AMSP SE2EP5

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/3/2019 AMSP SE2EP5

    1/36

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1.Latar BelakangSubsidi pada hakikatnya merupakan instrument fiscal yang bertujuan untuk memastikan

    terlaksanakannya peran Negara dalam aktivitas ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan

    masyarakat secara adil dan merata. Skema ini kian penting tatkala negara (pemerintah) telah

    mengurangi perannya secara signifikan dalam aktivitas ekonomi, sehingga pemerintah yang

    berposisi sebagai regulator layak mengeksekusi pemberian subsidi. Oleh karena itu, subsidi

    sebagai instrumen fiskal ini kadang kala juga disebut sebagai salah satu skema untuk mengurangi

    dampak kegagalan pasar (market failure). Dalam kerangka ini, subsidi pasti diperuntukkan bagi

    sektor ekonomi yang menyangkut hajat hidup orang banyak.

    Walaupun dalam implementasi di berbagai negara sektor-sektor ekonomi yang diberikan

    subsidi itu memiliki perbedaan, namun secara umum sektor ekonomi tersebut bagi pemerintah

    masing-masing merupakan sektor ekonomi yang paling penting. Bagi negara-negara maju, sektor

    pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi utama yang mendapatkan subsidi. Pemilihan

    sektor ini bukan tanpa dasar, karena dibandingkan sektor ekonomi lainnya, sektor pertanian di

    negara-negara maju memiliki daya saing yang relatif kurang baik. Oleh karena itu, sebagai

    bagian integral untuk memproteksi serbuan produk pertanian asing sekaligus memastikan eksistensi

    sektor pertanian domestik, maka subsidi pertanian tersebut diberikan. Dengan begitu, tampak

    bahwa subsidi pertanian selain sebagai salah satu strategi untuk melaksanakan perdagangan

    internasional juga lebih bermakna meningkatkan produktivitas masyarakat daripada memenuhi

    kebutuhan konsumsi semata.

    Kenyataan ini tentu berbeda dengan realitas yang ada di negara berkembang, di

    mana mayoritas subsidi yang diberikan oleh pemerintah bukan untuk sektor pertanian. Di Indonesia

    sendiri, porsi terbesar atas subsidi diberikan dalam bentuk subsidi bahan bakar minyak (BBM).

    Dalam satu dekade terakhir, porsi subsidi BBM selalu lebih dari 50 persen terhadap total subsidi

    yang diberikan oleh pemerintah. Penumpukan subsidi BBM ini kian besar tatkala pada sisi

    penawaran terjadi penurunan lifting minyak domestik secara konsisten dalam sepuluh tahun terakhir

    dan di sisi permintaan terus naiknya pertumbuhan konsumsi BBM (terutama oleh kendaraan

    bermotor).

  • 8/3/2019 AMSP SE2EP5

    2/36

    2

    Bahan bakar minyak (BBM) merupakan energi yang tidak terbarukan yang terbentuk dari fosil di

    dalam perut bumi dan di abad modern ini telah menjadi salah satu kebutuhan primer yang penting

    bagi penduduk dunia. Di Indonesia konsumsi BBM menunjukkan trend yang meningkat setiap tahun

    dimana saat ini mencapai 1,3 juta barrel perhari. Sedangkan produksi nasional saat ini berkisar

    950.000 barrel perhari. Sementara itu angka pertumbuhan konsumsi BBM yang tercatat sekitar 6%

    pertahun memberikan tekanan berat terhadap pendapatan dan belanja negara (APBN).

    Melonjaknya volume pemakaian BBM disebabkan pengaturan alokasi BBM bersubsidi yang

    selama ini berjalan tidak tepat sasaran karena sebagian jatuh ke pihak yang sebenarnya tidak

    berhak, karena sebenarnya subsidi tersebut dinikmati oleh kelompok masyarakat menengah ke atas

    sehingga dirasakan tidak pantas dan tidak adil.

    Penerapan kebijakan subsidi memang sangat membantu pemerintah untuk mengurangi

    pengeluaran APBN. Tapi seperti biasa kebijakan pemerintah selalu saja membawa dampak bagi

    perekonomian. Terdapat faktor yang mempengaruhi peningkatan konsumsi BBM di dalam negeri.

    Adapun faktor-faktor tersebut antara lain :

    1. Bertambahnya penggunaan kendaraan bermotor baik roda 4, bis, truk, maupun roda 2.

    2. Penambahan mesin-mesin industri bagi pihak perusahaan (terutama swasta).

    3. Energi pembangkit listrik yang baru yang tentunya memerlukan pasokan BBM sebagai bahan

    bakar.

    Dengan kebijakan yang dimunculkan oleh pemerintah pada BBM menyebabkan pihak swastaharus merogoh sakunya lebih dalam lagi untuk membeli BBM dan akibatnya perusahaan harus

    mengurangi tenaga kerjanya untuk menutupi biaya operasional. Kalau sudah begini tambah banyak

    lagi pengangguran, kalau pengangguran sudah semakin banyak, kita tunggu saja akibat yang lebih

    parah, semoga tidak akan timbul, yakni meningkatnya angka pelanggaran-pelanggaran kriminalitas.

    Selain masalah subsidi terutama subsidi BBM, APBN juga terbebani oleh pengeluaran negara yang

    bertujuan dengan pelayanan publik yang tanpa biaya atau gratis. Penyelenggaraan pelayanan

    publik sebagai bagian dari tugas pokok bagi aparatur pemerintah, dalam pelaksanaannya

    membutuhkan suatu sistem yang dapat secara efektif menjamin penyelenggaraannya sesuai

    dengan kebutuhan dan harapan masyarakat. Untuk itu perlu dilakukan suatu upaya yang

    berkesinambungan dalam menjaga kualitas penyelenggaraannya melalui pengukuran kinerja

    pelayanan yang bersangkutan.

    Berdasarkan latar belakang diatas maka paper ini akan membahas dampak atau pengaruh subsidi

    BBM dan pelayanan publik yang gratis terhadap anggaran dan perekonomian.

  • 8/3/2019 AMSP SE2EP5

    3/36

    3

    1.2.Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan di atas, maka rumusan masalah sebagai berikut

    :

    1. Apa definisi subsidi dan pelayanan ?2. Bagaimana kebijakan pemerintah tentang subsidi BBM ?

    3. Apa saja pengaruh yang ditimbulkan dari kebijakan subsidi BBM baik terhadap anggaran

    maupun terhadap perekonomian?

    4. Apa saja pengaruh yang ditimbulkan akibat pelayanan pemerintah yang bebas biaya atau

    gratis terhadap anggaran dan perekenomian?

    1.3. Tujuan Penulisan

    Untuk Memenuhi tugas pertemuan kelima mata kuliah akuntansi majemen sektor

    pemerintah.

  • 8/3/2019 AMSP SE2EP5

    4/36

    4

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Pelayanan Publik

    Pelayanan publik adalah pelayanan yang diberikan bagi masyarakat oleh pemerintah

    yang berupa pelayanan administrasi, pengembangan sektor unggulan dan penyediaan barang

    dan jasa seperti rumah sakit, pasar, pengelolaan air bersih, perumahan, tempat pemakaman

    umum, perparkiran, persampahan, pariwisata dan lain- lain. Pelayanan publik menjadi sebuah

    tanggungjawab pemerintah baik di pusat maupun di daerah (penjelasan Pasal 4 PP No.50

    tahun 2007 tentang tata cara pelaksanaan Kerjasama Daerah). Pelayanan publik adalah

    segala kegiatan dalam rangka pemenuhkan kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak dasar

    setiap warga nergara dan penduduk atas suatu barang, jasa dan atau pelayanan administrasi

    yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan yang terkait dengan kepentingan publik.

    Seiring dengan diberlakukanya otonomi daerah dan semakin kuatnya demokratisasi pada

    saat ini, maka tuntutan akan tanggung jawab pelayanan publik juga semakin kuat dan terbuka.

    Pelayanan publik merupakan suatu pelayanan yang diamanahkan oleh bangsa dan Negara untukdiselenggarakan oleh aparatur pemerintah sebagaimana tertuang dalam UUD 1945. Untuk itu

    kinerja dalam pengelolaan pelayanan publik menjadi sebuah ukuran kinerja pemerintah

    daerah, terutata Kepala daerahnya. Dalam berbagai kesempatan, tidak sedikit masyarakat yang

    menyampaikan ketidakpuasannya atas kinerja pelayanan publik. Masyarkat menuntut

    penyelenggaraan pengelolaan pelayanan publik dapat lebih responsif, transparan, partisipatif

    dan akuntabel terhadap kebutuhan masyarakat. Aparatur penyelenggara pelayanan publik

    diharapkan dapat menyediakan pelayanan yang sesuai dengan harapan dan keinginan masyarakat,

    yaitu pelayanan yang berkualitas.

    Namun demikian, pada implementasinya penyelenggaran pelayanan publik masih jauh

    dari harapan masyarakat. Seringkali respon atas permasalahan yang muncul dalam pelayanan

    publik hanya ditindaklanjuti terbatas pada perencanaan dan penganggaran. Kenyataan yang ada

    adalah, penyediaan anggaran saja tidaklah cukup dan masih banyak menyisakan persoalan.

  • 8/3/2019 AMSP SE2EP5

    5/36

    5

    Kompleksitas masalah dalam pelayanan publik disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:

    i. Sumber daya aparatur yang kurang memiliki kompetensi dalam menjalankan tugas

    pokok dan fungsinya serta tidak memiliki perspektif kinerja yang kondusif bagi perbaikan

    kualitas pelayanan melainkan lebih terfokus pada paradigma lama yaitu kekuasaan, uang

    dan jabatan.

    ii. Birokrasi dalam proses pelayanan publik terlalu berbelit belit, rumit dan panjang

    iii. Proses pengadaan bang dan jasa yang terkait dengan pelayanan publik yang t idak

    transaparan dan tidak akuntabel.

    iv. Sistem pengawasan nasional yang buruk. Pengawasan lebih terfokus pada keuangan,

    dan bukan pada pengawasan ouputdan impactdari penyelenggaraan sebuah kegiatan

    v. Fungsi pemerintahan yang masih tumpang tindih dan tidak terkoordinasi.

    Dari kondisi tersebut, dapat terlihat bahwa kualitas pelayanan masih terpusat pada peningkatan

    kondisi bagi penyelenggara pelayanan dan bukan pada pengguna pelayanan. Padahal pada

    haketanya pengertian kualitas pelayanan lebih berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan

    keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan.

    Kualitas pelayanan tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan

    konsumennya secara konsisten.

    Kebijakan Pelayanan publik

    Penyelenggaraan pelayanan publik tentu tidak dapat berjalan dengan baik apabila

    tidak ada suatu pedoman yang mengaturnya. Harapan dari seorang pengguna pelayanan atas

    pelayanan publik yang diselenggarakan adalah pelayanan yang berkualitas baik. Peningkatkan

    kualitas pelayanan public tidak berarti hanya meningkatkan kapasitas atau menambah jumlah

    semata. Namun perlu penekanan pada pentingnya sistem pengelolaan pelayanan yang baik.

    Dalam hal ini, adanya suatu aturan atau kebijakan kondusif yang dapat menambah dukungan

    terhadap terwujdunya suatu pelayanan publik yang baik sangat diperlukan.

    Pelayanan publik gratis

    Kebijakan pelayanan publik gratis diilhami dari lahirnya Undang-Undang No.32 tahun 2004

    yang merupakan pembaharuan dari UU No 22 /1999 tentang Otonomi Dae- rah yang memberikan

    kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengurus daerahnya sendiri secara mandiri

    atau yang dikenal dengan istilah Otonomi Daerah. Otonomi daerah menurut UU No 22/1999

    adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

    setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat, sesuai dengan

    perundang-undangan. Dengan otonomi daerah, sebagian besar kewenangan yang tadinya berada

    di pemerintah pusat berpindah ke daerah otonom (Kabupaten/Kota).

  • 8/3/2019 AMSP SE2EP5

    6/36

    6

    B. Subsidi

    Sekilas Tentang Subsidi di Indonesia

    Pengertian subsidi berdasarkan KBBI adalah bantuan uang dan sebagainya kepada yayasan,

    perkumpulan, dan sebagainya (biasanya dari pihak pemerintah), subsidi silang berarti subsidi dari

    pemerintah (atau badan swasta) kepada yang kurang mampu yang berasal dari mereka yang mampu

    (misal harga bensin naik banyak dengan maksud untuk memberi subsidi kepada pemakai minyak

    tanah yang kurang yang umumnya rakyat kurang mampu; ongkos pasien kaya ditinggikan untuk

    memba dicari upaya untu menumbuhkan subsidi silang antara pasien yang mampu dan pasien yang

    kurang mampu.

    Jadi disimpulkan subsidi adalah sebuah pembayaran oleh pemerintah untuk produsen , distributor

    dan konsumen bahkan masyarakat dalam bidang tertentu.Misalnya untuk mencegah penurunan dari

    industri (misalnya, sebagai hasil dari operasi yang tidak menguntungkan terus menerus) atau

    kenaikan harga produknya atau hanya untuk mendorong untuk mempekerjakan tenaga kerja yang

    lebih (seperti dalam kasus subsidi upah). Contohnya adalah subsidi ekspor untuk mendorong

    penjualan ekspor; subsidi pada beberapa bahan makanan untuk menekan biaya hidup, subsidi harga

    Bahan bakar minyak, dan subsidi pertanian untuk mendorong perluasan produksi pertanian dan

    mencapai kemandirian dalam produksi pangan.

    Subsidi dapat dianggap sebagai suatu bentukproteksionismeataupenghalang perdagangandengan

    memproduksi barang dan jasa domestik yang kompetitif terhadap barang dan jasa impor. Subsidi

    dapat mengganggu pasar dan memakan biaya ekonomi yang besar. Bantuan keuangan dalam

    bentuk subsidi bisa datang dari suatu pemerintahan, namun istilah subsidijuga bisa mengarah pada

    bantuan yang diberikan oleh pihak lain, seperti perorangan atau lembaga non-pemerintah.

    Subsidi pada hakikatnya merupakan instrument fiskal yang bertujuan untuk memastikan

    terlaksananya peran Negara dalam aktivitas ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat

    secara adil dan merata. Dalam kerangka ini, subsidi pasti diperuntukan bagi sektor ekonomi yang

    menyangkut hajat hidup orang banyak.

    Walaupun dalam implementasi di berbagai Negara sektor-sektor ekonomi yang diberikan subsidi itu

    memiliki perbedaan, namun secara umum sektor ekonomi tewrsebut bagi pemerintah masing-

    masing merupakan sektor ekonomi yang paling peting. Bagi Negara-negara maju, sektor pertanian

    merupakan salah satu sektor ekonomi utama yang mendapat subsidi. Pemilihan sektor ini bukan

    tanpa dasar, karena dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya. sektor pertanian di Negara-

    negara maju memiliki daya saing yang relatif kurang baik. Oleh karena itu sebagai bagian terpadu

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Proteksionisme&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Proteksionisme&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Proteksionisme&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Penghalang_perdaganganhttp://id.wikipedia.org/wiki/Penghalang_perdaganganhttp://id.wikipedia.org/wiki/Penghalang_perdaganganhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Proteksionisme&action=edit&redlink=1
  • 8/3/2019 AMSP SE2EP5

    7/36

    7

    untuk melindungi serbuan produka asing sekaligus memastikan keberadaan sektor pertanian

    domestic, maka subsidi pertanian tersebut diberikan. Dengan begitu, tampak bahwa subsidi

    pertanian selain sebagai salah satu strategi untuk melaksanakan perdagangan internasional juga

    lebih bermakna meningkatkan produktivitas masyarakat daripada memenuhi kebutuhan konsumsi

    semata.

    Kenyataan ini tentu berbeda dengan realitas yang ada di Negara berkembang, dimana mayoritas

    subsidi yag diberikan pemerintah bukan untuk sektor pertanian. Di Indonesia sendiri, porsi terbesar

    atas subsidi diberikan dalam bentuk subsidi bahan bakar minyak (BBM). Dalam satu dekade terakhir,

    porsi subsidi BBM cukup besar dari total subsidi yang diberikan oleh pemerintah. Penumpukan

    subsidi BBM ini kian besar tatkala pada sisi penawaran terjadi penurunan minyak domestic secara

    konsisten sepuluh tahun terakhir dan disisi permintaan terus naiknya pertumbuhan konsumsi BBM

    (terutama kendaraan bermotor). Dan subsidi BBM ini sangat mudah terpengaruhi oleh harga minyak

    dunia yang pada tahun 2008.

    Walaupun subsidi BBM tergolong kategori subsidi konsumsi yang belum pasti memberikan imbas

    positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat kelas bawah, namun bukan lantas

    pemberian subsidi BBM yang sangat besar ini tidak memiliki dasar yang kuat. Bagi pemerintah,

    setidaknya ada dua penyebab atas dieksekusinya subsidi BBM. Pertama, BBM merupakan komoditas

    utama yang memiliki dampak pengganda strategis bagi perekonomian nasional, sehingga ketikasubsidi BBM dikurangi yang mengakibatkan kenaikan harga BBM, secara langsung dan tidak langsung

    pasti akan memberikan tekanan terhadap perekonomian nasional. Membentang dari sisi moneter

    (naiknya inflasi secara drastis), terjadinya ketidakstabilan pasar modal jangka pendek, meningkatnya

    angka kemiskinan dan pengangguran, tergerusnya iklim investasi, sampai dengan melambatnya

    pertumbuhan ekonomi. Kedua, selama Sembilan tahun terakhir (sejak era demokrasi) BBM bukan

    lagi murni sebagai komoditas ekonomi, tetapi telah menjadi komoditas politik, sehingga ketika

    subsidi BBM dipangkas guna menyesuaikan dengan berbagai keadaan akan menyebabkan terjadinya

    instabilitas politik. Dalam jangka menengah, penurunan subsidi BBM tersebut juga pasti akan

    mereduksi modal politik rezim pemerintah yang sedang berkuasa untuk mempertahankan

    kekuasaan. Oleh karena itu, subsidi BBM walaupun sangat membebani APBN dan juga mengurangi

    hak warga Negara kelas bawah tetap diberlakukan.

    Lebih dari itu, kian besarnya subsidi yang dipatok dalam APBN Indonesia satu decade terakhir

    mengilustrasikan bahwa subsidi semakin perlu diberlakukan ketika sistem ekonomi mulai sarat

    dengan mekanisme pasar. Seperti diketahui seiring dengan mulai mengakarnya sistem demokrasi

    politik di Indonesia, sistem ekonomi Indonesia mau diakui atau tidak telah banyak dipandu oleh

  • 8/3/2019 AMSP SE2EP5

    8/36

    8

    mekanisme pasar. Sayangnya, sektor privat penggerak mekanisme pasar terbatas tersebut lebih

    banyak didominasi oleh asing dan pelaku besar domestik, sehingga mekanisme tersebut berjalan

    sangat tidak

    sempurna. Oleh karena itu, dapat dipahami mengapa hasil yang kemudian muncul dari implementasi

    mekanisme pasar tersebut justru lebih banyak mendonasikan ketidakseimbangan kesejahteraan

    masyarakat. Tepat pada titik inilah, subsidi sebagai salah satu skema untuk mengurangi imbas

    kegagalan pasar menyeruak.

    Tapi, skema subsidi yang diformulasikan di Indonesia bukan secara mutlak diperuntukkan bagi

    masyarakat kelas bawah, baik dalam bentuk subsidi yang dapat menstimulus peningkatan

    produktivitas masyarakat kelas bawah, desain subsidi yang bisa membentuk modal sosial dan akan

    berkontribusi besar dalam perekonomian nasional di masa mendatang, maupun memberikan

    jaminan sosial secara berkala kepada masyarakat yang sangat miskin. Oleh karena itu, secara

    keseluruhan implementasi subsidi di Indonesia dalam kerangka mengatasi dampak kegagalan pasar

    kurang memerlihatkan hasil yang maksimal.

    Jenis Jenis Subsidi di Indonesia

    Berdasarkan data belanja subsidi dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) 2010 . Belanja

    subsidi di Indonesia terdiri atas :

    1. subsidi premium

    2. subsidi solar

    3. subsidi minyak tanah

    4. subsidi elpiji

    5. subsidi pangan

    6. subsidi listrik

    7. subsidi benih

    8. subsidi pupuk

    9. subsidi pengawasan pupuk

    10.subsidi PPh

    11.subsidi PPN

    12.subsidi BM

    13.subsidi BPHTB

    14.subsidi PT. KAI

    15.subsidi PT. PELNI

    16.subsidi PT. POS

    17.subsidi dalam rangka PSO lainnya

    18.subsidi bunga KPR

    19.subsidi bunga ketahanan pangan

    20.subsidi bunga kredit biofuel

    21.subsidi imbalan jasa penjamin KUR

    22.subsidi risk sharing KKP dan energy

    23.subsidi bunga pengusaha NAD dan

    Nias

    24.subsidi kredit sektor peternakan

    25.subsidi resi kredit gudang

  • 8/3/2019 AMSP SE2EP5

    9/36

    9

    Berikut adalah data belanja subsidi di Indonesia dari tahun 2007 2010

    Jenis subsidi 2010 2009 2008 2007

    Subsidi Premium 38,137,806,140,189 15,216,887,265,203 43,551,933,137,000 25,287,122,316,398

    Subsidi solar 21,851,903,691,510 10,439,461,737,208 44,056,881,348,000 19,055,027,553,466

    Subsidi minyak tanah 7,509,557,317,106 11,480,104,459,718 47,607,321,799,000 39,450,166,646,514

    subsidi Elpiji 14,852,055,677,068 7,902,937,128,861 3,890,570,345,016 0

    subsidi pangan 15,153,810,327,000 12,987,000,000,000 11,795,911,990,000 6,284,324,994,000

    Subsidi listrik 57,601,620,070,361 49,546,467,923,878 83,906,513,000,000 33,073,543,656,064

    Subsidi benih 2,177,487,699,740 1,597,202,452,230 985,248,967,000 478,985,800,000

    Subsidi pupuk 18,410,887,781,046 18,321,055,599,873 15,163,887,671,937 6,260,537,497,379

    subsidi perawatan beras 0 0 300,000,000,000 300,000,000,000

    Subsidi pengawasan pupuk 0 7,976,846,509 17,568,618,940 0

    subsidi PPh 2,893,212,477,088 2,836,295,455,367 1,300,000,000,000 837,781,003,465

    subsidi PPN 11,066,646,770,468 4,834,982,670,647 19,714,630,640,803 16,275,827,863,000

    subsidi pajak lainnya 597,581,839,451 0 103,344,748,900 1,514,000,000,000

    subsidi bea masuk 257,632,977,488 7,187,562,916 3,573,882,791 0

    subsidi BPHTB 0 495,139,763,106 0 0

    subsidi minyak goreng 0 0 225,709,201,000 24,624,718,000

    subsidi PT KAI 535,000,000,000 514,771,498,849 688,415,000,000 281,250,000,000

    subsidi PT PELNI 600,000,000,000 600,000,000,000 850,000,000,000 650,000,000,000

    Subsidi PT Pos 175,000,000,000 174,998,848,000 150,000,000,000 93,750,000,000

    Subsidi dalam rangka PSO lainnya 63,894,220,390 49,659,492,612 40,700,000,000 0

    Subsidi Bunga KPR 415,998,562,859 774,790,546,352 799,982,599,542 299,993,159,983

    Subsidi bunga ketahanan pangan 132,059,678,059 120,626,306,000 2,724,469,000 47,508,483,000

    subsidi bunga kredit biofuel 42,323,334,937 27,610,029,000 0 0

    subsidi imbalan jasa penjamin KUR 223,163,797,257 143,172,494,000 61,649,975,000 0subsidi risk sharing KKP dan energi 2,303,401,468 2,720,654,000 0 0

    subsidi bunga pengusaha NAD dan Nias 3,442,236,760 1,111,537,000 0 0

    Subsidi kredit sektor peternakan 3,660,340,105 0 0 0

    subsidi kredit resi gudang 1,186,849 0 0 0

    192,707,049,529,209 138,082,160,273,338 275,216,567,395,937 150,214,443,693,276

  • 8/3/2019 AMSP SE2EP5

    10/36

    10

    Dari tabel tersebut bisa disimpulkan bahwa dari tahun 2007 hingga tahun 2010, jenis dari subsidi

    pemerintah terjadi beberapa perubahan, ada yang dimunculkan dan ada yang dihilangkan. Hal ini

    disebabkan karena kebijakan pemerintah dan fokus pemberian bantuan dari tahun ke tahun pun

    berubah.

    Beberapa jenis subsidi diantaranya :

    subsidi kredit resi gudang

    Subsidi kredit sektor peternakan

    subsidi bunga pengusaha NAD dan Nias

    subsidi risk sharing KKP dan energy

    Subsidi dalam rangka PSO lainnya

    subsidi bea masuk

    subsidi Elpiji

    Merupakan subsidi yang semula tidak ada dan dimunculkan pada tahun 2009 atau 2010.

    Dan ada pula yang pada tahun 2010 dihilangkan diantara lain jenis subsidi :

    subsidi minyak goreng

    subsidi BPHTB

    Subsidi pengawasan pupuk

    subsidi perawatan beras

    Dari tabel tersebut juga bisa diperoleh informasi bahwa, subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan

    subsidi listrik mempunyai porsi yang sangat besar dalam realisasi belanja subsidi pemerintah

    Indonesia dari tahun ke tahun. Subsidi keduanya adalah jenis subsidi konsumsi yang penggunaanya

    belum tentu digunakan untuk menambah kesejahteraan rakyat Indonesia secara merata. Misal

    subsidi premium, cenderung banyak digunakan oleh kalangan masyarakat tergolong mampu, dan

    kurang terasa manfaat langsungnya untuk masyarakat yang tidak menggunakan subsidi tersebut.Demikian juga dengan subsidi listrik, yang kebanyakan menggunakannya adalah rumah tangga

    dengan daya tinggi, perkantoran, dan industri.

    Belanja subsidi pun porsinya dari tahun ke tahun mengalami perubahan namun memiliki tren yaitu

    naik dari tahun ke tahun, hal ini bisa dipandang dari dua sisi. Pertama dari sisi masyarakat, tentunya

    dengan adanya subsidi masyarakat akan merasa senang dan puas dengan pelayanan yang

    diberikan pemerintah padahal disisi lain dengan harga minyak dunia yang meningkat beban subsidi

    yang harus ditanggung oleh pemerintah pun kian meningkat mengingat energi listrik pun

  • 8/3/2019 AMSP SE2EP5

    11/36

    11

    kebanyakan menggunakan bahan bakar minyak (BBM). Padahal anggaran subsidi tersebut bisa

    digunakan untuk hal lain yang sifatnya lebih memajukan kesejahteraan masyarakat luas.

    Mengingat Indonesia adalah Negara dengan lahan pertanian yang luas, dan banyak penduduknya

    bermata pencaharian sebagai petani serta konsumsi produk pangan dalam negeri yang tinggi juga.

    Idealnya subsidi pangan, pupuk dan benih adalah prioritas dari pemerintah untuk subsidi yang

    diberikan kepada masyarakat. Walaupun tidak secara langsung semua penduduk akan merasakan

    manfaat subsidi tersebut, namun hasil dari subsidi tersebut dapat mendorong pertanian di

    Indonesia, yang tentunya hasilnya dapat dirasakan oleh seluruh penduduk Indonesia dan produksi

    pertanian yang dapat bersaing di dunia Internasional.

    Untuk mempermudah analisis dari penyebaran subsidi pemerintah, kami ambil contoh dari tahun

    2010 dan disajikan dalam grafik berikut : (grafik pada halaman berikutnya)

    Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya komposisi subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan listrik

    mengambil porsi yang besar. Pada tahun 2010 porsi subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) adalah

    sekitar 38.84 % dari total belanja subsidi pemerintah. Dan belanja listrik adalah 29.89 %. Jadi total

    keduanya saja sudah mendapatkan porsi lebih dari separuh subsidi yang diberikan pemerintah

    selama tahun 2010.

    Kemudian kita dibandingkan dengan subsidi untuk subsidi pangan, subsidi pupuk, subsidi benih yangmasing masing hanya memperoleh 7.86 % , 1,13 %, dan 9.55% dari total belanja subsidi

    pemerintah Indonesia untuk tahun 2010. Atau semuanya ditotal hanya sebesar 18.54%, hasilnya

    cukup berbeda signifikan dibandingkan dengan subsidi listrik dan subsidi BBM.

    Tahun Total Belanja Total Belanja Subsidi Persantase Belanja

    Subsidi terhadap

    Total Belanja

    2007 757.649.912.890.878 150,214,443,693,276 19.83

    2008 985.730.751.086.613 275,216,567,395,937 27.92

    2009 937.382.019.569.767 138,082,160,273,338 14.73

    2010 1.042.117.219.744.817 192,707,049,529,209 18.49

    Dari tabel diatas terlihat tren belanja subsidi adalah naik, terutama ada lonjakan pada tahun 2008

    karena efek krisis global yang juga beribas pada perekonomian Indonesia. Dengan porsi rata-rata

    20% dari anggaran belanja Negara, subsidi seharusnya memang dipertimbangkan dengan baik

    peruntukan dan komposisinya.

  • 8/3/2019 AMSP SE2EP5

    12/36

    12

    Komposisi SubsidiSubsidi Premium

    Subsidi solar

    Subsidi minyak tanah

    subsidi Elpiji

    subsidi pangan

    Subsidi listrik

    Subsidi benih

    Subsidi pupuk

    Subsidi pengawasan pupuk

    subsidi PPh

    subsidi PPN

    subsidi pajak lainnya

    subsidi barang mewah

    subsidi BPHTB

    subsidi PT KAI

    subsidi PT PELNI

    Subsidi PT Pos

    Subsidi dalam rangka PSO lainnya

    Subsidi Bunga KPR

    Subsidi bunga ketahanan pangan

    subsidi bunga kredit biofuel

    subsidi imbalan jasa penjamin KUR

    subsidi risk sharing KKP dan energi

    subsidi bunga pengusaha NAD dan

    NiasSubsidi kredit sektor peternakan

    subsidi kredit resi gudang

  • 8/3/2019 AMSP SE2EP5

    13/36

    13

    BAB III

    PEMBAHASAN

    SUBSIDI BBM

    Bahan Bakar Minyak

    Indonesia adalah negara anggota OPEC yang dikenal sebagai organisasi negara-negara

    penghasil minyak. Namun kenyataannya, dibanding negara-negara OPEC yang lain, komposisi

    produksi minyak dan cadangannya jika dibandingkan dengan jumlah penduduk sangatlah kecil.

    Selain itu, ketergantungan negara ini terhadap BBM dalam konsumsi energinya sangat besar.Padahal Indonesia hanya memiliki sumur-sumur tua yang telah lewat masa puncak produksinya, di

    sisi lain Indonesia sangat kaya akan sumber energi alternatif. Inilah ironi bangsa kita. Akibatnya

    setiap tahun, pemerintah harus mengeluarkan dana untuk subsidi bahan bakar minyak (BBM) untuk

    menjaga kestabilan ekonomi. Namun apakah ini satu-satunya solusi, atau ini adalah paket solusi

    yang harus dilakukan simultan dengan solusi-solusi lain?

    Pengertian BBM, Subsidi BBM dan Harga BBM

    BBM (bahan bakar minyak): adalah jenis bahan bakar (fuel) yang dihasilkan dari pengilangan

    (refining) minyak mentah (crude oil). Minyak mentah dari perut bumi diolah dalam pengilangan

    (refinery) terlebih dulu untuk menghasilkan produk-produk minyak (oil products), yang termasuk di

    dalamnya adalah BBM. Selain menghasilkan BBM, pengilangan minyak mentah menghasilkan

    berbagai produk lain terdiri dari gas, hingga ke produk-produk seperti naphta, light sulfur wax

    residue (LSWR) dan aspal.

    BBM seperti didefinisikan oleh pemerintah Indonesia untuk keperluan pengaturan harga dan

    subsidi sekarang meliputi: (i) bensin (premium gasoline), (ii) solar (IDO & ADO: industrial diesel oil &

    automotive diesel oil), (iii) minyak bakar (FO: fuel oil) serta (iv) minyak tanah (kerosene). Definisi ini

    merupakan perkembangan dari periode sebelumnya yang masih mencantumkan avgas (aviation

    gasoline) dan avtur (aviation turbo gasoline, yaitu jenis-jenis bahan bakar yang dipergunakan untuk

    mesin pesawat terbang, dalam kategori sebagai BBM.

    Subsidi BBM, sebagaimana dapat dipahami dari naskah RAPBN dan Nota Keuangan, adalah

    pembayaran yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia kepada PERTAMINA (pemegang monopoli

    pendistribusian BBM di Indonesia) dalam situasi dimana pendapatan yang diperoleh PERTAMINA

    dari tugas menyediakan BBM di Tanah Air adalah lebih rendah dibandingkan biaya yang

  • 8/3/2019 AMSP SE2EP5

    14/36

    14

    dikeluarkannya untuk menyediakan BBM tersebut. Dalam hal ia bernilai positif, seperti dulu sering

    dialami, angka itu disebut Laba Bersih Minyak.

    Definisi mengenai subsidi BBM yang dikembangkan oleh pemerintah tersebut telah

    diturunkan ke dalam perhitungan akuntansi yang angka-angkanya kemudian menjadi dasar bagi

    program pemerintah untuk menghapuskan subsidi BBM, termasuk perancangan program-program

    pengurangan dampak kenaikan harga BBM.

    Harga BBM di Indonesia adalah harga yang diatur oleh pemerintah dan berlaku sama di

    seluruh wilayah Indonesia. Pada dasarnya, pemerintah bersama DPR menetapkan harga BBM

    setelah memperhatikan biaya-biaya pokok penyediaan BBM yang diberikan PERTAMINA serta

    tingkat kemampuan (willingness to pay) masyarakat. Belakangan, dalam upaya menyesuaikan harga

    BBM di dalam negeri dengan perkembangan harga BBM internasional, dikeluarkan Keputusan

    Presiden yang memungkinkan PERTAMINA untuk secara berkala menyesuaikan harga BBM sesuai

    perkembangan MOPS (Middle Oil Platts, Singapore). Namun, mekanisme penyesuaian harga

    otomatis tersebut tidak terus dapat dipertahankan.

    Harga BBM yang diberlakukan sekarang adalah: premium gasoline Rp. 1.810/liter, solar

    (IDO/ADO) Rp. 1.650/liter, minyak bakar Rp 1.560/liter, minyak tanah Rp. 700/liter.

    Subsidi BBM diberikan oleh pemerintah kepada PERTAMINA sebagai konsekuensi dari penetapan

    harga BBM yang dilakukan oleh pemerintah. Pekerjaan PERTAMINA melaksanakan tugas

    penyediaan dan pelayanan Bahan Bakar Minyak untuk keperluan dalam negeri diperintahkan olehUndang-Undang No. 8 Tahun 1971 tentang Pertamina sebagai tugas pelayanan masyarakat (public

    service obligation). Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi No 22 Tahun 2001 menegaskan bahwa

    penugasan khusus kepada PERTAMINA untuk menyediakan BBM di dalam negeri akan diakhiri pada

    (bulan November) 2005, namun bagaimana menggantikan peran Pertamina dalam hal ini

    nampaknya belum disiapkan dengan baik.

    Mekanisme dan elemen biaya penyediaan BBM

    Gambar 1 secara sederhana menunjukkan aliran material dari minyak mentah menjadi BBM

    dan produk-produk minyak lainnya di Indonesia. Tampak dalam gambar bahwa BBM di Indonesia

    bersumber dari: (i) hasil pengolahan kilang dalam negeri, (ii) diimpor langsung dalam bentuk BBM,

    dan (iii) stok BBM di dalam negeri.

    Untuk menghasilkan BBM, kilang-kilang minyak di Indonesia menggunakan input: (i) minyak mentah

    yang diimpor dari luar negeri, dan (ii) minyak mentah produksi dalam negeri.

    Elemen biaya penyediaan BBM di dalam negeri dengan memperhatikan mekanisme penyediaan

    tersebut- adalah meliputi:

    (i) biaya impor minyak mentah (crude oil)

  • 8/3/2019 AMSP SE2EP5

    15/36

    15

    (ii) biaya pembelian minyak mentah produksi dalam negeri3

    (iii) biaya impor BBM

    (iv) biaya pengilangan (refining)

    (v) biaya distribusi

    (vi) biaya tak langsung.

    Harga minyak dunia yang membumbung tinggi seperti belakangan ini akan meningkatkan

    biaya, khususnya untuk impor minyak mentah dan impor BBM. Karena harga jual BBM di pasar

    domestik harus mengikuti harga yang ditetapkan pemerintah, maka sebagai akibatnya subsidi

    BBM akan meningkat.

    Adanya kritik Kwik Kian Gie terhadap definisi subsidi BBM

    Dalam angka-angka APBN, terdapat butir mengenai subsidi BBM dan pendapatan

    minyak (bagian dari pendapatan migas). Dalam naskah APBN versi yang lalu (menggunakan t-

    account) APBN, subsidi BBM terletak pada sisi kanan t-account, dalam kelompok pengeluaran

    mengenai subsidi. Pada sisi kiri t-account yang sama, terdapat butir mengenai pendapatan minyak.

    Penting diperhatikan bahwa dalam terminologi mengenai subsidi BBM yang dikembangkan

    pemerintah, tidak terdapat kaitan langsung antara butir subsidi BBM dengan pendapatan minyak,

    yang angka-angkanya ditampakkan dalam naskah APBN tersebut.

    Dengan memperhatikan definisi subsidi BBM yang telah diuraikan sebelumnya,

    perhitungan subsidi BBM secara sederhana dapat dilakukan dengan memanfaatkan model spread-sheetyang akan menghitung:

    a) Penjualan produk-produk BBM = VolumeBBM(i)

    * HargaBBM(i)

    b) Biaya menghasilkan BBM = Biaya (impor crude, pembelian minyak mentah DN, impor BBM,

    pengilangan, distribusi, tak langsung)

    c) Subsidi BBM = (a) (b)

    Subsidi BBM adalah aliran dana dari Pemerintah ke PERTAMINA. Pendapatan minyak, di sisi

    lain, adalah aliran dana dari penjualan minyak mentah (crude oil) milik Pemerintah, yang diterimakan

    ke rekening Departemen Keuangan. 4 Kedua hal tersebut, adalah dua jenis bisnis yang terpisah,

    meskipun sebagian besar kegiatannya, yaitu penjualan minyak mentah dan penyediaan BBM

    dilakukan oleh PERTAMINA (sebelum berlakunya UU Minyak dan Gas Bumi 22/2001).

    Kritik terhadap definisi mengenai subsidi BBM yang umumnya diajukan oleh masyarakat (termasuk

    Kwik Kian Gie yang menyusun model bagi perhitungan subsidi BBM) adalah dimana letaknya

    pendapatan minyak dalam akuntansi subsidi BBM yang dilakukan pemerintah? Mengapa tidak

    memasukkan pendapatan minyak sebagai bagian (sisi input) dari mekanisme perhitungan subsidi

    BBM tersebut?

  • 8/3/2019 AMSP SE2EP5

    16/36

    16

    Dengan memasukkan pendapatan minyak ke dalam perhitungan, maka, seperti ditunjukkan

    secara sederhana oleh Kwik Kian Gie, industri minyak bumi Indonesia masih selalu menghasilkan

    surplus. Di sisi lain, masyarakat pun masih memiliki kesan bahwa Indonesia adalah negara

    pengekspor minyak bumi, sehingga seharusnya kenaikan harga minyak dunia memberikan windfall

    profit bagi Indonesia, dan bukannya beban subsidi BBM yang begitu mengerikan. Mengapa untuk

    jenis industri yang merupakan kekayaan negara dan harus digunakan bagi sebesar-besarnya

    kemakmuran rakyat tersebut, rakyat harus membayar lebih mahal?.

    Pertanyaan masyarakat tersebut adalah kritik yang perlu dijelaskan dengan baik sebelum

    pemerintah secara agresif menjalankan program menaikkan harga BBM. Pertanyaan masyarakat

    tersebut sekaligus dapat dijadikan pertanyaan oleh pemerintah sendiri untuk mengevaluasi apakah

    definisi mengenai subsidi BBM yang selama ini diterapkannya merupakan definisi yang dapat

    diterima secara scientific dan bagi masyarakat umum, dan elemen-elemen subsidi BBM itu memang

    telah diperiksa dengan teliti.

    Dari teori ekonomi sumberdaya alam, memasukkan pendapatan minyak ke dalam model

    perhitungan subsidi BBM adalah hal yang logis dan fair, karena produksi dari alam merupakan

    bagian dari keseluruhan proses produksi. Industri sumberdaya alam seperti minyak bumi, karena

    sifatnya yang dari alam menghasilkan produk yang berharga tidak tepat bila diperlakukan sama

    dengan industri pemrosesan atau manufaktur. Juga dalam mengenakan terminologi subsidi

    tersebut.Namun demikian, ada pertimbangan lain bahwa minyak mentah merupakan komoditi yang dapat

    diperdagangkan secara internasional (internationally tradable), sehingga membiarkan minyak

    mentah dikonsumsi secara murah di dalam negeri juga bukan merupakan tindakan yang bijaksana.

    Menghitung harga minyak mentah di dalam negeri hanya dari biaya produksinya saja juga tidak

    tepat, karena selain nilai dari minyak bumi itu sendiri tidak dihargai, hal ini juga berarti suatu

    kehilangan kesempatan (opportunity losses) bila harga minyak bumi di pasar internasional

    meningkat tinggi. Lebih jauh, minyak mentah adalah sumber daya alam yang tidak dapat

    diperbaharui (non-renewables), sehingga menggunakannnya secara murah juga bukan merupakan

    tindakan yang bijaksana.

    Di dalam APBN, membiarkan penerimaan minyak tetap seperti semula (pos penerimaan

    sumberdaya alam migas dan pos penerimaan pajak migas) akan membuat

    penyaluran/pemanfaatan dari penerimaan itu untuk membiayai program-program pembangunan

    yang lain menjadi lebih leluasa, dan tak dibatasi hanya untuk memenuhi pos subsidi BBM saja.

    Dalam situasi dimana pendapatan migas masih menjadi andalan penerimaan negara,

  • 8/3/2019 AMSP SE2EP5

    17/36

    17

    mempertahankan pos penerimaan migas di satu lajur dan subsidi BBM di lajur yang lain adalah

    lebih tepat.

    Pilihan untuk menaikkan harga BBM sendiri mesti diberikan dengan mempertegas

    opportunityyang dapat dihasilkan dengan memberlakukan harga BBM pada tingkat yang rasional.

    Selain itu, harus dikaitkan dengan pengembangan strategi kebijakan energi nasional jangka panjang,

    sesuatu yang sering luput dalam pembahasan mengenai subsidi BBM, dan belum pula ditekankan

    dalam aplikasi kebijakan energi nasional.

    Memberikan penjelasan bahwa menaikkan harga BBM merupakan pilihan yang harus

    dilakukan pemerintah di antara ruang pilihan lainnya yang mungkin tersedia dalam rangka

    pengamanan APBN merupakan tugas yang harus dapat dilakukan secara arif oleh pemerintah.

    Perdagangan minyak bumi Indonesia

    Indonesia adalah pengekspor dan pengimpor, baik untuk minyak mentah (crude oil) maupun produk-

    produk minyak (oil products), termasuk BBM.

    Produksi minyak mentah Indonesia menunjukkan trendmenurun (setelah mencapai puncaknya pada

    tahun 1977), karena kegiatan ini masih mengandalkan sumur-sumur tua yang telah merosot

    produktivitasnya tanpa tambahan lapangan baru maupun kegiatan EOR (enhanced oil recovery) yang

    berarti. Lazimnya dulu, sekitar separuh dari produksi tersebut diekspor, namun angka ekspor

    sekarang sudah jauh menurun; selain karena kemampuan produksi yang merosot, juga karena

  • 8/3/2019 AMSP SE2EP5

    18/36

    18

    meningkatnya kebutuhan minyak mentah untuk diolah di dalam negeri. Ekspor minyak mentah

    seperti yang terbaca dalam statistik ekspor minyak mentah dari Indonesia belakangan lebih banyak

    dilakukan/dimiliki oleh perusahaan pemegang kontrak production sharing, bukan pemerintah

    Indonesia.

    Konsumsi BBM di Indonesia terus meningkat, sekitar 5 persen setahun dalam dekade terakhir.

    Konsumsi BBM belakangan telah mencapai sekitar 1,3 juta barel per hari. Volume BBM yang

    dihasilkan kilang-kilang dalam negeri belum mencukupi kebutuhan konsumsi BBM di dalam negeri

    tersebut. Sebagian BBM, khususnya solar dan minyak tanah, harus diimpor, dengan harga jauh lebih

    mahal dibandingkan harga jual di dalam negeri. Produksi minyak mentah Indonesia berasal dari

    lapangan Minas, Widuri, Cinta, Arjuna, dst. Ekspor minyak mentah ditujukan khususnya ke negara-

    negara industri Asia Timur. Impor minyak mentah berasal dari kawasan Timur Tengah dan Asia

    (Malaysia, Vietnam). Ekspor produk-produk minyak Indonesia yang terbesar adalah nafta dan LSWR.

    Kapasitas kilang Indonesia adalah 1.057 ribu barel perhari, terdapat di di Dumai, P. Brandan, Musi, S.

    Pakning, Balikpapan, Cilacap, Balongan, Cepu dan Kasim. Sebagian besar impor BBM Indonesia

    dilakukan dari Singapura, yang merupakan salah satu bunker dan pasar produk minyak terbesar di

    dunia.

    Kenaikan harga minyak akan meningkatkan jumlah subsidi BBM, namun secara akuntansi

    sederhana juga dapat ditunjukkan bahwa selama volume ekspor minyak mentah Indonesia masih >

    volume impornya, maka perdagangan minyak mentah Indonesia masih akan menghasilkan surplus.Apalagi pola yang dijalankan selama ini, kita mengekspor minyak mentah yang bernilai tinggi (mahal)

    dan mengimpor minyak mentah yang bernilai lebih rendah. Surplus juga akan diperoleh melalui

    penjualan gas alam yang meningkat karena harga gas alam dikaitkan sebagai fungsi terhadap harga

    minyak mentah. Dalam derajat yang lebih kecil, kenaikan pendapatan juga bisa diperoleh dari

    peningkatan harga batubara.

    Yang mengkhawatirkan adalah perkembangan impor produk minyak Indonesia, yang telah

    menghasilkan perdagangan negatif produk-produk minyak Indonesia selama beberapa tahun

    terakhir ini.

    Perkembangan subsidi BBM

    Seperti diilustrasikan pada gambar 2, ternyata angka subsidi BBM selama tujuh tahun terakhir (2005-

    2011) berada pada kisaran yang mengkhawatirkan. Meskipun secara persentase alokasi subsidi BBM

    terhadap total belanja mengalami penurunan, namun secara nominal jumlahnya semakin

    meningkat. Pada tahun 2005, subsidi BBM sebesar 95,598.5 milyar ternyata mencapai 18.76% dari

    total belanja negara sebesar 509,632.40 milyar.

    Tabel Subsidi

  • 8/3/2019 AMSP SE2EP5

    19/36

    19

    (dalam milyar rupiah)

    Tahun subsidi BBM total subsidi belanja% subsidi BBM

    terhadap belanja

    2005 95,598.50 120,765.30 509,632.40 18.76%

    2006 64,212.10 107,431.90 667,128.70 9.63%

    2007 83,792.30 150,214.50 757,649.90 11.06%

    2008 139,106.70 275,291.50 985,730.70 14.11%

    2009 45,039.40 138,082.20 937,382.10 4.80%

    2010 88,890.80 201,263.00 1,126,146.50 7.89%

    2011 92,785.60 184,816.70 1,202,046.20 7.72%

    Terendah masih sebesar 4.80% atau senilai 45,039.40 dari total belanja sebesar 937,382.10 milyar

    rupiah. Dua tahun terakhir ini persentase subsidi BBM terhadap belanja negara berkisar 7,8% dari

    total belanja negara atau senilai 88,890.80 milyar di tahun 2010 dan 92,785.60 milyar untuk tahun

    2011. Nominal subsidi BBM terbesar terjadi pada tahun 2008, dimana pada saat itu mencapai angka

    139,106.70 milyar.

    Gambar 2 Subsidi BBM terhadap Subsidi

    Pemerintah Indonesia sesungguhnya baru mengeluarkan subsidi BBM yang sangat besar

    sejak terjadinya sejak krisis moneter/ekonomi 1998. Lonjakan perubahan kurs Rp./US$ sekitar tiga

    kali lipat menjadi faktor utama yang menyebabkan meningkatnya angka subsidi tersebut, karena

    penjualan BBM di dalam negeri menggunakan Rupiah dan harganya tidak segera disesuaikan,

    0.00

    50,000.00

    100,000.00

    150,000.00

    200,000.00

    250,000.00

    300,000.00

    2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

    subsidi BBM

    total subsidi

  • 8/3/2019 AMSP SE2EP5

    20/36

    20

    sedangkan sebagian komponen penyediaan BBM adalah mata uang US$. Faktor utama yang

    menyebabkan terjadinya peningkatan subsidi BBM adalah karena meningkatnya konsumsi BBM di

    Tanah Air. Peningkatan konsumsi BBM ini terus terjadi bahkan ketika ekonomi Indonesia mengalami

    kemerosotan antara tahun 1998-2000. Peningkatan kebutuhan akan BBM tersebut selanjutnya

    meningkatkan: (i) impor minyak mentah, dan (ii) impor produk BBM. Peningkatan impor baik untuk

    minyak mentah maupun produk BBM tersebut mengakibatkan peningkatan biaya penyediaan BBM.

    Di sisi lain, meskipun harga jual BBM telah dinaikkan secara berangsur, namun besar

    kenaikan tersebut belumlah cukup untuk mengejar besaran biaya penyediaan BBM yang juga

    meningkat. Dengan demikian, subsidi BBM yang diberikan pemerintah cenderung meningkat.

    Pola dan Sasaran pemberian subsidi BBM

    Subsidi BBM selama ini diberikan oleh Pemerintah kepada PERTAMINA dalam bentuk aliran

    uang (cash). Pola ini mengandung kelemahan bahwa subsidi BBM tidak tepat menjangkau kelompok

    masyarakat yaang pantas memperoleh subsidi, tidak mendorong PERTAMINA untuk lebih efisien

    dalam menjalankan tugasnya menyediakan BBM di Tanah Air, selain tidak memperhatikan pola

    permintaan BBM yang dimiliki kelompok-kelompok masyarakat di Tanah Air.

    Beberapa studi mengatakan bahwa secara umum subsidi BBM yang dilakukan Pemerintah

    tidak mengena kelompok sasaran yang ingin dituju. Subsidi BBM lebih membantu kelompok kaya

    daripada tersampaikan kepada yang lebih berhak menerimanya, yakni kaum dhuafa.

    Belakangan dikembangkan mekanisme dimana dana yang diperoleh dari kenaikan harga minyakditampung di sebuah rekening pemerintah untuk kemudian disalurkan ke kelompok masyarakat /

    sektor ekonomi yang dipandang layak mendapatkan subsidi sebagai kompensasi kenaikan harga

    BBM. Pola yang dikembangkan ini, meskipun nampaknya memberikan gambaran rasa keadilan,

    namun juga mengandung kelemahan karena tidak secara langsung memperbaiki akar masalah

    subsidi BBM di samping menciptakan banyak hal dan prosedur baru di luar kerangka standar APBN

    yang sistemnya telah lebih mapan.

    Subsidi sebaiknya diberikan kepada kelompok masyarakat tak mampu (kaum dhuafa) dalam

    bentuk tunjangan keuangan (food stamp, dsb), bantuan pendidikan/latihan, maupun penciptaaan

    kegiatan ekonomi lokal secara langsung serta perbaika tatanan ekonomi secara struktural, tanpa

    perlu dikaitkan dengan istilah BBM.

    Sebaliknya, pemakaian BBM, khususnya untuk gasoline dalam transportasi perkotaan,

    khususnya di Jawa, tetap pantas untuk membayar harga ekonomi dari jenis BBM itu sendiri. Dengan

    perkataan lain, kenaikan harga BBM sehingga makin mendekati harga ekonominya tetap perlu

    dilakukan, dengan analisis yang baik mengenai jenis BBM, besaran harga serta pentahapan

    penyesuaiannya. Di sisi lain, pemetaan terhadap kelompok-kelompok masyarakat miskin dapat

  • 8/3/2019 AMSP SE2EP5

    21/36

    21

    dilakukan secara terpisah (misalnya dilakukan oleh Komite Nasional Penanggulangan Kemiskinan)

    tanpa harus selalu dikaitkan dengan masalah subsidi BBM.

    Angka biaya penyediaan BBM

    Dalam melakukan tugas menyediakan BBM, PERTAMINA mengimpor minyak mentah,

    membeli minyak mentah dari dalam negeri, memproses minyak mentah menjadi BBM, mengimpor

    BBM, dan mendistribusikan BBM ke seluruh pelosok Tanah Air. PERTAMINA juga menjual semua

    BBM itu dengan harga yang ditetapkan Pemerintah.

    Biaya-biaya untuk menghasilkan dan mendistribusikan BBM (BBM costs) maupun

    pendapatan yang diperoleh dari penjualan BBM merupakan angka-angka kritis (dalam orde trilliunan

    Rupiah) yang menentukan besaran subsidi BBM. Perhitungan untuk memperoleh angka harga

    pokok penjualan membutuhkan pekerjaan akuntansi yang besar dan cukup rumit, khususnya untuk

    elemen biaya di kilang maupun pemilahan pangsa minyak mentah yang bisa dibebankan ke subsidi.

    Ini karena sifat fisik minyak mentah dan operasi kilang yang tak membedakan penggunaan untuk

    BBM maupun non-BBM serta bervariasinya produk-prouk yang dihasilkan dari kilang-kilang yang

    ada.

    Secara kasar dapat digambarkan bahwa belakangan ini elemen biaya terbesar untuk menyediakan

    BBM di dalam negeri adalah buat pembelian minyak mentah dan impor produk (sekitar 80 persen

    dari keseluruhan biaya untuk tingkat harga minyak US$ 40/barel). Selebihnya, biaya dipergunakan

    untuk pengilangan, distribusi dan biaya tak langsung.Hal yang kritis adalah selama ini angka-angka yang digunakan untuk menetapkan besaran

    subsidi tersebut adalah angka-angka yang merupakan laporan atau hasil perhitungan PERTAMINA

    sendiri, yang juga mendapat audit Badan Pemeriksa Keuangan. Pemerintah (Departemen Keuangan)

    menggunakan angka-angka dari PERTAMINA itu untuk menentukan jumlah subsidi yang mesti

    dibayarkan Pemerintah.

    Dalam kenyataannya, bisnis penyediaan BBM oleh PERTAMINA tersebut melibatkan besaran

    Rupiah yang sangat besar, dan terdiri dari sejumlah kegiatan yang sangat rinci. Sebagai contoh,

    impor minyak mentah akan melibatkan data berapa kali pengapalan, berapa besar volumenya, apa

    jenis minyak mentahnya, berapa harganya, diimpor dari mana, dilakukan oleh siapa, disupplai ke

    kilang mana, dan seterusnya. Selama ini, bisnis yang menyangkut hajat hidup orang banyak dan

    melibatkan angka-angka Rupiah yang sangat besar tersebut tidak pernah dilaporkan secara

    transparan dalam kadar yang cukup rinci kepada publik. Ini faktor yang mesti diperbaiki.

    Penggunaan konsultan independen untuk melakukan perhitungan atau audit pekerjaan

    penyediaan BBM di dalam negeri tersebut akan meningkatkan transparansi dan memberikan

  • 8/3/2019 AMSP SE2EP5

    22/36

    22

    petunjuk yang baik apakah operasi penyediaan BBM yang dilakukan oleh PERTAMINA selama ini

    telah cukup efisien dibandingkan rata-rata industri (industry average).

    Laporan teratur mengenai bisnis penyediaan BBM semestinya dapat disampaikan kepada

    umum melalui situs web yang dikembangkan PERTAMINA. Komite Pengawas Persaingan Usaha

    (KPPU) perlu memantau pekerjaan monopoli penyediaan BBM yang dilakukan PERTAMINA, dan

    juga melaporkan hasil pemantauannya kepada masyarakat.

    Pola konsumsi BBM boros dan tidak tepat sasaran

    Secara umum, cara kita mengkonsumsi BBM adalah lebih boros dibandingkan negara-negara

    tetangga ASEAN maupun kawasan Asia lainnya.8 Harga BBM yang murah, label sebagai pengekspor

    minyak bumi, serta infrastruktur/peralatan yang dipakai untuk mengkonsumsi BBM yang kondisinya

    belum baik, sering dipandang sebagai faktor yang menyebabkan kurang efisiennya penggunaan

    konsumsi BBM di Tanah Air. Kurang efisiennya pemakaian BBM tersebut masih terdapat pada

    seluruh sektor pemakai BBM dan seluruh jenis BBM.

    Tabel Konsumsi BBM

    (dalam juta SBM)

    Sektor Jumlah %

    Industri 329.7 49.44%

    Transportasi 226.6 33.98%

    Rumah Tangga 81.5 12.22%

    Bangunan

    Komersial 29.1 4.36%

    Total 666.9

    Sektor industri masih mendominasi konsumsi energi di negara ini dengan pemakaian sebesar

    329,7 juta SBM (setara barrel minyak) atau 49,4% dari total konsumsi energi nasional. Di tempat

    kedua, sektor transportasi menyumbang konsumsi sebesar 226,6 juta SBM (34%). Sementara rumah

    tangga dan bangunan komersial masing masing menggunakan 81,5 juta SBM (12,2%) dan 29,1 juta

    SBM (4,4%). Hal tersebut diungkapkan Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi

    Energi (Dirjen EBTKE), Luluk Sumiarso pada Soft Launching Implemetasi Konservasi Energi dan Lomba

    Hemat Energi, di lobby Kementerian ESDM Jakarta, Senin (31/1/2011).

  • 8/3/2019 AMSP SE2EP5

    23/36

    23

    Pemakai kedua terbesar BBM nasional adalah sektor transportasi. Bagi sektor transportasi

    sendiri, BBM adalah bahan bakar utama (nyaris 100 persen) yang sulit digantikan dengan bahan

    bakar lain. Tidak efisiennya pemakaian BBM di sektor transportasi sangat jelas diperlihatkan

    terutama pada transportasi darat di kota-kota besar, dimana mobil-mobil tua yang boros BBM dan

    kemacetan (penghamburan BBM secara sia-sia) menjadi pemandangan sehari-hari. Dengan laju

    pertumbuhan kendaraan yang sangat cepat, yang tak diimbangi dengan pertambahan

    infrastrukturnya, tidak efisiennya penggunaan BBM di sektor transportasi ini menjadi masalah yang

    makin berat yang dihadapi pemerintah kota. Di Indonesia pernah dicobakan penggunaan BBG

    (bahan bakar gas) sebagai alternatif bahan bakar untuk transportasi, namun proyek tersebut kini tak

    dilanjutkan.

    Dari jenis-jenis BBM yang diatur harganya oleh pemerintah, bensin (premium gasoline)

    digunakan untuk transportasi; minyak disel digunakan untuk transportasi, industri dan pembangkit

    tenaga listrik, minyak bakar digunakan oleh industri sedangkan minyak tanah digunakan oleh sektor

    rumah tangga (dan sebagian industri).

    Selain sistem transportasi yang buruk, faktor yang mengakibatkan rendahnya efisiensi

    pemakaian BBM di Indonesia adalah penggunaan mesin-mesin tua di industri, pemakaian solar yang

    terlalu besar untuk pembangkit tenaga listrik dan subsidi yang terlalu besar untuk penggunaan

    minyak tanah. Secara umum, harga BBM yang rendah juga mengakibatkan borosnya penggunaan

    BBM, di samping menghalangi substitusi BBM dengan sumber energi lain.

    Sering dikatakan (dari sisi teori manajemen energi), bahwa efisiensi atau konservasi adalah

    seolah menemukan cadangan/reserves baru energi. Bila konsumsi BBM di Tanah Air dapat dihemat

    10 persen, seolah kita memperoleh 130.000 bph produksi minyak mentah, atau yang di dunia

    eksplorasi real membutuhkan biaya sangat besar untuk menemukan hal itu. Meningkatkan

    Konsumsi BBM 2010 per Sektor

    Industri

    Transportasi

    Rumah Tangga

    Bangunan Komersial

  • 8/3/2019 AMSP SE2EP5

    24/36

    24

    efisiensi pemakaian BBM, dengan demikian, merupakan langkah penting yang bermanfaat bukan

    saja untuk menghemat biaya operasi tapi juga untuk keluar dari perangkap subsidi BBM.

    Menaikkan harga BBM akan mengurangi disparitas

    Disparitas harga, antara harga impor minyak mentah dan BBM dengan harga jual BBM di

    dalam negeri (yang ditetapkan Pemerintah) telah cenderung makin lebar. Disparitas harga ini

    merupakan faktor yang menyebabkan munculnya subsidi BBM. Disparitas harga tampak paling jelas

    pada minyak tanah, yang dijual dengan harga termurah dibandingkan jenis BBM lainnya.

    Disparitas harga BBM yang terlalu besar, antara harga jual di dalam negeri dengan harga jual

    di negara-negara tetangga, memunculkan kerawanan dalam bentuk penyelundupan BBM (dan

    minyak mentah) dari dalam negeri ke luar. Disparitas harga yang besar antara berbagai jenis BBM,

    memunculkan sejumlah kasus pengoplosan BBM di berbagai tempat di Tanah Air. Dengan

    demikian, disparitas harga BBM tersebut perlu dikurangi.

    Pengurangan jumlah subsidi BBM dapat dilakukan dengan memperkecil disparitas antara: (i)

    pendapatan dari menjual BBM di dalam negeri dengan (ii) biaya-biaya untuk menyediakan BBM di

    dalam negeri.

    Langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk mewujudkan hal itu, untuk butir (i), adalah

    menaikkan harga jual BBM di dalam negeri sehingga makin mendekati tingkat keekonomiannya. Hal

    ini dapat dilakukan bertahap, dengan memilih jenis BBM yang dipercepat penyesuaian harganya dan

    memperkecil kelompok penerima subsidi BBM. Penaikan harga BBM dapat diawali denganmendekatkan harga BBM kepada biaya rata-rata untuk memproduksinya (average production costs)

    sebelum pada akhirnya dapat mencapai formula cost + fee yang lazimnya diberikan kepada bisnis

    komersial. Ini dengan catatan bahwa bila pemerintah akan terus mengatur harga BBM untuk skala

    yang besar seperti sekarang.

    Untuk butir (ii), langkah-langkah yang mungkin dilakukan adalah mengurangi

    ketergantungan terhadap impor minyak mentah melalui pencarian harga minyak mentah yang lebih

    murah, perluasan kilang dalam negeri, serta menurunkan biaya distribusi dan pemberian

    kemudahan untuk pengusahaan BBM (misalnya penurunan pajak di downstream). Menghemat

    konsumsi final BBM akan berarti pula mengurangi impor BBM dan minyak mentah. Demikian pula,

    meningkatkan produksi minyak mentah di dalam negeri melalui penambahan lapangan baru atau

    enhanced oil recoveryakan memperbesar supplai yang dapat diberikan ke kilang dalam negeri, yang

    dapat berarti pengurangan komponen biaya impor minyak mentah.

    Dalam status sebagai eksportir neto, dan konsumsi di dalam negeri yang lebih kecil

    dibandingkan ekspor, perdagangan minyak Indonesia masih dapat menghasilkan surplus, yang

    sebagiannya dapat digunakan untuk membiayai subsidi BBM.

  • 8/3/2019 AMSP SE2EP5

    25/36

    25

    Namun demikian, kombinasi antara penurunan produksi dan peningkatan konsumi telah

    memerosotkan kemampuan ekspor minyak mentah Indonesia. Di sisi lain, impor minyak mentah

    maupun produk minyak juga meningkat cepat. Hal-hal ini telah menyebabkan Indonesia tergelincir

    menjadi importir neto. Bila situasi menjadi importir neto ini tidak bisa diperbaiki dalam waktu dekat,

    atau bahkan terjerumus ke dalam ketergantungan impor yang sangat besar, maka penghapusan

    subsidi BBM akan merupakan keputusan yang tidak bisa dihindarkan. Ini karena perdagangan

    minyak Indonesia tidak bisa lagi menghasilkan surplus untuk membiayai subsidi BBM, sementara

    sumber lain untuk membiayai subsidi BBM hampir tidak bisa ditemukan lagi dalam struktur APBN.

    Selain berdasarkan alasan yang telah dikemukan sebelumnya, mengurangi subsidi BBM hingga ke

    tingkat yang serendah mungkin perlu dilakukan, karena alasan-alasan berikut:

    1. Harga BBM yang rendah dan subsidi yang tidak tepat sasaran menyebabkan penggunaan

    BBM menjadi boros, tidak mendorong efisiensi. Lebih jauh, hal ini akan mengakibatkan

    ketergantungan yang sangat tinggi pada BBM yang dalam jangka panjang akan

    membahayakan security of energy supply kita.

    2. Pada dasarnya negara seperti Indonesia masih membutuhkan tambahan dana untuk

    kegiatan eksplorasi, riset-riset di bidang minyak dan gas bumi dan sumber-sumber energi

    alternatif. Sebagian pendapatan dari penjualan/produksi minyak bumi, selayaknya

    dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan-kegiatan seperti ini yang akan bermanfaat untuk

    memperpanjang umur industri minyak bumi di Tanah Air.3. Peningkatan harga minyak pada umumnya lebih menguntungkan negara-negara konsumen,

    khususnya yang menerapkan pajak karbon (carbon tax) hingga 200 persen atau lebih dari

    harga BBM yang dijual di negeri tersebut. Daripada kenaikan harga minyak tersebut lebih

    menguntungkan negara-negara konsumen, lebih bijaksana bila windfall profit karena

    kenaikan harga minyak mentah tersebut dapat kita gunakan sendiri secara lebih produktif,

    termasuk untuk melakukan riset-riset di bidang energi baru, pencarian lapangan minyak

    (dan sumber daya energi lainnya) yang baru, dstnya.

    4. Indonesia bukanlah negara pengekspor besar untuk minyak bumi. Dibandingkan anggauta

    OPEC lainnya, cadangan dan produksi minyak bumi Indonesia tidak besar, apalagi bila dibagi

    dengan jumlah penduduk. Rasio ekspor minyak bumi Indonesia dibandingkan konsumsi

    dalam negerinya pun telah semakin kecil. Indonesia dalam hal ini tidak bisa mencontoh

    beberapa anggota OPEC yang memberikan subsidi untuk konsumsi BBM di negeri mereka.

    Bagi Indonesia, memanfaatkan pendapatan minyak secara lebih bijaksana adalah lebih baik

    daripada menggunakannya untuk membiayai konsumsi BBM yang boros oleh masyarakat.

  • 8/3/2019 AMSP SE2EP5

    26/36

    26

    Terhadap permasalahan subsidi BBM ini, terdapat pula pakar yang menawarkan empat tahap

    perubahan kebijakan harga BBM atau pricing policy BBM, yaitu:

    Tahap I: Subsidi zed Price. Merupakan tahap dimana subsidi BBM diturunkan hingga 20%, yang

    dilaksanakan tahun 2000 atau selambat-lambatnya pada kuartal pertama tahun 2001.

    Tahap II: Zero Subsidy. Pada tahap ini harga jual BBM merefleksikan biaya produksinya, yang berarti

    tidak ada lagi subsidi dari pemerintah. Dengan mempertimbangkan; (i) penyusunan anggaran

    pemerintah dan dunia usaha yang dilakukan secara tahunan, (ii) kegiatan sosialisasi rencana

    kebijakan zero subsidy, serta (iii) krisis multi dimesi yang masih dihadapi Indonesia, maka

    pelaksanaan tahap ini diperkirakan memerlukan waktu 2-3 tahun terhitung sejak tahap pertama

    diselesaikan.

    Tahap III: Economic Price. Harga BBM yang dihasilkan kilang di Indonesia relatif tidak berbeda

    dengan harga BBM di kilang yang menjadi benchmarkperdagangan BBM di dunia, seperti kilang di

    Singapura atau Belanda, ditambah dengan biaya lain (misalnya biaya distribusi).

    Mempertimbangkan kebutuhan waktu bagi industri perminyakan di Indonesia dalam menemukan

    teknologi yang memungkinkan berlangsungnya diversifikasi atau fleksibilitas dari kegiatan

    pengilangan minyak mentah menjadi BBM, maka perkiraan pelaksanaan tahap ini sekitar 2-3 tahunsejak tahap II selesai.

    Tahap IV: Economic Price and Tax. Tahap dimana harga BBM di mulut kilang menyamai harga pasar

    internasional dan ditambah dengan pajak BBM. Penggunaan instrumen pajak sangat tergantung

    pada proses legislasi. Dengan pertimbangan tersebut maka pelaksanaan tahap ini diperkirakan

    sekitar 2-3 tahun.

    Namun tentu pemerintah harus empertimbangkan banyak hal, agar penerapan kebijakan

    terkait subsidi BBM ini tidak menimbulkan masalah dikemudian hari. Hal-hal tersebut diantaranya:

    1. Seberapa besar dampak penghapusan subsidi terhadap; (i) masyarakat pengguna BBM

    menurut kelompok pendapatan, kelompok tempat tinggal, maupun kelompok usaha, (ii)

    perilaku struktural sektor ekonomi, dalam arti multiplier effectdari perubahan penggunaan

    jenis BBM oleh sektor ekonomi tertentu terhadap sektor ekonomi lainnya, (iii) keuangan

    negara (penerimaan negara versus pengeluaran negara), dan (iv) daya saing dan peluang

    usaha bagi Pertamina?

  • 8/3/2019 AMSP SE2EP5

    27/36

    27

    2. Apakah subsidi BBM sebaiknya dicabut seluruhnya atau dicabut sebagian (dikurangi), dan

    apakah subsidi BBM dicabut sekaligus atau secara bertahap?

    3. Jika subsidi dikurangi, jenis-jenis BBM mana saja yang akan dihapus subsidinya? Jika subsidi

    dihapus secara bertahap, pentahapan seperti apa yang sebaiknya ditempuh pemerintah?

    Bagaimana dampaknya terhadap perekonomian dan efisiensi serta peluang usaha

    Pertamina?

    4. Terhadap hal ini banyak pihak berkeyakinan bahwa penyesuaian yang dilakukan konsumen

    dengan adanya penurunan subdisi BBM ini akan menghasilkan dampak yang lebih positif

    dibandingkan jika tidak dilakukan penyesuaian.

    5. Bagaimana setting pricing policy yang sebaiknya ditempuh pemerintah dalam rangka

    mencapai kondisi optimal untuk perekonomian maupun dalam rangka peningkatan daya

    saing dan peluang usaha Pertamina?

    6. Dengan melihat kenyataan saat ini bahwa Pricing policy BBM yang ditempuh pemerintah

    saat ini, menimbulkan paling tidak 5 bentuk dampak negatif, yaitu; (i) terjadi target error

    dalam pemberian subsidi BBM, sebesar 25%, 40%, 35,2%, 92% dan 93% masing-masing

    untuk jenis premium, solar, minyak tanah, minyak bakar dan minyak diesel; (ii) terjadi

    inefisiensi dalam penggunaan dan penyelundupan BBM; (iii) beban APBN semakin berat; (iv)

    terjadi distorsi harga pada barang dan jasa yang menggunakan BBM sebagai input produksi;

    (v) Pertamina terhambat untuk melakukan ekspansi usaha.

    B. Pelayanan Gratis Pemerintah

    Pelayanan gratis adalah jasa (service) yang dilakukan pemerintah suatu negara terhadap

    rakyatnya tanpa membebankan biaya langsung yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan

    pelayanan tersebut.Biasanya pelayanan yang diberikan ini merupakan suatu jasa yang harus ada

    dalam suatu Negara dan pihak swasta tidak atau kurang tertarik dalam melakukan kegiatan tersebut

    sehingga menyebabkan pemerintah campur tangan untuk melakukan pengadaan jasa tersebut.

    Salah satu pelayanan gratis yang baru-baru ini disediakan oleh pemerintah adalah pelayanan

    pendidikan dasar gratis.Hal ini sejalan dengan program pemerintah pendidikan dasar 9

    tahun.Sehingga dengan diterapkannya pelayanan pendidikan gratis maka jumlah siswa yang

    menjalani pendidikan dasar 9 tahun dapat semakin bertambah.

  • 8/3/2019 AMSP SE2EP5

    28/36

    28

    Pendidikan di Indonesia

    Pendidikan adalah upaya terencana untuk menyediakan lingkungan dan proses

    pembelajaran sehingga siswa dapat mengembangkan potensinya. Pendidikan di Indonesia berada

    dalam wewenang Kementerian Pendidikan Nasional.

    Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia unuk pembangunan. Derap langkah

    pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu

    memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Pada bagian ini

    akan mengkaji mengenai permasalahan pokok pendidikan, dan saling keterkaitan antara pokok

    tersbut, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya dan masalah-masalah aktual beserta

    cara penanggulangannya.

    Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasionalmengamanatkan

    bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajibmengikuti pendidikan dasar. Pasal 34 ayat

    2 menyebutkan bahwa Pemerintah danpemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar

    minimal pada jenjangpendidikan dasar tanpa memungut biaya, sedangkan dalam ayat 3

    menyebutkan

    bahwa wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakanoleh lembaga

    pendidikan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.Konsekuensi dari amanat undang-

    undang tersebut adalah Pemerintah danpemerintah daerah wajib memberikan layanan pendidikan

    bagi seluruh pesertadidik pada tingkat pendidikan dasar (SD dan SMP) serta satuan pendidikan lainyang sederajat.

    Walaupun pembangunan fisiknya baik, tetapi apa gunanya bila moral bangsa terpuruk. Jika hal

    tersebut terjadi, bidang ekonomi akan bermasalah, karena tiap orang akan korupsi. Sehingga lambat

    laun akan datang hari dimana negara dan bangsa ini hancur. Oleh karena itu, untuk pencegahannya,

    pendidikan harus dijadikan salah satu prioritas dalam pembangunan negeri ini.

    Kondisi ideal dalam bidang pendidikan di Indonesia adalah tiap anak bisa sekolah minimal

    hingga tingkat SMA tanpa membedakan status karena itulah hak mereka.Namun hal tersebut sangat

    sulit untuk direalisasikan pada saat ini. Oleh karena itu, setidaknya setiap orang memiliki

    kesempatan yang sama untuk mengenyam dunia pendidikan. Jika mencermati permasalahan di atas,

    terjadi sebuah ketidakadilan antara si kaya dan si miskin.Seolah sekolah hanya milik orang kaya saja

    sehingga orang yang kekurangan merasa minder untuk bersekolah dan bergaul dengan

    mereka.Ditambah lagi publikasi dari sekolah mengenai beasiswa sangatlah minim.

  • 8/3/2019 AMSP SE2EP5

    29/36

    29

    Implementasi Pendidikan Gratis

    Impian masyarakat akan datangnya pendidikan gratis yang telah ditunggu-tunggu dari sejak

    zaman kemerdekaan Republik Indonesia telah muncul dengan seiring datangnya fenomena

    pendidikan gratis untuk Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Fenomena pendidikan

    gratis ini memang sangat ditunggu-tunggu, pasalnya Pemerintah mengeluarkan dana BOS (Biaya

    Operasional Sekolah) untuk menutupi harga-harga buku yang kian hari kian melambung,

    sumbangan, gaji guru yang tidak cukup dan biaya-biaya lainnya.

    Dalam usahanya untuk menyediakan pendidikan gratis bagi masyarakat, maka pemerintah

    kemudian membuat suatu skema untuk memberikan bantuan operasional sekolah (BOS) kepada

    sekolah-sekolah.Adapun Bantuan Operasional Sekolah adalah program pemerintah yang pada

    dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasi nonpersonalia bagi satuan pendidikan

    dasar sebagai pelaksana program wajib belajar. Namun demikian, ada beberapa jenis pembiayaan

    investasi dan personalia yang diperbolehkan dibiayai dengan dana BOS.Secara umum program BOS

    bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka

    wajib belajar 9 tahun yang bermutu.

    Sasaran program BOS adalah semua sekolah SD dan SMP, termasuk Sekolah Menengah

    Terbuka (SMPT) dan Tempat Kegiatan Belajar Mandiri (TKBM) yang diselenggarakan oleh

    masyarakat, baik negeri maupun swasta di seluruh provinsi di Indonesia. Program Kejar Paket A dan

    Paket B tidak termasuk sasaran dari program BOS ini.Besar biaya satuan BOS yang diterima oleh sekolah termasuk untuk BOS Buku, dihitung

    berdasarkan jumlah siswa dengan ketentuan :

    a) SD/SDLB di kota : Rp 400.000,-/siswa/tahun

    b) SD/SDLB di kabupaten : Rp 397.000,-/siswa/tahun

    c) SMP/SMPLB/SMPT di kota : Rp 575.000,-/siswa/tahun

    d) SMP/SMPLB/SMPT di kabupaten : Rp 570.000,-/siswa/tahun

    Sementara itu, penggunaan dan BOS pun hanya terbatas pada beberapa item tertentu saja,

    beberapa yang diperboleh untuk dibiayai melalui BOS adalah :

    1. Pembelian/penggandaan buku teks pelajaran dan/atau mengganti buku teks yang sudah

    rusak. Buku teks yang boleh dibeli adalah buku teks yang telah dinilai kelayakannya oleh

    Pemerintah.

    2. Pembiayaan seluruh kegiatan dalam rangka Penerimaan Siswa Baru. Digunakan untuk biaya

    pendaftaran, penggandaan formulir, administrasi pendaftaran dan pendaftaranulang,

    pembuatan spanduk sekolah gratis, serta kegiatan lain yang berkaitan langsung

    dengankegiatan tersebut termasuk di dalamnya pengeluaran untuk alat tulis, fotocopy,

  • 8/3/2019 AMSP SE2EP5

    30/36

    30

    honor/uang lembur,dan konsumsi panitia pendaftaran siswa baru dan pendaftaran ulang

    siswa lama.

    3. Membiayai kegiatan pembelaiaran remedial, pembelajaran pengayaan, pemantapan

    persiapan ujian, olahraga, kesenian, karya ilmiah remaja; pramuka, palang merah remaja,

    Usaha Kesehatan Sekolah(UKS) dan sejenisnya

    4. Membiayai ulangan harian, ulangan umum, ujian sekolah dan laporan hasil belajar siswa.

    Dapat digunakan untuk membayar honor pengawas ulangan/ujian, penulis soal ujian,

    pengoreksi hasil ujian, panitia ujian, honor guru dalam rangka penyusunan rapor siswa,

    membeli bahan dan penggandaan soal, dll yang relevan dengan kegiatan tersebut.

    5. Membeli bahan-bahan habis pakai. Digunakan untuk pembelian bahan pendukung proses

    belajar mengajar seperti buku tulis, kapur tulis, pensil, spidol, kertas, bahan praktikum, buku

    induk siswa, buku inventaris. Dana BOS dapat juga digunakan untuk membayar langganan

    koran/majalah pendidikan, minuman dan makanan ringan untuk kebutuhan sehari-hari di

    sekolah, serta pengadaan suku cadang alat kantor.

    6. Membayar langganan daya dan jasa

    7. Membayar biaya perawatan sekolah. Digunakan untuk keperluan biaya perawatan ringan

    sekolah seperti pengecetan, perbaikan atap bocor, perbaikan pintu dan jendela, perbaikan

    mebeler, perbaikan sanitasi sekolah, perbaikan lantai ubin/keramik dan perawatan fasilitas

    sekolah lainnya.8. Membayar honorarium bulan an guru honorer dan tenaga kependidikan honorer

    9. Pengembangan Profesi Guru. Dapat digunakan untuk membiayai kegiatan pelatihan,

    KKG/MGMP dan KKKS/MKKS

    10.Memberi bantuan biaya transportasi bagi siswa miskin yang menghadapi masalah biaya

    transport dari danke sekolah

    11.Membiayai kegiatan dalam kaitan dengan pengelolaan BOS

    12.Pembelian komputer (desktop/work station) untuk kegiatan belajar siswa, maksimum 1 unit

    dan pembelian1 unit printer dalam satu anggaran.

    Dalam pelaksanaannya BOS juga mempunyai beberapa larangan, di mana BOS tidak boleh digunakan

    untuk keperluan berikut ini :

    1. Disimpan dalam jangka waktu lama dengan maksud dibungakan.

    2. Dipinjamkan kepada pihak lain.

    3. Membiayai kegiatan yang tidak menjadi prioritas sekolah dan memerlukanbiaya besar,

    misalnya studi banding, studi tour (karya wisata) dan sejenisnya.

  • 8/3/2019 AMSP SE2EP5

    31/36

    31

    4. Membiayai kegiatan yang diselenggarakan oleh UPTD kecamatan/Kabupaten/kota/Provinsi

    /Pusat, atau pihak lainnya, walaupun pihak sekolah tidak ikut serta dalam kegiatan tersebut.

    Sekolah hanya diperbolehkan menanggung biaya untuk siswa/guru yang ikut serta dalam

    kegiatan tersebut.

    5. Membayar bonus dan transportasi rutin untuk guru.

    6. Membeli pakaian/seragam bagi guru/siswa untuk kepentingan pribadi (bukaninventaris

    sekolah).

    7. Digunakan untuk rehabilitasi sedang dan berat.

    8. Membangun gedung/ruangan baru.

    9. Membeli bahan/peralatan yang tidak mendukung proses pembelajaran.

    10.Menanamkan saham.

    11.Membiayai kegiatan yang telah dibiayai dari sumber dana pemerintah pusat atau

    pemerintah daerah secara penuh/wajar, misalnya guru kontrak/gurubantu.

    12.Kegiatan penunjang yang tidak ada kaitannya dengan operasi sekolah, misalnya iuran dalam

    rangka perayaan hari besar nasional dan upacarakeagamaan/acara keagamaan.

    13.Membiayai kegiatan dalam rangka mengikuti pelatihan/sosialisasi/ pendampingan terkait

    program BOS/perpajakan program BOS yang diselenggarakan lembaga di luar Dinas

    Pendidikan Provinsi/Kabupaten/ Kotadan Kementerian Pendidikan Nasional

    Dalam melaksanakan program BOS terdapat beberapa ketentuan yang harus ditaati oleh sekolahyang menerima dana BOS ini, yaitu :

    1. Tidak diperkenankan melakukan manipulasi data jumlah siswa

    2. Mengelola dana BOS secara transparan dan bertanggung jawab

    3. Mengumumkan hasil pembelian barang dan harga yang dilakukan oleh sekolahdi papan

    pengumuman sekolah yang harus ditandatangani oleh KomiteSekolah

    4. Menginformasikan secara tertulis rekapitulasi penerimaan dan penggunaandana BOS

    kepada orang tua siswa setiap semester bersamaan denganpertemuan orang tua siswa dan

    sekolah pada saat penerimaan raport

    5. Bersedia diaudit oleh lembaga yang berwenang terhadap seluruh dana yangdikelola oleh

    sekolah, baik yang berasal dari dana BOS maupun dari sumberlain

    6. Dilarang bertindak menjadi distributor atau pengecer buku kepada peserta didikdi sekolah

    yang bersangkutan

  • 8/3/2019 AMSP SE2EP5

    32/36

    32

    Tabel Pagu dan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsi Tahun 2010 (Rp triliun)

    Tabel di atas ini menunjukkan jumlah anggaran pendidikan tahun 2010 yang realisasinya mencapai

    90,82 triliun, anggaran inilah yang digunakan untuk membiayai pendidikan gratis di Indonesia.

    Dilihat dari perkembanganya, fenomena pendidikan gratis ini tidak lepas dari pro dan kontra.

    Bagi yang pro dengan program-program itu mengatakan bahwa itu adalah upaya pemerintah untuk

    meningkatkan mutu pendidikan dan penurunan angka anak putus sekolah, sekolah gratis bagi

    orangtua bisa mengurangi beban pikirannya untuk masalah biaya pendidikan dan tidak ada lagi

    anak-anak yang tidak boleh ikut ujian hanya karena belum bayar iuran sekolah. Sedangkan yang

    kontra berkata pemerintah bagaikan pahlawan kesiangan, Hal ini dikarenakan telah ada yang lebih

    dulu melakukan hal tersebut, yaitu LSM-LSM yang concern pada bidang pendidikan dan penanganan

    masyarakat tak mampu. Adanya kurang rasa harus sekolah, kesadaran akan pendidikan sangat

    kurang, anak lebih mementingkan pekerjaan dari pada harus sekolah yang tidak mengeluarkan apa-

    apa. Biaya pendidikan gratis hanya sampai dengan Sekolah Menengah Pertama sedangkan Sekolah

    Lanjutan Tingkat Atas tidak. Sedangkan tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Ataslah yang merupakan

    tombak utama dan usia yang mapan untuk mencari pekerjaan serta penghasil devisa negara.

    Sekolah menjadi bermutu karena ditopang oleh peserta didik yang punya semangat

    belajar.Mereka mau belajar kalau ada tantangan, salah satunya tantangan biaya.Generasi muda

    dipupuk untuk tidak mempunyai mental serba gratisan.Sebaiknya mental gratisan dikikis habis. Kerja

    keras, rendah hati, toleran, mampu beradaptasi, dan takwa, itulah yang harus ditumbuhkan agar

    generasi muda ini mampu bersaing di dunia internasional, mampu ambil bagian dalam percaturan

    dunia, bukan hanya menjadi bangsa pengagum, bangsa yang rakus mengonsumsi produk. Paling

  • 8/3/2019 AMSP SE2EP5

    33/36

    33

    susah adalah pemerintah menciptakan kondisi agar setiap orangtua mendapat penghasilan yang

    cukup sehingga mampu membiayai pendidikan anak-anaknya.

    Sesungguhnya, niat pemerintah untuk menggratiskan pendidikan adalah agar penduduk

    miskin dapat merasakan pendidikan juga, agar kelak tercapai pemerataan pendidikan.Akan tetapi

    dalam praktiknya ada beberapa dampak negative dari pelaksanaan pendidikan gratis ini.

    Dampak Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

    1. Berkurangnya motivasi guru untuk mengajar dengan sepenuh hati

    Tidak hanya murid saja melainkan guru yang terkena imbas dari pendidikan gratis ini.

    Kebanyakan dari guru sekolah gratisan mengalami keterbatasan mengembangkan diri dan akhirnya

    akan kesulitan memotivasi peserta didik sebab harus berpikir soal bertahan hidup. Lebih celaka

    lagi jika guru berpikiran : pelayanan pada peserta didik sebesar honor saja. Jika demikian situasinya,

    maka jauh panggang dari apiuntuk menaikkan mutu pendidikan.

    2. Sekolah swasta kecil kesulitan bertahan hidup

    Dengan diberlakukannya BOS, maka diharapkan sekolah tidak lagi memungut biaya apa pun,

    padahal biaya yang diberikan kepada sekolah swasta kecil belum cukup untuk membiayai biaya

    operasional sekolah akibatnya sekolah, terutama sekolah swasta kecil, akan kesulitan menutup biaya

    operasional sekolah, apalagi menyejahterakan gurunya. Pembiayaan seperti listrik, air, perawatan

    gedung, komputer, alat tulis kantor, transpor, uang makan, dan biaya lain harus dibayar. Mencaridonor pun semakin sulit.Sekolah masih bertahan hanya berlandaskan semangat pengabdian

    pengelolanya. Tanpa iuran dari peserta didik, bagaimana akan menutup pembiayaan itu.

    3. Keterbatasan Sekolah dalam mengelola dana BOS

    Pemberlakuan sekolah gratis bukan berarti penurunan kualitas pendidikan, penurunan minat

    belajar para siswa, dan penurunan tingkat kinrerja guru dalam kegiatan belajar mengajar di dunia

    pendidikan.Sekolah-sekolah gratis di Indonesia seharusnya memiliki fasilitas yang memadai, staf

    pengajar yang berkompetensi, kurikulum yang tepat, dan memiliki sistem administrasi dan birokrasi

    yang baik dan tidak berbelit-belit.Akan tetapi, pada kenyataannya, sekolah-sekolah gratis adalah

    sekolah yang terdapat di daerah terpencil yang kumuh dan segala sesuatunya tidak dapat

    menunjang bangku persekolahan sehingga timbul pertanyaan.Sedangkan biaya yang tidak menjadi

    prioritas sekolah dan memiliki biaya besar, seperti: study tour (karyawisata), studi banding,

    pembelian seragam bagi siswa dan guru untuk kepentingan pribadi (bukan inventaris sekolah), serta

    pembelian bahan atau peralatan yang tidak mendukung kegiatan sekolah, semuanya tidak

    ditanggung biaya BOS. Dan pemungutan biaya tersebut juga akan tergantung dengan kebijakan tiap-

    tiap sekolah.

  • 8/3/2019 AMSP SE2EP5

    34/36

    34

    Penyelesaian masalah pendidikan tidak semestinya dilakukan secara terpisah-pisah, tetapi

    harus ditempuh langkah atau tindakan yang sifatnya menyeluruh.Artinya, kita tidak hanya

    memperhatikan kepada kenaikkan anggaran saja.Sebab percuma saja, jika kualitas Sumber Daya

    Manusia dan mutu pendidikan di Indonesia masih rendah.Masalah penyelenggaraan Wajib Belajar

    Sembilan tahun sejatinya masih menjadi PR besar bagi kita.Kenyataan yang dapat kita lihat bahwa

    banyak di daerah-daerah pinggiran yang tidak memiliki sarana pendidikan yang memadai.Dengan

    terbengkalainya program wajib belajar sembilan tahun mengakibatkan anak-anak Indonesia masih

    banyak yang putus sekolah sebelum mereka menyelesaikan wajib belajar sembilan tahun.Dengan

    kondisi tersebut, bila tidak ada perubahan kebijakan yang signifikan, sulit bagi bangsa ini keluar dari

    masalah-masalah pendidikan yang ada, apalagi bertahan pada kompetisi di era global.

    Adanya sekolah murah yang dana aktivitas pendidikannya terbanyak atau sepenuhnya

    ditanggung pemerintah, bisa menumbuhkan kepercayaan masyarakat akan peran dan keberadaan

    pemerintah. Kebijakan-kebijakan pemerintah akan segera didengar dan dipatuhi masyarakat selagi

    masyarakat benar-benar merasa pemerintah berada di pihak mereka dan berusaha

    menyejahterahkan masyarakatnya. Sebaliknya, pemerintah pun akan memiliki bargaining politik

    yang kuat. Salah satu prasyarat pemerintahan yang kuat dan berdaulat adalah harus mendapatkan

    cinta dari rakyatnya.

    Adanya niat pemerintah untuk meringankan biaya pendidikan merupakan suatu hal yangpatut disyukuri, program BOS ini pun sesungguhnya sudah cukup membantu sekolah dalam

    menyediakan pendidikan yang terjangkau bagi masyarakat.Akan tetapi beberapa dampak negative di

    atas menunjukkan bahwa program BOS ini masi perlu dikaji ulang mekanismenya, karena dengan

    mekanisme yang ada sekarang menyebabkan adanya keterbatasan-keterbatasan seperti yang

    disebutkan di atas.

  • 8/3/2019 AMSP SE2EP5

    35/36

    35

    BAB IV

    PENUTUP

    Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya dalam makalah ini, maka

    dapat dirumuskan beberapa kesimpulan dan saran yang terkait dengan kebijakan s u b s i d i dan

    pelayanan publik gratis.

    A. Kesimpulani) Pelayanan gratis tidak meliputi seluruh aspek kebutuhan masyarakat pada sektor

    pendidikan.

    ii) Pelayanan gratis pada sektor pendidikan berlaku bagi seluruh masyarakat pada daerah

    yang bersangkutan sehingga mereka dari kelompok yang mampu membayar juga

    dilayani secara gratis.

    iii) Sebagian pelayan gratis s e k t o r p e n d i d i k an yang terselenggara di daerah

    merupakan program pemerintah pusat seperti BOS.

    iv) Subsidi BBM adalah salah satu kebijakan ekonomi yang tidak adil karena subsidi yang

    sebenarnya ditujukan kepada masyarakat yang kurang mampu ternyata malah lebih besar

    dinikmati oleh kelompok kelas atas.

    v) Mengurangi subsidi BBM hingga ke tingkat yang serendah mungkin perlu dilakukan.

    B. Saran1)Perlunya dibuat suatu bentuk kebijakan yang lebih kondusif, yaitu suatu kebijakan

    pelayanan gratis yang hanya berlaku bagi masyarakat miskin dan yang kurang mampu yang

    sesuai dengan indicator miskin secara universal. Sedangkan bagi masyarakat yang mampu

    di sediakan jenis pelayanan yang berbeda sesuai dengan keinginan dan kemampuan

    yang mereka miliki yaitu dengan pola pelayanan prabayar atau berbentuk asuransi.

    2)Pemerintah Daerah hendaknya harus siap menyediakan dana pendamping untuk membiayai

    operasional pelayanan pendidikan. Dana BOS yang berasal dari pemerintah pusat jangan

    dijadikan sebagai dana unggulan utama, namun harus dijadikan sebagai stimulant bagi

    pemerintah daerah untuk menyediakan anggaran dari pendapatan internalnya (secara

    mandiri), misalnya melalui PAD.

  • 8/3/2019 AMSP SE2EP5

    36/36

    3)Pemerintah harus membuat kebijakan tentang subsidi BBM yang tepat sasaran.

    4)Pemerintah seharusnya lebih fokus ke riset dan eksplorasi minyak daripada mencari cara

    mengatasi masalah kenaikkan harga mnyak dunia. Menurut kelompok kami, dana yang

    dianggarkan untuk subsidi BBM akan lebih bijak dan lebih baik jika diperuntukan buat

    melakukan riset dan eksplorasi minyak bumi di Indonesia.