Upload
iqbalariansyah
View
12
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
jurnal
Citation preview
ANALISIS JURNAL KEPERAWATAN
IMMUNOLOGY
Antiretroviral treatment outcomes from a nurse-driven, community-
supported HIV/AIDS treatment programme in rural Lesotho:
observational cohort assessment at two years
s
Disusun Oleh:
KELOMPOK 8
FENY DWI ANGGRAENI 145070207111002
IQBAL TAUFIQ ARIYANSYAH 145070207111006
ADIRA DEANDRA CHAIRIE 145070207111008
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
A. INDENTITAS JURNAL
1. Judul : Antiretroviral treatment outcomes from a nurse-driven, community-supported
HIV/AIDS treatment programme in rural Lesotho: observational cohort assessment at two
years
2. Penulis :
a. Rachel Cohen
b. Sharonann Lynch
c. Helen Bygrave
d. Evi Eggers
e. Natalie Vlahakis
f. Katherine Hilderbrand
g. Louise Knight
h. Prinitha Pillay
i. Peter Saranchuk
j. Eric Goemaere
k. Lipontso Makakole
l. Nathan Ford
.
3. Tahun publis : 2009
4. Halaman : 1-8
5. Bahasa : English
6. Kata kunci :
a. Pemberian ARV
b. Edukasi
c. HIV
B. MENGIDENTIFIKASI MASALAH ATAU TOPIK PENELITIAN JURNAL
Lesotho merupakan negara ketiga yang memiliki pasien AIDS terbanyak, hal ini
dikarenakan oleh kondisi dari kehidupan dalam negara itu sendiri, yaitu keselamatan kerja,
lingkungan kerja masyarakat Lesotho, serta kemudahan akses ke pekerja seks komersial. Maka
dalam hal itu, dalam jurnal ini akan dilakukan penelitian untuk meningkatkan perawatan pasien
AIDS selama 2 tahun.
C. ANALISA HASIL PENELITIAN
Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa pengembangan, evolusi dan hasil utama dari tiga
tahun pertama dari program pendekatan yang telah dilakukan menggunakan Model
desentralisasi perawatan yang dikembangkan di daerah tangkapan air Scott meliputi 102 ranjang
rumah sakit kabupaten dan 14 dasar, pusat kesehatan desa, masing-masing dikelola hanya oleh
perawat. Perawat ini bertanggung jawab untuk menyediakan semua pelayanan kesehatan
primer dan untuk mengintegrasikan berbagai layanan HIV / AIDS, termasuk tes HIV dan
konseling (HTC), pencegahan penularan ibu ke anak (PMTCT), perawatan TB dan HIV, serta
terapi antiretroviral ke dalam paket perawatan kesehatan primer yang ditawarkan di
Puskesmas.
Untuk membekali perawat dengan keterampilan yang memenuhi tanggung jawab baru,
intensif di pelatihan teori dan praktis yang diberikan pada pengelolaan kondisi terkait HIV dan
ART. Ini termasuk bagian dari pelatihan, masing-masing berlangsung satu minggu, yang
pelatihan klinis di adaptasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Manajemen Terpadu Remaja
dan Dewasa.
a. Tingkat kabupaten Tugas Perawat kesehatan masyarakat
- Melaksanakan kunjungan bulanan ke pusat kesehatan :
1. Melakukan kunjungan pengawasan bulanan
2. Menyediakan pelatihan penyegaran
b. Dokter
- Menyediakan bimbingan klinis di Puskesmas selama kunjungan klinik dua mingguan :
1. Menyediakan dukungan rujukan untuk kasus-kasus yang rumit
2. Menetapkan ART untuk pasien naif non-ARV
3. Menetapkan pengobatan TB HIV + pasien dengan sputum negatif dan / atau EP TB pada
pasien yang dalam tiga bulan pertama ART
4. Mengatur pasien yang diduga memiliki TB IRIS
5. Membuat keputusan klinis tentang beralih ke terapi lini kedua, yang diperlukan
6. Mengelola efek samping
7. Secara formal menganjurkan pasien ke rumah sakit dan menyediakan rawat inap
c. MOHSW minimal staf: 1 per Puskesmas
1. Inisiatif dan mengelola lini pertama ART untuk orang dewasa dan anak-anak
2. Data sinar-x menafsirkan untuk mendiagnosis TB BTA negatif menggunakan algoritma
negatif smear dan mendeteksi efusi pleura unilateral dan pola miliaria
3. Memulai ART lini kedua dalam kasus kegagalan pengobatan, setelah persetujuan dokter
4. Interupsi pengobatan dalam kasus efek samping yang parah dan mengelola pengobatan
substitusi untuk baris pertama yang diperlukan
1) Perawat professional
MOHSW minimal staf: 1 per Puskesmas
1. Inisiatif dan mengelola lini pertama ART untuk orang dewasa dan anak-anak
2. Membuat diagnosis dugaan penyakit HIV yang parah pada anak-anak <18 bulan
(dengan tidak adanya DNA PCR)
3. Menganjurkan pasien ke rumah sakit
4. Memulai profilaksis isoniazid
5. Memulai pengobatan TB untuk pasien yang baru memulai ART
2) Asisten perawat terlatih
a. MOHSW minimal staf: 2 per Puskesmas
1. Inisiat dan mengelola lini pertama ART untuk orang dewasa dan anak-anak
2. Tahapan + dewasa dan anak-anak HIV menurut klasifikasi WHO dan menentukan
klinik
3. Menyiapkan apa yang butuhkan untuk ART
4. Mengelola infeksi oportunistik
5. Memulai kotrimoksazol sebagai profilaksis
6. Memulai jangka pendek AZT profilaksis untuk PMTCT
7. Siapkan pengasuh anak-anak untuk memberikan ART
8. Menyediakan pendidikan dan konseling tentang pilihan makanan untuk ibu hamil
HIV +
9. Mengidentifikasi tersangka DR-TB dan pesanan DST HIV / TB awam konselor.
b. Rekomendasi kepegawaian minimum: 1 per Puskesmas
1. Menyediakan konseling persiapan sebelum pasien memulai ART
2. Menyediakan ART dan pengobatan TB konseling kepatuhan
3. Mengidentifikasi TB dan ART serta memobilisasi petugas kesehatan berbasis
masyarakat untuk melacak mereka
4. Memfasilitasi kelompok pendukung dan memberikan pembicaraan kesehatan pada
topik terkait (misalnya, ANC dan PMTCT, HTC, TB, ART)
5. Menasihati ibu hamil pada PMTCT dan jadwal pengujian untuk bayi
6. Jadwal janji untuk pasien HIV, termasuk: laboratorium, konseling, isi ulang dan
klinis ujian, sesuai dengan pedoman nasional
7. Membantu dalam merekam informasi dasar dalam register dan menyusun laporan
bulanan, termasuk pra-ART, ART, HTC, PMTCT, tersangka TB, dan register TB umum
8. Mengatur folder pasien HIV dan file / kartu pasien TB
9. Semua di bawah ini HIV / TB awam konselor (HTC) Rekomendasi kepegawaian
minimum: 1 per Puskesmas
10. Menyediakan tes HIV dan konseling untuk orang dewasa dan anak-anak melalui tes
cepat
11. Mengumpulkan kering bercak darah untuk tes PCR bayi, setelah pelatihan
12. Menyediakan TB dan IMS screening dan mengacu pada perawat sesuai untuk
semua pasien HIV +
13. Memiliki berat pasien, melakukan dasar triase batuk dan tugas-tugas dukungan
klinik lainnya
14. Menyediakan pendidikan pencegahan dan komoditas
15. Menyediakan pendidikan produksi sputum, mengisi formulir permintaan lab
spesimen, mengumpulkan dan mempersiapkan sampel laboratorium untuk
transportasi
c. Berbasis masyarakat pekerja kesehatan - Jejak pengobatan TB dan mangkir ART
1. Menyediakan pendidikan dan mendorong penyerapan HIV dan layanan terkait TB
2. Mengacu pasien bergejala ke Puskesmas
3. Melaksanakan kegiatan peningkatan kesadaran
Perawat memiliki beban kerja tinggi. Penilaian pada bulan Agustus 2006 menemukan bahwa
perawat sedang melakukan hingga 45 konsultasi per hari, jauh lebih besar dari WHO merekomendasikan
maksimum 30 konsultasi per hari (tidak termasuk konsultasi HIV). Mengakui bahwa kebutuhan yang
terus meningkat untuk ART tidak dapat dipenuhi karena kelangkaan dokter, perawat dan staf lain
profesional kesehatan, MSF dan Scott Hospital didirikan kader HIV / TB konselor untuk memperkuat
kapasitas untuk memberikan layanan HIV dan TB.Staf klinik, termasuk konselor, mencoba untuk
menanggapi kebutuhan klien mereka dengan merinci sejarah HIV klinis pada catatan pasien,
menyediakan 2-3 isi ulang, dan membantu kelangsungan klien perawatan dengan membahas fasilitas
apa yang menyediakan perawatan ART di daerah di Afrika Selatan yang mereka lakukan.
D. MASUKAN TERHADAP JURNAL
Dalam jurnal ini yang berjudul Antiretroviral treatment outcomes from a nurse-driven,
community-supported HIV/AIDS treatment programme in rural Lesotho: observational cohort
assessment at two years masih belum dapat memenuhi kriteria dalam jurnal internasional
karena dalam jurnal tersebut masih belum di jelaskan mengenai data-data yang mendukung
untuk keberhasilan dalam meneliti serta tidak dijelaskan method penelitian secara jelas dan
dapat di mengerti oleh pembaca.
Di bawah ini merupakan beberapa kekurangan yang terdapat dalam jurnal :
a. KEKURANGAN
Kurangnya keterlibatan masyarakat untuk memajukan Lesotho dalam hal
kesehatan dan kurangnya sumberdaya kesehatan menjadi hambatan untuk
perawatan pasien.
Dalam junal ini masih belum dijelaskan tentang method dari perawatan tentang
HIV menggunakan ARV.
Belum dijelaskan mengenai program desentralisasi dan pemberian serta
perawatan ARV kepada pasien HIV.
b. KELEBIHAN
Sudah dijelaskan tentang prevalensi angka kejadian yang ada di lesotho untuk
pengidap hiv/aids yag menggunakan terapi ARV.
Hasil data prevalensi pasien dengan penykit HIV dan kurangnya sumberdaya
kesehatan telah dijelaskan secara rinci.
Bahasa yang digunakan tertata rapi dan mudah untuk dipahami
Sudah dijelaskan mengenai Inovasi untuk mendukung ekspansi dan kualitas
layanan HIV Mengingat kemiskinan dan kekurangan staf kesehatan di Lesotho,
program HIV / AIDS nasional adalah penting untuk memiliki memperkenalkan
berbagai inovasi yang masih absen dari kebijakan negara tetangga yang lebih
baik sumber daya.
E. IMPLIKASI
Pada Negara afrika dengan sumber daya kesehatan yang kurang, mampu menerapkan
pedoman pengobatan antiretroviral.
Pemberian perawatan yang tidak maksimal disebabkan oleh kurangnya sumber daya
kesehatan yang ada dalam kota Lesotho.
Untuk menanggulanginya maka di bentuklah Scott Hospital Health Service Area pada
daerah pedesaan agar tercukupinya kesehatan yang ada disana.
Setiap klinik yang dikelola oleh hanya satu atau dua perawat yang menyediakan
berbagai kegiatan perawatan primer pada pasien HIV dab terapi antiretroviral.
Keterlibatan konselor dalam memfasilitasi perluasan perawatan dan memberikan
kontribusi untuk memberdayakan orang yang hidup dengan HIV / AIDS sangat
mendukung.
Intervensi yang paling penting adalah untuk mengobati ibu hamil HIV positif, sehingga
mengurangi risiko penularan vertical, memfasilitasi diagnosis dini HIV pada bayi, dan
memulai pengobatan sesegera mungkin untuk bayi yang terinfeksi HIV.
F. MERUMUSKAN APLIKASI HASIL PENELITIAN PADA PELAYANAN KESEHATAN DI INDONESIA
Di Indonesia segera diadakan pelatian terhadap pemberian ARV secara professional, hal
ini sangat penting di lakukan mengingat jumlah orang yang terjangkit di Indonesia di
Indonesia sendiri semakin banyak.
Perawatan secara maksimal dan pendekatan yang baik dapat menaikan kualitas dan
spiritual pasien, maka dari itu di Indonesia sebaiknya dalam penanganan pasien dengan
penyakit HIV harus lebih intensive
Memberikan edukasi kepada ibu hamil terkait penyakit HIV dan cara penularannya
Mengefesiensikan klinik kesehatan yang ada di pedesaan termasuk puskesmas agar
lebih care dan mengerti akan pemberian obat ARV serta penanganan pasien HIV.
Bagi perawat professional dan asisten perawat dapat berperan penting dalam edukasi
dan perawatan pasien HIV.