Upload
others
View
40
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS GAYA BAHASA DALAM CERPEN DAMHURI
MUHAMAD YANG BERJUDUL “ JURU MASAK“
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia
Oleh :
Novelia Gitanurani
NIM : 111224022
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ANALISIS GAYA BAHASA DALAM CERPEN DAMHURI
MUHAMAD YANG BERJUDUL “JURU MASAK”
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh :
Novelia Gitanurani
NIM : 111224022
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan
kepada: Tuhan Yesus Kristus
Yang telah mencurahkan rahmat, kasih dan perlindungan
Kedua orangtua saya (Bapak Alfeus Roni Wahyudi dan
Ibu Anna Umi Rahwati)
yang selalu mendukung dan mendoakan agar saya dapat
menuntaskan pendidikan di Universitas Sanata Dharma
adik saya ( Rafael Satrio Lintang Pamungkas) yang selalu
memberikan semangat skripsi ini saya persembahkan sebagai tanda
terima kasih yang mendalam atas dukungan dan kepercayaan
yang diberikan selama ini.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
Berikanlah yang terbaik dari apa
yang kau miliki dan itu mungkin
tidak akan pernah cukup. Tetapi
tetaplah berikan yang terbaik.
Jangan pedulikan apa yang
orang lain pikirkan atas
perbuatan baik yang engkau
lakukan.
(St. Teresia dari Kalkuta)
Ketekunan adalah sebuah
kesetiaan di dalam berproses, ke
setiaan di dalam melakukan
tanggung jawab dan kesabaran
dalam menghadapi segala
macam kesulitan
(Sr. Fransist, Fch )
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Gitanurani, Novelia. 2018. Analisis Gaya Bahasa dalam Cerpen Damhuri
Muhamad yang Berjudul “Juru Masak”. Skrispsi SI. Yogyakarta: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini membahas bentuk gaya bahasa dalam cerpen karya Damhuri Muhamad yang berjudul “Juru Masak”. Penelitian ini termasuk dalam penelitian
deskriptif. Peneliti menganalisis gaya bahasa apa saja yang terdapat dalam cerpen
Juru Masak. Penelitian ini menemukan hal mengenai gaya bahasa, gaya bahasa yang
digunakan dalam cerpen Juru Masak adalah hiperbola, personifikasi, metafora,
perumpamaan, sarkasme, dan ironi. Selanjutnya gaya bahasa yang paling banyak
digunakan dalam cerpen juru masak adalah metafora sepuluh kalimat, hiperbola
enam kalimat, personifikasi lima kalimat, perumpamaan dua kalimat, sarkasme
satu kalimat, dan ironi satu kalimat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran atau
referensi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian yang lebih dalam mengenai gaya bahasa dalam cerpen.Penelitian ini dapat memberikan sumbangan
ilmu pengetahuan bagi mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa Indoneia.
Kata Kunci: cerpen dan gaya bahasa
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Gitanurani, Novelia.2018.Analysis Of Applying Language Style in Damhuri Muhamad’s Cerpen “Juru Masak“. Sikripsi S1.Yogyakarta: Indonesia
Langue Literatur Education, Teaching and education Faculty. Sanata Dharma University.
The research discusses about the language style in Damhuri Muhamad’s short story“ Juru Masak”.This research includes the descriptive research. The observer analyzed the language style used in the short story Juru Masak.
This research discovered several points, first of all was found that the language style used in the short story are hyperbole, personification, metaphor,
parable, sarcasm, and ironic. The the most used styles in the cerpen of Juru Masak are then words of metaphor of parable, six words of hyperbole, five word
of personification, two word of parable, a word of sarcasm, and a word of ironic. Hopefully, the results of this research can be ideas or references about the
language style in cerpen ( short story). This research can give same informations and knowledges for university students of Indonesia Language program.
Keywords:Short story and Languange style
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena
atas berkat rahmat perlindungannya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik dan lancar. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang
harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada prodi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Penulis menyadari bahwa skripsi ini
dapat diselesaikan berkat dukungan dari beberapa pihak. Untuk itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd. M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Rishe Purnama Dewi S.Pd., M. Hum., selaku Kaprodi PBSI Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta dan selaku dosen pembimbing, yang telah
memberikan bimbingan, motivasi, dan masukan demi kesempurnaan
skripsi ini.
3. Para dosen PBSI yang telah membagikan ilmu dan pengalamnnya selama
penulis menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Ayah dan ibu, Alfeus Rony Wahyudi dan Anna Umi Rahwati, yang telah
memberikan dukungan, doa, dan kepercayaan dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5. Adik Rafael Satrio Lintang Pamungkas yang selalu mendukung dan
memberika motivasi kepada penulis.
6. Seluruh keluarga besar yang selalu memberikan dukungan,doa, dan
perhatian kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Teman – teman PBSI atas kerjasama dan kebersamaan selama ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang
membantu penulis dengan berbagai hal dan berbagai cara demi kelancaran
penyusunan skripsi ini.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................................ iv
HALAMAN MOTO ................................................................................................................ v
HALAMAN KEASLIAN KARYA .................................................................................. vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ..................................................................... vii
ABSTRAK .............................................................................................................................. viii
ABSTRACT ............................................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. x
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ............................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 3
E. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 4
G. Batasan Istilah .................................................................................................... 4
H. Sistematika Penulisan ..................................................................................... .5
BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................................... .6
A. Penelitian Relevan ............................................................................................. .6
B. Gaya Bahasa ....................................................................................................... ..7
1. Pengertian Gaya Bahasa .......................................................................... ..7
2. Ragam Gaya Bahasa ................................................................................. ..8
C. Cerpen................................................................................................................ 21
1. Pengertian Cerpen …………………………………………… 21
2. Unsur-unsur Cerpen ……………………….……………….... 22
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Kerangka Berpikir ......................................................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................. 26
A. Jenis Penelitian ................................................................................................ 26
B. Objek Penelitian……………………………………………………26
C. Sumber Data Penelitian ................................................................................. 26
D. Instrumen Penelitian.........................................................................27
E. Teknik Pengumpulan Data........................................................................... 27
F. Teknik Analisis Data ……………………………………………....28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................... 29
A. Deskripsi Data .................................................................................................. 29
B. Hasil Penelitian…………………………………................................. 29
BAB V PENUTUP .............................................................................................................. 40
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 40
B. Saran .................................................................................................................. 40
C. Keterbatasan………………………………………………………..41
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 42
LAMPIRAN ............................................................................................................................ 43
BIODATA ................................................................................................................................ 53
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel Hasil Analisis Data ................................................................................................... 44
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Cerpen “Juru Masak” Karya Damhuri Muhamad ........................... 48
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Karya sastra merupakan suatu hasil pemikiran dan imajinasi dari
pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Karya sastra sendiri
memiliki jenis dan ragam yang sangat banyak. Jenis karya sastra terdiri dari
puisi, pantun, roman, novel, cerpen, dongeng, dan legenda. Cerpen atau cerita
pendek merupakan salah satu bagian dari karya sastra dan ceritanya biasanya
lebih pendek dibandingkan dengan novel. Cerpen biasanya berisi mengenai
permasalahan yang ada di sekitar penulis atau kegiatan sehari-hari.
Dalam cerpen terdapat beberapa unsur yang ada di dalamnya yaitu
unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik adalah unsur yang ada di
luar cerita seperti latar belakang masyarakat, latar belakang pengarang dan
sebaginya. Unsur intrinsik adalah unsur yang ada di dalam sebuah cerita seperti
tema, alur, amanat, penokohan, setting atau latar, sudut pandang, dan gaya
bahasa. Tarigan (2013: 5) mengungkapkan gaya bahasa adalah cara bagaimana
pengarang mengungkapkan isi pemikirannya lewat bahasa- bahasa yang khas
dalam uraian ceritanya sehingga menimbulkan kesan tertentu bagi para
pembacanya.
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Gaya bahasa menjadikan sebuah cerita menjadi lebih menarik bagi
pemabacanya. Setiap pengarang mempunyai ciri masing-masing dalam
penggunaan atau pemakaian gaya bahasa sehingga, cerpen atau karya yang lain
memiliki gaya penyampaian yang berbeda-beda. Gaya bahasa dan kosa kata
mempunyai hubungan erat, hubungan timbal balik. Semakin kaya kosa kata
seseorang, semakin beragam pulalah gaya bahasa yang dipakainya.
Saat ini banyak bermunculun pengarang dengan karya sastranya salah
satunya yaitu cerpen. Banyaknya cerpen yang bermunculun tentunya membuat
kita mempunyai referensi atau sumber bacaan untuk kita nikmati. Sekarang ini
banyak cerpen yang bermunculan dengan menggunakan berbagai ciri dan gaya
bahasa masing-masing sesuai dengan tingkat ciri khas pengarang tersebut.
Belakangan ini banyak pengarang menggunakan gaya bahasa tanpa
memperhatikan kaidah kebahasaan atau menggunakan bahasa gaul. Hal ini
tentunya karena dipengaruhi oleh kemajuan teknologi yang ada dan pengarang
juga mengikuti selera para pembaca saat ini. Bahasa yang digunakan dalam
cerpen saat ini cenderung menggunakan bahasa sehari-hari.
Damhuri Muhamad adalah seorang sastrawan dan penulis Indosesia. Ia
aktif dalam menulis cepen. Ia banyak menulis cerpen, esai, dan sebagainya
dimedia nasional seperti Kompas, Media Indonesia, Suara Pembaharuan,
Republika dan masih banyak lagi. Beberapa karya tulis yang sudah
dipublikasikan antara lain Laras, Tubuhku Milikku (2005), Lidah Sembilu
(2006), Cinta di Atas Perahu Cadik (2008), Juru Masak (2009). Salah satu
cerpen karya Damhuri Muhamad yang berjudul “Juru Masak” merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
cerpen yang sangat menarik. Cerpen tersebut memiliki alur yang terjalin
dengan indah, penokohan yang ada dalam cerpen tersebut mampu digambarkan
dengan baik oleh pengarang sehingga para pembaca dapat merasakan apa yang
tengah dirasakan oleh para tokoh. Selain itu cerpen berjudul “Juru Masak” ini
banyak menggunakan bahasa yang khas sehingga cerpen ini memiliki ciri khas
tersendiri yaitu menggunakan gaya bahasa yang digunakan dalam cerpen ini
sangat beragam. Tentunya hal ini sangat menarik karena pada saat ini banyak
pengarang tidak terlalu memperhatikan penggunaan gaya bahasa karena
kebanyakan dari pengarang yang ada sekarang menggunakan bahasa gaul atau
bahasa sehari-hari.
Dengan adanya permasalah seperti di atas peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai gaya bahasa yang terdapat dalam cerpen “Juru
Masak” karya Damhuri Muhamad. Peneliti ingin meneliti gaya bahasa apa saja
yang terdapat dalam cerpen dan menganalisisnya lebih mendalam. Diharapkan
dengan penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai ragam gaya
bahasa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan permasalahan penelitian
sebagai berikut: gaya bahasa apa saja yang terdapat pada cerpen yang berjudul
“Juru Masak”?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gaya
bahasa dalam cerpen karya Damhuri Muhamad yang berjudul “Juru Masak”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak–
pihak berkepentingan sehingga penelitian ini berguna untuk menambah
wawasan dan pengetahuan. Penelitian ini juga diharapkan dapat
menyumbangkan ilmu pengetahuan.
1. Manfaat Teoretis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
menambah wawasan dalam bidang kebahasaan khususnya mengenai
gaya bahasa.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kebahasaan bagi
pembaca maupun penulis jurnal khususnya mengenai gaya bahasa
dalam penggunaanya pada karya sastra khususnya cerpen.
E. Batasan Istilah
Penelitian yang saya lakukan ini ditemukan beberapa batasan istilah.
Terdapat dua batasan istilah dalam penelitian ini. Batasan istilah dalam
penelitian ini antara lain:
1. Gaya bahasa adalah bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan
efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda
atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum (Tarigan,
2013: 5).
2. Cerpen adalah cerita yang membatasi diri dalam membahas salah satu
unsur fiksi dalam aspeknya yang terkecil (Sumardjo, 1984: 68).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini tersusun atas lima bab yaitu; Bab I Pendahuluan yang terdiri
dari; (1) Latar Belakang Masalah, (2) Rumusan Masalah, (3) Tujuan
Penelitian, (4) Manfaat penelitian, (5) Batasan Istilah, (6) Sistematika
Penulisan. Sementara dalam Bab II Landasan Teori yang terdiri dari; (1) Gaya
Bahasa, (2) Cerpen, (3) Kerangka Berfikir. Dalam Bab III terdiri dari: (1)
Jenis Penelitian, (2) Objek Penelitian, (3) Sumber Penelitian, (4) Instrumen
Penelitian, (5) Teknik Pengumpulan Data, (6) Teknik Analisis Data.
Kemudian dalam Bab IV Pembahasan dan Hasil Penelitian yang terdiri dari:
(1) Deskripsi Data, (2) Hasil Penelitian. Selanjutnya Bab V Kesimpulan,
Keterbatasan, Saran yang terdiri dari: (1) kesimpulan, (2) keterbatasan, (3)
Saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penelitian yang Relevan
Penelitian mengenai analisis gaya bahasa sudah banyak dilakukan oleh
penelitian yang lain. Penelitian ini sangat beragam sesuai dengan
permasalahan yang diamati. Hal yang menjadi keberagaman penelitian
mengenai gaya bahasa adalah sumber data yang dianalisis.
Penelitian mengenai gaya bahasa yang dilakukan oleh Elisabeth Apti
Elita Sari (2016) dalam skripsi yang berjudul Gaya Bahasa dan Struktur
Feautre Perjalanan Majalah Intisari Edisi Januari 2016: Studi Kasus. Hasil
penelitian ini berisikan (1) teknik mengelola data, (2) pengorganisasian data,
(3) tahap penemuan hasil penyesuaian data. Skripsi ini mengkaji gaya bahasa
dan struktur dalam feature. Teknik pengelolaan data yang digunakan adalah
penelitian kualitataf serta tujuan dari penelitian tersebut adalah mengetahui
gaya bahasa dan struktur feature pada majalah Intisari.
Penelitian mengenai cerpen dilakukan oleh Ita Oktafiani Indrawati
(2012) dalam skripsi yang berjudul Analisis Cerpen “Doa yang Mengancam”
Karya Jujur Prananto dengan Pendekatan Strukturalisme Genetik dan
Implementasinya dalam Bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XII, Semester I. Hasil penelitian ini
berisikan mendeskrisipkan keseluruhan unsur intrinsik cerpen. Kemudian
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
peneliti menyusun bahan pembelajaran sebagai wujud implementasi analisis
cerpen dalam bentuk silabus maupun RPP.
Penelitian yang sudah ada tersebut memiliki beberapa persamaan dengan
penelitian yang saya lakukan yaitu mengenai analisis gaya bahasa. Perbedaan
penelitian saya dengan penelitian yang sudah ada yaitu menganalisis gaya
bahasa yang terdapat dalam cerpen karya Damhuri Muhamad yang berjudul
“Juru masak” dengan pendekatan yang berbeda dan lebih menekankan kepada
analisis gaya bahasa.
B. Gaya Bahasa
Keraf (1981: 99) mengungkapkan dilihat dari segi bahasa, gaya bahasa
memungkinkan kita dapat menilai pribadi, watak dan kemampuan seseorang
yang menggunakan bahasa tersebut. Semakin baik gaya bahasanya, semakin
baik pula penilaian orang terhadapnya. Semakin buruk gaya bahasa seseorang,
semakin buruk pula penilaian diberikan kepadanya.
1. Pengertian Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah bahasa indah yang digunakan untuk
meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan
suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa gaya bahasa cara mengungkapkan
pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan
kepribadian penulis atau pemakai bahasa (Tarigan, 2013: 5).
Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur yaitu
kejujuran, sopan – santun, dan menarik (Keraf, 1985: 113). Dari beberapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
pengertian di atas, gaya bahasa dapat didefinisikan cara bagaimana pengarang
mengungkapkan isi pemikirannya lewat bahasa – bahasa yang khas dalam
uraian ceritanya sehingga menimbulkan kesan tertentu.
2. Ragam Gaya bahasa
Gaya bahasa dapat ditinjau dari bermacam-macam sudut pandang,
maka sulit diperoleh kata sepakat mengenai suatu pembagian yang bersifat
menyeluruh dan diterima oleh semua pihak. Gaya bahasa yang beraneka
ragam dapat dibagi menjadi empat kelompok. Tarigan (2013) gaya bahasa
dapat dibagi menjadi empat kelompok yaitu:
1) Gaya Bahasa Perbandingan
Tarigan (2013: 8) mengungkapkan bahwa di dalam gaya bahasa
perbandingan terbagi menjadi beberapa kelompok gaya bahasa yaitu
sebagai berikut.
a. Perumpamaan
Perumpamaan adalah asal kata simile dalam bahasa Inggris. Kata
simile dari bahasa latin yang bermakna seperti. Tarigan (2013: 9)
mengungkapkan perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada
hakikatnya berlainan dan yang sengaja kita anggap sama. Berikut ini
merupakan beberapa contoh dari gaya bahasa perumpamaan.
(1) Seperti air dengan minyak
(2) Ibarat mencencang air (3) Bak cacing kepanasan
Tarigan (2013: 9)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
b. Metafora
Metafora ialah perbandingan yang implisit jadi tanpa kata seperti
atau sebagai diantara dua hal yang berbeda (Moeliono, 1984: 3).
Tarigan (2013: 15) mengungkapkan metafora adalah sejenis gaya
bahasa perbandingan yang paling singkat, padat, tersusun rapih.
Berikut ini merupakan beberapa contoh dari gaya bahasa metafora.
(1) Kata adalah pedang tajam karena mampu membuat orang lain
terluka. (2) Ali adalah mata keranjang banyak wanita yang hadir dalam
kehidupannya. (3) Aku terus memburu untung agar mimpiku segera menjadi
kenyataan memiliki rumah idaman.
c. Personifikasi
Tarigan (2013: 17) mengungkapkan personifikasi ialah jenis majas
yang melekatkan sifat– sifat insani kepada benda yang tidak bernyawa
dan ide yang abstrak. Berikut ini merupakan beberapa contoh dari
gaya bahasa personifikasi.
(1) Angin yang meraung ditengah malam yang gelap itu menambah
lagi ketakutan kami (2) Matahari baru saja kembali keperaduannya, ketika kami tiba
disana.
d. Depersonifikasi
Tarigan (2013: 21) mengungkapkan gaya bahasa depersonifikasi
atau pembendaan, adalah kebalikan dari gaya bahasa personifikasi.
Apabila personifikasi menginsankan atau memanusiakan benda–
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
benda, maka depersonifikasi justru membendakan manusia atau insan.
Berikut ini beberapa contoh dari gaya bahasa depersonifikasi.
(1) Bila kakanda menjadi darah, maka adinda menjadi daging
(2) Sekiranya suami menjadi ombak, maka istri menjadi pantai
(3) Kalau dikau menjadi samudra, maka daku menjadi bahtera
Tarigan (2013: 21)
e. Alegori
Tarigan (2013: 24) mengungkapkan alegori adalah cerita yang
dikisahkan dalam lambang–lambang. Biasanya alegori merupakan
cerita – cerita yang panjang dan rumit dengan maksud dan tujuan yang
terselubung. Berikut ini beberapa contoh dari gaya bahasa alegori.
(1) Cerita kancil dengan buaya (2) Cerita kancil dengan kura–kura
Tarigan (2013: 25)
f. Antitesis
Tarigan (2013: 26) mengungkapkan antitesis adalah gaya bahasa
gaya bahasa yang mengadakan komparasi atau perbandingan antara
dua antonym yaitu kata–kata yang mengandung ciri–ciri semantik
yang bertentangan. Berikut ini beberapa contoh dari gaya bahasa
antithesis.
(1) Dia bergembira–ria atas kegagakanku dalam ujian itu. (2) Pada saat kami berduka cita atas kematian paman, mereka
menyambutnya dengan kegembiraan tiada tara. (3) Kecantikannyalah justru yang mencelakakannya
Tarigan, (2013: 26)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
g. Pleonasme dan Tautologi
Tarigan (2013: 28) mengungkapkan pleonasme adalah pemakaian
kata yang mubazir atau berlebihan yang sebenarnya tidak perlu.
Berikut ini beberapa contoh dari gaya bahasa pleonasme.
(1) Saya telah mencatat kejadian itu dengan tangan saya sendiri.
(2) Dia telah menebus sawah itu dengan uang tabungannya sendiri.
Tarigan (2013: 28)
Suatu acuan kita sebut tautologi klau kata yang berlebihan pada
dasarnya mengandung sebuah perulangan dari sebuah kata yang lain.
Berikut ini merupakan contoh dari gaya bahasa tautologi.
(1) Kami tiba di rumah jam 04.00 subuh. (2) Orang meninngal itu menutup mata untuk selama–lamanya.
Tarigan (2013: 29)
h. Perifrasis
Tarigan (2013: 31) mengungkapkan perifrasis adalah gaya bahasa
yang mirip dengan pleonasme. Keduanya menggunakan kata–kata
yang lebih banyak daripada yang dibutuhkan. Perbedaanya adalah
kata–kata yang berlebihan itu pada prinsipnya dapat diganti dengan
sebuah kata saja. Berikut ini merupakan contoh dari gaya bahasa
perifrasis.
(1) Pemuda itu menumpahkan segala isi hati dan segala harapan kepada gadis desa itu (cinta).
(2) Saya menerima segala saran,petuah, petunjuk yang sangat berharga dari bapak lurah(nasehat).
Tarigan (2013: 31)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
2) Gaya Bahasa Pertentangan
Tarigan (2013: 55) mengungkapkan bahwa di dalam gaya bahasa
pertentangan terbagi menjadi beberapa kelompok gaya bahasa yaitu
sebagai berikut.
a. Hiperbola
Tarigan (2013: 55) mengungkapkan hiperbola adalah gaya bahasa
yang mengandung pernyataan yang melebih–lebihkan dengan maksud
memberikan penekanan pada suatu pernyataan. Berikut ini merupakan
contoh dari gaya bahasa hiperbola.
(1) Kurus kering tiada daya kekurangan pangan buat pengganti
kelaparan (2) Tabungannya berjuta–juta, emasnya berkilo–kilo, sawahnya
berhektar–hektarsebagai pengganti dia kaya.
Tarigan (2013: 56)
b. Litotes
Tarigan (2013: 58) mengungkapkan litotes adalah majas yang di
dalam pengungkapannya menyatakan sesuatu yang positif dengan
bentuk yang negatif atau bentuk yang bertentangan. Berikut ini
merupakan contoh dari gaya bahasa litotes.
(1) Icuk Sugiarto sama sekali bukan pemain jalanan. (2) Anak itu sama sekali tidak bodoh.
Tarigan (2013: 59)
c. Ironi
Tarigan (2013: 61) mengungkapkan ironi adalah majas yang
menyatakan makna yang bertentangan, dengan maksud mengolok–
olok. Berikut ini merupakan contoh dari gaya bahasa ironi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
(1) Aduh bersihnya kamar ini, puntung rokok dan sobekan kertas bertebaran di lantai.
(2) O, kamu cepat bangun, baru pukul Sembilan pagi sekarang ini.
Tarigan (2013: 62)
d. Oksimoron
Tarigan (2013: 63) mengungkapkan oksimoron adalah gaya bahasa
yang mengandung pertentangan dengan menggunakan kata – kata yang
berlawanan dalam frase yang sama. Berikut ini merupakan contoh dari
gaya bahasa oksimoron.
(1) Olah raga mendaki gunung memang menarik hati walaupun sangat berbahaya.
(2) Siaran televisi dapat dipakai sebagai sarana perdamaian namun dapat pula sebagai penghasut peperangan.
Tarigan, (2013: 63)
e. Satire
Tarigan (2013: 70) mengungkapkan satire adalah ungkapan yang
menertawakan atau menolak susatu. Satire mangandung kritik tentang
kelemahan manusia. Tujuan utamanya adalah agar diadakan perbaikan
secara etis maupun estetis.
f. Paradoks
Tarigan (2013: 77) mengungkapkan paradoks adalah suatu
pernyataan yang bagaimanapun diartikan selalu berakhir dengan
pertentangan. Berikut ini merupakan contoh dari gaya bahasa paradoks.
(1) Aku kesepian di tengah keramaian (2) Dia kedinginan di kota Jakarta yang panas.
Tarigan (2013: 78)
g. Sinisme
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Tarigan (2013: 91) mengungkapkan sinisme adalah sejenis gaya
bahasa yang berupa sindiran yang berbentuk kesangsian yang
mengandung ejekan terhadap keiklasan dan ketulusan hati. Berikut ini
contoh dari gaya bahasa sinisme.
(1) Tidak dapat disangkal lagi bahwa bapaklah orangnya, sehingga keamanan dan ketentraman di daerah ini akan ludes bersamamu.
(2) Memang tidak dapat diragukan lagi bahwa andalah yang paling kaya di dunia yang mampu membeli kelima benua di bumi ini.
Tarigan (2013: 91)
h. Sarkasme
Tarigan (2013: 92) mengungkapkan sarkasme adalah sejenis gaya
bahasa yang mengandung olok–olok atau sindiran pedas dan menyakiti
hati. Berikut ini contoh dari gaya bahasa sarkasme.
(1) Mulutmu harimau (2) Cara dudukmu menghina kami
Tarigan (2013: 92)
i. Klimaks
Tarigan (2013: 79) klimaks adalah jenis haya bahasa yang berupa
susunan ungkapan yang semakin lama semakin mengandung urutan–
urutan pikiran yang setiap kali meningkat kepentingannya dari
gagasan–gagasan sebelumnya. Berikut inimerupakan contoh dari gaya
bahasa klimaks.
(1) Setiap guru yang berdiri di depan kelas harus mengetahui, memahami, seta menguasai bahan yang diajarkannya.
(2) Sorang guru harus bertindak sebagai pengajar, pembibing,
penyuluh, pengelola, penilai, pemberi kemudahan, atau pendidik yang sejati.
Tarigan (2013: 79)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
3) Gaya Bahasa Pertautan
Tarigan (2013: 121) mengungkapkan bahwa di dalam gaya bahasa
pertautan terbagi menjadi beberapa kelompok gaya bahasa yaitu sebagai
berikut:
a. Metonomia
Tarigan (2013: 121) mengungkapkan metonomia adalah majas
yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan nama
orang,barang, atau hal sebagai penggantinya. Berikut ini contoh dari
gaya bahasa metonomia.
(1) Terkadang pena lebih tajam daripada pedang. (2) Saya tidak dapat membaca dengan jelas kini karena kontak lensa saya jatuh dan pecah.
Tarigan (2013: 122)
b. Sinekdoke
Tarigan (2013: 123) mengungkapkan sinekdoke adalah majas yang
menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhannya,
atau sebaliknya. Majas sinekdoke dibagi menjadi dua macam yaitu:
Majas ini digunakan untuk menyatakan keseluruhan bagian
dari suatu objek tetapi hanya menyebut sebagian dari objek
tersebut. Berikut ini merupakan contoh dari majas sinekdoke pras
prototo.
(1) seekor ayam yang masuk ke dalam rumah sudah membuat ibu
sangat kewalahan.
Tarigan (2013: 123)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
(b) Sinekdoke Totem Proparte
Majas ini digunakan untuk menyatakan sebagian dari suatu
objek dengan menyebutkan keseluruhan bagiannya atau objek lain
yang mempunyai makna luas. Berikut ini merupakan contoh dari
gaya bahasa sinemdoke totem proparte.
(1) Indonesia meraih emas dalam olimpiade matematika tahun
2016.
Tarigan (2013: 123)
c. Alusi
Tarigan (2013: 124) mengungkapkan alusi adalah gaya bahasa
yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau tokoh
berdasarkan anggapan adanya pengetahuan bersama yang dimiliki oleh
pengarang dan pembaca serta adanya kempuan para pembaca untuk
menangkap pengacuan itu. Berikut ini contoh dari gaya bahasa alusi.
(1) Saya ngeri membayangkan kembali peristiwa Westerling di
Sulawesi Selatan. (2) Tugu ini mengenenangkan kembali ke peristiwa Bandung Selatan.
Tarigan (2013: 124)
d. Eufemisme
Tarigan (2013: 125) eufemisme ialah ungkapan yang lebih halus
sebagai pengganti ungkapan yang dirasa kasar atau tidak
menyenangkan. Berikut ini merupakan contoh dari gaya bahasa
eufimisme.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
(1) Tunaaksara pengganti buta huruf (2) Tunakarya pengganti tidak mempunyai pekerjaan
Tarigan (2013: 126)
e. Epitet
Tarigan (2013: 128) mengungkapkan epitet adalah gaya bahas
yang mengandung acuan yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang
khas dari seseorang atau suatu hal. Berikut ini merupakan contoh gaya
bahasa epitet.
(1) Lonceng pagi bersahut–sahutan di desa terpencil ini menyongsong mentari bersinar. (lonceng pagi : ayam jantan).
(2) Putri malam menyambut kedatangan para remaja yang sedang dimabuk asmara ( putri malam : bulan).
Tarigan (2013: 128)
f. Asindenton
Tarigan (2013: 136) mengungkapkan asindenton adalah semacam
gaya bahasa yang berupa acuan padat dan mapat dimana beberapa
kata,frase,atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata
sambung. Berikut ini merupakan contoh gaya bahasa asindenton.
(1) Ayah,ibu, ana, merupakan inti suatu keluarga. (2) Vini, vidi, vici, adalah ucapan Julius Caesar yang berarti saya
dating, saya lihat, saya menang.
Tarigan (2013: 136)
g. Polisindenton
Tarigan (2013: 137) mengungkapkan polisindenton adalah suatu
gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari asindenton. Berikut ini
contoh dari gaya bahasa polisindenton.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
(1) Polisi menangkap pak Ogah beserta istrinya beserta anak–anaknya beserta pembantunya dan membawanya ke penjara.
(2) Harga padi dan jagung dan sayur mayur sangat menggembirakan para petani tahun ini.
Tarigan (2013: 137)
h. Elipsis
Tarigan (2013: 133) mengungkapkan elipsis adalah gaya bahasa
yang di dalamnya dilaksanakan penanggalan atau penghilangan salah
satu beberapa unsur penting dalam kontruksi sintaksis yang lengkap.
Berikut ini contoh dari gaya bahasa ellipsis.
(1) Mereka ke Jakarta minggu yang lalu. ( penghilangan predikat : pergi, berangkat).
(2) Orang itu memukul dengan sekuat daya (penghilangan objek saya,istrinya, ular, kepala pamannya, dan lain- lain)
Tarigan (2013: 133)
i. Erotesis
Tarigan (2013: 130) Erotesis adalah gaya bahasa yang berupa
pertanyaan yang digunakan dalam tulisan atau pidato yang bertujuan
untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar,
dan sama sekali tidak menuntut jawaban. Berikut ini merupakan contoh
dari gaya bahasa erotesis.
(1) Apakah sudah wajar kesalahan atau kegagalan itu ditimpakan seluruhnya kepada guru?
(2) Para gurukah yang harus menanggung akibat semua kegagalan dan kemerosotan pendidikan di Tanah Air tercinta ini?
Tarigan (2013: 130)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
4) Gaya Bahasa Perulangan
Tarigan (2013: 175) mengungkapkan bahwa di dalam gaya bahasa
` perulangan terbagi menjadi beberapa kelompok gaya bahasa yaitu
sebagai berikut:
a. Alitrasi
Tarigan (2013: 175) mengungkapkan alitrasi adalah gaya bahasa
yang berwujud perulangan konsonan yang sama. Berikut ini contoh dari
gaya bahasa alitrasi.
(1) Dara damba daku (2) Datang dari danau.
Tarigan (2013: 175)
b. Asonansi
Tarigan (2013: 176) mengungkapkan asonansi adalah gaya bahasa
repetisi yang berwujud perulangan vokal yang sama. Berikut ini contoh
dari gaya bahasa asonansi.
(1) Muka muda mudah muram (2) Tiada siaga tiada biasa
Tarigan, (2013: 176)
c. Antanaklasis
Tarigan (2013: 179) antanaklasis adalah gaya bahasa yang
mengandung ulangan kata yang sama dengan makna yang berbeda.
Berikut ini merupakan contoh dari gaya bahasa antanaklasis.
(1) Buah bajunya terlepas membuat buah dadanya hampir–hampir keliatan.
(2) Karena buah penanya itu diapun menjadi buah bibir masyarakat.
Tarigan, (2013: 180)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
d. Kiasmus
Tarigan (2013: 180) mengungkapkan kiasmus adalah gaya bahasa
yang berisikan perulangan dan sekaligus inversi antara dua kata dalam
satu kalimat. Berikut ini contoh dari gaya bahasa kiasmus.
(1) Yang kaya merasa dirinya miskin, sedangkan yang miskin justru merasa dirinya kaya.
(2) Tidak usah heran bila orang cantik merasa jelek, sedangkan orang jelek merasa cantic.
Tarigan (2013: 181)
e. Tautotes
Tarigan (2013: 183) mengungkapkan tautotes adalah gaya bahasa
perulangan atau repetisi atas sebuah kata berulang–ulang dalam
sebuah kontruksi. Berikut ini contoh dari gaya bahasa tautotes.
(1) Aku menuduh kamu, kamu menuduh aku, aku dan kamu saling menuduh, kamu dan aku berseteru.
(2) Kau adalah aku. Aku adalah kau, kau dan aku menjadi padu.
Tarigan (2013: 183)
f. Simploke
Tarigan (2013: 187) mengungkapkan simploke adalah sejenis gaya
bahasa yang berisi repetisi yang berisi perulangan pada awal dan akhir
beberapa baris atau kalimat berturut–turut. Berikut ini contoh dari
gaya bahasa simploke.
(1) Kau katakan aku wanita pelacur.aku katakan biarlah kau katakan aku wanita mesum.aku katakan biarlah.
Tarigan (2013: 187)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
C. Cerpen
Heru dan Sutardi (2012: 59) mengungkapkan bahwa cerpen adalah
rangkaian peristiwa yang terjalin menjadi satu yang di dalamnya terjadi
konflik antar tokoh atau dalam diri tokoh itu sendiri dalam latar dan alur. Pada
cerpen peristiwa dideskripsikan dengan kata-kata sebagai perasaan imajinasi
pengarang terhadap suatu peristiwa yang dibayangkannya.
1. Pengertian cerpen
Jacob Sumarjo (dalam Andri Wicaksono, 2014: 55) mengungkapkan
bahwa cerita pendek adalah seni, keterampilan menyajikan cerita, yang di
dalamnya merupakan suatu kesatuan bentuk utuh, manunggal, dan tidak ada
bagian yang tidak perlu, tetapi juga ada bagian yang terlalu banyak. Burhan
Nurgiantoro (dalam Andri Wicaksono, 2014: 55) mengatakan bahwa cerpen
adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira–kira
berkisar antara setengah sampai dua jam suatu hal yang kiranya tak mungkin
dilakukan oleh novel. Wicaksono (2014: 56) mengungkapkan cerpen adalah
suatu cerita fiksi yang berbentuk prosa yang sangat singkat dan pendek yang
unsur ceritanya terpusat pada suatu peristiwa pokok.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa cerpen adalah suatu
cerita fiksi yang dapat dibaca dalam sekali habis dan biasanya konflik yang
terjadi langsung dapat diselesaikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
2. Unsur–Unsur Cerpen
Cerpen memiliki unsur–unsur yang membangun cerita di dalamnya.
Wicaksono (2014: 57) mengungkapkan unsur–unsur intrinsic cerpen meliputi:
a. Tema Cerita
Sugihastuti dan Suharto dalam Wicaksono (2014: 57)
mengungkapkan bahwa tema menjadi unsur cerita yang memberikan makna
dan kekuatan sekaligus unsur pemersatu semua fakta dan sarana cerita.
Tema dipandang sebagai dasar arti atau gagasan dasar umum sebuah karya.
b. Alur Cerita
Wicaksono (2014: 58) mengungkapkan alur cerita ialah peristiwa
yang jalin-menjalin berdasar atas urutan atau hubungan tertentu. Sebuah
rangkaian peristiwa dapat terjalin berdasar atas urutan waktu, urutan
kejadian, atau hubungan sebab akibat.
c. Penokohan
Wicaksono (2014: 59) mengungkapkan tokoh cerita ialah orang–
orang yang ditampilka dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh
pembaca ditafsirkan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.
Sedangkan penokohan ialah pelukisan gambaran yang jelas tentang
seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.
d. Latar
Latar menurut Kenney dalam Wicaksono (2014: 62) merupakan
atmosfer karya sastra yang mendukung masalah tema, alur, dan penokohan.
Latar meliputi penggambaran geografis, termasuk topografi, pemandangan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
perincian perlengkapan sebuah ruang.
e. Sudut Pandang
Stanton dalam Wicaksono (2014: 64) mengemukakan mengenai
sudut pandang yang di tiap-tiap keutuhan suatu cerita dalam satu karakter
sebagai pandangan secara emosional terbelit atau terlepas akan memicu
ketitik sadaran pembaca sehinggam masuk dalam cerita. Sudut pandang
merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang
untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya.
f. Moral
Moral menurut Daves dalam Wicaksono (2014: 69) bahwa dalam
moral terkandung nilai kesusilaan yang merupakan aturan-aturan atau
hukum yang membentuk larangan. Sebuah karya fiksi ditulis oleh
pengarang untuk menawarkan model kehidupan yang diidealkannya.
g. Gaya Bahasa dan Nada
Pengarang menggunakan bahasa dalam mengekspresikan
karyanya. Suminto A. Sayuti dalam Wicaksono (2014: 71) menjelaskan
bahwa gaya merupakan kemahiran seorang pengarang dalam memilih dan
menggunakan kata–kata, kelompok kata, kalimat, dan ungkapan yang pada
akhirnya akan ikut menentukan keberhasilan, keindahan, dan kemasuk-
akalan suatu karya yang menjadi hasil ekspresi dirinya.
h. Unsur Leksikal
Wicaksono (2014: 76) mengungkapkan unsur leksikal yang
dimaksud sama pengertiannya dengan diksi, yaitu yang mengacu pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
pengertian penggunaan kata-kata tertentu yang disengaja dipilih oleh
pengarang.
i. Unsur Gramatikal
Wicaksono (2014: 78) mengungkapkan unsur gramatikal yang
dimaksud menyaran pada pengertian struktur kalimat. Dalam sastra,
pengerang mempunyai kebebasan penuh dalam mengkreasikan bahasa
sehingga adanya berbagai bentuk penyimpangan kebahasaan, termasuk
penyimpangan struktur kalima.
j. Retorika
Wicaksono (2014: 80) mengungkapkan retorika merupakan suatu
cara penggunaan bahasa untuk memperoleh efek estetis. Diperoleh melalui
kretivitas pengungkapan bahasa yakni, bagaimana pengarang menyiasati
bahasa sebagai sarana untuk mengungkapkan gagasannya.
C. Kerangka Berpikir
Pada penelitian ini, hal yang pertama dilakukan oleh peneliti adalah
mencari cerita pendek yang akan dianalisis gaya bahasanya. Peneliti memilih
cerita pendek “Juru Masak” karya Damhuri Muhamad untuk dianalisis karena
cerpen tersebut memiliki banyak bahasa kiasan dan bukan arti sebenarnya.
Cerita pendek “Juru Masak” berjumlah lima halaman. Setelah mencari cerita
pendek, kemudian peneliti membaca keseluruhan isi cerita pendek “Juru
Masak” karya Damhuri Muhamad. Setelah membaca,selanjutnya peneliti
menganalisis gaya bahasa dengan cara simak dan catat yaitu menyimak cerpen
dan mencatat gaya bahasa yang ada dalam cerpen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Setelah menemukan gaya bahasa yang ada dalam cerpen “Juru Masak”
peneliti memasukkan kedalam tabel analisis gaya bahasa. Peneliti kemudian
membahas tabel analisis gaya bahasa secara lebih mendalam dengan
penjabaran yang lebih mendetail. Hasil dari penelitian ini berupa analisis gaya
bahasa yang terdapat dalam cerpen “Juru Masak” karya Damhuri Muhamad.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian dengan cara
mengumpulkan informasi meengenai status suatu gejala yang ada yaitu,
keadaan menurut apa adany asaat penelitian dilakukan (Arikunto, 1990: 309).
Arikunto (1990: 310) mengungkapkan penelitian deskriptif tidak dimaksudkan
untuk menguji hipotesis tertentu, melainkan hanya menggambarkan dengan“
apa adanya” suatu variabel, gejala, atau suatu keadaan.
B. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah cerpen yang berjudul “ Juru Masak” karya
Damhuri Muhamad. Penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan struktural. Pendekatan struktural bertujuan memaparkan secermat
mungkin fungsi dan keterkaitan antara karya sastra dan menunjukan hubungan
antar unsur tersebut (Nurgiyanto, 1995 : 37).
C. Sumber Data Penelitian
Noor (2011: 137) menyatakan bahwa data adalah sumber informasi
yang diterima sebagai suatu kenyataan atau fenomena empiris, wujudnya
dapat merupakan seperangkat ukuran (kuantitatif, berupa angka-angka) atau
berupa kata-kata (kualitatif).
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Data dalam penelitian ini berupa analisis gaya bahasa dalam cerpen
berjudul “Juru Masak” yang terdapat pada buku Bahasa Indonesia Ekspresi
Diri dan Akademik Kelas XI Semester I. Cerpen “ Juru Masak” terdapat pada
halaman tujuh hingga sebelas yang terdiri dari lima halaman. Penerbit dari
buku dari data penelitian ini adalah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
yang diterbitkan pada tahun 2013.
D. Instrumen Penelitian
Arikunto (2010: 203) mengungkapkan instrumen penelitian adalah alat
atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap, dan sistematis.
Moleong (2008: 168) menegaskan bahwa kedudukan peneliti dalam
penelitian kualitatif adalah sebagai perencana, pelaksana, pengumpul,
penganalisis, penafisiran data, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil
penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
simak dan catat. Peneliti menyimak cerpen yang ada dan menuliskan gaya
bahasa yang telah ditemukan dalam cerpen tersebut.
E. Teknik pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan penelitian kualitatif.
Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2007: 3) merupakan prosedur penelitian
yang menghasilkan data desktiptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati. Jane Richie (dalam Moleong, 2006: 6)
penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan dunia sosial, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
perspektifnya di dalam dunia, dari segi konsep, perilaku, presepsi, dan
persoalan manusia yang diteliti. Secara khusus penelitian ini menggunakan
teknik simak dan catat yaitu penelitian dengan pengumpulan data dengan
sumber dokumen.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis
deskriptif, yaitu memaparkan secara rinci data dan analisis data dalam bentuk
kalimat. Proses dari analisis data dilakukan dengan beberapa tahap yaitu,
1. Peneliti membaca terlebih dahulu cerpen “ Juru Masak” karya
Damhuri Muhamad secara cermat dan teliti.
2. Peneliti mencatat gaya bahasa apa saja yang terdapat dalam cerpen
Juru Masak Karya Damhuri Muhamad
3. Peneliti menganalisis gaya bahasa yang telah ditemukan yang terdapat
dalam cerpen “Juru Masak” karya Damhuri Muhamad dan
mencatatnya
4. Peneliti membuat tabel dan memasukkan data yang telah ditemukan
oleh peneliti berupa gaya bahasa yang ada dalam cerpen “Juru Masak”
karya Damhuri Muhamad beserta dengan alasan mengenai gaya bahasa
yang telah ditemukan.
5. Peneliti menguraikan analisis gaya bahasa dalam cerpen “Juru Masak”
karya Damhuri Muhamad yang telah ditemukan secara lebih
mendalam dan mendetail dengan menggunakan kalimat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dari buku Bahasa Indonesia Ekspresi
Diri dan Akademik Kelas XI Semester I. Cerpen ini terdiri dari lima halaman.
Berdasarkan langkah-langkah penelitian pada bab III, peneliti akan
menyajikan data yang terkumpul tentang gaya bahasa yang terdapat pada
cerpen. Hasil analisis data yang ditemukan oleh peneliti terdapat enam gaya
bahasa yang ada dalam cerpen yang berjudul “Juru Masak”. Enam gaya
bahasa tersebut adalah gaya bahasa hiperbola yang terdiri dari enam kalimat,
gaya bahasa personifikasi yang terdiri dari lima kalimat, gaya bahasa
metafora yang terdiri dari sepuluh kalimat, gaya bahasa perumpamaan yang
terdiri dari dua kalimat, gaya bahasa sarkasme yang terdiri dari satu kalimat,
dan gaya bahasa ironi yang terdiri dari satu kalimat. Peneliti membuat tabel
untuk mempermudah dalam mengelompokkan data yang telah ditemukan dan
peneliti menjabarkan data yang telah ditemukan secara lebih mendalam.
B. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini, peneliti akan memaparkan gaya bahasa apa saja
yang terdapat di dalam cerpen dan memaparkan gaya bahasa tersebut secara
lebih mendalam.
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
1. Hiperbola
Tarigan (2013: 55) mengungkapkan hiperbola adalah sejenis gaya bahasa
yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan jumlahnya, ukurannya
atau sifatnya dengan maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau
situasi untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya. Gaya
bahasa hiperbola yang ada pada cerpen “Juru Masak” terdapat enam kalimat.
Berikut merupakan hasil analisis cerpen.
(a) Analisis 1
Ditemukan dalam cerpen “Juru Masak” pada kalimat.
“Akibatnya, berseraklah fitnah dan cela yang mesti ditanggung oleh tuan rumah “.
Kata bercetang miring tersebut merupakan gaya bahasa hiperbola karena
menggambarkan dan mengungkapkan keadaan yang melebih–lebihkan.
Arti kata dari berseraklah fitnah ialah banyaknya fitnah yang
bermunculan atau banyaknya fitnah yang timbul.
(b) Analisis 2
Ditemukan dalam cerpen “Juru Masak” pada kalimat.
“Di usia senja, dia masih tangguh menahan kantuk, tangannya tetap gesit meracik bumbu, masih kuat ia berjaga semalam suntuk”.
Kata bercetang miring tersebut merupakan gaya bahasa hiperbola karena
menggambarkan keadaan yang melebih–lebihkan. Arti kata Semalam
suntuk ialah selama semalaman penuh atau semalaman hingga menjelang
pagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
(c) Analisis 3
Ditemukan dalam cerpen “Juru Masak” pada kalimat.
“Walau terasa semanis gula, tak bakal langsung direguknya, meski sepahit empedu tidak pula buru – buru dimuntahkannya, meski matang ia menimbang”.
Kalimat tersebut merupakan gaya bahasa hiperbola karena
menggambarkan keadaan yang melebih–lebihkan. Arti dari kalimat di
atas Karena gula memang memiliki rasa manis serta suasana yang
digambarkan tidak dapat dirasakan secara langsung.
(d) Analisis 4
Ditemukan dalam cerpen “Juru Masak” pada kalimat.
“Adik–adiknya sudah terbang hambur pula ke negeri orang”.
Kata bercetak miring tersebut merupakan gaya bahasa hiperbola karena
menggambarkan keadaan dan melebih–lebihkan. Arti kata dari terbang
hambur ialah pergi entah kemana atau telah pergi jauh.
(e) Analisis 5
Ditemukan dalam cerpen “Juru Masak” pada kalimat.
“Banyak yang ingin mengambilnya menjadi menantu, tetapi tak seorang perempuan pun yang mampu meluluhkan hatinya”.
Kalimat tersebut merupakan gaya bahasa hiperbola karena
menggambarkan keadaan yang melebih – lebihkan. Arti kata dari
meluluhkan hatinya ialah membuat hatinya menjadi suka.
(f) Analisis 6
Ditemukan dalam cerpen “Juru Masak” pada kalimat.
“Perempuan itu dapa tmembayangkan sakitnya perasaan lelaki itu karena wanita pujaan hatinya dipersunting lelaki lain”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Kalimat tersebut merupakan gaya bahasa hiperbola karena
menggambarkan keadaan yang melebih–lebihkan. Arti kata dari pujaan
hatinya ialah orang yang disayangi.
2. Personifikasi
Tarigan, (2013: 17) mengungkapkan gaya bahasa personifikasi
adalah jenis gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat insani kepada benda
yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak. Gaya bahasa personifikasi yang
ada pada cerpen “Juru Masak” terdapat lima kalimat. Berikut ini merupakan
hasil analisis cerpen.
(a) Analisis 1
Ditemukan dalam cepen “Juru Masak” dalam kalimat.
“Nasi banyak gulai melimpah, helat tak bikin kenyang”.
Kata bercetak miring tersebut merupakan gaya bahasa personifikasi
karena melekatkan sifat – sifat insani pada kata helat yang merupakan
benda mati. Karena kata helat memiliki arti mempunyai sebuah acara
atau sebuah pertunjukan.
(b) Analisis 2
Ditemukan dalam cepen “Juru Masak dalam kalimat.
“belum! akan ayah pikul beban ini hingga tangan ayah tak lincah lagi meracik bumbu”.
Kata bercetak miring tersebut merupakan gaya bahasa personifikasi
karena melekatkan sifat–sifat insani pada kata pikul beban ini yang
merupakan benda mati. Pikul beban memiliki ari menanggung beban.
Beban merupakan benda mati sehingga beban tidak dapat dipikul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
(c) Analisis 3
Ditemukan dalam cepen “Juru Masak” dalam kalimat.
“Dan tak lama berselang, kabar ini berdengung juga di telinga Arizal”.
Kata bercetak miring tersebut merupakan gaya bahasa personifikasi
karena melekatkan sifat–sifat insani pada kata kabar ini berdengung juga
Karena kabar merupakan benda mati yang tidak dapat bergerak sehingga
kabar tidak dapat berdengung.
(d) Analisis 4
Ditemukan dalam cepen “Juru Masak” dalam kalimat.
“ masakannya tak menyenangkan tak mengundang selera”.
Kata bercetak miring tersebut merupakan gaya bahasa personifikasi
karena melekatkan sifat–sifat insani pada kata masakannya tak
menyenangkan karena masakan merupakan benda mati sehingga tiadak
dapat merasa senang.
(e) Analisis 5
Ditemukan dalam cerpen “Juru Masak” dalam kalimat.
“Kini juru masak itu sudah berada di Jakarta, mungkin tak akan kembali, sebab ia akan menghabiskan hari tuanya didekat anaknya”.
Kata bercetak miring tersebut merupakan gaya bahasa personifikasi
karena melekatkan sifat–sifat insani pada kata menghabiskan hari tuanya
yang merupakan benda mati karena hari tua tidak dapat dihabiskan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
3. Metafora
Metafora adalah pemakaian kata–kata bukan arti sebenarnya,
melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan
(Poerwadarminta,1976: 648). Gaya bahasa metafora yang ada pada cerpen
“Juru Masak” terdapat sepuluh kalimat. Berikut ini merupakan hasil analisis
cerpen.
(a) Analisis 1
Ditemukan dalam cerpen “Juru Masak” pada kalimat.
“Tanpa campur tangannya,kenduri terasa hambar, sehambar gulai kambing dan gula irebung karena bumbu – bumbu tak teracik oleh tangan dingin lelaki itu”.
Kata bercetak miring tersebut merupakan gaya bahasa metafora karena
persamaan dalam arti bukan sebenarnya. Arti kata dari campur
tangannya ialah keikut sertaan atau terlibat dalam suatu pelaksanaan.
(b) Analisis 2
Ditemukan dalam cerpen “Juru Masak” pada kalimat.
“Tanpa campur tangannya, kenduri terasa hambar, sehambar gulai kambing dan gula irebung karena bumbu – bumbu tak teracik oleh tangan dingin lelaki itu”.
Kata bercetak miring tersebut merupakan gaya bahasa metafora karena
persamaan dalam arti bukan sebenarnya. Tangan dingin memeliki arti
keahlian yang dapat diartikan seseorang yang memiliki keahlian dalam
setiap pekerjaannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
(c) Analisis 3
Ditemukan dalam cerpen “Juru Masak” pada kalimat. “Orang tua mana
yang tak ingin berkumpul dengan anaknya di hari tua? dan kini, gayung
telah bersambut “.
Kata bercetak miring tersebut merupakan gaya bahasa metafora karena
merupakan persamaan dalam arti bukan sebenarnya. Gayung bersambut
sendiri memiliki arti kesempatan yang telah tiba atau kesempatan yang
telah ditunggu-tunggu.
(d) Analisis 4
Ditemukan dalam cerpen “Juru Masak” pada kalimat.
“Merah muka padam Arizal mendengar nama itu“.
Kata bercetak miring tersebut merupakan gaya bahasa metafora karena
persamaan dalam arti bukan sebenarnya. Merah muka padam memiliki
arti menahan amarah atau menahan kekesalan.
(e) Analisis 5
Ditemukan dalam cerpen “Juru Masak pada kalimat.
“Di Lareh Panjang, ia dijuluki tuan tanah, hampir seper tiga dari wilayah kampung ini miliknya“.
Kata bercetak miring tersebut merupakan gaya bahasa personifikasi
karena persamaan dalam arti bukan sebenarnya. Tuan tanah memiliki arti
mempunyai tanah yang banyak atau orang yang mempunyai tanah.
(f) Analisis 6
Ditemukan dalam cerpen “Juru Masak pada kalimat.
“Tetapi tidak patut rasanya Mangkudun memandang dengan sebelah mata “.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Kata bercetak miring tersebut merupakan gaya bahasa metafora karena
persamaan dalam arti bukan sebenarnya. Memandang sebelah mata
memiliki arti memandang rendah orang lain atau merendahkan orang
lain.
(g) Analisis 7
Ditemukan dalam cerpen “Juru Masak” pada kalimat.
“Sedikit demi sedikit dikumpulkannya modal, agar tidak selalu bergantung pada induk semang “.
Kata bercetak miring tersebut merupakan gaya bahasa metafora karena
persamaan dalam arti bukan sebenarnya. Bergantung pada induk semang
memiliki arti bergangtung pada ahlinya atau bergantung terhadap orang
lain.
(h) Analisis 8
Ditemukan dalam cerpen “Juru Masak” pada kalimat.
“Kuah gulai rebungnya seperti kuah toge. Kembang perut kami
dibuatnya”.
Kata bercetak miring tersebut merupakan gaya bahasa metafora karena
persamaan dalam arti bukan sebenarnya. Kembang perut memiliki arti
sakit perut.
(i) Analisis 9
Ditemukan dalam cerpen “Juru Masak pada kalimat.
“Rombongan pengantar mempelai pria diam–diam juga kecewa pada tuan rumah “.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Kata bercetak miring tersebut merupakan gaya bahasa metafora karena
persamaan dalam arti bukan sebenarnya. Tuan rumah memilki arti orang
memiliki hajat, acara, atau rumah.
(j) Analisis 10
Ditemukan dalam cerpen “Juru Masak” pada kalimat.
“kenapa Makaji tidak turun tangan dalam kenduri sepenting ini ?” begitu mereka bertanya–tanya”.
Kata bercetak miring tersebut merupakan gaya bahasa metafora karena
persamaan dalam arti bukan sebenarnya. Turun tangan memiliki arti ikut
membantu atau turut campur dalam suatu urusan.
4. Perumpamaan
Tarigan, (2013: 9) mengungkapkan perumpamaan adalah
perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja kita
anggap sama. Gaya bahasa perumpamaan yang ada pada cerpen “Juru
Masak” terdapat dua kalimat. Berikut ini merupakan hasil analisis cerpen.
(a) Analisis 1
Ditemukan dalam cerpen “Juru Masak” pada kalimat.
“Ibarat emas dan Loyang perbedaan mereka”.
Kata bercetak miring tersebut merupakan gaya bahasa perumpamaan
karena membandingkan dua hal yang berlainan atau bertentangan yang
kita anggap sama dan juga terdapat kata ibarat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
(b) Analisis 2
Ditemukan dalam cerpen “Juru Masak” pada kalimat.
“Derajat keluarga Arizal memang seumpama lurah tak berbatu, seperti sawah tak berpembatang, tak ada yang bisa diandalkan”.
Kata bercetak miring tersebut merupakan gaya bahasa perumpamaan
karena membandingkan dua hal yang berlainan atau bertentangan yang
kita anggap sama. Dalam kalimat tersebut juga terdapat kata seumpama
dan seperti.
5. Sarkasme
Tarigan, (2013: 92) mengungkapkan sarkasme adalah sejenis gaya
bahasa yang mengandung olok–olok atau sindiran pedas dan menyakiti hati.
Gaya bahasa sarkasme yang ada pada cerpen “Juru Masak” terdapat satu
kalimat. Berikut ini merupakan hasil analisis cerpen.
(a) Analisis 1
Ditemukan dalam cerpen “Juru Masak” pada kalimat :
“ Bahkan kalau ia jadi kepala desapun, tak sudi saya mempunyai menantu anak juru masak !”.
Kalimat tersebut merupakan gaya bahasa sarkasme karena mengandung
olok–olok atau sindiran pedas dan menyakiti hati.
6. Ironi
Tarigan, (2013: 61) mengungkapkan ironi adalah majas yang
menyatakan makna yang bertentangan, dengan maksud mengolok–olok. Gaya
bahasa ironi yang ada pada cerpen “Juru Masak” terdapat satu kalimat.
Berikut ini merupakan hasil analisis cerpen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
(a) Analisis 1
Ditemukan dalam cerpen “Juru Masak” terdapat pada kalimat.
“Kuah gulai rebungnya seperti kuah toge. Kembang perut kami
dibuatnya”.
Kalimat yang bercetak miring tersebut merupakan gaya bahasa ironi
karena menyatakan makna yang bertentangan, dengan maksud mengolok –
olok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisi data pada yang telah dilakukan, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut. Bentuk gaya bahasa yang digunakan dalam cepen
yang berjudul “ Juru Masak“ Karya Damhuri Muhamad yaitu, gaya bahasa
hiberbola, gaya bahasa personifikasi, gaya bahasa metafora, gaya bahasa
perumpamaan, gaya bahasa sarkasme, dan gaya bahasa ironi. Gaya bahasa
yang paling banyak dgunakan dalam cerpen yang berjudul “Juru Masak” karya
Damhuri Muhamad adalah gaya bahasa metafora (sepuluh kalimat), gaya
bahasa hiperbola (enam kalimat ), gaya bahasa personifikasi (lima kata), gaya
bahasa perumpamaan (dua kalimat), gaya bahasa sarkasme (satu kalimat), gaya
bahasa ironi (satu kalimat).
B. Saran
Penelitian ini membahas mengenai gaya bahasa yang terdapat dalam
dalam cerpen karya Damhuri Muhamad yang berjudul “Juru Masak”. Agar
lebih optimal peneliti yang lain dapat menganalisis unsur–unsur yang terdapat
dalam cerpen selain gaya bahasa. Selain itu peneliti lain dapat menggunakan
cepen yang berbeda sesuai dengan keinginan peneliti dengan bahasan yang
lebih luas atau mendalam, mengingat jarangnya mahasiswa Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia yang meneliti tentang cerpen. Penelitian ini dapat
dijadikan sebagai sumber informasi dan tambahan ilmu pengetahuan tentang
gaya bahasa khususnya untuk analisis cerpen, serta dapat memberikan
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
sumbangan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa yang mengambil jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
C. Keterbatasan
Penelitian ini tentunya memiliki keterbatasan atau kekurangan dalan
penyusunannya. Pada penelitian ini hanya memfokuskan pada gaya bahasa
yang terdapat dalam sebuah cerpen dan menerapkannya dalam pembelajaran.
Penelitian ini dapat dikembangkan lebih mendalam lagi antara lain dapat
membahas mengenai struktur dalam cerpen dan sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
DAFTAR PUSTAKA
Tarigan, Henry Guntur. 2013.Pengajaran Gaya Bahasa.Bandung: Angkasa.
Keraf, Gorys.1981. Diksi dan Gaya Bahasa. Flores: Nusa Indah.
Kurniawan, Heru dan Sutardi. 2012. Penulisan Sastra Kreatif. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Moleong, Lexy.2006. Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Wicaksono, Andri. 2014. Menulis Kreatif Sastra dan Beberapa Model
Pembelajarannya. Yogyakarta: Gandhawaca.
Sumardjo, Jakob. 2004. Catatan-catatan Kecil Tentang Menulis Cerpen.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sayuti, Suminto A. 2002. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama
Media.
Atmowiloto, Arswendo. 2002. Mengarang Itu Gampang. Jakarta: Gramedia
Pustaka.
Keraf, Gorys. 1997. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa. Flores:
Nusa Indah.
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
LAMPIRAN
43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Tabel 1
Hasil Analisis Gaya Bahasa Cerpen “Juru Masak”
Berikut ini merupakan hasil analisis gaya bahasa cerpen “Juru Masak”
karya Damhuri Muhamad. Analisis yang dilakukan pada cerpen “Juru Masak”
karya Damhuri Muhamad ditemukan beberapa gaya bahasa didalamnya yaitu
hiperbola enam kalimat, personifikasi lima kalimat, metafora sepuluh kalimat,
perumpamaan dua kalimat, sarkasme satu kalimat, dan ironi satu kalimat.
No Data Gaya Bahasa Keterangan
1. Akibatnya, Hiperbola Kata bercetang miring
berseraklah fitnah tersebut menggambarkan
dan cela yang mesti keadaan yang melibih –
ditanggung oleh tuan lebihkan.
rumah.
2. Di usiasenja, dia Hiperbola Kata bercetang miring
masih tangguh tersebut menggambarkan
menahan kantuk, keadaan yang melibih –
tangannya tetap gesi lebihkan.
tmeracik bumbu,
masih kuat ia berjaga
semalam suntuk.
3. Walau terasa Hiperbola Kalimat tersebut
semanis gula, tak menggambarkan keadaan
bakal langsung dan melebih – lebihkannya.
direguknya, meski
sepahit empedu tidak
pula buru – buru
dimuntahkannya,
meski matang ia
menimbang.
4. Adik-adiknya sudah Hiperbola Kalimat tersebut
terbang hambur pula menggambarkan keadaan
ke negeri orang. dan melebih – lebihkannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
5. Banyak yang ingin Hiperbola Kalimat tersebut
mengambilnya menggambarkan keadaan
menjadi menantu, dan melebih – lebihkannya.
tetapi tak seorang
perempuan pun yang
mampu meluluhkan
hatinya.
6. Perempuan itu dapat Hiperbola Kalimat tersebut
membayangkan menggambarkan keadaan
sakitnya perasaan dan melebih – lebihkannya
lelaki itu karena
wanita pujaan
hatinya dipersunting
lelaki lain.
7. Nasi banyak gulai Personifikasi Kata bercetak miring
melimpah, helat tak tersebut meletakkan sifat –
bikin kenyang. sifat insani pada kata helat
yang merupakan benda
mati.
8. “ Belum ! akan ayah Personifikasi Kata bercetak miring
pikul beban ini tersebu tmelekatkan sifat –
hingga tangan ayah sifat insani pada kata pikul
tak lincah lagi beban ini yang merupakan
meracik bumbu. benda mati.
9. Dan tak lama Personifikasi Kata bercetak miring
berselang, kabar ini tersebut melekatkan sifat –
berdengung juga di sifat insani pada kata kabar
telinga Arizal. ini berdengung juga yang
merupakan benda mati.
10. “ Masakannya tak Personifikasi Kata bercetak miring
menyenangkan tak tersebut melekatkan sifat –
mengundang selera. sifat insani pada
“ katamasakannyatakmenyena
ngkanyang
merupakanbendamati.
11. Kini juru masak itu Personifikasi Kata bercetak miring
sudah berada di tersebut melekatkan sifat –
Jakarta, mungkin tak sifat insani pada kata
akan kembali, sebab menghabiskan hari tuanya
ia akan yang merupakan benda
menghabiskan hari mati.
tuanya di dekat
anaknya.
12. Tanpa campur Metafora Kata bercetak miring
tangannya, kenduri tersebut merupakan
terasa hambar, persamaan dalam arti bukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
sehambar gulai sebenarnya.
kambing dan gulai
rebung karena
bumbu – bumbu tak
teracik oleh tangan
dingin lelaki itu.
13. Tanpa Metafora Kata bercetak miring
campurtangannya, tersebut merupakan
kenduri terasa persamaan dalam arti bukan
hambar, sehambar sebenarnya.
gulai kambing dan
gulai rebung karena
bumbu – bumbu tak
teracik oleh tangan
dingin lelaki itu.
14. Orang tua mana Metafora Kata bercetak miring
yang tak ingin tersebut merupakan
berkumpul dengan persamaan dalam arti bukan
anaknya di hari tua sebenarnya.
?dan kini, gayung
telah bersambut
15. Merah muka padam Metafora Kata bercetak miring
Arizal mendengar tersebut merupakan
nama itu. persamaan dalam arti bukan
sebenarnya
16. Di LarehPanjang, ia Metafora Kata bercetak miring
dijuluki tuan tanah, tersebut merupakan
hamper sepertiga persamaan dalam arti bukan
dari wilayah sebenarnya
kampung ini
miliknya.
17. Tetapi tidak patut Metafora Kata bercetak miring
rasanya Mangkudun tersebut merupakan
memandang dengan persamaan dalam arti bukan
sebelah mata. sebenarnya
18. sedikit demi sedikit Metafora Kata bercetak miring
dikumpulkannya tersebut merupakan
modal, agar tidak persamaan dalam arti bukan
selalu bergantung sebenarnya
pada induk semang.
19. “ Kuah gulai Metafora Kata bercetak miring
rebungnya seperti tersebut merupakan
kuah toge. Kembang persamaan dalam arti bukan
perut kami sebenarnya
dibuatnya”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
20. Rombongan Metafora Kata bercetak miring
pengantar mempelai tersebut merupakan
pria diam – diam persamaan dalam arti bukan
juga kecewa pada sebenarnya
tuan rumah.
21. “ Kenapa Makaji Metafora Kata bercetak miring
tidak turun tangan tersebut merupakan
dalam kenduri persamaan dalam arti bukan
sepenting ini ?” sebenarnya
begitu mereka
bertanya – tanya
22. Ibarat emas dan Perumpamaan. Kata bercetak miring
Loyang perbedaan tersebut membandingkan
mereka. dua hal yang berlainan.
23. Derajat keluarga Perumpamaan Kata bercetak miring
Arizal memang tersebut membandingkan
seumpama lurah tak dua hal yang berlainan.
berbatu, seperti
sawah tak
berpematang, tak
ada yang bisa
diandalkan.
24. “ Bahkan kalau ia Sarkasme Kalimat tersebut
jadi kepala desapun, mengandun golok – olo atau
tak sudi saya sindiran pedas dan
mempunyai menantu menyakiti hati.
anak juru masak !”
25. “ Kuah gulai Ironi Kalimat yang bercetak
rebungnya seperti miring tersebut menyatakan
kuah toge. Kembang makna yang bertentangan,
perut kami dengan maksud mengolok –
dibuatnya”. olok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
JURU MASAK
Damhuri Muahamaad
Perhelatan bisa kacau tanpa kehadiran lelaki itu. Gulai kambing akan terasa
hambar lantaran racikan bumbu tidak meresap ke dalam daging. Kuah gulai kentang
dan gulai rebung bakal encer karena keliru menakar jumlah kelapa parut hingga setiap
menu masakan kekurangan santan. Akibatnya, berseraklah fitnah dan cela yang mesti
di tanggung oleh tuan rumah. Bukan karena kenduri kurang meriah, tidak pula karena
pelaminan tempat bersandingnya pasangan pengantin tak sedap dipandang mata,
tetapi karena bermacam–macam hidangan yang tersuguh tidak menggugah selera.
Nasi banyak gulai melimpah, tetapi helat tak bikin kenyang. Ini celakanya bila
Makaji, juru masak handal itu tidak dilibatkan.
Beberapa tahun lalu, pesta perkawinan Gentasari dengan Rustamadji yang
digelar dengan menyembelih tiga belas ekor kambing dan berlangsung selama tiga
hari, tidak berjalan mulus, bahkan hampir saja batal. Keluarga mempelai pria merasa
di bohongi oleh keluarga mempelai wanita yang semula sudah berjanji bahwa semua
urusan masak–memasak selama kenduri berlangsung akan dipercayakan kepada
Makaji, juru masak nomor satu di Lareh Panjang ini. Namun, di hari pertama
perhelatan, ketika rombongan mempelai pria tiba, gulai kambing, gulai nangka, gulai
kentang, gulai rebung, dan aneka hidangan yang tersaji ternyata bukan masakan
Makaji. Mana mungkin keluarga calon besan itu bisa dibohongi? lidah mereka sudah
terbiasa dengan masakan Makaji.
“Kalau besok gulai nangka sehambar ini, kenduri tak usah di lanjutkan !“ ancam
Sutan Basabatuah, penghulu tinggi dari keluarga Rustamadji.
“Apa susahnya mengundang Makaji ?“
“Percuma bikin helat besar–besaran bila menu yang terhidang hanya bikin malu.“
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Begitulah pentingnya Makaji. Tanpa campur tangannya, kenduri terasa hambar,
sehambar gulai kambing dan gulai rebung karena bumbu – bumbu tak diracik oleh
tangan dingin lelaki itu. Sejak dulu, Makaji tidak pernah keberatan membantu
keluarga mana saja yang hendak menggelar pesta, tak peduli apakah tuan rumah
hajatan itu orang terpandang yang tamunya membludak atau orang biasa yang
hanya sanggup menggelar syukuran seadanya. Makaji tak pilih kasih, meski ia
satu– satunya juru masak yang masih tersisa di Lareh Panjang. Di usia senja, dia
masih tangguh menahan kantuk, tangannya tetap gesit meracik bumbu, masih kuat
ia berjaga semalam suntuk.
***
“Separuh umur ayah sudah habis untuk membantu setiap kenduri di kampung ini,
bagaimana kalau tanggung jawab itu dibebankan kepada yang lebih muda ?“ saran
Arizal, putra sulung Makaji sewaktu ia pulang kampung enam bulan lalu.
“Mungkin sudah saatnya ayah berhenti.“
“Belum ! akan ayah pikul beban ini hingga tangan ayah tak lincah lagi meracik
bumbu.“ balas Makaji waktu itu.
“Kalau memang ingin menjadi juru masak, bagaimana kalau ayah menjadi juru
masak di salah satu rumah makan milik saya di Jakarta ? saya tak ingin lagi
berjauhan dengan ayah.
Sejenak Makaji terdiam mendengar tawaran Arizal. Tabiat orang tua selalu begitu,
walau terasa semanis gula, tak bakal langsung direguknya, meski sepahit empedu
tidak pula buru–buru dimuntahkannya, meski matang ia menimbang. Makaji
memang sudah lama menunggu ajakan seperti itu. Orang tua mana yang tak ingin
berkumbul dengan anaknya di hari tua? dan kini, gayung telah bersambut, sekali
saja ia mengangguk, Arizal akan segera memborongnya ke rantau. Makaji tetap
akan mempunyai kesibukan di Jakarta, ia akan menjadi juru masak di rumah
makan milik anaknya sendiri.
“Beri ayah kesempatan satu kenduri lagi!“
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
“Kenduri siapa ?“ Tanya Arizal.
“Mangkudun. Anak gadisnya baru saja dipinang orang. Sudah terlanjur ayah
sanggupi, malu kalu tiba–tiba dibatalkan.“
Merah muka padam Arizal mendengar nama itu. Siapa lagi anak gadis
Mangkudun kalu bukan Renggogeni, perempuan masa lalunya. Musabab
hengkangnya ia dari Lareh Panjang tidak lain adalah Renggogeni, anak
perempuan tunggal beleng itu. Siapa pula yang tak kenal Mangkudun? di Lareh
Panjang, ia dijuluki tuan tanah, hampir sepertiga dari wilayah kampung ini
miliknya. Sejak dulu, orang–orang lareh panjang yang kesulitan uang selalu beres
di tangannya. Mereka tinggal menyebutkan sawah, ladang, atau tambak ikan
sebagai agunan. Dengan senang hati Mangkudun akan memegang gadaian itu.
Masih segar di ingatan Arizal, waktu itu Renggogeni hampir tamat dari akademi
perawat di kota. Tidak banyak orang Lareh Panjang yang bisa bersekolah tinggi
seperti Renggogeni. Perempuan kuning lansat pujaan Arizal itu benar–benar akan
menjadi juru rawat. Sementara Arizal bukan siapa–siapa, hanya tamatan madrasah
aliyah yang sehari–hari bekerja honorer sebagai sekretaris di kantor kepala desa.
Ibarat emas dan Loyang perbedaan mereka.
“Bahkan kalau ia jadi kepala desapun, tak sudi saya mempunyai menantu anak
juru masak !“ bentak Mangkudun. Dan tak lama berselang, kabar ini berdengung
juga di telinga Arizal.
“Dia laki – laki taat, jujur, bertanggung jawab. Renggo yakin kami berjodoh.“
“Apa kau bilang? jodoh? saya tidak rela kamu berjodoh dengan Arizal. Akan saya
carikan jodoh yang bermartabat !“
“Apa dia salah kalau ayahnya hanya juru masak ?“
“Jatuh martabat keluarga kita bila laki – laki itu jadi suamimu. Paham kau ?“
Derajat keluarga Arizal memang seumpama lurah tak berbatu, seperti sawah tak
berpembatang, tak ada yang bisa diandalkan. Tetapi tidak patut rasanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Mangkudun memandang dengan sebelah mata. Maka, dengan berat hati Arizal
meninggalkan Renggogeni. Ia hengkang dari kampung, pergi membawa luka hati.
Awalnya ia hanya tukang cuci piring di rumah makan milik seorang perantau dari
Lareh Panjang yang lebih dulu mengadu untung di Jakarta. Sedikit demi sedikit
dikumpulkannya modal, agar tidak selalu bergantung pada induk semang. Berkat
kegigihan dan kerja keras selama bertahun– tahun, Arizal kini sudah menjadi
juragan, punya enam rumah makan dan dua puluh empat anak buah yang tiap hari
sibuk melayani pelanggan.
Barangkali, ada hikmahnya juga Arizal gagal mempersunting anak gadis
Mangkudun. Kini, lelaki itu kerap disebut orang Lareh Panjang paling sukses di
rantau. Itu sebabnya ia ingin membawa Makaji ke Jakarta. Lagi pula, sejak ibunya
meninggal, ayahnya itu sendirian saja di rumah, tak ada yang merawat. Adik–
adiknya sudah terbang hambur pula ke negeri orang.
Meski hidup Arizal sudah berada tetapi ia tetap saja membujang. Banyak yang
ingin mengambilnya menjadi menantu, tetapi tak seorang perempuanpun yang
mampu meluluhkan hatinya. Mungkin Arizal masih sulit melupakan Renggogeni,
atau jangan– jangan ia tak sungguh – sungguh melupakan Renggogeni.
***
Kenduri di rumah Mangkudun begitu semarak. Dua kali meriam di tembakkan ke
langit, pertanda dimulainya perhelatan agung. Tak biasanya pusaka peninggalan
sesepuh adat Lareh Panjang dikeluarkan. Bila yang menggelar kenduri orang
berpengaruh seperti Mangkudun, tentu tak sembarang dipertotonkan. Para tetua
kampung menyiapkan pertunjukan puncak guna menyambut mempelai pria. Para
pesilat turut ambil bagian memeriahkan pesta perkawinan anak gadis orang
terkaya di Lareh Panjang itu. Maklumlah, menantu mangudun bukan orang
kebanyakan, tetapi perwira muda kepolisian yang baru dua tahun bertugas, anak
bungsu pensiunan tentara, orang disegani di kampung sebelah. Kabarnya,
Mangkudun sudah banyak membantu laki – laki itu, sejak dari sebelum ia lulus di
akademi perwira kepolisian hingga menjadi perwira muda. Terdengar kabar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
bahwa perjodohan itu terjadi karena keluarga pengantin pria hendak membalas
jasa yang dilakukan Mangkudun dimasa lalu.
Betapa beruntungnya keluarga besar Mangkudun. Tetapi, pesta yang digelar
dengan menyembelih tiga ekor kerbau jantan dan tujuh ekor kambing itu tidak
begitu ramai dikunjungi. Orang– orang Lareh Panjang hanya datang di hari
pertama, sekedar hanya melihat benda– benda pusaka adat yang dikeluarkan untuk
menyemarakkan kenduri. Setelah itu mereka berbalik meninggalkan helat.
“Gulai kambingnya tak ada rasa” bisik seorang tamu.
“Kuah gulai rebungnya encer seperi kuah toge. Kembang perut kami dibuatnya.“
“Masakannya tak menyenangkan tak mengundang selera .”
Makin ke ujung, kenduri makin sepi. Rombongan pengantar mempelai pria diam-
diam juga kecewa pada tuan rumah, karena mereka hanya dijamu dengan menu
masakan asal – asalan kurang bumbu, kuah encer, dan daging yang tak kempuh.
“Kenapa Makaji tidak turun tangan dalam kenduri sepenting ini ?“ begitu mereka
bertanya – Tanya.
***
Dua hari sebelum kenduri berlangsung, Arizal, anak laki – laki Makaji datang dari
Jakarta. Ia pulang untuk menjemput Makaji. Kini, juru masak itu sudah berada di
Jakarta, mungkin tak akan kembali, sebab ia akan menghabiskan hari tuanya
didekat anaknya. Orang–orang Lareh Panjang akan kehilangan juru masak handal
yang pernah ada di kampung itu. Kabar kebergian Makaji sampai juga ke telinga
pengantin baru Renggogeni. Perempuan itu dapat membayangkan sakitanya
perasaan lelaki itu karena wanita pujaan hatinya dipersunting lelaki lain.
(sumber: Damhuri Muhamad,2009,juru masak: sehimpun cerita pendek, Depok:
Koekoesan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
BIODATA
Novelia Gitanurani lahir di Purworejo pada tanggal 7
November 1992. Menempuh Pendidikan di Sekolah
Dasar Maria Purworejo, lulus pada tahun 2005. Lalu
melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama
Kanisius Temanggung lulus pada tahun 2008. Kemudian
penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas
Bruderan Purworejo lulus pada tahun 2011. Penulis
tercatat sebagai mahasiswa aktif di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sejak
tahun 2011. Masa studi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta diakhiri dengan
menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Gaya Bahasa Dalam Cerpen
Damhuri Muhamad Yang Berjudul “JURU MASAK”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI