22
1 ANALISIS EFISIENSI PEMBERIAN AIR DI JARINGAN IRIGASI KARAU KABUPATEN BARITO TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH (WATER SUPPLY EFFICIENCY IN IRRIGATION CHANNEL ON KARAU IRRIGATION AREA EAST BARITO DISTRICT CENTRAL KALIMANTAN PROVINCE) Oleh : Agus Sumadiyono Jurusan Magister Pengelolaan Sumber Daya Air, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesha No. 10 Bandung 40132, Email : [email protected] ABSTRAK Efisiensi irigasi didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah air yang diberikan dikurangi kehilangan air dengan jumlah yang diberikan. Kehilangan air irigasi yang terjadi selama pemberian air disebabkan terutama oleh perembesan (seepage) di penampang basah saluran, evaporasi (umumnya relatif kecil) dan kehilangan operasional (operational losses) yang tergantung pada sistem pengelolaan air irigasi. Kehilangan air irigasi dari pintu sadap tersier sampai petakan sawah biasanya disebut sebagai ”efisiensi pemberian tersier”, sedangkan kehilangan air dari sadap bendung sampai ke sadap tersier dinyatakan sebagai efisiensi pemberian air di jaringan utama. Hasil studi analisis efisiensi yang telah dilakukan, diperoleh rata-rata nilai efisiensi sebesar 81,06 % untuk saluran sepanjang 2.900 meter di Saluran Primer Karau Kiri dan rata-rata sebesar 89,91 % untuk saluran sepanjang 900 meter di Saluran Sekunder Moloh, rata-rata sebesar 89,55 % untuk saluran sepanjang 900 meter di Saluran Sekunder Batu Putih. Berdasarkan studi ini efisiensi Jaringan Irigasi Karau perlu ditingkatkan agar mencapai efisiensi yang ditetapkan dalam Kriteria Perencanaan Irigasi yaitu untuk Saluran Primer Efisiensinya 90 % dan di Saluran Sekunder efisensinya 90 %. Untuk meningkatkan efisiensinya saluran di Daerah Irigasi Karau yang belum dilining harus ditingkatkan dengan cara dilining. Serta melakukan perubahan pola tanam yang ada saat ini. Kata Kunci : Efisiensi, perembesan, evaporasi, kehilangan operasional

ANALISIS EFISIENSI PEMBERIAN AIR DI JARINGAN IRIGASI · PDF file(operational losses) yang tergantung pada sistem pengelolaan air irigasi. Kehilangan air irigasi dari pintu sadap tersier

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS EFISIENSI PEMBERIAN AIR DI JARINGAN IRIGASI · PDF file(operational losses) yang tergantung pada sistem pengelolaan air irigasi. Kehilangan air irigasi dari pintu sadap tersier

1

ANALISIS EFISIENSI PEMBERIAN AIR DI JARINGAN IRIGASI KARAU KABUPATEN BARITOTIMUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

(WATER SUPPLY EFFICIENCY IN IRRIGATION CHANNEL ON KARAU IRRIGATION AREAEAST BARITO DISTRICT CENTRAL KALIMANTAN PROVINCE)

Oleh :

Agus Sumadiyono

Jurusan Magister Pengelolaan Sumber Daya Air, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, InstitutTeknologi Bandung Jalan Ganesha No. 10 Bandung 40132, Email :

[email protected]

ABSTRAK

Efisiensi irigasi didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah air yang diberikan dikurangi kehilanganair dengan jumlah yang diberikan.

Kehilangan air irigasi yang terjadi selama pemberian air disebabkan terutama oleh perembesan(seepage) di penampang basah saluran, evaporasi (umumnya relatif kecil) dan kehilangan operasional(operational losses) yang tergantung pada sistem pengelolaan air irigasi.

Kehilangan air irigasi dari pintu sadap tersier sampai petakan sawah biasanya disebut sebagai ”efisiensipemberian tersier”, sedangkan kehilangan air dari sadap bendung sampai ke sadap tersier dinyatakansebagai efisiensi pemberian air di jaringan utama.

Hasil studi analisis efisiensi yang telah dilakukan, diperoleh rata-rata nilai efisiensi sebesar 81,06 % untuksaluran sepanjang 2.900 meter di Saluran Primer Karau Kiri dan rata-rata sebesar 89,91 % untuk saluransepanjang 900 meter di Saluran Sekunder Moloh, rata-rata sebesar 89,55 % untuk saluran sepanjang900 meter di Saluran Sekunder Batu Putih.

Berdasarkan studi ini efisiensi Jaringan Irigasi Karau perlu ditingkatkan agar mencapai efisiensi yangditetapkan dalam Kriteria Perencanaan Irigasi yaitu untuk Saluran Primer Efisiensinya 90 % dan diSaluran Sekunder efisensinya 90 %. Untuk meningkatkan efisiensinya saluran di Daerah Irigasi Karauyang belum dilining harus ditingkatkan dengan cara dilining. Serta melakukan perubahan pola tanamyang ada saat ini.

Kata Kunci : Efisiensi, perembesan, evaporasi, kehilangan operasional

Page 2: ANALISIS EFISIENSI PEMBERIAN AIR DI JARINGAN IRIGASI · PDF file(operational losses) yang tergantung pada sistem pengelolaan air irigasi. Kehilangan air irigasi dari pintu sadap tersier

2

Abstract

Efficiency is defined as compare between total water supply minus water losses.

Losses of water irrigation was happened especially by seepage on irrigation channel, evaporationand operasional losses where depend on irrigation water management system.

Losses of water irrigation from diversion box tertiary to rice field called “water supply efficiencyon tertiary channel” and water lossing from weir to tertiary diversion box is called as “watersupply efficiency on main channel”.

Result of study is value of efficiency on secondary channel as follow :

Based on result study, efficiency value amount 81.06 % for Left Karau Primary Channel and89.91 % for Moloh Secondary Channel, for 89.55 % for Batu Putih Secondary Channel.

Based on this studi efficiency at the regional Irigation Karau must be improvement.To improvethe efficiency of irrigation channel that have not linning be improve by linning. And makechanges to cropping pattern that exist today.

Key Word : Efficiency, seepage, evaporation, loss operational

1. Pendahuluan

Pemanfaatan air oleh petani dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air di sawah, pertanian ladangkering, peternakan dan perikanan. Umumnya air diperoleh dari sarana dan prasarana irigasi yangdibangun pemerintah ataupun masyarakat petani sendiri. Untuk lahan pertanian, jumlah air yangdibutuhkan disesuaikan dengan kebutuhan air tanaman. Pemberian air dapat dinyatakan efisienbila debit air yang disalurkan melalui sarana irigasi seoptimal mungkin sesuai dengan kebutuhantanaman pada lahan potensial yang ada.

Tingkat efisiensi pemberian air oleh petani dapat diketahui dengan mengukur berapa jumlah airyang disalurkan lewat pintu-pintu air di bangunan sadap yang dinyatakan dalam m3/detik atauliter/detik dan mengetahui berapa jumlah air yang digunakan oleh petani sesuai dengankebutuhan tanaman pada petak sawah yang dilayani yang juga dapat dinyatakan dalam m3/detikatau liter/detik. Jumlah air yang disalurkan dapat diketahui melalui pembacaan alat ukur debityang ada pada pintu-pintu air atau dengan memasang alat ukur debit, sedangkan jumlah air yangdigunakan oleh petani dapat diketahui melalui perhitungan kebutuhan air tanaman yangdisesuaikan dengan fase pertumbuhan tanaman yang ditanam oleh petani pada areal tanam yangdilayani oleh pintu-pintu air.

Besarnya tingkat efisiensi pada saluran adalah dapat dinyatakan sebagai nisbah (perbandingan)debit air yang keluar (Qhilir) dengan debit air yang masuk (Qhulu) dalam satu penggal saluran (diantara dua bangunan bagi atau dari bangunan sadap sampai dengan bangunan bagi pertama).

2.MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari studi ini adalah untuk menganalisis efisisensi pemberian air di jaringan irigasi DI.Karau.

Page 3: ANALISIS EFISIENSI PEMBERIAN AIR DI JARINGAN IRIGASI · PDF file(operational losses) yang tergantung pada sistem pengelolaan air irigasi. Kehilangan air irigasi dari pintu sadap tersier

3

Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui besarnya kehilangan air dan pemborosanpenggunaan air di saluran pembawa pada jaringan DI.Karau.

3.Gambaran Wilayah

3.1.Letak Geografis dan Fisiografis

Kabupaten Barito Timur berada di ketinggian antara 77,50 - 128,50 meter di atas permukaanlaut.

Letak Geografis Daerah Irigasi Karau berada pada 1o48’14’’ - 2o 05’ 27’’ LS dan 114 o 45’ 02’’– 115 o 15’ 00’’ BT, dimana dibatasi oleh :

- Sebelah Barat

- Sebelah Timur

- Sebelah Selatan

- Sebelah Utara

:

:

:

:

Kecamatan Pematang Karau

Kelurahan Awang

Kecamatan Paku

Kecamatan Raren Batuah

Daerah Irigasi Karau mempunyai luas 3.794 Ha dibangun pada tahun 2006. Menurut Undang-undang No. 7 Tahun 2004 tentang sumber Daya Air, yang diantaranya mengatur kewenanganPengelolaan Daerah Irigasi, karena luasnya di atas 3.000 Ha maka Daerah Irigasi Karau dikelolaoleh Pemerintah Pusat dalam hal ini adalah Balai Wilayah Sungai Kalimantan II.

3.2.Kondisi Topografi Dan Geologi

Kabupaten Barito Timur berada di ketinggian antara 77,50 - 128,50 meter di atas permukaanlaut.

Untuk DI. Karau termasuk ke dalam wilayah dengan dataran bergelombang yang terletak diwilayah bagian tengah.

Berdasarkan kondisi fisik dan topografi, wilayah kabupaten Barito Timur dapat dibagi ke dalamdua zone, yaitu zona wilayah dengan topografi dataran rendah, zona wilayah dengan topografidataran bergelombang. DI. Karau termasuk ke dalam zona wilayah kedua yaitu zona wilayahdengan topografi dataran bergelombang.

Kabupaten Barito Timur dari struktur geologi sebagian terdiri dari formasi geologi yangtergolong tua, kecuali daerah endapan aluvium di bagian selatan. Jenis tanah di Kabupaten BaritoTimur memiliki jenis tanah yang beragam. Kabupaten Barito Timur terdiri dari dataran tinggi,perbukitan, pegunungan lipatan dan patahan, terdapat adanya tanah berwarna merah, kuningserta batuan induk hasil endapan, batuan beku dan batuan-batuan lainnya.

Berdasarkan keadaan tanah yang ada, jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Barito Timur yaitu:

- Aluvial, terdapat di aliran sungai

- Regosol, terdapat menyebar di bagian selatan wilayah Kabupaten Barito Selatan

- Podsolik, merah kuning dengan induk batu-batuan dan batuan beku, terdapat pada wilayahberbukit

Page 4: ANALISIS EFISIENSI PEMBERIAN AIR DI JARINGAN IRIGASI · PDF file(operational losses) yang tergantung pada sistem pengelolaan air irigasi. Kehilangan air irigasi dari pintu sadap tersier

4

- Kombisol

- Okisol (Laterik) terdapat di wilayah bagian atas dan paling luas, keadaan medanbergelombang dan berbukit.

3.3.Daerah Layanan DI. Karau

Daerah layanan D.I. Karau meliputi 9 desa yang tersebar di 2 Kecamatan dengan luas arealsawah yang mendapatkan air adalah sebesar ± 3.794 Ha.

4. Studi Literatur

4.1.Efisiensi Irigasi

Untuk menilai apakah suatu pemberian air itu efektif dan efisien atau tidak, dinyatakan denganefisiensi. Dari sudut pandang keteknikan, pengertian efisiensi irigasi ini didasarkan padakenyataan bahwa tidak seluruh air yang diberikan atau disadap dan masuk ke saluran dapatdialirkan ke bangunan penyadapan berikutnya / petak lahan yang diairi, tetapi ada bagian yanghilang / tidak dapat dimanfaatkan.

4.2.Definisi Efisiensi IrigasiEfisiensi penyaluran (Conveyance efficiency) adalah efisiensi di saluran utama yakni primer dansekunder dari bendung sampai ke sadap tersier, dan dapat dihitung dengan rumus :

: = 100 %Dimana :Ec = Efisiensi penyaluran

Wf = jumlah air yang di salurkan

Wr = jumlah air yang diambil dari sungai

Tergantung pada panjang saluran primer dan sekunder, efisiensi penyaluran dapat dipecah kedalam (a) efisiensi penyaluran di saluran primer E(cp) dan (b) efisiensi penyaluran di saluransekunder E(cs).

Untuk mendapatkan gambaran efisiensi irigasi secara menyeluruh, diperlukan gambaranmenyeluruh dari suatu jaringan irigasi dan drainase mulai dari bendung, saluran primer,sekunder, tersier.

4.3.Efisiensi PenyaluranEfisiensi penyaluran di beberapa daerah irigasi di banyak Negara telah sering dikaji dannampaknya merupakan suatu fungsi dari (a) luas areal daerah irigasi, (b) metode pemberian air(kontinyu atau rotasi) dan (c) luasan dari unit rotasi. Apabila air diberikan secara kontinyudengan debit kurang lebih konstan maka tidak akan terjadi masalah pengorganisasian.Kehilangan air hanya terjadi karena rembesan dan evaporasi.

Kehilangan air di saluran dapat diukur dengan beberapa metode. Salah satu metode adalahinflow-outflow atau teknik keseimbangan air pada suatu ruas saluran. Hal ini dapat dilakukandengan mengukur debit inflow pada hulu saluran dan debit outflow pada hilr saluran.Kehilangan air dinyatakan dengan

Page 5: ANALISIS EFISIENSI PEMBERIAN AIR DI JARINGAN IRIGASI · PDF file(operational losses) yang tergantung pada sistem pengelolaan air irigasi. Kehilangan air irigasi dari pintu sadap tersier

5

persamaan :

= debit di hulu – debit di hilir x 100 %

debit di hulu

Efisiensi penyaluran dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni (a) kehilangan rembesan, (b) ukurangrup inlet yang menerima air irigasi lewat satu inlet pada sistem petak tersier, dan (c) lamapemberian air dalam grup inlet. Untuk mendapatkan efisiensi penyaluran yang wajar, jaringantersier harus dirancang dengan baik, dan mudah dioperasikan oleh petani.

4.4.Manfaat Pengukuran EfisiensiManfaat pengukuran efisiensi pada jaringan irigasi adalah :

(a) Untuk menghasilkan penggunaan air irigasi yang efisien di tingkat petani yang disesuaikandengan kebutuhan air tanaman.

(b) Untuk penelitian terapan dalam evaluasi tingkat efisiensi penggunaan air irigasipermukaan, misalnya rembesan/bocoran di saluran, debit yang diperlukan, panjang alur(furrow) dan sebagainya.

(c) Untuk keperluan iuran pelayanan air irigasi diperlukan alat ukur untuk menetapkan jumlahair yang telah digunakan dan besarnya iuran air yang harus dibayar oleh pemakai airtersebut.

4.5.Penghematan Air di Jaringan Distribusi

Penghematan air di jaringan distribusi pada dasarnya adalah meningkatkan efisiensi sistemjaringan distribusi. Peningkatan efisiensi ini dapat dilakukan yaitu dengan mengurangikebocoran-kebocoran dan pengambilan air secara liar yang tak terkendali.

Mereduksi kehilangan air di jaringan irigasi

Beberapa upaya teknis dan manajerial yang biasa dilakukan antara lain adalah:

- lining pada saluran terbuka- mengganti saluran pembawa dengan pipa- perbaikan kebocoran-kebocoran- mengendalikan pengambilan liar- meningkatkan pemeliharaan- meningkatkan pengoperasian pembagian dan pemberian air yang efisienCara pemberian air irigasi yang lazim di Indonesia untuk tanaman padi baik denganpenggenangan (flooding) maupun alur (furrow) , dibagi dua macam yaitu

a. Pemberian air non rotasi.- Pengaliran terus menerus (continous flow)

b. Pemberian air secara rotasi-Pemberian air sistim terputus-putus (intermitten flow).

Sistem Pengaliran Terus Menerus (Continous Flow System).

Sistem pemberian air secara terus menerus yaitu air irigasi dari saluran distribusi (salurankwarter), dialirkan secara terus menerus ke petak-petak sawah di seluruh area irigasi, melaluipintu sadap di pematang sawah. Sedangkan dalam petak sawah, air mengalir dari petak yang satu

Page 6: ANALISIS EFISIENSI PEMBERIAN AIR DI JARINGAN IRIGASI · PDF file(operational losses) yang tergantung pada sistem pengelolaan air irigasi. Kehilangan air irigasi dari pintu sadap tersier

6

(awal menerima air) ke petak yang lain, sampai seluruh petak tergenang dan jika ada kelebihanair dialirkan dari petak ke saluran pembuang.

Dengan demikian, besarnya debit air yang harus dialirkan dari saluran kuarter ke petak sawahadalah jumlah dari evapotranspirasi, perkolasi, rembesan dan kelebihan air yang dibuangmelalui saluran pembuang

Ditinjau dari segi pemerataan dan efisiensi penggunaan air, pemberian air terus menerus(continous flow), air yang diberikan cukup besar dan banyak yang terbuang percuma sehinggaefisiensinya kecil. Keuntungan dan kerugian pemberian air cara continous flow diuraikan sebagaiberikut.

Keuntungan

1. Dapat menghemat tenaga kerja karena pengaturan air sangat sederhana.2. Genangan air di sawah tetap tinggi sehingga pertumbuhan tanaman pengganggu / rumput

dapat terhambat.3. Dengan genangan air yang cukup tinggi, maka jika terjadi masalah pada sumber air,

persediaan air di sawah masih cukup.4. Penambahan zat-zat hara yang berasal dari air irigasi ke petak sawah berlangsung terus

menerus.5. Dimensi saluran kwarter dan subtersier cukup kecil.

Kerugian.1. Pada daerah hulu/dekat dengan pintu sadap, sering terjadi pemborosan air, sedangkan pada

daerah yang jauh (hilir) kemungkinan tidak mendapat air.

2. Tidak dapat memanfaatkan curah hujan yang jatuh di lahan karena sawah sudah penuh air,bahkan jika curah hujan besar areal sawah dapat kebanjiran.

Sistem Pengaliran Terputus-Putus ( Intermitten Flow System).

Sistem pemberian air yang telah diuraikan sebelumnya (continous flow) adalah untukmempertahankan lapisan permukaan tanah tetap jenuh. Karena itu genangan di atas permukaansawah tetap dipertahankan.

Berbeda dengan sistem sebelumnya, sistem secara gilir pada petak tersier (sistem main d’eau),pada saat-saat tertentu kandungan air pada lapisan tanah permukaan dibiarkan turun sampaidibawah tingkat kejenuhan atau sampai genangannya habis, kemudian sawah digenangi lagi.Namun tetap dijaga batas kandungan air yang dapat menyebabkan menurunnya produksi, yaitumasih cukup lembab keadaan tanahnya.

Cara Pengukuran EfisiensiPengukuran efisiensi air pada saluran irigasi dapat diketahui dengan melakukan beberapametode yaitu :

1. Metode Penggenangan,2. Metode Air masuk (inflow) dan air keluar (outflow),3. Metode Rembesan (seepage).

Page 7: ANALISIS EFISIENSI PEMBERIAN AIR DI JARINGAN IRIGASI · PDF file(operational losses) yang tergantung pada sistem pengelolaan air irigasi. Kehilangan air irigasi dari pintu sadap tersier

7

Metode penggenangan adalah metode yang digunakan untuk mengukur laju penurunan airpermukaan pada suatu bagian dari saluran yang sedang diteliti dengan menggunakan peilskal.Untuk mendapatkan hasil yang baik dan teliti, perlu dilakukan pembendungan yang baik dandiusahakan tidak ada air masuk atau air keluar dari saluran yang diteliti. Pelaksanaannyasebaiknya dilakukan pada musim kemarau dan curah hujan yang terjadi selama penelitian dicatatdan dianalisa.

Metode air masuk (inflow) dan air keluar (out flow), adalah paling cocok /tepat untuk mengukurkehilangan air pada suatu saluran yang panjang karena air masuk dan air keluar dapat diukurdengan mudah tanpa mempengaruhi operasi penyaluran air irigasi selama penelitianberlangsung. Metode air masuk dan air keluar dilakukan dengan cara mengukur debit di hulu dandebit di hilir dari suatu saluran yang akan diteliti kehilangan airnya (seepage losses). Selisihbanyaknya air yang masuk dan air yang keluar dari saluran yang diteliti merupakan kehilanganair yang terjadi.

Jumlah air yang hilang selama penyaluran dan pendistribusian air irigasi dari sumber air ke lahanpertanian (sawah) dinyatakan dalam prosentase tinggi genangan air yang hilang.

Sehubungan dengan judul studi ”Analisis Efisiensi Pemberian Air di Jaringan Irigasi DI. KarauKabupaten Barito Timur Provinsi Kalimantan Tengah”, penngukuran menggunakan metode airmasuk (inflow) dan air keluar (out flow).

Debit Air di SaluranMengetahui kehilangan air di saluran pada dasarnya perlu mengetahui debit air di saluran. Debit(discharge) atau besarnya aliran saluran adalah volume aliran yang mengalir melalui suatupenampang melintang saluran per satuan waktu. Biasanya dinyatakan dalam satuan meter kubikper detik (m3/detik) atau liter per detik (l/detik). Aliran adalah pergerakan air di dalam alursaluran.

Pada dasarnya pengukuran debit adalah pengukuran luas penampang basah dan kecepatan aliran.Rumus umum yang biasa digunakan adalah : (Soewarno, 1991)

Q = ∑ ( A x V )

Dimana : Q = debit (m3/detik)

A = luas bagian penampang basah saluran (m2)

V =kecepatan aliran rata-rata saluran (m/detik)

Pengukuran debit tersebut adalah proses pengukuran dan perhitungan kecepatan aliran,kedalaman dan lebar aliran serta perhitungan luas penampang basah untuk menghitung debit,(Soewarno, 1991)

Pengukuran debit dapat dilaksanakan secara langsung (direct) atau secara tidak langsung(indirect).Pengukuran debit secara langsung dilakukan dengan memakai bangunan ukur yang dibuatsedemikian sehingga debit dapat langsung dibaca atau dengan mempergunakan tabel.

Pengukuran secara tidak langsung dilakukan dengan mengukur kecepatan aliran dan menentukanluas penampang basah. Debit dihitung berdasarkan hasil-hasil pengukuran.

Page 8: ANALISIS EFISIENSI PEMBERIAN AIR DI JARINGAN IRIGASI · PDF file(operational losses) yang tergantung pada sistem pengelolaan air irigasi. Kehilangan air irigasi dari pintu sadap tersier

8

Pengukuran secara tidak langsung, menggunakan alat ukur kecepatan antara lain :

1. Alat ukur arus (current meter).2. Pelampung (float).3. Zat warna (dilution).

Pengukuran Debit dengan menggunakan Alat Ukur Arus (Current Meter)Cara pelaksanaan pengukuran debit dengan menggunakan alat ukur arus (current meter), untukmengukur kecepatan aliran dan perlu luas penampang basah.

Pengukuran Kecepatan AliranMenghitung debit, perlu diketahui kecepatan aliran rata-rata. Pengukuran kecepatan aliran rata-rata saluran dapat diperoleh dengan mengukur kecepatan pada beberapa titik dari beberapa titikvertikal pada suatu penampang melintang saluran dengan menggunakan alat ukur arus.Pengukuran yang teliti diperoleh dengan menggunakan alat pengukur arus dan kelengkapannyaharus dalam kondisi baik, waktu pengukuran harus cukup dan kondisi pengukur harus betul-betulbaik.

Distribusi kecepatan aliran pada sebuah vertikal dianggap bentuk kurvanya kurang lebihparabolis, eliptis atau bentuk lainnya. Berdasarkan anggapan tersebut maka kecepatan aliran rata-rata di sebuah vertikal hanya diukur beberapa titik dan kemudian dihitung hasilnya secaraarimatik.

Bangunan Ukur DebitBangunan ukur debit yang ada di lapangan DI. Karau adalah bangunan ukur ambang lebar.

Alat Ukur Ambang Lebar :

Karakteristik alat ukur ambang lebarBangunan kuat, tidak mudah rusak.Dibawah kondisi hidrolis dan batas yang serupa, ini adalah yang paling ekonomis dari semuajenis bangunan lain untuk pengukuran debit secara tepat.

Kelebihan-kelebihan yang dimiliki alat ukur ambang lebar :- Bentuk hidolis dan sederhana- Bentuk hidrolis luwes dan sederhana- Konstruksi kuat, sederhana dan tidak mahal- Benda-benda hanyut bisa dilewatkan dengan mudah- Eksploitasi mudah

Kelemahan-kelemahan yang dimiliki alat ukur ambang lebar- Bangunan ini hanya dapat dipakai sebagai bangunan pengukur saja.- Agar pengukuran teliti, aliran tidak boleh tenggelam

Penggunaan alat ukur ambang lebarAlat ukur ambang lebar dan flum leher panjang adalah bangunan-bangunan pengukur debit yangdipakai di saluran dimana kehilangan tinggi energi merupakan hal pokok yang menjadi bahanpertimbangan. Bangunan ini biasanya ditempatkan di awal saluran primer, pada titik cabangsaluran besar dan tepat di hilir pintu sorong pada titik masuk petak tersier.

Page 9: ANALISIS EFISIENSI PEMBERIAN AIR DI JARINGAN IRIGASI · PDF file(operational losses) yang tergantung pada sistem pengelolaan air irigasi. Kehilangan air irigasi dari pintu sadap tersier

9

Pengukuran debit ambang lebar :1. Ukur lebar ambang lebar panjang misalnya 50 cm.2. Lihat peilskal di hulu ambang lebar dan baca tinggi air di peilskal tersebut3. Lihat tabel debit ambang lebar yang akhirnya didapat debit air.

Alat Ukur Debit Current MeterCurrent Meter adalah alat ukur debit yang digunakan untuk pengukuran debit air di sungai ataudi saluran. Alat ini terdiri dari sensor kecepatan yang berupa baling-baling propeler, sensoroptik, pengolah data. Unsur yang diambil yaitu luas penampang sungai atau saluran dan datakecepatan air. Dengan adanya data kecepatan air dan luas penampang sungai maka akan dapatmenentukan debit air dengan menggunakan rumus yaitu kecepatan air dikali luas penampangsungai atau saluran. Metode ini cocok digunakan untuk mengukur kecepatan air antara 0,2 – 5m/detik. (Soewarno,1997).

Cara Pengukuran Debit menggunakan Current MeterPengukuran kecepatan aliran menggunakan Current Meter menggunakan rumus sebagai berikut :

V = a.n + b

Dimana:

V = kecepatan aliran (m/detik)

n = perbandingan jumlah putaran baling-baling current meter dengan waktupengukuran

a dan b = tetapan/koefisien yang diperoleh dari pemeriksaan

Rumus yang dipakai jika menggunakan alat ukur arus tipe baling-balingdengan merk A.OTT buatan Jerman, propeller diameter 80 mm, pitch 0,125m, No. 4-66836

Jika n< 1,19; v =0,1283n+0,025 m/s

Jika n>1.19; v = 0,1325n+0.020 m/s

Efisiensi Pemberian Air di Jaringan Irigasi pada SaluranMetode pengukuran efisiensi pemberian air irigasi dilakukan dengan metode inflow-outflow,debit diukur dengan metode kecepatan dan luas penampang,

Infiltrasi

Infiltrasi adalah aliran air ke dalam tanah melalui permukaan tanah. Di dalam tanah air mengalirdalam arah lateral, sebagai aliran antara (interflow) menuju mata air, danau dan sungai, atausecara vertikal yang dikenal dengan perkolasi (percolation) menuju air tanah. Gerak air di dalamtanah melalui pori-pori tanah dipengaruhi oleh gaya gravitasi dan gaya kapiler (Triatmodjo,2009).

Air yang mengalami infiltrasi itu pertama-tama diserap untuk meningkatkan kelembaban tanah,selebihnya akan turun ke permukaan air tanah melalui proses perkolasi dan mengalir kesamping. Pada lahan yang datar, sekali menampung akan menjadi jenuh, maka laju infiltrasi

Page 10: ANALISIS EFISIENSI PEMBERIAN AIR DI JARINGAN IRIGASI · PDF file(operational losses) yang tergantung pada sistem pengelolaan air irigasi. Kehilangan air irigasi dari pintu sadap tersier

10

akan berkurang hingga pada suatu laju yang ditentukan oleh permeabilitas lapisan di bawahnya.Sedangkan pada tanah yang miring, karena air yang mengalami infiltrasi akan menghadapitahanan yang lebih besar untuk mengalir dalam arah vertikal, maka air tersebut akan dialihkandalam arah lateral ke dalam lapisan-lapisan tanah yang lebih permeabel.

Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi infiltrasi (Suyono, 2006) :

a. Dalamnya genangan di atas permukaan tanah dan tebal lapisan yang jenuhb. Kelembaban tanahc. Pemampatan oleh curah hujand. Penyumbatan oleh bahan-bahan yang haluse. Pemampatan oleh orang dan hewanf. Struktur tanahg. Tumbuh-tumbuhan

Perkolasi (P)

Perkolasi adalah gerakan air kebawah dari zona tidak jenuh (antara permukan tanah sampaikepermukaan air tanah) kedalam daerah jenuh (daerah dibawah permukaan air tanah). Setelahlapisan tanah jenuh air (seluruh ruang pori terisi air) dan curah hujan masih berlangsung terus,maka karena pengaruh gravitasi air akan terus bergerak kebawah sampai kepermukaan air tanah.Gerakan air ini disebut perkolasi (Triatmodjo, 2009)

Laju perkolasi didapat dari hasil penelitian lapangan, yang besarnya tergantung sifat tanah(teksture dan struktur) dan karakteristik pengolahannya.

Perkolasi atau resapan air kedalam tanah merupakan penjenuhan yang dipengaruhi oleh beberapafaktor, antara lain :

Tekstur tanah Permeabilitas tanah Tebal Top Soil Letak permukaan air tanah, semakin tinggi letak muka air tanah semakin rendah

perkolasinya.

Sistim Pemberian air

Sistim pemberian air secara terus-menerus

Sistim pemberian air secara terus-menerus ini dilakukan apabila air yang tersedia cukup untukmemenuhi kebutuhan yang ada. Dalam kondisi seperti ini pemberian air dilakukan secara terus-menerus dan dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan baik selama pengolahan tanah maupunselama pertumbuhan tanaman.

Sistim pembagian air dengan giliran

Sistim giliran adalah suatu sistim pembagian secara bergantian yang dilakukan dengan caramenutup debit masuk kebeberapa saluran, untuk memberikan tambahan debit pada saluran yang

Page 11: ANALISIS EFISIENSI PEMBERIAN AIR DI JARINGAN IRIGASI · PDF file(operational losses) yang tergantung pada sistem pengelolaan air irigasi. Kehilangan air irigasi dari pintu sadap tersier

11

lain dalam jangka waktu tertentu. Dalam sistim ini semua saluran menerima air secara bergilirdan para petani pemakai air di dalam petak tersier menerima air pada waktu-waktu tertentusebanyak yang diizinkan. Sistim ini merupakan cara yang paling efisien dan adil karena dapatmemberikan kesempatan yang sama kepada setiap petani. Sistim giliran ini dapat dilaksanakanpada jaringan utama atau tersier.

Di dalam sistim giliran faktor terpenting yang perlu diperhatikan adalah periode giliran. Periodetanpa air tidak boleh melebihi satu minggu, karena hal ini dapat menyebabkan penguranganproduksi akibat layunya tanaman

5. Metode Penelitian

5.1.Konsep Dan Pola Pikir

Proses pelaksanaan penelitian pada prinsipnya dibagi dalam beberapa bagian yaitu pengumpulandata, pengolahan data, perhitungan dan analisis data, dan penarikan kesimpulan. Alur pikirpelaksanaan penelitian dapat dilihat pada gambar 4.1.

Prosedur pelaksanaan penelitian ini mengikuti beberapa tahapan antara lain :

1. Persiapan

Dalam tahap persiapan ini diperlukan data-data gambar penampang saluran di lapangan.

2. Pelaksanaan Penelitian

Dalam tahap ini dilakukan analisis antara lain :

a) Pengambilan data luas penampang basah saluran

b) Pengambilan data debit dan kecepatan aliran di saluran.

c) Analisis data kecepatan aliran di saluran menjadi data debit.

d) Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui efisiensi saluran.

Untuk jelasnya alur pikir pelaksanaan studi dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Page 12: ANALISIS EFISIENSI PEMBERIAN AIR DI JARINGAN IRIGASI · PDF file(operational losses) yang tergantung pada sistem pengelolaan air irigasi. Kehilangan air irigasi dari pintu sadap tersier

12

Gambar 1. Alur Pemikiran Penelitian

PENGUMPULAN DATA DATA

MENGHITUNG EFISIENSI

SELESAI

MULAI

Membaca Elevasi DiAmbang Lebar

PETA DI. IRIGASI KARAU SKEMA JARINGANIRIGASI KARAU

Luas PenampangBasah Saluran(A)

Pengukuran Kec. AliranDengan Current Meter (V)

EFISIENSI

Debit Hulu

Q = V.A

Debit Hilir

Luas PenampangBasah Saluran(A)

Pengukuran Kecepatan AliranDengan Current Meter (V)

Q = V.A

Lebar Ambang Lebar

Q = 1,71 BH1,5 atau

di dapat dari tabel

Atau dengan rumus

Page 13: ANALISIS EFISIENSI PEMBERIAN AIR DI JARINGAN IRIGASI · PDF file(operational losses) yang tergantung pada sistem pengelolaan air irigasi. Kehilangan air irigasi dari pintu sadap tersier

13

Metode Pengukuran, Perhitungan Dan Analisis

Metode pengukuran, analisis pengolahan data yang digunakan dalam studi ini antara lain :

1. Pengukuran debit.

2. Analisa perhitungan debit saluran dari data kecepatan air di saluran.

3. Menganalisis debit di hulu dan hilir saluran yang ditinjau untuk mengetahui efisiensinya.

4. Skenario penanggulan pengurangan kehilangan air.

Pengukuran debit

Pengukuran di lapangan adalah pengukuran debit, berarti usaha untuk memperoleh ketepatanbanyaknya debit air yang harus mengalir ke saluran. Pengukuran debit dapat dilaksanakan secaralangsung ataupun secara tidak langsung.

Pengukuran debit secara langsung dilakukan dengan memakai bangunan ukur ambang lebarsehingga debit dapat langsung dibaca atau dengan mempergunakan tabel debit.

Sesuai dengan data dari lapangan, bangunan ukur yang ada adalah bangunan ukur ambang lebaryang ada di Saluran Primer Karau Kiri.

Pengukuran secara tidak langsung dilakukan dengan mengukur kecepatan air di saluran danmenentukan luas penampang basah. Debit dihitung berdasarkan pengukuran data di lapangan.

Dalam rangka penelitian “Analisis Efisiensi Pemberian Air di Jaringan Irigasi DI KarauKabupaten Barito Timur Provinsi Kalimantan Tengah”, peneliti melakukan penelitian denganmemakai Current Meter untuk mendapatkan data kecepatan air di saluran.

Pengukuran debit dengan Current Meter dengan cara MerawasMerawas dilaksanakan apabila keadaan alur dan kecepatan saluran memungkinkan untukdiseberangi langsung dengan merawas. Cara pengukuran merawas ini mempunyai keuntungandapat memilih penampang melintang yang terbaik untuk pengukuran.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran debit dengan merawas, antara lain :

1. Pengukur harus berdiri pada posisi yang tidak mempengaruhi kecepatan air yang melalui alatukur arus.

2. Letakkan batang duga tegak lurus pada jarak antara 2,5-7,5 cm di hilir kabel ukur baja yangsudah dibentangkan tegak lurus dengan arah penelitian.

3. Pengukur harus berdiri paling tidak berjarak 45 cm dari batang penduga.

4. Hindarilah berdiri dalam air apabila akan mengakibatkan penyempitan penampang melintang.

5. Apabila lebar sungai memungkinkan maka mengukur debit dengan cara berdiri di papan ataualat lain di atas aliran akan lebih baik daripada berdiri dalam air.

6. Apabila arah aliran tidak tegak lurus pada kabel ukur baja maka perlu mengukur koefisiensudutnya, dan

Page 14: ANALISIS EFISIENSI PEMBERIAN AIR DI JARINGAN IRIGASI · PDF file(operational losses) yang tergantung pada sistem pengelolaan air irigasi. Kehilangan air irigasi dari pintu sadap tersier

14

7. Apabila dasar saluran berubah-ubah sehingga tekanan kaki pengukur akan mempengaruhikecepatan dan kedalaman maka alat ukur harus diletakkan di depan sebelah kaki pengukur.

Peralatan PengukuranPeralatan utama yang diperlukan untuk mengukur debit dengan current meter adalah alat currentmeter, alat ukur penampang basah.

a. Alat Ukur Current Meterb. Alat ukur penampang basah

Alat ukur penampang basah terdiri dari alat ukur lebar dan alat ukur kedalaman aliran.

Alat ukur lebar aliran yang dapat dipergunakan antara lain :

- Tali

- Meteran

Alat ukur kedalaman aliran yang dapat dipergunakan antara lain :

- Batang duga kedalaman (papan skala)

- Meteran

Adapun perlengkapan penunjang yang perlu tersedia antara lain :

- Alat tulis

- Stop Watch- Kalkulator

Analisa perhitungan debit saluran dari data kecepatan air di saluran

Analisa perhitungan debit menggunakan hasil pengukuran kecepatan alat Current Metermenggunakan rumus sebagai berikut:

V = a.n + b

Dimana :

V = kecepatan aliran (m/detik)

n = perbandingan jumlah putaran baling-baling current meter dengan waktu pengukurana dan b = tetapan/koefisien yang diperoleh dari pemeriksaan

Rumus yang dipakai jika menggunakan alat ukur arus tipe baling-baling dengan merk A.OTTbuatan Jerman, propeller diameter 80 mm, pitch 0,125 m, No. 4-66836

Jika n< 1,19; V = 0,1283n+0,025 m/sJika n>1.19; V = 0,1325n+0.020 m/s

Untuk selanjutnya menghitung debit dengan rumus sebagai berikut :

Q = ∑ (A x V)

Page 15: ANALISIS EFISIENSI PEMBERIAN AIR DI JARINGAN IRIGASI · PDF file(operational losses) yang tergantung pada sistem pengelolaan air irigasi. Kehilangan air irigasi dari pintu sadap tersier

15

Dimana :

Q = debit (m3/det)

A = luas penampang basah (m2)

V = kecepatan aliran(m/det)

Menganalisis debit di hulu dan hilir saluran yang ditinjau untuk mengetahui efisiensinya.

Menganalisa efisiensi menggunakan rumus :Ec = x 100 %

Dimana :

Ec = efisiensi penyaluran

Skenario Penanggulan kehilangan air

Dalam Skenario penanggulangan kehilangan air adalah upaya-upaya yang dapat dilakukan untukmemiminimalisir kehilangan air adalah sebagai berikut :

a. Melakukan lining saluran tanah.b. Melakukan pengecekan saluran yang sudah dilining apakah terjadi kebocoran atau tidak.c. Melakukan pengecekan saluran apakah terjadi penyadapan yang illegal atau tidak.d. Melaksanakan Operasi dan Pemeliharaan dengan konsisten.

6. Pembahasan6.1.Pelaksanaan penelitian ke Lokasi PenelitianPelaksanaan penelitian ke lokasi penelitian adalah salah satu cara untuk mendapatkan data yangakurat sehingga dalam perhitungan mendapatkan hasil yang teliti dan sesuai yang diharapkan.6.2.Lokasi PengukuranLokasi pengukuran dipilih pada bagian alur saluran, yang memenuhi persyaratan dalampenelitian. Persyaratan minimal adalah harus dapat ditemukan lokasi alur saluran yang bagianlurusnya cukup panjang.6.3.AnalisisAnalisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah “Analisis Efisiensi Pemberian Air diJaringan Irigasi DI.Karau Kabupaten Barito Timur Provinsi Kalimantan Tengah.”Meliputi :1. Analisis debit di saluran guna mengetahui kehilangan air akibat rembesan (perkolasi dan

infiltrasi).2. Analisis bangunan ukur di lapangan.3. Analisis efisiensi di Saluran Primer Karau Kiri, Saluran Sekunder Moloh ruas 1 sampai + 900

m dan Saluran Sekunder Batu Putih ruas 1 sampai + 900 m..6.4.Analisis Debit di Saluran Guna Mengetahui Kehilangan Air Akibat Rembesan

(Perkolasi dan Infiltrasi).

Page 16: ANALISIS EFISIENSI PEMBERIAN AIR DI JARINGAN IRIGASI · PDF file(operational losses) yang tergantung pada sistem pengelolaan air irigasi. Kehilangan air irigasi dari pintu sadap tersier

16

Faktor yang menyebabkan kehilangan air di saluran, antara lain kehilangan yang disebabkanoleh terjadinya penguapan, kebocoran, rembesan ataupun pengambilan air secara illegal olehmanusia. Kehilangan air yang disebabkan oleh penguapan dalam penelitian ini tidakdiperhitungkan karena dianggap relatif kecil.Hal-hal yang perlu dihitung dalam analisis debit di saluran guna mengetahui kehilangan airakibat rembesan (perkolasi dan infiltrasi), sebagai berikut :- luas bidang penampang basah- debit saluran

6.5.Analisis Efisiensi Pemberian Air di Jaringan Irigasi pada Saluran

Konsep efisiensi pemberian air irigasi, yang paling awal untuk mengevaluasi kehilangan airadalah efisiensi saluran pembawa air.Sehubungan dengan judul penelitian “Analisis EfisiensiPemberian Air di Jaringan Irigasi DI. Karau Kabupaten Barito Timur Provinsi KalimantanTengah” pada Saluran Primer dan Saluran Sekunder, maka efisiensi saluran pembawa air yangditinjau adalah saluran primer Karau Kiri dan saluran sekunder yang terdiri dari SaluranSekunder Moloh dan Saluran Sekunder Batu Putih.6.6.HasilSetelah melakukan beberapa kegiatan, analisis dan pembahasannya, maka diperoleh suatu hasilstudi. Hasil studi “Analisis Efisiensi Pemberian Air di Jaringan Irigasi DI. Karau KabupatenBarito Timur Provinsi Kalimantan Tengah” pada Saluran Primer Karau Kiri, Saluran Sekunderyaitu Saluran Sekunder Batu Putih dan Saluran Sekunder Moloh akan memberikan informasiefisiensi pemberian air di tingkat usaha tani, ini sangat penting dalam penentuan kebijakan tataguna air yang baik.Adapun hasil yang diperoleh setelah melakukan studi “Analisis Efisiensi Pemberian Air diJaringan Irigasi DI.Karau Kabupaten Barito Timur Provinsi Kalimantan Tengah” dapat dilihatpada tabel berikut ini :

Page 17: ANALISIS EFISIENSI PEMBERIAN AIR DI JARINGAN IRIGASI · PDF file(operational losses) yang tergantung pada sistem pengelolaan air irigasi. Kehilangan air irigasi dari pintu sadap tersier

17

Page 18: ANALISIS EFISIENSI PEMBERIAN AIR DI JARINGAN IRIGASI · PDF file(operational losses) yang tergantung pada sistem pengelolaan air irigasi. Kehilangan air irigasi dari pintu sadap tersier

18

Page 19: ANALISIS EFISIENSI PEMBERIAN AIR DI JARINGAN IRIGASI · PDF file(operational losses) yang tergantung pada sistem pengelolaan air irigasi. Kehilangan air irigasi dari pintu sadap tersier

19

Page 20: ANALISIS EFISIENSI PEMBERIAN AIR DI JARINGAN IRIGASI · PDF file(operational losses) yang tergantung pada sistem pengelolaan air irigasi. Kehilangan air irigasi dari pintu sadap tersier

20

Di lokasi studi Jaringan Irigasi Karau di Saluran Primer Karau Kiri rata-rata efisiensinya 81,06%, Saluran Sekunder Moloh sampai + 900 m rata-rata efisiensinya88,89,91 %, SaluranSekunder Batu Putih sampai + 900 m rata-rata efisiensinya 89,55 %.

Faktor yang paling dominan mempengaruhi besarnya nilai efisiensi adalah panjang saluran yangtidak di lining.karena kehilangan air yang disebabkan oleh rembesan.

Parameter-parameter yang berpengaruh terhadap efisiensi.

Parameter-parameter yang berpengaruh terhadap efisiensi antara lain jenis tanah, sifat fisiktanah, panjang saluran, tekstur tanah, struktur tanah,permeabilitas tanah, kedalaman air tanah,evaporasi,. kualitas pelaksanaan saluran, manajemen pengoperasian pintu air.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian “Analisis Efisiensi Pemberian Air di Jaringan IrigasiKarau Kabupaten Barito Timur Provinsi Kalimantan Tengah” dapat diambil beberapakesimpulan antara lain sebagai berikut :

1. Efisiensi pemberian air di jaringan irigasi :

a. Efisiensi Saluran Primer Karau Kiri Daerah Irigasi Karau adalah rata-rata sebesar 81,06 %untuk saluran sepanjang 2.900 meter. Pada Saluran Primer Karau Kiri kehilangan airnyarelative besar pada pengukuran tahap I segmen 4 (+1.700m sampai dengan 2.900m) karenapada ruas ini khususnya pada +1.800 m ada pengambilan air secara illegal dengan caramembuat lubang dari saluran Pembawa Primer ke Petak Sawah Desa Jahon, yangmenyebabkan banyak kehilangan air. Saluran Primer Karau Kiri agar tingkat efisiensinyameningkat harus ditambah panjang saluran yang dilining terutama pada saluran tanah.

b. Efisiensi Saluran Sekunder Moloh sampai ruas +900 m sebesar 89,91 % untuk panjangsaluran 900 meter. Pada Saluran Sekunder Moloh efisiensi masih dapat ditingkatkandengan cara menambah saluran yang dilining karena pada saat ini prosentase yang diliningdi Saluran Sekunder Moloh baru 3 %.

c. Efisiensi Saluran Sekunder Batu Putih sampai ruas +900 m sebesar 89,55 % untuk panjangsaluran 900 meter. Pada Saluran Sekunder Moloh efisiensi masih dapat ditingkatkandengan cara menambah saluran yang dilining karena pada saat ini prosentase yang diliningdi Saluran Sekunder Moloh baru 2,67 %.

2. Setelah mengetahui besarnya efisiensi di jaringan irigasi pada Saluran Primer Karau KiriDaerah Irigasi Karau rata-rata sebesar 81,06% untuk sepanjang 2.900 meter, Saluran SekunderMoloh efisiensinya sebesar 89,91% untuk sepanjang 900 m, Saluran Sekunder Batu Putihefisiensinya sebesar 89,55 % untuk sepanjang 900 m, dapat dikatakan bahwa terjadinyakekurangan air pada bulan-bulan tertentu tidak hanya disebabkan oleh terjadinya kehilangan

Page 21: ANALISIS EFISIENSI PEMBERIAN AIR DI JARINGAN IRIGASI · PDF file(operational losses) yang tergantung pada sistem pengelolaan air irigasi. Kehilangan air irigasi dari pintu sadap tersier

21

air pada saluran tetapi juga diakibatkan oleh neraca air pada bulan tertentu kurang sehinggatidak cukup lagi untuk mengairi seluruh areal tanam yang ada sekarang.

3. Terjadinya kekurangan air pada bulan-bulan tertentu terutama di musim kemarau di tingkatpetani (P3A) kemungkinan juga diakibatkan oleh pengaturan (manajemen) pembagian airyang kurang sesuai dengan kebutuhan tanaman serta pola tanam yang tidak sesuai lagi dengankondisi luas Daerah Irigasi DI. Karau yang ada sekarang.

4. Dari hasil kalibrasi curah hujan dihitung dengan Metode F.J. Mock dengan debit observasimenunjukan trend yang hampir sama. Ada sebagian trend yang berbeda itu kemungkinandisebabkan curah hujan yang tidak merata disekitar alat pengukur curah hujan dengan diwilayah catchment area yang ada.

5. Pola tanam eksisting yang dilakukan oleh petani saat ini adalah padi-padi- palawija. Adapunhasil perhitungan kebutuhan air eksisting di Daerah Irigasi Karau menunjukkan adanya defisitair pada masa tanam 2. Ini dikarenakan memang debit andalan tidak cukup untuk mengairisawah sekuas 3.794 Ha. Jika melihat dari neraca air yang ada ketersediaan debit hanyamengandalkan curah hujan dan debit Sungai Karau maka perlu dikaji lagi luasan lahan yangditanami karena pasti akan terjadi defisit air di bulan-bulan kering.

Saran

Adapun saran yang dapat diberikan sehubungan dengan pembahasan dan kesimpulaan tersebut diatas antara lain sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan efisiensi di saluran perlu dilakukan lining saluran.2. Berdasarkan neraca air di Daerah Irigasi Karau perlu dikaji ulang pola tanam yang ada. Hal itu

dimaksudkan agar pada bulan-bulan tertentu terutama pada musim kemarau tidak terjadikekurangan air karena memakai pola tanam yang tidak sesuai dengan ketersediaan air.

3. Pengaturan (manajemen) pembagian air di Daerah Irigasi Karau perlu diperbaiki agar dapatdiatur sesuai dengan kebutuhan tanaman.

4. Pola tanam di daerah Irigasi Karau perlu dikaji ulang sesuai dengan kondisi areal tanam yangada sekarang.

5. Perlu adanya penanganan perbaikan tanggul saluran yang rusak (bocor) hal tersebutdimaksudkan juga untuk mendukung terlaksananya sistem manajemen air yang baik sesuaidengan harapan.

6. Perlu pengukuran kehilangan air yang lebih cermat dengan memasang alat-alat ukut debit,khususnya di tempat-tempat yang diperlukan dalam pengecekan besarnya debit yang lewatseperti di hilir ruas saluran dan alat-alat yang rusak supaya diperbaiki.

7. Perlu dilakukan studi lanjutan pada saluran yang lain di Daerah Irigasi Karau. karena padastudi Analisi Efisiensi Pemberian Air di Daerah Irigasi Karau yang telah dilakukan belumdapat dijadikan pedoman dalam menentukan besarnya efisiensi Daerah Irigasi Karau secarakeseluruhan.

8. Berdasarkan kesimpulan hasil kajian di atas maka beberapa hal yang dapat direkomendasikanadalah:

Page 22: ANALISIS EFISIENSI PEMBERIAN AIR DI JARINGAN IRIGASI · PDF file(operational losses) yang tergantung pada sistem pengelolaan air irigasi. Kehilangan air irigasi dari pintu sadap tersier

22

- Untuk meningkatkan efisiensi, saluran tanah segera dilining dan kebocoran-kebocoranyang ada pada saluran segera diperbaiki. Di samping itu, pengaturan air di pintu-pintupengambilan harus diperhatikan agar sesuai dengan kebutuhan areal masing-masing.

- Dengan menerapkan pola tanam yang sesuai dengan kebutuhan air dan ketersedian airyang ada di Daerah Irigasi Karau.

Daftar Pustaka

---------, (1986), Standar Perencanaan Irigasi , Kriteria Perencanaan 01. DirektoratJendral Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

---------, (1986), Standar Perencanaan Irigasi Bagian Penunjang. Direktorat JendralPengairan, Dep. Pekerjaan Umum, Jakarta.

Undang - Undang Sumber Daya Air No.7 Tahun 2004 “Tentang Pengelolaan SumberDaya Air”.

Suyono Sasrodarsono, Takeda Kensaku (2003), Hidrologi untuk Pengairan, PradnyaParamita, Jakarta.

Soewarno (1991). ”Hidrologi Pengukuran dan Pengolahan Data Aliran Sungai. ”, PTNova, Bandung.

Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah (2011) ”Kalimantan Tengah Dalam Angka Tahun2011”, Palangkaraya

Nippon Koei, 2004. “Design Review and Modification Report of Karau Irrigation SubProject”, Ministry of Public Works.

Puslitbang Air-Delft Hydraulics, 1991. “Integrated River Basin Water Resources Planning,Volume 6: Aquaculture”.

Soetjipto (1992). “Dasar-dasar dan Praktek Irigasi.” PT. Erlangga, Jakarta

M.G. Bos and J. Nugteren. (1982). “On Irrigation Efficiences”. International Institut forLand Reclamation and Improvement, Waginingen