Upload
titha-awallunnisa
View
217
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Jurnal Kesehatan Masyarakat Madani, ISSN.1979-228X,Vol.01 No.02, Tahun 2008
Analisis Hubungan Karakteristik Individu dan Motivasi
Dengan Kinerja Asuhan Perawatan di BP. Rumah Sakit
Umum Labuang Baji Makassar
Samsualam*, Indar**, Muh. Syafar***
*Dinas Kesehatan Kabupaten Pinrang ** Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, FKM Universitas Hasanuddin
*** Bagian Promosi Kesehatan FKMUniversitas Hasanuddin
EDITORIAL
ARTIKEL ASLI
Pelayanan Kesehatan, Suku Bajo
Karakteristik Individu, Motivasi, Kinerja
Abstrak
Sorotan terhadap rendah kinerja perawat merupakan masalah yang harus segera
ditanggulangi, sebab pelayanan keperawatan sangat menentukan mutu pelayanan rumah
sakit. Kinerja yang jelek akan berdampak terhadap rendahnya mutu pelayanan, pasien
merasa kurang nyaman dan merasa tidak puas. Disamping itu, rendahnya kinerja perawat
merupakan hambatan terhadap perkembangan profesi keperawatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah karakteristik individu dan
motivasi berhubungan dengan kinerja perawat di BP. RSUD. Labuang Baji Makassar.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional. Sampel
penelitian ini sebanyak 34 perawat. Metode pengumpulan data yang digunakan metode
wawancara dengan tehnik pengisian koesioner dalam waktu tiga minggu. Data hasil
penelitian dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji analisis Chi Square dengan
alternatif Fisher,Z Exact test
Berdasarkan hasil penelitian dan uji statistik diperoleh bahwa: 1) Ada hubungan
yang signifikan karakteristik umur dengan kinerja, 2) Tidak ada hubungan yang signifikan
karakteristik masa kerja, pendidikan, dan jenis kelamin dengan kinerja, 3) tidak ada
hubungan yang signifikan motivasi dengan kinerja.
Kata kunci : Karakteristik individu, motivasi, kinerja.
Latar Belakang
Mutu pelayanan di rumah sakit
sangat ditentukan oleh pelayanan
keperawatan atau asuhan keperawatan
(Depkes. RI, 1992). Perawat sebagai pemberi
jasa keperawatan merupakan ujung tombak
pelayanan di rumah sakit, sebab perawat
berada dalam 24 jam memberikan asuhan
keperawatan. Tanggung jawab yang
demikian berat belum ditunjang dengan
sumber daya manusia yang memadai,
sehingga kinerja perawat sering menjadi
sorotan baik oleh profesi lain maupun
pasien atau keluarga.
Berdasarkan hasil penelitian
terdahulu, kondisi keperawatan terutama
dalam memberi asuhan keperawatan
kepada pasien belum berjalan dengan baik.
Penelitian Rivai (2000), menyatakan bahwa
ada beberapa tindakan keperawatan
dilakukan oleh keluarga pasien seperti:
pemenuhan kebersihan diri, eliminasi dan
nutrisi (28%). Seharusnya pelaksanaan
asuhan keperawatan tersebut dilakukan
oleh perawat. Pembuatan asuhan
keperawatan masih ada yang dikerjakan
sebagian atau belum lengkap yaitu 11% dan
sebanyak 44,2% pasien menyatakan kurang
puas terhadap pelayanan rawat inap. Data
tersebut memberikan gambaran tentang
kondisi kinerja perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan yang berdampak
terhadap kepuasan pasien.
Penurunan kinerja perawat sangat
mempengaruhi citra pelayanan suatu
Rumah sakit di masyarakat. Pelayanan
keperawatan yang buruk menimbulkan
kurangnya kepercayaan masyarakat
terhadap kemampuan Rumah Sakit. Di
samping itu, kinerja perawat yang rendah
juga merupakan hambatan terhadap
perkembangan keperawatan menuju
perawat yang profesional. Perawat yang
profesional mestinya mampu menunjukkan
kemampuan intelektual dan tehnikal yang
memadai.
RSU Labuang Baji Makassar
merupakan rumah sakit yang terletak
sangat strategis yaitu ditengah kota
Makassar dan sangat mudah diakses oleh
alat transportasi. Rumah Sakit ini
merupakan Rumah sakit kelas B yang
mengembangkan pelayanan kesehatan
secara profesional kepada masyarakat tanpa
memandang agama, budaya, ras, maupun
kedudukan. Pelayanan yang diberikan baik
rawat jalan maupun rawat inap dilakukan
oleh tenaga keperawatan dengan latar
belakang pendidikan yang berbeda mulai
dari SPK sampai Sarjana.
Berdasarkan hasil observasi peneliti
di Rumah Sakit Labuang baji, masih ada
perawat pelaksana yang datang ke tempat
kerja tidak tepat waktu, tanggung jawab
perawat tidak hanya berdasar pada standar
asuhan keperawatan, dan dokumentasi
asuhan keperawatan yang belum berjalan
dengan baik. Namun dari hasil observasi
peneliti ditemukan bahwa ada ruang
tertentu yang telah menerapkan model
MPKP yaitu ruang Baji Pamai 1 dan 2 yang
berupaya menerapkan standar asuhan
keperawatan serta dokumentasi yang baik.
Berdasarkan masalah tersebut
peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian. Banyak faktor yang berkolerasi
positif dengan kinerja namun dalam hal ini
peneliti tertarik untuk melihat seberapa
jauh hubungan karakteristik (umur, jenis
kelamin, masa kerja, pendidikan) serta
bagaimana hubungan psikografi khususnya
untuk faktor motivasi berdasarkan teori
herzberg dengan kinerja asuhan
keperawatan diruang rawat inap yang
menerapkan MPKP?
Bahan Dan Cara Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
survey analitik maka desain penelitian yang
digunakan adalah “Cross sectional “ artinya
subjek diobservasi hanya satu kali dan
pengukuran variabel independent dan
dependent dilakukan pada kurung waktu
yang sama.
Populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian yang akan diteliti. Pada
penelitian ini populasinya adalah perawat
di perawatan Baji Pamai 1 dan 2 yang
masuk dalam tim MPKP sejumlah 43 orang.
Tehnik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah nonprobability sampling
dengan cara sampel purposive (purposive
sampling) yaitu penarikan sampel dengan
pertimbangan tertentu yang dapat mewakili
populasi. Berdasarkan Kriteria inklusi
didapatkan jumlah sample sebanyak 34
orang untuk perawatan Baji pamai 1 dan 2.
Data yang diperoleh dianalisis
dengan menggunakan analisis statistik,
melalui tabulasi silang hubungan variabel
independent dan variabel dependennya
yang dilanjutkan dengan uji Chi- Square.
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Hubungan umur dengan kinerja
Terdapat dua kategori kelompok
umur yaitu, < 40 tahun dan > 40 tahun dan
masing- masing kategori akan dianalisis
hubungannya dengan kinerja asuhan
keperawatan seperti pada table 1.
Dari tabel 1 dapat dijelaskan bahwa
dari 29 responden yang memiliki umur 40
tahun dengan kinerja asuhan keperawatan
baik sebanyak 29 responden (100%),
sedangkan 5 responden yang memiliki
umur ≥ 40 dengan kinerja asuhan
keperawatan baik sebanyak 3 responden
(60%) dan 2 responden (40%) yang
mengatakan kurang dari hasil uji statistic
menunjukkan bahwa nilai P = 0.018 , α
=0,005, ini berarti bahwa pengujian
sugnifikan, artinya ada hubungan antar
umur dengan kinerja asuhan keperawatan.
Pada analisis bivariat
menunjukkkan bahwa perawat pada
kelompok umur diatas 40 tahun
mempunyai kemungkinan untuk memiliki
kinerja yang lebih rendah daripada
perawat dengan umur dibawah 40 tahun.
Besar kemungkinan bahwa usia yan sudah
masuk pada kelompok umur tua
mempunyai tingkat produktifitas sudah
menurun yang akhirnya dapat
menyebabkan penurunan terhadap tingkat
kinerja asuhan keperawatan, dengan
demikian perawat yang sudah mencapai
umur lebih dari 40 tahun mendekati lanjut
usia sebaiknya tidak ditempatkan di ruang
perawatan dengan beban kerja yang cukup
banyak dan diberi tugas shif.
Hubungan Jenis kelamin dengan kinerja
Terdapat dua kategori yaitu jenis
kelamin laki- laki dan perempuan dan
masing- masing kategori dianalisis
hubungannya dengan kinerja asuhan
keperawatan seperti pada tabel 2.
Dari tabel 2 dapat dijelaskan bahwa
dari 2 responden yang memiliki jenis
kelamin laki- laki dengan kinerja asuhan
keperawatan baik sebanyak 2 responden
(100%), sedangkan 32 responden yang
memiliki jenis kelamin perempuan dengan
kinerja asuhan keperawatan baik sebanyak
30 responden (93,8%) dan 2 responden
(6,3%) yang mengatakan kurang.
Dari hasil uji statistik menunjukkan
bahwa nilai p = 0,884> α = 0,05 . ini berarti
bahwa pengujian tidak signifikan, artinya
tidak ada hubungan antara jenis kelamin
dengan kinerja asuhan keperawatan.
Pada analisis univarat ini juga
ditemukan bahwa perawat perempuan
lebih besar kemungkinan memiliki kinerja
yang lebih baik, dibandingkan dengan
perawat laki- laki namun hal ini bisa saja
karena jumlah perawat laki- laki lebih
sedikit dan kebanyakan dalam menghadapi
pekerjaan sebagai perawat membutuhkan
ketempilan, keuletan dan kesabaran
dengan mother instinct yang hal ini lebih
pada perawat perempuan. Pada analisis
bivarat menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara jenis
kelamin dengan kinerja perawat. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian dari Pajaitan
(2002) yang menyatakan bahwa tidak ada
hubungan yang berarti antara jenis kelamin
dengan kinerja perawat. Hal ini sejalan
dengan teori bahwa sedikit sekali
perbedaan yang dianggap penting antara
karyawan laki- laki dan perempuan dalam
prestasi kerja.
Hubungan masa kerja dengan kinerja
Dari hasil analisis terhadap masa
kerja dapat diperoleh gambaran mengenai
masa kerja dengan kinerja asuhan kepe-
rawatan yang dapat dilihat pada tabel 3.
Dari tabel 3 dapat dijelaskan bahwa
dari 9 responden yang memiliki masa kerja
≥ 10 tahun dengan kinerja asuhan
keperawatan baik sebanyak 7 responden
(77,8%), dan 2 responden (22,2%), yang
mengatakan kurang, sedangkan 25
responden yang memiliki masa kerja < 10
dengan kinerja asuhan keperawatan baik
sebanyak 25 responden (100%).
Pada analisis statistik menunjukan
tidak ada hubungan antara masa kerja
dengan kinerja asuhan keperawatan. Hal ini
berarti bahwa perawat dengan masa kerja
kurang dari 40 tahun dan lebih dari 40
tahun sama- sama kinerjanya dan tidak
memberi pengaruh yang signifikan. Namun
demikian teori Gibson (1987) tidak
betentangan dalam penelitian ini. Hasil
penelitian ini juga tidak sejalan dengan
penelitian Nurhidayah (2006) bahwa makin
lama seseorang bekerja maka semakin baik
kinerjanya.
Mungkin sebaliknya bahwa ini
terjadi disebabkan yang pertama, bisa saja
dengan masa kerja muda masih segar dan
belum terdapat kejenuhan dalam dirinya
dan sesuai dengan pengamatan peneliti
makin senior seorang perawat maka
semakin jauh dari pasien dan lingkup
pekerjaannya lebih berkaitan dengan
manajemen, dan yang kedua hal yang
menyebabkan tidak berhubungannya
penelitian ini, disebabkan populasi dan
sample penelitian berbeda dengan
penelitian yang dilakukan beberapa peneliti
sebelumnya dimana poplasi dan sampel
yang dipakai dalam penelitian ini adalah
ruang rawat inap percontohan yang
menenerapakn Model Praktek Keperawatan
Profesional (MPKP) dimana dalam
pelaksanaannya perawat betul-batul di
evaluasi oleh seorang supervesor berkaitan
dengan kinerja asuhan yang diberikan
kepada pasien sehingga suka maupun tidak
suka perawat tetap melaksanakan
pekerjaannya sesuai dengan SPO yang
ditetapkan.
Hubungan pendidikan dengan kinerja
Pendidikan perawat dikategorikan
ke dalam dua kategori yaiti SPK/SPR dan D
III Keperawatan dikategorikan menjadi satu
kategori yaitu vokasional dan S 1
Keperawatan ( Ners) dan S2 Keperawatan
dikategorikan profesional. Adapun
distribusi kedua kategori ini hubungannya
dengan kinerja asuhan keperawatan dapt
dilihat dalam tabel 4.
Dari tabel 4 dapat dijelaskan bahwa
dari 3 responden yang berpendidikan
professional dengan kinerja asuhan
keperawatan baik sebanyak 3 responden
(100%), sedangkan 31 responden yang
berpendidikan Vokasional dengan kinerja
asuhan keperawatan baik sebanyak 29
responden (93,5%) dan 2 responden (6,5%)
yang memiliki kenerja kurang.
Dalam penelitian ini diperoleh
berdasarkan hasil uji statistic pendidikan
yang mempunyai nilai P = 0,829 > α = 0,05.
hal ini berarti bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara pendidikan dengan
kinerja. Namun demikian teori Gibson
(1987) yang menyatakan bahwa variable
individu yaitu pendidikan mempengaruhi
kinerja tidak bertentangan dalam penelitian
ini . hal ini dapat saja terjadi pada populasi
dan sample yang berbeda dengan berbagai
faktor lain yang mendukung.
Hubungan Motivasi dengan kinerja
Variabel motivasi dalam penelitian
ini dibagi dalam dua kategori yaitu kategori
motivasi tinggi dan kategori motivasi
rendah. Adapun distribusi kedua kategori
ini hubungannya dengan variable Kinerja
Asuhan Keperawatan dapat dilihat pada
tabel 5.
Dari tabel 5 dapat dijelaskan bahwa
dari 25 responden yang mempunyai
Motivasi dengan kinerja asuhan
keperawatan baik sebanyak 25 orang
(100%), sedangkan 9 responden yang
memiliki Motivasi rendah dengan kinerja
asuhan keperawatan baik sebanyak 7 orang
(77,8%) dan 2 orang (22,2%) yang memiliki
kenerja kurang.
Hasil analisis statistik menunjukkan
bahwa di ruang perawatan baji pamai 1 dan
2, Motivasi tidak mempunyai hubungan
yang signifikan dengan kinerja . namun
demikian teori Gibson (1987) yang
mengtakan bahwa variable psikologi yaitu
motivasi mempengaruhi kinerja tidak
bertentangan dalam penelitian ini.
Setiap manusia mempunyai dasar
alasan mengapa seseorang bersedia
melakukan pekerjaan tertentu, mengapa
orang satu bekerja lebih giat sedangkan
orang lainnya bekerja biasa saja. Tentulah
semua ini ada dasar alasannya yang
mendorong seseorang untuk bersedia
seperti itu atau dengan kata lain pasti ada
motivasinya. Namun bukan hanya motivasi
yang membuat seseorang dapat
menampilkan kinerjanya yang lebih baik
Gibson (1987), namun ada factor- factor lain
yang berkontribusi dengan meningkatnya
kinerja seseorang termaksuk beban kerja
yang berlebihan.
Hasil penelitian ini tidak senapas
dengan beberapa penelitian yang
dilakukan, tidak berhubungan, variable ini
lebih disebabkan oleh karakteristik
individu, populasi, sample dan lokasi
penelitian yang berbeda dimana lokasi yang
digunakan oleh peneliti merupakan lokasi
percontohan MPKP yang mendapat
perlakuan khusus (pengawasan ketat) di
banding dibeberapa ruangan di BP. RSUD
Labuang Baji bahkan di beberapa Rumah
Sakit.
Kesimpulan
Keseluruhan hasil analisis data
penelitian, disimpulkan sebagai berikut :
a. Berdasarkan hasil penelitian dari
variable independen yaitu karakteristik
individu mengatakan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara
variabel umur dengan kinerja.
b. Karakteristik umur perawat dibawah
40 tahun lebih rendah kinerjanya
daripada umur 40 tahun. Dan
karakteristik masa kerja mempunyai
hubungan yang tidak signifikan antara
masa kerja dengan kinerja. Sedangkan
karakteristik jenis kelamin dan
pendidikan tidak mempunyai
hubungan yang siqnifikan dengan
kinerja.
c. Dalam penelitian ini hanya ada satu
variabel yang berhubungan dari lima
variable bebas yang diteliti sehingga uji
multivarat tidak dapat dilanjutkan
dalam penelitian ini.
Saran
a. Memperahatikan karakteristik individu
perawat untuk umur, lama kerja,
tingkat pendidikan dan jenis kelamin
pada saat akan menempatkan perawat
untuk memberikan pelayanan
keperawatan dirawat inap.
b. Memberi kesempatan bagi perawat
untuk mengembangkan diri dengan
memberi tanggung jawab dan uraian
tugas sesuai dengan kemampuannya
dan latar belakang pendidikannya.
c. Pelaksanaan ruang percontohan MPKP
tetap dalam monitoring dan evaluasi
terutama jumlah tenaga yang perlu
ditambah sesuai dengan rumus MPKP.
d. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan
sebagai bahan untuk penelitian
selanjutnya.
Daftar Pustaka
Aditama,Tandra Yogya., (2000), Manajemen
Administrasi Rumah sakit, UI Press
Jakarta.
Depkes RI (1999), Perencanaan Pembangunan
Kesehatan Menuju Indonesia Sehat
2010, Bhakti Husada : Jakarta.
Bennett, N.B. (1989), Prinsip Menajemen
Rumah Sakit. Lembaga Peng-
embangan Menajemen Indonesia,
Jakarta Bandung.
Djojodibroto, D. (2000). Kiat mengelola
Rumah Sakit. Medika, Jakarta.
Elaine.L.La Monica (1998), Kepemimpinan
dan Menajemen Kepeawatan;
Pendekatan berdasarkan pengalaman,
EGC, Jakarta.
Gartinah at.al. (1999). Standar Praktek
Keperawatan Perawat Profesional.
EGC. Jakarta.
Gary Dessler (2006), Manajemen Sumber
Daya Manusia Edisi X jilid I,
Florida Internasional University,
PT. Indeks, Jakarta.
Gibzon J.L. & Lumcevieh, John.M &
Donelly James.H. (1996).
Oganization (Prilaku Struktur,
Proses), Edisi V Jlilid I, Erlangga,
Jakarta.
Indiyah.S, (2001). Hubungan antara
Karakteristik Individu Organisasi
dengan Kinerja Perawat pelaksana di
Unit Interna Bedah Pelayanan
Kesehatan Sint Corolus, Tesis tidak
diterbitkan, Jakarta, PS FIK- UI.
Kartono, K. (1994), Psikologi Sosial Untuk
Manajemen Perusahaan dan Industri,
Edisi baru, PT. Grafido Persada,
Jakarta.
Nursalam (2001), Proses dan Dokumentasi
Keperawatan Konsep dan Praktek,
Salemba Medika, Jakarta.
Rivai, F. (2000). Analisys Faktor dominan yang
Memepengaruhi kinerja pegawai
dalam Melaksanakan Asuhan
Keperawatan di Ruangan Rawat Inap
RSUD Haji Surabaya, Tesis,
Universitas Airlangga,Surabaya
Robbins Steven.P. (2003). Perilaku
Organisasi Edisi Ke Sepuluh, PT.
Indeks kelompok Gramedia.
Samba S. (2000). Pengantar Kepemimpinan &
Manajemen Keperawatan untuk
Perawat Klinis, Buku
Kedokteran,EGC, Jakarta
Soeroso Santoso (2003), Manajemen Sumber
Daya Manusia di Rumah Sakit :
Suatu pendekatan Sistem, EGC,
Jakarta.
Swanburg C. Russel, (2000), Pengantar
Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan untuk Perawatan Klinis,
EGC, Jakarta.
Syah, Masnuchaddin dan Juhana E.P.,
Analisis Faktor-Faktor yang
berhubungan dengan Kinerja Bidan di
Desa Dalam Pelayanan Antenatal di
Kabupaten Pati, Jurnal Manajemen
Kesehatan Volume 01/No.02 1998.
Tim Departemen Kesehatan R.I. (1997),
Standar Asuhan Keperawatan.
Direktorat Rumah Sakit Umum dan
Pendidikan Dirjen. Yandik. Depkes.
R.I, Jakarta.
Lampiran Tabel 1. Tabulasi silang umur dengan kinerja Perawat di ruang rawat Baji Pamai 1 dan 2 BP.
RSU Labuang Baji Makassar 2008
Umur
Kinerja Asuhan Keperawatan Total Chi
Square
test
Baik Kurang
n % n % N %
<40 29 100 0 0 29 100
0,018 ≥ 40 3 60 2 40 5 100
Jumlah 32 94,1 2 5,9 34 100
Sumber : Data primer
Tabel 2. Tabulasi silang jenis kelamin dengan Kinerja perawat rawat inap baji Pamai 1 dan
2 BP. RSUD Labuang Baji Makassar 2008
Umur
Kinerja Asuhan Keperawatan Total Chi
Square
test
Baik Kurang
n % n % N %
Laki-laki 2 100 0 0 2 100
0,884 Perempuan 30 93,8 2 6,3 32 100
Jumlah 32 94,1 2 5,9 34 100
Tabel 3. Tabulasi silang masa kerja dengan kinerja perawat rawat inap Baji Pamai 1 dan 2
BP.RSUD Labuang baji Makassar 2008
Masa kerja
Kinerja Asuhan Keperawatan Total Chi
Square
test
Baik Kurang
n % n % n %
≥ 10 7 77,8 2 22,5 9 100
0,064 < 10 25 100 0 0 25 100
Jumlah 32 94,1 2 5,9 34 100
Sumber : Data primer
Tabel 4. Tabulasi silang Pendidikan dengan kinerja perawat rawat inap Baji Pamai 1 dan 2
BP.RSUD Labuang baji Makassar 2008
Pendidikan
Kinerja Asuhan Keperawatan Total Chi
Square
test
Baik Kurang
n % n % n %
Profesional 3 100 0 0 3 100
0,829 Vokasional 29 93,5 2 6,5 31 100
Jumlah 32 94,1 2 5,9 34 100
Sumber : Data primer
Tabel 5. Tabulasi silang Motivasi dengan kinerja perawat rawat inap Baji pamai 1 dan 2
BP.RSUD Labuang baji Makassar 2008
Motivasi
Kinerja Asuhan Keperawatan Total Chi
Square
test
Baik Kurang
n % n % n %
Tinggi 25 100 0 0 25 100
0,829 Rendah 7 77,8 2 22,2 9 100
Jumlah 32 94,1 2 5,9 34 100
Sumber : Data primer