114
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam era reformasi, tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu semakin kuat, tetapi tuntutan tersebut belum mendapat tanggapan yang layak dan tepat. Situasi yang demikian menimbulkan ketidak puasan kepada sekelompok pasien juga masyarakat yang pada akhirnya menimbulkan tuduhan terjadinya malpraktek (Syamsinar Santi, 2007). Sebagian besar rumah sakit menunjukkan pelayanan yang tidak efisien sebagai salah satu sumber peningkatan biaya, sementara kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit menjadi sebuah hak yang sama untuk seluruh pasien. Untuk menghadapi penghematan biaya dan sumber yang lebih sedikit, maka kualitas pelayanan keperawatan tidak dapat ditawar lagi.

Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hy

Citation preview

Page 1: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam era reformasi, tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

yang bermutu semakin kuat, tetapi tuntutan tersebut belum mendapat tanggapan

yang layak dan tepat. Situasi yang demikian menimbulkan ketidak puasan kepada

sekelompok pasien juga masyarakat yang pada akhirnya menimbulkan tuduhan

terjadinya malpraktek (Syamsinar Santi, 2007).

Sebagian besar rumah sakit menunjukkan pelayanan yang tidak efisien

sebagai salah satu sumber peningkatan biaya, sementara kualitas pelayanan

kesehatan di rumah sakit menjadi sebuah hak yang sama untuk seluruh pasien.

Untuk menghadapi penghematan biaya dan sumber yang lebih sedikit, maka

kualitas pelayanan keperawatan tidak dapat ditawar lagi. Ditempat-tempat

perawatan akut, perhatian utama berfokus pada bagaimana cara untuk

memulangkan pasien secepat mungkin dengan waktu rawat yang dipersingkat

(Perry dan Potter, 2005).

Rumah sakit sedang mencari cara baru dalam memberikan pelayanan yang

bertujuan untuk mencapai efisiensi dan waktu rawat yang lebih pendek. Fokus

Rumah Sakit adalah untuk memberikan pelayanan perawatan yang berkualitas

tinggi sehingga pasien dapat pulang lebih awal dengan aman kerumahnya. Oleh

karena itu diperlukan tenaga perawat yang profesional dan harus memiliki

pegetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk membina hubungan yang

Page 2: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

adekuat dengan pasien dan anggota keluarganya sehingga mereka mau

berpartisipasi secara aktif dalam rencana perawatan (Perry danPotter, 2005).

Saat menghadapi pembedahan, pasien akan mengalami berbagai stressor.

Oleh karena itu sangat membutuhkan informasi sebelum dan sesudah operasi agar

pasien dan keluarga dapat berpartisipasi secara aktif sehingga dapat

meminimalkan terjadinya komplikasi (Perry dan Potter, 2005).

Lama hari rawat pasien pasca operasi laparatomi adalah hari rawat pasien

sejak menjalani operasi sampai pada saat pasien pasca operasi khususnya

laparatomi perlu mendapat perhatian yang besar karena beberapa komplikasi

dapat terjadi setelah operasi apabila tidak ditangani dengan baik, sehingga lama

hari rawat pasien menjadi panjang yang akhirnya dapat menyebabkan dampak

biaya perawatan menjadi meningkat baik terhadap pasien maupun terhadap pihak

rumah sakit ( Corwin & Elizabeth J, 2001).

Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa ada beberapa faktor

yang dapat mempengaruhi lama hari rawat pada pasien pasca operasi laparatomi

diantaranya oleh Asadul Islam dan M. R. Limpo (2001) menyebutkan bila mana

perawatan pasien pasca operasi bervariasi yaitu sekitar 7 sampai 30 hari dengan

rata-rata hari rawat 7 sampai 14 hari, sedangkan pada pasien pasca operasi

laparatomi terdapat perbedaan lama hari rawat antara pasien frekuensi perawatan

luka, teknik perawatan luka. Citra Dewi (2006) juga menyebutkan bahwa ada

pengaruh mobilisasi dini terhadap proses penyembuhan luka pasca operasi

laparatomi dimana proses penyembuhan dapat berlangsung cepat 5 sampai 10 hari

sehingga dapat memperpendek lama hari rawat.

2

Page 3: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

Berdasarkan data yang di ambil dari Ruangan Operasi Rumah Sakit

Umum Daerah Labuang baji Makassar pada bulan Januari sampai dengan bulan

Agustus Tahun 2009 menunjukkan bahwa pasien yang telah menjalani bedah

operasi laparatomi sebanyak 150 pasien dengan lama hari rawat yang bervariasi

dengan rata-rata hari rawat antara 7 sampai 14 hari sedangkan pasien yang

mengalami komplikasi mempuyai hari rawat yang panjang antara 20 sampai 30

hari bahkan lebih (Ruangan Operasi RSUD Labuang Baji Makassar).

Oleh sebab itu, peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi lama hari rawat pada pasien pasca operasi laparatomi di ruang

perawatan bedah RSUD Labuang Baji Makassar.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Faktor-faktor apakah yang dapat mempengaruhi lama hari

rawat pasien pasca operasi laparatomi di ruang perawatan bedah RSUD Labuang

Baji Makassar ?”.

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan umum

Diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi lama hari rawat pada

pasien pasca operasi laparatomi di ruang perawatan bedah RSUD Labuang

Baji Makassar.

3

Page 4: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

2. Tujuan khusus

a. Diketahuinya pengaruh faktor frekuensi perawatan

luka terhadap lama hari rawat pada pasien pasca operasi laparatomi.

b. Diketahuinya pengaruh faktor mobilisasi dini terhadap

lama hari rawat pada pasien pasca operasi laparatomi.

c. Diketahuinya pengaruh faktor tekhnik perawatan luka

terhadap lama hari rawat pada pasien pasca operasi laparatomi.

d. Diketahuinya faktor mana yang paling berpengaruh

terhadap lama hari rawat pada pasien pasca operasi laparatomi.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Untuk Rumah Sakit

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan dalam

merumuskan kebijakan pelayanan keperawatan medik dan sebagai bahan

informasi terkait dengan lama perawatan yang efisien pada pasien pasca

operasi laparatomi.

2. Untuk Tenaga Keperawatan

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada

profesi keperawatan tentang pentingnya pengetahuan tentang faktor-faktor

yang mempengaruhi lama hari rawat pada pasien pasca operasi laparatomi

serta sebagai bahan referensi untuk pengembangan penelitian lebih lanjut

tentang lama perawatan yang efisien bagi pasien dengan luka pasca operasi

laparatomi.

4

Page 5: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

3. Untuk Institusi Pendidikan Keperawatan

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan

bagi institusi pendidikan dalam aplikasi penerapan Asuhan Keperawatan

Medikal Bedah di Masyarakat.

4. Untuk Penulis

Dari hasil penelitian diharapkan dapat menjadi pengalaman berharga

bagi penulis dan dapat meningkatkan wawasan dalam bidang penelitian serta

dapat menambah pengetahuan dalam hal perawatan pada pasien pasca operasi

laparatomi.

5

Page 6: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN UMUM TENTANG LUKA

1. Pengertian

Luka adalah rusaknya kesatuan atau komponen jaringan, dimana secara

spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang.

Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul, yaitu:

a. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ

b. Respon stress simpatis

c. Perdarahan dan pembekuan darah

d. Kematian sel

2. Mekanisme terjadinya luka

a. Luka insisi ( Incised wound )

Luka yang terjadi karena teriris oleh instrument yang tajam. Misalnya

yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptic) biasanya tertutup

oleh sutura setelah pembuluh darah yang luka diikat (ligasi).

b. Luka memar ( contusion wound )

Luka yang terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan

dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan

bengkak.

6

Page 7: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

c. Luka lecet ( Abrated wound )

Luka yang terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang

biasanya dengan benda yang tidak tajam.

d. Luka tusuk ( punctured wound )

Terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk ke

dalam kulit dengan diameter yang kecil.

e. Luka gores ( Lacerated wound )

Terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat

f. Luka tembus ( Penetrating wound )

Merupakan luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian

awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya

luka akan melebar.

g. Luka bakar ( Combustio )

3. Tingkat kontaminasi terhadap luka

a. Clean Wounds (luka bersih), yaitu luka bedah tak terinfeksi

yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada

system pernafasan, pencernaan, genital dan urinary. Luka bersih biasanya

menghasilkan luka yang tertutup, jika diperlukan dimasukkan drainase

tertutup. Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% sampai 5%.

b. Clean-contamined Wounds (luka bersih terkontaminasi),

merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan,

genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak

7

Page 8: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% sampai

11%.

c. Contamined Wounds (luka terkontaminasi), termasuk luka

terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar

dengan teknik aseptic atau kontaminasi dari saluran cerna ; pada kategori

ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi

luka 10% sampai 17%.

d. Dirty or Infected Wounds (luka kotor atau infeksi), yaitu

terdapatnya mikroorganisme pada luka

4. Stadium luka

a. Stadium I : Luka Superfisial (Non – Blanching Erithema) :

yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.

b. Stadium II : Luka “ Partial Thikness” : yaitu hilangnya

lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis.

Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister

atau lubang yang dangkal.

c. Stadium III : Luka “Full Teckness” : yaitu hilangnya kulit

keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang

dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang

mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia

tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang

yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan.

8

Page 9: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

d. Stadium IV : Luka “Full Thicknees” yang telah mencapai

lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang

luas (Rab & Tabrani, (1998).

5. Waktu Penyembuhan

a. Luka akut yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai

dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati.

b. Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam

proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen.

6. Klasifikasi luka operasi dapat dibagi menjadi :

a. Luka operasi bersih

Merupakan operasi yang dilakukan pada daerah kulit yang pada

kondisi pra bedah tanpa peradangan dengan tidak membuka traktus

respiratorius, orofaring, traktus urinarius atau traktus bilier. Merupakan

operasi berencana dengan penutupan kulit primer dengan atau tanpa

pemakaian drain tertutup. Contoh pada operasi hernia, tumor payudara

dan tumor kulit.

b. Luka operasi bersih terkontaminasi

Merupakan operasi dengan membuka traktus digestivus, traktus

bilier, traktus urinarius, traktus respiratorius, sampai orofaring, traktus

reproduksi kecuali ovarium. Membutuhkan proses penyembuhan yang

lebih lama. Contoh pada operasi appendektomi, prostatektomi,

histerektomi dan laparatomi.

9

Page 10: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

c. Luka operasi terkontaminasi

Merupakan operasi dengan membuka traktus digestivus, traktus

bilier, traktus urinarius, traktus respiratorius sampai osofaring, traktus

reproduksi kecuali ovarium dan pada luka karena kecelakaan dalam

waktu kurang dari 6 jam. Contoh pada operasi usus besar, laserasi,

operasi kulit akibat ruda paksa dan fraktur terbuka.

d. Luka operasi kotor dengan infeksi

Merupakan operasi yang dilakukan pada perforasi traktus

digestivus, traktus uroggenitalia atau traktus respiratorius yang terinfeksi,

abses dan trauma lama, melewati daerah purulent, akibat pembedahan

yang terkontaminasi, pada luka yang terbuka lebih dari 6 jam setelah

kejadian atau terdapat jaringan non vital yang luas atau terinfeksi. Dokter

yang melakukan operasi menyatakan sebagai luka operasi kotor

terinfeksi. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005).

B. TINJAUAN UMUM TENTANG PROSES PENYEMBUHAN LUKA

Tubuh secara normal akan merespon terhadap cedera dengan jalan “Proses

Peradangan”, yang dikarakteristikkan dengan lima tanda umum utama, yaitu

bengkak (swelling), kemerahan (redness), panas (heat), nyeri (pain) dan

kerusakan fungsi (impaired function).

Proses penyembuhan luka mencakup beberapa fase, yaitu :

1. Fase Inflamasi

10

Page 11: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

Fase Inflamasi adalah adanya respon vaskuler dan seluler yang terjadi

akibat perlukaan yang terjadi pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak

dicapai adalah menghentikan perdarahan dan membersihkan area luka dari

benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk mempersiapkan dimulainya

proses penyembuhan. Pada awal fase ini kerusakan pembuluh darah akan

menyebabkan keluarnya platelet yang berfungsi sebagai hemostasis. Platelet

akan menutupi vaskuler yang terbuka (clot) dan juga mengeluarkan

“substansi vasokontriksi” yang mengakibatkan pembuluh darah kapiler

vasokontriksi. Selanjutnya terjadi penempelan endotel yang akan menutup

pembuluh darah. Periode ini berlangsung 5 sampai 10 menit dan setelah itu

akan terjadi vasodilatasi kapiler akibat stimulasi saraf sensoris (local sensory

nerve ending). Lokal reflex aktion dan adanya substansi vasodilator

(histamin, branadikinin, serotonin dan sitokin). Histamin juga menyebabkan

peningkatan permeabilitas vena, sehingga cairan plasma darah keluar dari

pembuluh darah dan masuk ke daerah luka dan secara klinis terjadi edema

jaringan dan keadaan lingkungan tersebut menjadi asidosis.

Secara klinis fase inflamasi ini ditandai dengan eritema, hangat pada

kulit, edema dan rasa sakit yang berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4.

2. Fase Proliferatif

Proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah memperbaiki

dan menyembuhkan luka dan ditandai dengan proliferasi sel. Peran

fibroblast sangat besar pada proses perbaikan yaitu bertanggung jawab pada

11

Page 12: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

persiapan menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan

selama proses rekonstruksi jaringan.

Pada jaringan lunak yang normal (tanpa perlukaan), pemaparan sel

fibroblas sangat jarang dan biasanya bersembunyi di matriks jaringan

penunjang. Sesudah terjadi luka, fibriblas akan aktif bergerak dari jaringan

sekitar luka ke dalam daerah luka, kemudian akan berkembang (proliferasi)

serta mengeluarkan beberapa substansi (kolagen, elastin, hyaluronic acid,

fibronectin dan proteoglycans) yang berperan dalam membangun

(rekonstruksi) jaringan baru. Fungsi kolagen yang lebih spesifik adalah

membentuk cikal bakal jaringan baru (connective tissue matriz) dan dengan

dikeluarkannya substrat oleh fibroblast sebagai kesatuan unit dapat

memasuki kawasan luka. Sejumlah sel dan pembuluh darah baru yang

tertanam di dalam jaringan baru tersebut disebut sebagai jaringan

“granulasi”.

Fase proliferasi akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan kolagen

telah terbentuk, terlihat proses kontraksi dan akan dipercepat oleh berbagai

growth faktor yang dibentuk oleh makrofag dan platelet.

3. Fase Maturasi

Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir

sampai kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase maturasi adalah

menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan

penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblas sudah mulai meninggalkan

jaringan granulasi, warna kemerahan dari jaringan mulai berkurang karena

12

Page 13: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

pembuluh mulai regresi dan serat fibrin dari kolagen bertambah banyak

untuk memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari jaringan parut akan

mencapai puncaknya pada minggu ke-10 setelah perlukaan.

Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan

antara kolagen yang diproduksi dengan yang dipecahkan. Kolagen yang

berlebihan akan terjadi penebalan jaringan parut atau hypertrophic scar,

sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan kekuatan jaringan

parut dan luka akan selalu terbuka (Marison, 2004).

Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan

kekuatan jaringan parut mampu atau tidak mengganggu untuk melakukan

aktifitas normal. Meskipun proses penyembuhan luka sama bagi setiap

penderita, namun outcome atau hasil yang dicapai sangat tergantung pada

kondisi biologis masing-masing individu, lokasi serta luasnya luka.

Penderita muda dan sehat akan mencapai proses yang cepat dibandingkan

dengan kurang gizi, disertai penyakit sistemik seperti diabetes mellitus.

C. TINJAUAN UMUM TENTANG OPERASI LAPAROTOMI

Laparotomi merupakan tindakan operasi yang dilakukan pada daerah

abdomen (Spencer, 1994). Menurut Sjamsuhidrajat dan Jong, 2005, laparatomi

merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang dapat

dilakukan pada bedah digestif dan kandungan dengan arah sayatan yang meliputi :

1. Median untuk operasi perut luas.

2. Paramedian (kanan) untuk massa apendik.

13

Page 14: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

3. Pararektal

4. Mc Burney untuk apendektomi

5. Pfannenstiel untuk operasi kandung kemih atau uterus

6. Transfersal

7. Subkostal kanan untuk kolesistektomi

Gbr 1. Open laparotomy

Adapun tindakan bedah digestive dan bedah kebidanan yang sering

dilakukan dengan teknik sayatan arah laparatomi adalah :

1. Herniotomi

Tindakan bedah hernia disebut herniatomi. Hernia merupakan protrusi

atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding

rongga bersangkutan.

2. Gastrektomi

Pembedahan pada tukak peptik akibat perforasi atau perdarahan yang

bertujuan mengurangi sekresi asam lambung yang dapat dilakukan dengan

14

Page 15: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

tindakan vagotomi trunkus dan vagotomi parsial yang akan menurunkan

produksi asam lambung.

3. Kolesistoduodenostomi

Adalah pembedahan pada tumor obstruksi duktus koleduktus, kaput

pancreas, papilla vater dan duktus pancreas, duodenum, duktus koleduktus

kaput pancreas, vena mesentrika superior, duktus hepatikus, arteri mesentrika

superior dan kandung empedu.

4. Hepatektomi

Tindakan pembedahan yang dilakukan pada hati bila terjadi karsiloma

yang dapat dilakukan hepatektomi bila terjadi metastasis atau reseksi sebagian

berupa segmentektomi atau lobektomi.

5. Splenorafi/Splenektomi

Splenorafi adalah tindakan pembedahan yang bertujuan mempertahankan

limpa yang fungsional dengan tehnik bedah. Tindakan ini dapat dilakukan

pada trauma tumpul maupun tajam pada limpa. Splenektomi dilakukan jika

terdapat kerusakan limpa yang tidak dapat diatasi dengan splenorafi.

6. Apendektomi

Tindakan yang dilakukan pada apendiks akibat peradangan baik bersifat

akut maupun kronik. Teknik apendiktomi dengan Mc. Burney secara terbuka.

7. Kolostomi

Kolostomi merupakan kolokytaneostomi yang disebut juga anus

preternaturalis yang dibuat sementara atau menetap.

8. Histerektomi

15

Page 16: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

Terapi bedah disini untuk penderita yang mengalami keluhan menahun

dan pada penderita hemoroid derajat III dan IV.

9. Fistulotomi atau Fistulektomi

Pada fistel dilakukan fistulektomi dan fistalektomi artinya fistel di buka

dari lubang asalnya sampai ke lubang kulit. Luka dibiarkan terbuka sehingga

proses penyembuhan dimulai dari dasar persekun dan intertionem. Sedangkan

tindakan bedah kandungan yang sering dilakukan dengan tehnik sayatan arah

laparatomi adalah berbagai jenis operasi uterus, operasi pada tuba fallopi dan

operasi pada ovarium dan jenis tindakan dengan tehnik laparatomi yang

dilakukan pada bedah kandungan adalah :

a. Histerektomi

Histerektomi adalah pembukaan uterus untuk mengeluarkan isinya dan

kemudian menutupnya lagi, yang dapat dilakukan dengan cara :

1) Histerektomi total yaitu mengangkat seluruh uterus dengan membuka

vagina.

2) Histerektomi subtotal yaitu pengangkatan bagian uterus diatas vagina

tanpa membuka vagina.

3) Histerektomi radikal yaitu untuk karsinoma serviks uterus dengan

mengangkat uterus, alat-alat adneksia sebagian dari parametrium, bagian

atas vagina dan kelenjar-kelenjar regional.

4) Eksterasi pelvic yaitu operasi yang lebih luas dengan mengangkat semua

jaringan didalam rongga pelvik. Termasuk kandung kencing atau

rectum.

16

Page 17: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

b. Salpingo oforektomi bilateral

Merupakan pengangkatan sebagian ovarium diselenggarakan pada

kelainan jinak. Pada tumor ganas ovary kanan dan kiri diangkat dengan

tuba bersama dengan uterus. Selain dengan tindakan bedah arah sayatan

laparatomi pada bedah digestif dan kandungan, tehnik ini juga sering

dilakukan pada pembedahan organ lain menurut Michail & Seymour

(1997) antara lain ginjal dan kandung kemih.

D. TINJAUAN UMUM TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI LAMA HARI RAWAT

Lama proses penyembuhan luka pasca operasi adalah jumlah hari rawat

pasien sejak menjalani operasi sampai saat pasien sembuh dan dapat dipulangkan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Asadul Islam dan M. Rum Limpo

pada tahun 2001 menyatakan bahwa lama hari rawat pada pasien pasca operasi

bervariasi yaitu 7 sampai 30 hari dengan rata-rata hari rawat antara 7 sampai 14

hari.

Salah satu terpenting dalam pelaksanaan pasien pasca pembedahan adalah

mengupayakan proses penyembuhan luka akibat pembedahan secara primer yakni

menyatukan kedua tepi luka berdekatan dan saling berhadapan, jaringan yang

dihasilkan sangat sedikit, dalam waktu 10 sampai 14 hari, repitalisasi secara

normal sudah sempurna dan biasanya hanya menyisahkan jaringan paruh tipis

yang dengan cepat memudar dengan warna merah muda menjadi putih (Marison,

2004).

17

Page 18: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

Fokus rumah sakit dalam pemberian pelayanan perawatan yang berkualitas

bertujuan untuk memulangkan pasien lebih awal dengan aman kerumahnya. Hari

rawat yang pendek akan memberi keuntungan antara lain penghematan biaya dan

sumber yang lebih sedikit terhadap rumah sakit terutama bagi pasien sendiri

(Brunner & Suddarth, 2002).

Komplikasi pasca operasi dapat menghambat penyembuhan luka sehingga

proses pemulihan memanjang mengakibatkan bertambahnya lama hari rawat yang

sangat membebani pasien, keluarga dan pasien lainnya (kontaminasi silang dan

akibat kontaminasi silang), Staf rumah sakit (peningkatan perawatan dan

kebutuhan hospitalisasi), serta masyarakat secara keseluruhan (peningkatan

hospitalisasi, biaya asuransi dan dapat kehilangan pekerjaan) (Brunner &

Suddarth, 2002).

1. Frekuensi Perawatan Luka

Setelah tindakan pembedahan dilakukan penggantian balutan untuk luka

kering dan bersih balutan diganti 2 atau 3 hari sekali setelah operasi dan juga

tergantung pada jenis balutan yang digunakan, misalnya jika luka pasien pasca

operasi dibalut dengan menggunakan kasa steril yang diolesi NaCl 0,9%, salep

antibiotik atau kasa kering (Suriadi, 2004).

Sebenarnya luka operesi kering yang ditutup primer lebih baik dibiarkan

terbuka, tetapi umumnya secara psikiologis kurang berkenan bagi pasien

maupun keluarganya.

Dasar dalam mempertahankan lingkungan yang hangat dan lembab pada

luka adalah untuk menjaga agar luka tetap tertutup. Sebagian besar balutan luka

18

Page 19: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

diangkat setelah 24 jam, dan penelitian membuktikan bahwa pada kasus luka

pembedahan, pengangkatan balutan setelah 24 jam tidak menimbulkan

peningkatan angka infeksi. Namun, penelitian lanjutkan perlu dilakukan karena

saat ini terdapat perhatian terhadap hygiene rumah sakit dan Staphylococcus

aureus yang resisten terhadap metisilin serta organisme lain yang resisten

terhadap berbagai antibiotik (Boyle M, 2009).

Penutup luka yang sudah basah oleh darah atau cairan luka harus diganti.

Penggantiannya harus dilakukan dengan teknik perawatan luka. Pada

kesempatan mengganti balutan ini, sekaligus dicari kemungkinan asal

perdarahan atau bocoran cairan luka tersebut. Kemudian sumber kebocoran

harus ditangani, misalnya dengan tindakan hemostasis. Bila tidak dipasang

drainase pada luka bedah, penutup luka dapat dibiarkan sampai 48 jam pasca

operasi agar tujuan penutupan luka dapat dicapai (Sjamsuhidajat dan Jong,

2005).

Luka operasi perlu diawasi pada masa pasca operasi. Luka tidak perlu

dilihat setiap hari dengan membuka penutup luka, kecuali jika ada gejala atau

tanda gangguan penyembuhan atau radang.

Perawatan luka yang tepat dapat membantu proses penyembuhan luka

dan membantu mencegah terjadinya infeksi luka operasi.

Sebelum melakukan perawatan pada luka, sangatlah penting untuk

mengkaji pasien secara menyeluruh untuk mengidentifikasi masalah yang lebih

luas yang mungkin mempunyai efek merugikan pada penyembuhan luka.

Pengkajian dapat dilakukan dalam 4 tahap, yaitu pengkajian terhadap :

19

Page 20: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

a. Faktor-faktor umum pasien yang dapat memperlambat penyembuhan.

b. Sebab-sebab langsung dari luka dan segala patofisiologi yang mendasarinya.

c. Kondisi lokal pada tempat luka.

d. Kemungkinan konsekuensi luka bagi seseorang.

Luka pada periode awal setelah operasi sulit diobservasi secara langsung

kecuali jika menggunakan balutan yang transparan. Balutan dari kamar operasi

hanya boleh dilepas bila eksudat mengucur keluar atau bila terdapat tanda dan

gejala adanya infeksi (Corwin & Elisabeth J, 2001).

Pengkajian untuk luka yang ditutup dengan pembedahan meliputi: sifat

operesi, daerah luka, tanggal operasi, metode penutupan, drain, faktor umum

yang dapat menghambat penyembuhan, alergi terhadap produk perawatan luka,

eksudat, eritema, edema, hematoma, nyeri, bau, infeksi dan mencantumkan luka

diperiksa oleh siapa (Morison, 2004).

Biasanya luka bedah yang selesai dijahit ditutup dengan alasan untuk

melindunginya dari infeksi, disamping agar cairan luka yang keluar terserap,

luka tidak kekeringan dan luka tidak tergaruk oleh pasien. Selain itu

perdarahan dihentikan dengan memberi sedikit tekanan pada luka.

Adapun prosedur tetap perawatan luka operasi yaitu :

a. Tujuan perawatan dan pembalutan luka operasi

1). Memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan luka.

2). Absorbsi drainase.

3). Menekan dan imobilisasi luka.

4). Mencegah luka dan jaringan epitel baru dari cedera mekanis.

20

Page 21: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

5). Mencegah luka dari kontaminasi bakteri.

6). Meningkatkan hemostatis dengan menekan dressing.

7). Memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien (Somantri &

Irman, 2007).

b. Persiapan alat

1). Bak steril berisi :

a). Pinset anatomi 1 buah

b). Pinset sirurgi 1 buah.

c). Sarung tangan steril 1 pasang.

d). Kapas lidi.

e). Kasa steril.

f). Kom 1 buah.

2). Diluar bak steril :

a). Bethadine.

b). Plester.

c). H2O2.

d). Gunting verban.

e). Bengkok.

f). Cairan NaCl 0,9%.

g). Savlon.

h). Bensin atau kapas alkohol.

i). Tempat sampah atau kantong plastik

c. Cara kerja

21

Page 22: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

1). Pasien diberitahu dan perawat memperkenalkan diri.

2). Persiapan alat ganti balutan didekat pasien.

3). Jaga privacy pasien (menutup pintu dan jendela).

4). Bantu pasien pada posisi yang nyaman.

5). Cuci tangan dengan sabun antiseptik dibawah air mengalir.

6). Keringkan tangan dengan handuk bersih.

7). Tuangkan cairan NaCl 0,9% kedalam kasa steril.

8). Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan menariknya dengan

perlahan sejajar pada kulit dan mengarah pada balutan.

9). Angkat balutan secara perlahan dengan menggunakan pinset kemudian

masukkan kedalam kantong yang disediakan (tempat sampah).

10). Bersihkan bekas plester dengan bensin atau aseton.

11). Pakai sarung tangan steril.

12). Bersihkan luka dengan cairan desinfektan.

13). Luka diberi obat atau salep bila ada indikasi.

14). Pasang kasa steril sebagai penutup luka.

15). Pasang plester diatas balutan.

16). Lepaskan sarung tangan dan buang pada tempat yang telah

disediakan.

17). Alat instrument direndam dengan larutan klorin 0,5% selama 10

menit.

18). Rapikan ruangan dan bantu pasien kembali pada posisi yang nyaman.

19). Cuci tangan setelah melakukan perawatan luka.

22

Page 23: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

20). Catat tindakan yang dilakukan pada catatan perawat seperti :

a). Tanggal dan jam dilakukan perawatan luka.

b). Keadaan pada daerah luka (kering atau terdapat tanda-tanda

infeksi). (RSUD Labuang Baji, 2005).

d. Hal-hal yang harus diperhatikan sebagai teknik sterilisasi dalam

perawatan luka :

1). Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan.

2). Mencuci tangan setelah melakukan tindakan.

3). Mencuci tangan dengan menggunakan sabun antiseptik.

4). Menggunakan sarung tangan steril.

5). Melakukan perawatan luka dengan teknik steril.

6). Menggunakan obat atau cairan perawatan luka yang tidak kadaluarsa.

7). Menutup daerah luka dengan kasa steril.

8). Mengganti balutan bila basah.

2. Mobilisasi Dini

Mobilisasi atau pergerakan adalah suatu kebutuhan manusia untuk

melakukan aktifitas dimana aktifitas tersebut dilakukan secara bebas dari

suatu tempat ke tempat lain, atau kemampuan seseorang bergerak dengan

bebas, mudah, berirama dengan maksud tertentu dalam suatu lingkungan

seputar atau sesuatu yang esensial dalam kehidupan seseorang oleh karena

setiap inidividu bergerak untuk memenuhi kebutuhan makan, minum,

mencegah diri mereka dengan trauma, dan untuk memenuhi kebutuhan dasar

(Johnson, et all, 2000).

23

Page 24: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

Yang dimaksus dengan mobilisasi adalah merupakan seseorang untuk

bergerak bebas, mudah, teratur, dan mempunyai tujuan untuk memenuhi

kebutuhan hidup sehat dan penting untuk kemandirian. Sebaliknya keadaan

mobilisasi adalah suatu pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari

anggota badan itu sendiri berupa perubahan posisi miring kanan dan miring

kiri pada hari pertama, duduk pada hari ke 2 sampai 4 serta ambulasi atau

jalan hari 4 sampai 6.

Adapun tujuan dari mobilisasi adalah sebagai berikut :

1. Mempertahankan fungsi tubuh dan mencegah kemunduran serta

mengembalikan rentan gerak aktifitas tertentu sehingga penderita dapat

kembali normal atau setidaknya dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.

2. Memperlancar peredaran darah

3. Membantu pernapasan menjadi kuat

4. Mempertahankan tonus otot, memelihara dan meningkatkan pergerakan

dari persendian.

5. Memperlancar eliminasi buang air besar dan buang air kecil.

6. Melatih atau ambulasi.

Mobilisasi itu sendiri mencakup pengaturan posisi, ambulasi dan

Range of Motion (ROM) (Brunner & Suddarth, 2002).

1. Pengaturan posisi

Pasien dengan anestesi spinal dapat dilakukan perubahan posisi dari satu

posisi keposisi yang lain setelah 8-12 jam pasca operasi. Pasien dengan

mobilisasi yang terbatas harus dibalik dari sisi ke sisi yang lain setiap 2

24

Page 25: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

jam. Posisi baring pasien harus diubah ketika rasa tidak nyaman terjadi

akibat berbaring dalam satu posisi. Setelah pembedahan, pasien

mungkin dibaringkan dalam berbagai posisi (terlentang dari sifat

prosedur bedahnya) untuk meningkatkan rasa nyaman dan

menghilangkan nyeri.

a) Posisi terlentang

Pasien terbaring terlentang tanpa menaikkan kepala. Pada banyak

kasus, ini adalah posisi dimana pasien dibaringkan segera setelah

pembedahan. Bed Cover jangan sampai membatasi gerak ibu jari

kaki dan telapak kaki pasien.

b) Posisi miring

Pasien berbaring miring kesalah satu sisi dengan lengan atas

kedepan. Bagian dasar tungkai agak fleksi. Sementara tungkai fleksi

pada paha dan lutut, kepala pasien disangga dengan bantal, dan

bantal kedua diletakkan memanjang antara tungkai. Posisi ini

digunakan ketika diinginkan sering mengubah posisi pasien dan

dilakukan pada hari pertama pasca operasi, karena untuk membantu

drainase kavitas, seperti dada dan abdomen dan untuk mencegah

komplikasi pernapasan dan sirkulasi pasca operasi.

c) Posisi fowler

Dari semua posisi yang diuraikan untuk pasien, posisi fowler

kemungkinan adalah posisi yang paling sulit dipertahankan.

Kesulitan pada kasus terlentang pada upaya dimana membuat

25

Page 26: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

pasien nyaman dengan tempat tidur ketimbang mengupayakan

tempat tidur menyesuaikan dengan kebutuhan pasien. Posisi ini

dilakukan pada hari kedua sampai keempat setelah pasca operasi.

Badan pasien ditinggikan pada sudut 60º sampai 70º . Ini

merupakan posisi duduk yang nyaman. Pasien dengan drainase

abdomen biasanya dibaringkan dalam posisi fowler segera setelah

mereka pulih kesadarannya., tetapi bagian kepala tempat tidur

ditinggikan dengan lambat untuk mengurangi perasaan kepala

terasa ringan. Umumnya pasien merasa pening setelah bagian

kepala tempat tidur dinaikkan. Karena itu frekuensi nadi dan warna

kulit harus dikaji dengan sering. Jika pusing telah hilang, bagian

kepala tempat tidur dapat dinaikkan lagi dalam 1 atau 2 jam.

Perawat harus menentukan apakah pasien dalam posisi yang tepat

dan nyaman.

2. Ambulasi

Kebanyakan pasien pasca operasi diberikan dorongan untuk turun

dari tempat tidur secepat mungkin. Hal ini ditentukan oleh kestabilan

system kardiovaskuler dan neuromuskuler klien, tingkat aktivitas pasien

yang lazim dan sifat pembedahan yang dilakukan. Setelah anastesi

spinal, bedah minor, bedah sehari, pasien melakukan ambulasi hari ia

dioperasi, tetapi biasanya pasien mau melakukan ambulasi pada hari ke-

4 samapi 6 pasca operasi. Keuntungan ambulasi dini adalah hal tersebut

26

Page 27: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

insiden komplikasi pada pasca operasi seperti atelektasis, pneumonia

hipostatik, gangguan gastrointestinal dan masalah sirkulasi.

Atelektasis dan pneumonia hipostatik secara relative tidak sering

terjadi jika pasien bebas bergerak, karena ambulasi

meningkatkan ventilasi dan mengurangi statis bronchial pada paru.

Ambulasi jaga mengurangi kemungkinan distensi abdomen pasca

operasi karena hal itu membantu meningkatkan tonus saluran

gastrointestinal pada dinding abdomen dan menstimulasi peristaltik.

Tromboflebitis atau flebotrombosis terjadi lebih jarang karena

ambulasi dini mencegah statis darah dengan meningkatkan kecepatan

sirkulasi pada ekstremitas. Kecepatan pemulihan pada luka abdomen

lebih cepat bila ambulasi dilakukan lebih dini. Kejadian eveserasi pasca

operasi pada serangkaian kasus benar-benar jarang terjadi bila pasien

diperbolehkan turun dari tempat tidur secepatnya (Perry & Potter, 2005).

Penelitian juga menunjukkan bahwa nyeri berkurang bila ambulasi

dini diperbolehkan, catatan perbandingan memperlihatkan bahwa

frekuensi nadi dan suhu tubuh kembali ke normal lebih cepat bila pasien

berupaya untuk mencapai tingkat aktifitas normal praoperatif secepat

mungkin. Akhirnya lama rawat di rumah sakit akan memendek dan lebih

murah, yang lebih jauh merupakan keuntungan bagi rumah sakit dan

pasien. Ambulasi dini harus jangan melebihi dari toleransi pasien.

Kondisi pasien harus menjadi faktor penentu dan kemajuan langkah

diikuti dengan ambulasi pasien.

27

Page 28: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

a) Dengan dukungan keluarga dan dorongan perawat dan keselamatan

sebagai perhatian utama. Pasien dibantu untuk bergerak secara

bertahap dari posisi duduk sampai semua tanda pusing hilang. Posisi

ini dapat dicapai dengan menaikkan kepala tempat tidur.

b) Pasien dapat dibaringkan dengan posisi benar-benar tegak dan

dibalikkan sehingga kedua tungkai menjuntai diatas tepi tempat tidur.

c) Setelah persiapan ini, pasien dapat dibantu untuk dapat berdiri disisi

tempat tidur.

Bila telah terbiasa berjalan. Perawat harus berada di sebelah

pasien untuk memberikan dukungan dan dorongan fisik. Harus hati-

hati untuk tidak membuat pasien letih. Lamanya periode ambulasi

pertama beragam tergantung pada jenis prosedur bedah dan kondisi

fisik serta usia pasien.

3. Range of Motion (ROM)

Jika ambulasi dini tidak dilakukan, latihan ditempat tidur dapat

dilakukan untuk mencapai hasil yang diinginkan sampai tingkat tertentu.

Latihan umum harus dimulai sesegera mungkin setelah pembedahan

(lebih baik dalam 24 jam pertama) dan dilakukan dibawah pengawasan

untuk memastikan bahwa latihan tersebut dilakukan dengan tepat dan

dengan cara yang aman.

Tujuan dari latihan ini adalah untuk meningkatan sirkulasi dan mencegah

terjadinya kontraktur, juga untuk memungkinkan pasien kembali secara

penuh ke fungsi fisiologisnya. Latihan tersebut terdiri dari :

28

Page 29: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

a) Latihan nafas dalam untuk menyempurnakan ekspansi paru

b) Latihan lengan melalui rentan gerak penuh, dengan perhatian khusus

pada abduksi dan rotasi eksternal bahu.

c) Latihan tangan dan jari

d) Latihan kaki untuk mencegah foot drop dan deformitas dan untuk

membantu dalam mempertahankan siskulasi yang baik.

e) Latihan fleksi dan mengangkat tungkai untuk membantu aktivitas

ambulasi.

f) Latihan kontraksi abdomen dan gluteal (Henderson, MA. 1997).

3. Teknik perawatan luka

a. Pengertian

Aseptik berarti tidak adanya pathogen penyebab sakit. Tehnik aseptik

adalah usaha mempertahankan pasien sedapat mungkin bebas dari mikro

organisme jika melakukan teknik perawatan luka dengan menggunakan

NaCl 0,9% kemudian diolesi pada daerah luka operasi dengan menggunakan

peralatan yang steril seperti pinset sirurgi, pinset anatomi, sarung tangan,

kapas lidi, kom dan kasa steril (Syamsuhidajat & Jong, 2005).

Teknik perawatan luka adalah prinsip untuk mempertahankan keadaan

bebas kuman, atau prosedur yang dilakukan untuk mengurangi jumlah mikro

organisme disuatu objek, serta mencegah kemungkinan penyebaran dari

migroorganisme ke pasien. Keadaan antiseptik adalah merupakan syarat

mutlak dalam tindakan bedah. Sedangkan antiseptik adalah cara dan

tindakan yang diperlukan untuk mencapai keadaan bebas kuman pathogen.

29

Page 30: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

Tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya infeksi dengan membunuh

kuman pathogen.

Banyak aturan dan prosedur yang ditetapkan sebagai upaya untuk

mengontrol terjadinya infeksi pada luka. Usaha perawat untuk

meminimalkan serangan dan penyebaran infeksi pada luka didasarkan pada

prinsip tehnik aseptik.

a. Jenis Tehnik Aseptik dalam Praktek Keperawatan

Ada dua jenis tehnik aseptik yang diterapkan dalam praktek

keperawatan yaitu Aseptik Medis dan Aseptik Bedah.

a. Aseptik medis

Adalah tehnik atau prosedur yang dilakukan untuk mengurangi

jumlah mikroorganisme di suatu obyek, serta mencegah kemungkinan

penyebarannya dari mikroorganisme ke pasien.

Karena selama proses parawatan, perawat melakukan kontak dengan

banyak pasien di rumah sakit, maka perawat harus menyadari dan

mengetahui akan prinsip-prinsip medika asepsis sebagai upaya untuk

menghindari transfer kuman dari pasien ke perawat, dari perawat ke

pasien, dari perawat ke perawat lain atau petugas kesehatan lain, atau dari

satu pasien ke pasien lain.

Mata rantai infeksi yang paling mudah untuk diputus adalah cara

penularan. Dalam lingkungan perawatan kesehatan mencuci tangan

adalah merupakan tehnik dasar yang paling penting dalam pencegahan

dan pengontrolan penularan infeksi nosokomial.

30

Page 31: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

Adapun peralatan yang digunakan untuk mencuci tangan adalah

sebagai berikut :

a). Sabun

Ada dua jenis sabun yang sering digunakan dilingkungan

perawatan kesehatan yaitu :

(1). Sabun biasa. Secara fisik menyingkirkan kotoran dan organisme

transient dari kulit. Sabun biasa tersedia dalam bentuk batang,

cair, lembaran dan bubuk semuanya dapat digunakan.

(2). Sabun anti mikroba mengandung zat kimia yang dapat membunuh

organisme transient dan beberapa organisme residen, tidak hanya

menyingkirkannya dari kulit. Antimikroba memberikan aktivitas

kimiawi yang persisten, yang berarti bahwa zat-zat kimia tersebut

tetap tinggal di kulit untuk tetap membunuh mikroorganisme

(Schaffer,et al 2000).

b). Orange stick (tusuk kuku yang terbuat dari kayu jeruk)

Alat ini digunakan untuk membersihkan daerah sublingual, yaitu

daerah yang terdapat di bawah kuku dan waktu membersihkan jangan

sampai kulit di bawah kuku lecet. Namun jika kesehatan dan

kebersihan kuku sudah terpelihara baik, cara membersihkan seperti ini

tidak perlu lagi, kecuali jika keadaan tertentu mengharuskan.

c) Air yang mengalir pada wastafel

Mencuci tangan lebih baik dilakukan dengan air yang mengalir

pada wastafel dan kerannya ditutup dan dibuka tidak dengan tangan,

31

Page 32: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

maka membuka dan menutupnya haruslah dengan lap kertas (paper

towels).

d). Paper towels atau kertas tissue

e). Keranjang sampah

Larson (1995) merekomendasikan bahwa perawat mencuci

tangan dalam situasi seperti berikut ini :

(1). Jika tampak kotor

(2). Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien

(3). Setelah kontak dengan sumber mikroorganisme (darah atau cairan

tubuh, membran mukosa, kulit yang tidak utuh atau obyek yang

mati yang mungkin terkontaminasi).

(4) Sebelum melakukan prosedur invasive seperti pemasangan katheter

intravascular atau catheter menetap (dianjurkan menggunakan

sabun anti mikroba).

(5). Setelah melepas sarung tangan.

Prosedur mencuci tangan menurut potter dan perry (2006) adalah

sebagai berikut :

(a). Gunakan wastafel yang mudah dipakai dengan air yang

mengalir, yang hangat, sabun biasa atau sabun antimikrobial,

lap tangan kertas atau pengering.

(b). Lepaskan jam tangan dan gulung lengan panjang ke atas

pergelangan tangan. Hindari memakai cincin, jika memakai

cincin lepaskan selama mencuci tangan.

32

Page 33: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

(c). Jaga supaya kuku tetap pendek dan datar.

(d). Inspeksi permukaan tangan dan jari akan adanya luka atau

sayatan pada kulit dan kutikula, laporkan kalau ada lesi pada

saat merawat pasien yang sangat rentan.

(e). Berdiri di depan wastafel, jaga agar tangan dan seragam tidak

menyentuh wastafel. (jika tangan menyentuh permukaan

wastafel selama mencuci tangan, ulangi).

(f). Alirkan air, tekan pedal dengan kaki untuk mengatur aliran

dan suhu atau dorong pedal lutut secara lateral untuk

mengatur aliran dan suhu.

(g). Hindari percikan air mengenai seragam.

(h). Atur aliran air sehingga suhu hangat.

(i). Basahi tangan dan lengan bawah dengan seksama sebelum

mengalirkan air hangat. Pertahankan supaya tangan dan

lengan bawah lebih rendah daripada siku selama mencuci

tangan.

(j). Taruh sedikit sabun biasa atau sabun antimikroba cair pada

tangan, sabuni dengan seksama. Dapat digunakan butiran

sabun siap pakai.

(k). Gosok kedua tangan dengan cepat paling sedikit 10 sampai

15 detik. Jalin jari-jari tangan dan gosok telapak dan bagian

punggung tangan dengan gerakan sirkular paling sedikit

masing-masing 5 kali. Pertahankan supaya ujung jari berada

33

Page 34: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

di bawah untuk memungkinkan pemusnahan mikro

organisme.

(l). Jika daerah di bawah kuku kotor, bersihkan dengan kuku jari

tangan yang satunya dan tambah sabun atau stik

orangewood yang bersih.

(m). Bilas tangan dan pergelangan tangan dengan seksama,

pertahankan supaya letak tangan di bawah siku.

(n). Pilihan : ulangi langkah-langkah 10 sampai 12 namun

tambah periode mencuci tangannya 1,2 dan 3 detik.

(o). Keringkan tangan dengan seksama dan jari tangan ke

pergelangan tangan dan lengan bawah dengan handuk kertas

atau pengering.

(p). Jika digunakan, buang handuk kertas pada tempat yang

tepat.

(q). Tutup air dengan kaki dan pedal lutut. Untuk menutup kran

yang menggunakan tangan, pakai handuk kertas yang

kering.

b. Aseptik bedah

Aseptik bedah atau tehnik steril termasuk prosedur yang digunakan

untuk membunuh mikroorganisme dari suatu area untuk meyakinkan

bahwa prosedur pembedahan streril.

Tehnik steril juga sering dibutuhkan dalam berbagai tindakan

keperawatan di ruang perawatan, seperti saat persiapan dan pemberian

34

Page 35: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

injeksi, pemasangan katheter, terapi intravena, pemasangan infus

trakheobronkial, dan perawatan luka operasi (mengganti balutan).

Adapun prosedur steril dalam perawatan luka adalah sebagai berikut :

a) Menata area steril

(1). Mencuci tangan

(2). Sebelum dilakukan sterilisasi, alat-alat dibungkus rapat agar tidak

terkontaminasi, sehingga saat dibuka alat yang sudah steril tidak

akan terkontaminasi.

(3). Apabila ingin menambah alat-alat yang steril, tempatkan pada sisi

area yang steril.

b) Membuka bungkusan steril

(1). Mencuci tangan.

(2). Ketika membuka alat yang steril, jangan sampai menyentuh obyek

yang steril atau area steril.

(3). Peganglah hanya pada sisi luar pembungkusnya.

(4).Jangan membiarkan sesuatu yang tidak steril menyentuh isi

bungkusan steril (Black, et al, 2001).

c) Menambah alat-alat kedalam area steril

Ketika menambahkan alat-alat steril ke area steril hal yang harus

diperhatikan adalah menjaga agar tidak terjadi kontaminasi seperti :

(1). Mencuci tangan

(2). Membuka pembungkus tanpa menyentuh bagian yang steril

35

Page 36: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

(3). Tempatkan alat-alat tersebut pada bidang yang steril dan jaga agar

tangan tidak menyentuh bidang steril. Saat meletakkan alat atau

bahan yang kecil seperti kasa pembalut, posisi tangan berada

kurang lebih 6 sampai 8 inchi diatas permukaan bidang steril. Bila

alat-alat tersebut besar atau berat maka secara hati-hati

ditempatkan pada bidang steril atau bisa dengan menggunakan

korentang steril.

(4). Jaga agar tangan tidak menyentuh bidang steril.

d) Menambah cairan kedalam area steril

(1). Mencuci tangan

(2).Tuangkan sedikit cairan misalnya bethadine kedalam tempat

pembuangan sebelum menuangkan kedalam wadah steril.

(3). Tuangkan cairan kedalam wadah steril kira-kira 6 sampai 8 inchi

diatasnya.

(4).Tuangkan secara perlahan-lahan untuk mencegah terjadinya

percikan.

(5). Jagalah tangan agar tidak bersentuhan langsung dengan area steril

(Black, et al, 2001).

e) Menggunakan sarung tangan steril

(1). Cuci tangan secara menyeluruh

(2).Buka pembungkus kemasan bagian luar dengan hati-hati

menyibakkannya kesamping.

36

Page 37: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

(3). Pegang kemasan bagian dalam dan taruh pada permukaan datar

yang bersih tepat di atas ketinggian pergelangan tangan. Buka

kemasan, pertahankan sarung tangan pada permukaan dalam

pembungkus.

(4). Bila sarung tangan belum di bedaki, ambil sebungkus bedak dan

tuangkan sedikit pada tangan di atas bak cuci atau keranjang

sampah.

(5) Identifikasi tangan kanan dan kiri. Setiap sarung tangan

mempunyai manset kurang lebih 5 cm (2 inchi), kenakan sarung

tangan pada tangan dominan terlebih dahulu.

(6) Dengan ibu jari dan dua jari lainnya dari tangan nondominan,

pegang tepi manset sarung tangan untuk tangan dominan. Sentuh

hanya pada permukaan dalam sarung tangan.

(7) Dengan hati-hati tarik sarung tangan pada tangan dominan,

lebarkan manset dan pastikan bahwa manset tidak menggulung

pada pergelangan tangan. Pasti juga bahwa ibu jari dan jari-jari

pada posisi yang tepat.

(8) Dengan tangan dominan yang telah menggunakan sarung tangan,

masukkan jari-jari tangan manset sarung tangan kedua.

(9) Dengan hati-hati tarik sarung tangan kedua pada tangan non

dominan. Jangan biarkan jari-jari dan ibu jari sarung tangan

dominan menyentuh bagian tangan non dominan yang terbuka.

Pertahankan ibu jari tangan non dominan abduksi ke belakang.

37

Page 38: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

(10) Manakala sarung tangan kedua telah terpasang, cakupkan kedua

tangan anda. Manset biasaya terlepas setelah pemasangan.

Pastikan untuk hanya menyentuh bagian yang steril.

5.Pengobatan

Penggunaan pengobatan antibiotik untuk profilaksis mungkin banyak luka

ditutup dengan pembedahan dengan resiko dapat berkurang bilamana kadar

kontaminasi yang tinggi dijumpai di kamar operasi.

Pemberian pengobatan dengan terapi antibiotik pada pasca operasi

laparatomi dapat diindikasikan untuk pembedahan resiko tinggi, pada pasien

resiko tinggi, atau pada pembedahan resiko rendah yang dapat membantu

penyembuhan luka, sehingga lama hari rawat pasien pasca operasi laparatomi

menjadi lebih efesien (Efendi & Ferry, 2007).

6. Usia

Usia dalam kamus bahasa Indonesia adalah waktu hidup atau sejak

dilahirkan. Menurut (Nugroho, Wahyudi, 2008), pengelompokan umur

sebagai berikut :

a. Usia dewasa muda : 18 atau 20 sampai 25 tahun.

b. Usia dewasa penuh : 20 sampai 60 tahun.

c. Lanjut usia : lebih dari 60 tahun.

Usia mempunyai hubungan dengan tingkat keterpaparan, besarnya

resiko, serta sifat resistensi tertentu, Di samping itu, usia juga mempunyai

hubungan yang erat dengan beragam sifat yang dimiliki oleh seseorang.

38

Page 39: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

Perbedaan penyakit menurut umur sangat mempunyai pengaruh yang

berhubungan dengan :

a. Perbedaan tingkat keterpaparan dan kerentanan menurut umur.

b. Perbedaan dalam proses pathogenesis.

c. Perbedaan dalam hal pengalaman terhadap penyakit tertentu.

Penyimpangan fisik timbul seiring dengan bertambahnya umur.

Ketergantungan juga sering dianggap sebagai salah satu ciri dari lansia atau

dewasa lanjut. Dalam beberapa hal ternyata bahwa lansia memang benar lebih

lemah dan memiliki ketergantungan yang lebih tinggi dibandingkan yang muda.

Tahap penyembuhan luka dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya usia. Beberapa teori menyatakan bahwa penurunan atau perubahan

dalam keefektifan suatu imun berperan dalam penuaan. Mekanisme seluler

tidak teratur diperkirakan menyebabkan serangan pada jaringan tubuh melalui

autoagresi atau imunodepisiensi (Penurunan imun) (Potter & Perry, 2005).

Kulit utuh pada orang dewasa muda yang sehat merupakan suatu barier

yang terhadap trauma mekanis dan juga infeksi, begitu juga efisiensi sistem

imun, sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi yang memungkinkan

penyembuhan luka terjadi lebih cepat. Sistem tubuh yang berbeda tumbuh

dengan kecepatan yang berbeda pula, tetapi lebih dari usia 30 tahun mulai

terjadi penurunan yang signifikan dalam beberapa fungsinya, seperti penurunan

efesiensi jantung, kapasitas vital, dan juga penurunan efesiensi sistem imun

yang masing-masing masalah tersebut ikut mendukung terjadinya kelambatan

penyembuhan seiring dengan bertambahnya usia.

39

Page 40: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

Dengan bertambahnya usia, kemampuan sistem imun untuk

menghancurkan bakteri dan jamur melemah bahkan sistem ini mungkin tidak

memulai serangannya sehingga sel mutasi terbentuk beberapa kali. Disfungsi

sistem imun dapat diperkirakan menjadi faktor di dalam perkembangan

penyakit kronis seperti kanker, diabetes, dan penyakit kardiovaskuler serta

infeksin (Potter & Perry, 2006).

Penuaan dapat mengganggu semua tahap penyembuhan luka. Prinsip

gerontologis untuk penyembuhan luka, yaitu :

a. Berkurangnya aktivitas sel epidermis pada kulit lansia akan menambah

waktu pembentukan sel epidermis 1/3 waktu dari waktu normal. Arti klinis:

penggantian sel epitel yang lambat berarti penyembuhan luka pada lansia

berlangsung lebih lambat.

b. Proses penuaan menyebabkan atropi dan penipisan kedua lapisan kulit. Arti

klinis: Penipisan epidermis menyebabkan fungsi barier kulit berkurang

sehingga zat kimia dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh.

c. Area permukaan kulit lansia lebih sempit dibandingkan dengan kulit orang

yang lebih muda, juga terjadi kelemahan pada penghubung epidermis dan

dermis. Arti klinis: Karena penghubung kedua lapisan ini semakin melemah

menyebabkan kulit mudah robek.

d. Proses penuaan menyebabkan gangguan fungsi imun sel yang berada pada

kulit. Arti klinis: gangguan fungsi imun pada kulit lansia berarti terjadi

penurunan kemampuan melawan infeksi.

40

Page 41: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

e. Hipodermis mengecil seiring dengan peningkatan usia. Arti klinis: bantalan

subkutan lebih sedikit sehingga beresiko mengalami kerusakan kulit.

(Potter & Perry, 2006).

Perawatan post operatif segera bagi pasien lansia sama dengan semua

pasien yang mengalami pembedahan, tetapi dukungan tambahan diberikan

bila terjadi kerusakan fungsi sistem kardiovaskuler, sistem pulmonal atau

sistem perkemihan. Banyak orang lansia dapat mentoleransi pembedahan

dengan baik dan mempunyai pemulihan yang sangat mengagumkan. Ada

kecenderungan bahwa pada kelompok usia yang lebih tua mempunyai

kemungkinan yang lebih besar untuk perawatan yang lebih lama (Brunner &

Suddarth, 2002).

6. Nutrisi

Penyembuhan Luka secara normal memerlukan nutrisi yang tepat. Proses

fisiologis penyembuhan luka tergantung kepada tersedianya protein, vitamin

(terutama vitamin A dan C) dan mineral renik zink dan tembaga. Kolagen

adalah protein yang terbentuk dari asam amino yang diperoleh fibroblast dari

protein yang dimakan. Vitamin A dapat mengurangi efek negatif steroid pada

penyembuhan luka elemen renik zink di perlukan untuk pembentukan epitel,

sitesis kolagen (zink) dapat menyatukan serat – serat kalogen (tembaga) (Perry

dan Potter, 2005)

Terapi nutrisi sangat penting untuk pasien yang lemah akibat penyakit.

Pasien yang telah menjalani operasi dan diberi nutrisi yang baik masih tetap

membutuhkan sedikitnya 1500 Kkal/hari. Pemberian makanan alternative

41

Page 42: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

seperti melalui enteral dan parenteral di lakukan pada pasien yang tidak mampu

mempertahankan asupan makanan secara normal (Perry dan Potter, 2005).

Telah diketahui bahwa malnutrisi dapat mempengaruhi kesembuhan

luka, menaikkan kepekaan terhadap infeksi dan menyumbang peningkatan

insidensi komplikasi, pemondokan yang lebih lama dan rawat baring yang lebih

lama pula.

Salah satu pemeriksaan yang baik, cepat, murah dan banyak digunakan

untuk mengetahui status nutrisi pasien adalah dengan pemeriksaan kadar

albumin serum. Albumin dapat diukur dengan pemeriksaan darah sederhana.

Terjadinya hipoalbumin dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka pasca

operasi.

Albumin merupakan protein yang bersirkulasi dalam darah yang

diproduksi dalam hati dan sebagai media transport untuk berbagai substansi

seperti bilirubin, asam lemak, zat besi, ion-ion, hormone dan obat-obatan.

Albumin terdiri dari 50% protein dan membuat tekanan onkotik plasma 75%

sampai 80%. Nilai normal albumin dalam serum adalah 3.5 sampai 4,5 g/dl

dengan total dalam tubuh berkisar 300 sampai 500 gram (Ary Wibowo &

Agung 2006).

Penyembuhan luka secara normal memerlukan nutrisi yang tepat. Proses

fisiologis penyembuhan luka bergantung pada tersedianya protein, vitamin,

mineral dan tembaga. Adanya asupan nutrisi yang baik dapat membantu terapi

farmakologis, sehingga dapat membantu proses penyembuhan luka pasca

operasi dan dapat mempengaruhi lama perawatan.

42

Page 43: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

Pengobatan Usia Nutrisi

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. KERANGKA KONSEP

Berdasarkan tinjauan kepustakaan yang dikemukakan diatas, maka

dasar pemikirannya adalah sebagai berikut :

Variabel Independent Variabel Dependent

Frekuensi Perawatan Luka

Mobilisasi Teknik perawatan

luka

Lama Hari Rawat Pasca operasi Laparatomi

Variabel Kontrol

Keterangan :

Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

B. HIPOTESIS

43

Page 44: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

1. Ada hubungan antara faktor frekuensi perawatan luka dengan lama hari rawat

pada pasien pasca operasi laparatomi.

2. Ada hubungan antara faktor mobilisasi dengan lama hari rawat pada pasien

pasca operasi laparatomi.

3. Ada hubungan antara faktor teknik perawatan luka dengan lama hari rawat pada

pasien pasca operasi laparatomi.

BAB IV

44

Page 45: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini observasional

dengan rancangan kohort prospektif yang dimaksudkan untuk mengetahui faktor-

faktor yang mempengaruhi lama hari rawat pada pasien pasca operasi laparatomi

antara variabel bebas (independen) dengan variabel terikat (dependen) dimana

observasi atau pengukuran terhadap semua variabel dilakukan sekali dalam waktu

yang bersamaan (Nursalam, 2008).

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

1. Tempat penelitian

Tempat penelitian yang dimaksud adalah tempat dimana peneliti akan

melakukan penelitian yakni di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji

Makassar.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 17 November sampai 07

Desember 2009.

C. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

45

Page 46: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang telah dilakukan

tindakan operasi laparatomi di ruang bedah Rumah Sakit Umum Daerah

Labuang Baji Makassar Tahun 2009 sebanyak 50 pasien.

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah pasien yang telah di operasi laparatomi

yang dirawat diruang bedah di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji

Makassar sebanyak 31 pasien. Dimana sampel diambil dari data primer (ruang

perawatan bedah) secara probability sampling yaitu semua sampel yang

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang dirawat diruang bedah Rumah

Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar tahun 2009.

Kriteria Sampel :

a) Kriteria Inklusi meliputi :

1) Pasien pasca operasi laparatomi pada hari kedua.

2) Pasien yang berumur 20 tahun sampai dengan 50 tahun.

3) Pasien yang mendapat pengobatan antibiotik yang sama seperti

Cefotaxim.

b) Kriteria Eksklusi meliputi :

1) Pasien dengan pasca operasi laparatomi tapi menderita penyakit lainnya

(komplikasi seperti penyakit diabetes mellitus).

2) Pasien pulang paksa atau permintaan sendiri.

3) Pasien meninggal.

D. Alur Penelitian

46

Page 47: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

Dalam penelitian ini, penelitian mendapat rekomendasi dari Ketua Program Studi

Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin untuk melakukan

pengambilan data. Sebelum melakukan penelitian ini, terlebih dahulu meminta

izin kepada Direktur RSUD Labuang Baji Makassar untuk mengambilan data

primer diruang perawatan bedah, setelah itu meminta persetujuan dari responden

untuk subjek penelitian adalah semua pasien yang telah menjalani pasca operasi

laparatomi dengan kriteria inklusi : frekuensi perawatan luka, mobilisasi dini dan

teknik perawatan luka yang dilakukan dengan cara observasi, setelah itu

pengolahan data dan analisa data dengan penyajian data dengan metode statistik

SPSS 15 setelah itu membuat pembahasan hasil di susul membuat kesimpulan

dan saran.

47

Page 48: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

Penelitian ini dilaksanakan sesuai alur penelitian yang digambarkan dalam bentuk

skema berikut :

Izin Pengambilan Data Awal

Pengambilan Data Awal

Persetujuan Responden

Subjek Penelitian

Semua pasien yang telah menjalani Pasca Operasi Laparatomi

Penetapan Sampel (Kriteria Inklusi):

Frekuensi perawatan Luka

Mobilisasi

Teknik perawatan luka

Observasi

Pengolahan Data dan Analisa Data

Penyajian Data Metode Statistik SPSS 15

Hasil Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

48

Page 49: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

E. VARIABEL PENELITIAN

1. Identifikasi Variabel

Variabel adalah karakteristik subjek penelitian yang berubah dari suatu

subjek ke subjek lainnya, sehingga dapat pula disebut sebagai karakteristik

suatu benda atau subjek. Menurut fungsinya dalam konteks penelitian secara

keseluruhan, khususnya dalam hubungan antar variabel terdapat beberapa jenis,

yaitu :

a. Variabel bebas (variabel independen) adalah variabel

yang bila terjadi perubahan akan mengakibatkan perubahan variabel lain.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah frekuensi perawatan luka,

mobilisasi dan tehnik perawatan luka.

b. Variabel tergantung (variabel dependent) adalah

variabel yang berubah diakibatkan adanya perubahan variabel bebas.

Variabel tergantung pada penelitian ini adalah lamanya hari rawat pasien

pasca operasi laparatomi.

c. Variabel kendali atau kontrol adalah variabel yang

nilainya dikendalikan dalam penelitian baik seluruhnya ataupun sebagian

saja seperti : pengobatan, usia dan nutrisi. (Nursalam, 2008).

2. Definisi operasional kriteria obyektif

a. Frekuensi perawatan luka

Yang dimaksud dengan frekuensi perawatan luka dalam penelitian

ini adalah penggantian balutan untuk luka kering dan bersih balutan diganti

49

Page 50: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

dua hari sekali setelah operasi dan juga tergantung pada jenis balutan yang

digunakan.

Kriteria objektif :

1 x : Jika dilakukan perawatan luka 1 kali dalam 1 hari.

>1 X : Jika dilakukan perawatan luka > 1 kali dalam 1 hari.

b. Mobilisasi

Mobilisasi adalah tindakan oleh pasien dengan melakukan gerak fungsi

dasar atau mengubah posisi tidur tertentu untuk merangsang peningkatan

sirkulasi darah pada daerah luka operasi. Pengukuran menggunakan skala

Likert dengan alat ukur chek list dengan penilaian sering=3, kadang-

kadang=2, jarang=1, tidak pernah=0.

Kriteria Objektif:

Dilakukan : bila skor responden ≥ 8

Tidak dilakukan : bila skor responden < 8

c. Teknik perawatan luka

Adalah tindakan yang sengaja dilakukan oleh perawat untuk merawat luka

pasca operasi laparatomi dengan menggunakan teknik perawatan steril.

Pengukuran menggunakan skala interval dengan alat ukur chek list, bila

dilakukan diberi nilai 1 dan tidak dilakukan diberi nilai 0.

Kriteria objektif :

Aseptik : bila skor responden ≥ 7

Kurang aseptik : bila skor responden < 7

50

Page 51: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

d.Lama hari rawat

Yang dimaksud dengan lama hari rawat dalam penelitian ini adalah

hari rawat pasien setelah menjalani pembedahan laparatomi sampai

pasien dinyatakan sembuh atau diijinkan pulang.

Kriteria objektif :

Hari rawat pendek : Jika lama hari rawat 7 sampai 14 hari.

Hari rawat panjang : Jika hari rawat pasien lebih dari 14 hari.

F. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen yang dilakukan dalam pengumpulan data pada penelitian ini

adalah dengan menggunakan lembar observasi dan kuisioner yang terdiri dari :

Frekuensi perawatan luka, mobilisasi dini dan tehnik aseptik yang diukur dengan

menggunakan skala Guttman, untuk nilai kuisioner: ya = 1 dan tidak = 0

(Saryono 2008). Kuisioner dengan tipe multiple choice yang terdiri atas 10

pertanyaan dengan kriteria : > 5 = Baik dan < 5 = Kurang

G. PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

1. Pengolahan Data

Prosedur pengolahan data yang dilakukan sebagai berikut :

a. Editing

51

Page 52: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

Dilakukan setelah data terkumpul dan dilakukan dengan memeriksa

kelengkapan data, kesinambungan data dan keseragaman data.

b. Koding

Merupakan pemberian kode pada data.

c. Tabulasi

Pembuatan program entry data, cleaning data dan analisis data dalam

bentuk tabel disertai keterangan.

2. Analisa Data

Dilakukan melalui uji hipotesis dan pengolahan data dilakukan dengan

menggunakan program SPSS 15.

a. Analisis univariat

Dilakukan terhadap tiap-tiap variabel penelitian untuk melihat

tampilan didtrisbusi frekuensi dan persentase dari tiap-tiap variabel

independen dan dependen.

b. Analisis bivariat

Analisis ini dilakukan untuk menjawab tujuan penelitian dan menguji

hipotesis peneliti. Untuk maksud tersebut uji statistik yang digunakan

adalah uji Fisher’s Exact Test dengan tingkat kemaknaan α : 0,05.

c. Analisis multivariat

Dalam analisis multivariat ini dilakukan pengujian secara bersama-

sama sehingga dapat dilihat variabel mana yang paling berhubungan

52

Page 53: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

dengan lama hari rawat. Karena variabel terikat merupakan variabel

dikotomis maka digunakan analisis regresi logistik.

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui besarnya OR murni dari

variabel bebas setelah memperhitungkan variabel lain. Hasil dari analisis

ini adalah nilai odds ratio murni yang sudah dikontrol dengan

menghilangkan pengaruh variabel yang di duga sebagai konfounding dan

memperhitungkan adanya interaksi antara variabel lain dengan variabel

bebas utama.

Variabel yang akan dilakukan dalam analisis multivariat adalah

variasi kovariat yang mempunyai nilai P lebih kecil atau sama dengan

0,05 dalam analisis bivariat tentang hubungan variabel dengan variabel

bebas atau variabel tersebut secara substansif diduga adanya hubungan

yang erat.

H. MASALAH ETIKA PENELITIAN

Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapat rekomendasi dari

Program Study Ilmu Keperawatan FKUH dengan mengajukan permohonan izin

kepada Direktur RSUD Labuang Baji Makassar. Setelah mendapat persetujuan

barulah melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika yang meliputi :

1. Informed Consent

Lembar persetujuan ini diberikan kepada respon yang akan diteliti yang

memenuhi kriteria inklusi. Bila subjek menolak maka peneliti tidak

memaksakan dan tetap menghormati hak-hak subjek.

53

Page 54: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

2. Anonimity.

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama

responden tetapi lembar tersebut diberi kode.

3. Confidentiality

Kerahasiaan responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu

yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

54

Page 55: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini observasional

dengan rancangan kohort prospektif yang dimaksudkan untuk mengetahui faktor-

faktor yang mempengaruhi lama hari rawat pada pasien pasca operasi laparatomi

antara variabel bebas (independen) dengan variabel terikat (dependen) dimana

observasi atau pengukuran terhadap semua variabel dilakukan sekali dalam waktu

yang bersamaan (Nursalam, 2008). yang dilaksanakan pada bulan Desember

2009. Data yang dikumpul meliputi frekuensi perawatan luka, mobilisasi, dan

teknik perawatan luka.

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling

dengan jumlah sampel 31. Setelah data terkumpul kemudian data diolah dan

disajikan distribusi frekuensi dan persentase dari variabel yang diteliti, kemudian

dilakukan analisa terhadap variabel tersebut.

Adapun data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Karakteristik demografi

Distribusi responden berdasarkan karakteristik demografi meliputi :

umur, pendidikan, dan jenis kelamin. Berdasarkan data demografi responden

diperoleh gambaran bahwa sebagian besar responden berumur di antara > 35

tahun ( 58,1% ), dan sebagian besar responden pendidikannya SMA (38,7%).

55

Page 56: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

Dari segi jenis kelamin menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah

perempuan (64,5%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik DemografiDi Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji

Makassar Tahun 2009Karakteristik n %

Umur (dalam tahun) :≤ 20 tahun

21-30 tahun31-35 tahun> 35 tahun

110218

3,232,36,558,1

Pendidikan:SD

SMPSMAPT

77125

22,622,638,716,1

Jenis KelaminLaki-laki

Perempuan1120

35,564,5

Jumlah 31 100,0Sumber : Data Primer, 2009

2. Analisa Univariat

a. Frekuensi Perawatan Luka

Distribusi responden berdasarkan frekuensi perawatan luka pada

pasien pasca operasi laparatomi di ruang bedah Rumah Sakit Umum

Daerah Labuang Baji Makassar menunjukkan bahwa pasien yang

frekuensi perawatan lukanya 1 kali sehari sebanyak 11 (35,5%), dan

frekuensi perawatan lukanya 2 kali sehari sebanyak 20 (64,5%). Hal ini

dapat dilihat pada tabel 5.2.

56

Page 57: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Perawatan Luka di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar

Tahun 2009Frekuensi Perawatan Luka n %

1 Kali Sehari

2 Kali Sehari

11

20

35,5

64,5

Jumlah 31 100

Sumber : Data Primer, 2009

b. Mobilisasi

Distribusi responden berdasarkan mobilisasi pada pasien pasca

operasi laparatomi di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Labuang

Baji Makassar menunjukkan bahwa pasien yang melakukan mobilisasi

sebanyak 18 (58,1%), dan yang tidak melakukan mobilisasi sebanyak 13

(41,9%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3

Distribusi Responden Berdasarkan Mobilisasi Pada PasienPasca operasi laparatomi di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji

Makassar Tahun 2009Mobilisasi n %

Dilakukan

Tidak Dilakukan

18

13

58,1

41,9

Jumlah 31 100

Sumber : Data Primer, 2009

c. Teknik perawatan luka

Distribusi responden berdasarkan teknik perawatan luka pada pasien

pasca operasi laparatomi di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah

57

Page 58: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

Labuang Baji Makassar menunjukkan bahwa pasien yang teknik

perawatan lukanya steril sebanyak 24 (77,4%), dan yang tidak steril

sebanyak 7 (22,6%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4

Distribusi Responden Berdasarkan teknik perawatan luka Pada Pasien Pasca operasi laparatomi di Ruang Bedah

Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar Tahun 2009

Teknik perawatan luka n %

Aseptik

Kurang aseptik

24

7

77,4

22,6

Jumlah 31 100

Sumber : Data Primer, 2009

d. Lama hari rawat

Distribusi responden berdasarkan lama hari rawat pada pasien pasca

operasi laparatomi di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Labuang

Baji Makassar menunjukkan bahwa pasien yang hari rawatnya lama

sebanyak 8 (25,8%), dan hari rawatnya singkat sebanyak 23 (74,2%). Hal

ini dapat dilihat pada table 5.5.

Tabel 5.5

Distribusi Responden Berdasarkan Lama Hari Rawat Pada Pasien Pasca operasi laparatomi di Ruang Bedah

Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar Tahun 2009

Lama Hari Rawat n %

Lama

Singkat

8

23

25,8

74,2

Jumlah 31 100

Sumber : Data Primer, 2009

58

Page 59: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

3. Analisa Bivariat

Analisa bivariat berfungsi untuk melihat hubungan variabel bebas

terhadap variable dependen dengan menggunakan program komputer SPSS

dimana hubungan antar variabel dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

a. Hubungan frekuensi perawatan luka dengan lama hari rawat pada pasien

pasca operasi laparatomi

Hari rawat yang lama pada pasien pasca operasi laparatomi di Ruang

Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar pada pasien

yang perawatan lukanya 1 kali sehari sebanyak 6 (19,4%) dan pada pasien

yang perawatan lukanya 2 kali sehari sebanyak 2 (6,5%), dengan nilai p =

0,012 yang berarti ada hubungan frekuensi perawatan luka dengan lama

hari rawat pada pasien pasca operasi laparatomi. Adapun nilai OR=10,800

yang berarti frekuensi perawatan luka yang satu kali sehari berisiko 10 kali

lama hari rawatnya dibandingkan dengan frekuensi perawatan luka yang

dua kali sehari. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6

Hubungan Frekuensi Perawatan Luka dengan Lama Hari Rawat Pasien Pasca operasi laparatomi di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah

Labuang Baji Makassar

Frekuensi Perawatan Luka

Lama Hari RawatTotal

pLama Singkat

n % n % n %

1 kali sehari2 kali sehari

62

19,46,5

518

16,158,1

1120

35,564,5 0,012

Total 8 25,9 23 74,2 31 100Sumber : Data Primer, 2009 α=0,05 OR=10,800

59

Page 60: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

b. Hubungan mobilisasi dengan lama hari rawat pada pasien pasca operasi

laparatomi

Hari rawat yang lama pada pasien pasca operasi laparatomi di Ruang

Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar pada pasien

yang tidak melakukan mobilisasi dengan baik sebanyak 6 (19,4%) dan pada

pasien yang melakukan mobilisasi dengan baik sebanyak 2 (6,4%), dengan

nilai p = 0,043 yang berarti ada hubungan mobilisasi dengan lama hari

rawat pada pasien pasca operasi laparatomi di Ruang Bedah Rumah Sakit

Umum Daerah Labuang Baji Makassar. Adapun nilai OR=6,857 yang

berarti pasien yang tidak melakukan mobilisasi berisiko 6 kali lama hari

rawatnya dibandingkan dengan yang melakukan mobilisasi. Hal ini dapat

dilihat pada tabel 5.7.

Tabel 5.7.

Hubungan Mobilisasi dengan Lama Hari Rawat Pasien Pasca operasi laparatomi di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah

Labuang Baji Makassar

Mobilisasi

Lama Hari RawatTotal

pLama Singkat

n % n % n %

Tidak DilakukanDilakukan

62

19,46,4

716

22,651,6

1318

41,958,1 0,043

Total 8 25,8 23 74,2 31 100Sumber : Data Primer, 2009 α=0,05 OR=6,857

60

Page 61: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

c. Hubungan teknik perawatan luka dengan lama hari rawat pada pasien pasca

operasi laparatomi

Hari rawat yang lama pada pasien pasca operasi laparatomi di Ruang

Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar pada pasien

yang teknik perawatan lukanya tidak steril sebanyak 5 (16,1%) dan pada

pasien yang teknik perawatan lukanya steril sebanyak 3 (9,7%), dengan

nilai p = 0,006 yang berarti ada hubungan teknik perawatan luka dengan

lama hari rawat pada pasien pasca operasi laparatomi di Ruang Bedah

Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar. Adapun nilai

OR=17,580 yang berarti teknik perawatan luka yang tidak steril berisiko 17

kali lama hari rawatnya dibandingkan dengan teknik perawatan luka yang

steril. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.8.

Tabel 5.8.

Hubungan Teknik Perawatan Luka dengan Lama Hari Rawat Pasien Pasca operasi laparatomi di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum

Daerah Labuang Baji Makassar

Teknik Perawatan Luka

Lama Hari RawatTotal

pLama Singkat

n % n % n %

Kurang aseptikAseptik

53

16,19,7

221

6,567,7

724

22,677,4 0,006

Total 8 25,8 23 74,2 31 100Sumber : Data Primer, 2009 α=0,05 OR=17,580

4. Analisa multivariat

Analisis multivariat digunakan untuk melihat faktor yang berhubungan

dengan lama hari rawat pada pasien pasca operasi laparatomi di Ruang Bedah

61

Page 62: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar. Dari analisis bivariat

diperoleh 3 variabel independent meliputi frekuensi perawatan luka,

mobilisasi, dan teknik perawatan luka, yang berhubungan dengan lama hari

rawat pada pasien pasca operasi laparatomi di Ruang Bedah Rumah Sakit

Umum Daerah Labuang Baji Makassar.

Setelah dilakukan analisis logistik regresi ketiga variabel independen

tersebut sebagaimana hasilnya diuraikan pada tabel 5.9.

Tabel 5.9.

Analisis Multivariat Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Lama Hari Rawat Pada Pasien Pasca Operasi Laparatomi di Ruang Bedah

Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar

VariabelKoefisien

RegresiWald df Sig OR

Frekuensi Perawatan 1,222 4,332 1 0,037 12,723

Mobilisasi 1,557 0,086 1 0,770 0,634

Teknik Perawatan 1,286 5,535 1 0,019 20,604

Constant 3,299 5,751 1 0,016 0,000

Sumber : Data Primer, 2009

Berdasarkan tabel di atas, hasil analisis menunjukkan dari tiga variabel

independen, yang paling berpengaruh adalah teknik perawatn luka ( 0,019 ).

62

Page 63: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

B. Pembahasan

1. Hubungan frekuensi perawatan luka dengan lama hari rawat pada pasien

pasca operasi laparatomi.

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan ada hubungan frekuensi

perawatan luka dengan lama hari rawat pada pasien pasca operasi laparatomi

di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar.

Berdasarkan hasil observasi peneliti dapatkan di Rumah Sakit Umum

Daerah Labuang Baji Makassar, perawat yang melakukan perawatan luka

hanya tiga orang perawat saja dimana ketiga perawat tersebut pendidikan

terakhirnya DIII keperawatan. Peneliti menemukan frekuensi perawatan luka

tidak semuanya dilakukan dua kali sehari tetapi sebagian besar hanya satu

kali sehari. Perawatan luka yang dilakukan dua kali sehari hanya pada pasien

yang lukanya kotor, sehingga frekuensi perawatan luka lebih dari dua kali

bukan rutinitas.

Data mengenai lama hari rawat yang panjang walaupun telah dilakukan

perawatan luka dua kali sehari dan hari rawat yang singkat pada perawatan

luka yang hanya satu kali sehari, disebabkan karena faktor nutrisi. Hasil

penelitian sesuai dengan penelitian Ary Wibowo dan Agung (2006) yang

mengatakan bahwa penyembuhan luka secara normal memerlukan nutrisi

yang tepat. Proses fisiologi penyembuhan luka bergantung pada tersedianya

protein, vitamin, mineral dan tembaga. Adapun asupan gizi yang baik dapat

membantu terapi farmakologis sehingga dapat membantu proses

penyembuhan luka pasca operasi dan dapat mempengaruhi lama perawatan.

63

Page 64: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Suriadi (2004)

bahwa setelah tindakan pembedahan dilakukan penggantian balutan untuk luka

kering dan bersih balutan diganti 2 atau 3 hari sekali setelah operasi dan juga

tergantung pada jenis balutan yang digunakan, misalnya jika luka pasien pasca

operasi dibalut dengan menggunakan kasa steril yang diolesi NaCl 0,9%, salep

antibiotik atau kasa kering.

Dasar dalam mempertahankan lingkungan yang hangat dan lembab

pada luka adalah untuk menjaga agar luka tetap tertutup. Sebagian besar

balutan luka diangkat setelah 24 jam, dan penelitian membuktikan bahwa

pada kasus luka pembedahan, pengangkatan balutan setelah 24 jam tidak

menimbulkan peningkatan angka infeksi. Namun, penelitian lanjutan perlu

dilakukan karena saat ini terdapat perhatian terhadap hygiene rumah sakit dan

Staphylococcus aureus yang resisten terhadap metisilin serta organisme lain

yang resisten terhadap berbagai antibiotic (Boyle M, 2009).

2. Hubungan mobilisasi dengan lama hari rawat pada pasien pasca operasi

laparatomi

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan ada hubungan mobilisasi

dengan lama hari rawat pada pasien pasca operasi laparatomi di Ruang Bedah

Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar.

Berdasarkan hasil observasi, responden yang telah melakukan mobilsasi

namun lama hari rawatnya panjang dikarenakan responden kuatir bekas

operasinya terbuka lagi dan juga dengan alasan nyeri di daerah luka. Hasil

penelitian ini sesuai penelitian Citra Dewi (2006) yang mengatakan bahwa

64

Page 65: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

pengaruh mobilisasi setelah pasca operasi laparatomi sangat besar manfaatnya

dalam proses penyembuhan luka, karena mobilisasi dapat meningkatkan

sirkulasi didaerah insisi yang dengan sendirinya akan meningkatkan

transfortasi zat-zat ezensial yang berperan dalam proses penyembuhan luka.

Mobilisasi atau pergerakan adalah suatu kebutuhan manusia untuk

melakukan aktifitas dimana aktifitas tersebut dilakukan secara bebas dari

suatu tempat ke tempat lain, atau kemampuan seseorang bergerak dengan

bebas, mudah, berirama dengan maksud tertentu dalam suatu lingkungan

seputar atau sesuatu yang esensial dalam kehidupan seseorang oleh karena

setiap inidividu bergerak untuk memenuhi kebutuhan makan, minum,

mencegah diri mereka dengan trauma, dan untuk memenuhi kebutuhan dasar

Johnson (2000).

Pada pasien pasca operasi mobilisasi mulai dilakukan 24 - 48 jam

setelah tindakan operasi, dengan melakukan gerakan berupa pengaturan

posisi, exercice, yang dilakukan setelah efek anastesi seperti mual, muntah,

pusing, kesulitan bernapas, sakit kepala hilang. Mobilisasi dilakukan untuk

mencegah komplikasi pasca operasi dan luka operasi akan cepat sembuh

sehingga perawatan lebih singkat (Brunner & Suddarth, 2002 ).

Pasien dengan anestesi spinal dapat dilakukan perubahan posisi dari

satu posisi keposisi yang lain setelah 8-12 jam pasca operasi. Pasien dengan

mobilisasi yang terbatas harus dibalik dari sisi ke sisi yang lain setiap 2 jam.

Posisi baring pasien harus diubah ketika rasa tidak nyaman terjadi akibat

berbaring dalam satu posisi. Setelah pembedahan, pasien mungkin

65

Page 66: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

dibaringkan dalam berbagai posisi (terlentang dari sifat prosedur bedahnya)

untuk meningkatkan rasa nyaman dan menghilangkan nyeri.

Kebanyakan pasien pasca operasi diberikan dorongan untuk turun dari

tempat tidur secepat mungkin. Hal ini ditentukan oleh kestabilan system

kardiovaskuler dan neuromuskuler pasien, tingkat aktivitas pasien yang lazim

dan sifat pembedahan yang dilakukan. Setelah anastesi spinal, bedah minor,

bedah sehari, pasien melakukan ambulasi hari ia dioperasi, tetapi biasanya

pasien mau melakukan ambulasi pada hari ke-4 samapi 6 pasca operasi.

Keuntungan ambulasi dini adalah hal tersebut insiden komplikasi pada pasca

operasi seperti atelektasis, pneumonia hipostatik, gangguan gastrointestinal

dan masalah sirkulasi (Brunner & Suddarth, 2002 ).

Jika ambulasi dini tidak dilakukan, latihan ditempat tidur dapat

dilakukan untuk mencapai hasil yang diinginkan sampai tingkat tertentu.

Latihan umum harus dimulai sesegera mungkin setelah pembedahan (lebih

baik dalam 24 jam pertama) dan dilakukan dibawah pengawasan untuk

memastikan bahwa latihan tersebut dilakukan dengan tepat dan dengan cara

yang aman (Brunner & Suddarth, 2002 ).

3. Hubungan teknik perawatan luka dengan lama hari rawat pada pasien pasca

operasi laparatomi

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan ada hubungan teknik

perawatan luka dengan lama hari rawat pada pasien pasca operasi laparatomi

di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar.

66

Page 67: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa variabel yang paling

berpengaruh adalah teknik perawatan luka.

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti temukan yang sudah

dilakukan teknik perawatan luka aseptik tetepi masih lama hari rawatnya

dikarenakan oleh faktor pasien yang berasal dari luar daerah namun berharap

dapat kembali dalam keadaan bebas dari jahitan. . Sedangkan pasien yang

teknik perawatannya kurang aseptik disebabkan karena faktor usia dan nutrisi

yang kurang sehingga dapat memperlambat pertumbuhan jaringan pada

daerah luka pasca operasi laparatomi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ferry Efendi (2007)

menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka

secara umum antara lain adalah faktor usia, semakin tua seseorang akan

semakin lama dalam proses penyembuhan luka. Hal ini dipengaruhi oleh

adanya penurunan elastin dalam kulit, perbedaan penggantian kolagen

mempengaruhi penyembuhan luka sehingga akan mempengaruhi lama

perawatan pada pasien.

Berbagai faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka pada

usia tua adalah menurut Ferry dan Potter (2005) :

a. Penuaan dapat mengganggu semua proses penyembuhan luka.

b. Perubahan vaskuler mengganggu sirkulasi kedaerah luka.

c. Penurunan fungsi hati mengganggu sintesis faktor pembekuan.

d. Respon inflamasi menjadi lambat.

e. Pembentukan antibody dan limposit menurun.

67

Page 68: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

f. Jaringan kalogen kurang lunak.

g. Jaringan parut kurang elastik.

Teknik perawatan luka adalah penanganan perawatan luka dimana

kesterilan alat-alat untuk merawat luka, adalah faktor yang paling penting

untuk mencegah terjadinya infeksi luka sehingga penyembuhannya akan lebih

cepat terjadi. Tujuan pembersihan luka adalah mengeluarkan debris organik

maupun anorganik, dimana adanya debris yang terus menerus termasuk benda

asing, jaringan lunak yang mengalami devitalisasi, krusta, dan jaringan

nekrotik dapat memperlambat penyembuhan luka (Syamsuhidajat & Jong,

2005).

Menurut Syamsuhidajat & Jong, (2005) aseptik berarti tidak adanya

pathogen penyebab sakit. Tehnik aseptik adalah usaha mempertahankan

pasien sedapat mungkin bebas dari mikro organisme jika melakukan teknik

perawatan luka dengan menggunakan NaCl 0,9% kemudian diolesi pada

daerah luka operasi dengan menggunakan peralatan yang steril seperti pinset

sirurgi, pinset anatomi, sarung tangan, kapas lidi, kom dan kasa steril

(Brunner & Suddarth, 2002 ).

Teknik perawatan luka adalah prinsip untuk mempertahankan keadaan

bebas kuman, atau prosedur yang dilakukan untuk mengurangi jumlah mikro

organisme disuatu objek, serta mencegah kemungkinan penyebaran dari

mikroorganisme ke pasien. Keadaan antiseptik adalah merupakan syarat

mutlak dalam tindakan bedah. Sedangkan antiseptik adalah cara dan

tindakan yang diperlukan untuk mencapai keadaan bebas kuman pathogen.

68

Page 69: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

Tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya infeksi dengan membunuh

kuman pathogen (Brunner & Suddarth, 2002 ).

Banyak aturan dan prosedur yang ditetapkan sebagai upaya untuk

mengontrol terjadinya infeksi pada luka. Usaha perawat untuk meminimalkan

serangan dan penyebaran infeksi pada luka didasarkan pada prinsip tehnik

aseptik.

C. Keterbatasan Penelitian

1. Keterbatasan peneliti

Penelitian ini merupakan pengalaman pertama bagi peneliti, sehingga

masih terlalu banyak kekurangan dan kendala yang dihadapi terutama dalam

mengontrol cakupan nutrisi pada pasien pasca operasi laparatomi dimana

nutrisi merupakan salah satu faktor penyebab proses penyembuhan luka.

2. Keterbatasan waktu

Waktu yang dipakai untuk meneliti dalam penelitian ini sekitar 1 bulan

dimana waktu ini tidak cukup banyak untuk dipakai mengumpulkan

responden yang lebih banyak lagi sehingga sangat berpengaruh terhadap hasil

penelitian yang sempurna.

69

Page 70: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil pengolahan data penelitian yang telah dilakukan diperoleh

kesimpulan bahwa:

1. Ada hubungan frekuensi perawatan luka dengan lama hari rawat pada pasien

pasca operasi laparatomi di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah

Labuang Baji Makassar.

2. Ada hubungan mobilisasi dengan lama hari rawat pada pasien pasca operasi

laparatomi di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji

Makassar.

3. Ada hubungan teknik perawatan luka dengan lama hari rawat pada pasien

pasca operasi laparatomi di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah

Labuang Baji Makassar.

4. Faktor yang paling berpengaruh terhadap lama hari rawat pada pasien pasca

operasi laparatomi di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Labuang

Baji Makassar adalah teknik perawatan luka.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diberikan beberapa

saran kepada pihak yang terkait yang berhubungan dengan:

1. Bagi Institusi terkait dalam hal ini Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji

Makassar hendaknya memperhatikan teknik perawatan luka, mobilisasi, dan

frekuensi perawatan luka pada penderita pasca operasi laparatomi dimana

70

Page 71: Faktor-faktor Apakah Yang Dapat Mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien Pasca Operasi Laparatomi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Labuang Baji Makassar

tenaga perawat yang melakukan teknik perawatan luka pendidikan

terakhirnya DIII keperawatan sehingga perlu diberi pelatihan yang khusus

perawatan luka sehingga dalam merawat pasien dapat sembuh dalam waktu

yang tidak terlalu lama.

2. Bagi peneliti selanjutnya perlu melakukan penelitian dengan menggunakan

metode yang lain dan menggunakan sampel yang lebih banyak agar hasil

penelitian dapat lebih objektif.

3. Bagi masyarakat sebagai bahan informasi dalam hal perawatan pasien pasca

operasi laparatomi sehingga dapat memperhatikan aspek yang dapat

menunjang penyembuhan luka operasi laparatomi.

71