Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
4
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Daun Sirsak (Annona muricata Linn.)
1.1.1 Klasifikasi
Kingdom (kerajaan) : Plantae
Divisi (divisi) : Magnoliophyta
Class (kelas) : Magnoliopsida
Subclass (anak kelas) : Magnoliidae
Ordo : Magnoliales
Family (suku) : Annonaceae
Genus (marga) : Annona
Spesies (jenis) : Annona muricata Linn. (Cronquist. 1981:53)
Gambar 1.1 Sirsak (Annona muricata L.) (Sumber: www.christinarwen.com)
repository.unisba.ac.id
5
1.1.2 Morfologi
a. Sirsak
Sirsak adalah tanaman buah tropis yang bersifat tahunan. Umurnya tidak lebih
dari 20 tahun. Tanaman sirsak tersebut berbentuk semak dengan tinggi tidak lebih
dari 4 meter.
b. Daun
Daun sirsak berbentuk bulat panjang dengan ujung runcing. Daun sirsak tebal
dan agak kaku dengan urat daun menyirip atau tegak pada urat daun utama. Aroma
yang ditimbulkan daun berupa langu yang tidak sedap. Permukaan daun mengkilap,
serta berwarna hijau muda sampai hijau tua (Sunarjono. 2005).
c. Bunga
Terdapat banyak putik di dalam satu bunga sehingga diberi nama bunga
berpistil majemuk. Sebagian bunga terdapat dalam lingkaran, dan sebagian lagi
membentuk spiral atau terpencar, tersusun secara hemisiklis. Mahkota bunga yang
berjumlah 6 sepalum yang terdiri dari dua lingkaran, bentuknya hampir segitiga,
tebal, dan kaku, berwarna kuning keputih-putihan, dan setelah tua mekar dan lepas
dari dasar bunganya. Bunga umumnya keluar dari ketiak daun, cabang, ranting, atau
pohon bentuknya sempurna (hermaprodit) (Sunarjono, 2005).
1.1.3 Kandungan Kimia
Daun sirsak mengandung annocatalin, annocatacin, annohexocin, annonacin,
anomurine, anonol, calclourine, gentisic acid, gigantetronin, linoleic acid, serta
repository.unisba.ac.id
6
muricapentoin (Mardiana, 2011; 24-25), flavonoid, tanin, alkaloid, saponin, kalsium,
fosfor, hidrat arang, vitamin A, vitamin B, fitosterol, kalsium oksalat dan beberapa
kandungan kimia lainnya termasuk annonaceous acetogenins (Mangan, 2009).
Senyawa flavonoid dan polifenol yg merupakan turunan fenol yang bekerja
sebagai antiseptik dan desinfektan sedangkan senyawa alkaloid yg terkandung
dalamnya merupakan senyawa basa yang memiliki efek bakterisida. Flavonoid
merupakan salah satu metabolit sekunder dan keberadaannya pada daun tanaman
dipengaruhi oleh proses fotosintesis sehingga daun muda belum terlalu banyak
mengandung flavonoid. Flavonoid merupakan senyawa bahan alam dari golongan
fenolik. Flavonoid berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa
kompleks terhadap protein ekstraseluler yang mengganggu integritas membran sel
bakteri (Sjahid, 2008).
1.1.4 Manfaat
Secara empiris buah atau daun Annona muricata Linn. mampu mengatasi
beragam penyakit diantaranya luka borok, bisul, kejang, jerawat, dan kutu rambut.
Selain itu tanaman ini juga digunakan untuk obat ambeien, mencret pada bayi, sakit
pinggang, anyang-anyangan dan sakit kandung air seni serta tanaman ini juga bersifat
antibakteri, antiparasit, antikanker, insektisida, hipotensif, mengobati sakit perut dan
mampu mengeluarkan racun (Mangan, 2009). Serta abses, artritis, asma, bronkitis,
gangguan empedu, diabetes, jantung, hipertensi, cacingan, gangguan hati, malaria,
rematik, obat penenang dan tumor (Wicaksono, 2011).
repository.unisba.ac.id
7
1.2 Kulit
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar. Luas permukaan kulit orang
dewasa sekitar 2m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan. Permukaan kulit manusia
mengandung sekitar 40-70 folikel rambut dan 200-300 saluran keringat. pH kulit
bervariasi dari pH 4 hingga 5.6. Keringat dan asam lemak di eksresikan dari pengaruh
pH sebum di permukaan kulit (Singla, et. al., 2012).
Gambar 1.2 Struktur Kulit (Singla, et. al., 2012)
Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan utama, yaitu: Lapisan epidermis, lapisan
dermis dan lapisan hipodermis.
1. Epidermis
Epidermis melekat erat pada dermis karena secara fungsional epidermis
memperoleh zat-zat makanan dan cairan antar sel dari plasma yang merembes
melalui dinding-dinding kapiler dermis ke dalam epidermis. Ketebalan
epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal
berukuran 1 milimeter misalnya pada telapak tangan dan telapak kaki, yang
repository.unisba.ac.id
8
paling tipis berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi dan
perut. Lapisan epidermis terdiri atas 5 lapisan yaitu :
a. Stratum korneum (lapisan tanduk)
Merupakan lapisan kulit yang terluar dan terdiri atas sel-sel gepeng yang
mati, tidak berinti, dan keratin.
b. Stratum lusidum (lapisan jernih)
Merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang telah
menjadi protein.
c. Stratum granulosum (lapisan butir)
Yaitu dua atau tiga lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma butir kasar dan
berinti di antaranya.
d. Spinosum (lapisan taju)
Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal dengan besar yang
berbeda akibat adanya proses mitosis.
e. Stratum basalis (lapisan benih)
Terbentuk oleh sel-sel berbentuk kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal
dan berbaris seperti pagar (palisade) (Wasitaatmadja, 1997).
2. Dermis
Lapisan dermis ini jauh lebih tebal dari pada epidermis dan tersusun atas
jaringan fibrosa dan jaringan ikat yang elastis. Lapisan ini terdiri atas:
a. Pars papilaris, yaitu bagian yang menonjol ke dalam epidermis berisi ujung
serabut saraf dan pembuluh darah.
repository.unisba.ac.id
9
b. Pars retikularis, yaitu bagian bawah dermis yang berhubungan dengan
lapisan hipodermis yang terdiri atas serabut kolagen. Serat-serat kolagen ini
disebut juga jaringan penunjang, karena fungsinya dalam membentuk
jaringan-jaringan kulit yang menjaga kekeringan dan kelenturan kulit
(Wasitaatmadja, 1997).
3. Hipodermis
Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan limfe.
Jaringan ikat bawah kulit berfungsi sebagai bantalan atau penyangga bagi
organ-organ tubuh bagian dalam dan sebagai cadangan makanan
(Wasitaatmadja, 1997).
1.2.1 Fungsi kulit
Kulit pada manusia mempunyai berapa fungsi yang sangat penting yaitu:
1. Proteksi
Serabut elastis yang terdapat pada dermis serta jaringan lemak subkutan
berfungsi mencegah trauma mekanik langsung terhadap interior tubuh.
Lapisan tanduk dan mantel lemak kulit menjaga kadar air tubuh dengan cara
mencegah masuknya air dari luar tubuh dan mencegah penguapan air, selain
itu juga berfungsi sebagai barrier terhadap racun dari luar. Mantel asam kulit
dapat mencegah pertumbuhan bakteri di kulit.
2. Thermoregulasi
Kulit mengatur temperatur tubuh melalui mekanisme dilatasi dan konstriksi
pembuluh kapiler dan melalui perspirasi, yang keduanya dipengaruhi saraf
repository.unisba.ac.id
10
otonom. Pusat pengatur temperatur tubuh di hipotalamus. Pada saat
temperatur badan menurun terjadi vasokonstriksi, sedangkan pada saat
temperatur badan meningkat terjadi vasodilatasi untuk meningkatkan
pembuangan panas.
3. Persepsi sensoris
Kulit sangat sensitif terhadap rangsangan dari luar berupa tekanan, raba, suhu
dan nyeri. Rangsangan dari luar diterima oleh reseptor-reseptor tersebut dan
diteruskan ke sistem saraf pusat selanjutnya diinterpretasi oleh korteks
serebri.
4. Pembentukan vitamin D
Dengan mengubah dehidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari.
Tetapi kebutuhan vitamin D tidak cukup dengan hanya dari proses tersebut.
Pemberian vitamin D sistemik masih tetap diperlukan (Wasitaatmadja, 2010).
5. Absorbsi
Beberapa bahan dapat diabsorbsi kulit masuk ke dalam tubuh melalui dua
jalur yaitu melalui epidermis dan melalui kelenjar sebasea dari folikel rambut
(Tranggono dan Latifah, 2007 : 19-20).
6. Eksresi
Kelenjar–kelenjar kulit mengeluarkan zat–zat yang tidak berguna lagi atau zat
sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia.
Sebum yang diproduksi oleh kulit berguna untuk melindungi kulit karena
lapisan sebum (bahan berminyak yang melindungi kulit) ini menahan air yang
repository.unisba.ac.id
11
berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering. Produksi kelenjar lemak dan
keringat menyebabkan keasaman pada kulit.
7. Pembentukan Pigmen
Sel pembentukan pigmen (melanosit) terletak pada lapisan basal dan sel ini
berasal dari rigi saraf. Melanosit membentuk warna kulit. Enzim melanosum
dibentuk oleh alat golgi dengan bantuan tirosinase, ion Cu, dan O2 terhadap
sinar matahari memengaruhi melanosum. Pigmen disebar ke epidermis melalui
tangan–tangan dendrit sedangkan lapisan di bawahnya dibawa oleh melanofag.
Warna kulit tidak selamanya dipengaruhi oleh pigmen kulit melainkan juga
oleh tebal-tipisnya kulit, reduksi Hb dan karoten.
Tujuan umum pengunaan obat topikal pada terapi adalah untuk menghasilkan
efek terapetik pada tempat-tempat spesifik di jaringan epidermis. Daerah yang
terkena umumnya epidermis dan dermis, sedangkan sediaan topikal tertentu seperti
pelembab dan antimikroba bekerja dipermukaan kulit saja (Lachman, dkk., 1994).
1.3 Emulgel
Emulgel adalah emulsi tipe minyak dalam air (o/w) atau air dalam minyak
(w/o), yang dicampur dengan basis gel. Emulgel dapat digunakan sebagai pembawa
obat hidrofobik (Anwar, dkk., 2014 : 13). Pada penggunaan dermatotologis, emulgel
memiliki sifat-sifat menguntungkan seperti kosistensi yang baik, waktu kontak yang
lebih lama, tiksotropik, transparan, dapat melembabkan, mudah penyerapanya, mudah
penyebaranya, mudah dihilangkan, larut dalam air, dan dapat bercampur dengan
eksipien lain (Haneefa. et. al., 2013).
repository.unisba.ac.id
12
Banyak obat-obat dengan sediaan gel memiliki keterbatasan yaitu adalah
kesulitan dalam pemberian obat hidrofilik. Untuk mengatasi keterbatasan ini
dibuatlah emulgel yang disusun untuk membantu obat-obatan yang bersifat
hidrofobik. Ketika sistem pembetuk gel dalam fase air mengkonversi emulsi klasik
menjadi emulgel. Fase langsung (minyak dalam air) ini digunakan untuk menjebak
obat lipofilik, sedangkan obat hidrofilik yang dikemas dalam fase terbalik (air dalam
minyak) (Singla, et. al., 2012 : 486). Kemudian fase minyak ini akan terdispersi
dalam fase air menghasilkan emulsi tipe air dalam minyak (o/w). Selanjutnya, emulsi
ini akan dicampur dalam basis gel. Hal ini dapat meningkatkan stabilitas dan
pelepasan obat (Panwar, et. al., 2011). Stabilitas dari emulsi meningkat ketika
diinkorporasi dalam gel. Kapasitas gel dari sediaan emulgel membuat formulasi
emulsi menjadi lebih stabil karena adanya penurunan tegangan permukaan dan
tegangan antaar muka secara bersamaan dengan meningkatnya viskositas dari fase air
(Khullar. et. al., 2012).
1.3.1 Keuntungan Emulgel
Emulgel memiliki beberapa keuntungan diantaranya adalah:
1 Obat hidrofobik dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam gel
menggunakan emulsi minyak dalam air (o/w). Sebagian besar obat
hidrofobik tidak dapat dimasukkan langsung ke dalam basis gel karena
kelarutan menjadi penghalang dan menjadi masalah ketika obat akan
dilepaskan. Emulgel membantu mencampurkan obat hidrofobik ke dalam
fase minyak sehingga globul minyak tersebut didispersikan kedalam fase
repository.unisba.ac.id
13
air dengan mencampurksanya kedalam fase gel. Hal ini dapat
memberikan stabilitas dan pelepasan obat yang lebih baik.
2 Stabilitas yang lebih baik. Sediaan transdermal atau topikal lain yang
relatif kurang stabil dibandingkan emulgel. Seperti serbuk yang bersifat
higroskopis, krim menunjukkan inversi fase atau pecah dan salep dapat
menjadi tengik karena adanya basis minyak.
3 Kapasitas penjerapan yang lebih baik. Niosom dan liposom yang
berukuran nano dan merupakan struktur vesikular dapat menyebabkan
kebocoran sehingga dapat menyebabkan efisiensi penjerapan yang lebih
rendah. Sedangkan gel yang merupakan konstituen dengan jaringan yang
lebih luas dapat menjerap obat lebih baik.
4 Kelayakan produksi dan biaya persiapannya lebih rendah. Persiapan
emulgel terdiri dari langkah-langkah sederhana dan singkat yang
meningkatkan kelayakan produksi. Tidak ada instrumen khusus yang
diperlukan untuk produksi emulgel. Bahan yang digunakan mudah
tersedia dan murah. Oleh karena itu, emulgel mengurangi biaya produksi.
5 Tidak memerlukan proses sonikasi yang intensif: dalam membuat
molekul vesikular membutuhkan proses sonikasi intensif yang dapat
mengakibatkan kebocoran atau degradasi obat. Tapi masalah ini tidak
terlihat selama produksi emulgel karena tidak memerlukan proses ada
sonikasi.
repository.unisba.ac.id
14
6 Pelepasan terkendali. Emulgel dapat dibuat menjadi sediaan lepas
terkendali untuk obat-obat yang memiliki t(1/2) pendek. Hal ini dapat
digunakan untuk kedua obat hidrofobik (o/w emulgel) dan hidrofilik (w/o
emulsi) (Hyma.P, et al., 2014).
1.3.2 Kekurangan Emulgel
Disamping kelebihan yang dimiliki emulgel, emulgel juga memiliki beberapa
kekurangan diantaranya adalah iritasi kulit dermatitis kontak dapat terjadi karena obat
dan atau bahan pengisi, merupakan senyawa yang berpartisi ke dalam kulit dan
berinteraksi dengan konstituen kulit untuk menginduksi peningkatan permeabilitas
kulit, kemungkinan reaksi alergi. Obat ukuran partikel yang lebih besar tidak mudah
untuk menyerap melalui kulit (Singla, et. al., 2012).
1.4 Preformulasi Sediaan
1.4.1 Karbomer
Karbomer atau karbopol merupakan polimer sintetik dari asam akrilik.
Pemerianya berupa serbuk berwarna putih, halus, bersifat asam, dan higroskopis.
Karbomer larut dalam air dan gliserin, serta etanol 95% (setelah dinetralkan).
Digunakan sebagai bahan bioadhesive, pengemulsi, pembentuk gel, penyuspensi, dan
pengikat tablet, selain itu digunakan pada formulasi sediaan farmasetika seperti krim,
gel, losion dan salep sebagai bahan yang dapat memperbaiki rheologi. Karbomer
dengan konsentrasi 0,5-2% digunakan sebagai bahan pembentuk gel (gelling agent).
Karbomer dalam larutan 0,2% memiliki pH sebesar 2,5-4,0 serta memiliki viskositas
repository.unisba.ac.id
15
yang rendah, sehingga perlu dinetralkan dengan basa untuk menaikan kembali
viskositasnya pada pH 6-11. Viskositas akan berkurang apabila pH kurang dari 3 atau
lebih besar dari 12 (Rowe, Sheskey, and Quinn, 2009:110-114).
1.4.2 Trietanolamin (TEA)
Trietanolamin merupakan cairan jernih kental, berwarna kuning pucat dan
memiliki bau ammonia sedikit. Memiliki campuran dari basa, terutama 2,20,200-
nitrilotrietanol, meskipun juga mengandung 2,20-iminobisetanol (dietanolamina) dan
jumlah yang lebih kecil dari 2-aminoetanol (monoetanolamin). Rumus empiris
trietaanolamin C6H15NO3, BM 149,19, pH 10,5 (larutan 0,1 N), titik didih 332ºC, titik
leleh 20-21ºC, titik beku 21,6ºC, sangat higroskopis, dan kelembapan 0,09%.
Trietanolamin banyak digunakan dalam formulasi farmasi topical, terutama dalam
pembentukan emulsi (Rowe, Sheskey, and Quinn, 2009:754).
Trietanolamin meruapakan amina testsier yang mengandung gugus hidroksi,
dapat mengalamai reaksi khas amina tersier dan T754 alkohol. Trietanolamin akan
bereaksi dengan asam mineral untuk membentuk garam kristal dan ester. Dengan
asam lemak yang lebih tinggi, trietanolamina membentuk garam yang larut dalam air
dan memiliki karakteristik sabun. Trietanolamin juga akan akan bereaksi dengan
tembaga untuk membbentuk garam kompleks. Perubahan warna dan pengendapan
dapat terjadi karena keberadaan garam-garam logam berat. Trietanolamin dapat
bereaksi dengan reagen seperti klorida tionil untuk menggantikan gugus hidroksi
dengan halogen. Produk ini reaksi sangat beracun menyerupai mustard nitrogen
repository.unisba.ac.id
16
lainya. Trietanolamin dapat berubah warna menjadi coklat saat terkena udara dan
cahaya, 85% kelas trietanolamin cenderung bergumpal dibawah suhu 15ºC.
Pemanasan dan pencampuran sebelum digunakan membuat campuran homogen.
Trietanolamin harus disimpan dalam wadah kedap udara terlindung dari cahaya, di
tempat yang sejuk dan kering (Rowe, Sheskey, and Quinn, 2009:754-755).
1.4.3 Natrium Lauril Sulfat
Natrium lauril sulfat merupakan serbuk hablur berwarna putih atau kuning
muda, dan agak berbau khas. Senyawa ini mudah larut dalam air. Memiliki pH 2,5
dan titik leleh 204-207ºC serta memiliki inkompatibilitas dengan surfaktan kationik
karena dapat menyebabkan penurunan aktivitas bahkan penurunan konsentrasi akibat
pengendapan. Natrium lauril sulfat digunakan sebagaisurfaktan anionik, bahkan
pengemulsi,dan peningkat penetrasi. Sebagai emulgator anionik, natrium lauril sulfat
digunakan pada konsentrasi 0,5- 2,5% (Rowe, Sheskey and Quinn, 2009: 651-653).
1.4.4 Propilenglikol
Propilen gilkol adalah cairan bening, tidak berwarna, kental, dan hampir tidak
berbau. Memiliki rasa manis sedikit tajam menyerupai gliserol. Propilen glikol
banyak digunakan sebagai pelarut dan pembawa dalam pembuatan sediaan farmasi
dan kosmetik, khususnya untuk zat-zat yang yang tidak stabil atau tidak dapat larut
dalam air. Dalam kondisi biasa, propilen glikol stabil dalam wadah yang tertutup baik
dan juga merupakan suatu zat kimia yang stabil bila dicampur dengan gliserin, air,
atau alkohol. Propilen glikol juga digunakan sebagai penghambat pertumbuhan
repository.unisba.ac.id
17
jamur. Data klinis telah menunjukkan reaksi iritasi kulit pada pemakaian propilen
glikol dibawah 10% dan dermatitis dibawah 2%. Propilen glikol telah banyak
digunakan sebagai pelarut dan pengawet dalam berbagai formulasi parenteral dan
nonparenteral. Propilen glikol secara umum merupakan pelarut yang lebih baik dari
gliserin dan dapat melarutkan berbagai bahan, seperti kortikosteroid, fenol, obat-
obatan sulfa, barbiturat, vitamin A dan D, alkaloid, dan banyak anestesi lokal (Rowe,
Sheskey and Owen, 2005).
1.4.5 Setostearil Alkohol
Setostearil alkohol merupakan cairan jernih, berwarna kuning muda atau
hampir tidak berwarna, dan agak berbau khas. Senyawa ini larut dalam eter dan
etanol 95%, praktis tidak larut dalam air, serta memiliki inkompatibilitas dengan
bahan pengoksidasi kuat. Setostearil alkohol digunakan sebagai bahan pengemulsi,
emolien, dan peningkat viskositas. Dalam formulasi sediaan formulasi, setostearil
alkohol digunakan bersama natrium lauril sulfat dengan perbandingan konsentrasi 1
natrium lauril sulfat:9 setostearil alkohol (Rowe, Sheskey, and Quinn, 2009:150-151).
1.4.6 Parafin Cair
Parafin cair adalah campuran hidrokarbon yang diperoleh dari minyak
mineral, sebagai zat pemantap dapat ditambahkan tokoferol atau butilhidroksitoluen
tidak lebih dari 10 bpj. Parafin cair mempunyai pemerian cairan kental, transparan,
tidak berfluoresensi, tidak berwarna, hampir tidak berbau, dan hampir tidak
mempunyai rasa. Mempunyai kelarutan praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol
(95%) p, larut dalam kloroform P, dan dalam eter P (Depkes RI, 1995).
repository.unisba.ac.id
18
1.4.7 Metil Paraben
Metil paraben memiliki ciri-ciri serbuk hablur halus, berwarna putih, hampir
tidak berbau dan tidak mempunyai rasa kemudian agak membakar diikiuti rasa tebal
(Depkes, 1979; Rowe, Sheskey and Owen, 2005).
Metil paraben banyak digunakan sebagai pengawet dan antimikroba dalam
kosmetik, produk makanan, dan formulasi farmasi dan digunakan baik sendiri atau
dalam kombinasi dengan paraben lain atau dengan antimikroba lain. Pada kosmetik,
metil paraben adalah pengawet antimikroba yang paling sering digunakan. Jenis
paraben lainnya efektif pada kisaran pH yang luas dan memiliki aktivitas antimikroba
yang kuat. Metil paraben meningkatkan aktivitas antimikroba dengan panjangnya
rantai alkil, namun dapat menurunkan kelarutan terhadap air, sehingga paraben sering
dicampur dengan bahan tambahan yang berfungsi meningkatkan kelarutan.
Kemampuan pengawet metil paraben ditingkatkan dengan penambahan propilen
glikol Rowe, Sheskey and Owen, 2005)
1.4.8 Propil Paraben
Propil paraben merupakan serbuk hablur kecil, tidak berasa, tidak berwarna,
tidak berasa, dan tidak berbau. Propil paraben memiliki kelarutan yang sukar larut
dalam air, mudah larut dalam etanol dan dalam eter, sukar larut dalam air mendidih.
Propil paraben dapat digunakan sebagai pengawet tunggal, dalam kombinasi dengan
ester paraben lainya, atau dengan senyawa antimikroba lainya. Konsentrasi propil
paraben yang digunakan pada sediaan topikal adalah 0,01-0,6%. (Rowe, Sheskey dan
Quinn, 2009:526-527)
repository.unisba.ac.id
19
Propil paraben efektif sebagai pengawet pada rentang pH 4-8, peningkatan pH
dapat menyebabkan penurunan aktivitas antimikrobanya. Larutan propil paraben
dalam air dengan pH 3-6, stabil dalam penyimpanan selama 4 tahun pada suhu kamar,
sedangkan pada pH lebih dari 8 akan cepat terhidrolisis (Rowe, Sheskey and Owen,
2005).
1.4.9 Gliserin
Gliserin adalah cairan seperti sirup jernih dengan rasa manis. Dapat
bercampur dengan air dan etanol. Sebagai suatu pelarut, dapat disamakan dengan
etanol, tapi karena kekentalannya, zat terlarut dapat larut perlahan-lahan didalamnya
kecuali kalau dibuat kurang kental dengan pemanasan. Gliserin bersifat sebagai bahan
pengawet dan sering digunakan sebagai stabilisator dan sebagai suatu pelarut
pembantu dalam hubungannya dengan air dan etanol (Ansel,1989). Gliserin
digunakan sebagai emolien dan humektant dalam sediaan topikal dengan rentang
konsentrasi 0,2-65,7%. Gliserin pada konsentrasi tinggi menimbulkan efek iritasi
pada kulit dan lebih disukai konsentrasi gliserin 10-20 % (Jellinek, 1970).
1.4.10 Tokoferol
Tokoferol atau vitamin E merupakan zat dengan rumus empiris
C33O5H54(CH2CH2O)20-22 memiliki berat molekul 1513, titik lebur 37º-41ºC dengan
nilai HLB 13,2, dan stabil pada pH larutan 4,5-7,5 dapat lebih stabil dengan propilen
glikol. Tokoferol berbentuk padat seperti lilin (wax) atau cairan seperti minyak, tidak
berasa atau sedikit berasa, berwarna putih kecoklatan, kekuningan jernih, dan tidak
berbau atau sedikit berbau. Tokoferol memiliki kelarutan yang praktis tidak larut air,
repository.unisba.ac.id
20
larut dalam etanol (95%) P, dan dapat bercampur dengan eter P, dengan aseton P,
dengan minyak nabati, dan dengan kloroform P. Tokoferol berfungsi sebagai
antioksidan. Tokoferol tidak kompatibel dengan asam atau basa kuat (Rowe, Sheskey
dan Quin, 2009:764-765).
1.4.11 Aquadestilata
Aquadestilata berbentuk cairan, tidak berasa, berwarna jernih atau tidak
berwarna, dan tidak berbau. Aquadestilata memiliki berat molekul 18,02, bobot jenis
1,00 gr/cm3, titik didih 100ºC, dan pH larutan 7. Stabilitas aquadestilata lebih mudah
terurai dengan adanya udara dari luar. Inkompatibilitas aquadestilata yaitu dengan
bahan yang mudah terhidrolisis, bereaksi dengn garam-garam anhidrat menjadi
bentuk hidrat, material-material organik dan kalsium koloidal (Rowe, Sheskey dan
Quin, 2009:672).
1.5 Jenis-Jenis Bakteri yang Terdapat Pada Kulit
Banyak mikroba yang mungkin dapat menempel pada kulit manusia yang
kemudian menyebab infeksi. Diantaranya adalah Staphylococcus epidermidis,
Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Propionibacterium
acnes dan Psedomonas aeroginosa (Radji, 2010).
1.5.1 Staphylococcus epidermidis
Klasifikasi bakteri Staphylococcus epidermidis menurut Irianto (2006) adalah
sebagai berikut :
Divisi : Protophyta
repository.unisba.ac.id
21
Kelas : Schizomycetes
Bangsa : Eubacteriales
Suku : Micrococaceae
Marga : Staphylococcus
Jenis : Staphylococcus epidermidis
S. epidermidis merupakan bakteri Gram-positif, koloni berwarna putih atau
kuning, dan bersifat anaerob fakultatif. Bakteri ini tidak mempunyai lapisan protein A
pada dinding sel, dapat meragi laktosa, tidak meragi manitol, dan bersifat koagulase
negatif. S. epidermidis dapat menyebabkan infeksi kulit ringan yang disertai dengan
pembentukan abses. S. epidermidis biotipe-1 dapat menyebabkan infeksi kronis pada
manusia (Radji, 2010).
1.5.2 Penentuan Aktivitas Antibakteri
Uji aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan metode difusi dan metode
pengenceran. Disc diffusion test atau uji difusi disk dilakukan dengan mengukur
diameter zona bening (clear zone) yang merupakan petunjuk adanya respon
penghambatan pertumbuhan bakteri oleh suatu senyawa antibakteri dalam ekstrak.
Syarat jumlah bakteri untuk uji kepekaan/sensitivitas yaitu 105-108 CFU/mL
(Hermawan dkk., 2007).
Metode difusi merupakan salah satu metode yang sering digunakan. Metode
difusi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu metode silinder, metode lubang/sumuran
dan metode cakram kertas. Metode lubang atau sumuran yaitu membuat lubang pada
agar padat yang telah diinokulasi dengan bakteri. Jumlah dan letak lubang
repository.unisba.ac.id
22
disesuaikan dengan tujuan penelitian, kemudian lubang diinjeksikan dengan ekstrak
yang akan diuji. Setelah dilakukan inkubasi, pertumbuhan bakteri diamati untuk
melihat ada tidaknya daerah hambatan di sekeliling lubang (Kusmayati dan Agustini,
2007).
Prinsip metode pengenceran adalah dengan mencerkan zat antimikroba dan
dimasukkan kedalam tabung-tabung reaksi steril. Kedalam masing-masing tabung itu
ditambahkan sejumlah mikroba uji yang telah diketahui jumlahnya. Pada interval
waktu tertentu, dilakukan pemindahan dari tabung reaksi kedalam tabung-tabung
berisi media steril yang lalu diinkubasi dan diamati penghambatan pertumbuhan
(Kusmiyati, 2006).
1.6 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Dengan
diketahui senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan
pelarut dengan cara ekstraksi yang tepat (Depkes RI, 1995).
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif
dari simplisia nabati atau ewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua
atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan
sedemikian rupa hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 1995).
Ada beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut (Ditjen POM,
2000), yaitu:
repository.unisba.ac.id
23
1. Cara Dingin
a. Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan pelarut
dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar.
b. Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru, yang umumnya
dilakukan pada temperatur ruangan.
2. Cara panas
a. Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses
pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga proses ekstraksi sempurna.
b. Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstrak kontinu
dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
c. Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar, yaitu secara umum
dilakukan pada temperatur 40-50oC
d. Infudasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 96-98oC
selama 15-20 menit di penangas air dapat berupa bejana infus tercelup
dengan penangas air mendidih.
e. Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada
temperatur 90o C selama 30 menit.
repository.unisba.ac.id