12
ACARA 7 BENTUK LAHAN ASAL FLUVIAL I. TUJUAN Mengenali dan menganalisis berbagai macam mekanisme proses fluvial, serta mampu membuktikan keberadaan bentukan-bentukan yang dihasilkannya melalui pengamatan hasil proses baik melalui pengamatan kenamakan pada foto udara, peta topografi, maupun pengamatan di lapangan II. DASAR TEORI Bentuklahan fluvial merupakan semua bentukan bentuk lahan di permukaan bumi yang terbentuk di alam yang disebabkan oleh aktivitas air permukaan, baik bentukan yang di akibatkan oleh gerakan air yang mengalir (limpasan), maupun bentukan yang di akibatkan oleh air yang menggenang dalam bentuk sungai (Puguh Dwi Raharjo. 2010). Hal-hal yang mempengaruhi intensitas air permukaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu Curah Hujan, Vegetasi, Kemiringan Lereng, Litologi, dan Iklim yang dapat menyebabkan aktivitas baik dari sungai maupun aliran bebas mencakup Erosi, Transportasi, dan Sedimentasi. 1. Erosi. Perilaku erosi fluvial terhadap bebatuan, megikuti alur menggerus tanpa diikuti pelapukan kimia disebut abrasi, jika disertai pelapukan kimia maka disebut korosi, apabila pengerusan terjadi pada dasar sungai disebut scouring, dan selalu terjadi pendongkelan disebut quarrying (Srijono. 2011) Berdasarkan arahnya, erosi dapat dibedakan menjadi : Erosi vertikal, erosi yang arahnya tegak dan cenderung terjadi pada daerah bagian hulu dari sungai menyebabkan terjadinya pendalaman lembah sungai.

ACARA 7

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ACARA 7

ACARA 7

BENTUK LAHAN ASAL FLUVIAL

I. TUJUANMengenali dan menganalisis berbagai macam mekanisme proses fluvial, serta

mampu membuktikan keberadaan bentukan-bentukan yang dihasilkannya melalui pengamatan hasil proses baik melalui pengamatan kenamakan pada foto udara, peta topografi, maupun pengamatan di lapangan

II. DASAR TEORIBentuklahan fluvial merupakan semua bentukan bentuk lahan di permukaan

bumi yang terbentuk di alam yang disebabkan oleh aktivitas air permukaan, baik bentukan yang di akibatkan oleh gerakan air yang mengalir (limpasan), maupun bentukan yang di akibatkan oleh air yang menggenang dalam bentuk sungai (Puguh Dwi Raharjo. 2010). Hal-hal yang mempengaruhi intensitas air permukaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu Curah Hujan, Vegetasi, Kemiringan Lereng, Litologi, dan Iklim yang dapat menyebabkan aktivitas baik dari sungai maupun aliran bebas mencakup Erosi, Transportasi, dan Sedimentasi.

1. Erosi. Perilaku erosi fluvial terhadap bebatuan, megikuti alur menggerus tanpa diikuti pelapukan kimia disebut abrasi, jika disertai pelapukan kimia maka disebut korosi, apabila pengerusan terjadi pada dasar sungai disebut scouring, dan selalu terjadi pendongkelan disebut quarrying (Srijono. 2011)

Berdasarkan arahnya, erosi dapat dibedakan menjadi : Erosi vertikal, erosi yang arahnya tegak dan cenderung terjadi pada

daerah bagian hulu dari sungai menyebabkan terjadinya pendalaman lembah sungai.

Erosi lateral, yaitu erosi yang arahnya mendatar dan dominan terjadi pada bagian hilir sungai, menyebabkan sungai bertambah lebar.

Proses erosi meninggalkan tebing lembah yang bervariasi, sederhananya berkembang dua tipe, yaitu :

Bentuk “V” yang rentang kedalamannya lebih panjang signifikan terhadap rentang lebarnya, dan tebing lembah “V” terbentuk di ruas sungai bagian hulu (upstream), yang seringnya terbentuk oleh batuan kompak, bukan hasil pengendapan sungai yang bersangkutan, dan erosi vertikal lebih kuat

Bentuk “U” yang lebih lebar da terbentuk di ruas bagian hilir, hasil erosi batuan bersifat lepas yang merupakan hasil pengendapan sungai yang bersangkutan, dan erosi lateral lebih kuat.

2. TransportasiTransportasi adalah proses pengangkutan material oleh air yang

diakibatkan oleh tenaga kinetis yang ditimbulkan oleh pergerakan aliran air sebagai pengaruh dari gaya gravitasi (Srijono. 2011). Ada beberapa istilah yang digunakan dalam membahas transportasi yaitu

Page 2: ACARA 7

stream capacity, yaitu jumlah beban maksimum yang mampu diangkat oleh aliran sungai dan stream competence, yang merupakan ukuran maksimum beban yang mampu diangkut oleh aliran sungai. Mekanisme pengangkutan material sugai terbagi menjadi dua yaitu mekanisme bed load dan suspended load. Mekanisme “bed load” memiliki pengertian bahwa material-material yang tererosi di angkut oleh sungai dengan cara mengalir sepanjang dasar sungai. Sedangkan mekanisme “suspended load” memiliki pengertian bahwa material-material yang tererosi di angkut oleh sungai dengan cara melayang dalam tubuh sungai. Mekanisme “Bed load” atau material-material terangkut dengan cara mengalir di dasar sungai dapat diklasifikasikan menjadi:

Traction : material yang diangkut terseret di dasar sungai. Rolling : material terangkut dengan cara menggelinding di

dasar sungai. Saltation : material terangkut dengan cara menggelinding pada

dasar sungai.Mekanisme “suspended load” atau material-material terangkut dengan cara melayang dalam tubuh sungai, dibedakan menjadi :

Suspension : material diangkut secara melayang dan bercampur dengan air sehingga menyebabkan sungai menjadi keruh.

Solution : material terangkut, larut dalam air dan membentuk larutan kimia.

3. SedimentasiSedimentasi proses fluvial dapat juga disebut agradasi terjadi

apabila kapasitas dan kompeten air sungai berubah menjadi lebih kecil dibandingkan dengan keadaan sebelumnya (Srijono. 2011). Proses sedimentasi mulai aktif berlangsung pada bagian sungai berstadia dewasa. Perubahan akan berakibat sungai tidak mampu lagi mengangkut endapan ….. (buku srijono

Menurut Asdak (2002), ekosistem DAS biasanya dibagi menjadi daerah hulu, tengah, dan hilir. Secara biogeofisik, daerah hulu merupakan daerah konservasi, mempunyai kerapatan drainase lebih tinggi, dengan kemiringan lereng lebih besar dari 15%, bukan daerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase, dan jenis vegetasi umumnya tegakan hutan. Sementara daerah hilir DAS merupakan daerah pemanfaatan dengan kemiringan lereng kecil (kurang dari 8%), pada beberapa tempat merupakan daerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh bangunan irigasi, dan jenis vegetasi didominasi oleh tanaman pertanian kecuali daerah estuaria yang didominsi hutan gambut/bakau.

DAS bagian tengah merupakan daerah transisi dari kedua karakteristik biogeofisik DAS yang berbeda tersebut di atas. Perubahan tataguna lahan dibagian hulu DAS seperti reboisasi, pembalakan hutan, deforestasi, budidaya yang mengabaikan kaidah-kaidah konservasi akan berdampak pada bagian hilirnya, sehingga DAS bagian hulu mempunyai fungsi perlindungan dari segi tata air. Oleh karena itu yang menjadi fokus perencanaan pengelolaan DAS sering kali DAS bagian hulu, mengingat adanya keterkaitan biofisik melalui daur hidrologi. Panjang sungai adalah panjang yang diukur sepanjang sungai, dari stasiun yang

Page 3: ACARA 7

ditinjau atau muara sungai sampai ujung hulunya. Sungai utama adalah sungai terbesar pada daerah tangkapan dan yang membawa aliran menuju muara sungai.

Klasifikasi lembah sungai dalam Yopi Siswanto (2009) menurut genetiknya dibedakan menjadi :

a. sungai konsekwen yaitu sungai yang arah alirannya searah dengan kemiringan lereng.

b. sungai subsekwen yaitu sungai yang aliran airnya tegak lurus dengan sungai konsekwen.

c. Sungai obsekwen yaitu anak sungai subsekwen yang alirannya berlawanan arah dengan sungai konsekwen.

d. Sungai insekwen yaitu sungai yang alirannya tidak teratur atau terikat oleh lereng daratan.

e. Sungai resekwen yaitu anak sungai subsekwen yang alirannya searah dengan sungai konsekwen.

Sungai-sungai yang mengalir dapat membentuk suatu pola tertentu. Terdapat beberapa jenis pola aliran sungai (Aditya Mulawardhani. 2009), yaitu:

a. Dendritik: Pola pengaliran ini berbentuk cabang-cabang seperti pohon, dengan anak-anak sungai dan cabang-cabangnya mempunyai arah yang tidak beraturan, pola ini mencermnkan kekerasan batuan yang sama atau jenis tanah yang seragam.

b. Parallel: Pola aliran ini membentuk cabang-cabang sungai yang sejajar atau paralel.

c. Radial: Pola pengaliran ini memiliki pola memusat atau menyebar dengan satu titik pusat yang dikontrol oleh kemiringan lereng, membentuk cabang-cabang yang seolah-olah memencar dari satu titik pusat yang mencerminkan daerah gunung api atau kubah .

d. Rectanguler: Pola pengaliran dimana anak-anak sungai membentuk sudut tegak lurus dengan sungai utamanya dengan aliran yang memotong daerah secara tidak kontinyu.

e. Trellis: Pola pengaliran dimana aliran air berbentuk seperti cabang-cabang sungai yang kecil, berukuran sama dengan aliran yang tegak lurus sepanjang sungai-sungai utama.

f. Anular: Pola aliran sungai ini tegak lurus terhadap sengai utama yang melingkar.

g. Concorted: Pola aliran ini membentuk cabang-cabang sungai yang relatif tegak lurus terhadap sungai utama yang melengkung.

h. Multi-Basinal: Pola aliran ini terbentuk pada daerah antar bukit batuan dasar yang tererosi.

Adanya aliran air baik air yang tergenang maupun air yang mengalir dapat menyebabkan timbulnya bentuklahan asal fluvial. Bentuklahan bentukan Asal Fluvial dalam Prapto Suharso (1988) diantaranya :

Dataran banjir : tersusun dari timbunan material lepas yang berasal dari sedimen yang diangkut sungai didekatnya

Dataran alluvial : Memiliki topografi datar sebagai hasil pengendapan di kiri dan kanan sungai. Struktur endapannya berlapis horizontal dengan elevasi rendah.

Tanggul alam : akumulasi sedimen berupa igir/tanggul memanjang dan membatasi alur sungai

Page 4: ACARA 7

Teras aluvial : suatu bentuklahan yang dibatasi oleh dataran berlereng curang disatu sisi dan lereng landai/datar disisi lain yang terjadi pada endapan alluvium yang mengisi dasar lembah

Rawa belakang : Cirinya hampir selalu tergenang air, elevasi rendah, terdapat vegetasi air, airnya terkurung (tidak dapat mengalir).

Kipas aluvial : Kipas aluvial ter-bentuk oleh sungai muda yang membawa banyak material sedi-men.

Gosong sungai : Bentukan yang terbentuk akibat adanya proses sedimentasi yang terakumulasi di bagian tubuh sungai.

Danau tapal kuda : terbentuk jika lengkung meander terpotong oleh pelurusan air.

Meander terpenggal : meander yang terpisah dari sungai utama, menyerupai danau tapal kuda, hanya saja sudah tidak digenangi air

Delta : Merupakan hasil pengendapan material sedimen darat yang diangkut oleh aliran sungai dan diendapkan dibagian mulut sungai. Memiliki ciri berair payau, dan terbentuk di wilayah muara sungai.

III. ALAT DAN BAHANAlat : kertas transparansi, OHP Marker, pensil, penggaris, kertas HVS, pensil

warnaBahan : citra foto udara daerah X skala 1 : 30.000Peta Rupa Bumi Indonesia lembar 1408-232 daerah Sendangagung skala

1:25.000

IV. CARA KERJA1. Menyiapkan alat dan bahan2. Menentukan bentuklahan asal proses fluvial yang terdapat pada citra foto

udara yang akan di delineasi. 3. Mendelineasi bentuklahan asal proses fluvial yang telah ditentukan dari citra

foto udara yang telah dipilih ke kertas transparansi4. Mendelineasi bentuklahan asal proses fluvial yang telah ditentukan dari citra

foto udara yang telah dipilih ke kertas HVS dan diberi warna biru untuk bentuklahan fluvial.

5. Mengidentifikasi kenampakan bentukan fluvial meliputi relief, batuan-struktur, serta proses fluvial yang bekerja pada bentuklahan tersebut.

6. Mendeskripsikan hasil identifikasi pada tabel kenampakan bentukan asal fluvial

V. HASIL PRAKTIKUM1. Peta tentatif hasil delineasi foto udara bentuklahan asal fluvial (pada kertas

transparansi)2. Peta tentatif hasil delineasi foto udara bentuklahan asal fluvial (pada kertas

HVS)3. Tabel 6.1 : Tabel kenampakan bentuklahan fluvial

Page 5: ACARA 7

VI. PEMBAHASANBentuklahan dapat diidentifikasi lewat sebuah citra foto udara serta lewat peta

topografi atau peta rupabumi, salah satunya adalah bentuklahan fluvial. Kunci interpretasi merupakan salah satu sarana yang dapat membantu interpreter dalam mengenali bentuklahan fluvial pada citra foto udara inframerah daerah X dengan skala 1:30.000. Karakteristik bentuklahan fluvial yang terlihat di foto udara, umumnya pada obyek tubuh air akan terlihat warna biru tua hingga hitam dengan rona yang sangat gelap, sedangkan pada bentuklahan seperti dataran aluvial, dataran banjir, gosong sungai, meander terpenggal, serta tanggul sungai memiliki rona yang cerah dengan warna putih keabu-abuan karena lahan belum dimanfaatkan ataupun berwarna merah karena lahan tertutup oleh vegetasi. Pada umumnya bentuk lahan tersebut didominasi oleh adanya proses sedimentasi dan sedikit proses erosi pada tanggul sungai dengan batuan struktur berlapis tidak kompak.

Bentuklahan dataran banjir terlihat berada dibagian kiri sungai dengan rona yang cerah berwarna merah dan bercak putih keabu-abuan. Dataran banjir tidak terlihat dibagian kanan sungai, sehingga dapat diperkirakan bahwa bagian kiri memiliki topografi dan elevasi yang lebih rendah dibandingkan dengan bagian kanan sungai karena masih didominasi oleh vegetasi kerapatan tinggi. Dataran banjir terbentuk oleh sedimen akibat limpasan banjir sungai. Endapan pada dataran banjir ini umumnya berupa pasir, lanau, dan lumpur. Dataran banjir merupakan bagian terendah dari floodplain. Ukuran dan bentuk dari dataran banjir ini sangat tergantung dari sejarah perkembangan banjir. Endapan dataran banjir (floodplain) biasanya terbentuk selama proses penggenangan (inundations). Umumnya Endapan dataran banjir ini didominasi oleh endapan suspensi seperti lanau dan lumpur, meskipun kadang-kadang muncul batupasir halus yang terendapkan oleh arus yang lebih kuat pada saat puncak banjir. Kecepatan pengendapannya pada umumnya sangat rendah, berkisar antara 1 hingga 2 cm lapisan lanau-lempung per periode banjir. Endapannya mengisi daerah relatif datar pada sisi luar sungai dan kadang-kadang mengandung sisa tumbuhan serta terbioturbasikan oleh organisme-organisme.

Pada citra foto udara yang telah didelineasi terlihat adanya obyek dataran aluvial dengan rona yang cerah berwarna merah dengan adanya bercak-bercak putih yang menandakan bahwa ada lahan yang kosong, namun ada juga lahan yang tertutup vegetasi dengan kerapatan rendah. Dataran aluvial ini terlihat lebih rendah dari bentuklahan lainnya dan pada hasil delineasi terlihat berada setelah dataran banjir. Dataran aluvial ini terbentuk akibat proses-proses geomorfologi yang lebih didominasi oleh tenaga eksogen antara lain iklim, curah hujan, angin, jenis batuan, topografi, suhu, yang semuanya akan mempercepat proses pelapukan dan erosi. Hasil erosi kemudian diendapkan oleh air ke tempat yang lebih rendah atau mengikuti aliran sungai. Dataran alluvial menempati daerah pantai, daerah antar gunung, dan dataran lembah sungai. Daerah alluvial ini umumnya tertutup oleh bahan hasil rombakan dari daerah sekitarnya, daerah hulu

Page 6: ACARA 7

ataupun dari daerah yang lebih tinggi letaknya. Potensi air tanah daerah ini ditentukan oleh jenis dan tekstur batuan.

Bentuklahan tanggul sungai terlihat mendominasi bagian kanan sungai dengan rona yang cerah berwarna merah yang menandakan bahwa tanggul sungai memiliki kerapatan vegetasi yang tinggi. Tanggul sungai terdapat di sepanjang tepian sungai. Pembentukannya dari sedimentasi material yang terangkut oleh arus sungai kemudian terendapkan yang merupakan proses bentukan alami, sedangkan bentukan yang berupa pengaruh manusia merupakan artificial form. Tanggul sungai berfungsi untuk mencegah banjir ketika debit air berlebih. Tanggul sungai banyak terdapat pada dataran alluvial yang sering terjadi banjir.

Bentuklahan selanjutnya yang terlihat pada citra foto udara dan hasil delineasi adalah gosong sungai. Gosong sungai pada citra memiliki rona yang sangat cerah dengan warna keabu-abuan. Gosong sungai yang terlihat pada citra berada di tepi sungai dan dibagian tubuh sungai. Gosong sungai yang berada di tepi disebut gosong tepi. Gosong sungai memang banyak terlihat pada sungai yang sedang mengalami meandering dan pada saat yang bersamaan pengendapan gosong sungai merupakan proses sedimentasi yang terjadi di dalam alur sungai tersebut. Bentuk dan ukuran sedimentasi bervariasi tergantung pada besarnya alur sungai serta berkembang pada bagian lengkung dalam (inner band) alur sungai. Tekstur dari material gosong sungai tergantung pada keadaan sedimen yang terangkut pada saat banjir terjadi. Kelerengan umumnya miring kearah aliran menuju lengkung luar. Karakteristik gosong sungai yang terlihat adalah bagian hulu gosong yang tumpul dan bagian hilir yang menyudut. Karakteristik gosong sungai dapat menjadi pertanda arah aliran sungai, dimana aliran air bergerak dari bagian yang tumpul menuju bagian yang menyudut dan lebih lancip.

Meander terpenggal adalah salah satu bentuklahan fluvial yang terlihat pada citra foto udara dan hasil delineasi. Meander terpenggal ini relatif mudah untuk diinterpretasi karena bentuknya menyerupai tapal kuda. Meander terpenggal sebenarnya merupakan bentukan oxbow lake, namun sudah tidak digenangi air. Pada citra terlihat adanya bentuk berpetak-petak dengan rona yang cerah sehingga dapat dikatakan sebagai sawah yang belum ditanami namun ada bagian yang terlihat berona gelap yang menandakan sawah tergenangi air. Meander terpenggal ini memiliki cirri khas berupa cekungan membelok, bekas sungai yang terpenggal akibat terjadinya pelurusan sungai. Bentuklahan ini hampir mirip dengan sungai mati, karena sama-sama hasil pelurusan sungai dan terisolasi. Bentuklahan meander terpengal sebaiknya dihindari untuk permukiman, karena sifatnya yang terisolasi dapat menimbulkan banjir genangan. Pada sisi lingkungan dimungkinkan limbah perumahan akan terkonsentrasi pada bentuklahan tersebut.

Bentuklahan fluvial juga dapat terlihat dari peta topografi atau peta rupabumi, namun sebagian besar bentuklahan fluvial tidak dapat digambarkan secara mendetail dalam peta topografi standar karena ukurannya yang kecil seperti gosong sungai atau tanggul alam, sehingga butuh adanya citra foto udara. Bentuklahan fluvial dapat di gambarkan dalam peta topografi standar apabila

Page 7: ACARA 7

ukurannya besar sebagai contoh alur sungai. Dalam peta rupabumi daerah Sendangagung skala 1:25.000, alur sungai ditandai oleh kontur yang meruncing ke arah hulu sungai dengan alur sungai yang tampak jelas. Pola aliran sungai yang terlihat pada peta adalah pola aliran dendritik yang membentuk cabang menyerupai pohon dengan aliran utamanya berasal dari Kali Progo. Pola aliran dendritik yang terbentuk karena kekasaran batuan yang sama (homogen) atau tanah yang seragam. Pada daerah ini, control struktur tidak begitu nampak dan terdapat pada lapisan sedimen horizontal atau miring landai. Pola dendritik ini banyak berkembang di daerah dataran ataupun dataran pantai.

Sungai yang terlihat pada citra foto udara merupakan sungai bagian tengah karena terlihat proses erosi yang sudah tidak dominan lagi melainkan didominasi oleh proses sedimentasi. Hal ini menjadi tanda bahwa alirannya relatif melambat dan tenang, sehingga sungai bagian tengah ini bila dikelola dengan baik, dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, misalnya penggunaan lahan sebagai area persawahan yang nampak pada citra foto udara dengan bentuk berpetak-petak.

Daerah yang terbentuk karena proses fluvial umumnya merupakan daerah yang sangat potensial untuk dimanfaatkan bagi kehidupan manusia, khususnya daerah di pinggir aliran sungai. Daerah di pinggir sungai merupakan daerah yang potensial sebagai penyedia air irigasi, air minum, dan material pasir batu yang bermanfaat diunakan sebagai bahan bangunan. Namun, daerah di sekitar aliran sungai juga memiliki riskiko bencana yang tinggi, sebagai contoh banjir, dan tanah longsor. Dengan cara menganalisis bentuklahan ini, diharapkan dapat memberikan informasi tentang kondisi geomorfologi di suatu daerah. Dengan mengetahui informasi ini diharapkan kita dapat mengetahu pola distribusi bentuklahan bentukan fluvial sehingga penggunaan lahan dapat dimanfaatkan secara optimal.

VII. KESIMPULAN1. Bentuklahan fluvial merupakan bentuklahan yang terbentuk dari adanya aliran air

baik yang bergerak dalam bentuk limpasan permukaan ataupun yang tergenang dalam bentuk sungai

2. Karakteristik bentuklahan fluvial yang terlihat di foto udara inframerah, umumnya pada obyek tubuh air akan terlihat warna biru tua hingga hitam dengan rona yang sangat gelap, sedangkan pada bentuklahan seperti dataran aluvial, dataran banjir, gosong sungai, meander terpenggal, serta tanggul sungai memiliki rona yang cerah dengan warna putih keabu-abuan.

3. Bentuklahan dataran aluvial, dataran banjir, gosong sungai, dan meander terpenggal umumnya didominasi oleh adanya proses sedimentasi dengan batuan struktur berlapis tidak kompak

4. Bentuklahan tanggul sungai mengalami proses sedimentasi dan erosi dengan batuan struktur berlapis tidak kompak

5. Pola aliran yang terdapat pada daerah Sendangagung adalah pola aliran dendritik yang membentuk cabang menyerupai pohon

6. Daerah yang terbentuk karena proses fluvial umumnya merupakan daerah yang sangat potensial untuk penyedia air irigasi, air minum, dan material pasir batu yang

Page 8: ACARA 7

bermanfaat diunakan sebagai bahan bangunan. Namun, juga memiliki riskiko bencana yang tinggi, sebagai contoh banjir, dan tanah longsor.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Asdak,Chay, 2002, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gajah MadaUniversity Press, Yogyakarta.Mulawardhani, Aditya. 2009. Bentang Alam Fluvial. Yogyakarta : Universitas Gadjah MadaSiswono, Yopi. 2009. Geomorfologi Fluvial. Bandung : Universitas PadjajaranSrijono. 2011. Geomorfologi. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada