Upload
lekap-muid
View
695
Download
34
Embed Size (px)
Citation preview
30 maret 2013
Analisis BEP depot AMIU
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pada saat ini, banyak perusahaan-perusahaan baik besar maupun kecil, yang berskala
nasional maupun internasional bermunculan. Tentunya hal tersebut merupakan pertanda positif yang
diharapkan dapat meningkatkan perekonomian nasional. Namun pada kenyataannya tidak bisa
dipungkiri, beberapa perusahaan terutama perusahaan-perusahaan kecil gulung tikar yang salah satu
penyebabnya dikarenakan biaya-biaya yang dikeluarkan tidak sebanding dengan pendapatan yang
diperoleh.
Secara umum perusahaan memiliki tujuan untuk memperoleh laba baik jangka panjang
maupun jangka pendek. Dalam mencapai tujuan tersebut perusahaan mempunyai alat yaitu
manajemen. Berhasil atau tidaknya perusahaan tergantung pada kemampuan manajemen dalam
melaksanakan fungsi-fungsinya serta dalam melihat kemungkinan dimasa yang akan datang. Untuk
itu manajemen dalam kegiatannya harus dapat merencanakan tujuan dan kegiatan dalam mencapai
tujuannya tersebut. Hal ini tentunya selaras dengan fungsi pokok manajemen yaitu planning.
Perencanaan ini penting bagi masa depan perusahaan baik untuk memperoleh protective benefit
maupun positive benefit.
Kemampuan untuk mencapai laba yang optimal dapat ditentukan oleh manajemen yang
baik terutama dalam perencanaan laba. Perencanaan laba yang baik akan mempengaruhi keberhasilan
perusahan dalam memperoleh laba yang optimal.
Dalam perencanaan laba ini, harus diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi laba yaitu biaya,
harga jual dan volume penjualan. Biaya memiliki implikasi bagi penentuan harga jual untuk mencapai
laba yang dikehendaki. Kemudian harga jual ini mempengaruhi volume penjualan dan selanjutnya
volume penjualan ini akan mempengaruhi volume produksi seperti siklus, volume produksi ini pun
nantinya akan mempengaruhi biaya produksi dan seterusnya.
Untuk itu dalam penyusunan perencanaan laba, manajemen memerlukan berbagai
informasi untuk menilai berbagai kemungkinan dan alternatif-alternatif keputusan dengan
memperhatikan pengaruh dari keputusan yang akan diambil tersebut. Salah satu alat yang dapat
digunakan manajemen dalam hal ini adalah analisis Break Even Point.
Tertarik dengan masalah diatas dan terdorong untuk mengetahui lebih jelas tentang
analisis Break Even Point dalam penyusunan perencanaan laba perusahaan, maka penulis akan
mencoba melakukan penelitian terhadap salah satu usaha penjualan Air Minum Isi Ulang sebagai
usaha home industry yang menjadi objek penelitian. Dalam penulisan ini penulis mengangkat judul “
ANALISIS BREAK EVEN POINT DALAM PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK PADA
DEPOT AIR MINUM ISI ULANG ”.
I.B. Rumusan dan Batasan Masalah
Dari permasalahan yang akan diangkat, maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana perhitungan analisis Break Even Point pada usaha Air Minum Kemasan Isi Ulang Galon
dengan menggunakan pendekatan persamaan dan grafis?
Sedangkan penulis akan membatasi masalah dengan hanya menggunakan data produksi
dan penjualan serta biaya-biaya yang terjadi dalam usaha depot air minum isi ulang selama bulan
desember 2010. Produk yang akan diteliti adalah Air minum kemasan isi ulang gallon dan analisis
yang akan digunakan adalah analisis Break Even Point dengan pendekatan persamaan dan pendekatan
grafis
I.C. Tujuan Penelitian
Dengan mengacu terhadap rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui perhitungan analisis Break Even Point dan penjualan Air Minum Isi Ulang Gallon
pada saat kondisi Break Even Point.
2. Untuk mengetahui volume penjualan yang harus dicapai oleh Usaha Air Minum Isi Ulang Gallon
tersebut untuk mencapai laba yang ditargetkan.
I.D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat yang hendak diperoleh yaitu diantaranya :
1. Manfaat yang bagi penulis
Penelitian ini memberikan manfaat bagi penulis yaitu menambah pengetahuan dan
pengalaman tentang bagaimana berpikir ilmiah. Selain itu penelitian ini juga memberikan
pengetahuan bagi penulis tentang bagaimana menerapkan teori mengenai Break Even Point ini
kedalam praktek di lapangan dalam hal ini adalah di sebuah usaha Penjualan Air Minum Siap Saji
kemasan Gallon
2. Manfaat bagi perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa informasi bagi konveksi
dalam hal ini mengenai volume penjualan yang harus dipertahankan oleh konveksi agar tidak
menderita rugi dan berada pada titik impas serta volume penjualan untuk memperoleh laba yang
direncanakan dengan perhitungannya.
3. Manfaat akademik
Penelitian ini dapat digunakan sebagai alat pembanding dan pembantu bagi
penelitian sejenis dimasa yang akan datang atau juga dapat diteliti lebih lanjut. Selain itu penelitian ini
juga diharapkan dapat memberikan informasi –informasi bagi keperluan studi lain dalam dunia
akademis terutama bagi praktek dan pemanfaatan analisis Break Even Point dalam proses produksi
nyata.
BAB II
LANDASAN TEORETIS
A Teori Yang Melandasi Permasalahan
1 Pengertian Break even Point
Banyak para ahli berpendapat tentang penertian Brea Even Point ( Titik Impas ), dimana
pengertian satu dengan yang lain berbeda, tetapi pada prinsipnya mempunyai konsep dasar yang
sama.
Menurut, Alwi ( 1994 : 265 ), menyatakan bahwa BEP adalah suatu keadaan dimana dalam
operasi perusahaan, perusahaan itu tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian ( penghasilan
= total biaya ).
Menurut Mulyadi ( 1992 : 72)menyatakan bahwa Impas adalah suatu keadaan dimana suatu
usaha tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian, dengan kata lain suatu usaha dikatakan
Impas apabila jumlah penghasilan sama dengan biaya, atau apabila laba kontribusi hanya dapat
digunakan untuk menutupi biaya tetap saja.
Menurut Hansen dan Mowen ( 1904 : 309 ) menyatakan “ break Even Analysis is a popular
and commonly used tool for analyzing the relationship between sales volume and prfitabiliy”.
Anallisis break even bukan semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan yang break
even point saja, tetapi analisis BEP mampu memberikan informasi kepada pimpinan perusahaan
mengenai berbagai tingkat volume penjualan serta hubungannya kemungkinan memperoleh laba
menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.
Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa perushaan dikaatakan mencapai break
even point apabila dalam suatu periode kerja tidak memperoleh laba tetapi juga tidak menderita
kerugian dimana laba adalah nol. Jadi dapat dikatakan break even point hubungan antara volume
penjualan, biaya dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada tingkat penjualan tertentu,
sehingga analisis break even point ini sering disebut dengan cost, volume, profit analisis.
Selain itu Analisis Break Even Point sangat berguna untuk menentukan kebijaksanaan dalam
perusahaan, baik perusahaan yang sudah maju maupun perusahaan yang baru mengadakan
perencanaan.
2. Unsur-Unsur Pokok Dalam Break Even Point
Analisis unsur-unsur yang mempengaruhi break even point yaitu Biaya, Volume, Harga,
harga jual serta laba itu sendiri. Didalam pengertian biaya dan beban didalam bahasa Indonesia belum
dibedakan dengan tepat. Sering kali istilah cost digunakan secara sinonim dengan istilah Expense.
Mulyadi membedakan antara cost dan expense sebagai berikut :
Cost adalah bagian dari harga perolehan tahun harga belli aktiva yang ditunda pembebanannya atau
belum di manfaatkan dalam hubungannya realisasi penghasilan. Sedangkan expense adalah cost yang
di korbankan didalam usaha memperoleh penghasilan.
Volume yang terdapat dalam analisis BEP adalah jumlah unit produksi atau jumlah unit penjualan.
Harga jual perunit adalah sejumlah uang yang diterima atau piutang yang timbul atas penyerahan
barang dan jasa kepada setiap consume dalam setiap unitnya. Harga jual bisa berupa harga jual bersih
atau bisa harga jual kotor. Sedangkan yang digunakan dalam analisis BEP adalah harga jual bersih
yang terlepas dari berbagai potongan.
Laba adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan, dimana keuntungan ini berasal dari penghasilan
setelah dikurangi biaya.
Alwi (1994: 267) menyatakan : variable-variabel yang membentuk BEP adalah harga jual dan
biaya ( biaya tetap dan Biaya variable ). Kedua variable itu saling berkaitan antara satu dengan yang
lainnya, perubahan salah satu variable yang dimaksud mengakibatkan perubahan besarnya titik Break
Even Point.
2.1 Harga Jual
Pengertian Harga Jual menurut Kotler ( 1994 : 474 ) adalah sebagai berikut : “ Price is what
the seller feel it is worth in terms of money to the buyer”. Dimana pengertianya adalah harga bagi
penjual merupakan suatu nilai dalam uang yang ditawarkan pada pembeli. Jadi dapat disimpulkan dari
pengertian di atas bahwa harga yang di bayar oleh pembeli sudah termasuk pelayanan yang di berikan
oleh penjual, serta penjual juga menginginkan sejumlah keuntungan dari harga tersebut.
Adapun tujuan dari penetapan harga menurut Kotler ( 1994 : 491-493 ) adalah :
(1). Survival, (2) Maximum current profit, (3) Maximum current revenue, (4) maximum seles growth,
(5) Maximum market skimming, (6)Product quality leadership.
Penetapan harga jual dari suatu produk amatlah penting, kesalahan dalam menetapkan harga
akan berakibat fatal dari segi ke uangan dan akan mempengaruhi kontinuitan usaha.
Ada beberapa metode yang biasanya digunakan dalam menetapkan harga menurut kotler
(1994 : 498-506 ), yaitu:
1. Cost based pricing
a. Mark up Pricing ( cost plus pricing ), adalah : penetapkan harga jual dengan menambah tingkat
keuntungan pada biaya-biaya yang telah dibebankan pada barang.
b.Target profit pricing adalah Penetapan harga jual yang didasarkan atas permintaan.
2. Buyer based pricing,
adalah penetapan harga jual berdasarkan nilai / citra yang dirasakan konsumen terhadap produk.
3. Competition based pricing
a).Going rate pricing : adalah penetapan harga jual menurut situasi yang ditetapkan oleh pesaing.
b).Sealed – bid pricing: adalah penetapan harga jual dalam situasi dimana perusahaan bersaing dengan
cara menetapkan harga jual lebih rendah dari harga yang ditetapkan pesaing.
Alwi ( 1994 : 234 ) menyatakan bahwa harga jual suatu produk pada umumnya
adalah kumpulan dari biaya produksi, biaya penjualan, dan biaya-biaya lain ditambah dengan
sejumlah keuntungan yang diinginkan produsen yang ditawarkan pada konsumen. Sedang masing-
masing biaya tersebut mempunyai berbagai karakter yang berbeda antara biaya yang satu dengan
biaya yang lain. Seperti halnya biaya tetap mempunyai karakteristik yang berbeda dengan biaya
variable.
2.2 Biaya
Menurut Awi ( 1994 : 44 ) menyatakan biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis. Sumber
ekonomis yang dimaksudkan adalah suatu sumber yang memiliki adanya sifat kelangkaan ( scarcity ).
Masing-masing biaya mempunyai perbedaan antara biaya yang satu dengan yang lain.
Masing-masing perbedaan itu juga tergantung dari sudut pandangnya masing-masing. Namun terkait
dengan Break even Point klasifikasi dari biaya yang dimaksudkan yaitu berdasarkan sifatnya. Halim
(1995: 52 ) menyatakan bahwa : “ Biaya berdasarkan sifatnya terdiri dari biaya tetap, biaya variable
dan biaya semi variable”.
a). Biaya Tetap
Menurut Alwi ( 1994 : 110 ) menyatakan bahwa biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan
yang tidak berpengaruh dengan volume produksi . atau dengan kata lain turun naiknya volume
produksi tidak mempengaruhi besarnya biaya yang di maksud. Untuk itu karateristik biaya tetap
adalah sebagai berikut:
Jumlahnya tetap dalam satu periode
Biaya perunit berbanding terbalik dengan jumlah produksi, dalam arti semakin besar jumlah
produksi, maka biaya ttap perunit semakin kecil demikian juga berlaku sebaliknya.
b). Biaya Variable
Alwi ( 1994 : 112 ) menyatakan bahwa variable merupakan sejumlah biaya yang di keluarkan
yang besarnya tertergantung volume produksi, semakin besar volume produksi akan di ikuti
melonjaknya biya tersebut dan demikian sebaliknya. Dengan demikian karateristik biaya variable
antara lain:
Jumlahnya berfluktuasi berdasarkan volume produksi.
Biaya variable per unit relative tetap sering dengan bertambahnya volume produksi, tetapi secara
keseluruhan total biaya variable berbanding lurus dengan jumlah produksi, dimana semakin besar
total biaya variable jumlah produksi semakin besar pula.
c). Biaya Semi Variable
Alwi ( 1994 : 114 ) menyatakan bahwa biaya semi variable yaitu biaya yang merupakan
kombinasi antara biaya tetap dengan biaya variable. Seperti halnya upah karyawan yang didalamnya
termasuk upah tetap dan insetive karyawan.
3. Keterbatasan Analisis Break Even Point
Bebrapa ahli mengungkapkan tetang keterbatasan penggunaan analisis Break Even Point,
diantaranya menurut Horngren yang mengemukakan ssebagai berikut:
a). Expenses may be classified variable and fixed categories. Total variable expenses very directly with
volume. Total fixed espense do not change with volume.
b). The behavior of revenues and expeses is accurately potrayed and is linear over the relevant range.
c). Eficiency and productifity will be unchanged.
d). Sales mix will be constant.
Menurut Sofyan Syafri Harahap ( 1997 : 364 ) mengungkapkan bahwa terdapat kelemahan-
kelemahan di dalam analisis BEP antara lain:
a). Asumsi yang menyebutkan harga jual konstan padahal kenyataannya harga ini kadang-kadang harus
berubah sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran di pasar.
b). Asumsi terhadap cost
penggolongan biaya tetap dan biaya variable juga mengandung kelemahan. Dalam keadaan tertentu
untuk memenuhi volume penjualan biaya tetap tidak bisa tidak harus berubah karena pembelian
mesin-mesin dan peralatan lainnya. Dengan demikian juga perhitungan biaya variable perunit juga
akan dapat di pengaruhi perubahan ini.
c). Biaya tetap juga tidak selalu tetap pada berbagai kapasitas.
d). biaya variable juga tidak selalu berubah sejajar dengan perubahan volume.
4. Perhitungan Dalam Analisis Break Even Point
Alwi ( 1994 : 269 ) menyatakan bahwa terdapat berbagai macam cara untuk menentukan
besarnya Brea Even Point, antara lain dengan menggunakan teknik persamaan dan pendekatan grafik.
a). Teknik Persamaan
penentuan besarnya Break Even Point menggunakan teknik persamaan dengan menggunakan rumus
sbb:
Y = Cx – Bx – A
Keterangan :
Y = Laba
C = Harga jual per unit
X = Jumlah produk yang dijual
B = Biaya variable per unit
A = Biaya tetap
Berdasarkan definisi di atas suatu perusahaan akan impas apabila jumlah penghasilan sama
dengan jumlah biaya ( laba = 0 ). Berangkat dari rumus persamaan yang telah diungkapkan tersebut
dengan menggunakan pengolahan rumus yang dimaksud, maka akan di peroleh persamaan sebagai
berikut:
0 = Cx – Bx – A
Cx = Bx + A
Berdasarkan persamaan tersebut, dengan melalui berbagai penyelesaian persamaan akan di peroleh
rumus turunan sebagai berikut :
Cx = Bx + A
Cx – Bx = A
( C-B ) x = A
Sebagai penyelesaian persamaan di atas, diperoleh rumus lebih lanjut sebagai berikut :
Keterangan :
Cx = Bx + A………Hasil penjualan = Biaya
Cx - Bx = A………Contribution Margin = Biaya
Dengan demikian, rumus Break Even Poit yang didapat dari berbagai persamaan tersebut adalah
sebagai berikut :
Biaya TetapBEP (unit )
=Harga jual per unit – Biaya variable per unit
Dalam rumus Break Even Point dalam rupiah menurut Alwi ( 1994 : 274 ) adalah sbb:
AX = ( BEP)
= C-B
Ax = C-B
Biaya TetapBEP ( Rp ) =
1-( Tt penj-Biaya variable)
b), Pendekatan grafika
Alwi ( 1994 : 276 ) menyatakan bahwa : “ selain dengan teknik persamaan dapat juga di
gunakan pendekatan secara grafika, yaitu dengan penentuan titik pertemuan antara garis penghasilan
dengan garis biaya didalam suatu grafika “. Titik pertemuan antara garis penghasilan dengan garis
biaya tersebut merupakan titik Break Even Point. Untuk dapat menentukan titik BEP harus dibuat
grafik dengan sumbu datar menunjukan volume penjualan, sedangkan sumbu tegak menunjukan biaya
dan penghasilan.
5. Margin of Safety
Alwi ( 1994 : 278 ) menyatakan :” Margin of safety yaitu untuk menentukan seberapa jauh
berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian “. Atau dengan kata lain margin of
safety memberikan informasi sampai seberapa jauh volume penjualan yang di rencanakan tersebut
boleh turun agar supaya perusahaan tidak menderita kerugian.
Penjualan per budget – penjualan per Break Even M / S x 100 % Penjualan per
budget6. Asumsi Dasar Break Even Point
Terkait dengan masalah - masalah asumsi dasar BEP, Reiyanto ( 1991 : 279 ) mengemukakan
:
Asumsi asumsi dasar Break Even Point adalah sebagai beikut :
a. Biaya dalam perusahaan dibagi dalam golongan biaya variable dengan golongan biaya tetap.
b. Besarnya biaya variable secara totalitas berubah-ubah secara proposional dengan volume penjualan
produksi / penjualan.
c. Berdasarkan biaya tetap secara totalitas tidak berubah meskipun ada perubahan volume produksi.
d. Harga per unit tidak berubah selama periode yang di analisis.
e. Prusahaan hanya memproduksi satu macam produk. Apabila diproduksi lebih dari satu macam produk,
perimbangan penghasilan penjualan antara masing-masing produk atau “ Sales Mix “ –nya adalah
tetap konstan.
7. Kegunaan Analisis Break Even Point
Analisis break Even Point dapat digunakan untuk berbagai tujuan terutama bagi
perusahaan yang sedang menyusun perencanaan. Disamping itu juga dapat di gunakan sebagai alat
pengendalian waktu perusahaan masih dalam kegiatan sebelum berakhirnya suatu periode.
Menurut Adikoesoemah ( 1996 : 359 ) mengemukakan bahwa analisa Break Even
Point digunakan oleh perusahaan- perusahaan dengan tujuan untuk :
a. Mengevaluasi tujuan laba dari perusahaan secara keseluruhan
b. Menyajikan data biaya dan laba kepada top management, yang di pereelukaan untuk mengambil
keputusan dan merumuskan kebijakan-kebijakan.
c. Mengganti sistim laporan yang tebal-tebal dengan sutu grafik yang mudah di baca dan di mengerti.
Sedangkan menurut Sigit ( 1996 : 3 ) juga menyatakan tentang berbagai kegunaan
analisis BEP adalah sebagai berikut:
1. Sebagai alat untuk merencanakan laba
2. Sebagai alat untuk perencanaan budget.
3. Sebagai penentu harga jual produk
4. Sebagai dasar menentukan harga jual produk
5. Sebagai dasar rencana pengembangan
6. Saebagai dasar pengambilan keputusan
Dari beberapa urain tersebut tentang Break Even Point, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
kegunaan analisis Break Even Point antara lain:
a. Analisis Break Even Point dapat di pakai sebagai alat pemberi informasikepada manajemen secara
sederhana dan singkat
b. Analisis Break Even Point dapat di gunakan sebagai alat pedoman dalam mengambil keputusan
terutama yang menyangkut biaya, pendapatan, dan perencanaan biaya
c. Analisis Break Even Point dapat pula memberikan gambaran tentang biaya dan hasil produknya yang
diharapkan secara menyeluruh didalam aktivitas utama perusahaan di masa mendatang
d. Analisis Break Even Point dapat digunakan sebagai landasan untuk mengendalikan kegiatan
oprasional yang sedang berjalan, yaitu sebagai sarana untuk antara relisasi dengan perhitungan dengan
berdasarkan analisa break even point sebagai alat pengendali atau controlling.
e. Analisis Break Even Point dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan harga
jual, yaitu setelah di ketahui hasil-hasil perhitungan menurut analisa break even point dan laba yang
ditargetkan.
BAB III
METHODOLOGI
A. Methodologi Penelitian
1 Definifi Break Even Point
a) BEP adalah suatu keadaan dimana dalam operasi perusahaan, perusahaan itu tidak memperoleh laba
dan tidak menderita kerugian ( penghasilan = total biaya ).
b) Break Even Analysis is a popular and commonly used tool for analyzing the relationship between sales
volume and prfitabiliy”.
c) Impas adalah suatu keadaan dimana suatu usaha tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian
d) Volume yang terdapat dalam analisis BEP adalah jumlah unit produksi atau jumlah unit penjualan.
e) Harga jual perunit adalah sejumlah uang yang diterima atau piutang yang timbul atas penyerahan
barang dan jasa kepada setiap consume dalam setiap unitnya
f) Laba adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan, dimana keuntungan ini berasal dari penghasilan
setelah dikurangi biaya.
B. Ruang lingkup penelitian
Adapun ruang lingkup penelitian mencakup tentang analisis Break Even Point dalam
upaya keadaan usaha ketika tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi pada usaha Depot Air
Minum Isi ulang
C. Jenis Data
1. Data Kuantitatif adalah data yang dapat di hitung dan berupa angka-angka seperti laba, volume
penjualan, biaya tetap, biaya variable , harga produk.
2. Data kualitatif adalah data yang tidak berupa angka seperti berdirinya perusahaan, proses kegiatan
usaha.
D. Sumber Data
a) Data Skunder
Informasi yang di peroleh langsung data dari pemilik usaha depot Air Minum Isi ulang dan tenaga
kerja lainnya yang di tunjuk oleh pemilik usaha untuk membeerikan informasi tentang informasi hal-
hal yang dibutuhkan dalam penelitian ini
b) Data Primer
Data yang bukan diusahakan sendiri oleh penelitian melainkan diperoleh melalui penelitian orang
lain, tetapi data tersebut sangat mendukung permasalahanyang diajukan dalam penelitian ini, yaitu
data mengenai sejarah perusahaan, struktur organisasi dan aktivitas perusahaan.
E. Methode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang umumnya di pergunakan dalam penelitian adalah :
1. Wawancara
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan komonikasi langsung dengan pimpinan
perusahaan dan tenaga kerja perusahaan depot Air Minum Isi Ulang yang berkopentens terhadap
masalah yang di teliti dalam penelitian ini
2. Observasi
Dengan mengadakan pengamatan langsung ke lokasi penelitian, gguna mendapatkan informasi
yang akurat tentang masalah yang ada diperusahaan tempat penelitian.
3. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan melihat dokumen- dokumen resmi perushaan, seperti arsip-
arsip yang sangat berhubungan dengan masalah penelitian
F. Teknik Analisa Data
Data-data yang diproleh sedapat mungkin dianalisis secara kualitatif juga di analisis
secara kuantitatif.teknik analisis yang dapat digunakan untuk memberikan informasi dalam analisis
data yaitu:
1. Data Kuantitatif.
a) Teknik Persamaan
Penentuan besarnya Break Even Point menggunakan teknik persamaan dengan menggunakan
rumus sbb:
Rumus Break Even Poit yang didapat dalam unit dari berbagai persamaan tersebut adalah sebagai
berikut :
Biaya TetapBEP (unit )
=Harga jual per unit – Biaya variable per unit
Dalam rumus Break Even Point dalam rupiah menurut Alwi ( 1994 : 274 ) adalah sbb:
Biaya TetapBEP ( Rp ) =
1-(Ttl Penj - Biaya variable)
b), Pendekatan grafis
Selain dengan teknik persamaan dapat juga di gunakan pendekatan secara grafika, yaitu dengan
penentuan titik pertemuan antara garis penghasilan dengan garis biaya didalam suatu grafika . Titik
pertemuan antara garis penghasilan dengan garis biaya tersebut merupakan titik Break Even Point.
2. Data Kualitatif
Analisa kualitatif yaitu analisa data yang dipergunakan untu menjelaskan informasi dari hasil analisa
kualitatif secara memperkuat kesimpulan-kesimpulan yang digunakan dari analisis kuantitatif.
Dengan demikian analisa ini berupa penjelasan-penjelasan yang tidak berbentuk angka-angka.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Perhitungan Break Even Point dalam Pendekatan Teknik Persamaan
Untuk dapat melakukan perhitungan Break Even Point pemilik usaha memberikan sajian
data-data yang dapat digunakan dalam melakukan analisis, adapun data–data tersebut yakni sebagai
berikut.
Target penjualan atau proyeksi Volume penjualan di perkirakan enam bulan terakhir
sebagai berikut:
Bulan Permintaan Galon TotalPerumahan Proyek
Juli 4503 2250 6753Agustus 4512 2050 6562September 4601 2350 6951Oktober 4930 2300 7230November 5253 2250 7503Desember 5526 2275 7801
Modal awal
Mesin penyaringan air dan Peralatan Rp. 33.000.000
Sewa Gedung Usaha setahun Rp. 6.000.000
Harga pokok 1 galon air Rp. 700
Tutup Rp.175
Tisu Rp.75
Pencuci gallon Rp. 100 1050
Laba / Rugi yang di proyeksikan untuk satu bulan terakhir adalah sebagai berikut:
Jumlah %
Penjualan 2500 x 7801 =
19.502.500
Biaya Variabel
Harga Pokok produk 1050 x 7801 = 8.191.050
Insetive 2 Karyawan 2 x 200 x 7801 = 3.120.400
Bahan Bakar 340 x 7801 = 2.652.340
Jumlah 13.963.790
Margin Kontribusi 5.538.710
Biaya Tetap
Sewa Gedung 6.000.000 / 12 =500.000
Upah 2 Karyawan 900.000
Biaya listrik 200.000
Jumlah 1.600.000
Laba Usaha
3.938.710
B. Analisis Data
Biaya TetapBEP ( Rp ) =
1- ( ttl Penj-Biaya variable )
1.600.000BEP ( Rp ) =
1- (19.502.500 - 13.963.790 )
BEP (Rp) = Rp 5.633.802.8
Biaya TetapBEP (unit ) =
Harga jual per unit – Biaya variable per unit
1.600.000BEP(unit) =
2.500 – 1.790
BEP(unit) = 2.253 unit
B.1 Uji AnalisisPendapatan Penjualan 2.253 x 2.500 = 5.632.500
Biaya Variabel 2.253 x 1.790 = 4.032.870
Laba Kontribusi 1.599.630
Biaya Tetap 1.600.000
Laba Bersih Rp 370C. Perhitungan Analisis Break Even Point dalam pendekatan metode Grafis
Pendapatan penjualan = cx
Biaya variable = bx
Biaya Tetap = ą
Harga jual produk per satuan ( c ) = 2.500
Biaya Variabel per satuan ( b ) = 1.790
Biaya tetap per bulan ( ą ) = 1.600.000
VolumePnjualan
Pendapatanpenjualan
BiayaVariabel
BiayaTetap
TotalBiaya
Laba(rugi)
x cx bx ą ą + bx cx-( ą+bx)
3000
2500
2253
2000
1500
1000
7500000
6500000
5632500
5000000
3000000
2500000
5370000
4475000
4032870
3580000
2685000
1790000
1600000
1600000
1600000
1600000
1600000
1600000
6970000
6075000
5632870
5180000
4285000
3390000
Rp 530.000
Rp 425.000
Rp (370)
Rp (.180.000.)
Rp(.1.285.000.)
Rp(.890.000.)
GarisBiayaTetap