34
Review Akuntansi Keuangan 1 Nama : Gita Angga Dilla P. Nim : 115020307111057 Kelas : CB

AK1 8 Dan 9 Lengkap

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: AK1 8 Dan 9 Lengkap

Review Akuntansi Keuangan 1

Nama : Gita Angga Dilla P.

Nim : 115020307111057

Kelas : CB

Page 2: AK1 8 Dan 9 Lengkap

Bab 8

Penilaian Persediaan (Pendekatan Dasar Biaya)

PENILAIAN PERSEDIAAN: PENDEKATAN DASAR BIAYA

A. Klasifikasi dan Pengendalian Persediaan

1. Klasifikasi

Persediaan adalah pos-pos aktiva yang dimiliki untuk dijual dalam operasi bisnis normal

atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam memproduksi barang akan

dijual. Deskripsi dan pengukuran persediaan membutuhkan kecermatan karena investasi

dalam persediaan biasanya merupakan aktiva lancar paling besar dari perusahaan barang

dagang (ritel) dan manufaktur.

a. Biaya yang dibebankan ke barang dan bahan baku yang ada ditangan tetapi belum

dialihkan ke produksi dilaporkan sebagai persediaan bahan baku.

b. Biaya bahan baku untuk produk yang telah dibuat tetapi belum selesai, ditambah biaya

tenaga kerja langsung yang diaplikasikan secara khusus kebahan baku ini dan biaya over

head yang dialokasikan, merupakan persediaan barang dalam proses.

c. biaya yang berkaitan dengan produk yang telah selesai tetapi belum terjual pada akhir

periode fiskal dilaporkan sebagai persediaan barang jadi.

2. Pengendalian 

Karena berbagai alasan, manajemen sangat berkepentingan dengan perencanaan dan

pengendalian persediaan. Jika pos-pos yang belum terjual telah tertumpuk dalam

persediaan, maka perusahaan akan menghadapi kemungkinan kerugian. Penjualan dan

pelanggan bisa hilang jika produk yang dipesan tidak tersedia dengan model, kualitas,

dan kuantitas yang diinginkan. Begitu juga perusahaan, harus selalu memonitor tingkat

persediaan secara seksama untuk membatasi biaya pembiayaan akibat banyaknya

timbunan persediaan.

-Sistem Perpetual

Menurut system persediaan perpetual, catatan yang berkelanjutan menyangkut perubahan

persediaan dicerminkan dalam akun persediaan. Yaitu semua pembelian dan penjualan

(pengeluaran) barang dicatat secara langsung ke akun persediaan pada saat terjadi.

Page 3: AK1 8 Dan 9 Lengkap

Karakteristik akuntansi dari sistem perpetual adalah:

a. Pembalian barang untuk dijual atau pembelian bahan baku untuk produksi didebet ke

persediaan dan bukan kepembelian.

b. Biaya trasportasi masuk, retur pembelian dan pengurangan harga, serta diskon

pembelian dicatat dalam persediaan bukan dalam akun terpisah.

c. Harga pokok penjualan diakui untuk setiap penjualan dengan mendebet akun harga

pokok penjualan, dan mengkredit persediaan.

d. Persediaan merupakan akun pengendali yang didukung oleh buku besar pembantu

yang berisi catatan persedian individual. 

-Sistem Periodik

Menurut sistem persediaan periodik, kualitas persediaan ditangan ditentukan, seperti

yang tersirat oleh namanya, secara periodik. Semua pembelian persediaan selama periode

akuntansi dicatat dengan mendebet akun pembelian. Total akun pembelian pada akhir

peiode akuntansi ditambahkan ke biaya persediaan di tangan pada awal periode untuk

menentukan total biaya barang yang tersedia untuk dijual selama periode berjalan.

Kemudian total biaya barang yang tersedia untuk dijual dikurangi dengan persediaan

akhir untuk menentukan harga pokok penjualan. 

Kelebihan dan kekurangan persediaan perpetual umumnya merupakan salah saji harga

pokok penjualan. Perbedaan ini mrupakan hal yang normal, yang mungkin diakibatkan

oleh penciutan, kerusakan, pencurian, kesalahan pencatatan, dan sebagainya. Kelebihan

dan kekurangan persediaan merupakan penyesuaian harga pokok penjualan. 

B. Kuantitas yang Dimasukkan sebagai Metode Pencatatan Sediaan  

1. Barang dalam Perjalanan

Barang dalam perjalan merupakan barang yang dikirim atas dasar f.o.b. shipping point

yang masih berada dalam perjalanan pada akhir periode akan menjadi milik pembeli dan

harus diperlihatkan dalam catatan pembeli.

2. Barang Konsinyasi 

Menurut kesepakatan ini, salah satu pihak mengirim barang kepihak lain , yang bertindak

sebagai agen consignor dalam menjual barang konsinyasi.

3. Perjanjian Penjualan Khusus 

Page 4: AK1 8 Dan 9 Lengkap

Tiga situasi penjualan khusus akan diilustrasikan untuk mengindikasikan jenis-jenis

masalah yang dapat ditemukan dalam praktek, yaitu:

a. Penjualan dengan perjanjian beli kembali.

b. Penjualan dengan tingkat retur yang tinggi.

c. Penjualan cicilan.

C. Pengakuan Harga Perolehan Persediaan

Biaya barang yang tersadia untuk dijual atau digunakan adalah jumlah dari (1) biaya

barang yang ada ditangan pada awal periode dan (2) biaya barang yang dibeli atau

diproduksi selama periode berjalan. Harga pokok penjualan adalah perbedaan antara

biaya barang yang tersedia untuk dijual selama periode berjalan dengan biaya barang

yang ada ditangan pada akhir periode.

Penilaian persediaan bisa menjadi proses yang kompleks yang memerlukan penetuan

atas:

a. Barang fisik yang harus dimasukkan dalam persediaan. 

b. Biaya-biaya yang harus dimasukkan dalam persediaan.

c. Asumsi arus biaya yang harus diadopsi.

D. Metode Penilaian Sediaan

1.. Identifikasi Khusus

Identifikasi khusus digunakan dengan cara mengidentifikasi setiap barang yang dijual dan

setiap barang dalam pos persediaan.

2. Biaya Rata-Rata

Metode biaya-rata-rata menghitung harga pos-pos yang terdapat dalam persediaan atas

dasar biaya rata-rata barang yang sama yang tersedia selama satu periode.

3. First-In, First-Out (FIFO)

Metode FIFO mengasumsikan bahwa barang-barang digunakan (dikeluarkan) sesuai

urutan pembeliannya. Dengan kata lain, metode ini mengasumsikan bahwa barang

pertama yang digunakan (dalam perusahaan manufaktur) atau dijual (dalam perusahaan

dagang). Karena itu, persediaan yang tersisa merupakan barang yang dibeli paling

terakhir.

Page 5: AK1 8 Dan 9 Lengkap

4. Last-In, Firt-Out (LIFO)

Metode LIFO menandingkan biaya dari barang-barang yang peling akhir dibeli terhadap

pendapatan. Jiak yang digunakan adalah persediaan periodik, maka akan diasumsikan

bahwa biaya dari total kuantitas yang terjual atau dikeluarkan selama suatu bulan berasal

dari pembelian paling akhir.

Page 6: AK1 8 Dan 9 Lengkap

Bab 09

Persediaan : Masalah Penilaian Tambahan

PERSEDIAAN MASALAH PENILAIAN TAMBAHAN

TERENDAH ANTARA BIAYA DAN HARGA PASAR

Batas atas dan batas bawah Bagaimana LCM bekerja Aplikasi LCM Pasar Evaluasi aturan

DASAR PENILAIAN

Nilai realisasi bersih Nilai penjualan relatif Komitmen pembelian

Page 7: AK1 8 Dan 9 Lengkap

Nilai terendah antara biaya dan harga pasar

Persediaan dicatat pada biaya awalnya. Akan tetapi, penyimpangan yang besar terhadap

biaya historis bisa dilakukan jika nilai persediaan menurun di bawah biaya awalnya.

Aturan umumnya adalah bahwa prinsip biaya historis tidak dapat diterapkan apabila

manfaat (kemampuan menghasilkan pendapatan) masa depan dari aktiva itu tidak lagi

sebesar biaya awalnya. Oleh karena itu, perusahaan melaporkan persediaan pada nilai

terendah antara biaya dan harga pasar (LCM) pada setiap periode pelaporan.

Biaya atau harga pokok adalah harga perolehan persediaan yang di hitung dengan

memakai salah satu metode berdasarkan biaya historis-identifikasi khusus, biaya rata-

rata, FIFO atau LIFO. Istilah pasar (market) dalam frase “nilai terendah antara biaya dan

harga pasar” (LCM) umumnya berarti biaya untuk mengganti barang melalui pembelian

atau reproduksi. Penyimpangan dari konsep biaya historis dapat dibenarkan karena

hilangnya manfaat harus dibebankan terhadap pendapatan periode dimana kehilangan itu

terjadi, bukan pada periode penjualan.

Nilai Terendah Antara Biaya Dan Harga Pasar-Batas Atas Dan Batas Bawah

Biaya pengganti digunakan untuk menyatakan nilai pasar karena penurunan biaya

pengganti suatu barang biasanya mencerminkan atau meramalkan penurunan harga jual.

Pemakaian biaya pengganti memungkinkan sebuah perusahaan untuk mempertahankan

tingkat laba kotor yang konsisten atas penjualan (margin laba yang normal). Penurunan

biaya pengganti suatu barang tidak menunjukkan penurunan manfaat (utilitas). Jadi, 2

pembatasan penilaiaan tambahan akan digunakan untuk menilai persediaan akhir-nilai

realisasi bersih dan nilai realisasi bersih dikurangi margin laba normal. Nilai realisasi

bersih didefinisikan sebagai estimasi harga jual dalam keadaan bisnis Normal dikurangin

dengan estimasi biaya penyelesaiaan dan penjualan yang dapat diprediksi secara layak.

Jumlah Tersebut dikurangkan dengan marjin laba normal.

Aturan umum dari “nilai terendah antara biaya dan harga pasar” adalah persediaan dinilai

pada nilai terendah antara biaya dan harga pasar, dengan harga pasar dibatasi hingga

jumlah yang tidak melebihi nilai realisasi bersih atau lebih rendah dari nilai realisasi

Page 8: AK1 8 Dan 9 Lengkap

bersih dikurangi marjin laba normal. Batas atas adalah nilai realisasi bersih persediaan

sedangkan batas bawah adalah nilai realisasi bersih dikurangi marjin laba normal.

Bagaimana Nilai Terendah Antara Biaya dan Harga Pasar Bekerja

Jumlah yang dibandingkan dengan biaya, yang sering disebut nilai pasar yang ditetapkan

selalu merupakan nilai tengah dari 3 jumlah:

Biaya pengganti

Nilai realisasi bersih

Nilai realisasi bersih dikurangi margin laba normal.

Aplikasi aturan nilai terendah antara biaya dan harga pasar hanya memperhitungkan

kerugian nilai yang terjadi dalam kegiatan bisnis normal yang disebabkan oleh hal-hal

seperti : perubahan model, perubahan permintaan atau keusangan akibat terlalu lama di

pajang. Barang – barang yang rusak atau kas dkurangi dari nilai realisasi bersihnya. Jika

material, barang – barang semacam itu dapat dicatat dalam akun persediaan yang

terpisah.

Metode Pengaplikasian LCM

Dalam metode pengaplikasian LCM, dimisalkan kita mengansumsikan bahwa antara

aturan yang terendah antara biaya dan harga pasar ( lower of cost market ), kita dapat

langsung mengaplikasikannya pada setiap barang, setiap kategori atau total persediaan.

Kenaikan harga pasar barang cenderung mengoffset penurunan harga pasar barang yang

lain, jika pendekatan kategori atau total persediaan yang utama digunakan dalam

mengaplikasikan aturan LCM. Praktek yang paling umum adalah menilai persediaan atas

dasar barang per barang. Selain itu pendekatan per barang menyediakan penilaian yang

paling konsevatif bagi tujuan penyajian pembaca.

Persediaan sering dinilai atas dasar total persediaan jika hanya ada satu produk akhir

( yang terbuat dari banyak bahan baku yang berbeda ). Jika perusahaan membuat

beberapa produk akhir, maka pendekatan kategori dapat dipakai. Metode yang di pilih

harus merupakan metode yang paling jelas mencerminkan laba. Apapun metode yang

pilih harus di aplikasikan secara konsisten dari satu periode ke periode lain.

Page 9: AK1 8 Dan 9 Lengkap

Pencatatan Harga “Pasar” dan Bukan Biaya

Salah satu dari 2 metode digunakan untuk mencatat persediaan pada harga pasar. Dalam

metode pertama, yaitu metode langsung, biaya digantikan dengan harga pasar (yang lebih

rendah) ketika menilai persediaan. Akibatnya, tidak ada kerugian yang dilaporkan dalam

harga pokok penjualan. Metode kedua, yaitu metode tidak langsung atau metode

penyisihan, tidak mengubah angka biaya, tetapi membentuk akun kontra/ aktiva yang

terpisah dan akun kerugian untuk mencatat penghapusan. Keunggulan dari

pengidentifikasian atas pencatatan kerugian yang diakibatkan oleh penurunan harga pasar

adalah bahwa kerugian ini diperlihatkan secara terpisah dari harga pokok penjualan

dalam laporan laba rugi, jadi harga pokok penjualan untuk tahun berjalan tidak

terdistorsi.

Sebagian akuntan membiarkan akun ini dalam pembukuan dan hanya menyesuaikan

saldonya pada akhir tahun berikutnya agar sesuai dengan selisih antara biaya dengan

LCM pada tanggal neraca. Jadi, jika harga menurun, maka kerugian dicatat dan jika harga

naik, kerugian yang telah dicatat pada tahun sebelumnya “dipulihkan” dan “keuntungan”

(yang sebetulnya bukan merupakan keuntungan, tetapi pemulihan kerugian yang diakui

sebelumnya) dicatat.

Evaluasi atas aturan LCM

Aturan LCM memiliki beberapa defisiensi atas kelemahan konseptual :

Penurunan nilai aktiva dan pencatatannya sebagai beban di akui pada periode ketika

kerugian utilitas ini terjadi bukan pada periode penjualan.

Aplikasi aturan LCM menghasilkan inkonsistensi karena persediaan perusahaan

mungkin dinilai menurut biaya dalam 1 tahun dan pada harga pasar dalam tahun

berikutnya.

LCM menilai persediaan dalam neraca secara konservatif, tetapi dampaknya terhadap

laporan laba rugi mungkin atau tidak mungkin bersifat konservatif.

Aplikasi aturan LCM menggunakan “Laba normal” dalam menentukan nilai persediaan.

Page 10: AK1 8 Dan 9 Lengkap

DASAR PENILAIAN

Penilaian Menurut Nilai Realisasi Bersih

Secara umum, persediaan mencatat pada biayanya atau menurut aturan LCM. Akan

tetapi, banyak pihak yang percaya bahwa harga pasar harus selalu didefinisikan sebagai

nilai realisasi bersih ( harga jual dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan penjualan),

bukan biaya pengganti, untuk tujuan pengaplikasian aturan LCM.

Dalam situasi terbatas, pencatatan persediaan menurut nilai realisasi bersih mendapat

dukungan dari banyak pihak sekalipun jumlah ini melampaui biaya. Pengecualian atas

aturan pengakuan norma ini dibolehkan oleh GAAP. Jika :

Terdapat pasar terkendali dengan harga kuota yang berlaku bagi semua kuantitas.

Tidak ada biaya penjualan yang signifikan.

Kadang-kadang angka biaya terlalu sulit untuk di hitung

Penilaian dengan Menggunakan Nilai Penjualan Relatif

Suatu masalah khusus muncul ketika sekelompok unit yang berbeda dibeli dengan satu

harga lump sum (lump sum price), yang juga disebut basket purchase.

Komitmen Pembelian-Satu Masalah Khusus

Dalam banyak lini bisnis, kelangsungan hidup dan profitabilitas perusahaan tergantung

pada tersedianya persediaan barang dagang yang mencukupi untuk memenuhi semua

permintaan pelanggan. Akibatnya, sangat wajar bagi sebuah Perusahaan untuk membuat

komitmen pembelian, setuju untuk membeli persediaan beberapa minggu, bulan, atau

bahkan beberapa tahun di muka. Umumnya, hak atas barang dagang atau bahan baku

yang terkait dengan komitmen pembelian ini belum berpindah ke pembeli.

Biasanya pembeli tidak perlu atau tidak harus membuat setiap ayat jurnal untuk

mencerminkan komitmen pembelian barang yang belum di kirimkan oleh penjual.

Pesanan yang umum, yang harganya sudah di tentukan pada saat di kirimkan dan bisa

Page 11: AK1 8 Dan 9 Lengkap

dibatalkan sewaktu-waktu oleh pembeli maupun penjual, bukan merupakan aktiva atau

kewajiban bagi pembeli. Jadi, komitmen pembelian ini tidak perlu dicatat dalam

pembukuan atau dilaporkan dalam laporan keuangan.

Page 12: AK1 8 Dan 9 Lengkap

Rata – Rata Tertimbang kapitalisasi dan Pelepasan Aset

(Substansi Komersial)

Perlakuan atas kos bunga yang timbul selama pembangunan aset telah menjadi kontroversi yang

berlarut-larut dalam akuntansi. Setidaknya terdapat tiga pendekatan yang diajukan untuk

memperlakukan bunga yang timbul dalam rangka pendanaan aset tetap yang dibangun sendiri:

1. Tidak mengkapitalisasi kos bunga selama pembangunan.

Dalam pendekatan ini, bunga dianggap sebagai kos pendanaan dan tidak termasuk kos

pembangunan aset. Jika perusahaan menerbitkan ekuitas (saham), tidak mendanai

pembangunan asetnya melalui utang, kos bunga tidak akan terjadi. Sanggahan utama terhadap

pendekatan ini menyatakan bahwa, penggunaan kas, dari manapun sumbernya, menimbulkan

kos bunga meskipun implisit, yang tidak seharusnya diabaikan.

2. Membebankan seluruh kos pendanaan, baik yang teridentifikasi ataupun tidak, ke

pembangunan aset.

Menurut pendekatan ini, kos pembangunan aset harus mencakup kos pendanaannya, apakah

tunai, berasal dari pinjaman, atau melalui penerbitan saham. Pendukung pendekatan ini

menyatakan, seluruh kos yang diperlukan untuk mempersiapkan aset sesuai tujuan

penggunaannya, termasuk bunga, menjadi bagian dari kos aset. Bunga, entah itu sungguh-

sungguh terjadi atau implisit, adalah kos, seperti halnya tenaga kerja dan bahan mentah.

Sanggahan utama terhadap pendekatan ini menyatakan bahwa, diperhitungkannya kos yang

terkait dengan penerbitan saham (pendanaan ekuitas) bersifat subjektif dan menyimpang dari

rerangka kos historis.

3. Hanya mengkapitalisasi bunga sesungguhnya yang terjadi selama perioda

pembangunan.

Pendekatan ini menyepakati sebagian logik yang mendasari pendekatan kedua—bahwa bunga

adalah kos seperti halnya tenaga kerja dan bahan mentah. Tetapi pendekatan ini hanya

mengkapitalisasi kos bunga yang terjadi dari pendanaan melalui utang. Kos yang terkait

dengan pendanaan melalui penerbitan saham diabaikan. Dengan pendekatan ini, kos aset yang

pembangunannya didanai melalui utang akan lebih tinggi dibandingkan dengan jika aset itu

didanai melalui penerbitan saham. Sebagian kalangan tidak puas dengan pendekatan ini

karena mereka meyakini kos aset harusnya sama, entah itu diperoleh secara tunai, didanai

melalui utang, atau didanai melalui penerbitan saham.

Page 13: AK1 8 Dan 9 Lengkap

Gambar berikut menunjukkan bagaimana pengaruh kapitalisasi bunga terhadap kos aset menurut

ketiga pendekatan di atas.

Sumber: Kieso, et al (2012)

IFRS menganut pendekatan ketiga—mengkapitalisasi bunga yang sesungguhnya terjadi (dengan

modifikasi). Metoda ini sejalan dengan konsep kos historis pemerolehan aset yang mencakup seluruh

kos (termasuk bunga) yang timbul agar aset berada dalam kondisi dan lokasi siap digunakan. Dasar

pemikiran yang melandasi pendekatan ini adalah, selama pembangunannya, aset belum menghasilkan

pendapatan, sehingga perusahaan harus menangguhkan (mengkapitalisasi) kos bunga. Setelah

pembangunan selesai, aset siap digunakan dan perusahaan akan menghasilkan pendapatan dengan aset

tersebut. Pada saat itulah perusahaan harus mngakui bunga sebagai biaya (expense) dan

mempertemukannya dengan pendapatan yang dihasilkannya. Implikasinya, jika aset dibeli dan

langsung bisa digunakan, bunga yang timbul dalam pemerolehannya juga harus langsung dibiayakan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menerapkan pendekatan di atas adalah:

1. Kualifikasi aset

2. Perioda kapitalisasi

3. Jumlah bunga yang dikapitalisasi

KUALIFIKASI ASET

Untuk mengkapitalisasi bunga, penyiapan aset untuk digunakan sesuai tujuannya harus memakan

waktu yang cukup lama. Kapitalisasi bunga dimulai sejak pembayaran yang terkait aset pertama kali

dilakukan. Kapitalisasi berlanjut sampai dengan pembangunan selesai dan aset siap digunakan.

Aset yang memenuhi kualifikasi kapitalisasi bunga meliputi aset dalam masa pembangunan yang

nantinya akan digunakan sendiri oleh perusahaan (termasuk bangunan, pabrik, dan mesin) dan aset

Page 14: AK1 8 Dan 9 Lengkap

dengan maksud untuk dijual atau disewaguna yang dibangun atau diproduksi melalui projek-projek

yang dipisahkan dari aktivitas-aktivitas lainnya (discrete projects) (misalnya, pembuatan kapal atau

pembangunan real estate).

Aset yang tidak memenuhi kualifikasi kapitalisasi bunga misalnya adalah (1) aset-aset yang sedang

digunakan atau siap digunakan sesuai tujuannya, dan (2) aset-aset yang tidak digunakan dalam

aktivitas normal serta tidak sedang dalam proses penyiapan untuk digunakan sesuai tujuannya. Contoh

kategori kedua adalah lahan tidur dan aset yang tidak digunakan karena usang, kelebihan kapasitas,

atau memerlukan perbaikan.

PERIODA KAPITALISASI

Perioda kapitalisasi adalah kurun waktu diharuskannya kapitalisasi bunga dilakukan. Perioda

kapitalisasi dimulai dengan terpenuhinya tiga kondisi berikut:

1. Pengeluaran untuk aset yang dibangun telah dilakukan.

2. Aktivitas yang diperlukan untuk menyiapkan aset sesuai tujuan penggunaannya

sedang berlangsung.

3. Kos bunga sedang terjadi.

Kapitalisasi bunga berlanjut sepanjang tiga kondisi di atas terpenuhi. Perioda kapitalisasi berakhir

pada saat aset hampir selesai dan siap digunakan sesuai tujuannya.

 

JUMLAH YANG DIKAPITALISASI

Jumlah bunga yang dikapitalisasi ditentukan dengan memilih yang lebih rendah antara bunga yang

sesungguhnya terjadi selama perioda atau bunga yang dapat dihindari. Bunga yang dapat dihindari

(avoidable interest) adalah jumlah kos bunga selama perioda yang secara teoretis dapat dihindari jika

perusahaan tidak melakukan pembayaran terkait aset.

Sebagai contoh, jika kos bunga sesungguhnya Rp90.000 dan bunga yang dapat dihindari Rp80.000,

bunga yang dikapitalisasi hanya Rp80.000. Sebaliknya, jika kos bunga sesungguhnya Rp80.000 dan

bunga yang dapat dihindari Rp90.000, bunga yang dikapitalisasi juga hanya Rp80.000. Kos bunga

tidak termasuk kos kapital yang timbul dalam penerbitan saham. Lebih lanjut, IFRS mengharuskan

kapitalisasi bunga untuk aset yang memenuhi kualifikasi hanya jika dampaknya material, jika

dibandingkan dengan dampak yang timbul seandainya bunga dibiayakan.

Page 15: AK1 8 Dan 9 Lengkap

Untuk menerapkan konsep avoidable interest, jumlah bunga yang mungkin akan dikapitalisasi selama

satu perioda akuntansi dihitung dengan cara mengalikan suku bunga pinjaman dengan rata-rata

tertimbang akumulasi pengeluaran terkait aset yang memenuhi kualifikasi selama perioda yang

bersangkutan.

Rata-rata tertimbang akumulasi pengeluaran

Untuk menghitung rata-rata tertimbang akumulasi pengeluaran, pengeluaran-pengeluaran dalam

rangka pembangunan aset dibobot menurut lamanya waktu (pecahan dari satu tahun atau perioda

akuntansi) yang menimbulkan terjadinya kos bunga.

Sebagai contoh, projek pembangunan jembatan direncanakan memakan waktu 17 bulan, dan selama

tahun berjalan pembayaran kepada kontraktor dilakukan pada tanggal 1 Maret sebesar Rp240.000, 1

Juli sebesar Rp480.000, dan 1 Nopember sebesar Rp360.000. Rata-rata tertimbang akumulasi

pengeluaran untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember dihitung sebagai berikut:

Rata-rata tertimbang akumulasi pengeluaran dihitung dengan membobot tiap-tiap pengeluaran

menurut lamanya waktu yang menimbulkan terjadinya kos bunga. Untuk pengeluaran tanggal 1

Maret, kos bunga yang dikaitkan dengan pengeluaran tersebut adalah 10 bulan. Untuk pengeluaran

tanggal 1 Juli, kos bunga yang diperhitungkan hanya untuk 6 bulan. Untuk pengeluaran tanggal 1

Nopember, kos bunganya adalah untuk 2 bulan.

Suku bunga

Prinsip pemilihan suku bunga yang seharusnya diterapkan atas rata-rata tertimbang akumulasi

pengeluaran adalah:

Page 16: AK1 8 Dan 9 Lengkap

1. Bagian rata-rata tertimbang akumulasi pengeluaran hingga sama dengan jumlah

pinjaman khusus untuk mendanai aset dikalikan dengan suku bunga yang berlaku atas

pinjaman khusus tersebut.

2. Bagian rata-rata tertimbang akumulasi pengeluaran yang lebih besar dibandingkan

jumlah pinjaman khusus untuk mendanai pembangunan aset dikalikan dengan rata-rata

tertimbang suku bunga yang berlaku atas semua pinjaman lainnya.[1]

Penghitungan rata-rata tertimbang suku bunga untuk pinjaman selebihnya dari yang khusus dilakukan

untuk mendanai pembangunan aset diilustrusikan sebagai berikut:

 

CONTOH KOMPREHENSIF KAPITALISASI BUNGA

Untuk mengilustrasikan isu-isu yang terkait dengan kapitalisasi bunga, misalkan pada tanggal 1

Nopember 2011, PT ABC mengontrak PT KTR untuk membangun sebuah gedung dengan nilai

kontrak Rp1.400.000 di atas tanah dengan kos Rp100.000 (dibeli dari kontraktor yang sama yang

pembayarannya digabungkan dengan pembayaran pertama). Tanggal dan jumlah pembayaran PT

ABC kepada PT KTR selama tahun 2012 adalah sebagai berikut:

PT KTR menyelesaikan pembangunan gedung dan siap digunakan pada tanggal 31 Desember 2012.

Pinjaman PT ABC tanggal 31 Desember 2012.

Page 17: AK1 8 Dan 9 Lengkap

Rata-rata tertimbang akumulasi pengeluaran dihitung sebagai berikut:

Pengeluaran yang dilakukan pada tanggal 31 Desember (akhir tahun fiskal) tidak menimbulkan kos

bunga.

Bunga yang dapat dihindari (avoidable interest) dihitung dengan cara sebagai berikut:

Jumlah Rp70.000 adalah rata-rata tertimbang akumulasi pengeluaran selebihnya dari jumlah pinjaman

khusus untuk mendanai pembangunan aset (Rp820.000 – Rp750.000). Suku bunga 11,04% adalah

rata-rata tertimbang suku bunga pinjaman lainnya yang dihitung dengan cara sebagai berikut:

Page 18: AK1 8 Dan 9 Lengkap

Kos bunga sesungguhnya yang merupakan jumlah maksimum bunga yang boleh dikapitalisasi selama

tahun 2012 dihitung sebagai berikut:

Selanjutnya, PT ABC memilih yang lebih rendah antara bunga yang dapat dihindari (Rp120.230)

dengan bunga sesungguhnya (Rp239.500). Bunga yang dapat dihindari ternyata lebih kecil, sehingga

jumlah itulah yang dikapitalisasi terhadap gedung yang dibangun.

Dampak transaksi pembangunan gedung terhadap akun-akun PT ABC selama tahun 2012 disajikan

sebagai berikut:

Page 19: AK1 8 Dan 9 Lengkap

Sepanjang gedungnya belum selesai dan belum siap digunakan, pendebitan bisa juga dilakukan ke

akun Pembangunan dalam Proses, tidak langsung ke akun Bangunan. Dari pencatatan tanggal 31

Desember terlihat, kapitalisasi bunga sebesar Rp120.230 menambah kos gedung yang dibangun.

PT ABC akan menghapus kapitalisasi bunga dengan sendirinya ketika kos gedung didepresiasi selama

umur manfaat gedung, bukan selama jangka waktu utangnya. Laporan keuangan PT ABC juga harus

mengungkapkan total kos bunga yang terjadi selama periode, berapa yang dibiayakan dan berapa yang

dikapitalisasi.

Jumlah kapitalisasi bunga bisa diungkapkan pada seksi nonoperasi di laporan laba-rugi atau di catatan

atas laporan keuangan. Kedua bentuk pengungkapan diilustrasikan sebagai berikut:

1. Pada seksi nonoperasi

Page 20: AK1 8 Dan 9 Lengkap

2. Pada catatan atas laporan keuangan

 

MASALAH-MASALAH KHUSUS TERKAIT KAPITALISASI BUNGA

Dua isu terkait kapitalisasi bunga memerlukan perhatian khusus:

1. Pengeluaran untuk tanah

2. Pendapatan bunga

 

Pengeluaran untuk tanah

Kos bunga yang terkait dengan pembelian tanah yang akan dikembangkan untuk tujuan penggunaan

tertentu memenuhi kualifikasi untuk dikapitalisasi. Jika tanah dibeli untuk dijadikan lokasi bangunan

(misalnya untuk lokasi pabrik), kos bunga yang dikapitalisasi selama perioda pembangunan menjadi

bagian kos pabrik, bukan tanah. Sebaliknya, jika tanah dikembangkan untuk dijual kembali berupa

kapling (lot), kos pemerolehannya akan mencakup kapitalisasi bunga. Jika tanah dibeli dan dimiliki

untuk maksud spekulasi harga, kapitalisasi bunga tidak boleh dilakukan karena aset tersebut telah siap

sesuai tujuan penggunaannya.

 

Pendapatan bunga

Banyak perusahaan meminjam uang untuk mendanai pembangunan aset. Dana pinjaman yang

berlebih untuk sementara bisa saja diinvestasikan dalam surat-surat berharga untuk memperoleh

pendapatan bunga hingga dana itu benar-benar diperlukan untuk membayar pembangunan aset. Pada

Page 21: AK1 8 Dan 9 Lengkap

tahap awal pembangunan, pendapatan bunga yang diperoleh bisa saja lebih besar daripada kos bunga

yang timbul atas dana pinjaman.

Menurut ketentuan IFRS, pendapatan bunga yang dihasilkan dari pinjaman tertentu harus dikurangkan

(di-offset) atas kos bunga yang dikapitalisasi. Dasar pemikiran ketentuan ini adalah, pendapatan bunga

yang diperoleh memiliki keterkaitan langsung dengan kos bunga yang timbul atas pinjaman tertentu.

  Exercise 8-9

(a) 4 Januari Piutang .......................................................... 640

Penjualan (80 X $ 8) ...................................................... 640

11 Jan Pembelian ($ 150 x $ 6,50) ........................... 975

Utang Usaha ................................................................... 975

13 Jan Piutang ....................................................... 1.050

Penjualan (120 X $ 8,75) ............................................ 1.050

20 Jan Pembelian (160 X $ 7) ............................... 1.120

Utang Usaha ................................................................ 1.120

27 Jan Piutang ......................................................... 900

Penjualan (100 x $ 9) ..................................................... 900

31 Jan Persediaan ($ 7 X 110) ................................ 770

Beban Pokok Penjualan ............................ 1.925 *

Pembelian ($ 975 + $ 1.120) ...................................... 2.095

Persediaan (100 X $ 6) ................................................. 600

* ($ 600 + $ 2.095 - $ 770)

(b) Penjualan ($ 640 + $ 1.050 + $ 900) ....................... $ 2.590

Beban pokok penjualan ........................................... 1.925

Laba kotor ............................................................... $ 665

(c) 4 Januari Piutang ................................................................ 640

Penjualan (80 X $ 8) ...................................................... 640

Beban Pokok Penjualan ...................................... 480

Inventory (80 X $ 6) ...................................................... 480

11 Jan Inventaris ............................................................ 975

Page 22: AK1 8 Dan 9 Lengkap

Hutang Usaha (150 x $ 6,50) ......................................... 975

13 Jan Piutang ........................................................... 1.050

Penjualan (120 X $ 8,75) ............................................ 1.050

Beban Pokok Penjualan ..................................... 770

Persediaan ([(20 X $ 6) +

(100 x $ 6,50)] .............................................................. 770

20 Jan Persediaan ...................................................... 1.120

Hutang Usaha (160 X $ 7) ......................................... 1.120

27 Jan Piutang ............................................................. 900

Penjualan (100 x $ 9) .................................................... 900

Beban Pokok Penjualan ................................... 675

Persediaan [(50 x $ 6,50) +

(50 X $ 7)] ..................................................................... 675

(d) Penjualan ................................................................ $ 2.590

Beban pokok penjualan

($ 480 + $ 770 + $ 675) ............................................. 1.925

Laba kotor .................................................................. $ 665