10
ACARA IV PEMBUATAN PELEPASAN HAK Jumlah Pertemuan : 1 Kali Hari/Tanggal : Rabu/ 13 Mei 2015 A. Tujuan Instruksional Khusus 1. Mahasiswa mampu membuat surat pelepasan hak pada kegiatan konsolidasi tanah; 2. Mahasiswa mengetahui proses pelepasan hak dalam kegiatan konsolidasi tanah. B. Bahan dan Alat a. Kertas HVS ukuran A4; b. Alat tulis; c. Alat tulis; d. Laptop dan printer; C. Dasar Teori Menurut Pasal 1 butir 2 Keppres No.55 Tahun 1993, pelepasan hak atau penyerahan hak atas tanah adalah kegiatan melepaskan hubungan hukum antara pemegang hak atas tanah dengan tanah yang dikuasainya dengan memberikan ganti kerugian atas dasar musyawarah. Tanah objek konsolidasi dalam pelaksanaannya harus dilaksanakan pelepasan terlebih Praktik Konsolidasi Tanah | 1

Acara IX

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah

Citation preview

ACARA IVPEMBUATAN PELEPASAN HAK

Jumlah Pertemuan:1 KaliHari/Tanggal:Rabu/ 13 Mei 2015

A. Tujuan Instruksional Khusus1. Mahasiswa mampu membuat surat pelepasan hak pada kegiatan konsolidasi tanah;2. Mahasiswa mengetahui proses pelepasan hak dalam kegiatan konsolidasi tanah.

B. Bahan dan Alata. Kertas HVS ukuran A4;b. Alat tulis;c. Alat tulis;d. Laptop dan printer;

C. Dasar TeoriMenurut Pasal 1 butir 2 Keppres No.55 Tahun 1993, pelepasan hak atau penyerahan hak atas tanah adalah kegiatan melepaskan hubungan hukum antara pemegang hak atas tanah dengan tanah yang dikuasainya dengan memberikan ganti kerugian atas dasar musyawarah. Tanah objek konsolidasi dalam pelaksanaannya harus dilaksanakan pelepasan terlebih dahulu hal ini bertujuan untuk lebih mempermudah pengaturan letak bidang tanah setelah dilakukan pembuatan blok plan. Pelepasan hak tersebut yaitu pelepasan untuk menjadi tanah negara. Pelepasan hak atas tanah diwujudkan dalam bentuk surat pernyataan pelepasan hak atas tanah obyek konsolidasi tanah, walaupun secara fisik tanah tersebut masih ditempati oleh peserta. Setelah pelepasan hak, tanah tersebut ditegaskan sebagai tanah obyek konsolidasi tanah. Dengan demikian pemerintah berkewenangan untuk menata kembali penggunaan dan penguasaan tanah sesuai hasil musyawarah peserta. Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Tanah tersebut, ditanda-tangani oleh masing-masing peserta atau kuasanya dan ditandatangani 2 (dua) orang saksi di hadapan Kepala Kantor Pertanahan. Hasil dari kegiatan ini berupa Surat Pernyataan Pelepasan Hak atas Tanah (SPPHAT)(FORM KT-3314). Kemudian dibuatkan daftarnya dalam tabel Daftar Surat Pernyataan Persetujuan Rencana Konsolidasi Tanah (SPPRKT) dan Daftar Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Tanah (SPPHAT) (FORM KT-3316). SPPHAT diterima oleh Kepala Kantor Pertanahan dan Kepala Kantor Pertanahan membuat Surat

Form KT-3314

Form KT-3314a

Form KT-3316

Pernyataan Penerimaan Pelepasan Hak atas Tanah (FORM KT-3314a). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelepasan hak atas tanah adalah: 1. Peserta diharuskan datang ke Kepala Kantor Pertanahan untuk membuat Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Tanah kepada Negara. 2. Apabila tanah tersebut sudah bersertipikat dan diagunkan/ dijadikan jaminan kredit pada salah satu bank, maka harus ada persetujuan dari pihak kreditur yang bersangkutan. Untuk itu, Kepala Kantor Pertanahan setempat perlu memberitahukan secara tertulis kepada kreditur dan atau ada permasalahan lainnya, maka agar diselesaikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.3. Apabila tanah yang bersangkutan merupakan pemilikan bersama, misalnya suami-isteri, maka yang menandatangani Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Tanah adalah suami-isteri secara bersama-sama. 4. Persetujuan pada tanah-tanah aset pemerintah berasal dari instansi yang bersangkutan yang dikuatkan oleh pejabat kantor/instansi tersebut. 5. Semua bukti-bukti hak atas tanah baik yang sudah terdaftar maupun belum terdaftar wajib diserahkan oleh pemegang hak atau kuasanya atau pihak lain yang berkepentingan kepada Satuan Tugas Pelaksanaan Konsolidasi Tanah dan diberikan tanda terima (FORM KT-3315).

Form KT-3315

Pelepasan hak atas tanah dan garapan oleh peserta konsolidasi mendapat jaminan dari Pemerintah Daaerah dan Kepala Kantor Pertanahan bahwa bidang tanah hasil penataan tersebut akan diserahkan kembali kepada peserta dengan memberikan hak sesuai dengan peraturan yang berlaku.Dalam keputusan Menteri Negara Araria/ Kepala BPN tentang Penegasan Objek Konsolidasi Tanah tersebut sekaligus ditetapkan peruntukan tanah yang bersangkutan telah terlebih dahulu ditetapkan sebagai objek landreform, maka dengan penegasan sebagai objek konsolidasi tanah, tanah tersebut bukan lagi objek landreform.

DAFTAR PUSTAKABuku:Direktorat Landreform, Direktorat Jenderal Agraria, 1988. Konsolidasi Tanah Perkotaan. Cetakan Ketiga.Setiawan, Yudhi. 2009. Instrumen Hukum Campuran (gemeenschapelijkrecht) Dalam Konsolidasi Tanah. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.Sihaloho, Daulat David. 2000. Skripsi Studi Pelaksanaan Tanah Perkotaan Di Desa Bantul Kecamatan Bantul Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Mendukung Terwujdunya Catur Tertib Pertanahan. Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional Yogyakarta.Sitorus, Oloan dan Balans Sebayang. 1996. Konsolidasi Tanah Perkotaan Suatu Tinjauan Hukum. Yogyakarta : Mitra Kebijakan Tanah Indonesia.Sulastri. 2011. Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Di Desa Gadingsari Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul. Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional Yogyakarta.

Peraturan Perundang-undangan:1. Undang-undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintah di Daerah;2. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 4 Tahun 1991 tentang Konsolidasi tanah;3. Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 3 Tahun 2003 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Keputusan Penegasan Tanah sebagai Obyek Konsolidasi Tanah;4. Surat Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 410-4245 tanggal 7 Desember 1991 tentang Petunjuk Pelaksanaan Konsolidasi Tanah;5. Surat Edaran Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 410-1078 tanggal 18 April 1996 tentang Petunjuk Teknis Konsolidasi Tanah;

Sumber Peta :Peta PRONA Tahun 2010 di Kantor Pertanahan Kabupaten MamujuPraktik Konsolidasi Tanah | 4