Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI
ALAS KAKI PASCA KEBIJAKAN ASEAN-CHINA
FREE TRADE AREA
(Studi Kasus di Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut)
Oleh
Lutfy Nugraha
NIM: 11140840000047
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI
ALAS KAKI PASCA KEBIJAKAN ASEAN-CHINA
FREE TRADE AREA
(Studi Kasus di Sentra Industri Alas Kaki Cibaduyut)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Lutfy Nugraha
NIM: 11140840000047
Di bawah Bimbingan
Pembimbing
Djaka Badranaya S.Ag., M.E.
NIP. 197705302007011088
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Jumat Tanggal 13 Bulan April Tahun Dua Ribu Delapan Belas telah
dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Lutfy Nugraha
2. NIM : 11140840000047
3. Jurusan : Ekonomi Pembangunan
4. Judul Skripsi : Analisis Atas Dinamika Perkembangan Industri Alas Kaki
Pasca Kebijakan ASEAN – China Free Trade Area
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 13 April 2018
1. Zaenal Muttaqin
NIP. 197905032011011006 ( )
Penguji Ahli I
2. Rahmah Farahdita
NIP. - ( )
Penguji Ahli II
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Senin, 27 Januari 2020 Telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Lutfy Nugraha
2. NIM : 11140840000047
3. Jurusan : Ekonomi Pembangunan
4. Judul Skripsi : Analisis Atas Dinamika Perkembangan Industri Alas Kaki
Pasca Kebijakan ASEAN-China Free Trade Area (Studi Kasus di Sentra
Industri Alas Kaki Cibaduyut)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 27 Januari 2020
1. Deni Pandu Nugraha, M.Sc (________________)
NIDN. 2012108503 Ketua
2. Najwa Khairina, M.A (________________)
NIP. 198711132018012001 Penguji Ahli
3. Djaka Badranaya, M.E (________________)
NIP. 197705302007011088 Pembimbing
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Lutfy Nugraha
NIM : 11140840000047
Jurusan : Ekonomi Pembangunan
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan ini, saya :
1. Tidak menggunankan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain tanpa menyebut
sumber asli atau tanpa izin pemilik karya.
3. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas
karya ini.
Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Desember 2019
Lutfy Nugraha
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Lutfy Nugraha
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 4 Desember 1996
3. Alamat : Jl Kebagusan Raya Gang Wates
RT 011 RW 05 No.8 Jagakarsa,
Jakarta Selatan
4. E-mail : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. SD Negeri 14 Jagakarsa : 2002 - 2008
2. SMP Negeri 166 Jakarta : 2008 - 2011
3. SMA Negeri 109 Jakarta : 2011 - 2014
4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2014 - 2020
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. HMJ Ekonomi Pembangunan 2015
2. HMJ Ekonomi Pembangunan 2016
3. Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis 2017
4. Federasi Olahraga Mahasiswa Cabang Bola Voli 2014 - 2016
5. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia 2014 – Sekarang
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Sodikin
2. Ibu : Sri Maimun Farid
3. Alamat : Jl Kebagusan Raya Gang Wates RT 011 RW 05 No.8
Jagakarsa, Jakarta Selatan
vii
ABSTRACT
This study aims to analyze the dynamics of the development of the footwear
industry after the ASEAN-China Free Trade Area policy, with a case study in the
Cibaduyut footwear industry. This research uses a qualitative descriptive method
with a cross tabulation analysis.
The sample in this study was the native Cibaduyut who produced leather-
based footwear and worked on the production manually. The sampling technique
in this research is using purposive sampling.
The results showed that the growth of the footwear industry in the period
after the ACFTA policy decreased very significantly from the number of business
units and the number of workers in 2010 to 2016, this was due to the inability of
the original Cibaduyut products to compete with imported products from China in
terms of prices and model. factors affecting the development of the footwear
industry in Cibaduyut on the existence of the ACFTA policy include education,
length of business, capital, and the role of the government.
Keywords: Footwear, Cibaduyut footwear industry, ASEAN-China Free Trade
Area
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dinamika perkembangan
industri alas kaki pasca kebijakan ASEAN-China Free Trade Area, dengan studi
kasus di industri alas kaki Cibaduyut. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kualitatif dengan analisis Tabulasi Silang (crosstabulation).
Sampel dalam penelitian ini adalah penduduk asli Cibaduyut yang
memproduksi alas kaki berbahan dasar kulit dan mengerjakan produksi secara
menual. Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan industri alas kaki pada
periode setelah kebijakan ACFTA mengalami penurunan yang sangat signifikan
dari jumlah unit usaha dan jumlah tenaga kerja pada tahun 2010 hingga 2016, hal
ini diakibatkan karena tidak mampunya produk asli Cibaduyut bersaing dengan
produk impor asal China dari sisi harga dan model. Faktor yang mempengaruhi
perkembangan industri alas kaki di Cibaduyut atas adanya kebijakan ACFTA
diantaranya adalah pendidikan, lama usaha, modal, dan peran pemerintah.
Kata Kunci: Alas kaki, industri alas kaki Cibaduyut, ASEAN-China Free Trade
Area
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
dan karuniaNya. Sholawat serta salam penulis sanjungkan kepada baginda besar
Nabi Muhammad SAW sebagai panutan serta pembimbing dalam menjalani setiap
aktivitas dalam kehidupan ini sehingga atas bantuan Allah SWT dan bimbingan
dari Nabi Muhammad SAW sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “Analisis Atas Dinamika Perkembangan Industri Alas Kaki
Pasca Kebijakan ASEAN-China Free Trade Area (Studi Kasus di Sentra Alas
Kaki Cibaduyut)”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Jurusan Ekonomi Pembangunan. Skripsi ini dapat
terselesaikan berkat bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Maka dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak yang telah
memberikan bantuan moril maupun materil, yaitu kepada:
1. Orang tua penulis, Ayahanda dan Ibunda yang telah memberikan kasih sayang,
semangat, materi dan doa atas segala yang dibutuhkan dalam menjalani kehidupan
pendidikan hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Amilin Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Bapak Hartana Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan dan Bapak Deni Pandu
Nugraha sebagai Sekertaris Jurusan Ekonomi Pembangunan.
4. Bapak Djaka Badranaya selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Arief Fitrijanto sebagai sosok ayah di Jurusan Ekonomi Pembangunan
yang terus memberikan motivasi selama menjadi mahasiswa.
x
6. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
7. Keluarga Besar HMJ Ekonomi Pembangunan Periode 2015 – 2016.
8. Keluarga Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Periode 2017.
9. Keluarga Besar Federasi Olahraga Mahasiswa (FORSA) UIN Jakarta.
10. Keluarga Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat
Ekonomi dan Bisnis Cabang Ciputat.
11. Keluargaku Teh ika, Aa Ade, Aa Harry, Teh Donna, Bang Oji, dan Firda yang
bersedia membantu moril maupun materi selama kuliah.
12. Tya Mutyara sebagai istri yang bersedia mendampingi dan sabar dalam
menjalani pasang surutnya kehidupan bersama.
13. Mas Sigit, Ahmad Tanoe, Agung Febrianto, dan Anggita Putri yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk membantu penyelesaian skripsi ini.
14. Hasan Hidayat, sahabat yang selalu bersama dalam suka maupun duka selama
kuliah.
15. Teman seperjuangan Jurusan Ekonomi Pembangunan, Dhimas Setyanik, Wini
Agustina, Rian Azhari, Virsa, Ulya, Ajelita, Dian, Sibad, Wahyu, dan semuanya.
16. Junior Jurusan Ekonomi Pembangunan angkatan 2015 dan 2016 yang
senantiasa memberikan semangat, informasi, dan canda tawa selama pembuatan
skripsi ini.
17. Senior maupun alumni Jurusan Ekonomi Pembangunan dan se-Fakultas
Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan kritik dan saran selama pembuatan
skripsi ini.
18. Sahabat-sahabati PMII Komfeis satu angkatan yang telah berjuang bersama
dalam roda organisasi, Nico, Aam, Robi, Melby, Iir, Ratna, Ichsan, Afdal,
Handiko, Dhio, Pepy, Najah, Limbong, Munzir, Pakong, Tiwi, Tama, Rakjon,
Reza Afifah, Liana.
19. Seluruh sahabat-sahabati PMII Komfeis junior maupun senior yang telah
memberikan pelajaran dan makna dalam berorganisasi maupun bersosial.
20. Kelompok KKN Muhajirun, atas kerjasamanya selama pengabdian kepada
masyarakat dan civitas akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
21. Teman-teman satu angkatan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
xi
22. Sahabat-sahabat sekolahku, Chamil, Adityo Pratomo, Adam Febriliano, Firni,
Eva, Lingga, Nita, Cahyadi Kalyubi, Aditya PR, Rizqi, Adly, Herman
23. Terima kasih kepada teman-teman SMA, SMP, dan SD penulis yang telah
memberikan dorongan dan semangat kepada penulis.
24. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
membantu terealisasikannya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini tak luput dari kesalahan, karena
kesempurnaan hanya milik Allah dan kesalahan milik manusia, khususnya penulis
sendiri. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
demi perbaikan di masa mendatang.
Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu dalam rangka mencerdaskan generasi penerus
dan menyejahterakan kehidupan bangsa.
Aamiin ya Rabbal aalamiin
Jakarta, Desember 2019
Penulis,
Lutfy Nugraha
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .............................. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .............................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ILMIAH ..................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vi
ABSTRACT ................................................................................................... vii
ABSTRAK .................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR .................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xv
DAFTAR GRAFIK ..................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 7
E. Pembatasan Masalah ...................................................................... 7
F. Sistematika Penulisan .................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori .............................................................................. 9
1. Definisi Industri ......................................................................... 9
2. Klasifikasi Industri .................................................................. 11
xiii
3. Daya Saing Industri ................................................................. 17
a. Definisi Daya Saing Industri ............................................... 17
b. Pendekatan Daya Saing Industri ......................................... 18
c. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Daya Saing .............. 21
4. Industri Alas Kaki .................................................................... 23
5. ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) ............................ 24
6. Strengths, Weakness, Opportunities, Threats (SWOT) ........... 27
a. Pengertian SWOT .............................................................. 27
b. Fungsi SWOT .................................................................... 28
c. Analisis Matriks SWOT ..................................................... 28
B. Penelitian Terdahulu .................................................................... 30
C. Kerangka Pemikiran .................................................................... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................ 35
B. Populasi dan Sampel.................................................................... 35
1. Populasi ................................................................................... 35
2. Sampel ..................................................................................... 36
C. Jenis Data..................................................................................... 37
D. Sumber Data ................................................................................ 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 39
1. Kondisi Geografis .................................................................... 39
2. Kependudukan ......................................................................... 40
3. Prasarana .................................................................................. 42
4. Kelembagaan Ekonomi............................................................ 43
5. Potensi Wilayah ....................................................................... 44
B. Hasil Penelitian ............................................................................ 46
1. Hasil Olah Data Kuesioner ...................................................... 46
a. Pendidikan ........................................................................ 46
b. Lama Usaha ...................................................................... 47
c. Skema Usaha .................................................................... 48
d. Status Kepemilikan Tempat ............................................. 49
xiv
e. Jumlah Pekerja ................................................................. 50
f. Jenis Usaha ....................................................................... 51
g. Modal ............................................................................... 51
h. Asal Modal ....................................................................... 53
i. Pekerja Lain ...................................................................... 54
j. Strategi Pemasaran ............................................................ 54
k. Kondisi Permintaan .......................................................... 55
l. Pengaruh Impor ................................................................. 56
2. Analisis Tabulasi Silang .......................................................... 57
a. Pengaruh Impor – Pendidikan .......................................... 57
b. Pengaruh Impor – Lama Usaha ........................................ 58
c. Pengaruh Impor – Skema Usaha ...................................... 59
d. Pengaruh Impor – Modal ................................................. 60
e. Pengaruh Impor – Pemerintah .......................................... 61
3. Analisis SWOT ....................................................................... 62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 64
B. Saran ........................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 67
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah unit usaha dan pengrajin sepatu di Cibaduyut Tahun
2010-2016 .................................................................................... 5
Tabel 2.1 Matriks SWOT ............................................................................ 29
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu .................................................................. 30
Tabel 4.1 Penggunaan Areal Tanah ........................................................... 39
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia .......................................... 40
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ................... 41
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tenaga Kerja ............................ 41
Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok .......... 42
Tabel 4.6 Prasarana Pendidikan .................................................................. 42
Tabel 4.7 Prasarana Perumahan .................................................................. 43
Tabel 4.8 Prasarana Jalan ........................................................................... 43
Tabel 4.9 Kelembagaan Ekonomi .............................................................. 43
Tabel 4.10 Pengaruh Impor – Pendidikan .................................................... 58
Tabel 4.11 Pengaruh Impor – Lama Usaha .................................................. 59
Tabel 4.12 Pengaruh Impor – Skema Usaha ................................................ 60
Tabel 4.13 Pengaruh Impor – Modal ........................................................... 61
Tabel 4.14 Pengaruh Impor – Pemerintah.................................................... 62
Tabel 4.15 Analisis Matriks SWOT ............................................................ 62
xvi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan ..................... 46
Grafik 4.2 Jumlah Responden Menurut Lama Usaha ................................ 47
Grafik 4.3 Jumlah Responden Menurut Skema Usaha .............................. 48
Grafik 4.4 Jumlah Responden Menurut Status Kepemilikan Tempat ........ 49
Grafik 4.5 Jumlah Responden Menurut Jumlah Pekerja ............................ 50
Grafik 4.6 Jumlah Responden Menurut Jenis Usaha .................................. 51
Grafik 4.7 Jumlah Responden Menurut Modal .......................................... 52
Grafik 4.8 Jumlah Responden Menurut Asal Modal ................................. 53
Grafik 4.9 Jumlah Responden Menurut Pekerjaan Lain ............................ 54
Grafik 4.10 Jumlah Responden Menurut Strategi Pemasaran ................... 55
Grafik 4.11 Jumlah Responden Menurut Kondisi Permintaan .................. 56
Grafik 4.12 Jumlah Responden Menurut Pengaruh Impor ........................ 57
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Peta Kelurahan Cibaduyut ...................................................... 45
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Lembar Kuesioner ................................................................... 71
Lampiran II Foto ........................................................................................ 75
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator dalam mengukur
tingkat kesejahteraan suatu Negara. Sehingga diperlukan perhatian khusus dari
Negara dalam mengatur kegiatan perekonomian, khususnya di Indonesia yang
menganut sistem ekonomi kerakyatan. Menurut Dumairy (2010) sistem ekonomi
adalah suatu sistem yang mengatur serta menjalin hubungan ekonomi antar
manusia dengan seperangkat kelembagaan dalam suatu tatanan kehidupan.
Selanjutnya, dikatakannya pula bahwa suatu sistem ekonomi tidak harus berdiri
sendiri, tetapi berkaitan dengan falsafah, padangan dan pola hidup masyarakat
tempatnya berpijak. Sistem ekonomi merupakan cara suatu bangsa dalam
mengatur aktivitas ekonomi sesuai dengan keadaan di Negara tersebut. Setiap
negara memiliki sistem ekonomi yang berbeda. Ini disebabkan karena setiap
Negara memiliki ideologi, kondisi masyarakat, kondisi perekonomian, dan
sumber daya alam (SDA) yang berbeda-beda.
Sistem ekonomi kerakyatan berlaku di Indonesia sejak terjadinya
Reformasi pada tahun 1998. Pemerintah bertekad melaksanakan sebuah sistem
ekonomi kerakyatan dengan mengeluarkan ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/MPR/1999, tentang Garis-Garis Besar
Haluan Negara yang menyatakan bahwa sistem perekonomian Indonesia adalah
sistem ekonomi kerakyatan. Berdasarkan ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/MPR/1999, tentang Garis-Garis Besar
Haluan Negara (GBHN), ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang
bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan dengan prinsip persaingan
sehat dan memperhatikan pertumbuhan ekonomi, nilai-nilai keadilan,
kepentingan sosial, kualitas hidup, pembangunan berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan, sehingga terjamin kesempatan yang sama dalam berusaha dan
bekerja, perlindungan hak konsumen, serta perlakuan yang adil bagi seluruh
masyarakat.
2
Mubyarto, Guru Besar Fakultas Ekonomi UGM mengatakan bahwa sistem
ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang berasas kekeluargaan,
berkedaulatan rakyat, dan menunjukkan pemihakan sungguh-sungguh pada
ekonomi rakyat. Dalam praktiknya, ekonomi kerakyatan dapat dijelaskan juga
sebagai jaringan ekonomi (network) yang menghubungkan sentra produksi dan
kemandirian usaha masyarakat ke dalam suatu jaringan berbasis teknologi
informasi, untuk terbentuknya jejaring pasar domestik, diantara sentra dan
pelaku usaha masyarakat. Pada sistem ekonomi kerakyatan, masyarakat aktif
dalam sebuah kegiatan ekonomi, sedangkan pemerintah menciptakan iklim yang
sehat bagi pertumbuhan dan perkembangan dunia usaha.
Indonesia merupakan Negara yang memiliki Unit Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) terbesar dalam segi jumlah se-ASEAN, yaitu 57,89 juta unit
usaha (BPS, 2014). Dalam sektor perekonomian, sekitar 99,9% atau sebesar 62,9
juta unit usaha yang ada di Indonesia merupakan UMKM, sementara usaha besar
hanya 0,01% atau sekitar 5400 unit usaha. UMKM menyerap hampir 97% tenaga
kerja di Indonesia, dengan Usaha Mikro sebesar 89,2%, Usaha Kecil 4,74%, dan
Usaha Menengah 3,73%. Sementara Usaha Besar hanya menyerap 3% tenaga
kerja Indonesia. Dari total pekerja di Indonesia yang mencapai 110 juta orang,
sekitar 107 juta orang masuk dalam struktur Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
(Kementerian Koperasi dan UKM, 2017). Berdasarkan Undang-Undang nomor
20 tahun 2008 tentang UMKM, yang tergolong UMKM adalah usaha dengan
kekayaan bersih maksimal Rp 10 miliar di luar tanah dan bangunan atau
memiliki omzet maksimal Rp 50 miliar per tahun. Petani, nelayan, pedagang
pasar, toko pakaian, restoran, cafe, pabrik, industri pengolahan skala kecil hingga
menengah, koperasi, yayasan, Commanditaire Vennootschap (CV) atau bahkan
Perusahaan Terbatas (PT) merupakan golongan UMKM. Sektor UMKM
diharapkan mampu menyelesaikan salah satu permasalahan makro, yaitu
pengangguran. Dengan banyaknya jumlah UMKM yang tumbuh maupun
berkembang, secara otomatis akan membantu kinerja pemerintah dalam
menciptakan lapangan kerja dan mengurangi jumlah pengangguran yang ada,
sehingga masyarakat yang tadinya menganggur kini memiliki penghasilan, dan
angka kesejahteraan semakin meningkat.
3
Menurut Bank Indonesia ditinjau dari sudut jumlah pelaku usaha dan
penyerapan tenaga kerja, UMKM dapat dipandang sebagai tulang punggung
perekonomian di Indonesia . Selain itu, UMKM yang kuat, dinamis dan efisien
akan mendorong pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, bagi Indonesia peran
UMKM merupakan sokoguru utama perekonomian. Hal ini dimungkinkan
mengingat entitas usaha mikro mencakup baik sektor formal dan informal dengan
karakteristik barrier to entry and exit yang rendah. Entitas skala usaha mikro ini
juga yang berperan strategis sebagai jaring pengaman rakyat dalam menghadapi
krisis dan turbulensi ekonomi (Aminati, 2009).
Dilihat dari perspektif tersebut, pemerintah mulai menggalakkan program
dalam membantu perkembangan UMKM, yaitu dengan mewajibkan Bank umum
untuk memberikan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga yang rendah,
sehingga masyarakat bisa lebih mudah mengembangkan usahanya tanpa
terkendala modal. Bandung termasuk salah satu kota besar di Indonesia yang
memiliki banyak UMKM. Terdapat tujuh kawasan perindustrian dan
perdagangan yang sedang dioptimalkan oleh Pemerintah Kota Bandung. Tujuh
kawasan tersebut, antara lain: sentra rajutan di Binongjati, sentra kain di
Cigondewah, sentra tahu dan tempe di Cibuntu, sentra boneka di Sukamulya
Sukajadi, sentra kaos di Suci, sentra jeans di Cihampelas, dan sentra alas kaki di
Cibaduyut. Dari tujuh kawasan perindustrian dan perdagangan tersebut,
penelitian ini akan fokus terhadap sentra alas kaki di Cibaduyut.
Alas kaki merupakan salah satu kebutuhan yang tidak bisa lepas dari
jasmani manusia, baik itu sandal maupun sepatu. Hampir semua orang
menggunakan alas kaki ketika beraktivitas, terutama diluar rumah. Alas kaki
melindungi kaki agar tidak cedera dari kondisi lingkungan seperti permukaan
tanah yang berbatu-batu, berair, udara panas, maupun dingin. Alas kaki membuat
kaki tetap bersih, melindungi dari cedera saat bekerja, sekaligus untuk
penampilan. Pada awalnya alas kaki hanya digunakan sebagai pelindung kaki dari
cuaca yang ekstrem, namun kini perkembangannya semakin pesat dimana alas
kaki digunakan juga sebagai tren fashion. Alas kaki pada akhirnya muncul dengan
berbagai model dan ragam, dengan bahan serta motif yang berbeda disesuaikan
dengan fungsi pemakaiannya.
4
Sentra alas kaki Cibaduyut terletak di kecamatan Bojongloa Kidul, kota
Bandung bagian Selatan. Terdiri dari kelurahan Cibaduyut, kelurahan Cibaduyut
Kidul, kelurahan Cibaduyut Wetan, kelurahan Kebon Lega, kelurahan
Mekarwangi, dan kelurahan Situsaeur. Industri alas kaki Cibaduyut bermula
pada tahun 1920-an dan dirintis oleh beberapa warga setempat yang sehari-
harinya bekerja pada sebuah pabrik sepatu di Kota Bandung. Dengan bekal
keterampilan dan modal terbatas, mereka kemudian mulai membuka usaha
kecil rumah tangga dengan tenaga kerja keluarga mereka sendiri. Setelah
jumlah pesanan semakin banyak, mereka kemudian merekrut pekerja dari
tetangga sekitar rumah. Akhirnya, keterampilan mereka terus berkembang dari
generasi ke generasi berikutnya. Warga sekitar ikut membuka usaha yang sama
pada tahun 1940. Saat itu, jumlah pengrajin alas kaki Cibaduyut mencapai 89
orang. Satu dekade berikutnya, jumlah pengrajin terus bertambah dan tidak sedikit
diantaranya yang menjadi pengusaha skala kecil. Saat ini, sentra alas kaki
Cibaduyut mulai terbentuk dengan jumlah usaha sekitar 250 unit.
Keberadaan kawasan sentra alas kaki ini tentu saja menjadi kebanggan
warga Kecamatan Bojongloa Kidul, Kota Bandung karena kawasan ini merupakan
satu-satunya sentra pengrajin alas kaki di Kota Bandung. Disana pengunjung
dapat membeli beraneka ragam sandal dan sepatu yang harganya jauh lebih murah
dari tempat-tempat lain. Semakin lama kawasan industri alas kaki Cibaduyut
berdiri, semakin banyak mengembangkan produk yang dijual. Produk-produk
lainnya yang kini dijual diantaranya adalah dompet, tas, topi, jaket dan ikat
pinggang yang diproduksi dan dijual di kawasan sentra alas kaki Cibaduyut ini
(Febrianto, 2014). Puncak kejayaan Cibaduyut dimulai pada tahun 1990.
Produk sepatu hasil dari tangan pengrajin Cibaduyut sangat diminati oleh
masyarakat, baik lokal maupun internasional.
Pada tahun 2001, Indonesia menjadi salah satu anggota yang telah
menyepakati kerjasama perdagangan bebas dalam kerangka ASEAN-China Free
Trade Area (ACFTA). ACFTA adalah suatu kawasan perdagangan bebas diantara
anggota ASEAN dan China. Dalam kerangka perjanjian tersebut, negara-negara
yang menjadi anggota perjanjian saling memberikan preferential treatment di tiga
sektor: sektor barang, jasa dan investasi dengan tujuan memacu percepatan aliran
5
barang, jasa dan investasi diantara negara-negara anggota sehingga dapat
terbentuk suatu kawasan perdagangan bebas. Preferential treatment adalah
perlakuan khusus yang lebih menguntungkan dibandingkan perlakuan yang
diberikan kepada negara mitra dagang lain non anggota pada umumnya. Proses
menuju kesepakatan perjanjian ACFTA diawali dengan dilakukannya pertemuan
tingkat kepala negara antara negara-negara ASEAN dan China di Bandar Seri
Begawan, Brunei pada tanggal 6 November 2001 yang kemudian disahkan
melalui penandatanganan “Persetujuan Kerangka Kerja mengenai Kerjasama
Ekonomi Menyeluruh antara Negara-negara Anggota ASEAN dan Republik
Rakyat Cina” di Phnom Penh, Kamboja pada tanggal 4 Nopember 2002 yang
ditujukan untuk pembentukan kawasan perdagangan bebas pada tahun 2010.
(Kementerian Perdagangan, 2010)
Kesepakatan ACFTA ini mengakibatkan banyaknya produk dari China yang
masuk ke Indonesia, terutama tekstil dan alas kaki. Dengan harganya yang murah
dan model yang variatif mengakibatkan pasar domestik dikuasai oleh barang-
barang dari China, sehingga barang buatan dalam negeri tidak mampu bersaing.
Selama beberapa tahun terakhir, tepatnya pada periode 2010-2016, jumlah unit
usaha dan pengrajin mengalami penurunan, ini dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel I. Jumlah Unit Usaha dan Pengrajin Sepatu di Cibaduyut
Tahun 2010-2016
Tahun Jumlah Unit Usaha Jumlah Tenaga Kerja
2010 577 3.008
2011 310 1.524
2012 377 2.173
2013 324 1.754
2014 262 1.290
2015 211 1.051
2016 148 733
Sumber: Dinas Koperasi, UKM, dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2011 jumlah
pekerja mengalami penurunan yang cukup drastis hampir 50% dari jumlah
6
perkerja pada tahun sebelumnya. Walaupun terjadi sedikit kenaikan ditahun
berikutnya, yaitu pada tahun 2012, akan tetapi, secara keseluruhan terjadi
penurunan yang sangat signifikan dari jumlah unit usaha dan jumlah tenaga kerja
pada tahun 2010 hingga 2016. Dari pemaparan tersebut penulis tertarik untuk
melakukan Analisis Atas Dinamika Perkembangan Industri Alas Kaki Pasca
Kebijakan ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA), dengan studi kasus di
Sentra Alas Kaki Cibaduyut, Kota Bandung.
B. RUMUSAN MASALAH
Kawasan sentra alas kaki Cibaduyut merupakan kawasan yang potensial
untuk mengembangkan produk alas kaki, baik untuk kebutuhan dalam negeri
maupun untuk orientasi ekspor sebagai penghasil visa bagi negara. Selanjutnya
peneliti merumuskan masalah sebagai berikut.
1. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Industri alas kaki di
Cibaduyut?
2. Bagaimana pertumbuhan industri alas kaki pada periode setelah kebijakan
ACFTA (tahun 2010 hingga tahun 2016)?
3. Bagaimana strategi pemerintah dan pelaku usaha dalam meningkatkan citra
sentra Industri alas kaki di Cibaduyut?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian pada dasarnya merupakan hal spesifik yang diinginkan
dari penelitian berdasarkan rumusan masalah. Tujuan dari penelitian ini antara
lain :
1. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan industri alas kaki
di Cibaduyut
2. Untuk mengidentifikasi pertumbuhan industri alas kaki di Cibaduyut pada
periode setelah kebijakan ACFTA
3. Untuk menemukan solusi dalam rangka meningkatkan citra sentra Industri alas
kaki di Cibaduyut
7
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian menggambarkan kegunaan penelitian baik secara praktis,
teoritis, maupun manfaat pengembangan keilmuan. Manfaat penelitian ini yaitu :
1. Menambah keilmuan dan sebagai bahan informasi bagi para peneliti berikutnya
yang akan meneliti tentang perkembangan industri alas kaki.
2. Bagi pemerintah daerah, sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
kebijakan atau perencanaan tata ruang agar kedepannya kebijakan dan
keputusan pemerintah daerah dilakukan secara tepat.
3. Bagi masyarakat, sebagai bahan masukan dan untuk mengetahui kondisi
perkembangan industri alas kaki
E. PEMBATASAN MASALAH
Agar pemecahan masalah yang diperoleh lebih terarah, tidak terlalu luas dan
menyimpang dari pokok permasalahan, maka diperlukan adanya pembatasan
masalah dalam penelitian kali ini, diantaranya:
1. Penelitian tugas akhir ini hanya melakukan Analisis Perkembangan Industri
Alas Kaki di Cibaduyut, kota Bandung.
2. Responden merupakan penduduk asli yang tinggal di Kelurahan Cibaduyut
3. Alas kaki yang dibuat atau diperjualbelikan berbahan dasar kulit
4. Masih mengerjakan produksi secara manual
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dengan penulisan laporan ini,
penulis membuat sistematika penulisan laporan skripsi, yang meliputi :
BAB I. PENDAHULUAN
Di dalam bab I ini menjelaskan terkait latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika
penulisan skripsi.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
8
Di dalam bab II ini memuat penjelasan tentang teori yang digunakan dalam
pemecahan masalah dan diperoleh dari informasi informasi yang tersedia dengan
maksud agar dapat mempermudah dalam melakukan pembahasan dan analisa
terhadap masalah yang dijadikan objek penelitian, serta kerangka pemikiran dari
peneliti.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Di dalam bab III ini menjelaskan tentang jenis penelitian yang dilakukan,
populasi dan sampel yang digunakan, metode pengolahan data dan sumber data
yang diperoleh, serta operasional variabel yang digunakan dalam kuisioner.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Di dalam bab IV ini berisi penjelasan tentang gambaran umum lokasi
penelitian serta pembahasan dari hasil pengumpulan data yang telah diolah oleh
peneliti
BAB V KESIMPULAN
Di dalam bab V ini memberikan kesimpulan jawaban atas permasalahan
yang telah dirumuskan dari hasil analisis yang ada pada bab IV.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Definisi Industri
Menurut UU No. 3 Tahun 2014, Industri adalah seluruh bentuk dari
kegiatan ekonomi yang mengelolah bahan baku dan atau memanfaatkan sumber
daya industri, sehingga dapat menghasilkan barang yang memiliki nilai tambah
atau manfaat yang lebih tinggi, termasuk juga jasa industri.
Menurut Sadono Sukirno (2002) industri mempunyai dua pengertian yaitu
pengertian secara umum dimana industri diartikan sebagai perusahaan yang
menjalankan operasi dibidang kegiatan ekonomi yang tergolong kedalam sektor
sekunder. Sedangkan yang selanjutnya adalah pengertian dalam teori ekonomi,
dimana industri diartikan sebagai kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang
menghasilkan barang yang sama dalam suatu pasar. Industri juga dibagi menjadi
tiga, yaitu industri primer, sekunder, dan tersier.
Hinsa Sahaan mengatakan bahwa industri adalah bagian dari suatu proses
yang mengelolah bahan mentah menjadi bahan baku atau bahan baku menjadi
barang jadi, sehingga menjadi suatu barang yang memiliki nilai bagi masyarakat
luas.
Secara mikro, industri mempunyai pengertian sebagai kumpulan dari
perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang homogen, atau barang-
barang yang mempunyai sifat saling mengganti dengan erat. Namun secara
pembentukan harga yaitu cenderung bersifat makro adalah kegiatan ekonomi yang
menciptakan nilai tambah dan secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yaitu
industri penghasil barang dan industri penghasil jasa (Hasibuan, 1994).
Dari definisi industri yang diungkapkan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengelolaan bahan mentah atau
barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah guna
10
mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi
merupakan bagian dari industri. Hasil dari industri ini tidak hanya berupa barang,
akan tetapi juga dalam bentuk jasa.
Pembangunan bidang industri merupakan bagian dari pembangunan
nasional yang harus dilaksanakan secara terpadu dan berkelanjutan, sehingga
pembangunan bidang industri dapat memberikan manfaat yang besar bagi
masyarakat. Kontribusi sembilan sektor lapangan usaha Indonesia menunjukkan
bahwa sektor industri pengolahan tetap sebagai the leading sector yang
memberikan sumbangan terbesar dalam pembentukan ekonomi Indonesia. Sektor
Industri merupakan sektor yang didorong untuk menciptakan struktur ekonomi
yang seimbang dan kokoh dalam rangka menciptakan landasan ekonomi yang
kuat agar tumbuh dan berkembang atas kekuatan sendiri. Perkembangan sektor
industri tidak terlepas dari adanya investasi, baik itu investasi asing dan investasi
dalam negeri serta aspek lain yang ikut berperan penting yaitu tenaga kerja.
Investasi yang ditanamkan akan selalu diikuti oleh perkembangan teknologi, dan
tenaga kerja merupakan faktor dinamika yang penting dalam menentukan laju
pertumbuhan perekonomian.
Badan Pusat Statistik mengelompokkan besar atau kecilnya suatu industri
berdasarkan pada banyaknya jumlah tenaga kerja yang dimiliki. Dalam hal ini
sektor industri pengolahan dibagi menjadi empat kelompok industri berdasarkan
jumlah tenaga kerja yaitu:
1. Industri besar, memililiki jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang
2. Industri sedang, memiliki jumlah tenaga kerja antara 20-99 orang
3. Industri kecil, memiliki jumlah tenaga kerja antara 5-19 orang
4. Industri rumah tangga, memiliki jumlah tenaga kerja antara 1-4 orang.
Berdasarkan surat edaran Bank Indonesia No.26/I/UKK tanggal 29 Mei
1993 perihal Kredit Usaha Kecil (KUK) adalah usaha yang memiliki total asset
Rp 60 juta (enam ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah atau rumah yang
ditempati. Pengertian usaha kecil ini meliputi usaha perseorangan, badan usaha
swasta dan koperasi, sepanjang asset yang dimiliki tidak melebihi nilai Rp 600
juta.
11
Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan, pengusaha kecil dan
menengah adalah kelompok industri modern, industri tradisional, dan industri
kerajinan, yang mempunyai investasi, modal untuk mesin-mesin dan peralatan
sebesar Rp 70 juta ke bawah dengan resiko investasi modal/tenaga kerja Rp
625.000 ke bawah dan usahanya dimiliki warga Negara Indonesia. Sedangkan
dalam konsep Inpres UKM, yang dimaksud dengan UKM adalah kegiatan
ekonomi dengan kriteria: (i) Asset Rp 50 milyar, tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha, (ii) Omset Rp 250 milyar. Berdasarkan perkembangan
UKM di Indonesia Dibedakan Menjadi 4 Kriteria, yaitu:
1. Livelihood Activities, merupakan Usaha Kecil Menengah yang digunakan
sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal
sebagai sektor informal. Contohnya adalah pedagang kaki lima.
2. Micro Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah yang memiliki sifat
pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.
3. Small Dynamic Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah yang telah
memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak
dan ekspor
4. Fast Moving Enterprise, merupakam Usaha Kecil Menengah yang telah
memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi
Usaha Besar (UB).
2. Klasifikasi Industri
Beberapa referensi tentang perindustrian mengklasifikasikan industri
berdasarkan bahan baku, produksi yang dihasilkan, bahan mentah yang
digunakan, proses produksi, barang yang dihasilkan, modal yang digunakan.
1. Berdasarkan bahan baku
Tiap-tiap industri membutuhkan bahan baku yang berbeda,
tergantung pada apa yang akan dihasilkan dari proses industri tersebut.
Berdasarkan bahan baku yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:
12
a. Industri ekstraktif, yaitu industri yang bahan bakunya diperoleh
langsung dari alam. Misalnya: industri hasil pertanian, industri hasil
perikanan, dan industri hasil kehutanan.
b. Industri nonekstraktif, yaitu industri yang mengolah lebih lanjut
hasilhasil industri lain. Misalnya: industri kayu lapis, industri
pemintalan, dan industri kain.
c. Industri fasilitatif atau disebut juga industri tertier, Kegiatan
industrinya adalah dengan menjual jasa layanan untuk keperluan
orang lain. Misalnya: perbankan, perdagangan, angkutan, dan
pariwisata.
2. Berdasarkan produksi yang dihasilkan
a. Industri primer, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda
yang tidak perlu pengolahan lebih lanjut. Barang atau benda yang
dihasilkan tersebut dapat dinikmati atau digunakan secara langsung.
Misalnya: hasil produksi pertanian, perikanan, peternakan,
perkebunan
b. Industri sekunder, yaitu industri yang menghasilkan barang atau
benda yang membutuhkan pengolahan lebih lanjut sebelum
dinikmati atau digunakan. Misalnya: industri pemintalan benang,
industri ban, industri baja, dan industri tekstil.
c. Industri tersier, yaitu industri yang hasilnya tidak berupa barang atau
benda yang dapat dinikmati atau digunakan baik secara langsung
maupun tidak langsung, melainkan berupa jasa layanan yang dapat
mempermudah atau membantu kebutuhan masyarakat. Misalnya:
industri transportasi, industri perbankan, industri perdagangan, dan
industri pariwisata.
3. Berdasarkan bahan mentah yang digunakan, industri dapat dibedakan
menjadi:
a. Industri pertanian, yaitu industri yang mengolah bahan mentah yang
diperoleh dari hasil kegiatan pertanian. Misalnya: industri minyak
goreng, Industri gula, industri kopi, industri teh, dan industri
makanan.
13
b. Industri pertambangan, yaitu industri yang mengolah bahan mentah
yang berasal dari hasil pertambangan. Misalnya: industri semen,
industri baja, industri BBM (bahan bakar minyak bumi), dan industri
serat sintetis.
c. Industri jasa, yaitu industri yang mengolah jasa layanan yang dapat
mempermudah dan meringankan beban masyarakat tetapi
menguntungkan. Misalnya: industri perbankan, industri
perdagangan, industri pariwisata, industri transportasi, industri seni
dan hiburan.
4. Berdasarkan proses produksi, industri dapat dibedakan menjadi:
a. Industri hulu, yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah
menjadi barang setengah jadi. Industri ini sifatnya hanya
menyediakan bahan baku untuk kegiatan industri yang lain.
Misalnya: industri kayu lapis, industri alumunium, industri
pemintalan, dan industri baja.
b. Industri hilir, yaitu industri yang mengolah barang setengah jadi
menjadi barang jadi sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung
dipakai atau dinikmati oleh konsumen. Misalnya: industri pesawat
terbang, industri konveksi, industri otomotif, dan industri meubel.
5. Berdasarkan barang yang dihasilkan, industri dapat dibedakan menjadi:
a. Industri berat, yaitu industri yang menghasilkan mesin-mesin atau
alat produksi lainnya. Misalnya: industri alat-alat berat, industri
mesin, dan industri percetakan.
b. Industri ringan, yaitu industri yang menghasilkan barang siap pakai
untuk dikonsumsi. Misalnya: industri obat-obatan, industri makanan,
dan industri minuman.
6. Berdasarkan modal yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:
a. Industri dengan penanaman modal dalam negeri (PMDN), yaitu
industri yang memperoleh dukungan modal dari pemerintah atau
pengusaha nasional (dalam negeri). Misalnya: industri kerajinan,
industri pariwisata, dan industri makanan dan minuman.
14
b. Industri dengan penanaman modal asing (PMA), yaitu industri yang
modalnya berasal dari penanaman modal asing. Misalnya: industri
komunikasi, industri perminyakan, dan industri pertambangan.
c. Industri dengan modal patungan (join venture), yaitu industri yang
modalnya berasal dari hasil kerja sama antara PMDN dan PMA.
Misalnya: industri otomotif, industri transportasi, dan industri kertas.
Selain pengklasifikasian industri tersebut di atas, ada juga pengklasifikasian
industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 19/M/ I/1986
yang dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Adapun
pengklasifikasiannya adalah sebagai berikut:
1. Industri Kimia Dasar (IKD)
Industri Kimia Dasar merupakan industri yang memerlukan modal
yang besar, keahlian yang tinggi, dan menerapkan teknologi maju. Adapun
industri yang termasuk kelompok IKD adalah sebagai berikut:
a. Industri kimia organik, misalnya: industri bahan peledak dan
industri bahan kimia tekstil.
b. Industri kimia anorganik, misalnya: industri semen, industri asam
sulfat, dan industri kaca.
c. Industri agrokimia, misalnya: industri pupuk kimia dan industri
pestisida.
d. Industri selulosa dan karet, misalnya: industri kertas, industri pulp,
dan industri ban.
2. Industri Mesin Logam Dasar dan Elektronika (IMELDE)
Industri ini merupakan industri yang mengolah bahan mentah logam
menjadi mesin-mesin berat atau rekayasa mesin dan perakitan. Adapun
yang termasuk industri ini adalah sebagai berikut:
a. Industri mesin dan perakitan alat-alat pertanian, misalnya: mesin
traktor, mesin hueler, dan mesin pompa.
b. Industri alat-alat berat/konstruksi, misalnya: mesin pemecah batu,
buldozer, excavator, dan motor grader.
15
c. Industri mesin perkakas, misalnya: mesin bubut, mesin bor, mesin
gergaji, dan mesin pres.
d. Industri elektronika, misalnya: radio, televisi, dan komputer.
e. Industri mesin listrik, misalnya: transformator tenaga dan
generator.
f. Industri keretaapi, misalnya: lokomotif dan gerbong.
g. Industri kendaraan bermotor (otomotif), misalnya: mobil, motor,
dan suku cadang kendaraan bermotor.
h. Industri pesawat, misalnya: pesawat terbang dan helikopter.
i. Industri logam dan produk dasar, misalnya: industri besi baja,
industri alumunium, dan industri tembaga.
j. Industri perkapalan, misalnya: pembuatan kapal dan reparasi kapal.
k. Industri mesin dan peralatan pabrik, misalnya: mesin produksi,
peralatan pabrik, the blower, dan kontruksi.
3. Aneka Industri (AI)
Industri ini merupakan industri yang tujuannya menghasilkan
bermacammacam barang kebutuhan hidup sehari-hari. Adapun yang
termasuk industri ini adalah sebagai berikut:
a. Industri tekstil, misalnya: benang, kain, dan pakaian jadi.
b. Industri alat listrik dan logam, misalnya: kipas angin, lemari es, dan
mesin jahit, televisi, dan radio.
c. Industri kimia, misalnya: sabun, pasta gigi, sampo, tinta, plastik,
obat- obatan, dan pipa.
d. Industri pangan, misalnya: minyak goreng, terigu, gula, teh, kopi,
garam dan makanan kemasan.
e. Industri bahan bangunan dan umum, misalnya: kayu gergajian,
kayu lapis, dan marmer.
4. Industri Kecil (IK)
Industri ini merupakan industri yang bergerak dengan jumlah
pekerja sedikit, dan teknologi sederhana. Biasanya dinamakan industri
rumah tangga, misalnya: industri kerajinan, industri alat-alat rumah
tangga, dan perabotan dari tanah (gerabah).
16
5. Industri pariwisata
Industri ini merupakan industri yang menghasilkan nilai ekonomis
dari kegiatan wisata. Bentuknya bisa berupa: wisata seni dan budaya
(misalnya: pertunjukan seni dan budaya), wisata pendidikan (misalnya:
peninggalan, arsitektur, alat-alat observasi alam, dan museum geologi),
wisata alam (misalnya: pemandangan alam di pantai, pegunungan,
perkebunan, dan kehutanan), dan wisata kota (misalnya: melihat pusat
pemerintahan, pusat perbelanjaan, wilayah pertokoan, restoran, hotel, dan
tempat hiburan).
Menjadi fokus peneliti kali ini adalah industri rumahan atau
industri rumah tangga. Industri rumah tangga yaitu industri yang
mempunyai tenaga kerja yang terbatas hasil produksi musiman. Menurut
undang- undang no. 3 tahun 2014 kriteria industri yaitu:
a. Industri kecil yaitu industri dengan nilai investasi paling banyak
Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha. Industri rumah tangga: jumlah
karyawan/tenaga kerja antara 1-4 orang, Industri kecil: jumlah
karyawan/tenaga kerja antara 5-19 orang.
b. Industri menengah yaitu industri dengan nilai investasi lebih besar
dari Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) atau paling banyak
Rp 10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah), tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha dan jumlah pegawai 20-100 orang.
Dahulu, untuk pembayaran pegawai industri rumah tangga
menggunakan istilah family worker atau unpaid. Sehingga sistem
pembayarannya tidak secara materi hanya memberikan fasilitas kepada
pegawainya seperti makan, tempat tinggal dan fasilitas lain yang
dibutuhkan. Sedangkan saat ini biasanya pembayaran pegawai tergantung
dari kesepakatan dan kemampuan dari pemilik usaha. Menurut bank
Indonesia, industri kecil atau industri rumah tangga yakni industri yang
memiliki aset (tidak termasuk tanah dan bangunan), bernilai kurang dari Rp.
600.000.000. Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (2003),
mendefinisikan industri kecil adalah usaha rumah tangga yang melakukan
17
kegiatan mengolah bahan dasar menjadi barang belum jadi atau barang
setengah jadi, barang setengah jadi menjadi barang jadi, atau kurang
nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dengan maksud untuk
dijual, dengan jumlah pekerja paling sedikit 5 orang dan yang paling banyak
19 orang termasuk pengusaha itu sendiri.
3. Daya Saing Industri
a. Definisi Daya Saing Industri
Menurut Tambunan dalam Uliyati (2015:6) daya saing merupakan
kemampuan suatu komoditi untuk memasuki pasar luar negeri dan kemampuan
untuk dapat bertahan di dalam pasar tersebut, artinya adalah jika suatu produk
mempunyai daya saing maka produk tersebut yang banyak diminati konsumen.
Pada dunia yang semakin mengglobal, secara hakikat daya saing erat
hubungannya dengan biaya produksi sehingga yang memenangkan kompetisi
adalah negara yang mampu memasarkan produk dengan harga paling rendah
atau berkualitas baik (Uliyati, 2015:6). Sedangkan World Economic Forum
(2016) mendefinisikan daya saing sebagai kumpulan faktor-faktor, kebijakan-
kebijakan dan lembaga-lembaga yang menentukan tingkat produktivitas negara
sehingga tingkat kesejahteraan dapat dicapai melalui ekonomi. Daya saing juga
berkaitan dengan seberapa besar sektor industri di dalam negara yang sedang
dalam proses pembangunan industri untuk bisa berkompetisi baik di pasar
global ataupun domestik. Maka dari itu menurut United Nations Industrial
Development Organization (UNIDO), daya saing industri adalah kapasitas
setiap negara untuk meningkatkan keberadaanya di pasar internasional ketika
sedang berada dalam tahap pembangunan industri dengan tingkat teknologi dan
nilai tambah yang lebih tinggi. Sedangkan menurut Zhang (2013:2) definisi
daya saing merupakan kemampuan negara untuk memproduksi dan ekspor
industri manufaktur secara kompetitif, hal tersebut mengisyaratkan bahwa
kemampuan dalam produksi tersebut bukan hanya mencerminkan kemampuan
kapasitas industrinya melainkan juga mencerminkan kecanggihan
teknologinya.
18
b. Pendekatan Daya Saing Industri
Pada dasarnya pendekatan dalam pengukuran suatu daya saing dapat
ditinjau berdasarkan dua indikator, yaitu keunggulan komparatif (comparative
advantage) dan keunggulan kompetitif (competitive advantage).
1. Keunggulan Komparatif (comparative advantage)
Pendekatan kenggulan komparatif merupakan salah satu teori yang
dikemukakan oleh David Ricardo. Dalam teori ini, David Ricardo dalam
Ramadhan (2009:14) menyatakan bahwa perdagangan yang saling
menguntungkan antar kedua negara masih dapat berlangsung sekalipun
suatu negara mengalami ketidakunggulan absolut untuk memproduksi
dua komoditi jika dibandingkan dengan negara lain. Dengan demikian
bedasakan hal tersebut dapat dijelaskan bahwa sebuah negara akan
mendapatkan keuntungan dari adanya perdagangan internasional dengan
negara lain secara efisien apabila negara tersebut dapat melakukan
spesialisasi perdagangan terhadap barang atau jasa yang memiliki biaya
peluang usaha atau opportunity cost lebih rendah dibandingkan dengan
negara lain (Salvatore dalam Rosalina, 2013). Cho dan Moon (2003)
juga menjelaskan bahwa prinsip dari keunggulan komparatif berawal
dari adanya variasi dari kualitas faktor produksi yang berbeda dalam
memproduksi komoditas yang berlainan, khususnya dari adanya
perbedaan produktivitas tenaga kerja antar negara, wilayah dan daerah
yang berbeda.
2. Keunggulan Kompetitif (competitive advantage)
Dalam mencapai suatu daya saing, khususnya dalam hal ini adalah
daya saing industri tentu diharapkan tidak hanya memiliki keunggulan
secara komparatif tetapi juga memiliki keunggulan secara kompetitif.
keunggulan kompetitif merupakan konsep yang pertama kali
dikembangkan oleh Michael E. Porter. Porter dalam Isventina (2015:17)
menjelaskan terkait adanya persaingan global yang semakin ketat sehingga
suatu negara harus memiliki keunggulan kompetitif agar dapat bersaing
baik dalam pasar domestik ataupun internasional. Oleh karena itu, Porter
memaparkan bahwa terdapat empat faktor utama dan dua faktor
19
pendukung yang membentuk suatu sistem secara bersamaan dalam
menentukan keunggulan bersaing pembangunan industri yang disebut
sebagai porter’s diamond, dimana empat faktor utama tersebut adalah
kondisi faktor (factor condition), kondisi permintaan (demand condition),
industri terkait dan industri pendukung yang kompetitif (related and
supporting industry), serta kondisi struktur, persaingan dan strategi
industri (firm strategy, structure and rivalry) (Herciu, 2013:274). Porter’s
Competitiveness Diamond tersebut dijelaskan secara lebih lanjut dalam
Ramadhan (2009:12) sebagai berikut :
a. Kondisi Faktor (factor condition)
Faktor-faktor dasar seperti sumber daya dalam sebuah
negara merupakan salah satu hal penting dalam melakukan
persaingan. Sumber daya tesebut tediri dari lima kelompok, yaitu
pertama Sumber Daya Manusia (SDM) yang terdiri dari jumlah
tenaga kerja yang tesedia, keterampilan yang dimiliki oleh tenaga
kerja. Bahkan Cho dan Moon (2003:113) memaparkan lebih lanjut
bahwa produktivitas tenaga kerja juga merupakan faktor tepenting
dalam menunjang daya saing negara, khususnya dalam hal ini yaitu
industri manufaktur, karena produktivitas dapat menjadi penentu
standar hidup masyarakat dari sebuah negara, menjadi penentu
upah para pekerja dan penentu tingkat pengembalian modal dalam
proses produksi industri. Kedua, sumber daya fisik atau alam yang
terdiri dari ketersediaan air, mineral, energi serta sumber daya
pertanian, perikanan, perkebunan dan kehutanan sebagai bahan
baku yang dibutuhkan dalam industri. Ketiga, sumber daya ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dimana ini terdiri dari
ketersediaannya pengetahuan pasar, teknis, ilmiah yang menunjang
dan diperlukan dalam memproduksi barang dan jasa. Keempat,
sumber daya modal yang terdiri dari jumlah biaya yang tersedia,
jenis pembiayaan atau sumber modal, aksesbilitas tehadap
pembiayaan, kondisi lembaga pembiayaan dan perbankan. Kelima,
20
sumber daya infrastruktur yang terdiri dari transportasi,
komunikasi, energi listrik, air besih dan lain-lain.
b. Kondisi Permintaan (demand condition)
Kondisi permintaan juga dapat mempengaruhi daya saing
suatu komoditi, di mana kondisi pemintaan tersebut dapat berasal
dari pasar domestik dan pasar internasional karena semakin besar
permintaan terhadap komoditas tersebut, maka akan semakin besar
produsen mencoba untuk memenuhi kebutuhan konsumen tersebut.
Keunggulan yang kompetitif dalam industri sebuah negara juga
dapat dicapai apabila industri dapat melihat pasar akan kebutuhan
masyarakat yang jauh lebih maju, hal ini tentu akan mendukung
industri untuk berinovasi lebih cepat dibandingkan dengan para
pesaingnya (Cho dan Moon, 2003).
c. Industri Pendukung dan Terkait (related and supporting industry)
Dengan adanya industri pendukung terkait, dapat
menciptakan efisiensi dan sinergi. Industri pendukung dalam
penyediaan faktor produksi atau pasar faktor produksi (market
factor production) dan industri pendukung dalam proses pasca
produksi. Industri terkait dan industri pendukung dapat
mempengaruhi daya saing secara global melalui pengadaan industri
hulu yang menjamin pasokan input bagi industri utama dengan
harga yang lebih murah, mutu yang lebih baik, pelayanan yang
cepat, pengiriman yang cepat dan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan industri. Begitu juga dengan industri hilir yang
mendukung proses pasca produksi yang mendukung distribusi
barang dari industri utama ke konsumen. Oleh karena itu,
teciptanya industri pendukung yang baik, efisiensi dapat tecapai
terutama dengan berkurangnya biaya transaksi maupun biaya
transportasi.
d. Kondisi Struktur, Persaingan Dan Strategi Industri (firm strategy,
structure and rivalry)
21
Tingkat persaingan bagi industri akan mendukung
kompetisi dan inovasi. Dengan adanya persaingan, akan
memotivasi industri untuk selalu meningkatkan kualitas produk
yang dihasilkan dan selalu mencapai inovasi baru, seperti
mengembangkan produk, memperbaiki produk yang ada, berupaya
untuk menurunkan harga dan biaya, mengembangkan teknologi
baru, serta memperbaiki mutu pelayanan. Pada akhirnya dengan
didukung adanya persaingan yang sehat, industri akan mencapai
strategi baru yang cocok dan berupaya untuk selalu meningkatkan
efisiensi.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Saing
1. Lokasi
Memperhatikan lokasi usaha sangat penting untuk kemudahan
pembeli dan menjadi faktor utama bagi kelangsungan usaha. Lokasi usaha
yang strategis akan menarik perhatian pembeli. Menurut Frans (2003:439)
: letak atau lokasi akan menjadi sangat penting untuk memenuhi
kemudahan pelanggan dalam berkunjung, konsumen tentu akan mencari
jarak tempuh terpendek. Walau tidak menutup kemungkinan konsumen
dari jarak jauh juga akan membeli, tapi persentasenya kecil.
2. Harga
Menurut Sunarto (2004:206) Harga adalah jumlah dari seluruh
nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat memiliki atau
menggunakan produk atau jasa tersebut. Harga menentukan apakah sebuah
supermarket, minimarket, atau swalayan banyak dikunjungi konsumen
atau tidak. Faktor harga juga berpengaruh pada seorang pembeli untuk
mengambil keputusan. Harga juga berhubungan dengan diskon, pemberian
kupon berhadiah, dan kebijakan penjualan. Harga adalah nilai suatu barang
atau jasa yang diukur dengan sejumlah uang. Demi mendapatkan sebuah
barang atau jasa yang diinginkannya seorang konsumen harus rela
membayar sejumlah uang. Bagi pelangggan yang sensitif biasanya harga
murah adalah sumber kepuasan yang penting karena mereka akan
mendapatkan value for money yang tinggi (Irawan, 2008:38).
22
3. Pelayanan
Program pelayanan/service seringkali menjadi pokok pemikiran
pertama seorang pengelola supermarket/minimarket. Pelayanan melalui
produk berarti konsumen dilayani sepenuhnya melalui persediaan produk
yang ada, produk yang bermutu. Pelayanan melalui kemampuan fisik lebih
mengacu kepada kenyamanan peralatan (trolley atau keranjang belanja),
tempat parkir yang nyaman, penerangan ruangan yang baik, juga
keramahan dari karyawan.
4. Mutu atau kualitas
Keyakinan untuk memenangkan persaingan pasar akan sangat
ditentukan oleh kualitas produk yang dihasilkan perusahaan. Berkenaan
dengan kualitas produk, Muhardi dalam bukunya Strategi Operasi Untuk
Keunggulan Bersaing mengutip pendapat Adam dan Ebert yang
menyatakan: “product quality is the appropriateness of design
specifications to function and use as well as the degree to which the
product conforms to the design specifications”. Kualitas produk
ditunjukkan oleh kesesuaian spesifikasi desain dengan fungsi atau
kegunaan produk itu sendiri, dan juga kesesuaian produk dengan
spesifikasi desainnya. Jadi suatu perusahaan memiliki daya saing apabila
perusahaan itu menghasilkan produk yang berkualitas dalam arti sesuai
dengan kebutuhan pasarnya.
5. Promosi
Semakin sering suatu supermarket/swalayan melakukan promosi,
semakin banyak pengunjung dalam memenuhi kebutuhannya. Promosi
bisa dilakukan melalui berbagai iklan baik di media cetak, elektronik,
maupun media lain. Sunarto (2004:298) mengatakan bahwa promosi
penjualan terdiri dari insentif jangka pendek untuk mendorong
pembelanjaan atau penjualan produk atau jasa, yang mana promosi
penjualan ini mencakup suatu variasi yang luas dari alat-alat promosi yang
didesain untuk merangsang respons pasar yang lebih cepat, atau yang lebih
kuat.
23
4. Industri Alas Kaki
Alas kaki adalah sesuatu yang digunakan untuk melindungi kaki, terutama
pada bagian telapak kaki. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), alas
kaki diartikan sebagai penutup telapak kaki (kasut, sandal, terompah, sepatu, dan
sebagainya). Sehingga, alas kaki lebih sering disebut sebagai sepatu maupun
sandal. Pada awal mulanya, alas kaki atau sepatu diciptakan dengan menggunakan
bahan dari kulit binatang. Yunanto (2014) menyatakan “para ahli sejarah
memperkirakan sepatu pertama kali dibuat pada zaman es atau lima juta tahun lalu
dan dibuat dari kulit binatang”. Jadi, alas kaki telah diciptakan dari berjuta tahun
lalu pada zaman es, hal ini dilakukan untuk melindungi kaki dari cuaca yang
sangat dingin, sehingga menggunakan kulit binatang dalam pembuatannya untuk
membuat kaki hangat.
Industri dapat digolongkan berdasarkan beberapa sudut tinjauan atau
beberapa pendekatan. Di Indonesia industri dikelompokkan berdasarkan
komoditas, skala usaha atapun arus produknya. Berdasarkan Badan Pusat Statistik
(BPS) penggolongan yang biasa digunakan dalam klasifikasi industri berdasar
pada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KLBI), KLBI adalah
klasifikasi lapangan yang berdasarkan pada International Standard of Industrial
Classification (ISIC) yang telah direvisi. Adapun klasifikasi industri manufaktur
non migas berdasarkan ISIC tersebut adalah industri makanan (10), industri
minuman (11), industri pengolahan tembakau (12), industri tekstil (13), industri
pakaian jadi (14), industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki (15), industri kayu,
barang dari kayu, gabus dan hasil hutan lainnya (16), industri kertas dan barang
dari kertas (17), industri percetakan dan reproduksi media rekaman (18), industri
bahan kimia dan barang dari bahan kimia (19), industri farmasi, produk obat
kimia dan obat tradisional (20), industri karet, barang dari karet dan plastik (21),
industri barang galian bukan logam (22), industri logam dasar (23), industri
barang logam bukan mesin dan peralatannya (24), industri komputer, barang
elektronik dan optik (25), industri peralatan listrik (26), industri mesin dan
perlengkapan (27), industri kendaraan bermotor, trailer dan semi trailer (28),
industri alat angkut lain (29), industri furnitur (30), industri pengolahan lainnya
(31), industri jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan (32).
24
Industri Alas Kaki masuk dalam golongan dengan kode 15 yaitu Industri
Kulit, Barang dari Kulit, dan Alas Kaki. Golongan pokok ini mencakup
pengolahan dan pencelupan kulit berbulu dan proses perubahan dari kulit jangat
menjadi kulit dengan proses penyamakan atau proses pengawetan dan
pengeringan serta pengolahan kulit menjadi produk yang siap pakai, pembuatan
koper, tas tangan dan sejenisnya, pakaian kuda dan peralatan kuda yang terbuat
dari kulit, dan pembuatan alas kaki. Golongan ini juga mencakup pembuatan alas
kaki untuk semua kebutuhan, pembuatan bagian alas kaki dari kulit dan barang-
barang sejenis, kecuali bagian alas kaki yang terbuat dari plastik, kayu dan karet.
5. ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA)
Cina merupakan salah satu kekuatan utama ekonomi dunia, dan bersama
dengan dua negara Asia Timur lainnya yaitu Jepang dan Korea Selatan telah
menjadi mitra dagang terpenting Indonesia dan juga ASEAN dari tahun ke tahun.
Untuk meningkatkan hubungan perdagangan dengan Cina, ASEAN, di mana
Indonesia menjadi salah satu anggota-telah menyepakati kerjasama perdagangan
bebas dalam kerangka ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA). ACFTA
merupakan kesepakatan antara negara-negara anggota ASEAN dengan China
untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas dengan menghilangkan atau
mengurangi hambatan-hambatan perdagangan barang baik tarif ataupun non tarif,
peningkatan akses pasar jasa, peraturan dan ketentuan investasi, sekaligus
peningkatan aspek kerjasama ekonomi untuk mendorong hubungan perekonomian
para Pihak ACFTA dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
ASEAN dan China. Dalam kerangka perjanjian tersebut, negara-negara yang
menjadi anggota perjanjian saling memberikan preferential treatment di tiga
sektor: sektor barang, jasa dan investasi dengan tujuan memacu percepatan aliran
barang, jasa dan investasi diantara negara-negara anggota sehingga dapat
terbentuk suatu kawasan perdagangan bebas. Preferential treatment adalah
perlakuan khusus yang lebih menguntungkan dibandingkan perlakuan yang
diberikan kepada negara mitra dagang lain non anggota pada umumnya. Dalam
kesepakatan di sektor barang, komponen utamanya adalah preferential tariff.
25
Preferential tariff dalam skema perdagangan barang ACFTA ditetapkan
atas dasar urutan kategori produk yang paling siap untuk diliberalisasikan terlebih
dulu. Kategori produk yang paling awal diliberalisasi masuk dalam kategori fast
track (jalur cepat) atau yang lebih dikenal dengan sebutan Early Harvest Package
(EHP). Jadwal penurunan tarif kategori EHP disusun dalam tiga tahap, tahap 1
dimulai sejak 1 Januari 2004 dilanjutkan tahap 2 tanggal 1 Januari 2005 dan tahap
terakhir dengan tarif diturunkan hingga 0% berlaku efektif sejak 1 Januari 2006.
Proses menuju kesepakatan perjanjian ACFTA diawali dengan
dilakukannya pertemuan tingkat kepala negara antara negara-negara ASEAN dan
Cina di Bandar Seri Begawan, Brunei pada tanggal 6 Nopember 2001 yang
kemudian disahkan melalui penandatanganan “Persetujuan Kerangka Kerja
mengenai Kerjasama Ekonomi Menyeluruh antara Negara-negara Anggota
ASEAN dan Republik Rakyat Cina” di Phnom Penh, Kamboja pada tanggal 4
Nopember 2002. Perjanjian di sektor barang menjadi bentuk konkrit kerjasama
ekonomi pertama di pihak ASEAN dan Cina, yang ditandai dengan
ditandatanganinya kesepakatan Trade in Goods Agreement dan Dispute
Settlement Mechanism Agreement pada tanggal 29 November 2004 di Vientiane,
Laos. Persetujuan Jasa ACFTA ditandatangani pada pertemuan ke-12 KTT
ASEAN di Cebu, Filipina, pada bulan Januari 2007. Sedangkan Persetujuan
Investasi ASEAN China ditandatangani pada saat pertemuan ke-41 Tingkat
Menteri Ekonomi ASEAN tanggal 15 Agustus 2009 di Bangkok, Thailand.
Dalam ACFTA disepakati akan dilaksanakan liberalisasi penuh pada tahun
2010 bagi ASEAN dan China, serta tahun 2015 untuk Kamboja, Laos, Vietnam,
dan Myanmar. Langkah awal kebijakan Indonesia dalam penurunan tarif dalam
kerangka kerjasama ACFTA dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu: Early Harvest
Program (EHP), Normal Track, Sensitive Track (Senstive List dan Highly
Sensitive List). Dalam Framework Agreement dan Protocol of Agreement kategori
barang adalah sebagai berikut:
-Early Harvest Program, penurunan tarif 0% berlaku 1 januari 2006.
-Normal Track, penurunan tarif 0% berlaku 1 januari 2010.
-Sensitive Track, penurunan tariff 20% berlaku 1 januari 2012.
-Highly Sensitive Track, penurunan tarif 50% berlaku 1 januari 2015.
26
Berdasarkan kesepakatan yang telah diambil pada tingkat internasional
maka selanjutnya pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan nasional tersebut
sebagai dasar untuk menerapkan perjanjian tersebut di Indonesia. Peraturan
nasional tersebut dilegalisasi melalui Keputusan Menteri Keuangan.Pemerintah
Indonesia telah mengeluarkan 6 peraturan menteri keuangan dalam kerangka
penurunan bea masuk impor barang-barang dari China. Peraturan tersebut adalah
Keputusan Presiden RI No. 48 Tahun 2004. Kemudian, Keputusan Menteri
Keuangan RI No.355/KMK.01/2004 21 Juli 2004, Penetapan Tarif dalam rangka
Early Harvest Programme 2005 yaitu Peraturan Menteri Keuangan RI
no.57/PMK.010/2005 tanggal 7 Juli 2005, Penetapan Bea Masuk dalam rangka
Normal Track ASEAN. Keputusan Menteri dan Direktorat Jenderal Kerjasama
Perdagangan Internasional, Kementerian Perdagangan RI. China FTA 2006
adalah Peraturan Menteri Keuangan RI no.21/PMK.010/2006 tanggal 15 Maret
2006. Penetapan bea masuk dalam rangka Sensitive Track 2007 yaitu Peraturan
Menteri keuangan RI no.53/PMK.011/2007 tanggal 22 mei 2007. Penetapan bea
tarif masuk ACFTA 2008 adalah Peraturan Menteri Keuangan RI
no.235/PMK.011/2008 tanggal 23 desember 2008. Pelaksanaan perjanjian
perdagangan bebas ASEAN-China antara tahun 2005 sampai dengan 2010 telah
menimbulkan implikasi luas kepada ekonomi nasional.
Kerjasama ACFTA ini sangat penting, mengingat tujuan-tujuan yang ingin
dicapai bisa memberikan keuntungan yang begitu besar bagi negara-negara yang
terlibat apabila dapat dimanfaatkan dengan baik. Salah satu tujuan yaitu
memperkuat dan meningkatkan kerjasama perdagangan yang dapat
menguntungkan tanpa menjatuhkan yang satu dengan yang lainnya. Dalam
kesepakatan tersebut juga akan merealisasikan liberalisasi jasa dan investasi dan
juga investasi yang telah disepekati setelah tarif barang dilakukan, menggali
bidang-bidang kerjasama yang baru dan mengembangkan kebijaksanaan yang
tepat dalam rangka kerjasama ekonomi antara Negara-negara anggota. Dari
beberapa tujuan ini ASEAN memiliki harapan beberapa harapan yang dapat
dicapai dengan jalan melaksanakan ACFTA. salah satu tujuan tersebut adalah
memperbaiki keadaan perekonomian di Negara-negara ASEAN yang menurun
drastis akibat krisis khususnya bagi Laos, Vietnam, Myanmar dan Kamboja.
27
Namun demikian, yang menjadi permasalahan adalah apakah ACFTA
dalam penerapannya memang membawa dampak baik bagi Indonesia dan
bagaimana kebijakan atau langkah pemerintah dalam proses pengambilan
kebijakan luar negeri dalam menghadap ACFTA ini, selanjutnya dalam penelitian
ini oleh penulis akan dibahas bagaimana proses kebijakannya.
6. Strenghts, Weakness, Opportunities, Threats (SWOT)
a. Pengertian SWOT
SWOT adalah akronim untuk kekuatan (Strenghts) kelemahan (Weakness),
peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats) dari lingkungan eksternal
perusahaan. Menurut Jogiyanto (2005:46), SWOT digunakan untuk menilai
kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dari sumber-sumber daya yang
dimiliki perusahaan dan kesempatan-kesempatan eksternal dan tantangan-
tantangan yang dihadapi.
Menurut David (Fred R. David, 2008,8), Semua organisasi memiliki
kekuatan dan kelemahan dalam area fungsional bisnis. Tidak ada perusahaan yang
sama kuatnya atau lemahnya dalam semua area bisnis. Kekuatan/kelemahan
internal, digabungkan dengan peluang/ancaman dari eksternal dan pernyataan misi
yang jelas, menjadi dasar untuk penetapan tujuan dan strategi.Tujuan dan strategi
ditetapkan dengan maksud memanfaatkan kekuatan internal dan mengatasi
kelemahan.
Berikut ini merupakan penjelasan dari SWOT (David, Fred R.,2005:47)
yaitu :
1) Kekuatan (Strenghts)
Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau keungulan-keungulan
lain yang berhubungan dengan para pesaing perusahaan dan kebutuhan pasar yang
dapat dilayani oleh perusahaan yang diharapkan dapat dilayani. Kekuatan adalah
kompetisi khusus yang memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan di
pasar.
2) Kelemahan (Weakness),
Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya,
keterampilan, dan kapabilitas yang secara efektif menghambat kinerja perusahaan.
Keterbatasan tersebut daoat berupa fasilitas, sumber daya keuangan, kemampuan
28
manajemen dan keterampilan pemasaran dapat merupakan sumber dari kelemahan
perusahaan.
3) Peluang (Opportunities)
Peluang adalah situasi penting yang mengguntungkan dalam lingkungan
perusahaan. Kecendrungan – kecendrungan penting merupakan salah satu sumber
peluang, seperti perubahaan teknologi dan meningkatnya hubungan antara
perusahaan dengan pembeli atau pemasokk merupakan gambaran peluang bagi
perusahaan.
4) Ancaman (Threats)
Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungan dalam
lingkungan perusahaan. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi
sekarang atau yang diinginkan perusahaan. Adanya peraturan-peraturan
pemerintah yang baru atau yang direvisi dapat merupakan ancaman bagi
kesuksesan perusahaan.
b. Fungsi SWOT
Menurut Ferrel dan Harline (2005), fungsi dari Analisis SWOT adalah
untuk mendapatkan informasi dari analisis situasi dan memisahkannya dalam
pokok persoalan internal (kekuatan dan kelemahan) dan pokok persoalan eksternal
(peluang dan ancaman).
Analisis SWOT tersebut akan menjelaskan apakah informasi tersebut
berindikasi sesuatu yang akan membantu perusahaan mencapai tujuannya atau
memberikan indikasi bahwa terdapat rintangan yang harus dihadapi atau
diminimalkan untuk memenuhi pemasukan yang diinginkan.
Analisis SWOT dapat digunakan dengan berbagai cara untuk
meningkatkan analisis dalam usaha penetapan strategi. Umumnya yang sering
digunakan adalah sebagai kerangka / panduan sistematis dalam diskusi untuk
membahas kondisi altenatif dasar yang mungkin menjadi pertimbangan
perusahaan.
c. Analisis Matriks SWOT
Menurut Rangkuti (2006), Matriks SWOT dapat menggambarkan secara
jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat
29
disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat
menghasilkan empat set kemungkinan altenatif strategis.
Berikut ini adalah keterangan dari matriks SWOT :
1. Strategi SO (Strength and Oppurtunity).
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang
sebesar – besarnya.
2. Strategi ST (Strength and Threats).
Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk
mengatasi ancaman.
3. Strategi WO (Weakness and Oppurtunity).
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan
cara meminimalkan kelemahan yang ada.
4. Strategi WT (Weakness and Threats).
Strategi ini berdasarkan kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
Tabel 2.1 Matriks SWOT
Strength (S)
Tuliskan Faktor – Faktor
Internal
Weakness (W)
Tuliskan Faktor-Faktor
Kelemahan Internal
Opportunities (O)
Tuliskan Faktor-Faktor
Peluang Eksternal
Strategi S-O
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang
Strategi W-O
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan untuk
memanfaatkan peluang
Threaths (T)
Tuliskan Faktor-Faktor
Ancaman Eksternal
Strategi S-T
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk mengatasi ancaman
Strategi W-T
Ciptakan Strategi yang
meminimalkan
kelemahan dan
menghindari ancaman.
30
B. PENELITIAN TERDAHULU
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti Tahun Judul Penelitian Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
1 Andri
Kurniawan
2008 Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Produksi dan
Pendapatan Usaha
Mikro dan Kecil di
Desa Sukaluyu
Analisis deskriptif dan
analisis fungsi produksi
Cobb-Douglas serta
regresi linier berganda
Faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan
usaha secara nyata pada taraf alpha (α) 20
persen adalah harga jual sepatu dan lem putih.
Faktor-faktor lain, seperti harga kain dan lateks
serta variabel dummy tidak berpengaruh nyata
pada pendapatan usaha. Tingkat efisiensi
penggunaan faktor-faktor produksi pada industri
sepatu di Desa Sukaluyu tergolong rendah.
Faktor produksi yang penggunaannya perlu
ditambah adalah kain, lem putih, lateks, tekson
ukuran kurang dari satu. Sedangkan faktor
tenaga kerja dan mesin jahit penggunaannya
perlu dikurangi.
31
2 Yuyun Yuniarti 2016 Analisis Faktor Daya
Saing Industri Alas
Kaki Cibaduyut Kota
Bandung
Metode kualitatif
dengan pendekatan
deskriptif
Hasil penelitian menunjukan bahwa kegiatan
pembuatan sepatu Cibaduyut Kota Bandung
belum bisa berdaya saing disebabkan oleh
lemahnya penerapan faktor daya saing terutama
yang menyangkut faktor keahlian pekerja dan
faktor ketersediaan teknologi
3 Tasya
Aspiranti,
Nurfahmiyati,
dan Yukha
Sundaya
2008 Analisis
QualityFunction
Deployment pada
Sentra Industri Kecil
Sepatu Cibaduyut
Analisis Quality
Function
Hasil penelitian mengenai para produsen
menunjukkan bahwa pengrajin sepatu
Cibaduyut, terutama mengalami kesulitan dalam
pengadaan bahan yang berkualitas disebabkan
bahan baku kulit sebagai bahan baku utama
yang langka. Para pengusaha kulit memilih
langsung mengekspor produk mereka sehingga
mengurangi pasokan bahan baku. Bahkan
dengan kondisi ini, 50 % industri sepatu di PIK
nyaris tidak lagi berproduksi
32
4 Riski Ananda 2015 Peran Home Industri
Dalam Meningkatkan
Ekonomi Keluarga
(Studi Kasus Home
Industry Keripik di
Kelurahan Kubu
Gadang)
Analisis Data Kualitatif
oleh model Interaktif
Milles & Huberman
keberlangsungan permodalan itu sangat
tergantung dari sumber modal dan cara
menambah permodalan. Sumber modal yang
digunakan ada dua, modal sendiri, dan modal
pinjaman dari pihak lembaga keuangan. Untuk
home industri yang baru berjalan atau baru
merintis biasanya dengan memakai modal
sendiri. Home industri yang besar atau sudah
lama berjalan untuk memenuhi modalnya
dengan modal sendiri dan modal pinjaman
dengan lembaga keuangan. Bila dilihat lebih
jauh lagi aspek permodalan merupakan faktor
penunjang yang sangat penting dalam
keberhasilan berwirausaha. Permodalan dalam
hal keuangan ini dapat dipergunakan untuk
modal operasional pengolahan usaha, seperti
untuk produksi, biaya produksi, pembelian
bahan baku, membayar upah pegawai dan
sebagainya.
33
5 Yusnanto 2010 Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi
Sektor Industri
Pengolahan di
Kabupaten Sukoharjo
regresi linier berganda Secara bersama-sama variabel investasi, inflasi
dan jumlah unit usaha berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
PDRB sektor industri pengolahan, ini ditunjukan
oleh nilai uji F sebesar 44.96617 dan nilai
probabilitasnya sebesar 0,000002 yang
signifikan pada tingkat keyakinan sebesar 5
persen. Variabel PDRB sektor industri
pengolahan secara positif dan signifikan
berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja,
ini ditunjukan oleh koefisien hasil uji t sebesar
0.466815 dan nilai probabilitas sebesar 0,0019
yang signifikan pada tingkat keyakinan sebesar
5 persen. Hal ini menunjukan bahwa dari
pertumbuhan PDRB sektor industri pengolahan
akan menyebabkan penyerapan tenaga kerja di
sektor tersebut
34
C. KERANGKA PEMIKIRAN
D.
E.
F.
BAB III
7 SENTRA INDUSTRI KOTA BANDUNG
INDUSTRI ALAS KAKI CIBADUYUT /
SEPATU DAN SANDAL
VARIABEL
PENDIDIKAN LAMA
USAHA
SKEMA
USAHA MODAL PERAN
PEMERINTAH
PENGARUH
IMPOR
SPSS
(CROSS TABULATION)
KESIMPULAN
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Peran metode penelitian sangat menentukan dalam upaya menghimpun data
yang diperlukan dalam penelitian. Dengan kata lain, metode penelitian akan
memberikan petunjuk terhadap bagaimana penelitian ini akan dilakukan.
Metodologi mengandung makna mengenai prosedur dan cara melakukan
pengujian terhadap data-data yang diperlukan untuk menjawab rumusan masalah
dalam penelitian ini
Penelitian ini menganalisis mengenai perkembangan industri alas kaki di
sentra industri Cibaduyut menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan
analisis Tabulasi Silang (crosstabulation). Adapun yang menjadi landasan peneliti
menggunakan metode deskriptif, yaitu:
1. Penelitian ini mengungkapkan masalah-masalah aktual yang terjadi pada
masa sekarang.
2. Dengan metode ini dapat memberikan gambaran tentang perkembangan
industri alas kaki di Cibaduyut. Memudahkan peneliti dalam mengolah data
karena data yang terkumpul bersifat homogen atau sama.
3. Metode ini dapat mengumpulkan data, menyusun data, menginterpretasikan
data, dan datanya dapat disimpulkan.
B. POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi
Menurut Margono (2004: 118), populasi adalah seluruh data yang
menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita
tentukan. Jadi, populasi berhubungan dengan data, bukan manusianya.
36
Kalau setiap manusia memberikan suatu data, maka banyaknya atau ukuran
populasi akan sama dengan banyaknya manusia.
Nazir (2005: 271) menyatakan bahwa populasi adalah kumpulan dari
individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan. Kualitas atau
ciri tersebut dinamakan variabel. Sebuah populasi dengan jumlah individu
tertentu dinamakan populasi finit. Sedangkan, jika jumlah individu dalam
kelompok tidak mempunyai jumlah yang tetap, ataupun jumlahnya tidak
terhingga, disebut populasi infinit. Misalnya, jumlah petani dalam sebuah
desa adalah populasi finit. Sebaliknya, jumlah pelemparan mata dadu yang
terus-menerus merupakan populasi infinit..Populasi yang digunakan dalam
penelitian yaitu studi kasus di Sentra Industri alas kaki Cibaduyut, Kota
Bandung
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi seperti yang dijelaskan dalam buku Metode Penelitian oleh
Sugiyono (2012). Meskipun sampelnya hanya merupakan bagian dari
populasi, kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel itu harus dapat
menggambarkan dalam populasi, atau dapat dikatakan bahwa sampel harus
mewakili kondisi populasi. Pengambilan sampel dinilai dapat
mempermudah penelitian karena mampu memperkecil jumlah data
penelitian dari suatu populasi yang cukup besar. Teknik pengambilan
sampel ini biasanya didasarkan oleh pertimbangan tertentu, misalnya
keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil
sampel yang besar dan jauh. Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini
yaitu dengan menggunakan purposive sampling. Mengenai hal ini, Arikunto
(2016) menjelaskan bahwa purposive sampling dilakukan dengan cara
mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi
didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Artinya, setiap subjek yang diambil
dari populasi dipilih dengan sengaja berdasarkan tujuan dan pertimbangan
tertentu. Tujuan dan pertimbangan pengambilan subjek atau sampel
penelitian ini yaitu :
37
1. Penduduk Asli Cibaduyut
2. Memproduksi alas kaki berbahan dasar kulit sebagai ciri khas Cibaduyut
3. Masih mengerjakan produksi secara manual
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, penelitian ini berfokus pada
industri alas kaki dengan studi kasus di Sentra Industri alas kaki Cibaduyut.
Penelitian ini mengambil 50 sampel di Kelurahan Cibaduyut
C. JENIS DATA
Data adalah bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan
informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang menunjukkan
fakta (Siregar, 2013). Data merupakan segala sesuatu yang sudah dicatat
(recorded), dan segala sesuatu tersebut merupakan beberapa kejadian atau fakta-
fakta. Semua fakta bisa menjadi data jika kita mencatatnya (baik tertulis, rekam
atau bentuk pengabadian lainnya). Pengumpulan data adalah hal terpenting dalam
suatu penelitian, karena bertujuan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan
berkaitan dengan masalah penelitian. Oleh karenanya, fakta merupakan bahan
baku dalam suatu penelitian ilmiah. Tetapi fakta saja tidak memiliki arti apa-apa
jika tidak dicatat, dikelola dan dianalisis dengan baik. Jika data telah diolah dan
dinterpretasikan, maka data ini akan berubah menjadi sebuah informasi. Adapun
beberapa jenis data menurut sumber dan cara pengumpulannya:
a. Data Primer
Pengertian data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh
secara langsung dari sumber aslinya yang berupa wawancara, jajak
pendapat dari individu atau kelompok (orang) maupun hasil observasi dari
suatu obyek, kejadian atau hasil pengujian (benda). Dengan kata lain,
peneliti membutuhkan pengumpulan data dengan cara menjawab
pertanyaan riset (metode survei) atau penelitian benda (metode observasi).
Kelebihan dari data primer adalah data lebih mencerminkan kebenaran
berdasarkan dengan apa yang dilihat.dan didengar langsung oleh peneliti
sehingga unsur-unsur kebohongan dari sumber yang fenomenal dapat
38
dihindari. Kekurangan dari data primer adalah membutuhkan waktu yang
relatif lama serta biaya yang dikeluarkan relatif cukup besar.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diterbitkan atau digunakan oleh
organisasi yang bukan pengolahannya (Siregar, 2013). Data-data tersebut
dapat berasal dari beberapa badan atau lembaga atau bahkan dari hasil
penelitian orang lain. Dengan kata lain, pengertian data sekunder adalah
sumber data penelitian yang diperoleh melalui media perantara atau secara
tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip
baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara umum.
Dengan kata lain, peneliti membutuhkan pengumpulan data dengan cara
berkunjung ke perpustakaan, pusat kajian, pusat arsip atau membaca
banyak buku yang berhubungan dengan penelitiannya. Kelebihan dari data
sekunder adalah waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk penelitian untuk
mengklasifikasi permasalahan dan mengevaluasi data, relatif lebih sedikit
dibandingkan dengan pengumpulan data primer. Sedangkan kekurangan
dari data sekunder adalah jika sumber data terjadi kesalahan, kadaluwarsa
atau sudah tidak relevan dapat mempengaruhi hasil penelitian.
D. SUMBER DATA
Berdasarkan cara pengambilan data, penelitian ini menggunakan data
primer dan sekunder, yaitu dengan melakukan tinjauan langsung ke lapangan
melalui wawancara ke pemilik home industry alas kaki, observasi, menyebar
angket, dan juga data yang diperoleh melalui media perantara atau secara tidak
langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik yang
dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara umum.
Dengan kata lain, peneliti membutuhkan pengumpulan data dengan cara
berkunjung ke perpustakaan, pusat arsip atau membaca banyak buku yang
berhubungan dengan penelitiannya. Selain itu, data yang digunakan juga berasal
dari beberapa laporan dari website lembaga/instasi pemerintah, seperti Badan
Pusat Statistik (BPS), Kementerian Perdagangan, dan lain-lain.
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
1. KONDISI GEOGRAFIS
Secara geografis Kelurahan Cibaduyut Kecamatan Bojongloa Kidul
memiliki bentuk wilayah datar/bergelombang sebesar 100% dari total keseluruhan
luas wilayah. Ditinjau dari sudut ketinggian tanah, Kelurahan Cibaduyut berada
pada ketinggian 500 m diatas permukaan air laut. Suhu maksimum dan minimum
di Kelurahan Cibaduyut berkisar 29oC, sedangkan dilihat dari segi hujan berkisar
2700 mm/th dan jumlah hari dengan curah hujan yang terbanyak sebesar 45 hari.
Kelurahan Cibaduyut Kecamatan Bojongloa Kidul merupakan salah satu
bagian wilayah Tegalega Kota Bandung dengan memiliki luas lahan sebesar 66,15
Ha. Secara administratif, Kelurahan Cibaduyut dibatasi oleh :
Bagian Selatan: Kelurahan Cibaduyut Kidul
Bagian Utara : Kelurahan Kebonlega
Bagian Timur : Kelurahan Mekarwangi
Bagian Barat : Kelurahan Cirangrang Kec. Babakan Ciparay
Dan dengan pembagian penggunaan areal tanahnya sebagai berikut :
Tabel 4.1
Penggunaan Areal Tanah
No. Penggunaan Luas (Ha)
1. Tanah Sawah -
2. Tanah Kering (Daratan) 56,65
3. Tanah Basah 7,85
4. Fasilitas Umum 1,65
Jumlah 66.15
Sumber: Arsip Kelurahan Cibaduyut
40
2. KEPENDUDUKAN
Kelurahan Cibaduyut memiliki jumlah penduduk 10,029 jiwa pada tahun
2018 terdiri dari 5,218 jiwa laki-laki dan 4,809 jiwa perempuan. Jumlah kepala
keluarga di Kelurahan Cibaduyut saat ini mencapai sekitar 3,668 KK.
Berdasarkan data kependudukan dari kelurahanan Cibaduyut pada tahun 2018
yang dilihat dari segi kepadatan penduduk sebesar 154 jiwa per hektar dan dilihat
dari pertumbuhan penduduk, intensitas poupulasinya akan terus bertambah dari
waktu ke waktu.
a. Usia
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
NO UMUR JUMLAH
L P JUMLAH
1 0 – 4 tahun 709 689 1,398
2 5 – 9 tahun 533 518 1,051
3 10 – 15 tahun 580 526 1,106
4 16 – 19 tahun 560 519 1,079
5 20 – 24 tahun 565 489 1,054
6 25 – 29 tahun 522 448 970
7 30 – 34 tahun 389 358 747
8 35 – 39 tahun 332 311 643
9 40 – 44 tahun 221 214 435
10 45 – 49 tahun 201 195 396
11 50 – 54 tahun 170 149 319
12 55 – 59 tahun 161 138 299
13 60 – 64 tahun 180 162 342
14 65 – keatas 96 94 190
Jumlah 5,218 4,809 10,029
Sumber: Arsip Kelurahan Cibaduyut
41
b. Pendidikan
Sumber daya manusia berdasarkan tingkat pendidikan di Kelurahan
Cibaduyut sebagai berikut :
Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
NO PENDIDIKAN JUMLAH
L P JUMLAH
1 Belum sekolah 709 689 1,398
2 Tidak tamat SD 118 110 228
3 Belum Tamat SD 852 839 1,691
4 Tamat SD 1,699 1,690 3,389
5 Tamat SLTP 808 744 1,552
6 Tamat SLTA 760 502 1,262
7 Sarjana Muda (D3) 147 141 288
8 Sarjana (S1) 125 95 221
Jumlah 5,219 4,810 10,029
Sumber: Arsip Kelurahan Cibaduyut
c. Tenaga Kerja
Tabel 4.4
Jumlah Penduduk Berdasarkan Tenaga Kerja
NO TENAGA KERJA JUMLAH
L P JUMLAH
1 Penduduk usia produktif 2,368 2,125 4,493
2 Ibu Rumah Tangga - 799 799
3 Penduduk masih sekolah 1,685 1,599 3,284
Sumber: Arsip Kelurahan Cibaduyut
42
d. Mata Pencaharian Pokok
Tabel 4.5
Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok
NO PEKERJAAN JUMLAH
L P JUMLAH
1 Pegawai Negeri Sipil 299 285 584
2 TNI / POLRI 488 386 874
3 Pegawai Swasta 452 401 853
4 Tani 44 36 80
5 Dagang 789 758 1,547
6 Pelajar 1,685 1,599 3,284
7 Mahasiswa 560 485 1,045
8 Pensiunan 75 61 136
9 Lain-Lain 827 799 1,626
Jumlah 5,219 4,810 10,029
Sumber: Arsip Kelurahan Cibaduyut
3. PRASARANA
a. Prasarana Pendidikan
Tabel 4.6
Prasarana Pendidikan
NO SEKOLAH
JUMLAH
KET. BANGUNAN
FISIK
MURID/
MAHASISWA
1 TK 1
2 SD 4
3 SLTP 0
Sumber: Arsip Kelurahan Cibaduyut
43
b. Prasarana Perumahan
Tabel 4.7
Prasarana Perumahan
NO URAIAN JUMLAH KET.
1 Permanen 2256
2 Semi Permanen 218
Jumlah 2474
Sumber: Arsip Kelurahan Cibaduyut
c. Prasarana Transportasi
Lalulintas yang digunakan di Kelurahan Cibaduyut sepenuhnya (100%)
melalui darat. Dengan daya dukung sarana terdiri dari :
Tabel 4.8
Prasarana Jalan
NO URAIAN JUMLAH KET.
1 Jalan Negara 0
2 Jalan Propinsi 1
3 Jalan Kota 1
4 Jalan kelurahan / Desa 0
Sumber: Arsip Kelurahan Cibaduyut
4. KELEMBAGAAN EKONOMI
Kelembagaan Ekonomi yang terdapat di Kelurahan Cibaduyut terdiri dari :
Tabel 4.9
Kelembagaan Ekonomi
NO URAIAN JUMLAH KET.
1 Koperasi 1
2 UKM 167
3 Pasar Selapan/Umum 0
4 Usaha Perdagangan 150
5 Toko/Swalayan 6
44
6 Warung Makan 20
7 Restaurant 2
8 Kios/Warung Kelontong 35
9 Pedagang kaki Lima 106
10 Bank 2
11 Industri Makanan 12
12 Industri Kerajinan 3
13 Industri Pakaian 1
14 Perusahaan Angkuitan 0
15 Percetakan/Sablon 2
16 Bengkel Motor/Sepeda 4
17 Bengkel Mobil 0
Sumber: Arsip Kelurahan Cibaduyut
5. POTENSI WILAYAH
Kelurahan Cibaduyut merupakan salah satu Kelurahan dari enam
Kelurahan yang ada di Kecamatan Bojongloa Kidul, dimana mayoritas penduduk
sebagian besar menjalankan usaha dalam bidang Produksi sepatu, sandal, boneka
maupun cinderamata dan sebagai maklun sepatu yaitu tenaga kerja yang membuat
sepatu yang perusahaan milik orang lain.
45
Gambar 4.1
Peta Kelurahan Cibaduyut
Sumber: Arsip Kelurahan Cibaduyut
46
B. HASIL PENELITIAN
Setelah melakukan penelitian dengan menyebarkan kuesioner dan
melakukan wawancara dengan beberapa narasumber di Kelurahan Cibaduyut
Kota Bandung, peneliti telah mengumpulkan 50 sampel. Dari 50 sampel ini
peneliti membagi analisis hasil penelitian menjadi dua, yaitu hasil olah data
kuesioner dan hasil olah data SPSS dengan metode Tabulasi Silang (Cross
Tabulation).
1. Hasil Olah Data Kuesioner
Peneliti ingin mencoba memaparkan hasil dari kuesioner yang telah peneliti
dapatkan dari pelaku usaha alas kaki sebagai responden di kelurahan Cibaduyut.
Berikut ini adalah hasil dari olah data kuesioner.
a) Pendidikan
Peneliti ingin mengetahui pendidikan terakhir dari masing-masing pemilik
usaha untuk melihat karakteristik usaha yang dijalankan berdasarkan tingkat
pendidikannya, yang terbagi menjadi 4. Yaitu lulusan SD, SMP, SMA, dan
Sarjana. Jumlah responden menurut tingkat pendidikan di tunjukkan pada grafik
4.1
Grafik 4.1
Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan
26
14
9
1
0
5
10
15
20
25
30
Tingkat Pendidikan
SD SMP SMA S1
Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner
47
Berdasarkan tingkat pendidikan, dari 50 responden yang diteliti, jumlah
responden terbanyak berada pada tingkat pendidikan SD yang mendominasi lebih
dari setengah responden yaitu 26 orang atau sebesar 52%. Sedangkan responden
pada tingkat pendidikan SMP berada di urutan kedua yaitu 14 orang atau sebesar
28%. Responden yang memiliki latar pendidikan SMA sejumlah 9 orang atau
sebesar 18%. Dan pada tingkat pendidikan Sarjana ada 1 orang atau hanya 2%
saja dari keseluruhan responden.
Persentase tingkat pendidikan ini diperkuat dengan data yang peneliti dapat
dari kelurahan cibaduyut pada tahun 2018 yaitu penduduk dengan tingkat
pendidikan SD mendominasi sebanyak 3389 jiwa, kemudian tingkat pendidikan
SMP sejumlah 1552 jiwa, tingkat pendidikan SMA sebanyak 1262 jiwa, dan
penduduk dengan tingkat pendidikan sarjana hanya 221 jiwa. Jadi, dari 50
responden, pelaku industri alas kaki di Cibaduyut yang terbanyak berasal dari
pendidikan SD, hal ini memungkinkan penguasaan teknologi yang masih rendah
dan juga teknik produksi yang dilakukan masih secara sederhana
b) Lama Usaha
Peneliti melihat bahwa lamanya usaha berdiri yang bervariasi ini dapat
memberikan interpretasi dari banyak sudut pandang baik dari pelaku usaha yang
baru maupun yang sudah lama menekuni bidang industri alas kaki ini.
Grafik 4.2
Jumlah Responden Menurut Lama Usaha
7
1917
6
1
0
5
10
15
20
Lama Usaha
<5 tahun 5-9 tahun 10-14 tahun 15-19 tahun >20 tahun
Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner
48
Berdasarkan lama usaha berjalan, dari data hasil angket yang didapat oleh
peneliti di lapangan, pelaku yang sudah menjalani usaha di industri alas kaki
kurang dari 5 tahun terdapat 7 orang atau sebesar 14%, kemudian yang telah
menjalani 5 sampai 9 tahun yaitu 19 orang atau sebanyak 38%, pelaku usaha yang
telah merintis 10-14 tahun ada 17 orang atau sebesar 34%, untuk yang sudah
menekuni bisnis ini selama 15-19 tahun terdapat 6 orang atau sebanyak 12%, dan
yang telah menjalani usaha alas kaki di Cibaduyut lebih dari 20 tahun terdapat 1
orang atau 2% saja
c) Skema Usaha
Peneliti ingin melihat bagaimana usaha ini berjalan. Skema usaha ini
merupakan status kepemilikan usaha, yang terbagi menjadi dua, yaitu secara
kerjasama dan secara individu
Grafik 4.3
Jumlah Responden Menurut Skema Usaha
14
36
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Skema Usaha
KERJASAMA INDIVIDU
Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner
Berdasarkan skema usaha, sebanyak 14 responden atau sebesar 28% dari
total responden menjalankan usahanya dengan bekerjasama, baik itu dengan
perorangan sebagai investor maupun dengan organisasi. sedangkan 36 responden
49
atau sebanyak 72% dari total responden menjalankan usahanya secara individu,
dimana mereka menjalankan usahanya sendiri.
d) Status Kepemilikan Tempat
Peneliti ingin melihat status kepemilikan tempat yang digunakan oleh
responden untuk menjalankan usaha, baik itu milik pribadi ataupun sewa.
Pengusaha yang memiliki tempat pribadi maupun sewa dapat dilihat dari grafik.
Grafik 4.4
Jumlah Responden Menurut Status Kepemilikan Tempat
17
33
0
5
10
15
20
25
30
35
Status Tempat
PRIBADI SEWA
Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner
Berdasarkan status kepemilikan tempat yang digunakan untuk usaha,
sebanyak 17 responden atau sebesar 34% dari total responden, status tempat yang
digunakan untuk usaha merupakan milik pribadi. Sedangkan 33 responden atau
sebesar 66% responden status tempat yang digunakan merupakan sewa. Dari hasil
wawancara di lapangan, sebagian besar memilih untuk menyewa tempat usaha
karena tiidak mempunyai cukup tempat ditempat milik pribadinya. Selain itu,
mereka juga menyewa tempat suoaya lokasinya lebih strategis sehiingga dapat
terjangkau oleh konsumen.
50
e) Jumlah Pekerja
Peneliti ingin membedakan karakteristik usaha di industri alas kaki
Cibaduyut berdasarkan jumlah pekerja, dimana Badan Pusat Statistik
mengelompokkan besar atau kecilnya suatu industri dibagi menjadi empat
kelompok industri berdasarkan jumlah tenaga kerja yaitu industri besar dengan
jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang, industri sedang dengan jumlah tenaga
kerja antara 20-99 orang, industri kecil dengan jumlah tenaga kerja antara 5-19
orang, dan industri rumah tangga dengan jumlah tenaga kerja antara 1-4 orang.
Grafik 4.5
Jumlah Responden Menurut Jumlah Pekerja
17
33
0 00
5
10
15
20
25
30
35
Jumlah Pekerja
1-4 orang 5-19 orang 20-99 orang >100 orang
Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner
Berdasarkan jumlah pekerja yang digunakan, 17 responden atau sebesar
34% responden memilliki jumlah pekerja antara 1-4 orang, lalu 33 responden
lainnya atau sebesar 66% memilliki jumlah pekerja antara 5-19 orang, dan tidak
ada usaha yang memiliki pekerja lebih dari 19 orang. Hal ini dikarenakan industri
alas kaki Cibaduyut merupakan kelompok Industri Kecil dan Menengah, maka
hanya ada dua kriteria yang dipilih oleh responden berdasarkan tenaga kerja yang
ada di usahanya, yaitu 1-4 orang dan 5- 19 orang.
51
f) Jenis Usaha
Peneliti ingin melihat jenis usaha yang dijalankan dalam industri alas kaki di
Cibaduyut. Jenis usaha terbagi menjadi tiga, yaitu sebagai maklun (hanya
mengerjakan pesanan), sebagai penjual, atau sebagai produsen sekaligus penjual.
Grafik 4.6
Jumlah Responden Menurut Jenis Usaha
20
11
19
0
5
10
15
20
25
Jenis Usaha
MAKLUN PENJUAL PRODUSEN-PENJUAL
Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner
Berdasarkan jenis usaha yang dijalankan, 20 responden atau sebesar 40%
menjalankan usaha sebagai maklun, dimana mereka hanya mengerjakan sepatu
tergantung dari pesanan yang ada, baik itu dari perorangan atau dari perusahaan
besar. Kemudian 11 responden atau 22% menjalankan usahanya sebagai penjual
alas kaki saja, mereka menjual alas kaki hasil produksi lokal dari Cibaduyut, dari
Bogor, dari Tangerang. Sedangkan 19 responden atau sebanyak 38% menjalankan
usahanya sebagai produsen sekaligus penjual,
g) Modal
Peneliti ingin melihat seberapa besar modal yang digunakan responden
untuk menjalankan usaha alas kaki di Cibaduyut, dimana menurut Undang-
Undang Nomor 3 tahun 2014 kriteria industri yaitu:
52
a. Industri kecil yaitu industri dengan nilai investasi paling banyak Rp.
500.000.000,- (lima ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha. Industri rumah tangga: jumlah karyawan/tenaga kerja antara 1-4 orang,
Industri kecil: jumlah karyawan/tenaga kerja antara 5-19 orang.
b. Industri menengah yaitu industri dengan nilai investasi lebih besar dari Rp.
500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) atau paling banyak Rp 10.000.000.000,
(sepuluh miliar rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Jumlah
pegawai 20-100 orang.
Grafik 4.7
Jumlah Responden Menurut Modal
5
31
14
00
5
10
15
20
25
30
35
Modal
< Rp 10.000.000 Rp 10.000.000 - Rp 50.000.000
Rp 50.000.000 - Rp 500.000.000 Rp 500.000.000 - Rp 10.000.000.000
Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner
Berdasarkan jumlah modal yang digunakan, 5 responden atau sebesar 10%
dari total responden memulai usaha dengan modal kurang dari Rp 10.000.000,00.
Kemudian 31 responden atau sebanyak 62% memulai usaha dengan modal antara
Rp 10.000.000,00 – Rp 50.000.000,00. Selanjutnya 14 responden atau 28%
memulai usaha dengan modal antara Rp 50.000.000,00 – Rp 500.000.000,00.
sedangkan responden yang memulai usaha dengan modal Rp 500.000.000,00 – Rp
10.000.000.000,00 tidak ada. Jadi kebanyakan dari responden menggunakan
modal sebesar Rp 10.000.000,00 – Rp 50.000.000,00 dalam menjalankan
53
usahanya. Maka dalam hal ini seluruh responden masuk kedalam kriteria usaha
kecil, sedangkan responden dengan kriteria usaha skala menengah tidak ada.
h) Asal Modal
Dari jumlah modal yang digunakan, selanjutnya peneliti ingin mengetahui
darimana asal modal tersebut. Peneliti membagi asal modal menjadi empat, yaitu
tabungan, warisan, pinjaman, dan kerjasama atau investasi.
Grafik 4.8
Jumlah Responden Menurut Asal Modal
18
6
15
11
0
5
10
15
20
Asal Modal
TABUNGAN WARISAN PINJAMAN KERJASAMA/INVESTASI
Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner
Berdasarkan sumber modal yang digunakan, 18 responden atau sebesar 36%
memulai usaha dengan modal yang berasal dari tabungannya. Kemudian 6
responden atau sebesar 12% memulai usaha dengan modal yang berasal dari
warisan orangtuanya. Selanjutnya 15 responden atau sebanyak 30% memulai
usahanya dari hasil pinjaman, yang didominasi dari pinjaman pemerintah melalui
bank negara, dan sebagian meminjam dari individu atau perorangan. Kemudian 11
responden atau sebesar 22% memperoleh modal dari hasil kerjasama atau
investasi yang didominasi oleh individu atau perorangan sejumlah 9 responden,
dan 2 responden lainnya mendapatkan kerjasama atau investasi dari pihak swasta.
54
i) Pekerjaan Lain
Peneliti ingin mengetahui apakah responden memiliki pekerjaan selain
menjalankan usaha alas kaki atau tidak, baik itu untuk pekerjaan utama maupun
hanya untuk menambah penghasilan
Grafik 4.9
Jumlah Responden Menurut Pekerjaan Lain
19
31
0
5
10
15
20
25
30
35
Pekerjaan Lain
ADA TIDAK ADA
Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner
Berdasarkan penelitian, 19 responden atau sebesar 38% memiliki pekerjaan
lain diluar usaha alas kaki. Sedangkan 31 responden atau sebesar 62% tidak
memiliki pekerjaan selain menjalankan usaha alas kaki, dimana mayoritas
responden hanya bergantung pada usaha yang dijalankannya. Artinya, ketika
industri alas kaki di Cibaduyut mengalami pelemahan daya beli, maka akan terjadi
krisis ekonomi di daerah tersebut, karena penduduk lokal disana bergantung dari
usaha ini, baik sebagai pemilik maupun sebagai pekerja di industri rumah tangga.
j) Strategi Pemasaran
Peneliti ingin mengetahui strategi pemasaran apa yang digunakan oleh
responden dalam menjalankan usaha alas kaki di Cibaduyut. Dimana peneliti
membagi strategi pemasaran menjadi tiga, yaitu potongan harga, kerjasama
dengan pihak lain, dan memasang reklame.
55
Grafik 4.10
Jumlah Responden Menurut Strategi Pemasaran
11
31
8
0
5
10
15
20
25
30
35
Strategi Pemasaran
POTONGAN HARGA KERJASAMA REKLAME
Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner
Berdasarkan strategi pemasaran yang digunakan, 11 responden atau sebesar
22% menggunakan strategi potongan harga terutama yang membeli atau memesan
dalam jumlah banyak. Selanjutnya 31 responden atau sebesar 62% menggunakan
strategi kerjasama dengan pihak lain untuk menjalankan usahanya. Kemudian 8
responden atau sebesar 16% memasang reklame di lokasi usahanya untuk menarik
konsumen.
k) Kondisi Permintaan
Peneliti ingin melihat kondisi permintaan alas kaki menurut pengalaman
dari responden yang merujuk pada pemesanan atau penjualan yang telah dirasakan
setiap tahunnya, baik itu konstan, meningkat, menurun, atau naik turun
permintaan alas kakinya.
56
Grafik 4.11
Jumlah Responden Menurut Kondisi Permintaan
11
1
8
30
0
5
10
15
20
25
30
35
Kondisi Permintaan
KONSTAN MENINGKAT MENURUN NAIK-TURUN
Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner
Berdasarkan kondisi permintaan yang diterima responden setiap tahunnya,
11 responden atau sebesar 22% mengatakan bahwa permintaan alas kaki setiap
tahunnya konstan atau tidak berubah. Kemudian 1 responden atau sebesar 2%
mengatakan bahwa permintaannya meningkat, responden ini memiliki tingkat
pendidikan Sarjana dengan tempat strategis dan telah menjalankan usaha lebih
dari 20 tahun. Selanjutnya 8 responden atau sebesar 16% mengatakan bahwa
permintaannya mengalami penurunan. Kemudian 30 responden lainnya atau
sebesar 60% memiliki permintaan yang tidak tetap atau naik-turun.
l) Pengaruh Impor
Peneliti ingin melihat pengaruh impor terhadap usaha alas kaki yang
dirasakan responden selama ini, apakah masuknya barang impor dari luar negeri
memiliki dampak atau tidak.
57
Grafik 4.12
Jumlah Responden Menurut Pengaruh Impor
37
13
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Pengaruh Impor
ADA TIDAK ADA
Sumber: Hasil Pengolahan Data Kuesioner
Berdasarkan pengaruh impor, 37 responden atau sebesar 74% menjawab
bahwa mereka merasakan dampak dari masuknya alas kaki impor di Cibaduyut
terutama dari China, yang menyebabkan persaingan semakin ketat. Sedangkan 13
responden atau 26% menjawab tidak ada pengaruh dari masuknya alas kaki impor
di Cibaduyut terhadap usaha mereka.
2. Analisis Tabulasi Silang
Data yang diperoleh dari kuesioner sejumlah 50 responden, selanjutnya akan
dilakukan tabulasi silang terhadap 6 variabel yaitu pengaruh impor, pendidikan,
lama usaha, skema usaha, modal, dan pemerintah dimana pengaruh impor sebagai
X1.
a) PENGARUH IMPOR – PENDIDIKAN
Tabel 4.10 dibawah ini menjelaskan hasil pengolahan dari uji tabulasi silang
antara pengaruh impor terhadap pendidikan responden. Analisa akan dijelaskan
setelah tabel output.
58
TABEL 4.10
Analisis Tabulasi Silang Pengaruh Impor – Pendidikan
Pendidikan Total
SD SMP SMA S1
Impor
Ada
Count 24 10 3 0 37
% within impor 64.9% 27.0% 8.1% 0.0% 100.0%
Tidak Ada
Count 2 4 6 1 13
% within impor 15.4% 30.8% 46.2% 7.7% 100.0%
Total
Count 26 14 9 1 50
% within impor 52.0% 28.0% 18.0% 2.0% 100.0%
Sumber : Hasil Olah Data SPSS
Berdasarkan hasil analisis tabulasi silang, diketahui bahwa responden yang
terpengaruh oleh impor sebanyak 37 dari 50 responden atau sebesar 74%.
Mayoritas yang terpengaruh oleh impor adalah responden yang berpendidikan
hanya sampai tingkat Sekolah Dasar (SD) yaitu sebesar 64.9% dari keseluruhan
responden yang terpengaruh oleh impor. Kemudian, dari 9 responden yang
berpendidikan SMA, 6 responden tidak terpengaruh oleh impor. Responden yang
berpendidikan S1 berjumlah 1 orang juga tidak terpengaruh oleh impor. Artinya,
semakin tinggi pendidikan responden sebagai pelaku usaha, maka semakin sedikit
kemungkinan terpengaruh oleh impor
b) PENGARUH IMPOR – LAMA USAHA
Tabel 4.11 dibawah ini menjelaskan hasil pengolahan dari uji tabulasi silang
antara pengaruh impor terhadap lama usaha yang dijalankan responden. Analisa
akan dijelaskan setelah tabel output.
59
TABEL 4.11
Analisis Tabulasi Silang Pengaruh Impor – Lama Usaha
Lama_usaha
Total
<5 5-9 10-14 15-19 >20
impor
Ada
Count 5 17 14 1 0 37
% within impor 13.5% 45.9% 37.8% 2.7% 0.0% 100.0%
Tidak Ada
Count 2 2 3 5 1 13
% within impor 15.4% 15.4% 23.1% 38.5% 7.7% 100.0%
Total
Count 7 19 17 6 1 50
% within impor 14.0% 38.0% 34.0% 12.0% 2.0% 100.0%
Sumber : Hasil Olah Data SPSS
Berdasarkan hasil analisis tabulasi silang, sebagian besar responden telah
menjalankan usaha antara 5 sampai 14 tahun. Rentang waktu tersebut adalah yang
paling banyak terpengaruh oleh impor. Dari hasil yang peneliti temukan
dilapangan, direntang waktu tersebut mereka sudah mulai menjalankan usahanya
sendiri dari proses produksi hingga menjual produknya sehingga lebih
terpengaruh oleh impor. Kemudian responden yang menjalankan usahanya kurang
dari 5 tahun, sebagian besar mereka masih bergantung dengan pihak lain sebagai
maklun sepatu. Sedangkan responden yang menjalankan usahanya antara 15
sampai 19 tahun dan yang lebih dari 20 tahun tidak terpengaruh oleh impor, hal
ini disebabkan usaha yang dijalankan sudah maju dan telah menguasai kondisi
pasar.
c) PENGARUH IMPOR – SKEMA USAHA
Tabel 4.12 dibawah ini menjelaskan hasil pengolahan dari uji tabulasi silang
antara pengaruh impor terhadap skema usaha yang dijalankan responden. Analisa
akan dijelaskan setelah tabel output.
60
TABEL 4.12
Analisis Tabulasi Silang Pengaruh Impor – Skema Usaha
Skema
Total kerjasama individu
impor
Ada
Count 10 27 37
% within impor 27.0% 73.0% 100.0%
Tidak Ada
Count 4 9 13
% within impor 30.8% 69.2% 100.0%
Total
Count 14 36 50
% within impor 28.0% 72.0% 100.0%
Sumber : Hasil Olah Data SPSS
Berdasarkan hasil analisis tabulasi silang, diketahui bahwa responden yang
menjalankan usahanya secara kerjasama sebesar 28% dan yang menjalankan
usahanya secara individu sebesar 72%. Namun, baik skema usaha responden itu
secara kerjasama maupun individu tetap terpengaruh oleh adanya impor.
Responden yang lebih terpengaruh oleh adanya impor adalah skema usaha secara
individu dengan 73% responden.
d) PENGARUH IMPOR – MODAL
Tabel 4.13 dibawah ini menjelaskan hasil pengolahan dari uji tabulasi silang
antara pengaruh impor terhadap modal responden dalam menjalankan usaha.
Analisa akan dijelaskan setelah tabel output.
61
TABEL 4.13
Analisis Tabulasi Silang Pengaruh Impor – Modal
modal
Total < Rp.
10.000.000
Rp 10.000.000
- 50.000.000
Rp 50.000.000
- 500.000.000
Impor
Ada
Count 4 28 5 37
% within impor 10.8% 75.7% 13.5% 100.0%
Tidak Ada
Count 1 3 9 13
% within impor 7.7% 23.1% 69.2% 100.0%
Total
Count 5 31 14 50
% within impor 10.0% 62.0% 28.0% 100.0%
Sumber : Hasil Olah Data SPSS
Berdasarkan hasil analisis tabulasi silang, diketahui bahwa dari 5 responden
yang memulai usaha dengan modal kurang dari Rp 10.000.000,00, terdapat 4
responden yang terpengaruh oleh impor. Kemudian dari 31 responden yang
memulai usaha dengan modal antara Rp 10.000.000,00 – Rp 50.000.000,00, yang
terpengaruh oleh impor sejumlah 28 orang. Sedangkan dari 14 responden yang
memulai usaha dengan modal antata Rp 50.000.000,00 – Rp 500.000.000,00,
terdapat 5 responden yang terpengaruh oleh impor, dan 9 responden lainnya
menyatakan bahwa mereka tidak merasakan dampak dari adanya impor. Artinya,
mayoritas responden yang terpengaruh oleh impor adalah mereka yang memulai
usaha dengan modal dibawah Rp 50.000.000,00, sedangkan responden yang
memulai usaha dengan modal diatas Rp 50.000.000,00 lebih sedikit terpengaruh
oleh impor.
e) PENGARUH IMPOR – PEMERINTAH
Tabel 4.14 dibawah ini menjelaskan hasil pengolahan dari uji tabulasi silang
antara pengaruh impor terhadap peran pemerintah di sentra industri alas kaki
Cibaduyut. Analisa akan dijelaskan setelah tabel output.
62
TABEL 4.14
Analisis Tabulasi Silang Pengaruh Impor – Pemerintah
Pemerintah
Total
Ada Tidak Ada
impor
Ada
Count 3 34 37
% within impor 8.1% 91.9% 100.0%
Tidak Ada
Count 8 5 13
% within impor 61.5% 38.5% 100.0%
Total
Count 11 39 50
% within impor 22.0% 78.0% 100.0%
Sumber : Hasil Olah Data SPSS
Berdasarkan hasil analisis tabulasi silang, 78% responden menyatakan
bahwa mereka tidak merasakan adanya peran pemerintah dalam menjalankan
usahanya. Sedangkan 22% lainnya menyatakan mereka merasakan adanya peran
pemerintah dalam menjalankan usahanya, yaitu berupa penyertaan modal dari
perbankan serta kerjasama yang pernah dilakukan oleh pemerintah kota Bandung.
Kemudian, responden yang tidak merasakan adanya peran pemerintah disini, dari
39 responden yang tidak merasakan adanya peran tercatat sejumlah 34 responden
menyatakan adanya pengaruh dari masuknya barang impor terhadap usaha yang
dijalankannya. Sedangkan dari 11 responden yang merasakan adanya peran
pemerintah, hanya 3 responden yang menyatakan terpengaruh oleh barang impor.
3. Analisis SWOT
TABEL 4.15
Analisis Matriks SWOT
Kekuatan (S)
1. Bahan baku berkualitas
2. Produk dapat bertahan
lama
Kelemahan (W)
1. Kemampuan manajerial
kurang baik
2. Jaringan pemasaran yang
terbatas
63
3. Padat karya
3. Kurang harmonisnya
hubungan antar pengrajin
Peluang (O)
1. Pasar yang luas
2. Kualitas produk kurang baik
3. Perkembangan teknologi
Strategi S-O
1. Meningkatkan promosi yang
dapat menarik konsumen
2. Mempertahankan dan
meningkatkan mutu produk
3. Memanfaatkan teknologi
untuk melakukan inovasi
produk
Strategi W-O
1.Memperluas jaringan
pemasaran dengan sistem
jual online atau dengan
membuka outlet baru di
lokasi lain
2. Perbaikan system
manajemen usaha agar dapat
meningkatkan kualitas dan
penjualan produk
3. Memperbaiki hubungan
kerjasama antar pengrajin
Ancaman (T)
1. Produk impor datang dengan
model yang menarik dan harga
yang murah
2. Kurangnya rasa cinta produk
lokal pada masyarakat
Strategi S-T
1. Meningkatkan variasi produk
menjadi lebih beragam
2. Mempercantik produk produk
andalan agar dapat bersaing
dengan produk impor
Strategi W-T
1. Meningkatkan pengenalan
produk kepada masyarakat
2. Memberikan pelayanan yang
maksimal dan harga yang
terjangkau
64
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil penelitian mengenai dinamika perkembangan industri
alas kaki pasca kebijakan ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) dengan studi
kasus di sentra industri alas kaki Cibaduyut yang dilakukan melalui observasi,
wawancara, dan penyebaran kuesioner, maka penulis menyimpulkan :
1. Faktor yang mempengaruhi perkembangan industri alas kaki di Cibaduyut atas
adanya kebijakan ACFTA diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Pendidikan
Responden yang memiliki pendidikan tinggi lebih mampu bersaing dengan
produk impor dari China dibandingkan dengan pendidikan yang rendah.
Sedangkan mayoritas pengusaha alas kaki di Cibaduyut memiliki pendidikan
yang rendah, sehingga banyak pengusaha alas kaki di Cibaduyut yang tidak
mampu bertahan menghadapi persaingan dengan produk impor
b. Lama usaha
Responden yang menjalankan usahanya sendiri dari proses produksi
hingga menjual produknya lebih terpengaruh oleh impor. Sedangkan responden
yang menjalankan usahanya lebih dari 20 tahun tidak terpengaruh oleh impor,
hal ini disebabkan usaha yang dijalankan sudah maju dan telah menguasai
kondisi pasar.
c. Modal
Responden memulai usaha dengan modal yang bervariatif, mulai kurang
dari Rp 10.000.000,00 hingga Rp 500.000.000,00. Maka menurut Undang-
Undang Nomor 3 tahun 2014 tentang kriteria industri, pengusaha di Cibaduyut
termasuk dalam industri kecil.
65
d. Peran Pemerintah
Responden sebagai pelaku usaha yang tidak merasakan adanya peran
pemerintah, mayoritas menyatakan mereka terpengaruh oleh adanya produk
impor yang masuk dari China, sedangkan responden yang merasakan peran
pemerintaah baik berupa penyertaan modal maupun kerjasama lainnya
mayoritas tidak terpengaruh dari adanya produk impor yang masuk.
2. Pertumbuhan industri alas kaki pada periode setelah kebijakan ACFTA
mengalami penurunan yang sangat signifikan dari jumlah unit usaha dan
jumlah tenaga kerja pada tahun 2010 hingga 2016, hal ini diakibatkan karena
tidak mampunya produk asli Cibaduyut bersaing dengan produk impor asal
China dari sisi harga dan model. Terbukti dari fakta yang penulis temukan di
lapangan, mayoritas toko lebih banyak menjual produk dari China dan produk
dari luar Cibaduyut dibandingkan produk asli Cibaduyut. Hanya ada beberapa
toko besar yang ternama saja yang menjual produk asli Cibaduyut.
3. Pemerintah kota Bandung telah menetapkan tujuh sentra industri di Bandung
termasuk Cibaduyut sebagai sentra industri alas kaki. Namun, berdasarkan
fakta yang penulis temukan di lapangan, dalam pengelolaannya masih berjalan
masing-masing antara pemerintah dengan pelaku usaha.
B. SARAN
Untuk meningkatkan citra sentra industri alas kaki di Cibaduyut, penulis
mencoba memberikan beberapa saran sebagai berikut.
a. Saran untuk Pemerintah
1) Mengadakan musyawarah antara pemerintah dengan pelaku usaha untuk
menyatukan pendapat dalam memajukan industri alas kaki di Cibaduyut,
2) Menginstruksikan kepada aparatur pemerintahan untuk menggunakan alas
kaki asli dari Cibaduyut sebagai bentuk cinta produk lokal sekaligus dalam
rangka meningkatkan perekekonomian di kota Bandung
3) Menghias jalan Cibaduyut Raya seperti halnya taman, jalan kota atau alun-
alun di Bandung sehingga banyak wisatawan yang berkunjung.
66
4) Menambah tenaga kerja di Dinas Perindutrian dan Perdagangan sub unit
Pengembangan IKM Persepatuan Cibaduyut
b. Saran untuk Pelaku Usaha
1) Bekerjasama dengan pemerintah dan pelaku usaha lain untuk membangun
dan memajukan sentra industri alas kaki Cibaduyut dalam bentuk organisasi
ataupun paguyuban
2) Melakukan inovasi produk dari bentuk dan model dengan tetap
mempertahankan ciri khas alas kaki Cibaduyut
3) Memanfaatkan teknologi dengan memasarkan produk secara online melalui
media social dan e-commerce
67
DAFTAR PUSTAKA
Adhyatma, Tatya Anggara. 2016. Pengaruh Ketentuan ASEAN China Free Trade
Area (ACFTA) Terhadap Regulasi Perdagangan di Indonesia Terutama
Pada Bidang Investasi. Skripsi. Semarang: Fakultas Hukum dan
Komunikasi, Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.
Alim, Hanif Nur. (2008). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen
Membeli Obat di Apotik, Skripsi, Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Aprillia, Devina. 2018. Analisis Determinan Daya Saing Industri Manufaktur
Non-Migas, Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Armaidah, Reni. 2016. Analisis Daya Saing dan Faktor yang Mempengaruhi
Perkembangan Output UMKM Industri Alas Kaki, Skripsi, Institut
Pertanian Bogor.
Aslam, Mohamed. 2012. The Impact of ASEAN-China Free Trade Area
Agreement on ASEAN’s Manufacturing Industry. International Journal of
China Studies. Vol. 3. No. 1 . Malaysia: University of Malaya.
Aspiranti, Tasya, Nurfahmiyati dan Yukha Sundaya. (2008). Analisis “Quality
Function Deployment” pada Sentra Industri Kecil Sepatu Cibaduyut,
Jurnal MIMBAR, Vol. XXIV, No. 1 (Januari - Juni 2008): 01-11,
Universitas Islam Bandung.
Audina, Sarah Fauziah. (2017). Strategi Keberhasilan Usaha Home Industri
Dalam Memberdayakan Masyarakat, Skripsi, Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
David, Fred. R. 2004. Manajemen Strategis. Edisi Kesembilan. PT. Intan Sejati
Klaten. Jakarta.
Denzin, N. K. & Lincoln, Y. S. (1994). “Handbook of Qualitative Research”,
Sage Publications, Thousand Oaks.
Direktorat Kerjasama Regional Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional
tentang ACFTA, 2010.
Hidayat, M. Hasan. (2018). Dampak Pembangunan Jalan Tol Cikopo-Pemalang
Terhadap Perkembangan Perdagangan dan Rumah Makan di Kabupaten
Indramayu, Cirebon, dan Brebes, Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
68
Jayakusumah, Herdi. (2011). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Konsumen dalam Keputusan Pembelian Teh Celup Sariwangi, Skripsi,
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor
IV/MPR/1999 Tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-
2004.
Klasifikasi Baku Lapangan Usaha 2017.
Laudon, Kenneth C dan Jane P. Laudon. (2007). “Sistem Informasi Manajemen.
Edisi ke-10. Terjemahan Chriswan Sungkono dan Machmudin Eka P”.
Jakarta: Salemba Empat.
Lestari, F. (2006). “Strategi Pengembangan Potensi Industri Kecil Sepatu
Cibaduyut,” Skripsi, Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Unisba Malhotra,
N. (2004), “Marketing Research 4th edition”, New Jersey. Pearson
Education.
Muhammad, Suwarsono. 2013. Manajemen Strategik : Konsep dan Alat Analisis.
Unit Penerbit dan Percetakan STIM YKPN: Yogyakarta.
Nurjannah. (2010). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan
Konsumen Dalam Menggunakan Ponsel Gsm Tipe Qwerty, Skripsi,
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Porter, Michael E. (2007). “Strategi Bersaing (competitive strategy)”, Tangerang:
Kharisma Publishing Group.
Purbasari, Ratih dan Arianis Chan. (2017). Value Chain Analysis of the Impact of
the Leather Raw Material Scarcity on the Leather Shoe Industry in
Cibaduyut, GMP Press and Printing, Padjajaran University.
Pradina, Normalita. 2017. Pengaruh Implementasi ASEAN-China Free Trade
Terhadap Nilai Perdagangan ASEAN. Skripsi. Malang: Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang.
Profil dan Tipologi Kelurahan Cibaduyut Kecamatan Bojongloa Kidul Kota
Bandung 2018.
Putri, Rebecca Christina. 2014. Analisis Daya Saing Industri Pariwisata di
Kabupaten Jepara untuk Meningkatkan Ekonomi Daerah, Skripsi,
Universitas Diponegoro.
69
Raharja, Wini Muliagustina. (2018). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Transformasi Struktural Ekonomi, Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Rangkuti, Freddy. 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis.
Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Redu, Gracia Regina. 2013. Tindak Lanjut Pengembalian Kebijakan Luar Negeri
Oleh Indonesia dalam Menghadapi Kerjasam ACFTA (ASEAN-China
Free Trade Agreement. Skripsi. Malang: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Brawijaya.
Sarwono, Jonathan. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Graha
Ilmu: Yogyakarta.
Setiawan, Sigit. 2012. ASEAN-CHINA FTA: Dampaknya Terhadap Ekspor
Indonesia dan China, Jurnal, Badan Kebijakan Fiskal Kementerian
Keuangan-RI.
Sukirno, Sadono. (2002). Teori Mikro Ekonomi. Cetakan Keempat Belas,
Rajawali Press: Jakarta
Tiaranitasari, Rizki. 2014. Dampak Ekonomi Politik Persaingan Produk Lokal
dan Produk Impor Dalam Kesepakatan ACFTA 2011-2012 (studi kasus :
Persaingan Apel dan Jeruk Lokal Dengan Apel dan Jeruk China di Batu.
Jawa Timur). Skripsi, Universitas Muhammadiyah Malang.
The Observatory of Economic Complexity (OEC). 2017.
The Global Competitiveness Report. 2019.
Trade Research and Development Agency (TREDA). (2009), Kementerian
Perdagangan Republik Indonesia.
Utami, Ramadhilla Maghfira dan Donald Crestofel Lantu. (2013).
DEVELOPMENT OF COMPETITIVENES MODEL FOR SMALL-
MEDIUM ENTERPRISES AMONG THE CREATIVE INDUSTRY IN
BANDUNG, Jurnal, Institut Teknologi Bandung, Indonesia.
Wibisono, Yusuf. (2011). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan
Menggunakan Situs Berita Kompas.com, Skripsi, Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro Semarang.
Yuniarti, Yuyun dan Sam’un Jaja Raharja. Analisis Faktor Daya Saing Industri
Alas Kaki Cibaduyut Kota Bandung, Jurnal AdBispreneur Vol. 1, No. 3,
Desember 2016 Hal. 243-250.
70
Yusnanto. (2010). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sektor Industri
Pengolahan di Kabupaten Sukoharjo, Skripsi, Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah.
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian.
71
LAMPIRAN
Lampiran I
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS ATAS DINAMIKA PERKEMBANGAN INDUSTRI ALAS KAKI
PASCA KEBIJAKAN ASEAN – CHINA FREE TRADE AREA
Studi Kasus di Sentra Industri Cibaduyut, Kota Bandung
Identitas Narasumber
Nama :
Alamat :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Profesi :
1. Sudah berapa lama anda menjalani usaha alas kaki di Cibaduyut?
a. < 5 tahun
b. 5-9 tahun
c. 10-14 tahun
d. 15-19 tahun
e. >20 tahun
2. Bagaimana skema usaha ini berjalan?
a. Secara kerjasama
b. Secara individu
3. Bagaimana status tempat yang digunakan untuk berwirausaha?
a. Sewa
b. Pribadi
Identitas Peneliti
Nama :Lutfy Nugraha
NIM : 11140840000047
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Ekonomi Pembangunan
72
4. Berapa jumlah pekerja yang dimiliki?
a. 1-5 Pekerja
b. 6-19 Pekerja
c. 20-99 Pekerja
d. >100 Pekerja
5. Apa jenis usaha yang dijalankan?
a. Hanya sebagai maklun (membuat saja)
b. Hanya memproduksi
c. Memproduksi dan menjual produknya sendiri
6. Berapa jumlah modal awal untuk memulai usaha?
a. <Rp 10.000.000,00
b. Rp 10.000.000,00 – Rp.50.000.000,00
c. Rp 50.000.000,00 – Rp 500.000.000,00
c. Rp 500.000.000,00 – Rp10.000.000.000,00
7. Dari mana modal usaha anda diperoleh?
a. Tabungan
b. Pinjaman
c. Warisan
d. Kerjasama / investasi
d. Lain-lain
8. Apakah ada perkerjaan selain berwirausaha?
a. Ada
b. Tidak ada
9. Selama usaha ini berjalan, bagaimana cara memasarkan produknya?
a. Pasang reklame
b. Kerjasama
c. Potongan harga
73
10. Menurut pandangan anda, bagaimana kondisi permintaan pasar atas
produk alas kaki setiap tahunnya?
a. Meningkat
b. Menurun
c. Konstan
d. Naik-turun
11. Apakah ada peran pemerintah yang telah dirasakan selama ini?
a. Ada
b. Tidak Ada
12. Apabila ada, sejauh yang anda ketahui, bentuk peran pemerintah yang
dirasakan seperti apa?
13. Adakah pengaruh dari masuknya barang impor terhadap usaha anda?
a. Ada
b. Tidak Ada
14. Apabila ada, pengaruhnya seperti apa?
15. Berikan saran dan harapan terhadap perkembangan industri alas kaki di
Cibaduyut
74
Lampiran II
Foto saat diskusi bersama satuan kerja Kelurahan Cibaduyut dan Ketua
Lembaga Pengabdian Masyarakat Cibaduyut
75
Foto di Dinas Perindustrian dan Perdagangan sub unit IKM Persepatuan
Cibaduyut
76