15
Definisi TB: Tuberkulosis, MTB, atau TB (singkatan dari bacillus berbentuk tuberkel) adalah penyakit bakteri menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang paling umum mempengaruhi paru-paru, dalam banyak kasus bersifat mematikan. Penularan TB Tuberkulosis ditularkan melalui udara oleh partikel kecil yang berisi kuman tuberkulosis yang disebut “droplet nukleus”. Droplet nukleus yang berukuran 1-5 μm dapat sampai ke alveoli. Tuberkulosis menyebar melalui udara ketika seseorang dengan infeksi TB aktif batuk, bersin, atau menyebarkan butiran ludah mereka melalui udara.Infeksi TB umumnya bersifat asimtomatik dan laten. Orang-orang yang melakukan kontak dalam waktu lama, dalam frekuensi sering, atau selalu berdekatan dengan penderita TB, beresiko tinggi ikut terinfeksi, dengan perkiraan angka infeksi sekitar 22%.Seseorang dengan Tuberkulosis aktif dan tidak mendapatkan perawatan dapat menginfeksi 10-15 (atau lebih) orang lain setiap tahun.Biasanya, hanya mereka yang menderita TB aktif yang dapat menularkan penyakit ini. Gejala TB Gejala TB aktif paru-paru adalah batuk, kadang-kadang dengan sputum atau darah, nyeri dada, kelemahan, penurunan berat badan, demam dan berkeringat di malam hari. Pada orang sehat, infeksi Mycobacterium tuberculosis sering tidak menyebabkan gejala, karena system kekebalan tubuh seseorang bertindak untuk "dinding off" bakteri. Prevalensi TB di Indonesia

adv Tb.doc

  • Upload
    dna

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: adv Tb.doc

Definisi TB:

Tuberkulosis, MTB, atau TB (singkatan dari bacillus berbentuk tuberkel) adalah penyakit bakteri menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang paling umum mempengaruhi paru-paru, dalam banyak kasus bersifat mematikan.

Penularan TB

Tuberkulosis ditularkan melalui udara oleh partikel kecil yang berisi kuman tuberkulosis yang disebut “droplet nukleus”. Droplet nukleus yang berukuran 1-5 μm dapat sampai ke alveoli. Tuberkulosis menyebar melalui udara ketika seseorang dengan infeksi TB aktif batuk, bersin, atau menyebarkan butiran ludah mereka melalui udara.Infeksi TB umumnya bersifat asimtomatik dan laten. Orang-orang yang melakukan kontak dalam waktu lama, dalam frekuensi sering, atau selalu berdekatan dengan penderita TB, beresiko tinggi ikut terinfeksi, dengan perkiraan angka infeksi sekitar 22%.Seseorang dengan Tuberkulosis aktif dan tidak mendapatkan perawatan dapat menginfeksi 10-15 (atau lebih) orang lain setiap tahun.Biasanya, hanya mereka yang menderita TB aktif yang dapat menularkan penyakit ini.

Gejala TB

Gejala TB aktif paru-paru adalah batuk, kadang-kadang dengan sputum atau darah, nyeri dada, kelemahan, penurunan berat badan, demam dan berkeringat di malam hari. Pada orang sehat, infeksi Mycobacterium tuberculosis sering tidak menyebabkan gejala, karena system kekebalan tubuh seseorang bertindak untuk "dinding off" bakteri.

Prevalensi TB di IndonesiaPrevalensi TB di Indonesia pada 2013 ialah 297 per 100.000 penduduk dengan kasus baru setiap tahun mencapai 460.000

kasus. Dengan demikian, total kasus hingga 2013 mencapai sekitar 800.000-900.000 kasus. Laporan WHO (global reports 2010), menyatakan bahwa pada tahun 2009 angka kejadian TB di seluruh dunia sebesar 9,4

juta (antara 8,9 juta hingga 9,9 juta jiwa) dan meningkat terus secara perlahan pada setiap tahunnya dan menurun lambat seiring didapati peningkatan per kapita. Prevalensi kasus TB di seluruh dunia sebesar 14 juta (berkisar 12 juta sampai 16 juta). Jumlah penderita TB di Indonesia mengalami penurunan, dari peringkat ke tiga menjadi peringkat ke lima di dunia, namun hal ini dikarenakan jumlah penderita TB di Afrika Selatan dan Nigeria melebihi dari jumlah penderita TB di Indonesia.Pada tahun ini estimasi prevalensi TB di Indonesia pada semua kasus adalah sebesar 660.000 dan estimasi insidensi berjumlah 430.000 kasus baru per tahun. Jumlah kematian akibat TB diperkirakan 61.000 kematian per tahun. Selain itu, kasus resistensi merupakan tantangan baru dalam program penanggulangan TB. Pencegahan meningkatnya kasus TB yang resistensi obat menjadi prioritas penting.

Page 2: adv Tb.doc

Pentingnya Penanggulangan dan Penvegahan Penularan TBTuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang kesembuhannya sangat dipengaruhi oleh kedisiplinan penderita untuk

minum obat secara teratur dalam jangka waktu yang cukup lama (6 bulan). Selain memerlukan Pengawas Minum Obat juga membutuhkan komponen lain yang mendukung ketersedian pengobatan dan pelayanan TB. Salah satu kunci dari strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) adalah menemukan dan menyembuhkan pasien TB hingga tuntas. Strategi ini akan memutuskan rantai penularan TB dan menurunkan insiden TB di masyarakat. Untuk melaksanakan strategi ini diperlukan komitmen politis di level pengambil keputusan dalam bentuk dukungan kebijakan maupun dukungan pembiayaan program TB. Sehingga komitmen politis merupakan komponen penting yang menunjang terlaksananya komponen lain dalam Strategi DOTS seperti pemeriksaan mikroskopis, adanya laboratorium yang berkualitas, jaminan ketersediaan obat, pengawasan pengobatan dan pencatatan serta pelaporan.

AKMS (Advokasi, Komunikasi dan Mobilisasi Sosial) TB. AKMS TB adalah suatu kerangka kerja atau tindakan intervensi dalam mendukung program Pengendalian TB dan terkait erat dengan strategi Pengendalian TB. Secara operasional AKMS TB merupakan rangkaian kegiatan advokasi, komunikasi dan mobilisasi sosial yang dirancang secara sistematis dan dinamis dalam mendukung keberhasilan program Pengendalian TB.

Pengertian Advokasi TBAdvokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari seluruh

pemangku kebijakan. Komunikasi, merupakan upaya untuk menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong masyarakat umum, dan petugas kesehatan agar bersedia bersama-sama menanggulangi penularan TB. Lingkungan sosial yang mendukung dapat diartikan sebagai Mobilisasi Sosial, adalah proses pemberian informasi secara terus menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran, agar sasaran memiliki pengetahuan, sikap dan mempraktikkan perilaku yang diharapkan. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya menumbuhkan kesadaran, kemauan, kemampuan masyarakat dalam pengendalian TB. Melalui kegiatan ini, masyarakat diharapkan ekspansi dan akselarasi DOTS terwujud. Sasaran utama dari pemberdayaan dalam konteks Pengendalian TB adalah pasien TB dan keluarga. Dalam mobilisasi sosial diperlukan kemitraan untuk menjalin jejaring kerja serta kerja sama dengan berbagai pihak untuk menjalankan program yang terintegrasi dan koordinatif dalam setiap komponen program yang ditentukan melalui Stop TB Partnership

Page 3: adv Tb.doc

Dalam konteks Advokasi, Komunikasi dan Mobilisasi Sosial (AKMS), selain penanganan secara medik, pengendalian TB membutuhkan elemen penting lain yaitu:

Komitmen politik pemerintah dalam bentuk dukungan kebijakan publik, dukungan dana untuk pengendalian TB Sikap dan perilaku birokrasi (pejabat publik) dalam menjalankan kebijakan tersebut. Dukungan dan peran serta masyarakat dan lembaga social kemasyarakatan secara aktif di berbagai tingkatan. Sikap dan perilaku pasien dan petugas kesehatan yang mendukung sejak diagnosa, pengobatan hingga pasca pengobatan

Rencana Aksi Nasional (RAN) AKMS disusun berdasarkan Strategi Nasional Pengendalian TB tahun 2011-2014 dalam rangka mempercepat upaya pencapaian tujuan pembangunan milenium (MDGs) pada umumnya dan tercapainya keluaran serta target penyelesaian INPRES 3 tahun 2010 dan 2011 pada khususnya.

Indikator Pencapaian RAN AKMS TB

Tabel 2. Indikator Pencapaian RAN AKMS TB

KEGIATAN TAHUN SUMBER DANA

2010 2011 2012 2013 2014

Pusat

Advokasi

a.Mengembangkan media advokasi kit TB

√ √ GF

b. Menyusun modul pelatihan advokasi bagi tim AKMS

√ √ GF

Page 4: adv Tb.doc

c. Melakukan pelatihan advokasi bagi tim AKMS di Pusat dan Propinsi

√ √ √ GF

d. Melaksanakan advokasi kepada pemangku kebijakan

√ √ √ √ √ GF

e. Melaksanakan advokasi kepada media massa

√ √ √ √ √ GF

f. Melaksanakan workshop media, pers briefing dan jumpa pers secara berkesinambungan

√ √ √ √ √ Promkes, KNCV

1. Perumusan Strategi

Strategi yang dilakukan adalah Advokasi, Komunikasi dan Mobilisasi Sosial (AKMS). Mobilisasi Sosial sebagai ujung tombak, yang didukung oleh Komunikasi dan Advokasi. Masing-masing strategi harus diintegrasikan semangat dan dukungan kemitraan dengan berbagai stakeholder. Kesemuanya diarahkan agar masyarakat agar mampu mempraktikkan perilaku pencegahan dan pengobatan TB.

1.1. Advokasi

Page 5: adv Tb.doc

Advokasi diarahkan untuk menghasilkan kebijakan yang mendukung upaya pengendalian TB. Kebijakan yang dimaksud disini dapat mencakup peraturan perundang-undangan di tingkat nasional maupun kebijakan daerah seperti Peraturan Daerah (PERDA), Surat Keputusan Gubernur, Bupati/Walikota, Peraturan Desa, dan lain sebagainya. Strategi advokasi yang digunakan adalah melakukan pendekatan kepada pengambil keputusan, media massa dan sektor terkait sehingga dapat dikeluarkan pernyataan dukungan untuk Program Pengendalian TB. Strategi ini dilakukan untuk menjawab isu startegis tentang kurangnya dukungan dari para pemangku kepentingan (stakeholder) terkait di daerah untuk Pengendalian TB. Dalam pendanaan juga perlu dilakukan peningkatan kapasitas pengelola program dalam menyusun perencanaan anggaran sebagai dasar advokasi.

2. RENCANA KEGIATAN

Kegiatan operasional AKMS yang direncanakan dalam Pengendalian TB dilakukan selama kurun waktu 5 tahun untuk mencapai target program Pengendalian TB tahun 2010-2014 sebagai berikut:

2.1 Advokasi

a. Mengembangkan media advokasi kit TBMedia advoaksi kit perlu direview dan dikembangkan sesuai masalah dan perkembangan Program Pengendalian TB terkini serta kecenderungannya ke depan untuk dijadikan bahan pelaksanaan advokasi baik di pusat maupun daerah.

b. Menyusun Modul Pelatihan advokasi bagi Tim AKMS TBModul pelatihan advokasi bagi tim AKMS TB dilaksanakan agar pelaksanaan pelatihan sesuai dengan tujuan yang diinginkan, dan perlu menyiapkan modul, pedoman, bahan dan melaksanakan advokasi.

c. Melakukan pelatihan advokasi bagi Tim AKMS TB di Propinsi dan KabupatenPelatihan advokasi dilaksanakan bagi tim AKMS TB yang terdiri dari lintas sektor dan lintas program terkait.

d. Melaksanakan AdvokasiPelaksanaan advokasi dilakukan kepada pemangku kebijakan baik di dalam maupun diluar lingkungan program kesehatan yang mendukung pelaksanaan TB termasuk penyediaan anggaran untuk OAT selama 5 tahun ke depan untuk kesinambungan ketersediaannya.

e. Melaksanakan advokasi kepada media massaKegiatan ini dilakukan untuk menjadikan Program TB masuk sebagai agenda pemberitaan di media massa diantaranya berupa workshop media untuk TB.

f. Menempatkan TB dalam agenda kesehatan daerah (media relation)

Page 6: adv Tb.doc

Pelaksanaan pers briefing dan jumpa pers secara berkesinambungan dengan memanfaatkan setiap tanggal-tanggal penting dalam kesehatan seperti Hari TB Sedunia, Hari Tanpa Tembakau, Hari Kesehatan Dunia dan Nasional dll.

g. Meningkatkan kapasitas pelaksana program dalam penyusunan anggaran melalui budgeting and planning toolkit

3. MONITORING DAN EVALUASIRencana pemantauan dan evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rencana kerja AKMS secara keseluruhan. Pemantauan dilakukan sepanjang tahap pelaksanaan program mencakup berbagai hal, antara lain bagaimana kegiatan dilaksanakan serta bagaimana penggunaan sumberdaya yang ada dalam seluruh pelaksanaan kegiatan tersebut.

Evaluasi merupakan suatu proses kegiatan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi dapat digunakan untuk mengetahui pencapaian program, hasil program, dan memperbaiki manajemen atau pengelolaan program dimasa yang akan datang.

Tabel 3. Format Rencana Evaluasi AKMS untuk Advokasi

No Hal yang dievaluasi Sasaran Metode/cara Pelaksana Waktu Indikator Hasil

1 Mengembangkan media advokasi kit TB

2 Menyusun modul pelatihan advokasi bagi tim AKMS

3 Melakukan pelatihan advokasi bagi tim AKMS diusat dan propinsi

4 Melaksanakan

Page 7: adv Tb.doc

advokasi kepada pemangku kebijakan

5 Melaksanakan advokasi kepada media massa

6 Melaksanakan workshop media, pers breafing dan jumpa pers secara berkesinambungan

Page 8: adv Tb.doc

4. Penganggaran dan pembiayaanTabel 4. Penganggaran dan Pembiayaan untuk Advokasi

No Kegiatan Unit Tahun Vol Jumlah Total Sumber

1 Mengembangkan media advokasi kit TB

Konsultan, assesment, drafting, finalisasi, uji coba

2011 1 Rp. 1000.000.000 Rp.1.000.000.000 GF

2 Penggandaan dan distribusi

Pengadaan 2011 500 Rp. 5.000.000 Rp. 2.500.000.000 GF

3 Menyusun modul pelatihan advokasi bagi tim AKMS (drafting, rp. finalisasi, uji coba)

Pertemuan 2011 4 Rp. 50.000.000 Rp. 200.000.000 GF

4 Melakukan pelatihan

Pelatihan 2012 2 Rp. 150.000.000 Rp. 300.000.000 GF

Page 9: adv Tb.doc

advokasi bagi tim AKMS di pusat dan propinsi

5 Melaksanakna advokasi kepada pemangku kebijakan

Pertemuan 2011-2014

500 Rp. 5.000.000 Rp. 2.500.000.000 GF

6 Melaksanakan advokasi kepada media massa

Pertemuan 2011-2014

4 Rp. 10.000.000 Rp. 40.000.000 GF

7 Melaksanakan workshop media, pers breafing dan jumpa pers secara berkesinambungan

Workshop 2011-2014

1 Rp. 79.300.000 Rp. 79.300.000 Promkes, TB care

8 Workshop perencanaan dan anggaran

Workshop 2011 1 Rp. 55.000.000 Rp. 55.000.000 Promkes, TB care

9 Evaluasi pelatihan AKMS

Riset 2011 1 Rp. 269.050.000 Rp. 269.050.000 Promkes, TB care

10 Baseline data pembiayaan kesehatan TB

Riset 2011 1 Rp. 350.000.000 Rp. 350.000.000 Promkes, TB care

Page 10: adv Tb.doc

Contoh kasus bila tidak ada advokasi TB (Berdasarkan kisah nyata)

Pak Ujang (37 tahun) sebagai pekerja di bengkel sepatu sandal kerap terpapar debu bekas pemotongan spons dan ruang kerjanya tidak higienis. Pak ujang sering mengalami batuk-batuk dengan disertai demam, tetapi tidak mau memeriksakan penyakitnya ke Puskesmas. Suatu hari batuknya semakin parah, batuknya disertai cairan berbentuk busa, namun ketika di periksa (rontgent) paru-paru beliau dinyatakan bersih tidak mengidap penyakit apapun, sehingga beliau tidak mau berobat lagi.

Pada setahun berikutnya batuk Pak Ujang lebih parah. Badan Pak ujang selalu berkeringat kepanasan baik siang maupun malam hari. Setelah melakukan tes rontgent pak Ujang dinyatakan positif terkena peru-paru basah. Dokter menyarankan Pak ujang dirawat di RS Cisarua. Disana Pak ujang dinyatakan psitif TBC. Pak Ujang tidak mendapatkan kamar isolasi di RU tersebut, begitu pula di RS PMI. Alhasil pak Ujang hanya dirawat di rumah saja. Sangat disayangkan pak Ujang meninggal beberapa minggu kemudian dengan kondisi tubuh yg kurus dan memprihatinkan.