107
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME PENYALURAN KREDIT MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (MKM) DI INDONESIA OLEH SEPTY ANDRIANI H14104064 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME PENYALURAN KREDIT MIKRO, KECIL DAN

MENENGAH (MKM) DI INDONESIA

OLEH

SEPTY ANDRIANI H14104064

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Page 2: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

RINGKASAN

SEPTY ANDRIANI. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Penyaluran Kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM) di Indonesia (dibimbing oleh BUNASOR SANIM).

Perkembangan sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Hal ini dapat terlihat dari Kinerja UMKM dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan peningkatan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menggambarkan peningkatan dari PDB yang diciptakan UMKM dalam tahun 2006 sebesar 62,3 persen jika dibandingkan tahun sebelumya. Begitu juga dengan jumlah unit usaha UMKM mencapai 48,9 juta, sedangkan jumlah tenaga kerja yang bekerja disektor ini tercatat 88,8 juta pekerja. Selain itu kontribusi yang diberikan sektor UMKM terhadap perekonomian tidak hanya terbatas pada sumbangannya terhadap PDB saja. Namun penerimaan terhadap ekspor juga mengalami peningkatan sebesar 8,2 persen pada tahun 2006 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Kredit UMKM yang disalurkan untuk pertumbuhan sektor riil masih relatif rendah. Kredit yang dikucurkan perbankan di sektor UMKM memang mengalami peningkatan, meskipun hanya mencapai 21,6 persen. Berdasarkan data Bank Indonesia tercatat bahwa pertumbuhan kredit UMKM perbankan sampai Oktober 2007 sudah mencapai 21,6 persen atau secara nominal sebesar Rp. 500,03 triliun dengan rincian sebesar Rp. 197,2 triliun disalurkan untuk kredit mikro, Rp 147,22 triliun untuk kredit kecil, sedangkan Rp.155,62 triliun disalurkan untuk kredit menengah.

Melihat permasalahan yang dihadapi oleh pelaku UMKM, maka perlu adanya penelitian pada volume penyaluran kredit MKM di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit pada jangka panjang dan jangka pendek. Pada penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode ECM (Error Correction Model). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi volume penyaluran kredit mikro, kecil, dan menengah (MKM) bank umum, Groos Domestic Product (GDP), kapasitas kredit, non performing loan, suku bunga kredit berdasarkan penggunaan, serta suku bunga SBI. Penelitian ini menggunakan data bulanan, pada periode tahun 2002 sampai 2007.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada jangka panjang pertumbuhan ekonomi yang diukur melalui GDP (2,339011) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap volume penyaluran kredit mikro, kecil, dan menengah. Akan tetapi, perubahan sertifikat bank Indonesia (6,85E-05) tidak signifikan. Hal ini disebabkan oleh kenaikan pada suku bunga SBI mempengaruhi sektor riil sangat lambat, sehingga tidak berpengaruh terhadap pada volume penyaluran kredit MKM. Selain itu, kapasitas kredit (0,579417), suku bunga kredit (8,20E-05) dan non performing loan (0,000316) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap volume penyaluran kredit mikro, kecil dan menengah (MKM) di Indonesia.

Pada jangka pendek faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit mikro, kecil, dan menengah secara positif dan signifikan adalah penyaluran kredit mikro, kecil, dan menengah (MKM) pada periode tiga dan empat bulan sebelumnya. Begitu juga dengan GDP periode bulan sekarang dan tiga bulan sebelumnya, kapasitas kredit bulan sekarang dan satu bulan sebelumnya, serta NPL satu bulan sebelumnya, serta suku bunga kredit pada bulan sebelumnya. Sedangkan yang memberikan pengaruh

Page 3: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

negatif dan signifikan pada volume penyaluran kredit MKM di Indonesia adalah GDP pada dua dan empat bulan sebelumnya, suku bunga kredit empat bulan sebelumnya, serta perubahan suku bunga SBI pada periode satu sampai tiga bulan sebelumnya. Pengaruh GDP dan penyaluran kredit MKM itu sendiri sangat besar dalam meningkatkan volume penyaluran kredit.

Berdasarkan hasil penelitian volume penyaluran kredit MKM adalah hal terpenting untuk meningkatkan sektor UMKM. Sektor ini merupakan bagian dari sektor riil yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Oleh karena itu, maka pada jangka panjang perlu adanya peningkatan terhadap kapasitas kredit, sebab dengan adanya peningkatan terhadap kapasitas kredit maka akan meningkatkan penyaluran kredit. Hal ini dapat ditingkatkan melalui total pasiva, kas perbankan serta GWM. Selain itu, perlu adanya peningkatan terhadap peran perbankan pada jangka pendek dengan adanya peningkatan terhadap lending capacity, penurunan suku bunga kredit, suku bunga SBI, serta NPL.

Page 4: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME PENYALURAN KREDIT MIKRO, KECIL DAN

MENENGAH (MKM) DI INDONESIA

OLEH

SEPTY ANDRIANI H14104064

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Page 5: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh:

Nama Mahasiswa : Septy Andriani

Nomor Registrasi Pokok : H14104064

Departemen : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Volume Penyaluran Kredit Mikro, Kecil, dan

Menengah (MKM) di Indonesia

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor.

Menyetujui,

Dosen Pembimbing,

Prof. Bunasor Sanim, Ph.D NIP. 130 345 012

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Rina Oktaviani, Ph.D NIP. 131 846 872

Tanggal Kelulusan :

Page 6: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2008

Septy Andriani H14104064

Page 7: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada tanggal 30 September 1986 di Jakarta. Penulis

merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Suparman dan

Ibu Kapinah. Penulis menamatkan sekolah dasar di SDN IV Ciputat, kemudian

melanjutkan ke SLTP Negeri 2 Ciputat. Setelah itu penulis melanjutkan

pendidikan menengah umum di SMU Negeri I Serpong dan lulus pada tahun

2004.

Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Institut

Pertanian Bogor (IPB). Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk

IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi,

Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama ini penulis juga aktif dalam kegiatan

mahasiswa dengan terlibat sebagai pengurus Himpunan Profesi Peminat Studi

Ekonomi Pembangunan (HIPOTESA) periode 2006 dan anggota Himpunan

Mahasiswa Islam (HMI) komisariat FEM.

Page 8: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah SWT. Atas berkat

rahmat dan ridonya dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Judul skripsi ini adalah “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume

Penyaluran Kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM) di Indonesia”.

Penelitian mengenai volume penyaluran kredit MKM merupakan topik yang

menarik, karena penyauluran kredit MKM ini dapat memacu pertumbuhan

perekonomian melalui sektor riil. Pemacuan pertumbuhan tersebut didrong

melalui peningkatan pertumbuhan pada sektor UMKM. Disamping hal tersebut,

skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperleh gelar Sarjana

Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,

Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tua tercinta penulis yaitu Suparman dan Kapinah, adikku Dalilati, serta

keluarga besar atas doa, bimbingan, semangat, perhatian, dukungan serta

pengorbanannya.

2. Prof. Ir. Bunasor Sanim, M.Sc, Ph.D selaku dosen pembimbing atas waktu,

kesabaran, masukan, arahan selama bimbingan baik secara teknis maupun

teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan

dengan baik.

3. Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec. selaku Dosen penguji utama yang telah

bersedia menguji dan memberikan masukan serta kritik yang sangat

bermanfaat untuk penyempurnaan skripsi ini.

4. Widyastutik, M.Si Dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan

masukan dalam perbaikan tata bahasa untuk penyempurnaan skripsi ini.

5. Tim TU Departemen IE Mas Anto, Mas Dede, Mas Anwar, Mas Ryan dan TU

Fakultas Ekonomi dan Manajemen atas dukungan dan bantuan selama proses

persiapan seminar dan sidang.

6. Ibu Mira Rahmawaty, Pak Mafud, Ibu Tati, serta Pak Joni dari Bank Indonesia

atas dukungan serta bantuannya selama proses pengambilan data.

Page 9: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

7. Teman-temanku Rani, Hana, Della, Lia, Niken, Dila, Mair, Fanya, Nisa, serta

Rinda, Heni, Icha. Teman-teman sebimbingan penulis (Dwi, Uunk, dan

Fabya), teman seperjuangan (Liana, Tika, Wida, Rolas, Mba Titi, Alin, Rista,

Tatu, Andra)serta teman-teman IE 41 lainnya yang tidak dapat disebutkan satu

persatu. Terima kasih atas doa, semangat, sharing, bantuan, serta keceriaan

selama proses pembuatan skripsi.

Akhirnya penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu penyelesain skripsi ini. Segala kesalahan yang terjadi dalam penelitian

menjadi tanggung jawab penulis. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis

dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2008

Septy Andriani H14104064

Page 10: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL.........................................................................................

DAFTAR GAMBAR....................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................

I. PENDAHULUAN..................................................................................

1.1. Latar Belakang.................................................................................

1.2. Perumusan Masalah..........................................................................

1.3. Tujuan Penelitian..............................................................................

1.4. Manfaat Penelitian............................................................................

1.5. Ruang Lingkup.................................................................................

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN.................

2.1. Kredit................................................................................................

2.1.1. Pengertian Kredit....................................................................

2.1.2. Unsur-Unsur Kredit................................................................

2.1.3. Prinsip-Prinsip Kredit.............................................................

2.1.4. Jenis-Jenis Kredit...................................................................

2.1.5. Fungsi Kredit..........................................................................

2.2. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter......................................

2.2.1. Jalur Suku Bunga (Interest Rate Channel).............................

2.2.2. Jalur Nilai Tukar (Exchange Rate Channel)..........................

2.2.3. Jalur Harga Aset (Asset Price Channel).................................

2.2.4. Jalur Ekspektasi (Expectation Channel)…….....…………...

2.2.5. Jalur Kredit (Credit Channel)………………………………

2.3. Definisi dan Fungsi Bank.................................................................

2.4. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).................................

2.5. Penelitian Terdahulu........................................................................

xii

xiii

xiv

1

1

8

11

11

12

13

13

13

14

15

15

17

18

18

19

20

20

21

22

23

26

Page 11: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

x

III. KERANGKA PEMIKIRAN...................................................................

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis..........................................................

3.1.1. Penawaran Kredit..................................................................

3.1.2. Teori Keseimbangan.............................................................

3.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Penyaluran Kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM).....................

3.1.3.1. Suku Bunga Kredit...................................................

3.1.3.2. Non Performing Loan (NPL)...................................

3.1.3.3. Gross Domestic Product (GDP)...............................

3.1.3.4. Lending Capacity.....................................................

3.1.3.5. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)..........

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional.....................................................

IV. METODOLOGI PENELITIAN.............................................................

4.1. Jenis dan Sumber Data.....................................................................

4.2. Metode Analisis Data.......................................................................

4.3. Pendekatan Koreksi Kesalahan........................................................

4.3.1. Uji Stasioneritas.....................................................................

4.3.2. Uji Kointegrasi.......................................................................

4.3.3. Error Correction Model.........................................................

4.4. Uji Diagnostic.................................................................................

4.4.1. Uji Normalitas........................................................................

4.4.2. Uji Heteroskedastisitas...........................................................

4.4.3. Uji Autokolerasi.....................................................................

4.4.4. Uji Mutikolinearitas...............................................................

V. HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................

5.1. Uji Unit Root Test............................................................................

5.2. Uji Kointergasi……………………………………..……….....…..

5.3. Error Correction Model…………………………….….…….....…

29

29

29

32

35

35

36

36

37

37

38

41

41

42

43

43

44

46

49

49

49

50

51

53

53

54

60

Page 12: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

xi

5.4. Uji Diagnostic..................................................................................

5.4.1. Uji Normalitas........................................................................

5.4.2. Uji Heteroskedastisitas...........................................................

5.4.3. Uji Autokolerasi.....................................................................

5.4.4. Uji Multikolinearitas..............................................................

5.5. Ringkasan Hasil Penelitian...............................................................

5.5.1. Jangka Panjang.......................................................................

5.5.2. Jangka Pendek........................................................................

VI. KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................

6.1. Kesimpulan......................................................................................

6.2. Saran................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................

LAMPIRAN..................................................................................................

71

71

72

73

73

73

74

74

76

76

76

77

80

Page 13: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1. Jumlah Tenaga Kerja dan Kontribusi UMKM Terhadap PDB Atas Harga Berlaku di Indonesia Tahun 2006.............................

1.2. Perkembangan Ekspor Barang UMKM dan Besar Menurut

Sektor Ekonomi di Indonesia Tahun 2005-2006.......................... 1.3. Kredit UMKM Menurut Kelompok Bank Komersial di

Indonesia Tahun 2007 (Triliun Rupiah)........................................ 2.1. Definisi UMKM............................................................................

2.2. Penelitian Terdahulu.....................................................................

4.1. Jenis, Simbol dan Sumber Data....................................................

5.1. Hasil Uji Unit Root Pada Level dengan Menggunakan Augmented Dickey Fuller..............................................................

5.2. Hasil Uji Unit Root Pada First Difference dengan Menggunakan

Augmented Dickey Fuller.............................................................. 5.3. Hasil Estimasi Persamaan Jangka Panjang dengan

Menggunakan Engle-Granger Cointegration Test...................... 5.4. Uji Unit Root Terhadap Residual Persamaan Jangka Panjang

Penyaluran Kredit MKM di Indonesia Tahun 2002-2007........... 5.5. Error Correction Model untuk Penyaluran Kredit MKM di

Indonesia Tahun 2002-2007 dengan Variabel yang Signifikan.... 5.6. Hasil Uji Heteroskedastisitas untuk Mendeteksi Metode Error

Correction Model (ECM) Pada Model Volume Penyaluran Kredit (MKM) di Indonesia Tahun 2002-2007.............................

5.7. Hasil Uji Autokolerasi untuk Mendeteksi Metode Error

Correction Model (ECM) pada Model Volume Penyaluran Kredit (MKM) di Indonesia Tahun 2002-2007.............................

2 3 6

18

21

41

53

54

55

60

61

72

73

Page 14: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Komposisi Kredit UMKM Menurut Jenis Kredit (Persen)..………

2. Trend Outsanding Penyaluran Kredit MKM Bank Umum…...…...

3. Trend Suku Bunga SBI Periode 1994-2007.....................................

4. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Melalui Jalur Suku Bunga...............................................................................................

5. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Melalui Jalur Nilai

Tukar................................................................................................ 6. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Melalui Jalur Harga

Aset.................................................................................................. 7. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Melalui Jalur

Ekspektasi........................................................................................ 8. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Melalui Jalur Kredit.....

9. Keseimbangan Kredit.......................................................................

10. Penurunan Kredit Akibat Menurunnya Permintaan.........................

11. Penurunan Kredit Akibat Menurunnya Penawaran..........................

12. Kerangka Pemikiran.........................................................................

13. Trend Loan Deposit to Ratio (LDR) Periode 2002-2007…………

14. Trend Lending Capacity (LC) Bank Umum Periode 1994-2007….

15. Hasil Uji Normalitas Error Correction Model Penyaluran Kredit MKM di Indonesia Tahun 2002-2007………………….................

4

9

10

19

19

20

21

21

32

33

34

40

66

66

72

Page 15: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Riil Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Volume Penyaluran Kredit MKM di Indonesia Periode 2002-2007............

2. Uji Unit Root Pada Tingkat Level...............................................

3. Uji Unit Root Pada Tingkat First Difference……………...………

4. Hasil Estimasi Jangka Panjang dengan Menggunakan Engle-Granger Cointegration Test untuk Penyaluran Kredit MKM di Indonesia Tahun 2002-2007……………………………………….

5. Hasil Uji Unit Root Terhadap Residual (V) Jangka Panjang

Penyaluran Kredit MKM di Indonesia Tahun 2002-2007………..

6. Hasil Estimasi Jangka Pendek (Error Correction Model) untuk Penyaluran Kredit MKM di Indonesia Tahun 2002-2007 dengan Variabel yang Tidak Signifikan………………………………...…

7. Hasil Estimasi Jangka Pendek (Error Correction Model) untuk

Penyaluran Kredit MKM di Indonesia Tahun 2002-2007 dengan Variabel yang Signifikan……………………………………...…..

8. Hasil Uji Normalitas Error Correction Model untuk Penyaluran

Kredit MKM di Indonesia Tahun 2002-2007………………..……

9. Hasil Uji Heteroskedastisitas Error Correction Model untuk Penyaluran Kredit MKM di Indonesia Tahun 2002-2007…...……

10. Hasil Uji Autokolerasi Error Correction Model Untuk Penyaluran

Kredit MKM di Indonesia Tahun 2002-2007…………………..…

11. Hasil Uji Multikolinearitas Error Correction Model untuk Penyaluran Kredit MKM di Indonesia Tahun 2002-2007…….......

81

83

84

86

86

87

88

89

89

90

91

Page 16: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)

memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Peranan UMKM

dipandang sebagai katup penyelamat dalam proses pemulihan ekonomi nasional

baik dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi maupun dalam penyerapan

tenaga kerja.

Kinerja UMKM dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan peningkatan.

Hal ini dapat terlihat dari adanya peningkatan terhadap PDB (Produk Domestik

Bruto) yang diciptakan UMKM dalam tahun 2006 sebesar 62,3 persen jika

dibandingkan tahun sebelumya. Begitu juga dengan jumlah unit usaha UMKM

mencapai 48,9 juta, sedangkan jumlah tenaga kerja yang bekerja disektor ini

tercatat 88,8 juta pekerja. Selain itu kontribusi yang diberikan sektor UMKM

terhadap perekonomian tidak hanya terbatas pada sumbangannya terhadap PDB

saja. Namun penerimaan terhadap ekspor juga mengalami peningkatan sebesar 8,2

persen pada tahun 2006 dibandingkan dengan tahun sebelumnya (BPS, 2006).

UMKM memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia, baik

dilihat dari segi jumlah usaha maupun penciptaan lapangan kerja. Berdasarkan

data departemen koperasi pada tahun 2006 dari total jumlah usaha sektor UKM

memiliki jumlah unit usaha lebih besar dibandingkan dengan jenis usaha lain yaitu

mencapai sebesar 99,9 persen. Melihat jumlah unit usaha yang besar ini, maka

mampu mengindikasikan bahwa pada sektor ini dominan juga dalam penyerapan

Page 17: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

2

tenaga kerja yaitu sebesar 96,18 persen. Sumbangan PDB yang diberikan oleh

sektor ini berkontribusi besar bagi pertumbuhan perekonomian yaitu sebesar

53,28 persen. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Jumlah Tenaga Kerja dan Kontribusi UMKM Terhadap PDB Atas Harga Berlaku di Indonesia Tahun 2006

Kriteria UKM Usaha Besar Total Jumlah Usaha

Jumlah Usaha (Unit)

48,929,636(99.9)

7,204(0.01)

48,936,840(100)

Jumlah Tenaga Kerja(Orang)

85,416,493(96.18)

3,388,462(38.16)

88,804,955(100)

Sumbangan PDB(Miliar Rupiah)

1,778,746(53.28)

1,559,450(46.72)

3,338,196(100)

Sumber : Badan Pusat Statistik dan Departemen Koperasi, 2008 (diolah)

Perkembangan sektor UMKM tersebut menggambarkan bahwa terdapat

potensi yang besar atas kekuatan domestik, jika hal ini dapat dikelola dengan baik

tentu akan dapat mewujudkan usaha yang tangguh seperti saat perkembangan

usaha menengah di Korea Selatan dan Taiwan. Apabila dilihat pada Tabel 1.1

diatas masih memperlihatkan struktur yang tersegmentasi untuk struktur ekonomi

nasional. Pada satu sisi jumlah unit usaha besar hanya memiliki jumlah unit usaha

yang lebih kecil yaitu sebesar 0,01 persen dibandingkan dengan usaha kecil dan

menengah (UKM). Akan tetapi kontribusi PDB yang disumbangkan pada sektor

ini cukup besar yaitu sebesar 46,72 persen.

Kontribusi yang diberikan oleh sektor UMKM tidak hanya berupa

sumbangan terhadap PDB saja, melainkan juga mampu berkontribusi lebih

terhadap pertumbuhan perekonomian. Sektor ini juga mempunyai potensi yang

besar dalam meningkatkan penerimaan terhadap ekspor. Peningkatan peranan

UMKM terhadap ekspor sudah terjadi sejak tahun 1997, penerimaan ekspor ini

Page 18: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

3

memberikan kontribusi pada pemasukkan neraca perdagangan. Pada Tabel 1.2

dapat dilihat, bahwa perkembangan ekspor barang yang lebih tinggi pada sektor

pertambangan dan penggalian jika dibandingkan sektor lain. Namun pada sektor

lain masih belum optimal penerimaan ekspor yang dihasilkan, hal ini diakibatkan

dengan adanya kesulitan terhadap akses pasar dalam pemasaran, kenaikan dari

harga bahan baku bahkan dengan adanya keterbatasan akses terhadap sumber

pembiayaan.

Tabel 1.2 Perkembangan Ekspor Barang UMKM dan Besar Menurut Sektor Ekonomi di Indonesia Tahun 2005-2006

Sektor Skala usaha

UKM Besar Jumlah Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

9.77 3.94 9.29

Pertambangan dan Penggalian 42.23 16.48 16.70Industri Pengolahan 10.50 6.35 7.06Total 10.75 8.56 8.90

Sumber : Badan Pusat Statistik dan Departemen Koperasi, 2008

Berdasarkan dengan kondisi diatas maka Pemerintah melakukan

kebijaksanaan dalam bidang perkereditan yaitu dalam bentuk pengendalian

jumlah kredit serta pemberian kredit yang terarah. Pengendalian penyaluran kredit

dilakukan terutama melalui pengaturan likuiditas bank, pengendalian perluasaan

kredit serta pengaturan suku bunga menurut sektor ekonomi, penentuan besarnya

pembiayaan oleh bank dan kebijaksanaan yang mengarah kepada UMKM untuk

mencapai pembangunan perekonomian.

Pengendalian dengan penyaluran kredit melalui pengaturan suku bunga

bertujuan untuk meningkatkan gairah usaha. Pengaturan suku bunga ini dapat

meningkatkan produktifitas usaha. Jika dilihat dari sisi sektor ekonomi, terdapat

Page 19: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

4

tiga sektor utama dalam penyaluran kredit untuk UMKM, yaitu sektor

perdagangan 28,14 persen, sektor industri 8,93 persen serta sektor lainnya sebesar

49,59 persen. Komposisi ini tidak jauh berbeda dari alokasi kredit per sektor

ekonomi untuk total kredit perbankan nasional.

Sektor lainnya pada kredit UMKM, diduga disebabkan oleh adanya

penyaluran kredit konsumsi yang lebih besar. Hal tersebut dapat terlihat pada

gambar 1, dengan nilai komposisi pada jenis kredit, porsi kredit UMKM untuk

konsumsi mencapai 49,25 persen. Melihat hal ini walupun pertumbuhan ekonomi

didorong oleh sektor UMKM, namun peranan kredit konsumsi pada sektor ini

sangat dominan.

Sumber: SEKI, Bank Indonesia, 2007 Keterangan: KI=Kredit Investasi, KK= Kredit Konsumsi, KMK=Kredit Modal

Kerja

Gambar 1. Komposisi Kredit UMKM Menurut Jenis Kredit (Persen)

Sejak tahun 2003, pertumbuhan kredit UMKM untuk konsumsi selalu

berada diatas jenis kredit lain berdasarkan jenis penggunaan seperti kredit

investasi dan modal kerja. Pada kredit UMKM untuk kredit investasi porsinya

terus mengalami penurunan, hal ini sangat memperihatinkan. Kondisi seperti ini

10,99 10,5 9,31 9,05

43,45 45 48,32 50,5 49,26

45,77 44 41,18 40,19 41,69

10,78

2002 2003 2004 2005 2006

KI KK KMK

Page 20: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

5

sebenarnya tidak terbatas terjadi pada kredit UMKM saja, namun juga untuk total

kredit perbankan.

Kredit UMKM pada tahun 2006, ternyata mulai menunjukkan perubahan.

Hal ini dapat terlihat dengan pertumbuhan kredit UMKM untuk konsumsi

mengalami penurunan, bahkan telah berada di bawah pertumbuhan total kredit

UMKM. Penyebab utama menurunnya kredit konsumsi pada tahun 2006 adalah

merosotnya daya beli masyarakat ketika pemerintah menaikkan harga BBM di

buulan September 2005 yang berdampak pada 2006. akibat merosotnya daya beli

ini, maka pertumbuhan kredit UMKM di tahun 2006 hanya sebesar 15, 65 persen

jauh dibawah tahun 2005 yang masih sebesar 30,92 persen.

Kredit UMKM yang disalurkan untuk pertumbuhan sektor rill masih relatif

rendah. Kredit yang dikucurkan perbankan di sektor UMKM memang mengalami

peningkatan, meskipun hanya mencapai 21,6 persen. Berdasarkan data bank

Indonesia tahun 2007 menggambarkan bahwa pertumbuhan kredit UMKM

perbankan sampai Oktober 2007 sudah mencapai 21,6 persen atau secara nominal

sebesar Rp. 500,03 triliun dengan rincian sebesar Rp. 197,2 triliun disalurkan

untuk kredit mikro, Rp. 147,22 triliun untuk kredit kecil, sedangkan Rp.155,62

triliun disalurkan untuk kredit menengah.

Pada bulan sebelumnya September 2007, total outsanding kredit UMKM

tercatat sebesar Rp. 494,29 triliun. Ini berarti dalam tempo sebulan, kredit baru

UMKM yang mengucur mencapai Rp. 5,74 triliun. Secara akumulasi, sejak awal

tahun hingga Oktober 2007, perbankan telah menyalurkan kredit UMKM

sebanyak 72,04 triliun. Hal ini merupakan hasil yang maksimal bagi perbankan.

Page 21: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

6

Jika dilihat berdasarkan kelompoknya pada Tabel 1.3, maka bank swasta nasional

devisa dan bank persero (BUMN) lebih banyak dalam menyalurkan kredit

UMKM dibandingkan dengan bank yang lainnya.

Tabel 1.3 Kredit UMKM Menurut Kelompok Bank Komersial di Indonesia Tahun 2007 (Triliun Rupiah)

Jenis Bank Kuartal

I Kuartal

II Kuartal

III Okt-2007

Bank Persero 144.82 151.61 161.06 164.06Bank Swasta Nasional Devisa

179.34 191.15 204.39 206.62

Bank Swasta Nasional Non Devisa

18.07 19.39 20.7 20.73

BPD 55.59 62.23 67.51 67.91Bank Campuran 4.71 5.04 5.54 5.65Bank Asing 13.13 13.35 13.78 13.75BPR-BPRS 18.59 19.9 21.29 21.29

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia,Bank Indonesia, 2007

Sebelumnya memang dukungan perbankan terhadap UMKM memang

sangat minimal. Kredit mikro, kecil, dan menengah lebih banyak disalurkan bukan

pada target yang sebenarnya. Hal itu tidak terlepas dari rendahnya kemampuan

akses usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terhadap permodalan. Adapun

anggapan bank dalam penyaluran kredit kepada UMKM mempunyai resiko yang

relatif tinggi, serta manajemen dan administrasi yang buruk dengan ketidakadaan

agunan.

Dilain pihak, fungsi intermediasi perbankan memang sangat rumit karena

prosedur dan aturan yang ketat dan terikat pada prinsip kehati-hatian, yaitu bank

mensyaratkan penyediaan agunan bagi masyarakat yang hendak mendapatkan

kredit. Bila terjadi ketidakseimbangan dalam prinsip kehati-hatian tersebut , akan

timbul resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan keuangan bank. Selain itu

Page 22: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

7

seperti yang disebutkan oleh Choury, Galai dan Mark, timbulnya perubahan

dalam kualitas kredit debitur dapat berdampak besar pada nilai kredit bank

(Syafi’i, 2005). Dalam bukunya juga Choury, Galai dan Mark menyatakan bahwa

dalam industri perbankan resiko kredit merupakan resiko klasik yang sudah

dikenal oleh para praktisi perbankan sejak lama. Penyebab utama dari berbagai

permasalahan bank menyangkut resiko kredit ini, kebanyakan berkaitan langsung.

Hal itu seperti dalam standar pemberian pinjaman bagi debitur yang belum

dikelola dengan baik dan pengelolaan portofolio yang masih belum optimal.

Selain itu juga disebabkan dengan kurangnya perhatian terhadap perubahan

kondisi perekonomian atau kondisi lain yang mempengaruhi jumlah

pengembalian pinjaman debitur.

Namun, ketika melihat kondisi pada Tabel 1.3, dengan adanya

peningkatan penyaluran kredit kepada sektor UMKM setiap tahunnya. Perbankan

sudah mulai beralih menyalurkan kreditnya kepada sektor ini. Hal ini disebabkan

dengan mampu bertahannya sektor ini pada saat krisis pada tahun 1997 terjadi.

Selain itu juga, perbankan sudah mampu menilai bahwa pada sektor ini resiko

yang dihadapi oleh perbankan sangat rendah, jika dibandingkan dengan sektor

usaha besar (korporasi). Oleh karena itu, dari perlu adanya penelitian mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit Mikro, Kecil, dan

Menengah (MKM).

Page 23: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

8

1.2. Perumusan Masalah

Dunia usaha khususnya pada sektor UMKM memberikan peranan besar

terhadap pendapatan nasional. Hal ini terlihat dari adanya kontribusi UMKM yang

meningkat setiap tahunnya. Oleh karena itu, peningkatan sektor ini tidak terlepas

dari peranan perbankan dalam penyaluran kredit.

Kredit yang disalurkan oleh perbankan merupakan aset bank yang sifatnya

kurang liquid dibandingkan dengan aset lainnya. Hal ini disebabkan karena

pinjaman kredit tidak dapat langsung disalurkan dalam bentuk cash sampai

dengan masa pinjaman habis. Adanya kemungkinan pengembalian pinjaman yang

gagal, akibat tidak sanggupnya debitur untuk mengembalikan pinjaman sesuai

dengan kesepakatan. Pengembalian pinjaman seperti ini dapat menimbulkan

kredit terjadinya kredit bermasalah atau non performing loan (NPL). Melihat

situasi tersebut, maka kredit yang disalurkan perbankan akan mengalami

penurunan. Perbankan tidak ingin mengambil resiko dengan berkurangnya aset

yang dimiliki oleh bank.

Total penyaluran kredit mikro, kecil dan menengah nominal (outsanding)

mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini dapat terlihat pada gambar 2,

outsanding kredit MKM selalu mengalami peningkatan pada tahun 2002 sampai

2007. Peningkatan tersebut cukup besar dari Rp.1685,39 triliun sampai

Rp.5372,29 triliun. Kondisi ini menunjukkan pentingnya perbankan dalam

mendorong sektor rill untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian.

Page 24: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

9

Keterangan: dalam triliun rupiah Sumber: Bank Indonesia, 2008

Gambar 2. Trend Outsanding Penyaluran Kredit MKM Bank Umum

Dalam penyaluran kredit perbankan terhadap sektor ini juga dipengaruhi

oleh suku bunga. Penetapan suku bunga yang tinggi akan menyebabkan sektor

perbankan lebih memilih untuk membeli surat berharga dibandingkan dengan

memilih resiko untuk menyalurkan kredit kepada sektor usaha. Pemilihan dengan

membeli surat berharga akan mengurangi jumlah reserve bank, sehingga jumlah

kredit yang disalurkan akan berkurang dan menurunkan pertumbuhan sektor

UMKM serta berimbas pada penurunan pertumbuhan perekonomian.

Namun, pada kenyataannya di negara Indonesia kebijakan melalui

penetapan suku bunga SBI belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

pertumbuhan kredit. Hal ini dapat terlihat pada Gambar 3, periode awal tahun

2002 suku bunga SBI sebesar 16,93 persen sampai akhir 2003 sebesar 8,31

persen. Pada periode ini terjadi kebijakan moneter yang tidak efektif yang

dilakukan oleh bank sentral. Saat itu pemerintah melakukan kebijakan moneter

yang ekspansif dengan menurunkan suku bunga SBI. Penurunan SBI yang

diharapkan dapat mendorong perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit

1685,392197,67

2837,72

3791,314527,41

5372,29

2002 2003 2004 2005 2006 2007

Page 25: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

10

ternyata tidak terjadi, melainkan hal sebaliknya yang terjadi. Melihat hal tersebut

maka belum pulihnya fungsi lembaga perbankan.

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

1 10 19 28 37 46 55 64 73 82 91 100 109 118 127 136 145 154 163

suku bunga SBI

Sumber: Bank Indonesia, 2008 Keterangan: dalam persen

Gambar 3. Trend Suku Bunga SBI Periode 1994-2007

Penyaluran kredit perbankan saat ini memeng lebih banyak kepada sektor

UMKM. Proporsi yang disalurkan pada sektor UMKM mengalami peningkatan

setiap tahunnya, akan tetapi ini belum proporsional dibandingkan dengan

korporasi. Adapun dua alasan perbankan beralih untuk menyalurkan kredit kepada

sektor UMKM. Pertama, risiko kredit UMKM jauh lebih rendah dibandingkan

dengan korporasi. Kedua, NPL pada sektor UMKM lebih kecil.

Melihat berbagai permasalahan yang dihadapi oleh sektor UMKM maka

perlu adanya penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dalam

volume penyaluran kredit mikro, kecil, dan menengah. Oleh karena itu dapat

dirumuskan permasalahannya adalah sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi volume penyaluran kredit Mikro,

Kecil, dan Menengah pada jangka panjang?

Page 26: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

11

2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi volume penyaluran kredit Mikro,

Kecil, dan Menengah pada jangka pendek?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan

penelitian ini adalah:

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM) pada jangka panjang.

2. Menganalisis faktor-faktor apakah yang mempengaruhi volume

penyaluran kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM) pada jangka

pendek.

1.4. Manfaat Penelitian

Sejalan dengan tujuan penelitian maka manfaat penelitian ini adalah:

1. Memberikan pertimbangan kepada pihak yang berkepentingan seperti

lembaga perbankan khususnya dalam mengambil keputusan untuk

memberikan akses kredit kepada sektor usaha mikro, kecil, dan menengah

(UMKM).

2. Memberikan masukan untuk peningkatan pemberdayaan usaha mikro,

kecil, dan menengah (UMKM).

Page 27: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

12

1.5. Ruang Lingkup

Penelitian ini difokuskan kepada pencarian data mengenai analisis faktor-

faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit Mikro, Kecil, dan

Menengah (MKM) dengan batasan penelitian pada bank umum (bank komersial)

pada periode 2002 sampai 2007. Variabel-variabel ekonomi yang dianggap

berpengaruh dalam penelitian ini yaitu kapasitas kredit (lending capacity), non

performing loan bank umum (NPL), Gross Domestik product (GDP) dengan

tahun dasar konstan tahun 2000, suku bunga sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan

suku bunga kredit bank umum berdasarkan jenis penggunaan yaitu kredit modal

kerja, kredit investasi dan kredit konsumsi.

Page 28: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kredit

2.1.1. Pengertian Kredit

Kredit berasal dari bahasa Yunani (credere) yang berarti kepercayaan.

Kepercayaan itu antara si pemberi dengan si pemohon kredit yang terkait dalam

suatu kesepakatan. Menurut Kent dalam Suyatno (2003), kredit adalah hak untuk

menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu

yang diminta, atau pada waktu yang akan datang yang disebabkan oleh

penyerahan barang-barang sekarang. Jonson dalam Djinarto (2000) menyatakan

bahwa kredit adalah kemampuan untuk memperoleh barang atau jasa dengan

memberi janji untuk membayar pada tanggal tertentu dimasa yang akan datang.

Dalam arti ekonomi kredit adalah penundaan bayaran dari prestasi yang diberikan

sekarang baik dalam bentuk barang, uang atau jasa (Suyatno, 2003).

Menurut UU No.7 Tahun 1992 tentang Pokok-Pokok Perbankan,

pengertian kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu. Hal tersebut berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjaman-

pinjaman antara bank dengan pihak lain. Kondisi tersebut mewajibkan pihak

peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah

bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan.

Penyaluran terhadap kredit merupakan segala bentuk fasilitas pinjaman

dana melalui pasar rupiah dan valuta asing yang ditetapkan dalam peraturan bank

Indonesia. Namun dalam penyaluran kredit tersebut terdapat resiko kredit baik itu

Page 29: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

14

secara langsung maupun tidak langsung. Resiko kredit merupakan resiko akibat

adanya ketidakpastian dalam pengembalian pinjaman.

Rencana kredit untuk jangka waktu satu tahun yang disusun itu

disesuaikan dengan perkiraan jumlah uang yang beredar sehingga tidak akan

menganggu kestabilan moneter. Kestabilan moneter yang dimaksudkan ialah

merupakan perimbangan antara perkembangan jumlah uang yang beredar dengan

tingkat harga, suku bunga, perkembangan neraca pambayaran, tingkat

moneterisasi perekonomian.

2.1.2. Unsur-Unsur Kredit

Menurut Muljono (2001), terdapat unsur kredit antara lain:

1. Waktu, yang menyatakan bahwa ada jarak antara saat persetujuan pemberian

kredit dan pelunasannya.

2. Kepercayaan, yang melandasi pemberian kredit oleh pihak kreditur kepada

debitur, bahwa setelah jangka waktu tertentu debitur akan mengembalikan

sesuai dengan kesepakatan yang sudah disetujui oleh kedua belah pihak.

3. Penyerahan, yang menyatakan bahwa pihak kreditur menyerahkan nilai

ekonomi kepada debitur yang harus dikembalikan setelah jatuh tempo.

4. Resiko, yang menyatakan adanya resiko yang mungkin timbul sepanjang jarak

antara saat memberikan dan pelunasannya.

5. Persetujuan dan perjanjian, yang menyatakan bahwa antara kreditur dan

debitur terdapat suatu persetujuan dan dibuktikan dengan suatu perjanjian.

Page 30: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

15

2.1.3. Prinsip-Prinsip Kredit

Menurut Kasmir (2004), prinsip-prinsip penilaian kredit yang dilakukan

dengan analisis 5C yang terdiri dari faktor sebagai berikut:

1. Character, adalah sifat atau watak calon debitur. Hal ini bertujuan

memberikan keyakinan kepada pihak perbankan bahwa sifat atau watak dari

orang-orang yang akan diberikan kredit dapat dipercaya.

2. Capacity, adalah kemampuan calon debitur dalam membayar kredit yang

dihubungkan dengan kemampuan calon debitur tersebut dalam mengelola

bisnis serta kemampuannya mendapat keuntungan.

3. Capital, adalah sumber-sumber pembiayaaan yang dimiliki calon debitur

dalam usaha yang dilakukannya.

4. Collateral, adalah jaminan yang diberikan calon debitur baik besifat fisik

maupun non fisik. Jaminan yang diberikan dianjurkan melebihi jumlah kredit

yang diberikan.

5. Condition, adalah penilaian kredit yang mempertimbangkan kondisi ekonomi

sekarang dan masa yang akan datang.

2.1.4. Jenis-Jenis Kredit

A. Kredit Berdasarkan Tujuan Penggunaan

Berdasarkan tujuan penggunaannya, kredit terbagi menjadi dua jenis yaitu:

1. Kredit konsumtif yaitu, kredit yang digunakan untuk membiayai pembelian

barang-barang atau jasa-jasa yang dapat memberikan kepuasan langsung

kepada konsumen. Jenis kredit ini digunakan untuk membiayai hal-hal yang

Page 31: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

16

bersifat konsumtif seperti kredit perumahan, kredit kendaraan serta kredit

untuk membeli makanan dan pakaian. Secara tidak langsung kredit konsumtif

akan memberikan efek produktif dengan cara meningkatkan produksi dari

barang atau jasa yang telah dibeli oleh peminjam.

2. Kredit produktif yaitu, kredit yang digunakan untuk tujuan-tujuan yang

produktif. Kredit ini digunakan untuk membeli barang-barang modal yang

bersifat tetap maupun untuk membiayai kegiatan pengadaan barang yang habis

dalam sekali produksi. Kredit produktif dapat dibagi lagi menjadi dua bagian

yaitu, kredit investasi dan kredit modal kerja. Kredit investasi merupakan jenis

kredit yang dikeluarkan oleh perbankan untuk pembelian barang-barang

modal yaitu, tidak habis dalam satu cycle. Kredit modal kerja merupakan jenis

kredit yang diberikan oleh bank kepada debiturnya untuk memenuhi

kebutuhan modal kerjanya yang biasanya habis dalam satu siklus usahanya.

Menurut BRI dalam Thamrin (2002), kredit investasi merupakan suatu

kebijaksanan kredit yang bersifat jangka menengah atau jangka panjang yang

diberikan kepada pengusaha perorangan atau perusahaan dengan persyaratan dan

prosedur khusus atau dengan pertimbangan kelayakan. Program kelompok kecil

Industri (KKI) digunakan untuk pembiayaan investasi barang modal dan jasa yang

diperlukan dalam rangka perluasan proyek lama atau baru serta rehabilitasi aset

yang ada. Sedangkan program kredit modal kerja permanen hanya diberikan untuk

pembiayaan modal secara terus menerus digunakan untuk kelancaran usaha.

Page 32: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

17

B. Kredit Berdasarkan Jangka Waktu

Berdasarkan jangka waktunya, kredit dapat dibagi menjadi tiga bagian

yaitu:

1. Kredit jangka pendek, merupakan kredit yang jangka waktu pembayarannya

maksimal satu tahun. Kredit ini biasanya digunakan untuk membiayai

kebutuhan modal kerja (Djinarto, 2000).

2. Kredit jangka menengah, merupakan kredit yang jangka waktu

pembayarannya antara satu sampai dengan tiga tahun. Kredit jangka

menengah biasanya berupa kredit modal kerja dan kredit investasi yang tidak

terlalu besar (Djinarto, 2000).

3. Kredit jangka panjang, merupakan jenis kredit yang jangka waktu

pembayarannya lebih dari tiga tahun. Kredit ini biasanya digunakan untuk

pembelian mesin, pabrik, perumahan, dan alat-alat untuk keperluan investasi

(Djinarto, 2000).

2.1.5. Fungsi Kredit .

Menurut Bank Indonesia, 1997 fungsi kredit adalah:

1. Bagi dunia usaha kredit berfungsi sebagai permodalan untuk menjaga

kelangsungan atau meningkatkan usahanya, dan sebagai pengembalian kredit

wajib dilakukan tepat waktu, sehingga diharapkan dapat diperoleh dari

keuntungn usahanya.

2. Bagi lembaga keuangan kredit berfungsi untuk menyalurkan dana masyarakat

(deposito, tabungan, giro) dalam bentuk kredit pada dunia usaha.

Page 33: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

18

2.2. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter

Perekonomian sebuah negara terbuka (open economy) terdiri dari 4 sektor,

yaitu sektor moneter, sektor riil, sektor fiskal, dan sektor eksternal. Hubungan

antar sektor moneter dan sektor riil terjadi melalui mekanisme transmisi

(mechanism of transmision). Mekanisme ini dilakukan oleh bank sentral sebagai

otoritas sektor moneter dapat mengeluarkan kebijakan yang akan berpengaruh

pada sektor riil.

Mekanisme kebijakan moneter didefinisikan sebagai suatu proses.

Kebijakan moneter ini ditransmisikan ke dalam perubahan GDP riil dan inflasi

(Warjiyo dan Solikin, 2003). Secara umum jalur mekanisme transmisi tersebut

bekerja melalui lima jalur, yaitu jalur suku bunga, nilai tukar, harga aset, dan

ekspektasi.

2.2.1. Jalur Suku Bunga (Interest Rate Channel)

Mekanisme transmisi melalui jalur suku bunga menekankan bahwa

kebijakan moneter dapat mempengaruhi permintaan agregat melalui perubahan

suku bunga. Dalam hal ini, pengaruh perubahan suku bunga jangka pendek

ditransmisikan pada suku bunga jangka menengah atau jangka panjang melalui

mekanisme penyeimbang antara sisi penawaran dan permintaan di pasar uang.

Perkembangan suku bunga tersebut akan mempengaruhi biaya modal (cost of

capital), yang akan mempengaruhi pengeluaran investasi dan konsumsi yang

merupakan komponen dari permintaan agregat.

Page 34: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

19

Sumber: Warjiyo dan Solikin, 2003 Gambar 4. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Melalui Jalur Suku Bunga

2.2.2. Jalur Nilai Tukar (Exchange Rate Channel)

Mekanisme transmisi melalui jalur nilai tukar menekankan bahwa

kebijakan moneter dapat mempengaruhi perkembangan penawaran dan

permintaan agregat, kemudian mempengaruhi output dan harga. Pengaruh

pergerakan nilai tukar tergantung pada sistem nilai tukar oleh suatu negara.

Dalam sistem nilai tukar mengambang, kebijakan moneter ekspansif oleh

Bank Sentral akan mendorong depresiasi mata uang domestik dan meningkatkan

harga barang impor. Hal ini kemudian akan mendorong kenaikan harga barang

domestik, meskipun tidak terdapat ekspansi di sisi permintaan agregat. Dalam

sistem nilai tukar mengambang terkendali, pengaruh kebijakan moneter pada

perkembangan output riil dan inflasi menjadi semakin lemah pada jangka panjang,

terutama jika terdapat substitusi yang tidak sempurna antara aset domestik dan

luar negeri.

Sumber: Warjiyo dan Solikin, 2003 Gambar 5. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Melalui Jalur Nilai Tukar

Nilai Tukar Kebijakan moneter Harga Relatif Impor

Investasi/ Konsumsi

Jumlah uang beredar

Permintaan Agregat

Suku Bunga Kebijakan moneter Biaya Modal Investasi/ Konsumsi

Jumlah uang beredar

Page 35: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

20

2.2.3. Jalur Harga Aset (Asset Price Channel)

Mekanisme transmisi melalui jalur harga aset menekankan bahwa

kebijakan moneter berpengaruh pada perubahan harga aset dan kekayaan

masyarakat, kemudian dapat mempengaruhi pengeluaran investasi dan konsumsi.

Apabila bank sentral melakukan kebijakan moneter kontraktif, maka dapat

mendorong peningkatan suku bunga, dan akhirnya akan menekan harga aset

perusahaan (market value). Penurunan harga aset dapat berakibat pada dua hal.

Pertama, mengurangi kemampuan perusahaan untuk melakukan ekspektasi.

Kedua, menurunkan nilai kekayaan dan pendapatan, akhirnya mengurangi

pengeluaran konsumsi. Kedua hal tersebut berdampak pada penurunan

pengeluaran agregat pada akhirnya.

Sumber: Warjiyo dan Solikin, 2003 Gambar 6. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Melalui Jalur Harga Aset

2.2.4. Jalur Ekspektasi (Expectation Channel)

Mekanisme transmisi melalui jalur ekspektasi menekankan bahwa

kebijakan moneter dapat diarahkan untuk mempengaruhi pembentukan ekspektasi

mengenai inflasi dan kegiatan ekonomi. Kondisi tersebut mempengaruhi perilaku

agen-agen ekonomi dalam melakukan keputusan konsumsi dan investasi, yang

akan mendorong perubahan permintaan agregat dan inflasi.

Nilai Tukar Kebijakan moneter Harga Aset Investasi/ Konsumsi

Jumlah uang beredar

Page 36: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

21

Sumber: Warjiyo dan Solikin, 2003 Gambar 7. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Melalui Jalur Ekspektasi

2.2.5. Jalur Kredit (Credit Channel)

Mekanisme transmisi melalui jalur kredit bekerja dengan memanfaatkan

media pasar utang dan pasar kredit. Fungsi bank sebagai lembaga intermediasi

antara Surplus Spending Unit (SSU) dan Defisit Spending Unit (DSU) berperan

penting dalam mekanisme kebijakan melalui jalur kredit. Mekanisme jalur kredit

dibedakan menjadi dua jalur. Pertama, bank lending channel yang menekan

pengaruh kebijakn moneter pada kondisi keuangan bank, dari sisi aset khususnya.

Kedua, balance sheet channel yang menekankan pengaruh kebijakan moneter

pada kondisi keuangan perusahaan dan kemudian akan mempengaruhi akses

perusahaan untuk mendapatkan kredit.

Sumber: Warjiyo dan Solikin, 2003 Gambar 8. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Melalui Jalur Kredit

Liabilitas Bank Kebijakan moneter

Jumlah uang beredar

Ketersediaan Kredit Bank

Suku Bunga/ Harga Saham

Nilai Bersih Perusahaan

Pemberian Kredit

Investasi

Ekspektasi Inflasi/ Kegiatan Ekonomi

Kebijakan moneter

Jumlah uang beredar

Keputusan konsumsi/ investasi

Page 37: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

22

2.3. Definisi dan Fungsi Bank

Bank merupakan lembaga keuangan yang menerima deposit dan

menyalurkan ke dalam kredit. Bank adalah lembaga intermediasi keuangan,

penghubung antara orang yang memiliki kelebihan modal dengan orang yang

memerlukan modal (Mishkin, 2001). Menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit

dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup

masyarakat banyak.

Apabila dilihat dari fungsinya menurut UU Pokok Perbankan No. 7 Tahun

1992 dan UU RI No. 10 Tahun 1998, terdiri dari Bank Umum dan Bank

Perkreditan Rakyat (BPR) adalah:

1. Bank umum, adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha secara

konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan

adalah umum, dalam arti daat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada.

Begitu juga dengan wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh wilayah

Indonesia, bahkan keluar negeri (cabang).

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR), adalah bank yang melaksanakan kegiatan

usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Page 38: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

23

2.4. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

Menurut Tambunan dalam Hadad (2004), beragam definisi UMKM yang

dikeluarkan oleh berbagai instansi. Pengelompokan definisi UMKM ini dapat

dilihat dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Definisi UMKM

Lembaga Istilah Pengertian Umum

UU No.9/95 ttg Usaha Kecil

Usaha kecil

Asset: Rp200 juta di luar tanah & bangunan; Omset: Rp1 miliar/ tahun Independen

BPS

Usaha mikro Pekerja <5 orang, incl tng kerja keluarga Usaha kecil Pekerja 5 - 19 orang

Usaha menengah Pekerja 20 - 99 orang Meneg Kop & UKM

Usaha kecil

Aset < Rp200 juta, Omset < Rp1 miliar/thn

Usaha menengah

Aset > Rp200 juta, Omset > Rp1 miliar/thn

Bank Indonesia

Usaha mikro Usaha keluarga miskin, teknologi sederhana Usaha kecil Aset < Rp200 juta, Omset < Rp1 miliar/thn

Usaha menengah Aset > Rp200 juta dan < Rp5 miliar (utk industri) dan Aset > Rp200 juta dan < Rp6 miliar (utk jasa lainnya); serta Omset Rp3 miliar/thn Aset di luar tanah & bangunan

Bank Dunia

Usaha mikro Pekerja <10 orang, Aset <USD100 ribu; Omset <USD100 ribu/thn

Usaha kecil Pekerja >10 orang dan <50 orang, Aset >USD100 ribu dan <USD300 ribu; Omset >USD100 ribu/thn dan <USD3 juta/thn

Usaha menengah Pekerja >50 orang dan <300 orang, Aset >USD300 ribu dan <USD15 juta; Omset >USD300 ribu/thn dan <USD15 juta/thn

Sumber: Tambunan dalam Hadad (2002), Hal. 11

Menurut Sanim dalam Thamrin (2002), peranan usaha kecil dapat dilihat

secara lebih rinci pada tingkat atau level makro (analisis suatu kesatuan atau

agragat) yang dapat menyebabkan, yaitu:

Page 39: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

24

1. Penyerapan tenaga kerja dan menciptakan lapangan kerja baru (employment

dan creat new job),

2. Breeding Ground untuk bisnis baru,

3. Usaha bersama kekeluargaan (cooperatif),

4. Mengurangi kecemburuan sosial, karena adanya kesenjangan sosial ekonomi

dan kemiskinan.

Peranan usaha kecil pada tingkat mikro (analisis usaha kecil mikro dan

koperasi) adalah sebagai :

1. Alat distibusi untuk bisnis besar,

2. Sumber pendapatan dan perolehan devisa,

3. Menciptakan kompetisi,

4. Medan bagi inovasi independent dan bakal kewirausahaan,

5. Kontribusi bagi desentralisasi.

Batasan usaha kecil dapat dilihat dari berbagai segi yang menyangkut ciri-

ciri khusus dan ukuran skala atau kapasitas usaha. Menurut Mintzberg dalam

Sutojo (1993), kriteria sektor usaha kecil adalah struktur organisasi yang masih

sangat sederhana dan mempunyai karakter yang khas. Menurut hasil penelitian

lembaga manajemen FEUI, profil usaha kecil di Indonesia adalah sebagai berikut:

1) Hampir setengahnya dari perusahaan kecil hanya mempergunakan kapasitas

terpasang 60 persen atau kurang. Hal tersebut disebabkan oleh adanya

kesalahan dalam perencanaan dan ketidakmampuan memperbesar pasar.

2) Lebih dari setengah perusahaan kecil didirikan sebagai pengembangan usaha.

Pada masa persiapan (sebelum investasi) terdapat dua permasalahan yang

Page 40: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

25

menonjol yaitu pemodalan dan kemudahan usaha (lokasi dan perizinan). Pada

tahap selanjutnya (pengenalan usaha) sektor usaha kecil menghadapi masalah

pemasaran ditambah dengan masalah permodalan dan hubungan usaha. Pada

tahap peningkatan usaha, sektor ini kembali menghadapi permasalahan dalam

permodalan den pengadaan bahan baku.

3) Umumnya sulit untuk meningkatkan pangsa pasar bahkan cenderung

mengalami penurunan usaha yang terjadi karena kekurangan modal, tidak

mampu memasarkan dan kurang keterampilan khas dan adminisrasi.

4) Tingkat ketergantungan terhadap bantuan dari pemerintah berupa permodalan,

pemasaran dan pengadaan barang/bahan relatif tinggi.

5) Hampir lebih dari 50 persen dari usaha kecil masih mempergunakan teknologi

tradisional.

6) Hampir sekitar 70 persen dari usaha kecil masih melakukan pemasaran

langsung kepada konsumen.

7) Sebagian besar pengusaha kecil dalam usaha memperoleh bantuan perbankan

merasa terlalu rumit dan dokumen yang harus dipersiapkan sulit dipenuhi.

Page 41: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

262.5. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti dan Judul

Tujuan Penelitian Metode Analisis

Kesimpulan

Agung et al. (2001),

kajian secara

sistematis mengenai

fenomena credit

crunch di Indonesia

Menguji secara empiris

mengenai penurunan

kredit yang terjadi lebih

banyak disebabkan oleh

faktor-faktor penawaran

seperti dalam hipotesa

credit crunch.

switching

regression dan

dengan data

panel

Pada sisi penawaran, ditemukan bahwa:

• Kapasitas kredit, bank memiliki pengaruh positif terhadap jumlah kredit

yang disalurkan oleh bank.

• Suku bunga kredit mempunyai pengaruh yang positif dan mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap penawaran kredit.

• Pengaruh NPL (Non Performing Loan) dengan penawaran kredit

bersifat negatif, yang mengindikasikan peningkatan jumlah NPL akan

mengakibatkan penurunan dalam jumlah penawaran kredit perbankan.

Nilai NPL yang besar mengharuskan bank harus menyiapkan cadangan

dana penghapusan yang lebih besar guna mengantisipasi terjadinya

kredit macet.

Harmanta dan

Enkanada (2005),

Disintermediasi

Fungsi Perbankan di

Indonesia Pasca

Meneliti mengenai kredit

dengan tujuan serta

metode estimasi yang

hampir sama dengan

Agung, et. al. Penelitian

maximum

likelihood,

persamaan

simultan,

switching

Adanya perilaku yang berbeda dalam penurunan penyaluran kredit

menunjukkan perilaku yang berbeda dalam dua periode:

• Periode pertama tahun 1997/1998 ditandai dengan excess demand. Hal

ini menyimpulkan bahwa penurunan kredit yang terjadi disebabkan oleh

adanya penawaran kredit yang lemah. Pada periode ini krisis yang

Page 42: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

27Krisis 1997 : Faktor

Permintaan atau

Penawaran Kredit,

Sebuah Pendekatan

dengan Model

Disequilibrium

ini mengasumsikan bahwa

permintaan kredit tidak

selalu sama dengan

penawaran kredit (adanya

disekuilibrium)

regression

sedang terjadi mengakibatkan pertumbuhan DPK yang lambat sehingga

menurunkan kemampuan bank dalam menyalurkan kredit.

• Periode kedua pasca krisis 1999 sampai 2003 ditandai dengan excess

supply. Hal ini menyimpulkan bahwa terjadinya penurunan kredit lebih

disebabkan dari permintaan kredit. Kondisi ini terjadi karena belum

pulihnya perekonomian dengan mengakibatkan rendahnya dalam

prospek investasi.

Habibi (2004),

permintaan dan

penawaran kredit

rupiah

Mengestimasi besarnya

penawaran dan

permintaan kredit dari

bank umum sepanjang

periode 1994-2003, serta

membuktikan apakah

terjadi credit crunch.

(Vector

Autoregresive)

VAR

Dari sisi penawaran kredit dipengaruhi secara signifikan oleh suku bunga

kredit, rasio modal terhadap aset dan kredit bermasalah. Kapasitas kredit

tidak mempunyai pengaruh yang signifikan oleh output dan suku bunga

kredit. Hal ini terihat dari representasi grafik penawaran dan permintaan

kredit yang diestimasi tidak terjadi credit crunch sepanjang periode 1994-

2003.

Marissa (2004),

korelasi antara

kredit domestik

terhadap

pertumbuhan

ekonomi Indonesia

Menganalisis faktor-

faktor yang

mempengaruhi

pertumbuhan kredit

domestik dan

pertumbuhan ekonomi di

Two Stage

Least Square

(2SLS)

Kredit domestik memiiki pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi

dan nilainya secara statistik signifikan dalam kurun waktu 1983-2002. Hal

ini menyatakan bahwa kredit telah memberikan kontribusi positif terhadap

perekonomian Indonesia. Kondisi ini menunjukkan bahwa permintaan

kredit domestik oleh sektor ekonomi disalurkan untuk kegiatan investasi

dan modal kerja sehingga menciptakan pertumbuhan ekonomi.

Page 43: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

28Indonesia.

Karina (2005),

analisis penyaluran

kredit bank umum

terhadap usaha kecil

di Indonesia

Menganalisis faktor-

faktor yang

mempengaruhi dan peran

perbankan dalam

penyaluran kredit bank

umum terhadap usaha

kecil di Indonesia

Ordinary

Least Square

(OLS)

Selama periode 1998-2003 jumlah unit usaha kecil memberikan pengaruh

yang positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit usaha kecil.

Peningkatan jumlah unit usaha kecil menyebabkan kredit yang disalurkan

oleh usaha kecil juga semakin banyak. Tingkat suku bunga kredit juga

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penyaluran kredit kepada

usaha kecil.

Wicaksono (2007),

analisis faktor-

faktor yang

mempengaruhi

kredit pertanian oleh

Bank BRI di

Indonesia.

• Mengkaji keragaan dari

volume kredit pertanian

di BRI periode 2002-

2006.

• Menganalisis pengaruh

GDP sektor pertanian,

tingkat suku bunga BRI

dan NPL terhadap

penyaluran kredit

pertanian oleh BRI dan

faktor yangberpengaruh.

Ordinary

Least Square

(OLS)

Penyaluran kredit pertanian oleh BRI tahun 2002-2003 secara nominal

selalu mengalami peningkatan, kecuali tahun 2005 triwulan IV menalami

penurunan dibandingkan pada triwulan sebelumnya. Sedangkan dari sisi

proporsi kredit pertanian terhadap total kredit yang disalurkan oleh BRI

mengalami pertumbuhan yang fluktuatif dengan tren yang terus menurun.

Proporsi yang tinggi terjadi tahun 2005 (III), terendah 2006 (IV).

Peningkatan proporsi yang gignifikan tersebut disebabkan oleh adanya

kredit pertanian jenis kredit program yang dimulai triwulan tersebut.

Page 44: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Penawaran Kredit

Penawaran komoditas barang dan jasa adalah jumlah dari komoditas yang

ditawarkan produsen kepada konsumen dalam pasar dengan tingkat harga dan

jangka waktu tertentu. Sumber penawaran meliputi produksi pada waktu tertentu

dengan persediaan pada waktu sebelumnya. Penawaran atau harga dan jumlah

yang ditawarkan semakin meningkat. Begitu juga dengan penawaran kredit, jika

modal yang dimiliki oleh suatu bank semakin meningkat, maka jumlah kredit

yang ditawarkan akan semakin meningkat juga. Pada kondisi ini menggunakan

teori penawaran yang cateris paribus, yaitu variabel lain dianggap konstan atau

tetap, maka faktor lain selain komoditas tersebut tidak mengalami perubahan.

Menurut Agung et al. (2001) faktor-faktor penyaluran (L) atau penawaran

kredit dipengaruhi oleh resiko kredit (R), modal bank (K), jumlah agunan (A),

kondisi keuangan debitur (CF), kebijakan moneter (MP) dan adverse selection.

Sehingga hubungan tersebut dapat diperlihatkan dalam persamaan sebagai

berikut:

L = f (R, K, A, CF, MP) (3.1)

Dalam resiko kredit mengandung asymetric information dan moral hazard.

Asymetric information merupakan faktor yang harus dihadapi oleh perbankan,

karena bank tidak mengetahui kondisi yang sebenarnya terjadi dari perusahaan

dalam melakukan aplikasi kredit. Kondisi ini akan menimbulkan terjadinya moral

Page 45: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

30

hazard, dengan pihak peminjam tidak memiliki kemampuan yang baik dalam

mengembalikan pinjaman yang diberikan oleh bank. Risiko kredit ini memiliki

hubungan negatif, ketika risiko kredit meningkat maka akan menurunkan

penawaran kredit.

Modal bank memiliki pengaruh positif terhadap penawaran kredit. Hal ini

disebabkan oleh kondisi likuiditas bank ditentukan dalam kemampuan bank untuk

menyalurkan kredit, sebab kredit merupakan bagian dari aset bank. Ketika kondisi

likuiditas atau modal dari bank meningkat maka kemampuan bank dalam

menyalurkan kredit juga mengalami peningkatan.

Agunan merupakan suatu bentuk komitmen dari debitur berupa suatu

penjaminan aset yang dimilikinya kepada pihak bank dalam menyalurkan kredit.

Agunan memiliki hubungan negatif dengan penawaran kredit. Kondisi keuangan

debitur (Cf) memiliki hubungan dengan output yang dihasilkan (Y) dan kualitas

pengembalian kredit (LQ). Sehingga hubungan tersebut dapat dilihat sebagi

berikut:

CF = f (Y,LQ) (3.2)

Penelitian ini melihat kondisi keuangan dalam keadaan perekonomian secara

keseluruhan maka Y dapat diubah menjadi GDP (Mankiw, 2003). Sedangkan

kualitas pengembalian kredit tercermin dari adanya kredit bermasalah maka LQ

diubah menjadi (NPL). Sehingga menjadi:

CF = f(GDP,NPL) (3.3)

Kebijakan moneter (MP) dalam persamaan 3.1, merupakan instrumen yang

dilakukan oleh Bank Indonesia dalam bentuk kebijakan pasar terbuka OPT,

Page 46: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

31

kebijakan cadangan wajib minimum/ reserve requirement (GWM) dan penentuan

tingkat diskonto (DR). Sehingga hubungan tersebut adalah sebagai berikut

MP = f(OPT, GWM, DR) (3.4)

Dalam penelitian ini, kebijakan pasar terbuka tercermin dari kebijakan BI dalam

menentukan tingkat suku bunga SBI. SBI ini memiliki pengaruh terhadap

penyaluran kredit oleh bank. Sehingga dalam persamaan tersebut menjadi:

MP = f (SBI, GWM, DR) (3.5)

Berdasarkan penjelasan diatas maka persamaan 3.1 dapat dijabarkan lebih

detil dengan memasukkan persamaan 3.3 dan 3.5, sehingga menjadi persaman

baru:

L = f (R, K, A, GDP, NPL, SBI, GWM, DR) (3.6)

Dalam penelitian ini variabel modal, GWM, dan agunan mempengaruhi

kapasitas kredit. Oleh karena itu GWM, A dan K dapat di ubah menjadi LC.

Begitu juga dengan suku bunga kredit (RK) mempengaruhi dalam penyaluran

kredit, sehingga persamaan yang didapat menjadi:

L = f (R, LC, RK, GDP, NPL, SBI, DR) (3.7)

Penelitian ini hanya melihat faktor LC, RK, GDP, NPL, dan SBI, maka dari

persamaan 3.7, variabel R dan DR dihilangkan sehingga persamaan yang

digunakan dalam model penelitian ini adalah

L = f (LC, RK, GDP, NPL, SBI) (3.8)

Page 47: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

32

3.1.2. Teori Keseimbangan Kredit

Keseimbangan kredit terbentuk dari perpotongan antara kurva penawaran

kredit (S0) dan permintaaan kredit (D0). Keseimbangan ini menghasilkan tingkat

suku bunga sebesar r0 dan kuantitas kredit sebesar L0.

Gambar 9. Keseimbangan Kredit

Berdasarkan gambar tersebut, penurunan penawaran kredit akan

mengakibatkan pergeseran S0 ke kiri atas, dan sebaliknya jika terjadi peningkatan.

Sementara bila terjadi penurunan permintaan kredit akan mengakibatkan

pergeseran D0 ke kiri bawah, dan juga sebaliknya.

Menurut Agung et al. (2001), turunya kredit yang disalurkan oleh

perbankan dapat disebabkan oleh:

1. Penurunan Kredit Akibat Turunnya Permintaan

Pergeseran permintaan kredit akibat lemahnya perekonomian akan

menyebabkan kredit permintaan dari kredit yaitu D menurun menjadi D1, dengan

asumsi penawaran yang tetap. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya penurunan

pada tingkat suku bunga menjadi r1. Jika perubahan kredit didorong oleh faktor –

Kualitas kreditL0

Suku bunga

r0

S0

D0

Page 48: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

33

faktor struktural mikroekonomi maka penurunan kurva permintaan kredit juga

diikuti oleh semakin menajamnya kemiringan dari kurva permintaan yang

mengakibatkan menurunnya sensitivitas perubahan suku bunga terhadap

permintaan kredit. Kondisi ini ditunjukkan oleh kurva D2.

Sumber: Agung et al. (2001)

Gambar 10. Penurunan Kredit Akibat Menurunnya Permintaan

2. Penurunan Kredit Akibat Turunnya Penawaran

Penawaran kredit dapat disebabkan oleh turunnya kemauan bank untuk

menyalurkan kredit pada tingkat suku bunga yang berlaku. Keengganan

menyalurkan kredit ini dapat berasal dari faktor internal maupun eksternal. Faktor

internal mengenai permasalahan seperti rendahnya kualitas dari jumlah aset yang

dimiliki oleh perbankan, tingginya tingkat NPL dan turunya modal yang dimiliki

oleh bank akibat menurunnya tingkat keuntungan. Sisi eksternal permasalahan

terjadi akibat lemahnya kondisi keuangan perusahaan serta bank tidak mengetahui

L’ L

r1

r0

Suku bunga kredit

Kualitas kredit

D0

D2 D1

S

Page 49: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

34

secara pasti mengenai kondisi dari sutu perusahaan serta kemampuannya untuk

membayar pinjaman.

Sumber: Agung et al. (2001)

Gambar 11. Penurunan Kredit Akibat Menurunnya Penawaran

Menurunya jumlah kredit akibat perubahan faktor penawaran dapat dilihat

dengan bergesernya kurva penawaran ke kiri atas dari S0 menjadi S1. Implikasi

dari pergeseran ini adalah kenaikan tingkat suku bunga dan penurunan jumlah

penyaluran kredit. Terkadang keengganan bank untuk menyalurkan kredit tidak

diikuti dengan perubahan tingkat suku bunga. Hal ini menyebabkan kurva

penawaran bergeser kekiri dan berubah menjadi vertikal (S2), dan kurva

penawaran menjadi tidak sensitif terhadap perubahan tingkat suku bunga.

Efek seperti ini disebut sebagai Non Price Credit Rationing. Hal ini dapat

dipahami sebagai akibat memburuknya resiko kredit dunia usaha dan karena

persoalan informasi yang membuat bank tidak dapat membedakan kualitas

Kualitas kredit

Suku bunga kredit

D

L L2

r2

r1

S0

S1S2

Page 50: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

35

debitur. Persoalan ini lebih buruk lagi ketika ada pergantian manajemen didalam

perbankan dengan orang yang baru. Karena hubungan bank dengan nasabah

jangka panjang pergantian manajemen bank menyebabkan kurang mengertinya

kondisi nasabah. Akibatnya, bank cenderung lebih berhati-hati dalam

menyalurkan kredit dan tingkat suku bunga bukan hal utama dalam menyalurkan

kredit, karena bank berpendapat bahwa hanya nasabah yang kualitas rendah yang

bersedia membayar tingkat suku bunga pinjaman yang tinggi (adverse selection

problem).

3.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Penyaluran Kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM)

3.1.3.1. Suku bunga kredit

Suku bunga kredit merupakan suku bunga yang ditetapkan oleh bank kepada

debitur sehingga sebagai suku bunga pinjaman bagi debitur dan intensif bagi bank

atas penyaluran kredit. Dalam penelitian ini digunakan suku bunga kredit

berdasarkan jenis pengunaan yaitu suku bunga kredit modal kerja, investasi dan

konsumsi. Pengaruh suku bunga kredit terhadap penyaluran kredit kepada

memiliki hubungan yang positif. Hal ini menggambarkan bahwa ketika terjadi

peningkatan terhadap suku bunga kredit maka akan meningkatkan penyaluran

kredit. Kondisi ini sama halnya dalam penyaluran kredit terhadap sektor riil.

Suku bunga yang digunakan dalam penelitian ini menggunakn suku bunga riil

(RK), dengan formula sebagai berikut:

RK riil = RK - inflasi tahunan (INFLYOY) (3.9)

Page 51: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

36

3.1.3.2. Non Performing Loan (NPL)

Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio perbandingan antara kredit

dalam kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet terhadap total kredit

(Dendawijaya, 2001). NPL merupakan salah satu indikator perbankan yang

menggambarkan kesehatan dari suatu bank.

NPL = (kredit bermasalah / total kredit) * 100% (3.10)

NPL (kredit macet) memiliki hubungan yang negatif dengan penyaluran

kredit (Harmanata, 2005) Namun pada penyaluran kredit ke dalam sektor riil,

khususnya sektor UMKM memiliki NPL yang lebih kecil dibandingkan usaha

besar.

3.1.3.3. Gross Domestic Product (GDP)

Gross Domestic Product (GDP) merupakan pengeluaran total atas output

barang dan jasa perekonomian (Mankiw, 2000). Dalam penelitian ini

menggunakan variabel GDP dengan menggunakan GDP dalam bentuk riil, yang

nilai baran dan jasa diukur dengan menggunakan harga konstan. Harga konstan

yang digunakan berdasarkan GDP rill pada tahun dasar 2000. GDP dapat

mengukur pertumbuhan perekonomian suatu negara. Pertumbuhan ekonomi

memiliki hubungan yang positif dalam penyaluran kredit (Harmanata, 2005).

Dalam penelitian ini menggunakan data bulanan yang di interpolasi dari data

triwulanan dengan menggunaka metode cubic spline.

Page 52: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

37

3.1.3.4. Lending Capacity

Lending capacity atau kapasitas kredit, merupakan kemampuan suatu bank

dalam menyalurkan kredit. Lending capacity atau kapasitas kredit (LC) yang

diperoleh melalui pengurangan dari total pasiva, cash in valut, modal dan GWM

(giro wajib minimum). Kapasitas kredit ini diharapkan memiliki korelasi yang

positif terhadap penyaluran kredit MKM (Harmanata, 2005). Dalam penelitan ini

menggunakan kapasitas kredit dalam bentuk riil, yaitu

LC riil = LC / IHK (3.11)

3.1.3.5. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Suku bunga sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga yang

diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan hutang berjangka waktu

pendek dengan sistem diskonto. Selain itu, SBI merupakan salah satu instrumen

yang memungkinkan Bank Indonesia terlibat langsung di pasar uang, dalam

rangka mengendalikan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Suku

bunga Sertifikat Bank Indonesia yaitu suku bunga rata-rata tertimbang SBI

berjangka waktu 1 (satu) bulan pada saat lelang SBI di Bank Indonesia. Suku

bunga SBI yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk riil, adalah sebagai

berikut:

RSBI riil = RSBI - inflasi tahunan (INFLYOY) (3.12)

Suku bunga SBI memiliki hubungan yang negatif dengan penyaluran

kredit (Harmanata, 2005). Hal ini menyatakan bahwa ketika kebijakan moneter

ketat yang ditempuh oleh otoritas moneter dengan menaikkan suku bunga SBI

Page 53: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

38

maka akan menyebabkan semakin meningkatnya dana perbankan yang

ditanamkan pada instrumen SBI sehingga jumlah kredit yang ditawarkan semakin

berkurang.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Dalam Penelitian mengenai analisis yang mempengaruhi volume

penyaluran kredit mikro, kecil dan menengah (MKM) ini melibatkan beberapa

variabel ekonomi yang dianggap mempengaruhi. Variabel yang mempengaruhi

penyaluran kredit MKM tersebut adalah Gross Domestic product (GDP),

kapasitas kredit atau lending capacity riil (RLC), suku bunga kredit riil bank

umum berdasarkan penggunaan (RRK), kredit bermasalah atau Non Performing

Loan (NPL), serta perubahan suku bunga sertifikat Bank Indonesia (DRSBI).

Berdasarkan teori yang ada bahwa dalam penyaluran kredit perbankan

terhadap pengusaha UMKM itu menimbulkan terjadinya permasalahan seperti

kredit macet. Kredit macet ini diukur dilihat melalui non performing loan (NPL).

Permasalahan mengenai kredit macet merupakan masalah bagi perbankan dalam

menyalurkan kreditnya, sebab hal ini yang dapat mengukur tingkat kesehatan

bank. Pengaruh jumlah NPL yang meningkat merupakan masalah bagi perbankan,

sebab dana yang harus disiapkan perbankan harus lebih banyak lagi untuk

menutupi permasalahan tersebut. Ketika NPL meningkat maka menyebabkan

penurunan dalam penyaluran kredit. Melihat hal tersebut, maka NPL dapat

mempengaruhi seberapa besar ekspansi yang dilakukan perbankan dalam

menyalurkan volume kredit MKM kepada UMKM.

Page 54: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

39

Selain itu pada panyaluran kredit MKM ini juga dipengaruhi oleh

kapasitas kredit. Ketika pertumbuhan DPK (dana pihak ketiga) mengalami

peningkatan, maka kapasitas kredit juga meningkat. Oleh karena itu, kapasitas

kredit dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kepada jumlah kredit MKM

yang disalurkan perbankan kepada UMKM. Begitu juga dengan suku bunga

dalam penyaluran kredit MKM merupakan hal yang dilihat oleh debitur ketika

ingin meminjam kepada bank. Begitu juga dengan perbankan dalam menyalurkan

kredit MKM kepada UMKM dengan melihat tingkat suku bunga kredit.

Berdasarkan hal tersebut volume penyaluran kredit MKM yang disalurkan

perbankan terhadap UMKM tersebut, akan dianalisis dengan menggunakan

metode Error Correction Model (ECM). Metode ini digunakan untuk melihat

analisis dalam jangka pendek. Sedangkan untuk melihat analisis dalam jangka

panjang maka dianalisis dengan menggunakan Engle Granger Cointegration.

Ketika sudah dianalisis dalam jangka pendek maka model yang didapatkan

didiagnostic test agar terbebas permasalahan dalam model dengan uji normalitas,

heteroskedastisitas, autokolerasi, dan multikolinearitas. Hal itu dilakukan untuk

mendapatkan model yang terbaik.

Setelah analisis dilakukan terhadap model maka hasil analisis dapat

dibandingkan dengan teori yang telah ada. Kesimpulan mengenai pengaruh jangka

panjang maupun jangka pendek terhadap penyaluran volume kredit mikro, kecil,

dan menengah dapat diperoleh berdasarkan hasil pengamatan.

Page 55: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

40

Gambar 12. Kerangka Pemikiran

Faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit mikro, kecil, dan menengah (MKM):

1. Outsanding kredit MKM pada bank umum (LM) 2. Gross Domestic Product (GDP) 3. Kapasitas Kredit / lending capacity (LC) 4. Kredit bermasalah / Non Performing Loan (NPL) 5. Suku bunga kredit bank umum (RK) 6. Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (DRSBI)

Analisis dengan Metode ECM

Analisis volume penyaluran kredit mikro, kecil, dan menengah (MKM)

Analisis Jangka Panjang

Kesimpulan

Pendekatan residual

Analisis Jangka Pendek

Diagnostic Test

Engle Granger Cointegration

Page 56: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data skunder brupa data time series yang

digunakan dalam bentuk data bulanan dengan periode tahun 2002-2007. Data ini

diperoleh dari buku Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (SEKI) Bank

Indonesia, buku Statistik Perbankan Indonesia (SPI) Bank Indonesia, dan

direktorat research Bank Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data mengenai outsanding kredit mikro, kecil, dan menengah (LM), Gross

Domestic Product (GDP), lending capacity (LC), non performing loan (NPL), riil

suku bunga kredit (RRK), serta perubahan riil suku bunga sertifikat bank

Indonesia (DRSBI).

Tabel 4.1 Jenis, Simbol dan Sumber Data Penelitian No Variabel Satuan Simbol Sumber

1. Outsanding kredit mikro, kecil, dan menengah

Miliar rupiah LM BI

2. Gross Domestic Product Miliar rupiah GDP SEKI, BI

3. Lending Capacity Miliar rupiah LC BI

4. Non Performing Loan Persen NPL SPI, BI

5. Suku bunga kredit riil Persen RRK SEKI, BI

6. Perubahan riil suku bunga kredit Persen DRSBI SEKI, BI

Variabel outsanding awalnya memiliki satuan juta rupiah diubah menjadi

miliar rupiah. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini sudah berbentuk nilai

riil, terkecuali NPL yang berasal dari data Bank Indonesia. Variabel GDP didapat

dalam bentuk kuartalan, kemudian diubah menjadi data bulanan dengan cara

Page 57: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

42

interpolasi. GDP yang digunakan berdasarkan harga konstan tahun 2000. jenis

data, simbol dan sumbernya disajikan pada Tabel 4.1.

4.2. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian untuk menganalisis data ada dua.

Metode-metode tersebut yaitu analisis jangka panjang dengan menggunakan

persamaan kointegrasi dan analisis jangka pendek dengan menggunakan Error

Correction Model (ECM).

Langkah awal dari penelitian ini yaitu mengestimasi besarnya

mengestimasi besarnya volome penyaluran kredit mikro, kecil dan menengah

(MKM) dengan menggunakan pendekatan residual. Selanjutnya dalam penelitian

ini akan dilakukan uji unit root untuk mengetahui apakah koefisien tertentu

memiliki orde first difference atau untuk mengetahui ada atau tidaknya akar unit

(komponen random walk) dengan menggunakan Augmented Dickey Fuller Test

(ADF test). Setelah itu dilakukan uji kointegrasi untuk mengetahui adanya

hubungan jangka panjang dan meramalkan keseimbangannya dengan

menggunakan Engle-Granger Cointegration test. Langkah selanjutnya adalah

melakukan koreksi kesalahan (error) dengan menggunakan ECM untuk model

penelitian. Hal terakhir yang dilakukan adalah Diagnostic Test yaitu uji

normalitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokolerasi. Analisis ini dilakukan

dengan menggunakan software E-views 4.1. dan Microsoft Excel.

Page 58: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

43

4.3. Pendekatan Koreksi Kesalahan

4.3.1. Uji Stasioneritas

Stasioneritas data hal yang sangat penting diuji dalam uji ekonometrika

suatu permodelan. Perhatian ini timbul karena jika ternyata data time series yang

diteliti bersifat non stasionery, maka hasil regresi akan mengandung R2 yang lebih

tinggi dan Durbin-Watson Statistic yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa

telah terjadi regresi semu (suporius regression) dalam model.

Untuk mengukur keberadaan stasioner data ada beberapa cara yang dapat

digunakan. Melalui Augmented Dickey Fuller Test (ADF test) pada Eviews 4.1.

Jika nilai statistiknya lebih kecil dari Mac Kinnon Critical Value maka dapat

disimpulkan bahwa data tersebur stasioner. Namun, jika nilai ADF statistiknya

ternyata lebih besar dari nilai Mac Kinnon Critical Value, berarti data tersebut

tidak stasioner. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah

data yang non-stasioner adalah dengan meningkatkan taraf nyata yang digunakan.

Jika hal tersebut tidak berhasil, maka dapat diatasi dengan melakukan difference

non stasionary processes.

Nelson dan Plosser dalam Enders (2004) menyebutkan bahwa pada

dasarnya Augmented Dickey Fuller Test (ADF test) melakukan regresi dengan

persamaan berikut:

t

p

iittt yyty εβγαα +Δ+++=Δ ∑

=+−−

21110 (4.1)

Keterangan: P = Selang yang terpilih

γαα ,, 20 = Nilai yang diestimasi

tε = Error term.

Page 59: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

44

Hipotesis yang diuji adalah :

0:0 =γH (data tidak stasioner) 0:0 <γH (data stasioner)

Nilai γ diestimasi dengan metode Ordinary Least Squares (OLS) dengan statistik

uji yang digunakan adalah:

γγS

thit = (4.2)

dimana, γS = Simpangan baku dari γ .

Jika nilai t-hit (ADF statistic) lebih kecil dari nilai Mac Kinnon Critical

Value, maka keputusan yang diambil adalah tolak H0. Hal ini berarti bahwa data

tersebut stasioner. Selain dengan memperhatikan nilai ADF statistic, pengujian

kestasioneran juga dapat dilakukan dengan memperhatikan nilai probabilitas

(prob*).jika nilai probabilitas (prob*) lebih besar dari taraf nyata yang digunakan,

maka data tersebut tidak stasioner. Sementara itu, jika nilai probabilitas (prob*)

lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan, maka data tersebut sudah stasioner.

4.3.2. Uji Kointegrasi

Uji kointegrasi digunakan untuk memperoleh hubungan jangka panjang

antar variabel dalam permodelan. Enders (2004) mengatakan bahwa kointegrasi

merujuk pada kombinasi linier antar variabel-variabel yang tidak stasioner. Engle

Granger dalam Enders (2004) mengemukakan bahwa hubungan kointegrasi hanya

bias dibentuk oleh variabel-variabel yang terintegrasi pada derajat yang sama.

Selain itu, menurut Engle Granger komponen-komponen dari vektor Xt =

(X1t,X2t,…,Xnt) dikatakan terkointegrasi pada order (d,b) jika:

Page 60: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

45

a. Semua komponen dari Xt terintegrasi pada order d,

b. Terdapat vektor β = (β1,β2,…,βn) sehingga kombinasi linier dari β Xt =

β1X1t+ β2X2t+…+ βn Xnt terintegrasi pada order (d-b) dengan b>0.

Granger juga mengatakan bahwa suatu uji kointegrasi dapat dianggap sebagai

awal untuk menghindari regresi yang palsu.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melihat uji kointegrasi

yaitu uji kointegrasi Engle-Granger (Engle Granger Cointegration Test), uji

kontegrasi Johansen (Johansen Cointegration Test) dan uji kointegrasi Durbin

Watson (Cointegrating Regression Durbin Watson Test). Dalam penelitian ini, uji

kointegrasi Engle Granger.

Metode kointegrasi Engle Granger menggunakan metode Augmented

Dickey Fuller (ADF) yang terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah meregresi

persamaan OLS kemudian mendapatkan residual (U) dari persamaan tersebut.

Kedua adalah dengan menggunakan metode ADF diuji akar unit terhadap U

dengan hipotesis yang sama dengan hipotesis yang sama dan hipotesis uji unit

root sebelumnya.

Jika hipotesis null (H0) ditolak atau signifikan, maka variabel U adalah

stasioner atau dalam hal ini kmbinasi linier antar variabel adalah stasioner atau

U=I(0). Hal ini berarti meskipun variabel-variabel yang digunakan tidak stasioner,

namun dalam jangka panjang variabel-variabel tersebut cenderung menuju kepada

keseimbangan. Oleh karena itu, kombinasi linier dari variabel- variabel tersebut

disebut co-integrated regression atau regresi kointegrasi dan parameter-parameter

Page 61: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

46

yang dihasilkan disebut sebagai co-integrated parameters atau koefisien jangka

panjang.

LNLM = f(LNGDP, LNLC, NPL, DRSBI, RRK) (4.3)

LNLMt = b0 + b1LNGDPt + b2LNLCt + b3NPLt + b4DRSBIt + b5RRKt + vt (4.4)

dimana, LNLMt = Outsanding kredit mikro, kecil, dan menengah pada periode t (miliar rupiah), LNGDPt = Gross Domestic Product pada periode t (miliar rupiah), LNLCt = Lending Capacity pada periode t (miliar rupiah), NPLt = Non Performing Loan pada periode t (persen), DRSBIt = perubahan riil suku bunga kredit pada periode t (persen), RRKt = suku bunga kredit riil pada periode t (persen), vt = error distribunce pada periode t.

4.3.3. Error Correction Model (ECM)

Error Correction Model (ECM) digunakan untuk mengatasi masalah data

deret waktu (time series) yang tidak stasioner dan superious regression. Hal ini

dikarenakan seluruh komponen dan informasi pada tingkat variabel yang telah

dimasukkan ke dalam model, kemudian memasukkan semua bentuk kesalahan

untuk dikoreksi yaitu dengan cara mendaur ulang error yang terbentuk pada

periode sebelumnya.

Beberapa keunggulan dalam penerapan ECM (Thomas, 1997), adalah

sebagai berikut:

1. Dapat mengatasi masalah deret waktu yang non stasioner dan regresi palsu

2. Dapat diestimasi menggunakan OLS (Ordinary Least Squared)

3. Model dengan menggunakan variabel-variabel dalam bentuk first difference

dalam mengeliminasi trend dari variabel

Page 62: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

47

4. Mengatasi masalah pengolahan data lanjutan seperti masalah multikolinieritas

antar data yang dapat menyebabkan standar error yang sangat besar.

5. Sangat ideal untuk menaksir keakuratan sebuah hipotesis, dengan ECM dapat

dengan jelas membedakan antar parameter jangka panjang.

6. ECM juga memungkinkan untuk mengeliminasi variabel-variabel yang tidak

signifikan tanpa menimbulkan masalah terhadap diagnostic statistic sehingga

efisiensi estimasi dapat ditingkatkan.

Jika terjadi ketidakseimbangan (disequilibrium error), hal ini

kemungkinan disebabkan karena kesalahan spesifikasi, antara lain terjadi pada

pemilihan variabel dan parameter pada keseimbangan itu sendiri. Selain itu,

mungkin disebabkan oleh kesalahan dalam pembuatan definisi variabel dan cara

pengukurannya, atau juga kesalahan oleh faktor manusia (human error) dalam

menginput data.

Model koreksi kesalahan (ECM) dalam penelitian ini adalah:

∆LNLMt = β0 +β1 ∆LNGDPt +β2 ∆LNLCt +β3 ∆NPLt +β4 ∆DRSBIt +β5 ∆RRKt +

γvt-1+et (4.5)

Keterangan: -1 < γ < 0

γ= error correction term

Ut = LNLMt – b0 – b1 LNGDPt – b2 LNLCt- b3 NPLt – b4 DRSBIt – b5 RRKt (4.6)

Page 63: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

48

Model (4.6) dapat diubah dengan mengeluarkan koefisien dalam U menjadi:

∆LNLMt= β0 +β1 ∆LNGDPt +β2 ∆LNLCt +β3 ∆NPLt +β4 ∆DRSBIt +β5 ∆RRKt

+β6 LNLMt-1 +β7 LNGDPt-1 +β8 LNLCt-1 +β9 NPLt-1 +β10 DRSBIt-1

+β11 RRKt-1 +et (4.7)

dimana, β0 = b0 (γ), β1 = b1, β2 = b2, β3 = b3, β4 = b4, β5 = b5, β6 = γ, β7 = -b1 (γ), β8 = -b2 (γ), β9 = -b3 (γ), β10 =- b4 (γ), β11 = -b5 (γ), ∆ = perbedaan pertama (first difference) LNLMt = Outsanding kredit mikro, kecil, dan menengah pada periode t

(miliar rupiah), LNGDPt = Gross Domestic Product pada periode t (miliar rupiah), LNLCt = Lending Capacity pada periode t (miliar rupiah), NPLt = Non Performing Loan pada periode t (persen), DRSBIt = perubahan riil suku bunga kredit pada periode t (persen), RRKt = suku bunga kredit riil pada periode t (persen), et = error distribunce pada periode t.

Untuk mengetahui apakah spesifikasi model dengan ECM merupakan

model yang valid, maka dilakukan uji terhadap koefisien Error Correction Term

(ECT). Jika hasil pengujian terhadap koefisien ECT signifikan, maka spesifikasi

model yang di amati valid.

Page 64: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

49

4.4. Diagnostic Test

4.4.1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk memeriksa apakah error term mendekati

distribusi normal atau tidak. Jika asumsi ini tidak terpenuhi maka prosedur

pengujian menggunakan t-statistic menjadi tidak sah. Uji normalitas error term

dilakukan dengan menggunakan uji Jarque–Bera. Uji ini didasarkan pada error

penduga least squares. Prosedur pengujiannya adalah:

a. H0: Error Term terdistribusi normal

H1: Error Term tidak terdistribusi normal

b. Statistic J-B dihitung melalui tahapan berikut:

Hitung kecondongan ( 3α ) dan ketinggian ( 4α ) distribusi error term

Hitung statistik J-B dengan rumus sebagai berikut:

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ −+=−

24)3(

24

24

23 αα

nBJ (4.8)

Daerah kritis penolakan H0 adalah Jarque- Bera (J-B) > 22−dfX atau probabilitas

(p-value) < α.

4.4.2. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan suatu kondisi dengan nilai varian dari

variabel independen tidak memiliki nilai yang sama. Hal ini melanggar asumsi

dasar dari regresi linear klasik yaitu varian setiap variabel bebas mempunyai nilai

yang konstan atau memiliki varian yang sama/ homoskedastisitas.

Page 65: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

50

Rumusan homoskedastisitas adalah sebagai berikut:

22 )( σ=iuE i=1,2,...,N (4.9)

dimana, ui = unsur distrubance σ2 = nilai varians Pengujian heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan uji White Heteroskedasticity atau Autoregressive Conditional

Heteroskedasticity (ARCH) test pada softwear E-views.

Hipotesis:

0: 00 =βH , tidak terdapat heteroskedastisitas (homoskedastisitas)

0: 00 ≠βH , terdapat heteroskedastisitas

Kriteria pengujian:

Probability Obs*R-squared < α (taraf nyata yang digunakan), maka tolak H0,

Probability Obs*R-squared > α (taraf nyata yang digunakan), maka terima H0.

Jadi, dapat disimpulkan apabila menolak H0, maka menunjukkan terdapat masalah

heteroskedastisitas dalam model. Sebaliknya, jika menerima H0 menunjukkan

bahwa tidak terdapat masalah heteroskedastisitas dalam model.

4.4.3. Uji Autokolerasi

Autokolerasi diartikan sebagai kolerasi antara anggota serangkaian

observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang (Gujarati, 2003). Model

klasik mengasumsikan bahwa unsur gangguan yang berhubungan dengan

observasi tidak dipengaruhi oleh unsure distrubansi atau gangguan yang

berhubungan dengan pengamatan lain. Pada softwear E-views untuk mendeteksi

adanya autokolerasi (serial correlation) dapat dilakukan melaui uji Durbin

Page 66: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

51

Watson (DW), dimana DW>2 atau DW<2, maka terdapat masalah autokolerasi.

Namun dalam penelitian ini uji autokolerasi (serial correlation) menggunakan uji

Breush-Godfrey Serial Colleration LM . rumusan adanya autokolerasi dalam

permodelan adalah sebagai berikut:

0),( ≠ujuiE i≠j

ui = disturbance pengamatan i

uj = disturbance pengamatan j

kondisi diatas menunjukkan bahwa unsur gangguan (disturbance) yang

berhubungan dengan observasi (ui) dupengaruhi oleh unsur gangguan

(disturbance) yang berhubungan dengan pengamatan lain (uj).

Hipotesis:

0: 00 =βH , tidak terjadi autokolerasi

0: 00 ≠βH , terjadi autokolerasi

Kriteria pengujian:

Probability Obs*R-squared < α (taraf nyata yang digunakan), maka tolak H0,

Probability Obs*R-squared > α (taraf nyata yang digunakan), maka terima H0.

Jadi, dapat disimpulkan apabila menolak H0, maka menunjukkan terdapat

masalah autokolerasi dalam model. Sebaliknya, jika menerima H0 menunjukkan

bahwa tidak terdapat masalah autokolerasi dalam model.

4.4.4. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas merupakan pengujian yang dilakukan untuk melihat

apakah terdapat hubungan linier antar variabel-variabel bebas dalam model

Page 67: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

52

regresi. Gejala multikolinearitas dalam suatu model akan menimbulkan beberapa

konsekuensi, diantaranya:

1. Meskipun penaksiran OLS dapat diperoleh, namun kesalahan standarnya

cenderung semakin besar dengan meningkatkannya korelasi antar variabel

(Gujarati, 2003).

2. Standar error dari parameter dugaan akan sangat besar, sehingga selang

kepercayaan cenderung lebih besar (Gujarati, 2003).

3. Sekalipun multikolinearitas dapat mengakibatkan banyak variabel yang tidak

signifikan, tetapi koefisien determinasi (R squared) tetap tinggi, dan uji F

signifikan (Nachrowi, 2006).

4. Jika korelasinya tinggi kemungkinan probabilitas untuk menerima hipotesis

yang salah menjadi besar (Gujarati, 2003).

5. Kesalahan standar akan semakin besar dan sensitif jika ada perubahan data

(Gujarati, 2003).

6. Tidak mungkin mengisolasi pengaruh individual dari variabel yang

menjelaskan(Gujarati, 2003).

Ada beberapa cara untuk mengetahui multikolinearitas dalam suatu model.

Salah satunya adalah dengan melihat koefisien korelasi hasil output komputer.

Jika terdapat koefisien korelasi yang lebih besar |0,8|, maka terdapat gejala

multikolinearitas.

Page 68: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Uji Unit Root

Data deret waktu dapat dikatakan stasioner jika data tersebut menunjukkan

pola konstan dari waktu ke waktu. Uji unit root ini dilakukan untuk menganalisis

suatu variabel stasioner atau tidak satasioner. Uji ini dilakukan terhadap semua

variabel yang digunakan dalam analisis Error Correction Model (ECM).

Pengujian kestasioneran data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

Augmented Dickey Fuller (ADF). Hasil uji ADF untuk data time series setiap

variable pada tingkat level dapat dilihat pada Table 5.1.

Table 5.1 Hasil Uji Unit Root Pada Level dengan Menggunakan Augmented Dickey Fuller

Variabel Nilai

ADF t-statistik

Nilai Kritis Mc Kinnon Keterangan 1% 5% 10%

LNLM -1.897107 -4.094550 -3.475305 -3.165046 Tidak stasioner LNGDP -8.967404 -4.094550 -3.475305 -3.165046 Stasioner NPL -1.203676 -3.525618 -2.902953 -2.588902 Tidak stasioner DRSBI -8.259374 -2.598416 -1.945525 -1.613760 Stasioner RRK -1.847556 -3.525618 -2.902953 -2.588902 Tidak stasioner LNLC -1.896209 -4.094550 -3.475305 -3.165046 Tidak stasioner

Sumber:Lampiran 2

Pada Tabel 5.1. dapat dilihat bahwa terdapat empat variable yang tidak

stasioner. Ini terlihat dari nilai ADF t-statistik keempat variabel tersebut lebih

besar dari Mac Kinnon Critical Value pada taraf nyata 5 persen. variabel yang

tidak stasioner pada tingkat level adalah LNLM, NPL, RRK, dan LNLC.

Ketidakstasioneran ini dapat dibuktikan melalui nilai ADF t-statistik lebih besar

dari Mac Kinnon pada taraf nyata 5 persen. Penelitian dengan menggunakan data

Page 69: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

54

yang tidak stasioner akan menghasilkan regresi semu (superious regression). Oleh

karena itu terdapat empat variabel yang tidak stasioner dan dua variabel yang

stasioner pada tingkat level, maka perlu dilanjutkan dengan uji unit root pada

tingkat first difference.

Uji unit root pada tingkat first difference (derajat satu) ini dilakukan

sebagai konsekuensi dari tidak terpenuhinya asumsi stasioneritas pada tingkat

level (derajat nol). Table 5.2 memperlihatkan hasil uji stasioner pada tingkat first

difference.

Table 5.2 Hasil Uji Unit Root Pada First Difference dengan Menggunakan Augmented Dickey Fuller

Variabel Nilai

ADF t-statistik

Nilai Kritis Mac Kinnon keterangan 1% 5% 10%

LNLM -11.32696 -4.094550 -3.475305 -3.165046 stasioner LNGDP -10.34946 -4.096614 -3.476275 -3.165610 stasioner NPL -7.098562 -4.094550 -3.475305 -3.165046 stasioner DRSBI -10.39428 -2.599413 -1.945669 -1.613677 stasioner RRK -7.653201 -3.527045 -2.903566 -2.589227 stasioner LNLC -13.26975 -3.527045 -2.903566 -2.589227 stasioner Sumber: Lampiran 3

Berdasarkan Tabel 5.2. dapat diketahui bahwa semua data yang digunakan

dalam penelitian ini bersifat stasioner pada tingkat first difference. Oleh karena itu

dapat dikatakan semua data yang digunakan dalam penelitian ini terintegrasi pada

derajat satu (I(1)).

5.2. Uji Kointegrasi

Enders (2004) mengatakan bahwa sistem persamaan jangka panjang dapat

diperoleh dari variabel-variabel yang tidak stasioner sekalipun, asalkan terjadi

Page 70: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

55

kointegrasi pada varriabel-variabel tersebut sehingga dapat diperoleh kombinasi

linier antara variabel atau antar variabel-variabel yang bersifat stasioner.

Pengujian kointegrasi dilakukan untuk memperoleh hubungan jangka panjang

antar variabel.

Tahap awal uji kointegrasi Engle-Granger adalah meregresi persamaan

dan mendapatkan nilai residual dari regresi tersebut. Hasil persamaan regresi

adalah:

LNLM = -18.35529 + 2.339011LNGDP - 0.579417 LNLC + 6.85E-05 DRSBI

-8.20E-05 RRK - 0.000316 NPL (5.1)

Tabel 5.3 Hasil Estimasi Persamaan Jangka Panjang dengan Menggunakan Engle-Granger Cointegration Test

Variabel Koefisien Standar Error Probabilitas

LNGDP 2.339011 0.117139 0.0000LNLC -0.579417 0.208436 0.0071DRSBI 6.85E-05 4.34E-05 0.1199RRK -8.20E-05 2.43E-05 0.0012NPL -0.000316 5.31E-05 0.0000C -18.35529 2.405981 0.0000

R-squared 0.967644Adjusted R-squared 0.965155F-statistic 388.7837Durbin-Watson stat 0.475416Prob(F-statistic) 0.000000Sumber : Lampiran 4

Berdasarkan Tabel 5.3. diatas variabel LNGDP, LNLC, RRK, NPL, dan

konstanta (C) memberikan pengaruh yang siignifikan terhadap variabel LNLM

pada derajat kepercayaan 5 persen. Sedangkan variabel DRSBI tidak memberikan

pengaruh yang signifikan. Hasil analisis persamaan penyaluran kredit mikro, kecil

dan menengah (MKM) di Indonesia adalah:

Page 71: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

56

a. Gross Domestik Product (GDP)

Koefisien LNGDP yang positif sebesar 2,339011, artinya jika terjadi

kenaikan sebesar satu persen pada LNGDP maka volume penyaluran kredit MKM

di Indonesia akan menurun sebesar 2,339011 persen. Kondisi ini menunjukkan

bahwa pertumbuhan ekonomi yang diukur dari GDP mempengaruhi penyaluran

kredit MKM di Indonesia. Peningkatan penyaluran kredit perbankan dapat

meningkatkan produktifitas usaha. Peningkatan produktifitas ini dapat mendorong

peningkatan terhadap GDP, yang menggambarkan perbaikan terhadap

pertumbuhan perekonomian dengan adanya pemulihan terhadap iklim usaha.

Nilai probabilitas variabel LNGDP adalah 0,0000. Nilai ini lebih kecil dari

taraf nyata 5 persen, sehingga LNGDP adalah signifikan dan mempengaruhi

variabel dependennya.

b. Kapasitas Kredit atau lending capacity(LC)

Koefisien kapasitas kredit (LNLC) menunjukkan nilai yang negatif sebesar

0,579417, artinya apabila terjadi kenaikan sebesar satu persen pada kapasitas

kredit (lending capacity) maka kemampuan bank untuk menyalurkan kredit MKM

akan menurun sebesar 0,579417 persen. Kredit MKM yang disalurkan sangat

tergantung pada kapasitas kredit yang tersedia di bank. Hal ini terjadi karena

ketika kapasitas kredit yang meningkat tidak sepenuhnya disalurkan kepada sektor

rill khususnya UMKM. Porsi penyaluran kredit perbankan kepada sektor ini

masih relatif rendah, meskipun ada peningkatannya setiap tahun.

Page 72: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

57

Apabila dilihat dari nilai probabilitas variabel LNLC adalah sebesar

0,0071. Nilai ini lebih besar dari taraf nyata 5 persen, sehingga variabel LNLC

signifikan mempengaruhi variabel dependennya.

c. Perubahan suku bunga SBI (DRSBI)

Koefisien perubahan suku bunga riil sertifikat bank Indonesia (DRSBI)

menunjukkan nilai yang positif sebesar 6,85E-05. Artinya ketika terjadi

peningkatan perubahan suku bunga sebesar 1 persen, maka penyaluran kredit

MKM akan mengalami penurunan sebesar 6,85E-05 persen. Jika dilihat dari nilai

probabilitas DRSBI adalah sebesar 0.1199, berarti nilai ini lebih besar dari taraf

nyata 5 persen. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa DRSBI tidak signifikan

mempengaruhi variabel dependennya. Hal ini mengindikasikan bahwa pada

jangka panjang perubahan dari suku bunga SBI tidak berpengaruh. Selain itu juga

maka kebijakan moneter tidak berjalan atau tidak berpengaruh pada jangka

panjang, karena tidak berpengaruhnya SBI.

d. Suku bunga kredit (RRK)

Koefisien suku bunga kredit (RRK) menunjukkan nilai yang negatif

sebesar 8,20E-05. Artinya, jika terjadi kenaikan suku bunga kredit sebesar 1

persen maka penyaluran kredit MKM akan semakin menurun. Sebesar 8,20E-05

persen. Ketika suku bunga kredit itu meningkat maka kredit yang ditawarkan oleh

perbankan itu semakin menurun. Pada kondisi ini perbankan melakukan kebijakan

moneter yang kontraktif, yaitu dengan menekan jumlah uang yang beredar.

Kebijakan ini mendorong terjadinya kenaikan suku bunga yang tinggi, yang

kemudian mendorong peningkatan terhadap suku bunga kredit. Peningkatan suku

Page 73: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

58

bunga kredit ini berdampak kepada sektor perbankan cenderung untuk membeli

surat berharga dibandingkan memberikan kredit kepada investor. Hal ini

mengakibatkan rendahnya kredit yang disalurkan oleh perbankan, sehingga

produktifitas yang akan dihasilkan oleh perusahaan akan mengalami penurunan.

Selain itu dengan adanya penurunan tersebut dapat menyebabkan pertumbuhan

perekonomian mengalami penurunan dengan lesunya iklim usaha.

Berdasarkan nilai probabilitas RRK adalah 0,0012. Nilai ini lebil kecil

dibandingkan taraf nyata 5 persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa RRK

signifikan mempengaruhi variabel dependennya.

e. Non Performing Loan (NPL)

Koefisien non performing loan (NPL) menunjukkan nilai yang negatif

sebesar 0,000316. Hal ini berarti bahwa jika terjadi kenaikan NPL atau kredit

macet sebesar 1 persen maka akan menyebabkan penurunan pada penyaluran

kredit MKM bank umum sebesar 0,000316 persen. Semakin tinggi NPL yang

dimiliki bank, maka semakin menurun kredit MKM yang disalurkan. NPL yang

tinggi menyebabkan bank harus membentuk cadangan penghapusan yang lebih

besar sehingga dana yang dapat disalurkan lewat pemberian kredit semakin

berkurang. Sebaliknya semakin rendah NPL yang dimiliki bank, maka semakin

meningkat kredit yang dapat disalurkan. NPL yang rendah menyebabkan bank

membentuk cadangan penghapusan yang lebih sedikit sehingga dana yang dapat

disalurkan melalui kredit khususnya sektor UMKM akan semakin meningkat.

Pada tingkat NPL yang tinggi, perbankan yang berfikir rasional tidak akan

menyalurkan kreditnya. Akan tetapi, dengan resiko yang dimiliki oleh kredit

Page 74: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

59

UMKM cenderung lebih rendah. Melihat hal tersebut maka perbankan mengambil

resiko dengan menyalurkan kredit.

Jika dilihat nilai probabilitas NPL adalah 0,0000. Nilai ini lebih kecil dari

taraf nyata 5 persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa NPL signifikan

mempengaruhi variabel dependen.

Nilai konstanta (C) dalam pemodelan adalah negatif sebesar 18,35529. Hal

ini berarti jika semua variabel diasumsikan bernilai nol, maka penyaluran kredit

MKM pada bank umum cenderung akan meningkat sebesar 18,35529 persen.

Nilai probabilitas C adalah 0,0000, sehingga menunjukkan bahwa C memberikan

pengaruh yang signifikan dalam permodelan.

Nilai koefisien determinasi (R-Squared) adalah sebesar 0,967644 yang

berarti bahwa variasi variabel endogen dapat dijelaskan secara linier oleh variabel

bebasnya di dalam persamaan sebesar 96,76 persen, dan sisanya sebesar 3,24

persen dijelaskan leh faktor-faktor lain di luar persamaan.

Dilihat dari hasil uji F, didapatkan bahwa variabel-variabel eksogen dapat

menjelaskan variabel endogen yang ditunjukkan oleh nilai P-value = 0,00000

yang lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan yaitu sebesar 5 persen (α=10%).

Nilai ini menunjukkan bahwa persamaan di atas telah mendukung keabsahaan

model, atau dengan kata lain bahwa pengaruh yang ditimbulkan oleh keseluruhan

variabel independen (bebas) terhadap variabel dependennya (terkait) adalah baik.

Persamaan jangka panjang telah diregresikan, maka langkah berikutnya

adalah menguji unit root terhadap nilai residual (V) dengan menggunakan metode

Page 75: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

60

ADF. Nilai residual (V) persamaan penyaluran kredit MKM bank umum ternyata

stasioner pada tingkat level dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4 Uji Unit Root Terhadap Residual Persamaan Jangka Panjang Penyaluran Kredit MKM di Indonesia Tahun 2002-2007

Variabel Nilai ADF

t-statistik

Nilai Kritis Mac Kinnon prob ket

1% 5% 10%

V -4.239682 -2.598907 -1.945596 -1.613719 0.0001 S

Sumber: Lampiran 5 Keterangan: S= data stasioner Berdasarkan Tabel 5.4. nilai ADF t-statistik lebih kecil dari nilai kritis Mc

Kinnon pada taraf nyata 1, 5, dan 10 persen. Hal ini menunjukkan bahwa nilai

residual adalah stasioner pada tingkat level. Dilihat juga dari nilai probabilitas V

(prob*) adalah 0,0001 yang berada di bawah taraf nyata 5 persen juga

menjelaskan kestasioneran residual V tersebut. Dengan demikian terbukti bahwa

terdapat kointegrasi dalam model, sehingga perumusan ECM dapat dilanjutkan.

5.3. Error Correction Model (ECM)

Error Correction Model (ECM) digunakan untuk mengestimasi model

jangka pendek. Estimasi ECM dilakukan dengan meretriksi variabel-variabel yang

berpengaruh terhadap penyaluran kredit mikro, kecil, dan menengah (MKM).

Sebelum mendapatkan ECM untuk penyaluran kredit MKM dengan variabel yang

signifikan (lampiran 7), sudah dilakukan uji ECM untuk penyaluran kredit MKM

dengan lag (selang) empat terlebih dahulu (lampiran 6). Hasil estimasi persamaan

jangka pendek (dinamis) penyaluran kredit MKM dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Page 76: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

61

Tabel 5.5 Error Correction Model Untuk Penyaluran Kredit MKM di Indonesia Tahun 2002-2007

Variabel Koefisien Standar Error Probabilitas

DLNLM(-3) 0.593259 0.095495 0.0000DLNLM(-4) 0.337114 0.088018 0.0003DLNGDP 0.955937 0.230329 0.0001DLNGDP(-2) -1.750117 0.634087 0.0080DLNGDP(-3) 2.972735 0.878785 0.0014DLNGDP(-4) -2.284554 0.573350 0.0002DLNLC 0.346469 0.072127 0.0000DLNLC(-1) 0.149859 0.073329 0.0461DNPL(-1) 0.000102 3.27E-05 0.0029DRRK(-1) 9.08E-05 3.23E-05 0.0070DRRK(-4) -9.71E-05 3.37E-05 0.0057DDRSBI(-1) -8.82E-05 3.27E-05 0.0094DDRSBI(-2) -8.02E-05 3.38E-05 0.0216DDRSBI(-3) -8.93E-05 3.44E-05 0.0121V(-1) -0.117171 0.033536 0.0010Sumber: Lampiran 7

Berdasarkan Tabel 5.5. diatas, maka pemodelan jangka pendeknya adalah:

DLNLM = 0.593259DLNLM(-3) + 0.337114DLNLM(-4) + 0.955937DLNGDP -

1.750117DLNGDP(-2) + 2.972735DLNGDP(-3) -

2.284554DLNGDP(-4) + 0.346469DLNLC + 0.149859DLNLC(-1) +

0.000102DNPL(-1) + 9.08E-05DRRK(-1) - 9.71E-05DRRK(-4) -

8.82E-05DDRSBI(-1) - 8.02E-05DDRSBI(-2) - 8.93E-05DDRSBI(-3)

- 0.079800V(-1) (5.2)

Hasil pengujian terhadap model dinamis (jangka pendek) penyaluran

kredit MKM dapat diinterpretasikan berdasarkan hasil estimasi pada Tabel 5.5

adalah sebagai berikut:

a. Perubahan penyaluran kredit mikro, kecil, dan menengah (DLNLM)

Koefisien perubahan penyaluran kredit MKM menunjukkan pengaruh

yang positif dan signifikan. Pengaruh penyaluran kredit MKM ternyata

Page 77: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

62

dipengaruhi juga dengan penyaluran kredit pada periode penyaluran kredit tiga

bulan sebelumnya dan penyaluran kredit pada empat bulan sebelumnya.

Peningkatan sebesar satu persen dari penyaluran kredit MKM pada tiga

bulan sebelumnya akan meningkatkan penyaluran kredit MKM sebesar 0,593259

persen. Apabila dilihat dari nilai probabilitas variabel LNLM sebesar 0,0000,

maka nilai ini lebih kecil dari taraf nyata 5 persen. Hal ini dapat menyatakan

bahwa variabel perubahan LNLM pada tiga bulan sebelumnya adalah signifikan.

Peningkatan sebesar satu persen dari penyaluran kredit MKM pada empat

bulan sebelumnya akan meningkatkan penyaluran kredit MKM sebesar 0,37114

persen. Apabila dilihat dari nilai probabilitas variabel LNLM adalah 0,0003 maka

nilai ini lebih kecil dari taraf nyata 5 persen. Hal ini menyatakan bahwa variabel

perubahan LNLM pada empat bulan sebelumnya adalah signifikan.

Secara keseluruhan dalam jangka pendek, ketika terjadi peningkatan

penyaluran kredit pada empat dan tiga bulan sebelumnya sebesar satu persen akan

mempengaruhi kenaikan volume penyaluran kredit MKM sebesar 0,899759

persen.

b. Perubahan Gross Domestic Product (DLNGDP)

Pengaruh Gross Domestic Product (LNGDP) terhadap penyaluran kredit

MKM pada jangka pendek berpengaruh secara signifikan, kecuali periode pada

satu bulan sebelumnya. Peningkatan satu persen LNGDP pada bulan sekarang

akan meningkatan penyaluran kredit MKM sebesar 0,955937 persen. Nilai

probabilitas variabel LNGDP adalah 0,0001. Nilai ini lebih kecil dari taraf nyata 5

Page 78: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

63

persen, sehingga variabel perubahan LNGDP pada bulan sekarang adalah

signifikan.

Peningkatan satu persen LNGDP pada dua bulan sebelumnya akan

menurunkan penyaluran kredit MKM sebesar 1,750117 persen. Nilai probabilitas

variabel LNGDP adalah 0,080. Jika GDP meningkat maka mencerminkan bahwa

meningkatnya pertumbuhan ekonomi, sehingga permintaan terhadap kredit akan

meningkat. Namun, berdasarkan hasil penelitian ini menyatakan bahwa

peningkatan GDP pada dua bulan sebelumnya mengakibatkan penurunan terhadap

permintaan kredit. Sehingga kondisi tersebut mengakibatkan terjadinya penurunan

terhadap penyaluran kredit MKM. Hal ini dapat diakibatkan juga dengan keadaan

perekonomian sekarang ini. Dalam karakteristik sektor ini yang feasibel, maka

pola subsidi masih diperlukan oleh UKM. Pola subsidi ini dapat berkurang karena

kondisi perekonomian yang terjadi saat ini. Ketika harga minyak terus meningkat

maka berimbas pada menurunnya perekonomian, keadaan ini juga menular

kepada para usaha kecil, dan menengah. Peningkatan terhadap harga minyak

tersebut juga diiringi dengan peningkatan harga bahan baku, sehingga semakin

mahalnya biaya yang dikeluarkan para pengusaha UMKM ini. Pendapatan yang

diperoleh oleh para UMKM memang meningkat, namun diikuti dengan

peningkatan bahan baku yang lebih tinggi. Selain itu juga, subsidi yang disalurkan

oleh pemerintah mengalami penurunan dengan adanya pengurangan terhadap

anggaran belanja pemerintah yang lain. Hal itu sama saja dengan keadaan

sebelumnya, sehingga menyebabkan permintaan terhadap kredit juga menurun

dan perbankan dalam menyalurkan kredit MKM juga menurun. Nilai ini lebih

Page 79: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

64

kecil dari taraf nyata 5 persen, sehingga variabel perubahan LNGDP pada bulan

sekarang adalah signifikan dan mempengaruhi variabel dependennya.

Peningkatan satu persen LNGDP pada tiga bulan sebelumnya akan

meningkatan penyaluran kredit MKM sebesar 2,972735 persen. Nilai probabilitas

variabel LNGDP adalah 0, 0014. Nilai ini lebih kecil dari taraf nyata 5 persen,

sehingga variabel perubahan LNGDP pada tiga bulan sebelumnya adalah

signifikan dan mempengaruhi variabel dependenya.

Peningkatan satu persen LNGDP pada empat bulan sebelumnya akan

menurunkan penyaluran kredit MKM sebesar 2,284554 persen. Nilai probabilitas

variabel LNGDP adalah 0,0002. Nilai ini lebih kecil dari taraf nyata 5 persen,

sehingga variabel perubahan LNGDP pada empat bulan sebelumnya adalah

signifikan dan mempengaruhi variabel dependenya.

Secara keseluruhan dalam jangka pendek, ketika terjadi peningkatan

LNGDP sebesar satu persen maka akan meningkatkan penyaluran kredit MKM

sebesar 3,928672 persen dan akan menurunkan penyaluran kredit MKM sebesar

4,034671 persen.

c. Perubahan kapasitas kredit atau lending capacity (DLNLC)

Pengaruh perubahan kapasitas kredit atau lending capacity (LNLC)

terhadap penyaluran kredit MKM pada jangka pendek berpengaruh secara positif

dan signifikan penelitian. Peningkatan satu persen LNLC pada bulan sekarang

akan meningkatan penyaluran kredit MKM sebesar 0,346469 persen. Nilai

probabilitas variabel LNLC adalah 0,0000. Nilai ini lebih kecil dari taraf nyata 5

Page 80: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

65

persen, sehingga variabel perubahan LNLC pada bulan sekarang adalah signifikan

dan mempengaruhi variabel dependennya.

Peningkatan satu persen LNLC pada satu bulan sebelumnya akan

meningkatan penyaluran kredit MKM sebesar 0,149859 persen. Nilai probabilitas

variabel LNLC adalah 0,0461. Nilai ini lebih kecil dari taraf nyata 5 persen,

sehingga variabel perubahan LNLC pada satu bulan sebelumnya adalah signifikan

dan mempengaruhi variabel dependennya.

Secara keseluruhan dalam jangka pendek, ketika terjadi peningkatan

LNLC sebesar satu persen maka akan meningkatkan volume penyaluran kredit

MKM sebesar 0,496328 persen. Saat kemampuan perbankan dalam menyalurkan

kredit terhadap sektor UMKM mengalami peningkatan maka jumlah kredit sektor

UMKM juga meningkat.

Setelah pasca krisis 1999 sampai dengan sekarang, terjadinya excess

supplay atau kelebihan penawaran. Sejalan dengan meningkatnya kepercayaan

masyarakat kepada perbankan, karena adanya program penjaminan pemerintah,

maka secara cepat lending capacity mengalami pemulihan. Hal ini karena

didorong dengan adanya peningkatan dana pihak ketiga pada perbankan. Selain

itu adanya program rekapitalisasi perbankan dalam mengatasi modal bank yang

negatif, hal ini dapat meningkatkan kemampuan penyaluran kredit. Namun belum

sepenuhnya kemampuan bank dalam menyalurkan kredit dapat diserap oleh sektor

rill khususnya UMKM. Kondisi ini tercermin dengan rendahnya kondisi LDR

dibawah 50 persen sampai tahun 2005. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 13.

Page 81: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

66

01020304050607080

1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49 53 57 61 65 69

LDR

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia, Bank Indonesia, 2008 Keterangan: dalam persen

Gambar 13. Trend Loan Deposit to Ratio (LDR) Periode 2002-2007

Akan tetapi pada tahun 2005 sampai saat ini kemampuan kredit dalam

menyalurkan kredit sudah mengalami pemulihan. Hal ini dapat terlihat pada

Gambar 14, dengan adanya peningkatan lending capacity setiap tahunnya dengan

kondisi LDR sebesar 66,94 persen pada akhir 2007. Oleh karena itu kemampuan

dalam menyalurkan kredit dapat diserap oleh sektor rill, untuk memacu

pertumbuhan perekonomian saat ini.

0

500

1000

1500

2000

1 11 21 31 41 51 61 71 81 91 101 111 121 131 141 151 161 171

LC

Sumber: Bank Indonesia, 2008 (diolah) Keterangan: dalam triliun rupiah

Gambar 14. Trend Lending Capacity (LC) Bank Umum Periode 1994-2007

Page 82: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

67

d. Perubahan Non Performing Loan (DNPL)

Koefisien perubahan non performing loan (NPL) terhadap penyaluran

kredit MKM pada jangka pendek berpengaruh secara signifikan hanya pada

periode satu bulan sebelumnya Peningkatan satu persen NPL pada satu bulan

sebelumnya akan meningkatan penyaluran kredit MKM sebesar 0,000102 persen.

Nilai probabilitas variabel NPL adalah 0,0029. Ketika NPL yang dimiliki oleh

bank meningkat maka, semakin rendah kerdit yang disalurkan. Namun pada

kondisi ini berbeda, sebab resiko yang dimiliki oleh UMKM cenderung rendah,

sehingga ketika NPL meningkat maka dengan resiko yang rendah, kredit MKM

yang disalurkan meningkat.

Nilai ini lebih kecil dari taraf nyata 5 persen, sehingga variabel perubahan

NPL pada bulan sekarang adalah signifikan dan mempengaruhi variabel

dependennya. Secara keseluruhan dalam jangka pendek, ketika terjadi

peningkatan NPL sebesar satu persen maka akan meningkatkan penyaluran kredit

MKM sebesar 0,000102 persen.

e. Perubahan suku bunga kredit (DRRK)

Koefisien perubahan suku bunga kredit (RRK) berpengaruh terhadap

penyaluran kredit MKM pada jangka pendek. Peningkatan satu persen RRK pada

satu bulan sebelumnya akan meningkatkan penyaluran kredit MKM sebesar

9,08E-05 persen. Nilai probabilitas variabel RRK adalah 0,0070. Nilai ini lebih

kecil dari taraf nyata 5 persen, sehingga variabel perubahan NPL pada bulan

sekarang adalah signifikan dan mempengaruhi variabel dependennya.

Page 83: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

68

Peningkatan satu persen RRK pada empat bulan sebelumnya akan

menurunkan penyaluran kredit MKM sebesar 9,71E-05 persen. Ketika suku bunga

meningkat maka kredit yang ditawarkan oleh perbankan semakin meningkat.

Namun pada suku bunga kredit meningkat, adanya penurunan terhadap

penyaluran kredit. Hal ini disebabkan adanya beberapa UMKM memiliki tingkat

sensitifitas yang tinggi terhadap kenaikan suku bunga. Permasalahan yang

biasanya terjadi ketika adanya peningkatan suku bunga kredit adalah kredit macet.

Kondisi ini dapat terlihat dengan adanya ketidakmampuan pengembalian dari

pihak debitur UMKM dengan nilai pengembalian yang lebih tinggi, sehingga hal

ini menyebabkan turunnya volume penyaluran kredit MKM dari pihak perbankan.

Nilai probabilitas variabel RRK adalah 0,0057. Nilai ini lebih kecil dari

taraf nyata 5 persen, sehingga variabel perubahan RRK pada bulan sekarang

adalah signifikan dan mempengaruhi variabel dependennya. Secara keseluruhan

dalam jangka pendek, ketika terjadi peningkatan RRK sebesar satu persen maka

akan meningkatkan penyaluran kredit MKM sebesar 9,08E-05 persen dan akan

menurunkan penyaluran kredit MKM sebesar 9,71E-05 persen.

f. Perubahan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (DRSBI)

Pengaruh perubahan terhadap perubahan suku bunga sertifikat Bank

Indonesia (DRSBI) terhadap penyaluran kredit MKM pada jangka pendek

berpengaruh secara negatif. Peningkatan satu persen DRSBI pada satu bulan

sebelumnya akan menurunkan penyaluran kredit MKM sebesar 8,82E-05 persen.

Nilai probabilitas variabel DRSBI adalah 0,094. Nilai ini lebih kecil dari taraf

Page 84: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

69

nyata 5 persen, sehingga variabel perubahan DRSBI pada bulan sekarang adalah

signifikan dan mempengaruhi variabel dependennya.

Peningkatan satu persen DRSBI pada dua bulan sebelumnya akan

menurunkan penyaluran kredit MKM sebesar 8,02E-05 persen. Nilai probabilitas

variabel DRSBI adalah 0,0216. Nilai ini lebih kecil dari taraf nyata 5 persen,

sehingga variabel perubahan DRSBI pada bulan sekarang adalah signifikan dan

mempengaruhi variabel dependennya.

Peningkatan satu persen DRSBI pada tiga bulan sebelumnya akan

menurunkan penyaluran kredit MKM sebesar 8,93E-05 persen. Nilai probabilitas

variabel DRSBI adalah 0,0121. Nilai ini lebih kecil dari taraf nyata 5 persen,

sehingga variabel perubahan DRSBI pada bulan sekarang adalah signifikan dan

mempengaruhi variabel dependennya.

Secara keseluruhan dalam jangka pendek, ketika terjadi peningkatan

DRSBI sebesar satu persen maka akan menurunkan volume penyaluran kredit

MKM sebesar 25,77E-05 persen. Terjadinya hubungan negatif suku bunga SBI

terhadap penyaluran kredit MKM ini, sesuai dengan teori. Hal ini berarti bahwa

kebijakan moneter ketat (kontraksi moneter) yang ditempuh oleh otoritas moneter

dengan menaikkan suku bunga SBI maka akan menyebabkan semakin

meningkatnya dana perbankan yang ditanamkan pada instrumen SBI sehingga

jumlah kredit yang ditawarkan semakin berkurang.

Kondisi ini sama halnya terjadi ketika pertengahan tahun 1997 sampai

dengan 1998. saat itu pada dunia perbankan mengalami depresiasi rupiah yang

sempat mencapai Rp.15.000/US$ yang diakibatkan keputusan Thailand untuk

Page 85: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

70

mendevaluasi Bath pada 2 Juli 1997. Distorsi yang terjadi dalam sisi moneter ini

secara langsung menuntut Bank Indnesia sebagai otoritas moneter untuk

melakukan pemulihan yang cepat. Oleh karenanya, dengan meningkatkan suku

bunga SBI, Bank Indonesia dapat menahan laju dpresiasi yang tinggi, menekan

laju iinflasi akibat depresiasi kurs Rupiah sekaligus mengembalikan kepercayaan

dunia perbankan khususnya nasabah agar tetap menyimpan dananya di bank.

Melihat keadaan seperti ini, maka penyaluran kredit yang diberikan perbankan

mengalami penurunan.

Sebaliknya kebijakan moneter longgar yang ditempuh oleh otoritas

moneter dengan menurunkan suku bunga SBI maka akan semakin menurunkan

penanaman dana perbankan pada instrumen SBI sehingga jumlah kredit yang

ditawarkan semakin meningkat. Fenomena ini menggambarkan bahwa SBI

merupakan alternatif penanaman aktiva produktif bank selain kredit dan bersifat

risk free. Ketika kebijakan moneter yang ekspansif dilakukan oleh pemerintah

yaitu dengan menurunkan suku bunga SBI. Penurunan suku bunga SBI

diharapkan dapat mendorong perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit.

Penurunan suku bunga kredit tersebut dapat meningkatkan penyaluran kredit.

Adanya peningkatan penyaluran tersebut yang diiringi dengan kenaikan investasi

maka dapat menyebabkan terjadinya peningkatan terhadap pertumbuhan

perekonomian.

Dilihat dari nilai koefisien ECT (V(-1)) adalah negatif sebesar 0,117171.

Hal ini mengindikasikan ketidakseimbangan dalam volume penyaluran kredit

MKM. Nilai koefisien ECT (V) sebesar 0,117171 menunjukkan bahwa

Page 86: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

71

disequilibrium periode sebelumnya terkoreksi pada periode sekarang sebesar

11,71 persen. ECT menentukan seberapa cepat equilibrium tercapai kembali ke

keseimbangan jangka panjang.

Hasil estimasi dari persamaan jangka pendek menunjukkan nilai R-Square

sebesar 0,688730, artinya bahwa 68,87 persen model volume penyaluran kredit

MKM dapat dijelaskan oleh variabel perubahan LNGDP, LNLC, NPL, DRSBI,

dan RRK pada peride bulanan sebelumnya. Sedangkan sisanya sebesar 31,13

persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model.

5.4. Diagnostic Test

Diagnostic Test terhadap ECM dalam penelitian ini nertujuan untuk

mengetahui ada atau tidaknya masalah yang muncul dari estimasi OLS. Masalah

mengenai normalitas, heteroskedastisitas, dan autokolerasi.

5.4.1. Uji Normalitas

Uji ini dilakukan untuk memeriksa apakah error term mendekati distribusi

normal atau tidak. Uji ini dilakukan dengan bantuan Histogram- Normality Test

Jarque-Bera pada E-views 4.1.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa error term terdistribusi secara

normal. Hal ini ditunjukkan oleh nilai probabilitas Jarque-Bera sebesar 0,743801.

nilai probabilitas tersebut lebih besar dari taraf nyata 5 persen. hasil uji normalitas

dapat dilihat pada Gambar 15.

Page 87: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

72

0

2

4

6

8

10

-0.02 -0.01 0.00 0.01 0.02

Series: ResidualsSample 2002:06 2007:12Observations 67

Mean 0.001890Median 0.002246Maximum 0.019569Minimum -0.022091Std. Dev. 0.008722Skewness -0.218115Kurtosis 2.852521

Jarque-Bera 0.591964Probability 0.743801

Gambar 15. Hasil Uji Normalitas Error Correction Model Penyaluran Kredit MKM di Indonesia Tahun 2002-2007

5.4.2. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Autoregressive Conditional Heterscedasticity (ARCH) test. Hasil uji

heteroskedastisitas tersebut ditunjukkan pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas untuk Mendeteksi Metode Error Correction Model (ECM) Pada Model Volume Penyaluran Kredit (MKM) di Indonesia Tahun 2002-2007

ARCH Test:

F-statistic 0.539062 Probability 0.876394 Obs*R-squared 7.340420 Probability 0.834322

Sumber: Lampiran 9

Nilai probability Obs*R-squared sebesar 0,834322 lebih besar dari taraf

nyata 5 persen yang digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan nilai tersebut,

maka disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah heteroskedastisitas dalam

pemodelan.

Page 88: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

73

5.4.3. Uji Autokolerasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test digunakan untuk menguji

keberadaan autokolerasi pada model jangka pendek volume penyaluran kredit

MKM. Hasil autokolerasi dapat dilihat pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7 Hasil Uji Autokolerasi untuk Mendeteksi Metode Error Correction Model (ECM) Pada Model Volume Penyaluran Kredit (MKM) di Indonesia Tahun 2002-2007

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.879774 Probability 0.573323 Obs*R-squared 11.46410 Probability 0.489619

Sumber: Lampiran 10

Berdasarkan Tabel 5.7. dapat dibuktikan bahwa model volume penyaluran

kredit MKM terbebas dari masalah autokolerasi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai

probabilitas Obs*R-squared adalah 0,489619 lebih besar dari taraf nyata 5 persen.

5.4.4. Uji Multikolinearitas

Berdasarkan Lampiran 11, menyatakan tidak terdapatnya multikolinearitas

pada jangka pendek ini. Hal ini terlihat pada Lampiran 11, tidak terdapat koefisien

korelasi pada model jangka pendek yang lebih besar dari |0.8|.

5.5. Ringkasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi volume penyaluran kredit mikro, kecil, dan menengah (MKM) di

Indonesia maka dapat di ringkasakan hasil penelitian adalah sebagai berikut:

Page 89: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

74

5.5.1. Jangka Panjang

Berdasarkan hasil uji persamaan jangka panjang dengan Ordinary Least Squares,

maka adapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit

mikro, kecil, dan menengah, yaitu:

1. Pertumbuhan Ekonomi yang diukur melalui GDP berpengaruh secara positif

dan signifikan,

2. Kapasitas kredit (LC) berpengaruh secara negatif dan signifikan,

3. Perubahan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (DRSBI) memberikan

pengaruh yang positif dan tidak signifikan,

4. Suku bunga kredit berpengaruh negatif dan memberikan pengaruh yang

signifikan,

5. Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif dan signifikan.

5.5.2. Jangka Pendek

Berdasarkan model dinamis (jangka pendek) penyaluran kredit mikro,

kecil, dan menengah (MKM) di Indonesia menyimpulkan bahwa,

1. Penyaluran kredit mikro, kecil, dan menengah (MKM) ternyata juga

mempengaruhi dengan penyaluran kredit pada periode penyaluran kredit tiga

bulan sebelumnya dan penyaluran kredit pada empat bulan sebelumnya.

Variabel ini mempengaruhi penyaluran kredit secara positif dan signifikan,

2. GDP mempengaruhi penyaluran kredit pada bulan sekarang, dua sampai

empat bulan sebelumnya. Namun ada pada dua dan empat bulan sebelumnya

Page 90: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

75

berpengaruh negatif dan signifikan. Berbeda halnya dengan GDP pada bulan

sekarang dan tiga bulan sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan,

3. Kapasitas kredit atau lending capacity (LNLC) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap penyaluran kredit MKM pada bulan sekarang dan satu

bulan sebelumnya,

4. Non Performing Loan (NPL) berpengaruh positif pada satu bulan sebelumnya

dan signifikan terhadap penyaluran kredit MKM pada jangka pendek,

5. Suku bunga kredit memberikan pengaruh jangka panjang yang positif dan

signifikan pada bulan sekarang. Sedangkan pada suku bunga bulan empat

sebelumnya memberikan pengaruh yang negatif dan signifikan,

6. Perubahan suku bunga SBI memberikan pengaruh yang negatif dan signifikan

pada satu sampai tiga bulan sebelumnya.

Setelah melakukan uji diagnostic test, disimpulkan bahwa pemodelan bebas

dari permasalahan heteroskedastisitas, autokolerasi, serta error term terdistribusi

secara normal. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan

pemodelan yang dianalisis adalah baik.

Page 91: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Pada jangka panjang faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit mikro,

kecil, dan menengah secara positif dan signifikan adalah pertumbuhan

ekonomi yang diukur melalui GDP. Sedangkan kapasitas kredit, suku bunga

kredit dan non performing loan berpengaruh negatif dan signifikan.

2. Pada jangka pendek peran pemerintah lebih besar dibandingkan peran

perbankan. Hal ini terlihat dari pengaruh GDP yang lebih dominan pada

periode bulan sekarang serta dua sampai empat bulan sebelumnya.

6.2. Saran

1. Pada jangka panjang perlu adanya peningkatan terhadap kapasitas kredit,

sebab dengan adanya peningkatan terhadap kapasitas kredit maka akan

meningkatkan penyaluran kredit. Hal ini dapat ditingkatkan melalui total

pasiva, kas perbankan serta GWM.

2. Perlu adanya peningkatan terhadap peran perbankan pada jangka pendek

dengan adanya peningkatan terhadap lending capacity, penurunan suku bunga

kredit, suku bunga SBI, serta NPL.

3. Perlu adanya analisis lebih lanjut terhadap penelitian ini dengan

menambahkan variabel indikator perbankan seperti CAR, LDR. dan DPK. Hal

ini untuk melihat keterkaitan terhadap variabel ekonomi tersebut terhadap

penyaluran kredit MKM.

Page 92: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

DAFTAR PUSTAKA

Agung, J, B. Kusmiarso, B. Pramono, E. G. Hutapea, A. Prasmuko, dan N. J. Prastowo. 2001. Credit Crunch di Indonesia Setelah Krisis : Fakta Penyebab dan Implikasi Kebijakan. Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia, Jakarta.

Anggreni, Y. H. 2006. Analisis Efekivitas Kredit UMKM Studi Kasus UKM

Nasabah Bainul Ummah Kelurahan Pamoyan, Bogor Selatan [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen: Institut Pertanian Bogor.

Badan Pusat Statistik. 2006. Laporan Perekonomian Indonesia. Jakarta. Badan Pusat Statistik dan Departemen Koperasi. 2008. Nilai Produk Domestik

Bruto (PDB) Usaha Kecil, Menengah dan Besar Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2005-2006 Atas Dasar Harga Berlaku. Jakarta.

_____________.2008. Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil, Menengah

dan Besar Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2005-2006. Jakarta. _____________. 2008. Perkembangan Ekspor Barang Usaha Kecil, Menengah

dan Besar Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2005-2006. Jakarta. Bank Indonesia. 1997. Kebijakan dan Upaya Perbankan dalam Membantu

Pengembangan Usaha Kecil dan Koperasi. Jakarta. _____________. 2004. Bank and Other Financial Institutions. Economic report

on Indonesia. Hal. 100-120. . Boedi, A. 2005. Fenomena Credit Crunch Dalam Pasar Kredit dan Implikasinya

Terhadap Intermediasi Perbankan: Analisis Empiris Perbankan Indonesia Sebelum dan Setelah Periode Krisis [disertasi]. Pascasarjana Ilmu Ekonomi: Universitas Indonesia.

Dendawijaya, L. 2001. Manajemen Perbankan. Ghalia Indonesia, Jakarta. Djinarto, B. 2000. Banking Asset Liability Managemen Perencanaan, Strategi,

Pengawasan, dan Pengelolaan Dana. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta. Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan. Statistik Ekonomi dan Keuangan

Indonesia. Bank Indonesia. Jakarta. Berbagai Edisi. Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan. Statistik Perbankan Indonesia.

Bank Indonesia. Jakarta. Berbagai Edisi.

Page 93: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

78

Enders, W. 2004. Applied Econometric Time Series (Second Edition). John Willey & Sons, Inc, Albama.

Gujarati, D. 2003. Ekonometrika Dasar. Zain, Sumarno [penerjemah]. Erlangga,

Jakarta. Habibi, K. 2004. Analisis Penawaran Dan Permintaan Kredit Rupiah Di

Indonesia Periode 1994-2003 [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen: Institut Pertanian Bogor.

Hadikusumah, I. 2007. Analisis Efektivitas Penetapan Suku Bunga Sertifikat Bank

Indonesia (SBI) Terhadap Penyaluran Kredit Serta Implikasinya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Nasional [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen: Institut Pertanian Bogor.

Hadad, M, D. Blasyus, Herawanto, Indradjaja, M. Mukhlas, Y. Kusumastuti.

2004. Kajian Peta Permasalahan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). //www.bi.go.id//.

Harmanata, dan M. Enkanada. 2005. Disintermediasi Fungsi Perbankan di

Indonesia Pasca Krisis 1997 : Faktor Permintaan atau Penawaran Kredit, Sebuah Pendekatan dengan Model Disequilibrium. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Vol.8, No.1: 51-78.

Karina, R. 2005. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Bank

Umum Terhadap Usaha Kecil di Indonesia [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen: Institut Pertanian Bogor.

Kasmir. 2004. Manajemen Perbankan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Mankiw, G. 2000. Teori Makroekonomi. Imam Nurmawan [penerjemah].

Erlangga, Jakarta. Marissa, S. 2004. Analisis Kredit Domestik dan Pertumbuhan Ekonomi di

Indonesia Periode 1983-2002 [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen: Institut Pertanian Bogor.

Mishkin, F. 2001. The Economics Of Money, Banking and Financial Markets.

Columbia University, America. Muljono.2001. Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersial. BPFE,

Yogyakarta. Nuryakin, C dan Perry W. 2006. Perilaku Penawaran Kredit Bank Indonesia:

Kasus Pasar Oligopoli Periode Januari 2001-Juli 2005. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Vol.9, No.2: 21-55.

Page 94: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

79

Nachrowi, D. N. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. LP FEUI, Jakarta.

Simorangkir, O. P. 2000. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank.

Ghalia Indonesia, Jakarta. Sutojo, H. 1993. Profil Sektor Usaha Kecil di Indonesia dan Upaya Penyaluran

Kredit Perbankan. LM FEUI, Jakarta. Suyatno, T. 2003. Dasar-Dasar Perkreditan Edisi Keempat. PT. Gramedia

Pustaka Umum, Jakarta. Syafi’i. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Kredit

Ditinjau Dari Sisi Permintaan dan Penawaran [tesis]. Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi: Universitas Indonesia.

Thamrin, F. D. 2002. Dampak Kredit Usaha Kecil Terhadap Penyerapan Tenaga

Kerja dan Peningkatan Pendapatan Pada Usaha Kecil Kasus Nasabah BRI Cabang Bogor [tesis]. Program Pascasarjana: Institut Pertanian Bogor.

Thomas, 1997. Moneter Econometrics An Introduction : Addision Wesley Lagman

Limited. England. Untoro, dan P. Warjiyo. 2005. Default Risk dan Penjaminan Kredit UKM. Buletin

Ekonomi Moneter dan Perbankan, Vol.7, No.4: 584-619. Warjiyo,P. 2003. Wicaksono, A. R. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran

Kredit Pertanian oleh Bank BRI di Indonesia [skripsi]. Fakultas Pertanian: Institut Pertanian Bogor.

Winarno, W. 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. Sekolah

Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, Yogyakarta.

Page 95: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

LAMPIRAN

Page 96: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

81

Lampiran 1. Data Rill Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Volume

Penyaluran Kredit MKM di Indonesia Periode 2002-2007 Periode LM NPL GDP RLC RRK RSBI 2002:01 123390.0 1200.000 11995445 929622.0 469.0000 251.00002002:02 124113.0 1240.000 12122532 912260.0 400.0000 173.00002002:03 128438.0 1280.000 12255585 891469.0 508.0000 268.00002002:04 132572.0 1310.000 12331696 889329.0 579.0000 331.00002002:05 135790.0 1240.000 12400261 868741.0 621.0000 258.00002002:06 140314.0 1180.000 12528629 868598.0 768.0000 363.00002002:07 142455.0 1210.000 12722923 880491.0 906.0000 488.00002002:08 145684.0 1150.000 12918860 876229.0 845.0000 393.00002002:09 149766.0 1080.000 12990936 879884.0 850.0000 274.00002002:10 152180.0 1060.000 12877709 882172.0 859.0000 277.00002002:11 153999.0 1020.000 12673960 859422.0 839.0000 258.00002002:12 154133.0 809.0000 12538528 865466.0 873.0000 290.00002003:01 152721.0 840.0000 12607789 885838.0 1007.000 401.00002003:02 155840.0 820.0000 12791090 849160.0 1113.000 464.00002003:03 159536.0 815.0000 12975318 844664.0 1151.000 423.00002003:04 162248.0 820.0000 13058946 847421.0 1091.000 344.00002003:05 165657.0 830.0000 13104331 842913.0 1128.000 329.00002003:06 172897.0 800.0000 13185418 846186.0 1121.000 255.00002003:07 174048.0 830.0000 13331348 852961.0 1156.000 283.00002003:08 176845.0 780.0000 13482753 848500.0 1100.000 240.00002003:09 179138.0 790.0000 13535452 849753.0 1098.000 233.00002003:10 183229.0 780.0000 13434960 860582.0 1053.000 200.00002003:11 185864.0 810.0000 13258204 848514.0 1122.000 296.00002003:12 188553.0 820.0000 13131806 902347.0 1132.000 315.00002004:01 186836.0 820.0000 13171642 852212.0 1149.000 304.00002004:02 188381.0 830.0000 13309037 849407.0 1158.000 310.00002004:03 194001.0 780.0000 13464582 845207.0 1084.000 231.00002004:04 197088.0 770.0000 13564485 834671.0 986.0000 141.00002004:05 200627.0 780.0000 13651261 855941.0 911.0000 85.000002004:06 205847.0 750.0000 13773043 859142.0 859.0000 51.000002004:07 209146.0 730.0000 13939388 843580.0 809.0000 16.000002004:08 215404.0 670.0000 14106933 842709.0 845.0000 70.000002004:09 220466.0 690.0000 14193746 849594.0 878.0000 112.00002004:10 226033.0 670.0000 14155528 843221.0 871.0000 119.00002004:11 226951.0 660.0000 14052070 841515.0 865.0000 125.00002004:12 231981.0 575.0000 13980803 852358.0 828.0000 102.00002005:01 229646.0 590.0000 14031508 835270.0 725.0000 11.000002005:02 234388.0 600.0000 14151649 837441.0 734.0000 29.000002005:03 236868.0 560.0000 14281037 828833.0 566.0000 -111.00002005:04 242820.0 570.0000 14370786 853764.0 631.0000 -17.000002005:05 249650.0 730.0000 14456635 854899.0 695.0000 85.000002005:06 257936.0 790.0000 14585619 866852.0 693.0000 107.00002005:07 262159.0 850.0000 14758130 873448.0 652.0000 167.00002005:08 268171.0 890.0000 14927328 895652.0 600.0000 167.0000

Page 97: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

82

Lanjutan Lampiran 1. 2005:09 274318.0 880.0000 14999732 894497.0 602.0000 194.00002005:10 257254.0 840.0000 14928712 812281.0 -241.0000 -564.00002005:11 279839.0 870.0000 14784441 903346.0 -273.0000 -563.00002005:12 262603.0 830.0000 14683946 852158.0 -87.00000 -437.00002006:01 257336.0 870.0000 14731679 843648.0 -63.00000 -430.00002006:02 259517.0 930.0000 14862833 841648.0 -143.0000 -518.00002006:03 259490.0 940.0000 15000033 815629.0 85.00000 -374.00002006:04 262163.0 920.0000 15084993 816004.0 121.0000 -290.00002006:05 262488.0 880.0000 15165953 846128.0 104.0000 -335.00002006:06 267707.0 880.0000 15310234 847948.0 111.0000 -378.00002006:07 269138.0 890.0000 15529124 837288.0 149.0000 -390.00002006:08 272170.0 880.0000 15760933 851636.0 168.0000 -315.00002006:09 275276.0 850.0000 15887926 861263.0 190.0000 -330.00002006:10 276274.0 880.0000 15838488 868950.0 1005.000 446.00002006:11 277731.0 860.0000 15694545 877105.0 1090.000 498.00002006:12 284752.0 700.0000 15584147 896791.0 932.0000 315.00002007:01 275463.0 680.0000 15629498 884565.0 954.0000 324.00002007:02 275697.0 680.0000 15763659 877515.0 934.0000 295.00002007:03 280289.0 660.0000 15913846 874867.0 895.0000 248.00002007:04 282832.0 670.0000 16020789 878994.0 902.0000 271.00002007:05 288372.0 670.0000 16127635 893877.0 909.0000 274.00002007:06 297333.0 640.0000 16291037 912985.0 916.0000 273.00002007:07 300596.0 650.0000 16520365 921071.0 814.0000 165.00002007:08 305536.0 630.0000 16763649 918796.0 819.0000 174.00002007:09 310530.0 580.0000 16921639 927189.0 746.0000 130.00002007:10 311823.0 560.0000 16903007 929852.0 738.0000 137.00002007:11 318223.0 540.0000 16761341 949867.0 754.0000 154.00002007:12 323342.0 460.0000 16558161 959600.0 746.0000 141.0000

Sumber: Bank Indonesia, 2008 (diolah)

Page 98: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

83

UJI KESTASIONERITASAN Lampiran 2. Unit Root pada Tingkat Level 1. LNLM (Outsanding Mikro Kecil Menengah) Null Hypothesis: LNLM has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=1)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.897107 0.6455 Test critical values: 1% level -4.094550

5% level -3.475305 10% level -3.165046

2. LNLC (Lending Capacity) Null Hypothesis: LNLC has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=1)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.896209 0.6459 Test critical values: 1% level -4.094550

5% level -3.475305 10% level -3.165046

3.LNGDP( Pertumbuhan Domestik Bruto) Null Hypothesis: LNGDP has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=1)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -8.967404 0.0000 Test critical values: 1% level -4.094550

5% level -3.475305 10% level -3.165046

4. NPL (Non Performing Loan) Null Hypothesis: NPL has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=1)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.203676 0.6687 Test critical values: 1% level -3.525618

5% level -2.902953 10% level -2.588902

Page 99: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

84

5. RRK(Suku Bunga Kredit Riil) Null Hypothesis: RRK has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=1)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.847556 0.3550 Test critical values: 1% level -3.525618

5% level -2.902953 10% level -2.588902

6. DRSBI (Perubahan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia) Null Hypothesis: DRSBI has a unit root Exogenous: None Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=1)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -8.259374 0.0000 Test critical values: 1% level -2.598416

5% level -1.945525 10% level -1.613760

Lampiran 3. Uji Unit Root pada Tingkat First Difference 1. LNLM (Outsanding Mikro Kecil Menengah) Null Hypothesis: D(LNLM) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=1)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -11.32696 0.0000 Test critical values: 1% level -4.094550

5% level -3.475305 10% level -3.165046

2. LNLC (Lending Capacity) Null Hypothesis: D(LNLC) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=1)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -9.130388 0.0000 Test critical values: 1% level -4.096614

5% level -3.476275 10% level -3.165610

Page 100: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

85

3.LNGDP( Pertumbuhan Domestic Bruto) Null Hypothesis: D(LNGDP) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=1) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -10.34946 0.0000 Test critical values: 1% level -4.096614

5% level -3.476275 10% level -3.165610

4. NPL (Non Performing Loan) Null Hypothesis: D(NPL) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=1) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.144814 0.0000 Test critical values: 1% level -3.527045

5% level -2.903566 10% level -2.589227

5. RRK(Suku Bunga Kredit Riil) Null Hypothesis: D(RRK) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=1)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.653201 0.0000 Test critical values: 1% level -3.527045

5% level -2.903566 10% level -2.589227

6. DRSBI (Perubahan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia) Null Hypothesis: D(DRSBI) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=1) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -10.39428 0.0000 Test critical values: 1% level -2.599413

5% level -1.945669 10% level -1.613677

Page 101: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

86

UJI KOINTEGRASI

Lampiran 4. Hasil Estimasi Jangka Panjang dengan Menggunakan Engle-Granger Cointegration Test Untuk Penyaluran Kredit MKM di Indonesia Tahun 2002-2007

Dependent Variable: LNLM Method: Least Squares Date: 05/19/08 Time: 17:26 Sample(adjusted): 2002:02 2007:12 Included observations: 71 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LNGDP 2.339011 0.117139 19.96786 0.0000 LNLC -0.579417 0.208436 -2.779832 0.0071 DRSBI 6.85E-05 4.34E-05 1.575935 0.1199 RRK -8.20E-05 2.43E-05 -3.377254 0.0012 NPL -0.000316 5.31E-05 -5.959508 0.0000

C -18.35529 2.405981 -7.629028 0.0000 R-squared 0.967644 Mean dependent var 12.06583 Adjusted R-squared 0.965155 S.D. dependent var 0.264937 S.E. of regression 0.049455 Akaike info criterion -3.094784 Sum squared resid 0.158977 Schwarz criterion -2.903572 Log likelihood 115.8648 F-statistic 388.7837 Durbin-Watson stat 0.475416 Prob(F-statistic) 0.000000 Lampiran 5. Hasil Uji Unit Root Terhadap Residual (V) Jangka Panjang

Penyaluran Kredit MKM di Indonesia Tahun 2002-2007 Null Hypothesis: V has a unit root Exogenous: None Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=11)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.239682 0.0001 Test critical values: 1% level -2.598907

5% level -1.945596 10% level -1.613719

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(V) Method: Least Squares Date: 05/19/08 Time: 18:14 Sample(adjusted): 2002:04 2007:12 Included observations: 69 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. V(-1) -0.330783 0.078021 -4.239682 0.0001

D(V(-1)) 0.378425 0.113192 3.343213 0.0014

R-squared 0.247458 Mean dependent var 0.000411 Adjusted R-squared 0.236226 S.D. dependent var 0.033314 S.E. of regression 0.029115 Akaike info criterion -4.206579 Sum squared resid 0.056794 Schwarz criterion -4.141822

Page 102: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

87

ERROR CORRECTION MODEL (ECM)

Lampiran 6. Hasil Estimasi Jangka Pendek (Error Correction Model) Untuk Penyaluran Kredit MKM di Indonesia Tahun 2002-2007 dengan Variabel yang Tidak Signifikan

Dependent Variable: DLNLM Method: Least Squares Date: 05/20/08 Time: 01:39 Sample(adjusted): 2002:07 2007:12 Included observations: 66 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. DLNLM(-1) 0.078723 0.166012 0.474199 0.6382 DLNLM(-2) 0.153083 0.166315 0.920444 0.3635 DLNLM(-3) 0.468883 0.157336 2.980130 0.0051 DLNLM(-4) 0.263623 0.147214 1.790755 0.0817 DLNGDP 0.443626 0.718322 0.617586 0.5407

DLNGDP(-1) 0.617761 1.660800 0.371966 0.7121 DLNGDP(-2) -2.076127 2.113601 -0.982270 0.3325 DLNGDP(-3) 3.115001 1.708315 1.823435 0.0765 DLNGDP(-4) -2.457840 0.859516 -2.859563 0.0070

DLNLC 0.405081 0.094372 4.292402 0.0001 DLNLC(-1) 0.177457 0.125004 1.419611 0.1643 DLNLC(-2) 0.020324 0.120912 0.168087 0.8675 DLNLC(-3) 0.004219 0.114744 0.036771 0.9709 DLNLC(-4) -0.046177 0.096010 -0.480962 0.6335

DNPL -3.35E-05 3.88E-05 -0.864201 0.3932 DNPL(-1) 9.44E-05 4.17E-05 2.264699 0.0296 DNPL(-2) -5.13E-05 4.21E-05 -1.218592 0.2309 DNPL(-3) -6.79E-05 4.68E-05 -1.451049 0.1554 DNPL(-4) -5.35E-06 4.37E-05 -0.122355 0.9033

DRRK 5.69E-05 5.91E-05 0.963222 0.3419 DRRK(-1) 6.28E-05 5.43E-05 1.157232 0.2548 DRRK(-2) -6.13E-06 5.27E-05 -0.116370 0.9080 DRRK(-3) -4.15E-05 5.24E-05 -0.790776 0.4343 DRRK(-4) -8.34E-05 5.28E-05 -1.580210 0.1228 DDRSBI -4.29E-05 5.98E-05 -0.717061 0.4780

DDRSBI(-1) -0.000112 6.89E-05 -1.625390 0.1128 DDRSBI(-2) -0.000109 6.57E-05 -1.662656 0.1051 DDRSBI(-3) -7.46E-05 5.79E-05 -1.289608 0.2054 DDRSBI(-4) 2.07E-06 1.05E-05 0.197943 0.8442

V(-1) -0.025873 0.058155 -0.444907 0.6591 R-squared 0.770123 Mean dependent var 0.012643 Adjusted R-squared 0.584945 S.D. dependent var 0.015943 S.E. of regression 0.010271 Akaike info criterion -6.015936 Sum squared resid 0.003798 Schwarz criterion -5.020638 Log likelihood 228.5259 Durbin-Watson stat 1.966145

Page 103: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

88

Lampiran 7. Hasil Estimasi Jangka Pendek (Error Correction Model) Untuk Penyaluran Kredit MKM di Indonesia Tahun 2002-2007 dengan Variabel yang Signifikan

Dependent Variable: DLNLM Method: Least Squares Date: 05/20/08 Time: 11:32 Sample(adjusted): 2002:06 2007:12 Included observations: 67 after adjusting endpoints

Variabel Koefisien Std. Error t-Statistic Prob. DLNLM(-3) 0.593259 0.095495 6.212481 0.0000 DLNLM(-4) 0.337114 0.088018 3.830040 0.0003 DLNGDP 0.955937 0.230329 4.150302 0.0001

DLNGDP(-2) -1.750117 0.634087 -2.760057 0.0080 DLNGDP(-3) 2.972735 0.878785 3.382778 0.0014 DLNGDP(-4) -2.284554 0.573350 -3.984569 0.0002

DLNLC 0.346469 0.072127 4.803622 0.0000 DLNLC(-1) 0.149859 0.073329 2.043657 0.0461 DNPL(-1) 0.000102 3.27E-05 3.131106 0.0029 DRRK(-1) 9.08E-05 3.23E-05 2.810569 0.0070 DRRK(-4) -9.71E-05 3.37E-05 -2.882958 0.0057

DDRSBI(-1) -8.82E-05 3.27E-05 -2.697656 0.0094 DDRSBI(-2) -8.02E-05 3.38E-05 -2.369628 0.0216 DDRSBI(-3) -8.93E-05 3.44E-05 -2.599223 0.0121

V(-1) -0.117171 0.033536 -3.493919 0.0010 R-squared 0.688730 Mean dependent var 0.012934 Adjusted R-squared 0.604926 S.D. dependent var 0.016001 S.E. of regression 0.010057 Akaike info criterion -6.166737 Sum squared resid 0.005260 Schwarz criterion -5.673149 Log likelihood 221.5857 Durbin-Watson stat 1.713846

Page 104: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

89

DIAGNOSTIC TEST

Lampiran 8. Hasil Uji Normalitas Error Correction Model Untuk Penyaluran Kredit MKM di Indonesia Tahun 2002-2007

0

2

4

6

8

10

-0.02 -0.01 0.00 0.01 0.02

Series: ResidualsSample 2002:06 2007:12Observations 67

Mean 0.001890Median 0.002246Maximum 0.019569Minimum -0.022091Std. Dev. 0.008722Skewness -0.218115Kurtosis 2.852521

Jarque-Bera 0.591964Probability 0.743801

Lampiran 9. Hasil Uji Heteroskedastisitas Error Correction Model Untuk Penyaluran Kredit MKM di Indonesia Tahun 2002-2007

ARCH Test: F-statistic 0.539062 Probability 0.876394 Obs*R-squared 7.340420 Probability 0.834322

Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 05/20/08 Time: 11:38 Sample(adjusted): 2003:06 2007:12 Included observations: 55 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 9.81E-05 5.38E-05 1.823793 0.0753

RESID^2(-1) -0.099649 0.152392 -0.653903 0.5167 RESID^2(-2) -0.161683 0.152672 -1.059020 0.2956 RESID^2(-3) -0.150341 0.154276 -0.974494 0.3354 RESID^2(-4) 0.102706 0.155735 0.659497 0.5132 RESID^2(-5) 0.039683 0.155776 0.254743 0.8002 RESID^2(-6) -0.058662 0.155618 -0.376958 0.7081 RESID^2(-7) 0.050165 0.149049 0.336571 0.7381 RESID^2(-8) -0.117399 0.148924 -0.788314 0.4349 RESID^2(-9) 0.057404 0.145771 0.393795 0.6957

RESID^2(-10) -0.070706 0.143669 -0.492147 0.6252 RESID^2(-11) -0.064647 0.141146 -0.458017 0.6493 RESID^2(-12) 0.143646 0.140209 1.024510 0.3115

R-squared 0.133462 Mean dependent var 7.37E-05 Adjusted R-squared -0.114120 S.D. dependent var 9.97E-05 S.E. of regression 0.000105 Akaike info criterion -15.27747 Sum squared resid 4.65E-07 Schwarz criterion -14.80301 Log likelihood 433.1304 F-statistic 0.539062 Durbin-Watson stat 1.922831 Prob(F-statistic) 0.876394

Page 105: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

90

Lampiran 10. Hasil Uji Autokolerasi Error Correction Model Untuk Penyaluran Kredit MKM di Indonesia Tahun 2002-2007

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.879774 Probability 0.573323 Obs*R-squared 11.46410 Probability 0.489619 Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 05/20/08 Time: 11:35 Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variabel koefisien Std. Error t-Statistic Prob. DLNLM(-3) -0.023253 0.123379 -0.188467 0.8515 DLNLM(-4) -0.044441 0.106484 -0.417349 0.6787 DLNGDP 0.092907 0.290498 0.319822 0.7508

DLNGDP(-2) -0.177965 0.776123 -0.229300 0.8198 DLNGDP(-3) 0.197728 1.072527 0.184357 0.8547 DLNGDP(-4) -0.006259 0.708943 -0.008828 0.9930

DLNLC -0.066803 0.085211 -0.783969 0.4377 DLNLC(-1) 0.009143 0.078966 0.115781 0.9084 DNPL(-1) 1.74E-05 3.55E-05 0.488321 0.6280 DRRK(-1) -2.45E-05 3.94E-05 -0.622446 0.5372 DRRK(-4) 2.57E-05 4.11E-05 0.626974 0.5342

DDRSBI(-1) 1.64E-05 4.00E-05 0.410435 0.6837 DDRSBI(-2) 1.97E-05 4.19E-05 0.468870 0.6417 DDRSBI(-3) 1.89E-05 4.20E-05 0.449458 0.6555

V(-1) -0.040051 0.039762 -1.007264 0.3199 RESID(-1) 0.280994 0.169553 1.657265 0.1053 RESID(-2) -0.022237 0.177807 -0.125063 0.9011 RESID(-3) -0.055692 0.213997 -0.260246 0.7960 RESID(-4) 0.034808 0.188869 0.184299 0.8547 RESID(-5) 0.138244 0.178987 0.772366 0.4444 RESID(-6) -0.193524 0.192692 -1.004319 0.3213 RESID(-7) 0.001936 0.186501 0.010380 0.9918 RESID(-8) -0.107818 0.180535 -0.597214 0.5537 RESID(-9) 0.391275 0.185105 2.113807 0.0408

RESID(-10) -0.077049 0.188214 -0.409367 0.6845 RESID(-11) 0.171043 0.187387 0.912781 0.3668 RESID(-12) 0.170727 0.182423 0.935885 0.3549

R-squared 0.171106 Mean dependent var 0.001890 Adjusted R-squared -0.367675 S.D. dependent var 0.008722 S.E. of regression 0.010200 Akaike info criterion -6.042755 Sum squared resid 0.004161 Schwarz criterion -5.154297 Log likelihood 229.4323 Durbin-Watson stat 1.918213

Page 106: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

91

Lampiran 11. Hasil Uji Multikolineritas Pada Model Error Correction Model Untuk Penyaluran Kredit MKM di Indonesia Tahun 2002-2007

DLNLM DLNLM (-3)

DLNLM (-4)

DLNGDP DLNGDP (-2)

DLNGDP (-3)

DLNGDP (-4)

DLNLC DLNLC (-1)

DNPL (-1)

DLNLM 1.000000 0.242338 -0.044029 0.244540 0.324308 0.156520 -0.097973 0.482800 0.007713 0.373129 DLNLM(-3) 0.242338 1.000000 0.170529 -0.047960 0.136922 0.282506 0.404694 -0.023351 -0.005563 0.033114 DLNLM(-4) -0.044029 0.170529 1.000000 -0.131689 0.021351 0.130696 0.272929 -0.067585 -0.012419 -0.202463 DLNGDP 0.244540 -0.047960 -0.131689 1.000000 0.071929 -0.431144 -0.483072 -0.045682 0.046868 0.126000 DLNGDP(-2) 0.324308 0.136922 0.021351 0.071929 1.000000 0.696664 0.069028 0.117535 -0.010463 0.176644 DLNGDP(-3) 0.156520 0.282506 0.130696 -0.431144 0.696664 1.000000 0.710116 0.224977 0.107846 0.034110 DLNGDP(-4) -0.097973 0.404694 0.272929 -0.483072 0.069028 0.710116 1.000000 0.152410 0.206629 -0.121516 DLNLC 0.482800 -0.023351 -0.067585 -0.045682 0.117535 0.224977 0.152410 1.000000 -0.183686 -1.92E-05 DLNLC(-1) 0.007713 -0.005563 -0.012419 0.046868 -0.010463 0.107846 0.206629 -0.183686 1.000000 0.059967 DNPL(-1) 0.373129 0.033114 -0.202463 0.126000 0.176644 0.034110 -0.121516 -1.92E-05 0.059967 1.000000 DRRK(-1) 0.123346 -0.143831 -0.037760 0.044072 -0.030609 -0.030054 -0.001327 0.011002 0.385428 0.179251 DRRK(-4) 0.012825 0.121106 0.344757 -0.005119 0.051578 0.038696 0.013848 -0.028778 0.013640 -0.103833 DDRSBI(-1) 0.129522 -0.023373 0.030079 -0.013046 -0.013076 0.007255 0.025327 0.081145 0.273647 0.212754 DDRSBI(-2) 0.012253 -0.257784 -0.021952 0.007797 -0.025276 -0.014176 0.005238 -0.019874 0.082677 0.123366 DDRSBI(-3) -0.063694 0.138762 -0.264550 0.028037 -0.003841 -0.012885 -0.007416 0.005241 -0.035725 -0.147238 V(-1) -0.343602 0.070432 0.078095 0.037831 -0.322980 -0.210589 0.018396 -0.338258 0.125524 0.253606

Page 107: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penyaluran kredit

92

Lanjutan Lampiran 11.

DRRK (-1)

DRRK (-4)

DDRSBI (-1)

DDRSBI (-2)

DDRSBI (-3)

V (-1)

0.123346 0.012825 0.129522 0.012253 -0.063694 -0.343602 -0.143831 0.121106 -0.023373 -0.257784 0.138762 0.070432 -0.037760 0.344757 0.030079 -0.021952 -0.264550 0.078095 0.044072 -0.005119 -0.013046 0.007797 0.028037 0.037831 -0.030609 0.051578 -0.013076 -0.025276 -0.003841 -0.322980 -0.030054 0.038696 0.007255 -0.014176 -0.012885 -0.210589 -0.001327 0.013848 0.025327 0.005238 -0.007416 0.018396 0.011002 -0.028778 0.081145 -0.019874 0.005241 -0.338258 0.385428 0.013640 0.273647 0.082677 -0.035725 0.125524 0.179251 -0.103833 0.212754 0.123366 -0.147238 0.253606 1.000000 0.071143 0.666226 0.108376 -0.083970 -0.081565 0.071143 1.000000 0.141698 -0.140592 -0.663520 -0.053490 0.666226 0.141698 1.000000 -0.418795 -0.149169 -0.174083 0.108376 -0.140592 -0.418795 1.000000 -0.418807 0.085798 -0.083970 -0.663520 -0.149169 -0.418807 1.000000 0.054042 -0.081565 -0.053490 -0.174083 0.085798 0.054042 1.000000