Upload
tara-ayu-cendani
View
247
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ANALISA KAPASITAS
Citation preview
LAPORAN ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN
FLY OVER UI – PERSIMPANGAN IR. DJUANDA
Disusun oleh :
Ayu Silvana Arisanan
Muhammad Helmi
Rikki Sofyan Rizal
Riska Rahayu
Tara Ayu Cendani
III D4 Jalan Tol
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Jakarta
2013
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Analisa Kapasitas Ruas Jalan
Fly Over UI – Ir Djuanda dengan tepat waktu.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Bapak
Zainan Nur Arifin selaku dosen pembimbing mata kuliah Alat Berat dan semua
pihak yang telah membantu dan mendukung baik secara moril dan materi dalam
pembuatan laporan ini.
Laporan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca dan mamberi
pengetahuan lebih tentang Kapasitas Ruas Jalan Fly Over UI – Ir Djuanda.
Meskipun makalah ini telah selesai, penulis sungguh menyadari bahwa makalah
ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis
menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan
penulis dalam pembuatan makalah selanjutnya di masa yang akan datang.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................. 1
1.2 Maksud dan Tujuan ........................................................... 2
1.3 Rumusan Masalah ............................................................. 3
1.4 Batasan Masalah ............................................................... 3
1.5 Sistematika Penilisan ........................................................ 4
BAB II. STUDI PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Jalan................................................................. 5
2.2 Jalan Perkotaan........................................................................... 5
2.3 Ruas............................................................................................ 7
2.4 Segmen Jalan.............................................................................. 7
2.5 Karakteristik Jalan.............................................................. 8
2.6 Perilaku Lalu lintas............................................................ 12
2.7 Volume Lalu Lintas........................................................... 14
2.8 Tingkat Pelayanan (LOS)................................................... 18
2.9 Kerapatan........................................................................... 21
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode .............................................................................. 23
3.2 Analisa Pengolahan Data .................................................. 23
3.3 Tipe Perhitungan ............................................................... 24
ii
BAB IV. DATA
4.1 Katakteristik Jalan ............................................................. 26
4.2 Data Primer ....................................................................... 26
BAB V. ANALISA DATA
5.1 Umum......................................................................................... 27
5.2 Identifikasi Masalah................................................................... 27
5.3 Tahapan Perhitungan.................................................................. 27
5.4 Analisa Contraflow..................................................................... 36
5.5 Analisa Pelebaran dan Penambahan Lajur................................. 36
BAB VI. KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan ...................................................................... 37
6.2 Solusi ................................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................
LAMPIRAN – LAMPIRAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jalan Margonda Raya memiliki fungsi jalan kolektor primer dengan
panjang jalan 4.895 km, jalan tersebut memiliki volume lalu lintas yang paling
tinggi jika dibandingkan jalan lainnya di Kota Depok terutama pada jam sibuk
pagi dan jam sibuk sore.
Jalan Margonda Raya merupakan akses utama dari dan ke Jakarta serta
pintu gerbang menuju Kota Depok. Jalan tersebut merupakan pusat Kota Depok
dengan fungsi utama sebagai pusat perdagangan. Kawasan ini juga dilalui oleh
jalur regional Jalan Raya Bogor - Jalan Jagorawi dan sistem tranportasi kereta api
Jakarta – Depok - Bogor.
Dengan faktor keuntungan lokasional menjadikan kawasan ini mempunyai
posisi yang cukup strategis dan berakses tinggi. Adapun tata guna lahan yang ada
di sekitar lokasi Jalan Margonda Raya bervariasi mulai dari perdagangan,
pendidikan, jasa, perkantoran sampai dengan pedagang kaki lima sehingga
menjadikan daerah Jalan Margonda Raya menjadi pusat orientasi pergerakan
masyarakat baik dalam kota Depok sendiri maupun dari luar kota Depok.
Sebagai pusat pergerakan yang letaknya berdekatan dengan pusat
perbelanjaan (Mall) dan sarana pendidikan, Jalan Margonda Raya memiliki
volume lalu lintas yang besar sehingga sering menimbulkan kemacetan di
beberapa ruas jalan disepanjang jalan tersebut. Oleh karena itu, Jalan Margonda
Raya memerlukan solusi kemacetan untuk menjaga tingkat pelayanan di jalan
tersebut masih berada dalam taraf yang cukup baik.
1
Jalan Margonda Raya memiliki beberapa ruas jalan, dan yang menjadi
fokus pembahasan pada makalah ini adalah Ruas Jalan Flyover UI –
Persimpangan Juanda karena ruas jalan tersebut memiliki aktivitas samping jalan
yang sangat tinggi antara lain aktivitas perdagangan, jasa dan pendidikan.
Ditambah lagi di Ruas jalan Flyover UI – Persimpangan Juanda terdapat dua pusat
perbelanjaaan yang dibangun berhadap – hadapan yaitu Margo City dan Depok
Town Square, sehingga sering menimbulkan kemacetan.
1.2 Maksud dan Tujuan
Pada materi teknik lalu lintas jalan ini Kami, para Mahasiswa semester 5
(lima) Program Studi Diploma IV Konsentrasi Jalan Tol diajarkan bagaimana
melaksanakan survey, menganalisa, dan mengaplikasikannya ke lapangan
sehingga diharapkan para mahasiswa akan menjadi tenaga profesional dalam
bidang sipil terutama pada perencanaan lalu – lintas jalan.
Tugas analisa perilaku lalu lintas di ruas jalan ini mempunyai manfaat
yang cukup besar bagi mahasiswa Teknik Sipil Politeknik Negeri Jakarta terutama
bagi kami Mahasiswa Program Studi Konsentrasi Jalan Tol yaitu agar dapat
memahami dan menerapkan:
1. Analisa perilaku lalu lintas dan tingkat pelayanan di Ruas Jalan Flyover UI
– Persimpangan Juanda dan hal – hal apa saja yang mempengaruhinya.
2. Mengidentifikasi penyebab kemacetan yang terjadi di Ruas Jalan Flyover
UI – Persimpangan Juanda.
3. Pemecahan masalah kemacetan yang terjadi di Ruas Jalan Flyover UI –
Persimpangan Juanda.
2
1.3 Rumusan Masalah
Dengan berpedoman pada latar belakang dan tujuan tersebut diatas,
penyusun meninjau dari segi teknis bagaimana menjaga tingkat pelayanan di Jalan
Margonda Raya tetap dalam taraf yang baik.
1. Bagaimana perilaku lalu lintas dan tingkat pelayanan di Ruas Jalan
Flyover UI – Persimpangan Juanda ?
2. Hal – hal apa saja yang memepengaruhi perilaku lalu lintas dan tingkat
pelayanan di Ruas Jalan Flyover UI – Persimpangan Juanda ?
3. Apa saja yang menjadi penyebab terjadinya kemcetan di Ruas Jalan
Flyover UI – Persimpangan Juanda dan bagaimana solusi untuk
memecahkan permasalahan tersebut?
1.4 Batasan Masalah
1. Studi ini hanya melakukan analisa perilaku lalu lintas yang terjadi di Ruas
Jalan Flyover UI - Persimpangan Juanda.
2. Analisa ini hanya pada ruas jalan dan tidak dipengaruhi oleh simpang
bersinyal atau simpang tak bersinyal utama.
3. Penulis tidak melakukan survey atau analisa terhadap Aktivitas Samping
Jalan seperti kendaraan lain yang berhenti, kendaraan lambat, serta
kendaraan masuk dan keluar dari lahan di samping jalan.
3
1.5 Sistematika Penulisan
BAB I. PENDAHULUAN
Berisi latar belakang dari permasalahan yang diajukan dan
merupakan gambaran umum dari isi makalah, uraian permasalahan
secara umum, batasan masalah, tujuan dan sistimatika penulisan.
BAB II. STUDI PUSTAKA
Bab ini menguraikan dasar-dasar teori yang berhubungan dengan
mengenai analisa perilaku lalu lintas di ruas jalan.
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisikan metode-metode yang digunakan didalam
mengumpulkan data dan menganalisa data dalam menyelesaikan
permasalahan yang dikemukakan.
BAB IV. DATA
Bab ini berisikan data tentang hasil survey lalu lintas di lapangan
untuk kebutuhan analisa selanjutnya.
BAB V. PEMBAHASAN
Bab ini berisikan analisa dari data yang telah didapatkan mengenai
permasalahan yang ada.
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan tentang kesimpulan serta saran mengenai hasil
pembahasan yang telah dianalisis dalam penulisan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
4
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Jalan
2.1.1 Klasifikasi menurut fungsi jalan terbagi atas:
a. Jalan Arteri
b. Jalan Kolektor
c. Jalan Lokal
Jalan Arteri : Jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata – rata tinggi dan jumlah jalan masuk
dibatasi secara efisien.
Jalan Kolektor : Jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi
dengan ciri – ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata – rata sedang dan
jumlah jalan masuk dibatasi.
Jalan Lokal : Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri –
ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata- rata rendah dan jumlah jalan
masuk tidak dibatasi.
2.2 Jalan Perkotaan
2.2.1 Definisi Jalan Perkotaan
Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, jalan
perkotaan merupakan segmen jalan yang mempunyai perkembangan secara
permanen dan menerus sepanjang seluruh atau hampir seluruh jalan,
minimum pada satu sisi jalan, apakah berupa perkembangan lahan atau
bukan. Termasuk jalan di atau dekat pusat perkotaan dengan penduduk lebih
5
dari 100.000, maupun jalan didaerah perkotaan dengan penduduk kurang dari
100.000 dengan perkembangan samping jalan yang permanen dan menerus.
2.2.2 Tipe Jalan Perkotaan
Tipe jalan pada jalan perkotaan adalah sebagai berikut :
1. Jalan dua lajur dua arah (2/2 UD).
2. Jalan empat lajur dua arah.
a. Tak terbagi (tanpa median) (4/2 UD)
b. Terbagi (dengan median) (4/2 D)
3. Jalan enam lajur dua arah terbagi (6/2 D)
4. Jalan satu arah (1-3/1)
Menurut Highway Capacity Manual (HCM) 1994, jalan perkotaan dan
jalan luar kota adalah jalan bersinyal yang menyediakan pelayanan lalu lintas
sebagai fungsi utama, dan juga menyediakan akses untuk memindahkan
barang sebagai fungsi pelengkap.
Indikasi penting lebih lanjut tentang daerah perkotaan atau semi
perkotaan adalah karakteristik arus lalu-lintas puncak pada pagi dan sore
hari, secara umum lebih tinggi dan terdapat perubahan komposisi lalu-
lintas (dengan persentase kendaraan pribadi dan sepeda motor yang lebih
tinggi, dan persentase truk berat yang lebih rendah dalam arus lalu-lintas).
Peningkatan arus yang berarti pada jam puncak biasanya menunjukkan
perubahan distribusi arah lalu-lintas (tidak seimbang), dan karena itu batas
segmen jalan harus dibuat antara segmen jalan luar kota dan jalan semi
perkotaan. Dengan cara yang sama, perubahan arus yang berarti biasanya
6
juga menunjukkan batas segmen. Indikasi lain yang membantu (walaupun
tidak pasti) yaitu keberadaan kereb: jalan luar kota jarang dilengkapi kereb.
2.3 Ruas
Ruas jalan merupakan semua bagian dari jalur gerak (termasuk
perkerasan), median, dan pemisah luar.
2.4 Segmen Jalan
2.4.1 Definisi Segmen
Segmen jalan didefinisikan sebagai panjang jalan di antara dan tidak
dipengaruhi oleh simpang bersinyal atau simpang tak bersinyal utama, dan
mempunyai karakteristik yang hampir sama sepanjang jalan (MKJI 1997).
Prosedur digunakan untuk perhitungan segmen jalan tertentu. Segmen
jalan didefinisikan sebagai panjang jalan:
a. Diantara dan tidak dipengaruhi oleh simpang bersinyal atau simpang
tak bersinyal utama, dan
b. Mempunyai karakteristik yang hampir sama sepanjang jalan
2.4.2 Batas Segmen
Titik dimana karakteristik jalan berubah secara berarti menjadi batas
segmen walaupun tidak ada simpang di dekatnya. Perubahan kecil dalam
geometrik tidak perlu dipersoalkan (misalnya perbedaan lebar jalur lalu -
lintas kurang dari 0,5 m), terutama jika perubahan tersebut hanya
sebagian.
7
Dalam penentuan akses segmen jalan ke jalan perkotaan bebas
hambatan, jalur penghubung dan daerah jalinan harus dipisahkan dari
segmen jalan yang umum. Karena jalur penghubung bisa menjadi daerah
kritis untuk kapasitas, analisa tambahan untuk jalinan atau jalur
penghubung mungkin diperlukan, terutama dalam analisa operasional jalan
layang yang kompleks. Dalam hal demikian prosedur untuk jalan bebas
hambatan, jalur penghubung dan bagian jalinan yang terdapat dalam US
HCM tahun 1985 (revisi 1994) disarankan untuk digunakan.
2.5 Karakteristik Jalan
Karakteristik utama jalan yang akan mempengaruhi kapasitas dan kinerja
jalan jika dibebani lalu-lintas diperlihatkan di bawah. Setiap titik pada jalan
tertentu dimana terdapat perubahan penting dalam rencana geometrik,
karakteristik arus lalu-lintas atau aktivitas samping jalan menjadi batas segmen
jalan. Karakteristik yang digunakan pada prosedur perhitungan dalam manual
ini, bisa secara langsung maupun tidak langsung. Sebagian besar diantaranya juga
telah diketahui dan digunakan dalam manual kepasitas jalan lain. Namun demikian
besar pengaruhnya berbeda dengan yang terdapat di Indonesia.
2.5.1 Geometrik
- Tipe Jalan :
Berbagai tipe jalan akan menunjukkan kinerja berbeda pada
pembebanan lalu-lintas tertentu; misalnya jalan terbagi dan tak-
terbagi; jalan satu-arah.
8
- Lebar jalur lalu-lintas :
Kecepatan arus bebas dan kapasitas meningkat dengan pertambahan
lebar jalur lalu-lintas.
- Kereb :
Kereb sebagai batas antara jalur lalu-lintas dan trotoar berpengaruh
terhadap dampak hambatan samping pada kapasitas dan kecepatan.
Kapasitas jalan dengan kereb lebih kecil dari jalan dengan bahu.
Selanjutnya kapasitas berkurang jika terdapat penghalang tetap dekat
tepi jalur lalu-lintas, tergantung apakah jalan mempunyai kereb atau
bahu.
- Bahu :
Bahu jalan perkotaan tanpa kereb pada umumnya mempunyai bahu
pada kedua sisi jalur lalu-lintasnya. Lebar dan kondisi
permukaannya mempengaruhi penggunaan bahu, berupa
penambahan kapasitas, dan kecepatan pada arus tertentu, akibat
pertambahan lebar bahu, terutama karena pengurangan hambatan
samping yang disebabkan kejadian di sisi jalan seperti kendaraan
angkutan umum berhenti, pejalan kaki dan sebagainya.
- Median :
Median yang direncanakan dengan baik meningkatkan kapasitas.
- Alinyemen jalan :
Lengkung horisontal dengan jari jari kecil mengurangi kecepatan arus
bebas. Tanjakan yang curam juga mengurangi kecepatan arus bebas.
Karena secara umum kecepatan arus bebas di daerah perkotaan adalah
9
rendah maka pengaruh ini diabaikan.
2.5.2 Komposisi Arus dan Pemisahan Arah
- Pemisahan Arah Lalu-lintas :
Kapasitas jalan dua arah paling tinggi pada pemisahan arah 50 - 50,
yaitu jika arus pada kedua arah adalah sama pada periode waktu
yang dianalisa (umumnya satu jam).
- Komposisi lalu-lintas:
Komposisi lalu-lintas mempengaruhi hubungan kecepatan-arus
jika arus dan kapasitas dinyatakan dalam kend/jam, yaitu
tergantung pada rasio sepeda motor atau kendaraan berat dalam
arus lalu-lintas. Jika arus dan kepasitas dinyatakan dalam satuan
mobil penumpang (smp), maka kecepatan kendaraan ringan dan
kapasitas (smp/jam) tidak dipengaruhi oleh komposisi lalu-lintas.
2.5.3 Pengaturan Lalu-lintas
Batas kecepatan jarang diberlakukan di daerah perkotaan di
Indonesia, dan karenanya hanya sedikit berpengaruh pada kecepatan arus
bebas. Aturan lalu-lintas lainnya yang berpengaruh pada kinerja lalu-lintas
adalah: pembatasan parkir dan berhenti sepanjang sisi jalan; pembatasan akses
tipe kendaraan tertentu; pembatasan akses dari lahan samping jalan dan
sebagainya.
10
2.5.4 Aktivitas Samping Jalan
Banyak aktivitas samping jalan di Indonesia sering menimbulkan
konflik, kadang-kadang besar pengaruhnya terhadap arus lalu-lintas. Pengaruh
konflik ini, ("hambatan samping"), diberikan perhatian utama dalam manual
ini, jika dibandingkan dengan manual negara Barat. Hambatan samping yang
terutama berpengaruh pada kapasitas dan kinerja jalan perkotaan adalah
antara lain :
- Pejalan kaki;
- Angkutan umum dan kendaraan lain berhenti;
- Kendaraan lambat (misalnya becak, kereta kuda);
- Kendaraan masuk dan keluar dari lahan di samping jalan
Untuk menyederhanakan peranannya dalam prosedur perhitungan,
tingkat hambatan samping telah dikelompokkan dalam lima kelas dari sangat
rendah sampai sangat tinggi sebagai fungsi dari frekwensi kejadian
hambatan samping sepanjang segmen jalan yang diamati. Photo khusus
juga ditunjukkan dalam manual untuk memudahkan pemilihan kelas
hambatan samping yang digunakan dalam analisa.
2.5.5 Perilaku Pengemudi dan Populasi Kendaraan
Ukuran Indonesia serta keanekaragaman dan tingkat
perkembangan daerah perkotaan menunjukkan bahwa perilaku
pengemudi dan populasi kendaraan (umur, tenaga dan kondisi kendaraan,
komposisi kendaraan) adalah beraneka ragam. Karakteristik ini dimasukkan
dalam prosedur perhitungan secara tidak langsung, melalui ukuran kota.
11
Kota yang lebih kecil menunjukkan perilaku pengemudi yang kurang
gesit dan kendaraan yang kurang modern, menyebabkan kapasitas dan
kecepatan lebih rendah pada arus tertentu, jika dibandingkan dengan kota
yang lebih besar.
2.6 Perilaku Lalu lintas
Perilaku lalu lintas menyatakan ukuran kuantitas yang menerangkan
kondisi yang dinilai oleh pembina jalan. Perilaku lalu lintas pada ruas jalan
meliputi kapasitas, derajat kejenuhan, waktu tempuh, dan kecepatan tempuh rata-
rata (MKJI 1997).
2.6.1 Derajat Kejenuhan
Menurut MKJI, derajat kejenuhan merupakan rasio arus lalu lintas
terhadap kapasitas pada bagian jalan tertentu, digunakan sebagai faktor utama
dalam penentuan tingkat kinerja simpang dan segmen jalan. Nilai derajat
kejenuhan untuk ruas jalan adalah 0,75. Angka tersebut menunjukkan apakah
segmen jalan yang diteliti memenuhi kriteria kelayakan dengan angka derajat
kejenuhan dibawah 0,75 atau sebaliknya.
2.6.2 Kecepatan dan Waktu Tempuh
Kecepatan dinyatakan sebagai laju dari suatu pergerakan kendaraan
dihitung dalam jarak persatuan waktu (km/jam) (F.D Hobbs, 1995).
Pada umumnya kecepatan dibagi menjadi tiga jenis sebagai berikut ini.
1. Kecepatan setempat (Spot Speed), yaitu kecepatan kendaraan pada
suatu saat diukur dari suatu tempat yang ditentukan.
12
2. Kecepatan bergerak (Running Speed), yaitu kecepatan kendaraan
rata-rata pada suatu jalur pada saat kendaraan bergerak dan didapat
dengan membagi panjang jalur dibagi dengan lama waktu kendaraan
bergerak menempuh jalur tersebut.
3. Kecepatan perjalanan (Journey Speed), yaitu kecepatan efektif
kendaraan yang sedang dalam perjalanan antara dua tempat dan
merupakan jarak antara dua tempat dibagi dengan lama waktu
kendaraan menyelesaikan perjalanan antara dua tempat tersebut.
MKJI menggunakan kecepatan tempuh sebagai ukuran utama kinerja
segmen jalan. Kecepatan tempuh merupakan kecepatan rata-rata (km/jam)
arus lalu lintas dari panjang ruas jalan dibagi waktu tempuh rata-rata
kendaraan yang melalui segmen jalan tersebut. (MKJI 1997).
Kecepatan tempuh merupakan kecepatan rata-rata dari perhitungan lalu
lintas yang dihitung berdasarkan panjang segmen jalan dibagi dengan waktu
tempuh rata-rata kendaraan dalam melintasinya (HCM, 1994).
Sedangkan waktu tempuh (TT) adalah waktu rata-rata yang
dipergunakan kendaraan untuk menempuh segmen jalan dengan panjang
tertentu, termasuk tundaan, waktu henti, waktu tempuh rata-rata kendaraan
didapat dari membandingkan panjang segmen jalan L (km) (MKJI 1997,
disadur dari tugas akhir Handayani Nur A, 2007).
Waktu tempuh merupakan waktu rata-rata yang dihabiskan kendaraan
saat melintas pada panjang segmen jalan tertentu, termasuk di dalamnya
semua waktu.
13
2.7 Volume Lalu Lintas
Sebagai pengukur jumlah dari arus lalu lintas yang digunakan ”volume”.
Volume lalu lintas menunjukan jumlah kendaraan yang melintasi satu titik
pengamatan dalam satu satuan waktu (hari, jam, menit).
Volume lalu lintas yang tinggi membutuhkan lebar perkerasan jalan yang
lebih besar, sehingga tercipta kenyamanan dan keamanan. Sebaliknya jalan yang
terlalu besar untuk volume lalu lintas yang rendah cenderung membahayakan,
karena pengemudi cenderung mengemudikan kendaraannya pada kecepatan yang
lebih tinggi sedangkan kondisi jalan belum tentu memungkinkan, dan disamping
itu mengakibatkan biaya pembangunan yang jelas tidak pada tempatnya.
Satuan volume lalu lintas yang umumnya dipergunakan sehubungan
dengan penentuan jumlah dan lebar lajur adalah :
a. Lalu lintas harian rata – rata
b. Volume jam perencanaan
c. Kapasitas
2.7.1 Lalu Lintas Harian Rata – Rata
Lalu lintas harian rata – rata adalah volume lalu lintas rata–rata dalam
satu hari. Dari cara memperoleh data tersebut dikenal 2 jenis lalu lintas harian
rata–rata, yaitu lalu lintas harian rata – rata tahunan (LHRT) dan lalu lintas
harian rata–rata (LHR).
LHRT adalah jumlah lalu lintas kendaraan rata – rata yang melewati
satu jalur jalan selama 24 jam dan diperoleh dari data selama satu tahun
penuh.
14
LHRT= Jumlah lalu lintas harianrata−rata365
LHRT dinyatakan dalam smp/hari/2 arah atau kendaraan/hari/2 arah
untuk 2 jalur 2 arah, smp/hari/1 arah atau kendaraan/hari/1 arah untuk jalan
berlajur banyak dengan median, atau dengan kata lain lalu lintas harian juga
didapat dari rumus :
LHRT= Jumlah lalu lintas harianrata−rataLamanya pengamatan
2.7.2 Volume Jam Perencanaan
LHR dan LHRT adalah volume lalu lintas dalam 1 hari, sehingga nilai
LHR dan LHRT itu tidak dapat memberikan gambaran tentang fluktuasi arus
lalu lintas lebih pendek dari 24 jam.
Arus lalu lintas bervariasi dari jam ke jam berikutnya dalam 1 hari,
maka sangatlah cocok jika volume lalu lintas dalam 1 jam dipergunakan
untuk perencanaan. Volume dalam 1 jam dipakai untuk perencanaan
dinamakan ”Volume Jam Perencanaan (VJP)”.
2.7.3 Kapasitas
Kapasitas adalah jumlah kendaraan maksimum yang dapat melewati
suatu penampang jalan pada jalur jalan selama 1 jam dengan kondisi serta
arus lalu lintas tertentu.
Perbedaan antara VJP dengan kapasitas adalah VJP menunjukkan
jumlah arus lalu lintas yang direncanakan akan melintasi suatu penampang
jalan selama 1 jam, sedangkan kapasitas menunjukkan jumlah arus lalu lintas
15
yang maksimum dapat melewati penampang tersebut dalam waktu 1 jam
sesuai dengan kondisi jalan ( sesuai dengan lebar lajur, kebebasan samping,
kelandaian, dll ). Nilai kapasitas dapat diperoleh dari penyesuaian kapasitas
dasar dengan kondisi jalan yang direncanakan.
Menurut Oglesby dan Hicks (1993), kapasitas suatu ruas jalan dalam
suatu sistem jalan adalah jumlah kendaraan maksimum yang memiliki
kemungkinan yang cukup untuk melewati ruas jalan tersebut (dalam satu
maupun dua arah) dalam periode waktu tertentu dan di bawah kondisi jalan
dan lalu lintas yang umum.
Menurut HCM 1994, kapasitas didefinisikan sebagai penilaian pada
orang atau kendaraan masih cukup layak untuk memindahkan sesuatu, atau
keseragaman segmen jalan selama spesifikasi waktu dibawah lalu lintas dan
jam sibuk.
2.7.4 Arus Lalu Lintas
Arus dan Komposisi Lalu Lintas :
Menurut MKJI 1997, nilai arus lalu lintas mencerminkan komposisi
lalu lintas, dengan menyatakan arus dalam satuan mobil penumpang (SMP).
Semua nilai arus lalu lintas (per arah dan total) diubah menjadi satuan mobil
penumpang (SMP) dengan menggunakan ekivalensi mobil penumpang
(EMP) yang diturunkan secara empiris untuk tipe kendaraan berikut ini.
1. Kendaraan ringan (LV), termasuk mobil penumpang, minibus, pick
up, truk kecil, jeep.
2. Kendaraan berat (HV), termasuk truk dan bus.
16
3. Sepeda motor (MC).
4. Kendaraan tidak bermotor (UM).
Ukuran arus lalu lintas meliputi besaran – besaran di bawah ini :
a. Volume ( Q ) adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu titik
tertentu pada saat tertentu.
b. Besar arus ( q ) adalah besaran jumlah kendaraan yang melewati
suatu titik tertentu dalam waktu satu jam.
c. Waktu antara ( ht ) atau time headway adalah selisih waktu dua buah
kendaraan yang melewati suatu titik tertentu.
d. Waktu antara rata – rata ( ht-av) adalah rata – rata semua waktu
antara yang dinyatakan dalam detik per kendaraan.
e. Running Speed adalah kecepatan rata – rata suatu kendaraan pada
sebuah potongan jalan dan dihitung dari jarak yang ditempuh dibagi
dengan waktu tempuh.
2.7.5 Jalur Lalu Lintas
Jalur lalu lintas adalah bagian dari jalan yang dipergunakan untuk lalu
lintas kendaraan yang secara fisik berupa perkerasan jalan. Batas jalur lalu
lintas dapat berupa :
- Median
- Bahu
- Trotoar
17
Bahu Bahu
Selokan Selokan
Gambar 2.1 Batas jalur lalu lintas
Jalur lalu lintas dapat terdiri atas beberapa lajur, dan juga terdiri dari
beberapa tipe, diantaranya :
- 1 jalur – 2 lajur – 2 arah
- 1 jalur – 2 lajur – 1 arah
- 2 jalur – 4 lajur – 2 arah
- 2 jalur – n lajur – 2 arah, dimana n = jumlah lajur.
2.7.6 Lajur Lalu Lintas
Lajur adalah bagian jalur lalu lintas yang memanjang, dibatasi oleh
marka jalur jalan, memiliki lebar jalur yang cukup dilewati suatu kendaraan
bermotor sesuai kendaraan rencana.
Lebar lajur tergantung pada kecepatan dan kendaraan rencana,yang
dalam hal ini dinyatakan dengan fungsi dan kelas jalan. Jumlah lajur
ditetapkan dengan mengacu pada MKJI berdasarkan tingkat kinerja yang
direncanakan, dimana untuk suatu ruas jalan dinyatakan oleh rasio antara
volume terhadap kapasitas yang nilainya tidak lebih dari 0.80.
18
2.8 Tingkat Pelayanan (LOS)
Perilaku lalu lintas diwakili oleh tingkat pelayanan (LOS), yaitu ukuran
kualitatif yang mencerminkan persepsi para pengemudi dan penumpang mengenai
karakteristik kondisi operasional dalam arus lalu lintas (HCM,1994).
Menurut HCM Special Report 1994, tingkat pelayanan adalah kemampuan
ruas jalan dan/atau persimpangan untuk menampung lalu-lintas pada keadaan
tertentu.
Enam tingkat pelayanan diabatasi untuk setiap tipe dari fasilitas lalu lintas
yang akan digunakan dalam prosedur analisis, yang disimbolkan dengan huruf A
sampai dengan F, dimana Level of Service (LOS) A menunjukkan kondisi operasi
terbaik, dan LOS F paling jelek. Kondisi LOS yang lain ditunjukkan berada
diantaranya. Di Indonesia, kondisi pada tingkat pelayanan (LOS) diklasifikasikan
atas berikut ini.
1. Tingkat Pelayanan A
a. Kondisi arus bebas dengan volume lalu lintas rendah dan kecepatan tinggi.
b. Kepadatan lalu lintas sangat rendah dengan kecepatan yang dapat
dikendalikan oleh pengemudi berdasarkan batasan kecepatan
maksimum/minimum dan kondisi fisik jalan.
c. Pengemudi dapat mempertahankan kecepatan yang diinginkannya tanpa
atau dengan sedikit tundaan.
2. Tingkat Pelayanan B
a. Arus stabil dengan volume lalu lintas sedang dan kecepatan mulai dibatasi
oleh kondisi lalu lintas,
19
b. Kepadatan lalu lintas rendah, hambatan internal lalu lintas belum
mempengaruhi kecepatan,
c. Pengemudi masih cukup punya kebebasan yang cukup untuk memilih
kecepatannya dan lajur jalan yang digunakan.
3. Tingkat Pelayanan C
a. Arus stabil tetapi kecepatan dan pergerakan kendaraan dikendalikan oleh
volume lalu lintas yang lebih tinggi,
b. Kepadatan lalu lintas meningkat, dan hambatan internal meningkat;
c. Pengemudi memiliki keterbatasan untuk memilih kecepatan, pindah lajur
atau mendahului.
4. Tingkat Pelayanan D
a. Arus mendekati tidak stabil dengan volume lalu lintas tinggi dan
kecepatan masih ditolerir namun sangat terpengaruh oleh perubahan
kondisi arus,
b. Kepadatan lalu lintas sedang, fluktuasi volume lalu lintas dan hambatan
temporer dapat menyebabkan penurunan kecepatan yang besar,
c. Pengemudi memiliki kebebasan yang sangat terbatas dalam menjalankan
kendaraan, kenyamanan rendah, tetapi kondisi ini masih dapat ditolerir
untuk waktu yang sangat singkat.
5. Tingkat Pelayanan E
a. arus lebih rendah daripada tingkat pelayanan D dengan volume lalu lintas
mendekati kapasitas jalan dan kecepatan sangat rendah,
b. kepadatan lalu lintas tinggi karena hambatan internal lalu lintas tinggi,
c. pengemudi mulai merasakan kemacetan-kemacetan durasi pendek.
20
6. Tingkat Pelayanan F
a. Arus tertahan dan terjadi antrian kendaraan yang panjang,
b. Kepadatan lalu lintas sangat tinggi dan volume rendah serta terjadi
kemacetan untuk durasi yang cukup lama,
c. Dalam keadaan antrian, kecepatan maupun volume turun sampai 0.
2.9 Kerapatan
Kerapatan (density) didefinisikan sebagai jumlah kendaraan yang
menempati suatu panjang jalur atau lajur, dan secara umum dinyatakan dalam
kendaraan per kilometer atau kendaraan per kilometer per lajur (HCM, 1994).
Sedangkan menurut MKJI 1997, kerapatan adalah rasio perbandingan arus
terhadap kecepatan rata-rata, dinyatakan dalam kendaraan (smp) per kilometer
(km).
Arus, kecepatan, dan kerapatan merupakan unsur dasar pembentuk aliran
lalu lintas. Pola hubungan yang diperoleh dari ketiga unsur tersebut adalah:
1.arus dengan kerapatan,
2.kecepatan dengan kerapatan,
3.arus dengan kecepatan.
Hubungan antara kecepatan, arus, dan kerapatan akan ditunjukkan pada
Gambar 2.2 berikut ini.
21
Gambar 2.2 Hubungan Kecepatan, Arus dan Kerapatan (MKJI 1997)
Pada penelitian ini digunakan MKJI 1997 sebagai pedoman untuk
analisisnya, karena berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Institut Teknologi
Bandung (ITB S2 STJR) pada tahun 80-an ditunjukkan bahwa penggunaan
manual kapasitas negara barat memberikan hasil yang tidak sesuai karena
komposisi lalu lintas dan perilaku pengemudi di Indonesia yang berbeda (MKJI
1997).
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah analisa perilaku lalu
lintas di ruas jalan ini adalah :
Metode studi pustaka
Dengan metode ini kami menggunakan perhitungan MKJI 1997
dimana dibutuhkan parameter dan faktor penyesuaian untuk
perhitungannya.
Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data yang digunakan untuk menganalisis permasalahan
yang akan dibahas. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data
primer dengan cara mensurvey langsung daerah kajian. Data yang
diperoleh kemudian di olah dan di analisa sesuai kebutuhan.
Metode Bimbingan
Dalam metode ini penulis melakukan konsultasi dengan dosen
pembimbing agar mendapatkan arahan yang tepat.
3.2 Analisa Pengolahan Data
Untuk menganalisa perilaku lalu lintas yang merupakan permasalahan
pada tugas ini. Menggunakan suatu manual yaitu Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MKJI) 1997.
23
3.3 Tipe Perhitungan
Prosedur perhitungan tipe segmen jalan perkotaan :
1. Kecepatan arus bebas
2. Kapasitas
3. Derajat kejenuhan
4. Kecepatan pada kondisi sesungguhnya
5. Arus lalu lintas yang dapat dilewatkan oleh segmen jalan tertentu
dengan mempertahankan tingkat kecepatan atau derjat kejenuhan
BERIKUT BAGAN ALIR
24
MULAI
IDENTIFIKASI MASALAH
PERUMUSAN MASALAH
TINJAUAN PUSTAKA
PENGUMPULAN DATA
DATA PRIMER
Hasil Survey di lapangan
DATA SEKUNDER
- Segmen Jalan
- Pemisah Arah Lau Lintas
PENGOLAHAN DATA
- Penggolongan Data
- Metode Tabulasi
- Data masukan Form UR 1 dan UR 2
1
25
ANALISA DATA
- Analisa Kecepatan
- Analisa Kapasitas
- Analisa Perilaku Lalu Lintas
- Analisa Contar Flow
- Analisa Pelebaran Jalan
KESIMPULAN DAN ULASAN PENANGANAN SERTA REKOMENDASI
SELESAI
1
BAB IV
DATA
4.1 Karakterisik Jalan
1. Segmen Jalan : Jalan Perkotaan
2. Pemisah Arah Lalu Lintas : Pemisahan arah 50-50
3. Geometrik Jalan
a. Tipe Jalan : Jalan 6 lajur 2 arah terbagi (6/2D)
b. Lebar Lajur : 3,25 m
c. Jumlah Lajur : 3
d. Bahu Jalan : 4,0 m
e. Median : 0,5 m
f. Alinyemen : Pada jalan perkotaan lengkung
horizontal/vertikal rendah, maka
pengaruh ini diabaikan
4.2 Data primer
Data ini merupakan hasil survey langsung di lapangan, pengamatan
dilakukan pada jam sibuk sore dan dicatat per 15 menit sesuai jenisnya yaitu
kendaraan bermotor, kendaraan ringan dan kendaraan berat (MKJI 1997).
1. Tempat : Jembatan Penyebrangan Orang Margo – Detos
2. Waktu : 17.00 – 19.00WIB
3. Alat survey : Traffic Counter
4. Data survey : (terlampir)
26
BAB V
ANALISA DATA
5.1 Umum
Analisa dilakukan pada kedua arah lalu-lintas. Untuk jalan terbagi, analisa
dilakukan terpisah pada masing-masing arah seolah masing-masing arah
merupakan jalan satu arah yang terpisah.
Diasumsikan :
1. Arah 1 = Selatan – Utara (Depok – Jakarta)
2. Arah 2 = Utara – Selatan (Jakarta – Depok)
5.2 Identifikasi Masalah
Sebelum menganalisa masalah, terlebih dahulu dilakukan identifikasi atau
hipotesa awal titik – titik yang meyebabkan terjadinya kemacetan. Identifikasi
masalah kemacetan disajikan dalam bentuk gambar (terlampir).
5.3 Tahapan Perhitungan
1. Pengolahan Data
a. Penggolongan Data
Data digolongkan berdasarkan jenis kendaraan yaitu kendaraan
bermotor, kendaraan ringan dan kendaraan berat. Penggolongan
dilakukan untuk masing – masing arah yaitu Selatan – Utara dan
Utara – Selatan (terlampir).
27
b. Metode Tabulasi
Metode Tabulasi adalah metode penyelesaian persamaan nonlinear
dengan cara membuat tabel-tabel persamaan atau fungsi nonlinear di
sekitar titik penyelesaian. Metode ini digunakan untuk mengetahui
jam puncak atau volume kendaraan terbesar dalam jam (terlampir).
2. Data Masukan (Form UR-1)
a. Data Umum
1. Penentuan Segmen
Titik segmen ditentukan dimana karakteristik jalan
berubah secara berarti menjadi batas segmen (terlampir).
2. Data Identifikasi Segmen
Segmen diidentifikasi berdasarkan tanggal (hari,bulan,tahun),
nama kota, ukuran kota, segmen antara, panjang segmen, tipe
jalan, periode waktu analisa (terlampir).
b. Kondisi Geometrik
1. Rencana Situasi
Rencana situasi merupakan sketsa segmen jalan yang diamati
mencakup sketsa alinymen horizontal segmen jalan dan nama
tempat yang dilalui/dihubungkan oleh segmen jalan (terlampir).
28
2. Penampang Melintang Jalan
Penampang melintang jalan merupakan sketsa segmen jalan rata-
rata yang mencakup lebar jalur lalu lintas, lebar median, lebar
kereb, lebar bahu dalam dan luar tak terganggu (terlampir).
3. Data Masukan (Form UR-2)
a. Kondisi Lalu - Lintas
1. LHRT
Lalu Lintas harian rata-rata tahunan merupakan jumlah dari
seluruh kendaraan pada periode analisa. LHRT terpisah sesuai
masing - masing arah.
- LHRT U-S = 20321
- LHRT S-U = 9329
2. Faktor K
Faktor K merupakan rasio antara arus jam rencana dan LHRT;
nilai normal K = 0,09
3. Pemisah Arah
Pemisahan arah SP Arah 1/Arah 2, Nilai normal = 50/50% maka
SP = 1
4. Kendaraan per Jam
Kend/ jam adalah total jumlah kendaraan per 1 jama puncak
- Kend/jam U-S = 10915
- Kend/jam S-U = 4935
29
5. Satuan Mobil Penumpang per Jam
Jumlah kendaraan dari tiap-tiap jenis kendaraan dikalikan faktor
smp. Faktor smp untuk kendaraan berat = 1,2. Faktor sm untuk
kedaraan ringan = 1,0 dan faktor smp untuk kendaraan bermotor
= 0,35. Maka smp/jam untuk masing-masing arah adalah
- Smp/jam U-S = 5704
- Smp/jam S-U = 2704
b. Hambatan Samping
Hambatan samping berupa jumlah pejalan kaki berjalan atau
menyeberang sepanjang segmen jalan, jumlah kendaraan berhenti dan
parkir, jumlah kendaraan bermotor yang masuk dan keluar ke/dari
lahan samping jalan dan jalan sisi¸ arus kendaraan yang bergerak
lambat, (terlampir).
c. Analisa (Form UR-3)
a. Analisa Kecepatan
1. Kecepatan Arus Bebas Dasar (FVO)
KeCepatan arus bebas dasar ditentukan oleh tipe jalan, karena
jalan margonda raya merupakan jalan Enam-lajur terbagi (6/2D),
maka kecepatan arus bebas dasar untuk masing – masing jenis
kendaraan adalah sebagai berikut
Tipe Jalan LV HV MC Rata - rata
(6/2D) 61 52 48 57
30
2. Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Untuk Lebar Jalur Lalu-
Lintas (FVW)
Penyesuaian kecepatan arus bebas untuk lebar jalur lalu lintas di
tentukan dari tipe jalan dan lebar jalur lalu lintas efektif. Analisa
jalan margonda raya merupakan tipe jalan empat lajur terbagi atau
jalan satu arah dengan lebar lajur lalu lintas efektif per lajur 3,25
m. Maka Faktor penyesuaiannya adalah sebagai berikut
Tipe Jalan Lebar Jalur Efektif
per lajur (Wc) (m)
FVW
(km/jam
)
Empat – lajur terbagi
atau Jalan Satu Arah
3,25 -2
3. Faktor Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Untuk Hambatan
Samping (FFVSF)
Penyesuaian kecepatan arus bebas untuk hambatan samping di
tentukan dari tipe jalan dan kelas hambatan samping. Analisa
jalan margonda raya merupakan jalan dengan lebar bahu 4m
dengan tipe jalan satu arah dan kelas hambatan samping yang
tinggi. Maka Faktor penyesuaiannya adalah sebagai berikut
Tipe Jalan Kelas Hambatan
Samping (SFC)
Lebar Bahu
>2m
Empat – lajur terbagi Tinggi 0,95
31
atau Jalan Satu Arah
4. Faktor Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Untuk Ukuran
Kota (FFVCS )
Jalan margonda raya berlokasi di kota Depok. Depok merupakan
kota dengan jumlah penduduk 1.738.570 jiwa, maka faktor
penyesuaiannya adalah sebagai berikut
Ukuran kota (Juta Penduduk) Faktor Penyesuaian Ukuran Kota
1,0 – 3,0 1,00
5. Penentuan Kecepatan Arus Bebas (FV)
Setelah mendapatkan semua faktor penyesuain, maka dapat
ditentukan kecepatan arus bebas dengan rumus dibawah ini,
perhitungan lengkap terlampir.
FV = (FVo + FVw) x FFVsf x FFcs
b. Analisa Kapasitas
1. Kapasitas Dasar (CO)
Kapasitas dasar ditentukan oleh tipe jalan, karena jalan margonda
raya merupakan jalan Empat lajur terbagi atau jalan satu arah
maka kapasitas arus bebas dasar per lajur adalah sebagai berikut
Tipe Jalan Kapasitas Dasar (smp/jam)
per lajur
Empat lajur terbagi atau 1650
32
Jalan satu arah
2. Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Lebar Jalur Lalu-Lintas
(FCW)
Penyesuaian kapasitas untuk lebar jalur lalu lintas di tentukan dari
tipe jalan dan lebar jalur lalu lintas efektif. Analisa jalan
margonda raya merupakan tipe jalan empat lajur terbagi atau jalan
satu arah dengan lebar lajur lalu lintas efektif per lajur 3,25 m.
Maka Faktor penyesuaiannya adalah sebagai berikut
Tipe Jalan Lebar Jalur Efektif
per lajur (Wc) (m)
FCW
(km/jam
)
Empat – lajur terbagi
atau Jalan Satu Arah
3,25 0,96
3. Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Pemisahan Arah (FCWB)
Penyesuaian Kapasitas Untuk Pemisahan Arah untuk jalan
margonda raya dengan pemisah arah 50/50% adalah sebagai berikut
Tipe Jalan Pemisah Arah 50/50%
Empat-lajur 4/2 1,00
4. Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Hambatan Samping (FFCS )
Penyesuaian kapasitas arus bebas untuk hambatan samping di
tentukan dari tipe jalan dan kelas hambatan samping. Analisa
33
jalan margonda raya merupakan jalan dengan lebar bahu 4m
dengan tipe jalan satu arah dan kelas hambatan samping yang
tinggi. Maka Faktor penyesuaiannya adalah sebagai berikut
Tipe Jalan Kelas Hambatan
Samping (SFC)
Lebar Bahu
>2m
Empat – lajur terbagi
atau Jalan Satu Arah
Tinggi 0,95
5. Faktor Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Untuk Ukuran
Kota (FFCCS )
Jalan margonda raya berlokasi di kota Depok. Depok merupakan
kota dengan jumlah penduduk 1.738.570 jiwa, maka faktor
penyesuaiannya adalah sebagai berikut
Ukuran kota (Juta Penduduk) Faktor Penyesuaian Ukuran Kota
1,0 – 3,0 1,00
6. Penentuan Kapasitas
Setelah mendapatkan semua faktor penyesuain untuk kapasitas,
maka dapat ditentukan kapasitas segmen jalan dengan rumus
dibawah ini, perhitungan lengkap terlampir.
C = Co x FCw x FCwb x FFCsf x FCcs
34
c. Analisa Perilaku Lalu lintas
a. Derajat Kejenuhan (DS)
Derajat kejenuhan merupakan parameter utama analisa perilaku
lalu lintas. DS = V/C dimana V adalah volume kendaraan aktual
dan C adalah kapasitas
- DS U-S = 1.21
- DS S-U = 0.57
b. Kecepatan dan Waktu Tempuh
1. Kecepatan
Berdasarkan nilai derajat kejenuhan dapat ditentukan
kecepatan aktual suatu jalan. Dapat ditentukan dari grafik
(terlampir)
- Kecepatan U-S = 30 km/jam
- Kecepatan S-U = 48 km/jam
2. Waktu Tempuh
Waktu tempuh rata-rata TT = L/V (jam) dimana L adalah
panjang segmen. Panjang segmen Flyover UI –
Persimpangan Juanda adalah 1.8 km
- Waktu tempuh U-S = 0.06 jam
- Waktu tempuh S-U = 0.04 jam
35
5.4 Analisa Contraflow
Dalam analisa contraflow dianggapan arah yang memiliki DS yang lebih
besar bertambah kapasitasnya dikarenakan memakai satu lajur dari arah yang
berlawanan. Dalam hal ini kapasitas U-S bertambah 1 lajur dan kapasitas S-U
berkurang 1 lajur pada jam sibuk sore.
Analisa dan tahap perhitungan contraflow sama dengan Analisa ruas
jalan yang sudah dipaparkan sebelumnya di atas, yang membedakan adalah pada
formulir UR-3. Arah S-U memiliki jumlah lajur = 2 sedangkan arah U-S memiliki
jumlah lajur = 4. (terlampir)
5.5 Analisa Pelebaran dan Penambahan Lajur
Dalam analisa Pelebaran lajur dari 3.25 m menjadi 4 m (lajur dalam)
untuk perhitungan Derajat Kejenuhannya (DS) dari arah S-U yaitu sebesar 0.53,
sedangkan untuk arah U-S yaitu sebesar 1.12. Dilihat dari kapasitas perhitungan
untuk arah S-U jalan masih dianggap layak karena pergerakan kendaraan masih
lancar dan dikatakan lauak. Sedangkan untuk arah U-S, jalan sudah sangat jenuh
karena melebihi satu, sehingga terjadi kepadatan di ruas jalan dari arah U-S.
Untuk analisa penambahan lajur setiap lajur dengan lebar 3.25 m, didapat
derajat kejenuhan (DS) dari arah S-U sebesar 0.44 dan untuk atah U-S didapat
0.92. Dilihat dari derajat kejenuhannya untuk arah S-U, pergerakan kendaraan
lancar karena nilai DS nya kurang dari 0.75 sehingga dapat dikatakan layak. Dan
36
untuk arah S-U nilai DS yang hampir mencapai 1 dapat dikatakan ruas jalan
tersebut sudah sangat padat dan terjadinya antrian.
BAB VI
KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
Dari analisa data yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Jam puncak sore pada kedua arah (selatan-utara da utara-selatan) adalah
sama yaitu pada pukul 17.00-18.00 WIB
2. Terjadi ketidakseimbangan distribusi arus lalu lintas pada jam puncak,
yakni jumlah arus lalu lintas dari arah Utara-Selatan lebih banyak (5704
kendaraan pada jam puncak) apabila dibandigkan dengan arus lalu lintas
dari arah Selatan-Utara (2074 kendaraan pada jam puncak)
3. Point nomor dua dapat dibuktikan juga dengan hasil derajat kejenuhan
(DS) yang berbeda. Pada arah Utara-Selatan memiliki DS = 1,21
sedangkan pada arah Selatan-Utara memiliki DS=0,57.
4. Pada jam puncak sore, arah utara-selatan dengan DS=1,21 atau > 0,75
menunjukan adanya masalah kapasitas (kemacetan). Sedangkan pada arah
selatan utara dengan DS=0,57 atau < 0,75 menujukan tingkat pelayanan
yang masih tergolong baik (tidak ada kemacetan).
5. Derajat kejenuhan berbanding terbalik dengan kecepatan, semakin jenuh
suatu jalan akan semakin lambat kecepatan kendaraan yang melewatinya
37
dan semakin lama pula waktu tempuhnya. Pada arah utara-selatan
DS=1,21 dan V=30 km/jam. Sedangkan pada arah selatan-utara DS=0,57
V=48km/jam.
6. Penerapan Contraflow harus dilihat keefektifannya, penerapan contraflow
pada jam sibuk sore di jalan Margonda raya tidak efektif karena DS pada
arah U-S masih > 0,75 yang berarti kemacaten masih akan terjadi apabila
contraflow diterapkan. Dan untuk arah S-U yang semula memiliki DS <
0,75, setelah contraflow diberlakukan menjadi >0,75. Hal ini
membuktikan bahwa penerapan contraflow di Jalan Maronda Raya sangat
tidak efektif
7. Pada pelebaran lajur dan penambahan laju harus dilihat keefektifannya,
pelebaran lajur dan penambahan lajur di jalan Margonda raya tidak efektif
karena DS pada arah U-S masih > 0,75 yang berarti kemacaten masih
akan terjadi apabila pelebaran lajur dan penambahan lajur diterapkan. Dan
untuk arah S-U yang semula memiliki DS < 0,75, setelah pelebaran lajur
dan penambahan lajur diberlakukan menjadi >0,75. Hal ini membuktikan
bahwa penerapan contraflow di Jalan Maronda Raya sangat tidak efektif
6.2 Solusi
1. Traffic Management
a. Penertiban Aktivitas Samping Jalan pada jam-jam puncak agar
mengurangi arus lalu lintas pada ruas jalan. Hal ini diperlukan karena
permasalahan hambatan samping merupakan fokus utama pada jalan
perkotaan.
38
b. Meminimalkan bukaan median yang ada pada jam-jam sibuk.
c. Menghimbau pedengang memiliki lahan parkir sendiri agar tidak
memaka badan jalan sebagai area parkir
2. Solusi fisik
a. Meninkatkan pelayanan seperti melebarkan lajur yang ada.
b. Pembangunan alternatif jalan baru bila di rasa masalah kemacetan
pada ruas jalan tersebut semakin parah dan sudah tidak mampu
diatasi.
39