12
154 Analisis Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya Terhadap Kejadian Stunting Pada Anak Sekolah Dasar Di Kabupaten Aceh Jaya Analysis of Socio Economic and Cultural Factors on Stunting Events in Primary School Students in Aceh Jaya Regency Hayana Mursalin*, Hermansyah ** , Asnawi Abdullah *** *Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Aceh Jl. Kampus Muhammadiyah, Batoh Banda Aceh Indonesia Email: [email protected] Abstrak :. Kabupaten Aceh Jaya merupakan salah satu kabupaten di wilayah Aceh dengan prevalensi stunting yang cukup tinggi. Penelitian ini akan mengkaji hubungan faktor sosial ekonomi dan budaya terhadap kejadian stunting pada anak sekolah dasar di Kabupaten Aceh Jaya. Penelitian ini menggunakan desain case control. Populasi kasus adalah anak sekolah kelas IV, V, dan VI yang mengalami stunting sebanyak 42 orang, sedangkan kontrol adalah semua siswa yang tidak stunting. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 84 orang siswa sekolah dasar. Hasil penelitian diketahui faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting adalah pendidikan ibu (OR=3,1; 95% CI :1,2-7,8), pendidikan ayah (OR=3.25 ;95% CI : 1.3-7.9) jumlah anggota keluarga (OR=3,3; 95% CI :1,3-8.7), pengetahuan (OR=3,5; 95% CI :1,3-9.3), kebiasaan makan (OR=3,2; 95% CI :1,3-8.1) dan pola asuh (OR=5.9; 95% CI :2.3-15.6). Faktor dominan terhadap kejadian stunting adalah pendapatan (OR= 4,9; 95% CI: 1.6-12.2) dan pola asuh (OR= 5; 95% CI: 1.8-14.0). Perlu ditingkatkan penyuluhan gizi pada ibu rumah tangga, agar tingkat pengetahuan ibu meningkat dan mampu serta mau memperbaiki pola makan keluarga Kata Kunci : Sosial, ekonomi, budaya, stunting Abstract. Aceh Jaya District is one of the districts in Aceh with a high prevalence of stunting. This study examines the relationship of socio-economic and cultural factors to the occurrence of stunting in primary school students in Aceh Jaya District. The research is an observational analytic research using case control design. The case population was 42 students with stunting from 4 th , 5th, and 6th graders, while the controls were all students without stunting. The number of samples in this study was 84 students The result of the research indicated that factors related to stunting incidence were maternal education (OR = 3,1, 95% CI: 1,2-7,8), father education (OR = 3.25, 95% CI: 1.3-7.9), family member number (OR = 3.3, 95% CI: 1.3-8.7), knowledge (OR = 3,5; 95% CI: 1.3-9.4), eating habits (OR = 3.2; 95% CI: 1,2-8.1), and nurturing pattern (OR = 5.9; 95% CI: 2.3-15.6). The dominant factor to the stunting event was income (OR = 4,9; 95% CI: 1.6-12.2) and nurturing pattern (OR = 5; 95% CI: 1.8-14.0). The conclusions of the study is that respondents with low mother’s and father’s education, low family income, large family members, low knowledge level, bad eating habits Keywords: Social, economic, cultural, stunting

Analisis Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya Terhadap ...nasuwakesaceh.ac.id/gudang/file/pdf/jurnal-pdf-BfeumMj7CNIm5Hpg.pdf · ekonomi dan budaya terhadap kejadian stunting pada anak

  • Upload
    leduong

  • View
    226

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Analisis Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya Terhadap ...nasuwakesaceh.ac.id/gudang/file/pdf/jurnal-pdf-BfeumMj7CNIm5Hpg.pdf · ekonomi dan budaya terhadap kejadian stunting pada anak

154

Analisis Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya Terhadap Kejadian Stunting

Pada Anak Sekolah Dasar Di Kabupaten Aceh Jaya

Analysis of Socio Economic and Cultural Factors on Stunting Events in Primary

School Students in Aceh Jaya Regency

Hayana Mursalin*, Hermansyah**, Asnawi Abdullah***

*Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Universitas Muhammadiyah Aceh

Jl. Kampus Muhammadiyah, Batoh Banda Aceh – Indonesia

Email: [email protected]

Abstrak:. Kabupaten Aceh Jaya merupakan salah satu kabupaten di wilayah Aceh dengan

prevalensi stunting yang cukup tinggi. Penelitian ini akan mengkaji hubungan faktor sosial

ekonomi dan budaya terhadap kejadian stunting pada anak sekolah dasar di Kabupaten Aceh

Jaya. Penelitian ini menggunakan desain case control. Populasi kasus adalah anak sekolah

kelas IV, V, dan VI yang mengalami stunting sebanyak 42 orang, sedangkan kontrol

adalah semua siswa yang tidak stunting. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 84

orang siswa sekolah dasar. Hasil penelitian diketahui faktor yang berhubungan dengan

kejadian stunting adalah pendidikan ibu (OR=3,1; 95% CI :1,2-7,8), pendidikan ayah

(OR=3.25 ;95% CI : 1.3-7.9) jumlah anggota keluarga (OR=3,3; 95% CI :1,3-8.7),

pengetahuan (OR=3,5; 95% CI :1,3-9.3), kebiasaan makan (OR=3,2; 95% CI :1,3-8.1) dan

pola asuh (OR=5.9; 95% CI :2.3-15.6). Faktor dominan terhadap kejadian stunting adalah

pendapatan (OR= 4,9; 95% CI: 1.6-12.2) dan pola asuh (OR= 5; 95% CI: 1.8-14.0). Perlu

ditingkatkan penyuluhan gizi pada ibu rumah tangga, agar tingkat pengetahuan ibu meningkat

dan mampu serta mau memperbaiki pola makan keluarga

Kata Kunci : Sosial, ekonomi, budaya, stunting

Abstract. Aceh Jaya District is one of the districts in Aceh with a high prevalence of

stunting. This study examines the relationship of socio-economic and cultural factors

to the occurrence of stunting in primary school students in Aceh Jaya District. The

research is an observational analytic research using case control design. The case

population was 42 students with stunting from 4th, 5th, and 6th graders, while the

controls were all students without stunting. The number of samples in this study was

84 students The result of the research indicated that factors related to stunting

incidence were maternal education (OR = 3,1, 95% CI: 1,2-7,8), father education

(OR = 3.25, 95% CI: 1.3-7.9), family member number (OR = 3.3, 95% CI: 1.3-8.7),

knowledge (OR = 3,5; 95% CI: 1.3-9.4), eating habits (OR = 3.2; 95% CI: 1,2-8.1),

and nurturing pattern (OR = 5.9; 95% CI: 2.3-15.6). The dominant factor to the

stunting event was income (OR = 4,9; 95% CI: 1.6-12.2) and nurturing pattern (OR =

5; 95% CI: 1.8-14.0). The conclusions of the study is that respondents with low

mother’s and father’s education, low family income, large family members, low

knowledge level, bad eating habits

Keywords: Social, economic, cultural, stunting

Page 2: Analisis Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya Terhadap ...nasuwakesaceh.ac.id/gudang/file/pdf/jurnal-pdf-BfeumMj7CNIm5Hpg.pdf · ekonomi dan budaya terhadap kejadian stunting pada anak

155 Analisis Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya terhadap Kejadian Stunting …

PENDAHULUAN

Stunting (pendek) atau kurang gizi

kronik adalah suatu bentuk lain dari

kegagalan pertumbuhan. Anak yang

mengalami stunting terlihat memiliki

badan normal yang proporsional,

sebenarnya tinggi badannya lebih

pendek dari tinggi badan normal yang

dimiliki anak seusianya 1.

Kejadian Stunting menurut hasil

Riskesdas tahun 2013, prevalensi

pendek secara nasional adalah 37,2%,

yang menunjukkan adanya peningkatan

dibandingkan tahun 2010 (35,6%) dan

2007 (36,8%). Prevalensi stunting di

Indonesia lebih tinggi daripada negara-

negara lain di Asia Tenggara, seperti

Myanmar (35%), Vietnam (23%), dan

Thailand (16%) 2.

Menurut Riskesdas Provinsi Aceh

pada tahun 2013 prevalensi stunting di

Provinsi Aceh adalah 34,3% yang

terdiri dari 12,9% sangat pendek dan

21,4% pendek, sedangkan di Kabupaten

Aceh Jaya prevalensi stunting mencapai

30,5%, yang terdiri dari 13% sangat

pendek dan 17,5% pendek 3

Prevalensi kejadian stunting di

Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2016

adalah (13,8%). Puskesmas Lhok Kruet

merupakan puskesmas dengan jumlah

balita dengan kategori stunting

terbanyak yaitu 362 balita (43,1%),

kemudiaan di ikuti oleh Puskesmas

Panga sebanyak 110 (17,4%) dan

Puskesmas Lageun sebanyak 135

(18,8%).

Stunting berkaitan dengan

berbagai faktor antara lain faktor sosial

ekonomi dan budaya, untuk itu penting

melakukan penelitian mengenai

hubungan sosial ekonomi dan budaya

terhadap kejadian stunting

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis

penelitian observasional analitik dengan

desain Case Control Study. Sampel

dalam penelitian ini adalah 84 dengan

menggunakan perbandingan 1:1 yang

terdiri dari 42 orang kasus dan 42 orang

sebagai kontrol.Data diambil dengan

dengan wawancara dan observasi.

Analisis data untuk mengetahui faktor

risiko dilakukan secara univariat,

bivariat dan multivariat dengan program

stata.

HASIL

Kabupaten Aceh Jaya secara

geografis terletak pada 0422’-0516’

Lintang Utara dan 9502’-9603’ Bujur

Timur dengan Luas daerah 3.727 Km

batas wilayah Aceh Jaya terbagi dalam

Page 3: Analisis Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya Terhadap ...nasuwakesaceh.ac.id/gudang/file/pdf/jurnal-pdf-BfeumMj7CNIm5Hpg.pdf · ekonomi dan budaya terhadap kejadian stunting pada anak

Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 10 No. 2, Nopember 2017 156

9 Kecamatan, 22 mukim, 172 Desa.

Batas wilayah administrasi meliputi

sebelah Utara berbatas dengan

kabupaten Aceh Besar dan kabupaten

Pidie, sebelah selatan berbatas dengan

Samudra Indonesia dan kabupaten Aceh

Barat, sebelah Timur berbatas dengan

kabupaten Pidie dan kabupaten Aceh

Barat, serta sebelah Barat berbatas

dengan samudra Indonesia.

Dari hasil penelitian pada Tabel

1. menunjukkan variabel yang

berhubungan dengan kejadian stunting

Hasil penelitian diketahui faktor yang

berhubungan dengan kejadian stunting

adalah pendidikan ibu (OR=3,1; 95%

CI :1,2-7,8), pendidikan ayah

(OR=3.25 ;95% CI : 1.3-7.9) jumlah

anggota keluarga (OR=3,3; 95%

CI :1,3-8.7), pengetahuan (OR=3,5;

95% CI :1,3-9.3),kebiasaan makan

(OR=3,2; 95% CI :1,3-8.1) dan pola

asuh (OR=5.9; 95% CI :2.3-15.6).

Variabel-variabel yang memiliki

nilai p ≤ 0.25 atau secara substansi

dianggap perlu dimasukkan sebagai

faktor risiko kemudian dilanjutkan ke

analisis multivariat. Hasil analisis

multivariat menunjukkan Faktor

dominan terhadap kejadian stunting

adalah pendapatan (OR= 4,9; 95% CI:

1.6-12.2) dan pola asuh (OR= 5; 95%

CI: 1.8-14.0).

PEMBAHASAN

1. Hubungan pendidikan dengan

Stunting

Hasil penelitian diperoleh risiko

stunting pada responden pendidikan ibu

Tabel 1. Analisis Bivariat Hubungan faktor Sosial Ekonomi dan Budaya dengan

Stunting

No Variabel Odd Ratio (95% CI) P value

A. Sosial ekonomi

1 Pendidikan ibu 3.1 (1.23-7.75) 0.016

2 Peniddikan ayah 3.25 (1.32-.94) 0,010

3 Pekerjaan ibu 1,7 (0,68-4,22) 0,253

4 Pendapatan keluarga 6 (2.08-17.23) 0,001

5 Jumlah anggota keluarga 3.3 (1.28-8,65) 0,013

B Budaya

1 Pengetahuan 3.5 (1.31-9,36) 0,012

2 Pantangan makanan 2,2 (0.79-6.35) 0,129

3 Kebiasaan makan 3.2 (1.25-8.13) 0,015

4 Pola asuh 5.9 (2.27-15.63) 0,001

Page 4: Analisis Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya Terhadap ...nasuwakesaceh.ac.id/gudang/file/pdf/jurnal-pdf-BfeumMj7CNIm5Hpg.pdf · ekonomi dan budaya terhadap kejadian stunting pada anak

157 Analisis Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya terhadap Kejadian Stunting …

rendah 3,1 kali lebih besar

dibandingkan dengan responden

pendidikan ibu tinggi dan secara

statistik diperoleh ada hubungan antara

pendidikan dengan kejadian stunting

(OR=3,1; 95% CI :1,23-7,75), (p value=

0,016. Begitu juga dengan pendidikan

ayah dimana hasil uji statistik diperoleh

(OR=3.25; 95% CI :1,32-7,94), (p

value=0,010), sehingga dapat

disimpulkan responden dengan

pendidikan ayah rendah memiliki risiko

stunting 3.25 kali lebih besar

dibandingkan dengan responden

pendidikan ayah tinggi dan secara

statistik ada hubungan antara

pendidikan ayah dengan kejadian

stunting pada anak sekolah.

Hasil penelitian sebelumnya

menunjukkan terdapat hubungan antara

sosial ekonomi antara lain pendidikan

orang tua dengan kejadian stunting 4.

berbeda dengan penelitian5 pendidikan

orang tua bukan merupakan faktor

risiko terhadap kejadian stunting.

Penelitian Candra 6 juga menunjukkan

tidak ada hubungan yang signifikan

antara pendidikan orang tua dengan

kejadian stunting. Menurut teori

dijelaskan bahwa tingkat pendidikan

turut menentukan mudah tidaknya

seseorang menyerap dan memahami

pengetahuan gizi dan kesehatan. Hal ini

berkaitan erat dengan wawasan

pengetahuan mengenai sumber gizi dan

jenis makanan yang baik untuk

konsumsi keluarga. 7.

2. Hubungan Pekerjaan dengan

Stunting

Hasil penelitian diperoleh anak

sekolah yang mengalami stunting pada

ibu yang bekerja 1,7 kali lebih besar

dibandingkan dengan responden tidak

bekerja dan secara statistik tidak ada

hubungan yang signifikan anatar

pekerjaan dengan stunting pada anak

sekolah dasar (OR=1,7; 95% CI :1,23-

7,75), (p value= 0,253).

Pada penelitian ini dijumpai

bahwa bahwa mayoritas responden

terbanyak adalah tidak bekerja, baik

pada kelompok stunting sebanyak

59,52% maupun pada kelompok tidak

stunting 71,43%. Menurut peneliti hal

ini dapat disebabkan oleh pengkajian

terhadap pekerjaan hanya dilakukan

pada pekerjaan ibu saja dan tidak

mengelompokkan jenis pekerjaan yang

dilakukan. Hasil penelitian ini sejalan

dengan Ngaisyah 4 bahwasanya

pekerjaan orang tua tidak berhubungan

dengan kejadian stunting. Namun

berbeda dengan penelitian Nasikhah 8

yang mengatakan bahwa status ibu

Page 5: Analisis Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya Terhadap ...nasuwakesaceh.ac.id/gudang/file/pdf/jurnal-pdf-BfeumMj7CNIm5Hpg.pdf · ekonomi dan budaya terhadap kejadian stunting pada anak

Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 10 No. 2, Nopember 2017 158

balita (bekerja dan tidak bekerja)

merupakan faktor risiko yang

berpengaruh terhadap kejadian stunting.

Penelitian yang dilakukan oleh Arini 9

menemukan ada perbedaan proporsi

yang signifikan antara ibu bekerja

memiliki balita stunting lebih kecil

dibandingkan dengan ibu tidak bekerja

dan ibu bekerja memiliki balita non-

stunting lebih tinggi dibandingkan

dengan ibu yang tidak bekerja.

3. Hubungan Pendapatan dengan

Stunting

Hasil penelitian diperoleh anak

sekolah dengan pendapatan keluarga

rendah memiliki risiko stunting 6 kali

lebih besar dibandingkan dengan anak

sekolah dengan pendapatan keluarga

tinggi dan secara statistik berhubungan

(OR=6; 95% CI :2.08-17.23), (p value=

0,001).

Penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Picauly

10 yang menunjukkan bahwa keluarga

dengan tingkat pendapatan rendah

memiliki peluang anaknya mengalami

stunting sebesar 62.128 kali lebih besar

dibandingkan keluarga dengan tingkat

pendapatan tinggi. Penelitian lainnya

yang dilakukan oleh Arini 9

menunjukkan terdapat perbedaan antara

tingkat pendapatan keluarga antara

balita stunting dan non-stunting. Hasil

penelitiian ini sesuai dengan pendapat

Sulistyoningsih 11 bahwa meningkatnya

pendapatan akan meningkatkan peluang

untuk membeli pangan dengan kualitas

dan kuantitas yang lebih baik,

sebaliknya penurunan pendapatan akan

menyebabkan menurunnya daya beli

pangan yang baik secara kualitas

maupun kuantitas.

4. Hubungan Jumlah Anggota Keluarga

dengan Stunting

Hasil penelitian penelitian

diperoleh anak sekolah yang berada

pada keluarga dengan jumlah anggota

keluarga besar memiliki risiko stunting

3,3 kali lebih besar dibandingkan

dengan responden jumlah anggota

keluarga kecil dan secara statistik ada

hubungan antara pendidikan dengan

kejadian stunting pada anak sekolah

(OR=3,3; 95% CI :1,28-8.65), (p value=

0,013).

Hasil penelitian ini

menunjukkan semakin banyak jumlah

tanggungan keluarga maka risiko

stunting akan semakin besar karena

jumlah anak dalam keluarga merupakan

salah satu faktor yang berperan dalam

ketersediaan pangan dalam keluarga

sehingga berpengaruh pada konsumsi

makanan dalam keluaraga. Keluarga

Page 6: Analisis Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya Terhadap ...nasuwakesaceh.ac.id/gudang/file/pdf/jurnal-pdf-BfeumMj7CNIm5Hpg.pdf · ekonomi dan budaya terhadap kejadian stunting pada anak

159 Analisis Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya terhadap Kejadian Stunting …

yang memiliki banyak anak terutama

dengan kondisi ekonomi kurang tidak

akan dapat memberikan perhatian dan

makanan yang cukup pada seluruh anak

anaknya. Gangguan pertumbuhan dan

perkembangan cenderung akan dialami

oleh anak yang dilahirkan belakangan,

karena beban yang ditangggung orang

tua semakin besar dengan semakin

banyaknya jumlah anak yang dimiliki.

Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian Candra 6 Jumlah anak

>2 merupakan faktor risiko stunting

pada anak 1-2 tahun (p=0,002). Hasil

ini berbeda dengan penelitian Pahlevi 12

salah satu faktor yang tidak

berhubungan dengan status gizi adalah

jumlah anggota keluarga (p=0,074).

Penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Faradevi and Faradevi 13

menunjukkan bahwa jumlah anak

berkisar antara 1-5 orang dengan rerata

1,95±0,81,pada kedua kelompok

sebagian besar mempunyai jumlah anak

≤ 2. Hasil uji Mann-Whitney

menunjukkan tidak terdapat perbedaan

jumlah anak antara kelompok balita

kurus dan normal (p= 0,856).

5. Hubungan Pengetahuan dengan

Stunting

Hasil analisis menunjukkan

risiko menderita stunting pada

responden dengan pengetahuan ibu

kurang 3,5 kali lebih besar

dibandingkan dengan responden

pengetahuan ibu baik dan secara

statistik ada hubungan pengetahuan

dengan kejadian stunting pada anak

sekolah dasar (OR=3,5; 95% CI :1,31-

9.36), (p value= 0,012). Sehingga dapat

disimpulkan Kejadian stunting salah

satunya disebabkan oleh kurangnya

asupan pemberian makanan balita,

perilaku ini antara lain dipengaruhi oleh

pengetahuan gizi ibu.

Namun demikian untuk anak

yang stunting tetapi pengetahuan orang

tua tentang gizi yang baik yaitu

berjumlah 19,05%, dipengaruhi oleh

faktor lain seperti besarnya keluarga

dimana jarak kelahiran antar anak amat

dekat akan menimbulkan lebih banyak

masalah. Apabila pendapatan keluarga

pas-pasan sedangkan jumlah anak pada

keluarga tersebut banyak maka,

pemerataan dan kecukupan makanan

dalam keluarga kurang bisa dijamin.

Penelitian ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh

Nasikhah 8 bahwa ada hubungan yang

bermakna antara pengetahuan orang tua

dengan kejadian stunting pada anak.

Penelitian yang dilakukan oleh Picauly

10 menunjukkan bahwa ibu dengan

Page 7: Analisis Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya Terhadap ...nasuwakesaceh.ac.id/gudang/file/pdf/jurnal-pdf-BfeumMj7CNIm5Hpg.pdf · ekonomi dan budaya terhadap kejadian stunting pada anak

Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 10 No. 2, Nopember 2017 160

pengetahuan gizi kurang/rendah,

memiliki peluang anaknya mengalami

stunting dibandingkan ibu dengan

pengetahuan gizi baik. Namun berbeda

dengan penelitian yang dilakukan oleh

Candra 6 tentang hubungan underlying

faktor dengan kejadian stunting pada

anak usia 1-2 tahun, bahwa tidak ada

hubungan bermakna antara faktor

pengetahuan dengan stunting pada anak

6. Hubungan Pantangan Makanan

dengan Stunting

Hasil penelitian diperoleh tidak

ada hubungan antara pantangan

makanan dengan kejadian stunting pada

anak sekolah dasar. Hasil analisis

bivariat diperoleh nilai (OR=2.2; 95%

CI :0.79-6.35), (p value= 0,129).

Sehingga dapat disimpulkan responden

yang ada melakukan pantangan

makanan memiliki risiko stunting 2.2

kali lebih besar dibandingkan dengan

responden tidak ada melakukan

pantangan makanan.

Hasil penelitian ini dapat

dijelaskan mayoritas responden tidak

melakukan atau menerapkan pantangan

makanan tertentu kepada anak,

meskipun sebagian kecil responden

mempercayai bahwa ada beberapa

makanan yang tidak baik diberikan

kepada anak seperti makan semangka

dengan susu akan keracunan, tidak

boleh membawa makanan pada malam

hari dan adanya perilaku menyisakan

sedikit makanan kepada makhluk halus

atau arwah dari orang terdahulu yang

telah meninggal.

Adanya pantangan makananan

juga dipengaruhi oleh pengetahuan yang

kurang, sebagaimana dikemukakan oleh

14 Kurangnya pengetahuan gizi dan

kesehatan orang tua, khususnya ibu

merupakan salah satu penyebab

terjadinya kekurangan gizi pada balita.

Di pedesaan makanan banyak

dipengaruhi oleh keadaan sosial

ekonomi dan kebudayaan. Terdapat

pantangan makan pada balita misalnya

anak kecil tidak diberikan ikan karena

dapat menyebabkan cacingan, kacang-

kacangan juga tidak diberikan karena

dapat menyebabkan sakit perut atau

kembung.

7. Hubungan Kebiasaan makan dengan

Stunting

Hasil penelitian diperoleh

responden kebiasaan makan kurang

memiliki risiko stunting 3.2 kali lebih

besar daripada responden kebiasaan

makan baik dan secara statitik ada

hubungan antara kebiasan makan

dengan kejadian stunting pada anak

sekolah (OR=3,2; 95% CI :1,25-8.13),

Page 8: Analisis Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya Terhadap ...nasuwakesaceh.ac.id/gudang/file/pdf/jurnal-pdf-BfeumMj7CNIm5Hpg.pdf · ekonomi dan budaya terhadap kejadian stunting pada anak

161 Analisis Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya terhadap Kejadian Stunting …

(p value= 0,015). Kebiasaan makan

merujuk pada perilaku seseorang atau

sekelompok orang untuk memenuhi

kebutuhan makan yang melibatkan

sikap, kepercayaan, dan pilihan

makanan 15.

Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian Putri and Sukandar 16

Hasil uji menunjukkan terdapat juga

pengaruh signifikan kebiasaan makan

balita terhadap status gizi (p<0.05).

Penelitian Meilyasari and Isnawati 17

juga menunjukkan kebaisaan pemberian

makanan prelaktal merupakan faktor

risiko stunting.

8. Hubungan pola asuh dengan Stunting

Hasil penelitian diperoleh

responden pola asuh kurang memiliki

risiko stunting 5.9 kali lebih besar

dibandingkan dengan responden pola

asuh baik dan secara statistik ada

hubungan antara pola asuh dengan

kejadian stunting pada anak sekolah

(OR=5.9; 95% CI :2.27-15.63), (p

value= 0,0001). Sebagian besar

responden pola asuh kurang 78,57%

adalah stunting, sedangkan 61,90%

responden pola asuh baik tidak stunting.

Hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa

pola asuh yang baik terutama pada masa

bayi seperti memberikan ASI ekslusif,

memberikan asupan nutrisi yang cukup

baik kuantitas maupun kualitas,

melakukan pemantauan berat badan

serta menjaga kebersihan sangat

mendukung pertumbuhan anak.

Hasil penelitian Renyoet tahun

2009 dalam Hanum, Khomsan 18 bahwa

pola asuh terutama ibu memiliki

kontribusi yang besar dalam proses

pertumbuhan anak dimana pola asuh

menunjukan hubungan yang signifikan

dengan kejadian stunting. Hasil

penelitian 19 juga menyatakan terdapat

hubungan antara pola asuh ibu dengan

status gizi balita stunting. Salah satu

penyebab gizi buruk adalah pola asuh

tidak benar salah satunya pemberian

makanan pendamping ASI yang terlalu

dini atau kurang dari usia 6 bulan.

Anak yang diberikan MP-ASI terlalu

dini memiliki risiko menjadi stunting

6,54 kali dibandingkan dengan anak

yang diberikan MP-ASI sesuai dengan

umur yang seharusnya 20.

9. Faktor dominan stunting

Berdasarkan hasil analisis

regresi logistik dimulai dari pemilihan

variabel terpilih ke analisis multivariat

sampai ke model akhir, maka diketahui

faktor risiko kejadian stunting pada anak

sekolah dari ke tujuh enam variabel

tersebut yang palin dominan berperan

terhadap kejadian stunting pada anak

Page 9: Analisis Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya Terhadap ...nasuwakesaceh.ac.id/gudang/file/pdf/jurnal-pdf-BfeumMj7CNIm5Hpg.pdf · ekonomi dan budaya terhadap kejadian stunting pada anak

Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 10 No. 2, Nopember 2017 162

sekolah di Kabupaten Aceh Jaya adalah

pendapatan (OR= 4,96; 95% CI: 1.62-

15.23), (p value 0,005) dan pola asuh

(OR= 5.06; 95% CI: 1.82-14.00), (p

value 0,002), dimana anak sekolah

yang tinggal dengan keluarga/orang tua

berpendapatan rendah berisiko stunting

4,9 kali lebih besar dibandingkan

dengan tinggi dan anak sekolah yang

mendapat pola asuh kurang dari orang

tua berisiko stunting 5 kali lebih besar

bila dibandingkan dengan anak sekolah

yang mendapat pola asuh orang tua

baik.

KESIMPULAN

Penelitian ini menemukan beberapa

faktor yang berhubungan dengan

stunting di Kabupaten Aceh Jaya adalah

pendidikan ibu dan ayah, pendapatan

keluarga, jumlah anggota keluarga,

pengetahuan, kebiasaan makan dan pola

asuh. Dari beberapa faktor tersebut juga

diketahui adalah pendapatan (OR= 4,96;

95% CI: 1.62-15.23), (p value 0,005)

dan pola asuh (OR= 5.06; 95% CI:

1.82-14.00), (p value 0,002), merupakan

faktor yang paling dominan terhadap

kejadian stunting.

SARAN

Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten

Aceh Jaya perlu ditingkatkan

penyuluhan gizi pada ibu balitadengan

memberikan informasi dan edukasi

tentang MP-ASI dan status gizi bayi

sesuai dengan pertumbuhan dan

perkembangannya dan melakukan

kerjasama lintas sektoral dan melakukan

perencanaan program kebijakan guna

menanggulangi balita stunting lebih

diprioritaskan pada keluarga dengan

status ekonomi rendah.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan

terimakasih kepada orang tua murid

sekolah Dasar Kabupaten Aceh Jaya,

Staf dan Guru Sekolah yang telah

memberi izin terhadap penelitian ini

sampai selesai.

DAFTAR PUSTAKA :

1. UNICEF. Tracking progress on child

and maternal nutrition: a survival and

development priority: UNICEF;

2009.

2. Kementerian Kesehatan R. Riset

Kesehatan Dasar (RISKESDAS)

2013. Jakarta: Badan penelitian dan

pengembangan kesehatan Kemenkes

RI. 2013.

Page 10: Analisis Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya Terhadap ...nasuwakesaceh.ac.id/gudang/file/pdf/jurnal-pdf-BfeumMj7CNIm5Hpg.pdf · ekonomi dan budaya terhadap kejadian stunting pada anak

163 Analisis Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya terhadap Kejadian Stunting …

3. Andi Ridwan MS, Aprildah

Sapardin. Riskesdas Provinsi Aceh

2013. Banda Aceh: Badan Penelitian

dan Pengembangan Kesehatan

Kementrian Kesehatan RI; 2013.

4. Ngaisyah RD. Hubungan Sosial

Ekonomi Dengan Kejadian Stunting

Pada Balita Di Desa Kanigoro,

Saptosari, Gunung Kidul. Medika

Respati. 2015;10(4).

5. Al-Anshori HN. Faktor Risiko

Kejadian Stunting Pada Anak Usia

12-24 Bulan (Studi Di Kecamatan

Semarang Timur): Diponegoro

University; 2013.

6. Candra A. Hubungan Underlying

Factors Dengan Kejadian Stunting

Pada Anak 1-2 Th. Journal of

Nutrition and Health. 2013;1(1).

7. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2001.

8. Nasikhah R, Margawati, Ani. Faktor

risiko kejadian stunting pada balita

usia 24–36 bulan di Kecamatan

Semarang Timur: Diponegoro

University; 2012.

9. Arini MS. Perbedaan Karakteristik

Keluarga Yang Memiliki Balita

Stunting Dan Non-Stunting Di

Kelurahan Kartasura Kecamatan

Kartasura Kabupaten Sukoharjo:

Universitas Muhammadiyah

Surakarta; 2012.

10.Picauly IT, Sarci Magdalena.

Analisis Determinan dan Pengaruh

Stunting Terhadap Prestasi Belajar

Anak Sekolah di Kupang dan Sumba

Timur, NTT. Jurnal Gizi dan Pangan.

2013;8(1):55.

11.Sulistyoningsih H. Gizi untuk

kesehatan ibu dan anak. Yogyakarta:

Graha Ilmu. 2011;52:57-8.

12.Pahlevi AE. Determinan status gizi

pada siswa sekolah dasar. Jurnal

Kesehatan Masyarakat.

2012;7(2):122-6.

13.Faradevi R, Faradevi R. Perbedaan

besar pengeluaran keluarga, jumlah

anak serta asupan energi dan protein

balita antara balita kurus dan normal:

Diponegoro University; 2011.

14.Balawati FY. Pengantar Pangan dan

Giz. Jakarta: Penebar Swadaya;

2004.

15.Khomsan AS, Dadang. Faktor

Determinan Stunting pada Anak Usia

24–59 Bulan di Indonesia. Info

Pangan dan Gizi. 2010;nfo Pangan

dan Giz, 19(2), 42—43.

16.Putri DS, Sukandar D. Keadaan

rumah, kebiasaan makan, status gizi,

dan status kesehatan balita di

Kecamatan Tamansari, Kabupaten

Page 11: Analisis Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya Terhadap ...nasuwakesaceh.ac.id/gudang/file/pdf/jurnal-pdf-BfeumMj7CNIm5Hpg.pdf · ekonomi dan budaya terhadap kejadian stunting pada anak

Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 10 No. 2, Nopember 2017 164

Bogor. Jurnal Gizi dan Pangan.

2012;7(3).

17.Meilyasari F, Isnawati M. Faktor

risiko kejadian stunting pada balita

usia 12 bulan di Desa Purwokerto

Kecamatan Patebon, Kabupaten

Kendal: Diponegoro University;

2014.

18. Hanum F, Khomsan A,

Heryatno Y. Hubungan Asupan Gizi

dan Tinggi Badan Ibu dengan Status

Gizi Anak Balita. Jurnal Gizi dan

Pangan. 2014;9(1).

19.Welasasih BDW, R Bambang.

Beberapa Faktor yang Berhubungan

dengan Status Gizi Balita Stunting.

Public Health. 2012;8(3):15-20.

20.Lestari W, Margawati A, Rahfiludin

Z. Faktor risiko stunting pada anak

umur 6-24 bulan di kecamatan

Penanggalan kota Subulussalam

provinsi Aceh. Jurnal Gizi Indonesia.

2014;3(1):37-45.

Page 12: Analisis Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya Terhadap ...nasuwakesaceh.ac.id/gudang/file/pdf/jurnal-pdf-BfeumMj7CNIm5Hpg.pdf · ekonomi dan budaya terhadap kejadian stunting pada anak

165 Analisis Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya terhadap Kejadian Stunting …