Upload
ryan-febriawan
View
51
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
matematika aktuaria
Citation preview
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
Bab I Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1I.1 Asuransi, Aktuaria, dan Aktuaris . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1I.2 Review Teori Peluang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
Bab II Distribusi Survival dan tabel Mortalitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6II.1 Distribusi Survival . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
II.1.1 Fungsi distribusi dan Fungsi survival . . . . . . . . . . . . 6II.1.2 Peluang meninggal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7II.1.3 Curtate-Future-Lifetime (CFL) . . . . . . . . . . . . . . . . . 10II.1.4 Laju Kematian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
II.2 Tabel Mortalitas (TM) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13II.2.1 Hubungan TM dengan fungsi survival . . . . . . . . . . . 13
Bab III Anuitas Pasti . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16III.1 Bunga Sederhana dan Bunga Majemuk . . . . . . . . . . . . . . . . 16III.2 Anuitas Pasti dengan Pembayaran Diskrit . . . . . . . . . . . . . . 17
III.2.1 Nilai tunai di akhir jangka waktu . . . . . . . . . . . . . . . 17III.2.2 Nilai tunai sekarang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
III.3 Anuitas Pasti dengan Pembayaran Kontinu . . . . . . . . . . . . . 21
Bab IV Asuransi Jiwa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24IV.1 Asuransi Dibayar Saat Meninggal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24
IV.1.1 Asuransi seumur hidup . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25IV.1.2 Asuransi berjangka n tahun . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25IV.1.3 Asuransi endowmen (dwiguna) . . . . . . . . . . . . . . . . . 26IV.1.4 Asuransi seumur hidup tertunda m tahun . . . . . . . 27IV.1.5 Asuransi berjangka n tahun tertunda m tahun . . . 28IV.1.6 Asuransi dengan santunan membesar/mengecil . . . 29
IV.2 Asuransi Dibayar di Akhir Tahun Meninggal . . . . . . . . . . . 33IV.3 Hubungan antara Santuan dibayar Saat meninggal dan
di Akhir Tahun Meninggal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 35
1
Bab I Pendahuluan
I.1 Asuransi, Aktuaria, dan Aktuaris
Asuransi berasal dari kata assurance atau insurance yang berarti jaminan.
Menurut Undang-Undang No.2 Th 1992 tentang usaha perasuransian:
Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana
pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima
premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena
kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau
tanggung jawab hukum pihak ke tiga yang mungkin akan diderita tertanggung,
yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.
Badan yang menyalurkan risiko disebut tertanggung dan badan yang
menerima risiko disebut penanggung. Perjanjian antara kedua badan
ini disebut kebijakan yaitu sebuah kontrak legal yang menjelaskan setiap
istilah dan kondisi yang dilindungi. Kebijakan tersebut disebut juga sebagai
polis asuransi. Biaya yang dibayar oleh tertanggung kepada penanggung
untuk risiko yang ditanggung disebut premi. Ini biasanya ditentukan oleh
penanggung untuk dana yang bisa diklaim di masa depan, biaya adminis-
tratif, dan keuntungan.
Penanggung menggunakan ilmu aktuaria untuk menghitung risiko yang
mereka perkirakan. Ilmu aktuaria menggunakan matematika, terutama
statistika dan probabilitas, yang dapat digunakan untuk melindungi risiko
untuk memperkirakan klaim di kemudian hari dengan ketepatan yang dapat
diandalkan. Orang yang ahli dalam ilmu aktuaria disebut aktuaris. Pemer-
intah telah mengatur bahwa setiap perusahaan asuransi wajib mempunyai
seorang aktuaris.
Menurut website PAI, www.aktuaris.org, aktuaris adalah seorang ahli yang
dapat mengaplikasikan ilmu keuangan dan teori statistik untuk menyelesaikan
persoalan-persoalan bisnis aktual. Persoalan ini umumnya menyangkut analisa
1
kejadian masa depan yang berdampak pada segi finansial, khususnya yang
berhubungan dengan besar pembayaran di masa depan dan kapan pembayaran
dilakukan pada waktu yang tidak pasti.
Secara umum, aktuaris bekerja di bidang konsultasi, perusahaan asuransi
jiwa, pensiun, dan investasi. Aktuaris juga sudah merambah ke bidang-
bidang lainnya yang sangat memerlukan kemampuan analitis, seperti
Asuransi Umum/Kerugian, Kesehatan, Manfaat Karyawan, Kebijakan Sosial,
Keuangan, dan Manajemen Resiko.
Gelar aktuaris di Indonesia diberikan oleh Persatuan Aktuaris Indonesia (PAI)
setelah seorang individu menempuh ujian profesi dan sertifikasi yang terdiri
dari 8 mata ujian untuk tingkat associate dan 5 mata ujian tambahan jika ingin
mencapai tingkatan fellow. Seorang sarjana Matematika mempunyai peluang
lebih besar untuk meraih gelar ini karena empat topik yang diujikan merupakan
mata kuliah yang umumnya ditawarkan suatu program studi tersebut yaitu,
Matematika Keuangan, Probabilitas dan Statistik, Metode Statistik, dan
Matematika Aktuaria. Mata ujian lainnya yang perlu dipelajari sendiri
adalah Ekonomi, Akuntansi, Teori Resiko, dan Pendidikan Profesionalisme.
I.2 Review Teori Peluang
Berikut beberapa istilah yang terkait dengan konsep dasar peluang:
Percobaan acak Percobaan yang hasilnya tidak dapat diprediksi tetapi
kemungkinan hasil-hasil yang terjadi dapat diketahui. Ciri lain dari
percobaan acak adalah bahwa percobaan tersebut dapat diulang-ulang
di bawah kondisi yang sama.
Ruang sampel Semua hasil yang mungkin dari suatu percobaan acak.
Kejadian/peristiwa Subset dari ruang sampel.
Variabel acak Fungsi bernilai real yang terdefinisi di ruang sampel. Variabel
acak dikatakan diskrit jika nilai-nilainya (countable) dan dikatakan
kontinu jika nilai-nilainya dapat diambil dari suatu interval.
Variabel acak indikator Variabel acak yang hanya bernilai 0 atau 1.
Variabel ini disebut juga variabel Bernoulli.
2
Pada aktuaria contoh variabel acak diskrit, misalnya banyaknya klaim dan
contoh variabel acak kontinu, misalnya usia meninggal dan besarnya santunan.
Fungsi distribusi. Misalkan X suatu variabel acak. Fungsi distribusi dari
variabel acak X didefinisikan sebagai fungsi
F (x) = P (X x)
Fungsi ini bersifat:
1. Monoton tak turun. Artinya
jika x1 x2 maka F (x1) F (x2)
2. Nilai limit di ketakhinggaan
limx+
F (x) = 1 dan limx
F (x) = 0
3. Kontinu kanan
limxx+0
F (x) = F (x0)
Fungsi distribusi disebut juga fungsi distribusi kumulatif.
Contoh I.1. Sebuah dadu yang seimbang dilantunkan sekali. Misalkan X
menyatakan banyaknya spot pada permukaan dadu. Tentukan F (3), F (3, 4),
F (3 + 1n), dan F (3 1
n).
a. F (3) = P (X 3) = 12
b. F (3, 4) = P (X 3, 4) = 12
c. F (3 + 1n) = P (X 3 + 1
n) = 1
2
d. F (3 1n) = P (X 3 1
n) = P (X = 1) + P (X = 2) = 1
3
Fungsi densitas. Jika X kontinu maka P (X = x) = 0, dan F dapat
dinyatakan sebagai
F (x) =
x
f(s)ds
dengan f(s) disebut fungsi densitas. Jika f juga kontinu maka hubungan
antara fungsi densitas dengan fungsi distribusi adalah
f(x) =dF (x)
dx
3
Selanjutnya peluang
P (a < X < b) = F (b) F (a) = ba
f(s)ds
Jika X variabel acak diskrit, fungsi densitas didefinisikan sebagai
f(x) = P (X = x)
Fungsi densitas disebut juga fungsi densitas peluang atau fungsi kepadatan
peluang. Untuk kasus diskrit fungsi ini disebut juga fungsi peluang massa
atau fungsi peluang.
Contoh I.2. Pada asuransi berjangka satu tahun, perusahaan asuransi
setuju memberikan santunan sebesar b rupiah jika tertanggung meninggal
dunia dalam jangka waktu satu tahun dan santunan tidak dibayarkan jika
tertanggung masih hidup. Misalkan peluang terjadinya klaim adalah q,
tentukan distribusi dari besarnya santunan yang harus dibayarkan.
Jawab. Misalkan X besarnya santunan yang harus dibayarkan. Maka
fungsi densitas dari X
f(x) =
1 q, x = 0q, x = b
0, x lainnya
dan fungsi distribusinya
F (x) = P (X x) =
0, x < 0
q, 0 x < b1, x b
Ekspektasi Misalkan X variabel acak dengan fungsi densitas f(x). Jika X
kontinu maka ekspekstasi dari X
E[X] =
xf(x)dx
dan jika X diskrit
E[X] =x
xf(x)
4
Variansi Misalkan X variabel acak dengan fungsi densitas f(x). Variansi
dari X adalah
Var(X) = E[(X )2] = E[X2] 2
dengan = E[X]
Distribusi gabungan Misalkan (X, Y ) vektor acak. Maka fungsi
distribusi gabungan dari (X, Y )
F (x, y) = P (X x, Y y)
Untuk kasus diskrit, fungsi densitas gabungan dari (X, Y ) adalah
f(x, y) = P (X = x, Y = y)
dan untuk kasus kontinu fungsi distribusi dapat dinyatakan sebagai
F (x, y) =
x
y
f(w1, w2)dw1dw2
dengan f(x, y) fungsi densitas gabungan dari (X, Y ).
Peluang bersyarat Peluang bersyarat dari Y diberikan X = x didefini-
sikan
P (Y = y|X = x) = P (Y = y,X = x)P (X = x
Ekspektasi Jika W = g(X, Y ) maka untuk kasus diskrit ekspektasi dari
W didefinisikan
E[W ] =x
y
g(x, y)f(x, y)
dan untuk kasus kontinu
E[W ] =
g(x, y)f(x, y)dxdy
Sifat penting Misalkan X dan Y variabel acak, maka
a. E[X] = E[E[X|Y ]]
b. Var(X)Var(E[X|Y ]) + E[Var(X|Y )]
5
Bab II Distribusi Survival dan tabel
Mortalitas
II.1 Distribusi Survival
Meninggalnya seseorang merupakan sesuatu yang pasti terjadi namun kapan
terjadinya tidak dapat diprediksi. Karena itu, usia meninggal merupakan
suatu variabel acak. Distribusi usia meninggal dapat dinyatakan dalam bentuk
fungsi distribusinya atau fungsi survivalnya.
II.1.1 Fungsi distribusi dan Fungsi survival
Misalkan X menyatakan usia meninggal (berarti X 0). Fungsi distribusidari X adalah fungsi
F (x) = P (X x) (2.1)
Fungsi survival dari X adalah fungsi
s(x) = 1 F (x) = P (X > x)
F (x) dibaca peluang seseorang meninggal paling tua pada usia x dan s(x)
dibaca peluang seseorang masih hidup sampai usia x.
Dalam hal ini digunakan asumsi F (0) = 0 dan s(0) = 1. Dengan demikian
persamaan (2.1) dapat dipandang sebagai peluang meninggal untuk bayi yang
baru lahir sebab
P (X x|X > 0) = P (X x,X > 0)P (X > 0)
=P (X x)
s(0)= P (X x)
Latihan. Apa artinya
a. s(20) b. P (X 70) c. s(100) d. F (25) e. P (X > 35)
6
II.1.2 Peluang meninggal
Peluang meninggal seseorang berusia x
Perhatikan bahwa
P (x < X z)|X > x)
dapat dibaca peluang seseorang berusia x akan meninggal paling tua pada usia
z. Berdasarkan definisi peluang bersyarat,
P (x < X z)|X > x) = P (x < X z,X > x)P (X > x)
=P (x < X z)P (X > x)
=F (z) F (x)
1 F (x)
Tetapi F (x) = 1 s(x) sehingga
P (x < X z)|X > x) = (1 s(z)) (1 s(x))s(x)
=s(x) s(z)
s(x)
Jadi
P (x < X z)|X > x) = 1 s(z)s(x)
(2.2)
Peluang meninggal/hidup t tahun lagi
Misalkan seseorang berusia x dinotasikan dengan (x). Maka variabel acak
T (x) = X x
dapat merepresentasikan sisa hidup (x). Berarti, untuk bayi yang baru lahir
atau (0), sisa hidupnya adalah T (0) = X. Selanjutnya, peluang
P (T (x) t)
7
dapat dibaca peluang (x) akan meninggal paling lama t tahun lagi.
Pada aktuaria, peluang hidup dan peluang meninggal untuk (x) masing-masing
dinotasikan dengan
tpx : Peluang (x) akan hidup sampai t tahun lagi
tqx : Peluang (x) akan meninggal dalam t tahun
Berdasarkan definisinya tpx dan tqx dapat ditulis sebagai
tqx = P (T (x) t) = P (x < X t|X > x)
dan
tpx = 1 tqx = P (T (x) > t)
Untuk t = 1, notasi 1qx dan 1px cukup ditulis
qx : peluang (x) akan meninggal dalam setahun
px : peluang (x) hidup setahun lagi
Hubungan antara peluang hidup dan fungsi survival
tpx =s(x+ t)
s(x)
Bukti. Berdasarkan definisi tqx dan persamaan (2.2) diperoleh
tqx = P (T (x) t) = P (x < X < x+ t|X = x)
= 1 s(x+ t)s(x)
Akibatnya
tpx =s(x+ t)
s(x)
Jadi terbukti.
Khususnya, untuk kasus bayi yang baru lahir atau (0),
xp0 = s(x) x 0
8
Peluang (x) akan meninggal antara usia x+ t dan x+ t+ u
Dinotasikan dengan t|uqx. Berdasarkan definisinya,
t|uqx = P (t < T (x) t+ u)
= P (T (x) t+ u) T (x) t)
= t+uqx tqx= tpx t+upx
Untuk u = 1 cukup ditulis t|qx.
Peluang t|uqx juga dapat dinyatakan sebagai perkalian antara tpx dan uqx+t.
Bukti. Karena
tqx = 1s(x+ t)
s(x)dan tpx =
s(x+ t)
s(x)
maka
t|uqx =s(x+ t)
s(x) s(x+ t+ u)
s(x)
=s(x+ t) s(x+ t+ u)
s(x)
=s(x+ t)
s(x)
(s(x+ t) s(x+ t+ u)
s(x+ t)
)= tpx
(1 s(x+ t+ u)
s(x+ t)
)= tpx uqx+t
Daftar lambang
(x) : seseorang berusia x
X : variabel acak yang menyatakan usia meninggal
T (x) : variabel acak yang menyatakan sisa hidup untuk (x)
s(x) : peluang hidup sampai usia x
tpx : peluang (x) akan hidup sampai t tahun lagi
tqx : peluang (x) akan meninggal dalam t tahun
t|uqx : peluang (x) akan meninggal antara usia x+ t dan x+ t+ u
9
Latihan
Apa arti dari simbol-simbol berikut:
a. P (X 30)
b. P (X > 30)
c. s(40)
d. F (50)
e. 5p20
f. 5q20
g. 2|5q20
II.1.3 Curtate-Future-Lifetime (CFL)
CFL untuk (x) adalah variabel acak yang menyatakan bilangan bulat terbesar
pada variabel acak T (x). Dengan kata lain jika K(x) CFL untuk (x) maka
K(x) = bT (x)c
Contoh
Misal T (x)= 25 tahun 4 bulan 2 hari. Maka K(x) = 25 tahun.
Misal T (x)= 20 tahun 11 bulan 26 hari. Maka K(x) = 20 tahun
Distribusi dari CFL
Fungsi densitas (pdf) dari K(x):
P (K(x) = k) = P (k T (x) < k + 1)
= P (k < T (x) k + 1)
= kpx k+1px= kpx qx+k = k|qx
dan fungsi distribusinya
FK(x)(y) =k
h=0
h|qx = k+1qx
10
dengan y 0 dan k = byc
II.1.4 Laju Kematian
Diketahui
P (x < X < x+4x|X > x) = FX(x+4x) FX(x)1 FX(x)
Jika 4x 0 maka
lim4x0
FX(x+4x) FX(x)1 FX(x)
=d
dxFX(x) = fX(x)
sehingga
P (x < X < x+4x) =fX(x)4x1 FX(x)
Fungsi
(x) =fX(x)
1 FX(x)=s(x)s(x)
disebut laju kematian untuk (x). Nilai (x) dapat diinterpretasikan sebagai
peluang (x) akan meninggal sebentar lagi (dalam waktu yang sangat singkat).
Hubungan antara peluang hidup dengan laju kematian
1. Tunjukkan
npx = e
n0 (x+s)ds
Bukti. Dari definisi laju kematian
(y) = s(y)
s(y)= d
dyln s(y)
atau
(y)dy = d ln s(y)
11
Dengan mengintegralkan kedua ruas dari x sampai x+ n diperoleh
x+nx
(y)dy = ln s(y)|x+nx
= lns(x+ n)
s(x)
= ln npx
Misal s = y x maka ds = dy. Jika y = x maka s = 0 dan jika y = x + nmaka s = n. Akibatnya
npx = e
n0 (x+s)ds
Jadi terbukti.
Untuk kasus (0), hubungan antara peluang hidup, fungsi survival, dan laju
kematian adalah
xp0 = s(x) = e
x0 (s)ds, x 0
2. Tunjukkan pdf dari T (x) adalah
fT (x)(t) = tpx (x+ t)
Bukti. Karena T (x) variabel acak kontinu maka pdf-nya
fT (x)(t) =d
dtFT (x)(t) =
d
dtP (T (x) t) = d
dttqx
=d
dt
[1 s(x+ t)
s(x)
]= s
(x+ t)
s(x)
=s(x+ t)
s(x)
s(x+ t)
s(x+ t)
= tpx (x+ t) t 0
Jadi terbukti.
12
Selain itu, karena fT (x)(t) =ddt tqx dan tqx = 1 tpx maka
d
dt(1 tpx) =
d
dttpx = tpx (x+ t)
II.2 Tabel Mortalitas (TM)
Tabel mortalitas adalah tabulasi nilai fungsi-fungsi dasar qx, `x, dx dan fungsi
tambahan lainnya yang didaftar berdasarkan usia x atau rentang usia (x, x+1)
dengan x = 0, 1, 2, . . . , dan batas usia yang mungkin (contoh lihat Bowers,
et al., 1997, hal. 60-63 ).
Tabel mortalitas yang populer di Indonesia adalah Tabel CSO 1958. Saat ini
Indonesia juga sudah mempunyai tabel mortalitas sendiri yaitu TMI 1999.
II.2.1 Hubungan TM dengan fungsi survival
Misalkan terdapat `0 bayi yang baru lahir dan setiap bayi diindeks dengan
j = 1, 2, . . . , `0. Definisikan variabel indikator
Ij(x) =
{1, jika bayi ke-j masih hidup
0, jika bayi ke-j meninggal
Misalkan Lx menyatakan bayi yang bertahan hidup sampai usia x. Maka
Lx =`0j=1
Ij(x)
Karena E[Ij(x)] = 1.s(x) = s(x) maka
E[Lx] =`0j=1
E[Ij(x)] = `0 s(x) tulis `x
Dengan kata lain `x menyatakan banyaknya bayi yang diharapkan masih hidup
sampai usia x dan
`x = `0 s(x)
13
Misalkan nDx menyatakan banyaknya bayi yang meninggal antara usia x danx+ n, dan ndx menyatakan ekspektasinya. Maka
ndx = E[nDx] = `0s(x) `0s(x+ n) = `0[s(x) s(x+ n)]
= `x `x+n
Ketika n = 1, 1dx cukup ditulis dx.
Densitas meninggal pada selang (x, x+ dx)
Karena `x = `0 s(x) maka
1`x
d`xdx
= 1s(x)
ds(x)
dx= (x)
dan
d`x = `x(x)dx
Karena
`x(x) = `0 xp0 (x) = `0fX (x),
faktor `x(x) dapat diinterpretasikan sebagai densitas kematian yang
diharapkan pada selang (x, x+ dx).
Selanjutnya,
`x = `0e
x0 (y)dy
`x+n = `xe
x+nx (y)dy
`x+n `x = x+nx
`y(y)dy
Penulisan tpx, tqx, x sebagai fungsi dari `x
tpx =s(x+ t)
s(x)=`0s(x+ t)
`0s(x)=`x+t`x
tqx = 1`x+t`x
=`x `x+t
`x
x = s(x)
s(x)=`0s(x)
`0s(x)= `
x
`x
14
Akibatnya
px =`x+1`x
qx =`x `x+t
`x=dx`x
Daftar lambang
K(x) : bilangan bulat terbesar dari sisa hidup T (x)
px : peluang (x) hidup setahun lagi
qx : peluang (x) meninggal dalam setahun
k|qx : peluang (x) meninggal antara usia x dan x+ 1
(x) : peluang (x) akan meninggal dalam waktu yang sangat singkat
Lx : banyaknya (x) yang masih hidup`x : banyaknya (x) yang diharapkan masih hidup
nDx : banyaknya (x) yang meninggal dalam n tahun
ndx : banyaknya (x) yang diharapkan meninggal dalam n tahun
dx : banyaknya (x) yang diharapkan meninggal dalam setahun
Beberapa Hukum Mortalitas
1. Hukum De Moivre (1729)
x =1
x, dengan 0 x
dengan menyatakan usia tertua dimana seseorang masih hidup.
2. Gompertz (1825)
x = Bcx
dengan B > 0, c > 1, x 0
3. Makeham (1860)
x = A+Bcx
dengan B > 0, A B, c > 1, x 0
4. Weibull (1939)
x = kxn
dengan k > 0, n > 0, x 0
15
Bab III Anuitas Pasti
Anuitas adalah serangkaian pembayaran berkala yang dilakukan dalam jangka
waktu tertentu. Satuan waktu yang digunakan misalnya tahunan, bulanan,
harian, atau satuan waktu lainnya. Karena masa pembayarannya tertentu,
anuitas ini disebut juga anuitas pasti atau anuitas tentu. Jika jangka
waktu pembayaran dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang maka
anuitas ini disebut anuitas hidup.
III.1 Bunga Sederhana dan Bunga Majemuk
Misalkan dana sebesar P rupiah diinvestasikan dengan bunga i per tahun.
Jika metode penghitungan bunga didasarkan pada bunga sederhana dan
bunga majemuk, maka setelah 1, 2, . . . , n tahun, dana tersebut menjadi:
Investasi Bunga Sederhana Bunga Majemuk
1 tahun P1 = P + iP P1 = P + iP
2 tahun P2 = P + 2Pi = P (1 + 2i) P2 = P (1 + i)2
...
n tahun Pn = P (1 + ni) Pn = P (1 + i)n
Contoh III.1. Uang sebesar 500 juta rupiah diinvestasikan dengan bunga
6% per tahun. Tentukan selisih hasil investasi setelah 10 tahun, jika perhi-
tungan didasarkan pada bunga sederhana dan bunga majemuk.
Penyelesaian. Misalkan P = 500, i = 6%, dan n = 10. Berdasarkan bunga
sederhana,
P10 = P (1 + 10i) = 500(1 + 10 (6%)) = 800
dan berdasarkan bunga majemuk,
P10 = P (1 + i)10 = 500(1 + 6%)10 = 895, 42
16
Jadi setelah 10 tahun, selisih hasil investasi yang terjadi adalah 95, 4 juta
rupiah.
Contoh III.2. Seseorang ibu mempunyai anak berusia 3 tahun. Ia ingin
agar 15 tahun lagi mempunyai uang sebesar 100 juta rupiah untuk biaya kuliah
anaknya. Berapa uang yang harus ia investasikan jika suku bunga yang berlaku
5% per tahun dan perhitungan didasarkan pada bunga majemuk.
Penyelesaian. Misalkan P = 10, i = 5%, dan n = 15. Berdasarkan bunga
majemuk
Pn = P (1 + i)n
Akibatnya
P =Pn
(1 + i)n=
100
(1 + 5%)15= 48, 1
Jadi uang yang harus diinvestasikan saat ini adalah 48, 1 juta rupiah.
Untuk pembahasan di subbab selanjutnya, perhitungan bunga akan didasarkan
pada bunga majemuk dan besarnya dana/uang yang diinvestasikan saat ini
akan disebut nilai tunai.
III.2 Anuitas Pasti dengan Pembayaran Diskrit
Pembayaran dapat dilakukan setiap awal satuan waktu atau setiap akhir
satuan waktu. Berikut akan dibahas perhitungan:
1. Nilai tunai di akhir jangka waktu (Sn dan Sn )
2. Nilai tunai sekarang (an dan an )
III.2.1 Nilai tunai di akhir jangka waktu
Misalkan terdapat anuitas tahunan sebesar Rp. 1 yang dilakukan selama n
tahun dengan bunga i per tahun dan pembayaran dilakukan setiap awal tahun.
Maka nilai tunai di akhir tahun ke-n
Sn = (1 + i)n + (1 + i)n1 + (1 + i)n2 + + (1 + i)
17
Jika pembayaran dilakukan setiap akhir tahun, maka nilai tunai di akhir tahun
ke-n
Sn = (1 + i)n1 + (1 + i)n2 + + (1 + i) + 1
Hubungan antara Sn dengan Sn adalah
Sn = (1 + i)Sn
sebab
Sn = (1 + i)n + (1 + i)n1 + (1 + i)n2 + + (1 + i)
= (1 + i)[(1 + i)n1 + (1 + i)n2 + + 1
]= (1 + i)Sn
III.2.2 Nilai tunai sekarang
Faktor diskon. Misalkan tahun depan kita menginginkan uang sebesar 1
(satuan uang). Jika tingkat bunga yang berlaku i maka nilai sekarang dari
uang tersebut adalah
=1
1 + i= (1 + i)1
selanjutnya disebut faktor diskon.
Secara umum, jika n tahun kemudian kita menginginkan uang sebesar 1
(satuan uang), maka nilai sekarang dari uang tersebut adalah n.
Nilai sekarang dari anuitas 1 yang dibayar setiap awal tahun selama
n tahun adalah
an = 1 + + 2 + + n1 = 1
n
1 (3.1)
0 1 2 n 1 n
Rp.1 Rp.1 Rp.1Rp.1
Gambar III.1: Anuitas dengan pembayaran setiap awal tahun
18
0 1 2 n 1 n
Rp.1Rp.1 Rp.1Rp.1
Gambar III.2: Anuitas dengan pembayaran setiap akhir tahun
Karena
an =1 n
1 maka jika pembayaran dilakukan tak hingga kali setiap awal tahun (n),nilai tunai sekarangnya adalah
a =1
1 =
1
d
dengan d = 1 .
Nilai sekarang dari anuitas 1 yang dibayar setiap akhir tahun selama
n tahun adalah
an = + 2 + + n1 + n (3.2)
Berdasarkan sifat deret geometri, persamaan (3.2) juga dapat ditulis sebagai
an =(1 n)
1 (3.3)
Dari persamaan (3.3), jika pembayaran dilakukan tak hingga kali (n )
0 1 2 n1 n
Rp.1 Rp. 1 Rp. 1Rp.1
1 2 n1
Gambar III.3: Nilai tunai sekarang untuk pembayaran setiap awal tahun
19
setiap akhir tahun, maka nilai tunai sekarangnya adalah
a =
1 =
d
Hubungan antara an dengan an adalah
an = 1 + ( + 2 + + n1) = 1 + an1
Contoh III.3. Seorang pengusaha meminjam uang ke bank sebesar USD
10.000 dengan bunga 5% per tahun. Tentukan angsuran yang harus dibayar
jika masa peminjaman 5 tahun.
Penyelesaian. Misalkan pembayaran dilakukan setiap akhir tahun.
Diketahui bunga i = 0, 05 dan jangka waktu n = 5 tahun, maka faktor diskonto
= 1/(1+0, 05) = 0, 952 sehingga nilai sekarang dari anuitas sebesar 1 adalah
a5
=(1 5)
1 =
0, 952(1 (0, 952)5)1 0, 952
= 4, 324
Jika A menyatakan nilai angsuran, maka nilai tunai pinjaman harus sama
dengan nilai sekarang dari total angsuran atau
10.000 = Aa5
Akibatnya
A =10.000
a5
=10.000
4, 324= 2.312, 67
Jadi angsuran yang harus dibayar adalah USD 2.312,67 per tahun.
Contoh III.4. Biaya kuliah seorang mahasiswa 10 tahun lagi diperkirakan
mencapai 100 juta rupiah. Jika suku bunga dianggap tetap 5%, berapakah
uang yang harus ditabung setiap akhir tahun?
Penyelesaian. Diketahui bunga i = 0, 05 dan jangka waktu n = 10 tahun.
Misalkan A menyatakan besarnya uang yang harus ditabung tiap akhir tahun
agar di akhir tahun ke-10 nilai tunainya mencapai 100 juta rupiah, maka nilai
uang yang diperlukan harus sama dengan nilai akhir anuitas atau
20
106 = AS10
Karena
Sn =n1k=0
(i+ i)nk = (1 + i)nn1k=0
k = (1 + i)n(
1 n
1
)= (1 + i)n
[1 (i+ i)n
1 (1 + i)1
]=
(i+ i)n 1(1 + i) 1
maka
S10
=(1, 05)10 1(1, 05) 1
= 12, 578
sehingga
A =106
S10
=106
12, 578= 795.000, 96
Jadi uang yang harus ditabung setiap akhir tahun adalah Rp. 795.000,96.
Latihan
1. Tunjukkan an =1ni
2. Tunjukkan Sn =1in
3. Tunjukkan Sn =ann
4. Tunjukkan Sn = Sn+1 + 1
5. Tunjukkan Sn =(1+i)n
i
6. Tunjukkan an+m an1 = n + n+1 + + n+m
7. Tunjukkan ian = 1 + i n1
8. Tunjukkan ax =
0 tpx x+t at
III.3 Anuitas Pasti dengan Pembayaran Kontinu
Misalkan suatu anuitas dibayarkan secara kontinu dengan laju pembayaran 1
per tahun. Nilai sekarang dari total pembayaran (at ) adalah
at =1 t
sebab
at =
t0
sds =
[s
ln
]t0
=t 1ln
=1 t
ln =
1 t
21
Akibatnya, jika t makaa =
1
Selanjutnya, nilai total pembayaran di akhir tahun (St ) adalah
St =(1 + i)t 1
sebab
St =
t0
(1 + i)sds =
[(1 + i)s
ln(1 + i)
]t0
=(1 + i)t 1
ln(1 + i)=
(1 + i)t 1
dengan
= ln = ln 11 + i
= (ln 1 ln(1 + i)) = (0 ln(1 + i))
= ln(1 + i)
22
Daftar lambang
i : bunga
= (1 + i)1 : faktor diskon
= ln : laju bungaSn =
n1k=0(i+ i)
nk : nilai tunai di akhir jangka waktu n dari anuitas
sebesar 1 dengan pembayaran setiap akhir periode
Sn = (1 + i)Sn : nilai tunai di akhir jangka waktu n dari anuitas
sebesar 1 dengan pembayaran setiap awal periode
an =1 n
1 : nilai sekarang dari anuitas sebesar 1 dengan
pembayaran setiap awal periode selama jangka
waktu n
an =(1 n)
1 : nilai sekarang dari anuitas sebesar 1 dengan
pembayaran setiap akhir periode selama jangka
waktu n
a =1
1 : nilai sekarang dari anuitas sebesar 1 yang dibayar
tanpa batas waktu dengan pembayaran setiap
awal periode
a =
1 : nilai sekarang dari anuitas sebesar 1 yang dibayar
tanpa batas waktu dengan pembayaran setiap
akhir periode
at =1 t
: nilai sekarang dari anuitas sebesar 1 yang dibayar
secara kontinu selama t satuan waktu
a =1
: nilai sekarang dari anuitas sebesar 1 yang dibayar
secara kontinu tanpa batas waktu
St =(1 + i)t 1
: nilai tunai di akhir jangka waktu t dari anuitas
sebesar 1 yang dibayar secara kontinu
23
Bab IV Asuransi Jiwa
Berdasarkan fungsinya, asuransi dapat digunakan untuk mengurangi kerugian
finansial yang diderita tertanggung, akibat terjadinya suatu musibah,
kerusakan, atau peristiwa lainnya yang waktu kejadiannya bersifat acak
(random). Kerugian finansial tersebut menjadi berkurang karena pemberian
santunan (benefit) dari fihak penanggung. Santunan tersebut diperoleh dari
pengumpulan premi yang telah dibayar para nasabah sesuai dengan yang
tertera pada buku polis. Jika waktu pemberian santunan didasarkan karena
meninggalnya tertanggung, maka asuransi tersebut disebut asuransi jiwa.
Pada bab ini akan dibahas model-model asuransi jiwa ketika santunan
dibayarkan saat tertanggung meninggal dan ketika santunan dibayarkan di
akhir tahun tertanggung meninggal. Selain itu, dibahas pula model perhi-
tungan nilai sekarang yang diharapkan dari santunan yang diberikan saat
tertanggung meninggal.
IV.1 Asuransi Dibayar Saat Meninggal
Misalkan diasumsikan tertanggung adalah (x) dan sisa hidupnya T = t dengan
T 0. Beberapa variabel acak yang diperlukan:
T : Jangka waktu antara polis diterbitkan sampai tertanggung meninggal
bT : Besarnya santunan yang dibayar ketika tertanggung meninggal
vT
: Nilai sekarang dari santunan sebesar bT = 1
Z : Nilai sekarang dari santunan atau Z = bTvT
Selanjutnya, ekspektasi nilai sekarang dari santunan bt = 1 disebut actuarial
present value (APV) atau dengan kata lain, APV = E[Z]
Berikut dibahas empat model asuransi, yaitu asuransi seumur hidup, asuransi
berjangka n tahun, asuransi endowmen, asuransi tertunda, dan asuransi
dengan santunan membesar/mengecil.
24
IV.1.1 Asuransi seumur hidup
Santunan dibayarkan saat tertanggung (x) meninggal. Untuk santunan bt = 1
(satuan uang) dengan fungsi diskon t = t, variabel acak yang menyatakan
nilai sekarang dari santunan adalah
Z = T , T 0
Dengan demikian, nilai APV dari santunan sebesar 1 adalah
Ax = E[Z] =
0
zt fT (t)dt =
0
t tpx x(t)dt
Contoh IV.1. Misalkan fungsi densitas peluang dari T untuk tertanggung
(x) adalah
fT (t) =
{180, 0 t 80
0, t lainnya
Tentukan APV dari asuransi seumur hidup untuk (x) dengan laju bunga .
Penyelesaian. Karena = ln maka
= e dan t = et
Selanjutnya, karena Z = T maka APV dari asuransi seumur hidup untuk (x)
Ax = E[Z] = E[T ] =
0
tfT (t)dt =
800
et1
80dt =
1 e80
80
dengan 6= 0.
IV.1.2 Asuransi berjangka n tahun
Santunan dibayarkan jika tertanggung meninggal sebelum jangka waktu n.
Untuk fungsi santunan
bt =
{1, t n0, t > n
25
dengan fungsi diskon t = t, variabel acak yang menyatakan nilai sekarang
dari santunan adalah
Z =
{T , T n0, T > n
Nilai APV dari santunan dinotasikan dengan A1x:n dan nilainya adalah
A1x:n = E[Z] =
n0
t tpx x(t)dt
IV.1.3 Asuransi endowmen (dwiguna)
Asuransi endowmen murni n tahun
Pada model ini, pembayaran santunan di akhir jangka waktu n hanya diberikan
jika tertanggung masih hidup sedikitnya n tahun sejak polis dikeluarkan.
Jika ia meninggal sebelum jangka waktu n, maka tidak ada santunan yang
diberikan. Untuk fungsi santunan
bt =
{0, t n1, t > n
dengan fungsi diskon n = n, variabel acak yang menyatakan nilai sekarang
dari santunan adalah
Z =
{0, T nn, T > n
Misalkan In adalah variabel indikator yang bernilai 1 jika tertanggung masih
hidup sebelum jangka waktu n dan bernilai 0 jika sudah meninggal. Maka,
variabel acak Z dapat dinyatakan sebagai Z = nIn. Dengan demikian, APV
dari santunan adalah
A 1x:n = E[Z] = E[nIn] =
nnpx
Pada bab berikutnya, nilai sekarang dari santunan suatu endowmen murni n
tahun juga dinotasikan dengan nEx.
26
Asuransi endowmen n tahun
Pada model ini, santunan diberikan baik ketika tertanggung meninggal
sebelum atau sesudah jangka waktu n.
Untuk fungsi santunan bt = 1 dengan fungsi diskon
t =
{t, t nn, t > n
variabel acak yang menyatakan nilai sekarang dari santunan adalah
Z =
{T , T nn, T > n
Karena Z dapat dinyatakan sebagai
Z = Z1 + Z2
dengan
Z1 =
{T , T n0, T > n
dan Z2 =
{0, T nn, T > n
maka APV dari santunan yang dinotasikan dengan Ax:n adalah
Ax:n = A1x:n + A
1x:n
Selain model-model tersebut, model asuransi lainnya adalah
IV.1.4 Asuransi seumur hidup tertunda m tahun
Pada model ini, santunan dibayarkan jika tertanggung meninggal paling cepat
m tahun setelah polis dikeluarkan. Sebagai contoh, untuk asuransi seumur
hidup tertunda m tahun dengan santunan 1 (satuan uang) yang dibayarkan
saat meninggal, maka fungsi santunan, fungsi diskon, dan nilai sekarang
27
santunan, masing-masing dapat dinyatakan sebagai
bt =
{1, t > m
0, t m
t = t, t > 0
Z =
{t, T > m
0, T m
Nilai APV dari santunan dinotasikan dengan m|Ax dan nilainya adalah
m|Ax = E[Z] =
m
t tpx x(t)dt
IV.1.5 Asuransi berjangka n tahun tertunda m tahun
Pada model ini, santunan dibayarkan jika tertanggung meninggal antaram dan
n + m tahun lagi. Untuk angsuran sebesar 1 (satuan uang), fungsi santunan,
fungsi diskon, dan nilai sekarang santunan, masing-masing dapat dinyatakan
sebagai
bt =
{1, m < t n+m0, t m, t > n+m
t = t, t > 0
dan
Z =
{T , m < T n+m0, T m, T > n+m
Nilai APV dari santunan dinotasikan dengan m|nAx dan nilainya adalah
m|nAx = E[Z] =
m+nm
t tpx x(t)dt
28
IV.1.6 Asuransi dengan santunan membesar/mengecil
Asuransi seumur hidup dengan santunan membesar setiap tahun
Pada asuransi ini, besarnya santunan yang diberikan tergantung pada waktu
meninggalnya tertanggung. Semakin lama ia meninggal, semakin besar
santunan yang diterima. Besarnya santunan yang dimaksud adalah bilangan
bulat terbesar dari usia polis terakhir ditambah santunan dasar.
Jika santunan dasarnya sebesar 1 (satuan uang) maka fungsi santunan, fungsi
diskon, dan nilai sekarang santunan masing-masing dapat dinyatakan sebagai
bt = bt+ 1c, t 0,
t = t, t 0,
Z = bT + 1cT , T 0
Sebagai contoh, jika tertanggung meninggal pada saat usia polis baru 11 bulan
27 hari, maka santunan yang diterima adalah 1 (satuan uang). Namun, jika
meninggalnya bersamaan dengan usia polis 1 tahun 1 hari, maka santunannya
2 satuan uang.
Nilai APV dari santunan dinotasikan dengan (IA)x dan nilainya adalah
(IA)x = E[Z] =
0
bt+ 1ct tpx x(t)dt
Asuransi berjangka n tahun dengan santunan mengecil setiap tahun
Asuransi ini merupakan kebalikan dari model asuransi pada bagian (a).
Semakin lama ia meninggal, semakin kecil santunan yang diterima. Jika
ia meninggal sebelum jangka waktu n tahun, maka santunan yang diterima
adalah selisih antara n dengan bilangan bulat terbesar dari usia polis.
Jika santunan dasarnya sebesar 1 (satuan uang) maka fungsi santunan, fungsi
29
diskon, dan nilai sekarang santunan, masing-masing dapat dinyatakan sebagai
bt =
{n btc, t n
0, t > n
t = t, t > 0
Z =
{T (n bT c), T n
0, T > n
Sebagai contoh, jika tertanggung meninggal pada saat usia polis baru 11 bulan
27 hari, maka santunan yang diterima adalah n (satuan uang). Namun, jika
meninggalnya bersamaan dengan usia polis 1 tahun 1 hari, maka santunannya
n 1 satuan uang.
Nilai APV dari santunan dinotasikan dengan (DA)1x:n .
(DA)1x:n = E[Z] =
n0
t (n btc) tpx x(t)dt
Asuransi seumur hidup dengan santunan membesar setiap periode
m kali per tahun
Pada model ini, diasumsikan satu tahun dibagi menjadi m periode. Sebagai
contoh, andaikan santunan dasar ditetapkan sebesar 1 (satuan uang). Jika
tertanggung meninggal sebelum usia polis berusia 1/m tahun, maka santu-
nannya 1/m satuan uang. Namun, jika waktu meninggalnya di antara usia
polis 1/m tahun dan 2/m tahun, maka santunan yang diterima (1 + 1/m)
satuan uang.
Jika santunan dasarnya sebesar 1 (satuan uang), maka fungsi santunan, fungsi
diskon, dan nilai sekarang santunan, masing-masing dapat dinyatakan sebagai
bt =btm+ 1c
m, t 0,
t = t, t 0,
Z =T bTm+ 1c
m, T 0
30
Nilai APV dari santunan dinotasikan dengan (I(m)A)x dan nilainya adalah
(I(m)A)x = E[Z] =
n0
T btm+ 1cm
tpx x(t)dt
Latihan
1. Misalkan (x) = suatu konstanta positif untuk setiap x > 0. Tunjukkan
bahwa Ax = /(+ ).
2. Asumsikan mortalitas suatu populasi dinyatakan sebagai `x = 100x untuk0 x 100 dan laju bunga = 0, 05.
(a) Hitung A 140:25
(b) Tentukan APV asuransi berjangka 25 tahun dengan santunan sebesar
bt = e0,05t dibayar saat meninggal, untuk seseorang yang berusia 40
tahun saat polis diterbitkan.
3. Misalkan fungsi survival diasumsikan mengikuti hukum De Moivre dengan
= 100 dan i = 0, 1. Hitung A 130:10
.
4. Jika t = 0, 2/(1 + 0, 05t) dan `x = 100x untuk 0 x 100, hitung APVasuransi seumur hidup untuk seseorang berusia x.
31
Tab
elIV
.1:
Model
-model
asura
nsi
den
gan
santu
nan
dib
ayar
kan
sege
rase
tela
hte
rtan
ggung
men
ingg
al
Jenis
Asu
ransi
Santu
nan
Dis
kon
Nilaise
kara
ng
AP
V(bt)
(t)
(zt
= tb t
)E
[Z]
Seu
mur
hid
up
1t
t
Ax
Ber
jangk
an
tahun
1,tn
0,t>n
t
t ,
tn
0,t>n
A1 x:n
Endow
men
murn
i0,
tn
n
0,tn
A1
x:n
nta
hun
1,t>n
n,t>n
nEx
Endow
men
nta
hun
1t ,
tn
n,t>n
t ,
tn
n,t>n
Ax:n
Ber
jangk
an
tahun
1,mn
+m
Ber
jangk
an
tahun
bt+
1c,
tn
t
bt+
1ct ,
tn
(IA
)1 x:n
mem
bes
arse
tiap
tahun
0,t>n
0,t>n
Ber
jangk
an
tahun
nbtc,
tn
t
(nbtc)t ,
tn
(DA
)1 x:n
men
geci
lse
tiap
tahun
0,t>n
0,t>n
Seu
mur
hid
up
btm
+1c
mt
tbtm
+1c
m(I
(m) A
) x
mem
bes
arse
tiap
per
iode
ke-m
32
IV.2 Asuransi Dibayar di Akhir Tahun Meninggal
Pada Subbab IV.1 telah dibahas bahwa ketika santunan asuransi dibayarkan
saat tertanggung meninggal, jangka waktu antara polis diterbitkan sampai
tertanggung meninggal diasumsikan sebagai variabel acak kontinu yang
dinotasikan dengan T . Jika santunan dibayarkan di akhir tahun maka
perhitungan APV didasarkan pada variabel acak dskrit K = bT c + 1yang menyatakan jangka waktu antara polis diterbitkan sampai akhir tahun
tertanggung meninggal. Selain variabel K, variabel acak lainnya yang diper-
lukan adalah
bT : Besarnya santunan yang dibayar ketika tertanggung meninggal
vT
: Nilai sekarang dari santunan sebesar bT = 1
Z : Nilai sekarang dari santunan atau Z = bTvT
Rumus rekursi dalam bentuk u(x) = c(x) + pxu(x + 1) untuk APV asuransi
yang dibayarkan di akhir tahun meninggal:
(a) Ax = qx + pxAx+1, x = 0, 1, . . . , 1dan A = 0
(b) A1x:yx = qx + pxA
1x+1:y(x+1) , x = 0, 1, . . . , y 1
dan A1y:0
= 0
(c) Ax:yx = qx + pxAx+1:y(x+1) , x = 0, 1, . . . , y 1 dan Ay:0 = 0(d) yx|nAx = 0 + px(y(x+1)|nAx+1), x = 0, 1, . . . , y 1
dan 0|nAy = A1y:n(e) (IA)1
x:yx =[qx + pxA
1x+1:y(x+1)
]+ px (IA)
1x+1:y(x+1)
x = 0, 1, . . . , y 1 dan (IA)1y:0
= 0
(f) (DA)1x:yx = (y x) qx + px (DA)
1x+1:y(x+1)
x = 0, 1, . . . , y 1 dan (DA)1y:0
= 0
(g) (IA)x = [qx + pxAx+1] + px (IA)x+1, x = 0, 1, . . . , 1,dan (IA) = 0
33
Tab
elIV
.2:
Model
-model
asura
nsi
den
gan
santu
nan
dib
ayar
di
akhir
tahun
tert
angg
ung
men
ingg
al
Jenis
Asu
ransi
Fungsi
Santu
nan
Fungsi
Dis
kon
Nilaise
kara
ng
AP
Vb k
+1
k+
1z k
+1
= k
+1b k
+1
Seu
mur
hid
up
1k+
1k+
1Ax
Ber
jangk
an
tahun
1,k
=0,
1,...,n
10,
k=n,n
+1,...
k+
1k+
1,k
=0,
1,...,n
10,
k=n,n
+1,...
A1 x:n
Endow
men
nta
hun
1k+
1,k
=0,
1,...,n
1n,
k=n,n
+1
k+
1,k
=0,
1,...,n
1n,
k=n,n
+1
Ax:n
Ber
jangk
an
tahun
1,k
=m,m
+1,...,m
+n
1k+
1k+
1,
k=m,m
+1,...,m
+n
1m|nAx
tert
undam
tahun
0,k
=0,...,m
1at
auk
=m
+n,m
+n
+1,...
0,k
=0,...,m
1at
auk
=m
+n,m
+n
+1,...
Ber
jangk
an
tahun
k+
1,k
=0,
1,...,n
1k+
1(k
+1)k+
1,k
=0,
1,...,n
1(IA
)1 x:n
mem
bes
arse
tiap
tahun
0,k
=n,n
+1...
0,k
=n,n
+1...
Ber
jangk
an
tahun
nk,k
=0,
1,...,n
1k+
1(nk)k+
1,k
=0,
1,...,n
1(DA
)1 x:n
men
geci
lse
tiap
tahun
0,k
=n,n
+1...
0,k
=n,n
+1...
Seu
mur
hid
up
k+
1,k
=0,
1,...
k+
1(k
+1)k+
1,k
=0,
1,...
(IA
) xm
emb
esar
seti
apta
hun
34
IV.3 Hubungan antara Santuan dibayar Saat meninggal
dan di Akhir Tahun Meninggal
35
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Info cetak .....
Revisi/cetak terakhir: 4 April 2011, pukul 18:45
Nomor halaman: i1, 135 Total: 36 halaman
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTAR ISIPendahuluanAsuransi, Aktuaria, dan AktuarisReview Teori Peluang
Distribusi Survival dan tabel MortalitasDistribusi SurvivalFungsi distribusi dan Fungsi survivalPeluang meninggalCurtate-Future-Lifetime (CFL)Laju Kematian
Tabel Mortalitas (TM)Hubungan TM dengan fungsi survival
Anuitas PastiBunga Sederhana dan Bunga MajemukAnuitas Pasti dengan Pembayaran DiskritNilai tunai di akhir jangka waktuNilai tunai sekarang
Anuitas Pasti dengan Pembayaran Kontinu
Asuransi JiwaAsuransi Dibayar Saat MeninggalAsuransi seumur hidupAsuransi berjangka n tahunAsuransi endowmen (dwiguna)Asuransi seumur hidup tertunda m tahunAsuransi berjangka n tahun tertunda m tahunAsuransi dengan santunan membesar/mengecil
Asuransi Dibayar di Akhir Tahun MeninggalHubungan antara Santuan dibayar Saat meninggal dan di Akhir Tahun Meninggal