17
Abu Fairuz Abdurrohman bin Sukaya Al Qudsiy Aluth Thuriy Al Indonesiy Diperiksa Oleh: Fadhilatusy Syaikh Fadhilatusy Syaikh Fadhilatusy Syaikh Fadhilatusy Syaikh Abu Abdillah Muhammad bin Ali bin Abu Abdillah Muhammad bin Ali bin Abu Abdillah Muhammad bin Ali bin Abu Abdillah Muhammad bin Ali bin Hizam Al Fadhli Al Ba’daniy Al Yamaniy Hizam Al Fadhli Al Ba’daniy Al Yamaniy Hizam Al Fadhli Al Ba’daniy Al Yamaniy Hizam Al Fadhli Al Ba’daniy Al Yamaniy Dan Dan Dan Dan Fadhilatusy Syaikh Abu Amr Abdul Karim bin Ahmad Al Fadhilatusy Syaikh Abu Amr Abdul Karim bin Ahmad Al Fadhilatusy Syaikh Abu Amr Abdul Karim bin Ahmad Al Fadhilatusy Syaikh Abu Amr Abdul Karim bin Ahmad Al Umariy Umariy Umariy Umariy Al Hajuriy Al Yamaniy Al Hajuriy Al Yamaniy Al Hajuriy Al Yamaniy Al Hajuriy Al Yamaniy BAGIAN PERTAMA

Abu Fairuz Abdurrohman bin Sukaya Al Qudsiy Aluth Thuriy ... · Abu Fairuz Abdurrohman bin Sukaya Al Qudsiy Aluth Thuriy Al Indonesiy Diperiksa Oleh: Fadhilatusy SyaikhFadhilatusy

Embed Size (px)

Citation preview

Abu Fairuz Abdurrohman bin Sukaya Al Qudsiy Aluth Thuriy

Al Indonesiy

Diperiksa Oleh:

Fadhilatusy SyaikhFadhilatusy SyaikhFadhilatusy SyaikhFadhilatusy Syaikh Abu Abdillah Muhammad bin Ali bin Abu Abdillah Muhammad bin Ali bin Abu Abdillah Muhammad bin Ali bin Abu Abdillah Muhammad bin Ali bin

Hizam Al Fadhli Al Ba’daniy Al YamaniyHizam Al Fadhli Al Ba’daniy Al YamaniyHizam Al Fadhli Al Ba’daniy Al YamaniyHizam Al Fadhli Al Ba’daniy Al Yamaniy

Dan Dan Dan Dan Fadhilatusy Syaikh Abu Amr Abdul Karim bin Ahmad Al Fadhilatusy Syaikh Abu Amr Abdul Karim bin Ahmad Al Fadhilatusy Syaikh Abu Amr Abdul Karim bin Ahmad Al Fadhilatusy Syaikh Abu Amr Abdul Karim bin Ahmad Al

UmariyUmariyUmariyUmariy Al Hajuriy Al YamaniyAl Hajuriy Al YamaniyAl Hajuriy Al YamaniyAl Hajuriy Al Yamaniy

BAGIAN

PERTAMA

ww

w.

as

hh

ab

ul

ha

di

ts

.w

or

dp

re

ss

.c

om

2

(Komentar terhadap isi Kitab

“Aujuhusy Syibh Bainal Hadadiyyah wa Bainar Rowafidh”

dan Kitab “Manhajul Haddadiyyah”dan Ucapan Asy Syaikh Robi’ Al Madkholiy

Pada Akhir Tahun 1432 H)

Diperiksa Oleh:

Fadhilatusy Syaikh Abu Abdillah Muhammad bin Ali bin Hizam Al Fadhli Al

Ba’daniy Al Yamaniy

Dan Fadhilatusy Syaikh Abu Amr Abdul Karim bin Ahmad Al Umariy

Al Hajuriy Al Yamaniy

ور�ھ�� ��ظ��� �

Penulis:

Abu Fairuz Abdurrohman Al Indonesiy

Al Qudsiy Aluth Thuriy

� � ��

ww

w.

as

hh

ab

ul

ha

di

ts

.w

or

dp

re

ss

.c

om

3

Judul Asli:

“Shifatul Haddadiyyah Fi Munaqosyatin ‘Ilmiyyah”

Terjemah Bebas:

“Karakter Haddadiyyah Dalam Diskusi Ilmiyyah”

Penulis:

Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekoyo Al Indonesiy

Penerjemah:

Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekoyo Al Indonesiy

Diperiksa Oleh:

Fadhilatusy Syaikh Abu Abdillah Muhammad bin Ali bin Hizam Al Fadhli Al

Ba’daniy Al Yamaniy,

Dan Fadhilatusy Syaikh Abu Amr Abdul Karim bin Ahmad Al Umariy

Al Hajuriy Al Yamaniy

��ظ��� � ور�ھ��

Pengantar Penulis

� وأن ���دا ��ده ور�و��، ا���م �ل و��م ��� ���د وآ�� أ��ن أ�� ��د � :ا���د وأ��د أن � إ�� إ

Sesungguhnya beberapa ikhwah telah mengirimkan kepadaku suatu risalah yang di

dalamnya berisi karakter Haddadiyyah yang ditulis oleh Asy Syaikh Robi’ Al Madkholiy

–semoga Alloh memberinya taufiq-, yang dengan tulisan itu sebagian orang

berargumentasi bahwasanya orang-orang Darul Hadits di Dammaj adalah Haddadiyyun

(penganut pemikiran Mahmud Al Haddad).

ww

w.

as

hh

ab

ul

ha

di

ts

.w

or

dp

re

ss

.c

om

4

Maka keadaan orang-orang yang memakai tulisan tadi sebagai argumentasi adalah

sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Al Imam Asy Syaukaniy –semoga Alloh

merohmatinya- : “Dan sungguh kaidah ahlul bida’ telah berjalan pada zaman dahulu dan

yang berikutnya bahwasanya mereka itu bergembira dengan munculnya satu kalimat

dari satu orang ulama, lalu mereka berlebihan dalam mempopulerkannya dan

mengumumkannya di antara mereka, menjadikannya sebagai argumentasi untuk

mendukung kebid’ahan mereka, dan dengannya mereka memukul wajah orang yang

mengingkari mereka, sebagaimana engkau dapati di dalam kitab-kitab Rofidhoh yang di

dalamnya ada riwayat-riwayat tentang kalimat-kalimat yang datang dari ulama Islam

yang terkait dengan perselisihan para Shohabat, juga tentang keutamaan dan cercaan.

Para Rofidhoh dengan adanya itu terbang gembira dan menjadikannya sebagai bagian

dari simpanan dan ghonimah (rampasan perang) yang paling besar.” (“Adabuth

Tholab”/hal. 35/ Darul Kutubil ‘Ilmiyyah).

Perlu diketahui bahwasanya ana telah menyelesaikan risalah ini pada tanggal 9 Jumadil

Ula 1432 H. kemudian sampai kepada kami perkataan Asy Syaikh Robi’ bin Hadi Al

Madkholiy –semoga Alloh memberinya taufiq- yang di dalamnya ada cercaan terang-

terangan bahwasanya Asy Syaikh Yahya Al Hajuriy –semoga Alloh menjaganya- adalah

haddadiy, tolol, dan beberapa kalimat jahat yang lain.

Seseorang yang bernama Abu Waqid Abdulloh bin Sholih Al Qohthoniy menukilkan

ucapan Asy Syaikh Robi’ Al Madkholiy –hadahulloh- pada awal-awal bulan Rojab 1432

H di hadapan para pengunjung dari kabilah Wadi’ah:

)�! �).�� ا��وري �&� �دادي $�ث � ��رك

Yahya Al Hajuriy tolol, haddadiy, busuk, semoga Alloh tidak memberkahinya.”

Ucapan ini disebarkan oleh situs pendosa “Wahyain”.

Dan pada tanggal 1 Sya’ban 1432 H Abul Mundzir Dzul Akmal Al Indonesiy –

hadahulloh- menceritakan perjalanan umrohnya bahwasanya dirinya telah

mengunjungi Asy Syaikh Robi’ Al Madkholiy di sela-sela perjalanan umrohnya pada

akhir Rojab 1432 H, lalu dia menanyakan apa yang dinamakan dengan fitnah Yahya,

maka Asy Syaikh Robi’ Al Madkholiy menjawab:

) �إن �� ا��وري �زق ا�د�وة ا���&- !, �+ أ*��ء ا����م، و� 'رك أ�دا، !) 'رك ���دا، و� ا��$�ري، و)ا���ري، و� 1ره

“Sesungguhnya Yahya Al Hajuriy telah merobek-robek dakwah Salafiyyah di seluruh

penjuru alam. Dia tidak meninggalkan seorangpun, tidak meninggalkan Muhammad,

Bukhoriy, Jabiriy dan yang lainnya.”

Ucapan ini disebarkan oleh Dzul Akmal di situsnya. Dia merupakan salah satu da’i di

negri kami, dan merupakan salah satu orang yang paling dekat dengan Asy Syaikh Robi’

Al Madkholiy dari bangsa Indonesia.

ww

w.

as

hh

ab

ul

ha

di

ts

.w

or

dp

re

ss

.c

om

5

Dan sampai kini Asy Syaikh Robi’ Al Madkholiy tidak mengumumkan pernyataan lepas

diri dari berita-berita itu, dan tidak mendustakan para pembawa berita tadi. Jika dia

telah mengetahuinya dan tidak mengingkarinya maka dia itu seperti orang yang

mengakuinya.

Sungguh kaki sebagian orang yang mengikuti kebenaran dengan taqlid (membebek)

telah goncang dengan berita tadi. Maka argumentasi harus dilawan dengan argumentasi

pula agar mereka tahu kedustaan tuduhan tadi, dan mengetahui kekokohan Darul

Hadits di Dammaj di atas sunnah dan salafiyyah, dan bahwasanya partai Baromikah –

yang mencerca kami dengan sebutan Haddadiyyah- mereka itulah yang berhak dengan

sebutan tadi. Dan akan menjadi jelas bagi orang-orang yang adil kelompok manakah

yang berada di atas petunjuk, dan siapakah yang berada di atas kesesatan yang nyata.

Tulisan yang akan datang merupakan bantahan terhadap hizb baru dan seluruh

kelompok yang mencerca Ahlussunnah –terutama Darul Hadits di Dammaj- dengan

sebutan Haddadiyyah, siapapun dia.

Dan kami akan menjawab cercaan Asy Syaikh Robi’ Al Madkholiy sesuai dengan apa

yang tersebar tanpa pengingkaran sedikitpun darinya -waffaqohulloh-. Dan aku

susulkan jawaban tersebut ke dalam risalah ini dan aku masukkan di sela-sela

pembahasan dan diskusi. Dan dengan pertolongan Alloh sajalah kita mendapatkan

taufiq.

Saya bersyukur pada Syaikh kami yang utama, sang penasihat: Abu Abdillah

Muhammad bin Ali bin Hizam Al Fadhli Al Ba’daniy –semoga Alloh memelihara dan

menjaganya- atas nasihat dan pertolongan beliau, serta kesabaran beliau dalam

meluruskan dan mendukung risalah ini.

Kemudian syukur yang banyak saya sampaikan kepada Syaikh kami yang utama dan

mulia Abu Amr Abdul Karim bin Ahmad Al Hajuriy –semoga Alloh menjaga dan

memeliharanya – atas curahan kesungguhannya dan nasihatnya untuk memperbagus

risalah ini dan meluruskannya.

Saya juga harus bersyukur kepada saudara kita Abu Ja’far Al Harits Al Minangkabawiy

Al Indonesiy –semoga Alloh menjaganya- atas pertolongan dan bantuannya.

Kami memohon pada Alloh untuk membalas mereka dengan pahala yang terbaik,

sesungguhnya Alloh itu Al Barr (Maha Lembut) Ar Rohim (Maha Penyayang).

Bab Satu: Firqoh Haddadiyah Secara Global

Sesungguhnya Haddadiyyah merupakan firqoh (sekte/pecahan) yang ghuluw

(berlebihan dalam bersikap) yang dinisbatkan kepada Abu Abdillah Mahmud bin

Muhammad Al Haddad. Orang ini lahir di Mesir tahun 1374 Hijriyyah. Kemudian dia

ww

w.

as

hh

ab

ul

ha

di

ts

.w

or

dp

re

ss

.c

om

6

pergi ke Madinah Nabawiyyah, belajar ke Asy Syaikh Robi’ Al Madkholiy -

waffaqohulloh- dan para masyayikh Madinah yang lain.

Pada awal urusannya, orang ini menampakkan kecemburuan kepada agama dan benci

pada kebid’ahan. Kemudian muncul darinya sikap berlebihan yang ekstrim,

membid’ahkan sejumlah imam Islam yang kaki mereka tergelincir di dalam

permasalahan aqidah seperti ibnu Hajar, An Nawawiy, Asy Syaukaniy -semoga Alloh

merohmati mereka-. Dia melaknat mereka, dan membid’ahkan orang yang mendoakan

rohmat untuk mereka. Dia juga memfatwakan untuk membakar “Fathul Bari” karya

Ibnu Hajar dan yang seperti ini.

Dia juga mencerca Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Ibnul Qoyyim dan Ibnu Abil ‘izz -

semoga Alloh merohmati mereka-.

Dia juga mencerca para ulama Sunnah zaman ini seperti Al Imam Ibnu Baz, Al Imam Al

Albaniy, Al Imam Ibnu ‘Utsaimin, Al ‘Allamah Sholih Al Fauzan, Asy Syaikh Al Luhaidan,

dan yang lainnya -semoga Alloh merohmati mereka-.

Dia memiliki para pengikut yang mengibarkan bendera untuk sehingga mereka terkenal

sebagai: “Al Haddadiyyah”.

Di antara karya tulisnya adalah:

1. “Aqidah Ibni Abi Hatim Wa Abi Zur’ah”. Di dalamnya dia mencela Syaikhul Islam Ibnu

Taimiyyah, Al Imam Albaniy dan yang lainnya.

2. “Al Khomis”, di dalamnya ada serangan jahat terhadap Al Imam Al Albaniy -semoga

Alloh merohmatinya-.

3. Takhrij “Ihya ‘Ulumuddin”. Dan ini termasuk dari bertolak belakangnya sikap orang

ini. Dia memperingatkan manusia dari sebagian kitab-kitab As Sunnah karena sekedar

adanya beberapa kesalahan di dalamnya, sementara dia sendiri menulis kitab Takhrij

“Ihya ‘Ulumuddin” tanpa memperingatkan manusia sedikitpun darinya padahal di

dalamnya ada banyak kerusakan besar.

4. “Al Muntaqol ‘Athir” ringkasan dari “Shoidul Khothir” milik Ibnul Jauziy yang

Mahmud Al Haddad sendiri berkata tentangnya: “Dia itu Jahmiy keras.” Dia tahu

bahwasanya kitab tersebut dari awalnya hingga akhirnya tiada di dalamnya firman

Alloh, sabda Rosululloh و��م ��� � ��� ataupun ucapan Shohabat م�*� � . ر2,

5. Tahqiq “Al Jami’ Fil Hatsts ‘Ala Hifzhil ‘Ilm”

Bersamaan dengan serangan-serangannya kepada para imam Sunnah, tidak terlihat

darinya tulisan dalam membantah Al Ikhwanul Muslimin padahal bencana yang mereka

timbulkan di negrinya –Mesir- banyak sekali. Begitu pula tiada tulisan terhadap Firqoh

Tabligh, begitu pula terhadap para pengagung kuburan, dan juga terhadap firqoh Takfir.

ww

w.

as

hh

ab

ul

ha

di

ts

.w

or

dp

re

ss

.c

om

7

Daftar Pustaka:

“Al Ajwibatul Mufidah” milik Asy Syaikh Sholih Al Fauzan, yang ditulis oleh Jamal bin

Furoihan Al Haritsiylol..,/’-\

Takhrij “Ihya ‘Ulumiddin” milik Mahmud Al Haddad.

Bab Dua: Upaya Merusak Citra Para Pembawa Sunnah

dengan Kata-kata Yang Buruk

Alloh jalla dzikruhu berfirman:

وا��ر ��� �� أ���ك إن9 ذ�ك �ن �زم ا6�ور

“Dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu

termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”(QS. Luqman: 17).

Juga Alloh ta’ala berfirman:

ك �:�**� ك !;*9 وا��ر ��=م ر�>

“Dan bersabarlah untuk memenuhi hukum dari Robbmu, karena sesungguhnya engkau

berada dalam pengawasan Kami.” (QS. Ath Thur: 48).

Juga Alloh Yang Mahasuci berfirman:

و�ر�>ك !���ر

“Dan untuk Robbmu maka bersabarlah engkau.” (QS. Al Muddatstsir: 7)

Al Imam Ibnu Katsir -semoga Alloh merohmatinya- berkata dalam tafsir ayat yang

terakhir ini: “Yaitu: Jadikanlah kesabaranmu terhadap gangguan mereka itu adalah

demi mendapatkan wajah Robbmu ‘Azza Wajalla. Demikian ucapan Mujahid.” (“Tafsirul

Qur’anil ‘Azhim”/7/hal. 398/Darul Atsar).

Ayat ini turun pada awal pengangkatan Muhammad Al Qurosiy sebagai Rosul, dan di

dalamnya ada isyarat bahwasanya penyampaian risalah itu butuh kepada kesabaran,

karena para musuh kebenaran itu banyak. Alloh ta’ala berfirman:

ك ھ�د� و*�را ا �ن ا��ر�ن و=&� �ر�> و=ذ�ك ��*� �=ل> *�,A �دو

ww

w.

as

hh

ab

ul

ha

di

ts

.w

or

dp

re

ss

.c

om

8

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi setiap nabi itu musuh dari kalangan orang-orang

jahat, dan cukuplah Robbmu sebagai Pemberi petunjuk dan Penolong.” (QS. Al Furqon:

31).

Alloh Yang Mahasuci berfirman`/:

ا!���ر ��=م ر�>ك و� 'ط+ �*�م آB�� أو =&ور

“Maka bersabarlah untuk memenuhi hukum dari Robbmu, dan janganlah engkau taati

orang pendosa dan orang yang sangat kafir dari mereka.” (QS. Al Insan: 24).

Al Imam Ath Thobariy -semoga Alloh merohmatinya- berkata: “Firman-Nya:

� *�ن *ز�*� �� ]23/اE*��ن[ ك ا�Dرآن '*ز) إ*9

“Sesungguhnya Kami benar-benar menurunkan Al Qur’an kepadamu.”

Alloh Yang Mahatinggi penyebutannya berfirman kepada nabi-Nya Muhammad saw ���� ��� و��م: Sesungguhnya Kami benar-benar menurunkan Al Qur’an ini kepadamu

wahai Muhammad sebagai ujian dan cobaan dari Kami.

!���ر ��=م ر�>ك

Dia berfirman: bersabarlah terhadap apa yang diujikan oleh Robbmu yang berupa

kewajiban-kewajiban-Nya, penyampaian risalah-Nya, melaksanakan perkara yang harus

dilaksanakan di dalam kitab yang diwahyukan kepadamu

و� 'ط+ �*�م آB�� أو =&ورا

Dia berfirman: Jangan engkau taati dalam kedurhakaan kepada Alloh dari kalangan

musyrikin dari kaummu orang pendosa yang ingin melakukan kedurhakaan, atau orang

yang sangat kafir, yaitu orang yang sangat mengingkari kenikmatan-kenikmatan Alloh

yang ada padanya, sehingga dia mengingkari-Nya dan menyembah selain-Nya.”

(“Jami’ul Bayan”/24/hal. 110/Darut Tarbiyyah Wat Turots).

Dan di antara bentuk permusuhan dari seteru para Nabi ا��)م�� � adalah berita bohong,

kedustaan, tuduhan dusta, gelar-gelar yang buruk, dan yang selain itu, dalam rangka

melarikan manusia mereka. Alloh ta’ala berfirman:

*أ'وا�وا �� �ل ھم Gوم ط�1ون * ون =ذ�ك �� أ'� ا�9ذن �ن G���م �ن ر�ول إ��G 9�وا ���ر أو �

“Dan demikianlah, tidaklah datang kepada orang-orang sebelum mereka satu Rosulpun

kecuali mereka berkata: “Dia adalah tukang sihir atau orang gila.” Apakah mereka saling

berwasiat dengannya? Bahkan mereka itu adalah kaum yang melampaui batas.” (QS.

Adz Dzariyat: 52-53).

Dan sebagaimana para ulama mewarisi para Nabi dalam keilmuan dan tugas dakwah,

maka demikian pula mereka mendapati dari pewaris para musuh Nabi kedustaan, dan

gelar-gelar yang buruk.

ww

w.

as

hh

ab

ul

ha

di

ts

.w

or

dp

re

ss

.c

om

9

Syaikhul Islam Abu ‘utsman Isma’il bin Abdurrohman Ash Shobuniy -semoga Alloh

merohmatinya- berkata:

“Dan alamat-alamat kebid’ahan terhadap pelakunya itu tampak jelas. Dan tanda dan

alamat mereka yang paling tampak adalah kerasnya permusuhan mereka terhadap

para pembawa hadits Nabi -shollallohu ‘alaihi wasallam-, dan pelecehan mereka

terhadap mereka, dan penghinaan mereka terhadap mereka, dan menamai mereka

sebagai hasyawiyyah (orang-orang pinggiran), orang-orang bodoh, zhohiriyyah (hanya

mengambil lahiriyah dari dalil saja), musyabbihah (yang menyerupakan Alloh dengan

makhluk).” –sampai pada ucapan beliau:-

“Dan itu semua merupakan ‘ashobiyyah (fanatisme). Dan tidaklah cocok untuk

Ahlussunnah kecuali satu nama saja, yaitu Ashhabul hadits. Aku katakan: Aku melihat

bahwasanya ahlul bida’ di dalam masalah nama-nama yang mereka sematkan pada

Ahlussunnah ini, dalam menyikapi Ahlul hadits, mereka telah menempuh jalan

musyrikin saat menyikapi Rosululloh و��م ��� � ��� , karena musyrikin membagi-bagi

perkataan tentang beliau. Sebagian dari mereka menamai beliau sebagai penyihir,

sebagian yang lain menamai beliau sebagai dukun, sebagian yang lain menamainya

sebagai penyair, sebagian yang lain menamainya sebagai orang gila, sebagian yang lain

menamai beliau sebagai orang yang mengada-ada, berganti-ganti, pendusta. Sementara

itu Nabi و��م ��� � ��� jauh dan berlepas diri dari aib-aib tadi. Tidaklah beliau kecuali

seorang rosul yang terpilih lagi seorang nabi. Alloh ‘Azza Wajalla berfirman:

�B�6ل !K�2وا !) �'ط�ون ��) ا*ظر =ف 2ر�وا �ك ا

“Perhatikanlah bagaimana mereka membuat permisalan untukmu, lalu mereka tersesat

sehingga tak bisa mendapatkan jalan.” (QS. Al Isro: 48).

Demikian pula mubtadi’ah, Alloh tidak menolong mereka, mereka membagi-bagikan

ucapan kepada para pembawa kabar Nabi, penukil atsar beliau, dan periwayat hadits-

hadits beliau, pengikut jejak beliau, dan pengikut petunjuk dari sunnah beliau, maka

sebagian dari mereka menamai mereka sebagai hasyawiyyah, sebagiannya menamai

mereka sebagai musyabbihah, sebagiannya menamai mereka sebagai nabitah (yang

baru tumbuh), sebagiannya menamai mereka sebagai nashibah (yang menancapkan

permusuhan terhadap keluarga Nabi), sebagiannya menamai mereka sebagai jabriyyah

(kelompok yang berkeyakinan bahwa manusia itu dipaksa dalam berbuat), padahal

Ashhabul hadits itu terlindungi dari kejelekan-kejelekan ini, terbebas, bersih dan suci

darinya. Tidaklah mereka selain Ahlussunnah yang cemerlang, dan pemilik sejarah yang

diridhoi, dan jalan yang lurus, serta hujjah yang tajam dan kuat. Alloh ��(ل telah

memberi mereka taufiq untuk mengikuti kitab-Nya, wahyu-Nya dan pembicaraan-Nya,

dan untuk meneladani Rosul-Nyaو��م ��� � ��� dalam berita-beritanya yang beliau di

dalamnya memerintahkan umat-Nya kepada ucapan dan perbuatan yang baik, dan di

dalamnya beliau melarang mereka dari ucapan dan perbuatan yang yang jelek. Alloh

juga menolong mereka untuk memegang jalan hidup beliau, mengikuti petunjuk dengan

menekuni sunnah beliau, dan melapangkan dada-dada mereka untuk mencintai beliau

ww

w.

as

hh

ab

ul

ha

di

ts

.w

or

dp

re

ss

.c

om

10

dan mencintai para pemimpin syariat beliau dan ulama dari umat beliau. Dan

barangsiapa mencintai suatu kaum maka dia akan bersama mereka pada hari kiamat

berdasarkan hukum dari Rosululloh و��م ��� � ���:

»+ �ن أ�با��رء �«

“Seseorang itu bersama dengan orang yang dicintainya.”1

(“Aqidatus Salaf Ashabul Hadits” Ash Shobuny hal. 109-111/Darul Minhaj).

Demikian pula pada zaman sekarang: para hizbiyyun harokiyyun (kelompok

pergerakan dan pemberontakan) menamakan Ahlussunnah sebagai murjiah (kelompok

yang mengakhirkan amalan dari keimanan) dikarenakan Ahlussunnah tidak

mengkafirkan pemerintah Muslimin, atau dikarenakan ketergelinciran sebagian dari

Ahlussunnah di dalam masalah keterkaitan antara amalan dan keimanan. Adapun

hizbiyyun mumayyi’un (kelompok yang melembekkan permasalahan) dari kalangan

Hasaniyyun, Mar’iyyun dan yang lainnya menamai Ahlussunnah sebagai Haddadiyyah –

bahkan Ghulatul Haddadiyyah- dikarenakan kerasnya Ahlussunnah pada kebid’ahan

dan pelakunya. Padahal mereka itu tidak tahu bahwasanya Ahlussunnah itu merupakan

pertengahan di antara yang demikian itu, benar-benar mereka itu di atas petunjuk yang

lurus.

Para hizbiyyun tadi di dalam menuduh Salafiyyun, mereka berdalilkan dengan apa yang

ditulis oleh Asy Syaikh Robi’ bin Hadi Al Madkholiy � �D!و tentang sifat-sifat

Haddadiyyah, kemudian yang terakhir adalah dengan ucapannya yang berdosa yang

telah lewat penyebutannya.

Dan sampai sekarang kami belum melihat pengingkaran apapun dari Asy Syaikh Robi’

Al Madkholiy � .terhadap orang yang menyebarkan perkataannya itu ھداه

Maka dengan bukti apa Asy Syaikh Robi’ Al Madkholiy berkata seperti itu? Sifat

Haddadiyyah yang manakah yang dimiliki oleh Syaikhuna Yahya bin Ali Al Hajuriy dan

para ulama serta para penuntut ilmu yang mulia yang bersama beliau?

Maka sekarang aku akan menyebutkan apa yang ditulis oleh Asy Syaikh Robi’ Al

Madkholiy � �D!و tentang Haddadiyyah bersama dengan komentar kami terhadapnya

yang menerangkan tentang berlepas dirinya Ahlussunnah di Dammaj dari yang

demikian itu, dan menerangkan lebih berhaknya hizb baru –Mar’iyyun Barmakiyyun-

dengan kebanyakan dari sifat-sifat tersebut.

ww

w.

as

hh

ab

ul

ha

di

ts

.w

or

dp

re

ss

.c

om

11

Bab Tiga: Bersama Risalah Asy Syaikh Robi’ Al Madkholiy

“Aujuhusy Syibh Bainal haddadiyyah Wa Bainar Rowafidh”

Di antara karakter Haddadiyyun adalah apa yang disebutkan oleh Asy Syaikh Robi’ Al

Madkholiy � �D!و dalam risalahnya: “Aujuhusy Syibh Bainal haddadiyyah Wa Bainar

Rowafidh”:

[Pasal Pertama: At Tuqiyyah (bertopeng)]

Asy Syaikh Robi’ Al Madkholiy � �D!و berkata: Berikut ini apa yang mudah untuk

disebutkan dari sisi-sisi keserupaan antara mereka dan rowafidh:

Sisi yang pertama: Tuqiyyah yang keras. Maka seorang Rofidhiy itu mengaku padamu

bahwasanya dia itu Ja’fariy dan mengakui sebagian prinsip-prinsipnya dan aqidah-

aqidahnya yang rusak. Sedangkan mereka –yaitu pengikut Falih Al Harbiy- tidak mau

mengakui bahwasanya mereka itu Haddadiyyah, dan tak mau mengakui sedikitpun dari

prinsip-prinsip mereka dan apa yang mereka niatkan.

Komentar:

Sifat pertama dari Haddadiyyah adalah pemakaian topeng yang amat sangat. Dan tidak

ada pada Syaikhuna An Nashihul amin Yahya Al Hajuriy dan orang-orang yang bersama

beliau �-topeng apapun. Ini kitab-kitab mereka, risalah-risalah mereka, kaset ر��ھم

kaset mereka, dan selebaran-selebaran mereka, di situ mereka menuliskan nama-nama

mereka, kuniyah mereka, dan nisbat mereka dengan sangat terang-terangan. Jika

mereka mengunjungi para masyayikh mereka juga berbicara dengan sangat terang-

terangan sambil menjaga adab, karena kebenaran itu lebih tinggi dan lebih agung

daripada sesuatu apapun. Syaikhuna Yahya Al Hajuriy � :berkata ر��ه

).*�ن *��, ��� ا�و2وح را!�, ا�رأس(

“Kami berjalan di atas sikap jelas dalam keadaan mengangkat kepala.”

Dan ini merupakan sikap mengikut beliau pada jalan para Nabiم ا��)م��� . Alloh ta’ala

berfirman:

*- وأن ��ر ا�*�9س �G ��2ل �و�د=م وم ا�ز>

“Berkata Musa: “Waktu untuk pertemuan (kami dengan) kalian itu ialah di hari raya dan

hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari sepenggalahan naik”. (QS.

Thoha: 59).

Al Imam Ibnu Katsir �ر�� � berkata dalam tafsirnya: “Dan demikianlah keadaan para

Nabi, seluruh urusan mereka adalah terang, jelas, tiada kerahasiaan di dalamnya, dan

ww

w.

as

hh

ab

ul

ha

di

ts

.w

or

dp

re

ss

.c

om

12

tiada pula butuh iklan untuk melariskan.” (“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/4/hal. 612/Darul

Atsar).

Adapun hizb baru –Mar’iyyun- maka alangkah banyaknya topeng mereka! Dan telah

banyak kami lihat hal itu dari mereka. Dan tidaklah berita itu seperti melihat langsung.

Keadaan mereka adalah seperti firman Alloh ta’ala tentang munafiqun:

� وإذا $�وا إ� �� *�ن ��'�زOون وإذا �Dوا ا�9ذن آ�*وا �G�وا آ�*9 � ��=م إ*9 � ��ط*�م �G�وا إ*9

“Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan:

“Kami telah beriman”. Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka

mengatakan: “Sesungguhnya Kami sependirian dengan kalian, kami hanyalah berolok-

olok.” (QS. Al Baqoroh: 14).

Dan delegasi dari kota ‘Adn telah mengunjungi kami kemudian mereka menyampaikan

pertanyaan-pertanyaan kepada Syaikhunan Nashihul amin. Dan di antara yang mereka

sebutkan adalah: Bahwasanya Abdurrohman Al ‘Adniy berfatwa tentang bolehnya

tuqiyyah (memakai topeng) dalam kaitannya dengan fitnah ini. Maka Asy Syaikh Yahya

Al Hajuriy � menjawab bahwasanya yang demikian itu adalah termasuk dari jalan �&ظ�

Rofidhoh. Kaset soal-soal tersebut dan jawabannya terekam pada perekaman “Darul

Atsar” di Dammaj.

[Pasal Kedua: Sirriyyah (kerahasiaan)]

Kemudian Asy Syaikh Robi’ Al Madkholiy � �D!و berkata: sisi kedua adalah: kerahasiaan

ketat di dalam kenyataan mereka dan situs mereka di internet yang terkenal dengan:

“Al Atsariy” yang kerahasiaannya sampai pada derajat yang tak bisa disusul oleh firqoh

manapun, yang mana mereka menulis dengan nama-nama curian yang tak dikenal. Jika

salah seorang dari mereka mati tidak diketahui jasadnya ataupun jejaknya. Dengan

perbuatan ini mereka mengungguli Rofidhoh karena Rofidhoh itu tetap dikenal, kitab-

kitab tarikh dan al jarh wat ta’dil penuh dengan nama-nama mereka dan keadaan

mereka sekalipun mereka memakai topeng dan kerahasiaan yang mana kebanyakan

dari keadaan mereka tidak nampak.

Komentar:

Sifat kedua dari Haddadiyyah adalah: sirriyyah (kerahasiaan). Dan tidak ada pada

Syaikhunan Nashihul Amin dan orang-orang yang bersama beliau sirriyyah ini. Seluruh

media massa yang mereka sebarkan menjadi saksi terhadap yang demikian itu.

Sementara itu, para penulis hizb baru –Mar’iyyah- kebanyakan dari mereka adalah

pelaku sirriyyah ini.

ww

w.

as

hh

ab

ul

ha

di

ts

.w

or

dp

re

ss

.c

om

13

Termasuk dari para penulis gelap mereka yang mana tulisan-tulisan mereka tersebar di

situs “Asy Syihr” dan “Al Wahyain” milik kedua anak Mar’i adalah:

Abdurrohman bin Ahmad Al Barmakiy, Abdulloh bin Robi’ As Salafiy, Abdulloh bin

Qosim Ad Dakhiliy, Abu Abdillah Abdul ‘Aziz bin Ahmad Al Qohthoniy, Abdulloh bin

Ahmad Al Khoulaniy, Abu Abdil Wahhab, Ibnush Shobban Al Manshuriy, Abu Hajir As

Salafiy, Abu Abdillah As Salafiy, ‘Ammar as Salafiy, Sa’id bin Ali Al Hamid, dan Ath

Thoyyib Abul Madiniy. (Rujuk “Mukhtashorul Bayan”/karya Asy Syaikh Abdul Hamid Al

Hajuriy, Asy Syaikh Abu ‘Amr Al Hajuriy, Asy Syaikh Muhammad Al ‘Amudiy dkk, Asy

Syaikh Sa’id Da’as Al Yafi’iy, dan lainnya/hal. 68-69).

Asy Syaikh Yahya Al Hajuriy telah mengumumkan nasihat-nasihat kepada para penulis

gelap tadi, dan menjelaskan kebatilan jalannya mereka, dan menerangkan bahwasanya

menerima berita dari para penulis gelap yang sengaja merahasiakan diri tadi

merupakan bentuk penyelisihan terhadap prinsip-prinsip As Salafush sholih. Beliau ر��ه� juga telah menyebarkan risalah ringkas berjudul “Ma Yashna’ul A’da’ Fi Jahil Ma

Yashna’ul Jahil Fi Nafsih.”

Beberapa para penasihat juga telah bangkit mencurahkan nasihat-nasihat untuk

mereka. Termasuk yang melaksanakan tugas nasihat ini adalah: Asy Syaikh Abdul

Hamid Al Hajuriy � dalam risalahnya “As Saifush Shoqil Wan Nushhul Jamil Fi ر��ه

Bayani Halil Majahil”, Abu Ishaq Ayyub bin Mahfuzh Ad Daqil Asy Syibamiy � dalamر��ه

risalahnya “Fathul ‘Alimil Jamil Fi Ta’rifil Majahil”, dan “Qobla An Tas’al Ajib”, dan

Kholid bin Muhammad Al Ghorbaniy � dalam risalahnya “Al Barmakiy Bainas Sa’il ر��ه

Wal Mujib”, dan Abu Abdirrohman Umar bin Ahmad Ash Shubaihiy � dengan ر��ه

qoshidahnya “Hadiyyatun Qoyyimatun Lil Majahil”, dan yang lainnya.

Ternyata mereka tak mau tobat dan tidak mau sadar.

Adapun orang yang menampakkan pertolongan kepada Ahlussunnah Dammaj dalam

menghadapi Mar’iyyun tapi tidak mau terang-terangan menampakkan namanya telah

dikenal dengannya, maka kami berlepas diri dari apa yang dilakukannya itu, karena

perbuatannya itu adalah batil, menyelisihi kejujuran, dan menyerupai gaya hizbiyyin

dan mubtadi’ah.

Adapun perkataan Asy Syaikh Robi’ Al Madkholiy � �D!و tentang Haddadiyyin: “Dan

dengan amalan ini mereka telah mengungguli Rowafidh”,

Kami katakan –semoga Alloh memberi kami taufiq-: Demikian pula Mar’iyyun.

Syaikhunan Nashihul Amin � telah berkata pada mereka: “Jadilah kalian itu ر��ه

menulis dengan nama-nama pinjaman seperti orang-orang sebelum kalian belum lama

ini. Para pengelola surat kabar Rofidhoh “Al Balagh” lebih berani daripada kalian…” dan

seterusnya. (“Ma Yashna’ul A’da’ Fi Jahil Ma Yashna’ul Jahil Fi Nafsih.”/Karya Asy Syaikh

Yahya Al Hajuriy � .(ر��ه

ww

w.

as

hh

ab

ul

ha

di

ts

.w

or

dp

re

ss

.c

om

14

Adapun kejadian masa lalu yang mana sebagian Salafiyyun mengambil faidah dari kitab

“Al Quthbiyyah Hiyal Fitnah Fa’rifuha” karya Abu Ibrohim Bin Sulthon Al ‘Adnaniy �ظ&�� yang dikatakan tidak dikenal, maka sungguh yang demikian itu adalah karena adanya

pembelaan para imam dakwah Salafiyyah padanya.

Fadhilatu Mufti wilayah Selatan Kerajaan Saudi: Asy Syaikh Ahmad An Najmiy �ر��� ditanya: “Apa pendapat Anda terhadap sebagian ikhwah yang menggambarkan kitab

“Al Quthbiyyah Hiyal Fitnah Fa’rifuha” karya Fadhilatusy Syaikh Abu Abdillah Bin

Ibrohim Bin Sulthon Al ‘Adnaniy dan “Madarikun Nazhor Fis Siyasah Bainat

Tathbiqotisy Syar’iyyah Wal Infi’alatil Hamasiyyah” karya Fadhilatusy Syaikh Abdul

malik Bin Ahmad ibnul Mubarok Ar Romadhoniy, dan kitab “Al Irhab Wa Atsaruhu ‘Alal

Afrod Wal Umam” karya Fadhilatusy syaikh Zaid Bin Muhammad Bin Hadi Al Madkholiy

bahwasanya kitab-kitab tadi merupakan kitab fitnah dan kitab yang menggigit

kehormatan para ulama dan da’i?”

Maka beliau � menjawab: “Orang-orang yang berkata demikian, perkataannya itu ر���

batil. Bahkan kitab-kitab ini memberikan peringatan pada umat tentang kesalahan-

kesalahan, dan wajib bagi kita semua untuk memberikan peringatan terhadap

kesalahan-kesalahan itu, dan menjauhkan umat darinya. Kita tidak bisa

memperingatkan umat dari kesalahan-kesalahan tadi kecuali jika kita membaca kitab-

kitab yang membantahnya, sama saja kitab-kitab ini ataupun kitab yang lain. Oleh

karena itu, maka orang-orang yang berkata dengan perkataan tadi maka ucapan mereka

adalah batil, dan mereka adalah pelaku kebatilan dengan persangkaan mereka tadi.”

Kemudian beliau � ditanya: “Apa nasihat Anda, wahai Syaikh, bagi orang ر���

membakar kitab-kitab ini, yaitu kitab “Al Quthbiyyah”, “Madarikun Nazhor”, dan “Al

Irhab” berdasarkan persangkaan mereka tadi?”

Maka beliau menjawab: “membakar kitab-kitab yang menjelaskan kebenaran dan

memerintahkan untuk mengikuti kebenaran, melenyapkan kebatilan dan

memerintahkan untuk menjauhinya, barangsiapa melakukan itu tadi, maka dia

termasuk ke dalam orang yang menghalangi manusia dari jalan Alloh ل sampai– .�ز و

dengan- Sesungguhnya perbuatan ini adalah perbuatan ahli batil, perbuatan orang-

orang yang sesat. Apakah mereka menjadikan kitab-kitab ini seperti “Syamsul Ma’arif”

dan yang lainnya dari kitab-kitab sihir dan perdukunan?!! Tidak. Sesungguhnya

perkataan tadi adalah perkataan yang batil, persangkaan yang batil, pengakuan batil.

Wajib bagi orang yang mengucapkan perkataan tadi untuk bertaqwa pada Alloh, dan

hendaknya dia tahu bahwasanya dia dengan perbuatannya tadi menghalangi orang dari

jalan Alloh ����'و �*���� dan teranggap sebagai orang-orang yang merusak di bumi …” dan

seterusnya. (“Al Fatawal Jaliyyah”/1/hal. 21-22/Darul Minhaj).

Beliau � :juga ditanya: “Apa pendapat Anda tentang orang yang berkata ر���

“Sesungguhnya kitab “Al Quthbiyyah” adalah kitab fitnah, dan tidak boleh dibagi-

bagikan di kalangan pemuda”?”.

ww

w.

as

hh

ab

ul

ha

di

ts

.w

or

dp

re

ss

.c

om

15

Maka beliau � menjawab: “Kitab “Al Quthbiyyah” di dalamnya ada peringatan ر���

terhadap kesalahan-kesalahan yang terjadi. Sementara peringatan terhadap kesalahan-

kesalahan yang terjadi adalah wajib. Dan Alloh ����'و �*���� memerintahkan para hamba-

Nya untuk mengingatkan orang-orang. Orang yang tahu sesuatu hendaknya

memperingatkan orang yang tidak tahu. Alloh telah menyebutkan jenis ini firman-Nya

tentang Musa:

و�ء رل �ن أ��G ا��د*- ��� �Gل � �و�� إن ا��Q :'�رون �ك �D'�وك !�$رج إ*, �ك �ن ا�*���ن

“Dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota bergegas-gegas seraya berkata: “Hai

Musa, Sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk

membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini) Sesungguhnya aku termasuk orang-

orang yang memberi nasehat kepadamu”. (QS. Al Qoshshosh: 20).

Orang ini datang dengan bergegas lalu menasihati Musa agar keluar dari negri tersebut

dan dari orang-orang yang bersekongkol untuk membunuh beliau. Ketika dia berbuat

itu apakah dia telah berbuat baik ataukah berbuat kemungkaran?!! Sungguh dia telah

berbuat baik. Yang demikian itu adalah karena Musa –semoga sholawat dan salam Alloh

tercurah pada beliau- diinginkan Alloh ل untuk menjadi seorang Nabi yang mulia �ز و

dari kalangan ulul ‘azm (para pemilik tekad yang kuat), dan Alloh ingin melalui beliau

memberikan petunjuk pada umat-umat setelah itu. Maka orang yang datang dan

menasihatinya itu telah berbuat baik dan bagus. Apakah dikatakan bahwasanya dirinya

telah membuat fitnah? Demikian pula orang yang memberikan peringatan pada

manusia sekarang ini, dan memperingatkan para penuntut ilmu dari orang-orang yang

menginginkan mereka tertimpa kejelekan, ingin membawa mereka untuk memberontak

pada pemerintah Muslimin, padahal Alloh ����'و �*���� telah mengharomkan mereka dari

yang demikian itu, maka orang-orang yang memperingatkan dari yang demikian itu

adalah para pemberi nasihat untuk saudara-saudara mereka. Dan dengan ini kita tahu

bahwasanya kitab “Al Quthbiyyah” bukanlah kitab fitnah, dan sesungguhnya orang yang

berkata bahwasanya kitab ini adalah kitab fitnah, maka orang ini atau orang-orang yang

berkata demikian, maka ucapan mereka adalah batil dan salah. Mereka adalah para

pelaku fitnah yang ingin diam terhadap kebatilan, sampai perkaranya jadi membesar,

hingga memungkinkan bagi pelaku kebatilan untuk memberontak, dan ketika itu

tertumpahlah darah, tercabutlah nyawa, dilanggarlah kehormatan, terputuslah jalan,

dan dihasilkanlah perkara-perkara yang biasa terjadi dikarenakan pemberontakan

terhadap pemerintah, disebabkan karena dilakukannya perkara yang diharomkan oleh

Alloh ����'و �*���� . dan tidak diragukan bahwasanya orang yang memperingatkan

manusia dari kejelekan sebelum terjadinya, maka orang ini adalah penasihat, bukan

penyeru kepada fitnah. Dan bahwasanya orang yang mengatakan perkataan tadi maka

sungguh dia telah membalik fakta. Hakikat fitnah itu hanyalah sikap diam terhadap

perbuatan seperti tadi hingga perkaranya jadi besar, hingga memungkinkan bagi orang-

orang yang punya niat-niat jelek untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Maka

ketika hal itu telah terjadi apakah nasihat itu bermanfaat ?!! Apa pendapatmu jika

engkau tahu bahwasanya ada seseorang yang ingin berbuat jahat, atau ingin membakar

ww

w.

as

hh

ab

ul

ha

di

ts

.w

or

dp

re

ss

.c

om

16

suatu tempat tertentu, dalam keadaan engkau tahu bahwasanya ini adalah kezholiman,

atau tahu bahwasanya orang-orang yang ingin melakukan perbuatan tadi bahwasanya

mereka adalah pelaku kebatilan? Maka wajib bagimu untuk menyampaikan nasihat…”

dan seterusnya. (“Al Fatawal Jaliyyah”/1/hal. 31-32/Darul Minhaj).

Asy Syaikh Robi’ bin Hadi Umair Al Madkholiy � �D!و ditanya: “Apa pendapat Anda

tentang kitab “Al Quthbiyyah”?”

Maka beliau � �D!و menjawab: ‘Orang ini bertanya kepadaku tentang kitab –hanya Alloh

yang paling tahu- apa maksudnya. Apakah dia ingin mengambil faidah ataukah

maksudnya adalah fitnah? Alloh yang paling tahu, karena sebagian pertanyaan memang

demikian adanya. Aku katakan padamu, sama saja apakah engkau menginginkan ini

atau itu: Kitab “Al Quthbiyyah” adalah kitab yang bermanfaat. Dia adalah kitab yang

menukilkan perkataan orang-orang itu dengan amanah, dan menjelaskan cacat yang

ada di dalamnya. Maka wajib bagi orang-orang yang dikritik tadi untuk bertobat kepada

Alloh dan tunduk kepada kebenaran dan meninggalkan kesombongan dan kecongkakan.

Dan wajib bagi orang yang menyemangati mereka untuk terus berjalan di dalam

kebatilan untuk bertaqwa kepada Alloh. Penulisnya mengkritik dengan benar. Jika dia

punya kesalahan maka hendaknya mereka menjelaskannya dengan dalil-dalil, nggak

ada larangan. Adapun sekedar membikin pencampuradukan terhadap kitab tersebut

seperti itu, yakni: para Shohabat Rosululloh و��م ��� � ��� dihinakan di dalam kitab-

kitab Sayyid Quthb, dan engkau tidak mendapati dari Ikhwanul muslimin dan

Quthbiyyin orang yang membela mereka, tapi justru membela Sayyid Quthb dan

pengikutnya!? Apakah mereka lebih mulia daripada para Shohabat?! Mestinya

kemarahan ini diarahkan untuk membela para Shohabat Muhammad. Kalian marah

demi membela orang-orang yang dikritik dengan benar, tapi kalian tidak marah demi

membela orang-orang yang diberitakan dengan kedustaan padahal mereka adalah umat

yang paling utama setelah para Nabi. Ini adalah dalil yang jelas dan cukup untuk

memvonis bahwa mereka adalah kelompok yang telantar. Wajib bagi mereka untuk

bertobat pada Alloh, dan menolong kebenaran, dan benar-benar mencondongkan

teman-teman mereka kepada kebenaran dengan berkata: “Kami telah membaca kitab

ini lalu kami dapati sang penulis jujur dalam tulisannya itu. Maka wajib bagi kalian

untuk kembali karena kalian sekarang ini memimpin pemuda umat, kalian memimpin

mereka kepada keterpurukan, kepada kebatilan.” Ini yang wajib dilakukan. -sampai

dengan ucapan beliau:- Andaikata tidak didapatkan pada umat ini orang-orang seperti

penulis “Al Qythbiyyah” dan penulis “Madarikun Nazhor” dan berkata pada ahlul batil

“Ini batil, tinggalkanlah” maka artinya adalah bahwasanya umat ini telah habis. Tapi

umat ini tak akan habis insya Alloh, demikian pula kelompok ini. Ini merupakan

kemuliaan bagi mereka –demi Alloh- untuk mengumandangkan kebenaran dan

memvonis ahlul batil itu batil.” Dst. (“Majmu’ Kutub Wa Rosail Wa Fatawasy Syaikh

Robi’”/15/hal. 188-189/Darul Imam Ahmad).

ww

w.

as

hh

ab

ul

ha

di

ts

.w

or

dp

re

ss

.c

om

17

Kesimpulan: Sesungguhnya Salafiyyun Dammaj jauh dari sifat Haddadiyyah walaupun

demikian itulah tuduhan Asy Syaikh Robi’ Al Madkholiy, berbeda dengan para

Mar’iyyun yang dia bela.

(Ini adalah akhir dari seri satu, dan insya Alloh akan kami sambung ke seri dua pada

pertemuan yang akan datang).

1( ) HR. Al Bukhoriy (6167) dan Muslim (2640) dari Abdulloh bin Mas’ud �*� � .ر2,