25
1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECURANGAN PELAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA MUHAMMAD ANSAR UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG ABSTRACT This study empirically examine the influence of financial factors on fraudulent financial reporting. Financial factors studied were financial distress, earnings management, liquidity, financial leverage, capital turnover, firm size and profitability of public companies in Indonesia from 2006 to 2011. The research was conducted by quantitative methods using secondary data. Secondary data comes from a list of cases Bapepam-LK and the annual reports listed companies on the Stock Exchange. This population of study was company listed on the Stock Exchange, and then the samples were taken by purposive sampling criteria the company's corporate criteria sanctioned Bapepam-LK and the sanctions contained elements of fraud, including the non-financial corporate sector and have the data required in this study. At the end, the total sample of 132 companies that the company is comprised of 44 companies that commit fraud financial reporting and 88 companies that are not financial reporting fraud by the similarity of non-financial firms in the industry, the year and the amount of total assets of the company. This study uses logistic regression statistical tools as the dependent variable is a dummy variable (non-metric), while the independent variable is a variable mixture of metric and non-metric. The results show that capital turnover and profitability negative affect the fraudulent financial reporting, while financial distress, earnings management, liquidity, financial leverage and firm size has no effect fraudulent financial reporting. Keywords: fraudulent financial reporting, financial distress, earnings management, liquidity, financial leverage, capital turnover, firm size and profitability.

Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kecurangan Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Publik Di Indonesia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kecurangan Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Publik Di Indonesia

1

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KECURANGAN PELAPORAN KEUANGAN PADA

PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA

MUHAMMAD ANSAR

UNIVERSITAS DIPONEGORO – SEMARANG

ABSTRACT

This study empirically examine the influence of financial factors on fraudulent

financial reporting. Financial factors studied were financial distress, earnings management,

liquidity, financial leverage, capital turnover, firm size and profitability of public companies

in Indonesia from 2006 to 2011.

The research was conducted by quantitative methods using secondary data.

Secondary data comes from a list of cases Bapepam-LK and the annual reports listed

companies on the Stock Exchange. This population of study was company listed on the Stock

Exchange, and then the samples were taken by purposive sampling criteria the company's

corporate criteria sanctioned Bapepam-LK and the sanctions contained elements of fraud,

including the non-financial corporate sector and have the data required in this study. At the

end, the total sample of 132 companies that the company is comprised of 44 companies that

commit fraud financial reporting and 88 companies that are not financial reporting fraud by

the similarity of non-financial firms in the industry, the year and the amount of total assets of

the company. This study uses logistic regression statistical tools as the dependent variable is

a dummy variable (non-metric), while the independent variable is a variable mixture of

metric and non-metric.

The results show that capital turnover and profitability negative affect the fraudulent

financial reporting, while financial distress, earnings management, liquidity, financial

leverage and firm size has no effect fraudulent financial reporting.

Keywords: fraudulent financial reporting, financial distress, earnings management, liquidity,

financial leverage, capital turnover, firm size and profitability.

Page 2: Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kecurangan Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Publik Di Indonesia

2

1. PENDAHULUAN

Persaingan bisnis yang tajam dalam lingkungan yang semakin sulit seperti terjadinya

krisis finansial global, diperkirakan telah mempengaruhi pelaku bisnis dalam berbagai aspek.

Kondisi krisis finansial yang terjadi disatu sisi menuntut pelaku bisnis untuk tetap

menyampaikan informasi keuangan yang benar-benar akurat dan relevan. Namun, disisi lain

akibat kondisi tersebut juga memotivasi para pelaku bisnis untuk menyamarkan kondisi

perusahaan yang mengalami masalah keuangan. Tindakan yang dilakukan yakni dengan

melakukan pendistorsian terhadap informasi keuangan yang akan disampaikan kepada publik,

sehingga walaupun disaat krisis finansial terjadi perusahaan tersebut tetap terlihat sehat dan

berkinerja baik (Salman, 2007).

Distorsi dalam pelaporan keuangan tentunya akan membawa dampak yang tidak baik,

karena masyarakat pada umumnya mengukur keberhasilan perusahaan berdasarkan dari

kinerjanya. Kinerja perusahaan salah satunya dapat dilihat berdasarkan laporan keuangan

yang memberikan informasi keuangan mengenai kegiatan operasi dan posisi keuangan

perusahaan (Brigham, 2003). Selain membawa dampak buruk bagi publik pemakai informasi

keuangan karena memberikan informasi yang tidak valid, tindakan distorsi laporan keuangan

juga telah menyebabkan banyaknya terjadi kasus skandal keuangan yang berakibat serius

bagi masyarakat bisnis dan mengakibatkan kerugian paling besar yaitu median kerugian

sekitar US$ 4,25 juta dalam 10 tahun terakhir ini (ACFE, 2002).

Pelaporan keuangan yang mengandung unsur kecurangan dapat mengakibatkan

turunnya integritas informasi keuangan dan dapat mempengaruhi berbagai pihak seperti

pemilik, kreditur, karyawan, auditor, dan bahkan kompetitor. Kecurangan pelaporan

keuangan sering digunakan oleh perusahaan yang mengalami krisis finansial dan yang

dimotivasi oleh oportunisme yang salah arah (misguided opportunism). Kecurangan tersebut

akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam mempertahankan going concern

Page 3: Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kecurangan Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Publik Di Indonesia

3

(Salman, 2007). Merujuk pada penelitian terbaru yang dilakukan oleh The Committee of

Sponsoring Organizations of The Treadway Commission (COSO), kecurangan (fraud) dalam

pelaporan keuangan oleh perusahaan-perusahaan publik di Amerika Serikat memberikan

konsekuensi yang tidak baik terhadap para investor dan eksekutif. Jumlah penipuan korporasi

diperkirakan sekitar US$ 600 juta per tahunnya (Frieswick, 2003), dan bertanggung jawab

terhadap berkurangnya kepercayaan investor di pasar modal.

Kasus kecurangan pelaporan keuangan (fraud) juga terjadi di Indonesia baik itu

terjadi di pemerintahan maupun beberapa perusahaan yang listed di Bursa Efek Indonesia

(BEI), seperti yang terjadi pada Waskita Karya yang diduga melakukan rekayasa laporan

keuangan yakni ditemukannya pencatatan yang tak sesuai, dimana terdapat kelebihan

pencatatan Rp 400 miliar. Sedangkan kasus-kasus kecurangan pelaporan keuangan yang

terjadi di Bursa Efek Indonesia (BEI) antara lain dijatuhkannya sanksi kepada PT Bakrie and

Brothers Tbk., PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk., PT Energi Mega Persada Tbk., dan

PT Benakat Petrolum Energy Tbk., karena terbukti memoles laporan keuangannya melalui

penyajian laba supaya tampak menguntungkan, dan berharap publik tertarik membeli saham

mereka untuk meningkatkan harga saham (http:///www.kbr68h.com, 26 Juli 2010).

Meski kasus kecurangan pelaporan keuangan sudah sering terjadi, namun di Indonesia

masih sedikit penelitian yang membahas topik ini (Wilopo, 2006). Salah satu penelitian yang

terbaru mengenai kecurangan pelaporan keuangan adalah yang dilakukan oleh Gagola

(2011), yang mengemukakan bahwa kepemilikan manajerial dan struktur organisasi

berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan pelaporan keuangan, sedangkan financial

leverage, komposisi aset, capital turnover tidak berpengaruh terhadap kecenderungan

kecurangan pelaporan keuangan sehingga tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi

kemungkinan tindak kecurangan pelaporan keuangan. Namun, hasil penelitian dari Gagola

(2011) berbeda hasilnya dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Persons (1995),

Page 4: Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kecurangan Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Publik Di Indonesia

4

yang menyimpulkan bahwa financial leverage, capital turnover, komposisi aset berpengaruh

secara signifikan terhadap kecenderungan kecurangan pelaporan keuangan.

Penelitian Kaminski et al. (2004), dengan menggunakan rasio-rasio finansial dalam

mendeteksi kecurangan pelaporan keuangan yakni sebanyak 21 rasio-rasio finansial,

menemukan bahwa 16 rasio memiliki hasil yang signifikan dalam mendeteksi kecurangan.

Dalam penelitian Kaminski et al. (2004) juga menjelaskan tentang ukuran perusahaan (firm

size) dimana total aset suatu perusahaan di tahun yang akan datang lebih atau kurang dari

30% dari total aset di tahun sebelumnya mengindikasikan terjadinya kecurangan (fraud).

Penelitian yang dilakukan oleh Summerss dan Sweeney (1998), dengan menggunakan

model logistik menunjukkan hasil bahwa beberapa proksi variabel dalam laporan keuangan,

seperti tingkat pertumbuhan, persediaan, dan Return on Aset (ROA) adalah berbeda diantara

perusahaan yang melakukan tindak kecurangan dan yang tidak melakukan tindak kecurangan

dan menunjukan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan

pelaporan keuangan. Selanjutnya Hasnan et al. (2008) yang menyimpulkan bahwa faktor

manajemen (transaksi dengan pihak istimewa, sejarah pelanggaran sebelumnya dan pendiri di

dewan direksi), motivasi (kesulitan keuangan, kepemilikan keluarga dan kepemilikan asing),

peluang (multijabatan anggota dewan direksi dan biaya audit), dan manajemen laba

berpengaruh signifikan terhadap terjadinya kecurangan dalam pelaporan keuangan

perusahaan-perusahaan tersebut. Sedangkan Soselisa dan Mukhlasin (2008), menemukan

bukti empiris bahwa pendidikan CEO, strategi akuisisi, financial leverage dan jenis Kantor

Akuntan Publik (KAP) tidak mempengaruhi kecenderungan kecurangan kecurangan

akuntansi, Sedangkan variabel usia CEO, komposisi aset, ukuran perusahaan, capital

turnover dan opini audit secara signifikan berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan

akuntansi.

Page 5: Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kecurangan Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Publik Di Indonesia

5

Berlatar belakang dari hal tersebut di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk

menguji kembali faktor-faktor yang mempengaruhi kecurangan pelaporan keuangan. Adapun

variabel penelitian yang akan digunakan dalam mengungkapkan faktor-faktor keuangan yang

mempengaruhi kecurangan pelaporan keuangan yaitu seperti kesulitan keuangan perusahaan

(financial distress), manajemen laba, likuiditas, financial leverage, capital turnover, ukuran

perusahaan (firm size) dan profitabilias. Berdasarkan pemaparan latar belakang isu penelitian

dan alasan pemilihan variabel diatas, maka melalui penelitian besar harapan kiranya untuk

memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai kecurangan pelaporan keuangan melalui

model yang teruji secara empiris sesuai dengan situasi dan kondisi yang berlaku di Indonesia.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Agency Theory (Teori Keagenan)

Menurut Jensen dan Meckling (1976), bahwa agency theory mendeskripsikan

pemegang saham sebagai principal dan manajemen sebagai agen. Manajemen merupakan

pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang

saham. Untuk itu manajemen diberikan sebagian kekuasaan untuk membuat keputusan bagi

kepentingan terbaik pemegang saham. Oleh karena itu, manajer harus bertanggungjawab

kepada pemegang saham. Unit analisis yang digunakan dalam teori keagenan adalah kontrak

yang melandasi hubungan antara principal dan agen. Fokusnya adalah penentuan kontrak

yang paling efisien yang mendasari hubungan agen dan principal. Kontrak yang efisien

adalah kontrak yang memenuhi dua faktor, yaitu:

1. Agen dan principal memiliki informasi yang simetris artinya baik agen maupun principal

memiliki kualitas dan jumlah informasi yang sama sehingga tidak terdapat informasi yang

disembunyikan yang dapat digunakan untuk keuntungan diri sendiri.

2. Risiko yang dipikul berkaitan dengan imbal jasanya adalah kecil, yang berarti agen

mempunyai kepastian yang tinggi mengenai imbalan yang diterimanya.

Page 6: Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kecurangan Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Publik Di Indonesia

6

2.2 Fraud Triangle Teory (Teori Segitiga Kecurangan)

Menurut Arens et al. (2011), bahwa terdapat tiga kondisi yang akan menyebabkan

terjadinya kecurangan dalam pelaporan keuangan (fraudulent financial statement) dan

penyalahgunaan aset (missapproproation assets), sebagaimana dijelaskan dalam PSA 70 (SA

316). Ketiga kondisi tersebut dinamakan dengan segitiga kecurangan (fraud triangle). Ketiga

kondisi yang mempengaruhi dalam melakukan kecurangan yang terdapat dalam fraud

triangle teory adalah sebagai berikut (Gagola, 2011) :

a. Tekanan

Tekanan merupakan situasi dimana manajemen atau pegawai lain merasakan insentif

atau tekanan untuk melakukan kecurangan. Cressey (dalam Hillison, et al. 1999),

menyatakan bahwa tekanan yakni insentif yang mendorong orang melakukan kecurangan

karena tuntutan gaya hidup, ketidakberdayaan dalam soal keuangan, perilaku gambling,

mencoba-coba untuk mengalahkan sistem dan ketidakpuasan kerja.

b. Kesempatan

Kesempatan yaitu adanya atau tersedianya kesempatan untuk melakukan kecurangan

atau situasi yang membuka kesempatan bagi manajemen atau pegawai untuk melakukan

fraud.

c. Rasionalisasi

Rasionalisasi dapat diartikan sebagai adanya atau munculnya sikap, karakter, atau

serangkaian nilai-nilai etis yang membolehkan manajemen atau pegawai untuk melakukan

tindakan yang tidak jujur. Cressey (dalam Hillison, et al. 1999) menjelaskan rasionalisasi

sebagai pemikiran yang menjustifikasi tindakannya sebagai suatu perilaku yang wajar, yang

secara moral dapat diterima dalam suatu masyarakat yang normal.

Page 7: Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kecurangan Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Publik Di Indonesia

7

2.3 Kecurangan Pelaporan Keuangan

Definisi kecurangan pelaporan keuangan menurut American Institute Certified Public

Accountant (1998) adalah tindakan yang disengaja atau kelalaian yang berakibat pada salah

saji material yang menyesatkan laporan keuangan. Selain itu, menurut Australian Auditing

Standards (AAS), kecurangan pelaporan keuangan merupakan suatu kelalaian maupun

penyalahsajian yang disengaja dalam jumlah tertentu atau pengungkapan dalam pelaporan

keuangan untuk menipu para pengguna laporan keuangan (Brenan dan McGrath, 2007).

Menurut SAS No.99, kecurangan pelaporan keuangan (financial statement fraud)

dapat dilakukan dengan:

1. Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi, dokumen pendukung dari

laporan keuangan yang disusun.

1. Kekeliruan atau kelalaian yang disengaja dalam informasi yang signifikan terhadap

laporan keuangan.

2. Melakukan secara sengaja penyalahgunaan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan jumlah,

klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan.

2.4 Hipotesis Penelitian

1. Kesulitan keuangan (financial distress)

Berdasarkan teori segitiga kecurangan, kesulitan keuangan dapat dikategorikan

sebagai tekanan yang dihadapi oleh pelaku bisnis terkait entitas bisnis yang dijalankannya,

keadaan tersebut memotivasi manajemen untuk melakukan kecurangan pelaporan keuangan

dengan tujuan menunjukkan kepada pihak intern dan ekstern bahwa entitas bisnis tersebut

sehat dan performa kinerjanya baik walaupun dalam kondisi krisis. Menurut Bell et al.

(1991), mengemukakan bahwa kondisi keuangan perusahaan yang buruk memotivasi

manajemen untuk mengambil tindakan yang tidak etis dengan memperbaiki penampilan

posisi keuangan perusahaan. Hal ini dilakukan agar pihak eksternal perusahaan menilai

Page 8: Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kecurangan Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Publik Di Indonesia

8

kinerja manajemen sukses sehingga mengurangi kemungkinan ancaman akan kehilangan

pekerjaan. Selain memotivasi terjadinya kecurangan pelaporan keuangan, kondisi keuangan

yang buruk dapat menunjukkan lingkungan pengendalian yang lemah, suatu kondisi yang

memungkinkan terjadinya perbuatan penipuan (AICPA 1997). Oleh karena itu, perusahaan

yang berada dalam kondisi mengalami kesulitan keuangan yang parah, pihak manajemennya

kemungkinan akan melakukan pelaporan keuangan yang curang dalam rangka menyamarkan

kondisi yang sedang dialami perusahaan dibandingkan dengan pelaporan keuangan dari

perusahaan-perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan. Berdasarkan penjelasan

yang telah dikemukakan diatas, oleh karena itu disimpulkan bahwa untuk hipotesis pertama,

yakni: Kesulitan keuangan berpengaruh positif terhadap kecurangan pelaporan

keuangan.

2. Manajemen laba (earning management)

Latar belakang munculnya teori dan dugaan tentang adanya praktik-praktik

manajemen laba dipengaruhi oleh, (1) masalah keagenan dan (2) asimetri informasi. Manajer

sebagai pihak internal perusahaan memiliki kepentingan yang berbeda dengan para pihak

eksternal perusahaan seperti investor, kreditor, pemerintah, maupun pihak eksternal lainnya.

Di samping itu, manajer sebagai pihak internal perusahaan memiliki lebih banyak informasi

yang valid tentang perusahaan yang mereka kelola daripada para pihak eksternal perusahaan

(Mulford dan Comiskey, 2010).

Dua kondisi ini sangat mendukung dilakukannya praktik manajemen laba. Jika

masalah keagenan dapat memunculkan niat untuk melakukan manajemen laba, maka asimetri

ekonomi dapat memberi peluang atau kesempatan untuk dilakukannya manajemen laba.

Manajer akan menggunakan kelebihan informasi yang mereka miliki, misalnya dengan

menyembunyikan atau memanipulasi sebagian informasi tersebut dalam rangka memenuhi

kepentingan manajer yang mungkin suatu saat dalam suatu atau beberapa hal akan saling

Page 9: Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kecurangan Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Publik Di Indonesia

9

bertentangan dengan kepentingan pihak eksternal yang memiliki lebih sedikit informasi yang

valid. Dechow et al. (1996) memberikan bukti yang menunjukkan bahwa perusahaan lebih

suka melakukan kecurangan dalam pelaporan keuangan ketika mereka memiliki kesempatan

untuk melakukan manajemen laba dengan tujuan agar kinerja mereka terlihat sukses di depan

para pemegang saham. Argenti (1976), juga mengemukakan bahwa manajer mungkin akan

bertindak untuk melakukan penipuan melalui manajemen laba, ketika masalah krisis

keuangan perusahaan semakin serius dan untuk menyamarkan kondisi perusahaan yang akan

bangkrut. Berdasarkan pemaparan dapat diambil kesimpulan bahwa untuk hipotesis kedua,

yakni: Manajemen laba yang dilakukan perusahaan berpengaruh positif terhadap

kecurangan pelaporan keuangan.

3. Likuiditas

Likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban

jangka pendek. Likuiditas dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu

pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar (Harahap, 2006). Perusahaan dengan kondisi tingkat

likuiditasnya yang lebih rendah dapat memotivasi pihak manajemen untuk melakukan

kecurangan pelaporan keuangan. Hal ini sesuai dengan kondisi tekanan yang dalam teori

segitiga kecurangan, dimana manajer akan bertindak untuk melakukan berbagai cara ketika

perusahaan berada dalam kondisi tidak berkinerja baik sehingga untuk menunjukkan kepada

pihak pemegang saham bahwa kondisi perusahaan sehat dan sukses, maka manajer akan

melakukan kecurangan dalam pelaporan keuangan. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan

oleh Kreutzfeldt dan Wallace (1986), yang menemukan bahwa perusahaan dengan masalah

likuiditas memiliki kesalahan yang lebih signifikan dalam laporan keuangannya daripada

perusahaan lain yang tidak mengalami masalah likuiditas. Rasio likuiditas dalam penelitian

ini diukur menggunakan rasio Working Capital Ratio (WCTA), yang membandingkan jumlah

total antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar dibandingkan dengan total aset perusahaan

Page 10: Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kecurangan Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Publik Di Indonesia

10

dalam suatu periode. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa untuk

hipotesis ketiga, yakni: Likuiditas berpengaruh negatif terhadap kecurangan pelaporan

keuangan.

4. Financial leverage

Financial leverage dapat mempengaruhi terjadinya kecurangan pelaporan keuangan,

hal ini dapat dijelaskan pengaruhnya dengan menggunakan teori segitiga kecurangan.

Dimana kondisi financial leverage suatu perusahaan menjadi tekanan bagi pihak manajemen,

karena ketika perusahaan memiliki rasio leverage yang besar maka direksi dan manajemen

perusahaan akan memilih untuk menggunakan metode akuntansi yang akan mengecilkan

rasio leverage perusahaan dengan cara menggeser laba periode mendatang ke periode saat ini

(Watts dan Zimmerman, 1986).

Hal ini dilakukan karena kreditur selalu mensyaratkan untuk mempertahankan atau

mematuhi tingkat rasio leverage. Oleh karena itu, untuk menghindari kreditur tidak

memberikan pinjaman lagi atau perusahaan (debitur) dibatasi dalam memberikan deviden

terhadap pemegang saham, maka direksi memilih metode akuntansi yang akan memperkecil

rasio leverage perusahaan. Selain itu tindakan untuk memperkecil rasio leverage dipengaruhi

karena manajer merasakan adanya tekanan sebagai akibat dari kebutuhan dalam mendapatkan

tambahan hutang atau pembiayaan ekuitas dalam menghadapi persaingan yang semakin

kompetitif. Sebagai contoh, pendanaan yang akan digunakan untuk meningkatkan biaya riset

dan pengembanganan atau untuk perluasan pabrik dan fasilitas produksi (Gagola, 2011).

Oleh karena itu, ketika suatu perusahaan memiliki rasio leverage yang besar maka

akan menciptakan kemungkinan untuk terjadinya kecurangan pelaporan keuangan yang

dilakukan oleh direksi dan manajemen perusahaan dengan cara mengecilkan rasio leverage

mereka dengan tujuan untuk mencapai kepentingan mereka yaitu memperoleh pinjaman

kembali dan untuk membayar deviden kepada pemegang saham. Berdasarkan penjelasan

Page 11: Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kecurangan Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Publik Di Indonesia

11

sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa untuk hipotesis keempat, yakni:

Financial leverage berpengaruh positif terhadap kecurangan pelaporan keuangan.

5. Capital turnover

Capital Turnover menggambarkan tingkat kemampuan penjualan dibandingkan

dengan aset perusahaan. Selain itu capital turnover juga mengukur kemampuan manajemen

dalam menghadapi persaingan usaha (Persons, 1995). Manajer dari perusahaan yang

melakukan kecurangan biasanya kurang bisa bersaing dibandingkan dengan manajer

perusahaan yang tidak melakukan kecurangan dalam memanfaatkan aset perusahaan untuk

menghasilkan pendapatan. Ketidakmampuan perusahaan untuk bersaing dapat memberikan

inisiatif bagi manajer tersebut untuk melakukan kecurangan pelaporan keuangan (Persons,

1995).

Berdasarkan hasil penelitian Soselisa dan Mukhlasin (2008) ditemukan bukti empiris

bahwa variabel capital turnover secara signifikan berpengaruh terhadap kcenderungan

kecurangan akuntansi. Namun, hasil penelitian yang berbeda mengenai pengaruh capital

turnover ini dikemukakan oleh Carcello (2004), yang menyatakan bahwa semakin tinggi

capital turnover perusahaan, maka akan semakin tinggi pula kecenderungan perusahaan

untuk melakukan kecurangan dalam pelaporan keuangannya. Hasil serupa juga dikemukakan

oleh Gagola (2011), bahwa capital turnover tidak mempengaruhi perusahaan untuk

cenderung melakukan kecurangan pelaporan keuangan. Berdasarkan penjelasan diatas, maka

untuk hipotesis kelima diambil kesimpulan, yakni: Capital turnover berpengaruh negatif

terhadap kecurangan pelaporan keuangan.

6. Ukuran perusahaan (firm size)

Ukuran perusahaan dapat diukur dengan logaritma natural dari nilai buku dari total

aset pada akhir tahun fiskal. Ukuran perusahaan selain menunjukkan mengenai total aset dan

omzetnya juga menunjukkan mengenai kompleksitas dalam berbagai macam hal yang harus

Page 12: Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kecurangan Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Publik Di Indonesia

12

dihadapi oleh manajemen, misalnya ketika skala usaha perusahaan semakin besar maka

kompleksitas usaha, tekanan, kepentingan, masalah, tantangan dan sebagainya akan menjadi

semakin besar juga, begitupun sebaliknya.

Kompleksitas tekanan bagi pihak manajemen menjadi faktor utama karena dalam hal

ini shareholder menginginkan ketika perusahaan semakin besar maka performa perusahaan

harus semakin baik dan meningkat yang salah satunya dibuktikan dengan peningkatan laba

yang signifikan dari tahun ke tahun. Akibatnya tekanan ini menjadikan pihak manajemen

harus melakukan berbagai macam cara agar mampu memenuhi keinginan dari para pemilik

perusahaan walaupun harus dengan cara yang curang.

Fakta yang terjadi di lapangan menurut Feroz et al. (1991), bahwa sebagian besar

perusahaan yang menjadi subjek dari AAER yang dikeluarkan oleh SEC adalah perusahaan

yang berskala relatif kecil. Sejalan dengan penelitian Persons (1995) yang menyatakan bahwa

ukuran perusahaan berpengaruh secara negatif terhadap kecenderungan kecurangan pelaporan

keuangan. Tetapi hasil yang berbeda diperoleh oleh Soselisa & Mukhlasin (2008), yang

mengemukakan bahwa kecenderungan kecurangan pelaporan keuangan akan semakin besar

apabila ukuran perusahaan juga semakin besar. Maka melalui penelitian ini disimpulkan

bahwa untuk hipotesis keenam adalah: Ukuran perusahaan berpengaruh berpengaruh

positif terhadap kecurangan pelaporan keuangan.

7. Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam hubungan

dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas merupakan hasil dari

berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Profitabilitas digunakan untuk mengukur

efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh besar kecilnya tingkat laba

yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Rasio profitabilitas

Page 13: Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kecurangan Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Publik Di Indonesia

13

akan memberikan jawaban akhir tentang efektivitas manajemen perusahaan, rasio ini

memberi gambaran tentang tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan (Harahap, 2006)

Summers dan Sweney (1998) menyatakan bahwa apabila ekspektasi untuk

mempertahankan atau memperbaiki tingkat profitabilitas masa lalu tidak dapat dipenuhi oleh

kinerja aktualnya, memberikan motivasi bagi adanya pelanggaran kecurangan pelaporan. Hal

ini sesuai dengan Persons (1995), yang menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat profit

yang rendah juga andil memberi dorongan bagi manajemen dalam pengungkapan lebih saji

revenues atau kurang saji expenses. Sedangkan hasil yang berbeda dikemukakan oleh

Skousen et al. (2009) dan Gagola (2011) mengenai pengaruh profitabilitas dalam kecurangan

pelaporan keuangan, dimana hasil penelitian mereka menyebutkan bahwa profitabilitas tidak

berpengaruh dan tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi terjadinya kecurangan

pelaporan keuangan dalam suatu perusahaan. Berdasarkan pemaparan diatas, maka untuk

hipotesis ketujuh dapat disimpulkan bahwa: Profitabilitas berpengaruh berpengaruh

negatif terhadap kecurangan pelaporan keuangan.

3. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis, Sumber Data dan Pemilihan Sampel

Penelitian ini menggunakan data sekunder dan menggunakan laporan keuangan

tahunan (annual report) yang diungkapkan oleh perusahaan yang listed di Bursa Efek

Indonesia selama tahun 2006 – 2011 dalam memperoleh data variabel independen yang akan

dianalisa. Jumlah sampel yang digunakan adalah 132 perusahaan yang listed di BEI selama

periode 2006 – 2011. Penelitian ini menggunakan daftar sanksi yang dikeluarkan oleh

Bapepam-LK untuk mengidentifikasi 44 perusahaan yang melakukan kecurangan pelaporan

keuangan (fraud firm) selama periode 2006 – 2011 dan mengambil sampel pembanding

sebanyak 88 perusahaan sebagai perusahaan yang tidak melakukan kecurangan pelaporan

Page 14: Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kecurangan Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Publik Di Indonesia

14

keuangan (non-fraud firm), dengan menggunakan metode purposive sampling yang

merumuskan beberapa kriteria dalam pengambilan sampelnya.

Adapun kriteria-kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel pembanding

adalah sebagai berikut:

1. Bergerak dalam industri yang sama dengan perusahaan yang mengalami kecurangan

pelaporan keuangan. Hal ini untuk mencegah terjadinya ketimpangan data.

2. Memiliki total aset yang sama atau mendekati dengan perusahaan yang tergolong

melakukan kecurangan pelaporan keuangan pada tahun terjadinya kecurangan.

3.2 Pengukuran Variabel

3.2.1 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kecurangan pelaporan keuangan

dengan proksi variabel yakni FFR (Fraudulent Financial Reporting). Variabel kecurangan

pelaporan keuangan (FFR), diukur dengan cara memberi nilai “1” jika perusahaan tersebut

melakukan kecurangan pelaporan keuangan dan nilai “0” jika perusahaan tersebut tidak

melakukan kecurangan. Penggolongan perusahaan yang melakukan kecurangan pelaporan

keuangan berdasarkan atas laporan Bapepam-LK dari tahun 2006-2011, tentang daftar

perusahaan publik yang melakukan kecurangan pelaporan keuangan.

3.2.2 Variabel Independen

1. Kesulitan keuangan (DISTRESS)

Variabel kesulitan keuangan (DISTRESS) diukur dengan menggunakan Altman Z-

Score (Altman, 1968) dan variabel dummy dimana diberi nilai “1” jika dibawah nilai Altman

Z-Score (<2.99) dan nilai “0” jika tidak.

2. Manajemen laba (EM)

Variabel manajemen laba (EM) menggunakan proksi discretionary accrual, yang

merupakan model pengukuran manajemen laba (EM) yang dikembangkan oleh Kothari et al.

Page 15: Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kecurangan Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Publik Di Indonesia

15

(2005). Model tersebut merupakan pengembangan dari model modified Jones (Dechow et al.,

1995) dengan menambahkan kinerja perusahaan – return on assets – sebagai variabel kontrol

dalam regresi total akrual.

3. Likuiditas (WCTA)

Likuiditas dalam penelitian menggunakan proxy working capital ratio yang merujuk

kepada penelitian Persons (1995), dengan menggunakan rumus WCTA (Working Capital to

Total Assets).

4. Financial Leverage (TLTA)

Financial leverage merupakan besarnya utang yang digunakan untuk membiayai

operasi perusahaan. Selain itu, financial leverage juga merupakan perimbangan antara utang

jangka panjang dengan struktur modal sendiri. Cara pengukuran financial leverage yaitu total

liabilities terhadap total aset (TLTA).

5. Capital Turnover (SATA)

Capital Turnover menggambarkan tingkat kemampuan penjualan dibandingkan

dengan aset perusahaan. Selain itu capital turnover juga mengukur kemampuan manajemen

dalam menghadapi persaingan usaha. Capital turnover (SATA) diukur dengan

membandingkan penjualan dengan total aset (Persons, 1995).

6. Ukuran Perusahaan (LogTA)

Ukuran perusahaan adalah ukuran atau besarnya aset yang dimiliki oleh perusahaan.

Besar kecilnya perusahaan dalam penelitian ini dinyatakan dalam LogTA yang merupakan

logaritma natural dari nilai buku dari total aset perusahaan.

7. Profitabilitas (ROA)

Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui

semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah

karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya (Harahap, 2006). Profitabilas diukur dengan

Page 16: Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kecurangan Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Publik Di Indonesia

16

menggunakan ROA (Return On Assets), yang membandingkan antara laba bersih dengan

total aset perusahaan (Gagola, 2011).

3.3 Teknik Analisis (Uji Hipotesis)

Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan metode regresi. Regresi yang digunakan

adalah regresi logistik. Regresi logistik dipilih karena data dalam tesis ini berupa data

nominal dan data rasio baik variabel dependen maupun variabel independen. Model logit

yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

LogFFR = α + β1DISTRESS + β2EM + β3WCTA + β4TLTA + β5SATA + β6LogTA +

β7ROA + ε

Analisis pengujian dengan regresi logistik menurut Santoso (2001) memperhatikan hal-hal

sebagai berikut:

1. Menilai kelayakan model regresi (Uji kualitas data)

Sebagai dasar pengambilan keputusan, perhatikan nilai goodness of fit test yang diukur

dengan Chi-Square pada bagian bawah uji Hosmer and Lemeshow :

a. Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak, yang berarti model dapat

diterima karena cocok dengan data observasi dan dapat memprediksi nilai

observasinya.

b. Jika probabilitas ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti terdapat

perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga goodness of fit

model tidak dapat memprediksi nilai observasinya.

2. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Stastistik t)

Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (α=5%).

Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :

Page 17: Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kecurangan Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Publik Di Indonesia

17

1. Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak signifikan). Hal

ini berarti bahwa secara parsial variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap variabel dependen.

2. Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi signifikan). Hal ini

berarti secara parsial variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap variabel dependen.

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test

Berdasarkan hasil pengujian Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test,

menunjukkan bahwa besarnya nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test

sebesar 3,013 dengan probabilitas signifikansi 0,934 yang nilainya jauh di atas 0,05. Dengan

demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa model dapat diterima karena cocok dengan data

observasinya, sehingga mampu memprediksi nilai observasinya.

4.2 Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan metode regresi logistik. Dari hasil

pengolahan data dengan menggunakan SPSS 16.00 ternyata variabel capital turnover

(SATA) dan profitabilitas (ROA) berpengaruh terhadap kecurangan pelaporan keuangan,

sedangkan kesulitan keuangan (DISTRESS), manajemen laba (EM), likuiditas (WCTA),

financial leverage (TLTA) dan ukuran perusahaan (LogTA) tidak berpengaruh terhadap

kecurangan pelaporan keuangan.

4.3 Pembahasan

1. Pengaruh Kesulitan Keuangan (DISTRESS) Terhadap Kecurangan Pelaporan

Keuangan

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan tingkat signifikansi 0,067 (> 0,05) dengan

nilai koefisien sebesar 0,158. Hal ini menunjukkan bahwa kesulitan keuangan tidak

Page 18: Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kecurangan Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Publik Di Indonesia

18

berpengaruh terhadap kecurangan pelaporan keuangan pada perusahaan publik di Indonesia.

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil yang dikemukakan oleh Bell et al. (1991),

bahwa kondisi keuangan perusahaan yang buruk memotivasi manajemen untuk mengambil

tindakan yang tidak etis dengan memperbaiki penampilan posisi keuangan perusahaan serta

hasil penelitian dari Kinney dan McDaniel dalam Persons (1995), juga menyatakan bahwa

pelaporan keuangan palsu dikaitkan dengan perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan

dan pihak manajemen yang melihat perusahaan berada dalam kondisi keuangan yang lemah

akan memotivasi mereka untuk melakukan upaya dengan menyamarkan kesulitan keuangan

perusahaan tersebut dengan melalui pelaporan keuangan yang curang.

2. Pengaruh Manajemen Laba (EM) Terhadap Kecurangan Pelaporan Keuangan

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan tingkat signifikansi 0,017 (< 0,05) dengan

nilai koefisien sebesar -4,307. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen laba yang dilakukan

oleh perusahaan secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kecurangan pelaporan

keuangan. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Hasnan et al., (2008), yang

menyatakan bahwa perusahaan yang melakukan kecurangan pelaporan keuangan terbukti

melakukan manajemen laba. Sejalan dengan itu, Dechow et al. (1996) memberikan bukti

yang menunjukkan bahwa perusahaan lebih suka melakukan kecurangan dalam pelaporan

keuangan ketika mereka memiliki kesempatan untuk melakukan manajemen laba dengan

tujuan agar kinerja mereka terlihat sukses di depan para pemegang saham.

3. Pengaruh Likuiditas (WCTA) Terhadap Kecurangan Pelaporan Keuangan

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan tingkat signifikansi 0,471 (> 0,05) dengan

nilai koefisien sebesar -0,733. Hal ini menunjukkan bahwa likuiditas perusahaan tidak

berpengaruh terhadap terjadinya kecurangan pelaporan keuangan pada perusahaan publik di

Indonesia. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan yang dikemukakan oleh Kreutzfeldt

dan Wallace (1986) yang dalam penelitiannnya menyatakan bahwa masalah likuiditas dalam

Page 19: Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kecurangan Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Publik Di Indonesia

19

perusahaan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kesalahan dalam pelaporan

keuangan dibandingkan dengan perusahaan yang dalam kondisi tidak mengalami masalah

likuiditas.

4. Pengaruh Financial Leverage (TLTA) Terhadap Kecurangan Pelaporan Keuangan

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan tingkat signifikansi 0,451 (> 0,05) dengan

nilai koefisien sebesar -0,632. Hal ini menunjukkan bahwa financial leverage perusahaan

tidak berpengaruh terhadap kecurangan pelaporan keuangan. Hasil penelitian ini mendukung

penelitian Gagola (2011), yang menyatakan bahwa pengaruh faktor risiko tekanan eksternal

yang diproksikan dengan financial leverage terhadap kemungkinan kecurangan pelaporan

keuangan tidak berpengaruh. Hasil penelitian ini juga konsisten dengan hasil penelitian

Skousen, et al. (2009) yang menunjukkan hasil bahwa nilai financial leverage yang

dihasilkan perusahaan tidak signifikan mempengaruhi kemungkinan tindak kecurangan

pelaporan keuangan.

5. Pengaruh Capital Turnover (SATA) Terhadap Kecurangan Pelaporan Keuangan

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan tingkat signifikansi 0,024 (< 0,05) dengan

nilai koefisien sebesar -1,002. Hal ini menunjukkan bahwa capital turnover secara signifikan

berpengaruh negatif terhadap terjadinya kecurangan pelaporan keuangan pada perusahaan

publik di Indonesia. Penelitian mendukung bukti yang dikemukakan oleh Soselisa dan

Mukhlasin (2008), yang menemukan bukti empiris bahwa variabel capital turnover secara

signifikan berpengaruh terhadap kecurangan pelaporan keuangan. Dan juga sejalan dengan

hasil penelitian dari Beneish (1997) dan Persons (1995).

6. Pengaruh Ukuran Perusahaan (LOGTA) Terhadap Kecurangan Pelaporan

Keuangan

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan tingkat signifikansi 0,829 (> 0,05) dengan

nilai koefisien sebesar -0,030. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak

Page 20: Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kecurangan Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Publik Di Indonesia

20

berpengaruh terhadap terjadinya kecurangan pelaporan keuangan pada perusahaan publik di

Indonesia. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Feroz et al.

(1991) dan Persons (1995) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara

negatif terhadap kecenderungan kecurangan pelaporan keuangan. Namun, hasil penelitian ini

bertentangan dengan hasil yang dikemukakan oleh Soselisa & Mukhlasin (2008), yang

mengemukakan bahwa kecenderungan kecurangan pelaporan keuangan akan semakin besar

apabila ukuran perusahaan juga semakin besar.

7. Pengaruh Profitabilitas (ROA) Terhadap Kecurangan Pelaporan Keuangan

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan tingkat signifikansi 0,001 (< 0,05) dengan

nilai koefisien sebesar -11,230. Hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh

negatif signifikan terhadap kecuangan pelaporan keuangan di Indonesia. Hasil ini mendukung

pernyataan Summers dan Sweney (1998) dan Persons (1995), yang menyatakan bahwa

perusahaan dengan tingkat profit yang rendah juga andil memberi dorongan bagi manajemen

dalam pengungkapan lebih saji revenues atau kurang saji expenses.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kecurangan pelaporan

keuangan pada perusahaan publik di Indonesia terjadi ketika semakin kecil nilai capital

turnover dan nilai profitabilitas perusahaan semakin menurun. Dalam penelitian selanjutnya

dapat menggunakan variabel-variabel yang termasuk dalam faktor non keuangan dalam

menguji pengaruhnya terhadap kecurangan pelaporan keuangan pada perusahaan publik di

Indonesia seperti sejarah pelanggaran sebelumnya, faktor kepemilikan, faktor koneksi politik

dan kualitas audit. Selain itu dalam mengukur proksi manajemen laba dapat menggunakan

berbagai model pengukuran yang dikembangkan oleh beberapa ahli, seperti model indeks

eckel yang dikembangkan oleh Belkoui.

Page 21: Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kecurangan Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Publik Di Indonesia

21

DAFTAR PUSTAKA

ACFE. 2002. Fraud Examiners Manual , Third Edition. New York

AICPA. 1997. Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit, Statement on AuditingStandards no. 82. American Institute of Certified Public Accountants, New York

AICPA, SAS No.99. 2002. Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit, AICPA.New York

Altman, Edward I. 1968. “Financial Ratios, Discriminant Analysis and The Prediction ofCorporate Bankruptcy”. The Journal of Finance, Vol. 23, No. 4. (Sep., 1968).American Finance Association.

Arens, Alvin A,Elder R.J.A, Beasley M.S dan Jusuf A.A .2011. Jasa Audit dan AssurancePendekatan Terpadu (Adaptasi Indonesia). Salemba Empat. Jakarta

Argenti, J. 1976. Corporate Collapse: The Causes and Symptoms. John Wiley and Sons. NewYork

Badan Pengawas Pasar Modal. 2002. Annual Report Bapepam Tahun 2002. Jakarta

Badan Pengawas Pasar Modal. 2004. Annual Report Bapepam Tahun 2004. Jakarta

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. 2006. Annual Report Bapepam-LKTahun 2006. Jakarta

Baldwin, C. and Scott, M. 1983 “The Resolution of Claims in Financial Distress: The Case ofMassey Ferguson,” Journal of Finance. Volume 38.

Baridwan, Zaki. 1997. Intermedite Accounting. BPFE. Yogyakarta

Baucus, M. 1994. “Pressures, Opportunity and Predisposition: A Multivariate Model ofCorporate Illegality”. Journal of Management. Volume 20 No. 4.

Bell, T. B., S. Szykowny, & J. J. Willingham. 1991. “Assessing The Likelihood ofFraudulent Financial Reporting: A Cascaded Logit Approach”. Working Paper.KPMG. Peat Marwick. Montvale. New Jersey

Beneish, M. 1997.“Detecting GAAP Violation: Implications for Assessing EarningsManagement Among Firms With Extreme Financial Performance”. Journal ofAccounting and Public Policy. Volume 16 No. 3.

Brenan, Niamh & Mc. Grath. 2007. “Financial Statement Fraud Some Lesson From US andEurope An Case Studies. Journal Australia Accounting Review. Volume 17 No. 2 andNo. 42.

Page 22: Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kecurangan Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Publik Di Indonesia

22

Brigham, F. Eguene dan Joel F. Houston. 2003. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan.Salemba Empat. Jakarta

Carcello, J.V. 2004. Audit Firm Tenure And Fraudulent Financial Reporting. University ofMissouri’s. United States of America.

Christie, A. 1990. "Aggregation of Test Statistics: An Evaluation of the Evidence onContracting and Size Hypotheses," Journal of Accounting and Economics, January1990.

Cressey, D. 1953. “The Internal Auditor as Fraud Buster”. Managerial Auditing Journal.MCB University Press

Damodaran, Aswath. 1997. Corporate Finance: Theory and Practice. Stern School OfBusiness New York University. John Wiley & Sons Inc. New York

Dechow, P., Sloan, R., Sweeney, A. 1995. “Detecting Earnings Management”. TheAccounting Review. Volume 70.

Fama, E. F. and Jensen, M.C. 1983. “Separation of Ownership and Control”. Journal of Lawand Economics. Volume 26 No. 2.

Ferdinand, Augusty. 2006, Metode Penelitian Manajemen Pedoman Penelitian UntukPenulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi Ilmu Manajemen. BP Undip. Semarang

Feroz, E. H., Park, K., and Pastena, V. S. 1991. " The Financial and Market Effects of theSEC's Accounting and Auditing Enforcement Releases." Journal of AccountingResearch.

Fischer, M. dan Rosenzweig, K. 1995, ‘Attitudes of Students and Accounting PractitionersConcerning The Ethical Acceptability of Earnings Management’, Journal of BusinessEthics Volume 14 No. 6.

Frieswick. K. 2003. “How Audits Must Change: Auditors Face More Pressure to FindFraud”. CFO: Magazine for Senior Financial Executives. July 2003.

Gagola, Antonius Stanny Christo. 2011. “Analisis Faktor Risiko yang MempengaruhiKecenderungan Kecurangan Pelaporan Keuangan Perusahaan Publik di Indonesia”.Tesis. Undip

Geriesh, Loftie. 2003. The Association Between Organization Culture and FraudulentFinancial Reporting. Nova South Eastern University.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Page 23: Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kecurangan Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Publik Di Indonesia

23

Gitman, Lawrence J. 1994. Principles of Managerial Finance. Harper Collins CollegePublishers.

Grove, Hugh & Basilico, Elisabetta. 2008. “Fraudulent Financial Reporting Detection: KeyRatios Plus Corporate Governance Factors”. International Studies of Managementand Organization Journal. Volume: 38, Issue: 3, Publisher: M.E. Sharpe Inc.

Harahap, Sofyan Syafri. 2006. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. PT. Raja GrafindoPersada. Jakarta

Hasnan Suhaily. Rashidah, Abdul Rahman. Mahenthiran, Sakthi. 2008. “ManagementPrediposition, Motive, Opportunity, and Earning Management for FraudulentFinancial Reporting in Malaysia”. Managerial Auditing Journal. Malaysia

Healy, P & Wahlen, J., 1999. “A Review of The Earnings Management Literature and ItsImplications For Standard Setting”. Accounting Horizons 13.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: SalembaEmpat

Jensen, Michael C & Meckling, William H. 1976. “Theory of The Firm: ManagerialBehavior, Agency Costs and Ownership Structure”. Journal of Financial Economics,Volume 3.

Kaminski, K.A., Wetzel, T.S. and Guan, L. 2004. “Can Financial Ratios Detect FraudulentFinancial Reporting?”. Managerial Auditing Journal, 19 (1).

Kothari, S.P., Leone, A.J. & Wasley, C.E. 2005. “Performance Matched DiscretionaryAccrual Measures”. Journal of Accounting and Economics. Volume 39.

Kreutzfeldt, R. W., dan W. A. Wallance. 1986. “Error Characteristic in Audit Populations:Their Profile and Relationship to Environmental Factors. Auditing”.A Journal ofPractice & Theory (Fall).

Loebbecke, J, Eining, M. & Willingham, J. 1989. “Auditors Experience With MaterialIrregularities: Frequency, Nature and Delectability”. Auditing: A Journal of Practice& Theory (Fall).

Mulford, Charless W, dan Eugene E. Comiskey. Penerjemah Aurolla S. Harahap, dan YudithD. Anggraeni. 2010. Deteksi Kecurangan Akuntansi, The Financial Numbers Game.Jakarta. Penerbit PPM.

Munawir, S. 2002. Analisa Laporan Keuangan. Penerbit Liberty. Yogyakarta

Page 24: Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kecurangan Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Publik Di Indonesia

24

Nurharyanto. 2011. Memahami Fraud dan Melaksanakan Investigative Audit PadaPerusahaan /Korporasi (Teori dan Aplikasinya). Lembaga Pengembangan FraudAuditing.

Persons, Obeua. 1995. “Using Financial Statement Data to Identify Factors Associated WithFraudulent Financial Reporting”. Journal of Applied Business Research.

Powell, L., Jubb, C., Lange, P. & Smith, K.L. 2005. “The Distinction Between AggressiveAccounting and Financial Reporting Fraud: Perception of Auditors”. Working Paper.AFAANZ Conference.

Rosner, R. L. 2003. “Earnings Manipulation In Failing Firms”. Contemporary AccountingResearch. Volume 20 (2).

Salman, Kautsar R. 2007. Penggunaan Rasio Keuangan Untuk Mengidentifikasi KecuranganPelaporan Keuangan. http:/kautsartax.wordpress.com/ penggunaan rasio keuanganuntuk mengidentifikasi kecurangan pelaporan keuangan/. Diakses 14 Mei 2012

Santoso, Singgih. 2001. Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT. Alex MediaKomputindo. Jakarta.

Scott, William, R. 2000. Financial Accounting Theory, Second Edition. Scarborough Ontario.Prentice Hall Canada Inc.

Sembiring, Eddy Rismanda. 2005. “Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan TanggungJawab Sosial: Study Empiris Pada Perusahaan Yang Tercatat Di Bursa Efek Jakarta”.Makalah Simposium Nasional Akuntansi 8.

Skousen, J.C., Wright, J.C., Smith Kevin, R. 2009, “Detecting and Predicting FinancialStatement Fraud: The Effectiveness of The Fraud Triangle and SAS No. 99.”Advances in Financial Economics, Vol. 13.

Soselisa, R dan Mukhlasin. 2008. “Pengaruh Faktor Kultur Organisasi, Manajemen, StrategikKeuangan, dan Auditor terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi PadaPerusahaan Publik di Indonesia”. Tesis. Unika Atma Jaya Jakarta

Summers, S., & Sweeney, J. 1998. “Fraudulently Misstated Financial Statements and InsiderTrading: An Empirical Analysis”. The Accounting Review. Volume 73 No. 1.

Suripto, B. 1999.”Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan Sukareladalam Laporan Tahunan”. Jurnal SNA. Simposium Nasional Akuntansi II. UniversitasBrawijaya. Malang.

The Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO). 2009.Fraudulent Financial Reporting : 1998 – 2007, An Analysis of U.S. Public Company.USA

Page 25: Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kecurangan Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Publik Di Indonesia

25

Troy, Janene. 2003. Managerial and Strategic Factors Leading to Accounting Fraud.University of Maryland.

Van Horne, James C & Wachowics, Jhon M. 2005. Fundamental of Financial Management:Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Salemba Empat. Jakarta

Watts,R. dan J. Zimmerman. 1986. Positive Accounting Theory. EnglewoodCliffs,Nj:Prentice Hall,Inc.

Wilopo. 2006. “Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap KecenderunganKecurangan Akuntansi”. Makalah. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. STIEPerbanas. Surabaya

Wruck, K. 1990. “Financial Distress, Reorganisation, and Organisational Efficiency”.Journal Of Financial Economics. Volume 27.

Yuniarti, Rozmita Dewi. 2011. Mendeteksi Fraudulent (Penipuan) Pelaporan Keuangan.http://berita.upi.edu/2011/12/09/mendeteksi-fraudulent-penipuan-pelaporan-keuangan/. Diakses 14 Mei 2012.