43
TEKHNIK DAN ALAT EVALUASI PENDIDIKAN NON-TEST Disusun Oleh : KELOMPOK 2 Dewi Nur Wahidah Sonaasih, S.S Dhesti Setyo Wulan, S.Si Elvia Damayanti, S.TP Epi Erpina S.Si Erik Nurdiana Nurkholik, S.E Evi Nurfitriyanti, SP

Alat Evaluasi Pendidikan Nontes

  • Upload
    epier

  • View
    15.676

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Alat Evaluasi Pendidikan Nontes

TEKHNIK DAN ALAT EVALUASI PENDIDIKAN

NON-TEST

Disusun Oleh :

KELOMPOK 2

Dewi Nur Wahidah Sonaasih, S.S

Dhesti Setyo Wulan, S.Si

Elvia Damayanti, S.TP

Epi Erpina S.Si

Erik Nurdiana Nurkholik, S.E

Evi Nurfitriyanti, SP

UNIVERSITAS IBNU KHOLDUN

BOGOR

Page 2: Alat Evaluasi Pendidikan Nontes

2009

BAB I

PENDAHULUAN

Mutu pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya siswa, pengelola sekolah,

lingkungan,kualitas pengajaran, kurikulum dan sebagainya (Suhartoyo, 2005). Usaha

peningkatan pendidikan bisa ditempuh dengan peningkatan kualitas pembelajaran dan sistem

evaluasi yang baik. Keduanya saling berkaitan sistem pembelajaran yang baik akan

menghasilkan kualitas pendidikan yang baik, selanjutnya sistem penilaian yang baik akan

mendorong guru untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan memotivasi siswa untuk

belajar yang lebih baik (Mardapi, 2003).

Sehubungan dengan itu, maka di dalam pembelajaran dibutuhkan guru yang tidak hanya

mengajar dengan baik, namun mampu melakukan evaluasi dengan baik. Kegiatan evaluasi

sebagai bagian dari program pembelajaran perlu lebih dioptimalkan. Evaluasi tidak hanya

bertumpu pada penilaian hasil belajar, namun perlu penilaian terhadap input, output dan kualitas

proses pembelajaran itu sendiri.

Dalam makalah ini, kami menyajikan beberapa hal tentang teknik evaluasi yang dapat

digunakan dalam penilaian terhadap anak didik, baik itu tentang kemampuan belajar, sikap,

keterampilan, sifat, bakat, minat dan kepribadian. Adapun teknik yang akan dijelaskan dalam

makalah ini adalah teknik nontes. Salah satu teknik yang sangat membantu dalam penilaian

terhadap hal-hal yang bersangkutan dengan siswa.

 

 

 

 

 

Page 3: Alat Evaluasi Pendidikan Nontes

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.   Pengertian Tehnik Nontes

Alat penilaian dapat berarti teknik evaluasi. Tehnik evaluasi nontes berarti melaksanakan

penilain dengan tidak mengunakan tes. Tehnik penilaian ini umumnya untuk menilai kepribadian

anak secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial, ucapan, riwayat hidup

dan lain-lain. Yang berhubungan dengan kegiatan belajar dalam pendidikan, baik secara individu

maupun secara kelompok.

Alat penilaian yang non-test, yang biasanya menyertai atau inheren dalam pelaksanaan

proses belajar mengajar sangat banyak macamnya. Di antaranya bisa disebutkan adalah observasi

(baik dengan cara langsung, tak langsung, maupun partisipasi), wawancara (terstruktur atau

bebas), angket (tertutup atau terbuka), sosiometri, checklist, concept map, portfolio, student

journal, pertanyaan-pertanyaan, dan sebagainya.

Keberhasilan siswa dalam proses belajar-mengajar tidak dapat diukur dengan alat tes. Sebab

masih banyak aspek-aspek kemampuan siswa yang sulit diukur secara kuantitatif dan mencakup

objektifitas misalnya aspek efektif psikomotor.

Penggolongan Tehnik Nontes

1)      Observasi

Observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan

tingkah lakuya. Secara umum observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan

(data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis

terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.

Observasi dapat dilakukan pada berbagi tempat misalnya kelas pada waktu pelajaran,

dihalaman sekolah pada waktu bermain, dilapangan pada waktu murid olah raga, upacara

dan lain-lain.

a. Cara dan Tujuan Observasi

Menurut cara dan tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam:

1)      Observasi partisipatif dan nonpartisipatif

Page 4: Alat Evaluasi Pendidikan Nontes

Observasi partisipatif adalah observasi dimana orang yang mengobservasi (observer) ikut

ambil bagian alam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diamatinya. Sedangkan

observasi nonpartisipatif, observasi tidak mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan

oleh objeknya. Atau evaluator berada “diluar garis” seolah-olah sebagai penonton belaka.

Contoh observasi partisipatif : Misalnya guru mengamati setiap anak. Kalau observasi

nonpartisipatif, guru hanya sebagai pengamat, dan tidak ikut bermain.

2)      Observasi sistematis dan observasi nonsitematis

Observasi sistematis adalah observasi yang sebelum dilakukan, observer sudah mengatur

sruktur yang berisi kategori atau kriteria, masalah yang akan diamati

Sedangkan observasi nonsistematis yaitu apabila dalam pengamatan tidak terdapat stuktur

ketegori yang akan diamati.

Contoh observasi sistematis misalnya guru yang sedang mngamati anak-anak menanam

bunga. Disini sebelum guru melaksanakan observasi sudah membuat kategori-kategori yang

akan diamati, misalnya tentang: kerajinan, kesiapan, kedisiplinan, ketangkasan, kerjasama

dan kebersihan. Kemudian ketegori-kategori itu dicocokkan dengan tingkah laku murid

dalam menanam bunga.

Kalau observasi nonsistematis maka guru tidak membuat kategori-kategori diatas, tetapi

langsung mengamati anak yang sedang menanam bunga.

3)      Observasi Eksperimental

Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan secara nonpartisipatif tetapi

sistematis. Tujuannya untuk mengetahui atau melihat perubahan, gejala-gejala sebagai

akibat dari situasi yang sengaja diadakan.

Sebagai alat evaluasi , observasi digunakan untuk:

a)      Menilai minat, sikap dan nilai yang terkandung dalam diri siswa.

b)      Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa maupun kelompok.

c)      Suatu tes essay / obyektif tidak dapat menunjukan seberapa kemampuan siswa dapat

menjelaskan pendapatnya secara lisan, dalam bekerja kelompok dan juga kemampuan siswa

dalam mengumpulkan data

b. Sifat Observasi

Observasi yang baik dan tepat harus memilki sifat-sifat tertentu yaitu:

1.      Hanya dilakukan sesuai dengan tujuan pengajaran

Page 5: Alat Evaluasi Pendidikan Nontes

2.      Direncanakan secara sistematis

3.      Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan

4.      Dapat diperika validitas, rehabilitas dan ketelitiaanya.

  c. Kelebihan dan Kelemahan Observasi

Observasi sebagai alat penilain nontes, mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:

1. Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak.

2. Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya suatu

gejala atau kejadian yang penting

3. Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mencek data yang diperoleh dari

teknik lain, misalnya wawancara atau angket

4. Observer tidak perlu mengunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek yang

diamati, kalaupun menggunakan, maka hanya sebentar dan tidak langsung memegang

peran.

Selain keuntungan diatas, observer juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:

1. Observer tiidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorag yang sangat

dirahasiakan. Apabila seseorang yang diamati sengaja merahasiakan kehidupannya

maka tidak dapat diketahui dengan observasi. Misalnya mengamati anak yang

menyayi, dia kelihatan gembira, lincah . Tetapi belum tentu hatinya gembira, dan

bahagia. Mungkin sebaliknya, dia sedih dan duka tetapi dirahasiakan.

2. Apabila si objek yang diobservasikan mengetahui kalau sedang diobservasi maka tidak

mustahil tingkah lakunya dibuat-buat, agar observer merasa senang.

3. Observer banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat dapat dikontrol

sebelumya.

Langkah-langkah menyusun observasi :

1. Merumuskan tujuan

2. Merumuskan kegiatan

3. Menyusun langkah-langkah

4. Menyusun kisi-kisi

5. Menyusun panduan observasi

6. Menyusun alat penilaian

Page 6: Alat Evaluasi Pendidikan Nontes

2)      Wawancara (Interview)

Wawancara, suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan pertanyaan-pertanyaan

yang sesuai dengan tujuan informsi yang hendak digali. wawancara dibagi dalam 2 kategori,

yaitu pertama, wawancara bebas yaitu si penjawab (responden) diperkenankan untuk

memberikan jawaban secara bebas sesuai dengan yang ia diketahui tanpa diberikan batasan

oleh pewawancara. Kedua adalah wawancara terpimpin dimana pewawancara telah

menyusun pertanyaan pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan untuk menggiring

penjawab pada informasi-informasi yang diperlukan saja.

Wawancara adalah suatu tehnik penilain yang dilakukan dengan jalan percakapan (dialog)

baik secara langsung (face to pace relition) secara langsung apabila wawancara itu dilakukan

kepada orang lain misalnya kepada orang tuannya atau kepada temanya. Keberhasilan

wawancara sebagai alat penilaian sangat dipengaruhi oleh beberapa hal :

a. Hubungan baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai. Dalam hal ini

hendaknya pewawancara dapat menyesuikan diri dengan orang yang diwawancarai

b. Keterampilan pewawancara

Keterampilan pewawancara sangat besar pengaruhnya terhadap hasil wawancara yang

dilakukan, karena guru perlu melatih diri agar meiliki keterampilan dalam melaksanakan

wawancara.

c. Pedoman wawancara

Keberhasilan wawancara juga sangat dipengaruhi oleh pedoman yang dibuat oleh guru

sebelum guru melaksanakan wawancara harus membuat pedoman-pedoman secara

terperinci, tentang pertanyaan yang akan diajukan.

Langkah-langkah penyusunan wawancara :

1. Perumusan tujuan

2. Perumusan kegiatan atau aspek-aspek yang dinilai

3. Penyusunan kisi-kisi

4. Penyusunan pedoman wawancara

5. Lembaran penilaian

Page 7: Alat Evaluasi Pendidikan Nontes

Kelebihan dan kelemahan wawancara

Kelebihan wawancara yaitu :

1. Wawancara dapat memberikan keterangan keadan pribadi hal ini tergantung pada

hubungan baik antara pewawancara dengan objek

2. Wawancara dapat dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah dalam pelaksaannya

3. Wawancara dapat dilaksanakan serempak dengan observasi

Data tentang keadaan individu lebih banyak diperoleh dan lebih tepat dibandingkan

dengan observasi dan angket.

4. Wawancara dapat menimbulkan hubungan yang baik antara si pewawancara dengan

objek.

Sedangkan Kelemahan wawancara:

1. Keberhasilan wawancara dapat dipengaruhi oleh kesediaan, kemampuan individu

yang diwawancarai

2. Kelancaran wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar pelaksaan

wawancara

3. Wawancara menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna dari

pewawancara

4. Adanya pengaruh subjektif dari pewawancara dapat mempengaruhi hasil

wawancara 

Ada dua jenis wawancara yang dapat pergunakan sebagai alat evaluasi, yaitu:

a.Wawancara terpimpin (Guided Interview) yang juga sering dikenal dengan istilah

wawancara berstruktur (Structured Interview) atau wawancara sistematis (Systematic

Interview).

b.Wawancara tidak terpimpin (Un-Guided Interview) yang sering dikenal dengan istilah

wawancata sederhana (Simple Interview) atau wawancara tidak sistematis (Non-Systematic

Interview), atau wawancara bebas.

 Hal-hal yang perlu diperhatikan didalam guru sebagai pewawancara yaitu:

a. Guru yang akan mengadakan wawancara harus mempunyai back ground tentang apa

yang akan ditanyakan

Page 8: Alat Evaluasi Pendidikan Nontes

b. Guru harus menjalankan wawancara dengan baik tentang maksud wawancara tersebut

c. Harus menjaga hubungan yang baik

d. Guru harus mempunyai sifat yang dapat dipercaya

e. Pertanyaan hendaknya dilakukan dengan hati-hati, teliti dan kalimatnya jelas

f. Hindarkan hal-hal yang dapat mengganggu jalannya wawancara

g. Guru harus mengunakan bahasa sesuai kemampuan siswa yang menjadi sumber data

h. Hindari kevakuman pembicaraan yang terlalu lama

i. Guru harus mengobrol dalam wawancara

j. Batasi waktu wawancara

k. Hindari penonjolan aku dari guru 

3)   Angket (Questionaire)

Pada dasarnya angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan

diukur (responden). Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses

pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik

sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka.

Angket sebagai alat penilaian nontes dapat dilaksanakan secara langsung maupun secara tidak

langsung. Dilaksanakan secara langsung apabila angket itu diberikan kepada anak yang dinilai

atau dimintai keterangan sedangkan dilaksanakan secara tidak langsung apabila nagket itu

diberikan kepada orang untuk dimintai keterangan tentang keadaan orang lain. Misalnya

diberikan kepada orangtuanya, atau diberikan kepada temannya.

Angket adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa kategori. Dari segi yang

memberikan jawaban, angket dibagi menjadi angket langsung angket tidak langsung. Angket

langsung adalah angket yang dijawab langsung oleh orang yang diminta jawabannya.

Sedangkan angket tidak langsung dijawab oleh secara tidak langsung oleh orang yang dekat

dan mengetahui si penjawab seperti contoh, apabila yang hendak dimintai jawaban adalah

seseorang yang buta huruf maka dapat dibantu oleh anak, tetangga atau anggota keluarganya.

Dan bila ditinjau dari segi cara menjawab maka angket terbagi menjadi angket tertutup dan

angket terbuka. Angket tertututp adalah daftar pertanyaan yang memiliki dua atau lebih

jawaban dan si penjawab hanya memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada awaban yang

ia anggap sesuai. Sedangkan angket terbuka adalah daftar pertanyaan dimana si penjawab

Page 9: Alat Evaluasi Pendidikan Nontes

diperkenankan memberikan jawaban dan pendapatnya secara terperinci sesuai dengan apa

yang ia ketahui.

Ditinjau dari strukturnya, angket dapat dibagi menadi 2 macam, yaitu angket berstuktur dan

angket tidak berstuktur. Angket berstuktur adalah angket yang bersifat tegas, jelas, dengan

model pertanyan yang terbatas, singkat dan membutuhkan jawaban tegas dan terbatas pula.

Sedangkan angket tidak berstruktur adalah angket yang membutuhkan jawaban uraian

panjang, dari anak, dan bebas. Yang biasanya anak dituntut untuk memberi penjelasan-

penjelasan, alasan-alasan terbuka.

Angket sebagai alat penilaian terhadap sikap tingkah laku, bakat, kemampuan, minat anak,

mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan angket antara lain:

1. Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak yang hanya

membutuhkan waktu yang sigkat.

2. Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama

3. Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan

 Sedangkan kelemahan angket, antara lain:

1. Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada hal-hal

yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali

2. Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau

mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak

merasa bebas menjawab dan tidak diawasi secara mendetail.

3. Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab banyak

anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak

memberikan kembali angketnya.

Langkah-langkah menyusun angket :

1. Merumuskan tujuan

2. Merumuskan kegiatan

3. Menyusun langkah-langkah

4. Menyusun kisi-kisi

5. Menyusun panduan angket

6. Menyusun alat penilaian

Page 10: Alat Evaluasi Pendidikan Nontes

4). Pemeriksaan Dokumen (Ducumentary Analisis)

     Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa

menguji (tehnik nontes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan

pemerikasaan terhadap dokumen-dokumen; misalnya dokumen yang memuat infomasi

mengenai riwayat hidup (auto biography).

     Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa

kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup, maka subjek evaluasi akan dapat menarik

suatu kesimpulan tentang kepribadian kebiasaan atau sikap dari obyek yang dinilai.

     Berbagai informasi, baik mengenai peserta didik, orangtua dan lingkungannya itu bukan tidak

mungkin pada saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik

dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didik.

5) Sosiometri

     Sosiometri adalah suatu penilaian untuk menentukan pola pertalian dan kedudukan seseorang

dalam suatu kelompok. Sehnggga sosiometri merupakan alat yag tepat untuk menilai

hubungan sosial dan tingkah laku sosial dari murid-murid dalam suatu kelas, yang meliputi

stuktur hubungan individu, susunan antar individu dan arah ubungan sosial. Sehingga dengan

demikian seorang guru dapat mengetahui bagaimana keadaan hubungan social dari tiap-tiap

anak dalam suatu kelompok atau kelas.

     Langkah yang ditempuh guru dalam sosiometri ada 3 yaitu:

a)      Langkah pemilihan teman

Disini guru menyuruh semua murid untuk memilih teman-temannya yang disenangi secara

berurutan sebanyak satu atau dua anak. Dalam memilih anak perlu disebutkan alasan mengapa

harus memilih teman itu.

Contoh:

Nama   : Tono

Kelas   : IIIA

Teman yang saya pilih:

1. Candra         Karena aktif belajar dan pandai

2. Sumarsono   Karena tegas dalam berbicara

Page 11: Alat Evaluasi Pendidikan Nontes

3. Nunung        Karena penurut

b)      Langkah pembuatan tabel

Guru membuat tabel dalam materi tes sosiomentri dari data yang telah diperoleh dalam

langkah pemilihan teman.

Misalnya setiap anak memiliki 2 dari 6 orang

Dipilih

Pemilih

 

Andi

Ani

Ana

Susi

Sandi

Anto

 

Andi

 

 

 

1

 

1

 

 

 

Ani

 

 

1

 

1

Ana

 

 

 

2

 

2

1

Susi

 

 

2

 

 

 

 

1

Sandi

 

 

 

 

2

 

 

2

Anto

 

 

 

 

 

 

2

Pilihan

I

2 2 1 1 - -

Pilihan

II

- - 2 1 2 1

Jumlah 2 2 3 2 2 1

 

c)      Langkah Pembuatan Gambar (Sosiogram)

Dari data yang telah kita buat dalam metrik sosiometri, dapat pula kita buat sebuah peta atau

sosiogram. Dalam pembuatan sosiogram usahakan anak yang paling banyak dipilih diletakan

ditengah-tengah, agar dapat mudah diketahui siapa yang paling banyak dipilih.

Dengan melihat hasil sosiometri kita dapat mengetahui bagaimana kedudukan dan relasi

sosial dari masing-masing anak dalam kelompok. Sehingga hasil dari sosiogram ini dapat

dibuat pertimbangan untuk menilai sikap sosial anak dan kepribadiannya dalam kelompok.

Sosiometri sebagai alat penilaian nontes sangat berguna bagi guru dalam beberapa hal, antara

lain:

1. Untuk pembentukan kelompok dalam menentukan kelompok kerja (pembagian tugas)

Page 12: Alat Evaluasi Pendidikan Nontes

2. Untuk pengarahan dinamika kelompok

3. Untuk memperbaiki hubungan individu dalam kelompok dan memberi bimbingan kepada

setiap anak.

Dari uraian tersebut diatas dapatlah dipahami, bahwa dalam rangka hasil evaluasi hasil belajar

peserta didik, evaluasi tidak harus semata-mata dilakukan denan mengunakan alat berupa tes-

tes hasil belajar. Teknik-teknik nontes juga menempati kedudukan yang penting dalam rangka

evaluasi hasil belajar, lebih-lebih evaluasi yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan peserta

didik, seperti persepsinya terhadap guru, minatnya, bakatnya, tingkah laku atau sikapnya, dan

sebagainya, yang kesemuannya itu tidak mungkin dievaluasi dengan mengunakan tes sebagai

alat pengukurnya.

6) Rating scale atau skala bertingkat

Rating scale atau skala bertingkat menggambarkan suatu nilai dalam bentuk angka. Angka-

angak diberikan secara bertingkat dari anggak terendah hingga angkat paling tinggi. Angka-

angka tersebut kemudian dapat dipergunakan untuk melakukan perbandingan terhadap angka

yang lain.

7) Daftar cocok

Daftar cocok adalah sebuah daftar yang berisikan pernyataan beserta dengan kolom pilihan

jawaban. Si penjawab diminta untuk memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada jawaban

yang ia anggap sesuai.

8) Riwayat hidup

Evaluasi ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi mengenai objek evaluasi

sepanjang riwayat hidup objek evaluasi tersebut.

Pengembangan Penilaian yang Inovatif

Metode penilaian saat ini berkembang karena berubahnya hal-hal yang dianggap penting

dalam proses belajar, seperti komunikasi dan penggunaan teknologi. Tidak semua hasil proses

belajar dapat diukur dengan metode penilaian formal (tradisional) seperti ujian tertulis yang

selama ini dipergunakan. Untuk itu diperlukan metode-metode penilaian yang baru, metode

penilaian yang lebih inovatif untuk mengukur keberhasilan belajar siswa. Metode inovatif

lebih menekankan pada:

• proses dari pada isi

• teknologi

Page 13: Alat Evaluasi Pendidikan Nontes

• kerja sama

• komunikasi

• partisipasi aktif siswa

• aplikasi di lapangan.

Oleh karena itu, penilaian yang bersifat inovatif ini, yang juga dikenal dengan penilaian

informal biasanya muncul bersamaan dengan berlangsungnya proses belajar mengajar.

Metode penilaian inovatif menilai di antaranya melalui portfolio, jurnal siswa, concepts maps

(peta konsep), annotated classlist, pertanyaan-pertanyaan, student constructed test, Cognitive

Process Checklist, kualitas afeksi siswa, dan penilaian siswa terhadap diri sendiri. Jurnal

berisi tentang catatan pelajaran siswa, data, ringkasan, pertanyaan, evaluasi, revisi, kritik dan

hal-hal lain yang berhubungan dengan proses belajar.

1. Annotated Classlist (Daftar Informasi Siswa di dalam Kelas)

Annotated Classlist adalah suatu daftar yang memberikan cara sistematis untuk mengamati

siswa di dalam kelas. Komponen yang diamati adalah : tingkah laku, ketrampilan, sikap, dan

perhatian.

2. Student-constructed Test (Test yang Dikonstruksi oleh Siswa)

Student-constructed Test adalah siswa diminta guru untuk membuat daftar pertanyaan

(termasuk jawabannya) pada suatu mata pelajaran yang akan diuji. Guru memilih pertanyaan

dari daftar pertanyaan tersebut dan dikeluarkan dalam test.

3. Cognitive Process Checklist (Daftar Proses Ketrampilan Kognitif)

Cognitive Process Checklist melakukan penilaian dengan matriks yang terdiri dari nama-

nama siswa dan kata-kata yang berhubungan dengan keterampilan kognitif seperti :

mengklasifikasikan, membuat hipotesis, membuat kesimpulan, menguraikan, mensintesis,

mengevaluasi, merencanakan, menyelesaikan masalah.

4. Concept Maps

Concept maps (peta konsep) adalah proses identifikasi konsep-konsep yang terdapat pada

suatu ilmu dan pengorganisasian konsep-konsep tersebut ke dalam bentuk dua dimensi yang

disusun secara berurutan dari yang umum ke yang lebih spesifik. Hubungan antara konsep-

konsep tersebut dinyatakan dengan kata atau prasa. Kerja concept maps biasanya muncul di

dalam brainstorming terhadap materi yang sedang diajarkan. Para siswa dapat mengurutkan

atau mengatur konsep-konsep secara hirarkis dalam papan tulis atau buku / lembar kerja.

Page 14: Alat Evaluasi Pendidikan Nontes

Kemudian konsep-konsep itu dihubungkan dengan satu atau lebih konsep yang lain dengan

kata atau prasa yang menjelaskan hubungan antara konsep tersebut.

Concept maps dapat digunakan untuk :

• revisi topik atau materi

• memotivasi siswa

• menguatkan ide tentang suatu topik atau materi

• membangun diskusi tentang suatu topik

• membuat urutan ide dalam suatu topik atau materi

• klarifikasi konsep-konsep

Langkah-langkah untuk membuat concept maps dapat dijelaskan sebagai berikut.

Pertama-tama guru memilih materi yang relevan. Map (peta) direncanakan memang relevan

untuk menjelaskan konsep dari materi yang akan diajarkan. Langkah yang kedua para siswa

melakukan brainstorming terhadap materi, dan membuat daftar dari konsep-konsep yang ada

pada materi tersebut. Kemudian urutkan konsep-konsep yang ada ke dalam yang sifatnya

umum (sangat penting) ke konsep-konsep yang sifatnya khusus (kurang penting).

Berikutnya, letakkan konsep yang sangat umum (sangat penting) pada bagian paling atas,

berturut-turut kemudian untuk konsep yang lebih spesifik (kurang penting) di bawahnya.

Akhirnya, hubungkan antara konsep yang ada dengan kata atau prasa yang

mengidentifikasikan hubungan antara konsep tersebut. Bila mungkin, bisa juga dicari

hubungan antara konsep yang sifatnya cross.

5. Portfolio

Portfolio adalah kumpulan hasil pekerjaan siswa dalam suatu topik tertentu. Isi portofolio

dapat berupa data, analisis data, gambar, diagram, contoh-contoh, problem solving, kuis dan

lain lain. Dalam pengerjaan portfolio memungkinkan siswa untuk menunjukkan

kemampuannya. Contoh portfolio yang paling sederhana adalah map dengan kumpulan-

kumpulan bukti yang dapat berupa :

a. artefact, yaitu dokumen yang dihasilkan selama proses belajar seperti laporan

praktikum, pekerjaan rumah, proyek penelitian

b. reproduksi, yaitu foto, film, artikel, buku, copy

c. attestation, dokumen siswa yang disiapkan oleh orang lain seperti orang tua, teman,

guru

Page 15: Alat Evaluasi Pendidikan Nontes

d. produksi, yaitu dokumen yang khusus dibuat untuk pengerjaan portofolio.

Struktur portfolio ini meliputi :

1. Tema/Judul

2. Tujuan

3. Daftar isi

4. Bukti-bukti dan keterangannya

5. Kesimpulan

6. Refleksi

Dengan struktur seperti itu, bisa dikatakan bahwa portfolio adalah semacam paper atau

lembar kerja, bisa juga semacam kliping yang berisi tentang pembuktian terhadap topik yang

ditugaskan oleh guru. Hanya saja dalam proses pengerjaannya siswa selalu dapat

berkonsultasi dengan guru tentang bukti-bukti yang mendukung dari topik yang dipilih.

Bukti-bukti itu bisa berupa artefact, reproduksi, attestation, dan produksi. Dengan demikian

dari waktu ke waktu guru bisa menilai kemajuan dan kemampuan siswa dalam mencari

bukti pendukung terhadap suatu topik yang ditugaskan. Yang terpenting dari kerja portfolio

adalah kemampuan siswa memberikan atau menjelaskan bukti-bukti yang diperoleh

(struktur ke 4 dari portfolio). Dari penjelasan siswa ini guru akan mengetahui betul

kemampuan siswa di dalam menjawab suatu masalah dengan bukti pendukungya. Di

samping itu, refleksi dari siswa (struktur ke 6 dari portfolio) juga sangat membantu guru

untuk mengetahui akan kemampuan mengekspresikan tema yang ada di dalam aplikasi atau

pengembangan keilmuan berikutnya. Penjelasan dan bukti-bukti yang disusun siswa bisa

juga disajikan dalam bentuk concept maps.

Portfolio dievaluasi dengan cara :

Pertemuan teratur siswa dan guru untuk menilai kemajuan pengerjaan portfolio Menentukan

standar atau kriteria tertentu, dan menilai apakah bukti yang dikumpulkan sesuai dengan

kriteria pengorganisasian bukti Substansi materi portfolio secara keseluruhan.

6. Pertanyaan-Pertanyaan

Selama berlangsungnya proses belajar mengajar, guru dapat memberikan pertanyaan-

pertanyaan kepada para siswanya. Pertanyaan lisan dan tertulis dapat memberikan informasi

yang kaya sebagai bahan penilaian. Menurut Sullivan (1987) pertanyaan yang “baik”

bersifat :

Page 16: Alat Evaluasi Pendidikan Nontes

♦ Mendalam (lebih dalam dari mengingat dan reproduksi)

♦ Mendidik

♦ Terbuka atau dapat menerima beberapa jawaban

Melalui pertanyaan yang baik akan terbentuk dialog antara guru dan siswa sehingga guru

dapat mengetahui apa yang sudah diketahui dan yang belum diketahui siswa. Senada dengan

Sullivan, Paul Swan (1995) juga telah menyarankan bahwa untuk merangsang berpikir siswa

hendaknya para guru di dalam proses belajar mengajarnya meninggalkan pertanyaan-

pertanyaan yang bersifat tertutup. Untuk itu hendaknya para guru harus lebih banyak

mengajukan pertanyaan yang bersifat terbuka, bahkan bila mungkin pertanyaan itu

mengarah ke investigasi. Hampir senada dengan Paul Swan, Piet Speyers (1991) juga

mengatakan bahwa pertanyaan yang baik adalah yang mengarah pada kegiatan problem

solving dalam setiap pembelajarannya. Beberapa contoh pertanyaan yang bersifat terbuka

dan mengarah ke investigasi (dalam matematika) bisa disebutkan misalnya :

1. sebuah persegi panjang mempunyai luas 48 meter persegi, berapa kemungkinan keliling

persegi panjang tersebut ?

2. sebuah persegi panjang mempunyai keliling 40 meter, berapa kemungkinan luas persegi

panjang tersebut ?

3. empat buah bilangan mempunyai rata-rata 24,5; berapa saja kemungkinannya bilangan-

bilangan tersebut ?

4. gambarkan sebuah segitiga yang mempunyai luas 12 cm2 ?

Sementara itu, berkaitan dengan materi pembelajarannya, David Clarke (1997) menyarankan

tigal jenis pertanyaan yang bisa dikembangkan seorang guru. Pertama, pertanyaan

hendaknya merangsang daya abstraksi siswa. Kedua, pertanyaan harus memperhatikan

konstektualitas materi yang sedang dipelajari, dan akhirnya pertanyaan hendaknya

memperhatikan segi keterhubungan antar konsep yang telah dan sedang dipelajari dengan

problem keseharian. Dengan mengajukan pertanyaan semacam itu, Clarke mengatakan

bahwa guru telah menjadikan materi pembelajarannya menjadi semakin sempurna. Misalnya

dalam proses perpelajaranan guru bisa meminta siswa mendiskusikan dan mencari solusinya

dari informasi Bank Dunia sebagai berikut :

“Penduduk kota Besar B bertambah dengan 1 juta orang setiap minggunya, dan akan

menjadi lebih dari separo penduduk dunia dalam jangka waktu sepuluh tahun”.

Page 17: Alat Evaluasi Pendidikan Nontes

Kemudian guru bisa meminta para siswa dengan pertanyaan misalnya :

Gambarkan suatu grafik yang menggambarkan informasi dari Bank Dunia tersebut ?

Dari informasi tersebut, representasikan dalam suatu tabel, dan bila mungkin buatlah suatu

persamaan yang menggambarkan informasi tersebut. Diskusikan cara mana yang lebih tepat

untuk merepresentasikan informasi Bank Dunia tersebut ?.

Metode penilaian inovatif dapat diterapkan pada sistem belajar mengajar kita.

Kelebihan metode tersebut adalah :

1. lebih memberikan bukti kinerja siswa sebagai bahan penilaian

2. lebih adil dalam menilai

3. membangun cara bepikir kritis

4. meningkatkan kemampuan siswa baik dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor

5. siswa lebih terlibat dalam pengerjaan tugas-tugasnya.

Kekuranganya :

1. lebih banyak waktu yang dibutuhkan siswa untuk memberikan bukti sebagai bahan

penilaian

2. lebih banyak waktu yang dibutuhkan guru untuk mendapatkan bukti bahan penilaian

yang didapatkan dari keterlibatan dalam proses pengerjaan tugas yang dikerjakan

siswa dan dari hasil akhir pekerjaan siswa.

7. Penilaian kualitas afeksi siswa

Penilaian kualitas afeksi siswa dilakukan dengan matriks yang terdiri dari nama-nama siswa

dan kata-kata yang berhubungan dengan afeksi siswa seperti : kemauan, kesabaran,

keingintahuan, kontrol diri, pertimbangan, kebebasan, harga diri, toleransi, kesedian

menerima pendapat, kemampuan untuk berpartisipasi dalam kelompok.

Pengukuran Domain Afektif

Mengacu klasifikasi domain tujuan pendidikan menjadi domain kognitif, afektif, dan

psikomotor, maka untuk mencapai tujuan ketiga domain tersebut diperlukan instrumen yang

valid untuk mengukur pencapaian ketiga domain tersebut. Pengukuran domain afektif tidak

semudah mengukur domain kognitif. Pengukuran domain afektif tidak dapat dilakukan

setiap saat (dalam arti pengukuran formal) karena perubahan tingkah laku peserta didik

dapat berubah sewaktu-waktu. Pembentukan sikap seseorang memerlukan waktu yang relatif

lama.

Page 18: Alat Evaluasi Pendidikan Nontes

Dalam skala nasional (dengan mengacu kepada tujuan pendidikan nasional) domain

atau ranah afektif memiliki cakupan lebih banyak dibandingkan dengan domain atau ranah

kognitif dan psikomotor. Penjabaran tujuan pendidikan nasional ke dalam tujuan jenjang dan

satuan pendidikan, kelompok mata pelajaran hingga tujuan mata pelajaran, tidak terlepas

dengan tujuan pendidikan nasional, hanya proporsi dari masing-masing domain tersebut

tidak sama untuk masing-masing mata pelajaran. Kelompok mata pelajaran pendidikan

agama dan akhlak mulia memiliki porsi lebih banyak domain afektifnya dibanding

kelompok mata pelajaran yang lainnya.

Domain afektif dijabarkan menjadi 5 level, yaitu penerimaan, partisipasi, penentuan

sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup. Untuk memudahkan dalam memilah kata

kerja yang cocok untuk masing-masing level tersebut. Menurut Suharsimi, terdapat beberapa

skala sikap yang dapat dipergunakan untuk mengukur domain afektif, di antaranya sebagai

berikut.

a. Skala Likert; skala ini disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh lima

respon yang menunjukkan tingkatan. Misalnya: SS (sangat setuju), S (setuju), TB (tidak

berpendapat/abstain), TS (tidak setuju), STS (sangat tidak setuju).

b. Skala Pilihan Ganda; skala ini dikembangkan oleh Inkels, seorang ahli penilaian di

Stanford University. Skala ini bentuknya seperti soal bentuk pilihan ganda, yaitu terdiri

dari sejumlah pertanyaan yang diikuti oleh sejumlah alternatif jawaban.

c. Skala Thurstone; skala ini mirip dengan skala Likert karena merupakan suatu instrumen

yang pilihan jawabannya menunjukkan tingkatan. Perbedaan skala Thurstone dengan

skala Likert, pada skala Thurstone rentang skala yang disediakan lebih dari lima pilihan,

dan disarankan sekitar sepuluh pilihan jawaban (misalnya dengan rentang angka 1 s/d

11 atau a s/d k). Jawaban di tengah adalah netral, semakin ke kiri semakin tidak setuju,

sebaliknya semakin ke kanan semakin setuju.

d. Skala Guttman; skala ini sama dengan yang disusun oleh Bogardus, yaitu berupa tiga

atau empat buah pertanyaan yang masing-masing harus dijawab “ya” atau “tidak”.

Pernyataan-pernyataan tersebut menunjukkan tingkatan yang berurutan sehingga bila

responden setuju pernyataan nomor 2, diasumsikan setuju nomor 1, selanjutnya jika

responden setuju dengan pernyataan nomor 3, berarti setuju penyataan nomor 1 dan 2.

Contoh:

Page 19: Alat Evaluasi Pendidikan Nontes

1). Saya mengizinkan anak saya bermain ke tetangga.

2). Saya mengizinkan anak saya pergi ke mana saja ia mau.

3). Saya mengizinkan anak saya pergi kapan saja dan ke mana saja.

4). Anak saya bebas pergi ke mana saja tanpa minta izin terlebih dahulu.

e. Semantic Differensial; instrumen ini disusun oleh Osgood dan kawan-kawan

dipergunakan untuk mengukur konsep-konsep untuk tiga dimensi. Dimensi-dimensi

yang ada diukur dalam kategori; baik-tidak baik, kuat-lemah, dan cepat-lambat atau

aktif-pasif, atau dapat juga berguna-tidak berguna. Contoh:

Main Musik

Baik 1 2 3 4 5 6 7 Tidak Baik

Berguna 1 2 3 4 5 6 7 Tidak berguna

Aktif 1 2 3 4 5 6 7 Pasif

Dengan mengacu pada pembagian skala data menjadi empat, yaitu skala data nominal,

ordinal, interval, dan rasio, Augusty Ferdinan mengemukan teknik pengukuran untuk

masing-masing skala data tersebut.

1. Pengukuran Data Nominal

Untuk mengukur data nominal dapat menggunakan pertanyaan dengan sejumlah pilihan

tertentu, atau pertanyaan dengan diakhiri titik-titik kosong, responden diminta untuk

menulis jawaban yang sesuai dengan keadaannya. Pemberian angka pada kategori jawaban

respon sematamata sebagai identitas atau tanda tertentu.

2. Pengukuran Data Ordinal

a. Forced Ranking; dalam teknik ini seseorang (responden) diminta untuk memberikan

ranking pada sejumlah pilihan tertentu yang disediakan. Contoh: Mohon saudara

memberikan ranking preferensi terhadap 5 perguruan tinggi agama Islam berikut. Berikan

angka 1 untuk yang paling diminati, 2 untuk yang paling diminati berikutnya, hingga angka

5 untuk yang paling tidak diminati:

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta ...............

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta................

Universitas Islam Negeri Malang ..............................................

Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang ..................

Institut Agama Islam Sunan Ampel Surabaya ..........................

Page 20: Alat Evaluasi Pendidikan Nontes

b. Semantic Scale; teknik ini dipergunakan untuk menghasilkan respon terhadap sebuah

stimuli, yang disajikan dalam kategori semantik dan menyatakan sebuah tingkatan sifat

atau keterangan tertentu. Contoh:

Apakah saudara suka minuman kopi?

............... ................ ............... ................ .............

sangat tidak suka tidak suka netral suka sangat suka

(=1) (=2) (=3) (=4) (=5)

c. Summated (Likert) Scale; skala Likert adalah sebuah ekstensi dari skala semantik,

perbedaan utamanya adalah pertama, skala ini menggunakan lebih dari satu item

pertanyaan, di mana beberapa pertanyaan digunakan untuk menjelaskan sebuah konstruksi,

lalu jawabannya dijumlahkan oleh karenanya disebut summated scala. Kedua, skala ini

dikalibrasi dengan cara jawaban yang netral diberi kode “0”.

Contoh:

1. Apakah saudara suka minum kopi?

............... ................ ......X......... ................ ..................

sangat tidak suka tidak suka netral suka sangat suka

(-2) (-1) (0) (1) (2)

2. Apakah kopi termasuk minuman yang menyehatkan?

............... ............... ............... ......X......... ................

sangat tidak sehat tidak sehat netral sehat sangat sehat

(-2) (-1) (0) (1) (2)

3. Apakah saudara pikir, orang-orang sebaya saudara suka minuman kopi?

............... ................ ............... ................ .........X.......

sangat tidak suka tidak suka netral suka sangat suka

(-2) (-1) (0) (1) (2)

Jawaban dari skala di atas bila dijumlahkan = 0 + 1 + 2 = +3, yang mengindikasikan sikap

yang positif terhadap kopi.

3. Pengukuran Data Interval

a. Bipolar Adjective; skala ini merupakan penyempurnaan dari semantic scale, dengan

harapan agar respons yang dihasilkan dapat merupakan intervally scaled data. Caranya

adalah dengan memberikan hanya dua kategori ekstrim. Contoh:

Page 21: Alat Evaluasi Pendidikan Nontes

Apakah audara suka minuman kopi?

Sangat tidak suka 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 sangat suka

Jelaskan bagaimana kesukaan saudara pada kopi: .........................................

b. Agree-Disagree Scale; skala ini merupakan salah satu bentuk lain dari bipolar adjective,

dengan mengembangkan pertanyaan yang menghasilkan jawaban setuju–tidak setuju

dalam berbagai rentang nilai. Contoh:

Kopi adalah minuman alamiah yang menyehatkan tubuh.

Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 sangat setuju

Jelaskan bagaimana ia menyehatkan tubuh dan rasa apa yang saudara rasakan waktu

minum kopi

.................................................. ......................................

c. Continous Scale; skala ini merupakan salah satu teknik pengukur data untuk

menghasilkan data interval, di mana responden diminta untuk memberikan jawaban pada

garis yang ditentukan,

dan setelah itu peneliti pengukur posisi yang dipilih oleh responden untuk menghasil skor

tertentu.

Kopi adalah minuman alamiah yang menyehatkan tubuh.

Sangat tidak setuju_________________________________ sangat setuju

Jelaskan bagaimana ia menyehatkan tubuh, dan rasa apa yang saudara rasakan waktu

minum kopi

............................................. .........................................

d. Equal With Interval; teknik ini dipergunakan dengan menanyakan responden termasuk

ke dalam kategori mana pandangan mereka dapat diletakkan. Bila rentang yang digunakan

tidak equal, maka data yang dihasilkan cenderung merupakan data ordinal. Contoh:

Berapa jumlah buku agama yang saudara miliki di rumah?

................ ................. ................. .................. ...................

1 – 2 3 – 4 5 – 6 7 – 9 10 ke atas

4. Pengukuran Data Rasio

a. Direct Quantification (Kuantifikasi Langsung); teknik ini dilakukan dengan

menanyakan secara langsung nilai dari sebuah konstruksi. Contoh:

Page 22: Alat Evaluasi Pendidikan Nontes

Berapa uang saku yang diberikan kepada saudara setiap hari? Rp. .................

Berapa uang saku saudara ditabung dalam satu minggu? Rp. .........................

b. Constant Sum Scale (Skala Berjumlah Konstan); skala ini dapat dipergunakan untuk

mengetahui preferensi konsumen atas beberapa jenis sesuai dengan konstruk tertentu.

Contoh:

Alokasikan angka 100 ke dalam empat jenis bacaan berikut sesuai dengan tingkat

kesenangan saudara!

1. buku cerita = ....................

2. buku ilmiah = ....................

3. buku agama = ....................

4. koran = ....................

Total = 100

c. Reference Alternative (Alternatif Rujukan), yaitu dengan menentukan sebuah acuan

rujukan, dan penilaian diberikan dengan membandingkan pada acuan yang dirujuk

tersebut. Teknik ini disebut juga dengan magnitude scaling.

Bila buku agama dinilai 100, berapa nilai yang saudara berikan pada alternatif berikut:

1. buku cerita = ....................

2. buku ilmiah = ....................

3. majalah = ....................

4. koran = ....................

B. Alat Penilaian Non Test

Ada beberapa alat penilaian yang sering digunakan dalam penilaian. Alat tersebut adalah

skala penilaian, daftar cek, catatan anekdot, dan catatan kumulatif. Untuk lebih jelasnya

diuraikan di bawah ini.

a. Skala Penilaian

Skala penilaian adalah alat penilaian yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan

cirri-ciri tertentu dan menentukan tingkat atau jumlah yang telah dicapai yang bersangkutan

dengan jumlah atau ciri-ciri tertentu tersebut. Skala penilaian bisa digunakan dalam teknil

wawancara, observasi, angket.

Menurut bentuknya skala penilaian dibedakan menjadi:

Page 23: Alat Evaluasi Pendidikan Nontes

1. Bentuk kuantitatif

Skala penilaian bentuk kuantitatif adalah skala penilaian yang perbedaan tingkatnya

dibedakan dengan angka.

Contoh dalam diskusi kelompok, apabila peserta memiliki sifat di bawah ini secara

sempurna lingkarilah angka 10 dan apabila tidak sama sekali, lingkari angka 1.

Kerjasama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Partisipasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Inisiatif 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2. Bentuk desktiftif

Skala penilaian bentuk deskriptif adalah skala penilaian yang perbedaan tingkatnya

dibedakan dengan pernyataan.

Contoh berilah tanda cek (√) di depan pernyataan yang merupakan sifat yang dimiliki

peserta diskusi kelompok.

Partisipasi :

……….. Tidak partisipasi aktif dalam kelompok

……….. kadang-kadang partisipasi

……….. berpartisipasi aktif

……….. sangat partisipasi dalam kelompok

3. Bentuk grafis

Skala penilaian dalam bentuk grafis adalah skala penilaian yang tingkatannya

dimasukkan ke dalam kotak-kotak, dimana yang menilai member tanda cheek list pada

kotak tersebut.

Contoh :

Tidak partisipasi

aktif dalam

kelompok

kadang-kadang

partisipasi

berpartisipasi aktif sangat partisipasi

dalam kelompok

b. Daftar cek

Daftar cek adalah alat penilaian non test yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan

cirri-ciri tertentu, tetapi tidak ada perbedaan tingkatan secara kuantitatif. Daftar cek ini bisa

digunakan dalam teknik penilaian wawancara, observasi, angket.

Page 24: Alat Evaluasi Pendidikan Nontes

Daftar cek dikerjakan dengan memberikan tanda cek (√) di samping ciri yang diamati dalam

rangkaian tingkah laku atau hasil kerja yang sedang dinilai. Apabila cirri tersebut tidak

ditemukan, maka dikosongkan.

Contoh:

Berilah tanda cek (√) pada stiap pernyataan di bawah ini, yang merupakan cirri dari

kebiasaan si Ani dalam mempelajari kesenian.

………… 1 Ani tidak menyukai kesenian

………… 2 Ani membersihkan tempat kerjanya setelah pelajaran Kesenian.

………… 3 Selama pelajaran ksenian, Ani belajar dengan baik dan menyelesaikan tugas

yang diberikan.

c. Catatan anekdot

Catatan anekdot adalah alat penilaian dengan cara mengumpulkan catatan-catatan kejadian

khusus yang dibuat sebagai hasil pengamatan guru terhadap tingkah laku siswa yang dinilai.

Catatan anekdot berguna untuk menelaah perkembangan individu siswa. Catatan anekdot

harus memiliki syarat objektif, deskriptif, hendaknya mengemukakan situasi satu persatu

dan selektif.

Catatan Anekdot yaitu catatan khusus mengenai hasil pengamatan tentang tingkah laku anak

yang dianggap penting (istimewa). Catatan anekdot ini ada dua macam yaitu anekdot

insidental, digunakan untuk mencatat peristiwa yang terjadi sewaktu-waktu, tidak terus-

menerus. Sedangkan catatan anekdot periodik digunakan untuk mencatat peristiwa tertentu

yang terjadi secara insedental dalam suatu periode tertentu. Catatan anekdot mempunyai

kegunaan dalam melaksanakan observasi trerhadap tingkah laku anak. Kegunaanya untuk

memperoleh pemahaman yang lebih tepat tentang murid sebagai individu yang kompleks,

memperoleh pemahaman tentang sebab-sebab dari suatu problema yang dihadapinya, dan

dapat dijadikan dasar utuk pemecahan masalah anak dalam belajar.

d. Catatan kumulatif

Catatan kumulatif adalah alat penilaian yang bersumber dari kumpulan data tentang diri

seorang siswa. Catatan ini sering disebut data pribadi atau kartu pribadi, misalnya :

1. Identitas siswa

2. Keadaan siswa dan status social siswa, prestasi belajar,

Page 25: Alat Evaluasi Pendidikan Nontes

3. Data riwayat kesehatan,

4. Hobby

5. Minat

6. Bakat umum dan khusus

7. Hasil bimbingan yang telah dilakukan

Syarat Alat Penilaian

Suatu alat penilaian haruslah memenuhi unsur-unsur validitas. Dalam hal ini alat

penilaian harus valid, yang meliputi validitas: isi / kurikuler, ramalan, kesamaan. Di samping itu,

alat penilaian juga harus reliabel. Reliabililitas alat penilaian bisa dilakukan dengan jalan : tes

ulang, pecahan setara, belah dua. Alat penilaian juga harus praktis, artinya mudah dilaksanakan

dan dipahami oleh siswa. Di samping itu suatu alat penilaian juga jangan terlalu sukar, tetapi

sebaliknya juga jangan terlalu mudah. Atau dengan kata lain alat penilaian sebaiknya

mempunyai taraf kesukaran yang sedang. Syarat lain yang harus dipenuhi adalah alat penilaian

harus bisa membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang tidak pandai. Ini berarti

alat penilaian juga harus mempunyai daya pembeda yang tinggi.

Page 26: Alat Evaluasi Pendidikan Nontes

BAB III

KESIMPULAN

 

Teknik evaluasi nontes berarti melaksanakan penilaian dengan tidak mengunakan tes.

Tehnik evaluasi ini umumnya untuk menilai keperibadian anak secara  menyeluruh meliputi

sikap, tingkah laku, sifat, sikap social, ucapan, riwayat hidup dan lain-lain yang berhubungan

dengan kegiatan belajar dalam pendidkan baik individual maupun secara kelompok.

Tekhnik nontes terdiri atas ; Observasi (pengamatan), Wawancara (interview), Angket

(Questionave), Pemeriksaan Dokumen (Dukomentary Analisis), dan Sosiometri. Tiap-tiap

metode penilaian memiliki kelebihan dan kekurangan, tetapi pada dasarnya dapat diterapkan

(disesuaikan) pada semua mata pelajaran pada sistem belajar mengajar kita. Akhirnya, aktivitas

penilaian yang baik adalah identik dengan aktivitas pengajaran yang baik.

Mengacu klasifikasi domain tujuan pendidikan menjadi domain kognitif, afektif, dan

psikomotor, maka untuk mencapai tujuan ketiga domain tersebut diperlukan instrumen yang

valid untuk mengukur pencapaian ketiga domain tersebut. Pengukuran domain afektif tidak

semudah mengukur domain kognitif. Pengukuran domain afektif tidak dapat dilakukan setiap

saat karena perubahan tingkah laku peserta didik dapat berubah sewaktu-waktu. Pembentukan

sikap seseorang memerlukan waktu yang relatif lama.

Untuk mengukur domain afektif dan sebagian psikomotor diperlukan pengembangan

instrumen evaluasi nontes (alternative test). Pengembangan instrumen ini relatif lebih sulit

dibandingkan dengan pengembangan instrumen evaluasi tes. Untuk itu, diperlukan kajian yang

seksama dalam menurunkan serta menjabarkan domain afektif ke dalam aspek-aspek yang

spesifik untuk dapat mengembangkan instrumen yang valid dan reliabel.

Ada beberapa alat penilaian yang sering digunakan dalam penilaian. Alat tersebut adalah

skala penilaian, daftar cek, catatan anekdot, dan catatan kumulatif.

 

Page 27: Alat Evaluasi Pendidikan Nontes

DAFTAR PUSTAKA

Ali Imron.1996. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Pustaka Jaya

Ariteunto, Suharsimi. 1993. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Clarke, David. 1997. Constructive Assesment in Mathematics. Berkeley USA : Key Curriculum

press

Daryanto. 2001. Evaluasi Pendidkan. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Depdikbud. 1987. Penilaian dalam Pendidikan. Buku Akta Mengajar V. Jakarta : Depdikbud.

Depdikbud. 1984. Modul Evaluasi Hasil Belajar. Buku II Program Akta Mengajar V-B

Komponen Dasar Kependidikan. Jakarta : Depdikbud.

Departemen Pendidikan Nasional, 2000, Penilaian dan Pengujian Untuk Guru. Jakarta :

Depdikbud.

Malone, John, 1997,” Innovative Assessment Methods”, Paper for short course on

Teaching/learning Skills in University 10 - 31 August 1997, Curtin University of

Technology Perth Western Australia. Perth : CUT

Nana Sudjana. 1991. Penilaian Hasil Proses Belajar dan Mengajar. Bandung : PT Remadja

Rosda Karya

Nana Sudjana, Ibrahim, 2007,Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Sinar Baru Algesindo.

Qomari, Purwokerto. 2008. Pengembangan Instrumen Evaluasi Domain Afektif. Purwokerto. Insania.

Slamela. 1988. Evaluasi Pendidikan.Jakarta : PT. Bina Aksara

Page 28: Alat Evaluasi Pendidikan Nontes

Speyers, Piet. 1991. “Good Questions and Problem Solving”, dalam Cross Section Journal,

October 1991, Vol. 3. No. 3 . Perth WA

Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo.

Sutomo. 1985. Teknik Penilaian Pendidikan. Surabaya : PT. Bina Ilmu

Swan, Paul. 1995. “Catering for Individual differences witihin a normal classroom setting -- one

approach”, dalam Cross Section Journal, November 1995, Vol. 7 No. 5. Perth, WA

Wahyono, Tries Edy. 2009. Evaluasi dan Penilainan. http://triesedy.net. [April 2008]

http//www.evaluasi pendidikan.blogspot.com.