Upload
dangkhanh
View
232
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN TURNAROUND PADA PERUSAHAAN YANG MENGALAMI FINANCIAL DISTRESS (Studi Pada Perusahaan
Non Keuangan yang Terdaftar di BEI Tahun 2005 – 2010)
ABSTRAK
Oleh
NIDYA ALYSSA ASTARINPM: 0851031043
Tlpn: 085368783443Email: [email protected]
Pembimbing I: Kiagus Andi, S.E., M.Si., Akt.Pembimbing II: Sudrajat, S.E., M.Acc., Akt.
Penelitian tentang penurunan kinerja organisasi diangkat sebagaimana kita ketahui bahwa banyak perusahaan yang bangkrut pada saat krisis ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari faktor – faktor organisasi seperti tersedianya free assets, pengurangan aset, dan turnover CEO terhadap keberhasilan turnaround atau prediksi perbaikan kinerja keuangan pada perusahaan sektor non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2005 – 2010.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Data keuangan tahun 2005-2010 digunakan sebagai patokan untuk menentukan status keberhasilan turnaround yang menggunakan model z score Altman (1984). Penelitian ini menggunakan 15 perusahaan non keuangan sebagai sampel penelitian yang terdiri dari 7 perusahaan yang tidak te recovery dan 8 perusahaan te recovery .
Hipotesis dari penelitian ini diuji dengan model analisis menggunakan variabel indipenden tahun 2005-2010. Hasil analisis data dengan menggunakan regresi logistik menyatakan bahwa model analisis menghasilkan ketepatan prediksi yaitu 82,2 %, dan variabel tersedianya free assets berpengaruh signifikan terhadap prediksi probabilitas kondisi recovery dengan tingkat signifikansi 5%.
ANALYST THE INFLUENCES OF FACTORS ON TURNAROUND RECOVERY IN FINANCIAL DISTRESS COMPANIES
ABSTRACTS
BY
NIDYA ALYSSA ASTARINPM: 0851031043
Tlpn: 085368783443Email: [email protected]
Pembimbing I: Kiagus Andi, S.E., M.Si., Akt.Pembimbing II: Sudrajat, S.E., M.Acc., Akt.
The study of organizational decline and turnaround has taken on renewed importance as we have seen record bankruptcies over the past few years. Financial distress is descending financial condition before bankruptcy or liquidation. With the broad domain of issues and implications associated with decline and attempted recoveries. This research aim is to analyze the influences of multiple organizational factors which are free assets, size, assets retrenchment, and CEO turnover on turnaround outcomes or recovery of financial performance probability prediction of non finance companies listed in Bursa Efek Indonesia (BEI) from 2005 to 2010.
Data used in this research are secondary ones which obtained from Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Financial data from 2005 to 2010 are processed ones used to independent variabels and data in 2005-2010 are used as guidance to determine financial status calculated by Altman’s Z-Score model. This research uses 15 non finance companies as samples which consist of 7 Non Recovery (NR) and 8 Recovery (R).
Hypothesis of this research are tested by analysis models which consist firm's variables of 2005-2010. Result of the data analysis with logistic regression test tells that prediction accuracy is 82,2 % and research variables which is free assets significantly influence probability prediction of succed in turnaround proces with 5% level of signficancy.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penurunan kinerja keuangan yang sering disebut sebagai financial distress dapat
dialami oleh berbagai perusahaan besar ataupun kecil dari berbagai sektor
industri. Dalam siklus hidup perusahaan, penurunan kinerja keuangan dapat
terjadi karena faktor internal maupun eksternal Amalia (2008).
Penelitian mengenai financial distress dan turnaround mempunyai keterkaitan
yang erat karena keberhasilan turnaround ditentukan dari respon perusahaan
dalam mengatasi masalah yang membawa perusahaan pada kondisi financial
distress tersebut. financial distress dan menerapkan strategi turnaround yang
tepat, akan jauh lebih dapat mengendalikan kondisi tersebut Atimiflaha (2008).
Menurut peraturan Bappepam nomor IX.L.1 perusahaan yang termasuk kategori
financial distress apabila selama tiga tahun berturut-turut mengalami laba
bersih negatif.
Penelitian ini dilakukan untuk menguji sumber daya perusahaan yang manakah
yang perlu dikembangkan dan aksi organisasi yang akan efektif mempengaruhi
keberhasilan proses turnaround untuk menangani financial distress, dengan obyek
penelitian perusahaan non keuangan saja yang go public (Hanafi, 2004).
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “ANALIS FAKTOR – FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KEBERHASILAN TURNAROUND PADA
PERUSAHAAN YANG MENGALAMI FINANCIAL DISTRESS”.
1.2. Perumusan Masalah dan Batasan Masalah
1.2.1. Perumusan Masalah
1. Apakah free assets mempengaruhi keberhasilan proses turnaround?
2. Apakah assets retrenchment mempengaruhi keberhasilan proses turnaround?
3. Apakah CEO turnover mempengaruhi keberhasilan proses turnaround?
1.2.2. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Sampel adalah perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indone-
sia dengan periode pengamatan tahun 2005-2010.
2. Periode financial distress yang kurun waktu digunakan peneliti adalah 2005 –
2007.
3. Periode keberhasilan atau tidak dalam melakukan turnaround dalam kurun
waktu digunakan peneliti adalah 2008 – 2010.
4. Keberhasilan turnarround yang diteliti diukur dengan menggunakan rumus alt-
man.
5. Faktor-faktor mempengaruhi keberhasilan turnaround diproksikan dengan free
assets, assets retrenchment, dan CEO turnover.
1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis pengaruh free assets terhadap keberhasilan proses turnaround
pada peusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
tahun 2005 – 2010.
2. Menganalisis pengaruh Assets Retrenchment terhadap keberhasilan proses
turnaround pada perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode tahun 2005 – 2010.
3. Menganalisis pengaruh CEO turnover terhadap keberhasilan proses turnaround-
pada peusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
tahun 2005 – 2010.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat kepada pihak-pihak sebagai berikut:
1. Internal Perusahaan
Memberikan pengetahuan akan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
proses turnaround pada perusahaan yang mengalami financial distress, sehingga
dapat dilakukan tindakan - tindakan yang lebih efisien dan efektif untuk
meningkatkan kinerja perusahaan.
2. Eksternal
Memberikan pemahaman tentang kondisi financial distress suatu perusahaan
untuk membantu pihak eksternal seperti investor dan kreditor dalam pengambilan
keputusan.
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Teori Agency (Teori Keagenan)
Teori keagenan merupakan teori yang menjelaskan hubungan antara pemilik
perusahaan dengan manajemen perusahaan. Hubungan yang terjadi antara pemilik
perusahaan dan manajemen perusahaan merupakan suatu kontrak dan didalamnya
terdapat pemisahan antara kepemilikan dan manajer. Dalam perekonomian
modern, manajemen dan pengendalian perusahaan semakin terpisah dari
kepemilikan. Manager bertanggung jawab terhadap pemilik.
Tujuan dari sistem pemisahan ini adalah untuk menciptakan efisiensi dan
efektivitas dengan memperkerjakan agen-agen profesional dalam mengelola
perusahaan. Penguasaan kendali perusahaan dipegang oleh agent, sehingga agent
dituntut untuk selalu transparan dalam melaksanakan kendali perusahaan.
2.1.2. Financial Distress
2.1.2.1. PengertianFinancial Distress
Kondisi financial distress perusahaan didefinisikan sebagai tahap penurunan
kondisi di mana mengalami laba bersih (net profit) negatif selama beberapa tahun,
dan hasil operasi perusahaan tidak cukup untuk memenuhi kewajiban perusahaan
(Insolvency). Insolvency dapat dibedakan dalam 2 kategori, yaitu:
1. Technical Insolvency
Bersifat sementara dan munculnya karena perusahaan kekurangan kas untuk
memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek.
2. Bankruptcy Insolvency
Bersifat lebih serius dan munculnya ketika total nilai hutang melebihi nilai
total aset perusahaan atau nilai ekuitas perusahaan negatif.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan perusahaan menghadapi financial
distress yaitu antara lain kenaikan biaya operasi, ekspansi berlebihan, ketinggalan
teknologi, kondisi persaingan, kondisi ekonomi, kelemahan manajemen
perusahaan dan penurunan aktifitas perdagangan industri. Dalam kondisi ekonomi
yang tidak buruk, kebanyakan perusahaan yang mengalami financial distress
adalah akibat dari kelemahan manajemen.
2.1.2.2. Pengukuran Financial Distres
Sangat sulit mendefinisikan secara obyektif tahap permulaan adanya kondisi
financialdistress, sehingga dilakukan pengukuran financial distress oleh :
Edward I. Altman (1984)
Z-score =0,717 WC/TA + 0,847 RE/TA + 3,107 EBIT/TA + 0,42 BVE/BVD +
0,998 S/TA
Nilai Z kritis yang ditemukan yaitu 1,2; jika Z-score kurang dari 1,2 maka
termasuk perusahaan yang mempunyai kemungkinan bangkrut, jika Z-score
antara 1,2 – 2,90 termasuk dalam zone of ignorance. Sedangkan jika Z-score
lebih dari 2,90 maka termasuk dalam perusahaan non-bankrupt.
2.1.3. Turnaround
2.1.3.1. Pengertian Turnaround
Turnaround didefinisikan sebagai pembalikan arah perusahaan dari penurunan
kinerja.
Menurut Supardi dan Mastuti (2003), turnaround diambil ketika manajemen
mengalami kegagalan dalam membesarkan perusahaan sehingga prospek
perusahaan menjadi tidak jelas dan mengalami krisis berkepanjangan, sehingga
pemilik dan manajemen berusaha keras memutar arah organisasi.
Turnaround yang sukses adalah sebuah proses yang kompleks meliputi kombinasi
dari faktor lingkungan, sumber daya internal, strategi perusahaan yang relevan
pada berbagai tahap penurunan kinerja, yang menghasilkan peningkatan kinerja
keuangan/recovery Schendel dan Patton dalam Francis & Desai (2005).
Recovery dari financial distress didefinisikan sebagai cash flow yang lebih besar
daripada hutang jangka pendek. Beberapa peneliti meyakini bahwa financial
distress dapat diatasi ketika dilakukan tindakan yang cepat dalam perubahan
manajemen dan pengaturan perusahaan mengenai strategi organisasi dan struktur
perusahaan. Pada tahap awal ketika terjadi hambatan cashflow, harus segera
dilakukan tindakan melalui efisiensi Wardhani (2006).
2.1.3.2. Proses Turnaround
Smith & Graves (2005) menyatakan bahwa strategi recovery dapat
diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :
1. Orientasi efisiensi (Efficiency oriented)
2. Orientasi usaha (Entrepreneurial oriented)
Jika penurunan kinerja perusahaan berasal dari operasi yang tidak efisien maka
perusahaan harus mengadopsi strategi recovery yang berorientasi pada efisiensi
(efficiency orientedstrategy), seperti pemotongan biaya dan pengurangan asset.
Jika strategi perusahaan tidak relevan lagi maka perusahaan harus membuat
perubahan yang cocok dengan pasar yang dihadapi dengan mengadopsi strategi
yang berorientasi pada usaha (entrepreneurial oriented strategies).
1.1.3.3. SiklusTurnaround
Barker dan Mone (1994) dalam Amalia (2008) menemukan 4 tahap kondisi
selama siklus penurunan kinerja keuangan perusahaan dan turnaround, yaitu :
1. Tahap pertama perusahaan berada dalam puncak kinerja keuangan dari 2 tahun
sebelumnya.
2. Tahap kedua, kinerja keuangan perusahaan berada dalam titik terendah setelah
mengalami penurunan kinerja dan berada dalam kondisi financial distress.
3. Tahap ketiga, perusahaan dalam tahap efisiensi sumber daya setelah mengalami
retrenchment.
4. Tahap keempat, perusahaan berada dalam kondisi sukses dalam turnaround
(terecovery ) atau malah gagal (tidak terecovery).
2.2. Penelitian Terdahulu
Dalam mengatur proses turnarround, manajer harus mengutamakan pada upaya
menahan penurunan kinerja, menggunakan sumber–sumber yang ada secara
efektif atau mengganti sumber-sumber daya yang tidak efektif pada perusahaan.
Variabel-variabel yang mempengaruhi recovery kinerja pada perusahaan yang
mengalami financial distress telah diteliti oleh beberapa peneliti. Penelitian Yulia
(2005) hanya menguji sebab-sebab penurunan kinerja perusahaan dengan menilai
rasio keuangan perusahaan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara variabel independennya terhadap variabel
dependennya, dengan kata lain tidak ada satupun rasio keuangan yang dapat
digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress selain rasio – rasio yang
digunakan dalam model Altman.
2.3. Persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu
Penelitian ini diilhami oleh penelitian oleh Amalia (2008), sehingga sebagian
besar variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sama, yaitu tersedianya
free Assets, dan CEO turnover. Namun, perbedaan penelitian ini dengan
penelitian terdahulu adalah variabel dan tahun penelitian yang digunakan, yaitu
perusahaan non keuangan yang mengalami financial distress yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dari tahun 2005 sampai tahun 2010. Penelitian ini juga
mencoba untuk menambah variabel baru yaitu assets retrenchment (penghematan
asset), yang diilhami oleh penelitian D. Chaerul, (2004), dan diproksikan dengan
pendapat yang menyatakan bahwa penerapan strategi retrenchment, biasanya
merupakan langkah awal yang dilakukan, yang kemudian diikuti dengan usaha-
usaha untuk melakukan turnaround. Dalam retrenchment, perusahaan
mempertahankan ruang lingkup yang ada dengan menggunakan taktik sentralisasi
dan spesialisasi produksi. Pendekatan sentralis, perusahaan melakukan
pengurangan sumber daya manusia dan fisik secara permanen.
2.4. Hubungan antar Variabel
2.4.1. Peran free assets dalam proses turnaround
Free assets digunakan sebagai proksi ukuran kemampuan perusahaan untuk
menjamin pinjaman. Pengukuran sumber daya yang masih bebas yaitu jumlah
aset yang melebihi jumlah total hutang, dibandingkan total asset Supardi dan
Mastuti (2003).
Di Indonesia kesulitan keuangan (financial distress) diatur dalam UU. No.1 tahun
1998, disebutkan bahwa debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan
tidak dapat membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan tidak
dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan yang berwenang, baik
atas permohonan sendiri, maupun atas permintaan seorang atau lebih krediturnya.
Permohonan ini dapat juga diajukan oleh kejaksaan untuk kepentingan umum.
Jumlah free assets adalah variabel yang penting dalam membedakan perusahaan
yang sukses direorganisasi atau yang gagal.
= Adanya Free assets berpengaruh negatif terhadap keberhasilan
turnaround
2.4.2. Peran dari Assets Retrenchment ( efficiency-oriented strategy) dalam
turnaround
Manajemen harus mengambil peran aktif dalam mengatasi penurunan kinerja
perusahaan. Retrenchment merupakan tindakan efisiensi dengan mengurangi
sumber daya perusahaan yang kurang efektif dan sangat berpengaruh terhadap
turnaround. Pemotongan biaya, peningkatan efisiensi dan investasi teknologi
memainkan peran penting dalam turnaround process. Peningkatan efisiensi akan
meningkatkan pula profitabilitas dalam jangka pendek dan memungkinkan
perusahaan melepaskan sumber-sumber yang dapat digunakan di tempat lain,
serta dapat juga memainkan peran politik yang penting dalam memenangkan
dukungan stakeholder D. Chaerul, (2004).Dari penjelasan tersebut maka
dibentuklah hipotesis berikut ini:
= Penghematan asset berpengaruh positif terhadap keberhasilan
turnaround.
2.4.3. Pengaruh CEO Turnover dalam proses turnaround
Penggantian CEO didefinisikan sebagai suatu peristiwa ketika CEO dari suatu
organisasi digantikan dengan individu lain. Tindakan yang diambil dalam
perusahaan yang mengalami penurunan kinerja ditentukan darikebijakan
pimpinan. Top Management memainkan peran yang kuat dalam perusahaan.
Perubahan pimpinan perusahaan dapat membantu menyumbangkan ide – ide
baru, akan tetapi ditemukan bahwa turnaround yang sukses tidak selalu
memerlukan perubahan CEO Smith & Graves (2005).
Diharapkan manajer senior yang baru dapat memberikan pandangan segar
terhadap sebab-sebab penurunan, dan memberikan kemampuan serta motivasi
yang diperlukan dalam perubahan organisasi.
Dari penjelasan tersebut maka dibentuklah hipotesis berikut ini:
= CEO turnover berpengaruhpositif terhadap keberhasilan turnaround.
2.5. Rangka Pemikiran Teoritis
Berdasarkan telaah pustaka, maka rangka model yang dapat disajikan untuk
penelitian faktor- faktor yang mempengaruhi recovery dalam proses turnaround
perusahaan financial distress adalah seperti tertera pada gambar berikut ini.
Gambar 2.1
Asset Retrenchmen
CEO turnover
Free Asset
Recovery of Turnaround
BAB III
METODA PENELITIAN
3.1. Metodologi Penelitian
3.1.1. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menguji secara empiris variabel–variable yang dapat mempengaruhi
kemungkinan recovery atau keberhasilan turnaround pada perusahaan yang
mengalami financial distress. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder berupa laporan keuangan dari perusahaan non keuangan yang telah
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan telah dipublikasikan. Penelitian ini
menggunakan data–data time series, yaitu periode tahun 2005-2010 yang
diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan IDX.
3.1.2. Populasi dan Sampel
3.1.2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan non keuanganyang
terdaftar di BEI dan laporan keuangannya terdaptar di publikasi BEI pada tahun
2005-2010. Perusahaan yang akan diamati adalah perusahaan yang kondisinya
mengalami financial distress.
3.1.2.2. Penentuan Sampel
Penentuan sampel dilakukan secara purposive, yaitu sampel perusahaan dipilih
berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria yang dimaksud adalah :
1. Perusahaan non keuangan yang konsisten terdaftar di BEI dan laporan
keuangannya telah dipublikasikan di BEI selama tahun 2005-2010.
2. Perusahaan yang dalam kurun waktu 2005 – 2007 memiliki laba negatif selama
paling 3 tahun berturut – turut ditentukan sebagai perusahaan yang mengalami
financial distress.
3. Perusahaan yang dalam kurun waktu 2005 – 2007 memiliki laba negatif selama
3 tahun berturut – turut, dan memiliki nilai altman Z score kurang dari 1,2
selama paling 3 tahun berturut – turut ditentukan sebagai perusahaan yang
mengalami financial distress.
4. Perusahaan financial distress pada kurun waktu 2005 – 2007 yang melakukan
pergantian CEO
3.1.3. Metode Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui observasi tidak langsung, yaitu dengan mengumpulkan
dokumen-dokumen laporan keuangan perusahaan-perusahaan pada ICMD 2008
untuk data laporan keuangan tahun 2005–2007, dan ICMD tahun 2010 untuk data
tahun 2008-2009, serta IDX untuk laporan keuangan tahun 2010.
3.1.4. Definisi Operasional Variabel
3.1.4.1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah probabilitas kondisi recovery
kinerja keuangan pada perusahaan non keuangan yang mengalami financial
distress, yaitu dengan mengukur kinerja keuangan dengan menggunakan analisis
diskriminan Altman (1984), sebagai berikut :
Z Score = 0,717 WC/TA + 0,847 RE/TA + 3,107 EBIT/TA + 0,42 BVE/BVD +
0,998 S/TA
Dari nilai hitung Z score Altman tersebut diambil cut off pada grey area yaitu 1.2.
Nilai Z score yang didapat adalah 1.2.
Perusahaan yang memiliki nilai z score kurang dari 1.2 dikategorikan dalam
perusahaan financial distress. Kemudian dari nilai Z score tersebut ditentukan
kategori sebagai berikut :
1. Perusahaan terecovery (kategori 1)
Untuk perusahaan yang dalam kurun waktu 2005-2007 mengalami Z-score
kategori financial distress 3 tahun berturut – turut dan diikuti dengan Z-score
kategori non financial distress pada kurun waktu 2008 – 2010 pernah masuk
dalam Z-score kategori non financial distress.
2. Perusahaan tidak terecovery (kategori 0)
Untuk perusahaan yang mengalami Z score kategori financial distress selama
tahun 2005–2007, 3 tahun berturut – turut dan tidak diikuti dengan dengan Z-
score kategori non financial distress dalam pada kurun waktu 2008–2010 pernah
masuk dalam Z-score kategori non financial distress.
3.1.4.2. Variabel independent
Data yang dianalisis sebagai variabel indipenden adalah data variabel dari periode
tahun 2005-2010, kurun waktu tahun 2006-2008 diperkirakan mulai diambil
tindakan manajemen setelah terjadi status financial distress pada 2005, dan untuk
perusahaan-perusahaan yang diprediksi mampu mencapai turnaround, pada tahun
2008-2010 termasuk syarat kategori perusahaan yang mengalami status
perbaikan/non financial distress.
Variabel independen dalam penelitian ini yaitu:
Definisi Operasional Variabel Indipenden
No Variable Definisi Skala Pengukuran
1 Free assets
(FREEAS)
Nilai Total aset setelah dikurangi
Total liability dibandingkan dengan
jumlah total asset yang mencermin-
kan tersedianya free asset
Rasio 1 – (TA-TL / TA)
2Asset
Retrenchment
(ASRET)
Penjualan asset yang merupakan
tindakkan efisiensiRasio
- ( - )
3 CEO TurnoverPergantian CEO yang diprediksi
mempengaruhi proses turnaround Nominal
Merupakan dummy
variabel:
- kategori 1, jika terjadi
pergantian CEO dari
tahun sebelumya
- kategori 0, jika tidak
Terjadi pergantian CEO
dari tahun sebelumnya.
3.1.5. Teknik Analisis
Data yang dikumpulkan dan diolah dalam penelitian ini kemudian dianalisis
dengan menggunakan dua metode statistik, yaitu statistik deskriptif dan statistik
induktif (uji hipotesis).
3.1.5.1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis dan menyajikan data kuantitatif
dengan tujuan untuk menggambarkan data tersebut. Data yang akan dianalisis
adalah gambaran perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Dengan
statistik deskriptif ini akan diketahui nilai rata-rata (mean), distribusi frekuensi,
nilai minimum dan maksimum serta deviasi standar. Data yang diteliti akan
dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu perusahaan yang berhasil di recovery
dan gagal direcovery .
3.1.5.2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan metode analisis regresi
logistik (logistic regression ) karena memiliki satu variabel dependen (terikat)
yang non metrik (nominal) serta memiliki variabel independen (bebas) lebih dari
satu. Teknik analisis ini tidak memerlukan lagi uji normalitas dan uji asumsi
klasik pada variabel bebasnya. Regresi logistik tidak memiliki asumsi normalitas
atas variabel independen yang digunakan dalam model, artinya variabel
penjelasnya tidak harus memiliki distribusi normal. Regresi logistik mengabaikan
heteroscedacity, artinya variabel dependen tidak memerlukan homoscedacity
untuk masing-masing variabel independen Ghozali (2007).
1. Menilai model regresi
Logistic regression adalah model regresi yang sudah mengalami modifikasi
sehingga karakteristiknya sudah tidak sama lagi dengan model regresi sederhana
atau berganda. Oleh karena itu penentuan signifikansinya secara statistik berbeda.
Dalam model regresi berganda, kesesuaian model (Goodness of fit) dapat dilihat
dari nilai ataupun .
Dalam menilai model regresi logistik (termasuk probit dan tobit) dapat dilihat dari
pengujian Hosmar and Lemeshow’s goodnest of fit. Pengujian ini dilakukan
untuk menilai model yang dihipotesiskan agar data empiris cocok atau sesuai
dengan model. Jika nilai statistik Hosmer dan Lemeshow’s goodness of fit test
sama dengan atau kurang dari 0,05, maka hipotesis nol ditolak.
Ho = model yang dihipotesiskan fit dengan data
Ha = model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan non keuangan yang terdaftar
di BEI periode tahun 2005–2010 dan konsisten melaporkan laporan keuangan di
BEI pada tahun 2005–2010 sebanyak 15 perusahaan (lampiran 1) yang digunakan
sebagai sampel penelitian. Alasan peniliti menggunakan sampel perusahaan non
keuangan, karena alat ukur yang digunakan untuk perusahaan non keuangan
berbeda dengan lembaga keuangan. Sumber data yang digunakan berasal dari
laporan keuangan publikasi. Data diperoleh melalui situs BEI ( www.idx.com)
No Kriteria Jumlah Akumulasi
1 Perusahaan non keuangan yang secara konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2005-2010.
- 282
2 Perusahaan non keuangan yang mengalami laba pada tahun 2005
(87) 195
3 Perusahaan non keuangan yang mengalami laba pada tahun 2006.
(98) 97
4 Perusahaan non keuangan yang mengalami laba pada tahun 2007.
(74) 23
5 Perusahaan yang mengalami financial distress pada waktu
2005 – 2007, namun tidak melakukan pergantian CEO
(8) 15
Jumlah sampel total selama periode penelitian 90
4.2. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menjelaskan kategori perusahaan terecovery
(R) dan non terecovery (NR) untuk setiap variabel independen dalam model
penelitian. Data yang dianalisis adalah data variabel tahun 2005-2010. Analisis ini
meliputi nilai minimum, maksimum, mean dan standar deviasi pada tahun 2005-
2010 dengan menggunakan program SPSS 18.00 yang dapat dilihat pada tabel 4.1
berikut :
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif Tahun 2005 -2010
VariabelMin Max Mean
Std. Deviation Min Max Mean
Std. Deviation
FREEAS 0.2171 2.2391 0.939385 0.5527885 0.3272 2.3265 1.092748E0 0.5274501ASRET -13.5160 0.4276 -0.258140 1.9677415 -0.3995 0.3728 .062000 0.1437352
Berdasarkan data statistik deskriptif atas variabel-variabel penelitian yang
disajikan dalam Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa variabel FREEAS
perusahaan yang mengalami recovery memiliki nilai minimum sebesar 0.2171
dimiliki oleh PT.Citatah Industri Marmer Tbk., pada tahun 2008. Sedangkan nilai
maksimum sebesar 2.2391 dimiliki PT. Panca Wiratama Sakti Tbk., pada tahun
2010.
Hal ini berarti perusahaan yang berhasil recovery dari financial distress, yang
memiliki free assets tertinggi adalah PT. Panca Wiratama Sakti Tbk., dan jumlah
free assets terendah adalah PT. Citatah Industri Marmer Tbk., selama masa
Recovery Non Recovery
penelitian. Rata-rata (mean) jumlah free assets yang diperoleh dari total sampel
penelitian (N) adalah 0.939385, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
perusahaan yang berada dalam sampel memiliki free assets sebesar 0.939385,
selama masa penelitian.
4.3. Pengujian Hipotesis
4.3.1. Uji Kelayakan Model Regresi (Goodness of Fit Test)
Pengujian hipotesis menggunakan model regresi logistik untuk menguji pengaruh
Free asset., Asset Retrenchment dan CEO Turnover terhadap prediksi probabilitas
perusahaan mengalami recovery kinerja keuangan. Data yang digunakan untuk
menganalisis variabel yaitu data laporan keuangan tahun 2005 - 2010 di ICMD
dan IDX. Analisis pertama yang dilakukan yaitu menilai kelayakan model regresi
dan goodness of fit test yang diukur dengan Chi-Square pada uji Hosmer and
Lemeshow dan diperoleh angka sebesar 8.265. Probabilitas signifikansi
menunjukkan angka 0.408 yang lebih besar dari 0.05 maka H tidak dapat ditolak
(diterima). Terlihat pada Tabel 4.2 berikut :
Hasil Uji Hosmer and Lemeshow
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 8.265 8 .408
Sumber : Hasil pengolahan data SPSS 18.00
4.3.2. Uji Model Fit (Overall Model Fit)
Langkah selanjutnya yaitu menilai keseluruhan model (overall model fit).
Pengujian overall model fit dilakukan untuk mengetahui apakah model fit dengan
data baik sebelum maupun sesudah variabel bebas dimasukkan ke dalam model.
Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood (-
2LL) pada awal (Block Number = 0) dengan nilai -2 Log Likelihood (-2LL) pada
akhir (Block Number = 1)
Tabel 4.3
Hasil Uji Overall Model Fit Model Analisis
Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant x1 x2 x3
Step 1 1 79.285 .606 -.751 .100 .284
2 75.944 .353 -1.391 .205 .433
3 75.512 .181 -1.702 .342 .462
4 75.345 .164 -1.750 .642 .458
5 75.222 .182 -1.760 1.202 .448
6 75.220 .185 -1.767 1.281 .448
7 75.220 .185 -1.767 1.282 .448
8 75.220 .185 -1.767 1.282 .448
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 84.241
d. Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates changed
by less than .001.
4.3.3. Matrik Klasifikasi
Matrik klasifikasi akan menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk
memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit going concern pada auditee
(Setyarno, dkk, 2006).
Tabel 4.5
Tabel Klasifikasi Model Analisis
Classification Table
Classification Tablea
Observed
Predicted
Y Percentage Correct0 1
Step 1 Y 0 34 8 100.0
1 38 10 .0
Overall Percentage 82.2
a. The cut value is .500
Sumber : Hasil pengolahan data SPSS 18.00
Tabel 4.5 Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan
perusahaan melakukan recovery dari financial distress adalah sebesar 82,2%. Hal
ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model regresi yang digunakan, jadi
ketepatan model ini secara keseluruhan sebesar 82,2 %.
4.3.3. Uji Koefisien Regresi
Pengujian koefisien regresi dapat ditentukan dengan menggunakan Wald statistic
dan nilai probabilitas (Sig.) seperti terlihat pada Tabel 4.6 berikut :
Tabel 4.6
Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik Model Analisis
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a x1 -1.767 .755 5.474 1 .019 .171
x2 1.282 1.870 .470 1 .493 3.604
x3 .448 .589 .578 1 .447 1.565
Constant .185 .698 .070 1 .791 .831
a. Variable(s) entered on step 1: x1, x2, x3.
Sumber : Hasil pengolahan data SPSS 18.00
Dari model tersebut di atas dapat dinyatakan interpretasi yang dilihat pada
tampilan output variable in the equati on model analisis sebagai berikut:
= 0, 185 - 1.767 FREEAS + 1.282 ASRET + 0, 448 CEO
Dari persamaan regresi logistik tersebut dapat dilihat bahwa variabel bebas
ASRET (Assets Retrenchment) dan CEO turnover, berpengaruh positif yang
artinya semakin tinggi nilai ASRET (AssetsRetrenchment), maka probabilitas
perusahaan akan terecovery juga semakin tinggi. Variabel bebas FREE ASSET
yang berpengaruh negatif artinya variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap
kemampuan recovery suatu perusahaan. Berpengaruh signifikan adalah yang nilai
Sig nya, yaitu FREEAS (free a ssets). Model dibentuk dari sample sebesar 45%
perusahaan yang tidak terecovery dan 55% perusahaan ter recovery.
4.4. Pembahasan
4.4.1. Pengujian
Berdasarkan hasil Tabel 4.6 menyatakan bahwa hasil pengujian terhadap variabel
FREEAS mempunyai koefisien regresi sebesar -1.767 dengan nilai probabilitas
(Sig) 0.019 yang lebih kecil dari 0.05 ( α). Hal ini berarti H alternatif yang
menyatakan free assets berpengaruh signifikan atau dengan kata lain Hipotesis 1
diterima..
4.3.2. Pengujian
Berdasarkan pada Tabel 4.6 secara statistik menunjukkan hasil pengujian terhadap
variabel pengurangan aset (Asset Retrenchment) mempunyai nilai koefisien
regresi sebesar 1.282 dengan nilai probabilitas (Sig) 0.493 yang lebih besar dari
0.05 (α). Hal ini berarti H alternatif yang menyatakan pengurangan aset (Asset
Retrenchment) tidak berpengaruh signifikan terhadap probabilitas
recovery/keberhasilan turnaround atau dengan kata lain Hipotesis 2 ditolak.
4.3.3. Pengujian
Berdasarkan pada Tabel 4.6 secara statistik menunjukkan variabel CEO
mempunyai koefisien regresi sebesar positif 0.448 dengan nilai probabilitas (Sig)
0.447 yang lebih besar dari 0.05 (α). Hal ini berarti H alternatif yang menyatakan
pergantian CEO tidak berpengaruh signifikan terhadap probabilitas recovery/-
keberhasilan turnaround atau dengan kata lain Hipotesis 3 ditolak.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
1.1. Simpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai prediksi
probabilitas recovery perusahaan yang mengalami financial distress pada
perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, maka diambil
simpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengujian dengan regresi logistik untuk model analisis tahun 2005 –
2010 menunjukkan persentasi kebenaran model ketepatan prediksi 82,2%.
2. Free assets secara statistik berpengaruh signifikan terhadap recovery pada
perusahaan financial distress dengan nilai koefisien negatif. Jadi dapat
disimpulkan bahwa hipotesis free assets diterima.
3. Assets retrenchment,dan CEO Turnover secara statistik tidak berpengaruh
signifikan terhadap recovery pada perusahaan financial distress dengan nilai
koefisien positif. Jadi dapat disimpulkan bahwa hipotesis assets retrenchment
ditolak.
4. CEO Turnover tidak berpengaruh signifikan terhadap recovery pada
perusahaan financial distress dengan nilai koefisien positif. Jadi dapat
disimpulkan bahwa hipotesis CEO Turnover ditolak.
5.2. Saran
Dari kesimpulan yang diberikan maka ada beberapa saran yang dapat
dipertimbangkan pembaca dalam melakukan penelitian selanjutnya sehingga
dapat diperoleh hasil yang lebih baik dan lebih mencerminkan kondisi yang
sebenarnya, antara lain :
1. Peneliti selanjutnya hendaknya dapat memperhitungkan rata- rata pendapatan
operasional industri sebagai variabel kontrol atau moderat sehingga dapat
dianalisa pengaruh dari financial distresss karena kinerja perusahaan yang
buruk atau karena faktor pendapatan operasi industri yang menurun, sehingga
pengaruh variabel upaya manajemen terhadap probabilitas recovery dapat
lebih dijelaskan.
2. Peneliti selanjutnya hendaknya dapat menggunakan faktor-faktor di luar
variabel dalam penelitian ini seperti kondisi ekonomi (pertumbuhan ekonomi,
inflasi) untuk memperoleh tingkat prediksi recovery yang lebih akurat.
3. Peneliti selanjutnya hendaknya dapat mengelompokkan perusahaan sampel
sesuai dalam kelompok perusahaan yang bekerja di bidang yang sama, agar
dapat diketahui penyebab financial distres.
DAFTAR PUSTAKA
Almilia, Luciana Spica dan Meliza Silvy, (2005), “Analisis Data Klasifikasi Rasio Keuangan Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Go Public dengan Analisis Multinomial Logit”,Konferensi Nasional Akuntansi, pp. 1-18.
Amelia Nuralata, (2007), “Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Yang Dapat memprediksi Probabilitas Kondisi Financial Distress”, Tesis Magister Manajemen Universitas Diponegoro.
Diana Atimiflaha. (2008).” Analisis Financial Distress Dengan Metode Z-Score untuk Memprediksi Kebangkrutan Perusahaan.(Studi Pada Perusahaan Restoran, Hotel dan Pariwisata yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2003 – 2007). Skripsi Fakultas ekonomi Jurusan Manajemen. Universitas Islam Negri Maulana Malik ibrahim.
Djakman D. Chaerul, (2004), “Strategi Penjualan Aset dan Tekanan Keuangan”,Simposium
Akuntansi Nasional 5.
Fachrudin, Khaira Amalia (2008), “Kesulitan keuangan perusahaan dan personal” Medan: USU Press.
Fianindra, Aristya (2011), “ Penggunaan analisis rasio keuangan analisis Z Score dalam penilaian kinerja keuangan dan tingkat kebangkrutan pada perusahaan manufaktur yang go public di BEI ”, Skripsi Akuntansi Universitas Airlangga.
Ghozali, Imam (2007), “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSSLanjutan”,Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Hanafi, Mamduh M, (2004),”Manajemen Keuangan”, Yogyakarta :BPFE
Husnan, Suad,( 2001),“Corporate Governance dan Keputusan Pendanaan Perbandingan Kinerja Perusah aan dengan Pemegang Saham Pengendali Perusahaan Multinasional dan Bukan Multinasional”.Jurnal Riset - Akuntansi, Manajemen, Ekonomi. PPAM STIE Yo.
John D.Francis, Ashay B.Desai, (2005), “Situational and Organizational Determinants of Turnaround”, Management Decision, vol 43, 9, p.1203- 1224
Indonesian Capital Market Directory 2006
Indonesian Capital Market Directory 2007
Indonesian Capital Market Directory 2008
Indonesian Capital Market Directory 2009
Indonesian Capital Market Directory 2010
Malcolm Smith dan Christopher Graves, (2005), “Corporate Turnaround and Financial Distress”,Managerial Auditing Journal, Vol 20, No.3, pp.304- 320
Parulian, Safrida Rumondang. (2007). “Hubungan Struktur Kepemilikan, Komisaris Independen dan Kondisi Financial Distress Perusahaan Publik.” Integrity Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.1, No. 3, h.263-274.
Platt Harlan D., dan Platt Marjorie B. (2002), ”Predicting Corporate Financial Distress: Reflections on Choice-Based Sample Bias”,Journal of Economics and Finance, Vol. 26No. 2, pages 184 – 197.
Ramadhany, Alexander, (2004), “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur yang Mengalami Financial Distress di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Maksi , Vol. 4, pp. 146-160.
Richard B. Whitaker, (1999), “ The Early Stage of Financial Distress”, Journal of Economics and Finance, Vol 23, no.2, p.123-133
S.Munawir. ( 2002). “Analisis Informasi Keuangan.”Yogyakarta : Liberty Yogyakarta
Sinta Kartika Wati.( 2008). “ Analisis Z-Score Dalam Mengukur Kinerja Keuangan Untuk Memprediksi Kebangkrutan Pada Tujuh Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta.”Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.
Sugiyono.(2011). “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D”. Bandung: Alfabeta.