Upload
hatuong
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS DAMPAK PROGRAM PHILANTHROPY DAN
CAUSE RELATED MARKETING TERHADAP BRAND
IMAGE, BRAND LOYALTY, DAN CORPORATE
REPUTATION PERUSAHAAN PT. INDOCEMENT
TUNGGAL PRAKARSA, TBK
WINDI PARADITA DAN M. GUNAWAN ALIF
Laporan Teknis
Jakarta, 23/05/2014
Disetujui :
Dr. Ir. M. Gunawan Alif.
1
ABSTRAK
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak dari program
philanthropy dan cause related marketing khususnya pada bidang sosial-ekonomi
dan lingkungan terhadap brand image, brand loyalty, dan corporate reputation pada
perusahaan Indocement. Serta mencari tahu yang mana dari program tersebut yang
dapat memberikan dampak lebih positif kepada brand image, brand loyalty, dan
corporate reputation. Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen
faktorial 2x2, dan penentuan subjek penelitian dilakukan dengan purposive sampling
dimana harus memiliki kriteria pernah menggunakan semen Tiga Roda untuk terpilih
sebagai sampel dengan teknik cluster sampling. Selebaran dan kuesioner merupakan
alat untuk mengumpulkan data, yang kemudian data akan diolah menggunakan
program SPSS dan dibandingkan menggunakan tabel ANOVA.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada kegiatan philanthropy,
tema lingkungan lebih memberikan respon positif dibandingkan tema sosial-ekonomi.
Sedangkan pada kegiatan cause related marketing tidak ada perbedaan respon baik
dengan menggunakan kegiatan bertema sosial-ekonomi maupun lingkungan. Namun
pada kegiatan yang bersifat sosial-ekonomi, bentuk kegiatan cause related marketing
lebih mendapat respon positif daripada kegiatan philanthropy. Tetapi pada kegiatan
yang bersifat lingkungan, baik bentuk kegiatan cause related marketing maupun
kegiatan philanthropy tidak terdapat perbedaan respon. Dengan demikian kegiatan
cause related marketing baik dengan tema sosial-ekonomi maupun lingkungan, lebih
memberikan dampak positif terhadap citra merek, loyalitas merek, dan reputasi
perusahaan daripada kegiatan philanthropy.
Kata Kunci: Corporate Social Responsibility (CSR), Philanthropy, Cause Related
Marketing, Brand Image, Brand Loyalty, Corporate Reputation, Indocement,
Sosial-Ekonomi, Lingkungan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam persaingan bisnis yang kini semakin memanas, perusahaan tidak hanya
dihadapkan pada persaingan produk saja melainkan juga citra merek dan reputasi
perusahaan. Citra dan reputasi perusahaan menjadi penting karena dapat
mempengaruhi konsumen dalam memutuskan pembelian suatu produk dan tentu saja
dapat meningkatkan keuntungan perusahaan. Corporate Social Responsibility atau
yang lebih sering didengar dengan sebutan CSR, kerap sekali terdengar di kalangan
bisnis di Indonesia. Perusahaan – perusahaan mulai menerapkan CSR sebagai salah
satu bentuk tanggung jawab sosial dan terhadap lingkungan. Meskipun program ini
membebani keuangan perusahaan karena perusahaan harus memiliki anggaran khusus
untuk melaksanakan program CSR ini, nyatanya ada perusahaan – perusahaan yang
tetap ikut mengambil bagian dalam pelaksanaan program CSR.
2
Hal ini tentu saja karena program CSR dikatakan dapat memberikan dampak
positif bagi citra dan reputasi perusahaan. Semakin banyak bentuk tanggungjawab
yang dilakukan perusahaan baik dalam bentuk lingkungan atau sosial, maka citra
perusahaan tersebut di mata masyarakat akan meningkat. Konsumen lebih tertarik
untuk membeli produk dari perusahaan yang mempunyai citra dan reputasi yang baik,
dan akhirnya dapat meningkatkan loyalitas konsumen terhadap produk tersebut. Jika
loyalitas konsumen meningkat maka penjualan dan keuntungan perusahaan juga akan
meningkat, sehingga dapat menarik investor serta meningkatkan nilai saham
perusahaan.
Dalam bukunya Wibisono (2007) juga menjelaskan bahwa keuntungan
perusahaan yang menjalankan kegiatan bisnisnya dengan prinsip etika bisnis dan
manajemen pengelolaan sumber daya alam, dapat menumbuhkan citra positif serta
mendapat dukungan dan kepercayaan dari masyarakat. Sedangkan menurut Kotler
dan Lee (2005) Corporate Social Responsibility memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi citra dan reputasi perusahaan, selain itu juga dapat memperkuat
kedudukan suatu merek, dan meningkatkan penjualan dan keuntungan perusahaan.
Seperti yang diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 Tahun 2012 tentang
tanggung jawab sosial dan lingkungan, pemerintah mengharuskan usaha yang
berkaitan dengan sumber daya alam diwajibkan untuk memenuhi tanggung jawab
sosial dan lingkungan, dan dianggarkan melalui biaya perseroan yang dilaksanakan
dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Hal ini untuk meminimalisasikan
efek yang merugikan pada lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan operasional
perusahaan, dan juga perusahaan ikut berurusan dengan masyarakat yang tinggal
disekitar lingkungan operasional bisnis.
Salah satu perusahaan di Indonesia yang sudah menerapkan program CSR
adalah PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (Indocement), yang merupakan salah
satu produsen semen terbesar di Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1975
dengan menggabungkan enam perusahaan semen, dan selama ini Indocement lebih
dikenal oleh masyarakat melalui produknya yaitu Semen Tiga Roda dengan penjualan
sampai keseluruh Indonesia. Sebagai perusahaan yang memiliki bisnis model yang
berkelanjutan, konsep pembangunan berkelanjutan ini diambil dari triple bottom line
yang dikemukakan oleh Elkington, (1994) dalam Wibisono, (2007) yaitu People,
Profit, Planet. Sehingga konsep yang digunakan Indocement juga mengacu pada tiga
aspek utama yaitu konservasi lingkungan, pemberian manfaat bagi masyarakat lokal,
dan pemeliharaan pertumbuhan perseroan. Dapat dilihat melalui situs resmi
perusahaan Indocement yaitu www.indocement.co.id, perusahaan memiliki lima pilar
sebagai landasan dalam menjalankan program CSR, yaitu pendidikan, kesehatan,
ekonomi, lingkungan, serta sosial-budaya. Selain itu dijalankan program khusus yang
dinamakan program pemberdayaan berkelanjutan (Sustainable Development Program
/ SDP). Program berkelanjutan ini dilaksanakan khususnya untuk meningkatkan
kapabilitas masyarakat dan memberdayakan masyarakat yang berada disekitar
wilayah operasionalnya dengan peningkatan keterampilan, dan perubahan mindset
dalam hal kepedulian energi alternatif tepat guna.
3
Erman Sugiyanto, ketua bidang organisasi Corporate Forum for Community
Development (CFCD) mengatakan bahwa dalam melaksanakan program CSR ada
tiga tahapan. Pertama, philanthropy atau charity, kegiatan ini perlu dilakukan untuk
masyarakat yang memerlukan bantuan. Setelah masyarakat pulih tahap selanjutnya
yaitu pendekatan ekonomi, ini perlu dilakukan agar roda kehidupan masyarakat tetap
berjalan. Dan tahap terakhir adalah tahap transformasi nilai atau keberdayaan
masyarakat, dimana masyarakat bisa berdaya dengan kekuatanya sendiri.
Salah satu sifat atau karakteristik CSR yang dilakukan Indocement adalah
philanthropy, dimana perusahaan memberikan bantuan atau derma secara langsung
kepada kalangan masyarakat tertentu (Kotler dan Lee, 2005). Dalam bidang
pendidikan, Indocement mengadakan pelatihan untuk guru bagi sekolah menengah di
wilayah operasionalnya dan juga bantuan berupa peralatan sekolah. Dalam bidang
kesehatan bagi masyarakat dengan ekonomi kurang mampu atau rendah, Indocement
menggelar jenis kegiatan untuk mendukung kehidupan mereka seperti memberikan
pelayanan kesehatan masyarakat, dan mengoprasikan kendaraan puskesmas keliling
(“pusling”) bagi masyarakat yang berada di setiap desa binaan mereka. Bantuan
jembatan dan jalan juga menjadi kegiatan rutin Indocement untuk membantu akses
masyarakat disekitar wilayah operasinal perusahaan. Indocement juga membuka lebih
banyak lagi fasilitas seperti pelatihan untuk peternakan dan pertanian. Kegiatan lain
Indocement untuk mengentaskan kemiskinan juga melalui skema kredit Usaha Mikro
Kecil Menengah (UMKM) dalam hal ini Indocement melakukan penyaluran dana
kepada usaha – usaha kecil dan mikro, dana ini digunakan untuk membantu pedagang
kecil meningkatkan usaha mereka sehingga dapat meningkatkan penghasilan atau
membuka kesempatan usaha bagi orang lain. Bantuan sosial lain juga dilakukan oleh
Indocement, yaitu dengan menyumbang korban bencana alam seperti gempa bumi
dan banjir berupa dana kemanusiaan. Bantuan untuk korban banjir di Pati dan Subang
dengan memberikan bantuan berupa sembako dan bantuan kesehatan, perusahaan
juga memberikan bantuan paket sembako untuk korban bencana alam longsor di
Bogor, Jawa Barat.
Pada bidang lingkungan hidup, Indocement telah menerapkan standar ISO
14001 tentang manajemen lingkungan dan menerapkan prinsip 3R yaitu reuse,
recycle dan recovery. Melalui kebijakan penggunaan bahan bakar dan bahan baku
alternatif dalam produksi perseroan, usaha perusahaan mengurangi polusi ini dengan
cara bekerja sama dengan beberapa pihak untuk mewujudkan proyek mekanisme
pembangunan bersih atau CDM (Clean Development Mechanism). Upaya lain dalam
mendorong kegiatan lingkungan adalah dengan melakukan penanaman pohon jati dan
trembesi sebagai upaya untuk merehabilitasi lahan paska penambangan. Selain untuk
merehabilitasi lahan bekas penambangan, penanaman pohon ini diharapkan dapat
menghasilkan sumber energi terbaru dan menjadi sumber penghasilan bagi komunitas
di sekitar lokasi operasional perusahaan. Selain itu Indocement juga mengadakan
program pengelolaan sampah, dengan cara membuat alat reaktor sederhana dimana
sampah rumah tangga yang dihasilkan oleh komunitas di sekitar lokasi operasional
perusahaan diolah menjadi biogas sebagai bahan bakar alternatif, dan kompos untuk
tanaman jarak. Nantinya biogas ini dapat digunakan sebagai bahan bakar gas di dapur
rumah warga, selain itu warga juga diberikan pelatihan untuk mengoperasikan dan
4
merawat alat reaktor tersebut agar dapat menikmati bahan bakar terlepas dari minyak
dan gas elpiji. Hingga kini Indocement sudah menerima penghargaan peringkat emas
dalam program PROPER untuk pabriknya di Palimanan, dan peringkat hijau untuk
pabriknya di Citeureup dan Tarjun.
1.2 Permasalahan
Meski Indocement sudah melaksanakan kegiatan CSR dalam bentuk
philanthropy, namun peneliti ingin melakukan eksperimen mengenai jenis kegiatan
CSR lainnya yang belum pernah dilakukan Indocement yaitu cause related marketing
untuk membandingkan apakah kegiatan tersebut lebih efektif daripada kegiatan CSR
Indocement saat ini khusunya dalam bidang sosial-ekonomi dan lingkungan. Jenis
kegiatan cause related marketing sendiri merupakan kegiatan CSR dengan cara
menyumbangkan persentase tertentu dari penerimaan perusahaan, untuk suatu
kegiatan sosial. Selain cause related marketing dirasa lebih baik oleh peneliti karena
dapat mengajak masyarakat untuk ikut serta dalam melaksanakan program CSR,
manfaat lain menjalankan kegiatan CSR ini adalah dapat menarik pelanggan -
pelanggan baru, meningkatkan penjualan, serta dapat membangun identitas merk
yang positif dikalangan masyarakat.
1.3 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penulisan proposal ini antara lain:
1. Untuk melihat dari masing - masing kegiatan CSR yaitu philanthropy dan
cause related marketing, dalam bidang sosial-ekonomi atau lingkungan yang
lebih efektif dalam meningkatkan brand image, brand loyalty, dan corporate
reputation.
2. Untuk membuktikan bahwa kegiatan CSR cause related marketing lebih
efektif dibandingkan kegiatan CSR philanthropy dalam meningkatkan brand
image, brand loyalty, dan corporate reputation.
Manfaat dari penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan oleh
perusahaan – perusahaan lain mengenai pentingnya program Corporate Social
Responsibility untuk diterapkan.
2. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan perusahaan sebagai pertimbangan
dalam menentukan jenis kegiatan CSR serta bidang yang dituju dalam rangka
meningkatkan brand image, brand loyalty, dan corporate reputation.
3. Sebagai informasi tambahan untuk mahasiswa dan pengajar yang ingin
menambah informasi mengenai program Corporate Social Responsibility,
brand image, brand loyalty, dan corporate reputation.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Corporate Social Responsibility (CSR)
Pengertian mengenai Corporate Social Responsibility (CSR) sangatlah
beragam, berikut adalah beberapa definisi menurut para ahli yang diambil oleh
peneliti:
a. CSR merupakan komitmen perusahaan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui pertimbangan praktik bisnis yang baik
dan kontribusi dari sumberdaya perusahaan (Kotler dan Lee, 2005).
b. CSR didefinisikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan oleh
perusahaan untuk melanjutkan kebaikan sosial, diluar kepentingan
perusahaan sosial yang diwajibkan oleh hukum (McWilliams and Siegel,
2001 dalam Sabir, et al., 2012).
c. CSR adalah kegiatan perusahaan yang mempertimbangkan dampak
terhadap lingkungan dan masyarakat secara serius (Carroll, 2006).
d. CSR pada dasarnya adalah sebuah kebutuhan bagi korporat untuk dapat
berinteraksi dengan komunitas lokal sebagai bentuk masyarakat secara
keseluruhan (Rudito dan Famiola, 2013).
Berdasarkan pengertian – pengertian CSR diatas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa CSR secara umum adalah cara perusahaan mengatur proses usaha
untuk memproduksi dampak positif bagi masyarakat. Atau dapat dikatakan sebagai
proses penting dalam pengaturan biaya yang dikeluarkan dan keuntungan kegiatan
bisnis dari stakeholders baik dari dalam perusahaan (pekerja, dan penanam modal)
maupun dari luar perusahaan (kelembagaan, anggota masyarakat, kelompok
masyarakat sipil, dan perusahaan lain).
2.1.1 Bentuk Kegiatan CSR
CSR memiliki berbagai jenis dalam pelaksanaanya, menurut Kotler dan Lee
(2005) yaitu:
1. Cause Related Marketing
Pada kegiatan ini perusahaan berkomitmen untuk berkontribusi atau
mendonasikan presentase tertentu dari penerimaanya untuk suatu
kegiatan sosial. Kegiatan ini bisa dilakukan untuk produk tertentu,
jangka waktu tertentu, serta untuk masalah sosial tertentu. Contoh dari
kegiatan ini adalah program XL PEDULI, dimana pelanggan dapat
berpartisipasi dalam mebantu korban banjir dengan mengetik BANJIR
lalu mengirimkanya ke nomor 5000. Setelah itu pulsa pelanggan akan
terpotong sebesar 5000 sebagai bentuk partisipasinya terhadap program
ini. Manfaat yang diperoleh perusahaan dari kegiatan CSR ini yaitu
dapat menarik pelanggan – pelanggan baru, dapat menjangkau market
niche atau konsumen dengan sasaran tertentu, dapat meningkatkan
penjualan produk perusahaan, dan untuk membangun identitas merek
yang positif di masyarakat.
6
2. Corporate Philanthropy
Dalam kegiatan CSR ini perusahaan memberikan bantuan atau derma
secara langsung tanpa pamrih kepada kalangan masyarakat tertentu,
sebagai bentuk cinta kasih kepada sesama. Sumbangan tersebut dapat
berupa dana, bingkisan atau produk, pelayanan gratis, fasilitas serta
keahlian perusahaan, beasiswa, dan hibah.
Manfaat yang didapat perusahaan adalah dapat meningkatkan reputasi
perusahaan, memperkuat masa depan perusahaan melalui penciptaan
citra yang baik di mata masyarakat, serta memberi dampak bagi
penyelesaian masalah sosial dalam komunitas lokal.
2.1.2 Jenis Bidang CSR
Diambil dari bukunya, Wibisono (2007) menjelaskan terdapat dua bidang
yang menjadi tujuan dalam pelaksanaan program CSR berdasarkan kegiatan
perusahaan terkemuka:
1. Bidang Sosial
Pada bidang sosial dapat ditujukan untuk pendidikan, kesehatan,
kesejahteraan sosial, kepemudaan, keagamaan, kebudayaan,
kelembagaan, ekonomi (kewirausahaan, pembinaan UKM, pembukaan
lapangan kerja), dan lainnya.
2. Bidang Lingkungan Hidup
Pada bidang lingkungan hidup dapat berupa produksi bersih dan ramah
lingkungan, pengelolaan limbah 3R, penggunaan energi secara efisien,
pelestarian alam dengan penghijauan, pengelolaan air, serta pendidikan
lingkungan hidup.
2.2 Brand Image
Menurut para ahli pengertian brand image atau citra merek adalah persepsi
atau kepercayaan yang dianut oleh konsumen yang tercermin dalam hubungan yang
terjadi pada ingatan mereka (Keller, 2008). Citra merek juga dapat dikatakan
merupakan seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki seseorang terhadap
suatu merek. Karena itu tindakan konsumen terhadap suatu merek sangat ditentukan
oleh citra merek tersebut (Kotler dan Keller, 2009). Secara umum dapat dikatakan
bahwa citra merek pada dasarnya adalah persepsi merek yang ada dalam ingatan
konsumen dan kesan umum terhadap merek tersebut.
2.2.1 Faktor Pembangun Brand Image
Menurut Keller (2008) faktor – faktor yng mendukung terbentuknya citra
merek yaitu:
1. Keunggulan Asosiasi Merek (Favorability of Brand Association)
Salah satu faktor yang mempengaruhi citra merek adalah keunggulan
sebuah produk, dimana produk tersebut lebih unggul daripada produk
pesaingnya. Keunggulan dapat berupa model ataupun kenyamanan yang
diperoleh konsumen sehingga menjadi ciri khas tersendiri untuk menarik
konsumen.
7
2. Kekuatan Asosiasi Merek (Strength of Brand Association)
Faktor ini sangat ditentukan oleh banyaknya informasi mengenai suatu
produk yang masuk ke dalam ingatan konsumen, dan bertahan sebagai
bagian dari citra merek. Dengan cara membangun popularitas melalui
iklan, atau kegiatan promosi lainnya. Kepopuleran ini sebagai penghubung
antara produk dengan konsumen. Jika produk tersebut dikenal oleh
konsumen, maka produk tersebut akan tetap terjaga di ingatan konsumen
sehingga dapat membentuk citra merek.
3. Keunikan Asosiasi Merek (Uniquesness of Brand Association)
Faktor yang juga dapat membentuk citra merek adalah keunikan yang
dimiliki oleh produk tersebut, keunikan dapat berupa bentuk dari produk,
fungsinya, atau kebanggaan yang diterima konsumen. Keunikan ini akan
menjadi keunggulan produk tersebut dalam bersaing, dan menjadi alasan
konsumen untuk memilih merek tertentu.
2.2.2 Manfaat Membangun Brand Image
Manfaat yang didapat perusahaan dengan membangun citra merek yang kuat
adalah:
a. Memiliki peluang yang bagus untuk terus mengembangkan merek.
b. Menjadi pemimpin dalam pasar sehingga dapat meningkatkan keuntungan
perusahaan.
c. Membantu dalam efisiensi marketing, karena merek sudah dikenal oleh
konsumen.
d. Menjadi produk pembeda dengan pesaing lainnya.
e. Menciptakan loyalitas konsumen terhadap merek tersebut.
f. Mempermudah dalam mendapatkan investor dan merekrut tenaga kerja.
Sebuah citra merek yang positif dapat diambil sebagai kemampuan
perusahaan untuk mempertahankan posisi pasar (Wu, 2011 dalam Ali, et al., 2013).
Selain itu sebuah citra merek yang positif dapat membantu meningkatkan seperti
kepuasan pelanggan, keunggulan layanan, loyalitas pelanggan, dan niat konsumen
untuk membeli kembali (Lai, Griffin dan Babin, 2009 dalam Ali, et al., 2013). Oleh
karena kepentingan tersebut maka banyak kegiatan pemasaran yang difokuskan untuk
membangun persepsi tentang merek di ingatan konsumen.
2.3 Brand Loyalty
Brand loyalty atau loyalitas merek adalah suatu ukuran keterkaitan pelanggan
terhadap suatu merek. Ukuran ini dapat memberikan gambaran mengenai mungkin
tidaknya konsumen berpindah ke merek lain, terutama jika pada merek tersebut
mengalami perubahan harga, ataupun atribut lainnya (Aaker, 1991 dalam Durianto, et
al., 2004). Sedangkan menurut BNET (Bisnis Dictionary) dalam Mao, (2010)
loyalitas merek didefinisikan sebagai produk atau jasa yang lebih disukai konsumen.
2.3.1 Tingkatan Brand Loyalty
Terdapat empat tingkatan kedekatan pelanggan terhadap suatu merek, yaitu
(Aaker, 1991 dalam Durianto, et.al., 2004):
8
1. Comitted Buyer
Tingkatan ini merupakan tingkatan dengan loyalitas tertinggi, konsumen pada
tingkatan ini adalah pelanggan yang setia. Mereka memiliki kebanggaan
dalam menggunakan suatu merek dan merek tersebut menjadi sangat penting,
dari segi fungsi maupun ekspresi mengenai siapa mereka sebenarnya. Bentuk
aktualisasi pelanggan pada tingkatan ini ditunjukan dengan
merekomendasikan atau mempromosikan merek yang digunakan kepada
orang lain.
2. Likes The Brand
Konsumen dalam tingkatan ini adalah konsumen yang menyukai merek
tersebut, dan sudah terkait secara emosional dengan merek tersebut. Rasa suka
yang timbul didasarkan pada asosiasi yang dapat berupa simbol, rangkaian
pengalaman dari penggunaan sebelumnya baik yang dialami sendiri ataupun
kerabatnya, atau yang disebabkan oleh persepsi kualitas yang tinggi.
3. Satisfied Buyer
Pada tingkatan ini konsumen merasa puas terhadap merek yang
dikonsumsinya, namun masih bisa berpindah merek dengan menanggung
switching cost seperti waktu, biaya, dan resiko yang timbul akibat peralihan
merek tersebut. Untuk menarik konsumen pada tingkatan ini, pesaing perlu
mengatasi biaya peralihan yang harus ditanggung oleh konsumen dengan
menawarkan berbagai manfaat dan kompensasi.
4. Habitual Buyer
Pada tingkatan ini konsumen merasa puas atau setidaknya konsumen tidak
kecewa dalam mengkonsumsi merek, dan tidak ada alasan yang kuat untuk
membeli atau berpindah ke merek lain, terutama apabila dalam peralihan
tersebut membutuhkan usaha, biaya, atau pengorbanan lain (switching cost).
Bagaimanapun juga konsumen pada tingkatan ini merupakan konsumen yang
membeli suatu merek karena kebiasaan.
5. Switchers
Merupakan tingkatan dengan loyalitas terendah, dimana konsumen pada
tingkatan ini masih suka berpindah – pindah atau tidak loyal terhadap merek.
Konsumen menganggap merek memegang peranan kecil dalam pengambilan
keputusan pembelian, ciri khas dari konsumen pada tingkatan ini adalah
mereka melakukan pembelian lebih dikarenakan pertimbangan faktor harga.
2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Brand Loyalty
Berikut faktor – faktor yang mempengaruhi terbentuknya loyalitas merek
(Schiffman dan Kanuk, 2004):
1. Loyalitas terbentuk karena penerimaan keunggulan produk.
2. Loyalitas terbentuk akibat keyakinan yang dimiliki oleh seseorang
terhadap produk tersebut.
3. Loyalitas terbentuk karena keterikatan dengan produk atau perusahaan.
4. Loyalitas terbentuk karena kepuasan konsumen dalam mengkonsumsi
suatu produk.
9
2.3.3 Manfaat Brand Loyalty
Berikut manfaat yang didapat perusahaan dari brand loyalty diambil dari
jurnal Mao (2010) yaitu:
a. Mengurangi biaya pemasaran, karena konsumen yang loyal dengan
sukarela mempromosikan dan merekomendasikan merek yang dipakainya
kepada orang lain.
b. Meningkatkan volume penjualan, konsumen yang loyal akan
meningkatkan penjualan dan dapat mencegah kehilangan konsumen.
c. Perusahaan dapat menetapkan harga yang optimal, karena konsumen yang
loyal tidak terlalu berpengaruh terhadap perubahan harga.
d. Menarik minat konsumen baru, banyaknya konsumen yang merasa puas
dan loyal terhadap suatu merek akan menimbulkan perasaan yakin bagi
calon konsumen untuk mengkonsumsi merek tersebut.
e. Memberi waktu untuk merespon ancaman, pelanggan yang loyal akan
memberikan waktu bagi perusahaan untuk mengembangkan produknya
dalam menghadapi pesaing – pesaing baru.
2.4 Corporate Reputation
Corporate reputation atau reputasi perusahaan merupakan sebuah aset yang
berharga bagi perusahaan. Karena selain dapat mempengaruhi kepercayaan para
stakeholders, reputasi dapat dijadikan investasi bagi perusahaan untuk menghadapi
krisis tak terduga. Reputasi perusahaan sering digambarkan sebagai gabungan dari
seluruh persepsi para pemangku kepentingan. Berikut definisi reputasi perusahaan
menurut para ahli, reputasi perusahaan adalah sekumpulan persepsi dan kepercayaan
masa lampau dan saat ini yang didasari oleh para stakeholders perusahaan (Rayner,
2003). Reputasi perusahaan merupakan persepsi dari tindakan masa lalu perusahaan
dan masa depan yang menggambarkan daya tarik perusahaan untuk semua konstituen
kunci perusahaan (Fombrun, 1996 dalam Chun, 2005).
Pada dasarnya reputasi perusahaan menjadi kebanggaan tersendiri, karena
merupakan penghargaan yang didapat oleh perusahaan karena adanya keunggulan –
keunggulan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Selain itu reputasi yang baik
dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan terhadap perusahaan dan memberikan rasa
bangga bagi karyawanya. Sehingga bisa dikatakan corporate reputation dapat
meningkatkan loyalitas pelanggan dan meningkatkan pertumbuhan perusahaan serta
keberlangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang (Davies, et al., 2003).
Menurut Rayner (2003) ada 7 faktor penggerak dalam pembentukan corporate
reputation:
1. Financial performance and long-term investment value
Dilihat dari peforma keuangan perusahaan, yaitu perusahaan yang
menunjukan kinerja keuangan yang konsisten dengan memiliki track
record profit yang baik dan nilai investasinya yang aman apabila ingin
berinvestasi jangka panjang, akan dianggap memiliki reputasi yang baik.
10
2. Corporate governance and leadership
Perusahaan harus memiliki tata kelola perusahaan yang efektif,
kepemimpinan yang baik, dan visi misi yang jelas kedepannya untuk
membantu menjaga reputasi perusahaan.
3. Communication and crisis management
Perusahaan harus dapat memberikan informasi yang bermanfaat dan
terbuka kepada para stakeholder, sehingga para stakeholder memahami
nilai, tujuan, pencapaian, dan prospek masa depanya. Serta respon
perusahaan dalam menghadapi krisis apapun, sehingga dapat menjaga
reputasi perusahaan.
4. Regulatory compliance
Dilihat dari aktivitas perusahaan, apakah perusahaan sudah menjalankan
aktivitas bisnis sesuai dengan prosedur dan regulasi yang ada. Perusahaan
yang bertentangan dengan undang – undang dapat mempengaruhi
kepercayaan para pemegang saham, dan hal ini berdampak pada reputasi
perusahaan.
5. Delivering customer
Perusahaan harus mampu mempertahankan harapan pelanggan terhadap
produk mereka, demi menjaga reputasi yang baik.
6. Corporate social responsibility
Perusahaan bisa mendapatkan keuntungan yang baik dari segi reputasi,
jika perusahaan menunjukan komitmen untuk melakukan tanggung jawab
sosial.
7. Workplace talent and culture
Dilihat dari bagaimana perusahaan memperlakukan para karyawanya,
karyawan harus puas dengan lingkungan kerja mereka sehingga mereka
merasa bangga dan meninggikan nama perusahaan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif serta
metode experimental research untuk mengetahui bagaimana program Corporate
Social Responsibility (CSR) yang menggunakan cause related marketing yang belum
pernah dilakukan oleh Indocement dapat memberikan manfaat. Menurut Sugiyono
(2009), penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam
kondisi yang terkendalikan. Peneliti menggunakan desain eksperimental faktorial 2
jenis CSR (philanthropy, dan cause related marketing) x 2 jenis masalah yang
dibantu (social-ekonomi, dan lingkungan) between subject design. Alasan peneliti
menggunakan rancangan ini karena peneliti ingin melihat perbedaan dari pengaruh
variabel independen dimana variabel independen tersebut mempunyai dua level yang
11
akan diukur pada saat bersamaan yaitu di waktu dan tempat yang sama, hanya
perlakuanya saja yang berbeda.
Desain faktorial 2x2
Treatment Sosial - Ekonomi Lingkungan
Philanthropy M1 M2
Cause Related Marketing M3 M4
Gambar Rancangan Penelitian Eksperimen
M1: Jenis kegiatan philanthropy bertemakan sosial-ekonomi.
M2: Jenis kegiatan philanthropy bertemakan lingkungan.
M3: Jenis kegiatan cause related marketing bertemakan sosial-ekonomi.
M4: Jenis kegiatan cause related marketing bertemakan lingkungan.
Kesimpulanya, masing – masing sel atau kelompok (M1, M2, M3, M4) akan
mendapat perlakuan pengujian yang berbeda untuk mencapai tujuan penelitian, yaitu
membandingkan dari kedua jenis CSR philanthropy dan cause related marketing
dalam bidang sosial-ekonomi maupun lingkungan, dan peneliti akan melihat mana
yang memberikan dampak lebih positif dalam meningkatkan brand image, brand
loyalty, dan corporate reputation.
3.2 Model Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti ingin mencari hubungan dari variabel independen,
yaitu Corporate Social Responsibility (CSR) yang terbagi menjadi dua, CSR
philanthropy dan cause related marketing serta pengaruhnya terhadap tiga variabel
dependen yang akan diukur yaitu brand image, brand loyalty, dan corporate
reputation. Sehingga pada penelitian ini, model penelitian yang digunakan adalah
sebagai berikut:
Gambar Model Penelitian
12
3.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah pada bab I serta teori - teori pada bab II,
maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian yang akan digunakan sebagai berikut:
H1: Untuk CSR philanthropy, kegiatan yang bertemakan lingkungan
akan memberikan respon yang lebih positif terhadap brand image, brand loyalty,
dan corporate reputation dibandingkan dengan kegiatan bertemakan sosial-
ekonomi.
H2: Untuk CSR cause related marketing, kegiatan yang bertemakan
lingkungan akan memberikan respon yang lebih positif terhadap brand image,
brand loyalty, dan corporate reputation dibandingkan dengan kegiatan
bertemakan sosial-ekonomi.
H3: Untuk kegiatan CSR yang bersifat sosial-ekonomi, kegiatan yang
berbentuk cause related marketing akan direspon lebih positif terhadap brand
image, brand loyalty, dan corporate reputation dibandingkan kegiatan
philanthropy.
H4: Untuk kegiatan CSR yang bersifat lingkungan, kegiatan yang
berbentuk cause related marketing akan direspon lebih positif terhadap brand
image, brand loyalty, dan corporate reputation dibandingkan kegiatan
philanthropy.
3.4 Populasi dan Sampel
Populasi yang dijadikan untuk pengamatan pada penelitian ini adalah
masyarakat yang berlokasi di Jakarta yang merupakan pengguna semen Tiga Roda
produksi Indocement. Sampel yang akan digunakan diambil secara acak berdasarkan
kemudahanya ditemui oleh peneliti serta memiliki waktu untuk mengisi kuesioner,
mereka berada di waktu dan tempat yang sama pada saat peneliti ingin mengambil
sampel. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan purposive sampling dimana
sampel yang diambil oleh peneliti harus memiliki kriteria pernah menggunakan
semen Tiga Roda untuk terpilih sebagai sampel dengan teknik cluster sampling.
Dengan teknik cluster sampling, peneliti mengambil sampel berdasarkan daerah
populasi yang telah ditentukan yaitu di wilayah Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan
Jakarta Selatan.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrument disini merupakan alat yang digunakan peneliti untuk menguji
sampel pada penelitian. Untuk melakukan penelitian ini, peneliti merancang alat
berupa:
1. Selebaran
Selebaran yang digunakan merupakan gambaran mengenai program CSR
Indocement yang berupa philanthropy dan cause related marketing dalam
bidang sosial-ekonomi maupun lingkungan. Nantinya responden akan
memilih selebaran dengan peluang yang sama sebelum mengisi kuesioner.
2. Kuesioner
Pada penelitian ini, peneliti membuat kuesioner terbagi menjadi dua yaitu
yang menggunakan closed ended questionnaire, yang digunakan untuk
13
melihat profil dari sampel, dan juga scaled response questionnaire untuk
mengukur setiap variabel yang diteliti, dengan menggunakan skala likert.
Yaitu merupakan skala kesetujuan atau ketidaksetujuan responden
terhadap pertanyaan – pertanyaan indikator pada tabel operasional
dengang masing – masing pertanyaan pengukuran memiliki 5 kategori
yaitu:
1= Sangat tidak setuju
2= Tidak setuju
3= Biasa saja
4= Setuju
5= Sangat setuju
Sebelum peneliti melakukan post-test, peneliti akan menguji instrument
dengan pilot study, membagikan kuesioner tersebut kepada 31 orang untuk menguji
validitas dan reliabilitasnya. Apabila ada pertanyaan yang tidak valid, maka peneliti
akan memodifikasi kuesioner dengan menghilangkan pertanyaan yang tidak valid
tersebut.
3.6 Metode Analisis Data
Dalam melakukan analisis data, pertama peneliti memperoleh informasi
melalui studi kepustakaan. Yaitu peneliti mengambil informasi yang bersifat teoritis
dari buku para pakar ataupun jurnal penelitian yang memiliki kaitanya dengan
penelitian ini. Selanjutnya peneliti mengumpulkan informasi melalui observasi dan
kuesioner yang didapat dari responden, peneliti terlebih dahulu melakukan pilot study
untuk mengecek alat sebelum nantinya digunakan pada kelompok eksperimen, hasil
dari kuesioner tersebut kemudian akan dikelompokan dan diatur didalam program
Excel. Hal ini untuk memudahkan peneliti dalam menganalisa apakah alat tersebut
tidak terdapat error dan konsisten untuk digunakan pada penelitian selanjutnya.
Kedua, hasil dari pilot study atau pre-test akan dihitung validitas dan
reliabilitasnya, untuk menentukan apakah hasil dari instrument yang dipakai valid
atau tidak. Perhitungan pada pre-test akan dilakukan di program Excel, jika
instrument sudah benar maka post-test akan dilakukan pada kelompok eksperimen.
Hasil dari post-test tersebut nantinya akan dihitung menggunakan program Statictical
Program for Society Science (SPSS) untuk memudahkan peneliti dalam mengecek
validitasnya dan reabilitasnya. Yaitu untuk validitas r yang dihitung harus lebih besar
daripada r-tabel dan peneliti akan menggunakan taraf signifikansi 1%, sedangkan
untuk pengecekan reabilitasnya peneliti menggunakan Cronbach Alpha minimal 0.6
untuk mempertimbangkan bahwa instrument tersebut bisa diandalkan.
Ketiga, berdasarkan hasil pengumpulan data post-test peneliti akan
menghitung varian menggunakan One-Way ANOVA, untuk mengetahui apakah ada
perbedaan yang cukup signifikan dari masing - masing kelompok. Sehingga peneliti
dapat melihat dari kedua jenis program CSR tersebut mana yang lebih baik dan
berpengaruh terhadap brand image, brand loyalty, dan corporate reputation. Serta
dari masing - masing kegiatan tersebut, bidang sosial-ekonomi atau lingkungan yang
paling memberikan pengaruh positif terhadap brand image, brand loyalty, dan
corporate reputation.
14
Selanjutnya peneliti akan menganalisa dari data yang diperoleh tersebut,
untuk dapat menjawab tujuan penelitian. Hasil dari analisis ini kemudian akan
digunakan untuk membuktikan hipotesis yang telah dibuat oleh peneliti. Keempat,
berdasarkan analisis tersebut kemudian peneliti akan mengambil kesimpulan dan
memberikan saran – saran untuk penelitian selanjutnya.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Pre-Test Berdasarkan jawaban kuesioner pengujian atau pre-test yang dikumpulkan
dari 31 responden, peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas menggunakan
program Excel 2007. Peneliti melakukan uji validitas dengan menggunakan teknik
korelasi Pearson kemudian dibandingkan dengan nilai yang didapat dari tabel Pearson
(r-tabel) dengan menggunakan taraf signifikansi α=1% dan n=31 sesuai banyaknya
data dari responden. Peneliti menggunakan taraf signifikansi 1% karena dianggap
memiliki validitas yang sangat baik dibandingkan taraf signifikansi yang biasanya
digunakan yaitu α=5%, kemudian instrument dianggap valid apabila r ≥ r-tabel.
Pada pengujian validitas ini r-tabelnya adalah 0.449, dimana setiap pertanyaan
tidak boleh dibawah dari 0.449 karena dianggap tidak valid dan harus dilakukan
perubahan terhadap instrument. Hasil dari pengujian validitas menggunakan Excel
2007, semua pertanyaan memiliki nilai korelasi diatas 0.449 dan dapat dikatakan
bahwa pertanyaan tersebut valid sehingga selanjutnya kuesioner dapat disebarkan
kepada responden lainnya sebagai kuesioner aktual. Pada pengujian reliabilitas
peneliti menggunakan Cronbach’s Alpha 0.6 karena dianggap termasuk kategori
reliabilitas yang tinggi atau baik, dan hasil dari pengujian menunjukan bahwa tingkat
reliabilitas instrument adalah 0.936. Karena tingkat reliabilitas instrument 0.936 dan
lebih dari α=0.6, maka dapat dikatakan bahwa instrument tersebut reliabel. Hasil
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
4.2 Hasil Pengujian Kuesioner Aktual (Post-Test)
Penyebaran Kuesioner aktual pada Post-Test dilakukan kurang lebih selama
satu minggu sejak tanggal 7 Maret 2014 sampai dengan 14 Maret 2014, kuesioner ini
dibagikan secara langsung kepada 120 responden pengguna semen Tiga Roda yang
ditemui oleh peneliti di wilayah Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Jakarta Selatan.
Semua kuesioner ini sudah layak digunakan karena peneliti sudah melakukan uji
validitas dan reliabilitas, dan peneliti secara langsung memeriksa kuesioner yang
telah diisi oleh responden apakah datanya sudah lengkap atau belum, serta
memberikan penjelasan apabila responden mengalami kesulitan pada saat pengisian.
Berikut merupakan hasil dari kuesioner aktual yang telah disebar:
4.2.1 Profil Responden
Peneliti melakukan analisis terhadap karakteristik responden melalui
pertanyaan yang ada dalam kuesioner untuk memperoleh profil responden yang telah
diteliti, yaitu responden yang merupakan pengguna semen Tiga Roda. Dimana profil
15
responden yang dianalisis terdiri dari jenis kelamin, usia, pekerjaan, pengeluaran
perbulan, dan domisili.
Tabel Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden No. Karakteristik
Responden
Kategori Laki - Laki Perempuan Jumlah
1. Jenis Kelamin A. Laki - Laki
B. Perempuan
83
-
-
37
83
37
2. Usia A. 20 - 30 Tahun
B. 31 - 40 Tahun
C. 41 - 50 Tahun
D. > 50 Tahun
12
23
34
14
5
25
6
1
17
48
40
15
3. Pekerjaan A. Pegawai Swasta
B. Pegawai Negeri
C. Wiraswasta
D. Lainnya
60
0
23
0
27
1
6
3
87
1
29
3
4. Pengeluaran A. 4 - 6 Juta
B. 6,1 - 8 Juta
C. 8,1 - 10 Juta
D. > 10 Juta
19
18
11
35
12
9
11
5
31
27
22
40
5. Domisili A. Jakarta Barat
B. Jakarta Selatan
C. Jakarta Utara
D. Jakarta Timur
E. Jakarta Pusat
F. Lainnya
18
5
31
4
10
15
7
5
15
3
1
6
25
10
46
7
11
21
Sumber: Data kuesioner aktual dari 120 responden
1. Jenis Kelamin
Berdasarkan data kuesioner yang diambil dari 120 responden, diketahui
bahwa jumlah responden yang berjenis kelamin laki - laki pada penelitian ini
adalah sebesar 69% sedangkan responden berjenis kelamin perempuan adalah
sebesar 31%. Umumnya pembeli semen adalah berjenis kelamin laki - laki,
meskipun perempuan juga melakukan pembelian tetapi jumlahnya lebih
sedikit dibandingkan laki - laki.
2. Usia
Pada penelitian ini mayoritas responden berusia 31 sampai 40 tahun yaitu
dengan total 40%, dimana 19% terdiri dari laki - laki dan 21% terdiri dari
perempuan. Kemudian disusul dengan responden yang berusia 41 - 50 tahun
dengan total 33%, dimana 28% terdiri dari laki - laki dan 5% terdiri dari
perempuan. Selanjutnya responden yang berusia 20 - 30 tahun dengan total
14%, yang terdiri dari 10% laki - laki dan 4% perempuan. Yang terakhir
adalah responden yang berusia diatas 50 tahun, dan terdiri dari 12% laki - laki
dan 1% perempuan. Menurut pengamatan peneliti, responden pada rentang
usia 31 sampai 40 tahun melakukan pembelian semen untuk pembangunan
atau perbaikan rumah, sedangkan untuk responden berusia 41 hingga 50 tahun
mereka menggunakan semen untuk memperbaiki rumah saja.
16
3. Pekerjaan
Berdasarkan pekerjaanya dapat diketahui bahwa mayoritas dari 120 responden
sebanyak 72.5% bekerja sebagai pegawai swasta, yang terdiri dari 50% laki -
laki dan 22.5% perempuan. Selain itu sebanyak 24.2% responden bekerja
sebagai wiraswasta, terdiri dari 19.2% laki - laki dan 5% perempuan.
Kemudian sebanyak 2.5% responden perempuan bekerja sebagai ibu rumah
tangga, dan hanya 0.8% yang bekerja sebagai pegawai negeri. Untuk
responden laki - laki umumnya mereka bekerja sebagai pegawai swasta dan
wiraswasta, sedangkan untuk responden perempuan mereka selain bekerja
sebagai pegawai swasta, pegawai negeri, dan wiraswasta, mereka juga
merupakan ibu rumah tangga.
4. Pengeluaran perbulan
Dari 120 responden, sebagian besar memiliki pengeluaran bulanan lebih dari
10 juta rupiah dengan total sebanyak 33% yang terdiri dari 29% laki - laki dan
4% perempuan. Kemudian diikuti dengan pengeluaran 4 sampai 6 juta rupiah
yaitu sebanyak 26% responden, yang terdiri dari 16% laki - laki dan 10%
perempuan. Selanjutnya sebanyak 23% responden memiliki pengeluaran
sebesar 6,1 hingga 8 juta rupiah, 15% terdiri dari laki - laki dan 8% terdiri dari
perempuan. Yang terakhir sebanyak 18% responden memiliki pengeluaran
antara 8,1 hingga 10 juta rupiah, dimana sebanyak 9% terdiri dari laki - laki
maupun perempuan.
5. Domisili
Pada penelitian ini, mayoritas responden berdomisili di Jakarta Utara yaitu
sebanyak 38% yang terdiri dari 26% laki - laki dan 12% perempuan.
Kemudian disusul dengan 21% responden berdomisili di Jakarta Barat,
dimana sebanyak 15% laki - laki dan 6% perempuan. Selanjutnya sebanyak
18% responden berdomisili di Jawa Barat antara lain seperti Bekasi, Bogor,
Cianjur, Cibubur, Tangerang, dan Sentul, dimana 13% terdiri laki - laki dan
5% terdiri dari perempuan. Selain itu sebesar 9% responden berdomisili di
Jakarta Pusat, sebanyak 8% terdiri dari laki - laki dan 1% terdiri dari
perempuan. Disusul dengan Jakarta Selatan sebanyak 8% yaitu laki - laki
maupun perempuan sebesar 4%, terakhir merupakan responden yang
berdomisili di Jakarta Timur yaitu sebesar 6% yang terdiri dari laki - laki
maupun perempuan sebanyak 3%. Meski pembagian kuesioner dilakukan di
wilayah Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Jakarta Selatan, namun pada saat
pembagian responden juga ada yang sedang bekerja atau berkunjung ke
wilayah tersebut dan bukan merupakan orang yang berdomisili di wilayah
tersebut. Sehingga pada profil responden juga ditemui domisili lain seperti
Jakarta Timur, Jakarta Pusat, dan daerah Jawa Barat. Pada saat penelitian ini
dilakukan, pengguna semen mayoritas memang yang sedang berdomisili di
Jakarta Utara karena banyak dari mereka yang sedang memperbaiki rumahnya
akibat musibah banjir yang sedang melanda ibu kota.
17
4.2.2 Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian
4.2.2.1 Brand Image
Tabel ANOVA Brand Image
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 13.190 3 4.397 22.086 .000
Within Groups 23.092 116 .199 Total 36.281 119
Melalui SPSS, dilihat dari tabel ANOVA-nya menunjukan bahwa salah satu
kelompok memiliki perbedaan dalam menciptakan brand image. Hal ini ditunjukan
dengan adanya nilai Sig (p-value) sebesar .000 < 0.01, F hitung sebesar 22.086 > F
tabel dengan total rata - rata dari semua data sebesar 4.397. Karena terdapat
perbedaan, analisis dilanjutkan dengan menggunakan contrast test untuk melihat
kelompok mana yang memiliki perbedaan yang signifikan.
Tabel Hasil Uji Statistik Brand Image Mean Std. Deviation
M1 3.3667 .31303
M2 4.1167 .41384
M3 4.1833 .47766
M4 4.0833 .54667
Tabel Hasil Contrast Test Brand Image Value of Contrast Std. Error Sig (P-Value)
M1 - M2 -.7500 .11520 .000
M1 - M3 -.8167 .11520 .000
M2 - M4 .0333 .11520 .773
M3 - M4 .1000 .11520 .387
Berdasarkan hasil analisis One-Way ANOVA pada brand image, dapat dilihat
pada tabel hasil contrast test bahwa pada M1 dan M2 serta M1 dan M3 memiliki p-
value < 0.01. Hal ini dapat diartikan bahwa kelompok tersebut secara signifikan
memiliki perbedaan dalam memberikan kontribusi terhadap brand image. Namun
dapat dilihat pada tabel hasil uji statistik brand image diatas pada Mean M1 dan M2,
bahwa rata - rata perubahan M2 4.1167 lebih besar bila dibandingkan M1 yang hanya
3.3667. Selain itu Mean pada M3 sebesar 4.1833 memiliki perubahan yang lebih
besar dibandingkan M1 dengan Mean 3.3667, maka dapat dikatakan bahwa M2 dan
18
M3 memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap brand image bila dibandingkan
dengan M1. Selanjutnya M2 dibandingkan M4 serta M3 dibandingkan M4 memiliki
p-value > 0.01 yang artinya tidak ada perbedaan secara signifikan dalam
mempengaruhi citra merek, dan berdasarkan Mean dari masing - masing kelompok
dapat dikatakan bahwa pengaruh dari M2 dan M4 identik karena meskipun Mean M4
4.0833 lebih kecil dari Mean M2 4.1167 tetapi rata - rata perubahanya tidak terlalu
berbeda. Tabel statistik, M3 juga memiliki rata - rata perubahan yang lebih besar jika
dibandingkan M4 meskipun tidak terlalu berbeda, yaitu M3 memiliki Mean sebesar
4.1833.
4.2.2.2 Brand Loyalty
Tabel ANOVA Brand Loyalty
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 8.883 3 2.961 6.797 .000
Within Groups 50.533 116 .436 Total 59.417 119
Berdasarkan analisis One-Way ANOVA pada SPSS, terlihat adanya
perbedaan antara kelompok sel dalam mempengaruhi brand loyalty karena diketahui
Sig (p-value) sebesar .000 < 0.01 dan F hitung sebesar 6.797 > Ftabel, dimana total
rata - rata pengukuran antar kelompok adalah 2.961. Selanjutnya dilakukan contrast
test untuk menentukan kelompok mana yang memiliki perbedaan signifikan.
Tabel Hasil Uji Statistik Brand Loyalty Mean Std. Deviation
M1 3.2639 .37839 M2 3.9083 .66138 M3 4.0083 .72956 M4 3.9250 .77167
Tabel Hasil Contrast Test Brand Loyalty Value of Contrast Std. Error Sig (P-Value)
M1 - M2 -.5833 .17402 .000
M1 - M3 -.6833 .17402 .000
M2 - M4 -.0167 .17402 .922
M3 - M4 .0833 .17402 .626
Dapat dilihat pada tabel hasil contrast test untuk M1 dibandingkan M2, serta
M1 banding M3 memiliki p-value < 0.01. Sehingga dapat diartikan bahwa kedua
kelompok tersebut memiliki perbedaan secara signifikan dalam memberikan
kontribusi terhadap brand loyalty. Namun dapat dilihat pada tabel hasil uji statistik
brand loyalty, Mean M1 3.2639 dan Mean M2 sebesar 3.9083, dimana rata - rata
perbedaan M2 > M1. Mean M3 juga lebih besar dibandingkan M1, yaitu rata - rata
perbedaan M3 adalah 4.0083 sehingga dapat dikatakan bahwa M2 dan M3, memiliki
pengaruh yang lebih besar terhadap brand loyalty dibandingkan M1.
19
Kemudian M2 dibandingkan M4 dan M3 dibandingkan M4 memiliki p-value
> 0.01, yaitu sebesar 0.922 dan 0.626. Hal ini dapat dikatakan bahwa M2 dan M4
identik atau tidak memiliki perbedaan yang signifikan dalam mempengaruhi loyalitas
merek. Meski rata - rata perbedaan dari masing - masing kelompok, yaitu Mean M2
sebesar 3.9083 lebih kecil daripada Mean M4 yaitu sebesar 3.9250 namun
perbedaanya tidak terlalu jauh. Dapat dilihat juga pada M3 dengan rata - rata
perubahan lebih besar yaitu sebesar 4.0083 dibandingkan M4 dengan Mean 3.9250,
namun perbedaanya juga tidaklah terlalu besar.
4.2.2.3 Corporate Reputation
Tabel ANOVA Corporate Reputation
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 20.196 3 6.732 27.380 .000
Within Groups 28.521 116 .246
Total 48.717 119
Berdasarkan analisis One-Way ANOVA pada SPSS, terlihat adanya
perbedaan antara kelompok sel dalam mempengaruhi corporate reputation dilihat
dari nilai Sig (p-value) sebesar .000 < 0.01 dan F hitung sebesar 27.380 > Ftabel,
dimana total rata - rata pengukuran antar kelompok adalah 6.732. Selanjutnya
dilakukan contrast test untuk menentukan kelompok mana dengan perbedaan yang
signifikan.
Tabel Hasil Uji Statistik Corporate Reputation Mean Std. Deviation
M1 3.4722 .50649
M2 4.2250 .48401
M3 4.4833 .45926
M4 4.4083 .59626
Tabel Hasil Contrast Test Corporate Reputation Value of Contrast Std. Error Sig (P-Value)
M1 - M2 -.7750 .12803 .000
M1 - M3 -1.0333 .12803 .000
M2 - M4 -.1833 .12803 .155
M3 - M4 .0750 .12803 .559
20
M1 dibandingkan M2 dan M1 dibandingkan M3 memiliki p-value < 0.01
yaitu .000, yang artinya terdapat perbedaan signifikan antara M1 dan M2 dalam
mempengaruhi reputasi perusahaan. Namun dilihat dari tabel uji statistiknya, M1 <
M2 karena rata - rata perubahan M2 lebih besar yaitu 4.2250. Selanjutnya
dibandingkan antara M1 dengan M3, jika dilihat berdasarkan tabel uji statistik maka
M1 < M3 karena M3 memiliki rata - rata perubahan sebesar 4.4833 sedangkan M1
hanya 3.4722. Sehingga dapat dikatakan bahwa M2 dan M3, lebih mempengaruhi
reputasi perusahaan dibandingkan M1. Pada perbandingan M2 dengan M4 dan M3
dengan M4, semuanya memiliki p-value > 0.01 yaitu 0.155 dan 0.559. Sehingga
dapat dikatakan bahwa kelompok tersebut tidak memiliki perbedaan yang signifikan
dalam mempengaruhi reputasi peusahaan. Meskipun rata - rata perubahan pada
kelompok M4 lebih besar dibandingkan M2 yaitu pada tabel uji statistik ANOVA M4
memiliki Mean 4.4083, sedankan M2 memiliki Mean 4.2250. Untuk M3 dan M4
berdasarkan tabel statistik rata - rata perubahan M3 > M4, dengan Mean dari M3
sebesar 4.4833 sedangkan M4 hanya 4.4083 meski demikian perbedaanya tidaklah
terlalu besar.
Hasil analisis One-Way ANOVA menggunakan SPSS pada bab ini,
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan kesimpulan hasil analisis
ANOVA diatas, maka hasil pengujian dari hipotesis dapat dirangkum sebagai berikut:
Tabel Hasil Rangkuman Pengujian Hipotesis Hipotesis Pernyataan Hasil Pengujian
H1 untuk CSR philanthropy, kegiatan yang
bertemakan lingkungan akan memberikan
respon yang lebih positif terhadap brand image,
brand loyalty, dan corporate reputation
dibandingkan dengan kegiatan CSR bertemakan
sosial-ekonomi.
Diterima (Didukung oleh data)
H2 untuk CSR cause related marketing, kegiatan
yang bertemakan lingkungan akan memberikan
respon yang lebih positif terhadap brand image,
brand loyalty, dan corporate reputation
dibandingkan dengan kegiatan CSR bertemakan
sosial-ekonomi
Ditolak (Tidak didukung oleh
data)
H3 untuk kegiatan CSR yang bersifat sosial-
ekonomi, kegiatan yang berbentuk cause
related marketing akan direspon lebih positif
terhadap brand image, brand loyalty, dan
corporate reputation dibandingkan kegiatan
philanthropy
Diterima (Didukung oleh data)
H4 untuk kegiatan CSR yang bersifat lingkungan,
kegiatan yang berbentuk cause related
marketing akan direspon lebih positif terhadap
brand image, brand loyalty, dan corporate
reputation dibandingkan kegiatan philanthropy
Diterima (Didukung oleh data)
21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan yang berhubungan dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan
sebelumnya sebagai berikut:
1. Kegiatan corporate social responsibility berbentuk philanthropy yang
bertemakan lingkungan, memiliki respon yang lebih positif terhadap
brand image, brand loyalty, dan corporate reputation dibandingkan
kegiatan philanthropy yang bertemakan sosial-ekonomi. Hal ini didukung
dari hasil analisis ANOVA bahwa M1 dibandingkan M2 semua memiliki
nilai p-value (.000) < 0.01, yang artinya kelompok tersebut memiliki
perbedaan yang signifikan dalam mempengaruhi variabel dependen.
Selain itu rata - rata perubahan (Mean) dari M2 juga lebih besar daripada
M1, sehingga dapat dikatakan bahwa M2 yang merupakan kegiatan
philanthropy bertemakan lingkungan lebih direspon positif dibandingkan
tema sosial-ekonomi. Jawaban dari beberapa responden juga
menyebutkan, bahwa mereka merasa kegiatan perbaikan lingkungan
masih kurang dan perlu mendapat perhatian, karena program kepedulian
sosial sudah banyak dilakukan oleh perusahaan - perusahaan lain.
2. Kegiatan corporate social responsibility yang berbentuk cause related
marketing ternyata tidak memiliki perbedaan respon dalam mempengaruhi
brand image, brand loyalty, dan corporate reputation baik dengan
menggunakan tema lingkungan maupun sosial-ekonomi. Hal ini didukung
dari hasil analisis ANOVA bahwa perbandingan antara M3 dan M4 semua
memiliki p-value > 0.01, yang artinya kelompok tersebut tidak memiliki
perbedaan yang signifikan dalam mempengaruhi variabel dependen.
Bahkan diketahui bahwa Mean dari M3 lebih besar dibandingkan M4,
sehingga meski perbedaanya tidak terlalu besar namun M3 yang
merupakan kegiatan cause related marketing bertema sosial – ekonomi
sebenarnya lebih direspon positif dibandingkan tema lingkungan.
3. Untuk kegiatan corporate social responsibility berbentuk cause related
marketing yang bertemakan sosial-ekonomi lebih memberikan respon
positif dibandingkan kegiatan philanthropy bertemakan sosial-ekonomi.
Hal ini didukung dari hasil analisis ANOVA pada perbandingan M1 dan
M3 yang memiliki p-value (.000) < 0.01, maka dapat dikatakan ada
perbedaan signifikan antara M1 dan M3 serta rata - rata pengukuran
(Mean) M3 juga lebih besar daripada M1. Peneliti juga merangkum dari
jawaban para responden, bahwa mereka lebih tertarik untuk ikut
membantu sesama sedangkan untuk kepedulian perusahaan mereka lebih
mendukung apabila perusahaan lebih memperhatikan lingkungan.
22
4. Untuk kegiatan corporate social responsibility bertemakan lingkungan,
tidak ada perbedaan respon dalam mempengaruhi brand image, brand
loyalty, dan corporate reputation baik dengan menggunakan cause related
marketing maupun philanthropy. Hal ini didukung dari hasil analisis
ANOVA dengan membandingkan M2 dan M4, dimana p-value pada citra
merek, loyalitas merek, dan reputasi perusahaan semuanya memiliki p-
value > 0.01, yang artinya tidak ada perbedaan signifikan baik dari
kegiatan cause related marketing maupun philanthropy. Namun meski
tidak memiliki perbedaan yang signifikan, berdasarkan hasil uji statistik
masing – masing variabel dependen diketahui bahwa M4 memiliki rata –
rata perubahan (Mean) yang lebih besar dibandingkan M1. Sehingga dapat
dikatakan meski perbedaanya tidak terlalu besar, kegiatan cause related
marketing bertema lingkungan tetap lebih direspon positif dibandingkan
kegiatan philanthropy bertema lingkungan.
5.2 Implikasi Manajerial
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diambil, ada beberapa hal
yang dapat dijadikan pedoman bagi pihak perusahaan yaitu:
1. Jika perusahaan Indocement ingin tetap menjalankan kegiatan
philanthropy, maka sebaiknya perusahaan harus lebih memperhatikan
kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan karena lebih memberikan
respon yang positif dalam mempengaruhi citra merek, loyalitas merek, dan
reputasi perusahaan. Masyarakat akan lebih respek jika perusahaan
melakukan kegiatan lingkungan, dikarenakan sudah banyak kegiatan
sosial yang dilakukan oleh perusahaan lain sedangkan masih sangat jarang
perusahaan yang memperhatikan pelestarian lingkungan.
2. Untuk kegiatan yang berhubungan dengan sosial-ekonomi, sebaiknya
perusahaan mencoba untuk menggunakan kegiatan cause related
marketing. Hal ini selain bermanfaat karena masyarakat dapat ikut
berperan serta dalam membantu program sosial sehingga tidak
sepenuhnya menjadi beban perusahaan, dan respon yang didapat juga
lebih positif dalam mempengaruhi citra merek, loyalitas merek, dan
reputasi perusahaan dibandingkan kegiatan philanthropy.
3. Sebaiknya perusahaan mencoba kegiatan cause related marketing, karena
baik dari segi lingkungan maupun sosial-ekonomi memberikan respon
yang lebih positif terhadap citra merek, loyalitas merek, dan reputasi
perusahaan dibandingkan philanthropy. Selain itu perusahaan juga dapat
meningkatkan penjualan, karena dengan program cause related marketing
perusahaan dapat mengajak masyarakat untuk ikut serta dalam program
sosial maupun lingkungan. Sehingga beban tidak hanya ditanggung oleh
perusahaan saja, tetapi juga dibantu oleh masyarakat.
23
5.3 Saran Penelitian Selanjutnya Untuk dapat memaksimalkan penelitian ini, maka ada beberapa saran untuk
dapat menjadikan penelitian ini menjadi lebih baik. Berikut beberapa saran yang
dapat diterapkan untuk penelitian selanjutnya terkait dengan topik penelitian ini:
1. Penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan di beberapa kota atau wilayah,
dan tidak terbatas pada kota atau wilayah tertentu guna memberikan hasil
yang maksimal secara menyeluruh. Serta jumlah responden yang didapat
dalam penelitian sebaiknya diperbesar untuk meningkatkan keakuratan
eksternal (external validity) dan konsistensi (reliability) dari hasil
penelitian yang diperoleh.
2. Selain itu penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel independen
berupa jenis kegiatan corporate social responsibility lainnya ataupun
variabel dependen selain brand image, brand loyalty, dan corporate
reputation. Sehingga dapat dibandingkan hasilnya dengan penelitian
sebelumnya untuk jenis kegiatan CSR lainnya serta tingkat pengaruhnya
terhadap variabel dependen tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Carroll, A. B. and Buchholtz, A. K. (2006). Ethics and stakeholder management. 7th
edition. South-Western: Cengage Learning.
Davies, G., Chun, R., Da Silva, R. V. and Roper, S. (2003). Corporate Reputation
and Competitiveness. Routledge.
Durianto, Darmadi, Sugiarto dan Tony Sitinjak. (2004). Strategi Menaklukkan Pasar
Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Fraenkel, Jack R. and Wallen, Norman E. (2008). How to Design and Evaluate
Research in Education. 7th
edition. New York: McGraw-Hill.
Keller, Kevin Lane. (2008). Strategic Brand Management: Building, Measuring, and
Managing Brand Equity. New Jersey: Pearson-Prentice Hall.
Kotler, Philip and Keller, Kevin L. (2009). Marketing Management. 13th
edition. New
Jersey: Pearson-Prentice hall.
Kotler, Philip and Lee, Nancy. (2005). Corporate Social Responsibility: Doing The
Most Good for Your Company and Your Cause. New Jersey: John Wiley &
Sons, Inc.
Nahartyo, Ertambang. (2013). Desain dan Implementasi Riset Eksperimen. Edisi
Kedua. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Rayner, J. (2003). Managing reputational risk. Curbing threats, leveraging
opportunities. New Jersey: John Wiley & Sons Ltd.
Rudito, Bambang & Melia Famiola. (2013). CSR (Corporate Social Responsibility).
Bandung: Rekayasa Sains.
24
Schiffman, L. G. & Kanuk, L. L. (2004). Consumer Behavior. 8th
edition. Prentice-
Hall, Upper Saddle River.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:
Alfabeta.
Wibisono, Yusuf. (2007). Membedah Konsep dan Aplikasi Corporate Social
Responsibility. Gresik: Fascho Publishing.
Jurnal:
Ali, Mohsin, Naqvi, S. M. M. Raza, Ishtiaq, Maria, Kanwal, Nousheen, Inderyas,
Samar. (2013). Impact of Corporate Social Responsibility on Brand Image in
Different FMCGs of Pakistan. Interdisciplinary Journal of Contemporary
Research In Business, Vol 5, No 1.
Chun, Rosa. (2005). Corporate reputation: Meaning and measurement. International
Journal of Management Reviews, Vol 7, 91-109.
Kakabadse, Nada K. (2005). Corporate Social Responsibility and stakeholder
approach: a conceptual review. International Journal Business Governance
and Ethics, Vol 1, No 4.
Mao, Junjun. (2010). Customer Brand Loyalty. International Journal of Business and
Management, Vol 5, No 7.
Sabir, Hazoor Muhammd, Kalyar, Masood Nawaz, Ahmed, Bashir, Zaidi, Hammad
Raza. (2012). Factors Affecting Corporate Social Responsibility: An
Empirical Study from Pakistani Perspective. Interdisciplinary Journal of
Contemporary Research In Business, Vol 3, No 10.
Thesis:
Handayani, Ellena Nurfazria. (2012). Analisis Peran Program Corporate Social
Responsibility (CSR) Dalam Membangun Corporate Reputation, Brand
Equity, Dan Social Equity Brand; Studi Kasus Pada Merek Lifebuoy Produk
Dari PT. Unilever. Jakarta: Universitas Indonesia.
Handayani, Julfitri Dwi. (2012). Analisis Pengaruh Socially Responsible Marketing
Dan Corporate Social Responsibility Terhadap Brand Image Dan Corporate
Reputation (Studi Kasus Pada Kampanye “Senyum Sehat Senyum Pepsodent”
Dari PT. Unilever Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia.
Internet:
http://indocement.co.id/aspx/ (Diakses 13 Desember, 2013).
http://sementigaroda.com (Diakses 7 Maret, 2014).
Antara News. (2012). Indocement Reklamasi Bekas Tambang Dengan Jati -
Trembesi. Diakses 29 April, 2014, dari
http://antarabogor.com/berita/973/indocement-reklamasi-bekas-tambang-
dengan-jati-trembesi.
Antara News. (2013). Indocement Giatkan UMKM. Diakses 29 April, 2014, dari
http://www.antarakalsel.com/berita/13436/indocement-giatkan-umkm.
25
Republika. (2007). Menuju CSR yang Berkelanjutan. Diakses 10 Januari, 2014, dari
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=289782&kat_id=438
Republika. (2012). Indocement Raih Peringkat Emas PROPER 2011-2012. Diakses
10 Januari, 2014, dari
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/bisnis/12/12/04/meijyv-
indocement-raih-peringkat-emas-proper-20112012
SINDO. (2013). PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk - Gencarkan CSR, Bangun
Reaktor Biogas. Diakses 10 Januari, 2014, dari http://koran-
sindo.com/node/318581
Wijaya, Hadi. (2011). Experimental Research (Pre-experimental, True experimental,
and Quasi experimental). Diakses 10 Januari, 2014, dari
http://hadiwijayaysuprimaryedu.blogspot.com/2011/11/experimental-
research-pre-experimental.html