Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERLAKUAN AKUNTANSI PENDAPATAN DAN BEBAN BERBASIS
AKUNTANSI SYARIAH KHUSUSNYA TRANSAKSI MUDHARABAH
DAN MUSYARAKAH PADA PT AMANAH FINANCE MAKASSAR
A. MUHAMMAD ZULFADLI
10573 02026 10
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2015
PERLAKUAN AKUNTANSI PENDAPATAN DAN BEBAN BERBASIS
AKUNTANSI SYARIAH KHUSUSNYA TRANSAKSI MUDHARABAH
DAN MUSYARAKAH PADA PT AMANAH FINANCE MAKASSAR
SKRIPSI
A. MUHAMMAD ZULFADLI
10573 02026 10
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadyah Makassar
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2015
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Pembimbing yang ditunjuk berdasarkan surat persetujuan Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar No. ……………2015 untuk
membimbing saudara:
Nama : A. Muhammad Zulfadli
NIM : 10573 02026 10
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi
Judul Skripsi : “PERLAKUAN AKUNTANSI PENDAPATAN DAN
BEBAN BERBASIS AKUNTANSI SYARIAH
KHUSUSNYA TRANSAKSI MUDHARABAH DAN
MUSYARAKAH PADA PT AMANAH FINANCE
MAKASSAR “
Menyatakan bahwa Skripsi ini telah diperiksa dan dapat diujikan di depan
Panitia pembimbing Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Makassar, 2015
Pembimbing I Pembimbing II
H.Andi Arman,S.E, M.Si.Ak Abd. Salam,HB,S.E,M.Si.AK
Mengetahui :
Universitas Muhammadyah Makassar
Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Jurusan Akuntansi
Dr.H.Mahmud Nuhung ,M.A Ismail Badollahi,S.E,M.Si.Ak
NBM : 497 794,- NBM : ,- 1073 428
ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa:
Nama : A.Muhammad Zulfadli
NIM : 10573 02026 10
Tempat/Tanggal Lahir : Makassar 07 08 1991
Fakultas : Ekonomi
Jurusan : Akuntansi
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammdiyah Makassar
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul:
“PERLAKUAN AKUNTANSI PENDAPATAN DAN BEBAN BERBASIS
AKUNTANSI SYARIAH KHUSUSNYA TRANSAKSI MUDHARABAH
DAN MUSYARAKAH PADA PT AMANAH FINANCE MAKASSAR”
1. Benar-benar hasil penelitian /karya sendiridan bukan merupakan
pelanggaran Hak Karya Cipta (PLAGIAT) atau saduran dari karya
tulis/paper/jurnal/tesis/disertasi orang lain
2. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain ,kecuali secara tertulis dengan jelas telah
dicantumkan dalam daftar pustaka
3. Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut di
atas ,baik sengaja maupun tidak disengaja ,dengan ini saya menyatakan
menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini,yang
berarti GELAR SEBAGAI SARJANA EKONOMI (SE) DAN IJAZAH
YANG TELAH DIBERIKAN OLEH UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR BATAL SAYA TERIMA ATAU
TIDAK SAH .
4. Sebagaimana angka 3 di atas ,apabila dikemudian hari surat pernyataan yang
saya buat ini terbukti tidak benar ,maka saya bersediah menerima sanksi
akademik maupun sanksi pidana /yuridis atas pelanggaran Hak Karya
Cipta (PLAGIAT) atau penipuan sesuai peraturan /undang –undang yang
berlaku.
Makassar, 2015
Diketahui oleh:
Ketua Jurusan Akuntansi Yang membuat pernyataan
Ismail badollahi ,S.E.,M.Si.Ak A.Muhammad Zulfadli
NBM. - 1073 428 NIM. 10573 02026 10
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat merampungkan skripsi ini. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Program Studi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadyah
Makassar.
Skripsi ini disusun secara sistematis yang terdiri dari lima bab. Bab I
pendahuluan terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan
manfaat penelitian. Bab II Landasan teori , kerangka pemikiran,dan Hipotesis Bab
III metode penelitian, terdiri dari variabel dan desain penelitian, definisi
operational variabel dan pengukuran variabel, populasi dan sampel, metode
pengumpulan data, metode analisis data,sistematika pembahasan. Bab IV
gambaran umum perusahaan tem pat penelitian. Bab V terdiri pembahasan hasil
penelitian. Bab VI terdiri dari kesimpulan dan saran.
Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini penulis menyadari
sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat bimbingan, arahan, dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan
terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:
iv
1. Bapak H.Andi Arman,S.E, M.Si, selaku pembimbing I dan Bapak Ak Abd.
Salam,HB,S.E,M.Si.AK, selaku pembimbing II, yang senantiasa meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan dan petunjuk bagi penulis
dalam rangka penulisan skripsi ini.
2. Bapak Ismai Badollahi,S.E,M.Si.Ak, Ketua Program Studi/ Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadyah Makassar, yang dengan tulus
memberikan nasehat, bimbingan, semangat serta petunjuk selama penulis
menempuh pendidikan di Universitas Muhammadyah Makassar ini sampai
pada penyusunan dan penulisan skripsi ini.
3. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi/Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadyah Makassar yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan selama penulis duduk di bangku kuliah.
4. Bapak Dr. H. Mahmud Nuhung , M.A.,selaku Dekan dan para Pembantu
Dekan serta staf Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadyah Makassar
yang telah membantu dalam kelengkapan administrasi penelitian.
5. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M.Pd., Rektor Universitas Muhammdyah Makassar
yang telah memberikan pengarahan selama penulis menempuh proses
pendidikan.
6. Bapak Kepala Pimpinan Amanah Finance Makassar Tbk , serta segenap
pegawai yang telah membantu penulis selama penelitian ini berlangsung.
7. Keluarga besarku tercinta yang selama ini memberikan dukungan moril dan
materil, khususnya orang tua
v
8. Kepada Saudaraku , Fio sotta, Bunda, Wati gile, Khudriah, Emha, Irma, Cua
Racunk, Evan, Eko, irah, Tepenk, Afil, Irham, Andi, dan teman-teman
angkatan 2010 yang tidak sempat saya sebutkan namanya satu persatu.
Semoga pertemanan ini akan tetap hadir dan melekat dalam hati kita masing-
masing dan terima kasih atas semua bantuannya serta pengalaman berharga
yang kalian berikan padaku selama ini.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis, karena keterbatasan tempat
sehingga tidak dapat dituliskan namanya, namun tidak mengurangi rasa terima
kasih penulis. Semoga segala bantuan yang diberikan walau sekecil apapun
memperoleh ganjaran di sisi-Nya.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
terkait, dan semoga semua bantuan dan partisipasi yang diberikan kepada penulis
bernilai ibadah di sisi Allah SWT, Amin Ya Rabbal Alamin.
Wa’alaikumsalam Wr. Wb
Makassar, ..........2015
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Masalah Pokok ................................................................................ 4
C. Tujuan dan Manfaat penelitian......................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pendapatan ...................................................................... 6
B. Sumber dan Penggolongan Pendapatan .. ......................................... 10
C. Pengakuan Pendapatan ...................................................................... 12
D. Metode Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan .............................. 20
E. Pengertian Beban .............................................................................. 23
F. Kerangka PIikir ................................................................................. 25
G. Hipotesis ........................................................................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 27
B. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 27
C. Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 28
vii
D. Metode Operasional .......................................................................... 28
E. Metode Analisis ................................................................................ 29
F. Definisi Operasional ......................................................................... 29
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Singkat PT.Amanah Finance ................................................ 31
B. Visi dan Misi PT. Amanah Finance .................................................. 32
C. Struktur Organisasi PT. Amanah Finance ......................................... 35
D. Uraian Tuga-tugas PT. Amanah Finance .......................................... 37
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pengakuan dan Pendapatan dan Beban Akuntansi ........................... 42
B. Pendapatan dan Beban Sistem Syariah PT. Amanah Finance .......... 48
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...................................................................................... 65
B. Saran ................................................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA
viii
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
1.1. Tabel Neraca PT. Amanah Finance .......................................................... 49
1.2. Tabel Pendapatan Ijarah ........................................................................... 50
1.3. Tabel Perbandingan akuntansi syariah dan akuntansi konfensional ........ 53
1.4. Tabel potsulat antara akuntansi syariah dan akuntansi konfensional........ 60
1.5. Tabel Perbandingan karakteristik ............................................................. 62
ix
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
1.1 Skema kerangka pemikiran ..................................................................... 25
1.2 Struktur Organisasi ................................................................................. 35
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zona Ekonomi Islam–Akuntansi secara umum mempunyai fungsi
sebagai alat untuk menyajikan informasi khususnya yang bersifat
keuangan dalam kaitannya dengan kegiatan sosial ekonomi dalam suatu
komunitas masyarakat tertentu.Sebagaimana yang berlaku sekarang bahwa
aturan main atau standar yang digunakan untuk menyusun laporan
keuangan – yang disebut sebagai Generally Accepted Accounting
Principles – tidak bisa terlepas dari cara pandang masyarakat ( dimana
kegiatan ekonomi itu diselenggarakan ) terhadap nilai-nilai kehidupan
sosialnya. Ini terbukti dari tidak mudahnya melakukan harmonisasi standar
akuntansi secara internasional meskipun upaya kearah sana selalu
diusahakan dengan adanya International Accounting Standard, dimana
PSAK kita sebagaian juga menggunakan IAS sebagai acuan atau referensi.
Implikasi dari hal tersebut diatas menyebabkan adanya upaya yang
keras dari para cendekiawan muslim khususnya dibidang ekonomi dan
akuntansi untuk merumuskan sistim ekonomi dan akuntansi yang sesuai
dengan tuntunan Syariah Islam.
Kewajiban setiap pribadi muslim untuk menyelenggarakan
pencatatan harta kekayaannya serta hutang dan kewajibannya nyata-nyata
termuat dalam Al-Quran dengan berbagai dimensinya ,hal mana
1
2
mencerminkan tertib administrasi merupakan bagian yang sangat penting
dalam kehidupan seorang muslim sehingga memungkinkan seorang
muslim dengan mudah dapat menunaikan kewajiban-kewajibannya seperti
zakat , penyelesaian hutang piutang , perhitungan harta waris dsb.
Oleh sebab itu standarisasi akuntansi keuangan yang berbasis pada
Syariah Islam menjadi obsesi yang realistic bagi komunitas cendekiawan
dan praktisi bisnis muslim diseluruh dunia meskipun umat islam tidak
pada posisi yang kuat dan berpengaruh secara significant dalam kehidupan
sosial ekonomi dan politik untuk ukuran global yang bahkan akhir-akhir
ini sedang menghadapi ujian yang sangat berat.
Menurut Undang-undang nomor 21 Tahun 2008 Tentang
Perbankan Syari’ah, yang dimaksud Bank Syari’ah adalah Bank yang
menyalurkan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syari’ah dan menurut
jenisnya terdiri atas Bank Umum Syari’ah dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syari’ah. Sedangkan pengertian Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah ialah
Bank Syari’ah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam
lalulintas pembayaran.
Sejak diundangkannya Undang-undang tersebut, menurut jenisnya
bank digolongkan menjadi dua yaitu, Bank Umum dan Bank Perkreditan
Rakyat. Bank Umum diartikan dalam dua pengertian yaitu Bank
Konvensional dan Bank Syari’ah, keduanya melaksanakan kegitan bank
yaitu melakukan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dan
3
menyalurkannya kepada masyarakat dan ditambah dengan memberikan
jasa dalam lalulintas pembayaran. Sedangkan untuk Bank Perkreditan
Rakyat Konvensioanal maupun Syari’ah,dalam kegiatannya menghimpun
dan menyalurkan dana masyarakat tidak memberikan jasa dalam lalulintas
pembaaran. Sehingga munculnya perbankan Islam (syariah) dewasa ini
bukan mrupakan gejala baru dalam dunia perbankan. Hal ini ditandai
dengan semangat tinggi dari berbagai kalangan, yaitu ulama, akademisi,
dan praktisi untuk mengembangkan perbankan tersebut dari sekitar
pertengahan abad 20 Masehi. Lembaga keuangan ini usaha pokoknya
memberikan kredit dan jasajasa dalam lalu lintas pembayaran serta
peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip
syariat Islam yang mengacu pada ajaran Al-Qur’an dan Hadits, serta
pemahaman bahwa bunga bank adalah riba.
PT. Amanah Finance awalnya didirikan dengan nama PT. Central
Tiffins Leasing berdasarkan Akte Notaris No. 279 tanggal 28 Desember
1984. Yang dibuat dihadapan Musjaffak sebagai pengganti Notaris
Misahardi Wilamarta, SH di Jakarta, dan telah disetujui oleh Menteri
Kehakiman dengan surat keputusan No. C2–4256-HT.01.01.TH’85
tanggal 15 Juli 1985.
Kemudian berdasarkan Akte No. 108 tanggal 14 Juni 1990 yang
dibuat dihadapan Notaris R. Arie Sutardjo, SH nama perseroan diubah
menjadi PT. Ayumas Finance yang telah disetujui oleh Menteri
Kehakiman dengan surat keputusan No. 02-4475.HT.01-04.THN 1990.
4
Sehubungan dengan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian dalam rangka penulisan hukum yang berkaitan
dengan judul : Perlakuan Akuntansi Pendapatan dan Beban pada PT
Amanah Finance Makassar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis dapat
merumuskan sebuah permasalahan yaitu:
“Bagaimana Perlakuan Akuntansi Pendapatan dan Beban atas pembiayaan
syariah khususnya transaksi mudharabahah dan musyarakah pada PT
Amanah Finance Makassar?
C. Tujuan dan Manfaat
a. Tujuan
Penelitian merupakan kegiatan ilmiah dimana berbagai data dan
informasi dikumpulkan, dirangkai dan dianalisa yang bertujuan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan juga dalam rangka pemecahan
masalah-masalah yang dihadapi.
b. Tujuan penelitian merupakan sasaran yang ingin dicapai sebagai
jawaban atas permasalahan yang dihadapi (tujuan obyektif) maupun
untuk memenuhi kebutuhan (tujuan subyektif).
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Tujuan Obyektif
5
Untuk mengetahui Perlakuan Akuntansi Pendapatan dan Beban atas
pembiayaan syariah pada PT Amanah Finance Makassar
2. Tujuan Subyektif
a. Untuk memperoleh data sebagai bahan utama penyusunan
penulisan hukum guna memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di bidang ilmu ekonomi Islam
b. Untuk menambah wacana dalam rangka mendukung
pengembangan hukum perbankan pada umumnya dan perbankan
Islam pada khususnya.
c. Kegunaan
Suatu penelitian tentunya diharapkan akan memberikan manfaat
yang berguna, khususnya bagi ilmu pengetahuan bidang penelitian
tersebut.
3. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:
a. Kegunaan Teoritis
Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan
ilmu ekonomi Islam khususnya di bidang hukum perbankan
mengenai Perlakuan Akuntansi Pendapatan dan Beban pada sistem
syariah
b. Kegunaan Praktis
1. Untuk memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti.
2. Membantu memberikan pemahaman mengenai pelaksanaan
simpanan dengan sistem bagi hasil di bank syariah
6
3. Memberikan sumbangan pemikiran bagi para pihak yang
berkepentingan dalam penelitian atau bidang ini.
6
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
A. Pendapatan
1. Pengertian Pendapatan
Untuk lebih menjelaskan pengertian pendapatan kiranya perlu
dijelaskan terlebih dahulu tentang pendekatan konsep pendapatan.
Pada dasarnya ada dua pendekatan terhadap konsep pendapatan yang
dapat ditemukan dalam literature akuntansi.
a. Pendekatan yang memusatkan pada arus masuk (inflow) aktiva
yang ditimbulkan oleh kegiatan operasional perusahaan, di mana
pendapatan akan diakui pada saat itu juga atau pada saat terjadinya
penjualan, yaitu pada saat terjadinya arus masuknya aktiva baru
sebagai akibat dari hasil akhir kegiatan operasional dan besarnya
pendapatan itu dapat diukur menurut nilai dari aktiva yang masuk
tersebut.
b. Pendekatan yang memusatkan perhatian pada penciptaan barang
dan jasa serta penyalurannya kepada konsumen atau produsen
lainya, misalnya kepada para perusahaan kontraktor di mana dalam
mengerjakan kontrak jangka panjang dengan menggunakan
persentase penyelesaian dalam mengakui pendapatannya, maka
pendapatan akan diakui sesuai dengan besarnya jasa yang telah
dikerjakan atau juga pekerjaan yang telah diselesaikan dan harus
diakui pada saat itu.
6
7
Secara etimologis pendapatan adalah terjemahan dari bahasa
inggris yaitu income yang kemudian oleh S. Wojowaskito dan W.J.S.
Poerwadarminta dalam "Kamus Lengkap" (1980 : 83) diterjemahkan
sebagai "Pendapatan, Penghasilan".
2. Konsep – Konsep Pendapatan
Pengertian dan penafsiran yang berkelainan dengan pendapatan
disebabkan oleh adanya latar belakang yang berbeda dalam
penyusunan konsep pendapatan itu sendiri. Dari berbagai literatur teori
akuntansi dapat diketahui bahwa terdapat berbagai konsep mengenai
pendapatan. Walaupun setiap konsep pendapatan yang ada akan
menimbulkan pengertian dan penafsirannya masing-masing, namun
sebenarnya konsep-konsep pendapatan tersebut memiliki dasar yang
sama. Secara garis besar konsep mengenai pendapatan dapat ditinjau
dari dua segi pandang :
1. Pendapatan Menurut Ilmu Ekonomi
2. Pendapatan Menurut Ilmu Akuntansi
Hendriksen (2002: 163), menyatakan ada 2 (dua) pendekatan terhadap
konsep pendapatan yang ditemui dalam literatur – literatur akuntansi
yaitu :
1. Konsep Arus Masuk (Inflow Concept)
ISSN 2303-1174 Valen A. Lumingkewas, Pengakuan Pendapatan
dan 202 Jurnal EMBA Vol.1 No.3 Juni 2013, Hal. 199-206
8
Konsep arus masuk adalah sebuah pandangan yang menekankan
pada arus masuk atau peningkatan aktiva yang timbul sebagai
akibat dari aktifitas operasional perusahaan, atau arus masuk
menegaskan bahwa
pendapatan ada karena dilaksanakan kegiatan usaha.
2. Konsep Arus Keluar (Out Flow Concept)
Konsep Arus keluar adalah sebuah pandangan yang menganggap
pendapatan sebagai arus keluar dalam arti bahwa dasar timbulnya
pendapatan adalah diawali dengan proses penciptaan barang dan
jasa oleh perusahaan melalui factor- factor produksi selama masa
tertentu.Barang atau jasa tersebut akan keluar dari perusahaan
melalui penjualan atau penyerahan barang atau jasa yang kemudian
menimbulkan pendapatan bagi perusahaan.
Pengertian pendapatan menurut Zaki Baridwan (1992 : 30) adalah
sebagai berikut.
Pendapatan adalah aliran masuk atau kenaikan lain aktiva suatu
badan usaha atau pelunasan utangnya selama suatu periode tertentu yang
berasal dari penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa atau dari
kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama badan usaha.
Menurut Theodorus M. Tuanakotta dalam bukunya Teori
Akuntansi I (1984 : 153), definisi-definisi yang menganut inflow concept
biasanya merupakan definisi yang masih bersifat tradisional, yaitu
9
menyatakan bahwa revenue adalah inflow assets atau net assets ke dalam
perusahaan sebagai akibat penjualan barang atau jasa. Dalam praktek
tradisional aktiva pada umumnya meningkat atau hutang berkurang pada
saat penjualan atau penyerahan barang atau jasa. Padahal tidak selalu
meningkatnya aktiva atau berkurangnya sejumlah hutang disebabkan oleh
pendapatan tetapi bisa disebabkan oleh alasan-alasan lain, walaupun
pendapatan memang merupakan salah satu alasan mengapa jumlah aktiva
bertambah dan sejumlah hutang berkurang. Kelemahan lain dari inflow
concept adalah timbulnya masalah penetapan waktu bagi pendapatan pada
saat penjualan atau saat pengiriman barang atau jasa padahal penetapan
waktu bagi pendapatan dimungkinkan dapat terjadi tidak hanya pada saat
penjualan atau saat pengiriman barang atau jasa.
Pendapatan merupakan penghasilan yang timbul dari aktivitas
perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti
penjualan, penghasilan jasa, bunga, deviden, royalti dan sewa. Sebaliknya
aktiva yang diperoleh dari pembelian, hasil pinjaman dan tambahan modal
tidak bisa dikatakan sebagai menaikkan pendapatan. Pengertian
pendapatan menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut.
1. Menurut M. Munandar (2001 : 16)
Pendapatan adalah suatu pertambahan asset yang mengakibatkan
bertambahnya owner's equity, tetapi bukan karena penambahan modal
baru dari pemiliknya dan bukan pula merupakan pertambahan asset
yang disebabkan karena bertambahnya liabilitas.
10
2. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2001 : 23).
Yang dimaksudkan pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat
ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu
periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak
berasal dari kontribusi penanam modal.
3. Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan pasal 4 ayat (1)
Pendapatan adalah setiap tambahan ekonomis yang diterima atau
diperoleh baik untuk konsumsi maupun untuk menambah kekayaan
wajib pajak (Liberty Pandiangan dan Jimmy Lumban Goal, 1995 :
130).
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pendapatan
(revenue) adalah hasil operasional perusahaan, berupa penambahan assets
yang mengakibatkan bertambahnya owner equity dan diukur berdasarkan
barang atau jasa yang diserahkan pada pembeli atau pelanggan serta
dinyatakan dengan satuan uang dan dilaporkan dalam laporan keuangan
untuk suatu periode tertentu. Pendapatan juga sering dikenal dengan
sebutan berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, deviden
royalti dan sewa.
B. Sumber dan Penggolongan Pendapatan
Dalam Standart Akuntansi Keuangan (SAK) dijelaskan bahwa
pendapatan didefinisikan sebagai arus masuk bruto dari manfaat ekonomi
yang timbul dari aktivitas normal perusahaan. Selama suatu periode bila
11
arusmmasuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi modal.
Dalam PSAK No. 23 paragraf 36 pernyataan ini harus ditetapkan
dalam akuntansi untuk pendapatan timbul dari transaksi dan peristiwa
ekonomi sebagai berikut.
1. Penjualan barang.
2. Penjualan jasa.
3. Penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain yang
menghasilkan bunga, royalti dan deviden.
Pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan, menurut M.
Munandar (2001 : 17) pada dasarnya dapat dibedakan dalam dua
klasifikasi, yaitu sebagai berikut.
1. Penghasilan dari operasi utama perusahaan (Operating Revenues).
Merupakan penghasilan yang diterima oleh perusahaan, yang ada
hubungan secara langsung dengan usaha (operasi) pokok/utama
perusahaan tersebut. Adapun yang berkaitan langsung dengan
penghasilan operasional adalah berikut ini.
a. Penjualan (Sales).
b. Potongan pembelian tunai (Purchase Discount).
c. Penerimaan tambahan dari pembelian (Purchase Allowance).
d. Penghasilan di luar operasi utama perusahaan (Non Operating
Revenues)
12
Merupakan penghasilan yang diterima perusahaan yang tidak ada
hubungan secara langsung dengan usaha (operasi) pokok perusahaan
tersebut. Adapun yang termasuk dalam Non Operating Revenues
adalah berikut ini.
a. Penghasilan bunga (Interest Earned).
b. Penghasilan sewa (Rent Earned).
c. Penghasilan deviden kas (Cash Devident Earned).
d. Laba (Provit)
Dengan demikian pendapatan perusahaan yang timbul dari
penjualan atau transaksi yang merupakan usaha pokok perusahaan dan
merupakan kegiatan yang didukung oleh seluruh sumber dan dana yang
dimiliki perusahaan dikatagorikan ke dalam pendapatan operasi.
Sedangkan pendapatan yang timbul dari kegiatan usaha sampingan dan
bukan merupakan usaha pokok perusahaan dimasukkan dalam pendapatan
non operasi.
C. Pengakuan Pendapatan
Kegiatan operasi perusahaan adalah proses yang terus-menerus
mulai dari pembelian bahan mentah, pengolahan bahan mentah yang
diproses dengan menggunakan tenaga kerja dan peralatan mesin, penjualan
produk, penagihan dan penerimaan uang sebagai akibat dari proses
penjualan. Semua kegiatan yang berlangsung terus menerus tersebut
merupakan langkah-langkah untuk memperoleh pendapatan.
13
Financial Accounting Standart Board (FASB) memberikan dua
criteria pengakuan pendapatan seperti yang disadur Suwardjono (1989)
adalah berikut.
1. Pendapatan baru diakui bila jumlah rupiah pendapatan telah
direalisasikanatau cukup pasti akan segera terrealisasi. Pendapatan
dikatakan telah terjadi transaksi pertukaran produk atau jasa hasil
kegiatan perusahaan dengan kas atau klaim untuk menerima kas.
Pendapatan dapat dikatakan cukup pasti akan segera terrealisasi bila
barang penukar yang diterima dapat dengan mudah untuk dikonversi
menjadi sejumlah kas atau setara kas yang cukup pasti. Untuk dapat
memenuhi persyaratan mudah dikonversi barang penukar (aktiva) yang
pasti tidak dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran barang dan mudah
dijual belikan tanpa memerlukan biaya yang berarti.
2. Pendapatan dapat diakui bilamana pendapatan tersebut sudah
terhimpun/ terbentuk. Untuk memperoleh pendapatan perusahaan
harus melakukan kegiatan memproduksi barang atau jasa yang menjadi
sumber utama pendapatan. Pendapatan dapat dikatakan telah
terhimpun bilamana kegiatan telah menghasilkan pendapatan tersebut
telah berjalan dan secara substansional telah selesai sehingga suatu unit
usaha berhak menguasai manfaat yang terkandung dalam pendapatan.
Sedangkan menurut Standar Akuntansi Keuangan (1994, PSAK No :
23, paragraf 19), bila hasil suatu transaksi yang meliputi penjualan jasa
dapat diestimasikan dengan andal, pendapatan yang sehubungan
14
dengan transaksi tersebut diakui dengan acuan pada tingkat
penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca. Hasil suatu transaksi
dapat diestimasikan dengan andal bila seluruh kondisi berikut
dipenuhi.
a. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.
b. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan
transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan.
c. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca
dapat diukur dengan andal.
d. Biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk
menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur dengan andal.
Menururt Theodorus Tuanakotta (1984 : 159), kalau dilihat dari
kegiatan peristiwa yang mendukung terjadinya pendapatan (revenue),
maka secara teoritis ketepatan waktu pengakuan pendapatan bisa pada
pelbagi saat seperti.
a. Selama berlangsungnya produksi : ini terlihat pada kontrak-kontrak
pembangunan yang bersifat jangka panjang, pada proses
peningkatan nilai secara alamiah (accretion), dan accruals.
b. Pada saat penjualan ini adalah timing dari revenue untuk
kebanyakan barang yang dijual.
c. Pada saat diterimanya uang tunai : misalnya, terjadi pada penjualan
dengan cicilan.
15
d. Sesudah produksi selesai : misalnya, dapat dijumpai dalam
produksi logam mulia dan komoditi-komoditi pertanian.
Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang hasil usaha
suatu perusahaan, maka harus ditentukan berapa pendapatan yang
dicapai perusahaan dengan seksama, oleh karena itu untuk tujuan
pencatatan dan pelaporan dalam akuntansi, diperlakukan pembatas
yang jelas mengenai kapan suatu pendapatan sudah harus diakui
sebagai pendapatan, karena jika tidak ini akan dapat merugikan
beberapa pihak, misalnya jika suatu perusahan belum mengakui
adanya suatu pendapatan atas kontrak-kontrak jangka panjang sebelum
bangunan selesai dibuat, maka hal ini akan dapat merugikan para
pemegang sahamnya jika misalnya para pemegang saham tersebut
ingin menjual sahamnya pada saat itu juga.
Sebagai ketentuaan umum, pendapatan diakui pada saat
realisasinya, atau dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Pendapatan dari penjualan produk diakui pada tanggal penjualan,
biasanya merupakan tanggal penyerahan produk kepada langganan.
2. Pendapatan atas jasa yang diberikan oleh perusahaan jasa diakui pada
saat jasa tersebut telah dilakukan dan dapat dibuat fakturnya.
3. Imbalan yang diperoleh atas penggunaan aktiva/sumber ekonomi
perusahaan oleh pihak lain, seperti pendapatan sewa, bunga, dan
16
royalty diakui sejalan dengan berlakunya waktu atau pada saat
digunakan aktiva tersebut.
Pendapatan dari penjualan aktiva di luar barang dagangan seperti :
penjualan aktiva tetap atau surat berharga, diakui pada tanggal
penjualannya. Sebagai aturan umum pelaporan pendapatan dalam
akuntansi meliputi.
a. Bukti Obyektif yang dapat diperiksa. Transaksi pertukaran antara 2
(dua) pihak merupakan peristiwa ekonomi yang nyata dan umumnya
selalu diikuti dengan bukti yang tertulis, karena itu harga pertukaran
sudah dapat ditentukan dengan pasti.
b. Konvensi. Produk yang dijual kepada pembeli dan menjadi resiko
pembeli yang bersangkutan, sedang penjual menerima suatu aktiva
tertentu atau hak untuk menagih atau berupa pencairan sejumlah
hutang tertentu.
c. Kepastian. Sejumlah biaya yang berhubungan dengan produk tersebut
dan telah dapat ditentukan dengan mudah. Namun demikian masih ada
ketidakpastian, seperti kemungkinan adanya retur penjualan atau
pembelian tidak melunasi hutangnya, juga biasanya ada garansi setelah
penjualan. Untuk mengatasi hal tersebut, perusahaan biasanya
melakukan taksiran mengenai penjualan retur, potongan-potongan,
taksiran-taksiran piutang yang tidak tertagih dan sebagainya
berdasarkan pengalaman tahun yang lalu.
17
Dalam hal tertentu, dimungkinkan untuk melakukan penyimpangan
dalam pencatatan pendapatan dari ketentuan umum seperti dikemukakan
di atas, antara lain.
1. Pendapatan diakui pada saat pembayaran diterima atau sesudah
terjadinya penjualan. Sebenarnya tidak dibenarkan untuk menunda
pengakuan pendapatan, karena sudah jelas menyimpang dari ketentuan
yang ada, yaitu bahwa pendapatan sudah harus dilaporkan pada saat
terjadinya penjualan, tetapi jika keadaan tidak memungkinkan untuk
mengakui pendapatan tersebut sampai pada saat penjualan terjadi
memang dapat dibenarkan, misalnyakarena.
- Tidak adanya dasar yang cukup untuk menentukan kolektibilitas
dari piutang, yang nantinya dapat menyulitkan perkiraan mengenai
berapa jumlah nilai aktiva yang akan dicatat.
- Apabila diperkirakan masih ada biaya-biaya yang cukup material
untuk diperhitungkan, dan biaya tadi tidak dapat ditaksir
jumlahnya secara tepat.
Jadi hanya dalam keadaan yang tidak menentu sajalah cara
tersebut di atas boleh dilakukan, atau karena tidak adanya kepastian
mengenai basarnya pendapatan yang akan diterima.
2. Pengakuan pendapatan pada penjualan konsinyasi. Konsinyasi
merupakan perjanjian di mana pihak yang memiliki barang
menyerahkan sejumlah barang kepada pihak tertentu untuk dijual
18
dengan memberikan komisi kepada penjualnya. Dalam penjualan
konsinyasi ini, penyerahan barang pada pihak penjual yang menerima
titipan, belumlah merupakan pendapatan, meskipun sudah terjadi
perpindahan barang. Pendapatan baru diakui setelah barang-barang
tersebut benar-benar telah terjual oleh consignee.
3. Pengakuan pendapatan pada saat selesai produksi.
Pengakuan pendapatan pada saat selesai produksi ini dapat dibenarkan
jika nilai dari barang tersebut sudah dapat ditentukan dengan pasti, dan
untuk memasarkan barang tersebut sudah bukan merupakan persoalan
lagi, karena pemasaran barang-barang tersebut dapat dijamin atau juga
produk yang sudah dipastikan terjual karena kontrak penjualan, dan
juga mengenai biaya pemasaran menurut periode-periode sebelumnya.
4. Pengakuan pendapatan selama produksi atau pengakuan secara
proporsional dengan tahapan produksi.
Pada pengakuan pendapatan semacam ini, kriteria dasar dari
pengakuan pendapatan sudah terlihat agak jelas di mana pendapatan
seharusnya sudah dilaporkan. Pengakuan pendapatan semacam ini
lazimnya dijumpai pada perusahaan-perusahaan kontraktor, yang
umumnya memerlukan waktu beberapa periode akuntansi. Jasa-jasa
yang telah diberikan atau pekerjaanpekerjaan yang telah diselesaikan,
akan dipergunakan sebagai dasar untuk menentukan besarnya
pendapatan yang harus diakui. Pendapatan membutuhkan pengetahuan
mengenai kepastian bahwa ia dapat diakui, dan bukan sekedar
19
pengetahuan bahwa nilai tambah sudah terjadi. Oleh karena hal-hal
yang berkaitan dengan ketidakpastianlah, maka akuntan mulai mencari
dan menciptakan kaidah-kaidah mengenai timing daripada pendapatan.
Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima
atau yang dapat diterima. Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu
transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dan
pembeli atau pemakai aktiva tersebut. Jumlah tersebut diukur dengan
nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima perusahaan
dikurangi jumlah diskon dagang dan rabat volume yang diperbolehkan
oleh perusahaan.
Pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat ekonomis
sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan.
Namun, bila suatu ketidakpastian timbul mengenai kolektibilitas suatu
jumlah yang telah termasuk dalam pendapatan, jumlah yang tidak
tertagih, atau jumlah yang pemulihannya tidak lagi besar
kemungkinannya, diakui sebagai suatu beban dari pada penyesuaian
jumlah pendapatan yang diakui semula. Biasanya perusahaan perlu
mempunyai sistem anggaran dan pelaporan keuangan intern yang
efektif. Perusahaan tersebut menelaah dan bila perlu merevisi estimasi
pendapatan sewaktu jasa diberikan. Kebutuhan revisi tersebut tidak
perlu mengindikasikan bahwa hasil transaksi tersebut tidak dapat
diestimasi dengan layak.
20
5. Pengukuran Pendapatan
Cara terbaik mengukur pendapatan adalah dengan menggunakan
nilai tukar (exchange value) dari barang atau jasa. Nilai tukar ini
menunjukkan ekuivalen kas atau nilai sekarang dari pendiskontoan
tagihan uang yang akhirnya akan diterima dari transaksi pendapatan.
Pernyataan yang dimuat dalam Standar Akuntansi Keuangan (1998 : 9)
adalah jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya
ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dan pembeli atau
pemakai aktiva tersebut diukur dengan nilai wajar imbalan yang
diterima atau yang dapat diterima perusahaan dikurangi jumlah diskon
dagang dan rabat volume yang diperbolehkan oleh perusahaan. Selain
pernyataan tersebut Theodorus M. Tuanakotta, (2001 : 155)
menyatakan bahwa cara terbaik untuk mengukur pendapatan adalah
dengan menggunakan nilai tukar atas barang dan jasa. Dalam banyak
kasus, nilai tukar bisa diekuivalenkan dengan harga yang telah
disepakati dalam transaksi dengan pelanggan. Tetapi harus ada
perhitungan lebih yang dibuat waktu menunggu hingga tagihan
dibayar.
D. Metode Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan yang Lazim
Digunakan pada Perusahaan Industri Konstruksi
Sistem akuntansi perusahaan industri konstruksi merupakan suatu
hal yang menarik karena mempunyai ciri-ciri tersendiri yang
membedakannya dengan perusahaan dagang atau perusahan industri
21
lainnya. Perbedaan ini disebabkan oleh dua hal pokok, yaitu lokasi serta
lamanya dari pekerjaan yang dilaksanakan oleh perusahaan industry
konstrusi. Perusahaan industri konstruksi biasanya bekerja atas dasar
kontrak, dimana harga jualnya telah ditentukan lebih dahulu sebelum
produksi dimulai, dan dilaksanakan di tempat proyek serta
penyelesaiannya juga berbulan-bulan dan bahkan lebih dari satu atau dua
periode pembukaan. Walaupun perusahaan industri konstruksi bekerja atas
dasar pesanan, namun tidak dapat disamakan dengan " Job Order
Manufacturing " yang produksinya dilakukan di pabrik serta proses
produksi pada umumnya tidak lebih dari satu tahun. Masalah yang timbul
bagi perusahaan industri kontruksi adalah dalam rangka penyajian laporan
keuangan perusahaan pada setiap akhir tahun, yang meliputi pelaporan
pendapatan maupun biaya untuk proyek-proyek yang tergolong sebagai
kontrak pembangunan jangka panjang.
Untuk perhitungan hasil dari suatu kontrak pembangunan, Ikatan
Akuntansi Indonesia menganut dua metode yaitu berikut ini.
1. Metode persentase penyelesaian
Dalam metode ini, pengakuan pendapatan atas suatu proyek didasarkan
pada tingkat kemajuan penyelesaian pekerjaannya, dalam arti bahwa
laba atau rugi suatu proyek dapat dihitung walaupun proyeknya belum
selesai dikerjakan. Untuk mengukur tingkat penyelesaian pekerjaan
suatu proyek sampai suatu saat tertentu atau pada saat penyusunan
laporan keuangan, biasanya didasarkan pada berikut.
22
2. Perbandingan antara biaya-biaya yang sudah menjadi beban sampai
akhir masa penetapan hasil yang dimaksud dan taksiran biaya
seluruhnya untuk menyelesaikan kontraknya dengan menggunakan
data-data yang paling baru, atau
3. Pengukuran secara lain atas kemajuan pekerjaan dalam rangka
penyelesaian keseluruhan atas kontrak dengan memperhatikan
pekerjaan yang telah dilakukan.
Dengan kata lain, untuk menghitung tingkat kemajuan
penyelesaian suatu proyek harus dilakukan penaksiran.
1. Penaksiran biaya penyelesaian (cost estimation)
Persentase penyelesaian pekerjaan dihitung dengan membandingkan
biaya-biaya yang telah dibebankan sampai dengan saat ini (costs to
date), dengan biaya-biaya yang telah dibebankan tersebut (costs to
date) ditambah dengan taksiran biaya penyelesaian pekerjaan (costs to
complete).
Perhitungan ini dapat diformulasikan sebagai berikut.
costs to date
––––––––––––––––––––––––––– x 100 % = ... %
costs to date + costs to complete
Jadi titik tolak dalam perhitungan tersebut adalah taksiran total biaya
untuk menyelesaikan pekerjaan secara keseluruhan. Dari taksiran total
biaya tersebut akan dapat ditaksir laba atau rugi proyek secara
keseluruhan serta laba atau rugi untuk tahun berjalan.
23
2. Penaksiran secara teknis (engineering or architectural estimation)
Dengan cara ini, persentase penyelesaian pekerjaan didasarkan pada
taksiran tingkat kemajuan penyelesaian secara fisik. Pandangan ini
lahir karena ada anggapan bahwa jumlah pengeluaran biaya belum
tentu akan mencerminkan tingkat kemajuan pelaksanaan pekerjaan.
Untuk dapat melakukan penaksiran kemajuan pelaksanaan pekerjaan
berdasarkan perhitungan tehnis dengan tingkat kecermatan dan
ketepatan yang memadai, diperlukan bantuan orang yang ahli di
bidangnya seperti Insinyur atau Arsitek. Langkah pertama yang
ditempuh dalam melakukan penaksiran secara tehnis ini adalah dengan
memisah-misahkan jenis pekerjaan yang harus dilakukan dalam suatu
proyek. Kemudian dihitung atau ditaksir tingkat penyelesaian tiap jenis
pekerjaan, yang biasanya dinyatakan dalam suatu presentasi.
E. Pengertian Beban
Kiesso dan Jerry (2002: 153) mendefinisikan beban adalah “Arus
keluar penurunan lainnya dalam aktivitas sebuah entitas atau penambahan
kewajiban selama suatu periode yang ditimbulkan oleh pengiriman dan
produksi barang. Horngren (2006: 54) menyatakan beban akan
menghabiskan atau menimbulkan kewajiban dalam jalur operasi bisnis
serta memiliki pengaruh yang terbalik dari pendapatan.
Pengakuan beban Hendriksen (1988:182) menyatakan beban
terjadi barang atau jasa dikonsumsi atau digunakan dalam proses
memperoleh pendapatan. Saat pelaporan beban dilakukan dengan mencatat
24
kegiatan di dalam perkiraan atau memasukkannya di dalam laporan
keuangan. Beban diakui dalam laporan laba rugi dimana laporan laba rugi
atas dasar hubungan langsung anatara biaya yang timbul dan pos
penghasilan tertentu yang diperoleh.Dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (2007) bahwa beban segera diakui dalam laporan laba rugi jika
memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung
antara biaya yang timbul dan pos penghasilan diperoleh.
2. Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar prosedur alokasi yang
rasional dan sistematis. Ini berarti jika manfaat ekonomi masa depan
diharapkan timbul selama beberapa periode akuntansi dan
hubungannya dengan penghasilan hanya dapat diterima secara luas
atau tidak langsung.
3. Beban diakui dalam laporan laba rugi atas jika pengeluaran tidak
menghasilkan manfaat ekonomi masa depan atau jika tidak memenuhi
syarat maka diakui dalam neraca sebagai aset.
4. Beban diakui dalam laporan laba rugi atas adanya pengakuan asset.
25
F. Kerangka Pikir
Gambar Kerangka
PT AMANAH FINANCE
MAKASSAR
PENGAKUAN
AKUNTANSI
PENDAPATAN BEBAN
MASALAH
HASIL
26
G. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka penulis mencoba menyusun
hipotesis sebagai berikut: Diduga bahwa Pengakuan Akuntansi terhadap
Pendapatan dan Beban sesuai prinsip Akuntansi yang berlaku umum
dalam Penyusunan Laporan pada PT. Amanah Pinance Makassar.
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Penelitian
Dalam penulisan laporan ini telah mengadakan penelitian pada
Kantor Pusat Operasional : Wisma Kalla Lantai 3 Makassar Sulawesi
Selatan Kontak Email : [email protected] No Telpon/No Fax :
0411853210 /0411855636 Twitter : @amanahfinance Facebook : PT.
Amanah Finance. Pelaksanaan penelitian itu sendiri dilaksanakan selama 2
(dua) minggu.
B. Metode pengumpulan data
Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka penulisan menggunakan
dua motode, yaitu :
1. Metode lapang (Field Researh)
Dalam pelaksanaan kegiatan penelitian, penulis melaksanakan
pengamatan secara langsung mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan Perlakuan Akuntansi Pendapatan Dan Beban dan melakukan
tanya jawab secara langsung dengan Karyawan pada PT Amanah
Finance Makassar. Untuk mendapatkan data dalam proses pembuatan
laporan ini.
2. Metode pustaka (Field Library)
Metode dimaksudkan menemukan teori-teori yang membahas masalah
Perlakuan Akuntansi Pendapatan dan Beban dis Amanah Finance
27
28
Makassar. Sumber tersebut beresal dari buku-buku, leteratur dan
bahan-bahan lain yang releven.
C. Jenis Penelitian
Dalam rangka mempermudah perolehan data yang diperlukan
dilokasi penelitian, maka peneliti menggunakan instrument penelitian
berupa alat bantu untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan.
Instrumen yang dimaksud peneliti adalah wawancara dengan beberapa staf
kantor PT Amanah Finance Makassar, untuk memudahkan penulis dalam
mendapatkan data tentang bagaimana Perlakuan Akuntansi Pendapatan
Dan Beban pada PT Amanah Finance Makassar dengan mengacu kepada
langkah-langkah yang ditempuh oleh pihak Staf kantor PT Amanah
Finance Makassar dalam Perlakuan Akuntansi Pendapatan Dan Beban
Sedangkan untuk data-data penelitian instrument yang digunakan
peneliti adalah berupa instrument pertanyaan dari peneliti untuk dijawab
responden berdasarkan kenyataan yang terjadi atau berdasarkan
pengalaman masing-masing.
D. Metode pengumpulan data
Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah
penelitian pustaka dengan jenis data kulitatif yaitu mengupulkan data bagi
hasil system syariah atau sumber lainnya yang mendukung dan
mempunyai kaitan dengan pembahasan.
29
Pengumpulan data yang dilakukan penulis bersumber dari data
primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara
wawancara dengan beberapa subjek dalam penelitian yang bertujuan untuk
meminimalkan kesalahan pengumpulan data. Sedangkan untuk
mendapatkan data sekunder digunakan fasilitas perpustakaan, dan
sebagainya.
E. Analisis Data
Data yang kumpulkan selanjutnya diolah, baik diskusi maupun informasi
tambahan lainnya selanjutnya diinterprestasikan dengan berpikir:
1. Induktif, yaitu data yang bersifat khusus dinilai lalu dianalisa dengan
penarikan kesimpulan yang bersifat umum.
2. Deduktif, yaitu data yang bersifat umum dinilai, lalu dianalisa dengan
penarikan kesimpulan
3. Komparatif, yaitu membandingkan data yang telah dianalisa dan
diinterprestasikan kedalam satu pembahasan dan akhirnya menjadi
kesimpulan yang utuh.
F. Defenisi Operasional
Untuk memudahkan menyusun dan menghindari terjadinya
penafsiran yang keliru dalam memahami maksud yang terkandung, maka
perlu memberiakan pengertian dan definisi dari kata-kata yang dianggap
penting dalam judul skripsi ini yaitu “Perlakuan Akuntansi Pendapatan
dan Beban pada PT Amanah Finance Makassar”
31
BAB IV
GAMBARAN UMUM PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Singkat PT Amanah Finance
Perusahaan didirikan dengan nama PT. Central Tifins Leasing
berdasarkan Akte Notaris No. 279 tanggal 28 Desember 1984, dibuat
dihadapan Musjaffak, sebagai pengganti Notaris Misahardi Wilamarta,
S.H., di Jakarta, dan telah disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan surat
keputusan No.C2-4256-HT. 01.01.TH 1985 tanggal 15 Juli1985.
Berdasarkan akte No. 108 tanggal 14 Juni 1990 yang dibuat
dihadapan Notaris R. Arie Soetardjo, S.H., nama perseroan berubah
menjadi PT. Ayumas Finance dan telah disetujui oleh Menteri Kehakiman
dengan surat keputusan No. 02-4475.HT.01.04.TH 1990 tanggal 31 Juli
1990.
Akte tersebut telah dirubah lagi dengan akte Notaris Nyoman
Kamajaya, S.H., No. 7 tanggal 29 Oktober 2003 yang merubah anggaran
dasar perseroan dan nama perseroan dari PT. Ayumas Finance menjadi
PT. Asia International Finance, dan telah disetujui oleh Menteri
Kehakiman dan HAM Republik Indonesia No.C-00315
HT.01.04.TH.2004 tanggal 7 Januari 2004. Terakhir Akta perusahaan
dirubah dengan akte No.2 tanggal 7 Maret 2005 yang dibuat dihadapan
31
32
Notaris Ny.Thilma Djohan, S.H., yang merubah susunan pemegang saham
dan Direksi/Komisaris serta nama perusahaan menjadi PT. Amanah
Finance yang memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan HAM
Republik Indonesia No. C-10386 HT.01.04.TH.2005 tanggal 15 April
2005. Izin operasi telah diperoleh dari Menteri Keuangan Republik
Indonesia dengan No. Kep-172/KM.5/2005 tanggal 17 Juni 2005 tentang
pemberian izin usaha Lembaga Pembiayaan. Rekomendasi Pembiayaan
Syariah dari Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. U-
147/DSN-MUI/VI/2006 tanggal 27 Juni 2006.
B. Visi dan Misi Perusahaan
Sejak awal berdirinya, PT. Amanah Finance telah menetapkan visi
dan misi perusahaan yaitu:
a. Visi dari PT. Amanah Finance yaitu “Menjadi perusahaan pembiayaan
syariah yang terbaik, dominan dan dikagumi masyarakat”.
b. Misi dari PT. Amanah Finance yaitu Menjadi perusahaan pembiayaan
syariah yang istiqamah dalam menjalankan prinsipprinsip syariah;
Menjadi perusahaan pembiayaan yang paling sehat dan inovatif dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat; dan Menjadi perusahaan
pembiayaan syariah yang dikelola secara profesional.
Legalitas dan Manajemen PT. Amanah Finance
a. Legalitas PT. Amanah Finance didirikan berdasarkan:
33
1) Akta Notaris Ny. Thilma Djohan SH No. 2 tanggal 7 Maret 2005
dan disetujui oleh Menkeh & Ham dengan SK No. C-10386
HT.01.04.TH.2005 tanggal 15 April 2005 Tentang perubahan
susunan Pemegang Saham, Pengurus dan Nama Perusahaan
menjadi PT. Amanah Finance.
2) Akte Notaris Ny. Thilma Djohan No. 5 tanggal 16 januari 2006
3) Tentang perubahan Susunan Saham dan Perubahan Pengurus.
4) Akte Notaris Ny. Thilma Djohan No. 4 tanggal 20 April 2006
Tentang Peningkatan Modal Dasar.
5) Surat Rekomendasi Dewan Syariah Nasional, No. U-
147/DSNMUI/VI/2006 tanggal 22 Juni 2006, yang
merekomendasikan PT. Amanah Finance sebagai perusahaan
pembiayaan yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah.
b. Pengurus/ manajemen perusahaan terdiri atas:
1) Dewan Komisaris / Board Of Commisioner
Hj. Musjwirah J. Kalla KomisarisUtama/President ommisioner
Ir. Cipto Wibowo Komisaris / Commisioner
2) Dewan Pengawas Syariah / Board Of Syariah Supervisory
K. H. Sanusi Baco LC Ketua / Chairman
Prof. DR. H. Halide
Ir. H. Agus Haryadi FSAI
3) Dewan Direksi / Board of Directors
34
H. Dicky Syarief Hidayat SE Direktur Utama/ President Director
H. Drs. Adnan Bintang MM Direktur / Director
4) Pemegang Saham / Share Holders (Des 2007)
Hj. Musjwirah J. Kalla 78,5%
H. Dicky Syarief Hidayat 21,5%
5) Jenis Usaha / Type Of Bussines
6) Lembaga Pembiayaan Syariah / Multifinance Syariah
7) Captive Dealers
a) Dealer Toyota H. Kalla, Sulawesi Selatan
b) Dealer Toyota Hasjrat Abadi, Sulawesi Tengah dan Gorontalo
c) Dealer Honda PT. Auto Daya Keisindo Jakarta
35
C. Stuktur Perusahaan
Struktur Organisasi
BOARD OF DIRECTORS
Internal Audit Corporate Secr. 1. Bussiness Dev. 2. Legal
3. Secretariat
MARKETING DIVISION
FINANCE DIVISION
Sales &
Marketing
Financing Risk Manage
ment
HRD & General
Affair
Finance Accounting
Promotion & Event
Credit
Process Survey H R D Treasury General
Ledger
Marketing Support
Marketing Plan
Branch 1. Jakarta 2. Makassar 3. Palu 4. Kendari 5. Balikpapan
Financing
Adm. Collection
Internal Control Unit
General
Affair A/R
Collateral &
Inventory
Insurance
Tax Manage
ment
Reporting
IT Develop
ment
36
Gambar 4.2 Struktur Organisasi PT. Amanah Finance di Makassar
Kepala Cabang
Spv. Collector
Kepala
Administrasi Spv. Sales
Credit Analist
Surveyor
Collector
Soft Coll
Adm. Collection
Kasir
Adm. Pembiayaan
FRO
Sales Stay
37
D. Uraian Tugas
1. Koordinator Wilayah / Kepala Cabang
Kepala Cabang bertugas agar terlaksananya Strategi dan Kebijakan
Perusahaan dalam bentuk pelaksanaan Program kerja Cabang, untuk
mencapai target Perusahaan.Uraian tugasnya antara lain yaitu
Merencanakan dan mengevaluasi pelaksanaan, program kerja cabang;
Memonitor dan mengevaluasi pencapaian target penjualan & penagihan
secara berkelanjutan; Memantau & menerima laporan perkembangan serta
melakukan pembinaan karyawan dibawah jajarannya; Menjalankan tugas-
tugas terkait lainnya dalam upaya pencapaian target cabang.
2. Kepala Administrasi (ADH) Cabang
Jabatan ini bertujuan agar terwujudnya ketertiban administrasi dan
pelaporan yang akurat dan tepat waktu untuk mendukung pencapaian
kinerja terbaik dan tercapainya target Cabang. Uraian tugasnya antara lain
yaitu Menerima berkas aplikasi dari Sales (FRO) mengajukan permintaan
survey ke Supervisor Kolektor/Kolektor, memverifikasi, meregistrasi
aplikasi dan memasukkan data (upload) berkas ke system, mengajukan
aplikasi ke komite pembiayaan cabang, mencetak dan mendistribusikan
Persetujuan Pembiayaan (PO) ke dealer melalui Sales (FRO); Mengontrol
dan melakukan tindak lanjut kekurangan berkas ke Sales (FRO);
Melakukan rekonsiliasi data penjualan Dealer dengan Penerbitan
persetujuan pembiayaan serta mengkomunikasikan hasil rekonsiliasi Unit
38
Kerja Marketing di kantor Pusat; Menyiapkan akad pembiayaan dan
melakukan aktivasi akad, memverifikasi akad yang telah ditandatangani
kemudian mendistribusikan akad ke Kantor Pusat dan Customer melalui
Sales (FRO); Mengontrol pernyataan kesanggupan (covernote) yang
dikirim oleh Bagian Administrasi Dealer ke kantor pusat serta umur jatuh
tempo covernote untuk pembayaran dealer; Menyiapkan SP1, SP2, SP3
nasabah menunggak untuk didistrbusikan oleh PIC; Memberikan
pelayanan purnajual terhadap nasabah (asuransi, BPKB, pemberian
informasi).
3. Supervisor Penagihan
Jabatan ini bertujuan agar pencapaian dan kinerja penagihan
cabang/wilayah dapat memenuhi target yang ditetapkan
Perusahaan.Uraian tugasnya antara lain yaitu
a. Melakukan inventarisasi nasabah berdasarkan klasifikasi tunggakan
dan alamat penagihan;
b. Mengontrol pelaksanaan penagihan lunak (soft collection) dan
penagihan keras (hard collection) cabang dan mengevaluasi laporan
kemajuannya;
c. Menjadwalkan kunjungan lapangan kolektor; Mengklasifikasikan
nasabah bermasalah berdasarkan penyebab masalah kemudian
merencanakan penyelesaian;
39
d. Menjalankan fungsi Penagihan Keras (Hard Collection), jika di
Cabang tidak terdapat orang yang ditunjuk (PIC) Penagihan Keras
(Hard Collection).
4. Kolektor
Jabatan ini bertujuan untuk memperlancar aktifitas penagihan piutang
nasabah, yang dilaksanakan secara terprogram dan terukur sesuai
ketentuan agar target penagihan dapat tercapai. Uraian tugasnya antara
lain yaitu
a. Melakukan inventarisasi nasabah yang jatuh tempo tiap har
b. Melakukan penagihan kepada nasabah yang telah menunggak
pembayaran;
c. Menerima pembayaran angsuran nasabah pada saat melakukan
penagihan, dan menyerahkan hasil tagihan tersebut ke kasir, baik
secara langsung (tunai) maupun dengan transfer via bank;
d. Membuat laporan progress atas hasil-hasil penagihan yang dilakukan –
harian, mingguan, dan bulanan ke risk ke ADH untuk dilakukan
pengcocokan data.
5. Finance Relation Officer (FRO) / Sales
Jabatan ini bertujuan untuk memperoleh hasil kerja yang efektif dan
efisien sesuai target yang ditetapkan oleh Supervisor Sales/Kepala
Cabang.Uraian tugasnya antara lain yaitu Menerima pengajuan
pembiayaan nasabah baik dari jajaran sales dealer, maupun dari nasabah
40
langsung; Mengajukan Permohonan Survey melalui Register Permohonan
dan diajukan pada hari yang sama, dapat melalui e-mail apabila petugas
survey berjauhan dokumen fisik akan disampaikan kemudian, melakukan
akad dengan nasabah dan menyampaikan bahwa akad yang ditandatangani
efektif berlaku pada saat nasabah menerima kendaraan.
6. Counter Sales
Jabatan ini bertujuan untuk memperoleh hasil kerja yang efektif dan
efisien sesuai target yang ditetapkan oleh Supervisor/Kepala Cabang.
Uraian tugasnya antara lain yaitu menghubungi calon-calon nasabah
dengan cara menelpon, bersurat atau mengunjungi kantor-kantor atau
potensi-potensi pasar yang ada di wilayahnya, mengumpulkan data base
nasabah dan Calon Nasabah, membuat rincian akad hasil negosiasi
dengann nasabah, memeriksa kelengkapan dokumen nasabah dan meminta
untuk dilengkapi bila ada yang kurang, membuat laporan pembiayaan
(penjualan) secara periodik atas target yang diberikan, menerima calon
nasabah yang berkunjung ke kantor, memperbaharui data nasabah bila
terjadi perubahan.
7. Kasir Wilayah
Jabatan ini bertujuan mengurus penerimaan dan pembayaran semua
transaksi keuangan di kantor cabang maupun wilayah. Uraian tugasnya
antara lain yaitu menerima pembayaran angsuran nasabah, melakukan
pembayaran kepada pihak lain (vendor, refund, incentif) atau
41
mengeluarkan biaya-biaya sesuai limit yang ditetapkan atau sesuai
wewenang yang diberikan oleh Kepala Cabang dan Kantor Pusat,
Menyetorkan dana penerimaan angsuran ke Bank Cabang atau melakukan
transfer setiap hari ke Bank Kantor Pusat, Membuat Kas Harian dan
melakukan pencocokan kas setiap hari.
8. Administrasi Kolektor
Jabatan ini bertujuan agar seluruh dokumen penagihan yang meliputi
piutang dan data base piutang, piutang yang belum selesai (Outstanding
piutang), tunggakan tagihan menurut umur (AR Aging Report) dan
piutang yang sudah di cocokkan (AR Reconsiliasi) dapat di laporkan
secara akurat dan tepat waktu. Uraian tugasnya antara lain yaitu
menyiapkan data base Piutang (AR) dan Laporan Tunggakan menurut
umurnya (Aging Report) dan target penerimaan untuk didistribusikan
kejajaran kolektor, Mengontrol hasil kunjungan harian Kolektor,
memastikan bahwa nasabah telah terkunjungi dan telah dimasukkan
laporannya ke dalam computer system (Sistem Aplikasi Pembiayaan
Syariah – SAPS Online), Membuat dan mendistribusikan laporan kinerja
Piutang, kunjungan harian, penerimaan piutang, konfirmasi titipan
angsuran, unit tarikan, putus akad, Surat Peringatan secara periodik.
42
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Klasifikasi Produk pada PT. Amanah Finance Makassar
Pendapatan premi perusahaan dapat dilihat dari beberapa produk yang
ada pada perusahaan. Produk-produk yang dimaksud, yaitu:
1. Pendapatan Premi Netto
a. Prulink Investor Account (PIA)
Merupakan produk unit link dengan pembayaran premi sekaligus yang
menawarkan berbagai pilihan dana investasi. Produk ini juga akan
memberikan perlindungan yang komprehensif terhadap resiko
kematian atau resiko menderita cacat total dan tetap. Produk ini
memberikan keleluasaan bagi Pemegang Polis untuk memilih investasi
yang memungkinkan optimalisasi tingkat pengembalian investasinya,
sesuai dengan kebutuhan dan profil resiko Pemegang Polis. Premi
yang ditentukan dalam produk ini, yaitu minimum premi sebesar Rp
12.000.000,-/US$ 1,500 dan tidak ada maksimum premi.
b. PRUlink Assurance Account (PAA)
Adalah produk unit link dengan premi berkala dimana nasabah dapat
memilih kombinasi antara kebutuhan proteksi dan investasi dalam satu
polis. Premi berkala dapat di bayarkan sampai usia 99 tahun.
42
43
2. Pendapatan Investasi
Hasil investasi ditentukan dari penerimaan bagi hasil deposito, laba (rugi)
penjualan saham, pendapatan sewa gedung, dan selisih kurs, pendapatan
bunga dan deviden, dimana pada pendapatan bunga dan deviden,
keduanya diakui pada saat terjadinya transaksi, bukan pada saat
penerimaan kas.
3. Pendapatan Lain – Lain
Pendapatan lain-lain disini diartikan sebagai pendapatan asuransi yang
bukan berasal dari investasi, umumnya terdiri dari premi dan klaim
asuransi. Dari keterangan diatas, perusahaan menghitung pendapatan
premi dengan mengurangkan premi bruto atas premi reasuransi dan
dikurangi (ditambah) penurunan (kenaikan) premi yang belum merupakan
pendapatan.
4. Kebijakan Pengakuan Pendapatan dan Beban pada PT. Amanah Finance
a. Kebijakan Pengakuan Pendapatan dan Beban Perusahaan
1. Pengakuan Pendapatan
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, yang menjadi unsur utama
dalam Laporan Laba Rugi adalah pendapatan dan beban. Pada
dasarnya pendapatan utama dari suatu perusahaan terdiri dari :
a) Pendapatan Premi
b) Pendapatan Investasi
c) Pendapatan lain-lain
44
Pendapatan ditentukan berdasarkan jumlah tagihan-tagihan
atas premi, disaat itulah premi diakui sebagai pendapatan, yang
dimulai sejak kontrak awal disetujui dan premi pertama dibayarkan,
dan juga pada setiap pembayaran premi selanjutnya.Masalah
pelunasannya didasarkan/ diserahkan kepada agen untuk kontak awal
(pembayaran premi pertama), dan kepada kolektor untuk setiap
pembayaran premi selanjutnya, untuk penagihan dalam bentuk
kwitansi-kwitansi.
2. Pengakuan Beban
Pengakuan beban untuk perkiraan-perkiraan beban PT. Amanah
Finance diakui pada saat nasabah memberikan premi awal untuk
menjadi tertanggung.Nasabah menandatangani SPAJ (Surat
Pengajuan Asuransi Jiwa) dan disinilah terjadinya beban.Dimana
premi nasabah tersebut merupakan pembayaran untuk biaya awal,
biaya asuransi, biaya administrasi dan beban klaim jika terjadi
klaim asuransi. Nasabah mengikat kontrak asuransi, disini klaim
tersebut diakui sebagai beban.
45
Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil penelitian diatas, penulis
akan melakukan pembahasan atas hasil analisis tersebut sebagai berikut :
PT. Amanah Finance menganut prinsip pengakuan pendapatan yang
secara mendasar telah sesuai dengan PSAK No.101, dimana daftar nama-
nama perusahaan yang masuk dalam kategori pembiayaan sebagai berikut:
1. Adira Finance
a. Adira Dinamika Multifinance
b. Adira Quantum Multifinance
2. Astra Auto Finance
a. Astra Auto Finance
b. Astra Sedaya Finance
c. Astra Multi finance
d. Federal International Finance
e. Pratama Sedaya Finance
f. Staco Estika Finance
g. Toyota Astra Finance
h. Komatsu Astra Finance
3. Oto Group
a. Oto Multi Artha
b. Summit Oto Finance
46
4. Bussan Auto Finance
a. Bussan Auto finance
5. Wahana Ottomitra multiartha Finance
a. Wahana Ottomitra multiartha Finance
Adapun Komposisi Jumlah Nasabah Pembiayaan sebagai berikut:
Jenis Pembiayaan Jumlah Nasabah Persentase (%)
Mudharabah dan Musyarakah 13 2,07 %
Dalam pembahasan skripsi ini, penulis membatasi cakupan penelitian
pada transaksi mudharabah dan musyarakah, dimana mudharabah merupakan
suatu transaksi pendanaan atau investasi yang berdasarkan kepercayaan, yaitu
kepercayaan dari pemilik dana kepada pengelola dana. Dan musyarakah
diartikan sebagai akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu dimana setiap pihak memberikan kontribusi dana dengan
kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko (kerugian) akan ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan. Adapun jenis pembiayaan yang kami
teliti pada PT. Amanah Finance yakni mudharabah dan musyarakah yang
memiliki jumlah nasabah sebanyak 13 dan persentase 2,07 %.
Contoh:
47
1. Asumsi harga mobil Rp 200.000.000,
OTR Biaya
(Adm,cek fisik)
TDP
(Uang muka)
Tenor Angsuran
per bulan
Rp 200.000.000
Rp 2.000.000
Rp 60.000.000
12 Rp 8.500.000
24 Rp 6.500.000
36 Rp 4.500.000
48 Rp 2.500.000
B. Pendapatan dan Beban Sistem Syariah pada PT Amanah Finance
PT. Amanah Finance dalam Annual Report 2012 menyatakan
kepatuhannya terhadap Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.
Penyusunan laporan keuangan telah sesuai dengan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan No.101 (revisi 2011) tentang Penyajian Laporan
Keuangan Syariah berdasarkan PSAK No. 102. Diantaranya Akuntansi
Murabahah berdasarkan PSAK No. 101, dimana akuntansi murabahah adalah
transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan
keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Akuntansi
Istishna berdasarkan PSAK No.105, dimana akuntansi istishna dapat diartikan
sebagai akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu
dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
(pembeli) dan penjual (pembuat). Akuntansi Mudharabah berdasarkan PSAK
No.106, yang mengartikan akuntansi mudharabah sebagai suatu transaksi
pendanaan atau investasi yang berdasarkan kepercayaan. kepercayaan
merupakan unsur terpenting dalam akuntansi mudharabah,yaitu kepercayaan
48
dari pemilik dana kepada pengelola dana. Akuntansi Musyarakah
berdasarkan PSAK No. 107, dimana akuntansi musyarakah diartikan sebagai
akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana
setiap pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan resiko (kerugian) akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan. Akuntansi Ijarah berdasarkan PSAK No.110, Ijarah dapat
diartikan sebagai akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau
jasa,dalam waktu tertentu dengan pembayaran upah sewa tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.
Berikut contoh transaksi mudharabah dan musyarakah yang dilakukan
oleh PT. Amanah Finance membeli mobil untuk disewakan dengan cost
(biaya) Rp. 200. 000. 000 maka dicatat sebagai berikut :
1. Maret 2012
Aktiva yang diperoleh untuk mudharabah
Kas
Rp 200. 000. 000
Rp 200. 000. 000
Apabila mobil di atas dibeli untuk transaksi mudharabah, diperkirakan
mempunyai umur ekonomis 6 tahun dengan nilai sisa 10 % dari cost. Maka
beban penyusutan per tahun menurut metode garis lurus :
Penyusutan per tahun :
= Rp. 200. 000. 000 – ( 10 % x Rp. 200. 000. 000 = Rp. 20. 000. 000)
49
= Rp 180. 000. 000 : 6 = Rp 30. 000. 000
Penyusutan tahun 2013 :
10 x Rp. 30. 000. 000 = Rp. 25. 000. 000
12
Adjustment per 31 Desember 2012 :
Beban penyusutan aktiva mudharabah
Akumulasi penyusutan aktiva
Mudharabah
Rp 25. 000. 000
Rp 25. 000. 000
Beban penyusutan akan dilaporkan rugi laba dan akumulasi
penyusutan akan mengurangi aktiva musyarakah di neraca, hasilnya adalah
sebagai berikut :
Nilai buku aktiva musyarakah :
PT. Amanah Finance
Neraca Per 31 Desember 2012
AKTIVA PASIVA
Aktiva mudharabah Rp 200. 000. 000
Akumulasi Penyusutan Rp 25. 000. 000 –
Rp 175. 000. 000
50
Transaksi mudharabah . Besarnya penyusutan aktiva mudharabah
tergantung masa sewa, misal masa sewa 4 tahun nilai sisa diperkirakan 30 %
maka penyusutan per tahun :
= Rp 200. 000. 000 x (30 % x Rp 200. 000. 000 = Rp 60. 000. 000)
4
= Rp 35. 000. 000
Jadi penyusutan tahun 2012 adalah 10 bulan :
10 x Rp. 35. 000. 000 = Rp. 29. 166. 667
12
Adjustment per 31 Desember 2012 :
Beban penyusutan aktiva mudharabah
Akumulasi penyusutan aktiva
mudharabah
Rp 29. 166. 667
Rp 29. 166. 667
51
Pendapatan Mudharabah
Misal, mobil yang dibeli 1/ 2 2012 kemudian disewakan dengan sewa
per bulan Rp 8.000.000 dan dibayar setiap tanggal 5 bulan berikutnya maka
pengakuan pendapatan mudharabah akan dicatat sebagai berikut :
1 Maret – Desember 2012
Piutang mudharabah
Pendapatan mudharabah
Rp 8. 000. 000
Rp 8. 000. 000
Pendapatan mudharabah akan dilaporkan di laporan laba rugi. Dalam
hal ini untuk contoh di atas pendapatan mudharabah sebesar Rp 80.000.000
(10 bulan x Rp 8.000.000), sedangkan piutang pendapatan mudharabah akan
dilaporkan di neraca sebesar Rp 80. 000. 000. Untuk penyesuaian pendapatan
yang belum diterima pada Januari 2012 dapat dibuatkan jurnal pembalik
untuk memudahkan dalam pencatatan penerimaan pendapatan mudharabah
setiap bulan, yaitu :
` Pada akhir periode pencatatan penerimaan kas
Kas
Piutang mudharabah
Rp 80. 000. 000
Rp 80. 000. 000
52
Pada saat pembayaran
Kas
Piutang mudharabah
Rp 19. 000. 000
Rp 19. 000. 000
Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Setiap laporan laba rugi
dimulai dengan total pendapatan, karena itu diperlukan suatu pengakuan dan
pengukuran pendapatan, karena ada pendapatan yang dapat direalisasi dan ada
pendapatan yang masih dalam proses. Agar dapat dilaporkan pada laporan
keuangan, maka diperlukan suatu pengakuan dan pengukuran pendapatan.
Untuk itu, ada dua macam pengakuan pendapatan yang umum dikenal, yang
pertama yakni pengakuan dengan metode accrual basic yakni pendapat yang
dicatat atau diakui pada saat pendapatan dihasilkan tanpa memperhatikan
kapan pendapatan itu diterima, yang kedua yakni pengakuan dengan metode
cash basic yaitu pendapatan yang dicatat atau diakui pada saat diterima dan
beban diakui pada saat dibayar.
Permasalahan utama dalam Akuntansi adalah menentukan saat
pengakuan pendapatan. Pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat
ekonomi masa depan akan mengalir keperusahaan dan manfaat ini dapat
diukur dengan andal, pendapatan diakui bila:
a. Sudah atau dapat direalisir (realized or realizable),
53
b. Proses untuk memperoleh pendapatan sudah selesai (earned).
Dari kedua unsur tersebut pendapatan direlisasi ketika perusahaan
menerima kas atau barang dan jasa yang dijual, selanjutnya pedapatan
dihasilkan ketika perusahaan secara mendasar menyelesaikan semua yang
harus dilakukan perusahaan agar dikatakan menerima manfaat dari
pendapatan yang terkait. Prinsip dasar untuk pengakuan pendapatan adalah
bahwa pengakuan harus diakui ketika diperoleh.
Perolehan pendapatan terjadi apabila syarat-syarat yang berikut ini
terpenuhi, diantaranya:
a. Perusahaan harus sudah mendapatkan hak untuk menerima pendapatan
tersebut.
b. Harus ada kewajiban dipihak lain untuk mengirim sejumlah tertentu atau
yang bisa ditentukan kepada bank,
c. Jika belum tertagih, jumlah pendapatan harus diketahui dan harus bisa
ditagih dengan tingkat kepastian yang cukup
54
Secara prinsip terjadi beberapa perbedaan yang mendasar,
akuntansi kon-vensional lebih memberi kelonggaran penilaian laporan
keuangan dengan menilai hanya terbatas pada kewajaran (kebenaran
relatif) yang merujuk pada standar yang berlaku, sedangkan akuntansi
syari’ah tuntutannya adalah kebenaran hakiki (al-h
aq) atau kebenaran moral yang harus dipertanggungjawabkan
dihadapan Allah, walaupun di satu sisi akuntansi syari’ah juga harus
merujuk pada standar tetapi standar tidak dimaksudkan sebagai
pembenaran, artinya laporan yang dibuat sesuai dengan standar tidak
selalu benar menurut syari’ah, bila secara substansi laporan menyimpang
dari prinsip-prinsip syari’ah (Hidayat, 2002a:88-89).
Akuntansi konvensional lebih pada pemenuhan ketentuan standar-
standar yang dibuat oleh manusia, sedangkan akuntansi syari’ah, mencoba
menemukan apa yang seharusnya dibuat sesuai dengan anjuran Tuhan
(wahyu), dalam tataran ini akuntansi syari’ah tidak hanya diikat agar
berada pada koridor standar akun-tansi tetapi diikat pula dengan
pertanggungjawaban dihadapan Tuhan (normatif religius).
Dari segi tujuan, antara akuntansi konvensioanal dengan akuntansi
syari’ah memiliki kemiripan yang hampir sepadan, karena beberapa poin
tujuan memang sama, seperti dalam hal laporan keuangan sebagai
pemasok informasi, hanya pada titik tekan tertentu akuntansi konvensional
memberikan laporan kinerja historis yang memberikan informasi bagi
55
pihak-pihak yang membutuhkan sebagai alat dalam pengambilan
keputusan bisnis, sedangkan akuntansi syari’ah bukanlah merupakan
tujuan, tetapi sarana untuk mencapai tujuan yakni pemenuhan kewajiban
zakat secara benar, hal ini menjadikan akuntansi syari’ah memiliki titik
tekan tujuan pada pertanggungjawaban (akuntabilitas) dihadapan Tuhan.
Dengan kata lain laporan keuangan akuntansi konvensional titik tekan
tujuan pada pemberian informasi, sedangkan laporan keuangan akuntansi
syari’ah titik tekannya pada pertanggungjawaban (akuntabilitas).
Laporan keuangan pokok akuntansi konvensional yang terdiri dari
neraca, laporan laba-rugi, dan laporan arus kas, sedangkan pada akuntansi
syari’ah masih ditambah lagi laporan keuangan lainnya yang harus
disampaikan yaitu laporan zakat. Bahkan ada beberapa laporan keuangan
yang dibutuhkan oleh bank syari’ah antara lain laporan investasi tidak
bebas penggunaan, laporan sumber dan penggunaan dana qardh (Media
Akuntansi, 2000:21).
Perbedaan secara umum antara Akuntansi Konvensional dan
Akuntansi Syari’ah dapat dilihat dalam gambar 3.1.
56
Gambar 5.2
Perbedaan Akuntansi Konvensional dengan Akuntansi Syari’ah
(Laporan Keuangan)
LAPORAN
KEUANGAN
AKUNTANSI
KONVENSIONAL
AKUNTANSI
SYARI'AH
PRINSIP-PRINSIP
DASAR
Kebenaran Relatif
(Wajar)
Pemenuhan
Standar yang
Dibuat/
Dirumuskan oleh
Manusia
Kebenaran Hakiki
(al-Haq)
Mencoba Mene-
mukan yang
Seharusnya/Dibu-
at Didasarkan
pada Ketentuan
Tuhan (Wahyu)
TUJUAN
Menekankan pada
Informasi sebagai Alat
dalam Pengambilan
Keputusan Bisnis
Laporan Keuangan
Bukan Tujuan, Tetapi
Sarana untuk
Mencapai Tujuan,
yakni: Pertanggung-
jawaban Dihadapan
Tuhan
JENIS
LAPORAN
Laporan Keuangan
Tambahan Disajikan
Sesuai dengan
Kebutuhan,
misalnya:Pengungk
apan Tingkat Inflasi,
Catatan Atas
Laporan Keuangan,
dan Koreksi Fiskal
Laporan Keuangan
Tambahan Meliputi:
Laporan Dana ZIS,
Pengungkapan
Aspek-aspek
Syari'ah, dan
Perhitungan Zakat
57
Perbedaan Postulat antara akuntansi konvensional dengan
akuntansi syari’ah, yang meliputi: (1) Entitas, akuntansi konvensional
mengakui adanya pemisahan antara entitas bisnis dan pemilik, dalam
akuntansi syari’ah entitas tidak memiliki kewajiban yang terpisah dari
pemilik. (2) Going concern, bisnis terus beroperasi sampai dengan
tujuan tercapai (akuntansi konvensional), kelangsungan usaha
tergantung pada kontrak dan kesepakatan yang didasari oleh saling
ridha (akuntansi syari’ah). (3) Periode akuntansi, meskipun ada
kesamaan dalam menentukan periode akuntansi selama 12 bulan (satu
tahun) namun akuntansi konvensional periode dimaksudkan mengukur
kesuksesan kegiatan perusahaan, sedangkan dalam akuntansi syari’ah
periodisasi bertujuan untuk penghitungan kewajiban zakat. (4) Unit
pengukuran, akuntansi konvensional menggunakan unit moneter
sebagai unit pengukuran, akuntansi syari’ah menggunakan harga pasar
untuk barang persediaan, dan emas sebagai alat ukur dalam
penghitungan zakat. (5) Pengungkapan penuh (menye-luruh),
pengungkapan ini ditujukan sebagai alat dalam pengambilan
keputusan, dalam akuntansi syari’ah pengungkapan penuh ditujukan
untuk memenuhi kewajiban kepada Allah swt., kewajiban sosial, dan
kewajiban individu. (6) Obyektivitas, bebas dari bias subyektif, dalam
akuntansi syari’ah obyektivitas dimaknai dengan konsep ketakwaan,
yaitu pengeluaran materi maupun non-materi untuk memenuhi
58
kewajiban, (7) Meterialitas, ukuran materialitas dihubungkan dengan
kepentingan relatif mengenai informasi terhadap pengambilan
keputusan, sedangkan akuntansi syari’ah mengakui materialitas
berkaitan dengan pengu-kuran yang adil dan pemenuhan kewajiban
kepada Allah, sosial, dan individu. (8) Konsistensi, yang dimaksudkan
adalah pencatatan dan pelaporan secara konsisten sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntansi yang diterima oleh umum, dalam akuntansi
syari’ah konsistensi dimaknai dengan pencatatan dan pelaporan secara
konsisten sesuai dengan prinsip syari’ah. (9) Konservatisme, akuntansi
konvensional memilih teknik akuntansi yang paling memberikan
pengaruh kecil terhadap pemilik, sedangkan akuntansi syari’ah
memilih teknik akuntansi yang paling mengun-tungkan (berdampak
posistif) bagi masyarakat. Secara jelas perbandingan dapat diamati
dalam tabel 5.1.
59
Perbedaan Postulat antara Akuntansi Konvensional
dengan Akuntansi Syari'ah
No. Postulat Akuntansi Konvensional Akuntansi Syari'ah
1 Entitas Pemisahan antara entitas
bisnis dan pemilik
Entitas didasarkan pembagian
laba Entitas tidak memiliki
kewajiban terpisah dari pemilik.
2 Going Concern
(Kesi-
nambungan)
Bisnis terus beroperasi sampai
ter- capai tujuan dan semua
asset terjual.
Kelangsungan usaha tergantung
pada kontrak persetujuan anatar
pihak yang terlibat dalam
kegaiatan bagi hasil.
3 Periode Akuntansi Akuntansi tidak dapat
menunggu sampai akhir
kehidupan perusahaan untuk
mengukur sukses- tidaknya
kegiatan perusahan
Tahun hijriyah untuk perhitungan
zakat, kecuali untuk sektor
pertanian berdasarkan musim
panen
4 Unit Pengukuran Pengukuran nilai moneter Kuantitas atau harga pasar untuk
ternak, barang pertanian, dan
emas untuk memenuhi kewajiban
zakat.
5 Pengungkapan
Penuh
(Menyeluruh)
Untuk tujuan pengambilan
keputusan.
Untuk menunjukkan pemenuhan
kewajiban kepada Allah,
kewajiban sosial, dan kewajiban
individu.
6 Obyektivitas Kepercayan terhadap
pengukuran yaitu bebas dari
bias subyektif
Berhubungan erat dengan konsep
ketaqwaan, yaitu pengeluaran
mate-ri maupun non-materi untuk
ri maupun non-materi untuk
meme nuhi kewajiban.
7 Materialitas Dihubungkan dengan
kepentingan relatif mengenai
informasi terhadap
pengambilan keputusan
Berkaitan dengan pengukuran
yang adil dan pemenuhan
kewajiban ke- pada Allah, sosial,
dan individu.
8 Konsistensi Dicatat dan dilaporkan secara
kon sisten sesuai GAAP
Dicatat dan dilaporkan secara kon
sisten sesuai dengan prinsip
syari'ah
9 Konservatisme Memilih teknik akuntansi
yang paling memberikan
pengaruh kecil terhadap
Pemilik
Memilih teknik akuntansi yang
paling menguntungkan (dampak
posistif) bagi masyarakat. bagi
masyarakat.
60
Perbedaan postulat akuntansi syari’ah tersebut di atas karena secara
karakteristik antara akuntansi konvensional dengan akuntansi syari’ah juga
memiliki perbedaan. Memetakan perbe-daan karakteristik akuntansi
konvensional dengan akuntansi syari’ah sebagai berikut:
1. Sistem akuntansi, akuntansi konvensioanal berdasarkan ekonomi yang
rasional, sedangkan akuntansi syari’ah berdasarkan pada ketauhidan.
2. Prinsip, prinsip akuntansi konvensional yang sekuler, individualis,
memaksimalkan keuntungan, dan penekanan pada proses, akuntansi
syari’ah berdasarkan pada prinsip syari’ah, kepentingan umat, keuntungan
yang wajar, persamaan, dan rahmatan li al-‘alamin.
3. Kriteria, akuntansi konvensional berdasarkan pada hukum perdagangan
masyarakat kapitalis modern, penyajian informasi yang sangat terbatas,
informasi yang diajukan atau pertanggungjawaban kepada pemilik, dalam
akuntansi syari’ah kriteria berdasarkan pada etika yang bersumber pada
hukum Al-Qur’an dan Sunnah, pengungkapan yang menyeluruh (full
disclosure) untuk memenuhi kebutuhan informasi keuangan yang sesuai
dengan syari’ah dan memenuhi kebutuhan Islamic Finance Report User,
pertanggungjawaban kepada umat (masyarakat luas) [khususnya dalam
memanfaatkan sumber daya] (lihat tabel 3.2)
61
Tabel 5.2
Perbedaan Karakteristik Akuntansi Konvensional dengan Akuntansi Syari'ah
No. Karakteristik Akuntansi Konvensional Akuntansi Syari'ah
1 Sistem
Akuntansi
Ekonomi yang rasional Ketauhiddan (unity of God)
2 Prinsip
Akuntansi
Sekuler Individualis
Memaksimalkan keuntungan
Survival of the fittest Penekanan
pada proses
Syari'ah Kepentingan umat
Keuntungan yang wajar
Persamaan Rahmatan li alalamin
3 Kriteria Berdasarkan pada hukum
perdaga- ngan masyarakat
kapitalis modern
Berdasarkan pada etika yang ber-
sumber pda hukum Al-Qur'an
dan Sunnah
Penyajian informasi yang sangat
Terbatas
Full disclosure untuk memenuhi
ketuhan informasi keuangan
yang sesuai dengan syari'ah dan
memenuhi kebutuhan Islamic
Financial Report User
Informasi yang ditujukan pada
per- tanggungjawaban kepada
pemilik modal
Pertanggungjawaban kepada
umat/ masyarakat luas
(khususnya dalam memanfaatkan
sumberdaya).
Baydoun dan Willet (1994:82); Harahap (2001:216)
Segi-segi perbedaan antara akuntansi konvensional dengan akuntansi
syari’ah dalam menyajikan laporan keuangan dapat diidentifikasi sebagai
berikut:
1. Akuntansi konvensional menganut sistem penilaian aktiva dan modal
dengan prinsip historical cost, sedangkan akuntansi syari’ah lebih
menghendaki konsep penilaian berdasarkan nilai tukar yang berlaku
62
(current value), hal ini didasari oleh keinginan melindungi modal pokok
yang hakiki dari kemampuan produksi di masa akan datang dalam ruang
lingkup perusahaan dan kontinuitas.
2. Akuntansi konvensional membagi modal (aktiva) dalam dua golongan
yakni, aktiva lancar (modal yang beredar) dan aktiva tetap (modal tetap).
akuntansi syari’ah membedakan modal yang terdiri dari harta berupa uang
tunai (cash), dan harta berupa barang, harta dalam bentuk barang ini
kemudian dibagi lagi menjadi barang milik dan barang dagangan.
3. Konsep akuntansi syari’ah menilai mata uang seperti emas, perak, dan
barang-barang lain yang sama kedudukannya, bukanlah merupakan tujuan,
melainkan hanya sebagai alat tukar, perantara untuk pengukuran dan
penentuan nilai.
4. Konsep akuntansi konvensioanal mempraktikkan teori pencadangan dan
ketelitian dari menanggung semua kerugian (conservatisme), dan
mengabaikan laba-laba yang belum direalisasi. Perbedaannya akuntansi
syari’ah sangat memperhatikan hal-hal cara menentukan harga dengan
berdasarkan pada nilai tukar yang berlaku serta membentuk cadangan
untuk kemungkinan-kemungkinan bahaya dan risiko.
5. Akuntansi konvensional menerapkan laba secara menyeluruh, yang terdiri
dari laba usaha, laba dari modal pokok, dan lain sebagainya. Konsep
akuntansi syari’ah membedakan antara laba dari aktivitas pokok dan laba
yang berasal dari modal. Juga wajib memberikan penjelasan pendapatan-
63
pendatan yang diperoleh yang tidak sesuai dengan syari’ah laba dari
aktivitas ini tidak boleh dibagikan kepada mudharib dan musyarik
(stakeholder) atau dicampurkan pada modal pokok.
6. Konsep akuntansi konvensional menerapkan prinsip bahwa laba itu hanya
ada ketika adanya jual-beli (aktivitas usaha berjalan), sedangkan konsep
akuntansi syari’ah mengakui laba apabila nilai barang mengalami
perkembangan atau pertambahan, baik hal itu terjadi karena adanya proses
jual-beli maupun tidak. Akan tetapi, jual-beli adalah suatu keharusan
untuk menyatakan laba dan laba itu tidak boleh dibagi kecuali setelah
nyata laba itu diperoleh.
Adanya perbedaan-perbedaan dalam kaidah dan prinsip-prinsip antara
akuntansi syari’ah dengan akuntansi konvensional sangat menyentuh pada
aspek-aspek pokok dan inti dari persoalan akuntansi, artinya meskipun
perbedaan tersebut dilihat dari luarnya hampir tidak tampak namun dari
substansi perbedaan ini jauh lebih berarti, karena menyangkut masalah-
masalah pokok dan inti.
66
66 66 66
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah penulis sajikan pada bab-bab
sebelumnya beserta laporan penelitian dan hasil analisa penulis, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Amanah Finance dalam Annual Report 2012 menyatakan
kepatuhannya terhadap Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.
Penyusunan laporan keuangan telah sesuai dengan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan No.101 (revisi 2011) tentang Penyajian Laporan
Keuangan Syariah berdasarkan PSAK No. 102. Diantaranya Akuntansi
Murabahah berdasarkan PSAK No. 10, dimana akuntansi murabahah
adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan
dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.
Akuntansi Istishna berdasarkan PSAK No.105, dimana akuntansi
istishna dapat diartikan sebagai akad jual beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang
disepakati antara pemesan (pembeli) dan penjual (pembuat). Akuntansi
Mudharabah berdasarkan PSAK No.106, yang mengartikan akuntansi
mudharabah sebagai suatu transaksi pendanaan atau investasi yang
berdasarkan kepercayaan. kepercayaan merupakan unsur terpenting dalam
akuntansi mudharabah,yaitu kepercayaan dari pemilik dana kepada
pengelola dana. Akuntansi Musyarakah berdasarkan PSAK No. 107,
64
66
66 66 66
dimana akuntansi musyarakah diartika sebagai akad kerja sama antara dua
pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana setiap pihak
memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan
resiko (kerugian) akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
Akuntansi Ijarah berdasarkan PSAK No.110, Ijarah dapat diartikan
sebagai akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau
jasa,dalam waktu tertentu dengan pembayaran upah sewa tanpa diikuti
denganss pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.
Secara prinsip terjadi beberapa perbedaan yang mendasar,
akuntansi kon-vensional lebih memberi kelonggaran penilaian laporan
keuangan dengan menilai hanya terbatas pada kewajaran (kebenaran
relatif) yang merujuk pada standar yang berlaku, sedangkan akuntansi
syari’ah tuntutannya adalah kebenaran hakiki (al-haq) atau kebenaran
moral yang harus dipertanggungjawabkan dihadapan Allah, walaupun di
satu sisi akuntansi syari’ah juga harus merujuk pada standar tetapi standar
tidak dimaksudkan sebagai pembenaran, artinya laporan yang dibuat
sesuai dengan standar tidak selalu benar menurut syari’ah, bila secara
substansi laporan menyimpang dari prinsip-prinsip syari’ah .
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian empiris dan pembahasan serta analisis
yang dilakukan penulis mengenai perlakuan akuntansi pendapatan dan
beban di PT. Amanah Financeh Makassar maka penulis memberikan saran
sebagai berikut:
65
66
66 66 66
Perolehan pendapatan terjadi apabila syarat-syarat yang berikut ini
terpenuhi, diantaranya:
1. Perusahaan harus sudah mendapatkan hak untuk menerima pendapatan
tersebut.
2. Harus ada kewajiban dipihak lain untuk mengirim sejumlah tertentu
atau yang bisa ditentukan kepada bank,
3. Jika belum tertagih, jumlah pendapatan harus diketahui dan harus bisa
ditagih dengan tingkat kepastian yang cukup.
DAFTAR PUSTAKA
Baridwan Zaki. 1992. Akuntansi Perpajakan. BPFE. Yogyakarta Hasan.
Hendriksen, Eldon S. 1988. Teori Akuntansi. Edisi Keempat. Jilid 1.
Penerbit Erlangga. Jakarta.
__________________ 2002. Teori Akuntansi. Penerbit Interaksa. Batam.
Horngren, Charles T. 2006. Akuntansi. Edisi Keenam. Jilid 1. Penerbit
Indeks. Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007 (Revisi 2009). Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta.
Kieso,Donald E,Jerry J W. 2002. Akuntansi Intermediate. Edisi
Kesepuluh. (Alih Bahasa:Gina Gania) Penerbit Erlangga Jakarta.
M.Munandar. 2001. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan
Aplikasinya. Ghalia Indonesia. Bogor.
Pandiangan Liberty dan Goal Lumban Jimmy. 1995. Akuntansi
Inetrmediate. Edisi ketiga. Jilid Satu. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Powerwadarminta W.J.S dan Wojowaksito.S 2005. Kamus Istilah
Akuntansi. Penerbit CV. Yrama Widya,Bandung.
Suwardjono. 1989. Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Bisnis. Penerbit
PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Tuanakotta.M Theodorus .2001.Pembelanjaan Perusahaan, Edisi I,
Penerbit Ghalia Indonesia : Jakarta.