58
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT PEMANFAATAN SISTEM E- AUDIT PADA BPK RI PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN METODE UTAUT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan serta perkembangan dunia teknologi informasi memiliki pengaruh yang begitu besar hampir di semua aspek khususnya di aspek keuangan yaitu akuntansi. Sebelum memasuki era 1990-an pencatatan di bidang akuntansi masih dilakukan secara manual. Lambat laun setelah penggunaan komputer mulai banyak dimanfaatkan sehingga sebagai dampaknya pencatatan akuntansi yang berkembang sampai sekarang yaitu secara terkomputerisasi. Penerapan komputerisasi oleh berbagai organisasi bisnis maupun pemerintahan dapat memengaruhi standar pengauditan berterima umum (Mulyadi. 2009). Dengan adanya sistem komputerisasi maka dapat memengaruhi dua aktivitas utama dalam bidang pengauditan, yaitu pengumpulan dan pengevaluasian bukti audit. Kondisi tersebut mengharuskan auditor mengubah prosedur auditnya dengan mempertimbangkan teknik menggunakan komputer sebagai alat untuk melaksanakan audit. Salah satu perkembangan yang terjadi dalam auditing sehubungan dengan pemakaian teknologi informasi yaitu dengan adanya Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK).

Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem e

Embed Size (px)

DESCRIPTION

try

Citation preview

Page 1: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem e

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT PEMANFAATAN SISTEM

E-AUDIT PADA BPK RI PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN METODE UTAUT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan serta perkembangan dunia teknologi informasi memiliki pengaruh

yang begitu besar hampir di semua aspek khususnya di aspek keuangan yaitu akuntansi.

Sebelum memasuki era 1990-an pencatatan di bidang akuntansi masih dilakukan secara

manual. Lambat laun setelah penggunaan komputer mulai banyak dimanfaatkan sehingga

sebagai dampaknya pencatatan akuntansi yang berkembang sampai sekarang yaitu secara

terkomputerisasi. Penerapan komputerisasi oleh berbagai organisasi bisnis maupun

pemerintahan dapat memengaruhi standar pengauditan berterima umum (Mulyadi. 2009).

Dengan adanya sistem komputerisasi maka dapat memengaruhi dua aktivitas utama

dalam bidang pengauditan, yaitu pengumpulan dan pengevaluasian bukti audit. Kondisi

tersebut mengharuskan auditor mengubah prosedur auditnya dengan mempertimbangkan

teknik menggunakan komputer sebagai alat untuk melaksanakan audit.

Salah satu perkembangan yang terjadi dalam auditing sehubungan dengan

pemakaian teknologi informasi yaitu dengan adanya Teknik Audit Berbantuan Komputer

(TABK). Penerapan teknologi baru dalam suatu organisasi akan berpengaruh pada

keseluruhan organisasi, terutama pada sumber daya manusia (Tangke, 2005). Hal ini

sesuai dengan pernyataan Kustono (2000) yang menyatakan bahwa kesuksesan suatu

sistem informasi berkaitan erat dengan kepuasan dari pengguna akhir (end user). Jadi

dapat disimpulkan bahwa faktor pengguna menjadi begitu penting untuk diperhatikan

dalam penerapan sistem baru, karena bagaimana pun juga tingkat kesiapan mereka dalam

menerima sistem baru mempunyai pengaruh yang besar untuk menentukan sukses

tidaknya penerapan sistem tersebut.

Dalam perkembangannya, kebutuhan akan jasa profesional di bidang audit

meluas dan terdapat banyak sekali jenis audit, antara lain: audit kepatuhan, audit

manajemen, audit kualitas, audit sumber daya manusia ataupun audit teknologi informasi

(Arents dan Loebecke, 2000; Andayani, 2008). Dengan kondisi demikian maka

diperlukan adanya adaptasi mengenai teknologi bagi para auditor baik dari Kantor

Page 2: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem e

Akuntan Publik maupun pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.

Pemanfaatan teknologi informasi (TI) telah menjadi suatu kebutuhan dalam pengelolaan

dan pelaksanaan pelayanan di sektor publik. Pemanfaatan teknologi informasi di sektor

publik diwujudkan antara lain dengan adanya penggunaan dan pengolahan database

dalam pengelolaan data keuangan maupun data non keuangan.

Untuk mendukung dalam pemanfaatan teknologi informasi dibutuhkan adanya

inovasi baik dalam pelaksanaan audit maupun pengawasannya khususnya pada Badan

Pemeriksaan Keuangan Rebuplik Indonesia (BPK RI) yang memiliki kewajiban untuk

dapat memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Adapun inovasi

yang telah dilakukan oleh BPK RI yaitu dengan menciptakan sebuah terobosan baru

melalui BPK Sinergi yang mengedepankan konsep pengembangan pusat data gabungan

E-BPK serta data Elektronik Audit (E-Audit).

Mengacu pada kebijakan badan periode 2009-2014 dan Rencana Strategi BPK

2011-2015 pengembangan konsep BPK Sinergi ini diharapkan dapat mewujudkan

efisiensi dan efektivitas pemeriksaan BPK dengan strategi “link and match” sehingga

mampu mengurangi tingkat penyalahgunaan keuangan maupun bentuk KKN lainnya

secara sistematis. Dengan adanya pusat data e-BPK dan e-Audit setidaknya ada lima

manfaat yang diperoleh BPK, yakni penghematan biaya pemeriksaan, penghematan

biaya tempat penyimpanan dokumen, memperluas cakupan pemeriksaan, dan

mengurangi persinggungan antara pemeriksa BPK dan auditee, yang selama ini

diindikasikan dapat membuka peluang terjadinya KKN.

Pengertian Auditing menurut Arens et al (2000) adalah sebuah proses

pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan

derajat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang telah ditetapkan. Menurut Undang-

Undang Nomor 15 Tahun 2004 mengenai Pemeriksaan, Pengelolaan, dan Tanggung

Jawab Keuangan Negara mendefinisikan pemeriksaan sebagai proses identifikasi

masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, objektif, dan

profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan,

kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab

keuangan negara.

Dalam hal ini pengertian Elektronik Audit (E-Audit) memiliki kesamaan atas

beberapa definisi yang telah dijelaskan. E-Audit merupakan sebuah sistem pengumpulan

serta pengevaluasian bukti-bukti audit yang dilakukan dengan bantuan komputer. Bukti

yang dikumpulkan untuk dievaluasi juga tidak lagi berupa hard copy melainkan

Page 3: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem e

berbentuk file data komputer. Sistem E-Audit dirancang untuk mengintegrasikan sistem

informasi yang dimiliki oleh setiap entitas dengan sistem informasi Badan Pemerisan

Keuangan (BPK) yang dapat dimanfaatkan untuk pemeriksaan secara elektronik (E-

Audit). Penggunaan E-Audit berfungsi sebagai pendeteksi dini secara sistematik seluruh

transaksi keuangan melalui monitoring, analisis, dan evaluasi. Dengan hadirnya sistem

E-Audit, tersinergi secara nasional dalam satu sistem informasi dan BPK meyakini

pemeriksaan akan lebih akurat, berkualitas, dan terjamin (Harian Seputar Indonesia-

Ketua BPK).

Dengan menggunakan TABK disinyalir BPK RI dapat meningkatkan efektivitas

dan efisiensi pada proses pendeteksian fraud (SA 327, Annisa dan Harris.2011). ACFE

berpendapat terdapat bermacam-macam jenis tindakan fraud yang dipetakan menjadi 51

jenis fraud namun terbagi dalam tiga jenis, yaitu Corruption, Fraudulent Statements,

serta Asset Misappropriation (Tuanakotta, 2007;96). Dengan penerapan E-Audit ini pada

awalnya ditekankan agar dapat meminimalkan terjadinya Corruption pada sektor publik

atau penyalahgunaan anggaran negara.

Sayana (2003) dalam penelitiannya berpendapat, TABK dapat diklasifikasikan

menjadi empat kategori besar, yakni (1) perangkat lunak analisis data; (2) perangkat

lunak evaluasi keamanan jaringan; (3) perangkat lunak evaluasi sistem operasi dan

manajemen basis data; dan (4) perangkat pengujian kode dan perangkat lunak. Merujuk

SPAP SA Seksi 335 Paragraf 10 (IAI, 2001), efektivitas dan efisiensi prosedur audit

ditingkatkan melalui penggunaan TABK dalam memperoleh dan mengevaluasi bukti

audit. Hal ini dapat dilakukan dengan (1) meningkatkan efektivitas pengujian bukti audit

dengan cara memeriksa lebih banyak jumlah transaksi dalam waktu yang lebih singkat

dan biaya yang lebih rendah dibandingkan bila hal tersebut dilakukan secara manual; (2)

meningkatkan efisiensi pelaksanaan pengujian substantif dengan membuat prosedur

tambahan dibandingkan dengan hanya mengandalkan kepercayaan auditor atas

pengendalian dan pengujian pengendalian objek audit.

Pada SA 327 atau PSA 57 juga menjelaskan masalah yang berhubungan dengan

efisiensi yang perlu dipertimbangkan oleh auditor dalam hal ini BPK RI ketika

pelaksanaan TABK, yaitu meliputi waktu untuk merencanakan, merancang,

melaksanakan, dan mengevaluasi TABK, jam asisten dan review teknis, perancangan dan

pencetakan formulir (konfirmasi), pencatatan masukan ke dalam sistem komputer dan

verifikasinya, serta waktu pemakaian komputer.

Page 4: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem e

Untuk mengadopsi penggunaan TABK harus mempertimbangkan ketersediaan

fasilitas komputer, sistem akuntansi, serta database terkait pemeriksaan (Annisa dan

Harris, 2011). Realitanya penerimaan dan pemanfaatan Teknologi Audit Berbantuan

Komputer (TABK) sangat lambat dari yang diharapkan (Rowe, 2008). khususnya bagi

para pengguna teknologi yaitu individu yang berinteraksi langsung dengan program yang

disediakan.

Pernyataan di atas sejalan dengan Informasi dari BPK Jatim yang diungkapkan

pada media elektronik JayaPos Indonesia bahwa dari hasil pemantauan BPK RI masih

terdapat kendala dalam penerapan E-Audit mengenai belum terbentuknya link center

atau command center, sarana dan prasarana digitalisasi belum memadai, dan kemampuan

Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK) pemeriksa masih kurang. Dalam penelitian

ini ingin memfokuskan pada kendala yang ketiga yaitu mengenai kemampuan TABK

yang masih kurang untuk diteliti lebih jauh, faktor apa sajakah yang menyebabkan

kemampuan TABK pihak pemeriksa masih kurang.

Menurut PSA 59 atau SA 327 tentang Teknik Audit Berbantuan Komputer

(TABK) menyatakan bahwa dengan menggunakan TABK tujuan dan lingkup suatu audit

tidak berubah bila audit dilaksanakan dalam suatu lingkungan pengolahan data

elektronik. Akan tetapi penerapan prosedur audit mungkin mengharuskan seorang

auditor untuk mempertimbangkan teknik-teknik yang menggunakan komputer sebagai

suatu alat audit. Bebagai macam penggunaan komputer dalam audit disebut dengan

istilah Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK) atau Computer Assisted Audit

Tools and Techniques (CAATS).

SA Seksi 335 (PSA 57) dalam Auditing Lingkungan Sistem Informasi

Komputer, paragraf 04 hingga paragraf 06 menjelaskan tingkat keterampilan dan

kompetensi auditor yang harus dimiliki bila melaksanakan suatu audit dalam lingkungan

sistem informasi komputer dan memberikan panduan bila mendelegasikan pekerjaan

kepada sistem dengan keterampilan sistem informasi komputer. Secara khusus, auditor

harus memiliki pengetahuan memadai untuk merencanakan, melaksanakan, dan

menggunakan hasil penggunaan TABK. Tingkat pengetahuan yang harus dimiliki auditor

tergantung atas kompleksitas dan sifat TABK dan sistem akuntansi entitas dalam hal ini

E-Audit lebih menekankan pada entitas sektor publik. Oleh karena itu, auditor harus

menyadari bahwa kemampuan TABK dalam keadaan tertentu dapat mengharuskan

dimilikinya jauh lebih banyak pengetahuan komputer dibandingkan dengan dimilikinya

dalam keadaan lain.

Page 5: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem e

Sistem informasi merupakan suatu kombinasi dari orang-orang, fasilitas,

teknologi, media, prosedur-prosedur dan pengendalian yang ditujukan untuk

mendapatkan jalur komunikasi penting, memproses tipe transaksi rutin, memberi sinyal

kepada manajemen dan yang lainnya terhadap kejadian-kejadian internal dan eksternal

penting yang penting dan menyediakan suatu sumber dasar untuk pengambilan

keputusan cerdik. (Nash dan Robert, 1984)

Sementara penggunaan sistem informasi (SI) seperti yang telah diungkapkan

oleh Jogiyanto (2007) bahwa banyak sistem teknologi informasi yang gagal karena aspek

teknis, yaitu kualitas teknis sistem yang buruk, serta kesalahan sintaks, kesalahan logika,

atau bahkan informasi yang disajikan juga salah. Meskipun perkembangan sistem

informasi ini sudah dikembangkan maupun dimodifikasi namun tidak terhindarkan dari

berbagai sistem tersebut banyak yang mengalami kegagalan. Jogiyanto (2007)

berpendapat bahwa penyebab kegagalan periode sekarang adalah cenderung pada aspek

keperilakuan.

Penggunaan teknologi audit seperti Teknik Audit Berbantuan Komputer

(TABK) atau biasa dikenal sebagai CAATS dilakukan dengan cara mengekstrak serta

menganalisis data dengan sebuah program aplikasi komputer (Braun and Davis, 2003).

Dengan adanya TABK memungkinkan auditor untuk meningkatkan produktivitasnya

dengan mengotomisasi pada saat pemeriksaan dan memungkinkan auditor menguji 100

persen populasi sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pembuatan

pelaporan audit.

Menurut pernyataan standar audit 94 (SAS 94) tentang pengaruh teknologi

informasi terhadap pertimbangan auditor untuk pengendalian internal secara keseluruhan

dalam audit laporan keuangan. Auditor harus memahami aplikasi dan sistem dalam

menilai risiko dan mengevaluasi atas kontrol informasi keuangan. Auditor harus

memahami desain pengendalian yang relevan, menentukan apakah kontrol telah

ditempatkan dalam operasi, dan kemudian mengevaluasi efektivitas pengendalian.

Prosedur ini akan memungkinkan identifikasi potensi salah saji serta faktor risiko

lainnya. Pernyataan ini menunjukkan bahwa pengujian substantif saja mungkin tidak

akan cukup untuk memperoleh data, melainkan bukti dalam bentuk elektronik dapat

dijadikan faktor pendukung untuk mengukur relevansi atas data tersebut.

Tujuan dari pengembangan sistem informasi yang dilakukan oleh BPK RI

dengan meluncurkan e-audit yaitu untuk mendorong pelaksanaan pemeriksaan laporan

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara secara lebih efektif dan efisien.

Page 6: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem e

Sebuah organisasi akan mencapai tujuan tersebut jika sistem informasi dapat mendorong

optimalnya kinerja organisasi baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dari

data statistik pada penelitian Keller et al, (2011) menunjukkan bahwa kegagalan suatu

organisasi untuk mewujudkan kelangsungan (sustainability) sistem informasi lebih dari

70% diantaranya disebabkan oleh faktor yang berhubungan dengan kesehatan organisasi,

yaitu resistansi, budaya, organisasi, serta perilaku yang tidak mendukung. Joe et al,

(2002) berpendapat bahwa sebuah sistem informasi dibangun dari tiga komponen, yaitu:

people, process, serta technology.

Teori penerimaan informasi memiliki banyak pilihan seperti TAM (Technology

Acceptance Model) yang dikembangkan oleh Davis et al. (1989), TRA (Theory of

Reasoned Action) atau biasa dikenal sebagai teori tindakan beralasan yang

dikembangkan oleh Fishbein and Ajzen (1975), Teori perilaku rencanaan (theory of

planned behaviour atau TPB) yang dikembangkan oleh Ajzen (1988) sebagai

pengembangan teori sebelumnya TRA, dan masih banyak lagi model teori lain untuk

mengukur tingkat penerimaan teknologi.

Konsep TAM yang dilandasi oleh teori tindakan beralasan (TRA) memberikan

pengertian bahwa pemakai cenderung menggunakan suatu sistem apabila sistem tersebut

mudah digunakan dan tidak memerlukan usaha yang keras untuk penggunaannya. TAM

memberikan penjelasan yang kuat dan efisien untuk dapat menguji perilaku penerimaan

dan penggunaan sistem informasi (Davis, 1989; Davis et al, 1989). Konsep TAM

mengunakan dua faktor kunci yaitu perceived usefullness dan perceived ease of use.

Kedua faktor tersebut memberikan gambaran bila sistem informasi mudah digunakan,

maka pemakai akan cenderung untuk menggunakan sistem informasi tersebut.

Sedangkan pada TRA menjelaskan bahwa kepercayaan tentang konsekuensi dari

tindakan yang dikembangkan merupakan penentu dari sikap seseorang terhadap dalam

berperilaku menggunakan sistem informasi.

Venkatesh (2003) mengembangkan sebuah teori baru yang bertujuan untuk

mereview dan menggabungkan beberapa model penerimaan teknologi sistem informasi

yang berkembang dari pendahulunya yang biasa dikenal sebagai teori gabungan

penerimaan dan penggunaan teknologi (Unified Theory of Acceptance And Use of

Technology) yang disingkat dengan istilah UTAUT. Teori ini menyediakan variabel yang

berguna dalam mengukur kemungkinan keberhasilan pengenalan teknologi baru.

Penelitian yang dilakukan oleh Venkantesh, et al. (2003) telah diterapkan dan

diteliti kembali oleh Handayani (2005) dan Hasyim (2010) yang mendefinisikan

Page 7: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem e

hubungan keempat variabel independen dari teori UTAUT terhadap minat dan

penggunaan sistem informasi. Hasilnya adalah ekspektasi kinerja, ekspektasi usaha,

faktor sosial dan kondisi yang memfasilitasi berpengaruh positif terhadap minat

pemanfaatan tetapi untuk minat pemanfaatan sistem informasi yang tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap penggunaan sistem informasi.

Sebelumnya teori UTAUT ini telah dilakukan pengujian oleh Curtis and Payne

(2008) yang tertuang dalam penelitiannya yang ingin membuktikan mengenai

pengadopsian Teknologi Audit Berbantuan Komputer untuk auditor dengan teori

penerimaan UTAUT. Dalam penelitian tersebut menyatakan bahwa UTAUT Model

merupakan kompilasi dari banyak dasar teori yang ada dan memang penggunaan

teknologi audit pada khususnya bergantung pada ekspektasi kinerja, ekspektasi usaha,

kondisi yang mendukung, serta pengaruh sosial. Pada intinya model tersebut dapat

diterapkan dalam penelitian penerimaan teknologi di lingkungan audit. Model UTAUT

merupakan instrumen yang cukup valid dan reliabel untuk mengukur perilaku

penggunaan teknologi informasi (Sundaravej, 2010).

Beberapa variabel yang digunakan oleh Venkatesh (2003) dalam

mengaplikasikan model penerimaan teknologi informasi UTAUT serta pembentukan

hipotesisnya yaitu, Ekspektasi Kinerja (Performance Expectation), Ekspektasi Usaha

(Effort Expectation), dan Faktor Sosial (Sosial Influance) mempengaruhi Minat atau Niat

untuk Berperilaku (Behavioral Intention). Sedangkan minat pemanfaatan teknologi

informasi dan Kondisi yang Membantu (Facilitating Conditions) pemakai

mempengaruhi Perilaku atas Penggunaan Teknologi Informasi (Use Behavior). Persepsi

tersebut dimoderasi oleh jenis kelamin (gender), usia (age), serta pengalaman

(experience) dan kesukarelaan (voluntariness).

Curtis and Payne (2008) menyatakan Ekspektasi Kinerja (Performance

Expectation) merupakan faktor penentu signifikan niat untuk mengadopsi teknologi

audit. Auditor tidak akan mengadopsi perangkat lunak yang tidak memiliki kontribusi

signifikan terhadap pelaksanaan audit secara keseluruhan. Serta Ekspektasi Usaha (Effort

Expectation) dikemukakan oleh Curtis and Payne (2008) bahwa dapat mempengaruhi

penerimaan atas perangkat lunak dan berpengaruh signifikan terhadap niat auditor untuk

mengadopsi teknologi audit.

Faktor Sosial (Sosial Influance) dalam penelitian Handayani (2005) dan Hasyim

(2010) dikemukakan bahwa faktor sosial memiliki pengaruh signifikan terhadap minat

pemanfaatan sistem informasi. Pendapat ini diperkuat dengan hasil penelitian Venkatesh

Page 8: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem e

(2003), faktor sosial merupakan pengaruh lingkungan sekitar yang dapat meyakinkan

individu dalam penggunaan sistem informasi. Curtis and Payne (2008) berpendapat

bahwa pengaruh sosial menjadi faktor penentu utama penerimaan perangkat lunak dalam

audit. Sedangkan untuk kondisi yang memfasilitasi (Facilitating Conditions) pada

penelitian Curtis and Payne (2008) dijadikan sebagai penentu signifikan niat untuk

mengadopsi teknologi audit.

Perbedaan penelitian ini dan sebelumnya yang telah dilakukan oleh Venkatesh

(2003), Handayani (2005), Curtis and Payne (2008) dan Hasyim (2010) yaitu masuknya

variabel kecemasan (Anxiety), kemampuan individu (Self-Efficacy), dan sikap terhadap

penggunaan teknologi (Attitude Toward Using Technology) sebagai alat ukur penentu

signifikansi atas minat penggunaan teknologi audit. Ketiga variabel tersebut tidak

dicantumkan dalam penelitian terdahulu dikarenakan dalam penelitian Venkatesh (2003)

dianggap tidak memiliki hubungan langsung terhadap minat pemanfaatan. Sedangkan

pada penelitian Sundaravej, (2010) dan Moran et al, (2010) variabel kecemasan (Anxiety)

dan kemampuan individu (Self-Efficacy) berpengaruh signifikan atas minat pemanfaatan

teknologi sistem informasi. Serta pada pengembangan model TAM oleh Davis et al,

(1989) berpendapat dimana sikap terhadap penggunaan teknologi memiliki pengaruh

signifikan atas minat penggunaan teknologi sistem informasi.

Penelitian ini menggunakan model replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh

Venkatesh et al. (2003), Sundaravej. (2010), dan Moran et al. (2010) dengan menguji

teori UTAUT serta menambahkan beberapa komponen variabel yaitu kecemasan

berkomputer (computer anxiety), kemampuan diri sendiri dalam menggunakan komputer

(computer self-efficacy), dan sikap terhadap penggunaan teknologi (Atitude Toward

Using Technology). Dalam Penelitian Venkatesh (2003) variabel tersebut telah tersedia

namun hanya sebagai variabel tambahan yang dinilai belum cukup kuat untuk dapat

memengaruhi penggunaan teknologi informasi. Namun dari penelitian Sundaravej (2010)

berpendapat bahwa Anxiety dan Computer Self-Efficacy berkorelasi dengan niat perilaku

untuk penggunaan teknologi. Sedangkan pada penelitian dari Moran et al. (2010) yang

menyatakan bahwa variabel ekspektasi kinerja, ekspektasi usaha, sikap terhadap

penggunaan teknologi, dan self-efficacy merupakan komponen kunci dari niat perilaku

penggunaan teknologi. Namun berbeda halnya dengan variabel pengaruh sosial dan

kecemasan yang tidak memiliki banyak pengaruh terhadap niat perilaku penggunaan

teknologi. Perbedaan penelitian yang terjadi tersebut disebabkan berbeda-bedanya obyek

Page 9: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem e

yang diteliti, teknologi yang digunakan dan karakter masing-masing individu di wilayah

tertentu.

Pada penelitian kali ini terdapat perbedaan dengan penelitian terdahulu yaitu

penerapan teknologi yang akan diterapkan yang dikhususkan pada penggunaan teknik

audit berbantuan komputer (TABK) berupa sistem elektronik audit (e-audit) pada suatu

organisasi Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) perwakilan Jawa

Timur. Peneliti terdahulu memfokuskan pada penerimaan dan penerapan teknologi pada

siswa. Peneliti saat ini ingin mengetahui tingkat penerimaan dan penerapan Teknik Audit

Berbantuan Komputer khususnya pada sistem E-Audit Badan Pemeriksa Keuangan

Republik Indonesia.

Kendala pada penerapan sistem e-audit di BPK RI perwakilan Jawa Timur yaitu

kurangnya kemampuan para auditor mengenai penggunaan teknik audit berbantuan

komputer. Pada teori UTAUT mengusulkan bahwa terdapat empat faktor yang

mempengaruhi penerimaan sebuah sistem informasi: (1) pengguna berharap sistem dapat

meningkatkan kinerja mereka (yaitu, ekspekatasi kinerja), (2) tingkat usaha pengguna

untuk percaya bahwa penggunaan sistem tersebut sangat dibutuhkan (yaitu, ekspektasi

usaha), (3) sejauh mana pengguna memandang bahwa lingkungan mendorong mereka

untuk dapat menggunakan sistem (yaitu, pengaruh sosial), dan (4) pengguna berharap

secara teknis dan infrastruktur organisasi dapat mendukung untuk penggunaan sistem

tersebut (yaitu, kondisi yang memfasilitasi) (Venkatesh et al, 2003).

Dengan adanya teori tersebut kami ingin meneliti lebih jauh apa penyebab atas

kurangnya kemampuan auditor dalam menggunakan teknik audit berbantuan komputer.

Supaya keberadaan sistem e-audit bisa dijalankan dalam jangka panjang sebagaimana

fungsinya yang dapat memudahkan auditor dalam melakukan pemeriksaan atas

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ekspektasi kinerja (performance expectation) memengaruhi minat

penggunaan sistem informasi e-audit?

2. Apakah ekspektasi usaha (effort expectation) memengaruhi minat penggunaan sistem

informasi e-audit?

Page 10: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem e

3. Apakah pengaruh sosial (sosial influance) memengaruhi minat penggunaan sistem

informasi e-audit?

4. Apakah kondisi yang memfasilitasi (facilitating conditions) memengaruhi minat

penggunaan sistem informasi e-audit?

5. Apakah kecemasan penggunaan komputer (computer anxiety) memengaruhi minat

penggunaan sistem informasi e-audit?

6. Apakah kemampuan individu dalam penggunaan komputer (computer self-efficacy)

memengaruhi minat penggunaan sistem informasi e-audit?

7. Apakah sikap terhadap penggunaan teknologi (attitude toward using technology)

memengaruhi minat penggunaan sistem informasi e-audit?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, maka tujuan penelitian untuk

menemukan bukti empiris mengenai pengaruh variabel sebagai berikut:

1. Ekspektasi kinerja (performance expectation) memengaruhi minat penggunaan sistem

informasi e-audit.

2. Ekspektasi usaha (effort expectation) memengaruhi minat penggunaan sistem

informasi e-audit.

3. Pengaruh sosial (sosial influance) memengaruhi minat penggunaan sistem informasi

e-audit.

4. Kondisi yang memfasilitasi (facilitating conditions) memengaruhi minat penggunaan

sistem informasi e-audit.

5. Kecemasan penggunaan komputer (computer anxiety) memengaruhi minat

penggunaan sistem informasi e-audit.

6. Kemampuan individu dalam penggunaan komputer (computer self-efficacy)

memengaruhi minat penggunaan sistem informasi e-audit.

7. Sikap terhadap penggunaan teknologi (attitude toward using technology)

memengaruhi minat penggunaan sistem informasi e-audit.

1.4. Manfaat Penelitian

Harapan atas pelaksanaannya penelitian ini agar dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

Page 11: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem e

1. Bagi Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) Perwakilan

Jawa Timur

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada Badan Pemeriksa

Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) mengenai perilaku individu untuk

pemanfaatan Sistem Elektronik Audit (E-Audit) dalam rangka peningkatan kinerja

individu dan organisasi.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai bahan pertimbangan bagi organisasi maupun peneliti lain dalam

pengembangan teknologi informasi khususnya teknik audit berbantuan komputer

(TABK) ataupun penelitian yang relevan dengan penelitian ini.

Page 12: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem e

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Audit

Pentingnya informasi keuangan baik bagi pihak internal maupun eksternal

dalam pengambilan keputusan membuat pihak manajemen dalam sebuah institusi

maupun perusahaan bekerja lebih keras. Manajemen bertanggung jawab dalam

menerapkan kebijakan akuntansi yang sehat sesuai dengan peraturan yang berlaku dan

memelihara sistem dan prosedur untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan

melaporkan keuangan tersebut. Untuk mengetahui apakah sebuah pelaporan keuangan

dalam perusahaan ataupun institusi tersebut dianggap telah wajar ataupun tidak perlu

dilakukan penilaian maupun penelusuran audit secara khusus oleh lembaga akuntan

publik bagi sektor swasta maupun Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia

(BPK RI) yang dikhususkan bagi pemerintahan maupun umum.

Menurut Arens dan Loebbecke (2000) mendefinisikan audit sebagai proses

pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur

mengenai entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen

untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksudkan

dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.

Agoes (2004) menjelaskan bahwa auditing merupakan suatu pemeriksaan yang

dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan

keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan

bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai

kewajaran laporan keuangan tersebut.

Mulyadi (2002) membagi definisi auditing baik secara umum maupun dari segi

profesi akuntan publik. Secara umum definisi auditing adalah suatu proses sistematik

untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-

pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan

tingkat keseuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah

ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.

Sedangkan ditinjau dari segi profesi akuntan publik auditing didefinisikan sebagai

pemeriksaan (examination) secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan

atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut

Page 13: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem e

menyajikan secara wajar, dalam semua hal material, posisi keuangan dan hasil usaha

perusahaan atau organisasi tersebut.

Atas dasar UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang “Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggung Jawab Keuangan Negara” pada Pasal 1 terdapat definisi Pemeriksaan adalah

proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen,

objektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran,

kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengolalaan dan tanggung

jawab keuangan negara.

Berdasarkan pendapat atas definisi audit diatas dapat disimpulkan bahwa audit

ataupun pemeriksaan adalah sebuah proses pengumpulan dan pengevaluasian data dari

semua kegiatan ekonomi yang dilakukan secara sistematis dan dilaksanakan oleh

seseorang yang berkompeten dan independen yang bertujuan memberikan pendapat

mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Dalam hal ini teori serta konsep audit

menjelaskan tujuan dilakukan audit adalah untuk memperbaiki kinerja suatu unit

organisasi. Sehingga jika tindakan audit berhasil meningkatkan kinerja unit, maka

berarti menunjang ke arah perbaikan kinerja organisasi secara keseluruhan.

2.2. Konsep Dasar Sistem Informasi

Informasi berarti hasil dari suatu proses yang terorganisasi, memiliki arti dan

berguna bagi orang yang menerimanya. Ada kalanya dibedakan antara data dan

informasi. Data berarti fakta acak yang diterima sebagai masukan atau input pada suatu

sistem informasi dan disimpan. Sistem adalah suatu entity yang terdiri dari dua atau

lebih komponen yang saling berinteraksi untuk mencapoai tujuan. Sistem yang relevan

dengan tugas akuntansi adalah Comuputer Based System, yang dapat diartikan

terintegrasinya peralatan, program, data, dan prosedur untuk menjalankan satu tugas

pada komputer (Mukhtar Ali.1997).

Mukhtar Ali (1997) mendefinisikan sistem infomasi sebagai suatu

pengorganisasian peralatan untuk mengumpulkan, menginput, memproses, menyimpan,

mengatur, mengontrol, dan melaporkan informasi untuk pencapaian tujuan perusahaan.

Sistem informasi dibagi menjadi dua yaitu sistem informasi manual dan sistem

informasi otomatis. Sistem manual memproduksi informasi tanpa menggunakan

komputer serta bersifat fleksibel dan tidak memiliki batas kondisi tertentu. Sistem

informasi otomatis melibatkan komputer sehingga memiliki akurasi yang tinggi dan

Page 14: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem e

ditunjang dengan efesiensi dan efektifitas yang baik namun tingkat fleksibilitas agak

rendah.

Laudon et al (2007) mendefinisikan sistem informasi adalah suatu sistem di

dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian,

mendukung operasi,bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan

menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan. O’Brien

(2005) berpendapat bahwa sistem informasi merupakan suatu kombinasi teratur dari

pemakai/orang (user), perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software),

computer network and data communication (jaringan komunikasi), dan basis data

(database) yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi di dalam

suatu bentuk organisasi. Adapun bagan yang telah digambarkan oleh O’Brien sebagai

berikut:

Gambar 1.1. Komponen Sistem Informasi

Sutedjo (2006) sistem informasi adalah sekumpulan elemen yang saling

berhubungan satu sama lain untuk membentuk suatu kesatuan untuk mengintegrasi

data, memproses dan menyimpan serta mendistribusikan informasi tersebut.

Gondodiyoto (2007) menambahkan bahwa sistem informasi merupakan kumpulan

elemen atau sumber daya dan jaringan prosedur yang saling berkaitan secara terpadu,

terintegrasi dalam suatu hubungan hierarki tertentu, dan bertujuan mengolah data

menjadi informasi.

Page 15: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem e

Kenneth (1999) mendefinisikan bahwa Sistem informasi (SI) adalah

sekumpulan komponen yang saling berhubungan yang mengumpulkan (collect/

retrieve), memproses, menyimpan dan mendistribusikan informasi untuk mendukung

pembuatan keputusan dan pengendalian suatu organisasi. Informasi adalah data yang

telah diolah menjadi bentuk yang bermakna dan bermanfaat bagi pemakai. Data adalah

fakta yang menyatakan suatu kejadian atau lingkungan fisik yang belum dikelola

menjadi bentuk yang bermakna dan bermanfaat bagi manusia.

Kendali sebuah sistem informasi merupakan suatu sistem yang mencegah,

mendeteksi atau memperbaiki. Kejadian yang tidak dibenarkan (unlawfulevents) (Ron

Weber.1999). Unlawful events dapat berupa: unauttorized, inaccurate, incomplete,

redundant, ineffective atau inefficient event. Kendali dapat mengurangi kesalahan

yang mungkin terjadi dari kejadian-kejadian yang tidak dibenarkan dengan cara:

mengurangi kemungkinan kemunculan kejadian yang tidak dibenarkan; membatasi

kesalahan/ kerusakan jika kejadian yang tidak dibenarkan tersebut terjadi. Dalam audit

berbasis kendali dilakukan serangkaian kegiatan untuk melihat tingkat kehandalan

kendali-kendali tersebut.

2.3. Audit Sistem Informasi

Audit sistem informasi didefinisikan sebagai proses pengumpulan dan evaluasi

fakta/ evidence untuk menentukan apakah suatu sistem informasi telah melindungi aset,

menjaga integritas data, dan memungkinkan tujuan organisasi tercapai secara efektif

dengan menggunakan sumber daya secara efisien (Ron Weber.1999). sedangkan

menurut Tjie Kwie (2001) mendefinisikan audit sistem informasi dilakukan untuk

melihat apakah sistem informasi yang tersedia baik pengendalian umumnya maupun

aplikasinya sudah dapat melindungi aset perusahaan. Auditing sistem informasi

berbasis komputer merupakan suatu proses pengumpulan dan penilaian bahan bukti

untuk dapat menentukan apakah sistem komputerisasi perusahaan dapat memelihara

kebenaran dan integritas data dalam pencapaian tujuan perusahaan secara efektif dan

efisien.

Di awal perkembangan penggunaan teknologi komputer dan sistem informasi,

pendekatan audit sistem informasi terlihat masih mengabaikan lingkungan komputer,

bahkan terkesan bahwa komputer hanya diperlakukan sebagai benda mati atau “black

box”. Pada saat itu tingkat otomastisasi atau pemakaian komputer dalam pengolahan

Page 16: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem e

data masih rendah karena komputer hanya dipakai sebagai alat pembukuan secara

mekanik atau elektronik. Namun seiring perkembangan penggunaan teknologi

komputer dan sistem informasi, maka peran komputer mengalami peningkatan terutama

pada tingkat otomatisasi (Pamena.2010).

2.3.1. Metode Audit Sistem Informasi

Dengan berjalannya evolusi tersebut, Bodnar dan Hopwood (2004), Webber

(1999), dan Gondodiyoto (2003) menjelaskan mengenai pendekatan audit sistem

informasi yang dikategorikan ke dalam tiga kelompok yaitu :

1. Audit Sekitar Komputer (Auditing Around The Computer)

Kondisi ini menggambarkan perkembangan awal dari penggunaan

komputer yang hanya diperlakukan sebagai sistem pencatatan mekanis. Pada

kondisi ini auditor cenderung memperlakukan komputer sebagai “Black Box” dan

mengabaikan masalah-masalah mekanis yang berkaitan dengan bagaimana sebuah

komputer tersebut mencatat jurnal (journal entry), buku besar (ledger) atau

membuat laporan keuangan (finanncial statement). Auditor lebih suka melihat

saldo awal, menambah atau menguranginya, serta memperbandingkan antara

saldo awal dan saldo akhir secara manual.

Di samping itu, jejak audit (audit trail) dari sumbernya (source document)

ke catatan yang telah dibukukan dengan komputer dipandang masih terlalu mudah

dilihat dan ditafsir secara visual atau kasat mata. Maka dari itu auditor

beranggapan bahwa penggunaan komputer dapat diabaikan. Keunggulan dari

metode audit around the computer yaitu pelaksanaan audit lebih sederhana dan

auditor yang berpengetahuan yang minimal di bidang komputer dapat dilatih

dengan mudah untuk melaksanakan audit tersebut. Kelemahannya dari

penggunaan metode pendekatan ini yaitu mengurangi efektifitas dan efisiensi pada

saat pemeriksaan karena pada umumnya database mencakup jumlah data yang

banyak dan sukar untuk ditelusuri secara manual.

2. Audit Dengan Komputer (Auditing With Computer)

Pada pendekatan ini auditor menitik beratkan komputer sebagai alat bantu

audit yang dilengkapi dengan perangkat lunak audit yang berguna untuk

membantu auditor dalam melaksanakan tugas audit. Namun auditor menggunakan

komputer tidak secara penuh hanya sekedar melaksanakan tugas audit seperti

halnya auditee menggunakannya untuk memproses data akuntansi, misalnya:

mengambil sampel persediaan data untuk keperluan pengecekan fisik digudang,

Page 17: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem e

menghitung biaya penyusutan/depresiasi, dan membandingkan isi dari dua buah

data untuk menguji keaslian maupun konfirmasi hubungan logikanya, dan lain

sebagainya.

Keuntungan utama dari penggunaan pendekatan Auditing Wtih Computer

yaitu dapat meningkatkan kekuatan terhadap pengujian sistem aplikasi secara

efektif, dimana ruang lingkup dan kemampuan pengujian dapat diperluas sehingga

tingkat kepercayaan terhadap keandalan dari pengumpulan dan pengevaluasian

bukti dapat ditingkatkan. Karena pendekatan ini cukup kompleks maka terdapat

kelemahan pada pendekatan ini yaitu memerlukan biaya yang besar dan tenaga

ahli yang terampil.

3. Audit Melalui Komputer (Audit Through The Computer)

Pada perkembangannya saat ini dunia komputer akhirnya memaksa auditor

untuk tidak melakukan audit disekitar komputer lagi, karena bukti (evidance) yang

dapat dipandang tidak memadai lagi. Auditor dipaksa memperlakukan komputer

sebagai target audit dan melakukan audit melalui area program. Oleh sebab itu

pendekatan audit dengan menggunakan komputer termasuk juga dalam Teknik

Audit Berbantuan Komputer (TABK)/Computer Assisted Audit Techniques

(CAATs). Pendekatan ini dilakukan pada saat:

a. Sistem aplikasi komputer memproses input yang cukup besar dan

menghasilkan output yang cukup besar, sehingga memperluas audit untuk

meneliti keabsahannya.

b. Bagian penting dari struktur pengendalian intern perusahaan terdapat di dalam

komputerisasi yang digunakan

Kelebihan dari metode pendekatan Audit Through The Computer yaitu dapat

meningkatkan kekuatan pengujian system aplikasi secara efektif dan auditor akan

merasakan keyakinan yang lebih atas hasil kerjanya. Namun kelemahan yang

harus ditanggung yaitu untuk penerapan metode ini membutuhkan biaya yang

relative tinggi karena jumlah jam kerja yang banyak untuk dapat lebih memahami

struktur pengendalian intern dari pelaksanaan system aplikasi serta membutuhkan

keahlian teknis yang mendalam untuk memahami cara kerja sistem.

Page 18: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem e

2.4. Teknik Audit Berbantuan Komputer dan Pelaksanaan E-Audit Pada BPK RI

Pemanfaatan teknologi komputer saat ini telah digunakan secara maksimal

hampir di semua bidang bisnis. Teknologi komputerisasi sangat berdampak pada

profesi audit dalam dua decade terakhir, karena banyak perusahaan menggunakan

kertas kerja elektronik (Winograd, 2000; Pricewaterhouse Coopers, 2003). Data dan

dokumen yang berkaitan dengan transaksi bisnis diproses secara elektronik atau

Electronic Data Processing (EDP) dan disimpan dalam file elektronik atau Electronic

Data Interchange (EDI), bersama dengan semua informasi dan dokumen lainnya,

seperti kontrak, kebijakan perusahaan dan anggaran rumah tangga serta semua

informasi mengenai transaksi bisnis baik pencatatan, pengklasifikasian, dirangkum

dan dilaporkan dengan menggunakan database elektronik. Salah satu jenis teknologi

informasi yang sering digunakan oleh para professional dan direkomendasikan oleh

standar audit yaitu CAATs (Computer Assisted Audit Tools and Techniques) atau

teknik audit berbantuan computer (TABK).

Perkembangan ini dikatakan dramatis oleh Zhao et al (2004) karena mengubah

semua aspek lain dari persiapan, audit, dan menggunakan laporan keuangan.

Perubahan dan perkembangan teknologi informasi tersebut menjadi ancaman serius

terhadap fungsi audit. Banyak peristiwa ekonomi sekarang ditangkap, diukur, diakui,

dan dilaporkan secara elektronik, tanpa dokumentasi kertas. Rezaee et al. (2000)

mendefinisikan kondisi tersebut menjadi proses akuntansi baru RTA. RTA (Real-

Time Accounting) merupakan proses pembuatan informasi akuntansi secara cepat dan

akurat secara komputerise. Namun, meskipun teknologi informasi menyajikan

ancaman serius terhadap fungsi audit, juga menawarkan kesempatan bagi para

Profesional Audit untuk mengembangkan layanan baru yang berharga.

Teknik audit berbantuan komputer (computer assisted audit techniques/

CAAT) didefinisikan sebagai alat yang dibantu komputer yang memungkinkan

auditor untuk meningkatkan baik produktivitas mereka sendiri dan fungsi audit.

Teknik ini merupakan cara dimana auditor menggunakan komputer dalam sistem

informasi untuk mengumpulkan, atau membantu dalam pengumpulan bukti audit.

Perangkat komputer audit ini juga memungkinkan auditor untuk melakukan banyak

tugas yang sebelumnya secara manual intensif dengan cepat dan efisien,

memungkinkan penghematan waktu dan biaya (Zhao et al, 2004). Teknik audit

berbantuan komputer meliputi penggunaan komputer untuk secara langsung menguji

Page 19: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem e

pengendalian aplikasi atau biasa dikenal dengan auditing melalui komputer (auditing

through the computer) (Boynton, et al.2003).

Dengan munculnya RTA dan EDI maupun EDP menjadikan komputer

sebagai alat bantu utama dalam proses audit (Brodie, 1990). Penggunaan teknik audit

berbantuan komputer merupakan sesuatu yang istimewa karena biasanya teknik yang

digunakan oleh auditor tidak dibantu komputer. Melakukan audit tanpa menggunakan

teknologi informasi bukanlah sebuah pilihan mengingat semua informasi yang

dibutuhkan untuk melakukan audit berada di sistem komputer. Sementara dunia audit

yang kemungkinan akan terus bertumbuh seiring dengan perkembangan dunia

teknologi sistem informasi (Sayana. 2003). Penggunaan teknik audit berbantuan

komputer memungkinkan auditor meningkatkan produktivitas mereka dalam fungsi

audit (Zhao et al. 2004). Misalnya, seperti mengotomatisasi pengujian popuasi dan

pemilihan sampel transaksi memenuhi kriteria tertentu, memperoleh bukti dan

mengevaluasi keberadaan persediaan dan kelengkapan, sehingga meningkatkan

keandalan pemeriksaan (AICPA, 2006)

Penggunaan elektronik audit (e-audit) oleh BPK RI mulanya untuk

memanfaatkan adanya perkembangan teknologi yang terjadi dalam dunia audit. Pada

umumnya penggunaan e-audit ditujukan untuk melakukan perekaman, pengolahan,

pertukaran, pemanfaatan dan monitoring data yang bersumber dari berbagai pihak,

dalam rangka melakukan pemeriksaan atas pengolahan keuangan negara sebagai

implementasi BPK Sinergi melalui link and match. Diawali dengan mengidentifikasi

sumber informasi baik data keuangan maupun non keuangan apa saja dari lembaga

negara, kementerian, BUMN, BUMD dan lain-lain, yang diperlukan BPK. Kemudian

data tersebut diolah dan digunakan dalam proses pemeriksaan secara elektronis. Dari

hasil pengolahan tersebut, selanjutnya dipadukan dengan data dan informasi yang

diperoleh dari entitas yang dijadikan sebagai objek pemeriksaan.

Perangkat lunak audit menurut PSA No. 57 terdiri dari program komputer

yang digunakan oleh auditor, sebagai bagian prosedur auditnya, untuk mengolah data

audit yang signifikan dari sistem akuntansi entitas atau organisasi. Perangkat lunak

audit dapat terdiri dari:

a. Program paket (package programs) adalah program komputer yang

dirancang untuk melaksanan fungsi pengolahan data yang mencangkup

pembacaan file komputer, pemilihan informasi, pelaksanaan perhitungan,

Page 20: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem e

pembuatan file data, dan pencetakan laporan dalam suatu format yang

telah ditentukan oleh auditor.

b. Program yang dibuat dengan tujuan khusus (purpose-written programs)

adalah program komputer yang dirancang untuk melaksanakan tugas audit

dalam keadaan khusus. Program ini dibuat disiapkan oleh auditor, oleh

entitas, atau oleh programer khusus. Program entitas yang ada dalam

beberapa hal dapat digunakan oleh auditor dalam bentuk aslinya atau

dalam bentuk yang sudah dimodifikasi karena hal ini dapat lebih efisien

dibandingkan dengan jika program tersebut dikembangkan secara

independen.

c. Program utilitas (utility programs) adalah program yang digunakan oleh

entitas untuk melaksanakan fungsi pengolahan umum seperti

penyortasian, pembuatan, dan pencetakan file. Program ini umumnya

dirancang untuk tujuan audit dan, oleh karena itu mungkin tidka memiliki

kemampuan seperti perhitungan record secara otomatis (automatic record

count) atau total kontrol (control totals).

Dari adanya pengelompokan jenis perangkat lunak diatas dan dilihat dari

fungsi penggunaan e-audit yang ditujukan untuk melakukan perekaman, pengolahan,

pertukaran, pemanfaatan dan monitoring data yang bersumber dari berbagai pihak,

dalam rangka melakukan pemeriksaan atas pengolahan keuangan negara. Maka dapat

disimpulkan bahwa pelaksanaan proses pemeriksaan secara elektronik atau dalam hal

ini disebut sebagai e-audit merupakan gabungan dari ketiga jenis perangkat lunak.

Program paket disini dikondisikan bahwa e-audit sebagai implementasi BPK Sinergi

melalui link and match. Program dengan tujuan khusus menitik beratkan bahwa

pelaksanaan e-audit ditujukan untuk pemeriksaan atas pengelolaan dan

pertanggungjawaban keuangan negara. Sedangkan program utilitas berdasarkan

proses pengidentifikasi sumber informasi baik data keuangan maupun non keuangan

apa saja dari lembaga negara, kementerian, BUMN, BUMD dan lain-lain, yang

diperlukan BPK. Kemudian diolah dan dipadukan dengan data yang diperoleh dari

entitas.

Menurut PSA No. 57 menjelaskan tujuan dan lingkup audit pada penggunaan

teknik audit berbantuan komputer secara keseluruhan tidak mengalami perubahan

dalam lingkungan sistem informasi komputer (SIK). Namun, penggunaan suatu

komputer mengubah pengolahan, penyimpanan, dan komunikasi informasi keuangan

Page 21: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem e

dan dapat berdampak terhadap sistem akuntansi dan sistem pengendalian intern

entitas. Oleh karena itu, lingkungan SIK dapat berdampak terhadap:

a. Prosedur yang diikuti oleh auditor dalam pemerolehan pemahaman memadai

tentang sistem akuntansi dan sistem pengendalian intern.

b. Pertimbangan risiko bawaan dan risiko pengendalian yang digunakan oleh

auditor untuk penaksiran risiko.

c. Desain dan pelaksanaan pengujian pengendalian dan pengujian substantif

yang tepat dilakukan untuk memenuhi tujuan audit.

Pada waktu merencanakan audit, auditor harus mempertimbangkan suatu

kombinasi baik dari teknik audit secara manual dan teknik audit berbantuan komputer.

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penggunaan TABK sebagai berikut:

a. Pengetahuan, keahlian, dan pengalaman komputer yang dimiliki oleh auditor.

b. Tersedianya TABK dan fasilitas komputer yang sesuai.

c. Efektifitas dan efisiensi saat pelaksanaan.

Hal tersebut untuk dapat memaksimalkan penggunaan teknik audit berbantuan

komputer, auditor harus memiliki pengetahuan memadai tentang SIK untuk

merencanakan, mengarahkan, melakulkan supervisi, dan me-review pekerjaan yang

dilakukan. Keahlian minimum yang harus dimiliki oleh auditor atau stafnya dalam

melaksanakan audit di lingkungan sistem informasi komputer (SIK) adalah:

a. Pengetahuan dasar komputer dan fungsi komputer secara umum.

b. Pengetahuan dasar tentang sistem operasi (operating system) dan perangkat

lunak.

c. Pemahaman tentang teknik pengolahan file dan struktur data.

d. Kemampuan bekerja dengan perangkat lunak audit.

e. Kemampuan me-review sistem dokumentasi.

f. Pengetahuan dasar tentang pengendalian SIK untuk mengidentifikasi dan

mengevaluasi dampak penggunaan SIK terhadap operasi entitas.

g. Pengetahuan memadai dalam pengembangan perancangan audit dan supervisi

pelaksanaan ausit dalam lingkungan SIK.

h. Pemahaman dinamika perkembangan dan perubahan sistem dan program

dalam suatu entitas.

Sistem diterapkan di organisasi menjadi komponen dari organisasi bersama-

sama dengan manusia sebagai user. Manusia yang nantinya akan berinteraksi secara

langsung menggunakan sistem tersebut. Permasalahan yang sering terjadi sebuah

Page 22: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem e

sistem gagal diterapkan manusianya menolak atau tidak mau menggunakannya

dengan banyak alasan. Menolak menggunakan sistem adalah suatu perilaku

(behaviour). Sistem informasi dalam hal ini e-audit dapat diterima baik oleh para

pengguna dengan mempersiapkan sistem tersebut supaya pengguna mau berperilaku

menerima (Jogiyanto, 2007).

Merubah perilaku tidak dapat dilakukan secara langsung ke perilakunya, tapi

harus dilakukan melalui antesenden atau penentu atau penyebab perilaku tersebut.

Salah satu penentu atau antesenden dari perilaku pengguna adalah tingkat

kerpercayaan terhadap sistem tersebut. Dengan demikian, merubah perilaku dapat

dilakukan dengan merubah kepercayaan (beliefs) dari individual menjadi kepercayaan

(beliefs) yang positip untuk menerima sistem informasi yang diterapkan dalam hal ini

e-audit pada BPK RI (Jogiyanto, 2007).

2.5. Penelitian Terdahulu

Teori Penyatuan Penerimaan dan Penggunaan Teknologi (Unified Theory of

Acceptance and Use of Technology/ UTAUT)

Kehadiran teknologi informasi telah banyak merubah organisasi. Supaya

teknologi informasi dapat meningkatkan kinerja organisasi, teknologi ini harus dapat

diterima dan digunakan terlebih dahulu oleh pemakainya (user) (Jogiyanto, 2007).

Munculnya sistem elektronik audit (e-audit) untuk beradaptasi adanya perkembangan

teknologi yang terjadi dan diharapkan dapat lebih meningkatkan kinerja organisasi

terutama pada saat pelaksanaan audit.

Venkatesh, et al. (2003) mengkaji dari beberapa teori tentang penerimaan

teknologi oleh para pemakai sistem. Sebanyak delapan buah teori dikaji sebagai

berikut:

1. Teori tindakan beralasan (theory of reasoned action atau TRA).

2. Model penerimaan teknologi (technology acceptance model atau TAM).

3. Model motivasioanal (motivation model atau MM).

4. Teori perilaku rencanaan (theory of planned behaviour atau TPB).

5. Model gabungan TAM dan TPB (a model combining the technology

acceptance model and the theory of planned behaviour atau TAM+TPB)

6. Model pemanfaatan PC (model of PC utilization atau MPCU)

7. Teori divusi inovasi (innovation diffusion theory atau IDT)

Page 23: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem e

8. Teori kognitif sosial (social cognitive theory atau SCT)

Venkatesh, et al. (2003) kemudian menggunakan teori yang sudah ada

sebelumnya untuk mengembangkan sebuah model penggabungan baru yang

terintegrasi. Model gabungan (unified model) ini kemudian mereka sebut dengan

nama teori gabungan penerimaan dan penggunaan teknologi (Unified Theory of

Acceptance and Use of Technology) atau disebut dengan singkatannya yaitu UTAUT.

Setelah mengkaji dan membandingkan kedelapan model sebelumnya,

Venkatesh et al. (2003) mulai mencoba memformulasikan suatu teori UTAUT

tersebut sehingga menyimpulkan hasil sebagai berikut:

1. Untuk setiap model, paling sedikit satu konstruk signifikan di seluruh waktu

periode.

2. Konstruk yang selalu signifikan di setiap periode merupakan konstruk yang

mempunyai pengaruh paling besar, misalnya sikap (attitude) di model TRA

dan TPB, kegunaan persepsian (perceived usefulness) di TAM/TAM2 dan

TAM+TPB, motivasi ekstrinsik (extrinsic motivation) dan ekspektasi hasil

(outcome expectations) di SCT.

3. Beberapa konstruk pada awalnya signifikan, tetapi kemudian menjadi tidak

signifikan dengan berjalannya waktu. Konstruk-konstruk ini adalah kontrol

perilaku persepsian (perceived behavioral control) di TPB/DTPB dan

TAM+PB, kemudahan penggunaan persepsian (percieved behavioral control)

di TPB/DTPB dan TAM+PB, kemudahan penggunaan persepsian (perceived

ease of use) di TAM/TAM2, kerumitan (complexity) di MPCU, kemudahan

digunakan (ease of use) di IDT, dan keyakinan-sendiri (self-efficacy) dan

kecemasan (anxiety) di SCT.

4. Setting sukarela lawan mandatori mempunyai pengaruh yang signifikan pada

konstruk-konstruk yang berhubungan dengan pengaruh sosial, seperti misalnya

norma subyektif (subjective norm) di TPB/DTPB, TAM+TPB dan TAM2,

faktor-faktor sosial (social factors) di MPCU, dan image di IDT yang hanya

signifikan di implementasi-implementasi mandatori.

Dari beberapa variabel yang telah mengalami pengujian, Venkatesh (2003)

menteorikan empat konstruk yang dianggap mempunyai peran utama dalam

pengaruh-pengaruh langsung terhadap penerimaan pemakai dan perilaku

pemakaian. Keempat konstruk tersebut adalah :

Page 24: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem e

Ekspektansi kinerja (performance expectancy)

Didefinisikan pada penelitian Venkatesh et al (2003) sebagai seberapa

tinggi seseorang percaya atas penggunaan sistem akan membantu dirinya untuk

mendapatkan keuntungan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Sedangkan pada

penelitian Handayani (2005) mengartikan ekspektansi kinerja bahwa seseorang

individu akan menggunakan sistemr informasi apabila sistem tersebut dapat

membantunya untuk meningkatkan kinerja.

Konstruk yang digunakan dalam pembentukan variabel ekspektansi

kinerja dari hasil uji yang telah dilakukan Venkatesh et al (2003) kemudian

dipaparkan kembali oleh Hamzah (2009) diperoleh dari model-model

sebelumnya yaitu, perceived usefulness (TAM dan C-TAM-TPB), motivasi

ekstrinsik (MM), kesesuaian tugas atau job fit (MPCU), keuntungan relatif (IDT),

dan ekspektasi hasil (SCT).

Ekspektansi usaha (effort expectancy)

Merupakan tingkat kemudahan yang dihubungkan dengan penggunaan

suatu sistem informasi (Venkatesh et al, 2003). Menurut handayani (2005)

ekpektasi usaha merupakan tingkat kemudahan penggunaan sistem yang akan

dapat mengurangi upaya (tenaga dan waktu) individu dalam melakukan

perkerjaannya. Hal ini berarti pekerjaan yang menggunakan sistem informasi

lebih mudah dari pada dengan manual.

Sementara pada penelitian Hamzah (2009) menjelaskan bahwa

kemudahan penggunaan sistem infromasi akan menimbulkan perasaan dalam diri

seseorang bahwa sistem itu mempunyai kegunaan sehingga menimbulkan

kenyamanan bagi penggunanya. Terdapat tiga konstruk pada penelitian

Venkatesh (2003) yang digunakan untuk membentuk variabel ekspektasi usaha

yaitu persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use), kemudahan

penggunaan (ease of us), dan kompleksitas.

Pengaruh sosial (social influance)

Pengaruh sosial diartikan sebagai tingkat dimana individu menganggap

bahwa orang lain meyakinkan dirinya dalam penggunaan sistem yang baru

(Handayani, 2005 dan Hamzah, 2009). Sedangkan Venkatesh (2003) dalam

Page 25: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem e

penelitiannya menjelaskan bahwa pengaruh sosial dinilai sebagai sejauh mana

seorang invidu mempersepsikan kepentingan yang dipercaya oleh orang lain yang

akan mempengaruhi untuk menggunakan sistem.

Variabel pengaruh sosial dalam teoti UTAUT (Venkatesh et al, 2003)

terdiri dari tiga konstruk dari model penelitian tentang penggunaan sistem

informasi sebelumnya yaitu norma subyektif (TRA, TAM, TPB, dan C-TAM-

TPB), faktor-faktor sosial (MPCU), dan image (IDT). Ketiga variabel utama ini

dijadikan sebagai penentu terhadap minat pemanfaatan sistem informasi.

Kondisi yang memfasilitasi (facilitating conditions)

Variabel ini didefinisikan oleh Venkatesh (2003) sebagai sejauh mana

seseorang percaya bahwa infrastruktur yang dimiliki oleh organisasi dan fasilitas

teknik lainnya telah tersedia untuk mendukung penggunaan sistem. Pada

penelitian Hamzah (2009) ditambahkan bahwa dalam konteks pemanfaatan

teknologi informasi, ketentuan-ketentuan yang mendukung pengguna adalah

merupakan bentuk kondisi yang memfasilitasi yang akan mempengaruhi

pemanfaatan sistem informasi.

Variabel kondisi yang memfasilitasi dalam teori UTAUT (Venkatesh et

al, 2003) dibangun dari konstruk-konstruk model sebelumnya yaitu, perceived

behavioral control (TPB, C-TAM-TPB), facilitating condition (MPCU), dan

compability (IDT).

Model Penelitian UTAUT

Page 26: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem e

Gambar 2.1. Model Penelitian UTAUTSumber: Venkatesh et al.,(2003)

Ketiga konstruk lainnya yang digunakan tetapi tidak digambarkan dalam

model UTAUT karena diteorikan bukan sebagai pengaruh-pengaruh langsung ke

minat. Penelitian Venkatesh (2003) menggunakan variabel moderasi antara lain

adalah gender, umur (age), kesukarelaan (voluntariness), dan pengalaman

(experience). Adapun variabel tersebut adalah:

Kecemasan (Anxiety)

Kecemasan mengenai lingkungan komputer pada teori kognitif sosial

yang digambarkan oleh Jogiyanto (2007) diekspektasikan berhubungan negatif

dengan penggunaan komputer. Tidak mengherankan, karena orang-orang

diharapkan menghindari perilaku yang menimbulkan perasaan cemas. Dari

penelitian Compeua et al (1999) menemukan hubungan kuat antara kecemasan

dengan penggunaan teknologi.

Variabel kecemasan pada model UTAUT (Venkatesh et al, 2003)

dikeluarkan dengan alasan pada penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa

kecemasan secara konsep dan empiris berbeda dengan ekspektasi usaha sehingga

dimodelkan sebagai penentu tidak langsung dari niat yang dimediasi oleh

perceived ease of use. Dengan adanya variabel ekspektansi usaha (effort

expectancy) maka kecemasan (anxiety) bukan faktor penentu signifikan terhadap

niat.

Keyakinan Sendiri (Self-Efficacy)

Keyakinan sendiri merupakan persepsi individual terhadap kemudahan

atau kesulitan dalam melakukan perilaku atau keyakinan terhadap kemampuan

sendiri untuk melakukannya (Ajzen, 2002). Pertimbangan keyakinan sendiri

diyakini mempengaruhi ekspektasi-ekspektasi hasil (outcomes expectations)

karena seseorang mengharapkan hasil (outcome) diperoleh terutama dari

Page 27: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem e

pertimbangan-pertimbangan seberapa baik seseorang dapat melakukan perilaku

yang dituntut (Bandura, 1978). Bandura (1986) mengartikan keyakinan sendiri

sebagai sebuah pertimbangan manusia tentang kemampuannya untuk

mengorganisasikan dan melakukan sekumpulan kegiatan yang dibutuhkan untuk

mendapatkan kinerja yang direncanakan. Ini berhubungan bukan dengan keahlian

yang dimiliki seseorang tetapi lebih ke pertimbangan-pertimbangan apakah

seseorang dapat melakukan dengan keahlian apapun yang dimilikinya.

Pada model UTAUT yang diterapkan oleh Venkatesh (2003) variabel

keyakinan sendiri diabaikan karena dianggap sebagai penentu tidak langsung dari

niat yang dimediasi oleh perceived ease of use. Seperti halnya yang dijelaskan

pada penelitian Porter dan Lawler (1968) yang menyatakan bahwa konsep

keyakinan sendiri walaupun mewakili suatu persepsi yang unik, tetapi sebenarnya

mirip dengan sejumlah konstruk-konstruk motivasional lainnya, seperti misalnya

ekspektasi usaha-kinerja (effort-performance expectancy), locus of control, dan

self-esteem. Jadi dengan adanya ekspektasi usaha, variabel keyakinan sendiri

tidak menunjukkan signifikansi terhadap niat.

Sikap Terhadap Penggunaan Teknologi (Attitude Toward Using Technology)

Didefinisikan sebagai reaksi perasaan menyeluruh dari individual untuk

menggunakan suatu sistem (Jogiyanto, 2007 dan Venkatesh, 2003). Model Teori

tindakan beralasan (theory of reasoned action atau TRA) menjadikan sikap

terhadap perilaku (attitude towards behavior) sebagai prediktor terhadap niat

(Ajzen dan Fisbein, 1980). Selanjutnya Jogiyanto (2007) menambahkan bahwa

kepercayaan perilaku ditentukan oleh evaluasi terhadap hasil yang dihubungkan

dengan perilaku dan juga ditentukan oleh kekuatan dari organisasi maupun

instansi yang bersangkutan.

Terdapat empat konstruk dari penelitian sebelumnya yang digunakan

untuk pembentukan variabel sikap terhadap penggunaan teknologi yaitu: sikap

terhadap perilaku (TRA, TPB, C-TAM-TPB), motivasi intrinsik (MM), affect

toward use (MPCU), dan perasaan (SCT) (Venkatesh, 2003). Dengan memeriksa

keempat konstruk ini, terbukti bahwa semuanya mengarah ke kesukaan,

kesenangan, dan kebahagiaan seseorang yang berhubungaan dengan penggunaan

teknologi (Jogiyanto, 2007).

Page 28: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem e

2.6. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis

2.6.1. Pengaruh Ekspektansi Kinerja Terhadap Minat Pemanfaatan Sistem

Elektronik Audit (e-audit)

Penelitian Venkatesh et al., (2003) mendefinisikan ekpektansi kinerja

sebagai sejauh mana seseorang individu percaya bahwa menggunakan sistem

akan membantu mencapai tujuannya dna meningkatkan kinerjanya. Dalam

teori UTAUT kinerja membangun harapan dalam mungukur sejauh mana

penerimaan teknologi akan berdampak pada kinerja individu (Curtis dan

Payne, 2008). Sebagai contoh, auditor mungkin percaya bahwa

menggunakan TABK akan membantu mereka dalam pelaksanaan audit

dilapangan serta dapat meningkatkan pengendalian dan pengujian substantif

audit secara efisien dan efektif (Javrin et al., 2008).

Konsep ekspektansi kinerja menggambarkan manfaat sistem bagi para

pemakainya yang berkaitan dengan perceived usefulness, motivasi ekstrinsik,

job fit, keuntungan relatif (relative advatage) (Venkatesh et al, 2003 dan

Handayani, 2005). Perceived usefulness mempunyai hubungan yang lebih

kuat dan konsisten dengan sistem informasi (Davis, 1989). Pada penelitian

Taylor dan Todd (1995) dan Venkatesh dan Davis (2000) menunjukkan hasil

yang mendukung bahwa perceived usefulness merupakan faktor penentu

yang signifikan terhadap kemauan individu untuk menggunakan sistem.

Venkatesh et al., (2003) berpendapat bahwa konstruk ekspektansi

kinerja merupakan prediktor yang kuat dari minat pemanfaatan sistem

informasi dalam setting sukarela maupun wajib. Hal tersebut didukung

dengan adanya hasil dari penelitian saat ini yang dilakukan oleh Handayani

(2005), Curtis dan Payne (2008), Javrin et al., 2008, Sundaravej. (2010),

Moran et al. (2010), Hasyim (2010).

Pada penelitian Handayani (2005) mengemukakan terdapat hubungan

positif signifikan ekspektansi kinerja terhadap minat pemanfaatan sistem

informasi. Hal serupa diungkapkan pada penelitian Curtis dan Payne (2008)

dan Javrin et al, (2008) yang meneliti penggunaan model UTAUT pada

penerapan Computer-Assisted Audit Tools and Techniques (CAATs) atau

biasa dikenal sebagai Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK). Hasil

dari penelitian tersebut yaitu menyatakan bahwa ekspektansi kinerja sebagai

Page 29: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem e

faktor yang kuat bagi para auditor baik pada minat maupun penggunaan

TABK.

Ekspektasi kinerja pada kegunaan teknologi merupakan prediktor

tunggal yang paling signifikan pada penggunaan teknologi untuk kedokteran

(Chau dan Hu 2002), dalam sebuah organisasi (Venkatesh et al, 2003) dan

dalam akuntansi (Bedard et al, 2003 serta Loras dan Wolfe, 2006).

Berdasarkan uraian tersebut dan beberapa penelitian diharapkan ekspektasi

kinerja pada UTAUT dapat menjadi predictor kuat pada niat penggunaan e-

audit bagi para auditor di BPK RI.

H1 : Ekspektasi Kinerja (Performance Expectation) mempunyai

pengaruh positif signifikan pada minat penggunaan sistem

informasi E-Audit.

2.6.2. Pengaruh Ekspentansi Usaha Terhadap Minat Pemanfaatan Sistem

Elektronik Audit (e-audit)

Ekspektansi Usaha (effort expectancy) merupakan sebuah konsep yang

menyatukan setiap ide dari kemudahan dalam penggunaan teknologi dan

kompleksitas serta merupakan prediktor signifikan niat perilaku untuk

menggunakan teknologi dalam UTAUT (Curtis dan Payne, 2008). Hasil

penelitian Davis et al., (1989) menyatakan bahwa kemudahan pemakaian

mempunyai pengaruh terhadap penggunaan sistem informasi. Venkatesh dan

Davis (2000) mengutarakan bahwa kemudahan penggunaan sistem informasi

akan menimbulkan perasaan dalam diri seseorang bahwa dengan

menggunakan sistem tersebut akan memiliki kegunaan dan terciptanya rasa

nyaman.

Pada Penelitian Chau dan hu (2002) yang diterapkan di dunia kedokteran

menjelaskan bahwa konstruk ini sangat cocok karena terdapat dukungan

dalam penggunaan di percaya bagi seseorang yang memiliki kemampuan

belajar lebih tinggi atau seorang professional. Dalam dunia audit telah

berkembang program pelatihan perangkat lunak untuk professional audit serta

kelompok yang mendukung penggunaan TI. Bisnis di bidang auditor dan

akuntansi cenderung melibatkan satu atau lebih program computer.

Ekspektasi usaha merupakan sebagai penentu signifikan niat untuk

mengadopsi teknologi audit (Curtis dan Payne, 2008). Dalam konteks

Page 30: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem e

penelitian yang dilakukan oleh Curtis dan Payne (2008) auditor tidak hanya

harus belajar bagaimana menggunakan perangkat lunak, tetapi juga harus

menerapkannya. Hasil penelitian tersebut didukung dengan adanya penelitian

dari Moran et al, (2010) dan Sundravej (2010) yang menyatakan bahwa

ekspektasi usaha memliki pengaruh positif dalam niat penggunaan teknologi.

Dengan demikian diharapkan ekspektasi usaha pada UTAUT dapat menjadi

prediktor kuat pada niat penggunaan e-audit bagi para auditor di BPK RI.

H2 : Ekspektasi Usaha (Effort Expectation) mempunyai pengaruh

positif signifikan pada minat penggunaan sistem informasi E-

Audit.

2.6.3. Pengaruh Sosial Terhadap Minat Pemanfaatan Sistem Elektronik

Audit (e-audit)

Pengaruh sosial menganggap bahwa orang lain memberikan pengaruh lebih

untuk meyakinkan dirinya dalam menggunakan system baru. Pada

lingkungan tertentu penggunaan system informasi akan meningkatkan status

seseorang di dalam system sosial (Moore dan Bendasat, 1991). Menurut

Hasyim (2009) pengaruh sosial merupakan internalisasi individu dari

kelompok budaya subyektif dan kesepakan interpersonal yang telah dijalin

dengan individu lain dalam situasi sosial tertentu.

Pengaruh sosial bekerja melalui tiga mekanisme yaitu internalisasi dan

identifikasi mengubah struktur keyakinan individu, dan kepatuhan mengubah

niat (Venkatesh et al, 2003). Dalam lingkungan akuntansi public, pengaruh

sosial biasanya berasal dari rekan kerja dan atasan (Curtis dan Payne, 2008).

Dalam konteks audit, diharapkan bahwa sejauh mana auditor merasa bahwa

manajer mendukung secara langsung penggunaan teknik audit berbantuan

komputer (TABK/CAATs) dapat mempengaruhi pengadopsian teknologi

(Javrin, 2008). Hal ini didukung dengan pernyataan pada penelitian Looras

dan Wolfe (2006) bahwa dukungan dirasakan dari orang lain dan dorongan

supervisor dikaitkan dengan niat untuk menggunakan teknologi.

Venkatesh et al (2003) menyatakan bahwa pengaruh sosial tidak signifikan

dalam konteks sukarela, tetapi menjadi penting ketika penggunaan sebuah

system diamanatkan. Penggunaan e-audit pada BPK RI baik di pusat maupun

perwakilan daerah provinsi Jawa Timur telah dijadikan sesuatu yang wajib

Page 31: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem e

untuk mewujudkan BPK sinergi. Dengan demikian diharapkan pengaruh

sosial pada UTAUT dapat menjadi prediktor kuat pada minat pemanfaatan

e-audit bagi para auditor di BPK RI.

H3 : Pengaruh Sosial (Sosial Influence) mempunyai pengaruh

positif signifikan pada minat penggunaan sistem informasi E-

Audit.

2.6.4. Pengaruh Kondisi Yang Memfasilitasi Terhadap Minat Pemanfaatan

Sistem Elektronik Audit (e-audit)

Kondisi yang memfasilitasi diartikan sejauh mana seseorang percaya bahwa

infrastruktur organisasional dan teknikal tersedia untuk mendukung sistem

(Venkatesh et al, 2003). Penggunaan sebuah sistem pada umumnya harus ada

dukungan dari pihak terkait semisal mengadakan sosialisasi terlebih dahulu

sebelum sistem tersebut diterapkan. Adanya sosialisasi ini bertujuan untuk

mengenalkan sistem baru yang diterapkan pada satu organisasi maupun

perusahaan yang nantinya diharapkan dapat memudahkan bagi pihak-pihak

yang menggunakan sistem tersebut.

Dalam konteks audit menurut Mahzan (2008) dalam penelitiannya yang

terpenting yaitu, kecukupan informasi tentang sistem CAATs yang akan

digunakan, serta dukungan dari vendor atau software penyedia dan dukungan

dari manajemen puncak dalam organisasi mereka (CICA, 1994). Hal tersebut

dimaksudkan karena individu tidak hanya harus menggunakan perangkat

lunak dalam pelaksanaan audit mereka, tetapi biasanya juga menerapkannya.

Dukungan teknis serta pelatihan pada penggunaan perangkat lunak akan

menjadi lebih penting dalam konteks ini (Curtis dan Payne, 2008).

Kondisi yang memfasilitasi merupakan penentu niat untuk mengadopsi

teknologi audit. Ini berbeda dari hasil yang ditemukan dalam penelitian

UTAUT sebelumnya yang berhubungan dengan medis oleh Chau dan Hu

(2002). Perbedaan ini terjadi karena pada penelitian Chau dan Hu (2002)

dilakukan pada dunia kedokteran yang belum mewajibkan atas penggunaan

system. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Curtis dan Payne (2008),

serta Javrin (2008) di lingkungan auditor, telah mewajibkan penggunaan

TABK.

Page 32: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem e

Penerapan e-audit pada BPK dilaksanakan dengan mandatory sebagai sebuah

kewajiban dalam rangka mewujudkan BPK sinergi untuk menigkatkan

kualitas pemeriksaan, pengelolaan, dan pertanggungjawaban keuangan

negara. Dengan ini diharapkan kondisi yang memfasilitasi dapat menjadi

prediktor kuat pada minat pemanfaatan e-audit pada BPK RI perwakilan Jawa

Timur.

H4 : Pengaruh kondisi yang memfasilitasi (Facilitating Condition)

mempunyai pengaruh positif signifikan pada minat

penggunaan sistem informasi E-Audit.

2.6.5. Pengaruh Kecemasan Penggunaan Komputer Terhadap Minat

Pemanfaatan Sistem Elektronik Audit (e-audit)

Kecemasan dalam penggunaan komputer (computer anxiety) merupakan

tingkat reaksi emosional yang terkait dengan penggunaan sistem tertentu

(Venkatesh. Et al, 2003 dan Sudaravej, 2010). Ruang lingkup definisi anxiety

pada penelitian Robert (1995) adalah tidak terbatas dan sangat luas.

Sedangkan menurut Arief (2005), kecemasan pada penggunaan komputer

menimbulkan dua hal yaitu fear (takut) dab antisipasi. Fear merupakan

ketakutan individu terhadap komputer karena mereka belum menguasai

sehingga belum mendapat manfaat dengan kehadiran komputer. Dengan

adanya rasa takut dalam menggunaan komputer tersebut menimbulkan

perilaku seseorang untuk melakukan antisipasi terhadap kecemasan tersebut.

Istilah kecemasan komputer menurut Igbaria (2004) merupakan sebuah

tendensi dari individual yang menimbulkan rasa khawatir, gelisah, atau

cemas untuk menggunakan komputer saat ini atau di masa mendatang. Dalam

penelitian Venkatesh (2003) variabel ini bukan merupakan penentu dari niat

penggunaan teknologi dikarenakan sudah terdapat variabel ekspektasi usaha.

Secara konsep dan empiris kecemasan berbeda dengan ekspektasi usaha

sehingga dimodelkan sebagai penentu tidak langsung dari niat yang dimediasi

oleh perceived ease of use. Dengan adanya variabel ekspektansi usaha (effort

expectancy) maka kecemasan (anxiety) bukan faktor penentu signifikan

terhadap niat. (Venkatesh, 2003).

Kecemasan komputer ditujukan sebagai reaksi negatif yang berpengaruh

terhadap penggunaan dan kepua

Page 33: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem e

san sistem informasi (Fagan, 2003). Banyak penelitian yang menghubungkan

antara kecemasan komputer dengan penggunaan komputer. Kecemasan

komputer menunjukkan sebagai prediktor yang signifikan dari penggunaan

komputer (Howard dan Mendelow, 1991) dan penerimaan komputer

(McElory, 2007). Hal ini didukung oleh penelitian oleh Compeua et al (1999)

dan Sundaravej (2010) yang menemukan hubungan kuat antara kecemasan

dengan penggunaan teknologi.

Penggunaan sistem yang baru biasanya menimbulkan unsur kecemasan bagi

pemakainya itu disebabkan pengalaman yang berbeda pada masing-masing

individu dalam memahaminya. Pelaksanaan penggunaan e-audit pada BPK

merupakan sesuatu yang baru yang mengakibatkan para auditornya harus

beradaptasi yang dulunya menginput data audit secara manual sekarang

diwajibkan secara komputerise menggunakan sistem e-audit. Variabel ini

digunakan sebagai prediktor untuk mengukur sebearapa tinggi tingkat

kecemasan yang mempengaruhi niat penggunaan e-audit.

H5 : Pengaruh kondisi yang memfasilitasi (Facilitating Condition)

mempunyai pengaruh positif signifikan pada minat penggunaan

sistem informasi E-Audit.

2.6.6. Pengaruh Kemampuan Individu Dalam Penggunaan Komputer

Terhadap Minat Pemanfaatan Sistem Informasi E-Audit

Kemampuan individu (self efficacy) mencerminkan kepercayaan individu

yang mempunyai kemampuan untuk melakukan perilaku tertentu (Bandura,

1986). Self efficacy yang dirasakan seseorang, memainkan peran penting

dalam memengaruhi motivasi dan perilaku (igbaria dan Livari, 1995)

Karakteristik kunci dari konstruk self efficacy yaitu komponen keahlian

(skill), dan kemampuan (ability) dalam hal mengorganisir dan melaksanakan

suatu tindakan (Compeau et al, 1995).

Dalam hal penggunaan komputer, computer self efficacy menggambarkan

persepsi individu mengenai kemampuannya dari masing-nasing individu

pada penggunakan komputer untuk menyelesaikan tugas-tugas seperti

menggunakan software untuk analisis data dan mengolah data. Hasil dari

penelitian Compeau et al (1995) menunjukkan, bahwa terdapat tiga faktor

Page 34: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem e

yang memengaruhi computer self efficacy, yaitu dorongan dari pihak lain

(pengaruh lingkungan dan kelompok), pihak lain sebagai pengguna, dan

dukungan.

Dorongan dari pihak lain lebih mengacu pada kelompok dan menggunakan

persuasi verbal. Faktor kedua seorang individu dapat meningkatkan

kemampuan menggunakan komputer karena dipengaruhi oleh individu

disekitar. Pada faktor yang terakhir mengacu menitik beratkan terhadap

dukungan dari sebuah organisasi baik melalui program peningkatan

kemampuan dan persepsi kemampuan diri bagi pengguna komputer.

Variabel computer self efficacy telah digunakan

H6 : Pengaruh kemampuan individu dalam penggunaan komputer

(computer self efficacy) mempunyai pengaruh positif signifikan

pada minat penggunaan sistem informasi E-Audit.

2.6.7. Pengaruh Sikap Terhadap Penggunaan Teknologi Terhadap Minat

Pemanfaatan Sistem Elektronik Audit (e-audit)

2.6.8.

Page 35: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem e

Penelitian ini merupakan penelitian yang akan menguji kembali model UTAUT yang

dikemukakan oleh Venkatesh et al, (2003), Handayani (2005), Curtis dan Payne (2008),

Hasyim (2009), Moran et al., (2010), dan Sundravej (2010). Adapun beberapa perbedaan

penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:

-

Alter, Steven. 1992.Information Systems: A Management Perspective. Addison-Wesley.

American Institute of Certified Public Accountants (AICPA). 2001. The Effect of

Information Technology on the Auditor’s Consideration of Internal Control in a

Financial Statement Audit. Statement of Auditing Standards No. 94. New York NY:

AICPA.

Andayani, Wuryan. 2000. Audit Internal. BPFE UGM. Yogyakarta.

Arens, Alvin A. dan James Loebbecke. 2000. Auditing: An Integrated Approach. Prentice

Hall International.

Annisa, Fitri dan Harris, Lutfi. 2011.Deteksi Indikasi Fraud Dengan Teknologi Audit. SNATI

2011. Yogyakarta

Budi Sutedjo Dharma Oetomo. 2006. Perencanaan dan Pembangunan Sistem Informasi.

Yogyakarta, Andi

Bodnar, George H., dan William S. Hopwood. 2001. Accounting Information System. New

Jersey: Prentice-Hall Inc.

Compeau, Deborah R. and C.A. Higgins (1995), “Computer Self Efficacy: Development of

Measure and Initial Test”, MIS Quartely, Vol.19, No.12

Curtis, M.B., and E.A. Payne. 2008. An examination of contextual factors and individual

characteristics affecting technology implementation decisions in auditing.

International Journal of Accounting Information Systems 9 (June)

Page 36: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem e

Curtis, M.B., and E.A. Payne. 2008. Can the Unified Theory of Acceptance and Use of

Technology Help Us Understand the Adoption of Computer-Aided Audit Techniques

by Auditors? International Journal of Accounting Information Systems 8 (December)

Gondodiyoto, S. (2007). Audit Sistem Informasi + Pendekatan COBIT. Edisi Revisi. Mitra

Wacana Media. Jakarta.

Handayani.2005.

Hasyim.2010.

Javrin, Jordan, Bierstaker. 2008. Auditor Acceptance Of Computer-Assisted Audit

Techniques. International Journal of Accounting Information Systems 8 (December).

Laudon, Kenneth C. Laudon, Jane P.2007:42.Sistem Informasi Manajemen. Palgrave,

Basingstoke.

Kustono, Alwan Sri. 2000. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Penerimaan

Implementasi Sistem Informasi Baru. Media Akuntansi. Artikel hal XI-XIII : Mei

Kwie Tjie, Poei.2001.Peranan Teknologi Informasi Dalam Peningkatan Kinerja Proses

Audit Pada Kantor Akuntan Publik.Universitas Bina Nusantara : Jakarta

O’Brein, James A., (2005), Pengantar Sistem Informasi, Salemba 4, Jakarta.

PSA No. 59 Teknik Audit Berbantuan Komputer

Ron Webber.1999.Information System Control and Audit. The University Of

Queensland:Prentice-Hall Inc.

Sayana, S. Anantha. 2003. Using CAATs toSupport IS Audit , Information Systems Control

Journal, Volume 1, 2003, ISACA, Ilinnois.

Sundaravej, Thanaporn.2010.Empirical Validation Of Unified Theory Of Acceptance and Use

Of Technology Model.University of Missouri : Saint Louis.

Venkantesh, Moris, M.G., Davis, G.B., and Davis F.D., 2003, “User Acceptance Of

Technology: Toward a Unified View,” MIS Querterly, Vol.27, No.3, September,

pp.425-475.

Zhao, N., D.C. Yen, and I. Chang. 2004. Auditing in the e-commerce era. Information

Management & Computer Security 12 (5): 389-400.

(http://www.antaranews.com/berita/1310171049/e-bpk-e-auditee-kurangi-praktik-kkn-sistemik/2011)