Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF ISLAMIC STUDIES TEACHER'S PERCEPTION
ABOUT EFFECTIVE COMMUNICATION AT THE SUPERVISING
TOWARD THE ISLAMIC STUDIES TEACHER'S PERFORMANCE
WITH GENDER BECOMES THE MODERATING VARIABLE
(Study at Elementary School Islamic Studies Teacher's in Tuntang and
Banyubiru Distric Semarang Regency at 2016)
KHABIB FATKUR
Alamat: Talok Watuagung 3/I Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang,
Propinsi Jawa Tengah ([email protected])
This research aims to know whether the teacher's perception about effective
communication at the supervising influences the Islamic Studies teacher's
performance or not. In this case, gender becomes the moderating variable. The
object and respondent of the study are all teacher of islamic studies in Tuntang
and Banyubiru Distric Semarang Regency at 2016. It's about 49 person and it's a
kind of field research.
In collecting data, the writer using quesioner, the validity testing using
pearson product moment, reliability testing using cronbach alpha. The
assumptions of this thesis are normality, homoginity, and linear testing. The
hipotesis using simple linear regency and the grade testing. The analysis tools
using SPSS ( Statistic Product for Service Solution) release 22.0
The result shows that there is a possitive and significant thing influences
this case. It can be seen by the grade r (xy) 0,566 the coefisien determiner value r2
(xy) 0,320 the significant grade is 0,000 with the linear regresion line Y =
41,721+ 0,905X. Gender become a moderator but it isn’t significant in this case.
It is showed in Y= 87,277 + 6,232 ZX+2,287 ZZ+ 1,814 AbsX_Z and the
significant grade less than 5%.
Key word: effective communication; performance; gender.
2
ABSTRAK
PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG KOMUNIKASI EFEKTIF
DALAM KEPENGAWASAN TERHADAP KINERJA GURU
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN GENDER SEBAGAI
VARIABEL MODERATOR
(Studi pada Guru Pendidikan Agama Islam SD di Kecamatan Tuntang dan
Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun 2016)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persepsi guru
tentang komunikasi efektif dalam kepengawasan terhadap kinerja guru PAI dan
moderasi gender pada pengaruh persepsi guru tentang komunikasi efektif dalam
kepengawasan terhadap kinerja guru PAI di Kecamatan Tuntang dan Kecamatan
Banyubiru Tahun 2016 dengan responden semua guru PAI SD di Kecamatan
Tuntang dan Kecamatan Banyubiru yang berjumlah 49 orang. Jenis penelitian
ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan kuantitatif.
Metode pengumpulan data dengan metode kuesioner. Uji validitas
menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment, sedangkan uji reliabilitas
menggunakan cronbach alpha. Uji asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji
homogenitas dan uji linearitas. Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan
analisis regresi linear sederhana dan analisis Uji Nilai Selisih Mutlak
menggunakan bantuan SPSS (Statistic Productt for Service Solution) Release
22,0.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan
signifikan persepsi guru tentang komunikasi efektif dalam kepengawasan terhadap
kinerja guru yang ditunjukkan dengan nilai r(xy) sebesar 0,566, nilai koefisien
determinasi r2(xy) sebesar 0,320, nilai signifikansi sebesar 0,000 dan persamaan
garis regresinya Y = 41,721+ 0,905X. Gender dapat memoderasi dalam
pengaruh persepsi guru tentang komunikasi efektif dalam kepengawasan terhadap
kinerja guru PAI yang ditunjukkan dengan persamaan Y = 87,277 + 6,232
ZX+2,287 ZZ+ 1,814 AbsX_Z, namun nilainya tidak signifikan karena nilai
signifikansinya kurang dari 5%.
Kata kunci: komunikasi efektif; kinerja; gender.
Pendahuluan
Kepengawasan merupakan kegiatan komunikasi. Asumsi ini didasarkan
kepada pengertian, tujuan, prinsip dan fungsi kepengawasan itu sendiri.
Disamping itu, kemampuan berkomunikasi merupakan salahsatu keterampilan
3
yang harus dikuasai oleh seorang supervisor.1 Sebagai sebuah bentuk komunikasi,
maka proses kepengawasan harus dapat memberikan dampak-dampak yang dapat
dilihat secara nyata dari para pelaku komunikasi tersebut.
Salah satu faktor yang mempengaruhi gagalnya tujuan pendidikan adalah
tidak berjalannya dan atau kurang maksimalnya proses kepengawasan. Penerapan
model supervisi tradisional dengan ciri khas berkomunikasi satu arah, menjadi
salah satu penyebabnya. Perilaku supervisi yang disebut snooper vision, dengan
tugas memata-matai untuk menemukan kesalahan, menyebabkan guru-guru
menjadi takut dan mereka bekerja dengan tidak baik karena takut dipersalahkan.2
Oleh karena itu bentuk komunikasi yang demikian harus diformat ulang, sehingga
komunikasi yang efektif antara pengawas sebagai supervisor dengan guru sebagai
pelaksana lapangan menjadi sebuah jalan untuk membentuk semangat bekerja.
Dalam pekerjaan, agar memperoleh hasil kerja yang maksimal maka setiap
pihak yang terlibat harus mengetahui secara jelas apa yang harus dikerjakan,
mengapa mereka harus mengerjakan pekerjaan itu, bagaimana posisi hasil kerja
yang dicapai apabila dibandingkan dengan target pencapaian atau standar kinerja
yang ditetapkan, berapa upah atau gaji yang diterima serta mengapa mereka
menerima sejumlah itu, dan alasan suatu kebijakan diperlakukan dengan semua
hal yang terkait kepada mereka. Semua informasi tersebut dapat diterima dan
dipahami secara jelas apabila ada proses komunikasi.
1 Nur Aedi, Pengawasan Pendidikan Tinjauan Teori dan Praktek, Jakarta: Rajawali Pers,
2014, 239. 2Piet A Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta,
2010, 16.
4
Komunikasi yang terjadi dalam proses supervisi lebih ditekankan kepada
segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas, kemudian informasi mengenai
kebijakan yang menyangkut kepentingan pekerja, dan segala hal yang membuat
hati pekerja senang serta hal yang menjadi keinginan pekerja.3
Komunikasi
tersebut dapat menjadi efektif apabila memenuhi kiteria-kriteria tertentu seperti
dapat mengembangkan gambaran diri dan gambaran orang lain, kedua belah pihak
(komunikator dan komunikan) menjadi pendengar yang baik, isi komunikasi
mengandung kejelasan, terjadi umpan balik, menimbulkan gejolak emosi, serta
dapat menumbuhkan keterbukaan.4
Komunikasi merupakan upaya untuk berhubungan antara satu individu
dengan individu lainnya, dimana dalam hubungan ini tentunya komunikasi
berlangsung dengan cara yang sesuai keadaan daripada para pelaku komunikasi
itu sendiri. Begitupula dalam permasalahan gender, komunikasi menjadi ciri khas
masing-masing yang menunjukkan jenis kelaminnya. Komunikasi yang oleh
Tanen seperti diungkap oleh Robbin dan Timothy disebut sebagai suatu tindak
penyeimbangan secara terus menerus, bermain-main diantara kebutuhan antara
keintiman dan kebebasan dimana keduanya selalu bertentangan, maka perempuan
akan selalu berbicara dan mendengar tentang keintiman, sedangkan laki-laki akan
selalu bercakap-cakap tentang kebebasan.5
3 Sindu Mulianto dkk, Panduan Lengkap Supervisi Diperkaya Perspektif Syariah, Jakarta:
Elex Media Komputindo, 2006, 97. 4 Lantip Diyat Prasojo dan Sudiyono, Supervisi Pendidikan, Yogyakarta: Gava Media, 2011, 72-
78. 5 Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge, Perilaku Organisasi, Penerjemah Diana
Angelica dkk., Jakarta: Salemba Empat, 2008, 31.
5
Terdapat jenis komunikasi yang berlainan antara laki-laki dengan
perempuan disebabkan karena gaya pemikiran yang menjadi ciri khas watak
mereka yang berbeda antara satu dengan yang lain. Gaya pemikiran laki-laki lebih
bersifat analitis, konseptual dan asertif sehingga lebih agresif, kompetitif dan
percaya diri. Adapun perempuan mempunyai gaya pemikiran yang struktural,
sosial, ekspresif dan fleksibel dimana sifat-sifat ini akan membawa kepada
keunggulan dalam kemampuan bicara, kewaspadaan pancaindra dan hubungan
antar manusia.6
Gender yang pada mulanya timbul dari perbedaan jenis kelamin hingga
akhirnya menjadi fungsi dan peran sosial laki-laki dan perempuan. Pembahasan
ini kemudian merambah pada ranah kinerja meskipun tidak ada satupun teori yang
menjelaskan keunggulan kinerja dengan mengarah kepada salah satu jenis gender.
Akan tetapi, hubungan antara gender dengan kinerja itu sendiri dapat dilihat dari
kepribadian yang melekat dengan individu.7 Adapun kepribadian yang berkaitan
erat dengan gender diketahui menjadi perbedaan sifat pada jenis kelamin laki-laki
dan perempuan seperti agresifitas dimana laki-laki lebih agresif dibandingkan
perempuan, penyesuaian diri dan ketergantungan dimana perempuan lebih
konformis dan lebih dipengaruhi oleh sugesti, perbedaan masalah emosional, dan
orientasi prestasi dimana perempuan lebih cenderung memperlihatkan motivasi di
bidang keterampilan sosial dan hubungan sosial, sedangkan laki-laki lebih
6
Geil Browning, Emergenetics Menyadap Ilmu Kesuksesan Baru, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2013, 139. 7 Lihat : John M. Ivancevich, Robert Konopaske dan Michael T. Mateson, Perilaku dan
Manajemen Organisasi, Pen: Gina Gania, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006, 97-101.
6
cenderung mencoba keberhasilan dalam kegiatan intelektual atau yang
kompetitif.8
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul: “Pengaruh Persepsi Guru tentang Komunikasi Efektif dalam
Kepengawasan terhadap Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam dengan Gender
sebagai Variabel Moderator”. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah adanya pengaruh positif dan signifikan persepsi guru tentang
komunikasi efektif dalam kepengawasan terhadap kinerja guru dan gender dapat
memoderasi pengaruh persepsi guru tentang komunikasi efektif dalam
kepengawasan terhadap kinerja guru.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini berupaya mengungkap pengaruh komunikasi efektif dalam
kepengawasan berdasarkan persepsi guru terhadap kinerja guru dengan
mengambil gender sebagai variabel moderasi. Dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif, data-data yang diperoleh berupa angka-agka yang diolah dengan
menggunakan metode statistika.
Populasi yang kemudian dijadikan responden dalam penelitian ini adalah
seluruh guru Pendidikan Agama Islam SD Negeri se-Kecamatan Tuntang dan se-
Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang yang terdiri dari 49 guru dengan
perincian guru yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 18 orang dan guru yang
berjenis kelamin perempuan sebanyak 31 orang atau 36,7% laki-laki dan 63,3%
perempuan.
8
Susan B. Bastable, Perawat sebagai Pendidik: Prinsip-prinsip Pengajaran dan
Pembelajaran, Pen.: Gerda Wulandari, Gianto Widiyanto, Jakarta: EGC, 2002, 195.
7
Penelitian ini terdiri dari tiga variabel yaitu; (1) variabel independen atau
variabel bebas dengan pengertian bahwa variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen (terikat).9 Dalam penelitian ini variabel independen yang dimaksud
adalah persepsi Guru-Guru PAI SD di Kecamatan Tuntang dan Kecamatan
Banyubiru Kabupaten Semarang tentang komunikasi efektif dalam kepengawasan.
(2) Variabel dependen, merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel independen.10
Variabel dependen yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah kinerja guru-guru PAI SD di Kecamatan Tuntang dan
Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016, dan (3)
Variabel moderator dengan pengertian bahwa variabel moderator adalah variabel
yang mempengaruhi (memperkuat dan atau memperlemah) hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen.11
Variabel moderat yang
dimaksud adalah gender guru-guru PAI SD di Kecamatan Tuntang dan
Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. Variabel gender pada penelitian ini
merupakan variabel dummy. Variabel ini menggunakan skala nominal dengan
nomor kode 1 untuk gender laki-laki dan nomor kode 0 untuk gender
perempuan.12
Pengumpulan data dilaksanakan dengan menerapkan metode angket,
dimana yang dimaksud metode angket adalah suatu metode pengumpulan data
dengan cara memberikan daftar pertanyaan secara tertulis kepada responden atau
9 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2014,
39 10
Sugiyono, Metode ...., 39 11
Sugiyono, Metode ...., 39 12
Djarwanto Ps dan Pangestu Subagyo, Statistik Induktif, Yogyakarta: BPFE, 1996, 315
8
pihak yang diteliti.13
Angket tersebut merupakan instrumen untuk mengambil
sikap responden yang berbentuk kuesioner. Responden diminta untuk menilai
komunikasi efektif yang terjadi dalam kepengawasan serta diminta untuk menilai
kinerja dirinya sendiri.
Instrumen berpedoman kepada kisi-kisi instrumen yang disusun
berdasarkan indikator-indikator komunikasi efektif dalam kepengawasan dan
kinerja. Secara lebih jelas indikator dari komunikasi efektif adalah Respect (rasa
hormat); Empathy (menempatkan diri dalam situasi dan kondisi yang terjadi);
Audible (dapat didengarkan dan dimengerti dengan baik); Clarity (kejelasan
pesan); dan Humble (rendah hati, mau menghargai, mendengar, menerima kritik,
tidak sombong). 14
Sedangkan indikator dari kinerja meliputi kemampuan dalam
bentuk karya nyata, hasil kerja dalam rangka mencapai tujuan sekolah,
tanggungjawab dalam menjalankan amanah profesi dan moral, kepatuhan,
komitmen, loyalitas, serta memiliki produktivitas kerja yang tinggi.15
Butir-butir pertanyaan dalam angket diberi skor dengan menggunakan
teknik skala likert. Skala likert merupakan skala yang dapat dipergunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
suatu gejala atau fenomena.16
Bentuk pertanyaan dalam skala likert bisa positif
dan bisa negatif. Pertanyaan positif untuk mengukur sikap positif dengan
menggunakan urutan skor 5, 4, 3, 2, 1. Adapun pertanyaan negatif untuk
13
Sutrisno Hadi, Metodologi Research 1, Yogyakarta : Fak Psikologi UGM, 1981, 70 14
Asep Syamsul M. Romli, Komunikasi Dakwah Pendekatan Praktis, e-book, diunduh
melalui http://www.academia.edu/8116994 [9/2/2016], 44. 15
Donni Juni Priansa, Kinerja dan Profesionalisme Guru, Bandung: Alfabeta, 2014, 79 16
Djaali dan Pudji Muljono, Pengukuran dalam Bidang Pendidikan, Jakarta: Grasindo,
2008, 28
9
mengukur sikap negatif dengan urutan skor 1, 2, 3, 4, 5. Sedangkan untuk
mengetahui karakteristik gender, responden diminta untuk menuliskan jenis
kelamin mereka.
Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen.17
Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada
variabel persepsi guru tentang komunikasi efektif dalam kepengawasan dari 16
item pertanyaan persepsi guru tentang komunikasi efektif dalam kepengawasan
terdapat 14 item instrumen angket yang valid, serta sebanyak 2 instrumen yang
tidak valid. Angket yang tidak valid di buang dan tidak digunakan dalam
penelitian, sehingga instrumen yang digunakan penelitian hanya sebanyak 14
item. Adapun pada variabel kinerja guru, dari 28 item pertanyaan yang diajukan
diperoleh bahwa sebanyak 25 item instrumen angket valid dan 3 instrumen yang
tidak valid, sehingga instrumen yang digunakan dalam penelitian hanya sebanyak
25 item.
Uji Reliabilitas
Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik.18
Dalam pengujian reliabilitas instrumen pada penelitian ini
digunakan pengujian reliabilitas dengan internal consistensy. Pengujian
reliabilitas dengan internal consistensy dilakukan dengan cara mencobakan
17 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar ...., 144
18 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar...., 154
10
instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik
tertentu.19
Adapun hasilnya dapat dilihat dari nilai cronbach alpha, dimana suatu
construct dikatakan reliable jika memberikan nilai cronbach alpha > 0,7 dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Uji Reliabilitas Instrumen
Variabel
Alpha
Cronbach’s Keterangan
X
Y
0.796
0,841
Reliable
Reliable
Deskripsi Variabel Persepsi Guru tentang Komunikasi Efektif dalam
Kepengawasan
Dari hasil perhitungan menggunakan SPSS diketahui data sebagai berikut:
Tabel 2. Descriptive Statistics
N Range Min Max Mean
Std.
Deviation
X 49 35.00 30.00 65.00 52.5306 7.25173
Valid N
(listwise) 49
Dengan demikian diketahui rata-rata persepsi guru tentang komunikasi efektif
dalam kepengawasan adalah 52,5306 sedangkan standar deviasi 7.25173. adapun
untuk membuat distribusi frekuensi harus diketahui interval nilai dengan langkah
sebagai berikut:
Interval nilai = ( )
( )
19
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2014,
131
11
Interval nilai =
8,75 dibulatkan menjadi 9
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Variabel X
Interval Nilai F FR (%) Kategori
57 – 65 12 24.5% Sangat Baik
48 – 56 28 57.1% Baik
39 – 47 7 14.3% Cukup
30 – 38 2 4.1% Kurang
Jumlah 24 100%
Dari tabel di atas diketahui rata – rata persepsi guru tentang komunikasi
efektif dalam kepengawasan di Kecamatan Tuntang dan Kecamatan Banyubiru
Kabupaten Semarang tahun 2016 adalah 52,5306 termasuk pada kategori baik
dengan persentase 57.1%.
Deskripsi Variabel Kinerja Guru
Dari hasil perhitungan menggunakan SPSS diketahui data sebagai berikut:
Tabel 4. Descriptive Statistics
N Range Min Max Mean Std. Deviation
Y 49 45.00 60.00 105.00 89.2449 11.59837
Valid N
(listwise)
Data di atas diperoleh rata-rata kinerja guru adalah 89.2449 sedangkan standar
deviasi 11.5983, adapun interval nilainya sebagai berikut:
Interval nilai =
11,25 di bulatkan menjadi 11
12
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Variabel Y
Interval Nilai F FR (%) Kategori
95 – 105 20 40.8% Sangat Baik
84 – 94 16 32.7% Baik
73 – 83 6 12.2% Cukup
62 – 72 7 14.3% Kurang
Jumlah 49 100%
Dari tabel diatas diketahui rata – rata kinerja guru PAI SD di Kecamatan
Tuntang dan Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang tahun 2016 adalah
89.2449 termasuk pada kategori baik dengan presentase 32.7%.
Uji Hipotesis 1
Uji hipotesis 1 adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh dari variabel
bebas (independent) terhadap variabel terikat (dependent), maka uji analisisnya
digunakan uji analisis regresi karena variabel terikat hanya dipengaruhi oleh satu
variabel bebas, maka pengujian dilakukan dengan menggunakan uji regresi linear
sederhana.20
Persamaan matematis yang digunakan berbentuk y = β0 + β1 x + ɛ 21.
Adapun beberapa langkah yang digunakan dalam pengujian analisis regresi
20
Tony Wijaya, Cepat Menguasai SPSS 20, Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka, 2012, 98. 21
Sukestiyarno, Olah Data Berbantuan SPSS, Semarang: Universitas Negeri Semarang,
2011, 66.
13
sederhana adalah uji asumsi persyaratan meliputi uji kenormalan dan uji
homogenitas serta uji pengaruh dengan menggunakan uji linearitas.22
Uji Kenormalan dan Uji Homogenitas
Pada penelitian ini normalitas dapat dilihat dari uji Kolmogorov Smirnov
dengan menginterpretasikan hasil output, apabila sig > 5% maka asumsi variabel
dependen terdistribusi normal. Perolehan dari uji normalitas dan homogenitas
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 5. Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Test
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
kin_gur ,124 49 ,055 ,932 49 ,008
a. Lilliefors Significance Correction
Tabel 6. Uji Homogenitas dengan Tendensi Sentral
22
Sukestiyarno, Olah Data ...., 68-71.
Statistics
kin_gur
N Valid 49
Missing 0
Mean 89,24
Std. Deviation 11,598
Skewness -,738
Std. Error of Skewness ,340
Kurtosis -,264
Std. Error of Kurtosis ,668
Minimum 60
Maximum 105
14
Pada tabel 5, nilai sig = 0,55 lebih tinggi dibandingkan dengan taraf
signifikansi 5% (0,05) serta pada tabel 6 nilai skewness diketahui -0,738
merupakan nilai negatif yang hampir berdekatan dengan nol, hal demikian
memberikan gambaran bahwa sebaran data telah memenuhi asumsi normalitas.
Kondisi homogenitas variabel dependen atau kinerja guru PAI, kita lihat
nilai kurtosisnya = -0,264. Nilai tersebut berdekatan dengan angka nol sehingga
dapat diasumsikan bahwa homogenitas terpenuhi.
Uji Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan
dua variabel yang diteliti sekaligus untuk melihat pengaruh variabel bebas atau
persepsi guru tentang komunikasi efektif dalam kepengawasan terhadap variabel
terikat atau kinerja guru-guru PAI. Hasil pengujian dapat dilihat dari interpretasi
pembacaan output proses uji hipotesis dalam membuktikan model persamaan y =
β0 + β1 x + ɛ
Tabel 7. Persamaan Regresi Berdasar Sampel
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 41,721 10,200 4,090 ,000
pers_gur ,905 ,192 ,566 4,702 ,000
a. Dependent Variable: kin_gur
Diperoleh nilai a = 41,721 dan b = 0, 905. Jadi persamaan regresinya ŷ = 41,721 +
0, 905 x.
15
Adapun untuk menerima atau menolak hipotesis dibaca pada tabel
perhitungan distribusi F berikut:
Tabel 8. Perhitungan Distribusi F
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2065,989 1 2065,989 22,113 ,000b
Residual 4391,072 47 93,427
Total 6457,061 48
a. Dependent Variable: kin_gur
b. Predictors: (Constant), pers_gur
Diperoleh F hitung sebesar 22.113 dengan tingkat probabilitas 0,000
(signifikansi). Probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05 dan F hitung lebih besar dari
F tabel, maka model regresi dapat dipergunakan untuk memprediksi kinerja guru-
guru PAI SD atau dapat dikatakan bahwa variabel antara persepsi guru tentang
komunikasi efektif dalam kepengawasan berpengaruh signifikan terhadap
variabel kinerja Guru-Guru PAI SD di Kecamatan Tuntang dan Kecamatan
Banyubiru Kabupaten Semarang tahun 2016.
Adapun seberapa besar kemampuan variabel independen dalam
menerangkan variabel dependen dapat diketahui dari koefisien determinasi
dengan melihat Adjusted R Square pada tabel berikut:
Tabel 9. Hasil Koefisien Determinasi
Model Summary(b)
Model R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .566(a) .320 .305 9.66577
a Predictors: (Constant), X
b Dependent Variable: Y
16
Data di atas terlihat bahwa R Square sebesar 0,320 atau 32%. Hal ini
berarti sebesar 32% kemampuan model regresi dari penelitian ini dalam
menerangkan variabel dependen. Artinya 32% variabel persepsi guru tentang
komunikasi efektif dalam kepengawasan terhadap kinerja guru dapat dijelaskan
oleh variansi dari variabel independen kinerja guru. Sedangkan sisanya (100% -
32% = 68%) dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya yang tidak diperhitungkan
dalam analisis penelitian ini.
Uji hipotesis 2
Analisis ini digunakan untuk mengetahui bagaimana gender dalam
memoderasi persepsi guru-guru PAI SD tentang komunikasi efektif dalam
kepengawasan terhadap kinerja guru–guru PAI. Adapun model analisis yang
digunakan adalah Uji Nilai Selisih Mutlak dengan persamaan regresi sebagai
berikut:
Y = α + β1X + β2 Z + β3 |X-Z| dan Y = α + β1ZX+ β2ZZ+ β3 AbsXZ23
Dengan bantuan program SPSS diperoleh hasil berikut:
Tabel 10. Hasil Perhitungan Interaksi Persepsi Guru tentang Komunikasi efektif
dalam Kepengawasan dan Gender
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2399,601 3 799,867 8,871 ,000b
Residual 4057,460 45 90,166
Total 6457,061 48
a. Dependent Variable: kin_gur
b. Predictors: (Constant), Abspers_gur_Z, Zscore(pers_gur), Zscore(gender z)
23
Tony Wijaya, Cepat Menguasai ...., 141-144.
17
Pada tabel 10 diperoleh bahwa nilai F hitung 8,871 dan nilai signifikansi
0,000 < 0,05, hal ini berarti terdapat pengaruh bersama antara Zscore(pers_gur),
Zscore(gender z) dan Abspers_gur_Z terhadap kinerja, artinya bahwa persamaan
tersebut dapat digunakan untuk penelitian ini.
Tabel 11. Hasil Perhitungan Pengaruh Interaksi Persepsi Guru tentang
Komunikasi efektif dalam Kepengawasan dan Gender terhadap Kinerja Guru
Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 87,277 2,632 33,155 ,000
Zscore(pers_gur) 6,232 1,398 ,537 4,458 ,000
Zscore(gender z) 2,287 1,398 ,197 1,636 ,109
Abspers_gur_Z 1,814 2,080 ,104 ,872 ,388
a. Dependent Variable: kin_gur
Dari penghitungan didapat persamaan Y = 87,277 + 6,232
Zscore(pers_gur) +2,287 Zscore(gender z) + 1,814 Abspers_gur_Z
Dari tabel 11 dapat diketahui bahwa gender tidak mempunyai pengaruh
atau terhadap kinerja guru dengan ditunjukkan nilai sig 0,109 > 0,05. Namun
dalam interaksinya dengan persepsi guru tentang komunikasi dalam
kepengawasan, gender berpengaruh positif terhadap kinerja dengan ditunjukkan
dari nilai positif pada koefisien Abspers_gur_Z (1,814), akan tetapi pengaruh
tersebut tidak signifikan dengan ditunjukkannya nilai sig 0,388 > 0,05.
Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan interaksi antara
persepsi guru tentang komunikasi efektif dalam kepengawasan dengan gender
dalam pengaruhnya terhadap kinerja dapat dilihat pada tabel berikut:
18
Tabel 12. Hasil Perhitungan Besaran Pengaruh Interaksi Persepsi Guru tentang
Komunikasi efektif dalam Kepengawasan dan Gender terhadap Kinerja
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,610a ,372 ,330 9,496
a. Predictors: (Constant), Abspers_gur_Z, Zscore(pers_gur),
Zscore: gender z
Dari tabel di atas ditunjukkan bahwa Adjusted R Square 0,330 artinya
variabel persepsi guru tentang komunikasi efektif dalam kepengawasan, gender
dan interaksi variabel persepsi guru tentang komunikasi efektif dalam
kepengawasan dengan gender dapat menjelaskan variabilitas kinerja sebesar 33%.
Adapun 67% variabilitas kinerja dipengaruhi oleh variabel lain.
Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi guru tentang komunikasi
efektif dalam kepengawasan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
guru. Artinya, semakin tinggi nilai persepsi guru tentang komunikasi efektif yang
dijalankan dalam proses kepengawasan, maka kinerja guru juga akan semakin
meningkat, atau semakin efektif komunikasi yang terjadi dalam proses
kepengawasan dapat menjadikan kinerja guru akan semakin baik.
Penelitian ini dapat menjelaskan pendapat Stephen P. Robinson dan
Timothy A. Judge (2008) yang mengatakan bahwa sebuah komunikasi dapat
menentukan kinerja. Disamping itu, penelitian ini mendukung hasil penelitian M.
Shaunan Fahmi (2010) yang menyatakan bahwa komunikasi berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja pegawai. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan
19
dengan hasil penelitian Kistoyo (2008) yang menyimpulkan penelitiannya bahwa
komunikasi tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja pegawai.
Penelitian ini juga mengungkap bahwa gender merupakan variabel yang
hanya dapat sedikit memoderasi pengaruh persepsi guru tentang komunikasi
efektif dalam kepengawasan terhadap kinerja guru. Hasil penelitian ini kurang
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh M. Shaunan Fahmi (2010)
yang menyatakan bahwa gender memoderasi secara signifikan dan positif
terhadap pengaruh komunikasi terhadap kinerja. Adapun dengan ungkapan Tanen
dalam Stephen P. Robin dan Timothy A. Judge (2008) yang menyatakan bahwa
laki-laki berkomunikasi untuk kebebasannya, sedangkan perempuan lebih untuk
membangun keintiman maka dapat dikatakan bahwa pernyataan tersebut belum
mengarah secara khusus kepada kinerja.
Simpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan
signifikan dari variabel bebas (X) yaitu persepsi guru tentang komunikasi efektif
dalam kepengawasan terhadap variabel terikat (Y) yakni kinerja.
Variabel moderator (Z) atau gender hanya sedikit memoderasi pengaruh
variabel (X) atau persepsi guru tentang komunikasi efektif dalam kepengawasan
dengan variabel terikat (Y) yakni kinerja guru PAI. Artinya gender bukan variabel
yang menguatkan pengaruh persepsi tentang komunikasi efektif terhadap kinerja
guru.
20
Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini seperti teori-teori dan hasil
pendukung dari penelitian sebelumnya. Pekerjaan penelitian yang berkaitan
dengan komunikasi efektif di tempat kerja, serta kinerja. Penelitian yang berkaitan
dengan komunikasi dalam kepengawasan dengan melibatkan gender guru juga
masih terbatas. Hal ini menghasilkan pembuktian hasil penelitian dengan teori
pendukung yang juga relatif terbatas.
Variabel kinerja diukur hanya dengan dilakukan penilaian atas diri sendiri
yang tentunya masih mengandung subyektivitas. Akan lebih baik jika kinerja
diukur dengan melibatkan beberapa pihak yang berpengaruh.
Penelitian ini hanya dilakukan guru-guru PAI di Kecamatan Tuntang dan
Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang sehingga hasilnya belum dapat
digunakan sebagai dasar generalisasi yang mewakili guru-guru secara
keseluruhan.
Peneliti selanjutnya dapat meneliti tentang komunikasi dalam
kepengawasan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung
pelaksanaannya di lapangan. Disamping itu peneliti selanjutnya juga dapat
mencari variabel lain yang dapat mempengaruhi kinerja Guru Pendidikan Agama
Islam SD seperti gaya kepemimpinan, gaya kepengawasan, dan atau kompetensi
pendidikan sebagai variabel bebas serta status guru atau tingkat pendidikan
sebagai variabel moderator.
21
DAFTAR PUSTAKA
Aedi, Nur. Pengawasan Pendidikan Tinjauan Teori dan Praktek. Jakarta:
Rajawali Pers, 2014.
Bastable, Susan B. Perawat sebagai Pendidik: Prinsip-prinsip Pengajaran dan
Pembelajaran. Penerjemah: Gerda Wulandari & Gianto Widiyanto. Jakarta: EGC,
2002.
Browning, Geil. Emergenetics Menyadap Ilmu Kesuksesan Baru.
Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 2013.
Djaali & Muljono, Pudji. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta:
Grasindo, 2008.
Djarwanto Ps & Subagyo, Pangestu. Statistik Induktif. Yogyakarta: BPFE, 1996.
Fahmi, M. Shaunan. “Pengaruh Motivasi, Diklat dan Komunikasi terhadap
Kinerja Pegawai dengan Gender sebagai Variabel Moderating (Studi pada
Lembaga Teknis Kota Salatiga) tahun 2010”, tesis, Universitas Sultan Agung
Semarang, 2010.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research 1. Yogyakarta : Fak Psikologi UGM, 1981.
Ivancevich, John M. & Konopaske, Robert & Mateson, Michael T. Perilaku dan
Manajemen Organisasi. Penerjemah: Gina Gania. Jakarta: Penerbit Erlangga,
2006.
Kistoyo, “Pengaruh Kepemimpinan, Komunikasi dan Lingkungan Fisik terhadap
Kinerja Pegawai pada Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan Tahun
2008”, tesis, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2008.
Mulianto, Sindu dkk. Panduan Lengkap Supervisi Diperkaya Perspektif Syariah.
Jakarta: Elex Media Komputindo, 2006.
Prasojo, Lantip Diyat dan Sudiyono. Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: Gava
Media, 2011.
Priansa, Donni Juni. Kinerja dan Profesionalisme Guru. Bandung: Alfabeta,
2014.
Robbins, Stephen P. & Judge, Timothy A. Perilaku Organisasi. Penerjemah:
Diana Angelica dkk. Jakarta: Salemba Empat, 2008.
22
Romli, Asep Syamsul M. Komunikasi Dakwah Pendekatan Praktis. e-book.
diunduh melalui http://www.academia.edu/8116994 [9/2/2016].
Sahertian, Piet A. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta:
Rineka Cipta, 2010.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2014.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2014.
Sukestiyarno. Olah Data Berbantuan SPSS. Semarang: Universitas Negeri
Semarang, 2011.
Wijaya, Tony. Cepat Menguasai SPSS 20. Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka,
2012.