Alokasi Dana Desa Yes

Embed Size (px)

Citation preview

PERATURAN BUPATI SLEMAN Nomor : 23/Per.Bup/2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA

BUPATI SLEMAN,

Menimbang

:

a. bahwa sebagai salah satu upaya untuk mendukung pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan desa dan pemberdayaan

masyarakat adalah melalui pemberian alokasi dana desa; b. bahwa untuk melaksanakan maksud tersebut perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Alokasi Dana Desa.

Mengingat

:

1. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah Istimewa

Yogyakarta jo Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950; 2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan

: PERATURAN BUPATI SLEMAN TENTANG ALOKASI DANA DESA.

BAB 1 KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan: 1. Bupati adalah Bupati Sleman. 2. Camat adalah Camat yang membawahi wilayah desa penerima alokasi dana desa. 3. Kepala Desa adalah Kepala Desa penerima alokasi dana desa. 4. Alokasi dana desa adalah bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten untuk desa sebagai salah satu pembiayaan program pemerintahan desa dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat. 5. Alokasi Dana Desa Minimal yang selanjutnya disingkat ADDM adalah bagian alokasi dana desa dengan besaran pembagiannya sama untuk masing-masing desa. 6. Alokasi Dana Desa Proporsional yang selanjutnya disingkat ADDP adalah bagian alokasi dana desa yang pembagiannya secara proporsional untuk masing-masing desa berdasarkan nilai bobot desa yang dihitung dengan rumus dan variabel tertentu. 7. Koefisien variabel adalah koefisian (angka) desa yang dimiliki oleh desa untuk setiap variabel tertentu. 8. Surat pertanggungjawaban yang selanjutnya disingkat SPJ adalah surat

pertanggungjawaban penggunaan alokasi dana desa yang dibuat oleh desa penerima alokasi dana desa. 9. Tahap adalah per tiga bulan. BAB II PEMBERIAN ALOKASI DANA DESA Pasal 2 (1) Dalam rangka untuk mendukung pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan desa dan pemberdayaan masyarakat desa dalam pembangunan daerah, Pemerintah Kabupaten memberikan alokasi dana desa. (2) Alokasi dana desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada desa untuk keperluan: a. pemberdayaan masyarakat sebesar 70 % (tujuh puluh persen) dari alokasi dana desa yang diterima dipergunakan untuk: 1. bantuan operasional Lembaga Kemasyarakatan Desa; 2. pengadaan sarana prasarana padukuhan sebagai upaya untuk pemerataan pembangunan agar tidak ada kesenjangan antar wilayah di suatu desa; 3. pembangunan kantor dan balai desa; 4. pembentukan dan pengembangan Badan Usaha Milik Desa;

5. peningkatan derajat kesehatan dengan sasaran peningkatan aktivitas Posyandu, Polindes dan lainnya; 6. peningkatan kualitas pendidikan luar sekolah yang bertujuan untuk

meningkatakan ketrampilan angkatan kerja; 7. peningkatan stabilitas keamanan, ketentraman dan ketertiban masyarakat; 8. peningkatan pengamalan kehidupan keagamaan; 9. peningkatan kegotongroyongan dan keswadayaan, pelaksanaan bulan bhakti gotong royong masyarakat; 10. pembangunan infrastruktur pedesaan, antara lain prasarana perhubungan, prasarana produksi, prasarana sosial, prasarana pemasaran dan lainnya; 11. pelestarian lingkungan hidup; 12. pengembangan dan pemasaran teknologi tepat guna. b. biaya penyelenggaraan Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa sebesar 30 % (tiga puluh persen) dari alokasi dana desa yang diterima yang dipergunakan untuk: 1) operasional penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebesar 85% (delapan puluh lima persen) dan sebanyak-banyaknya 95% dari biaya penyelenggaraan Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang diterima untuk kegiatan sebagai berikut: a) pendidikan dan pelatihan kepala desa dan perangkat desa dalam rangka peningkatan kapasitas pelaksanaan tugas dan fungsi; b) pengadaan seragam dinas kepala desa dan perangkat desa; c) pengisian kepala bagian dan kepala urusan; d) pembentukan Badan Permusyawaratan Desa; e) pensertifikatan tanah kas desa; f) alat tulis kantor; g) pemeliharaan kantor dan balai desa; h) operasional kepala desa dan perangkat desa; i) penyediaan perlengkapan kantor; j) biaya foto copy dan cetak; k) biaya makan/minum rapat; l) pemeliharaan peralatan kantor dan sarana transportasi. 2) bantuan operasional penyelenggaraan Badan Permusyawaratan Desa sebesar sekurang-kurangnya 5 % dan sebanyak-banyaknya 15% (lima belas persen) dari biaya penyelenggaraan Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa yang diterima untuk kegiatan sebagai berikut : a) pendidikan dan pelatihan anggota Badan Permusyawaratan Desa; b) pengadaan seragam dinas anggota Badan Permusyawaratan Desa; c) biaya makan/minum rapat;

d) penjaringan aspirasi masyarakat; e) alat tulis kantor; f) operasional anggota Badan Permusyawaratan Desa; g) biaya foto copy dan cetak; h) Pemeliharaan peralatan kantor. Pasal 3 Tujuan pemberian alokasi dana desa sebagai berikut: a. meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam melaksanakan pelayanan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan sesuai kewenangannya; b. meningkatkan kemampuan lembaga kemasyakatan di desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan secara partisipatif sesuai dengan potensi desa; c. meningkatkan pemerataan pembangunan, kesejahteraan, kesempatan berpartisipasi, dan kesempatan berusaha bagi masyarakat desa; d. mendorong peningkatan swadaya gotong royong masyarakat. Pasal 4 Prinsip pengelolaan alokasi dana desa meliputi: a. pengelolaan keuangan Alokasi Dana Desa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengelolaan keuangan desa dalam APBDesa. b. seluruh kegiatan yang didanai oleh Alokasi Dana Desa direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara terbuka dengan melibatkan seluruh unsur masyarakat di desa. c. seluruh kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan secara administratif, teknis dan hukum. d. alokasi Dana Desa dilakukan dengan menggunakan prinsip hemat, terarah dan terkendali. Pasal 5

Alokasi dana desa diberikan dengan ketentuan sebagai berikut: a. 60 % (enam puluh persen) merupakan bagian alokasi dana desa yang sama untuk setiap desa; b. 40% (empat puluh persen) merupakan bagian alokasi dana desa yang dibagi secara proporsional untuk setiap desa berdasarkan nilai bobot desa yang dihitung dengan rumus dan variabel tertentu.

Pasal 6 (1) Besaran alokasi dana desa yang diterima oleh desa ditetapkan dengan rumus sebagai berikut: ADDx ADDx ADDM ADDPx = ADDM + ADDPx = Alokasi Dana Desa untuk desa x = Alokasi Dana Desa Minimal yang diterima desa. = Alokasi Dana Desa Proporsional untuk desa x

(2) Besaran alokasi dana desa proporsional untuk desa ditetapkan dengan rumus sebagai berikut: ADDPx BDx ADD ADDM = BDx X (ADD - ADDM) = Nilai Bobot Desa untuk desa x = Total Alokasi Dana Desa untuk kabupaten = Jumlah seluruh Alokasi Dana Minimal Pasal 7 (1) Nilai bobot desa merupakan nilai desa yang ditentukan berdasarkan variabel independen sebagai berikut: a. jumlah penduduk; b. luas wilayah; c. jumlah penduduk miskin; d. pendapatan asli desa. (2) Setiap variabel sebagaimana tersebut pada ayat (1) mempunyai bobot tertentu sebagai berikut: a. jumlah penduduk (a1) mempunyai bobot 0,4; b. luas wilayah (a2) mempunyai bobot 0,4; c. jumlah penduduk miskin (a3) mempunyai bobot 0,3; d. pendapatan asli desa (a4) mempunyai bobot -0,1. (3) Besarnya nilai bobot desa ditetapkan dengan rumus : BDx BDx = a1 KV1x + a2 KV2x + a3 KV3x a4 KV4x = Nilai Bobot Desa untuk desa x

KV1x, KV2x, KV3x, KV4x = Koefisien variabel pertama, kedua, ketiga, keempat A1, a2, a3, a4 = Angka bobot masing-masing variabel (4) Koefisian variabel desa merupakan perbandingan antara angka variabel setiap desa dengan jumlah total variabel desa.

(5) Ketentuan tentang penetapan besaran alokasi dana desa untuk masing-masing desa ditetapkan oleh Bupati. BAB III PENGAJUAN ALOKASI DANA DESA Pasal 8 (1) Rencana penggunaan alokasi dana desa dibahas dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa yang merupakan forum pertemuan antara lurah desa, perangkat desa, anggota Badan Permusyawaratan Desa, Lembaga Kemasyarakatan Desa, dan tokoh masyarakat. (2) Sasaran musyawarah perencanaan pembangunan desa dilakukan agar penggunaan alokasi dana desa melalui proses perencanaan partisipatif dan sesuai dengan peruntukan alokasi dana desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2). (3) Hasil musyawarah dituangkan dalam usulan rencana kegiatan alokasi dana desa beserta rencana biayanya. (4) Usulan rencana kegiatan alokasi dana desa beserta rencana biayanya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diserahkan kepada Pimpinan Badan Permusyawaratan Desa untuk mendapatkan persetujuan. (5) Usulan rencana kegiatan alokasi dana desa beserta rencana biayanya yang telah memperoleh persetujuan Pimpinan Badan Permusyawaratan Desa kemudian

ditandatangani Kepala Desa dan dikirim ke kabupaten melalui kecamatan. (6) Berkas usulan rencana kegiatan alokasi dana desa dan rencana biayanya yang telah ditandatangani Kepala Desa selanjutnya diterima dan diteliti oleh tim pendamping tingkat kecamatan dari aspek kelengkapan persyaratan administrasi dan kelayakan penggunaan alokasi dana desa. (7) Hasil penelitian tim pendamping tingkat kecamatan dituangkan dalam berita acara penelitian dan pemeriksaan sebagai rekomendasi Camat dari aspek kelengkapan administrasi dan kelayakan penggunaan alokasi dana desa kepada Bupati. (8) Rekomendasi Camat sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dikaji dan dicermati oleh tim pendamping tingkat kabupaten. (9) Hasil penelitian tim pendamping tingkat kabupaten sebagai bahan pertimbangan Bupati dalam hal pencairan alokasi dana desa untuk masing-masing desa.

Pasal 9 (1) (2) Tim pendamping tingkat kecamatan ditetapkan Camat. Tim pendamping tingkat kecamatan diketuai oleh Camat, dan sekurang-kurangnya beranggotakan Kepala Seksi Pemerintahan dan Kepala Seksi Perekonomian dan Pembangunan. (3) Tugas tim pendamping tingkat kecamatan sebagai berikut: a. membina dan memfasilitasi proses perencanaan dan pelaksanaan penggunaan alokasi dana desa; b. melakukan pengkajian dan penelitian terhadap usulan rencana kegiatan alokasi dana desa beserta rencana biayanya dari desa yang ada di wilayahnya c. melakukan pengendalian dan monitoring terhadap pelaksanaan kegiatan alokasi dana desa di desa yang ada di wilayahnya; d. melaporkan pelaksanaan tugas pengendalian kepada Bupati; Pasal 10 (1) Tim pendamping tingkat kabupaten ditetapkan Bupati. (2) Tugas tim pendamping tingkat kabupaten sebagai berikut: a. melaksanakan sosialisasi kebijakan, data dan informasi tentang alokasi dana desa; b. membantu tim pendamping tingkat kecamatan untuk memberikan

pelatihan/orientasi kepada tim pelaksana alokasi dana desa tingkat desa; c. menentukan besarnya alokasi dana desa yang diterima berdasarkan rumusan yang telah ditetapkan; d. melakukan kegiatan pembinaan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan Alokasi Dana Desa bersama dengan tim pendamping tingkat kecamatan dalam setiap proses tahapan kegiatan. e. melakukan fasilitasi pemecahan masalah berdasarkan pengaduan masyarakat serta pihak lainnya dan mengkoordinasikan pada badan pengawas. f. memberikan laporan kemajuan desa dalam mengelola alokasi dana desa kepada Bupati. BAB IV PENYALURAN ALOKASI DANA DESA Pasal 11 (1) Penyaluran alokasi dana desa dapat dicairkan setelah pemerintah desa memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. usulan rencana kegiatan yang disetujui Badan Permusyawaratan Desa dan direkomendasikan camat; b. Surat Keputusan Kepala Desa tentang Penunjukan Penanggungjawab

Operasional dan Penanggungjawab Administrasi Keuangan; c. SPJ tahap sebelumnya dan atau tahun sebelumnya; d. Siklus Tahunan Desa. (2) Alokasi Dana Desa disalurkan kepada pemerintah desa melalui rekening pemerintah desa masing-masing desa dan merupakan bagian dari pendapatan desa yang harus dimasukkan dalam kas desa. (3) Penyaluran dana dilakukan dengan cara transfer melalui Bank Pembangunan Daerah Istimewa Yogyakarta Cabang Sleman. (4) Penyaluran dana sebagimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dalam 4 (empat) tahap sebagai berikut: a. tahap I dicairkan sebesar 30 % (tiga puluh persen) dengan ketentuan persyaratan sebagaimana tersebut pada ayat (1) telah terpenuhi; b. tahap II dicairkan sebesar 20 % (dua puluh persen) dengan ketentuan SPJ penggunaan alokasi dana desa tahap I telah dilaporkan; c. tahap III dicairkan sebesar 20 % (dua puluh persen) dengan ketentuan SPJ penggunaan alokasi dana desa tahap II telah dilaporkan; d. tahap IV dicairkan sebesar 30 % (dua puluh persen) dengan ketentuan SPJ penggunaan alokasi dana desa tahap III telah dilaporkan; Pasal 12 Bupati berhak untuk menunda penyaluran alokasi dana desa bagi desa yang tidak memenuhi persyaratan sesuai tahapan penyaluran sebagaimana dimaksud

pasal 11 ayat (4). BAB V PELAKSANAAN KEGIATAN ALOKASI DANA DESA Pasal 13 (1) Pelaksanaan penggunaan alokasi dana desa di tingkat desa dilaksanakan oleh tim pelaksana yang ditetapkan oleh Kepala Desa. (2) Tim pelaksana tingkat desa beranggotakan: a. Kepala Desa sebagai penanggung jawab pelaksanaan alokasi dana desa;

b. Sekretaris Desa atau Perangkat Desa sebagai penanggung jawab operasional kegiatan; c. Bendaharawan Desa sebagai penanggung jawab administrasi keuangan.

Pasal 14 (1) Alokasi Dana Desa disalurkan ke rekening desa, Kepala Desa selaku penanggung jawab kegiatan mengadakan rapat musyawarah untuk menyusun jadwal kegiatan, pembagian tugas pelaksana kegiatan dan kesepakatan pertemuan rutin untuk evaluasi pelaksanaan. (2) Dalam pelaksanaan rapat musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus melibatkan unsur-unsur yang terkait dalam pengelolaan alokasi dana desa secara riil agar terwujud transparansi dan tidak terjadi penyimpangan dalam pengelolaan alokasi dana desa. BAB VI PENGELOLAAN KEUANGAN DESA Pasal 15 (1) Pengelolaan keuangan alokasi dana desa tidak terpisahkan dari pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang dilakukan oleh Bendaharawan Desa. (2) Bendaharawan Desa dalam melaksanakan pengelolaan keuangan alokasi dana desa wajib berpedoman pada ketentuan pertanggungjawaban keuangan alokasi dana desa yang berlaku di pemerintah kabupaten. BAB VII PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PENGENDALIAN Pasal 16 (1) Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian atas pengelolaan alokasi dana desa dilaksanakan oleh Kepala Desa, penanggung jawab operasional kegiatan,

penanggung jawab administrasi keuangan, tim pendamping tingkat kecamatan, dan tim pendamping tingkat kabupaten. (2) Laporan pelaksanaan kegiatan dan surat pertanggungjawaban dengan bukti-bukti pengeluaran dilakukan setiap selesainya pelaksanaan kegiatan dan diserahkan kepada penangungjawab operasional kegiatan dan penangungjawab administrasi keuangan.

(3)

Penanggungjawab

operasional

kegiatan

dan

penanggungjawab

administrasi

keuangan melaporkan pelaksanaan kegiatan kepada Kepala Desa setiap bulan dan Kepala Desa melaporkan kepada Camat setiap 3 (tiga) bulan. (4) Camat melaporkan pelaksanaan pengelolaan alokasi dana desa kepada Bupati setelah selesainya pelaksanaan alokasi dana desa pada tahap sebelumnya dan atau tahun sebelumnya yang meliputi laporan perkembangan fisik dan keuangan serta laporan permasalahan yang dihadapi dan upaya pemecahannya. Pasal 17 Badan Pengawasan Daerah melaksanakan pemeriksaan terhadap pengelolaan alokasi dana desa BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 18 Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, Keputusan Bupati Sleman Nomor

23/Kep.KDH/A/2004 tentang Dana Alokasi Khusus Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2004 Nomor 15 Seri E) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 19 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Sleman. Ditetapkan di Sleman Pada tanggal 1 Desember 2006 BUPATI SLEMAN, Cap/ttd IBNU SUBIYANTO Diundangkan di Sleman Pada tanggal 4 Desember 2006 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SLEMAN Cap/ttd SUTRISNO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2006 NOMOR 9 SERI E