Air Minum masih jadi Impian. PERCIK. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Edisi Oktober 2004

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/31/2019 Air Minum masih jadi Impian. PERCIK. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Edisi Oktober 2004.

    1/56

  • 7/31/2019 Air Minum masih jadi Impian. PERCIK. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Edisi Oktober 2004.

    2/56

    Dari Redaksi 1

    Suara Anda 2

    Laporan Utama

    Air Minum Masih Jadi Impian 3

    Filosofi Air Minum Dorong Perbaikan PDAM 7

    Sekilas Kondisi Air Minum dan Sanitasi Indonesia 8

    Menilik MDGs Air Minum 10

    Peringkat Cakupan Layanan Air Minum Per Kabupaten/Kota Tahun 2002 11

    Wawasan

    Batam: Air Mengalir Lewat Kios 13

    Air di Australia dan Pembangunan Berkelanjutan 15

    Sekali Lagi tentang Privatisasi 17

    Penanganan Kebocoran di PDAM Makassar 20

    Strategi Peningkatan Kesadaran Masyarakat 21

    TeropongThe Real Air Minum 24

    Dirut PDAM Kota Bogor: Bisa Dikembangkan Lebih Luas 25

    Reportase

    Pedagang Air, Antara Dibutuhkan dan Disayangkan 26

    Wawancara

    Ketua Umum Perpamsi: Perlu Badan Pengelola Air 28

    Info Buku 31

    Info Situs 32

    Info CD 33

    Seputar WASPOLA

    Perbaikan Draft Kebijakan Nasional AMPL Berbasis Lembaga 34

    Fasilitasi Kebijakan Nasional AMPL Berbasis Masyarakat di Daerah 35

    Seputar AMPLHari Monitoring Air Sedunia 37

    Menangani Kebocoran Perlu Komitmen 38

    Seminar Hari Habitat Dunia 2004 39

    Lokakarya NAP Air Minum, Air Limbah, dan Persampahan 39

    Pemaparan Konsep CLTS 40

    Lokakarya Nasional Sumber Air Domestik 41

    Diseminasi Petunjuk Teknis Pembangunan Prasarana dan Sarana Kawasan

    Agropolitan dan Penyehatan Lingkungan Permukiman di Wilayah Barat 41

    Konsolidasi Interim Proyek WSLIC 2 42

    Sosialisai Manual Pengelolaan Sarana AMPL Tingkat Desa 43

    Handwashing: Soap Saves Lives! 43

    Kunjungan Monitoring WSLIC 2 ke Kab. Belitung 44

    Seminar Nasional Sosialisasi UU No. 8 Tahun 2004 45SANIMAS Balong Asri, Mojokerto Terawat 46

    Pertemuan Tim Koordinasi Propinsi dan Kabupaten Proyek WSLIC 2 46

    Peresmian Proyek WSLIC 2 di Kab. Kediri 47

    Pertemuan Perencanaan dan Evaluasi Proyek Pro Air 47

    Lokakarya Penyempurnaan Proposal Program Pembangunan Sanitasi Indonesia 48

    Lokakarya Penyusunan Rencana Kerja WASPOLA Tahun 2005 48

    Kunjungan

    WSLIC 2 Ubah Desa Pakel Jadi Desa Sehat 49

    Pustaka AMPL 50

    Agenda 51

    Glossary 52

    Media Informasi Air Minum danPenyehatan Lingkungan

    Diterbitkan oleh:

    Kelompok Kerja Air Minum dan

    Penyehatan Lingkungan

    Penasihat/Pelindung:

    Direktur Jenderal Tata Perkotaan dan

    Perdesaan, DEPKIMPRASWIL

    Penanggung Jawab:

    Direktur Permukiman dan Perumahan,

    BAPPENAS

    Direktur Penyehatan Air dan Sanitasi,

    DEPKESDirektur Perkotaan dan Perdesaan

    Wilayah Timur, DEPKIMPRASWIL

    Direktur Bina Sumber Daya Alam dan

    Teknologi Tepat Guna, DEPDAGRI

    Direktur Penataan Ruang dan

    Lingkungan Hidup, DEPDAGRI

    Pemimpin Redaksi:

    Oswar Mungkasa

    Dewan Redaksi:

    Hartoyo, Johan Susmono,

    Indar Parawansa, Poedjastanto

    Redaktur Pelaksana:

    Maraita Listyasari, Rewang Budiyana,

    Rheidda Pramudhy, Joko Wartono,

    Essy Asiah, Mujiyanto

    Desain/Ilustrasi:

    Rudi Kosasih

    Produksi:

    Machrudin

    Sirkulasi/Distribusi:

    Anggie Rifki

    Alamat Redaksi:

    Jl. Cianjur No. 4 Menteng, Jakarta Pusat.

    Telp. (021) 31904113e-mail: [email protected]

    [email protected]

    [email protected]

    Redaksi menerima kiriman

    tulisan/artikel dari luar. Isi berkaitan

    dengan air minum dan penyehatan

    lingkungan dan belum pernah

    dipublikasikan. Panjang naskah tak

    dibatasi. Sertakan identitas diri.

    Redaksi berhak mengeditnya.

    Silahkan kirim ke alamat di atas.

    foto cover: www.firstmilesolution.com

  • 7/31/2019 Air Minum masih jadi Impian. PERCIK. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Edisi Oktober 2004.

    3/56

    P

    embaca, Percikkembali menya-

    pa Anda. Dua bulan rasanya begi-

    tu lama. Kami berharap edisi ini

    akan mengobati rasa rindu Anda.

    Kalau edisi sebelumnya, Percik

    mengangkat isu sampah, kali ini kami

    membahas air minum. Mengapa? Karena

    ini masalah yang sangat penting. Air

    minum adalah kebutuhan dasar manusia.

    Bahkan posisinya tidak bisa digantikan

    dengan yang lain. Apakah kita sudah

    menyadari hal ini? Sayangnya perhatian

    terhadap air minum belum seperti yang

    diharapkan.

    Hampir semua daerah di Indonesia

    sudah memiliki Perusahaan Daerah AirMinum (PDAM), tapi hampir semua juga

    tidak memberikan layanan sebagaimana

    nama yang disandangnya yakni perusa-

    haan yang menghasilkan air minum.

    Yang terjadi, PDAM baru melayani kon-

    sumennya dengan air bersih.

    Tentu ini sebuah tantangan baru bagi

    PDAM. Mengingat sebagian besar PDAM

    masih menanggung beban utang.

    Jumlahnya pun cukup besar. Sebagian

    yang lain masih berkutat dengan per-

    soalan inefisiensi dan mismanajemen. Di

    sisi lain, tuntutan terhadap pelayananyang optimal tak bisa dibendung lagi

    apalagi Indonesia telah menyepakati

    komitmen yang dicanangkan oleh

    pemimpin dunia pada Johannesburg

    Summit 2002 sebagai manifestasi dari

    Millennium Development Goals (MDGs).

    Di sana dinyatakan bahwa pada tahun

    2015, separuh dari penduduk dunia yang

    saat ini belum mendapatkan akses ter-

    hadap air minum (safe drinking water)

    harus telah mendapatkan akses tersebut.

    Selanjutnya pada tahun 2025, seluruh

    penduduk dunia harus telah menda-

    patkan akses terhadap air minum.

    Tentu untuk mencapai hal itu harus

    terjadi perubahan paradigma dari air

    bersih menjadi air minum. Perubahan

    filosofi inilah, yang menurut Direktur

    Permukiman dan Perumahan Bappenas,

    Basah Hernowo, akan memberikan

    dampak yang signifikan tidak hanya bagi

    PDAM tetapi juga kepada masyarakatpelanggan air minum.

    Lalu bagaimana dengan PDAM

    sendiri untuk memenuhi tuntutan itu,

    Percikmengadakan wawancara dengan

    Ketua Umum Persatuan Perusahaan Air

    Minum Seluruh Indonesia (Perpamsi)

    Ridwan Syahputra Musagani. Berbagai

    hal menyangkut PDAM terungkap

    darinya, termasuk gagasannya agar air

    minum bisa memperoleh subsidi sebagai-

    mana bahan bakar.

    Tak kalah menariknya, pengalaman

    PDAM Tirta Pakuan, Kota Bogor, yang

    telah berhasil mengembangkan layanan

    air minum dalam arti sebenarnya. Air

    produknya telah memenuhi kualitas yang

    ditetapkan untuk diminum. Hanya saja

    memang masih dalam skala kecil. Ken-

    dati begitu, ini adalah cikal bakal untuk

    memenuhi tuntutan masyarakat yang

    terus berkembang saat ini.

    Pembaca, rubrik wawasan kali inimungkin tak seperti biasanya. Ada satu

    tulisan yang cukup panjang mengenai

    Strategi Peningkatan Kesadaran Masya-

    rakat. Isinya cukup menarik berkaitan

    dengan bagaimana menggerakkan kesa-

    daran masyarakat dari berbagai sudut

    pandang dan oleh berbagai kalangan ter-

    hadap konservasi air.

    Perlu kami informasikan, kegiatan

    Kelompok Kerja AMPL cukup banyak dan

    kami tampung di rubrik Seputar AMPL.

    Informasi lainnya, lomba penulisan ten-

    tang penyelenggaran air minum dan

    penyehatan lingkungan telah memasuki

    tahap penilaian. Pada November ini

    pemenang akan diumumkan.

    Akhirnya kami berharap Percikakan

    terus menjadi salah satu referensi Anda

    di bidang air minum dan penyehatan

    lingkungan. Wassalam.

    A RI RE DA KS ID

    Segenap Redaksi Majalah Percik mengucapkanSelamat Idul Fitri 1425 H

    Mohon Maaf Lahir dan Batin

    1PercikOktober 2004

    KARIKATUR:RUDI KOSASIH

  • 7/31/2019 Air Minum masih jadi Impian. PERCIK. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Edisi Oktober 2004.

    4/56

    Ingin Dapat Percik

    Sebelumnya saya memperkenalkan

    diri, nama saya Kesit Kanigoro. Saya be-

    kerja di sebuah NGO (World Vision

    International) di Jakarta. Saya mengeta-

    hui majalah ini dari teman yang meng-

    ikuti pertemuan dengan beberapa lemba-

    ga sekitar bulan September lalu. Ketika

    saya membaca isinya ternyata bagus

    sekali dan amat membantu saya untuk

    menambah wawasan saya tentang sani-

    tasi. Saya kebetulan baru mendapatkan

    tugas untuk menangani hal ini, jadi saya

    harus belajar banyak tentang sanitasi dan

    air minum.

    Untuk itu saya perlu informasi ba-

    gaimana mendapatkan majalah ini. Saya

    sudah mencoba akses ke internet me-mang ada dalam situs AMPL, tapi saya

    kesulitan untuk men-download-nya. Di

    manakah saya bisa mendapatkan cetakan

    majalah ini atau CD-nya. Atas bantuan-

    nya kami ucapkan terima kasih.

    Kesit Kanigoro

    Jakarta

    Percik bisa didapatkan di kantor

    Pokja AMPL atau sekretariat redaksi

    Percikdi Jl. Cianjur No. 4 Menteng, Ja-

    karta Pusat, setiap hari kerja. Anda bisadatang langsung atau menghubungi

    kami melalui telepon.(Redaksi)

    Ingin Dapat CD dan Buku

    Dalam rangka pengembangan Per-

    pustakaan Jurusan Teknik Lingkungan

    Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

    Semarang untuk peningkatan wawasan

    para mahasiswa bersama ini kami memo-

    hon kepada bapak/ibu Ketua Kelompok

    Kerja Air Minum dan Penyehatan Ling-

    kungan untuk dapat mengirimkan kepa-

    da kami beberapa CD dan buku sebagai

    berikut:

    1. Reducing Energy Cost ini Munici-

    pal Water Supplay Operations

    2.Water Supply and Sanitation for

    Small Towns and Multivillage Schemes,

    Proceeding International Conference.3. Pedoman Pengelolaan Persampah-

    an Perkotaan bagi Pelaksana, Depar-

    temen Permukiman dan Prasarana Wila-

    yah, Direktorat Jenderal Tata Perkotaan

    dan Tata Perdesaan, 2003.

    4. Pedoman Pengelolaan Persam-

    pahan Perkotaan bagi Eksekutif dan

    Legislatif Pemerintah Kota/Kabupaten,

    Departemen Permukiman dan Prasarana

    Wilayah, Direktorat Jenderal Tata Per-

    kotaan dan Tata Perdesaan, 2003

    5. Pedoman Penyusunan Standar Pe-

    layanan Bidang Air Minum, DepartemenPermukiman dan Prasarana Wilayah,

    Direktorat Jenderal Tata Perkotaan dan

    Tata Perdesaan, 2003.

    6. Pedoman Penanggulangan Limbah

    Cair Domestik, Direktorat Jenderal Tata

    Perkotaan dan Tata Perdesaan, 2003.

    Atas bantuan, kerja sama serta perha-

    tian Bapak/Ibu demi kepentingan maha-

    siswa kami atas nama jurusan, kami

    mengucapkan banyak terima kasih.

    Ir. Syafrudin CES, MT.

    NIP. 131 764 877

    Jurusan Teknik Lingkungan

    An. Dekan Fakultas Teknik UNDIP

    Semarang

    Kami akan membantu sesuai dengan

    kemampuan dan ketersediaan CD atau

    buku yang ada. (Redaksi)

    Tema yang AktualTerima kasih kami ucapkan atas

    kiriman Percik edisi Juni ke kantor kami,

    sebagai media pertukaran informasi

    bidang AMPL. Kami nilai isi media terse-

    but sudah cukup variatif, dari laporan

    utama, wawasan, reportase, dan rubrik-

    rubrik lain. Untuk penyempurnaan, kami

    menyarankan agar pada penerbitan-pe-

    nerbitan selanjutnya, tema yang diangkat

    merujuk pada isu-isu yang akan atau

    sedang menjadi persoalan kita bersama

    seperti kekeringan saat ini dan mungkinmasalah banjir lagi pada bulan-bulan

    mendatang, dikaitkan dengan pengelo-

    laan AMPL pada keadaan tersebut.

    [email protected]

    Bapeda Subang

    Terima kasih atas sarannya. Kami

    akan berusaha terus memperbaiki isi

    majalah Percik.Berbagai masukan da-

    ri para stakeholder, bagi kami sangat

    berharga demi kemajuan majalah ini.

    Bahkan kami amat senang jika para sta-

    keholder di seantero Nusantara bisa

    menuliskan hal-hal aktual yang terjadi

    di wilayahnya masing-masing, terma-

    suk berbagai pengalaman menyangkut

    AMPL, untuk kemudian kami muat

    diPercik. (Redaksi)

    UARA ANDAS

    PE R C IKAR T U N

    2 PercikOktober 2004

    KARIKATUR:RUDI KOSASIH

  • 7/31/2019 Air Minum masih jadi Impian. PERCIK. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Edisi Oktober 2004.

    5/56

    Air adalah kehidupan. Kali-

    mat itu begitu dalam mak-

    nanya, tapi sebagian besar

    orang/pengambil keputusan (pe-

    merintah) tidak menyadarinya.

    Buktinya, air minum belum masuk

    dalam daftar kebutuhan pokok

    manusia. Yang umum disebut

    sebagai kebutuhan pokok adalah

    makanan, pakaian, dan perumah-

    an. Lebih spesifik lagi, khalayaksering menyebut sembako (sembi-

    lan bahan pokok) sebagai kebu-

    tuhan dasar yang harus dipenuhi.

    Terus di mana posisi air minum?

    Padahal kalau kita mau ber-

    pikir sejenak, betapa air mi-

    num/bersih peranannya tak bisa

    tergantikan. Kalau kita tak mem-

    punyai beras, kita bisa makan

    singkong atau jagung atau lainnya.

    Tak punya minyak goreng, kita

    bisa memasak tanpa minyak go-

    reng. Tapi kalau tidak ada air, apayang bisa kita lakukan dengan

    sembako yang ada? Jadi barang

    teronggok yang tak berguna.

    Memang saat ini kita bisa men-

    jumpai air di mana-mana. Tapi

    apakah air itu memenuhi syarat secara

    kualitas untuk diminum/dimasak? Nanti

    dulu. Jika kita sembarangan menggu-

    nakan air, alih-alih bisa sehat, justru

    sebaliknya bisa mendatangkan penyakit.

    Dr. John Snow, epidemologis, pada tahun

    1855 menemukan bahwa penyakit kolera

    menyebar bersama air yang rusak. Ada

    keterkaitan erat antara sumber air mi-

    num yang tercemar dan berjangkitnya

    wabah kolera di Inggris saat itu. Pada

    tahun 1880-an, Louis Pasteur mengem-

    bangkan teori the germ theory of disease

    yang menjelaskan penularan penyakit

    dari mikroba melalui media air. Studi

    Bank Dunia (1992) mengungkapkan

    bahwa penyakit diare yang berasal dari

    air yang tidak layak minum telah menye-

    babkan kemaitan lebih dari 3 juta pen-

    duduk per tahun, jumlah terbesarnya

    anak-anak. Ini semua menunjukkan beta-

    pa pentingnya air minum bagi kesehatan

    dan kehidupan. Air minum adalah kebu-

    tuhan dasar manusia.

    Usaha untuk memenuhi kebutuhan

    air minum di Indonesia termasuk meme-

    nuhi target MDGs tidak terlepas dari kip-

    rah Perusahaan Daerah Air Minum

    (PDAM). Bahkan untuk daerah perko-

    taan, PDAM merupakan tulang punggung

    pelayanan air minum. Untuk itu,

    laporan utama kali ini akan ba-

    nyak menyoroti kinerja PDAM.

    Latar Belakang Pendirian

    PDAM

    Keberadaan PDAM merupa-

    kan cerminan pelaksanaan pasal

    5 ayat 4 UU No. 5 tahun 1962

    tentang Perusahaan Daerah

    yang berbunyi "Cabang-cabangproduksi yang penting bagi

    daerah dan yang menguasai

    hajat hidup orang banyak di

    daerah yang bersangkutan di-

    usahakan oleh perusahaan dae-

    rah yang modalnya untuk selu-

    ruhnya merupakan kekayaan

    daerah yang dipisahkan".

    Jumlah PDAM

    Berdasar data terakhir yang

    tertera dalam dokumen Per-

    pamsi Direktori 2000, makajumlah PDAM telah mencapai

    290 perusahaan. Selain itu, saat

    ini tercatat 6 perusahaan swasta

    yang telah beroperasi, yaitu PT

    Palyja dan PT. Thames Water

    Jaya yang mendapatkan konsesi dari

    PAM Jaya; PT. Tirta Artha Mulia di Bali

    yang merupakan patungan swasta de-

    ngan PDAM Kabupaten Badung mem-

    berikan pelayanan di kawasan Nusa Dua

    Bali; PT. Aditia Tirta Batam, perusahaan

    patungan swasta Indonesia dengan

    Biwater dari Inggris, mendapatkan kon-

    sesi untuk melayani seluruh pulau Batam

    dari PT. Otorita Batam; PT. Dream di

    Ambon, merupakan perusahaan pa-

    tungan antara PDAM Ambon dengan

    perusahaan DRENTE dari Belanda

    untuk melayani sebagian wilayah kota

    Ambon.

    A P O RA N UT A MA

    Air Minum

    Masih Jadi Impian

    L

    FOTO: OSWAR MUNGKASA

    3PercikOktober 2004

  • 7/31/2019 Air Minum masih jadi Impian. PERCIK. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Edisi Oktober 2004.

    6/56

    Cakupan Pelayanan PDAM

    Pelayanan air minum di kawasan

    perkotaan umumnya ditangani oleh

    PDAM, berbeda dengan kawasan perde-

    saan yang lebih banyak ditangani oleh

    organisasi masyarakat setempat yang

    beragam bentuknya. Tak heran tingkat

    pelayanan air minum PDAM di perdesaan

    hanya mencapai sekitar 5 persen, semen-

    tara di perkotaan telah menjangkau 51,7

    persen (BPS, 2000). Jumlah penduduk

    yang terlayani sebesar 56,6 juta jiwa, de-

    ngan jumlah sambungan rumah sebanyak

    4,748 juta unit dan hidran umum

    sebanyak 85.700 unit.

    Walaupun demikian, baru sekitar20,3 persen PDAM yang cakupan

    pelayanannya di atas 25 persen, semen-

    tara hanya 8,6 persen cakupan pelayanan

    di atas 50 persen, selebihnya sekitar 79,7

    persen baru melayani dibawah 25 persen.

    Masalah dan Kendala

    Kontribusi pelayanan air minum

    PDAM tidak dapat dipungkiri cukup sig-

    nifikan, walaupun sebenarnya kualitas air

    yang dihasilkan masih jauh dari yang

    diharapkan. Bahkan masih sering PDAM

    diplesetkan sebagai Perusahaan DaerahAir Mandi.

    Usaha PDAM untuk meningkatkan

    kualitas air yang dihasilkan banyak ter-

    kendala oleh ketersediaan sumber air

    baku, baik kuantitas maupun kualitas.

    Walaupun ketersediaan air Indonesia

    mencakup sekitar 6 persen persediaan air

    dunia atau sekitar 21 persen persediaan

    air Asia Pasifik (KLH, 2003), namun dari

    tahun ke tahun kelangkaan air makin

    mengemuka. Secara nasional, ketersedi-

    aan air masih mencukupi, tetapi jikadirinci per wilayah maka akan terlihat

    bahwa wilayah Jawa-Bali dan Nusa Teng-

    gara mengalami defisit ketersediaan air

    terutama di musim kemarau.

    Kecenderungan konsumsi air mening-

    kat tajam sementara ketersediaan air ba-

    ku yang memadai semakin terbatas.

    Semakin langkanya air baku salah satu-

    nya disebabkan oleh pengelolaan air lim-

    bah yang tidak terkendali disamping

    kurangnya usaha konservasi sumber air.

    Berdasar data Departemen Pekerjaan

    Umum, sekitar 56,15 persen KK mem-

    buang langsung limbahnya ke sungai.

    Sementara sungai merupakan sumber air

    baku PDAM. Lebih dari 60 persen kapa-

    sitas produksi mempergunakan sungai

    sebagai air bakunya. Penggunaan sungaisebagai sumber air baku bahkan menca-

    pai 95 persen di Kalimantan. Sumber air

    tanah hanya dipergunakan oleh sekitar 35

    persen PDAM kecil.

    Tingkat kehilangan air secara nasional

    mencapai 32,18 persen, yang sangat

    bervariasi diantara PDAM yang ada.

    Sebagai misal, PDAM Medan yang hanya

    20 persen dibanding PAM DKI Jaya yang

    mencapai 44 persen. Tingkat kehilangan

    air yang masih sedemikian besar sangat

    mengurangi penerimaan dari PDAM.

    Akibat selanjutnya kemampuan perusa-haan untuk berkembang menjadi sema-

    kin terbatas.

    Tinjauan PDAM berdasar jumlah

    pelanggan menunjukkan masih banyak

    PDAM yang beroperasi dibawah skala

    ekonomi yang memadai (sekitar 10.000

    pelanggan). Hanya 14 PDAM dengan

    jumlah pelanggan diatas 50.000, semen-

    tara tercatat sekitar 168 PDAM dengan

    A P O RA N UT A MAL

    4 PercikOktober 2004

    PDAM

    dengan air siap minumBerdasar data terakhir,

    di Indonesia paling tidakterdapat 4 PDAM yang telah

    memproduksi air siap minum yaituPDAM Buleleng, PDAM Kota Malang,PDAM Medan, dan PDAM Kota Bogor.

    Namun cakupan pelayanannyamasih sangat terbatas.

    Air Minum (drinking water) ada-

    lah air yang melalui proses peng-olahan atau tanpa proses pengolahanmemenuhi syarat kesehatan dandapat langsung diminum. (KeputusanMenkes No. 907 Tahun 2002)

    Air Bersih (clean water) adalahair yang digunakan untuk keperluansehari-hari yang kualitasnya meme-nuhi syarat kesehatan dan dapatdiminum apabila telah dimasak Pe-ngertian air bersih dalam terminologiakademis adalah air yang dihasilkandari rekayasa terhadap air kotor yangberasal dari tubuh manusia dan bi-natang serta berasal dari suatu ke-giatan ekonomi agar layak disalurkankembali sebagai air permukaan.

    Terminologi Air Minum

  • 7/31/2019 Air Minum masih jadi Impian. PERCIK. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Edisi Oktober 2004.

    7/56

    jumlah pelanggan masing-masing di-

    bawah 10.000 pelanggan. Kondisi jumlah

    pelanggan yang demikian kecilnya tidak

    memungkinkan bagi PDAM yang ber-

    sangkutan untuk beroperasi secara

    efisien. Dapat dipastikan bahwa pemerin-

    tah daerah setiap tahun harus memberi

    subsidi yang besar pada PDAM tersebut.

    Berdasar kondisi keuangan PDAM,

    maka (i) hanya 18 persen PDAM memiliki

    profitabilitas positif; (ii) 22 persen PDAM

    mempunyai ekuitas negatif; (iii) 44

    persen PDAM tarifnya lebih kecil dari

    biaya operasi dan pemeliharaan; (iv)

    hanya 10 persen PDAM dengan kondisi

    keuangan sehat. Hutang PDAM sendirisecara keseluruhan telah menembus

    angka paling tidak Rp. 5 Triliun, dengan

    jumlah hutang pokok sebesar Rp. 3

    Triliun. Hanya sekitar 89 PDAM yang

    bebas dari hutang.

    Prinsip yang mengedepankan air mi-

    num sebagai kebutuhan dasar manusia

    menjadikan PDAM dibebani tugas sosial

    oleh pemerintah daerah. Akibatnya tarif

    ditetapkan lebih banyak mempertim-

    bangkan faktor sosial dan politik diban-

    ding pertimbangan teknis dan keuangan.

    Pemasukan menjadi negatif karena hargajual menjadi lebih rendah dari biaya pro-

    duksi, sehingga tarif yang ada tidak per-

    nah mencerminkan prinsip cost recovery

    (pemulihan biaya).

    Di satu pihak tarif yang ditetapkan

    tidak dapat menutupi ongkos produksi,

    namun usulan kenaikan tarif selalu men-

    dapat tantangan baik dari masyarakat

    maupun legislatif. Sepertinya penolakan

    ini lebih disebabkan oleh ketidak-

    mengertian masyarakat maupun legislatif

    saja. Hal ini dapat dijelaskan dari (i) rata-

    rata pengeluaran masyarakat untuk air

    minum masih rendah sekitar 2 persen;

    (ii) konsumsi air minum yang merupakan

    kebutuhan dasar menjadikan tidak sensi-

    tif terhadap perubahan tarif.

    Dapat disimpulkan kondisi PDAM

    yang masih memprihatinkan disebabkan

    oleh beberapa hal yaitu (i) campur tangan

    birokrasi dan politisi dalam pengelolaan

    PDAM; (ii) peraturan perundang-un-

    dangan yang tidak sesuai lagi; (iii) makin

    sulitnya mendapatkan dan makin mahal-

    nya biaya pengolahan air baku; (iv) jum-

    lah pelanggan yang tidak mencapai skala

    usaha yang ekonomis; (v) masih tingginya

    tingkat kebocoran; (vi) tarif air yang tidak

    dapat menutup biaya produksi; (vii)

    kurangnya sosialisasi pada pelanggan dan

    legislatif tentang struktur tarif yang

    seharusnya; (viii) kemampuan teknis dan

    manajerial yang masih rendah.

    Akumulasi kendala dan masalah yang

    ada menjadikan usaha PDAM memberi

    pelayanan yang baik pada masyarakat

    menjadi terkendala. Jangan lagi ber-

    mimpi untuk mendapatkan layanan beru-

    pa produk air siap minum.

    Kebijakan ke Depan

    Menentukan kebijakan air minum

    tidaklah mudah. Mengapa? Karena sektor

    ini melibatkan banyak pihak dengan

    berbagai kepentingan. Dan sebagaimana

    diketahui, ego sektoral begitu kental da-

    lam struktur pemerintahan di Indonesia.

    Pada saat ini kebijakan nasional

    Pembangunan Air Minum Berbasis Lem-

    baga yang merupakan payung kebijakan

    pengelolaan PDAM masih dalam taraf

    penyelesaian bahkan menjadi salah satu

    bagian dari program 100 hari Kabinet

    Indonesia Bersatu.

    Namun dalam buku Infrastruktur

    Indonesia yang diluncurkan Bappenas

    tahun 2003, dapat ditemui beberapa

    kebijakan yang relevan yaitu (i) perlu ada

    penataan kembali (deregulasi) peraturan

    A P O RA N UT A MAL

    Pada saat ini kebijakan

    nasional Pembangunan

    Air Minum Berbasis

    Lembaga yang merupakan

    payung kebijakan

    pengelolaan PDAM masihdalam taraf penyelesaian

    bahkan menjadi salah

    satu bagian dari

    program 100 hari

    Kabinet Indonesia Bersatu.

    FOTO: OSWAR MUNGKASA

    5PercikOktober 2004

  • 7/31/2019 Air Minum masih jadi Impian. PERCIK. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Edisi Oktober 2004.

    8/56

    perundang-undangan di bidang air mi-

    num. Dalam hal ini perlu ada upaya per-

    baikan peraturan perundang-undangan

    baik yang terkait dengan aspek teknis,

    kelembagaan, pembiayaan, kerja sama

    dengan swasta atau masyarakat, standar

    kesehatan air minum dan tarif. Selain itu

    perlu ada peningkatan partisipasi dunia

    usaha dan masyarakat dalam pemba-

    ngunan dan pengelolaan air minum

    melalui penciptaan iklim usaha yang kon-

    dusif; (ii) tak kalah pentingnya adalah

    peningkatan perlindungan sumber air

    dan kualitas lingkungan. Perlindungan

    sumber air baku perlu melibatkan lintas

    sektoral dan wilayah administrasi de-ngan membentukwater board authority

    yang beranggotakan pihak-pihak berke-

    pentingan. Langkah ini harus didukung

    oleh program konservasi alam, lingkung-

    an hidup, dan sumber daya air agar

    kehandalan ketersediaan air baku bisa

    dipertahankan. Di sisi pemakaian, pe-

    ngelolaan dan penggunaan air baku harus

    berprinsip pada optimasi dan efisiensi

    yang berbasis pada watershed; (iii) secara

    khusus tentang restrukturisasi pengelo-

    laan PDAM maka perlu dilakukan pe-

    ngelompokan (regrouping) institusi-ins-titusi yang membangun dan mengelola

    air minum dalam satu wadah institusi

    regional. Fungsi regulator dan operator

    harus dipisahkan secara tegas agar PDAM

    bisa profesional dalam bekerja dan terbe-

    bas dari intervensi politik dan birokrasi.

    Mengenai tarif, perlu ada restrukturisasi

    berdasarkan prinsip pengembalian biaya

    investasi dan operasi (cost recovery),

    penyetaraan sosial (social equity), keber-

    lanjutan pelayanan air minum, pember-

    lakuan biaya konservasi sumber air (con-

    servation cost) dan mempertimbangkanair sebagai benda ekonomi. Di samping

    itu, efisiensi perlu dilakukan terhadap

    pengelolaan PDAM melalui penurunan

    kebocoran teknis dan administratif.

    Menyangkut investasi, perlu dipikirkan

    untuk mengembangkan alternatif pembi-

    ayaan bagi pembangunan dan pengelo-

    laan air minum melalui penerbitan

    municipal bonds yang dijamin oleh

    pemerintah daerah atau melalui pen-

    jualan sebagian saham PDAM kepada

    masyarakat dan swasta; (iv) kebijakan

    lainnya yakni reformasi dan peningkatanpenyediaan dan pembangunan air minum

    melalui pengembangan pola pembiayaan

    bersama (cost sharing) antartingkatan

    pemerintah; (v) yang tak boleh keting-

    galan adalah penyusunan rencana tindak

    dan rencana investasi di bidang air

    minum untuk mencapai sasaran pela-

    yanan air minum bagi 50 persen pen-

    duduk Indonesia yang saat ini belum

    mempunyai akses terhadap air minum

    sesuai target. MDGs.

    Melihat kendala yang demikian

    banyak, maka mampukah PDAM mewu-

    judkan mimpi kita untuk mendapatkan

    air minum dalam pengertian yang sebe-

    narnya. Sepertinya untuk sementara air

    minum masih jadi impian kita semua.

    Atau dengan bahasa gaulnya "air siap

    minummimpi kali ye?"..

    (OM dan MJ)

    A P O RA N UT A MAL

    6 PercikOktober 2004

    Menurut Badan Pengendalian

    Lingkungan Hidup Daerah

    (BPLHD) Jawa Barat, sungai

    Cisadane, Ciliwung, Cileungsi,

    Citarum, dan Cimanuk telah terce-

    mar bakteri coli pada tingkat yang

    sudah sangatt mengkhawatirkan. Air

    sungai tersebut sudah tidak layak

    lagi jadi sumber air minum.

    Sumber: Kompas, 8 Juli 2003

    Sungai Besar di Jawa Barat Tidak Layak

    sebagai Bahan Baku Air Minum

    FOTO: OSWAR MUNGKASA

  • 7/31/2019 Air Minum masih jadi Impian. PERCIK. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Edisi Oktober 2004.

    9/56

    Air minum termasuk kebutuhan

    dasar manusia. Dan ini sudah

    ada sejak jaman Belanda dulu.

    Namun ketika kita memasuki Pelita I dan

    II, saat kita sedang gencar membangun

    sarana dan prasarana air minum, pan-

    dangan terhadap air minum ini bergeser

    karena kita terlalu mementingkan fi-

    siknya. Benar, secara fisik kita mampu

    mencapai target yang diharapkan, tapi

    secara manajemen kita tidak mampu

    mempertahankan kualitas air sebagai airminum. Saat itulah terjadi switch dari air

    minum menjadi air bersih. Padahal kalau

    kita lihat ke belakang, sebenarnya perbe-

    daan costing-nya antara air bersih dan air

    minum itu tidak terlalu signifikan. Be-

    danya mungkin hanya pada manajemen,

    bagaimana menjaga kualitas air minum

    hingga sampai ke pengguna (user), misal-

    nya menjaga tekanan dan tak ada kebo-

    coran.

    Sebenarnya dengan filosofi air minum

    ini semua dituntut well performancebaik

    PDAM-nya termasuk penggunanya. Mi-salnya kalau ada kenaikan tarif, ya me-

    mang harganya harus sebesar itu. Ban-

    dingkan dengan sekarang dengan kondisi

    'bersih', kadang-kadang isinya cacing,

    kotoran dan sebagainya, maka orang

    akan malas untuk menerima kenaikan

    tarif karena mutu airnya rendah. Coba

    kalau kualitasnya bisa dibandingkan de-

    ngan air kemasan yang mahal itu, orang

    tak akan sulit menerima kenaikan tarif.

    Oleh karena itu, yang perlu ditekankan

    bahwa kualitas air itu menjadi tujuan

    akhir dari pelayanan air minum.

    Kalau kita bandingkan dengan Ame-

    rika, yang dimaksud dengan clean water

    di sana adalah air dari satu produk yang

    wajar masuk ke badan air. Jadi air itu tak

    boleh ada polutan lagi. Sedangkan air

    minum (safe drinking water) adalah

    kandungan kontaminan maksimum yang

    diperbolehkan ada di air untuk tetapmenjaga manusia aman/sehat. Jadi yang

    satu masuk ke badan air, yang satu

    masuk ke badan manusia.

    Dengan standar yang jelas PDAM

    tidak bisa main-main lagi. Kebocoran

    yang sekarang masih 35 persen mau tidak

    mau harus ditekan karena masyarakat

    akan menuntut. ''Ini Anda jual kepada

    saya air minum, kok tidak bisa diminum''.

    Dengan adanya pengawasan dari penggu-

    na, PDAM akan memiliki kinerja yang

    baik. Kalau sekarang kan tidak ada yang

    counter.

    Jadi perubahan filosofi ini sangat

    penting. Mengapa? Karena sekarang kita

    menghadapi masalah dilema manajemen

    di PDAM. Menko yang lama sudah me-

    ngeluarkan strategi penyehatan PDAM,

    tidak jalan karena demikian banyak

    kepentingan yang terlibat di dalamnya.

    Tapi kalau sekarang kita tembak bahwaPDAM harus melayani pengguna dengan

    kualitas air minum, pasti semua akan

    care (peduli). Dengan seperti ini PDAM

    akan evaluasi misalnya pipanya banyak

    yang bocor, administrasi tidak beres

    sehingga akan bekerja sama dengan

    pemerintah pusat untuk melakukan pem-

    binaan. Apakah misalnya pemerintah

    pusat bisa memfasilitasi untuk menda-

    patkan budget atau memperbaiki sistem-

    nya.

    Dari situ pemerintah pusat juga bisa

    menuntut PDAM agar memiliki perfor-

    mance dan manajemen yang baik. Peme-

    rintah juga akan berbicara dengan pemi-

    liknya yaitu pemerintah daerah. Oleh

    karena itu, ini sebenarnya salah satu

    upaya kita untuk memecahkan masalah

    pelayanan air minum kepada masyarakat

    yang dilakukan oleh PDAM. (MJ)

    A P O RA N UT A MA

    Basah Hernowo, Direktur Permukiman dan Perumahan Bappenas

    ''Filosofi Air Minum DorongPerbaikan PDAM''

    L

    FOTO: OSWAR MUNGKASA

    7PercikOktober 2004

  • 7/31/2019 Air Minum masih jadi Impian. PERCIK. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Edisi Oktober 2004.

    10/56

    Laporan Pembangunan Manusia

    Tahun 2004 yang dikeluarkan

    bersama oleh Bappenas, BPS dan

    UNDP mengetengahkan beberapa fakta

    menarik terkait dengan air minum dan

    sanitasi. Dengan mengutip data BPS yang

    terdapat dalam buku tersebut, maka kon-

    disi air minum dan sanitasi di setiap ka-

    bupaten/kota dan propinsi dapat diper-

    bandingkan.

    Tujuan yang ditetapkan dalam MDG

    telah menjadi kesepakatan bersama. Sa-lah satunya menyangkut air minum dan

    sanitasi dasar yaitu target 10 yang menya-

    takan bahwa separuh dari proporsi pen-

    duduk yang belum mendapatkan akses

    terhadap air minum dan sanitasi harus

    telah dapat terpenuhi pada tahun 2015.

    Sebagaimana kita maklumi bahwa target

    air minum Indonesia pada tahun 2015 se-

    suai dengan MDG adalah 70 persen, se-

    mentara target sanitasi 63,5 persen.

    Namun yang kurang disadari bahwa

    target tersebut berskala nasional yang ar-

    tinya merupakan angka rata-rata nasio-nal, sementara pengelolaan air minum

    dan sanitasi telah menjadi kewenangan

    pemerintah kabupaten/kota. Seharusnya

    perhatian lebih diarahkan pada kondisi

    air minum dan sanitasi di kabupa-

    ten/kota. Sebagai ilustrasi, walaupun In-

    donesia memenuhi target tersebut tetapi

    jika dilihat lebih rinci lagi maka akan di-

    temukan masih banyaknya kabupa-

    ten/kota dengan kondisi air minum dan

    sanitasi yang jauh dari memadai.

    Secara teoritis maupun empiris ter-

    nyata peningkatan kualitas dan keterse-

    diaan air minum dan sanitasi dapat me-

    ningkatkan kesejahteraan penduduk

    yang berarti juga mengurangi tingkat ke-

    miskinan. Tulisan ini mencoba memberi

    gambaran kondisi pelayanan air minum

    dan sanitasi dikaitkan dengan tingkat ke-

    miskinan di kabupaten/kota.

    Tentunya metode yang dipergunakan

    sangat sederhana tapi paling tidak dapat

    menggambarkan kondisi daerah. Metode

    yang dipergunakan adalah dengan meng-

    klasifikasikan kondisi kabupaten/kota

    maupun propinsi dalam empat kuadran

    seperti yang tertera di atas.

    Berdasar pada pengklasifikasian ter-

    sebut, maka dapat ditetapkan urutan pri-

    oritas penanganan yaitu prioritas I, pri-

    oritas II, prioritas III, dan prioritas IV.

    Daerah yang perlu untuk mendapatkan

    perhatian serius dalam penanganan air

    minum dan sanitasi adalah daerah de-

    ngan prioritas I.

    Berdasarkan pada pengklasifikasian

    di atas, maka secara umum dapat di-

    hasilkan beberapa prioritas penanganan

    baik untuk air minum, sanitasi maupun

    gabungan air minum dan sanitasi di pro-

    pinsi maupun kabupaten/kota.

    Terdapat 13 propinsi yang perlu men-

    dapat perhatian serius terkait dengan

    kondisi air minum dan sanitasi tetapi

    yang prioritas utama hanya delapan yaitu

    NAD, Sumsel, Bengkulu, NTB, NTT,

    Sulteng, Gorontalo dan Papua. Sementara

    terdapat empat propinsi yang kondisi air mi-

    numnya perlu segera dibenahi tetapi prio-

    ritas utama perlu diberikan pada Propinsi

    Lampung. Kondisi sanitasi yang mempri-

    hatinkan terdapat pada 6 propinsi dengan

    prioritas utama pada empat propinsi yaitu

    Jateng, Jatim, Sultra, dan Maluku.

    Propinsi yang tidak termasuk dalam

    prioritas utama dalam penanganan air

    minum dan sanitasi mencapai delapan

    propinsi. Sementara yang tidak menjadi

    prioritas utama dalam penanganan air

    minum adalah Sumbar, Jateng, Jatim.

    Selain itu, penanganan sanitasi di

    Lampung, Riau, Jambi dan Jabar belum

    perlu menjadi prioritas utama.

    A P O RA N UT A MA

    Sekilas Kondisi Air Minumdan Sanitasi Indonesia

    L

    8 PercikOktober 2004

    Kondisi air minum/

    sanitasi di bawah

    rata-rata Indonesia

    Tingkat kemiskinan

    di atas rata-rata

    Indonesia

    PRIORITAS I

    Kondisi air minum/

    sanitasi di atas

    rata-rata Indonesia

    Tingkat kemiskinan

    di atas rata-rata

    Indonesia

    PRIORITAS III

    Kondisi air minum/

    sanitasi di bawah

    rata-rata Indonesia

    Tingkat kemiskinan

    di bawah rata-rata

    Indonesia

    PRIORITAS IIKondisi air minum/

    sanitasi di atas

    rata-rata Indonesia

    Tingkat kemiskinan

    di bawah rata-rata

    Indonesia

    PRIORITAS IV

    TingkatKemiskinan

    Diatasrata-rata

    TingkatKemiskinan

    Dibawahrata-rata

    Kondisi air minum/sanitasidi atas rata-rata

    Kondisi air minum/sanitasidi bawah rata-rata

  • 7/31/2019 Air Minum masih jadi Impian. PERCIK. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Edisi Oktober 2004.

    11/56

    Lebih rinci lagi, kondisi kabupaten

    dan kota juga dapat diklasifikasikan de-

    ngan menggunakan metode ini. Hasilnyadapat dilihat pada tabel berikut.

    Berdasar tabel di atas, terlihat bahwa

    kabupaten/kota yang perlu mendapat

    perhatian relatif berimbang dengan kabu-

    paten/kota yang relatif baik kondisi air

    minum dan sanitasinya. Secara umum,

    kabupaten/kota yang perlu mendapat pri-

    oritas utama dalam penanganan air

    minum dan sanitasi adalah sebanyak 87

    kabupaten/kota. Sementara kabupaten/-

    kota yang perlu mendapat prioritas utama

    dalam penanganan air minum saja sebanyak

    28 kabupaten/kota, dan penanganan sani-

    tasi saja sebanyak 26 kabupaten/ kota.

    Tentunya pemeringkatan menurut

    prioritas seperti yang dilakukan di atas

    tidak perlu diterjemahkan secara harfiah

    dalam arti bahwa ketika daerah tidak

    masuk dalam prioritas utama maka dae-

    rah tersebut tidak perlu melakukan pem-

    bangunan di sektor air minum dan sani-

    tasi. Gambaran di atas hanya ingin mem-

    beri ilustrasi lebih rinci tentang kondisi

    air minum dan sanitasi Indonesia dan

    tidak hanya pada skala rata-rata nasional

    sehingga akan terlihat betapa kondisi kita

    sangat beragam. Diharapkan ini akan

    memberi masukan bagi langkah penca-

    paian target MDG di masa depan.

    Hasil selengkapnya dari kondisi air

    minum dan sanitasi per kabupaten/kota

    dapat diakses pada situs AMPL

    www.ampl.or.id (OM)

    A P O RA N UT A MAL

    PRIORITAS PENANGANANAIR MINUM PROPINSI

    LampungRiau, Jambi,Jabar.

    Jateng, Jatim,Sumbar.

    PRIORITAS PENANGANANSANITASI PROPINSI

    Jateng, Jatim,Sultra, Maluku

    Sumbar, Malut Riau, Jambi,Jabar

    Lampung

    PRIORITAS PENANGANAN

    AIR MINUM DAN SANITASI PROPINSI

    NAD, Sumsel,Bengkulu, NTB,NTT, Sulteng,Gorontalo,Papua

    DIY

    Babel, Banten,Kalbar, Kalteng,Sulsel

    Sumut, DKIJakarta,Bali, Kalsel,Kaltim, Sulut

    PRIORITAS PENANGANAN AIR MINUMDAN SANITASI KABUPATEN/KOTA

    PRIORITAS

    I II III IV

    Air Minum dan Sanitasi 87 37 27 79

    Air Minum 28 40 31 15

    Sanitasi 26 15 18 40

    Total 141 92 76 134

    Sumber: Indonesia Human Development Report 2004

    Keterangan:* = Propinsi yang mengalami pemekaran

    ** = Propinsi baru hasil pemekaran*** = propinsi berubah nama

    DKI Jakarta

    DI Yogyakarta

    Kalimantan Timur

    Riau

    Lampung

    Sumatera Utara

    Jawa Barat*

    Sulawesi Utara

    Jambi

    Bali

    Kalimantan Selatan

    INDONESIA

    Sumatera Selatan*

    NTT

    Banten**

    Kalimantan TengahJawa Tengah

    Jawa Timur

    Maluku Utara**

    Bengkulu

    Sumatera Barat

    Nangroe Aceh

    Kalimantan Barat

    Sulawesi Tenggara

    Sulawesi Selatan

    Bangka Belitung**

    Maluku

    Sulawesi Tengah

    Gorontalo**

    Papua***

    NTB

    Bali

    DKI Jakarta

    Sulawesi Utara

    Jawa Timur

    Kalimantan Timur

    DI Yogyakarta

    Jawa Tengah

    Sulawesi Tenggara

    Kalimantan Selatan

    Sumatera Utara

    Sumatera Barat

    Maluku Utara**

    Maluku*

    INDONESIA

    Bengkulu

    Sulawesi Selatan

    LampungNTT

    Jambi

    Nangroe Aceh

    Bangka Belitung**

    NTB

    Sumatera Selatan*

    Jawa Barat*

    Sulawesi Tengah

    Banten**

    Riau

    Papua***

    Gorontalo

    Kalimantan Tengah

    Kalimantan Barat

    PRO

    PIN

    SI

    PR

    O

    PINSI

    Rumah Tangga yang Mempunyai Akses Sanitasiper Propinsi Tahun 2002

    Rumah Tangga yang Mempunyai Akses AirMinum per Propinsi Tahun 2002

    9PercikOktober 2004

  • 7/31/2019 Air Minum masih jadi Impian. PERCIK. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Edisi Oktober 2004.

    12/56

    Mengapa MDGs penting?

    MDGs merupakan kesepakatan pe-

    mimpin dunia untuk bersama-sama me-

    nanggulangi masalah yang dihadapi oleh

    sebagian besar negara berkembang di du-

    nia seperti kemiskinan, buta huruf, kela-

    paran, tingginya angka kematian bayi, ke-

    kurangan pendidikan, kekurangan air mi-

    num dan sanitasi, serta degradasi ling-

    kungan.

    Masalah tersebut tak dapat terselesai-

    kan tanpa adanya bantuan dan kerjasama

    dari seluruh negara di dunia. Kesadaran

    ini yang mendasari dideklarasikannya

    MDGs yang diharapkan dapat menjadi alat

    pemersatu seluruh negara di dunia dalammemerangi masalah mendasar manusia.

    Tujuan dan Target Air Minum dalam

    MDGs

    Dari 8 tujuan dan 18 target MDGs,

    maka air minum bersama sanitasi terkait

    langsung dengan Tujuan 7 yaitu Pengelola-

    an Lingkungan Hidup yang Berkelanjutan

    dan Target 10 yakni mengurangi separuh,

    pada tahun 2015, dari proporsi penduduk

    yang tidak memiliki akses terhadap air mi-

    num dan sanitasi dasar.

    Indikator apa yang dipergunakan

    dalam menghitung pencapaian ki-

    nerja target MDGs?

    Setiap negara diberi keluwesan untuk

    menentukan sendiri indikator yang diper-

    gunakan dalam mencapai target yang dite-

    tapkan. Di Indonesia sesuai dengan yang

    tercantum dalam dokumen Indonesia:

    Progress Report on the Millenium Deve-

    lopment Goals'yang diluncurkan Februari

    2004, maka indikator yang dipergunakan

    adalah proporsi penduduk yang mempu-

    nyai akses terhadap sumber air yang

    memadai.

    Terdapat dua kondisi yang dianggap

    masuk dalam kategori sumber air yang

    memadai yaitu (i) air perpipaan; (ii) sum-

    ber air terlindungi yang berjarak paling

    sedikit 10 meter dari lokasi pengumpulan

    tinja (cubluk, septic tank dan sejenisnya).

    Sehingga sumber air yang memadai terma-

    suk air perpipaan, air pompa, air dari su-

    mur terlindungi atau sumber air terlin-

    dungi atau air hujan.

    Bagaimana Cara menghitung target

    MDG?

    Pertama kali perlu disepakati jumlah

    proporsi penduduk yang mempunyai akses

    kepada sumber air yang memadai pada

    tahun 1990, yaitu sekitar 40 persen.

    Kemudian proporsi penduduk selebihnya

    yaitu 60 persen merupakan proporsi pen-

    duduk yang belum mempunyai akses ter-

    hadap sumber air yang memadai. Sehing-

    ga pada tahun 2015, proporsi penduduk

    yang harus mendapat akses adalah sebesar30 persen (setengah dari 60 persen). Ber-

    arti penduduk yang punya akses 40 persen

    (1990) ditambahkan dengan tambahan

    proporsi penduduk yang harus mempu-

    nyai akses sebesar 30 persen (2015), se-

    hingga keseluruhan proporsi penduduk

    yang harus mempunyai akses pada tahun

    2015 menjadi 70 persen. Sebenarnya cara

    menghitungnya sederhana.

    Bagaimana Kondisi kita dalam men-

    capai tujuan pembangunan mileni-

    um (MDGs) pada tahun 2015?

    Secara nasional pada saat ini (2002)

    sekitar 50 persen penduduk mempunyai

    akses kepada sumber air yang memadai.

    Masih dibutuhkan tambahan sekitar 20

    persen penduduk yang perlu disediakan

    akses pada tahun 2015.

    Berdasar perkiraan kasar, sebagaima-

    na tercantum dalam buku Infrastruktur

    Indonesia (Bappenas), maka kebutuhan

    investasi per tahun untuk mencapai target

    tersebut adalah sekitar 4-5 Triliun. Semen-

    tara ketersediaan dana setiap tahun hanya

    mencapai sekitar 600 M sampai 1 Triliun.Dibutuhkan sumber dana lain untuk me-

    menuhi kebutuhan tersebut seperti dana

    kontribusi masyarakat, swasta, hibah dan

    pinjaman luar negeri.

    Namun yang perlu lebih mendapat

    perhatian adalah bahwa sebenarnya tang-

    gungjawab pengelolaan air minum telah

    diserahkan ke pemerintah daerah sesuai

    dengan amanat undang-undang yang ada.

    Sehingga untuk mencapai target MDGs,

    keterlibatan pemerintah daerah menjadi

    keniscayaan.

    Jika menyimak lebih jauh kondisicakupan pelayanan air minum di masing-

    masing kabupaten/kota, maka akan dida-

    pati masih banyak daerah yang cakupan

    pelayanannya masih jauh tertinggal.

    Misalnya masih terdapat sekitar 45 kabu-

    paten/kota dengan cakupan pelayanan

    dibawah 35 persen.

    Ketika secara nasional kita dapat

    mencapai target 70 persen pada tahun

    2015, maka bagaimana dengan kemung-

    kinan masih banyaknya kabupaten/kota

    yang masih tertinggal. Sebaiknya penca-

    paian target 70 persen tersebut sejauh

    mungkin juga memperhatikan kondisi dari

    masing-masing kabupaten/kota. Sehingga

    pada tahun 2015, ketika target tersebut

    tercapai secara nasional maka sekaligus

    juga jumlah kabupaten/kota yang masih

    tertinggal sudah jauh berkurang. Ini sesuai

    dengan semangat kebersamaan dari

    MDGs. (OM)

    A P O RA N UT A MA

    Menilik MDGs Air Minum

    L

    10 PercikOktober 2004

    Tanpa disadari terjadi beberapa kesalahka-prahan dalam menyikapi MDGs, diantara-

    nya (i) MDGs diterjemahkan hanya sekedar se-

    kumpulan target yang harus dipenuhi. Sebe-

    narnya target yang ditetapkan dalam MDGs

    harus dipandang sebagai suatu cara untuk

    menggalang kesepakatan diantara seluruh

    pemimpin dunia untuk menyelesaikan per-

    masalahan mendasar negara berkembang.

    Disini yang dipentingkan adalah semangatnya.

    Bagaimana agar permasalahan yang ada men-

    jadi perhatian kita semua. Kebersamaan menja-

    di kuncinya; (ii) Target air minum dan sanitasi

    dasar dalam MDGs menggunakan proporsi dan

    sama sekali tidak mencantumkan angka abso-

    lut. Hal ini untuk menghindari perdebatan ten-

    tang perkiraan penduduk pada tahun 2015; (iii)Tahun yang dipergunakan sebagai tahun dasar

    adalah tahun 1990. Dokumen National Action

    PlanAir Bersih masih menggunakan tahun da-

    sar 2000; (iv) Definisi air minum bukanlah defi-

    nisi sebagaimana yang tercantum dalam Kepu-

    tusan Menkes No. 907 Tahun 2002, tetapi seti-

    ap negara diberi keleluasaan untuk mendefinisi-

    kan secara lebih luwes. Seperti yang dijelaskan

    sebelumnya, semangat kebersamaan menyele-

    saikan masalah lebih dikedepankan. (OM)

    Salah Kaprah tentang MDGs

  • 7/31/2019 Air Minum masih jadi Impian. PERCIK. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Edisi Oktober 2004.

    13/56

    A P O RA N UT A MALPeringkat Cakupan Layanan Air Minum Per Kabupaten/Kota Tahun 2002

    No. Kabupaten/Kota Cakupan ( % )

    121 Lampung Tengah 59.3

    122 Kota Probolinggo 59.3123 Kota Gorontalo 59.3

    124 Kendal 59.0

    125 Madiun 58.9126 Tuban 58.9

    127 Purworejo 58.6

    128 Luwu 58.6129 Kota Mojokerto 58.4

    130 Mojokerto 58.2

    131 Gowa 58.2

    132 Nias 58.0133 Pesisir Selatan 58.0

    134 Bungo 58.0

    135 Jombang 57.8136 Bantul 57.7

    137 Sleman 57.6

    138 Kota Kediri 57.6139 Sumedang 57.4

    140 Probolinggo 57.1

    141 Tapin 56.9142 Pasir 56.8

    143 Muna 56.8

    144 Kota Yogyakarta 56.7

    145 Banggai 56.5146 Tana Toraja 56.5

    147 Halmahera Pusat 56.5

    148 Bengkayang 56.4149 Kota Bekasi 56.1

    150 Deli Serdang 56.0

    151 Bolaang Mongondow 56.0152 Pangkajene Kepulauan 55.8

    153 Bengkulu Utara 55.7

    154 Kota Banjar Baru 55.7155 Jakarta Timur 55.4

    156 Kota Mataram 55.4157 Alor 55.2

    158 Kota Binjai 54.9159 Boyolali 54.3

    160 Dompu 54.3

    161 Cilacap 54.0162 Sumbawa 54.0

    163 Pandeglang 53.9

    164 Kota Depok 53.8165 Lampung Selatan 53.5

    166 Kota Bogor 53.5

    167 Jember 53.5

    168 Buton 53.5169 Enrekang 53.3

    170 Pinrang 53.1

    171 Ende 53.0172 Poso 52.9

    173 Tenggamus 52.8

    174 Maluku Tenggara Barat 52.6175 Aceh Tengah 52.4

    176 Sanghite Talaud 52.4

    177 Sinjai 52.1178 Labuhan Batu 52.0

    179 Maros 52.0

    180 Simeuleu 51.8

    No. Kabupaten/Kota Cakupan ( % )

    61 Karanganyar 68,6

    62 Tabanan 68,5

    63 Ngawi 68,2

    64 Langkat 68,1

    65 Kota Sabang 67,766 Nganjuk 67,6

    67 Kota Bandung 67,3

    68 Timur Tengah Utara 66,9

    69 Ponorogo 66,7

    70 Kota Denpasar 66,7

    71 Lamongan 66,6

    72 Kota Bandar Lampung 66,1

    73 Gunung Kidul 66,0

    74 Kota Padang 65,9

    75 Lampung Timur 65,8

    76 Muaro Jambi 65,6

    77 Karangasem 65,6

    78 Tabalong 65,6

    79 Kota Pangkalpinang 65,3

    80 Kota Surakarta 65,3

    81 Lumajang 65,3

    82 Kota Sukabumi 65,0

    83 Tulungagung 64,8

    84 Magelang 64,7

    85 Kota Pare-Pare 64,6

    86 Gresik 64,1

    87 Malang 63,6

    88 Pacitan 63,4

    89 Kendari 63,4

    90 Bekasi 63,1

    91 Kupang 63,1

    92 Pamekasan 62,9

    93 Kota Cilegon 62,6

    94 Minahasa 62,4

    95 Aceh Tenggara 62,3

    96 Banggai Kepulauan 62,197 Solok 62,0

    98 Wonogiri 62,0

    99 Temanggung 61,8

    100 Kota Malang 61,8

    101 Lima Puluh Kota 61,6

    102 Bangli 61,6

    103 Maluku Tengah 61,6

    104 Trenggalek 61,5

    105 Asahan 61,3

    106 Karo 61,3

    107 Kerinci 61,3

    108 Jembrana 60,7

    109 Pasaman 60,5

    110 Sragen 60,4

    111 Purwakarta 60,3112 Bengkulu 60,2

    113 Rejang Lebong 60,1

    114 Blitar 60,1

    115 Sukoharjo 60,0

    116 Tanah Datar 59,9

    117 Kediri 59,9

    118 Sumenep 59,8

    119 Banyumas 59,5

    120 Siak 59,3

    No. Kabupaten/Kota Cakupan ( % )

    1 Kota Surabaya 98,2

    2 Jakarta Utara 97,7

    3 Kota Banjarmasin 95,4

    4 Kota Pematang Siantar 94,6

    5 Kota Solok 94,36 Kota Balikpapan 93,0

    7 Kota Sibolga 92,4

    8 Kota Ujung Pandang 92,0

    9 Kota Banda Aceh 90,7

    10 Kota Jayapura 90,5

    11 Kota Tegal 89,3

    12 Kota Salatiga 88,6

    13 Magetan 88,1

    14 Kota Bontang 86,9

    15 Kota Buleleng 85,9

    16 Kota Magelang 85,4

    17 Jakarta Pusat 85,3

    18 Gianyar 84,7

    19 Kota Samarinda 84,3

    20 Kota Tanjung Balai 84,1

    21 Kota Padang Panjang 83,4

    22 Jakarta Barat 82,9

    23 Kota Pasuruan 82,3

    24 Kota Bukit Tinggi 81,7

    25 Rembang 80,9

    26 Kota Kupang 80,2

    27 Kota Semarang 79,8

    28 Kota Medan 79,7

    29 Kota Manado 79,0

    30 Kota Sorong 79,0

    31 Kota Bitung 78,2

    32 Kota Payakumbuh 78,1

    33 Ngada 78,1

    34 Kota Cirebon 77,9

    35 Kota Ternate 77,9

    36 Kota Kendari 77,737 Pati 76,9

    38 Sumba Timur 76,4

    39 Kulon Progo 76,3

    40 Sidoarjo 76,0

    41 Kota Ambon 75,5

    42 Kota Baru 74,6

    43 Kota Madiun 74,3

    44 Klungkung 74,1

    45 Kota Batam 73,4

    46 Batanghari 73,0

    47 Kota Sawah Lunto 72,8

    48 Kota Palembang 72,7

    49 Wonosobo 72,4

    50 Bangkalan 72,2

    51 Semarang 71,652 Kota Jambi 70,8

    53 Badung 70,7

    54 Sampang 70,4

    55 Grobogan 70,0

    56 Aceh Utara 69,9

    57 Purbalingga 69,9

    58 Soppeng 69,6

    59 Jepara 69,0

    60 Blora 68,8

    11PercikOktober 2004

  • 7/31/2019 Air Minum masih jadi Impian. PERCIK. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Edisi Oktober 2004.

    14/56

    A P O RA N UT A MAL

    12 PercikOktober 2004

    No. Kabupaten/Kota Cakupan ( % )

    301 Kota Dumai 32,6

    302 Aceh Selatan 32,4

    303 Aceh Barat 32,4304 Serang 31,7

    305 Way Kanan 30,9

    306 Ketapang 30,7307 Bulungan 30,6308 Mimika 30,6

    309 Aceh Besar 30,5

    310 Toba Samosir 30,1311 Jeneponto 29,6

    312 Bengkalis 29,2

    313 Aceh Singkil 29,1314 Puncak Jaya 29,1

    315 Tapanuli Selatan 28,5

    316 Mandailing Natal 28,1317 Lampung Barat 27,9

    318 Rokan Hulu 27,8

    319 Barito Kuala 27,4

    320 Kapuas 26,9321 Tanjung Jabung Barat 26,8

    322 Kutai Barat 26,0323 Boalemo 25,9324 Biak Numfor 25,2

    325 Sintang 24,7

    326 Barito Utara 23,6327 Sanggau 22,1

    328 Merauke 21,1

    329 Kapuas Hulu 19,6330 Landak 19,4

    331 Selayar 19,2

    332 Kota Pontianak 14,5

    333 Sambas 13,5334 Manokwari 13,3

    335 Kepulauan Mentawai 11,8

    336 Yapen Maropen 10,4

    337 Malinau 9,1338 Pontianak 7,7

    339 Nabire 7,6340 Indragiri Hilir 4,3

    341 Tanjung Jabung Timur 1,1

    INDONESIA 55,2

    No. Kabupaten/Kota Cakupan ( % )

    241 Kotawaringin Barat 43,4

    242 Bulukumba 43,2243 Cirebon 43,0

    244 Toli-Toli 43,0

    245 Paniai 42,9

    246 Polewali Mamasa 42,8247 Indramayu 42,5

    248 Sorong 42,2249 Soralangun 42,1

    250 Cianjur 42,1

    251 Padang Pariaman 42,0

    252 Bondowoso 42,0253 Mamuju 42,0

    254 Lombok Timur 41,9

    255 Berau 41,9256 Jakarta Selatan 41,8

    257 Situbondo 41,8

    258 Subang 41,7259 Sumba Barat 41,3

    260 Lahat 41,1

    261 Musi Banyuasin 41,0262 Dairi 40,8

    263 Garut 40,8

    264 Pekalongan 40,8

    265 H ulu Sungai Tengah 40,7266 Natuna 40,4

    267 Manggarai 40,3

    268 Buoi 40,3269 Batang 40,2

    270 Kota Palangkaraya 40,2

    271 Tapanuli Tengah 40,1272 Kuningan 40,0

    273 Buru 39,8

    274 Jayapura 39,7275 Aceh Timur 39,4

    276 Kepulauan Riau 39,4

    277 Maluku Utara 39,3278 Sawah Lunto / Sijunjung 39,0279 Kuantan Sengingi 38,9

    280 Rokan Hilir 38,8

    281 Bandung 38,8282 Banjar 38,8

    283 Muara Enim (Liot) 38,6

    284 Barru 38,6285 Jayawijaya 38,4

    286 Indragiri Hulu 38,3

    287 Timur Tengah Selatan 38,128 8 Ogan Komering H ilir 37,7

    289 Donggala 37,7

    290 Kota Tarakan 36,5

    291 Tasikmalaya 36,4

    292 Gorontalo 36,2293 Kota Palu 36,0

    294 Bantaeng 35,9295 Kotawaringin Timur 35,7

    296 Takalar 35,1

    297 Nunukan 35,0298 Lebak 34,8

    299 Karawang 34,6

    300 Barito Selatan 32,8

    No. Kabupaten/Kota Cakupan ( % )

    181 Demak 51,8

    182 Tebo 51,3

    183 Kota Metro 51,3184 Majalengka 51,2

    185 Pidie 50,9

    186 Wajo 50,6187 Klaten 50,5188 Simalungun 50,3

    189 Banjarnegara 50,3

    190 Kolaka 50,3191 Bima 50,2

    192 Kutai 50,2

    193 Kutai Timur 50,2194 Sindenreng Rappang 50,1

    195 Kampar 49,9

    196 Tulang Bawang 49,9197 Sukabumi 49,9

    198 Tanah Laut 49,9

    199 Bangka 49,6

    200 Pemalang 49,6201 Kota Tebing Tinggi 49,4

    202 Lampung Utara 49,3203 Kudus 49,3204 Lombok Tengah 49,3

    205 Merangin 49,0

    206 Brebes 48,7207 Bojonegoro 48,5

    208 Tangerang 48,5

    209 Hulu Sungai Utara 48,4210 Maluku Tenggara 48,4

    211 Morowali 48,3

    212 Kota Pekalongan 47,9

    213 Tapanuli Utara 47,7214 Pelalawan 47,7

    215 Luwu Utara 47,7

    216 H ulu Sungai Sela tan 47,5

    217 Pasuruan 47,3218 Banyuwangi 47,2

    219 Agam 47,0220 Tegal 46,8

    221 Sikka 46,5

    222 Fak Fak 46,5223 Belitung 46,3

    224 Lembata 46,3

    225 Flores Timur 46,3

    226 Bone 46,1227 Kebumen 45,9

    228 Bireuen 45,6

    229 Kota Tangerang 45,2230 Ciamis 44,9

    231 Ogan Komering Ulu 44,8

    232 Kota Blitar 44,8233 Lombok Barat 44,6

    234 Musi Rawas 44,1

    235 Bogor 44,1236 Majene 44,1

    237 Bengkulu Selatan 43,9

    238 Kota Pekan Baru 43,8

    239 Karimun 43,6240 Belu 43,6

    Sumber:

    Laporan Pembangunan Manusia 2004,

    Bappenas -- BPS --UNDP

  • 7/31/2019 Air Minum masih jadi Impian. PERCIK. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Edisi Oktober 2004.

    15/56

    Di Batam, urusan air bukan urus-

    an gampang. Pulau di sebelah

    timur Sumatera ini tak cukup

    punya sumber air tawar alami. Tak ada

    sungai yang bisa dijadikan sumber air ta-

    war dan air tanah untuk memenuhi kebu-

    tuhan 600 ribu penduduknya.

    Kondisi alam seperti itulah yang men-

    dorong Otorita Batam untuk membuat

    enam situ buatan untuk menadah air hu-

    jan. Air hujan itu lalu diolah untuk me-

    menuhi kebutuhan air warga Batam. Air

    danau itu diolah PT. Adhya Tirta Batam

    (ATB) menjadi air baku untuk air minum.Sejak 1995, perusahaan ini memiliki kon-

    sensi pengelolaan air minum selama 25

    tahun. PT. ATB yang merupakan per-

    kongsian antara perusahaan asing dari

    Inggris, Cascal, dan perusahaan lokal,

    Bangun Cipta Kontraktor serta Syabata

    Cemerlang mengalirkan air ke rumah-

    rumah penduduk.

    Namun tak semua penduduk menda-

    pat jatah air. Peraturan setempat mela-

    rang ATB mengalirkan air ke rumah-ru-

    mah yang ada di kawasan ilegal yang

    dikenal dengan sebutan ruli alias rumahliar. Persoalanpun muncul. Pasalnya tak

    kurang dari 80 ribu warga yang menem-

    pati ruli sama-sama membutuhkan air

    seperti warga yang lain. Sebenarnya pen-

    duduk ruli berusaha mendapatkan air

    lewat penampungan air hujan serta mem-

    beli air dari lori (truk penjual air).

    Sayangnya kualitas air yang mereka beli

    tak bisa digunakan untuk minum. Karena

    kebanyakan lori mendapatkan air dari

    selokan. Akibatnya, munculah aksi-aksi

    pencurian air. Warga kawasan ruli, ke-

    mudian membuat sambungan-sambung-

    an liar ataupun merusak pipa untuk men-

    dapatkan air.

    Aksi ini cukup merugikan ATB, kare-

    na jumlah air yang hilang (non revenue

    water/NRW) bisa mencapai lebih dari 30

    persen. Ongkos produksi air tak bisa

    ditutupi oleh pembayaran langganan air

    gara-gara air yang hilang. Sementara itu,

    aksi pencurian ini juga potensial meru-

    gikan para pelanggan. Bayangkan kalau

    seandainya, ongkos produksi yang hilang

    itu harus dibebankan ke pelanggan. Se-

    lain itu, kualitas dan tekanan air yang

    sampai ke rumah pelanggan pun menu-

    run karena kebocoran pipa.

    Pengawasan terhadap jaringan pipaair bersih pun tak gampang dilakukan.

    Luasnya jaringan pipa yang mencakup

    seluruh Pulau Batam mempersulit penga-

    wasan. Usaha-usaha pengawasan ternya-

    ta tak mengurangi jumlah air yang hilang.

    Seperti permainan kucing-kucingan. Ke-

    bocoran pipa di satu titik dapat diatasi,

    muncul kebocoran di titik lain.

    Menyikapi hal ini, ATB bersama de-

    ngan Otorita Batam mencoba mencari

    jalan keluar. Kepentingan bisnis untuk

    mengurangi NRW bukan satu-satunya

    pertimbangan. Ikut dipertimbangkan

    juga kebutuhan air bersih warga ruli.

    Meski mereka tinggal di daerah illegal,

    mereka juga ikut menyumbang pertum-

    buhan ekonomi di Batam. Mereka yang

    kebanyakan bekerja sebagai buruh, sat-

    pam, tukang ojek ternyata punya penda-

    patan dan daya beli yang cukup tinggi.

    Pendapatan rata-rata penduduk ruli

    berkisar antara Rp. 600 ribu rupiah hing-

    ga Rp 1,5 juta.

    ATB dan Otorita pun harus memeras

    otak. Di satu sisi dia harus bisa melayani

    kebutuhan air warga ruli -- karena me-

    mang hanya inilah cara jitu memberantas

    aksi pencurian air-- di sisi lain ada per-

    aturan yang melarang buat mengalirkanair ke kawasan ruli. Akhirnya, ATB dan

    Otoritas Batam memutuskan memba-

    ngun kios-kios air di dekat kawasan ruli.

    Untuk tahap pertama dibuat delapan kios

    air. Kios-kios ini diserahkan kepada

    pihak tertentu untuk dikelola. Tentu saja

    tak sembarangan pihak bisa mengelola.

    Setidaknya ada dua syarat untuk bisa

    mengelola kios air. Pertama, institusinya

    harus berbadan hukum, seperti koperasi

    atau CV, sehingga institusi itu bisa jadi

    pelanggan legal ATB. Kedua, pengelola

    ini harus mendapat dukungan dari pen-

    duduk ruli sekitarnya. Orang-orang yang

    mengelolanya pun ditunjuk oleh warga

    ruli. Tujuannya untuk mengurangi kon-

    flik di masa datang serta memastikan

    bahwa penduduk ruli membeli air dari

    kios itu.

    Kios air yang dibuat dari kontainer

    A WA S A N

    BATAM: Air Mengalir Lewat Kios

    W

    Oleh: Tri Dewi Virgiyanti*)

    FOTO: ISTIMEWA

    13PercikOktober 2004

  • 7/31/2019 Air Minum masih jadi Impian. PERCIK. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Edisi Oktober 2004.

    16/56

    bekas ini dihubungkan ke jaringan air

    bersih ATB. Kios ini dilengkapi meteran

    air serta keran pengatur. Kios ini juga

    bersifatportable, mudah dipindahkan ke

    tempat lain jika diperlukan.

    Antara pengelola dan ATB dibuatlah

    perjanjian-perjanjian yang mengikat an-

    tara kedua belah pihak. Isinya antara lain

    pihak pengelola harus memelihara kios

    air dan melakukan pembayaran ke ATB.

    Pihak pengelola juga yang mengatur

    pendistribusian air ke penduduk setem-

    pat. Hanya warga sekitar yang mendaftar

    yang dapat membeli air dari kios.

    Tujuannya untuk menghindari penjualan

    air ke penjual komersial seperti lori.Berkaitan soal harga, kios-kios air itu

    dikenakan tarif terendah oleh ATB.

    Namun, pihak pengelola berhak menjual

    air di atas harga dari ATB. Meskipun begi-

    tu, pihak kios tak bisa memasang tarif

    semena-mena. Pasalnya harga air yang

    dijual harus disepakati antara pengelola

    dan warga. Sayangnya karena yang men-

    jadi patokan harga adalah harga air lori

    yang memang mahal, maka harga air yang

    dijual dari kios ini cukup tinggi jika

    dibandingkan harga air dari ATB. Kondisi

    demikian memungkinkan pendistribu-sian keuntungan yang agak tidak berim-

    bang, karena pengelola bisa mendapatkan

    keuntungan yang cukup tinggi dari pen-

    jualan air ini. Omset penjualan mereka

    per bulan berkisar antara 9-25 juta rupi-

    ah. Harga air dari ATB hanya Rp. 3.000

    per meter kubik. Setelah dijual kepada

    penduduk, harga bisa mencapai Rp.

    12.500-Rp. 25.000 per meter kubik. Rata-

    rata pengeluaran rumah tangga untuk air

    berkisar antara Rp. 150 ribu-Rp. 250 ribu

    per bulan.

    Oleh karena itu, pengadaan kios air ini

    masih perlu kajian lebih mendalam,

    apakah benar-benar menguntungkan bagi

    ATB maupun masyarakat, baik masya-

    rakat ruli atau masyarakat pelanggan ATB

    lainnya. Karena seiring dengan pemba-

    ngunan kios air ini juga bermunculan

    protes dari masyarakat pelanggan air ATB

    yang merasa dirugikan dengan adanyakios air ini. Terutama soal tarif terendah

    yang dikenakan pada kios air. Selain itu

    muncul juga tudingan bahwa keberadaan

    kios air malah mengukuhkan keberadaan

    ruli di Batam yang selama ini memang

    sulit diberantas.

    Meski demikian, warga kawasan ruli

    umumnya menyambut baik keberadaan

    kios-kios air itu. Warga senang karena

    bisa dapat air bersih yang mudah dan

    lebih murah. Selain itu kesehatan serta

    kenyamanan hidup para penghuni ruli

    pun meningkat. Keluhan penyakit kulit

    serta penyakit pencernaan kini jauh

    berkurang.

    Tentu saja masih banyak hal yang

    perlu terus dipantau dalam pelaksanaan

    kios air agar di kemudian hari keberadaan

    kios air ini secara kontinu dan berkelan-

    jutan bisa memberikan akses air bersih

    yang layak bagi seluruh warga dan peker-

    jaan rumah pihak otorita untuk membe-

    rantas ruli dapat dicapai.

    Mungkin keberadaan kios air dan

    keuntungan yang diperoleh dari pen-

    jualan air ini dapat mulai dipergunakan

    untuk memberdayakan masyarakat ruliuntuk tinggal secara legal dan me-

    ningkatkan kesejahteraan mereka sendiri.

    Jika memang kios air ini nantinya terbuk-

    ti sukses, daerah perkotaan lain di In-

    donesia yang mengalami hal yang sama

    dalam memberikan akses air kepada pen-

    duduk ilegalnya atau daerah kumuh dapat

    belajar dari Batam.

    *)

    Staf Direktorat Permukiman danPerumahan Bappenas, dan

    anggota Pokja AMPL

    A WA S A NW

    14 PercikOktober 2004

    Pengadaan kios air ini

    masih perlu kajian lebih

    mendalam, apakah

    benar-benar mengun-

    tungkan bagi ATB

    maupun masyarakat,

    baik masyarakat ruli

    atau masyarakat

    pelanggan ATB lainnya.

    FOTO: ISTIMEWA

  • 7/31/2019 Air Minum masih jadi Impian. PERCIK. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Edisi Oktober 2004.

    17/56

    Air merupakan topik pembicaraan

    yang tak pernah lekang dimakan

    waktu. Ini karena air merupakan

    kebutuhan vital setiap orang yang tak

    bisa tergantikan. Tiap-tiap negara memi-

    liki pengalaman dalam pengelolaan air.

    Ada yang berhasil, ada yang gagal. Salah

    satu negara yang dianggap cukup berhasil

    dalam pengelolaan air adalah Australia,

    negara tetangga kita.

    Ada sejumlah perbedaan dalam pe-

    ngelolaan air minum antara Australia dan

    Indonesia. Pertama dalam distribusi airminum. Seperti juga di negara-negara

    maju lain, mendapatkan air minum di

    Australia sangatlah mudah. Fasilitas air

    minum domestik dapat dipastikan beru-

    papotable water, atau air yang bisa lang-

    sung diminum dari kran. Begitu pula

    fasilitas-fasilitas umum seperti di taman,

    sekolah, kantor dan tempat-tempat

    umum lainnya tidak akan lepas dari

    kemudahan untuk mendapatkan air

    minum. Kran-kran umum yang tersebar,

    semuanya bisa digunakan untuk minum.

    Hal inilah yang menjadi sebab utama,orang-orang di sana termasuk turis dan

    pelajar internasional selalu membawa

    botol minuman ke manapun pergi. Botol-

    botol minuman inilah yang kemudian

    bisa diisi ulang dari kran-kran umum

    tersebut.

    Dilihat dari segi lingkungan, tentu ini

    sangat baik karena dengan demikian

    makin sedikit botol minuman yang akan

    dibuang ke lingkungan. Ini berarti pula

    berkurangnya beban untuk mengolah

    buangan padat yang biasa dilakukan oleh

    masyarakat ataupun pemerintah daerah

    setempat. Sedangkan dilihat dari sudut

    pandang customer, ini berarti adanya

    penghematan yang signifikan untuk

    membeli air minum. Seperti yang telah

    dimaklumi bersama, biaya yang harus

    dikeluarkan untuk membeli air minum

    tidaklah kecil. Bahkan, bisa dikatakan

    untuk volume yang sama, harga air

    minum lebih mahal dari bensin.

    Walaupun demikian, tentu saja tidak

    dipungkiri bahwa pembangunan instalasi

    pengolahan air minum, jaringan dis-

    tribusi dan pemeliharaan untuk terca-

    painyapotable water di Indonesia mem-

    butuhkan dana yang besar. Memang,

    sepertinya bangsa kita masih harus

    bermimpi panjang hingga terealisasinyaair langsung minum dari kran. Dana

    terbesar yang harus dialokasikan tentu-

    nya pada jaringan distribusi perpipaan

    dan pemeliharaan, karena sebetulnya

    untuk instalasi pengolahan hampir

    semua PDAM dan perusahaan air minum

    di Indonesia telah memenuhi standar

    baku mutu air minum yang ditetapkan

    Depkes maupun WHO. Contoh paling

    dekat, pernah satu waktu salah satu pro-

    gram televisi Indonesia menampilkan

    profil perusahaan air minum di Pulau

    Batam, PT. Adhya Tirta Batam. Diperli-hatkan dalam acara tersebut, beberapa

    karyawan meminum air dari kran hasil

    instalasi pengolahan air minum. Namun,

    dapat dipastikan tidak ada seorang pun

    yang berani meminum air dari kran ru-

    mahnya, terutama rumah yang berlokasi

    jauh dari tempat pengolahan air minum.

    Sebab, makin jauh lokasi rumah berarti

    pula makin besar kemungkinan air mi-

    num yang sampai ke kran rumah telah

    melalui jaringan pipa yang lebih panjang,

    dimana kualitas pipa banyak berkarat.

    Perbedaan signifikan kedua adalah

    adanya water restriction, pada saat-saat

    tertentu di hampir seluruh wilayah Aus-

    tralia. Ketika menghadapi musim kema-

    rau yang panjang, ditandai dengan menu-

    runnya muka air waduk sebagai sumber

    utama air bersih, pemerintah nasional

    dan daerah memberlakukan pembatasan

    penggunaan air. Pembatasan ini sifatnya

    mengikat dan ditunjang oleh berbagai

    instrumen pendukung yang dapat dian-

    dalkan. Instrumen pendukung yang

    dimaksud salah satunya ialah upaya con-

    trolling dan penegakan hukum. Sebagai

    contoh, salah satu bentukwater restric-

    tion yakni larangan penggunaan air dari

    kran untuk mencuci mobil dan menyiram

    pekarangan di siang hari. Ketika peratur-

    an ini ditetapkan, pada saat yang ber-

    samaan diterjunkan pula petugas yang

    mengontrol penggunaan air di siang hari.Jika saja ditemukan ada pelanggaran,

    petugas tidak segan-segan memberikan

    denda kepada yang bersangkutan di tem-

    pat kejadian sesuai ketentuan yang

    berlaku. Tidak dikenal adanya istilah

    'kompromi' atau tawar menawar ketika

    pelanggaran terjadi. Begitu pula dengan

    media, ketika water restriction ditetap-

    kan, media televisi, radio, surat kabar dan

    media-media cetak lainnya memberikan

    sosialisasi kepada masyarakat luas. Tidak

    ada alasan bagi pelanggar untuk me-

    ngatakan tidak tahu aturan yang sedangberlaku. Pada tahap tertentu, kesadaran

    akan pentingnya fungsi air di kalangan

    masyarakat, pemerintah dan aktor lain-

    nya di Australia sudah tinggi, terutama

    jika pembandingnya Indonesia. Lalu apa

    yang menjadi dasar tindak kesadaran ini?

    Penulis mengamati, yang menjadi

    dasar munculnya kesadaran akan pen-

    tingnya sumber air ini adalah konsep sus-

    tainable development, pembangunan

    berkelanjutan. Pemerintah federal Aus-

    tralia menjabarkan konsep pembangun-

    an berkelanjutan ini dalam lima pilar

    atau lima prinsip. Prinsip pertama dike-

    nal dengan nama precautionary princi-

    ple. Prinsip ini menekankan, jika suatu

    kegiatan diduga akan berdampak ling-

    kungan, maka harus dilakukan upaya-

    upaya segera untuk mencegah timbulnya

    dampak tersebut tanpa harus menunggu

    A WA S A N

    Air di Australia danPembangunan Berkelanjutan

    W

    Iwan Juwana*)

    15PercikOktober 2004

  • 7/31/2019 Air Minum masih jadi Impian. PERCIK. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Edisi Oktober 2004.

    18/56

    adanya kepastian ilmiah atau scientific

    certainty. Dalam pengelolaan air misal-

    nya, jika diketahui bahwa sumber air

    utama adalah waduk dan kondisi waduk

    semakin menurun, maka salah satu upaya

    pencegahan yang dilakukan adalah de-

    ngan water restriction terhadap kegiat-

    an-kegiatan yang banyak menggunakan

    air. Hal ini perlu dilakukan sekalipun be-

    lum ada penelitian khusus yang menje-

    laskan hubungan langsung antara menyi-

    ram pekarangan dengan turunnya muka

    air waduk.

    Prinsip kedua ialah intragenerational

    equity, atau dengan kata lain kesetaraan

    intragenerasi. Maksudnya perlu sekaliditanamkan kesadaran bahwa selain kita

    pribadi yang membutuhkan air misalnya,

    ada sekitar 6 milyar manusia lain yang

    juga membutuhkan air. Jika perilaku

    menghambur-hamburkan air untuk ke-

    pentingan yang sekunder bahkan tersier

    dibiarkan, jelas akan mempengaruhi

    ketersediaan air untuk 6 milyar manusia

    lain tersebut. Penanaman kesadaran dan

    empati terhadap sesama akan sangat

    mempengaruhi seseorang dalam meman-

    faatkan air minum.

    Prinsip ketiga ialah intergenerationalequity, atau bisa disebut dengan kese-

    taraan antargenerasi. Telah sering disebut

    dalam konferensi, seminar dan diskusi

    ilmiah bahwa paradigma lingkungan yang

    harus ditanamkan: lingkungan itu bukan-

    lah warisan dari nenek moyang namun

    merupakan titipan dari anak cucu, ge-

    nerasi mendatang. Dalam penggunaaan

    air, tidaklah dibenarkan untuk memenuhi

    kebutuhan generasi saat ini saja, tapi pula

    harus diperhatikan bagaimana nasib ge-

    nerasi mendatang. Dalam konsep pemba-

    ngunan berkelanjutan, generasi men-

    datang harus mendapatkan sumber daya

    alam yang minimal sama dengan yang

    diperoleh generasi mendatang. Tidaklah

    merupakan tindakan yang bijaksana jika

    mewariskan kondisi lingkungan yang

    lebih buruk dari sekarang.

    Keempat, prinsip biodiversity conser-

    vation, konservasi keanekaragaman ha-

    yati. Berkenaan dengan pengelolaan sum-

    ber air, perlu diingat pula bahwa air tidak

    hanya dibutuhkan spesies bernama ma-

    nusia, namun pada saat bersamaan juga

    merupakan unsur vital bagi kelangsungan

    hidup flora dan fauna.

    Prinsip terakhir ialah environmental

    economic internalization, internalisasi

    nilai-nilai ekonomi lingkungan. Selama

    ini banyak sekali kasus dimana ketika kita

    membeli suatu produk, dampak lingkung-

    an yang disebabkan oleh aktivitas produk-

    si barang tersebut tidak diperhitungkan

    dalam harga barang. Misalnya, ketika kita

    membeli sebuah kendaraan, polusi yang

    dihasilkan oleh kendaraan tersebut tidak

    termasuk dalam harga mobil. Harga

    mobil hanya ditentukan oleh suku

    cadang, tenaga ahli, tenaga mekanik dan

    marketing serta variable-variabel lain,

    namun tidak memperhitungkan variabeldampak lingkungan. Contoh lain, ketika

    kita membeli air minum kemasan botol,

    harga air tidak menghitung kerusakan

    pada sumber air, tidak pula memperhi-

    tungkan flora dan fauna yang terganggu

    dengan adanya pengambilan sumber air

    tersebut.

    Nah, dengan prinsip-prinsip yang di-

    susun oleh berbagai elemen masyarakat

    dan juga diterapkan secara sistematis

    dengan pengawasan yang ketat sejauh ini

    telah memberikan dampak yang sig-

    nifikan bagi peningkatan kualitas ling-

    kungan di Australia. Bagaimana dengan

    Indonesia?

    *) Penulis adalah lulusanEnvironmental Management Program,

    University of New South Wales, Australia.Saat ini tercatat sebagai dosen tetap di

    Jurusan Teknik LingkunganInstitut Teknologi Nasional, Bandung.

    A WA S A NW

    16 PercikOktober 2004

    Dalam penggunaaan air,tidaklah dibenarkan untuk

    memenuhi kebutuhangenerasi saat ini saja, tapiharus diperhatikan nasib

    generasi mendatang.

    FOTO: WWW.CSIRO.AU

  • 7/31/2019 Air Minum masih jadi Impian. PERCIK. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Edisi Oktober 2004.

    19/56

    D

    alam literatur awal ekonomi pem-

    bangunan, ekonom melihat ne-

    gara sebagai pelaku yang baik dan

    pemersatu, dengan tujuan tindakannya

    selalu bersifat sosial. Pemerintah dipandang

    mempunyai kemampuan mendapatkan

    informasi dan dilengkapi dengan penge-

    tahuan dan instrumen kebijakan yang

    memadai, dapat mencampuri pasar untuk

    membenahi kegagalan pasar dan mening-

    katkan pertumbuhan ekonomi.

    Pandangan tersebut dinodai oleh ke-

    nyataan bahwa campur tangan pemerin-

    tah (baik di negara maju maupun negara

    berkembang) sering malah berakibat bu-

    ruk. Tentu saja, kegagalan pemerintahpada kebanyakan kasus menunjukkan ha-

    sil yang lebih buruk dari kegagalan pasar.

    Hal ini menjadikan campur tangan pe-

    merintah khususnya dalam bentuk ba-

    nyaknya Badan Usaha Milik Negara/Da-

    erah (BUMN/D) pada berbagai bidang

    usaha kemudian dianggap berdampak

    negatip bagi perekonomian nasional.

    Kondisi ini kemudian menyuburkan pan-

    dangan agar pemerintah mengurangi

    campur tangannya dalam perekonomian

    melalui BUMN/D. Akhirnya privatisasi

    BUMN/D dilihat sebagai salah satu carayang efektif mengurangi campur tangan

    tersebut. Walaupun kemudian ternyata

    alasan privatisasi tidak melulu karena

    adanya campur tangan pemerintah.

    Namun pada akhirnya privatisasi telah

    menjadi suatu gejala yang umum dima-

    napun di dunia saat ini.

    Walaupun demikian perlu disadari

    bahwa privatisasi tidak selamanya lebih

    baik. Privatisasi bukan Panacea (obat

    bagi semua penyakit). Banyak bukti

    empiris yang menunjukkan itu. Sehingga

    sebenarnya pilihan privatisasi atau tidak

    terpulang kembali kepada tujuan dari

    pendirian sebuah perusahaan yang me-

    layani kepentingan publik. Sepanjang pi-

    lihan tersebut baik untuk publik maka

    menjadi tidak relevan lagi dikotomi swas-

    ta atau pemerintah.

    Namun pertanyaan yang lebih valid

    adalah pada saat kapan privatisasi me-

    nunjukkan kinerja yang lebih baik, dan

    bagaimana menciptakan kondisi terse-

    but, serta prasyarat apa saja yang harus

    terpenuhi. Tulisan ini berusaha mema-

    parkan jawaban dari pertanyaan tersebut

    dari berbagai sumber, yang dimulai de-

    ngan memberi pemahaman tentang pri-

    vatisasi, baik definisi, manfaat, kendala,

    pengalaman negara lain, dan prasyarat

    keberhasilan privatisasi. Versi lengkap

    dari tulisan ini dapat dilihat pada

    newsletter AMPL edisi 26 Nopember

    2004 atau di situs AMPL www.ampl.or.id

    Beberapa Bukti Empiris tentang Ki-

    nerja BUMN

    Riset oleh Savas (1974, 1977) dan Ste-

    vens (1978) di Amerika Serikat, Hamer di

    Jerman, Hartley dan Huby di Inggris me-

    nunjukkan hasil yang sama bahwa biaya

    produksi sektor publik lebih besar, ber-

    kisar rata-rata 20-40 persen dari sektor

    swasta. Di Inggris, biaya sektor publik

    lebih besar 30 persen, di Amerika Serikat

    lebih besar 40 persen, di Jerman

    mendekati angka 50 persen. Ketiga pe-nelitian tersebut bermuara pada kesim-

    pulan bahwa efsiensi sektor swasta lebih

    baik dari sektor publik (Pirie, 1988).

    Ayub dan Hegstad dalam majalah

    Research ObserverVolume 2 No. 1 Janu-

    ari 1987 melakukan penelitian terhadap

    500 perusahaan besar yang bukan

    perusahaan AS. Hasil penelitian menun-

    jukkan bahwa tidak satupun perusahaan

    pemerintah yang menunjukkan kinerja

    lebih baik dari perusahaan swasta (Si-

    marmata, 1991). Perusahaan Boardman

    dan Vining yang melakukan penelitian

    terhadap 500 perusahaan terbesar yang

    berada di luar AS dan bukan monopolis,

    menunjukkan kesimpulan yang sama

    swasta lebih unggul dari BUMN dilihat

    dari segi laba dan efisiensi.

    Bagaimana di sektor air minum dan

    sanitasi?

    Pada studi yang membandingkan ki-

    nerja 50 perusahaan penyedia air minum

    di negara berkembang Asia dan Pasifik

    ditemukan bahwa perusahaan swasta

    lebih efisien (Estache, 1999).

    Di negara maju, dengan asumsi

    bahwa perusahaan pemerintah relatif

    lebih efisien maka diharapkan keterli-

    batan swasta menjadi kurang signifikan.

    Namun, kenyataan menunjukkan seba-

    liknya. Ahli ekonomi Trent University

    meneliti 3 studi di AS sejak tahun 1970an.

    Studi pertama terhadap 112 penyedia air

    menunjukkan bahwa produktifitas per-

    usahaan pemerintah hanya 60 persen

    dari perusahaan swasta. Ketika sebuah

    perusahaan pemerintah menjadi perusa-haan swasta, output per pegawai me-

    ningkat 25 persen, dan sebaliknya ketika

    perusahaan swasta menjadi perusahaan

    publik maka output per pegawai menu-

    run 40 persen. Studi kedua terhadap 143

    penyedia air minum, ditemukan bahwa

    biaya lebih besar 15 persen pada perusa-

    haan pemerintah. Studi ketiga menun-

    jukkan bahwa perusahaan pemerintah

    lebih mahal 20 persen (Brubaker, 2001).

    The Reason Foundation telah beru-

    langkali menemukan perusahaan swasta

    di AS lebih efisien dari perusahaanpemerintah. Sebuah studi tahun 1992

    menyimpulkan bahwa pelayanan yang

    dipihak ketigakan dapat mengurangi

    biaya operasi sampai 50 persen. Salah

    satu contohnya adalah pengolahan air

    limbah di New Orleans dan New York.

    Selain itu, dalam suatu studi yang mem-

    bandingkan kinerja 10 perusahaan

    pemerintah negara bagian California de-

    ngan tiga perusahaan swasta terbesar di

    California, The Reason Foundation me-

    nemukan bahwa biaya operasi rata-rata

    setiap sambungan per tahun perusahaan

    swasta lebih rendah, perusahaan peme-

    rintah menggunakan pegawai lebih

    banyak, dan menghabiskan tiga kali lebih

    banyak biaya operasi untuk gaji. Se-

    lanjutnya, perusahaan pemerintah meng-

    habiskan dua kali lipat biaya pemeli-

    haraan untuk menghasilkan jumlah pro-

    duksi yang sama (Brubaker, 2001)

    A WA S A N

    Sekali Lagi tentang Privatisasi

    W

    Oleh: Oswar Mungkasa*)

    Tulisan Pertama dari Dua Tulisan

    17PercikOktober 2004

  • 7/31/2019 Air Minum masih jadi Impian. PERCIK. Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Edisi Oktober 2004.

    20/56

    Bukti di atas pada kenyataannya tidak

    dengan otomatis mengarah pada kesim-

    pulan sektor swasta lebih efisien dari sek-

    tor publik. Beberapa hasil penelitian

    empiris membuktikan sebaliknya. Misal-

    nya penelitian oleh Caus dan Christensen

    (1980) membandingkan perusahaan KA

    Canadian National (BUMN) dan Cana-

    dian Pacific (swasta). Kinerja Efisiensi

    Produksi (Productive Efficiency Perfor-

    mance) dari kedua perusahaan tersebut

    tidak berbeda secara signifikan.

    Hasil studi literatur Siahaan (2000)

    yang dikemukakan dalam disertasinya

    menunjukkan bahwa kesimpulan BUMN

    mempunyai tingkat biaya yang lebih ting-gi dibanding swasta masih sangat kabur,

    karena perbandingan dilakukan antara

    BUMN monopoli dan swasta yang ber-

    saing mendapatkan proyek (Stevens 1978,

    Savas 1974, 1977, dan Ahebrand 1973).

    Karenanya beberapa peneliti (Meyer

    1975, Pescutrice dan Trapani, 1980 dalam

    bidang listrik; Teeples dan Glyer, 1987

    dalam bidang penyediaan air) memban-

    dingkan antara BUMN dan swasta yang

    sama-sama monopolis, dan hasilnya

    menunjukkan bahwa perbedaan biaya

    antara keduanya sangat kecil bahkankadang terbalik. Namun yang kurang

    dicermati bahwa BUMN tersebut diban-

    dingkan dengan swasta monopolis yang

    mengalami regulasi (misal penentuan

    harga), sehingga implikasi 'property

    rights' (kepemilikan) terhadap swasta

    tersebut sama kaburnya.

    Alkinsen dan Halvosen (1986) meng-

    hitung 'cost efficiency' (efisiensi biaya)

    untuk sampel 30 monopolis BUMN dan

    123 monopolis swasta yang bergerak

    dalam pembangkitan listrik, menun-

    jukkan tidak terdapat perbedaan sig-

    nifikan kecuali bahwa tingkat biaya kedu-

    anya lebih tinggi dari seharusnya.

    Dalam sektor air minum pun berlaku

    hal yang sama. Perbandingan antara

    perusahaan air minum milik pemerintah

    di Swedia dan swasta di Inggris untuk

    ukuran perusahaan yang sama menun-

    jukkan bahwa biaya penyedia air minum

    swasta lebih besar. Kontrak manajemen

    di Puerto Rico, Trinidad, dan Budapest

    menunjukkan bahwa keterlibatan swasta

    tidak membawa perubahan berarti (PSI,

    2000). Di Perancis, perbandingan antara

    perusahaan yang dikelola swasta dan

    pemerintah menunjukkan bahwa perusa-

    haan swasta menerapkan tarif yang 13

    persen lebih tinggi (Hall, 2001).

    Pada survei menyeluruh terhadap 24

    studi yang membandingkan kinerja

    perusahaan swasta dan publik dalam

    bidang infrastruktur 30 tahun terakhir,

    ternyata separuh dari studi menunjukkan

    bahwa kinerja perusahaan swasta secaranyata lebih baik dari perusahaan publik,

    tujuh studi tidak menunjukkan perbe-

    daan yang nyata, tetapi terdapat lima

    studi yang menyatakan perusahaan pub-

    lik lebih baik dari perusahaan swasta

    (Shirley, 2000).

    Hal yang menarik lainnya, bahwa

    perusahaan 'mixed-enterprise' (kerja-

    sama dengan BUMN) ternyata tidak lebih

    unggul terhadap BUMN. Namun peneli-

    tian Jones (1992) di Malaysia membantah

    hal tersebut. BUMN yang diprivatisasi

    secara parsial tidak kalah dengan BUMNyang diprivatisasi total. Jika mendasari

    pada kepemilikan, maka hasil penelitian

    Vikers dan Yarrow (1988), Boardman dan

    Vinning (1989) menyatakan bahwa pe-

    ngaruh kepemilikan badan usaha bukan

    merupakan hal yang dominan diban-

    dingkan dengan pengaruh keadaan kom-

    petisi dan regulasi yang harus dihadapi

    perusahaan (Siahaan, 2000).

    Sementara disertasi Siahaan (2000)

    tentang efisiensi teknik BUMN di

    Indonesia menunjukkan bahwa (i) BUMN

    kurang efisien dibanding swasta; (ii)

    BUMN skala usaha besar dan bergerak

    pada pasar domestik relatif kurang efisien

    dibanding swasta dengan karakteristik

    yang sama; (iii) perbedaan efisiensi pada

    BUMN dan swasta dengan skala usaha

    kecil tidak signifikan.

    Berdasar beberapa hasil survei per-

    bandingan kinerja perusahaan swasta dan

    BUMN serta dampak privatisasi BUMN

    pada berbagai negara, ternyata hasilnya

    menunjukkan bahwa (i) kinerja perusa-

    haan swasta bisa lebih efisien dari BUMN

    dan sebaliknya; (ii) perubahan pemerin-

    tahan tidak berdampak pada kinerja

    perusahaan (swasta dan BUMN); (iii) pri-

    vatisasi dapat meningkatkan pertum-

    buhan produktifitas tenaga kerja dan total

    faktor, dan sebaliknya tidak mempunyai

    pengaruh yang signifikan; (iv) perubahan

    kepemilikan berdampak kecil; (v) BUMN

    dengan pasar kompetitif lebih baik kiner-

    janya (Pollitt, 1999)

    Beberapa kesimpulan penelitian diatas mengarahkan kita pada kenyataan

    bahwa (i) efisiensi bukan hanya didomi-

    nasi sektor swasta saja, namun secara

    keseluruhan efisiensi perusahaan swasta

    masih lebih baik dari perusahaan peme-

    rintah; (ii) sulit untuk melakukan per-

    bandingan antara BUMN dan swasta

    karena keduanya tidak berada pada 'play-

    ing field'yang setara; (iii) kinerja suatu

    perusahaan baik BUMN maupun swasta

    sangat tergantung pada karakteristik

    perekonomian dimana usaha tersebut

    berada, terutama karakteristik kompetisidan karakteristik regulasi yang berlaku.

    Definisi

    Pada awalnya privatisasi biasanya

    merujuk pada pengalihan pemilikan dan

    kendali dari publik ke sektor swasta

    khususnya penjualan aset. Ini mencakup

    pengalihan seba