Upload
rompas-hbtm
View
656
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
A. Judul
ANALISA PROSES PEMBELAJARAN IPS TERPADU DI SMP NEGERI 2
GANGGA TAHUN PELAJARAN 2012/2013
B. Latar belakang masalah
Makna dan hakikat belajar diartikan sebagai proses membangun
makna/pemahaman terhadap informasi dan/atau pengalaman. Proses
membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh peserta didik atau
bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan
awal), dan perasaan peserta didik. Belajar bukanlah proses menyerap
pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Buktinya, hasil ulangan peserta
didik Berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang sama, dari guru yang
sama, dan pada saat yang sama. Pembelajaran yang bermakna akan membawa
peserta didik pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang
diperoleh peserta didik akan semakin berkesan apabila proses pembelajaran
yang diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya
sendiri. Dalam konteks ini peserta didik mengalami dan melakukannya
sendiri. Proses pembelajaran yang berlangsung melibatkan peserta didik
sepenuhnya untuk merumuskan sendiri suatu konsep.
Menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang
disempurnakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bahwa
setiap individu mempunyai potensi yang harus dikembangkan, maka proses
pembelajaran yang cocok adalah yang menggali potensi anak untuk selalu
1
kreatif dan berkembang. Namun kenyataan di lapangan belum menunjukkan
ke arah pembelajaran yang bermakna.
Para pendidik masih perlu penyesuaian dengan KTSP, para guru
sendiri belum siap dengan kondisi yang sedemikian plural sehingga
untuk mendesain pembelajaran yang bermakna masih kesulitan. Sistem
pembelajaran duduk tenang, mendengarkan informasi dari guru sepertinya
sudah membudaya sejak dulu, sehingga untuk mengadakan perubahan ke arah
pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan agak sulit.
Mata pelajaran IPS Terpadu dirancang untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial
masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata
pelajaran IPS Terpadu disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu
dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam
kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta
didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada
bidang ilmu yang berkaitan.
Sesuai dengan rumpun disiplin IPS, Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD) IPS di tingkat SMP/MTS meliputi kajian: sejarah,
geografi, ekonomi dan sosiologi. Secara umum, kompetensi yang ingin
dicapai oleh mata pelajaran IPS bagi peserta didik adalah kompetensi untuk
mengembangkan diri agar peserta didik peka terhadap masalah sosial yang
terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala
ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah sosial yang
2
terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa
kehidupan masyarakat sekitarnya. (Nursid Sumaatmaja, 1980; 20),
Implementasi kurikulum ini memerlukan berbagai studi yang mengarah pada
peningkatan efisiensi dan efektivitas dalam pembelajaran IPS. Model
pembelajaran IPS secara terpadu merupakan salah satu model implementasi
kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang
pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD/MI) sampai dengan Sekolah
Menengah Atas (SMA/MA). (Bintek, Dirjen Mandikdasmen, 2006).
Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu
pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara
individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan
konsep serta prinsip secara holistik dan otentik. Melalui pembelajaran terpadu
peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat
menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-
kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik
terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari
secara holistik, bermakna, otentik, dan aktif. Cara pengemasan pengalaman
belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan
pengalaman bagi para peserta didik.
Pengalaman belajar lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur
konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual
yang dipelajari dengan sisi bidang kajian yang relevan akan membentuk
skema (konsep), sehingga peserta didik akan memperoleh keutuhan dan
3
kebulatan pengetahuan. Perolehan keutuhan belajar, pengetahuan, serta
kebulatan pandangan tentang kehidupan dan dunia nyata hanya dapat
direfleksikan melalui pembelajaran terpadu.
Dalam kenyataannya, pembelajaran IPS di SMP Negeri 2 Gangga
sebagian besar masih dilaksanakan secara terpisah. Pencapaian Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran IPS masih dilakukan sesuai
dengan bidang kajian masing-masing (sejarah, geografi, ekonomi, dan
sosiologi) tanpa ada keterpaduan di dalamnya. Hal ini tentu saja menghambat
ketercapaian tujuan IPS itu sendiri yang dirumuskan atas dasar realitas dan
fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek
dan cabang-cabang ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik,
hukum, budaya). Hal ini disebabkan antara lain: (1) kurikulum IPS itu sendiri
tidak menggambarkan satu kesatuan yang terintegrasi, melainkan masih
terpisah-pisah antarbidang ilmu-ilmu sosial; (2) latar belakang guru yang
mengajar merupakan guru disiplin ilmu seperti geografi, sejarah, ekonomi,
dan sosiologi, antropologi sehingga sangat sulit untuk melakukan
pembelajaran yang memadukan antardisiplin ilmu tersebut; serta (3) terdapat
kesulitan dalam pembagian tugas dan waktu pada masing-masing guru ”mata
pelajaran” untuk pembelajaran IPS secara terpadu. (4) meskipun pembelajaran
terpadu bukan merupakan hal yang baru namun para guru di sekolah tidak
terbiasa melaksanakannya sehingga ”dianggap” hal yang baru. Berdasarkan
uraian tersebut, maka dalam rangka implementasi Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar serta untuk memenuhi keterca-paian tujuan pembelajaran
4
IPS, maka diperlukan pedoman pelaksanaan pembelajaran IPS Terpadu pada
tingkat sekolah dasar dan menengah. Hal ini penting, untuk memberikan
gambaran tentang pembelajaran terpadu yang dapat menjadi acuan dan contoh
konkret dalam kerangka implementasi Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar.
Saat ini pendidikan kita masih di dominasi oleh metode-metode
pembelajaran konvensional seperti metode ceramah, sedangkan untuk
memaksimalkan peran peserta didik dalam proses pembelajaran mata
pelajaran IPS Terpadu dikelas perlu diterapkan model pembelajaran yang
lebih inovatif dan variatif sehingga dapat mengaktifkan peserta didik, salah
satunya dengan menerapkan model-model pembelajaran konstruktif yang
bersifat relatif membangun dan dapat meningkatkan motivasi dan kreativitas
mereka dalam mengikuti pembelajaran IPS Terpadu.
Dalam paradigma pembelajaran konstruktifistik, peserta didik
diharapkan dapat menemukan dan mentransformasikan informasi kompleks,
mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya jika
tidak, maka tidak akan menimbukan perubahan pada peserta didik. Sebagian
ahli pendidikan berpendapat bahwa teori konstruktivisme menurutnya peserta
didik berperan aktif membangun sendiri pengetahuan di benaknya, pendidik
hanya sebagai fasilitator saja.
Dalam proses pembelajaran konstruktif ini, peran aktif pendidik tidak
lagi sebagai pusat pengetahuan (teacher centered) tetapi perannya hanya
sebagai fasilitator membantu peserta didik dalam menemukan konsep, fakta,
5
atau prinsip bagi mereka sendiri, bukan sebagai satu-satunya sumber informasi
atau mengendalikan seluruh kegiatan di kelas.
Pada saat ini, SMP Negeri 2 Gangga telah menggunakan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai pedoman kurikulum dalam
pemblajran, namun kurikulum tersebut belum sepenuhnya dapat diterapkan
dengan sempurna dalam kegiatan belajar disetiap mata pelajaran, baik dari
segi strategi, metode, maupun penggunaan media pembelajaran.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pendidik mata pelajaran
IPS Terpadu yang mengajar di SMP Negeri 2 Gangga, pada pembelajaran
materi pasar yang digunakan adalah metode ceramah dan diskusi tradisional.
Pada saat pendidik menyampaikan pelajaran dengan metode konvensional,
dan diskusi tradisional, hanya peserta didik tertentu yang dapat mengikuti
diskusi secara aktif dan berani dalam mengungkapkan pendapat. Sehingga
suasana belajar dikelas menjadi kurang menyenangkan dan hal ini
berpengaruh terhadap hasil prestasi belajar yang di capai di kelas. Model
pembelajaran seperti ini dirasakan kurang efektif untuk menarik perhatian dan
keaktifan peserta didik didalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
Berdasarkan tuntutan tersebut sangat jelas bahwa IPS Terpadu
merupakan mata pelajaran yang berorientasi tidak hanya pengembangan
intelektual, tetapi juga sikap dan ketrampilan guru dalam mengembangkan dan
mengaplikasikan metode-metode pembelajaran yang lebih inovatif dan
bervariasi agar dalam proses belajar mengajar di SMP Negeri 2 Gangga dapat
lebih efektif dan diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan kreativitas
6
belajar yang merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik.
C. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat menarik rumusan
masalah yang akan diangkat menjadi pembahasan Proposal ini yaitu “Analisa
Proses Pembelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 2 Gangga Tahun Pelajaran
2012/2013”
D. Batasan masalah
Batasan masalah merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam
penulisan laporan Tugas Akhir ini. Dalam pembatasan masalah yang tepat
dan benar, maka arah dari pembahasan masalah akan sesuai dengan tujuan
yang hendak dicapai. Penyusunan Proposal ini, penulis memberikan batasan
mengenai :
1. Analisa Proses Pembelajaran IPS Terpadu
2. Proses Pembelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 2 Gangga
E. Tujuan penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah yang ada di atas, maka secara
obyektif mempunyai tujuan: Untuk mengetahui metode atau model
pembelajaran yang sesuai pada mata pelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 2
Gangga
7
F. Manfaat penelitian
1. Manfaat secara teoritis
Merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam
hal proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS Terpadu serta sebagai
bahan masukan dalam mengembangkan inovasi metode pembelajaran
mata pelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 2 Gangga.
2. Manfaat praktis
a. Bagi peserta didik, untuk dapat membantu peserta didik di dalam
menumbuhkan motif-motf belajarnya kearah yang lebih keras, giat
dan tekun sehingga mendapatkan prestasi hasil belajar yang baik,
dengan prestasi hasil belajar yang di dapatkan itulah peserta didik
akan terdorong untuk melanjutkan pendidikannya.
b. Bagi pendidik, untuk dapat membantu pendidik dalam
menumbuhkan Motif-motif belajar pada peserta didik nya, agar
dapat belajar dengan lebih keras, giat dan tekun sehingga tercapai
prestasi hasil belajar yang diharapkan.
c. Bagi sekolah, untuk dapat memperoleh gambaran tentang prestasi
hasil belajar peserta didik yang telah didapatkan di sekolah tersebut,
serta untuk megetahui motif-motif apa yang mendorong peserta
didik untuk dapat melanjutkan pendidikanya.
d. Bagi Peneliti, untuk dapat menambah pemahaman dan pengetahuan
dalam bidang pendidikan dan penelitian
8
G. Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika pembahasan dalam proposal skripsi ini sebagai
berikut:
BAB I : Pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika
pembahasan.
BAB II : Tinjauan pustaka, yang memaparkan tentang proses
pembelajaran dan proses belajar yang baik, landasan teori yang meliputi
hakekat pengajaran IPS Terpadu, tujuan pengajaran IPS Terpadu, analisa
proses pembelajaran, analisa proses pembelajaran yang baik, dan langkah-
langkah dalam melakukan analisa pembelajaran.
BAB III : Metode penelitian yang terdiri dari: jenis penelitian, populasi
dan sampel penelitian, data penelitian yang meliputi jenis dan sumber data,
tekhnik pengumpulan data, variabel penelitian, analisis data dan pengujian
hipotesis.
BAB IV : Bab ini berisi tentang hasil dan pembahasan penelitian yang
meliputi tentang statistik deskriptif variabel penelitian, hasil pengujian
asumsihasil pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian.
BAB V : Pada bab ini penulis akan mengemukakan tentang simpulan dan
saran.
BAB VI : Bab ini adalah bab penutup yang berkaitan dengan Daftar
Pustaka dan Lampiran-lampiran.
9
H. Tinjauan pustaka dan perumusan hipotesis
1. Penegasan pengertian istilah
a. Definisi Proses Pembelajaran
Berbagi dan mengolah informasi dengan tujuan agar
pengetahuan yang terbentuk ter-“internalisasi”dalam diri peserta
pembelajaran dan menjadi landasan belajar secara mandiri dan
berkelanjutan. Maka kriteria keberhasilan sebuah proses
pembelajaran adalah munculnya kemampuan belajar berkelanjutan
secara mandiri.
Sebuah proses pembelajaran yang baik, paling tidak harus
melibatkan 3 aspek, yaitu: aspek psikomotorik, aspek kognitif dan
aspek afektif.
Aspek Psikomotorik dapat difasilitasi lewat adanya
praktikum-praktikum dengan tujuan terbentuknya ketrampilan
eksperimental. Aspek kognitif difasilitas lewat berbagai aktivitas
penalaran dengan tujuan adalah terbentuknya penguasaan intelektual.
Sedangkan aspek afektif dilakukan lewat aktivitas pengenalan dan
kepekaan lingkungan dengan tujuan terbentuknya kematangan
emosional. Ketiga aaspek tersebut bila dapat dijalankan dengan baik
akan membentuk kemampuan berfikir kritis dan munculnya
kreativitas.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata proses
bermakna 1) Runtutan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan
10
sesuatu: kemajuan sosial berjalan terus; penyakit; kimia, reaksi
kimia; 2) Rangkaian tindakan, pembuatan, atau pengolahan yang
menghasilkan produk. - belajar tingkat dan Fase-fase yang dilalui
anak atau sasaran didik dalam mempelajari sesuatu; sosial proses
pengaruh timbal balik antara pelbagai bidang kehidupan; - sosialisasi
proses yang membawa anak pada perkenalan dan pergaulan dengan
anak lain; berproses mengalami (mempunyai) proses; pengawasan
dengan mekanisme komputer bisa cepat mengetahui segala angka
atau data (Anton M. Moeliono, dkk.1997 hlm.703).
Menurut Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya (1997:33) proses
belajar mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang
terorganisasi. Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatan
belajar terarah sesuai tujuan pendidikan. Pengawasan turut
menentukan lingkungan itu membantu kegiatan belajar. Lingkungan
belajar yang baik adalah lingkungan yang menantang dan
merangsang para peserta didik untuk belajar, memberikan rasa aman
dan kepuasan serta mencapai tujuan yang diharapkan. Salah satu
faktor yang mendukung kondisi belajar di dalam satu kelas adalah
job descreption proses belajar mengajar yang berisi serangkaian
pengertian peristiwa belajar yang dilakukan oleh kelompok-
kelompok peserta didik.
Pengertian pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari
pengertian belajar. Menurut Slamet (2006:60) mengungkapkan
11
bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan prilaku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dan interaksinya
dengan lingkungan. Pengertian yang hampir sama dikemukakan oleh
Soemanto (2006:104) bahwa, ”Belajar adalah suatu proses, dan
bukan suatu hasil. Karena itu belajar berlangsung secara aktif dan
integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk
mencapai suatu tujuan.”
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran merupakan proses atau kegiatan yang memungkinkan
terjadinya peristiwa belajar yang dapat menghasilkan perubahan
pada pelaku belajar.
Pembelajaran Berbasis Kompetensi merupakan wujud
pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi sebagai currículum in
action. Salah satu rangkaian pembelajaran berbasis kompetensi
pelaksanaan adalah evaluasi pembelajaran berbasis kompetensi.
(Indrayanto, Dkk. 2009 hlm.202).
Mengacu pada asumsi bahwa pembelajaran merupakan sistem
yang terdiri atas beberapa unsur, yaitu masukan, proses dan
keluaran/hasil; maka terdapat tiga jenis evaluasi sesuai dengan
sasaran evaluasi pembelajaran, yaitu evaluasi masukan, proses dan
keluaran/hasil pembelajaran. Evaluasi masukan pembelajaran
menekankan pada evaluasi karakteristik peserta didik, kelengkapan
12
dan keadaan sarana dan prasarana pembelajaran, karakteristik dan
kesiapan guru, kurikulum dan materi pembelajaran, strategi
pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran, serta keadaan
lingkungan dimana pembelajaran berlangsung. (Indrayanto,
2009:203).
b. Proses Pembelajaran yang baik
Untuk menghasilkan sebuah proses pembelajaran yang baik,
maka paling tidak harus terdapat 4 tahapan (Zahara Djaafar,
2001:10), yaitu:
1. Tahap berbagi dan mengolah informasi, kegiatan dikelas,
laboratorium, perpustakaan adalah termasuk dalam aktivitas
untuk berbagi dan mengolah informasi.
2. Tahap internalisasi, aktivitas dalam bentuk PR, tugas, paper,
diskusi, tutorial, adalah bagian dari tahap internalisasi.
3. Mekanisme balikan, kuis, ulangan/ujian serta komentar dan
survey adalah bagian dari proses balikan.
4. Evaluasi, aktivitas assesment yang berdasar pada test ataupun
tanpa test termasuk assesment diri adalah bagian dari proses
evaluasi. Evaluasi dapat dilakukan secara peer review ataupun
dengan survey terbatas.
13
c. Evaluasi proses
Evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang
terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan
menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan suatu
tolak ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan.
Untuk memeperoleh informasi yang tepat dalam kegiatan
evaluasi dilakukan melalui kegiatan pengukuran. Pengukuran
merupakan suatu proses pemberian skor atau angka-angka terhadap
suatu keadaan atau gejala berdasarkan atura-aturan tertentu. Dengan
demikian terdapat kaitan yang erat antara pengukuran (measurment)
dan evaluasi (evaluation) kegiatan pengukuran merupakan dasar
dalam kegiatan evaluasi.
Evaluasi adalah proses mendeskripsikan, mengumpulkan dan
menyajikan suatu informasi yang bermanfaat untuk pertimbangan
dalam pengambilan keputusan. Evaluasi pembelajaran merupakan
evaluasi dalam bidang pembelajaran. Tujuan evaluasi pembelajaran
adalah untuk menghimpun informasi yang dijadikan dasar untuk
mengetahui taraf kemajuan, perkembangan, dan pencapaian belajar
peserta didik, serta keefektifan pengajaran guru. Evaluasi
pembelajaran mencakup kegiatan pengukuran dan penilaian. Bila
ditinjau dari tujuannya, evaluasi pembelajaran dibedakan atas
evaluasi diagnostik, selektif, penempatan, formatif dan sumatif. Bila
ditinjau dari sasarannya, evaluasi pembelajaran dapat dibedakan atas
14
evaluasi konteks, input, proses, hasil dan outcom. Proses evaluasi
dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan,
pengolahan hasil dan pelaporan tahap perencanaan, pelaksanaan,
pengolahan hasil dan pelaporan.
Sesuai pendapat Grondlund dan Linn (Entis Sulaeman,
2001:20) mengatakan bahwa evaluasi pembelajran adalah suatu
proses mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi informasi
secaras sistematik untuk menetapkan sejauh mana ketercapaian
tujuan pembelajaran.
Sesungguhnya, dalam konteks penilaian ada beberapa istilah
yang digunakan, yakni pengukuran, assessment dan evaluasi.
Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan
untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik.
Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen
untuk melakukan penilaian. Unsur pokok dalam kegiatan
pengukuran ini, antara lain adalah sebagai berikut:
1) tujuan pengukuran,
2) ada objek ukur,
3) alat ukur,
4) proses pengukuran,
5) hasil pengukuran kuantitatif.
15
2. Landasan teori
a. Hakekat Pengajaran IPS Terpadu.
Pengorganisasian bahan pengajaran IPS Terpadu sumbernya
dari berbagai ilmu sosial yang diintegrasikan menjadi satu ke dalam
mata pelajaran. Dengan demikian pengajaran IPS Terpadu
merupakan bagian integral dari bidang studi. Namum ketika
membicarakan suatu topik yang berkaitan dengan sejarah, bahan-
bahan pengajaran bisa dibicarakan secara lebih tajam. Ada dua
bahan kajian IPS Terpadu, yaitu bahan kajian pengetahuan sosial
mencakup lingkungan sosial, yang terdiri atas ilmu bumi, ekonomi
dan pemerintahan dan bahan kajian sejarah meliputi perkembangan
masyarakat Indonesia sejak lampau hingga masa kini. Mengajar IPS
Terpadu pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)
memerlukan stimulan yang besar serta berbagai variasi pendekatan
untuk mendapatkan partisipasi peserta didik. Akan tetapi kondisi
kelas juga harus tetap dijaga supaya tidak kehilangan kendali dan
disiplin.
Untuk meningkatkan mutu dan hasil belajar dalam
pengajaran IPS Terpadu, seorang guru dituntut supaya menguasai
dan menerapkan berbagai metode pengajaran yang relevan dengan
mata pelajaran IPS Terpadu materi tentang ekonomi. Pelaksanaan
pembelajaran di dalam kelas merupakan salah satu tugas utama guru,
dan pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan
16
untuk membelajarkan peserta didik. Dalam proses pembelajaran
masih sering ditemui adanya kecenderungan meminimalkan
keterlibatan peserta didik. Dominasi guru dalam proses pembelajaran
menyebabkan kecenderungan peserta didik lebih bersifat pasif
sehingga mereka lebih banyak menunggu sajian guru dari pada
mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, ketrampilan atau
sikap yang mereka butuhkan.
Selama ini proses pembelajaran ekonomi yang ditemui masih
secara konvensional, seperti ekspositori, drill atau bahkan ceramah.
Proses ini hanya menekankan pada pencapaian tuntutan kurikulum
dan penyampaian tekstual semata daripada mengembangkan
kemampuan belajar dan membangun individu. Kondisi seperti ini
tidak akan menumbuhkembangkan aspek kemampuan dan aktivitas
peserta didik seperti yang diharapkan. Akibatnya nilai-nilai yang
didapat tidak seperti yang diharapkan
Maka dengan demikian melalui kegiatan evaluasi dan analisis
proses pembelajaran IPS terpadu materi ekonomi diharapkan dapat
menemukan solusi yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar
peserta didik di SMP Negeri 2 Gangga, untuk mendukung
tercapainya peningkatan prestasi tersebut, guru di tuntut untuk dapat
menguasai bahan ajar, mengelola program belajar-mengajar,
mengelola kelas, menggunakan media atau sumber, menguasai
landasan-landasan kependidikan, mampu mengelola interaksi belajar
17
mengajar, mampu menilai prestasi untuk kepentingan pengajaran,
mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan,
mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, memahami
dan menafsirkan hasil-hasil penelitian guna keperluan pengajaran
(W. Gulo, 2002:37). .
b. Tujuan Pengajaran IPS Terpadu.
Perumusan tujuan pengajaran sangat penting untuk dilakukan
karena tujuan merupakan tolok ukur keberhasilan seluruh proses
belajar mengajar yang telah dilakukan.
Menurut I Gede Widja (2005:27-29), secara umum tujuan
pengajaran IPS terpadu sebagai berikut:
1) Aspek Pengetahuan / Pengertian
a. Menguasai pengetahuan tentang aktivitas-aktivitas manusia
di waktu yang lampau baik dalam aspek eksternal maupun
internal.
b. Menguasai pengetahuan tentang fakta-fakta khusus (unik)
dari peristiwa masa lampau sesuai dengan waktu, tempat,
serta kondisi pada waktu terjadinya peristiwa tersebut.
c. Menguasai pengetahuan tentang unsur-unsur umum
(generalisasi)
d. Menguasai tentang unsur perkembangan dan peristiwa-
peristiwa masa lampau yang berlanjut (bersifat kontinuitas)
dari periode satu ke periode berikutnya yang
18
menyambungkan peristiwa masa lampau dengan peristiwa
masa kini.
e. Menumbuhkan pengertian tentang hubungan antara fakta satu
dengan fakta lainnya yang berangkai secara kognitif
(berkaitan secara intrinsik).
f. Menumbuhkan keawasan (awareness) bahwa keterkaitan
fakta lebih penting dari pada fakta-fakta yang berdiri sendiri.
g. Menumbuhkan keawasan tentang pengaruh-pengaruh sosial
kultural terhadap peristiwa.
h. Sebaliknya juga menumbuhkan keawasan tentang pengaruh
sejarah terhadap perkembangan sosial dan kultural
masyarakat.
i. Menumbuhkan pengertian tentang arti serta hubungan
peristiwa masa lampau bagi situasi masa kini dalam
prespektifnya dengan situasi yang akan datang.
2) Aspek Pengembangan Sikap.
a. Penumbuhan kesadaran pada peserta didik terutama
Mengenal gambaran dan mengembangkan sikap tentang
kehidupan mandiri secara emosional, sosial dan ekonomi.
b. Menumbuhkan aspek-aspek sosial dalam kehidupan mandiri
secara emosional, intelektual dan ekonomi serta
penerapannya.
19
c. Menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada peserta didik
dengan menggali potensi diri yang mereka miliki.
d. Menumbuhkan kesadaran berinteraksi sosial baik di
lingkungan sekolah maupun keluarga.
3) Aspek Keterampilan.
a. Sesuai dengan trend baru dalam pengajaran IPS maka
pelajaran IPS di sekolah diharapkan juga menekankan
pengembangan kemampuan dasar di kalangan peserta didik
berupa kemampuan heuristik, kemampuan kritik, ketrampilan
menginterpretasikan serta merangkaikan Fakta-fakta dan
akhirnya juga ketrampilan menulis.
b. Ketrampilan mengajukan argumentasi dalam mendiskusikan
masalah-masalah dan mencari hubungan satu peristiwa
dengan peristiwa lainnya atau dari zaman masa kini dan lain-
lain.
c. Ketrampilan menelaah secara elementer Buku-buku terutama
yang menyangkut keanekaragaman IPS terpadu.
d. Ketrampilan mengajukan Pertanyaan-pertanyaan produktif di
sekitar masalah keanekaragaman IPS terpadu.
e. Ketrampilan mengembangkan Cara-cara berpikir analitis
tentang Masalah-masalah sosial historis di lingkungan
masyarakatnya.
20
3. Analisa proses pembelajaran
Analisa pembelajaran merupakan proses penjabaran prilaku
umum menuju ke prilaku khusus yang tersusun secara logis dan
sisitematis. Dengan tersusunnya gambaran prilaku khusus dari yang
paling awal hingga akhir.
Analisa pembelajaran adalah seperangkat prosedur yang bisa
diterapkan dalam suatu tujuan pembelajaran menghasilkan
identifikasi Langkah-langkah yang relevan bagi penyelenggara suatu
tujuan dan Kemampuan-kemampuan subordinat yang dibutuhkan
oleh peserta didik untuk mencapai tujuan.
4. Analisa Proses Pembelajaran yang Baik
Proses pembelajaran mengandung dua aktivitas yaitu belajar dan
mengajar. Belajar didefinisikan sebagai perubahan dalam perbuatan
melalui aktivitas, praktek dan pengalaman dan mengajar didefinisikan
sebagai aktivitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan
Sebaik-baiknya sehingga menciptakan kesempatan bagi peserta didik
untuk melakukan proses belajar yang efektif. Tujuan proses
pembelajaran bagi guru adalah mengantarkan peserta didik atau
sebagai fasilitator dalam menguasai kompetensi yang dibutuhkan
melalui proses belajar mengajar. Tujuan pembelajaran bagi peserta
didik adalah mampu menguasai kompetensi yang diajarkan oleh guru
sehingga dapat diperoleh hasil belajar (nilai) yang memuaskan.
21
Teuku Zahara Djaafar (2001:1) menyatakan dalam konsep
teknologi pendidikan dibedakan istilah pembelajaran (instruction) dan
pengajaran (teaching). Pembelajaran disebut juga kegiatan
instruksional (Instructional) saja yaitu usaha mengelola lingkungan
dengan sengaja agar seseorang belajar berperilaku tertentu dalam
kondisi tertentu. Sedangkan pengajaran adalah usaha membimbing
dan mengarahkan pengalaman belajar kepada peserta didik yang
biasanya berlangsung dalam situasi resmi (formal). Lebih lanjut
Teuku Zahara Djaafar menyatakan menurut Cagne dan Bigg,
pembelajaran adalah rangkaian peristiwa kejadian yang
mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga proses
belajarnya dapat berlangsung dengan mudah.
Syaiful Bahri dan Aswan Zain (1997:194) menyatakan bahwa
masalah pokok yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah
berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas
merupakan masalah tingkah laku yang kompleks, dan guru
menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi
kelas sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mencapai tujuan
pengajaran secara efisien dan memungkinkan mereka dapat belajar.
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan
dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya
bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain
ialah kegiatan kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan
22
kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar.
Menurut Popham dan Baker (1992:101) seseorang tidak dapat
menghindari timbulnya kesulitan kesulitan di dalam kelas tetapi
seseorang dapat menguranginya, dan bila terjadi dapat menanganinya
secara efisien.
Setiap guru masuk di dalam kelas, maka pada saat itu pula ia
menghadapi dua masalah pokok, yaitu masalah pengajaran dan
masalah manajemen. Masalah pengajaran adalah usaha membantu
peserta didiknya dalam mencapai tujuan khusus pengajaran secara
langsung, misalnya membuat satuan pengajaran, penyajian informasi,
mengajukan pertanyaan, evaluasi dan lain-lain. Sedangkan masalah
manajemen adalah usaha untuk menciptakan dan mempertahankan
kondisi sedemikan rupa sehingga proses belajar mengajar dapat
berlangsung secara efektif dan efisien. (Syaiful Bahri dan Aswan
Zain, 1997:196). Dengan demikian proses pembelajaran di dalam
kelas terkait dengan masalah pengajaran dan masalah pengelolaan
kelas.
IGAK Wardani (2001:16) menyatakan mengajar adalah
perbuatan yang kompleks yang merupakan pengintegrasian secara
utuh berbagai komponen kemampuan. Komponen kemampuan
tersebut berupa pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai.
Mengajar dikatakan berhasil jika Anak-anak belajar sebagai
akibat usaha itu (S. Nasution, 1995:5). Oleh karena itu dalam proses
23
pembelajaran yang meliputi proses pengajaran dan pengelolaan kelas
tujuan utamanya adalah bagaimana mengupayakan agar peserta didik
belajar.
Agar proses pengajaran berlangsung baik maka guru harus
menguasai keterampilan dasar mengajar. Berdasar hasil penelitian
Turney (1973) terdapat 8 keterampilan dasar mengajar yang dianggap
sangat berperan dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
Kedelapan keterampilan tersebut adalah :
1. Keterampilan bertanya
2. Keterampilan memberi penguatan
3. Keterampilan mengadakan variasi
4. Keterampilan menjelaskan
5. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
6. Ketarmpilan membimbing diskusi kelompok kecil
7. Keterampilan mengelola kelas
8. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan individual
(IGAK Wardani, 2001:17)
Di samping menguasai keterampilan dasar mengajar guru juga
dituntut untuk mampu mengelola kelas secara efektif. Suroso
(2002:93) menyatakan konsep dasar yang harus diperhatikan dalam
manajemen kelas adalah:
1. Manajemen bagaimana guru merencanakan,
mengorganisasikan dan mengontrol.
24
2. Menegakkan disiplin kelas, termasuk memberi hukuman dan
peringatan.
3. Menciptakan iklim kelas yang rileks, menyenangkan
fleksibel, demokratik, sportif namun juga represif, dan lain-lain.
Dalam proses pembelajaran, seorang guru berperan sebagai
pemimpin/fasilitator dan mengarahkan kegiatan belajar peserta
didiknya. Dalam proses belajar mengajar terdapat beberapa aspek
yang saling berkaitan. Oemar Hamalik (2002:63) menyatakan paling
tidak ada tujuh aspek yang memiliki fungsi berbeda dalam proses
belajar mengajar, tetapi merupakan satu kesatuan bulat yaitu:
1. Aspek Tujuan instruksional (Standar kompetensi)
2. Aspek materi pelajaran
3. Aspek metode dan strategi pembelajaran
4. Aspek media instruksional
5. Aspek penilaian
6. Aspek penunjang fasilitas, waktu,tempat dan pelengkapan
7. Aspek ketenagaan meliputi aspek peserta didik dan guru.
Semua aspek tersebut satu sama lainnya saling terkait dan
mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran. Guru sebagai
sutradara dalam kegiatan pembelajaran dituntut untuk mampu
mengelola keseluruhan aspek tersebut sehingga tujuan pembelajaran
tercapai secara efektif dan efisien. Kemampuan guru dalam mengelola
aspek-aspek belajar mengajar dapat ditinjau dari kemampuan guru
25
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program
pembelajaran.
5. Langkah-langkah melakukan Analisa pembelajaran.
Adapun langkah-langkah dalam melakukan analisis
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Menuliskan prilaku umum yang ditulis dalam TPU untuk mata
pelajaran yang sedang dikembangkan.
2. Menuliskan setiap prilaku khusus yang merupakan bagian dari
prilaku umum. Jumlah prilaku khusus untuk setiap prilaku
umum berkisar antara 5-10 buah, bila sangat dibutuhkan dapat
ditambah.
3. Membuat prilaku khusus kedalam daftar urutan yang logis dari
prilaku umum. Prilaku khusus yang terdekat hubungannya
dengan prilaku umum diteruskan mundur sampai prilaku yang
sangat jauh dari prilaku umum.
4. Menambahkan prilaku khusus atau kalau perlu dikurangi
5. Setiap prilaku khusus ditulis dalam lembar kartu/kertas ukuran
3x5 cm.
6. Kemudian kartu disusun dengan menempatkannya dalam
struktur hirarkhis prosedural, atau dikelompokkan menurut
kedudukan masing-masing terhadap kartu lain.
7. Bila perlu ditambah dengan prilaku khusus lain atau dikurangi
sesuai kedudukan masing-masing.
26
8. Letak prilaku digambarkan dalam bentuk kotak-kotak di atas
kertas lebar sesuai dengan letak kartu yang telah disusun.
Hubungkan kotak-kotak yang telah digambar dengan garis-garis
vertikal dan horisontal untuk menyatakan hirarkhikal, prosedural
dan pengelompokkan.
9. Meneliti kemungkinan hubungan prilaku umum yang satu
dengan yang lain atau prilaku khusus yang berada di bawah
prilaku umum yang berbeda.
10. Memberi nomor urut pada setiap prilaku khusus dimulai dari
yang terjauh hingga yang terdekat dari prilaku umum.
Penomoran ini menunjukkan prilaku khusus yang terstruktur
herarkhikal harus dilakukan dari bawah ke atas. Sedangkan
pemberian nomor urut prilaku khusus yang terstruktur
prosedural dapat berlainan dari urutannya dari yang lebih
sederhana ke yang lebih kompleks. Pemberian nomer urut
prilaku-prilaku khusus yang terstruktur pengelompokan
dilakukan dengan cara yang sama dengan struktur prosedural.
11. Mengkonsultasikan bagan yang telah dibuat dengan teman
sejawat untuk mendapatkan masukan antara lain tentang:
a. Lengkap-tidaknya prilaku khusus sebagai penjabaran dari
setiap prilaku umum.
b. Logis-tidaknya urutan Prilaku-prilaku khusus menuju
prilaku umum.
27
c. Struktur hubungan Prilaku-prilaku khusus tersebut.
(herarkhikal prosedural, pengelompokan atau kombinasi).
I. Metode penelitian
1. Jenis penelitian
Metode adalah pendekatan yang digunakan dalam rangka
mengadakan pendekatan terhadap masalah yang dihadapi atau diteliti.
Hal ini sesuai dengan pendapat seorang ahli yang mengatakan bahwa
“Metode adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu” (Sugiyono, 2008:1). Metode eksperimen adalah suatu
pendekatan dimana situasi atau gejala dibuat dengan sengaja
ditimbulkan” (Suharsimi Arikunto, 2002:12).
Dalam penelitian ini cara pendekatan adalah pendekatan
kuantitatif karena penulis memberi perlakuan dan menguji kembali
“Analisa proses pembelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 2 Gangga
Tahun Pelajaran 2012/2013”.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen yaitu
eksperimen kelompok control (Control Group experiment), dengan
rancangan penelitian sebagai berikut :
Tabel 1.1 Rancangan Penelitian
Kelas Data Awal PerlakuanData Akhir
Tes Angket
Eksperimen
kontrol
Ya
Ya
Ya
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
28
Berdasarkan pola di atas dari data dokumentasi kelas eksperimen
dan kelas kontrol akan dibandingkan untuk menegaskan bahwa kedua
sample dalam keadaan homogen. Sedangkan dari hasil tes kelas
eksperimen dan kelas kontrol dibandingkan untuk melihat pengaruh dari
perlakuan yang diberikan, sedangkan sebaran angket yang diberikan
kepada kelas eksperimen untuk melihat respon Peserta Didik terhadap
perlakuan
2. Populasi dan sampel
a. Populasi Penelitian
Penelitian pendidikan dan kurikulum seperti halnya penelitian-
penelitian bidang lainnya ditujukan untuk memperoleh kesimpulan
tentang kelompok yang besar dalam lingkup wilayah yang luas,
tetapi hanya dengan meneliti kelompok kecil dalam daerah yang
tidak hanya lebih sempit. Dalam buku Metode Penelitian Pendidikan
Nana Syaodik Sukmadinata (2009:250) mendefiniskan bahwa
populasi adalah “kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup
penelitian”. Sementara itu ahli lain mengatakan bahwa populasi
adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu
ruang lingkup dan waktu yang ditentukan (Nurul Zuriah, 2007:116).
Jadi berdasarkan pendapat di atas maka yang menjadi populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII/1 dan
VIII/2 SMP Negeri 2 Gangga Kecamatan Gangga Kabupaten
Lombok Utara.
29
b. Sampel Penelitian
Dalam penelitian pendidikan, subjek yang dikenai penelitian
biasanya dilakukan terhadap sampel. Sampel merupakan bagian dari
populasi. Sehubungan dengan hal itu, seorang ahli mengemukakan
bahwa: “Sekelompok anggota populasi yang mewakili populasi”
(Nana Syaodik Sukmadinata, 2009:250). Ahli lain juga berpendapat
bahwa “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut” (Sugiyono, 2008:118).
Dalam penelitian ini akan diambil 1 kelas dari 4 kelas sebagai
sampel. Dengan teknik penentuan sampel yaitu teknik pengambilan
sampel dengan cara pengambilan secara random sampling. Setelah
diadakan pengambilan secara random sampling ternyata kelompok I
sebagai kelompok eksperimen dan kelompok II sebagai kelompok
kontrol. Untuk lebih jelasnya mengenai sampel penelitian ini dapat
dilihat pada tabel 1.2 berikut ini
Tabel 1.2 : Keadaan sampel peserta didik kelas VIII SMP Negeri 2 Gangga tahun pembelajaran 2012/2013
KelasKelompok/
SampelKeterangan Perlakuan
VIIIVIII 1 / 30
VIII 2 / 30
Dengan menggunakan metode
demonstrasi
Tidak menggunakan metode
demonstrasi
Jumlah 60
30
3. Data penelitian
a. Jenis dan sumber data
Jenis data yang akan di analisis dalam penelitian ini adalah data
kuantitatif. Secara garis besar, dapat dijelaskan bahwa jenis
penelitian kuantitatif di mulai dengan menetapkan obyek studi yang
spesifik, dieliminasikan dari totalitas atau konteks besarnya sehingga
menjadi ekplisit atau jelas obyek studinya. Sesudah itu, baru disusun
kerangka teori sesuai dengan obyek studi spesifiknya. Kemudian,
dapat dihasilkan hipotesis atau problematik penelitian, instrumen
pengumpulan data, teknik sampling serta teknik analisisnya. Selain
itu juga dapat ditentukan rancangan metodologik lainnya seperti
penetapan batas signifikansi, teknik-teknik penyesuaian jika ada
kekurangan atau kekeliruan di dalam hal data, adminstrasi, analisis,
dan semacamnya. Dengan kata lain, semua dirancang dan
direncanakan secara matang sebelum peneliti terjun ke lapangan
untuk melakukan kegiatan penelitiannya (Rahmat Azis, 2010:59).
Ditinjau dari jenisnya, data penelitian dapat dikategorikan
kedalam:
1. Data kualitatif, yaitu data yang digambarkan dengan Kata-kata
atau kalimat yang dipisah-pisahkan menurut kategori untuk
memperoleh kesimpulan.
2. Data kuantitatif, yaitu data yang berwujud Angka-angka hasil
perhitungan ataupun data yang diperoleh dengan mengubah data
31
kualitatif yang dikuantitatifkan. Dengan mengetahui jenis data,
maka dapat ditentukan tekhnik analisanya, apakah menggunakan
analisa statistik atau non statistik (Suharsimi, 1998:245)
Dalam penelitian ini data yang akan diperoleh berupa Angka-
angka hasil angket dan hasil tes. Karena berupa Angka-angka maka
analisis data yang digunakan adalah analisis data statistik.
b. Tekhnik pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam
penelitian. Sebab Data-data yang diperoleh selanjutnya akan olah. Hasil
penelitian akan dikatakan logis apabila dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya dan dapat dibuktikan dengan data yang lengkap, autentik
dan akurat.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1) Test
Menurut Suharsimi instrumen adalah alat pada waktu
peneliti menggunakan sesuatu metode (1998 : 137). Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes. Margono
mengemukakan tes adalah seperangkat rangsangan (stimuli)
yang diberikan pada seseorang dengan maksud untuk mendapat
jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka
(1978 : 170).
32
Sedangkan Suharsimi menjelaskan tes adalah serangkaian
pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan, intelengensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (1998 :
139). Tes adalah alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah,
dan petunjuk yang ditujukan kepada testee untuk mendapatkan
respon sesuai dengan petunjuk itu (Thoha, 2003 : 43).
Jadi tes adalah merupakan suatu cara untuk mendapatkan
data yang berbentuk tugas berupa perintah atau Pertanyaan-
pertanyaan yang dapat diberikan kepada peserta didik dan
jawaban dari anak tersebut merupakan nilai tes yang digunakan
biasanya berupa tes essay dalam bentuk uraian terbatas dan
pedoman observasi untuk pengamatan pembelajaran.
2) Observasi
Pada dasarnya teknik observasi ini di gunakan untuk
melihat, mengamati perubahan fenomena-fenomena sosial yang
tumbuh dan berkembang, kemudian dapat di lakukan penelitian.
Dilihat dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data
observasi dapat dibedakan participant observation (observasi
berperan serta) dan Non participant observation (observasi non
partisipan) (sugiyono, 2005:166), peneliti menggunakan
observasi non partisipan, dimana peneliti tidak ikut menjadi
bagian dari apa yang di teliti, karena peneliti berfungsi sebagai
33
peninjau, yakni menguraikan dan mengAnalisa data yang telah
terkumpul dari Keterangan-keterangan tentang gambaran umum
yang akan di peroleh dari responden tentang Analisa Proses
Pembelajaran IPS Terpadu kelas VIII di SMP Negeri 2 Gangga.
3) Angket atau Quisioner
Angket dan quisioner merupakan “suatu alat pengumpul
data dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis
untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden”
(Margono,2003 : 167), sedangkan ahli lain mengatakan bahwa
angket atau quisioner “merupakan sejumlah pertanyaan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden
dalam arti laporan tentang pribadinya atau Hal-hal yang
diketahuinya” (Suharsimi, 2002 : 128)
4) Dokumentasi
Dokumentasi sebagai “setiap bahan tertulis atau film”
(Maleong, 2002:161).Dokumentasi juga berarti “cara
mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis seperti
Arsip-arsip dan termasuk juga Buku-buku tentang pendapat,
Teori-teori, dalil atau hukum dan lain-lain yang berhubungan
dengan masalah penelitian” (Margono, 2003:159). Dengan
metode ini peneliti kiranya akan mendapatkan data dalam
bentuk tertulis mengenai prestasi hasil belajar peserta didik mata
pelajaran IPS Terpadu.
34
4. Variabel penelitian
Variabel dapat diartikan sebagai suatu konsep yang memiliki nilai
ganda, atau dengan perkataan lain suatu faktor yang jika diukur akan
menghasilkan skor yang bervariasi. Variabel penelitian merupakan gejala
yang menjadi obyek penelitian(Yatim,1996: 11) Variabel adalam hal ini
diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan
peneliti (Rahman, 1998 : 52). Sering pula diartikan bahwa variabel
penelitian itu sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau
gejala yang akan diteliti. Sedangkan menurut Arikunto (1999 : 97)
variabel yaitu obyek penelitian yang bervariasi.
a. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Analisa Proses
Pembelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 2 Gangga tahun
pelajaran 2012/2013.
b. Variabel Terikat.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Proses Pembelajaran
IPS Terpadu di SMP Negeri 2 Gangga tahun pelajaran 2012/2013.
5. Analisa data
Data adalah keterangan yang diperlukan dalam penelitian. Berhasil
tidaknya suatu penelitian sebagian besar tergantung bagaimana data
dikumpulkan dan diolah.
Berdasarkan hipotesis maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut :
35
Ho = Mk < Me
Ha = Mk > Me
6. Pengujian hipotesis
Dalam buku metodologi penelitian pendidikan dijelaskan bahwa
dalam setiap penelitian, disamping perlu menggunakan metode penelitian
yang tepat, juga memilih tekhnik dan alat pengumpul data yang relevan.
Penggunaan tekhnik dan alat pengumpul data yang tepat, memungkinkan
diperolehnya data yang objektif dan akurat (Margono, 2000:158).
Dalam penelitian ini, untuk mengetahui Analisa proses
pembelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 2 Gangga, maka dapat
dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan rumus statistik yaitu
rumus korelasi product moment. Hal ini sesuai dengan pendapat Hadi
(1980:285) yang menyatakan: “tekhnik statistik yang kerap kali
digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel adalah tekhnik
korelasi”.
Setelah peneliti mengadakan penelahan yang mendalam terhadap
berbagai sumber untuk menentukan anggapan dasar, maka langkah
berikutnya adalah merumuskan hipotesis. Hipotesis dapat diartikan
sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
“Hipotesis merupakan prediksi mengenai kemungkinan hasil dari
suatu penelitian” (Fraenkel dan Wallen dalam Yatim Riyanto, 2001 : 16).
Atas dasar pendapat di atas, hipotesis yang diajukan masih perlu diuji
kebenarannya. Hipotesis yang dimaksud dalam penelitian ini berbentuk
36
alternatif yang terdiri dari hipotesa mayor dan hipotesa minor. Sesuai
dengan teknik Analisa yang digunakan seperti disebutkan di atas, maka
hipotesis alternatif (Ha) diubah menjadi hipotesis nihil (Ho).
(Ha) Ada hasil Analisa Proses Pembelajaran IPS Terpadu di SMP
Negeri 2 Gangga tahun Pelajaran 2012/2013
(Ho) Tidak ada hasil Analisa Proses Pembelajaran IPS Terpadu di
SMP Negeri 2 Gangga tahun Pelajaran 2012/2013
Untuk Uji Hipotesis adalah metode pengambilan keputusan yang
didasarkan dari analisa data, baik dari percobaan yang terkontrol, maupun
dari observasi (tidak terkontrol). Dalam statistik sebuah hasil bisa
dikatakan signifikan secara statistik jika kejadian tersebut hampir tidak
mungkin disebabkan oleh faktor yang kebetulan, sesuai dengan batas
probabilitas yang sudah ditentukan sebelumnya.
Uji hipotesis kadang disebut juga "konfirmasi analisa data".
Keputusan dari uji hipotesis hampir selalu dibuat berdasarkan pengujian
hipotesis nol. Ini adalah pengujian untuk menjawab pertanyaan yang
mengasumsikan hipotesis nol adalah benar.
keperluan pengujian hipotesis digunakan teknik uji-t (t-tes).
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang positif dan
signifikan tentang pemberian pembelajaran Metode diskusi dengan yang
tidak menggunakan pembelajaran Metode diskusi pada peserta didik di
SMP Negeri 2 Gangga
t =
37
Dengan keterangan:
t = t hitung
= Rata-Rata Kelompok Eksperimen
= Rata-Rata Kelompok Eksperimen
n1 = Jumlah sampel kelompok eksperimen
n2 = jumlah sampel kelompok kontrol
S = Varian Gabungan
(Sugiyono, 2003 : 145).
a. Tolak Ho, apabila t hitung> t tabelpada taraf uji 95 % dan
derajat kebebasan (dk = n1 + n2 -2). Dan sebaliknya apabila t hitung< t tabel
maka Ho diterima pada taraf uji yang sama.
b. Ho di tolak artinya terdapat perbedaan yang signifikan
dan menerima Ho artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan
J. Jadwal kegiatan penelitian
Dalam penelitian ini ada beberapa tahapan yang dilakukan yakni:
1. Tahap pra lapangan
a. Memilih objek penelitian.
b. Mengurus perizinan penelitian, meminta rekomendasi izin penelitian
ke Bakesbanglinmas di Tanjung kemudian diteruskan ke SMP Negeri
2 Gangga.
2. Tahap pekerjaan lapangan
38
a. Mengadakan observasi langsung ke SMP Negeri 2 Gangga, dengan
melibatkan beberapa staf tata usaha dan guru untuk memperoleh data
sementara.
b. Memasuki objek penelitian/lapangan, dengan mengamati berbagai
peristiwa maupun kegiatan yang ada dan wawancara dengan
beberapa pihak yang bersangkutan.
c. Peneliti turut berperan serta sambil mengumpulkan Data-data yang
diperlukan.
3. Penyusunan laporan penelitian berdasarkan hasil dari Data-data yang
diperoleh.
Tabel 1.3. Matriks kegiatan penelitian
NO KEGIATAN
BULANJULI2012
AGUSTUS2012
SEPTEMBER2012
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 51 Persiapan2 Penyusunan
Proposal3 Konsultasi
Proposal4 Perizinan5 Penyusunan
Skripsi6 Konsultasi Skripsi7 Seminar
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek,Jakarta: Rineka Cipta
Depdikbud, 1990, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
39
Djamarah, Saiful, 1991, Prestasi hasil belajar Dan Kompetensi Pendidik,
Surabaya : Usaha Nasional
Djamarah, Syaiful Bahri, 2002, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
Hadi, Sutrisno, 1980, Psikologi Belajar Dan Mengajar, Jakrta : Bumi Aksara
Hamalik, Oemar, 2002, Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung : Sinar Baru
Algensindo
Margono, S, 1996, .Metode Penelitian Pendidikan, Jakrta :Rineke Cipta.
Poerwadarminta, 1985, Kamus Umum Bahasa Indonesi, Jakarta : Balai pustaka
Rohani, Ahmad, 2004, Pengelolaan Pengajaran, Jakrta :Rineke Cipta
Sardiman, 2003, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengaja, Surabaya : Usaha
Nasional.
Slameto, 2003, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Memepengaruhinya, Jakarta :
Rineka Cipta.
Sudjana, Nana, 2000, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar
Baru
Sugiyono, 2000, Statistik Untuk Penelitiani, Bandung : Alfabeta.
Sugiyono, 2003, Metode Penelitian. Surabaya : Usaha Nasional
40