Upload
yeni-mareta-dwi-rakhmada
View
51
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
organik
Citation preview
I. Judul :
Teknik Ekstraksi, Pemisahan, dan Pemurnian Senyawa
II. Hari/tanggal Percobaan : Jumat, 12 April 2013
Selesai Percobaan : Jumat, 12 April 2013
III. Tujuan Percobaan
1. Memilih peralatan yang dibutuhkan sesuai dengan jenis setiap percobaan yang akan dilakukan
2. Memilih bahan-bahan yang dibutuhkan sesuai dengan jenis setiap
percobaan yang akan dikerjakan
3. Melakukan teknik isolasi dengan baik dan benar
4. Memilih pelarut yang tepat untuk melakukan pemisahan
5. Melakukan teknik pemisahan dengan baik dan benar
6. Melakukan pemurnian senyawa dan melakukan teknik rekristalisasi
7. Mengoperasikan alat IR dengan baik dan benar
8. Melakukan identifikasi senyawa melalui interpretasi gugus fungsi
menggunakan spectrum IR
IV. Dasar Teori
1.Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi dari campuran
dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Jenis ekstraksi yang tepat
bergantung pada jenis senyawa yang terkandung pada bahan/sampel
yang akan diisolasi. Methanol atau alkohol merupakan pelarut
serbaguna yang baik untuk ekstraksi pendahuluan. Tujuan ekstraksi
adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam
simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen
zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada
lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.
a. Metode Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyaring
selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari
cahaya. Metode maserasi digunakan untuk menyaring simplisia yang
mengandung komonen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari,
tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin. Keuntungan dari metode ini
adalah peralatannya sederhana. Sedang kerugiannya antara lain waktu
yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan
penyaring yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk
bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan
lilin.
b. Metode Perkolasi
Merupakan ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu
baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya
dilakukan pada suhu ruangan. Prosesnya terdiri dari tahap
pengembangan bahan, maserasi antara, perkolasi sebenarnya
(penetesan/penampungan ekstrak) secara terus menerus sampai
diperoleh ekstrak yang jumlahnya satu sampai lima kali volume bahan.
Prosedurnya: sampel di rendam dengan pelarut, selanjutnya pelarut
(baru) dilalukan (ditetes-teteskan) secara terus menerus sampai warna
pelarut tidak lagi berwarna atau tetap bening yang artinya
sudah tidak ada lagi senyawa yang terlarut.
c. Metode Soxhletasi
Soxhletasi merupakan penyaringan simplisia secara
berkesinambungan, cairan ini dipanaskan sehingga menguap, uap
cairan penyaringan terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh
pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan
selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati
pipa sifon
Keuntungan metode ini adalah :
Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak
tahan terhadap pemanasan secara langsung.
Digunakan pelarut yang lebih sedikit
Pemanasannya dapat diatur
Kerugian dari metode ini :
Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di
sebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat
menyebabkan reaksi peruraian oleh panas.
Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui
kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap
dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak
untuk melarutkannya.
Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk
menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti
metanol atau air, karena seluruh alat yang berada di bawah
komdensor perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan uap
pelarut yang efektif.
Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau
campuran azeotropik dan tidak dapat digunakan untuk ekstraksi
dengan campuran pelarut, misalnya heksan :diklormetan = 1 : 1,
atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karena uapnya akan
mempunyai komposisi yang berbeda dalam pelarut cair di dalam
wadah.
2. Kromatografi
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan
perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk
memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan.
Molekul yang terlarut dalam fase gerak, akan melewati kolom yang
merupakan fase diam. Molekul yang memiliki ikatan yang kuat dengan
kolom akan cenderung bergerak lebih lambat dibanding molekul yang
berikatan lemah. Dengan ini, berbagai macam tipe molekul dapat
dipisahkan berdasarkan pergerakan pada kolom
3. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi lapis tipis adalah metode analisa kualitatif dan
kuantitatif yang melibatkan dua peubah yaitu sifat fase diam atau
penyerap dan sifat fase gerak atau campuran pelarut pengembang.
Fasa diam adalah zat penyerap berupa serbuk halus yang dilapisi
secara merata pada lempeng kromatografi yang berupa plat gelas,
logam atau lapisan yang cocok. Fasa diam yang biasa digunakan adalah
silica gel. Umumnya silica gel ditambah dengan bahan pengikat untuk
member kekuatan pada pendukungnya. Gel silika adalah bentuk dari
silikon dioksida (silika). Atom silikon dihubungkan oleh atom oksigen
dalam struktur kovalen yang besar. Namun, pada permukaan jel silika,
atom silikon berlekatan pada gugus -OH. Jadi, pada permukaan gel
silika terdapat ikatan Si-O-H selain Si-O-Si. Gambar ini menunjukkan
bagian kecil dari permukaan silika.
Fasa gerak adalah medium angkut yang terdiri atas satu atau
beberapa pelarut yang bergerak di dalam fasa karena adanya gaya
kapiler. Fasa gerak yang biasa digunakan berupa pelarut bertingkat
mutuanalitik dan bila diperlukan, sistem pelarut multi komponen ini
harus berupa suatu campuran yang sedsederhana mungkin terdiri atas
maksimal tiga komponen.
Deteksi paling sederhana ialah jika senyawa menunjukkan
penyerapan di daerah UV gelombang pendek (254 nm) atau senyawa
itu dapat dieksitasi fluorensi radiasi UV gelombang pendek dan
gelombang panjang (365 nm). Jika dengan dua cara senyawa tidak
dapat dideteksi harus dicoba dengan reaksi kimia dengan atau tanpa
pemanasan.
4. Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLT-P)
Kromatografi lapis tipis preparative merupakan salah satu metode
pemisahan yang mempunyai prinsip penyerap (fasa diam) berkisar
antara 0,5-2 mm, dimana ketebalan dari penyerap inilah yang
menentukan kualitas pemisahan stabil dalam ketebalan penyerap 1
mm dari gel atau aluminium oksida 20 x 20 cm adalah sebanyak 10-100
mg. Fasa gerak biner dalam bentuk perbandingan sering digunakan
dalam KLT-P diantaranya heksana-etil asetat, heksana-aseton, dan
kloroform-methanol. Penambahan sedikit asam asetat atau dietilamina
berguna untuk memisahkan berturut-turut senyawa asam dan basa.
Kandungan yang sudah dipisah dapat diperoleh kembali dengan
cara mengeroyok penyerap di tempat yang sesuai pada plat yang telah
dikembangkan, lalu serbuk dielusi dengan pelarut seperti eter, dan
akhirnya diputar untuk menghilangkan penyerap. Demikian kuatnya
lapisan penyerap melekat pada kaca sehingga memungkinkan
pengembangan plat berulang-ulang dengan pengembang yang sama
atau beberapa pengembang yang berbeda, dengan mengeringkan plat
sebelum pengembangan berikutnya.
5. Prinsip Penampakan Noda
a. Pada UV 254 nm
Pada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel
akan tampak berwarna gelap.Penampakan noda pada lampu UV 254
nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan
indikator fluoresensi yang terdapat pada lempeng. Fluoresensi cahaya
yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh
komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi
dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan
semula sambil melepaskan energi.
b. Pada UV 366 nm
Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan
berwarna gelap. Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah
karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor
yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut. Fluoresensi
cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh
komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi
dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan
semula sambil melepaskan energi. Sehingga noda yang tampak pada
lampu UV 366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak
berfluororesensi pada sinar UV 366 nm.
c. Pereaksi Semprot H2SO4 10%
Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10% adalah
berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam
merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang
gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi
VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata.
Ketika pelarut mulai membasahi lempengan, pelarut pertama akan
melarutkan senyawa-senyawa dalam bercak yang telah ditempatkan
pada garis dasar. Senyawa-senyawa akan cenderung bergerak pada
lempengan kromatografi sebagaimana halnya pergerakan pelarut.
Bagaimana cepatnya senyawa-senyawa dibawa bergerak ke atas pada
lempengan, tergantung pada:
- Bagaimana kelarutan senyawa dalam pelarut. Hal ini
bergantung pada bagaimana besar atraksi antara molekul-molekul
senyawa dengan pelarut.
- Bagaimana senyawa melekat pada fase diam, misalnya jel
silika. Hal ini tergantung pada bagaimana besar atraksi antara senyawa
dengan jel silika.
Anggaplah bercak awal mengandung dua senyawa, yang satu
dapat membentuk ikatan hidrogen, dan yang lainnya hanya dapat
mengambil bagian interaksi van der Waals yang lemah. Senyawa yang
dapat membentuk ikatan hidrogen akan melekat pada jel silika lebih
kuat dibanding senyawa lainnya. Kita mengatakan bahwa senyawa ini
terjerap lebih kuat dari senyawa yang lainnya. Penjerapan merupakan
pembentukan suatu ikatan dari satu substansi pada permukaan.
Penjerapan bersifat tidak permanen, terdapat pergerakan yang tetap
dari molekul antara yang terjerap pada permukaan jel silika dan yang
kembali pada larutan dalam pelarut. Dengan jelas senyawa hanya
dapat bergerak ke atas pada lempengan selama waktu terlarut dalam
pelarut. Ketika senyawa dijerap pada jel silika-untuk sementara waktu
proses penjerapan berhenti-dimana pelarut bergerak tanpa senyawa.
Itu berarti bahwa semakin kuat senyawa dijerap, semakin kurang jarak
yang ditempuh ke atas lempengan.
V. Alat dan Bahan
Alat
- Pipa kapiler
- Kertas saring
- Botol vial 5 mL
- Pipet tetes
- Chamber 10cm x 20 cm x
20 cm
- Spatula
- Gelas ukur 10 mL
- Gelas kimia 100mL
- Batang Pengaduk
- Lampu UV
- Instrumen IR
- Pensil 2B
- Pinset
- Corong gelas kecil
- Hot plate
Bahan
- Sampel
- Methanol terdestilasi
- Heksana terdestilasi
- Kloroform p.a
- Pelat KLT 4 cm x 20cm
VI. Alur Kerja
1.
2.
3.
4.
10 mg sampel A
larutan sampel A
Dilarutkan ke dalam methanol 2 mL
Plat KLT 4 cm x 20 cm
Batas garis atas 0,3 cm, garis bawah 1,0 cm
Menotolkan larutan sampel A pada garis bawah dengan jarak 0,5 cm
Hasil totolan
Hasil totolan plat KLT
Dimasukkan dalam chamber yang berisi eluen
Dibiarkan agar elusi berjalan hingga eluen mencapai batas atas
Diangkat perlahan dengan pinset
Plat KLT
Plat KLT
Dibiarkan mengering ±1 menit
Diletakkan dibawah lampu UV
Muncul pita noda
5.Pita noda
Dikeruk dengan spatula di atas kertas saring yang terpasang dengan corong dan gelas kimia
Serbuk hasil kerukan
Basahi dengan methanol 2 mL
Proses filtrasi terjadi
Hasil filtrasi
Diuapkan dan direkristalisasi
Rekristalisasi
Diambil sedikit
Diuji dengan spektroskopi IR
Dicatat dan diamatiSpektrum IR dan senyawa dalam
sampel A
VII. Hasil Pengamatan
No Alur Hasil Pengamatan Dugaan /reaksi Kesimpulan
1
2
Persiapan sampel
Persiapan Plat
Sebelum - Sampel A : kristal
putih
- Methanol : jernih tak
berwarna
Sesudah- Larutan sampel A : jernih tak berwarna
Sebelum :Pelat sepanjang 4 x 20 cm
Senyawa mengandung gugus fungsi C=C (ikatan sp2)C=O (karbonil)C-O (ester)OH atau NHC-H alkil dan aromatisSenyawa merupakan senyawa yang polar karena menggunakan pelarut methanol
Sampel A larut dalam methanol
10 mg sampel A
larutan sampel A
Dilarutkan ke dalam methanol 2 mL
Plat KLT 4 cm x 20 cm
Batas garis atas 0,3 cm, garis bawah 1,0 cm
Menotolkan larutan sampel A pada garis bawah dengan jarak 0,5 cm
Hasil totolan
No Alur Hasil Pengamatan Dugaan /reaksi Kesimpulan
3
4
Persiapan Eluen
Memeasukkan Plat dalam Chamber
Sebelum
- n-heksana :larutan
jernih tak berwarna
- kloroform:larutan
jernih tak berwarna
- Eluen: HKM 8 mL:
10mL:2 mL Jernih tak
berwarna
Setelah :
- Noda pada plat : putih
- Eluen naik sampai
bnatas atas
- Noda yang terlihat
dibawah sinar terlihat
Senyawa mengandung gugus fungsi C=C (ikatan sp2)C=O (karbonil)C-O (ester)OH atau NHC-H alkil dan aromatisSenyawa merupakan senyawa yang polar karena menggunakan pelarut methanol 3443,6/cm : OH1667/cm : C=O1667/cm : C=C1449,6/cm : cincin
Hasil totolan plat KLT
Dimasukkan dalam chamber yang berisi eluen
Dibiarkan agar elusi berjalan hingga eluen mencapai batas atas
Diangkat perlahan dengan pinsetPlat KLT
No Alur Hasil Pengamatan Dugaan /reaksi Kesimpulan
5
6
biru pada plat yang
menunjukkan adanya
noda
- Serbuk hasil kerukan :
serbuk putih
- Hasil filtrasi : jernih tak
berwarna
- Kristal :putih
menempel dikaertas
saring
setelah diterangi sinar UV terlihat noda
kristal sampel kristal putih pada dinding
aromatis1387,6/cm : CH dari alkil142,3/cm : C-O Terbentuk kristal
murni
Dapat diketahui bahwa sampel A mengandung ikatan C – O ester, ikatan C-H dari akil, ikatan C=C dari alkena, ikatan O-H gugus alkohol atau asam karboksilat dan ikatan N-H gugus amina.
Pita noda
Dikeruk dengan spatula di atas kertas saring yang terpasang dengan corong dan gelas kimia
Serbuk hasil kerukan
Basahi dengan methanol 2 mL
Proses filtrasi terjadiHasil filtrasi
Diuapkan dan direkristalisasi
KristalKristal hasil Rekristalisasi
Diambil sedikit
Diuji dengan spektroskopi IR
Dicatat dan diamatiSpektrum IR dan senyawa dalam
sampel A
No Alur Hasil Pengamatan Dugaan /reaksi Kesimpulan
tabung vial
diuji dengan IR : terdapat gugus fungsional
Plat KLT
Dibiarkan mengering ±1 menit
Diletakkan dibawah lampu UV
Muncul pita noda
Diambil sedikit
Diuji dengan spektroskopi IR
Dicatat dan diamati
Spektrum IR dan
senyawa dalam
sampel A
Laporan Resmi Praktikum Kimia Organik II
Kelompok 3
VIII. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada Percobaan Teknik Ekastraksi, Pemisahan dan Pemurnian
Senyawa kali ini teknik pemisahan yang digunakan adalah menggunakan
Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP). Teknik pemisahan dan pemurnian
senyawa yang digunakan dalam percobaan ini menggunakan teknik
pemisahan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Kromatografi lapis tipis adalah
metode analisis kualitatif dan kuantitatif yang melibatkan dua perubahan
yaitu sifat fase diam atau penyerap dan sifat fase gerak atau campuran
pearut pengembang. Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan
sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng
gelas atau logam atau plastik yang keras. Gel silika atau alumina merupakan
fase diam, sedangkan eluent adalah fasa gerak yang berperan penting pada
proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fasa diam
(adsorbent). Interaksi antara adsorbent dengan eluent sangat menentukan
terjadinya pemisahan komponen.
Diharapkan dalam praktikum ini dapat memilih peralatan yang
dibutuhkan sesuai dengan jenis setiap percobaan yang akan dilakukan,
memilih bahan-bahan yang dibutuhkan sesuai dengan jenis setiap percobaan
yang akan dikerjakan, melakukan teknik isolasi dengan baik dan benar,
memilih pelarut yang tepat untuk melakukan pemisahan, melakukan teknik
pemisahan dengan baik dan benar, melakukan pemurnian senyawa dan
melakukan teknik rekristalisasi, mengoperasikan alat IR dengan baik dan
benar, melakukan identifikasi senyawa melalui interpretasi gugus fungsi
menggunakan spectrum IR.
Persiapan sampel
Sampel A berwujud serbuk putih sebanyak 10 mg, dilarutkan dengan
methanol sebanyak 1 ml yang berwujud cair jernih tak berwarna. Setelah
dilarutkan, larutan sampel tersebut jernih tak berwarna.
Laporan Resmi Praktikum Kimia Organik II
Kelompok 3
Persiapan Plat KLT
Disisi lain menyiapkan Plat KLT berukuran 4 cm x 20 cm yang sebelumnya
dimasukan terlebih dahulu kedalam oven selama 5 menit. Pemenasan ini
bertujuan untuk mengaktifkan adsorben dan agar molekul-molekul air yang
terikat pada pelat hilang, karena jika dalam pelat masih mengandung
molekul air, maka pelat tidak bisa aktif. Selanjutnya memberikan garis tepi
atas sebesar 0,3 cm dan tepi bawah 1,0 cm menggunakan pensil. Karena
jika dilakukan menggunakan polpen tinta, pewarna dari tinta akan bergerak
selayaknya kromatogram dibentuk. Sehingga akan terjadi penumpukan
noda, yang menyebabkan noda sampel tidak terdeteksi. Pemberian garis
tepi atas dan tepi bawah pada plat KLT bertujuan untuk menunjukkan posisi
awal dari naiknya eluen dan posisi akhir bergeraknya eluen. Selanjutnya
memberikan titik titik pada sepanjang garis tepi bawah dengan jarak 0,5 cm
menggunakan pensil. Dan sampel yang sudah dilarutkan dengan methanol
diawal kemudian ditotolkan menggunakan pipa kapiler pada titik-titik garis
yang telah dibuat sampai larutan smpel habis.
Persiapan Eluen
Eluen terbuat dari campuran n-heksan, klorofrom, dan methanol yang semua
berwujud larutan caiR jernh tak berwarna dengan perbandingan 8:10:2 ml.
eluen jernih tak berwarna yang sudah siap kemudian dimasukkan kedalam
Chamber. Setelah chamber sudah siap, plat KLT yang sudah disiapkan
dimasukkan kedalam chamber yang berisi eluen. Kemudian chamber
ditutup agar kondisi chamber terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Kondisi
jenuh dalam chamber dapat mencegah penguapan pelarut. Setelah semua
sudah siap eluen siap digunakan.
Persiapan Kromatografi
Laporan Resmi Praktikum Kimia Organik II
Kelompok 3
Ketika memasukkan plat tersebut kedalam chamber yang berisi eluen dan
diupayakan batas garis bawah tidak sampai terendam semua. Hal ini
dikarenakan pelarut bergerak lambat pada plat KLT, komponen-komponen
yang berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang
berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan bercak warna. Elusi dibiarkan
berjalan hingga eluen mencapai garis batas dan plat KLT segera diangkat
ketika mencapai garis batas atas. Ketika pelarut mulai membasahi plat,
pelarut pertama akan melarutkan senyawa-senyawa dalam bercak yang
telah ditempatkan pada garis dasar. Senyawa-senyawa akan cenderung
bergerak pada plat kromatografi sebagaimana halnya pergerakan pelarut.
Bagaimana cepatnya senyawa-senyawa dibawa bergerak ke atas pada
lempengan, tergantung pada kelarutan senyawa dalam pelarut, hal ini
bergantung pada bagaimana besar atraksi antara molekul-molekul senyawa
dengan pelarut; bagaimana senyawa melekat pada fase diam, yaitu gel
silika. Hal ini tergantung pada bagaimana besar atraksi antara senyawa
dengan gel silika.
Penyerapan merupakan pembentukan suatu ikatan dari satu substansi pada
permukaan. Penyerapan bersifat tidak permanen, terdapat pergerakan yang
tetap dari molekul antara yang terjerap pada permukaan gel silika dan yang
kembali pada larutan dalam pelarut. Dengan jelas senyawa hanya dapat
bergerak ke atas pada plat selama waktu terlarut dalam pelarut. Ketika
senyawa dijerap pada gel silika-untuk sementara waktu proses penyerapan
berhenti-dimana pelarut bergerak tanpa senyawa. Itu berarti bahwa semakin
kuat senyawa dijerap, semakin kurang jarak yang ditempuh ke atas plat.
Absorbsi dan partisi pada KLT terjadi berdasarkan pada jumlah dan cara
penotolan larutan yang berkesinambungan dengan hasil akhir membentuk
pita. Adsorpsi adalah senyawa kimia dapat terpisah-pisah disebabkan oleh
daya serap adsorban terhadap tiap-tiap komponen kimia tidak sama.
Sedangkan partisi adalah kelarutan tiap-tiap komponen kimia dalam cairan
Laporan Resmi Praktikum Kimia Organik II
Kelompok 3
pengelusi (eluen) tidak sama dimana arah gerakan eluen disebabkan oleh
gaya sentrifugal sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan
kecepatan yang berbeda-beda yang menyebabkan terjadi pemisahan.
Pada plat KLT yang telah ditotoli dengan larutan sampel A ternyata
memberikan warna noda yang hampir mirip dengan warna plat KLT,
sehingga untuk melihat noda dari larutan sampel A harus dilakukan dibawah
sinar UV. Setelah diletakkan dibawah sinar UV laju pergerakan noda terlihat
jelas, dengan adanya warna ungu pada bagian noda, noda yang terlihat
kemudian diberi tanda dengan pensil. Daerah yang telah diberi tanda
dengan pensil tersebut kemudian dikeruk menggunakan spatula besi dengan
hati-hati diatas kertas saring yang diletakkan diatas corong kecil. Hasil
kerukan tersebut kemudian dibahasi dengan 2 mL methanol dan 1 mL
kloroform dibiarkan terjadi proses filtrasi. Setelah proses filtrasi terjadi maka
terbentuklah residu dan filtrat, residunya berupa serbuk plat berwarna putih,
sedangkan filtrat berbentuk cair, jernih tak berwarna.
Reskristalisasi
Setelah didapatkan filtrat, langkah selanjutnya adalah melakukan
rekristalisasi dengan cara filtrat dimasukkan dalam vial lalu dipanaskan dan
diuapkan dengan menggunakan hot plate sehingga larutan habis dan
terbentuk kristal sampel A. Tujuan dari rekristalisasi adalah untuk
memisahkan zat padat dari larutannya dengan jalan menguapkan pelarutnya
agar diperoleh senyawa yang lebih murni.
Saat rekristalisasi, bila larutan tersebut didinginkan, maka molekul-molekul
senyawa terlarut akan saling menempel, tumbuh menjadi kristal-kristal yang
akan mengendap di dasar wadah. Sementara kotoran-kotoran yang terlarut
Laporan Resmi Praktikum Kimia Organik II
Kelompok 3
tidak ikut mengendap. Selanjutnya, Pembentukkan kristal itu sendiri terdiri
dari dua tahap. Tahap pertama adalah nukleasi primer atau pembentukkan
inti, yaitu tahap dimana kristal-kristal mulai tumbuh namun belum
mengendap. Tahap ini membutuhkan keadaan super jenuh dari zat terlarut.
Saat larutan didinginkan, pelarut tidak dapat “menahan” semua za-zat
terlarut, akibatnya molekul-molekul yang lepas dari pelarut saling
menempel, dan mulai tumbuh menjadi inti kristal. Semakin banyak inti-inti
yang bergabung, maka akan semakin cepat pula pertumbuhan kristal
tersebut. Tahap kedua setelah nukleasi primer adalah nukleasi sekunder.
Pada tahap ini petumbuhan kristal semakin cepat, yang ditandai dengan
saling menempelnya inti-inti menjadi kristal-kristal padat.
Dari proses rekristalisasi diperoleh Kristal berwarna putih yang menempel
didinding-dinding botol vial. Untuk selanjutnya Kristal yang diperoleh di uji
menggunakan instrument spektrofotometer Infra Red untuk mengidentifikasi
gugus pada senyawa dari sampel A melalui interpretasi gugus fungsi.
Identifikasi Gugus Fungsi dengan Spektrofotometer Infra Red (IR)
Spektroskopi inframerah merupakan suatu metode yang mengamati
interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah
panjang gelombang 0.75–1.000μm atau pada bilangan gelombang 10.000–
400 cm-1. Metode spektroskopi inframerah merupakan suatu metode yang
meliputi teknik serapan (absorption), teknik emisi (emission), teknik
fluoresensi (fluorescence). Komponen medan listrik yang banyak berperan
dalam spektroskopi umumnya hanya komponen medan listrik seperti dalam
fenomena transmisi, pemantulan, pembiasan, dan penyerapan.
Setelah kristal sampel diuji dan dibaca oleh spektroskopi IR (infrared),
maka nampak gambar suatu pita yang dapat menunjukkan gugus suatu
senyawa dari daerah pita yang dihasilkan pada panjang gelombang tertentu.
Pada daerah dibawah 1000 cm-1 hasil serapan gugus-gugus fungsi tersebut
Laporan Resmi Praktikum Kimia Organik II
Kelompok 3
dapat dibaca, namun karena terletak pada daerah sidik jari spectrum
inframerah pita dalam daerah ini tak dapat digunakan untuk memeriksa
adanya suatu gugus fungsi dalam suatu senyawa organic tanpa adanya
informasi tambahan, hadirnya atau tidak hadirnya sesuatu pita dalam
daerah tersebut. Pada table serapan khas, terdapat serapan pada frekuensi
(bilangan gelombang) 692.6 cm-1 itu mengindikasikan bahwa pada sampel
terdapat gugus haloalkana C-X, karena terdapat pada rentang 500 - 1430
cm-1 (Fessenden, 319). Pada daerah serapan 1142,3cm-1 menunjukkan pita
ikatan C – O ester yaitu pada daerah 1250-1050 cm-1 . Terdapat juga serapan
pada frekuensi 1387,6 cm-1 yang mengindikasikan bahwa pada sampel
terdapat gugus C-H dari akil yaitu pada daerah 1475-1300 cm-1.
Ikatan lainnya yang terbaca dari hasil spectrum inframerah adalah
cincin aromatis atau benzena yaitu pada frekuensi 1449,6 cm-1 karena cincin
aromatis menyerap pada frekuensi 1430-1500- cm-1. Pada daereah serapan
1667 cm-1 dapat di identifikasi sebagai pita ikatan C=C dari alkena yaitu
pada daerah 1675-1500 cm-1 atau C=O dari karbonil yaitu pada daerah 1900-
1650 cm-1 . Ikatan yang terbaca selanjutnya pada daerah 3443,6 cm-1 adalah
pita ikatan O-H gugus alcohol yang menyerap pada 3700-3000 cm-1 atau O-H
gugus alcohol pada daerah 3500-3300 cm-1. Ikatan lainnya yang dapat
diidentifikasi adalah pita ikatan N-H karena pita ikatan N-H menyerap pada
3500-3300 cm-1. Ikatan O-H gugus alcohol akan sangat mudah dikenali
karena akan menghasilkan lembah yang sangat luas pada daerah sekitar
3700-3000 cm-1. Karena ikatan hydrogen yang terbentuk kurang ekstensif
sehingga nampak pita OH yang runcing dan kurang intensif. Sedangkan
resapan oleh ikatan-ikatan N-H kurang intensif jika dibandingkan resapan
oleh OH, karena dalam amina ikatan hydrogen lebih lemah dan ikatan NH
kurang polar, sehingga pita yang terbentuk merupakan pita bahu dan pita
lemah.
Laporan Resmi Praktikum Kimia Organik II
Kelompok 3
Dari hasil pembacaan spektrum inframerah dapat dilakukan identifikasi
senyawa melalui interpretasi gugus fungsi pada sampel A. Dapat diketahui
bahwa sampel A mengandung ikatan C – O ester, ikatan C-H dari akil, ikatan
C=C dari alkena, ikatan O-H gugus alkohol atau asam karboksilat dan ikatan
N-H gugus amina. Senyawa dari sampel A tidak dapat ditentukan hanya
dengan menggunakan instrument spektrofotometer IR, karena IR hanya
dapat digunakan untuk mengetahui gugus-gugus fungsi yang terkandung
dalam senyawa tersebut. Untuk mengetahui secara pasti senyawa yang
terdapat pada sampel A perlu dilakukan uji lebih lanjut menggunakan
spektrofotometer yang lain.
X. Kesimpulan
1. Pada percobaan Teknik Ekastraksi, Pemisahan dan Pemurnian Senyawa
kali ini teknik pemisahan yang digunakan adalah menggunakan
kromatografi lapis tipis (KLT). Eluen yang digunakan sebagai pelarut
dibuat dari n-heksan, kloroform dan methanol dengan perbandingan n-
heksan; kloroform; methanol sebesar 8:10:2
2. Pemisahan zat dilakukan dengan kristalisasi, yaitu pemisahan suatu
campuran zat padat dari zat cair. Kemudian untuk memurnikannya dapat
dilakukan dengan cara rekristalisasi yang bertujuan untuk memisahkan
zat padat dari larutannya dengan jalan menguapkan pelarutnya agar
diperoleh larutan yang lebih murni.
3. Dari hasil spectrum IR yang didapatkan dilakukan pembacaan dan
diperoleh hasil gugus-gugus fungsi yang terkandung dalam sampel A
adalah ikatan C – O ester, ikatan C-H dari akil, ikatan C=C dari alkena,
ikatan O-H gugus alkohol atau asam karboksilat dan ikatan N-H gugus
amina. Hasil serapan ikatan gugus fungsi yang diperoleh dapat dibaca
dengan melihat table serapan khas beberapa gugus fungsi.
Laporan Resmi Praktikum Kimia Organik II
Kelompok 3
XII. Jawaban Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan teknik ekstraksi, pemisahan dan pemurnian
suatu senyawa?
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi dari campuran
dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Jenis ekstraksi yang tepat
bergantung pada jenis senyawa yang terkandung pada bahan/sampel
yang akan diisolasi.
2. Apa yang dimaksud dengan teknik kromatografi? Mengapa dipilih KLT
preparative dalam melakukan pemisahan di atas?
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan
perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk
memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan.
Molekul yang terlarut dalam fase gerak, akan melewati kolom yang
merupakan fase diam.
Dipilih KLT-P karenamerupakan metode pemisahan yang mempunyai
prinsip penyerap (fasa diam) berkisar antara 0,5-2 mm, dimana
ketebalan dari penyerap inilah yang menentukan kualitas pemisahan
stabil dalam ketebalan penyerap 1 mm dari gel. Selain itu fasa gerak
biner dalam bentuk perbandingan yang digunakan dalam KLT-P
diantaranya heksana-etil asetat, heksana-aseton, dan kloroform-
methanol sesuai dengan fasa gerak yang digunakan dalam percobaan
ini.
Laporan Resmi Praktikum Kimia Organik II
Kelompok 3
3. Apa yang dimaksud dengan eluen dan jenis pelarut apa yang digunakan
sebagai eluen di atas?
Eluen merupakan fasa gerak dalam KLT dan jenis pelaru yang
digunakan sebagai eluen adalah pelarut non polar
4. Mengapa perlu dilakukan teknik pemurnian? Terangkan prinsip dasar
reksristalisasi!
Pemurnian dilakukan untuk mengetahui senyawa yang terkandung
dalam percobaan ini.
Rekristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat yang
jamak digunakan, dimana zat-zat tersebut dilarutkan dalam suatu
pelarut kemudian dikristalkan kembali. Cara ini bergantung pada
kelarutan zat dalam pelarut tertentu di kala suhu diperbesar. Karena
konsentrasi total impuriti biasanya lebih kecil dari konsentrasi zat yang
dimurnikan, bila dingin, maka konsentrasi impuriti yang rendah tetapi
dalam larutan sementara produk yang berkonsentrasi tinggi akan
mengendap.
Peristiwa rekristalisasi berhubungan dengan reaksi pengendapan.
Endapan merupakan zat yang memisah dari satu fase padat dan keluar
ke dalam larutannya. Endapan terbentuk jika larutan bersifat terlalu
jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan suatu endapan
merupakan konsentrasi molal dari larutan jenuhnya.
Kelarutan bergantung dari suhu, tekanan, konsentrasi bahan lain yang
terkandung dalam larutan dan komposisi pelarutnya. Selama
pengendapan ukuran kristal yang terbentuk, tergantung terutama pada
dua faktor penting yaitu laju pembentukan inti (nukleasi) dan laju
pertumbuhan kristal. Jika laju pembentukan inti tinggi, banyak sekali
kristal akan terbentuk, dan terbentuk endapan yang terdiri dari partikel-
partikel kecil.
5. Apa fungsi dan manfaat alat/instrument spektrofotometer IR?
Laporan Resmi Praktikum Kimia Organik II
Kelompok 3
Untuk mengetahui gugus yang terdapat dalam senyawa yang digunakan
dalam percobaan
6. Senyawa apa yang dapat Anda tetapkan?
Dari hasil spectrum IR yang didapatkan dilakukan pembacaan dan
diperoleh hasil gugus-gugus fungsi yang terkandung dalam sampel A
adalah ikatan C – O ester, ikatan C-H dari akil, ikatan C=C dari alkena,
ikatan O-H gugus alkohol atau asam karboksilat dan ikatan N-H gugus
amina. Hasil serapan ikatan gugus fungsi yang diperoleh dapat dibaca
dengan melihat table serapan khas beberapa gugus fungsi.
DAFTAR PUSTAKA
Clark, Jim. 2007. Kromatografi Lapis Tipis (online) http://www.chem-is-
try.org/diakses pada tanggal 17 April 2013
Dinda. 2008. Ekstraksi. (online) http://www.medicafarma.blogspot.com/
diakses pada tanggal 17 April 2013
Laporan Resmi Praktikum Kimia Organik II
Kelompok 3
Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid 1 Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga
Hamdani, S. 2012. Metoda Ekstraksi. (online) http://catatankimia.com/
diakses pada tanggal 17 April 2013
Jafas. 2011. Pemurnian dan Pemisahan Zat dengan Prinsip Rekristalisasi.
(online) http://www.gudangmateri.com/ diakses pada tanggal 11
Maret 2012
Soebagio, dkk. 2003. Kimia Analitik II. Malang: Jurusan Kimia UM
Takeuchi, Y. 2009. Kromatografi. (online) http://www.chem-is-try.org/
diakses pada tanggal 17 April 2013
Tim Kimia Organik. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Organik III.
Surabaya: Jurusan Kimia Unesa
LAMPIRAN FOTO
Laporan Resmi Praktikum Kimia Organik II
Kelompok 3
10 mg sampel A 10 mg sampel A + 2 mL metanol
Plat KLT 4 cm x 20 cm Hasil totolan plat KLT dimasukkan
(batas atas 0,3 cm dan garis bawah 0,3 cm) dalam chamber yang berisi eluen
Laporan Resmi Praktikum Kimia Organik II
Kelompok 3
Plat Letakkan dibawah lampu UV Plat KLT yang telah bernoda diberi tanda
Hasil kristasl setelah dikeruk pada plat KLT kristal +metanol+heksanol dan disaring
Laporan Resmi Praktikum Kimia Organik II
Kelompok 3
Dipanaskan diatas kompor listrik kristal yang akan diuji dengan IR