Upload
others
View
14
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS EKONOMI MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER
MEREK MAXXI TIPE NDR-85 TURBO MATIC DI KECAMATAN SRAGI
LAMPUNG SELATAN
(Skripsi)
Oleh
IRVAN KURNIAWAN
JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
ABSTRACT
ECONOMIC ANALYSIS OF RICE COMBINE HARVESTER MAXXI
BRAND TYPE NDR-85 TURBO MATIC IN SRAGI DISTRICT, SOUTH
LAMPUNG
By
Irvan Kurniawan
The rice harvesting process in Sragi District has switched from manual harvesting
to using a modern rice harvester, the combine harvester, because this region has a
wide flat rice fields area. This harvester machine is an opportunity to develop
business, especially in the agricultural sector by providing harvesting services, but
the determination of the rental price is only based on the feasibility estimates only,
without the basis of proper economic analysis and study, especially in terms of
financial feasibility. The purpose of this research is to determine the financial
feasibility of applying rice harvester machines, combine harvester MAXXI brand
type NDR-85 Turbo Matic in Sragi District, South Lampung.
This research was conducted in May - September 2018 in Sragi Subdistrict, South
Lampung using survey methods obtained from interviews with respondents using
questionnaire forms. The sampling technique of respondents used in this research
is snowball sampling technique. The parameters observed were net present value
(NPV), benefit-cost ratio (B / C Ratio), internal rate of return (IRR) and payback
period (PP).
The results showed that the rental business of the rice harvester machine combine
harvester MAXXI brand type Turbo Matic NDR-85 in Sragi District, South
Lampung financially indicated by the NPV value of Rp. 416.461.105,45 which
means that NPV is greater than 0 (zero); B/C ratio of 1,27, which means that the
B/C ratio is more than 1 (one); IRR of 47,06% which means greater than the
interest rate of 9,75%; and Payback Period is 1,82 which means it is smaller than
the economic life of the engine, which is 5 years.
Kata Kunci : BEP, Combine harvester, Feasibility analysis, Fix cost,
Variable cost
Irvan Kurniawan
ABSTRAK
ANALISIS EKONOMI MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER
MEREK MAXXI TIPE NDR-85 TURBO MATIC DI KECAMATAN SRAGI
LAMPUNG SELATAN
Oleh
Irvan Kurniawan
Proses panen padi di Kecamatan Sragi sudah beralih dari pemanen manual ke
penggunaan mesin pemanen padi modern combine harvester, karena wilayah ini
memiliki wilayah lahan sawah datar yang luas. Mesin pemanen ini menjadi
peluang untuk mengembangkan usaha khususnya pada sektor pertanian dengan
menyediakan jasa pemanenan, namun penentuan harga sewa hanya didasarkan
pada perkiraan kelayakan saja, tanpa dasar analisa dan kajian ekonomi yang tepat
terutama dalam hal kelayakan finansialnya. Tujuan dari penelitian ini untuk
melihat kelayakan finansial penerapan mesin pemanen padi combine harvester
merek MAXXI tipe NDR-85 Turbo Matic di Kecamatan Sragi, Lampung Selatan.
Penelitian ini dilaksanakan pada pada bulan Mei – September 2018 di Kecamatan
Sragi, Lampung Selatan dengan menggunakan metode survei yang didapat dari
wawancara terhadap responden menggunakan borang kuesioner. Teknik
pengambilan sampel responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
snowball sampling. Parameter yang diamati adalah net present value (NPV),
benefit-cost ratio (B/C Ratio), internal rate of return (IRR) dan payback periode
(PP).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha persewaan mesin pemanen padi
combine harvester merek MAXXI tipe NDR-85 Turbo Matic di Kecamatan Sragi,
Lampung Selatan layak secara finansial ditunjukkan dengan nilai NPV yaitu
sebesar Rp. 416.461.105,45 yang berarti NPV lebih besar dari 0 (nol); B/C Ratio
sebesar 1,27 yang berarti B/C Ratio lebih dari 1 (satu); IRR sebesar 47,06% yang
berarti lebih besar dari suku bunga 9,75 %; dan Payback Period sebesar 1,82
yang berarti lebih kecil dari umur ekonomis mesin yaitu 5 tahun.
Kata Kunci : Analisis kelayakan, BEP, Biaya tetap, Biaya tidak tetap,
Combine harvester
Irvan Kurniawan
ANALISIS EKONOMI MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER
MEREK MAXXI TIPE NDR-85 TURBO MATIC DI KECAMATAN SRAGI
LAMPUNG SELATAN
Oleh
IRVAN KURNIAWAN
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada
Jurusan Teknik Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Jaya, Kecamatan Terbanggi
Besar, Kabupaten Lampung Tengah pada 24 Februari 1996,
sebagai anak kedua dari 3 bersaudara dari pasangan Bapak
Suiswanto dan Ibu Yudiah Prastiani. Penulis menyelesaikan
pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Dharma Wanita 1
pada tahun 2001-2002, Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Tanjung Anom pada tahun
2002-2008, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Way Pengubuan pada
tahun 2008-2011, dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Terbanggi
Besar pada tahun 2011-2014.
Tahun 2014, Penulis terdaftar sebagai mahasiswa S1 Program Studi Teknik
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Ujian Masuk
Lokal (UML). Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di Organisasi Persatuan
Mahasiswa Teknik Pertanian (PERMATEP) sebagai anggota Bidang Penelitian
dan Pengembangan (LitBang) Periode 2015-2016 dan Periode 2016-2017.
Pada bidang Akademik penulis pernah menjadi asisten dosen pada mata kuliah
Gambar Teknik pada tahun 2017. Pada tahun 2017 penulis melaksanakan kegiatan
Praktik Umum (PU) di Pusat Penelitian Teh Dan Kina (PPTK) Gambung,
Bandung, Jawa Barat dengan judul “Proses Pengolahan dan Kesetimbangan
Massa Teh Hitam dalam Skala Mini Processing di Pusat Penelitian Teh dan Kina
(PPTK) Gambung Bandung – Jawa Barat” dan pada tahun 2018 melaksanakan
Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik periode I tahun 2018 di Desa Toto Mulyo
Kecamatan Gunung Terang Kabupaten Tulang Bawang Barat dan Penulis berhasil
mencapai gelar Sarjana Teknologi Pertanian (S.T.P.) S1 Teknik Pertanian dengan
menghasilkan skripsi yang berjudul “Analisis Ekonomi Mesin Pemanen Padi
Combine Harvester Merek Maxxi Tipe NDR-85 Turbo Matic di Kecamatan Sragi
Lampung Selatan”.
Karya ini kupersembahkan untuk
Bapak dan Ibuku Tercinta (Suiswanto dan Yudiah Prastiani)
Sebuah karya kecil yang belum sebanding dengan kasih sayang,
pengorbanan dan jeri payahmu sepanjang hidupku selama ini
Kakak – Adikku Tersayang (Muhammad Ardiyanto dan Lutfi Indah Sari)
Terimakasih karena kalian selalu mendukung dan memberi semangat
kepadaku
Sahabat dan teman - teman Seperjuangan
Serta
Almamaterku Tercinta
Tempatku menuntut ilmu selama ini
Teknik Pertanian 2014
Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
i
SANWACANA
Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
penyusunan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, yang kita nantikan syafa’atnya di yaumil akhir kelak.
Skripsi dengan judul “Analisis Ekonomi Mesin Pemanen Padi Combine
Harvester Merek MAXXI Tipe NDR-85 Turbo Matic di Kecamatan Sragi
Lampung Selatan” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Teknologi Pertanian Universitas Lampung. Atas bimbingan, dukungan
moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan skripsi ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung;
2. Bapak Dr. Ir. Agus Haryanto, M.P., selaku Ketua Jurusan Teknik Pertanian
Universitas Lampung;
3. Bapak Dr. Ir. Sandi Asmara, M.Si., selaku dosen Pembimbing Akademik
sekaligus Pembimbing Utama atas kesediaannya untuk meluangkan waktu,
memberikan bimbingan, ilmu, pengalaman, saran dan kritik dalam proses
penyelesaian skripsi ini;
ii
4. Ibu Winda Rahmawati, S.TP., M.Si., M.Sc., selaku pembimbing 2 yang telah
memberikan pengarahan, ilmu, bimbingan, saran, serta motivasi selama
penyusunan skripsi ini;
5. Ibu Dr. Siti Suharyatun, S.TP., M.Si., selaku pembahas yang telah
memberikan saran dan masukan dalam perbaikan penyusunan skripsi ini;
6. Seluruh Dosen dan karyawan Jurusan Teknik Pertanian yang telah membantu
dan memberikan ilmunya selama ini;
7. Untuk kedua orang tuaku tercinta Bapak Suiswanto dan Ibu Yudiah Prastiani
yang yang telah memberi kasih sayang yang tiada tara, dorongan semangat,
nasihat, doa, dukungan, dan bantuan berupa moril maupun materil;
8. Kakakku Muhammad Ardiyanto dan Adikku Lutfi Indah Sari yang telah
memberikan doa, dukungan dan memberikan keceriaan selama ini;
9. Retno Ayu Kusuma Wardani yang selalu menemani, mendampingi dan
memberikan bantuan serta semangat selama penyelesaian skripsi ini;
10. Partner penelitian Lamsel Squad Allan Septiawan, Danang Rezki Nugraha,
dan Keyan Putra Aji Boma Pratama Ramadhan yang telah memberikan ilmu
maupun bantuan dalam melakukan penelitian ini;
11. Teman-temanku pejuang S.T.P., Aldi Riski Wibowo, Andri Anggawa, Suseno
Ali Akbar, Rendi Rismawan dan Muhammad Nartanugraha yang telah
memberikan semangat maupun bantuan dalam melakukan penelitian ini;
12. Teman-teman seperjuangan Rakha Adipa, Nur Aziz Sigit P, Nicolas Butar-
butar, Muhammad Teguh Angga S., Siti Anisa, Ferdi Indra Sasongko, Andiko
Ardiyanto, Yesi Erika, Dian Nova Ayu Pulung, Rizki Eprimal yang telah
memberikan keceriaan selama ini;
iii
13. Keluarga Besar Teknik Pertanian Angkatan 2014;
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
penulis menyelesaikan skripsi.
Semoga segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan
kebaikan dari Allah SWT. Aamiin. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan akan tetapi ada sedikit harapan semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Bandar Lampung,
Penulis,
Irvan Kurniawan
iv
DAFTAR ISI
Halaman
SANWACANA ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
1.3. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 4
2.1. Padi .............................................................................................................. 4
2.2. Combine Harvester ...................................................................................... 7 2.2.1. Spesifikasi Combine Harvester ........................................................ 8
2.2.2. Kelebihan dan Kelemahan Combine Harvester ............................. 10
2.3. Analisis Biaya ............................................................................................ 11 2.3.1. Analisis Biaya Operasional Alat dan Mesin Pertanian .................. 12
2.3.1.1. Biaya Tetap (Fixed Cost) ................................................. 12
2.3.1.2. Biaya Tidak Tetap (Variable Cost) ................................. 15 2.3.1.3. Biaya Total ...................................................................... 18 2.3.1.4. Biaya Pokok..................................................................... 19
2.3.2. Analisis Titik Impas (break even point) ......................................... 19 2.3.3. Arus kas .......................................................................................... 20
2.3.4. Analisis Kelayakan ......................................................................... 20 2.3.4.1 Net present value (NPV) .................................................. 20
2.3.4.2. Benefit / Cost Ratio (B/C Ratio) ...................................... 22 2.3.4.3. Internal Rate Of Return (IRR) ......................................... 23
v
2.3.4.4. Payback Period (PP) ........................................................ 24
2.4. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 24
2.5. Kondisi Umum Lokasi Penelitian ............................................................ 30
III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................................... 32
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 32
3.2. Alat dan Bahan .......................................................................................... 32
3.3. Metode Penelitian ...................................................................................... 33
3.4. Pengumpulan Data .................................................................................... 34
3.5. Analisis Data ............................................................................................. 35
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 36
4.1. Biaya Usaha Persewaan Mesin Pemanen Padi Combine Harvester merek MAXXI tipe NDR-85 Turbo Matic ........................................................... 36
4.1.1. Biaya Investasi Mesin .................................................................... 36
4.1.2. Biaya Operasional Mesin ............................................................... 37
4.1.2.1. Biaya Tetap ...................................................................... 38 4.1.2.2. Biaya Tidak Tetap ........................................................... 40 4.1.2.3. Biaya Total ...................................................................... 44
4.1.2.4. Biaya Pokok..................................................................... 45
4.2. Pendapatan Usaha Persewaan Combine Harvester Merek MAXXI tipe
NDR-85 Turbo Matic ................................................................................ 45
4.3. Analisis Titik Impas (Break Even Point) ................................................. 46
4.4. Analisis Kelayakan ................................................................................... 46 4.4.1. Net Present Value (NPV) ............................................................... 48 4.4.2. Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio) ....................................................... 48 4.4.3. Internal Rate of Return (IRR) ........................................................ 49
4.4.4. Payback Period (PP) ...................................................................... 49
V. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 53
5.1. Kesimpulan ............................................................................................... 53
5.2. Saran ......................................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 55
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Teks
1. Data yang diperlukan ....................................................................................... 34
2. Data dan asumsi yang digunakan untuk analisis biaya operasional penggunaan
mesin combine harvester merek maxxi tipe ndr-85 turbo matic .................... 38
3. Analisis penyusutan mesin pemanen padi combine harvester merek maxxi tipe
ndr-85 turbo matic ............................................................................................ 39
4. Analisis biaya tetap mesin pemanen padi combine harvester merek maxxi tipe
ndr-85 turbo matic ............................................................................................ 40
5. Analisis biaya tidak tetap mesin pemanen padi combine harvester merek maxxi
tipe ndr-85 turbo matic ..................................................................................... 40
6. Analisis biaya total mesin pemanen pemanen padi combine harvester merek
maxxi tipe ndr-85 turbo matic ......................................................................... 45
7. Arus kas pada persewaan mesin pemanen pemanen padi combine harvester
merek maxxi tipe ndr-85 turbo matic .............................................................. 47
8. Analisis kelayakan persewaan pemanen pemanen padi combine harvester
merek maxxi tipe ndr-85 turbo matic .............................................................. 48
Lampiran
9. Arus kas pada persewaan mesin pemanen pemanen padi combine harvester
merek maxxi tipe ndr-85 turbo matic .............................................................. 69
10. Arus kas untuk mencari nilai irr combine harvester merek maxxi tipe ndr-85
turbo matic ..................................................................................................... 70
11. Analisis penyusutan mesin combine harvester tipe maxxi ndr-85 dengan
metode garis lurus .......................................................................................... 71
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Teks
1. Combine harvester tipe head feed ....................................................................... 9
2. Mesin combine harvester mini (www.e-katalog.lkpp.go.id) .............................. 9
3. Mesin combine harvester besar (www.e-katalog.lkpp.go.id) .......................... 10
Lampiran
4. Combine harvester merek MAXXI tipe NDR-85 turbo matic ........................... 77
5. Pengukuran luas lahan pemanenan ................................................................... 77
6. Proses pemanenan padi ..................................................................................... 78
7. Wawancara dengan pemilik dan operator combine harvester .......................... 78
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sejarah dunia pertanian mengalami peningkatan yang sangat berarti dari pertanian
tradisional menuju pertanian modern yang diiringi pekembangan teknologi yang
digunakan dalam kegiatan pertanian. Penerapan teknologi pertanian baik dalam
kegiatan panen maupun pasca panen, menjadi penentu dalam mencapai
kecukupan pangan baik kuantitas maupun kualitas produksi. Teknologi pertanian
telah berperan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas usahatani
komoditas pangan khususnya dalam kegiatan panen padi.
Padi merupakan salah satu komoditas tanaman pangan terbesar di Indonesia
karena sebagian besar masyarakat Indonesia mengkonsumsinya. Menurut Badan
Pusat Statistik (BPS) (2015), Provinsi Lampung berada diurutan ketujuh
terbanyak nasional dengan produksi sebanyak 3,64 juta ton lebih atau sekitar 4,85
persen produksi nasional. Berdasarkan hal tersebut Provinsi Lampung menjadi
salah satu sentra produksi padi nasional sekaligus sebagai penunjang kebutuhan
beras nasional.
Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu kabupaten yang ada di
Provinsi Lampung dengan luas lahan dan jumlah produksi tanaman padi terbesar
2
ketiga di Lampung. Kabupaten Lampung Selatan menjadi lumbung padi bagi
pemenuhan kebutuhan pangan beras di Provinsi Lampung maupun Indonesia.
Menurut BPS Lampung Selatan (2017), Kecamatan Sragi merupakan wilayah di
Kabupaten Lampung Selatan yang mempunyai lahan sawah dengan jumlah total
luas panen 5.723 hektar dengan jumlah produksi padi sawah 32.008 ton.
Keadaan ini sangat potensial dalam upaya pengembangan produksi padi di
Provinsi Lampung, khususnya di Kabupaten Lampung Selatan.
Pada saat ini proses panen padi di Kecamatan Sragi sudah beralih menggunakan
mesin pemanen padi modern combine harvester, karena wilayah ini memiliki
wilayah lahan sawah datar yang luas. Selain meningkatkan efisiensi panen
dengan pengurangan waktu panen bila dibandingkan tenaga manusia dan
penggunaan alat panen tradisional juga mengurangi tingkat kehilangan hasil
(losses). Disamping itu alat panen padi ini juga bisa menjadi peluang untuk
mengembangkan usaha khususnya pada sektor pertanian dengan menyediakan
jasa pemanenan. Salah satu mesin combine harvester yang dipergunakan di
masyarakat Kecamatan Sragi adalah merek MAXXI tipe NDR-85 Turbo Matic.
Penggunaan combine harvester umumnya digunakan sebagai mesin yang
disewakan untuk kegiatan panen padi di wilayah Kecamatan Sragi. Permasalahan
yang timbul dalam penggunaan combine harvester dirasakan oleh pengelola jasa
combine harvester maupun petani padi sebagai perental. Bagi pengelola jasa
persewaan combine harvester masalah penentuan harga sewa hanya didasarkan
pada perkiraan kelayakan saja, tanpa dasar analisa yang baik. Biaya operasional
yang sudah dikeluarkan sering tidak dikalkulasikan dengan baik oleh pengelola
3
jasa combine harvester, dan petani tidak memahami tentang ketentuan harga sewa
yang diterapkan. Terjadinya kerusakan lahan setelah dioperasikannya combine
harvester dengan terbentuknya guludan tanah akibat amblasnya roda combine
harvester kedalam tanah, mengakibatkan sulitnya petani saat mengolah tanah,
sehingga petani harus mengeluarkan biaya lagi untuk hal itu dengan menyewa
traktor untuk mengolah tanah.
Oleh karena itu berdasarkan kondisi diatas penerapan mesin pemanen combine
harvester untuk kegiatan pemanenan padi perlu dilakukan kajian ekonomi dalam
penerapannya terutama dalam hal kelayakan finansialnya. Hal ini yang
melatarbelakangi dilakukannya penelitian ini.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk melihat kelayakan finansial
penerapan mesin pemanen padi combine harvester merek MAXXI tipe NDR-85
Turbo Matic di Kecamatan Sragi, Lampung Selatan.
1.3. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yaitu untuk menyediakan
informasi tentang analisis biaya penggunaan combine harvester bagi pemilik
maupun petani pengguna combine harvester, khususnya merek MAXXI tipe
NDR-85 Turbo Matic
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Padi
Tanaman padi merupakan tanaman budidaya yang sangat penting bagi umat
manusia. Tanaman padi menjadi sumber bahan pangan utama hampir dari
setengah penduduk dunia, tak terkecuali Indonesia. Hampir seluruh penduduk
Indonesia memenuhi kebutuhan bahan pangannya dari tanaman padi. Dengan
demikian, tanaman padi merupakan tanaman yang mempunyai nilai spiritual,
budaya, ekonomi, dan politik yang penting bagi bangsa indonesia karena
memengaruhi hajat hidup orang banyak (Utama, 2015). Keberadaan komoditi
tersebut sebagai makanan pokok bagi hampir seluruh bangsa Indonesia harus tetap
terjaga sepanjang tahun. Pada tahun 2015 angka produksi padi sebanyak 75,40
juta ton gabah kering giling (GKG) atau mengalami kenaikan sebanyak 4,55 juta
ton (6,42 persen) dibandingkan tahun 2014 (BPS, 2015). Rata-rata konsumsi
beras masyarakat Indonesia mencapai 139,5 kg per kapita per tahun yang apabila
dikalikan dengan jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 237 juta jiwa maka
didapatkan hasil kebutuhan beras nasional sebesar 34 juta ton per tahun.
Padi (Orizae sativa L.) merupakan tanaman yang membutuhkan air yang cukup
dalam hidupnya. Tanaman ini tergolong semi-aquatis yang cocok ditanam di
5
air cukup untuk pertumbuhannya. Tanaman padi dapat tumbuh baik pada
lingkungan yang memiliki rata-rata curah hujan lebih dari 200 mm per bulan.
Suhu yang dikehendaki oleh tanaman padi adalah 22-27oC. Derajat keasaman
(pH) tanah yang dibutuhkan tanaman padi adalah berkisar antara 4 – 7 (Wardani,
2016). Pengembangbiakan tanaman padi dapat dilakukan secara langsung, baik
dengan benih maupun benih yang disemai menjadi bibit (Prasetiyo, 2002). Umur
tanaman padi umumnya berkisar antara 97 – 125 hari per musim tanam. Padi
dapat ditanam sepanjang tahun, namun pada dasarnya petani menanam padi
berdasarkan ketersediaan air, yang dapat dikelompokkan menjadi tiga periode
tanam yaitu : 1. Musim tanam utama, pada bulan November, Desember, Januari,
Februari dan Maret; 2. Musim tanam gadu, pada bulan April, Mei, Juni, Juli; 3.
Musim tanam kemarau, pada bulan Agustus, September, dan Oktober (Sumarno,
2006).
Padi adalah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup
bagi tubuh manusia. Di dalam padi terkandung bahan-bahan yang mudah diubah
menjadi energi, oleh karena itu padi disebut juga sebagai makanan energi. Padi
sebagai makanan pokok dapat memenuhi 56 – 80% kebutuhan kalori penduduk di
Indonesia (Syahri dan Somantri, 2016).
Menurut Andoko (2002) dan Adiratma (2004), beras atau gabah memiliki
beberapa arti yang penting bagi negara Indonesia antara lain :
1. Sebagai makanan pokok penduduk karena mempunyai nilai gizi yang relatif
lebih baik
2. Sebagai suatu komoditi yang dapat dijadikan standar harga atau nilai
6
kebutuhan lainnya
3. Dapat merupakan ukuran prestise individu, keluarga, budaya seseorang atau
bangsa
4. Bagi suatu pemerintah merupakan ukuran kekuatannya sebagai alat tawar
menawar politik untuk mempertahankan kekuasaannya
5. Mempunyai nilai Pertahanan dan Keamanan (HANKAM)
Menurut Mangunwidjaja dan Sailah (2005), pertanian sebagai suatu subsistem
dalam kehidupan manusia bertujuan untuk menghasilkan bahan nabati dan hewani
dengan penggunaan sumber daya alam secara maksimal dalam rangka untuk
mencapai kesejahteraan hidup manusia dan kelestarian daya dukung lingkungan.
Objek formal dari ilmu pertanian budidaya reproduksi dalam fokus pengolahan
tanah, budidaya, pemeliharaan, pemungutan hasil dari budidaya atau panen,
peningkatan mutu hasil panen, penanganan (pasca panen), dan pemasaran hasil.
Proses budidaya tanaman padi meliputi: 1) Pengolahan tanah, lahan becocok
tanam diolah untuk meningkatkan kesuburan tanah sebagai media tumbuh yang
baik sehingga tanaman padi dapat menghasilkan padi yang berkualitas baik.
Tahapan pengolahan tanah terdiri dari pembajakan, garu, dan perataan. Lapisan
olah memiliki kedalaman antara 15 – 20 cm (Purwono dan Purnamawati, 2007).
Pengolahan tanah dapat dilakukan menggunakan alat-alat seperti bajak singkal
(moldboard plow), bajak piring (standard dan vertikal discplow), subsoiler, garu
piring, dan rotary tiller. 2) Budidaya yaitu meliputi proses persiapan benih yang
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembudiyaan tanaman, proses
persemaian, dan proses penanaman dengan pencabutan bibit dipersemaian. Bibit
7
yang siap ditanam adalah bibit yang sudah berumur 21-25 hari setelah sebar dan
berdaun 5-7 helai (Herawati, 2012). 3) Pemungutan hasil dari budidaya atau
panen, dilakukan pada fase masak kuning yaitu pada waktu optimum dimana saat
butir padi 95% telah menguning atau sekitar 33-36 hari setelah berbunga dan
bagian bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau (Maslaita dkk, 2017).
Panen padi dimulai dengan menentukan waktu panen yang optimum, sehingga
didapatkan mutu gabah yang baik, nilai jual yang tinggi dan memuaskan
konsumen. Proses pemanenan dapat dilakukan dengan 2 macam yaitu secara
manual yang menggunakan ani-ani dan mekanis dengan menggunakan mesin
pemotong padi tipe gunting (reaper), mesin pemotong padi binder, dan mesin
panen padi combine harvester (Iswari, 2012).
2.2. Combine Harvester
Menurut Iswari (2012), combine harvester adalah alat pemanen padi yang dapat
memotong bulir tanaman padi yang berdiri, merontokkan dan membersihkan
gabah sambil berjalan di lapangan. Dengan demikian waktu pemanen lebih
singkat dibandingkan dengan menggunakan tenaga manusia (manual) serta tidak
membutuhkan jumlah tenaga kerja manusia yang besar seperti pada pemanenan
tradisional. Penggunaan alat ini memerlukan investasi yang besar dan tenaga
terlatih yang dapat mengoprasikan alat ini ( Barokah, 2001).
8
2.2.1. Spesifikasi Combine Harvester
Menurut Chiaranaikul (2009), terdapat dua macam tipe combine harvester yaitu
straight-through feed combine harvester dan head feed combine yaitu sebagai
berikut :
1. Straight-through feed combine harvester
Straight-through feed combine harvester dapat diklasifikasikan menjadi self-
propelled type dan mount type tergantung pada daya yang dipasok. Untuk panen,
self-propelled dan mount type banyak digunakan. Self-propelled type digerakkan
oleh mesin dan dioperasikan oleh satu orang, sedangkan mount type
memanfaatkan kekuatan traktor sebagai penggeraknya. Self-propelled type
memiliki keuntungan sebagai berikut: (1) fleksibilitas yang lebih besar dan
kemampuan manuver yang lebih baik; (2) visibilitas dan kontrol yang lebih baik
oleh operator; (3) kecepatan mengangkut tinggi dan efisiensi yang lebih tinggi
dalam operasi. Ini adalah jenis yang paling banyak digunakan di dunia.
2. Head feed combine
Tipe head-feed dikembangkan di Jepang. Mesin ini hanya mengumpankan bagian
malai dari padi yang dipotong ke bagian perontok mesin. Gabah hasil perontokan
dapat ditampung pada karung atau tangki penampungan sementara (hopper). Tipe
standard dikembangkan di Amerika dan Eropa, yang dipergunakan juga untuk
memanen gandum. Padi yang dipotong termasuk jeraminya, semua dimasukan
kebagian perontokan. Gabah hasil perontokan ditampung dalam tangki, dan
jeraminya ditebarkan secara acak di atas permukaan tanah. Semua jenis combine
9
ini dioperasikan dengan cara dikendarai (Koga, 1988 dalam Hindiani, 2013).
Head feed combine dapat dilihat seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Combine harvester tipe head feed
Berdasarkan keadaan di lapangan, mesin combine harvester yang banyak
digunakan adalah jenis head feed, dimana dibedakan berdasarkan combine
harvester mini dan combine harvester besar. Perbedaan yang lebih lanjut
dijelaskan sebagai berikut:
a. Combine Harvester Mini
Gambar 2. Mesin combine harvester mini (www.e-katalog.lkpp.go.id)
10
Dimensi (mm) P 3650 ; L 1650 ; T 1820
Berat (kg) 827 Lebar pemotongan aktual (mm) 1212
Kekuatan mesin (HP) 11 Kecepatan kerja (km/jam) 2,2
Kapasitas kerja (ha/jam) ± 0,1-0,2
Bahan bakar Solar Kapasitas tanki BBM (liter) 11
b. Combine Harvester Besar
Gambar 3. Mesin combine harvester besar (www.e-katalog.lkpp.go.id)
Dimensi (mm) P 5130 ; L 2880 ; T 2600
Berat (kg) 2870 Lebar pemotongan aktual (mm) 1960
Kekuatan mesin (HP) 88 Kecepatan kerja (km/jam) 3,91
Kapasitas kerja (ha/jam) ± 0,3-0,5
Bahan bakar Solar Kapasitas tanki BBM (liter) 70
2.2.2. Kelebihan dan Kelemahan Combine Harvester
Menurut Murti (2017), keuntungan penggunaan combine harvester adalah
mengurangi biaya pemanenan dan perontokan, kebutuhan tenaga berkurang, dan
lebih cepat dalam pemanenan jika dibandingkan dengan panen secara manual.
11
Dalam segi operasional pemanfaatannya, pemilik mesin combine harvester
memiliki manfaat ganda dari mesin yang dimilikinya. Selain memperoleh
keuntungan dari pemanfaatan mesin dalam pemanenan, sebagian besar pemilik
mesin menyewakan mesin untuk petani lain yang memerlukan mesin dalam
memanen padi. Sedangkan kelemahan dari combine harvester adalah sulit bekerja
pada lahan dengan kedalaman lumpur 20 cm atau lebih, kurang berfungsi efektif
pada lahan dengan kemiringan tinggi, dan juga membutuhkan investasi yang
relatif besar dengan harga mesin ±200-400 juta rupiah untuk pembelian satu
mesin combine harvester (Iswari, 2012).
2.3. Analisis Biaya
Analisis biaya adalah suatu analisa yang menggambarkan bagaimana perubahan
biaya variabel, biaya tetap, harga jual, volume penjualan dan bauran penjualan
akan mempengaruhi laba perusahaan. Analisis ini merupakan instrumen yang
lazim dipakai untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi manajemen
untuk pengambilan keputusan, misal dalam menetapkan harga jual produk dan
proses informasi biaya yang akan direncanakan.
Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah
banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi yang jumlah totalnya
tetap pada volume kegiatan tertentu. Komponen biaya tetap meliputi biaya
penyusutan, biaya bunga modal, dan biaya garasi. Biaya jenis ini selamanya sama
atau tidak berubah dalam hubungannya dengan jumlah satuan yang diproduksi.
Biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan pada saat alat/mesin beroperasi
yang besarnya tergantung dari jumlah jam kerjanya. Komponen biaya tidak tetap
12
meliputi biaya bahan bakar, biaya pelumas, biaya perbaikan dan pemeliharaan,
dan biaya operator (Iqbal, 2012).
2.3.1. Analisis Biaya Operasional Alat dan Mesin Pertanian
Perhitungan biaya untuk mesin dan alat di bidang pertanian dan bidang industri
dikenal 2 komponen biaya, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap
(variable cost).
2.3.1.1. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Menurut Yeni dan Dewi (2014), biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang tidak
tergantung dari sistem pemakaian alat mesin tersebut. Biaya tetap per jam tidak
berubah dengan perubahan jam kerja tiap tahun dari pemakaian alat dan mesin
tersebut. Dengan begitu biaya ini tetap dihitung sebagai pengeluaran walaupun
alat dan mesin tersebut tidak dipergunakan. Unsur–unsur biaya tetap terdiri dari:
1. Biaya Penyusutan
Biaya penyusutan terdiri dari desain dan perkiraan umur pemakaian pada mesin
atau alat. Penyusutan didefinisikan sebagai penurunan dari nilai modal suatu
mesin atau alat akibat berkurangnya umur pemakaian (waktu). Biaya penyusutan
merupakan biaya yang terbesar tiap jamnya dan juga merupakan ukuran nilai
suatu mesin atau alat selama waktu berjalan berdasarkan perkembangan teknologi,
umur ekonomis, dan umur pelayanan (Aprilliana, 2018).
Beberapa metode diperhitungkan biaya penyusutan :
a. Metode garis lurus (stright line method)
13
b. Metode penjumlahan angka tahun (sum of the year digits method)
c. Metode keseimbangan menurun berganda (double declining balance method)
d. Metode Sinking Fund.
Perhitungan biaya penyusutan pada penelitian ini menggunakan metode garis
lurus, karena metode garis lurus merupakan metode yang umum digunakan dan
mudah. Dalam metode penyusutan garis lurus, beban penyusutan untuk tiap tahun
nilainya sama besar dan tidak dipengaruhi dengan hasil/output yang diproduksi
(Setiawan, 2001).
Menurut Baridwan (2008) Metode garis lurus adalah metode depresiasi yang
paling sederhana dan banyak digunakan. Dengan menggunakan cara ini, beban
depresiasi tiap periode jumlahnya sama, kecuali jika terdapat penyusutan-
penyesuaian. Depresiasi dihitung tiap tahun dengan menggunakan rumus sebagai
berikut (Yeni dan Dewi, 2014).
HP = Crf x (P – S) ……………………………………………….…… (1)
Crf =
………....…………………………………….…… (2)
Keterangan :
HP = biaya penyusustan (Rp/tahun)
P = harga Pembelian (Rp)
S = nilai residu (nilai sisa dipakai 10% dari harga pembelian)
n = taksiran umur ekonomis (tahun)
i = interst rate / tingkat Bunga pinjaman bank ( %/tahun )
Crf = faktor konversi pengembalian modal (capital recovery factor)
14
2. Biaya Bunga Modal
Bunga modal bagi suatu alat mesin pertanian merupakan biaya yang masuk akal
karena uang yang dibelanjakan guna membeli sebuah mesin tak dapat lagi
digunakan untuk usaha produktif lainnya. Suku bunga yang dipergunakan
hendaklah mencerminkan suku bunga yang berlaku saat itu. Menurut Zainuddin
dkk (2016), persamaan yang digunakan dalam perhitungan biaya ini adalah :
Ai =
………....…………………………………….…… (3)
Keterangan :
Ai = annual interest / bunga modal (Rp/tahun)
P = harga pembelian (Rp)
i = interst rate / tingkat bunga pinjaman bank ( %/tahun )
n = taksiran umur ekonomis (tahun)
3. Biaya Gudang
Biaya gudang dihitung sebagai akibat adanya gudang/garasi pada alat/mesin.
Dengan adanya gudang maka akan mengakibatkan perbaikan yang mudah dan
aman, pemeliharaan yang teratur dan baik serta dapat mengurangi kerusakan
mesin/alat yang dapat mencegah berkurangnya umur ekonomis mesin. Menurut
Pramudya (2001), besarnya biaya gudang diperkirakan sebesar 1% dari harga
awal per tahun.
BG = 1% x P ………....…………………………………….…… (4)
Keterangan :
15
BG = biaya gudang (Rp/tahun)
P = harga pembelian (Rp)
2.3.1.2. Biaya Tidak Tetap (Variable Cost)
Biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya operasional yang dikeluarkan untuk
berbagai keperluan yang diperlukan untuk menjaga kelancaran operasi alat mesin.
Biaya operasional ini baru ada bila alat mesin dioperasionalkan dan besarnya pun
berbeda– beda tergantung jam operasional, jenis pekerjaan serta usia penggunaan
alat mesin tersebut, yang terdiri dari biaya bahan bakar, biaya pelumas, biaya
perbaikan dan pemeliharaan, biaya operator dan biaya ban (Yeni dan Dewi, 2014).
1. Biaya bahan bakar
Biaya bahan bakar adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan bakar
(solar atau bensin) yang dibutuhkan sebagai sumber penggerak motor bakar pada
kondisi kerja per jam. Harga yang digunakan disesuaikan dengan harga di daerah
setempat. Menurut Yeni dan Dewi (2014), persamaan yang digunakan untuk
mengetahui besarnya biaya bahan bakar adalah sebagai berikut :
Bbb = vp x hbb x K ...………....…………………………………….…… (5)
Keterangan :
Bbb = biaya bahan bakar (Rp/jam)
vp = konsumsi bahan bakar (liter/ha)
hbb = harga bahan bakar (Rp/liter)
K = kapasitas kerja (ha/jam)
16
2. Biaya pelumas
Pelumasan dilakukan untuk memberikan kondisi kerja yang lebih baik lagi bagi
alsintan. Minyak pelumas untuk combine harvester meliputi oli mesin, oli gardan,
dan oli hidrolik. Biaya pelumasan ditentukan berdasarkan banyaknya penggantian
oli pada suatu mesin pada setiap periode tertentu dan harga satuan oli yang
digunakan. Menurut Zainuddin dkk (2016), persamaan yang digunakan adalah :
BP = Ktp/ jam x hp .......……....…………………………………….…… (6)
Keterangan :
BP = biaya pelumas (Rp/jam)
Ktp = kapasitas tangki pelumas (liter)
jam = umur penggantian oli (jam)
hp = harga pelumas (Rp/liter)
3. Biaya perbaikan dan pemeliharaan
Biaya perbaikan dan pemeliharaan dalam rupiah per tahun. Besarnya biaya ini
tergantung pada tingkat pemakaian serta kerusakan yang terjadi atau dengan kata
lain besarnya biaya pemeliharaan bervariasi setiap bulannya. Menurut Pramudya
(2001), besarnya biaya perbaikan dan pemeliharaan untuk mesin-mesin pengolah
hasil pertanian beserta mesin penggeraknya diperkirakan sebesar 5% dari harga
pembelian per tahunnya.
Bpp = P x 5% …...……....…………………………………….…… (7)
Keterangan :
17
Bpp = biaya perbaikan dan pemeliharaan (Rp/tahun)
P = harga Pembelian (Rp)
4. Biaya tenaga kerja
Biaya tenaga kerja adalah biaya yang digunakan untuk mengupah seseorang
dalam suatu pekerjaan. Tenaga kerja yang dipekerjakan disini terdiri dari operator
dan helper. Dasar penentuan biaya tenaga kerja tergantung pada kondisi setempat,
biasanya dinyatakan dalam Rp/hari, Rp/ha atau Rp/jam. Tenaga kerja yang digaji
bulanan dapat dikonversikan dalam upah Rp/jam dengan menghitung jumlah jam
kerjanya selama setahun. Menurut Yeni dan Dewi (2014), persamaan yang
digunakan adalah :
Btk =
..………....…………………………………….…… (8)
Keterangan :
Btk = biaya tenaga kerja (Rp/jam)
Wt = jam kerja (jam/hari)
Uop = upah kerja orang per hari (Rp/hari)
Jo = jumlah tenaga kerja (orang)
5. Biaya ban
Biaya ban merupakan besarnya pengeluaran yang dikeluarkan untuk membeli ban
selama setahun. Harga yang digunakan berdasarkan harga di daerah setempat.
Menurut Assa dkk (2014), rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
18
an n ban
ban .………....…………………………………….…… (9)
Keterangan :
Bban = Biaya ban (Rp/jam)
n = jumlah ban (ban)
H ban = harga ban (Rp/ban)
UP Ban = umur pakai ban (jam)
6. Biaya lain-lain
Yang dimaksud dengan biaya lain-lain adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk
membeli konsumsi dan mengganti suatu bagian atau suku cadang yang
memerlukan suatu penggantian relatif sering karena pemakaian.
2.3.1.3. Biaya Total
Biaya total pada pengoperasiaan alat yaitu keselurahan aspek penggabungan
biaya, baik biaya tetap maupun biaya tidak tetap, biaya ini merupakan
penjumlahan biaya tetap dan biaya tidak tetap yang dihitung dalam satuan
(Rp/jam), biaya total mesin pertanian dapat dihitung dengan menggunakan rumus
(Iqbal, 2012).
B = BT + BTT ….……....…………………………………….…… (10)
Keterangan :
B = biaya total (Rp/tahun)
BT = biaya tetap (Rp/tahun)
BTT = biaya tidak tetap (Rp/tahun)
19
2.3.1.4. Biaya Pokok
Biaya pokok adalah total biaya yang dikeluarkan dalam pengoperasian alat mesin
pertanian per hektar lahan yang dikerjakan. Biaya pokok dapat dihitung setelah
seluruh komponen biaya tetap dan tak tetap diketahui. Menurut Butar dkk (2015),
rumus yang digunakan untuk mengetahui besarnya biaya pokok adalah sebagai
berikut :
*
t + ……....…………………………………….…… (11)
Keterangan :
BP = biaya pokok (Rp/ha)
BT = fix cost / biaya tetap (Rp/tahun)
BTT = variabel cost / biaya tidak tetap (Rp/jam)
Wt = jam kerja per tahun (jam/tahun)
K = kapasitas kerja (jam/ha)
2.3.2. Analisis Titik Impas (break even point)
Menurut Pujawan (2004), Break even point adalah suatu titik jumlah produksi
atau penjualan yang harus dilakukan agar biaya yang dikeluarkan dapat tertutupi
kembali atau nilai dimana profit yang diterima adalah nol. Analisis titik impas
digunakan untuk mengetahui pada tingkat produksi berapakah suatu mesin yang
digunakan dapat menghasilkan keuntungan. Selain itu, analisa ini juga dapat
dimanfaatkan untuk mengetahui kaitan antara volume produksi, harga jual, biaya
produksi serta keuntungan dan kerugian yang akan diperoleh pada suatu tingkatan
produksi tertentu.
20
Pada penentuan atau analisa titik impas alat mesin panen Combine, dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan (Kusuma dan mayasati, 2014).
BEP =
(
)
.………....…………………………………….…… (12)
Keterangan :
BEP = titik impas (Ha/tahun)
BT = biaya tetap (Rp/tahun)
REV = harga sewa (Rp/ha)
K = kapasitas kerja (ha/tahun)
BTT = biaya tidak tetap (Rp/tahun)
2.3.3. Arus kas
Dalam perhitungan analisis kelayakan secara ekonomi, pada tahap awal perlu
melalui langkah perhitungan yang sama, yaitu penyusunan arus kas pada setiap
tahun selama umur proyek, baik untuk arus biaya maupun manfaat. Dari arus kas
ini kemudian dapat dihitung nilai sekarang (present value).
2.3.4. Analisis Kelayakan
Kelayakan penggunaan alat dapat ditentukan dengan metode NPV (Net Present
Value), Benefit Cost ratio dan IRR (Internal Rate of Return).
2.3.4.1 Net present value (NPV)
Menurut Pramudya (2001), Net Present Value (NPV) adalah jumlah selisih antara
nilai terkini dari pemasukan (Benefit) dan nilai terkini dari pengeluaran (Cost).
21
Analisis NPV digunakan untuk mengetahui apakah penggunaan mesin pemanen
padi tersebut layak atau tidak. Menurut Murti dkk (2017), NPV dihitung
berdasarkan selisih antara benefit dengan biaya (cost) ditambah dengan investasi,
yang dihitung melalui rumus :
∑
…………....………………………………….…… (13
Keterangan :
NPV = net present value
Bt = benefit (penerimaan) bersih tahun t
Ct = cost (biaya) pada tahun t
i = tingkat suku bunga (%)
n = Umur ekonomis mesin combine harvester (tahun)
t = tahun (1, 2, 3 dst)
Kriteria pengambilan keputusan:
1) Jika NPV > 0, maka usaha persewaan mesin combine harvester layak
diusahakan
2) Jika NPV = 0, maka usaha persewaan mesin combine harvester dalam
keadaan titik impas (BEP)
3) Jika NPV < 0, maka usaha persewaan mesin combine harvester tidak layak
untuk diusahakan
22
2.3.4.2. Benefit / Cost Ratio (B/C Ratio)
Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio) adalah perbandingan antara nilai terkini dari
pemasukan (Benefit) dan nilai terkini dari pengeluaran (Cost) yang digunakan
untuk mengetahui apakah penggunaan mesin layak atau tidak. Metode
perhitungan B/C Ratio menggunakan Gross Benefit /Cost Ratio (Gross B/C
Ratio). Menurut Subagiyo (2016), Gross Benefit Cost Ratio digunakan untuk
melihat perbandingan antara nilai penerimaan kotor dengan nilai biaya tunai, yang
dihitung dengan berdasarkan rumus :
Gross B/C = ∑
∑
…………....……………………………….. (14)
Keterangan :
Gross B/C = gross benefit cost ratio
Bt = benefit (penerimaan)
Ct = cost (biaya) pada
i = tingkat suku bunga (%)
n = Umur ekonomis mesin combine harvester (tahun)
t = tahun (1, 2, 3 dst)
Kriteria pengambilan keputusan:
1) Jika Gross /C ≥ 1, maka usaha persewaan mesin combine harvester layak
diusahakan.
2) Jika Gross B/C < 1, maka usaha persewaan mesin combine harvester tidak
layak diusahakan.
23
2.3.4.3. Internal Rate Of Return (IRR)
Menurut Pramudya (2001) , untuk memperoleh nilai Internal Rate Of Return
(IRR) merupakan tingkat pengembalian modal yang digunakan dalam suatu
usaha, yang nilainya dinyatakan dalam persen per tahun. Suatu usaha yang layak
dilaksanakan akan mempunyai nilai IRR yang lebih besar dari nilai Discount
Rate. Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu tingkat bunga yang
menunjukkan NPV sama dengan jumlah seluruh investasi atau dengan kata lain
tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV sama nilainya dengan nol. Nilai IRR
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Murti dkk, 2017) :
IRR = + *
+ ) .………………………………….... (15)
Keterangan :
IRR = internal rate of return
NPV+
= NPV positif
NPV-
= NPV negatif
i+
= tingkat suku bunga pada NPV positif
i-
= tingkat suku bunga pada NPV negatif
Kriteria pengambilan keputusan:
1. Jika IRR > tingkat suku bunga, maka usaha persewaan mesin combine
harvester layak untuk diusahakan.
2. Jika IRR = tingkat suku bunga, maka usaha persewaan mesin combine
harvester dalam keadaan impas.
24
3. Jika IRR < tingkat suku bunga, maka usaha persewaan mesin combine
harvester tidak layak untuk diusahakan.
2.3.4.4. Payback Period (PP)
Menurut Prihastono dan Hayati (2015) Payback period adalah periode yang
diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi. Payback period
digunakan untuk mengukur seberapa cepat waktu yang diperlukan agar dana yang
tertanam dalam suatu investasi dapat kembali seluruhnya. Satuan yang digunakan
adalah satuan waktu yaitu tahun. Suatu proyek dikatakan layak jika pengembalian
(PP) lebih pendek dari umur ekonomis proyek dan proyek tidak layak jika
pengembalian (PP) lebih lama dari umur ekonomis proyek (Murti, 2017).
Payback period dari suatu investasi dapat dihitung dengan cara membagi jumlah
investasi dengan benefit tiap tahunnya. Menurut Erlina (2006), persamaan Payback
period dapat dilihat sebagai berikut :
PP =
….....…....…………………………………….…… (16)
Keterangan :
PP = Payback period
P
= Harga pembelian alat (Rp)
= Pendapatan per tahun (Rp/tahun)
2.4. Penelitian Terdahulu
Kajian penelitian terdahulu yang berkaitan dan relevan dengan analisis
ekonomi mesin Combine Harvester antara lain: Uji Kinerja Dan Analisis Biaya
25
Trencher Bertenaga Traktor Roda Empat Untuk Pembuatan Parit pada Tanah
Padas di PT. PerkebunanNusantara X Jember yang ditulis oleh Septia dkk (2016),
Uji Kinerja dan Analisis Biaya Traktor Roda 4 Model AT 6504 dengan Bajak
Piring (Disk Plow) pada Pengolahan Tanah ditulis oleh Murti dkk (2016),
Analisis Ekonomi Penggunaan Combine Harvester Tipe Crown CCH 2000 Star
ditulis oleh Zainuddin dkk (2016), Analisis Keberlanjutan Pemanfaatan Mesin
Pemanen Padi (Combine Harvester) di Kabupaten Lamongan Jawa Timur ditulis
oleh Sumarlan dkk (2017), Analisis Kelayakan Finansial Unit Usaha Mesin
Pemanen Padi (Combine Harvester) di Kecamatan Seputih Raman Kabupaten
Lampung Tengah ditulis oleh Murti dkk (2017), Uji Kinerja dan Analisis
Penggunaan Head Feed Combine Harvester (YANMAR CA 85M) pada Sawah
Tradisional ditulis oleh Wardhana (1998), dan Analisis Sistem Unit Pelayanan
Jasa Alsintan (UPJA) di Kecamatan Kuala Kampar Kabupaten Pelalawan ditulis
oleh Yeni dan Dewi (2014).
Penelitian ini menarik untuk dilakukan karena masih sedikit peneliti yang meneliti
mengenai analisis ekonomi mesin pemanen padi Combine Harvester. Selain itu,
jika dibandingkan dengan penelitian-penelitian terdahulu yang relevan maka
penelitian ini memiliki beberapa persamaan dan perbedaan. Secara mendasar,
perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu adanya perbedaan
antara analisis yang dilakukan, latar belakang, mesin, lokasi penelitian, dan tujuan
penelitian. Secara lebih terperinci, berikut ini merupakan persamaan dan
perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu :
1. Kajian utama yang digunakan pada penelitian ini terfokus pada mesin
26
pemanen padi combine harvester, sedangkan di penelitian terdahulu
tidak hanya meneliti mesin combine harvester, tetapi juga diteliti penggunaan
mesin pertanian yang lain seperti mesin traktor, pengering padi (dryer),
perontok padi (thresher), dan pemanen padi (reaper).
2. Kajian utama yang digunakan pada penelitian ini adalah mesin pemanen padi
combine harvester sama dengan penelitian mesin pemanen padi combine
harvester yang menjadi rujukan pada penelitian Wardhana (1998), sedangkan
perbedaannya adalah pada penelitian Wardhana (1998) meneliti uji kinerja dan
juga menganalisis kelayakan finansial mesin combine harvester. Selain itu
lahan yang digunakan pada penelitian Wardhana (1998) yaitu lahan tradisional
yang memiliki petakan sawah yang kecil.
3. Ada beberapa persamaan antara penelitian ini dengan 8 penelitian terdahulu
yang menjadi rujukan antara lain alat analisis dan beberapa variabel yang
digunakan tetapi tidak ada yang sama persis dengan penelitian ini karena
penelitian ini tidak hanya menganalisis biaya operasional mesin tetapi juga
menganalisis kelayakan finansial mesin pemanen padi (combine harvester)
sedangkan penelitian terdahulu yang menjadi rujukan kurang menekankan dan
bahkan kurang lengkap dalam analisis kelayakan finansial.
Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini memiliki keunggulan karena
terdapat alat analisis dan variabel-variabel yang berbeda dengan penelitian
terdahulu. Berikut ini merupakan beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan
rujukan oleh penulis untuk menyelesaikan tulisan ini:
27
a. Penelitian Septia dkk (2016) dalam jurnal mengenai Uji Kinerja Dan Analisis
Biaya Trencher Bertenaga Traktor Roda Empat Untuk Pembuatan Parit pada
Tanah Padas di PT. Perkebunan Nusantara X Jember didapatkan bahwa
kecepatan trencher tanpa beban dan dengan beban yaitu 0,27 m/s dan 0,07 m/s.
Kapasitas kerja dengan beban dan tanpa beban secara urut yaitu 0,43 Ha/ jam
dan 0,10 Ha/ jam dengan nilai efisiensi total pada pembuatan parit
menggunakan trencher yaitu sebesar 64,1%. Sedangkan biaya yang dibutukan
untuk membuat parit pada lahan 35 Ha menggunakan trencher yaitu sebesar
Rp. 98.734.800 dan secara manual Rp. 245.000.000. Sehingga pembuatan parit
menggunakan trencher dianggap lebih murah dibandingkan dengan manual.
b. Penelitian Murti dkk (2016) dalam prosiding mengenai Uji Kinerja dan
Analisis Biaya Traktor Roda 4 Model AT 6504 dengan Bajak Piring (Disk
Plow) pada Pengolahan Tanah bertujuan untuk mengetahui efisiensi kerja dan
biaya operasional traktor roda 4 dalam mengolah tanah dengan menggunakan
bajak piring (disk plow) pada lahan perkebunan (lahan kering). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kemampuan kerja traktor roda 4 menggunakan bajak
piring (disk plow) dapat mengolah lahan kering seluas 0,02 ha dengan waktu
0,15 jam dengan kecepatan rata-rata 0,53 m/s atau 0,191 km/jam. Pada
pengujian kinerja traktor juga diperoleh Kapasitas Lapang Efektif (KLE) 0,138
ha/jam dan Kapasitas lapang Teoritis (KLT) 0,191 km/jam dengan efisiensi
kerja adalah 68%. Analisis biaya yang didapatkan adalah Rp 31.458.125,-
/tahun untuk biaya tetap dan Rp 5.493.450,-/ha untuk biaya tidak tetap.
c. Penelitian Zainuddin dkk (2016) dalam jurnal mengenai Analisis Ekonomi
Penggunaan Combine Harvester Tipe Crown CCH 2000 Star bertujuan dapat
28
mengetehui kapasitas panen dan upah pendapatan pada mesin panen combine
harvester serta analisis dari aspek ekonomi alat untuk mengetahui kelayakan
usaha serta aspek-aspek biaya pengoperasian alat pada lahan. Pada pengujian
kinerja combine harvester diperoleh Kapasitas Lapang Efektif (KLE) rata-rata
0,517 ha/jam dan Kapasitas lapang Teoritis (KLT) rata-rata 1,007 ha/jam
dengan efisiensi kerja adalah 47%. Hasil analisis ekonomi untuk kelayakan
yang dilakukan pada mesin didapatkan nilai BEP sebesar 71,6 ha/tahun, nilai
NPV sebesar Rp 352.750.407, Nilai B/C ratio sebesar 1,77, dan nilai IRR
sebesar 35,44%.
d. Penelitian Sumarlan dkk (2017) dalam prosiding mengenai Analisis
Keberlanjutan Pemanfaatan Mesin Pemanen Padi (Combine Harvester) di
Kabupaten Lamongan Jawa Timur dilakukan pada lima Kelompok Tani, yaitu
kelompok tani Trubus Subur; Mekar Jaya; Kepodang; Karya Raharja dan
Sekarsari II. Hasil pengamatan yang didapatkan adalah pada Kelompok Tani
Trubus Subur, untuk biaya operasi mesin pemanen tersebut adalah Rp
253.385/jam, R/C 1.184 dan PP 3,9 tahun, untuk Kelompok Tani Karya
Raharja berturut – turut Rp 363.409/jam, R/C 1.100, PP 5 tahun, untuk
Kelompok Tani Mekar Jaya Rp 256.147/jam, R/C 1.171, PP 4,2 tahun.
Kelompok Tani Sekar Sari II Rp 364.783/jam, R/C 1.097, PP 5,25 tahun dan
untuk Kelompok Tani Kepondang Rp 326.090/jam, R/C 1.227, PP 2,5 tahun.
Dari sisi kelayakan ekonomi bisnis dan usaha, penggunaan mesin pemanen
padi berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa 3 kelompok tani
yaitu Tani Trubus Subur, Mekar Jaya dan Kepodang layak dan dapat
berkelanjutan usahanya.
29
e. Penelitian Murti dkk (2017) dalam jurnal mengenai Analisis Kelayakan
Finansial Unit Usaha Mesin Pemanen Padi (Combine Harvester) di Kecamatan
Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah dilakukan pada tiga jenis
combine harvester yang berbeda tahun investasinya, yaitu tahun 2013, 2014,
dan 2015. Hasil yang didapat untuk nilai NPV secara urut adalah sebesar
Rp.779.027.757,73; Rp. 638.765.707,48; dan Rp. 417.306.800,57. Nilai IRR
secara urut sebesar 77,40%; 70,55%; dan 67,29%. Nilai Gross B/C secara urut
sebesar 1,39; 1,35; dan 1,30. Nilai PP yang didapat secara urut sebesar 2,18;
2,24; dan 2,33. Sehingga dapat disimpulkan bahwa analisis unit usaha mesin
combine harvester layak diusahakan karena semua nilai kriteria investasi (Net
Present Value, Internal Rate of Return, Gross B/C , dan Payback Period) layak
secara finansial.
f. Penelitian Wardhana (1998) mengenai Uji Kinerja dan Analisis Penggunaan
Head-feed Combine Harvester ( YANMAR CA 85M) pada sawah tradisional
didapatkan bahwa susut panen dengan mesin ini adalah sebesar 6,69% , lebih
kecil dibandingkan panen dengan sabit yaitu sebesar 11,61%. Berdasarkan titik
impas yaitu 54,70 ha/tahun pada kapasitas panen 22,9 jam/ha, mesin panen
sesuai digunakan pada areal persawahan yang luas. Pada perhitungan analisis
kelayakan dengan jumlah jam kerja 540 hari/tahun didapatkan nilai NPV -
38.698.423,00 dan B/C ratio 0,41. Hal ini menunjukkan pemakaian mesin
panen belum layak digunakan untuk sawah tradisional.
g. Penelitian Yeni dan Dewi (2014) dalam jurnal mengenai Analisis Sistem Unit
Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) di Kecamatan Kuala Kampar Kabupaten
Pelalawan bertujuan untuk menganalisis penggunaan peralatan mesin pertanian
30
(Alsintan) yang dikelola oleh Kelompok UPJA dan dampaknya terhadap
pengembangan ekonomi masyarakat di Kabupaten Pelalawan. Analisis usaha
alsintan menunjukkan bahwa Payback Period masing–masing alat mesin
pertanian adalah alat perontok padi 1,1 tahun, alat mesin pemanenan 2,1 tahun,
dan alat pengering 1,5 tahun. Jasa usaha alat mesin pertanian layak untuk
dikembangkan secara luas. Dampak pengembangan UPJA terlihat pada
peningkatan kesempatan kerja, efisiensi pengolahan tanah, penanganan pasca
panen dan percepatan alih teknologi. Masalah Pengembangan UPJA adalah
sumber daya manusia dan sumber daya modal yang masih lemah, lokasi yang
jauh dari pusat kota, pola tanam di wilayah kajian umumnya masih satu kali
setahun.
2.5. Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.
Secara geografi, Kecamatan Sragi merupakan daerah tropis seperti daerah lain di
Indonesia. Dan sebagian besar Penduduk Kecamatan Sragi berpenghasilan dari
pertanian tanaman padi sawah. Pusat pemerintahan (ibukota) Kecamatan Sragi
terletak di Desa Kuala Sekampung dengan batas-batas wilayah adalah sebagai
berikut :
Sebelah Utara : berbatasan dengan Kec. Pasir Sakti Kab. Lampung Timur
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Laut Jawa
Sebelah Timut : berbatasan dengan Kec. Ketapang
Sebelah Barat : berbatasan dengan Kec. Palas
31
Pada tahun 2016, Kecamatan Sragi merupakan wilayah di Kabupaten Lampung
Selatan yang mempunyai luas areal tanaman padi dengan total 6.086 hektar
dengan jumlah produksi padi 33.119 ton ( BPS Lampung Selatan, 2017). Sekitar
52,93% penduduk di Kecamatan Sragi bermata pencaharian di bidang pertanian.
Hal ini menunjukkan bahwa pertanian merupakan mata pencaharian utama
penduduk Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Lokasi
penelitian dipilih dengan cara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa
Kecamatan Sragi merupakan daerah potensial untuk meningkatkan produksi padi
karena lahan usahatani padi yang luas dan keadaan geografis lahan padi sawah
yang datar sehingga penggunaan mesin pemanen padi combine harvester
berpotensi untuk dikembangkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-
September 2018.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Combine Harvester merek
MAXXI tipe NDR-85 Turbo Matic, meteran, stopwach, dan laptop untuk
mengolah data dengan menggunakan Microsoft excel 2007. Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah borang kuesioner yang berisi rincian data
dan biaya yang dikeluarkan selama proses pemanenan padi (Lampiran 4).
33
3.3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan
menggunakan metode survei. Metode survei merupakan metode yang
menggunakan perlakuan dalam pengumpulan data (kuesioner, wawancara, dan
sebagainya) kemudian semua data yang diperoleh peneliti dicatat, diolah, dan
dianalisis. Data yang diperlukan dalam metode survei ini adalah data primer dan
data sekunder yang dapat dilihat pada Tabel 1. Pada metode survei diambil sampel
responden dari populasi yang dianggap bisa mewakili populasi tersebut. Teknik
pengambilan sampel responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
snowball sampling.
Menurut Nurdiani (2014), teknik snowball sampling adalah suatu teknik yang
multitahapan, didasarkan pada analogi bola salju, yang dimulai dengan bola salju
yang kecil kemudian membesar secara bertahap karena ada penambahan salju
ketika digulingkan dalam hamparan salju. Pada penelitian ini dimulai dengan
menggunakan satu orang responden yang memahami benar tentang combine
harvester karena pengalamannya yang sudah bertahun-tahun dalam hal usaha
penyewaan combine harvester, kemudian meluas berdasarkan hubungan-
hubungan terhadap responden, yang mana responden ini akan menunjukkan siapa
yang dirasa bisa menjadi responden selanjutnya untuk memberikan informasinya
terkait penggunaan combine harvester khususnya combine harvester merek
MAXXI tipe NDR-85 Turbo Matic.
34
3.4. Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam melakukan analisis ekonomi ini diperoleh dari
data primer, data sekunder dan data pengukuran, hal ini dilakukan untuk
mendapatkan hasil yang akurat. Data-data yang diperlukan dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Data yang diperlukan
No. Data Primer Data Sekunder Data Pengukuran
1 Harga pembelian mesin Suku bunga Kapasitas kerja
2 Umur ekonomis Kapasitas tangki bahan bakar Konsumsi bahan bakar
3 Jumlah tenaga kerja Luas area panen
4 Upah tenaga kerja Jumlah produksi
5 Kapasitas kerja mesin SPBU
6 Hari kerja mesin
7 Jam kerja efektif
8 Upah penyewaan
9 Kapasitas tangki bahan
bakar
10 Konsumsi bahan bakar
11 Harga bahan bakar
12 Kapasitas tangki pelumas
13 Harga pelumas
14 Harga suku cadang
15 Harga ban
Data primer diperoleh dari mewawancarai secara langsung pemilik, operator dan
teknisi di desa tempat pelaksanaan penelitian menggunakan daftar pertanyaan
(kuesioner) sebagai alat bantu pengumpulan data. Data sekunder diperoleh dari
studi literatur, laporan-laporan, artikel dan pustaka lainnya yang berhubungan
dengan penelitian ini, serta lembaga atau instansi-instansi yang terkait dalam
penelitian ini, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), katalog alsintan dan lain-lain
yang terdapat di Kabupaten Lampung Selatan. Sedangkan data pengukuran
diperoleh dari pengamatan/pengukuran langsung di lapangan. Data-data yang
35
diperlukan diisi kedalam borang isian sesuai dengan data dan rincian biaya yang
telah dikeluarkan.
3.5. Analisis Data
Data-data yang diperoleh digunakan untuk menentukan biaya tetap (fix cost),
biaya tidak tetap (variable cost), biaya total, biaya pokok, pendapatan, break event
point (BEP), net present value (NPV), benefit-cost ratio (B/C Ratio), internal rate
of return (IRR) dan payback periode (PP). Keseluruhan perhitungan dari analisis
tersebut dianalisis menggunakan spreadsheet excel. Harga-harga yang digunakan
adalah harga yang berlaku pada saat pengujian dan pengolahan data, yaitu antara
bulan Mei sampai Juni 2018. Hasil analisis data dapat digunakan prediksi atau
simulasi biaya penggunaan combine harvester di Lampung Selatan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan
bahwa usaha persewaan mesin pemanen padi combine harvester merek MAXXI
tipe NDR-85 Turbo Matic di Kecamatan Sragi, Lampung Selatan secara finansial
layak dilaksanakan dimana kriteria kelayakan mesin yang diperoleh dapat dilihat
sebagai berikut :
1. Nilai Net Present Value (NPV) mesin pemanen padi combine harvester
merek MAXXI tipe NDR-85 Turbo Matic sebesar Rp. 416.461.105,45.
2. Nilai B/C Ratio mesin pemanen padi combine harvester merek MAXXI tipe
NDR-85 Turbo Matic sebesar 1,27.
3. Nilai Internal Rate of Return (IRR) mesin pemanen padi combine harvester
merek MAXXI tipe NDR-85 Turbo Matic sebesar 47,06%.
4. Nilai Payback Period mesin pemanen padi combine harvester merek
MAXXI tipe NDR-85 Turbo Matic sebesar 1,82 tahun.
5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah :
1. Bagi peneliti lain, disarankan agar dapat membahas lebih lanjut mengenai
DAFTAR PUSTAKA
Adiratma, R. E. 2004. Stop Tanaman Padi. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Andoko, A. 2002. Budidaya Padi Secara Organik. PT. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Aprilliana, N. 2018. Analisis Ekonomi Mesin Pemotong Pelepah Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq) Merek Etani. (Skripsi). Fakultas Pertanian.
Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Assa, G.A., R. Rantung, R. Molenaar, dan D. Ludong. 2014. Uji Teknis Traktor
Kubota Tipe M9540 pada Pengolahan Lahan Kering di Kelurahan Wailan,
Kota Tomohon. Jurnal Ilmiah Fakultas Pertanian. 5(4): 99-110.
Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi Padi Menurut Provinsi (ton), 1993-2015.
https://www.bps.go.id/dynamictable/2015/09/09/865/produksi-padi-
menurut-provinsi-ton-1993-2015.html. Diakses pada 01 April 2018.
Badan Pusat Statistik. 2017. Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan Di
Kecamatan Sragi, 2012-2016. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung
Selatan. Lampung.
Baridwan, Z. 2008. Sistem Akuntansi Penyusunan Prosedur dan Metode. Edisi
Kelima. BPPE. Yogyakarta.
Barokah, N. I. 2001. Uji Kinerja dan Losses Combine Harvester Type CA 85 ML.
(Skripsi). Jurusan Mekanisasi Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB.
Bogor.
Butar, I.Y.B., L.A. Harahap, dan S.B. Daulay. 2015. Efisiensi Lapang dan Biaya
Produksi Beberapa Alat Pengolahan Tanah Sawah di Kecamatan Pangkalan
Susu Kabupaten Langkat. J.Rekayasa Pangan dan Pertanian. 3(3): 382-
388.
BRI. 2018. Prime Lending Rate. https://bri.co.id/web/guest/suku-bunga-kredit.
Diakses pada 10 Juni 2018.
56
Chiaranaikul, K. 2009. The Training Course on Post - Harvest Technologies on
Grain : Combine Harvester. Agriculture Engineering Research Institute.
Department of Agriculture. Chatuchak, Bangkok.
Erlina. 2006. Analisis perancangan agroindustri berbasis karet. Jurnal Bisnis dan
Manajemen. 3(1):73-92.
Herawati, W.D. 2012. Budidaya Padi. Javalitera. Yogyakarta.
Hindiani, L. 2013. Studi Kapasitas Kerja dan Susut Pemanenan Rice Combine
Harvester di Desa Sukamandi, Subang, Jawa Barat. (Skripsi). Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Iqbal. 2012. Kajian Alat dan Mesin Dalam Pengelolaan Serasa Tebu Pada
Perkebunan Tebu Lahan PG Takalar (Disertasi). Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Iswari, K. 2012. Kesiapan Teknologi Panen dan Pascapanen Padi dalam Menekan
Kehilangan Hasil dan Meningkatkan Mutu Beras. Jurnal Litbang Pertanian.
31(2): 58-67.
Kusuma, P.T.W.W dan N.K.I. Mayasati. 2014. Analisa Kelayakan Finansial
Pengembangan Usaha Produksi Komoditas Lokal: Mie Berbasis Jagung.
Agritech. 34(2): 194-202.
Mangunwidjaja, D dan I. Sailah. 2005. Pengantar Teknologi Pertanian. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Maslaita, M., A. Rauf dan E. Purba. 2017. Respons Pertumbuhan dan Produksi
Beberapa Varietas Padi Gogo (Oriza Sativa L.) dengan Ketebalan Tanah
Mineral pada Lahan Gambut. Jurnal Pertanian Tropik. 4(1): 40-46.
Murti, H., W.A. Zakaria, dan D.A.H. Lestari. 2017. Analisis Kelayakan Finansial
Unit Usaha Mesin Pemanen Padi (Combine Harvester) di Kecamatan
Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah. JIIA. 5(3): 219-227.
Murti, H. 2017. Analisis Kelayakan Finansial Unit Usaha Mesin Pemanen Padi
(Combine Harvester) di Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung
Tengah. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Murti, U.Y., Iqbal, dan Daniel. 2016. Uji Kinerja dan Analisis Biaya Traktor
Roda 4 Model AT 6504 dengan Bajak Piring (Disk Plow) pada Pengolahan
Tanah. Jurnal AgriTechno. 9(1): 63-69.
Nurdiani, N. 2014. Teknik Sampling Snowball dalam Penelitian Lapangan.
ComTech. 5(2): 1110-1118.
Pramudya, B. 2001. Ekonomi Teknik. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
57
Prasetiyo, Y.T. 2002. Budidaya Padi Sawah TOT (Tanpa Olah Tanah). Kanisius.
Yogyakarta.
Prihastono, E. dan E.N. Hayati. 2015. Analisis Kelayakan Investasi Mesin Untuk
Meningkatkan Kapasitas Produksi (Studi Kasus di CV Djarum Mulia
Embroidery Semarang). Dinamika Teknik. IX(2): 47-60.
Pujawan, I.N. 2004. Ekonomi Teknik. Penerbit Guna Widya. Surabaya.
Purwono dan H. Purnamawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Septia, Y., S. Soekarno, dan I.B. Suryaningrat. 2016. Uji Kinerja dan Analisis
Biaya Trencher Bertenaga Traktor Roda Empat Untuk Pembuatan Parit
Pada Tanah Padas di PT. Perkebunan Nusantara X Jember. Prosiding
Seminar Nasional APTA: 301-305. Jember, 26-27 Oktober 2016:
Universitas Jember.
Setiawan, J.S. 2001. Kajian Terhadap Beberapa Metode Penyusutan Dan
Pengaruhnya Terhadap Perhitungan Beban Pokok Penjualan (Cost of Good
Sold). Jurnal Akuntansi & Keuangan. 3(2): 157-173.
Subagiyo. 2016. Analisis Kelayakan Finansial Penggunaan Alsintan dalam Usaha
Tani Padi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Pertanian Agros. 18(1):
33-48.
Sumarlan, S.H., A.M. Achmad, dan F. Hariyanto. 2017. Analisis Keberlanjutan
Pemanfaatan Mesin Pemanen Padi (Combine Harvester) di Kabupaten
Lamongan Jawa Timur. Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017: 328-
336. Kendari, 20-21 September 2017: Fakultas Teknologi dan Industri
Pertanian Universitas Halu Oleo.
Sumarno. 2006. Periodisasi Musim Tanam Padi Sebagai Landasan Manajemen
Produksi Beras Nasional. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan. Bogor.
Syahri dan R.U. Somantri. 2016. Penggunaan varietas unggul tahan hama dan
penyakit mendukung peningkatan produksi padi nasional. Jurnal Litbang
Pertanian. 35(1): 25-36.
Utama, M.Z.H. 2015. Budidaya Padi pada Lahan Marjinal Kiat Meningkatkan
Produksi Padi. Penerbit ANDI. Yogyakarta.
Wardani, S. K. 2016. Studi Komparatif Usahatani antara Sistem Tanam Padi Jajar
Legowo dan Sistem Tanam Padi Konvensional di Desa Sidoagung
Kecamatan Godean Kabupaten Sleman. (Skripsi). Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta.
58
Wardhana, L.N. 1998. Uji Kinerja dan Analisis Penggunaan Head Feed Combine
Harvester (YANMAR CA 85M) pada Sawah Tradisional. (Skripsi).
Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Yeni, F. dan N. Dewi. 2014. Analisis Sistem Unit Pelayanan Jasa Alsintan
(UPJA) di Kecamatan Kuala Kampar Kabupaten Pelalawan. Jurnal
Dinamika Pertanian. XXIX (2): 169 -182.
Zainuddin, Mursalin, dan A. Waris. 2016. Analisis Ekonomi Penggunaan
Combine Harvester Tipe Crown CCH 2000 Star. Jurnal AgriTechno. 9(1):
36-43.