39
ANALISIS KEBERADAAN PARADOKS DALAM MASALAH TRANSPORTASI KLASIK MUHAMMAD MUHLIS AL KAUTSAR DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

ANALISIS KEBERADAAN PARADOKS DALAM MASALAH … · Pada dasarnya masalah transportasi bertujuan meminimumkan biaya pengiriman, dan semakin banyak volume pengiriman maka semakin besar

  • Upload
    lyhuong

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

ANALISIS KEBERADAAN PARADOKS DALAM MASALAH

TRANSPORTASI KLASIK

MUHAMMAD MUHLIS AL KAUTSAR

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Keberadaan

Paradoks dalam Masalah Transportasi Klasik adalah benar karya saya dengan

arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada

perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2016

Muhammad Muhlis Al Kautsar

NIM G54120062

ABSTRAK

MUHAMMAD MUHLIS AL KAUTSAR. Analisis Keberadaan Paradoks dalam

Masalah Transportasi Klasik. Dibimbing oleh BIB PARUHUM SILALAHI dan

FARIDA HANUM.

Masalah transportasi klasik merupakan permasalahan yang cukup sering

dijumpai. Banyak yang sudah meneliti dan menerapkan metode-metode dalam

memecahkan masalah tersebut. Pada dasarnya masalah transportasi bertujuan

meminimumkan biaya pengiriman, dan semakin banyak volume pengiriman maka

semakin besar pula biaya pengirimannya. Namun dalam kasus khusus, yang

terjadi adalah kebalikannya, yaitu semakin banyak volume pengiriman maka

biayanya justru semakin kecil. Dalam karya ilmiah ini akan dipakai dual dari

masalah transportasi klasik untuk mengetahui syarat terjadinya paradoks dan batas

penambahan kiriman barang agar paradoks tetap ada. Namun sebelumnya juga

akan dibahas karakterisasi matriks imun sebagai penentu bisa atau tidaknya suatu

masalah transportasi memiliki paradoks.

Kata kunci: dual, masalah transportasi klasik, matriks imun, paradoks transportasi

ABSTRACT

MUHAMMAD MUHLIS AL KAUTSAR. Analysis of Paradox Existence in

Classical Transportation Problem. Supervised by BIB PARUHUM SILALAHI

and FARIDA HANUM.

Classical transportation problem is a common problem that is usually

discovered in real life. Many has researched and applied methods to solve this

problem. Originally, transportation problem aims to minimize the transportation

cost, and if the shipment volume increases then the transportation cost increases

too. However, in a certain case the result is the opposite, that is an increase in the

shipment volume will decrease the transportation cost. In this paper, the dual of

the classical transportation problem was examined to investigate the sufficient

condition of the occurence of the paradox as well as the additional shipment’s

upper bound so that the paradox still exists. But before that, a necessary and

sufficient condition for a matrix to be immune was discussed as an indicator

whether a transportation problem can have a paradox or not.

Keywords: classical transportation problem, dual, immune matrix, transportation

paradox

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains

pada

Departemen Matematika

ANALISIS KEBERADAAN PARADOKS DALAM MASALAH

TRANSPORTASI KLASIK

MUHAMMAD MUHLIS AL KAUTSAR

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Judul Skripsi: Analisis Keberadaan Paradoks dalam Masalah Transportasi Klasik Nama :Muhammad Muhlis AI Kautsar NIM : G54120062

Disetujui oleh

..,�

y Dr Ir Bib Panill«.m Silalahi, MKom Dra Farida Ranum, MSi

Tanggal Lulus: 0 1 JUL 2016

Pembimbing II

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2015 ini ialah

masalah transportasi, dengan judul Analisis Keberadaan Paradoks dalam Masalah

Transportasi Klasik.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Bib Paruhum Silalahi,

MKom dan Ibu Dra Farida Hanum, MSi selaku pembimbing, serta Bapak Drs

Prapto Tri Supriyo, MKom yang telah banyak memberi saran. Ungkapan terima

kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa

dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2016

Muhammad Muhlis Al Kautsar

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

LANDASAN TEORI 2

Pemrograman Linear 2

Teori Graf 3

Masalah Transportasi Klasik 6

PEMBAHASAN 7

Karakterisasi Matriks Imun 7

Syarat Cukup Terjadinya Paradoks 12

Batas Penambahan 13

SIMPULAN 17

DAFTAR PUSTAKA 18

RIWAYAT HIDUP 29

DAFTAR TABEL

1 Solusi dual awal sebelum penambahan 13

2 Solusi dual setelah penambahan 14

3 Solusi dual setelah penambahan 4 barang 14

4 Solusi dual ilustrasi degenerasi 16

5 Solusi dual ilustrasi matriks imun dan tidak ada paradoks 16

6 Solusi dual ilustrasi perubahan vektor dan 17

DAFTAR GAMBAR

1 Ilustrasi network sebelum dekomposisi flow 5 2 Ilustrasi network setelah adanya dekomposisi flow 5

DAFTAR LAMPIRAN

1 Contoh paradoks transportasi 19

2 Solusi ilustrasi sebelum penambahan 21

3 Solusi ilustrasi kasus degenerasi 23

4 Solusi ilustrasi matriks imun dan tidak ada paradoks 25

5 Solusi ilustrasi perubahan vektor dan 27

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masalah transportasi klasik pertama kali diformulasikan oleh Hitchcock

pada tahun 1941. Permasalahan ini sering dijumpai pada kehidupan sehari-hari,

seperti penentuan rute terpendek, atau meminimumkan biaya pengiriman barang.

Sebelumnya, masalah transportasi juga sudah diteliti oleh beberapa orang, salah

satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Tolstoi pada tahun 1930.

Sampai saat ini, sudah banyak metode yang digunakan untuk

menyelesaikan permasalahan tersebut. Pada tahun 1951, Dantzig telah

memberikan bentuk umum pemrograman linear masalah transportasi dan

menerapkan metode simpleks untuk menyelesaikannya. Sudah banyak juga

program komputer yang dapat memberikan solusi optimal masalah transportasi

seperti Lingo dan Excel.

Secara umum, dalam masalah transportasi semakin banyak pengiriman

barang maka biaya pengirimannya juga semakin besar; namun ada sebuah kasus

di mana penambahan kiriman barang justru akan mengurangi biaya pengiriman.

Kasus ini disebut sebagai paradoks transportasi atau the more for less paradox.

Belum jelas kapan dan oleh siapa paradoks ini pertama kali ditemukan. Kasus ini

juga jarang dibahas dalam buku-buku. Ada yang menganggap bahwa kasus ini

hanya secara teori saja dan tidak akan terjadi dalam situasi sebenarnya karena

sebagian besar pekerja atau pengajar di bidang masalah transportasi tidak

mengetahui paradoks ini. Kenyataannya, pada tahun 1978, Finke melakukan

sebuah percobaan pada masalah transportasi berukuran dengan

membolehkan adanya tambahan kiriman, dan menghasilkan pengurangan biaya

sebesar dan tambahan kiriman sebesar (Storøy 2007). Dengan

adanya hasil ini maka paradoks transportasi memungkinkan untuk terjadi dalam

situasi sebenarnya dan dapat memberikan keuntungan yang lebih besar daripada

sekedar mencari solusi optimal masalah transportasi. Namun perlu diperhatikan

bahwa ada beberapa syarat terjadinya paradoks, yaitu syarat perlu dan syarat

cukup yang kemudian akan menjadi fokus pada pembahasan dalam karya ilmiah

ini. Sumber utama karya ilmiah ini adalah paper berjudul The Transportation

Paradox Revisited yang ditulis oleh Svere Storøy tahun 2007.

Tujuan

Tujuan dari karya ilmiah ini ialah:

1 menjelaskan karakterisasi matriks biaya imun dalam masalah transportasi,

2 menjelaskan syarat cukup terjadinya paradoks transportasi,

3 menjelaskan batas tambahan kiriman barang dalam paradoks transportasi.

2

LANDASAN TEORI

Pemrograman Linear

Fungsi Linear

Sebuah fungsi ( ) dari adalah fungsi linear jika dan

hanya jika untuk suatu konstanta , ( ) (Winston dan Goldberg 2004).

Pertaksamaan Linear

Untuk setiap fungsi linear ( ) dan untuk setiap bilangan pertaksamaan ( ) dan ( ) adalah pertaksamaan

linear (Winston dan Goldberg 2004).

Pemrograman Linear

Menurut Winston dan Goldberg (2004), pemrograman linear adalah masalah

optimisasi di mana dilakukan hal berikut.

1 Memaksimumkan (atau meminimumkan) fungsi linear dari variabel keputusan.

Fungsi yang dimaksimumkan atau diminimumkan dinamakan fungsi objektif.

2 Nilai dari variabel keputusan harus memenuhi seluruh kendala. Setiap kendala

harus berupa persamaan linear atau pertidaksamaan linear.

3 Untuk setiap variabel , restriksi tanda menyatakan bahwa taknegatif

( ) atau tidak dibatasi.

Kendala Pemrograman Linear

Kendala pemrograman linear adalah pembatasan nilai variabel keputusan

(Winston dan Goldberg 2004).

Masalah Primal

Primal adalah pemrograman linear awal yang diberikan (Winston dan Goldberg

2004).

Dualitas

Setiap masalah primal memiliki pemrograman linear lain yang dinamakan

masalah dual. Jika fungsi objektif pemrograman linear primal adalah maksimisasi,

maka fungsi objektif pemrograman linear dual adalah minimisasi (Reeb dan

Leavengood 2000).

Menurut Winston dan Goldberg (2004), misalkan masalah maksimisasi

didefinisikan sebagai berikut

terhadap kendala

( )

3

Dual dari masalah maksimisasi tersebut didefinisikan sebagai berikut

terhadap kendala

( )

Solusi Fisibel

Solusi fisibel adalah titik yang memenuhi seluruh kendala pemrograman linear

(Winston dan Goldberg 2004)

Basic Solution

Misalkan diberikan sistem berikut

dengan adalah vektor berdimensi , adalah vektor berdimensi , dan

adalah matriks berukuran . Misalkan dari matriks dipilih kolom

sehingga terbentuk matriks berukuran Solusi yang memenuhi

persamaan

disebut sebagai basic solution, dan nilai disebut sebagai basic variables

(Luenberger dan Ye 2008)

Basic Feasible Solution

Vektor yang memenuhi persamaan

dikatakan basic feasible solution jika dia merupakan basic solution (Luenberger

dan Ye 2008).

Degenerasi

Sebuah pemrograman linear disebut degenerate jika memiliki setidaknya satu

basic variable dalam basic feasible solution yang nilainya sama dengan nol

(Winston dan Goldberg 2004).

Teori Graf

Graf

Graf adalah himpunan takkosong dan hingga ( ) yang dinamakan verteks dan

himpunan ( ) dari subhimpunan 2-elemen ( ) yang dinamakan edge

(Chartrand dan Oellermann 1993). Edge yang menghubungkan verteks dengan

verteks dinotasikan dengan .

Multigraf

Multigraf adalah suatu graf yang membolehkan ada lebih dari satu edge yang

menghubungkan dua verteks (Rao 2002).

4

Digraf

Digraf adalah himpunan berhingga, takkosong ( ) dari verteks-verteks dan

himpunan ( ) dari pasangan terurut verteks-verteks yang berbeda (Chartrand

dan Oellermann 1993).

Arc

Arc adalah elemen-elemen ( ) dalam digraf (Chartrand dan Oellermann 1993).

Flow

Misalkan adalah suatu bilangan yang diasosiasikan dengan arc , dari graf ( ) sehingga untuk setiap verteks berlaku

dengan ∑ adalah penjumlahan untuk arc yang menuju , dan ∑ adalah

penjumlahan untuk arc yang meninggalkan . Maka dikatakan sebagai flow di

sepanjang arc (Mital dan Mohan 1996).

Arc Flow

Untuk suatu arc ( ), nilai ( ) ( ) disebut flow di sepanjang arc

atau arc flow (Chartrand dan Oellermann 1993).

Graf Bipartit

Suatu graf dikatakan bipartit jika titik-titiknya dapat dipartisi menjadi dua

subhimpunan dan sehingga untuk setiap arc ( ) dalam , berlaku

dan atau dan (Ahuja et al. 1993).

Walk

Walk dalam graf adalah barisan verteks dan edge secara bergantian

( ) dimulai dan berakhir dengan verteks (Chartrand dan Oellermann 1993). Untuk

digraf , edge adalah arc ( ).

Path

Path adalah walk tanpa pengulangan titik (Ahuja et al. 1993).

Cycle

Cycle adalah path diikuti dengan arc ( ) atau ( ) (Ahuja

et al. 1993).

Deficit Node

Sebuah verteks/node dikatakan deficit node apabila flow yang masuk lebih kecil

daripada flow yang keluar (Ahuja et al. 1993).

Excess Node

Sebuah verteks/node dikatakan excess node apabila flow yang masuk lebih besar

daripada flow yang keluar (Ahuja et al. 1993).

5

Teorema Dekomposisi Flow

Menurut Ahuja et al. (1993), setiap flow path dan cycle memiliki representasi unik

arc flow taknegatif. Kebalikannya, setiap arc flow dapat direpresentasikan

dalam flow path dan cycle dengan dua sifat sebagai berikut.

1 Setiap path dengan flow positif menghubungkan deficit node ke suatu excess

node.

2 Paling banyak path dan cycle memiliki flow taknol, di mana adalah

banyaknya verteks dan adalah banyaknya arc.

Sebagai ilustrasi misalkan diberikan network seperti pada gambar berikut.

Gambar 1 Ilustrasi network sebelum dekomposisi flow

Pada Gambar 1 adalah verteks ke- , angka di sepanjang arc adalah arc flow,

dan angka di dalam lingkaran adalah selisih antara flow masuk dengan flow keluar.

Karena adalah deficit node dan adalah excess node, maka dapat dibentuk

path yang dimulai dari dan berakhir di . Dalam ilustrasi ini path tersebut

adalah dengan flow 2. Setelah mengambil path tersebut,

maka flow menjadi

Gambar 2 Ilustrasi network setelah adanya dekomposisi flow

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa yang tersisa adalah cycle

dengan flow 4. Jadi, network tersebut dapat didekomposisi menjadi path dengan flow 2 dan cycle dengan flow 4.

6

Masalah Transportasi Klasik

Masalah transportasi klasik adalah nama dari model matematika yang memiliki

struktur khusus (Storøy 2007). Deskripsi umum dari permasalahan ini adalah

bagaimana rute pengiriman dari sumber ke tujuan. Barang yang tersedia di

setiap sumber- adalah sebesar , dan permintaan di setiap tujuan- adalah sebesar . Total persediaan barang yang ada di sumber sama

dengan total permintaan barang di tujuan. Biaya tiap pengiriman barang dari

sumber- ke tujuan- sebesar . Tujuannya adalah menentukan banyaknya

barang yang akan dikirim melalui rute ( ) sehingga biaya yang dikeluarkan

minimum. Formulasi matematis dari masalah transportasi ini adalah sebagai

berikut

∑∑

dengan kendala

Secara lebih sederhana, masalah transportasi ditetapkan oleh matriks biaya

berukuran , vektor permintaan berdimensi , dan vektor

sumber berdimensi . Nilai optimal fungsi objektif masalah transportasi

dinyatakan dalam notasi ( ).

Paradoks Transportasi

Paradoks dalam masalah transportasi muncul ketika ada solusi yang memberikan

biaya transportasi lebih rendah dari solusi optimal dengan cara menambah kiriman

barang melalui rute yang sama dengan solusi optimal (Szwarc 1973).

Sebagai ilustrasi misalkan ada 2 sumber dan 2 tujuan dengan biaya pengiriman

sebagai berikut

[

] [

]

biaya pengiriman dari sumber- ke tujuan-

[

] [

]

[

] [

]

persediaan barang di sumber- permintaan barang di tujuan-

7

Solusi optimalnya adalah (diberikan pada Lampiran 1)

[

]

Artinya sumber- mengirim 5 barang ke tujuan-1, sumber-2 mengirim 2 barang

ke tujuan-1, dan 8 barang ke tujuan-2 dengan biaya pengiriman ( ) .

Sekarang dan akan dinaikkan nilainya sebesar satu satuan, artinya sumber-1

mengirim 1 barang lebih banyak ke tujuan-2, misalkan

[ ] dan [

]

Solusi optimalnya menjadi (diberikan pada Lampiran 1)

[

]

dengan ( ) Jadi pengiriman 1 barang lebih banyak akan

mengurangi biaya optimal sebesar .

Bad Quadruple

Menurut Deineko et al. (2003), misalkan diberikan matriks berukuran , yaitu . Misalkan pula ada bilangan integer dengan

dan ( dan ), maka membentuk bad quadruple jika

.

Sebagai contoh misalkan diberikan matriks biaya sebagai berikut

[

]

maka indeks membentuk bad quadruple karena

.

PEMBAHASAN

Dalam bab pembahasan ini akan dijelaskan mengenai matriks imun, syarat cukup

terjadinya paradoks, dan batas penambahan barang jika terjadi paradoks.

Karakterisasi Matriks Imun

Matriks imun diartikan sebagai matriks biaya yang kebal terhadap paradoks

transportasi. Arti kebal di sini adalah masalah transportasi dengan matriks biaya

tersebut tidak akan menimbulkan paradoks (Storøy 2007). Untuk mengetahui

apakah suatu matriks biaya imun atau tidak terhadap paradoks transportasi, akan

diberikan dalam lema dan teorema berikut

Lema 1

Jika ada bad quadruple untuk matriks biaya , maka matriks tidak imun

terhadap paradoks transportasi (Deineko et al. 2003).

8

Bukti (Deineko et al. 2003)

Misalkan indeks membentuk bad quadruple, yaitu .

Anggap ada vektor sumber yang hanya memiliki 1 barang di sumber ke- dan 0

barang di sumber lainnya, dan vektor permintaan yang hanya membutuhkan 1

barang di tujuan ke- dan 0 permintaan di tujuan lainnya, maka dapat ditulis

sebagai berikut

[

]

[ ]

dan

[

]

[ ]

dan menghasilkan solusi sebagai berikut

[

]

[

]

maka ( ) .

Anggap pula vektor yang dihasilkan dari penambahan 1 barang di sumber ke-

dari vektor sumber , dan vektor yang dihasilkan dari penambahan 1 barang di

tujuan ke- dari vektor permintaan , maka dapat ditulis sebagai berikut

[

]

[ ]

dan

[

]

[ ]

maka jelas dan .

Ada dua kemungkinan solusi yang dapat dihasilkan. Kemungkinan 1:

[

]

[

]

dengan ( ) . Kemungkinan 2:

9

[

]

[

]

dengan ( ) .

Misalkan solusinya adalah kemungkinan 1, dengan nilai optimal ( )

, maka nilai tersebut adalah biaya terkecil sehingga .

Berdasarkan hipotesis bahwa , maka . Kondisi ini

tidak mungkin terjadi dengan anggapan bahwa Akibatnya, solusi dari

pemrograman linear tersebut adalah kemungkinan ke-2 dengan biaya sebesar

( ) . Berdasarkan hipotesis, ( ), maka

( ) ( ), sehingga terjadi paradoks transportasi.

Sebagai ilustrasi misalkan diberikan permasalahan sebelumnya, yaitu

[

]

Di sini , artinya ada bad quadruple, dan

apabila dan ditambah sebesar 1 satuan, biaya pengiriman menjadi lebih

rendah sebesar satuan. Artinya masalah transportasi dengan matriks biaya

tersebut tidak kebal terhadap paradoks.

Lema 2

Jika matriks biaya tidak imun terhadap paradoks transportasi, maka ada bad

quadruple untuk matriks (Deineko et al. 2003).

Bukti (Deineko et al. 2003)

Karena matriks biaya tidak imun terhadap paradoks transportasi, maka ada dua

vektor sumber dan dan dua vektor tujuan dan dengan

sedemikian sehingga ( ) ( ) . Misalkan solusi optimal dan

adalah , dan solusi optimal dan adalah . Misalkan pula

kedua solusi tersebut diubah ke dalam bentuk multigraf bipartit dengan

verteksnya adalah sumber dan tujuan. Nilai taknol direpresentasikan dengan

edge berbobot berwarna hitam dari sumber ke- ke tujuan ke- , dan nilai taknol

direpresentasikan dengan edge berbobot berwarna merah dari sumber ke-

ke tujuan ke- . Biaya dari edge hitam ataupun merah dari sumber ke- ke tujuan

ke- adalah . Edge dari multigraf bipartit ini juga dapat dipandang sebagai arc

flow dengan edge merah adalah arc dari sumber ke tujuan, dan edge hitam adalah

arc dari tujuan ke sumber.

Berdasarkan teorema dekomposisi flow (Ahuja et al. 1993), karena multigraf

memiliki edge yang dipandang sebagai arc flow, maka multigraf dapat

10

didekomposisi menjadi berhingga path dan cycle

dengan ketentuan sebagai berikut

1 setiap cycle memiliki banyaknya edge yang genap dan terdiri atas edge hitam

dan merah secara bergantian.

2 setiap path dimulai dari sumber dan berakhir di tujuan, dimulai dan diakhiri

dengan edge merah dan terdiri dari edge hitam dan merah secara bergantian.

Poin 1 terjadi karena verteks sumber selalu terhubung dengan verteks tujuan, tidak

mungkin verteks sumber terhubung dengan verteks sumber, atau verteks tujuan

terhubung dengan verteks tujuan; sedangkan poin 2 terjadi karena deficit node

selalu terjadi di verteks sumber, dan excess node selalu terjadi di verteks tujuan.

Kemudian karena arc yang menghubungkan dari verteks sumber ke verteks tujuan

hanya edge merah, dan arc yang menghubungkan dari verteks tujuan ke verteks

sumber hanya edge hitam, maka pasti cycle atau path memiliki edge merah dan

hitam secara bergantian.

Didefinisikan fungsi taknegatif sedemikian sehingga

1 untuk setiap edge hitam , nilai sama dengan jumlah seluruh nilai dari

path dan cycle yang memuat .

2 untuk setiap edge merah , nilai sama dengan jumlah seluruh nilai dari

path dan cycle yang memuat .

Didefinisikan fungsi taknegatif sedemikian sehingga

1 ( ) dan ( ) adalah jumlah biaya dari seluruh edge hitam di dan .

2 ( ) dan ( ) adalah jumlah biaya dari seluruh edge merah di dan .

maka

( ) ∑ ( ) ( )

∑ ( ) ( )

dan

( ) ∑ ( ) ( )

∑ ( ) ( )

Karena ( ) ( ), maka ada cycle sehingga ( ) ( ) atau ada

path sehingga ( ) ( ).

Kemungkinan 1

Andai ( ) ( ) berlaku untuk suatu cycle . Misalkan adalah solusi

optimal masalah transportasi dan , dan adalah solusi lain yang

didapat dengan cara mengurangi nilai sebesar di seluruh edge hitam

dalam , kemudian menambahkan nilai sebesar di seluruh edge merah

dalam . Solusi masalah transportasi fisibel, karena setiap verteks

dalam hanya memiliki 1 flow yang keluar dan masuk, sehingga apabila flow

keluar ditambah dengan dan flow masuk dikurangi dengan , solusi

akan tetap fisibel, begitu pula sebaliknya. Perubahan nilai sebesar

mengakibatkan perubahan nilai objektif sebesar ( ) untuk edge hitam, dan

( ) untuk edge merah. Akibatnya solusi memiliki nilai objektif

11

( ) ( ) lebih kecil dari solusi , hal ini tidak mungkin terjadi

karena adalah solusi optimal.

Kemungkinan 2

Andai ( ) ( ) berlaku untuk suatu path . Karena adalah taknegatif

untuk seluruh , maka path harus terdiri dari setidaknya tiga edge.

Berdasarkan ketentuan , dimulai dari sumber dan berakhir di tujuan. Misalkan

verteks pertama adalah , verteks kedua adalah , sebelum verteks terakhir adalah

, dan verteks terakhir adalah . Misalkan pula adalah solusi masalah

transportasi yang didapat dengan cara mengurangi nilai sebesar di

seluruh edge hitam dalam , kemudian menambah nilai sebesar di

seluruh edge merah kecuali edge pertama dan terakhir dalam . Agar

solusi tetap fisibel, maka juga dinaikkan sebesar . Karena

merupakan solusi optimal, maka perubahan biaya dari solusi ke

taknegatif, sehingga

( ) ( ( ) )

( ( ) ( )) ( )

Karena ( ) ( ) dan , maka

( ( ) ( )) ( ) ( )

Akibatnya ( ) atau .

Kedua lema tersebut dapat disatukan menjadi satu teorema berikut.

Teorema 1

Matriks biaya berukuran imun terhadap paradoks transportasi

jika dan hanya jika untuk setiap dengan , pertaksamaan

(1)

terpenuhi. Selain itu dapat diperiksa sebanyak ( ) kali apakah matriks

memenuhi kondisi tersebut (Deineko et al. 2003).

Bukti (Deineko et al. 2003)

Bukti arah kanan dan kiri dapat dilihat dari Lema 1 dan Lema 2, tinggal

membuktikan banyak pemeriksaan yang harus dilakukan. Misalkan dilakukan

tahap awal, yaitu menentukan dan menyimpan dua nilai terkecil dari setiap baris

dan kolom dari matriks . Untuk setiap baris, tahap ini dapat dilakukan

sebanyak ( ) kali, dan untuk setiap kolom, tahap ini dapat dilakukan

sebanyak ( ) kali. Sehingga tahap awal memerlukan ( ) kali pemeriksaan.

Untuk setiap dan dengan dan , harus diperiksa

apakah ada yang tidak memenuhi pertaksamaan (1). Untuk kasus terlanggarnya

pertaksamaan (1), maka ada nilai di baris ke- dan di kolom ke- yang

jumlah keduanya lebih kecil dari . Nilai yang perlu diperhatikan untuk

12

adalah nilai terkecil di baris ke- , atau nilai kedua terkecil jika adalah terkecil

di baris ke- , karena kedua nilai tersebut adalah nilai yang paling berbahaya untuk

terlanggarnya pertaksamaan (1). Dengan cara yang hampir sama, nilai yang perlu

diperhatikan untuk adalah nilai terkecil di kolom ke- , atau nilai kedua terkecil

jika adalah terkecil di kolom ke- , karena kedua nilai tersebut adalah nilai

yang paling berbahaya untuk terlanggarnya pertaksamaan (1). Karena ada tahap

awal, maka setiap dapat diperiksa sebanyak ( ) kali.

Berdasarkan teorema tersebut, maka untuk memeriksa apakah suatu masalah

transportasi memiliki paradoks atau tidak, dapat diperiksa dari matriks biaya

melalui pertaksamaan ( ) . Namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah

seluruh matriks yang tidak imun selalu menghasilkan paradoks. Kenyataannya

tidak seluruh matriks imun dapat menghasilkan paradoks. Sebelum membahas hal

tersebut, akan dibahas terlebih dahulu syarat cukup agar paradoks dapat terjadi

dan batas penambahan kiriman.

Syarat Cukup Terjadinya Paradoks

Penentuan terjadi atau tidaknya paradoks ditentukan melalui masalah dual dari

primal masalah transportasi. Misalkan dan adalah variabel dual yang

berkaitan dengan persamaan pertama dan persamaan terakhir dari masalah

transportasi. Misalkan adalah himpunan indeks ( ) dari solusi optimal basis,

maka berdasarkan teori dualitas berlaku

dan

sehingga masalah dual dari pemrograman linear masalah transportasi adalah

pemrograman linear berikut

terhadap kendala

Dari masalah dual ini, akan dicari kemungkinan menambah sumber dan

permintaan sebesar tanpa mengubah rute pengiriman barang dan

menghasilkan biaya yang lebih kecil. Ketentuan tersebut akan dijelaskan dalam

teorema berikut

Teorema 2

Misalkan ada indeks dan dengan , sehingga

(2)

13

Misalkan pula ada bilangan positif , sehingga jika sumber diganti dengan

, dan permintaan diganti dengan , solusi fisibel basis

optimal dari permasalahan baru tersebut dapat ditemukan dan memiliki himpunan

variabel basis yang sama, maka terjadi paradoks (Storøy 2007).

Bukti (Storøy 2007)

Karena solusi optimal permasalahan yang baru memiliki variabel basis yang sama,

maka solusi dual tidak berubah karena , sehingga

( ) ∑

( ) ( )

Karena dan , maka ( ) ( ).

Teorema tersebut mengatakan bahwa jika ada indeks pada variabel dual yang

memenuhi (2) dan penambahan pada sumber- dan permintaan- tidak

mengubah rute pengiriman barang, maka akan terjadi paradoks.

Batas Penambahan

Sebelum menentukan batas penambahan , akan diberikan ilustrasi berikut

terlebih dahulu. Misalkan diberikan matriks biaya dan vektor sumber dan tujuan

sebagai berikut

[

]

[

] dan

[ ]

dan solusi optimalnya disajikan pada Tabel 1 dan program Lingo untuk

mendapatkannya diberikan pada Lampiran 2.

Tabel 1 Solusi dual awal sebelum penambahan

7

4 6 8

5 1

5 10

14

Dari Tabel 1 terlihat bahwa solusi optimalnya adalah sebesar 444, dan himpunan

indeks solusi fisibel basis optimalnya adalah

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Dari solusi dual, terlihat bahwa sehingga memungkinkan

untuk menambah dan sebesar dengan nilai yang lebih optimal tetapi

harus memiliki solusi basis yang sama.

Misalkan dan ditambah dengan , maka agar himpunan solusi basisnya

tidak berubah, tabel solusinya disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Solusi dual setelah penambahan

Dari tabel tersebut terlihat bahwa sehingga interval adalah

Jika dipilih , maka solusi optimal disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Solusi dual setelah penambahan 4 barang

dengan nilai optimalnya menjadi ( ) . Dengan menambah kiriman

barang sebesar 4, biaya optimal turun sebesar 8 satuan. Perlu diperhatikan bahwa

jika dipilih , solusi akan menjadi degenerate.

Dari ilustrasi tersebut, untuk menentukan batas atas , ditentukan terlebih dahulu

himpunan bagian yang akan menjadi directed path ( ) dari

penambahan/pengurangan adalah jalur yang digunakan untuk

menambahkan dan mengurangkan pada solusi optimal dengan tujuan agar solusi

tetap fisibel dengan adanya tambahan kiriman pada suatu sumber dan tujuan . Dalam ilustrasi sebelumnya ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) .

Jika melihat pola tersebut, penambahan dimulai dari baris yang sama dengan

dan berakhir di kolom yang sama dengan . Penambahan dilakukan secara

bergantian, dengan kata lain ditambahkan pada elemen urutan ganjil dan

dikurangkan pada elemen urutan genap dengan jalur yang tegak lurus.

15

memiliki banyak elemen yang ganjil dan banyak jalur yang genap. Jadi secara

umum, jika ada indeks sehingga pertaksamaan ( ) terpenuhi, maka langkah

awal untuk menentukan adalah dengan menentukan yang dimulai dari baris

ke- dan berakhir di kolom ke- .

Misalkan adalah elemen urutan ganjil dari , adalah

elemen urutan genap dari sehingga . Misalkan pula

adalah perubahan biaya yang terjadi akibat penambahan 1 satuan barang pada

solusi dengan elemen dan pengurangan 1 satuan barang pada solusi dengan

indeks , maka perubahan biaya tersebut diberikan dalam lema berikut

Lema 3

( )

( )

Bukti (Storøy 2007)

Karena jalur pada tegak lurus dan penambahan/pengurangan dilakukan secara

bergantian, maka

Karena dan ( ) , maka

( ) ( ) ( ) ( ) ( )

sehingga

Penambahan dibatasi oleh elemen terkecil dari , sehingga didapat hasil

berikut

Akibat 1

Bilangan positif ada jika dan hanya jika ( )

Berdasarkan kondisi ini, jika solusi optimal yang didapat nondegenerate dan ada

indeks yang memenuhi pertaksamaan ( ), maka terjadi paradoks. Apabila

terjadi degenerasi, selama elemen dari tidak ada yang bernilai nol, maka

paradoks tetap terjadi. Sebagai ilustrasi kasus degenerasi, misalkan diberikan

matriks biaya dan vektor sumber dan tujuan sebagai berikut

[

]

16

[

] dan [

]

dengan tabel solusi optimal disajikan pada Tabel 4 dan program Lingo untuk

mendapatkannya diberikan pada Lampiran 3.

Tabel 4 Solusi dual ilustrasi degenerasi

10

0 6

5 4 6

4

Dari tabel tersebut terlihat bahwa adalah solusi fisibel basis yang bernilai nol

dan ada indeks yang memenuhi sehingga ada paradoks. Misalkan

yang dipilih adalah ( ) ( ) ( ) , meskipun ada elemen yang

mengakibatkan solusi basis sama dengan nol, solusi dengan indeks bernilai

positif sehingga berdasarkan Akibat 1, ada bilangan positif yang dapat

mengakibatkan paradoks.

Seperti yang telah dikatakan dalam pembahasan karakterisasi matriks imun, akan

diberikan ilustrasi bahwa tidak semua matriks imun memiliki paradoks. Misalkan

diberikan matriks biaya dan vektor sumber dan tujuan sebagai berikut

[

]

[

] dan [

]

dengan solusi dualnya disajikan pada Tabel 5 dan program Lingo untuk

mendapatkannya diberikan pada Lampiran 4.

Tabel 5 Solusi dual ilustrasi matriks imun dan tidak ada paradoks

10 25

45 5

10 30

17

Terlihat dalam matriks , nilai sehingga matriks tidak imun

terhadap paradoks, namun solusi dual yang dihasilkan tidak memenuhi Teorema 2

karena tidak ada solusi yang memenuhi pertaksamaan (2) sehingga tidak terjadi

paradoks. Kasus tersebut dapat terjadi karena syarat yang terpenuhi hanya matriks

imun saja, maka dapat dibilang matriks imun hanyalah syarat perlu paradoks

transportasi.

Berdasarkan Teorema 2, komponen yang menyebabkan paradoks adalah , dan dari Lema 3, nilai tersebut sama dengan perubahan biaya yang

dilakukan pada solusi basis dengan indeks . Untuk mendapat hasil tersebut,

perlu diperhatikan bahwa indeks pada pertaksamaan (1) harus termasuk dalam

indeks solusi basis, karena yang menyebabkan pengurangan biaya adalah elemen

biaya pada pertaksamaan (1). Untuk menggambarkan kondisi tersebut, misalkan

matriks biaya sama, namun dan diubah menjadi

[

] dan [

]

maka tabel solusi optimalnya disajikan pada Tabel 6 dan program Lingo untuk

mendapatkannya diberikan pada Lampiran 5.

Tabel 6 Solusi dual ilustrasi perubahan vektor dan

Dari hasil tersebut terlihat bahwa dan indeks ( ) ( ) ( )

yang mengakibatkan matriks menjadi tidak imun termasuk dalam himpunan

indeks solusi fisibel , maka indeks-indeks tersebut dapat dijadikan menjadi

yang perubahan nilai solusinya mengakibatkan terjadinya paradoks.

SIMPULAN

Suatu langkah penting dalam menentukan ada atau tidaknya paradoks

transportasi adalah apakah matriks biaya imun atau tidak. Tahap ini memerlukan

proses yang semakin lama jika ukuran masalah transportasi semakin besar karena

memeriksa satu per satu elemen dari matriks biaya sampai ditemukannya indeks

yang tidak memenuhi pertaksamaan (1).

Teorema 2 menjelaskan bahwa cukup menemukan solusi masalah dual dari

masalah transportasi untuk memastikan bahwa paradoks akan terjadi. Namun ada

5 40

20

10 20 30

18

kasus di mana meski teorema tersebut tidak terpenuhi, tetapi sebenarnya paradoks

masih bisa terjadi dengan mengubah banyaknya sumber dan permintaan. Hal ini

disebabkan oleh matriks imun yang hanya berupa syarat perlu, sehingga meski

suatu masalah transportasi memiliki matriks biaya yang tidak imun, kemungkinan

terjadinya paradoks masih belum bisa dipastikan.

Dalam kondisi terjadi paradoks, penambahan kiriman barang bergantung

pada jalur yang ditentukan. Dalam kasus ada lebih dari satu jalur, maka perlu

ditelusuri semua kemungkinan jalur yang memungkinkan untuk melihat

pengurangan biaya yang paling besar. Salah satu strategi adalah dengan melihat

hasil dari pertaksamaan (2) yang terkecil dan solusi basis urutan genap dalam jalur

terpilih yang terbesar, karena dua hal inilah yang menentukan seberapa besar

tambahan kiriman dan seberapa besar pengurangan biaya untuk tambahan satu

kiriman.

DAFTAR PUSTAKA

Ahuja RK, Magnanti TL, Orlin JB. 1993. Network Flows: Theory, Algorithms and

Applications. London (GB): Prentice-Hall.

Chartrand G, Oellermann OR. 1993. Applied and Algorithmic Graph Theory. New

York (US): McGraw-Hill.

Deineko VG, Klinz B, Woeginger GJ. 2003. Which matrices are immune against

the transportation paradox?. Discrete Applied Mathematics.130:495-501.doi:

10.1016/s0166-218x(03)00327-5.

Luenberger DG, Ye Y. 2008. Linear and Nonlinear Programming. New York

(US): Springer.

Mital KV, Mohan C. 1996. Optimization Methods in Operations Reasearch and

Systems Analysis. New Delhi (IN): New Age International Publishers.

Rao G.S. 2002. Discrete Mathematical Structures. New Delhi (IN): New Age

International Publishers.

Reeb J, Leavengood S. 2000. Using Duality and Sensitivity Analysis to Interpret

Linear Programming Solutions. [diunduh 2016 Maret 13]. Tersedia pada:

http://hdl.handle.net/1957/20129.

Storøy S. 2007. The Transportation Paradox Revisited. [diunduh 2015 Oktober

25]. Tersedia pada: http://www.optimization-online.org/DB_HTML/2007/09/1

763.html

Szwarc W. 1971. The Transportation Paradox. Naval Research Logistics

Quarterly.18(2):185-202.doi: 10.1002/nav.3800180206.

Winston WL, Goldberg JB. 2004. Operations Research Applications and

Algorithms. California (US): Thomson Brooks/Cole.

19

Lampiran 1 Contoh paradoks transportasi

20

21

Lampiran 2 Solusi ilustrasi sebelum penambahan

22

23

Lampiran 3 Solusi ilustrasi kasus degenerasi

24

25

Lampiran 4 Solusi ilustrasi matriks imun dan tidak ada paradoks

26

27

Lampiran 5 Solusi ilustrasi perubahan vektor dan

28

29

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bogor pada tanggal 3 Mei 1994 sebagai anak ketiga dari

pasangan Fidiyatullah Achmad dan Retno Noeryanti. Pada tahun 1999 penulis

mengawali pendidikan di TK Tunas Muda Bogor, pada tahun 2000 melanjutkan

ke SDN Semeru I. Tahun 2004 penulis pindah ke Perancis dan melanjutkan

pendidikan di Ecole Elementaire de Jules Verne, sampai lulus pada tahun 2006,

dan masuk ke College Pierre Brosselette. Penulis kembali ke Indonesia pada

tahun 2007 dan melanjutkan ke SMP Negeri 6 Bogor sampai lulus tahun 2009.

Tahun 2012 penulis lulus dari SMA Negeri 5 Bogor dan lulus Seleksi Nasional

Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Undangan dan diterima di

Institut Pertanian Bogor. Pada tahun 2013 penulis resmi masuk Departemen

Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB setelah

melewati masa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) selama setahun.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi panitia acara

Malam Inagurasi Matematika 2013, sebagai anggota Divisi Logistik dan

Transportasi. Penulis juga pernah mendapat penghargaan sebagai Juara I Tenis

Meja dalam SPIRIT FMIPA 2014, dan Juara II Tenis Meja dalam SPIRIT FMIPA

2015.