11
ULANGAN TENGAH SEMESTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MUHAMMAD AJRAN SAPUTRA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS SRIWIJAYA TAHUN 2015-2016

Agama Islam

Embed Size (px)

DESCRIPTION

xxzc

Citation preview

Page 1: Agama Islam

ULANGAN TENGAH SEMESTER

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MUHAMMAD AJRAN SAPUTRA

FAKULTAS ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

TAHUN 2015-2016

Page 2: Agama Islam

1. BAGAIMANA KONSEP TUHAN DALAM ISLAM

JAWAB :

Mengapa konsep Tuhan itu penting dalam membentuk pandangan hidup? Pertama, kita harus tahu bahwa kata “Tuhan” dipahami dengan cara yang berbeda oleh masing-masing agama. Kedua, konsep Tuhan itulah yang akan membentuk cara kita memahami tujuan hidup kita. Umat Kristiani, misalnya, ketika menyebut kata “Tuhan”, membayangkan sebuah konsep unik dalam benak mereka. “Tuhan” dalam bayangan mereka adalah subyek trinitas, mengirimkan “anaknya” untuk disalib untuk menebus dosa manusia. Konsep Tuhan dalam Islam lain lagi. Demikian pula dengan agama-agama lainnya, saling berlainan.

Beberapa filsuf Yunani kuno berpendapat bahwa tuhan itu ada dan mencipta, namun setelah mencipta, tuhan diam saja. Artinya, dalam pandangan mereka, tuhan tidak terlibat dalam kehidupan di alam semesta setelah ia menciptakannya. Oleh karena itu, dalam segala hal, mereka berfilsafat. Sebab tuhan mereka tidak membimbing dengan wahyu. Tuhan mereka hanya diam.

Ketika Nabi Ibrahim a.s menghancurkan berhala-berhala kaumnya, secara tidak langsung ia “menggugat” konsep Tuhan mereka. Mengapa tuhan-tuhan mereka terbuat dari batu, kayu, dan sebagainya? Kenapa tuhan mereka hanya bisa diam, lalu kenapa tuhan seperti itu disembah? Itukah konsep Tuhan yang benar?

Dalam Islam, ada 1 surah di juz 30 yang sangat ringkas, tapi efektif menjelaskan konsep Tuhan, yaitu Surah Al-Ikhlash

Ayat pertama langsung memperkenalkan konsep tauhidullaah, yaitu keesaan Allah. Allah itu satu. Apanya yang satu? Dzat-Nya sudah pasti cuma satu. Dia-lah satu-satunya Dzat yang bernama Allah. Para ulama berpendapat bahwa tauhidullah jauh lebih dalam daripada sekedar menjelaskan tunggalnya Dzat Allah. Selain tunggal Dzat-Nya, Allah pun tunggal dari segi sifat dan perbuatan-Nya. Artinya, sifat Allah hanya milik Allah, dan perbuatan Allah hanya milik Allah. Tidak ada makhluk yang memiliki sifat seperti Allah, dan tak ada makhluk yang mampu berbuat seperti Allah.

Page 3: Agama Islam

Ayat kedua menjelaskan apa “pekerjaan” Allah. Kepada Allah-lah tempat bergantung segala sesuatu. Tidak seperti orang Yunani kuno yang percaya bahwa tuhan cuma diam, Islam percaya bahwa Allah senantiasa dalam kesibukan. Allah-lah yang membuat keputusan atas segala sesuatunya di dunia ini. Karena itu, kita meminta kepada-Nya. Kita beribadah pada-Nya dan meminta pertolongan pada-Nya. Iyyaaka na’buduu wa iyyaaka nasta’iin. Di sini, kita dapat melihat perbedaan pandangan antara Islam dan kepercayaan Yunani kuno tadi. “Tuhan” yang diam versi para filsuf Yunani itu tidak bisa dimintakan pertolongan. Sebab maunya cuma diam. Dalam kepercayaan dewa-dewi ala Yunani yang lebih kuno lagi, “tuhan” malah perlu disogok dan dirayu. Kalau tidak diadakan pemujaan dan persembahan macam-macam, dewa-dewi Yunani tidak peduli pada manusia.

Setelah menegaskan ketunggalan Allah, ayat ketiga menjelaskan bahwa Allah itu tak punya keturunan dan bukan anak siapa-siapa. Sebab, bisa jadi orang menyangka bahwa Allah itu memang satu, tapi Dia punya anak yang mewarisi kehebatannya. Jika kita katakan bahwa “Hanya ada 1 orang yang bernama X”, maka bisa jadi si X punya anak bernama si Y. Dan Y sejenis dengan X. Sebagaimana Zeus itu cuma 1, tapi anaknya banyak. Ini bukan konsep Tuhan ala Islam. Dalam kepercayaan dewa-dewi Yunani, Zeus jadi dewa terkuat setelah menggulingkan ayahnya, Kronos. Kronos pun sebelumnya telah menggulingkan ayah kandungnya sendiri.

Ayat terakhir menuntaskan konsep tauhidullaah. Allah hanya satu, dan tak ada yang serupa dengan-Nya. Ayat terakhir ini juga penting untuk menjelaskan dua konsep tauhidullaah, yaitu ketunggalan sifat dan perbuatan-Nya. Apa pun yang bisa kita bayangkan, itu bukanlah Allah. Karena Allah berbeda dari segalanya. Karena itu, Islam tidak mengenal penggambaran Dzat Allah. Jika umat Kristiani dan Hindu menggambarkan sosok tuhan mereka, maka Islam tidak menggambarkan sosok Allah. Allah Maha Melihat, kita pun dapat melihat. Tapi penglihatan kita berbeda dengan Allah. Tidak ada yang serupa dengan-Nya. Burung dan lalat bisa terbang, pesawat pun bisa. Tapi burung dan lalat itu berbeda dengan pesawat.

Page 4: Agama Islam

2. APAKAH ORANG YANG BERIMAN SUDAH PASTI BERTAQWA ?

JAWAB :

Belum, Taqwa sering dikaitkan oleh Allah dengan iman. Bahkan taqwa bermula dari iman. Taqwa tumbuh dari iman. Iman adalah perkara asas yang perlu ditanam ke dalam hati seseorang ter¬lebih dahulu. Apabila iman yang ditanam itu sudah sejati baru¬lah akan lahir taqwa dalam diri seseorang. Orang yang beriman belum tentu bertaqwa. Tetapi orang yang bertaqwa sudah tentu dia beriman. Kerana iman itu berperingkat-peringkat. Tidak semua peringkat iman boleh menghasilkan taqwa

Al-Quran surah Ali Imran ayat 102 :

Artinya :

“Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Alloh sebenar-benarnya takwa, dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan memeluk agama Islam.”

Mengenai firman Allah: ittaqullaaHa haqqa tuqaatiHi (“Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya.”) Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abdullah Ibnu Mas’ud, ia berkata: “Agar Dia ditaati dan tidak ditentang, diingat dan tidak dilupakan, disyukuri dan tidak diingkari.” Isnad ini shahih mauquf.

Sa’id bin Jubair, Abul `Aliyah, Rabi’ bin Anas, Qatadah, Muqatil bin Hayyan, Zaid bin Aslam, as-Suddi dan yang lainnya berpendapat, bahwa ayat ini dinasakh dengan firman Allah: fattaqullaaHa mastatha’tum (“Maka bertakwalah kepada Allah menurut kemampuanmu.”) (QS. At-Taghaabun : 16)

Mengenai firman Allah: ittaqullaaHa haqqa tuqaatiHi (“Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya.”) ‘Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata, “Ayat tersebut tidak dinasakh, tetapi yang dimaksud ‘takwa yang sebenar-benarnya’ adalah berjihad di jalan Allah sebenar-benar jihad dengan tidak merasa takut terhadap celaan orang-orang yang suka mencela, berlaku adil meskipun terhadap diri mereka sendiri, orang tua dan anak-anak mereka.”

Sedangkan firman-Nya, wa laa tamuutunna illaa wa antum muslimuun (“Dan janganlah sekali-kali kamu meninggal dunia melainkan dalam keadaan beragama Islam,”) maksudnya, tetaplah berada dalam Islam semasa kalian masih dalam keadaan sehat dan selamat agar kalian meninggal dunia dalam keadaan Islam. Sebab dengan kemurahan-Nya, Allah yang Mahapemurah telah menjadikan sunnah-Nya bahwa barangsiapa yang hidup di atas suatu keadaan, maka ia pun akan meninggal dunia dalam keadaan tersebut. Dan barangsiapa meninggal dunia di atas sesuatu

Page 5: Agama Islam

keadaan, maka ia pun akan dibangkitkan dalam keadaan itu pula. Semoga Allah melindungi kita agar tetap dalam keadaan Islam.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Mujahid, bahwa: “Ketika orang-orang sedang mengerjakan thawaf di Baitullah, Ibnu ‘Abbas sedang duduk dengan memegang tongkat, kemudian ia berkata, Rasululullah saw. bersabda: “Wahai sekalian orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah kamu meninggal dunia melainkan kamu dalam keadaan Islam. Seandainya setetes zagqum jatuh ke dunia, maka ia akan merusak kehidupan penghuninya. Lalu bagaimana bagi orang yang tidak mempunyai makanan kecuali zaqqum?”

Page 6: Agama Islam

3. Jelaskan Keistimewaan dari orang-orang yang bertaqwa !

JAWAB :

Karena saking mulianya orang yang bertaqwa di hadapan Allah, maka Allah

memberikan keistimewaan-istimewaan kepadanya dengan berbagai macam

keuntungan didunia maupun di Akhirat, diantaranya sebagai berikut :

A. Dibukakannya berkah dari bumi dan langit.

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan ( ayat-ayat kami ) itu maka kami siksa merekadisebabkan oleh perbuatannya ." (Al -Araf (7) : 96 )

Dalam ayat ini jelas sekali bahwa Allah betul-betul akan melimpahkan berkah dari langit dan bumi jika saja pendududk negeri beriman dan bertaqwa kepadaAllah. Tapi sayang hanya sedikit sekali orang yang bertaqwa dan beriman kepada-Nya.

B. Diberi jalan keluar dan diberi rizki dari hal yang tidak disangka-sangka

" Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah maka Allah jadikan baginya jalankeluar (dari setiap permasalahannya) . Dan Dia(Allah) akan memberi rizkidari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barang siapa yang bertawakalkepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya " At- Tholaq(65) : 2 -3 )

Page 7: Agama Islam

4. Mengapa manusia yang dijadikan sebagai khalifah di muka bumi,bukan makhluk lain

JAWAB :

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi. "Mereka berkata, Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu? "Dia berfirman, "Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

(Q.S. Al-Baqarah: 30)

Ayat tersebut di atas menjelaskan ketetapan Allah menjadikan manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi. Yang dimaksud dengan khalifah ialah makhluk Allah yang mendapat kepercayaan untuk menjalankan kehendak Allah dan menerapkan ketetapan-ketetapan-Nya di muka bumi. Untuk menjalankan fungsi kekhalifahan itu Allah mengajarkan kepada manusia ilmu pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan manusia mempunyai kemampuan mengatur, menundukkan, dan memanfaatkan benda-benda ciptaan Allah di muka bumi sesuai dengan maksud diciptakannya.

Page 8: Agama Islam

5. Bagaimana jika tidak ada hukum dalam kehidupan

JAWAB:

Dunia akan kacau tanpa ada hukum yang mengikat.Dalam islam hukum islam bersumber dari Alquran dan Alhadits

“ Alif Laam Raa ….. ( ini adalah ) Kitab yang kami turunkan kepadamu (Muhammad) supaya kamu mengeluarkan manusia dari kegerlapan kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan, (Yaitu) menuju jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha terpuji ”. (QS;Ibrahim ayat; 1)

Dari ayat yang di atas, jelaslah bahwa fungsi al-qur’an adalah untuk membebaskan manusia pada ayat ini Allah menyebutkan kegelapan dengan menggunakan jamak Mu’annas salim dari isim mufrad artinya kegelapan-kegelapan. Mengandung bahwa kegelapan di dunia ini banyak macam raga dan bentuk. Hal ini juga ditegaskan dalam beberapa tafsir, baik itu ( At-Tabari ), (Jalalain), ( Ibnu Katsir ), maupun (Al-Kurtubi ) disebutkan bahwa itu tafsirnya , kekafiran, kesesatan dan kebodohan. Sementara dalam ayat ini menggunakan isim mufrad, tidak menggunakan bentuk jamak. itu menunjukkan bahwa cahaya itu satu, yakni cahaya iman, petunjuk dan hidayah Allah SWT.

Pada saat Nabi Muhammad yang begitu semangatnya mempelajari al-qur’an hingga ketika Jibril belum selesai menuntun, beliau sudah menirukannya. Allah melarang Nabi Muhammad, menirukan bacaan Jibril kalimat demi kalimat, sebelum Jibril membacakannya sampai selesai. Hal ini dilakukan agar Nabi Muhammad benar-benar paham dan hafal terhadap ayat yang diturunkan. Artinya tanamkanlah kegemaran membaca al-qur’an, pelajarilah secara bertahap dan siapapun yang ingin belajar al-qur’an haruslah ada pembimbingnya, agar ketika salah membacanya ada yang mengoreksinya.