdasarkan tabel 4 maka dapat dilhat bahwa rata-rata pelaksanaan

tugas sesuai dengan permentan 45 tahun 2011 dari masing-masing instansi

sudah mencapai rata-rata 70 %. Masing-masing dinas/instansi pelaksana

program P2BN harus memahami mekanisme dan tata hubungan kerja antar tim

serta tugas yang harus disinergikan secara harmonis. Lemahnya koordinasi antar

penentu kebijakan berdampak pada pelaksanaan SL-PTT di tingkat lapangan.

Sinergitas yang harmonis akan berdampak terhadap meningkatnya kinerja yang

signifikan dari masing-masing dinas/institusi maupun tim dalam mewujudkan

pertumbuhan dan peningkatan produksi padi.

Untuk meningkatkan koordinasi dan sinergitas program dan kegiatan

antara dinas teknis pertanian yang membidangi tanaman pangan, peneliti

pendamping (LO) dan Kelembagaan Penyuluhan di tingkat kabupaten/kota maka

masing-masing instansi mempunyai tugas sesuai dengan permentan 45 tahun

2011 seperti tabel 5.

Tabel 5. Tugas Dinas Pertanian sesuai dengan Permentan 45 Tahun 2011 di Kabupaten Seluma, Lebong dan Bengkulu Utara.

No Uraian Tugas Seluma Lebong Utara

1 Merencanakan dan Menetapkan target

produksi padi dengan adanya SL-PTT

1 0 1

2 Produksi sebelum SL-PTT 0 0 0

3 Target Produksi Selama program SL-PTT 1 0 1

4 Realisasi produksi selama program SL-PTT 1 1 1

5 Target Produksi setelah program SL-PTT 0 0 0

6 Apakah ada matrik program yang disusun

selama kegiatan SL-PTT

0 0 1

7 Melaksanakan program/kegiatan berdasarkan matrik program

0 0 0

8 Koordinasi dalam satu tahun dengan tim

pelaksana di tingkat kabupaten

1 1 1

9 Menetapkan kebutuhan sarana produksi 1 1 1

10 Perencanaan saprodi sesuai dengan kebutuhan

di lapang

1 1 1

21

No Uraian Tugas Seluma Lebong Utara

11 Kendala dalam pengadaan saprodi 1 1 1

12 Apakah pengadaan saprodi sesuai dengan 6

prinsip tepat (waktu, tempat, jumlah, dosis, harga dan kualitas)

0 0 0

13 Sudah menerapkan rekomendasi teknologi

spesifk lokasi

0 0 0

14 Apakah dinas membuat/mencetak lahan sawah

baru selama kegiatan SL-PTT

1 0 1

15 Menyiapkan laporan pelaksanaan peningkatan produksi padi

1 1 0

16 Laporan pelaksanaan SL-PTT 1 1 1

17 Menyusun laporan tim Pelaksana 0 0 0

Jumlah 10 7 10

Nilai 0.59 0.41 0.59

Persentase (%) 58.82 41.18 58.82

Sumber: data primer 2013 diolah

Berdasarkan tabel 5 di atas ketiga kabupaten telah melaksanakan tugas

dengan baik walaupun masih banyak tugas yang belum dilaksanakan seperti

penetapan produksi sebelum SL-PTT, menetapkan target produksi setelah

program SL-PTT, tidak membuat matrik program yang disusun selama kegiatan

SL-PTT, tidak melaksanakan program/kegiatan berdasarkan matrik program,

tidak berjalannya pengadaan saprodi sesuai dengan 6 prinsip tepat (waktu,

tempat, jumlah, dosis, harga dan kualitas) sebagai contoh pupuk bersubsidi

dimana saat musim tanam langka di pasaran kalaupun ada harganya jauh di atas

harga subsidi (HET), tidak menerapkan rekomendasi teknologi spesifk lokasi, dan

tidak pernah menyusun laporan tim pelaksanaan SL-PTT tingkat kabupaten.

Kelembagaan pelayanan pertanian seperti permodalan, penyuluhan,

penelitian dan informasi masih lemah dan tersekat-sekat menurut sektoral atau

sub sektoral. Disamping itu perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi ke

desentralisasi banyak personil penyuluh di lapangan masuk ke jajaran struktural,

hal ini mengakibatkan berkurangnya jumlah petugas lapangan yang merupakan

unsur terdepan dan terpenting dalam pembangunan pertanian.

22

Koordinasi antara Dinas Pertanian, BP4K dan Peneliti Pendamping tidak

berjalan baik sesuai dengan permentan 45 tahun 2011. Selama ini masing-

masing penentu kebijakan berjalan sesuai dengan tupoksi mereka atau berjalan

sendiri-sendiri.

Tabel 6. Tugas BP4K sesuai dengan permentan 45 Tahun 2011 di Kabupaten Seluma, Lebong dan Bengkulu Utara.

No Uraian Tugas Seluma Lebong Utara

1 Menyusun programa penyuluhan untuk mendukung

program SL-PTT

1 1 1

2 Menyusun materi penyuluhan untuk mendukung program SL-PTT

1 0 0

3 Menyebarluaskan teknologi spesifik lokasi yang direkomendasikan oleh BPTP

0 0 0

4 Menugaskan penyuluh pertanian untuk mendukung program SL-PTT

1 1 1

5 Melaksanakan penyuluhan melalui media cetak dan elektronik

0 1 1

6 Melakukan pelatihan di tingkat BPP dalam rangka mendukung program SL-PTT

0 0 0

7 Menetapkan lokasi demplot, demfarm di lokasi SL-PTT 1 1 0

8 Merencanakan dan melaksanakan pertemuan dengan petani, temu teknis dan temu tugas

1 1 1

9 Melakukan seleksi dan mengusulkan calon penerima penghargaan bagi penyuluh dan petani berprestasi yang berhasil meningkatkan produksi padi

0 0 0

Jumlah 5 5 4

Nilai 0.56 0.56 0.44

Persentase (%) 55.56 55.56 44.44

Gerakan peningkatan produksi beras nasional (P2BN) merupakan alat

(instrument) untuk mengusahakan agar petani secara massal mau dan mampu

melaksanakan penerapan teknologi baru dengan pendekatan pengelolaan

tanaman sumberdaya terpadu. Kegiatan penyuluhan pertanian diarahkan untuk

meningkatkan produktivitas dan pendapatan usahatani melalui pemasyarakatan

teknologi sesuai dengan anjuran, meningkatkan kemampuan kelompok tani,

serta kelembagaan pedesaan lainya dengan pola agribisnis. Kendala yang

dihadapi BP4K adalah jumlah penyuluh masih kurang/belum sesuai dengan

jumlah desa/kelurahan, banyak tenaga penyuluh yang alih fungsi ke struktural,

pengangkatan baru (formasi PP) ditempatkan diluar lembaga penyuluhan dan

banyak yang sudah hampir pensiun dan bertempat tinggal di luar lokasi desa

binaan. Selain hal tersebut masalah yang di hadapi BP4K adalah tidak

tersedianya anggaran untuk membuat bahan penyuluhan, tidak tersedianya

bahan materi yang mendukung program SL-PTT.

23

V. KESIMPULAN

1. Pelaksanaan Program SL-PTT di Provinsi Bengkulu telah mampu

meningkatkan produksi padi sebanyak 13,66% atau dari 484.594 ton (2009)

menjadi 550.792 ton (2012).

2. Jumlah input yang digunakan oleh petani SL-PTT lebih sedikit bila

dibandingkan dengan petani non SL-PTT.

3. Secara umum semua komponen PTT telah diketahui dan dilaksanakan oleh

semua petani peserta SL-PTT (> 50%) walaupun tidak semua komponen

PTT yang diketahui mereka terapkan dalam usahatani.

4. Jumlah sebaran SL-PTT di Provinsi Bengkulu sudah mencapai 68,41 % dari

total luas lahan sawah baku di Provinsi Bengkulu.

5. Kinerja Kelembagaan Penentu Kebijakan Tingkat Provinsi dan Kabupaten

dalam mendukung SL-PTT rata-rata sudah mencapai 55 %.

24

DAFTAR PUSTAKA

Biro Pusat Statistik Provinsi Bengkulu. 2010. Bengkulu dalam angka tahun 2010.

Choiritunnisa, Sutarto, dan Supanggyo. 2008. Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani dengan Tingkat Penerapan Model Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah di Desa Joho Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.Jurnal Agritexts No 24

Kustiyanto. 2001. Kriteria seleksi untuk sifat toleran cekaman lingkungan biotik dan abiotik. Makalah Penelitian dan Koordinasi pemuliaan Partisipatif (Shuttle Breeding) dan Uji Multilokasi. Sukamandi.

Mubyarto. 1993. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta

Ditjen Tanaman Pangan. 2009. Pedoman Umum: Peningkatan Produksi dan Produktivitas Padi, Jagung, dan Kedelai melalui pelaksanaan SL-PTT. Dirjen Tanaman Pangan. 72 p.

Puslitbangtan, 2009. Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT. Kerjasama Puslitbangtan, BBP2TP, BPTP Jawa Barat dan BPTP Bali. 20 p.

Rakhmat,J. 2001. Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi. PT. Remaja Rosdakarya.Bandung

Rangkuti, F. 2008. Analisis SWOT – Teknik Membedah Kasus Bisnis. Cetakan kelimabelas. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Rosman. 2000.Tingkat Produktfitas Kerja Terhadap Umur Petani di Indonesia. Jurnal Pertanian No 87 :12-19

Sembiring, H. dan Abdulrahman, H. 2008. Filosofi dan Dinamika Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah. BB Penelitian Padi sawah. Sukamandi.

Sevilla, C.G., J.A. Ochave, T.G. Punsalan, B.P. Regala dan G.G. Uriarte. 1993. Pengantar Metode Penelitian. UI Press. Jakarta

Simatupang, P. 2003. Analisis Kebijakan : Konsep Dasar dan Prosedur Pelaksanaan dalam Analisis Kebijakan Pertanian (Agricultural Policy Analysis) Volume I Nomor 1. Maret 2003

Singarimbun, M. 1989. Metode dan Proses Penelitian. Dalam Singarimbun, M. dan S. Effendi (pnyt) Metode Penelitian Survai. Cetakan Kedua. LP3ES. Jakarta.

Soekartawi. 2005. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Universitas Indonesia Press. Jakarta

Yulianto, G. 2009. Evaluasi Dampak Penyuluhan Pertanian di Kecamatan

Imogiri Kabupaten Bantul. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Volume 5, Nomor 2, Desember 2009. STPP Magelang.

25

ANALISIS RISIKO

Analisis risiko diperlukan untuk mengetahui berbagai risiko yang

mungkin dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan diseminasi/pendampingan.

Dengan mengenal risiko, penyebab, dan dampaknya maka akan dapat disusun

strategi ataupun cara penanganan risiko baik secara antisipatif maupun

responsif. Daftar risiko dan penangannya disusun seperti tabel berikut.

Tabel 7. Risiko, penyebab, dan dampaknya terhadap pelaksanaan pengkajian Analisis Kebijakan Tahun 2013

No. Risiko Penyebab Dampak

1. Data yang diperoleh kurang lengkap

Informasi yang diberikan responden kurang valid

Alternatif rekomendasi yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang seharusnya

Tabel 8. Risiko, penyebab, dan Penanganannya dalam pelaksanaan pengkajian Analisis Kebijakan Tahun 2013

No. Risiko Penyebab Penanganan risiko

1. Data yang diperoleh kurang lengkap

Informasi yang diberikan responden kurang valid

Melakukan validasi terhadap data yang diperoleh

26

JADWAL KERJA

No Uraian Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Studi literatur X X

2 Penyusunan ROPP, seminar ROPP serta perbaikan ROPP

X X

3 Penyusunan kuesioner survei X

4 Koordinasi persiapan survei dengan petugas instansi terkait, petugas lapangan, dan kelompok tani

X X

5 Penjelasan pengisian kuesioner X

6 Survei pendahuluan untuk pretest kuesioner survei (10 responden)

X

7 Perbaikan kuesioner survei X

8 Survei pada 3 kabupaten lokasi Program SL-PTT Spesifik Lokasi yaitu Kabupaten Bengkulu Tengah Seluma, Bengkulu Utara dan Lebong

X X X

9 Entry, validasi, pengolahan dan interpretasi data hasil survei

X

10 Sosialisasi hasil survei di kabupaten X

11 Penyusunan laporan tengah tahun dan laporan akhir tahun

X X

27

PEMBIAYAAN

a. Rencana Anggaran Belanja (RAB)

No Jenis Pengeluaran Vol Harga Satuan

(Rp.000)

Biaya (Rp.000)

1 Belanja Bahan (521211) 22.131

ATK kegiatan, komputer suply dan pelaporan

1 pkt 6.781 6.781

Bahan pengkajian dan pendukung lainnya, penggandaan dan laminasi

1 pkt 11.850 11.850

Konsumsi dalam rangka sosialisasi,

Focus Group Discussion, pertemuan

70 oh 50 3.500

2 Honor Output Kegiatan (521213) 2.800

Honor petani sampel 80 OH 35 2.800

3 Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Dalam Kota (524114)

6.500

Akomodasi dalam rangka sosialisasi, Focus Group Discussion, pertemuan

2 kali 3.250 6.500

4 Belanja Sewa (522141) 5.000

Sewa kendaraan 10 hr 500 5.000

5 Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota (DN) (524119)

53.800

Perjalanan persiapan, pelaksanaan pengkajian

120 OP 365 43.800

Perjalanan luar propinsi, konsultasi, seminar, ekspose

2 OP 5.000 10.000

Jumlah 90.231

b.Realisasi Anggaran

No Jenis Pengeluaran Realisasi Anggaran

(Rp)

Persentase Keuangan

(%)

Persentase Fisik (%)

1 Belanja Bahan (521211) 16.197.800 37,02 100

ATK kegiatan, komputer suply dan pelaporan

6.737.500 99,00 100

Bahan pengkajian dan pendukung lainnya, penggandaan dan laminasi

7.215.300 61,90 100

Konsumsi dalam rangka sosialisasi, Focus Group Discussion, pertemuan

2.245.000 64,29 100

2 Honor Output Kegiatan (521213) 2.800.000 100 100

Honor petani sampel 2.800.000 100 100

3 Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Dalam Kota (524114)

6.500.000 100 100

Akomodasi dalam rangka sosialisasi, Focus Group Discussion, pertemuan

6.500.000 100 100

4 Belanja Sewa (522141) 4.900.000 98,00 100

Sewa kendaraan 4.900.000 98,00 100

5 Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota (DN) (524119)

51.935.400 97,00 100

Perjalanan persiapan, pelaksanaan pengkajian

42.511.500 97,00 100

Perjalanan luar propinsi, konsultasi, seminar, ekspose

9.423.900 94,00 100

Total 83.541.700 91,25 100

28

PERSONALIA

No

Nama/NIP Jabatan Fungsional/Bidang

keahlian

Jabatan dalam

Kegiatan

Uraian Tugas Alokasi Waktu (Jam

/minggu)

1 Emlan Fauzi, SP Peneliti Pertama/Sosek

Penanggung jawab

- Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan penelitian

- Menyusun RPTP, ROPP, Juknis, dan kuesioner

- Melakukan koordinasi dan survey

- Melakukan validasi dan interpretasi data

5

2 Dr. Ir. Dedi Sguandi, MP

Peneliti Madya/Sosek

Anggota - Mengkoordinir Seluruh Kegiatan

5

3 Dr. Rudi Hartono, SP,MP.

Peneliti Muda/Sosek Anggota - Menyusun RPTP, ROPP, Juknis, dan kuesioner

- Melakukan koordinasi dan survey

5

4 Andi Ishak, MSi Peneliti Muda/Sosek Anggota - Menyusun RPTP, ROPP, Juknis, dan kuesioner

- Melakukan koordinasi dan survey

5

5 Hamdan, SP, MSi

Peneliti Pertama/Sosek

Anggota - Melakukan survey - Melakukan entry

dan pengolahan data

10

6 Alfayanti, SP Calon Peneliti/Sosek Anggota - Membuat laporan bulanan kegiatan

- Melakukan survey - Melakukan entry

dan pengolahan data

10

7 Wawan Eka Putra, SP

Calon Peneliti/Sosek Anggota - Mengurusi pengadaan bahan pengkajian

- Melakukan survey - Melakukan entry

dan pengolahan data

10

8 Bastian Administrasi Anggota - Membantu administrasi kegiatan

- Membantu pelaksanaan survei

10

29

LAMPIRAN

30

Lampiran 1. Dokumentasi kegiatan

Pengambilan data awal mengenai kegiatan SL-PTT di Bengkulu Tengah melalui

wawancara dengan PPTK Tanaman Pangan Kabupaten Bengkulu Tengah ,Joko

Santoso, SP (kiri) dan Diskusi penentuan calon lokasi survei kegiatan Analisis Kebijakan Dengan Kabid Pertanian Dsnakbun Kabupaten Seluma, Ir. Midi

Hermantono (kanan)

Koordinasi dengan Ketua Gapoktan Rimbo Jaya (kiri) dan ketua Kelompok Tani Harapan Maju (Kanan) Desa Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan Kabupaten Seluma

Koordinasi dengan Ketua Gapoktan Rimbo Jaya (kiri) dan ketua Kelompok Tani Harapan Maju (Kanan) Desa Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan Kabupaten

Seluma.

Pelaksanaan Survei di Kabupaten Seluma

31

Wawancara dan diskusi dengan Kepala BP4K Kabupaten Seluma dan Kabid

Tanaman Pangan Kabupaten Lebong Mengenai Pelaksanaan SL-PTT sesuai dengan permentan 45 tahun 2011

Wawancara dan diskusi dengan Kepala Bidang Kelembagaan BP4K Kabupaten

Bengkulu Utara dan survey di tingkat Petani pelaksana SL-PTT dan non SL-PTT di Kabupaten Bengkulu Utara

32