Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Analisa Data Geolistrik untuk Mengetahui Pola Sebaran Akuifer di Desa Nagrak Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat
Apriniyadi, Yuda, Kurniadi p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 1, halaman 96 – 108, Januari 2021
DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i1.8632
96
ANALISA DATA GEOLISTRIK UNTUK MENGETAHUI POLA SEBARAN AKUIFER DI DESA NAGRAK KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN BOGOR PROPINSI JAWA BARAT
GEOLISTRIC DATA ANALYSIS TO KNOW THE ACUIFER DISTRIBUTION PATTERN IN NAGRAK VILLAGE, GUNUNG PUTRI DISTRICT, BOGOR DISTRICT, WEST JAVA PROVINCE Mohammad Apriniyadi1, Himmes Fitra Yuda2*, Fiqih Kurniadi3 1Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia 2Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia 3Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia *Penulis koresponden: [email protected]
ABSTRAK Sumber daya air selain air sungai dan air hujan yaitu air tanah yang memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan dan ketersediaan air. Adanya struktur perlapisan batuan dan keberadaannya yang berada di bawah permukaan maka diperlukannya suatu metode yang dapat digunakan untuk mengindentifikasi keberadaan akuifer air tanah. konfigurasi schlumberger dapat untuk mendeteksi adanya non-homogenitas lapisan batuan di permukaan, yaitu dengan membandingkan nilai resistivitas semu ketika mengalami perubahan jarak elektroda Dari hasil analisis dan interpretasi nilai-nilai resistivitas, lapisan batuan pada daerah penelitian dapat di golongkan kedalam 3 jenis yaitu endapan alluvium, lempung dan endapan pasir sebagai akuifer. Pada daerah penelitian diperoleh nilai resistivity untuk akuifer sebesar 8 – 30 ohm-m dengan akuifer tertekan berada pada kedalaman 11 - 26 meter dan akuifer tertekan pada kedalaman 36 – 43,1 meter dengan pola sebaran akuifer menyebar dari arah utara ke arah selatan. ABSTRACT Water resources other than river water and rainwater are groundwater which has an important role in maintaining water balance and availability. The existence of rock bed structures and their presence under the surface requires a method that can be used to identify the presence of groundwater aquifers. The schlumberger configuration can detect the non-homogeneity of rock layers on the surface, namely by comparing the apparent resistivity value when experiencing changes in electrode distance. From the results of the analysis and interpretation of resistivity values, rock layers in the study area can be classified into 3 types, namely alluvium deposits, clay and sand deposits as aquifers. In the research area, the resistivity value for the aquifer was 8-30 ohm-m with the confined aquifer at a depth of 11-26 meters and the confined aquifer at a depth of 36 - 43.1 meters with the aquifer distribution pattern spreading from north to south.
SEJARAH ARTIKEL
Diterima 28 Juli 2020
Revisi 29 Agustus 2020
Disetujui 30 Desember 2021
Terbit online 15 Januari 2021
KATA KUNCI Geolistrik
Wenner Schlumberger
Akuifer
KEYWORDS Geoelectric
Wenner Schlumberger
Aquifer
Analisa Data Geolistrik untuk Mengetahui Pola Sebaran Akuifer di Desa Nagrak Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat
Apriniyadi, Yuda, Kurniadi p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 1, halaman 96 – 108, Januari 2021
DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i1.8632
97
1. PENDAHULUAN
Metoda Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan dalam ekplorasi yang
relatif dangkal, dengan menggunakan pengukuran resistivitas batuan pada metoda geolistrik
dimaksudkan untuk memperoleh gambaran lapisan tanah di bawah permukaan dan kemungkinan
terdapatnya air tanah (Loke, 1999). Adanya struktur perlapisan batuan dan keberadaannya yang
berada di bawah permukaan maka diperlukannya suatu metode yang dapat digunakan untuk
mengindentifikasi keberadaan akuifer air tanah. Selain pengambilan data geolistrik, data survey
lapangan sangat diperlukan untuk digunakan sebagai pembanding data resistivitas batuan pada data
geolistrik sehingga sebaran akuifer air tanah dapat diketahui.. Penelitian ini dilakukan di Desa Nagrak
Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat (Gambar 1).
Gambar 1 Lokasi Penelitian Citra Google Earth 2018
2. TEORI DASAR
2.1 Metoda Geolistik
Metoda Geolistrik merupakan metode yang digunakan dalam mempelajari sifat arus listrik di
bawah permukaan bumi dengan melakukan pendeteksian di permukaan bumi (Hendrajaya, 1990).
Prinsip kerja dari metode ini dengan menginjeksikan aliran listrik ke permukaan tanah dengan
menggunakan elektroda dan mengukur beda potensial dengan elektroda yang lain. Hasil pengukuran
arus dan beda potensial pada setiap jarak elektroda ditentukan dari harga hambatan jenis dari setiap
lapisan di titik ukur. Tahanan jenis merupakan parameter yang penting dalam mengkarakterisasi
Analisa Data Geolistrik untuk Mengetahui Pola Sebaran Akuifer di Desa Nagrak Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat
Apriniyadi, Yuda, Kurniadi p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 1, halaman 96 – 108, Januari 2021
DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i1.8632
98
keadaan fisis di bawah permukaan yang diasosiasikan dengan material serta kondisi di bawah
permukaan ( Telford, 1990).
2.2 Konfigurasi Schlumberger
Pada konfigurasi schlumberger jarak yang ideal dengan jarak MN diperkecil, sehingga jarak pada
MN secara teoritis tetap.Namun keterbatasan terhadap kepekaan alat ukur, makajarak pada AB relatif
besar sehingga jarak pada MN harus dirubah. Perubahan jarak MN seharusnya tidak melebihi 1/5 jarak
AB. Apparent resistivity (tahanan jenis semu) di tengah susunan. Konfigurasi schlumberger secara
prinsip adalah mengubah arus jarak elektroda. Namun semakin jauh jarak elektroda arus dengan jarak
elektroda potensial maka potensial yang diterima elektroda arus akan semakin kecil (Milson,2003).
2.3 Akuifer
Akuifer merupakan lapisan batuan yang berada dibawah permukaan dapat mengalirkan air dan
mengandung air. Todd,1955 menyatakan bahwa akuifer berasal dari bahasa latin “Aqui” yang berarti
air dan “Ferre” yang berarti membawa, sehingga akuifer merupakan lapisan yang dapat membawa air.
Terdapat tiga parameter penting yang menentukan karakteristik akuifer yaitu tebal akuifer, koefisien
lolos atau permeabilitas, dan hasil jenis.
2.4 Software Res2Dinv
Software Res2Dinv merupakan software yang akan digunakan dalam menganalisis data geolistrik
yang didapatkan di lapangan. Penggunaan software ini akan menghasilkan intrepretasi data bawah
permukaan yang membedakan tiap susunan litologi dengan nilai resisitivitas, dikarenakan setiap
batuan memiliki nilai resistivitas yang berbeda antara satu dan yang lainya dimana semakin besar nilai
resisitivitas akan menjadikan arus listrik semakin sulituntuk mengalir. Resistivitas bertolak belakang
dengan konduktivitas, dimana bila resistivitas besar maka konduktivitasnya akan kecil, begitu pula
sebaliknya.
3. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
3.1 Geologi Regional
Pada daerah penelitian tidak dilakukannya pemetaan geologi lapangan sehingga peniliti
menggunakan geologi regional sebagai pembanding untuk menginterpretasikan jenis batuan pada
Analisa Data Geolistrik untuk Mengetahui Pola Sebaran Akuifer di Desa Nagrak Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat
Apriniyadi, Yuda, Kurniadi p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 1, halaman 96 – 108, Januari 2021
DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i1.8632
99
daerah penelitian. Berdasarkan peta geologi regional lembar Jakarta dan Kepulauan Seribu (Gambar
2).
Gambar 2 Peta Geologi Regional Lembar Jakarta. (1992)
3.2 Geomorfologi Daerah Penelitian
Gambar 3 Peta Geomorfologi Daerah Penelitian (Kurniadi 2018)
Analisa Data Geolistrik untuk Mengetahui Pola Sebaran Akuifer di Desa Nagrak Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat
Apriniyadi, Yuda, Kurniadi p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 1, halaman 96 – 108, Januari 2021
DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i1.8632
100
Penamaan satuan geomorfologi daerah penelitian berdasarkan atas parameter deskriptif dan
proses genetik baik secara endogen maupun eksogen yang terjadi didaerah tersebut. Pembahasan
geomorfologi bermaksud untuk mengelompokkan bentang alam secara sistematis berdasarkan
kenampakan bentuk-betuk relief di lapangan, kemiringan lereng, dan beda tinggi. Secara umum
geomorfologi daerah penelitian memperlihatkan dataran fluvial (Gambar 3). Pengklasifikasian bentang
alam ini, dilakukan dengan mengacu pada parameter-parameter relief yang disusun oleh Van Zuidam
(1983). Serta aspek genetik yang mengontrol bentuk bentang alam tersebut mengacu pada proses dan
produk yang mempengaruhi daerah pemetaan yang mengacu pada klasifikasi yang disusun oleh
Hidartan dan Handaya (1994).
4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Akuisisi Data Geolistrik
Akuisisi data geolistrik dilapangan dilakukan dengan membuat sembilan lintasan yang di namai
lintasan 1 hingga lintasan 9 dengan panjang masing-masing bentangan 195 meter dan 235 meter.
Terdapat 6 lintasan yang dibentangkan dari timur ke barat, dan tiga lintasan yang dibentangkan dari
utara ke selatan (Gambar 4).
Lin
e 1
Lin
e 2
Line 6
Line 9
Lin
e 8
Lin
e 5
Lin
e 4
Lin
e 7
Line 3
Gambar 4 Lokasi Akuisisi Data Geolistrik (Google Earth 2018)
Analisa Data Geolistrik untuk Mengetahui Pola Sebaran Akuifer di Desa Nagrak Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat
Apriniyadi, Yuda, Kurniadi p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 1, halaman 96 – 108, Januari 2021
DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i1.8632
101
Lintasan 1
A
BC
C
Gambar 5 Lintasan Pengamatan 1
Litologi pertama dengan nilai resisitivitas 78,8 – 325 Ohm-m diinterpretasikan sebagai endapan
Alluvial. Litologi yang kedua dengan nilai resistivitas batuan 30 – 78,8 Ohm-m dengan ketebalan 4 – 10
meter diinterpretasikan sebagai batu lempung. Sedangkan litologi yang ketiga dengan nilai resistivitas
batuan 8 - 30 Ohm-mpada kedalaman 9 – 26 meter dan pada kedalaman 17 -43,1 meter di
interpretasikan sebagai endapan pasir (Gambar 5).
Lintasan 2
AB
C
B
C
Gambar 6 Lintasan Pengamatan 2
Litologi pertama dengan nilai resisitivitas 95,4 – 195 Ohm-m diinterpretasikan sebagai endapan
Alluvial. Endapan ini memiliki kedalaman mencapai 7 meter. Litologi yang kedua dengan nilai
resistivitas batuan 28,5 – 95,4 Ohm-m dengan ketebalan 4 – 10 meter diinterpretasikan sebagai
lempung. Sedangkan litologi yang ketiga dengan nilai resistivitas batuan 8 – 28,5 Ohm-mpada
kedalaman 11 – 21,6 meter dan pada kedalaman 38 - 43,1 meter di interpretasikan sebagai endapan
pasir (Gambar 6).
Analisa Data Geolistrik untuk Mengetahui Pola Sebaran Akuifer di Desa Nagrak Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat
Apriniyadi, Yuda, Kurniadi p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 1, halaman 96 – 108, Januari 2021
DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i1.8632
102
Lintasan 3
A
BC
C
Gambar 7 Lintasan Pengamatan 3
Litologi pertama dengan nilai resisitivitas 87,4 - 186 Ohm-m diinterpretasikan sebagai endapan
Alluvial. Endapan ini memiliki kedalaman mencapai 9,7 meter. Litologi yang kedua dengan nilai
resistivitas batuan 25 – 87,4 Ohm-m dengan ketebalan 5 – 20 meter diinterpretasikan sebagai
lempung. Sedangkan litologi yang ketiga dengan nilai resistivitas batuan 5 - 25 Ohm-mpada kedalaman
13,4 – 25 meter dan pada kedalaman 38 - 43,1 meter di interpretasikan sebagai endapan pasir. Hasil
inversi pada lintasan 3 menunjukkan ketebalan endapan pasir sebesar 11,6 meter (Gambar 7).
Lintasan 4
A
BC
C
Gambar 8 Lintasan Pengamatan 4
Litologi pertama dengan nilai resisitivitas 77,3 - 265 Ohm-m diinterpretasikan sebagai endapan
Alluvial. Endapan ini memiliki kedalaman mencapai 6,76 meter. Litologi yang kedua dengan nilai
resistivitas batuan 26,5 – 77,3 Ohm-m dengan ketebalan 5 – 10 meter diinterpretasikan sebagai
lempung. Sedangkan litologi yang ketiga dengan nilai resistivitas batuan 4 – 26,5 Ohm-mpada
Analisa Data Geolistrik untuk Mengetahui Pola Sebaran Akuifer di Desa Nagrak Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat
Apriniyadi, Yuda, Kurniadi p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 1, halaman 96 – 108, Januari 2021
DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i1.8632
103
kedalaman 9 – 22,3 meter dan pada kedalaman 38 - 43,1 meter di interpretasikan sebagai endapan
pasir (Gambar 8).
Lintasan 5
A
BC
C
Gambar 9 Lintasan Pengamatan 5
Litologi pertama dengan nilai resisitivitas 95 – 261 Ohm-m diinterpretasikan sebagai endapan
Alluvial. Endapan ini memiliki kedalaman mencapai 11 meter. Litologi yang kedua dengan nilai
resistivitas batuan 24,8 – 95 Ohm-m dengan ketebalan 6 – 15 meter diinterpretasikan sebagai
lempung. Sedangkan litologi yang ketiga dengan nilai resistivitas batuan 4 – 24,8 Ohm-mpada
kedalaman 12 – 22,4 meter di interpretasikan sebagai endapan pasir. Hasil inversi pada lintasan 5
menunjukkan ketebalan endapan pasir sebesar 10,4 meter (Gambar 9).
Lintasan 6
A
BC C
Gambar 10 Lintasan Pengamatan 6
Litologi pertama dengan nilai resisitivitas 109 - 246 Ohm-m diinterpretasikan sebagai endapan
Alluvial. Endapan ini memiliki kedalaman mencapai 8 meter. Litologi yang kedua dengan nilai
resistivitas batuan 26,2 – 109 Ohm-m dengan ketebalan 5 – 19 meter diinterpretasikan sebagai
Analisa Data Geolistrik untuk Mengetahui Pola Sebaran Akuifer di Desa Nagrak Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat
Apriniyadi, Yuda, Kurniadi p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 1, halaman 96 – 108, Januari 2021
DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i1.8632
104
lempung. Sedangkan litologi yang ketiga dengan nilai resistivitas batuan 4,5 – 26,2 Ohm-mpada
kedalaman 5,3 – 18,4 meter di interpretasikan sebagai resistivitas endapan pasir (Gambar 10).
Lintasan 7
A
BC
Gambar 11 Lintasan Pengamatan 7
Litologi pertama dengan nilai resisitivitas 87,7 - 420 Ohm-m diinterpretasikan sebagai endapan
Alluvial. Endapan ini memiliki kedalaman mencapai 17 meter. Litologi yang kedua dengan nilai
resistivitas batuan 33,9 – 87,7 Ohm-m dengan ketebalan 5 meter diinterpretasikan sebagai lempung.
Sedangkan litologi yang ketiga dengan nilai resistivitas batuan 5 – 33,9 Ohm-mpada kedalaman 8,3 –
21,5 meter di interpretasikan sebagai resistivitas endapan pasir (Gambar 11).
Lintasan 8
A
B
C
Gambar 12 Lintasan Pengamatan 8
Litologi pertama dengan nilai resisitivitas 88 - 386 Ohm-m diinterpretasikan sebagai endapan
Alluvial. Endapan ini memiliki kedalaman mencapai 13 meter. Litologi yang kedua dengan nilai
resistivitas batuan 33,4 - 88 Ohm-m dengan ketebalan 7 – 18 meter diinterpretasikan sebagai
lempung. Sedangkan litologi yang ketiga dengan nilai resistivitas batuan 5 – 33,4 Ohm-mpada
Analisa Data Geolistrik untuk Mengetahui Pola Sebaran Akuifer di Desa Nagrak Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat
Apriniyadi, Yuda, Kurniadi p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 1, halaman 96 – 108, Januari 2021
DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i1.8632
105
kedalaman 17,3 – 36,9 meter di interpretasikan sebagai endapan pasir. Hasil inversi pada lintasan 8
menunjukkan ketebalan endapan pasir sebesar 9,6 meter (Gambar 12).
Lintasan 9
A
B
C
Gambar 13 Lintasan Pengamatan 9
Litologi pertama dengan nilai resisitivitas 72,6 – 360 Ohm-m diinterpretasikan sebagai endapan
Alluvial. Endapan ini memiliki kedalaman mencapai 17 meter. Litologi yang kedua dengan nilai
resistivitas batuan 26,7 – 72,6 Ohm-m dengan ketebalan 4 – 10 meter diinterpretasikan sebagai
lempung. Sedangkan litologi yang ketiga dengan nilai resistivitas batuan 3,5 – 26,7 Ohm-mpada
kedalaman 18– 36,9 meter di interpretasikan sebagai endapan pasir (Gambar 13).
4.2 Model Geologi 3 Dimensi
Permukaan daerah penelitian memiliki kenampakkan berupa soil yang berwarna merah
kecokelatan dengan fragmen berukuran pasir kasar sehingga disimpulkan bahwa pada permukaan
merupakan satuan Alluvial. Sedangkan dibawah permukaan terdapat lempung seperti pada gambar
4.4.yang digambarkan dengan warna hijau (Gambar 14). Hal ini didasarkan data resistivitas yang diolah
dengan menggunakan Software Res2Dinv kemudian diinterpretasikan sebagai lempung. Pada
kedalaman 5 meter hasil interpretasi dari pengolahan data geolistrik menunjukkan bahwa lapisan
tersebut merupakan endapan pasir yang ditunjukkan dengan warna kuning pada gambar 14. Selain itu
pada sumur galian ditemukan air pada kedalaman 4,6 meter sehingga disimpulkan pada kedalaman ini
terdapat akuifer yang berupa enpadan pasir.
Analisa Data Geolistrik untuk Mengetahui Pola Sebaran Akuifer di Desa Nagrak Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat
Apriniyadi, Yuda, Kurniadi p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 1, halaman 96 – 108, Januari 2021
DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i1.8632
106
Gambar 14 Model Geologi 3 Dimensi (Kurniadi 2018)
4.3 Model Sebaran Akuifer
Gambar 14 Model Geologi 3 Dimensi (Kurniadi 2018)
Model sebaran akuifer di buat dengan memisahkan endapan pasir dengan litologi yang lain. Pada
peta 3 Dimensi dapat dilihat daerah penelitian memiliki dua jenis akuifer (Gambar 15):
Analisa Data Geolistrik untuk Mengetahui Pola Sebaran Akuifer di Desa Nagrak Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat
Apriniyadi, Yuda, Kurniadi p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 1, halaman 96 – 108, Januari 2021
DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i1.8632
107
Akuifer pertama terdapat pada kedalaman 11 – 26 meter dengan sebaran utara kearah barat dan
selatan. Akuifer pertama dibatasai oleh lapisan kedap air pada bagian atas dan bagian bawah.
Berdasarkan teori Krussman (1970) akuifer pertama ini disebut dengan akuifer tertekan.
Selanjutnya berdasarkan akuisisi data geoistrik akuifer kedua muncul pada kedalaman 32 meter
dan batas kedalamannya tidak diketahui. Hal ini dikarenakan kemampuan alat hanya mencapai
kedalaman 43,1 meter. Pada akuifer kedua disebut dengan akuifer tertekan.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka
diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut.
1) Litologi yang terdapat pada daerah penelitian berdasarkan interpretasi dari lapisan permukaan
pada data geolistrik resistivitas batuan berupa : Endapan Alluvium, Lempung, dan Pasir.
2) Hasil yang diperoleh dari pengambilan data geolistrik menunjukkan adanya indikasi air tanah
dangkal dengan nilai resistivitas 8 – 30 Ohm-m berada pada kedalam 11 - 26 meter dan air tanah
menengah dengan nilai resistivitas 8 – 30 Ohmn-m berada pada kedalaman 36 – 43,1 meter
3) Pola sebaran akuifer yang terdapat pada daerah penelitian menyebar kearah barat dan selatan
6. UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1) Bapak M. Apriniyadi S.Si, M.Sc. selaku Pembimbing utama
2) Bapak Himmes Fitra Yuda ST, MT. selaku pembimbing pendamping
7. DAFTAR PUSTAKA M.J. Carr, C.E. Lymar, J.M. Cowley (Ed.), Electron Diffraction Technique, Vol.1, International Union of
Crystallography/ Oxford University Press, New York, 2015, p.122. Hendrajaya, Lilik dan Idham, Arif, 1990. Geolistrik Tahanan Jenis, Monografi: Metoda Eksplorasi,
Bandung: Laboratorium Fisika Bumi, ITB. Krussman, G.P. and Ridder, N.A., 1970. Analysis and Evaluation of Pumping Test Data. International
Institude for Land Reclamation and Improvement, Wegeningnen. Kurniadi, F. 2018. Penerapan Metoda Resistivitas Konfigurasi Wenner Schlumberger untuk
Mengetahui Pola Sebaran Akuifer di Desa Nagrak Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat. Jakarta: Universitas Trisakti
Martodjojo, S., 1984, Evolusi Cekungan Bogor Jawa Barat, Disertasi Doktor, ITB, Bandung.
Analisa Data Geolistrik untuk Mengetahui Pola Sebaran Akuifer di Desa Nagrak Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat
Apriniyadi, Yuda, Kurniadi p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 1, halaman 96 – 108, Januari 2021
DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i1.8632
108
Milsom John Reynolds, 2003, An Introduction to Applied and Environmental Geophysics, Wiley, England
Reynolds, J. M. 1998. An Introduction to Applied and Environmental Geophysics 2nd Edition, England