Upload
utamiekawati
View
968
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
terminology of terminalia catappa
Citation preview
Tugas Farmakognosi Umum
(FA2205) Terminalia catappa
disusun oleh: Utami Ekawati 10706041
Program Studi Sains dan Teknologi Farmasi
Sekolah Farmasi
Institut Teknologi Bandung
2008
1
Utami Ekawati 10706041‐‐ Terminalia catappa Linn.
Nama latin dan nama daerah
Daun ketapang berwarna merah sebelum akhirnya terjatuh
Terminalia catappa Linn.
Nama daerah:
Prancis= Badamier; Jerman= Catappenbaum, etagenbaum; Inggris= Indian Almond;
Batak= ketapang (karo, hatapang (toba); Nias=katafa; Indonesia= Katapang;
Minangkabau= Katapteng; Sunda= Katapang; Irian Jaya Barat= Kalu;
Ternate= Ngusu; Nusatenggara= katapang, klihi; Maluku= wema, wewisadina, sarina.
2
Klasifikasi botani menurut Conqruist
Terminalia catappa L.
Kingdom Plantae
Division Magnoliophyta
Class Magnoliopsida
Order Myrtales
Family Combretaceae
Genus Terminalia
Species T. catappa
1
Ciri morfologi, makroskopik, dan mikroskopik
Deskripsi tanaman: Tumbuhan berbatang besar, tingginya sampai 20 m lebih, Daunnya selebar
tangan, berbentuk bulat telur, dan dua kali setahun, daunnya runtuh. Bunganya tidak berwarna
tetapi harum baunya.
MORFOLOGI
• DAUN (FOLIUM)
Daun lengkap merupakan daun yang terdiri atas upih daun (vagina), tangkai daun (petiolus) dan
helaian daun (lamina). Sedangkan Terminalia catappa disebut daun yang
tidak lengkap karena daunnya hanya terdiri atas helaian daun (lamina) dan
tangkai daun (petiolus).
Terminalia catappa memiliki bentuk tangkai daun seperti bentuk tangkai
daun tumbuhan pada umumnya, yaitu berbentuk silinder dengan sisi agak
pipih dan menebal pada pangkalnya. Untuk helaian daunnya, daun
Terminalia catappa dapat dideskripsikan sebagai berikut:
• Bangun/Bentuk Daun (circumscriptio)
Jika daun digolongkan berdasarkan letak bagian yang terlebar, maka daun Terminalia
catappa termasuk dalam daun dengan bagian terlebar terdapat di atas tengah‐tengah
helaian daun dengan bentuk bangun daun bulat telur sungsang (obovatus), yaitu seperti
bulat telur tetapi bagian yang terlebar terdapat dekat ujung daun.
• Ujung Daun (apex folii) 1 http://wikipedia.org (diakses tanggal 16 September 2008 jam 11:50)
3
Bentuk ujung daun yang dimiliki Terminalia catappa adalah tumpul (obtusus), yaitu tepi
daun yang semula agak jauh dari ibu tulang, cepat menuju ke suatu titik pertemuan
hingga terbentuk suatu sudut yang tumpul.
• Pangkal Daun (basis folii)
Tidak berbeda dengan ujung daunnya, pangkal daun Terminalia catappa memiliki
bentuk yang tumpul (obtusus).
• Susunan Tulang‐tulang Daun
Melihat arah tulang‐tulang cabang yang besar pada helaian daun, maka berdasarkan
susunan tulangnya, Terminalia catappa tergolong daun yang bertulang menyirip
(penninervis), yaitu daun yang mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke
ujung dan merupakan terusan tangkai daun.
• Tepi Daun (margo folii)
Secara garis besar tepi daun dibedakan menjadi 2, yaitu tepi daun yang rata dan tepi
daun yang bertoreh. Tepi daun Terminalia catappa sendiri memiliki tepi daun yang
rata.
• Daging Daun (intervenium)
Daging daun merupakan bagian daun yang terdapat diantara tulang‐tulang daun dan
urat‐urat daun. Terminalia catappa memiliki daging daun yang seperti perkamen, yaitu
tipis tetapi cukup kaku.
• Warna Daun
Seperti pada umumnya, daun Terminalia catappa berwarna hijau. Namun pada musim
kamarau/gugur warnanya berubah ada yang berwarna kuning kecoklatan ada pula yang
berwarna merah kecoklatan.
• Permukaan Daun
Permukaan daun pada setiap tumbuhan tidak selalu sama, untuk Terminalia catappa
sendiri, permukaan daunnya licin (laevis).
• BATANG (CAULIS)
Batang pada tumbuhan ada yang kelihatan ada pula yang tidak. Oleh sebab itu maka dibedakan
menjadi tumbuhan yang tidak berbatang dan tumbuhan yang jelas berbatang. Untuk tumbuhan
Terminalia catappa sendiri jelas sekali digolongkan ke dalam tumbuhan yang jelas berbatang
karena batang Terminalia catappa merupakan batang berkayu (lignosus), yaitu batang yang
keras dan kuat.
4
• Arah Tumbuh Batang
Untuk arah tumbuh batangnya, Terminalia catappa memiliki arah tumbuh batang yang
tegak lurus (erectus), yaitu memiliki arah lurus ke atas.
• Percabangan Pada Batang
Percabangan pada Terminalia catappa termasuk ke dalam percabangan monopodial
karena batang pokoknya selalu tampak lebih jelas maksudnya lebih besar dan lebih
panjang dari pada cabang‐cabangnya. Sedangkan untuk arah tumbuh cabangnya,
Terminalia catappa memiliki cabang yang mendatar (horizontalis), yaitu antara cabang
dan batang pokok memebentuk sudut 90oC .
• AKAR (RADIX)
Terminalia catappa termasuk ke dalam tumbuhan dikotil sehingga sistem perakarannya adalah
sistem akar tunggang (radix primaria), yaitu terdapat akar pokok yang bercabang‐cabang
menjadi akar‐akar yag lebih kecil. Jika melihat dari percabangan dan bentuknya, maka akar
Terminalia catappa termasuk ke dalam akar tunggang yang bercabang (ramosus), yaitu akar
tunggang yang berbentuk kerucut panjang, tumbuh lurus ke bawah, bercabang‐cabang banyak
sehingga memberi kekuatan yang lebih lagi kepada batang dan juga daerah perakaran menjadi
sangat luas selain itu daya serap terhadap air dan zat makanan menjadi lebih besar.
• BUNGA (FLOS)
Pada bunga Terminalia catappa, bulir
yang terdapat di bagian bawah dengan
bunga berkelamin 2 atau bunga betina
sedangkan di bagian atas dengan bunga
tidak berkelamin atau bunga jantan. Tepi
kelopak bertaju 5, berbentuk piring atau
lonceng. Bunga betina, panjangnya
mencapai 4 – 8 mm berwarna putih. Pada
bunga yang berkelamin 2 dan bunga jantan,
benang sarinya muncul keluar sedangkan benang sari pada bunga betina dan tidak berkelamin
lebih pendek dan steril. Tangkai putiknya sangat pendek bahkan terkadang tidak ada.
5
• BUAH (FRUCTUS)
Bentuk dari buah pohon katapang ini seperti buah almond. Besar buahnya kira‐kira 4 – 5,5 cm.
Buah katapang berwarna hijau tetapi ketika tua warnanya menjadi merah kecoklatan. Kulit
terluar dari bijinya licin dan ditutupi oleh serat yang mengelilingi biji tersebut.
• BIJI (SEMEN)
•
•
•
•
•
•
•
•
•
6
• Kulit Biji (Spermodermis)
Kulit biji dibagi menjadi 2, yaitu lapisan kulit luar (testa) dan lapisan kulit dalam
(tegmen). Lapisan kulit luar pada biji Terminalia catappa ini keras seperti kayu. Lapisan
inilah yang merupakan pelindung utama bagi bagian biji yang ada di dalamnya.
• Tali Pusar (Funiculus)
Merupakan bagian yang menghubungkan biji dengan tembuni jadi merupkana
tangkainya biji. Jika biji masak, maka biji akan terlepasa dari tali pusar dan pada biji
hanya nampak bekasnya. 2
Biji Terminalia catappa
Pemerian : bau lemah sekali, rasa agak gurih, agak manis, seperti lemak
Makroskopik : biji, bentuk jorong, bagian ujung agak meruncing, dan agak pipih, bagian
pangkal membulat, panjang biji ±25 mm, lebar di bagian tengah ±7 mm, kulit biji
tipis, serupa selaput, umumnya berwarna kecoklatan, di bagian pangkal dan
sebagian pinggir berwarna coklat tua, biji berkeping dua, bagian dalam berwarna
keputih‐putihan.
Mikroskopik : pada penampang melintang, tampak kuit biji, terdiri dari epidermis dengan
kutikula tebal, tedapat beberapa lapis parenkim, dinding tipis, bentuk hampir
isodiametri. Jaringan berikutnya terdiri dari dua lapis berkas pembuluh tipe
kolateral, terdapat beberapa lapis sel parenkim, bentuk pipih, dua lapis sel
parenkim bentuk hampir isodiametrik dindng tebal. Dibawahnya terdapat
beberapa lapis sel parenkim yang mampat, sehingga kelihatan bergaris‐garis,
endosperm. Inti biji terdiri dari dari satu lapis sel epidermis, dibawahnya
terdapat beberapa lapis sel parenkim bentuk hampir isodiametrik, dinding tipis
mengandung butir padi dan aleuron, juga hablur kalsium oksalat bentuk roset
dan bintang, diantara sel endosperm terdapat berkas pembuluh tipe kolateral,
lapisan berikutnya satu lapis palisade, bentuk silindrik dinding tipis, diikuti oleh
satu lapis sel epidermis. Endosperm terdiri dari beberapa lapis susunan yang
sama. Serbuk berwarna coklat. Fragmen pengenal adalah parenkim endosperm
bentuk isodiametrik, dinding tipis, isi aleuron dan hablur kalsium oksalat bentuk 2 http://images.toiusd.multiply.com/attachment/0/RjqnkwoKCp8AADs56Rs1 (diakses tanggal 14 Oktober 2008 jam 13:13 )
7
bintang; pembuluh kayu dengan penebalan tangga dan penebalan jala, hablur
kalsium oksalat berbentuk roset.
Kegunaan keseluruhan tumbuhan atau masing‐masing bagian dan cara penggunaan
Ketapang merupakan tumbuhan multiguna. Pepagan dan daunnya, kadang‐kadang juga
akar dan buah mudanya dipakai secara lokal untuk penyamakan kulit dan memberi warna
hitam, dipakai unttuk mencelup kapas dan rotan dan sebagai tinta. Kayunya berkualitas baik dan
digunakan untuk konstruksi rumah dan kapal. Kayunya rentan terhadap rayap. Bijinya enak
dimakan, dan mengandung minyak yang tidak berbau, mirip minyak almond. Minyaknya dipakai
sebagai pengganti minyak almond yang sebenarnya untuk meredakan radang rongga perut, dan,
dimasak dengan daun, dalam menyembuhkan lepra, kudis dan penyakit kulit yang lain. Daging
buahnya dapat dimakan, tetapi berserat dan tidak enak walaupun harum. Pohonnya ditanam di
jalan raya dan kebun sebagai naungan karena bentuknya yang memayungi.
Daunnya digunakan untuk rematik pada sendi. Tanin dari pepagan dan daunnya
digunakan sebagai astringen pada disentri dan sariawan. Juga sebagai diuretik dan kardiotonik
dan dipakai sebagai obat luar pada erupsi kulit. Di Filipina rebusan daunnya dipakai sebagai
vermifuge. Penggunaan ketapang sebagai bahan pewarna celup dan penyamak sangat terbatas.
Penggunaan komponen tanaman katapang sebagai pengobatan telah dilakukan di Taiwan. Di
taiwan biji pohon ketapang yang rasanya mirip almond ini digunakan untuk obat herbal untuk
pengobatan penyakit hati. Daun ketapang juga disinyalir mempunyai zat antikarsiogenik. Selain
itu juga berkhasiat sebagai anticlastogenic (seperti antioksidan dalam mencegah proses
pecahnya kromosom). Orang india sejak lama menggunakan biji pohon ketapang ini untuk
mengobati ejakulasi dini.
Daun ini juga sering digunakan oleh peternak ikan hias dalam pembiakan ikan, karena
mempunyai khasiat sebagai antibakteri. Teh dari daun ketapang juga berkhasiat sebagai obat
kolestrol, diabetes, dan hipertensi. Daun yang telah jatuh digunakan untuk mengobati penyakit
liver. Di suriname, teh yang dibuat dari daun ketapang digunakan untuk mengobati disentri dan
diare. 3
3 http://www.priyatna.blogspot.com (diakses tanggal 26 Oktober 2008 jam 12:18)
8
Pelancar ASI dan Pencahar:
Biji ketapang (serbuk)3 biji; Tepung garut 2 sendok makan; Gula aren secukupnya; Air
secukupnya, Dibubur, Dimakan seperti makan bubur; di samping untuk melancarkan ASI; dapat
juga untuk pencahar ringan.4
Aktivitas farmakologi yang sudah diteliti
∗ Antioksidan
Efek antioksidan diteliti oleh C.C. Lin, Y.F. Hsu, dan T.C. Lin. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa punicalagin and punicalin adalah komponen tannin yang memiliki fungsi anti oksidasi
paling kuat pada tanaman ketapang ini.
∗ Anti‐inflamasi
Penelitian ini dilakukan oleh Y. M. Fan, L. Z. Xu, J. Gao, Y. Wang, X. H. Tang, X. N. Zhao and Z.
X. Zhang dari institut material medika di RRC. Penelitian ini menunjukkan bahwa asam
triterpenat Ursolic acid dan 2α,3β,23‐trihydroxyurs‐12‐en‐28‐oic acid yang didapat dari hasil
isolasi ekstrak daun ketapang bertanggung jawab terhadap efek antiinflamasi dari daun
ketapang. Fraksi yang memiliki aktivitas ini adalah fraksi kloroform.5
∗ Antidiabetic
Penelitian ini dilakukan oleh unit farmakologi S.C.S. College of pharmacy, Harapanahalli‐
583131, Davanagere (Dist), Karnataka, India. Dilakukan pengujian terhadap tiga jenis ekstrak
yaitu ekstrak petroleum ether, metanol, dan ekstrak air dari buah Terminalia Catappa. Hasil
penelitian ini membuktikan aktivitas antidiabetik yang dilakukan ada tikus dengan dosis 1/5
dosis letalnya.6
Senyawa kimia yang terkandung didalamnya [nama & struktur kimianya]
Dalam tanaman ini terdapat senyawa flavanoid : quercetin, kamferol. Di daun tanaman
ini terkandung tannin (punicalin, punicalagin, dan tarcatein). Golongan asam triterpenat yaitu:
Ursolic acid dan 2α,3β,23‐trihydroxyurs‐12‐en‐28‐oic acid. Kandungan minyak nabati biji
ketapang ini berpeluang sebagai alternatif pengganti minyak zaitun dan minyak kelapa sawit.7
4 http://www.id.answers.yahoo.com (diakses tanggal 26 Oktober 2008 jam 12:18) 5 http://www.sciencedirect.com (diakses tangga l14 Oktober 2008 jam 13:23) 6 http://www.sciencedirect.com (diakses tanggal 14 Oktober 2008 jam13:21 ) 7 http://en.wikipedia.org (diakses tanggal 16 September 2008 jam 11:50)
9
Quercetin
Punicalagin
Kamferol
Produk yang sudah dijual dipasaran yang mengandung tumbuhan ini
ARAVINDH GOLD PILLS
Pil ini terdiri dari berbagai jenis tumbuhan selain
Terminalia catappa, yaitu Asteracantha longifolia,
Cocculus hirsutus, Ionidium suffruticosum,
Myristica fragrans, , Pistia Stratiotes, Elettaria
cardamomum, Syzygium aromaticum,
Cinnamomum verum. Selain tanaman ini terdapat
juga madu dan Swarnabung.
8 http://ww9 http://ww10 http://w
Kegunaan
vitalitas.8
Applikasi
Sangat di
anemia, p
saluran pe
Bahan akt
Magifera
ww.idiamart.coww.paxherbalswww.paxherbal
n dari pil ini
d
irekomendas
pneumonia, k
encernaan da
tif:
indica, Alston
om (diakses tasinternational.lsinternational
adalah untu
Pax He
Serbuk
hiperte
dan tu
Kompo
Mangif
Catapp
Pax Herbal B
Black Powde
kimia. Bergu
dapat menga
ikan untuk p
keracunan ma
an reproduksi
nia boonei, Vi
nggal 26 Oktobcom (diakses tl.com (diakses
uk mengemb
ealth Powder
k ini memban
ensi, arthritis
uberkolosis.
osisi:
ifera indica,
pa, Psidium g
lack Powder
r diperoleh d
na untuk de
bsorpsi 200 k
pengobatan
akanan, tube
i.
iscom album,
ber 2008 jam1tanggal 26 Oktotanggal 26 Okt
balikan lema
r Capsules
ntu dalam me
s, anemia, pne
Alstonia bon
guasva, Cocos
dari karbon m
etoksifikasi d
kali dari berat
diabetes, te
rkolosis dan s
Terminalia C
12:14) ober 2008 jamtober 2008 jam
h syahwat d
enyembuhkan
eumonia, ker
nei, Viscum a
s nucifera.9
murni dan ta
dalam tubuh
tnya.
ekanan dara
segala bentu
Catappa.10
m12:14) m12:14)
dan meningk
n diabet,
racunan maka
album, Term
npa tambaha
manusia. Ka
h tinggi, art
k gangguan d
10
katkan
anan
minalia
an zat
arbon
hritis,
dalam
11
Standar kualitas simplisia dan ekstrak
Karakterisasi simplisia:
Pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan terhadap bentuk tanaman ketapang secara
keseluruhan, percabangan, bentuk daun dan ukuran daun. Pemeriksaan mikroskopik dilakukan
terhadap penampang melintang daun yang diperoleh melalui pemotongan dengan cara
menjeput daun pada gabus dan dipotong setipis mungkin. Irisan melintang daun dan serbuk
tersebut diletakkan pada kaca objek dan diberi beberapa tetes larutan kloral hidrat 70%,
kemudian diamati dibawah mikroskop. Pengamatan mikroskopik dilakukan juga terhadap serbuk
simplisia. Sejumlah serbuk simplisia diletakkan diatas kaca objek dan ditetesi dengan larutan
kloralhidrat 70% lalu ditutup dengan kaca penutup. Fragmen pengenal simplisia diamati
dibawah mikroskop
Secara umum, syarat yang baik untuk ekstrak dan simplisia adalah:
1. Bebas serangga
2. Bebas fragmen hewan atau kotoran hewan
3. Tidak menyimpang bau dan warnanya
4. Tidak boleh mengandung lendir, cendawan, atau menunjukkan adanya zat pengotor lainnya
5. Tidak boleh mengandung racun atau zat berbahaya
Parameter mutu simplisia dan ekstrak secara fisika, antara lain:
1. Penetapan makroskopik
Paparan mengenai bentuk, ukuran, warna, dan bidang patahan atau irisan.
2. Penetapan mikroskopik
Mencakup paparan mengenai anatomis dan pengamatan terhadap penampang melintang
simplisia beserta fragmen pengenal serbuk simplisia yang meliputi uraian sebagai berikut:
1. Batang, akar, dan rimpang, terdiri dari:
a. Jaringan primer (epidermis, korteks, endodermis)
b. Jaringan sekunder (periderm dan ritidom)
c. Perubahan susunan silinder pusat oleh pertumbuhan sekunder (xilem dan floem)
2. Tipe stomata
a. Tipe anomositik
12
b. Tipe anisositik
c. Tipe diasitik
d. Tipe parasitic
e. Tipe aktinositik
f. Tipe bidiasitik
3. Jenis rambut
a. Rambut penutup
b. Rambut kelenjar (Tipe Asteraceae dan Lamiaceae)
4. Tipe sel
a. Tipe idioblas
b. Tipe sklerenkim
3. Pengujian benda asing
Timbang simplisia uji yang berbobot antara 25 g dan 500 g, ratakan. Pisahkan sesempurna
mungkin benda asing yang terdapat di dalamnya, timbang, dan hitung jumlah atau kadar benda
asing terhadap bobot simplisia yang digunakan. Makin kasar simplisia uji, makin banyak jumlah
bobot simplisia uji yang ditimbang. Kecuali dinyatakan lain, benda asing tidak boleh lebih dari
2,0%.
4. Penetapan kadar abu
Timbang seksama 2,5 g simplisia uji yang telah digerus, masukkan ke dalam krus platina atau
krus silikat, ratakan. Pijarkan hati‐hati hingga arang habis, dinginkan, dan timbang. Jika dengan
cara ini arang tidak dapat hilang, tambahkan air panas, dan saring melalui kertas saring. Pijarkan
sisa dan kertas saring dalam krus yang sama, masukkan filtrat ke dalam krus, dan uapkan.
Pijarkan hingga bobot tetap, timbang, dan hitung kadar abu terhadap simplisia yang telah
dikeringkan di udara.
5. Penetapan kadar abu yang larut dalam asam
Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu, didihkan dengan 25 ml asam klorida encer
selma 5 menit, kumpulkan bagian yang tidak larut dalam asam, saring melalui krus kaca masir
atau kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, pijarkan hingga bobot tetap, timbang.
Hitung kadar abu yang tidak larut dalam asam terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.
Kecuali dinyatakan lain, kadar abu yang tidak larut dalam asam tidak boleh lebih dari 2,0%.
6. Penetapan kadar abu yang larut dalam air
13
Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu, didihkan dengan 25 ml air selama 5 menit,
saring melalui penyaring kaca masir atau kertas saring, cuci dengan air panas, pijarkan hati‐hati
selama 15 menit. Kemudian pijarkan pada suhu lebih kurang 450 derajat hingga bobot tetap dan
hitung kadar abu yang larut dalam air.
7. Penetapan kadar sari yang larut dalam air
Lakukan penetapan menurut cara penetapan kadar sari yang larut dalam etanol, menggunakan
air kloroform P sebagai pengganti etanol.
8. Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol
Keringkan serbuk (4/18) di udara, maserasi 500 mg serbuk dengan 100 ml etanol selama 24 jam
menggunakan labu bersumbat sambil sekali‐sekali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian
diamkan. Saring cepat dengan mencegah etanol menguap, uapkan 20 ml filtrat dalam cawan
dangkal di atas tangas air hingga kering, dan panaskan sisa pada suhu 105 derajat hingga bobot
tetap. Hitung kadar sari yang larut dalam etanol, terhadap bahan yang telah dikeringkan di
udara.
9. Mikrosublimasi
Tempatkan lebih kurang 100 mg serbuk simplisia dalam cincin kaca, tinggi 3 mm dengan
diameter kurang lebih 10 mm, dan terletak di atas kaca objek. Tutup cincin kaca dengan kaca
objek lain, panaskan perlahan‐lahan di atas lempeng asbes menggunakan pembakaran mikro
agar serbuk tidak menjadi arang. Setelah terjadi sublimasi, kaca objek diganti berulang‐ulang.
Pemeriksaan dilakukan terhadap beberapa hasil sublimasi yang diperoleh.
10. Reaksi identifikasi
Dilakukan untuk pemastian identifikasi dan kemurnian simplisia. Reaksi warna dilakukan
terhadap hasil penyarian zat berkhasiat terhadap hasil mikrosublimasi atau langsung terhadap
irisan atau serbuk simplisia.
a. Lignin
Basahi irisan atau serbuk dengan floroglusin LP, periksa dalam asam klorida P; dinding sel yang
berlignin berwarna merah.
b. Suberin, kutin, minyak lemak, dan minyak atsiri
Pada bahan yang diperiksa di atas kaca objek, tambahkan beberapa tetes Sudan III LP. Bahan
dapat dijernihkan terlebih dahulu dengan kloralhidrat LP, kecuali jika bahan mengandung
minyak atsiri. Biarkan selama 30 menit sampai 48 jam dalam bejana tertutup yang di dalamnya
14
terdapat cawan yang berisi etanl 90% P. Bagian bahan yang mengandung suberin, kutin, minyak
lemak dan minyak atsiri berwarna jingga.
c. Pati dan aleuron
Pada bahan yang diperiksa di atas kaca objek tambahkan yodium 0,1 N; pati brwarna biru,
aleuron berwarna kuning coklat sampai coklat.
d. Lendir
Pada bahan kering atau serbuk di atas kaca objek, tambahkan beberapa tetes merah rutenium
LP, tutup dengan kaca penutup, biarkan selama 15 menit; lendir asam dan pektin berwarna
merah intensif. Untuk pembedaan yang jelas, sebelum diperiksa, bahan dicuci lebih dahulu
dengan timbal (II) asetat P 9,5% b/v.
e. Zat samak
Pada bahan tambahkab besi (III) amonium sulfat LP yang telah diencerkan 5 kali. Zat samak dan
senyawa tanat lainnya berwarna hijau atau biru sampai hitam.
f. Turunan katekol
Pada bahan atau serbuk di atas kaca objek, tambahkan lapisan vanilin P 10% b/v dalam etanol
(90%) P, kemudian dalam asam klorida P; bagian yang mengandung turunan katekol berwarna
merah intensif.
g. Doksantrankinon
Pada bahan atau serbuk tambahkan kalium hidroksida etanol LP; terjadi warna merah jika
mengandung 1,8‐dioksiantrakinon bebas.
h. Fenol yang mudah menguap
a. Pada hasil mikro sublimasi, tambahkan fosfomolibdat asam sulfat LP; terjadi warna biru
b. Pada hasil mikro sublimasi, tambahkan larutan.asam diazonbenzensulfonat LP; terjadi
warna jingga sampai merah
i. Asam silikat
Abukan bahan; asam silikat terdapat dalam bentuk yang khas.
Aspek budidaya
Seringkali buahnya ditanam di kebun pembibitan karena biji batunya sulit dipisahkan dari daging
buahnya. Kecepatan perkecambahan sekitar 25%. Jarak tanam biji di persemaian 25 cm x 25 cm.
Pemindahan ke lahan dilakukan pada musim hujan tahun depannya.
15
Pustaka yang dirujuk
A. N. Nagappa, P. A. Thakurdesai, N. Venkat Rao & Jiwan Singh. (2003). “Antidiabetic activity of
Terminalia catappa Linn fruits”. Journal of Ethnopharmacology. Vol. 88, Issue 1, Pages 45‐
50
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (1989), Materia Medika Indonesia, jilid V, hal: 482‐
483
H. Keyne, Tumbuhan Berguna Indonesia III, Badan Litbang Kehutanan, hal. 1502‐1503
Lin, C C : Hsu, Y F : Lin, T C. (2001).” Antioxidant and free radical scavenging effects of the tannins
of Terminalia catappa L.”. Anticancer‐Res. Pages:237‐243
P.H., Maulidiah. Prospek Biji Ketapang (Terminalia catappa L.) Sebagai Suatu Alternatif Sumber
Minyak Nabati.
Y. M. Fan, L. Z. Xu, J. Gao, Y. Wang, X. H. Tang, X. N. Zhao and Z. X. Zhang. (2004). ”
Phytochemical and antiinflammatory studies on Terminalia catappa”. Journal of
Ethnopharmacology. Vol. 75, Issue 3‐4, Pages 253‐260