Upload
sekarini-tirtha
View
21
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Akuntansi Keperilakuan Pertanggungjawaban
Citation preview
PEMBAHASAN
A. DILEMA BISNIS
PT Kertas Karton adalah produsen karton dan papan kertas yang cukup mapan, di
mana sebagian besar produknya dijual dalam bentuk kemasan untuk produk
konsumen. Karton dibuat dalam pabrik karton perusahaan. Bahan mentah untuk
karton adalah kertas papan yang diproduksi di perusahaan kertas papan yang
berdekatan dengan pabrik karton. Kompleks pabrik juga meliputi suatu gedung
berukuran 50.000 meter persegi di mana barang jadi disimpan sambil menunggu
pengiriman. Perusahaan memiliki 367 karyawan pada tahun 2008. Tuan Bambang,
presiden perusahaan adalah pemegang saham terbesar,
Perusahaan memasarkan produknya dalam radius sekitar 650 km dari pabrik di
sebuah kota kecil. Perusahaan tersebut memiliki insinyur di bidang penjualan, yang
memperoleh kompensasi berupa gaji pokok nominal ditambah komisi. Bagian
pemasaran terdiri atas enam orang, termasuk tiga orang yang mempersiapkan
penetapan harga untuk konsumen potensial menurut spesifikasi yang diperoleh dari
konsumen tersebut. Perusahaan tersebut mempunyai reputasi yang baik dalam hal
kualitas produk dan layanan pelanggan.
Industry papan kertas dan karton ditandai dengan persaingan ketat karena potensi
kapasitas yang berlebih yang mungkin terjadi di semua pabrik. Karena adanya
kapasitas yang berlebih ini, kompetisi untuk pemesanan dalam jumlah besar menjadi
tajam,dan pemotongan harga menjadi hal yang umum. Tn. Bambang menghadapi
persaingan ini dengan cara merancang kotak-kotak khusus yang sesuai dengan
spesifikasi konsumen, memenuhi keinginan konsumen, dan menetapi jadwal
pengiriman dengan tepat waktu.
Proses produksi mensyaratkan bahwa pabrik kertas beroperasi secara terus-
menerus dengan tiga shift untuk efisiensi maksimum. Namun, pabrik karton
beroperasi pada tingkat rata-rata satu atau setengah shift per harinya. Sebuah diagram
organisasi parsial ditunjukkan pada gambar 1. Pabrik kertas dan pabrik karton
merupakan pusat laba. Pabrik karton itu memiliki 10 departemen produksi. Setiap
departemen terdiri atas sebuah mesin cetak dan peralatan sejenis, serta dipimpin oleh
seorang kepala departemen. Selain itu terdapat lima departemen jasa yang
menjalankan fungsi seperti produksi tinta, pengendalian kualitas, dan penyimpanan
gudang yang masing-masing dikepalai oleh seorang penyelia. Kelima belas
1
departemen tersebut masing-masing merupakan pusat biaya. Kesepuluh departemen
produksi merupakan pusat biaya produksi, dan kelima departemen jasa merupakan
pusat biaya jasa.
Gambar 1. Bagan Organisasi Parsial PT Kertas Karton
2
Direktur UtamaTn. Bambang
Direktur Pemasaran
Direktur Produksi
Direktur Keuangan
7 Tenaga Penjualan
6 Estimator dan Staf Jasa Penjualan
Kepala Bagian Pabrik Kertas
Kepala Bagian Pabrik Karton
10 Pengawas Departemen
Produksi
5 Pengawas Departemen
Jasa
Pengontrol Bendahara
B. AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN
Akuntansi pertanggungjawaban merupakan istilah yang digunakan dalam
menjelaskan akuntansi perencanaan serta pengukuran dan evaluasi kinerja organisasi
sepanjang garis pertanggungjawaban. Garis pertanggungjawaban ini meliputi
pendapatan, serta biaya-biaya yang diakumulasikan dan dilaporkan oleh pusat
pertanggungjawaban. Pusat pertanggungjawaban merupakan bagian dalam organisasi
yang diakumulasikan secara menyeluruh untuk kepentingan pencatatan. Asumsinya
bahwa seseorang pada puusat pertanggungjawaban mempunyai pengendalian terhadap
seluruh catatan-catatan tersebut. Setiap pusat pertanggungjawaban dalam organisasi
hanya bertanggung jawab atas pengendalian terhadap pendapatan dan biayanya
sendiri secara keseluruhan. Sistem penyusunan laporan keuangan untuk semua
tingkatan manajemen didesain khusus agar mereka dapat menggunakannya secara
efektif guna mengendalikan operasi serta biaya yang terlihat.
Akuntansi pertanggunjawaban adalah jawaban akuntansi manajemen terhadap
pengetahuan umum bahwa masalah-masalah bisnis dapat dikendalikan seefektif
mungkin dengan mengendalikan orang-orang yang bertanggung jawab menjalankan
operasi tersebut. Salah satu tujuan akuntansi pertanggungjawaban adalah memastikan
bahwa individu-individu pada seluruh tingkatan di perusahaan telah memberikan
kontribusi yang memuaskan terhadap pencapaian tujuan perusahaan secara
menyeluruh. Hal ini dicapai dengan membagi-bagi suatu perusahaan ke pusat-pusat
pertanggungjawaban individual (suatu jaringan tanggung jawab) yang memberikan
suatu kerangka kerja untuk pengambilan keputusan secara terdesentralisasi dan
partisipatif di tingkat perusahaan dalam menetapkan tujuan kinerja. Hal tersebut juga
memberikan manajemen puncak hasil secara keseluruhan serta data mengenai cara
manajer segmen menjalankan fungsinya.
Akuntansi pertanggungjawaban adalah komponen yang penting dari sistem
pengendalian keseluruhan di suatu perusahaan. Manfaat khususnya berasal dari fkta
bahwa struktur akuntansi pertanggungjawaban memberikan suatu kerangka kerja yang
berrti untuk melakukan perencanaan, agregasi data, dan pelaporan hasil kinerja
operasi di sepanjang jalur pertanggungjawaban dan pengendalian. Akuntansi
pertanggungjawaban ditujukan untuk manusia, peran mereka, serta tugas-tugas yang
dibebankan kepada mereka dan bukan sebagai mekanisme impersonal untuk
akumulasi dan pelaporan data secara keseluruhan. Hal tersebut memberikan umpan
balik secara periodic kepada para manajer segmen mengenai keberhasilan mereka
3
dalam mencapai tujuan tertentu. Dengan menyoroti penyimpangan kinerja actual dari
kinerja yang direncanakan, akuntansi pertanggungjawaban memungkinkan
dilakukannya manajemen berdasarkan perkecualian dan manajemen berdasarkan
tujuan.
C. AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN VERSUS AKUNTANSI
KONVENSIONAL
Akuntansi pertanggungjawaban tidaklah melibatkan deviasi apa pun dari prinsip
akuntansi yang diterima secara umum. Akuntansi pertanggungjawaban berbeda
dengan akuntansi konvensional dalam hal cara operasi direncanakan dan cara data
akuntansi diklasifikasikan serta diakumulasikan. Dalam akuntansi konvensional, data
diklasifikasikan berdasarkan berdasarkan hakikat atau fungsinya dan tidak
digambarkan sebagai individu-individu yang bertanggung jawab atas terjadinya dan
pengendalian terhadap data tersebut. Oleh Karen itu, data akuntansi konvensional
mempunyai nilai yang terbatas bagi manajer dalam memantau efisiensi dan aktivitas
harian mereka.
Akuntansi pertanggungjawaban meningkatkan relevansi dari informasi ekonomi
dengan menerapkan suatu kerangka kerja untuk perencanaan, akumulasi data, dan
pelaporan sesuai dengan struktur organisasional dan hierarki pertanggungjawaban dari
suatu perusahaan. Akuntansi pertanggungjawaban memberikan suatu sentuhan pribadi
terhadap mekanisme akumulasi data yang impersonal dalam akuntansi konvensional
dengan membahasnya bersama manajer segmen secara langsung, serta dengan
menyediakan tujuan dan hasil kinerja actual atas factor-faktor operasional kepada
siapa para manajer tersebut bertanggung jawab dan mampu melakukan pengendalian.
Berbagai data operasional tidak hanya diklasifikasikan, diakumulasikan, dan
dilaporkan berdasarkan jenisnya, tetapi juga berdasarkan individu-individu yang telah
diberikan tanggung jawab atasnya.
Oleh karena itu, akuntansi pertanggungjawaban tidak mengalokasikan biaya
gabungan ke segmen-segmen yang memperoleh manfaat daripadanya, melainkan
membebankan biaya tersebut kepada individu di segmen yang menginisasi dan
mengendalikan terjadinya biaya tersebut. Misalnya, manajer department jasa
perbaikan dan pemeliharaan yang bertanggung jawab memelihara peralatan di
departemen-departemen lain sebaiknya dianggap bertanggung jawab terhadap biaya
yang berkaitan dengan tugasnya itu. Contoh lainnya adalah gaji dari seseorang yang
4
bekerja separuh waktu sebagai tenaga penjualan dan separuh waktunya lagi sebagai
agen pembelian. Akuntansi konvensional akan mengalokasikan gaji ini berdasarkan
waktu yang digunakan untuk setiap aktivitas. Sebaliknya, akuntansi
pertanggungjawaban akan membebankan total gaji tersebut kepada atasan yang
berttanggung jawab atas aktivitas orang tersebut.
Akuntansi pertanggungjawaban melaporkan baik siapa yang membelanjakan
uang tersebut maupun apa yang dibeli oleh uang tersebut. Oleh karena itu, akuntansi
pertanggungjawaban menambahkan dimensi manusia pada perencanaan, akumulasi
data, dan pelaporan. Karena biaya dianggarkan dan diakumulasikan sepanjang garis
tanggung jawab laporan yang diterima oleh manajer segmen sangat sesuai untuk
evaluasi kinerja dan alokasi penghargaan. Lebih lanjut lagi, orang yang memiliki
kinerja tersebut tidak akan memandang laporan itu sebagai suatu yang tidak adil atau
mempertanyakannya berdasarkan praktik alokasi akuntansi yang arbitrer. Akuntansi
pertanggungjawaban menimbulkan kesadaran terhadap biaya dan pendapatan di
seluruh organisasi serta memotivasi manajer segmen untuk berusaha kea rah
pencapaian tujuan. Akuntansi pertanggungjawaban mengerahkan perhatian mereka
kepada faKtor-faktor yang memerlukan perhatian khusus dan bahwa mereka memiliki
kekuasaan untuk melakukan perubahan.
D. JARINGAN PERTANGGUNGJAWABAN
Akuntansi pertanggungjawaban didasarkan pada pemikiran bahwa seluruh biaya
dapat dikendalikan dan masalahnya hanya terletak pada penetapan titik
pengendaliannya.
Untuk tujuan ini, struktur organisasi perusahaan dibagi-bagi ke dalam suatu
jaringan pusat-pusat pertanggungjawaban secara individual, atau sebagaimana
didefinisikan oleh National Association of Accountants, ke dalam unit-unit
organisasional yang terlibat dalam pelaksanaan suatu fungsi tunggal atau sekelompok
fungsi yang saling berkaitan yang memiliki seorang kepala yang bertanggungjawab
untuk unit tersebut, bertanggung jawab untuk melaksanakan suatu fungsi (output) dan
untuk menggunakan sumber daya (input) seefisien mungkin dalam melaksanakan
fungsi ini.
Kebanyakan organisasi mempunyai hierarki pusat pertanggungjawaban semaam
itu. Di tingkat puncak, presiden atau CEO bertanggung jawab terhadap pemilik untuk
profitabilitas keseluruhan dari perusahaan. Mereka yang bertanggung jawab terhadap
5
presiden perusahaan meliputi kepala dari berbagai departemen operasi dan staf. Di
bawahnya adalah pusat pertanggungjawaban lainnya, yang masing-masing dikepalai
oleh satu orang yang bertanggung jawab kepada pejabat yang lebih tinggi atas
efisiensi dalam kinerja.
Untuk memastikan jaringan tanggung jawab dan akuntabilitas berfungsi dengan
mulus, struktur organisasional suatu perusahaan harus dianalisis, selain itu, laba dan
beban yang sebenarnya tanggung jawab tersebut ditentukan secara hati-hati. Dalam
praktiknya, penggambaran pusat pertanggungjawaban sering kali merupakan tugas
paling sulit dalam konstruksi dan instalasi sistem tersebut.
Untuk menciptakan struktur jaringan pertanggungjawaban yang efisien, tanggung
jawab dan lingkup dari wewenang untuk setiap individu dari eksekutif puncak sampai
ke karyawan di tingkat paling rendah harus didefinisikan secara logis dan jelas.
Tidak boleh ada tanggung jawab yang tumpang tindih pada tingkatan hierarki
yang berbeda. Orang yang dibebankan tanggung jawab sebaiknya diberikan
wewenang yang memadai untuk pekerjaan yang diharapkan. Tanggung jawab
sebaiknya tidak dibagi menjadi dua atau lebih individu karena pembagian tanggung
jawab sering kali menimbulkan kesalahpahaman, kebingungan, duplikasi usaha, atau
pengabaian kinerja. Hal tersebut juga menyulitkan atasan dalam menentukan pihak
yang bersalah jika terjadi kesalahan.
Selain kebutuhan untuk membebankan tanggung jawab secara hati-hati hanya ke
satu orang, tiap-tiap individu tersebut pada gilirannya harus melapor hanya kepada
satu manajer. Posisi penyelia harus menetapkan pengelompokan yang logis atas
aktivitas-aktivitas pada berbagai tingkatan manajemen.
Singkatnya, jaringan pertanggungjawaban yang berfungsi dengan baik harus
mengandung kesesuaian yang sempurna antara tanggung jawab dan wewenang di
semua tingkatan.
E. JENIS-JENIS PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN
Pusat-pusat pertanggungjawaban individu berfungsi sebagai kerangka kerja untuk
mengukur dan mengevaluasi kinerja dari manajer segmen. Kinerja manajer dalam
kerangka kerja akuntansi pertanggungjawaban disamakan dengan kemampuan mereka
untuk mengelola faktor-faktor operasional tertentu yang dapat dikendalikan. Sistem
tersebut tidak mampu mengukur dan mengevaluasi kinerja secara total. Jadi faktor-
6
faktor seperti pengendalian mutu, tingkat moral bawahan, dan kualitas kepemimpinan
harus diukur dan dievaluasi dengan cara lain.
Pusat pertanggungjawaban dikelompokkan ke dalam empat kategori. Setiap
kategori mencerminkan rentang dan disreksi atas pendapatan dan/atau biaya serta
lingkup pengendalian dari manajer yang bertanggung jawab.
Pusat Pendapatan
Jika tanggung jawab utama seorang manajer adalah pengendalian pendapatan, maka
segmennya sebaiknya diperlakukan sebagai pusat pendapatan. Manajer di pusat
pendapatan tidak mempunyai diskresi maupun pengendalian terhadap investasi pada
aset atau biaya dari barang/jasa yang akan dijual. Mereka hanya memiliki kendali
terhadap biaya pemasaran langsung dan kinerja mereka akan diukur dalam hal
kemampuan mereka untuk mencapai target penjualan yang telah ditentukan
sebelumnya dalam batasan beban tertentu. Untuk memperoleh manfaat motivasional
dan pengendalian yang efektif, manajer pusat pendapatan sebaiknya berpartisipasi
dalam proses penetapan tujuan dan menerima umpan balik yang tepat waktu atas hasil
kinerja mereka.
Pusat Biaya
Pusat biaya merupakan bidang tanggung jawab yang menghasilkan suatu produk/jasa,
manjer yang bertanggung jawab atas pusat biaya memiliki diskresi dan kendali hanya
atas penggunaan sumber daya fisik dan manusia yang diperlukan untuk melaksanakan
tugas yang diberikan kepadanya. Mereka tidak memiliki kendali terhadap pendapatan
karena fungsi pemasaran bukanlah tanggung jawabnya.
Selama proses perencanaan, para manajer pusat biaya diberikan kuota produksi dan
dapat berpartisipasi dalam menetapkan tujuan biaya yang realistis adil untuk tingkat
output yang diantisipasi. Hasil kinerja dilaporkan secara periodik kepada manajer
dalam bentuk laporan yang membandingkan biaya aktual yang terjadi dengan biaya
yang dianggarkan. Laporan-laporan ini mengarahkan perhatian pada bidang-bidang
masalah yang sebaiknya dinvestigasi. Frekuensi dari umpan balik bergantung pada
sensitivitas dan materialitas dari faktor-faktor operasional yang berada di bawah
kendalinya pusat-pusat biaya merupakan bentuk pusat pertanggungjawaban yang
digunakan secara luas dan secara umum dapat dibedakan menjadi pusat biaya teknik
atau pusat biaya standar dan pusat biaya kebijakan.
7
1. Pusat Biaya Teknik/Pusat Biaya Standar
Merupakan pusat biaya yang sebagian besar biayanya memiliki hubungan fisik
yang erat dengan output yang dihasilkan. Manajer pusat biaya teknik ini akan
diukur efisiensi dan efektivitasnya. Efisiensi diukur dengan membandingkan
antara biaya standar dengan biaya aktual. Untuk tujuan pengendalian, selisih
antara biaya standar dengan biaya aktual perlu dianalisis untuk menentukan
tanggung jawab atas varians yang terjadi.
2. Pusat Biaya Kebijakan
Adalah pusat biaya yang sebagian besar biayanya tidak mempunyai hubungan
yang erat dengan output yang dihasilkan. Contohnya adalah unit administratif
dan unit pendukung lainnya (departemen akuntansi, departemen hukum,
departemen hubungan industrial, dan departemen hubungan masyarakat),
departemen penelitian dan pengembangan, serta departemen pemasaran.
Pusat Laba
Merupakan segmen di mana manajer memiliki kendali baik atas pendapatan maupun
biaya. Manajer dievaluasi berdasarkan efisiensi mereka dalam menghasilkan
pendapatan dan mengendalikan biaya. Diskresi yang mereka miliki terhadap biaya
meliputi beban produksi dari produk/jasa. Tanggung jawab mereka lebih luas
dibandingkan tanggung jawab dari pusat pendapatan atau pusat biaya karena mereka
bertanggung jawab atas fungsi distribusi dan manufaktur.
Konversi atas suatu pusat biaya menjadi pusat laba yang dicapai dengan
memperkenalkan biaya transfer yang bertindak sebagai harga jual internal serta
menciptakan pendapatan dan laba artifisial untuk segmen tersebut. Namun manfaat
motivasional tersebut bergantung pada jenis harga transfer yang dipilih. Pilihan atas
dasar harga transfer yang tidak sesuai dapat menciptakan berbagai tanggapan perilaku
yang tidak diinginkan dan menghilangkan manfaat motivasional.
Kinerja manajer pusat laba dievaluasi berdasarkan target laba yang direncanakan.
Untuk meminimalkan tindakan disfungsional yang disebabkan oleh orientasi pada
jangka pendek yang kaku, manajer pusat laba sebaiknya diharapkan memelihara dan
memperbaiki moral dari bawahan mereka, memelihara bangunan dan fasilitas
produksi, serta memberikan kontribusi terhadap kepemimpinan produk dan
keanggotaan korporat. Untuk meningkatkan kerprihatinan manajer terhadap aspek-
aspek ini, sistem penghargaan dari evaluasi kinerja sebaiknya juga memasukkan
8
ukuran-ukuran dalam hal aspek jangka panjang dan tingkat keberhasilan yang dalam
hal ini sebaiknya memengaruhi alokasi penghargaan.
Pusat Investasi
Manajer pusat investasi bertanggung jawab terhadap investasi dalam aset serta
pengendalian atas pendapatan dan biaya. Mereka bertanggung jawab mencapai margin
kontribusi dan target laba tertentu serta efisiensi dalam penggunaan aset. Mereka
diharapkan mencapai keseimbangan yang sehat antara laba yang dicapai dan investasi
dalam sumber daya yang digunakan. Kriteria yang digunakan dalam mengukur kinerja
mereka dan menentukan penghargaan mereka meliputi tingkat pengembalian atas aset,
rasio perputaran, dan laba residual.
F. KORELASI DENGAN STRUKTUR ORGANISASI
Pendekatan-pendekatan yang digunakan untuk mendesain struktur organisasi dan
membebankan tanggung jawab bervariasi antara perusahaan satu dengan yang lain.
Berbagai pendekatan tersebut dapat diklasiikasikan sebagai struktur vertikal dan
horizontal.
Struktur Vertikal
Dalam struktur vertikal, organisasi dibagi berdasarkan fungsi utama. Tanggung jawab
keseluruhan untuk fungsi produksi, penjualan, dan keuangan diberikan kepada wakil
direktur yang mendelegasikan tanggung jawab mereka ke struktur di bawahnya sesuai
dengan hierarki. Namun, tanggung jawab akhir untuk setiap fungsi tetap berada di
tangan mereka.
Dari sudut pandang pusat pertanggungjawaban, seluruh segmen produksi adalah pusat
biaya karena pendapatan hanya dihasilkan melalui fungsi penjualan. Segmen
penjualan merupakan pusat pendapatan karena berbagai manajer hanya bertanggung
jawab untuk menjual produk atau jasa dan tidak memiliki kendali maupun diskresi
terhadap biaya produksinya. Hanya presdir yang memiliki kendali dan diskresi atas
seluruh aktivitas dan menajdi penentu akhir dalam menerima atau menolak usulan
investasi.
Struktur Horizontal
Jika maksudnya untuk membedakan tanggung jawab atas laba dan investasi kepada
beberapa direktur, maka struktur horizontal untuk pendelegasian tanggung jawab
9
adalah paling sesuai. Struktur tersebut dapat dibagi berdasarkan produk atau area
geografis. Setiap wakil direktur mengendalikan suatu pusat laba atau investasi
daripada pusat pendapatan atau biaya fungsional. Mereka bertanggung jawab atas
produksi, penjualan, dan pendanaan, atau dengan kata lain atas seluruh bidang
fungsional dalam area atau kelompok produknya.
Pemilihan Struktur
Tidak satu pun struktur di atas yang lebih superior. Efisiensi penggunaannya
bergantung pada berbagai faktor lingkungan. Pada perusahaan kecil, presdir mungkin
memilih untuk tetap mengendalikan seluruh aktivitas dan hanya mendelegasikan
wewenang dan tanggung jawab secara parsial berdasarkan fungsi. Perusahaan yang
menghasilkan dan menjual beberapa produk yang sangat terdiferensiasi mungkin
menggunakan struktur horizontal. Perusahaan yang menghasilkan beraneka ragam
produk di setiap pabriknya juga dapat menggunakan struktur horizontal.
Jenis struktur yang dipilih akan memengaruhi jaringan pusat pertanggung jawaban
yang pada gilirannya berfungsi sebagai suatu kerangka bagi arus data dan kebutuhan
pelaporan. Jika jaringan pusat pertanggungjawaban sama dengan struktur yang
dipilih, maka sistem akan berfungsi secara efektif dan mendorong para manajer untuk
menggunakannya sebagai sumber referensi dalam menjalankan aktivitas yang telah
ditetapkan.
G. MENETAPKAN PERTANGGUNGJAWABAN
Setelah memilih struktur organisasi, tugas penting selanjutnya adalah
membangun system pertanggungjawaban. Tanggung jawab adalah pemenuhan dari
suatu pekerjaan. Saling ketergantungan antara segmen dari suatu organisasi seringkali
menyulitkan untuk membuat gambaran tanggungjawab yang jelas. Para manajer
segmen dengan tanggung jawab atas tugas tertentu tidaklah independen satu sama lain
dan tanggung jawab mereka dapat tumpang tindih.
Konstruksi atas kerangka pertanggungjawaban yang seimbang benar-benar sulit
dan sering membutuhkan kompromi. Faktor paling penting dalam menggambarkan
pertanggungjawaban adalah masalah tingkat diskresi dan pengendalian atas sumber
daya yang diperlukan guna melaksanakan fungsi atau tugas yang didelegasikan.
Pengendalian berarti manajer mempunyai kemampuan yang signifikan untuk
10
mengubah jumlah dari pos-pos tersebut. Tanggung jawab atas deviasi dari masing-
masing target sebaikya ada ditangan penanggungjawab.
Salah satu contoh tumpang tindihnya pertanggungjawaban adalah pesanan kilat
untuk pelanggan khusus yang memerlukan kerja lembur. Manajer produksi
seharusnya tidak dianggap bertanggungjawab atas biaya lembur untuk pekerjaan yang
dipaksakan kepadanya. Premium atas biaya lembur sebaiknya dibebankan kepada
departemen penjualan karena hal tersebut mencerminkan tambahan beban penjualan
secara jelas.
Karena pengendalian dalam suatu lingkungan jarang ada yang lengkap,
“pengaruh signifikan” seringkali dianggap cukup membebankan tanggungjawab.
Penggambaran akhir dari pertanggungjawaban seharusnya seimbang dan diterima
oleh semua pihak yang terlibat serta bersifat superior secara motivasional. Tahun
1956, American Accounting Association (AAA) menerbitkan beberapa pedoman,
sekaligus memperingatkan bahwa penerapan harus disertai dengan penilaian dan akal
sehat. AAA merekomendasikan bahwa:
a) Orang dengan wewenang baik atas akuisisi maupun penggunaan barang dan
jasa sebaiknya dibebankan dengan biaya dari barang dan jasa tersebut.
b) Orang yang secara signifikan dapat mempengaruhi jumlah biaya melalui
tindakan-tindakannya dapat dibebankan dengan biaya tersebut.
c) Orang yang tidak dapat mempengaruhi jumlah biaya secara signifikan melalui
tindakan langsung dapat dibebankan dengan elemen-elemen dimana
manajemen menginginkan orang tersebut untuk membantunya, sehingga
manajemen dapat mempengaruhi orang lain untuk bertanggung jawab.
H. PERENCANAAN, AKUMULASI DATA, DAN PELAPORAN
BERDASARKAN PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN
Anggaran Pertanggungjawaban
Anggaran disusun yang membebankan target biaya dan pendapatan pada setiap
segmen jaringan, yang digunakan sebagai basis mengevaluasi kinerja orang yang
bertanggungjawab atas setiap unit organisasi. Karakteristik dari anggaran
pertanggungjawaban adalah manajer pusat pertanggungjawaban dibebani target
kinerja hanya untuk pos-pos pendapatan dan biaya yang dapat mereka kendalikan.
Biaya yang dapat dikendalikan tidak sama dengan biaya langsung. Penyusutan
11
peralatan merupakan contoh biaya langsung yang tidak dapat dikendalikan pada
tingkat pusat biaya dan tidak dapat dimintai pertanggungjawabannnya kepada kepala
pusat biaya.
Membebankan biaya-biaya yang dapat dikendalikan kepada setiap kepala pusat
biaya, manajemen akan memiliki suatu dasar yang wajar untuk membandingkan
kinerja actual dengan kinerja yang diharapkan guna menilai efektivitas dari penyelia
pusat biaya diseluruh tingkatan organisasi, serta mengidentifikasi penyebab dari
inefisiensi. Penyusunan anggaran akan efektif jika dimulai dari tingkat organisasi atau
tingkat jaringan paling bawah yang kemudian disusun ketingkat yang lebih tinggi.
Akumulasi Data
Untuk memfasilitasi perbandingan periodic perencanaan anggaran, maka
akumulasi pos – pos laba dan beban actual harus mengikuti pola jaringan
pertangggungjawaban. Dibutuhkan klasifikasi tiga dimensi terhadap biaya dan
pendapatan selama proses akumulasi data, yakni:
1. Biaya klasifikasi berdasarkan pusat pertanggungjawaban
2. Dalam setiap pusat pertanggungjawaban, biaya tersebut diklasifikasikan
berdasarkan bisa atau tidaknya biaya tersebut dikendalikan
3. Biaya tersebut diklasifikasikan berdasarkan jenis biaya atau pos – pos
pelaporan
Pelaporan Pertanggungjawaban
Hasil sistem akuntansi pertanggungjawaban adalah laporan pertanggungjawaban
atau laporan kinerja secara periodik. Laporan – laporan ini merupakan media dimana
biaya dikendalikan, efisiensi manajerial diukur, dan pencapaian tujuan dinilai. Alat
pengendali ini melaporkan kejadian berdasarkan akun dan tanggungjawab fungsional
dari individu. Pengendalian laporannya masing – masing dan laporan detailnya untuk
tingkat yang lebih bawah ditampilkan pertama. Kontribusi utama akuntansi
pengendalian adalah akuntansi pertanggungjawaban memungkinkan manajemen
untuk mengendalikan biaya dan efisiensi melalui pembebanan tanggung jawab beban
kepada orang yang melaksanakan tugas.
12
I. ASUMSI KEPERILAKUAN DARI AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN
Perencanaan pertanggungjawaban, akumulasi data, dan sistem pelaporan
didasarkan pada beberapa asumsi yang berkenaan dengan operasi dan perilaku
manusia, meliputi:
1. Manajemen berdasarkan perkecualian (MBE) mencukupi untuk
mengendalikan operasi secara efektif.
2. Manajemen berdasarkan tujuan (MBO) akan menghasilkan anggaran, biaya
standar, tujuan organisasi, dan rencana praktis untuk mencapai persetujuan
bersama.
3. Struktur pertanggungjawaban dan akuntabilitas mendekati struktur hierarki
organisasi.
4. Para manajer dan bawahannya rela menerima pertanggungjawaban dan
akuntabilitas yang dibebankan kepada mereka melalui hierarki organisasi.
5. Sistem akuntansi pertanggungjawaban mendorong kerja sama dan bukan
persaingan.
Manajemen Berdasarkan Perkecualian
Manajemen berdasarkan perkecualian mengasumsikan bahwa untuk mengelola
dan mengendalikan aktivitas organisasi dengan efektif, manajer sebaiknya
mengosentrasikan perhatian pada bidang-bidang di mana hasil aktual menyimpang
secara substansial dari tujuan yang dianggarkan atau standar. Para pendukung
pendekatan ini mengklaim bahwa pendekatan ini menghasilkan penggunaan waktu
manajemen yang langka secara paling efisien, berkonsentrasi pada perbaikan
inefisiensi, dan mendorong tindakan yang diinginkan. Karakteristik pelaporan
periodik dan akuntansi pertanggungjawaban secara ideal adalah sesuai untuk menarik
perhatian manajemen pada bidang-bidang yang menyimpang dari norma-norma awal
yang telah ditentukan sebelumnya dan mendorong tindakan-tindakan perbaikan yang
segera guna mendorong atau mengoreksi perilaku.
Dalam banyak contoh, hanya varians yang tidak menguntungkan atau titik-titik
masalah yang jelas yang mendapat perhatian dengan segera. Pengakuan dan perhatian
yang diberikan pada varians yang menguntungkan akan sama sekali tidak ada atau
lebih lemah dibandingkan dengan respons terhadap varians yang tidak
menguntungkan. Karena alasan ini, manajer pusat pertanggungjawaban sering kali
memandang laporan kinerja sebagai alat yang menekankan pada kegagalan. Manajer
13
tingkat yang lebih rendah cenderung melihat laporan-laporan tersebut sebagai
hukuman dan bukan informasi. Banyak manajer merasa bahwa pencapaian tujuan,
yang mencerminkan kinerja yang berhasil, memperoleh sedikit pengakuan atau
bahkan tidak sama dalam laporan kinerja. Mereka mencoba untuk membela
kekurangan mereka dengan mempertanyakan kewajaran dan keadilan dari norma-
norma kinerja dan teknik-teknik yang digunakan dalam akumulasi data kinerja aktual.
Salah satu reaksi yang defensif adalah memanipulasi data untuk menutupi
penyimpangan yang tidak menguntungkan. Pendekatan ini mengakibatkan manajer
menjadi terlalu hati-hati dan enggan untuk mencoba pendekatan baru di mana risiko
kegagalan tinggi. Tetapi, "bermain dengan aman" dalam jangka pendek dapat
berpengaruh negatif terhadap posisi persaingan dan profitabilitas perusahaan dalam
jangka panjang. Kondisi ini juga akan menurunkan kreativitas dan inovasi karyawan.
Manajemen Berdasarkan Tujuan
Akuntansi pertanggungjawaban memfasilitasi manajemen berdasarkan tujuan
atau manajemen berdasarkan pengendalian diri. Hal ini merupakan suatu pendekatan
manajemen yang didesain untuk mengatasi berbagai respons manusia yang
disfungsional yang dipicu oleh usaha untuk mengendalikan operasi menggunakan
dominansi. Orang-orang membenci batasan-batasan biaya. Mereka kurang suka
didominasi dan diberitahu apa yang harus mereka lakukan, serta kapan dan bagaimana
melakukannya. Mereka ingin melakukan tugas dengan cara mereka sendiri karena
mereka yakin bahwa mereka mampu mengarahkan diri dan pekerjaan mereka sendiri.
Sejarah menunjukkan bahwa banyak dari pencapaian yang paling signifikan telah
dicapai ketika individu-individu bertindak tanpa dibatasi, dimotivasi, dan dibimbing
hanya oleh kemuliaan tujuan dan cita-cita mereka.
Sebagai teknik pengendalian manajemen, manajemen berdasarkan tujuan
memfasilitasi keinginan akan pengendalian diri dengan memberikan para manajer dan
bawahannya suatu kesempatan untuk secara bersama-sama memformulasikan tujuan
dan aktivitas bagi pusat pertanggungjawaban mereka. Tujuan subunit ini harusnya
selaras dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan.
Dengan menggambarkan pertanggungjawaban, akuntansi pertanggungjawaban
menyediakan kerangka kerja yang ideal untuk memformulasikan tujuan dan rencana
yang rinci. Laporan kinerja memberikan kepada manajer segmen alat yang efektif
14
untuk pengendalian diri dan mendorong kesadaran mereka terhadap
pertanggungjawaban atas aktivitas-aktivitas yang diberikan pada mereka.
Untuk memperoleh motivasi dan komunikasi yang optimal baik dari manajemen
berdasarkan tujuan dan sistem akuntansi pertanggungjawaban, kondisi-kondisi
lingkungan tertentu yang menguntungkan harus ada atau dipandang ada. Kondisi-
kondisi tersebut antara lain meliputi:
1. Dalam menetapkan tujuan pusat pertanggungjawahan, manajemen puncak
harus menyediakan arahan secara keseluruhan dengan cara menspesifikasikan
tujuan dan cita-cita perusahaan secara keseluruhan.
2. Dalam formulasi bersama dari tujuan kinerja dan rencana tindakan terinci,
manajemen puncak dan manajer pusat pertanggungjawaban harus
memaksimalkan keselarasan antara kebutuhan pribadi dan aspirasi karir dari
kelompok kerja serta tujuan perusahaan secara keseluruhan.
3. Motivasi akan meningkat jika orang-orang percaya bahwa pencapaian tujuan
perusahaan akan secara simultan memenuhi kebutuhan pribadi mereka.
4. Jika orang-orang memandang tujuan organisasi sesuai dengan tujuan mereka,
maka mereka akan menginternalisasi tujuan perusahaan dan menselaraskan
tujuan dicapai.
Manajer pusat pertanggungjawaban penting dalam proses ini. Hubungan pribadi
manajer dan bawahan memiliki pengaruh terhadap diterima atau ditolaknya tujuan
perusahaan. Mereka akan berhasil dengan baik dengan cara mendidik anggota-
anggota yang berpengaruh dari berbagai kelompok kerja mereka mengenai bagaimana
operasi mereka masuk ke dalam kerangka tujuan organisasional secara keseluruhan.
Manajer juga dapat meningkatkan kerja sama dengan mengundang anggota staf untuk
berpartisipasi dalam formulasi target biaya dan pendapatan yang realistis, yang akan
dipresentasikan ke tingkat eselon yang lebih tinggi sebagai anggaran pusat
pertanggungjawaban tersebut.
Setelah meninjau anggaran pusat pertanggungjawaban, mungkin menjadi jelas
bagi manajer yang mengawasi pada tingkat selanjutnya di hierarki organisasi bahwa
manajer pusat pertanggungjawaban tertentu sebaiknya tidak memberikan semua yang
dirasa dibutuhkan oleh bawahannya. Dalam kasus ini, alasan tersebut sebaiknya
dijelaskan dengan saksama dan saran karyawan sebaiknya dicari dan dipertimbangkan
ketika mernbuat pengurangan.
15
Ketika mengevaluasi kinerja aktual dengan mengetahui tujuan kinerja yang
diformulasikan bersama, manajer pusat pertanggungjawaban pada semua tingkatan
harus menahan diri dari penggunaan hasil kinerja sebagai cara untuk mencari kambing
hitam. Laporan pertanggungjawaban tidak dimaksudkan untuk mencari kambing
hitam atau dengan cara yang menghukum. Laporan tersebut adalah alat untuk
menelusuri deviasi yang menguntungkan maupun tidak menguntungkan dalam
pencapaian biaya dan pendapatan ke individu yang berada pada posisi terbaik untuk
menjelaskan alasan yang menyebabkannya dan untuk menginisiasi tindakan perbaikan
yang berarti. Pendekatan ini menekankan bahwa manajer pusat pertanggungjawaban
hanya dianggap bertanggung jawab atas pos-pos pendapatan dan beban yang dapat
mereka ubah.
Hasil kinerja periodik sebaiknya tidak menjadi satu-satunya dasar untuk
memberikan penghargaan atau sanksi dengan segera. Untuk meningkatkan motivasi,
penghargaan, dan sanksi sebaiknya didasarkan pada konsistensi dalam kinerja dan
kualitas dari tindakan perbaikan yang diambil oleh orang yang bertanggung jawab.
Manajer harus mengetahui bahwa mereka tidak akan dihukum untuk kekurangan yang
sifatnya tidak sering. Mereka sebaiknya dihargai berdasarkan efektivitas perubahan
yang mereka lakukan dan kemampuan mereka untuk mengendalikan "dirinya sendiri."
J. KESESUAIAN ANTARA JARINGAN PERTANGGUNGJAWABAN DAN
STRUKTUR ORGANISASI
Akuntansi pertanggungjawaban mengasumsikan bahwa pengendalian
organisasional ditingkatkan dengan penciptaan jaringan pusat pertanggungjawaban
yang sesuai dengan struktur organisasi formal.
Maksud manajemen puncak untuk mendelegasikan dan menyebarkan dijelaskan
oleh "hierarki wewenang" atau "struktur organisasi," yang menugaskan wewenang
dan tanggung jawab untuk tugas-tugas tertentu berdasarkan tingkatan hierarki untuk
mencapai pembagian kerja yang berarti.
Ketika wewenang diberikan kepada manajer individual, mereka memandangnya
sebagai kekuasaan untuk bertindak secara resmi dalam lingkup delegasi mereka dan
untuk memengaruhi perilaku dari bawahannya. Tetapi, wewenang itu sendiri tidak
berarti jika tidak diterima oleh mereka yang dipengaruhi olehnya. Manajer dapat
mendelegasikan kembali sebagian atau seluruh tanggung jawab tersebut. Mereka tetap
16
bertanggung jawab kepada atasan mereka untuk pencapaian tugas yang diberikan dan
diharapkan untuk menanggapi deviasi dari tujuan kinerja yang telah dinegosiasikan.
Sayangnya, banyak organisasi diganggu oleh kelemahan-kelemahan yang parah
dalam delegasi. Perincian formal organisasi menimbulkan tugas-tugas dan
tanggungjawab yang tumpang-tindih sehingga mengundang sikap ‘sekadar lewat”
serta perselisihan dan kebencian antar department. Jika tanggung jawab diberikan
kepada seseorang yang tidak memiliki kekuatan untuk memenuhinya, frustasi dan
kekecewaan dapat terjadi. Akuntansi pertanggungjawahan memberikan tanggung
jawab kepada manajer segmen seolah-olah mereka adalah individu yang terisolasi.
Hal tersebut kadang kala mengabaikan fakta bahwa mereka adalah pemimpin dari
kelompok formal dan informal dan bahwa kinerja kelompoklah yang diukur.
Dinamika kelompok atau kekuatan-kekuatan yang memengaruhi kerelaan kelompok
untuk menerirna tujuan, oleh karena itu, seharusnya dipertimbangkan ketika
merancang sistem akuntansi pertanggungjawaban.
Karena pusat pertanggungjawaban merupakan dasar dari keseluruhan sistem
akuntansi pertanggungjawaban, kerangka kerja untuk itu seharusnya didesain secara
hati-hati. Struktur organisasi harus dianalisis terhadap kelemahan dalam
pendelegasian dan penyebaran. Jika tanggung jawab yang tumpang-tindih
menyebabkan timbulnya saling ketergantungan yang tidak dapat dihindari, maka
kompromi yang dapat dilaksanakan harus ditemukan. Jaringan pusat
pertanggungiatvaban akan efektif untuk mengendalikan suatu orgnisasi jika struktur
organisasi formal yang mendasari adalah rasional.
Penerimaan Tanggung Jawab
Elemen yang paling penting dalam keberhasilan suatu sistem akuntansi
pertanggungjawaban adalah penerimaan para manajer pusat pertanggungjawaban atas
tanggung jawab yang diberikan sebagai suatu yang seimbang dan kerelaan mereka
untuk dimintai pertanggungjawaban.
Kerelaan untuk menerima tanggung jawab bergantung pada bagaimana mereka
memandang diskresi dan pengendalian mereka atas sumber daya manusia dan fisik
yang diperlukan untuk melaksanakan tugas yang telah ditetapkan. Mereka akan
bereaksi ke arah yang semakin menguntungkan jika budaya organisasi memberikan
kepada mereka kebebasan untuk melakukan kewajiban mereka dengan cara mereka
sendiri sepanjang mereka memperoleh hasil yang dikehendaki. Untuk mendorong
17
penerimaan terhadap tanggung jawab, budaya organisasi seharusnya juga
mengizinkan mereka untuk kadang kala gagal tanpa rasa takut akan menerima
hukuman yang segera. Para manajer seharusnya selalu merasa bebas untuk
mengungkapkan pandangan mereka tanpa takut ditertawakan.
Karena tahap evaluasi kinerja dari akuntansi pertanggungjawaban
mengungkapkan baik kerberhasilan maupun kegagalan kinerja, terdapat kepercayaan
implisit antara mereka yang dikendalikan dengan atasan mereka. Penetapan tujuan
bersama yang dihasilkan oleh akuntansi pertanggungjawaban akan menghasilkan
perbaikan dalam komunikasi antarsegmen dan di dalam segmen itu sendiri hanya jika
seluruh manajer pusat pertanggungjawaban terbuka dan mau mengungkapkan
harapan-harapan mereka mengenai tingkat kinerja yang realistis dan strategi untuk
mencapainya. Ketidaksukaan manajer pusat pertanggung jawaban terhadap sistern
tersebut mungkin juga disebabkan oleh ketidaksukaan mereka terhadap tindakan
disipliner yang terkandung di dalamnya. Mereka mungkin merasa diturunkan
pangkatnya menjadi sekadar "anjing penjaga."
K. KAPABILITAS UNTUK MENDORONG KERJA SAMA
Akuntansi pertanggungjawaban meningkatkan kerja sama organisasional dengan
menunjukkan kepada manajer bagaimana aktivitas mereka sesuai dengan gambaran
keseluruhan dan bahwa setiap orang bekerja untuk tujuan bersama. Akuntansi
pertanggungjawaban juga meningkatkan kesetiaan pada perusahaan, harga diri, dan
rasa penting dengan mengizinkan orang untuk memformulasi tujuannya sendiri dan
membuat keputusannya sendiri dalam kerangka kerja delegasi pertanggungjawahan.
Mereka akan memandang segmen mereka dan diri mereka sebagai bagian yang
penting dari perusahaan secara keseluruhan dan akan lebih rela untuk berjuang
mencapai tujuan. Mereka akan menerima pelaporan kinerja sebagai suatu alat yang
bermanfaat untuk melakukan koreksi atas tindakan. Semangat kerja sama akan
meningkat karena mereka yakin bahwa mereka bekerja untuk mencapai tujuan
bersama. Mereka akan merasa bahwa mereka merupakan bagian yang vital dari
organisasi dan bahwa kegagalan mereka dapat secara serius memengaruhi masa depan
organisasi. Mereka akan menghubungkan kegagalan mereka dengan ancaman
terhadap terpenuhinya tujuan maupun aspirasi pribadi mereka.
18
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Lubis, Arfan Ikhsan. Akuntansi Keperilakuan: Edisi. 2009. Jakarta: Salemba Empat.
19