Upload
dangque
View
234
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PILIHAN
PERUSAHAAN TERHADAP KONSERVATISMA AKUNTANSI
Nama: Endah Widayati
Dosen Pembimbing: Shiddiq Nur Rahardjo, S.E, M.si, Akt
ABSTRACT
This research was purposed to test with empirically past research from
Lasdi (2008), with increase the variables from Widya (2005). The main purpose is
to analyze factor-factor who affect of the choice for the company by accounting
conservatism. The variables who used in this research is institutional ownership
structure, managerial ownership structure, public ownership structure, litigation,
tax and politic, growth, and debt convenance.
The sample in this research is a manufacture company who listed in
Indonesia Stock Exchage (Bursa Efek Indonesia), sample was choosed with
purposive sampling method. The company was choosed to the sampel is 36
company in 2007-2008. The hyposesis test use multiple regression because the
independent variable more than one variables.
This research shown that accounting conservatism who proxy with accrual
non operation have positive mean value, so accounting conservatism less applied
in the manufacturing company. The factor who affect toward the choose of
accounting conservatism method is a tax and politic, although the coefficient
value is negatif, it is not match with predictian value. While institution ownership
structure, managerial ownership structure, public ownership structure, litigation,
growth, and debt convenance was not affected the choice of the company toward
accounting conservatism method.
Keyword: Conservatism, Institutional Ownership Structure, Managerial
Ownership Structure, Public Ownership Structure, Litigation, Tax and Politic,
Growth, and Debt Convenance.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) memberikan kebebasan memilih
metoda akuntansi yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan.
Kebebasan dalam metoda ini dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan laporan
keuangan yang berbeda-beda disetiap perusahaan sesuai dengan keinginan
dan kebutuhan perusahaan tersebut atau dengan kata lain perusahaan
memiliki sedikit kebebasan dalam memilih salah satu dari beberapa alternatif
yang ditawarkan dalam standar akuntansi keuangan yang dianggap sesuai
kondisi perusahaan.
Misalnya kebutuhan perusahaan untuk mengurangi risiko dari kondisi
ekonomi yang tidak stabil, maka untuk mengurangi risiko tersebut biasanya
perusahaan melakukan tindakan kehati-hatian dalam menyajikan laporan
keuangan. Tindakan kehati-hatian tersebut dilakukan dengan cara pengakuan
dan pengukuran aset, laba, utang, serta biaya dengan hati-hati. Suwardjono
(1989) menyatakan bahwa tindakan kehati-hatian tersebut diimplikasikan
dengan mengakui biaya atau rugi yang memungkinkan akan terjadi, tetapi
tidak segera mengakui pendapatan atau laba yang akan datang walaupun
kemungkinan terjadinya besar. Pelaporan yang bersifat kehati-hatian tersebut
sering kali disebut dengan konservatisma akuntansi. Wibowo (2002) dalam
Widya (2005) memperkuat argumen tersebut bahwa konservatisma
merupakan prinsip penting dalam pelaporan keuangan yang dimaksudkan
agar pengakuan dan pengukuran aset serta laba dilakukan dengan penuh
kehati-hatian, hal tersebut terjadi karena aktivitas ekonomi dan bisnis
dilingkupi ketidakpastian. Implikasi dari metoda ini adalah melaporkan laba
dan aset lebih rendah atau utang lebih tinggi.
Hendriksen dan Breda (1992) menyatakan beberapa argumen yang
mendukung dan menolak konservatisma. Argumen yang mendukung konsep
konservatisma antara lain, konservatisma dari akuntan penting untuk
mengimbangi optimisma berlebihan dari manajer dan pemilik, penilaian lebih
saji laba, lebih berbahaya daripada kurang saji laba (konsekuensi
kebangkrutan lebih serius dari pada keuntungan), untuk mengurangi risiko
(risiko membayar pajak, risiko diawasi pemerintah dan para analis sekuritas,
risiko pembayaran dividen yang tinggi untuk investor). Argumen yang
menolak salah satunya adalah tidak dapat diinterpretasikan dengan tepat dan
bertentangan dengan tujuan pengungkapan semua informasi yang relevan.
Biaya Litigasi yang merupakan biaya yang muncul akibat tuntutan hukum
oleh kreditor dan pemegang saham dapat mendorong penyelenggaraan
konservatisma akuntansi (Lasdi, 2008). Hal ini dibuktikan oleh Kellong
(1984) dalam Lasdi (2008) bahwa pengungkapan laba atau aset yang
berlebihan cenderung menyebabkan tuntutan hukum dari pada
mengungkapkan laba atau aset yang lebih rendah.
Perusahaan yang akan meningkatkan jumlah investasi atau disebut juga
dengan perusahaan growth cenderung akan memilih konservatisma akuntansi
karena perhitungan laba yang lebih rendah daripada menggunakan akuntansi
optimis yang perhitungan labanya lebih tinggi. Hal tersebut terjadi karena
perusahaan menggunakan cadangan tersembunyinya untuk meningkatkan
investasi yang secara tidak langsung cadangan tersembunyi tersebut dapat
digunakan untuk meningkatkan investasi dan mengurangi laba pada perioda
tersebut. Panman dan Zang (2002) dalam Fala (2008) menyatakan bahwa
konservatisma mencerminkan kebijakan akuntansi yang permanen. Secara
empiris penelitian mereka menunjukkan bahwa earning yang berkualitas
diperoleh jika manajemen menerapkan prinsip akuntansi secara konsisten
tanpa adanya perubahan metoda akuntansi atau perubahan estimasi.
Mendukung pernyataan dari Lasdi (2008) bahwa konservatisma lebih
cenderung karena akibat perilaku manajer dalam membuat keputusan.
Keputusan untuk menggunakan metoda konservatif atau tidak, akan
ditentukan oleh beberapa faktor. Seperti yang diteliti oleh Lasdi (2008) yang
menguji usulan dari Watts (2003a) bahwa konservatisma akuntansi muncul
dari insentif yang berkaitan dengan biaya kontrak (debt convenant
hypothesis), litigasi, pajak dan politik yang bermanfaat bagi perusahaan, serta
beberapa faktor lain yang mempengaruhi konservatisma seperti disebutkan
oleh Widya (2005) antara lain adalah struktur kepemilikan dan growth.
Penelitian konservatisma pada saat ini masih dibutuhkan karena untuk
menjawab masalah-masalah yang masih diperdebatkan dan masalah yang
telah muncul. Penelitian ini erat kaitannya dengan Lasdi (2008) yang menguji
usulan dari Watts (2003a) mengenai determinan konservatisma. Selain itu
penelitian ini juga digunakan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi pilihan perusahaan menggunakan akuntansi konservatif diluar
usulan dari Watts (2003a).
Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dinyatakan dalam pertanyaan berikut:
Apakah struktur kepemilikan institusional, struktur kepemilikan manajerial,
struktur kepemilikan publik, litigasi, pajak dan politik, growth, debt
convenant mempengaruhi pilihan perusahaan terhadap konservatisma
akuntansi?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
Apakah struktur kepemilikan institusional, struktur kepemilikan manajerial,
struktur kepemilikan publik, litigasi, pajak dan politik, growth, debt
convenant mempengaruhi pilihan perusahaan terhadap konservatisma
akuntansi?
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berhubungan dengan konservatisma yang masih dibutuhkan
saat ini, karena konservatisma merupakan konsep akuntansi yang kontroversi
(Mayangsari dan Wilopo, 2002). Pernyataan ini diperkuat oleh Dewi (2004)
bahwa masih banyaknya perdebatan mengenai konservatisma yang masih
terus berlanjut. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
pada penelitian akuntansi berbasis pasar modal di Indonesia dan penelitian ini
bermaksud untuk melengkapi penelitian sebelumnya. Serta menguji kembali
tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pilihan perusahaan
terhadap konservatisma akuntansi serta diharapkan juga bermanfaat kepada:
1. Investor dan calon investor
Mampu membantu investor dan calon investor supaya berhati-hati
terhadap laporan keuangan yang dikeluarkan perusahaan sehingga tidak
melakukan kesalahan dalam pengmbilan keputusan investasi serta
memberikan pemahaman tentang manfaat informasi dalam laporan
keuangan sebagai ukuran kinerja suatu perusahaan.
2. Manajer
Membantu manajer dalam mengambil keputusan apakah menggunakan
konservatisma akuntansi atau tidak.
3. Kreditor
Sebagai acuan dalam menentukan kebijakan dalam akuntansi pasar modal
di Indonesia, khususnya mengenai faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi perusahaan menggunakan konservatisma akuntansi.
4. Mahasiswa
Sebagai referensi kepada mahasiswa yang tertarik untuk meneliti
konservatisma akuntansi dan membantu mahasiswa tersebut memahami
makna konservatisma dan faktor-faktor yang menyebabkan konsep
konservatisma digunakan dalam menyusun laporan keuangan.
TELAAH TEORI
2.1.1 Teori Agensi
Teori agensi merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis
perusahaan saat ini. Teori agensi merupakan teori yang muncul karena adanya
konflik kepentingan antara prinsipal dan agen. Prinsipal sebagai pemegang saham
sedangkan agen sebagai manajer. Prinsipal mengontrak agen untuk melakukan
pengelolaan sumber daya dalam perusahaan. Dengan kata lain prinsipal yang
menyediakan fasilitas dan dana untuk kegiatan operasi perusahaan. Agen
berkewjiban melakukan pengelolaan sumber daya yang dimiliki perusahaan,
selain itu agen juga berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan tugas yang
dibebankan kepadanya. Sedangkan prinsipal mempunyai kewajiban untuk
memberikan imbalan atas tugas yang telah dibebankan kepada agen.
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa perusahaan yang
memisahkan fungsi pengelolaan dengan fungsi kepemilikan akan rentan terhadap
konflik keagenan. Penyebab konflik antara manajer dan pemegang saham
diantaranya adalah pembuatan keputusan yang berkaitan dengan aktivitas
pencarian dana dan pembuatan keputusan yang berkaitan dengan bagaimana dana
yang diperoleh tersebut diinvestasikan.
Pemilihan metoda konservatisma tidak terlepas dari kepentingan manajer
untuk mengoptimalkan kepentingannya dengan mengorbankan kepentingan
pemegang saham. Mayangsari dan Wilopo (2002) mengatakan bahwa dukungan
manajemen terhadap konservatisma diduga berkaitan dengan motivasi ini.
2.1.2 Konservatisma Akuntansi
Konservatisma timbul karena adanya kecenderungan dari pihak
manajemen untuk melaporkan aktiva bersih pada nilai terendah. Konservatisma
saat ini lebih dikaitkan dengan kehati-hatian. Dewi (2004) menyatakan bahwa
konservatisma merupakan reaksi hati-hati menghadapi ketidakpastian yang
melekat dalam perusahaan untuk mencoba memastikan bahwa ketidakpastian dan
risiko inheren dalam lingkungan bisnis sudah cukup dipertimbangkan.
Ketidakpastian risiko harus dicerminkan dalam laporan keuangan agar nilai
prediksi dan kenetralan dapat diperbaiki. Pelaporan yang didasari kehati-hatian
akan memberi manfaat untuk semua pemakai laporan keuangan (Almillia, 2005).
Watts (2003) dalam Sari dan Adhariani (2009) menyatakan
“Conservatism in Accounting Part II: Evidence and Research Opportunities”,
terdapat tiga ukuran konservatisma salah satunya adalah Earnings/accrual
measure. Ukuran ini menggunakan akrual, yaitu selisih antara net income dan
cash flow. Selain itu, Givoly dan Hayn (2002) dalam Sari dan Adhariani (2009)
membagi akrual menjadi dua, yaitu operating accrual dan non operating accrual.
Apabila akrual bernilai negatif, maka laba digolongkan konservatif, yang
disebabkan laba lebih rendah dari cash flow yang diperoleh perusahaan pada
periode tertentu.
Persamaan sebagai berikut:
NOA = TA-OA
TA = (net income + depreciation) – cash flow operational
Dengan mana:
NOA = non operating accrual
TA = total akrual perusahaan i pada tahun
Kemudian menghitung akrual operasional dengan persamaan sebagai berikut:
OAit = ΔACCRECit + ΔINVit + ΔPREPEXPit – ΔACCPAYit –
ΔTAXPAYit
Dengan mana:
OAit = akrual operasional perusahaan i pada tahun t
ΔACCRECit = perubahan piutang perusahaan i pada tahun t
ΔINVit = perubahan persediaan perusahaan i pada tahun t
ΔPREPEXPit = perubahan biaya dibayar dimuka perusahaan i pada tahun t
ΔACCPAYit = perubahan utang usaha perusahaan i pada tahun t
ΔTAXPAYit = perubahan utang pajak perusahaan i pada tahun t
Pengukuran ini berbeda dengan Lasdi (2008) yang mengukur total akrual
dengan laba operasi sebelum pos luar biasa dikurangi depresiasi. Hal tersebut
dikarenakan pengukuran kurang relevan yang disebabkan depresiasi yang
seharusnya ditambah bukan menjadi pengurang.
2.1.4 Konservatisma dan Struktur Kepemilikan Institusional
Struktur kepemilikan institusional mencerminkan saham yang dimiliki
pihak institusional dari seluruh jumlah saham perusahaan. Kepemilikan
institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen
melalui proses monitoring secara efektif sehingga mengurangi tindakan
manajemen laba (Boediono, 2005). Investor institusional mempunyai saham
jumlah besar dalam perusahaan. Kepemilikan institusional juga melibatkan
mereka untuk terlibat dalam kegiatan operasional perusahaan.
H1: Struktur kepemilikan institusional berhubungan negatif terhadap
pilihan perusahaan menggunakan konservatisma akuntansi.
Struktur Kepemilikan Manajerial
Struktur kepemilikan manajerial yang semakin tinggi atas saham yang ada
dalam perusahaan, maka akan mendorong manajer cenderung memilih akuntansi
yang konservatif. Perasaan memiliki manajer terhadap suatu perusahaan tersebut
membuat manajer tidak hanya memikirkan bonus yang akan didapatkan apabila
labanya tinggi tetapi manajer lebih mementingkan kontinuitas perusahaan dalam
jangka panjang sehingga manajer tertarik untuk mengembangkan perusahaan.
Pernyataan tersebut sesuai dengan Ros et.al (1999) dalam Suryana (2006),
semakin besar kepemilikan manajemen, maka manajemen cenderung berusaha
lebih giat untuk kepentingan pemegang saham untuk meningkatkan nilai
perusahaan salah satunya dengan penerapan akuntansi konservatif. Sehingga
dalam penelitian ini diprediksi struktur kepemilikan manajerial yang semakin
besar berpengaruh positif terhadap konservatisma akuntansi.
H2: Struktur kepemilikan manajerial berhubungan positif terhadap
pilihan perusahaan menggunakan konservatisma akuntansi.
Struktur Kepemilikan Publik
Struktur kepemilikan publik yang menyebar mengakibatkan kurangnya
kontrol terhadap manajemen. Kepemilikan publik yang menyebar pada dasarnya
hanya tertarik pada kenaikan laba dan memiliki risiko yang lebih kecil sehingga
mereka lebih memikirkan kepentingan jangka pendeknya dibandingkan jangka
panjangnya.. Hal tersebut memungkinkan manajer melaporkan laba secara
berlebihan agar dinilai kinerjanya bagus dan mendapatkan bonus (asumsi adanya
bonus plan).
H3: Struktur kepemilikan publik berhubungan negatif terhadap pilihan
perusahaan menggunakan konservatisma akuntansi.
Biaya Litigasi
Litigasi cenderung lebih banyak dihasilkan oleh pernyataan yang
berlebihan dibanding dengan pernyataan yang lebih rendah dari laba atau aset
bersih. Pelaporan laba yang besar atau aset yang besar akan mingkatkan
kemungkinan diatur atau dibebani secara monopoli (Cahan, 1992) dalam Widya
(2005). Karena biaya litigasi ekspektasian dari penyertaan yang berlebihan lebih
tinggi daripada penyertaan laba yang lebih rendah, maka manjemen dan auditor
mempunyai insentif untuk menyatakan lebih rendah laba dan aset bersih (Lasdi,
2008). Dengan demikian biaya litigasi yang semakin besar mempunyai hubungan
positif terhadap pilihan perusahaan menggunakan akuntansi konservatif.
H4: Biaya Litigasi berhubungan positif terhadap pilihan perusahaan
menggunakan konservatisma akuntansi.
Pajak dan Biaya Politik
Biaya politik sendiri timbul dari konflik kepentingan antara perusahaan
(manajer) dengan pemerintah. Biaya politik tersebut biasanya terkait dengan
pajak. Pajak itu sendiri digunakan untuk membiayai pembangunan guna
kepentingan masyarakat. Perusahaan yang memiliki laba yang semakin besar
maka semakin besar pajak yang akan disetorkan kepemerintah. Untuk
menghindari pajak yang besar perusahaan (manajer) cenderung melaporkan laba
lebih rendah. Watts dan Zimmerman (1986) dalam Widya (2005) menyatakan
bahwa kos politis memprediksi bahwa manajer ingin mengecilkan laba untuk
mengurangi biaya politis yang potensial. Jadi semakin tinggi political cost,
memprediksikan bahwa perusahaan cenderung memilih akuntansi konservatif
dengan kata lain political cost yang semakin tinggi berpengaruh positif terhadap
konservatisma.
H5: Pajak dan biaya politik berhubungan positif terhadap pilihan
perusahaan menggunakan konservatisma akuntansi.
Growth
Konservatisma cenderung dengan perusahaan yang berkembang karena
terdapat cadangan tersembunyi yang digunakan untuk investasi, nilai pasar
perusahaan yang konservatif lebih tinggi dari nilai bukunya sehingga akan terjadi
goodwill. Keadaan mengindikasikan perusahaan yang selalu tumbuh karena aset
yang selalu bertambah. Menurut Saputro dan Setiawati (2004) menemukan bahwa
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi juga memiliki motivasi untuk
meminimalkan laba. Oleh karena itu paneltian ini memprediksi perusahaan yang
tumbuh berpengaruh positif terhadap akuntansi konservatif.
H6: Pertumbuhan perusahaan berhubungan positif terhadap pilihan
perusahaan menggunakan konservatisma akuntansi.
Debt Convenant Hypothesis
Terkait dengan renegosiasi kontrak hutang, debt convenant hypothesis
cenderung untuk berpedoman pada angka akuntansi. Hipotesis debt convenant
memprediksi bahwa manajer cenderung untuk menyatakan secara berlebihan laba
dan aset untuk mengurangi renegosiasi biaya kontrak hutang. Manajer juga tidak
ingin kinerjanya dinilai kurang baik apabila laba yang dilaporkan konservatif.
Sari dan Adhariani (2009) menyatakan bahwa semakin tinggi rasio
leverage, semakin besar pula kemungkinan perusahaan akan menggunakan
prosedur yang meningkatkan laba yang dilaporkan. Sehingga penelitian ini
memprediksi debt convenant hypothesis berpengaruh negatif terhadap akuntansi
konservatif.
H7: Debt convenant hypothesis berhubungan negatif terhadap pilihan
perusahaan menggunakan konservatisma akuntansi.
METODE PENELITIAN
Variabel Dependen
Konservatisma akuntansi dalam pengujian ini dilakukan dengan metoda
perhitungan yaitu non operating accruals.
Variabel Independen
a. Struktur Kepemilikan Institusional
Struktur kepemilikan institusional merupakan struktur kepemilikan yang
memiliki tingkat pengawasan yang tinggi (Wahidahwati,2002). Hal tersebut
dikarenakan investor institusional mempunyai saham dalam jumlah yang besar
dalam perushaan serta investor institusional tersebut juga terlibat dalam kegiatan
operasi perusahaan. Oleh karena itu struktur kepemilikan institusional dalam
penelitian ini akan diukur menggunakan indikator persentase jumlah saham yang
dimiliki pihak institusional dari seluruh jumlah saham perusahaan yang dikelola
akhir tahun 2007-2009.
b. Struktur Kepemilikan Manajerial
Struktur kepemilikan manajerial merupakan susunan dari jumlah saham
yang dimiliki oleh pihak manajemen dalam suatu perusahaan. Managerial
ownership adalah pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut
dalam pengambilan keputusan perusahaan (Wahidahwati, 2002). Jadi dalam
struktur ini manajer tidak hanya sebagai pengelola tetapi juga sebagai pemilik.
Dengan demikian penelitian ini akan diukur menggunakan indikator persentase
jumlah saham yang dimiliki pihak manajerial dari seluruh jumlah saham
perusahaan yang dikelola akhir tahun 2007-2009.
c.Struktur Kepemilikan Publik
Struktur kepemilikan publik merupakan susunan dari jumlah saham yang
dimiliki oleh publik (investor individu) dalam perusahaan (Qiang, 2003) dalam
Widya (2005). Oleh karena itu dalam penelitian ini akan diukur menggunakan
indikator persentase jumlah saham yang dimiliki pihak publik dari seluruh jumlah
saham perusahaan yang dikelola akhir tahun 2007-2009.
d.Biaya Litigasi
Biaya litigasi merupakan biaya yang timbul akibat pelaporan laba dan aset
bersih yang berlebihan. Pelaporan yang berlebihan tersebut memicu adanya
tuntutan hukum (litigasi). Dalam penelitian ini litigasi diproksikan dengan ukuran
perusahaan yang dilihat dari asset growth. Pemilihan variabel ini didasarkan pada
Watts (2003a) dalam Lasdi (2008) bahwa pernyataan berlebihan dari aset bersih
cenderung menghasilkan biaya litigasi yang lebih besar dibanding pernyataan aset
bersih yang lebih rendah. Konservatisma dengan melaporkan aset lebih rendah
dapat mengurangi risiko litigasi.
e.Biaya Politis dan Pajak
Pemilihan variabel ini didasarkan pada Scott (2000) semakin besar biaya
politis yang dihadapi perusahaan, maka semakin cenderung manajer memilih
prosedur akuntansi yang melaporkan laba yang lebih rendah dengan cara
melakukan penundaan pendapatan dan percepatan pengakuan biaya. Biaya politis
dan pajak merupakan biaya yang mencakup semua biaya yang ditanggung oleh
perusahaan terkait dengan tindakan politis. Biaya politis dan pajak dalam
penelitian ini diproksikan dengan ukuran perusahaan yang dilihat dari sales
growth.
f.Growth
Growth merupakan peluang tumbuh suatu perusahaan yang tercermin dalam
tingginya potensi laba suatu perusahan. Pertumbuhan dalam penelitian ini dilihat
dari growth opportunities (kesempatan bertumbuh). Collins dan Kothai (1989)
dalam Widya (2005) memproksikan growth dengan market to book value equity
Market to book value equity =
g.Debt Convenant Hypohtesis
Debt covenant hypothesis, menjelaskan bagaimana manajer menyikapi
perjanjian utang. Semakin cenderung suatu perusahaan melanggar perjanjian
utang, maka manajer akan cenderung memilih prosedur akuntansi yang dapat
mentransfer laba perioda mendatang ke perioda berjalan, karena hal tersebut dapat
mengurangi risiko ’default’. Variabel ini menggunakan proksi dari Lasdi (2008)
yaitu rasio leverage (total utang/total aset).
Populasi Data dan Sampel
Populasi yang menjadi obyek penelitian ini adalah perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun buku 2007-2009. Sampel yang
digunakan adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metoda purposive sampling.
Pemilihan sampel yang memiliki kriteria-kriteria tertentu.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini data sekunder berupa laporan keuangan tahunan
perusahaan yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia yang tersedia di pojok BEI
Universitas Diponegoro, IDX dan ICMD (Indonesian Capital Market Directory)
khususnya data tahun 2007-2009. Bentuk data adalah data panel yaitu gabungan
time series dan cross section.
3.4 Metoda Pengumpulan Data
Metoda pengumpulan data yang dipakai adalah metoda dokumentasi dari
media cetak dan elektronik. Data dikumpulkan dengan mencatat data yang
diperlukan dari pojok BEI Universitas Diponegoro, IDX dan ICMD.
3.5 Metoda Analisis
3.5.1 Statistik Deskriptif
Uji Asumsi Klasik (heterokeditas, multikolinearitas, autokorelasi)
Pengujian Hipotesis
Analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan model regresi berganda dengan persamaan sebagai
berikut:
KONSi,t = α0 + α1SKIi,t + α2SKMi,t + α3SKPi,t + α4BILITi,t + α5BIPOLi,t +
α6GROWTHi,t + α7DCi,t + ei,t (1)
Keterangan:
KONSi,t : konservatisma akuntansi diukur dengan ukuran berbasis akrual
SKIi,t : struktur kepemilikan institusional perusahaan i pada perioda t
SKMi,t : struktur kepemilikan manajerial perusahaan i pada perioda t
SKPi,t : struktur kepemilikan publik perusahaan i pada perioda t
BILITi,t : biaya litigasi yang diproksikan dengan ukuran perusahaan dari
assets growth perusahaan i pada perioda t
BIPOLi,t : biaya politis dan pajak yang diproksikan dengan ukuran
perusahaan dari sales growth perusahaan i pada perioda t
GROWTHi,t : pertumbuhan perusahaan i pada perioda t
DCi,t : debt convenant perusahaan i pada perioda t
3.5.4.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
3.5.4.2 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
3.5.5 Estimasi Parameter dan Interpretasinya
Untuk menentukan penerimaan atau penolakan Ho didasarkan pada tingkat
signifikansi (α) 5 persen dengan kriteria:
1. H0 tidak dapat ditolak atau diterima apabila nilai signifikansi > 0,05. Hal
ini berarti hipotesis alternatif ditolak (hipotesis yang menyatakan variabel
bebas berpengaruh terhadap variabel terikat ditolak).
2. H0 ditolak apabila nilai signifikansi < 0,05. Hal ini berarti hipotesis
alternatif diterima atau hipotesis yang menyatakan variabel bebas
berpengaruh terhadap variabel terikat diterima.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah
mean, nilai minimum, maksimum, median, dan deviasi standar.
a. Struktur Kepemilikan Institusional
struktur kepemilikan institusional pada perusahaan yang diteliti memiliki
nilai rata-rata 0.580028 yang artinya rata-rata perusahaan sampel memiliki
struktur kepemilikan institusional yang besar kerena nilai mediannya 0.512 lebih
kecil dari nilai rata-ratanya, nilai minimum 0.1293, nilai maksimum 0.8947,
dan deviasi standar 0.2207.
b. Struktur Kepemilikan Manajerial
struktur kepemilikan manajerial pada perusahaan yang diteliti memiliki
nilai rata-rata 0.158631 yang artinya rata-rata perusahaan sampel memiliki
struktur kepemilikan manajerial yang kecil karena nilai mediannya 0.3258
lebih besar dari nilai mean 0.158631, nilai minimum 0.0002, nilai maksimum
0.6514, dan deviasi standar 0.1491.
c. Struktur Kepemilikan Publik
struktur kepemilikan publik pada perusahaan yang diteliti memiliki nilai
rata-rata 0.261342 yang artinya rata-rata perusahaan sampel memiliki struktur
kepemilikan publik yang kecil karena nilai median 0.4583 lebih besar dari nilai
rata-rata, nilai minimum 0.063, nilai maksimum 0.8536, dan deviasi standar
0.1838.
d. Biaya Litigasi
Litigasi pada perusahaan yang diteliti memiliki nilai rata-rata 0.182185
yang artinya pertumbuhan aset yang merupakan proksi dari biaya litigasi secara
rata-rata untuk perusahaan sampel tergolong kecil karena nilai median 0.31187
lebih besar dibanding nilai rata-rata, nilai minimum -0.01313, nilai maksimum
0.63687, dan deviasi standar 0.2289.
e. Biaya Pajak dan Politik
pajak dan politik pada perusahaan yang diteliti memiliki nilai rata-rata
0.027922 yang artinya pertumbuhan penjualan yang merupakan proksi dari
biaya pajak dan politik secara rata-rata untuk perusahaan sampel, nilai median
0.34276, nilai minimum -0.007390, nilai maksimum 0.692987, dan deviasi
standar 0.32939.
f. Growth (Pertumbuhan)
growth pada perusahaan yang diteliti memiliki nilai rata-rata 0.891912
yang artinya rata-rata perusahaan sampel memiliki peluang tumbuh yang kecil
karena nilai rata-rata tumbuh suatu perusahaan sampel lebih kecil dari nilai
median 2.384515, minimum 0.04717, nilai maksimum 4.721859, dan deviasi
standar 0.9669.
g. Debt Convenant Hypothesis
debt convenant pada perusahaan yang diteliti memiliki nilai rata-rata
0.431588 yang artinya rata-rata perusahaan sampel tidak terlampau besar dalam
mendanai kegiatannya dengan utang, nilai median 0.481123, minimum
0.099276, nilai maksimum 0.86297 , dan deviasi standar 0.181346.
h. Konservatisma
konservatisma yang diproksikan dengan akrual nonoperasi pada
perusahaan yang diteliti memiliki nilai rata-rata 1.38219E+11 berarti
perusahaan-perusahaan sampel tidak menunjukkan penerapan akuntansi
conservatism, median 4.61121E+12, minimum -3.408246582, nilai maksimum
9.22582E+12, dan deviasi standar 2.83E+12.
1.2.2 Pengujian Asumsi Klasik
4.2.2.1 Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan dengan pendeteksian atas nilai R2 dan
signifikan dari variabel yang digunakan. Dalam penelitian ini nilai R2
0.595839
dan signifikan dari variabel bebas yang digunakan secara parsial banyak yang
tidak signifikan, artinya tidak terjadi multikolinearitas.
4.2.2.2 Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas menggunakan metoda GLS ( Generalized Least
Square) yang pada intinya dilakukan untuk pembobotan kepada variasi data yang
digunakan dengan kuadrat varians dari model. Hasil menunjukkan bebas
heteroskedastisitas karena probabilitas F (8.27) lebih besar dari alpa (0.05).
4.2.2.3 Autokorelasi
Dari hasil estimasi diketahui Durbin Watson (DW) statistik sebesar
3.800000 yaitu dengan melakukan iteration (iterasi) dalam pengolahan data panel
dan apabila berpedoman pada rule of thumb sebenarnya sudah dapat dikatakan
bahwa model terbebas dari autokorelasi. Untuk lebih meyakinkan dapat
membandingkan antara DW statistik dengan DW tabel. Nilai dl dan du dengan
jumlah variabel bebas 7 dan N sebesar 36 adalah masing-masing 1.053 dan 1.957
maka keputusan untuk mengatakan bahwa model terbebas dari masalah
autokorelasi apabila du < d < 4 – du (1.957 < 3.80000 < 2.043) karena tidak
memenuhi syarat untuk terbebas dari autokolerasi positif dan negatif namun hasil
dari data ini memenuhi syarat 4 – dl < d < 4 (2.947 < 3.800000 < 4) bisa diterima.
Hal ini berarti model sudah terbebas dari masalah autokorelasi negatif.
Hasil Analisis Regresi
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -1.13E+13 3.96E+13 -0.284929 0.7810
SKI 5.61E+10 1.25E+11 0.448564 0.6625
SKM 1.31E+13 3.70E+13 0.355655 0.7288
SKP 5.55E+12 3.75E+13 0.147936 0.8851
L 2.37E+13 2.26E+13 1.045772 0.3181
P -5.64E+12 2.24E+12 -2.520885 0.0284
G 1.39E+11 1.12E+12 0.124752 0.9030
DC -6.23E+12 9.99E+12 -0.624018 0.5453
Fixed Effects (Cross)
_A—C 5.00E+12
_B—C 5.43E+12
_C—C 8.35E+12
_D—C -7.38E+12
_E—C -3.37E+10
_F—C -3.87E+12
_G—C 4.82E+12
_H—C -2.05E+12
_I—C 7.82E+12
_J—C 5.59E+12
_K—C 6.23E+12
_L—C -7.14E+12
_M—C 4.97E+12
_N—C 5.10E+12
_O—C 7.61E+12
_P—C 8.85E+12
_Q—C 1.06E+13
_R—C -1.51E+12
_S—C -5.84E+13
Fixed Effects (Period)
2008—C 4.08E+11
2009—C -4.08E+11
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
Period fixed (dummy variables)
R-squared 0.595839 Mean dependent var 3.74E+11
Adjusted R-squared 0.359452 S.D. dependent var 2.49E+12
S.E. of regression 2.90E+12 Akaike info criterion 60.41337
Sum squared resid 9.28E+25 Schwarz criterion 61.57692
Log likelihood -1120.854 Hannan-Quinn criter. 60.82735
F-statistic 0.623725 Durbin-Watson stat 3.800000
Prob(F-statistic) 0.843720
Berdasarkan tabel 4.3 dari hasil pengolahan data, dapat dijelaskan secara
simultan menunjukkan bahwa nilai adjusted R2 pada model regresi adalah
0.359452, hal ini mengindikasikan bahwa 35.9452% variabel KONS dipengaruhi
oleh variabel-variabel bebas (SKI, SKM, SKP, L, P,G, DC). Sisanya 64.0548%
dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel bebas, hal ini diperkuat dengan F-
statistik sebesar 0.640548 lebih besar dari 0.05.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Pengaruh Struktur Kepemilikan Institusional Terhadap Pilihan
Perusahaan Menggunakan Konservatisma Akuntansi.
Hasil pengujian membuktikan bahwa hipotesis pertama ditolak. Hasil ini
didasarkan dari analisis regresi berganda yang menunjukkan variabel struktur
kepemilikan institusional memiliki nilai signifikan sebesar 0.6625 yang lebih
besar dari 0.05, maka hipotesis pertama ditolak. Hasil penelitian ini kontra
dengan Widya (2005) bahwa struktur kepemilikan yang semakin tinggi
konsentrasinya, maka perusahaan tersebut cenderung memilih strategi akuntansi
yang konservatif.
Alasan yang mendasari hasil penelitian mengapa investor institusional
yang memiliki saham dalam jumlah besar tersebut tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan, hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan investor institusional
yang semakin besar cenderung lebih mementingkan capital gain dan dividen. Hal
tersebut mendukung pernyataan dari Chariri dan Ghozali (2007) prinsipal
(pemegang saham) menginginkan dividen dan capital gain dari saham yang
dimilikinya. Jika dilaporkan secara konservatif, maka dividen dan capital gain
yang diperoleh tidak terlalu besar. Alasan yang kedua adalah sepandapat dengan
Keiso dan Weygandt (2002) konservatisma berarti jika ragu, maka pilihlah solusi
yang sangat kecil kemungkinannya akan menghasilkan pendapatan yang terlalu
tinggi bagi aset dan laba. Kemungkinan dalam penelitian ini kondisi perusahaan
tidak mengalami keraguan dalam pengukuran.
4.3.2 Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial Terhadap Pilihan
Perusahaan Menggunakan Konservatisma Akuntansi.
Hasil pengujian membuktikan bahwa hipotesis kedua ditolak. Hasil ini
didasarkan dari analisis regresi berganda yang menunjukkan variabel struktur
kepemilikan manajerial memiliki nilai signifikan sebesar 0.7288 yang lebih besar
dari 0.05, maka hipotesis kedua ditolak.
Alasan yang mendasari hasil penelitian sesuai dengan Lasdi (2008) bahwa
kepemilikan manajerial tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap
konservatisma akuntansi. Hasil dari pengujian hipoteis menyatakan bahwa
kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap konservatisma
akuntansi. Hal ini berarti manajer dengan kepemilikan saham pada perusahaan
menunjukkan bahwa manajemen cenderung kurang berhati-hati dengan kata lain
manjer cenderung mengambil risiko.
Hasil ini juga disebabkan karena kepemilikan manajerial pada perusahaan
sampel hanya memiliki rata-rata 0.158631 yang artinya manajer memiliki rata-rata
kepemilikan yang tergolong kecil sehingga perasaan memiliki manajer terhadap
perusahaan juga kecil. Chariri dan Ghozali (2007) menyatakan bahwa jika
kepemilikan manajer lebih banyak dibanding para investor lain, maka manajemen
cenderung melaporkan laba lebih konservatif. Oleh kerena kepemilikan manajerial
yang tergolong kecil, hal ini menyebabkan manajer kurang konservatif. Manajer
cenderung melakukan tindakan yang mementingkan dirinya sendiri dan kurang
memperhatikan kepentingan jangka panjangnya. Dengan demikian hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Elqorni (2009) teori keagenan mengasumsikan semua
individu bertindak untuk kepentingan sendiri.
4.3.3 Pengaruh Struktur Kepemilikan Publik Terhadap Pilihan Perusahaan
Menggunakan Konservatisma Akuntansi.
Hasil pengujian membuktikan bahwa hipotesis ketiga ditolak. Hasil ini
didasarkan dari analisis regresi berganda yang menunjukkan variabel struktur
kepemilikan institusional memiliki nilai signifikansi sebesar 0.8851 yang lebih
besar dari 0.05, maka hipotesis ketiga ditolak. Hasil penelitian ini konsisten
dengan Widya (2005) bahwa struktur kepemilikan yang semakin tinggi
konsentrasinya, maka perusahaan tersebut cenderung memilih strategi akuntansi
yang konservatif.
Alasan yang mendasari hasil penelitian adalah rata-rata kepemilikan
publik hanya 26.1342% dengan kata lain dalam penelitian ini struktur konsentrasi
pada perusahaan sampel rendah, maka struktur konsentrasi yang semakin rendah
mengakibatkan pengawasan yang kurang terhadap manajer. Kepemilikan publik
yang menyebar tertarik pada kenaikan laba dan kepentingan jangka pendek.
4.3.4 Pengaruh Biaya Litigasi Terhadap Pilihan Perusahaan Menggunakan
Konservatisma Akuntansi.
Hasil pengujian membuktikan bahwa hipotesis keempat ditolak. Hasil ini
didasarkan dari analisis regresi berganda yang menunjukkan variabel biaya litigasi
memiliki nilai signifikan sebesar 0.3181 yang lebih besar dari 0.05, maka
hipotesis keempat ditolak.
Alasan yang mendasari hasil penelitian adalah nilai rata-rata pada
perusahaan sampel 0.182185, jadi rata-rata biaya litigasi pada perusahaan sampel
tergolong kecil. Hasil ini dapat dilihat pada tabel 4.1, rata-rata biya litigasi pada
perusahaan sampel lebih kecil dari nilai mediannya 0.31187 sehingga kurang
berpengaruh terhadap konservatisma akuntansi. Rata-rata perusahaan sampel tidak
melaporkan aset yang berlebihan sehingga perusahaan-perusahaan tersebut jarang
mengalami kasus litigasi yang disebabkan pelaporan aset yang berlebihan.
Meskipun hasil ini kontra dengan penelitian Lasdi (2008), namun hasil penelitian
ini mendukung pernyataan Ball et al (2002) tentang negara-negara dengan tingkat
litigasi yang tinggi mempunyai konservatisma yang lebih tinggi dibanding dengan
negara-negara dengan tingkat litigasi yang rendah.
4.3.5 Pengaruh Biaya Pajak dan Politik Terhadap Pilihan Perusahaan
Menggunakan Konservatisma Akuntansi.
Hasil pengujian membuktikan bahwa hipotesis kelima ditolak. Hasil ini
didasarkan dari analisis regresi berganda yang menunjukkan variabel biaya pajak
dan politik memiliki nilai signifikan sebesar 0.0284 yang lebih kecil dari 0.05,
meskipun hasil tersebut signifikan tapi hipotesis kelima ditolak karena tanda
prediksian berbeda.
Hasil dari pengujian hipotesis adalah biaya pajak dan politik berpengaruh
signifikan terhadap akuntansi konservatisma namun pengaruh yang dihasilkan
negatif. Alasan yang mendasari hasil penelitian adalah kemungkinan dari
perusahaan sampel menerapkan kebijakan dari pemerintah untuk mengungkapkan
pajak yang sesungguhnya. Contonya pada tahun 2008 pemerintah menerapkan
kebijakan sunset policy bahwa pemerintah akan memberikan keringanan pada
wajib pajak yang melaporkan pajaknya. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian Lasdi (2008) yang tidak mendukung bukti empiris tentang biaya pajak
dan politis yang membuktikan perlambatan pengakuan pendapatan dan percepatan
pengakuan biaya akan menunda pembayaran pajak penghasilan.
4.3.6 Pengaruh Growth Terhadap Pilihan Perusahaan Menggunakan
Konservatisma Akuntansi.
Hasil pengujian membuktikan bahwa hipotesis keenam ditolak. Hasil ini
didasarkan dari analisis regresi berganda yang menunjukkan variabel growth
memiliki nilai signifikan sebesar 0.9030 yang lebih besar dari 0.05, sehingga
hipotesis keenam ditolak.
Growth tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
konservatisma, hasil ini kurang sependapat dengan penelitian Widya (2005)
prinsip akuntansi yang konservatif terdapat cadangan tersembunyi yang
digunakan untuk investasi, sehingga perusahaan yang konservatif identik dengan
perusahaan yang tumbuh. Alasan yang mendasari hasil penelitian ini adalah
kemungkinan perusahaan yang tumbuh tersebut membutuhkan banyak dana untuk
berkembang. Untuk memperoleh dana tersebut dapat dilakukan dengan utang
kepada bank dan menjual sahamnya di pasar modal. Untuk menarik perhatian
kreditor dan investor perusahaan tersebut cenderung melaporkan laba secara
berlebihan. Kreditor yang tertarik akan berpikiran bahwa pinjaman yang akan
diberikan pada perusahaan tersebut akan relatif aman yang artinya kemampuan
untuk tidak membayar utang relatif kecil. Sedangkan untuk investor baru tertarik
pada labanya yang besar sehingga berpikir keuntungan yang diperoleh dari
investansinya tersebut akan menguntungkan.
Alasan yang kedua, kemungkinan growth yang diproksikan (jumlah saham
yang beredar x harga penutupan)/total ekuitas seharusnya dilakukan pada
perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi, sedangkan penelitian
ini tidak dilakukan pada perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang
tinggi. pernyataan ini didukung Saputro dan Setiawati (2004) yang menemukan
bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi juga memiliki motivasi
untuk meminimalkan laba. Dalam penelitian ini variabel growth pada perusahaan
sampel memiliki nilai rata-rata tumbuh yang kecil.
4.3.7 Pengaruh Debt Convenant Hypothesis Terhadap Pilihan Perusahaan
Menggunakan Konservatisma Akuntansi.
Hasil pengujian membuktikan bahwa hipotesis ketujuh ditolak. Hasil ini
didasarkan dari analisis regresi berganda yang menunjukkan variabel biaya litigasi
memiliki nilai signifikan sebesar 0.5453 yang lebih besar dari 0.05, hipotesis
ketujuh ditolak.
Alasan yang mendasari hasil penelitian debt convenant yang diproksikan
dengan leverage tidak signifikan dan berhungan positif dengan konservatisma
adalah perusahaan sampel tergolong perusahaan yang tidak banyak mengunakan
utang yang besar dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Qiang (2003)
menyatakan bahwa manajer dengan risiko ex ante memutuskan perjanjian utang
lebih tinggi untuk cenderung optimis atau kurang konservatif. Hal ini juga
diperkuat Widya (2005) kemungkinan proksi leverage yaitu debt to total asset
seharusnya dilakukan pada perusahaan yang bermasalah, sedangkan penelitian ini
tidak dilakukan pada perusahaan yang bermasalah.
KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa struktur kepemilikan
institusional, struktur kepemilikan manajerial, struktur kepemilikan publik,
biaya litigasi, growth dan debt convenant tidak berpengaruh signifikan
terhadap pilihan perusahaan menggunakan konservatisma akuntansi. Hanya
biaya pajak dan politik yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap
pilihan perusahaan menggunakan konservatisma akuntansi, namun pengaruh
tersebut memiliki tanda koefisien yang berbeda dengan tanda prediksian.
Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 4.4
Keterbatasan
Perioda pengamatan hanya 3 tahun 2007-2009 sehingga mempengaruhi
hasil yang diperoleh. Penggunaan sampel yang tidak dilakukan acak tetapi dengan
penyampelan bersasaran (purposive sampling) yang hanya dibatasi pada
perusahaan manufaktur, Sehingga tidak dapat dilakukan generalisasi untuk semua
jenis industri. Penelitian ini lebih banyak menganalisis pengaruh variabel-variabel
internal perusahaan yang mempengaruhi pilihan perusahaan terhadap akuntansi
konservatisma dan hanya sedikit menganalisis pengaruh variabel-variabel
eksternal perusahaan yang mungkin berpengaruh bagi pilihan perusahaan terhadap
konservatisma akuntansi.
Saran
Penelitian ini sebaiknya menggunakan rentang waktu yang lebih lama dan
perlu mempertimbangkan sampel yang lebih representatif serta seleksi secara
random agar diperoleh hasil pengujian yang lebih baik dan akurat.Penelitian ini
menganalisis fenomena yang ditinjau dari sudut pandang konservatisma laporan
keuangan. Fenomena ini dapat dilihat dari sudut pandang lain, seperti alasan
manajemen memilih metoda akuntansi.Untuk penelitian yang akan datang dapat
menggunakan variabel lain, misalnya corporate governance.
DAFTAR PUSTAKA
Almilia, Liuciana Spica, 2005, “Pengujian Size Hypothesis dan Debt/Equity
Hypothesis yang Mempengaruhi Tingkat Konservatisma Laporan Kuangan
Perusahaan dengan Tehnik Analisis Multinomial Logit”, Jurnal Bisnis
dan Akuntansi, Volume 7, Hal 1-23
Basu, Sudipta, 1997, “The Conservatism Principle and The Asymmetric
Timelineness of Earnings”. Jurnal of Accounting and Economic. Volume
24, No. 1, Hal 1-51
Budiono, Gidion SB, 2005, “Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme
Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan
Menggunakan Analisis Jalur”, Makalah Simposium Nasional Akuntansi
VII, Solo
Chariri dan Imam Ghozali, 2007, Teori Akuntansi. Edisi Kedua BP
UNDIP:Semarang
Dewi, AAA. Ratna, 2004, “Pengaruh Konservatisma Laporan Keuangan
Terhadap Earnings Response Coeffisient”. Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia. Volume 7, No. 2, Hal 207-223
Fala, Dwi Yana Amalia, “Pengaruh Konservatisma Akuntansi Terhadap Penilaian
Ekuitas Perusahaan Dimoderasi oleh Good Corporate Governance”.
Simposium Nasional Akuntansi X, UNHAS Makassar, 26-28 Juli 2007
Ghozali, Imam, 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Edisi keempat BP UNDIP:Semarang
Gujarati, D.N, 2003, Basic Economatrics, Trird Edition, NY: Mc Graw-Hill, Inc
Hendriksen dan Van Breda, 1992, Accounting Theory, Inter Aksara, Jakarta
Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba
Empat, Jakarta
Jensen, M dan Meckling, 1979, “Theory of The Firm: Managerial Behavior,
Agency, and Ownership Structure”, Jurnal of Financial Economics.
Vol.10, No. 2, pp 113-134
Keiso, Donald E,et al, 2002, Intermediadte Accounting, Edisi ketujuh John
Wiley&Sons (Asia) pte ltd, United States
Lasdi, Lodovicus, 2008, “Detrminan Konservatisma Akuntansi”. The 2nd
National Conference UKWMS, Surabaya
Lo, Eko Widodo, 2006, “Pengaruh Tingkat Kesulitan Keuangan Perusahaan
Terhadap Konservatisma”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Volume 9,
No. 1, Hal 87-114
Mayangsari, Sekar dan Wilopo, 2002, “Konservatisma Akuntansi, Value
Relevance and Dicertionary Accruals: Implikasi Empiris Model Feltham
dan Ohlson (1996), Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Volume 5, No. 3,
Hal 229-310
Saputro, Julianto Agung dan Lilis Setiawati, 2004, “Kesempatan Bertumbuh dan
Manajemen Laba”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Volume 7, No. 2,
Hal 251-263
Sari, Cythia dan Desi Adhariani, 2009, “Konservatisma Perusahaan Di Indonesia
dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya”, Simposium Nasional
Akuntansi XII, Jakarta