32
ANALISIS INDUTRI BATIK TULIS DI KELURAHAN KALINYAMAT WETAN DAN KELURAHAN BANDUNG KOTA TEGAL (Pendekatan Struktur-Perilaku-Kinerja) TEGUH ADI WURYANTO MARUTO UMAR BASUKI, SE.,MSi ABSTRACT This research aims to analyze the condition of traditional batik industry in Tegal city. Structure Conduct Performance approach is used to analyze the phenomenon on traditional batik industry. Effect of structure industry to enterpriser conduct and to analyze relation of structure, conduct and performance on traditional batik industry in Tegal city with 35 enterpriser as sampel. Using primery data from interview and quesioner on enterpriser traditional batik in Tegal city, research is analyzed by regression.. The independent variables that include on this research are : Market Share (MS) as the measurement of structure, Capital Labour Ratio (CLR) as the measurement of conduct, and x-efficiency as the measurement of performance. The dependent variable is Price-Cost Margin (PCM) as the proxy of profitability. The result of this research shows that Market Share (MS) and Capital Labour Ratio (CLR) variables are positive and not significant to price-cost margin variablle. X-effeciency variable are positive and significant to price-cost margin. traditional batik industry is labour intensive industry. From the analysis its concluded that market structure is on the monopolistic competition. It is because there are many producers on the industry, low entry to barrier, there are heterogeneity on the product, and low market share. Keywords : Strukture-Conduct-Performance paradigm, Market Share (MS), Capital to Labour Ratio (CLR), Price Cost Margin (PCM), x efficiency, monopolistic competition.

ANALISIS INDUTRI BATIK TULIS DI KELURAHAN …eprints.undip.ac.id/34955/1/Jurnal_Skripsi_Teguh_AW.pdf · pasar industri kerajinan yang luas dan beragam membuat industri ini mampu terus

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS INDUTRI BATIK TULIS DI KELURAHAN …eprints.undip.ac.id/34955/1/Jurnal_Skripsi_Teguh_AW.pdf · pasar industri kerajinan yang luas dan beragam membuat industri ini mampu terus

ANALISIS INDUTRI BATIK TULIS DI KELURAHAN

KALINYAMAT WETAN DAN KELURAHAN BANDUNG

KOTA TEGAL

(Pendekatan Struktur-Perilaku-Kinerja)

TEGUH ADI WURYANTO

MARUTO UMAR BASUKI, SE.,MSi

ABSTRACT

This research aims to analyze the condition of traditional batik industry in

Tegal city. Structure – Conduct – Performance approach is used to analyze the

phenomenon on traditional batik industry. Effect of structure industry to

enterpriser conduct and to analyze relation of structure, conduct and performance

on traditional batik industry in Tegal city with 35 enterpriser as sampel.

Using primery data from interview and quesioner on enterpriser

traditional batik in Tegal city, research is analyzed by regression.. The

independent variables that include on this research are : Market Share (MS) as

the measurement of structure, Capital Labour Ratio (CLR) as the measurement of

conduct, and x-efficiency as the measurement of performance. The dependent

variable is Price-Cost Margin (PCM) as the proxy of profitability.

The result of this research shows that Market Share (MS) and Capital

Labour Ratio (CLR) variables are positive and not significant to price-cost

margin variablle. X-effeciency variable are positive and significant to price-cost

margin. traditional batik industry is labour intensive industry. From the analysis

its concluded that market structure is on the monopolistic competition. It is

because there are many producers on the industry, low entry to barrier, there are

heterogeneity on the product, and low market share.

Keywords : Strukture-Conduct-Performance paradigm, Market Share (MS),

Capital to Labour Ratio (CLR), Price Cost Margin (PCM), x – efficiency,

monopolistic competition.

Page 2: ANALISIS INDUTRI BATIK TULIS DI KELURAHAN …eprints.undip.ac.id/34955/1/Jurnal_Skripsi_Teguh_AW.pdf · pasar industri kerajinan yang luas dan beragam membuat industri ini mampu terus

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keberadaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia

sangat strategis dalam rangka peningkatan perekonomian. Hal ini terlihat

ketangguhan UMKM telah terbukti sebagai jaring pengaman perekonomian di

saat perusahaan besar banyak yang gulung tikar pada saat krisis ekonomi melanda

Indonesia. Bahkan UMKM mampu memberikan sumbangan dalam penyembuhan

perekonomian nasional (National Economic Recovery) (Sulistiastuti, 2004).

Tabel 1.1

Unit Usaha dan Tenaga Kerja IMK dan IMB di Indonesia

Selama Tahun 2005-2008

2005 2006 2007 2008

Unit Usaha (unit)

IMK 2.916.025 3.194.461 3.218.597 3.142.233

99 % 99 % 99 % 99 %

IMB 20.729 29.468 27.998 27.808

1 % 1 % 1 % 1 %

Tenaga Kerja (orang)

IMK 6.856.043 7.479.898 7.817.110 7.289.726

62 % 62 % 68 % 68 %

IMB 4.226.572 4.755.703 4.624.937 4.550.277

38 % 38 % 38 % 38 %

Sumber : BPS Jawa Tengah

Keterangan : IMK = Industri Mikro dan Kecil

IMB = Industri Menengah dan Besar

Pada data Tabel 1.1 menunjukan bahwa ada dua hal yang perlu digaris

bawahi. Pertama, struktur industri di Indonesia masih didominasi oleh IMK. Hal

ini dapat dilihat dari jumlah unit usaha IMK dibanding IMB dari tahun ke tahun

secara konsisten yaitu 99%. Kedua, IMK sangat penting sebagai penyedia

lapangan kerja di Indonesia. IMK mampu menyerap 62% tenaga kerja di

Indonesia. Ini membuktikan peran IMK yang sangat penting dalam penciptaan

kesempatan kerja.

Di Indonesia, industri kerajinan merupakan industri yang banyak

dilakukan oleh usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Hal ini karena potensi

Page 3: ANALISIS INDUTRI BATIK TULIS DI KELURAHAN …eprints.undip.ac.id/34955/1/Jurnal_Skripsi_Teguh_AW.pdf · pasar industri kerajinan yang luas dan beragam membuat industri ini mampu terus

pasar industri kerajinan yang luas dan beragam membuat industri ini mampu terus

bertahan dan tumbuh di saat kondisi perekonomian tidak stabil. Faktor lain yang

membuat industri kerajinan menarik dicermati adalah kebanyakan industri ini

dilandasi hobi serta unsur tradisi dan budaya. Indonesia memiliki budaya yang

sangat beragam sehingga dapat menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya

industri kerajinan (Departemen Perdagangan, 2007).

Tabel 1.2

Kontribusi Ekonomi Industri Kerajinan Tahun 2002-2006

Sumber : Departemen Perdagangan , 2007

Berdasarkan Tabel 1.2, nilai tambah industri kerajinan terhadap PDB

dalam periode 2002-2006 mencapai Rp 29 triliun. Ini berarti bahwa industri

kerajinan memberi kontribusi PDB sebesar 1,76 persen terhadap total PDB

nasional pada periode tersebut. Dalam periode yang sama, sumbangan industri

kerajinan untuk lapangan pekerjaan yang dihasilkan juga besar yakni mencapai

1,8 juta pekerja. Produkivitas tenaga kerja mencapai rata-rata 16,1 juta rupiah per

pekerja per tahun. Selain PDB dan penyerapan tenaga kerja, industri kerajinan

juga memiliki kontribusi terhadap ekspor. Nilai ekspor dalam industri ini

mencapai rata-rata 24,18 triliun rupiah, yaitu menyumbang 3,72 persen dari

seluruh ekspor yang dilakukan Indonesia dalam periode tersebut. Hal ini berarti

bahwa industri kerajinan memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian

Indonesia.

Page 4: ANALISIS INDUTRI BATIK TULIS DI KELURAHAN …eprints.undip.ac.id/34955/1/Jurnal_Skripsi_Teguh_AW.pdf · pasar industri kerajinan yang luas dan beragam membuat industri ini mampu terus

Industri batik termasuk dalam klasifikasi Industri kerajinan Indonesia

menurut KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan usaha Indonesia) dengan kode 5 digit

yaitu 17124. Batik indonesia telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan

kemanusiaan untuk budaya lisan dan non-bendawi pada tanggal 2 Oktober 2009.

Pengakuan UNESCO ini meliputi teknik, teknologi serta motif Batik Indonesia.

Berdasarkan informasi yang ada, pada tahun 2010 terjadi suatu

permasalahan yaitu melonjaknya harga bahan baku batik. Bahan baku batik

tersebut kain mori, lilin atau malam, dan pewarna. Kain mori mengalami kenaikan

dari harga Rp.19.000 menjadi Rp.35.000 perpotong atau sebesar 85 persen, lilin

atau malam mengalami kenaikan dari harga Rp.15.000 menjadi Rp.30.000 perKg

atau sebesar 100 persen dan pewarna mengalami kenaikan dari harga Rp.3000

menjadi Rp.5000 perpaket atau sebesar 67 persen. Hal ini membuat hampir

seluruh industri batik yang ada di Indonesia mendapatkan tekanan yang berat.

Melonjaknya harga bahan baku menyebabkan biaya produksi naik yang pada

akhirnya membuat keutungan yang merupakan indikator dari kinerja industri batik

mengalami penurunan sehingga untuk dapat bertahan dalam pasar maka

perusahaan akan melakukan beberapa perilaku.

Berdasarkan pada situasi yang tengah dihadapi oleh Industri batik yang

berpotensi sangat besar dalam penyerapan tenaga kerja serta untuk dikembangkan

lebih lanjut di masa yang akan datang, maka menurut penulis, industri Batik di

Jawa Tengah merupakan topik yang menarik untuk diteliti. Penulis tertarik untuk

menganalisis karakteristik industri batik di Jawa Tengah dengan studi kasus pada

Klaster Kota Tegal melalui pendekatan Struktur-Perilaku- Kinerja industri.

TELAAH TEORI

Pengertian Industri

Industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan

barang-barang yang homogen, atau barang-barang yang mempunyai sifat saling

mengganti yang erat (Hasibuan, 1993). Sedangkan menurut Dumairy (1995)

istilah industri mempunyai dua arti. Pertama, industri dapat berarti himpunan

perusahaan-perusahaan sejenis. Dalam konteks ini sebutan industri Batik,

Page 5: ANALISIS INDUTRI BATIK TULIS DI KELURAHAN …eprints.undip.ac.id/34955/1/Jurnal_Skripsi_Teguh_AW.pdf · pasar industri kerajinan yang luas dan beragam membuat industri ini mampu terus

misalnya, berarti himpunan atau kelompok perusahaan penghasil batik. Kedua,

industri dapat pula merujuk ke suatu sektor ekonomi yang di dalamnya terdapat

kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi

atau barang jadi.

Pengertian Indutri Batik Tulis

Industri batik tulis adalah perusahaan-perusahaan yang melakukan proses

penggambaran atau penulisan dan pewarnaan pada kain dengan menggunakan

lilin batik (wax atau malam) dan menjualnya.

Proses Produksi Batik Tulis

Sumber : Wawancara Dengan Narasumber (Pengusaha Batik Tulis)

Hubungan Struktu-Perilaku-Kinerja

Hubungan paling sederhana dari ketiga variabel tersebut adalah hubungan

linear dimana struktur mempengaruhi perilaku, kemudian perilaku mempegaruhi

kinerja. Namun dalam dunia nyata hubungan yang terjadi tidaklah sesederhana

sebagaimana dibayangkan. Struktur dan perilaku pasar akan sangat banyak

dipengaruhi kondisi awal yang dimiliki oleh pasar. Struktur akan mempengaruhi

perilaku, tetapi perilaku juga akan memberikan pengaruh kepada struktur.

Struktur dan perilaku kemudian akan bersama-sama mempengaruhi kinerja pasar.

Dalam perkembangannya hubungan tersebut menjadi suatu kerangka yang timbal

balik dan saling mempengaruhi. Hubungan struktur-perilaku-kinerja tersebut

dapat di gambarkan sebagai berikut.

1.

2.

Bahan Baku

(Kain,Malam,

dan pewarna

Isen atau

pelekatan lilin

sesuai motif

Nganji

(menganji) Mencuci kain

Membuat

motif atau

pola

Ngemplong

(seterika)

Rebus utk

menghilang

kan lilin

Warna Jemur

Page 6: ANALISIS INDUTRI BATIK TULIS DI KELURAHAN …eprints.undip.ac.id/34955/1/Jurnal_Skripsi_Teguh_AW.pdf · pasar industri kerajinan yang luas dan beragam membuat industri ini mampu terus

Hubungan Keterkaitan Struktur-perilaku-kinerja (S-C-P)

Sumber : Jaya, 2001

Kondisi Pasar

Permintaan Penawaran

Elastisitas harga Elastisitas harga

Tingkat pertumbuhan Teknologi

Bentuk pemasaran Daya tahan produk

Metode pembelian Bahan mentah

Elastisitas silang dan elastisitas subtitusi Kebijakan pemerintah

Kinerja (Performance)

Efisiensi Pemeratan

Kemajuan teknologi Pertumbuhan

Full employment

Perilaku (Conduct)

Strategi harga Tingkat kerjasama

Iklan Riset dan inovasi

Strategi produk

Struktur (Structure)

Struktur biaya Integrasi vertikal

Difereniasi produk Skala ekonomi

Hambatan masuk (barriers to entry) Struktur biaya

Diversifikasi

Page 7: ANALISIS INDUTRI BATIK TULIS DI KELURAHAN …eprints.undip.ac.id/34955/1/Jurnal_Skripsi_Teguh_AW.pdf · pasar industri kerajinan yang luas dan beragam membuat industri ini mampu terus

Sruktur Pasar

Menurut Lipsey (1996). Struktur pasar merupakan istilah yang mengacu

pada semua aspek yang dapat mempengaruhi perilaku dan kinerja perusahaan atau

industri di suatu pasar, misalnya, jumlah perusahaan atau industri di pasar, atau

jenis produk yang mereka jual. Struktur pasar juga dapat menggambarkan pangsa

pasar dari suatu perusahaan-perusahaan (Jaya, 2001).

Pangsa Pasar

Menurut Jaya (2001), pangsa pasar dapat juga diartikan sebagai persentase

perusahaan dari total pendapatan industri yang dapat diukur dari 0 persen hingga

100 persen.

Pasar Persaingan Monopolistik

Menurut Jaya (2001) persaingan monopolistik adalah suatu jenis pasar

yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

1. Banyak perusahaan dan pembeli

2. Pasar yang bebas masuk dan keluar

3. Adanya perbedaan produk

4. Perusahaan akan mendapatkan laba diatas normal dalam jangka pendek.

Dalam jangka panjang, laba diatas normal akan menarik perusahaan-

perusahaan baru untuk memasuki pasar, yang kemudian mengkibatkan

volume penjualan akan turun pada tingkat harga yang berlaku.

Perilaku Pasar (Conduct)

Perilaku pasar merupakan suatu pola tindakan dan kegiatan yang dilakukan

perusahaan atau industri dalam kapasitasnya sebagai produsen atau penjual dan

pembeli barang dan jasa agar tujuannya tercapai. Ada beberapa elemen yang

menentukan perilaku pasar, yaitu :

1. Tujuan perusahaan (Firm Objectivitas) atau industri. Misalnya : laba, target

pertumbuhan perusahaan atau industri.

Page 8: ANALISIS INDUTRI BATIK TULIS DI KELURAHAN …eprints.undip.ac.id/34955/1/Jurnal_Skripsi_Teguh_AW.pdf · pasar industri kerajinan yang luas dan beragam membuat industri ini mampu terus

2. Cara berkompetisi yang dilakukan perusahaan atau industri untuk

mencapai tujuannya, terutama dalam kebijakan menentukan harga, besarnya

produksi, adanya diferensiasi produk yang dihasilkan.

3. Pengaturan perilaku perusahaan atau industri. Seberapa jauh diperkenankan

adanya persaingan antara perusahaan-perusahaan atau industri dalam pasar.

Kemungkinan terjadinya koordinasi di antara perusahaan dalam menentukan

harga dan melakukan kolusi secara terang-terangan (kartel) atau secara

diam-diam (price leadership).

Diferensiasi Produk

Diferensiasi produk adalah salah satu perilaku yang sering dilakukan oleh

perusahaan atau industri untuk menghasilkan sesuatu yang berbeda atas produk

yang dihasilkan dan tujuan utama dari diferensiasi adalah agar suatu barang yang

dihasilkan menjadi lebih sukar dicari subsitusinya. Persaingan juga akan berjalan

dengan sempurna apabila pembeli dapat membandingkan barang yang satu

dengan yang lainnya. Barang-barang didiferensiasi maka akan terjadi persaingan

yang kurang kompetitif. Perbandingan produk yang satu dengan yang lain

menjadi sulit dilakukan karena memang berbeda. Pembeli menjadi tertarik pada

suatu produk tertentu.

Capital To Labour Ratio (CLR)

Salah satu variabel yang dapat digunakan dalam melihat prilaku dalam

industri adalah Capital to Labour Ratio (CLR). CLR adalah pengukuran terhadap

besarnya penggunaan pengeluaran untuk modal dan pengeluaran untuk tenaga

kerja. CLR digunakan untuk melihat teknik produksi yang digunakan dalam suatu

industri. Jadi apabila semakin besar rasio modal terhadap pengeluaran tenaga

kerja maka industri tersebut cenderung padat modal (nilai CLR besar). Begitu

juga sebaliknya, apabila nilai pengeluaran untuk tenaga kerja semakin besar, maka

industri tersebut cenderung padat karya (nilai CLR kecil.

Perhitungan nilai Capital to Labour Ratio akan diawali dari teori produksi

yang selalu dieratkan dengan mazhab klasik. Masalah produksi akan

Page 9: ANALISIS INDUTRI BATIK TULIS DI KELURAHAN …eprints.undip.ac.id/34955/1/Jurnal_Skripsi_Teguh_AW.pdf · pasar industri kerajinan yang luas dan beragam membuat industri ini mampu terus

disederhanakan dalam sebuah fungsi produksi. Fungsi produksi yang digunakan

oleh mazhab klasik adalah fungsi produksi Cobb-Douglas. Asumsi dasar yang

digunakan dalam fungsi produksi ini adalah input terdiri dari modal dan tenaga

kerjadan kondisi Constan Return to Scale terjadi. Selain itu mobilisasi sumber

daya dianggap lancar.

Y = K α L

1-α ....2.1

Menurut mazhab klasik, kondisi efisiensi tercipta ketika nilai MPK dan MPL

memenuhi persyaratan :

w = p x MPL ......2.2

r = p x MPK ........2.3

namun pada nyatanya perhitungan mengenai nilai marjinal tidaklah semudah yang

diperkirakan seperti model klasik di atas. Oleh karena itu dengan sedikit

modifikasi matematis, model tersebut disederhanakan menjadi seperti berikut :

MPK = K

y

= α K

α-1L

1- α ....2.4

MPL = L

y

= (1- α ) K

α L

– α ....2.5

Dengan modifikasi persamaan tersebut, maka nilai w dan r dapat ditulis sebagai

berikut :

r = p x α K α - 1

L 1- α ......2.6

w = p x

(1- α ) K

α L

– α………

.2.7

sehingga biaya total untuk produksi adalah penjumlahan atas keduanya,

menghasilkan bentuk persamaan :

Total biaya = total biaya modal + total biaya tenaga kerja

P x K α

L 1 - α

Dengan diketahuinya biaya total maka besarnya Capital share dan Labour Share

dapat diketahui :

Share biaya kapital = totalBiaya

kapitalBiaya = α ...2.8

Page 10: ANALISIS INDUTRI BATIK TULIS DI KELURAHAN …eprints.undip.ac.id/34955/1/Jurnal_Skripsi_Teguh_AW.pdf · pasar industri kerajinan yang luas dan beragam membuat industri ini mampu terus

Share Biaya Tenaga Kerja = TotalBiaya

KTBiaya . = 1 – α .....2.9

Diketahuinya masing-masing komponen maka besar rasio biaya modal terhadap

biaya tenaga kerja dapat dirumuskan sebagai berikut :

r

w=

p x 1−𝛼 𝐾𝛼

p x 𝛼 𝐾𝛼−1𝐿1−𝛼

r

w =

1

L

K =

KTBiayaShare

ModalBiayaShare

.

Nilai persamaan diatas yaitu bahwa besarnya nilai rasio modal terhadap tenaga

kerja (CLR), merupakan representasi dari besarnya biaya yang dikeluarkan untuk

modal perbiaya untuk pengeluaran tenaga kerja.

Kinerja Pasar (Performance)

Kinerja adalah hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan perilaku

industri. Kinerja dalam kaitannya dengan ekonomi memiliki banyak aspek tetapi

para ekonom biasanya memusatkan hanya pada tiga aspek pokok yaitu efisiensi,

kemajuan teknologi dan kesimbangan dalam distribusi (Jaya, 2001).

Efisiensi mempunyai dua bagian utama, yaitu efisiensi internal dan

efesiensi alokasi. Tingkat efesiensi internal menggambarkan suatu perusahaan

yang dikelola dengan baik. Efesiensi ini diukur dengan perbandingan nilai tambah

dan nilai input setiap perusahaan. Sedangkan efesiensi alokasi menggambarkan

alokasi sumber daya ekonomi sedemikian rupa sehingga tidak ada lagi perbaikan

dalam berproduksi yang dapat menaikkan nilai ouput.

Kemajuan teknologi merupakan sesuatu yang membantu industri dalam

membuat karya baru serta meningkatkan produktivitas suatu produksi barang

guna memperbesar keuntungan penjual atau pembeli.

Kinerja juga dapat dilihat dari pola keuntungan yang didapat perusahaan-

perusahaan dalam industri. Pola keuntungan ini dapat digambarkan oleh Price

Cost-Margin (PCM).

Page 11: ANALISIS INDUTRI BATIK TULIS DI KELURAHAN …eprints.undip.ac.id/34955/1/Jurnal_Skripsi_Teguh_AW.pdf · pasar industri kerajinan yang luas dan beragam membuat industri ini mampu terus

Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai Struktur-Perilaku-Kinerja dari suatu industri telah

dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Dua diantaranya adalah penelitian

dengan judul “Analisis Structure-Conduct-Performance industri pakaian jadi

(GARMEN) di Indonesia” yang telah dilakukan oleh Ryan Febriyanti (2006)

kemudian mengenai industri susu dengan judul “Analisis Faktor- Faktor Penentu

Tingkat Profitabilitas Perusahaan Di Sektor Industri Manufaktur Di Indonesia

(Studi kasus Industri Batik)” yang telah dilakukan oleh Nita Herawati dan M.

Wahyudi (2007).

Hasil penelitian Ryan (2006) menunujukan bahwa struktur pasar industri

garmen di indonesia adalah pasar persaingan monopolistik. Produk yang

dihasilkan heterogen. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian itu

adalah antara lain : CR4 sebagai ukuran dari struktur pasar, x-efisiensi dan Price

Cost-Margin (PCM) sebagai ukuran kinerja. Selain itu variabel pertumbuhan

industri dan produktivitas juga dilibatkan dalam penelitian tersebut. Rata-rata nilai

konsentrasi rasio pada industri tersebut sebesar 16,22 persen dan tingkat Barrier

to entry pada industri tersebut adalah rendah. Nilai PCM yang dihitung pada

periode 1983-2003 rata bernilai 24,9 persen yang menunjukan tingkat keuntungan

industri yang relatif besar.

Hasil estimasi variabel yang digunakan menghasilkan niali CR4 yang

berpengaruh negatif terhadap PCM. Hal tersebut diduga karena persaingan yang

ketat di industri garmen menjadikan kesempatan untuk mendapatkan laba yang

besar semakin kecil. Sementara itu variabel x-efesiensi memberikan pengaruh

positif dan signifikan terhadap PCM. Artinya semakin besar kemampuan dalam

melakukan efesiensi maka semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan.

Variabel pertumbuhan yang digunakan pada penelitian tersebut menghasilkan

perhitungan positif yang artinya pertumbuhan memberikan pengaruh yang searah

dengan nilai keuntungan yang direprentasikan oleh PCM.

Penelitian lain dilakukan oleh Nita Herawati dan M. Wahyudin (2007)

mengenai industri batik di indonesia dengan menggunakan beberapa variabel

Page 12: ANALISIS INDUTRI BATIK TULIS DI KELURAHAN …eprints.undip.ac.id/34955/1/Jurnal_Skripsi_Teguh_AW.pdf · pasar industri kerajinan yang luas dan beragam membuat industri ini mampu terus

penelitian yang sedikit berbeda. Pada penelitian ini variabel-variabel yang

digunakan adalah P-T atau SE yaitu profit setelah pajak sebagai prosentase dari

total equity yang merupakan variabel terikat yang merupakan indikator dari

tingkat keuntungan. Rasio kosentrasi perusahaan terbesar dan MES sebagai

variabel bebas yang digunakan untuk indikator struktur pasar, ASR (Advertising

Sales Ratio) sebagai variabel bebas untuk indikator perilaku, dan variabel

pertumbuhan.

Hasil estimasi yang dilakukan pada penelitian tersebut meunjukan nilai

positif dan signifikan terhadap variabel yang diujikan. Variabel MES memberikan

pengaruh signifikan terhadap tingkat keuntungan dengan nilai koefisien 0,66 yang

artinya kenaikan produksi sebesar 1 persen akan mampu menaikan keuntungan

sebesar 0,66 persen. Variabel konsentrasi perusahaan memberikan pengaruh

signifikan terhadap keutungan dimana kenaikan 1 persen tingkat konsentrasi

industri akan meningkatkan keuntungan sebesar 0,185 persen. Variabel ASR

berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat keuntungan, dimana 1 persen

kenaikan biaya advertensi akan meningkatkan keutungan sebesar 2,33 persen pada

penelitian tersebut. Variabel pertumbuhan juga memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap tingkat keuntungan. Kenaikan 1 persen jumlah pertumbuhan

akan mendorong peningkatan keutungan sebesar 0,058 persen. Hasil kesimpulan

yang dapat diambil dari penelitian tersebut adalah variabel bebas yang digunakan

dalam penelitian tersebut memberikan hasil yang signifikan terhadap variabel

terikat dan sesuai dengan teori yang ada.

Kerangka Pemikiran Teoritis

Di dalam kerangka pemikiran penelitian yang menggunakan pendekatan

Struktur-Conduct-performance akan banyak melihat keterkaitan antar variabel

pada sektor industri. Tujuannya adalah untuk menganalisa apakah terdapat suatu

kesesuaian hubungan yang tercipta antara struktur dengan perilaku pada industri

yang dapat mempengaruhi kinerja dari industri batik di kota Tegal.

Page 13: ANALISIS INDUTRI BATIK TULIS DI KELURAHAN …eprints.undip.ac.id/34955/1/Jurnal_Skripsi_Teguh_AW.pdf · pasar industri kerajinan yang luas dan beragam membuat industri ini mampu terus

Kerangka Pemikiran

Gambar 2.3 Bagan Kerangka pemikiran

Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas dan teori-teori yang mendasari

penelitian ini, maka hipotesis yang disusun adalah :

1. Diduga terdapat hubungan positif antara pangsa pasar perusahaan dengan

nilai keutungan (PCM) pada industri batik di kota Tegal.

2. Diduga terdapat hubungan positif antara CLR dengan nilai keuntungan

(PCM) pada industri batik di kota Tegal.

3. Diduga terdapat hubungan positif antara nilai efisiensi internal dengan nilai

keutungan (PCM) pada industri batik di kota Tegal.

METODE PENELITIAN

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Pangsa Pasar (Market Share)

Setiap perusahaan memiliki pangsa pasarnya sendiri yang berkisar antara 0

persen hingga 100 persen dari total penjualan seluruh perusahaan. Seperti halnya

struktur pasar lainnya, peranan pangsa pasar adalah sebagai sumber kekuatan bagi

suatu perusahaan. Pangsa pasar menggambarkan keuntungan yang diperoleh

perusahaan dari hasil penjualannya.

si

MSi = x 100% 3.1

X-Efisiensi Pangsa Pasar

(MS)

Industri Batik Tulis di

kota Tegal

Capital

Labour Ratio

(CLR)

Kinerja (PCM)

Page 14: ANALISIS INDUTRI BATIK TULIS DI KELURAHAN …eprints.undip.ac.id/34955/1/Jurnal_Skripsi_Teguh_AW.pdf · pasar industri kerajinan yang luas dan beragam membuat industri ini mampu terus

stotal

ket. : MSi = pangsa pasar perusahaan i (%)

si = total penjualan perusahaan i

s total = total penjualan seluruh perusahaan

Perilaku Pasar (Market Conduct)

Capital to Labour Ratio merupakan variabel yang sering digunakan untuk

melihat perilaku para pelaku usaha dalam suatu industri, yaitu suatu ukuran yang

menghitung besarnya kecenderungan dari teknik yang digunakan dalam proses

produksi. Perusahaan akan dinilai sebagai perusahaan yang cenderung padat

modal atau kah padat tenaga kerja. Dengan kondisi yang berbeda itu tentu saja

akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap perilaku masing-masing

pelaku usaha.

Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung nilai CLR, yaitu dengan

membagi besarnya pengeluaran untuk modal terhadap pengeluaran untuk tenaga

kerja.

CLR = KerjaTenagaBiayaShare

ModalBiayaShare

3.2

Kinerja Pasar ( Market Performance)

Untuk menjelaskan kinerja suatu industri dilakukan dengan menggunakan

analisis efisiensi internal atau efisiensi-X dan Price-Cost Margin (PCM). Untuk

mengukur tingkat efisiensi internal adalah dengan membagi nilai tambah dengan

nilai total biaya produksi perusahaan tersebut.

TR - TC

X-Eff = 3.3

TC

Ket : Nilai Tambah = TR – TC

Nilai Output = TR (Total Revenue)

Biaya input = TC (Total Cost)

Page 15: ANALISIS INDUTRI BATIK TULIS DI KELURAHAN …eprints.undip.ac.id/34955/1/Jurnal_Skripsi_Teguh_AW.pdf · pasar industri kerajinan yang luas dan beragam membuat industri ini mampu terus

Nilai tambah diperoleh dengan mengurangkan biaya input terhadap nilai

outputnya. Nilai output itu sendiri adalah nilai dari seluruh barang dan jasa atau

disebut juga sebagai produk yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi dengan

memanfaatkan faktor produksi yang tersedia seperti tenaga listrik yang dijual, jasa

industri, keuntungan jual beli, pertambahan stok barang jadi dan penerimaan lain.

Sementara itu biaya input yang digunakan dalam penelitian memiliki

pengertian yang dikelompokkan menjadi dua yaitu :

Input antara adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk barang dan jasa

yang digunakan habis dalam proses produksi (bahan baku, bahan

penolong, jasa perbankan).

Input primer adalah biaya yang timbul sebagai akibat dari pemakaian

faktor produksi dalam suatu kegiatan ekonomi antara lain tenaga kerja,

tanah, modal dan kewirausahaan. Contoh : upah gaji, surplus usaha,

penyusutan barang modal, dan pajak tidak langsung netto.

Variabel yang digunakan sebagai indikator kinerja yang berikutnya adalah

proksi dari keuntungan Price-Cost Margin (PCM). PCM diperoleh dengan

membagi selisih antara total revenue yang dikurangi nilai total biaya produksi

dengan total revenuenya. Tingkat PCM yang tinggi umumnya dapat tercipta jika

terdapat rasio konsentrasi pasar yang tinggi. PCM (Indeks Lerner) dapat

dirumuskan sebagai berikut :

TR - TC

PCM = 3.4

TR

Sumber : Lipczynki (2005)

Populasi

Menurut Mudrajat Kuncoro (2003) populasi mempunyai arti yaitu

kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi

atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajari atau menjadi objek

penelitian. Penelitian ini dilakukan di kota Tegal meliputi seluruh sentra industri

batik di kota Tegal khususnya kelurahan Kalinyamat Wetan dan kelurahan

Page 16: ANALISIS INDUTRI BATIK TULIS DI KELURAHAN …eprints.undip.ac.id/34955/1/Jurnal_Skripsi_Teguh_AW.pdf · pasar industri kerajinan yang luas dan beragam membuat industri ini mampu terus

Bandung, kecamatan Tegal Selatan. Dua kelurahan ini merupakan pusat sentra

industri batik tulis di kota Tegal. Jumlah populasi dari industri batik di daerah ini

adalah 115 unit pengusaha batik dengan rincian 53 perusahaan terdapat di

kelurahan Kalinyamat Wetan, 35 perusahaan di kelurahan Bandung dan sisanya

sebesar 27 perusahaan batik tersebar di kelurahan lain yang masih dalam

kecamatan Tegal Selatan (Data Base IRT Disperindagkop Kota Tegal, 2007).

Sampel

Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple

random sampling yaitu dengan tiap populasi diberikan nomor dan kemudian

sampel yang diinginkan ditarik secara acak, baik menggunakan random number

atau dengan undian biasa, sehingga dari populasi mempunyai peluang yang sama

untuk dipilih (Supranto, 2003).

Penentuan ukuran pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan

ukuran 30% dari jumlah populasi yang diteliti. Berdasarkan Data Base IKM

Disperindagkop terdapat 115 perusahaan sebagai populasi. Sehingga 30% dari

jumlah populasi adalah 35. Maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 35

perusahaan.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah merupakan data

primer. Data Primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pengusaha

industri batik di kota Tegal dan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang

telah dipersiapkan. Data statistik yang diestimasi adalah data cross section dan

akan diolah dengan menggunakan software E-Views. Sedangkan data penunjang

merupakan data yang diperoleh dari studi kepustakaan yang berasal dari

perpustakaan FE UNDIP berbagai sumber baik dari buku, laporan, jurnal, hasil

penelitian maupun lembaga atau instansi terkait dalam penelitian ini, antara lain

BPS Propinsi Jawa Tengah, BPS kota Tegal, Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Propinsi Jawa Tengah, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota

Tegal dan lain-lain.

Page 17: ANALISIS INDUTRI BATIK TULIS DI KELURAHAN …eprints.undip.ac.id/34955/1/Jurnal_Skripsi_Teguh_AW.pdf · pasar industri kerajinan yang luas dan beragam membuat industri ini mampu terus

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan untuk penelitian ini adalah

dengan menggunakan metode wawancara dan metode dokumentasi.

Metode Analisis

Hubungan antar Variabel dalam Penelitian

Hubungan antar variabel dalam penelitian ini akan dapat dilihat dengan

menggunakan analisis regresi linear. Jenis regresi yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah regresi linear berganda dengan metode Ordinary Least

Squared (OLS).

Variabel terikat dalam model ini adalah proksi dari keuntungan suatu

industri yaitu PCM (%). Variabel bebas yang digunakan adalah pangsa pasar

perusahaan, CLR, efisiensi-X.

Model yang akan digunakan pada penelitian ini adalah

PCMt = b0 + b1MS + b2 CLR + b3X-eff + u

Keterangan :

PCM = Rasio keutungan industri (Price Cost Margin).

MS = Kekuatan perusahaan dalam suatu industri sehingga mampu bersaing

(Market Share)

CLR = nilai rasio modal terhadap tenaga kerja (Capital to Labour Ratio)

X-Eff = Rasio efisiensi yang dinyatakan sebagai perbandingan antara total

revenue dan total cost industri.

u = Unsur gangguan

b0 = Intercept

b1, b2, b3,= koefesien kemiringan parsial

b1>0; b2 >0 ; b3>0

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

TR - TC

PCM = X 100%

TR

Page 18: ANALISIS INDUTRI BATIK TULIS DI KELURAHAN …eprints.undip.ac.id/34955/1/Jurnal_Skripsi_Teguh_AW.pdf · pasar industri kerajinan yang luas dan beragam membuat industri ini mampu terus

TR -TC

X-Eff = X 100%

TC

Share Biaya Modal

CLR = X100%

Share biaya Tenaga Kerja

Penjualan Perusahaan i

MS = x 100%

Total Penjualan seluruh Perusahaan

Uji Statistik dan Uji Ekonometrika

a. Uji R-Squared (R2)

Mengukur tingkat keberhasilan model regresi yang digunakan dalam memprediksi

nilai variabel terikat. Nilai R2 memiliki dua sifat yaitu memiliki besaran positif

dan besarannya adalah 0 ≤ R2 ≤ 1. Jika R

2 sebesar nol maka hal ini menunjukkan

bahwa tidak ada hubungan antar variabel terikat dengan variabel bebas sedangkan

jika R2 sebesar satu maka terdapat kecocokan yang sempurna antar variabel terikat

dengan variabel bebas. Nilai R2 ini juga merupakan fraksi dari variasi yang

mampu dijelaskan oleh model (Damondar Gujarati, 2008).

b. Uji F

Pengujian ini bertujuan untuk menjelaskan kemampuan variabel secara bersamaan

dalam menjelaskan keragaman dari variabel terikat. Pengujian yang dilakukan

dengan menggunakan uji distribusi F. Caranya adalah dengan membandingkan

antara nilai kritis F-tabel dengan nilai F-hitung yang terdapat pada hasil output

regresi.

c. Uji T

Uji statistik t pada dasarnya digunakan untuk mengetahui seberapa jauh

pengaruh satu variabel penjelas signifikan secara individual dalam menerangkan

variabel terikatnya (Iman Ghozali, 2005).

d. Deteksi Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah adanya hubungan linear yang “sempurna” di

antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dalam model regresi

Page 19: ANALISIS INDUTRI BATIK TULIS DI KELURAHAN …eprints.undip.ac.id/34955/1/Jurnal_Skripsi_Teguh_AW.pdf · pasar industri kerajinan yang luas dan beragam membuat industri ini mampu terus

(Frisch dalam Gujarati, 1978). Konsekuensi adanya multikolinearitas adalah

koefisien regresi variabel tidak tentu dan kesalahan menjadi tidak terhingga.

e. Deteksi Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai keadaan dimana terjadi korelasi

serial antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (data

time series) atau menurut ruang (data cross section). Suatu asumsi penting dari

model linear klasik adalah bahwa tidak ada autokorelasi atau kondisi yang

berurutan diantara gangguan (disturbance) μi yang masuk ke dalam fungsi regresi.

(Gujarati, 1999).

f. Deteksi Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan varience dan residual suatu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Jika variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan itu tetap,

maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisidas.

g. Deteksi Normalitas

Deteksi Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak.

Jarque-Bera Test adalah deteksi statistik untuk mengetahui apakah data

terdistribusi normal. Untuk lebih mudah mengetahui data terdistribusi normal

atau tidak dengan melihat koefisien Jarque-bera dan probabilitas-nya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Objek Penelitian

Batik tegalan merupakan batik yang memiliki corak tersendiri

dibandingkan dengan batik Pekalongan maupun Solo. Selain corak yang

cenderung melebar, besar dan agak kasar ( Gaya Pesisiran ), juga dari segi

pewarnaan dinilai lebih berani memadukan warna-warna yang menonjol,

Sehingga batik tulis tegal sangat mudah dikenali. Motif batik yang memunculkan

kesan tegas sekaligus lugas ini menjadi ciri tersendiri bagi batik tulis tegal. Selain

itu ada pula batik jumputan. Yakni batik yang diproses produksinya menggunakan

pola jumputan. Motif batik jumputan memberikan kesan yang abstrak dan santai.

Page 20: ANALISIS INDUTRI BATIK TULIS DI KELURAHAN …eprints.undip.ac.id/34955/1/Jurnal_Skripsi_Teguh_AW.pdf · pasar industri kerajinan yang luas dan beragam membuat industri ini mampu terus

Analisis Data

a. Pangsa Pasar

Persaingan harga yang ketat diantara pengrajin mengakibatkan nilai

pangsa pasar (Market Share) menjadi sangat kecil. Persaingan harga akan

menyebabkan perusahaan tidak berani menaikan harga, sehingga nilai pangsa

pasarnya kecil dalam suatu industri.

Berdasarkan teori dan penjelasan yang telah ada maka dapat disimpulkan

bahwa industri batik tulis di kota Tegal merupakan industri dengan persaingan

bersifat monopolistik. Karena produk yang dihasilkan industri batik kota Tegal

adalah produk yang heterogen (motifnya), tidak ada perusahaan yang menguasai

pangsa pasar lebih dari 10%-50%, banyak penjual dan pembeli, serta profit

normal. Perbedan produk tersebut adalah perbedaan dari jenis motif dan warna

yang beragam sesuai dengan pesanan pembeli atau pedagang (distributor atau

agen) batik yang dari dalam kota maupun luar kota.

b. Perilaku

Diferensiaisi produk dan Harga

Adanya perilaku yang menetukan harga sesuai dengan motifnya. Semakin

rumit dan bagus suatu motif batik tulis maka harga akan semakin mahal.

Capital Labour Ratio (CLR)

CLR (Capital Labour Ratio) adalah variabel yang digunakan untuk

mengetahui perilaku yang terjadi pada industri batik tulis. Perilaku tersebut

mengenai teknik produksi pada industri batik tulis, teknik tersebut lebih

menggunakan modal atau tenaga kerja.

Berdasarkan hasil penelitian, perhitungan nilai CLR pada industri batik

di kota Tegal memiliki kecenderungan sebagai industri padat karya. Hal

berdasarkan perhitungan nilai rasio biaya modal (capital) terhadap biaya tenaga

kerja yang relatif kecil. Semakin kecil nilai CLR maka penggunaan tenaga kerja

lebih besar. Ini berarti peran tenaga kerja pada industri batik tulis sangat penting.

Page 21: ANALISIS INDUTRI BATIK TULIS DI KELURAHAN …eprints.undip.ac.id/34955/1/Jurnal_Skripsi_Teguh_AW.pdf · pasar industri kerajinan yang luas dan beragam membuat industri ini mampu terus

Berdasarkan data pada hasil penelitian, nilai CLR dalam industri batik

tulis di kota Tegal hanya 11% - 16% , hal ini berarti industri batik tulis di kota

Tegal adalah industri yang padat karya. Industri padat karya adalah industri yang

membutuhkan tenaga kerja lebih besar daripada alat atau teknologi. Peran tenaga

kerja dalam industri batik tulis sangat besar. Bahkan industri batik tulis dapat

dikategorikan kedalam produk kerajinan tangan dengan nilai seni yang tinggi.

Nilai seni ini terlihat dari motif-motif pada industri batik tulis.

Kinerja

Price Cost-Margin

Indikator yang digunakan untuk dapat menganalisis kinerja industri batik

tulis di kota Tegal adalah melalui perolehan keuntungan dalam industri batik tulis.

Di dalam menganalisis kinerja industri batik tulis digunakan pendekatan Price-

Cost Margin (PCM) sebagai persentase keuntungan dari kelebihan penerimaan

atas biaya langsung atau total penjualan dikurangi total biaya dibagi total

penjualan.

Berdasarkan hasil penelitian, nilai PCM masing-masing perusahaan hanya

berkisar 11% sampai dengan 21% saja. Kecilnya nilai PCM ini disebabkan karena

persaingan harga yang tinggi, adanya monopoli sumber bahan baku, naiknya

harga bahan baku yang tidak diimbangi oleh kenaikan harga kain batik, dan

efisiensi yang rendah dalam industri batik tulis.

Berdasarkan data pada hasil penelitian dapat dilihat bahwa nilai efisiensi

industri batik tulis di kota Tegal mempunyai nilai efisiensi rata-rata sebesar 20

persen.

Hubungan Antar Variabel Dalam Penelitian

Hasil Estimasi Persamaan PCM Industri Batik Tulis Di Kota Tegal

Variabel coefficient Std. Errr t-statistik Prob.

MS 0.084679 0.063464 1.334.282 0.1918

CLR 0.014060 0.026489 0.530788 0.5993

X-EFISIENSI 0.706077 0.004288 1.646.514 0.0000

C 2.022.490 0.501449 4.033.293 0.0003

Page 22: ANALISIS INDUTRI BATIK TULIS DI KELURAHAN …eprints.undip.ac.id/34955/1/Jurnal_Skripsi_Teguh_AW.pdf · pasar industri kerajinan yang luas dan beragam membuat industri ini mampu terus

R-squared 0.999015 D-W stat 2.627.730

Adjusted R-squared 0.998920 F-statistic 10480.30

S.E. of regression 0.096021 Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber : Output Pengolahan Data dengan E-views 6 (Lampiran D)

ket : α = 5 %

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan

software EVIEWS 6, diketahui bahwa nilai koefisien determinasi(R2) adalah

sebesar 0,99 pada taraf nyata 95%. Hal ini berarti variabel-variabel bebas yang

digunakan dalam model penelitian dapat menjelaskan pengaruhnya secara

bersamaan terhadap PCM sebagai variabel terikat sebesar 99%. Sementara itu

sisanya, yaitu sebesar 1% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model

penelitian yang digunakan.

Deteksi Normalitas

Hasil Deteksi Jarque-Bera (Deteksi Normalitas)

Sumber : Output Pengolahan Data dengan Eviews 6

Berdasarkan hasil deteksi Jarque-Bera, dengan n = 35 dan k = 3, maka

diperoleh degree of freedom (df) = 32 (n-k), dan menggunakan α = 5 persen

diperoleh χ2 tabel sebesar 46,194. Dibandingkan dengan nilai Jarque Bera

6.446986, maka Ho diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa semua variabel yang

terdapat dalam penelitian ini terdistribusi normal karena nilai Jarque Bera lebih

kecil dibanding nilai χ2 tabel.

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

-0.2 -0.1 -0.0 0.1

Series: Residuals

Sample 1 35

Observations 35

Mean 1.24e-15

Median 0.032417

Maximum 0.099141

Minimum -0.235716

Std. Dev. 0.091687

Skewness -1.047652

Kurtosis 3.174613

Jarque-Bera 6.446986

Probability 0.039816

Page 23: ANALISIS INDUTRI BATIK TULIS DI KELURAHAN …eprints.undip.ac.id/34955/1/Jurnal_Skripsi_Teguh_AW.pdf · pasar industri kerajinan yang luas dan beragam membuat industri ini mampu terus

Deteksi Multikolinearitas (Regresi auxiliary)

Hasil Regresi auxiliary

Y(PCM) = f (MS, CLR, X-Efi) R-squared 0.999015

X1 (MS) = f (CLR, X-Efi) R-squared 0.679320

X2 (CLR) = f (MS, X-Efi) R-squared 0.671435

X3 (X-Efisien) = f (MS, CLR) R-squared 0.143098

Sumber : Output Pengolahan Data Dengan Eviews 6

Berdasarkan hasil output regresi auxiliary, tidak ada nilai R Square dari

variabel independen yang lebih besar dari variabel dependennya, maka dapat

disimpulkan bahwa model terbebas dari masalah multikolinearitas.

Deteksi Heterokedastisitas

Hasil Deteksi White (Heteroskedastisitas)

obs*R square χ2 (df=32)

21,25473 46,194

Sumber : Output Pengolahan Data Dengan Eviews 6 (Lampiran H)

Berdasarkan hasil estimasi dengan menggunakan deteksi white

heteroscedasticity, maka dapat disimpulkan bahwa Ho yang mengatakan ada

masalah heteroskedastisitas dapat ditolak, karena nilai Obs*R2

< nilai χ2 tabel,

sehingga model tidak terdapat masalah heteroskedastisity.

Deteksi Autokorelasi

Deteksi asumsi klasik yang terakhir adalah deteksi autokorelasi.

Pendeteksian autokorelasi tersebut dilakkukan dengan menggunakan Breusch-

Godfrey Serial Correlation LM. Apabila nilai probability obs*R-squared lebih

besar dari taraf nyata (α) maka hasil regresi tidak mengandung autokorelasi.

Berdasarkan pada lampiran dapat dilihat bahwa nilai Probability (P-Value)

sebesar 0,1159 lebih dari taraf nyata 5 persen, maka terima H0. sehingga dapat

Page 24: ANALISIS INDUTRI BATIK TULIS DI KELURAHAN …eprints.undip.ac.id/34955/1/Jurnal_Skripsi_Teguh_AW.pdf · pasar industri kerajinan yang luas dan beragam membuat industri ini mampu terus

disimpulkan bahwa model persamaan yang digunakan dalam penelitian ini tidak

memiliki masalah autokorelasi.

Uji F-statistik adalah pengujian model secara keseluruhan untuk

mendeteksi ketepatan model. Setelah melakukan regresi, didapat nilai F hitung

model persamaan. Dari regresi pengaruh pangsa pasar (market share), CLR

(capital to labour ratio), dan X-efisiensi terhadap PCM (price –cost margin) di

kelurahan Kalinyamat Wetan dan kelurahan Bandung kecamatan Tegal Selatan

kota Tegal yang menggunakan taraf keyakinan 95 persen (α = 5 persen), dengan

degree of freedom for denominator sebesar 32, dimana (n-k) = (35-3 = 32), dan

degree of freedom for nominator sebesar 2 (k-1=2), maka diperoleh F tabel

sebesar 3,29. Sedangkan dari hasil regresi diperoleh F-statistik sebesar 104,803.

Maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen secara bersama-sama

berpengaruh terhadap variabel dependen (F-hitung > F-tabel).

Pengujian statistik yang selanjutnya dilakukan adalah uji t. Uji t atau uji

parsial digunakan untuk melihat signifikasi setiap koefesien regresi. Dengan

menggunakan uji t dapat diketahui pengaruh tiap-tiap variabel independen

terhadap variabel dependen. Pengaruh pangsa pasar (market share), CLR (capital

labour ratio), dan effesiensi terhadap PCM (price cost margin) dengan taraf

keyakinan 95 persen (α = 5 persen), dan degree of freedom (df) = 32 (n - k = 35-

3), maka diperoleh nilai t-tabel sebesar 2,037.

Nilai t- statistik dan Koefisien Pangsa Pasar (market share), CLR (capital

labour ratio) dan X-Efisiensi.

Variabel Coefficient t-Statistic t-tabel (α=5%) Keterangan

X1 0.009044 1,334 2,037 tidak signifikan α=5%

X2 0.008246 0,530 2,037 tidak signifikan α=5%

X3 0.846060 16,451 2,037 signifikan α=5%

Sumber : output Pengolahan Data dengan Eviews 6 (Lampiran H)

Berdasarkan hasil pengolahan eviews, dapat diketahui bahwa nilai t-

statistik variabel independen X1 (pangsa pasar )dan variabel X2 (CLR) lebih kecil

dari nilai t-tabel, maka dua variabel ini dapat dikatakan tidak signifikan terhadap

Page 25: ANALISIS INDUTRI BATIK TULIS DI KELURAHAN …eprints.undip.ac.id/34955/1/Jurnal_Skripsi_Teguh_AW.pdf · pasar industri kerajinan yang luas dan beragam membuat industri ini mampu terus

variabel dependennya yaitu variabel Y (PCM), sedangkan varibel X3 (efisiensi)

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Y (PCM).

Intepretasi Hasil

Setelah dilakukan pendeteksian ekonometrika dan statistik, maka tahap

selanjutnya adalah melakukan intepretasi atas hasil pengujian tersebut.

Pengaruh Pangsa Pasar

Hasil dari regresi model persamaan dalam penelitian ini, diperoleh bahwa

pangsa pasar (market share) mempunyai hubungan positif dan tidak signfikan

terhadap PCM (price-cost margin). Temuan ini tidak sesuai dengan hipotesis yang

dirumuskan yakni pangsa pasar (market share) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap PCM (price cost-margin). Hubungan tidak signifikan antara pangsa

pasar dengan PCM disebabkan adanya momentum penetapan batik tulis sebagai

warisan budaya dunia oleh UNESCO pada tanggal 2 oktober 2009, hal ini

membuat permintaan akan batik tulis meningkat, meningkatnya permintaan ini

akan mempengaruhi pengrajin batik untuk memproduksi lebih banyak batik tulis.

Karena pengrajin atau penngusaha memproduksi lebih banyak tentu

membutuhkan bahan baku yang tidak sedikit, sehingga permintaan akan bahan

baku batik tulis juga meningkat, momentum ini juga dimanfaatkan oleh penjual

bahan baku batik tulis dengan menaikan harga bahan baku batik, karena hanya ada

satu toko yang menjual bahan baku batik maka dengan terpaksa pengrjin atau

pengusaha harus membeli bahan baku dari toko tersebut. Naiknya harga bahan

baku yang pada akhirnya membuat biaya produksi batik juga ikut meningkat,

untuk mengantipasi kerugian akibat tingginya biaya produksi maka pengrajin

atau pengusaha menaikan harga batik. Untuk menjaga tingginya permintaan akan

batik tulis dan persaingan harga yang tinggi, pengrajin tidak menaikan harga yang

terlalu tinggi. Dengan meningkatnya pangsa pasar karena penjualan batik yang

tinggi tentu akan meningkat pula keutungan tapi sisi lain biaya produksi juga ikut

meningkat sehingga kenaikan pangsa pasar yang tinggi tidak di ikuti kenaikan

harga batik tentu membuat keutungan rendah. Hal inilah yang membuat pangsa

Page 26: ANALISIS INDUTRI BATIK TULIS DI KELURAHAN …eprints.undip.ac.id/34955/1/Jurnal_Skripsi_Teguh_AW.pdf · pasar industri kerajinan yang luas dan beragam membuat industri ini mampu terus

pasar tidak signifikan terhadap keutungan (PCM). Dengan tipe struktur pasar yang

monopolistik maka hubungan antara pangsa pasar dengan tingkat keuntungan

lebih cenderung mengikuti Efficiency Structure Hypothesis.

Efficient Structure Hypothesis menyatakan bahwa hubungan antara

konsentrasi dan profitabilitas, dan antara pangsa pasar dan tingkat profit

tidaklah benar-benar terjadi, jadi hanyalah hubungan yang palsu. Menurut

pemikiran ini, konsentrasi dan pangsa pasar sebenarnya adalah proksi dari

efisiensi, yang akan mempengaruhi profitabilitas secara positif. Dimana

perusahaan yang lebih efisien akan dapat meningkatkan pangsa pasarnya dengan

melakukan penghematan biaya pengeluaran dengan tanpa menaikkan tingkat

harga dan pada akhirnya perusahaan yang efisien akan memimpin pasar

dengan posisinya yang dominan dan pasar pun akan cenderung terkonsentrasi.

Pengrajin atau pengusaha batik tulis yang lebih efisien akan dapat memperoleh

profit lebih banyak.

Pengaruh Capital Labour Ratio (CLR)

Hasil dari regresi model persamaan dalam penelitian ini, diperoleh bahwa

variabel CLR mempunyai hubungan tidak signifikan terhadap variabel PCM.

Temuan ini tidak sesuai dengan hipotesis yang dirumuskan yakni CLR (capital

labour ratio) berpengaruh positif dan signfikan terhadap PCM (price cost

margin). Hasil CLR yang tidak signifikan ini disebabkan oleh fenomena yang

terjadi pada industri batik ini. fenomena tersebut adalah keterbatasan tenaga kerja

dan produktivitas kerja. Keterbatasan dan produktifitas tenaga kerja adalah tenaga

kerja yang produktif justru lebih memilih bekerja sebagai penjaga warteg dari

pada membatik, karena alasan upah yang tinggi inilah yang membuat kekurangan

tenaga kerja yang produktif. Tenaga kerja yang tersedia adalah tenaga kerja yang

kurang produktif, maksud dari produktif yakni jam kerja yang digunakan

membatik sangat kurang. Jam kerja yang biasa dilakukan adalah 6 jam perhari

yang seharusnya 8 jam perhari.

Pada saat permintaan batik meningkat waktu ditetapkannya batik sebagai

warisan budaya oleh UNESCO pada tanggal 2 oktober 2009. Pada saat itulah

Page 27: ANALISIS INDUTRI BATIK TULIS DI KELURAHAN …eprints.undip.ac.id/34955/1/Jurnal_Skripsi_Teguh_AW.pdf · pasar industri kerajinan yang luas dan beragam membuat industri ini mampu terus

produksi meningkat untuk memenuhi pasar. Dengan begitu industri batik tentu

membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak untuk memenuhi permintaan batik

yang tinggi. Permintaan batik yang tinggi mempengaruhi permintaan akan tenaga

kerja yang tinggi juga. Permintaan tenaga kerja yang tinggi dengan jumlah tenaga

kerja yang sedikit menyebabkan kenaikan upah tenaga kerja. Kenaikan upah

inilah yang secara langsung mempengaruhi biaya produksi. Upah yang tinggi

akan membuat biaya produksi juga tinggi, jadi walaupun industri batik merupakan

industri yang padat karya yang artinya peran tenaga kerja dalam hal produksi

menjadi lebih dominan daripada mesin. Hampir semua proses produksi dikerjakan

dengan ketrampilan pekerja dan mesin hanyalah berfungsi untuk membantu

mempercepat proses pengerjaan. Dengan penambahan tenaga kerja akan

meningkatkan keutungan (hubungan positif) dari tingginya permintaan tapi sisi

lain biaya produksi(upah) juga ikut meningkat, ditambah lagi tenaga kerja yang

tersedia adalah tenaga kerja yang kurang produktif. Hal inilah yang membuat

variabel CLR tidak signifikan terhadap variabel keutungan (PCM).

Pengaruh X-Efisien

Hasil regresi variabel X-Efisiensi terhadap PCM menghasilkan nilai

koefisien sebesar 0.70 dan signifikan pada taraf nyata 95%. Hal ini berarti

terdapat pengaruh yang signifikan variabel X-Efisiensi terhadap tingkat

keuntungan. Ketika terjadi 1% perubahan atas variabel efisiensi akan memberikan

pengaruh perubahan sebesar 0,70 % tingkat keuntungan, asumsi ceteris paribus.

Semakin efisien suatu perusahaan, semakin besar pula keuntungan yang akan

diperoleh. Hubungan X-efisiensi dengan PCM tersebut sesuai dengan hipotesis

dan teori dimana kenaikkan efisiensi-X akan meningkatkan proksi keuntungan

industri batik tulis di kota Tegal.

Page 28: ANALISIS INDUTRI BATIK TULIS DI KELURAHAN …eprints.undip.ac.id/34955/1/Jurnal_Skripsi_Teguh_AW.pdf · pasar industri kerajinan yang luas dan beragam membuat industri ini mampu terus

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil analisis yang didapatkan pada industri batik tulis di kota Tegal

maka diperoleh beberapa kesimpulan yaitu :

1. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka dapat disimpulkan jenis

struktur pasar, perilaku dan kinerja dari industri batik tulis di kota Tegal

adalah sebagai berikut :

a. Industri batik tulis di kota Tegal termasuk ke dalam tipe pasar persaingan

monopolistik dimana pasar ini bersifat banyak penjual dan pembeli,

produk yang heterogen. Rata-rata pangsa pasar dari industri batik tulis di

kota Tegal sebesar 2,86 persen.

b. Terdapat beberapa perilaku pada industri batik tulis di kota Tegal. Perilaku

ini dipengaruhi oleh jenis struktur pasar yang dimiliki oleh industri batik

tulis kota Tegal. Perilaku-perilaku tersebut antara lain adalah perilaku

dalam menentukan harga yang bervariasi berdasarkan pada jenis motif,

Selain itu teknik produksi yang ada pada industri ini adalah bersifat padat

karya sehingga terdapat karakteristik ketenagakerjaan yang unik di sana.

c. Kinerja yang dihasilkan oleh industri batik tulis tergolong kecil. Rata-rata

nilai PCM industri ini adalah sebesar 16,8 persen. Tingkat efisiensi yang

hadir pada industri ini tergolong cukup rendah yaitu rata-rata sebesar 20

persen.

2. Berdasarkan analisis regresi yang dilakukan terhadap persamaan PCM

dapat disimpulkan sbb :

a. Terdapat hubungan positif dan tidak signifikan antara tingkat pangsa

pasar terhadap keuntungan industri yang diwakili oleh variabel PCM.

Hubungan ini tidak sesuai dengan hipotesis umum yang menyebutkan

bahwa hubungan antara pangsa pasar dan keuntungan. Hal ini berarti jika

tingkat pangsa pasar industri meningkat maka keuntungan akan

mengalami peningkatan, ceteris paribus. Tidak signifikan karena

peningkatan pangsa pasar yang tinggi tidak diimbangi dengan peningkatan

keutungan, karena adanya kenaikan harga bahan baku dan terjadi

Page 29: ANALISIS INDUTRI BATIK TULIS DI KELURAHAN …eprints.undip.ac.id/34955/1/Jurnal_Skripsi_Teguh_AW.pdf · pasar industri kerajinan yang luas dan beragam membuat industri ini mampu terus

persaingan harga diantara pengrajin atau pengusaha batik tulis, sehingga

pengrajin atau pengusaha batik tulis tidak berani menaikan harga yang

tinggi. Jadi hubungan antara pangsa pasar dengan keutungan berpengaruh,

tapi pengaruhnya sangat lemah.

b. Terdapat hubungan positif dan tidak signifikan antara rasio biaya modal

per biaya tenaga kerja (CLR) terhadap keuntungan. Hal ini berarti jika

besarnya biaya modal (kemajuan terhadap teknologi) diperbesar maka

akan mendorong tingkat keuntungan, ceteris paribus. Tetapi hubungan

antara CLR dengan keutungan sama seperti hubungan pangsa pasar

dengan keutungan, hubungannya sangat lemah. Hubungan ini disebabkan

oleh naik upah tenaga kerja serta peralatan (canting) yang digunakan dan

naiknya keutungan tidak setara dengan kenaikan upah tenaga kerja yang

lebih tinggi. Selama ini industri batik tulis merupakan industri yang padat

karya, dimana peran tenaga kerja memang sangatlah penting. Produk batik

tulis merupakan barang kerajinan tangan sehingga ketrampilan tangan

seorang tidak dapat tergantikan oleh alat atau teknologi.

c. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara Efisiensi terhadap tingkat

keuntungan. Hal ini sesuai dengan hipotesis umum yang menyatakan

bahwa hubungan antara efisiensi dan keuntungan adalah searah. Jika nilai

efisiensi meningkat maka akan mendorong keuntungan menjadi lebih

tinggi.

Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis menyadari bahwa

masih terdapat banyak kekurangan pada penelitian ini. Kekurangan tersebut

diantaranya adalah tidak ada seri data penelitian yang ada sehingga pengamatan

hasil hanya dapat dilihat pada tempat dan waktu tertentu atau dengan cross

section. Tentu saja akan menjadi suatu hal yang menarik jika makin banyak seri

data yang didapat sehingga penelitian dapat membandingkan kondisi dahulu,

terkini dan berbagai tempat dari objek penelitian.

Page 30: ANALISIS INDUTRI BATIK TULIS DI KELURAHAN …eprints.undip.ac.id/34955/1/Jurnal_Skripsi_Teguh_AW.pdf · pasar industri kerajinan yang luas dan beragam membuat industri ini mampu terus

Saran

Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini berdasarkan hasil yang

diperoleh adalah

a. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel efisiensi berpangaruh positif

terhadap PCM (keutungan), artinya dengan melakukan efisiensi maka

keutungan perusahaan akan meningkat. Nilai efisiensi pada industri batik tulis

di Kelurahan Kalinyamat Wetan dan Kelurahan Bandung sangat kecil yang

menunjukan bahwa dalam industri tersebut belum melakukan efisiensi yang

maksimal. Efisiensi dapat dilakukan dengan menekan biaya produksi, seperti

dengan menggunakan kembali malam atau lilin hasil nglorod. Penggunaan

kembali malam atau lilin hasil nglorod sudah dilakukan dalam industri batik

tulis di Kelurahan Kalinyamat Wetan dan Kelurahan Bandung kota Tegal.

Efisiensi juga dapat dilakukan dengan menggunakan jumlah tenaga kerja

yang sedikit dan menciptakan inovasi motif yang mempunyai nilai jual

tinggi.

b. Peran pemerintah sangat penting dalam mengawasi dan membuat kebijakan

yang mendukung terciptanya industri batik tulis yang efisien sehingga peran

industri batik tulis sebagai sumber pembiayaan pembangunan dalam rangka

meningkatkan taraf hidup rakyat banyak dapat tercapai.

c. Ketersedian data dapat mempermudah proses pembangunan daerah. Untuk itu

hendaknya pemerintah memberikan perhatian yang lebih terhadap

pengelolaan data.

Page 31: ANALISIS INDUTRI BATIK TULIS DI KELURAHAN …eprints.undip.ac.id/34955/1/Jurnal_Skripsi_Teguh_AW.pdf · pasar industri kerajinan yang luas dan beragam membuat industri ini mampu terus

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik.2010. Kota tegal dalam angka 2009/2010. Bab IV industri,

listrik dan air minum. Tegal

Badan Pusat Satatistik.2007. Direktori Perusahaan Industri Pengolahan Skala

Kecil. 2007. Jakarta

Dajan, Anto. 1986. Pengantar Metode Statistik Jilid I. Jakarta : LP3ES.

Desperindag. 2007. Rekapitulasi Data Pengrajin Batik Tulis Kota Tegal. Kota

Tegal

Drs. Iswardono SP.,MA.1989 .Ekonomika Mikro.Yogyakarta:UPP AMP YKPN.

Eko Prasetyo, P. 2007. “Hubungan Struktur Pasar Dan Perilaku Pasar Serta

Pengaruhnya Terhadap Kinerja Pasar”. Jurnal Ekonomi Pembangunan,

Vol. 12, No. 2, Hal. 111-122.

Febriyanti, Riyan. 2006. “Analisis Industri Pakaian Jadi (Garmen) Di Indonesia

(Pendekatan Structure - Conduct - Performance)”. Skripsi Tidak

Dipublikasikan. Departemen Ilmu Ekonomi. IPB.

Hening, Yustika Pritariani.2009.”Analisis Perkembangan Usaha Mikro dan Kecil

Binaan BKM Arta Kawula Di Kecamatan Semarang Barat Kota

Semarang”. Skripsi Tidak Dipublikasikan. UNDIP

Herawati, Nita dan M. Wahyudin. 2005. “Analisis Faktor-Faktor Penentu Tingkat

Profitabilitas Perusahaan di Sektor Industri Manufaktur Indonesia Studi

Kasus : Industri Batik (ISIC 32117)”. Tesis tidak dipublikasikan. UMS

Http://www.promojateng-pemprovjateng.com/ambildaerah.php?kota=Tegal.

Diakses pada tanggal 2 Nopember 2011.

Http://tegalkota.go.id/index.php/peta-investasi/potensi-investasi/sektor

industri.html. Diakses pada tanggal 2 Nopember 2011.

Http://www.bappeda-kotategal.go.id. Diakses pada tanggal 2 nopember 2011.

Indah, Yuliana Putri. 2010.”Analisis Usaha Mikro Monel Yang Memperoleh

Kredit Dari Dinas UMKM Kabupaten Jepara”. Skripsi Tidak

Dipublikasikan. UNDIP

Jaya, W.K. 2001. Ekonomi Industri. Edisi Kedua. Jogjakarta : BPFE UGM.

Page 32: ANALISIS INDUTRI BATIK TULIS DI KELURAHAN …eprints.undip.ac.id/34955/1/Jurnal_Skripsi_Teguh_AW.pdf · pasar industri kerajinan yang luas dan beragam membuat industri ini mampu terus

Kaesti, Dwi, Atika.2010. “Analisis Kinerja Industri Tekstil Dan Produk Tekstil

(TPT) Di Indonesia tahun 2000-2003 (Pendekatan Struktur – Perilaku –

Kinerja)”. Skripsi Tidak Dipublikasikan.UNDIP

Lipczynski, John. 2005. Indistrial Organization : Competition, Strategy,

Policy. Second Edition. Essex : Pearson Education.

Lipsey, R.G. et all. 1996. Pengantar Mikroekonomi jilid 2. (Terj) Maulana

dan Saputra. Jakarta : Binarupa Aksara.

Merriel Razak & Andian Anggraeni. “Batik: Pengertian & Macam Berdasarkan

Cara Pembuatan ”. http ://www.Belanja Batik.com. Diakses Tanggal 11

Juli 2011.

Naylah, Maal. 2010.” Pengaruh Struktur PasarTerhadap Kinerja Industri

Perbankan Indonesia”. Tesis Tidak Dipublikasikan. UNDIP

Nugroho, Ari, Hermawan. 2011. “Analisis Industri Furniture Kayu Kabupaten

Jepara :Sebuah Kajian Dalam Perspektif Struktur – Perilaku – Kinerja”.

Skripsi Tidak Dipublikasikan. UNDIP

Sangganagara, Harjoko. “ Definisi Batik .” http://www.Batik Indonesia.com.

Diakses tanggal 11 juli 2011.

Satriaputra, Indra, Irvan. 2009. ”Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Kinerja Industri Kerajinan Di Indonesia”. Skripsi Tidak Dipublikasikan.

Departemen Ilmu Ekonomi. IPB

Supranto, J. 2010. Ekonometri. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sulistyastuti, Diah R. 2004. “Dinamika Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) :

Analisis Konsentrasi Regional UKM Di Indonesia 1993 – 2001”. Jurnal

Ekonomi Pembangunan, Vol. 9 , No. 2 , Hal. 143-164.

Tambunan, Tulus H. 2002. Usaha Kecil dan Menengah Di Indonesia : Beberapa

Isu Penting. Jakarta : Salemba Empat.

Triaksono, Andre. 2008.“Berbagai Sudut Pandang Tentang Ekonomi Kreatif dan

Industri Kreatif”. http://www. ekonomikreatif.blogspot.com. diakses

tanggal 11 juli 2011.

Wing, Wahyu Winarno. 2009. Analisis Ekonometrika dan Statistika Dengan E

Views.Edisi Kedua. Yogyakarta : STIM YKPN.