33
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa riset akuntansi mulai mencoba menghubungkan dan menganggap penting untuk memasukkan aspek keperilakuan dalam akuntansi. Sejak meningkatnya orang yang sudah memberikan pengakuan terhadap beberapa aspek perilaku dari akuntansi terdapat suatu kecenderungan untuk memandang secara lebih luas terhadap bagian akuntansi yang lebih subtansial. Perspektif perilaku menurut pandangan ini telah dipenuhi dengan baik sehingga membuat sistem akuntansi yang lebih dapat dicerna dan lebih bisa diterima oleh para manajer/pimpinan dan karyawannya. Pelayanan akuntansi mungkin juga telah sampai pada puncak permasalahan yang rumit dan gagasan akuntansi dapat muncul dari beberapa nilai yang ada. Tetapi, pertimbangan perilaku dan sosial tidak berarti mengubah dari tugas akuntansi secara radikal. Namun mulai mengembangkan perspektif dalam mendekati beberapa pengertian yang mendalam mengenai pemahaman atas perilaku manusia pada organisasi. Manusia dan faktor sosial diikut sertakan secara jelas dalam aspek-aspek operasional utama dari seluruh sistem akuntansi, karena para akuntan membuat asumsi mengenai bagaimana mereka termotivasi, bagaimana mereka menginterpretasikan dan menggunakan informasi akuntansi, dan bagaimana sistem akuntansi mereka sesuai dengan kenyataan manusia dan mempengaruhi organisasi.

bab 4 akpri

  • Upload
    gustiy

  • View
    233

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: bab 4 akpri

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangBeberapa riset akuntansi mulai mencoba menghubungkan dan menganggap penting

untuk memasukkan aspek keperilakuan dalam akuntansi. Sejak meningkatnya orang yang

sudah memberikan pengakuan terhadap beberapa aspek perilaku dari akuntansi terdapat suatu

kecenderungan untuk memandang secara lebih luas terhadap bagian akuntansi yang lebih

subtansial. Perspektif perilaku menurut pandangan ini telah dipenuhi dengan baik sehingga

membuat sistem akuntansi yang lebih dapat dicerna dan lebih bisa diterima oleh para

manajer/pimpinan dan karyawannya. Pelayanan akuntansi mungkin juga telah sampai pada

puncak permasalahan yang rumit dan gagasan akuntansi dapat muncul dari beberapa nilai

yang ada. Tetapi, pertimbangan perilaku dan sosial tidak berarti mengubah dari tugas

akuntansi secara radikal. Namun mulai mengembangkan perspektif dalam mendekati

beberapa pengertian yang mendalam mengenai pemahaman atas perilaku manusia pada

organisasi.

Manusia dan faktor sosial diikut sertakan secara jelas dalam aspek-aspek operasional

utama dari seluruh sistem akuntansi, karena para akuntan membuat asumsi mengenai

bagaimana mereka termotivasi, bagaimana mereka menginterpretasikan dan menggunakan

informasi akuntansi, dan bagaimana sistem akuntansi mereka sesuai dengan kenyataan

manusia dan mempengaruhi organisasi.

Dalam organisasi, semua anggota mempunyai peran yang harus dimainkan dalam

mencapai tujuan organisasi. Peran tersebut bergantung pada seberapa besar porsi tanggung

jawab dan rasa tanggung jawab anggota terhadap pencapaian tujuan. Rasa tanggung jawab

tersebut pada sebagian organisasi dihargai dalam bentuk penghargaan tertentu. Dalam

organisasi, masing-masing mempunyai tujuan dan bertanggung jawab untuk mencapai tujuan

organisasi tersebut. Keselarasan tersebut akan dapat lebih diwujudkan manakala individu

memahami dan patuh pada ketetapan-ketetapan yang ada di dalam anggaran.

Akuntansi keperilakuan berada di balik peran akuntansi tradisional yang berarti

mengumpulkan, mengukur, mencatat dan melaporkan informasi keuangan. Dengan demikian,

dimensi akuntansi berkaitan dengan perilaku manusia dan juga dengan desain, konstruksi,

serta penggunaan suatu system informasi akuntansi yang efisien. Akuntansi keperilakuan,

Page 2: bab 4 akpri

dengan mempertimbangkan hubungan antara perilaku manusia dan system akuntansi,

mencerminkan dimensi sosial dan budaya manusia dalam suatu organisasi. Stainer juga

menjelaskan secara singkat mengenai definisi keperilakuan, yaitu sebagai suatu riset ilmiah

yang berhadapan secara langsung dengan perilaku manusia. Definisi ini menangkap

permasalahan inti dari ilmu keperilakuan, yaitu riset ilmiah dan perilaku manusia.

Persamaan dan perbedaan ilmu keperilakuan dan akuntansi keperilakuan mempunyai

kaitan dengan penjelasan dan prediksi keperilakuan manusia. Akuntansi keperilakuan

menghubungkan antara keperilakuan manusia dengan akuntansi. Ilmu keperilakuan

merupakan bagian dari ilmu social, sedangkan akuntansi keperilakuan merupakan bagian dari

ilmu akuntansi dan pengetahuan keperilakuan. Namun ilmu keperilakuan dan akuntansi

keperilakuan sama-sama menggunakan prinsip sosiologi dan psikologi untuk menilai dan

memecahkan permasalahan organisasi. Akuntansi keperilakuan, dengan mempertimbangkan

hubungan antara perilaku manusia dan system akuntansi, mencerminkan dimensi social dan

budaya manusia dalam suatu organisasi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan sikap ?

2. Apasaja teori-teori terkait dengan sikap?

3. Apa yang dimaksud dengan teori kontemporer motivasi?

4. Apa yang dimaksud dengan persepsi?

5. Apa yang dimaksud dengan nilai?

6. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran?

7. Apa yang dimaksud dengan kepribadian?

8. Apa yang dimaksud dengan emosi?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari sikap

2. Untuk mengetahui teori-teori terkait dengan sikap

3. Untuk mengetahui teori kontemporer motivasi

4. Untuk mengetahui pengertian dari persepsi

5. Untuk mengetahui pengertian dari nilai

6. Untuk mengetahui pengertian dari pembelajaran

7. Untuk mengetahui pengertian dari kepribadian

8. Untuk mengetahui pengertian dari emosi

Page 3: bab 4 akpri

BAB II

PEMBAHASAN

A. SikapSikap adalah suatu hal yang mempelajari mengenai seluruh tendensi tindakan,

baik yang menguntungkan maupun yang kurang menguntungkan, tujuan manusia, objek,

gagasan, atau situasi. Istilah objek dalam sikap digunakan untuk memasukkan semua

objek yang mengarah pada reaksi seseorang. Sikap tidak sama dengan nilai, tetapi

keduanya saling berhubungan. Ketiga komponen sikap: pengertian (cognition),

pengaruh(affect), dan perilaku(behavior). Susunan sikap yang dipandang berdasarkan

ketiga komponen tersebut membantu untuk memahami kerumitan sikap dan hubungan

potensial antara sikap dan perilaku. Orang-orang memperoleh sikap dari pengalaman

pribadi, orang tua, panutan, dan kelompok sosial. Ketika pertama sekali seseorang

mempelajarinya, sikap menjadi suatu bentuk bagian dari pribadi individu yang dapat

membantu konsistensi perilaku. Para akuntan perilaku harus memahami sikap dalam

rangka memahami dan memprediksikan perilaku. Terdapat banyak cara bagi para

akuntan perilaku untuk menggunakan sikap guna melakukan riset-riset dalam bidang ini.

Komponen Sikap

Dalam organisasi, sikap adalah penting karena sikap perilaku kerja. Sikap

disusun oleh komponen teori, emosional, dan perilaku. Komponen teori terdiri

atas gagasan, persepsi, dan kepercayaan seseorang mengenai penolakan sikap.

Informasi yang dimiliki oleh seseorang mengenai penolakan sikap terhadap

stereotip atau generalisasi, baik yang akurat maupun yang tidak akurat, telah

menciptakan satu kekuatan. Misal, komponen-komponen dari teori sikap yang

menolak komputerisasi dapat mengatakan bahwa ”bisnis perusahaan tidaklah

cukup besar untuk mengambil keuntungan atas komputerisasi. Komponen

emosional atau afektif mengacu pada perasaan seseorang yang mengarah pada

objek sikap. Komponen perilaku mengacu pada bagaimana satu kekuatan

bereaksi terhadap objek/sikap.

Page 4: bab 4 akpri

Fungsi Sikap

Sikap memiliki empat fungsi utama: pemahaman,kebutuhan akan kepuasan,

defensif ego, dan ungkapan nilai. Pemahaman atau pengetahuan berfungsi

untuk membantu seseorang dalam memberikan maksud atau memahami situasi

atau peristiwa baru. Sikap mengizinkan seseorang untuk menilai suatu situasi

baru dengan cepat tanpa perlu mengumpulkan semua informasi yang relevan

mengenai situasi tersebut. Sikap juga melayani suatu hal yang bermanfaat atau

fungsi kebutuhan yang memuaskan. Misal, manusia cenderung untuk

membentuk sikap positif terhadap objek dalam menemukan sikap negatif.

Sikap juga melayani fungsi defensif ego dengan melakukan pengembangan

atau pengubahan guna melindungi manusia dari pengetahuan yang

berlandaskan kebenaran mengenai dasar manusia itu sendiri atau dunianya.

Sikap juga melayani fungsi nilai ekspresi. Manusia memperoleh kepuasan

melalui pernyataan diri mereka dengan sikapnya.

Sikap dan Konsistensi

Orang-orang mengusahakan konsistensi antara sikap-sikapnya serta antara

sikap dan perilakunya. Ini berarti bahwa individu-individu berusaha untuk

menghubungkan sikap-sikap mereka yang terpisah dan menyelaraskan sikap

dengan perilaku mereka sehingga mereka kelihatan rasional dan konsisten.

Jika terdapat inkonsistensi, kekuatan untuk mengemablikan individu itu ke

keadaan seimbang terus digunakan agar sikap dan perilakunya menjadi

konsisten lagi. Hal ini dapat dilakukan dengan mengubah sikap maupun

perilaku atau dengan mengembangkan suatu rasionalisasi mengenai

penyimpangan tersebut.

Formasi Sikap dan Perubahan

Formasi sikap mengacu pada pengembangan suatu sikap yang mengarah pada

suatu objek yang tidak ada sebelumnya. Perubahan sikap mengacu pada

substitusi sikap baru untuk seseorang yang telah ditangani sebelumnya. Sikap

dibentuk berdasarkan karakter faktor psikologis, pribadi dan sosial. Hal pokok

yang paling fundamental mengenai cara sikap dibentuk sepenuhnya

berhubungan langsung dengan pengalaman pribadi terhadap suatu objek, yaitu

Page 5: bab 4 akpri

pengalaman yang menyenangka maupun tidak, traumatis, frekuensi kejadian,

dan pengembangan sikap tertentu yang mengarah pada gambaran hidup baru.

B. Beberapa Teori Terkait dengan Sikap

Teori Perubahan Sikap

Teori perubahan sikap dapat membantu untuk memprediksikan pendekatan

yang paling efektif. Sikap, mungkin dapat berubah sebagai hasil pendekatan

dan keadaan.

Teori Pertimbangan Sosial

Teori pertimbangan sosial ini merupakan suatu hasil perubahan mengenai

bagaimana orang-orang merasa menjadi suatu objek dan bukannya hasil

perubahan dalam memercayai suatu objek. Teori ini menjelaskan bahwa

manusia dapat menciptakan perubahan dalam sikap individu jika mau

memahami struktur yang menyangkut sikap orang laindan membuat

pendekatan setidaknya untuk dapat mengubah ancaman. Asumsi yang

mendasari teori ini adalah bahwa usaha untuk menyebabkan suatu perubahan

utama di dalam sikap kemungkinan akan gagal, sebab perubahan tersebut akan

menghasilkan ketidaknyamanan bagi si subjek. Faktor utama yang

mempengaruhi keberhasilan adalah membujuk dan menengahi dua posisi

bertentangan yang masing-masing didiukung oleh komunikator. Jika

komunikator memposisikan terlalu jauh dari jangka internal , hasil yang

dicapai mungkin bertentangan dan sikap tidak akan berubah. Jika komunikasi

semakin dekat dengan jangka internal, maka asimilasi dapat dihasilkan karena

subjek tidak mempersepsikan komunikasi persuasif tersebut sebagai ancaman

yang ekstrem, sehingga orang tersebut akan mengevaluasi pesan itu secara

positif dan kemungkinan akan mengubah sikapnya.

Konsistensi dan Teori Perselisihan

Konsistensi dan teori perselisihan memandang perubahan sikap sebagai hal

yang masuk akal dan merupakan proses yang mencerminkan orang-orang yang

dibuat untuk menyadari inkonsistensi antara sikap dan perilaku mereka,

Page 6: bab 4 akpri

sehingga mereka termotivasi untuk mengoreksi inkonsistensi tersebut dengan

mengubah sikap maupun perilakunya ke arah yang lebih baik. Teori

konsistensi menjaga hubungan antara sikap dan perilaku dalam

ketidakstabilan, walaupun tidak ada tekanan teori dalam sistem. Teori

perselisihan adalah suatu variasi dari teori konsistensi. Teori ini menganggap

bahwa perselisihan memotivasi orang-orang untuk mengurangi atau

menghapuskan perselisihan, karena perselisihan secara psikologis merupakan

hal yang tidak menyenangkan sehingga orang-orang akan mencari cara untuk

menghindari itu.

Teori Disonansi Kognitif

Leon Festinger pada tahun 1950-an mengemukakan teori Disonansi Kognitif.

Teori ini menjelaskan hubungan antara sikap dan perilaku. Disonansi dalam

hal ini berarti adanya suatu inkonsistensi. Disonansi kognitif mengacu pada

setiap inkonsistensi yang dipersepsikan oleh seseorang terhadap dua atau lebih

sikapnya, atau terhadap perilaku dengan sikapnya. Festinger mengatakan

bahwa hasrat untuk mengurangi disonansi akan ditentukan oleh pentingnya

unsur-unsur yang menciptakan disonansi itu, derajat pengaruh yang diyakini

dimiliki oleh individu terhadap unsur-unsur itu, dan ganjaran yang mungkin

terlibat dalam disonansi. Teori ini dapat membantu kecenderungan untuk

mengambil bagian dalam perubahan sikap dan perilaku.

Teori Persepsi Diri

Teori persepsi diri menganggap bahwa orang-orang mengembangkan sikap

berdasarkan bagaimana mereka mengamati dan menginterpretasikan perilaku

mereka sendiri. Teori ini mengusulkan fakta bahwa sikap tidak menentukan

perilaku, tetapi sikap itu dibentuk setelah perilaku terjadi guna menawarkan

sikap yang konsisten dengan perilaku. Sikap hanya akan berubah setelah

perilaku berubah. Teori fungsional terhadap perubahan sikap mempercayai

bahwa sikap melayani kebutuhan masyarakat. Dalam rangka mengubah sikap

manusia harus menemukan rangsangan terhadap apa yang akan dikembangkan

berdasarkan pada kebutuhannya.

Page 7: bab 4 akpri

C. MOTIVASI

Teori Motivasi dan Aplikasinya

Terdapat keyakinan bahwa perilaku manusia ditimbulkan oleh adanya

motivasi. Dengan demikian, ada sesuatu yang mendorong (memotivasi)

seseorang untuk berbuat sesuatu.

Teori Motivasi Awal

Tiga teori spesifik dirumuskan selama kurun waktu tahu 1950-an. Ketiga teori

ini adalah teori hierarki kebutuhan,teori X dan Y, dan teori motivasi higiene.

Teori-teori ini bersifat awal karena:

1) teori-teori ini mewakili suatu dasar dari mana teori-teori kontemporer

berkembang, dan

2) para manajer mempraktikkan penggunaan teori dan istilah-istilah ini untuk

menjelaskan motivasi karyawan secara teratur.

Teori Kebutuhan dan Kepuasan

Moslow menjelaskan suatu bentuk teori kelas. Teorinya menjelaskan bahwa

masing-masing individu mempunyai beraneka ragam kebutuhan yang dapat

mempengaruhi perilaku mereka. Teori kebutuhan ini pada praktiknya

merupakan bagian-bagian dari teori kebutuhan psikologis yang akan

didominasi oleh kebutuhan-kebutuhan lain jika tidak dijumpai. Secara

psikologis, kebutuhan merupakan syarat dasar untuk memenuhi kebutuhan

sisik, seperti makan, minum, perlindungan, dan sebagainya, yang disebut

sebagai kebutuhan dasar utama.

Hierarki kebutuhan manusia oleh Moslow :

Kebutuhan fisiologis (physiologis needs ), yaitu kebutuhan fisik , seperti

rasa lapar, rasa haus, kebutuhan akan perumahan, pakaian, dan lain

sebagainya.

Kebutuhan akan keamanan (safety needs ), yaitu akan kebutuhan

keselamatan dan perlindungan dari bahaya, ancaman, perampasan atau

pemecatan.

Page 8: bab 4 akpri

Kebutuhan sosial (social needs ), yaitu kebutuhan akan rasa cinta dan

kepuasan dalam menjalin hubunnga dengan orang lain, kebutuhan akan

kepuasan dan perasaan memiliki serta diterima dalam suatu kelompok, rasa

kekeluargaan, persahabatan, dan kasih sayang.

Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs ), yaitu kebutuhan akan status

atau kedudukan, kehormatan diri, reputasi, dan prestasi.

Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization needs ), yaitu kebutuhan

pemenuhan diri untuk mempergunakan potensi ekspresi diri dan

melakukan apa yang paling sesuai dengan dirinya.

Teori X dan Teori Y

Teori ini dikemukakan oleh Douglas McGregor. Pandanganya mengenai

manusia menyimpulkan bahwa manusia memiliki dasar negatif yang diberi

tanda sebagaai teori X, dan yang lain positif , yang ditandai dengan teori Y.

Setelah memandang memandang cara manager menangani karyawan,

McGroger menyimpulkan bahwa pandangan seorang manajer mengenai kadrat

manusia didasarkan pada suatu pengelompokkan pengendaian-pengandaian

tertentu dan manajer cenderung membentuk perilaku terhadap bawahanya

menurut pengandaian-pengandaian,.

Teori Kebutuhan McClelland

Teori ini pada awalnya dikembangkan oleh McClelland pada awal tahun 1990.

Teori McClelland mempunyai suatu faktor hierarki yang memotivasi perilaku.

Page 9: bab 4 akpri

Dalam kasus ini, terdapat tiga faktor yaitu prestasi, kekuatan dan afiliasi. Riset

yang dilakukan oleh McClellandmembri hasil bahwa terdapat tiga

karakreristik dari orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi, yaitu :

Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi memiliki rasa tanggung

jawab yang tinggi terhadap pelaksanaan suatu tugas atau pencarian solusi atas

suatu permasalahan. Akibatnya, mereka lebih suka bekerja sendiri daripada

dengan orang lain. Apabila suatu pekerjaan membutuhkan orang lain, mereka

lebih suka memilih orang yang kompeten disbanding sahabatnya.

Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi cenderung menetapkan

tingkat kesulitan tugas yang moderat dan menghitung risikonya.

Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi memiliki keinginan yang

kuat untuk memperoleh umpan balik (feed back ) atau tanggapan atas

pelaksanaan tugasnya.

Teori Dua Faktor

Pada pertengehan tahun 1960-an Herzberg mengajukan suatu teori motivasi

yang di bagi kedalam beberapa faktor. Asumsi terpenting dari bentuk teori

Herzberg adalah factor yang mempunyai pengaruh positif dalam motivasi dan

menjadi bahan perbedaan yang menyenangkan dari seluruh pengaruh negatif.

Faktor-faktor ini meliputi : kebijakan perusahaan , kondisi pekerjaan,

hubungan perseorangan, keamanan kerja dan gaji. Faktor motivasi meliputi :

prestasi, pengakuan, tantangan pekerjaan, promosi, dan tanggung jawab.

Herzberg juga menjelaskan bahwa hasil riset yang dilakukannya terhadap 200

responden yang terdiri atas akuntan dan insinyur menunjukkan bahwa terdapat

dua hal yang terkait dengan kepuasan dan motivasi. Kedua faktor tersebut

meliputi :

1. Sejumlah kondisi kerja ekstrinsik

Yang apabila tidak ada menyebabkan terjadinya ketidakpuasan di antara

para karyawan. Kondisi ini disebut dengan faktor penyebab ketidakpuasan

atau faktor higiene, karena kondisi atau faktor-faktor tersebut minimal

dibutuhkan untuk menjaga agar ketidakpuasan tidak terjadi.

2. Sejumlah kondisi kerja instrinsik

Yang apabila ada berfungsi sebagai motivator dan dapat menghasilkan

prestasi ketja yang baik. Tetapi jika kondisi atau faktor tersebut tidak ada,

Page 10: bab 4 akpri

maka hal tersebut tidak akan menyebabkan terjadinya ketidakpuasan.

Faktor-faktor tersebut berkaitan dengan isi pekerjaan, yang disebut dengan

istilah faktor pemuas.

D. TEORI KONTEMPORER MOTIVASI

Teori Keadilan

Teori keadilan pertama kali dipublikasikan oleh Adam pada tahun1963. Dalam

teori keadilan, kunci ketidakpuasan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh

seorang individu adalah jika orang tersebut membandingkannya dengan

lingkungan lainnya. Teori keadilan secara umum merupakan bentuk dasar dari

konsep hubungan pertukaran sosial. Para individu mempertimbangkan input

dan output menjadi suatu nilai yang tidak sebanding.

Ketidakadilan dibagi menjadi dua bentuk dan keduanya diakibatkan dari peran

motivasi yang merugikan satu sama lain. Teori ini menggambarkan kenyataan

bahwa pembayaran-pembayaran relatif tidak mutlak menjadi perhitungan yang

mempunyai pengaruh kuat.

Teori ERG

Teori ERG (existence, relatedness, growth ) menganggap bahwa kebutuhan

akan manusia memilki tiga hierarki kebutuahan, yaitu kebutuhan akan

eksistensi ( existence needs), kebutuhan akan keterikatan (relatedness needs)

dan kebutuhan akan pertumbuhan (growth needs ). Teori ERG mengandung

suatu dimensi frustasi-regresi.

Teori ERG berargumen, bahwa kebutuhan tingkat rendah yang terpuaskan

menghantar ke hasrat untuk memnuhi kebutuhandengan tingkatan yang lebih

tinggi. Tetapi kebutuhan ganda dapat beroperasi sebagai motivator dan

halangan sekaligus, di mana dalam mencoba untuk memuaskan kebutuhan

tingkat lebih tinggi dihasilkan pengaruh terhadap pemuasan akan kebutuhan

dengan tingkat yang lebih rendah. Secara keseluruhan teori ERG menyatakan

suatu versi yang lebih valid dibandingkan dengan hierarki kebutuhan.

Page 11: bab 4 akpri

Teori Harapan

Teori ini dikembangkan sejak tahun 1930-an oleh Kurt Levin dan Edward

Tolman. Teori harapan disebut juga teori valensi atau teori instrumentalis. Ide

dasar teori ini adalah bahwa motivasi ditentukan oleh hasil yang diharapkan

akan diperoleh seseorang sebagai akibat dari tindakannya. Variabel-variabel

kunci dalam teori harapan adalah: usaha (effort), hasil (income),harapan

(expectancy), instrumen-instrumen yang berkaitan dengan hubungan antara

hasil tingkat pertama dengan hasil tingkat kedua,hubungan antara prestasi dan

imbalan atas pencapaian prestasi, serta valensi yang berkaitan dengan kader

kekuatan dan keinginan seseorang terhadap hasil tertentu.

Teori Penguatan

Teori penguatan memiliki konsep dasar yaitu :

1. Pusat perhatian adalah pada perilaku yang dapat diukur, seperti jumlah

yang dapat diproduksi, kualitas produksi, ketepatan pelaksanaan jadwal

produksi, dan sebagainya.

2. Kontinjensi penguatan (contingencies of reinforcement), yaitu berkaitan

dengan urutan-urutan antara stimulus, tanggapan, dan konsekuensi dari

perilaku yang ditimbulkan. Suatu kondisi kerja tertentu dibentuk oleh

organisasi (stimulus), kemudian karyawan bertindak sebagaimana

diinginkan oleh organisasi (tanggapan), selanjutnya organisasi memberikan

imbalan yang sesuai dengan tindakan atau perilaku karyawan tersebut

(konsekuensi dari perilaku).

3. Semakin pendek interval waktu antara tanggapan atau respon karyawan

(misalnya prestasi kerja) dengan pemberian penguatan (imbalan), maka

semakin besar pengaruhya terhadap perilaku.

Teori Penetapan Tujuan

Teori ini dikembangkan oleh Edwin Loceke(1986) konsep dasar dari teori ini

adalah bahwa karyawan yang memahami tujuan (apa yang diharapkan

organisasi terhadapnya) akan terpengaruh perilaku kerjanya. Tujuan yang sulit

menghasilkan prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tujuan yang

mudah. Demikian pula halnya tujuan yang spesifik dan menantang akan

Page 12: bab 4 akpri

menghasilkan prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tujuan yang

bersifat abstrak.

Teori Atribusi

Teori Atribusi mempelajari proses bagaimana seorang menginterprestasikan

suatu peristiwa, alasan, atau sebab perilakunya. Teori ini dikembangkan oleh

Fritz Heider yang berargumentasi bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh

kombinasi antara kekuatan internal(internal forces), yaitu faktor-faktor yang

berasal dari dalam diri seseorang, seperti kemampuan atau usaha, dan

kekuatan eksternal (eksternal forces), yaitu factor-faktor yang berasal dari luar

seperti kesulitan dalam pekerjaan atau keberuntungan. Teori ini diterapkan

dengan menggunakan variable tempat pengendalian :

Tempat pengendalian internal

Perasaan yang dialami oleh seseorang bahwa dia mampu secara personal

mempengaruhi kinerja serta perilakunya melalui kemampuan, keahlian, dan

usahanya.

Tempat pengendalian eksternal

Perasaan yang dialami oleh seseorang bahwa perilakunya dipengaruhi oleh

factor-faktor di luar kendalinya.

Teori Agensi

Teori ini mengasumsikan kinerja yang efisien dan bahwa kinerja organisasi

ditentukan oleh usaha dan pengaruh kondisi lingkunngan. Teori ini secara

umum mengasumsikan bahwa principal bersikap netral terdadap risiko

sementara agen bersikap menolak usaha dan risiko.

Pendekatan Dyadic

Pendekatan tersebut menyatakan bahwa ada dua pihak, yaitu atasan (superior)

dan bawahan (subordinate), yang berperan dalam [proses evaluasi kinerja.

Pendekatan ini dikembangkan oleh Danserau et al. pada tahun 1975. Danserau

menyatakan bahwa pendekatan ini tepat untuk menganalisis hubungan antara

atasan dan bawahan karena mencerminkan proses yang menghubungkan

keduanya.

Page 13: bab 4 akpri

E. PersepsiPersepsi adalah Bagaimana orang-orang melihat atau menginterprestasikan peristiwa,

objek, serta manusia. Definisi persepsi yang formal adalah proses dengan mana

seseorang memilih, berusaha, dan menginterprestasikan rangsangan ke dalan suatu

gambaran yang terpadu dan penuh arti. Menurut kamus Bahasa Indonesia Persepsi

adalah sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses seseorang

mengetahui beberapa hal melalui panca indra. Sedang dalam lingkup yang lebih luas

Persepsi merupakan suatu proses yang melibatkan pengetahuan sebelumnya dalam

memperoleh dan menginterprestasikan stimulus yang ditunjukkan oleh panca indra.

Persepsi memberikan makna pada stimuli. Persepsi juga merupakan pengalaman

tentang objek atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan

informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi dikatakan rumit dan aktif karena walaupun

persepsi merupakan pertemuan antara kognitif dan kenyataan, persepsi lebih banyak

melibatkan kegiatan kognitif. Persepsi lebih banyak dipengaruhi oleh kesadaran,

ingatan, pikiran, dan bahasa.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi :

Faktor Dalam Situasi

Yang terdiri dari waktu, keadan (tempat kerja), keadan social.

Faktor Pada Pemersepsian

Yang terdiri dari sikap, motif, kepentingan, pengalaman dan pengharapan.

Faktor Pada Target

Yang terdiri dari hal baru, gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang, kedekatan.

Page 14: bab 4 akpri

Rangsangan Fisik VS Kecenderungan Individu

Rangsangan Fisik adalah input yang berhubungan dengan perasaan, seperti

pegelihatan dan sentuhan. Sedang Kecenderungan Individu meliputi alas an,

kebutuhan, sikap, pelajaran dari masa lalu dan harapan. Perbedaan persepsi

antar orang-orang disebabkan karena perasaan individu yang menerimanya

berbeda fungsi dan hal ini terutama disebabkanoleh kecenderungan perbedaan.

Empat factor lain yang berhubungan dengan kecenderungan individu adalah

kekerabatan, perasaan, arti penting dan emosi.

Keterkaitan Persepsi Bagi Para Akuntan

Perilaku para akuntan dapat menerapkan pengetahuan persepsi terhadap

banyak aktifitas organisasi. Misalnya dalam evaluasi kinerja, cara penilaian

atas seseorang mungkin dipengaruhi oleh ketelitian persepsi penyeia.

Kesalahan atau bias penilaian mungkin diakibatkan oleh sandiwara yang

mencoba untuk menakut-nakuti sehingga karyawan mrasa tidak puas dan

meninggalkan perusahaan. Oleh karena itu para penyelia perlu mengenali

perasaan mereka terhadap bawahannya. Bawahan tertentu dapat mempengaruh

evaluasi mereka, dan harus waspada terhadap sumber penyimpangan persepsi

Page 15: bab 4 akpri

ini. Kesalahan persepsi dapat juga mendorong kearah ketegangan hubungan

antar pribadi karyawan. Ketika sesuatu dilihat sebagai sesuatu yang

menegangkan seorang penyelia perlu menentukan penyebab terjadinya

peristiwa bisnis yang dipandang berbeda oleh orang-orang yang berbeda.

Persepsi Orang Membuat Penilaian Mengenai Orang Lain

Dalam bahasan mengenai persepsi orang dalam membuat penilaian terhadap

orang lain, hal ini akan dikaitkan dengan teori atribusi. Teori atribusi

merupakan dari penjelasan cara-cara manusia menilai orang secara

berlainan,bergantung pada makna apa yang dihubungkan ke suatu prilaku

tertentu. Pada dasarnya teori ini menyarankan bahwa jika seseorang

mengamati prilaku seorang individu, orang tersebut berusaha menentukan

apakah prilaku itu disebabkan oleh factor internal atau eksternal, tetapi

penentan tersebut sebagian besarbergantung pada tiga factor berikut:

1. Kekususan (ketersendirian) merujuk pada apakah seorang individu

memperlihatkan prilaku-prilaku yang berlainan dalam situasi yang

berlainan.

2. Konsesus yaitu jika semua orang yang menghadapi suatu situasi yang

serupa bereaksi dengan cara yang sama. Contoh perilaku karyawan yang

terlambat akan memenuhi criteria ini jika semua karyawan yang

mengambil rute yang sama ke tempat kerja juga terlambat.

3. Konsistensi. Disini dicari konsistensi dari tindakan seseorang apakah orang

tersebut memberikan reaksi yang sama dari waktu kewaktu.Contoh

Apabila seorang karyawan datang terlambat beberapa menit saja tidak

dipersepsikan dengan cara yang sama oleh karyawan yang baginya

keterlambatan itu kasus yang luabiasa (karena tidak pernah terlambat).

F. Nilai Nilai secara mendasar dinyatakan sebagai suatu modus perilaku atau keadaan akhir

dari eksistensi yang khas dan lebih disukai secara pribadi atau sosial dibandingkan

dengan suatu modus perilaku atau keadaan akhir yang berlawanaan. Nilai

Page 16: bab 4 akpri

mengandung suatu unsur pertimbangan dalam pengertian bahwa nilai mengemban

gagasan-gagasan seorang individu mengenai apa yang benar, baik, atau diinginkan.

Arti Penting Nilai

Dalam mempelajari perilaku dalam organisasi, nilai dinyatakan penting karena

nilai meletakkan dasar untuk memahami sikap serta motivasi dan karena nilai

memengaruhi sikap manusia. Seseorang memasuki organisasi dengan gagasan

yang dikonsepkan sebelumnya mengenai apa yang seharusnya dan apa yang

tidak seharusnya. Gagasan-gagasan itu sendiri tidaklah bebas dari nilai.

Sebaliknya, gagasan ini mengandung penafsiran benar dan salah. Gagasan itu

menyiratkan bahwa perilaku-perilaku atau hasil tertentu lebih disukai

ketimbang yang lain. Akibatnya, nilai memperkeruh tujuan dan rasionalitas.

Nilai dan Dilema Etika

Permasalahan profesi akuntansi sekarang ini banyak dipengaruhi masalah

kemerosotan standar etika dan krisis kepercayaan. Krisis kepercayaan ini

seharusnya menjadi pelajaran bagi para akuntan untuk lebih berbenah diri,

memperkuat kedisiplinan mengatur dirinya dengan benar, serta menjalin

hubungan yang lebih baik dengan para klien atau masyarakat luas. Misal:

skandal Enron yang melibatkan Arthur Anderson, serta skndal Worldcom,

Merck, dan Xerox, profesi akuntan menjadi gempar. Ihksan menambahkan

cara yang lebih baik dan ideal dalan mengatasi dilema ini adalah dengan

mempertimbangkan kecukupan dari kesempatan yang ada selanjutnya

memberikan reaksi terhadap apa yng menjadi kekawatiran di dalamnya.

Kesempatan dapat dilhat sebagai suatu standar etika yang diharapkan, di mana

dapat dilihat setiap perubahan perilaku di dalam organisasi profesi itu sendiri

serta setiap perubahan perilaku yang diharapkan dari yang lainnya. Adalah

jauh lebih baik jika organisasi profesi dapat menempatkannya secara

berdampingan dan simbang guna mendeteksi standar perilaku yang melanggar

kepercayaan. Organisasi profesi sendiri perlu sedikit kesabaran dalam

membuat standar profesi yang berkualitas dalam semua aspek dan memberikan

tindakan tegas terhadap anggota profesi yang membawa keburukan bagi

profesi itu atau mereka yang tidak melakukan kewajiban sebagai anggota.

Page 17: bab 4 akpri

G. PembelajaranPembelajaran adalah proses dimana perilaku baru diperlukan. pembelajaran terjadi

sebagai hasil dari motivasi, pengalaman, dan pengulangaan dalam merespon situasi.

Kombinasi dari motivasi, pengalaman dan pengulangan dalam merespons situasi ini

terjadi dalam tiga bentuk: pengaruh keadaan klasik, pengaruh keadaan operant, dan

pembelajaran sosial.

Pengondisian Keadaan Klasik

Dapat diringkaskan bahwa pengondisian klasik pada hakikatnya merupakan

proses pembelajaran suatu respons dan suatu rangsangan yang tidak terkondisi.

Dengan menggunakan rangsangan yang berpasangan, yang satu memaksa

yang lain netral, rangsangan yang netral menjadi suatu rangsangan terkondisi

yang kemudian meneruskan sifat-sifat dari rangsangan tidak terkondisi.

Pengondisian klasik bersifat pasif. Sesuatu terjadi dan orang harus bereaksi

dengan cara yang khusus. Hal itu dihasilkan sebagai respons terhadap

peristiwa khusus yang dapat dikenali. Tetapi, kebanyakan perilaku, terutama

perilaku rumit dari individu-invdividu dalam organisasi dipancarkan bukan

secara refleks. Missal saja, para karyawan memilih untuk sampai di tempat

kerja pada waktunya, meminta atasan membantu ketika ada masalah, atau

membuang waktu bila tidak ada orang yang mengamati.

Pengondisian Operant

Pengondisian operant menyatakan bahwa perilaku merupakan suatu fungsi

dari konsekuensi-konsekuensi. Perilaku operant berarti perilaku yang bersifat

sukarela atau perilaku yang dipelajari sebagai kontras terhadap perilaku

semacam itu, yang dipengaruhi oleh ada atau tidak adanya pungutan yang

ditrimbulkan oleh konsekuensi-konsekuensi dari perilaku tersebut.

Pembelajaran Sosial

Individu-individu juga dapat belajar dengan mengamati apa yang terjadi pada

orang lain, dengan diberitahu maupun dengan mengalami secara langsung.

Jadi, banyak dari apa yang telah dipelajari manusia berasal dari observasi atas

karakteristik-karakteristik orang tua, guru, teman sekerja, atasan, dan

Page 18: bab 4 akpri

seterusnya. Pandangan bahwa manusia dapat belajar baik lewat pengamatan

maupun pengalaman langsung ini disebut sebagai teori pembelajaran social.

Walaupun teori pembelajaran sosial merupakan suatu perpanjangan dari

pengondisian operant, di mana teori tersebut mengandalkan perilaku sebagai

suatu fungsi dari konsekuensi-konsekuensi, teori itu juga mengakui eksistensi

pembelajaran observasional(lewat pengamatan) dan pentingya persepsi dalam

belajar.

H. KepribadianKepribadian mengacu pada bagian karakteristik psikologi dalam diri seseorang yang

menentukan dan mencerminkan bagaimana orang tersebut merespons lingkungannya.

Kepribadian adalah inti sari dari perbedaan individu. Kepribadian cenderung bersifat

konsisten dan kronsi. Konsep kepribadian dan pengetahuan tentang komponennya

adalah penting karena memungkinkan untuk memprediksikan perilaku. Para akuntan

perilaku dapat menghadapi efektivitas orang-orang jika mereka memahami bagaimana

kepribadian dikembangkan dan bagaimana kepribadian tersebut dapat diubah.

Aplikasi utama dari teori kepribadian dalam organisasi adalah memprediksikan

perilaku. Pengujian terhadap perilaku ditentukan oleh banyaknya efektivitas dalam

tekanan pekerjaan, siapa yang akan menanggapi kritikan dengan baik, siapa yng

pertama harus dipuji dahulu sebelum berbicara mengenai perilaku tidak diinginkan,

siapa yang menjadi seorang pemimpin potensial. Semuanya itu merupakan bentuk-

bentuk pemahamaan atau kepribadian.

Penentu Kepribadian

Suatu argumen dini dalam riset kepribadian adalah apakah kepribadian

seseorang merupakan hasil keturunan atau lingkungan. Kepribadian

tampaknya merupakan hasil dari kedua pengaruh tersebut. Selain itu, dewasa

ini dikenal faktor ketiga, yaitu faktor situasi. Kepribadian seorang dewasa

umumnya dinggap terbentuk dari faktor keturunan, dan lingkungan, yang

diperlunak oleh kondisi situasi.

a. Keturunan

Page 19: bab 4 akpri

Pendekatan keturunan beragumentasi bahwa penjelasan paling akhir dari

kepribadian seseorang individu adalah struktur molekul dari gen yang

terletak dalam kromosom.

b. Lingkungan

Di antara faktor-faktor yang menekankan pada pembentukan kepribadian

adalah budaya dimana seseorang dibesarkan, pengondisian dini, norma-

norma di antara keluarga, temam-teman, dan kelompok-kelompok social,

serta pengaruh lain yang dialami. Lingkungan yang dipaparkan pada

seseorang memainkan suatu peranan besar dalam membentuk kepribadian

orang tersebut. Pertimbangan yang saksama terhadap argumen-argumen

yang mendukung keturunan maupun lingkungan sebagai penentu utama

dari kepribadian mengarah pada kesimpulan bahwa keduanya adalah

penting. Keturunan menentukan parameter-parameter atau batas-batas

luar, tetapi potensi penuh seseorang akan ditentukan oleh seberapa baik

orang tersebut menyesuaikan diri dengan tuntutan dan persyaratan

lingkungan.

c. Situasi

Faktor ini mempengaruhi dampak keturunan dan lingkungan terhadap

kepribadian. Kepribadian seseorang walaupun kelihatannya mantap dan

konsisten , dapat berubah pada kondisi yang berbeda. Tuntutan yang

berbeda dari situasi yang berlainan memunculkan aspek-aspek yang

berlainan dari kepribadian seseorang. Oleh karena itu, hendaknya pola

kepribadian tidak dilihat secaara terpisah. Kelihatannya adalah logis untuk

mengandalkan bahwa situasi akan mempengaruhi kepribadian seseorang.

Bagaimanapun juga, memang diketahui bahwa situasi tertentu pada

kenyataannya lebih relevan dibandingkan dengan situasi lain dalam

mempengaruhi kepribadian.

I. EMOSIEmosi adalah perasaan intens yang diarahkan pada seseorang atau sesuatu. Emosi

berbeda dari suasana hati (moods), yaitu merasakan kecenderungan yang kurang

intens dibandingkan emosi dan kekurangan satu rangsangan konekstual. Emosi

merupakan reaksi terhadap suatu objek, dan akhirnya tidak bertahan pada ciri

Page 20: bab 4 akpri

kepribadian. Emosi dapat mengarah pada suasana hati ketika Anda kehilangan fokus

pada objek berdasarkan konteks. Anda memperlihatkan emosi (marah) ke arah suatu

objek spesifik (teman Anda). Penelitian mengidentifikasi enam komponen emosi

secara universal, yaitu kemarahan, ketakutan, kesedihan, kebahagiaan, rasa jijik, dan

kaget.

Emosi Tenaga Kerja

Emosi tenga kerja mngacu pada kebituhan bahwa karyawan mengungkapkan

emosi tertentu di tempat kerja guna memaksimalkan produktivitas organisasi.

Awalnya, konsep emotional tenaga kerja dikembangkan dalam

hubunganyadengan jasa pekerjaan. Sebaagai contoh, pramugari diharapkan

ceria dan dokter diharapkan netral secara emotional.

Kenapa Seharusnya Kita Peduli dengan Emosi di Tempat Kerja?

Orang-orang yang mengetahui emosi mereka sendiri dan ahli membaca emosi

orang lain mungkin lebih efektif dalam bekerja. Oleh karena itu, hal ini

menjadi tema yang mendasari penelitian terbaru berdasarkan intelegensi

emosional. Seluruh tempat kerja dapat terpengaruh oleh emosi positif atau

negatif di empat kerja.

Intelegensi Emotional

Intelegensi emotional mengacu pada berbagai keterampilaan non-kognitif,

kemampuan, serta kompetensi yang memengaruhi kemampuan seseorang

untuk berhasil dalam tu tunan lingkungan dan tekanan. Hal ini disusun dari

lima dimensi berikut :

1. Kesadaran diri.

Hal ini digambarkan oleh keyaakinan diri, penilaaian diri yang realistis,

dan kemunduran rasa humir terhadap diri sendiri.

2. Manajemen diri

Kemampuan mengatur emosi sendiri.

3. Motivasi diri

Kemampuan berkeras dalam menghadapi kemunduran dan kegagalan.

4. Empati

Page 21: bab 4 akpri

Kemampuan memahami perasaan orang lain.

5. Keterampilan sosial

Kemampuan menangani emosi orang lain.

Emosi Negartif di Tempat Kerja

Emosi negatif dapat mengarah pada sejumlah penyimpangan perilaku di

tempat kerja. Siapa pun yang menghabiskan banyak waktu dalam suatu

organisasi akan menyadari orang-orang sering terlibat tindakan sukarela yang

melanggar norma yang telah ditetapkan serta mengancam organisasi, anggota,

atau keduanya. Tindakan-tindakan tersebut disebut penyimpangan karyawan.

BAB III

KESIMPULAN

Pada bab ini kita telah menelaah mengenai beberapa bidang utama dari konsep-

konsep yang ada pada wilayah psikologi dan psikologi psikologi social. Juga telah dijelaskan

konsep-konsep utama yang terdapat di dalamnya, di mana sikap, perunahan sikap, motivasi,

presepsi, pembelajaran, dan kepribadian dibicarakan. Kemudian, dilihat bagaimana hal

tersebut diterapkan terhadap system secara teoretis pada akuntansi keperilakuan, kemudian

membandingkan perilaku-perilaku lain dalam organisasi.