Upload
vutu
View
233
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan pada suatu kota selalu berubah-ubah dikarenakan
semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia terutama pada
kota-kota besar. Semakin besar jumlah penduduk semakin besar pula
kebutuhan setiap individunya. Pada dasarnya sampai kapanpun manusia
tidak pernah puas dengan apa yang dia dapatkan.
Dalam ekonomi terdapat permintaan (Demand) dan kebutuhan
yang saling berpengaruh antara satu dengan yang lain untuk memenuhi
kebutuhan setiap orang. Jumlah barang yang diminta konsumen
dipengaruhi oleh barang itu sendiri, pendapatan atau selera konsumen.
Permintaan (Demand) itu sendiri adalah barang yang dibeli pada suatu
harga dan waktu tertentu. Sedangkan need adalah hasrat akan pemuas
kebutuhan yang spesifik.
Dalam memenuhi kebutuhan, manusia dihadapkan pada beberapa
pilihan. Dalam menentukan pilihan tersebut mereka memiliki
pertimbangan tertentu untuk mencapai kepuasan maksimal. Untuk
mencapai kepuasan tersebut tentu saja manusia melakukan segala usaha
agar kebutuhan terpenuhi sesuai dengan pendapatannya. Dengan dasar
tersebut maka diperlukan pembahassan mengenai teori nilai guna (
utility).
1
Teori nilai guna (utility) merupakan teori yang terlebih dahulu
dikembangkan untuk menerangkan kelakuan individu dalam memilih
barang-barang yang akan dibeli dan dikonsumsinya. Dapat dilihat bahwa
analisis tersebut telah memberi gambaran yang cukup jelas tentang
prinsip-prinsip pemaksimuman kepuasan yang dilakukan oleh orang-orang
yang berfikir secara rasional dalam memilih berbagai barang
keperluannya. Maka dalam makalah ini akan membahas bagaimana suatu
barang dapat memberikan kenikmatan terhadap individu dan bagaimana
barang itu akhirnya sama sekali tidak dapat memberikan kenikmatan
terhadap seseorang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan want, need, dan demand?
2. Bagaimana cara pengukuran want, need, dan demand?
3. Bagaimana bentuk kurva dan elastisitas demand?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi demand dan elastisitas demand?
5. Apakah definisi utility dan hukum utility?
6. Bagaimana cara pengukuran utility?
7. Apa konsekuensi dari hukum marginal utility?
1.3 Tujuan
1. Memahami pengertian want, need, demand, dan utility
2. Mengidentifikasi cara pengukuran want, need, dan demand
3. Mampu mengidentifikasi bentuk kurva dan elastisitas demand
2
4. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi demand dan elastisitas
demand
5. Memahami definisi utility dan hukum utility
6. Mengidentifikasi cara pengukuran utility
7. Mengidentifikasi konsekuensi hukum marginal utility
3
BAB 2
ISI
2.1 Pengertian Need Dan Demand
Menurut Philip Kotler (2002), definisi dari kebutuhan (needs),
kebutuhan (needs) dimana manusia merasa kekurangan. Kebutuhan
(needs) adalah keinginan manusia atas barang dan jasa yang perlu
dipenuhi untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Needs
menggambarkan kebutuhan dasar manusia seperti pangan, sandang,
papan, pendidikan, kesehatan, rekreasi, dan lainnya. Needs menjadi
wants jika kebutuhan tadi telah menjurus pada satu keinginan yang
tertentu yang dapat memberikan kepuasan.
Permintaan (demand) adalah keinginan yang di dukung daya beli.
Demand atau permintaan adalah jumlah dari suatu barang yang mau dan
mampu dibeli pada berbagai kemungkinan harga, selama jangka
waktu tertentu dengan anggapan berbagai hal lain tetap sama (ceteris
paribus). Mau dan mampu disini memiliki arti betapapun orang
berkeinginan atau membutuhkan sesuatu, kalau ia tidak mempunyai
uang atau tidak bersedia mengeluarkan uang sebanyak itu untuk
membeli, maka keinginan itu tetap keinginan dan belum disebut
permintaan. Namun ketika keinginan/kebutuhan itu disertai kemauan dan
kemampuan untuk membeli dan didukung oleh uang yang secukupnya
untuk membayar harga disebut permintaan.
4
2.2 Cara Pengukuran Need dan Demand
2.2.1 Metode Pengukuran Need
Metode pengukuran need atau kebutuhan dapat dilakukan
dengan metode langsung yaitu metode yang langsung melibatkan
konsumen yaitu dengan metode wawancara yaitu melakukan
wawancara dengan pembeli potensial mengenai berapa jumlah
kenaikan atau penurunan produk yang mereka beli jika harga
(salah satu dari variabel) berubah. Cara ini dapat dilakukan
dengan membuat kuesioner yang diberikan kepada kelompok
sample pembeli.
Beberapa kendala dalam pelaksanaan cara ini adalah
sebagai berikut :
a. Diperlukan sampel besar karena individu yang diwawancarai
harus mewakili pasar secara keseluruhan sehingga biaya yang
diperlukan juga besar
b. Bias pewawancara, menyebabkan jawaban responden kurang
atau tidak akurat yang disebabkan karena faktor pewawancara,
misalnya karena rasa malu dari yang diwawancarai yang dapat
menyebabkan jawaban yang diberikan tidak jujur
c. Adanya masalah akurasi jawaban, yang terjadi karena
kesenjangan antara intensi dan tindakan. Konsumen yang pada
mulanya berniat membeli sebuah produk secara bersamaan
diwawancarai oleh tim pemasaran produk substitusi maka
terjadi perubahan pemikiran.
5
d. Apabila pertanyaan pada kuesioner tidak reliabel dan valid,
akan terjadi suatu kemungkinan munculnya masalah pada
kuesioner, untuk menghindari hal tersebut perlu diperhatikan
beberapa hal dibawah ini yaitu:
1) Memperhatikan kalimat dalam kuesioner
2) Pertanyaan disusun secara teratur dan berurutan
3) Memberi kebebasan kepada konsumen untuk memberi
jawaban secara jujur, harus dihindari bentuk pertanyaan
bersifat membatasi jawaban.
2.2.2 Metode Pengukuran Demand
Ada beberapa cara mengukur demand:
1. Observasi: Kita datang atau melihat secara langsung ke lokasi
yang kita tuju apakah need dan want yang telah direncanakan
oleh seseorang benar-benar dijalankan/didapatkan.
2. Survey: Kita menanyakan langsung kepada pihak yang kita
targetkan dalam kegiatan need dan want. Karena kita tidak
bisa meramalkan apa yang telah terjadi tanpa mengetahui
secara langsung dari pihak yang di targetkan.
3. Target penjualan: Mendatangi langsung ke suatu institusi
yang berkaitan untuk mendapatkan suatu jawaban yang real
dari target yang kita inginkan. Contohnya, mengukur demand
dari teh botol sosro di kantin A, dengan mendatangi
perusahaan teh botol tersebut untuk mengetahui ada berapa
penjualan yang terjual di kantin A.
6
2.3 Kurva Demand dan Elastisitas Demand
2.3.1 Kurva Demand
a. Daftar Permintaan/Demand
Daftar permintaan adalah suatu tabel yang berisi harga dan jumlah
permintaan. Tabel ini menggambarkan besarnya jumlah
permintaan pada berbagai tingkat harga pada barang yang
sama. Sebagai contoh pada tabel dibawah ini merupakan
gambaran permintaan terhadap sebuah penghapus.
Tabel.2.1 Permintaan Penghapus
Keadaan Harga Jumlah yang diminta
P 500 200
Q 400 400
R 300 600
S 200 900
T 100 1300
Pada tabel ini menggambarkan bahwa ketika penghapus
tersebut berharga 100, maka permintaan terhadap penghapus
sebanyak 1300 buah. Dan ketika harga penghapus naik menjadi
200, maka permintaan akan turun menjadi 900 buah. Demikian
seterusnya hingga harga penghapus menjadi 500, permintaan
terhadap barang tersebut akan menurun mencapai angka 200 buah.
7
Jelas bahwa semakin naik harga maka permintaan terhadap
barang akan turun, dan begitu pula sebaliknya ketika harga turun
maka permintaan barang akan bertamabah.
b. Gambar Kurva Demand
Dengan memakai data dari daftar permintaan, maka kita
dapat membuat gambar kurva demand. Menurut Sadono
Sukirno dalam Pengantar Teori Mikroekonomi mendefinisikan
kurva permintaan sebagai suatu kurva yang menggambarkan sifat
perkaitan di antara harga sesuatu barang tertentu dan jumlah
barang tersebut yang diminta para pembeli.
Gambar.1 Kurva Demand
Sumber: Ekonomi Mikro (1997)
Pada gambar kurva permintaan diatas terlihat sumbu tegak
(y) menggambarkan berbagai tingkatan harga produk (price),
sedangkan pada sumbu datar (x) menggambarkan jumlah
permintaan terhadap produk tersebut (quantity).
Pada gambar kurva DD diatas, ketika produk berharga 300
maka permintaan sebanyak 600 buah (titik R). Pada saat harga
8
turun menjadi 200 maka permintaan naik menjadi 900 (titik S).
Titik PQRST menunjukkan letak harga dengan jumlah
permintaan ketika produk dijual dengan harga itu. Kemudian
ditarik garis sehingga membentuk sebuah kurva.
Kurva permintaan berbagai jenis barang pada umumnya
menurun dari atas ke kanan-bawah. Menurut Sadono Sukirno,
kurva yang bersifat demikian disebabkan oleh sifat perkaitan,
diantara harga dan jumlah yang diminta, yaitu mereka
mempunyai sifat hubungan yang terbalik. Kalau yang satunya
naik (misalnya harga) maka yang lainnya turun (misalnya jumlah
yang diminta).
Menururt Samuelson, kurva permintaan ini memiliki
hubungan kuantitas dan harga yang terbalik, Q akan naik
apabila P turun. Sehingga kurva ini disebut hukum permintaan
yang mempunyai lereng yang menurun. Apabila harga suatu
komoditi naik (dan hal-hal lain tidak berubah), pembeli
cenderung membeli lebih sedikit komoditi itu. Demikian pula
apabila harga turun dan hal-hal lain tetap, kuantitas yang diminta
meningkat.
c. Pergeseran Kurva Permintaan
Kurva permintaan akan bergerak ke arah kanan dan kiri jika
terdapat beberapa perubahan terhadap permintaan yang
ditimbulkan oleh adanya beberapa faktor yang bukan termasuk ke
dalam harga, sekiranya harga barang lain, pendapatan dari para
9
pembeli dan berbagai faktor bukan harga lainnya mengalami
perubahan. Maka, perubahan itu akan menyebabkan kurva
permintaan bergeser ke kanan ataupun ke kiri yang ditunjukkan
pada gambar dibawah ini.
Gambar2 Kurva Pergeseran Permintaan
Pergeseran ke kiri menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan
jumlah permintaan, sedangkan pergeseran ke kanan menunjukkan
adanya peningkatan jumlah permintaan. Sebagai contoh, jika
pendapatan para pembeli meningkat, sedangkan
beberapa faktor lainnya tidak berubah, maka akan
meningkatkan jumlah barang yang diminta, yang
ditandai oleh pergeseran kurva permintaan ke
kanan. Sebaliknya, jika pendapatan masyarakat
menurun sedangkan beberapa faktor lainnya tidak
berubah, maka jumlah barang yang diminta akan
menurun, yang ditandai pergeseran kurva
permintaan ke kiri.
2.3.2 kurva elastisitas Demand
a. elastisitas demand
10
Elastisitas harga permintaan (price elasticity of demand)
atau sering disebut dengan elastisitas harga, adalah persentase
perubahan jumlah barang diminta yang diakibatkan oleh persentase
perubahan harga barang itu sendiri.
Elastisitas permintaan juga dimaksudkan untuk mengukur
perubahan relatif dalam jumlah unit suatu barang yang dibeli
sebagai akibat dari perubahan salah satu faktor yang
mempengaruhinya.
b. Kurva Elastisitas Harga Permintaan (Price Elasticity of Demand)
Elastisitas harga permintaan memperlihatkan proporsi perubahan
jumlah barang yang diminta sebagai akibat proporsi perubahan
harga barang tersebut. Nilai elastisitas harga permintaan tersebut
bergerak dari nol sampai tak berhingga atau 0 ≤ εp≥ 1, dengan
uraian sebagai berikut :
1) Bila nilai εp=0 maka kurva permintaannya bersifat inelastis
sempurna. Permintaan inelastis sempurna terjadi ketika
perubahan harga yang terjadi tidak berpengaruh terhadap
jumlah permintaan (Koefisien E=0)
Gambar3. Kurva Inelastis sempurna
11
2) Bila nilai εp<1 maka kurva permintannya bersifat
inelastis. Pemintaan Inelastis terjadi jika perubahan harga
kurang berpengaruh pada perubahan permintaan. Sehingga
jumlah permintaan bergerak lebih kecil secara proposional
dibangdingkan dengan harga. Contohnya adalah permintaan
masyarakat terhadap beras sebagai kebutuhan pokok. Beras,
meskipun harganya naik, orang akan tetap membutuhkan
konsumsi beras sebagai makanan pokok. Oleh karena itu,
meskipun mungkin dapat dihemat penggunaannya, namun
cenderung tindakan sebesar kenaikan harga yang terjadi.
Sebaliknya, jika harga beras turun konsumen tidak akan
menambah konsumsinya sebesar penurunan harga.
Gambar 4. Kurva Inelastis
3) Bersifat nilai εp>1, kurva permintaannya bersifat elastis.
Permintaan elastis terjadi jika perubahan permintaan lebih
besar dari perubahan harga. Koefisien permintaan elastic
bernilai lebih dari satu ( E >1), artinya kenaikan harga
sebesar 1 persen menyebabkan kenaikan jumlah permintaan
12
lebih dari 1 persen, dan sebaliknya. Bentuk kurva
permintaanya adalah lebih landai. Contohnya ketika
pakaian, makanan ringan, mobil, dan barang mewah lainnya
harganya naik, maka konsumen akan dengan mudah
menemukan barang penggantinya.
Gambar.5 Kurva Permintaan Yang Elastis
Sumber : Sadono Sukirno. Mikro Ekonomi 2009
4) Bersifat nilai εp=1, kurva permintaanya bersifat elastisitas
kesatuan (unitary elasticity) Permintaan elastic uniter terjadi
jika perubahan permintaan sebanding dengan perubahan
harga. Koefisien elastisitas permintaaan uniter adalah satu
(E=1), artinya kenaikan harga sebesar 1 persen diikuti oleh
penurunan jumlah permintaan sebesar 1 persen, dan
sebaliknya. Bentuk permintaannya membentuk segi tiga
sama kaki.
13
Gambar.6 Kurva permintaan elastis uniter
Sumber : Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi 2009
5) Bila nilai εp=, kurva permintaanya bersifat elastis
sempurna. Permintaan elastic sempurna terjadi jika
perubahan permintaan tidak dipengaruhi sama sekali oleh
perubahan harga. Kurvanya akan sejajar dengan sumbu Q
(kuantitas barang). Contohnya produk yang permintaanya
bersifat tidak elastis sempurna diantaranya barang atau jasa
yang bersifat komoditi, yaitu barang atau jasa yang
memiliki karakteristik dan fungsi sama meskipun dijual
ditempat berbeda atau di produksi oleh produsen yang
berbeda. Dengan demikian, secara logika barang/jasa
tersebut seharusnya memiliki harga yang sama pula.
Misalnya saja bolpoin, suatu saat kita pergi ke toko buku
untuk membeli bolpoin, misalnya, kita cenderung tidak
memperhatikan perbedaan merk bolpoin tersebut dan yang
menjadi perbandingan kita yaitu adalah harga. Kita akan
memilih harga bolpoin yang harganya lebih murah karena
fungsi dari bolpoin tersebut adalah sama.
14
Gambar.7 Kurva Permintaan Elastis Sempurn
Sumber : Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi 2009
Jadi, harga disini tidak mempengaruhi permintaan.
2.4 Faktor yang mempengaruhi demand dan Elastisitas demand
2.4.1 Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Permintaan (Demand)
Menurut Gregory Mankiw dalam bukunya “Pengantar Ekonomi
Mikro” menyatakan ada beberapa hal yang mempengaruhi jumlah
permintaan,yaitu:
a. Harga Barang
Harga dari suatu barang dapat dikatakan adalah faktor
utama yang berpengaruh terhadap jumlah permintaan. Jumlah
permintaan akan turun seiring dengan naiknya harga suatu
barang dan sebaliknya jumlah permintaan akan naik seiring
dengan turunnya harga suatu barang. Dapat dikatakan bahwa
jumlah permintaan berhubugan secara negatif terhadap harga.
Hubungan antara harga barang dan jumlah
permintaan ini berlaku untuk kebanyakan jenis barang dalam
perekonomian sehingga para ekonom menyebutnya sebagai
hukum permintaan (law of demand ) yang berbunyi : “Jika
semua hal dibiarkan sama,ketika harga suatu barang
meningkat,maka jumlah permintaannya akan menurun,dan
ketika harganya turun maka jumlah permintaannya akan
naik.”
15
Dari hukum diatas, dapat dipahami bahwa
hubungan negatif atau hubungan yang berkebalikan antara
harga dan jumlah permintaan terjadi dengan menganggap
berbagai hal lain yang mempengaruhi keinginan konsumen
untuk membeli barang tersebut tidak berubah.
Sebagai contoh jika harga 1 porsi es krim adalah 5.000
rupiah,dengan harga tersebut dalam 1 bulan Ani bisa
membeli 5 porsi es krim. Tetapi saat harganya naik menjadi
25.000 rupiah,dalam 1 bulan ani hanya membeli 1 porsi saja.
Hubungan antara harga barang dan jumlah permintaan
terhadap suatu barang dapat ditunjukkan dengan kurva
permintaan. Kurva permintaan menunjukkan bagaimana
jumlah permintaan terhadap suatu barang berubah nilainya
ketika harganya juga berubah,dengan asumsi bahwa semua
faktor lain yang mempengaruhi keinginan konsumen untuk
membeli barang tidak ada yang berubah. Pada suatu waktu
dan pada kondisi tertentu faktor yang mempengaruhi
keinginan konsumen bisa saja berubah. Jika sesuatu terjadi
dan mengubah tingkat permintaan pada suatu harga maka
kurva permintaan akan bergeser.
b. Tingkat pendapatan konsumen
Besar kecilnya pendapatan yang diperoleh seseorang
turut menentukan besarnya permintaan akan barang dan jasa.
Apabila pendapatan yang diperoleh tinggi maka permintaan
16
akan barang dan jasa juga semakin tinggi. Sebaliknya jika
pendapatannya turun, maka kemampuan untuk membeli
barang juga akan turun.
c. Harga barang lain
Harga barang dan jasa pengganti (substitusi) ikut
memengaruhi jumlah barang dan jasa yang diminta. Apabila
harga dari barang substitusi lebih murah maka orang akan
beralih pada barang substitusi tersebut. Akan tetapi jika harga
barang substitusi naik maka orang akan tetap menggunakan
barang yang semula.
d. Selera konsumen
Selera konsumen terhadap barang dan jasa dapat
memengaruhi jumlah barang yang diminta. Jika selera
konsumen terhadap barang tertentu meningkat maka
permintaan terhadap barang tersebut akan meningkat pula.
e. Prakiraan harga barang dimasa mendatang
Apabila konsumen memperkirakan bahwa harga akan
naik maka konsumen cenderung menambah jumlah barang
yang dibeli karena ada kekhawatiran harga akan semakin
mahal. Sebaliknya apabila konsumen memperkirakan bahwa
harga akan turun, maka konsumen cenderung mengurangi
jumlah barang yang dibeli.
f. Pertambahan penduduk
17
Pertambahan penduduk akan memengaruhi jumlah
barang yang diminta. Jika jumlah penduduk dalam suatu
wilayah bertambah banyak, maka barang yang diminta akan
meningkat.
2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Elastisitas Permintaan
1. Tingkat Kebutuhan
Apabila kebutuhan terhadap suatu barang sangat penting,
perubahan harga tidak mempengaruhi jumlah permintaan, maka
permintaan terhadap barang ini bersifat inelastis, sebaliknya bila
kebutuhan terhadap suatu barang kurang penting, maka
permintaan bersifat elastis.
2. Adanya Barang Substitusi
Banyak atau sedikitnya macam barang substitusi
mempengaruhi jumlah permintaan. Jika barang substitusi banyak
dengan terjadinya kenaikan harga sedikit saja, maka permintaan
ini bersifat elastis. Apabila barang substitusi tidak ada maka
permintaan itu akan bersifat elastis.
3. Pendapatan Konsumsi
Apabila pendapatan konsumen relatif besar bila
dibandingkan dengan harga barang maka permintaan akan bersifat
inelastis. Sebaliknya konsumen yang berpendapatan kecil dengan
terjadinya perubahan harga sedikit saja akan mempengaruhi
permintaan terhadap barang, permintaan ini bersifat inelastis.
18
4. Perubahan Harga dan Barang yang Diminta
Hal ini akan mempengaruhi golongan lain untuk meminta
barang tersebut, sehingga permintaan menjadi elastis.
5. Adanya Barang yang Serbaguna
Barang yang dapat digunakan secara multifungsi maka
permintaan terhadap barang tersebut akan bersifat elastis.
6. Tradisi
Apabila pemakaian sesuatu barang sudah menjadi tradisi
walaupun berapa pun naiknya harga, orang akan tetap membelinya,
maka permintaan ini bersifat inelastis, tetapi apabila tidak
didasarkan tradisi permintaan akan bersifat elastis.
7. Mode
Mode juga mempengaruhi permintaan terhadap sesuatu
barang, apabila barang tersebut sudah diminati oleh masyarakat,
maka berapapun naiknya harga akan tetap dibeli. Maka permintaan
akan bersifat inelastis demikian juga sebaliknya.
2.4.3 Faktor Penentu Elastisitas Permintaan
Ada empat faktor utama dalam menentukan elastisitas permintaan
(Sadono, Sukirno 2009) :
1. Produk Substitusi
Semakin banyak produk pengganti (substitusi), permintaan akan
semakin elastis. Hal ini karena konsumen dapat dengan mudah
berpindah ke produk substitusi jika terjadi kenaikan harga, sehingga
19
permintaan akan produk akan sangat sensitif terhadap perubahan
harga.
2. Presentase Pendapatan yang Dibelanjakan
Semakin tinggi bagian pendapatan yang digunakan untuk
membelanjakan produk tersebut, maka permintaan semakin elastis.
Produk yang harganya mahal akan membebani konsumen ketika
harganya naik, sehingga konsumen akan mengurangi permintaannya.
Sebaliknya pada produk yang harganya murah.
3. Produk Mewah Versus Kebutuhan
Permintaan akan produk kebutuhan cenderung tidak elastis,
dimana konsumen membutuhkan produk tersebut dan mungkin sulit
mencari substitusinya. Akibatnya, kenaikan harga cenderung tidak
menurunkan permintaan. Sebaliknya, permintaan akan produk
mewah cenderung elastis, dimana barang mewah bukanlah sebuah
kebutuhan dan substitusinya lebih mudah dicari. Akibatnya,
kenaikan harga akan menurunkan permintaan.
4. Jangka Waktu Permintaan Dianalisis
Semakin lama jangka waktu permintaan dianalisis, semakin
elastis permintaan akan suatu produk. Dalam jangka pendek,
kenaikan harga yang terjadi di pasar mungkin belum disadari oleh
konsumen, sehingga mereka tetap membeli produk yang biasa
dikonsumsi. Dalam jangka panjang, konsumen telah menyadari
kenaikan harga, sehingga mereka akan pindah ke produk substitusi
20
yang tersedia. Selain itu, dalam jangka panjang kualitas dan desain
produk juga berubah, sehingga lebih mudah menyebabkan konsumen
pindah ke produk lain.
2.5 Utility
2.5.1 Pengertian Utility
Bentham (1789) dalam Hunt (2002) menyatakan “that
property in any object, whereby it tend to produce benefit,
advantage, pleasure, good, or happiness or to prevent the
happening of mischief, pain, evil, or unhappiness” . Yang artinya
nilai guna terkait tentang hak kepemilikan pada suatu objek apapun
yang mana untuk menghasilkan keuntungan, manfaat, kepuasan,
kebaikan, atau kebahagiaan atau untuk mencegah terjadinnya
kecurangan, kesakitan, kejahatan, atau ketidakbahagiaan”.
Dalam perkembangannya, teori utlity diperluas oleh
Jevons (1871) dalam Hunt (2002) yang menyatakan bahwa “...to
treat economy as a calculus of pleasure and pain, and have
sketched out...” yang artinya “...memperlakukan ilmu ekonomi
sebagai hitungan kepuasan dan kesakitan, dan telah
digambarkan...” jadi utility dapat dihitung secara matematis dan
dapat digambarkan hasil dari perhitungan tersebut.
Setiap barang atau jasa pasti mempunyai nilai guna
(utility) yang dapat memberikan kepuasan bagi penggunanya.
Gossen (1854) dalam Hunt (2002) menganggap bahwa tinggi
21
rendahnya nilai suatu barang atau jasa tergantung pada subjek yang
menilai barang atau jasa tersebut. Suatu barang atau jasa
mempunyai arti apabila barang atau jasa tesebut mempunyai nilai
guna (utility) untuk memenuhi kebutuhan bagi konsumen.
Samuelson dan Nordhaus (2001) dalam Hunt (2002)
menyatakan definisi utility adalah suatu gagasan ilmiah yang
digunakan para ekonom untuk memahami bagaimana konsumen
yang rasional membagi sumber daya yang terbatas di antara
beberapa komoditas yang memberikan konsumen kepuasan.
Ramaa Lessandro (2001) dalam Iskandar
(2003)menyatakan bahwa “teori nilai guna (utilitas) yaitu teori
ekonomi yang mempelajari kepuasan atau kenikmatan yang
diperoleh seorang konsumen dari mengkonsumsikan barang-
barang. Kalau kepuasan itu semakin tinggi maka semakin tinggi
nilai guna. Sebaliknya semakin rendah kepuasan dari suatu barang
maka nilai guna semakin rendah pula.
Teori nilai guna mempelajari kepuasan atau kenikmatan
yang diperoleh seorang konsumen dari mengkonsumsikan beberapa
barang. Jika kepuasan itu semakin tinggi maka semakin tinggi nilai
gunanya. Sebaliknya semakin rendah kepuasan dari suatu barang
maka nilai gunanya akan semakin rendah pula. Dapat disimpulkan
bahwa nilai guna (utility) adalah kemampuan suatu barang atau jasa
untuk memberikan kepuasan pada manusia dalam mencukupi
kebutuhan manusia.
22
2.5.2 Hukum Nilai Guna Marginal
Sebuah barang baru mempunyai arti bagi seorang
konsumen apabila barang tersebut mempunyai daya guna (utility),
dan besar kecilnya daya guna tersebut tergantung dari konsumen
yang bersangkutan; makin banyak barang yang dikonsumsinya
makin besar daya guna total (total utility) yang diperolehnya, akan
tetapi laju pertambahan daya guna (marginal utility) yang diperoleh
karena mengkonsumsi satu kesatuan barang makin lama semakin
rendah, bahkan jumlah pertambahannya dapat menjadi nol dan bila
penambahan konsumsi diteruskan jumlahnya, pertambahan daya
gunanya bahkan bisa menjadi negatif akibat pertambahan jumlah
konsumsi tersebut, hal ini biasa disebut dengan hukum
pertambahan daya guna menurun (the law of diminishing marginal
utility) atau hukum Gossen.
Hukum nilai guna marginal: “Tambahan nilai guna yang
akan diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan suatubarang
akan menjadi semakin sedikit apabila orang tersebut terus menerus
menambah komsumsinya keatas barang tersebut dan pada
akhirnya tambahan nilaiguna akan menjadi negatif”
Berdasarkan hukum Gossen atau yang biasa dikenal dengan law of
diminishing marginal utility berlaku bahwa semakin banyak suatu
barang yang dikonsumsi, maka tambahan nilai kepuasannya yang
diperoleh dari setiap satuan tambahan yang dikonsumsikan akan
23
menurun. Dan konsumen akan selalu berusaha dalam mencapai
kepuasan total yang maksimum.
2.5.3 Cara Mengukur Nilai Guna Kardinal
Setelah mengetahui teori mengenai nilai guna kardinal, lantas
bagaimanakah memaksimumkan kepuasan berdasarkan teori nilai
guna kardinal ?. Untuk pemuasan kebutuhan terhadap satu barang,
maka secara sederhana adalah bila konsumen dapat membelanjakan
uang mereka untuk mendapatkan jumlah barang yang terbanyak,
yaitu konsumen hanya akan mengeluarkan atau membelanjakan uang
mereka sesuai dengan kepuasan maksimum yang diharapkan.
Bila Px adalah harga barang X, dan X adalah barangnya, dan U
adalah utilitasnya, maka U(X) = PxX. MU (X) = Px, artinya
kepuasan tertinggi yang dicapai seseorang bila ia mengkonsumsi
barang X dengan harga Px adalah apabila marginal utility dari
barang X sama dengan harga yang dibayarkan untuk mendapatkan
barang X tersebut.
Misalkan uang sebanyak Rp. 500,- harga barang (X) = 50, maka
Px(X) = 50 MU(X) = 50. Berarti banyak jumlah barang yang
dikonsumsi agar kepuasan konsumen maksimum adalah 10 unit.
Untuk konsumsi lebih dari satu (misalkan dua jenis), maka
tingkat kepuasan akan tercapai jika MU(X,Y) = (Px, Py) bila yang
dikonsumsi adalah barang X dan Y, berdasarkan setiap harga dan
uang yang dimiliki konsumen. Dengan kata lain, bila konsumen
tersebut dihadapkan pada dua jenis barang, maka konsumen akan
24
memaksimumkan kepuasan pada barang yang nilai marginal
utilitinya sama dengan harganya. Jadi :
MU (X) / Px = MU (Y) / Py = 1
Dengan demikian, kombinasi barang yang dapat diperolehnya
untuk barang X dan Y adalah yang memenuhi syarat diatas.
Contoh:
Konsumen memiliki uang sejumlah Rp. 1.000,-. Harga barang X
Rp. 1.00,- dan barang Y Rp. 25,-. Kepuasan konsumen tersebut
akan maksimum bila ia mengkombinasikan barang X dan Y sesuai
peruntukan. Dengan demikian, utility = X.Y, sementara barang
yang dapat diperoleh adalah :
1000 = 100X + 25Y
25Y = 1000 – 100X Y = 40 – 4X
U = X.Y U = X (40 – 4X)
= 40X 4X2
= 40 – 8X
40 = 8X
X = 5
1000 = 100X + 25Y
1000 = 100 (5) + 25Y
500 = 25Y
Y = 20
Jadi kombinasi yang dikonsumsi konsumen adalah X = 5 dan Y
= 20. Apakah kombinasi ini maksimum ?
25
Diketahui MU(X) = Y = 20 dan MU(Y) = X = 5, Px = 100 dan
Py = 25. Padahal syarat maksimum adalah :
MU(X) / Px = MU(Y) / Py = 1
20 / 100 = 5 / 25 = 1 Terbukti bahwa dengan mengkonsumsi X
sebanyak 5 dan Y sebanyak 20 dengan uang Rp.1000,- , konsumen
tersebut mencapai kepuasan maksimum
2.6 Konsekuensi dari Hukum Marginal Utility
Teori nilai guna dapat pula menerangkan tentang wujudnya
kelebihan kepuasan yang dinikmati oleh para konsumen. Kelebihan
kepuasan ini, dalam analisis ekonomi dikenal sebagai surplus ekonomi.
Surplus konsumen pada hakikatnya berarti perbedaan di antara kepuasan
yang diperoleh seseorang di dalam mengkonsumsi sejumlah barang
dengan pembayaran yang harus dibuat untuk memperoleh barang tersebut.
Kepuasan yang diperoleh selalu lebih besar daripada pembayaran yang
dibuat. Surplus konsumen ini merupakan wujud sebagai akibat daripada
nilai guna marginal yang semakin sedikit. Harga sesuatu barang berkaitan
rapat dengan nilai guna marginalnya. Misal pada barang ke-n yang dibeli,
nilai guna marginalnya sama dengan harga. Dengan demikian, karena nilai
guna marginal barang ke-n lebih rendah dari barang sebelumnya, maka
nilai guna marginal barang sebelumnya lebih tinggi dari harga barang
tersebut, dan perbedaan harga yang terjadi merupakan surplus konsumen.
Dengan kata lain, surplus konsumen adalah kelebihan kepuasan yang
26
diperoleh dalam mengkonsumsi suatu barang daripada pembayaran yang
disediakan oleh konsumen.
Berikut adalah contoh dari surplus konsumen: Seorang konsumen
ingin membeli satu buah durian dengan harga Rp 20.000,- ternyata
setelah sampai di pasar, harga buah durian tersebut adalah Rp
14.000,- selisih dari harga yang disediakan dengan harga kenyataan di
pasar sebesar Rp 6.000,-. Selisih inilah yang disebut sebagai surplus
konsumen.
Jumlah
barang
yang
dikonsums
i (Qx)
Harga yang
disediakan
konsumen (Pc)
Harga yang
berlaku di
pasar
Surplus
konsumen
Jumlah
keseluruhan
1 Rp. 20.000 Rp. 14.000 Rp. 6.000 Rp. 6.000
2 Rp. 18.000 Rp. 14.000 Rp. 4.000 Rp. 10.000
3 Rp. 16.000 Rp. 14.000 Rp. 2.000 Rp. 12.000
4 Rp. 14.000 Rp. 14.000 Rp. - Rp. 12.000
5 Rp. 12.000 Rp. 14.000 - -
6 Rp. 10.000 Rp. 14.000 - -
7 Rp. 8.000 Rp. 14.000 - -
Tabel 2.2 Surplus Konsumen yang Dinikmati Konsumen.
Sumber: Wilson Bangun, 2007
Kolom ke 2 tersebut menunjukkan harga yang disediakan
konsumen untuk membayar durian yang ingin dia beli. Pada
27
pembelian durian pertama harga yang disediakan konsumen sebesar Rp.
20.000,- sedangkan harga yang berlaku di pasar hanya sebesar Rp.
14.000,-. Hal ini berarti konsumen mendapat surplus sebesar Rp. 6000.-.
Konsumen mendapat surplus dari pembelian durian ini dari pembelian
pertama sampai pembelian ke 4. Hal ini karena harga yang bersedia
dibayar oleh konsemen lebih tinggi daripada harga yang dijual di pasar.
Sedangkan pada pembelian durian ke 5 hingga pembelian ke 7 tidak
terjadi surplus konsumen karena harga yang bersedia dibayar oleh
konsumen sama dengan atau lebih rendah dari harga yang tersedia di
pasar. Sehingga konsemen tidak akan mendapatkan surplus konsumen
lagi, oleh karena itu dititik inilah biasanya konsumen akan menghentikan
pembeliannya terhadap durian tersebut.
Surplus konsumen juga dapat ditunjukkan dalam bentuk grafik.
Dimana sumbu vertikal menggambarkan tingkat harga, sedangkan sumbu
horizontal menggambarkan jumlah barang yang dikonsumsi.
Gambar.8 Grafik Surplus Konsumen
(Sadono Sukirno, 2010)
28
Gambar diatas menunjukkan adanya surplus konsumen.
Menggambarkan bahwa konsumen bersedia membeli suatu barang
dengan harga A. Ternyata di pasar harga barang tersebut sebesar P.
Pada harga P tersebbut jumlah barang yang dibeli konsemen sebanyak
Q’. Dengan demikian maka surplus konsumen adalah sebesar APB.
29
BAB III
PENUTUP
Ada dua konsep yang dasar yang melandasi pemasaran, yaitu kebutuhan
(needs) dan keinginan (wants). Demand atau permintaan adalah jumlah dari suatu
barang yang mau dan mampu dibeli pada berbagai kemungkinan harga, selama
jangka waktu tertentu, dengan anggapan hal lain tetap sama (= ceteris paribus).
Metode pengukuran need atau kebutuhan dapat dilakukan dengan metode
wawancara. Metode pengukuran Demand dapat dilakukan dengan menggunakan
metode observasi, survey dan mendatangi target sasaran.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan yakni harga barang
itu sendiri, harga barang lain yang terikat dengan barang tersebut, tingkat
pendapatan, selera, jumlah penduduk perkiraan harga di masa medatang dan usaha
produsen meningkatkan penjualan.
Hubungan antara harga barang dan jumlah permintaan ini berlaku untuk
kebanyakan jenis barang dalam perekonomian sehingga para ekonom
menyebutnya sebagai hukum permintaan (law of demand ) yang berbunyi : “Jika
semua hal dibiarkan sama,ketika harga suatu barang meningkat,maka jumlah
permintaannya akan menurun,dan ketika harganya turun maka jumlah
permintaannya akan naik.”
Ada dua konsep yang dasar yang melandasi pemasaran, yaitu kebutuhan
(needs) dan keinginan (wants). Demand atau permintaan adalah jumlah dari suatu
barang yang mau dan mampu dibeli pada berbagai kemungkinan harga, selama
jangka waktu tertentu, dengan anggapan hal lain tetap sama (= ceteris paribus).
30
Metode pengukuran need atau kebutuhan dapat dilakukan dengan metode
wawancara. Metode pengukuran Demand dapat dilakukan dengan menggunakan
metode observasi, survey dan mendatangi target sasaran.
Atas dasar beberapa hal tersebut maka terdapat pokok bahasan teori nilai
guna (utility). Dalam sejarahnya, teori nilai guna (utility) merupakan teori yang
terlebih dahulu dikembangkan untuk menerangkan kelakuan individu dalam
memilih barang-barang yang akan dibeli dan dikonsumsinya. Dapat dilihat bahwa
analisis tersebut telah memberi gambaran yang cukup jelas tentang prinsip-prinsip
pemaksimuman kepuasan yang dilakukan oleh orang-orang yang berfikir secara
rasional dalam memilih berbagai barang keperluannya.
Terdapat 2 jenis teori nilai guna (utility) yaitu teori nilai guna kardinal
(Cardinal Utility) dan teori nilai guna ordinal (Ordinal Utility). Teori nilai guna
kardinal memberikan penilaian subjektif akan pemuasan kebutuhan dari suatu
barang. Artinya tinggi rendahnya nilai guna suatu barang tergantung pada subjek
yang memberikan penilaian. Sedangkan teori nilai guna ordinal menyatakan
tingkat nilai guna dapat diukur melalui order atau rangking tetapi tidak disebutkan
nilai gunanya secara pasti (dengan menggunakan pendekatan nilai relative; order
atau rangking). Dalam hal ini, kepuasan tidak di kuantifisir (dihitung secara
kuantitas).
Hukum nilai guna marginal menyatakan“Tambahan nilai guna yang akan
diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan suatubarang akan menjadi semakin
sedikit apabila orang tersebut terus menerus menambah komsumsinya keatas
barang tersebut dan pada akhirnya tam-bahan nilaiguna akan menjadi negatif”
31
DAFTAR PUSTAKA
Mankiw, Gregory.2006.Principles of economics: Pengantar Ekonomi
Mikro.Jakarta: Salemba Empat.
Rosyidi,suherman.2005.Pengantar Teori Ekonomi.Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Samuelson, A. 2003. Ilmu Mikro Ekonomi. PT.Media Global
Education: Jakarta.
Supriyanto, Ernawaty. 2010. Pemasaran Industri Jasa Kesehatan.
Surabaya: Penerbit ANDI Yogyakarta.
Makalah DIE semesrter 6 fakultas kesehatan masyarakat universitas
airlangga Surabaya 2013
Nuhfil, 2009. Mikro-2 Penawaran dan Permintaan.
http://nuhfil.lecture.ub.ac.id/files/2009/03/mikro-2-penawaran-dan-
permintaan-nuhfil.pdf. (Sitasi 17 Oktober 2013)
32