81
ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS HORTIKULTURA DALAM RANTAI DISTRIBUSI DALAM PASAR MODERN: PERSPEKTIF EKONOMI POLITIK (PERIODE JANUARI MEI 2013) ACHMAD RIVANO DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

  • Upload
    lyque

  • View
    230

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS

HORTIKULTURA DALAM RANTAI DISTRIBUSI DALAM

PASAR MODERN: PERSPEKTIF EKONOMI POLITIK

(PERIODE JANUARI – MEI 2013)

ACHMAD RIVANO

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor
Page 3: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Fenomena

Oligopsoni dalam Distribusi Hortikultura dalam Pasar Modern: Perspektif

Ekonomi Politik (Periode Januari – Mei 2013 adalah benar karya saya dengan

arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada

perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2013

Achmad Rivano

NIM H14090131

Page 4: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

ABSTRAK

ACHMAD RIVANO. Analisis Fenomena Oligopsoni dalam Distribusi

Hortikultura dalam Pasar Modern: Perspektif Ekonomi Polik. (Periode Januari –

Mei 2013) Dibimbing oleh Prof. Dr. DIDIN S. DAMANHURI, S.E., M.S, D.E.A.

Distribusi Produk-produk pertanian merupakan hal penting dalam

penyampaian hasil produksi yang dilakukan oleh petani hingga ke tangan

masyarakat banyak untuk di konsumsi. Masuknya pasar modern mempengaruhi

proses distribusi. Penelitian ini memfokuskan kepada efisiensi pasar dan transmisi

harga dari enam komoditas hortikultura yang dihasilkan di dalam negeri, melewati

pasar induk kramat jati sebagai salah satu rantai pemasarannya, serta dijual di

empat pasar modern. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

margin pemasaran, transmisi harga, dan metode deskriptif kualititatif. Hasil dari

penelitian ini memperlihatkan adanya variasi diantara tiap-tiap tingkatan distribusi

dan adanya indikasi terjadinya fenomena oligopsoni dalam distribusi yang

dilakukan oleh pasar modern.

Kata kunci : Hortikultura, Distribusi pertanian, Struktur Pasar, Efisiensi

Pemasaran, Pasar Modern, Ekonomi Politik

ABSTRACT

ACHMAD RIVANO. Analysis of Oligopsony Phenomenom in Horticulture

Distribution in Modern Market: Economy Politic Perspective (January – May

2013 Period) Supervised by Prof. Dr. DIDIN S. DAMANHURI, S.E., M.S,

D.E.A.

Distribution of agriculture product is an important things in delivered

products that produce by farmers to the community to consume. The

infiltration that modern market do in distribution of agriculture products

affect the distribution process. This research was focusing in market

efficiency and price transmission of six horticulture products that produce

in Indonesia and sold by for big modern market. The methods that used in

this research are distribution’s margin analysis, price transmission, and

descriptive kualitative method. Result of this research show there is a

variance in market structure on each level of distribution and there is an

indication that oligopsony phenomenom happened in distribution in modern

market.

Keywords: Horticulture, Agriculture Distribution, Market Structure, Market

Efficiency, Modern Market, Economy Politic

Page 5: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS

HORTIKULTURA DALAM RANTAI DISTRIBUSI DALAM

PASAR MODERN: PERSPEKTIF EKONOMI POLITIK

(PERIODE JANUARI – MEI 2013)

ACHMAD RIVANO

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 6: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor
Page 7: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

Judul Skripsi: Analisis Fenomena Oligopsoni dalam Distribusi Hortikultura dalam Pasar Modem: PerspektifEkonomi Politik (Periode Januari - Mei 2013)

Nama : Achmad Rivano NIM : H14090131

Disetujui oleh

Prof. Dr. Didin S. Damanhuri, S.E, M.S, D.E.A Pembimbing

23 OCT 2013 Tanggal Lulus: (tanggal penandatanganan skripsi oleh ketua departemen)

Page 8: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

Judul Skripsi : Analisis Fenomena Oligopsoni dalam Distribusi Hortikultura dalam

Pasar Modern: Perspektif Ekonomi Politik (Periode Januari – Mei

2013)

Nama : Achmad Rivano

NIM : H14090131

Disetujui oleh

Prof. Dr. Didin S. Damanhuri, S.E, M.S, D.E.A

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dedi Budiman Hakim

Ketua Departemen

Tanggal Lulus: (tanggal penandatanganan skripsi oleh ketua departemen)

Page 9: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah SWT karena atas berkat dan hidayahnya penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Fenomena Monopsoni

Komoditas Hortikultura dalam Rantai Distribusi dalam Pasar Modern: Perspektif

Ekonomi Politik (Periode Januari – Mei 2013)” sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen di

Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana efisiensi pasar dari

distribusi hortikultura yang melalui pasar modern penyalurannya dari petani

hingga ke konsumen serta mengetahui bagaimana struktur pasar dalam prosess

distribusi produk hortikultura ini. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan

dari penulisan skripsi ini dana diharapkan kritik dan saran dari pembaca demi

kesempurnaan dari tulisan ini. Diharapkan skripsi ini dapat memberikan kontribusi

dalam pembangunan di Indonesia guna menuju kesejahteraan bersama.

Puji dan syukur serta terima kasih kepada Allah SWT atas segala yang

diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis sampaikan terima

kasih yang mendalam kepada orang tua penulis, Ayahanda Saimun Ferly Tuwow

dan ibunda Nurul Qomariah atas doa dan segala dukungannya selama penulis

menuntut ilmu di Institut Pertanian Bogor. Serta kepada kedua adik penulis,

Mochammad Risaldy Tuwow dan Trisa Amelia Tuwow.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak

yang telah membantu dalam persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan skripsi ini

baik berupa bimbingan, dukungan, dan masukan, terutama kepada: Prof. Dr. H.

Didin S. Damanhuri, S.E., M.S., D.E.A selaku dosen pembimbing skripsi atas

semua masukan, bimbingan, serta arahan yang sangat berharga dalam

penyusunan skripsi ini Para dosen, staf dan seluruh civitas akademik Departemen

Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada

penulis.

Teman-teman satu bimbingan, Qiki Qilang Syahbudi, Ridho Fuadi, Lira

Wigiana yang telah banyak memberikan bantuan, saran, kritik, motivasi dan

dukungannya kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Sahabat penulis,

keluarga Kontri, Pondok Iona, teman-teman Kantin Metro, IE 46, AGRIC IPB,

seluruh keluarga besar HMI Cabang Bogor atas semua waktu selama di IPB

Bimo Widiatmoko, Vorega Badalamenti, Afri Ramdhani, Gita Aryanti, Nabila

Delaseptina, Novita Angela, Ratih Suryandari, Hadyan P., Reza Ryandika,

Anindya P.P, Taufan Ramdhani, Ajeng Listyani, Septyana Nataya, Adisty C.R.,

Adriano Bramantyo, Puji Rahmania, M. Ikhsan Kamal, Teuku Azwar, dan Dewi

Intan Permatahati. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan

penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Bogor, September 2013

Achmad Rivano

Page 10: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR ii

DAFTAR LAMPIRAN iii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 6

Tujuan Penelitian 7

Manfaat Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA 7

Pendahuluan 7

Ekonomi Politik 8

Konsep Pasar 10

Struktur Pasar 11

Oligopsoni 12

Distribusi Pertanian 14

Efisiensi Pemasaran 15

Komoditi Hortikultura 17

Monopsoni dan Oligopsoni dalam Komoditi Hortikultura 18

Penelitian Terdahulu 19

Kerangka Pemikiran 20

METODOLOGI PENELITIAN 22

Pendahuluan 22

Jenis dan Sumber Data 22

Metode Analisis 23

Analisis Struktur Pasar 23

Analisis Efisiensi Pemasaran 24

Analisis Margin Pemasaran 24

Analisis Transmisi Harga 24

Analisis Ekonomi Politik Struktur Pasar Komoditas Hortikultura 25

GAMBARAN UMUM 26

Kontribusi Pertanian Indonesia 26

Produksi Hortikultura Indonesia 26

Page 11: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

Perdagangan Hortikultura Indonesia 27

Harga Produsen Hortikultura 28

Profil Perusahaan Perdagangan Eceran 29

HASIL DAN PEMBAHASAN 31

Efisiensi Pasar Komoditas Hortikultura 31

Bawang Merah 31

Ketimun 33

Tomat 34

Kentang 36

Mangga 37

Semangka 39

Struktur Pasar Komoditas Hortikultura 41

Analisis Ekonomi Politik Distribusi Horikultura 43

SIMPULAN DAN SARAN 55

Simpulan 55

Saran 56

DAFTAR PUSTAKA 57

LAMPIRAN 60

RIWAYAT HIDUP 68

Page 12: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

DAFTAR TABEL

1 Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan

Pekerjaan Utama 2004 dan 2011 3 2 Produksi Sayuran di Indonesia 4 3 Volume Ekspor sub Sektor Hortikultura 2007 – 2011 5 4 Kontribusi Pertanian Indonesia 2009 – 2011 26 5 Produksi Hortikultura Menurut Jenis Tanaman 2009 – 2011 27 6 Ekspor Hortikultura Indonesia 2009 – 2011 dalam ton 28 7 Harga Produsen Pertanian 2001 – 2012 (Rp/100 Kg) 29 8 Jumlah Perusahaan Perdagangan Menurut Sakernas 2006 30 9 Margin Pemasaran dan Transmisi Harga Bawang Merah 32

10 Margin Pemasaran dan Transmisi Harga Ketimun 34 11 Margin Pemasaran dan Transmisi Harga Tomat 35 12 Margin Pemasaran dan Transmisi Harga Kentang 37 13 Margin Pemasaran dan Transmisi Harga Mangga 39 14 Margin Pemasaran dan Transmisi Harga Semangka 40 15 Presentase Keuntungan Petani 45 16 Biaya Produksi Petani dan Presentase Keuntungan 46 17 Pendapatan Harian Petani dengan Lahan Dibawah 0.5 Ha 46 18 Kebutuhan Harian Rata-rata Keluarga di Perdesaan 47 19 Nilai Tukar Petani Tiap Komoditas 47 20 Presentase Keuntungan Pengumpul atau Tengkulak 48 21 Presentase Keuntungan Pedagang Pasar Induk 49 22 Presentase Keuntungan Pasar Modern 52 23 Kekuatan Pembelian yang Dilakukan Pasar Modern 55 24 Efek dari Abuse of Power Pasar Modern Kepada Konsumen 55

DAFTAR GAMBAR 1 Tata Niaga Bisnis Buah dan Sayur Penyaluran Tidak Langsung 15 2 Tata Niaga Bisnis Buah dan Sayur Penyaluran Langsung 15 3 Margin Pemasaran 16 4 Kerangka Pemikiran 21

5 Saluran Pemasaran Bawang Merah 31 6 Saluran Pemasaran Ketimun 33 7 Saluran Pemasaran Tomat 35

8 Saluran Pemasaran Kentang 36 9 Saluran Pemasaran Mangga 38

10 Saluran Pemasaran Semangka 39 11 Alur distribusi Komoditas Hortikultura 41 12 Kurva Konsentrasi Empat Pasar Modern 53

DAFTAR LAMPIRAN 1 Data Harga Sayur dan Buah di Empat Supermarket Terbesar 61 2 Perhitungan Margin Pemasaran dan Transmisi Harga 62

3 Informan yang diwawancara 65 4 Nilai Tukar Petani Tahun 2013 66

Page 13: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor
Page 14: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan adalah suatu proses yang pasti dijalani oleh setiap Negara di

dunia ini. Proses pembangunan diartikan sebagai proses peningkatan kualitas serta

kemampuan dari suatu Negara dalam pergaulan dengan Negara-negara lain serta

kemampuan Negara dalam menciptakan kesejahteraan masyarakatnya. Dalam

bukunya, Todaro mendefinisikan pembangunan sebagai:

Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multi dimensional

yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap

masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar

akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta

pengetasan kemiskinan.1

Akan tetapi, sebelum adanya kesadaran pada negara-negara bahwa

pembangunan merupakan suatu hal yang menyeluruh yang mempengaruhi suatu

negara secara keseluruhan, pembangunan hanya diindikatorkan kepada Produk

Domestik Bruto suatu negara saja. Dimana suatu negara akan dikatakan sukses

atau berhasil apabila negara tersebut mengalami peningkatan Produk Domestik

Bruto-nya sehingga pada akhirnya meningkatkan pendapatan per kapita negara

tersebut. Ketimpangan menjadi suatu masalah yang muncul akibat anggapan

pentingnya indikator Produk Domestik Bruto tersebut.

Produk Domestik Bruto menjadi suatu ukuran yang digunakan di dunia

dalam penentuan kemajuan dan keberhasilan suatu Negara. Produk Domestik

Bruto merupakan suatu perhitungan nilai output suatu Negara berdasarkan jumlah

secara agregat dari konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, serta

perdagangan luar negeri dari suatu Negara.

Negara berkembang dalam perkembangan dalam memenuhi Produk

Domestik Bruto-nya sangat bergantung kepada sektor pertanian. Sektor pertanian

berperan besar pada kegiatan perekonomian dilihat dari penyediaan lapangan

kerja atau sumber pendapatan sebagian besar masyarakatnya. Peran sektor

pertanian dalam pembangunan ekonomi terdapat 5 (lima), yaitu: sektor pertanian

sebagai penyedia tenaga kerja dan lapangan kerja terbesar sehingga kelebihan

tenaga kerja dari sektor pertanian yang berpindah ke sektor industri adalah salah

satu sumber pertumbuhan ekonomi.

Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor

industri dan jasa. Sektor pertanian sebagai pasar bagi produk-produk sektor

industri karena jumlah penduduk perdesaan yang sangat banyak, Sektor pertanian

sebagai penghasil devisa, serta sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang

diandalkan dalam mengurangi angka kemiskinan.2

1 Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga (Jakarta: Erlangga. 2003), h. 18 2 Steven Block dan C. Peter Zimmer, Agriculture and Economic Growth: Conceptual issues and

Kenyan Experience (Development Discussion Paper No 498 November 1994), h 1-1 Dalam paper yang dibuat oleh Steven dan Zimmer pembahas mengenai sumbangan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi merupakan tulisan dari Johnston dan Mellor pada tahun 1961

Page 15: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

2

Pertanian merupakan sektor utama di negara berkembang yang berperan

dalam pertumbuhan ekonomisuatu negara. Pertumbuhan output petanian dapat

mendorong pertumbuhan di sektor ekonomi non-pertanian melalui mekanisme

langsung maupun tidak langsung. Sebagian besar negara menghasilkan sebagian

besar dari kebutuhan atas pangan mereka sendiri, hal inilah yang menyebabkan

sektor pertanian menjadi sebuah hal penting, dan menjadi faktor krusial secara

keseluruhan.3

Selama masa awal orde baru, pertanian merupakan sebuah sektor yang

dijadikan prioritas sebagai dasar dari pembangunan berkelanjutan. Besarnya

peranan sektor pertanian di Indonesia dapat menjadikan sektor ini menjadi sektor

utama dalam mencapai trilogi pembangunan, yaitu pembangunan yang

berlandaskan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi

yang cukup tinggi dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.4 Hal ini dapat

dilihat dari pembangunan perekonomian Indonesia dari Pelita I hingga Pelita III

menintikberatkan pada pembangunan sektor pertanian. Baru kemudian pada Pelita

IV pembangunan diprioritaskan kepada sektor non pertanian, terutama industri

dan jasa. Semenjak Pelita IV, sektor pertanian dipandang lebih rendah

kontribusinya dalam pembangunan ekonomi.

Perubahan arah pembangunan ekonomi Indonesia ini disebabkan oleh

beberapa faktor, antara lain pengabaian sektor pertanian (the neglect of

agriculture) yaitu; pertama, sebagian besar para pengambil keputusan dan para

pakar di bidang ekonomi kurang memahami karakteristik sektor pertanian; kedua,

prioritas pembangunan diarahkankepada pentingnya akumulasi kapital yang

identik dengan pembangunan industri; ketiga, ada persepsi kuat yang memandang

pertanian sebagai penyedia surplus tenaga kerja yang dapat ditransfer ke sektor

industri tanpa membutuhkan biaya transfer; keempat, ada persepsi yang kuat

bahwa dalam proses pembangunan pertanian para petani tradisional tidak

responsif terhadap insentif pasar.5

Kondisi yang disebabkan faktor-faktor tersebut mendorong proses

industralisasi terjadi di Indonesia. sektor pertanian mengalami perubahan yang

drastis. Kontribusi sektor pertanian dalam Produk Domestik Bruto (PDB) nasional

telah turun drastis dari sekitar 47,6 persen pada tahun 1970 menjadi hanya 15,4

persen pada tahun 2004. Penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian juga semakin

turun hingga tenaga kerja di sektor pertanian pada tahun 2011 hanya sekitar 39,3

juta orang dari total 109,6 juta angkatan kerja di Indonesia.

Hal ini mencerminkan proses industrialisasi terjadi dalam perekonomian

nasional. Proses industralisasi yang terjadi di indonesia dilakukan dengan industri

substitusi impor dan promosi ekspor yang pada umumnya padat modal, yang tidak

berdasar kepada pemanfaatan yang optimal dari potensi sumberdaya dalam negeri.

3Ibid. h 2-1 4Achmad Zaini. [tesis].Peranan sektor Pertanian Sebelum dan pada masa krisis ekonomi di

Indonesia: pendekatan neraca sosial ekonomi. Institut Pertanian Bogor. 2003, h 2-3 5ibid, h 3Pandangan mengenai pengabaian sektor pertanian ini merupakan pemikiran dari Lewis pada tulisannya pada tahun 1954, dimana dia memandang telah terjadi pengecilan terhadap peran sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi

Page 16: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

3

Tabel 1 Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan

Utama 2004 dan 2011

No. Lapangan Pekerjaan

Utama 2004 2011 (Feb) 2011 (Agst)

1 Pertanian, Kehutanan,

Perburuan dan Perikanan 40 608 019 42 475 329 39 328 915

2 Pertambangan dan

Penggalian 1 034 716 1 352 219 1 465 376

3 Industri Pengolahan 11 070 498 13 696 024 14 542 081

4 Listrik, Gas, dan Air 228 297 257 270 239 636

5 Bangunan 4 540 102 5 591 084 6 339 811

6 Perdagangan Besar, Eceran,

Rumah Makan, dan Hotel 19 119 156 23 239 792 23 396 537

7 Angkutan, Pergudangan dan

Komunikasi 5 480 527 5 585 124 5 078 822

8 Keuangan, Asuransi, Usaha

Persewaan Bangunan, Tanah,

dan Jasa Perusahaan

1 125 056 2 058 968 2 633 362

9 Jasa Kemasyarakatan, Sosial

dan Perorangan 10 515 665 17 025 934 16 645 859

Total 93 722 036 111 281 744 109 670 399

Sumber: Unduhan dari bps.go.id. data Survei Angkatan Kerja Nasional

(SAKERNAS) 2004 dan 2011

Proses industralisasi di indonesia menyebabkan semakin tingginya

ketimpangan yang terjadi antara wilayah kota sebagai pusat sektor industri dan

jasa dengan desa sebagai pusat dari sektor pertanian. Kondisi ini tercermin dari

masih tingginya kemiskinan yang terjadi di daerah pedesaan dibandingkan

wilayah kota.

Sektor pertanian yang kompetitif membutuhkan tidak hanya lebih banyak

lahan produktif dan pengolahan pertanian saja, akan tetapi juga membutuhkan

sistem distribusi yang lebih efisien.6 Pemerintah dalam melindungi petani sebagai

warga miskin desa adalah dengan mendirikan BULOG, yang memiliki tugas

untuk menjaga dan mengatur distribusi produksi sektor pertanian. Keberadaan

BULOG sebagai penjaga harga dan pengatur distribusi komoditas pertanian saat

ini hanya melingkupi komoditas pangan, khususnya beras.

Kebijakan sektor pertanian pada saat ini tidak hanya menjadi kewajiban

pemerintah pusat. Akan tetapi juga menjadi ranah dari pemerintahan daerah.

Kebijakan pengolahan sumberdaya lokal sesuai yang tercantum pada Undang-

undang 22 tahun 1999 dan Undang-undang 25 tahun 1999, memberikan

wewenang yang lebih luas kepada daerah, yang diwujudkan dengan wewenang

6 Ponciano S. Intal Jr. Dan Luis Osman Ranit, literature review of the agricultural distribution

service sector: performance, efficiency and research issues, (philippine institute for development studier).,2001, h. 1

Page 17: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

4

dalam pengaturan, pembangian dan pemanfaatan sumber daya nasional serta

perimbangan keuangan pusat dan daerah.7

Tabel 2 Produksi Sayuran Indonesia

Tahun

Bawang

Merah Kentang Kubis

Daun

Bawang Wortel

(Ton) (Ton) (Ton) (Ton) (Ton)

1997 605 528 813 004 1 338 031 294 411 227 305

1998 599 203 997 579 1 458 629 287 500 332 841

1999 938 293 924 058 1 447 910 323 855 286 536

2000 772 818 977 349 1 336 410 311 319 326 693

2001 861 150 831 140 1 205 404 283 285 300 648

2002 766 572 893 824 1 232 843 315 132 282 248

2003 762 795 1 009 979 1 348 433 345 720 355 802

2004 757 399 1 072 040 1 432 814 475 571 423 722

2005 732 609 1 009 619 1 292 984 501 437 440 002

2006 794 931 1 011 911 1 267 745 571 268 391 371

2007 802 810 1 003 733 1 288 740 479 927 350 171

2008 853 615 1 071 543 1 323 702 547 743 367 111

2009 965 164 1 176 304 1 358 113 549 365 358 014

2010 1 048 934 1 060 805 1 385 044 541 374 403 827

2011 893 124 955 488 1 363 741 526 774 526 917

Sumber : unduhan dari BPS.go.id pada table Produksi sayuran Indonesia.

2012

Komoditas Hortikulura sebagai salah satu komoditi unggulan dari pertanian

saat ini kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Ketidakberpihakan

pemerintah dilihat dari tidak adanya regulasi yang secara khusus melindungi

produksi dari komoditas hortikultura itu sendiri. Secara menyeluruh dari sektor

hortikultura Indonesia saat ini mulai mengalami pertumbuhan yang dapat

dikatakan membaik.Rata-rata pertumbuhan volume ekspor dari komoditas

hortikultura Indonesia mengalami pertumbuhan dari tahun 2007 hingga 2011.

Hanya sub sektor sayuran dari komoditas hortikultura saja yang mengalami

pertumbuhan negatif sebesar 9% dari volume ekspor periode sebelumnya. Hal ini

menandakan pada dasarnya komoditas hortikultura Indonesia memiliki daya saing

lumayan baik, akan tetapi pertumbuhan volume ekspor tidak dicapai secara

signifikan.

7Henny Mayrowani, Kebijakan Otonomi Daerah Dalam Perdagangan Hasil Pertanian, (Pusat

Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2006), h 1

Page 18: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

5

Tabel 3 Volume Ekspor Sub-Sektor Hortikultura 2007-2011

N

N

o

Komoditas

Volume Ekspor (Ton) Rata-rata

pertumbuhan

tahun 2007-

2011 2007 2008 2009 2010 2011

1

1. Sayuran 211 906 172 733 195 533 138 106 133 948 -9%

2

2. Buah 157 629 323 844 224 332 196 341 223 011 19%

3

3. Florikultura 4 621 3 258 5 111 4 294 4 888 6%

4

4. T.Obat 7 685 14 670 13 088 13 468 243 162 7%

Total 381 840 514 505 438 065 352 209 605 009 1%

Sumber: kementan.go.id (diolah)

Perdagangan komoditas hortikultura di Indonesia memiliki sistem distribusi

yang panjang dimana banyaknya pelaku yang terlibat di dalam sistem

distribusinya. Sistem pasar yang ada pada komoditas hortikultura memiliki

kecenderungan bersifat monopsoni atau oligopsoni dimana terlihat memiliki pasar

persaingan sempurna dengan banyaknya jumlah pedagang padahal sebenarnya

dikuasai oleh beberapa pedagang besar saja.8

Pasar Modern memiliki sebuah sistem distribusi sendiri, dimana adanya

pembelian besar atas produk-produk oleh perusahaan induk lalu kemudian disebar

ke gerai-gerai pasar modern tersebut. Sistem distribusi yang dimiliki pasar modern

mendorong pasar tersebut untuk melakukan pembelian produk-produk yang

dijualnya dalam skala besar. Pembelian produk dalam skala besar yang dilakukan

oleh pasar modern merupakan usaha penghematan melalui penghematan melaluli

pembesaran skala (economies of scale).

Sejak tahun 2007 hingga tahun 2011, pasar modern di Indonesia tumbuh

rata-rata sebesar 17,57 % per tahun. Jumlah pasar modern tumbuh dari 10.365

gerai pada tahun 2007, menjadi 18.152 gerai pada tahun 2011. Kenaikan jumlah

gerai pasar modern tersebut merupakan akibat pertumbuhan franchise pasar

modern yang berbentuk minimarket, dimana total gerai minimarket pada tahun

2007 sebesar 8.889 gerai hingga menjadi 15.538 gerai pada tahun 2011.9

Menjamurnya franchise-franchise dari pasar modern dan meningkatnya

preferensi masyarakat untuk membeli produk di pasar modern menyebabkan

pangsa pasar modern meningkat. Pasar modern saat ini tidak hanya menyediakan

produk-produk kemasan, tetapi sudah merambah kepada produk-produk pertanian.

Secara tidak langsung, hal tersebut menjadikan pasar modern sebagai tujuan

utama produk-produk pertanian.

8Bambang Irawan. Fluktuasi Harga, Transmisi Harga dan Marjin Pemasaran Sayuran dan Buah.

(analisis kebijakan pertanian, volume 5 no , Desember 2007) h 361 Pendapat mengenai kecenderungan struktur pasar monopsoni pada komoditas hortikulturan merupakan pendapat dari tulisan Sudaryanto tahun 1993

9 Indonesia Commercial Newsletter. Perkembangan Bisnis Ritel Modern. (Juni 2011)[datacon.co.id/ritel-2011profilindustri.html]

Page 19: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

6

Perumusan Masalah

Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting dalam

pembangunan ekonomi di negara berkembang. Pertanian diindetifikasikan

memiliki lima peran dalam pembangunan, yaitu menyediakan pangan untuk

konsumsi domestik, penyedia tenaga kerja bagi sektor industri, pasar bagi sektor

industri, meningkatkan penawaran dari tabungan domestik, serta pemasukan dari

nilai tukar asing.

Indonesia pada zaman orde baru masa awal mengkonsentrasikan

pembangunannya pada sektor pertanian. Akan tetapi pada masa berikutnya

konsentrasi pembangunan mengarah pada sektor industri.Proses industrialisasi ini

menyebabkan kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan menurun drastis.

Melihat mayoritas penduduk Indonesia yang bekerja di sektor pertanian, proses

industrialisasi yang membuat kontribusi pertanian menurun tanpa adanya

transformasi tenaga kerja yang berarti dari petani ke pekerja, berakibat pada

ketimpangan yang pada akhirnya menyebabkan angka kemiskinan semakin

meningkat.Kemiskinan yang terjadi di desa sebagai pusat produksi sektor

pertanian salah satunya disebabkan oleh proses distribusi hasil pertanian itu

sendiri. Proses distribusi hasil pertanian harus menjadi salah satu perhatian

pemerintah guna mencapai pembangunan yang berkelanjutan.

Hortikultura sebagai salah satu bahan pangan penting menjadi sebuah

komoditas yang kurang mendapatkan perhatian. Perhatian disini dapat dinilai dari

kalahnya produk komoditas dalam negeri dibanding impor komoditas hortikultura

itu sendiri.Produk hortikultura Indonesia sendiri ternyata memiliki harga yang

lebih mahal di dalam pasar domestik dibandingan harga produk hortikultura yang

diimpor. Hal tersebut muncul akibat kurangnya perhatian dari pemerintah dalam

permasalahan distribusi komoditas hortikultura itu sendiri.

Oligopsoni merupakan fenomena struktur pasar yang terjadi pada komoditas

hortikultura di Indonesia. Fenomena ini pada dasarnya merugikan petani sebagai

produsen utama serta konsumen yang membeli produk ini. Fenomena oligopsoni

ditenggarai akibat adanya penguasaan pasar yang dilakukan pelaku pasar modern

yang menguasai saluran distribusi dari komoditas melalui jalan integrasi

pemasaran dalam bentuk kemitraan atau kerjasama. Kondisi struktur pasar yang

demikian dapat menyebabkan inefisiensipemasaran di dalam distribusi komoditas

hortikultura. Menurut UU no. 5 tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli

dan persaingan usaha tidak sehat kegiatan monopsoni dann oligopsoni adalah

termasuk kegiatan persaingan usaha yang tidak sehat dimana adanya pemusatan

kekuatan ekonomi serta posisi dominan suatu pelaku usaha dalam kegiatan

ekonomi.

Berkaitan dengan masalah di atas muncul pertanyaan mengenai pola

distribusi serta struktur pasar komoditas hortikultura yang merupakan salah satu

komoditas utama di sektor pertanian. Bagaimana kondisimargin keuntungan

antara petani, pengepul, grosir antara, serta pasar modern? Apakah marjin

keuntungan di antara pelaku dalam komoditas hortikultura tersebut seimbang atau

hanya menguntungkan salah satu pelaku saja. Serta bagaimana peran pemerintah

melalui regulasi yang dihasilkannya dalam menghadapi fenomena oligopsoni

tersebut.

Page 20: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

7

Berdasarkan uraian tersebut, maka perumusan masalah yang akan dikaji

dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana struktur pasar komoditas hortikultura di Indonesia?

2. Bagaimana kondisi efisiensi pemasaran komoditas hortikultura di

Indonesia?

3. Bagaimana kondisi fenomena monoponi atau oligopsoni dalam pasar

komoditas hortikultura yang terjadi?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, tujuan dari

penelitian ini, yaitu:

1. Menganalisis struktur pasar komoditas hortikultura di Indonesia.

2. Menganalisiskondisi efisiensi pemasaran komoditas hortikultura di

Indonesia.

3. Menganalisis kondisi fenomena monopsoni atau oligopsoni dalam pasar

komoditas hortikultura yang terjadi.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan bagi para akademisis, sebagai

proses pembelajaran bagi mahasiswa dalam meneliti proses

distribusiserta fenomena monopsoni atau oligopsoni dalam komoditas

hortikultura di Indonesia dan referensi bagi penelitian lebih lanjut dan

mendalam.

2. Berguna untuk mengevaluasi proses distribusi serta struktur pasar dan

sebagai rekomendasi kebijakan bagi pemerintah dalam mengatasi

masalah proses distribusi di indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA

Pendahuluan

Kegiatan ekonomi di suatu komoditas tidak terlepas dari tiga proses

ekonominya, yaitu produksi, distribusi, serta konsumsi. Dalam memproduksi

suatu barang dan jasa dibutuhkan suatu proses distribusi agar barang dan jasa hasil

produksi tersebut sampai di tangan konsumen untuk di konsumsi. Proses

terjadinya kesepakatan jual beli antara pembeli dan penjual atas suatu barang atau

jasa terjadi di dalam pasar.

Distribusi suatu komoditas menghadapi sebuah struktur pasar dalam

kegiatannya tergantung dari komoditasnya.Struktur pasar tersebut dipengaruhi

oleh banyak penjual atau pembeli atas komoditas tersebut di dalam pasar serta

kebijakan-kebijakan terkait atas komoditas tersebut.Komoditas hortikultura

sebagai salah satu produk pangan dihadapi oleh suatu fenomena di dalam struktur

pasarnya, yaitu fenomena oligopsoni. Fenomena struktur pasar monopsoni dan

Page 21: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

8

oligopsoni pada komoditas hortikultura ini pada akhirnya dapat menyebabkan

inefisiensi pada proses distribusinya.

Ekonomi Politik

Sebelum menjelaskan mengenai ekonomi politik, ada baiknya pendefinisian

mengenai ilmu ekonomi dan ilmu politik dimengerti terlebih dahulu.Ilmu

ekonomi dalam pendefinisiannya memiliki tiga konsep, yaitu economically atau

ekonomi kalkulasi, provisioning atau kegiatan untuk mendapatkan kebutuhan atau

keinginan, dan ekonomi yang merupakan institusi-institusi pasar. Sedangkan Ilmu

politik didefinisikan dengan tiga konsep juga, yaitu politik sebagai pemerintahan,

politik sebagai publik, dan politik sebagai alokasi nilai oleh pihak yang

berwenang.

Ekonomi kalkulasi atau economically merupakan suatu pendekatan konsep

ekonomi dimana ekonomi diartikan sebagai tindakan manusia dalam mencapai

tujuan tertentu yang dibatasi oleh hambatan-hambatan. Pendekatan ini

mengutamakan efisiensi sebagai pokok pemikiran, dimana dalam mencapai tujuan

setiap manusia dihadapi oleh keterbatasan sumber daya, keterbatasan ini

mendorong manusia untuk melakukan pilihan yang paling baik untuk mencapai

kepuasan maksimal.10

Konsep berikutnya adalah Provisioning atau pemenuhan kebutuhan

merupakan suatu konsep dimana ekonomi merupakan suatu kegiatan produksi

yang bertujuan untuk penyediaan kebutuhan-kebutuhan manusia. Perbedaan

mendasar dari konsep ekonomi kalkulasi adalah pada ekonomi perhitungan secara

rasional untuk mencapai tingkat efisiensi dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu

tidak menjadi hal yang dipertimbangkan pada konsep pemenuhan kebutuhan ini.

Kebutuhan untuk mempertahankan hidup menjadi hal utama yang mendorong

manusia dalam melakukan produksi guna melakukan pemenuhan kebutuhan.11

Terakhir adalah konsep ekonomi institusi yaitu sebuah konsep yang

mengartikan bahwa ekonomi merupakan suatu institusi yang memiliki sifat dan

sejarah khusus, yang pada akhirnya mempengaruhi tiap pelaku ekonomi dalam

melakukan tindakan. Ekonomi di dalam konsep ini didefinisikan lebih lanjut oleh

Caporasso dan Levin

“sebuah struktur yang bersifat sui generis (“menciptakan diri sendiri”,

yaitu tercipta dengan sendirinya tanpa campur tangan manusia) yang di

dalamnya ada beberapa tuntutan struktural yang akan mendorong individu-

individu untuk melakukan tindakan tertentu.”12

Politik sebagai pemerintah adalah konsep bahwa yang dikatakan politik

merupakan semua kegiatan dan proses yang terjadi di dalam institusi, undang-

undang, kebijakan publik pemerintahan. Konsep berikutnya adalah politik sebagai

publik, maksudnya adalah tindakan-tindakan manusia merupakan suatu hal yang

terkait dengan publik. Publik itu sendiri didefinisikan Caporasso dan Levine

sebagai wilayah atau kegiatan yang melibatkan orang lain..13

10James A. Caporasso dan David P. Levine.Teori-teori Ekonomi Politik.2008. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar). h 39 11Ibid. h 44-45 12Ibid. h 61 13Ibid. h. 4-10

Page 22: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

9

Konsep politik yang terakhir adalah politik sebagai alokasi nilai oleh pihak

yang berwenang. Konsep ini memandang bahwa politik dan ekonomi adalah

sebuah konsep yang sama di dalam pelaksanaan alokasi sumber daya. Di dalam

konsep politik sebelumnya yang dipahami sebagai segala kegiatan dan proses

yang dilakukan pemerintahan berubah menjadi sebuah cara khusus untuk

membuat keputusan dalam memproduksi dan distribusi sumber daya dengan

melibatkan kewenangan sebagai alat politis.14

Konsep-konsep yang menjelaskan mengenai ekonomi diatas kemudian

digunakan dalam melakukan pendekatan atas ekonomi politik. Ekonomi politik

apabila menggunakan konsep ekonomi kalkulasi atau economically akan

didefinisikan sebagai sebuah tindakan politik seseorang merupakan hasil dari

perhitungan efisien dan rasional. Pandangan ekonomi tersebut dalam kaitannya

dengan politik masih memandang bahwa ekonomi merupakan pengatur segala

kegiatan politik.

Hal itu mengartikan bahwa di dalam pendekatan ekonomi tersebut, tidak

mengenal kekuasaan, dimana segala hal yang dilakukan hanya berdasarkan

perhitungan efisien dan rasional sehingga tidak memandang adanya hubungan-

hubungan akibat lingkup kegiatan yang berada di wilayah atau institusi tertentu

yang dinamakan perekonomian. Perbedaan itu menjadi dasar pada pendefinisian

ekonomi politik dengan ilmu ekonomi. Perbedaan tersebut didasari oleh

pandangan mengenai kekuasaan di dalam setiap individu dalam melakukan

kegiatan ekonomi. Pada pandangan konsep economically kekuasaan di dalam

masyarakat merupakan given atau terberi begitu saja sedangkan pandangan

ekonomi politik mengatakan bahwa kekuasaan dan ekonomi merupakan suatu

bentuk interaksi yang saling mempengaruhi.15

Definisi mengenai ekonomi politik dipaparkan oleh Ahmad Erani Yustika

sebagai:

“interelasi di antara aspek, proses, maupun kelembagaan dengan kegiatan

ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat maupun yang diintroduksi oleh

pemerintah.”

Definisi tersebut mengartikan bahwa kegiatan-kegiatan ekonomi yang

berada di wilayah politik. Dijelaskan lebih lanjut oleh Ahmad Erani Yustika

bahwa ekonomi politik merupakan sebuah pendekatan untuk menganalisis

kegiatan ekonomi dalam melakukan tindakan di ruang-ruang politik.16

Teori pendekatan ekonomi terhadap politik didefinisikan Caporasso dan

Levine sebagai suatu tindakan politis para pelaku ekonomi dalam mematuhi

aturan-aturan yang membatasi serta memberi peluang yang ada dalam kegiatan

ekonominya.Dalam menjalankan tindakannya tersebut, para pelaku ekonomi

dilandasi oleh konsep rasionalitas dan efisiensi. Konsep rasionalitas diartikan

dalam pengambilan keputusan dalam kegiatan ekonominya, para pelaku ekonomi

menyusun pilihan-pilihan yang ada sesuai tujuan dan keyakinan yang dimiliki

dengan mempertimbangkan batasan-batasan yang menghalangi tindakannya.

14Ibid. h. 60-61 15Ahmad Erani Yustika, Ekonomi Kelembagaan Definisi, Teori, & Strategi. (Malang: Alfabeta) 2006, h 131 16Ibid, h 134-135

Page 23: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

10

Sedangkan konsep efisiensi adalah cara pelaku ekonomi dalam menghadapi

kelangkaan sumber daya untuk mendapatkan output sebaik mungkin.17

Dalam penerapannya teori pendekatan ekonomi terhadap politik dapat

berupa analisis ekonomi terhadap institusi. Institusi itu sendiri adalah

“pengaturan antara unit-unit ekonomi yang mendefinisikan dan

menspesifikasikan cara-cara yang digunakan unit-unit ini untuk bekerja sama

dan bersaing satu sama lain”.18

Sedangkan analisis ekonomi terhadap institusi merupakan suatu analisis

mengenai aturan-aturan atau prosedur yang ada mengenai proses produksi atau

pertukaran yang terjadi di suatu institusi serta analisis mengenai cara yang

digunakan institusi dalam menghambat atau memfasilitasi pemenuhan kebutuhan

pribadi para pelaku ekonomi.19

Dalam analisis ekonomi terhadap institusi, pasar merupakan suatu bentuk

institusi yang memiliki peluang serta batasan yang wajib dipatuhi.20 Oligopsoni

merupakan suatu bentuk fenomena ekonomi politik, dimana struktur pasar

terkonsentrasi sedemikian rupa sehingga terciptanya perusahaan-perusahaan

dominan. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa ekonomi politik merupakan suatu

bentuk interaksi diantara kekuasaan dan politik. Terkait dengan oligopsoni,

Penson, Capps, dan Rosson menjelaskan bahwa munculnya perusahaan-

perusahaan dominan didasari oleh kepentingan untuk mendapatkan keuntungan

sebesar-besarnya yang dilakukan melalui jalan mempengaruhi harga pasar.21

Kemampuan mempengaruhi harga pasar dapat dilakukan oleh perusahaan-

perusahaan dominan akibat adanya kekuasaan atas penjual-penjual sumber daya

yang bertransaksi dengan perusahaan-perusahaan tersebut akibat kurangnya

persaingan di tingkat pembeli serta adanya integrasi dalam bentuk kemitraan atau

kerjasama yang melibatkan perusahaan-perusahaan tersebut dengan penjual atau

penghasil sumberdaya. 22 Struktur pasar oligopsoni pada akhirnya akan

menyebabkan inefisiensi pemasaran akibat adanya perbedaan harga yang terlibat

dalam proses penyampaian sumberdaya dari produsen hingga ke konsumen.

Konsep Pasar

Pasar merupakan tempat bertemunya penjual barang atau jasa hasil produksi

dengan pembeli yang merupakan konsumen yang mengkonsumsi barang atau jasa

hasil proses produksinya tersebut. Proses bertemunya penjual dan pembeli

tersebut pada akhirnya terjadi kegiatan transaksi dimana kegiatan transaksi

17James A. Caporasso dan David P. Levine, op.cit, h 304-318 18Ibid, 361 definisi mengenai institusi merupakan pemikiran dari North dan Thomas tahun 1973. Dilanjutkan lebih lanjut oleh North pada tahun 1984 institusi terdiri dari beberapa batasan terhadap perilaku dalam bentuk aturan dan regulasi, beberapa prosedur untuk mendeteksi penyimpangan dari aturan dan regulasi, dan yang terakhir, beberapa norma moral dan behavioral yang mendefinisikan aturan dan regulasi dan membatasi cara pelaksanaan penegakan aturan dan regulasi itu 19Ibid, h 360-362 20Ibid, h 363 21John. P Penson, Jr. Oral Capps, Jr, C. Parr Rosson III, Richard T. Woodward. Introduction to Agricultural Economies, 2010. (London, Pearson) h 161 22Spencer Henson dan John Cranfield, Building the Political Case for Agribusiness in Developing Country. (Cambridge, FAO and Unindo) 2009 h 29

Page 24: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

11

tersebut merupakan tahap awal pembentukan harga dari barang atau jasa yang

diperjualbelikan tersebut.

Menurut peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 53

tahun 2008 tentang pedoman penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat

perbelanjaan dan toko modern, pasar didefinisikan sebagai,

Area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik

yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall,

plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lain.

Dalam pemaparan di peraturan tersebut ada pengelompokan dari bentuk

pasar itu sendiri. Pasar dibagi menjadi dua macam, yaitu pasar tradisional serta

pasar modern. Pasar tradisional didefinisikan di dalam Peraturan Presiden

Republik Indonesia Nomor 112 tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan

Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern sebagai,

Pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,

Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk

kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan

tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya

masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan

proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.

Keberadaan pasar tradisional saat ini membutuhkan bantuan dari pemerintah.

Hal ini disebabkan pasar tradisional sebagai usaha kecil dan menengah sudah

semakin tersingkirkan oleh keberadaan retail atau pasar modern. Pasar modern

dengan skala usaha yang lebih besar dengan pilihan produk menyebabkan pasar

tradisional kalah bersaing. Retail atau pasar modern itu sendiri didefinisikan di

dalam Perpres no. 112 tahun 2007 sebagai toko modern, yaitu toko dengan sistem

pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk

Minimarket, Supermarket, Departement Store, Hypermarket ataupun grosir yang

berbentuk Perkulakan.23

Struktur Pasar

Stuktur pasar merupakan hal-hal yang terdapat di dalam pasar yang dapat

mempengaruhi persaingan antara pelaku ekonomi yang terlibat di dalamnya.

Struktur pasar menjadi penting karena mempengaruhi kinerja suatu industri, baik

dalam produksi dan distribusi, tetapi lebih lanjut lagi dapat mempengaruhi

kesejahteraan pelaku industri tersebut secara keseluruhan. Unsur-unsur dari

stuktur pasar itu sendiri didefinisikan oleh Jaya sebagai berikut:

Unsur – unsur struktur pasar meliputi: konsentrasi diferensiasi produk,

hambatan masuk ke dalam pasar, struktur biaya, dan tingkat pengaturan

pemerintah.24

Tipe struktur pasar itu sendiri dalam pelaksaanaanya baik dalam sudut

pandang pembeli ataupun penjual bisa dikatakan menyerupai, persamaan yang

paling mendasar terletak pada konsentrasi atau bentuk dari struktur pasar yang

dinilai berdasarkan banyaknya pembeli atau penjual yang terlibat di dalam pasar,

banyaknya pembeli dan/atau pangsa pasar yang dimiliki oleh perusahaan-

23 Peraturan Presiden nomor 112 tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional,

Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern 24 Wihana Kirana Jaya.ekonomi industri.(yogyakarta: PAU-Ekonomi UGM, 1997). h 4

Page 25: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

12

perusahaan yang ada di dalam pasar tersebut. Pada posisi penjual, struktur pasar

dapat berupa monopoli (satu penjual), oligopoli (beberapa penjual), ataupun pasar

persaingan sempurna (banyak penjual), sedangkan untuk pembeli, struktur pasar

dapat berupa monopsoni (satu pembeli), oligopsoni (beberapa pembeli), ataupun

persaingan sempurna (banyak pembeli).25

Oligopsoni

Oligopsoni didefinisikan oleh Penson sebagai sebuah pasar dimana tersusun

oleh relatif sedikit perusahaan yang membeli sumberdaya yang pada akhirnya

dapat mempengaruhi harga pasar untuk sumber daya yang digunakan dalam

produksi. 26 Oligopsoni merupakan suatu tindakan dari perusahaan-perusahaan

yang dominan di dalam pasar untuk menghadapi strategi yang dijalankan

pesaingnya yang dalam pelaksanaanya memiliki dua macam tindakan yang

dilakukan oleh pelaksanannya yaitu:

1. Persaingan,

Perusahaan dalam kegiatannya akan mencari cara untuk mengalahkan

pesaingnya untuk meraih keuntungan yang maksimum, dan proses ini akan terus

menerus terjadi dengan setiap perusahaan menggunakan strategi masing-masing

untuk menjatuhkan pesaingnya

2. Kesepakatan,

Perusahaan terdorong melakukan kerjasama dilandaskan oleh kebutuhan

untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya. Dengan melakukan kerjasama

perusahaan akan dapat memaksimumkan keuntungan yang pada akhirnya akan

melampaui keuntungan perusahaan-perusahaan tersebut tidak bekerja sama.

Akan tetapi, apabila di dalam suatu kesepakatan diantara perusahaan-

perusahaan oligopsoni ini dapat terjadi dua kemungkinan, yaitu perusahaan-

perusahaan tersebut tetap bersaing secara diam-diam dengan berlomba-lomba

penetapan harga yang lebih tinggi agar produsen lebih memilih untuk menjual

produknya ke perusahaan tersebut atau berkerjasama dengan baik dan bergabung

serta bertindak seperti perusahaan monopsoni dengan menguasai teknologi yang

sedikit serta menetapkan harga beli produk yang rendah. Bentuk kemungkinan

yang terakhir merupakan suatu bentuk kolusi.Kolusi merupakan suatu bentuk

kerjasama illegal dimana adanya kesepakatan diantara perusahaan-perusahaan

oligopsoni dalam penentuan harga serta pembagian wilayah pangsa pasar masing-

masing perusahaan yang pada akhirnya untuk meningkatkan keuntungan.27

Dalam permasalahan struktur pasar ini pemerintah memiliki hak untuk

melakukan intervensi.Intervensi pemerintah yang dapat dilakukan tersebut dapat

dalam bentuk regulasi.Intervensi pemerintah dalam hal regulasi sebagai

pengaturan terhadap pasar dan proses distribusi diperlukan karena adanya

kemungkinan adanya ketidakadilan yang terjadi pada kegiatan ekonomi yang

terjadi pada suatu komoditas. Struktur pasar merupakan refleksi dari kondisi serta

perilaku pasar yang dihadapi petani.Dalam hal ini perlunya peraturan dalam

stuktur pasar karena pada akhirnya sturktur pasar dapat mempengaruhi masalah

penentuan harga yang dapat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat.

25Ibid, h 6-8 26John. P Penson, Jr. Oral Capps, Jr, C. Parr Rosson III, Richard T. Woodward, op.cit, h 161 27Wihana Kirana Jaya, op.cit, h 58-59

Page 26: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

13

Regulasi pada pemasaran dibutuhkan guna mencegah terjadinya praktik

perdagangan illegal serta menjaga keadilan di dalam proses pemasaran sehingga

terciptanya kesejahteraan masyarakat. Dalam regulasi pada pemasaran, terdapat 5

(lima) tujuan utama yang ingin dicapai, yaitu:28

a) Melindungi petani atau konsumen dari kegiatan perdagangan yang

bersifat merugikan.

b) Menstabilisasi atau meningkatkan harga pada tingkat petani. Petani

sebagai produsen seringkali mengalami harga yang rendah dibandingkan

harga jual setelah proses distribusi yang pada akhirnya mempengaruhi

kesejahteraan petani.

c) Mengurangi marjin keuntungan yang terjadi

d) Meningkatkan kualitas dan standar dari hasil produksi pertanian

e) Meningkatkan ketahanan pangan

Pemerintah dalam intervensi terhadap distribusi komoditas pertanian ini

dapat menggunakan beberapa instumen.Instrumen ini berguna dalam

pengaplikasian dari regulasi yang telah dibuat. Instrument tersebut antara lain

adalah:29

a) Pemberian kebijakan monopoli

Instrument yang digunakan disini adalah pemberian hak monopoli dari

pemerintah kepada perusahaan-perusahaan milik pemerintah dalam hal

distribusi, pengolahan, dan penjualan dari produsen ke konsumen atas

suatu komoditi.Hal ini yang dapat diimplikasikan adalah meregulasi

harga ekspor terhadap sistem distribusi.

b) Kebijakan harga selain monopoli

Instrument dimana ada beberapa lembaga yang terlibat di dalam saluran

distribusi guna penentuan harga atas dan bawah atas suatu komoditas

pangan utama.

c) Koperasi petani

Instrumen ini berbeda dengan instrument yang lain dimana intervensi

pemerintah berkurang dalam sistem distribusi. Instrument ini dapat

digunakan dengan cara pengambilalihan pengumpul di tingkat daerah

dalam bentuk koperasi.

d) Lisensi perdagangan

Instrument ini dilakukan dengan cara pemberian lisensi kepada pedagang

yang dapat terlibat dalam suatu sistem distribusi suatu komoditas. Pada

akhirnya pemberian lisensi ini akan menyebabkan pemerintah

mendapatkan pendapatan dari lisensi yang akan diberikan kepada

distributor kecil.

e) Instrumen untuk meningkatkan pasar

Pemerintah mengambil keputusan serta menciptakan regulasi dalam

pelaksanaan distribusi komoditas dengan membangun infrastruktur yang

diperlukan dalam penyaluran komoditas tersebut.

f) Instrumen untuk meningkatkan struktur pasar

28Frank Ellis, op.cit, h 100-101 29Ibid. h 101-104

Page 27: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

14

Pemerintah menggunakan kebijakan guna meningkatkan struktur pasar

dalam distribusi komoditas tertentu seperti pemberian kebijakan terhadap

hambatan perdagangan.

Distribusi Pertanian

Dalam kegiatannya pertanian membutuhkan proses pemasaran hasil-hasil

produksinya agar produk pertanian tersebut dapat sampai dan dinikmati oleh

konsumen. Pemasaran itu sendiri merupakan semua kegiatan yang mengarahkan

aliran barang-barang dari produsen kepada konsumen meliputi kegiatan operasi

dan transaksi yang terlibat dalam pergerakan, penyimpanan, proses, dan distribusi

barang. Sistem pemasaran terdiri atas perubahan komoditas dalam dimensi waktu,

tempat, dan bentuk.30

Perubahan komoditas ini sendiri pada dasarnya merupakan suatu kegiatan

dimana konsumen dapat mengkonsumsi produk tersebut. Distribusi atau

pemasaran merupakan suatu bentuk kegiatan ekonomi yang pada akhirnya

konsumen dapat membeli produk saat waktu yang berbeda dari waktu produksi

produk tersebut, dapat membeli pada tempat yang berbeda dari tempat produksi

berlangsung, serta dapat mengkonsumsi produk tersebut dalam bentuk yang

berbeda hasil dari proses pengolahan.

Tujuan saluran distribusi adalah untuk mencapai pasar-pasar tertentu.

Alternatif saluran pemasaran yang digunakan dalam memasarkan produk kepada

konsumen yaitu didasarkan kepada jenis barang dan segmen pasarnya,yaitu:

saluran distribusi barang konsumsi yang ditujukan untuk segmen pasar konsumen

dan saluran distribusi barang industrii, ditujukan untuk segmen pasar industri

Dalam pemasaran hasil produksi dibutuhkan lembaga pemasaran serta

saluran pemasaran. Lembaga pemasaran merupakan perantara produsen dengan

konsumen dalam pendistribusian barang dan jasa.Lembaga pemasaran merupakan

suatu badan atau orang yang terlibat dalam penyaluran barang dan jasa atau

kehadirannya untuk menggerakkan barang dan jasa dari titik produsen ke titik

konsumen melalui berbagai kegiatan atau aktivitas.31

Untuk sektor pertanianpola penyaluran pemasaran produknya adalah

sebagai berikut32

30Frank Ellis, agricultural policies in developing countries, (Cambridge University Press, 1996), h 96 31Shanty Rosdiana Batubara, Analisis Pemasaran Sayuran Organik di PT Agro Lestari Ciawi Bogor Jawa Barat. [skripsi]. Institut Pertanian Bogor,2009, hal 37. Pemaparan gambaran umum pola penyaluran pemasaran produk pertanian di Indonesia berasal dari tulisan Limbong dan Sitorus pada 1987 32Ibid, hal 38.Pemaparan gambaran umum pola penyaluran pemasaran produk pertanian di Indonesia berasal dari tulisan Limbong dan Sitorus pada 1987

Page 28: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

15

Gambar 1 Tata Niaga Bisnis Buah dan Sayur Penyaluran Tidak Langsung

Sumber: Tim Penulis PS, Agribisnis Tanaman Buah dan Sayur. (Depok: Penebar Swadaya) h. 59

dan 60 Secara umum tahapan utama dalam proses distribusi melalui saluran

distribusi dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) kelompok, yaitu pengepul yang

berada di wilayah tempat produksi dilakukan, tempat pengolahan dimana hasil

produksi mengalami perlakuan sedimikian rupa guna menjalani proses distribusi,

pusat grosir, serta pasar tempat komoditas langsung disalurkan kepada konsumen

untuk dikonsumsi.

Gambar 2 Tata Niaga Bisnis Buah dan Sayur Penyaluran Langsung

Sumber: Tim Penulis PS, Agribisnis Tanaman Buah dan Sayur. (Depok: Penebar Swadaya) h. 59

dan 60

Efisiensi Pemasaran

Permasalahan utama yang terjadi di Indonesia saat ini adalah rendahnya

efisiensi pemasaran. Pendapatan yang diterima oleh petani sebagai produsen tidak

sebanding dengan yang diterima pedagang sebagai penyalur atau distributor dari

produk. Ketidakefisienan ini pada akhirnya akan menyebabkan ketidakadilan serta

tidak signifikannya pendapatan petani yang pada menyebabkan tidak tercapainya

kesejahteraan petani. Efisiensi pemasaran itu sendiri didefinisikan oleh Bambang

Irawan sebagai:

“Secara teoritis efisiensi pemasaran merupakan maksimisasi rasio antara

luaran dan masukan yang digunakan dalam kegiatan pemasaran.Masukan yang

dimaksud adalah berbagai sumberdaya ekonomi yang digunakan sedangkan

luaran yang diperoleh berupa jasa-jasa pemasaran yang dihasilkan dari

pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang

(penyimpanan, sortasi dan grading, pengemasan, pengangkutan, dan sebagainya.”

Efisiensi dari pemasaran ini dapat diukur melalui beberapa indikator antara

lain margin pemasaran dan transmisi harga. Margin pemasaran merupakan suatu

indikator yang mengukur perbedaan harga yang didapat dari setiap tahapan yang

dilalui pada proses ditribusi suatu produk dari produsen hingga ke konsumen.

Pengumpul Produsen Pedagang

besar

Pedagang

pengecer

Konsumen

Pengumpul Produsen

Page 29: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

16

Transmisi harga merupakan suatu indikator yang di dapat dari perubahan harga

dari tingkat konsumen hingga ke produsen. Semakin rendahnya margin pemasaran

yang didapat dari suatu komoditas maka semakin efisien pemasarannya.

Sedangkan inefisiensi pemasaran dapat dikatakan apabila transmisi harganya

rendah.33

Dalam pembentukannya, margin pemasaran memiliki dua komponen yaitu

permintaan utama dan permintaan turunan. Permintaan utama adalah respon

langsung dari konsumen atas harga barang dimana penggambaran fungsi

permintaan utama didasari oleh harga retail dan data kuantitas. Sedangkan

permintaan turunan didasari oleh hubungan harga dengan kuantitas yang ada pada

tahapan produk dihasilkan petani atau pada perantara, dimana hasil produksi

tertentu dibeli oleh pembeli besar atau industri pengolah.34

Gambar 3 Margin Pemasaran

Sumber: Willian G. Tomek dan Kenneth L. Robinson. Agricultural Products Price.

(Ithaca and London: Cornell University Press). 1990. h 110

Efisiensi yang dihadapi oleh produsen memiliki pengertian yang berbeda

dengan konsumen. Hal tersebut diakibatkan oleh perbedaan pandangan atas

kemudahan serta harga yang dihadapi atas suatu barang. Sistem pemasaran yang

efisien bagi produsen adalah apabila menghasilkan keuntungan, sedangkan bagi

konsumen yaitu mudahnya konsumen untuk mendapatkan barang dengan harga

yang rendah.35

Suatu rantai pemasaran dikatakan tidak efisien jika memiliki banyak

perantara atau banyak pihak yang terlibat dalam proses penyampaian barang dari

produsen hingga sampai kepada konsumen. Akan tetapi, jika efisien dikatakan

berkurangnya perantara, hal tersebut juga dapat menyebabkan berkurangnya

pilihan konsumen untuk pemenuhan suatu barang. Kurangnya pilihan tersebut

akan membuat konsumen terpaksa menerima layanan serta kualitas barang yang

lebih buruk akibat kurangnya persaingan dari penjual barang tersebut di pasar.36

33 Bambang Irawan, op.cit, h361-362 34Willian G. Tomek dan Kenneth L. Robinson.Agricultural Products Price. (Ithaca and London: Cornell University Press). 1990. H 108-109 35A.M. Hanafiah dan A.M. Safruddin. Tata Niaga Hasil Perikanan. (Jakarta: UI-Press).2006. h-100 36Ibid,.h 101

Price

kuantitas

Derived demand

primary demand

primary supply

derived supply

retail

farm

margin

Page 30: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

17

Hal ini terkait dengan fenomena struktur pasar oligopoli atau monopoli yang

dimana pengurangan jumlah penjual akan berdampak pada kurangnya pilihan

konsumen dan pada akhirnya konsumen terpaksa meneriman layanan serta

kualitas yang diberikan oleh oligopolis dan monopolis tersebut.

Komoditi Hortikultura

Istilah Hortikulturan berasal dari bahasa latin hortus yang berarti kebun dan

colore yang berarti membudidayakan. Secara harfiah, hortikultura berarti ilmu

yang mempelajari pembudidayaan tanaman kebun.

Hortikultura sebagai bahan pelengkap pangan memiliki ciri-ciri sebagai

berikut, yaitu (1) dipanen dan dimanfaatkan dalam keadaan segar atau hidup

sehingga bersifat mudah rusak, (2) komponen utama mutu ditentukan oleh

kandungan air bukan kandungan kering seperti halnya tanaman agronomi (jagung)

dan tanaman perkebunan, (3) produk bersifat bervolume sehingga susah dan

mahal dalam biaya angkut, dan (4) harga hortikultura ditentukan oleh mutunya

(kualitas) bukan jumlahnya.37

Hortikultura memiliki beberapa sifat yaitu,38

1. Tidak tergantung musim. Sifat ini menyebabkan hortikultura dapat

dibudidayakan kapan saja asal syarat tumbuh terpenuhi

2. Mempunyai resiko yang tinggi. Komoditas hortikultura sifatnya mudah

busuk dan rusak sehingga umur tampilannya pendek. Seiring dengan

berlalunya waktu dan kekuranghatian dalam penanganan secara pasca

panen, sayuran yang dijual semakin lam semakin turun nilainya sampai

tidak bernilai sama sekali.

3. Perputaran modal cepat. Hal ini disebabkan umur tanaman produksi yang

singkat dan permintaan pasar yang tidak pernah berhenti karena setiap

orang membutuhkan komoditas hortikultura, terutama sayuran dan buah-

buahan.

4. Mengingat sifat hortikultura yang mudah rusak dan berumur pendek,

maka lokasi produksi sebaiknya dekat dengan konsumen. Keadaan ini

sangat menguntungkan karena dapat menghemat biaya distribusi.

Hortikultura memiliki karakteristik tertentu jika terkait dengan kebijakan

perdagangan, dilihat dari kebutuhan konsumen dalam membelinya, yaitu

kelompok sayuran dan kelompok buah dan bunga.Kelompok sayuran merupakan

suatu komoditas dalam pemenuhan oleh konsumennya adalah head to head.

Artinya apabila konsumen membutuhkan salah satu jenis sayur, maka dia hanya

akan membeli sayuran tersebut. Berbeda dengan buah atau bunga, dalam hal ini

buah dan bunga merupakan suatu komoditas pilihan atau alternatif.Artinya apabila

konsumen ingin mengkonsumsinya, tidak harus membeli jenis buah atau bunga

tersebut, tetapi dapat diganti dengan mengkonsumsi buah atau bunga jenis

lainnya.39

37Shanty Rosdiana Batubara[skripsi] Analisis Pemasaran Sayuran Organik di PT Agro Lestari Ciawi

Bogor Jawa Barat. (Institut Pertanian Bogor). 2009. h 23 38ibid, h 26-27.Sifat sayuran merupakan penjelasan dari tulisan Rahardi pada tahun 2001 39Roedhy Purwanto. [focus group discussion, Bogor, 31 Januari 2013]

Page 31: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

18

Hal diatas diartikan bahwa sayuran dalam penyediaan hasil produksinya di

dalam rantai distribusi tidak mengalami masalah akibat karakteristik sayuran

tersebut yang dalam pemasarannya berupa head to head.Sedangkan buah dan

bunga memiliki masalah khusus dalam penyediaanya yaitu ketidakmampuannya

untuk distok akibat permintaan yang fluktuatif sebagai akibat buah dan bunga

yang merupakan komoditas berkarakteristik pilihan atau alternatif.

Monopsoni dan Oligopsoni dalam Komoditas Hortikultura

Hortikultura sebagai pelengkap tanaman pangan utama memiliki pasar yang

sangat besar. Hal tersebut akibat tingginya permintaan serta penawaran atas

komoditas ini sejak diberlakukannya perdagangan bebas. Perdagangan bebas

mendorong peningkatan perdagangan komoditas hortikultura yang pada akhirnya

menyebabkan turunnya harga-harga komoditas hortikultura pada tingkat petani

akibat persaingan yang semakin kompetitif dengan pasar komoditas yang semakin

terintegrasi dari tingkat petani hingga penjual dan pasar utama, baik pasar-pasar

tradisional dan/atau pasar-pasar modern.

Terintegrasinya pasar dari komoditas hortikultura menyebabkan petani

mengalami masalah dalam bersaing di dalam pasar, integrasi pasar yang dihadapi

oleh petani adalah meluasnya jaringan pemasaran perusahaan-perusahaan

besar.Untuk menghadapi jaringan pemasaran ini, petani akhirnya terdorong untuk

melakukan kerjasama atau kemitraan dengan perusahaan-perusahaan industri

pertanian. Kemitraan itu sendiri merupakan suatu bentuk kesalingtergantungan

antara dua pihak yang didasari untuk mendapatkan keuntungan.

Selain mengalami masalah jarigan pemasaran, dalam pelaksanaannya petani

sebagai produsen hortikultura juga menghadapi preferensi dari konsumen, dimana

kualitas, ukuran, dan tampilan dari produk yang dihasilkan juga menjadi tuntutan.

Masalah tersebut semakin membuat petani, yang pada dasarnya tidak memiliki

kekuatan modal untuk meningkatkan produksi menjadi semakin lemah posisi

tawarnya terhadap kondisi pasar.40

Masalah yang diawali oleh integrasi pemasaran hingga pada kemudian

menjadi suatu bentuk kemitraan, pada akhirnya membentuk suatu industrialisasi

dari komoditas hortikultura tersebut.41 Proses industrialisasi tersebut cenderung

membangun suatu sistem pemasaran yang terintegrasi dan membangun

perusahaan-perusahaan dominan di dalam pasar komoditas ini. 42 Perusahaan-

perusahaan dominan ini menguasai pangsa pasar dengan melakukan pembesaran

proporsi perusahaan dan akhirnya membentuk suatu struktur pasar oligopsoni

Pemikiran karakteristik hortikultura terkait kebijakan perdagangan disampaikan pada focus group discussion di Bogor dengan tema kesiapan IPB dalam merespon larangan sementara impor produk hortikultura

40Saptana, Henny Mayrowani, Adang Agustian, Sunarsih. Analisis Kelembagaan Kemitraan Rantai Pasok Komoditas Hortikultura.Makalah Seminar Hasil Penelitian T.A. (Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Balitbang pertanian, Departemen Pertanian, 2006, h. 3

41Spencer Henson dan John Cranfield, op.cit.h. 29 Vorley dan Fox (2004) berpendapat bahwa adanya integrasi pemasaran akan membuat adanya hubungan kekuasaan di dalamnya. Hubungan kekuasaan di dalam saluran pemasaran yang dimiliki oleh pemain dominan ini berada di dalam lingkungan atau pasar yang kompetitif dan dapat menjalankan kekuasaan “tidak adil”

42Ibid., h. 30 pemikiran ini merupakan pendapat dari Lang (2003)

Page 32: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

19

dimana petani sebagai produsen, terikat oleh perusahaan-perusahaan dominan

akibat adanya kemitraan atau kerjasama yang terjadi. Kemitraan dan kerjasama ini

mendorong petani untukmelakukan peningkatan produksi akan tetapi harga dari

produk yang diterima petani ditentukan oleh perusahaan mitranya.43

Pada komoditas hortikultura, kemitraan yang dapat berbentuk beberapa pola,

yaitu: 1). Pola kemitraan dagang umum, yaitu suatu kerjasama pada tingkat

middle man dengan pasar modern, restoran, ataupun pedagang besar, 2). Pola

kemitraan Contract Farming, dimana petani menyetujui jumlah komoditas yang

harus dihasilkan untuk dijual kepada perusahaan mitra, serta 3). Pola kemitraan

kelompok penangkar bibit, diman petani harus mesmbeli bibit dari perusahaan

mitra dan menjual hasil produksi ke perusahaan mitra tersebut.44

Penelitian Terdahulu

1. Batubara (2009) melakukan penelitian yang menganalisi pemasaran sayuran

organik di PT Agro Lestari Ciawi Bogor Jawa Barat. Hasil yang didapat dari

penelitian yang dilakukan adalah Saluran pemasaran sayur organik di PT

Agro Lestari terdiri dari tiga pola saluran pemasaran, yaitu (1) petani-

pedagang pengumpul dan petani besar-pemasok dan petani besar-konsumen.

(2) petani-pedagan pengumpul dan petani besar-pemasok-konsumen, (3)

Petani-pedagang, pengumpul, dan petani besar-konsumen. Serta dia

mendapatkan perbedaan yang cukup besar antara harga jual di petani dengan

harga jual di tingkat pemasok.

2. Bambang Irawan (2006) melakukan penelitian mengenai Fluktuasi harga,

transmisi harga, serta marjin pemasaran sayuran dan buah dimana didapatkan

fluktuasi harga dan marjin pemasaran sayuran dan buah lebih tinggi dan

transmisi harga yang lebih renda dibandingkan dengan komoditas padi dan

palawija.

3. Ninuk Rahayuningrum, Wayan R. Susila, Tjahya Widayanti (2006)

melakukan penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

harga eceran gula. Herfindal Hirschman index digunakan dalam menganalisis

struktur pasar komoditas gula.

4. Sunengcih (2009) meneliti mengenai struktur, perilaku, dan kinerja industri

minuman ringan di indonesia. Dalam penelitiannya digunakan Herfindal

Hirschman Index serta pangsa pasar dalam penetuan struktur pasar yang

terjadi di industri minuman ringan di indonesia. Selanjutnya untuk meneliti

kinerja dari industri tersebut digunakan structur-conduct-performancetheory.

5. Nursahaldin Sam (2012) meneliti mengenai rantai tata niaga biji kakao di

Kabupaten Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan. Dalam penelitiannya,

marjin pemasaran serta farmer’s share digunakan dalam pengukuran efisiensi

pemasaran yang terjadi pada pemasaran komoditas biji kakao.

Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian

sebelumnya, yaitu:

43Ibid., h.30 44Saptana, Henny Mayrowani, Adang Agustian, Sunarsih, op.cit, h.9

Page 33: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

20

1. Dalam penelitian ini menitikberatkan pada distribusi serta struktur pasar dari

komoditas hortikultura yang memiliki kecenderungan terjadi fenomena

oligopsoni dalam penyalurannya.

2. Dalam penelitian ini akan menganalisis struktur pasar dan efisiensi distribusi

dengan menggunakan metode analisis kualitatif untuk struktur pasar dari

komoditas hortikultura serta metode analisis marjin pemasaran dan transmisi

harga untuk efisiensi distribusi.

3. Dalam penelitian ini juga akan menggunakan analisis ekonomi politik dalam

bentuk analisis kelembagaan biaya transaksi serta analisis struktur ekonomi.

Kerangka Pemikiran

Indonesia merupakan salah satu dari Negara berkembang di dunia ini yang

masih mengandalkan sektor pertanian dalam kegiatan perekonomiannya. Sektor

pertanian sebagai penyedia lapangan pekerjaan terbesar di Indonesia memiliki

beberapa komoditas penting, salah satunya adalah komoditas hortikultura. Petani

sebagai produsen dari komoditas ini mengalami permasalahan akibat semakin

meluasnya integrasi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan

pertanian. Akibat adanya integrasi ini mendorong petani untuk melakukan

kemitraan atau kerjasama dengan perusahaan-perusahaan tersebut.

Kemitraan ini merupakan suatu bentuk ketergantungan antara petani dengan

perusahaan-perusahaan besar atas produk hortikultura. Dimana adanya perjanjian-

perjanjian dalam produksi hortikultura. Akan tetapi terdapat suatu masalah

dimana kemitraan ini ternyata mendorong terjadinya ekspansi perusahaan-

perusahaan pertanian dengan melakukan pembesaran proporsi perusahaannya

sehingga menjadikan perusahaan tersebut menjadi dominan di dalam persaingan

yang ada di pasar komoditas hortikultura. Dominasi yang dimiliki oleh

perusahaan-perusahaan ini membuatnya memiliki kekuasaan di dalam saluran

pemasaran komoditas hortikultura.

Pasar dalam pendekatan ekonomi terhadap politik merupakan suatu bentuk

institusi, dimana suatu institusi memiliki aturan-aturan dan regulasi dalam

mengatur setiap orang yang beraktifitas di dalamnya. Akan tetapi,akibat adanya

integrasi dalam bentuk kemitraan atau kerjasama menyebabkan perusahaan-

perusahaan dominan memiliki kekuasaan lebih atas penghasil atau penjual produk

hortikultura. Kekuasaan di dalam saluran pemasaran ini dijalankan oleh

perusahaan di dalam suatu pasar yang kompetitif, sehingga menciptakan

ketidakadilan. Kekuasaan ini dapat berbentuk suatu penahanan informasi harga

yang dihadapi sehingga membuat perusahaan-perusahaan mendapatkan untung

lebih banyak.

Pendekatan ekonomi terhadap politik menggambarkan keputusan

perusahaan-perusahaan dominan yang dilandasi prinsip rasionalitas dan efisiensi.

Prinsip-prinsip ini pada dasarnya melandasi tindakan yang dilakukan oleh pelaku

ekonomi dalam menghadapi aturan-aturan yang ada di dalam institusi bertujuan

akhir memaksimalkan keuntungan dalam menghadapi sumber daya yang terbatas.

Kemudian adanya kekuasaan akibat kemitraan tersebut mendorong perusahaan-

perusahaan dominan untuk menguasai pangsa pasar dari produk hortikultura yang

bertujuanmemaksimalkan keuntungan. Cara yang ditempuh perusahaan-

perusahaan besar tersebut adalah mempengaruhi harga yang terbentuk di pasar.

Kurangnya persaingan akibat adanya perusahaan-perusahaan dominan sebagai

Page 34: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

21

pembeli produk hortikultura membuat perusahaan-perusahaan tersebut menjadi

price maker di dalam pasar.

Hal itu menyebabkan kecenderungan terjadinya fenomena oligopsoni dalam

pemasaran hasil komoditas hortikultura yang pada akhirnya menyebabkan

terjadinya ketidakefisienan pemasaran. Inefisiensi pemasaran dapat menyebabkan

ketimpangan pendapatan yang didapat petani sebagai produsen utama komoditas

hortikultura dengan pedagang sebagai penyalur komoditas tersebut.

Masuknya pasar modern dalam usaha pengadaan komoditas hortikultura

menjadi suatu pendorong yang menyebabkan kekuatan integrasi pemasaran

semakin kuat. Hal ini disebabkan oleh pasar modern dengan sistem retailnya

memiliki suatu integrasi pemasaran sendiri, dimana dengan skala usaha yang

besar pasar modern membutuhkan pasokan produksi hortikultura yang besar

menjadikan pasar modern sebagai pembeli besar.

Gambar 4 Kerangka Pemikiran

Pertanian sebagai salah

satu sektor utama

indonesia

Hortikultura komoditas

penting setelah pangan

Hortikultura memiliki

masalah efisiensi dalam

pemasarannya

Munculnya Masalah Struktur Pasar Oligopsoni Akibat Kekuatan Dominan dari Pasar modern

Rekomendasi kebijakan

Masuknya pasar modern

dalam kegiatan

penyediaan hortikultura

kepada konsumen

Kerugian Masyarakat

Ketimun kentang semangka mangga tomat Bawang

merah

Page 35: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

22

METODOLOGI PENELITIAN

Pendahuluan

Metode penelitian pada dasarnya adalah suatu studi mengenai tata cara

dalam melakukan penelitian. Maksudnya adalah metode-metode yang akan kita

gunakan dalam melaksanakan suatu kegiatan penelitian. Setiap bidang ilmu

memiliki metode penelitian masing-masing dalam mencari jawaban atas masalah-

masalah yang terdapat pada bidang ilmu tersebut.45

Metode penelitian juga dapat diartikan sebagai suatu cara ilmiah atau

langkah-langkah ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data untuk tujuan

tertentu. Cara ilmiah diartikan bahwa suatu penelitian harus rasional, empiris, dan

sistematis dalam pelaksanaanya.Rasional diartikan sebagai cara-cara yang dapat

diterima oleh nalar manusia.Empiris merupakan cara-cara yang digunakan dapat

teramati oleh indera manusia.Serta sistematis yang berarti menggunakan langkah-

langkah yang teratur dan logis.46

Dalam melakukan penelitian dibutuhkan adanya data.Data dapat berupa data

primer ataupun data sekunder. Data primer merupakan data yang didapat akibat

adanya proses pengumpulan data yang dimaksudkan untuk suatu penelitian.

Sedangkan data sekunder merupakan kumpulan data yang dikumpulkan tidak

dimaksudkan untuk suatu penelitian tertentu.

Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data sekunder

didapatkan dalam bentuk tabel, laporan, artikel, buku-buku atau karya tulis ilmiah

yang relevan, BPS, Departemen pertanian, Departemen Perdagangan, dan

Lembaga Swadata Masyarakat terkait.

Data primer melalui wawancara dengan beberapa informan. Informan ini

merupakan pelaku langsung proses distribusi hortikultura serta pihak-pihak yang

mengetahui pola kegiatan distribusi komoditi hortikultura ini. Proses ditribusi

yang dianalisis meliputi pola serta saluran-saluran distribusi yang terjadi.

Komoditas yang diteliti di dalam penelitian kali ini dibatasi kepada saluran

distribusi pada enam komoditas yang dijual oleh pasar modern. Pemilihan enam

komoditas ini dilandasi oleh pengamatan awal mengenai produk hortikultura apa

saja yang dijual oleh pasar modern. Penentuan komoditas apa saja yang diteliti

pada penelitian ini diawali dari penentuan produk komoditas hortikultura apa saja

yang disediakan oleh pasar modern. Kemudian disaring lagi berdasarkan

ketersediaan dan kesesuaian data yang ada di Badan Pusat Statistik. Varietas dari

produk hortikultura juga menjadi pertimbangan. Produk yang memiliki banyak

varietas tidak disertakan dikarenakan akan terciptanya kerancuan dalam

pengolahan data dan karena data yang digunakan untuk harga yang diterima

petani merupakan harga secara umum.

45Bambang Juanda. Metode Penelitian Ekonomi dan Bisnis (Bogor: IPB-Press,2009), h 1 46Sugiyono.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. (Bandung: Alfabeta,2011), h-2

Page 36: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

23

Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metodekualitatif dan kuantitatif.Sugiyono dalam bukunya memaparkan pengertian

metode kuantitatif sebagai

“Suatu metode yang berlandaskan pada kaidah-kaidah ilmiah, yaitu empiris,

obyektif, terukur, rasional, dan sistematis.”47

Dalam pelaksanaannya, metode kuantitatif merupakan suatu penelitian yang

berupa angka-angka dan pada akhirnya hasil penelitian merupakan intepretasi dari

angka-angka yang didapat. Sedangkan metode kualitatif didefinisikan di dalam

buku Hamid Patilima sebagai

“Suatu proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial atau masalah

manusia berdasarkan pada penciptaan gambar holistic yang dibentuk dengan

kata-kata, melaporkan pandangan informan secara terperinci, dan disusun

dalam sebuah latar ilmiah.”48

Secara garis besar, penelitian kualitatif merupakan sebuah intepretasi

kondisi masyarakat secara keseluruhan dan mendalam guna mendapatkan

gambaran umum atau pola-pola atas suatu fenomena yang terjadi di dalam

masyarakat.

Analisis kualitatif yang digunakan adalah analisis ekonomi politik dimana

merupakan suatu proses analisa gejala-gejala atau fenomena dalam kegiatan

ekonomi yang dilakukan dengan melihat dari struktur kekuasaan di masyarakat.49

Dijelaskan lebih lanjut oleh Yustika bahwa

“analisis dengan pendekatan ekonomi politik merupakan suatu analisis

yang mempertemukan ekonomi dan politik dalam hal alokasi sumber daya

ekonomi dan politik (yang terbatas) untuk dapat memenuhi kebutuhan

masyarakat.”50

Analisis kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis ,margin pemasaran, dan transmisi harga. Untuk menganalisis proses

distribusi komoditas hortikultura digunakan indikator hasil perhitungan margin

pemasaran serta transmisi harga yang terjadi pada komoditas hortikultura.Analisis

kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan ekonomi politik

di dalam analisis ekonomi terhadap institusi.

Analisis Struktur Pasar

Metode yang digunakan dalam menganalisis bentuk struktur pasar dari

komoditas hortikultura ini digunakan metode analisis kualitatatif berdasarkan

pengamatan langsung di lapangan, studi literatur, serta wawancara dengan pihak-

pihak yang terlibat di dalam proses distribusi komoditas hortikultura.

Pengamatan mengenai struktur pasar dikonsentrasikan berdasarkan struktur

pembeli dan penjual yang terlibat dalam setiap tingkatan pemasaran.

Pembentukan harga dalam tiap tingkatan juga dapat menjadi salah satu acuan

dalam pembentukan struktur pasar.

47Ibid, h-2 48Hamid Patilima. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Alfabeta, 2010), h 2-3

Pendefinisian metode kualitatif di buku Hamdi Patilima merupakan pemikiran Cresswel tahun 1994

49Ahmad Erani Yustika.op.cit, h 131 50Ibid., h. 135

Page 37: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

24

Analisis Efisiensi Pasar

Metode yang digunakan dalam mengetahui efisiensi pemasaran dalam

komoditas hortikultura adalah analisis Margin Pemasaran serta Analisis Transmisi

Harga.

Analisis Margin Pemasaran

Marjin pemasaran merupakan selisih nilai yang didapatkan setiap tingkatan-

tingkatan yang terlibat di dalam proses distribusi suatu komoditas. Nilai marjin

pemasaran itu sendiri merupakan perbedaan harga yang didapat oleh dua

tingkatan pemasaran dibandingkan dengan jumlah dari komoditas tersebut yang

dipasarkan. Komoditas hortikultura merupakan suatu komoditas yang memiliki

rentang distribusi yang panjang, dimulai dari petani sebagai produsen hingga ke

konsumen. Panjangnya rentang distribusi ini dapat menimbulkan kecenderungan

tingginya margin pemasaran yang terjadi.

Dalam menghitung margin pemasaran yang ada pada komoditas ini,

formulasi yang digunakan adalah:51

MT = ∑ 𝑀𝑖 MT = Psi – Pbi

dimana: MT = Marjin pemasaran total

Mi = Marjin pemasaran tingkat ke-i

Psi = Harga jual pasar tingkat ke-i

Pbi = Harga beli pasar tingakt ke-i

Semakin tinggi nilai margin pemasaran maka semakin tidak efisien

distribusi dari komoditas tersebut, yang pada akhirnya tingginya margin

pemasaran berarti harga yang diterima petani jauh lebih rendah dibandingkan

harga yang diterima konsumen.

Analisis Transmisi Harga

Perbedaan harga yang diterima antara petani sebagai produsen dengan

konsumen sebagai tingkatan akhir dari distribusi merupakan sebuah transmisi

harga. Transmisi harga juga dapat diartikan sebagai bagian yang diterima petani

dibandingkan dengan harga pada konsumen yang merupakan akibat adanya

tingkatan-tingkatan yang ada pada proses distribusi.

Dalam menganalisis transmisi harga atau bagian yang diterima oleh petani

dapat dihitung dengan cara:52

TM = 𝑃𝑟

𝑝𝑓 𝑥 100%

dimana : Pr = harga di tingkat konsumen

Pf = harga di tingkat petani

TM = transmisi harga atau bagian yang di dapat petani

Semakin tinggi transmisi harga menandakan bahwa harga yang didapatkan

oleh petani semakin mendekati harga jual di tingkat konsumen. Hal tersebut

51 Nursahaldin Sam.[Skripsi].Analisis Rantai Tataniaga Biji Kakao di Kabupaten Luwu Utara

Provinsi Sulawesi Selatan..IPB, Bogor 2012. h 32 Formulasi margin pemasaran merupakan tulisan dari Limbong dan Sitorus (1987)

52Ibid., h 34

Page 38: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

25

mengartikan semakin tinggi transmisi harga pada komoditas hortikultura

menandakan semakin efisien proses distribusi dari komoditas tersebut.

Transmisi harga merupakan sebuah analisis mengenai pengaruh antar harga

yang ada di pasar. Perbedaan tersebut dapat diakibatkan oleh jarak geografis atau

tinggi rendahnya rantai pemasarannya. Di dalam pasar, terjadinya transmisi harga

yang simetris dapat terjadi dengan baik pada pasar yang menganut Law of One

Price. Artinya adalah, apabila ada peningkatan dalam harga suatu produk, penjual

lain yanng menjual produk yang homogen akan meresponnya dengan adanya

kenaikan harga juga.53

Analisis Ekonomi Politik Struktur Pasar Komoditas Hortikultura

Dalam menganalisis struktur pasar komoditas hortikultura dalam perspektif

ekonomi politik, dilakukan penelitian terhadap saluran pemasaran, dan integrasi

pemasaran yang ada pada produk hortikultura. Untuk menganalisis struktur pasar

yang memberikan gambaran atas fenomena oligopsoni yang terjadi pada tiap

komoditas, peneliti memfokuskan pada analisis ekonomi terhadap institusi.

Analisis ekonomi terhadap institusi memandang bahwa institusi merupakan

suatu hambatan yang dikenakan kepada pelaku ekonomi yang mengatur cara serta

nilai-nilai yang berlaku di dalam kegiatan ekonomi.54Dalam menjadi penelitian ini

yang menjadi titik analisis ekonomi politik ekonomi terhadap institusi adalah pola

hubungan institusi dan perilaku pasar. Analisis ini melihat hubungan di dalam

pasar dimana memandang tiga cara pendekatan, yaitu:55

1. Pasar dipandang sebagai institusi. Pada cara ini penelitian difokuskan

kepada menganalisis aturan-aturan yang berlaku di pasar hortikultura yang

mengatur perilaku para pelaku pasar seperti kesepakatan yang terjadi di

dalam pasar.

2. Institusi akan mendefinisikan cakupan pertukaran pasar. Pada cara ini

penelitian difokuskan kepada larangan-larangan pertukaran yang ada di

pasar hortikultura. Larangan-larangan ini dalam bentuk alasan-alasan

personal atau budaya yang melatar belakanginya

3. Institusi tidak hanya berfungsi untuk melarang, tetapi juga bisa digunakan

untuk mengubah pola intensif yang mendasari pertukaran. Cara ini

difokuskan kepada ganjaran-ganjaran atau hukuman yang ditetapkan di

dalam pasar hortikultura.

Analisis mengenai struktur ekonomi produk hortikultura ini menggunakan

inteprestasi secara deskriptif yang didapatkan dari wawancara dengan narasumber.

Narasumber yang dipilih untuk mendapatkan data hasil wawancara adalah LSM-

LSM yang melakukan penelitian atas produk hortikultura yang dipilih, yaitu enam

produk hortikultura yang dijual oleh pasar modern, serta departemen pertanian

dan departemen perdagangan sebagai otoritas yang mengatur dan mengawasi

institusi pasar dari produk hortikultura ini

53 P. Abbot, C. Wu, F. Tarp. 2011. Transmission of World Prices to the Domestic Market in Vietnam. USA: Purdue University, h-23 54James A. Caporasso dan David P. Levine, op.cit, h 361 55Ibid, h 363

Page 39: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

26

GAMBARAN UMUM

Kontribusi Pertanian Indonesia

Pertanian di dalam Produk Domestik Bruto Indonesia terbagi menjadi

tiga bagian, yaitu pertanian sempit, kehutanan, serta perikanan. Untuk

pertanian sempit itu sendiri terbagi lagi menjadi tiga bagian yaitu tanaman

bahan makanan, tanaman perkebunan, serta peternakan dan hasil-hasilnya.

Hortikultura termasuk di dalam pertanian sempit, tanaman bahan makanan.

Tabel 4 Kontribusi Pertanian Indonesia 2009-2011

2009 2010 2011

Pertanian 295 883.8 304 736.7 313 727.80

a. Pertanian sempit 231 265.1 236 825.3 242 301.70

tanaman bahan

makanan 149 057.8 151 500.7 153 408.5

tanaman

perkebunan 45 558.4 47 110.2 48 964

perternakan dan

hasil-hasilnya 36 648.9 38 214.4 29 929.2

b. Kehutanan 16 843.6 17 249.6 17 361.8

c. Perikanan 47 775.1 50 661.8 54 064.3

Produk Domestik

Bruto Total 2 178 850.4 2 313 838 2 463 242 Sumber: Buku Saku Statistik Makro Sektor Pertanian Vol. 4 No.2 2012, BPS, hal 2

Kontribusi pertanian terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia tiap

tahunnya dari tahun 2009 hingga 2011 mengalami penurunan. Pada tahun 2009

pertanian menyumbang 13.58% dari PDB, turun pada 2010 menjadi 13.17%

hingga akhirnya turun lagi pada tahun 2011 menjadi 12.74%. Akan tetapi, hasil

pertanian itu sendiri mengalami peningkatan sebesar 5.69% dari tahun 2009

hingga 2011. Tanaman bahan makanan yang juga merupakan kelompok dari

produk hortikultura memiliki kontribusi sebesar 50.38% pada tahun 2009, dan

terus turun hingga mencapai 49.72% dan 48.89% pada tahun 2010 dan 2011.

Produksi Hortikultura Indonesia

Hortikultura merupakan suatu produk pertanian yang memiliki sifat-sifat

yaitu, dalam penanamannya tidak tergantung musim, mempunyai resiko

penanaman yang tinggi disebabkan oleh mudahnya komoditas ini busuk serta

rusak, memiliki perputaran modal yang cepat dikarenakan waktu penanaman

hingga produksinya relatif cepat, sekitar tiga hingga empat bulan, dan

membutuhkan lokasi produksi yang berdekatan dengan wilayah konsumennya.56

56 Shanty Rosdiana Batubara, op.cit, 2009, h. 23

Page 40: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

27

Tabel 5 Produksi Hortikultura Menurut Jenis Tanaman 2009, 2010, 2011

Jenis Komoditas Produksi Nasional (ton)

2009 2010 2011

bawang merah 965 164 1 048 934 93 667 bawang putih 15 419 12 295 18 285 daun bawang 547 743 541 374 55 611 Kentang 1 071 543 1 060 805 59 882 Kubis 1 358 113 1 285 044 65 323 Wortel 358 014 403 827 33 228 cabe besar 787 433 870 160 121 903

cabe rawit 591 294 521 704 118 707 Tomat 853 061 891 616 57 302 Buncis 290 993 336 494 32 063 Ketimun 583 139 547 141 53 596 semangka 474 327 348 631 33 445 Alpukat 257 642 224 278 275 953 Durian 797 798 492 139 883 969 jeruk siam 2 025 840 1 937 773 1 721 880 Jeruk 2 131 768 2 028 904 1 818 949 Mangga 2 243 440 1 287 287 2 131 139 Pepaya 772 844 675 801 1 540 626

Pisang 6 373 553 5 755 073 958 251 Salak 829 014 749 876 811 909

Sumber: diolah dari Statistik Indonesia, BPS. 2010, 2011, 2012

Berdasarkan data BPS, produksi nasional dari produk-produk hortikultura

mengalami kenaikan atau penurunan tiap tahunnya. Produk hortikultura yang

mengalami kenaikan terus dari tahun2009 hingga 2011 adalah bawang putih, daun

bawang, cabe besar, cabe rawit, kangkung, durian, pepaya. Untuk produk yang

mengalami penurunan produksinya dari tahun 2009 hingga 2010 adalah bawang

merah, wortel, kentang, kubis, tomat, buncis,ketimun, melon, semangka, alpukat,

jeruk siam, jeruk, mangga, pisang, dan salak.

Perdagangan Hortikultura Indonesia

Indonesia juga turut aktif dalam perdagangan internasional untuk komoditas

hortikultura. Akan tetapi, terjadi penurunan dalam ekspor hortikultura indonesia

dari tahun 2009 hingga 2010, dari 447 609 ton menjadi 364 139. Pada tahun 2011

ekspor hortikultura indonesia mengalami peningkatan, tetapi belum mencapai

angka pada ekspor pada tahun 2009.

Page 41: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

28

Tabel 7 Ekspor Hortikultura Indonesia 2009-2011 dalam ton

No Komoditas (ton) 2009 2010 2011

A Sayuran 1 bawang merah 12 822 3 234 13 792 2 bawang putih 186 284 214 3 Kentang 6 320 6 771 5 117 4 Tomat 596 618 675 5 brokoli 2 181 990 96 6 kubis 1 585 2 326 2 309 7 cabe 744 1 504 1 448

B Buah buahan 8 mangga 1 616 998 1 486 9 manggis 11 319 11 388 12 603

10 jeruk 503 540 338 11 nenas 54 67 0 12 pepaya 143 111 468

Total Ekspor Hortikultura 447 609 364 139 381 648 Sumber: Buku Saku Statistik Makro Sektor Pertanian Vol. 4 No.2 2012, BPS, hal 14

Ekspor terbesar indonesia ada berasal dari manggis dan bawang merah,

sebanyak 13792 ton dan 12603 ton. Bawang merah pada tahun 2010 mengalami

penurunan ekspor yang sangat tajam dari 12822 ton pada 2009 menjadi 3234 ton.

Harga Produsen Hortikultura

Harga produsen merupakan harga yang diterima oleh petani pada saat

menjual hasil produksinya. Secara umum harga yang diterima petani pada tahun

2011 mengalami peningkatan dibandingkan harga produsen pada tahun 2010.

Harga produsen pertanian tertinggi ada pada komoditas apel sebesar Rp

1.176.485 / 100 Kg, sedangkan harga produsen terendah adalah untuk komoditas

nanas sebesar Rp 12.265/Kg. Harga produsen ini merupakan gambaran umum

mengenai pendapatan petani serta harga atas suatu komoditas.

Page 42: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

29

Tabel 8 Harga Produsen Pertanian 2011-2012 (Rp/100 Kg)

nama komoditas harga produsen (Rp/100 Kg)

2011 2012

daun bawang 328 888 269 478

bawang merah 895 131 987 810

bawang putih 874 429 869 856

buncis 259 584 259 584

cabe merah 1 033 217 974 432

cabe rawit 1 099 116 992 256

kacang panjang 262 203 292 393

kangkung 170 602 190 747

kentang 382 609 426 583

ketimun 194 542 233 768

Kol 163 821 240 337

sawi 164 533 159 804

tomat 433 055 489 797

wortel 266 117 266 287

alpukat 316 868 383 333

apel 804 025 1 176 485

durian 197 938 234 750

mangga 557 622 539 281

melon 613 250 715 004

nanas 13 619 12 265

pepaya 237 042 228 990

salak 336 136 368 082

semangka 243 159 231 184

Sumber: Harga Produsen Pertanian sub-sektor Tanaman Pangan, Hortikultura,

danTanaman perkebunan rakyat 2012. Hal. 23-145

Profil Perusahaan Perdagangan Eceran

Perusahaan perdagangan di indonesia, dikelompokkan menjadi beberapa

jenis dilihat dari barang-barang yang dijual serta kegiatan utamanya, jumlah usaha

serta pengelompokan perusahaan perdagangan dapat dilihat pada tabel dibawah.

Angka pada tabel 1 menunjukkan bahwa perdagangan eceran komoditi bukan

makanan, minuan, atau tembakau yaitu sebanyak 21879 (47,87%) perusahaan.

Kemudian perdagangan eceran berbagai macam barang yang utamanya makanan,

minuman, atau tembakau di supermarket/minimarket sebanyak 6360 (13,92%)

perusahaan, dan perdagangan eceran sepeda motor serta suku cadang dan

aksesorisnya sebanyak 4700 (10,28%) perusahaan.

Perusahaan perdagangan eceran berbagai macam barang yang utamanya

makanan, minuman, atau tembakau di supermarket/minimarket lebih banyak

daripada yang selain. hal ini menunjukkan kemungkinan ada anggapan dari

pengusaha bahwa supermarket/minimarket lebih menjajikan keuntungan daripada

toko biasa karena fasilitas dan kenyamanan berbelanja disana lebih bisa menarik

Page 43: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

30

konsumen yang menginginkan kenyamanan berbelanja dengan harga yang cukup

bersaing atau mudah terjangkau di setiap lapisan masyarakat.

Tabel 9 Jumlah Perusahaan Perdagangan Menurut Sakernas 2006 KBLI Jenis Kegiatan Utama Jumlah % (1) (2) (3) (4) 50102 Perdagangan Eceran

Mobil 1 478 3.23

50202 Perdagangan Eceran

suku Cadang dan

aksesoris Mobil

820 1.79

50302 Perdagangan eceran

sepeda motor serta suku

cadang dan aksesorisnya

4 700 10.28

50400 Perdagangan eceran

bahan bakar kendaraan di

SPBU

3 083 6.75

52111 Perdagangan eceran

berbagai macam barang

yang utamanya makanan,

minuman, atau tembakau

di

supermarket/minimarket

6 360 13.92

52112 Perdagangan eceran

berbagai macam barang

yang utamanya makanan,

minuman, atau tembakau

selain di

supermarket/minimarket

825 1.81

52191 Perdagangan eceran

berbagai macam barang

yang utamanya bukan

makanan, minuman, atau

tembakau di toserba

(departemen store)

2 669 5.84

52192 Perdagangan eceran

berbagai macam barang

yang utamanya bukan

makanan, minuman atau

tembakau selain di

toserba (departemen

store)

605 1.32

522 Perdagangan eceran

komoditi makanan,

minuman, atau tembakau

2 973 6.50

523 Perdagangan eceran

komoditi bukan

makanan, minuman, atau

tembakau

21 879 47.87

524 Perdagangan eceran

barang bekas

282 0.62

5271 Perdagangan eceran

melalui media

32 0.07

Total 45 706 100.00

Sumber: Direktori perusahaan perdagangan eceran, hasil sensus ekonomi 2006, BPS, hal 7-8

Page 44: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

31

HASIL DAN PEMBAHASAN

Efisiensi Pasar Komoditas Hortikultura

Bawang Merah

Pemasaran bawang merah dari petani hingga sampai ke tangan konsumen

memiliki tiga tahapan. Berawal dari petani, kemudian dikumpulkan oleh

pengumpul di desa, lalu langsung disalurkan ke pasar-pasar induk, kemudian

langsung dibeli oleh pasar modern melalui pasar induk. Saluran dari pemasaran

bawang merah ini dapat dijelaskan oleh gambar 5.1 dibawah ini.

Gambar 4 Saluran Pemasaran Bawang Merah

Bawang merah dalam pemasarannya sampai ke pasar induk kramat jati

mayoritas berasal dari Brebes, Tegal, Bandung, Cirebon, dan Kuningan. Pasar

modern membeli langsung bawang merah di pasar induk Kramat jati kemudian

melakukan packing dan sorting langsung di pasar induk tersebut. Pada tingkat

petani harga yang diterima petani sebagai produsen adalah sebesar Rp 9 878,- /Kg,

harga tersebut merupakan harga yang dibayarkan pengumpul atau tengkulak

kepada petani. Kemudian tengkulak menjual kepada pedagang besar di pasar

induk sebesar Rp 14 950,- /Kg.

Perbedaan harga atau margin pemasaran yang ada pada tingkatan pertama,

yaitu dari petani kepada tengkulak adalah sebesar Rp 5 072,- /Kg. Presentase dari

keuntungan yang diperoleh pengumpul atau tengkulak adalah sebesar 51.35 %.

Petani Bawang Merah

Pengumpul Desa

Pasar modern

konsumen

Pasar induk kramat jati

Page 45: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

32

Tabel 10 Margin Pemasaran dan Transmisi Harga Bawang Merah

tingkatan

pemasaran Penjual Pembeli

harga

jual

(Rp)

margin

pemasaran

(Rp)

transmisi

harga

1 Petani Pengumpul 9 878

5 072

22.17%

2 pengumpul

pedagang pasar

induk 14 950

650

3

pedagang pasar

induk pasar modern 15 600

28 965 4 pasar modern Konsumen 44 565

Sumber: diolah dari BPS, dan pengamatan langsung di lapangan57

Pada tingkat pemasaran ke dua, yaitu dari pedagang besar di pasar induk

kepada pasar modern, harga bawang merah yang dijual oleh pedagang besar di

pasar induk adalah sebesar Rp 15 600,- /Kg.58 Margin pemasaran yang terjadi di

tingkat pemasaran kedua adalah sebesar Rp 650,- / Kg atau sebesar 4.35%.

Penjualan kepada konsumen yang dilakukan oleh pasar modern merupakan

tingkat pemasaran terakhir dari komoditas bawang merah. Harga pada pasar

modern yang dibebankan kepada konsumen saat membeli bawang merah adalah

sebear Rp 44 565,- /Kg. margin pemasaran yang terjadi di tingkat ke tiga

merupakan margin terbesar pada pemasaran komoditas bawang merah, yaitu

sebesar Rp 28 965;- /Kg. Presentase dari margin yang terjadi pada tingkat akhir

adalah sebesar 185.67%. Transmisi harga dari konsumen kepada petani atau

bagian yang diterima petani dari pemasaran bawang merah adalah sebesar 22,17%.

Transmisi harga tersebu merupakan gambaran dari kekuatan tawar petani

bawang merah. Transmisi harga sebesar 22.17% artinya adalah dari harga jual

yang dikenakan kepada konsumen, 22.17% adalah bagian yang didapatkan oleh

petani. Petani bawang merah dengan transmisi harga sebesar 22.17% masih

termasuk dalam petani yang memiliki transmisi harga rendah. Kekuatan tawar

petani bawang merah dipengaruhi oleh adanya kartel di dalam penyaluran atau

ketersediaan bawang merah di indonesia.59

Kartel mengatur pasokan bawang merah kedalam negeri sehingga terjadinya

kelangkaan di pasaran yang pada akhirnya meningkatkan harga bawang merah.

Akan tetapi, kenaikan harga tersebut tidak dinikmati oleh petani, hanya kartel

yang menikmati meningkatnya harga. Perbedaan harga yang tinggi dari produsen

57BPS, harga produsen pertanian sub-sektor tanaman pangan, hortikultura, dan tanaman perkebunan rakyat 2012. Hal 23-145 data dari BPS yang diambil adalah data harga produsen untuk menentukan harga pada tingkat pemasaran satu 58 Harga tersebut didapatkan dari kantor pengelola pasar induk, harga yang didapat adalah harga rata-rata yang masuk ke kantor pasar induk. Diasumsikan harga tersebut memiliki kesamaan dengan harga yang dibeli oleh pasar modern karena berada di tingkatan yang sama. 59 Informasi mengenai adanya kartel di dalam pemasaran komoditas bawang merah dihasilkan dari studi pustaka. Adanya kartel dalam komoditas bawang merah diawalli dari terindikasinya kartel importir bawang merah. Mekanisme yang dilakukan oleh kartel adalah dengan mengatur pasokan bawang merah dari luar negeri. Pasokan tersebut akan mempengaruhi harga bawang merah dalam negeri. (metrotvnews, 4 April 2013, BBC.co.uk, 18 Mei 2013, dan tempo)

Page 46: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

33

dengan harga yang diterima konsumen memiliki andil dalam pembentukan

transmisi harga tersebut.

Ketimun

Komoditas ketimun memiliki saluran pemasaran yang sama dengan bawang

merah. Tingkatannya dari petani hingga ke konsumen ada empat tingkat. Pertama

adalah tingkatan dari petani ke pengumpul atau tengkulak, kemudian penyaluran

komoditas ketimun dari pengumpul atau tengkulak sampai ke pasar induk.

Tingkat kemudian adalah pembelian ketimun di pasar induk yang dilakukan oleh

pasar modern dan terakhir adalah penjualan di gerai-gerai pasar modern kepada

konsumen. Ketimun yang berada di pasar induk Kramat Jati berasal dari Lembang,

Cipanas, Garut, Cikampek, dan Sukabumi.

Tingkatan terendah dari pemasaran komoditas ketimun, yaitu penjualan

ketimun dari petani kepada pengumpul atau tengkulak, berada pada harga Rp

2.337,-/Kg. Kemudian ketimun disalurkan oleh pengumpul atau tengkulak ke

pasar induk, harga yang terbentuk adalah sebesar Rp 3.398,-/Kg. Hal tersebut

menghasilkan margin pemasaran sebesar Rp 1.061,-/Kg atau sebesar 45,4%.

Gambar 5 Saluran Pemasaran Ketimun

Penyaluran dari pedagang pasar induk kepada pasar modern terjadi dengan

harga jual yang diterima oleh pedagang pasar induk sebesar Rp 5.273,-/Kg.

Karena harga pada tingkatan yang terjadi pada tingkatan sebelumnya adala Rp

3398,-/ Kg maka margin pemasaran yang terbentuk pada tingkat pemasaran ke-

tiga adalah sebesar Rp 1 875,-/ Kg.

Petani Ketimun

Pengumpul Desa

Pasar modern

konsumen

Pasar induk kramat jati

Page 47: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

34

Tabel 11 Margin Pemasaran dan Transmisi Harga Ketimun

tingkatan

pemasaran penjual Pembeli

harga jual

(Rp)

margin

pemasaran

(Rp)

transmisi

harga

1 petani Pengumpul 2 337

1 061

27.42%

2 pengumpul

pedagang pasar

induk 3 398

1 875

3

pedagang pasar

induk pasar modern 5 273

3 249.25 4 pasar modern Konsumen 8 522.25

Sumber: diolah dari BPS dan pengamatan langsung di lapangan

Tingkatan terakhir pada pemasaran komoditas ketimun adalah penjualan

komoditas ini kepada konsumen yang dilakukan oleh pasar modern. Harga jual

rata-rata ketimun di empat pasar modern besar adalah sebesar Rp 8 522.25,-/ Kg.

Dalam pemasaran ketimun, penjualan oleh pasar modern menghasilkan margin

pemasaran terbesar, yaitu sebesar Rp 3 249.25,-/ Kg. Perbedaan harga yang

diterima oleh konsumen dengan yang diterima oleh petani menghasilkan transmisi

harga, dalam kasus pemasaran ketimun transmisi harga yang terbentuk adalah

sebesar 27.42%.

Transmisi harga yang terbentuk pada komoditas ketimun tersebut masih

tergolong rendah karena masih tingginya perbandingan antara harga yang diterima

oleh petani sebagai produsen dengan harga yang dikenakan kepada konsumen.

Salah satu penyebab rendahnya transmisi adalah posisi tawar dari petani ketimun.

Lama produksi dari ketimun yang cepat menjadi salah satu penyebab hal tersebut.

Ketimun dengan lama penanaman yang cepat, berkisar 55 hingga 65 hari setelah

munculnya buah menyebabkan kelangkaan pasokan ketimun sulit terjadi. 60

Kemudahan penanaman tersebut menyebabkan petani tidak memiliki kekuatan

untuk menekan pengumpul akibat tersedianya pasokan terus menerus.

Tomat

Tomat sebagai salah satu sayuran penting dalam pemasaran produknya dari

dihasilkan oleh petani hingga akhirnya sampai ke konsumen memiliki empat

pelaku pemasaran. Saluran dalam pemasaran tomat memiliki tiga tingkatan

pemasaran. Diawali pembelian hasil pertanian tomat oleh pengumpul atau

tengkulak dari petani, dilanjutkan penjualan ke pasar induk. Tomat di pasar induk

dibeli oleh pasar modern dan mengalami proses packing, sorting, dan grading

hingga akhirnya dijual ke konsumen. Stok tomat di pasar induk Kramat Jati

dipasok dari Garut, Ciwidey, Cipanas, dan Dieng

60 Vincent E. Rubatzky, Mas Yamaguchi. 1999. Sayuran Dunia 3. Prinsip, Produksi, dan Gizi. (bandung: Penerbit ITB) h 60-65

Page 48: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

35

Gambar 6 Saluran Pemasaran Tomat

Tomat dibeli oleh pengumpul atau tengkulak dari petani sebesar Rp 4.897,-

/Kg, kemudian dijual kembali oleh ke pasar induk dengan harga sebesar Rp

5.240,-/Kg. Perbedaan harga di dua tingkatan pemasaran tersebut membuat

margin pemasaran sebesar Rp 343,-/Kg atau sebesar 43,08% dari harga yang

diterima petani.

Tabel 12 Margin Pemasaran dan Transmisi Harga Tomat

tingkatan

pemasaran Penjual pembeli

harga jual

(Rp)

margin

pemasaran

(Rp)

transmisi harga

1 Petani pengumpul 4 897

343

42.59%

2 Pengumpul

pedagang

pasar induk 5 240

1 125

3

pedagang

pasar induk pasar modern 6 365

5 132.5 4 pasar modern konsumen 11 497.5

Sumber: diolah dari BPS dan pengamatan langsung dilapangan

Pedangang pasar induk menyalurkan tomat kepada pasar modern dengan

menjualnya dengan harga Rp 6.365,-/Kg. Margin yang terbentuk dari harga yang

ada di tingkatan pemasaran ketiga adalah Rp 1.125,-/Kg. Presentase dari margin

pemasaran pada tingkatan pemasaran ketiga adalah 21,47%. Pada tingkatan

pemasaran terakhir pada komoditas tomat ini harga yang terbentuk adalah sebesar

Rp 11.497,5/Kg dengan persentase keuntungan pemasaran sebesar 80,64%.

Keuntungan terbesar dari pemasaran komoditas tomat terletak pada tingkatan

akhir sebelum sampai ke konsumen, yaitu penjualan yang dilakukan oleh pasar

modern. Perbedaan harga di tingkat produsen dengan harga yang dibayarkan oleh

konsumen atau transmisi harga dari komoditas ini adalah sebesar 42,59%.

Petani Tomat

Pengumpul Desa

Pasar modern

konsumen

Pasar induk kramat jati

Page 49: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

36

Transmisi harga yang terjadi pada komoditas ini tergolong besar

dibandingkan komoditas lain yang diteliti. Hal tersebut akibat posisi tawar dari

petani tomat yang lebih kuat dibandingkan petani komoditas lain. Kuatnya posisi

tawar petani tomat diakibatkan tomat sebagai produk hortikultura dapat dipanen

dari kondisi buah masih muda hingga tua, sehingga resiko tidak dapat dijualnya

hasil produksi dapat dihindarkan. Tomat dalam penjualannya dapat dijual dari

berwarna hijau muda, hijau matang, hingga merah.61 Terhindarnya resiko tidak

dapat menjual hasil produksinya membuat petani tomat memiliki kekuatan dalam

menentukan kapan dia akan menjual hasil. Petani dapat menjual pada saat fase

panen yang paling menguntungkannya. Kondisi tersebut diperkuat dengan daya

tahan dari tomat setelah dipanen yang dapat mencapai beberapa minggu dalam

suhu yang tepat.

Kentang

Kentang sebagai salah satu jenis sayuran yang memiliki nilai jual tinggi

memiliki empat tingkatan dalam pemasarannya. Terdapat lima pelaku yang

terlibat dalam penyampaian komoditas ini dari petani sebagai produsen hingga

sampai kepada konsumen, yaitu petani, pengumpul atau tengkulak, pedagang

pasar induk, pasar modern, dan konsumen.

Gambar 7 Saluran Pemasaran Kentang

Pemasaran tingkat pertama yang dimulai dari penjualan komoditi kentang

dari petani ke pengumpul atau tengkulak menghasilkan harga kentang sebesar Rp

4.265,-/Kg. Tingkatan kedua adalah penyaluran kentang yang telah dikumpulkan

dari desa ke pasar induk. Pada kegiatan ini, pengumpul atau tengkulak menjual

kentang ke pedagang di pasar induk seharga Rp 6.102,-/Kg. Dua tingkatan

tersebut membentuk margin pemasaran sebesar Rp 1.837,-/Kg atau 43,07% dari

harga yang diterima petani.

61 Ibid, h 17-20

Petani Kentang

Pengumpul Desa

Pasar modern

konsumen

Pasar induk kramat jati

Page 50: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

37

Tabel 13 Margin Pemasaran dan Transmisi Harga Kentang

tingkatan

pemasaran Penjual Pembeli

harga jual

(Rp)

margin

pemasaran

(Rp)

transmisi harga

1 Petani Pengumpul 4 265

1 837

30.31%

2 pengumpul

pedagang pasar

induk 6 102

511

3

pedagang pasar

induk pasar modern 6 613

7 457 4 pasar modern Konsumen 14 070

Sumber: diolah dari BPS dan pengamatan langsung di lapangan

Kentang saat disalurkan oleh pedagang pasar induk kepada pasar modern

memiliki terjual pada harga Rp 6.613,-/Kg. Hal tersebut menghasilkan perbedaan

harga atau margin antara tingkat kedua dan ketiga sebesar Rp 511,-/Kg. Tingkatan

terakhir dari pemasaran komoditi ini adalah penjualan yang dilakukan oleh pasar

modern kepada konsumen. Konsumen dikenakan harga dalam membeli kentang di

pasar modern sebesar Rp14.070,-/Kg. Margin pemasaran antara pembelian

kentang dari pasar induk dan penjualan kepada konsumen adalah sebesar Rp

7.457,-/Kg. Margin pemasaran total dari pemasaran kentang dari petani sampai

dijual ke konsumen adalah sebesar Rp 9.805,-/Kg atau sebesar 112,76%.

Perbedaan harga dari harga yang dibeli oleh konsumen dengan yang diterima oleh

petani adalah 30,31%.

Kentang dalam produksinya di Indonesia saat ini memiliki kasus unik

dibandingkan komoditas lain. Produksi dari kentang saat ini lebih didominasi oleh

bentuk kemitraan antara petani dengan PT Indofood. Petani kentang pada

kabupaten Brebes, Garut, dan Banjarnegara banyak yang memiliki ikatan

kemitraan sebagai penyedia bahan baku kentang jenis Atlantis kepada PT.

Indofood. Kemitraan tersebut dapat menjadi keuntungan ataupun kerugian bagi

petani kentang. Keuntungannya adalah petani mendapatkan harga tetap sehingga

pendapatannya dapat terjaga akibat adanya kontrak. Akan tetapi, hal tersebut

memiliki hal negatif, adanya kontrak pengadaan produk dengan adanya perjanjian

atas penyediaan bibit oleh PT Indofood dan penjualan dalam jumlah tertentu yang

dibebankan kepada petani menyebabkan petani tidak memiliki pilihan lain dalam

menjual hasil produksinya. Kondisi kemitraan tersebut menyebabkan adanya

ketergantungan dari petani kepada perusahaan yang melakukan kemitraan

sehingga permasalahan harga dari produk diatur oleh perusahaan tersebut.62

Mangga

Mangga dalam pemasaran hasil produksinya memiliki lima tingkatan.

Saluran pemasaran manga terdiri dari penjualan manga dari petani kepada

pengumpul atau tengkulak, kemudian penyaluran manga dari pengumpul ke

62 Bambang Irawan Fluktuasi Harga, Transmisi Harga, dan Margin Pemasaran Sayuran dan Buah. (Bogor: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pemerintah) h 8-9

Page 51: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

38

pedagang di pasar induk. Selanjutnya mangga dibeli oleh supplier yang nantinya

akan menyalurkannya kepada pasar modern untuk dijual kepada konsumen. 63

Saluran lain yang terjadi pada pemasaran mangga adalah pengumpul atau

tengkulak tidak menyalurkan mangga tidak melewati pasar modern, akan tetapi

langsung kepada supplier yang nantinya akan menjual mangga ke pasar modern.

Gambar 8 Saluran Pemasaran Mangga

Saluran pertama adalah pengumpul atau tengkulak pada komoditas mangga

membeli dari petani sebesar Rp 3.677,-/Kg. Kemudian pengumpul

menyalurkannya untuk dijual kepada pedagang besar di pasar induk dengan harga

Rp 5.392,-/Kg. Dua tingkatan pemasaran tersebut menghasilkan margin sebesar

Rp 1.715,-/Kg. Tingkatan selanjutnya adalah pedagang di pasar induk menjual

mangga kepada supplier seharga Rp 14.400,-/Kg. Margin yang terbentuk pada

kegiatan ini adalah sebesar Rp 9.008,-/Kg. Selanjutnya supplier menjual mangga

tersebut kepada pasar modern, harga jual mangga pada tingkatan tersebut adalah

sebesar Rp 16.000,-/Kg. Penjualan mangga dari supplier menyebabkan margin

yang terbentuk pada tingkatan keempat adalah sebesar Rp 1.600,-/Kg.

Tahap akhir dari saluran pemasaran ini adalah penjualan mangga kepada

konsumen. Pasar modern menjual mangga kepada konsumen dengan harga Rp

25.335,-/Kg. Margin pemasaran yang terjadi pada tingkatan akhir dari pemasaran

mangga adalah sebesar Rp 9.335,-/Kg.

63 Di pasar induk kramat jati, pasar modern tidak membeli mangga langsung dari pedagang di pasar induk. hal tersebut berdasarkan keterangan dari pegawai pasar induk kramat jati bernama Komeng. Dia memaparkan supermarket tidak mengambil mangga langsung di pasar induk.

Petani Mangga

Pengumpul Desa

supplier

Pasar modern

Pasar induk kramat jati

konsumen

Page 52: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

39

Tabel 14 Margin Pemasaran dan Transmisi Harga Mangga tingkatan

pemasaran penjual Pembeli harga jual

margin

pemasaran transmisi harga

1 petani Pengumpul 3 677

1 715

14.51%

2 pengumpul

pedagang

pasar induk 5 392

9 008

3

pedagang

pasar induk Supplier 14 400

1 600

4 supplier pasar modern 16 000

9 335

5 pasar modern Konsumen 25 335

Sumber: diolah dari BPS dan pengamatan langsung di lapangan

Semangka

Saluran pemasaran semangka seperti saluran pemasaran dari mangga

dimana terdapat dua macam saluran pemasaran. Saluran pertama mempunyai lima

tingkatan dimulai dari petani menjual kepada pengumpul atau tengkulak,

kemudian pengumpul menyalurkannya kepada pedagang besar di pasar induk.

Selanjutnya supplier membeli semangka dari pedagang di pasar induk untuk

dijual kepada pasar modern.

Saluran kedua dari pemasaran semangka memiliki empat tingkatan untuk

menyalurkan semangka dari petani hingga sampai ke tangan konsumen.

Perbedaan antara saluran satu dan dua terletak pada pada saluran satu pengumpul

menjual ke pasar induk terlebih dahulu sebelum pasar induk menjualnya kepada

supplier, sedangkan pada saluran dua supplier langsung membeli komoditas ini

dari pengumpul atau tengkulak.

Gambar 9 Saluran Pemasaran Semangka

Petani Mangga

Pengumpul Desa

supplier

Pasar modern

Pasar induk kramat jati

konsumen

Page 53: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

40

Semangka pada saluran pemasaran satu dititipkan oleh petani kepada

pengumpul atau tengkulak dengan harga Rp 2.311,-/Kg, semangka tersebut

kemudia disalurkan oleh pengumpul atau tengkulak kepada pedagang pasar induk

dengan harga Rp 3.045,-/Kg. Tingkatan ini menghasilkan margin pemasaran

sebesar Rp 734,-/Kg. Pedagang pasar induk kemudian menjual semangka kepada

supplier dengan harga Rp 3.311,-/Kg. Perbedaan harga dari pengumpul dan

pedagang pasar induk menyebabkan terjadinya margin pemasaran sebesar Rp

266,-/Kg.

Tingkatan pada pemasaran komoditas ini selanjutnya adalah penjualan oleh

supplier kepada pasar modern. Harga jual semangka pada tingkatan ini adalah

sebesar Rp 5.000,-/Kg. Margin pemasaran yang didapatkan oleh supplier dari

hasil pembelian dari pasar induk dan penjualan kepada pasar modern adalah

sebesar Rp 1.689,-/Kg. Pada akhirnya pasar modern menjual kepada konsumen

dengan harga Rp 8.422,5/Kg. Besaran margin yang terjadi pada tingkatan ini

adalah sebesar Rp 3.422,5/Kg. Kedua saluran pemasaran dari semangka tersebut

memiliki transmisi harga dari konsumen kepada produsen sebesar 27,44%.

Transmisi harga yang terjadi pada pemasaran komoditas semangka ini

masih terhitung rendah dibandingkan transmisi harga yang terjadi pada komoditas

tomat. Posisi tawar petani sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

transmisi harga pada komoditas ini lemah. Salah satu penyebabnya adalah daya

tahan penyimpanan dari semangka itu sendiri. Semangka sebagai produk

hortikultura yang membutuhkan waktu penanaman selama 3 hingga 5 bulan

memiliki daya tahan yang rendah dan tidak cocok untuk disimpan lama.

Ketidakmampuan semangka dalam bertahan lama membuat petani memiliki possi

yang lebih membutuhkan penjualan daripada pengumpul karena petani tidak mau

hingga semangka membusuk dan tidak laku dijual.

Tabel 15 Margin Pemasaran dan Transmisi Harga Semangka

tingkatan

pemasaran penjual pembeli

harga

jual

(Rp)

margin

pemasaran

(Rp)

transmisi

harga

1 petani pengumpul 2 311

734

27.44%

2 pengumpul

pedagang

pasar induk 3 045

266

3

pedagang

pasar induk supplier 3 311

1 689

4 supplier pasar modern 5 000

3 422.5 5

pasar

modern konsumen 8 422.5

Sumber: diolah dari BPS dan pengamatan langsung di lapangan

Page 54: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

41

Struktur Pasar Komoditas Hortikultura

Pasar dari komoditas hortikultura secara umum di setiap tingkatan

pemasaran memiliki struktur pasar yang berbeda-beda. Kondisi tersebut

dipengaruhi oleh banyaknya pembeli dan penjual pada setiap komoditas. Struktur

Pasar dari komoditas ini dapat dipaparkan dengan menganalisis alur distribusinya.

Secara umum alur distribusi pada komoditas hortikultura digambarkan pada

gambar 5.7 dibawah ini:

Gambar 10 Alur Distribusi Pasar Hortikultura

Sumber: diolah dari data penelitian

Struktur pasar yang umum terjadi pada tingkatan pertama pemasaran atau

penjualan dari petani kepada pengumpul atau tengkulak memiliki bentuk

monopsony.64 Pengumpul memiliki kuasa lebih di dalam desa untuk mengambil

atau membeli hasil dari pertanian hortikultura dari petani. 65 Ketidakmampuan

petani dalam memilih penjual dan hanya menjualnya langsung kepada pengumpul

atau tengkulak dijelaskan oleh Adnyana, et.al disebabkan oleh kondisi petani

hortikultura di Indonesia saat ini secara umum merupakan petani kecil dengan

area produksi tidak lebih dari 0,5 ha, petani-petani tersebut memiliki

kecenderungan tidak memiliki keinginan untuk lebih memasarkan hasilnya dan

memilih untuk menjual kepada penjual terdekat.66

Pada kasus di Brebes, salah satu petani yang bernama Sodikin mengatakan

bahwa keterikatan dengan pengumpul tersebut diakibatkan adanya bantuan pada

masa-masa sebelumnya seperti pada masa penanaman yang diberikan oleh

tengkulak kepada petani, dalam bentuk materi seperti peminjaman uang. Adanya

keharusan pemberian balas budi yang menyebabkan para petani menjual hasil

pertaniannya kepada pengumpul. Dalam pelaksanaan pengumpulan hasil-hasil

hortikultura tersebut pengumpul langsung menunggu petani pada saat panen di

lahan milik petani. Nantinya pengumpul yang akan menanggung semua biaya

64 Penjualan dari bawang merah pada tingkatan pertama di kabupaten Brebes terjadi dimana

tengkulak atau pengumpul menunggui langsung petani saat memanen bawang merah sehingga petani dihadapkan langsung kepada satu pembeli

65 Petani tidak mengetahui informasi harga bawang merah yang dibeli di pasar, sistem yang terjadi adalah petani menitipkan barang kepada pengumpul atau tengkulak kemudian tengkulak membayar kepada petani berapapun harga yang terjadi di pasar, jadi petani tidak mengetahui harga terlebih dahulu pada saat menjual kepada tengkulak

66 Adnyana, Made Oka, Henny Mayrowani, Rachmat Hendrayana, Ketut Kariyasa. Marketing Infrastructure for the Promotion of Non-traditional Agriculture Production and Export in Indonesia. 1997. Center for Agro Socio-economic Research. H 43

Petani pengumpul Pedagang besar Pasar modern konsumen

Supplier

Page 55: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

42

yang akan dikeluarkan untuk menyalurkan hasil tersebut ke tingkat pemasaran

selanjutnya.

Pada tingkatan pemasaran selanjutnya, pengumpul dihadapkan oleh struktur

pasar persaingan sempurna dikarenakan banyaknya pembeli dari komoditas ini.

Alternatif penjualan yang dapat dilakukan oleh pengumpul dapat langsung

membawanya kepada pasar induk atau menjualnya kepada pasar kota terdekat dari

hasil pertanian itu sendiri. Pengumpul juga menguasai informasi harga dalam

komoditas ini sehingga dapat memainkan perannya dalam menjual produk

hortikultura ke penjual yang dapat memberikan keuntungan terbesar kepada

pengumpul atau tengkulak.

Dalam pemasaran pada tingkatan pengumpul dikenal istilah “bos” yang

merujuk kepada pedagang di pasar, baik pasar induk atau pasar di daerah. “bos”

memiliki kekuatan untuk menentukan harga beli dari suatu komoditas yang

nantinya akan diinformasikan kepada pengumpul pada saat pembayaran melalui

supir mobil pengangkut. “bos” juga memiliki kekuatan untuk menilai atau sorting

barang yang dibelinya. Produk hortikultura yang telah dibawa tapi tidak sesuai

dengan standar atau kualitas yang diinginkan “bos” dapat langsung ditolak dan

tidak mendapatkan bayaran dari barang tersebut.67

Pengumpul dihadapkan oleh kekuatan dari pedagang besar di pasar induk

yang dapat menentukan harga. Akan tetapi, pengumpul memiliki alternatif

penjualan dengan dapat langsung membawanya kepada pasar induk atau

menjualnya kepada pasar kota terdekat dari hasil pertanian itu sendiri. Pengumpul

juga menguasai informasi harga dalam komoditas ini sehingga dapat memainkan

perannya dalam menjual produk hortikultura ke wilayah yang dapat memberikan

keuntungan terbesar kepada pengumpul atau tengkulak dengan mengatur berapa

biaya yang dibayarkan kepada petani.

Namun, walaupun pengumpul atau tengkulak dihadapkan kepada struktur

pasar persaingan sempurna dengan banyaknya penjual di pasar induk serta adanya

alternatif menjual ke supplier, pengumpul atau tengkulak tidak dapat menentukan

harga. Pengumpul atau tengkulak pada awalnya dapat mencari pembeli dari

produk hortikulturanya, tetapi pada saat sudah terjadinya perjanjian antara

pembeli dan pengumpul harga dari komoditas tersebut langsung ditentukan oleh

pedagang di pasar induk.

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya bahwa penjual di pasar, atau

yang dipanggil “bos” dapat melakukan sorting atas produk mana yang dapat dia

beli atau tidak menyebabkan resiko dari hasil pertanian yang dibawa oleh

pengumpul atau tengkulak menjadi tanggungan pengumpul. Hal tersebut menjadi

landasan kepada pengumpul untuk mengambil margin pemasaran yang lebih besar

dengan cara membebankan kepada biaya apabila terjadinya kerugian seperti itu

kepada petani dengan cara mengurangi harga yang dibayarkan oleh petani.

Kondisi ini diperkuat oleh Adnyana, et.al yang mengatakan setelah tengkulak

mengumpulkan hasil pertanian dari petani-petani, tengkulak membayarkan bagian

dari petani setelah barang telah dibayarkan oleh penjual di pasar, tetapi segala

resiko seperti kebusukan ditanggung oleh tengkulak.68

67 Informasi ini didapatkan dari wawancara dengan Hadi seorang supir pengangkut sayur dari

desa Dawuhan, kabupaten Brebes. Walaupun “bos” memiliki kekuatan besar dalam menentukan harga, tetapi tengkulak dapat menyalurkan barangnya ke pedagang lain..

68 Andyana, Made Oka, Henny Mayrowani, Rachmat Hendrayana, Ketut Kariyasa, op.cit, h-44

Page 56: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

43

Informasi yang dipegang oleh pengumpul atau tengkulak serta kekuatan

dalam pemilihan penjual untuk menjual hortikultura yang dibawanya dari desa

menyebabkan margin pemasaran dari beberapa komoditas hortikultura pada

tingkatan kedua menjadi lebih besar dibandingkan margin yang diterima oleh

pedagang di pasar induk. Margin yang terbentuk dari perbedaan harga pembelian

hortikultura oleh pengumpul dari petani serta penjualannya kepada pedagang

pasar induk pada enam komoditas yang diteliti dalam penelitian ini terdapat dua

karakteristik, yaitu komoditas yang memiliki margin yang lebih besar pada

tingkatan pengumpul atau tengkulak dibandingkan margin yang diterima oleh

pedagang pasar induk setelah menjualnya kepada pasar modern dan komoditas

yang memiliki dan komoditas yang mengalami kejadian sebaliknya.

Kondisi dimana margin pemasaran yang diterima oleh pengumpul atau

tengkulak yang lebih besar daripada yang diterima oleh pedagang pasar induk

terjadi pada komoditas kentang, bawang merah, dan ketimun. Untuk komoditas

tomat, semangka, serta mangga terjadi sebaliknya. Komoditas semangka serta

mangga melibatkan satu lagi pelaku kegiatan pemasaran komoditas ini, yaitu

supplier. Supplier menyalurkan langsung semangka dan mangga kepada pasar

modern.

Kemudian di pasar induk dikenal dengan istilah “langganan”, yaitu istilah

yang disematkan kepada penjual di dalam pasar induk yang menjual dagangannya

kepada pasar modern. Perjanjian dagang yang terjadi diantara “langganan” dan

pasar modern adalah dalam bentuk kesiapan pedagang dalam menyiapkan

hortikultura dalam jumlah tertentu tiap harinya69.

Melonjaknya harga jual dari komoditas hortikultura pada tingkat pemasaran

terakhir, yaitu penjualan dari pasar modern kepada konsumen, diakibatkan

pembebanan biaya untuk packing yang dilakukan oleh pasar modern terhadap

hortikultura yang dibelinya. Packing yang dilakukan oleh pasar modern langsung

dilakukan di tempat pembelian di pasar induk. Pasar modern memiliki “lapak”

khusus yang mereka miliki untuk melakukan kegiatan tersebut.

Analisis Ekonomi Politik Struktur Pasar Distribusi Hortikultura

Persaingan merupakan suatu kondisi ideal dalam usaha pemenuhan suatu

komoditas. Akan tetapi, persaingan itu sendiri hanya dapat berjalan fungsinya

apabila terjadi tanpa adanya persaingan secara curang diantara peserta persaingan

dan persaingan itu sendiri merupakan suatu hal yang dinamis dan berubah-ubah

sesuai faktor yang mempengaruhinya seperti kebijakan pemerintah.70

Dalam distribusi komoditas hortikultura, struktur pasar yang

menggambarkan peta persaingan pada setiap tingkatan distribusi memiliki bentuk

yang berbeda-beda. Bentuk struktur pasar yang berbeda-beda tersebut diakibatkan

oleh pelaku-pelaku ekonomi di tingkatan distribusi tersebut memiliki kemampuan

modal, kemampuan pengetahuan, serta kemampuan akses dan informasi yang

berbeda-beda. Perbedaan kemampuan tersebut menyebabkan adanya perbedaan

69 Informasi tersebut didapatkan dari wawancara dengan Komeng salah satu pegawai dari PD

Pasar Induk serta Syamsudin dan Teteh yang merupakan penjual makanan di dalam parkiran pasar induk. mereka menyebutkan istilah langganan sebagai sebutan untuk pedagang yang menjual sayur kepada pasar modern seperti Giant.

70 Arie Siswanto, Hukum Persaingan Usaha, (Bogor: PT. Ghalia Indonesia), H 17-18

Page 57: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

44

kekuatan pada setiap pelaku kegiatan distribusi. Perbedaan kekuatan ini yang

mendorong adanya perbedaan keuntungan yang dapat diperoleh oleh setiap pelaku

pada setiap tingkatan.71

Pada tingkat distribusi hortikultura yang pertama, terjadinya transaksi hasil

produksi dari petani kepada pengumpul. Pada tingkat distribusi ini, kemampuan

pengetahuan dikuasai oleh petani diakibatkan petani merupakan tumpuan utama

dari produksi komoditas ini. Petani memiliki kemampuan dalam bercocok tanam

serta menghasilkan produk hortikultura yang dapat dikonsumsi sehingga memiliki

nilai jual. Kemampuan bercocok tanam petani ini meliputi kemampuan menilai

kesuburan dari tanah, kuantitas dan kualitas benih yang harus ditanam, kebutuhan

air untuk tanaman, serta manajemen waktu tanam. Petani juga memiliki

kemampuan kepemilikan lahan sehingga dapat melakukan usaha bercocok tanam

tersebut.

Kepentingan petani dalam melakukan tanam ini didorong oleh kebutuhan

petani dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Produk hortikultura yang

dihasilkannya merupakan produk yang digunakan untuk sehari-hari serta untuk

dijual agar mendapatkan dana memenuhi kebutuhan lainnya. Kemampuan modal

merupakan kemampuan suatu pelaku ekonomi dalam memenuhi kebutuhan modal

dalam melaksanakan kegiatan ekonominya. Hal inilah sebuah kemampuan yang

tidak dimiliki oleh petani dalam produksi hortikultura. Untuk memenuhi

kebutuhan modal ini petani mendapatkan bantuan oleh pelaku dalam distribusi

komoditas hortikultura berikutnya, yaitu pengumpul.

Pengumpul dalam kegiatan distribusi hortikultura berperan sebagai penyedia

modal bagi petani. Kemampuan modal ini menjadi kekuatan bagi pengumpul

untuk memberikan bantuan kepada petani apabila petani membutuhkan sehingga

adanya keharusan balas budi dengan menjual hasil produksi dari petani kepada

pengumpul.72 Kemampuan akses dalam bentuk informasi mengenai pembeli serta

71 Henry Bernstein, Class Dynamics of Agrarian Change, (Canada: Kumarian Press). H.10 Konsep

kunci mengenai ekonomi politik pertanian pada awalnnya merupakan pemikiran dari Marx mengenai kepentingan kelas, kemudian dipaparkan kembali oleh bernstein. Konsep kunci tersebut terdiri atas dua bagian yaitu kondisi tekhnis penanaman dan kondisi sosial produksi. Kondisi tekhnis penanaman digambarkan sebagaii kemampuan pengetahuan yang dimiliki dalam menghasilkan produk pertanian yang nantinya dapat memiliki nilai guna. Kondisi sosial produksi digambarkan oleh empat pertanyaan kunci mengenai suatu proses produksi yaitu, siapa memiliki apa? Siapa melakukan apa? Siapa mendapatkan apa? Dan apa yang mereka lakukan dengan hal tersebut? Perrtanyaan kunci tersebut disederhanakan menjadi analisis mengenai kemampuan dasar dari aktor dalam proses produksi. Proses produksi ini juga termasuk kegiatan distribusi. Kemampuan-kemampuan tersebut adalah kemampuan pengetahuan, kemampuan akses dan informasi, serta kemampuan modal antara para aktor-aktor dalam kegiatan penyaluran barang hortikultura. Kemampuan itu nantinya dapat menentukan kekuatan pada tiap tingkatan distribusi

72 Didin S. Damanhuri, Ekonomi Politik dan Pembangunan, (Bogor: IPB Press) h 44-46. Pemikiran mengenai kemampuan modal dari pengumpul ini merupakan gambaran dari pemikiran Marx mengenai teori surplus values. Teori tersebut menjelaskan bahwa buruh sebagai pemilik tenaga menjual tenaganya sesuai dengan nilai dari sarana kehidupan yang dibutuhkan buruh dalam mempertahankan hidupnya. Dalam penelitian ini petani disamakan dengan buruh pada teori surplus value. Petani hortikultura dalam pelaksanaan produksi komoditas ini hanya mendapatkan harga jual produk yang dihasilkannya sesuai dengan yang diberikan oleh pengumpul. Petani kurang memiliki kekuatan dikarenakan tidak memiliki kemampuan akses dan informasi. Petani kurang menikmati nilai tambah dari penjualan produknya, margin

Page 58: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

45

harga di pasar memperlemah kekuatan petani dalam kegiatan ekonomi di dalam

tingkatan ini. Kemampuan modal dari pengumpul tidak hanya membuat dia

menguasai satu orang petani, tetapi banyak petani dari suatu dusun di desa.73

Ditambah dengan kemampuan aksesnya untuk mengetahui informasi mengenai

pembeli mendorong pengumpul menjadi penentu harga dan pembeli satu-satunya

atas hasil produksi komoditas hortikultura. Hal tersebut menyebabkan struktur

pasar pada tingkat pertama distribusi komoditas ini berbentuk monopsoni.

Tabel 16 Presentase Keuntungan Petani

Komoditas

harga yang

didapatkan

petani

keuntungan

distribusi total

(%)

transmisi harga (%)

bawang merah 9 878 11.62 22.17

ketimun 2 337 11.96 27.42

tomat 4 897 17.48 42.59

Kentang 4 265 13.73 30.31

Mangga 3 677 5.67 14.51

Semangka 2 311 10.46 27.44

Sumber: diolah

Melihat dari tabel 16, keuntungan yang didapatkan petani dibandingkan

dengan total transaksi yang terjadi dalam distribusi hortikultura ini relatif kecil.

Pada komoditas bawang merah 11,62% dari total transaksi diterima petani,

11,96% pada ketimun, 17,49% untuk tomat, 13,74% didapatkan pada kentang,

5,67% pada mangga, dan 10,46% dari semangka. Akan tetapi, apabila kita melihat

transmisi harga yang merupakan perbandingan antara harga yang diterima petani

dengan harga dijual oleh pasar modern kepada konsumen, petani mendapatkan

besaran keuntungan yang lebih dibandingkan dengan perbandingan harga yang

diterimanya dengan total transaksi yang terjadi. Transmisi harga untuk bawang

merah adalah sebesar 22,17%, ketimun 27,42%, 42,59% untuk tomat, kentang

sebesar 30,31%, 14,51% untuk mangga, dan 27,44% pada semangka.

Untuk biaya yang dibutuhkan petani dalam memproduksi komoditas

hortikultura dapat dilihat pada tabel 5.8. Keuntungan yang didapatkan petani

dalam memproduksi dan menjual komoditas ini sebenarnya terhitung sangat besar,

dari enam komoditas yang diteliti petani mendapatkan keuntungan 163,77 % pada

bawang merah, 28,45% pada ketimun, 60,63% untuk kentang, 63.46% merupakan

keuntungan dari menanam tomat, serta keuntungan sebesar 51.63% dari komoditi

semangka.

pemasaran yang diterima petani masih kalah besar dibandingkan yang diterima oleh pengumpul. Dengan kemampuan modal dan akses serta informasinya pengumpul mendapatkan akumulasi modal dari kegiatan distribusi hortikultura

73 Andyana, Made Oka, Henny Mayrowani, Rachmat Hendrayana, Ketut Kariyasa, op.cit, h-44

Page 59: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

46

Tabel 17 Biaya Produksi Petani dan Presentase Keuntungan

Komoditas

Biaya

produksi

(Rp/Kg)

harga yang

diterima

produsen

(Rp/Kg)

Keuntungan

penanaman

(Rp/Kg)

%

keuntungan

bawang merah 3 744.86 9 878 6 133.14 163.77

Ketimun 1 819.3 2 337 517.7 28 45

Kentang 2 655.15 4 265 1 609.85 60.63

Tomat 2 995.82 4 897 1 901.18 63.46

Mangga 2 034.33 3 677 1 642.67 80.74

Semangka 1 524.16 2 311 786.84 51.63

Sumber: diolah

Besaran keuntungan yang didapatkan petani secara matematis merupakan

keuntungan yang super normal. Akan tetapi, besar perhitungan mengenai

keuntungan tersebut tidak menggambarkan secara utuh biaya yang dibutuhkan

petani dalam menghasilkan produk komoditas hortikultura. Resiko kegagalan

panen, ketidaksempurnaan informasi mengenai harga, dan kuantitas produksi

yang kecil merupakan variable lain yang mempengaruhi biaya dan keuntungan

yang akan didapatkan petani pada nantinya.74

Perhitungan biaya produksi yang digambarkan oleh tabel 17 merupakan

biaya untuk memproduksi hortikultura dengan luas lahan minimal 1 Ha.

Sedangkan, mayoritas petani di Indonesia saat ini tidak memiliki lahan lebih luas

dari 1 Ha. Besarnya lahan merupakan suatu gambaran mengenai keadaan dimana

kemampuan modal memiliki andil dalam mempengaruhi keuntungan seseorang

dari suatu proses produksi.75

Tabel 18 Pendapatan Harian Petani dengan Lahan Dibawah 0.5 Ha Komoditi Rata-rata hasil per

0.5 ha (kg)

Lama Penanaman

(hari)

Pendapatan Harian

(Rp)

Bawang merah 2425 100-120 123 940.54

Ketimun 5000 55-75 36 978.57

Kentang 4125 100-120 55 337.91

Tomat 6250 100-120 99 019.79

Mangga 3670 100-120 50 238.32

Semangka 3625 100-120 23 769.13

74Henry Bernstein, op.cit. H.28. petani dihadapkan dengan hambatan yaitu masalah dengan alam,

antara lain, ritme pertumbuhan alami dari tumbuhan dan hewan dan perubahan iklim yang tidak dapat diduga. Petani kecil sebagai pelaku yang tidak memiliki kemampuan modal memiliki keterikatan dengan tingkatan-tingkatan distribusi di atasnya mengenai pemenuhan kualitas dan kuantitas dari produk yang dihasilkan. Akan tetapi resiko-resiko alam yang dihadapi oleh petani tidak dibebankan juga kepada tingkatan diatasnya. Hal tersebut menyebabkan biaya yang dihadapi petani menjadi lebih besar.

75James A. Caporaso dan David P. Levine, op.cit, h 133-135. Teori dari Marx menjelaskan bahwa suatu tujuan individu tergantung kepada apa yang dimilikinya. Dari teori tersebut dapat menjelaskan mengapa petani dengan luas lahan yang kecil mendapatkan keuntungan tidak secara utuh dapat digambarkan dengan perhitungan biaya produksi pada tabel 5.8.

Page 60: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

47

Keuntungan petani pada data diatas terlihat menggambarkan bahwa petani

di Indonesia tergolong sejahtera karena keuntungannya. Berdasarkan

perbandingan keuntungan yang didapat dengan rata-rata hasil yang didapatkannya

dan lamanya penanaman pendapatan harian petani adalah sebesar Rp 123.940,54

untuk bawang merah, Rp 36.978,57 pada ketimun, Rp 55.337,91 untuk kentang,

Rp 99.019,79 pada komoditas tomat, Rp 50.238,32 pada mangga, dan Rp

23.769,13 untuk komoditas semangka. Pendapatan harian yang didapatkan petani

berdasarkan perhitungan menyebabkan petani tidak termasuk dalam kategori

miskin menurut World Bank, yaitu penduduk dengan pendapatan kurang dari $ 2

dalam sehari. Akan tetapi, perhitungan diatas tidak memperhitungkan resiko

kegagalan panen ataupun resiko lainnya yang akan dihadapi petani.

Tabel 18 Kebutuhan Harian Rata-rata Keluarga di Perdesaan Nama Barang Banyak konsumsi

harian (gr)

Harga Eceran

Perdesaan (Rp)

Total Pengeluaran

per hari (Rp)

Beras 400 8 227.80 3 291.12

Tempe 40 8 416.67 336.67

Telur 80 15 034.72 1 202.77

Sayuran 150 5 458.15 818.72

Gula 60 11 800 7 080

Minyak Goreng 20 10 688.69 213.77

Santan 50 1 750 875

Jumlah 13 836.05

Jumlah untuk satu keluarga (4 Orang) 55 344.2

Sumber: diolah

Nilai tukar petani merupakan gambaran tingkat kesejahteraan petani dilihat

dari perbandingan harga yang didapat petani dengan harga yang dibayarkan petani

untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Nilai tukar petani hortikultura secara

nasional adalah sebesar 107.35 dengan tingkat kesejahteraan tertinggi adalah

petani hortikultura di provinsi Bali dengan nilai tukar petani sebesar 150.38 dan

yang terendah adalah provinsi Kep. Bangka Belitung dengan nilai tukar petani

hortikultura sebesar 84.10.76 Rendahnya rata-rata nilai tukar petani secara nasional

disebabkan peningkatan harga kebutuhan sehari-hari tidak sebanding dengan

peningkatan harga jual komoditas hortikultura di tingkat petani.

Tabel 19 Nilai Tukar Petani Tiap Komoditas Komoditi Indeks Harga yang

Didapatkan Petani

Indeks Harga yang

Dibayarkan Petani

Nilai Tukar Petani

Bawang merah 114.50 110.04 104.05

Ketimun 104.01 110.04 94.52

Kentang 103.34 110.04 93.91

Tomat 107.56 110.04 97.75

Mangga 104.87 110.04 95.30

Semangka 101.04 110.04 91.82

Sumber: diolah

76 Biro Pusar Statistik. 2013. Nilai Tukar Petani Komoditas Hortikultura Indonesia

Page 61: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

48

Pada tabel 19 dapat dilihat kesejahteraan terbesar berada pada petani

bawang merah dengan nilai tukar petani sebesar 104.05 dan kesejahteraan

terendah didapatkan oleh petani semangka dengan nilai tukar petani sebesar 91.82.

Indeks nilai tukar petani yang didapatkan dari hasil perhitungan pada tabel 19

mengartikan bahwa petani bawang merah, ketimun, kentang, tomat, mangga, dan

semangka masih memiliki tingkat kesejahteraan yang rendah. Hal tersebut

disebabkan oleh peningkatan harga pada komoditas-komoditas tersebut lebih kecil

jika dibandingkan dengan peningkatan harga kebutuhan sehari-hari di perdesaan.

Angka nilai tukar petani yang didapatkan dari hasil perhitungan tidak jauh beda

dengan nilai rata-rata nilai tukar petani di Jawa Tengah sebagai tempat penelitian

ini, yaitu sebesar 100.87.

Pada tingkatan distribusi penjualan produk pertanian dari petani ke

tengkulak, besar keuntungan yang diambil oleh tengkulak pada tiap komoditas

dapat dilihat pada tabel 20. Pengumpul atau tengkulak dalam distribusi enam

komoditas hortikultura mendapatkan keuntungan dari total transaksi yang terjadi

di dalam distribusi sebesar 5,97% pada komoditas bawang putih, 5,43 % untuk

ketimun, 1,23 % pada komoditas tomat, 5,92 % pada kentang, 2,65 % dalam

komoditas mangga, serta 3,32 % untuk komoditas semangka.

Tabel 20 Persentase Keuntungan Pengumpul atau Tengkulak

Komoditas Transaksi margin

pemasaran

(Rp) % keuntungan transaksi

bawang merah 24 828 5 072 20,42

Ketimun 5 735 1 061 18,50

Tomat 10 137 343 3,38

Kentang 10 367 1 837 17,71

Mangga 9 069 1 715 18,91

Semangka 5 356 734 13,70

Sumber: diolah

Namun, apabila dilihat dari besaran transaksi yang terjadi pada tingkat

petani dan tengkulak, tengkulak mengambil untung yang relatif besar pada tiap-

tiap komoditas. Sebesar 20,43% pada bawang merah, 18,5 % dari ketimun,

17,72 % pada komoditas kentang, 18,91 % untuk mangga, serta 13,7 % untuk

semangka. Hanya pada komoditas tomat pengumpul mengambil keuntungan yang

relatif kecil yaitu sebesar 3,38 % dari total transaksi pada tingkatan pemasaran ini.

Pengumpul dengan kemampuan aksesnya memiliki pengetahuan mengenai

harga yang diterima di pasar menyebabkan pengumpul dapat mengambil

keuntungan sebesar-besarnya pada proses distribusi di tingkatan ini. Pengambilan

keuntungan yang diambil oleh pengumpul ini dipengaruhi oleh kegiatan distribusi

pada tingkatan selanjutnya, yaitu penjualan hasil produksi tersebut dari

pengumpul kepada pedagang di pasar induk.

Besarnya keuntungan dari pedagang pasar induk dalam transaksi pembelian

produk hortikultura dari pengumpul hingga dijual lagi baik langsung ke supplier

atau langsung ke pasar modern untuk komoditas pasar modern adalah sebesar

2,13 %. Kemudian, untuk komoditas tomat 9,69 %, kentang sebesar 4,02 %, dan

semangka sebesar 4,19 %. Adanya anomali pada komoditas mangga dan ketimun

Page 62: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

49

dimana pedagang pasar induk mengambil keuntungan relatif besar yaitu sebesar

21,62 % pada ketimun dan 45,51 % untuk mangga. Secara keseluruhan apabila

dibandingkan dengan total transaksi pada setiap komoditas. Pedagang pasar induk

mendapatkan keuntungan sebesar 0,76 % pada bawang merah, 9,6 % pada

ketimun, 4,02 pada tomat, 1,65 % pada kentang, 13,9 % untuk mangga, dan 1,2 %

pada semangka.

Tabel 21 Presentase Keuntungan Pedagang Pasar Induk

Komoditas transaksi margin

pemasaran

(Rp) % keuntungan transaksi

bawang merah 30 550 650 2,12

Ketimun 8 671 1 875 21,62

Tomat 11 605 1 125 9,69

Kentang 12 715 511 4,01

Mangga 19 792 9 008 45,51

Semangka 6 356 266 4,18

Sumber: diolah

Dalam hal kemampuan akses dan informasi, kekuatan dari pengumpul dan

pedagang pasar induk memiliki kekuatan yang hampir sama. Keduanya memiliki

informasi mengenai harga komoditas di dalam pasar. Kemampuan informasi yang

dimiliki oleh pengumpul menyebabkan pengumpul memiliki kemampuan dalam

memilih pedagang yang mana yang akan ditujunya untuk menjual hasil produksi

yang dimilikinya. Kondisi tersebut disebabkan oleh banyaknya pedagang di dalam

pasar induk sehingga menyebabkan struktur pasar yang terbentuk adalah pasar

persaingan sempurna.77

Akan tetapi, pada tingkatan distribusi ini, apabila pengumpul telah

menentukan akan menjual produk yang dimilikinya ke suatu pedagang di pasar

induk, pengumpul tidak memiliki kemampuan dalam menentukan harga,

pedagang pasar induk lah yang berperan menjadi penentu harga.78 Hal tersebut

disebabkan kekuatan dari pedagang pasar induk untuk melakukan sortir atas

produk mana yang akan diterimanya atau tidak. Produk yang kualitasnya tidak

sesuai tidak akan dibeli sehingga menyebabkan segala resiko selama proses

77 Berdasarkan informasi dari Jari supir angkutan sayur di Brebes supir angkutan, pengumpul bisa

memberikan perintah kepada supir angkutan untuk membawa sayur tersebut ke pedagang lain. Jadi pengumpul memiliki kekuatan untuk memilih mana pedagang besar tujuan penjualan dari barang produksinya. Tetapi pada saat sudah sampai di pasar harga tetap ditentukan pedagang.

78 James A. Caporaso dan David P. Levine, op.cit, h 130-135 Caporaso menjelaskan pendapat dari Marx yang mengatakan bahwa perekonomian pasar bukan suatu sistem yang bertujuan menciptakan kesejahteraan maksimal yang terlibat dalam pasar, tetapi merupakan sarana untuk para kapitalis atau pemilik modal yang lebih banyak untuk merampas nilai surplus dari proses pertukaran di dalam pasar. Dalam penelitian ini, hal tersebut dapat dilihat dari tingkatan distribusi penjualan hortikultura dari pengumpul kepada pedagang pasar induk dimana walaupun pengumpul memiliki kemampuan untuk menjual kepada siapapun tetapi apabila sudah menentukan akan dijual kemana pedagang pasar induklah yang menentukan harga dan barang mana yang akan diterimanya (sorting). Hal tersebut akibat kemampuan modal pedagang besar yang lebih besar. Nantinya kerugian yang diterima pengumpul tersebut pada akhirnya akan dibebankan kepada petani yang tidak memiliki kemampuan modal bila dibandingkan pengumpul.

Page 63: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

50

distribusi dari petani hingga ke pedagang pasar induk menjadi tanggung jawab

dari pengumpul.

Resiko tersebutlah yang menyebabkan pengumpul mengambil margin

pemasaran yang lebih besar pada kegiatan jual beli dari petani ke pengumpul

dibandingkan margin pemasaran yang diambil oleh pedagang pasar induk setelah

menjual produk tersebut kepada pasar modern.79 Keuntungan pemasaran akibat

dari margin tersebut didapat oleh pengumpul dengan cara membebankan biaya

resiko kepada petani. Pembebanan tersebut dengan dilakukan dengan menekan

harga yang nantinya akan dibayarkan kepada petani. Hal tersebut dapat dilakukan

oleh pengumpul dikarenakan adanya kemampuan informasi yang dimiliki oleh

pengumpul.80 Pada tingkatan ini kemampuan modal dari pasar modern sangat

besar sehingga pasar modern memiliki kekuatan dalam menurunkan harga yang

dibayarkan kepada pedagang pasar induk dalam memperoleh produk hortikultura.

Kekuatan tersebut diperoleh karena pembelian dalam jumlah besar yang dilakukan

pasar modern. Dengan adanya aturan sistem langganan dalam pasar induk, yaitu

hanya langganan yang dapat membeli produk hortikultura dalam jumlah 100

Kg/hari, pasar modern menjadi pembeli besar yang memiliki keistimewaan dalam

pasar induk.81

Keistimewaan tersebut dalam bentuk ketersediaan lapak yang dimiliki oleh

pasar modern untuk melakukan packing dan sorting atas produk yang telah

dibelinya. Kegiatan packing dan sorting ini pada akhirnya membuat pasar modern

memiliki kekuatan dalam meningkatkan harga yang dibebankan kepada konsumen

yang membeli produk hortikultura di pasar modern. Secara umum pasar modern

yang membeli produk hortikultura di pasar induk mendapatkan harga yang sama

dari pedagang di pasar induk, perbedaan harga yang dibebankan kepada pasar

modern terletak pada perbedaan harga antara langganan dan bukan langganan.

Pasar moderrn termasuk dalam golongan langganan dikarenakan melakukan

pembelian melebihi 100 Kg/hari. Pembelian yang tergolong besar tersebut

mendorong pasar modern memiliki kemampuan untuk melakukan penekanan

kepada pedagang pasar induk untuk menentukan harga. Akibat adanya tekanan

tersebut, struktur pasar yang terjadi pada tingkatan penjualan produk hortikultura

oleh pedagang pasar induk dan pembelian oleh pasar modern cenderung bersifat

oligopsoni. Hal ini diperkuat dengan besar keuntungan yang diterima oleh

pedagang pasar induk yang dipaparkan pada tabel 19 cenderung lebih kecil

dibandingkan dengan keuntungan yang diterima oleh pasar modern.

Kekuatan pasar modern ditenggarai akibat adanya kekuatan modal yang

dimliki oleh pasar modern untuk melakukan pembelian dalam jumlah besar.

79 Informasi mengenai besarnya margin pemasaran yang diambil tiap tingkatan distribusi

dijelaskan pada sub-bab 5.1 mengenai efisien pemasaran dari produk hortikultura 80Andyana, Made Oka, Henny Mayrowani, Rachmat Hendrayana, Ketut Kariyasa, op.cit, h 43-44

Andyana menjelaskan bahwa setiap resiko dalam penyaluran hasil distribusi merupakan tanggung jawab dari pengumpul, pedagang pasar induk tidak mendapatkan resiko dari barang yang diterimanya. Akan tetapi, berdasarkan pengamatan langsung di lapang memang tengkulak yang menanggung semua resiko penyaluran tersebut, tetapi resiko tersebut pada akhirnya akan dibebankan kepada petani dengan cara memotong harga yang nantinya diterima oleh petani sehingga pendapatannya relatif tidak berkurang

81Informasi mengenai adanya sistem langganan ini dari wawancara dengan beberapa orang yang beraktifitas di pasar induk kramat jati seperti pedagang, tukang parkir, pedagang minuman, serta petugas PD Kramat Jati.

Page 64: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

51

Margin pemasaran yang diterima oleh pasar modern paling besar jika

dibandingkan margin pemasaran yang diterima oleh pelaku distribusi lainnya.

Proses sorting, transportasi, dan grading yang dilakukan oleh pasar modern

dibebankan kepada konsumen dengan cara meningkatkan harga jual akibat adanya

penambahan nilai dari produk-produk hortikultura tersebut.

Bentuk penekanan-penekanan yang dilakukan oleh pasar modern kepada

penjual yang menyalurkan produk kepada pasar modern dapat dilihat pada tabel

20. Aktivitas yang dilakukan oleh pasar modern tersebut diakibatkan adanya

penyalahgunaan kekuatan yang dimilikinya. Bentuk penekanan tersebut pada

dasarnya adalah suatu usaha oleh pasar modern dalam mendapatkan keuntungan

sebesar-besarnya dan menghadapi persaingan dengan pasar modern lainnya. Akan

tetapi, bentuk penekanan-penekanan tersebut pada akhirnya dapat merugikan

penjual sebagai penyalur produk ke pasar modern dan konsumen sebagai pembeli

akhir. Kerugian yang nantinya dihadapi oleh konsumen digambarkan oleh tabel 21.

Kerugian akibat aktivitas-aktivitas tersebut tidak hanya merugikan konsumen

untuk jangka pendek, tetapi juga untuk jangka panjang.

Secara umum dilihat dari margin pemasaran serta persentase keuntungan

pada komoditas-komoditas hortikultura yang diteliti, pasar modern mendapatkan

presentase keuntungan yang paling besar diantara pelaku distribusi yang lain.

Keuntungan yang didapatkan pasar modern dibandingkan dengan nilai transaksi

pembelian komoditas tersebut dari pembelian di pasar induk dan dijual kepada

konsumen pasar modern mendapatkan keuntungan sebesar 48,14 % pada bawang

putih, 23,55 untuk ketimun, 28,73 % untuk tomat, 36,05 % pada kentang, 22,58 %

untuk mangga, dan 25,5 % dari komoditas semangka. Keuntungan tersebut

merupakan value added atau nilai tambah dari tiap komoditas. Dari total

keuntungan tersebut biaya yang dikeluarkan oleh pasar modern adalah biaya

tenaga kerja dan biaya kerugian dan material. Biaya tersebut sebesar 21-35%82

dari margin pemasaran. Hal tersebut menyebabkan keuntungan dari nilai tambah

dari pemasaran yang telah dikurangi dengan biaya adalah sebesar 65-71%.

Tabel 22 Presentase Keuntungan Pasar Modern

Komoditas Transaksi

margin

pemasaran

(Rp)

% keuntungan

transaksi

Total Biaya Keuntungan

pasar

modern

berdasarkan

value added Biaya tenaga

kerja

Biaya

material dan

kerugian

bawang merah 60 165 28 965 48.14 2 676.36 3 406.28 22 882.35

Ketimun 13 795.25 3 249.25 23.55 300.23 382.11 2 566.90

tomat 17 862.5 5 132.5 28.73 474.24 603.58 4 054.67

Kentang 20 683 7 457 36.05 689.02 876.94 5 891.03

Mangga 41 335 9 335 22.58 862.55 1 097.79 7 374.65

Semangka 13 422.5 3 422.5 25.49 316.23 402.48 2 703.77

Sumber: diolah

82World Bank, 2007. Horticultural producers and supermarket development in Indonesia. Report

No. 38543-ID. (Jakarta: World Bank Jakarta) H.96

Page 65: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

52

Kondisi saat ini pasar modern menguasai 38.1% pangsa pasar dari penjualan

sayuran dan buah-buah segar.83 Pangsa pasar tersebut dibagi kepada beberapa

perusahaan dimana Carrefour menjadi pemilik pangsa pasar terbesar. Sebesar

38,12% dari pangsa pasar yang dimiliki oleh pasar modern dikuasai oleh

Carrefour. Pangsa pasar perusahaan pasar modern lain adalah Hypermart sebesar

28,75%, Giant 21,25%, dan Makro/Lotte sebesar 11,88%. Penjualan sayuran dan

buah-buahan segar yang dilakukan oleh pasar modern belum termasuk di dalam

oligopsoni jika menilik dari Undang-undang No. 5 Tahun 1999 mengenai

larangan praktek monopoli dan persaingan tidak sehat. Akan tetapi, keuntungan

yang supernormal serta adanya kekuatan dalam menekan penyalur komoditas

hortikultura mengindikasikan terjadinya fenomena oligopsoni di dalam distribusi

hortikultura yang dilakukan oleh pasar modern.

Gambar 11 Kurva Konsentrasi Empat Pasar Modern

Sumber: Nielsen. 2010. Retail and Shopper Trends Asia Pasific 2010, The

Latest in Retailing and Shopper Trends for the FMCG industry, h 34

(diolah)84

Keuntungan tersebut dalam persentase jika dibandingkan dengan persentase

keuntungan yang didapatkan oleh petani adalah lebih rendah. Akan tetapi, apabila

kita membandingkannya dengan besaran nilai Rupiah per-Kg-nya, persentase

keuntungan pasar modern yang berkisar 65-71% tersebut ternyata memiliki nilai

yang jauh lebih tinggi dibandingkan keuntungan petani, perbedaan keuntungan

dari dua pihak tersebut adalah 373,09% pada komoditas bawang merah, 159,5%

pada ketimun, 265,88% pada kentang, 150,6% untuk tomat, dan 170,53% pada

83 Ibid, h 34 84 Nielsen. 2010. Retail and Shopper Trends Asia Pasific 2010, The Latest in Retailing and Shopper Trends for the FMCG industry h 34

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0 1 2 3 4 5

concentration curve

Page 66: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

53

komoditas semangka.85. Dapat dikatakan bahwa dari perbandingan keuntungan

yang didapat petani dan pasar modern, pasar modern mendapatkan keuntungan

yang super normal.

Tabel 23 Kekuatan pembelian yang dilakukan oleh pasar modern Abuse of Power yang dilakukan pasar modern Efek yang didapatkan oleh penjual

Biaya menjadi penyalur

Untuk menjadi bagian dari penyalur kepada pasar

modern, dikenakan biaya

- Tambahan biaya

- Resiko dari stock produk baru dibebankan

kepada penjual

Pengancaman untuk dikeluarkan dari daftar

penyalur

Saat penjual menolak untuk mengurangi harga atau

melakukan pembayaran pada pihak lain

- Pengancaman keluar dari daftar

menyebabkan ketidakpastian, melemahkan

posisi tawar dari penjual dan membatasi

kemampuan untuk berencana

Biaya slotting

Untuk mendapatkan akses ke ruand di tempat

penjualan

- Tambahan biaya

- Resiko dari stock produk baru dibebankan

kepada penjual

Meminta pemotongan harga atau pembayaran

kepada penjual

Untuk pemasaran, pembukaan toko atau model

baru, packaging, dan promosi oleh retailer

- Biaya tidak terduga, pendapatan yang lebih

rendah dari yang direncanakan, dan

peningkatan ketidakpastian dibebankan

kepada penjual

Pengembalian barang yang tidak terjual kepada

penjual

Untuk produk segar tidak dapat dijual kembali

- Biaya dan resiko dari kesalahan perkiraan

dari pasar modern dikembalikan dibebankan

kepada penjual

Pembayaran dibelakang - Mempengaruhi cash flow dari penjual

- Menyebabkan tambahan biaya dan

ketidakpastian atas berapa banyak yang akan

mereka terima dari hasil penjualan

Peninjauan kembali untuk perubahan atas

kesepakatan

Peninjauan kembali potongan atas kesepakatan

harga, perubahan kuantitas dan spesifikasi tanpa

kompensasi

- Biaya dan resiko atas perubahan dari

kesalahan perkiraan dari pasar modern

dikenakan kepada penjual

- Menyebabkan peningkatan biaya dan

ketidakpastian

Penjualan dibawah biaya

Promosi yang tidak terjadwal, untuk menghabiskan

kelebihan stok atau untuk melampaui hasi

penjualan dari pesaing

- Menyebabkan keuntungan penjual dalam

tekanan

- Dapat menghasilkan permintaan untuk harga

yang lebih rendah oleh pembeli lainnya

- Mendistorsi persepsi konsumen atas nilai

dari produk

Mempengaruhi ketersediaan produk atau

meningkatkan biaya dari pasar modern lain

Dengan meminta merendahkan harga beli

dibandingkan pasar modern lain atau meminta

pembatasan atas persediaan kepada pasar modern

lain

- Meningkatkan biaya pesaing, mempengaruhi

ketersediaan produk dari pesaing, dan

membatasi volume yang tersedia kepada

penjual

Promosi atas merk milik pasar modern

Mengalahkan merk yang lain, memiliki masalah

kemasan yang mirip.

- Kehilangan volume penjualan dan

keuntungan

- Kehilangan atas hak barang, mengarah

kepada inovasi yang rendah

Sumber: Consumer International. The Relationship between Supermarket and Suppliers: What are

the implications for consumers? (European Union: Consumer International) h, 686

85 James A. Caporaso dan David P. Levine, op.cit, 131-134. Perhitungan perbandingan antara

keuntungan yang didapatkan oleh petani dan pasar modern sesuai dengan pendapat Marx mengenai adanya nilai surplus yang akan lebih dinikmati oleh pihak dengan kemampuan modal yang lebih besar. Hal tersebut juga menjelaskan mengenai akumulasi capital.

86 : Consumer International. The Relationship between Supermarket and Suppliers: What are the implications for consumers? (European Union: Consumer International) h, 6

Page 67: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

54

Tabel 24 Efek dari Abuse of Power Pasar Modern kepada Konsumen EFEK ABUSE OF POWER KEPADA

PENJUAL

EFEK KEPADA KONSUMEN

Penekanan secara umum atas harga produk - Ancaman atas ketersediaan penjual

dapat mempengaruhi supply dan secara

jangka panjang dapat meningkatkan

harga dan mengurangi pilihan

- Penjual dipaksa untuk memotong biaya

produksi (kemungkinan kualitas bahan

dan memeras kondisi kerja demi

mengejar produksi)

Tambahan biaya kepada penjual - Secara jangka panjang, dapat

meningkatkan harga konsumen

- Dalam jangka pendek, dapat

meningkatkan harga konsumen di

tempat lain selain supermarket

Resiko dalam penyediaan produk baru

ditekankan kepada penjual - Produk baru yang lebih sedikit, dengan

efek dengan potensi menjatuhkan dari

range dan kualitas

Dikeluarkan dari daftar penyalur - Mengganti merk barang milik penjual

dengan merk milik pasar modern

- Kehilangan pilihan dan kemungkinan

atas kualitas

biaya dan resiko penyusutan akibat kesalahan

perkiraan oleh pasar modern dikenakan

kepada penjual

- Harga, jangkauan, dan kualitas menjadi

sesuatu hal yang beresiko melalui

menurunan dana yang tersedia kepada

penjual untuk investasi dan promosi Mempengaruhi cash flow dari penjual

Resiko dan biaya dari perubahan produk dari

penyalur, peningkatan biaya, dan

ketidakpastian

Efek domino atas permintaan harga yang lebih

murah dari pasar modern lain - Konsumen salah paham mengenai

ketahanan atas harga murah

Biaya persaingan meningkat - Mempengaruhi ketersediaan produk

pasar modern lain

- Mengurangi pengurangan toko pilihan

Sumber: Consumer International. The Relationship between Supermarket and Suppliers: What are

the implications for consumers? (European Union: Consumer International) h, 1287

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kemampuan pasar modern dalam

pembelian produk hortikultura dalam jumlah besar dan kemampuan untuk

penekanan kepada penjual di pasar induk sebagai penyedia produk hortikultura

sehingga adanya pemberian pengaruh terhadap pembentukan harga, menyebabkan

struktur pasar pada tingkatan terakhir sebelum sampai ke tangan konsumen

cenderung bersifat oligopsoni. Kecenderungan struktur pasar yang cenderung

oligopsoni tersebut menyebabkan kerugian kepada pihak-pihak lain yang terlibat

dalam distribusi komoditas ini. Akan tetapi, jika melihat regulasi yang ada

mengenai persaingan sehat, kondisi struktur pasar yang terjadi di dalam distribusi

hortikultura masih belum melanggar hukum. Regulasi mengenai Oligopsoni

secara khusus terdapat pada Undang-Undang No. 5 tahun 1999 tentang larangan

praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat bagian ketujuh mengenai

oligopsoni Pasal 13.

87 Ibid, h 12

Page 68: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

55

(1) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain

yang bertujuan untuk secara bersama-sama menguasai pembelian atau

penerimaan pasokan agar dapat mengendalikan harga atas barang dan atau jasa

dalam pasar bersangkutan, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek

monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

(2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap secara bersama-sama

menguasai pembelian atau penerimaan pasokan sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) apabila 2 (dua) atau 3 (tiga) pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha

menguasai lebih dari 75% (tujuh puluh lima persen) pangsa pasar satu jenis

barang atau jasa tertentu.

Pada Undang-Undang No. 5 tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli

dan persaingan usaha tidak sehat, praktek monopsoni belum memiliki aturan yang

detail mengenai mekanisme seperti apa yang sudah tergolong praktek monopsoni.

Regulasi tersebut menyebutkan bahwa suatu kelompok pelaku usaha yang patut

diduga melakukan praktek oligopsoni adalah dua atau tiga pelaku usaha yang

menguasai 75% pangsa pasar atas satu jenis barang atau jasa tertentu atau menjadi

pelaku usaha dominan. Namun, menurut Wihana Kirana Jaya dalam tulisannya

suatu usaha oligopsoni dapat digolongkan menjadi 2 (dua) bentuk, yaitu:

oligopsoni longgar dan oligopsoni ketat.88

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan masalah yang ada, tujuan yang ingin dicapai, dan hasil

pembahasan yang telah dilakukan. Maka dari penelitian ini dapat diambil

beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Efisiensi pemasaran darri komoditas hortikultura di indonesia masih

memiliki efisiensi yang rendah. Distribusi produk hortikultra memiliki

margin pemasaran yang tinggi dan transmisi harga yang rendah. Panjangnya

jalur distribusi komoditas menjadi salah satu penyebab rendahnya efisiensi.

Margin pemasaran terbesar dari distribusi komoditas hortikultura didapatkan

oleh pasar modern. Pasar modern mengambil margin dengan alasan biaya

untuk sorting, packaging, dan transportasi. Biaya tersebut didapatkan juga

dengan membebankannya kepada konsumen sehingga harga komoditas

hortikultura di pasar modern jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat-

tingkat distribusi di bawahnya. Transmisi harga tertinggi berada pada petani

88 Wihana Kirana Jaya, Ekonomi Industri, (Yogyakarta: UGM), h.7 Oligopsoni longgar merupakan usaha dari 4 (empat) atau kurang pelaku usaha yang menguasai 40% atau kurang dari pangsa pasar. Praktek usaha dalam bentuk oligopsoni longgar tergolong suatu usaha yang masih sehat dikarenakan kemungkinan penetapan harga diantara pelaku usaha tersebut relatif sulit. Sulit terjadinya pembentukan harga larangan atas suatu struktur pasar seperti ini tidak diperlukan. Perbedaan antara oligopsoni longgar dengan oligopsoni ketat terletak pada besaran pangsa pasar pada oligopsoni ketat adalah sebesar 60% hingga 100% sehingga memungkinkan terjadinya penetapan harga.

Page 69: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

56

bawang putih dan tomat sedangkan semangka memiliki transmisi harga

terendah

2. Struktur pasar yang terbentuk di distribusi komoditas hortikultura berbeda-

beda pada tiap tingkatannya. Pada tingkat distribusi penjualan produk

hortikultura dari petani ke pengumpul atau tengkulak struktur pasar yang

terbentuk adalah monopsoni. Tingkatan selanjutnya yaitu penyaluran

produk hortikultura dari pengumpul ke pedagang pasar induk adalah pasar

persaingan sempurna dikarenakan banyaknya pembeli di pasar induk kramat

jati dan harga yang terbentuk berdasarkan harga pasar. Selanjutnya adalah

pembelian yang dilakukan oleh pasar modern yang cenderung memiliki

struktur pasar yang berbentuk oligopsoni.

3. Dalam distribusi komoditas hortikultura pihak yang paling dirugikan adalah

petani. Angka transmisi harga yang menggambarkan bagian yang diterima

petani dibandingkan harga jual kepada konsumen masih dibawah 50%. Bila

dibandingkan dengan total transaksi yang terjadi pada komoditas

hortikultura, petani hanya mendapatkan bagian kurang dari 20%. Pasar

modern mendapatkan keuntungan paling besar dari total transaksi yang

terjadi pada distribusi komoditas ini. Keuntungan yang didapatkan oleh

pasar modern pada komoditas ini berkisar diatas 65% hingga 71%. Pelaku

distribusi selanjutnya yang mendapatkan keuntungan lebih besar

dibandingkan pelaku distribusi lainnya adalah pengumpul atau tengkulak.

Tengkulak mendapatkan keuntungan besar dikarenakan dihadapkan kepada

struktur pasar monopsoni dimana dia menjadi pembeli tunggal diantara

banyak petani.

4. Nilai tukar petani hortikultura pada komoditas di dalam penelitian ini

memiliki angka sebesar 98.81 hingga 104.05 dimana yang terbesar dimiliki

oleh petani bawang merah dan yang terendah adalah petani semangka.

Angka tersebut tidak berbeda jauh dengan nilai tukar petani di Jawa tengah

sebagai tempat penelitian sebesar 100.87. Angkat nilai tukar petani tersebut

menggambarkan bahwa kesejahteraan petani pada komoditas-komoditas

tersebut masih rendah.

5. Distribusi hortikultura yang dilakukan oleh pasar modern memiliki

kecenderungan terjadinya fenomena oligopsoni dimana hanya ada beberapa

perusahaan yang menguasai pembelian dan penjual komoditas ini. Pangsa

pasar yang dikuasai oleh pasar modern dalam penyaluran komoditas

hortikultura adalah sebesar 38.1% dimana Carrefour memegang pangsa

pasar terbesar dengan 38.18%.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan kurangnya pengaturan dan

pengawasan pemerintah dalam distribusi hasil hortikultura menyebabkan adanya

keuntungan sepihak yang didapatkan pihak-pihak tertentu, oleh karena itu:

1. Seyogyanya pemerintah melakukan kebijakan harga atap dan harga dasar

pada komoditas hortikultura seperti yang dilakukan pada bahan-bahan

pokok untuk melindungi petani dan juga konsumen.

Page 70: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

57

2. Pemerintah diharapkan melakukan pengaturan dan pengawasan atas

kegiatan distribusi komoditas hortikultura. Proses distribusi saat ini

cenderung merugikan petani dengan pembelian dengan harga yang rendah

serta konsumen yang dibebankan dengan harga yang tinggi. Sebaiknya

pemerintah mendorong usaha koperasi untuk terus berkembang di desa-desa.

Koperasi tersebut diharapkan dapat menjadi solusi tempat penjualan hasil-

hasil produksi petani agar petani tidak dirugikan dengan menjual hasil

produksinya kepada tengkulak.

3. Pemerintah sebaiknya melakukan pengawasan dan penegakan yang lebih

tegas atas praktek persaingan usaha yang tidak sehat. Penegakan pertama

yang harus dilakukan pemerintah adalah meminta transparansi dari

perusahaan-perusahaan pasar modern yang terlibat dalam distribusi

hortikultura agar dapat dinilai secara pasti kondisi persaingan dari distribusi

hortikultura ini. Pemberian kekuasaan dalam pengawasan dan penegakan

yang lebih besar kepada Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU)

agar persaingan usaha dalam distribusi hortikultura dapat tetap terjaga sehat

sehingga tidak ada pihak yang terlalu diuntungkan ataupun dirugikan.

DAFTAR PUSTAKA

Abbott, J.C. 1990. Agricultural Marketing Enterprises : For the Developing

World. (Great Britain: Cambridge University Press)

Abbott P, Wu C, Tarp F. 2011. Transmission of World Prices to the Domestic

Market in Vietnam. (USA: Purdue University)

Adnyana, Made Oka, Henny Mayrowani, Rachmat Hendrayana, Ketut

Kariyasa. 1997. Marketing Infrastructure for the Promotion of Non-

traditional Agriculture Production and Export in Indonesia. Center for

Agro Socio-economic Research.

Batubara, Shanty Rosdiana. 2009.Analisis Pemasaran Sayuran Organik di PT

Agro Lestari Ciawi Bogor Jawa Barat. [skripsi]. Institut Pertanian Bogor.

Bernstein, Henry. 2010. Class Dynamics of Agrarian Change. (Canada:

Kumarian Presss)

Block, Steven dan C. Peter Zimmer. 1994.Agriculture and Economic Growth:

Conceptual issues and Kenyan Experience (Development Discussion

Paper No 498 November 1994)

[BPS] Data Suskenas 2004 – 2011. BPS.go.id [diakses pada 20 November

2012]

[BPS] Direktori Perusahaan Perdagangan Eceran, Hasil Sensus Ekonomi 2006

[BPS] Harga Produsen Pertanian sub-sektor Tanaman Pangan, Hortikultura,

dan Tanaman Perkebunan Rakyat 2012 [diakses pada 14 Maret 2013]

[BPS] Tabel Produksi Sayuran Indonesia 2012. BPS.go.id [diakses pada

tanggal 20 November 2012]

Caporasso, J. A. dan David P.L. 2008. Teori-teori EkonomiPolitik.

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar).

Page 71: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

58

Conforti, P. 2004. Price Transmission in Selected Agricultural Markets.FAO

Commodity and Trade Policy Research Working Paper no. 7. Roma:

FAO Information Divition

Consumer International. The Relationship between Supermarket and Suppliers:

What are the implications for consumers? (European Union: Consumer

International)

Damanhuri, Didin S. 2010. Ekonomi Politik dan Pembangunan. Teori, Kritik,

dan Solusi bagi Indonesia dan Negara Sedang Berkembang. (Bogor: IPB

Press).

[Deptan] Data Volume Ekspor Komoditas Hortikultura 2007-2011.

Deptan.go.id [diakses pada tanggal 22 November 2012]

Ellis, Frank. Agricultural Policies in Developing Countries, (Cambridge

University Press)

Ferguson, P.R. 1988. Industrial Economics: Issues and Perspective. (London:

Macmillan Education)

Friedman, James. 1986. Oligopoly Theory. (Great Britain: Cambridge

University Press)

Hanafiah, A.M, dan A.M. Safruddin. 2006. Tata NiagaHasilPerikanan.

(Jakarta: UI-Press)

How,R.Brian. 1990.Marketing Fresh Fruits and Vegetables. (New York, Van

Nostrand Reinhold)

[Indonesia Commercial Letter]. 2011. Perkembangan Bisnis Ritel Modern.

Terbitan Juni 2011. www.datacon.co.id/ritel-2011profilindustri.html.

[diakses pada tanggal 20 Desember 2012]

Intal Jr., Ponciano S. dan Luis Osman Ranit, literature review of the

agricultural distribution service sector: performance, efficiency and

research issues, (philippine institute for development studier)

Irawan, Bambang. 2007. Fluktuasi Harga, Transmisi Harga dan Marjin

Pemasaran Sayuran dan Buah. (Analisis Kebijakan Pertanian, volume 5

no , Desember 2007)

Jaya, Wihana Kirana.Ekonomi Industri. (Yogyakarta: PAU-Ekonomi UGM)

Juanda, Bambang. 2009. Metode Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Bogor: IPB-

Press

Mayrowani, Henny. Kebijakan Otonomi Daerah Dalam Perdagangan Hasil

Pertanian, (Pusat Analisi Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian)

Nielsen. 2010. Retail and Shopper Trends Asia Pasific 2010, The Latest in

Retailing and Shopper Trends for the FMCG industry

Patilima, Hamid. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Alfabeta)

Penson, John P.,Jr. Oral Capps, Jr, C. Parr Rosson III, Richard T. Woodward.

2010.Introduction to Agricultural Economies.(London, Pearson)

Purwanto, Roedhy. 2013. [Focus Group Discussion]. Kesiapan IPB dalam

Merespon Larangan Sementara Impor Produk Hortikultura (31 Januari

2013)

Rahayuningrum, Ninuk, Wayan R. Susila, Tjahya Widayanti. Analisis Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi Harga Eceran Gula (bulletin ilmiah

penelitian dan pengembangan perdangangan)

Rasahan, C.A, et.al. 1999. Refleksi Pertanian Tanaman Pangan dan

Hortikultura Nusantara. (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan)

Page 72: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

59

Rubatzky, Vincent E. dan Mas Yamaguchi. 1999. Sayuran Dunia, Prinsip,

Produksi, dan Gizi. (Bandung, Penerbit ITB)

Sam, Nursahaldin. Analisis Rantai Tataniaga Biji Kakao di Kabupaten Luwu

Utara Provinsi Sulawesi Selatan.[Skripsi].IPB, Bogor

Saptana, Henny Mayrowani, Adang Agustian, Sunarsih. 2006. Analisis

Kelembagaan Kemitraan Rantai Pasok Komoditas Hortikultura.

Makalah Seminar Hasil Penelitian T.A. (Pusat Analisis Sosial Ekonomi

dan Kebijakan Pertanian, Balitbang pertanian, Departemen Pertanian)

Spencer Henson dan John Cranfield. 2009.Building the Political Case for

Agribusiness in Developing Country. (Cambridge, FAO and Unindo)

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. (Bandung:

Alfabeta)

Tim Penulis SP. 2008. Agribisnis Tanaman Sayur dan Buah. (Depok: Penebar

swadaya)

Todaro, M. P. dan Stephen C. S. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia

Ketiga (Jakarta: Erlangga)

Tomek, William G. dan Kenneth L. Robinson.1990.Agricultural Products

Price. (Ithaca dan London: Cornell University Press)

World Bank. 2007. Horticultural producers and supermarket development in

Indonesia. Report No. 38543-ID. (Jakarta: World Bank Jakarta)

Yustika, A.E.2006. Ekonomi Kelembagaan Definisi, Teori, &Strategi.

(Malang: Alfabeta)

Zaini, Achmad. 2003. Peranan Sektor Pertanian Sebelum dan Pada Masa

Krisis Ekonomi di Indonesia: pendekatan neraca sosial ekonomi.[tesis].

Institut Pertanian Bogor.

Zakaria, Wan Abbas. 2008. Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani Kunci

Kesejahteraan Petani. Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Page 73: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

60

LAMPIRAN

Page 74: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

61

Lampiran 1 Data harga sayur dan buah di empat supermarket terbesar

No.

Jenis Komoditi Harga di Pasar Modern (Rp/Kg)

Carrefour Hypermart Giant Superindo Rata-rata

1 Kubis 14500 10500 7990 10996,66667

2 kacang panjang 14900 16500

3 Kentang 13900 15500 11990 14890 14070

4 cabe merah 32000 43900 33990 46750 39160

5 cabe rawit 34500 46500 49990 46750 44435

6 ketimun 5840 9900 8999 9350 8522,25

7 Sawi 9900 7900 7990 9950 8935

8 Tomat 10500 12950 14890 7650 11497,5

9 Buncis 15900 15200 7775

10 wortel 15900 18500 6799 14450 13912,25

11 pisang 12860 15450 15490 15950 14937,5

12 jeruk 11500 10750 13990 18500 13685

13 mangga 18900 22500 29990 29950 25335

14 salak 12900 11990 13250 12713,33333

15 apel 33900 25500 26990 27450 28460

16 semangka 8100 7750 9890 7950 8422,5

17 bawang merah 33800 35920 64990 43550 44565

18 bawang putih 46520 18800 33990 18850 29540

Page 75: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

62

Lampiran 2 Perhitungan margin pemasaran dan transmisi harga

Bawang merah

- Tingkat pemasaran 1

= (harga jual petani - harga jual pengumpul)

= (14950-9878) = 5072

- Tingkat pemasaran 2

= (harga jual pengumpul - harga jual pedagang pasar induk)

= (15600-14950) = 650

- Tingkat pemasaran 3

= (harga jual pasar induk - harga jual pasar modern)

= (44565 – 15600) = 28965

- Transmisi Harga

= (harga jual petani / harga jual pasar modern) * 100%

= (5072 / 28965) * 100 % = 22,17 %

Ketimun

- Tingkat pemasaran 1

= (harga jual petani - harga jual pengumpul)

= (3398-2337) = 1061

- Tingkat pemasaran 2

= (harga jual pengumpul - harga jual pedagang pasar induk)

= (5273-3398) = 1875

- Tingkat pemasaran 3

= (harga jual pasar induk - harga jual pasar modern)

= (8522,25 – 5273) = 3249,25

- Transmisi Harga

= (harga jual petani / harga jual pasar modern) * 100%

= (1061 / 3249,25) * 100 % = 27,42 %

Tomat

- Tingkat pemasaran 1

= (harga jual petani - harga jual pengumpul)

= (5240-4897) = 343

Page 76: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

63

- Tingkat pemasaran 2

= (harga jual pengumpul - harga jual pedagang pasar induk)

= (6365-5240) = 1125

- Tingkat pemasaran 3

= (harga jual pasar induk - harga jual pasar modern)

= (11497,5 – 6365) = 5132,5

- Transmisi Harga

= (harga jual petani / harga jual pasar modern) * 100%

= (5240 / 11487,5) * 100 % = 42,59 %

Kentang

- Tingkat pemasaran 1

= (harga jual petani - harga jual pengumpul)

= (6102-4265) = 1837

- Tingkat pemasaran 2

= (harga jual pengumpul - harga jual pedagang pasar induk)

= (6613-6102) = 511

- Tingkat pemasaran 3

= (harga jual pasar induk - harga jual pasar modern)

= (14070 – 6613) = 7457

- Transmisi Harga

= (harga jual petani / harga jual pasar modern) * 100%

= (4265 / 14070) * 100 % = 30,31 %

Mangga

- Tingkat pemasaran 1

= (harga jual petani - harga jual pengumpul)

= (5392-3677) = 1715

- Tingkat pemasaran 2

= (harga jual pengumpul - harga jual pedagang pasar induk)

= (14400-5392) = 9008

- Tingkat pemasaran 3

= (harga jual pasar induk – harga jual supplier)

= (16000 – 14400) = 1600

- Tingkat pemasaran 4

= (harga jual supplier – harga jual pasar induk)

Page 77: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

64

= (25335 – 16000) = 9335

- Transmisi Harga

= (harga jual petani / harga jual pasar modern) * 100%

= (3677 / 25335) * 100 % = 14,51 %

Semangka

- Tingkat pemasaran 1

= (harga jual petani - harga jual pengumpul)

= (3045-2311) = 734

- Tingkat pemasaran 2

= (harga jual pengumpul - harga jual pedagang pasar induk)

= (3311-3045) = 266

- Tingkat pemasaran 3

= (harga jual pasar induk – harga jual supplier)

= (5000 – 3311) = 1689

- Tingkat pemasaran 4

= (harga jual supplier – harga jual pasar induk)

= (8422,5 – 5000) = 3422,5

- Transmisi Harga

= (harga jual petani / harga jual pasar modern) * 100%

= (3045 / 8422,5) * 100 % = 27,44 %

Page 78: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

65

Lampiran 3 Informan yang diwawancara

Informan yang diwawancara pada penelitian ini ditentukan secara purposive

dengan pertimbangan informan tersebut merupakan bagian dari proses distribusi

produk hortikultura. Informan tidak secara langsung dipilih dengan sengaja, tetapi

melalui proses pendekatan terlebih dahulu hingga dapat diwawancarai untuk

mendapatkan informasi mengenai proses distribusi ini.

Rosidin = aparat desa yang berhubungan langsung dengan para

kelompok tani yang ada di desa Dawuhan. Beliau juga merupakan petani

kentang

Fauzi = kepala kelompok tani dari dusun igir cilik desa Dawuhan

Sodikin = petani dari dusun paingan, petani pertanian kentang

Jari = supir pengangkut dari desa Dawuhan ke pasar kramat jati

Hadi = supir pengangkut hasil hortikultura dusun paingan

Anah = pengumpul atau tengkulak di desa Dawuhan

Teteh = pedagang minuman di pasar induk kramat jati

Komeng = pegawai dari PD Pasar induk Kramat Jati

Rudi = pegawai dari PD Pasar induk Kramat Jati

Ahmad = Satpam PD pasar induk Kramat Jati

Syamsudin = pedagang minuman di Pasar induk Kramat Jati

Budi = salah satu pekerja dari pedagang di Pasar Induk

H. Ahmad = Pedagang sayuran di Kramat Jati

Uda = Pedagang sayuran di Kramat Jati

Prof. Roedhy = Ahli dalam distribusi hortikultura

Prof. Firdaus = Ahli dalam distribusi hortikultura

Agus = Pegawai BPS

Heru Widodo = Dirjen Hortikultura kementan

Page 79: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

66

Lampiran 4 Nilai Tukar Petani tahun 2013

Provinsi Jan

Sep

IT IB NTPH IT IB NTPH

Aceh 132.25 135.59 97.53 137.98 140.68 98.08

Sumatera Utara 151.31 145.23 104.18 151.88 151.23 100.43

Sumatera Barat 145.15 141.20 102.80 148.46 146.98 101.01

Riau 149.92 130.16 115.18 152.62 136.95 111.44

Jambi 121.64 137.36 88.56 125.33 146.38 85.62

Sumatera Selatan 150.16 133.34 112.62 160.00 140.53 113.85

Bengkulu 165.13 151.15 109.25 166.56 157.64 105.66

Lampung 150.42 135.51 111.00 160.73 144.04 111.59

Kep.Bangka Belitung 112.03 128.97 86.86 113.17 134.57 84.10

Kepulauan Riau 165.98 132.08 125.66 172.96 135.95 127.22

Jawa Barat 171.87 146.45 117.36 185.56 155.97 118.97

Jawa Tengah 141.30 141.45 99.90 151.42 150.12 100.87

DI. Yogyakarta 175.02 134.73 129.91 194.60 142.85 136.23

Jawa Timur 164.38 150.58 109.16 175.18 160.73 108.99

Banten 154.42 139.82 110.44 162.67 148.06 109.87

Bali 208.79 136.61 152.83 214.99 142.97 150.38

Nusa Tanggara Barat 134.65 142.17 94.71 139.36 149.03 93.51

Nusa Tenggara Timur 135.03 146.81 91.97 139.29 155.41 89.63

Kalimantan Barat 146.36 143.61 101.91 154.43 148.63 103.90

Kalimantan Tengah 144.84 143.53 100.91 155.58 150.47 103.39

Kalimantan Selatan 173.81 139.32 124.76 178.12 144.59 123.18

Kalimantan Timur 140.72 137.19 102.57 146.65 145.51 100.78

Sulawesi Utara 135.65 140.76 96.37 143.70 148.46 96.80

Sulawesi Tengah 148.48 144.14 103.01 154.86 152.58 101.50

Sulawesi Selatan 148.10 141.71 104.51 154.22 150.51 102.46

Sulawesi Tenggara 161.36 137.43 117.42 170.31 146.13 116.55

Gorontalo 145.44 131.42 110.66 156.37 139.02 112.48

Sulawesi Barat 118.72 136.73 86.83 128.32 144.66 88.70

Maluku 167.41 145.27 115.24 179.40 153.67 116.74

Maluku Utara 132.83 140.75 94.38 139.55 149.41 93.41

Papua Barat 137.88 132.78 103.84 144.53 140.02 103.22

Papua 176.86 139.62 126.67 182.94 146.60 124.79

Page 80: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

67

Lampiran 5 Perhitungan pendapatan harian

Bawang merah = Rata-rata hasil per 0.5 ha x keuntungan / lama penanaman

= 2425 kg x 6133.14 / 120 = Rp 123.940.54

Ketimun = Rata-rata hasil per 0.5 ha x keuntungan / lama penanaman

= 5000 kg x 517.7 / 70 = Rp 36.978,57

Kentang = Rata-rata hasil per 0.5 ha x keuntungan / lama penanaman

= 4125 kg x 1609.83 / 120 = Rp 55.337,91

Tomat = Rata-rata hasil per 0.5 ha x keuntungan / lama penanaman

= 6250 kg x 1901.18 / 120 = Rp 99.019,79

Mangga = Rata-rata hasil per 0.5 ha x keuntungan / lama penanaman

= 3670 kg x 1642.67 / 120 = Rp 50.238,32

Semangka = Rata-rata hasil per 0.5 ha x keuntungan / lama penanaman

= 3625 kg x 786.84 / 120 = Rp 23.769,13

Page 81: ANALISIS FENOMENA OLIGOPSONI KOMODITAS … · 15 Presentase Keuntungan Petani 45 ... Sektor pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku untuk sektor industri dan jasa. Sektor

68

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Achmad Rivano Tuwow. Lahir pada tanggal 13

Januari 1989 di Jakarta. Sekolah Dasar penulis selesaikan di SDN Kenari 08 pagi

Jakarta pada tahun 2000. Setelah tamat Sekolah Dasar penulis melanjutkan

pendidikan di SMPN 216 Jakarta dan menyelesaikannya pada tahun 2003. Setelah

itu penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 68 Jakarta

dan lulus pada tahun 2007.

Setelah lulus dari SMA penulis sempat melanjutkan pendidikan tinggi di

Institut Pertanian Bogor dengan mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan

Tangkap selama dua tahun. Hingga akhirnya melanjutkan kembali di departemen

Ilmu Ekonomi dengan mayor Ekonomi dan Studi Pembangunan, Institut Pertanian

Bogor.

Selama kuliah di Institut Pertanian Bogor penulis mengikuti beberapa

organisasi yaitu menjadi Ketua OMDA Jakarta Community, Manajer dan Asisten

pelatih UKM Bola Basket AGRIC IPB, staff divisi DNA dan wakil ketua bidang

internal HIPOTESA, Ketua Bidang di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang

Bogor.

Penulis pernah juara tiga dalam lomba karya tulis Economic

Championship dengan judul tulisan “Upah dalam Islam Sebagai Alternatif Upah

Minimum Regional dalam Menciptakan Kesejahteraan Bangsa” serta mengikuti

Pekan Kreatif Mahasiswa (PKM) dalam bidang penelitian yang berjudul “Analisis

Daya Tampung Desa Babakan Sebagai Desa Lingkar Kampus Institut Pertanian

Bogor”.